TUGAS AKHIR
STUDI DIAGRAM INTERAKSI SHEARWALL BETON BERTULANG PENAMPANG C DENGAN BANTUAN VISUAL BASIC 9 SWANDITO PURNAIUDA 3106 100 088 Dosen Pembimbing : Ir. Iman Wimbadi, MS Tavio, ST. MT. Ph.D
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap bangunan tinggi perlu memperhitungkan beban vertikal maupun horisontal Untuk memikul beban horisontal yang cukup besar bisa digunakan shearwall Menghitung kapasitas shearwall diperlukan diagram interaksi aksial dan momen Untuk mempermudah perhitungan yang meninjau banyak aspek dapat menggunakan program bantu Program bantu dibuat menggunakan visual basic 9.0 sehingga memudahkan dalam pembuatannya
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana membuat program bantu yang dapat menentukan diagram interaksi P-M Shearwall ? Bagaimana mendapatkan titik koordinat kombinasi gaya aksial dan moment yang tepat pada diagram interaksi P-M tersebut ? Apakah output dari program bantu tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan membandingkannya dengan program spColumn v4.60 ?
TUJUAN
Membuat suatu program bantu untuk membuat diagram interaksi P-M Shearwall. Mendapatkaan koordinat kombinasi gaya aksial dan moment pada diagram interaksi PM Shearwall tersebut. Memperiksa apakah output dari program bantu yang dibuat sama dengan output dari program spColumn v4.60.
BATASAN MASALAH
Program bantu yang dibuat hanya untuk menentukan diagram interaksi P-M Shearwall dan menentukan koordinat kombinasi gaya aksial dan moment pada diagram interaksi PM Shearwall tersebut.
Profil shearwall yang dibahas hanya profil C (kanal).
Tidak meninjau shearwall.
efek
pengekangan
pada
Program yang digunakan untuk membuat program bantu ini adalah Visual Basic 9.0 (2008).
MANFAAT
Dapat memudahkan perencana struktur untuk menentukan titik koordinat kombinasi beban yang tepat pada diagram interaksi P –M Shearwall Membantu dalam menganalisa kemampuan shearwall menerima beban aksial maupun beban momen. Menjadi referensi dalam pengembangan program bidang teknik sipil
TINJAUAN PUSTAKA
DINDING GESER / SHEARWALL
Suatu bangunan tidak hanya menerima beban vertikal namun juga menerima beban horisontal. Untuk memikul beban horisontal yang cukup besar seperti karena gempa bumi dapat digunakan dinding geser / shearwall Dinding geser terbuat dari beton bertulang yang dapat dibuat mengelilingi tangga atau lift
BANGUNAN DENGAN DINDING GESER
KERUNTUHAN PADA SHEARWALL
Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik, penampang shearwall dapat dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan yaitu : Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya beton yang tertekan. Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik sekaligus juga hancurnya beton yang tertekan. Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi balanced, maka : Pn < Pnb → keruntuhan tarik
Pn = Pnb → keruntuhan balanced Pn > Pnb → keruntuhan tekan
DIAGRAM INTERAKSI P-M
Hubungan P-M pada keruntuhan shearwall beton bertulang (Nawy 1985)
PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI P-M
Beban aksial tekan maksimum Shearwall dalam keadaan beban konsentris dapat dituliskan sebagai rumus dibawah ini: Pno = (0.85 f’c)(Ag-Ast)+fy(Ast)
Dimana :
f’c
=
kuat tekan maksimum beton
Ag
=
penampang bruto shearwall
fy
=
kuat leleh tulangan
Ast
=
luas tulangan pada penampang
Beban aksial tekan maksimum yang diijinkan, Pn maks = 0.8 P0 → Mn = Pn maks . emin
Beban lentur dan aksial pada kondisi balanced, nilainya ditentukan dengan mengetahui kondisi regangan beton εcu = 0,003 dan baja εs = εy = f y Es
Beban lentur pada kondisi beban aksial nol, kondisi seperti balok.
Beban aksial tarik maksimum, Pn-T =
n
∑− A i =1
st
fy
METODOLOGI
Start
A
Studi Literatur
Membuat Program
Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka
Tidak
Running Program
Berhasil
Konsep Diagram Interaksi P-M Shearwall
Output benar ?
Ya
Algoritma dan Metode Iterasi
Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Finish
A
Tidak
Start
Input Data f’c, fy, b, h, tb1, tb2, tsa, tsb, lsa, lsb, As, d, εy, B1,ntul
lb1 = h − tsa − tsb lb 2 = b − lsa − lsb z=
0.003
εy
(lsb * tsa ) * tsa / 2 + (tb 2 * lb 2) * (tb 2 / 2 + s1) + (lsa * tsa ) * tsa / 2
ya pen
+ (tb1* lb1) * (lb1 / 2 + tsa ) + (lsa * tsb ) * (h − (tsb / 2)) + (tb 2 * lb 2) * (h − (tsb / 2)) + (lsb * tsb ) * (h − (tsb / 2))) = ((lsb * tsa ) + (tb 2 * lb 2) + (lsa * tsa ) + (tb1* lb1) + (lsa * tsb ) + (tb 2 * lb 2) + (lsb * tsb ))
(lsb * tsa ) * lsb / 2 + tb 2 * lb 2) * (lb 2 / 2 + lsb ) + (lsa * tsa ) * (b − (lsa / 2))
xa pen
+ (tb1 * lb1) * (b − (lsa / 2)) + (lsa * tsb ) * (b − (lsa / 2)) + (tb 2 * lb 2) * (lb 2 / 2 + lsb ) + (lsb * tsb ) * lsb / 2) = (( lsb * tsa ) + (tb 2 * lb 2) + (lsa * tsa ) + (tb1 * lb1) + (lsa * tsb ) + (tb 2 * lb 2) + (lsb * tsb ))
i =1
z = z − 0,05
0,003 c = 0,003 − z × ε
y
×d max
Hitung a
a = β1 × c 0≤a≤h C
A
B
FLOWCHART
PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI
a≤s CC=0.85 x f’c x (a x lsa) + (a x lsb)
A
B
Nilai a
j=1
tsa < a < (h-tsb) CC=0.85 x f’c x ((tsa x lsb) + (tsa x lsa) + (tb2 x (b-lsa-lsb)) + (a-tsa) x tb1 )
(h-tsb) < a < (h-s-tb2) CC=0.85 x f’c x (tsa x lsa) + (tsa x lsb) + (tb2 x (b-lsa-lsb)) + tb1 x (h-tsa-tsb) + (a-(htsb)) x lsa + (a-(h-tsb)) x lsb)
s < a < (tsa – s) CC=0.85 x f’c x (s x lsa) + (s x lsb) + (a – s) xb
(h-s-tb2) < a < (h-s) CC=0.85 x f’c x ((tsa x lsa) + (tsa x lsb) + (tb2 x (b-lsa-lsb)) + tb1 x (h-tsa-tsb) + (s x lsa) + (s x lsb) + (a-(h-tsb+s)) x b)
C
c − d( j) × 0,003 c
ε s ( j ) =
f s( j ) = E y × ε s( j ) − f y ≤ f s( j ) ≤ f y Fs ( j ) = f s ( j ) × As ( j )
(tsa – s) < a < tsa CC=0.85 x f’c x ((a x lsa) + (a x lsb) + tb2 x (blsa-lsb))
M s ( j ) = Fs ( j ) × d ( j )
∑ FS = ∑ Fs +Fs( j ) ∑ Mns = ∑ Mns + M s( j )
(h-s) ≤ a CC=0.85 x f’c x ((tsa x lsa) + (tsa x lsb) + (tb2 x (b-lsa-lsb)) + tb1 x (htsa-tsb) + (a-(h-tsa-tsb)) x lsa + (a-(htsa-tsb)) x lsb + tb2 x (b-lsa-lsb))
j= ntul
D
FLOWCHART PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI
C
FLOWCHART PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI D C Pn =
∑cc + ∑ Fs
Mn = Mncc +
Unified Method
∑ Mns
Method
Limit State Method
Nominal Φ = 0. 48 + 83ε t
0. 65 ≤ Φ ≤ 0.9
Φ = 1
Plot ( Φ Mn , Φ Pn )
i= 1000
Finish
Φ = 0, 8 −
0. 15 × Pu 0,1 × f 'c × Ag
≥ 0, 65
PENGOPERASIAN PROGRAM
STUDI KASUS
PROSES VERIFIKASI PERTAMA
Data shearwall pertama :
Material Mutu beton (f’c)
:
40 MPa
:
300 MPa
Modulus elastis (E)
:
200000 MPa
Panjang total shearwall
:
6000 mm
Lebar total shearwall
:
6000 mm
Lebar boundary kanan
:
600 mm
Lebar boundary kiri
:
600 mm
Tebal boundary atas
:
600 mm
Tebal boundary bawah
:
600 mm
Tebal shearwall atas
:
300 mm
Tebal shearwall tengah
:
300 mm
Tebal shearwall bawah
:
300 mm
Mutu baja(fy)
Dimensi Penampang
Tulangan Boundary atas (kiri kanan)
:
Badan shearwall
42 buah D16
:
Boundary bawah (kiri kanan)
Decking
:
60 mm
:
12 buah D24 12 buah D24
TABEL VERIFIKASI PERTAMA
PROSES VERIFIKASI KEDUA
Data shearwall kedua :
Material Mutu beton (f’c)
:
35 MPa
:
300 MPa
Modulus elastis (E)
:
200000 MPa
Panjang total shearwall
:
7200 mm
Lebar total shearwall
:
7200 mm
Lebar boundary kanan
:
600 mm
Lebar boundary kiri
:
600 mm
Tebal boundary atas
:
600 mm
Tebal boundary bawah
:
600 mm
Tebal shearwall atas
:
300 mm
Tebal shearwall tengah
:
300 mm
Tebal shearwall bawah
:
300 mm
Mutu baja(fy)
Dimensi Penampang
Tulangan Boundary atas (kiri kanan)
:
Badan shearwall
52 buah D16
:
Boundary bawah (kiri kanan)
Decking
:
60 mm
:
12 buah D24 12 buah D24
TABEL VERIFIKASI KEDUA
PROSES VERIFIKASI KETIGA
Data shearwall pertama :
Material Mutu beton (f’c)
:
30 MPa
:
300 MPa
Modulus elastis (E)
:
200000 MPa
Panjang total shearwall
:
7200 mm
Lebar total shearwall
:
7200 mm
Lebar boundary kanan
:
600 mm
Lebar boundary kiri
:
600 mm
Tebal boundary atas
:
600 mm
Tebal boundary bawah
:
600 mm
Tebal shearwall atas
:
300 mm
Tebal shearwall tengah
:
300 mm
Tebal shearwall bawah
:
300 mm
Mutu baja(fy)
Dimensi Penampang
Tulangan Boundary atas (kiri kanan)
:
Badan shearwall
52 buah D16
:
Boundary bawah (kiri kanan)
Decking
:
60 mm
:
12 buah D24 12 buah D24
TABEL VERIFIKASI KETIGA
PROSES VERIFIKASI KEEMPAT
Data shearwall pertama :
Material Mutu beton (f’c)
:
50 MPa
:
400 MPa
Modulus elastis (E)
:
200000 MPa
Panjang total shearwall
:
6000 mm
Lebar total shearwall
:
6000 mm
Lebar boundary kanan
:
600 mm
Lebar boundary kiri
:
600 mm
Tebal boundary atas
:
600 mm
Tebal boundary bawah
:
600 mm
Tebal shearwall atas
:
300 mm
Tebal shearwall tengah
:
300 mm
Tebal shearwall bawah
:
300 mm
Mutu baja(fy)
Dimensi Penampang
Tulangan Boundary atas (kiri kanan)
:
Badan shearwall
42 buah D16
:
Boundary bawah (kiri kanan)
Decking
Beban
:
:
60 mm
Aksial
:
70000 kN
Momen
:
220000 kN-m
12 buah D24 12 buah D24
TABEL VERIFIKASI SNI
TABEL VERIFIKASI ACI
KESIMPULAN
Dalam menganalisa kapasitas suatu shearwall dalam menerima beban aksial dan momen dapat dihitung dengan program ITS Shearwall v1.2 yang lebih cepat proses perhitungannya daripada perhitungan manual. Penggunaan program ITS Shearwall v1.2 disertai dengan keterangan input yang jelas dan desain tampilan yang sederhana menyerupai spColumn. Sehingga memudahkan dalam penggunaannya untuk menghitung diagram interaksi shearwall.
KESIMPULAN Nilai output program ITS Shearwall v1.2 dapat dipertanggung-jawabkan karena telah diverifikasi dengan program spColumn dan menghasilkan perhitungan yang hampir sama atau berselisih sedikit. Program ITS Shearwall v1.2 telah disusun dalam beberapa modul yang terpisah dalam proses perhitungan, pengelolaan data dan penggambaran grafik. Hal ini akan memudahkan dalam pemahaman alur perhitungan program sehingga memudahkan pengembangan program di masa yang akan datang.
SARAN
Program ITS Shearwall ini perlu dikembangkan dalam proses input dimensi penampang yang lebih mudah. Program ITS Shearwall ini perlu dikembangkan dalam menyimpan data perhitungan yang telah dianalisa sehingga pengguna dapat dengan mudah memakai perhitungan lama yang telah dianalisa tanpa perlu mengulangi proses serupa.
SARAN
Program ITS Shearwall ini perlu dikembangkan dalam menambah metode perhitungan sesuai perkembangan masa yang akan datang. Program ITS Shearwall ini perlu dikembangkan dalam menganalisa kapasitas shearwall dengan bentuk penampang yang lain.
TERIMA KASIH
SWAN