PENGARUH PENERAPAN IFRS, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2011)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Siti Aliyah Nur Kholishah NIM. 109082000107
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI 1.
Nama
: Siti Aliyah Nur Kholishah
2.
Jenis Kelamin
: Perempuan
3.
Tempat/Tgl Lahir
: Jakarta, 12 Mei 1991
4.
Agama
: Islam
5.
Alamat
: Jl. H. Marzuki No 65/146 rt.006/03 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
II.
6.
Telepon
: 085693099205
7.
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1.
SDN Kebon Jeruk 06 pagi
Tahun 1997-2003
2.
MTs Nurul Huda Cirebon
Tahun 2003-2006
3.
MA N 1 KJ Palmerah Jakarta
Tahun 2006-2009
4.
S1 Ekonomi-Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah JakartaTahun 20092013
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Bendahara OSIS MA N 1 KJ Palmerah Jakarta, periode 2004-2005 2. Ketua Dewan Ambalan Putri, Pramuka MA N 1 KJ Palmerah Jakarta, periode 2004-2005 3. Anggota LSO Dapur Seni angkatan 5 (2011) FST UIN Syarif Hidayatullah
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: H. Achmad Baidlowi
2. Tempat Tanggal Lahir
: Brebes, 12 Desember 1939
3. Ibu
: Hj. Latifah
4. Tempat Tanggal Lahir
: Cirebon, 11 Februari 1954
vi
5. Alamat
: Jl. H. Marzuki No. 65/146 Rt. 006/03 Kebon Jeruk Jakarta Barat
6. Telepon
: 021- 23707865
7. Anak ke dari
: 4 dari 4 bersaudara
V. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Workshop menulis cerpen “Kupas Tuntas Rahasia Menulis Cerpen”, 25 Juni 2008. 2. Talkshow Narkoba “Make Your Life Without Drugs”, 8 Juni 2008. 3. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009. 4. Pelatihan Manajemen Kualitas Diri (MKD) oleh BEMF Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 5. Visit Company PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 13 Oktober 2009. 6. Peserta Olympiade Ekonomi Syariah, Jakarta 4-8 Februari 2009. 7. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2010. 8. Seminar “Understanding The New Roles of Internal Audit in Detecting & Preventing Fraud” dan Visit Company ”Ernst & Young” oleh SPA FEUI Universitas Indonesia, 15 & 24 November 2010. 9. Peserta Training Organitation”We Are The Next Leader” oleh BEMF FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 7 Mei 2011. 10. Workshop
Komputer
Akuntansi
dengan
Menggunakan
Zahir
Accounting Edisi Standar 5.1, oleh HIMAS STAN, Jakarta 17 Maret 2012.
vii
The Effects of Implementation of IFRS, Client Size, Profitability and Complexity on The Audit Delay ABSTRACT This research purposes to check the effects of implementation of IFRS, firm Size, profitability and complexity on The Audit delay. This research used sample of manufacturing industry which is listed in Indonesian Stock Exchange during 2008 to 2011 period. The number of manufacturing industries that were became in his study were 68 companies with 4 year observation. Based on method purposive sampling, research sample total is 272 financial statements. Hypothesis in this research are tested by logistic regression. Result of this research indicates that profitability influences significantly on the audit delay. On the other hand, implementation of IFRS, firm Size, and complexity don’t influence significantly audit delays. Keywords : implementation of IFRS, firm Size, profitability, complexity on The Audit delay
viii
Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kompleksitas terhadap Audit Delay ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2011. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sample penelitian ini sebanyak 68 perusahaan dengan periode pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode penelitian purposive sampling, total sampel penelitian adalah 272 laporan keuangan. Pengujian hipotesis menggunakan teknik regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabiltas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan penerapan IFRS, ukuran perusahaan, dan kompleksitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Kata kunci : penerepan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas, audit delay.
ix
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kehidupan, rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, juga kepada keluarga, sahabat dan umatnya sepanjang zaman. Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kompleksitas terhadap Audit Delay”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi. Penulisan skripsi akan semakin tertunda dan tidak selesai tanpa bantuan semua pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Keluargaku : Abah dan Mimi, yang selalu memenuhi dan mengindahkan jiwa ini Kakak tercinta (yayu atiyah, yayu lala, aa didik, abang Madi), Serta my little Angle Ibrahim&Anwar. Mereka yang selalu ada untuk memberi semangat dan support materil & nonmateril.. dan Love you so much.
2.
Bapak Prof. Azzam Jasin Dr. MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3.
Ibu Wilda Farah, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kesempatan, mencurahkan perhatian dan memberikan banyak masukan untuk kesempurnaan penelitian ini.Terima kasih untuk semuanya kaka.
4.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Dr. Rini, SE, Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6.
Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak.,M.Si selaku sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Bapak Dr. Yahya Hamja, Bapak dosen yang telah membantu kesempurnaan skripsi ini.
8.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmunya.
9.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Sahabat-sahabat yang telah memberikan semangat dan memberikan banyak bantuan dalam penulisan skripsi ini, serta memberi kebahagiaan, keceriaan dan kenangan. Terima kasih Immah Astinia, Dini Utami, Tita Puspitasari, Adi Nugroho, Galih Ihsan, Erik Darmawan. Rosma Alia, Rufiyatun Nufus, Rika, ka Rina, Ka Ria, My lovely Mom mama Arum dan My lovely Sister Ifta Aulia. Thanks full for you All. 11. Sahabat yang jauh disana pipit, juju, dan yayat. Makasih doa dan dukungannya. 12. Sahabat seperjuangan Akun.C dan semua akuntansi angkatan 2009, temanteman dapur seni, sahabat MA N 1 (arip, bintin, maul, ozi, dede dkk), temanteman SD dan Teman yang tidak pernah jumpa tapi selalu memberi sinergi positif 13. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, terimakasih banyak atas segalanya. Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Jakarta, Juni 2013
Siti Aliyah Nur Kholishah
xi
DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................i Lembar Pengesahan Skripsi...............................................................................ii Lembar Pengesahan Ujian Kompre ..................................................................iii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi....................................................................iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................v Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi Abstract .................................................................................................................viii Abstrak.................................................................................................................ix Kata Pengantar ...................................................................................................x Daftar Isi ..............................................................................................................xii Daftar Tabel.........................................................................................................xv Daftar Gambar ....................................................................................................xvi Daftar Lampiran ................................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang Penelitian .........................................................................1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................15 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................15 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................18 A. Landasan Teori..........................................................................................18 1. Laporan Keuangan ............................................................................18 2. Audit dan Tujuan Audit ....................................................................21 a. Audit............................................................................................21 b. Tujuan Audit ..............................................................................25 3. Audit delay ........................................................................................26 4. Penerapan IFRS ................................................................................28 5. Ukuran Perusahaan ...........................................................................36 6. Profitabilitas .....................................................................................38 7. Kompleksitas.....................................................................................42
xii
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Rumusan Hipotesis ................................43 1.
Penerapan IFRS dengan audit delay .................................................43
2.
Ukuran perusahaan dengan audit delay ............................................44
3.
Profitabilitas dengan audit delay ......................................................44
4.
kompleksitas dengan audit delay ......................................................45
C. Hasil Penelitian Sebelumnya.....................................................................45 D. KerangkaPemikiran...................................................................................51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................54 A. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................54 B. Metode Penentuan Sampel........................................................................54 C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................55 D. Metode Analisis Data................................................................................56 1. Definisi Regresi logistik......................................................................56 2. Tahapan Regresi Logistik ...................................................................57 a. Statistik Deskriptif ........................................................................57 b. Pengujian Hipotesis Penelitian......................................................58 1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit).....................58 2) Koefisien Determinan (Nagelkerke R Square)..........................59 3) Menguji Kelayakan Model Regresi ..........................................60 4) Uji Multikolinieritas..................................................................60 5) Matriks Klasifikasi ....................................................................61 6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk...................................61 E. Operasionalisasi Variabel..........................................................................62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................66 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian..............................................66 1. Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................66 2. Deskripsi Sampel Penelitian.................................................................68 B. Hasil Uji Analisis Penelitian .....................................................................71 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif...............................................................71 2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian .............................................................76 a. Hasil Uji kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ....77
xiii
b. Hasil Uji Koefisiensi Determinasi (Nagelkerke R Square)...........78 c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi .............................................79 d. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................80 e. Hasil Uji Matriks Klasifikasi ........................................................81 f. Hasil Uji Regresi Logistik dan Pembahasan.................................83 1) Pengaruh Penerapan IFRS (IFRS) terhadap Audit Delay (AUD) .......................................................................................85 2) Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Audit Delay (AUD) .......................................................................................87 3) Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Audit Delay (AUD)...88 4) Pengaruh Kompleksitas Perusahaan (KOMP) terhadap Audit Delay (AUD) ............................................................................89 BAB V PENUTUP...............................................................................................92 A. Kesimpulan ...............................................................................................92 B. Implikasi....................................................................................................93 C. Keterbatasan .............................................................................................95 D. Saran .........................................................................................................96 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................97 LAMPIRAN.........................................................................................................100
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan
Halaman
1.1 Perbedaan Penelitian .......................................................................................11 2.1 Roadmap Konvergensi IFRS ..........................................................................30 2.2 Perbandingan PSAK dengan IFRS .................................................................33 2.3 Perbedaan Konvergensi, Adaptasi, dan Adopsi ..............................................34 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu..............................................................................46 3.1 Operasional Variabel.......................................................................................65 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ......................................................67 4.2 Sampel Penelitian............................................................................................68 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha ................................................70 4.4 Hasil analisis Statistik Deskriptif Variabel Skala Rasio .................................72 4.5 Deskripsi Data Audit Delay.............................................................................74 4.6 Deskripsi Data Audit Delay IFRS ...................................................................75 4.7 Deskripsi Data Kompleksitas.........................................................................76 4.8 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)...........................................78 4.9 Koefisiensi Determinasi ..................................................................................79 4.10 Kelayakan Model Regresi .............................................................................80 4.11 Matriks Korelasi............................................................................................81 4.12 Matriks Klasifikasi ........................................................................................82 4.13 Koefisiensi Regresi Logistik .........................................................................84 4.14 IFRS ..............................................................................................................86 4.15 Kompleksitas.................................................................................................90 4.16 Ringkasan Hasil Penelitian ...........................................................................91
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan
Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran............................................................................52 3.1 Persamaan Regresi ..........................................................................................61
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
Halaman
1
Data Sampel ................................................................................................101
2
Daftar SAK .................................................................................................117
3
Output SPSS ................................................................................................123
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan go public. Pada periode Januari 2013 perusahaan yang tercatat di http://www.idx.co.id sebanyak 463 perusahaan. Sebelumnya pada Desember 2012 perusahaan yang tercatat sebanyak 460 perusahaan. http://www.idx.co.id merupakan website resmi dari Bursa Efek Indonesia (selanjutnya disebut BEI). Setiap perusahaan yang telah terdaftar di BEI yang merupakan perusahaan go public, diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik yang menyebutkan Laporan tahunan wajib memuat laporan keuangan tahunan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan di bidang akuntansi serta wajib diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
1
Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen sebagai pihak intern perusahaan dan investor atau lainnya sebagai pihak ekstern perusahaan. Sebuah laporan keuangan berperan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan oleh investor yang dapat mempengaruhi going concern perusahaan dan tindak lanjut rencana bisnis yang telah disusun oleh manajemen. Laporan keuangan yang dipublikasikan harus memiliki nilai kredibilitas yang tinggi. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (revisi 2009) menjelaskan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu informasi yang diberikan manajemen harus bersifat informatif dan terbuka atas semua informasi yang dituangkan dalam sebuah laporan keuangan.(Margaretta, 2011:1) Menurut International Accounting Standards Board (IASB) kualitas mendasar (fundamental qualities) dari informasi akuntansi adalah relevansi (relevance) dan penyajian tepat (faithfull presentation). Relevansi (relevance), menunjukan sifat informasi terhadap pengambilan keputusan. Pengambil keputusan akan menggunakan informasi yang relevan dengan area keputusan yang diambil. Selanjutnya, Penyajian tepat (faithfull presentation) mengandung arti bahwa laporan keuangan yang disajikan menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian informasi tersebut akan memberikan manfaat yang nyata, tanpa ada distorsi. (Prihadi, 2012:14-15).
2
Dalam penelitian Margareta (2011:2) Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan berbanding lurus dengan relevansi dan kehandalan laporan keuangan.
Jadi semakin lama suatu perusahaan menerbitkan laporan
keuangannya maka semakin tidak relevan dan tidak handal laporan keuangannya.
Sehingga
manfaat
dari
laporan
keuangan
itu
akan
berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia pada waktunya. Ketepatan waktu publikasi laporan keuangan merupakan salah satu elemen pokok yang harus di perhatikan karena dapat mempengaruhi nilai informasi yang tercantum dalam laporan keuangan tersebut, bahkan manfaatnya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan juga dapat berkurang. Menurut Givoly dan Palmon dalam Aryani (2005) nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor yang penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut. Dalam penelitian Halim (2000), menyebutkan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timelines) menjadi prasyarat utama bagi peningkatan harga saham perusahaan atau emiten tersebut. Disisi lain, auditing merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu sehingga adakalanya pengumuman laba dan laporan keuangan tertunda. Ketertundaan
laporan keuangan ini dapat berdampak
negatif pada reaksi pasar. Makin lama masa tunda, maka relevansi laporan kuangan makin diragukan Lestari (2010). Subekti (2004) menunjukan bahwa pengumuman laba yang terlambat dapat menimbulkan abnormal return negatif sedangkan pengumuman laba yang lebih cepat menunjukan hasil sebaliknya. Hal ini terjadi karena investor pada umumnya menganggap keterlambatan
3
pelaporan keuangan (audit delay-nya >90hari) merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan. (Margareta, 2011:4) Berkaitan dengan tuntutan ketepatan waktu publikasi suatu laporan keuangan yang telah terdaftar di BEI, telah dilakukan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (selanjutnya disebut BAPEPAM dan LK). Dimana BAPEPAM dan LK adalah sebuah lembaga yang berfungsi memberikan pengawasan terhadap pasar modal dan lembaga keuangan. Regulasi ketepatan waktu pelaporan keuangan tertuang pada Peraturan BAPEPAM dan LK No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, BAPEPAM dan LK mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada BAPEPAM dan LK selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jika regulasi dilanggar, maka akan dikenakan sanksi. Sanksi dapat berupa peringatan, sanksi administratif, dan sanksi denda. Regulasi ini dimaksudkan agar perusahaan memberikan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada investor mengenai kondisi perusahaan publik serta dalam rangka mengikuti perkembangan pasar modal global. Namun kenyataannya masih banyak perusahaan yang terlambat menerbitkan laporan keuangan. Utami (2006) dalam penelitiannya menunjukan untuk tahun 2002 masih terdapat 92 emiten yang terlambat publikasi laporan keuangan di media
4
masa. Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal diselesaikan laporan auditor independen, yang kemudian disebut audit delay. Lestari (2010:19) menyebutkan audit delay sebagai rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Misalnya, laporan keuangan tahun 2010 PT. Lion, Tbk. dengan tanggal tutup buku 31 Desember 2010, kemudian pada laporan auditor independennya yang telah ditandatangani tertera tanggal 11 maret 2011. Terhitung sejak 31 Desember 2010 sampai dengan 11 Maret 2011 maka audit delay yang dimiliki PT. Lion, Tbk. adalah 70 hari. Dalam penelitian Utami (2006:20) juga dijelaskan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya menunjukan bahwa audit delay yang terjadi di Indonesia 85 hari. Hasil penelitian Halim (2000) rata-rata audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila dibandingkan dengan diluar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih pendek, yaitu lebih cepat 21,95 hari dibandingkan dengan di Indonesia. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan menunjukan rata-rata audit delay yang berbeda. Ahmad dan Kamarudin (2003) di Malaysia rata-rata audit delay lebih dari 100 hari. Ahmad dan Abidin (2008) di Malaysia rata-rata audit delay sebesar 114 hari. Hasil ini lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yaacob dan Ayoib (2012:171) yang menunjukan rata-rata audit delay di Malaysia 101 hari.
5
Dan beberapa penelitian di Indonesia seperti Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari, Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata sebesar 98,38 hari. Rahmawati (2008) sebesar 76 hari, Kartika (2009) rata-rata audit delay perusahaan LQ 45 sebesar 69 hari. Sedangkan, Lisa dan Tri (2012) menunjukan hasil penelitiannya audit delay sebesar 86 hari ditahun 2009 dan 2010 pada perusahaan LQ45. Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM dan LK, tentu berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan. Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian
audit.
Dalam
penelitian
Margareta
(2011)
dikatakan
keterlambatan informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Karena di dalam laporan keuangan auditan berisi tentang informasi laba yang dihasilkan, maka berdampak kepada keputusan para invenstor untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimilikinya. Artinya informasi laba
dari
laporan
keuangan
yang
di
publikasikan
akan
menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham. Subekti, Imam dan Novi (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang
terlambat
pengumuman
menyebabkan laba
yang
abnormal
lebih
cepat
returns
negatif
menyebabkan
sedangkan hal
yang
sebaliknya. Keterlambatan pelaporan, secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. Oleh karena itu diharapkan manajemen dapat menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan
6
informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi kehandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat handal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Mengingat keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit. Hal ini membuktikan bahwa regulasi
bukanlah
satu-satunya
faktor
yang
dapat
mempengaruhi
lamanya rentang waktu penerbitan suatu laporan keuangan. Oleh karena itu penelitian mengenai audit delay telah banyak dilakukan. Banyak faktor yang mungkin dapat mempengaruhi audit delay pada suatu emiten. Beberapa penelitian mengenai hal ini diantaranya Utami (2006) secara simultan jenis opini auditor, laba/rugi emiten, lamanya menjadi klien KAP, ukuran perusahaan, reputasi auditor, rasio hutang terhadap ekuitas, dan juga jenis industri berpengaruh terhadap audit delay. Secara empiris determinan audit delay meliputi faktor: lamanya emiten menjadi sebuah klien sebuah kantor akuntan publik, emiten mengalami kerugian dalam tahun berjalan, dan laporan keuangan emiten. Yaacob dan Ayoib (2012) melakukan penelitian mengenai audit delay pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Malaysia tahun 2005-2008. Variabel yang digunakan adalah FRS 138 sebagai variabel independen dan 11 variabel kontrol yaitu, ukuran perusahaan, rasio total hutang terhadap total
7
asset, pendapatan tahun berjalan, opini audit, tanggal tutup buku laporan keuangan, jenis industry, kompleksitas operasi (anak perusahaan), reputasi KAP, proporsi komisaris independen, CEO duality, dan persentase bagian kepemilikan. Adanya pemberlakuan adopsi standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku internasional yaitu International Financial Reporting Standard (kemudian disebut IFRS). IFRS adalah standar yang dibuat secara internasional oleh International Accounting Standard Board (IASB) dengan tujuan memberi kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan dunia. Dengan begitu adanya konvergensi ke IFRS ini diduga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi lamanya proses penyelesaian karena mengharuskan auditor untuk menyesuaikan atau beradaptasi dengan standar-standar yang telah berubah. Pengujian pengaruh penerapan IFRS terhadap audit delay telah dilakukan oleh Margareta (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan IFRS Terhadap Keterlambatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian Margaret tersebut menyebutkan bahwa penerapan IFRS tidak memiliki pengaruh signifikan tetapi memiliki arah koefisiesi regresi yang positif. Berarti, jika perusahaan melakukan penerapan IFRS maka cenderung berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Namun, hasil berbeda ditunjukan dalam penelitian
8
Yaacob dan Ayoib (2012) di Malaysia yang menunjukan bahwa penerapan IFRS dan audit delay memiliki pengaruh negatif yang signifikan. Pengujian atas pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay telah dilakukan oleh Owusu dan Ansah (2000), Rahmawati (2008), Kartika (2009), Ferdianto dan Margareta (2011). Hasil penelitian menunjukan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap audit delay. Tetapi hasil penelitian oleh Veny dan Ubaidillah (2005) dan Utami (2006) berbeda atau berlawanan, yaitu menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Perbedaan hasil tersebut membuat peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel ukuran perusahaan terhadap audit delay. Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petrolina (2007), dan Kartika (2009), ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sementara itu menurut pendapat Boyton dan Kell dalam Utami (2006), ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay, yang artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan diaudit semakin besar. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), yang menunjukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Dalam penelitian Halim (2000) bahwa menurut Dyer dan Mc. Hugh perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besarnya nilai perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan yang besar diduga akan
9
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan intensif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitori oleh investor dan pengawas pemodalan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Pengujian atas pengaruh profitabilitas terhadap audit delay telah dilakukan Owusu dan Ansah (2000), Veny dan Ubaidilla (2005), Rachmawati (2008), Kartika (2009), Ferdianto (2011). Hasil penelitian menunjukan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Melihat hasil tersebut peneliti ingin mencoba menguji kembali kebenaran tidak berpengaruhnya profitabilitas terhadap audit delay, Sehingga pada penelitian ini peneliti menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap audit delay. Pada umumnya perusahaan memiliki tingkat operasi yang kompleks. Kompleksitas operasi suatu emiten tingkatannya bergantung pada keberadaan, jumlah dan lokasi unit perusahaan (cabang) serat diverifikasi jalur produk dan pasarnya. Hal ini cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Sehingga dapat juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan publik. Dalam penelitian Ashton et.al dalam Owusu-ansah (2000) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kompleksitas operasi dan perusahaan dengan audit delay.
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian No
Perbedaan
1. Variabel
Peneliti terdahulu
- Owusu-Ansah (ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan, gearing (kecepatan), item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, umur perusahaan) - Veny dan Ubaidillah (tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit, tingkat leverage perusahaan) - Utami (lama menjadi klien, jenis opini audit, rasio hutang terhadap ekuitas, reputasi audit, laba/rugi perusahaan, jenis industri, ukuran perusahaan) Bersambung pada halaman berikutnya
Peneliti -
Peneliti menggunakan variabel penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas.
11
Tabel 1.1 (lanjutan) No
2
Perbedaan
Populasi
Peneliti terdahulu - Rachmawati (Profitabilitas, ukuran perusahaan, Solvabilitas, ukuran KAP, internal audit, timeliness) - Kartika (ukuran opini audit , perusahaan, profitabilitas, Laba / rugi operasi, reputasi auditor) - Ferdianto (ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, opini audit, reputasi KAP) - Margareta (IFRS (International Financial Reporting Standards), ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, opini audit . - Owusu-Ansah (47 Perusahaan Di Zimbabwe) - Veny Dan Ubaidillah (laporan keuangan perusahaan go public tahun 2005 yang telah diaudit yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta)
Peneliti
Perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011
Bersambung pada halaman berikutnya
12
Tabel 1.1 (lanjutan) No
Perbedaan
Peneliti terdahulu
Peneliti
- Utami (Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta tahun 20002002) Rachmawati (Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2005) - Ferdianto (laporan keuangan 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010)
Pada penelitian ini variabel yang digunakan empat variabel bebas atau independen. Variabel penerapan IFRS digunakan karena IFRS merupakan fenomena yang sedang hangat dibicara dalam dunia akuntansi. Kemudian, variabel ukuran perusahaan perusahaan digunakan dalam penelitian ini karena hasil penelitian terdahulu menunjukan hasil yang berbeda-beda, maka peneliti tertarik untuk menguji kembali. Variabel profitabilitas dan kompleksitas digunakan dalam penelitian ini karena hasil penelitian terdahulu mayoritas menunjukkan ketidakadaan pengaruh terdapat audit delay tetapi memiliki hubungan positif. Maka, peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel ini.
13
Populasi yang dipilih pada penelitian ini dalah perusahaan yang dikategorikan industri manufaktur go public dan merupakan emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2011. Pemilihan kategori industri manufaktur karena kategori ini mempunyai populasi industri yang besar, selain itu karena salah satu variabel yang diuji adalah kompleksitas maka manufaktur lebih cocok dibandingkan kategori lain. Melihat pentingnya ketetapan waktu pelaporan keuangan bagi pembuatan keputusan, menjadikan audit delay laporan keuangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat menjadi salah satu objek penelitian yang diteliti. Berdasarkan penjelasan diatas maka diadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan IFRS, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kompleksitas Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 20082011)”
14
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumuasan masalah yang akan yang diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan IFRS memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay? 2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay? 3. Apakah profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay? 4. Apakah kompleksitas perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, peneliti ingin menemukan bukti empiris mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh signifikansi penerapan IFRS terhadap audit delay 2. Untuk menguji pengaruh signifikansi ukuran perusahaan terhadap audit delay 3. Untuk menguji pengaruh signifikansi profitabilitas terhadap audit delay 4. Untuk menguji pengaruh signifikansi kompleksitas terhadap audit delay.
15
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya: 1. Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi pada umumnya, yaitu semoga dapat dijadikan referensi untuk menambahkan pengetahuan para akademisi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 2. Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para auditor pada umumnya, yaitu semoga dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan audit dan untuk menambahkan pengetahuan para auditor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 3. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan semoga dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi audit delay. 4. Kantor Akuntan Publik (KAP) Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay.
16
5. Pemakai laporan keuangan yang telah di audit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referen atau bahan pertimbangan dalam menganalisis laporan keuangan untuk pengambilan keputusan bagi investor, kreditor maupun manajemen. 6. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi informasi dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. 7. BAPEPAM dan LK Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengembangan penyusunan undang-undang ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia.
17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan mempunyai peranan penting karena laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam StandarAkuntansi Keuangan(IAI, 2012:6) disebutkan bahwa laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen : (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode, (b) laporan laba rugi komprehensif, (c) laporan perubahan ekuitas selama periode, (d) laporan arus kas selama periode, (e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.
18
Menurut PSAK No.1 (IAI, 2012:5) tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan
pertanggungjawaban
(stewardship)
manajemen
atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi (1) asset (2) liabilitas (3) ekuitas (4) pendapat dan beban termasuk dan kerugian (5) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (6) arus kas. Adapun karakteristik kualitatif merupakan atribut yang menjadikan infomasi dalam seperangkat laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna. Menurut kerangka, empat prinsip karakteristik kualitatif adalah (Ankarath, 17-19) : a. Dapatdipahami Laporan keuangan harus memberikan informasi yang dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Dengan kata lain, “dapat dipahami” menunjukan kepada informasi yang siap untuk dapat untuk dapat dimengerti oleh pengguna laporan keuangan. b. Relevan Informasi yang diberikan oleh seperangkat laporan keuangan dianggap relevan untuk jika mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dan
19
diberikan tepat waktu guna mempengaruhi pengambilan keputusannya. Relevan menunjukan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan dari pemakai. informasi Informasi memiliki kualita srelevan bilamana mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, membantu mengonfirmasi mengoreksi evaluasi mereka di masa lalu. Agar relevan, informasi paling tidak harus mempunyai dua karakteristik berikut: 1) Nilai prediktif: banyak pengguna laporan keuangan menggunakan informasi historis yang disediakan laporan keuangan untuk memprediksi profitabilitas entitas masa dating, dan arus kasnya. 2) Nilai konfirmastif: banyak pengguna laporan keuangan menggunakan informasi yang disediakan laporan keuangan untuk mengkonfirmasikan ekspektasi mengenai kinerja atau manajemen entitas. c. Dapat Dihandalkan Informasi yang diberikan laporan keuangan mungkin relevan tetapi jika tidak dapat dihandalkan maka dinggap kurang bermanfaat. Menurut kerangka, sebuah informasi menjadi dapat dihandal, maka informasi harus: 1) Bebas dari kesalahan material 2) Netral yaitu bebas dari bias 3) Mewakili transaksi yang jujur dan kejadian lain yang bertujuan untuk mewakili ataupun yang benar-benar diharapkan mewakili kejujuran 4) Melengkapi dalam batasan materialitas dan harga pokok
20
d. Dapatdibandingkan Suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan bila informasi tersebut dapat saling diperbandingkan baik antar periode maupun antar perusahaan. Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi banyak pihak, sehingga ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat dibutuhkan.
2. Audit dan Tujuan Audit a.
Audit Menurut Arens&Beasley (2010:4 )dalam bukunya Auditingand Assurance Services An Integrated Approach pengertian Auditinga dalah: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.” Sedangkan menurut Mulyadi (2008:9) pengertian auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh
dan
mengevaluasibuktisecaraobjektifyangberhubungandenganpernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat.
21
Definisi audit berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept)auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Hubungan antara pernyataan tersebut dengan criteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya denganp ihak-pihak yang berkepentingan.(Halim, 2008:1) Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu (Halim, 2008:1-2): 1) Proses yang sistematis Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir. 2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif Berarti bahwa proses sitematis yang dilakukan tersebut merupakan proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor kemudian mengevaluasi bukti-bukti yang diperoleh. Baik saat penghimpunanya maupun pengevaluasian bukti, auditor harus objektif. Objektif berarti mengungkapkan fakta apa adanya senyatanya, tidak bias, tidak memihak dan tidak berprasangka buruk terhadap individu atau
22
entitas yang membuat representasi tersebut. 3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi Asersi merupakan suatu pernyataan, atau rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan akuntansi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Asersi-asersi meliputi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, laporan operasi internal, dan laporan biaya, maupun pendapatan berbagai pusat pertangggungjawaban pada suatu perusahaan. Jadi, asersi atau pernyataan tentang tindakan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. Proses akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan. 4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence) Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti yang dimakdsudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk kualitatif persentase
maupun
kuantitatif.
pencapaian
Bentuk
penjualan
bila
kuantitatif
contohnya
dibandingkan
dengan
penjualan yang dianggarkan. Bentuk kualitatif contoh kewajaran laporan keuangan.
23
5) Kriteria yang ditentukan Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukuran untuk
mempertimbangkan
(judgement)
asersi-asersi
atau
representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prinsip akuntansi yang berterima umum atau standar akuntansi, aturanaturan spesifik yang ditentukan oleh legislatif atau pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja manajemen. 6) Menyampaikan hasil-hasilnya Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Komunikasi hasil audit tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah kredibilitas representasi atau pernyataan yang dibuat. 7) Para pemakai yang berkepentingan Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui laporan audit, dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut melalui investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintah, manajemen dan publik pada umumnya. Berdasarkan
definisidiatasdapatdisimpulkan
bahwaauditing
merupakanbentukkomunikasi ataskewajaran suatulaporankeuangan perusahaan
sebagaidasarpengambilankeputusanyangdigunakanoleh
24
parastakeholder,terutamainvestor. b. Tujuan Audit Menurut Standard Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) dalam Seksi 110 menyatakan bahwa: “Tujuan auditing atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. Audit
laporan
keuangan
mencakup
penghimpuan
dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang berteriam umum (PABU). (Halim, 2008:5) Audit laporan keuangan dilakukan oleh eksternal auditor biasanya atas permitaan klien atau, kecuali dalam audit laporan keuangan BUMN yang dilakukan oleh BPK atau BPKP.
Audit tersebut buikan atas
permintaan klien, tetapi BPK atau BPKP memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan UU atau peraturan yang ada (Halim, 2008:5). Auditorindependen mempunyai tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan tentanga pakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kesengajaan. Hasil audit akan
25
disajikan dalam bentuk tertulis yang disebut laporan auditor independen.
3. Audit Delay Menurut Dyer & McHugh (dalam Utami, 2006:22), “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’s report”. Selanjutnya menurut Subekti dan Widiyanti (2004:18), audit repot lag merupakan nama lain dari audit delay. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Dyer dan Mc Hugh (dalam Hilmi dan Ali, 2008:5) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: a. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; b. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; c. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan,
26
sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.(Kartika, 2009:3). Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan rata-rata audit delay yang berbeda-beda. Hasil penelitian Hossain (1998) di Pakistan ratarata audit delay sebesar 143 hari. Ahmad dan Kamarudin (2003) di Malaysia rata-rata audit delay lebih dari 100 hari. Ahmad dan Abidin (2008) di Malaysia rata-rata audit delay sebesar 114 hari. Dan penelitian di Indonesia seperti penelitian yang dilakukan oleh Meylisa (2000) sebesar 72,9 hari, Subekti dan Widiyanti (2004) rata-rata audit delay sebesar 98,38 hari. Rachmawati (2008) sebesar 76 hari, Kartika (2009) rata-rata audit delay perusahaan LQ 45 sebesar 69 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang jika dibandingkan dengan hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) yang hanya sebesar 62,53 hari. Sedangkan hasil penelitian Ayoib dan Abidin (2008) di Malaysia menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 114 hari. Didalam penelitian Utami dijelaskan bahwa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa audit delay yang terjadi di Indonesia rata-rata 85 hari. Rata-rata audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila dibandingkan dengan di luar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih
27
pendek, yaitu lebih cepat 21,95 hari dibandingkan dengan Indonesia (Mumpuni, 2011:18).
4. Penerapan IFRS Globalisasi
membawa
pengaruh
mendasar
pada
pergerakan
informasi dan perpindahan modal. Dengan suatu gelombang globalisasi yang menggelora yang mengejutkan dunia, maka bisnis lintas belahan dunia terpengaruh oleh bagaimana kerasnya perusahaan berusaha. Secara pribahasa “akuntansi adalah bahasa bisnis”, selanjutnya entitas bisnis seluruh tidak akan dapat berbicara di dalam bahasa yang berbeda antara yang satu dengan lainnya pada saat menukar atau membagi hasil keuangan dari aktivitas bisnis internasionalnya dan juga pelaporan hasil bisnis. Secara historis, Negara di dunia telah memiliki standar akuntansi nasionalnya sendiri. Namun, dengan suatu dorongan untuk menjadi bagian dari pergerakan globalisasi, di mana bisnis lintas batas Negara menyadari kelihaian strategi bisnis untuk merangkul dunia sebagai tempat kerja dan pasarnya, dengan memiliki aturan (standar) akuntansi yang berbeda untuk tujuan pelaporan keuangan, hal ini tdak akan membantu mereka sama sekali. (Ankarath, dkk,2012:1-2) IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang
ini
(Prihadi:2012:2).
sedang Standar
menuju
kedalam
pelaporan
satu
keuangan
standar
pelaporan
internasional
(IFRS)
merupakan seperangkat standar yang disebarluaskan oleh dewan Standar
28
Akuntansi Internasional (IASB), yaitu suatu badan penentu standar internasional di London. (Ankarath, dkk,2012:2) IFRS digunakan lebih dari 100 negara. Sebuah angka signifikan dari majalah Fortune bahwa 500 perusahaan telah menggunakan IFRS dan jumlah ini diharapkan meningkat dengan konversi lebih lanjut kepada IFRS oleh pemain global (seperti brazil, kanada dan india) dan konvergensi subtansial dari Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum local di Cina dan Jepang kepada IFRS. Di Amerika Serikat, sejak 2002 , usaha yang sedang berlangsung untuk melakukan konvergensi IFRS dan US GAAP. (Ankarath, 2012:10). Pada dasarnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dipengaruhi Oleh International Accounting Standards Board (IASB). Srtandar akuntansi nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan IFRS yang dikeluarkan oleh IASB.(Prihadi, 2012:7) Berikut roadmap konvergensi PSAK ke IFRS yang dibuat oleh DSAK (Prihadi,2012:7)
29
Tabel 2.1 Roadmap konvergensi IFRS Tahap adopsi
Tahap persiapan akhir
Tahap implementasi
(2008-2010)
(2011)
(2012)
Adopsi seluruh IFRS ke Penyelesaian persiapan
Penerapan PSAK
PSAK
infrastruktur yang
berbasis IFRS secara
diperlukan
bertahap
Persiapan infrastruktur
Penerapan secara
Evaluasi dampak
yang diperlukan
bertahap beberapa
penerapan PSAK secara
PSAK berbasis IFRS
komprehensif.
Evaluasi dan kelola dampak adopsi trhadap PSAK yang berlaku
Dua puluh Sembilan standar akuntansi keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang telah dicanangkan DSAK IAI tahun 2010 dan 2011. Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahu 2011/2012. (“29 SAK”,2009)
30
Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 standar, yang meliputi. (“29 SAK”, 2009) : 1. IFRS 2 Share-Based Payment 2. IAS 21 The Effects Of Changes In Foreign Exchange Rates 3. IAS 27 Consolidated And Separate Financial Statements 4. IFRS 5 Non-Current Assets Held For Sale And Discontinued Operations 5. IAS 28 Investment In Associates 6. IFRS 7 Financial Instrument: Disclosures 7. IFRS 8 Operating Segment 8. IAS 31 Interest In Joint Ventures 9. IAS 1 Presentation Of Financial 10. IAS 36 Impairment Of Assets 11. IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities And Contingent Asset 12. IAS 8 Accounting Policies, In Accounting Estimates Errors Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 standar sebagai beikut. (“29 SAK”, 2009) : 1. IAS 7 Cash Flow Statements 2. IAS 41 Agriculture 3. IAS 20 Accounting For Government Grants And Disclosure Of Government Assistance 4. IAS 29 Financial Reporting In Hyperinflationary Economies 5. IAS 24 Related Party Disclosures
31
6. IAS 38 Intangible Asset 7. IFRS 3 Business Combination 8. IFRS 4 Insurance Contract 9. IAS 33 Earnings Per Share 10. IAS 19 Employee Benefits 11. IAS 34 Interim Financial Reporting 12. IAS 10 Events After The Reporting Period 13. IAS 11 Contruction Contract 14. IAS 18 Revenue 15. IAS 12 Income Taxes 16. IFRS Exploration For And Evaluation Of Mineral Resources 17. IAS26 Accounting And Reporting By Retirement Benefit Plan Jika dibandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS, dengan jelas kita temukan perbedaan kuantitas sebagai berikut(Simbolon, 2011:3) :
32
Tabel 2.2 Perbandingan PSAK dengan IFRS PSAK
IFRS
43 Standar (PSAK)
37 Standar
8 Syari’ah
8 IFRS
11 Interpretation (ISAK)
29 IAS
4 Technical Bulletins
27 Interpretation
1 SAK ETAP (Entitas Tanpa 16 IFRIC Interpretation Akuntabilitas Publik) 11 SIC Tidak semua standar IFRS diatas dicontek penuh dan dirubah menjadi PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption. Perbedaan antara konvergensi, adaption dan adoption akan digambarkan dalam tabel berikut (Simbolon, 2011:3) :
33
Tabel 2.3 Perbedaan Konvergensi, Adaptasi dan Adopsi
Perbedaan
Adaption
Convergence
Full adoption
Arti harafiah
Adaptasi/peny Pertemuan pada Adopsi/pemak elarasan suatu titik aian
Standar akuntansi
Membuat standar yang benar-benar baru
Mebuat standar baru dengan mempertimbang kan keadaan yang berlaku
Mentranslate standar lama menjadi standar baru
Contoh Negara
Indonesia sebelum IFRS
Indonesia setelah 2012
Australia, hongkong
IFRS memiliki tiga ciri utama yaitu principles based, lebih banyak menggunakan nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih banyak. Standar yang bersifat principles based hanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail. Konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar. Untuk dapat memiliki professional judgment seorang akuntan harus memiliki pengetahuan, skill dan etika karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka professional judgment yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama sebenarnya telah menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan pada pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa aset yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki
34
kuotasi pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas bahkan untuk aset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap, properti investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain metode biaya. IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dapat mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.(Martini, 2012:2) Untuk menerapkan PSAK diperlukan sumber daya manusia yang memahami standar baru tersebut, sehingga pendidikan dan pemutakhiran pengetahuan staf akuntansi harus dilakukan untuk menyongsong penerapan PSAK secara penuh 2012. Staf harus disiapkan untuk menggunakan professional judgment, membuat pengungkapan yang lebih banyak sesuai persyaratan standard dan memahami teknik penilaian dengan menggunakan nilai wajar. (Martini, 2012:2) IFRS juga mengharuskan perusahaan melakukan review atas sistem operasi dan prosedur akuntansi perusahaan. Beberapa standar mengharuskan perusahaan melakukan review atas penggunakan estimasi pada tanggal pelaporan untuk menguji apakah estimasi yang dilakukan masih valid untuk digunakan. SOP akuntansi harus memasukkan prosedur untuk melakukan review untuk mengadopsi ketentuan dalam standar tersebut. (Martini, 2012:3) Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang
35
dimiliki dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Ada yang perubahannya besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Perubahan tidak hanya dilakukan pada tingkat perusahaan namun perlu juga ada perubahan peraturan Bank Indonesia contohnya tentang penyisihan atas kredit yang disalurkan. (Martini, 2012:3) Proses audit dapat pula berpengaruh dengan adanya penerapan IFRS tersebut. Menurut hasil penelitian Yacoob (2012:173) di Malaysia, adanya penerapan atau pengadopsian IFRS memberi pengaruh positif yang signifikan terhadap audit delay.
Yacoob menunjukan penerapan atau
pengadopsian IFRS cenderung berpengaruh terhadap semakin panjangnya audit delay. Berbeda dengan hasil peneletian di Indonesia oleh Margareta (2011:67) yang menunjukan penerapan IFRS memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan.
5. Ukuran Perusahaan Menurut Yusuf dan Soraya (2004) vol. 7, No 1 ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan, ditunjukan oleh natural logaritma dari total aktiva. Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007), dan Kartika (2009), audit delay memiliki hubungan negatif dengan ukuran perusahaan yang menggunakan proksi total asset. Artinya bahwa semakin
36
besar asset perusahaan maka semakin pendek audit delay. Menurut Ahmad dan Kamarudin (dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), penyebabnya adalah pertama, perusahaan perusahaan go public atau perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik sehingga dapat mengurangi
tingkat
kesalahan
dalam
penyajian
laporan
keuangan
perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Kedua, perusahaan-perusahaan besar mempunyai sumber daya keuangan untuk membayar audit fee yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Dan yang ketiga, perusahaan-perusahaan besar cenderung mendapat tekanan dari pihak eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan audit dan laporan keuangan auditan lebih tepat waktu. Menurut Dyer dan McHugh (dalam Kartika, 2009:4), perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaanperusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dari Pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan
37
terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Carslaw dan Kaplan serta Owusu-Ansah (dalam Hilmi dan Ali, 2008:18),beragumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik. Sementara itu menurut Boynton dan Kell (dalam Utami, 2006:23), ukuran perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay, yang artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang dilakukan
6. Profitabilitas Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, danmodal saham tertentu. Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas
maka
semakin
tinggi
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba bagi perusahaannya. Ada tiga rasio yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu:
38
profitmargin ,return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). (Prihadi, 2012:164). Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, asset atau modal. Pemilihan rasio bergantung sudut pandang penilaiannya. Profitabilitas mendapat tempat tersendiri dalam penilaian perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena secara sadar perusahaan didirikan untuk memperoleh laba (Prihadi, 2012:164). Dalam
Prihadi
(2012:164-167)
dijelaskan
jenis-jenis
rasio
profitabilitas, sebagai berikut : a. Rasio Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dikurangi oleh beban-beban yang lain. Sudah seharusnya rasio ini menghasilkan angka positif. Jika menghasilkan angka positif maka perusahaan sulit menanggung beban perusahaan lainnya. Perubahan rasio laba kotor bisa terjadi karena perubahan dalam kebijakan penjualan, misalnya tingkat potongan atau adanya produk baru. rasio ini hanya ditemui pada perusahaan yang menghitung beban pokok penjualan, yaitu perusahaan yang menjual produk. Kebanyakan perusahaan jasa tidak bisa menghitung rasio laba kotor. b. Rasio Laba Operasi (Operating Profit Margin) Laba usaha (laba operasi) adalah laba dari kegiatan utama perusahaan. Sebagai hasil utama, sudah seharusnya laba ini memberikan hasil lebih besar dibandingkan dari laba yang bukan utama. Hal ini tidak berarti
39
pendapat lain-lain tidak boleh. Pendapat lain-lain boleh saja, akan tetapi fokus kegiatan usaha terletakpada besarnya laba usaha. c. Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak (Margin Before Interest dan Tax) EBIT (earning before interest and tax) adalah laba sebelum dibebani dengan bunga dan pajak. EBIT mencerminkan laba perusahaan sebelum dipengaruhi oleh struktur modalnya, yaitu komposisi utang dan ekuitas. Jadi perusahaan dengan utang yang lebih besar atau kecil., beban bunganya belum mempunyai dampak pada EBIT. Cara cepat menghitung EBIT adalah menambahkan beban bunga kedalam laba sebelum pajak. d. Rasio Laba Sebelum Pajak (Pretax Margin) EBT (earning before tax)mencerminkan laba setelah dipengaruhi oleh struktur modal, berupa beban bunga, tetapi sebelum beban pajak. Perusahaan dengan beban bunga besar akan memperoleh EBT negatif. e. Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio laba bersih terhadap penjualan sangat penting artinya bagi pemilik. Bagi pemilik pada akhirnya sangat penting untuk mengetahui berapakah laba yang menjadi haknya. Rasio ini megukur hasil akhir dari seluruh kegiatan perusahaan. Selisih laba bersih dengan laba usaha dapat mencerminkan berapa yang ditanggung perusahaan untuk beban-beban non-operasional. f. Rasio Laba Atas Aset (Return On Asset, ROA) Istilah lain dari laba atas aset adalah tingkat pengembalian atas aset. Tujuan perhitungan rasio ini adalah untuk mengetahui samapai seberapa
40
jauh aset yang digunakan dapat menghasilkan laba. ROA adalah gabungan dari kemampuan, yaitu : 1) Kemampuan menghasilkan laba 2) Kemampuan memutar aset. g. Rasio Laba Atas Ekuitas (Return On Equity, ROE) Bagi pemilikmodal rasio ini lebih penting dari laba bersih terhadap penjualan, yaitu untuk mengetahui sampai seberapa jauh hasil yang diperoleh dari peneneman modalnya. Oleh karena yang dibandingkan laba bersih dengan ekuitas atau modal sendiri. Pengertian ekuitas adalah seluruh ekuitas yang tertanam di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo laba
(laba
ditahan).
Dengan
rasio
tersebut,
pemilik
dapat
membandingkan antara hasil di perusahaan satu dengan perusahaan lain. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio laba atas aset (ROA). Menurut Hilmi dan Ali (2008:21) menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian-penelitian tersebut juga menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya.
7. Kompleksitas Kompleksitas organisasi atau operasi merupakan akibat langsung dari pembagian pekerjaan dan pembentukan departemen yang berfokus
41
pada jumlah unit yang berbeda secara nyata. Organisasi dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manjerial dan organisasi yang lebih rumit karena terjadi ketergantungan yang semakin kompleks (Martius, 2012:12) Tingka tkompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya,l ebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Sehingga hal tersebut juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Hubungan tersebut juga didukung oleh penelitian Ashtonet.al (1987) dalam Owusu-Ansah (2000), dan Sulistyo (2010) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay.
42
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Penerapan IFRS dengan Audit Delay Dalam Margaretta (2011:23) rule-based system menjadi principelbased system, pencatatan menggunakan fair IFRS (Internasional Financial Reporting Standards) adalah suatu upaya untuk memperkuat
arsitektur
keuangan global dan mencari solusi jangka panjan gterhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Penerapan IFRS dapat menjadi salah satu factor terjadinya audit delay dikarenakan : a) Masih sedikitnya pengetahuan masyarakat tentangIFRS, b) IFRS dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris, c) Infrastruktur profes I akuntan yang belum siap, d) perubahan dari value. Untuk itu kita memerlukan banyak waktu untuk memahami dan mempelajarinya. Fakta yang ada menunjukan banyak sekali terjadi audit delay yang melebihi batas waktu yang ditentukan BAPEPAM-LK. Berdasarkan berita dari merdeka.com bahwa Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 54 emiten yang terlambat mengumpulkan laporan keuangan (LK) tahun 2011 yang telah diaudit untuk tahun 2012 dan tahun sebelumnya terdapat 62 emiten. (Yaputro dan Rudiawarni,2012:3) Dalampenelitianinidikembangkan hipotesisasebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel penerapan IFRS terhadap audit delay.
43
2. Ukuran perusahaan dengan audit delay Ukuran perusahaan
perusahaan
diuku
menunjukan
rberdasarkan
nilai
besar tertentu,
atau
kecilnya
dalam
suatu
penelitianini
menggunakan total aktiva perusahaan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sepertipenelitian Subekti, ImamdanNovi (2004:942) menunjukan bahwa factor ukuran perusahaan dengan indicator total aktiva memiliki pengaruh yang besar terhadap audit delay. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar didugaakan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil.Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitori secara ketat oleh investor ,pengawa spermodalan, dan pemerintah. Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagaiberikut: H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabelukuran perusahaan terhadap audit delay. 3. Profitabilitas dengan audit delay Hasilpenelitian OwusudanAnsah(2000), bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karena itu,perusahaan yang mampu menghasilkan profit cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang
44
mengalami kerugian. (Hilmi dan Ali, 2008:17) Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H3: Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel profitabilitas terhadap audit delay. 4. Kompleksitas dengan audit delay Hasil penelitian yang dilakukan (Owusu-Ansah,2000), Okuga (2004) menemukan bukti empiris bahwa tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan memiliki hubungan positif terhadap ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan kepada publik. (Margaretta, 2011:33) Dalam penelitian ini dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H4: Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel kompleksitas terhadap audit delay
C. Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
45
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti
Judul
Owusu dan Timeliness of Ansah (2000) Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange
Variabel Persamaan Perbedaan Ukuran Gearing (kecepatan), perusahaan, item luar biasa, bulan profitabilitas, dari akhir tahun kompleksitas keuangan, umur operasi perusahaan perusahaan
Hasil Ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan bulan dari akhir keuangan berpegaruh terhadap audit reporting lead time. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan audit reporting lead time perusahaan mempengaruhi kecepatan perusahan dalam mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang mempegaruhi
Bersambung pada halaman berikutnya
46
Tabel 2.4 (Lanjutan) No
Peneliti
Judul
Persamaan
Variabel Perbedaan
2
Veny dan ubaidillah Audit delay pada Tingkat (2005) perusahaan manufaktur profitabilitas, ukuran perusahaan
Opini audit, tingkat leverage perusahaan,
3
Utami (2006)
Lama menjadi klien, jenis opini audit, rasio hutang terhadap ekuitas, reputasi audit, Laba/rugi perusahaan, jenis industri
Analisis determinen Ukuran perusahaan, audit delay kajian empiris di bursa efek jakarta
Hasil ketepatan waktu penyampaian Laporan keuangan akhir tahun yang telah diaudit Opini audit dan tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap audit delay dan memiliki hubungan positif Laba/rugi perusahaan, lamanya menjadi klien dan jenis opini audit berpengaruh positif Terhadap audit delay
Bersambung pada halaman berikutnya
47
Tabel 2.4 (Lanjutan) Variabel No
Peneliti
Judul
Hasil Persamaan
Perbedaan
4
Rachmawati (2008)
Pengaruh Faktor Profitabilitas, ukuran Solvabilitas, Internal dan Eksternal perusahaan ukuran KAP, Perusahaan Terhadap internal audit, Audit Delay dan timeliness Timeliness
Ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay, secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay Ukuran perusahaan, Laba / rugi Ukuran perusahaan, laba profitabilitas, operasi, opini rugi operasi, memiliki audit , reputasi pengaruh Negative dan auditor pengaruh signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini auditor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan.
5
Kartika (2009)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris Perusahaanperusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)
Bersambung pada halalaman berikutnya
48
Tabel 2.4 (Lanjutan) Variabel No 6
7
Peneliti
Judul
Ferdianto (2011)
Pengaruh ukuran perusahaa, profitabilitas, solvabilitas, opini audit, dan reputasi KAP terhadap yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengaruh penerapan IFRS (International Financial Reporting Standards ) Terhadap keterlambatan waktu
Margareta (2011)
Persamaan
Perbedaan
Hasil
Ukuran perusahaan, Solvabilitas, Ukuran perusahaan profitabilitas opini audit, berpengaruh terhadap reputasi KAP audit delay. Secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, opini audit, reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay IFRS (International ukuran Kantor penerapanIFRS,ukuran Financial Reporting Akuntan Publik, KAP, opini audit, tidak Standards), ukuran ,opini audit. memiliki pengaruh yang perusahaan, signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Bersambung ke halaman berikutnya
49
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No
Peneliti
Judul penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Persamaan
Variabel Perbedaan
Hasil Sedangkan yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah ukuran perusahaan
50
D. Kerangka Pemikiran Menurut Hamid (2012:25) medefinisikan kerangka berpikir sebagai berikut : “Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.” Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas yang mempengaruhi audit delay. Berdasarkan uraian diatas, gambaran umum penelitian ini mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya audit delay adalah sebagai berikut :
51
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Adanya perusahaan publik yang terlambat melaporkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
Peraturan BAPEPAM No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep/346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, BAPEPAM mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada BAPEPAM selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Basis Teori
Variabel independen
variabel Dependen
Penerapan IFRS Ukuran Perusahaan Audit delay Profitabilitas Kompleksitas
Bersambung ke halaman berikutnya
52
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Metode analisis: Regresi Logistik Biner
Hasil pengujian dan pembahasan
Kesimpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran
53
BAB III METODOLOGI A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat pengaruh kausalitas yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan serta pengaruh antara dua atau lebih gejala atau variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable independen, yaitu penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas terhadap variabel dependen, yaitu audit delay. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode 2008,2009,2010 dan 2011.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011. Penentuan populasi selama empat tahun sesuai tahapan persiapan konvergensi IFRS berdasarkan roadmap yang dibuat DSAK. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini termasuk dalam purposive sampling karena terlebih dahulu sudah ditentukan dengan kriteria yang akan diambil. kriteria tesebut adalah: 1. Perusahaan industri manufaktur melaporkan laporan
keuangannya
selama 4 tahun berturut-turut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20082011. 2. Perusahaan industri manufaktur menerbitkan laporan keuangan dengan tanggal tutup buku 31 Desember pada tahun 2008 – 2011.
54
3. Laporan keuangan memiliki data lengkap yang dibutuhkan setiap proksi variabel dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data Data penelitian mencakup penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas sebagai variabel bebas yang dapat mempengaruhi audit delay.
Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan- perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau menggunakan data-data sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan yang diantaranya dengan mengumpulkan materi literatur, buku, jurnal penelitian, dan sumber lain yang sekiranya dapat membantu peneliti dalam menyusun penelitian ini secara teknis dan teoritis. Data sekunder utama didapatkan dari Pusat Referensi Pasar Modal,
www.idx.co.id,
dan
Pusat Informasi Pasar Modal dengan mengumpulkan data dari laporan keuangan auditan perusahaan jasa yang dipublikasikan di BEI pada tahun 2008-2011. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statistik deskriptif dan pengujian regresi menggunakan binary
logistic.
55
D. Metode Analisis Data Metode
analisis
data
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
cara menganalisis suatu permasalahan yang diwujudkan dengan
kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan SPSS 17. Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy. Asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik (logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Gujarati (2006) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan heteroscedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing variabel independennya. 1. Definisi Regresi Logistik Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner). Walaupun formulanya dapat saja lebih dari dua kelompok.
56
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala. Regresi logistik binariadalah regresi logistik dimana variabel dependenya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh: Variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses – gagal, ya – tidak, benar – salah, hadir – bolos, pria – wanita dan seterusnya. 2. Tahapan Regresi Logistik Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun penjelasannya diuraikan dalam paragraf di bawah ini (Ghozali, 2009): a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation),
dan
maksimum-minimum.
Mean
digunakan
untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
57
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi
parameter
menggunakan
Maximum
Likehood
Estimation (MLE). Ho = β1 = β2 = β3 = ... = βi = 0 Ho ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ ... ≠ βi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, besarnya α adalah 5% (Nachrowi dan Usman, 2006). Kaidah pengambilan keputusan adalah: a) Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5%, maka hipotesis alternatif didukung. b) Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5%, maka hipotesis alternatif tidak didukung. 1) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit). Langkah pertama adalah menilai overall model fit terhadap data. Beberapa uji statistik diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha
: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
58
Hipotesis ini tidak akan menolak hipotesis nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Log Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Pengujian hipotesis
nol
dan
alternatif
dilakukan
dengan
cara
L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan Likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009). 2) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R2dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009).
59
3) Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2009). 4) Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
60
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2009). 5) Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model
regresi.
Tahap
ini
dilakukan
untuk
memprediksi
kemungkinan adanya pengungkapan keberadaan Risk Management Committee yang dilakukan oleh perusahaan (Ghozali, 2009). 6) Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Persamaan Regresi Y = β0 + βx1 + βx2 + βx3 + βx4 + ε
61
Y = audit delay β0 = Konstanta βx1 = IFRS (ada atau tidaknya pengaruh IFRS) βx2 = Ukuran perusahaan ( Ln= total asset ) βx3 = Tingkat Profitabilitas ( ROA= lababersih/total asset) βx4 = Kompleksitas ( ada atau tidaknya anak perusahan) ε
= Kesalahan
E. Operasionalisasi Variabel Abdul Hamid (2012) menyatakan bahwa: “Batasan
operasional
variabel
merupakan
pendefinisian
dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Hal ini dipandang perlu agar ada kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai makna ganda. Dalam pendefinisian variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukurannya” Didalam suatu penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variable terikatnya (dependent) adalah audit delay. Sedangkan variable bebas adalah penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Kompleksitas.
62
1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit delay. Variabel dependen ini diukur berdasarkan tanggal penyampaian laporan keuangan tahunan auditan ke BAPEPAM dan LK. Perusahaan di kategorikan tepat waktu jika laporan keuangan disampaikan selambatlambatnya pada tanggal 31 Maret, sedangkan perusahaan yang terlambat adalah perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan setelah tanggal 31 Maret. Variabel ini diukur dengan menggunakan variable dummy dengan kategorinya adalah bagi perusahaan yang tidak tepat waktu (terlambat) masuk kategori 1 dan perusahaan yang tepat waktu masuk kategori 0. 2. Variabel Independen a. Penerapan IFRS Penerapan IFRS dalam penelitian ini ditentukan dengan ada tidaknya penyesuaian yang disebabkan oleh adanya revisi terhadap PSAK yang sudah diterapkan dan berpengaruh pada penerapan IFRS. Pengukurannya menggunakan variabel dummy. Di mana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki penerapan IFRS dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki penerapan IFRS. b. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.
63
Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Ln total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Jika nilai total asset langsung dipakai begitu saja maka nilai variabel akan sangat besar, miliar bahkan triliun. Dengan menggunakan natural log, nilai miliar bahkan triliun tersebut disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya. c. Profitabilitas Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset (ROA).Return on Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besarnya ROA diketahui dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dan total aktiva. Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut: Return On Assets (ROA) = Laba / Rugi bersih Total Aset d. Kompleksitas Kompleksitas operasi dalam penelitian ini ditentukan dengan ada tidaknya anak perusahaan. Pengukurannya menggunakan variabel dummy. Di mana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki anak perusahaan dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan.
64
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel
Indikator Variabel Dummy, Laporan
Audit Delay
Skala Keuangan
dikatakan terlambat apabila penyampaiannnya Nominal lebih dari 90 hari setelah tanggal pelaporan keuangan tahunan IFRS dan diberi Variabel Dummy, dilihatnilai dari 1,maka apakah jika ada penyesuaian
pada
laporan ekuitas yang di
IFRS
Nominal pengaruhi oleh penerapan IFRS yang baru.jika ada penerapan IFRS beri nilai 1, maka yang tidak adaperusahaa penerapandilihat IFRSdengan diberi nilai 0 Ukuran besarnya total
Ukuran Perusahaan
Rasio asset dimana menggunakan Ln total asset. Return On Assets (ROA) =
Profitabilitas
Rasio Laba Bersih Total Aset dilihat dari ada atau Kompleksitas perusahaan
Kompleksitas
tidaknya
anak perusahaan. Jika ada anak Nominal
perusahaan diberi nilai 1, maka yang tidak memiliki anak perusahaan diberi nilai 0
65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memeperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2011. Industri manufaktur dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan
industri lainnya. Periode tahun penelitian 2008
sampai dengan 2011 dipilih karena tahun 2008-2010 adalah tahap adopsi seluruh IFRS ke PSAK dan tahun 2011 tahap persiapan akhir pengadopsian IFRS. Alasan tersebut digunakan karena salah satu varibel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan IFRS. Adapun pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang telah ditetapkan dengan beberapa kriteria tertentu. Tabel 4.1 menyajikan proses tahapan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
66
seleksi sampel berdasar
Tabl 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria No
Kriteria
Tidak
Akumul
memenuhi
asi
kriteria 1
Jumlah
populasi
perusahaan
131
manufaktur yang terdaftar di BEI 2
Perusahaan yang menerbitkan
55
76
8
68
laporan keuangan pada tanggal tutup buku 31 Desember untuk periode 4 tahun berturut-turut 2008,2009,2010 dan 2011. 3
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.
5
Jumlah perusahaan sampel
68
6
Tahun pengamatan penelitian
4
7
Jumlah sampel total selama
272
periode penelitian Sumber: data diolah Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 berjumlah 131 perusahaan dengan tanggal tutup buku 31 Desember. Dari 131 perusahaan
manufaktur tersebut
55
perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturutturut selama periode penelitian yaitu 2008 sampai 2011, dan 8 perusahaan yang tidak memiliki data lengkap untuk penelitian. Sehingga jumlah
67
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel peneltian sebanyak 68 perusahaan. Sedangkan periode tahun penelitian 4 tahun maka total sampel dalam penelitian ini sebanyak 272 sampel. 2. Deskripsi sampel penelitian Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti dalam catatan laporan keuangan adanya informasi mengenai penerapan PSAK revisi yang telah mengadopsi IFRS, total asset, jumlah laba untuk menhitung ROA, anak perusahaan dan tanggal tandatangan auditor. Ringkasan sampel penelitian berdasarkan sesektor industrinya disajikan dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Sampel Penelitian
No 1 2
Jenis Usaha Semen Keramik, porselen dan kaca
Jumlah 2008
2009
2010
2011
3
3
3
3
5
5
5
5
3
Logam dan sejenisnya
7
7
7
7
4
Kimia
4
4
4
4
Bersambung pada halaman berikutnya
68
Tabel 4.2 (lanjutan) No
Jenis Usaha
5 6 7
Jumlah 2008
2009
2010
2011
Plastik dan kemasan
4
4
4
4
Pakan ternak
2
2
2
2
1
1
1
1
Kayu dan pengolahannya
8
Pulp dan kertas
2
2
2
2
9
Otomotif dan
8
8
8
8
komponen 10
Tekstil dan garment
5
5
5
5
11
Kabel
1
1
1
1
12
Makanan dan
11
11
11
11
minuman 13
Rokok
2
2
2
2
14
Farmasi
7
7
7
7
15
Kosmetik dan barang
3
3
3
3
3
3
3
3
68
68
68
68
keperluan rumah tangga 16
Peralatan rumah tangga Jumlah Akumulasi
272
Sumber: data diolah Pada tabel 4.3 dibawah ini dapat dilihat bahwa sampel yang dipilih tersebar secara acak dan hampir tersebar merata pada 16 sektor industri. Perusahaan yang paling banyak
berasal dari sektor Makanan dan
Minuman yaitu sebanyak 11 perusahaan dan paling sedikit perusahaan
69
berasal dari sektor Kayu dan pengolahannya dan sektor Kabel yaitu hanya 1 perusahaan. Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha
No
Sector Usaha
1
Semen
2
Keramik, porselen dan kaca
Frekuensi
Persentase (%)
3
4,41
5
7,35
3
Logam dan sejenisnya
7
10,29
4
Kimia
4
5,88
5
Plastik dan kemasan
4
5,88
6
Pakan ternak
2
2,94
7
Kayu dan pengolahannya
1
1,47
8
Pulp dan kertas
2
2,94
9
Otomotif dan komponen
8
11,76
10
Tekstil dan garment
5
7,35
11
Kabel
1
1,47
12
Makanan dan minuman
11
16,18
13
Rokok
2
2,94
14
Farmasi
7
10,29
15
Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga
16
Peralatan rumah tangga Jumlah
3
4,41
3
4,41
68
100
Sumber: data diolah
70
B. Hasil Uji Analisis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai variabel independen (penerapan IFRS, ukuran perusahaan, ROA dan kompleksitas) terhadap variabel dependen yaitu Audit Delay. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Analisis pengujian statistik deskriptif berguna untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan keadaan data yang sebenarnya bertujuan untuk mengidentifikasi profil, distribusi, populasi dan asal data tersebut. Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian statistik deskriptif pada masing-masing variabel yaitu variabel penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas yang diperoleh dari hasil uji dengan SPSS 17. Tabel 4.3 menunjukkan statistik
deskriptif variabel
yang
menggunakan skala rasio yaitu ukuran perusahaan dan profitabilitas yang dijelaskan dengan nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai median dan nilai standar deviasi yang besangkutan. Sedangkan Tabel 4.4 sampai dengan tabel 4.7 menunjukkan variabel yang menggunakan skala ordinal yaitu penerapan IFRS, dan kompleksitas yang akan dijelaskan secara umum tanpa menggunakan nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, nilai median dan nilai standar deviasi karena variabel ini menggunakan variabel dummy.
71
Nilai minimum adalah nilai terendah dari suatu populasi pada periode tertentu, nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari suatu populasi pada periode tertentu, nilai mean adalah nilai yang dihasilkan dari hasil bagi atas total jumlah nilai
keseluruhan populasi dengan total
populasinya, nilai median adalah nilai tengah dari rangkaian data yang telah disusun secara berurut, sedangkan standard deviation adalah simpangan baku yang merupakan variabel sebaran data. Berikut adalah penjelasan analisa pengujian statistik deskriptif variabel skala rasio untuk keseluruhan tahun 2008 sampai dengan 2011. Tabel 4.4 Hasil analisis Statistik deskriptif variabel skala rasio SIZE N
Valid
ROA 272
272
0
0
Mean
27.5038
.1073
Median
27.4363
.0626
Std. Deviation
1.56806
.18226
Minimum
21.75
-.46
Maximum
31.49
1.16
Q1
26.5523
.0236
Q3
28.3975
.1301
Missing
Quartiles
Sumber: output SPSS
72
Pada ukuran perusahaan yang dicerminkan dengan log total asset, maka didapatkan hasil bahwa SIZE terendah adalah 21,75 pada Polychem Indonesia Tbk 2009 dan SIZE tertinggi adalah 31,49 pada Indofood Sukses Makmur Tbk 2010. Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan, diketahui bahwa pada t a h u n 2 0 0 9
Polychem
Indonesia Tbk memiliki total asset sebesar Rp 2.804.376.918 dan pada tahun 2010 Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki total asset sebesar Rp 47.275.955.000.000. Sedangkan nilai mean-nya adalah 27,5038 dan nilai standard
deviation-nya
menunjukkan
bahwa
adalah
25%
1.56806.
perusahaan
Nilai memiliki
kuartil
1
(Q1)
ukuran dibawah
26,5523, sementara nilai kuartil 3 (Q3) menjukkan bahwa 75% perusahaan memiliki ukuran dibawah 28,3975. Pada tingkat profitabilitas dicerminkan dengan menggunakan ROA (Return On Assets) yaitu perbandingan antara besarnya laba/rugi suatu perusahaan dengan total asset, maka didapatkan hasil ROA terendah adalah -0,46 pada Asia Pacific Tbk 2008 dan ROA tertinggi adalah 1,16 pada Citra Turbindo Tbk 2008. Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan diketahui bahwa pada tahun 2008
Asia Pacific Tbk
mengalami kerugian sebesar Rp 2.282.123.199.644 dari total asset Rp 4.912.990.190.007
dan
pada
tahun
2008 Citra Turbindo Tbk
mengalami keuntungan sebesar Rp 202.194.242.700 dari total asset Rp 173.594.621.200. Sedangkan nilai mean-nya adalah 0,1073, dan nilai
73
standard deviation-nya adalah 0,18226. Nilai kuartil 1 (Q1) menunjukkan bahwa 25% perusahaan memiliki tingkat profitabilitas dibawah 0,0236, sementara nilai kuartil 3 (Q3) menjukkan bahwa 75% perusahaan memiliki tingkat profitabilitas dibawah 0,1301. Berikut adalah penjelasan gambaran umum analisa pengujian statistik deskriptif untuk keseluruhan tahun 2008 sampai dengan 2011 untuk variabel skala ordinal yang dilihat
dengan
menggunakan
frequency table. Adapun variable yang akan dijelaskan yaitu audit delay, penerapan IFRS, ukuran KAP, dan kompleksitas perusahaan. Tabel 4.5 Deskripsi Data Audit Delay Audit Delay Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0
252
92.6
92.6
92.6
1
20
7.4
7.4
100.0
272
100.0
100.0
Total Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang memiliki audit delay sampai dengan 90 hari atau kurang dari 90 hari diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang memiliki audit delay lebih dari 90 hari diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi, dihasilkan 252 (92,6%) perusahaan yang memiliki audit delay
74
dibawah atau sama dengan 90 hari dan
20 (7,4%) perusahaan yang
memiliki audit delay lebih dari 90 hari. Tabel 4.6 Deskripsi Audit Delay IFRS Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0
155
57.0
57.0
57.0
1
117
43.0
43.0
100.0
Total
272
100.0
100.0
Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap IFRS diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap IFRS diberi kode (1). Berdasarkan tabel frekuensi, dihasilkan 155 (57%) perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap penerapan IFRS dan 117 (38,3%) perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap penerapan IFRS.
75
Tabel 4.7 Deskripsi data kompleksitas KOMPLEKSITAS Cumulative Frequency Percent Valid Percent
Percent
Valid 0
86
31.6
31.6
31.6
1
186
68.4
68.4
100.0
Total
272
100.0
100.0
Sumber: output SPSS
Untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan diberi kode (0) sedangkan perusahaan yang memiliki anak perusahaan diberi kode
(1). Berdasarkan
perusahaan
yang
tabel
frekuensi,
dihasilkan
86
(31,6%)
tidak memiliki anak perusahaan dan 186 (68,4%)
perusahan yang memiliki anak perusahaan.
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel dependen yang bersifat dummy (mengungkapkan audit delay lebih dari 90 hari dan kurang dari atau sama dengan 90 hari), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2009): 76
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Nilai -2LL awal adalah sebesar 154,590. Setelah dimasukkan keempat variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi 128,393. Penurunan -2 Log Likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009). Berikut Tabel 4.8 yang menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL awal dengan -2LL akhir.
77
Tabel 4.8 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Coefficients
Iteration
-2 Log
Consta
likelihood
nt
IFRS
SIZE
ROA KOMP
Step 1
154.590 -1.956
.234
.013
-.787
-.162
1
2
133.547 -3.089
.522
.036 -2.350
-.368
3
128.856 -3.946
.721
.064 -4.872
-.530
4
128.398 -3.961
.771
.063 -6.047
-.566
5
128.393 -3.931
.776
.062 -6.180
-.567
6
128.393 -3.930
.776
.062 -6.182
-.567
7
128.393 -3.930
.776
.062 -6.182
-.567
Initial -2 Log Likelihood: 142.895 Sumber: data output SPSS
b. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,127 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas adalah sebesar 12,7%,
78
sedangkan sisanya sebesar 87,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti opini audit, solvabilitas, ukuran KAP,dan auditor internal. Berikut tabel 4.9 yang menunjukkan nilai Nagelkerke R Square.
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 128.393a
1
.052
.127
Sumber: output SPSS
c. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-square
sebesar
8,914
dengan
signifikansi
sebesar
0,350.
Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya. Berikut Tabel 4.10 yang menunjukkan hasil pengujian Homser and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
79
Tabel 4.10 Kelayakan Model Regresi Step
Chi-square
1
8.914
Df
Sig. 8
.350
Sumber: output SPSS
d. Hasil Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian ini menggunakan matriks korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antar variabel independen.
Hasil Tabel 4.11
menunjukkan tidak ada nilai matriks korelasi antar variabel yang lebih besar dari 0,8. Apabila terjadi hal yang demikian, maka tidak ada gejala multikolinieritas yang serius antar variabel bebas (Damayanti dan Sudarma, 2008:14).
80
Tabel 4.11 Matriks Korelasi Constant Step 1 Constant
IFRS
SIZE
ROA
KOMP
1.000
.183
-.995
.068
.332
IFRS
.183
1.000
-.249
.108
.130
SIZE
-.995
-.249
1.000
-.086
-.386
ROA
.068
.108
-.086
1.000
-.011
KOMP
.332
.130
-.386
-.011
1.000
Sumber: output SPSS
e. Hasil Matrik Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya audit delay lebih dari 90 hari yang dilakukan perusahaan. Berikut tampilan Tabel 4.12 beserta penjelasannya.
81
Tabel 4.12 Matriks Klasifikasi Predicted AUD Observed Ste AUD 0 p1
1
0
Percentage 1
Correct
251
1
99.6
20
0
.0
Overall Percentage
92.3
Sumber: output SPSS
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan adanya audit delay lebih dari 90 hari yang dilakukan oleh suatu perusahaan adalah sebesar 0%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan, tidak ada perusahaan yang diprediksi akan memiliki audit delay lebih dari 90 hari dari total 20 perusahaan yang audit delay-nya lebih dari 90 hari. Kekuatan prediksi model perusahaan yang audit delay-nya tidak lebih dari 90 hari adalah sebesar 99,6%, yang berarti bahwa dengan model regresi yang digunakan ada sebanyak 1 perusahaan yang diprediksi tidak memiliki audit delay kurang dari atau sama dengan 90 hari dari total 251 perusahaan yang audit delay-nya tidak lebih dari 90hari.
82
f. Hasil Uji Regresi Logistic dan Pembahasan Tahap akhir pengujian ini adalah uji koefisiensi regresi, dimana pada pengujian ini kita dapat mengetahui sejauh mana suatu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun variebel yang digunakan adalah penerapan IFRS (IFRS), ukuran perusahaan (size), profitabilitas (ROA), dan kompleksitas perusahaan (KOMP), sedangkan variabel dependennya audit delay. Suatu variabel dikatakan berpengaruh apabila nilai profitabilitas yang terdapat pada kolom siginificant pada tabel variabel in the equation hasilnya kecil dari 5% (0.05) maka hipotesis diterima dan jika lebih 5% (0.05) maka hipotesis ditolak yang berarti variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hasil uji model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel di bawah ini:
83
Tabel 4.13 Koefisien Regresi Logistik B Step IFRS
S.E. Wald df
.776 .515 2.269
Sig.
1
.132
1a
ket Tidak signifikan
SIZE
.062 .186 .110
1
.740
Tidak signifikam
ROA KOMP
-6.182 2.358 6.876
1
.009
Signifikan
-.567 .527 1.157
1
.282
Tidak signifikan
Constant -3.930 4.921 .638
1
.425
Sumber : output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini: DELAY= -3,930 + 0,776IFRS + 0,062SIZE – 6,182ROA 0,567KOMP + e Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam empat bagian. Bagian pertama membahas pengaruh penerapan IFRS (IFRS) terhadap audit delay (AUD) (H1). Bagian kedua
84
membahas pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap audit delay (AUD) (H2). Bagian ketiga membahas pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap audit delay (AUD) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh kompleksitas perusahaan (KOMP) terhadap audit delay (AUD) (H4). Penjelasan ketujuh bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh penerapan IFRS (IFRS) terhadap Audit delay (AUD) Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa hasil regresi pada variabel penerapan IFRS (International Financial Reporting Standards) menunjukan nilai koefisiensi regresi sebesar 0,776, yang berarti variabel ini menunjukan adanya arah positif antara penerapan IFRS dengan audit delay. Hal ini menunjukan bahwa jika suatu perusahaan melakukan penerapan IFRS maka audit delay akan semakin panjang. Nilai signifikansinya sebesar 0,132. Hal ini berarti tingkat signifikansi berada diatas α = 5% (0,05), sehingga hipotesi ke-1 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa penerapan IFRS berpengaruh signifikan tehadap audit delay. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yaacob dan Ayoib di Malaysia (2012), Hasil penelitian ini tidak berhasil atau tidak signifikan karena pada data penelitian diketahui bahwa dari 272 perusahaan yang dijadikan sampel terdapat 155 perusahaan
85
yang tidak memiliki pengaruh terhadap penyesuaian IFRS dan 117 perusahaan yang memiliki pengaruh penyesuaian terhadap IFRS. Tabel 4.13 menunjukan bahwa dari 252 perusahaan yang audit delay-nya kurang dari atau sama dengan 90 hari ada sebanyak 148 perusahaan yang
tidak memiliki pengaruh terhadap
penyesuaian IFRS dan 104 perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian IFRS. Namun demikian, jika dilihat dari 20 perusahaan yang audit delay-nya melebihi 90 hari terdapat 7 perusahaan yang tidak memiliki pengaruh terhadap penyesuaian IFRS dan 13 perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian IFRS. Tabel 4.14 IFRS Audit delay ≤ 90 hari > 90 hari
Total
IFRS Tidak ada
148
7
155
104
13
117
252
20
272
penyesuaian Ada penyesuaian Total
Sumber : data diolah menggunakan Microsoft excel
Kondisi diatas diduga yang menyebabkan hasil penelitian tidak berhasil atau tidak signifikan dengan arah positif. Selain itu
86
juga diduga karena penerapan IFRS pada banyak perusahaan yang ternyata tidak berpengaruh material terhadap laporan keuangannya dan arah positif diduga karena ditahun 2008 sampai dengan 2011 Indonesia masih dalam tahap adopsi dan persiapan ahir dalam implementasi IFRS. Sehingga banyak perusahaan yang masih menganalisis dampak dari penerapan IFRS atau dampak dari PSAK revisi yang berbasis IFRS. PSAK sendiri sebenarnya sejak tahun 1994 disusun dengan menggunakan referensi utama International Accounting Standard (IAS). (Martani. 2011:2)
2) Pengaruh ukuran perusahaan (SIZE) terhadap audit delay (AUD) Hasil regresi pada variabel ukururan perusahaan (size) menunjukan nilai koefisien 0,062, yang berarti variabel ini menunjukan arah positif antara ukuran perusahaan dengan audit delay. Hal ini menunjukan bahwa jika suatu perusahaan semakin besar maka audit delay-nya pun semakin panjang. Variabel SIZE nilai signifikansinya 0,740 diatas signifikansi 0,05 (5%). Hal ini mengandung arti bahwa hipotesi ke-2 dinyatakan tidak berhasil didukung. Maka, variabel size memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap audit delay. Penelitian
ini
tidak
berhasil
mendukung
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh margaretta (2011), Ferdianto
87
(2011), Kartika (2009), dan Rahmawati (2008), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan. Hal ini diduga, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan karena sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang di awasi investor, pengawas modal, dan pemerintah. Atas dasar itu, perusahaan dengan asset besar maupun kecil mempunyai kemungkinan yang sama dalam mengahadapi tekanan atas penyampaian laporan keuangan. Kemungkinan kedua, auditor menganggap bahwa dalam proses pengauditan berapapun jumlah asset yang dimiliki tiap-tiap perusahaan akan diperiksa dengan cara yang sama, sesuai dengan prosedur dalam standar professional akuntan publik.
3) Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap audit delay (AUD) Hasil regresi pada variabel profitabilitas menunjukan arah negatif sebesar 6,182. Hal ini menunjukan bahwa jika tingkat profitabilitas semakin tinggi cenderung audit delay-nya semakin pendek. Sementara itu, nilai signifikansi sebesar 0,009. Hal ini berarti signifikansi dibawah atau lebih kecil dar 0,05 (5%), maka hipotesi ke-3 diterima dan berhasil didukung. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subekti (2004), Hilmi dan Ali (2008), lestari (2010), dan lianto dan kusuma (2010) yang menunjukan bukti bahwa perusahaan yang
88
memperoleh laba cenderung tepat waktu (audit delay-nya ≤ 90 hari) menyampaikan
laporan keuangannya dan sebaliknya,
perusahaan yang mengalami kerugian cenderung lebih lama dalam menyampaikan laporan keuangannya. Alasan lain Karena ROA merupakan gambaran kinerja perusahaan dalam mengelola keuangan yaitu untuk menciptakan laba dan memutar asetnya, sehingga hal ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay. Perusahaan yang mengalami kerugian menimbulkan nilai ROA rendah atau bahkan negatif, maka hal ini dapat menjadi dugaan adanya masalah dalam kinerja keuangan yang menjadi penyebab perusahan mengalami kerugian.
4) Pengaruh kompleksitas perusahaan (KOMP) terhadap audit delay (AUD) Hasil regresi pada variabel kompleksitas perusahaan (KOMP) menunjukan arah negatif sebesar 0,567. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kompleks suatu perusahaan maka cenderung audit delay-nya semakin pendek. Sementara itu nilai signifikansi sebesar 0,282. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 (5%), maka hipotesi ke-4 dinyatakan tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kompleksitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hasil penelitian tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
89
Ukago (2004) yang menyatakan bahwa kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian yang tidak signifikan diduga karena pada kenyataan data yang diperoleh menunjukan dari 272 perusahaan sampel terdapat 186 perusahaan yang memiliki anak perusahaan dan 86 perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan. Pada tabel 4.15 menunjukan bahwa dari 252 perusahaan yang audit delay-nya kurang atau sama dengan 90 hari ada sebanyak 77 perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 175 perusahaan yang memiliki anak perusahaan. Sedang dari 20 perusahaan yang memiliki audit delay lebih dari 90 hari terdapat 9 perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan dan 11 perusahaan yang memiliki anak perusahaan. Tabel 4.15 Kompleksitas Audit delay
≤ 90 hari
> 90 hari
total
Tidak ada anak perusahaan
77
9
86
Ada anak perusahaan
175
11
186
total 252 Sumber : data di olah
20
272
kompleksitas
Alasan lain, Karena perusahaan yang memiliki anak perusahaan cenderung perusahaan besar yang memiliki manajemen
90
yang baik disetiap perusahaannya baik perusahaan induk maupun perusahaan anak. Sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh dan memiliki arah negate terhadap audit delay. Ringkasan hasil penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel dependen
Audit delay
Variabel Independen Penerapan IFRS (IFRS) Ukuran Perusahaan (SIZE) Profitabilitas (ROA) Kompleksitas Perusahaan (KOMP)
(+) X (+) X (-) V (-) X
Keterangan: V
= Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima.
X
= Variabel
independen
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak. (+)
= Koefisien regresi positif.
(-)
= Koefisien regresi positif.
91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay. Faktor-faktor tersebut terdiri dari penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas. Sedangkan variabel terikatnya adalah audit delay. Pengujian dilakukan dengan pengujian statistik deskriptif dan regresi binary logistic guna mengetahui sejauh mana penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas berpengaruh kepada audit delay. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan 2011, yang melibatkan 68 perusahaan sampel terpilih, total data secara keseluruhan dalam 4 tahun adalah 272. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji regresi logistik penerapan
IFRS
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay selama empat tahun pengamatan (2008-2011). Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Yaacob dan Ayoib (2012)
92
2. Berdasarkan hasil uji regresi logistik ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap audit delay selama empat tahun pengamatan (2008-2011). hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Margaretta (2011), Yulianti (2011), Ferdianto (2011), Kartika (2009) dan Rahmawati (2008). 3. Berdasarkan hasil uji regresi logistik prifitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay selama empat tahun
pengamatan
(2008-2011). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian, Subekti (2004), Hilmi dan Ali (2008), Lestari (2010), dan Lianto dan Kusuma (2010),. 4. Berdasarkan hasil uji regresi logistic kompleksitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay selama empat tahun pengamatan (2008-2011). hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Ukago (2004)
B. Implikasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pemeriksaan akuntansi yang khususnya membahas mengenai audi delay. Diharapkan pula dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi audit delay perusahaan. Berdasarkan kesimpulan yang menunjukan penerapan IFRS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay dengan arah positif.
93
Berarti perusahaan yang menerapkan IFRS tidak memiliki pengaruh dengan panjangnya audit delay. Impilkasinya, auditor harus meng-update dan memahami setiap adanya SAK yang telah direvisi dengan basis IFRS. Perusahaan, akademisi, dan KAP harus mampu menyediakan SDM yang kompeten terhadap perkembangan konvergensi IFRS. BAPEPAM dan LK serta IAPI harus mempublikasi dan mensosialisasikan setiap perubahan SAK dari konvergensi IFRS atau regulasi terkait penerapan IFRS. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay, implikasinya auditor tetap melakukan audit sesuai prosedur Profitbilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Perusahaan yang memiliki nilai ROAnya tinggi maka audit delaynya pendek. Analisis ROA mampu menggambarkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan dalam memutarkan aset. Sehingga, ROA negatif dapat memberikan dugaan adanya masalah dalam perusahaan. Implikasinya, perusahaan harus mampu menjaga nilai ROA nya agar selalu positif dengan kata lain harus mampu mengahasilkan laba yang tinggi. Kompleksitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan yang tergantung pada ada atau tidaknya anak perusahaan. Hal ini disebabkan ada atau tidak adanya anak perusahaan tidak bisa dijadikan salah satu tolak ukur dalam penentuan audit delay. Impilkasinya perusahaan harus memiliki sistem manajemen yang bagus agar bisa mengontrol anak perusahaannya dengan baik. Auditor harus pandai membuat perencanaan audit dan menjaga
94
kinerja audit agar audit bisa terlaksana sacara menyeluruh di setiap subtansi dari kompleksitas perusahaan
C. Keterbatasan Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas terhadap audit delay maka peneliti menyadari adanya keterbatasan dari penelitian ini, diantaranya : 1.
Periode sampel dalam penelitian ini hanya empat tahun, yaitu tahun 2008 sampai tahun 2011, Sehingga berpotensi tidak tertangkapnya gambaran yang sebenarnya atas pengaruh penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan kompleksitas terhadap audit delay dikarenakan minimnya data yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, Variabel penerapan IFRS dalam penelitian ini j u g a belum dapat
memperoleh
hasil yang maksimal dan rinci. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2008 – 2011 Indonesia masih melakukan adopsi terhadap IFRS dan tahun 2011 Indonesia akan melakukan persiapan akhir dalam penerapannya. Sedangkan, pada tahun 2012 Indonseia baru melakukan implementasi secara keseluruhan. 2.
Populasi
dari
penelitian
hanya
terbatas
pada
perusahaan
manufaktur saja, sehingga hasil yang kita temukan hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja. 3.
Variabel bebas yang digunakan hanya terbatas pada 4 variabel
95
saja, yaitu penerapan
IFRS, ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan kompleksitas. Masih banyak faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap audit delay.
D. Saran Mengingat hasil penelitian ini memiliki keterbatasan, maka peneliti mengajukan beberapa saran perbaikan untuk penelitian mengenai audit delay di masa yang akan datang, yaitu: 1.
Sebaiknya penelitian berikutnya menambahkan periode waktu penelitian sehingga lebih dari 4 tahun, sehingga dapat diperoleh gambaran yang mendekati keadaan sebenarnya mengenai pengaruh penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kompleksitas terhadap audit delay.
2.
Sebaiknya tambahkan jumlah data dan lingkup penelitian. Tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur saja.
3.
Sebaiknya dilakukan penambahan variabel independen yang diyakini dapat memperngaruhi audit delay.
Beberapa
referansi
variabel
independen yang dapat di teliti adalah extraordinary item, laba rugi usaha, pengalaman dan pergantian auditor, kepemilikan pihak luar, kepemilikan pihak dalam, return saham, dan lain-lain.
96
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R., & Kamarudin,K. 2003. Audit delay and the timeliness of corporate reporting: Malaysia evidence. Communication Hawaii International Conference on Business, (June), University of Hawaii-west Oahu. Arkarath, Nandakuma, dkk. 2012. “Memahami IFRS standar pelaporan keuangan internasional”. Jakarta: PT. Indeks. Bandi dan Hananto, Santoso Tri. 2000. “Ketepatan Waktu atas Laporan Keuangan Perusahaan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi III Ikatan Akuntan Indonesia. Hal: 66-77. Dyer, J.d and A.J. McGough. 1975. “The Timeliness of The Australian Annual Report” Journal of Accouting Research. Auntum, pp204-219. Ferdianto, Rio. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Nonkeuangan di Bursa Efek Indonesia Tahun 20062008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Halim, Abdul.2008. Auditing (dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). UUP STIM Hamid, Abdul. 2012.“Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di 97
Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2009. Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang. Margareta, stevhany. 2011. Pengaruh penerapan IFRS (International Financial Reporting Standards) Terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Nusantara. Jakarta. Martani, Dwi. Dampak Implementasi IFRS Bagi Perusahaan. Artikel Staf pengajar Akuntansi FEUI, anggota tim implementasi IFRS. staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2012/.../Dampak-Implementasi-IFRS.doc. diakses: 31 Januari 2013. Pukul 11:05. Martius. 2012. Analisis Praktik Akuntansi Manajemen Pada Perusahaan Manufaktur (Studi Empiris di Kawasan Industri Batam). Artikel Program Magister Sains Akuntansi Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Mulyadi. 2008. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Mumpuni, Rahayu. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Nonkeuangan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas diponegoro Semarang. Owusu-Ansah, Stephen. 2000. “Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbabwe Stock Exchange”. Journal Accounting and Business Research. Vol.30. No.3. Perdhana, G.S. 2009. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Ukuran KAP dan Jenis Industri Terhadap Lag Pada perusahaan Publik yang terdaftar di BEI: Industri Manufaktur dan Perbankan. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Prihadi, Toto. 2012. Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS&PSAK. Jakarta : PPM. Rachmawati, Sistya. 2008. ”Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness”. Jurnal Akuntansi
98
Keuangan, Mei 2008. Saleh, Rachmad dan Susilowati. 2004. ”Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis Strategi. Vol.13. h. 67-80. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Computindo. Simbolon Harry Andrian. 2011. Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS. Jakarta Subekti,
Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi.
Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang. Ubaidillah dan Venny. 2008. Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal penelitian dan pengembangan akuntansi vol.2 No.2 juli 2008. Ukago, Kristianus. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Bukti Empiris Emiten di Bursa Efek Jakarta. Tesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta”. Bulletin penelitian No.09. Yaacob, Najihah Marha dan Ayoib Che-Ahmad. 2012. Adoption of FRS 138 and Audit Delay in Malaysia. Iinternational Journal Of Economic and Finance vol.4 No. 1: January 2012. Yaputro, Jeffry winarto dan Felizia Arni Rudiawarni. 2012. Hubungan Antara Tingkat Efektifitas Komite Audit Dengan Timeliness Laporan Keuangan Pada Badab Usaha Go Publik Yang Terdaftar di BEI Tahun 2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya vol.1 No.1:2012. Yulianti, Ani. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
99
LAMPIRAN
100
LAMPIRAN 1 : DATA SAMPEL
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
1
ADES
2008
1
185,015,000,000
25.9437
-0.0822
0
25-Mar-09
0
2
ADMG
2008
1
3,855,930,121
22.0729
-0.0683
1
25-Mar-09
0
3
AISA
2008
1
1,016,957,755,151
27.6478
0.0368
1
14-Mar-09
0
4
AMFG
2008
1
1,993,033,000,000
28.3207
0.1145
0
24-Mar-09
0
5
ARNA
2008
1
736,091,719,029
27.3246
0.0738
1
27-Feb-09
0
6
AUTO
2008
1
3,981,316,000,000
29.0126
0.1422
1
20-Feb-09
0
7
BRAM
2008
1
1,672,766,471,000
28.1455
0.0057
1
25-Mar-09
0
8
BRNA
2008
1
432,641,907,567
26.7932
0.0480
1
12-Mar-09
0
9
BTON
2008
1
70,508,814,577
24.9790
0.2953
0
16-Mar-09
0
10
BUDI
2008
1
1,698,750,000,000
28.1609
0.1941
1
25-Mar-09
0
11
CEKA
2008
1
604,641,844,990
27.1279
0.0461
0
30-Jan-09
0
12
CNTX
2008
1
423,804,000,000
26.7725
-0.2165
0
27-Mar-09
0
13
CTBN
2008
1
173,594,621,200
25.8800
1.1647
1
12-Mar-09
0
14
DLTA
2008
1
698,296,738,000
27.2719
0.1199
1
20-Mar-09
0
15
DPNS
2008
1
142,627,256,412
25.6835
0.0579
1
31-Mar-09
0
16
DVLA
2008
1
637,660,844,000
27.1811
0.1111
1
18-Feb-09
0
17
EKAD
2008
1
140,763,761,567
25.6703
0.0327
1
26-Feb-09
0
101
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
18
ESTI
2008
1
530,247,658,720
26.9966
-0.0415
1
18-Mar-09
0
19
GJTL
2008
1
8,713,559,000,000
29.7959
-0.0717
1
27-Mar-09
0
20
HMSP
2008
0
16,133,819,000,000
30.4119
0.2414
1
20-Mar-09
0
21
IGAR
2008
0
305,782,633,658
26.4461
0.0240
1
5-Mar-09
0
22
INAI
2008
1
622,405,086,863
27.1569
0.0016
1
23-Mar-09
0
23
INDF
2008
1
39,594,264,000,000
31.3097
0.0261
1
19-Mar-09
0
24
INDS
2008
1
918,227,729,873
27.5457
0.0347
1
28-Mar-09
0
25
INTP
2008
1
11,286,706,863,779
30.0546
0.1547
1
4-Mar-09
0
26
JKSW
2008
0
300,344,857,854
26.4282
-0.0996
0
26-Mar-09
0
27
JPFA
2008
1
5,384,809,000,000
29.3146
0.0471
1
21-Apr-09
1
28
JPRS
2008
1
399,343,736,262
26.7131
0.1231
0
23-Mar-09
0
29
KAEF
2008
1
1,445,669,799,639
27.9996
0.0383
1
23-Mar-09
0
30
KBLM
2008
0
459,110,629,071
26.8526
0.0087
1
27-Mar-09
0
31
KDSI
2008
1
485,721,853,713
26.9089
0.0118
1
17-Mar-09
0
32
KIAS
2008
1
830,751,093,800
27.4456
0.0566
1
23-Mar-09
0
33
KICI
2008
1
86,218,216,167
25.1801
0.0355
0
3-Mar-09
0
34
KLBF
2008
1
5,703,832,411,898
29.3722
0.1239
1
16-Mar-09
0
102
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
35
LION
2008
1
253,141,852,363
26.2572
0.1495
1
16-Mar-09
0
36
LMPI
2008
1
560,078,203,949
27.0513
0.0046
0
2-Feb-09
0
37
LMSH
2008
1
61,987,805,413
24.8502
0.1490
0
11-Mar-09
0
38
LPIN
2008
1
182,939,871,224
25.9324
0.0260
1
30-Mar-09
0
39
MERK
2008
1
375,064,492,000
26.6504
0.0256
0
19-Feb-09
0
40
MLBI
2008
1
941,389,000,000
27.5706
0.2361
1
10-Mar-09
0
41
MLIA
2008
1
3,733,017,638,000
28.9482
-0.2032
1
16-Mar-09
0
42
MRAT
2008
1
354,780,623,962
26.5948
0.0628
1
23-Mar-09
0
43
MYOR
2008
1
2,922,998,415,036
28.7036
0.0671
1
20-Mar-09
0
44
NIPS
2008
1
325,008,127,626
26.5071
0.0048
0
3-Apr-09
1
45
PBRX
2008
0
952,742,296,192
27.5826
-0.0433
1
18-Mar-09
0
46
POLY
2008
1
4,912,990,190,007
29.2229
-0.4645
1
27-Mar-09
0
47
PRAS
2008
1
555,320,858,382
27.0428
-0.0267
0
23-Mar-09
0
48
PSDN
2008
1
286,965,007,378
26.3826
0.0329
1
6-Mar-09
0
49
PYFA
2008
1
98,655,309,435
25.3149
0.0234
0
28-Feb-09
0
50
RMBA
2008
1
4,455,531,963,727
29.1252
0.0537
1
6-Feb-09
0
51
SAIP
2008
1
2,523,434,393,139
28.5566
172.2664
0
10-Mar-09
0
103
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
52
SCPI
2008
1
199,526,342,351
26.0192
0.0332
0
28-Feb-09
0
53
SIAP
2008
1
142,216,191,282
25.6806
0.0260
1
5-Mar-09
0
54
SIPD
2008
1
1,384,706,617,390
27.9565
0.0197
1
20-Mar-09
0
55
SKLT
2008
1
201,003,449,401
26.0266
0.0212
1
19-Mar-09
0
56
SMCB
2008
1
7,674,980,000,000
29.6690
0.0368
1
2-Feb-09
0
57
SMGR
2008
1
10,602,963,724,000
29.9922
0.2380
1
12-Mar-09
0
58
SMSM
2008
1
929,753,183,773
27.5582
0.0984
1
11-Mar-09
0
59
SPMA
2008
1
1,564,901,725,746
28.0788
-9.1394
0
2-Feb-09
0
60
SQBI
2008
1
294,724,871,000
26.4093
0.3199
0
20-Mar-09
0
61
SRSN
2008
1
392,937,045,000
26.6969
0.0173
0
14-Mar-09
0
62
STTP
2008
1
626,749,784,472
27.1638
0.0077
0
2-Feb-09
0
63
SULI
2008
1
2,169,944,583,777
28.4057
-0.1210
1
16-Feb-09
0
64
TCID
2008
1
910,789,677,565
27.5376
0.1261
0
20-Feb-09
0
65
TOTO
2008
1
1,031,130,721,298
27.6617
0.0614
0
20-Mar-09
0
66
TRST
2008
1
2,158,865,645,281
28.4006
0.0269
1
17-Mar-09
0
67
ULTJ
2008
1
1,740,646,379,006
28.1853
0.1745
1
25-Mar-09
0
68
UNVR
2008
1
6,504,736,000,000
29.5036
0.3701
1
25-Mar-09
0
104
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
69
ADES
2009
1
178,287,000,000
25.9067
0.0915
0
25-Mar-10
0
70
ADMG
2009
1
2,804,376,918
21.7544
0.0192
1
15-Mar-10
0
71
AISA
2009
1
1,347,036,482,667
27.9289
0.0281
1
9-Apr-10
1
72
AMFG
2009
0
1,972,397,000,000
28.3103
0.0341
0
29-Mar-10
0
73
ARNA
2009
1
822,686,549,168
27.4358
0.0777
1
8-Mar-10
0
74
AUTO
2009
1
4,644,939,000,000
29.1668
0.8571
1
19-Feb-10
0
75
BRAM
2009
1
1,349,630,935,000
27.9309
0.0534
1
19-Mar-10
0
76
BRNA
2009
1
507,226,402,680
26.9522
0.0399
1
8-Mar-10
0
77
BTON
2009
0
69,783,877,404
24.9687
0.1345
0
5-Mar-10
0
78
BUDI
2009
0
1,598,824,000,000
28.1003
0.0916
1
23-Mar-10
0
79
CEKA
2009
1
56,832,939,854
24.7634
0.8709
0
5-Mar-10
0
80
CNTX
2009
0
415,749,871,000
26.7533
-0.1371
0
6-Apr-10
1
81
CTBN
2009
1
2,101,946,111,800
28.3739
0.0645
1
5-Feb-10
0
82
DLTA
2009
1
760,425,630,000
27.3571
0.0002
1
23-Mar-10
0
83
DPNS
2009
1
142,551,475,929
25.6830
0.0500
1
25-Mar-10
0
84
DVLA
2009
1
783,613,064,000
27.3872
0.0922
1
17-Feb-10
0
85
EKAD
2009
0
165,122,502,774
25.8300
0.9958
1
17-Mar-10
0
105
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
86
ESTI
2009
0
518,857,361,261
26.9749
0.0148
1
17-Mar-10
0
87
GJTL
2009
0
8,877,146,000,000
29.8145
0.1020
1
17-Mar-10
0
88
HMSP
2009
1
17,716,447,000,000
30.5055
0.2872
1
24-Mar-10
0
89
IGAR
2009
1
317,808,701,451
26.4847
0.0778
1
2-Mar-10
0
90
INAI
2009
0
470,415,971,203
26.8769
-0.0273
1
24-Mar-10
0
91
INDF
2009
1
40,382,953,000,000
31.3294
0.0514
1
18-Mar-10
0
92
INDS
2009
0
621,140,423,109
27.1548
0.0946
1
19-Mar-10
0
93
INTP
2009
1
13,276,270,232,548
30.2170
0.2069
1
3-Mar-10
0
94
JKSW
2009
0
270,366,547,227
26.3230
0.0249
0
31-Mar-10
0
95
JPFA
2009
1
6,070,137,000,000
29.4344
0.1342
1
7-Apr-10
1
96
JPRS
2009
1
353,951,009,577
26.5924
0.0054
0
9-Feb-10
0
97
KAEF
2009
0
1,562,624,630,137
28.0774
0.0400
1
26-Mar-10
0
98
KBLM
2009
1
354,780,873,513
26.5948
0.0048
1
26-Mar-10
0
99
KDSI
2009
0
550,691,466,904
27.0344
0.0191
1
12-Mar-10
0
100
KIAS
2009
1
1,320,515,798,062
27.9090
0.0207
1
19-Mar-10
0
101
KICI
2009
1
84,276,874,394
25.1574
-0.0619
0
3-Mar-10
0
102
KLBF
2009
1
6,482,446,670,172
29.5001
0.1433
1
11-Mar-10
0
106
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
103
LION
2009
0
271,366,371,297
26.3267
0.1239
1
10-Mar-10
0
104
LMPI
2009
1
540,513,720,495
27.0158
0.0111
0
15-Feb-10
0
105
LMSH
2009
0
72,830,915,980
25.0114
0.0330
0
5-Mar-10
0
106
LPIN
2009
1
137,909,659,938
25.6499
0.0740
1
30-Mar-10
0
107
MERK
2009
0
433,970,635,000
26.7962
0.3380
0
23-Feb-10
0
108
MLBI
2009
0
993,465,000,000
27.6245
0.3427
1
3-Mar-10
0
109
MLIA
2009
0
3,238,732,534,000
28.8062
0.4452
1
15-Mar-10
0
110
MRAT
2009
1
365,635,717,933
26.6249
0.0575
1
15-Mar-10
0
111
MYOR
2009
0
3,246,492,515,952
28.8086
0.1186
1
19-Mar-10
0
112
NIPS
2009
0
314,477,779,213
26.4742
0.0117
0
23-Apr-10
1
113
PBRX
2009
1
819,565,245,320
27.4320
0.0406
1
12-Mar-10
0
114
POLY
2009
1
4,569,623,653,917
29.1505
0.2588
1
15-Mar-10
0
115
PRAS
2009
1
420,714,339,156
26.7652
-0.0861
0
10-Mar-10
0
116
PSDN
2009
1
353,628,509,667
26.5915
0.0918
1
5-Mar-10
0
117
PYFA
2009
1
99,937,383,195
25.3278
0.0378
0
19-Feb-10
0
118
RMBA
2009
1
4,302,659,178,165
29.0903
0.0058
1
22-Mar-10
0
119
SAIP
2009
0
2,413,702,901,350
28.5122
0.1390
0
12-Mar-10
0
107
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
120
SCPI
2009
0
206,257,212,000
26.0524
0.0523
0
31-Mar-10
0
121
SIAP
2009
1
147,434,615,301
25.7167
0.0212
1
25-Mar-10
0
122
SIPD
2009
0
1,641,295,139,974
28.1265
0.0227
1
8-Apr-10
1
123
SKLT
2009
1
196,186,028,659
26.0023
0.0653
1
18-Mar-10
0
124
SMCB
2009
1
7,265,366,000,000
29.6141
0.1233
1
2-Feb-10
0
125
SMGR
2009
1
12,951,308,161,000
30.1922
0.2805
1
17-Mar-10
0
126
SMSM
2009
0
941,651,276,602
27.5709
0.1411
1
17-Mar-10
0
127
SPMA
2009
1
1,432,637,490,340
27.9905
0.0188
0
30-Mar-10
0
128
SQBI
2009
1
318,933,869,000
26.4882
0.4116
0
22-Mar-10
0
129
SRSN
2009
0
413,776,708,000
26.7486
0.0613
0
8-Mar-10
0
130
STTP
2009
0
548,720,445,825
27.0309
0.0749
0
26-Mar-10
0
131
SULI
2009
1
2,009,536,359,513
28.3289
-0.0517
1
10-Mar-10
0
132
TCID
2009
1
946,202,225,969
27.5757
0.1317
0
2-Mar-10
0
133
TOTO
2009
1
1,012,921,909,021
27.6439
0.1805
0
22-Mar-10
0
134
TRST
2009
1
1,921,660,087,991
28.2842
0.0749
1
18-Mar-10
0
135
ULTJ
2009
0
1,732,701,994,634
28.1807
0.0353
1
24-Mar-10
0
136
UNVR
2009
0
7,484,990,000,000
29.6439
0.4067
1
23-Mar-10
0
108
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
137
ADES
2010
0
324,493,000,000
26.5055
0.0976
0
10-Mar-11
0
138
ADMG
2010
1
3,766,135,060
22.0493
0.0100
1
18-Mar-11
0
139
AISA
2010
1
1,936,949,441,138
28.2921
0.0392
1
29-Apr-11
1
140
AMFG
2010
0
2,372,657,000,000
28.4950
0.1395
0
25-Mar-11
0
141
ARNA
2010
1
873,154,085,922
27.4954
0.0905
1
15-Mar-11
0
142
AUTO
2010
1
5,585,852,000,000
29.3513
0.2043
1
18-Feb-11
0
143
BRAM
2010
1
1,492,727,607,000
28.0316
0.0899
1
21-Mar-11
0
144
BRNA
2010
1
550,907,477,000
27.0348
0.0728
1
21-Mar-11
0
145
BTON
2010
0
89,824,014,717
25.2211
0.0934
0
9-Mar-11
0
146
BUDI
2010
0
1,967,633,000,000
28.3079
0.0272
1
23-Mar-11
0
147
CEKA
2010
1
850,469,914,144
27.4691
0.0035
0
4-Mar-11
0
148
CNTX
2010
1
315,630,738,000
26.4778
-0.0333
0
30-Mar-11
0
149
CTBN
2010
1
3,038,796,039,900
28.7425
1.0845
1
17-Feb-11
0
150
DLTA
2010
1
708,583,733,000
27.2865
0.1970
1
23-Mar-11
0
151
DPNS
2010
1
175,682,792,596
25.8919
0.0840
1
25-Mar-11
0
152
DVLA
2010
1
854,109,991,000
27.4733
0.1298
1
28-Feb-11
0
153
EKAD
2010
1
204,470,492,995
26.0437
0.0122
1
21-Mar-11
0
109
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
154
ESTI
2010
1
583,252,944,571
27.0919
0.0025
1
16-Mar-11
0
155
GJTL
2010
1
10,371,567,000,000
29.9701
0.0801
1
22-Mar-11
0
156
HMSP
2010
1
20,525,123,000,000
30.6527
0.3129
1
16-Mar-11
0
157
IGAR
2010
1
347,473,064,455
26.5740
0.0925
1
21-Mar-11
0
158
INAI
2010
1
389,007,411,195
26.6869
0.0409
1
24-Mar-11
0
159
INDF
2010
1
47,275,955,000,000
31.4870
0.0625
1
11-Mar-11
0
160
INDS
2010
1
770,606,281,603
27.3704
0.0923
1
22-Mar-11
0
161
INTP
2010
1
15,346,145,677,737
30.3619
0.2101
1
28-Feb-11
0
162
JKSW
2010
0
289,987,562,836
26.3931
0.0234
0
24-Mar-11
0
163
JPFA
2010
1
6,979,762,000,000
29.5740
0.1374
1
25-Mar-11
0
164
JPRS
2010
0
411,281,598,196
26.7425
0.0692
0
23-Mar-11
0
165
KAEF
2010
1
1,657,291,834,312
28.1362
0.0837
1
25-Mar-11
0
166
KBLM
2010
1
403,194,715,268
26.7227
0.0097
1
25-Mar-11
0
167
KDSI
2010
1
557,724,815,222
27.0471
0.0303
1
11-Mar-11
0
168
KIAS
2010
1
1,266,122,276,023
27.8670
0.0115
1
18-Mar-11
0
169
KICI
2010
1
85,942,208,666
25.1769
0.0379
0
7-Mar-11
0
170
KLBF
2010
1
7,032,496,663,288
29.5816
0.1914
1
8-Mar-11
0
110
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
171
LION
2010
1
303,899,974,798
26.4400
0.1271
1
11-Mar-11
0
172
LMPI
2010
0
608,920,103,517
27.1350
0.0046
0
15-Mar-11
0
173
LMSH
2010
1
78,200,046,845
25.0825
0.0940
0
4-Mar-11
0
174
LPIN
2010
0
150,937,167,032
25.7401
0.0936
1
10-Mar-11
0
175
MERK
2010
1
434,768,493,000
26.7981
0.2732
0
23-Feb-11
0
176
MLBI
2010
1
1,137,082,000,000
27.7595
0.3896
1
2-Mar-11
0
177
MLIA
2010
1
4,532,299,525,000
29.1423
0.6696
1
25-Mar-11
0
178
MRAT
2010
1
386,352,442,915
26.6800
0.0655
1
21-Mar-11
0
179
MYOR
2010
1
4,399,191,135,535
29.1124
0.1141
1
18-Mar-11
0
180
NIPS
2010
1
337,605,715,524
26.5451
0.0374
0
1-Apr-11
1
181
PBRX
2010
1
887,284,106,449
27.5114
0.0402
1
22-Mar-11
0
182
POLY
2010
1
3,988,442,112,390
29.0144
0.0840
1
23-Mar-11
0
183
PRAS
2010
1
461,968,722,867
26.8588
0.1228
0
7-Apr-11
1
184
PSDN
2010
1
414,611,350,180
26.7506
0.0312
1
9-Mar-11
0
185
PYFA
2010
1
100,586,999,230
25.3343
0.0417
0
14-Mar-11
0
186
RMBA
2010
1
4,902,597,000,000
29.2208
0.0446
1
28-Mar-11
0
187
SAIP
2010
1
2,211,701,041,860
28.4248
-0.0363
0
14-Mar-11
0
111
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
188
SCPI
2010
1
233,756,072,000
26.1775
-0.0344
0
31-Mar-11
0
189
SIAP
2010
1
150,912,563,271
25.7400
0.0267
1
18-Mar-11
0
190
SIPD
2010
1
2,037,458,582,968
28.3427
0.0300
1
28-Mar-11
0
191
SKLT
2010
1
199,375,442,469
26.0185
0.0242
1
7-Mar-11
0
192
SMCB
2010
1
10,437,249,000,000
29.9764
0.0812
1
31-Jan-11
0
193
SMGR
2010
1
15,562,998,946,000
30.3759
0.2350
1
8-Mar-11
0
194
SMSM
2010
1
1,067,103,249,531
27.6960
0.1545
1
21-Mar-11
0
195
SPMA
2010
1
1,490,033,771,432
28.0298
0.0199
0
17-Mar-13
0
196
SQBI
2010
1
320,023,490,000
26.4917
0.2895
0
18-Mar-11
0
197
SRSN
2010
1
364,004,769,000
26.6204
0.0270
0
21-Mar-11
0
198
STTP
2010
0
649,273,975,548
27.1991
0.0657
1
6-Apr-11
1
199
SULI
2010
1
1,955,353,689,750
28.3016
0.0009
1
15-Apr-11
1
200
TCID
2010
1
1,047,238,440,003
27.6772
0.1255
0
2-Mar-11
0
201
TOTO
2010
1
1,091,583,115,098
27.7187
0.1781
0
28-Mar-11
0
202
TRST
2010
1
2,029,558,232,720
28.3388
0.0670
1
11-Mar-11
0
203
ULTJ
2010
1
2,006,595,762,260
28.3275
0.0535
1
24-Mar-11
0
204
UNVR
2010
1
8,701,262,000,000
29.7945
0.3890
1
23-Mar-11
0
112
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
205
ADES
2011
0
316,048,000,000
26.4792
0.0818
0
19-Mar-12
0
206
ADMG
2011
1
5,247,203,768
22.3810
0.0541
1
26-Mar-12
0
207
AISA
2011
1
3,590,309,000,000
28.9093
0.0418
1
12-Apr-12
1
208
AMFG
2011
1
2,690,595,000,000
28.6208
0.1252
0
28-Mar-12
0
209
ARNA
2011
1
831,507,593,676
27.4465
0.1154
1
5-Mar-12
0
210
AUTO
2011
1
6,964,227,000,000
29.5718
0.1103
1
20-Feb-12
0
211
BRAM
2011
1
1,660,119,065,000
28.1379
0.0331
1
22-Mar-12
0
212
BRNA
2011
1
643,963,801,000
27.1909
0.0737
1
26-Mar-12
0
213
BTON
2011
1
118,715,558,433
25.5000
0.1609
0
21-Mar-12
0
214
BUDI
2011
1
2,123,285,000,000
28.3840
0.0309
1
22-Mar-12
0
215
CEKA
2011
1
823,360,918,368
27.4367
0.1170
0
12-Mar-12
0
216
CNTX
2011
1
316,427,505,560
26.4804
0.1059
0
29-Mar-12
0
217
CTBN
2011
1
2,708,452,681,000
28.6274
0.2095
1
16-Feb-12
0
218
DLTA
2011
1
6,961,666,760,000
29.5714
0.0218
1
27-Mar-12
0
219
DPNS
2011
1
172,322,620,690
25.8726
-0.0385
1
19-Apr-12
1
220
DVLA
2011
1
928,290,993,000
27.5566
0.1303
1
15-Feb-12
0
221
EKAD
2011
1
237,592,308,314
26.1938
0.1168
1
7-Mar-12
0
113
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
222
ESTI
2011
1
636,930,474,525
27.1799
0.0051
1
20-Mar-12
0
223
GJTL
2011
1
1,155,414,000,000
27.7755
0.8188
1
27-Mar-12
0
224
HMSP
2011
1
19,376,343,000,000
30.5951
0.4155
1
16-Mar-12
0
225
IGAR
2011
1
355,579,995,944
26.5970
0.1556
1
2-Feb-12
0
226
INAI
2011
1
544,282,443,363
27.0227
0.0484
1
22-Mar-12
0
227
INDF
2011
1
5,358,593,300,000
29.3097
0.9363
1
15-Mar-11
0
228
INDS
2011
1
1,139,715,256,754
27.7618
0.1057
1
26-Mar-12
0
229
INTP
2011
1
18,151,331,000,000
30.5298
0.1984
1
12-Mar-12
0
230
JKSW
2011
1
287,131,908,141
26.3832
-0.0089
0
30-Mar-12
0
231
JPFA
2011
1
8,266,417,000,000
29.7432
0.0787
1
26-Mar-12
0
232
JPRS
2011
1
437,848,660,950
26.8051
0.0861
0
21-Mar-12
0
233
KAEF
2011
1
1,794,242,423,105
28.2156
0.0957
1
21-Mar-12
0
234
KBLM
2011
1
642,954,768,386
27.1893
0.0296
1
27-Mar-12
0
235
KDSI
2011
1
587,566,985,478
27.0993
0.0402
1
14-Feb-12
0
236
KIAS
2011
1
2,049,632,940,571
28.3487
-0.0099
1
29-Mar-12
0
237
KICI
2011
1
87,419,114,499
25.1940
0.0041
0
7-Mar-12
0
238
KLBF
2011
1
8,274,554,112,840
29.7442
0.1861
1
9-Mar-12
0
114
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
TANGGAL
DUMMY DELAY
239
LION
2011
1
365,815,749,593
26.6254
0.1436
1
12-Mar-12
0
240
LMPI
2011
1
685,895,619,326
27.2540
0.0079
0
19-Mar-12
0
241
LMSH
2011
1
38,019,132,648
24.3614
0.2866
0
12-Mar-12
0
242
LPIN
2011
1
157,371,466,252
25.7819
0.0719
1
30-Mar-12
0
243
MERK
2011
1
584,388,578,000
27.0938
0.3956
0
23-Feb-12
0
244
MLBI
2011
1
1,220,813,000,000
27.8305
0.4156
1
2-Mar-12
0
245
MLIA
2011
1
6,119,185,665,000
29.4425
0.2219
1
26-Mar-12
0
246
MRAT
2011
1
422,493,037,089
26.7694
0.0610
1
19-Mar-12
0
247
MYOR
2011
1
6,599,845,533,328
29.5181
0.0733
1
8-Feb-12
0
248
NIPS
2011
1
446,688,457,381
26.8251
0.0399
0
30-Apr-12
1
249
PBRX
2011
1
1,515,038,439,895
28.0465
0.0474
1
15-Mar-12
0
250
POLY
2011
1
3,683,205,736,554
28.9348
0.1657
1
21-Mar-12
0
251
PRAS
2011
1
481,911,700,412
26.9010
0.0094
0
17-Apr-12
1
252
PSDN
2011
1
421,366,403,319
26.7668
0.0566
1
12-Mar-12
0
253
PYFA
2011
1
118,033,602,852
25.4942
0.0438
0
28-Feb-12
0
254
RMBA
2011
1
6,333,957,000,000
29.4769
0.0483
1
22-Mar-12
0
255
SAIP
2011
1
2,067,405,320,348
28.3573
0.1229
0
19-Mar-12
0
115
DUMM TANGGAL Y DELAY
NO
NAMA
TAHUN
IFRS
SIZE
LN SIZE
ROA
KOMPLEKSITAS
256
SCPI
2011
1
312,518,674,000
26.4679
-0.0813
0
11-Apr-12
1
257
SIAP
2011
1
163,233,383,441
25.8184
0.0200
1
6-Feb-12
0
258
SIPD
2011
1
2,641,602,932,160
28.6024
0.0089
1
21-May-12
1
259
SKLT
2011
1
214,237,879,424
26.0904
0.0279
1
15-Mar-12
0
260
SMCB
2011
1
10,950,501,000,000
30.0244
0.0963
1
14-Feb-12
0
261
SMGR
2011
1
19,661,602,767,000
30.6097
0.2014
1
19-Mar-12
0
262
SMSM
2011
1
1,136,857,942,381
27.7593
0.1929
1
7-Mar-12
0
263
SPMA
2011
1
1,551,777,407,073
28.0704
0.0213
0
19-Mar-12
0
264
SQBI
2011
1
361,756,455,000
26.6142
0.3319
0
16-Mar-12
0
265
SRSN
2011
1
361,182,183,000
26.6126
0.0664
0
29-Mar-12
0
266
STTP
2011
1
934,765,927,864
27.5636
0.0457
1
5-Apr-12
1
267
SULI
2011
1
1,695,019,360,412
28.1587
-0.1858
1
16-Apr-12
1
268
TCID
2011
1
1,130,865,062,422
27.7540
0.1238
0
2-Mar-12
0
269
TOTO
2011
1
1,339,570,029,820
27.9234
0.1633
0
27-Mar-12
0
270
TRST
2011
1
2,132,449,783,092
28.3883
0.0675
1
22-Mar-12
0
271
ULTJ
2011
1
2,179,181,979,434
28.4100
0.0465
1
26-Mar-12
0
272
UNVR
2011
1
10,482,312,000,000
29.9807
0.3973
1
30-Mar-12
0
116
LAMPIRAN 2 : DAFTAR SAK PSAK, ISAK, PPSAK PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (revisi 2009)
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tanggal Efektif
2009
1 Jan 2011
2009
1 Jan 2011
PSAK 3 Laporan Keuangan Interim (revisi 2010) PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri (revisi 2009) PSAK 5 Segmen Operasi (revisi 2009)
IAS 34 2010 Interim Financial Reporting (1 Januari 2009)
1 Jan 2011
IAS 27 Consolidated and Separate Financial Statements (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
IFRS 8 Operating Segmen (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
PSAK 7 Pengungkapan Pihakpihak Berelasi (revisi 2010) PSAK 8 Peristiwa Setelah Periode Pelaporan (revisi 2010) PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (revisi 2010) PSAK 12 Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama (revisi 2009)
IAS 24 Related Party Disclosure (4 November 2009)
2010
1 Jan 2011
IAS 10 Events after The Reporting Period (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2011
IAS 21 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates (1 Januari 2009) IAS 31 Interest in Joint Ventures
2010
1 Jan 2012
2009
1 Jan 2011
PSAK 2 Laporan Arus Kas (revisi 2009)
IAS 1 Presentation of Financial Statements (1 Januari 2009) IAS 7 Statement of Cash Flows (1 Januari 2009)
Tahun Pengesahan
117
PSAK, ISAK, PPSAK
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tahun Pengesahan
PSAK 13 IAS 40 2007 Properti Investasi Investment Property (revisi 2007) (1 Januari 2007) PSAK 14 IAS 2 2008 Persediaan Inventory (revisi 2008) (1 Januari 2008) PSAK 15 IAS 28 2009 Investasi pada Entitas Investment in Associates Asosiasi (1 Januari 2009) (revisi 2009) PSAK 16 IAS 16 2007 Aset Tetap Property, Plant and (revisi 2007) Equipment (1 Januari 2007) PSAK 18 IAS 26 2010 Akuntansi dan Accounting and Reporting by Pelaporan Program Retirement Benefit Plans Manfaat Purnakarya (1 Januari 2009) (revisi 2010) PSAK 19 Aset Takberwujud (revisi 2010) PSAK 22 Kombinasi Bisnis (revisi 2010) PSAK 23 Pendapatan (revisi 2010) PSAK 24 Imbalan Kerja (revisi 2010) PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan (revisi 2009)
IAS 38 Intangible Assets (1 Januari 2009) IFRS 3 Business Combinations (1 Januari 2009) IAS 18 Revenue (1 Januari 2009) IAS 19 Employee Benefits (1 Januari 2009) IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors (1 Januari 2009)
Tanggal Efektif 1 Jan 2008 1 Jan 2009 1 Jan 2011 1 Jan 2008 1 Jan 2012
2010
1 Jan 2011
2010
1 Jan 2011
2010
1 Jan 2011
2010
1 Jan 2012
2009
1 Jan 2011
118
PSAK, ISAK, PPSAK
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tahun Pengesahan
Tanggal Efektif
PSAK 26 Biaya Pinjaman (revisi 2008)
IAS 23 Borrowing Cost (1 Januari 2008)
2008
1 Jan 2010
PSAK 30 Sewa (revisi 2007)
IAS 17 Leases (1 Januari 2007)
2007
1 Jan 2008
PSAK 34 Kontrak Konstruksi (revisi 2010)
IAS 11 Construction Contracts (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2012
PSAK 46 Pajak Penghasilan (revisi 2010) PSAK 48 Penurunan Nilai Aset (revisi 2009) PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan (revisi PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian (revisi 2010)
IAS 12 Income Tax (1 Januari 2009) IAS 36 Impairment of Assets (1 Januari 2009) IAS 32 Financial Instruments: Presentation and Disclosures (1 Januari IAS 32 2006) Financial Instruments: Presentation (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2012
2009
1 Jan 2011
2006
1 Jan 2010
2010
1 Jan 2012
IFRS 2 Share-based Payment (1 Juni 2009)
2010
1 Jan 2012
IAS 32 Financial Instruments: Measurement and Recognition (1 Januari 2006)
2006
1 Jan 2010
IAS 37 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham (revisi 2010) PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (revisi 2006) PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi (revisi 2009)
119
PSAK, ISAK, PPSAK
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tahun Pengesahan
Tanggal Efektif
PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan (revisi 2009) PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan
IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations (1 Januari 2009) IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
2010
1 Jan 2012
PSAK 61 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government
2010
1 Jan 2012
ISAK 7 Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus (revisi 2009)
SIC 12 Consolidated-Special Purpose Entities (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
ISAK 8 Penentuan apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa dan Pembahasan Lebih Lanjut Ketentuan Transisi PSAK 30
IFRIC 4 Determining whether an Arrangement contains a Lease (1 Januari 2007)
2008
1 Jan 2008
ISAK 9 Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Restorasi, dan Kewajiban Serupa
IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, restoration and Similar Liabilities (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
2009
1 Jan 2011
ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan
IFRIC 13 Customer Loyalty Programmes (1 Januari 2009)
120
PSAK, ISAK, PPSAK
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tahun Pengesahan
Tanggal Efektif
ISAK 11 Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
IFRIC 17 Distributions of Non-cash Assets to Owners (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
ISAK 12 Pengendalian Bersama Entitas: kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
SIC 13 Jointly Controlled EntitiesNon- Monetary Contributions by Venturer (1 Januari 2009)
2009
1 Jan 2011
ISAK 13 Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
IFRIC 16 Hedges of a Net Investment in a Foreign Operation (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2012
ISAK 14 Aset Tidak Berwujud-Biaya Situs Web
SIC 32 Intangible Assets-Web Site Costs (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2011
ISAK 15 PSAK 24-Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya
IFRIC 14 IAS 19-The Limit on a Defined 2010 Benefit Asset (1 Januari 2009)
1 Jan 2012
ISAK 17 Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
IFRIC 10 Interim Financial Reporting and Impairment (1 Januari 2009)
1 Jan 2011
2010
121
PSAK, ISAK, PPSAK
Referensi (IFRS/IAS/IFRIC/SIC)
Tahun Pengesahan
Tanggal Efektif
ISAK 18 Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi
SIC 10 Government Assistance- No Specific Relation to Operating Activities (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2012
ISAK 20 Pajak penghasilan Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau para Pemegang Saham
SIC 25 Income Taxes- Chages in the Tax Status of an Entity or its Shareholders (1 Januari 2009)
2010
1 Jan 2012
122
LAMPIRAN 3 : OUTPUT SPSS Frequencies
Statistics SIZE N
Valid
ROA
272
272
0
0
Mean
27.5038
.1073
Median
27.4363
.0626
Std. Deviation
1.56806
.18226
Minimum
21.75
-.46
Maximum
31.49
1.16
25
26.5523
.0236
50
27.4363
.0626
75
28.3975
.1301
Missing
Percentiles
Statistics IFRS N
Valid
KOMP
AUD
272
272
272
0
0
0
Missing
IFRS Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
155
57.0
57.0
57.0
1
117
43.0
43.0
100.0
Total
272
100.0
100.0
123
KOMP Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
86
31.6
31.6
31.6
1
186
68.4
68.4
100.0
Total
272
100.0
100.0
AUD Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
252
92.6
92.6
92.6
1
20
7.4
7.4
100.0
272
100.0
100.0
Total
Logistic Regression
Case Processing Summary a
Unweighted Cases Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 272
100.0
0
.0
272
100.0
0
.0
272
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
124
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
159.018
-1.706
2
143.775
-2.322
3
142.901
-2.516
4
142.895
-2.534
5
142.895
-2.534
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 142.895 c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a,b
Predicted AUD Observed Step 0
AUD
0
Percentage 1
Correct
0
252
0
100.0
1
20
0
.0
Overall Percentage
92.6
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
125
Variables in the Equation B Step 0
Constant
-2.534
S.E.
Wald
.232
df
Sig.
118.952
1
Exp(B)
.000
.079
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
IFRS
4.257
1
.039
SIZE
.008
1
.927
ROA
5.925
1
.015
KOMP
1.788
1
.181
10.844
4
.028
Overall Statistics
a,b,c,d
Iteration History
Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood
Constant
IFRS
SIZE
ROA
KOMP
1
154.590
-1.956
.234
.013
-.787
-.162
2
133.547
-3.089
.522
.036
-2.350
-.368
3
128.856
-3.946
.721
.064
-4.872
-.530
4
128.398
-3.961
.771
.063
-6.047
-.566
5
128.393
-3.931
.776
.062
-6.180
-.567
6
128.393
-3.930
.776
.062
-6.182
-.567
7
128.393
-3.930
.776
.062
-6.182
-.567
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 142.895 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
126
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
14.501
4
.006
Block
14.501
4
.006
Model
14.501
4
.006
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
1
128.393
a
.052
.127
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
8.914
Sig. 8
.350
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test AUD = 0 Observed Step 1
AUD = 1
Expected
Observed
Expected
Total
1
27
26.799
0
.201
27
2
27
26.310
0
.690
27
3
26
26.014
1
.986
27
4
27
25.825
0
1.175
27
5
25
25.683
2
1.317
27
6
26
25.409
1
1.591
27
7
27
25.030
0
1.970
27
8
22
24.500
5
2.500
27
9
22
23.863
5
3.137
27
10
23
22.567
6
6.433
29
127
Classification Table
a
Predicted AUD Observed Step 1
AUD
0
Percentage 1
Correct
0
251
1
99.6
1
20
0
.0
Overall Percentage
92.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
IFRS
.776
.515
2.269
1
.132
2.173
SIZE
.062
.186
.110
1
.740
1.064
ROA
-6.182
2.358
6.876
1
.009
.002
-.567
.527
1.157
1
.282
.567
-3.930
4.921
.638
1
.425
.020
KOMP Constant
a. Variable(s) entered on step 1: IFRS, SIZE, ROA, KOMP.
Correlation Matrix Constant Step 1
Constant
IFRS
SIZE
ROA
KOMP
1.000
.183
-.995
.068
.332
IFRS
.183
1.000
-.249
.108
.130
SIZE
-.995
-.249
1.000
-.086
-.386
ROA
.068
.108
-.086
1.000
-.011
KOMP
.332
.130
-.386
-.011
1.000
128
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 80 + + | | | | F | R + E | Q | U | E + N | C | Y |
| 60 + | | |
0
40 +
0
|
00
|
00
|
00 1
20 +
0000
+ |00000000 11 | |00000000000 | |000000000000111 100 | Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+--------+---------+---------+---------+---------Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group: 000000000000000000000000000000000000000000000000001111111111111111 1111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50 Symbols: 0 - 0 1 - 1 Each Symbol Represents 5 Cases.
129