1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Studi Eksperimen Laju Pertumbuhan Marine Growth Pada Plat Baja ASTM A36 Akibat Pengaruh Kuat Cahaya dan Variasi Salinitas Prilisyah Fitri Maryanti, Haryo Dwito Armono dan Heri Supomo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak– Marine growth / marine biofouling secara umum didefinisikan sebagai penempelan dan akumulasi organisme hidup pada struktur fisik buatan manusia yang ditempatkan di lingkungan perairan atau laut. Dalam dunia kelautan, marine growth / marine biofouling dikenal sebagai sekumpulan hewan atau tumbuhan laut yang tumbuh dan berkoloni di permukaan bangunan atau struktur di dalam laut; dimana kondisi suhu, bahan makanan atau nutrisi, faktor pH (derajat keasaman), dan kondisi lingkungan sekitar cocok bagi pertumbuhan mereka. Salah satunya adalah faktor salinitas dan kuat cahaya. Oleh karena itu, untuk membuktikannya dilakukan percobaan dengan variasi salinitas dan kuat cahaya menggunakan 12 sampel. Material spesimen yang digunakan adalah plat baja ASTM A36. Percobaan dilakukan selama 56 hari untuk mengetahui laju pertumbuhan biofilm. Dari hasil penelitian diperoleh variasi salinitas 30 ppt dengan variasi kuat cahaya tanpa cahaya mengalami penambahan berat paling kecil yaitu 0,0768 gram per hari, sedangkan hubungan antara variasi salinitas 20 ppt dengan variasi kuat cahaya 300 luks mengalami penambahan berat paling besar, yaitu 0,2768 gram per hari. Kata Kunci– Marine growth, marine biofouling, salinitas, kuat cahaya I. PENDAHULUAN Keberadaan biota laut (marine growth / marine biofouling) tidak dapat dengan mudah diprediksi dan dihindarkan pengaruhnya pada suatu struktur bangunan lepas pantai. Padahal, biota laut tersebut mempunyai pengaruh yang tidak dikehendaki ditinjau dari kekuatan strukturnya. Pada struktur platform, adanya marine growth / marine biofouling akan menyebabkan struktur menjadi lebih berat.[1] Timbulnya fouling pada suatu peralatan tentu membawa dampak kerugian pada peralatan tersebut, seperti yang pada jaringan pipa di offshore dapat menyebabkan osilasi aliran, kavitasi, getaran, dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran. Pada kapal, adanya biofouling dapat menambah tahanan kapal, meningkatkan penggunaan bahan bakar, mengurangi kecepatan maksimum pada kapal [2]. Persoalan yang ingin dibahas pada penelitian tugas akhir ini adalah menganalisa laju pertumbuhan marine growth / marine biofouling pada pelat baja yang dipengaruhi oleh kuat cahaya. Parameter lingkungan yang mempengaruhi
marine growth / marine biofouling adalah salinitas, intensitas cahaya, oksigen, makanan, dan substrat. Air yang sangat keruh dapat menyebabkan Organisme biofouling tidak dapat berkembang.[3] Larva cyprid bersifat menghindari cahaya. Dengan adanya cahaya rendah yang terbaur akan merangsang pertumbuhan Organisme biofouling lebih cepat.[4] Perubahan intensitas cahaya di permukaan laut bervariasi secara teratur berdasarkan harian yang berhubungan dengan musim. Penurunan intensitas cahaya dan absorbsi akan berkurang karena dipengaruhi oleh kedalaman. Cahaya yang masuk ke dalam perairan berubah dengan cepat baik intensitasnya maupun komposisinya.[5] Laju pertumbuhan harian (Daily Growth Rate/DGR) yang diukur adalah laju pertumbuhan relatif. Rumus laju pertumbuhan marine growth / marine biofouling dihitung berdasarkan rumus Ricker.[6] DGR = (Wt-Wo) T Dimana : DGR = Laju Pertumbuhan harian marine growth / marine biofouling Wo = Berat awal (gram) Wt = Berat akhir penelitian (gram) T = Waktu pengamatan (hari) Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pemodelan fisik skala laboratorium pada plat baja ASTM A36 dengan variasi kuat cahaya dan juga sampel air laut dari selat madura yang diambil di sekitar PT. PAL Surabaya. Komponen utama penyusun marine growth / marine biofouling adalah biofouling. Dari hasil uji penelitian untuk komponen utama marine growth / marine biofouling akan didapat hubungan antara kuat cahaya dengan jumlah presentase komponen biofouling guna mengetahui laju pertumbuhannya, sehingga dengan didapatkannya hubungan antara kuat cahaya dan laju pertumbuhan marine growth / marine biofouling per tahunnya, waktu yang tepat untuk dilakukan inspeksi, dan waktu perawatan yang harus dilakukan untuk bangunan lepas pantai maka akan diketahui berapa besar biaya untuk melakukan pembersihan / perawatan akibat marine growth / marine biofouling. II. METODOLOGI A. Bahan dan Peralatan
2
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 A.1 Bahan Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material jenis Plat ASTM A36. Dimensi permaterial yang digunakan, panjang 20 cm, lebar 10 cm dan tebal 0,8 cm. Jumlah material sebanyak 12 spesimen. A.2 Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain mesin frais, salinometer, luksmeter, lampu belajar, akuarium, dan penyangga. B. Prosedur Kerja B.1 Pemasangan Spesimen Uji Sebelum dilakukan uji eksperimen, plat baja yang telah dilubangi ditimbang terlebih dahulu untuk diketahui berat awalnya. Setelah ditimbang, plat baja dikaitkan pada kawat yang memiliki ukuran 60 cm. Kemudian, dililitkan pada penyangga tempat spesimen digantungkan dalam akuarium. Air laut yang telah diatur sesuai dengan kadar salinitasnya, yaitu salinitas 20 ppt, salinitas 25, dan salinitas 30 ppt diisi ke dalam akuarium sedalam 30 cm. B.2 Perendaman Spesimen Uji Setelah peralatan telah dipersiapkan, maka praktikum dapat segera dilakukan. Perendaman spesimen uji dilakukan selama 56 hari. Dengan menggunakan 12 akuarium untuk 12 spesimen yang berbeda kadar salinitas dan kuat cahayanya. B.3 Penimbangan Spesimen Uji Penimbangan spesimen dilakukan setiap dua minggu sekali, masing-masing spesimen baja yang telah diangkat kemudian dikeringkan dengan diangin-anginkan sebentar. Proses penimbangan setiap spesimen uji dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan satu angka dibelakang koma yang terdapat di laboratorium Flume Tank, Jurusan Teknik Kelautan-Fakultas Teknologi Kelautan ITS. B.4 Perhitungan Nilai Laju Tumbuh Setelah ditimbang dapat diketahui berapa penambahan berat tiap spesimen, maka selanjutnya dilakukan perhitungan laju pertumbuhan marine growth/marine biofouling dengan rumus yang ada dan dilakukan analisa laju pertumbuhan marine growth/marine biofouling dengan rumus Daily Growth Rate. B.5 Analisis Pengaruh Variasi Salinitas Terhadap Laju Tumbuh Analisa ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi salinitas terhadap laju tumbuh marine growth/marine biofouling, apakah mengalami perbedaan atau tidak. Sehingga dapat diketahui bagaimana tingkah laju tumbuh untuk setiap material pada kondisi salinitas 20 ppt, 25 ppt, dan 30 ppt. III. HASIL DAN DISKUSI A. Data Penempelan Biofouling Pada Spesimen Uji Praktikum Selama 8 Minggu Pengumpulan data yang dilakukan adalah penimbangan berat spesimen yang telah diuji praktikum serta perhitungan penambahan berat pada spesimen-spesimen uji yang ada. Dari hasil penimbangan dan perhitungan berat pada spesimen uji yang ada, kemudian dianalisa sehingga diharapkan dapat dijadikan suatu perbandingan dengan hasil analisa laju pertumbuhan dari setiap spesimen dari variasi yang sama, kemudian diambil nilai rata rata dalam suatu spesimen uji.
A.1 Berat Awal Spesimen Sebelum dilakukan perendaman pada material uji, telah dilakukan penimbangan berat awal pada tanggal 12 Oktober 2012 untuk tiap material uji dengan variasi salinitas dan Kuat cahaya. Rekapitulasi perhitungan berat awal sebelum dilakukan uji praktikum material uji dalam bentuk tabel dan grafik. Tabel 1. Rekapitulasi Berat Awal Spesimen Uji Kuat Cahaya Salinitas Tanpa 100 luks 200 luks 300 luks Cahaya 20 1282,9 gr 1268,0gr 1267,9gr 1294,5gr 25
1235,4 gr
1239,4gr
1281,8gr
1280,2gr
30
1255,1 gr
1256,9gr
1255,0gr
1249,5gr
Tabel 1. merupakan tabel rekapitulasi berat awal dari spesimen uji yang akan digunakan sebagai bahan percobaan. Percobaan dilakukan selama 8 minggu atau selama 56 hari. Penimbangan berat spesimen dilakukan setiap dua minggu sekali. Setelah ditimbang, maka dilakukan perhitungan daily growth ratenya untuk mengetahui laju pertumbuhan harian marine growth/marine biofouling. A.2 Data Penempelan Biofouling Pada Spesimen dengan Variasi Tanpa Cahaya Tabel 2. Rekapitulasi Berat Spesimen Uji Tanpa Cahaya Penimbangan minggu ke- (dalam gram) Salinitas 0 2 4 6 8 20 1282,9 1284,7 1286 1287 1288,1 25
1235,4
1240,1
1240,4
1241,9
1244,3
30
1255,1
1256,2
1256,9
1259,2
1259,4
Tabel 2. merupakan tabel rekapitulasi berat dari spesimen uji dengan variasi tanpa cahaya yang digunakan sebagai bahan uji percobaan. Dari tabel 2 diatas, maka perhitungan laju pertumbuhan harian biofouling dapat dihitung dengan menggunakan rumus daily growth rate.
Gambar 1. Perubahan Berat Setelah Ditimbang Per Dua Minggu Untuk Tanpa Cahaya
3
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Pada grafik salinitas 30 ppt, perubahan berat spesimen cenderung lambat dibandingkan salinitas 20 ppt dan salinitas 25 ppt. Pertumbuhan paling tinggi tiap dua minggunya terjadi pada salinitas 25 ppt. Dibandingkan kuat cahaya lainnya, pertumbuhan spesimen pada kuat cahaya tanpa cahaya memang relatif lebih lambat dibandingkan ketiga kuat cahaya lainnya, hal ini dikarenakan intensitas cahaya memiliki pengaruh dalam proses pertumbuhan biofouling. Tabel 3. Daily Growth Rate per 14 hari untuk variasi tanpa cahaya Minggu keSalinitas 2 4 6 8 20 0,1286 0,0929 0,0714 0,0786 25
0,3357
0,0214
0,1071
0,1714
30
0,0786
0,05
0,1642
0,0143
Tabel 3 merupakan perhitungan Daily Growth Rate dimana W0 merupakan berat awal spesimen di minggu sebelumnya, sedangkan Wt merupakan berat spesimen setelah ditimbang. Setelah nilai Daily Growth Rate per 14 hari dihitung, langkah selanjutnya adalah menghitung Daily Growth Rate total. A.3 Data Penempelan Biofouling Pada Spesimen dengan Variasi Kuat Cahaya 100 luks Tabel 4. Rekapitulasi Berat Spesimen Uji Kuat cahaya 100 luks Penimbangan minggu ke- (dalam gram) Salinitas 1 2 3 4 5 20 1268 1272,7 1274,7 1276 1278,3 25
1239,4
1241,6
1243,7
1246
1247,1
30
1256,9
1259,8
1261,7
1262,5
1264,9
Tabel 4 merupakan tabel penimbangan berat spesimen dilakukan setiap dua minggu sekali. Pada tabel 4, ditampilkan rekapitulasi berat dari spesimen uji dengan variasi kuat cahaya 100 luks yang digunakan sebagai bahan percobaan. Setelah ditimbang, maka dilakukan perhitungan daily growth ratenya untuk mengetahui laju pertumbuhan harian marine growth/marine biofouling.
Gambar 2. Perubahan Berat Setelah Ditimbang Per Dua Minggu Untuk Kuat Cahaya 100 luks
Pada gambar 2, terlihat bahwa salinitas 20 ppt mengalami peningkatan berat paling besar dibanding salinitas 25 ppt dan salinitas 30 ppt. Kuat cahaya memiliki pengaruh dalam proses pertumbuhan biofouling baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Proses perkembangan yang dikendalikan cahaya ditemukan pada semua tahap pertumbuhan. Karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme organisme. Tabel 5. Daily Growth Rate per 14 hari untuk Kuat Cahaya 100 luks Minggu keSalinitas 2 4 6 8 20 0,3357 0,1429 0,0929 0,1643 25
0,1571
0,15
0,1643
0,0786
30
0,2071
0,1357
0,0571
0,1714
Tabel 5 menampilkan perhitungan daily growth rate untuk kuat cahaya 100 luks, Langkah-langkah perhitungan sama seperti yang dijelaskan pada tabel 3, dimana berat penimbangan minggu ke-n dikurangi dengan berat penimbangan sebelumnya yang ditampilkan pada tabel 4 kemudian dibagi dengan waktu hari. Perhitungan dilakukan 4 kali mulai dari minggu kedua hingga minggu kedelapan. Selanjutnya hasil pada tabel 5 digunakan untuk menghitung daily growth rate total. A.4 Data Penempelan Biofouling Pada Spesimen dengan Variasi Kuat Cahaya 200 luks Tabel 6. Rekapitulasi Berat Spesimen Uji Kuat cahaya 200 luks Penimbangan minggu ke- (dalam gram) Salinitas 1 2 3 4 5 20 1267,9 1268,9 1271,6 1274,2 1277 25
1281,8
1289,7
1290,3
1292,7
1294,5
30
1255
1256,6
1258,9
1260,6
1262,7
Tabel 6 merupakan tabel rekapitulasi berat percobaan dilakukan selama 8 minggu atau selama 56 hari spesimen uji dengan variasi kuat cahaya 200 luks yang digunakan sebagai bahan percobaan.
Gambar 3. Perubahan Berat Setelah Ditimbang Per Dua Minggu Untuk Kuat Cahaya 200 luks
4
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Pada gambar 3, terlihat bahwa pada salinitas 25 ppt mengalami penambahan berat paling signifikan. Salinitas 25 merupakan kondisi ideal bagi biofouling dalam masa pertumbuhannya hal ini dikarenakan biofouling mampu berkembang biak dengan baik dalam kondisi salinitas 5 ppt hingga 25 ppt. Tabel 7. Daily Growth Rate per 14 hari untuk Kuat Cahaya 200 luks Minggu keSalinitas 2 4 6 8 20 0,0714 0,1929 0,1857 0,1643
Pada gambar 4, Pada gambar ini terlihat bahwa pada salinitas 20 ppt mengalami penambahan berat paling signifikan.Pada kuat cahaya 300 luks ini, penambahan beratnya juga lebih besar dibandingkan kuat cahaya yang lainnya. Hal ini dikarenakan kuat cahaya memberikan pengaruhnya dalam proses foto sintesis. Tabel 9. Daily Growth Rate per 14 hari untuk Kuat Cahaya 300 luks Minggu keSalinitas 2 4 6 8 20 0,3357 0,1857 0,2286 0,2357
25
0,5643
0,0429
0,1714
0,0786
25
0,0071
0,0357
0,1786
0,2071
30
0,1143
0,1643
0,1214
0,1714
30
0,2071
0,2143
0,25
0,1929
Tabel 7 merupakan perhitungan daily growth rate per 14 hari untuk variasi kuat cahaya 200 luks. Spesimen yang telah ditimbang dikurangi dengan berat spesimen pada penimbangan berikutnya kemudian dibagi dengan jumlah hari lamanya masa percobaan hingga kemudian ditimbang. Setelah menghitung daily growth rate per 14 hari ini, maka langkah selanjutnya adalah menghitung daily growth rate total spesimen menurut variasinya. A.5 Data Penempelan Biofouling Pada Spesimen dengan Variasi Kuat Cahaya 300 luks Tabel 8. Rekapitulasi Berat Spesimen Uji Kuat cahaya 300 luks Penimbangan minggu ke- (dalam gram) Salinitas 1 2 3 4 5 20 1294,5 1300,9 1303,5 1306,7 1310 25
1280,2
1284,4
1284,9
1287,4
1290,3
30
1249,5
1253,7
1256,7
1260,2
1262,9
Tabel 5 merupakan tabel rekapitulasi berat dari spesimen uji dengan variasi tanpa cahaya yang digunakan sebagai bahan percobaan. Percobaan dilakukan selama 8 minggu atau selama 56 hari. Penimbangan berat spesimen dilakukan setiap dua minggu sekali. Setelah ditimbang, maka dilakukan perhitungan daily growth ratenya untuk mengetahui laju pertumbuhan harian marine growth/marine biofouling
Gambar 4. Perubahan Berat Setelah Ditimbang Per Dua Minggu Untuk Kuat Cahaya 300 luks
Pada tabel 9 dengan menggunakan rumus daily growth rate dimana data berat spesimen didapatkan dari tabel 8. Pada tabel 9 ini, akan didapatkan berapa laju pertumbuhan harian biofouling. Setelah menghitung daily growth rate per 14 hari ini, maka langkah selanjutnya adalah menghitung daily growth rate total spesimen menurut variasinya. B.
Perhitungan Daily Growth Rate Total Setelah sebelumnya telah dihitung berapa laju pertumbuhan biofouling per 14 hari dengan menggunakan rumus Ricker (1979), hasil yang telah dihitung selama 4 kali dalam kurun waktu 8 minggu lantas dirata-rata total dengan menggunakan rumus statistika dibawah ini:
B1.
X 1 X 2 X 3 ... XN N
Kuat Cahaya Tanpa Cahaya Tabel 10 Perhitungan Laju Pertumbuhan Biofouling total tanpa cahaya Salinitas Daily Growth Rate Minggu keΧ 2 4 6 8 20 0,1286 0,0929 0,0714 0,0786 0,0929 gram per hari 25 0,3357 0,0214 0,1071 0,1714 0,1589 gram per hari 30 0,0786 0,05 0,1642 0,0143 0,0768 gram per hari Pada tabel 10, rata-rata total laju pertumbuhan biofouling untuk tanpa cahaya tertinggi, yaitu salinitas 25 ppt. Pada kondisi gelap atau tanpa cahaya, laju pertumbuhan biofouling cenderung melambat dikarenakan cahaya mempengaruhi proses fotosintesisnya. Proses perkembangan yang dikendalikan cahaya ditemukan pada semua tahap pertumbuhan. Maka, cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting dalam perkembangan laju pertumbuhan biofouling.
5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 B2.
Kuat Cahaya 100 luks Tabel 11 Perhitungan Laju Pertumbuhan Biofouling total Minggu keSalinitas Χ 2 4 6 8 0,1839 20 0,3357 0,1429 0,0929 0,1643 gram per hari 0,1375 25 0,1571 0,15 0,1643 0,0786 gram per hari 0,1429 30 0,2071 0,1357 0,0571 0,1714 gram per hari Pada tabel 11, terlihat bahwa rata-rata total laju pertumbuhan biofouling pada kuat cahaya 100 luks cenderung meningkat dibandingkan tanpa cahaya. Hal ini membuktikan bahwa cahaya memiliki peranan penting bagi pertumbuhan biofouling. B3. Kuat Cahaya 200 luks Tabel 12 Perhitungan Laju Pertumbuhan Biofouling total Salinitas Minggu keΧ 2 4 6 8 20 0,0714 0,1929 0,1857 0,1643 0,1625 gram per hari 25 0,5643 0,0429 0,1714 0,0786 0,2268 gram per hari 30 0,1143 0,1643 0,1214 0,1714 0,1375 gram per hari Dari tabel 12 untuk kuat cahaya 200 luks ini, terlihat bahwa laju pertumbuhan biofouling rata-rata total yang paling tinggi terlihat pada salinitas 25 ppt yaitu 0,2268 gram per hari. B3. Kuat Cahaya 300 luks Tabel 13 Perhitungan Laju Pertumbuhan Biofouling total Salinitas Minggu keΧ 2 4 6 8 20 0,3357 0,1857 0,2286 0,2357 0,2768 gram per hari 25 0,0071 0,0357 0,1786 0,2071 0,1804 gram per hari 30 0,2071 0,2143 0,25 0,1929 0,2393 gram per hari Pada tabel 4.21, merupakan laju pertumbuhan biofouling total untuk kondisi kuat cahaya tertinggi, yaitu 300 luks. Nilai rata-rata total harian yang didapatkan juga terlihat semakin meningkat dibandingkan variasi cahaya yang lainnya. Hal ini membuktikan bahwa cahaya memiliki peranan penting bagi pertumbuhan biofouling.
C.
Pembahasan Hasil Percobaan
Pembahasan yang dilakukan ini adalah untuk menganalisa dari hasil-hasil percobaan yang telah didapatkan dan ditampilkan pada halaman sebelumnya. Dalam percobaan ini, didapatkan hasil penimbangan berat biofouling per spesimen yang diamati dengan variasi salinitas dan kuat cahaya. Ditinjau dari variasi salinitasnya, untuk variasi salinitas 20 laju pertumbuhan Daily Growth Rate total biofouling paling cepat terdapat pada kuat cahaya 300 luks, yakni 0,2768 gram per hari. Secara fisiologi, cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Proses perkembangan yang dikendalikan cahaya ditemukan pada semua tahap pertumbuhan. Karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme organisme. Maka, cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting dalam perkembangan laju pertumbuhan biofouling.[7] Pada variasi salinitas 25 ppt, laju pertumbuhan Daily Growth Rate total biofouling paling cepat terdapat pada kuat cahaya 200 luks, yakni 0,2268 gram per hari. Biofouling memiliki 3 fase atau tahap dalam pertumbuhannya, pertama dikenal dengan induksi atau perambatan untuk menempel, perubahan yang sangat kecil dapat diobservasi pada proses akumulasi biofouling. Kedua, disebut peningkatan eksponensial, hal ini dapat dikarakteristikkan oleh kenaikan logaritmik pada akumulasi biofouling dan yang ketiga adalah asymptotik atau fase datar, yang ditunjukkan dengan kestabilan pada saat proses akumulasi biofouling.[8] Sedangkan, pada variasi salinitas tertinggi dalam percobaan ini yaitu 30 ppt, laju pertumbuhan tertinggi juga terdapat pada akuarium dengan kuat cahaya 0,2393 gram per hari yang didapat dari percobaan selama 56 hari. Dari gambar dan tabel penimbangan Daily Growth Rate total biofouling dapat dilihat bahwa berat biofouling akan semakin mengalami peningkatan berat seiring dengan bertambah kuat cahaya yang diuji. Sebaliknya semakin berkurangnya kuat cahaya maka peningkatan berat biofouling juga semakin menurun. Karena kuat cahaya berpengaruh pada siklus perkembangan biofouling. Sedangkan, faktor salinitas mempengaruhi pertumbuhan biofouling jika semakin tinggi salinitas maka semakin cepat pula pertumbuhan biofilm tersebut selama dalam kadar yang bisa diterima. Variasi salinitas sebesar 30 ppt yang merupakan variasi tertinggi masih dalam taraf kisaran yang dapat diterima. Semakin tinggi nilai salinitas, maka biofouling dalam suatu lingkungan juga akan semakin tinggi.[9] Parameter lingkungan lain yang mempengaruhi laju pertumbuhan marine growth / marine biofouling seperti faktor pH, kondisi arus dan gelombang perairan, temperatur, sedimentasi, kedalaman laut, tipe substrat, dan pasang surut diasumsikan konstan atau relatif sama dan tidak terjadi perubahan akibat parameter tersebut. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan dan analisis pada tugas akhir ini adalah :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1. Pada kondisi tanpa cahaya, laju pertumbuhan marine growth / marine biofouling cenderung lebih lambat dibanding kondisi dengan kuat cahaya 100 luks, 200 luks maupun 300 luks. Hubungan antara salinitas 30 ppt dengan kuat cahaya tanpa cahaya mengalami penambahan berat paling kecil yaitu 0,0768 gram per hari. Sedangkan pertumbuhan paling besar terjadi pada medium bersalinitas 25 ppt, yaitu 0,1589 gram per hari. 2. Dari percobaan yang telah diujikan, pengaruh kuat cahaya terhadap laju pertumbuhan biofouling dapat disimpulkan bahwa semakin besar kuat cahaya maka semakin cepat laju pertumbuhannya. Sebaliknya, semakin gelap kuat cahaya tersebut maka semakin lambat laju pertumbuhan marine growth/marine biofouling tersebut. Hal ini dikarenakan, Pengaruhnya secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Proses perkembangan yang dikendalikan cahaya ditemukan pada semua tahap pertumbuhan. Karena peranan yang mendasar dari fotosintesis didalam metabolisme organisme. Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa salinitas antara 20 ppt hingga salinitas 25 ppt dalam penelitian ini lebih tinggi laju pertumbuhannya dibandingkan salinitas 30, karena organisme biofouling dapat berkembang biak dengan baik pada salinitas dengan variasi antara salinitas 5 ppt hingga 25 ppt. DAFTAR PUSTAKA [1] Soegiono. 2004. Teknologi Produksi dan Perawatan Bangunan Laut. Surabaya: Airlangga University Press [2] Panjaitan, Marison Feriandi. 2012. Analisa Penggunaan arus searah (DC) pada Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Sebagai Pencegahan Terjadinya Fouling Pada Cooling System. Tugas Akhir.Surabaya:Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS. [3] Romimohtarto, K., 1977. "Beberapa Catatan Teritip (Balanus spp.) sebagai Binatang "Pengotor" di Laut", Oseanologi Indonesia, NO.7: 25-42 Rosmanida, M. Affandi, dan Hamidah, (1993), "Studi Analisis Diversitas Biota Penempel", Ringkasan Penelitian, Universitas Airlangga, Surabaya. [4] Smith, F.G.W. 1948. Surface Illumination and Barnacle Attachment. Biol. Bull, 94(1). [5] Nybakken. 1982. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta. [6] Ricker, W.E. 1979. Growth Rates and Models. In: W.S. Hoar, D.J. Randall and J.R. Brett (Eds.). Fish Physiology: Bioenergeticts and Growth. Vol. VIII. Acad. Press Inc., USA [7] Fitter A.H. dan Hay, R.K.M. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta [8] Egui`a, Emilio et al. 1989. Biofouling Control In Tubular Heat Exchangers Refrigerated By Seawater Using Fow Inversion Physical Treatment.Spain:Elsaver. [9]Rahmatillah. 2009. Penentuan Kandungan Total Karbohidrat Extra Polymeric Substance (EPS) Mikrobia dalam Sedimen Interdial.Tugas Akhir. Surabaya:Jurusan Biologi ITS
6