PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Studi Deskriptif tentang Bentuk-bentuk Ketakutan Terhadap Kematian pada Wanita Penderita Kanker Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
oleh : Nama: Nuke Ardinia NIM : 019114021
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KARYA INI DIPERSEMBAHKAN UNTUK MANUSIA
–
MANUSIA
YANG
MENYERAHKAN SEMUANYA KEPADA PENCIPTA SEGALA MAHLUK DI BUMI. iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ave Maria gratia plena dominus te cum benedicta tu in mulieribus, et benedictus fructus ventris tui Jesus
“izinkan aku memohon, bukan agar penderitaanku hilang, melainkan agar teguh menghadapinya.…”
sancta Maria Mater Dei Ora pronobis peccatoribus nunc et in hora mortis
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Oktober 2007
Penulis
Nuke Ardinia
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF TENTANG BENTUK-BENTUK KETAKUTAN TERHADAP KEMATIAN PADA WANITA PENDERITA KANKER NUKE ARDINIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada wanita penderita kanker. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Data diambil dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Analisis data diawali dengan proses verbatim, melakukan koding, pengorganisasian data dan memeriksa keabsahan data. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah wanita berusia 40 sampai 65 tahun yang menderita kanker payudara atau kanker rahim stadium 3 atau 4. Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada wanita dewasa madya penderita kanker muncul. Bentukbentuk ketakutan terhadap kematian yang muncul adalah ketakutan terhadap yang tidak diketahui, ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit, ketakutan akan kesepian, ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman, ketakutan akan penderitaan, ketakutan kehilangan identitas diri, ketakutan kehilangan kontrol diri, dan ketakutan kehilangan tubuh. Perbedaan ketakutan terhadap kematian pada masing-masing subjek terjadi karena perbedaan konsep diri pada masing-masing subjek dan perbedaan dukungan sosial yang didapatkan. Bentuk ketakutan terhadap kematian yang tidak muncul adalah ketakutan terhadap kemunduran. Hal ini disebabkan karena ketiga subjek tidak menunjukkan kondisi menyerah pada situasi yang ada. Kata kunci dalam penelitian ini: Ketakutan terhadap kematian, dewasa madya, kanker, wanita.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE DESCRIPTIVE STUDY ABOUT FEARS OF DEATH FORMS TO WOMAN’S CANCER SUFFERER NUKE ARDINIA SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2007 This research aims to describe fear of death forms at woman’s cancer sufferer. This research type is descriptive research with qualitative method. Data is taken by using semi structured interview method. Data analysis started with verbatim process, decode, organizing data and check of data validity. Subject that selected in this research is woman who having age 40 to 65 years and suffering breast cancer or stadium 3 or 4 of serviks cancer. Subject of this research are three people. The research result indicates that fear of death forms to medium adult woman’s cancer sufferer is not all emerges. Fear of death forms emerging is fear of unknown, fear of suffering and pain, fear of loneliness, fear of loss family and friends, fear of sorrow, fear of loss of identity, fear of loss of self control, and fear of loss of body. Fear of death difference for each subject happened because of self concept difference to each subject and difference of social support obtained. Fear of death which is not emerged is fear of retrogression. This is because of all subject doesn’t indicate surrendering condition to presence situation. Keyword in this research: fear of death, middle age, cancer, woman.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata Pengantar
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Jesus atas rahmat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi deskriptif tentang Bentuk-bentuk Ketakutan terhadap Kematian pada Wanita Penderita Kanker”. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ibu ML. Anantasari, S. Psi., M. Psi., selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bantuan dan semangat “ jangan menyerah.” 3. Ibu Sylvia CMYM., S. Psi., M. Si. dan Bapak YB Cahya Widiyanto, S. Psi selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan bagi kesempurnaan skripsi ini. 4. para dosen di fakultas psikologi USD yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan selama penulis belajar di fakultas psikologi. 5. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Doni dan Pak Gie yang membantu dan memberi keceriaan selama kuliah. 6. Teman-temanku angkatan ’01 atas kebersamaannya di psikologi tercinta ini. 7. Keluargaku, papa, mama, kakak-kakakku dan Belbil yang memberiku dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan bertanya “kapan lulus”. 8. Anik, Siska, Mbak Puspa, Mbak Nana, Wina, Alam…aku mau menyusul kalian…thanks to all support…. 9. Hendra, ST makacih ya sudah memberikan banyak tawa di dalam hidupku dan memenuhi janjimu…. (aku cantumin titelmu biar keren ☺ ) 10. Pipik, makasih ya komputernya ayo…semangit selesein TA-nya!!!!
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Bu Pri makasih sudah menyisakan waktu buatku disela jadwal yang padat. 12. Semua subjekku,makasih buat sharingnya, life must be go on!!! Specially bu Nardi, maaf lama nyelesainya, saya akan ikut mendampingi anak-anak, rest in peace ya bu…. 13. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberi kritik, saran dan ide dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya sederhana ini tidak luput dari kekurangan, oleh sebab itu, penulis menerima dengan senang hati segala kritik dan saran untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya untuk mengetahui lebih dalam mengenai ketakutan terhadap kematian.
Yogyakarta, 24 Sepetember 2007
Penulis
Nuke Ardinia
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO .......................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv DAFTAR SKEMA.............................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
9
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
9
BAB II. LANDASAN TEORI A
Ketakutan ............................................................................................... 12
B. Ketakutan terhadap Kematian ................................................................ 13 1. Definisi Kematian ............................................................................. 13 2. Sikap terhadap Kematian .................................................................. 14 3. Sikap terhadap Kematian pada Masa Dewasa .................................. 15 4. Definisi Ketakutan terhadap Kematian ............................................ 16 5. Penyebab Ketakutan terhadap Kematian........................................... 17 6. Dimensi Ketakutan terhadap Kematian menurut Collett & Lester ..... 18 xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Fase-fase Menjelang Kematian ........................................................... 18 8. Bentuk-bentuk Ketakutan terhadap Kematian .................................... 20 C. Wanita Usia Dewasa Madya .................................................................... 24 1. Pengertian......................................................................................... 24 2. Ciri-ciri Usia Dewasa Madya ........................................................... 24 D. Kanker Payudara dan Kanker Rahim....................................................... 27 1. Kanker .............................................................................................. 27 2. Ciri-ciri Kanker................................................................................. 29 3. Gejala Kanker Payudara .................................................................. 29 4. Gejala Kanker Rahim ...................................................................... 30 5. Stadium Kanker berdasarkan sistem TNM ...................................... 30 E. Bentuk-bentuk Ketakutan terhadap Kematian pada Wanita Penderita Kanker Dewasa Madya............................................................................. 32 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 36 B. Batasan Istilah .......................................................................................... 37 C. Subjek Penelitian...................................................................................... 39 D. Metode Pengambilan Data ....................................................................... 40 1. Wawancara ....................................................................................... 40 E. Metode Analisis Data ............................................................................... 44 1. Organisasi Data ................................................................................ 44 2. Pengkodean (Koding)....................................................................... 45 F. Keabsahan Data Penelitian .................................................................... 47 1. Kredibilitas ....................................................................................... 47 2. Dependability ................................................................................... 50 BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 51 1. Persiapan Penelitian dan Perijinan ................................................... 51 2. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 52 3. Pelaksanaan ..................................................................................... 53 4. Subjek Penelitian.............................................................................. 53 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Analisis Data Penelitian ......................................................................... 59 1. Hasil Penelitian Ibu Mar................................................................... 59 2. Hasil Penelitian Ibu El...................................................................... 61 3. Hasil Penelitian Ibu Pi ..................................................................... 64 C. Rangkuman ............................................................................................. . 65 D. Pembahasan............................................................................................. 76 E. Dinamika Psikologis................................................................................. 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 103 B. Saran ........................................................................................................ 104
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Stadium Kanker berdasarkan sistem TNM ...................................... 31 TABEL 2 : Pedoman Wawancara ....................................................................... 42 TABEL 3 : Data Demografis subjek penelitian .................................................. 53 TABEL 4 : Reaksi subjek saat divonis menderita kanker................................... 55 TABEL 5 : Rangkuman hasil penelitian ............................................................. 66
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SKEMA Skema 1 : Kerangka Berpikir.............................................................................. 11 Skema 2: Kerangka Pembahasan ........................................................................ 91 Skema 3 : Skema Dinamika Psikologis Mar....................................................... 92 Skema 4 :Skema Dinamika Psikologis El........................................................... 95 Skema 5 : Skema Dinamika Psikologis Pi .......................................................... 98 Skema 6: Skema Dinamika Psikologis Ketakutan Terhadap Kematian pada Wanita Penderita Kanker ................................................................................... 100
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Wawancara A. Data Verbatim Wawancara B. Koding Lampiran 2 : Deskripsi Data Observasi Lampiran 3 : Dokumentasi Lampiran 4 : Surat A. Surat ijin penelitian (dibuat oleh Fakultas Psikologi) B. Surat pernyataan subjek
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit yang ditakuti oleh masyarakat adalah kanker. Kanker merupakan suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spektrum sangat luas dan kompleks. Penyakit ini mulai dari neoplasma ganas yang jinak samapai neoplasma ganas yang paling ganas. (Sukardja, 2000: 163). Kanker dapat tumbuh pada semua makluk hidup, baik tumbuh-tumbuhan, binatang maupun manusia (dalam Utami dan Hasanat, 1998: 44). Seseorang yang menderita penyakit kanker akan mengalami perubahanperubahan dalam cara hidup. Keadaan sakit memaksa penderita memiliki kegiatan baru disamping kegiatan yang sudah rutin dilakukannya dan biasanya menyita waktu yang dimilikinya. Salah satunya adalah mengikuti petunjuk dokter
untuk
melakukan
pemeriksaan
kesehatan
secara
bertahap,
mengkonsumsi obat-obatan, dan berperang melawan penyakit (Weenolsen dalam Susanti dkk, 2003: 55). Penyakit kanker yang dapat menurunkan kondisi tubuh membuat penderita sering bertanya kepada dokter mengenai peluang untuk sembuh dan waktu hidup penderita yang tersisa. Pertanyaan yang diajukan tersebut sering dijawab dokter dengan jawaban yang menggantung dan semuanya tergantung pada setiap pasiennya sendiri sehingga pasien tidak pernah bisa meramalkan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sisa usia mereka. Ketidakpastian mengenai sisa usia membuat seseorang sadar tentang hidupnya yang terbatas, sehingga perenungan mengenai kematian mulai muncul (dalam Susanti dkk, 2003: 54). Seseorang yang terkena kanker biasanya mengalami rasa sakit yang disebabkan oleh proses penyakitnya, karena tumor sudah menembus tulang syaraf atau organ-organ lain. Penelitian Bonica (dalam Jay, dkk, dalam Utami dan Hasanat, 1998: 45) menunjukkan bahwa rasa sakit yang dialami oleh pasien kanker stadium menengah sebanyak 40% dan 60%-80% dialami oleh pasien kanker stadium lanjut. Samsuridjal Djauzi mengungkapkan mengenai kesadaran yang justru belum dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia. Sering kali pasien dengan kanker baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut, sehingga memperberat penanganan beresiko tinggi dan berakhir pada biaya perawatan yang mahal (dalam Kompas, 2004). Prosedur pemeriksaan dan penanganan atau proses pengobatan itulah yang menjadikan kanker sebagai pengalaman yang traumatis bagi kebanyakan orang. Kanker juga tidak dapat disembuhkan dengan spontan dan bila kanker itu dibiarkan terus tumbuh cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan kematian penderitanya dalam keadaan yang menyedihkan dan memilukan hati (Sukardja, 2000: 163). Masyarakat takut mengetahui dirinya terserang penyakit termasuk kanker. Ini yang harus diubah karena akan menyulitkan pasien sendiri (dalam Kompas, 2004). Rasa cemas, depresi, takut mati, hilangnya gairah seksual dan hilangnya kewanitaan muncul pada penderita kanker (dalam Sutaryan, 1991: 33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Ketakutan terhadap kanker juga muncul pada penderita karena adanya ketidakjelasan penyebab dan selalu dihubungkan dengan perasaan ngeri yang hebat, kehilangan bagian tubuh, perasaan tidak dapat disembuhkan dan kematian (Rahmawati dalam Utami dan Hasanat, 1998: 45). Kanker pun menjadi menakutkan karena meski seluruh tumor yang ada sudah diangkat, tidak berarti penderitanya bisa sembuh total. Beberapa kasus yang terjadi pada pasien adalah selalu ada saja sisa sel kanker yang tertinggal dan tidak terdeteksi, sehingga akhirnya menimbulkan kekambuhan dan kanker yang tidak dicegah atau ditahan pertumbuhannya maka dapat menimbulkan kematian (Prokop, dkk, dalam Utami dan Hasanat, 1998: 44). Data dari penelitian yang dilakukan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan 13 rumah sakit di Indonesia mendapatkan bahwa dari 10 jenis kanker paling banyak diderita di Indonesia, kanker rahim dan payudara menduduki angka tertinggi, yaitu 4.283 dan 2.993. Fakta ini membuktikan kaum perempuan merupakan golongan paling berisiko terkena kanker dibanding lelaki. Firman Lubis menyoroti kaitan erat masalah kesehatan dengan perempuan. Indikator terpenting untuk menilai tingkat kesehatan suatu masyarakat adalah angka kematian. Angka kematian ibu di Indonesia masih relatif tinggi, yaitu 37 orang persepuluh ribu penduduk bila dibandingkan dengan Sri Lanka yang hanya delapan per sepuluh ribu, dan RRC hanya tujuh. ”Kematian ibu Indonesia mencapai 20.000 tiap tahun,” ungkap Firman (dalam www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/05/2/kes01.html). Jumlah kasus kanker pada perempuan hampir dua kali lipat dari kasus pada laki-laki. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 dari rangkuman pusat patologi Indonesia tahun 1996 mengungkapkan bahwa penderita kanker perempuan tercatat sebesar 15.439 orang sedangkan lelaki hanya 8.441. Ini berarti perempuan menduduki 64.58 persen dibanding lelaki yang hanya 35.31 persen sedangkan 0.12 persen sisanya tidak diketahui jenis kelaminnya. Kematian datang tanpa ada yang pernah dapat diduga waktu dan tempatnya. Kematian tidak memandang segala pengkategorian yang dibuat oleh manusia. Status sosial, kesukuan, agama, usia dan berbagai macam predikat yang diberikan kepada dirinya di dunia ini akan hilang bersamaan dengan datangnya kematian (Suyanto, 1991: 387). Setiap orang akan menghadapi kematiannya secara individu. Manusia tidak bisa dan tidak mungkin untuk mengajak orang lain untuk ikut serta saat mengalaminya (Fankl dalam Koeswara, 1987: 18). Kematian seseorang juga tidak mirip dengan kematian orang lain atau dengan kata lain unik. Kesadaran terhadap keunikan ini dapat membangunkan eksistensinya (Hamersma, 1985: 14). Seringkali manusia lupa mengenai keunikan tersebut, dimana hal tersebut menimbulkan ketakutan. Menurut Ernest Becker, gagasan kematian, ketakutan terhadap kematian menghantui manusia melebihi hal lain manapun, dimana hal ini merupakan dorongan utama kegiatan manusia. Kegiatan yang dirancang pada umumnya untuk mengelak dari kefatalan akan kematian, untuk mengalahkan kematian dan dengan mengingkari bahwa kematian adalah takdir terakhir untuk manusia (Phan, 2005: 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Pada pasien kanker tingkat kecemasan dan depresi tidak surut karena waktu. Hal ini dibuktikan oleh Maquire dkk, serta Marid dkk yang menunjukkan bahwa 25% - 30% pasien mastectomi merasa sedih satu tahun setelah operasi sehingga mereka membutuhkan intervensi psikiatrik (dalam Utami dan Hasanat, 1998: 45). Teori krisis juga menambahkan bahwa prediksi pemecahan akan perubahan psikologis saat terjadi krisis terjadi ketika kanker dan ancaman akan kematian masih terasa mengancam (Gottesman & Lewis, 1982: 381). Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan Gottesman dan Lewis (1982: 385) juga menunjukkan bahwa pasien kanker lebih putus asa jika dibandingkan dengan kelompok lain dan juga mengalami depresi, cemas serta kurang menghargai dirinya walaupun sudah dioperasi. Sakit kronis dan berbahaya seperti kanker payudara dan kanker rahim adalah saat-saat dimana ancaman kematian lebih terasa. Ada kesamaan reaksi pada penderita ketika mendengar tentang suatu penyakit berbahaya, yaitu munculnya kecemasan yang kemudian mendominasi pada pasien. Fase tersebut sering disebut fase akut. Kecemasan tersebut akan menurun sejalan dengan pemahaman pasien akan masa-masa sekaratnya dan sering kita sebut dengan fase internal hidup-sekarat kronis. Kecemasan pada fase ini memang menurun tetapi muncul bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang mungkin berbeda satu individu dengan yang lainnya. Reaksi terakhir terhadap masa sekarat adalah fase akhir dimana dalam fase ini pasien akan lebih menerima bahwa dirinya sekarat dan akan mengalami kematian. Fase ini juga menunjukkan bahwa ketakutan-ketakutan terhadap kematian yang ditunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 pada fase hidup-sekarat kronis mulai diterima atau hilang. Ketiga fase ini diungkapkan oleh Pattison dimana pendapatnya mengenai fase-fase sekarat berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh yang lain seperti Ross dan Shneidman (dalam Turner and Helms, 1995: 652). Dua hal yang muncul saat ancaman kematian begitu terasa adalah ketakutan dan kecemasan pada individu yang mengalaminya. Ketakutan terhadap kematian dan kecemasan terhadap kematian dapat saling dipertukarkan kedudukannya dan keduanya dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan motivasi terhadap perilaku kita (Schulz, 1978: 18). Ketakutan terhadap kematian yang akan digunakan dalam penelitian ini karena menurut Dumont dan Foss (1972) kematian terlihat cukup kongret untuk ketakutan dan cukup samar untuk kecemasan. Alasan lain yang digunakan karena kematian sesuatu yang spesifik dan manusia takut terhadapnya serta mengetahui bahwa hal tersebut akan terjadi pada dirinya (dalam Backer, 1982: 33). Ketakutan terhadap kematian adalah suatu hal yang alamiah dan normal dalam pengalaman hidup manusia. Ketakutan yang berlebihan terhadap kematian sering menimbulkan gangguan fungsi-fungsi emosional normal manusia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Feifel dan Nagy (dalam Wicaksono dan Meiyanto, 2003: 58), ditemukan bahwa ada keterkaitan positif antara ketakutan terhadap kematian dengan gangguan emosional seperti neurotisme, depresi dan gangguan psikosomatis. Ketakutan terhadap kematian juga dapat diindentifikasikan sebagai asal dari neurosis (Meyer, 1975) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 psikosis (Becker, 1973) (dalam Schulz, 1978: 18). Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa pada proses sekarat terdapat perasaan ketakutan terhadap kematian sehingga lebih dipahami bahwa dengan meningkatnya ketakutan terhadap kematian maka meningkat pula jenis permasalahan emosional (Susanti dkk, 2003: 56). Gesser, Wong dan Reker (dalam Bishop dalam Susanti dkk, 2003: 56) mengatakan bahwa ditinjau dari usia, ketakutan terhadap kematian akan meningkat pada akhir masa remaja dan dewasa awal kemudian beberapa saat menurun dan meningkat lagi pada pertengahan usia dewasa dan akhir masa dewasa. Jika ditinjau dari jenis kelamin, wanita secara khusus berpikir mengenai kematian dibandingkan dengan pria. Wanita percaya bahwa agama memegang peranan dalam kematian dan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Pria pada umumnya, sedikit sekali berpikir mengenai kematian dan merasa agama tidak berperan penting dalam kematian, serta meragukan adanya kehidupan setelah kematian (Da Silva dan Schork dalam Bishop dalam Susanti dkk, 2003: 56). Ketakutan terhadap kematian juga bisa muncul karena pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi (Ross, 1998: 15). Hal ini dapat terlihat dari semakin majunya teknologi dan juga semakin modernnya alat-alat serta metode kedokteran maka ketakutan terhadap kematian juga semakin meningkat. Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian berupa ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown), ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain), ketakutan akan kesepian (fear of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8 loneliness), ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends), ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow), ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body), ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity), ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control), dan ketakutan terhadap kemunduran ( fear of regression). Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) yang dikemukakan Pattison juga dijelaskan oleh Sullivan. Sullivan (1953) mengungkapkan bahwa salah satu kebutuhan utama manusia adalah keintiman atau berelasi dengan manusia yang lain. Kematian dapat dilihat sebagai isolasi total dan kesepian, dimana hal tersebut merupakan bagian yang berat dalam kehidupan manusia (dalam Backer dkk, 1982: 34). Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Feifel (1969) juga menemukan bahwa ketakutan terhadap kematian tidak terlalu menampakkan ketakutan mengenai keputusan sesungguhnya akan ketakutan akan penghancuran total dan kehilangan identitas karena ancaman yang sesungguhnya akan kematian adalah kesendirian (dalam Backer dkk, 1982: 35). Tekanan sosial akan kebebasan dan kontrol terhadap nasib kita sendiri dapat juga memberikan kontribusi kepada ketakutan terhadap kematian dan sekarat. Kita takut kehilangan kesadaran karena itu merupakan simbol dari kehilangan penguasaan diri sendiri (dalam Backer dkk, 1982: 35). Topik ini menjadi menarik untuk diteliti karena penyakit kanker payudara dan kanker rahim ternyata masih sangat dekat dengan kematian. Topik ini juga menarik karena ternyata perasaan takut terhadap kematian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 muncul pada wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim dewasa madya yang mungkin akan didominasi oleh satu bentuk saja atau muncul dalam banyak bentuk ketakutan pada responden.
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim dewasa madya?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada penderita kanker payudara atau kanker rahim dewasa madya.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan mengenai dewasa madya dan juga menambah masukan bagi penelitian serupa khususnya yang berkaitan dengan psikologi perkembangan dan topik mengenai bentuk ketakutan terhadap kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 2. Manfaat praktis Bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita kanker khususnya kanker payudara atau kanker rahim bisa lebih dapat mengetahui dan memahami bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang terdapat pada penderita. Bagi bidang kesehatan khususnya dokter dan perawat yang menangani masalah kanker payudara atau kanker rahim lebih bisa memahami kondisi emosional penderita dalam menghadapi penyakitnya khususnya mengenai bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ketakutan Seligman (1975) dan Schwartz (1989) (Gleitman, 1991: 128) mengungkapkan bahwa ketakutan adalah kondisi emosional yang berasal dari obyek spesifik. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Gerrig dan Zimbardo (2002: 479) yang menyatakan bahwa ketakutan adalah reaksi yang rasional manusia saat mengidentifikasikan bahaya eksternal secara obyektif yang dapat membuat seseorang merasa diserang pertahanan dirinya. Ketakutan juga merupakan emosi dasar manusia yang akan selalu ada pada setiap individu. Respon fight or flight yang terdapat pada sistem syaraf simpatetik mengijinkan individu untuk merespon secara cepat ketika menghadapi beberapa ancaman yang akan hadir segera (Carson, 2000: 160). Ketakutan secara subyektif juga bisa berubah seketika dari ketakutan yang normal menjadi ketakutan yang sangat kuat (Carson, 2000: 160). Ketakutan mempunyai 3 komponen. Komponen yang pertama adalah kognitif atau subyektif yang terjadi saat seseorang mengatakan bahwa dirinya takut. Komponen yang kedua adalah fisiologis yang bisa ditunjukkan dengan detak jantung yang meningkat atau nafas yang berat. Komponen yang ketiga adalah perilaku yang ditunjukkan dengan keinginan kuat untuk melarikan diri (Lang dalam Carson, 2000: 160). Ketiga komponen ini bisa muncul secara tidak bersamaan, maksudnya adalah bahwa seseorang mungkin hanya 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 memperlihatkan indikator ketakutan secara fisiologis dan perilaku tanpa memperlihatkan komponen subyektif (Lang dalam Carson, 2000: 160). Ketakutan merupakan kondisi emosional dasar pada individu saat mengidentifikasikan bahaya eksternal yang berasal dari obyek spesifik yang dapat membuat seseorang merasa diserang pertahanan dirinya. Ketakutan merupakan emosi dasar manusia yang bisa berubah dari keadaan normal ke ketakutan yang sangat kuat. Tiga komponen dari ketakutan adalah kognitif, fisiologis dan perilaku dan ketiganya bisa hadir secara tidak bersamaan.
B. Ketakutan terhadap Kematian 1. Definisi Kematian Definisi dari kematian banyak dikemukakan oleh para ahli dan mereka mendefinisikannya dengan sudut pandang yang berbeda dan bervariasi. Salah satu tokoh yang mengungkapkannya adalah Sartre dan Camus (dalam Koeswara, 1987: 17) yang menyatakan bahwa kematian adalah puncak absurditas hidup manusia dan dengan kematian, manusia yang berasal dari ketiadaan akan mengakhiri keberadaannya dengan kembali kepada ketiadaan yang mutlak. Kematian dianggap suatu kenyataan yang menimpa manusia dengan tiba-tiba, tidak bisa diharapkan, tidak bisa diperhitungkan dan selalu mengejutkan bahkan bagi seseorang yang telah menantinya sebagai suatu hal yang sudah pasti sehingga kita tidak akan pernah bisa memahami dan mengontrolnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Heidegger (dalam Hadi, 1996: 175) yang mengungkapkan bahwa kehidupan yang diawali dengan kelahiran dan akan berakhir dengan kematian. Heidegger menyebutkan dua ketentuan yang menunjukkan keterbatasan manusia dalam hal waktu yaitu kenyataan dimana pada akhirnya manusia akan mengalami kematian tanpa adanya pilihan dan kenyataan bahwa dirinya akan selalu dibayangi dengan kemungkinan adanya ketiadaan. Goethe (dalam Leahy, 1996: ix) menambahkan bahwa kematian adalah sesuatu yang kuat yang akan manusia alami walaupun tidak pernah memikirkan kemungkinan terjadinya serta juga merupakan kejutan untuk manusia sebagai sesuatu yang tidak bisa dipercaya dan juga melawan keyakinan. Sementara itu, Jaspers dan Simmel melihat bahwa kematian tidak semata-mata merupakan akhir dari keberadaan manusia melainkan sebagai bagian konstitutif dari hidup atau keberadaan (dalam Koeswara, 1987: 18). Kematian menurut beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan sebagai akhir dari keberadaan manusia yang tidak pernah dapat dikontrol waktu dan tempatnya serta tidak dapat pernah bisa dipahami dan dihindari oleh manusia.
2. Sikap terhadap Kematian Ada dua sikap dalam menghadapi kematian yang dikemukakan oleh Phan (2005: 88). Sikap yang pertama adalah lari dari kematian, mengingkari kematian secara ekstensial, misalnya dengan mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15 ketenaran, kekuasaan, keturunan dan melakukan banyak kegiatan. Sikap yang kedua adalah bebas merdeka dan siap bersedia menerima kematian atau dengan kata lain menerima bahwa orang akan mati dengan segala implikasinya yang menyangkut keterbatasan dan ketidaksempurnaan. Sikap menerima tidak hanya dalam konteks intelektual tetapi juga secara abstrak bahwa orang akan mati. Sikap menerima diwujudkan dalam suatu spiritualitas atau cara hidup yang ditandai dengan rasa syukur dan terima kasih atas anugerah hidup, oleh keseriusan bertanggung jawab untuk membangun hidup melalui kebebasan, oleh sikap menerima keterbatasanketerbatasan dan kelemahan-kelemahan, dan oleh keberanian yang rendah hati dalam menghadapi sakit, usia tua dan akhirnya kematian. Sikap terhadap kematian dapat secara langsung dipisahkan menjadi 2 yaitu lari atau mengingkari kematian dan menerima baik secara intelektual maupun secara abstrak.
3. Sikap terhadap Kematian pada Masa Dewasa. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pada masa dewasa awal dikembangkan suatu pemahaman atau orientasi khusus mengenai kematian. Kesadaran mengenai kematian meningkat sejalan dengan beranjak tua, yang biasanya meningkat pada masa dewasa madya. Usia dewasa madya diindikasikan sebagai saat di mana orang dewasa mulai berpikir lebih jauh mengenai berapa banyak waktu yang tersisa di hidup mereka. Para peneliti menemukan bahwa dewasa madya sebenarnya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 takut menghadapi kematian daripada usia dewasa awal atau dewasa akhir (Kalish & Reynolds dalam Santrock, 2002: 268)
4. Definisi Ketakutan terhadap Kematian Ketakutan terhadap kematian menurut Epicurus (dalam Hadi, 1996: 165) didasari oleh keyakinan bahwa kematian merupakan puncak penderitaan atau rasa sakit. Ketakutan terhadap kematian bukan disebabkan oleh ketakutan akan penderitaan melainkan karena ketakutan akan hilangnya kesadaran total untuk selamanya. Pendapat tersebut bertolak belakang dengan pendapat Seneca (dalam Hadi, 1996: 166) yang berpendapat bahwa ketakutan terhadap kematian dapat diatasi dengan selalu mengingatkan diri bahwa kita hanyalah bagian dari alam dan harus menerima diri sesuai dengan peranan yang diberikan kepada kita. Pendapat yang berbeda juga diungkapkan Spinoza (dalam Hadi, 1996: 166) yang mengatakan bahwa ketakutan terhadap kematian dapat dihilangkan jika kita mengalihkan perhatian pada kematian, serta memusatkan perhatian pada kehidupan. Kesulitan bisa terjadi karena ketakutan akan kematian merupakan perasaan spontan yang tidak dapat diatasi hanya dengan keputusan sadar atau berdasarkan tindakan dari kehendak (dalam Hadi, 1996: 165). Kesadaran spontan yang bisa muncul ialah bahwa kematianku adalah kehancuran total dan binasanya duniaku dimana kematianku berarti kehampaan, kekosongan atau perjumpaan dengan ketiadaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 Definisi-definisi ketakutan terhadap kematian dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan sebagai kesadaran spontan akan hilangnya kesadaran total yang dapat diatasi dengan menyadarinya sebagai puncak penderitaan atau menerima diri sesuai dengan peran yang diberikan dengan memusatkan perhatian pada kehidupan.
5. Penyebab Ketakutan terhadap Kematian Orang mempunyai alasan yang berbeda saat takut terhadap kematian, tetapi tidak semua orang menjadi takut pada kematian. Sakit, kesepian, malu, perasaan bersalah, depresi dan perasaan bahwa tidak ada yang berguna dalam hidupnya dapat menuntun orang menginginkan kematian. Ketakutan terhadap kematian dipengaruhi oleh budaya, usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Selain itu, ketakutan terhadap kematian dibentuk oleh konteks sosiokultural yang membangun seseorang, dan terutama sekali di situasi keluarga (Huyck & Hoyer dalam Aiken, 1994: 268). Ketakutan terhadap kematian dapat disebabkan oleh budaya, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta konteks sosiokultural yang membangun seseorang selama individu tersebut berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18 6. Dimensi Ketakutan terhadap Kematian menurut Collett & Lester (dalam Aiken, 1994: 271) ada 4, yaitu: a. ketakutan terhadap kematian diri sendiri (death of self) merupakan rasa takut akan kematian yang dialami oleh dirinya sendiri. b. ketakutan terhadap proses kematian diri sendiri (dying of self) merupakan rasa takut akan proses kematian yang akan dialaminya sendiri. c.
ketakutan terhadap kematian orang lain (death of others) merupakan rasa takut akan kematian yang akan dialami orang lain.
d.
ketakutan terhadap proses kematian orang lain (dying of others) merupakan rasa takut akan proses kematian yang akan dialami oleh orang lain.
7. Fase-fase Menjelang Kematian Pattison percaya bahwa seseorang secara individual akan bereaksi berbeda saat akan mengalami kematian. Tiga fase atau proses yang dikemukakannya adalah fase akut (acute phase), fase interval hidupsekarat kronis (cronic living-dying interval) dan fase akhir (terminal phase) (dalam Turner and Helms, 1995: 650). Ketiga fase ini merupakan rentang antara krisis kematian awal dengan kematian yang sebenarnya akan terjadi (dalam Aiken, 1994: 290) dan bagaimana pasien menghadapi kematian (dalam Turner and Helms, 1995: 652).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19 Fase akut (acute phase) dimulai ketika individu menjadi realistis pada kematian saat mengalami sakit parah. Pengetahuan terhadap kematian yang datang pada dirinya memunculkan krisis dan kecemasan. Kecemasan akan disertai dengan emosi-emosi lain seperti marah, takut atau benci atau juga hampir sama dengan tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ross yang akan memuncak (dalam Aiken, 1994: 290). Tingginya kecemasan akan berkurang oleh pertahanan diri dan kognitif serta afeksi dari seseorang. Fase interval hidup-sekarat kronis (cronic living-dying interval) ditunjukkan dengan menurunnya kecemasan, tetapi kemudian diambil alih oleh emosi yang besar dan bervariasi yang sebelumnya tidak dialami. Pertanyaan yang biasanya ditanyakan mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuhnya, dirinya, keluarga dan teman-temannya ketika dirinya sekarat dan apa yang akan terjadi kemudian. Pertanyaan lainnya yaitu rencana yang akan dibuat untuk mengatasinya. Selama masa ini seseorang mulai menerima kematian dengan luwes (dalam Aiken, 1994: 290). Fase akhir (terminal phase) adalah proses ketiga orang sekarat. Pada saat ini pasien tetap ingin hidup tetapi sekarang menerima fakta bahwa kematian tidak akan pergi menjauh. Pasien mulai menarik diri dari orang dan lingkungan, dan hal ini terlihat mendominasi (Aiken, 1994: 290). Ketiga fase ini terjadi berurutan pada pasien dimana ada kondisi emosional yang terlihat mendominasi pada setiap fase seperti pada fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 akut yang didominasi oleh kecemasan, fase interval hidup-sekarat kronis (cronic living-dying interval) yang ditandai dengan menurunnya kecemasan tetapi muncul bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian dan fase akhir (terminal phase) yang ditunjukkan dengan adanya sikap menerima kematiannya sendiri pada pasien. Ketiga fase ini membentuk kurva yang meningkat pada saat fase akut (acute phase) yang kemudian menurun pada fase hidup-sekarat kronis (cronic living-dying interval) dan lebih menurun lagi pada saat fase akhir (terminal phase).
8. Bentuk-bentuk Ketakutan terhadap Kematian Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian ini terjadi pada fase interval hidup sekarat kronis (cronic living-dying interval) dimana kecemasan tidak terlalu mendominasi pada perilaku individu (dalam Turner & Helms, 1995: 650). Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang dialami oleh individu, yaitu: a. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) mengungkapkan mengenai sesuatu yang asing dan tidak dapat ditanggulangi. Ketika kematian semakin mendekat, pasien sekarat mengalami ketakutan yang disebabkan oleh ketidaktahuan tentang apa yang akan terjadi pada dirinya. Beberapa pasien bertanya mengenai nasibnya setelah meninggal, apa yang terjadi dengan tubuh pasien setelah kematian, dan bagaimana reaksi keluarga dan teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 pasien terhadap kondisi sekarat pasien (dalam Turner & Helms, 1995: 650). b. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) mengungkapkan mengenai ketakutan yang tidak hanya terbatas pada keadaan fisik melainkan juga mencakup ketakutan terhadap yang tidak diketahui dan tidak dapat dikendalikan. Pada saat rasa sakit tidak dapat diatasi, rasa sakit tersebut diterima dan dihadapi dimana rasa sakit tersebut tidak melibatkan suatu perasaan dihukum, diabaikan dan tidak dirawat (dalam Turner & Helms, 1995: 651). c. Ketakutan akan kesepian (fear of loneliness) merupakan ketakutan yang paling awal terjadi ketika individu menghadapi kemungkinan akan kematian. Pada saat sakit, pasien akan merasa terisolasi dari dirinya sendiri dan orang lain. Bagi pasien yang sekarat, perasaan ini menjadi semakin nyata dan menimbulkan suatu ketakutan akan kesepian. Penarikan diri dari pekerjaan dan aktivitas-aktivitas yang lain akan meningkatkan penurunan fisik. Selain itu, tidak mengetahui yang harus dikatakan ketika mendapatkan kunjungan dari teman-teman juga dapat menimbulkan ketakutan ini (dalam Turner & Helms, 1995: 651). d. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) yang terjadi pada orang sekarat merupakan suatu pengalaman yang nyata mengenai kehilangan keluarga dan temanteman melalui kematian. Ada kesedihan yang nyata mengenai rasa dukacita. Kemampuan mengatasi perpisahan ini dapat mengarah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22 suatu perasaan berhasil baik bagi penderita maupun keluarga. Kegagalan untuk mengenali kehilangan ini atau terhambat pada proses kesedihan saja dapat menyulitkan orang yang sekarat untuk membedakan antar masalah kematiannya sendiri dengan proses kesedihan yang wajar (dalam Turner & Helms, 1995: 651). e. Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) mengungkapkan mengenai bagaimana orang sekarat mengalami banyak kehilangan, termasuk kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan dan rencanarencana masa depan. Upaya menerima kehilangan-kehilangan tersebut dan belajar untuk menghadapi pengalaman yang menyakitkan mengenai penderitaan yang menyertai dapat menyebabkan suatu keadaan takut atau cemas (dalam Turner & Helms, 1995: 651). f. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) terjadi karena tubuh mewakili sebagian dari konsep diri sehingga penyakit dapat mempengaruhi baik secara fisik dan psikologis. Reaksi pasien yang justru dapat melemahkan kondisi-kondisinya antara lain adalah perasaan malu, perasaan yang tidak adekuat dan menurunnya kepercayaan diri (dalam Turner & Helms, 1995: 651). g. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) terjadi karena pasien yang sekarat mulai kehilangan kontak sosial, keluarga dan teman-teman, struktur dan fungsi tubuh, kontrol diri dan kesadaran total. Kontak dengan sosial menunjukkan siapa diri kita, kontak dengan keluarga menunjukkan seperti apa kita telah menjadi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 kontak dengan tubuh dan jiwa menunjukkan diri kita sendiri. Proses sekarat secara otomatis akan mengancam banyak segi dari identitas diri seseorang (dalam Turner & Helms, 1995: 651). h. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) terjadi karena penyakit menyebabkan tubuh menjadi semakin lemah sehingga pasien menjadi tidak mampu mengontrol diri sendiri. Pada umumnya terjadi penurunan tenaga, vitalitas dan daya tangkap. Kebanyakan pasien akan berpikir secara lebih lamban, kurang akurat, dan menjadi takut akan semakin menurunnya fungsi-fungsi mental (dalam Turner & Helms, 1995: 651). i. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) mengungkapkan mengenai ketakutan terhadap insting-insting internal dalam diri individu yang mendorong untuk mundur dari dunia luar ke suatu dunia fantasi yang primer. Orang yang sekarat mulai kembali pada suatu keadaan menjadi satu dengan dunia yang ditandai dengan eksistensi bahwa saya dan dunia luar tidak dapat lagi dibedakan. Pada titik ini seseorang akan secara cepat mendekati kondisi menyerah pada proses penolakan terhadap kehidupan dan kembali untuk menyatu dengan bumi. Pada saat inilah individu mengalami apa yang disebut dengan kematian psikis. Kesimpulan yang didapat dari uraian diatas yaitu bentuk ketakutan terhadap kematian ini bisa terjadi bersamaan atau bisa didominasi oleh salah satu bentuk saja pada masing-masing pasien. Bentuk-bentuk ketakutannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24 berupa ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown), ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain), ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness), ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends), ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow), ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body), ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity), ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control), dan ketakutan terhadap kemunduran ( fear of regression).
C. Wanita Usia Dewasa Madya 1. Pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1268) mendeskripsikan wanita sebagai perempuan dewasa. Santrock menambahkan pendapat tersebut dengan batasan usia bahwa wanita madya adalah berusia antara 40 hingga 60 sampai 65 tahun (2002: 139).
2. Ciri-ciri Usia Dewasa Madya Usia dewasa madya dianggap sebagai periode yang sangat ditakuti karena adanya stereotipe yang tidak menyenangkan mengenai kerusakan mental dan fisik serta berhentinya reproduksi ditambah dengan adanya kesadaran bahwa dirinya semakin mendekati tua (Hurlock, 1980: 320). Paruh kehidupan bagi banyak orang juga merupakan suatu masa menurunnya fisik dan semakin besarnya tanggung jawab. Suatu periode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25 saat orang menjadi semakin sadar akan polaritas muda-tua dan semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersiksa dalam kehidupan. Pada dewasa madya dibutuhkan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik seperti perubahan dalam penampilan, kemampuan indera, keberfungsian fisiologis dan juga termasuk didalamnya adalah perubahan pada kesehatan. Penampilan seseorang memegang peranan yang sangat penting terutama dalam penilaian sosial. Hal tersebut terjadi sejak usia remaja dan berlanjut sampai tua. Hal itu membuat usia dewasa madya memberontak karena penampilan mereka menurun (dalam Hurlock, 1980: 326). Santrock juga (2002: 141) mengungkapkan bahwa status kesehatan dewasa madya menjadi persoalan utama. Sekarang lebih banyak waktu dihabiskan untuk mengkawatirkan kesehatan dibandingkan pada masa dewasa awal. Usia dewasa madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan yang berlangsung secara cepat (Hurlock, 1980: 328). Masalah kesehatan utama pada masa ini adalah kardiovaskuler, kanker dan berat badan. Kanker yang berkaitan dengan rokok sering timbul untuk pertama kalinya di masa dewasa madya ini (Santrock, 2002: 141). Cara individu menghadapi perubahan dan penurunan sangat bervariasi dari satu individu ke individu yang lain. Satu individu mempunyai masalah kesehatan yang ringan tetapi ada juga individu yang lain memiliki masalah kesehatan yang serius dan mengabaikan tanda-tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26 fisik yang serius yang mungkin menunjukkan adanya gejala penyakit jantung atau kanker (Santrock, 2002: 142). Penyesuaian terhadap perubahan fisik biasanya terjadi secara bertahap dan lambat laun. Penyesuaian diri yang paling sulit dilakukan adalah penyesuaian terhadap perubahan fungsi seksual dan penyesuaian ini lebih sulit untuk wanita. Banyak wanita merasa tertekan dan mengalami masa genting dalam mencoba untuk menyesuaikan dengan perubahan pola hidup yang datang bersamaan dengan masa menopause yang biasanya terjadi pada usia ini (Hurlock, 1980: 331). Perkembangan kognitif
dicirikan dengan penurunan intelektual
karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang (Weshsler dalam Santrock, 2002: 218). Pada masa dewasa madya juga disertai dengan menurunnya daya ingat jika kesehatan jelek dan sikapnya negatif (Poon dalam Santrock, 20032: 150). Perkembangan emosi pada masa dewasa madya ditandai dengan sindrom sarang kosong (empty nest syndrom) karena kepergian anak dari keluarga akan meninggalkan orang tua dengan perasaan kosong (Santrock, 2002: 162). Pada masa dewasa ini juga digambarkan sebagai generation squeeze (tekanan generasi) atau generational overload (beban generasi yang terlalu berat). Situasi ini terjadi karena pada masa dewasa madya ini digunakan untuk membimbing dan secara finansial membantu anak-anak remajanya juga mungkin harus menghidupi orang tuanya yang sudah lanjut usia (Santrock, 2002: 165). Pada usia ini jika seseorang merasa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27 melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya dan tidak bisa meninggalkan warisan diri sendiri bagi generasi berikutnya disebut fase stagnasi (Erikson dalam Santrock, 2002: 167). Perubahan peran pada usia ini juga bukan masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode yang relatif lama dan telah memperoleh kepuasan dari peran tersebut (Hurlock, 1980: 339) seperti suatu masa ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya (dalam Santrock, 2002: 139). Hubungan dengan saudara kandung pada masa dewasa madya mungkin sangat dekat, tidak acuh atau sangat bersaing tergantung dari kedekatan satu sama lain pada usia sebelumnya (Santrock, 2002: 164). Di sisi yang lain, masa ini digunakan untuk merintis hubungan sosial yang baik dengan tetangga dan anggota masayarakat agar pada masa dewasa akhir tidak mengalami kesulitan dan merasa terisolasi (dalam Hurlock, 1890: 364).
D. Kanker Payudara dan Kanker Rahim 1. Kanker Kanker menurut Saputra (dalam Saputra
dkk, 2000: 5) yaitu
neoplasma yang bersifat ganas dan merupakan tumbuhnya jaringanjaringan kecil yang menjadi besar dan tidak terkendali. Kanker juga dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit sel yang ditandai dengan gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28 (kecenderungan untuk mengatur dan mempertahankan lingkungan dalam tubuh yang stabil) lainnya pada organisme multiseluler (Setiabudy dan Gan dalam Revianti, 2005: 8). Sel dalam keadaan normal hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan tetapi sel kanker akan membelah meskipun tidak diperlukan sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan. (Kuswibawati dalam Yuswanto, 2000: 1). Sel-sel kanker dapat tumbuh di tempat asli atau dapat dibawa ke bagian-bagian tubuh yang lain (Brace, 1984: 59). Kanker dapat mengenai hampir setiap bagian dari tubuh manusia walaupun begitu tempat yang paling sering timbul kanker adalah usus besar, paru-paru, sistem reproduksi (termasuk rahim), payudara, kandung kemih, sumsum tulang, kulit, otak dan syaraf punggung (Brace, 1984: 59). Pada laki-laki kanker banyak terdapat di hati, paru, kulit, darah, dan kelenjar limfe sedangkan pada wanita kanker terdapat di serviks, payudara, ovarium, hati dan paru. (Sukardja, 2000: 151) Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara (Mardiana, 2004: 11). Kanker rahim adalah tumor ganas yang tumbuh pada kantong selaput dalam perut (rahim). Pada stadium awal kanker hanya ditemukan muncul pada rahim tetapi pada stadium melanjut akan menyebar ke leher rahim, di dalam rongga panggul, kandung kemih atau rectum (Mardiana, 2004: 24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 Penyebab munculnya kanker belum diketahui sampai sekarang dan dari berbagai prediksi kanker dicurigai muncul karena virus, radiasi, dan terkenanya berbagai jenis obat kimia dan bahan fisik (Brace, 1984: 60).
2. Ciri-ciri Kanker Ciri-ciri dari kanker adalah penyebarannya yang sanggup mengadakan anak sebar di tempat lain melalui peredaran darah, cairan getah bening, masuk ke jaringan atau rongga yang berisi cairan serous (cairan yang membentuk serum) untuk membentuk anak sebar. Ciri-ciri yang lain adalah pertumbuhannya yang cepat yang umumnya membentuk tumor, bersifat invasif, mampu tumbuh di jaringan sekitarnya, gangguan deferensiasi (perbedaan bentuk dan fungsi) dari sel dan jaringan, dan merusak jaringan normal (Setiabudy dan Gan dalam Revianti, 2005: 8). Kanker juga mempunyai pengaruh merusak struktur dan penghilangan tumor pada seseorang tidak dapat memulihkan fungsi bagian yang terkena tumor (Govan dalam Yusawanto, 2000: 3).
3. Gejala Kanker Payudara (dalam Mardiana, 2004: 13): a. Timbul rasa sakit dan nyeri pada payudara b. Benjolan semakin lama tumbuh semakin besar c. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul pembengkakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30 d. Mulai timbul luka pada payudara dan puting susu seperti koreng atau eksim e. Kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk f. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna kehitam-hitaman dari puting susu
4. Gejala Kanker Rahim ( dalam Mardiana, 2004: 25): a. haid tidak normal dan dalam jumlah banyak b. terjadi pendarahan rahim yang abnormal seperti pendarahan di antara 2 siklus menstruasi c. sering timbul rasa nyeri perut bagian bawah atau kram panggul d. keluar cairan putih encer dan jernih e. sakit pada saat melakukan hubungan seksual f. sakit pada saat buang air kecil
5. Stadium Kanker berdasarkan sistem TNM Sistem TNM adalah suatu sistem yang digunakan untuk melukiskan stadium kanker. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Piere de Noix dari Perancis dan kemudian didiadopsi, diperluas dan disempurnakan oleh UICC (Union Internationale Contre le Cancere) yaitu perhimpunan kanker dunia. Sistem TNM didasarkan pada 3 kategori. Setiap kategori dibagi lagi menjadi subkategori untuk melukiskan keadaan pada masing-masing subkategori tersebut (dalam Sukardja, 2000: 150). Pada umumnya arti TNM sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31 Tabel 1. Stadium Kanker berdasarkan sistem TNM
TUMOR UTAMA (T) T0
Tidak ada tanda utama adanya tumor TIS (Tumor in situ) Carcinoma in situ (terbatas pada tempat asal) T1 Tumor < 2cm T2 Tumor 2-5cm T3 Tumor > 5cm T4 Tumor invasi ke luar organ, peradangan, luka, luka bernanah BENJOLAN DI DAERAH GETAH BENING (Nodus/ N) N0 Tidak ada benjolan (nodus regional negatif) N1 Pertumbuhan dengan benjolan yang dapat digerakkan pada sisi yang sama (nodus regional mobil) N2 Pertumbuhan dengan benjolan yang sulit digerakkan pada sisi yang sama (nodus regional melekat) N3 Pertumbuhan dengan benjolan didekat / pada kedua sisi Nodus juxtaregional / bilateral JARAK PERTUMBUHAN (Metastase/ M) M0 Tidak ada pertumbuhan/penyebaran ke organ lain M1 Ada pertumbuhan/penyebaran ke organ lain (termasuk penyebaran pada sisi yang sama di atas klavula getah bening) KELOMPOK STADIUM T N M Stadium 0 TIS N0 M0 Stadium I T1 N0 M0 Stadium IIA T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0 Stadium IIB T2 N1 M0 T3 N0 M0 Stadium IIIA T0-2 N2 M0 T3 N1, N2 M0 Stadium IIIB T4 N0-2 M0 T0-3 N3 M0 Stadium IV T0-4 N0-3 M1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32 Kesimpulan dari uraian diatas adalah kanker merupakan penyakit sel yang ditandai dengan gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis (kecenderungan untuk mengatur dan mempertahankan lingkungan dalam tubuh yang stabil) lainnya pada organisme multiseluler yang bisa terjadi di seluruh bagian tubuh atau neoplasma termasuk payudara dan rahim. Penyebab kanker masih belum diketahui secara jelas dan gejala yang muncul untuk setiap jenis kanker berbeda. Tingkatan pengembangan sel kanker yang menunjukkan ciri-ciri setiap tahapan dan tingkat keparahan dari stadium I sampai stadium IV.
E. Bentuk-bentuk Ketakutan terhadap Kematian pada Wanita Penderita Kanker Dewasa Madya Perempuan dewasa madya dengan usia antara 40-65 tahun mempunyai ciri-ciri
perkembangannya
sendiri
yang
berbeda
dengan
ciri-ciri
perkembangan usia yang lain. Dewasa madya dianggap sebagai periode yang sangat ditakuti oleh banyak orang karena adanya stereotipe yang tidak menyenangkan mengenai kerusakan mental dan fisik serta berhentinya reproduksi ditambah dengan adanya kesadaran bahwa dirinya semakin mendekati tua ((Hurlock, 1980: 320). Pada dewasa madya dibutuhkan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik seperti perubahan dalam penampilan, kemampuan indera, keberfungsian fisiologis dan juga termasuk didalamnya adalah perubahan pada kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33 Status kesehatan pada dewasa madya menjadi persoalan utama terlebih pada penderita kanker (Hurlock, 1980: 328). Perkembangan kognitif dicirikan dengan penurunan intelektual karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang (Weshsler dalam Santrock, 2002: 218) yang disertai dengan menurunnya daya ingat jika kesehatan jelek dan sikapnya negatif (Poon dalam Santrock, 2002: 150). Perkembangan emosi pada masa dewasa madya ditandai dengan sindrom sarang kosong (empty nest syndrom) (Santrock, 2002: 162) dan juga digambarkan sebagai generation squeeze (tekanan generasi) atau generational overload (beban generasi yang terlalu berat) (Santrock, 2002: 165). Hubungan dengan saudara kandung pada masa dewasa madya mungkin sangat dekat, tidak acuh atau sangat bersaing tergantung dari kedekatan satu sama lain pada usia sebelumnya (Santrock, 2002: 164). Kanker adalah suatu penyakit sel yang ditandai dengan gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis (kecenderungan untuk mengatur dan mempertahankan lingkungan dalam tubuh yang stabil) lainnya pada organisme multiseluler (Setiabudy dan Gan dalam Revianti, 2005: 8). Sel-sel tersebut bisa tetap tumbuh di bagian asli atau bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran dan penyebab yang tidak jelas menimbulkan ketakutan terhadap kematian pada pasien. Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Kanker rahim adalah tumor ganas yang tumbuh pada kantong selaput dalam perut (rahim).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34 Ketakutan terhadap kematian merupakan kondisi emosional dasar pada individu saat mengidentifikasikan bahaya eksternal yang berasal dari obyek spesifik yang dapat membuat seseorang merasa diserang pertahanan dirinya (Gerrig dan Zimbardo, 2002: 479). Ketakutan merupakan emosi dasar manusia yang bisa berubah dari keadaan normal ke ketakutan yang sangat kuat (Carson, 2000: 160). Tiga komponen dari ketakutan adalah kognitif, fisiologis dan perilaku dan ketiganya bisa hadir secara tidak bersamaan (Lang dalam Carson, 2000: 160). Ketakutan muncul secara spontan pada saat seseorang dinyatakan menderita penyakit kronis atau saat mengalami sekarat seperti pada saat seseorang dinyatakan menderita kanker payudara atau kanker rahim. Ketakutan tersebut dipengaruhi oleh budaya, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sosiokultural seseorang. Ada banyak fase atau tingkatan saat seseorang dinyatakan sekarat. Fase yang dipakai dalam penelitian ini adalah fase menjelang kematian yang diungkapkan Pattison yaitu fase interval hidup-sekarat kronis (cronic livingdying interval) dimana kecemasan tidak lagi mendominasi orang tersebut (Turner dan Helms, 1995: 650). Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematiannya berupa ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown), ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain), ketakutan akan kesepian (fear of loneliness), ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends), ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow), ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35 body), ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity), ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control), dan ketakutan terhadap kemunduran ( fear of regression) yang bisa terjadi bersamaan pada pasien ataupun hanya didominasi oleh salah satu bentuk saja (Turner dan Helms, 1995: 651).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983: 19). Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan fenomena atau karakterisitik individual, situasi atau kelompok tertentu secara akurat (Danim, 2002: 41). Pendekatan kualitatif yang baik akan menampilkan kedalaman dan detail yang berfokus pada sejumlah kecil kasus. Jenis penelitian ini mempunyai ciri-ciri seperti adanya sumber data langsung yang berupa situasi alami, bersifat deskriptif, penekanan pada makna proses, dan analisis data bersifat induktif (Danim, 2002: 60). Pandangan mendasar dalam penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang diungkapkan Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005: 25) adalah realitas sosial sebagai sesuatu yang subyektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang berada diluar individu; manusia tidak secara sederhana disimpulkan mengikuti hukum-hukum alam diluar dirinya melainkan menciptakan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya; ilmu berdasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif, idiografis dan 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37 tidak bebas nilai serta bertujuan untuk memahami kehidupan sosial. Peneliti memilih penelitian kualitatif berdasarkan pandangan-pandangan diatas untuk lebih dapat memungkinkan peneliti mempelajari dan memahami topik penelitian ini sehingga mampu menghasilkan data deskriptif secara utuh.
B. Batasan Istilah Ketakutan terhadap kematian adalah kondisi emosional dasar pada individu akan akhir dari keberadaan manusia yang tidak pernah dapat dikontrol waktu dan tempatnya serta tidak dapat pernah bisa dipahami dan dihindari oleh manusia. Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yaitu ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) mengungkapkan mengenai sesuatu yang asing dan tidak dapat ditanggulangi. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) mengungkapkan mengenai ketakutan yang tidak hanya terbatas pada keadaan fisik melainkan juga mencakup ketakutan terhadap yang tidak diketahui dan tidak dapat dikendalikan. Ketakutan akan kesepian (fear of loneliness) merupakan rasa terisolasi dari dirinya sendiri dan orang lain. Penarikan diri dari pekerjaan dan aktivitasaktivitas yang lain akan meningkatkan penurunan fisik selain itu, tidak mengetahui yang harus dikatakan ketika mendapatkan kunjungan dari temanteman. Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) mengungkapkan mengenai bagaimana orang sekarat mengalami banyak kehilangan, termasuk kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan dan rencana-rencana masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38 Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) yang mengungkapkan mengenai ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman akan dimasukkan ke dalam ketakutan akan penderitaan. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) terjadi karena tubuh mewakili sebagian dari konsep diri sehingga penyakit dapat mempengaruhi baik secara fisik dan psikologis. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) terjadi karena pasien yang sekarat mulai kehilangan kontak sosial, keluarga dan teman-teman, struktur dan fungsi tubuh, kontrol diri dan kesadaran total. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) mengungkapkan ketidak mampuan mengontrol diri sendiri, terjadi penurunan tenaga, vitalitas dan daya tangkap, berpikir secara lebih lamban, kurang akurat, dan menjadi takut akan semakin menurunnya fungsi-fungsi mental. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) mengungkapkan mengenai ketakutan terhadap insting-insting internal dalam diri individu yang mendorong untuk mundur dari dunia luar ke suatu dunia fantasi yang primer. Penderita kanker payudara atau kanker rahim dewasa madya adalah individu yang menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan karena penyakit sel yang ditandai dengan gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis (kecenderungan untuk mengatur dan mempertahankan lingkungan dalam tubuh yang stabil) lainnya pada organisme multiseluler pada jaringan payudara yang terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39 payudara atau kantong selaput dalam perut (rahim) yang berusia antara 40 sampai 65 tahun.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim dengan usia antara 40-65 tahun. Subjek yang menderita kanker payudara atau kanker rahim dipilih untuk melihat bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang dimiliki oleh subjek karena dari hasil survey yang didapat kanker payudara dan kanker rahim merupakan penyakit yang banyak menyerang wanita Indonesia. Kriteria yang lain adalah subjek yang sudah berkeluarga untuk dapat melihat bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang berhubungan dengan relasi subjek dengan lingkungannya. Subjek harus berada di fase interval hidup-sekarat kronis (cronic living-dying interval) karena dalam fase tersebut bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian baru muncul pada pasien. Subjek yang dipilih sebanyak 3 orang dengan pertimbangan untuk menghayati lebih dalam dan memfokuskan perhatian pada wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim yang diteliti. Sampel ini dipilih berdasarkan teori (theory based/ operational construct sampling) atau konstruk operasional sesuai penelitian-penelitian sebelumnya atau sesuai dengan tujuan penelitian supaya sampel sungguh-sungguh mewakili fenomena yang dipelajari (dalam Poerwandari, 2005: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40 D. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara. Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data tentang bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada penderita kanker payudara dan kanker rahim dewasa madya. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (dalam Poerwandari, 2005: 127). Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai maknamakna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan juga dimaksudkan untuk mengeksplorasi hal tersebut (Banister dkk dalam Poerwandari, 2005: 127). Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur yang sering disebut juga sebagai wawancara tidak terstandar yang bersifat luwes dan terbuka. Pertanyaan yang diajukan ditentukan oleh maksud dan tujuan penelitian, muatannya, runtutan dan rumusan kata-katanya terserah oleh pewawancara (Kerlinger, 2003: 771). Jenis pertanyaan yang dipergunakan adalah pertanyaan tidak langsung dikarenakan hal-hal dalam wawancara ini merupakan hal yang sensitif terkait dengan bentuk ketakutan yang ada dalam diri subjek. Wawancara dilakukan secara langsung (face to face) kepada penderita kanker payudara atau kanker rahim sebagai subjek penelitian untuk memperoleh keakuratan data sekaligus menjaga kerahasiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41 identitas subjek. Wawancara juga dilakukan terhadap orang-orang yang dekat dengan subyek (significant others). Hal ini dilakukan untuk melakukan konfirmasi data dan untuk mendapatkan data-data tambahan mengenai diri subyek. Penyusunan pedoman wawancara ini didasarkan pada bentukbentuk ketakutan terhadap kematian pada wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
Pertanyaan umum: a. Siapakah nama ibu? b. Berapa usia ibu saat ini? c. Berapa lama ibu menderita penyakit ini? d. Apa jenis penyakit yang ibu derita? e. Apa sifat penyakit ibu? f. Bagaimanakah gejala-gejala yang ibu rasakan? g. Kapan ibu didiagnosa menderita penyakit ini? Usia berapa saat itu? h. Siapa yang memberitahu ibu bahwa ibu menderita penyakit ini? i. Apa yang ibu rasakan saat anda didiagnosa penyakit ini? j. Bagiamanakah keadaan ibu setelah mendengar vonis ini? k. Bagaimana cara ibu menghadapi penyakit ini? Langsung ke dokter atau mencoba pengobatan alternatif dahulu? l. Bagaimana tanggapan ibu terhadap penyakit yang ibu derita?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42 m. Bagaimana tanggapan orang-orang terdekat ibu dengan keputusan anda tersebut? n. Apakah sekarang ibu masih mengalami gejala-gejala yang sama seperti saat anda pertama kali didiagnosa menderita penyakit ini oleh dokter? o. Siapakah orang yang paling dekat dengan ibu?
Tabel 2. Pedoman Wawancara
no
1
2
3
Bentuk-bentuk Indikator ketakutan terhadap kematian Ketakutan terhadap - terhadap sesuatu yang tidak yang asing diketahui (fear of - terhadap sesuatu the unknown) yang tidak dapat ditanggulangi - disebabkan oleh ketidaktahuan tentang yang akan terjadi pada dirinya ketakutan terhadap - terhadap keadaan penderitaan dan fisik ditambah rasa sakit (fear of terhadap yang tidak suffering and pain) diketahui
Ketakutan akan - saat sakit, merasa kesepian (fear of terisolasi dari loneliness) dirinya sendiri dan orang lain - tidak mempunyai topik pembicaraan saat mendapat kunjungan dari teman-teman
Daftar pertanyaan
- Tolong ungkapkan apa yang ibu rasakan bila membicarakan tentang kematian! - Apakah ibu merasa bahwa hal itu datang tanpa bisa ditolak dan dikendalikan? - Kenapa ibu merasa tidak bisa mengendalikan dan menolaknya? - Ceritakan mengenai keterbatasan fisik yang ibu alami selama ini! - Apakah badan ibu sering sakit? - Saat ini, apa yang ibu bayangkan mengenai keadaan ibu saat ini / saat sakit? - Ceritakan mengenai aktivitas yang sering ibu lakukan bersama temanteman? - Apakah setelah menderita penyakit ini, ibu lebih memusatkan pikiran dan tenaga hanya untuk ibu sendiri? Tolong ceritakan lebih lanjut. - Apakah ibu senang mendapat kunjungan dari teman-teman? Ceritakan topik-topik yang sering ibu ceritakan kepada mereka?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43 4
- mengungkapkan Ketakutan banyak kehilangan kehilangan keluarga termasuk kehilangan dan teman-teman orang yang dicintai, (fear of loss of pekerjaan dan family and friends) rencana-rencana dan ketakutan akan masa depan. penderitaan (fear of sorrow)
5
Ketakutan - terjadi karena mulai kehilangan identitas kehilangan kontak diri (fear of loss of sosial, keluarga dan identity) dan teman-teman, struktur dan fungsi tubuh, kontrol diri dan kesadaran total
6
ketakutan terhadap - ketakutan terhadap kemunduran ( fear insting internal of regression) dalam diri individu yang mendorong untuk mundur dari dunia luar ke suatu dunia fantasi yang primer.
- Ceritakan mengenai hubungan ibu dengan keluarga dan teman-teman! - Apakah ibu ingin selalu bersama dengan teman-teman dan keluarga ibu? - Apakah ibu merasa keluarga dan teman-teman memperdulikan ibu? - Ceritakan mengenai rencanarencana yang akan ibu lakukan? - Ceritakan bagaimana reaksi ibu jika rencana-rencana dan tugas-tugas yang harusnya bisa dilakukan ternyata tidak terwujud! - Ceritakan bagaimana jika ibu harus kehilangan orang yang ibu cintai! - Ceritakan bagaimana jika ibu harus kehilangan pekerjaan yang ibu suka lakukan! - Ceritakan bagaimana peran ibu dirumah! - Ceritakan mengenai kegiatan yang ibu lakukan di luar rumah! - Apakah sekarang ibu merasa peranperan tersebut berubah? Kenapa bisa berubah? - Apakah sekarang ibu juga merasa peran ibu dalam mengasuh anakanak dan sebagai pasangan berubah? Ceritakan mengenai perubahannya! - Ceritakan mengenai fungsi-fungsi tubuh ibu! Apakah fungsinya masih sama dengan keadaan ibu sebelum sakit? - Ceritakan yang ibu rasakan, ketakutan, kesedihan dan kekecewaan ibu! - Apa yang akan ibu lakukan untuk mengatasi hal tersebut? Tolong ceritakan lebih lanjut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44 7
8
Ketakutan - tidak mampu mengontrol diri kehilangan kontrol sendiri diri (fear of loss of - terjadi penurunan self control) tenaga, vitalitas dan daya tangkap - berpikir secara lebih lamban, kurang akurat dan menjadi takut akan semakin menurunnya fungsifungsi mental Ketakutan - terhadap tubuh kehilangan tubuh karena tubuh (fear of loss of merupakan body) perwakilan dari sebagian konsep diri (pada saat ini)
- Ceritakan bagaimana kondisi ibu sekarang? - Apakah ada perbedaan dengan kondisi ibu sebelum sakit? Ceritakan perubahan itu? - Apakah ibu menjadi sering lupa atau sukar mengingat sesuatu? Biasanya apa yang sering terlupakan? - Apakah sekarang ibu mudah lelah? - Apakah hal tersebut membuat ibu takut dan juga terganggu? - Ceritakan mengenai apa yang ibu rasakan setelah sakit? - Apakah kehilangan payudara membuat ibu takut? - Ceritakan bahwa kehilangan payudara mengganggu atau membuat ibu tidak nyaman? - Apakah hal tersebut menghambat ibu beraktivitas? Aktivitas apa yang sekarang tidak biasa dilakukan? - Apakah hal tersebut juga menghambat itu bersosialisasi dengan orang lain, tetangga dan teman-teman? Kenapa hal tersebut ibu rasa menghambat?
E. Metode Analisis Data Data penelitian ini akan dianalisis dengan cara: 1. Organisasi data Peneliti wajib untuk mengorganisasikan data yang beragam secara rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Hal tersebut dilakukan (Highlen & Finley dalam Poerwandari, 2005: 148) untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data serta analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang perlu untuk disimpan dan diorganisasikan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45 a. data mentah seperti catatan observasi dan kaset hasil rekaman b. data yang sudah diproses sebagian seperti transkrip wawancara c. data yang sudah ditandai atau dibubuhi kode-kode spesifik d. penjabaran kode-kode dan kategori-kategori secara luas melalui skema
2. Pengkodean (koding) Pengkodean dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2005: 150). Penelitian ini menggunakan koding terbuka (open coding) yang dikemukakan Strauss dan Corbin (dalam Poerwandari, 2005: 161) yang memungkinkan kita mengidentifikasi kategori-kategori, properti-properti dan dimensi-dimensinya. Selain itu, berbagai perspektif harus disertakan dalam koding untuk memungkinkan keluasan analisis serta untuk mengecek bias-bias yang mungkin tidak disadari peneliti. Koding dilakukan dengan memberikan kode: a. Diket untuk ketakutan yang tidak diketahui (fear of the unknown) b. Sakit untuk ketakutan akan rasa sakit dan penderitaan (fear of suffering and pain) c. Sepi untuk ketakutan terhadap kesepian (fear of loneliness)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46 d. Derita untuk ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) e. ID untuk ketakutan akan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) f. Mundur untuk ketakutan terhadap kemunduran ( fear of regression) g. KD untuk ketakutan akan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) h. Tubuh untuk ketakutan akan kehilangan tubuh (fear of loss of body) Diket digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan terhadap sesuatu yang asing dan tidak dapat ditanggulangi. Sakit digunakan untuk memberikan kode akan ketidaktahuan akan yang terjadi pada diri, dan akan keadaan fisik subjek. Sepi digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan terisolasi dari diri sendiri maupun orang lain dan tidak adanya topik pembicaraan saat mendapatkan kunjungan dari teman-teman. Derita digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan kehilangan termasuk kehilangan orang yang dicintai (pasangan dan keluarga), pekerjaan dan rencana-rencana masa depan. ID digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan kehilangan kontak sosial, keluarga dan teman-teman, akan kehilangan struktur dan fungsi tubuh dan akan kehilangan kontrol diri serta kesadaran diri. Mundur digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan terhadap insting-insting internal dalam diri individu yang mendorong untuk mundur dari dunia luar ke suatu dunia fantasi yang primer. KD digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47 untuk memberikan kode akan ketakutan kehilangan kemampuan mengontrol diri sendiri, terjadinya penurunan tenaga, vitalitas dan daya tangkap, cara berpikir yang lebih lamban, kurang akurat dan menjadi takut akan semakin menurunnya fungsi-fungsi mental. Tubuh digunakan untuk memberikan kode akan ketakutan tehadap tubuh karena tubuh merupakan perwakilan dari sebagian konsep diri. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dua kali. Analisis data yang pertama adalah analisis data yang berdasarkan ciri-ciri fase interval hidup-sekarat kronis (cronic living-dying interval). Analisis data pertama ini digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang pertama yaitu mengetahui ada atau tidaknya bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada penderita kanker payudara atau kanker rahim. Kategori yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut adalah menurunnya kecemasan. Analisis data yang kedua adalah analisis data yang berdasarkan tematema yang muncul. Analisis data berdasarkan tema-tema yang muncul berguna untuk mencapai tujuan penelitian yang kedua yaitu mendeskripsikan bentukbentuk ketakutan terhadap kematian.
F. Keabsahan Data Penelitian Keabsahan data penelitian dapat dilihat dengan cara: 1. Kredibilitas Validitas dalam penelitian kualitatif sering disebut kredibilitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48 maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang komplek. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu pengukur kredibilitas penelitian kualitatif.
Ukuran
kredibilitas
yang
lain
adalah
kemampuan
mendemonstrasikan kompleksitas hubungan antar aspek-aspek tersebut. Penelitian dilakukan dengan cara tertentu untuk menjamin bahwa subyek penelitian diidentifikasi dan dideskripsikan secara akurat. Hal tersebut dilakukan agar pembaca perlu mendapat penjelasan bahwa data penelitian tidak dapat dilepaskan dari kompleksitas sehingga sulit direduksi dan harus dilihat dalam keseluruhan kaitan. Selain itu peneliti perlu menguraikan secara jelas parameter (langkah-langkah, pedomanpedoman, batasan dan ukuran) penelitian seperti pengembangan desain, pemilihan subyek penelitian, ataupun analisis penelitian. Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005: 182) mengungkapkan bahwa kredibilitas penelitian kualitatif dicoba dicapai tidak melalui manipulasi variabel melainkan melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris dengan mengunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data. Konsep yang dipakai antara lain (dalam Poerwandari, 2005: 182) validitas kumulatif yang akan tercapai jika temuan dari penelitianpenelitian lain yang mengunakan topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa, validitas komunikatif yang dilakukan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49 konfirmasi data dan analisisnya pada subjek penelitian atau dengan kata lain juga melakukan pengujian konfirmabilitas. Validitas komunikatif ini dapat diuji dengan triangulasi. Triangulasi yang merupakan aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama (Denzim dalam Danim, 2002: 37). Triangulasi meningkatkan generabilitas penelitian kualitatif. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trangulasi sumber pada wawancara dan hasil observasi sebagai data tambahan. Triangulasi sumber (sources tranggulation) mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu hal tertentu yang memungkinkan peneliti untuk melakukan pengecekan dan pengecekan ulang untuk melengkapi data (Danim, 2002: 195). Validitas argumentatif yang akan tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik secara rasional serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentahnya. Data mentah dalam penelitian ini berupa trankrip wawancara masing-masing subjek, suami dan teman subjek dan catatan hasil observasi, dan validitas ekologis yang ditunjukkan dengan sejauh mana penelitian dilakukan pada kondisi alamiahnya dari subyek yang diteliti sehinga justru kondisi apa adanya dan kehidupan sehari-hari menjadi konteks penting penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50 2. Dependalibility Penelitian kualitatif menggantikan istilah reliabilitas menjadi dependability. Dependability dalam penelitian ini dilakukan melalui (Sarantakos dalam Poerwandari, 2005: 187): a. Koherensi, yaitu pemilihan metode agar tercapai tujuan yang diinginkan. b. Keterbukaan adalah sejauh mana peneliti membuka diri dengan memanfaatkan metode-metode yang berbeda untuk mencapai tujuan yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan observasi yang digunakan bersama-sama. c. Diskursus
adalah
sejauh
mana
dan
seintensif
apa
peneliti
mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain. Dependability memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam mengenai setting yang diteliti. Peneliti perlu menyadari kompleksitas konteks yang dihadapi dengan menggunakan strategi dan desain penelitian yang luwes. Hal yang dapat dilakukan adalah mengkonsentrasikan diri pada pencatatan secara rinci fenomena yang diteliti termasuk interaksi aspek-aspek yang berkait (Marshall dan Rossman dalam Poerwandari, 2005: 188).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian dan Perijinan Peneliti
melakukan
observasi
awal
ke
lapangan
untuk
mendapatkan informasi mengenai lokasi dan kondisi penderita kanker payudara yang sesuai dengan kriteria di sekitar rumah peneliti. Pada tanggal 18 Agustus 2006 peneliti datang ke rumah subjek satu yang bernama ibu Mar untuk melakukan konfirmasi mengenai rencana dan tujuan penelitian. Peneliti bertemu dengan bu Mar dan suami yang menyambut kedatangan peneliti dengan cukup baik. Mereka mengijinkan peneliti untuk melakukan pengambilan data setiap waktu dengan konfirmasi melalui telefon terlebih dahulu. Pada tanggal 26 Februari 2007 peneliti datang ke rumah subjek kedua yang bernama ibu El untuk melakukan konfirmasi mengenai rencana dan tujuan penelitian. Peneliti disambut cukup baik oleh bu El dan anaknya. Subjek mengijinkan peneliti untuk mengambil data. Pada tanggal 1 April 2007 peneliti datang ke rumah subjek ketiga yang bernama bu Pi untuk melakukan konfirmasi mengenai rencana dan tujuan penelitian serta melakukan raport. Peneliti disambut cukup baik oleh bu Pi dan suami serta anak-anaknya. Subjek mengijinkan peneliti untuk mengambil data. 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52 Pendekatan terhadap para subjek seringkali dilakukan bergantian tetapi juga ada yang langsung digunakan untuk mengambil data karena terbatasnya waktu untuk bertemu dengan subjek dikarenakan kesibukan subjek dan juga dikarenakan kondisi kesehatan subjek. Kedekatan peneliti dengan subjek penelitian salah satunya terbangun dari keikutsertaan peneliti dalam kegiatan sehari-hari dengan subjek setelah pengambilan data. Peneliti juga beberapa kali mendengarkan sharing subjek diluar konteks pengambilan data penelitian. Di samping berkenalan dan melakukan pendekatan dengan subjek penelitian, peneliti melakukan hal yang sama dengan keluarga dan teman subjek. Peneliti melakukan pendekatan dengan keluarga atau teman subjek untuk mendapatkan data sekunder sebagai significant other. Persiapan yang peneliti lakukan terkait dengan persiapan penelitian meliputi 3 buah kaset kosong untuk merekam wawancara, tape recorder, buku catatan serta perlengkapan lain setiap dilakukan satu kali pengambilan data pada masing-masing subjek.
2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di rumah masing-masing subjek yang terletak di kota Magelang dan Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Agustus 2006 sampai bulan Mei 2007. Konfirmasi terhadap data yang diperoleh dari subjek dilakukan di luar waktu tersebut di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53 3. Pelaksanaan Wawancara dan wawancara lanjutan sekaligus pengamatan dilakukan tak terbatas selama kondisi subjek memungkinkan untuk mencukupi data. Kegiatan pengamatan Kegiatan pengamatan yang digunakan sebagai data tambahan dilakukan terbatas pada kegiatan subjek di lingkup rumah subjek karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan pengamatan perilaku subjek terkait dengan kegiatan subjek di luar kegiatan sehari-hari.
4.
subjek Penelitian a. Demografis
Tabel 3. Data Demografis Subjek Penelitian
Nama
Mar
El
Pi
Usia
45 tahun
44 tahun
63 tahun
Pekerjaan
Wiraswasta
Wiraswasta
wiraswasta
Jenis kanker
payudara
payudara
rahim
Stadium kanker
Stadium 4
Stadium 3
Stadium 4
Waktu operasi
Belum operasi
Belum operasi
Belum operasi
Keberadaan suami
Ada
Ada
Ada
Pekerjaan suami
wiraswasta
wiraswasta
Pensiunan PNS
Jumlah anak
2
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54 Mar merupakan ibu dari 2 orang anak laki-laki dan perempuan yang masih duduk di bangku SMP kelas 1 dan 3. Mar berusia 45 tahun. Mar merupakan warga keturunan tionghoa yang menikah dengan orang jawa. Mar membantu perekonomian keluarga dengan berjualan di rumah disela-sela mengerjakan pekerjaan rumah tangganya. Suami Mar bekerja sebagai karyawan di toko elektronik dan membuka layanan jasa untuk hal-hal yang berkaitan dengan listrik. Mar menderita kanker payudara. Mar didiagnosa menderita kanker payudara stadium 4 tetapi tidak mau operasi. El merupakan ibu dari 3 anak yang terdiri dari 2 anak yang menjadi mahasiswa di perguruan tinggi di luar Magelang dan satu anak yang masih duduk di bangku SMA. El berusia 44 tahun. El dan suaminya merupakan warga keturunan tionghoa. El membantu perekonomian
keluarga
dengan
mengkreditkan
barang-barang
elektronik kepada tetangganya. Suami El bekerja sebagai distributor barang-barang elektronik dan sering berada di luar kota. El menderita kanker payudara stadium 3 dan belum mau dioperasi karena merasa kanker tidak dapat disembuhkan dengan operasi. Pi merupakan ibu dari 3 anak yang masing-masing sudah berkeluarga. Pi berusia 63 tahun. Pi dan suaminya adalah orang jawa dan tinggal di pedesaan. Pi membantu perekonomian keluarga dengan berdagang disela-sela mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bertani. Suami Pi sudah tidak bekerja setelah pensiun sebagai guru. Pi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55 didiagnosa menderita kanker rahim stadium 4 dan menolak dioperasi. Setelah didiagnosa menderita kanker rahim, Pi menghentikan semua aktivitas berdagang dan bertani. Pi juga dibantu oleh anaknya dalam mengerjakan pekerjaan rumah oleh anaknya yang tinggal bersamanya.
b. Reaksi saat divonis menderita kanker Tabel 4. Reaksi subjek saat divonis menderita kanker
Mar
Dokter umum di Magelang yang memberitahu bahwa dirinya terkena kanker payudara dan menganjurkan Mar untuk mengoperasinya. Subjek merasa kaget dan juga marah karena menganggap bahwa sakit ini akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap informasi mengenai batas usia penggunaan pil KB yang bisa menjadi pemicu munculnya sel kanker.
El
Dokter umum yang memberitahu bahwa dirinya sakit kanker payudara dan subjek merasa sedih karena ayah dan adiknya juga menderita penyakit yang sama.
Pi
Dokter kandungan yang memberitahu bahwa Pi menderita kanker setelah dokter umum tidak mau menyatakan bahwa Pi menderita sakit kanker rahim. Subjek merasa sedih dan langsung menangis setelah mendengarnya.
c. Latar belakang 1) Latar belakang subjek Mar
Mar tinggal di Magelang bersama dengan suami dan kedua anaknya di perkampungan yang penduduknya heterogen dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56 adanya perbedaan ras (jawa dan cina), perbedaan agama dan juga status (kaya dan miskin). Mar cukup dekat dengan keluarga dan keponakannya yang tinggal di Semarang dan Madiun ditengah perselisihan antar keluarga yang terjadi. Mar juga cukup dekat dengan kakaknya yang juga tinggal di Magelang. Saat Mar belum sakit, dia berjualan di rumah untuk mencukupi kebutuhan hidup di samping suami yang bekerja. Perekonomian keluarga Mar sebelum sakit digolongkan dalam kelas menengah. Mar sudah sakit kanker sejak empat tahun yang lalu dan sudah mengusahakan pengobatan secara medis maupun alternatif tetapi kondisi Mar tidak juga membaik. Hal tersebut membuat kedekatan dengan anak-anaknya berkurang karena Mar perlu banyak istirahat dan hal tersebut juga menguras kondisi ekonomi Mar dengan keluarnya biaya berobat selain untuk membiayai ke dua anaknya yang masih sekolah di SMP. Sejak sakit, barang dagangan sebagai penunjang ekonomi keluarganya tidak terlalu laku akibat dari bau yang tidak enak dari cairan yang keluar dari payudara Mar yang membuat pembeli enggan untuk membeli. Teman-teman Mar juga merasa tidak nyaman dengan bau yang dikeluarkan dari payudara Mar yang menyebabkan teman-teman dan tetangga mulai menghindar untuk bertemu dengan Mar serta menolak Mar dalam beberapa kegiatan bersama. Orang lain yang berada di rumah Mar adalah pembantu Mar yang mulai bekerja sewaktu Mar mulai sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57 dan melayani Mar dari pagi sampai malam serta menemani Mar saat suami Mar pergi bekerja. Mar memakai baju yang berkancing depan atau menyobek baju bagian depan agar payudara tidak tertutup atau melekat dengan baju yang bisa menyebabkan payudara mengeluarkan darah. Payudara Mar disangga dengan kain atau selendang kecil dan dialasi dengan pembalut wanita atau kain sebagai tempat cairan dan darah yang keluar. 2) Latar belakang subjek El El tinggal bersama dengan suami dan ke tiga anaknya. El tinggal di perumahan yang rata-rata bersuku Jawa. El mempunyai pembantu yang membantu El dalam melakukan pekerjaan seharihari dan menemaninya. El mempunyai perekonomian yang bagus walaupun besarnya biaya pengobatan dan biaya pendidikan ke tiga anaknya. Saat sakit, El tetap mencari tambahan dengan memberikan kredit barangbarang elektronik ke tetangga sekitar. El mempunyai ayah dan kakak yang juga mengidap penyakit yang sama dengannya. El sudah mengusahakan pengobatan baik ke medis maupun alternatif dan sekarang El sedang menjalani pengobatan alternatif. El mempunyai keinginan untuk kuat saat menghadapi kematian dan rasa sakit dengan mencontoh sikap ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58 El seringkali hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya karena kedua anaknya yang lain sering berada di luar kota untuk meneruskan pendidikan dan suami juga sering bertugas ke luar kota. El tidak terlalu dekat dengan tetangganya. Setiap sore pintu rumah El selalu tertutup dan El juga jarang mengikuti kegiatan di sekitar rumah. 3) Latar belakang subjek Pi Pi tinggal di pedesaan bersama dengan suami dan keluarga dari anak bungsunya. Lingkungan rumah Pi cukup homogen dalam mata pencaharian dan agama. Sebelum sakit, Pi berjualan di pasar dan mengurus sawah disamping suaminya yang bekerja sebagai pegawai negeri. Setelah sakit, Pi tidak lagi berjualan di pasar. Perawatan secara medis maupun
alternatif
sudah
banyak
dilakukan
tetapi
belum
menunjukkan kesembuhan. Kesehatan Pi diawasi oleh perawat yang datang beberapa hari sekali. Pi saat ini jarang melakukan aktivitas di luar rumah. Pi juga tidak terlalu sering melakukan aktivitas di dalam rumah seperti kebanyakan ibu rumah tangga yang normal. Aktivitas rumah tangga dikerjakan oleh anaknya yang tinggal serumah dengannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59 B. Analisis Data Penelitian 1. Hasil Penelitian Ibu Mar a. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) Ketakutan terhadap yang tidak diketahui dari subjek Mar berupa takut dioperasi dan takut mati karena benjolan yang diketahui sudah berukuran besar. Mar merasa waktu yang dimilikinya untuk hidup hanya tinggal sebentar sehingga Mar hanya bisa berpasrah. b. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit pada Mar berupa perasaan bingung dalam menyikapi penyakitnya karena Mar merasa tidak ada perubahan setelah dilakukan pengobatan yang berkali-kali dan berbeda. Mar merasa takut jika kondisinya menjadi semakin buruk dari hari ke hari dan bila sakit yang tidak dapat diduganya menyerang. Hal itu diperkuat dengan ketakutan Mar pada pendarahan, perubahan pada payudaranya yang tidak diketahui kapan dapat disembuhkan dan semakin kompleknya sakit karena terkena penyakit lain seperti flu dan sesak napas, serta ketidakinginan Mar menjadi beban keluarga. c. Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) Ketakutan akan kesepian muncul karena Mar merasa tidak disupport oleh orang lain, merasa ditolak, dikucilkan sehingga saat kekhawatirannya muncul tubuh Mar menjadi lemas. Mar ingin ditemani dan tidak mau sendirian dalam kesehariannya terutama oleh kakak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60 suaminya maupun anaknya. Mar merasa senang bila dijenguk dan akan merasa kecewa jika orang yang menjenguk tidak jadi datang. d. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman yang dijadikan satu dengan ketakutan akan penderitaan muncul berupa keinginan untuk dekat dengan anak karena khawatir anak menderita akibat kehilangan ibunya. Mar masih ingin bersama keluarga sehingga muncul kekhawatiran bahwa dirinya tidak bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Ia merasa khawatir tidak dapat membimbing anaknya dan mendampingi anaknya. Mar juga kawatir bila rencana menyatukan keluarga tidak dapat tercapai dan takut jika kehilangan keluarga yang dimilikinya. Ketakutan ini juga muncul berupa kekhawatiran bila tidak bisa membantu perekonomian keluarga karena sedikit banyak berkurang untuk biaya pengobatan dirinya. Kekhawatiran ini muncul karena Mar tidak ingin tergantung pada saudaranya dan Mar masih memiliki hutang. e. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) Ketakutan kehilangan identitas diri muncul dalam diri subjek Mar muncul berupa kekhawatiran akan peran sebagai istri dan ibu yang berubah. Selain itu, suami juga melarang Mar melakukan perannya dalam keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61 f. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) Ketakutan terhadap kemunduran pada Mar tidak muncul. g. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) Ketakutan kehilangan kontrol diri pada Mar muncul berupa kekhawatiran jika kondisi tubuhnya menurun dan menjadi semakin parah. Mar juga merasa khawatir jika keadaan fisik menjadi tidak stabil karena Mar merasa emosi yang tidak stabil dapat mempengaruhi kondisi fisiknya sehingga Mar mencoba melakukan kontrol diri supaya tidak sedih saat dijauhi orang lain dan tidak mau memikirkan hal-hal yang bisa membuat kondisi menjadi buruk. Mar juga merasa vitalitas tubuhnya menurun dari hari ke hari, tubuh semakin kurus, cepat lelah dan tangan yang tidak berfungsi dengan baik. h. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) Ketakutan kehilangan tubuh menurut subjek Mar muncul berupa rasa takut menjadi pusat perhatian dan menjadi pembicaraan orang karena kondisi fisiknya yang tidak normal dan bau yang ditimbulkan dari sakitnya. Bau tersebut menyebabkan Mar malu, tidak percaya diri dan rendah diri saat berada di tempat umum atau di dalam masyarakat.
2. Hasil Penelitian Ibu El a. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) Ketakutan terhadap yang tidak diketahui dari subjek El muncul saat memikirkan penyakitnya yang diyakini El tidak dapat disembuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62 b. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit muncul pada El berupa rasa takut jika sakit yang diderita terasa. El yang mempunyai pengalaman akan proses meninggal ayahnya yang juga menderita sakit yang sama merasa khawatir jika rasa sakit akan terasa saat dirinya menjalani sakratul maut. Selain itu, El merasa khawatir obat lain dan sakit lain seperti influenza akan memperparah sakit yang dideritanya dan akan menambah rasa sakit yang dialaminya. c. Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) Ketakutan akan kesepian muncul berupa kekhawatiran bila tidak diterima orang lain dan lingkungan, khawatir terisolasi dari orang lain dan tidak ada teman berkeluh kesah walaupun El tidak ingin melakukan kontak sosial. d. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman yang dijadikan satu dengan ketakutan akan penderitaan muncul berupa kekhawatiran akan perkembangan dan perawatan anaknya jika dirinya meninggal. El merasa khawatir bila dirinya dilupakan oleh suami dan keluarganya sehingga El ingin membuat foto keluarga dan juga mempersiapkan keluarganya dengan menanyakan rencana yang akan dibuat suami jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63 dirinya meninggal. Selain itu muncul takut kehilangan keluarga yang diperlihatkan dari kekhawatiran akan terjadi sesuatu dengan suaminya. e. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) Ketakutan kehilangan identitas diri muncul dalam diri El berupa rasa khawatir akan kehilangan perannya sebagai istri dan ibu; dan merasa khawatir jika perannya digantikan orang lain. Hal tersebut dirasakan El karena El merasa dihalangi dalam melakukan perannya. f. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) Ketakutan terhadap kemunduran tidak muncul pada subjek. g. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) Ketakutan kehilangan kontrol diri pada subjek muncul berupa kekhawatiran bila emosi yang tidak stabil mempengaruhi kemunduran fisiknya. El juga merasa kondisi tubuhnya tidak stabil dan vitalitas tubuhnya yang menurun. h. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) Ketakutan kehilangan tubuh menurut subjek El muncul berupa ketidakmauan melakukan kontak sosial dengan orang lain karena merasa malu dengan keadaan fisiknya. El juga merasa tidak nyaman dengan perubahan fisiknya yang diperlihatkan dari ketidakinginan orang lain mengetahui payudaranya tidak sama besar. El ingin diterima di lingkungannya sebagai orang sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64 3. Hasil Penelitian Ibu Pi a. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) Ketakutan terhadap yang tidak diketahui tidak muncul pada Pi. b. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit dari subjek Pi muncul berupa takut dioperasi karena Pi merasa takut akan efek samping yang muncul setelah operasi dan pengobatannya. Pi juga merasa khawatir jika pengobatan yang dijalaninya menyebabkan sakit. Pi merasa khawatir jika rasa sakit menyerang dan Pi akan menangis saat merasa tidak kuat saat sakit menyerang. Ketakutan ini diperkuat dengan adanya kekhawatiran akan menjadi beban bagi keluarganya karena sakit yang sudah lama dideritanya. c. Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) Ketakutan akan kesepian muncul karena kontak sosial yang berkurang akibat kondisi yang tidak memungkinkan dan larangan dari suami untuk keluar rumah. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran tidak ada yang bertandang ke rumahnya untuk menjenguk dan takut bila aktivitas dengan orang lain berkurang. d. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) Ketakutan akan penderitaan pada Pi berupa kekhawatiran tidak bisa naik haji setelah rencana untuk naik haji bersama suaminya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65 tertunda setelah subjek sakit. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman tidak muncul dalam hasil penelitian ini. e. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) Ketakutan kehilangan identitas diri muncul dalam diri subjek Pi berupa rasa khawatir bila dianggap tidak mempunyai peran dalam keluarga. Pi ingin tetap melakukan peran sebagai ibu akan tetapi tidak diperbolehkan oleh suami dan anak-anaknya. f. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) Ketakutan terhadap kemunduran pada subjek tidak muncul. g. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) Ketakutan kehilangan kontrol diri pada subjek muncul berupa kekhawatiran jika dirinya lelah dan hal yang dilakukan untuk mencegahnya dengan berusaha menjaga supaya tidak cepat lelah dengan mengurangi aktivitas. h. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) Ketakutan kehilangan tubuh pada Pi tidak muncul. C. Rangkuman Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada penderita kanker payudara dan kanker rahim berdasarkan hasil penelitian terhadap ketiga subjek. Peneliti membuat rangkuman dari ketiga subjek penelitian sebagai berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76 D. Pembahasan Pembahasan ini merupakan penggabungan dari teori, hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan membahas bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian. 1. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) mengungkapkan mengenai sesuatu yang asing dan tidak dapat ditanggulangi (dalam Turner & Helms, 1995: 650). Kesembuhan maupun kematian menurut Mar adalah suatu misteri dan hal tersebut terserah kepada kehendak Tuhan. Mar menghadapi keadaan ini dengan pasrah. Hal ini sesuai dengan pendapat Koeswara yang menyatakan bahwa kematian adalah puncak absurditas hidup manusia dan dengan kematian, manusia yang berasal dari ketiadaan akan mengakhiri keberadaannya dengan kembali ke ketiadaan yang mutlak (dalam Koeswara, 1987: 17). Kematian dianggap suatu kenyataan yang menimpa manusia dengan tiba-tiba, tidak bisa diharapkan, tidak bisa diperhitungkan dan selalu mengejutkan bahkan bagi seseorang yang telah menantinya sebagai suatu hal yang sudah pasti sehingga manusia tidak akan pernah bisa memahami dan mengontrolnya. Pada El ketakutan ini muncul saat memikirkan penyakitnya yang diyakini El tidak dapat disembuhkan. Hal ini terungkap dalam kalimat: “Seperti saya mungkin dikasi penyakit gini ya nek sembuh mungkin apa Tuhan memberi aku apa itu tidak tahu, pasti ada. Tapi ana rencana Tuhan itu aku tidak tahu. Rencananya itu aku ndak tahu. Soalnya misterius. Na sekarang adanya ya berdoa, meminta kesembuhan seperti dulu.” {Mar/w2/lb6/28-34)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77 “Dia tu dah angkat tangan. Dia dah punya keyakinan kalau penyakitnya ga bisa sembuh makanya ndak agak mau operasi. Dia pernah bilang kalau dua saudaranya kena penyakit yang sama kemudian dioperasi tapi akhirnya meninggal. “ (SO2/w1/lb1/2-7) Pada Pi bentuk ketakutan ini tidak muncul. Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) yang terkait dengan wanita dewasa madya penderita kanker adalah kekhawatiran akan kondisi yang tidak menentu, tidak terduga yang ditampilkan dengan lebih jelas dengan takut operasi, takut mati dan keyakinan bahwa dirinya tidak dapat disembuhkan yang kemudian dihadapi dengan berpasrah. Pada penderita kanker, ketakutan ini dapat dikurangi dengan memberikan informasi-informasi, nasehat dan saran yang dapat digunakan penderita. Informasi-informasi tersebut dapat diberikan oleh paramedis, pasangan, anak-anak, maupun teman-teman penderita (Taylor dalam Utami dan Hasanat, 1998). 2. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) mengungkapkan mengenai ketakutan yang tidak hanya terbatas pada keadaan fisik melainkan juga mencakup ketakutan terhadap yang tidak diketahui dan tidak dapat dikendalikan. (dalam Turner & Helms, 1995: 651). Ketiga subjek mengungkapkan kekhawatiran saat rasa sakit menyerang dan saat merasa tidak kuat maka yang dilakukan Pi adalah menangis. Mereka tidak tahu akan apa yang terjadi pada dirinya dan merasa khawatir jika sakit yang dideritanya semakin parah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78 Santrock (2002: 141) mengungkapkan bahwa status kesehatan dewasa madya menjadi persoalan utama. Pada masa dewasa madya lebih banyak waktu dihabiskan untuk mengkhawatirkan kesehatan dibandingkan pada masa dewasa awal. Pengobatan yang tidak menghasilkan kesembuhan membuat Mar merasa takut kondisi fisiknya menjadi semakin buruk. Darah yang keluar dan perubahan pada payudara memperkuat ketakutan ini. Pada Mar juga muncul kekhawatiran akan menjadi pembicaraan orang lain dan dijauhi orang lain karena bau yang ditimbulkan dari luka pada sakitnya. Pada El muncul rasa khawatir bila dirinya terserang sakit yang lain dan tidak ingin obat lain akan memperparah penyakitnya. Pada Pi muncul kekhawatiran bila pengobatan yang dijalani akan menimbulkan sakit. Mar dan Pi juga tidak ingin menjadi beban dalam keluarga. Mereka tidak ingin menyusahkan dan merepotkan keluarganya. Selain itu El ingin meninggal tanpa merasakan rasa sakit. Hal ini terungkap dari: “Kayak papahe saya juga ndak keliatan sakit kok ndak adane. Saya juga pengen kayak papa kok kalau ndak ada. Kayake enak banget, ndak ngrasake apa-apa.” (El/w2/lbr 1/ 10-14) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) pada penderita kanker muncul berupa ketakutan bila sakit yang dideritanya semakin parah, khawatir jika diserang sakit, dan takut jika saat sakratul maut dengan merasakan rasa sakit. Mereka juga khawatir merasakan sakit pada bagian tubuh seperti pada payudara, perut dan pernafasan serta keluarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79 darah. Mereka juga mengawatirkan pengobatan dan obat lain akan memperparah kondisinya. Hal itu diperkuat dengan ketidakinginan subjek untuk merepotkan dan menyusahkan keluarganya. 3. Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) Ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) timbul dari perasaan terisolasi dari dirinya sendiri dan orang lain berupa penarikan diri dari pekerjaan dan aktivitas-aktivitas yang lain, tidak mengetahui yang harus dikatakan ketika mendapatkan kunjungan dari teman-teman (dalam Turner & Helms, 1995: 651). Usia dewasa madya seharusnya menjadi masa untuk merintis hubungan sosial yang baik dengan tetangga dan anggota masyarakat agar pada usia dewasa akhir tidak mengalami kesulitan dan merasa terisolasi (dalam Hurlock, 1980, 364). Mar merasa khawatir dijauhi, ditolak dan diejek yang selama ini dipandang dekat oleh subjek. “Nek dong rasane lemes. Kaya wong dikucilke itu rasane lemes. Ndak punya tenaga. Adanya ming tidur wae.” (Mar/w2/lb6/34-37) Pada El ketakutan ini muncul berupa kekhawatiran tidak diterima orang lain, khawatir terisolasi dari orang lain dan merasa khawatir tidak ada teman berkeluh kesah. Pi merasa tidak bisa menjenguk temannya yang sakit, tidak bisa mengikuti pengajian, tidak bisa beraktivitas dan hanya bisa berada di rumah saja. Di dalam kesepian, seseorang tidak hanya mengalami keterputusan dengan sesamanya tetapi juga tidak menemukan kepuasan dengan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80 sendiri (Sartre dalam Koeswara, 1987: 16). Hal ini ditunjukkan oleh Mar yang merasa lemas saat memikirkannya dan juga kadang menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab dijauhi orang lain. Mar, El serta Pi merasa senang saat dijenguk dan ditemani, hal ini terungkap dari kalimat: “Ya, biasanya pada ke sini, setiap hari mesti ada yang ke sini, entah itu temennya mbak Siti, temannya mas Edi atau tetangga. Kalau temannya ke sini mesti memberi tahu untuk selalu membaca istigfar. Minta ampunan kepada yang maha kuasa. Saya ya bisanya baca Al-Quran. Dulu kan saya jualan dipasar. Teman–teman pasar kesini jenguk kenapa kok sudah lama tidak jualan.” (Pi/w2/lb2/2-9) “Wah seneng. Teka ndak usah lima menit. Teka sedelot piye kowe kabare apik. Udah saya seneng. Tapi ya jangan sampe ada suara sing sumbang.” (Mar/w1/lb4/47-49) Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketakutan akan kesepian atau kesendirian (fear of loneliness) pada penderita karena merasa dijauhi dan ditolak oleh orang lain dan juga dilarang keluar rumah oleh suami sehingga subjek merasa senang jika dijenguk, ditemani dan mempunyai teman berkeluh kesah. Sebab tersebut juga memunculkan kekhawatiran bila benar-benar dijauhi oleh orang lain, tidak diterima orang lain, dan terisolasi dari orang lain. Perasaan terisolasi dari diri sendiri maupun dari orang lain dapat berkurang dengan adanya empati dan kepedulian serta adanya penghargaan pada penderita. 4. Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman yang dijadikan satu dengan ketakutan akan penderitaan muncul saat subjek memikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81 mengenai kehilangan keluarga, pekerjaan dan juga mengenai rencanarencana masa depannya. Ketakutan akan kehilangan relasi-relasinya dengan orang-orang yang penting baginya lebih besar daripada ketakutan akan kehilangan hidupnya sendiri (Leahy, 1996: 126). Hal ini tampak pada Mar dan El yang merasa khawatir tidak bisa berkumpul dengan keluarga. El juga merasa takut bila dirinya akan dilupakan oleh keluarga yang diperlihatkan dari membuat foto keluarga. “Pokmen aku hidup ya, aku meh mbimbing anakku. Iseh kumpul mbek suamiku ya kowe misih keluarga.” (Mar/w1/lb8/25-27) Erikson (dalam Santrock, 2002: 167) mengatakan bahwa usia dewasa madya yang merasa tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya dan tidak bisa meninggalkan warisan diri sendiri bagi generasi berikutnya merupakan fase stagnasi. Fase ini muncul saat Mar merasa bahwa anaknya masih membutuhkan bimbingan dalam bertindak dan berpikir karena Mar menganggap bahwa anaknya masih kecil. Mar merasa khawatir tidak dapat membimbing anak-anaknya. Hal ini juga terjadi pada El. El merasa khawatir akan perawatan anaknya setelah dirinya meninggal dan meminta suaminya mencari pengganti dirinya yang sayang kepada anak-anaknya. Ketakutan ini muncul dalam bentuk takut bila suami pergi jauh, sedangkan pada Pi muncul dari keinginan dapat melihat anakanaknya sukses sebelum meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82 “Baik tetep baik. Dia tu pengen semuanya baik buat keluarganya. Terus ingin selalu lekat dengan mereka, dari anak maupun suami.” (SO2/w1/lb1/29-31) Usia dewasa madya digambarkan sebagai generational overload (beban generasi yang terlalu berat). Tugas pada usia ini adalah membimbing secara finansial anak-anaknya dan juga menghidupi orang tuanya yang sudah lanjut usia. Tekanan silmultan dari anak maupun orang tua dapat mengkontribusi stress pada usia ini (Santrock, 2002: 166). Pekerjaan dan pendapatan Mar dirasakan menurun karena ada pelanggan yang tidak mau dilayani olehnya dan tidak mau membeli di tokonya lagi. Pendapatan keluarga juga ikut menurun karena digunakan untuk membiayai pengobatan dirinya. Hal ini memunculkan kekhawatiran bila hutang tidak dapat dilunasi dan kekhawatiran bila tidak bisa membantu perekonomian keluarga. Hal ini tercermin dari ungkapan: “Wong selama waktu dia ndak kerja ya wis makan we nyaut sana sini. Kita ndak cari. Sekarang dia kerja untuk nutupi sing kemarin itu. Itu aja masih belum cukup, masih ada tiga empat orang sing belum ketemu gitu. Walaupun orang itu menyadari ya, wong kita itu ya sudah ditolong apa ra mikir, he e to.”(Mar/w1/lb6/43-49) Mar masih mempunyai keinginan untuk menyatukan keponakankeponakannya yang berselisih dan kawatir keinginannya tidak dapat terwujud. Pi juga masih mempunyai keinginan untuk naik haji bersama anaknya setelah rencana untuk naik haji bersama suaminya tertunda setelah dirinya sakit. Hal ini muncul dari kalimat:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83 “Ya, apa pesan dulu kakak saya sebelum meninggal itu punya pesan, anak-anakku tolong jadikan satu. Itu aku belum terlaksana.” (Mar/w2/lb1/10-14) “Ya dulu punya keinginan sama bapak kalau naik haji bersama. Hanya mau ibadah, karena kesananya nabung dulu, jadi tidak terlalu berat banget. Tapi kemudian saya sakit seperti ini. Ya udah saya bicara sama bapak kalau bapak saja yang berangkat sendirian. Karena niatnya sudah lama yang mau ibadah. Saya bilang kalau saya sudah sembuh saya mau beribadah bareng sama anak-anak saja.” (Pi/w1/lb2/12-20) Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) dan ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) pada penderita kanker adalah khawatir tidak bisa membimbing anak, mengenai perawatan anak dan berkumpul dengan keluarga, khawatir dilupakan oleh keluarga, khawatir hutang tidak dapat dilunasi, dan masih merasa kawatir rencana yang telah disusun tidak dapat terwujud seperti menyatukan keluarga dan naik haji. Bentuk ketakutan ini dapat semakin memperburuk keadaan fisik penderita. Pada keadaan ini, penderita membutuhkan dukungan sosial yang dapat digunakan untuk mengurangi ketakutan ini. Dukungan sosial yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan informasi dan pilihan-pilihan alternatif yang dapat membantu penderita dalam mengambil keputusan (Smet dan Taylor dalam Utami dan Hasanat, 1998). Orang-orang terdekat seperti teman-teman dan tetangga juga dapat memberikan dukungan materi berupa barang-barang dan finansial. Dukungan ini dapat mengurangi kekhawatiran akan keadaan finansial yang menurun karena biaya pengobatan penderita kanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84 5. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) terjadi karena pasien yang sekarat mulai kehilangan kontak sosial, keluarga dan teman-teman, struktur dan fungsi tubuh, kontrol diri dan kesadaran total. Kontak dengan sosial menunjukkan siapa diri kita, kontak dengan keluarga menunjukkan seperti apa kita telah menjadi, dan kontak dengan tubuh dan jiwa menunjukkan diri kita sendiri. Proses sekarat secara otomatis akan mengancam banyak segi dari identitas diri seseorang (dalam Turner & Helms, 1995: 651). Ketakutan ini muncul pada ketiga subjek disebabkan karena merasa peran dirinya dalam rumah tangga berubah. Perubahan peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode yang relatif lama dan telah memperoleh kepuasan dari peran tersebut (Hurlock, 1980: 339). Mar merasa sudah tidak bisa lagi memenuhi perannya sebagai ibu dan istri seperti melakukan hubungan intim dengan suami. Situasi ini adalah penyesuaian yang paling sulit dilakukan oleh wanita pada usia ini (Hurlock, 1980: 331). Mar juga tidak melakukan aktivitas memasak, berjualan, berbelanja, maupun menyuci. Peran El sebagai ibu berubah karena peran tersebut digantikan oleh pembantu. El juga merasa khawatir peran sebagai istri akan digantikan orang lain saat kondisi tubuhnya semakin lemah. Kondisi fisik yang mudah lelah menyebabkan Pi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85 diijinkan untuk bersih-bersih, memasak atau dengan kata lain tidak dapat melakukan peran sebagai ibu dan suami. “Ha nek sekarang istri ya itu ya ndak bisa. Seandainya mau berhubungan kan ini ga boleh terangsang. Jadi ya berhenti. Sebagai suami istri berhenti.” (Mar/w3/lb2/18-22) “Saya itu tidak dibolehkan kalau mau ngapa-ngapain. Kemarin mau bersih-bersih aja sama mbak Siti tidak dibolehkan, sudahlah ibu itu istirahat aja, ibu itu kata dokter harus istirahatkan, tidak boleh terlalu capek. Biar aku yang bersih-bersih.” (Pi/w2/lb2/19-24) Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketakutan ini muncul karena merasa khawatir bila peran sebagai ibu dan istri yang berubah seperti tidak dapat berhubungan intim dengan suami, tidak dapat memasak, menyuci dan peran tersebut digantikan oleh orang lain. Ketakutan ini bisa dikurangi dengan dukungan sosial berupa empati dan kepedulian yang diberikan orang lain maupun saran-saran dan nasehat sehingga penderita dapat membatasi masalahnya dan juga mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya (Smet dan Taylor dalam Utami dan Hasanat, 1998). 6. Ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) Ketakutan terhadap kemunduran mengungkapkan mengenai ketakutan terhadap insting-insting internal dalam diri individu yang mendorong untuk mundur dari dunia luar ke suatu dunia fantasi yang primer (dalam Turner & Helms, 1995: 651).
Ketakutan terhadap
kemunduran tidak muncul pada ketiga subjek. Mar, El dan Pi tidak menyerah pada kondisi yang ada dan masih mempunyai orientasi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86 hidup dengan alasan yang berbeda-beda. Mar dan El tetap ingin merealisasikan perannya sebagai ibu dan istri, sedangkan Pi ingin merealisasikan cita-cita untuk naik haji. 7. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) terjadi karena penyakit menyebabkan tubuh menjadi semakin lemah sehingga pasien menjadi tidak mampu mengontrol diri sendiri. Pada umumnya terjadi penurunan tenaga, vitalitas dan daya tangkap. Kebanyakan pasien akan berpikir secara lebih lamban, kurang akurat, dan menjadi takut akan semakin menurunnya fungsi-fungsi mental (dalam Turner & Helms, 1995: 651). Usia dewasa madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan yang berlangsung secara cepat (Hurlock, 1980: 328). Masalah kesehatan utama pada masa ini salah satunya adalah kanker dan sering timbul untuk pertama kali dalam masa dewasa madya ini (Santrock, 2002: 141). Ketakutan ini muncul karena fungsi tubuh penderita yang menurun. Pada usia dewasa madya ini membutuhkan penyesuaian diri pada perubahan keberfungsian fisik (Santrock, 2002: 141), terlebih jika dalam kondisi sakit. Hal ini muncul dalam diri Mar karena subjek merasa tidak bisa mengontrol kondisi emosinya sehingga bisa mempengaruhi kondisi fisiknya. Mar merasa khawatir akan keadaan dirinya dan melakukan pencegahan dengan tidak mau memikirkan hal-hal yang membuat kondisinya tidak stabil. Mar juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87 merasa khawatir keadaan dirinya menjadi tidak stabil, mudah lelah, dan semakin kurus dari hari ke hari. Mar takut menghadapi perubahan itu. Pada El muncul kekhawatiran akan emosi yang tidak stabil tidak berpengaruh terhadap fisiknya dan merasa kondisi tubuhnya tidak stabil. Pada Pi muncul kekhawatiran kelelahan setelah beraktivitas. “Nek gini dong-dong ya ndak mesti. Dong ini enak awakku soale rada ngaso njuk pikiranne rada santai gitu tu. Ming nek pikiranne ndak santai penyakit ini terasa berat. Rasane les-lesan ndak punya tenaga. Kemarin dua hari yang lalu itu ndak punya tenaga. Adane mek tidur aja. Ini ni rada dua hari ini rada jenggelek sehat.”(Mar/w2/lb1/23-30) “Iya, soalnya kalau kecapean terus rasanya disini ini terasa seperti nyeri panas, mual gitu. Jadi saya ya menjaga sendiri supaya tidak kecapean.” (Pi/w1/lb1/2-4) Dari uraian di atas dapat disimpulkan ketakutan kehilangan kontrol diri muncul dalam kekawatiran bila ketidakstabilan kondisi emosi dapat mempengaruhi kondisi fisik dan ketiga subjek merasa khawatir jika keadaan tubuhnya tidak stabil dengan adanya penurunan vitalitas dan penurunan berat badan. Pada keadaan ini, penderita kanker menghadapi kondisi fisik dan psikologis yang memburuk. Penderita membutuhkan dukungan sosial untuk menghadapi situasi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan pelayanan dalam bentuk perawatan yang diberikan oleh orang-orang terdekat seperti keluarga maupun dokter yang menangani penderita tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88 8. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) Ketakutan kehilangan tubuh terjadi karena tubuh mewakili sebagian dari konsep diri sehingga penyakit dapat mempengaruhi baik secara fisik dan psikologis. Reaksi pasien yang justru dapat melemahkan kondisi-kondisinya antara lain adalah perasaan malu, perasaan yang tidak adekuat dan menurunnya kepercayaan diri (dalam Turner & Helms, 1995: 651). Mar merasa malu dan rendah diri karena bau yang ditimbulkan dari sakitnya sehingga Mar tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. El juga merasa malu karena payudaranya tidak sama besar. Ketakutan yang muncul pada Mar dan El ini dapat mempengaruhi evaluasi diri mereka sendiri. Evaluasi tersebut mempengaruhi konsep diri yang juga terbangun dari interaksi sosial dan persepsi (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003). Penampilan seseorang memegang peranan yang sangat penting terutama dalam penilaian sosial. Hal tersebut terjadi sejak usia remaja dan berlanjut sampai tua. Hal ini membuat usia dewasa madya memberontak karena penampilan mereka menurun (dalam Hurlock, 1980: 326). Ketakutan kehilangan tubuh pada Mar muncul berupa kekhawatiran akan ditolak orang lain, menjadi pusat perhatian saat keluar rumah karena bau yang ditimbulkan dari sakitnya dan anggapan bahwa penyakitnya menular. Pada El muncul berupa kekhawatiran bila orang lain tahu dirinya sakit dan merasa malu dengan perubahan pada fisiknya. El melakukan usaha agar orang lain tidak tahu akan perubahan fisik pada dirinya dengan baju yang modis dan payudara yang diganjal kain. El juga tidak ingin dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89 sebagai orang sakit. Pada subjek Mar dan El, hal ini mempengaruhi kepercayaan diri mereka dan mereka menjadi rendah diri. Pada Pi bentuk ketakutan ini tidak muncul. Hal ini diungkap oleh teman EL. “Dia tu dengan orang lain ga nunjukkan kalau dirinya sakit. Sebenarnya tu dia malu kalau orang lain tahu buah dadanya itu besar satu. Jadi yang satu diganjel spon. Kan gedhe cilik sakjane. Terus pake baju-baju yang modis biar perhatian orang tu ga ke sakitnya tapi ke model bajunya.” (SO2/w1/lb3/2-8) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketakutan ini muncul berupa kekhawatiran akan ditolak orang lain karena bau yang ditimbulkan dari luka pada payudaranya dan merasa khawatir orang lain tahu bahwa fisiknya tidak sempurna karena payudara yang tidak sama besar dan mencoba menutupi kekurangannya dengan berpakaian yang modis
dan
mengganjal
payudaranya.
Hal
ini
memunculkan
ketidakpercayaan diri dan rendah diri pada subjek. Rendah diri merupakan salah satu simptom depresi (Holmes dalam Utami dan Hasanat, 1998) yang dapat berpengaruh pada konsep diri. Hal ini bisa dilawan dan subjek dapat bertahan dengan dukungan sosial yang diberikan orang lain dalam bentuk perhatian, kepedulian dan empati. Pembahasan mengenai bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada penderita kanker dewasa madya dapat lebih dipersingkat dengan skema yang akan ditampilkan. Skema ini akan menampilkan alur terjadinya bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian pada ketiga subjek penderita kanker dewasa madya yang sudah diwawancarai. Skema tersebut hanya merupakan gambaran umum mengenai sebab dominan akan terjadinya ketakutan terhadap kematian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90 yang ditunjukkan dengan garis lurus dan sebab yang dapat mempengaruhi secara tidak langsung terjadinya ketakutan terhadap kematian yang ditunjukkan dengan garis berwarna putus-putus. Keterangan: Garis
: menunjukkan sebab dominan
Garis
: menunjukkan sebab yang tidak dominan tetapi bisa mempengaruhi munculnya ketakutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92 E. Dinamika Psikologis 1. Dinamika psikologis Mar
Dukungan Sosial
Ketakutan terhadap kematian yang terungkap Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit Ketakutan akan kesepian Ketakutan akan penderitaan dan ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman
Latar Belakang - Kondisi keluarga dan lingkungan - Kondisi fisik - Aktivitas - Mitos
Ketakutan kehilangan identitas diri Ketakutan kehilangan kontrol diri Ketakutan kehilangan tubuh
Tindakan - Beradaptasi dengan perubahan fisik maupun lingkungan - Mencoba untuk tidak peduli pendapat atau tanggapan orang lain - Mencari teman untuk sharing - Melakukan katarsis dengan tidur dan menangis - pasrah
Ketakutan terhadap kematian yang tidak terungkap
Konsep Diri
Ketakutan terhadap kemunduran
Skema 3 Dinamika Psikologis Mar
Mar merupakan ibu dengan 2 anak remaja laki-laki dan perempuan yang masih bersekolah di SMP. Mar memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan berjualan di rumah dan aktivitas Mar dibantu oleh adanya pembantu yang mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Mar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93 cukup dekat secara emosional dengan keponakan dan kakak kandungnya walaupun ada keluarga yang masih berselisih paham. Mar ingin menyelesaikan perselisihan paham antar keluarga tersebut. Mar tinggal di lingkungan yang plural secara RAS dan status. Mar memiliki sedikit teman dan tetangga yang dekat karena Mar merasa mendapatkan perlakuan yang berbeda dari teman dan tetangga dalam lingkungan setelah sakit. Kondisi Mar tidak kunjung membaik walaupun pengobatan sudah banyak dilakukan. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh penolakan Mar untuk operasi karena adanya mitos, anggapan, pendapat dan pengalaman dari orang lain dan keluarga yang mempengaruhi cara pandang Mar akan pengobatan. Kondisi yang memburuk diperlihatkan dengan payudara yang membusuk dengan keluarnya darah dan nanah yang berbau. Payudara yang disangga dengan selendang atau kain kecil dengan dialasi pembalut dan kain. Situasi tersebut memunculkan ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) yang berupa ketidak-tahuan akan yang terjadi. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) yang muncul berupa takut fisik memburuk, takut sakit semakin parah, takut rasa sakit menyerang, takut keluar darah, takut bentuk bagian tubuh berubah dan ketidakinginan menyusahkan keluarga. Ketakutan akan kesepian (fear of loneliness) muncul berupa takut ditolak orang lain dan khawatir dijauhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94 Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) dan ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) muncul berupa khawatir tidak bisa membimbing anaknya, khawatir tidak bisa berkumpul dengan keluarga, khawatir tidak bisa melunasi hutang dan khawatir rencana menyatukan keluarga tidak tercapai. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) muncul berupa khawatir tidak bisa berperan untuk membimbing anak dan sebagai istri. Ketakutan kehilangan kontrol diri
(fear of loss of self control) muncul berupa
khawatir keadaan tidak stabil, takut tubuh semakin lemah dan khawatir vitalitas
menurun. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body)
muncul berupa takut diusir di gereja karena bau, merasa rendah diri karena orang menjauhi dirinya, khawatir akan menjadi pusat perhatian jika keluar rumah sedangkan ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) tidak muncul pada Mar. Ketakutan-ketakutan
terhadap
kematian
yang
dirasakan,
mempengaruhi Mar untuk mencoba beradaptasi dengan perubahan fisik maupun lingkungan, mencoba untuk tidak peduli pendapat atau tanggapan orang lain, mencari teman untuk sharing, melakukan katarsis dengan tidur dan menangis dan juga pasrah. Ketakutan terhadap kematian juga mempengaruhi konsep diri Mar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95 2. Dinamika psikologis El Dukungan Sosial
Ketakutan terhadap kematian yang terungkap Ketakutan terhadap yang tidak diketahui Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit Ketakutan akan kesepian
Latar belakang - Kondisi keluarga dan lingkungan - Aktivitas - Kondisi fisik - Mitos
Ketakutan akan penderitaan dan ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman Ketakutan kehilangan identitas diri Ketakutan kehilangan kontrol diri
Tindakan - Pasrah - Menutup diri - Beradaptasi dengan keterbatasan fisik - Melakukan katarsis dengan menangis
Ketakutan kehilangan tubuh
Ketakutan terhadap kematian yang tidak terungkap Konsep Diri
Ketakutan terhadap kemunduran
Skema 4 Dinamika Psikologis El
El merupakan golongan minoritas dalam lingkungan tempat tinggalnya yang sebagian besar Jawa. Situasi tersebut menyebabkan El tidak mempunyai sahabat atau teman yang bisa diajak bertukar pendapat. El juga tidak mempunyai kedekatan emosi dengan keluarganya terlebih El
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96 sering ditinggal suami dan kedua anaknya keluar kota sehingga hanya tinggal berdua dengan anak bungsunya. Mitos dan pendapat dari orang lain mempengaruhi El untuk tidak melakukan operasi. El juga terpengaruh karena ayah dan adiknya meninggal karena kanker. El merasa sudah banyak melakukan banyak pengobatan tetapi belum menunjukkan hasil. El lebih sering menghabiskan waktu dan beraktivitas di dalam rumah dibantu oleh pembantu. Kondisi tersebut memunculkan ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) berupa ketidaktahuan akan apa yang terjadi. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain) muncul pada El berupa takut fisik memburuk, khawatir merasakan sakit menjelang ajal, takut bentuk bagian tubuh berubah. Ketakutan akan kesepian (fear of loneliness) muncul berupa khawatir terisolasi dengan orang lain, khawatir tidak diterima lingkungan, khawatir tidak ada teman berkeluh kesah dan khawatir tidak diterima orang lain. Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) dan ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) muncul berupa khawatir tidak ada yang merawat anaknya dan dilupakan keluarga setelah meninggal dan khawatir anak tidak terawat. Ketakutan kehilangan identitas diri ((fear of loss of identity) muncul berupa khawatir perannya sebagai istri dan ibu digantikan orang lain dan khawatir tidak bisa memenuhi perannya sebagai istri. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control): khawatir emosi yang tidak stabil bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97 mempengaruhi fisik. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) muncul berupa tidak maunya El melakukan kontak sosial karena malu, khawatir kontak sosial berkurang sehingga ingin diterima sebagai orang sehat, tidak nyaman dengan payudaranya yang tidak sama besar sedangkan ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) tidak muncul pada El. Ketakutan terhadap kematian yang muncul pada El menyebabkan El pasrah, menutup diri, beradaptasi dengan keterbatasan fisik dengan melakukan katarsis dengan menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98 3. Dinamika psikologis Pi
Dukungan sosial
Ketakutan terhadap kematian yang terungkap Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit Ketakutan akan kesepian
Ketakutan akan penderitaan
Ketakutan kehilangan identitas diri
Latar Belakang - Kondisi keluarga dan lingkungan - Aktivitas - Kondisi fisik
Tindakan Ketakutan kehilangan kontrol diri
Ketakutan terhadap kematian yang tidak terungkap
- Pasrah - Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi - Melakukan katarsis dengan menangis
Ketakutan terhadap yang tidak diketahui Ketakutan kehilangan keluarga dan teman-teman Ketakutan kehilangan tubuh
Konsep diri
Ketakutan terhadap kemunduran
Skema 5 Dinamika Psikologis Pi
Pi dan keluarga hidup di daerah pedesaan. Saat sehat Pi berjualan di pasar untuk membantu perekonomian keluarga. Saat sakit ada perawat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99 yang datang beberapa hari sekali untuk mengecek kesehatan Pi. Pi juga lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah walaupun pekerjaan rumah tangga sudah diurus oleh anaknya. Sebagian waktu Pi dihabiskan untuk tidur. Pi merasa sudah melakukan usaha pengobatan tetapi tidak menunjukan hasil. Situasi tersebut memunculkan ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit ((fear of suffering and pain) muncul pada Pi berupa takut akan efek samping yang muncul dari pengobatan, takut sakit semakin parah, takut rasa sakit menyerang, takut rasa sakit di bagian tubuh menyerang dan takut menjadi beban bagi keluarganya. Ketakutan akan kesepian ((fear of loneliness) muncul berupa takut jika tidak ada yang bertandang kerumahnya untuk menjenguk, takut bila aktivitas dengan orang lain berkurang. Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) muncul berupa khawatir tiddak bisa naik haji. Ketakutan kehilangan identitas diri ((fear of loss of identity) muncul berupa khawatir dianggap tidak mempunyai peran dalam keluarga. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) muncul berupa khawatir kelelahan. Ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown), ketakutan kehilangan keluarga dan temanteman (fear of loss of family and friends), ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) dan ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) tidak muncul pada Pi. Ketakutan terhadap kematian yang muncul pada Pi menyebabkan Pi pasrah, beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan melakukan katarsis dengan menangis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100 4. Dinamika Psikologis ketakutan terhadap kematian pada wanita penderita kanker
Dukungan Sosial
Latar belakang - Kondisi lingkungan yang berubah - Aktivitas yang berubah - Keadaan fisik yang belum berubah - Kondisi keluarga yang berubah
Ketakutan terhadap kematian yang terungkap - Ketakutan terhadap yang tidak diketahui - Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit - Ketakutan akan kesepian - Ketakutan akan penderitaan dan ketakutan akan kehilangan keluarga dan teman-teman - Ketakutan kehilangan identitas diri - Ketakutan kehilangan kontrol diri - Ketakutan kehilangan tubuh
Tindakan - Pasrah - Beradaptasi dengan perubahan kondisi fisik dan lingkungan - Melakukan katarsis
Ketakutan terhadap kematian yang tidak terungkap Konsep diri
- Ketakutan terhadap kemunduran
Skema 6. Dinamika Psikologis ketakutan terhadap kematian pada wanita penderita kanker
Pada wanita dewasa madya penderita kanker kondisi lingkungan, aktivitas, keadaan fisik dan kondisi keluarga yang berubah dan dukungan sosial dapat menyebabkan munculnya ketakutan terhadap kematian. Ketakutan terhadap kematian yang muncul adalah ketakutan terhadap yang tidak diketahui (fear of the unknown) berupa tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101 suffering and pain) muncul berupa takut fisik memburuk, takut sakit semakin parah, takut rasa sakit menyerang, takut keluar darah, takut bentuk tubuh berubah, khawatir merasakan sakit menjelang ajal, takut akan efek samping yang muncul dari pengobatan dan takut menjadi beban keluarga. Ketakutan akan kesepian (fear of loneliness) muncul berupa takut ditolak orang lain, khawatir dijauhi, takut bila aktivitas dengan orang lain berubah, khawatir terisolasi dengan orang lain dan khawatir tidak ada teman berbagi. Ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow) dan ketakutan akan kehilangan keluarga dan teman-teman (fear of loss of family and friends) muncul berupa khawatir tidak bisa membimbing anaknya, khawatir tidak bisa berkumpul dengan keluarga, khawatir dilupakan keluarga setelah meninggal dan khawatir rencana tidak tercapai. Ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity) muncul berupa khawatir tidak bisa memenuhi perannya sebagai ibu dan istri dan khawatir perannya digantikan orang lain. Ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control) muncul berupa khawatir keadaan tidak stabil, takut tubuh semakin lemah, khawatir vitalitas menurun. Ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) muncul berupa takut melakukan kontak sosial karena malu, rendah diri dengan keadaan fisik yang tidak normal. ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression) tidak tampak pada maingmasing subjek. Ketakutan terhadap kematian dapat berbeda pada masingmasing individu. Bentuk-bentuk ketakutan terhadap kematian yang muncul ini dapat menyebabkan orang pasrah, beradaptasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102 perubahan kondisi fisik dan lingkungan, dan melakukan katarsis serta dapat mempengaruhi konsep diri individu yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu bentuk-bentuk ketakutan yang ada pada masing-masing subjek berbeda-beda. Pada Mar hampir semua ketakutan muncul tetapi ada beberapa bentuk ketakutan terhadap kematian yang mendominasi dibandingkan bentuk ketakutan yang lain. Bentuk ketakutan yang mendominasi pada Mar adalah ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain), ketakutan akan kesepian (fear of loneliness), ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow), ketakutan kehilangan kontrol diri (fear of loss of self control), dan ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body). Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik Mar yang sudah sangat menurun dan rasa sakit yang sering muncul yang berpengaruh pada koginitif seperti konsep diri yang negatif terhadap dirinya sendiri, afeksi dan akhirnya berpengaruh pada perilaku Mar baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar Mar. Pada El bentuk ketakutan tehadap kematian yang mendominasi adalah ketakutan terhadap penderitaan dan rasa sakit (fear of suffering and pain), ketakutan akan penderitaan (fear of sorrow), ketakutan kehilangan identitas diri (fear of loss of identity). Ketiga bentuk ketakutan terhadap kematian tersebut mendominasi pada El karena El merasa bahwa anak-anak masih membutuhkan figur ibu dan tidak mau kehilangan kesempatan tersebut, serta karena rasa sakit yang menyerang tidak tertahankan bagi El. Pada Pi bentuk ketakutan terhadap kematian yang mendominasi adalah ketakutan akan penderitaan dan rasa sakit 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104 (fear of suffering and pain). Ketakutan ini mendominasi pada Pi karena Pi merasa pengobatan tidak bisa menahan dan mengurangi rasa sakit yang menyerang. Pada Pi ketakutan kehilangan tubuh (fear of loss of body) tidak muncul karena Pi tidak pernah keluar rumah sehingga Pi tidak pernah mendapatkan penilaian dari orang lain yang dapat mempengaruhi konsep diri Pi. Bentuk ketakutan yang tidak muncul pada ketiga subjek adalah ketakutan terhadap kemunduran (fear of regression). Hal ini terjadi karena subjek tersebut tidak menyerah pada kondisi yang ada dan masih melakukan berpikir positif mengenai kondisi yang akan terjadi. Pada ketiga subjek dapat diperlihatkan bahwa dukungan sosial sedikit banyak berpengaruh pada diri penderita karena keterbatasan fisik mereka untuk beraktivitas dan berada di dalam masyarakat. B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan dari penelitian ini maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi paramedis Paramedis seperti dokter, perawat maupun orang-orang yang memberikan pengobatan bagi penderita kanker dapat lebih memahami mengenai ketakutan pada penderita kanker. Paramedis juga dapat memberikan dukungan moral seperti bersikap simpati, mendukung dan bersikap hangat kepada penderita kanker supaya ketakutan pada penderita dapat berkurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105 2. Bagi keluarga dan lingkungan Keluarga penderita kanker dapat lebih memahami dan dapat memberikan dukungan kepada penderita kanker agar dapat mengatasi ketakutan-ketakutannya yang dialaminya. Lingkungan tempat tinggal atau tempat penderita kanker beraktivitas sekiranya dapat memberikan dukungan seperti penerimaan dan kehangatan saat berelasi dengan penderita kanker. 3. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat lebih memperhatikan mengenai situasi dan kondisi orang yang sakit khususnya dalam mengambil data mengenai penderita kanker agar didapatkan validitas komunikatif yang memadai. Peneliti selanjutnya juga lebih meningkatkan rapport jika akan mendapatkan validitas data yang yang memadai karena keterbatasan waktu dan tempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, Lewis R. 1994. Dying, Death and Bereavement. Third edition. Allyn and Bacon : Massachusetts
Barker, dkk. 1982. Death and Dying Individuals and Institutions. John Wiley & Sons,Inc: New York
Bismoko, J dan Supratiknya, A. 2004. Pedoman Penulisan Skripsi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta
Brace, Edward R. 1984. Penuntun Populer Bahasa Indonesia. Angkasa: Bandung Carson, Robert dkk. 2000. Abnormal Psychology and Modern Life. Elevent Edition. Allyn and Bacon: Boston
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia: Bandung
Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. UMM Press: Malang
Feifel, Herman dan Nagy, Vivian Tong. Another Look at fear of Death. Journal of Gerrig, Consulting and Clinical Psychology. 1981. vol 49. no 2. 278-286.
Richard J dan Philip G. Zimbardo. 2002. Psychology and Life. Sixteenth Edition. Allyn & Bacon: Boston
Gleitman, Henry. 1991. Psychology. Third edition. W. W. Norton & Company: New York-London
Gottesman, David & Marc S. Lewis. 1982. Differences in Crisis Reactions Among Cancer and Surgery Patients. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Vol. 50. No. 3. 381-388
Hadi, P Hardono. 1996. Jatidiri Manusia Berdasar Filsafat Organisme Whitehead. Kanisius: Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hamersma, Harry. 1985. Filsafat Eksistensi Karl Jaspers. Gramedia: Jakarta
Hartanto. Hubungan Antara Kecemasan akan Kematian dengan Belief in Afterlife pada Usia Dewasa Menengah. Jurnal Psikologi Indonesia. 1996. no 1. 1-6. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta
Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan kedua. Balai Pustaka: Jakarta
Kartika, Lily Bertha. Wanita Indonesia Paling Sering Terkena Kanker Payudara. KCM Selasa, 29 Maret 2005, 08:43 WIB artikel KESEHATAN. Jakarta
Kerlinger, Fred N. 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Koeswara, E. 1987. Psikologi Eksistensial: Suatu Pengantar. Eresco: Bandung
Leahy, Louis. 1996. Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Mardiana, Lina. Kanker pada Wanita: Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. 2004. Penebar Swadaya: Jakarta
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remaja Rosdakarya : Bandung
Nasional, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Edisi Ketiga. Balai Pustaka: Jakarta
Phan, Peter C. 2005. 101 Tanya Jawab tentang Kematian dan Kehidupan Kekal. Kanisius: Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Poerwandari, E. Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia: Jakarta
……….. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian perilaku. edisi ketiga. Perfecta: Jakarta
Revianti, Maria Ketut Ayu Yeni. 2005. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pasca Kemoterapi Pada Kasus Kanker Payudara Di rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2004. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Farmasi: Universitas Sanata Dharma
Ross, Elisabeth Kubler. 1998. On Death and Dying. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Ross, E Kubler. Sikap terhadap Kematian (Pergaulan dengan Pasien Terminal). 1999 Seri Pastoral 306 no I. Pusat Pastoral Yoyakarta
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2. Edisi kelima. Erlangga: Jakarta
Saputra, Koosnadi, dkk. 2000. Sebuah Pemikiran dan Pilihan “Terapi Biologi untuk Kanker”. Cetakan Pertama. Airlangga University Press: Surabaya
Schulz, Richard. 1978. The Psychology of Death, dying and Bereavement. Addison-Wesley Company, Inc: Filipina
Sukardja, I Dewa Gede. 2000. Onkologi Klinik. Edisi 2. Airlangga University Press: Surabaya.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. CV. Rajawali: Jakarta
Susanti, Cynthia, Wahyuningsih, Sri dan Sukamto, Monique Elizabeth. Makna Hidup dan Ketakutan Akan Kematian pada Penderita Penyakit Kanker Usia Dewasa Madya Sebuah Studi Kasus. 2003. vol 19 no 1. 54-85. Anima (Indonesian Psychological Journal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sutaryan, Tatang Muchtar. Penelitian tentang Gangguan Penyesuaian pada Penderita Kanker Payudara Wanita di Laboratorium/UPF Bedah FK UNDAD/ RS Dr Hasan Sadikin Bandung. Indonesia Psychiatric Quaterly. Jiwa Majalah psikiatri. Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa Jakarta tahun XXIV no 4 Desember 1991. hal 33-40
Suyanto, IG. Joko. Menelusuri Kematian Manusia tahun XXXVIII no 10 Oktober 1991. hal 387-391. Majalah Rohani
Turner, Jeffrey dan Donald B. Helms. 1995. Lifespan Development. Fifth Edition. Rinehart and Winston, Inc: Orlando
Utami, Muhana Sofiati dan Hasanat, NIda Ul. Dukungan Sosial Pada Penderita Kanker. Jurnal Psikologi 1998. no 1. 44-54
Wicaksono, Wahyu dan Meiyanto, Sito. Ketakutan Terhadap Kematian Ditinjau dari Kebijaksanaan dan Orientasi Religius pada Periode Remaja Akhir yang Berstatus Mahasiswa. Jurnal Psikologi. 2003. no 1. 57-65
www.kompas.com/kompas-cetak/0403/06/humaniora/895443.htm. 6 Maret 2004. Waspadai Kanker Genetis. Diakses 12 April 2007 pk. 12.00
www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2002/05/2/kes01.html. Potret Kesehatan Perempuan Indonesia Semakin Buram. Diakses 12 April 2007 pk. 12.05
Yuswanto, Ag dan Sinaradi, F. 2000. Kanker. Cetakan Pertama. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Data Verbatim wawancara pertama bu Mar Saya mau bertanya tentang perjalanan penyakitnya… dari awal bagaimana rasanya, terus awal mulanya kayak apa, sebabe apa? Na ini awal mula pertama ya nek anak perempuan mau haid tu kan rasane nyeri rasane njuk kaya mrangkaki gitu ya…. Nek itu ndak langsung bunder sudahan (subjek menyatukan telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf o) terus nek malem diburai kasi minyak putih ato apa-apa besok ilang langsung haid. Nanti tiga atau empat bulan keluar lagi seperti itu. Digitukke lagi hilang, sampe empat kali terus langsung berhenti. Itu cuma pertama ya rasane haid seperti itu orang itu sama ini tangan sebelah kiri itu rasane kemeng, pegel gitu tok. Terus saya ke dokter. Dokter bilang ini pengaruh pil KB. Usianya itu aturannya kan 36 berhenti pil KB tapi saya 43 baru berhenti. Na itu menimbulkan tumor. Saya disuruh operasi, dibiopsi, saya ndak mau. Kenapa? Takut, yang mesti itu takut. Benjolan seandainya dari kecil aku berani, ha nek ujuk-ujuk udah besar gitu berarti akarnya kan udah banyak. Dulunya temenne aku itu podo gitu, yang kecil dioperasi ya langsung ga ada apalagi yang besar, tumbuh dimana-mana ya juga langsung ga ada. Wong aku terakhir maen itu. Ya udah terus punya pedoman seandainya ini penyakit ini memang aku dipanggil Tuhan ya silahkan, kalau ndak… Tuhan memberi aku hidup, penyakit ini sembuh. Itu berarti dah berapa tahun? Jadine dua tahun sembilan bulan. Itu taune ya dari dokter itu dulu? Ya pertama nek waktu benjol hilang benjol hilang saya taunya ya nek anak perempuan gitu lah, iya to. Tapi mbasan menetap la itu saya ke dokter, dokter bilang gitu. Ya cuma ini tumor tapi ga ganas gitu. Kalau dioperasi bayangane ya kesana, apa mana itu? Sardjito? Ke Sardjito nek kita orang ga punya podo umume ge praktek. Ya kayak gitu juga. Saya juga takut tidur. Kita tidur, dibius terus kita buat praktek. Ya akhirnya habis banyak ya meninggal ya sudah podo wae to. Terus diobati apa? Yang pertama ya mulai saya tahu itu ya dedaunan katanya mahkota dewa itu direbus, itu apa kunti, daun imbo, daun dewa njuk terus minum apa… apa saya minum pokmen ndak pantangan lah. Apa orang bilang saya minum. Terakhir ponakan saya yang ada di Semarang kasi tahu ke dokter Eko di Jogja. Saya terus dianter kesana. Itu modele? Itu alternatif. Dia juga dokter tapi alternatif kunir putih juga. Pertama empat bulan dia pake lap, lap itu saya darahe cuma 12, he e to. Empat bulan lagi ndak turun malah tambah 30. Empat bulan lagi ndak turun malah tambah (Intonasi subjek naik) 40. Terus mungkin aku grogi apa piye apa putus asa, apalagi sudah pecah, bocor keluar darah keluar nanah, padahal kata dokter Eko ndak boleh. Keluar apa? Keluar darah, keluar nanah. Ndak boleh bocor gitu lho. Nek bocor berarti akar itu nyebar, dokter Eko bilang gitu. Na terus saya konsultasi dari Magelang ke Jogja itu. Itu dikasi apa… salep suruh nglicinke biar nganu… njuk dikasi pil untuk menghentikan darah sama nanah. Tapi kenyataannya ndak mempan. Ditengahnya itu ada lubangnya. Terakhir aku tegang. Ponakan saya itu digigit anjing (subjek sambil memegang pipi kearah bibirnya) saya udah bilang ndak kuat gitu. Udah mau tidur digedog. Njuk selama tiga minggu itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gerak sedikit sur, gerak sedikit sur. Ngone dokter kakake saya dicium. Percuma dioperasi, bisa ini diambil tapi akarnya udah nyebar, nanti tumbuh dimana-mana. Nek darah ndak bisa dihentikan secara kedokteran. Suami saya bingung, ada orang kelurahan Kemirirejo memberitahu ke alternatif Tampir di Mertoyudan sana gitu. Saya kesana terus ya itu… saya diobati. Dah jalan berapa lama? Ya jalannya berarti Agustus, September, Oktober, November, Des… November empat bulan. Kelihatan hasile? Ya kelihatan. Darah sudah ndak keluar. Memang baunya wah… sana disana secara naluriah kita itu dibusukkan. Jadi dek’e itu pake alat dinet-net gitu to. Itu terus pasti kan keluar ada nanah, darah ya itu tapi ndak dibersihkan itu. Cuma langsung dikasi obat, itu obatnya apa aku ndak tahu. Yang penting sembuh gitu. Terus nanti doktere terus nanti keluarnya cuma apa… nanah tapi ya baunya itu. Trus sampe sekarang ndak ada pendarahan. Dah bisa jalan-jalan dah bisa. Masalah makan biasalah, tapi ya pantangan itu dari dulu sudah ada. Makan mie instant, masako apa penyedap-penyedap, pengawet, pewarna, pemanis itu dilarang, ndak boleh. Tiap hari konsumsine apa? Ya sayur. Kalau pengen nyoto ya cuma ngambil kaldunya tapi dari ayam kampung apa sapi. Daging itu ndak saya makan, cuma kaldunya tok. Sering berangkat ke gereja ga to? Kalau sekarang saya ndak bisa berangkat. Saya berangkat, tetangga di gereja podo bau saya diusir nanti. Lebih baik saya dirumah dikirimi komuni. Udah dikirim? Udah, dikirim sama prodiakonnya, pak Hadi. La saya nyadari sendiri to, kalau kita mau kusuk otomatis kita mau bau apa bau apa. Wong pembusukan otomatis seperti bangkai. Ke tetangga-tetangga juga? Saya? Ndak pernah untuk… ndak pernah keluar. Mergane saya sudah nyadari sendiri. Waktu tiga minggu itu aku pendarahan. Tetangga sudah bilang mati kae, iya. Entah itu agama apa saya apa campur agama, bukannya mendorong dia mendoakan supaya cepet sembuh apa piye kok malah mati kae. Ternyata krungu, terimakasih Tuhan. Pokokmen aku cepet sembuh. Saya memang ndak pernah keluar-luar. Kalau ndak ada orang baru aku keluar. Soale aku digituke terakhir itu ada yang ngomong. Aku kalau bau nggon iik aku dadi masuk angin. Tapi kenyataannya orangnya ndak masuk angin, wong masih jalanjalan ya. Kan kalau gitu nyakitkan hati to? Daripada aku sakit hati terus, mendem terus mending aku kan ndak usah keluar. Dirumah cari kesibukan kan. Cape ya tidur, sudah selesai. Waktu sembayang ya sembayang gitu. Ya hukum masyarakat ya seperti itu. Kalau ada yang kesusahan bukan kita njuk didoake apa ditolong apa dipiyeke gitu piye carane, tapi malah dikucilkan. Ya cuma masyarakat. Nek suami sama anakke gimana selama ini? Ya kalau suami ya mesti ya kaya wong stress ya. Tiga minggu lihatke istri angger tiap gerak sedikit selimut handuk habis. Istri mau lapar mau makan nanti beol, takut. Kalau pipis bisa pakai handuk dimasukkan plastik, pakai plastik bisa. Ha tapi nek beol kan susah, kita mesti berdiri kalau saya suruh pakai pispot kan saya ndak bisa gitu. Sibuk ya brarti? Ya suami. kalau anak sing ini, ini si Rika ini seperti diantem ya atine ya. Masih kepengen njaluk dibimbing wong tua kok wong tuaku keadaane kayak gini, he e to. Sing kecil gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ya wis podo wae ya. Kan yang kecil sudah dikasi tahu. Ka… mamamu ki kanker payudara gini, udah keadaane kayak gitu. Tergantung mati apa urip ora ngerti. Lha ini kalau kayak gini kan mujijat Tuhan to? Wong saya sudah berlubang seperti itu. Apalagi setiap gerak darah, gerak darah gitu. Kalau ndak mujijat Tuhan, Bunda Maria ndak ada to? Sekarang sudah agak mendingan ya? He e Waktu kemarin masih, saya kesini itu kan masih? Tidur itu. Kalau waing hi… gitu ndak berani. Cu gitu langsung sur gitu apalagi waing sing santer jret gitu langsung sur gitu aja. Seperti kran itu, sur gitu. Tapi sekarang sudah ndak. Tapi nyok keluar darahe ndak masihan? Skarang ndak, cuma ya nanah itu. Nanahe aja brarti? Cuma tinggal nanah. Masih dikasi apa tu… bawahe itu… kain? Seperti softek, kasi kain, ya iya untuk nadahi nanahe itu. Nek ndak dikasihi kain sama softek ha nanti basah semua to. Ini aja sama tak gendong ge nahan. Kasi dos gini pelindung supaya ndak kena baju ndak kraket gitu. Sekarang dah agak mendingan kok He e timbang gek adik kesini kan baune kan seperti itu to. Sek ini ya rada to ndak. Mambu ya mambu tak akoni tapi kan ndak seperti dulu. Mbahe tu bilang sembuh kamu tu pasti sembuh. Gusti Allah sing maringi. Ming ya kudu ati-ati. Mergane aku ming njalanke seka Gusti Allah. Nek kowe telaten, mari, dia bilang gitu. Ini bukan dukun. Nek dukun njuk nggo kembang, amin-amin gitu, njuk diidoni apa itu ndak. Kita datang. Kita ditanyai sakitnya itu apa apa apa, terus suruh masuk terus digarap. Sakitnya apa kamu, apa kamu, ya sendiri-sendiri gitu. Masih item itu ya? Ya masih, obatnya itu. Masih. Masih gedhe kayak agak bengkak itu? Iya, adik waktu kesini kan bengkak, he e to, besar to. Kemarin hari raya pertama udah separo itu lepas. Ngelupas gitu apa itunya? Isa ceplok itu sendiri. Tapi cuma separo yang bawah. Terus saya kesana, dikasi obat sesudah Idul Fitri disuntik. Terus aku tanya kapan suntiknya lagi. Na ini udah podo pecah-pecah, tunggu aja kapan ngelupasnya lagi. Pokokmen ini setiap kamu nglupas, kesini, saya kasi obat, suntik. Suntik ya? Suntik. Sama dikasi kayak jamu itu? Apa kasi kunir apa kunir apa kasi jamu itu sing item itu? Item ini entah apa ramuan apa aku ndak tahu. Bukan kunir putih itu tadi? Nek kunir putih itu diminum, yang diminum dari dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berarti disuntik sama dikasi itu ya? He e. Nek istilah kedokteran kasi ini ndak boleh. Kotor gitu. Tapi wong nyatane orang sing nambani ini suka juga di mana…? Rumah sakit mana tadi? Sardjito? He e njuk sama rumah sakit apa lagi yang baru? Ndak tahu Mulyaharjo atau apa di Jogja. Itu ada rumah sakit baru lagi. Dia juga sering dipanggil ke situ. Alternatif gitu? Iya. Itu yang kanker umpama di Sardjito ndak mau dioperasi, dikemo juga ndak mau. Mbahe itu yang nambani.setiap hari dia kesana. Dokter juga bisa gitu. Ya kayak gitu. Nek ketoke wong ra duwe da Sardjito. Kamu ga kuat bayar di Sardjito. Kamu ikut pulang ke Tampir. Kamu tak telateni di Tampir. Tidur disana. Masalah makan kamu ndak usah mikir sing penting penyakite mari. Kayak ada bilik-bilike itu apa? Ada itu, ada ketoke empat kamar. Tapi untuk orang sing jauh-jauh. Orang ndak punya. Kayak aku ini Magelang Tampir kan sedela, trus ada sing nyilehi mobil, balik wae. Nek seandainya aku boleh tidur sana mungkin aku ini sudah sembuh. Soale di sana kan njuk setiap hari dikerjake he e to. Kalau ini, saya kan tiga hari sekali terusan. Yang nganterin bapaknya? Ya bapaknya yang nganterin. Setiap kesana yang nganterin bapake ha a. Nek aku sendiri ya ndak isa wong jalanne ko ngono kok. Ya telaten ya bapaknya? Ya kudu telaten. Wong sak ini wong sudah gini kok ndak telaten. Wong gek sik geteh keluar darahe kayak gitu wae telaten kok ra ketung karo ngodo. Saking capekke ya? Ya capek. Wong sak ni nek keluar darah njuk sitik gitu ndak. Gerak gini ya dah kayak ledeng mak sur gitu aja. Mbok anduk habis ganti selimut gitu terus. Ngeri to…. Jadi selama ini sing kasi semangat ke ibu, keluarganya? Keluarganya, keluarganya sama pegangannya. Kalau tetangga-tetangga ga ya, malahan? Podo menjauh malahan. Menjauh. Nengok kerumah juga ndak? Ya Cuma pas waktu kejadian itu. Pendarahan itu. Gruduk. Udah ya udah. Ndak kadangkala nengoki? Cuma satu dua orang saja. Tapi ya sing biasanya waktu aku masih sehat. Ada apa… sing anakku ra doyan maem, maem di iik ya. Diusung go rene. Maem di sini. Nek saya masalah kayak gitu nek bocah maem podo seneng aku seneng. Yo maem, maem, ayo bareng-bareng. Ni aku crita. Sing biasane tiap hari gitu. Ngerti kejadian gini sejangkah kakipun ndak nengoki. Na jadi suami saya, kamu inget-inget. Kamu sosial, bermasyarakat tapi sekarang kenyataan kamu seperti itu, mana. Bukan kita tu njuk mau minta balas jasa apa piye, e… mbok ya piye kowe saiki. Udah seneng. Ming ditengoki ra usah bawa oleholeh, tetek bengek ndak usah, teka piye. Kan menghibur. Mau tidak mungkin nek seandainya kamu sembuh kamu bersyukur aja pada Tuhan. Omahmu kae ning kana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbuka. Mbok kowe mambu, kowe ngopo, omahmu sih terbuka. Mbok kowe mambu, po ngopo omahmu isih terbuka. Bapakmu sih nunggu ning kono. Sing dimaksud ya Tuhan, Bunda itu. Malah jadi tahu ya He e Orang sik beneran kasi support, semangat sama sik ndak itu He-e (Subjek mengangguk-angguk). Cuma, cuma satu. Bu RT ini. Itu misih kadang nginguk ke sini. Ndak suwi, dak ya. Nek muni bauk. Piye mambu? Bisa nek barang mambu. Dia begitu. Wong kemarin pas ceplok separo itu, wah ambune ngungkuli batang itu. De’e nglegakke teka. Iseh nggo daster, wong bangun tidur kok. Piye ik, wis ceplok. Amin, amin Gusti Allah wis ngabulke doane. Wis lah muga-muga. Kayak dewe wis njuk lali brek umpamane itu, ndak seperti itu. Paling lima menit datang saja dah seneng? Wah seneng. Teka ndak usah lima menit. Teka sedelot piye kowe kabare apik. Udah saya seneng. Tapi ya jangan sampe ada suara sing sumbang. Mendingan ya ngomong didepanne ya. Wah saya ndak kuat baune. Apa gimana. Itu memang ndak gitu. Padahal saya angger ada sing teka. Sori aku mambu. Saya bilang itu. Ha mbok kakak saya aja. Sapa sing datang, saudaraku, aku gek mambu. Mek kowe ra betah, kowe le ngomong-ngomong rada adoh. Nek kowe betah ya mangga. Nganti saya bilang gitu. Terakhir tu kemarin aku ada orang itu jualan ya. Kalau kamu ndak punya pokok, kamu ke sini. Nek pagi tu ngambil-ngambil ya. Boleh, tapi sore mbayar soale diputer. Aku ndak punya modal. Betul ya. Tapi kenyataanne ada uwong itu gek hamil, hamil muda ya wong gek angkatan. Aku ra tau ning iik. Rak, aku njuk rasane mual. Aku ki gek meteng. Mambune ra karuan. Kenapa yang jualan juga ndak mikirin. Ndak mau apa, kalau jalan ya melengos. Kalau kelihatan buang muka (subjek menghadap kekiri dan kekanan, untuk memperagakannya) itu seperti apa rasanya. Bukan saya ngundat. Tapi ini saya bilang apa adanya, fakta. Orang yang sehat sama orang yang baru dikasi anugerah sama Tuhan itu lain, he e to. Memang bener kayak gitu, malah kadang itu Tuhan kasi lebih, mencoba kekuatannya ibu. La iya itu, kan lain. Garek dewe kuat apa ora. Nek ndak kuat kan aku njuk menyingkir, ora doyan mangan, ra apa, penyakite seneng, nggerogoti aku. Tapi nek tak gawe santai aku mbiyen mbek bojoku gek arep dadi nganten janjine piye nang ngarep altar. Anakku isih butuh bimbingan, ya to. Wah, ayo nyanyi-nyanyi. Anak-anak ni sampe tak, aku diajari nyanyi, sing seneng-seneng. Aku suka gitu. Guyon. Nek orang lain saya sudah ndak ngreken. Jualan gini saya ndak pernah keluar. Soalnya nek keluar bilang bau. Jangan beli tempate ik, ik mambu. Itu tu sebagai orang tua ndak ada pikirannya itu, si anak pikirannya itu si anak itu belum … jangan seperti. Aja tuku nang ik, ik mambu kabeh. Nek tuku nang liyane. Ho itu saya denger dari telinga saya. Oh Tuhan terimakasih, ini cobaan hidup. Aku seperti ini. Pikiran orang itu macem-macem ya. He e, itu tergantung masyarakat itu to. Padahal seharusnya juga bisa nyupport, kasi semangat, seharusnya Ya itu kalau ini, sing mikire nganu, apa gek susah, ngene … sakke. Saya dulu waktu misih melu. Aku kerja di cengkeh. Nek anak buahku itu lara tak openi, bisane. Njuk ada sing takon. Itu bau’e busuk, tempat saya misih busuk sana. Di leher ini. Nanahe keluar. Saya ndak mau nglarang. Cuma aku ngasi tau. Kowe kerja ini misih kuat? Nek ora kuat kowe leren. Kowe tetep tak kei bayaran pokok, tak jalukke juraganne. Saya ngomong gitu. Bukan njuk kowe mambu gitu ora. Itu kudu diresiki. Kowe ning dokter. Nganti saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
itu dulu itu nandur ngene kok saiki aku gek kayak ngene kok tukule malah gini. Wis iki memang cobaan. Ya sudah berkali-kali ya cuma anugrah karo cobaan. Mungkin orang lain mikire sehat terus, masih. Nek orang sing ndak ngerti. Cuma liat gini tu saya tu misih sehat fisikke (sambil memegang lehernya). Cuma mek ketok kuru tek akoni. Njuk saya soale makanne saya suda. Ikan ndak makan, pengawet ndak makan. Cuma makanne kan sayur. Nasi ndak? Nasi makan. Tapi saya ndak seperti dulu. Dulu kasarane dua centong sekarang cuma satu centong. Nanti nek laper lagi baru maem. Nek dulu kan saya kan dua centong aja meneh nek lawuhe cocok aja tekon gitu. Usiane sekarang ibu berapa to? Brarti ini, ini 2006 ya, 44… 45. Empat puluh lima? He e Na keluar dari kerjaanne itu kapan? Tahun delapan sembilan O, sebelum itu ya berarti? Sebelum kejadian ini wong kejadian ini 2003 kok. Ya ini na ada tetangga sing punya hajatan he e to, disambati. Ya wong jenenge bermasyarakat, iya to mesti mau to. Wah, ndak terimakasih ndak apa-apa ning malah ngunekke. Ini kan njedul ini kan kecapekan disana. Terus langsung njedul, ni bukan apa-apa. Tapi apa dia tahu. Kan ndak tahu to, ha? Cuma njuk ini mujijat Tuhan apa piye ya, he e to. Saya ke sana, masih mau njenguk. Saya ngemek tetap ngemek, njuk misik ke rumah. Ketemu aja ndak ngasi lima menit. Ndak ngasi lima menit. Edan wis. Aku mbayar iki, iki, iki. Gulane ik, ya udah, ya wis tak jukukke. Tak jukukke gula, tak kekke. Tapi kenapa dia pulang kok bisa muni gitu. Ha piye to. Nglarakke ati ora. Tapi ya sudah, cuma terimakasih pada Tuhan. Nek aku tu ndak. Wah, nek dioperasi berarti isa kayak ngono, wis mendingan rasah dioperasi. Dioperasi entek akeh ya mati, ra dioperasi ya mati, iya to. Ndak mungkin to manusia itu mrungsungi ya sudah pikiranne pedomanne gitu. Suami saya bilang gitu. Kowe rasah wedi. Gusti Allah kuwi, bapakmu kuwi ki ngeki menungsane nggon ndonya iki ngaleha ora urip ya mati, ora mati ya urip. Ra nana uwong sing ngono. Mantepa, nek kowe dikei penyakit apa-apa tampanen. Atimu iklas, kowe senenga. Suami bilang seperti itu. Sekarang ndak lagi pergi? La iya, kerja. Sek ini nek dia ndak kerja bagaimana. Wong selama waktu dia ndak kerja ya wis makan we nyaut sana sini. Kita ndak cari. Sekarang dia kerja untuk nutupi sing kemarin itu. Itu aja masih belum cukup, masih ada tiga empat orang sing belum ketemu gitu. Walaupun orang itu menyadari ya, wong kita itu ya sudah ditolong apa ra mikir, he e to. Ha yo suamiku nek kerja, lagi pulang jam satu, jam dua belas, dong jam tiga. Berangkate pagi? Brangkate jam sembilan, jam sepuluh. Kalau mbake ini dah selesai nyuci-nyuci baru dia berangkat. Sing jualan njuk mbakke. Saya cuma mantau dari dalam, gitu. Kalau saya sing njuali kan podo ndak mau. Anak-anak sekolah? Anak-anak podo sekolah. Nanti nek pulang sekolah, anak-anak istirahat nanti njuk gentian sama mbake. Mbake ngerjake lagi sing belakang. Anak-anak sing jualan. Kenyataan gitu njuk meh piye meneh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tapi untunge masih ada keluarga, nek dak keluarga kayak gitu kan mungkin ndak lebih kuat dari sekarang. Ha yo wis memang piye meneh. Adane gini, kakak dua ya wis duwe kebutuhan dewedewe. Cuma nek nganu, nek aku kangen apa piye. Aku ngomong, koh rene, njedul. Nek ndak ya teka kakakke dewe teka ya paling njedul dewe-dewe. Yo ndak ketung ming piye kowe ndut sehat? Ha ya ngono kuwi. Dah pulang. Ha ming gitu tok. Ndak njuk ngomongngomong suwi apa piye ngono ndak. Waktu keluar dari kerjaan itu kan belum sakit to terus…? Belum sakit. Terus kerjaanne apa? Saya dulu di cengkeh. Habis di cengkeh itu di rumah? He e, sudah nikah njuk buka itu. O, itu sebelum nikah to? Ya sudah. Waktu aku kerja? Belum masih sendiri. Na sek ini bayangke ya. Perbedaanne orang Cina kalo wong Jawa tahu sendiri. Kita sebagai orang Cina sudah dikei kepercayaan. Aku entuk orang Jawa lebih baik timbang aku didukke, aku memundurkan diri. Kan lebih terhormat. Wong aku rumangsa entuk wong Jawa gitu. Nikah, terus berapa bulan aku mulai di rumah. Soale aku meh kerja lagi suami sudah ndak boleh. Di rumah aku nek tilah tiluk nek biasane rame ra isa. Ya udah njuk buka itu. Njuk sampe sekarang ini. Ya jatuh bangun podo wae. Apalagi kena krisis itu ya? Na, ha a. kena krisis, suami ndak kerja. Nek nganggur keluar uang kan udah banyak to. Udah ndak kerja tu empat tahun, suami mutung. Tapi ya sudah kerja, jatuh bangun ya. Terus anakke sakit. Terus nganu, sekarang saya kayak gini, malah luwih parah, gitu ya. Anak-anak kalau sama ibu gimana? Ya…. Misale ladenan apa piye? Ya biasa to, gek anak umur pira to, ladenan piye. Nek itu diunekke dewasa wong ya belum dewasa. Wong sing satu gek 14 tahun, sing Rika. Sing Weni baru 12. Rika tu mau masuk 15, Weni mau masuk 13. ya misih biasa to. Mah maem apa mah. Mah aku terke pipis mah. He e. Masih kayak gitu? Ha… tanya o mbake itu. Mbak aja bali sikik, aku terke, enteni aku beol sik, gitu ya, podo wae. Maeme aku dienteni, aja ditinggal gitu. Dirumah sendiri itu dia kayak gitu. Duwe rasa wedi apa piye. Ha ya gitu. Nek manja sing ketoke manja itu sik kecil. Itu suka nyiumi, mijiti. Pulang sekolah tu cok curhat. Kancaku ngene ngene ngene, njuk aku ngene ngene gitu. Nek sik perempuan kan rada rikuh. Nek ndak ngasi kepepet, sing penting banget kayak masalah laki gitu ya de’e cok nek ndak isa nganu de’e cok kancaku ngene ngene aku piye. La terus aku gini, karo tak bimbing. La memang kudu isih dibimbing wong sing lanang ndak isa ngerti apa-apa to iki. Njuk kan ada anak sik mulute rusak masalah wanita. Lha de’e tanya omonganne, ya saya kasih tahu. Kalau ini,ini njuk ini, ini. Njuk umpama perempuan itu haid, njuk anak laki-laki keluar jakunne sama suarane tu beda gitu. O gitu itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gitu ya, mbimbinge masih…. Justru itu, aku harus kuat walau aku kena penyakit seperti ini. Tuhan aku berilah aku kehidupan. Walaupun aku menyandang penyakit ini. Aku kudu urip. Aku tak mbimbing titipanmu. Waktu aku mau masuk ke gereja mau sakramen nikah. Janjiku mbek romo Rus ki aku kudu mbimbing anak-anake ning Katolik njuk sak kabehe, dibimbing sak kabehe Katolik. Ya aku harus nepati janji. Entah suk nek anakku dewasa aku ndak ada, njuk bocahe mlencos tapi aku sudah kan aku ndak tau. Pokokmen saya sudah mbimbing semampu aku. Nek aku ora menuhi janji karo romo, karo Tuhan, he e to. Kon mbimbing anakku. Aku sudah putus asa. Aku sudah pasrah sama anakku tak pasrahku. Kakakku dua tu tak pasrahi. Suamiku ya sudah dibilang mbek kakakku, nek Gendut ndak ada kamu masih muda, mau nikah lagi silahkan. Tapi anak-anakmu tak emong aku. Kakakku sudah gitu semua (subjek menangis). Iya bu…. Ndak apa-apa, ndak apa-apa (subjek mencoba menghentikan air matanya dengan mengelapnya dengan tangannya). Ya itu sudah tak pasrahke semua. Tapi kan masih ada keajaiban Tuhan. La iya masih ada, wong sampe sekarang kan aku masih hidup kok. Orang mau ngomong apa terserah. Udah saya terserah. Saya ndak mikir kok aku. Pokmen aku hidup ya, aku meh mbimbing anakku. Iseh kumpul mbek suamiku ya kowe misih keluarga. Masalah omongan aku ndak ngurusi. Mbok kowe ngomong sak piye-piyene apa, aku ndak akan ngurusi. Cuma nek kamu diomongi, njuk saya ngomong kayak gini. Itu jadi pikiranku, ndak. Aku sudah tua. Anane mung ndonga. Tuhan terimakasih. Itu sek doa ajaib. Doa yang mana itu sampe apal juga kok. Ampuni dosaku Tuhan dan ampuni dosa semua orang-orang yang dilibatkan. Nek sudah mbaca itu rasane ayem banget. Lagian juga kematian kan memang ndak diduga kapan waktune. Ndak bisa. Tuhan tu kapan mengambil aku tu aku ndak tahu. Jalani, kuat kan njalani? La ya kuat. Pokmen ya itu. Aku pasrah. Tuhan mau ngambil aku kapanpun silahkan. Tuhan mau ngambil aku silahkan. Asal nek anakku ki sudah pikiranne isa dewasa, ndak seperti sekarang. Nek sekarang terus terang tak akoni masih kayak gitu. Apa-apa masih mah, apa-apa pa, misih. Tenan aku yakin dalam atiku njuk aku dendam sama dia, dia, dia itu ndak. Cuma nek aku sembuh total. Aku mau bersyukur. Aku mau bersaksi, sudah. Njuk diajak kemana, aku bersaksi. Aku ikut. Tenan aku nek sembuh total aku mau tetap hidup terus untuk bersaksi terus. Aku bersaksi. Soal tadi, sekarang tu aku ya merasakan. Wong aku ndak sakit, ndak apa. Dari pertama ya? Dari pertama ya. Cuma nek umpama nganu ya ming nek ming cuma cekit pisan apa njuk gatel kan sudah umum. Nek podo umume kan orang sing penyakit sekarang kayak gini nek krungu-krungu ya itu kayak di apa, digigit-gigit setiap hari gitu terus. Itu aku ndak. Ada sing bilang kemranyas. Ndak. Ha nek kemranyas itu kemaren tu saya itu makan lombok cuma satu. Ya saya tu waktu sehat tu setan lombok ya saya akoni. Wong bakso nek ndak tiga sendok saya itu ndak puas. Tapi sekarang alah, ujung lombok saja pedese ndak karuan. Na itu sudah tak kurangi. O berarti aku kudu ngurangi, ya sudah segini ini, nek ndak kepengen ya ndak. Ada yang bilang nyeri sampe pegel apa itu, ndak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nek dulu sini memang pegel (subjek memegang lengannya sebelah kiri) tapi sekarang tu ndak. Udah ndak? Udah ndak. Cuma ini tok to sing pegel, dulu. Nek buat jahit kan dulu gini, tangane gini kan njuk wah tanganku kok lara nek jahit. Tak lereni jahit ya tetep pegel. Ora ya kayak ngene. Ha ndak taune nek gejala ini. Langsung gedi gitu kok. Nek seka cilik aku isa maklumi. Wong langsung njedul kok isa segini. Otomatis kan ya udah nyebar to akare tu. Kalau lebih tau dari awal ya? Ha nek tau lebih awal gitu. Katane dulu kan nek tidur tangane suruh naikke. Suruh searah jam (subjek memperagakannya dengan memutar tangannya searah jarum jam di atas payudaranya). Ya sudah tak jalanke wong ya ndak ada apa-apane. Wong nek muni sudah njedul njuk diburai ilang, njuk haid gitu. Njuk sesudah haid njuk aku keadaan gitu ya ndak apa-apa. Apa njuk ngerti nek kayak gini po? Ndak tau to. Temene saya kan tahu. Segini, njuk sini njuk malah pindah-pindah tu. Temenne do tahu. Nek saya kan ndak ada. Langsung besar gitu. Nek aktivitas sekarang njuk apa? Dirumah sekarang. Apa masih nglakuin macem-macem , apa….? Ya nglakokke umpama kasarane pengen liat tivi, sik senenge aku apa ya saya liat. Ning tu sok-sok kesel banget pengen bobok ya, saya bobok. Pengen buat roti cilik-cilik itu ya. Saya mbuat. Ning sing notoni rasane kok aras-arasen ya teka duduk njuk kaki e selonjor (di bangku kecil). Pokokmen jangan sampai apa, nglentruk. Mbok ana ponakane kasarane mau kesini. Kenyataanne kok ndak sida gitu ya. Tiwas aku wis kasarane nyepaknyepakke ngono ya. Kok ra sida. Kana maem, entek rong dina, tapi maem, rampung. Tapi saya ndak mau nanya kenapa kok kowe ra sida rene, ngene ngene ndak. Dia sing ngebel. Ik saiki aku ra isa teka rono mergane aku ngene-ngene. O masuk akal. Ya wis ra pa pa. ndak stres malahan. Ge samben-samben ya? He e. nek cucune sing satu. Mak ik sing sembuh kapan? Aku pengen bobok mbek mak ik. Ya pokmen nek mak ik sembuh. Mak ik ke Madiun, bobok sama Susan. Tenan ya mak ik. Itu nek ndak ketemu seminggu ngebel de’e panas. Biasane kan nek ndek sini kan setengah bulan, tiga minggu. Ha kemarin kan ini baru parah-parahe, bau. Ha, podo bawa pulang, gitu lho. Ha ya sampe sekarang pokmen satu minggu sekali, dua minggu sekali mesti podo ngebel. Mak ik mari, mak ik mari. Ya… ya…. Ya sing penting jalani ya? Pokmen jalani. Sama percaya. Percaya. Teka santai. Ha ni kakiku ni mulai ketoke bengkak-bengkak, ha a to. Ini ada sing ngomong. Ik wah kowe kena jantunge. Apa nek bengkak itu karena jantung, kena ginjele. Aku kurang gerak tu isa, bisa juga to. Wong saya nek dulu tu belom gini (subjek selonjor pakai bangku kecil). Saya tu jalan-jalan paling ndak ada setengah jam. Puter-puter. Tapi berhubung gini ni masak kurang gerak. Banyak duduk, banyak nganu kan njuk otomatis bengkak. Buka saya menuntut, tapi terimakasih. Nek iki memang aku lara jantung, tak tanggunge. Ya itu bisa. Aku njuk ndak mau ngomong. Aku wis pasrah, bongkokan karo sing Maha Kuasa. Ning wong nek lara jantung mesti ada tanda-tandane to. Suara keras sitik mesti tratapan, ya to. Rasane duk…duk…duk…duk, gitu. Njuk ngomong suara apa sitik, kesenggol atine apa piye ya rasane ngene-ngene. Wong saya tu bisa ora duwe rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
njuk muni drukduk ngene gitu ya. Njuk nyanyi-nyanyi ya. Saya tetep bisa. Ndak njuk duwe rasa ati jantungen, ya tetep biasa. Ana sing ngunek-ngunekke. Ya wis ngunekke. Kontrol lagi kapan? Ya tadi. Justru kemarin gek ngebel tak semayani jam 5 to. Mergane saya kontrol ini hari. Sekarang? Tadi sudah. Berangkat jam 12 aku ngomong. Pa engko bu Martoyo teka sini. Sapa alah kae lho, Kebon, Semplon. O, ya wis mangkat wae, tak terke sik. Tiba jam 12 njuk nunggu disana tu. Setengah jam lebih wong belum pulang dari Jogja. Njuk dia pulang. Njuk duduk-duduk sik, ngomong-ngomong ngilangi capekke. Jam satu misih mulai. Aku le ngarap ki ra ngasi seperempat jam, sepuluh menit itu ndak ada. Sendiri apa banyak sing bantu to? O sendiri dia. Cuma aku nek aku masuke sama mbak Min sama suamine aku. Aku tu mau masuk, anterna. Nanti nek pas dipejet gini keluar nanahe kan njuk saya mual. Nek dulu gek keluar darah ya semamput pindo saya disana. Kan sik bau ini kan pembusukan. Ini kan sudah kena separo. Kan cur gitu darahe. Sebenarnya kena semua ya yang depan itu ya? Separo gitu. Jadie kan gini to. Yang separo ini sudah nglocop. Yang bawah belum? Ha yang nglocop yang bawah. He e yang bawah. Ini kan ini kan nek nanah kan mesti narikke kebawah. Ha nek sing sini sudah kering, sentet-sentet. Ini nek ada nanahe kan ngandul, ha ini kan nglupas. Ha njuk sing… sing dulune besar ini dah kayak nyusut itu lho. Apalagi ni sik terakhir. Hari terakhir pendarahan di sana ini daging sik mbendol gitu kayak mangkok gitu tu lepas. Sing daging busuk itu lepas njuk di sana dah ditutup. Sudah dikasi obat. Ha ini lek nyonggo gini lek naleni kekencengen, pendarahan lagi. Sur, wah sudah ndak karuan wis to. Kasur, sama bantal-bantal sana penuh semua. Itu njuk dikasi kapuk, njuk ditempel obat lagi. Terus saya ditambani apa ora ngerti. Wis pokmen terus isa sadar meneh. Pingsan ya? Ha a. Sakit apa ngeri? Ngeri getehe itu. Ya terakhir paling banyak itu ya kemarin, terakhir. Dipenyeti itu juga ya? Ya waktu dipenyeti isa krasa cleng gitu. Terakhir itu njuk sampe sekarang ndak keluar, ndak keluar sama sekali. Ha ya terakhir itu paling setitik itu ha ya keluar ya sitik itu. Ha ini keluar sini lepas ha sekarang sing njedulkan ada njuk ndak beraturan to. Ha sing njendol-njendol ini sini suda retak. Sing sini retak. Ha Cuma kapan keringe njuk isa mengkap gini. Ha nek ini isa podo nglupas gini, ya itu. Ini brarti terus podo kempes ya. Ha a, nek kono tegel. Tak udohi. Ning kono mesti ra tegel. Ketok, ini nek sing sigar gitu ketok dalame kulite kayak kisut itu lho. Dulu kan alus, gedi gitu lho. Ha ini ngisut gitu lho. Obate bubuk gitu. Njuk pecah kan mbuka njuk ketok kisute. Ada kisut-kisute. Ha justru itu pengobatan disana tu gitu. Nek istilahe tu pengobatannya pake candu. Apa? Candu. Tapi itu memang dah diijinke mbek kepolisian itu. Soale dulu itu juga ada sing gitu. Ya kita bukan untuk foya-foya apa itu. Tapi dia memang untuk menyembuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai penyakit. Itu memang kenyataan. Ya njuk seandaine di bawa pulang gitu, dikasi disana njuk diminum. Ha piye nek orang ndak tau mesti dukun. Nek saya pernah dengan orang Katolik. Aku mau mendoakan kamu tapi nek kamu sing ditambani ireng-ireng ki dicopoti kabeh. Njuk kowe ra entuk lunga ning nggon dukun. Saya nyangkal. Saya tu ndak ke dukun. Itu tu bukan dukun. Terus obat ini, sing ditawurke ini. Itu juga bukan obat dukun. Itu ramuan tapi ramuan apa aku ndak tahu. Soale itu dibakar njuk digerus njuk dipyurke. Bau kemenyan ya ndak, bau apa-apa ya ndak. Nek ning dukun kan mesti bau kemenyen to. Terus doa-doa itu. Doa-doa ndak. Doa itu kayak gini. Mbah nek aku ndonga agamaku piye. La agamamu apa. Ndonga’a wong aku ra nglarang kowe le ndonga agamamu. Agamaku Islam, aku Islam, agamamu apa, ndonga’a nen agamamu apa. Dia bilang gitu. Aku ora nglarang. Kowe tetep ngone kene. Arep ndonga apa wae kowe entuk. Apa itu dukun. Bukan to, wong sudah bilang begitu. Ndak mungkin to. Ha itu tu uwonge tu ngunekke aku muni gitu. Ya aku ya ngomong terus terang. Nek tacik sudah ndoake aku, aku banyak terimakasih sekali. Sampe sekarang pun aku tetap terimakasih mbek tacik wong tacik sudah ndoake aku. Tapi aku tu terus terang aku tidak menduakan Tuhan. Aku setiap hari berdoa pada Tuhan. Pada Bunda Maria, berilah mujijat itu padaku. Lewat siapa yang menyembuhkan aku. Aku dioperasi aku sembuh. O berarti Tuhan itu memberi mujijat pada dokter untuk menyembuhkan aku. Ha ini podo wae. Aku berdoa lewat sama orang sing nambani aku. Itu mujijat Tuhan. Aku muni ngono. Soale keadaanku terus terang parah. Ya wis nek gitu kita putus. Putus ya ga apa-apa. Saya terimakasih. Itu orang Katolik bukan? Itu apa aku podo karo ditampar. Podo dene sama agamane to. Kamu kesini mau mendoakan ya silakan, ndak ya aku ndak juga ngoyak-ngoyak nek kowe kudu ndoake aku ya ndak. Tapi ternyata kok kamu seperti itu. Gek rama we ya nganjurke, alternatif apa yang lebih baik untuk kamu, jalankan. Sing penting kan aku ndak menduakan Tuhan to. Wong setiap hari aku doane ya Tuhan, bunda Maria bukan doa sama mbah yang nambani aku ndak. Mau tombo gini ya aku mesti rosario. Rosario nang omah kok ra nyandak, wong wis diparani. Di mobil aku sing rosario. Rampung rosario ya saya doa Tuhan aku menghadap Engkau dalam keadaanku seperti ini. Ampunilah aku. Aku ya berdoa. Pulange seka sana di mobil aku ya berdoa itu. Kan aku ya berdoa itu. Kan aku juga tidak menduakan to. Kok isa-isane gitu. Ngomong gitu terus ndak pernah datang po? Pernah, ndak pernah. Itu we le muni-muni lewat telepon. Itu nyatane gitu kan aku tekon karo sing… ya kasaranne aku wong iseh cilik. Karo Katolik sing luwih duwur kan aku tekon. Pak nek wong kayak ngono. Teka dinengke. Sing penting kamu ngedep Bapakmu, ngedep Bapakmu. Hati kamu tidak menduakan, ya sudah. Kamu harus percaya. Biar tacik itu yang marah-marah. Dia berdoa ya percuma. Wong berdoa tu sudah ndak usah diminta kita secara tulus mendoakan. Itu kenyataanne kayak gitu. Cuma aku duwe pedoman, rama muni ngene-ngene. Tak nganu aku percaya rama. Wong rama ki rasulnya Tuhan, ha a to. O berarti macem-macem ya. Orang tu jadi kelihatan semua ya. Kelihatan. Orang sebenere kayak gini. Dulu setiap hari aku berdoa supaya keadaanku ndak kayak gini. Kita nolongin orang ya ndak punya maksud apa-apa Cuma balesane. Na nek sudah gitu tu aku sudah kenyang. Jaman aku kerja ki nulungi kancane. Aku mbok golekke kerja. Ta lebokke kerja di tempatku. Tekan nggonne de’e ngunekke karo juraganne nek aku gaweanne nyolongi. Sampe saya bilang gini. Nek aku sampe nyolong. Koreksi bukune, nek sampe satu rupiahpun aku mencuri tak balekke. Ning aku njaluk sing ngunekke aku kuwi tulung diperiksa. Saya gitu tok. Ndak macem-macem. Cuma ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini yang terberat. Sekarang diwakilke anakke. Nek isa tak wakilke anakke, nek isa ke sana ikut. Aktivitasnya beda ya sama yang sebelum sakit? Ya beda banget kok. Dulu aja rosario ikut, pendalaman iman ya ikut. Sing kesripahan seminggu sekali setiap malam jumat kliwon. Doa ya ayo pulang jam sepuluh, jam sebelas setengah dua belas. Sebelum pecah pun masih besar, aku masih menjalani kok. Cuma mbasan ini wis pecah, njuk yuk bubar. Ada pertemuan terakhir nek aku langsung diunekke ik kowe sebelah rana kowe mambu, aku ra kuat. Saya mundur isa. Tapi bunyinya dibelakang. Wah iik’e saiki mambu. Nek sesuk ana apa-apa aja nang nggone iik. Itu rosario itu pasan itu. Makane ada pertemuan apa-apa saiki nek isa tak wakilke anakke. Saya sakit. Nek sik laki sik berangkat sing perempuan di rumah jualan. Nek sing perempuan berangkat ya sing laki jualan. Ya mau ya? Ya mau ndak mau piye. Kasarane wong nek dapat jualan untuk jajan to, untuk jajan dia to. Ha nek ndak mau ya endak usah to. Ya he e to, itu tu isane kerjasama. Mbakke udah lama ya kerja di sini? Ya sudah dua tahunan. Pokmen selama saya sakit ini kok, selama sakit ini kok. Terus dokter bilang kamu sudah ndak usah kegiatan sendiri. Ya wis. Kan ndak boleh nyuci. Nek nyuci terlalu nganu kan nanti terus ndak kuat tanganne sik sebelah kiri. Jadie kan dak bisa nyuci. Pembantu menyuguhkan minuman. Nek muni air minum gini aku njuk kelingan. Kalau ada tamu dikasi air minum ndak pernah diminum. Katanya bau. La wong saya yang punya rumah bau. Terakhir saya saking mbededeke atine, udah nek teka sini ndak usah dikasi air minum. Arep diunekke gersang ya luweh, diunekke ra duwe banyu ya luweh, pelit ya luweh. Ha sekarang berapa gelas, angger… saya ndak mungkin kasi teh pahit mesti manis. Kalau minum cuma apa, lidahnya cup gitu aja. Kelong aja ndak. Ha to kita dah dicup gitu apa kita njuk mau dimik. Kan ya ndak mungkin to. Padahal berapa gelas saja. Padahal nek kesini kadang rombongan? Iya. Padahal saya ndak buat, wong saya ming tidur saja. Yang mbuat ya mesti mabakke. Nek gitu kan ngicih-ngicih to. Padahal aku nek mertamu ning ngendi-ngendi ya saya minum tu mesti habis. Mesakke sing mbikinke, saya gitu. Tapi ya itu, kemarin itu gek pas bau-baue itu podo niliki. Dikasi air minum podo ndak diminum kabeh. Waduh Tuhan gulane kok disia-siake. Ha piye solusine. Rasah digaweke. Ya ilok-iloke wong ming tamu ya to. Toples ya ana. Toples dibuka we ya ndak. Padahal toples gawean aku ya ndak to. Isine ya mesti tuku to. Wah rasah mbak. Ana sing ngunekke itu pas saya tidur gitu tu. Rasah do mimik, mambu ngono. Gek aku we ora dik, wegah. Ngopo? Mambu. Padahal nek misa tu aku mesti nampa. Gek aku iseh tak tiliki. Itu makanane bikin sendiri po? Apa? itu? He e. Ya beli dipasar to digoreng. Mbakke kok, sik cok buat mbakke kok. Aku ndak pernah. Kasarane saini aku dadi tuan besar, nyonya besar ya. Ha rono rene ming kongkon rono, kongkon rene, ya to. Jatah beol suami saya tau. Saya nek ndodok kan misih gemeter ndak isa ndodok misihan. Antara perut mbek ini (subjek menunjukkan payudaranya) gatuk, mesti mumbul to. Kan ndak penak. Ha sekarang duduke harus… beole kan da kursi. Kursi dibolongi gitu pake ember. Itu suami saya jatahe, mbek mbakke itu. Nek mbakke belum pulang ya itu sing cok nganu. Tapi ya rung mesti to. Tapi nek pagi tu suamine bangun tidur, saya belum bangun, iseh rosario de’e sudah bangun sudah dicepakke. Aku duwe bojo iki, terimakasih. Isa ngeladeni, isa nganu. Golek bojo ora ana liyane. Coba nek duwe bojo sing wong sugeh. Ra gelem njuk nek suruh gitu-gitu. Biyen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah yo ayo, biyen seneng ya ayo (suara subjek lebih bergetar). Saiki gek nemoni susahe ya ayo. Ha itu memang janjine mbiyen lah. De’e sak hurunge berkeluarga ya gitu. Saya saiki ya wis piye ya. Masalah laine singkerna. Masalah di keluraga ya pasti ada tapi ya udah biarin aja. Ada ning kok leren. Nek bocah loro berantem nek saya ndak isa ngatasi ya engko bapakke. Engko bali ya, nek bapakmu bali ya, saya bilang gitu. Nek muni bapakmu bali ya ngono ya wis semebar, ndak berani. Soale kan bapake kan nek ngadepi jarang. Nek sekali mbentak kan do wedi. Nek saya kan ngadepi setiap hari. Nek saya ora mbengok gitu, dia ka nbelum takut. Nek saya cuma ngandani alus, njuk ming nguya nguyu ndak kodal. Tapi nek saya wis… ki nek arep gelut, ki ana peso. Mek kowe sing siji menang mlebu penjara, sing siji mlebu rumah sakit. Tak biayai. Saya bilang gitu. Ha gek do pating clengkrung lunga. Sering berantem to? La ya. Beranteme ya masalah sepele kok. Ngrogoh upil, cutikke ya dadi gelut. Mlaku, bokonge diplek ya gelut. Ha piye to.Gitu tu mendak dinane gek meneh nganu. Masih anak-anak? Ha makane, nek diunekke muni dewasa wong nyatane wong gek koyo ngono ya to. SMP ya dua-duane? He e. SMP kelas satu mbek kelas 1 di Kristen tiga. Di TArki ndak kuat. Wingi obone siji setengah kok wong pas keadaan aku kaya ngono kok ha njuk kaya ngapa. Ni Kristen tiga kepala sekolahe pak Edo, wong Katolik. Pak Edo, aku ki kowe ki ngerti dewe keadaan kayak ngene, nek isa aku minta SPP ne dibebaske. Ha malah sak kabehe dibebaske, si Weni. Ha sing Rika ka nwis dua tahun dibebaske, ha sing kelas tiga ini kon mbayar dewe. Mek sing weni dibebaske kabeh. Ya wis bilang terimakasih. Njuk aku ngunekke, Wen kamu belajar buat mama, aja nyusahke pak Edo. Wis dibantu. Nek wong liya itu nek muni pak Edo Bantu ndadak nggolek surat RT, RW tekan kecamatan, miskin, ha ya to. Ini kamu bebas, sama sekali mama ora rono-rono, erimaksih. Kamu harus berdoa, ya. Ha nek sing gedhe ngono memang kasarane wis nduwe pikiran rodo down apa piye, sing gedhe. Dari ngomonge ngene-ngene, ya to. Sing keliatan pengaruh banget sing…. Rika. Nek Rika ketok banget. Ketoke ki nggondeli, wajahe ki kayak digawe apa piye. Nek sing cilik durung. Nek sing ketok banget sing rika tak akoni. Aku malem kan doa jam sembilan, jam dua belas, nek ora keblabasen jam dua. Malem aku nek dong ya ming mubeng gitu to. Sing bojone, sing anakke wedok, anakke lanang tak tilikki. Engko nek do nglindur, esuk do tak garapi, he e.
Bikin bercandaan? La, golek-golek unen gitu. Ha itu tiga-tigane tu jago nglindur. Semua nglindur tu. Dadie aku nek nganu ya wis. Ning aku lara ki kerep melek mbengi. Nek muni ndonga kan ndangak. Ning kursi ning nduwur, aja midun. Ya berdoa secara kita secara Katolik juga ada…. Madepe sak karepe. Ra kudu ngarep kulon. Sak karepe, sing penting isa doa. Nek sungguh-sungguh… La ya, kuat. Capek ndak? O, ndak. Nek gini ini aku nak capek. Wong aku nek malem tidur nya da sini. Kakike tak naikke.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bobokke da sini po. Ha saini nek sore, separo jam sembilan doa sikik Hati Kudus Yesus. Njuk meh tidur langsung ning kursi sana engko wedi keblabasan. Ya kan da sini ming leyeh-leyeh. Jam dua belas kan tivi itu mati, mau jam dua belas, donga sik, lawange dibuka sedela, nek ndak ya teka lewat bolong-bolong itu (ventilasi udara), doa ya to. Rampung gek kira-kira wani apa ora nek turu ning kursi isa tangi ora. Wong saya nek muni da kursi da dalem, keblabasan. Nek ora wani saya pulang lagi kesini apa tidur da dalem sendiri. Nanti jam dua apa setengah dua itu dah bangun. Nek ndak aku minum air putih sebanyak mungkin kan mesti kebelet. Satu apa dua jam mesti kebelet. Ha itu mesti bangun. Ha kita doa, sudah lebar itu wis dikursi, kamar. Cepak-cepak bantal di kiwa tengen wis kaya ning nggon apa wae gitu. Pagi ndak usah bangun langsung rosario sik. Selesai ya gek kegiatan lain gitu. Ha nek esuk, nek bapak di depan, saya niliki. Slimurane uwit to. Aku senang ndelok wit-wit. Pak, iki kok ketoke kokehan banyu, besok ganti diwuri. O, ya. Ndak ada orang, rana-rene rana-rene. Dah capek langsung tidur. E kok ngantuk, tidur gitu aja. Kegiatan sehari-hari gitu. Kepengen ndak to ke gereja? Ha kepengen sih kepengen. Tapi baunya ini lho. Nganggu tetangga-tetangga sing kusuk. Malah jadi bahan omongan ya? Ha, timbango jadi munine uwong mendingan udah ndak usah sik gawe omongan. Tapi aku dah janji walau ini ketoke gedhe tapi sudah ndak bau, he e isa ditutupi pake baju biasa ndak gini ini (pake kerdus), aku tetep lunga gereja. Ha ini mbahe sana ngomong, iki isa sembuh njuk kowe ngerti dewe nek korengen njuk nyiut-nyiut gitu tho. Njuk tatune teka njitet. Ning ya kowe kudu telaten. Telaten nyenyuwun karo sing kuasa. Dah gitu kan dah mantep to. Wong ya ming nyenyuwun karo sing kuasa. Kita kan berdoa, dia yang menjalankan. Ha itu tu aku mantepe, isa sembuh. Udah percaya… Ha yo piye. Nek ndak percaya ya ming percuma to, mubasir to. Tuhan aku wis berdoa mbek Tuhan. Tuhan ngekei mujijat mbek koko lewat kono kok aku blas ra percaya. Wong nyatane ya ha a. Mbiyen banjir geteh kaya ngono. Terakhir aku nganti semaput ya nganti saiki aku iseh urip. Heranne lho ya. Darah itu keluar setiap hari seperti itu banyaknya ditensi kok normal. Ha sak ini kasarane nek tiga hari pendarahan seperti itu ya, mbok aku dikontrol, kok ketokke ini kunang-kunang, tensi ya apik. Nganu wae, kamu tambah darah sama minum madu, ya. Keluar terus dikontrol ya tetep apik. Seksine sing ngontrol ya itu misih ada, ditensi itu tu ndak mbayar. Ya nek ming mbah aku ditensi dia datang kesini. Ditensi apik, normal. Lha saya itu herannya disitu. Ah, mujijat Tuhan ki ra isa dipikir. Antara darah segar mbek kotor wong kakakke saya dulu, nek pas metu gitu dia ini mek digini-gini (subjek menyatukan ibu jari dan telunjuknya dan didekatkan di hidung). Dia nek bilang segar, segar nek bilang busuk, busuk. Nek wis item jan, wah rada amis ki, mambu ki, ki darahmu kotor. Wis ben darahmu metu kabeh sisan. Engko nek kayak gini sesukke pak Par tiap hari dah datang. Keadaan nek pas pendarahan itu suamine aku mesti ngebel. Nek siang nek dua tiga kali sehari pendarahan gitu, kayak bojoku kan mesti gilapen to. Keentekkan geteh apa ora, keentekkan geteh ora. Seger ki darahe Ndut. Sesuk ditensi ya Ndut, medun ora. Tensi ya ndak pa pa. Wong terakhir tu gek terakhir saya tu gek mbededekke bojoku to, jam tiga malem. Saya tu meh obah angel. Apa ki arep mati kok obah ora isa. Mbasan isa gerak gitu, wah wis lambah-lambah. Pak Di kan nangis, teng gitu de’e gini ngocekki gitu. Tuhan nek bojoku memang Kau kehendaki mbok ambil, meh mati, ambela ning aja di siksa kaya ngene. Aku iklas, ambela. Tapi nek Tuhan menghendaki bojoku urip, sesuk kuwi nek kene e apa apa aja metu. Nyatane pagi itu saya dituntun, ngadek. Ngadek. Setetes darah pun ndak. Ngasek beol saya digawekke kursi. Ndak keluar gek berobat kesana itu. Ha ini sudah memang tak akoni sudah saya ini istilahe sudah sekarat. Nek diunekke muni uwong ki ra percaya nek aku ngomong apa anane gitu. Tenan, ra do percaya. Uwong endi nyasate kowe kok ra gero-gero to nek lara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
La memange napa kok gero-gero nek aku ra lara. Ra ngandel nek kaya ngono ngasi pecah, nanahen itu mesti nangis-nangis tur nek wis muni pecah kayak ngono iki uripe ming ra ngasek pirang… ra nganti sesasi mesti mati. Ha kowe ora ngerti iki mujijate sing kuasa. Persembahane kula. Itu setiap orang mesti nanyai. La wong mamamu ya nekoni to sakit apa ora to, he? Nek ibu-ibu mesti nanyai sakit apa ora. Wong gek Helen we sakit podo wae, sakit to? Ndak. Nek sana dimek gini we sakit. Tapi saya ndak. Ndak sakit aku. Tenan, nek diunekke ngono ra percaya mestian. Mbok sisan kon sumpah, wani kok wong memang nyatane. Mungkin dipikire orang itu keluar darahe… Darah. Tiga minggu darah sehari dua tiga kali. Nek siang ndak apa-apa. Nek pas malem kan suamiku kojor dewe. Ha nek siang kan kakakku isa diundang. Mbakke ana ning kene. Ha nek malem. Wah nek aku berobat seka sana, nek disana darah keluar, mbak kowe bobok omah. Nyatane sewengi ya ra mancur. Ya itu. Mesti do ra percaya wis to. Ha mbok dokter we nakoni mesti ra percaya. Wong ngasi kayak ngono kok ora lara. Tenana, seksine mbake itu. Sebelum pendarahan itu setiap pagi suamiku nek aku dah mandi, suamiku dah mandi. Aku disuruh tidur itu berdiri. Soale nek nanah kering kan kayak ada kulite mati to. Itu tu mesti mbek mbakke sak panci jarang panas, he e, itu mesti dicepakke. Mangkok khusus sendiri itu dah disendirikke. Kapuk itu mbek mbakke sudah dicepakke, kasi garam. Ha itu we diginike mbek suamiku, diambil kerakke, terus ganti terus. Ngasek bolong itu segini, dalem itu segini (subjek menunjukkan jari telunjuknya). Ini aku nek ndak shock muni putuku cokot apa? Anjing. Mungkin aku ndak ngasi pendarahan tiga minggu itu ndak pendarahan. Wong gek diresiki gitu aja ndak sakit. Cuma ya memang dokter ngomong nek memang metu nanah terus sekali keluar ndak isa dihentikke, mesti mermen. Ming nyatane ya ha a, ya masih keluar nyatane pas nambani sing pertama. Wis dioperasi nduk? Dereng mbah. Ya wis kana digawa mlebu. Ha kok ngasi parah kaya ngene to kowe nduk. Mari ning kowe kudu telaten, ora isa kayak wong dioperasi. Nek sik rada suwe ki aku, saya dewe ya mengakui. Wis pecah, wis bolong sengono. Telaten ya? Mugakna aku pasrah sama Tuhan. Sembari aku nelateni ya sembari aku pasrah. ya sembari dadi siji karo wong omah, iya to. Ha ini kok isa masalah gini lagi, sana belum selesai? Apa ini lain? Ndak pa pa. Jadie ndak usah sing gagal gitu ndak pa pa to. Ndak pa pa. Ini kan masalah kejiwaan to. Nganu to. Ya kuwi jiwane kuwi, masyarakat goncang, bingung. Mungkin nek entuk liyane aku, aku orang ndableg. Wong wis ket winginane wong dilebokke ning ati. Njuk ngendem kan njuran. Ngndem-ngendem teus. Nek ngendem-ngendem kan dadi penyakit to. Nek aku wis luweh, pokokmen aku mangan. Jalan siji-sijine aku kudu mangan. Aku merangi ini, pikirnku njuk isa digawe ayem. Dipikir santai ya? Ya itu, pasrah sama yang diatas. Ha ya pasrah. Memang pasrah. Mbahe kono ya ngomong, nek penyakit sebelah kiri itu memang suwe tur parah. Beda karo sing kanan. Nek sing kanan ki cepet mari. Nek sing kiri mergane cedak jantung. Nek kanan kan ndak. Ha ya ming itu. Ya dia sembari nambani ki ya karo ngati- ati sing kanan. Aku ya ngomong mbah sikilku kok ngedablo. Ra sah wedi. Nek ikikmu mari sikilmu isa pulih. Ya sana ya tetep karo nambani, yo an. Ra usah kawatir sing duwe menungsa mesti nambani. Nek ngomong gitu itu setiap aku kesana, ngomong njuk keluh kesah gitu itu ya. Meh tekon apa meneh sing kira-kira penting untuk kamu tu apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Catatan medisnya berarti ndak ada ya? Ya sing alternatif ya ming laboratorium. Ada nek laboratorium ada itu. Tapi nek dokter aku memang angger nang dokter kudu dioperasi kok, padahal aku wis jinjau. Ya yang paling saya wedeni ya itu. Udah dioperasi tapi kan ga tau udah njalar apa ndak. Sini itu kan kayak gitu, terus meninggal. La itu entuk, gawanen entuk. Boleh, nek nggon lab aku misih tak simpeni. Soale ndak kenganu…. Dulu tu alternatif-alternatif ya sudah tak jalani semua. Ada sing diminum, ada sing ditempelke. Tela taun tu, telane diparut, ditemplekke katane isa mari. Memang isa melis-melis banget isa. Jan malah medeni kae. Mateng biru itu wah jan ngeri wis to. Tapi kan dah lebih baik. Ya, Tuhan berkati. Kuat, kuat gitu. Iya. Ibu terimakasih buat semuanya. Kalau misalnya ada yang mau ditanyain lagi boleh kesini lagi to? Boleh, ndak pa pa. Ya kesimpulannya kan saya dikucilkan to.
Data Verbatim wawancara kedua bu Mar Kalau ditanya soal apa yang ibu bayangkan mengenai penyakit ini apa? Kalau sebagai ibu rumah tangga kita tu otomatis mikir pendidikan anak-anak untuk langkah selanjutnya. Katanya nek penyakit gini cuma berapa… sampai usainya. Sedang anakku isih… masih kecil-kecil, masih perlu bimbingan. Yang lain? Ya, apa pesan dulu kakak saya sebelum meninggal itu punya pesan, anak-anakku tolong jadikan satu. Itu aku belum terlaksana. Masalah lain gitu sudah ndak ada, sing penting kan pendidikan anak-anak ya. Sebelum sakit sama kemudian sakit gini yang dirasakan berbeda apa? Nek dulu sebelum sakit gini semua gerak. Apa yang semua itu apa yang bisa dilihat dikerjakan tu inginnya dikerjakan gitu. Tapi sekarang sakit, semua terbatas. Mau gerak gini gini gini ga bisa. Apalagi di masyarakat susah. Dah lebih sehat to? Nek gini dong-dong ya ndak mesti. Dong ini enak awakku soale rada ngaso njuk pikiranne rada santai gitu tu. Ming nek pikiranne ndak santai penyakit ini terasa berat. Rasane les-lesan ndak punya tenaga. Kemarin dua hari yang lalu itu ndak punya tenaga. Adane mek tidur aja. Ini ni rada dua hari ini rada jenggelek sehat.
Nek kaki’e gimana? Ini kok rada ada pembengkakan sitik gitu. Mbuh ada efekke seka duwur apa apa aku ndak tau. Aku tanya sana bilang wah ndak pa pa bengkak. Nek ini atas sembuh penyakitmu ini juga hilang gitu. Ni bengkak. Tapi nek buat tidur seperti tidur tadi, nyender. Mungkin nek nekuk gini peredaran kurang ya. Biasa waktu aku sebelum duwe penyakit gini saya tu ndak pernah kok muni duduk. Duduk ya duduk njahit. Lainne ya mbuh apa-apa. Diluar sana apa-apa gitu. Pokmen ndak pernah duduk. Sekarang udah ndak ya? Saya nek meh keluar ndak ada suami, orang sing fanatik kan podo ndak mau nyedak apa piye. Ha wong nek jualan gitu nek aku muni sing njuali podo ndak sida beli kok. Makane nek ada sing beli kan saya ndak pernah hadir, nunggu anak-anak apa mbakke itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalau misalnya minggu kemarin dah diceritaiin ya kalau ndak pernah keluar. Itu sebenarnya alasannya karena apa? Bau ya. Wong nek orang yang memahami njuk apa orang istilah orang kalau yang sudah berpendidikan, punya agama, bisa mendalami. O kalau seandainya orang tu sakitnya gini gini gitu tu, kita sebagai orang yang berpendidikan pa piye beragama kan maklumi gini. Tak nek orang yang berpendidikannya ndak tinggi, masalah agama baru setengahsetengah, asal buka mulut aja to. Jangan kesana, kesana bau, ha. Kan njuk seperti dikucilkan. Tapi nek sing sudah memahami agama, pendidikanne tinggi, ya contone ya sudah ada disini ya. Walaupun bau ya wis kaya adikke wae. Mambu, mambu to? Iya. Tapi ya piye carane dewe nahan to. Ndak njuk muni mambu, nganu-nganu. Seperti saya sendiri ya rumangsa masalahe saya memang punya penyakit gini, memang sik nambani ngomong iki diproseske pembusukan. Masih ditambani lagi ya? La ya terus. Kemarin ya? Kemarin berangkat. Ya terus, pokmen sampe ini bisa kasarane isa mrotoli apa piye ya. Pake mobil kakakke. Nek boncengan aku ndak berani. Sundul-sundul malah ceplok, pendarahan. Ya pokomen sana tu ngomong, satu jangan dioperasi. Nek dioperasi aku udah ndak mau tanggung jawab. Nek dioperasi dia ndak mau tanggung jawab. Tapi nek kamu ndak mau dioperasi, tak telateni sampe mari. Soale dioperasi nanti akare nanti tukul mana-mana. Njuk piye le meh nambani ndak isa. Nek ndak dioperasi kan Cuma satu ini tok. Ada akar mungkin akare dipateni seka sitik. Mungkin ini busuk, akar ndak isa makan. Mau dilempar kemana nek makan, kan njuk ikut layu melu busuk dewe. Mungkin prosesnya mbahe tu mungkin begitu. Nek dikedokteran memang kepras gitu. Tapi akarnya kan ndak tau. Bisa cari njuk njedul ini kan njuk bisa. Kalau ndak disinar itu. Kalau disinar kan podo wae to. Isa njedul sana sini. Nek kecuali dikemo itu lain. Nek disinar misih isa nedul sana sini. Soale ini disinar gini ya sing kena sinarnya mati tapi sing tengah sini, busuknya tu busuk bagaimana njuk sing akar yang kesini itu bagaimana. Jadi ya belum menjamin ya? Apa? Nek disinar. Belum. Nek dikemo ya saya percaya. Soalnya dikemo kan membunuh akar-akarnya. Akarnya dibunuh. Bukan njuk nanti nek sudah akarnya dibunuh otomatis kan menjalar ke tempat indukke. Nek disinar kan cuma sekeliling ini, lainne ndak tahu. Ya mungkin lho, itu we kan ming seka dokter kok. Cuma nek ada temenne sing kasi tahu seperti kemarin gek nganu. Ah, aku ra sanggup, wis pecah kok. Dioperasi ya percuma kuwi njalar endi-endi. Itu dokter berapa wae udah bilang gitu. Rasah kaget kowe ya Kyo, ndak, aku dah tau, aku muni gitu. Rasah nangis, ora, aku bilang gitu. Memang aku ndak mau dioperasi nek memang Tuhan menghendaki aku mati ya iki tak gawa mati, aku ngomong ngono. Nek disuntik kayak gini di Magelang ga bisa, suntiknya di sana di desa Tampir sana. Ya masalahe apa aku dewe ndak ngerti. Wong itu bukan pak’e, kasaranne ya belum pernah belajar masalah itu. Keadaan fisikke naik turun ya? Stamina naik turun, ndak mesti. Gampang lupa apa ndak? Nek masalah itu ndak. Cuma nek umpama ada suara slenting gitu ya njuk rada tak lebokke ning ati, njuk itu rasane lemes. Disini tu rasane abut, gemendel itu (subjek memegang payudaranya). Apa nek makan terlalu pedes sitik gitu ya, itu tu gemendel, rasane abot, keras. Nek ndak ya ndak, biasa. Apalagi diajak ngomong-ngomong gini, diajak guyon. Ha ora krasa babar pisan. Ini kan aku kan gek ajar turu da kasur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selama ini tidurnya disini? Dikursi. Ha ya biasa ini ha a. aku gek berapa hari gelar disitu. Posisinya duduk gini, cuma kakike naik. Tapi kan nek disitu kan rada isa. Ya ijek rada duwur tapi kan ndak kayak di kursi, kan duduk. Ini kan njuk isa kaya nleser. Tadine kan tangan ini buat kaya gini angel (subjek menggerakkan tangan kirinya ke samping). Nek seini tidur da kasur kan tanganne bisa kayak gini dikasi bantal. Tapi nek meh miring ke sana (ke kiri) ndak berani soale rasane ini ikut ke sana semua. Tapi nek miring ke sana (ke kanan) berani. Ini ni misih rada kaku (subjek memegang bahunya) sing sini, mungkin ini nggon akare apa piye aku dewe ndak ngerti pokokmen sebelum gini kan (sebelum sakit) sing dirasakke cuma ini aja. Pegel gitu liyane ndak ada. Kalau dilihat sudah lebih sehat, pokoknya kalau dibawa seneng aja pasti sehat. Wong nek atine seneng mesti sehate. Ning rasane gembira. Ha ya itu gek kemaren udan es itu aku kan atine gek seneng. Kok malah mak cur kayak ngono. Njuk dadi mak pengkeret lagi. Aku tu nek mbek darah tu wedi. Dulu ndak takut, ning mbasan telung minggu darah terus itu, aku takut. Ha ya mamamu barang kon seneng-seneng. Soale seusia mama tu rawan gini. Tapi sekarang ya kegiatan wae. Itu nek da rumah udah ndak adakerjaan gitu, ubeg gitu seneng. Soale akeh temenne, guyon. Ketemu orang macem-macem, ada sing…. Nek muni do ra dipikir ya. Angger isa muni, menang ngono ya. Ya podo wae. Umumlah. Nek ditegor jempling-jempling. Berani pantat ndak berani muka ya. Nek ning pantate walah kayak ngono kae ya, nek ning ngarepe ya, ha a, apikke, nganti lunyu nek nggo mlaku ya. Ya kayak gitu itu. Bok mau digereja, apa di masjid ya kayak gitu. Wis podo wae lah. Orange macem-macem ya? Berarti sek njalani gek separo ya. Ha umpama mbuh ning mesjid mbuh nang gereja, ndalami Alkitab gek separo ya. Ha nek sepenuhnya, njuk ngungkuli romo to. Anane ming ya karo ngei nasehat to. Ha ya kyai ya podo wae. Nek wis sudah selesai, katam gitu dah maksud semua. Ya anane ya mbek ngasi nasehat. Tapi nek sing gek separo-separo ya ngono kae kok. Endi nek muni demo wong Kristen kan jarang to anane mung kuwi wae. Tapi nek diunekke jahat ora gelem, ya kayak gitu. Contone ya wingi Bush teka. Gawe lapangan helipet kae, didemo ngene-ngene. Mbasan Bush lunga ninggali duit ya podo meneng to. Ha ming duite mlayu nang endi ya ra ngerti. Ha ya itu. Ha mbok timbang demo kaya ngono mbok sing didemo ki minyak tanah kae. Minyak tanah mlayu nang endi. Kenapa duwe minyak tanah dewe kok akhire sesuk 2000 berapa kudu kon nggo elpiji semua. Ha ya ra wangun to nek dipikir-pikir. Tapi nek diunekke ora gelem. Iya to, bener ndak. Ha ya, demo ki entukke apa, untunge apa. Ndak ada untunge to. Sik ya. Jeda. Subjek bertemu sales yang menawarkan barang dagangannya. Ning nek iki ketoke ekonomine hancur ya. Nek kaya aku setengah ngene iki ya mumet. Ya untuk berobat, untuk makan, untuk biaya tetek bengek. Kan njuk mung ngandelke suami tok. Ndak isa ngandelke kaya mbiyen. Biyen aku iseh bisa gerak, isa diendelke. Jualan apa, dong bakmi kopyok, dong mikung, pop es, es campur ya didepan situ. Tapi sini duwe penyakit ngene iki, mesti ran a na wong tuku sing nyedak. Sekarang udah ndak pa pa to, ndak keluar lagi? Sekarang ndak. Ya cuma nek dong cape. Ni gini ni basah kemringet. Kan cok tak kok adem ki apa. Cok tak tiliki gini to (subjek memegang bagian bawah payudaranya). O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemringet. Nek sing nganu kan saya krasa adem tu nek darah keluar itu, ces gitu. Dingindingin piye gitu lho. Nek bau’e ndak ya? Darah? Ya ada dua macem aku. Nek sing darahe tu rada ambune tu sengak, sengir-sengir piye gitu, itu sing kotor. Ming nek sing darah bagus tu, amise amis seger. Jadie ini nek dong ada keluar sing umpama kesenggol gitu njuk mak cur itu nek diambil gini (subjek menyatukan telunjuk dan ibu jarinya dan mendekatkannya kehidungnya) darahe tu amise amis seger. Tapi sing kita ndak tau njuk pas dewe gerak apa piye njuk mak sur gitu itu dibau gitu bau. Ya gini nek nganu cok gini (subjek memegang bagian bawah payudaranya). Soale terus terang to wedi nek nganu. Ini ndak ada. Merasa kalau kemarin memang sudah dicritain masyarakat itu dah berubah, gitu kan, waktu ibu sakit itu. Terus kalau ke ibu sendiri gimana nanggepinya. Nanggepi mereka yang berubah? Ya saya cuek aja. Pokokmen saya ndak nyalahi kamu, ndak ngapak-ngapakke kamu. Aku ndak punya masalah sama kamu. Ya udah. Kamu mau menjauhi aku ya terserah. Pedoman saya, dulu saya ndak kenal sama kamu. Sekarang umpama ndak kenal to ndak pa pa. pokokmen satu aku jangan dijauhi sama yang Kuasa. Pedoman saya kayak gitu. Mbok semua dah podo ndiemke. Sing dulu disini makan jadi satu, apa-apa jadi satu ya, kasarane cekakan gitu jadi satu. Sekarang menjauhi. Kalau liat gitu buang muka (subjek membuang ke kiri) ya biar. Yang mbuang kan sana, bukan aku. Yang penting aku jangan dibuang sama yang Kuasa. Ya pedoman aku disitu. Aku ndak pernah nganggu kamu, kalo kamu nganggu aku ya terserah. Kamu baik mbek aku ya aku nerima, mau jelek ya aku nerima. Cuma ya, o Tuhan kok ya bisa segitu to ya Tuhan. Jadie lebih enak to. Nek pertama gek pertama gitu ya memang pikiranne njuk teng. Aduh, kok mbiyen kaya ngene kok saiki ko ngene. Njuk seperti punya rasa rendah diri lho. Kayakke kok abot banget gitu lho. Terus banyak doa-doa ya ibu-ibu, ya gereja mana aja podo ndoake. Ya nek sing misih senenga ya ngasi tau, ya memang ngono kuwi lah keadaan di dunia itu. Kalau yang kaya ya dirangkul-rangkul tapi nek sudah jatuh ato apa, bagaimana ya disepak kek, apa dipiye, kayakke ndak kenal apa piye. Tapi wong memang kenyataanne ya itu, iya to. Makane nek besok udah sembuh kamu kegiatan aja dirumah bapakMu sendiri, ha maksudnya kan gereja. Udah kampung cuek aja. Carilah kesibukan diluar kampung. Anggep tidak tau aja. Ya udah. Malah suami saya juga gitu. Ndak usah takut mati, semua orang tu ya Tuhan memberi garis hidup sendiri. Antara hidup dan mati. Antara mati dan hidup. Ndak ada seperti binatang njuk mrungsungi balik enom lagi ndak isa, ya udah pedomanne itu. Makane ya cuma siap-siap kalau Tuhan memang menghendaki aku sembuh ya cepet sembuh. Kalo memang menghendaki Tuhan aku dipanggil, ya aku siap. Jadie ya sudah ndak punya beban. Tapi kan bapakke juga perhatian to kalau dilihat? Iya. Ha dulu sebelum sama suamine tu. Saya punya pedoman. Saya orang ndak punya. Sapa yang suka sama saya entah itu miskin entah kaya asal hatinya baik, berani meminta sama orang tua saya. Saya mau. Kenyataan tiga orang yang berani cuma dia. Dia padahal kuli di pasar toko Adil. Tapi kenapa yang dua yang kaya kaya punya pegangan kok ndak berani nembung. Brarti to buat apa tadi. Ya udah saya jalankan. Ya kenyataan Tuhan ya Tuhan tu memberi walaupun gini orangnya ya gini-gini ya dapat hadiah. Ha sampe sekarang pun saya nek muni beol, saya ndak bisa jongkok, dikursi terus pake embe. Kalau malem, pagi dia yang buang beole. Kalau cebok saya bisa sendiri. Berdiri kan bisa. Sampe sekarang masih dia. Mbok pulang jam 12 gitu saya bilang pas krasa. O ya wis. Ha coba suami nek ndak setia ndak perhatian, ndak mau dia. Barang kotor kok. Apalagi gek tidur tiga minggu itu. Mau pipis aja ya dia. Kalau orang lain kan saya ndak mau nek pipis. Soale kan berat to, bapakke kan kuat. Ha nek mau beol harus cepak anduk, cepak slimut, ha berdiri kan cur, ha kasi selimut sama anduk. Itu sehari dua tiga kali itu. Nek ndak perhatian tenan piye. Ala-ala ya luweh sing penting pitoyone ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bisa ngopeni anake barang. Anakke bedugal. Kan dalam kekurangan masih ada kelebihannya. Ya itulah Tuhan, ada kekurangan ada kelebihan. Seperti saya mungkin dikasi penyakit gini ya nek sembuh mungkin apa Tuhan memberi aku apa itu tidak tahu, pasti ada. Tapi ana rencana Tuhan itu aku tidak tahu. Rencananya itu aku ndak tahu. Soalnya misterius. Na sekarang adanya ya berdoa, meminta kesembuhan seperti dulu. Nek dong rasane lemes. kaya wong dikucilke itu rasane lemes. Ndak punya tenaga. Adanya ming tidur wae. Dua hari kemarin pagi jalan-jalan njuk kok krasa capek. Pa aku meh tidur wae. Ya wis kana tidur, satu jam. Njuk bisa berdiri sudah bisa. Ini pagi meh keluar kok ujan to tadi padi ndak keluar. Didalam aja da dalem sana-sini njuk duduk lagi. Liat cerita tivi anakanak itu kok lucu. Sama mbake deket ndak? Ya deket no, ngladeni kok ya. Ya esuk, kaya seperti pas ujan es kemarin, sini kan ujan es. Embuh aku saking senenge embuh piye. Ini ni darah tu keluar lagi. Da depan pintu itu. Aku dah nangis, nangis ning ora metu ulohe. Sama mbakke itu dituntun kok. Pun bu, ramang nangis, teka tenang wae. Dudukke kursi. Rada mlorot bu. Terus dia ambil biasa sing nggo nadahi apa. Baju ndak isa dilepas langsung digunting sama dia. Wis bu Mendel mawon, niki wis mandeg. Timbang saya sendiri, tatag dia. Ya itu gantine suami kedua ya. Ya apa-apa sama dia. Nek suami pulang malem gitu ya jam 12 jam 1, dia jam sembilan, setengah 10 baru pulang. Jadie aku le nunggu ndak terlalu lama to. Jam segitu dia pulang kok aku ngantuk. Saya tidur ngerti-ngerti sudah didodok. Oh kok wis jam sengene. Saya mbuatke minum, nganu apa air panas untuk mandi. Ya itu tiap harine gitu mbakke, masak ya dia yang masak. Teka dianggep keluarga dewe kan malah luwih penak to. Nek keluar darahe ya diopeni mbake ya? Adane mbakke ya mbakke. Mbak, inggih, wis. Anakke aku sing wedok we malah nangis kok. Nek saya pendarahan de’e nangis ngolekki telpon. Ngolekki papa’e ngolekki encikencike suruh ke sini. Ha nek sing laki gitu embuh wis nalar apa durung ndak ngerti. La wong malah seneng njupukki es’e. Njajal, mama’e ngono kuwi keweden ngatangngatang, ha kok kene malah wah kok seneng njukuki es. Mungkin ya gek ngalami itu ya. Nek sing wedok rada uwis nalar apa piye jadie nek ngerti gitu de’e rumangsa wed iwis do diundangi. Nek kaya pak Di (suaminya) diundang ya langsung pulang. Ya dianu sik, kon mbak Min kon nganu sikik. Kowe rasah nangis rasah wedi. Kan mbak Min ngerti. Ndak lama ya papa’e balik. Kok isa ngono kuwi piye? Ya aku dewe ora ngerti. Saking senenge. Ha nek dong gini rasane gatel. Apa kena kerduse? Ndak, wong ini memang cok gatel gini. Pengene garuk kayak nek isa wuk-wuk gitu. Tapi nek digaruk lecet malah tambah penyakit. Jadie ming diginike tok (subjek mengusap-usap dada bagian tengahnya). Mumet to malahan ngarasakke. Kono sing nyawang ya mumet. Kok isa, gono ya. Kalau gini sepi ya? Iya, sama hiburanne ya nek ndak ngantuk terus tidur ya nonton tivi gitu aja. Nek awake gelem ya buat baju cilik-cilik, ge putu-putune. Masih seneng bikin. Masih. Pokokmen angger tenagane pinuk, ge gerak mau, ya ayo. Nek ndak ya wis mbok seminggu ya tetep teronggok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Buat hiburan. La ya hiburan saiki meh nang endi. Meh lunga adoh sitik ya ndak isa. Mosok mlaku turut ndalan gawa ngene (payudara ditutup kerdus). Uwong do ndelokke. Kuwi ki ngopo he? Ko nek jujur wah ik mambu. Njuk engko kok mambu. Aku tersinggung. Ya udah mendingan teka ning njero kan wis rampung. Rumah-rumahnya sendiri. Na, nek bau ya kamu yang bau sendiri. Nek ini aku mungkin faktore ya pemicu KB itu. Njuk kaya dipacu stress tu. Ge santai wae saiki, nek urip santai wae. Ya tenan, nek aku mari sesuk aku santai kok. Wong Tuhan ngei hidup sekali kok. Kamu hidup atau mati, udah gitu aja. Nek kosong malah sing seneng penyakite? Ha yo seneng. Njuk muni kon poso barang kuwi. Penyakite seneng ning aku dewe nek kon poso ya aku ra kuat. Seperti kemarin mulute pait ya, mau makan apa, liat nasi gitu males makan tapi tetep tak makani. Walaupun perute muel-muel mau muntah tetep tak makani. Pokokmen ndak ketung empat lima cendok, kudu makan. Apa sing kepengen ya, mbak aku mbok masakke iki, mbak masakke iki ra ketung ko tekan ngonne ra entek, pating klalet itu. Jadie mbakke kae nek ngladeni aku rada mumet. Ha kepengen iki gitu ya. Hari ini pengen mbayung ya, dimasakke mbayung, nanti nek saya udah dimasakke pisan pindo, wis emoh. Mbak mbok gorengke endok, gawekke aku seperti itu. Jadie ya rada bingung. Telaten juga? Nek ke telaten nek ke. Anane ming ngah ngih ngah ngih. Lumayan, buat nemenin di rumah. Ha timbang dewe. Nek ada apa-apa ada sing njagani. Ha nek jualan, saya tidur dia sing jualan kok. Kulakan ya dia sing kulakan. Jadie de’e seka rumah tu bangun pagi tu kulakan. Engko brangkat ke sini sudah nyangking sama kulakan. Njuk masak. Dah masak njuk nyuci gitu. Sing kulakan dia, bukan saya, bukan anakke saya. Tenan, sing entek apa tak cateti gitu. Tapi ya nang lenggananne dulu gitu lho. Jadie tau to. Makane kan gantine bojoku keloro to. Panas ya udarane? Aku terimakasih kok karo sing Kuasa karo Tuhan karo Bunda Maria. Selama gini aku belum pernah sakit kena flu tu belum pernah. Mbok aku minume pagi air dingin gitu. Ndak pernah sakit. Selama parah gini lho. Padahal anakke ya kena? Anakke kena ya wis kana kowe kena’a. ndak nular. Tuhan, Bunda Maria aku punya penyakit gini, anakku podo flu jangan sampe kena aku. Soale nek aku bersin ini mesti pendarahan. E, nyatane ya ora. Ha ya memang ha a to. Dibalik ini ada hikmah apa aku ndak ngerti. Ya wis. Jeda. Subjek menjuali anak kecil. Mau tanya apa lagi? Sudah. Besok kalau ada yang mau ditanyain lagi tak maen kesini lagi. Boleh. Bebas dah. Saya ndak kemana-mana. Nek siang-siang gini aku ndak keluar. Ndak nggo tontonan. Mendingan di rumah, bisa santai. Tapi sesuk nek Desember ni sesuk malah rame. Ponakane dua dateng sing Madiun mbek Semarang na putune ana lima kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rame. Tapi saya ya ra wani nyeraki putune ndak blokeran. Duwe penyakit ngene ya rumangsa. Ni ming putune sing gedhe-gedhe do ngomong, nek sudah nyium, mak ik aku adoh ya, mak ik bau, ya. Nek satune, mak ik roti coklate belum lepas, ndak ndeket mak ik ya. Ya. Nek umpama aku haus apa piye, Grace mak ik minta air putih. Ya. Ngono. Ya memang galak, ming nek ndak kepengen ya itu anakke kakakku sing kon nyatukke ya itu. Gek bisa bersatu cuma di sini aja. Ketempat kakak-kakakku podo ndak mau semua. Tidur kan nginep da sini ini. Nek malem jadi tempat tidur sini, kursi ke belakang. Sini gelari kasur. Sek itu udah ada. Kasur depan tivi itu sudah ada sendiri. Sing sini ini bagian tiker mbek karpet. Sing cilik-cilik do pating glundung da sini. Ha nek diunggahke ning dipan gitu tu podo ndak berani aku. Ha nek tidur muter to, pating glundung to. Ha nek turuke nang nggone karpet kan adasing mlayu sana mlayu sana. Nek tidur podo mlayu semua. Saya santai kok. Mbak Min nek bocah-bocah teka rene mbak Min turu kene ya karo aku ning mburi ya. Nek Rika, Weni gitu kan wis isa nyesuaike. Seneng-senenge kumpul. Ming nyesele. Nek Desember aku biasane ngiring putuku ninggon gereja. Mesti tak bawa empat, bawa ke gereja semua. Misake dua tu anak-anak. Aku seneng. Ha taun iki bolong. Nunggu taun depan nek Tuhan mberkati ya saya natalan. Lucu-lucu nek natal anak-anak itu. Ha ubreg dewe kok malahan. Tenan kok, seneng- seneng piye gitu, nek mbek anak-anak. Diuraike dewe lho, aku ndak bisa. Pokoke kesimpulanne sebelum punya penyakit ini, jangan stress. Nek wis nduwe penyakit gini, kudu seneng. Ha piye kuwi. Teka pasrah to. Kasarane kan pasrah sama Tuhan, pasrah. Bila Tuhan menghendaki mari silahkan, Tuhan menghendaki sembuh, ayo sembuh gitu to. Ya sak jane ya gitu. Mau ditentang ya ndak bisa. Ndak bisa to. Ya wis. Penyakit susah gini penyakit susah to, ha makanan dipantangi, apa-apa pantang, adane ya ming itu-itu wae. Wong nek bumbune cuma brambang bawang, garem, lombok we ming separo apa satu, gula jawa, ya wis. Jaman mbiyen bali meneh. Mbiyen kan ndak ada bumbu masak gitu kan ndak ada. Cuma ya tanamannya ya masih susah. Nek sekarang dipicu dengan pupuk. Nek dulu pupukke pupuk kandang, luwih enak, organik. Nek seini kan kimia. Makane gek saya kesitu, ketemu sama orang Srumbung, de’e kanker lidah sik laki. Aku ndak ngerti Wid, Wid sapa, ndak ngerti ning aku ngomong wah mbak Wid ning kana ki wah brokoli, apa apikke kaya ngapa. Aku le mbayangke putih kaya ngana. Nek kepengen ndelok kaya ngono ayo ning nggon aku dik, ngineppen ning kono. Ngisor gunung Merapi itu lho. Na munine brokoli, kembang kol, kobis ki nek muni pas nganu ki hamparane putih kabeh, apik ngono lho. Ha penasaran to aku. Sok aku nek wis mari tak tekan kana. Nek sing weruh malah wis Weni karo Rika. Tidur da sana semalem kan malah wis weruh. Wah, apik tenan ma. Nek sing ijo, ijo kabeh, njuk engko kembang kol’e putih-putih kabeh gitu. Wah jan apik tenan he ma. Nek dataranne munggah medun ngene iki ma. Piknik nang nggone pedesaan ngono iki malah seneng. Ya saya gek mbiyen gek gini nek muni stress, saking jengkel apa piye saya dolan ning Progo ning TB itu. Ha teka duduk da sana wis, duduk’o madep ke sana. Ya akeh pemandangan seka gemunung, wah itu sawah-sawah, lunga rana ya kali, rana kali, munggah sitik ya sawah, rasane kok seneng. Dong aku tidur da sana. Teka lendehan di nggon uwit. Tidur. Saiki kepengen rana ora isa. Itu paling enak tu. Nek kebuka gitu langsung ning ngone kene silir-silir. Pokmen bebanne ki kaya ilang. Coba nek muni pikiranne sumpek belajare, kasarane ningkosan kok mbengi kok sepi, ya teka sedelet njagong, ndelok-ndelok. Embuh sing didelok iki apa. Teka nglongok-nglongok gitu kan rasane enteng. Nek nggo sinau meneh kan langsung mlebu. Nek aku pribadi seneng sing sepi ngono kuwi, leyeh-leyeh ngono. Cepet mlebu ge belajar. Pikiranne santai cepet mlebu. Nek leyeh-leyeh ya jangan malem. Nek kemalemen ya wis podo karo ngundang penyakit, beda gek ning Magelang we podo wae beda karo mbiyen. Nek ora saiki gini. Pakai ember kasi air duduk da depan kos ya to, nek stres kaki’e masukke ember njuk cipuk kecipak kecipuk gitu. Ada suarane air mbek kaki, enak nang kene iki (subjek menunjukkan lehernya). Coba wae. Kene liat pemandangan luar, kaki’e kecipak kecipuk ngrasakke kaya ning kali, coba wae. Tenang. Ada teras, bawah rumput ya to, ember masuk air, kaki’e masukke, kene kecipak kecipuk karo ndelok-ndelok ke ijo-ijonan gitu nek ora nek, seger. Aja meneh nek hawa panas, pikiranne panas ngono ya, penak tenan. Kayakke dewe gek njagong nang watu ketemu banyu kali. Aku mbiyen ya cok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ngono kuwi nek gek panas pikiranne. Ya kuwi diunekke aneh ya aneh, diunekke ora ya ora. Ha mbok gurune nek dikandani mesti ra percaya kok, wong ming ember karo ndelok pemandangan kok rasane muni ning kali. Tapi nek dewe nggunakke perasaan ya kuwi. Tapi nek dong sikile ndak sakit. Nek sakit ya pake banyu anget kasi garem. Ning njuk kayake dewe ning nggon belerang kae. Wis sikile, awake dewe ya mari, pikiranne ya jernih. Ha wong gek ning taman, njuk dikei kembang-kembang ngono kae wis beda meneh rasane. Harum bungane ki rasane gawe tentrem. Pokmen angger seneng wit-witan, mestikan tentrem pikiranne. Aku wong ginigini ning mburi kono ki akeh wit-witan. Saya ndak bisa kesana, mbuka jendela, niliki. O witku seger kabeh. Ha nek metu rung dinganu, mbak Min sing njobo kok durung dikepyuri. Gih, mangkih tak kepyuri. Engko tangga-tanggane nek kira-kira, wah ke ik kok rung duwe iki, diter’i wit. Ik wis nduwe iki durung. O durung. O ya. Nyoh. Ha mbak Min deleh ning kamar mandi nek pak Di bali gek ditandur. Ya dadi akeh, ada 15 macem. Anggrek saiki anggrek ra wani wong saini aku ndak isa gerak. Katiliani ki sing aku ra da seneng. Ora diopeni kok ngehibur karo sing duwe. Katelia, anggrek katelia ora diopeni kok ngibur karo sing duwe. Ha nek dina iki wis do nguncup, tiga minggu mekar gitu to. Udah. Ndak ngasi satu bulan dah nguncup lagi. Ndak ra ngeyem-ngeyemi singduwe, katiliani. Sing nge’i wis mati saiki diopeni sing duwe, seneng aku. Rasane ki buka jendela wah bangga ngono lho. Tenanan. Ndelokke wis kaya ngono, bangga witku subur ngono. Aku duwe pedoman nek aku umur panjang. Pak Di tak ajakki nggolek omah nang desa. Ndak ketung sepi ya ning pengene sebelahe situ tu sayuran, sebelah untuk bunga, depan untuk apa, nandur tomat apa lombok. Njuk sini apa, belakang tu untuk berternak. Pinginne aku gitu malahan. Nek aku ndak pengen urip ning kota kok. Nek ndak kepepet. Jangan di kota, kota ki rumangsaku ki sudah ndak ada solidaritasnya. Nek ing desa kan iseh. Pengen njangan tela, aku njaluk, ya kana njukuka. Kacang, ya kana ning sawah. Ha nek ning kene, ora duwe duit ya ra mangan, iya to. Ha nek bumbon dewe kudu yasa dewe tapi nek bahan sayuran kan sudah kasarane kan mangga lah kita angger nganu. Ha ya seneng hidup di desa tu gitu. Nek ning Islam sing wong desa tenan ndak fanatik. Wis mangga ayo mangga. Ha ya tenan kok. Pokmen kowe aja ngrusohi aku, aku ra ngrusohi kowe. Saling pengertian mesti dadi. Nek ning kene ora. Menang aku apa kowe, beber to. Bu saya mau terusan.
Data Verbatim wawancara ketiga Bu Mar Apakah ibu merasa mempunyai keterbatasan fisik? Ya Apakah keterbatasan fisik yang ibu rasakan? Keterbatasan fisik dari mulai sepuluh hari ke belakang, aku merasa fisikku kok selot lemah, terus kok kelihatan aku kurus, gitu lho. Itu baru kelihatan sepuluh hari ke belakang itu. Terus kok rasa-rasane kok ada perbedaan. Napa gitu. Terus saya mat-mat kok ya memang turun, tapi kan melebar to ini njuran (payudaranya). Palah ketok gedhe gitu lho. Saya dulu kan bisa kecil, tapi naik gitu tho. Ini kan njuk kempes ning melebar gitu. Nek aku njuk bilang nek sudah memang di sana ndak cocok, melebar, ya sudah kita harus berhenti cari lain. Terus ada sik nganjurke, suruh ini, suruh .... seandainya nglupas, suruh ngluarke semua. Jadie ini itemme harus lepas semua. Terus nanti kasik obat lain biar ini kering njuk sekalian minum obat-obat dari dalam gitu. Ha ini kok tadi pagi ni kok bisa nglupas. Saya lihat kok pagi ini. Ya wis. Saya suruh mbersihke sekalian pelan-pelan gitu.ini ni efek ini. Muga-muga, aku kudu urip, kudu sembuh gitu. Kan ada sing bilang nek sudah pecah gitu lebih mudah daripada yang di dalam. Ini kan pecah kan berarti kita keluar dagingnya, cuma yang di dalam akar. Tapi kok ndak pecah, tumbuhe kan njuk di dalam. Kan aku tadi malem ke dokter. Kan tanya kakiku kok besar itu apa aku kena jantung apa apa gitu to. Tapi dokter ndak, ini karena efek ini. Mungkin ini infeksi apa piye ya soale item-item ini to. Kudu'e nanah kan harus bersih, kasi obat mungkin infeksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aku dicek jantunge ndak pa pa. Nanti nek ini, apa ndak infeksi apa piye kaki kamu kecil, gitu. Ya aku ya ayem to. Cuma ya dokter ya sudah tak kasik obat pengering gitu aja. O sekarang minum obat ya? Ya gek minum obat ini. Nanti nek ini sudah bersih ada sing nganjurke suruh kasih tiansi itu lho. Sing dibuka trus dikepyurke gitu, sama sembari diminum. Ya itu coba itu. Ha ini usaha terakhir. Seandaine ndak bisa ya sudah, pasrah sama Tuhan. Nek kayake mental, njuk apa mental mbek jiwane apa kowe ki sehat gitu tho. Nek mental kuat, jiwane sehat. Wong aku ora lara gitu. Cuma ming fisikke tok, gitu. Merasa peran ibu di rumah berubah ga setelah sakit ini? Ya dikatakan berubah ya berubah. Soalnya masak dah udah ndak mungkin aku isa masak. Tangan kiri kalau terlalu berat gitu dari dulu udah ndak bisa. Cuma sama mbakke belakang, o... masak ini gini gini gini terus nanti aku sek ngicipi apa anakke gitu, rasanya bagaimana. Kan kita selera kan lain. Ya cuma ngitu, sama ngatur besok ini menunya apa. Anak ini doyanne apa, bapakke doyanne apa gitu. Masalah ekonomi tetep megang. Nek muni lepas, belum bisa dilepas. Ndak ketung mumet mbokkan. Nek ini gini ni aturanne kan lepas semua pikiranne, kudune anane mung seneng. Ya ndak isa. Roda ekonomine piye. Cara mengatur anak dan sebagai istri juga berubah apa ndak? Piye? Peran mengasuh anak sama.... Sebagai istri? He-e Ya nek mengasuh anak tetep bisa megang soale setiap harinya. Ha nek sekarang istri ya itu ya ndak bisa. Seandainya mau berhubungan kan ini ga boleh terangsang. Jadi ya berhenti. Sebagai suami istri berhenti. Kalau fisik, fungsi-fungsi tubuhnya berubah apa ndak? Aku? Ya cuma jalan cepet capek gitu lah. Tapi lainnya ndak ada. Ya mau kerja apa hasratnya tu ada ha tapi sing kiri umpama njait sing kiri ndak bisa, mesti nanggrok sini (subjek menunjuk payudaranya). Ini udah ndak seperti dulu lagi gitu lho. Tapi nek sing kanan tetep, semua tetep normal. Cuma tangan kiri aja. Menurut ibu, ibu apa masih bisa mengontrol diri ibu apa ndak? Masih. Seandainya ada perubahan pada diri itu ndak umpamane njuk membesar apa piye. Kalau masalah penyakitnya bisa ngontrol. Njuk kekurangan apa-apa dalam tubuh saya apa piye, kok aku kok gini ya bisanya aku minum gini, kok ndak kok lemes gitu, itu misih bisa. Kalau yang lain? Cuma kalau makan rada suda. Kepingine itu makanne tu sing seger. Tapi sampe tempate liat tu dah males. Ya makan tetep makan sehari tiga kali, tetep. Porsinya berkurang. Apa ibu merasa masih sadar dalam bertindak dan berbicara? Masih, belum ada perubahan tu belum ada. Nek masalah berbicara njuk mikir o ini gini gini gini itu masih jalan. Dengan ibu punya perubahan fisiknya kan terutama di payudara itu bikin ibu nyaman apa ga sebenere? Ya nek gek pertama kok berubah mak deg, kok bukan mengecil kok malah tambah melebar, o berarti inine (subjek menunjuk obat yang berwarna hitam yang menempel di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
payudaranya). Saya bilang ke suami. Kok ini gini gini berarti kita harus berhenti berobat sama itu. Kita harus cari lain. Bukanne aturanne nek kita berobat nek cocok makin mengecil bukan melebar. Terus aku konsultasi sama kakak-kakakku, setuju berhenti, gitu. Sering ngomong ke kakak-kakaknya juga? Ha ya soale kakak yang bantu. Bantu keuangan tu. Kalau suami sendiri ndak mungkin ngangkat nganu... yang bantu ya rombongan ini. Obat kakak-kakak, njuk masalah anakanak keponakan-keponakan, kalau pulang gini kan kurang apa, kurang apa. Ha selama saya kayak gini masalah anak-anak ful dilepas. Sama kurang sing perempuan kebutuhan perempuan itu apa, sing laki-laki itu apa, itu ponakane semua hal sekolah apa sik kurang apa sepatu pengennya rusak apa apa tu ponakan-ponakan. Sebenarnya kalau sehat mau apa? Siapa? Aku? (dijawab dengan mengangguk) Ya momong anak. Saya nek sehat tu anak apa yang kamu minta aku punya aku kan aku berusaha sendiri. Soale suruh duduk manis tu terus terang aku ndak bisa. Usil. Pengen aku sing ngerjake, pengen apa sing kerjake gitu. Ha nek aku punya uang, anak-anak mau apa sing disenengi, ayo. Soalne dulu aku wis ngrekoso ngalami. Waktu kecil mau pengen apaapa ndak bisa. Ha sekarang aku punya anak kalau bisa tak gituin. Kecil memang alesanne. Ya cuma satu tahun ini selama ini gini ni ya anak-anak udah ndak kopen lah rasane. Merasa hal itu menghambat beraktivitas apa ga? Penyakit ini, iya ... menghambat sekali. Tangan kiri ndak bisa kerja. Apalagi untuk apaapa itu saya tu rasanya berat. Jadi ya ganggu. Cepet-cepet capek gitu. Menghambat bermasyarakat apa ndak? Ya nek ini selama gini ini menghambat ya. Soale ndak mau nyerak, bau. Ini tu apa yang dulu saya katakan. Podo menjauh semua. Kalau ketemu sama yang pada datang pada nengokin biasane ngomongin apa? Mesti sebelum dia nganu... omong-omong saya mesti maaf keadaan saya bau. Jadi sebelum dia bicara lebih baik saya bicara dulu. Daripada terus de'e ndak bicara tapi plingusan sana sini aku tersinggung. Tapi kalau dia muni o kamu bau ya njuk menjauh apa apa gitu aku malah ndak pa pa. Jadie sebelumnya aku dah minta maaf kalau keadaanku bau. Sama siapa pun yang belum pernah kesini, apa sudah pernah kalau saya merasa bau gini. Aku bilang. Tapi kalau ini dibuka saya rasa ini ndak bau ini. Ndak bau to? Ini ndak bau. Daripada yang kemarin-kemarin itu saya sampe klenger. Bernafaspun susah. Nek ini kan ndak bau, dibuka gini semua. Tinggal ini kapan nanti dibuka, ini dibuka (yang dimaksud subjek adalah obat berwarna hitam yang menempel di payudara subjek). Kalau boleh menyimpulkan, peran ibu berubah ya? He? Di keluarga ini? Bagaimana? Kalau boleh disimpulkan he-e Peran ibu itu di keluarga ini... Berubah... berubah, berubah total. Dari masalah anak-anak, sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemarin kan sudah diceritain tentang orang-orang disekitar. Masyarakat? Ya. Kalau ditanyain ibu pengen ndak bersama dengan orang atau temen-temen yang kasi support ke ibu ayo lek mari apa gimana, pengen ndak kayak gitu? Ya pengen tapi wong kenyataannya disini tidak. Tidak ada yang memberi. Malah kelihatannya, koyokke ki nge... piye ya, ngenyek apa piye ya. Kasaranne tu menjauhkan diri. Kayakke penyakitku tu penyakit nular. Aku pernah kemarin satu minggu kemarin gek keluar jalan-jalan. Ik, piye kabare? Ya sehat, nek ora sehat ora mlaku-mlaku. Dia itu orang muslim ya. Ha ya ya.... ha yo. Ha jeneh ora tau metu. Ha nek aku metu ki malah wedi he. Ha ngapa to? Ha engko malah ngambon-ngamboni. Aku muni ngono. Daripada aku engko diglendeng nang mburi. Ra usah neng ngonne iik wong iik mambu, aku krungu ndak serik to, mendingan aku mesti tak disiki sek. Bukannya wong nduwe penyakit diayem-ayemi, ayo ndang mari, ming kok kayakke kok dijauhkan, penyakitku ki nular. Saya bilang gitu. Tadine ndak to. Cuma mungkin, aku dewe ya ndak tahu, mungkin dia njuk bilang ke temene, nek ada satu dua sing dolan rene. Mungkin lho, aku dewe ndak ngerti. Kalau keluarga iya ya? Kamu nek di... di Tampir ndak cocok kalau kamu masih pengen nganu... apa... hidup. Masih punya pegangan Tuhan. Kamu harus berani. Itu harus mbok lepas semua, cuci betadine, kasi obat lain terus minum obat dalam apa untuk penyakitmu. Seandainya kamu sudah ndak kuat, masalah anak-anak sampe sekolah, makan ndak usah mikir. Aku tanggung. Kamu harus sekarang perasaan tentremke. Ndak boleh miki panjang. Kakak kan tahu (subjek berbicara tersendat-sendat). Aku ngerti Ndut nek kowe ki stress. Dia bilang gitu. Aku emoh nek kelangan kowe. Saiki kowe ra entuk stress. Ayo kowe ng... kudu tangi. Ha itu, walaupun dia ndak ... jarang nengok. Satu bulan sekali apa apa nek ndak ditelponke. Dia memang ndak. Selalu dia. Soale dia memang ndak berani. Cuma kemarin waktu natalan dia ke sini. Dia terkejut. Wah, fisikmu kok koyo ngono. Terus dia langsung marah itu (subjek menangis). Fisik ibu menurun ya beberapa hari ini? Ya kira-kira sepuluh hari... kelihatan kurus banget. Saya liat tangan gitu terus saya megang sini kok tinggal tulang tok (subjek memegang punggungnya). Liat sini kok kaya gini (payudaranya). Dulu kan biasane tak pegangi. Njuk aku tak inget-inget nek makanne tu udah ada setengah bulan lebih kurang gitu. Biasanya apa, suka'e pisang makan pisang, suka apa makan apa gitu lho. Sekarang terus ndak doyan makan? Ha ya njuk larut gitu, makane njuk suda gitu aja. Porsinya kurang. Biasanya dua centong gitu ya terus cuma satu centong aja yang dimakan cuma setengahnya. Meh ngunyah barang itu males. Ditahan ya tahan ya. Pokokmen jangan sampe stress. Wong ki resiko banyak stress. Ya syukur to kakie ga seperti yang dikatake orang tu to, bilangnya jantung. Ha ya bukan. Dokter bilang juga bukan jantung kok. Cuma infeksi ini. Kalau ini umpama bisa kering bisa gini ni (seperti tangan kanannya yang tidak bengkak). Pas kemarin tu kecil tapi kelihatan agak sehatan ya sebelum natal? He-e. Pas pagi-pagi itu lho. He-e. Ha itu misih enak tu badanne. Kan belum ketok kurus banget. Kurus tapi ndak kurus banget.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ha ini kan rada larut gitu. Ha makan ndak enak, apa-apa nanti ndak enak kok. Rasane hambar. Meh makan pedes sitik sini'e nanti rasane panas. Ndak isa. Hiburanne nonton tivi? He? Hiburanne nonton tivi? Ya, tapi nek ada anak-anak gitu kan kalah to. Pol-pole yang terakhir ini waktu ketok kurus itu. Adane kepinginne ming bobok wae. Badanne lemes? Badanne lemes. Tapi pikiranne iseh mubeng. Ha dilerenke pikiranne. Ha nek leren tu nek merem dah leren. Nek cuma gek liep-liep gitu pikiranne mubeng, cuma piye iki piye iki piye, kan mesti gitu. Lakuin hal yang menyenangkan. Lha apa sing nyenangke. Bilange suka liat itu... tanaman? Ha sek ini nek mau kesana tu kan hujan, becek to. Masih tanah to? Ya ndak tanah, tapi kan masih basah. Daun-daun podo gugur to, ndak ada sing nyapu. Pol-pole ya dari jendela itu ngliatke tanaman. Ning sing tak pingini aku tu aku kepengen lunga ning gon sawah-sawah apa piye. Apa nang gon sungai njuk aku kepengen njerit sak kayange. Sik tak kepingini ming itu. Aku njaluk seminggu sekali gitu. Tak kon gitu. Ndak berani suamine. Biasane nek aku njerit gitu njuk nangis gek bar'e puas. Nek cuma ning rumah njuk nangis-nangis. Ha bener nangis banter gitu ya, ndak puas nek belum teriak. Nek dulu kan mbek kakakke ya sudah rumah tangga gini nek mbek kakakke satu bulan sekali kan pergi ke laut apa.... disana teriak, ak.... pas ombak teriak kan ndak ada sing ngrungokke, cuma ya kakakke sing tau. O, Gendut ning kana stress gitu tho. Nek akhirakhir ini kan saya ndak pernah pergi. Ya akibate itu, stress. Ya mungkin sudah ada bibite, ya ndilalah Kb, stress, ya dadi siji, dadi. Iya to. Ning emang tak akoni ndak bau memang (subjek menggelengkan kepala). Nek kemarin aku le bobok malah gedeg-gedeg gini ha soale pas gini kan pas hidung. He-e. Kan adane ming gedeg-gedeg aja. Tur ndak isa mingker ya? Mingker gini? (subjek menggerakkan badannya sedikit ke kiri).ya isa. Nek ini tak ingerke gini saya lehere gini (subjek menggerakkan badannya ke kiri dan kepalanya dihadapkan ke kanan). Nek jejeg gedag-gedeg. Njuk kaya sesek ya. Nek mungkin ya nek nurut pikiranku ini kan pembusukan, kan njuk keluar asep to. Asap tu nek dihisep, dihirup gini kan kita sesek, he-e to. Ya kemungkinan mergane sesek tu itu aku. Kan njuk kayak njuk penyakit malahan. Soale asepe itu mengandung zat apa kan njuk nganu dewe to. Ha ya itu. Jadie yang ming gedag dedeg kalau malem. Ning nek kipas angine dipasang tu kan jendela udah tak buka, angine besar gitu. Ha nek tidur gini wis pules, enak. Ha ini kesapu angin kok. Ndak mungkin ke irup to. Ya njuk nyenyak. Tapi kakie harus pake kaos kaki, dingin to. Jadie jalan gini. Pokmen cari angin dimana sing bisa. Itu baru bisa tidur. Yang penting jangan putus asa. Aku ndak putus asa. Keinginan aku hidup tu masih ada. Aku masih punya pegangan. Tuhan pasti memberi aku hidup. Itu aku masih kuat. Dalam jiwa ini masih kuat. Aku urip, aku urip, gitu. Walaupun gini aku ndak putus asa, ndak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalau merasa berat terus yang dilakuin apa? Nek umpama saya saking mbededegke njuk saya muni to, kaya anak wedokku tu saking ndablegke.kowe, mamamu nduwe penyakit kaya ngene kudune pikirane tentrem ora entuk kesengklah. Mama wis ngomong nek mamae wis muni-muni. Susuku abot, aku susah. Aku bilang gitu tho. Lha kowe ki dipikir, wong kowe ki wis gedhe, saya cok bilang gitu. Ha ini nek wis kaboten, saya mlebu, tidur gitu aja. Pokmen angger sudah ngroso gini. Kene ki rasane rada abot. Men pikirane plong, tidur, wis. Ming wekas, nek aku bobok aja digugah. Ya gitu. Kadang akur kadang ndak.ini gek akur. Nanti rame lagi. Nek wayahe nganu ke ya rame meneh. Nek mari saya ikut aktivitas di gereja wisalah. Itu keluar... Airre. Aku nek keluar aire keluar nanah gitu ndak takut. Tapi satu jangan sampe darah. Nek darah aku wis trauma. Nek podo umume nek lara kaya ngono kuwi kan jerit-jerit lara. Tapi kan saya ndak. Ujian Tuhan, tuhan memberi anugrah suatu saat anugrah ini akan diambil dadi sehat. Tapi kapan aku ndak tahu. Jangan berhenti berharap. Nek berharap aku ndak berhenti. Isih mending mbuh siang mbuh malem aku minta. Berilah aku kekuatan, tubuhku, jiwaku dan rohku. Keadaan fisik ibu gimana? Ha nek memang dong lemes ya lemes. Gek dong sehat ya sehat. Kemaren-kemaren isa njahit. Sek ini udah total tanganne. Sing kanan ndak bengkak? Ini, ha-a rada bengkak. Timbang ini (subjek menggerakkan tangan kanannya) ya rada bengkak sini. Ndak buat beraktivitas ya? Ha ya gini, he-e. Ning udah kempes ni radaan. Ning tadi pagi sek nganu. Nek tadi pagi kan segini, ini ndak. Cuma nek ini aktivitas ketok le kuru (tangan kanan). Nek ini ndak. Ya ndak patika kluyur-kluyur, nek tadi kan isa podo kakie gini. Suguhi kok suguhi kaya ngene ya dik ya. Ndak pa pa. Memang keadaanne kayak gini. Nek malah harus ditutup-tutupi nyakiti diri sendiri. Mendingan dibuka aja. Ya tapi kan ada orang sik anak perempuan ya ampun nek susuku orang tu ndak mesti to? Njuk adane ya ming pasrah to. Wong kita cuma menjalani di dunia itu. Dititipi. Ha ya. Kamu harus mengembangkan. Tapi kalau kamu dah masanya kuambil. Udah to. Ya aku tegar ya gitu waktu itu. Ma, ora usah wedi, ora usah mikir. Wong urip tu sing nyiptake sing Kuasa. Ning kana ki ana bates waktune. Kamu mau hidup atau mati. Hanya dua itu pikir... pilihanne. Kalau kamu sembuh ya brarti hidup. Kamu apa ya dipisahkan Tuhan untuk memelihara keturunannya ya brarti. Tuhan masih mengijinkan hidup. Nek kamu sudah Tuhan tidak menghendaki ya cukup segitu aja. Kamu yang dititipi Tuhan untuk menjalankan. Kamu sudah bersyukur, sudah. Sebagai wanita sudah bisa melahirkan, sudah bisa menyusui, sudah bisa membesarkan. Itu sudah sebagai wanita sudah sempurna. Cuma ya umpama nek ndadekke kowe sugeh apa kene ne itu tergantung masing-masing pribadi. Ha kowe ki ninggali bondo sak okeh-okehe nek bocahe ndilalahe kaya ngono ya ora ngerti dina ya tatas. Nek sing bocahe nganu mbok kei sak genggem ndilalah sak genggem ki isa pirang-pirang genggem dadi sak lawase. Ya wis kodrat itu lain. Ya sudah saya njuk mantep. Wong sekarang mau mati apa urip udah gitu tok. Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
njuk mantep. Kowe aja loyo. Aku ora loyo. Aku ki ana semangate. Ning nek dong lemes ya aku lemes. Nek dong ora, ora. Tapi jiwaku mbek pikiranku iseh kuat, aku ngono. Mbahe ya ngomong. Nek memang ning kristiani ya memang gitu kok. Ya to? Ning kaceke nek dewe ndak ada digawe batu, diopeni, diapik-apik. Tapi nek sing non nganu kan teka gemlundung, ra dirawat, iya to. Kan kepercayaanne dewe-dewe ya to. Kemaren dah baik terus kayak gini, berubah lagi, itu yang kepikir pertama kali itu apa? Nek gitu tu ya aku tu mi... pikiranne tu bilang gitu. Apakah ini cobaanne aku. Wong aku tu entese entek sehat-sehat gitu njuk langsung lemes. Kekuranganku ning nggon apa. Aku koreksi dewe. Apa kurang makan? Nasi? Nasi wong meh makan ya mulute pait, percuma. Terus apa sing tak senengi, kasarane pisang gitu, aku makan pisang. Air putih kalau sehat air putih manis to. Itu tak minum 2-3 gelas. Nek kita ndak ndak fit keadaanne air putih kan hampar, ndak enak. Tapi kalau kita fit kan manis. O brarti keadaanku fit. Cuma nafsu makannya ga ada, sudah gitu. Ya sudah, nitenine dari situ tok, ming air putih. Nek air lain-lain ndak isa kok ngarasakke kok. Aku teh manis gitu tetep pait kok. Ning nek air putih malah manis. Ha lucu to. Ha bojoku dewe tak... nek kamu ndak tegel, kono diundangke temene kan ada sing perawat. De'e pernah ngomong nek meh mbok resiki apa piye nek kowe ra tega ngundangen aku. Ngomong bojoku, engko nek tak undangke kuwi, de'e ra ngerti silsilahe ngonemu kuwi blas sitik. Dari sebelum pendarahan sampe pendarahan kan dia sik mbersihi pertama. Jadie mana sing nganu...o brarti ra wani neruske pak Di. Tapi nek sing belum pernah wis masa boedo'a. Ha jadie ndak mau. Ha mungkin besuke ceplok. Apa kapan lagi ya mungkin ini sitik-sitik. Orang nek ngarani putingku ilang. Tapi putingku masih. Wong ini daerah puting. Jadie ini mungkin klenjar, mungkin kelenjar susu. Mungkin lho, aku dewe ora ngerti wong aku seje dokter kok. Cuma perkiraan aja. Nek dibuka gini ndak bau ya. Ndak kayak kemaren. Nek gek natalan kemaren gek itu kan bau itu. Ini ndak nek aku ngarani ndak bau. Iki iseh sitik, neng ora nemen gitu. Nek kemaren kan aja tekon-tekon. Setelah sakit ini ibu lebih meningkatkan perhatian ke diri ibu sendiri untuk ngobatin penyakitnya apa masih mikir, perhatian macem-macem? Ya bener pertama ya saya masih mikirke diri sendiri mbek pasrah. Ya tentang keluarga ya. Yang kedua ya mesti wong isih jadi satu. Anak-anak mesti mikir to. Nek anak sudah besar gitu, sudah ndak mikir. Nek misih gitu kan adane ming gitu tu to. Gelut rampung ya guyon sedelot gelut lagi. Ha ya gitu. Ndak bisa nek memfokuskan diri. Ha nek ini umpama aku isa mlaku, lunga mana gitu ndak ada apa-apa, pendarahan apa piye gitu aku lunga kok. Ngolek hiburan. Tapi saya tu mau pergi-pergi belum berani. Ya wedine nek umpama njuk cur apa piye dijalan kan timbang ngegeri uwong. Kan mendingan ndak, dirumah ra ketung ming nyekuntel. Nek pengen hiburan ya ming tivi itu sak ni. Apa... ekstra kuniler... kuliner itu makan-nakan itu ndelok. Seneng. Lebar itu njuk apa, sahabat kita itu kan laut-laut. Ha ini kan aku seneng. Nek ndelokke laut ngono iki njuk aku mbayangke ning laut gitu, udah. Nek makan njuk aku mbayangke aku njuk makan iki, iki. Soale ndak isa makan. Ya ning tivi aja hiburannya sekarng tu satu-satunya itu. Cuma nek pas gliyeng apa piye kan.... ha piye, memang harus begitu kok. Meh ngeculke ndak isa. Meh ngeculke ya ndak bisa. Sesuk nek situ udah nglakoni. Makane aku nanamke anakku ndak laki ndak perempuan. Kowe sekolaha sing pinter, kerja. Nabung, nek wis okeh, kepenak pengen rabi ya rabi. Tapi kamu harus tetep punya pegangan uang. Walaupun sing perempuan apa sing laki uang pribadi sendiri jangan sampe tau pasangannya. Suatu saat untuk kamu, diri sendiri. Ha nek sek ini kayak mamahe kaya ngene ki ngowoh. Aku bilang gitu. Mau apa-apa ndak bisa, wong dah ndak punya uang. Dulu waktu kerja ponakan sepupu. Wah aku butuh iki, nganu iki, ya ya. Sak iki mama ndak punya uang, ha sing do diopeni njedul we ora. Aku bilang gitu, mbo'o nginguk apa piye ngono ya ora. Ha ya luweh. Makane aku nanamke kamu harus punya uang pribadi sendiri-sendiri. Suatu saat kamu tu meh ngapa-ngapa nek waktu kamu sakit. Bisa untuk kamu sendiri.orang tu kan bisa berubah to. Wah nek de'e sugih we bojone disayang-sayang apa piye. Engko nek mbasan amblek disingkang singkang, ya to? Aku ya jangan memandang orang dari muka,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pandanglah di hatinya. Walaupun orang itu jelek tapi hatinya bagus, kamu mau. Daripada mukanya bagus, ayu, kaya raja, hatinya jelek kamu lebih sakit. Ya itu saya terapke mbek anakku. Semasa saya bisa bicara, bisa ngasi tau sama kamu. Soale saya sing ngalami dewe, gitu lho. Ha nek saya ndak ngalami dewe, ndak mungkin aku ngomong gitu lho. Ha ini saya kan sakit gini ni ka nsaya ngrasake. O jadie ki ngono kuwi. Ya gitu aja. Dulu kamu gitu gitu aku bilang ya ya karna aku ada. Tapi sekarangaku ada suam... punya suami punya anak. Nek kamu minta aku harus nganu... apa sama e suami bilang. Itu si A, si B ngomong minta gini-gini. Ha kok ka isa njaluk kowe piye? Ha masa aku durung dadi bojomu aku ndedet ya kae nek apa-apa memang cok nembung aku. Aku apa-apa ana. Tapi saiki aku wis dadi bojomu, aku ra kerja ming njagakke kamu. Apa aku ngomong aku, ngomong kamu, aku. Ha saiki aku lara kaya ngene ki ra isa ngomong-ngomong teka meneng wae aku. Meh ngomong sopo? Ha memang dia cok ngebel. Piye kowe yu? Sehat? O, aku sehat, ra tau ra sehat. Aku tetep sehat. Kowe le lara wis mari? Mari. Ya cuma gitu aja. Ndak njuk nginguk apa piye padahal nek ming dinguk gitu aku tu seneng. Saya ndak mengharapkan apa-apa cuma mengharapkan ayo, doronglah. Tapi kenyataannya ndak. Ha saini anakku tak terapke, ojo sampe seperti itu. Kamu tu nek umpama punya suami ya kamu harus punya uang pribadi sendiri. Jaman dulu sama jaman sekarang tu lain. Nek dulu muni bojoku ya wis iseh ki. Tapi sekarang nek kowe ranarana ya golek liya. Kan lain. Banyak itu kejadian. Makane nek nduwe uang pribadi sendiri suatu saat kita sakit ada halangan apa atau keluarga kita ada apa kita minta bantuan itu bisa langsung. Ini tambahan. Ning ya njuk nyangkut kaya ngene barang. Ha marai stres to kayak gitu. Pusing-pusing to malahan. Iya... bu segini aja ya. Saya melihat ibu capek hari ini. Jadi saya ndak mau bikin ibu tambah sakit. Terimakasih. Ya.kalau ada yang kurang kesini aja ndak pa- pa. Ya terimakasih.
Data verbatim wawancara pertama bu El Lagi apa Bu? Nganggu ya? Ah ndak. Ini lagi liat tivi sambil nemeni anakke belajar. Soale nek malem-malem kadang dah ngantuk. Dirumah Cuma berdua? Iya. La ini mbakke (pembantunya) dah beberapa hari ndak masuk. Ya ndak pa pa. Apa sing bisa dilakuke ya tak lakuke. Jangan-jangan sakit…. Sing sakit tu anakke. Habis maen ke sungai tu kayak kena…. Kesurupan gitu? He-e. berubah gitu, sampe sekarang belum sembuh. Terus adikke tu tadi ke sini mamitke kalau mbakke tu belum bisa masuk. Ya udah ndak pa pa. saya sak tekane. Ada apa ini? Gini bu kemarin kan mbak Nuke kayak ndak konsen. Dia kan lagi belajar untuk komunikasi, untuk mendengarkan perlu belajar, gini ni kan susah. Kalau ada kata-kata yang bagus direkam ya? Ndak, jangan (subjek langsung menggelengkan kepalanya). Boleh direkam? Jangan ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gimana bu, sudah mendingan? Ndak pusing-pusing lagi? Ndak terlalu. Sudah tak bikin seneng sendiri, ndak tak rasake. Sing ngobati kan awake dewe to. Saya ke dokter Mia dianter pak M, dikasi obat tapi saya ndak mau minum karna obat tu akan merangsang penyakitku lebih berkembang. Ya iya kemarin dianter ndak mau. Pas datang kemarin saya kan di kamar to, njingkrung gitu (seperti posisi bayi di janin), pusing banget. Suami saya tu kawatir banget. Seharusnya dia ada acara pergi ke Solo tapi sekarang dia ke Semarang terus ke Solo biar besok bisa di rumah. Kemarin juga, kemarin pas di rumah tu waktu saya tiduran juga pak M tu nyusul, ndak mau saya sendirian. Dia kan lagi liat tivi, nyuruh saya juga liat tivi padahal saya ndak kuat. Sana to El, mbok nonton tivi jangan disini, gitu bilange. Tapi saya kan ndak kuat saya bilang ngantuk sambil krukuban (menutupi seluruh badan dengan kain). Terus diambilke obatte sama pak M, obate dibawa ke sini. Saya disuruh minum biar ndak pusing lagi. Saya dikamar tu sering liat foto papa, kan ada dua. Kemarin saya juga lagi liat foto papa. Saya mikir apa gini ya rasanya? Tapi pak M telpon yang ngobatin saya yang dari Samarinda tu dia bilang memang kayak gini. Saya inget papa. Saya inget papa (subjek tiba-tiba berdiri, masuk ke kamar anaknya untuk mengambil tisu. Subjek menangis dan mengelap air matanya sambil duduk). Papa kan bilang, wis, nek papa ora ono penyakitmu tak gawane. Papa kan sakitnya sama kayak saya, kanker. Penyakit gini kan turunan. Papa paru-paru, saya inine (payudaranya). Papa tu ketahuannya malah sesudah saya dah kayak gini. Ginine ndak ndak berhenti, kayak sepur (subjek memeragakan orang merokok). Cuma saya yang nunggu di rumah sakit. Ndak mau ditungguin sama ponakan-ponakanne, sing lain, mama juga ndak mau. Sampe sakramen minyak suci itu bilange kakak saya kalau udah dikasi kayak gitu kan terus ndak ada padahal belum tentu. Iya belum tentu, itu tergantung orange kok. Nek kuat ya tetep hidup nek ndak ya…. Perminyakan itu maune sama saya, sama mama ya ndak mau. Emoh, nek karo wong edan. Lho nek mama edan, bojone terus apa. Ya sinting, papa bilang gitu. Papa tu nglimpeke pas saya ke kamar mandi. Infuse tu udah ndak mau masuk. Disini terus gembung gitu lho (subjek memegang bagian dalam tangan kirinya). Tangannya diumpetke dibawah biar ndak kelihatan. Papa tu ndak adane tenang kayak orang tidur tu lho, kayak ndak sakit. Sebelum papa ndak ada kan bilang nek papa ora ono (mati) penyakitmu tak gawane ben papa wae sing ngrasake lara (subjek menerawang dan saat berbicara terbata-bata). Agak mendingan setelah ke dokter? Ya mendingan.
Ndak gringgingen? Ndak, cuma pusing banget sampe ndak bisa apa-apa. Saya pusing sama keputihan. Jamure mungkin dah sampe dalem. Saya tu ndak mau lama-lama di dokter Mia. Takut nanti ngomongke ini (payudaranya). Pak M tak jawil-jawil biar cepet pulang dan ndak keceplosan (subjek menggerak-gerakkan telunjuknya ke samping untuk memperagakannya). Saya bilang ke pak M, saya ndak mau lho minum obate nanti tak buang, saya bilang gitu. Obat tu bikin sing tadine ini ndak apa-apa malah jadi sakit. Saya bilang ke pak M, nek aku wis ndak isa apa-apa, kamu meh cari gantiku ndak? Kowe ki sugih, bos, mapan, nek aku loyo. Pak M diem aja, malah marah-marah. Ndak ada omongan lainne po? Aku tu cuma mau tanya. Apa nek aku iseh sehat we kowe iseh seneng karo aku, nek aku wis ra isa apa-apa wis ora. Dia diem aja. Malah anakke sing ndak terima. Anakke sing kecil ni. Pa, nek papa nduwe istri lagi nanti kayak Halimah itu lho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halimah? Itu lho yang kayak kasuse Mayangsari ditabrak sama Halimah sama anak-anakke. Grace tu bilang gitu. Cik nanti cicik sing nyetir terus ditabrakke ke rumahe apa mobile ya. Pak M nutupi telingae pake bantal (subjek memeragakannya dengan menutup telinganya dengan tangannya). Pembicaraan kami terhenti karena ada dua tamu wanita yang ingin mengkredit barang elektronik ke subjek. Hal yang dibicarakan saat ada tamu lebih ke hal yang umum mengenai cara pemakaian, perawatan serta jangka waktu kredit dan tidak membicarakan mengenai diri subjek atau sakit yang subjek derita. Subjek menelpon suaminya dengan terlebih dahulu meminjam handphone milik anaknya. Subjek menanyakan harga barang dan juga bertanya : “kowe dimana sak ini?”. Ya, ya udah” subjek berkata seperti itu. Saya juga ikut kredit panci lho dikoperasi padahal itu barang dari saya. Sya bilang ke pak M kalau saya kredit panci di koperasi tapi regane dadi larang tenan. Buat seneng-seneng, biar bisa kumpul, cari sedulur ndak pengen apa-apa. Malahan pak M pengen tanah disana itu lho… tak pindah aja ya? Jangan disini aja. Dimana tu Grace? Anak subjek: Deket yang jual sate tu lho. O, Karang wuni. Itu, bilange mau dibukake toko disana. Terus rumahe tetep sini. He-e, rumahe disini aja. Jangan pindah. Udah pada seneng. Ya. Malahan temene pak M mau masang plang. Ndak usah dipasang dah pada tau semua. Setelah mencapai kesepakatan maka kedua tamu tersebut pulang. Saya tu ndak kenal lho sama ibue ni (subjek menunjuk kursi yang tadi diduduki ibu yang mengkredit elektronik miliknya). Rumahe juga ndak tahu. Tapi saya ya teka percaya aja. Saya ni kalau ndak gini terus mau apa. Kalau diem aja malah…. Saya masih punya banyak kerjaan. Masih nulis pembukuan koperasi. Terus masih ngurusi ini. Pak M bilang kok ndak leren-leren apa ndak capek. Saya bilang ke pak M nek aku wis ra isa kan isa diteruske kowe. Kalau yang ini bisa dipercaya kok. Ya makane tak suruh pake yang ini, biar gampang juga ngitunge. Kalau kayak gini ni kan nanti saya bisa titip anak-anak nek saya udah ndak ada. Nanti bisa ikut ngopeni, ikut ngelekke nek ada apa-apa, cuma itu tok. Kalau kayak tadi tu kan orang ndak tau kalau lagi sakit to. Sakit ko diliat-liat ke. Nek bisa ndak usah tak liatke sapa-sapa. Saya ndak pengen mama papa kuatir, udah tua to soale. Nek meh cerita ke kakake ya nek sisihanne (istrinya) ndak terima malah…ha a to. Cuma suami sama anak-anakke sing tau, sing kasi semangat nek ndak ya ndak. Saya tu bilang ke pak M, kowe ki sugeh, mapan, bos, nduwe sisihan wis loyo, jelek, nek aku ra ana apa kowe meh ngolek bojo meneh. Dia diem aja, malah marah-marah. Aku ki cuma ngetes kesetiaanmu. Nek aku ora ana kan ora apa-apa ya nek arep nduwe meneh. Nek arep nduwe bojo ya sing setia, ngerti karo anak-anakke. Wong anakke ki wis gedhegedhe. Nek iseh kecil kan apa-apa manut. Tapi kan anakke dah besar-besar ya. SPG-SPG ne aja cantik-cantik, rokke segini-gini (subjek memegang pahanya). Ya selama ini yang saya liat dia baek sama saya. Yang saya liat di depan saya lho. Nek diluar kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya ndak tau. Nanti tetangga-tetangga malah sing cerita kan saya ndak mau, saya bilang gitu. Ini pake BH ya? Iya. Bilange doktere kalau ndak pakai malah nanti pas goyang-goyang sakit. Tapi kalau pakai BH kan disonggo (ditahan), diem aja, jadi malah ndak sakit. Dulu nyusui ndak? Saya ndak. Tiga-tigane ndak. Ndak keluar. Kalau orang habis nglairke kan dua tiga hari mrangkaki. Saya ndak. Kapan tu aku bilang pengen nduwe foto keluarga. Yo foto bareng buat kenang-kenangan kalau nanti saya ga ada, mumpung aku iseh sehat. (subjek masuk ruangan di dalam, keluar sambil membawa foto dipigura kemudian menunjukkan foto keluarganya). Tadine pak M tu kayak ndak mau. Kok mintane macem-macem. Aku pengen foto tapi dipacaki (didandani). Anak-anakku ya dipacakki. Ini 350.000 udah sama ini pigurane, CD, 6 foto sing sendiri-sendiri 10 R. Murah ya. Wah cantik ya…bagus… Endak ah (subjek tersipu-sipu) Iya, saya tu beli lho bajune 225, ndak minjem. Anak-anak juga. Ini anak sing pertama, perempuan di Atma. Sing ini sing laki kuliahnya di PIKA, sing laki tu nek ndak dikentongi ndak ngomong, cuek dia tu. Cuma sing perempuan (subjek menunjuk satu persatu foto anaknya). (subjek menaruh fotonya ke sofa didekatnya kemudian anaknya ikut duduk bersama kami). Adik juga cantik lho kayak bintang film (anak subjek malu). Kayak bintang merem (subjek tertawa). Ini lima menit lagi ya pulang Mau kemana? Ndak… biar bu M istrirahat. Mbak tu kayakke ada masalah. Apa to kalau boleh tahu? Nanti kalau bisa saya bantu. Ndak, gini lho. Mbak nuke kan lagi ngerjain skripsi, jurusan psikologi, kan hampir sama kayak saya. Kan lagi belajar mendengarkan, berkomunikasi. Saya tawari kalau ga hanya ngerjain tapi juga pelayanan. Dia mau, akhirnya ambil judul itu. Makanya tadi minta direkam. Tapi besok-besok aja ndak apa-apa. Wong juga isinya cuma omong kosong gini kok. Khusus orang sakit gini ya (subjek menunjuk dirinya). Ada misa juga yang khusus kanker itu di Jogja. Romo sapa ya namane, saya itu…. sapa Grace namane? Kalau liat pasti tau sapa. Itu kanker macem-macem, ada yang udah bolong juga. Iya. Itu kalau mau sharing juga sama suster Kristiani aja juga ke gereja Fatima kok. Enak kok orange, sharing aja. Orange dah tua? Ndak, masih muda. Itu ada rekamanne. Kalau mau ndengerke. Dibawa kok. Itu malah dua-duane dah diambil. Dua-duane? Iya. Tapi orange kuat kok. Dia juga bilang wong aku ndak lebih dari penderitaanne Tuhan yesus, gitu. Aku cuma kecil. Psikologi mana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di Sadhar. Anak saya dulu juga pengen masuk sana dulu. Kalau psikologi kalau dah lulu gelare apa? S. Psi Terus kerjane dimana? Di perusahaan, maunya dimana? Kalau yang buka praktek harus S2. Kayak dokter ya? Iya kalau dokter yang psikiater itu, boleh kasi resep, kalau psikologi ndak. Ya udah, dah lewat lima menit. Ini dah 15 menit. Kami mau pamit. Dah diliatin fotonya juga. Papane cakep ya, baby face. Ha a cakep to, makane…. Ndak ah, biasa aja kok… Sudah, tak pulang dulu. Besok tak maen lagi. Sudah malem bu M bisa istirahat nanti anakke malah dah ngantuk wong belum belajar. Ya makasih. Nanti maen lagi ya.
Data verbatim wawancara kedua bu El Lagi apa bu? Ni lagi liat kecelakaan pesawat ini lho di tv, sambil nemenin anakke belajar. Kok mesakke ya. Saya sampe nangis. Sampe anakke sing kecil ni bilang mama kok nangis to. Iya, kasihan ya. Banyak yang meninggal. Wah saya jadi takut nek papahe pergi-pergi. Ah, kalau memang sudah waktunya kan yang sehat aja yang meninggal juga banyak to bu. Iya….(subjek mengangguk) Ndak usah yang sakit, yang baru aja ndak apa-apa aja juga banyak yang tiba-tiba meninggal. Kayak yang kesrempet bakul blanjan itu padahal jalanne dah dipinggir, orange sebelume sehat, ndak sakit apa-apa. Kayak papahe saya juga ndak keliatan sakit kok ndak adane. Saya juga pengen kayak papa kok kalau ndak ada. Kayake enak banget, ndak ngrasake apa-apa. Tegar gitu ya. He-e. Papahe kan ini ke Semarang, kan pas ada bos e datang dari Singapur. Pak M tu bilang untung lho ya ma bos datang sekarang. Padahal rencanane mau datang jam 6 itu mendarat di Jogja. Untunge ndak jadi, terus mendarat di Semarang. Terus pak M ke Solo mau ngecek. Besok ke Jogja terus langsung ke sini. Cuma berdua sama Grace. Kalau selama ini aktivitas ibu biasa saja ya? Iya biasa wae. Saya tu ndak mau diem. Sampe pak M tu bilang ke saya. Wah untung ya nduwe bojo kok ethes wae. Ndableg gitu, pak M bilange (subjek tertawa) padahal nduwe kayak gini. Saya tu nyok kasihan lihat mbakke tu kalau dah mendung gitu. Jadi tadi pagi pas mendung yo mbak munggah dientasi wae yo tak ewangi, mendung soale. Aku tak nang mburimu alon-alon. Soale kalau ngaget gitu mak jlek malah inie nyok jadi sakit. Grace, Grace…itu dimatike… (subjek masuk ke dalam untuk mematikan obat nyamuk dan kemudian keluar lagi). Saya tu takut kena demam berdarah. Wong sudah kena penyakit ini kok mau kena penyakit laen lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wong kemaren juga ada yang meninggal to di SMP Tarakanita. Ya itu temen sekolahe Grace. Anak subjek : wong itu gigike yang depan itu dua dicabut buat masukke obatte terus anakke tu jengkel terus dicabut. Itu aja dah kena DBD. Ini kelihatan seger lho bu. Saya gini ini (mengkreditkan). Ndak tahu yang mana rumahe, cuma percaya aja. Sing penting semua tak tulisin semua. Tutup mata tutup telinga. Tak selehke semunya. Saya ndak mikir apa-apa. Ndak malah saya jadi sakit. Wong saya ndak mau sakit. Iya, kayak gitu wae. Saya tu disuruh kontrol aja ndak mau. Saya ndak mau dibilang sakit. Ini dua hari kan papahe dirumah ngereh-ngereh saya buat kontrol lagi tapi saya ndak mau. Wong pas di dokter Mia gitu kan pintune dibuka. Saya bilang ke dokter Mia jangan keras-keras sing ngomong soale nanti bikin kuatir sing diluar itu lho. Malah sing suka ribut tu mbakke tu. Kemarin kan kamar belakang tak beresi. Nek ada sing bocor kan eman-eman barang-barange nanti rusak. Dia tu bilang, bu mbok nunggu kula nek meh bongkar-bongkar. Dia tu maune saya disuruh nunggu dia. Terus kalau saya kelihatan nglentruk gitu dia langsung bilang bu dikeroki napa diperiksake mawon bu. Makane kalau saya ndak enak badan biar ndak kelihatan sama dia saya ndak tidur di kamar belakang. Saya tidur di kamar ini. Udah nyiapke kaos kaki, minyak kayu putih gitu biar ndak kelihatan dia. Nek kelihatan dia tu mesti ribut soale dia kan dah dikasi tahu kalau saya punya sakit ini. Jadine papahe tu dah bilang aku titip ibu ya, nek ora enak apa piye, diewangi, aja kekeselen pokoke diurusi. Makane nek saya keliatan nglentruk dikit kan dia dah ribut. Tapi saya bilang, aja manjake aku, aku moh nek diunekke sakit. Gelem po nek aku lara. Nek aku lara sing arep gaji kowe sapa. Ha ngih mboten tapi nek mboten diewangi kula sing diseneni bapak. Jadie dia tu kepepet sana sini (subjek tertawa) Saya tu nek ngrasa ndak enak gitu saya cuma tiduran di dalam kamar, liat fotone papa. Pa mbok ilangke sakite ini. Ben ndak terlalu sakit. Tadi kan saya lagi denger radio yang bentukke tu boneka. Kecil gitu, hadiah dari akira. Ndak dijual soalle juga dari luar. Pak M yang kasi ke saya. Biar ndak sepi, bilange gitu. Kemana-mana tak bawa. Sampai saya bilang mbek anakke dua itu, mama ki kaya cah cilik rana-rene gawa kayak ngene (subjek tertawa). Tapi kok dari tadi tu ndengerke ndak ada sing bagus. Terus Grace tu tak tanyain. Kamu tu belajar apa apa. Dia bilang cuma ngerjake PR. Jadi ya sudah tak tungguin sambil nonton tv. Ini ni saya lagi gini. (tangan subjek menggerakkan tangannya dari atas roknya kebawah). Pembicaraan terputus karena ada bunyi telepon dan subjek langsung berjalan ke kamar dan menyuruh anaknya mengangkat teleponnya. Dari sapa Grace? Anak subjek : Dari cicik. Tiba-tiba teleponnya mati. Grace coba cicik ditelpon pakai HP-mu. Tanya ada apa. Anak subjek : menelpon. Sesudah anak subjek selesai menelepon, subjek menanyainya. Cicik napa? Anak subjek : Ndak, cuma disuruh nyucike sepatu Sing apa? Anak subjek :Biru. Oalah Grace, mama pikir dibelike hadiah apa sama cicik, malah disuruh nyucike sepatu sama cicik. Saya tu lagi mens. Kalau mens gini kan ini e kenceng gitu to (subjek menunjuk payudaranya). Apalagi kalau lagi gini ini sok-sokan gitu lho. Kayak bluding gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemaren aja pas di kamar mandi gitu, Grace Grace ni lho mama tu kayak gini. Terus Grace bilang cepet mama keluar aja, nek mama pingsan Grace ndak isa sing ngangkat. Saya tu mens e ndak normal. Bisa 2 minggu waktune. Padahal sing biasane normal kan 1 minggu dah selesai ya. Apalagi kalau lagi gini ni kayak bluding gitu. Tanganne gringgingen ndak? Ndak. Kepala e tu migran yang sini (subjek memegang kepala bagian kanan), tanganne yang sini (tangan kanan) tu kayak jempe gitu (terasa kebas). Pokoknya separo ini dari atas sampai bawah kayak ndak bisa ngapa-ngapa (subjek menunjuk kepala sampai kaki bagian kanan). Kayak almarhum bu Edi tu, dia kan ndak pakai BH. Jadie goyang-goyang padahal seharuse kan diem ya. Itu padahal kata dokter malah disuruh pakai BH biar ndak sakit. Apalagi bu Edi tu semua orang disuruh megang grenjelane ya. La iya tu. Padahal kan ndak boleh orang sembarangan to boleh megang itu. Kita kan ndak tahu nek tangane kotor apa piye ya. Saya aja ndak mau kok nek dipegang (subjek memegang payudara bagian bawah kanan ketiak). Saya juga ndak sering megange. Kalau ibu tu dimanae to? Kalau punya saya di sini (subjek memegang payudara bagian bawah kanan ketiaknya). Dulu tu kalau dipegang gitu krasa grenjele. Besare tu… sak ini lho (subjek memegang mata kaki sebelah kanannya). Tapi sekarang kok dah ndak ada. Cuma kadang itu rasane mak sengkrang gitu didaleme. Bu besok ada pendalaman kitab suci di sini ya. Kalau soal itu saya dah punya rencana sama bu Sugeng. Bu Sugeng bilang kamu kan seminggu sesudah aku jadi langsung to. Papahe dah bilang sama koh Bin ngko aku nyileh gedungmu ya, gitu. Disini saja. Cuma sedikit kok orange. Paling banyak sepuluh sampe 14 paling banyak. Wah nanti kasihan. Sempit. Ndak. Disini aja. Pake tiker. Malah enak kok bisa seenakke duduk. Ndak usah dikasi apa-apa cuma minum putih tok. Wah ya saya kan ndak pernah ikut to. Nanti kalau tiba-tiba pak M mbeliin apa kan saya juga ndak tau to. Saya tu ndak pernah ikut sembayangan jadie sekali ditempati jadi bingung mau apa. Saya tu males kalau ikut sembayangan soale kalau belum mulai tu kan sini ngomong kayak gini yang sana ngomong kayak gitu. Ndak podo akur gitu. Iya. Kemarin aja kok saya bisa keluar ikut arisan. Padahal biasanya ndak pernah bisa. Kok kemaren ada Lia, jadi ya saya ikut arisan. Soalnya Grace tu takut kalau ditinggal sendirian. Itu tu gara-garane anakke bu Sugeng tu moto pakai HP sing ada kamerane itu. Kok sing nunggu itu bisa keliatan gitu. Soale kamera kan sensitif sama sing kayak gitu. Kukune panjang gitu sama mukae tu ada darahe. Jadi kemaren pas datang arisan gitu, datang aja ndak pernah tiba-tiba ada masalah kayak gitu sama bu Budi kan saya jadi ndak enak. Padahal dulu kerjaanne saya ndak kayak gini. Saya cuma nganter barang trus dapet uang. Bu Sugeng aja mau pindah kok dari sana. Jadi saya tu cuma sendirian juga disini sing cina. Kecepit di tengah (subjek tertawa). Tapi wong selama 3 tahun disini ini juga ndak ada apa-apa sama wargane kok. Apa karena ada itu… terus mau pindah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ndak, tapi ya mungkin karena itu tapi…. Pak Aris itu yang punya itu, saya ndak tau yang mana wong ndak pernah ketemu itu kok naikke ne ndak umum ya. Kemaren tu saya dimarahi mama lho. Wah saya baru pertama kali punya mama kayak gitu, mamahe pak M. Soale papa sama mamahe saya ndak kayak gitu. Wis ngrepoti banget. Kemaren kan saya ketempat mamahe. Disana cuma ada ponakanne. Terus saya bilang, jangan ngomong sama mak nek kim tu sakit. Tapi pagi-pagi pas saya ke pasar tu mamah dah diluar gitu, duduk dilincak. Bilange ngetok-ngetok ndak ada sing mbukake. Pas saya pulang gitu mas Wawan itu bilang kalau mama nunggu di luar. Wah brarti ponakane saya kan bilang mbek mama. Terus mama bilang, wong lara kok malah lungalunga. Terus saya jawab, nek saya ndak pergi terus anak-anak maem mbek apa, wong saya ke pasar cuma beli lawuh buat anake. Saya juga bilang, nek saya tu males mama sampai tahu nek saya sakit soale mesti jadi kuwatir Jadine saya tu dah wanti-wanti mbek ponakanne saya ben ndak bilang malah dibilangke. Beda ya? Iya beda. Kemaren tu titip makanan buat bu Walijo tapi ibu tu ndak ada. Pergi ke jogja sampai malem. Na mbak Novi tu bilang nek bu Walijo ndak ada. Padahal saya dititipi makanan suruh ngasikke. Sampai papahe tu bilang nek bu Walijo tu pergi. Terus saya kan buka itu. Wong cucue we ndak ada sing dibawake makanan kok. Tak buka takute nek ndak kuat sampe besoke. Terus saya telpon mama, bilang nek ibu sing sebeleh pergi belum pulang, takute udah ndak enak. Terus mama tu bilang disuruh makan wae. Kapan itu juga kayak gitu. Mama tu dapet telpon disuruh ngambil hadiah di Mertoyudan. Ternyata cuma dibohongi. Kan papahe kerja di kayak gitu, jadi tahu seluk beluke. Ke sini, nunggu adik. Terus mbok ya di sini aja, malah ke tempate bu Sugeng. Na adikke saya tu tahune nunggu di sini. Saya pikir kan dianter koh Bin naik mobil pulang gitu to. E malah ke sini marah-marah. Terus akhire papahe sing nganter ke Mertoyudan. Disana tu uang mukane bayar seratus ribu terus dapet jam dinding. Papahe ndak mau turun cuma nunggu di mobil. Disana tu nunggu lama banget. Wong setengahe tu kayak dihipnotis gitu lho. Ndak bisa nolak, kena bujukan lewat ngomonge itu lho. Papahe dah marahmarah gitu to. Telpon adikke sing ikut masuk sama mama, nek kowe ra metu aku nesu, gitu. Akhire keluar, tapi dah kena seratus ribu sama dapet jam dinding. papahe bilang nek jam kayak ngono ki ra nganti seratus gitu. Balekke ra, nek ora aku nesu tenan. Papahe bilang gitu. Akhire dipulangke. Untunge kok uange tu bisa dibalikke. Nek ora wong tua we tak seneni, papahe bilang gitu. Memang sekarang banyak ya yang kayak gitu. He e, tapi untunge kan papahe tu dah tahu wong kerjaane kayak gitu. Pas dulu itu juga. Mama tu guling-guling disitu, nangis. Saya sampai ndak tahu meh gimana. Banyak orang itu. Ndak ada sing bisa nenangke. Guling-guling sampai saya tu takut nek kejeduk tembok. Itu gara-garane tu mama kan takut liat ular, di tv aja mesti dah disuruh nganti. Nah pas di rumahe koh Bin itu pas mama lagi baca alkitab gitu, didepanne tu ular jatuh dari atas. Ulare tu punya tetanggane sing lepas. Wah saya sampai malu. Terus koh Bin dateng. Saya dah bilang, koh jangan dimarahi lho. Malah sama koh bin tu di marahi. Wong tua kok ngisin-ngisini. Saya bilang, koh ndak usah dimarahi, mama tu cuma takut liat ular. Wong dari banyak orang sing disini tu sing disikep cuma pak Kasdi. Sampe akhire dipegang bu Walijo terus bisa diem. Saya malu itu. Wah mama tu orange susah, tapi untunge anake saya tu ndak kayak gitu. Nek anakke sing di jogja itu juga kayak saya. Apa-apa diem aja. Kan ini lagi deket sama anak laki-laki. Temene Ika, anakke bu Sugeng. Na itu sebenere dah tahu dari SMA. Dideketi terus. Anake saya kan cuma diem aja. Diincer gitu, sampai di Jogja juga dideketi. Na saya bilang ke anakke saya. Kamu mau ndak. Nek dia mau nerima kekurangane kamu. Soale anake saya kan punya cacat di mata. Matane sing satu tu kan rusak. Itu aja meh tak operasi nek dah umur 27 tahun. Itu kata doktere baru boleh dioperasi. Dulu pas bayi kan di vakum na itu kena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
syaraf matane. Sing satu ya ndak apa-apa tapi kan nek satu dah cacat nek capek kan sing satu juga ikut to. Bisa nerima nek mama tu kayak gini. Tapi anakke tu kayake baek kok. Anakke bendahara sing di Ignasius. Pasti kalau liat orange tahu. Wong saya juga bilang ke anakke, kamu tu wong ndak jelek kok, wong cacatmu tu we ya ndak keliatan. Apa ada sing tahu nek kamu tu kayak gini, ndak ada sing tahu to. Ya ini, mau ndak mikir ya tetep kepikiran kok. Papa saya tu item lho orange. Soale orang purworejo. Mamahe papa saya kan orang jawa. Dari delapan orang anakke tu sing putih kayak mama tu cuma saya sama adikke saya sing kecil dewe. Tapi kok sing kena kayak gini cuma saya sama adikke saya, saya di sini adikke di sini (subjek memegang jidatnya). Padahal adikke saya mampu, saya juga dibanding sing laine. Ya mungkin biar sing belum tu biar mampu dulu. Apa mungkin biar adil ya. Adikke saya tu punya toko furniture tu terbesar sampai buka cabang, sama satu toko elektronik gini ini di Jogja juga. Kemaren tu bu Walijo duduk disitu sambil makan. Sampai Grace tu ngomong ke saya. Ma, temeni bu Walijo sana ma, kasihan tu lho (subjek tertawa). Iya, itu habis pulang dari sekolah. Biasane kan makan di tempate mbak Apri. Saya teka bawa makanan ke sana. Kalau siang kan saya dah makan di sekolah jadi di rumah tu tinggal tidur. Kemaren tu juga bu Walijo lagi ngobrol sama dua bapak-bapak tu sapa? Satu ne saya tahu sing satu ndak tahu. Pas lagi melati itu lho. Dibilang ngronce melati soale meh menikah lagi. Tu memang njelehi kok orange. Nek ada bapakbapak pada kumpul we nek ndak diajak ngomong terus nguncluk pulang gitu. Iya, lubang di pintu itu kan juga ditutup sama mbakke. Nek orang nyuci di dalem kan tahune ndak ada orang to. Na itu anguk-anguk di atas itu lho. Mbakke jengkel terus bilang bu tak tutupe gih ngagem kerdus. Ya udah saya bilang terserah. La masak bapakke tu naek diatas, kan saya juga takut kalau gitu. Brarti ini ditulis ya sama mbak Nuke. Saya malah seneng lho semua uneg-uneg saya keluar semua. Kalau misale muntah ya sampe puas gitu kan malah jadi sehat ya. Iya. Wah udah lebih 5 menit ni. Udah dulu ya bu. Mau kemana? Saya tak pulang dulu. Saya ada acara lain. Udah liat fotonya anak saya? Udah. (Subjek mengajak melihat foto keluarganya yang pada pertemuan sebelumnya sudah ditunjukkan). Mamae cantik kok kayak bintang film ya. Cicike juga cantik. Adikke juga cantik. Jadi sekeluarga kayak bintang film semua. Kayak bintang merem (subjek dan anaknya tertawa). Jangan bosen-bosen maen kesini ya. Wong disini Cuma dinggurke ya. Ndak apa-apa. Ibu istirahat ya. Terimakasih Sama-sama.
Data verbatim wawancara pertama bu Pi Gimana kabarnya bu? Ganggu mboten? Mboten ganggu kok. Gih kados niki. Mung bobokan napa? Ha a. Wong nek kekeselen njuk rasane kene e ki krasa kaya kemranyas, mual ngoten. Dadi aku ya njaga dewe ben ora kekeselen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Le krasa mulai kapan bu? Ya pas acara mbak Siti Mungkin kekeselen apa ya aku dewe ora ngerti. Tapi terus ambruk. Terus digawa nang dokter we aku ki ra ngerti. Mung pas dikandani dokter nek kon operasi kuwi njuk aku ngedrop. Soale kanca kamarku kuwi sing ya lara kaya ngene ngomong nek disinar njuk efekke ya kaya ngono kuwi. Terus aku njaluk bali, ngeper ya. Aku wedi dioperasi. Nangis terus njaluk bali. Terus karo mas Edi diuruske balik. Bu, aja nangis terus to, nek ora gelem ya wis bali wae, engko golek cara liyane. Aku ki mlebu nang rumah sakit tekan bali ya ra ngerti ki. Ya wis tekan saiki ra dioperasi. Mung alternatif ngono. Wis njajal macem-macem. Ke nang bu Ima kae ya ngono. Dikei jamu kon ngombe. Rasane kaya dijojohi kae. Aku mikir, apa aku ki meh mati ya. Nek bar ngombe kuwi rasane panas, njuk wengine ra isa turu kae. Terus mas Edi ki takon karo bu Ima. Bu Ima ki ngomong nek kuwi ki kaya dioperasi lewat njero. Aku njuk ra neruske. La wong angger bar ngombe kuwi njuk panas, ra isa turu kae kok. Ana sapa kae ya, pas mas Edi ndelok Jaka Lodang kae ya ngono? Kyaine niku? He e. Kae ya kaya nganggo klenik ngono ya. Aku ra percaya. Wah wis tak jajali kabeh. Saiki ya ming pasrah karo sing kuasa ya. Terus pas ngacarake mbak Siti kae bu … ngomong nek ra ngerti aku lara ngene. Onten pantangane mboten? Aku ya paling ming maem iwak sapi, pitik jawa ngono. Nek lehor aku wis ora mangan. Sing pedes ya ha-a. Wong kapan kae kancane mas Edi ki rene, terus ngomong nek ora ngerti nek aku ki lara. Terus mas Edi karo kanca-kancane pada yasinan nang kene. Kancane mas Edi ki ngomong, mas Edi ki kaya kesel banget. Trus ditakoni. Ngopo tu mas kok kayake kesel banget. Ra pa pa kok, mungkin mung kesel. Ya mikir ya wong ya kaya ngono kae. Isih nang rumah sakit. Terus nglaju, rana rene terus. Yuwun pangapunten, wong kula mboten ngertos nek ibu mlebet rumah sakit. Ya ra apa-apa kok. Nek angger mas Edi apa mbak Siti karo kanca-kancane rene ya ming yasinan ngono kuwi. Ha nggih. Kan sak kersane Allah gih sing maringi? Ha ya. Wong dewe ki ra ngerti kapan dijupuk. Tapi nek gek krasa ya wah rasane ngolingngoling ngono kae kok. Nek ra kuat ya biasane ming nangis. Ibu enten kepengenan napa? Ya aku ki pengene anak-anak wis mapan nek tak tinggal. Mbiyen kan anak-anak durung mapan. Pas kritis kae kok ya pas mbak Siti ki ditawari kerja, ana pendaftaran. Soale mbiyen karo bapake ra entuk nek durung rampung sekolahe trus kerja. Ben ijasahe sekolah ki digunake tenanan, wong mbayare ya larang. Ya saiki anak-anak wis mapan kabeh. Berkat Gusti karo pandongane. Enten kepengenan sing liyane mboten bu? Ya mbiyen ki nduwe angen-angen karo bapake nek meh munggah kaji bareng. Mung meh ibadah, wong ya le rana ki nabung ndisik dadi ya ra abot banget. Tapi terus aku lara ngene. Ya wis aku ngomong karo bapak nek bapak wae sing mangkat dewean. Wong niate wis suwi sing meh ibadah to. Aku ngomong nek aku wis mari aku tak ngibadah bareng karo anak-anak wae. La sak niki pinten bu nek ajeng tindak mrika? 35 juta. Pun kalih sangune? Ya durung. Tapi kan sangune isa digolek wong ora akeh banget.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ibu sak derange sakit ni nyambut damel napa? Aku dodolan nang pasar. Tapi saiki wis ora. Ya ra entuk karo bapakke. Nek mbiyenmbiyen kan ya nyok diterke kae, terus aku ngambruk kae. Mbiyen ngono rung ana sepeda motor. Anane ya pit jengki ngono. Kuwi we ora kabeh uwong nduwe. Dadi ya kadang karo sapa, yo bareng apa tak terke yo.Terus kok kaya ngene terus, dadi bapak ngomong rasah dodolan wae, ndak kekeselen. Saiki sak anane wae. Bu. Matur nuwun. Mugi-mugi cepet sehat. Matur nuwun pus dituweni, didoake
Terjemahan data verbatim wawancara pertama bu Pi Gimana kabarnya bu? Mengganggu tidak? Tidak mengganggu kok. Ya seperti ini. Hanya tiduran saja? Iya, soalnya kalau kecapean terus rasanya disini ini terasa seperti nyeri panas, mual gitu. Jadi saya ya menjaga sendiri supaya tidak kecapean. Terasanya mulai kapan bu? Ya saat acaranya mbak Siti mungkin kecapean apa ya saya sendiri tidak mengerti. Tapi terus jatuh. Kemudian dibawa kedokter saja saya tidak tahu. Hanya saat diberitahu dokter kalau disuruh operasi itu terus saya kondisinya menurun. Karena teman sekamar saya itu yang sakit seperti ini bilang kalau disinar terus efeknya ya seperti itu. Kemudian saya minta pulang, tidak punya keberanian. Saya takut dioperasi. Menangis terus minta pulang. Kemudian sama mas Edi diuruskan untuk pulang. Bu, jangan nangis terus to, kalau tidak mau ya udah pulang saja, nanti cari cara yang lain. Saya itu masuk rumah sakit sampai pulang tidak tahu. Ya sudah, sampe sekarang tidak dioperasi. Tapi alternatif gitu. Sudah mencoba macam-macam. Ketempat bu Ima juga begitu. Diberi jamu untuk diminum. Rasanya seperti ditusuk-tusuk gitu.saya berpikir. Apa saya ini mau mati. Kalau habis minum itu rasanya panas, terus malamnya tidak bisa tidur. Kemudian mas Edi itu bertanya sama bu Ima. Bu Ima bilang kalau itu seperti dioperasi dari dalam. Saya kemudian tidak meneruskan karena setiap habis minum itu jadi panas, tidak bisa tidur gitu. Ada siapa itu ya, saat mas Edi melihat jaka lodang itu ya seperti itu?
Kyaine itu? Iya. Itu juga seperti menggunakan klenik gitu. Saya jaga tidak percaya. Wah udah saya coba semua. Sekarang hanya bisa pasrah kepada yang kuasa. Kemudian saat mengacarakan mbak Siti itu bu…bilang kalau tidak tahu saya sakit seperti ini. Ada pantangannya tidak? Saya cuma makan daging sapi sama ayam kampung. Kalau ayam potong saya sudah tidak makan. Yang pedas juga. Karena kapan itu temannya mas Edi itu kesini, kemudian bilang kalau tidak tahu kalau saya itu sakit. Kemudian mas Edi dan teman-temannya pada berdoa disini. Temannya mas Edi itu bilang, mas Edi itu sepertinya capek banget. Kemudian ditanya. Kenapa mas, sepertinya capek banget. Tidak apa-apa kok, mungkin hanya capek. Ya mau gimana lagi karena harus seperti itu. Masih ke rumah sakit. Kemudian bolak-balik kesana kemari terus. Saya minta maaf, karena saya tidak tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Ya sudah tidak apa-apa. Kalau mas Edi atau mbak Siti sama teman-temannya kesini ya hanya berdoa gitu itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
La iya, kan terserah Allah yang memberi? La iya, karena kita tidak tahu kapan kita diambil. Tapi kalau lagi terasa ya wah rasanya sakit sekali seperti itu tu. Kalau tidak kuat biasanya hanya nangis. Ibu punya keinginan apa? Ya saya itu ingin anak-anak sudah mapan waktu saya tinggal. Dulu anak–anak belum mapan. Saat krisis itu kok ya pas mbak Siti itu ditawari kerja, ada pendaftaran. Karena dulu sama bapaknya tidak boleh kalau belum selesai sekolah terus kerja. Supaya ijazah sekolahnya digunakan sungguh-sungguh, karena bayarnya mahal. Sekarang anak-anak sudah mapan semua. Berkat tuhan dan do’anya. Ada keinginan yang lain tidak bu? Ya dulu punya keinginan sama bapak kalau naik haji bersama. Hanya mau ibadah, karena kesananya nabung dulu, jadi tidak terlalu berat banget. Tapi kemudian saya sakit seperti ini. Ya udah saya bicara sama bapak kalau bapak saja yang berangkat sendirian. Karena niatnya sudah lama yang mau ibadah. Saya bilang kalau saya sudah sembuh saya mau beribadah bareng sama anak-anak saja. Kalau sekarang berapa biayanya untuk pergi kesana? 35 juta. Sudah sama uang saku? Ya belum, tapi uang sakunya kan bisa dicari karena tidak terlalu banyak. Ibu sebelum sakit kerjanya apa? Saya jualan di pasar. Tapi sekarang sudah tidak bisa dan juga tidak dibolehkan sama bapak. Kalau dulu kadang suka diantarkan gitu, kemudian aku roboh itu. Dulu belum ada sepeda motor, adanya hanya sepeda onthel. Itupun tidak semua orang punya. Jadi kadang ya sama siapa, kadang bareng atau diantarkan. Kemudian kok seperti ini terus, akhirnya bapak bilang tidak usah jualan aja, nanti kecapean. Sekarang seadanya saja. Bu. Terima kasih. Semoga cepat sembuh. Terima kasih sudah dijenguk dan didoakan.
Data verbatim wawancara kedua dengan bu Pi
Iki ki sapa ya? Kula ponakane lek Inah sing ting Sanden nika lho bu. O, kok ngerti rene ya. Ya maturnuwun wis dituweni. Pripun bu kabaripun. Ya kaya ngene ki. Padahal wis njaluk tamba nang endi-endi. Sing pertama ki nang pak ….. kae siji setengah taun. Ra kacek terus tak endeg. Terus kancane ana sing ngandani ana nang Parakan. Ya rana. Nang bu Ima kae wonge sadis. Ra ana sing di enggo sholat. Nek nggone pak ….kan ana sing dienggo sholat wong nduwe mesjid dewe. Padahal aku ki nek rana mruput seka isuk wong ngantri. Wong nganti ashar ki during solhat during mangan. Wa wis ditukoke mangan disik. Terus ditukoke jangan karo tempe. Terus nang bu Dewi ya ha a, nang Krapyak. Kabeh wis tak jajali tapi ya ora ono kaceke. Nang rumah sakit wae aku ora ngerti kapan mlebune kapan metune. Wong ra krasa apa-apa. Wong kancane mas Edi ya nganti takon karo mas Edi, kok rada kesel to. Tapi ya ming dijawab kesel kok tapi ra ngandakke nek aku lara. Terus gek diomongi nek ana apa-apa ya critacrita. Terus kancane mas Edi gek rene ngomongi nek mas Edi ki ketok kesel terus gek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ngerti saiki wong mas Edi ra gelem njedekke. Paling ya kesel rono rene nang rumah sakit, wong dilaju. Nek do rene ya ming nyasinke aku. Sapa-sapa angger rene nyasinke aku. Niku jamu napa kaliyan pijet? Jamu digodog kae lho. Padahal ya pakete ki ampuh-ampuh. Ana sing sak pakete ki patang atus ewu padahal ming di nggo sak minggu. Ya wis ta endek. Lha selot suwe ya ra kuat. Ya nek angger ana sing ngandani ngombe iki apa ana sing isa ngobati ki ya rana, wis dijajali. Tapi wong nek obat ki cocokan to. Mboten nderek kegiatan napa bu? Ya pengene ki rana-rana, melu pengajian, tilik wong lara. Wong mbiyen sregep melu pengajian rana-rana. Tapi ya piye. Wong kondisi kaya ngene. Ya akhire ming nang omah wae. Wonten rencange mriki napa bu? Ya biasane da rene saben dina mesti ana sing rene. Mbuh sapa, kancane mbak Siti, kancane mas Edi apa tanggane. Nek kancane rene ya mesti ngomongi kon istifar. Nyuwun ampun karo sing Kuasa. Aku ya isane baca Quran. Mbiyen kan aku dodolan nang pasar. Ya kanca-kanca pasar rene niliki napa kok wis suwe ra dodolan. Pun dangu napa gerah niki? Aku ki lara ngene ki wis suwe, wis taunan. Kadang ya nyok pasrah. Wis lah nek Gusti maringi umur panjang. Aku ming pingin sehat. Tapi nek ora ya ra pa pa, aku wis pasrah. Ya saake karo sing ngopeni ki lho. Nek mbak Siti krungu ya mesti nangis ngono. Ibu ki ra usah mikir kaya ngono. Ibu ki digawe seneng atine. Wong sing ngopeni ya ra ngapangapa kok. Wong ya wis diusahake obate kok. Aku ki ra entuk nek meh ngapa-ngapa. Wingi ki arep nebahi wae karo mbak Siti ra entuk. Wis to ibu ki istirahat wae, ibu kan kandane dokter kon istirahat to ra oleh kekeselen. ben tak tebahi aku. Lha kapan. Ya nek aku sela. Pokoke ibu istirahat wae. Wong nek kekeselen ngono ki bengkak, kemranyas nyeri ngono. Anak-anak ki ngerti, mesti dipriksa ngono. Nek angger kekeselen mesti panas ngono awake. Awale ki ya ana gejalane. Wetenge ki sing pating mendusul mlaku ngono nang kene (subjek memegang perutnya). Lha dipikire kan ming masuk angin biasa to. Na digawa nang pak Paulus. Terus pak Paulus ki ngeki surat keterangan di kon gawa nang rumah sakit. Digaweke surat pengantar nang Bethesda. Pak Paulus ki ra gelem njedekke penyakite apa. Wong ditakoni larane apa kok malah njawab mboten napa-napa kok. Dibeta mawon ten Bethesda gih bu. Wonten sing ngrawat napa bu ting ndalem? Ana, mbak hartini kae perawat sing ngrawat aku nang omah. Nek mbiyen rene saben dina, ya mriksa aku. Tapi saiki rene nek wis pirang dina pisan, kadang ya seminggu sampe sepuluh dina. Lha iki lagimangsa udan ngene iki nek meh menyang rene sorene malah udan kan dadi ra sida. Njuk sesuke gek menyang. Ya pancen mbiyen kan aku dikon operasi nang rumah sakit kae tapi aku gemang. Terus aku digawa bali karo mas Edi, tapi doktere wekas nek aku kudu anan sing ngrawat aku. Ya dadi mbak Hartini kuwi sing pirang dina ngontrol aku. Terus mbak Siti ngomong wong kudu ana sing grawat njuk wis ana dadi ibu ki mung dikon istirahat ra oleh kesel-kesel. Mboten bengkah nggih bu enten lindu riyen? Ya bengkah tapi sing nang kamare mbak Siti karo mas Edi tapi kene ya alhamdulillah ra pa pa. wong aku ditinggal nang kene dewean. Gendeng ki pating kretek, kau mung nutupi sirah wedi ketibanan. Bapak wis tekan njaba karo Allah hu Akbar, Allah hu Akbar ngono. Mbak Siti ya wis nang njaba, terus ngomong nek ibu nang njero dewean. Aku ming nyekeli sirah. Terus karo mbak Siti digandeng mlaku nang njaba. Ya gek kuwi aku isa mlaku. Nek ora ana lindu ya mungkin ket saiki rung isa. Wong njuk isa numpak motor barang. Aku ki diboncengke numpak sepeda motor nang besanku. Terus let seminggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bapak rene, meh niliki omah. Aku isih ditinggal nang wetan nang besanku. Ibu nang kene wae. Bu, ajeng pamit riyen. Mugi-mugi cepet sehat. Ya. Ya nek ngidul mampir rene ya, wong nek ora ngono ya ra ketemu. Gih, pareng.
Terjemahan Data verbatim wawancara kedua dengan bu Pi Ini siapa ya? Saya keponakan bulik Inah yang tinggal di Sanden. O, kok tahu sini. Ya terima kasih udah dijenguk. Bagaimana kabarnya bu? Ya seperti ini. Padahal sudah berobat kemana-mana. Yang pertama minta obat sama bapak….satu setengah tahun. Tidak ada perubahan terus saya hentikan. Kemudian teman ada yang memberi tahu kalau di Parakan ada. Ya kesana. Ditempat bu Ima itu orangnya sadis. Tidak ada perlengkapan untuk sholat. Ditempat pak Narto kan ada perlengkapan sholat karena punya masjid sendiri. Padahal saya itu kalau ke sana itu pagi-pagi sekali karena ngantri. kadang sampai ashar itu belum sholat dan belum makan. Ya udah dibelikan makan dulu. Kemudian dibelikan sayur sama tempe. Kemudian ketempat bu Dewi juga iya di Krapyak. Semua sudah dicoba tapi tidak ada perubahan. Di rumah sakit saja saya tidak tahu kapan masuknya dan kapan keluarnya. Karena tidak terasa apa-apa, sampai temannya mas Edi bertanya sama mas Edi, kok kelihatan capek? Tapi ya hanya dijawab capek, tidak memberi tahu kalau saya sakit. Kemudian baru tahu kalau ada apa itu dari cerita-cerita. Kemudian temannya mas Edi itu kesini bilang kalau mas Edi itu kelihatan capek, terus baru tahu sekarang karena mas Edi tidak mau bilang kenapa. Kemungkinan ya capek ke sana kemari di rumah sakit, karena bolak-balik. Kalau ke sini hanya membacakan surat Yasin untuk saya. Siapapun kalau kesini hanya membacakan surat Yasin saya. Itu jamu atau sekalian pijat? Jamu direbus itu lho, Padahal ya paketnya itu mahal-mahal. Ada yang satu paket itu harganya empat ratus ribu padahal hanya untuk satu minggu. Ya udah saya hentikan. Karena semakin lama ya tidak kuat. Tapi kalau ada yang memberi tahu untuk minum ini itu atau ada yang bilang ada yang bisa mengobati saya kesana, sudah dicoba. Tapi kalau obat itukan cocok-cocokan, iya kan. Tidak ikut kegiatan apa-apa bu? Ya inginnya itu kesana-kemari, ikut pengajian, jenguk orang sakit. Karena dulunya rajin mengikuti pengajian kemana-mana. Tapi ya gimana, kondisinya seperti ini. Ya akhirnya hanya di rumah saja. Ada temannya ibu yang suka kesini? Ya, biasannya pada kesini, setiap hari mesti ada yang kesini, entah itu temennya mbak Siti, temannya mas Edi atau tetangga. Kalau temannya ke sini mesti memberi tahu untuk selalu membaca istigfar. Minta ampunan kepada yang maha kuasa. Saya ya bisanya baca Al-Quran. Dulu kan saya jaualan dipasar. Teman–teman pasar kesini jenguk kenapa kok sudah lama tidak jualan Ibu sudah lama sakit seperti ini? Saya sakit seperti ini sudah lama, sudah tahunan. Kadang suka pasrah. Sudahlah kalau gusti memberi umur panjang. Saya hanya ingin sehat. Tapi kalau tidak juga tidak apa-apa, saya sudah pasrah. Kan kasihan sama yang merawat ini lho, kalau mbak Siti dengar pasti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nangis. Ibu itu tidak usah berpikir seperti itu. Ibu itu dibuat senang hatinya. Yang merawat aja tidak apa-apa kok. Kan sudah diusahakan obatnya kok. Saya itu tidak dibolehkan kalau mau ngapa-ngapain. Kemarin mau bersih-bersih aja sama mbak Siti tidak dibolehkan, sudahlah ibu itu istirahat aja, ibu itu kata dokter harus istirahatkan, tidak boleh terlalu capek. Biar aku yang bersih-bersih. Kapan. Ya kalau aku ada waktu. Pokoknya ibu istirahat aja. Karena kalau kecapean itu bengkak, panas perih nyeri gitu. Anak-anak itu ngerti. Meski di periksa gitu. Kalau setiap kecapean pasti panas giti badannya. Awalnya itu ada gejalanya. Perutnya yang benjol-benjol jalan gitu disini (subjek memegang perutnya). Kan dipikirnya itu hanya masuk angin biasa tho. Terus dibawa ketempatnya pak Paulus. Kemudian pak Paulus itu memberi surat keterangan supaya dibawa kerumah sakit. Dibawakan surat pengantar ke betesda. Pak Paulus itu tidak mau memberi tahukan penyakit apa. Saat ditanya sakitnya apa kok malah menjawab tidak apa-apa kok. Dibawa aja ke betesda ya bu? Apa ada perawat yang dirumah bu? Ada, mbak Hartini yang merawat saya di rumah. Kalau dulu ke sini setiap hari, memeriksa aku. Tapi sekarang kesininya beberapa hari sekali, kadang ya seminggu sampai sepuluh hari. Kan sekarang lagi musim hujan seperti ini, kalau mau berangkat kesini sorenya malah hujan, kan akhirnya tidak jadi ke sini. Kemudian besoknya tidak berangkat. Ya memang dulu kan saya diminta operasi dirumah sakit itu tapi saya tidak mau. Kemudian saya dibawa pulang sama mas Edi, tapi dokternya pesan kalau saya harus tetap ada yang merawat. Akhirnya mbak Hartini itu yang ngontrol saya. Kemudian mbak Siti bilang harus ada yang merawat terus sudah ada, jadi ibu itu hanya disuruh istirahat, tidak boleh terlalu capek. Tidak rusak ya bu rumahnya waktu ada gempa kemarin? Ya retak tapi yang dikamarnya mas Edi dan mbak Siti, tapi disini alhamdulillah tidak apaapa, waktu itu saya ditinggal disini sendirian. Karena rumahnya pada bunyi saya hanya menutupi kepala takut kejatuhan. Bapak sudah sampai diluar sambil Allahu Akbar, Allahu Akbar gitu. Mbak Siti juga sudah sampai diluar, kemudian bilang kalau ibu di dalam sendirian. Saya hanya memegangi kepala. Kemudian sama mbak Siti digandeng jalan sampai luar. Ya baru itu saya bisa jalan. Kalau tidak ada gempa mungkin sampai sekarang saya tidak bisa jalan. Kemudian bisa naik motor juga. Saya diboncengkan naik motor ke rumah besan. Kemudian selang satu minggu bapak pulang kesini, mau nengok rumah. Saya masih ditinggal di rumah besan. Ibu di sini saja. Bu, saya mau pulang dulu. Semoga cepat sembuh. Ya. Kalau mau ketempat simbah mampir sini ya, karena kalau tidak seperti itu tidak ketemu. Ya, permisi.
Data verbatim wawancara dengan suami ibu Mar
Sekarang kondisi ibu gimana pak? Kondisine nek untuk badan itu agak sehat daripada yang kemaren. Ya to? Tapi untuk yang sakit ini kan yo bertahap ya. Kan agak berkurang. Ya terutama kan kondisi tubuhe sik, sing tubuh kan sehat kan terus terang penyakite kan isa berkurang. Aktivitasnya gimana? Ya aktivitas selama ini ya cuma jalan, misale bisa ambil minum sendiri, dibelakang sendiri. Ya bisa masak ya walaupun tidak membawa berat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aktivitas lain? Aktivitas lain ya bisa keluar rumah, bisa jalan di jalanan itu. He e to. Ndak harus di dalam rumah, tapi bisa keluar. Nek kemaren-kemaren kan belum, ndak bisa ya. Tapi sekarang bisa, udah bisa. Nek ada orang beli ya sudah bisa njuali. Tapi ya sering mesti ya ndak ngangkat sing berat-berat. Cuma berjalan ya misale njuali rokok apa apa gula gitu kecilkecilan lah sini, gitu. Kalau kayak jahit segala belum ya? Belum, belum. Iya. Selama ini saya nganu jangan dulu. Sebabe kan ya disamping kena bau-bau itu pewarna kain kan juga debunya itu kan walaupun ndak kelihatan ya tapi kan bisa masuk ke sini. Kalau ke gereja belum ya? Belum, ke gereja belum. Iya. Selama ini masih dikirim komuni. Ya sebetule tu kepengen ya tapi kan kita tu nengok kanan kiri, nengok kanan kiri karena ini kan ada baunya ya. Daripada menganggu sik sebelah. Ya to. Lebih baik jangan dulu. Ya nek sebenarnya mau berangkat ya bisa sebenere, naik becak apa naik sepeda itu kan. Tapi saya saranke jangan dulu, nanti daripada nganggu yang lain. Kalau bapak lihat ibu tu ibu nyaman dengan ini? Ya terganggu ya. Ya terganggu lah sing mesti. Terganggu. Kontak sosial sama orang lain terganggu ga? Kalau saya ndak tu. Kalau saya sendiri ndak. Tapi kalau ya sing bersangkutan tu kadangkadang tu ya merasa rendah diri ya. Terus terang gitu ya, karena walaupun bagaimana kan kita membawa ini ya, bau sing ndak sedap lah istilahe. Kalau sama anak-anak? Kalau sama anak-anak ndak masalah. Tapi ya kadang juga… nek ini yang selama ini diderita tu ya ndak ada masalah. Ya namane anak tu ya masalahe lain malahan. Ya to. Masalah lain. Anak-anak tu kadang dikandani tu cok ndak nurut itu cok gitu. Apa ibu tu kehilangan harapan atau misalnya aku sendiri kayak gini, selama ini aku pengen begini tapi belum bisa kadang… Ya semua itu punya rencana ya. Kita punya rencana. Ya sing jelas tertunda tu kan kita punya anak. Untuk masa depan anak tu kan terganggulah, istilahnya begitu. Anak itu kan udah mulai SMP nantinya SMA, ya kan. Tapi kan mesti ada kelanjutane lah, ya to. Kita sebagai orang tua kan punya angen-angen sendiri. Kalau badannya, secara fisik tu gampang capek apa ndak? Sapa? Ibu. Ibu, gampang capek ya. He-e. Ya kalau jalan itu ya kalau terlalu lama atau terlalu jalanne tu terlalu naik ya terasa. Terasa. Sing mesti kan ditubuh tu kan dah lama untuk bergerak, buat tiduran aja. Di samping itu kan juga untuk makannya terbatas. Ya kita kan butuh vitamin juga karna dia itu takut, makan ini itu akhirnya badannya lemes ya. Kita orang sehat aja tu nek ndak makan lemes lah. Gampangane kan kayak gitu. Jadi cepet sakit. Kan berkurang. Sekarang masih bengkak apa ndak pak kakie? Bengkaknya dah menurun ya. Menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O sudah baikan? He e, sudah baikan. Makane sekarang tu kan bisa berjalan. Kalau kemaren kan bengkak sekali tu dak mau, takut dia tu. Kalau berjalan kan ininya gatuk (paha subjek menempel satu dengan yang lain). Kita kan orang…. Sampai sini ya bengkake? Semua? (menunjuk paha). Iya sampai situ. Dari bawah sampai ini, diatas lutut ni. Kalau naike malah ndak. Berarti ada kemajuan kan pengobatannya? Ya kalau pengobatannya sedikit demi sedikit disamping kita usah ya kita berdoa ya sing jelas ya. Namane usaha berobat itu kan ya tinggal cari mana yang cocok. Ini ndak cocok cari situ, ndak cocok cari lain. Ya selain itu ya hubungan sama Tuhan ya. Kan obat buat sarana. Kalau payudaranya sendiri gimana pak? Gimana? Kalau payudaranya sendiri ada kemajuan apa ndak? Payudaranya tu berkurang ya. Maksudnya…. Udah kempes. He e. Tapi kempes tapi gepeng gitu lho. Tapi dulu kan tinggi, medudul gitu. Tapi sekarang tu dikit demi sedikit berkurang. Kering ya Ya mendekati, belum seluruhe. Ya kalau dulu kan ya ngeluarke itu ya. Tapi sekarang tu berkurang, baunya. Sekarang tu yang tengahnya tu, kalau tengahnya tu kan kalau malem tu kadang-kadang yang keluar air. Jadi kalau tidur ya kalau dia pules ya kadang saya tu nengok, kalau ada aire tak ambil pakai kapas. Jadi nanti kan kalau bangun kan langsung bangun gitu. Bagaimana hubungan dengan tetangga-tetangga terdekat? Maksud te? Ya ketemu sama tetangga. Ketemu jarang. Ya kalau akhir-akhir ini memang jarang ya komunikasi karena di satu sisi kan punya kesibukan sendiri-sendiri. Ya… Itu juga dengan kanan kiri gitu kan dia ndak…. Ya walaupun gitu tu dia juga tidak tidak langsung berhubungan, mungkin salaman atau gimana tapi dia tu bisa memantau lah. O itu gimana-gimana. Tetep ada pantauan ya tetep ada walaupun ndak tidak mendekat lah istilahnya. Tangannya gimana pak, juga masih sering sakit gitu pak? Kalau tanganne ya kemeng-kemeng gitu lho. Tapi ya ndak seperti kemaren lah. Sing jelas tu bisa bergerak. Tapi sing dirasake sekarang itu kok kalau tidurnya kurang, itu kan cepet, cepet lelah ya. Sepi ya pak. Anak-anak masih sekolah ya pak kalau jam segini. Kalau bapak kerja ibu sama mbake tok ya. Berdua. Ya sepi. Ya sebenere saya ndak mau ninggal tapi mau gimana lagi. Udah kerjaan kayak gitu. Terus mau kerja apa lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Udah dulu pak. Kalau bapak mau siap-siap berangkat lho pak. Ya. Saya tu kerja ya gini ini. Cari kerja juga sekarang susah ya. Jamnya bisa sampai malem gitu. Tapi udah mau gimana lagi ya. Iya…
Data verbatim wawancara dengan suami Mar Gimana kabarnya pak? Ya baik. Udah selesai belum? Belum pak. Ini libur po? Iya. Wah nganti sing diwawancara wis ra ana ya. Itu saya bingung banget. Liat di 3 KTP aja ndak ada semua. Cari di Prodia itu ada satu dirumah juga ndak ketemu. Soale nek hasil lab gitu ndak nyantumke golongan darah kok ya. Cuma penyakite. Nek anak-anak gimana? Ya ini udah agak mendingan ya. Sing perempuan itu nangis terus. Nek sing laki ya rada nahan ya. Agak teteg. Udah gedhe-gedhe kok ya pak. Iya, sing perempuan kan kelas 3. Lha itu kan lagi ujian. Kalau besok ujian pun kalau ndak lulus juga harus dimaklumi to pak. Mamae tu dah yakin kok soale gurune itu temene, kepala sekolahe aja tetangga saya. Itu lho… pak Edo. Kenal ndak? Orang Ignasius juga kok. Endak. Nek bu Rusmit tu juga parah ya pak tapi ndak mau cerita kok. Lha ya, nek dia memang ndak mau terbuka. Beda kayak istri saya. Istri saya tu nek bilang ndak sakit ya memang ndak sakit. Wong itu misale ada kayak telor gitu kan, tak pencet gitu biar kempes ya ndak apa-apa. Bilange ndak sakit. Tapi nek dah bilang keluar darahe gitu dia dah pucet. Wong pas ikut pengobatan di Jogja itu kan dah satu setengah tahun. Itu kasi kunir putih, kayak morfin gitu mungkin ya. Ada penghilang rasa sakite. Jadi ya kalau ditanya ndak sakit.
Hampir sama ya pak sama ibu? Lha ya, tapi tuaan sini. Istri saya umure baru 46. nek ini njarak kok ya makanne. Apa-apa dimakan. Dulu kan sama-sama ngewangi di cik Mari tu, nek sisa jangan kangkung saben dina kok ya dimakan, wong orang biasa aja mesti ndak mau to. Nek istri saya ngati-ngati banget kok nek makan. Kangkung kan ndak boleh to. Pokoke sing diair-air tu ndak boleh. Sing penting kan dah ngopeni tetanan ya pak. Lha ya, wong udah 3 tahun istri saya sakit gitu. Saya ya nyok kasihan. Kemarin padahal ketoke dah sehat ya? Lha ya, wong sempet jalan-jalan. Wong adike pas kesana itu kan liat sendiri to. Tapi tiga hari sebelum ndak ada tu saya kayak kroso ndak enak gitu nek meh ninggal. Apa bobokan terus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ya ndak. Wong ndak pernah jalan sampai pojok wetan gitu kok ya jalan sampai sana. Terus sampai masuk rumahe. Apa meh pamitan apa ya. Itu kan anakke kakake sing dari Madiun itu baru aja datang. Ponakanne. Terus bilang kalau nanti liburan aku meh kesini lagi. Kita mesti ketemu lagi, bilang gitu. Ya tenan, ketemu cuma tiga jam. Kayak meh ngenteni itu ya. Tapi wong ya udah maksimal kok ngrawate. Iya tu dah 3 tahun sakite. Kasihan kalau lama-lama.
Wawancara dengan teman bu El Menurut ibu gimana kondisi subjek? Dia tu dah angkat tangan. Dia dah punya keyakinan kalau penyakitnya ga bisa sembuh makanya ndak agak mau operasi. Dia pernah bilang kalau dua saudaranya kena penyakit yang sama kemudian dioperasi tapi akhirnya meninggal. Aktivitas subjek selama ini gimana bu? Aktivitasnya menurun. Maksudnya? Dia kumpul-kumpul males, kerja berat males. Apa lagi yang lain? Tidak mau mengungkapkan pendapat, menutup diri, satu hal lagi mengeluh secara tidak langsung. Mengeluh secara tidak langsung tu kayak apa? Ah, aku malese kayak gitu tu. Aku nek kayak gitu ndak mau. Suka menyendiri? He-e. selalu di kamar, diam. Ga mau bergabung sama orang, ndak memusuhi orang lho tapi cuma diem aja. Berarti ga pernah beraktivitas dengan teman? Ga pernah, cenderung di dalam. Saya lagi ngobrol ma tetangganya dia ndak mau keluar. Cuma nginjen dari dalem. Yang wajar-wajar kan dia keluar ikut ngobrol ya.
Hubungan sama keluarga gimana? Baik tetep baik. Dia tu pengen semuanya baik buat keluarganya. Terus ingin selalu lekat dengan mereka, dari anak maupun suami. Misalnya? Dia tu sedikit-sedikit memperhatikan anak-anak, sering nunjukkan kalau dia itu kayak gini. Malah sering ditunjukkan. Kalau sama suami? Baik tapi ada perasaan cemburu. Saya tu pernah pagi-pagi beli soto, na dia tu juga lagi makan sama suaminya. Dia ndak liat saya, soalnya saya di mobil. Kayaknya tu nerawang gitu lho. Suamine asyik smsan dia tu cuma diem aja. Cuma sebates nemenin aja, biar bisa deket sama suaminya gitu lho.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalau sama saudaranya? Dia tu gampang tersinggung. Sering ndak klop kalau lagi ngobrol. Dia juga kurang peduli, suka membentengi antar keluarga. Koyo-koyo ini kan keluargaku ya ben keluarga sing lain. Aku aku gue gue gitu lho. Cuek cuek. Satu hal lagi tu dia kadang bertingkah laku aneh. Maksudnya? Dia tu misalnya buat apa ya buat pembicaaran tapi kalau ditanggepi gak kepeneran. Jadi serba salah. Misalnya dia tu mbuka kata-kata kayak gini, aku tu nyekolahke di Tarakanita, sebenere aku tu ndak mampu. Terus sama ipare tu dijawab, ha kowe ki aneh kok. Tarakanita kan memang larang. Nek larang ya rasah disekolahke nang kana. Kesabarannya juga kurang, rasah melu-melu urusan keluargaku nek ra setuju. Rasah cawe-cawe. Kan aneh itu. Dia yang mbuka omongan tapi kalau ndak sejalan jadi marahmarah. Sama mamanya juga gitu. Dia tu bilang, aku tu sayang lho sama mama tapi kok mama malah marah-marah sama aku. Lha itu kan aneh. Ada keterbatasan fisik ga bu? Kalau keterbatasan fisiknya tu sepertinya ndak mampu bekerja keras, serba ringan. Badan sering sakit, gampang sakit, pegel-pegel, pusing, semuten. Kalau mau mens tu tidak berdaya, lemes, kayak dilolosin badannya. Logikanya tu juga kurang kalau lagi kumat. Maksudnya? Kalau lagi drop gitu kalau itung-itungan lama. Misalnya itung-itungan 6 kali 6 piro ya. Aduh piro ya, aduh. Coba ambilke kalkulator. Kayak gitu. Kalau lagi ga berdaya yang dilakuin apa bu? Diem, di kamar cuma ketap ketip, ga ada semangat. Kalau lagi ga berdaya gitu ditunjukin ga ke orang-orang? Ga ditunjukin. Selalu menutupi, tidak mau diketahui orang lain kalau dia sakit. Aku ki ra lara, aku ki sehat, kayak gitu. Kalau hubungan sama orang lain? Dia tu dengan orang lain ga nunjukkan kalau dirinya sakit. Sebenarnya tu dia malu kalau orang lain tahu buah dadanya itu besar satu. jadi yang satu diganjel spon. Kan gedhe cilik sakjane. Terus pake baju-baju yang modis biar perhatian orang tu ga ke sakitnya tapi ke model bajunya. Dia deket orang lain ga? Ga. Justru menjauh dengan orang lain, menyingkir, membatasi kontak, males. Ada orang rubung-rubung, ada orang bincang-bincang malah nyingkir, ndak mau bergabung. Kalau ada kegiatan di sini ikut ndak? Kadang tu sangat terpaksa ikut. Alasannya tu ada kesibukan di rumah. Padahal yang sebenarnya tu tersinggungan. Ikut sembayangan apa ke gereja ndak? Sembayangan dia ga mau, PKK ga mau, males pokoknya. Kalau ke gereja juga sebatas diajak sama suamine. Satu-satune karna kepengen berduaan, ke gereja aja ndak mau ketemu orang kok. Menurut ibu, pandangannya sama payudaranya gimana? Dia tu sadar kalau dia tu menyandang penyakit dan ga disukai sama suaminya, minder kalau orang lain tu sampai tahu. Ya kalau misalnya lagi mau hubungan suami istri terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suamine tu mau megang kan juga takut ketularan wong itu hubungane sama ini to (alat kelamin). Secara ndak langsung kan gitu to. Segini dulu aja bu. Kalau mau kesini lagi boleh to bu? Iya. Makasih.
Wawancara dengan suami Bu Pi Kula nuwun pak? Monggo. Mlebu mriki. Kok tumben? Nggih, kulo pengen tilik budhe. Wong niki saking ler bade ten nggene mbah, mampir riyen, nek mboten mketen mangke jarang mriki wong kulo le manggen ten ler. O, ya maturnuwun. Arep ketemu ibu? Sik ya tak gugahe. Wong biasane turu nek yah ngene. (Bapak masuk ke ruangan di dalam) Lho kok sepi pak? La ya. Wong sik neng omah ming aku karo ibue. Biasane nek yah ngene iki malah ibu dewean nang omah. Lha aku we gek bali wae nunggoni putu nang TK. Wong biasane nek yah ngene ibuke leren. Wong ya pancen ra entuk kekeselen kok. Tapi jam lima ke ya ajeg tangi. Adus, maem, ya nek pengen ya nyapu-nyapu kene. Ibu maeme tasih kados biasanipun gih pak? Ya Alhamdulillah ora ana sing disirik. Gelem maem apa anane. Ora ngarani. Subjek: Kowe ki sapa? La yo mestine lali wong kowe wis ora neng kono patang puluh taun. Sak umuran karo anakku sing pindah rene bar kawin kae. Subjek: Aku titip salam ya kanggo bu Toyibah. Nggih mangke kula sampekaken.
Ibu niku mboten tindak-tindak napa pak? Ya ora to Nok (sambil tertawa). Wong lara kok dolan-dolan. La ibu niku napa mboten nate dolan ting ngenne tangga pak? Aku ra oleh. Mengko ndak kesel. Wong nek kesel ki menggeh-menggeh. Ben tanggane wae sing rene. La sing mriki niku sinten mawon? Akeh. Wong mbiyen ibu ki ya kerep niliki kancane sing lara. Ya kanca nang pengajian ya nang pasar. O rumiyin ibu rajin nuweni rencange napa pak? Ha a. Ibu ki mbiyen sregep tilik nek krungu ana kancane sing lara. Niki obate nggih pak? (sambil menunjuk toples). Ha kuwi obat seka kancane anakku. Munine obat kuwi jenenge mahkuto dewa. Lha nang kene we akeh, wong duwe uwite barang. Kancane anakku ki ya wis tau ngeki kayu seka Irian. Dikon godog. Lha rasane pait. Wong sing waras we ra doyan apa meneh sing lara. Tapi ya tetep diombe karo ibu. Kapan kae ya digawake benalu teh. Munine seka Bandung. Tapi ya ra kacek ki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Brarti pun katah gih sing dicobi ngagem pengobatanipun ibu? Lah iya. Nganti wis puter gelang. Kabeh wis dicoba. Tapi hasile tetep. Dadi saiki ya awak dewe mung bisa pasrah karo ndonga. Sing penting wis usaha sak mampune. Lha gih pak. Pak ajeng pamit riyen, ajeng ting embah. Maturnuwun. Ya. Mengko dolan rene meneh ya. Gih.
Terjemahan data verbatim wawancara dengan suami Bu Pi Permisi pak? Silakan. Masuk saja. Kok tumben? Iya, saya ingin menjenguk budhe. Tadi baru dari utara, mau ketempat mbah, mampir dulu, kalau tidak seperti ini nanti jarang kesini karena saya tinggalnya di utara. O, ya terima kasih. Mau ketemu bude ? nanti ya saya bangunkan dulu. Karena biasanya kalau jam segini lagi tidur. (Bapak masuk ke ruangan di dalam) Lho kok sepi pak? La iya. Karena yang dirumah hanya saya sama ibu. Biasanya kalau jam segini ini ibu sendirian dirumah. Lha saya saja baru pulang menemani cucu di TK. Karena kalau jam segini ini ibunya istirahat. Karena memang tidak boleh terlalu capek kok. Tapi jam lima itu dah rutin bangun. Mandi, makan dan kalau ingin ya nyapu-nyapu sini. Ibu makannya masih seperti biasanya pak? Ya Alhamdulillah tidak ada yang pantangi. Mau makan apa adanya. Tidak meminta. Subjek: Kamu itu siapa? Ya pastinya lupa karena kamu sudah tidak disana empat puluh tahun. Seumur dengan anakmu yang pindah kesini sesudah kawin itu. Subjek: Aku titip salam ya buat bu Toyibah. Ya, nanti saya sampaikan. Ibu itu tidak pergi-pergi apa pak? Ya tidak lah Nok (sambil tertawa). Orang sakit kok main-main. Apa ibi itu tidak pernah main ketetangga pak? Aku tidak boleh. Nanti bisa kecapean. Karena kalau capek itu napasnya tersengal-sengal. Biar tetangganya saja yang kesini. Yang kesini siapa saja? Banyak. Karena dulu itu ibu sering menjenguk temannya yang askit. Baik temannya yang dipengajian maupun yang dipasar. O, dulunya ibu sering menjenguk temannya ya pak? Iya, ibu itu dulunya rajin menjenguk kalau mendengar ada temannya yang sakit. Ini obatnya ya pak? (sambil menunjuk toples). Itu obat dari temannya anak saya. Katanya obat itu namanya mahkota dewa. Lha disini aja banyak karena punya pohonnya juga. Temannya anak saya juga sudah pernah memberi kayu dari Irian. Disuruh untuk direbus. Lha rasanya pahit. Orang yang sehat aja gak doyan apalagi yang sakit. Tapi ya tetap di minum sama ibu. Kapan itu juga dibawakan benalu the. Katanya dari bandung. Tapi ya gak ada perubahan tu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berarti sudah banyak yang dicoba untuk pengobatannya ibu ya ? Lah iya. Sampai sudah gak tau mau kemana lagi. Semua sudah dicoba. Tapi hasilnya tetap. Jadi sekarang kita hanya bisa pasrah sambil berdo’a. yang penting sudah berusaha semampunya. Lha iya pak. Pak mau pamit dulu, mau ketempat mbah. Terima kasih. Ya. Nanti main kesini lagi ya. Ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara Pertama Nama : Ibu Mar Lokasi : rumah subjek Tanggal : 17 November 2006 Jam : 17.40-19.00 Lembar 1 No verbatim 1 Saya mau bertanya tentang perjalanan 2 penyakitnya… dari awal bagaimana rasanya, 3 terus awal mulanya kayak apa, sebabe apa? 4 Na ini awal mula pertama ya nek anak 5 perempuan mau haid tu kan rasane nyeri rasane 6 njuk kaya mrangkaki gitu ya…. Nek itu ndak 7 langsung bunder sudahan (subjek menyatukan 8 telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf o) terus nek malem diburai kasi minyak putih ato 9 apa-apa besok ilang langsung haid. Nanti tiga 10 atau empat bulan keluar lagi seperti itu. 11 Digitukke lagi hilang, sampe empat kali terus 12 langsung berhenti. Itu cuma pertama ya rasane 13 haid seperti itu orang itu sama ini tangan 14 sebelah kiri itu rasane kemeng, pegel gitu tok. 15 Terus saya ke dokter. Dokter bilang ini 16 pengaruh pil KB. Usianya itu aturannya kan 36 17 berhenti pil KB tapi saya 43 baru berhenti. Na 18 itu menimbulkan tumor. Saya disuruh operasi, 19 dibiopsi, saya ndak mau. 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kenapa? Takut, yang mesti itu takut. Benjolan seandainya dari kecil aku berani, ha nek ujukujuk udah besar gitu berarti akarnya kan udah banyak. Dulunya temenne aku itu podo gitu, yang kecil dioperasi ya langsung ga ada apalagi yang besar, tumbuh dimana-mana ya juga langsung ga ada. Wong aku terakhir maen itu. Ya udah terus punya pedoman seandainya ini penyakit ini memang aku dipanggil Tuhan ya silahkan, kalau ndak… Tuhan memberi aku hidup, penyakit ini sembuh.
33 34 35 36 37 38
Sardjito? Ke Sardjito nek kita orang ga punya podo umume ge praktek. Ya kayak gitu juga. Saya juga takut tidur. Kita tidur, dibius terus kita buat praktek. Ya akhirnya habis banyak ya meninggal ya sudah podo wae to.
39 40 41 42 43 44
Itu modele? Itu alternatif. Dia juga dokter tapi alternatif kunir putih juga. Pertama empat bulan dia pake lap, lap itu saya darahe cuma 12, he e to. Empat bulan lagi ndak turun malah tambah 30. Empat bulan lagi ndak turun malah tambah
coding
interpetasi
Diket
Takut mati karena benjolan diketahui setelah sudah besar dan merasa waktu hidupnya tinggal sebentar
Sakit
Takut fisik akan menjadi lebih buruk daripada sebelum operasi
Sakit
Pendapat dokter untuk tidak boleh keluar darah membuat subjek takut karena kenyataannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 2 3 4
(Intonasi subjek naik) 40. Terus mungkin aku grogi apa piye apa putus asa, apalagi sudah pecah, bocor keluar darah keluar nanah, padahal kata dokter Eko ndak boleh.
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Keluar apa? Keluar darah, keluar nanah. Ndak boleh bocor gitu lho. Nek bocor berarti akar itu nyebar, dokter Eko bilang gitu. Na terus saya konsultasi dari Magelang ke Jogja itu. Itu dikasi apa… salep suruh nglicinke biar nganu… njuk dikasi pil untuk menghentikan darah sama nanah. Tapi kenyataannya ndak mempan. Ditengahnya itu ada lubangnya. Terakhir aku tegang. Ponakan saya itu digigit anjing (subjek sambil memegang pipi kearah bibirnya) saya udah bilang ndak kuat gitu. Udah mau tidur digedog. Njuk selama tiga minggu itu, gerak sedikit sur, gerak sedikit sur. Ngone dokter kakake saya dicium. Percuma dioperasi, bisa ini diambil tapi akarnya udah nyebar, nanti tumbuh dimanamana. Nek darah ndak bisa dihentikan secara kedokteran. Suami saya bingung, ada orang kelurahan Kemirirejo memberitahu ke alternatif Tampir di Mertoyudan sana gitu. Saya kesana terus ya itu… saya diobati.
26 27 28 29 30
Sering berangkat ke gereja ga to? Kalau sekarang saya ndak bisa berangkat. Saya berangkat, tetangga di gereja podo bau saya diusir nanti. Lebih baik saya dirumah dikirimi komuni.
31 32 33 34 35
Udah dikirim? Udah, dikirim sama prodiakonnya, pak Hadi. La saya nyadari sendiri to, kalau kita mau kusuk otomatis kita mau bau apa bau apa. Wong pembusukan otomatis seperti bangkai.
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Ke tetangga-tetangga juga? Saya? Ndak pernah untuk… ndak pernah keluar. Mergane saya sudah nyadari sendiri. Waktu tiga minggu itu aku pendarahan. Tetangga sudah bilang mati kae, iya. Entah itu agama apa saya apa campur agama, bukannya mendorong dia mendoakan supaya cepet sembuh apa piye kok malah mati kae. Ternyata krungu, terimakasih Tuhan. Pokokmen aku cepet sembuh. Saya memang ndak pernah keluar-luar. Kalau ndak ada orang baru aku keluar. Soale aku digituke terakhir itu ada yang ngomong. Aku kalau bau nggon iik aku dadi masuk angin. Tapi kenyataannya orangnya ndak masuk angin, wong masih jalan-jalan ya. Kan kalau gitu nyakitkan hati to? Daripada aku sakit
darah keluar pengobatan.
setelah
Sakit
Pendapat dokter kalau keluar darah dan nanah berarti kanker sudah menyebar membuat subjek takut, apalagi pendarahannya itu tidak bisa dihentikan dengan pengobatan serta tidak ingin menyusahkan keluarga
Tubuh
Ingin ke gereja tapi subjek takut akan diusir karena payudaranya pecah dan bau sehingga memilih untuk tidak berangkat.
Sepi
Merasa tidak disupport dan dijauhi oleh masyarakat sekitar sehingga subyek memilih untuk tidak keluar rumah daripada sakit hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 2 3 4 5 6 7 8
hati terus, mendem terus mending aku kan ndak usah keluar. Dirumah cari kesibukan kan. Cape ya tidur, sudah selesai. Waktu sembayang ya sembayang gitu. Ya hukum masyarakat ya seperti itu. Kalau ada yang kesusahan bukan kita njuk didoake apa ditolong apa dipiyeke gitu piye carane, tapi malah dikucilkan. Ya cuma masyarakat.
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Sibuk ya brarti? Ya suami. Kalau anak sing ini, ini si Rika ini seperti diantem ya atine ya. Masih kepengen njaluk dibimbing wong tua kok wong tuaku keadaane kayak gini, he e to. Sing kecil gitu ya wis podo wae ya. Kan yang kecil sudah dikasi tahu. Ka… mamamu ki kanker payudara gini, udah keadaane kayak gitu. Tergantung mati apa urip ora ngerti. Lha ini kalau kayak gini kan mujijat Tuhan to? Wong saya sudah berlubang seperti itu. Apalagi setiap gerak darah, gerak darah gitu. Kalau ndak mujijat Tuhan, Bunda Maria ndak ada to?
22 23 24 25 26 27
Waktu kemarin masih, saya kesini itu kan masih? Tidur itu. Kalau waing hi… gitu ndak berani. Cu gitu langsung sur gitu apalagi waing sing santer jret gitu langsung sur gitu aja. Seperti kran itu, sur gitu. Tapi sekarang sudah ndak.
28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kayak ada bilik-bilike itu apa? Ada itu, ada ketoke empat kamar. Tapi untuk orang sing jauh-jauh. Orang ndak punya. Kayak aku ini Magelang Tampir kan sedela, trus ada sing nyilehi mobil, balik wae. Nek seandainya aku boleh tidur sana mungkin aku ini sudah sembuh. Soale di sana kan njuk setiap hari dikerjake he e to. Kalau ini, saya kan tiga hari sekali terusan.
37 38 39 40
Yang nganterin bapaknya? Ya bapaknya yang nganterin. Setiap kesana yang nganterin bapake ha a. Nek aku sendiri ya ndak isa wong jalanne ko ngono kok.
41 42 43 44 45
Ya telaten ya bapaknya? Ya kudu telaten. Wong sak ini wong sudah gini kok ndak telaten. Wong gek sik geteh keluar darahe kayak gitu wae telaten kok ra ketung karo ngodo.
46 47 48 49
Saking capekke ya? Ya capek. Wong sak ni nek keluar darah njuk sitik gitu ndak. Gerak gini ya dah kayak ledeng mak sur gitu aja. Mbok anduk habis ganti
Derita
Subjek merasa sudah tidak bisa membimbing anak-anak karena keadaannya tidak memungkinkan dan anak-anak merasa terpukul karena tahu keadaan ibunya.
Sakit
Tidak berani bersin dengan kencang karena darah bisa keluar dengan deras.
Merasa tidak diijinkan untuk rawat inap karena rumahnya dekat sehingga perawatannya tidak bisa setiap hari.
Suami selalu merawat meskipun capek karena keadaannya semakin parah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 4 1 selimut gitu terus. Ngeri to…. 2 3 4
Jadi selama ini sing kasi semangat ke ibu, keluarganya? Keluarganya, keluarganya sama pegangannya.
5 6
Kalau tetangga-tetangga ga ya, malahan? Podo menjauh malahan. Menjauh.
7 8 9
Nengok kerumah juga ndak? Ya cuma pas waktu kejadian itu. Pendarahan itu. Gruduk. Udah ya udah.
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Ndak kadangkala nengoki? Cuma satu dua orang saja. Tapi ya sing biasanya waktu aku masih sehat. Ada apa… sing anakku ra doyan maem, maem di iik ya. Diusung go rene. Maem di sini. Nek saya masalah kayak gitu nek bocah maem podo seneng aku seneng. Yo maem, maem, ayo bareng-bareng. Ni aku crita. Sing biasane tiap hari gitu. Ngerti kejadian gini sejangkah kakipun ndak nengoki. Na jadi suami saya, kamu inget -inget . Kamu sosial, bermasyarakat tapi sekarang kenyataan kamu seperti itu, mana. Bukan kita tu njuk mau minta balas jasa apa piye, e… mbok ya piye kowe saiki. Udah seneng. Ming ditengoki ra usah bawa oleh-oleh, tetek bengek ndak usah, teka piye. Kan menghibur. Mau tidak mungkin nek seandainya kamu sembuh kamu bersyukur aja pada Tuhan. Omahmu kae ning kana terbuka. Mbok kowe mambu, kowe ngopo, omahmu sih terbuka. Mbok kowe mambu, po ngopo omahmu isih terbuka. Bapakmu sih nunggu ning kono. Sing dimaksud ya Tuhan, Bunda itu.
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Orang sik beneran kasi support, semangat sama sik ndak itu He-e (Subjek mengangguk-angguk). Cuma, cuma satu. Bu RT ini. Itu misih kadang nginguk ke sini. Ndak suwi, ndak ya. Nek muni bauk. Piye mambu? Biasa nek barang mambu. Dia begitu. Wong kemarin pas ceplok separo itu, wah ambune ngungkuli batang itu. De’e nglegakke teka. Iseh nggo daster, wong bangun tidur kok. Piye ik, wis ceplok. Amin, amin Gusti Allah wis ngabulke doane. Wis lah muga-muga. Kayak dewe wis njuk lali brek umpamane itu, ndak seperti itu.
46 47 48 49
Paling lima menit datang saja dah seneng? Wah seneng. Teka ndak usah lima menit. Teka sedelot piye kowe kabare apik. Udah saya seneng. Tapi ya jangan sampe ada suara sing
Sepi
Tetangga menjauhi, hanya menjenguk sekali setelah itu tidak pernah lagi padahal subjek ingin dijenguk dan ditemani.
Tubuh
Takut orang lain tidak menyukai dirinya yang bau karena sakit
Sepi
Senang dijenguk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 5 1 sumbang. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Mendingan ya ngomong didepanne ya. Wah saya ndak kuat baune. Apa gimana. Itu memang ndak gitu. Padahal saya angger ada sing teka. Sori aku mambu. Saya bilang itu. Ha mbok kakak saya aja. Sapa sing datang, saudaraku, aku gek mambu. Mek kowe ra betah, kowe le ngomong-ngomong rada adoh. Nek kowe betah ya mangga. Nganti saya bilang gitu. Terakhir tu kemarin aku ada orang itu jualan ya. Kalau kamu ndak punya pokok, kamu ke sini. Nek pagi tu ngambil-ngambil ya. Boleh, tapi sore mbayar soale diputer. Aku ndak punya modal. Betul ya. Tapi kenyataanne ada uwong itu gek hamil, hamil muda ya wong gek angkatan. Aku ra tau ning iik. Rak, aku njuk rasane mual. Aku ki gek meteng. Mambune ra karuan. Kenapa yang jualan juga ndak mikirin. Ndak mau apa, kalau jalan ya melengos. Kalau kelihatan buang muka (subjek menghadap kekiri dan kekanan, untuk memperagakannya) itu seperti apa rasanya. Bukan saya ngundat. Tapi ini saya bilang apa adanya, fakta. Orang yang sehat sama orang yang baru dikasi anugerah sama Tuhan itu lain, he e to.
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Memang bener kayak gitu, malah kadang itu Tuhan kasi lebih, mencoba kekuatannya ibu. La iya itu, kan lain. Garek dewe kuat apa ora. Nek ndak kuat kan aku njuk menyingkir, ora doyan mangan, ra apa, penyakite seneng, nggerogoti aku. Tapi nek tak gawe santai aku mbiyen mbek bojoku gek arep dadi nganten janjine piye nang ngarep altar. Anakku isih butuh bimbingan, ya to. Wah, ayo nyanyinyanyi. Anak-anak ni sampe tak, aku diajari nyanyi, sing seneng-seneng. Aku suka gitu. Guyon. Nek orang lain saya sudah ndak ngreken. Jualan gini saya ndak pernah keluar. Soalnya nek keluar bilang bau. Jangan beli tempate ik, ik mambu. Itu tu sebagai orang tua ndak ada pikirannya itu, si anak pikirannya itu si anak itu belum … jangan seperti. Aja tuku nang ik, ik mambu kabeh. Nek tuku nang liyane. Ho itu saya denger dari telinga saya. Oh Tuhan terimakasih, ini cobaan hidup. Aku seperti ini.
46 47 48 49 50 51 52
Padahal seharusnya juga bisa nyupport, kasi semangat, seharusnya. Ya itu kalau ini, sing mikire nganu, apa gek susah, ngene … sakke. Saya dulu waktu misih melu. Aku kerja di cengkeh. Nek anak buahku itu lara tak openi, biasane. Njuk ada sing takon. Itu bau’e busuk, tempat saya misih busuk sana.
Tubuh
subjek merasa rendah diri karena orang menjauhi dirinya yang sakit dan bau.
Tubuh
Takut ditolak orang lain karena bau yang ditimbulkan dari sakitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Di leher ini. Nanahe keluar. Saya ndak mau nglarang. Cuma aku ngasi tau. Kowe kerja ini misih kuat? Nek ora kuat kowe leren. Kowe tetep tak kei bayaran pokok, tak jalukke juraganne. Saya ngomong gitu. Bukan njuk kowe mambu gitu ora. Itu kudu diresiki. Kowe ning dokter. Nganti saya itu dulu itu nandur ngene kok saiki aku gek kayak ngene kok tukule malah gini. Wis iki memang cobaan. Ya sudah berkali-kali ya cuma anugrah karo cobaan.
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
O, sebelum itu ya berarti? Sebelum kejadian ini wong kejadian ini 2003 kok. Ya ini na ada tetangga sing punya hajatan he e to, disambati. Ya wong jenenge bermasyarakat, iya to mesti mau to. Wah, ndak terimakasih ndak apa-apa ning malah ngunekke. Ini kan njedul ini kan kecapekan disana. Terus langsung njedul, ni bukan apa-apa. Tapi apa dia tahu. Kan ndak tahu to, ha? Cuma njuk ini mujijat Tuhan apa piye ya, he e to. Saya ke sana, masih mau njenguk. Saya ngemek tetap ngemek, njuk misik ke rumah. Ketemu aja ndak ngasi lima menit. Ndak ngasi lima menit. Edan wis. Aku mbayar iki, iki, iki. Gulane ik, ya udah, ya wis tak jukukke. Tak jukukke gula, tak kekke. Tapi kenapa dia pulang kok bisa muni gitu. Ha piye to. Nglarakke ati ora. Tapi ya sudah, cuma terimakasih pada Tuhan. Nek aku tu ndak. Wah, nek dioperasi berarti isa kayak ngono, wis mendingan rasah dioperasi. Dioperasi entek akeh ya mati, ra dioperasi ya mati, iya to. Ndak mungkin to manusia itu mrungsungi ya sudah pikiranne pedomanne gitu. Suami saya bilang gitu. Kowe rasah wedi. Gusti Allah kuwi, bapakmu kuwi ki ngeki menungsane nggon ndonya iki ngaleha ora urip ya mati, ora mati ya urip. Ra nana uwong sing ngono. Mantepa, nek kowe dikei penyakit apaapa tampanen. Atimu iklas, kowe senenga. Suami bilang seperti itu.
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Sekarang ndak lagi pergi? La iya, kerja. Sek ini nek dia ndak kerja bagaimana. Wong selama waktu dia ndak kerja ya wis makan we nyaut sana sini. Kita ndak cari. Sekarang dia kerja untuk nutupi sing kemarin itu. Itu aja masih belum cukup, masih ada tiga empat orang sing belum ketemu gitu. Walaupun orang itu menyadari ya, wong kita itu ya sudah ditolong apa ra mikir, he e to. Ha yo suamiku nek kerja, lagi pulang jam satu, jam dua belas, dong jam tiga.
Subyek berharap orang lain berbuat baik kepadanya sebagai timbal balik atas kebaikan yang pernah subyek lakukan.
Sepi
Sakit
Derita
Subyek merasa orang lain tidak memberikan support Bingung bagaimana harus menyikapi penyakitnya, subjek menyikapinya dengan pasrah.
Khawatir tidak melunasi hutang.
bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 7 1 Berangkate pagi? 2 Brangkate jam sembilan, jam sepuluh. Kalau 3 mbake ini dah selesai nyuci-nyuci baru dia berangkat. Sing jualan njuk mbakke. Saya cuma 4 mantau dari dalam, gitu. Kalau saya sing njuali 5 kan podo ndak mau. 6 7 8 9 10 11 12
Anak-anak sekolah? Anak-anak podo sekolah. Nanti nek pulang sekolah, anak-anak istirahat nanti njuk gentian sama mbake. Mbake ngerjake lagi sing belakang. Anak-anak sing jualan. Kenyataan gitu njuk meh piye meneh.
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tapi untunge masih ada keluarga, nek ndak keluarga kayak gitu kan mungkin ndak lebih kuat dari sekarang. Ha yo wis memang piye meneh. Adane gini, kakak dua ya wis duwe kebutuhan dewe-dewe. Cuma nek nganu, nek aku kangen apa piye. Aku ngomong, koh rene, njedul. Nek ndak ya teka kakakke dewe teka ya paling njedul dewe-dewe. Yo ndak ketung ming piye kowe Ndut sehat? Ha ya ngono kuwi. Dah pulang. Ha ming gitu tok. Ndak njuk ngomong-ngomong suwi apa piye ngono ndak.
25 26 27 28 29 30 31
Misale ladenan apa piye? Ya biasa to, gek anak umur pira to, ladenan piye. Nek itu diunekke dewasa wong ya belum dewasa. Wong sing satu gek 14 tahun, sing Rika. Sing Weni baru 12. Rika tu mau masuk 15, Weni mau masuk 13. ya misih biasa to. Mah maem apa mah. Mah aku terke pipis mah. He e.
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Masih kayak gitu? Ha… tanya o mbake itu. Mbak aja bali sikik, aku terke, enteni aku beol sik, gitu ya, podo wae. Maeme aku dienteni, aja ditinggal gitu. Dirumah sendiri itu dia kayak gitu. Duwe rasa wedi apa piye. Ha ya gitu. Nek manja sing ketoke manja itu sik kecil. Itu suka nyiumi, mijiti. Pulang sekolah tu cok curhat. Kancaku ngene ngene ngene, njuk aku ngene ngene gitu. Nek sik perempuan kan rada rikuh. Nek ndak ngasi kepepet, sing penting banget kayak masalah laki gitu ya de’e cok nek ndak isa nganu de’e cok kancaku ngene ngene aku piye. La terus aku gini, karo tak bimbing. La memang kudu isih dibimbing wong sing lanang ndak isa ngerti apa-apa to iki. Njuk kan ada anak sik mulute rusak masalah wanita. Lha de’e tanya omonganne, ya saya kasih tahu. Kalau ini, ini njuk ini, ini. Njuk umpama perempuan itu haid, njuk anak laki-laki keluar jakunne sama suarane
Sepi
Takut ditolak orang lain sehingga perannya digantikan.
Sepi
Khawatir kesepian karena merasa kakak tidak bisa lagi menemani setiap saat padahal ingin selalu didampingi.
Derita
Takut tidak bisa membimbing anaknya.
ID
Khawatir tidak bisa berperan untuk membimbing anaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 8 1 tu beda gitu. O gitu itu. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Gitu ya, mbimbinge masih…. Justru itu, aku harus kuat walau aku kena penyakit seperti ini. Tuhan aku berilah aku kehidupan. Walaupun aku menyandang penyakit ini. Aku kudu urip. Aku tak mbimbing titipanmu. Waktu aku mau masuk ke gereja mau sakramen nikah. Janjiku mbek romo Rus ki aku kudu mbimbing anak-anake ning Katolik njuk sak kabehe, dibimbing sak kabehe Katolik. Ya aku harus nepati janji. Entah suk nek anakku dewasa aku ndak ada, njuk bocahe mlencos tapi aku sudah kan aku ndak tau. Pokokmen saya sudah mbimbing semampu aku. Nek aku ora menuhi janji karo romo, karo Tuhan, he e to. Kon mbimbing anakku. Aku sudah putus asa. Aku sudah pasrah sama anakku tak pasrahke. Kakakku dua tu tak pasrahi. Suamiku ya sudah dibilang mbek kakakku, nek Gendut ndak ada kamu masih muda, mau nikah lagi silahkan. Tapi anak-anakmu tak emong aku. Kakakku sudah gitu semua (subjek menangis).
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Orang mau ngomong apa terserah. Udah saya terserah. Saya ndak mikir kok aku. Pokmen aku hidup ya, aku meh mbimbing anakku. Iseh kumpul mbek suamiku ya kowe misih keluarga. Masalah omongan aku ndak ngurusi. Mbok kowe ngomong sak piye-piyene apa, aku ndak akan ngurusi. Cuma nek kamu diomongi, njuk saya ngomong kayak gini. Itu jadi pikiranku, ndak. Aku sudah tua. Anane mung ndonga. Tuhan terimakasih. Itu sek doa ajaib. Doa yang mana itu sampe apal juga kok. Ampuni dosaku Tuhan dan ampuni dosa semua orang-orang yang dilibatkan. Nek sudah mbaca itu rasane ayem banget.
37 38 39 40
Lagian juga kematian kan memang ndak diduga kapan waktune. Ndak bisa. Tuhan tu kapan mengambil aku tu aku ndak tahu.
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Jalani, kuat kan njalani? La ya kuat. Pokmen ya itu. Aku pasrah. Tuhan mau ngambil aku kapanpun silahkan. Tuhan mau ngambil aku silahkan. Asal nek anakku ki sudah pikiranne isa dewasa, ndak seperti sekarang. Nek sekarang terus terang tak akoni masih kayak gitu. Apa-apa masih mah, apa-apa pa, misih. Tenan aku yakin dalam atiku njuk aku dendam sama dia, dia, dia itu ndak. Cuma nek aku sembuh total. Aku mau bersyukur. Aku mau bersaksi, sudah. Njuk diajak kemana, aku
Derita
Khawatir tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan tidak bisa membimbing anaknya
Diket
Tidak tahu kapan mati.
Derita
Meskipun pasrah subyek masih ingin membimbing anaknya agar lebih dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 9 1 2 3 4
bersaksi. Aku ikut. Tenan aku nek sembuh total aku mau tetap hidup terus untuk bersaksi terus. Aku bersaksi. Soal tadi, sekarang tu aku ya merasakan. Wong aku ndak sakit, ndak apa.
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Udah ndak? Udah ndak. Cuma ini tok to sing pegel, dulu. Nek buat jahit kan dulu gini, tangane gini kan njuk wah tanganku kok lara nek jahit. Tak lereni jahit ya tetep pegel. Ora ya kayak ngene. Ha ndak taune nek gejala ini. Langsung gedi gitu kok. Nek seka cilik aku isa maklumi. Wong langsung njedul kok isa segini. Otomatis kan ya udah nyebar to akare tu.
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Kalau lebih tau dari awal ya? Ha nek tau lebih awal gitu. Katane dulu kan nek tidur tangane suruh naikke. Suruh searah jam (subjek memperagakannya dengan memutar tangannya searah jarum jam di atas payudaranya). Ya sudah tak jalanke wong ya ndak ada apa-apane. Wong nek muni sudah njedul njuk diburai ilang, njuk haid gitu. Njuk sesudah haid njuk aku keadaan gitu ya ndak apa-apa. Apa njuk ngerti nek kayak gini po? Ndak tau to. Temene saya kan tahu. Segini, njuk sini njuk malah pindah-pindah tu. Temenne do tahu. Nek saya kan ndak ada. Langsung besar gitu.
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Apa masih nglakuin macem-macem , apa….? Ya nglakokke umpama kasarane pengen liat tivi, sik senenge aku apa ya saya liat. Ning tu sok-sok kesel banget pengen bobok ya, saya bobok. Pengen buat roti cilik-cilik itu ya. Saya mbuat. Ning sing notoni rasane kok aras-arasen ya teka duduk njuk kaki’e selonjor (di bangku kecil). Pokokmen jangan sampai apa, nglentruk. Mbok ana ponakane kasarane mau kesini. Kenyataanne kok ndak sida gitu ya. Tiwas aku wis kasarane nyepak-nyepakke ngono ya. Kok ra sida. Kana maem, entek rong dina, tapi maem, rampung. Tapi saya ndak mau nanya kenapa kok kowe ra sida rene, ngene ngene ndak. Dia sing ngebel. Ik saiki aku ra isa teka rono mergane aku ngene-ngene. O masuk akal. Ya wis ra pa pa. ndak stres malahan.
45 46 47 48 49 50 51
Ge samben-samben ya? He e, nek cucune sing satu. Mak ik sing sembuh kapan? Aku pengen bobok mbek mak ik. Ya pokmen nek mak ik sembuh. Mak ik ke Madiun, bobok sama Susan. Tenan ya mak ik. Itu nek ndak ketemu seminggu ngebel de’e panas. Biasane kan nek ndek sini kan setengah bulan,
Tidak bisa memaklumi sakitnya karena subjek hanya mengetahui benjolan tiba-tiba sudah besar.
KD
Merasa menurun
Sepi
Senang dijenguk dan merasa kecewa karena saudara tidak jadi datang (melakukan kontrol pada emosi supaya kondisi fisik tidak terpengaruh)
vitalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 10 1 tiga minggu. Ha kemarin kan ini baru parah2 parahe, bau. Ha, podo bawa pulang, gitu lho. 3 Ha ya sampe sekarang pokmen satu minggu 4 sekali, dua minggu sekali mesti podo ngebel. 5 Mak ik mari, mak ik mari. Ya… ya…. 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Sama percaya. Percaya. Teka santai. Ha ni kakiku ni mulai ketoke bengkak-bengkak, ha a to. Ini ada sing ngomong. Ik wah kowe kena jantunge. Apa nek bengkak itu karena jantung, kena ginjele. Aku kurang gerak tu isa, bisa juga to. Wong saya nek dulu tu belom gini (subjek selonjor pakai bangku kecil). Saya tu jalan-jalan paling ndak ada setengah jam. Puter-puter. Tapi berhubung gini ni masak kurang gerak. Banyak duduk, banyak nganu kan njuk otomatis bengkak. Bukan saya menuntut, tapi terimakasih. Nek iki memang aku lara jantung, tak tanggunge. Ya itu bisa. Aku njuk ndak mau ngomong. Aku wis pasrah, bongkokan karo sing Maha Kuasa. Ning wong nek lara jantung mesti ada tanda-tandane to. Suara keras sitik mesti tratapan, ya to. Rasane duk…duk…duk…duk, gitu. Njuk ngomong suara apa sitik, kesenggol atine apa piye ya rasane ngene-ngene. Wong saya tu bisa ora duwe rasa njuk muni drukduk ngene gitu ya. Njuk nyanyi-nyanyi ya. Saya tetep bisa. Ndak njuk duwe rasa ati jantungen, ya tetep biasa. Ana sing ngunek-ngunekke. Ya wis ngunekke.
30 31 32 33 34 35 36 37
Sendiri apa banyak sing bantu to? O sendiri dia. Cuma aku nek aku masuke sama mbak Min sama suamine aku. Aku tu mau masuk, anterna. Nanti nek pas dipejet gini keluar nanahe kan njuk saya mual. Nek dulu gek keluar darah ya semamput pindo saya disana. Kan sik bau ini kan pembusukan. Ini kan sudah kena separo. Kan cur gitu darahe.
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Yang bawah belum? Ha yang nglocop yang bawah. He e yang bawah. Ini kan ini kan nek nanah kan mesti narikke kebawah. Ha nek sing sini sudah kering, sentet-sentet. Ini nek ada nanahe kan ngandul, ha ini kan nglupas. Ha njuk sing… sing dulune besar ini dah kayak nyusut itu lho. Apalagi ni sik terakhir. Hari terakhir pendarahan di sana ini daging sik mbendol gitu kayak mangkok gitu tu lepas. Sing daging busuk itu lepas njuk di sana dah ditutup. Sudah dikasi obat. Ha ini lek nyonggo gini lek naleni kekencengen, pendarahan lagi. Sur, wah sudah ndak karuan wis to. Kasur, sama bantal-bantal sana penuh semua. Itu njuk dikasi kapuk, njuk
Sakit
Khawatir akan keadaan yang dikatakan semakin buruk dan menolaknya serta pasrah
Minta ditemani saat menjalani pengobatan. (takut menghadapi sendirian)
Menyesal karena keadaan yang sudah membaik kembali jadi buruk karena saat mengikat terlalu kencang sehingga keluar darah lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 11 1 ditempel obat lagi. Terus saya ditambani apa 2 ora ngerti. Wis pokmen terus isa sadar meneh. 3 4 5
Sakit apa ngeri? Ngeri getehe itu. Ya terakhir paling banyak itu ya kemarin, terakhir.
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dipenyeti itu juga ya? Ya waktu dipenyeti isa krasa cleng gitu. Terakhir itu njuk sampe sekarang ndak keluar, ndak keluar sama sekali. Ha ya terakhir itu paling setitik itu ha ya keluar ya sitik itu. Ha ini keluar sini lepas ha sekarang sing njedulkan ada njuk ndak beraturan to. Ha sing njendol-njendol ini sini suda retak. Sing sini retak. Ha cuma kapan keringe njuk isa mengkap gini. Ha nek ini isa podo nglupas gini, ya itu.
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ngomong gitu terus ndak pernah datang po? Pernah, ndak pernah. Itu we le muni-muni lewat telepon. Itu nyatane gitu kan aku tekon karo sing… ya kasaranne aku wong iseh cilik. Karo Katolik sing luwih duwur kan aku tekon. Pak nek wong kayak ngono. Teka dinengke. Sing penting kamu ngedep Bapakmu, ngedep Bapakmu. Hati kamu tidak menduakan, ya sudah. Kamu harus percaya. Biar tacik itu yang marah-marah. Dia berdoa ya percuma. Wong berdoa tu sudah ndak usah diminta kita secara tulus mendoakan. Itu kenyataanne kayak gitu. Cuma aku duwe pedoman, rama muni ngenengene. Tak nganu aku percaya rama. Wong rama ki rasulnya Tuhan, ha a to.
31 32 33
Orang sebenere kayak gini. Dulu setiap hari aku berdoa supaya keadaanku ndak kayak gini.
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Kita nolongin orang ya ndak punya maksud apa-apa cuma balesane. Na nek sudah gitu tu aku sudah kenyang. Jaman aku kerja ki nulungi kancane. Aku mbok golekke kerja. Ta lebokke kerja di tempatku. Tekan nggonne de’e ngunekke karo juraganne nek aku gaweanne nyolongi. Sampe saya bilang gini. Nek aku sampe nyolong. Koreksi bukune, nek sampe satu rupiahpun aku mencuri tak balekke. Ning aku njaluk sing ngunekke aku kuwi tulung diperiksa. Saya gitu tok. Ndak macem-macem. Cuma ya ini yang terberat. Sekarang diwakilke anakke. Nek isa tak wakilke anakke, nek isa ke sana ikut.
Sakit
Takut keluar darah
Sakit
Kondisi payudara subyek berubah dan subyek tidak tahu kapan akan membaik.
Membiarkan saja orang lain yang tidak mendukung usahanya untuk sembuh.
Sakit
Khawatir keadaan tidak membaik.
Sepi
takut ditolak orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 12 1 Aktivitasnya beda ya sama yang sebelum sakit? 2 Ya beda banget kok. Dulu aja rosario ikut, pendalaman iman ya ikut. Sing kesripahan 3 seminggu sekali setiap malam jumat kliwon. 4 Doa ya ayo pulang jam sepuluh, jam sebelas 5 setengah dua belas. Sebelum pecah pun masih 6 besar, aku masih menjalani kok. Cuma mbasan 7 ini wis pecah, njuk yuk bubar. Ada pertemuan 8 terakhir nek aku langsung diunekke ik kowe 9 sebelah rana kowe mambu, aku ra kuat. Saya 10 mundur isa. Tapi bunyinya dibelakang. Wah 11 iik’e saiki mambu. Nek sesuk ana apa-apa aja 12 nang nggone iik. Itu rosario itu pasan itu. 13 Makane ada pertemuan apa-apa saiki nek isa tak 14 wakilke anakke. Saya sakit. Nek sik laki sik 15 berangkat sing perempuan di rumah jualan. Nek 16 sing perempuan berangkat ya sing laki jualan. 17 18 19 20 21 22 23 24
Mbakke udah lama ya kerja di sini? Ya sudah dua tahunan. Pokmen selama saya sakit ini kok, selama sakit ini kok. Terus dokter bilang kamu sudah ndak usah kegiatan sendiri. Ya wis. Kan ndak boleh nyuci. Nek nyuci terlalu nganu kan nanti terus ndak kuat tanganne sik sebelah kiri. Jadie kan dak bisa nyuci.
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Pembantu menyuguhkan minuman. Nek muni air minum gini aku njuk kelingan. Kalau ada tamu dikasi air minum ndak pernah diminum. Katanya bau. La wong saya yang punya rumah bau. Terakhir saya saking mbededeke atine, udah nek teka sini ndak usah dikasi air minum. Arep diunekke gersang ya luweh, diunekke ra duwe banyu ya luweh, pelit ya luweh. Ha sekarang berapa gelas, angger… saya ndak mungkin kasi teh pahit mesti manis. Kalau minum cuma apa, lidahnya cup gitu aja. Kelong aja ndak. Ha to kita dah dicup gitu apa kita njuk mau dimik. Kan ya ndak mungkin to. Padahal berapa gelas saja.
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Padahal nek kesini kadang rombongan? Iya. Padahal saya ndak buat, wong saya ming tidur saja. Yang mbuat ya mesti mbakke. Nek gitu kan ngicih-ngicih to. Padahal aku nek mertamu ning ngendi-ngendi ya saya minum tu mesti habis. Mesakke sing mbikinke, saya gitu. Tapi ya itu, kemarin itu gek pas bau-baue itu podo niliki. Dikasi air minum podo ndak diminum kabeh. Waduh Tuhan gulane kok disia-siake. Ha piye solusine. Rasah digaweke. Ya ilok-iloke wong ming tamu ya to. Toples ya ana. Toples dibuka we ya ndak. Padahal toples gawean aku ya ndak to. Isine ya mesti tuku to. Wah rasah mbak. Ana sing ngunekke itu pas
ID
Aktivitas diluar tidak bisa dilakukan karena ditolak orang lain.
Dokter menyarankan subyek untuk tidak melakukan aktivitas yang berat.
Subyek tidak mau memberi sajian kepada tamunya karena tersinggung tidak ada tamu yang minum sajiannya.
Ingin orang lain menghargai pemberiannya seperti sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 13 1 saya tidur gitu tu. Rasah do mimik, mambu 2 ngono. Gek aku we ora dik, wegah. Ngopo? 3 Mambu. Padahal nek misa tu aku mesti nampa. 4 Gek aku iseh tak tiliki. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Masalah di keluarga ya pasti ada tapi ya udah biarin aja. Ada ning kok leren. Nek bocah loro berantem nek saya ndak isa ngatasi ya engko bapakke. Engko bali ya, nek bapakmu bali ya, saya bilang gitu. Nek muni bapakmu bali ya ngono ya wis semebar, ndak berani. Soale kan bapake kan nek ngadepi jarang. Nek sekali mbentak kan do wedi. Nek saya kan ngadepi setiap hari. Nek saya ora mbengok gitu, dia kan belum takut. Nek saya cuma ngandani alus, njuk ming nguya nguyu ndak kodal. Tapi nek saya wis… ki nek arep gelut, ki ana peso. Mek kowe sing siji menang mlebu penjara, sing siji mlebu rumah sakit. Tak biayai. Saya bilang gitu. Ha gek do pating clengkrung lunga.
21 22 23 24 25
Sering berantem to? La ya. Beranteme ya masalah sepele kok. Ngrogoh upil, cutikke ya dadi gelut. Mlaku, bokonge diplek ya gelut. Ha piye to. Gitu tu mendak dinane gek meneh nganu.
26 27 28
Masih anak-anak? Ha makane, nek diunekke muni dewasa wong nyatane wong gek koyo ngono ya to.
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
SMP ya dua-duane? He e. SMP kelas satu mbek kelas 1 di Kristen tiga. Di Tarki ndak kuat. Wingi obone siji setengah kok wong pas keadaan aku kaya ngono kok ha njuk kaya ngapa. Ni Kristen tiga kepala sekolahe pak Edo, wong Katolik. Pak Edo, aku ki kowe ki ngerti dewe keadaan kayak ngene, nek isa aku minta SPP ne dibebaske. Ha malah sak kabehe dibebaske, si Weni. Ha sing Rika kan wis dua tahun dibebaske, ha sing kelas tiga ini kon mbayar dewe. Mek sing Weni dibebaske kabeh. Ya wis bilang terimakasih. Njuk aku ngunekke, Wen kamu belajar buat mama, aja nyusahke pak Edo. Wis dibantu. Nek wong liya itu nek muni pak Edo bantu ndadak nggolek surat RT, RW tekan kecamatan, miskin, ha ya to. Ini kamu bebas, sama sekali mama ora ronorono, terimakasih. Kamu harus berdoa, ya. Ha nek sing gedhe ngono memang kasarane wis nduwe pikiran rodo down apa piye, sing gedhe. Dari ngomonge ngene-ngene, ya to.
Subyek tidak bisa mengatasi masalah kenakalan anakanaknya yang dianggap belum dewasa.
Menyekolahkan anaknya ditempat biasa dengan bebas biaya karena subyek merasa biaya yang dimiliki habis untuk berobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 14 1 Sing keliatan pengaruh banget sing…. 2 Rika. Nek Rika ketok banget. Ketoke ki nggondeli, wajahe ki kayak digawe apa piye. 3 Nek sing cilik durung. Nek sing ketok banget 4 sing Rika tak akoni. 5 Aku malem kan doa jam sembilan, jam dua 6 belas, nek ora keblabasen jam dua. Malem aku 7 nek dong ya ming mubeng gitu to. Sing bojone, 8 sing anakke wedok, anakke lanang tak tilikki. 9 Engko nek do nglindur, esuk do tak garapi, he 10 e. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bikin bercandaan? La, golek-golek unen gitu. Ha itu tiga-tigane tu jago nglindur. Semua nglindur tu. Dadie aku nek nganu ya wis. Ning aku lara ki kerep melek mbengi. Nek muni ndonga kan ndangak. Ning kursi ning nduwur, aja midun. Ya berdoa secara kita secara Katolik juga ada…. Madepe sak karepe. Ra kudu ngarep kulon. Sak karepe, sing penting isa doa.
21 22 23
Kepengen ndak to ke gereja? Ha kepengen sih kepengen. Tapi baunya ini lho. Nganggu tetangga-tetangga sing kusuk.
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Malah jadi bahan omongan ya? Ha, timbango jadi munine uwong mendingan udah ndak usah sik gawe omongan. Tapi aku dah janji walau ini ketoke gedhe tapi sudah ndak bau, he e isa ditutupi pake baju biasa ndak gini ini (pake kerdus), aku tetep lunga gereja. Ha ini mbahe sana ngomong, iki isa sembuh njuk kowe ngerti dewe nek korengen njuk nyiutnyiut gitu tho. Njuk tatune teka njitet. Ning ya kowe kudu telaten. Telaten nyenyuwun karo sing kuasa. Dah gitu kan dah mantep to. Wong ya ming nyenyuwun karo sing kuasa. Kita kan berdoa, dia yang menjalankan. Ha itu tu aku mantepe, isa sembuh.
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Udah percaya… Ha yo piye. Nek ndak percaya ya ming percuma to, mubasir to. Tuhan aku wis berdoa mbek Tuhan. Tuhan ngekei mujijat mbek koko lewat kono kok aku blas ra percaya. Wong nyatane ya ha a. Mbiyen banjir geteh kaya ngono. Terakhir aku nganti semaput ya nganti saiki aku iseh urip. Heranne lho ya. Darah itu keluar setiap hari seperti itu banyaknya ditensi kok normal. Ha sak ini kasarane nek tiga hari pendarahan seperti itu ya, mbok aku dikontrol, kok ketokke ini kunang-kunang, tensi ya apik. Nganu wae, kamu tambah darah sama minum madu, ya. Keluar terus dikontrol ya tetep apik. Seksine
Derita
Khawatir menderita kehilangan ibu
Tubuh
Ingin ke gereja tetapi takut akan mengganggu menjadi pembicaraan orang lain karena bau yang ditimbulkan.
anak akibat
Percaya kalau segala sesuatunya adalah kehendak Tuhan dan tidak bisa diprediksi.
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 15 1 sing ngontrol ya itu misih ada, ditensi itu tu 2 ndak mbayar. Ya nek ming mbah aku ditensi dia 3 datang kesini. Ditensi apik, normal. Lha saya itu 4 herannya disitu. Ah, mujijat Tuhan ki ra isa 5 dipikir. Antara darah segar mbek kotor wong 6 kakakke saya dulu, nek pas metu gitu dia ini 7 mek digini-gini (subjek menyatukan ibu jari dan 8 telunjuknya dan didekatkan di hidung). Dia nek 9 bilang segar, segar nek bilang busuk, busuk. 10 Nek wis item jan, wah rada amis ki, mambu ki, ki darahmu kotor. Wis ben darahmu metu kabeh 11 sisan. Engko nek kayak gini sesukke pak Par 12 tiap hari dah datang. Keadaan nek pas 13 pendarahan itu suamine aku mesti ngebel. Nek 14 siang nek dua tiga kali sehari pendarahan gitu, 15 kayak bojoku kan mesti gilapen to. Keentekkan 16 geteh apa ora, keentekkan geteh ora. Seger ki 17 darahe Ndut. Sesuk ditensi ya Ndut, medun ora. 18 Tensi ya ndak pa pa. Wong terakhir tu gek 19 terakhir saya tu gek mbededekke bojoku to, jam 20 tiga malem. Saya tu meh obah angel. Apa ki 21 arep mati kok obah ora isa. Mbasan isa gerak 22 gitu, wah wis lambah-lambah. Pak Di kan 23 nangis, teng gitu de’e gini ngocekki gitu. Tuhan 24 nek bojoku memang Kau kehendaki mbok 25 ambil, meh mati, ambela ning aja di siksa kaya 26 ngene. Aku iklas, ambela. Tapi nek Tuhan 27 menghendaki bojoku urip, sesuk kuwi nek kene 28 e apa apa aja metu. Nyatane pagi itu saya 29 dituntun, ngadek. Ngadek. Setetes darah pun 30 ndak. Ngasek beol saya digawekke kursi. Ndak 31 keluar gek berobat kesana itu. Ha ini sudah 32 memang tak akoni sudah saya ini istilahe sudah 33 sekarat. Nek diunekke muni uwong ki ra percaya 34 nek aku ngomong apa anane gitu. Tenan, ra do 35 percaya. Uwong endi nyasate kowe kok ra gero36 gero to nek lara. La memange napa kok gero37 gero nek aku ra lara. Ra ngandel nek kaya 38 ngono ngasi pecah, nanahen itu mesti nangis39 nangis tur nek wis muni pecah kayak ngono iki 40 uripe ming ra ngasek pirang… ra nganti sesasi 41 mesti mati. Ha kowe ora ngerti iki mujijate sing 42 kuasa. Persembahane kula. Itu setiap orang 43 mesti nanyai. La wong mamamu ya nekoni to 44 sakit apa ora to, he? Nek ibu-ibu mesti nanyai 45 sakit apa ora. Wong gek Helen we sakit podo 46 wae, sakit to? Ndak. Nek sana dimek gini we 47 sakit. Tapi saya ndak. Ndak sakit aku. Tenan, 48 nek diunekke ngono ra percaya mestian. Mbok 49 sisan kon sumpah, wani kok wong memang 50 nyatane. 51 52 53 54
Mungkin dipikire orang itu keluar darahe… Darah. Tiga minggu darah sehari dua tiga kali. Nek siang ndak apa-apa. Nek pas malem kan
Sakit
Takut rasa sakit menyerang dan tidak bisa mengatasinya
Pasrah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 16 1 suamiku kojor dewe. Ha nek siang kan kakakku 2 isa diundang. Mbakke ana ning kene. Ha nek 3 malem. Wah nek aku berobat seka sana, nek 4 disana darah keluar, mbak kowe bobok omah. 5 Nyatane sewengi ya ra mancur. Ya itu. Mesti do 6 ra percaya wis to. Ha mbok dokter we nakoni 7 mesti ra percaya. Wong ngasi kayak ngono kok ora lara. Tenana, seksine mbake itu. Sebelum 8 pendarahan itu setiap pagi suamiku nek aku dah 9 mandi, suamiku dah mandi. Aku disuruh tidur 10 itu berdiri. Soale nek nanah kering kan kayak 11 ada kulite mati to. Itu tu mesti mbek mbakke sak 12 panci jarang panas, he e, itu mesti dicepakke. 13 Mangkok khusus sendiri itu dah disendirikke. 14 Kapuk itu mbek mbakke sudah dicepakke, kasi 15 garam. Ha itu we diginike mbek suamiku, 16 diambil kerakke, terus ganti terus. Ngasek 17 bolong itu segini, dalem itu segini (subjek 18 menunjukkan jari telunjuknya). Ini aku nek 19 ndak shock muni putuku cokot apa? Anjing. 20 Mungkin aku ndak ngasi pendarahan tiga 21 minggu itu ndak pendarahan. Wong gek diresiki 22 gitu aja ndak sakit. Cuma ya memang dokter 23 ngomong nek memang metu nanah terus sekali 24 keluar ndak isa dihentikke, mesti mremen. Ming 25 nyatane ya ha a, ya masih keluar nyatane pas 26 nambani sing pertama. Wis dioperasi nduk? 27 Dereng mbah. Ya wis kana digawa mlebu. Ha 28 kok ngasi parah kaya ngene to kowe nduk. Mari 29 ning kowe kudu telaten, ora isa kayak wong 30 dioperasi. Nek sik rada suwe ki aku, saya dewe 31 ya mengakui. Wis pecah, wis bolong sengono. 32 33 34 35 36 37 38
Telaten ya? Mugakna aku pasrah sama Tuhan. Sembari aku nelateni ya sembari aku pasrah. ya sembari dadi siji karo wong omah, iya to. Ha ini kok isa masalah gini lagi, sana belum selesai? Apa ini lain?
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Ndak pa pa. Ini kan masalah kejiwaan to. Nganu to. Ya kuwi jiwane kuwi, masyarakat goncang, bingung. Mungkin nek entuk liyane aku, aku orang ndableg. Wong wis ket winginane wong dilebokke ning ati. Njuk ngendem kan njuran. Ngendem-ngendem terus. Nek ngendemngendem kan dadi penyakit to. Nek aku wis luweh, pokokmen aku mangan. Jalan siji-sijine aku kudu mangan. Aku merangi ini, pikiranku njuk isa digawe ayem.
Pasrah Ingin bersama keluarga
Tidak peduli dengan kata orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 17 1 Dipikir santai ya? 2 Ya itu, pasrah sama yang diatas. Ha ya pasrah. 3 Memang pasrah. Mbahe kono ya ngomong, nek 4 penyakit sebelah kiri itu memang suwe tur 5 parah. Beda karo sing kanan. Nek sing kanan ki 6 cepet mari. Nek sing kiri mergane cedak 7 jantung. Nek kanan kan ndak. Ha ya ming itu. Ya dia sembari nambani ki ya karo ngati- ati 8 sing kanan. Aku ya ngomong mbah sikilku kok 9 ngedablo. Ra sah wedi. Nek ikikmu mari sikilmu 10 isa pulih. Ya sana ya tetep karo nambani, yo an. 11 Ra usah khawatir sing duwe menungsa mesti 12 nambani. Nek ngomong gitu itu setiap aku 13 kesana, ngomong njuk keluh kesah gitu itu ya. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Catatan medisnya berarti ndak ada ya? Ya sing alternatif ya ming laboratorium. Ada nek laboratorium ada itu. Tapi nek dokter aku memang angger nang dokter kudu dioperasi kok, padahal aku wis jinjau. Ya yang paling saya wedeni ya itu. Udah dioperasi tapi kan ga tau udah njalar apa ndak. Sini itu kan kayak gitu, terus meninggal. La itu entuk, gawanen entuk. Boleh, nek nggon lab aku misih tak simpeni. Soale ndak kenganu…. Dulu tu alternatif-alternatif ya sudah tak jalani semua. Ada sing diminum, ada sing ditempelke. Tela taun tu, telane diparut, ditemplekke katane isa mari. Memang isa melis-melis banget isa. Jan malah medeni kae. Mateng biru itu wah jan ngeri wis to.
31 32
Tapi kan dah lebih baik. Ya, Tuhan berkati. Kuat, kuat gitu.
33 34 35 36 37
Iya. Ibu terimakasih buat semuanya. Kalau misalnya ada yang mau ditanyain lagi boleh kesini lagi to? Boleh, ndak pa pa. Ya kesimpulannya kan saya dikucilkan to.
Sakit
Khawatir terhadap keadaan yang semakin parah dan subyek menghadapinya dengan pasrah.
Sakit
Takut operasi karena tidak tahu kemungkinan bisa sembuh atau semakin parah
Sepi
Merasa dikucilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara kedua Nama : Bu Mar Lokasi : Rumah subjek Tanggal : 4 Desember 2006 Jam : 10.00-11.10 Lembar 1 No verbatim 1 Kalau ditanya soal apa yang ibu bayangkan 2 mengenai penyakit ini apa? 3 Kalau sebagai ibu rumah tangga kita tu otomatis mikir pendidikan anak-anak untuk 4 langkah selanjutnya. Katanya nek penyakit gini 5 cuma berapa… sampai usainya. Sedang anakku 6 isih… masih kecil-kecil, masih perlu 7 bimbingan. 8 9 10 11 12 13 14
Yang lain? Ya, apa pesan dulu kakak saya sebelum meninggal itu punya pesan, anak-anakku tolong jadikan satu. Itu aku belum terlaksana. Masalah lain gitu sudah ndak ada, sing penting kan pendidikan anak-anak ya.
15 16 17 18 19 20 21
Sebelum sakit sama kemudian sakit gini yang dirasakan berbeda apa? Nek dulu sebelum sakit gini semua gerak. Apa yang semua itu apa yang bisa dilihat dikerjakan tu inginnya dikerjakan gitu. Tapi sekarang sakit, semua terbatas. Mau gerak gini gini gini ga bisa. Apalagi di masyarakat susah.
22 23 24 25 26 27 28 29 30
Dah lebih sehat to? Nek gini dong-dong ya ndak mesti. Dong ini enak awakku soale rada ngaso njuk pikiranne rada santai gitu tu. Ming nek pikiranne ndak santai penyakit ini terasa berat. Rasane leslesan ndak punya tenaga. Kemarin dua hari yang lalu itu ndak punya tenaga. Adane mek tidur aja. Ini ni rada dua hari ini rada jenggelek sehat.
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nek kaki’e gimana? Ini kok rada ada pembengkakan sitik gitu. Mbuh ada efekke seka duwur apa apa aku ndak tau. Aku tanya sana bilang wah ndak pa pa bengkak. Nek ini atas sembuh penyakitmu ini juga hilang gitu. Ni bengkak. Tapi nek buat tidur seperti tidur tadi, nyender. Mungkin nek nekuk gini peredaran kurang ya. Biasa waktu aku sebelum duwe penyakit gini saya tu ndak pernah kok muni duduk. Duduk ya duduk njahit. Lainne ya mbuh apa-apa. Diluar sana apa-apa gitu. pernah duduk.
coding
interpetasi
Derita
Khawatir tumbuh bimbingan
Derita
Khawatir rencana menyatukan keluarga tidak tercapai
anak-anak tanpa
Merasa aktivitas sebelum dan sesudah sakit berbeda
KD
Merasa khawatir kondisinya tidak stabil
Sakit
Khawatir ada perubahan pada bagian tubuh, yang dilakukan rasionalisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Sekarang udah ndak ya? 2 Saya nek meh keluar ndak ada suami, orang 3 sing fanatik kan podo ndak mau nyedak apa piye. Ha wong nek jualan gitu nek aku muni 4 sing njuali podo ndak sida beli kok. Makane 5 nek ada sing beli kan saya ndak pernah hadir, 6 nunggu anak-anak apa mbakke itu. 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kalau misalnya minggu kemarin dah diceritaiin ya kalau ndak pernah keluar. Itu sebenarnya alasannya karena apa? Bau ya. Wong nek orang yang memahami njuk apa orang istilah orang kalau yang sudah berpendidikan, punya agama, bisa mendalami. O kalau seandainya orang tu sakitnya gini gini gitu tu, kita sebagai orang yang berpendidikan pa piye beragama kan maklumi gini. Tak nek orang yang berpendidikannya ndak tinggi, masalah agama baru setengah-setengah, asal buka mulut aja to. Jangan kesana, kesana bau, ha. Kan njuk seperti dikucilkan. Tapi nek sing sudah memahami agama, pendidikanne tinggi, ya contone ya sudah ada disini ya. Walaupun bau ya wis kaya adikke wae. Mambu, mambu to? Iya. Tapi ya piye carane dewe nahan to. Ndak njuk muni mambu, nganu-nganu. Seperti saya sendiri ya rumangsa masalahe saya memang punya penyakit gini, memang sik nambani ngomong iki diproseske pembusukan.
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kemarin ya? Kemarin berangkat. Ya terus, pokmen sampe ini bisa kasarane isa mrotoli apa piye ya. Pake mobil kakakke. Nek boncengan aku ndak berani. Sundul-sundul malah ceplok, pendarahan. Ya pokomen sana tu ngomong, satu jangan dioperasi. Nek dioperasi aku udah ndak mau tanggung jawab. Nek dioperasi dia ndak mau tanggung jawab. Tapi nek kamu ndak mau dioperasi, tak telateni sampe mari. Soale dioperasi nanti akare nanti tukul mana-mana. Njuk piye le meh nambani ndak isa. Nek ndak dioperasi kan cuma satu ini tok. Ada akar mungkin akare dipateni seka sitik. Mungkin ini busuk, akar ndak isa makan. Mau dilempar kemana nek makan, kan njuk ikut layu melu busuk dewe. Mungkin prosesnya mbahe tu mungkin begitu. Nek dikedokteran memang kepras gitu. Tapi akarnya kan ndak tau. Bisa cari njuk njedul ini kan njuk bisa.
49 50 51 52
Jadi ya belum menjamin ya? Apa? Nek disinar. Belum. Nek dikemo ya saya percaya. Soalnya dikemo kan membunuh akarakarnya. Akarnya dibunuh. Bukan njuk nanti
Sepi
Takut ditolak orang lain
Sepi
Merasa dikucilkan
Sakit
Takut dioperasi karena takut semakin parah
Pasrah karena merasa keadaan sudah parah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
nek sudah akarnya dibunuh otomatis kan menjalar ke tempat indukke. Nek disinar kan cuma sekeliling ini, lainne ndak tahu. Ya mungkin lho, itu we kan ming seka dokter kok. Cuma nek ada temenne sing kasi tahu seperti kemarin gek nganu. Ah, aku ra sanggup, wis pecah kok. Dioperasi ya percuma kuwi njalar endi-endi. Itu dokter berapa wae udah bilang gitu. Rasah kaget kowe ya Kyo, ndak, aku dah tau, aku muni gitu. Rasah nangis, ora, aku bilang gitu. Memang aku ndak mau dioperasi nek memang Tuhan menghendaki aku mati ya iki tak gawa mati, aku ngomong ngono. Nek disuntik kayak gini di Magelang ga bisa, suntiknya di sana di desa Tampir sana. Ya masalahe apa aku dewe ndak ngerti. Wong itu bukan pak’e, kasaranne ya belum pernah belajar masalah itu.
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Gampang lupa apa ndak? Nek masalah itu ndak. Cuma nek umpama ada suara slenting gitu ya njuk rada tak lebokke ning ati, njuk itu rasane lemes. Disini tu rasane abut, gemendel itu (subjek memegang payudaranya). Apa nek makan terlalu pedes sitik gitu ya, itu tu gemendel, rasane abot, keras. Nek ndak ya ndak, biasa. Apalagi diajak ngomong-ngomong gini, diajak guyon. Ha ora krasa babar pisan. Ini kan aku kan gek ajar turu da kasur.
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Selama ini tidurnya disini? Dikursi. Ha ya biasa ini ha a. aku gek berapa hari gelar disitu. Posisinya duduk gini, cuma kakike naik. Tapi kan nek disitu kan rada isa. Ya ijek rada duwur tapi kan ndak kayak di kursi, kan duduk. Ini kan njuk isa kaya nleser. Tadine kan tangan ini buat kaya gini angel (subjek menggerakkan tangan kirinya ke samping). Nek seini tidur da kasur kan tanganne bisa kayak gini dikasi bantal. Tapi nek meh miring ke sana (ke kiri) ndak berani soale rasane ini ikut ke sana semua. Tapi nek miring ke sana (ke kanan) berani. Ini ni misih rada kaku (subjek memegang bahunya) sing sini, mungkin ini nggon akare apa piye aku dewe ndak ngerti pokokmen sebelum gini kan (sebelum sakit) sing dirasakke cuma ini aja. Pegel gitu liyane ndak ada.
48 49 50 51 52
Kalau dilihat sudah lebih sehat, pokoknya kalau dibawa seneng aja pasti sehat. Wong nek atine seneng mesti sehate. Ning rasane gembira. Ha ya itu gek kemaren udan es itu aku kan atine gek seneng. Kok malah mak
KD
Merasa khawatir keadaan emosi mempengaruhi kondisi fisiknya menjadi tidak stabil
ID
Aktivitas terganggu karena sakit
KD
Khawatir emosi yang tidak stabil membuat kondisi menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 4 1 2 3 4 5 6
cur kayak ngono. Njuk dadi mak pengkeret lagi. Aku tu nek mbek darah tu wedi. Dulu ndak takut, ning mbasan telung minggu darah terus itu, aku takut. Ha ya mamamu barang kon seneng-seneng. Soale seusia mama tu rawan gini.
7 8 9
Tapi sekarang ya kegiatan wae. Itu nek da rumah udah ndak ada kerjaan gitu, ubeg gitu seneng. Soale akeh temenne, guyon.
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Ketemu orang macem-macem, ada sing…. Nek muni do ra dipikir ya. Angger isa muni, menang ngono ya. Ya podo wae. Umumlah. Nek ditegor jempling-jempling. Berani pantat ndak berani muka ya. Nek ning pantate walah kayak ngono kae ya, nek ning ngarepe ya, ha a, apikke, nganti lunyu nek nggo mlaku ya. Ya kayak gitu itu. Bok mau digereja, apa di masjid ya kayak gitu. Wis podo wae lah.
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Ning nek iki ketoke ekonomine hancur ya. Nek kaya aku setengah ngene iki ya mumet. Ya untuk berobat, untuk makan, untuk biaya tetek bengek. Kan njuk mung ngandelke suami tok. Ndak isa ngandelke kaya mbiyen. Biyen aku iseh bisa gerak, isa diendelke. Jualan apa, dong bakmi kopyok, dong mikung, pop es, es campur ya didepan situ. Tapi sini duwe penyakit ngene iki, mesti ran ana wong tuku sing nyedak.
28 29 30 31 32 33 34
Sekarang udah ndak pa pa to, ndak keluar lagi? Sekarang ndak. Ya cuma nek dong cape. Ni gini ni basah kemringet . Kan cok tak kok adem ki apa. Cok tak tiliki gini to (subjek memegang bagian bawah payudaranya). O kemringet. Nek sing nganu kan saya krasa adem tu nek darah keluar itu, ces gitu. Dingin-dingin piye gitu lho.
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Nek bau’e ndak ya? Darah? Ya ada dua macem aku. Nek sing darahe tu rada ambune tu sengak, sengirsengir piye gitu, itu sing kotor. Ming nek sing darah bagus tu, amise amis seger. Jadie ini nek dong ada keluar sing umpama kesenggol gitu njuk mak cur itu nek diambil gini (subjek menyatukan telunjuk dan ibu jarinya dan mendekatkannya kehidungnya) darahe tu amise amis seger. Tapi sing kita ndak tau njuk pas dewe gerak apa piye njuk mak sur gitu itu dibau gitu bau. Ya gini nek nganu cok gini (subjek memegang bagian bawah payudaranya). Soale terus terang to wedi nek nganu. Ini ndak ada.
buruk
Sepi
Ingin ditemani
Ingin orang lain berbuat baik kepadanya
Derita
Khawatir tidak bisa membantu perekonomian keluarga
Sakit
Khawatir darah keluar lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 5 1 Merasa kalau kemarin memang sudah dicritain 2 masyarakat itu dah berubah, gitu kan, waktu 3 ibu sakit itu. Terus kalau ke ibu sendiri gimana 4 nanggepinya. Nanggepi mereka yang berubah? 5 Ya saya cuek aja. Pokokmen saya ndak nyalahi 6 kamu, ndak ngapak-ngapakke kamu. Aku ndak 7 punya masalah sama kamu. Ya udah. Kamu 8 mau menjauhi aku ya terserah. Pedoman saya, 9 dulu saya ndak kenal sama kamu. Sekarang 10 umpama ndak kenal to ndak pa pa. Pokokmen 11 satu aku jangan dijauhi sama yang Kuasa. 12 Pedoman saya kayak gitu. Mbok semua dah podo ndiemke. Sing dulu disini makan jadi satu, 13 apa-apa jadi satu ya, kasarane cekakan gitu jadi 14 satu. Sekarang menjauhi. Kalau liat gitu buang 15 muka (subjek membuang ke kiri) ya biar. Yang 16 mbuang kan sana, bukan aku. Yang penting aku 17 jangan dibuang sama yang Kuasa. Ya pedoman 18 aku disitu. Aku ndak pernah nganggu kamu, 19 kalo kamu nganggu aku ya terserah. Kamu baik 20 mbek aku ya aku nerima, mau jelek ya aku 21 nerima. Cuma ya, o Tuhan kok ya bisa segitu to 22 ya Tuhan. Jadie lebih enak to. Nek pertama gek 23 pertama gitu ya memang pikiranne njuk teng. 24 Aduh, kok mbiyen kaya ngene kok saiki ko 25 ngene. Njuk seperti punya rasa rendah diri lho. 26 Kayakke kok abot banget gitu lho. Terus 27 banyak doa-doa ya ibu-ibu, ya gereja mana aja 28 podo ndoake. Ya nek sing misih senenga ya 29 ngasi tau, ya memang ngono kuwi lah keadaan 30 di dunia itu. Kalau yang kaya ya dirangkul31 rangkul tapi nek sudah jatuh ato apa, 32 bagaimana ya disepak kek, apa dipiye, kayakke 33 ndak kenal apa piye. Tapi wong memang 34 kenyataanne ya itu, iya to. Makane nek besok 35 udah sembuh kamu kegiatan aja dirumah 36 bapakMu sendiri, ha maksudnya kan gereja. 37 Udah kampung cuek aja. Carilah kesibukan 38 diluar kampung. Anggep tidak tau aja. Ya 39 udah. Malah suami saya juga gitu. Ndak usah 40 takut mati, semua orang tu ya Tuhan memberi 41 garis hidup sendiri. Antara hidup dan mati. 42 Antara mati dan hidup. Ndak ada seperti 43 binatang njuk mrungsungi balik enom lagi ndak 44 isa, ya udah pedomanne itu. Makane ya cuma 45 siap-siap kalau Tuhan memang menghendaki 46 aku sembuh ya cepet sembuh. Kalo memang 47 menghendaki Tuhan aku dipanggil, ya aku siap. 48 Jadie ya sudah ndak punya beban. 49 50 51 52 53 54
Tapi kan bapakke juga perhatian to kalau dilihat? Iya. Ha dulu sebelum sama suamine tu. Saya punya pedoman. Saya orang ndak punya. Sapa yang suka sama saya entah itu miskin entah
KD
Tidak peduli dengan orang lain karena merasa orang lain tidak seperti yang diharapkan (pasrah)
Merasa dirawat suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
kaya asal hatinya baik, berani meminta sama orang tua saya. Saya mau. Kenyataan tiga orang yang berani cuma dia. Dia padahal kuli di pasar toko Adil. Tapi kenapa yang dua yang kaya kaya punya pegangan kok ndak berani nembung. Brarti to buat apa tadi. Ya udah saya jalankan. Ya kenyataan Tuhan ya Tuhan tu memberi walaupun gini orangnya ya gini-gini ya dapat hadiah. Ha sampe sekarang pun saya nek muni beol, saya ndak bisa jongkok, dikursi terus pake ember. Kalau malem, pagi dia yang buang beole. Kalau cebok saya bisa sendiri. Berdiri kan bisa. Sampe sekarang masih dia. Mbok pulang jam 12 gitu saya bilang pas krasa. O ya wis. Ha coba suami nek ndak setia ndak perhatian, ndak mau dia. Barang kotor kok. Apalagi gek tidur tiga minggu itu. Mau pipis aja ya dia. Kalau orang lain kan saya ndak mau nek pipis. Soale kan berat to, bapakke kan kuat. Ha nek mau beol harus cepak anduk, cepak slimut, ha berdiri kan cur, ha kasi selimut sama anduk. Itu sehari dua tiga kali itu. Nek ndak perhatian tenan piye. Ala-ala ya luweh sing penting pitoyone ya.
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Kan dalam kekurangan masih ada kelebihannya. Ya itulah Tuhan, ada kekurangan ada kelebihan. Seperti saya mungkin dikasi penyakit gini ya nek sembuh mungkin apa Tuhan memberi aku apa itu tidak tahu, pasti ada. Tapi ana rencana Tuhan itu aku tidak tahu. Rencananya itu aku ndak tahu. Soalnya misterius. Na sekarang adanya ya berdoa, meminta kesembuhan seperti dulu. Nek dong rasane lemes. Kaya wong dikucilke itu rasane lemes. Ndak punya tenaga. Adanya ming tidur wae. Dua hari kemarin pagi jalan-jalan njuk kok krasa capek. Pa aku meh tidur wae. Ya wis kana tidur, satu jam. Njuk bisa berdiri sudah bisa. Ini pagi meh keluar kok ujan to tadi pagi ndak keluar. Didalam aja da dalem sana-sini njuk duduk lagi. Liat cerita tivi anak-anak itu kok lucu.
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Sama mbake deket ndak? Ya deket no, ngladeni kok ya. Ya esuk, kaya seperti pas ujan es kemarin, sini kan ujan es. Embuh aku saking senenge embuh piye. Ini ni darah tu keluar lagi. Da depan pintu itu. Aku dah nangis, nangis ning ora metu ulohe. Sama mbakke itu dituntun kok. Pun bu, ramang nangis, teka tenang wae. Dudukke kursi. Rada mlorot bu. Terus dia ambil biasa sing nggo nadahi apa. Baju ndak isa dilepas langsung
Diket
Merasa tidak tahu akan apa yang terjadi di dirinya
Sepi
Khawatir dijauhi sehingga tubuh menjadi lemas
Menceritakan peran pembantu dalam keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
digunting sama dia. Wis bu mendel mawon, niki wis mandeg. Timbang saya sendiri, tatag dia. Ya itu gantine suami kedua ya. Ya apa-apa sama dia. Nek suami pulang malem gitu ya jam 12 jam 1, dia jam sembilan, setengah 10 baru pulang. Jadie aku le nunggu ndak terlalu lama to. Jam segitu dia pulang kok aku ngantuk. Saya tidur ngerti-ngerti sudah didodok. Oh kok wis jam sengene. Saya mbuatke minum, nganu apa air panas untuk mandi. Ya itu tiap harine gitu mbakke, masak ya dia yang masak. Teka dianggep keluarga dewe kan malah luwih penak to.
14 15 16 17 18 19 20 21
Apa kena kerduse? Ndak, wong ini memang cok gatel gini. Pengene garuk kayak nek isa wuk-wuk gitu. Tapi nek digaruk lecet malah tambah penyakit. Jadie ming diginike tok (subjek mengusap-usap dada bagian tengahnya). Mumet to malahan ngrasakke. Kono sing nyawang ya mumet. Kok isa, gono ya.
22 23 24 25 26 27 28 29
Buat hiburan. La ya hiburan saiki meh nang endi. Meh lunga adoh sitik ya ndak isa. Mosok mlaku turut ndalan gawa ngene (payudara ditutup kardus). Uwong do ndelokke. Kuwi ki ngopo he? Ko nek jujur wah ik mambu. Njuk engko kok mambu. Aku tersinggung. Ya udah mendingan teka ning njero kan wis rampung.
30 31 32 33 34 35 36
Rumah-rumahnya sendiri. Na, nek bau ya kamu yang bau sendiri. Nek ini aku mungkin faktore ya pemicu KB itu. Njuk kaya dipacu stress tu. Ge santai wae saiki, nek urip santai wae. Ya tenan, nek aku mari sesuk aku santai kok. Wong Tuhan ngei hidup sekali kok. Kamu hidup atau mati, udah gitu aja.
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Nek kosong malah sing seneng penyakite? Ha yo seneng. Njuk muni kon poso barang kuwi. Penyakite seneng ning aku dewe nek kon poso ya aku ra kuat. Seperti kemarin mulute pait ya, mau makan apa, liat nasi gitu males makan tapi tetep tak makani. Walaupun perute muel-muel mau muntah tetep tak makani. Pokokmen ndak ketung empat lima cendok, kudu makan. Apa sing kepengen ya, mbak aku mbok masakke iki, mbak masakke iki ra ketung ko tekan ngonne ra entek, pating klalet itu. Jadie mbakke kae nek ngladeni aku rada mumet. Ha kepengen iki gitu ya. Hari ini pengen mbayung ya, dimasakke mbayung, nanti nek saya udah dimasakke pisan pindo, wis
Sakit
Khawatir keadaan lebih buruk
Tubuh
Khawatir menjadi pusat perhatian jika keluar rumah (malu)
Sakit
Khawatir keadaan semakin parah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 8 1 2 3 4
emoh. Mbak mbok gorengke endok, gawekke aku seperti itu. Jadie ya rada bingung. Lumayan, buat nemenin di rumah. Ha timbang dewe.
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nek ada apa-apa ada sing njagani. Ha nek jualan, saya tidur dia sing jualan kok. Kulakan ya dia sing kulakan. Jadie de’e seka rumah tu bangun pagi tu kulakan. Engko brangkat ke sini sudah nyangking sama kulakan. Njuk masak. Dah masak njuk nyuci gitu. Sing kulakan dia, bukan saya, bukan anakke saya. Tenan, sing entek apa tak cateti gitu. Tapi ya nang lenggananne dulu gitu lho. Jadie tau to. Makane kan gantine bojoku keloro to.
16 17 18 19 20 21
Panas ya udarane? Aku terimakasih kok karo sing Kuasa karo Tuhan karo Bunda Maria. Selama gini aku belum pernah sakit kena flu tu belum pernah. Mbok aku minume pagi air dingin gitu. Ndak pernah sakit. Selama parah gini lho.
22 23 24 25 26 27 28
Padahal anakke ya kena? Anakke kena ya wis kana kowe kena’a. ndak nular. Tuhan, Bunda Maria aku punya penyakit gini, anakku podo flu jangan sampe kena aku. Soale nek aku bersin ini mesti pendarahan. E, nyatane ya ora. Ha ya memang ha a to. Dibalik ini ada hikmah apa aku ndak ngerti. Ya wis.
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Sudah. Besok kalau ada yang mau ditanyain lagi tak maen kesini lagi. Boleh. Bebas dah. Saya ndak kemana-mana. Nek siang-siang gini aku ndak keluar. Ndak nggo tontonan. Mendingan di rumah, bisa santai. Tapi sesuk nek Desember ni sesuk malah rame. Ponakane dua dateng sing Madiun mbek Semarang na putune ana lima kan rame. Tapi saya ya ra wani nyeraki putune ndak blokeran. Duwe penyakit ngene ya rumangsa. Ni ming putune sing gedhe-gedhe do ngomong, nek sudah nyium, mak ik aku adoh ya, mak ik bau, ya. Nek satune, mak ik roti coklate belum lepas, ndak ndeket mak ik ya. Ya. Nek umpama aku haus apa piye, Grace mak ik minta air putih. Ya. Ngono. Ya memang galak, ming nek ndak kepengen ya itu anakke kakakku sing kon nyatukke ya itu. Gek bisa bersatu cuma di sini aja. Ketempat kakak-kakakku podo ndak mau semua. Tidur kan nginep da sini ini. Nek malem jadi tempat tidur sini, kursi ke belakang. Sini gelari kasur. Sek itu udah ada. Kasur depan tivi itu sudah ada sendiri. Sing sini ini bagian tiker
Sepi
Tidak mau sendirian
Menceritakan peran pembantu
Sakit
Khawatir kondisi semakin parah jika sakit
Tubuh
Khawatir menjadi pusat perhatian jika keluar rumah (malu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
mbek karpet. Sing cilik-cilik do pating glundung da sini. Ha nek diunggahke ning dipan gitu tu podo ndak berani aku. Ha nek tidur muter to, pating glundung to. Ha nek turuke nang nggone karpet kan ada sing mlayu sana mlayu sana. Nek tidur podo mlayu semua. Saya santai kok. Mbak Min nek bocah-bocah teka rene mbak Min turu kene ya karo aku ning mburi ya. Nek Rika, Weni gitu kan wis isa nyesuaike. Senengsenenge kumpul. Ming nyesele. Nek Desember aku biasane ngiring putuku ning gon gereja. Mesti tak bawa empat, bawa ke gereja semua. Misake dua tu anak-anak. Aku seneng. Ha taun iki bolong. Nunggu taun depan nek Tuhan mberkati ya saya natalan. Lucu-lucu nek natal anak-anak itu. Ha ubreg dewe kok malahan. Tenan kok, seneng- seneng piye gitu, nek mbek anak-anak. Diuraike dewe lho, aku ndak bisa. Pokoke kesimpulanne sebelum punya penyakit ini, jangan stress. Nek wis nduwe penyakit gini, kudu seneng. Ha piye kuwi. Teka pasrah to. Kasarane kan pasrah sama Tuhan, pasrah. Bila Tuhan menghendaki mari silahkan, Tuhan menghendaki sembuh, ayo sembuh gitu to. Ya sak jane ya gitu. Mau ditentang ya ndak bisa. Ndak bisa to. Ya wis. Penyakit susah gini penyakit susah to, ha makanan dipantangi, apaapa pantang, adane ya ming itu-itu wae. Wong nek bumbune cuma brambang bawang, garem, lombok we ming separo apa satu, gula jawa, ya wis. Jaman mbiyen bali meneh. Mbiyen kan ndak ada bumbu masak gitu kan ndak ada. Cuma ya tanamannya ya masih susah. Nek sekarang dipicu dengan pupuk. Nek dulu pupukke pupuk kandang, luwih enak, organik. Nek seini kan kimia. Makane gek saya kesitu, ketemu sama orang Srumbung, de’e kanker lidah sik laki. Aku ndak ngerti Wid, Wid sapa, ndak ngerti ning aku ngomong wah mbak Wid ning kana ki wah brokoli, apa apikke kaya ngapa. Aku le mbayangke putih kaya ngana. Nek kepengen ndelok kaya ngono ayo ning nggon aku dik, ngineppen ning kono. Ngisor gunung Merapi itu lho. Na munine brokoli, kembang kol, kobis ki nek muni pas nganu ki hamparane putih kabeh, apik ngono lho. Ha penasaran to aku. Sok aku nek wis mari tak tekan kana. Nek sing weruh malah wis Weni karo Rika. Tidur da sana semalem kan malah wis weruh. Wah, apik tenan ma. Nek sing ijo, ijo kabeh, njuk engko kembang kol’e putihputih kabeh gitu. Wah jan apik tenan he ma. Nek dataranne munggah medun ngene iki ma. Piknik nang nggone pedesaan ngono iki malah seneng. Ya saya gek mbiyen gek gini nek muni
Derita
Kecewa dan khawatir tidak bisa ikut menemani cucu beraktivitas, kemudian pasrah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 10 1 stress, saking jengkel apa piye saya dolan ning 2 Progo ning TB itu. Ha teka duduk da sana wis, 3 duduk’o madep ke sana. Ya akeh pemandangan 4 seka gemunung, wah itu sawah-sawah, lunga 5 rana ya kali, rana kali, munggah sitik ya 6 sawah, rasane kok seneng. Dong aku tidur da 7 sana. Teka lendehan di nggon uwit. Tidur. Saiki 8 kepengen rana ora isa. Itu paling enak tu. Nek 9 kebuka gitu langsung ning ngone kene silir10 silir. Pokmen bebanne ki kaya ilang. Coba nek 11 muni pikiranne sumpek belajare, kasarane ning 12 kosan kok mbengi kok sepi, ya teka sedelet njagong, ndelok-ndelok. Embuh sing didelok iki 13 apa. Teka nglongok-nglongok gitu kan rasane 14 enteng. Nek nggo sinau meneh kan langsung 15 mlebu. Nek aku pribadi seneng sing sepi ngono 16 kuwi, leyeh-leyeh ngono. Cepet mlebu ge 17 belajar. Pikiranne santai cepet mlebu. Nek 18 leyeh-leyeh ya jangan malem. Nek kemalemen 19 ya wis podo karo ngundang penyakit, beda gek 20 ning Magelang we podo wae beda karo mbiyen. 21 Nek ora saiki gini. Pakai ember kasi air duduk 22 da depan kos ya to, nek stres kaki’e masukke 23 ember njuk cipuk kecipak kecipuk gitu. Ada 24 suarane air mbek kaki, enak nang kene iki 25 (subjek menunjukkan lehernya). Coba wae. 26 Kene liat pemandangan luar, kaki’e kecipak 27 kecipuk ngrasakke kaya ning kali, coba wae. 28 Tenang. Ada teras, bawah rumput ya to, ember 29 masuk air, kaki’e masukke, kene kecipak 30 kecipuk karo ndelok-ndelok ke ijo-ijonan gitu 31 nek ora nek, seger. Aja meneh nek hawa panas, 32 pikiranne panas ngono ya, penak tenan. 33 Kayakke dewe gek njagong nang watu ketemu 34 banyu kali. Aku mbiyen ya cok ngono kuwi nek 35 gek panas pikiranne. Ya kuwi diunekke aneh ya 36 aneh, diunekke ora ya ora. Ha mbok gurune 37 nek dikandani mesti ra percaya kok, wong ming 38 ember karo ndelok pemandangan kok rasane 39 muni ning kali. 40 Tapi nek dewe nggunakke perasaan ya kuwi. 41 Tapi nek dong sikile ndak sakit. Nek sakit ya 42 pake banyu anget kasi garem. Ning njuk kayake 43 dewe ning nggon belerang kae. Wis sikile, 44 awake dewe ya mari, pikiranne ya jernih. Ha 45 wong gek ning taman, njuk dikei kembang46 kembang ngono kae wis beda meneh rasane. 47 Harum bungane ki rasane gawe tentrem. 48 Pokmen angger seneng wit-witan, mestikan 49 tentrem pikiranne. Aku wong gini-gini ning 50 mburi kono ki akeh wit-witan. Saya ndak bisa 51 kesana, mbuka jendela, niliki. O witku seger 52 kabeh. Ha nek metu rung dinganu, mbak Min 53 sing njobo kok durung dikepyuri. Gih, mangkih 54 tak kepyuri. Engko tangga-tanggane nek kira55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 11 1 kira, wah ke ik kok rung duwe iki, diter’i wit. Ik 2 wis nduwe iki durung. O durung. O ya. Nyoh. 3 Ha mbak Min deleh ning kamar mandi nek pak 4 Di bali gek ditandur. Ya dadi akeh, ada 15 5 macem. Anggrek saiki anggrek ra wani wong 6 saini aku ndak isa gerak. Katiliani ki sing aku 7 rada seneng. Ora diopeni kok ngehibur karo 8 sing duwe. Katelia, anggrek katelia ora diopeni 9 kok ngibur karo sing duwe. Ha nek dina iki wis 10 do nguncup, tiga minggu mekar gitu to. Udah. 11 Ndak ngasi satu bulan dah nguncup lagi. Ndak 12 ra ngeyem-ngeyemi sing duwe, katiliani. Sing 13 nge’i wis mati saiki diopeni sing duwe, seneng 14 aku. Rasane ki buka jendela wah bangga ngono lho. Tenanan. Ndelokke wis kaya ngono, 15 bangga witku subur ngono. Aku duwe pedoman 16 nek aku umur panjang. Pak Di tak ajakki 17 nggolek omah nang desa. Ndak ketung sepi ya 18 ning pengene sebelahe situ tu sayuran, sebelah 19 untuk bunga, depan untuk apa, nandur tomat 20 apa lombok. Njuk sini apa, belakang tu untuk 21 berternak. Pinginne aku gitu malahan. Nek aku 22 ndak pengen urip ning kota kok. Nek ndak 23 kepepet. Jangan di kota, kota ki rumangsaku ki 24 sudah ndak ada solidaritasnya. Nek ning desa 25 kan iseh. Pengen njangan tela, aku njaluk, ya 26 kana njukuka. Kacang, ya kana ning sawah. Ha 27 nek ning kene, ora duwe duit ya ra mangan, iya 28 to. Ha nek bumbon dewe kudu yasa dewe tapi 29 nek bahan sayuran kan sudah kasarane kan 30 mangga lah kita angger nganu. Ha ya seneng 31 hidup di desa tu gitu. Nek ning Islam sing wong 32 desa tenan ndak fanatik. Wis mangga ayo 33 mangga. Ha ya tenan kok. Pokmen kowe aja 34 ngrusohi aku, aku ra ngrusohi kowe. Saling 35 pengertian mesti dadi. Nek ning kene ora. 36 Menang aku apa kowe, babar to. 37 38
Bu saya mau terusan.
Sepi
Merasa tidak diterima di lingkungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara ke tiga Nama : Bu Mar Lokasi : Rumah subjek Tanggal : 29 Desember 2006 Jam : 09.50-10.45 Lembar 1 No verbatim 1 Apakah keterbatasan fisik yang ibu rasakan? 2 Keterbatasan fisik dari mulai sepuluh hari ke belakang, aku merasa fisikku kok selot lemah, 3 terus kok kelihatan aku kurus, gitu lho. Itu baru 4 kelihatan sepuluh hari ke belakang itu. Terus 5 kok rasa-rasane kok ada perbedaan. Napa gitu. 6 Terus saya mat-mat kok ya memang turun, tapi 7 kan melebar to ini njuran (payudaranya). Palah 8 ketok gedhe gitu lho. Saya dulu kan bisa kecil, 9 tapi naik gitu tho. Ini kan njuk kempes ning 10 melebar gitu. Nek aku njuk bilang nek sudah 11 memang di sana ndak cocok, melebar, ya sudah 12 kita harus berhenti cari lain. Terus ada sik 13 nganjurke, suruh ini, suruh .... seandainya 14 nglupas, suruh ngluarke semua. Jadie ini 15 itemme harus lepas semua. Terus nanti kasik 16 obat lain biar ini kering njuk sekalian minum 17 obat-obat dari dalam gitu. Ha ini kok tadi pagi 18 ni kok bisa nglupas. Saya lihat kok pagi ini. Ya 19 wis. Saya suruh mbersihke sekalian pelan-pelan 20 gitu. Ini ni efek ini. Muga-muga, aku kudu urip, 21 kudu sembuh gitu. Kan ada sing bilang nek 22 sudah pecah gitu lebih mudah daripada yang di 23 dalam. Ini kan pecah kan berarti kita keluar 24 dagingnya, cuma yang di dalam akar. Tapi kok 25 ndak pecah, tumbuhe kan njuk di dalam. Kan 26 aku tadi malem ke dokter. Kan tanya kakiku 27 kok besar itu apa aku kena jantung apa apa gitu 28 to. Tapi dokter ndak, ini karena efek ini. 29 Mungkin ini infeksi apa piye ya soale item-item 30 ini to. Kudu'e nanah kan harus bersih, kasi obat 31 mungkin infeksi. Aku dicek jantunge ndak pa 32 pa. Nanti nek ini, apa ndak infeksi apa piye kaki 33 kamu kecil, gitu. Ya aku ya ayem to. Cuma ya 34 dokter ya sudah tak kasik obat pengering gitu 35 aja. 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
O sekarang minum obat ya? Ya gek minum obat ini. Nanti nek ini sudah bersih ada sing nganjurke suruh kasih tiansi itu lho. Sing dibuka trus dikepyurke gitu, sama sembari diminum. Ya itu coba itu. Ha ini usaha terakhir. Seandaine ndak bisa ya sudah, pasrah sama Tuhan. Nek kayake mental, njuk apa mental mbek jiwane apa kowe ki sehat gitu tho. Nek mental kuat, jiwane sehat. Wong aku ora lara gitu. Cuma ming fisikke tok, gitu.
coding
Interpetasi
KD
Subjek takut tubuhnya semakin lemah dan takut menghadapi perubahan itu.
Diket
Khawatir jika tidak bisa sembuh
Berusaha minum obat untuk sembuh dan pasrah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Merasa peran ibu di rumah berubah ga setelah 2 sakit ini? 3 Ya dikatakan berubah ya berubah. Soalnya masak dah udah ndak mungkin aku isa masak. 4 Tangan kiri kalau terlalu berat gitu dari dulu 5 udah ndak bisa. Cuma sama mbakke belakang, 6 o... masak ini gini gini gini terus nanti aku sek 7 ngicipi apa anakke gitu, rasanya bagaimana. 8 Kan kita selera kan lain. Ya cuma gitu, sama 9 ngatur besok ini menunya apa. Anak ini 10 doyanne apa, bapakke doyanne apa gitu. 11 Masalah ekonomi tetep megang. Nek muni 12 lepas, belum bisa dilepas. Ndak ketung mumet 13 mbokkan. Nek ini gini ni aturanne kan lepas 14 semua pikiranne, kudune anane mung seneng. 15 Ya ndak isa. Roda ekonomine piye. 16 17 18 19 20 21 22
He-e Ya nek mengasuh anak tetep bisa megang soale setiap harinya. Ha nek sekarang istri ya itu ya ndak bisa. Seandainya mau berhubungan kan ini ga boleh terangsang. Jadi ya berhenti. Sebagai suami istri berhenti.
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Dengan ibu punya perubahan fisiknya kan terutama di payudara itu bikin ibu nyaman apa ga sebenere? Ya nek gek pertama kok berubah mak deg, kok bukan mengecil kok malah tambah melebar, o berarti inine (subjek menunjuk obat yang berwarna hitam yang menempel di payudaranya). Saya bilang ke suami. Kok ini gini gini berarti kita harus berhenti berobat sama itu. Kita harus cari lain. Bukanne aturanne nek kita berobat nek cocok makin mengecil bukan melebar. Terus aku konsultasi sama kakak-kakakku, setuju berhenti, gitu.
36 37 38 39 40 41
Merasa hal itu menghambat beraktivitas apa ga? Penyakit ini, iya ... menghambat sekali. Tangan kiri ndak bisa kerja. Apalagi untuk apa-apa itu saya tu rasanya berat. Jadi ya ganggu. Cepetcepet capek gitu.
42 43 44 45
Menghambat bermasyarakat apa ndak? Ya nek ini selama gini ini menghambat ya. Soale ndak mau nyerak, bau. Ini tu apa yang dulu saya katakan. Podo menjauh semua.
46 47 48 49 50
Kalau ketemu sama yang pada datang pada nengokin biasane ngomongin apa? Mesti sebelum dia nganu... omong-omong saya mesti maaf keadaan saya bau. Jadi sebelum dia bicara lebih baik saya bicara dulu. Daripada
ID
Takut tidak melakukan sebagai ibu
bisa peran
Derita
Subyek khawatir akan perekonomian keluarga.
ID
Peran subyek sebagai istri berubah.
Sakit
Khawatir akan perubahan tubuh kemudian mengusahakan pengobatan yang lain.
KD
Khawatir tidak bisa beraktivitas karena fungsi tubuh menurun
Sepi
Takut kesepian dan merasa dijauhi masyarakat sekitar karena bau.
Tubuh
Takut tidak diterima karena bau (merasa tidak percaya diri).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
terus de'e ndak bicara tapi plingusan sana sini aku tersinggung. Tapi kalau dia muni o kamu bau ya njuk menjauh apa apa gitu aku malah ndak pa pa. Jadie sebelumnya aku dah minta maaf kalau keadaanku bau. Sama siapa pun yang belum pernah kesini, apa sudah pernah kalau saya merasa bau gini. Aku bilang. Tapi kalau ini dibuka saya rasa ini ndak bau ini. Ndak bau to? Ini ndak bau. Daripada yang kemarin-kemarin itu saya sampe klenger. Bernafaspun susah. Nek ini kan ndak bau, dibuka gini semua. Tinggal ini kapan nanti dibuka, ini dibuka (yang dimaksud subjek adalah obat berwarna hitam yang menempel di payudara subjek).
16 17 18 19
Peran ibu itu di keluarga ini... Berubah... berubah, berubah total. Dari masalah anak-anak, sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga berubah.
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kalau ditanyain ibu pengen ndak bersama dengan orang atau temen-temen yang kasi support ke ibu ayo lek mari apa gimana, pengen ndak kayak gitu? Ya pengen tapi wong kenyataannya disini tidak. Tidak ada yang memberi. Malah kelihatannya, koyokke ki nge... piye ya, ngenyek apa piye ya. Kasaranne tu menjauhkan diri. Kayakke penyakitku tu penyakit nular. Aku pernah kemarin satu minggu kemarin gek keluar jalanjalan. Ik, piye kabare? Ya sehat, nek ora sehat ora mlaku-mlaku. Dia itu orang muslim ya. Ha ya ya.... ha yo. Ha jeneh ora tau metu. Ha nek aku metu ki malah wedi he. Ha ngapa to? Ha engko malah ngambon-ngamboni. Aku muni ngono. Daripada aku engko diglendeng nang mburi. Ra usah neng ngonne iik wong iik mambu, aku krungu ndak serik to, mendingan aku mesti tak disiki sek. Bukannya wong nduwe penyakit diayem-ayemi, ayo ndang mari, ming kok kayakke kok dijauhkan, penyakitku ki nular. Saya bilang gitu. Tadine ndak to. Cuma mungkin, aku dewe ya ndak tahu, mungkin dia njuk bilang ke temene, nek ada satu dua sing dolan rene. Mungkin lho, aku dewe ndak ngerti.
46 47 48 49 50 51 52
Kalau keluarga iya ya? Kamu nek di... di Tampir ndak cocok kalau kamu masih pengen nganu... apa... hidup. Masih punya pegangan Tuhan. Kamu harus berani. Itu harus mbok lepas semua, cuci betadine, kasi obat lain terus minum obat dalam apa untuk penyakitmu. Seandainya kamu sudah
Sakit
ID
Khawatir sakitnya semakin komplek
Peran sebagai berubah.
ibu
Tubuh
Merasa ditolak dan dilecehkan dengan adanya anggapan bahwa penyakitnya menular
Derita
Takut jika harus kehilangan keluarga yang dimilikinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ndak kuat, masalah anak-anak sampe sekolah, makan ndak usah mikir. Aku tanggung. Kamu harus sekarang perasaan tentremke. Ndak boleh mikir panjang. Kakak kan tahu (subjek berbicara tersendat-sendat). Aku ngerti Ndut nek kowe ki stress. Dia bilang gitu. Aku emoh nek kelangan kowe. Saiki kowe ra entuk stress. Ayo kowe ng... kudu tangi. Ha itu, walaupun dia ndak ... jarang nengok. Satu bulan sekali apa apa nek ndak ditelponke. Dia memang ndak. Selalu dia. Soale dia memang ndak berani. Cuma kemarin waktu natalan dia ke sini. Dia terkejut. Wah, fisikmu kok koyo ngono. Terus dia langsung marah itu (subjek menangis).
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Fisik ibu menurun ya beberapa hari ini? Ya kira-kira sepuluh hari... kelihatan kurus banget. Saya liat tangan gitu terus saya megang sini kok tinggal tulang tok (subjek memegang punggungnya). Liat sini kok kaya gini (payudaranya). Dulu kan biasane tak pegangi. Njuk aku tak inget –inget nek makanne tu udah ada setengah bulan lebih kurang gitu. Biasanya apa, suka'e pisang makan pisang, suka apa makan apa gitu lho.
26 27 28 29 30
Kurus tapi ndak kurus banget. Ha ini kan rada larut gitu. Ha makan ndak enak, apa-apa nanti ndak enak kok. Rasane hambar. Meh makan pedes sitik sini'e nanti rasane panas. Ndak isa.
31 32
Badanne lemes? Badanne lemes. Tapi pikiranne iseh mubeng.
33 34 35 36
Ha dilerenke pikiranne. Ha nek leren tu nek merem dah leren. Nek cuma gek liep-liep gitu pikiranne mubeng, cuma piye iki piye iki piye, kan mesti gitu.
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Tur ndak isa mingker ya? Mingker gini? (subjek menggerakkan badannya sedikit ke kiri). Ya isa. Nek ini tak ingerke gini saya lehere gini (subjek menggerakkan badannya ke kiri dan kepalanya dihadapkan ke kanan). Nek jejeg gedag-gedeg. Njuk kaya sesek ya. Nek mungkin ya nek nurut pikiranku ini kan pembusukan, kan njuk keluar asep to. Asap tu nek dihisep, dihirup gini kan kita sesek, he-e to. Ya kemungkinan mergane sesek tu itu aku. Kan njuk kayak njuk penyakit malahan. Soale asepe itu mengandung zat apa kan njuk nganu dewe to. Ha ya itu. Jadie yang ming gedag dedeg kalau malem. Ning nek kipas
KD
Khawatir akan fisiknya yang semakin kurus.
KD
Khawatir penurunan badannya dialaminya.
akan berat yang
Masih mengkhawatirkan sesuatu.
Sakit
Khawatir penyakit menimbulkan sesak napas yang tidak nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 5 1 2 3 4 5 6 7
angine dipasang tu kan jendela udah tak buka, angine besar gitu. Ha nek tidur gini wis pules, enak. Ha ini kesapu angin kok. Ndak mungkin ke irup to. Ya njuk nyenyak. Tapi kakie harus pake kaos kaki, dingin to. Jadie jalan gini. Pokmen cari angin dimana sing bisa. Itu baru bisa tidur.
8 9 10 11 12 13
Yang penting jangan putus asa. Aku ndak putus asa. Keinginan aku hidup tu masih ada. Aku masih punya pegangan. Tuhan pasti memberi aku hidup. Itu aku masih kuat. Dalam jiwa ini masih kuat. Aku urip, aku urip, gitu. Walaupun gini aku ndak putus asa, ndak.
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kalau merasa berat terus yang dilakuin apa? Nek umpama saya saking mbededegke njuk saya muni to, kaya anak wedokku tu saking ndablegke. Kowe, mamamu nduwe penyakit kaya ngene kudune pikirane tentrem ora entuk kesengklah. Mama wis ngomong nek mamae wis muni-muni. Susuku abot, aku susah. Aku bilang gitu tho. Lha kowe ki dipikir, wong kowe ki wis gedhe, saya cok bilang gitu. Ha ini nek wis kaboten, saya mlebu, tidur gitu aja. Pokmen angger sudah ngroso gini. Kene ki rasane rada abot. Men pikirane plong, tidur, wis. Ming wekas, nek aku bobok aja digugah. Ya gitu.
27 28 29 30 31 32 33 34
Itu keluar... Airre. Aku nek keluar aire keluar nanah gitu ndak takut. Tapi satu jangan sampe darah. Nek darah aku wis trauma. Nek podo umume nek lara kaya ngono kuwi kan jerit-jerit lara. Tapi kan saya ndak. Ujian Tuhan, Tuhan memberi anugrah suatu saat anugrah ini akan diambil dadi sehat. Tapi kapan aku ndak tahu.
35 36 37 38
Jangan berhenti berharap. Nek berharap aku ndak berhenti. Isih mending mbuh siang mbuh malem aku minta. Berilah aku kekuatan, tubuhku, jiwaku dan rohku.
39 40 41 42
Keadaan fisik ibu gimana? Ha nek memang dong lemes ya lemes. Gek dong sehat ya sehat. Kemaren-kemaren isa njahit. Sek ini udah total tanganne.
43 44 45 46
Sing kanan ndak bengkak? Ini, ha-a rada bengkak. Timbang ini (subjek menggerakkan tangan kanannya) ya rada bengkak sini.
47 48
Ndak buat beraktivitas ya? Ha ya gini, he-e. Ning udah kempes ni radaan.
Masih ingin hidup dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan.
KD
Saat subyek merasa kesal yang dilakukan adalah mengungkapkannya atau tidur. (mencoba melakukan kontrol emosi yang tidak stabil dengan tidur atau mengungkapkan dengan kata-kata)
Sakit
Takut jika darah keluar lagi.
Pasrah.
KD
Khawatir kondisi tubuh semakin menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 6 1 2 3 4 5 6
Ning tadi pagi sek nganu. Nek tadi pagi kan segini, ini ndak. Cuma nek ini aktivitas ketok le kuru (tangan kanan). Nek ini ndak. Ya ndak patika kluyur-kluyur, nek tadi kan isa podo kakie gini. Suguhi kok suguhi kaya ngene ya dik ya.
7 8 9 10 11 12 13
Ndak pa pa. Memang keadaanne kayak gini. Nek malah harus ditutup-tutupi nyakiti diri sendiri. Mendingan dibuka aja. Ya tapi kan ada orang sik anak perempuan ya ampun nek susuku orang tu ndak mesti to? Njuk adane ya ming pasrah to. Wong kita cuma menjalani di dunia itu.
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Dititipi. Ha ya. Kamu harus mengembangkan. Tapi kalau kamu dah masanya kuambil. Udah to. Ya aku tegar ya gitu waktu itu. Ma, ora usah wedi, ora usah mikir. Wong urip tu sing nyiptake sing Kuasa. Ning kana ki ana bates waktune. Kamu mau hidup atau mati. Hanya dua itu pikir... pilihanne. Kalau kamu sembuh ya brarti hidup. Kamu apa ya dipisahkan Tuhan untuk memelihara keturunannya ya brarti. Tuhan masih mengijinkan hidup. Nek kamu sudah Tuhan tidak menghendaki ya cukup segitu aja. Kamu yang dititipi Tuhan untuk menjalankan. Kamu sudah bersyukur, sudah. Sebagai wanita sudah bisa melahirkan, sudah bisa menyusui, sudah bisa membesarkan. Itu sudah sebagai wanita sudah sempurna. Cuma ya umpama nek ndadekke kowe sugeh apa kene ne itu tergantung masing-masing pribadi. Ha kowe ki ninggali bondo sak okeh-okehe nek bocahe ndilalahe kaya ngono ya ora ngerti dina ya tatas. Nek sing bocahe nganu mbok kei sak genggem ndilalah sak genggem ki isa pirangpirang genggem dadi sak lawase. Ya wis kodrat itu lain. Ya sudah saya njuk mantep. Wong sekarang mau mati apa urip udah gitu tok. Saya njuk mantep. Kowe aja loyo. Aku ora loyo. Aku ki ana semangate. Ning nek dong lemes ya aku lemes. Nek dong ora, ora. Tapi jiwaku mbek pikiranku iseh kuat, aku ngono. Mbahe ya ngomong. Nek memang ning kristiani ya memang gitu kok. Ya to? Ning kaceke nek dewe ndak ada digawe batu, diopeni, diapik-apik. Tapi nek sing non nganu kan teka gemlundung, ra dirawat, iya to. Kan kepercayaanne dewedewe ya to.
Pasrah.
Pasrah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 7 1 Kemaren dah baik terus kayak gini, berubah 2 lagi, itu yang kepikir pertama kali itu apa? 3 Nek gitu tu ya aku tu mi... pikiranne tu bilang 4 gitu. Apakah ini cobaanne aku. Wong aku tu entese entek sehat-sehat gitu njuk langsung 5 lemes. Kekuranganku ning nggon apa. Aku 6 koreksi dewe. Apa kurang makan? Nasi? Nasi 7 wong meh makan ya mulute pait, percuma. 8 Terus apa sing tak senengi, kasarane pisang 9 gitu, aku makan pisang. Air putih kalau sehat 10 air putih manis to. Itu tak minum 2-3 gelas. Nek 11 kita ndak ndak fit keadaanne air putih kan 12 hampar, ndak enak. Tapi kalau kita fit kan 13 manis. O brarti keadaanku fit. Cuma nafsu 14 makannya ga ada, sudah gitu. Ya sudah, 15 nitenine dari situ tok, ming air putih. Nek air 16 lain-lain ndak isa kok ngarasakke kok. Aku teh 17 manis gitu tetep pait kok. Ning nek air putih 18 malah manis. Ha lucu to. Ha bojoku dewe tak... 19 nek kamu ndak tegel, kono diundangke temene 20 kan ada sing perawat. De'e pernah ngomong 21 nek meh mbok resiki apa piye nek kowe ra tega 22 ngundangen aku. Ngomong bojoku, engko nek 23 tak undangke kuwi, de'e ra ngerti silsilahe 24 ngonemu kuwi blas sitik. Dari sebelum 25 pendarahan sampe pendarahan kan dia sik 26 mbersihi pertama. Jadie mana sing nganu...o 27 brarti ra wani neruske pak Di. Tapi nek sing 28 belum pernah wis masa boedo'a. Ha jadie ndak 29 mau. Ha mungkin besuke ceplok. Apa kapan 30 lagi ya mungkin ini sitik-sitik. Orang nek 31 ngarani putingku ilang. Tapi putingku masih. 32 Wong ini daerah puting. Jadie ini mungkin 33 klenjar, mungkin kelenjar susu. Mungkin lho, 34 aku dewe ora ngerti wong aku seje dokter kok. 35 Cuma perkiraan aja. Nek dibuka gini ndak bau 36 ya. Ndak kayak kemaren. Nek gek natalan 37 kemaren gek itu kan bau itu. Ini ndak nek aku 38 ngarani ndak bau. Iki iseh sitik, neng ora 39 nemen gitu. Nek kemaren kan aja tekon-tekon. 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Setelah sakit ini ibu lebih meningkatkan perhatian ke diri ibu sendiri untuk ngobatin penyakitnya apa masih mikir, perhatian macem-macem? Ya bener pertama ya saya masih mikirke diri sendiri mbek pasrah. Ya tentang keluarga ya. Yang kedua ya mesti wong isih jadi satu. Anakanak mesti mikir to. Nek anak sudah besar gitu, sudah ndak mikir. Nek misih gitu kan adane ming gitu tu to. Gelut rampung ya guyon sedelot gelut lagi. Ha ya gitu. Ndak bisa nek memfokuskan diri. Ha nek ini umpama aku isa mlaku, lunga mana gitu ndak ada apa-apa, pendarahan apa piye gitu aku lunga kok. Ngolek
KD
Takut akan perubahan kondisi fisik yang cepat
Derita
Khawatir akan masa depan anak-anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
hiburan. Tapi saya tu mau pergi-pergi belum berani. Ya wedine nek umpama njuk cur apa piye dijalan kan timbang ngegeri uwong. Kan mendingan ndak, dirumah ra ketung ming nyekuntel. Nek pengen hiburan ya ming tivi itu sak ni. Apa... ekstra kuniler... kuliner itu makan-makan itu ndelok. Seneng. Lebar itu njuk apa, sahabat kita itu kan laut-laut. Ha ini kan aku seneng. Nek ndelokke laut ngono iki njuk aku mbayangke ning laut gitu, udah. Nek makan njuk aku mbayangke aku njuk makan iki, iki. Soale ndak isa makan. Ya ning tivi aja hiburannya sekarang tu satu-satunya itu. Cuma nek pas gliyeng apa piye kan.... ha piye, memang harus begitu kok. Meh ngeculke ndak isa. Meh ngeculke ya ndak bisa. Sesuk nek situ udah nglakoni. Makane aku nanamke anakku ndak laki ndak perempuan. Kowe sekolaha sing pinter, kerja. Nabung, nek wis okeh, kepenak pengen rabi ya rabi. Tapi kamu harus tetep punya pegangan uang. Walaupun sing perempuan apa sing laki uang pribadi sendiri jangan sampe tau pasangannya. Suatu saat untuk kamu, diri sendiri. Ha nek sek ini kayak mamahe kaya ngene ki ngowoh. Aku bilang gitu. Mau apa-apa ndak bisa, wong dah ndak punya uang. Dulu waktu kerja ponakan sepupu. Wah aku butuh iki, nganu iki, ya ya. Sak iki mama ndak punya uang, ha sing do diopeni njedul we ora. Aku bilang gitu, mbo'o nginguk apa piye ngono ya ora. Ha ya luweh. Makane aku nanamke kamu harus punya uang pribadi sendiri-sendiri. Suatu saat kamu tu meh ngapangapa nek waktu kamu sakit. Bisa untuk kamu sendiri. Orang tu kan bisa berubah to. Wah nek de'e sugih we bojone disayang-sayang apa piye. Engko nek mbasan amblek disingkang singkang, ya to? Aku ya jangan memandang orang dari muka, pandanglah di hatinya. Walaupun orang itu jelek tapi hatinya bagus, kamu mau. Daripada mukanya bagus, ayu, kaya raja, hatinya jelek kamu lebih sakit. Ya itu saya terapke mbek anakku. Semasa saya bisa bicara, bisa ngasi tau sama kamu. Soale saya sing ngalami dewe, gitu lho. Ha nek saya ndak ngalami dewe, ndak mungkin aku ngomong gitu lho. Ha ini saya kan sakit gini ni kan saya ngrasake. O jadie ki ngono kuwi. Ya gitu aja. Dulu kamu gitu gitu aku bilang ya ya karna aku ada. Tapi sekarang aku ada suam... punya suami punya anak. Nek kamu minta aku harus nganu... apa sama e suami bilang. Itu si A, si B ngomong minta gini-gini. Ha kok ka isa njaluk kowe piye? Ha masa aku durung dadi bojomu aku ndedet ya kae nek apa-apa memang cok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
nembung aku. Aku apa-apa ana. Tapi saiki aku wis dadi bojomu, aku ra kerja ming njagakke kamu. Apa aku ngomong aku, ngomong kamu, aku. Ha saiki aku lara kaya ngene ki ra isa ngomong-ngomong teka meneng wae aku. Meh ngomong sopo? Ha memang dia cok ngebel. Piye kowe yu? Sehat? O, aku sehat, ra tau ra sehat. Aku tetep sehat. Kowe le lara wis mari? Mari. Ya cuma gitu aja. Ndak njuk nginguk apa piye padahal nek ming dinguk gitu aku tu seneng. Saya ndak mengharapkan apa-apa cuma mengharapkan ayo, doronglah. Tapi kenyataannya ndak. Ha saini anakku tak terapke, ojo sampe seperti itu. Kamu tu nek umpama punya suami ya kamu harus punya uang pribadi sendiri. Jaman dulu sama jaman sekarang tu lain. Nek dulu muni bojoku ya wis iseh ki. Tapi sekarang nek kowe rana-rana ya golek liya. Kan lain. Banyak itu kejadian. Makane nek nduwe uang pribadi sendiri suatu saat kita sakit ada halangan apa atau keluarga kita ada apa kita minta bantuan itu bisa langsung. Ini tambahan. Ning ya njuk nyangkut kaya ngene barang. Ha marai stres to kayak gitu. Pusing-pusing to malahan.
26 27 28 29 30
Iya... bu segini aja ya. Saya melihat ibu capek hari ini. Jadi saya ndak mau bikin ibu tambah sakit. Terimakasih. Ya. Kalau ada yang kurang kesini aja ndak papa.
31
Ya terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara pertama Nama : bu El Lokasi : rumah subjek Tanggal : 26 Februari 2007 Jam : Pk. 18.30-19.45 Lembar 1 No verbatim 1 Gimana bu, sudah mendingan? Ndak pusing2 pusing lagi? 3 Ndak terlalu. Sudah tak bikin seneng sendiri, 4 ndak tak rasake. Sing ngobati kan awake dewe 5 to. Saya ke dokter Mia dianter pak M, dikasi obat tapi saya ndak mau minum karna obat tu 6 akan merangsang penyakitku lebih 7 berkembang. 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Ya iya kemarin dianter ndak mau. Pas datang kemarin saya kan di kamar to, njingkrung gitu (seperti posisi bayi di janin), pusing banget. Suami saya tu khawatir banget. Seharusnya dia ada acara pergi ke Solo tapi sekarang dia ke Semarang terus ke Solo biar besok bisa di rumah. Kemarin juga, kemarin pas di rumah tu waktu saya tiduran juga pak M tu nyusul, ndak mau saya sendirian. Dia kan lagi liat tivi, nyuruh saya juga liat tivi padahal saya ndak kuat. Sana to El, mbok nonton tivi jangan disini, gitu bilang e. Tapi saya kan ndak kuat saya bilang ngantuk sambil krukuban (menutupi seluruh badan dengan kain). Terus diambilke obatte sama pak M, obate dibawa ke sini. Saya disuruh minum biar ndak pusing lagi. Saya dikamar tu sering liat foto papa, kan ada dua. Kemarin saya juga lagi liat foto papa. Saya mikir apa gini ya rasanya? Tapi pak M telpon yang ngobatin saya yang dari Samarinda tu dia bilang memang kayak gini. Saya inget papa. Saya inget papa (subjek tiba-tiba berdiri, masuk ke kamar anaknya untuk mengambil tisu. Subjek menangis dan mengelap air matanya sambil duduk). Papa kan bilang, wis, nek papa ora ono penyakitmu tak gawane. Papa kan sakitnya sama kayak saya, kanker. Penyakit gini kan turunan. Papa paru-paru, saya inine (payudaranya). Papa tu ketahuannya malah sesudah saya dah kayak gini. Ginine ndak ndak berhenti, kayak sepur (subjek memeragakan orang merokok). Cuma saya yang nunggu di rumah sakit. Ndak mau ditungguin sama ponakan-ponakanne, sing lain, mama juga ndak mau. Sampe sakramen minyak suci itu bilange kakak saya kalau udah dikasi kayak gitu kan terus ndak ada padahal belum tentu.
coding
interpretasi
Sakit
Khawatir obat lain akan memperparah sakitnya
Sakit
Takut jika sakit yang dideritanya terasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Iya belum tentu, itu tergantung orange kok. Nek 2 kuat ya tetep hidup nek ndak ya…. 3 Perminyakan itu maune sama saya, sama mama 4 ya ndak mau. Emoh, nek karo wong edan. Lho 5 nek mama edan, bojone terus apa. Ya sinting, 6 papa bilang gitu. 7 Papa tu nglimpeke pas saya ke kamar mandi. 8 Infuse tu udah ndak mau masuk. Disini terus 9 gembung gitu lho (subjek memegang bagian 10 dalam tangan kirinya). Tangannya diumpetke 11 dibawah biar ndak kelihatan. Papa tu ndak adane tenang kayak orang tidur tu lho, kayak 12 ndak sakit. Sebelum papa ndak ada kan bilang 13 nek papa ora ono (mati) penyakitmu tak 14 gawane ben papa wae sing ngrasake lara 15 (subjek menerawang dan saat berbicara terbata16 bata). 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Ndak gringgingen? Ndak, cuma pusing banget sampe ndak bisa apa-apa. Saya pusing sama keputihan. Jamure mungkin dah sampe dalem. Saya tu ndak mau lama-lama di dokter Mia. Takut nanti ngomongke ini (payudaranya). Pak M tak jawiljawil biar cepet pulang dan ndak keceplosan (subjek menggerak-gerakkan telunjuknya ke samping untuk memperagakannya). Saya bilang ke pak M, saya ndak mau lho minum obate nanti tak buang, saya bilang gitu. Obat tu bikin sing tadine ini ndak apa-apa malah jadi sakit. Saya bilang ke pak M, nek aku wis ndak isa apa-apa, kamu meh cari gantiku ndak? Kowe ki sugih, bos, mapan, nek aku loyo. Pak M diem aja, malah marah-marah. Ndak ada omongan lainne po? Aku tu cuma mau tanya. Apa nek aku iseh sehat we kowe iseh seneng karo aku, nek aku wis ra isa apa-apa wis ora. Dia diem aja. Malah anakke sing ndak terima. Anakke sing kecil ni. Pa, nek papa nduwe istri lagi nanti kayak Halimah itu lho.
41 42 43 44 45 46 47
Saya juga ikut kredit panci lho di koperasi padahal itu barang dari saya. Saya bilang ke pak M kalau saya kredit panci di koperasi tapi regane dadi larang tenan. Buat seneng-seneng, biar bisa kumpul, cari sedulur ndak pengen apaapa. Malahan pak M pengen tanah disana itu lho… tak pindah aja ya?
48 49 50 51 52
Saya tu ndak kenal lho sama ibue ni (subjek menunjuk kursi yang tadi diduduki ibu yang mengkredit elektronik miliknya). Rumahe juga ndak tahu. Tapi saya ya teka percaya aja. Saya ni kalau ndak gini terus mau apa. Kalau diem
Sakit
Khawatir rasa sakit terasa
Sakit
Takut parah
ID
Sepi
sakit
semakin
Takut ada orang lain yang menggantikan perannya
Khawatir terisolasi dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 2 3 4 5 6
aja malah…. Saya masih punya banyak kerjaan. Masih nulis pembukuan koperasi. Terus masih ngurusi ini. Pak M bilang kok ndak leren-leren apa ndak capek. Saya bilang ke pak M nek aku wis ra isa kan isa diteruske kowe.
7 8 9 10 11 12
Kalau yang ini bisa dipercaya kok. Ya makane tak suruh pake yang ini, biar gampang juga ngitunge. Kalau kayak gini ni kan nanti saya bisa titip anak-anak nek saya udah ndak ada. Nanti bisa ikut ngopeni, ikut ngelekke nek ada apa-apa, cuma itu tok.
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kalau kayak tadi tu kan orang ndak tau kalau lagi sakit to. Sakit ko diliat-liat ke. Nek bisa ndak usah tak liatke sapa-sapa. Saya ndak pengen mama papa kuatir, udah tua to soale. Nek meh cerita ke kakake ya nek sisihanne (istrinya) ndak terima malah…ha a to. Cuma suami sama anakanakke sing tau, sing kasi semangat nek ndak ya ndak. Saya tu bilang ke pak M, kowe ki sugeh, mapan, bos, nduwe sisihan wis loyo, jelek, nek aku ra ana apa kowe meh ngolek bojo meneh. Dia diem aja, malah marah-marah. Aku ki cuma ngetes kesetiaanmu. Nek aku ora ana kan ora apa-apa ya nek arep nduwe meneh. Nek arep nduwe bojo ya sing setia, ngerti karo anak-anakke. Wong anakke ki wis gedhe-gedhe. Nek iseh kecil kan apa-apa manut. Tapi kan anakke dah besar-besar ya. SPG-SPG ne aja cantik-cantik, rokke seginigini (subjek memegang pahanya). Ya selama ini yang saya liat dia baek sama saya. Yang saya liat di depan saya lho. Nek diluar kan saya ndak tau. Nanti tetangga-tetangga malah sing cerita kan saya ndak mau, saya bilang gitu.
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Dulu nyusui ndak? Saya ndak. Tiga-tigane ndak. Ndak keluar. Kalau orang habis nglairke kan dua tiga hari mrangkaki. Saya ndak. Kapan tu aku bilang pengen nduwe foto keluarga. Yo foto bareng buat kenang-kenangan kalau nanti saya ga ada, mumpung aku iseh sehat. (subjek masuk ruangan di dalam, keluar sambil membawa foto dipigura kemudian menunjukkan foto keluarganya). Tadine pak M tu kayak ndak mau. Kok mintane macemmacem. Aku pengen foto tapi dipacaki (didandani). Anak-anakku ya dipacakki. Ini 350.000 udah sama ini pigurane, CD, 6 foto sing sendiri-sendiri 10 R. Murah ya.
Derita
Khawatir tidak ada yang merawat anaknya setelah subjek meninggal
Tidak ingin membuat kawatir keluarga
Derita
Derita
Derita
Khawatir bila dirinya meninggal, subjek akan dilupakan suami dengan mencari pengganti dirinya Khawatir anak-anak tidak terawat setelah subjek meninggal
Khawatir keluarga meninggal
dilupakan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara kedua Nama : Bu El Lokasi : rumah subjek Tanggal : 8 Maret 2007 Jam : pk.17.50-18.50 Lembar 1 No verbatim 1 Iya, kasihan ya. Banyak yang meninggal. 2 Wah saya jadi takut nek (kalau) papahe pergipergi. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ndak (tidak) usah yang sakit, yang baru aja ndak (tidak) apa-apa aja juga banyak yang tibatiba meninggal. Kayak (seperti) yang kesrempet bakul (penjual) blanjan itu padahal jalanne dah dipinggir, orange sebelume sehat, ndak (tidak) sakit apa-apa. Kayak (seperti) papahe saya juga ndak (tidak) keliatan sakit kok ndak (tidak) adane. Saya juga pengen kayak (seperti) papa kok kalau ndak (tidak) ada. Kayake (sepertinya) enak banget, ndak (tidak) ngrasake apa-apa.
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kalau selama ini aktivitas ibu biasa saja ya? Iya biasa wae (saja). Saya tu ndak (tidak) mau diem. Sampe pak M tu bilang ke saya. Wah untung ya nduwe (punya) bojo (istri) kok ethes (usil) wae (saja). Ndableg (bandel) gitu, pak M bilange (subjek tertawa) padahal nduwe (punya) kayak (seperti) gini. Saya tu nyok (kadang) kasihan lihat mbakke tu kalau dah mendung gitu. Jadi tadi pagi pas mendung yo mbak munggah (naik) dientasi (diambil) wae (saja) yo tak ewangi (aku bantu), mendung soale. Aku tak nang mburimu (dibelakangmu) alon-alon (pelan-pelan). Soale kalau ngaget gitu mak jlek malah inie nyok (kadang) jadi sakit. Grace, Grace…itu dimatike… (subjek masuk ke dalam untuk mematikan obat nyamuk dan kemudian keluar lagi). Saya tu takut kena demam berdarah. Wong (karena) sudah kena penyakit ini kok mau kena penyakit laen lagi.
34 35 36 37 38 39 40 41
Ini kelihatan seger lho bu. Saya gini ini (mengkreditkan). Ndak (tidak) tahu yang mana rumahe, cuma (hanya) percaya aja. Sing (yang) penting semua tak tulisin semua. Tutup mata tutup telinga. Tak selehke (aku taruh) semuanya. Saya ndak (tidak) mikir apa-apa. Ndak (tidak) malah saya jadi sakit. Wong (soalnya) saya ndak (tidak) mau sakit.
coding
interpretasi
Derita
Khawatir terjadi sesuatu dengan suami / suami meninggal
Sakit
Tidak ingin merasakan sakit saat menjelang ajal
ID
Khawatir kehilangan peran (tetap berusaha melakukan perannya)
Sakit
KD
Takut sakit
Khawatir emosi yang tidak stabil bisa mempengaruhi fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Iya, kayak (seperti) gitu wae (saja). 2 Saya tu disuruh kontrol aja ndak (tidak) mau. Saya ndak (tidak) mau dibilang sakit. Ini dua 3 hari kan papahe dirumah ngereh-ngereh 4 (membujuk) saya buat kontrol lagi tapi saya 5 ndak (tidak) mau. Wong (karena) pas di dokter 6 Mia gitu kan pintune dibuka. Saya bilang ke 7 dokter Mia jangan keras-keras sing (yang) 8 ngomong soale nanti bikin (membuat) kuatir 9 sing (yang) di luar itu lho. 10 Malah sing (yang) suka ribut tu mbakke tu. 11 Kemarin kan kamar belakang tak beresi. Nek 12 (kalau) ada sing (yang) bocor kan eman-eman 13 (sayang) barang-barange nanti rusak. Dia tu 14 bilang, bu mbok nunggu kula (saya) nek (kalau) 15 meh (mau) bongkar-bongkar. Dia tu maune 16 saya disuruh nunggu dia. Terus kalau saya 17 kelihatan nglentruk (tidak bertenaga) gitu dia 18 langsung bilang bu dikeroki napa diperiksake 19 mawon (saja) bu. Makane kalau saya ndak 20 (tidak) enak badan biar ndak (tidak) kelihatan 21 sama dia saya ndak (tidak) tidur di kamar 22 belakang. Saya tidur di kamar ini. Udah 23 nyiapke kaos kaki, minyak kayu putih gitu biar 24 ndak (tidak) kelihatan dia. Nek (kalau) 25 kelihatan dia tu mesti ribut soale dia kan dah 26 dikasi tahu kalau saya punya sakit ini. Jadine 27 papahe tu dah bilang aku titip ibu ya, nek 28 (kalau) ora (tidak) enak apa piye (bagaimana), 29 diewangi (dibantu), aja (jangan) kekeselen 30 (kecapean) pokoke diurusi. Makane nek (kalau) 31 saya keliatan nglentruk (tidak bertenaga) dikit 32 kan dia dah ribut. Tapi saya bilang, aja 33 (jangan) manjake aku, aku moh (tidak mau) nek 34 (kalau) diunekke (dikatakan) sakit. Gelem po 35 (apakah mau) nek (kalau) aku lara (sakit). Nek 36 (kalau) aku lara (sakit) sing (yang) arep (akan) 37 gaji kowe (kamu) sapa. Ha ngih (iya) mboten 38 (tidak) tapi nek (kalau) mboten (tidak) diewangi 39 (dibantu) kula (saya) sing (yang) diseneni 40 (dimarahi) bapak. Jadie dia tu kepepet (terjepit) 41 sana sini (subjek tertawa) 42 Saya tu nek (kalau) ngrasa ndak (tidak) enak 43 gitu saya cuma (hanya) tiduran di dalam kamar, 44 liat fotone papa. Pa mbok ilangke sakite ini. Ben 45 (biar) ndak (tidak) terlalu sakit. 46 Tadi kan saya lagi denger radio yang bentukke 47 tu boneka. Kecil gitu, hadiah dari akira. Ndak 48 (tidak) dijual soalle juga dari luar. Pak M yang 49 kasi (berikan) ke saya. Biar ndak (tidak) sepi, 50 bilange gitu. Kemana-mana tak (aku) bawa. 51 Sampai saya bilang mbek (kepada) anakke dua 52 itu, mama ki (tu) kaya (seperti) cah cilik (anak 53 kecil) rana-rene (kesana-kesini) gawa 54 (membawa) kayak (seperti) ngene (itu) (subjek 55
Tidak ingin keluarga khawatir
ID
Khawatir peran
ID
Merasa tidak berdaya akan rasa sakitnya sehingga merasa dihalangi untuk melakukan perannya
Sakit
kehilangan
Tidak ingin sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 2 3 4 5 6 7 8
tertawa). Tapi kok dari tadi tu ndengerke ndak (tidak) ada sing (yang) bagus. Terus Grace tu tak tanyain. Kamu tu belajar apa apa. Dia bilang cuma (hanya) ngerjake PR. Jadi ya sudah tak tungguin sambil nonton tv. Ini ni saya lagi gini. (tangan subjek menggerakkan tangannya dari atas roknya kebawah).
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Saya tu lagi mens. Kalau mens gini kan ini e kenceng gitu to (subjek menunjuk payudaranya). Apalagi kalau lagi gini ini soksokan (keluarnya banyak) gitu lho. Kayak (seperti) bluding gitu. Kemaren aja pas di kamar mandi gitu, Grace Grace ni lho mama tu kayak (seperti) gini. Terus Grace bilang cepet mama keluar aja, nek (kalau) mama pingsan Grace ndak (tidak) isa (bisa) sing (yang) ngangkat. Saya tu mens e ndak (tidak) normal. Bisa 2 minggu waktune. Padahal sing (yang) biasane normal kan 1 minggu dah selesai ya. Apalagi kalau lagi gini ni kayak (seperti) bluding gitu.
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Tanganne gringgingen (kesemutan) ndak (tidak)? Ndak (tidak). Kepala e tu migran yang sini (subjek memegang kepala bagian kanan), tanganne yang sini (tangan kanan) tu kayak (seperti) jempe gitu (terasa kebas). Pokoknya separo ini dari atas sampai bawah kayak (seperti) ndak (tidak) bisa ngapa-ngapa (subjek menunjuk kepala sampai kaki bagian kanan). Kayak (seperti) almarhum bu Edi tu, dia kan ndak (tidak) pakai BH. Jadie goyang-goyang padahal seharuse kan diem ya. Itu padahal kata dokter malah disuruh pakai BH biar ndak (tidak) sakit.
37 38 39 40 41 42 43 44 45
Apalagi bu Edi tu semua orang disuruh megang grenjelane (benjolannya) ya. La iya tu. Padahal kan ndak (tidak) boleh orang sembarangan to boleh megang itu. Kita kan ndak (tidak) tahu nek (kalau) tangane kotor apa piye (bagaimana) ya. Saya aja ndak (tidak) mau kok nek (kalau) dipegang (subjek memegang payudara bagian bawah kanan ketiak). Saya juga ndak (tidak) sering megange.
46 47 48 49 50 51
Kalau ibu tu dimanae to? Kalau punya saya di sini (subjek memegang payudara bagian bawah kanan ketiaknya). Dulu tu kalau dipegang gitu krasa (terasa) grenjele (benjolannya). Besare tu… sak (sebesar) ini lho (subjek memegang mata kaki sebelah kanan).
Sakit
Khawatir ada perubahan fungsi tubuh menjadi tidak normal
KD
Merasa kondisi tubuh tidak stabil
Sakit
Khawatir kondisi akan lebih parah (subjek berusaha menjaganya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 4 1 Tapi sekarang kok dah ndak (tidak) ada. Cuma 2 (hanya) kadang itu rasane mak sengkrang (nyeri) gitu didaleme. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ndak (tidak) usah dikasi (diberi) apa-apa cuma (hanya) minum putih tok. Wah ya saya kan ndak (tidak) pernah ikut to. Nanti kalau tiba-tiba pak M mbeliin apa kan saya juga ndak (tidak) tau to. Saya tu ndak (tidak) pernah ikut sembayangan jadie sekali ditempati jadi bingung mau apa. Saya tu males kalau ikut sembayangan soale kalau belum mulai tu kan sini ngomong kayak (seperti) gini yang sana ngomong kayak (seperti) gitu. Ndak (tidak) podo akur gitu.
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Iya. Kemarin aja kok saya bisa keluar ikut arisan. Padahal biasanya ndak (tidak) pernah bisa. Kok kemaren ada Lia, jadi ya saya ikut arisan. Soalnya Grace tu takut kalau ditinggal sendirian. Itu tu gara-garane anakke bu Sugeng tu moto (memfoto) pakai HP sing (yang) ada kamerane itu. Kok sing (yang) nunggu itu bisa keliatan gitu. Soale kamera kan sensitif sama sing (yang) kayak (seperti) gitu. Kukune panjang gitu sama mukae tu ada darahe. Jadi kemaren pas datang arisan gitu, datang aja ndak (tidak) pernah tiba-tiba ada masalah kayak (seperti) gitu sama bu Budi kan saya jadi ndak (tidak) enak. Padahal dulu kerjaanne saya ndak (tidak) kayak (seperti) ini. Saya cuma (hanya) nganter barang trus dapet uang. Bu Sugeng aja mau pindah kok dari sana. Jadi saya tu cuma (hanya) sendirian juga disini sing (yang) cina. Kecepit (terjepit) di tengah (subjek tertawa). Tapi wong (karena) selama 3 tahun disini ini juga ndak (tidak) ada apa-apa sama wargane kok.
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Apa karena ada itu… terus mau pindah. Kemaren tu saya dimarahi mama lho. Wah saya baru pertama kali punya mama kayak (seperti) gitu, mamahe pak M. Soale papa sama mamahe saya ndak (tidak) kayak (seperti) gitu. Wis (sudah) ngrepoti banget. Kemaren kan saya ketempat mamahe. Disana cuma (hanya) ada ponakanne. Terus saya bilang, jangan ngomong sama mak (nenek) nek (kalau) kim (tante) tu sakit. Tapi pagi-pagi pas saya ke pasar tu mamah dah diluar gitu, duduk di lincak. Bilange ngetokngetok ndak (tidak) ada sing (yang) mbukake. Pas saya pulang gitu mas Wawan itu bilang kalau mama nunggu di luar. Wah brarti ponakane saya
Tidak nyaman saat rasa sakit menyerang
Sepi
Khawatir tidak diterima orang lain
ID
Merasa aktivitas berubah setelah sakit
Sepi
Khawatir tidak diterima lingkungan
Tidak ingin keluarga mengkhawatirkan kondisinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 5 1 kan bilang mbek (kepada) mama. Terus mama 2 bilang, wong lara (orang sakit) kok malah lungalunga (pergi-pergi). 3 Terus saya jawab, nek (kalau) saya ndak (tidak) 4 pergi terus anak-anak maem mbek (dengan) apa, 5 wong saya ke pasar cuma (hanya) beli lawuh 6 (lauk) buat anake. Saya juga bilang, nek (kalau) 7 saya tu males mama sampai tahu nek saya sakit 8 soale mesti jadi kuwatir jadine saya tu dah wanti9 wanti (berpesan) mbek (kepada) ponakanne saya 10 ben (biar) ndak (tidak) bilang malah dibilangke. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Wah mama tu orange susah, tapi untunge anake saya tu ndak (tidak) kayak (seperti) gitu. Nek (kalau) anakke sing (yang) di jogja itu juga kayak (seperti) saya. Apa-apa diem aja. Kan ini lagi deket sama anak laki-laki. Temene Ika, anakke bu Sugeng. Na itu sebenere dah tahu dari SMA. Dideketi terus. Anake saya kan cuma (hanya) diem aja. Diincer gitu, sampai di Jogja juga dideketi. Na saya bilang ke anakke saya. Kamu mau ndak (tidak). Nek (kalau) dia mau nerima kekurangane kamu. Soale anake saya kan punya cacat di mata. Matane sing satu tu kan rusak. Itu aja meh (mau) tak (aku) operasi nek (kalau) dah umur 27 tahun. Itu kata doktere baru boleh dioperasi. Dulu pas bayi kan di vakum na itu kena syaraf matane. Sing (yang) satu ya ndak (tidak) apa-apa tapi kan nek (kalau) satu dah cacat nek (kalau) capek kan sing (yang) satu juga ikut to. Bisa nerima nek (kalau) mama tu kayak (seperti) gini. Tapi anakke tu kayake (sepertinya) baek kok. Anakke bendahara sing (yang) di Ignasius. Pasti kalau liat orange tahu. Wong saya juga bilang ke anakke, kamu tu wong (orang) ndak (tidak) jelek kok, wong (karena) cacatmu tu we (saja) ya ndak (tidak) keliatan. Apa ada sing (yang) tahu nek (kalau) kamu tu kayak (seperti) gini, ndak (tidak) ada sing (yang) tahu to. Ya ini, mau ndak (tidak) mikir ya tetep kepikiran kok. Papa saya tu item lho orange. Soale orang Purworejo. Mamahe papa saya kan orang jawa. Dari delapan orang anakke tu sing (yang) putih kayak (seperti) mama tu cuma (hanya) saya sama adikke saya sing (yang) kecil dewe (sendiri). Tapi kok sing (yang) kena kayak (seperti) gini cuma (hanya) saya sama adikke saya, saya di sini adikke di sini (subjek memegang jidatnya). Padahal adikke saya mampu, saya juga dibanding sing (yang) laine.
50 51 52 53
Brarti ini ditulis ya. Saya malah seneng lho semua uneg-uneg (keluh kesah) saya keluar semua. Kalau misale muntah ya sampe puas gitu kan malah jadi sehat ya.
ID
Tidak ingin kehilangan perannya sebagai ibu
Sepi
Khawatir tidak bisa diterima orang lain
Tidak tahu dan bertanya kenapa yang menderita sakit yang sama hanya dirinya dan adiknya sedangkan saudara yang lain tidak
sepi
Khawatir jika tidak ada teman berkeluh kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara pertama Nama : bu Pi Lokasi : Rumah subjek Tanggal : 1 April 2007 Jam : 16.30-17.45 Lembar 1 No Verbatim 1 Hanya tiduran saja? 2 Iya, soalnya kalau kecapean terus rasanya disini ini terasa seperti nyeri panas, mual gitu. Jadi saya 3 ya menjaga sendiri supaya tidak kecapean. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Terasanya mulai kapan bu? Ya saat acaranya mbak Siti mungkin kecapean apa ya saya sendiri tidak mengerti. Tapi terus jatuh. Kemudian dibawa ke dokter saja saya tidak tahu. Hanya saat diberitahu dokter kalau disuruh operasi itu terus saya kondisinya menurun. Karena teman sekamar saya itu yang sakit seperti ini bilang kalau disinar terus efeknya ya seperti itu. Kemudian saya minta pulang, tidak punya keberanian. Saya takut dioperasi. Menangis terus minta pulang. Kemudian sama mas Edi diuruskan untuk pulang. Bu, jangan nangis terus to, kalau tidak mau ya udah pulang saja, nanti cari cara yang lain. Saya itu masuk rumah sakit sampai pulang tidak tahu. Ya sudah, sampe sekarang tidak dioperasi. Tapi alternatif gitu. Sudah mencoba macam-macam. Ketempat bu Ima juga begitu. Diberi jamu untuk diminum. Rasanya seperti ditusuk-tusuk gitu.saya berpikir. Apa saya ini mau mati. Kalau habis minum itu rasanya panas, terus malamnya tidak bisa tidur. Kemudian mas Edi itu bertanya sama bu Ima. Bu Ima bilang kalau itu seperti dioperasi dari dalam. Saya kemudian tidak meneruskan karena setiap habis minum itu jadi panas, tidak bisa tidur gitu. Ada siapa itu ya, saat mas Edi melihat jaka lodang itu ya seperti itu?
32 33 34 35 36 37 38
Kyaine itu? Iya. Itu juga seperti menggunakan klenik gitu. Saya juga tidak percaya. Wah udah saya coba semua. Sekarang hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Kemudian saat mengacarakan mbak Siti itu bu…bilang kalau tidak tahu saya sakit seperti ini.
39 40 41 42 43
La iya, kan terserah Allah yang memberi? La iya, karena kita tidak tahu kapan kita diambil. Tapi kalau lagi terasa ya wah rasanya sakit sekali seperti itu tu. Kalau tidak kuat biasanya hanya nangis.
coding
interpretasi
KD
Khawatir kelelahan maka subjek menjaga tubuh supaya tidak cepat lelah
Sakit
Takut dioperasi karena takut akan efek samping yang muncul
Sakit
Khawatir pengobatan yang dijalani menyebabkan sakit
Pasrah
Sakit
Menangis karena merasa tidak kuat saat sakit menyerang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Ibu punya keinginan apa? 2 Ya saya itu ingin anak-anak sudah mapan waktu saya tinggal. Dulu anak–anak belum mapan. Saat 3 krisis itu kok ya pas mbak Siti itu ditawari kerja, 4 ada pendaftaran. Karena dulu sama bapaknya 5 tidak boleh kalau belum selesai sekolah terus 6 kerja. Supaya ijazah sekolahnya digunakan 7 sungguh-sungguh, karena bayarnya mahal. 8 Sekarang anak-anak sudah mapan semua. Berkat 9 Tuhan dan do’anya. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ada keinginan yang lain tidak bu? Ya dulu punya keinginan sama bapak kalau naik haji bersama. Hanya mau ibadah, karena kesananya nabung dulu, jadi tidak terlalu berat banget. Tapi kemudian saya sakit seperti ini. Ya udah saya bicara sama bapak kalau bapak saja yang berangkat sendirian. Karena niatnya sudah lama yang mau ibadah. Saya bilang kalau saya sudah sembuh saya mau beribadah bareng sama anak-anak saja.
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ibu sebelum sakit kerjanya apa? Saya jualan di pasar. Tapi sekarang sudah tidak bisa dan juga tidak dibolehkan sama bapak. Kalau dulu kadang suka diantarkan gitu, kemudian aku roboh itu. Dulu belum ada sepeda motor, adanya hanya sepeda onthel. Itu pun tidak semua orang punya. Jadi kadang ya sama siapa, kadang bareng atau diantarkan. Kemudian kok seperti ini terus, akhirnya bapak bilang tidak usah jualan aja, nanti kecapean. Sekarang seadanya saja.
32 33
Bu. Terima kasih. Semoga cepat sembuh. Terima kasih sudah dijenguk dan didoakan.
ID
Derita
ID
Sepi
Merasa puas melihat anaknya sudah mandiri
Khawatir naik haji
tidak
bisa
Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga sehingga Pi ingin melakukan perannya, tetapi tidak diperbolehkan oleh suami
Senang dijenguk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wawancara kedua Nama : Bu Pi Lokasi : Rumah Subjek Tanggal : 19 April 2007 Jam : 10.30-11.15 Lembar 1 No verbatim 1 Bagaimana kabarnya bu? 2 Ya seperti ini. Padahal sudah berobat kemanamana. Yang pertama minta obat sama 3 bapak….satu setengah tahun. Tidak ada 4 perubahan terus saya hentikan. Kemudian teman 5 ada yang memberi tahu kalau di Parakan ada. Ya 6 kesana. Ditempat bu Ima itu orangnya sadis. 7 Tidak ada perlengkapan untuk sholat. Ditempat 8 pak Narto kan ada perlengkapan sholat karena 9 punya masjid sendiri. Padahal saya itu kalau ke 10 sana itu pagi-pagi sekali karena ngantri. kadang 11 sampai ashar itu belum sholat dan belum makan. 12 Ya udah dibelikan makan dulu. Kemudian 13 dibelikan sayur sama tempe. Kemudian ketempat 14 bu Dewi juga iya di Krapyak. Semua sudah 15 dicoba tapi tidak ada perubahan. Di rumah sakit 16 saja saya tidak tahu kapan masuknya dan kapan 17 keluarnya. Karena tidak terasa apa-apa, sampai 18 temannya mas Edi bertanya sama mas Edi, kok 19 kelihatan capek? Tapi ya hanya dijawab capek, 20 tidak memberi tahu kalau saya sakit. Kemudian 21 baru tahu kalau ada apa itu dari cerita-cerita. 22 Kemudian temannya mas Edi itu kesini bilang 23 kalau mas Edi itu kelihatan capek, terus baru tahu 24 sekarang karena mas Edi tidak mau bilang 25 kenapa. Kemungkinan ya capek ke sana kemari di 26 rumah sakit, karena bolak-balik. Kalau ke sini 27 hanya membacakan surat Yasin untuk saya. 28 Siapapun kalau kesini hanya membacakan surat 29 Yasin saya. 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Itu jamu atau sekalian pijat? Jamu direbus itu lho, padahal ya paketnya itu mahal-mahal. Ada yang satu paket itu harganya empat ratus ribu padahal hanya untuk satu minggu. Ya udah saya hentikan. Karena semakin lama ya tidak kuat. Tapi kalau ada yang memberi tahu untuk minum ini itu atau ada yang bilang ada yang bisa mengobati saya kesana, sudah dicoba. Tapi kalau obat itu kan cocok-cocokan, iya kan.
40 41 42 43 44 45
Tidak ikut kegiatan apa-apa bu? Ya inginnya itu kesana kemari, ikut pengajian, jenguk orang sakit. Karena dulunya rajin mengikuti pengajian kemana-mana. Tapi ya gimana, kondisinya seperti ini. Ya akhirnya hanya di rumah saja.
coding
interpetasi Merasa usaha yang dilakukan tidak berhasil dan subjek hanya bisa berpasrah
Kasihan melihat anak lelah karena merawat
Merasa didukung oleh orang- orang
Diket
Khawatir akan menurunnya keuangan keluarga untuk biaya pengobatan
Sepi
Takut bila aktivitas dengan orang lain berkurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Ada temannya ibu yang suka kesini? 2 Ya, biasanya pada ke sini, setiap hari mesti ada yang ke sini, entah itu temennya mbak Siti, 3 temannya mas Edi atau tetangga. Kalau temannya 4 ke sini mesti memberi tahu untuk selalu membaca 5 istigfar. Minta ampunan kepada yang Maha 6 Kuasa. Saya ya bisanya baca Al-Quran. Dulu kan 7 saya jualan dipasar. Teman–teman pasar kesini 8 jenguk kenapa kok sudah lama tidak jualan 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Ibu sudah lama sakit seperti ini? Saya sakit seperti ini sudah lama, sudah tahunan. Kadang suka pasrah. Sudahlah kalau Gusti memberi umur panjang. Saya hanya ingin sehat. Tapi kalau tidak juga tidak apa-apa, saya sudah pasrah. Kan kasihan sama yang merawat ini lho, kalau mbak Siti dengar pasti nangis. Ibu itu tidak usah berpikir seperti itu. Ibu itu dibuat senang hatinya. Yang merawat aja tidak apa-apa kok. Kan sudah diusahakan obatnya kok. Saya itu tidak dibolehkan kalau mau ngapa-ngapain. Kemarin mau bersih-bersih aja sama mbak Siti tidak dibolehkan, sudahlah ibu itu istirahat aja, ibu itu kata dokter harus istirahatkan, tidak boleh terlalu capek. Biar aku yang bersih-bersih. Kapan. Ya kalau aku ada waktu. Pokoknya ibu istirahat aja. Karena kalau kecapean itu bengkak, panas perih nyeri gitu. Anak-anak itu ngerti. Meski di periksa gitu. Kalau setiap kecapean pasti panas gitu badannya. Awalnya itu ada gejalanya. Perutnya yang benjol-benjol jalan gitu di sini (subjek memegang perutnya). Kan dipikirnya itu hanya masuk angin biasa tho. Terus dibawa ketempatnya pak Paulus. Kemudian pak Paulus itu memberi surat keterangan supaya dibawa ke rumah sakit. Dibawakan surat pengantar ke Betesda. Pak Paulus itu tidak mau memberi tahukan penyakit apa. Saat ditanya sakitnya apa kok malah menjawab tidak apa-apa kok. Dibawa aja ke Betesda ya bu?
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Apa ada perawat yang dirumah bu? Ada, mbak Hartini yang merawat saya di rumah. Kalau dulu ke sini setiap hari, memeriksa aku. Tapi sekarang kesininya beberapa hari sekali, kadang ya seminggu sampai sepuluh hari. Kan sekarang lagi musim hujan seperti ini, kalau mau berangkat kesini sorenya malah hujan, kan akhirnya tidak jadi ke sini. Kemudian besoknya tidak berangkat. Ya memang dulu kan saya diminta operasi di rumah sakit itu tapi saya tidak mau. Kemudian saya dibawa pulang sama mas Edi, tapi dokternya pesan kalau saya harus tetap ada yang merawat. Akhirnya mbak Hartini itu yang ngontrol saya. Kemudian mbak Siti bilang
Sepi
Khawatir jika tidak ada yang bertandang ke rumahnya
Sakit
Takut menjadi beban bagi keluarganya
ID
Ingin tetap melakukan peran sebagai ibu
Sakit
Khawatir rasa sakit di bagian tubuh menyerang
Ada orang yang merawat. Subjek tidak menolak tetapi pasrah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 harus ada yang merawat terus sudah ada, jadi ibu 2 itu hanya disuruh istirahat, tidak boleh terlalu 3 capek. 4 5 6 7
Bu, saya mau pulang dulu. Semoga cepat sembuh. Ya. Kalau mau ketempat simbah mampir sini ya, karena kalau tidak seperti itu tidak ketemu.
Sepi
Khawatir tidak yang menjenguk
ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama Lokasi Tanggal Jam
: Pak Nardi : Rumah subjek : 8 Maret 2007 : Pk. 08.25-09.00
Lembar 1 no verbatim 1 Kalau kayak jahit segala belum ya? 2 Belum, belum. Iya. Selama ini saya nganu jangan dulu. Sebabe kan ya disamping kena 3 bau-bau itu pewarna kain kan juga debunya itu 4 kan walaupun ndak kelihatan ya tapi kan bisa 5 masuk ke sini. 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kalau ke gereja belum ya? Belum, ke gereja belum. Iya. Selama ini masih dikirim komuni. Ya sebetule tu kepengen ya tapi kan kita tu nengok kanan kiri, nengok kanan kiri karena ini kan ada baunya ya. Daripada menganggu sik sebelah. Ya to. Lebih baik jangan dulu. Ya nek sebenarnya mau berangkat ya bisa sebenere, naik becak apa naik sepeda itu kan. Tapi saya saranke jangan dulu, nanti daripada nganggu yang lain.
17 18 19 20
Kalau bapak lihat ibu tu ibu nyaman dengan ini? Ya terganggu ya. Ya terganggu lah sing mesti. Terganggu.
21 22 23 24 25 26 27
Kontak sosial sama orang lain terganggu ga? Kalau saya ndak tu. Kalau saya sendiri ndak. Tapi kalau ya sing bersangkutan tu kadangkadang tu ya merasa rendah diri ya. Terus terang gitu ya, karena walaupun bagaimana kan kita membawa ini ya, bau sing ndak sedap lah istilahe.
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Apa ibu tu kehilangan harapan atau misalnya aku sendiri kayak gini, selama ini aku pengen begini tapi belum bisa kadang… Ya semua itu punya rencana ya. Kita punya rencana. Ya sing jelas tertunda tu kan kita punya anak. Untuk masa depan anak tu kan terganggulah, istilahnya begitu. Anak itu kan udah mulai SMP nantinya SMA, ya kan. Tapi kan mesti ada kelanjutane lah, ya to. Kita sebagai orang tua kan punya angen-angen sendiri.
39 40 41 42 43 44
Ibu. Ibu, gampang capek ya. He-e. Ya kalau jalan itu ya kalau terlalu lama atau terlalu jalanne tu terlalu naik ya terasa. Terasa. Sing mesti kan ditubuh tu kan dah lama untuk bergerak, buat tiduran aja. Di samping itu kan juga untuk
coding
intepretasi
ID
Suami melarang subyek melakukan perannya dalam keluarga.
Tubuh
Khawatir akan mengganggu orang lain karena bau jika pergi ke gereja.
Merasa tidak nyaman.
Tubuh
Merasa rendah diri karena bau yang ditimbulkan dari sakitnya
Derita
Khawatir rencana untuk membimbing dan menyekolahkan anak terganggu.
KD
Takut akan vitalitas yang menurun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 2 3 4 5
makannya terbatas. Ya kita kan butuh vitamin juga karna dia itu takut, makan ini itu akhirnya badannya lemes ya. Kita orang sehat aja tu nek ndak makan lemes lah. Gampangane kan kayak gitu. Jadi cepet sakit. Kan berkurang.
6 7
Sekarang masih bengkak apa ndak pak kakie? Bengkaknya dah menurun ya. Menurun.
8 9 10 11 12 13 14 15
Berarti ada kemajuan kan pengobatannya? Ya kalau pengobatannya sedikit demi sedikit disamping kita usaha ya kita berdoa ya sing jelas ya. Namane usaha berobat itu kan ya tinggal cari mana yang cocok. Ini ndak cocok cari situ, ndak cocok cari lain. Ya selain itu ya hubungan sama Tuhan ya. Kan obat buat sarana.
16 17 18 19
Udah kempes. He e. Tapi kempes tapi gepeng gitu lho. Tapi dulu kan tinggi, medudul gitu. Tapi sekarang tu dikit demi sedikit berkurang.
20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kering ya Ya mendekati, belum seluruhe. Ya kalau dulu kan ya ngeluarke itu ya. Tapi sekarang tu berkurang, baunya. Sekarang tu yang tengahnya tu, kalau tengahnya tu kan kalau malem tu kadang-kadang yang keluar air. Jadi kalau tidur ya kalau dia pules ya kadang saya tu nengok, kalau ada aire tak ambil pakai kapas. Jadi nanti kan kalau bangun kan langsung bangun gitu.
29 30 31 32 33 34 35
Bagaimana hubungan dengan tetanggatetangga terdekat? Maksud te? Ya ketemu sama tetangga. Ketemu jarang. Ya kalau akhir-akhir ini memang jarang ya komunikasi karena di satu sisi kan punya kesibukan sendiri-sendiri.
36 37 38 39 40 41 42 43
Ya… Itu juga dengan kanan kiri gitu kan dia ndak…. Ya walaupun gitu tu dia juga tidak tidak langsung berhubungan, mungkin salaman atau gimana tapi dia tu bisa memantau lah. O itu gimana-gimana. Tetep ada pantauan ya tetep ada walaupun ndak tidak mendekat lah istilahnya.
44 45 46 47 48
Tangannya gimana pak, juga masih sering sakit gitu pak? Kalau tanganne ya kemeng-kemeng gitu lho. Tapi ya ndak seperti kemaren lah. Sing jelas tu bisa bergerak. Tapi sing dirasake sekarang itu
Sakit
Takut tubuh semakin memburuk Pasrah.
Sakit
Takut payudara berubah lebih parah
Suami merawat istri.
Tubuh
kontak sosial dengan orang lain berkurang karena bau dan sakitnya
KD
Khawatir tubuh mudah lelah dan tangan sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 kok kalau tidurnya kurang, itu kan cepet, cepet 2 lelah ya. 3 4 5 6 7 8
Sepi ya pak. Anak-anak masih sekolah ya pak kalau jam segini. Kalau bapak kerja ibu sama mbake tok ya. Berdua. Ya sepi. Ya sebenere saya ndak mau ninggal tapi mau gimana lagi. Udah kerjaan kayak gitu. Terus mau kerja apa lagi.
9 10 11 12 13
Udah dulu pak. Kalau bapak mau siap-siap berangkat lho pak. Ya. Saya tu kerja ya gini ini. Cari kerja juga sekarang susah ya. Jamnya bisa sampai malem gitu. Tapi udah mau gimana lagi ya.
14
Iya…
Sepi
Suami tidak ingin subyek sendirian tapi harus kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama Lokasi Tanggal Jam
: Pak Nardi (SO1) : Rumah peneliti : 16 April 2007 : 10.00-10.30
Lembar 1 no verbatim 1 Iya. 2 Wah nganti sing diwawancara wis ra ana ya. Itu saya bingung banget. Liat di 3 KTP aja 3 ndak ada semua. Cari di Prodia itu ada satu 4 dirumah juga ndak ketemu. Soale nek hasil lab 5 gitu ndak nyantumke golongan darah kok ya. 6 Cuma penyakite. 7 8 9 10 11
Nek anak-anak gimana? Ya ini udah agak mendingan ya. Sing perempuan itu nangis terus. Nek sing laki ya rada nahan ya. Agak teteg.
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Endak. Nek bu Rusmit tu juga parah ya pak tapi ndak mau cerita kok. Lha ya, nek dia memang ndak mau terbuka. Beda kayak istri saya. Istri saya tu nek bilang ndak sakit ya memang ndak sakit. Wong itu misale ada kayak telor gitu kan, tak pencet gitu biar kempes ya ndak apa-apa. Bilange ndak sakit. Tapi nek dah bilang keluar darahe gitu dia dah pucet. Wong pas ikut pengobatan di Jogja itu kan dah satu setengah tahun. Itu kasi kunir putih, kayak morfin gitu mungkin ya. Ada penghilang rasa sakite. Jadi ya kalau ditanya ndak sakit.
25 26 27 28 29 30 31 32 33
Hampir sama ya pak sama ibu? Lha ya, tapi tuaan sini. Istri saya umure baru 46. nek ini njarak kok ya makanne. Apa-apa dimakan. Dulu kan sama-sama ngewangi di cik Mari tu, nek sisa jangan kangkung saben dina kok ya dimakan, wong orang biasa aja mesti ndak mau to. Nek istri saya ngati-ngati banget kok nek makan. Kangkung kan ndak boleh to. Pokoke sing di air-air tu ndak boleh.
34 35 36
Sing penting kan dah ngopeni tenanan ya pak. Lha ya, wong udah 3 tahun istri saya sakit gitu. Saya ya nyok kasihan.
37 38 39 40 41
Kemarin padahal ketoke dah sehat ya? Lha ya, wong sempet jalan-jalan. Wong adike pas kesana itu kan liat sendiri to. Tapi tiga hari sebelum ndak ada tu saya kayak kroso ndak enak gitu nek meh ninggal.
coding
intepretasi Suasana saat menjelang ajal.
Anak merasa kehilangan ibu.
Sakit
Takut darah keluar.
Sakit
Takut penyakit akan bertambah parah jika tidak mengontrol makanan.
Suami melihat menderita.
Sepi
istri
Ingin mengunjungi tetangganya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 Apa bobokan terus? 2 Ya ndak. Wong ndak pernah jalan sampai pojok wetan gitu kok ya jalan sampai sana. Terus 3 sampai masuk rumahe. Apa meh pamitan apa 4 ya. Itu kan anakke kakake sing dari Madiun itu 5 baru aja datang. Ponakanne. Terus bilang kalau 6 nanti liburan aku meh kesini lagi. Kita mesti 7 ketemu lagi, bilang gitu. Ya tenan, ketemu 8 cuma tiga jam. Kayak meh ngenteni itu ya. 9 10 11 12
Tapi wong ya udah maksimal kok ngrawate. Iya tu dah 3 tahun sakite. Kasihan kalau lamalama.
Suami kasihan melihat subjek menderita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama Lokasi Tanggal Jam
: bu Pri (SO2) : Rumah teman bu El : 4 April 2007 : 19.55-20.40
Lembar 1 No. verbatim 1 Menurut ibu gimana kondisi subjek? 2 Dia tu dah angkat tangan. Dia dah punya keyakinan kalau penyakitnya ga bisa sembuh 3 makanya ndak agak mau operasi. Dia pernah 4 bilang kalau dua saudaranya kena penyakit yang 5 sama kemudian dioperasi tapi akhirnya 6 meninggal. 7 8 9
Aktivitas subjek selama ini gimana bu? Aktivitasnya menurun.
10 11
Maksudnya? Dia kumpul-kumpul males, kerja berat males.
12 13 14 15
Apa lagi yang lain? Tidak mau mengungkapkan pendapat, menutup diri, satu hal lagi mengeluh secara tidak langsung.
16 17 18
Mengeluh secara tidak langsung tu kayak apa? Ah, aku malese kayak gitu tu. Aku nek kayak gitu ndak mau.
19 20 21 22
Suka menyendiri? He-e, selalu di kamar, diam. Ga mau bergabung sama orang, ndak memusuhi orang lho tapi cuma diem aja.
23 24 25 26 27
Berarti ga pernah beraktivitas dengan teman? Ga pernah, cenderung di dalam. Saya lagi ngobrol ma tetangganya dia ndak mau keluar. Cuma nginjen dari dalem. Yang wajar-wajar kan dia keluar ikut ngobrol ya.
28 29 30 31
Hubungan sama keluarga gimana? Baik tetep baik. Dia tu pengen semuanya baik buat keluarganya. Terus ingin selalu lekat dengan mereka, dari anak maupun suami.
32 33 34 35
Misalnya? Dia tu sedikit-sedikit memperhatikan anakanak, sering nunjukkan kalau dia itu kayak gini. Malah sering ditunjukkan.
36 37 38 39
Kalau sama suami? Baik tapi ada perasaan cemburu. Saya tu pernah pagi-pagi beli soto, na dia tu juga lagi makan sama suaminya. Dia ndak liat saya, soalnya
coding Diket
intepretasi Saat memikirkan penyakitnya yang sudah diyakini tidak bisa sembuh, pasrah
Aktivitas menurun
Mengisolasi diri sendiri
Tubuh
Tidak mau melakukan kontak sosial karena malu dengan sakitnya.
Derita
Tidak mau kehilangan keluarga
ID
Takut perannya digantikan orang lain jika dia tidak melakukannya
ID
Merasa khawatir perannya sebagai istri digantikan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 2 1 2 3 4
saya di mobil. Kayaknya tu nerawang gitu lho. Suamine asyik smsan dia tu cuma diem aja. Cuma sebates nemenin aja, biar bisa deket sama suaminya gitu lho.
5 6 7 8 9 10 11
Kalau sama saudaranya? Dia tu gampang tersinggung. Sering ndak klop kalau lagi ngobrol. Dia juga kurang peduli, suka membentengi antar keluarga. Koyo-koyo ini kan keluargaku ya ben keluarga sing lain. Aku aku gue gue gitu lho. Cuek cuek. Satu hal lagi tu dia kadang bertingkah laku aneh.
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Maksudnya? Dia tu misalnya buat apa ya buat pembicaraan tapi kalau ditanggepi gak kepeneran. Jadi serba salah. Misalnya dia tu mbuka kata-kata kayak gini, aku tu nyekolahke di Tarakanita, sebenere aku tu ndak mampu. Terus sama ipare tu dijawab, ha kowe ki aneh kok. Tarakanita kan memang larang. Nek larang ya rasah disekolahke nang kana. Kesabarannya juga kurang, rasah melu-melu urusan keluargaku nek ra setuju. Rasah cawe-cawe. Kan aneh itu. Dia yang mbuka omongan tapi kalau ndak sejalan jadi marah-marah. Sama mamanya juga gitu. Dia tu bilang, aku tu sayang lho sama mama tapi kok mama malah marah-marah sama aku. Lha itu kan aneh.
28 29 30 31 32 33 34
Ada keterbatasan fisik ga bu? Kalau keterbatasan fisiknya tu sepertinya ndak mampu bekerja keras, serba ringan. Badan sering sakit, gampang sakit, pegel-pegel, pusing, semuten. Kalau mau mens tu tidak berdaya, lemes, kayak dilolosin badannya. Logikanya tu juga kurang kalau lagi kumat.
35 36 37 38 39
Maksudnya? Kalau lagi drop gitu kalau itung-itungan lama. Misalnya itung-itungan 6 kali 6 piro ya. Aduh piro ya, aduh. Coba ambilke kalkulator. Kayak gitu.
40 41 42
Kalau lagi ga berdaya yang dilakuin apa bu? Diem, di kamar cuma ketap ketip, ga ada semangat.
43 44 45 46 47
Kalau lagi ga berdaya gitu ditunjukin ga ke orang-orang? Ga ditunjukin. Selalu menutupi, tidak mau diketahui orang lain kalau dia sakit. Aku ki ra lara, aku ki sehat, kayak gitu.
sehingga El merasa berkewajiban memenuhi perannya
ID
Ingin melindungi keluarganya (masih ingin melakukan perannya )
Sensitif dan mudah tersinggung
KD
Tubuh
Fungsi tubuh dan vitalitas menurun
Ingin diterima sebagai orang sehat, khawatir kontak sosial berkurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lembar 3 1 Kalau hubungan sama orang lain? 2 Dia tu dengan orang lain ga nunjukkan kalau dirinya sakit. Sebenarnya tu dia malu kalau 3 orang lain tahu buah dadanya itu besar satu. 4 Jadi yang satu diganjel spon. Kan gedhe cilik 5 sakjane. Terus pake baju-baju yang modis biar 6 perhatian orang tu ga ke sakitnya tapi ke model 7 bajunya. 8 9 10 11 12 13
Dia deket orang lain ga? Ga. Justru menjauh dengan orang lain, menyingkir, membatasi kontak, males. Ada orang rubung-rubung, ada orang bincangbincang malah nyingkir, ndak mau bergabung.
14 15 16 17
Kalau ada kegiatan di sini ikut ndak? Kadang tu sangat terpaksa ikut. Alasannya tu ada kesibukan di rumah. Padahal yang sebenarnya tu tersinggungan.
18 19 20 21 22 23
Ikut sembayangan apa ke gereja ndak? Sembayangan dia ga mau, PKK ga mau, males pokoknya. Kalau ke gereja juga sebatas diajak sama suamine. Satu-satune karna kepengen berduaan, ke gereja aja ndak mau ketemu orang kok.
24 25 26 27 28 29 30 31 32
Menurut ibu, pandangannya sama payudaranya gimana? Dia tu sadar kalau dia tu menyandang penyakit dan ga disukai sama suaminya, minder kalau orang lain tu sampai tahu. Ya kalau misalnya lagi mau hubungan suami istri terus suamine tu mau megang kan juga takut ketularan wong itu hubungane sama ini to (alat kelamin). Secara ndak langsung kan gitu to.
33 34 35
Segini dulu aja bu. Kalau mau kesini lagi boleh to bu? Iya.
36
Makasih.
Tubuh
Merasa tidak nyaman dengan perubahan fisiknya (tidak ingin orang tahu payudara tidak sama besar karena malu)
Sepi
Tidak mau melakukan kontak dengan orang lain
ID
Khawatir tidak bisa memenuhi peran sebaai istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Nama Tanggal Jam Lokasi
: pak Suhar (SO3) : 19 April 2007 : 10.20-10.30, 11.15-11.30 : Rumah subjek
Lembar 1 No. Verbatim 1 Permisi pak? 2 Silakan. Masuk saja. Kok tumben? 3 4 5 6 7 8 9 10
Iya, saya ingin menjenguk budhe. Tadi baru dari utara, mau ketempat mbah, mampir dulu, kalau tidak seperti ini nanti jarang kesini karena saya tinggalnya di utara. O, ya terima kasih. Mau ketemu budhe? nanti ya saya bangunkan dulu. Karena biasanya kalau jam segini lagi tidur. (Bapak masuk ke ruangan di dalam)
11 12 13 14 15 16 17 18 19
Lho kok sepi pak? La iya. Karena yang di rumah hanya saya sama ibu. Biasanya kalau jam segini ini ibu sendirian di rumah. Lha saya saja baru pulang menemani cucu di TK. Karena kalau jam segini ini ibunya istirahat. Karena memang tidak boleh terlalu capek kok. Tapi jam lima itu dah rutin bangun. Mandi, makan dan kalau ingin ya nyapu-nyapu sini.
20 21 22
Ibu itu tidak pergi-pergi apa pak? Ya tidak lah Nok (sambil tertawa). Orang sakit kok main-main.
23 24 25 26
Apa ibu itu tidak pernah main ke tetangga pak? Aku tidak boleh. Nanti bisa kecapean. Karena kalau capek itu napasnya tersengal-sengal. Biar tetangganya saja yang kesini.
27 28 29 30
Yang kesini siapa saja? Banyak. Karena dulu itu ibu sering menjenguk temannya yang sakit. Baik temannya yang di pengajian maupun yang dipasar.
31 32 33 34
O, dulunya ibu sering menjenguk temannya ya pak? Iya, ibu itu dulunya rajin menjenguk kalau mendengar ada temannya yang sakit.
35 36 37 38 39 40
Berarti sudah banyak yang dicoba untuk pengobatannya ibu ya? Lah iya. Sampai sudah gak tau mau kemana lagi. Semua sudah dicoba. Tapi hasilnya tetap. Jadi sekarang kita hanya bisa pasrah sambil berdo’a yang penting sudah berusaha semampunya.
coding
intepretasi
Menceritakan aktivitas subjek di rumah
ID
Subjek masih ingin melakukan peran
ID
Suami melarang subjek melakukan peran
Sepi
Subjek dilarang pergi keluar rumah oleh suami karena kondisi yang tidak stabil (mudah menurun)
ID
Pi berubah aktivitas sosialnya setelah sakit
pasrah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Raport kepada Bu Mar Tanggal 18 Agustus 2006 pukul 16.30-17.15
Raport dilakukan saat subjek sakit. Peneliti datang bersama dengan ibu peneliti yang merupakan teman subjek. Ibu peneliti sebelumnya sudah beberapa kali melakukan kunjungan orang sakit ke rumah subjek. Saat ditanya kesediaannya
sebagai
subjek
penelitian,
subjek
mau
dan
langsung
mengungkapkan bahwa dirinya merasa senang mendapat kunjungan. Hal itu dirasa subjek sebagai tempat untuk mengungkapkan apa yang dirasakan atau dengan kata lain sebagai teman bercerita. Keadaan payudara subjek ditutupi kardus dan juga disangga dengan selendang kecil yang sebelumnya dialasi oleh kain sebagai wadah cairan yang keluar dari payudaranya. Payudara subjek menimbulkan bau busuk yang menyengat.
Aktivitas yang tampak dilakukan adalah tiduran di sebuah tempat tidur dan minum air putih. Area gerak subjek hanya di sebuah ruangan yang diatur seperti ruang tidur.
Saat raport, subjek ditemani suaminya tetapi perhatian suami subjek tidak terfokus pada subjek melainkan ke televisi yang menyala dan sesekali ke kami. Anak-anak subjek juga berada di sekitar rumah tetapi juga tidak berada di dekat subjek atau berada satu ruangan dengan subjek.
Observasi pertama Bu Mar Tanggal 17 November 2006 pk.17.40-19.00
Observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara dan dilakukan sore hari sampai malam. Situasi saat wawancara tergolong kondusif karena tidak ada bunyi yang menimbulkan kegaduhan di saat wawancara, tidak ada suara volume televisi karena mati dan tidak ada suara kedua anak subjek yang biasanya berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di sekitar subjek karena mereka pergi ke rumah tetangga. Beberapa kali ada situasi yang mengganggu saat wawancara, yaitu saat pembantu subjek bertanya harga barang yang akan dibeli oleh konsumen, terdengarnya suara yang kencang dari kendaraan yang melewati rumah subjek, suara azan dari masjid terdekat karena wawancara dilakukan malam hari, saat anak laki-laki subjek mau memasukkan sepeda ke dalam rumah melalui pintu di dekat ruangan tempat kali wawancara dan mengetuk pintu beberapa kali serta saat suami subjek pulang kerja dan langsung memasukkan sepeda motornya di area tempat wawancara tanpa mematikan mesinnya. Subjek menutup payudaranya dengan kardus bekas yang dibuat sesuai besar payudara subjek yang kemudian ditutupi dengan baju yang dipakainya. Pada leher subjek juga terlihat selendang kecil yang melingkar yang digunakan untuk menyangga payudaranya. Selendang itu juga digunakan untuk menyangga kain yang diletakkan di bawah payudaranya sebagai penadah cairan yang keluar dari payudara subjek. Cairan yang keluar dari payudara subjek adalah nanah dan darah. Payudara subjek berwarna hitam karena tertutup obat yang ditaburkan di payudara subjek. Cairan yang keluar tersebut menimbulkan bau busuk yang menyengat.
Relasi dengan keluarga terlihat saat anak laki-laki subjek mendekat dan memegang bahu subjek setelah subjek memasukkan sepedanya ke area tempat wawancara. Hal tersebut juga terlihat saat anak perempuan subjek disuruhnya untuk melayani pembeli serta juga terlihat saat subjek menyapa suaminya saat pulang dari kerja dan memarkirkan sepeda motornya di area tempat wawancara.
Aktivitas yang dilakukan subjek adalah minum air putih dan berjalan dari kamarnya ke belakang rumah tempat wawancara berlangsung. Aktivitas yang lain tidak nampak dilakukan oleh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Observasi ke dua Bu Mar Tanggal 4 Desember 2006 pk.10.00-11.10
Observasi dilakukan saat siang hari dan sekaligus wawancara kedua dengan subjek. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan wawancara dilakukan siang hari. Rumah terasa sepi karena hanya ada pembantu dan subjek yang berada di rumah. Suami subjek berangkat kerja sebelum wawancara berlangsung. Hanya kadang–kadang terdengar suara kendaraan yang melintasi rumah subjek dan juga suara pembeli. Payudara subjek masih ditutupi kardus dan disangga selendang kecil untuk menyangga kain sebagai penadah cairan yang keluar dari payudara subjek. Tercium bau yang menyengat dari payudara subjek. Subjek menunjukkan emosi menangis sekali, yaitu saat subjek merasa dirinya akan kehilangan orang yang dicintainya jika dirinya tidak sembuh.
Relasi subjek dengan suami hanya tampak saat suami subjek berpamitan untuk kerja kepada subjek dan subjek menanyai daerah tempat kerja subjek dan nomor telepon yang bisa dihubungi kalau ada sesuatu pada diri subjek. Relasi dengan pembantu subjek hanya saat pembantu subjek meminta subjek meminum perasan tomat dan wortel dan juga saat pembantu tanya harga barang yangmau dibeli oleh konsumen.
Tidak terlihat aktivitas yang dilakukan subjek kecuali melayani pembeli, makan pagi dan berjalan dari satu ruangan ke ruangan yang lain.
Observasi ke tiga Bu Mar Tanggal 29 Desember 2006 pk.09.50-10.45
Observasi dilakukan siang hari. Subjek terlihat tidak begitu sehat. Hal ini terlihat dari pengulangan pertanyaan beberapa kali oleh peneliti. Selain itu, payudara subjek terlihat merah, membengkak dan mengeluarkan cairan darah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nanah yang berbau menyengat. Payudara subjek disangga dengan kain yang dililitkan di bahunya yang sebelumnya dialasi oleh kain berwarna putih sebagai tempat untuk penadah cairan yang keluar tanpa disadari oleh subjek.
Subjek juga membiarkan payudaranya tidak ditutupi oleh baju atau dengan kata lain terbuka. Hal tersebut dilakukan subjek untuk menghindari menempelnya cairan ke baju atau keluarnya cairan karena payudara yang bersenggolan dengan baju. Pada saat wawancara berlangsung subjek terlihat serius dalam menjawab pertanyaan dan subjek juga sempat memarahi anak-anaknya yang sedang bercanda supaya tidak mengganggu wawancara. Ada saat dimana subjek menangis yaitu saat subjek bercerita mengenai kehilangan yang akan dialaminya jika dirinya tidak sembuh.
Situasi saat wawancarapun tidak terlalu kondusif karena situasi di sekitar subjek ramai. Ada televisi yang menyala, dan ada anak-anak subjek yang berada di rumah karena liburan sekolah. Kadangkala anak-anak subjek berada di sekitar subjek dan di lain waktu bercanda sehingga menimbulkan kegaduhan.
Terlihat subjek tidak melakukan aktivitas sehari-hari. Saat peneliti datang, subjek hanya melakukan aktivitas makan sambil menonton televisi. Hal tersebut dilakukan bersama dengan anak laki-lakinya. Sedangkan anak perempuannya hanya duduk menonton televisi.
Observasi ke empat bu Mar Tanggal 8 Januari 2007 pk. 11.05-12.25
Observasi dilakukan sore hari dan bersamaan dengan pengambilan data untuk dokumentasi. Saat observasi subjek sedang makan di depan televisi. Subjek ditemani dua anaknya yang juga sedang menonton televisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saat ada tamu subjek yang datang dan mengatakan bahwa dirinya prihatin melihat kondisi subjek yang tidak membaik, tamu menganjurkan ke subjek untuk menghentikan pengobatan alternatif yang sedang dijalani subjek. Subjek terlihat memalingkan muka, mengkerutkan dahinya dan sesekali tersenyum seperti ada rasa tidak suka dengan isi pembicaraan tamu. Hal itu mungkin dilakukan karena subjek juga sebelumnya sudah mengutarakan rencananya untuk segera menghentikan pengobatan alternatif yang sedang dijalaninya dan mau mencari pengobatan alternatif baru yang mungkin lebih cocok.
Observasi ke lima dengan bu Mar Tanggal 8 Maret 2007 pkl.08.25-10.05
Saat peneliti datang suami subjek sedang membersihkan payudara subjek dengan kapas yang dicelup terlebih dahulu ke betadine. Kemudian subjek melihat televisi dari dalam kamarnya. Saat selesai mengambil data dari suami subjek peneliti berbincang dengan subjek mengenai keadaan subjek saat ini dan disaat suaminya berkemas untuk pergi bekerja subjek menyuruh suaminya untuk membelikan pisang terlebih dahulu. Setelah suami subjek pergi dan pulang sambil membawa pisang kemudian suami subjek pergi bekerja subjek hanya berdua bersama pembantunya. Beberapa kali subjek menyuruh pembantunya melayani pembeli. Subjek juga terlihat mengganti sendiri kain yang diletakkan dibawah payudaranya sebagai tempat cairan yang keluar dari payudaranya dan juga mengeringkan payudaranya menggunakan kapas. Aktivitas terakhir yang terlihat saat subjek meminum ramuan jamu dan kemudian menunjukkan kemasan jamu yang diminumnya kepada peneliti.
Subjek menangis dan subjek memegang sudut matanya untuk menghapus airmatanya saat subjek mengungkapkan bahwa dirinya putus asa saat melihat jam kerja suaminya yang sampai larut malam (kadang ya saya putus asa. Kalau liat pak Di pulang jam 12, jam 1 kayake kaki dikepala kepala di kaki gitu. Tapi ndak pernah nyantel, selalu abis). Subjek juga mengungkapkan harapannya (saya ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ming pasrah sambil berdoa. Sepuluh tahun kayak gini we tak lakoni. Soale bisa ngawasi anak-anak), kadang saat subjek putus asa tabib yang mengobati menasehati subjek (Pak kok ra mari-mari. Wong tekane we seka sitik kok, ya marine seka sitik. Sabar ya. Wong munine we gelem kayak ngene sepuluh tahun meneh to). Subjek menceritakan mengenai apa yang dipikirkan saat melihat foto payudaranya (kalau liat fotone itu kok ngeri ya. Kok penyakitku kayak ngene Peneliti menyarankan supaya subjek tidak melihat saja. Subjek menjawab ya kadang pengen liat. Nek ndak bisa tidur gitu. Wong sing dipikir macem-macem jadi ndak bisa tidur). Subjek juga mengungkapkan bahwa dirinya merasa kaget waktu mendengar diagnosa dari tabib yang mengobatinya (kata bapakke kan ini udah sampe paru-paru sama ke bawah. Ya pas denger gitu ya saya mak sreng gitu, pak Di juga sreng, ponakane saya juga sreng, supire sing nganter juga tapi terus diayun-ayun. Bapakke tu bilang, nek dia ndak ndisiki Gusti Allah wong saya cuma perantarane) kalimat lain yang diungkapkan subjek “kemarin tu pas saya tidur gitu tu pecah inine, biasane kan cuma cairan gitu, kemarin tu darah, jadi pas saya bangun gitu tu dah lambah-lambah gitu”. Subjek juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak mau tergantung orang lain (Kakake sing ngirim makanan. Ponakanne ngirimi duit. Tapi apa meh njaluk terus). Subjek terdengar menaikkan intonasi suaranya saat subjek menceritakan kekesalannya saat teman anak subjek tidak mengembalikan buku yang dipinjam ke anaknya. Hal lain yang dibicarakan subjek adalah mengenai harapannya terhadap anak laki-laki subjek.
Observasi terhadap keadaan keluarga bu Mar Tanggal 2 April 2007 pk. 16.30-18.00
Keluarga bu Mar (suami dan anak-anak serta kerabat) hadir saat pemberkatan jenasah. Suami subjek terlihat pendiam, terlihat menghampiri para pelayat yang datang termasuk dengan peneliti. Suami subjek mengatakan bahwa saat-saat subjek kritis suami subjek panik karena jarum suntik tidak mau masuk ke tubuh subjek dan suami juga tidak mengetahui golongan darah subjek. Suami subjek datang ke rumah peneliti pada hari sebelumnya, pada saat subjek masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rumah sakit karena pendarahan. Subjek meninggal malam hari tanggal 1 April 2007 setelah mendapatkan sakramen perminyakan yang disebut sebagai keinginan terakhir subjek. Anak perempuan subjek terlihat menangis selama peneliti di rumah duka. Anak subjek mengatakan bahwa mamanya sekarang sudah tidak ada (meninggal) kepada peneliti. Anak laki-laki subjek terlihat lebih tabah dan tidak menangis saat bertemu dengan para pelayat. Ada teman subjek yang juga tetangga subjek mengatakan bahwa dirinya dirinya ingin menjenguk subjek tetapi tidak dilakukan karena dia merasa kasihan (“aku ki ya pengen nengoki tapi wong kayak gitu ya. Saya tu ndak tega jadi ya ndak nengoki “).
Observasi pertama dan rapport pertama dengan Bu El Tanggal 9 Januari 2007 pkl. 18.00-19.00
Raport dilakukan malam hari. Saat raport dilakukan hanya ada dua anak perempuan subjek yang menemani subjek. Mereka terlihat tidak memperhatikan isi dari pembicaraan yang dilakukan. Anak yang lebih besar sibuk dengan tali HPnya dan anak yang lainnya menemani kemudian mereka berdua masuk kamar dan setelah beberapa saat terdengar suara acara televisi.
Subjek terlihat agak menutup dirinya. Pembicaraan yang dilakukan hanya sekitar hal-hal yang umum saja seperti bagaimana awal mula penyakit ini dan apa yang dirasakan subjek. Hanya ada beberapa tema yang keluar seperti adanya rasa sakit yang tidak bisa ditahan bu El saat sakit “kalau sakit ya saya ndak bisa apaapa, sampe tangan itu rasane kayak kaku, pegel wah ndak karuan rasane”, bagaimana peran subjek sebagai istri dan ibu yang telah berubah seperti diungkapkannya melalui kalimat aku ndak isa hubungan karo pak M dan aku juga ndak isa mengasuh anak-anak, subjek mengartikan lain terhadap kalimat dari teman subjek yang mengatakan “bu M juga tak doakan lho setiap malam, supaya lekas sembuh” dan subjek langsung menjawab “ kalau aku didoake kesanne tu kayak dah mau e….’ subjek juga mengatakan tidak mengikuti banyak kegiatan. Subjek lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Subjek juga sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menolak ajakan tetangga untuk berkegiatan seperti dalam kalimatnya “saya tu kadang ndak enak kalau saya ndak ikut, biasane cuma dua orang sing ndak ikut, saya sama kakak saya bu Sugeng itu. Dikirane orang kan wah orang cina tu ndak mau gaul, tapi saya tu ndak bisa ninggalke anakke sendirian.” Sesekali terlihat subjek merapikan rambutnya dan juga menghapus air mata di sudut matanya. Sesekali terlihat subjek merapikan rambutnya dan juga menghapus air mata di sudut matanya. Kontak mata antara peneliti dengan subjek jarang terjadi.
Observasi kedua dengan Bu El Tanggal 26 Februari 2007 pkl 18.30-19.45
Saat peneliti masuk terlihat anak subjek yang bungsu sedang berada di ruang tamu dengan buku di kursi sedangkan subjek berada di ruangan yang berada di dalam. Peneliti dipersilakan masuk oleh anak subjek dan kemudian subjek keluar setelah dipanggil oleh anak subjek.
Subjek hanya berdua bersama anak bungsunya di rumah saat pembicaraan berlangsung. Kedekatan subjek dengan anaknya terlihat saat subjek menyuruh anaknya mengambilkan barang, meminjam HP dan juga saat subjek menggoda anaknya. Saat pembicaraan berlangsung anak subjek terlihat mondar-mandir antara ruang-ruang di dalam rumah, tetapi tidak ikut bergabung dalam pembicaraan.
Subjek dua kali menangis dan saat itu terjadi subjek sedang menceritakan mengenai ayahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Observasi ketiga dengan Bu El Tanggal 8 Maret 2007 pkl 17.50-18.50
Subjek hanya berdua dengan anak bungsunya di rumah saat peneliti datang. Saat diakhir-akhir pembicaraan, anak subjek ikut duduk bersama tetapi tidak ikut dalam pembicaraan.
Subjek terlihat dekat dengan anaknya yang diperlihatkan dari seringnya subjek memanggil anaknya untuk melakukan aktivitas seperti mematikan obat nyamuk yang dipasang, untuk menerima telepon dari anak yang tinggal di luar kota dan kemudian menyuruh anaknya menelepon kembali dengan menggunakan HP milik anaknya.
Aktivitas yang terlihat antara lain saat subjek mengambilkan catatan pembukuan, mematikan obat nyamuk, menerima telepon dari anaknya dan menunjukkan foto keluarganya.
Subjek sudah mau melakukan kontak mata
dengan peneliti.
Raport dan Observasi dengan bu Pi Tanggal 1 April 2007 pkl. 16.30-17.45
Peneliti disambut oleh suami subjek saat peneliti datang ke rumah subjek. Setelah peneliti berbincang dengan suami subjek, suami subjek mengijinkan peneliti menjumpai subjek yang sedang tiduran di kamarnya. Anak subjek hanya bertemu peneliti untuk menyambut dan menyajikan minuman. Saat raport selesai dilakukan, suami subjek berbincang dengan peneliti dan suami subjek mengungkapkan bahwa yang utama dari kunjungan ini adalah bertemu dengan istrinya untuk menemaninya. Suami subjek juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak memperbolehkan subjek berjualan karena kondisi subjek, selain itu juga mengungkapkan bahwa subjek kesepian karena biasanya bertemu dengan banyak orang di pasar sekarang hanya di rumah dan tidak melakukan aktivitas apa-apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selama observasi, subjek hanya melakukan aktivitas tiduran di kamar subjek. Subjek tidak melakukan aktivitas lain. Di dekat ranjang subjek terletak buku-buku keagamaan, tasbih dan obat-obatan. Subjek sudah tidak berjualan di pasar. Kondisi subjek saat observasi terlihat kurus.
Saat subjek bercerita mengenai runtutan gejala-gejala penyakitnya, subjek sering tidak melihat ke arah peneliti. Subjek sering melihat objek lain atau melihat ke bawah dan subjek sering memainkan kuku-kukunya. Subjek juga menanyakan kabar teman-temannya. Observasi kedua dengan bu Pi Tanggal 19 April 2007 pkl. 10.20-11.30 Rumah subjek tampak sepi dari luar. Setelah peneliti masuk ke dalam rumah cuma ada suami, cucu subjek dan subjek sendiri di dalamnya. Suami subjek
yang
mempersilahkan
peneliti
masuk
dan
kemudian
suaminya
membangunkan subjek yang sedang tidur. Cucu subjek tampak penasaran terhadap tamu dan berada di sekitar peneliti.
Saat subjek di wawancarai subjek hanya tiduran, tidak melakukan aktivitas apapun selain hal tersebut. Subjek hanya tiduran, seluruh badannya ditutupi selendang besar (jarit) dan saat wawancara tangan subjek hanya bergerak-gerak di bawah selendang yang digunakan sebagai selimut. Saat subjek menjawab pertanyaan subjek seringkali membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengingat dan juga tersengal-sengal saat menjawab pertanyaan. Selain itu subjek juga sering kali mengalihkan matanya saat berbicara kepada peneliti.
Saat observasi dilakukan, hubungan subjek dengan cucu maupun suami subjek tidak terlihat dekat. Subjek hanya memberitahu bahwa anak kecil tersebut adalah cucunya, tetapi tidak melakukan percakapan ataupun aktivitas dengan cucu maupun dengan suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
foto payudara dari Mar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(diambil tanggal 2 Mei 2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI