EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
STUDI KARAKTER EKOLOGI NEMATODA ENTOMOPATOGEN HETERORHABDITIS ISOLAT LOKAL MADURA Achmad Djunaedy. Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo
Abstract Biological management has an important role in the basict conept of integrated pest management. Diversity of madura local isolate of entomopathogen nematode could be emploiyed as a basict in biological mangement This research aimed to examine the morphological characteristics of madura local isolate of entomopathogen nematode (NEP heterorhabditis) including pathogenity, telerance to temperature, humidity and pH. Complete randomized design emploiyed consisted of four treatments and three replications. Result revealed that the mortality because of Heterorhabditis at concentration of 62 IJ/m, 620 IJ/m dan 6200 IJ/m was 100%. Three isolates having high pathogenity were Geger, Kadur and Arosbaya. The pathogenity of NEP heterorhabditis at temperature and pH optimum from the lowest to the highest respectivelly were Geger (LC 50 = 2.90 IJ/ml), Kadur (LC 50 = 4.25 IJ/ml),and Arosbaya (LC 50 = 8.85 IJ/ml). Key words: local isolate, Heterorhabditis, Macrotermes sp
PENDAHULUAN
yang jelas kecuali pada saat pohon akan mati yang ditunjukkan oleh perubahan warna daun.
Macrotermes sp. merupakan jenis
Kerugian yang diakibatkan oleh serangan
rayap yang bersarang dalam tanah, yang
rayap ini sangat besar, di perkebunan kelapa
banyak mengandung bahan kayu yang telah
sawit PT perkebunan IV Torgamba, dari 7.282
mati atau membusuk, atau bahan organik lain
ha atau 983.740 tanaman kelapa sawit yang
yang mengandung sellulosa. Rayap tanah
berumur 6-11 tahun, ditemukan sebanyak
Macrotermes sp. merupakan hama tanaman
10.674 tanaman yang terserang rayap
perkebunan yang penting. Tanaman-tanaman
chenon et al., 1993). Sedangkan rayap tanah
perkebunan yang banyak diserang oleh rayap
Macrotermes
tanah ini umumnya adalah tanaman tahunan
kerusakan
Heterorhabditidae merupakan parasit yang efisien bagi serangga-serangga yang hidup di
dan Coptotermes curvignathus, rayap tanah C.
tanah atau pada stadia tertentu hidup dalam
curvignathus dapat menimbulkan kematian inang.
Pohon
tidak
Nematoda entomopatogen dari genus
yang
ditimbulkan oleh rayap tanah Macrotermes sp
pada
serangannya
(Nandika et al., 1999).
(Nandika et al., 1999). dari
sp.
menimbulkan kematian pada tanaman inang
contohnya kelapa, karet, dan kelapa sawit
Ditinjau
(De
yang
terserang
tanah, memiliki virulensi yang tinggi terhadap
C
inangnya, membunuh inangnya dengan cepat
curvignathus tidak menunjukkan gejala awal
(24–48 jam), (Sulistyanto dan Ehlers, 1996),
1
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
dengan demikian berpotensi dimanfaatkan
dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas
untuk
Trunojoyo mulai bulan Januari sampai bulan
pengendali
hayati
serangga
hama
tanaman sebagai pengganti insektisida sintetik
Agustus 2006.
yang
Bahan dan Alat Penelitian
telah
diketahui
banyak
berdampak
negatif, seperti resistensi, resurjensi, matinya serangga
bukan
sasaran
(musuh
Bahan
yang
digunakan
dalam
alami),
penelitian ini adalah rayap tanah Macrotermes
mencemari dan merusak lingkungan termasuk
sp. , yang ditemukan disekitar tanaman
fauna penyusun struktur ekosistem.
penaung (pohon sono, sawo kecik, mahoni,
Selanjutnya di dalam aplikasi NEP
dan jati) di
kampus Universitas Trunojoyo,
sebagai pengendali hayati tidak lepas dari
nematoda
faktor-faktor lingkungan (fisis) pembatasnya
media bedding, media BSA, media NA,
yang berpengaruh pada aktivitas nematoda itu
Galleria mellonella, kertas filter, kayu randu,
sendiri, toksisitas maupun virulensinya, yaitu
alkohol 70%, air steril, dan tissue.
kelembaban, intensitas ultra violet (UV) juga
entomopatogen
Alat-alat
yang
Heterorhabditis,
digunakan
dalam
temperatur. Seperti dikemukakan oleh Brown
penelitian ini paralon plastik, autoklaf, laminar
dan Gaugler (1997) bahwa pada temperatur
flow,
o
inkubator,
timbangan,
mikroskop
25 C juvenil infektif dari S. carpocapsae sudah
binokuler, gelas arloji, pinset, jarum ose,
mulai
terjadi
saringan ukuran 15 µm dan 30 µm, pipet
penurunan kelembaban relatif dari 100%
ependrof 1000 µm, cawan hitung, erlenmeyer,
mati,
demikian
juga
jika o
menjadi 75%, dan pada suhu 25 C tersebut
orbital shaker, dan tangki semprot.
dapat menghambat keluarnya juvenil infektif Karakteristik Nematoda Entomopatogen
dari ulat ngengat lilin yang telah mati. Keadaan yang demikian ini (aplikasi
Penetrasi Nematoda Entomopatogen
entomopatogen) secara umum diperkuat oleh
ke dalam sistem pencernaan serangga inang
Maddox, (1992) banyak fakta bahwa sebagai
dimulai sejak 2 hari sampai 6 hari setelah
agens hayati entomopatogen menunjukkan
inokulasi (Cut et al., 1993).
variasi terhadap karakter biologi maupun
Mekanisme infeksi dan patogenisitas nematode
ekologi, seperti kekhususan inang, persistensi dalam
lingkungan
ataupun
entomopatogen
temperatur
dalam
serangga
inang
merupakan faktor-faktor yang menunjukkan
optimalnya.
spesifikasi inang dari nematoda ini. Invasi dan evasi terhadap ketahanan inang merupakan
METODOLOGI PENELITIAN
tahapan penting dalam proses patogenik.
Penelitian ini dilaksanakan dikebun
Kemampuan
Fakultas Pertanian dan Laboraturium Hama
2
nematoda
untuk
melakukan
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
penetrasi kedalam haemocoel serangga dengan
diulang 3
pelepasan enzim proteolitik merupakan salah
varian untuk mengetahui perbedaannya.
satu faktor spesifik dalam hubungan timbal
kali dan dilakukan analisa
Selanjutnya NEP yang lolos hidup
balik nematoda-serangga. Faktor spesifik lain
dari
adalah kemampuan nematoda untuk melawan
patogenesitasnya (LC 50) pada 100 ekor
ketahanan internal serangga yang berupa
rayap tanah dan diulang 3 kali pada
senyawa antibakteri.
konsentrasi 62 IJ/ml, 620 IJ/ml, 6200
Toksin dan enzim
temperatur
optimal
diuji
ekstraseluler merupakan faktor virulensi yang
IJ/ml.
dilepaskan oleh nematode untuk menyerang
diperoleh, kemudian dianalisa probit.
serangga inang (Simoes et al., 1996).
serangga
uji
yang
c. Toleransi terhadap kelembaban Suspensi NEP dengan kepadatan dari
a. Uji patogenesitas Dari uji karakteristik seberapa jauh Nematoda
Mortalitas
dalam
petridish yang dialasi dengan kertas saring
kemampuannya mencari inang sehingga
sampai seluruh permukaan kertas saring
akan diamati tingkat mortalitasnya selama
basah
24 jam (LC 50) dengan konsentrasi 62
100%).
IJ/ml,
dan
sampai diperoleh tingkat kelembaban uji,
diperlakukan pada serangga rayap tanah
90%, 80% 70%dan 60% pada suhu
masing-masing 100 ekor di ulang 3 kali.
optimum yang diperoleh dari eksperimen
Data mortalitas dianalisis probit.
b. Kemudian diamati tingkat mortalitas
620
Entomopatogen
hasil uji patogenesitas diletakkan pada
IJ/ml,
6200
IJ/m
NEP
Dari 13 isolat yang diperlakukan, diambil
(diperoleh
tingkat
Selanjutnya
dari
kelembaban
dikeringanginkan
masing-masing
tingkat
kelembaban uji, diulang 3 kali. Masing-
isolat terbaik yang paling toksik.
masing perlakuan kelembaban diberikan b. Toleransi terhadap temperatur
pada 100 ekor rayap tanah.
Suspensi NEP dengan kepadatan dari hasil
NEP
uji patogenesitas diletakkan
yang
lolos
hidup
dari
kelembaban uji diuji patogenesitasnya (LC
pada petridish dengan ketinggian suspensi
50) pada 100 ekor rayap tanah dan diulang
1 mm. Selanjutnya didedahkan pada
3 kali pada konsentrasi 62 IJ/ml, 620 IJ/ml,
beberapa temperatur uji yaitu 15 oC, 20 oC
6200 IJ/m. Mortalitas serangga uji yang
, 25 oC dan 30 oC selama 24 jam. Selama
diperoleh, kemudian dianalisa probit.
itu ketinggian suspensi dipertahankan dengan menambahkan larutan Ringer’s. Kemudian diamati tingkat mortalitasnya,
3
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
dilakukan pada rayap tanah, dari ketiga belas
d. Toleransi terhadap pH Suspensi NEP dengan kepadatan
isolat
yang
didapat
tingkat
persentase
akibat
perlakuan
hasil uji patogenesitas dibuat dengan
mortalitas
kondisi suasana pH dari asam sampai
nematode entomopatogen seperti terlihat pada
basa, yaitu 5, 6, 7, 8, 9 dan diinkubasikan
Tabel 1.
selama 24 dan 28 jam, pada suhu optimum
(eksperimen
b.)dan
rayap
tanah
Mortalitas rayap tanah diamati akibat
pada
perlakuan
Heterorhabditis
menimbulkan
kelembaban optimum (eksperimen c.)
pengaruh yang nyata pada mortalitas rayap
Kemudian diamati tingkat mortalitas NEP
tanah
dari masing-masing tingkat pH, diulang 3
Mortalitas rayap tanah (Macrotermes sp.) yang
kali dan dilakukan analisa varian untuk
ditimbulkan oleh Heterorhabditis sebesar 50
mengetahui perbedaannya.
% sampai 100 % (Tabel 1).
Selanjutnya NEP yang lolos hidup
pada
Tabel
masing-masing
1,
konsentrasi.
menunjukkan
bahwa
dari masing-masing tingkat pH ditentukan
perlakuan 62 IJ/m memberikan perbedaan
tingkat patogenitasnya (LC 50) dengan
untuk masing-masing lokasi dimana pada
konsentrasi uji 1, 0,5, 0,25 dan 0,125 kali
perlakuan tersebut isolat Geger memberikan
konsentrasi suspensi pada serangga uji G.
%tase tertinggi sebesar 80 %, diikuti oleh
mellonella. Diulang 3 kali dengan masing-
isolat kadur 70 % dan Arosbaya 75 % dan
masing serangga
ulangan uji.
digunakan
Selanjutnya
10
ekor
terendah Isolat Blega serta Sokobanah 50 %.
dari
data
Pada
perlakuan
620
IJ/m
memberikan
mortalitas serangga uji yang diperoleh
perbedaan
dilakukan analisa probit (Finney, 1971).
mortalitas 100 % diikuti kadur dan Isolat
Pengujian dilakukan terhadap masing-
Arosbaya
masing isolat yang diperoleh.
perlakuan 6200 IJ/m memberikan perbedaan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimana
Isolat
masing-masing
nyata
antara
Geger
80
%.
masing-masing
tingkat
Untuk
isolat
dimana isolat Geger memberikan tingkat
Karakteristik Nematoda Entomopatogen
mortalitas tertinggi sebanyak 100 %. Dari 13
Uji Patogenesitas
isolat yang ada, Isolat geger menunjukkan
Penetrasi Nematoda entomopatogen
tingkat mortalitasnya tertinggi terhadap rayap
kedalam system pencernaan serangga inang
tanah pada semua perlakuan diikuti oleh isolat
dimulai sejak dua hari sampai enam hari
Arosbaya dan Kadur.
setelah
inokulasi.
Dari
penelitian
yang
4
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
Tabel 1. Persentase mortalitas rayap tanah pada berbagai konsentrasi (IJ/ml) selama 24 jam Persentase mortalitas rayap
Lokasi
62 IJ/ml
620 IJ/ml
6200 IJ/ml
Arosbaya
75 a
80 a
90 cb
Geger
80 dc
100 c
100 c
Galis
60 b
75 ba
85 b
Kadur
70 bc
80 b
90 cb
Proppo
60 b
75 ba
90 cb
Blega
50 a
75 ba
90 cb
Pakong
60 c
70 b
90 cb
Guluk guluk
60 b
70 a
85 ba
Saronggi
50 a
70 a
80 a
Ambunten
60 b
70 a
90 cb
Sokobanah
50 a
70 a
80 a
Ketapang
55 a
70 a
80 a
Sepulu
55 a
70 a
80 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%
LC50 NEP Heterorhabditis terhadap
Toleransi Terhadap Temperatur
serangga uji G. Melonella dapat dilihat pada
Dari hasil mortalitas ke tiga tertinggi
Tabel 2., LC50 Isolat Geger sebesar 1.67 lebih
di Aplikasikan untuk perlakuan berikutnya,
kecil dibandingkan isolat Kadur (2.15) maupun
sehingga akan diperoleh hasil yang terbaik
isolat Arosbaya (15.96), hal ini berarti bahwa
untuk ketiga Isolat yaitu Geger, Arosbaya dan
isolat Geger lebih toksik dibanding isolat
Kadur sehingga diharapkan akan menjadi
Kabur maupun isolat Arosbaya.
isolat yang benar toksik terhadap pengendalian rayap. Temperatur merupakan salah satu
Tabel 2. LC 50 terhadap serangga uji G. Melonella
faktor pembatas terhadap perkembangan dan
Isolat
LC 50 (IJ/ml)
daya serang NEP terhadap inangnya, sehingga
Geger
1.67
perlu diuji tentang temperatur berapa NEP
Kadur
2.15
dapat bertahan hidup apabila di aplikasikan
Arosbaya
15.96
dilapangan nantinya. terlihat pada Tabel 3.
5
Dari hasil penelitian
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
Tabel 3. Persentase mortalitas NEP Heterorhabditis Akibat perlakuan temperatur (°C) Persentase mortalitas NEP Heterorhabditis Lokasi
10 °C
15 °C
20 °C
25 °C
30 °C
Geger
100 a
100 a
40 b
20 b
37 b
Arosbaya
100 a
100 a
44 ab
32 a
57 a
Kadur
100 a
100 a
53 a
27 ab
55 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5% Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa perlakuan
mortalitasnya semakin turun dimana Isolat
temperatur tidak memberikan suatu pengaruh
geger 20%, isolat pakong tertinggi 32%. Pada
yang nyata pada temperatur 10°C dan 15°C
suhu 30°C tingkat mortalitas mengalami
karena semua NEP Heterorhabditis mati
kenaikan untuk isolat Geger 37 terendah,
semua karena suhu yang sangat dingin, seperti
tertinggi
diketahui jenis NEP Heterorhabditis hidupnya
Berdasarkan hasil pengamatan Temperatur di
pada suhu agak panas. Pada temperatur 20°C
Laboratorium suhu 25°C merupakan suhu yang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
ideal untuk jenis NEP Heterorhabditis. Hal ini
Dari ketiga isolat terlihat isolat geger tingkat
mendekati
mortalitasnya yang rendah 40% dan tertinggi
perkembangan nematoda entomopatogen yaitu
isolat Kadur 53%.
23°C (Simoes dan Rosa, 1996).
Pada suhu 25°C tingkat
pada
Isolat
temperatur
Arosbaya
optimum
57%.
bagi
Tabel. 4. Mortalitas rayap tanah pada berbagai lokasi hasil uji temperatur pada berbagai konsentrasi setelah 24 jam aplikasi Persentase mortalitas rayap Perlakuan 62 IJ/ml 620 IJ/ml 6200 IJ/ml Geger
76.67 a
94,67 b
100 a
Kadur
74.00 a
91,67 ba
100 a
Arosbaya
77.00 a
87,33 a
100 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5% Pada Tabel 4. terlihat tingkat mortalitas pada
mortalitas tertinggi diperoleh lokasi Geger
konsentrasi 62 IJ/ml memberikan persentase
94,67% tidak berbeda nyata dengan lokasi
tertinggi pada lokasi Arosbaya 77.00% namun
kadur dan berbeda nyata dengan lokasi
tidak berbeda yang dengan lokasi Geger dan
Arosbaya. Semakin tinggi konsentrasi yaitu
kadur. Sebaliknya pada konsentrasi 620 IJ/ml
6
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
sebanyak 6200 IJ/ml mengakibatkan rayap
ISSN 0216-0188
Toleransi Terhadap Kelembaban. Aplikasi NEP dengan kepadatan dari
mati 100%.
hasil uji diletakkan pada petridisk yang dialasi
LC50 terhadap serangga uji rayap tanah Macrotermes dapat dilihat pada Tabel 5., LC50
dengan
Isolat
permukaan kertas saring basah (diperoleh
Geger
sebesar
1.13
lebih
kecil
kertas
saring
tingkat
isolat Arosbaya (24.15), hal ini berarti bahwa
dikeringanginkan sampai diperoleh tingkat
isolat Geger lebih toksik dibanding isolat
kelembaban uji, 90%, 80% 70% dan 60% pada
Kabur maupun isolat Arosbaya.
suhu optimum yang
Geger
1.13
Kadur
17.00
Arosbaya
24.15
Selanjutnya
diperoleh dari hasil
percobaan temperatur. Mortalitas dari masing-
Tabel 5. LC 50 terhadap rayap tanah Macrotermes pada temperatur optimum LC 50 (IJ/ml)
100%).
seluruh
dibandingkan isolat Kadur (17.0) maupun
Isolat
kelembaban
sampai
masing percobaan terhadap ke 3 isolat terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Mortalitas NEP Heterorhabditis akibat perlakuan kelembaban (rh) Lokasi
Persentase Mortalitas NEP Heterorhabditis rh=90
rh=80
rh=70
rh=60
Geger
0a
15 a
73 a
80 a
Arosbaya
0a
28 b
80 b
97ab
Kadur
0a
40 c
85 b
100 b
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5% Dari Tabel 6 di atas kelembaban merupakan
dan 60
faktor pembatas terhadap NEP Heterorhabditis
Menurut Arik (2004) kelembaban yang rendah
dimana pada kelembaban 90 tingkat mortalitas
akan menyebabkan NEP tidak mampu untuk
0%, semakin rendah kelembaban mortalitas
bergerak karena kelembaban yang teramat
semakin tinggi, dimana pada kelembaban 70
kering dan menimbulkan kematian bagi NEP.
7
mortalitas hampir mencapai 100%.
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
Tabel. 7. Mortalitas rayap tanah pada berbagai lokasi hasil uji kelembaban pada berbagai konsentrasi setelah 24 jam aplikasi Perlakuan
Persentase mortalitas rayap 62 IJ/ml
620 IJ/ml b
6200 IJ/ml
Geger
81,33 c
100
100
b
Kadur
73,33 b
83,33 a
91,67 a
Arosbaya
68.00 a
83.00 a
90,33 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5% Tabel 8. LC 50 terhadap rayap tanah Macrotermes pada temperatur dan kelembaban optimum
Dari hasil uji kelembaban terhadap rayap tanah terlihat pada Tabel 7, dimana pada uji Heterorhabditis pada konsentrasi 62 IJ/ml, 620 IJ/ml dan 6200 IJ/ml mortalitas rayap tanah tertinggi pada Isolat Geger 81,33%, 100% dan 100% dan berbeda nyata dengan
Isolat
LC 50 (IJ/ml)
Geger
1.35
Kadur
1.43
Arosbaya
3.12
semua perlakuan. Sedangkan mortalitas yang terendah diperoleh pada Isolat Arosbaya
Toleransi Terhadap pH
sebesar 68.00%, 83.00% dan 90.33% dan tidak
Suspensi NEP dibuat dengan kondisi
berbeda nyata dengan Isolat Kadur.
suasana pH dari asam sampai basa, yaitu 5, 6,
LC50 terhadap serangga uji rayap tanah
7, 8, 9 dan diinkubasikan selama 24 dan 28
Macrotermes dapat dilihat pada Tabel 8., LC50 Isolat
Geger
sebesar
1.35
lebih
jam, pada suhu optimum yang diperoleh dari
kecil
eksperimen kelembaban 90 dan temperatur
dibandingkan isolat Kadur (1.43) maupun
250C seperti yang terlihat pada Tabel 9.
isolat Arosbaya (3.12), hal ini berarti bahwa isolat Geger lebih toksik dibanding isolat Kabur maupun isolat Arosbaya.
8
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
Tabel 9. Persentase mortalitas NEP Heterorhabditis akibat perlakuan pH selama 24 jam. Persentase mortalitas NEP Heterorhabditis
Lokasi
pH=5
pH=6
pH=7
pH=8
pH=9
Geger
100a
53a
13a
2a
18a
Arosbaya
100a
70b
20b
13b
27b
Kadur
100a
46a
19b
10b
13a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5% Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa
yaitu
pH=8,
sehingga
nematoda
pH memberikan pengaruh yang sangat nyata
entomopatogen
terhadap mortalitas NEP Heterorhabditis,
(Simoes dan Rosa, 1996). Begitu pula
dimana
mortalitas
menurut Arik (2004), tingkat mortalitas
mencapai 100% untuk semua isolat, semakin
terendah yang dilakukan pada lapang pada pH
kearah basa tingkat mortalitasnya semakin
7,17.
asam
pH
5
tingkat
dapat
bertahan
dilapang
rendah. Dimana pada pH 8 tingkat mortalitas
Dari hasil uji lanjut kepada pH
untuk masing-masing isolat terlihat bahwa
terhadap mortalitas rayap tanah pada Tabel 10
Isolat Geger memberikan tingkat mortalitas
dimana konsentrasi 62 IJ/ml, 620 IJ/ml dan
terendah 2%, diikuti oleh Isolat kadur 10%,
6200 IJ/ml
dan isolat Arosbaya mencapai 13%. Hal ini
tertinggi 71,33%, 95.33 % dan 100% serta
karena kondisi ini merupakan basa merupakan
berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Isolat Geger memberikan nilai
pH optimum bagi nematoda entomopatogen Tabel.10. Persentase mortalitas rayap tanah pada berbagai lokasi hasil uji pH pada berbagai konsentrasi setelah 24 jam aplikasi Perlakuan
Persentase mortalitas rayap 62 IJ/ml
620 IJ/ml
6200 IJ/ml
Geger
71.33 b
95.33 b
100
b
Kadur
65.33 a
79.00 a
86.33 a
Arosbaya
65.00 a
77,33 a
89.67 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%
LC50 terhadap serangga uji rayap tanah
LC50 Isolat Geger sebesar 2.90 lebih kecil
Macrotermes dapat dilihat pada Tabel 11.,
dibandingkan isolat Kadur (4.25) maupun
9
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
isolat Arosbaya (8.85), hal ini berarti bahwa
2. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
isolat Geger lebih toksik dibanding isolat
hendaknya diperhatikan metode aplikasi
Kabur maupun isolat Arosbaya.
dan waktu aplikasi yang tepat.
Tabel 11. LC 50 terhadap rayap tanah Macrotermes pada temperatur, kelembaban dan pH optimum Isolat
DAFTAR PUSTAKA
LC 50 (IJ/ml)
Geger
2.90
Kadur
4.25
Arosbaya
8.85
Aguillera, M.M., N.C. Hodge, R.E. Stall and G.C. Smart, Jr. 1993. Bacterial Symbionts of Steinernema scapterisci. Invert. Pathol. 62: 68-72. Akhrust, R.J. 1980. Morphological and Functional Dimorphism in Xenorhabdus spp. Bacteria Symbiotically Associated with Insect. Pathogenic Nematodes Neoplectana and Heterorhabditis. Dalam Ehlers, R.U., S. Stoessel and V. Wyss. (eds.). The Influence of Phase Variants of Xenorhabdus spp. And Escherichia coli (Enterobacteriaceae) on The Propagation of Entomophatogenic Nematodes of The Genera Steinernema and Heterorhabditis ?. Institute Fiir Phytopathologic. Federal Republic of Germany.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh
beberapa
kesimpulan
sebagai
berikut. 1. 3
(tiga)
isolat
yang
mempunyai
patogenesitas tinggi adalah isolat Geger, isolat Kadur dan isolat Arosbaya.
Anonymous.1997. Termite control. Web Site Dallas (Pest and Termite Control Company). USA.
2. Patogenesitas NEP Heterorhabditis pada temperatur, kelembaban dan pH optimum
Arinana. 2002. Keefektifan Nematoda Entomopatogen Steinernema spp. dan Heterorhabditis indica Sebagai Agens Hayati Pengendali Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
dari yang tertingggi hingga terendah adalah isolat Geger (LC isolat Kadur
(LC
50
= 2.90 IJ/ml),
50
= 4.25 IJ/ml) dan
isolat Arosbaya (LC 50 = 8.85 IJ/ml). Saran 1. Untuk
mengendalikan
Macrotermes
di
rayap
lapang
Boemare, N.E. Lanmond, and H. Mauleon. 1996. The Entomopathogenic Nematodes Complex, Biology, Life Cycle, and Vertebrate Safety. Biocontrol Sci. Technol. 6 : 333 – 346.
tanah
disarankan
menggunakan Isolat Geger.
Boemore, N.E., C. Laumond and H. Mauleon., 1996. The Entomopathogenic Nematode-Bacterium complex,
10
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
and Museum, National University of La Plata Argentina.
Biology Life Cycle and Verterate Safety. Biocontrol Science and Technology. 6: 227-233. Kaya, Chaerani, M., 1996. Nematoda Patogen Serangga. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor. Bogor.
H.K. dan Gaugler, R., 1993. Enthomopathogenic nematodes in Biological control. CRC Press. Boca Rabon Florida.
Kofoid, C.A. 1946. Termite and Termite Control. Second Edition. Longmans and Holtd. London.
De Shenon, D.A. Sipayung, R.A. Lubis dan C.K. Lim., 1993. Pertemuan teknis Pengendalian Rayap. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Nandika, D. dan Y. Rismayadi. 1999. Ancaman Serangan Rayap Tanah Pada Tanaman Perkebunan. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Dhantarayana, W. dan I. Vitarana. 1987. Control of The Livewood Tea Termite Glyptotermes dilatatus Using Heterorhabditis sp. (nematode) Agricultural Ecology and Environmental.
Nandika, D., Surjokusumo dan Y. Rismayadi. 1999. Status Bahaya Serangan Rayap pada Bangunan Gedung di Indonesia. Dalam Nandika, D., Firmanti dan T. Ismail (Eds) Seminar Nasional Pemantapan Sistem Pengendalian Rayap pada Bangunan Gedung. Prosiding. Jakarta.
Ehlers, R.U., S. Stoessel, and V. Wyss. 1990. The Influence of Phase Variants of Xenorhabdus spp. And Escherichia coli (Enterobacteriaceae) on The Propagation of Entomophatogenic Nematodes of The Genera Steinernema and Heterorhabditis. Review. Nematol. 4 : 417-424.
Pearce, M.J., 1997. Termites Biology and Pest Management. CAB International . New York.
___________. and A. Peters. 1995. Entomopathogenic Nematodes in Biological Control : feasibility, perpectives and possible risks. Dalam Hokkanen, H.M.T. and J.M. Lynch (eds.). Biological control : benefit and risks. Cambridge University Press, Cambridge Jarosz, J., 1996. Do antibiotic compound produced in vitro by Xenorhabdus nemathopilus minimize the scondary invasion of insect carcasses by cantaminating bacteria. Nematologyca 42: 367-377.
Poinar,
G.O.Jr., 1990. Nematodes for Biological Control of Insect. CRC. Boca Raton. Florida.
Rakhmawati, D., 1995. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Richards, O.W. and R.G. Davies. 1996. IMMS General Textbook of Entomology Tenth Edition. Vol II. Chapman and Hall. Australia.
Kaya dan Stock. 1997. Techniques in Insect Nematology. Departement of Nematology, University of California USA and College of Natural Sciences
Rismayadi, Y. 2001. Dunia Kehidupan Rayap. Terdapat pada : http://www.google.com. Diakses tanggal 18 Maret 3005
11
Studi Karakter Ekologi ...
1 – 12
(Achmad Djunaedy)
Taruminkeng, R.C., 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) No. 133. Bogor.
Roonwall, A. 1979. Termite Life and Termite Control in Tropical South Asia. Scientific Publisher. Jodhpur. Simoes, N. and J.R. Rose. 1996. Pathogenecity and Host Specify of Entomopathogenic Nematodes. Biocontrol Science and Technology. 6: 403-411
Taruminkeng, R.C., 1992. Biologi dan Prilaku Rayap. Pest Control Indonesia. Bulletin IPPHMI edisi 3: 4-11.
Surjokusumo, S. 1992. Kerugian Pada Bangunan Akibat Serangan Rayap. Pest Control Indonesia. Edisi 3 April 1992. Hal. 12-15
Woodring, J.L. and H.K. Kaya., 1988. Steinernematid and Heterorhabditid Nematodes : A Hand Book of Biology and Techniques. Southern Cooperative Series Bulletin 331. Arkansas Agric. Experiment Station. Arkansas.
Tambunan, B. Dan D. Nandika., 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
12