STUDI KOMPARATIF PENGGABUNGAN ORGEN PADA SALUANG DENDANG DAN SULING BAMBU Jonni Dosen Prodi Seni Kerawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padangpanjang Jln. Bahder Johan, Padangpanjang, Sumatera Barat
[email protected] Abstrak: Saluang dendang adalah kesenian tradisional Minangkabau yang lazim ditampilkan dalam acara Bagurau. Kesenian ini terdiri dari saluang sebagai instrumen dan dendang sebagai vokal. Dalam perkembanganya dewasa ini terjadi perubahan, yakni masuknya orgen (keyboard) sebagai instrumen tambahan. Dominannya orgen dalam mengiringi dendang mengkibatkan suasana menjadi gembira. Berfungsinya orgen sebagai instrumen pokok dalam penampilan Saluang Dendang, maka sebutan saluang dendang berubah pula menjadi saluang orgen dan pertunjukannya disebut bagurau oyak. Lagu-lagu yang dibawakannya juga telah memasukkan lagu-lagu yang tidak biasa dimainkan dalam bagurau saluang. Perubahan ini memberikan dampak pada bentuk bagurau yang lebih mengutamakan dendang-dendang yang bersifat gembira dari dendang yang bersifat ratok. Kasus yang mirip terjadi pula pada tradisi suling bambu di Kerinci, khususnya di daerah Siulak Gedang. Tradisi suling bambu memiliki beberapa suling sebagai instrumen utama melodi dan pengiring dengan mengiringi dendang-dendang secara khusus pula dalam tradisinya. Akan tetapi, ketika orgen dimasukkan dalam pertunjukannya terjadi perubahan pada bentuk pertunjukannya. Kata Kunci: Saluang dendang, saluang orgen, bagurau dan suling bambu.
pertunjukan baru saluang dendang,
I. PENDAHULUAN Fenomena
yang
terjadi
dalam pertunjukan salung dendang sejak beberapa tahun terakhir ini (setidaknya sejak awal tahun 2000an)
adalah
terjadinya
bentuk
dengan melibatkan unsur alat musik lain di luar tradisi yang biasa dimainkan dalam tradisi saluang dendang.
Alat
musik
yang
dimaksud adalah orgen (keyboard). Orgen termasuk alat musik atau 60
Kehadiran
instrumen elektrik ini biasanya
orgen
dimainkan secara bersama dengan
pertunjukan
beberapa alat musik lain dalam
menjadi
bentuk orkestra band combo atau
pertunjukan
bentuk lainnya (campuran dengan
dengan sebutan bagurau oyak dan
alat musik etnik/tradisi).
ada pula yang menyebut dengan
Di Sumatra Barat, orgen secara tunggal atau terpisah dari alat musik lain juga dijadikan sebagai
media
hiburan
bagi
masyarakat yang sering pula disebut dengan orgen tunggal. Orgen yang diproduksi melalui pabrik ini telah ditata
dengan
sistem
tangga
diatonis. Ketika orgen digabungkan menjadi bagian dalam pertunjukan saluang
dendang,
maka
ia
menimbulkan fenomena baru dalam pertunjukan
saluang
dendang.
Fenomena yang muncul secara umum adalah terjadinya benturan pada nada-nada yang ada pada
saluang
dalam
aliran
dendang,
baru
dalam
saluang
dendang
saluang orgen. Lagu-lagu yang dibawakannya
juga
telah
memasukkan lagu-lagu yang tidak biasa dimainkan dalam bagurau saluang. Perubahan ini memberikan dampak pada bentuk bagurau yang lebih
mengutamakan
dendang-
dendang yang bersifat gembira dari pada dendang yang bersifat ratok. Bagurau oyak atau saluang orgen telah menimbulkan masalah baru pula
dalam
masyarakat
dimensi
sosial
penontonnya.
Tidak
semua pecandu bagurau menyukai pertunjukan tersebut, kecuali di kalangan anak muda. Berbeda
saluang dengan orgen (non diatonis
lagi
kasusnya
dengan diatonis) yang berakibat
dengan suling bambu yang terdapat
pada
di
dendang-dendang
dimainkan/didendangkan.
yang Tidak
Kerinci.
Suling
bambu
merupakan ansambel tradisi yang
semua dendang dapat dinyanyikan
menggunakan
suling
sebagai
dengan gabungan orgen, kecuali
instrumen utamanya, yang terdiri
hanya dendang yang bertempo dan
atas beberapa suling dan telah
suasana gembira.
tersusun secara tradisi, baik nada, lagu-lagu yang dimainkan, dan 61
instrumen
pendukung
lainnya.
perbandingan
untuk
Fenomena baru muncul ketika set
perubahan
alat musik yang digunakan dalam
pertunjukan tersebut. Pertunjukan
tradisi suling bambu digabungkan
saluang dendang sering pula disebut
dengan orgen, maka terjadi pula
dengan
benturan
seniman dan pencandu
pada
tradisi
tersebut.
yang
melihat
bagurau.
terjadi
Di
pada
kalangan saluang
Lagu-lagu tradisi mulai tergeser dan
dendang, bagurau sudah dipahami
digantikan oleh lagu-lagu yang
secara bersama yang mengandung
bersifat gembira, aspek pendukung
maksud adalah pertunjukan saluang
visual pertunjukan lain menjadi
dendang.
tambahan, bentuk dan komposisi
dendang yang dimaksud di sini tentu
pertunjukannya juga turut berubah.
saja, pertunjukan yang dilakukan
Bahkan, penontonnya pun bergeser
secara penuh, biasanya semalam
pula dari kalangan orang tua ke
suntuk
anak-anak muda.
pertunjukan yang lain. Hal ini akan
Penggabungan orgen pada kedua ansambel musik tradisi di atas merupakan fenomena yang menarik dibahas dalam tulisan ini. Mengapa harus menggunakan orgen sebagai alat musik tambahan dan bagaimana
dampaknya
perkembangan
kedua
terhadap tradisi
Pertunjukan
tanpa
berbeda
diselingi
maksudnya
saluang
dengan
dengan
pertunjukan saluang dendang yang disajikan antara setengah hingga satu
jam
dalam
satu
paket
pertunjukan yang disajikan dengan materi musik dan seni yang lainnya. Pertunjukan jenis ini tidak lazim disebut dengan bagurau. Bagurau
tersebut?
memberikan
pengertian tersendiri dalam konteks
II. PEMBAHASAN
pertunjukan saluang dendang, yang A. Pertunjukan Saluang Dendang Bagian awal pembahasan ini
berarti
pertunjukan
saluang
dendang. Pengertian di atas sudah
sengaja digambarkan secara umum
lebih
bentuk
saluang
pengertian umum bagurau, yang
Sebagai
bisa disamakan dengan bersenda
dendang,
pertunjukan hal
ini
luas
dan
berbeda
dari
62
gurau. Namun demikian, masih ada
memberikan
pemahaman,
bahwa
pendapat dan kebiasaan di suatu
pertunjukan
saluang
selalu
tempat
diasosiasikan
dengan
bahwa
pertunjukan
tidak
semua
saluang
dendang
karena
bagurau,
pelaksanaannya
selalu
disebut
melibatkan penonton. Pemain dan
menyebut
penonton sama-sama aktif untuk
dengan basaluang saja, atau pada
melibatkan diri dalam pertunjukan,
konteks acara untuk memeriahkan
mereka
pesta
pertunjukan
semalam
suntuk
bagurau.
Ada
itu
yang
perkawinan
tidak
disebut
dengan bagurau, tetapi basaluang, karena
biasanya
interaksi
tidak
antara
dan
pendendang. Indra
Sastra
memberikan pemahaman bahwa: Bagurau dipahami
lebih cenderung
oleh
pendukungnya
masyarakat
sebagai
kegiatan
pertunjukan saluang. Suatu aktivitas sekelompok
orang
bergembira,
melakukan
bersama
untuk
bentuk
yang
sesama,
ingin hiburan dalam
pertunjukan
musik
tradisional
[saluang].
Pada
pertunjukan
tersebut
dalam
Walaupun
tempat
kebersamaan
ada
beberapa
pendapat dan sebutan berbeda untuk menyebut
Andar
di
(Desmawardi, 2001:80).
terjadi
penonton
berbaur
pertunjukan
saluang
dendang semalam suntuk, namun pada
prinsipnya
mengubah
dan
tidak
begitu
menimbulkan
perbedaan maksud dan maknanya. Yang
jelas
masyarakat
secara
lebih
khususnya
luas, para
pencandu saluang dendang, bisa mengerti dengan kata, basaluang atau bagurau itu maksudnya adalah pertunjukan saluang dendang. Pertunjukan
saluang
berkumpul
dendang diadakan dalam berbagai
orang sehobi, dan anggota yang
kegiatan antara lain: batagak kudo-
hadir berstatus sama, yaitu anggota
kudo (upacara terpasangnya kuda-
bagurau (Sastra, 1999:156).
kuda rumah atau bangunan lainnya),
Sementara
Gitrif
Yunus
seperti dikutip oleh Desmawardi
batagak
pangulu
(pengangkatan
pengulu baru), pesta perkawinan, 63
2002:96),
baru terjadi karena adanya adaptasi
hajatan pemuda atau keluarga dan
dari berbagai lagu pop dangdut, lagu
para perantau di perantauan. Bahkan
daerah, dan dendang dari daerah
ada
lain. Dendang dari daerah lain yang
alek
nagari
juga
(Ediwar,
pertunjukan
saluang
dendang dilaksanakan oleh beberapa
dimaksud
orang
antara
lain:
gurau
dengan
dendang “Sabatang Tubuah” dari
beberapa
orang
dendang “Ginyang” rabab pasisia,
pencandu
mengundang
adalah
pendendang dan peniup saluang,
dendang
sekedar menyalurkan rasa kerinduan
dendang
mereka terhadap saluang dendang.
“Sirompak
Pertunjukan
saluang
“Balam-balam”, saluang
dari
sungai
Taeh”
dari
pagu,
dendang
sirompak, dan lain sebaginya. Dendang-dendang
dendang bisa dilakukan di berbagai
tersebut
ruangan
dikelompokkan atas tiga kategori,
terbuka (halaman kantor, halaman
yaitu: dendang bersifat gembira;
rumah, halaman kedai minuman,
dendang
satangah
dan lain sebagainya); dan di rungan
dendang
ratok.
tertutup yang agak luas. Tempat
bersifat gembira, terutama yang
duduk atau pentas bagi pendendang
disajikan untuk “hoyak” (gurau
dan peniup saluang, juga tidak ada
untuk
suatu keharusan agar ditinggikan
satangah tiang adalah dendang yang
atau dibuatkan pentas khusus. Bagi
karater melodi dan ritmenya berada
mereka di atas tikar saja juga bisa
antara gembira dan ratok. Sementara
menyajikan saluang dendang.
dendang ratok (ratap dengan melodi
tempat.
Misalnya,
di
Saluang dendang memiliki jumlah dendang atau lagu yang sangat banyak, menurut perkiraan
mencari
tiang;
Dendang
dana).
dan yang
Dendang
yang melankolis/sedih) sering pula dikelompokkan
pada
dendang
klasik. Dalam
para pendendang, jumlahnya bisa
setiap
pertunjukan
ratusan. Dendang-dendang tersebut
saluang dendang, sudah menjadi
dari waktu ke waktu bisa bertambah
tradisi,
bahwa
jumlahnya. Pertambahan dendang
pertama
disajikan
dendang berasal
yang dari 64
repertoar
dendang
Singgalang.
Dendang Singgalang tersebut terdiri dari
puluhan
judul.
agaknya lebih suka menjadi peniup saluang.
Bagi
Menjadi
pendendang
pendendang boleh memilih salah
memang termasuk pekerjaan yang
satu di antara dendang tersebut
cukup sulit. Selain harus menghafal
untuk disajikan sebagai dendang
puluhan bahkan ratusan melodi
pembuka
dendang yang kadang-kadang ada
pertunjukan,
misalnya
dendang “Singgalang Alai”. Setelah
yang agak mirip, juga diharuskan
itu, barulah disajikan dendang yang
terampil membuat pantun secara
lain.
spontan dan bervariasi. PantunTim
pertunjukan
saluang
pantun
spontan
itu
sangat
umumnya
diperlukan, terutama saat bagurau
beranggotakan sekitar 3-5 orang
dengan mencari inspirasi dari para
yang terdiri dari satu atau dua orang
penonton.
peniup
para
sekali
kalau
sampiran-sampiran
pendendang, dan satu orang janang.
setiap
pantun
itu
Kondisi
sehingga suasana menjadi hidup dan
dendang
pada
saluang
yang
dan
ada
3-4
dewasa
ini
pendendang umumnya para wanita, dan
sangat
pendendang
sedikit pria,
sekali
Alangkah
lebih
tidak
baik
sama,
penonton tidak bosan. 1. Saluang Dangdut
bahkan Upaya yang dilakukan oleh
dikhawatirkan menuju kepunahan, karena mereka umumnya sudah tua dan tidak ada generasi penerusnya. Sebagimana disebutkan oleh Sawir Sutan Mudo (70 thn) salah seorang pendendang senior saat ini, bahwa sangat sulit mencari pemuda yang berminat belajar dendang secara sungguh-sungguh. Akhirnya setiap ada bagurau pendendang yang hadir umumnya perempuan saja. Laki-laki
pelaku
atau
seniman
saluang
dendang memasukkan alat musik lain khususnya perkusi sudah lama terjadi, baik itu dilakukan hanya sebatas kreasi saja, maupun untuk kebutuhan
artistik
baru
dalam
pertunjukannya. Desmawardi (2001) melakukan penelitian pada salah satu gejala penambahan instrumen dan konsep musik lain yang terjadi 65
pada saluang dendang di daerah
Dendang-dendang yang dinyanyikan
Padang
disebut
umumnya adalah dendang yang
Pada kasus ini,
bersifat gembira. Menariknya, para
Pariaman
saluang dangdut. saluang
yang
dendang
ditambahkan
pendendang
dapat
diajak
tifa,
berjoget
dan
penonton, asalkan mendapat izin
Gendang tifa
dari panitia penyelenggara acara
(gandang duo) difungsikan untuk
atau ada kesediaan dari pendendang
memainkan pola ritme dangdutan
yang diajak.
dengan
gendang
(gendang
tamburin/giriang-giriang, gandang/tambua).
yang biasanya dimainkan dengan tabla
pada
sedangkan
orkes
tambua
masuknya
Saluang
bergoyang
dangdut
oleh
ternyata
dangdut,
meluas pertunjukan ke berbagai
difungsikan
daerah di Sumatra Barat, seperti
untuk memperkuat akses suara bass. Dengan
atau
pula
unsur
Padang dan Solok. Bahkan, sudah
ritme
masuk pula ke kawasan utama
musik dangdut yang dimainkan
pertunjukan saluang dendang di
dengan gendang tifa memberikan
daerah Darek, seperti Tanah Datar
kesan kuat unsur musik dangdutnya,
dan
sehingga saluang dendang diubah
dangdut menjadi alternatif baru
nama menjadi saluang dangdut.
pilihan hiburan berbasis saluang.
Saluang dangdut kemudian dapat
didefinisikan
pertunjukan
saluang
dengan dendang
lain
sebagainya.
Saluang
Saluang dangdut, selain dijadikan sebagai hiburan bagurau semalam suntuk,
sering
pula
dijadikan
dengan menambahkan beberapa alat
sebagai hiburan untuk meramaikan
musik lain seperti gendang dua atau
pesta perkawinan, hajatan pemuda,
tifa dan tamburin (giriang-giriang),
dan hiburan para pencandu bagurau.
bahkan dapat saja ditambah dengan sebuah tambua. Gendang berfungsi sebagai pembawa ritme dengan pola ritme
“dangdutan”,
giriang-giriang
dan
sedangkan tambua
Para
pendendang
saluang
dangdut tidak hanya berasal dari pendendang yang mengembangkan bakat dan memilih profesi sebagai pendendang, tetapi juga berasal dari
difungsikan sebagai penguat ritme. 66
tradisi.
adalah
menggabungkan
menjadi
dengan
orgen
pendendang saluang dangdut, tidak
disebut
seberat
Saluang-orgen
penyanyi
pop
Persyaratan
Minang untuk
menjadi
pendendang
saluang
(keyboard)
dengan
yang
saluang-orgen.
saat
ini
banyak
saluang dendang. Para pendendang
dipertunjukkan di kota Solok dalam
saluang dangdut cukup menguasai
acara untuk memeriahkan pesta
dendang-dendang
bersifat
perkawinan dan hajatan pemuda dan
gembira saja, mereka tidak dituntut
beberapa kota dan daerah lainnya di
harus menguasai berbagai dendang-
Sumatra
dendang ratok, sebagaimana yang
difungsikan
sebagai
pembawa
lazim dilakukan oleh pendendang
melodi
pengiring
dendang,
saluang dendang.
sedangkan orgen digunakan untuk
Begitu keterampilan
yang
pula
dengan
merangkai
teks
pantun, mereka lebih cenderung menggunakan kata-kata yang isi dan maksudnya bersifat langsung dan “kasar”,
sangat mudah dipahami
oleh masyarakat awam. Sementara
Barat.
dan
Saluang
tetap
mengiringi dalam bentuk akord dan sebagai instrumen melodi pada saat pergantian teks pantun. Dendangdendang yang disajikan umumnya dendang yang bersifat gembira dan lagu-lagu dari genre musik lain (pop, dangdut) yang diadopsi.
digunakan
Menurut penelitian Nofroza
dalam pertunjukan saluang dendang
Yelli tentang saluang orgen di
disampaikan dengan sindiran halus
nagari Salayo kabupaten Solok,
dan dipandang beretika. Pantun-
menyebutkan bahwa saluang orgen
pantun dalam pertunjukan saluang
merupakan perpaduan antara tradisi
dangdut sering pula dikategorikan
saluang dendang dengan orgen yang
sebagai
ia sebut sebagai bentuk akulturasi
pantun-pantun
yang
pantun
batilanjang
(langsung tanpa basa-basi). 2. Saluang Orgen
budaya.
Saluang
orgen
banyak
mendapat perhatian dari anak-anak remaja, karena musik ini lebih
Bentuk perkembangan baru dari pertunjukan saluang saat ini
sering
menampilkan
lagu-lagu
populer, sehingga mampu menarik 67
perhatian para remaja (2010:37-38).
Sebagaimana dikatakan oleh Yulia
Yelli
bakal
Astuti (2007), adanya pengaruh dari
munculnya saluang orgen di Solok,
pertunjukan orgen tunggal dapat
sebagaimana juga di nagari Salayo
dilihat dari adanya penyanyi yang
bermula dari saluang dangdut. Versi
berjoget di atas pentas . . . .
menjelaskan
cikal
saluang dangdut yang terdapat di
Ketika orgen dimasukkan
Solok lebih banyak didominasi oleh
sebagai instrumen pengiring dan
para pendendang perempuan yang
juga
mencapai 7 orang jumlahnya. Para
saluang dangdut, maka sebutan
pendendang
gabungan musik baru ini juga turut
tersebut,
selain
melodi
dalam
pertunjukan
berdendang dan menyanyikan lagu-
berubah nama menjadi
lagu
orgen. Pertunjukan saluang orgen
dangdut,
Penonton menjadi
bisa
mereka pula
pasangan
berjoget. bergabung
para
penari
tersebut (Yelli, 2010:42).
saluang
di Solok masih lebih kuat gaya saluang dangdut-nya, karena masih diperkuat
oleh
6
–
7
orang
Saluang orgen tampaknya
pendendang, di samping sebagai
lebih banyak terinspirasi dari dari
pendendang/penyanyi, mereka juga
saluang dangdut dan pertunjukan
berjoget.
orgen tunggal, karena dalam setiap
pertunjukan saluang orgen yang
pertunjukan saluang dangdut dan
terdapat
orgen tunggal sering dinyanyikan
Bukittinggi, Baso dan beberapa
lagu-lagu
diiringi
daerah lainnya. Mereka dapat saja
pada
menggunakan pendendang antara 2-
awalnya saluang dangdut dianggap
3 orang saja dengan seorang peniup
meniru gaya pertunjukan orgen
saluang dan seorang pemain orgen.
tunggal.
adanya
Grup saluang orgen jenis ini, jelas
kesamaan dari materi dan cara atau
tidak melayani permintaan joget
bentuk pertunjukannya, maka ada
atau mereka melakukan joget sendiri
upaya melakukan eksperimentasi
di
dengan menggabungkan orgen ke
terbatasnya
dalam pertunjukan saluang dangdut.
pendendang dan peniup saluang
dengan
dangdut jogetan.
Oleh
dan Bahkan,
karena,
Berbeda
di
hadapan
dengan
Padangpanjang,
penonton, pendendang.
karena Para 68
tetap duduk dengan posisi seperti
terpaksa menyesuaikan mengikuti
yang dilakukan pada pertunjukan
nada diatonis pada orgen. Biasanya
baguarau saluang.
suara yang lebih dominan terdengar
Saluang orgen pada satu sisi sepertinya
memberikan
tawaran
baru hiburan yang berbasis saluang dendang, tetapi terjadi benturan dalam bentuk musik dan materi pertunjukannya. Oleh karena, orgen telah dipatok dengan standar nada diatonis, sedangkan saluang tetap dalam posisi sebagai
adalah
orgen
dengan
pendendang/penyanyi, karena suara orgen telah diperbesar suaranya melalui
sistem
elektrik
secara
langsung, sedangkan saluang hanya mengandalkan melalui microphone saja. Ini terasa seperti pertunjukan orgen tunggal saja.
instrumen
tradisi dengan tangga nada non diatonis, maka dalam pertunjukan saat
membawakan
lagu
atau
dendang akan terjadi pemaksaan atau penyesuaian antara saluang dengan orgen. Atau boleh dikatakan saling mengalah. Misalnya, ketika mendendangkan
Pertunjukan saluang orgen
dendang-dendang
Beberapa pencandu bagurau
ratok, maka jelas di sini saluang
saluang
sangat
menyukai
dominan
berfungsi,
dendang
tidak
pertunjukan
begitu bagurau
sedangkan orgen hanya mengiringi
dengan
atau
dengan
beranggapan ada beberapa etika dan
seperlunya saja. Sebaliknya, ketika
suasana pagurauan dalam saluang
lagu atau dendang yang dinyanyikan
dendang (tradisi/klasik) yang hilang.
berasal dari lagu dangdut atau lagu
Misalnya, pendendang lebih suka
pop yang bertempo cepat, maka di
mendendangkan dendang gembira
sini yang berperan kuat adalah
dan lagu dangdut yang mengundang
orgen, sedangkan saluang hanya
keinginan untuk berjoget. Bisa juga
mengikuti sekedarnya saja, atau
karena para pendendang tersebut
menyesuaikan
saluang
orgen.
Mereka
69
tidak begitu menguasai dendang-
dimainkan oleh satu orang. Dalam
dendang ratok, sehingga dendang-
pertunjukannya
dendang ratok jarang ditampilkan,
menyertakan 2-3 orang penyanyi
sedangkan
perempuan yang disebut dengan
bagi
para
pagurau
dendang tradisi/klasik, mereka lebih
suling
bambu
biduan.
suka menikmati dendang-dendang
Suling kapel/tapel disebut
ratok dengan teks-teks pantunnya
juga dengan suling pemimpin yang
yang
berfungsi sebagai pembawa melodi
disampaikan
secara
halus
dalam bentuk sindiran. Suasana ini
utama.
mereka anggap tidak ditemukan
dinyanyikan selalu diawali oleh
dalam pagurauan saluang orgen.
suling
Bagitu juga etika dengan adanya
pengiring yang disebut juga dengan
tampilan
berjoget
antara
Setiap
kapel,
lagu
yang
sedangkan
suling
suling kapalo pangilo (Zainuddin,
pendendang dengan penonton, atau
2005),
sesama penontonnya, yang ini tidak
memainkan melodi yang
pernah dilakukan dalam pagurauan
dengan
klasik.
melodi-melodi yang dibawakan oleh
suling
suling
dasarnya
kapel.
juga sama
Bedanya,
suling kapel lebih variatif. Artinya
3. Suling Bambu Kibor Ensambel
pada
bambu
adalah sebuah genre musik tradisi yang berkembang, khususnya di daerah Siulak, kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Instrumentasinya terdiri dari: (1) 2 buah suling kapel atau disebut juga dengan suling tapel (berukuran kecil); (2) 5-6 buah suling pengiring (berukuran besar); (3) 1 buah tambur (hasil modifikasi seniman setempat), (4) 1 buah tamburin. Masing-masing alat musik
ada
keleluasaan
bervariasi
bagi
peniup suling kapel. Sementara melodi-melodi
yang
dimainkan
dengan suling pengiring adalah melodi pokok lagu saja, karenanya semua peniup suling pengiring harus mampu memainkan melodi dalam satu garis melodi yang sama, tanpa ada variasi oleh seorang pun di antara mereka.
Oleh karena itu,
disebut dengan suling pengiring. Suling kapel merupakan oktaf dari suling pengiring. Panjang suling 70
cm,
Lagu-lagu itu dapat dinyanyikan
diameter dua (2) cm, sedangkan
oleh satu orang penyanyi atau
ukuran suling kapel setengah dari
bersama-sama. Lirik lagu berbentuk
ukuan suling pengiring.
pantun
pengiring
sekitar
Gendrang
28-30
dan
tambur
yang
dilafalkan
dalam
bahasa Kerinci.
sebagai alat musik perkusi berfungsi sebagai pembawa ritme. Tambur merupakan alat musik modifikasi. Pada badan tambur dipasang pula dua buah simbal kecil yang disebut cer, sebuah ketuk dari kayu seperti cow-bell, dan sebuah corong yang terbuat dari lempengan logam atau seng plat--menyerupai bell atau genta.
Sementara
Penampilan suling bambu di Koto Baringin Siulak, Kabupaten Kerinci
gendrang Suling bambu sudah ada di
berbentuk frame drum dengan suara mendekati
wilayah
menengah
(middle), sedangkan suara tambur berada pada wilayah rendah (low).
Siulak sejak paroh pertama abad 20 (Harissman,
1989),
tetapi
baru
berupa suling saja. Penambahan gendrang dan tambur terjadi sekitar
Suling
bambu
memiliki
beberapa lagu tradisinya antara lain: Hati Mabuk, Barinde I, Barinde II, Burung Ae,
dan Ritam Manih
(Harissman, 1989). Lagu-lagu ini dinyanyikan dalam tempo lambat dengan karakter melodi melankolik. Di
samping
memainkan
itu,
juga
lagu-lagu
dapat
tahun
1934
Belanda Selain
saat itu,
oleh
orang-orang
menjajah ada
Kerinci.
pula
yang
berpendapat, bahwa suling bambu baru ada di Siulak sekitar tahun 1960-an. Akan tetapi yang jelas, suling bambu merupakan musik tradisi ikon masyarakat Kerinci.
bertempo Tradisi
cepat (riang) dari rabab pasisie (Minang) seperti lagu Ginyang.
suling
bambu
mengalami “perkembangan” baru yang
lebih
mengarah
pada 71
kecenderungan trend selera para
main ke nada dasar/tonika yang
anak
dengan
lainnya.
(kibor).
lainnya adalah lagu-lagu dimainkan
simbol
yang bertempo cepat dan lagu-lagu
musik modern dan pendukung selera
dangdut, sehingga rasa musik suling
anak muda. Kibor berfungsi sebagai
bambu tradisi bergeser menjadi
pembawa melodi dan juga sebagai
lagu-lagu gembira bertempo cepat,
instrumen
dan dangdut.
muda,
memasukkan Kibor
yaitu keyboard
dianggap
sebagai
pengiring
(akord).
Dengan masuknya kibor terjadi pula perubahan pada
yang
Suling bambu disajikan pada
yang
acara khitanan, hari besar Islam, 17
sudah
Agustus, pesta perkawinan, dan
memasukkan lagu-lagu yang bersifat
hajatan pemuda. Khusus pada pesta
dinyanyikan,
lagu-lagu
Kecenderungan
antara
lain
gembira dan bertempo cepat serta
perkawinan dan hajatan pemuda
lagu-lagu dengan beat dangdutan.
suling bambu yang ditampilkan
Suling bambu pun turut berubah
lebih pada umumnya adalah yang
sebutan dengan nama: suling bambu
menggunakan kibor.
kibor.
suling bambu kibor terasa lebih
Pertunjukan
dalam
menarik dan sangat digandrungi
ansambel suling bambu ternyata
oleh anak-anak muda. Biasanya bila
belum sepenuhnya dapat menjawab
malam
kebutuhan
musiknya
Masuknya
bambu
kibor
selera
kibor
keterbatasan
musik.
masih terhadap
Suling
bertambah
larut,
juga
sajian
bertambah
mengalami
‘bersemangat’ dengan membawakan
lagu-lagu
lagu-lagu yang bertempo cepat dan
yang dimainkan. Hal ini tampak dari
beat
lagu-lagu yang dinyanyikan hanya
sudah
dimainkan pada dasar yang sama,
goyangan yang semakin menarik
karena alat musik suling bambu
perhatian
(kapel dan kapalo pangilo) yang
Pertunjukan bisa dilakukan hingga
digunakan hanya memiliki satu
larut malam.
dasar
saja,
sehingga
dangdutan. mulai
Penyanyi
pula
para
pun
melakukan
penonton.
kecil
kemungkinan untuk pindah posisi 72
Mekipun demikian, beberapa
dendang, karena para pendendang
grup suling bambu masih setia
tidak lagi tertarik mempelajari dan
mempertahankan tradisinya—tanpa
menguasai dendang-dendang ratok.
kibor. Misalnya grup suling bambu
Dendang-dendang
“Mik Buganti” dari Koto Beringin.
dianggap tidak masuk dalam daftar
Grup ini memang rata-rata pemain
dendang-dendang
dan penyanyinya sudah berumur
didendangkan
(setengah baya), tetapi mereka tetap
saluang orgen.
setia dengan tradisi suling bambu dengan
lagu-lagu
Menurut
mereka
tradisinya. lebih
ratok
justru
yang dalam
Kasus
yang
bagurau
mirip
juga
terjadi pada suling bambu kibor
baik
yang lebih mengutamakan lagu-lagu
bermusik tanpa bermasalah seperti
yang bertempo cepat atau gembira
yang terjadi pada pertunjukan suling
dan lagu-lagu beat dangdutan dalam
bambu kibor yang dapat saja terjadi
setiap
kesalah pahaman antar pemuda
lagu-lagu jenis itulah yang cocok
karena
dalam pertunjukan suling bambu
asyiknya
menikmati
penampilan suling bambu kibor.
daya tarik bagi anak-anak muda.
Masuknya
keyboard
ke
dalam saluang dendang pada satu ia dapat menawarkan bentuk hiburan dari
saluang
Bahkan,
kibor, sehingga ia dapat menjadi
III. PENUTUP
baru
pertunjukannya.
pertunjukan
dendang.
bagurau
Akan
tetapi,
beberapa nilai tradisi dan kekuatan dari bagurau saluang dendang juga turut bergeser bahkan hilang oleh
Akan
tetapi,
perkembangan
ini
seperti membunuh suling bambu tradisi,
karena
bambu
tradisi
tidak
termasuk
sebagai
lagu
yang
menarik
dinyanyikan
lagu-lagu
dalam
suling
pertunjukan
suling bambu kibor. Persoalan
mendasar
yang
saluang orgen. Etika dan suasana
ditemukan
bagurau,
laun
keyboard dengan saluang dendang,
dendang-dendang ratok bisa saja
dan penggabungan keyboard dengan
hilang
suling bambu
bahkan
dari
lambat
pagurauan
saluang
dari
penggabungan
adalah terjadinya 73
pemaksaan nada pada tangga nada yang digunakan, yakni berorientasi ke tangga nada diatonis. Dendang dan
lagu-lagu
mengalami
tradisi
penyesuaian
akan dengan
diatonis, karena nada-nada keyboard sudah bersifat permanen.
KEPUSTAKAAN Desmawardi. 2001. “Saluang Dangdut: Bagurau Gaya Rantau Minangkabau di Pariaman Sumatra Barat”, Tesis S2, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Ediwar.
2002. “Seni Pertunjukan Indonesia (Genre Seni Pertunjukan Melayu Minangkabau)”, Buku Ajar, Padangpanjang: STSI.
Harissman. 1989. “Suatu Studi Terhadap Suling Bambu,
Salah Satu Alat Musik Tradisional di Desa Siulak, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.”Penelitian Akademi Seni Karawitan Indonesia, Padangpanjang. Sastra, Andar Indra. 1999. “Basaluang dalam Bagurau Cerminan Budaya Konflik”, Tesis S2, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yulia, Astuti. 2007. “Fungsi Saluang Dangdut dalam Konteks Upacara Baralek Kawin pada Masyarakat Kanagarian Balimbiang, Kabupaten Tanah Datar.” Skripsi. Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Padangpanjang. Zainuddin. 2000. Alat Musik Seruling Bambu di Desa Siulak, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci (Tinjauan Organologis),” Penelitian Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padangpanjang.
74