1| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016
STUDI KOMPARASI PASAR TERNAK BAYONGBONG DENGAN PASAR TERNAK WANARAJA KABUPATEN GARUT Oleh : A. M. Soleh, D. Sungkawa*), B. Waluya *) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Di Kabupaten Garut terdapat dua pasar ternak yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja yang menjadi pusat distribusi ternak berskala regional dengan tujuan mempermudah produsen dan konsumen untuk bertransaksi. Kedua pasar ternak mengalami perkembangan yang berbeda dari tingkat keramaian dan tingkat pemasaran dimana Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul. Tujuan penelitian ini adalah : 1) memperoleh gambaran tentang lokasi Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 2) mengetahui aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 3) mengetahui komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja; 4) mengetahui fasilitas pasar di Pasar Ternak Bayongbong dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Analisis data dengan persentase dan uji beda t-test. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan keruangan. Sampel penelitian terdiri dari 40 konsumen dan produsen pada sampel wilayah yang diambil secara insidental. Hasil penelitian menunjukan bahwa lokasi Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja dari variabel penelitian yang diujikan. Rekomendasi berupa realisasi dan revitalisasi pembangunan Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja, penyediaan zonasi khusus untuk ternak besar di Pasar Ternak Bayongbong dan penyediaan zonasi khusus ternak unggas di Pasar Ternak Wanaraja agar keberadaannya berkembang dan tetap terjaga.
Kata kunci: Pasar Ternak Domba, Komparasi, Lokasi, Aksesibilitas, Fasilitas Pasar
*) Penulis Penanggung Jawab
2| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016
ABSTRACT
Garut district has a livestock market which become a livestock distribution centre of regional scale to facilitate the producer and livestock consumer in the transaction. Livestock market which become the primary node of livestock distribution in Garut district are Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. Based on Disnakkanla marketing datas, from the level of the crowd and livestock marketing, Bayongbong Livestock Market tends to be superior. That phenomenon is interesting to be studied with comparative analysis. The aim of this study are: 1) to gain an overview of Bayongbong Liivestock Market place and Wanarja Livestock Market place; 2) to know the accessibility of Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 3) to know the livestock commodities of livestock in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market; 4) to know the market facilities in Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market. The method used in this study is descriptive comparative method. The approach used for this study is spatial approach. The data analysis in this study is in the form of percentage analysis and t-test different test. The sample of this study are 40 consumers and producer in region sample which taken with incidental sampling. The result shows that the location of Bayongbong Livestock Market is adjacent than Wanaraja Livestock Market from several research variables test. The recomendation are realization and revitalization of Bayongbong Livestock Market and Wanaraja Livestock Market, provide special zonation for cattle in Bayongbong Livestock Market and provide special zonation for aves in Wanaraja Livestock Market for depelovement and existention both of them.
Keywords: Livestock, Comparative, Location, Accessibility, Livestock Market Facilities
PENDAHULUAN Kabupaten daerah
usaha
Garut
terkenal
peternakan
sebagai
domba
domba tersebut didukung oleh kondisi alam
yang
Garut yang cocok untuk perkembangbiakan
banyak dikelola oleh petani. Berdasarkan
ternak domba, juga terintegrasi oleh adanya
data Disnakkanla Tahun 2014, jenis ternak
budaya beternak domba di kalangan petani.
domba populasinya sudah mencapai 1,2 juta
Ternak domba bagi para petani merupakan
ekor dengan rata-rata tingkat pertumbuhan
simpanan harta yang sewaktu-waktu dapat
4% per tahun yang tersebar merata di 42
diuangkan dengan mudah karena harganya
kecamatan yang ada di Kabupaten Garut
yang relatif murah. Sesuai dengan pendapat
(BPS Garut, 2014). Besarnya populasi
Atmadja (1979:61), “Fungsi ternak domba
3| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 dan kambing bagi petani, yang paling
Permasalahan di atas perlu dianalisis
menonjol yaitu sebagai usaha sambilan atau
secara geografis untuk mengetahui lebih
tambahan pendapatan dan sebagai tabungan
mendalam
yang sewaktu-waktu dapat diuangkan”.
membedakan kedua pasar ternak tersebut.
Aktivitas perniagaan
ternak domba
difasilitasi Pemda Garut melalui Perda Kabupaten Garut No. 12 Tahun 2002 tentang “retribusi pemakaian pasar hewan dan pemeriksaan kesehatan hewan/ternak di dalam dan di luar pasar” yang kemudian diubah dengan Perda Kabupaten Garut No. 9 Tahun 2011 tentang “retribusi jasa usaha”.
Dalam
variabel
penelitian
pengkajian
lainnya
ini
yang
difokuskan
komparasi
pada
variabel
lokasi,
aksesibilitas, komoditas, dan fasilitas di masing-masing pasar ternak. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat memberi bahan masukan dalam perencanaan pembangunan pasar ternak di masa yang akan datang. Tujuan
yang
ingin
dicapai
dari
Adapun implementasi perda tersebut adalah
penelitian ini adalah : 1) memeperoleh
penyediaan lokasi pasar ternak yang dikelola
gambaran tentang lokasi Pasar Ternak
oleh UPTD Pasar Ternak Disnakkanla
Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja; 2)
dengan anggaran yang berasal dari APBD.
mengetahui
Di Kabupaten Garut sendiri terdapat enam
Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja; 3)
pasar ternak. Dua diantaranya adalah pasar
mengetahui komoditas ternak di Pasar
ternak besar milik pemerintah daerah yang
Ternak
menjadi pusat distribusi ternak di Kabupaten
Wanaraja; 4) mengetahui fasilitas pasar di
Garut. Pasar Ternak Tersebut adalah Pasar
Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak
Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak
Wanaraja.
Wanaraja. Bila diperhatikan secara sepintas di lapangan, kondisi kedua pasar ternak masih
tergolong
sederhana.
Namun,
perbedaan terlihat dari ramainya pasar pada jumlah ternak masuk di kedua pasar tersebut. Pasar Ternak Bayongbong lebih tinggi
jumlah
dibandingkan
Pasar
pemasarannya Ternak
bila
Wanaraja.
Perbedaannya cukup tinggi walaupun jadwal operasi pasarnya berbeda.
aksesibilitas
Bayogbong
Sebagaimana
dan
Pasar
Pasar
dikemukakan
Ternak
Ternak
oleh
Abdurrachmat, et al., (1997:57) bahwa, “pasar adalah tempat dimana penjual dan pembeli
bertemu
untuk
mengadakan
transaksi dengan menggunakan alat tukar (uang
misalnya)”.
Kemudian,
menurut
Sariyun, et al., (1994:20), “pasar diartikan sebagai tempat orang menjajakan atau menjual
barang
dagangannya
secara
bersama-sama dengan pedagang lain, baik secara kontinyu atau tidak”.
4| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 Adapun definisi pasar ternak, menurut Disnakkanla Kabupaten Garut adalah
sebagai
(2014:4)
“Pasar
berikut:
ternak
adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya”.
Selanjutnya,
tingkat
merupakan tempat bertemunya penjual dan
aksesibilitas antara lain dapat dipengaruhi
pembeli
oleh
dengan
adanya
pembeli
secara
perhubungan, ketersediaan berbagai sarana
langsung dan biasanya ada proses tawar-
perhubungan termasuk frekuensi dan tingkat
menawar, bangunan biasanya terdiri dari
keamanan serta kenyamanan untuk melalui
pancuh, galar dan dasaran terbuka yang
jalan tersebut (Tarigan, 2008:78). Dengan
dibuka oleh pengelola pasar. Kebanyakan
demikian,
menjual ternak besar, ternak kecil dan
dengan kemudahan melakukan transportasi.
transaksi
serta ditandai penjual
dan
unggas. Pasar dibagi ke dalam kelompokkelompok yang responsif terhadap hal yang berbeda sepeti harga, spesifikasi/kualitas ternak,
pengiklanan,
pengecer
dan
sebagainya”.
jarak,
kondisi
aksesibilitas
Ketersediaan variabel
jalan,
lain
erat
komoditas yang
prasarana
kaitannya
merupakan
akan
menentukan
ramainya aktivitas perdagangan pasar. Hal ini sebagaimana yang digariskan Alma (2004:105),
“Pasar
yang
menyediakan
Pasar merupakan tempat sentral yang
barang yang bervariasi dan lengkap tentunya
melayani kebutuhan penduduk. Christaller
akan menarik banyak konsumen untuk
(Sumaatmadja,
menjelaskan
berbelanja. Konsumen atau pembeli dapat
bahwa: “Tempat lokasi yang sentral adalah
membeli barang apapun yang dibutuhkannya
tempat
parisipasi
dan merupakan keuntungan tersendiri bagi
manusia dalam jumlah maksimum, baik bagi
pedagang”. Selain itu, menurut Tarigan
mereka
aktivitas
(2007:131), “Adalah menjadi sifat manusia
pelayanan, maupun yang menjadi konsumen
untuk berusaha mendapatkan barang yang
dari
diinginkan dalam batas waktu tertentu
yang
yang
1988:122)
memungkinkan
terlibat
barang-barang
dlam
pelayanan
yang
dihasilkan”.
dengan harga yang semurah mungkin”.
Sebagai tempat sentral, pasar harus memiliki
tingkat
aksesibilitas
yang
memadai. Hubungan atau interaksi antar tempat dapat dicapai baik menggunakan sarana transportasi umum, tradisional, atau
Dengan adanya ketersediaan komoditas dalam
jumlah
banyak
dan
bervariasi,
konsumen tidak perlu lagi mencarinya ke lokasi lain. Sehingga akan meminimalisisr biaya transport dan waktu.
jalan kaki (Pasya, 2006 : 111). Menurut
Kemudian, ketersediaan dan kondisi
Tarigan (2008:78), “Tingkat aksesibilitas
fasilitas pendukung dipasar juga dapat
5| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen
responden diambil dengan cara insidental
dan konsumen untuk berkunjung ke pasar.
sampling. Tahap pengolahan dan analisis
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
data meliputi dua tahap yaitu tahap analisis
Alma (2004:105), “Agar pasar banyak
kualitatif dan tahap analisis kuantitatif,
dikunjungi
oleh
pengunjung,
maka
untuk mengetahui kecenderungan jawaban
diperlukan
fasilitas
pendukung
seperti
responden terhadap kondisi di lapangan
tempat parkir, WC/MCK, tempat sampah, mushola, telepon umum, dan bank. Lokasi fasilitas-fasilitas
pendukung
sebaiknya
digunakan persentase dan Uji Beda T-Test. HASIL DAN PEMBAHASAN
saling berdekatan agar dapat memudahkan
Kondisi
pengunjung
Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja
untuk
menjangkau
fasilitas
tersebut sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pasar tersebut”. Dengan demikian,
kelengkapan
fasilitas
pasar
merupakan variabel yang mempengaruhi minat konsumen untuk berkunjung ke pasar. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, angket, studi dokumentasi, dan literatur. Populasi terdiri dari populasi wilayah dan populasi responden. Populasi wilayah adalah seluruh pasar ternak yang terdapat di Kabupaten Garut. Sedangkan populasi responden adalah seluruh pelaku pasar di pasar ternak. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari dua sampel wilyaha yaitu Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja. Adapun sampel responden terdiri dari 40 responden konsumen dan 40 responden produsen pada tiap-tiap pasar yang menjadi sampel. Pengambilan sampel
Lokasi
Secara
Pasar
geografis
Ternak
Pasar
Ternak
Bayongbong terletak di koordinat 7o 15’ 12” LS, dan 107o 49’ 17” BT, pada ketinggian 955 mdpl. Berlokasi di Jalan Anyar Pasar Andir, Kampung Andir, Desa Mulya Sari, Kecamatan Bayongbong. Jarak Pasar Ternak Bayongbong dari pusat Kabupaten Garut yakni
±14
km.
Lokasi
Pasar
Ternak
Bayongbong juga berada di tengah-tengah lingkungan peternak khususnya peternak domba. Lokasinya mudah diakses karena berdampingan dengan Terminal Andir, Pasar Andir, dan Pasar Simpang. Adapun Pasar Ternak Wanaraja, secara geografis, berada pada koordinat 7o 10’ 25” LS, dan 107o 59’ 04” BT, pada ketinggian 735 mdpl. Jarak Pasar
Ternak
Wanaraja
dari
pusat
Kabupaten Garut yakni ±12 km. Berlokasi di Jalan Talaga Bodas, Kampung Kudang, Desa Wanajaya, Kecamatan Wanaraja. Pasar Ternak Wanaraja berdekatan dengan Kantor Dinas Pertanian Wanaraja.
6| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 Pasar Ternak Bayongbong sebagian
daerah yang menjadi komplementer Pasar
besar (67,5 %) dijangkau oleh konsumen
Ternak Bayongbong lebih besar jumlahnya
yang datang dari lokasi lebih dari 15 km.
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
Sedangkan Pasar Ternak Wanaraja sebagian
daerah
besar hanya dijangkau oleh konsumen yang
Wanaraja. Penduduk di sekitar Pasar Ternak
jarak tempuhnya kurang dari 15 km. Dari
Bayongbong sendiri yang terdiri dari 18
hasil sampling terhadap 40 konsumen, di
desa yaitu sejumlah 93.237 jiwa, sedangkan
Pasar Ternak Bayongbong 26 konsumen
penduduk di sekitar Pasar Ternak Wanaraja
berasal dari luar kabupaten, 14 dari dalam
yang terdiri dari 9 desa yaitu 44.083 jiwa.
kabupaten. Untuk Pasar Ternak Wanaraja, 30 konsumen berasal dari dalam kabupaten dan
10
konsumen
berasal
dari
luar
komplementer
Pasar
Ternak
Kondisi Aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja
kabupaten. Frekuensi kunjungan, sebagian
Aksesibilitas adalah kemudahan untuk
besar konsumen berkunjung ke Pasar Ternak
mencapai suatu lokasi baik karena adanya
Bayongbong setiap 4 dan 8 kali dalam satu
jaringan dan rute transportasi atau karena
bulan. Dan konsumen di Pasar Ternak
kedetakan suatu lokasi layanan dengan
Wanaraja berkunjung antara 1 dan 2 kali
lokasi
dalam satu bulan.
aksesibilitas ini akan menjadi daya tarik bagi
Jarak Tempuh
Pasar Ternak Bayongbong
%
Pasar Ternak Wanaraja
penduduk.
Faktor
konsumen untuk. Untuk menuju kedua pasar
Tabel 1 Jarak Tempuh Konsumen No
konsentrasi
ternak tersebut, perlu adanya akses jalan %
yang baik yang dapat dilalui oleh kendaraan konsumen dan produsen. Sehingga akan
1 2
>5 km 6-8 km
2 3
5 7,5
14 7
17,5
3
9-12 km
2
5
6
15
berkunjung dengan waktu tempuh yang
4
13-15 km
6
15
4
10
dapat diperkirakan.
5
>15 km
27
67, 5
9
22,5
40
100
40
100
Jumlah
35
Sumber : Penelitian 2015
menimbulkan
kenyamanan
untuk
Tabel 2 Waktu Tempuh Konsumen No
Jarak Tempuh
1
< 10 mnt
2
Pasar Ternak Bayongbong
%
Pasar Ternak Wanaraja
%
2
5
15
37,5
15-20 mnt
3
7,5
10
25
3
25-30 mnt
8
20
6
15
4
>35 mnt
27
67,5
9
22,5
40
100
40
100
Lokasi pasar harus strategis dari segi kedekatannya dengan lokasi pemukiman penduduk. Hal tersebut dapat menjadi pendukung
terhadap
keberadaan
pasar.
Mengenai jumlah penduduk yang bemukim di sekitar pasar, jumlah penduduk pada
Jumlah
Sumber : Penelitian 2015
7| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 Mengenai waktu tempuh, konsumen
Bayongbong.
Sedangkan
Pasar
Ternak
yang berada di Pasar Ternak Bayongbong
Wanaraja tidak dilalui oleh rute transportasi
sebagian besar menempuh waktu lebih dari
umum. Namun faktor rute kendaraan umum
35 menit untuk menuju pasar. Sedangkan
dan ketersediaan sarana perhubungan tidak
konsumen yang berada di Pasar Ternak
menjadi permasalahan karena sebagian besar
Wanaraja
konsumen
konsumen menggunakan kendaraan pribadi
bervariasi namun sebagian besar kurang dari
berupa mobil dan motor. Terdapat juga
35 menit.
moda transportasi mobil omprengan di Pasar
waktu
tempuh
Mengenai jaringan jalan, jaringan jalan yang menuju Pasar Ternak Bayongbong terdiri dari Jalan Raya Bayongbong, Jalan Anyar
Pasar
Andir,
Jalan
Simpang
Ternak
Bayongbong
da
Pasar
Ternak
Wanaraja.
Selain itu, di Pasar Ternak
Wanaraja
masih
ditemukan
moda
transportasi delman.
Bayongbong, dan Jalan Pasar Andir. Kondisi
Pemilihan jenis kendaraan disesuaikan
jalannya kurang baik karena dalam kondisi
dengan jumlah komoditas yang dibeli.
rusak berbatu dan berlubang. Sedangkan
Konsumen pada Pasar Ternak Bayongbong
jalan yang menuju Pasar Ternak Wanaraja
rata-rata membeli ternak sejumlah 4-10
terdiri atas Jalan Raya Wanaraja dan Jalan
ekor. Sedangkan konsumen di Pasar Ternak
Talaga Bodas. Kondisi jalannya dalam baik
Wanaraja membeli ternak rata-rata dalam
berupa jalan hotmik. Adapun mengenai
jumlah
prasarana
operasional
perhubungan,
Pasar
Ternak
1-2
ekor. yang
Mengenai
digunakan
biaya
konsumen
Bayongbong berdekatan dengan Terminal
untuk mengangkut komoditas ternak, di
Andir sehingga mudah dijangkau oleh
Pasar Ternak sebagain besar konsumen yang
konsumen dari berbagai lokasi.
menggunakan
Sedangkan untuk konsumen yang ada di
No
Nama Pasar Ternak
Cara Konsumen Menuju Pasar
Jumlah
Persenta se (%)
1
Pasar Ternak Bayongbong
Naik Kendaraan
40
100
-
-
Pasar Ternak Wanaraja
Naik Kendaraan
34
85
Jalan Kaki
6
15
2
pribadi
mengeluarkan biaya lebih dari Rp. 30.000.
Tabel 3 Cara Konsumen Menuju Pasar
Jalan Kaki
kendaraan
Sumber : Penelitian 2015
Pasar Ternak Wanaraja, biaya operasional rata-rata kurang dari Rp. 30 .000. Selain itu ada
juga
konsumen
di
Pasar
Ternak
Wanaraja yang tidak mengeluarkan biaya operasional karena cukup ditempuh dengan
Pasar Ternak Bayongbong dilalui oleh
berjalan kaki.
rute transportasi umum. Ada dua kendaraan umum
yang
melintasi
Pasar
Ternak
Ketersediaan Komoditas di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja
8| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 Ketersediaan komoditas dalam jumlah
disandarkan berdasarkan jumlah, kualitas,
yang banyak serta bervariasi, akan menjadi
varietas/spesifikasi, dan harga. Untuk Pasar
daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk
Ternak
mengunjungi
karena
mendapatkan nilai rata-rata 140,00 dengan
konsumen akan mendapatkan kepastian
simpangan baku 13,292. Sedangkan untuk
terhadap komoditas yang diinginkannya
Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai
pada suatu lokasi tanpa harus mencari lagi di
rata-rata 129,25 dengan simpangan baku
lokasi lain. Kertesediaan komoditas ternak
6,801.
pasar.
Hal
ini
di Pasar Ternak Bayongbong setiap jadwal pasar sejumlah 700-1000 ekor, sedangkan ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja sejumlah 200-250 ekor. Ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak
Bayongbong
didukung
oleh
banyaknya jumlah populasi ternak domba pada
daerah-daerah
yang
menjadi
komplementernya. Selain itu, para produsen pada tingkat bandar lebih banyak berpusat di Pasar Ternak Bayongbong dengan rata-rata setiap bandar membawa 5-10 dan 15-20 ekor ternak. Adapun ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Wanaraja juga didukung oleh daerah komplementernya namun dengan jumlah populasi ternak domba yang lebih sedikit. Keberadaan produsen pada tingkat bandar pun lebih
Bayongbong,
Kondisi
Fasilitas
respon
di
konsumen
Pasar
Ternak
Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja Kondisi
dan
kelengkapan
fasilitas
pendukung juga akan menjadi daya tarik bagi konsumen dan produsen untuk berpusat pada suatu lokasi pasar. Berdasarkan data dari Disnakkanla Garut dan dari hasil observasi, terdapat perbedaan kondisi dan kelengkapan fasilitas pasar yang terdapat di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja.
Pasar
Ternak
Bayongbong
memiliki kondisi dan kelengkapan fasilitas pendukung yang lebih baik daripada Pasar Ternak Bayongbong. Hal tersebut membuat Pasar Ternak Bayongbong menjadi lebih kondusif
sebagai
pusat
pemasaran
komoditas ternak.
sedikit di Pasar Ternak Wanaraja dengan
Kemudian bila melihat respon kepuasan
rata-rata setiap bandar membawa antara 1-4
konsumen terhadap kondisi dan kelengkapan
dan 5-10 ekor ternak.
fasilitas pendukung, yang dimiliki pada
Kemudian bila melihat respon kepuasan konsumen terhadap komoditas ternak yang ditawarkan
pada
masing-masing
pasar
terdapat perbedaan. Kepuasan konsumen
masing-masing pasar terdapat perbedaan. Kepuasan
konsumen
disandarkan
berdasarkan keamanan, kebersihan pasar, tempat istirahat dan makan, mushola, parkir
9| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 kendaraan, fasilitas keswan, peneduh pasar,
melayani dan mempermudah konsumen dan
tambatan ternak, dan fasilitas toilet/WC.
produsen yang berada di sekitar kecamatan-
Untuk Pasar Ternak Bayongbong, respon
kecamatan terdekat. Pasar Ternak Wanaraja
konsumen
rata-rata
juga jauh dari pusat Kabupaten. Lokasinya
128,78 dengan simpangan baku 17,108.
berdekatan dengan fasilitas umum yang
Sedangkan untuk Pasar Ternak Wanaraja
tidak dapat mendukung terhadap keberadaan
mendapatkan nilai rata-rata 94,88 dengan
pasar karena hanya berdekatan dengan
simpangan baku 21,603.
bangunan-bangunan sekolah dan kantor
mendapatkan
nilai
Lokasi Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja
dinas
pertanian.
Walaupun
lokasinya
berdekatan dengan Puskeswan Wanaraja, namun hal tersebut tidak menjadi daya tarik
Lokasi Pasar Ternak Bayongbong sangat
tersendiri bagi Pasar Ternak Wanaraja.
strategis berdasarkan posisinya yang berada
Jumlah populasi penduduk di daerah-daerah
di tengah-tengah pusat distribusi ternak
yang menjadi komplementer pun lebih
Kabupaten Garut. Lokasinya mempermudah
sedkit bila dibandingkan dengan jumlah
konsumen dan produsen untuk mengunjungi
populasi
dan berpusat di Pasar Ternak Bayongbong.
daerah-daerah yang menjadi komplementer
Walaupun jauh dari pusat kabupaten, namun
Pasar Ternak Bayongbong. Hal tersebut
Pasar Ternak Bayongbong dekat dengan
terlihat pada tingkat keramaian pasar yang
fasilitas umum pendukung yakni Terminal
tidak terlalu ramai bila dibandingkan dengan
Andir, Pasar Andir, dan Pasar Simpang.
Pasar Ternak Bayongbong.
penduduk
yang
berada
pada
Selain itu, lokasinya juga berdekatan dengan daerah-daerah komplementer yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Keberadaan
Aksesibilitas Pasar Ternak Bayongbong
Terminal Andir sangat mendukung untuk
dan Pasar Ternak Wanaraja
menarik para konsumen yang berasal dari luar kabupaten untuk berpusat di Pasar Ternak Bayogbong. Hal tersebut menjadikan pemasaran komoditas ternak menjadi ramai dibandingkan pasar ternak lainnya yang ada di Kabupaten Garut. Adapun lokasi Pasar Ternak Wanaraja, lokasinya cukup strategis karena dapat
Aksesibilitas
menuju
Pasar
Ternak
Bayongbong memberikan kemudahan bagi konsumen dan produsen dari arah utara dan selatan untuk mendatangi pasar. Hal tersebut karena didukung dengan adanya tiga ruas jalan penghubung dan satu jalan provinsi. Walaupun tiga ruas jalan penghubung dalam kondisi kurang baik karena berbatu dan
10| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016
berlubang. Hal tersebut berdampak pada
tidak menjadi perhatian karena konsumen
jarak tempuh yang rata-rata lebih dari 35
dan produsen sebagian besar menggunakan
menit. Kemudian didukung dengan dekatnya
kendaraan
pasar ternak dengan Terminal Andir yang
berupa kendaraan mobill. Motor, dan truk.
menjadi simpul rute transportasi. Namun
Sedangkan kendaraan omprengan berupa
rute transportasi dan ketersediaan sarana
mobil dan moda transportasi delaman.
transportasi tidak menjadi perhatian karena konsumen dan produsen sebagian besar menggunakan kendaraan mobil pribadi, dan beberapa ada yang menggunakan kendaraan
aksesibilitas
menuju
Pasar
Ternak Wanaraja memberikan kemudahan bagi konsumen dan produsen yang berada tidak jauh dari pasar ternak dengan jarak tempuh yang rata-rata kurang dari 35 menit. Prasarana tranportasi berupa jalan desa (Jalan
Talaga
dengan
jalan
Bodas)
Kendaraan
pribadi
Komoditas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja Ketersediaan komoditas ternak di Pasar Ternak Bayogbong dalam satu hari pasar
mobil omprengan. Adapun
pribadi.
yang
kecamatan
terhubung
(Jalan
Raya
Wanaraja). Akses jalan yang langsung menuju lokasi pasar ternak hanya Jalan Talaga Bodas, dan tidak dilalui oleh rute transportasi umum. Namun hal tersebut
yakni 700-1000 ekor. Hal tersebut didukung dengan banyaknya produsen tingkat bandar besar yang berpusat di Pasar Ternak Bayongbong.
Rata-rata
para
produsen
mebawa ternak untuk diperdagangkan antara 5-10 dan 15-20 ekor ternak. Daerah yang menjadi
komplementer
Bayongbong
memiliki
Pasar
Ternak
jumlah
populasi
ternak yang besar. Adapun asal ternak berasal dari wilayah Garut Utara dan Selatan.
11| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016
Gambar 1 : Peta Jangakauan Pemasaran Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia dan Hasil Penelitian 2015
Sedangkan ketersediaan ternak di Pasar
ternak
yang
ditawarkan
Pasar
Ternak
Ternak Wanaraja dalam satu hari pasar
Bayongbong memiliki nilai rata-rata 140,00
yakni 200-250 ekor ternak. Hal tersebut
dengan simpangan baku 13,292. Sedangkan
karena jumlah produsen pada tingkat bandar perorangan dan peternak perorangan lebih banyak berpusat di Pasar Ternak Wanaraja. Rata-rata produsen membawa ternak dengan jumlah 1-4 dan 5-10 ekor ternak. Asal ternak berasal dari daerah kecamatan-kecamatan terdekat di sekitar Pasar Ternak Wanaraja. Kemudian bila melihat respon konsumen dalam
hal
komoditas
tingkat
kepuasan
terhadap
dari
segi
jumlah,
varietas/spesifikasi, kualitas, dan harga
untuk
Pasar
Ternak
Wanaraja
mendapatkan nilai rata-rata 129,25 dengan simpangan baku 6,801. Dari perolehan nilai tersebut, terlihat bahwa konsumen memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi terhadap komoditas yang tersedia di Pasar Ternak Bayongbong. Fasilitas Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja Mengenai ketersedian fasilitas yang tersedia di Pasar Ternak Bayongbong dan Pasar Ternak Wanaraja berdasarkan data yang diperoleh dari Disnakkanla Garut dan
12| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 dari
hasil
observasi,
Pasar
Ternak
perbedaan yang menunjukan Pasar Ternak
Bayongbong memiliki ketersediaan fasilitas
Bayongbong
yang lebih lengkap dengan kondisi yang
dibandingkan
baik.
Wanaraja.
Hal
tersebut
tentunya
dapat
mendukung
terdadap
keamanan
dan
kenyamanan konsumen dan produsen untuk
paling
menonjol
di
Pasar
Dengan
Ternak
Bayongbong adalah dengan adanya peneduh pasar yang dapat menciptakan kondisi yang lebih
nyaman
karena
terlindungi
dari
pengaruh perubahan cuaca. Kemudian di Pasar
Ternak
terdapat
Bayongbong
fasilitas
mushola
juga
telah
yang
dapat
digunakan pengunjung untuk menunaikan ibadah
sholat.
Kemudian
yang
paling
menonjol adalah dari segi ketersediaan fasilitas tambatan ternak yang lebih banyak. Adapun untuk mengetahui lebih jelas mengenai
perbedaan
ketersediaan
dan
kondisi fasilitas, fasilitas yang menjadi perhatian
adalah
keamanan,
kebersihan
pasar, tempat istirahat dan makan, mushola, parkir kendaraan, fasilitas keswan, peneduh pasar,
tambatan
toilet/WC.
ternak,
Untuk
Bayongbong,
dan
Pasar
respon
fasilitas Ternak konsumen
mendapatkan nilai rata-rata 128,78 dengan simpangan baku 17,108. Sedangkan untuk Pasar Ternak Wanaraja mendapatkan nilai rata-rata 94,88 dengan simpangan baku 21,603.
Dengan
demikian,
terdapat
unggul
dengan
fasilitasnya
Pasar
Ternak
KESIMPULAN
berpusat di Pasar Ternak Bayongbong. Ketersediaan fasilitas pendukung yang
lebih
pemaparan
di
atas,
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Pasar Ternak Bayongbong lebih unggul dibandingkan dengan Pasar Ternak Wanaraja. Keunggulan tersebut terlihat dari hasil komparasi respon dan hasil obseravasi secara
langsung.
Terlihat
sejumlah
keunggulan yang dimiliki Pasar Ternak Bayongbong terhadap variabel penelitian. Sehingga Pasar Ternak Bayongbong dapat dikatakan sebagai simpul utama distribusi dan pemasaran ternak domba di Kabupaten Garut. Rekomendasi yang dapat diberikan adalah berupa revitalisasi pasar ternak baik di Pasar Ternak Bayongbong maupun Pasar Ternak Wanaraja. Hal tersebut ditujukan agar lebih memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi produsen dan konsumen. Perlu dilakukan upaya agar failitas pasar dapat sesuai dengan standar kementerian pertanian dan peternakan. Khusus bagi Pasar Ternak Wanaraja, agar lebih ramai, dapat menambah jenis komoditas yang diperjualbelikan berupa ternak unggas.
13| Antologi Geografi, Volume 4, Nomor 1, April, 2016 DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Sumber Dokumen
Abdurachmat, I. dan Maryani, E. 1997. Geografi Ekonomi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.
Badan Puat Statistik (BPS) Kabupaten Garut. 2014. Kabupaten Garut.
Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan Keenam, Bandung : Alfabeta.
Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakkanla) Garut. 2014. Kabupaten Garut.
Atmadja, Jeff Mustopha dan Karwapi, E. 1979. Peternakan II. Jakarta: CV Kurnia Esa
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Garut No. 12 Tahun 2002
Pasya, Gurniwan Kamil. 2006. Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi. Cetakan ke 3. Bandung: Buana Nusantara Sariyun, Y. et al., (1994). Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Jawa Barat (Studi Kasus Masyarakat Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional. Cetakan ke 4. Jakarta: Bumi Aksara. Tika, Moh. Pambundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Cetakan ke 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Garut No. 9 Tahun 2011