STUDI ANALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI SKRIPSI
Di susun Guna Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 Dalam Ilmu Siyasah Jinayah
Di susun oleh :
Tri Wuryani 072211015
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
DR. H. Abdul Fatah Idris, M.Si Tlogorejo RT. 02/XII Karangawen - Demak M. Harun, S.Ag., MH Jl. Megapermai II/40 Beringin Koveri Ngaliyan – Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks.
Kpd Yth.
Hal
Dekan Fakultas Syariah
: Naskah Skripsi A.n. Sdri. Tri Wuryani
IAIN Walisongo Semarang Di Semarang
Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari : Nama
: Tri Wuryani
Nomor Induk : 072211015 Judul Skripsi : STUDI
ANALISIS
PENDAPAT
YUSUF
AL-
QARDHOWI TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Semarang,
ii
PENGESAHAN
Skripsi Saudara
: Tri Wuryani
Nomor Induk
: 072211015
Judul Skripsi
: STUDI
ANALISIS
PENDAPAT
YUSUF
AL-
QARDHOWI TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/baik/cukup, pada tanggal : dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2012/2013.
Semarang,
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Rustam DKAH,M.Ag NIP:19690723 199803 1 005
H. Ahmad Furqon, Lc.MA NIP: 10751218 200501 1 002
Penguji I
Penguji II
Drs. M. Solek,MA NIP:19660318 199303 1 004 Pembimbing I
Drs.Sahidin,M.Si NIP:19670321 1 199303 1 005 Pembimbing II
Dr. H. Musahadi, M.Ag NIP : 1960709 199403 1 003
H. Ahmad Furqon, Lc.MA NIP: 10751218 200501 1 002
iii
MOTO
Artinya: ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah : 173)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 1, Surabaya : CV. Karya Utama, 2000, hlm. 26
iv
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisimateri yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 28 Juni 2012 Deklarator,
Tri Wuryani
v
ABSTRAK Aborsi merupakan pengguguran janin dengan sengaja sebelum waktunya. Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa tiap tahunnya 1550% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran tidak aman yang dilakukan tiap tahun ditemukan 70.000 wanita meninggal dunia. Hal tersebut memicu terjadinya angka kematian ibu hamil akibat terjadinya komplikasi berupa pendarahan dan infeksi. Kehamilan tidak diinginkan menjadi alasan untuk dilaksanakannya aborsi. Perangkat hukum indonesia telah melarang dan memberikan hukuman bagi pelaku aborsi, sebagaimana pasal 346-349 KUHP, begitu juga dengan hhukum pidana islam lah melarang aborsi karena aborsi merupakan tindak pidana atas jiwa, sedangkan dalam hukum pidana indonesia diatur dalam pasal 285 ang memuat ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun. Yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Yusuf al-Qardhawi membolehkan aborsi dan metote istinbath Yusuf al-Qardhawi itu bagaimana dalam menetapkan hukum kebolehan melakukan tindak pidana aborsi, serta apa manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf alQardhawi. Yusuf al-Qardhawi adalah seorang cendekiawan muslim dan seorang mujtahhid yang tidak mengikat diri pada mazhab fiqih tertentu, menurut beliau pemecahan masalah fiqih yang terbaik ialah yang paling jelas nash landasannya, yang terbaik dasar pemikirannya, yang termudah pengamalannya dan yang terdekat relavansinya dengan kondisi zaman, sehingga ia mampu memadukan hukum-hukum syari’at dan tuntutan zaman. Dalam hal penetapan hukum tindak kejahatan aborsi ulama banyak berbeda pendapat
dengan istinbat hukumnya masing-masing, dalam hal ini
menurut Yusuf al-Qardhawi perbedaan pendapat tersebut terlalu mencolok, sehingga Yusuf al-Qardhawi menentukan istinbath hukum yang berbeda dalam penetapan hukum tindak kejahatan aborsi.
vi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang hukum tindak kejahatan aborsi serta metode istinbath Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi. Penelitian ini menggunakan metode riset kepustakaan (library research) yaitu
menelusuri
sumber-sumber
kepustakaan
yang
berkaitan
dengan
permasalahan yang diangkat, dengan teknik analisis deskriptif dan komparatif, data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan pendekatan history,
filosofis, dan kritis analisis. Yusuf al-Qardhawi berpandangan bahwa hukum melakukan tindak kejahatan aborsi itu diperbolehkan jika dalam keadaan darurat yaitu
apabila
udzurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu berusia empat puluh hari.
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas semua kenikmatan yang diberikan, yang dengan keluasan ilmu-Nya berkenan membimbing penulis mengungkapkan setitik dari lautan ilmu-Nya yang luas, dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat. Shalawat serta salam senantiasa
tercurah kepada uswatun khazanah,
Nabi besar Muhammad SAW pendobrak peradaban, penerang kegelapan, yang telah memberikan titik pencerahan menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini akan lebih berarti dengan ucapan terimakasih dan ucapan selaksa do’a kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses ini. Adapun ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2.
Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Bapak Drs. Mohammad Solek, M.Ag, selaku Kajus Siyasah Jinayah Fakultas Syari’ah Walisongo Semarang.
4.
Bapak Dr. H. A. Fatah Idris, M.Si dan Bapak M. Harun, S.Ag., M.H, yang telah membimbing penulis dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Ibu Dosen yang telah sabar mendidikku, membekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
6.
Pimpinan perpustakaan Institut, Fakultas, serta karyawan karyawati yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
viii
7.
Bapak dan Ibu tecinta, Om Uji widhayat dan Bulik Sri Lestari serta keluarga besar yang di semarang, Kakakku Mas Tulus dan Mbak Lina serta keluarga besar yang jauh diseberang sana tapi yang selalu dekat dihati, serta kerabatkerabatku yang telah membantu baik moril maupun materiil demi tercapainya cita-cita dan harapan penulis.
8.
Sahabat-sahabatku Ukhti Ela, Ukhti Nafi, Ukhti Ariex,Ukhti Dewi, Ukhti Novi, Ukh Lasmie, Akh Pamuji, Akh Ais, Akh Toufik, Akh Luqman serta adik-adiku di al- Hamra juga adik-adik yang di Asramah lainnya serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini yang telah memberikan bantuan dan motivasi, sehingga penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9.
Sahabat-sahabatku Muhayati, Tegar, Fahmi, Farid, Azka, Azani, Syafak, Zuar, Himam, Mustofa, Kholik, Iqbal, Tohir, Gufron, Khumaeni, Nasron, Nunik, Cholis, Fahrudin, Settia, dan lain-lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita, dan cinta.
10. Teman-teman BINORA (Bina Olahraga), Wuriyani, Tegar, Tohir, Huda, Iqbal, Vida, Retno, Yana, Dwi, Rofiq, dan kawan-kawan yang lain, kapan main voly & futsal lagi? 11. Penulis mengucapkan bnyak terimakasih kepada semua pihak atas kebaikan yang diberikan kepada penulis, semoga Allah membalas kebaikan anda semua. Amin.
ix
Jazakumullah khair katsiran, atas semua yang telah diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga upaya penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Semarang, 29 Juni 2012 Penulis
Tri Wuryani
x
PERSEMBAHAN
Dengan segenap harapan dan selaksa do’a skripsi ini kami persembahkan untuk : 1.
Bapak (semoga engkau damai di sisih-Nya, Semangat juangmu dulu kala kan menjadi inspirasi dalam hidupku) dan ibu tercinta yang senantiasa mengiringi nanda dengan iringan do’a, kasih sayang dan restu, semoga Allah selalu memuliakanmu di dunia dan akhirat.
2.
Om Uji dan Bulik Sri sekeluarga, Kakakku beserta istrinya sekeluarga yang telah memberi semangat serta teladan dalam proses pendewasaan hidup.
3.
Adikku Gopin, kata semangat yang adek ucapkan untuk mbak membuat mbak menjadi semangat untuk meraih asa.
4.
Sahabat-sahabatku yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita dan cinta.
5.
Ikhwan dan Akhwat KAMMI Walisongo, bersamamu hidup terasa lebih indah, walaupun terjalnya jalan dakwah yang ditempuh, tiada iringan kata terindah selain kata ukhuwah yang terjalin karena Allah, semoga Allah menyatukan hati-hati kita di dunia sampai akhirat nanti.
6.
Sahabat-sahabatku Muhayati, Tegar, Fahmi, Farid, Azka, Azani, Syafak, Zuar, Himam, Mustofa, Kholik, Iqbal, Tohir, Gufron, Khumaeni, Nasron, Nunik, Cholis, Fahrudin, Settia, dan lain-lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita, dan cinta.
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................
iii
MOTTO ....................................................................................................
iv
DEKLARASI ...........................................................................................
v
ABSTRAK ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
xi
DAFTAR ISI ............................................................................................
xii
BAB I
BAB II
: PENDAHHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................
9
C. Tujuan Penulisan Skripsi ................................................
10
D. Telaah Pustaka ................................................................
10
E. Metode Penelitian ...........................................................
12
F. Sistematika Penulisan .....................................................
15
: KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI A. Pengertian, Jenis Tindak Pidana ......................................
18
1. Pengertian tindak pidana secara umum dan jenisjenisnya.......................................................................
18
2. Pengertian tindak pidana menurut hukum pidana islam dan jenis-jenisnya .............................................
20
B. Pengertian Aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, dan hukum aborsi ..............................................................................
26
1. Pengertian Aborsi .......................................................
26
2. Jenis Aborsi ...............................................................
28
3. Sebab Aborsi ..............................................................
32
4. Hukum Tindak Pidana Aborsi ....................................
33
xii
BAB III : TINDAK PIDANA ABORSI DAN YUSUF ALQARDHAWI A. Pemikiran dan karya Yusuf al-Qardhawi .........................
46
B. Metode Istinbath Yusuf al-Qardhawi ..............................
57
C. Hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi ........................................................................................
66
D. Dasar Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan hukum tindak pidana aborsi ........................................................
68
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENDAPAT YUSUF ALQARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI A. Analisis terhadap pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang hukum tindak pidana aborsi ............................................
71
B. Analisis metode istinbath hukum Yusuf al-Qardhawi mengenai hukum tindak pidana aborsi ............................ BAB V
75
: PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................
82
B. Saran-saran .....................................................................
83
C. Penutup ..........................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat seorang wanita hamil untuk menjaga kehamilannya dengan baik. Adapun jika seorang wanita hamil, maka sebab sumber kehamilannya ada perbedaannya, Jika kehamilannya memang kehamilan yang diinginkan karena buah dari ikatan suci (pernikahan) dan kehamilan itu dalam kondisi tidak membahayakan
wanita yang hamil
maupun anak yang dikandungnya, maka wanita tersebut wajib menjaga kehamilannya. Tapi jika kehamilan tersebut tidak diinginkan karena bisa membahayakan jiwa wanita yang hamil juga berbahaya bagi anak yang dikandungnya, maka mempertahankan kehamilan tersebut menjadi tidak wajib dan biasanya akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan tersebut biasanya jalan satu-satunya untuk menghentikan kehamilan tersebut yaitu dengan aborsi. Membahas masalah aborsi bukanlah persoalan
yang
mudah
karena jumlah yang melakukan aborsi secara akurat dengan hitungan yang tetap sulit didapatkan, bahkan faktor yang melakukan aborsi terselubung lebih banyak daripada yang tidak terselubung. Hal ini dipengaruhi oleh perspektif masyarakat tentang aborsi cenderung negatif, seperti dianggap sebagai
1
2
pembunuh bagi pelakunya, karena pelaku cenderung
menyembunyikan
tindakan aborsi walaupun alasannya dapat dibenarkan.2 Belum lama ini ada beberapa sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan dengan dalih menjunjung tinggi HAM, dimana ini bisa dilihat dari kasus aborsi di Indonesia kian meningkat tiap tahunnya, terbukti dengan pemberitaan di media massa, jika ini dilegalkan sebagaimana di negaranegara barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya, bangsa dan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.3 Hal ini berarti hilangnya nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat, jika ini dilegalkan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami, kehilangan
harga
diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin bunuh diri, terjerat obat-obat terlarang, dan tidak bisa menikmati hubungan seksual.4 Aborsi berarti pengguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum lahir secara alamiah). 5 Dalam istilah medis, abortus terdiri atas dari dua macam yaitu pertama aborsi spontan (abortus spontaneeus) merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab tertentu, seperti penyakit, Virus Tokoplasma, anemia, demam 2
Afwah Mumtazah, Yulianti Muthamaimah, ”Menimbang Penghentian Kehamilan Tidak Diinginkan Perspektif Islam Dan Hukum dalam Suplemen Positif”, Swara Rahima, II, 21 April 2007. 3 R.S Ridho Syahputra Manurung “Legalisasi Aborsi, Nilai Pancasila, Agama dan Hukum”, dalam Serba Waspada Mimbar Jum’at, Jakarta : 25 November 2005, hlm. 1 4 Ibid,hlm.2 5 Ibid,hlm.1
3
tinggi, dan lain-lain. Aborsi jenis ini dapat dimaafkan dalam istilah fiqih disebut al isqat al afwu yang berarti aborsi dapat dimaafkan, dimana pengguguran ini tidak memiliki akibat hukum . Dan yang kedua yaitu aborsi yang disengaja (abortus provokatus) merupakan aborsi yang disengaja karena sebab tertentu, dalam istilah fiqih disebut al isqat al dharury. Aborsi ini memiliki konsekuensi yang jenis hukumnya tergantung pada faktor- faktor yang melatarbelakanginya. 6 Data WHO (World Health Organization) menyebutkan tiap tahunnya bahwa 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia akibat aborsi yang tidak aman .7 Resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi adalah kematian
mendadak, karena
pendarahan yang hebat, pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan, rahim yang robek, kerusakan pada leher rahim, indung telur, kanker hati, menjadi mandul tidak memiliki keturunan lagi, infeksi rongga panggul, dan infeksi pada lapisan rahim. 8 Aborsi yang dilakukan secara sembarangan sangat membahayakan kesehatan Ibu hamil sampai berakibat pada kematian. Pendarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab 6
Maria Ulfa Ansor, Fiqih Aborsi, Jakarta : PT kompas Media Nusantara, Cet1,2006,hlm.36-37 7 http://www.lawskripsi.Com/index.php?Option=com_content&vew=article&id=125&ite mid=125 (Senin/1 Oktober 2011/14.15) 8 R.S Ridho Syahputra Manurung, Op. Cit., hlm.2
4
utama kematian wanita yang melakukan aborsi. Selain itu aborsi berdampak pada kondisi psikologis dan mental seseorang dengan adanya perasaan bersalah yang menghantui mereka, perasaan berdosa dan ketakutan merupakan tanda gangguan psikologis. Beberapa akibat yang dapat timbul akibat perbuatan aborsi yaitu pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologist atau syaraf dikemudian hari dan akibat lanjut pendarahan adalah kematian, infeksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril akibat dari tindakan ini adalah kemungkinan remaja mengalami kemudian hari setelah menikah, resiko terjadinya reseptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding rahim akibat kuretasi akibatnya dapat juga kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnya, terjadinya fistula genital traumatis yaitu timbulnya suatu saluran yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.9 Resiko komplikasi atau kematian setelah aborsi legal sangat kecil dibandingkan dengan aborsi illegal yang dilakukan oleh tenaga yang tak terlatih. Beberapa penyebab utama resiko tersebut antara lain: pertama sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tertahan di dalam rahim, jika infeksi ini tidak segera ditangani akan terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septik yang merupakan komplikasi aborsi illegal yang fatal. Kedua pendarahan hal ini disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cidera
9
http://www.rajawana.com/artikel.html/227.Aborsi.pdf,htm (Senin/1 Oktober 2011/14.24)
5
organ panggul atau kerusakan permanen tuba follopi (saluran telur) yang menyebabkan kemandulan. 10 Proses aborsi bukan saja proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Islam memberikan sanksi yang sangat berat terhadap pelaku aborsi. Firman Allah :
Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isra’il, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab- sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia seluruhnya. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (QS.Al Maidah : 32 ).11
10 Erica Royston dan Sue Arnstrong ( Eds ), Preventing Matamal Deaths, Terj. RF Maulany 1994, Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Jakarta : Binaputra Aksara, hal. 122-123 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 6,Bandung : SYIGMA, 2005, hml. 113
6
Dalam Ayat lain Allah berfirman :
Artinya: “Hukuman bagi orang- orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu suatu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. “ ( Al Maidah : 33).12 Aborsi bukan semata-mata persoalan medis, namun juga menyangkut banyak sisi, antara lain psikologi, agama. Aborsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan suatu perbuatan yang mengakibatkan kandungan itu lahir sebelum waktunya melahirkan secara alami. Dalam abortus yang digugurkan itu
disebut dengan janin atau fetus , tidak disebut dengan anak, maka
kejahatan yang berupa pengguguran kandungan tidak termasuk dalam kategori pembunuhan melainkan dianggap suatu kejahatan tersendiri yang diatur di dalam KUHP Pasal 299, 346- 249. Dalam kasus aborsi, ada banyak pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum selain dokter dan Ibu bayi, suami , pemilik klinik/ rumah sakit, tenaga medis yang ikut membantu juga lainnya dapat dikenai hukuman. Dampak aborsi tidak aman apapun bentuknya, yang paling menderita adalah perempuan, menjadi korban dari fungsi reproduksi yang tidak terencana. Secara psikis, yang menerima beban mental berupa dihantui rasa 12
Ibid, hlm. 113
7
berdosa, ketakutan, penyesalan dan sebagainya juga perempuan. Begitu juga secara sosial, perlakuan aborsi terkadang harus menerima hukuman berupa kehidupan yang terisolir dari komunitasnya. Pandangan masyarakat tersebut jika dianalisis sebenarnya jelas berakar dari persoalan gender. Aborsi di pandang merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tanpa sebab. Ukuran pun hanya dari fisik karena kenyataannya yang mengalami aborsi adalah perempuan. Sosok laki-laki di sini sama sekali tidak tampak. Pandangan tersebut tidak adil, harus diluruskan. Dalam proses kehamilan partisipasi laki-laki sama dengan perempuan. Walaupun secara fisik memang perempuan yang hamil, perempuan juga yang minta diaborsi, namun yang harus bertanggung jawab adalah pasangan suami istri, tidak bisa hanya dibebankan kepada perempuan saja. Terkait masalah aborsi menurut Imam al-Ghazali, pada hakekatnya aborsi merupakan kejahatan terhadap makhluk yang benar-benar hidup. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa melakukan aborsi itu haram secara mutlak, baik sebelum atau sesudah Allah meniupkan ruh kedalam janin, karena sesungguhnya pada janin atau (embrio) sudah ada kehidupan (haya) yang patut dihormati.13 Keberadaan makhluk hidup itu memiliki beberapa tingkatan, tingkatan pertama adalah ketika sperma masuk ke dalam rahim dan bercampur dengan ovum dan siap untuk hidup, dan merusaknya merupakan suatu kejahatan. Kalau sperma sudah menjadi segumpal darah, tingkat kriminalnya, lebih kejam. Apalagi jika sudah ditiupkan ruh dan menjadi
13
Kedudukan dan peran perempuan, Jakarta : Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2009, hlm.
8
makhluk yang sempurna, nilai kriminalnya lebih keji lagi. Dan paling keji kadar kriminalnya yaitu jika pembunuhan dilakukan setelah ia terpisah (lahir) sebagai makhluk hidup. 14 Mengenai hukum melakukan aborsi Yusuf al- Qardhawi berpendapat bahwa pada dasarnya melakukan aborsi merupakan suatu tindak kejahatan dan hukumnya haram atau tidak diperbolehkan, karena itu disebut juga pembunuhan terhadap cikal bakal kehidupan. Dan orang yang melakukan tindak kejahatan aborsi ini bisa dikenai hukuman, membayar girrah atau kafarat yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu melakukan itu maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut itu jika melakukan aborsinya karena tidak ada udzur apapun dan jika dilakukan sebelum ruh ditiupkan yaitu sebelum kehamilan berusia 40 hari.15 Yusuf al-Qardhawi dalam memandang hukum tindak pidana aborsi itu diperbolehkan yaitu dengan alasan apabila udzur untuk melakukan aborsi semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan waktu untuk melakukan aborsinya yaitu ketika usia kehamilan empat puluh hari. Yusuf Qardhawi berpendapat seperti itu karena beliau juga merujuk pada ayat- ayat Al- Qur’an bahwa di dalam ayat Al- Qur’an mengampuni dosa (tidak berdosa) orang yang dalam keadaan darurat, meskipun ia masih punya kemampuan lahiriah
14
Yusuf al-Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam, Karang Asem : Era Intermedia, 2000,
hlm. 289 15
Yusuf al-Qardhawi, Hadyu Islam Fatawi Mu’ashirah, Fatwa-fatwa Kontemporer, Terj. As’ad Yasin, Jakarta : Gema Insani Press, 1995
9
untuk berusaha , hanya saja kedaruratannya lebih kuat.16 Pada masalah ini beliau merujuk pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya: “....... Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. SeDan sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.“ (Al–Baqarah: 173) Dan Rasulullah SAW Bersabda :
. ا ن ر ﺳﻮ اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ا ﺑﻦ ﻋﺒﺎ س ر ﺿﻲ ا ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ إن اﷲ ﺗﺠﺎ و ز ﻟﻲ ﻋﻦ أﻣﺘﻰ اﻟﺨﻄﺄ واﻟﻨﺴﯿﺎن وﻣﺎ اﺳﺘﻜﺮھﻮا ﻋﻠﯿﮫ:ﻗﺎ ل ()ﺣﺪ ﯾﺚ ﺣﺴﻦ ر و ا ه ا ﺑﻦ ﻣﺎ ﺟﮫ و ا ﻟﺒﯿﮭﻘﻲ و ﻏﯿﺮ ھﻤﺎ Artinya: Ibnu Abbas ra. Berkata Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa.” (Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi,dan lainlain).17
Disinilah pentingnya telaah pemikiran- pemikiran Yusuf al-Qardhawi yang telah melakukan berbagai penelitian dan telaah ilmiah untuk memajukan Islam, dan mempunyai perhatian cukup tinggi terhadap masalah hukum melakukan aborsi.
16 Yusuf al-Qardhawi, Halal Wal Haram Fil Islam, Halal Dan Haram, Terj. Tim Kuadran, Bandung : Bone Pustaka, 2007, 17 An-Nawawi, Imam, Terjemahan Hadits Arba’in, Jakarta : Al- I’tishom Cahaya Umat, 2008, hlm.61-62
10
B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang permasalahan tersebut maka permasalahan pokok yang akan penulis bahas dan kaji yaitu : 1. Bagaimana alasan Yusuf
al-Qardhawi membolehkan hukum tindak
kejahatan aborsi ? 2. Bagaimana metode Istinbat hukum Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi ? 3. Apa manfaat diperbolehkannya melakukan tindakpidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi? C. Tujuan Penulisan Skripsi Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengkaji alasan pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi . 2. Untuk mengetahui metode istinbat yang dipergunakan Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi. 3. Untuk mengetahui mannfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi.
D. Telaah Pustaka Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terkesan pengulangan dalam skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan adanya topik skripsi yang akan
11
diajukan, dimana adanya beberapa penulisan yang berkaitan dengan aborsi maupun kajian pemikiran tentang Yusuf al-Qardhawi. Kajian skripsi tentang Yusuf al-Qardhawi banyak ditemukan dalam skripsi yang ditulis oleh mahasiswa IAIN Walisongo, diantaranya skripsi yang ditulis oleh Istiqomah (21101016) yang berjudul Studi Analisis Pendapat Yusuf al-Qardhawi Tentang Kadar Zakat Hasil tambang. Disini penulis hanya ingin mempelajari tentang biografi dan metode penemuan hukum Yusuf al- Qardhawi.18 Tulisan Fajriatul Mubarokah dalam skripsinya yang berjudul Analisis Terhadap Fatwa MUI 1/ MUNAS 1V / 2005 / Tentang Abortus provokatus Kriminalis Akibat Pemerkosaan yang membahas bahwa secara umum aborsi hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak melakukan aborsi maka ia akan mati. Menurut Majelis Ulama Indonesia, dalam fatwa MUI Nomor 1 / MUNAS V1/ 2005 ini membolehkan korban perkosaan melakukan aborsi (tindakan pengguguran janin ) selama masa kehamilan belum mencapai 40 hari . Hal ini karena wanita korban perkosaan merupakan orang teraniaya dan kehamilannya bukan karena kehendak dalam melakukan hubungan tersebut, tetapi karena tindakan perkosaan seseorang. 19 Tulisan Tutik Tri Wulan, dalam skripsinya yang berjudul analisis hukum islam terhadap praktek aborsi bagi kehamilan tidak diharapkan (KTD) 18
Istiqomah, Studi Analisis Pendapat Yusuf al- Qardhawi Tentang Kadar Zakat Hasil Tambang, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah, Jurusan Muamalah, IAIN Walisongo Semarang, 2006 19 Fajriatul Mubarokah, Analisis Terhadap Fatwa MUI NOMOR I / MUNAS IV/ 2005 Tentang Abortus Provokatus Kriminalis Akibat Pemerkosaan, Skripsi Fakultas Syari’ah, Jurusan Siyasah Jinayah, IAIN Walisongo Semarang, hlm. 5
12
Akibat perkosaan menurut Undang –undang No .36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yang membahas bahwa aborsi merupakan fenomena yang hidup dalam masyarakat indonesia. Aborsi dapat dikatakan sebagai fenomena “terselubung“ karena praktek aborsi sering tidak tampil kepermukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku ataupun masyarakat, bahkan negara. Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai sosial, budaya, agama yang hidup dalam masyarakat. Menurutnya dalam hukum Islam maupun Undang–undang No. 39 Tahun 2009 memberikan kebolehan aborsi pada kasus apabila kehamilan tersebut membahayakan bagi ibu dan janin, dan kehamilan tidak diharapkan akibat perkosaan.20 Tulisan Ulvi Nuur Ana dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 349 KUHP Tentang Abortus Therapeutik” yang membahas bahwa abortus jenis ini menjelaskan bahwa cara mengaborsinya dengan cara pembedahan atau pengeluaran dengan sengaja suatu kehamilan yang dilakukan atas dasar indikasi medis yanng bertujuan demi menyelamatkan kehidupan Ibu/ janin yang terancam jiwanya bila kelangsungan kehamilan dipertahankan. Tidak boleh mempertahankan keduanya untuk menghilangkan kemudharatan dan salah satunya harus dikorbankan demi kemaslahatan Ibu dan janin. Berdasarkan ketentuan UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan hukum Islam diperbolehkan.21
20
Titik Tri Wulan, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Aborsi Bagi Kehamilan Tidak Diharapkan ( KTD ) Akibat Perkosaan menurut Undang-undang No.36 Tahun 200. Tentang Kesehatan, Skripsi Fakultas Syari’ah, Jurusan Siyasah Jinayah, IAIN Sunan Ampel, hlm. 6 21 Ulvi Nur Ana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 349 KUHP Tentang Abortus Therapeutik, Skripsi Fakultas Syari’ah, Jurusan Siyaah Jinayah, IAIN Walisongo Semarang.
13
Tulisan Sofyan Abdurrahim Kau dalam skripsinya
yang berjudul
“Abortus Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif” bahwa Aborsi merupakan tindakan mengakhiri kehamilan dengan cara menggugurkan atau mengeluarkan janin dari kandungan, Islam melarang pengguguran kandungan baik sebelum bernyawa. Ada beberapa pengecualian, demi menyelamatkan jiwa sang Ibu atau karena alasan medis, maka aborsi diperbolehkan. E. Metode Penelitian 1.
Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang didasarkan pada penelitian library research yaitu: serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.22 Cara melakukan penelitian kepustakaan yaitu melalui suatu kegiatan yang disebut dengan nama “Bimbingan Pemakai” atau “User Course” atau “User Instruction”. Bimbingan pemakai tersebut umumnya dilakukan oleh perpustakaan, baik perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, maupun perpustakaan khusus. dasar penelitian kepustakaan meliputi dua hal, yaitu sebagai berikut : a. Bahan primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan (idea). Bahan sumber
22
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 3
14
primer yaitu : Buku Fatwa-fatwa kontemporer karya Yusuf alQardhawi b. Bahan sumber sekunder yaitu bahan-bahan pustaka yang berisikan tentang bahan-bahan primer.23 Bahan sekundernya meliputi bukubuku sebagai pendukung dalam pembuatan skripsi, misalnya : Buku Halal dan Haram dalam Islam kerya Yusuf al-Qardhawi. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan skripsi, yaitu fatwa–fatwa Kontemporer karya Yusuf al-Qardhawi serta buku-buku lain yang membahas tentang persoalan yang berkaitan dan mempunyai relevansi erat dengan pembahasan skripsi ini. 2. Metode Analisis Data Metode mengurutkan,
analisis
data
mengelompokkan,
merupakan memberi
kegiatan
mengatur,
tanda/kode
dan
mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data tersebut.24 Adapun metode analisis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode deskriptif Yaitu mendeskripsikan suatu situasi atau era populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.25 Data atau fakta yang disajikan secara deskriptif. Metode ini penulis gunakan untuk 23
Soekanto, Soerjono Dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : CV. Rajawali, 1988 24 Arief Furchan, Agus Maimum, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2005, hlm.59 25 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002, hlm. 41
15
menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh pemikiran Yusuf al-Qardhawi sehingga akan didapatkan informasi secara komprehensif dan utuh . b. Metode Komparatif Yaitu membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya, kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan atau dengan kata lain meneliti
faktor-faktor tertentu yang
berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dengan satu faktor lain.26 Adapun pendekatan yang peneliti gunakan antara lain : 1) Pendekatan historis, yaitu pendekatan yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek ,latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.27 2) Pendekatan filosofis, yaitu berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.28 3) Kritis analisis, yaitu mengungkapkan kelebihan dan kekurangan sang tokoh secara kritis, tanpa harus kehilangan rasa obyektif. Pendekatan ini digunakan untuk menelaah secara kritis terhadap
26 Suhahrsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hlm. 246 27 Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 199, hlm. 46 28 Ibid., hlm. 42
16
pemikiran dan yang secara implisit merupakan fatwa Yusuf alQardhawi tentang aborsi.29
F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan singkat tentang penulisan ini, penulis membagi dalam lima bab, yang mana masing- masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu dengan tetap berkaitan antara bab yang satu dengan bab lainnya, adapun sistematikanya tersusun sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini meliputi pembahasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Meliputi: a. Pengertian, jenis tindak pidana : pengertian tindak pidana secara umum dan jenis-jenisnya, pengertian tindak pidana menurut hukum pidana Islam dan jenis-jenisnya. b. Pengertian aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, dan hukum aborsi : pengertian aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, hukum aborsi. BAB III : TINDAK PIDANA ABORSI DAN YUSUF AL-QARDHAWI Biografi Yusuf al-Qardhawi, metode istinbat hukum Yusuf alQardhawi, Hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf
29
Arief Furchan, Op. Cit., hlm. 28
al-
17
Qardhawi, dasar Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak pidana aborsi. BAB IV : NALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI Meliputi analisis terhadap pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang hukum tindak pidana aborsi, analis metode istinbat hukum Yusuf al- Qardhawi mengenai kebolehan hukum tindak pidana aborsi, manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi. BAB V : PENUTUP Pembahasan ini meliputi kesimpulan saran-saran dan penutup.
BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI
A. Pengertian Tindak Pidana, Jenis Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana secara umum dan jenis-jenisnya a. Pengertian Tindak pidana Secara Yuridis tindak pidana yaitu setiap perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana yang berlaku di masyarakat. Secara kriminilogis, tindak pidana yaitu suatu perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana maksudnya yaitu perbuatan yang mencakup perbuatan yang anti sosial, yang merugikan masyarakat, walaupun perbuatan itu belum diatur oleh undang-undang atau hukum pidana. Tindak pidana dilihat dari sudut pandang legal diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau undang-undang yang berlaku di masyarakat. Pada hakekatnya tindak pidana yang terjadi dalam
masyarakat adalah merupakan suatu
perbuatan yang sangat merugikan masyarakat yang bersangkutan, karena kita harus menyadari bahwa eksistensi suatu hukum dalam masyarakat merupakan pengejewantahan dari tuntutan masyarakat agar jalannya kehidupan bersama menjadi baik dan tertib. Dengan dilanggarnya fondasi ketertiban tersebut maka tentunya perbuatan tersebut adalah jahat. Pada dasarnya tindak pidana merupakan suatu yang mengenai sifat hakekat perbuatan yang dilarang oleh
18
hukum.
19
Dalam konteks ini, konsep kejahatan lebih menekankan arti segi sosialnya daripada arti yuridis tentang definnisi tindak pidana.30 Ditinjau dari aspek yuridis, pelaku tindak pidana adalah jika seseorang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Contoh: 1) Pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP. 2) Penganiayaan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 351 KUHP. Ditinjau dari aspek sosial pelaku tindak pidana adalah jika seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga perbuatannya tidak dibenarkan oleh masyarakat, sedangkan ditinjau dari aspek ekonomi, pelaku tindak pidana ekonomi adalah jika seseorang (atau lebih) dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya, sehingga ia sebagai penghambat atas kebahagiaan orang lain.31 Tindak pidana adalah perbuatan atau tindakan yang tercela dalam masyarakat, misalnya pembunuhan, pencurian, pemalsuan suratsurat, penyerobotan yang dilakukakan manusia.32
30 http: // massofa.Wordprress.Com/2010/04/20/pengertian–kriminologi–kejahatan-dan relativismenya/ (Selasa/19 April 2012/14.36) 31 http://ichwanmuish.com/?P= 1784 (selasa/19 April 2012/14.43) 32 Muhadar, Viktimisasi Kejahatan, Yogyakarta : LaksBang PRESSIndo, 2006
20
Tindak pidana merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengalaman kita ternyata tidak mudah untuk memahami tindak pidana itu sendiri. Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Rumusan tindak pidana dalam kriminologi semakin diperluas. Sasaran perhatian terutama diarahkan kepada kejahatan-kejahatan yang secara poloitis. ekonomis, sosial amat merugikan yang berakibat jatuhnya korbankorban bukan hanya korban individual melainkan juga golongangolongan dalam masyarakat.33 b. Jenis-jenis tindak Pidana Menurut Marsal B. Clinard dan Richard Quinney membagi tindak pidana menjadi delapan :34 1) Tindak pidana yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tindak pidana perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk perbuatan kriminal, seperti pembunuhan dan pemerkosaan. 2) Tindak pidana terhadap harta benda yang dilakukan sewaktuwaktu. 3) tertentu yang pada umumnya dilakukakan oleh orang yang berkedudukan tinggi. 33
Santoso, Topo, Dan Zulpa, Eva Achjani, Kriminologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 34 Ibid, hlm. 31-33
21
4) Tindak pidana politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase dsb. 5) Tindak pidana terhadap ketertiban umum. 6) Tindak pidana konvensional yaitu seperti perampokan dan bentukbentuk
pencurian
termasuk
didalamnya
pencurian
dengan
kekerasan dan pemberatan pelanggar hukum melakukannya sebagai suatu
partemen,
carrier
dan
seringkali
untuk
menambah
penghasilan sah melalui kejahatan. 7) Tindak pidana terorganisasi yaitu misalnya pemerasan, pelacuran, dan perjudian . 8) Tindak pidana profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang. Mereka memandang dirinya sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat lain serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan. Mereka juga cenderung terasing dari masyarakat luas serta menempuh suatu karier penjahat. Tindak pidana dilakukakan secara penuh, reaksi masyarakat terhadap tindak pidana ini tidak selalu keras. 2. Tindak Pidana Dalam Pandangan Hukum Islam dan Jenis-Jenisnya Dalam ilmu hukum Islam yang berkaitan dengan perbuatan yang dilarang atau kejahatan disebut dengan jarimah, disini penulis akan mencoba memaparkan sedikit terkait masalah jarimah yaitu sebagai berikut :
22
a. Pengertian jarimah Jarimah menurut bahasa berasal dari kata jarama kemudian menjadi bentuk masdar jaramatan yang artinya : perbuatan dosa atau perbuatan salah / kejahatan. Pelakunya dinamakan “jarim”, dan yang dikenai perbuatan itu adalah “mujaram ‘alaih”.35 Menurut istilah para fiqoha yang dinamakan jarimah adalah:
ﻣﺨﻈﻮرات ﺷﺮﻋﯿﺔ زﺟﺮاﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﮭﺎ ﺑﺤﺪ او ﺗﻌﺰﯾﺮ “Larangan-larangan yang diancam dengan hukum had atau ta’zir. Yang dimaksud dengan larangan adalah mengabaikan perbuatan terlarang atau mengabaikan perbuatan yang diperintah syara’ adalah suatu ketentuan yang berasal dari nash. Had adalah ketentuan hukuman yang sudah ditentukan oleh Allah, sedangkan ta’zir adalah hukuman atau pengajaran yang besar kecilnya ditetapkan oleh penguasa.36 Pengertian jarimah diatas adalah pengertian yang umum, dimana jarimah itu disamakan dengan ()اﻟﺬﻧﺐ (dosa) dan (( )اﻟﺨﻄﯿﺌﺔkesalahan), karena pengertian kata-kata tersebut adalah pelanggaran terhadap perintah dan larangan agama, baik pelanggaran tersebut mengakibatkan hukuman duniawi atau ukhrowi.
35
Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam Di Indonesia, Yogyakarta : Teras, 2009, hlm.
3 36
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hlm. 17-19
23
b. Jenis-jenis Jarimah Setelah sedikit menguraikan tentang pengertian jarimah, maka sekarang penulis akan sedikit menguraikan macam-macam jarimah dan diantara pembagian jarimah yang paling penting adalah yang ditinjau dari segi hukumannya, yaitu sebagai berikut . 1) Jarimah hudud adalah perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancamannya ditentukan oleh nas yaitu hukuman had (hak Allah). Hukuman had yang dimaksud tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi dan tidak bisa dihapuskan oleh perorangan (si korban atau walinya) atau masyarakat yang mewakili ( Ulil amri).37 Dari pengertian tersebut tidak dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah hudud itu adalah sebagai berikut : a) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan maksimal. b) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia disamping hak Allah yang lebih dominan.38 Oleh karena itu hukuman had itu merupakan hak Allah maka hukuman tersebut tidak bisa digugurkan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh negara.39 Jarimah Hudud ada tiga macam antara lain sebagai berikut : 37
Munajat, Makhrus, OP, Cit, hlm. 12 Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005 39 Ibid, hlm. 38
24
1) Jarimah zina. 2) Jarimah qazdaf. 3) Jarimah syurbul. 4) Jarimah pencurian. 5) Jarimah hirabah. 6) Jarimah hiradah. 7) Jarimah Al Bagya (pemberontakan). 40 2) Jarimah Qishas dan Diat Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau diat. Baik qishash dan diat adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaanya dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat merupakan hak manusia (hak individu). Disamping itu perbedaan yang lain adalah karena hukuman qishash dan diat merupakan hak manusia maka hukuman tersebut dapat digugurkan oleh korban atau keluarganya, sedangkan hukuman had tidak bisa dimaafkan. Diyat ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas, jumlahnya ada lima macam, yaitu: a) Pembunuhan sengaja
() اﻟﻘﺘﻞ اﻟﻌﻤﺪ.
b) Pembunuhan menyerupai sengaja ()اﻟﻘﺘﻞ ﺷﯿﮫ اﻟﻌﻤﺪ. 40
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah, Jakarta : Sinar Grafika, 2004
25
c) Pembunuhan karena kesalahan () اﻟﻘﺘﻞ اﻟﺨﻄﺄ. d) Penganiayaan sengaja
()اﻟﺠﺮح اﻟﻌﻤﺪ, dan
e) Penganiayaan tidak sengaja
() اﻟﺠﯿﺮح اﻟﺨﻈﺄ.41
3) Jarimah Ta’zir Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir. Pengertian ta,zir menurut bahasa adalah ta’dib, artinya memberi pelajaran, ta’zir juga diartikan dengan ar raddu wal man’u, yang artinya menolak dan mencegah.42 Sedangkan pengertian ta’zir menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Al-Mawardi adalah sebagai berikut :
واﻟﺘﻌﺰﯾﺮ ﺗﺄدﯾﺐ ﻋﻠﻰ ذﻧﻮب ﻟﻢ ﺗﺴﺮع ﻓﯿﮭﺎ اﻟﺤﺮور “Ta’zir adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’. 43 Dari definisi diatas , dapat diketahui bahwa hukuman ta’zir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, dan wewenang untuk menetapkannya diserahkan kepada ulil amri. Disamping itu dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah ta’zir adalah sebagai berikut :
41
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Asas Hukum Pidana Islam “Fiqih Jinayah”, Jakarta : Sinar Grafika, 2006 42 http://ngobrolislami.wordpress.com/author/ngobrolislami/ \o(Selasa/19 April 2012/14.50) 43 Al- Mawardi, op.cit. hlm.236
26
a) Hukumannya tidak tertentu, dan tidak terbatas. Artinya, an tersebut belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan maksimal. b) Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa (ulil amri). 44
B. Pengertian Aborsi, Jenis-jenis Aborsi, Sebab-sebab Aborsi, dan Hukum Aborsi. 1. Pengertian Aborsi a. Pengertian Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam Aborsi secara kebahasaan berarti keguguran kandungan atau membuang janin. 45 Aborsi dalam bahasa arabnya, ijhad merupakan bentuk masdar dari ajhada, artinya wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya, atau lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir karena sendirinya.
46
Sedang makna gugurnya kandungan, menurut para fuqaha tidak keluar jauh dari makna lughowinya, akan tetapi kebanyakan mereka mengungkapkan istilah ini di beberapa tempat dengan istilah arab: isqath (menjatuhkan), thar (membuang), ilqa’ (melempar), dan imlash (melahirkan dalam keadaan mati).
47
Dalam istilah hukum berarti
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (belum lahir
44
Muslich, Ahmad Wardi, Op. Cit, hlm. 19 Hafiz Dasuki, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Cet .1, hlm. 7 46 Maria Ulfa Ansor, Fiqih Aborsi, Jakarta : PT. Kompas Media Utama, 2006, hlm. 32 47 M. Nu’aim Yasin, Fiqih Kedokteran, Jakarta : Pustaka Al –kautsar, 2001, Cet. 111, hlm. 193 45
27
secara ilmiah). Ada juga aborsi diartikan sebagai “ keadaan dimana terjadi pengakhiran atau ancaman pengakhiran kehamilan sebelum fetus hidup di luar kandungan”. b. Pengertian Abortus Menurut Hukum Pidana Indonesia Kata Abortus merupakan istilah bahasa Inggris abortion yang berasal dari bahasa latin.
48
Abortus adalah terpencarnya embrio yang
tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke empat dari kehamilan), keguguran,
keluaran, keadaan terhentinya pertumbuhan
yang normal, guguran janin.49 Abortus provokatus adalah istilah latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil.50 Ensiklopedia Indonesia memberikan penjelasan bahwa aborsi diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.51 Dalam kamus ada beberapa pengertian yaitu :52 1) Aborsi: pengguguran kriminanlis aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan yang bertentngan dengan undangundang yang berlaku : aborsi legal, pengguguran kandungan dengan sepengetahuan pihak berwenang. 48
Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2003 49
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, Cet, 1, hlm. 9 K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Jakarta : Grasindo, 2002, Cet. II, hlm. 1 51 Ensiklopedia Indonesia, Abortus, Jakarta : Ikhtiar Baru an Hoeve, 19880, Cet. 1 hlm. 50
22 52
Sudarsono, Op, Cit, hlm.9
28
2) Abortus : terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi
hidup
(sebelum habis bulan keempat dari kehamilan) keguguran, keluaran terhentinya pertumbuhan yang normal. 3) Abortus procuratio: pengguguran bayi yang ada dalam . kandungan dengan sengaja dengan mengusahakan lahirnya bayi belum waktunya tiba. 4) Abortus provokatus : keguguran karena kesengajaan, keguguran kandunngan (kehamilan) dikarenakan adanya kesengajaan. Abortus disebabkan dengan unsur- unsur kesengajaan dari pihak maupun merupakan tindak pidana yang dapat dituntut. Secara umum pengertian aborsi adalah pengguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya (sebelum lahir secara alamiah). 53 2. Jenis-jenis Aborsi a. Jenis Aborsi menurut Perspektif Fiqih Menurut Maria Ulfa dalam bukunya Fiqih Aborsi, maka aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam diantaranya: 54 1) Aborsi spontan, artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan disebabkan oleh kelainan kromosom, hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh infeksi, kelainan rahim serta kelainan hormon. 53 54
Ibid, hlm. 1 Maria Ulfa, Op, Cit, hlm. 38-40
29
2) Aborsi karena darurat atau pengobatan (al- isqath al- dharury/al‘ilajy) Aborsi karena darurat atau pengobatan, misalnya dilakukan karena
indikasi
fisik
yang
mengancam
nyawa
ibu
bila
kehamilannya dilanjutkan. 3) Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja (Khata’) Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja, misalnya seorang petugas kepolisian tengah memburu pelaku tindak kriminal disuatu tempat yang ramai pengunjung,. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha menembak penjahat tersebut, tetapi pelurunya nyasar ketubuh ibu hamil. 4) Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syibh’ amal) Aborsi dilakukan dengan cara menyerupai sengaja, misalnya seorang suami menyerang istrinya yang sedang hamil muda hingga mengakibatkan ia kegugguran. 5) Aborsi sengaja dan terencana (al- ‘amd ) Aborsi dilakukan dengan sengaja dan terencana, misalnya seorang ibu sengaja meminum obat dengan maksud kandungannya gugur, atau ia sengaja menyuruh orang lain (dokter, dukun, dan sebagainya) untuk menggugurkan kandungannya. Aborsi jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dihukum pidana (jinayat) karena melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
30
b. Jenis Aborsi Menurut Hukum Pidana Indonesia Macam-macam aborsi menurut hukum pidana indonesia dibagi menjadi 2 macam:55 a) Abortus Spontaneus aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah, diantaranya yaitu : 1) Abortus Completes (kegugguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong. 2) Aborsi inklopetus (bersisa) artinya hanya ada sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta. 3) Aborsi insipien (keguguran sedang berlangsung) artinya abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang terraba, dimana kehamilan ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi. 4) Abortus iminen yaitu keguguran yang membakat akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmidica. 5) Missed abortion yaitu keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
55
http://id.Shvoong.com/Law-and-politics/Law/1903317-aborsi.ditinjau-dari-perspektifhukum/ (Sabtu/26 April 2012/11.37)
31
6) Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih. 7) Abortus infeksiousdan abortus septic adalah abortus yang disertai genital.56 Kehilangan janin tidak sengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain : demam, ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik.57 b) Abortus Provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua :58 1) Aborsi Aficialis Thearapicus adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, dengan tindakan mengeluarkan janin dari rahim sebelum lahir secara alami untuk menyelamatkan jiwa si ibu kelangsungan kehamilan dipertahankan menurut pemeriksaan medis. 2) Abortus
provokatus
criminalis
adalah pengguguran
yang
dilakukan tanpa indikasi medis untuk meniadakan hasil hubungan
56
Mochtar, Rustam, Obstretri Obstreti Fisiologi Obsterti Patologi, Buku Kedokteran, Jilid 1, EGC, Cet.1, hlm. 212-213 57 Elga Sarapung, Masrucah, M. Imam Aziz, Agama dan Kesehatan Reproduksi”, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999, cet. 1, hlm . 162 58 Masjfuk Zuhdi, “ Kapita Selekta Hukum Islam”, Jakarta : PT. Midas Surya Grafindo, 1997, Cet. VII, hlm. 78-79
32
seks diluar perkawinan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.59 3. Sebab- sebab Aborsi Sesuai dengan tuntunan agama Islam, bahwa aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dengan alasan yang diperbolehkan syari’at. Apabila Allah belum meniupkan ruh pada janin dan jika ia dibiarkan bertahan akan mengancam nyawa ibunya, maka dengan kondisi yang seperti itu seorang wanita hamil boleh melakukan aborsi. Selain itu juga apabila janin sudah berumur 120 hari maka ia boleh diaborsi ketika lajnah (lembaga) kedokteran yang bisa dipercaya memutuskan bahwa mempertahankan janin tersebut akan membahayakan nyawa ibunya. 60 Adapun Pemicu aborsi yang lain adalah :61 a. Kehamilan yang tidak diinginkan, dalam sebuah perkawinan, misalnya karena jumlah anak sudah cukup, karena anak terakhir masih kecil atau belum siap punya anak. b. Kehamilan yang dilakukan suka sama suka yaitu oleh para remaja diluar nikah tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. c. Kehamilan menggunakan alat kontrasepsi yang gagal. d. Kehamilan yang disebabkan karena pemerkosaan. 62 e. Kehamilan atas dasar indikasi medis, karena jika kehamilan diteruskan bisa membahayakan jiwa si calon Ibu, karena terkena penyakit59
Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz, Op., Cit, hlm.162 Al- Mashry, Abu Abdurrahman dan Yusuf Sayid bin Ahmad Abu, Kumpulan Fatwa Kesehatan Wanita, Surakarta : Gazzamedia, 2009 61 Maria Ulfa anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas, 2006 62 Umam, Cholil, Himpunan Fatwa-fatwa Pilihan, Surabaya : Anfaka Predana, 2009 60
33
penyakit berat, misalnya sakit TBC Yang berat dan penyakit ginjal yang berat.63 4. Hukum Tindak Kejahatan Aborsi a. Hukum Tindak Kejahatan Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam Seluruh ulama ahli fiqih sepakat bahwa penguguran kandungan sesudah janin biberi nyawa, hukumnya haram suatu tindak kriminal, karena perbuatan tersebut dianggap sebagai pembunuhan terhadap orang yang hidup yang wujudnya telah sempurna.
64
Seluruh ulama dari
semua madzhab sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan melewati masa 120 hari adalah haram, karena pada saat itu bernyawa.. Karena pada usia tersebut janin telah bernyawa, maka menggugugurkanya termasuk membunuh manusia (anak) yang secara jelas diharamkan oleh Allah SWT, seperti yang tertera dalam Q.S. Al- An’am : 15 Artinya: “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah 63 64
Umam, Cholil, Himpunan Fatwa-fatwa Pilihan, Surabaya : Anfaka Predana, 2009 Mu’amal Hamidy, Halal Dan Haram Dalam Isalam, PT. Bina Ilmu, 1993, hlm. 276
34
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” ( QS. Al-Al’am : 151 ) Juga dalam Q.S. Al- Isra’ : 33
Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS . Al- Isra’ : 33). Aborsi pada usia di atas 120 hari hanya boleh dilakukan jika terjadi kondisi “darurat“ seperti ketika si ibu mengalami problem persalinan dan dokter spesialis menyatakan bahwa mempertahankan kehamilan akan membahayakan jiwa si Ibu. Dalam kondisi seperti ini menyelamatkan jiwa si ibu lebih penting daripada mempertahankan janin, karena ibu adalah Induk dari mana janin berasal. Meski demikian, friksi seputar aborsi tidak dapat dielakkan. Secara lebih khusus, ikhtilaf hukum terjadi untuk aborsi dibawah usia 120 hari. Kontroversi ulama dalam hal ini tidak hanya terjadi antar madzhab, tetapi juga pada internal madzhab. Berikut ini uraianya : 1) Madzhab Syafi’i Fuqaha Syafi’iyah berpendapat tentang penyebab pengguguran kandungan yang belum ditiupkan ruh (belum berusia 120 hari), dan hukum aborsi mengarah pada haram. Persoalan Azl tidak termasuk
35
pengguguran kandungan, karena adanya perbedaan
antara
pengguguran dan Azl. Satu sisi, air mani yang masuk belum berarti disiapkan untuk hidup saja. Lain halnya dengan air mani setelah bersemayam di rahim yang berarti ia telah disiapkan untuk hidup.65 Al – Ghazali berpendapat bahwa aborsi adalah tindak pidana yang mutlak haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh atau belum. Urutan pertama dari wujud kehidupan itu adalah bertemunya air sperma dalam kandungan dan bercampur dengan ovum perempuan dan itu menimbulkan terjadinya kehidupan, pengguguran itu termasuk pembunuhan. Apabila sudah terjadi segumpal darah dan gumpalan daging itu adalah pembunuhan yang lebih keji dan bila sudah ada ruh lebih keji lagi, dan pembunuhan yang lebih keji adalah setelah kelahiran atau melahirkan. Imam al – Ghazali mengatakan bahwa kehidupan telah dimulai
sejak
pertemuan antara air sperma dengan ovum di dalam rahhim perempuan . Jika telah ditiupkan ruh kepada janin, maka itu merupakan tindak pidana yang sangat keji, setingkat dibawah pembunuhan bayi hidup-hidup.66 Ada yang menarik dari pendapat Imam al- Ghazali mengenai keharaman aborsi. Pelenyapan nutfah yang telah bertemu dengan ovum dianalogikan dengan sebuah akad atau perjanjian yang sudah disepakati. Sperma laki-laki seperti ijab dan 65
ovum perempuan
Maria, Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas, 2006, hlm.98 Al- Musayyar, Sayid Ahmad, Islam Berbicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah Tangga, Cairo : PT. Gelora Aksara Pratama, 2008 66
36
seperti qobul. Jika keduanya bertemu, maka akad tidak boleh dan tidak bisa dibatalkan . Analogi ini termasuk qiyas jali.
67
Demikianlah, dalam fuqaha Syafi’iyah sendiri terjadi ikhtilaf, mayoritas mengharamkan aborsi pasca 40 hari usia embrio. 2) Madzhab Hanafi Sama dengan yang terjadi dalam madzhab Syafi’i, dalam madzhab Hanafi juga terdapat ikhtilaf. Namun jika fuqaha Syafi’iyah sebagian besar sepakat bahwa aborsi haram sebelum usia kehamilan 40 atau 40 hari, sebagian besar fuqaha hanafiyah berpendapat aborsi diperbolehkan sebelum janin terbentuk. Kapan janin
terbentuk, masih terjadi ikhtilaf juga. Sebagian besar
berpendapat janin terbentuk setelah usia kehamilan 120 hari. Pendapat yang demikian disampaikan oleh, antara lain, penulis kitab ar-Radd al-Mukhtar. Menurutnya, aborsi boleh sepanjang belum terja dipenciptaan, dan itu hanya terjadi sesudah 120 hari kehamilan. Sebagian besar ulama hanafiyah juga berpendapat demikian. Penddapat lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Penulis kitab al-Raad al-Mukhtar, yakni aborsi makruh mutlak, baik sebelum maupun sesudah terjadinya pembentukan janin. Hanya saja dosanya tidak sama dengan dosa membunuh. Pendapat ini mengandung haramnya aborsi secara
67
mutlak karena istilah
Qiyas Jali Merupakan Qiyas yang Illatnya berdasarkan ddalil yang pasti, tak ada kemungkinan lain selain dari illat yang ditunjukan oleh dalil itu. ( Totok Jomantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Uhul fiqih, Jakarta : Amazah, 2005, hlm. 281 )
37
mmakruh dalam fiqih hanafi berarti karahiyah at-tahrim (makruh yang lebih dekat pada haram).68 3) Madzhab Hambali Dalam memandang hukum aborsi, sebagian fuqaha Hambali yakni bahwa aborsi diperbolehkan terjadinya penciptaan, yakni sebelum janin berusia 40 hari. Adanya keterangan bolehnya minum obatobatan
peluntur
untuk
menggugurkan
nuthhfah.
Sebagian
kelompok ini mengatakan bahwa boleh meminum obat untuk menggugurkan zigot.69 4) Mdzhab Maliki Mayoritas fuqaha Malikiyah berpendapat keras mengenai aborsi, yakni haram sejak tejadinya konsepsi. 70 Dalam semua madzhab diluar fuqaha Malkiyah terdapat ulama yang mengharamkan aborsi secara mmutlak. Namun demikian, pengecualian.
Demikkian
pula
fiqih selalu mengenal
dengan
aborsi
yang
telah
diformulasikan para fuqaha diatas berlaku dalam kondisi normal. Dallam ranah pengecualian, para fuqaha memperbolehkan bahkan mewajibkan aborsi, jika
terjadi diisi yang dianggap “dharurat”.
Banyak al-Qur’an yang menjadi sandaran hukum hal ini, seperti dalam ( Q.S. Al-Baqarah: 173)
68
Maria, Ulfa Anshor, Op.Cit, hlm.93 Muhammad Nu’aim Yasin, Op. Cit. Hlm..209 70 Ibid. Hlm. 204 69
38
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al Baqarah : 173 Q.S. Al- Ma’idah : 3
Artinya: "diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa
39
untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam pandangan fuqaha, kematian ibu lebih berat daripada janin, karena ibu adalah induk dari mana janin berasal. Ia sudah memiliki kewajiban dan hak, sementara janin belum. Karena itu ia tidak boleh dikorbankan demi menyelamatkan janin yang eksistensinya belum pasti dan belum memiliki kewajiban. Bahwa hukum yang memperbolehkan aborsi dibawah 40 hari usia kehamilan berlaku untuk nikah yang sahih dan bahwa kebolehan aborsi adalah bersifat rukhsoh. Padahal ada kaedah fiqhiyah yang mengatakan “ al- rukhas laa tunaathu bi al-ma’ashi”. (rukhsah Tidak berlaku untuk perbuatan-perbuatan maksiat). Oleh karena itu kehamilan itu sendiri disebabkan oleh perbuatan haram, maka aborsi dengan sendirinya tidak diperbolehkan. Pembunuhan janin atau pengguguran janin terjadi mengakibatkan
apabila
terdapat
terpisahnya
suatu
janin
perbuatan
kadang–kadang
maksiat
yang
hidup
atau
meninggalnya janin setelah ia keluar, tindak pidana dianggap sempurna apabila telah terjadi pemisahan janin dari ibunya, meskipun untuk masing-masing perbuatan dan akibatnya ada hukumannya tersendiri, karena hukuman tergantung pada akibat perbuatannya.
40
Perbuatan pengguguran kandungan itu ada tiga kemungkinan:71 1) Dengan perkataan, seperti gertakan, intimidasi yang kemudian mengakibatkan gugurnya kandungan. 2) Dengan perbuatan, seperti memukul atau memberi minum obat kepada perempuan yang sedang mengandung, atau memasukkan benda yang aneh ke dalam rahim, sehingga kandungannya menjadi gugur. 3) Dengan sikap tidak berbuat, misalnya tidak memberi makan dan minum
perempuan
yang
sedang
mengandung,
sehingga
kandungannya menjadi gugur. Tindak pidana atas janin atau pengguguran kandungan yang berakibatkan meninggalnya janin, sebenarnya dapat digolongkan kepada tindak pidana atas jiwa (pembunuhan) , karena dilihat dari sisi lain janin walaupun sudah bernyawa, tetapi dia belum manusia hidup mandiri, karena ia masih tersimpan dalam perut ibunya. Adapun yang dimaksud dengan janin adalah setiap sesuatu yang keluar dari rahim seorang perempuan yang diketahui bahwa sesuatu itu adalah anak manusia.72 Hukuman untuk pidana atas janin yaitu ghurrah (hamba sahaya) yang nilainya lima ekor unta, karena janin keluar dalam keadaan sudah mati. Sebagaimana hadist Nabi SAW :
إﻗﺘﺘﻠﺖ اﻣﺮأﺗﺎ ن ﻣﻦ ﺣﺪﯾﻞ: وﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﻞ ﻓﺎ,ﻓﺮ ﻣﺖ إﺣﺪا ھﻤﺎ اﻷﺧﺮى ﺟﺠﺮ ﻓﻘﺘﻠﺘﮭﺎ وﻣﺎ ﻓﻰ ﺑﻄﻨﮭﺎ 71
Ahmad Wardi Muslich, “ Hukum Pidana Islam “, Jakarta: Sinar Grafika , 2005, Cet. Ke-II, hlm. 221 72 Ibid, hlm. 221-222
41
ﻓﻘﻀﻰ رﺳﻮ ل اﷲ ص م ان دﯾﺔ,ﺧﺘﺼﻤﻮااﻟﻰ رﺳﻮ ل اﷲ ص م ﺟﻨﯿﻨﮭﺎ ﻏﺮة ﻋﺒﺪ أوو ﻟﯿﺪة وﻗﻀﻰ ﺑﺪ ﯾﺔ اﻟﻤﺮاة ﻋﻠﻰ ﻋﺎ ﻗﻠﺘﮭﺎ وو ( )ﻣﻨﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ...رﺛﮭﺎ وﻣﻦ ﻣﻌﮫ Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Dua Kabilah Huzail barkelahi, kemudian salah seorang diantara keduanya melempar yang lainnya dengan batu, lalu ia membunuhnya dan membunuh bayi (janin) yang ada dalam perutnya. Mereka kemudian mengadukan hal itu kepada Rasululloh SAW. Maka Rasulullah memutuskan, bahwa diat untuk janinnya adalah ghurrah hamba sahaya laki-laki atau perempuan dan Nabi juga memutuskan diyat untuk perempuan 9 Ibunya dibebankan kepada keluarganya (sipembunuh) diwarisi oleh annaknya dan orang yang beserta dia (ahli warisnya) ....” (mutafak ’alaih).73 Ghurrah menurut arti asalnya adalah khiyar ( pilihan ), hamba sahaya disebut ghurrah karena ia harta pilihan. Dalam prakteknya ghurrah ini dinilai dengan lima ekor unta, atau yang sebanding dengan itu, yaitu lima puluh dinar, atau lima ratus dhirhham, atau enam ratus dhirham.74 Ghurrah berlaku baik untuk laki-laki maupun janin perempuan. Perhitungannya adalah untuk janin laki-laki, dan untuk janin perempuan sepersepuluh diat laki-laki, dan untuk janin perempuan sepersepuluh diat perempuan. Hasilnya tetap sama lima ekor unta, karena diat perempuan adalah separuh diat laki-laki.75 Tindak pidana atas janin yang dilakukan dengan sengaja, maka diatnya diperberat yaitu harus dibayar oleh pelaku dengan hartanya sendiri secara tunai, sedangkan bila dilakukan dengan kesalahan atau menyerupai sengaja maka diatnya diperingan yaitu dibayar oleh keluarga atau 73 Muhammad ibn Ismail Al- Kahlani , Subul As-Salam, Juz III, Mesir : Syarikah Makhtabah wa Mathba’ah Musthafa Al- Baby, 1960, hlm.238 74 Ahmad Wardi Muslich. Op,. Cit, hlm. 225 75 Ibid, hlm . 225
42
bersama-sama dengan pelaku. Sesuai hadist yang diriwayatkan dari jabir bin Abdullah :
ان اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﺟﻌﻞ ﻓﻰ اﻟﺠﻨﯿﺰ ﻏﺮة ﻋﻠﻰ ﻋﺎﻗﻠﺔ .اﻟﻀﺎ رب وﺑﺪ أﺑﺰوﺟﮭﺎ ووﻟﺪﺣﺎ Artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW menetapkan seorang ghurrah pada pengguguran janin atas keluarga orang yang memukulnya, dan beliau memulai dari suaminya dan anaknya. 76 5. Hukum Tindak Kejahatan Aborsi Menurut Hukum Pidana Indonesia Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa abortus ada dua macam yaitu abortus spontaneous dan abortus provokatus. Abortus provokatus sendiri diberikan menjadi abortus provokatus terapuetikus dan abortus provokatus kriminalis. Undang –undang yang berhubungan dengan masalah tersebut adalah :77 a. KUHP Pasal 48 Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana. b. KUHP Pasal 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
76 77
Ibnu Rusyd, Terj. Bidayatul Mujtahid , Juz 3 , Semarang : Asy- Syifa ‘, 1990, hlm. 576 Soerobroto, Soenarto, KUHP Dan KUHAP, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
43
2) Jika yang bersalah itu berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika
yang
bersalah
melakukan
kejahatan
tersebut
dalam
menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian itu. c. KUHP Pasal 322 (2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu. d. KUHP Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja mengugurakan atau mematikan kandunganya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. e. KUHP Pasal 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun . 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
44
f. KUHP Pasal 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun empat bulan. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. g. KUHP Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. h. KUHP Pasal 350 Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan dalam pasal 334, 347, dan 348 dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan dalam pasal 35 No. 1-5. Dengan adanya pasal 346, dimana ibu yang
melakukan atau
menyuruh melakukan pengguguran akan dikenakan pidana, maka dapat dikatakan bahwa yang mungkin dapat dituntut hanya si wanita itu tidak memberi.
45
Pasal 55
UU No. 23 tahun 1992
Tentang Kesehatan
menyebutkan: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa Ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a)
Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk
itu
dan
dilakukan
sesuai
dengan
tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. c)
Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
Pasal-pasal tentang abortus provokatus tersebut diatas, mengancam siapapun yang dengan sengaja menyebabkan aborsi (pengguguran kandungan) baik bagi pelaku maupun bagi penolong aborsi seperti dokter, bidan ahli obat, dukun dan ahli medis lainnya dengan hukuman dilipatgandakan, tanpa pengecualian dengan alasan apapun.78
78
Mukti, Ali Ghufron, Adi Heru Sutomo, Abortus Bayi Tabung, Euthanasia, Transpalansi, Ginjal, dan Operasi Kelamin dalam Tiinjauan Medis, Hukum, dan Agama Islam, Yogyakarta : Aditya Media, 1993, Cet. 1, hlm. 4
BAB III TINDAK PIDANA ABORSI DAN YUSUF AL-QARDHAWI
A. Biografi Yusuf al- Qardhawi Yusuf al- Qardhawi adalah seorang ulama kontemporer dan mujtahid yang ahli dalam bidang fiqih pada abad ini, ia dilahirkan di desa Safat Turab Republik Arab Mesir. Pada tanggal 9 September 1926, nama lengkap adalah Muhammad Yusuf al- Qardhawi. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya meninggal ketika ia berusia dua tahun. Sebagai anak yatim ia diasuh dan dididik pamannya. Pamanya inilah yang mengantar Yusuf al- Qardhawi kecil ke Surau tempat mengaji. Di tempat ini Yusuf al- Qardhawi terkenal sebagai seorang anak yang sangat cerdas. Dengan kecerdasannnya beliau mampu menghafal Al- Qur’an dan menguasai hukum-hukum tauhid dengan sangat baik pada usia 10 tahun. Karena kefasihannya dalam usia relatif muda ia dijadikan sebagai imam khususnya pada shalat subuh.79 Yusuf
al- Qardhawi mengawali jenjang pendidikan formalnya di
sekolah dasar dan menengahnya di sekolah cabang al- Azhar dengan selalu meraih rangking pertama karena kecerdasannya hingga salah seorang gurunya menggelarinya dengan allamah.80 Setelah itu ia pergi ke Kairo melanjutkan studinya di Fakultas Ushuluddin Universitas al- Azahar, Sejak usia muda Yusuf al- Qardhawi
79 Ishom Talimah,Al-Qardhawi Fiqqiha, terj Samson Rahman, Manhaj Fiqih Yusuf Al Qardhawi, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2001, hlm. 3 80 Allamah adalah sebuah gelar yang biasa diberikan pada seseorang yang memiliki ilmu yang sangat luas.
46
47
selalu memberi fatwa atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh khalayak, semenjak masih menjadi mahasiswa tingkat pertama di Universitas al- Azhar. Ia bertugas mengimami shalat berjama’ah, menyampaikan khutbah dan memberi pelajaran kepada khalayak. 81 Kecerdasannya mulai terlihat ketika ia berhasil menyelesaikan studinya sebagai sarjana SI pada tahun 1952/ 1953 dengan predikat terbaik, kemudian ia melanjutkan pendidikannya kejuruan bahasa arab selama 2 tahun, dan memperoleh peringkat pertama dari mahasiswa yang berjumlah 500 orang , kemudian ia melanjutkan studinya ke lembaga riset dan penelitian masalah- masalah Islam dan perkembangannya selama 3 tahun.82 Pada tahun 1958 di memperoleh ijazah diploma dari Ma’had Dirasat al- Arabiyah al- Aliyah dalam bidang bahasa dan sastra, sedang di tahun 1960 dia mendapatkan ijazah setingkat master di jurusan ilmu-ilmu Al- Qur’an dan sunnah di Fakultas Ushuluddin. Pada tahun 1973 dia berhasil meraih gelar Doktor dengan peringkat Summa Cumlaude dengan disertasi yang berjudul Az- Zakat wau Atsaruha fi Hill Al- Masyakil al- Ijtimaiyyah (Zakat dan pengaruhnya dalam memecahkan masalah- masalah sosial kemasyarakatan).83 Semenjak
menjadi
mahasiswa
Yusuf
al-
Qarrdhawi
biasa
menyampaikan khutbah dan memberi pelajaran kepada khalayak yang menuntutnya kemudian bekerja sebagai penceramah dan pengajar di berbagai 81
Yusuf al- Qardhawi, Hadyu al- Islam : Fatwa Mu’asirah, Terj. Al – Hamid al- Husaini, Fatwa- fatwa kontemporer, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000, hlm. 2 82 Abdul Azis Dahlan, et al, Ensikloopedi Hukum Islam, Cet 1, Jakarta : Ichtiiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1448 83 Ishom Talimah, Op. Cit, hlm.4
48
masjid. Kemudian pengawas pada akademi pada imam, lembaga yang berada dibawah kementerian wakaf di mesir, setelah itu dia pindah kebagian administrasi umum untuk masalah- masalah budaya Islam di al- Azhar. Di tempat ini dia bertugas untuk mengawasi hasil cetakan dan seluruh pekerjaan yang menyangkut teknis pada bidang dakwah. Pada tahun 1961 ia ditugaskan untuk menjadi kepala sekolah menengah di Qatar, dia berhasil melakukan pengembangan dan peningkatan yang sangat signifikan di tempat itu dengan menggabungkan antara khayanah lama dan kemodernan. Pada tahun 1977 an dan dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi dekan pertama Fakultas Syari’ah Studi Islam di Universitas Qatar. Dia menjadi dekan fakultas itu hingga tahun ajaran 1989-1990. Pada tahun 1990- 1991 dia pemerintah Qatar
ditugaskan oleh
untuk menjadi ketua majelis ilmiah pada semua
Universitas dan akademi negeri itu. Beberapa penghargaan ia dapatkan karena kontribusinya yang begitu besar dalam bidang keilmuan, antara lain dari IDB pada tahun 1411 H atas jasanya dalam bidang perbankan, pada tahun 1413 dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang keIslaman, pada tahun 1990 dan Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia atas jasa-jasanya dalam ilmu pengetahuan dan pada tahun 1997 mendapat penghargaan dari Sultan Brunei Darussalam atas jasa-jasanya dalam bidang fiqih. 84
84
Ibid , hlm. 5
49
Sebagai seorang ulama yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah, pendidikan, jihad, ia telah banyak memberikan kontribusi untuk Islam yang sangat dirasakan di seluruh belahan bumi, karena aktifitas dan pengabdianya yang sangat luas serta melebar kebanyak bidang dan sisi. Salah satu
kontribusi al- Qardhawi yang sangat menonjol adalah
dalam bidang fiqih dan fatwa, beliau memiliki ciri keilmuan yang kuat, ciri modern serta sangat memuaskan, namun yang menjadi prioritas utama dalam hidupnya adalah dakwah, dakwah telah menjadi darah dagingnya dan menjadi bagian penting dalam kesibukannya, ia fokus perhatiannya dan baro meter kepeduliannya. Fokus ilmu dan amalnya, dan ini yang menjadi manusia yang berharga.85 Beliau memulai aktivitas dakwahnya sejak masa remaja, yaitu agar orang lain itu faham tentang Islam. Dengan asumsi Islam adalah aqidah, aturan hidup. Walaupun demikian dalam perjalanan dakwahnya beliau telah banyak mendapat rintangan, tantangan, tekanan keras dan dipenjara beberapa kali sejak masih berstatus sebagai sisa di sekolah menengah umum, pada masa pemerintahan Raja Faruk tahun 1948, beliau juga dipenjarakan pada revolusi bulan januari 1954, kemudian pada bulan november 1954 beliau dipenjara selama 20 bulan, dan pada tahun 1963 peristiwa serupa menimpa beliau.86 Yusuf al- Qardhawi tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya alumni-alumni al- Azhar yang lain, dia belajar mazhab Hanafi, namun karena 85 86
Ibid , hlm .10 Ibid, hlm. 18
50
keterlibatan sejak muda dengan gerakan dakwah ikhwanul muslimin yang tidak mendasarkan gerakannya pada salah satu madzhab tertentu alQaardhawi melihat
kepada setiap madzhab dengan pandangan adil dan
pertengaahan. Implikasi pembebasan dari fanatisme madzhab ini adalah pembebasan dari fanatisme pada institusi / organisasi ataupun individu-individu tertentu. Walaupun tidak disangkal bahwa Yusuf al- Qardhawi sangat cinta kepada aliran-aliran dan fiqih, namun beliau sama sekali tidak pernah fanatik kepadanya. Tokoh yang paling berpengaruh pada diri Yusuf al- Qardhawi adalah Hasan al- Bana, seorang pemikir gerakan ikhwanul Muslimin, terutama dalam bidang keagamaan dan politik banyak diwarnai pemikirannya. Baginya al- Bana merupakan ulama yang konsisten mempertahankan kemurnian nilainilai Islam, tanpa terpengaruh oleh paham nasionslisme dan sekularisme yang diimpor dari barat atau dibawa kaum penjajah ke Mesir dan dunia Islam, mengenai wawasan ilmiahnya al-Qardhawi banyak dipengaruhi oleh pemmikiran ulama-ulama al-Azhar,87 Seperti Syaikh Mahmud Syaltut, Muhammad Abdullah Darraz dan Syaikh al- Ghazali. Salah satu karakter fiqih al- Qardhawi adalah bebas dari fanatisme madzhab, artinya dalam fatwa-fatwa dan bahasan fiqihiyah sama sekali beliau tidak mendasarkan pada mamdzhab tertentu. Dia selalu berjalan dibelakang
87
Abdul Aziz Dahlan, Op. Cit, hlm. 1449
51
dalil dimanapun adanya.
88
Sebagai seorang ilmuwan dan da’i al-Qardhawi
juga aktif menulis berbagai artikel keagamaan di berbagai media cetak. Hingga pesan-pesan dakwahnya menyentuh berbagai kalangan mass media baik cetak maupun elektronik sebagai mimbar dakwahnya. Dia juga aktif melakukan penelitian tentang Islam di berbagai dunia Islam maupun luar Islam. Dalam kapasitas seorang ulama kontemporer, ia banyak menulis buku dalam berbagai masalah pengetahuan Islam. Hingga karya-karyanya banyak yang telah dipublikasikan, bahkan ceramah- ceramah keagamaan beliaupun dipublikasikan dalam bentuk kaset-kaset, karya- karya beliau antara lain89: 1. Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih : a. Al- Halal wal Haram fil Islam b. Fatwa Mu’ashirah juz 1 c. Fatwa Mu’ashirah juz II d. Fatwa Mu’ashirah juz III e. Tafsir Al- Fikih : Fikih Shiyamh f. Al- Jihad Fisy-Syari’ah Al- Islamiyah g. Madhkal li Dirasat Al-Syari’ah Al-Islamiyah h. Min Fikhhid Daulah Fil Islam i. Taysir Al- Fikih Li al- Muslim Al- Mu’ashir I j. Al- Fatwa Baina Al-Indhibath wat-Tasayyub k. Awamil as- Sa’ah Wal Murunah fisy- Syari’ah al- Islamiyah l. Al-Fikih al- Islami bainal- Ashalah wat- Tajdid 88 89
Ishom Talimah, Op. Cit, hlm. 115 Ibid, hlm. 35-39
52
m. Al-Ijtihad al- Mu’ashir bainal Indhibath wal Infirath n. Ziwaj Al- Misyar o. Adh-Dhawabith Asy- Syar’iyah li Binaa al-Masaajid p. Al-Ghina’ wal Musiqa fi Dhau’il Kitab was- Sunnah 2. Bidang Ekonomi Isalm a. Fikihu az- Zakat ( dua juz ) b. Bai’al- Murabahah lil-Amir bisysyira’ c. Fawaidul Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram d. Dauurul Qiyam wal-Akhlaa fil-Iqtishadi al-Islami 3. Bidang Ulum Al- Qur’an dan Sunnah a. Ash-Shabru wal-ilmu fil-Qur’an al-Karim b. Al-‘Aqlu wal-Ilmu fil-Qur’ani al-Karim c. Kaifa
Nataammal Ma’a as-Sunnah an-Nabawiyah (bagaimana
berinteraksi dengan sunnah) d. Kaifa Nat’ammal ma’a Al-Qur’ani al-‘Azhim? e. Tafsir Surat ar-RA’d f. Al-Madhkhal li Dirasat as-Sunnah an-Nabawiyah g. Al-Muntaqa fit – Targhib wat-Tarhib (dua juz) h. As- Sunnah Mashdar lil Ma’rifah wal-Hadharah i. Nahwa Mausu’ah lil Hadits an-Nabawi j. Quthuf Daniyah min al-Kitab wa as-Sunnah 4. Bidang Akidah a. Al-Iman wa al- Hayat
53
b. Mauqif al-Islam min kufr al-Yahud wan-Nashara c. Al-Iman bil-Qadar d. Wujudullah e. Haqiqat at-Tauhid 5. Bidang Fikih Perilaku a. Al-Hayat ar-Rabbaniyah wal-Ilmu b. An-Niyat wal-Ikhlash c. At-Tawakkul d. At-Taubat ilaa Allah 6. Bidang Dakwah dan Tarbiyah a. Tsaqafat ad- Dai’iyah b. At-Tarbiyah al-Islamiyah wa Madrasatu Hasan al-Bana c. Al-Ikhwan al-Muslimin 70 ‘Aaman fi al- Da’wah wa al-Tarbiyah d. Ar-Rasul wa al-Ilmu e. Risalat al-Azhar baina al-Amsi wal-Yaum wal-Ghad f. Al-Waqtu fil-Hayat al- Muslim 7. Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam a. Ash- Shahwah al-Islamiyah baina al- Juhud wat-Tatharruf b. Ash- Shahwah al –Islamiyah Walhhumum al- Wathan al-‘Arabi walIslami c. Ash- Shahwah al- Islamiyah baina al- Ikhtilaf al- Masyru’ watTafarruq al- Madzmum d. Min Ajli Shahwah Rashidah Tujaddid add-Din wa Tanhad bid-Dunya
54
e. Ama al-Khalal? f. Awlawiyat al-Harakah al-Islamiyah al-Qadimah g. Al-Islam wal-‘Alamniyah Wajhan bi Wajhin h. Fi Fikihi al-Awlawiyat ( Fikih Prioritas ) i. Ats – Tsaqafah al- Arabiyah al- Islamiyah baina al- Ashalah walMu’asyarah j. Mulamih al- Mujtama’ al-Islami Alladzi Nunsyiduhi k. Ghairul Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islami l. Syariat al-Islam Shalihah lit- Tatbiq fi- Kuli Zamanin wa makanin m. Al-Ummat al-Islamiyah Haqiqat la Wahm n. Zhahirat al-Ghuluw fit-Tafkir o. Al-Hulu al –Mustawriah wa Kaifa Jannat ‘Ala Ummatina p. Al-Hiil al –Islami Faridhah wa Dharurah q. Bayyinal
Hill al-Islami wa
Syyubuhat
al-
‘Ilmanyyin
MMutagharribin r. A’da’ al- Hiil al-Islami s. Dars an-Nakbah al-Tsaniyyah t. Jailun Nashr al-Mansyud u. An-Nass wa al-Haq v. Ummatuna Baina al-Qarnain 8. Bidang Penyatuan Pemikiran a. Syumul- Islam b. Al- Marji’iyah al- ‘Ulya fi al-Islam lli Al-Qur’an wa ass-Sunnah
wal-
55
c. Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kasyif wa ar-Ru’aa wa min atTama’in wa al-Kahanah wa al-Ruqa d. Al-Syiasah al- Syar’iyah fi Dhau’ Nushush al- Syari’ah wa Maqashidiha 9. Bidang Pengetahuan Islam yang Umum a. Al-Ibadah fi al-Islam b. Al-Khashaish al-‘Ammah li al- Islam c. Madkhal li Ma’rifat al- Islam d. Al-Islam Hadharat al-Ghad e. Khutab al- Syaikh al-Qardhawi juz I f. Khhutab al-Ssyaikh al –Qardhawi juz II g. lIqa’at wa Muhawwarat Hawla Qadhaya al-Islam wal-‘ashr h. Tsaqafatuna baina al- Infitah wa al-Inhilaq i. Qadhaya Mu’ashirah ‘ala Bisath al-Bahts 10. Bidang-bidang Tokoh Islam a. Al- Imam Al-Ghazali baina Madihihi wa Naqidhihi b. Al-Syaikh al-Ghazali kama’ Araftuhu : Rihlah Nishfu Qam c. Nisaa’ Mu’minat d. Al-Iman Juwaini Imam al-Haramain e. ‘Umar bin Abdul Aziz Khamis al-Khulafa’ al-Rasyidin 11. Bidang sastra a. Nafahat wa Lafahat (Kumpulan puisi) b. Al-Muslimin Qadimun (Kumpulan puisi)
56
c. Yuusuf ash- Shiddiq (Naskah drama bentuk prosa) d. ‘Alim waThaghiyah 12. Buku –buku Kecil tentang Kebangkitan Isalm a. Ad-Din fi ‘Ashr al-Ilmi b. Al-Islam wa al-Fann c. An- Niqab lil-Mar’ah baina Qaul bi Bid ‘atihi wa Qaul bi Wujubihi d. Markaz al- Mar’ah fil-Hayah al-Islamiyah e. Fatwa lil-Mar’ah al-Muslimah f. Jarimah ar-Riddah wa- Uqububat al-Murtad fi dhau’ Al-Qur’an wa asSunnah g. Al-Aqlilliyat ad-Diniyah wal-Hil al-Islami h. Al- Mubasysyirat bi Intishar al-Islam i. Mustaqbal Al-Usshhliyah Al-Islamiyah j. Al-Quds Qadhiyat kulli Muslim k. Al-Muslimun wa – ‘Awlamah 13. Kaset –kaset Ceramah Syaikh al-Qardhawi a. Limadza al-Islam b. Al-Islam Alladzi Nad’u Illahi c. Wajib asy-Syabab al-Muslim d. Muslimat al-Ghad e. Ash-Shahwah al-Islamiyah bainal ‘Amal wal- Mahadzir f. Qimat al-Ihsan wa Ghayat Wujudihi fil-Islam g. Likay Taujah Muassasah az-Zakat fit- Tathbiq al-Mu’ashir
57
h. Aat-Tarbiyah ‘Inda al-Imam asy-Syatibi i. Al-Islam Kama Nu’minu Bihi j. Insan Surat al-‘Ashr k. As- Salam al-Mustahil baina al-‘Arab wa Israel l. Al-Islam Wal-Muu’minun wa –‘Ulum al-Mustaqbal ‘ala A’tab al-Qarn al-Qadim m. Al-Muslimun wat –Takhalluf al-‘Ilmi n. Ash-Shahwah al-Islamiyah wa Fikih al-Aulawiyat
B. Metode Istinbat Hukum Yusuf al-Qardhawi Yusuf al-Qardhawi adalah seorang cendekiawan muslim dan seorang mujtahid yang tidak mengikat diri pada madzhab fiqih tertentu, menurut beliau pemecahan masalah fiqih yang terbaik ialah yang paling jelas landasannya, yang terbaik dasar pemikiranya, yang termudah pemikirannya dan yang terdekat relevansinya dengan kondisi zaman. 90 Sehingga ia mampu memadukan hukum- hukum syari’at dan tuntutan zaman. 91 Metode istinbath yang digunakan Yusuf al-Qardhawi dalam menggunakan metode istinbath hukum adalah : 1. Al- Qur’an Al-Qur’an sebagai dalil pertama dan sumber utama yang merupakan kalam dari Allah dalam lafal maupun makna yang mahfudz (terjaga), sehingga Al- Qur’an dijadikan sebagai hujjah, sandaran dan pegangan 90
Yusuf al -Qardhawi, Fatwa – fatwa Kontemporer, hlm Introduksi Yusuf al- Qardhawi, Al-Islam Wal Fannu, Wahid Ahmadi dkk, Islam Berbicara seni, Solo : Era Inntermedia. 2002, hlm, 196 91
58
dalam aqidah, syari’ah, akhlak dan adab, mereka semua merujuk kepadanya, berpegang dengan ajarannya dan mencari petunjuk dengan cahayanya. Menurut Yusuf al-Qardhawi Al-Qur’an adalah kitab yang sesuai dengan perjalanan waktu , tidak bisa diasumsikan hanya mewakili satu masa atau mewakili pemikiran generasi tertentu, Al-Qur’an tetap eksis dan kekal seperti halnya yang diturunkan oleh Allah sejak pertama kali. Al-Qur’an adalah ruh Rabbani, yang dengannya
akal dan hati
menjadi hidup. Ia juga dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu bangsa-bangsa. Allah menurnkannya secara berangsur-angsur, sesuai kejadian yang berlangsung, sehingga menurut al-Qardhawi, Ia menjadi lebih melekat dalam hati, lebih dipahami oleh akal manusia dan menuntaskan masalah-masalah dengan ayat-ayat Allah SWT.92 2. Sunnah Sunnah sebagai syari’at kedua, sebagai penjelasan analisis dan praktis amaliah bagi Al-Qur’an.93 Dengan tujuan untuk membimbing hidup
dan kehidupan manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan
hidup di dunia dan akhirat. Menurut Yusuf al-Qardhawi Sunnah Nabi SAW adalah manhaj yang terinci bagi kehidupan seorang muslim dan masyarakat muslim yaitu
92 Yusuf al- Qardhawi, Kaiffa Nata’amalu Ma’a AL-Qur’an al-‘Adim, Terj. Abdul Hayyie ,al-Kattani, Bagaimana berinteraksi dengan AL-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999, hlm. 26 93 Yusuf al-Qardhawi , Fiqih Praktis, Op. Cit,. hlm. 46
59
manhaj yang merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam praktek atau Islam adalah penjabaran secara konkrit. 94 3. Ijma’ Ijma’ dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi merupakan syarat bagi para mujtahid, sehingga dalam memberikan fatwa atau menetapkan sesuatu hukum tidak bertentangan dengan hasil ijma’ yang telah ditetapkan para mujtahid sebelumnya.95 Menurut Yusuf al-Qardhawi ijma’ itu penting, bahkan sangat penting sekali, meskipun dasar hukum yang konsisten itu nash. Karena adanya ijma’ disini telah memberikan faedah yang sangat besar, yaitu penyatuan pemahaman
nash, memindahkannya dari dilalah yang dzani
kepada yang qathi, dan memasukkan nash saat itu dalam medan yang tertutup untuk pengembangan dan perubahan
ijtihad. Ijma disini
memberikan faedah dalalah yang qathi’i, melindungi nash dari permainan atau mentakwilkan tafsirnya dengan pentakwilan yang keluar dari ketentuan konsensus umat.96 Yusuf al-Qardhawi berpendirian bahwa ijma’ yang dijadikan pedoman, dalam menetapkan hukum adalah ijma yang betul- betul shahih, artinya ijma tersebut belum ada yang menyanggahnya, sehingga kalau ada
94
Yusuf al-Qardhawi, As-sunnah Mashdaran Li Al-Ma’rifah Wa Al-hadharah, Terj. Setiawan Budi Utomo, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek Dan Peradaban, Jakarta : Pustaka AlKautsar, 1998, hlm.xi 95 Yusuf al-Qardhawi, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek Dan Peradaban, Op, Cit,. hlm. xii 96 Yusuf al- Qardhawi, Fiqih Praktis, Op, Cit,. hlm. 66
60
sesuatu ijma’, dengan hasil penelitian ternyata masih diragukan lagi kebenaranya, maka dari itu bukan dari ijma yang benar. 4. Qiyas Qiyas dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi adalah memasukkan masalah yang tidak dicantumkan kekuatan hukumnya kepada masalah lain yang telah ditentukan , karena sebab illat yang menggabungkannya dan tidak terdapat perbedaan prinsip antara kedua masalah tersebut, serta tidak ada penghalang yang berarti, maka wajib mengambilnya.97 Perintah mengembalikan masalah-masalah yang diperselisihkan diantara umat Islam kepada Allah dan Rasul, Berarti perintah menggunakan qiyas tatkala
tidak menjumpai nash atau ijma, sebab
pengertian Qiyas tersebut
berarti mengembalikan masalah yang
diperselisihkan dikembalikan kepada Allah dan Rasul.98 Dalam menetapkan rukun qiyas Yusuf al-Qardhawi tidak berbeda dengan ulama ushhl fikih yaitu :99 a.
Al-ashl sebagai sesuatu yang hukumnya terdapat dalam nash, yang dipakai sebagai ukuran, yang dipakai sebagai ukuran.
b.
Al-far’u sebagai perkara yang ditentukan kedudukan hukumnya.
c.
Al-illah sebagai alasan untuk menentukan kedudukan al-far’u.
d.
Hukum al-ashl sebagai hukum baru yang ditetapkan al-far’u.
97
Yusuf al –Qardhawi, Taisirul Fiqhi Lilmuslimil Mu’ashiri fi Dahu ‘il Qur’ani Wa As Sunnah, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002 98 Msdar Helmi, Ilmu USHUL FIkih, Bandung : Gema Risalah Press, 1996, hlm. 95 99 Cik Hasan Bisri, Metode Penelitian Fiqih, Bogor : Kencana, 2003, hlm.62
61
Yusuf al- Qardhawi juga berpendirian bahwa penggunaan qiyas tidak digunakan dalam ta’abudhayah (ibadah murni), karena tidak adanya illat secara terperinci, seperti : sholat, puasa, haji. 100 Dalam menetapkan fatwa beliau berpegang pada jalan tengah, sehingga fatwanya dapat dipahami, dimengerti dan diterima oleh lapisan masyarakat muslimin. Dalam hal ini selalu berpegang pada semangat mempermudah
dan
meringankan
harus
mengalahkan
semangat
mempersulit dan memberatkan. Pada setiap faqih selalu terdapat karakteristik dan ciri-ciri yang membedakannya dari yang lain, begitupun Yusuf al- Qardhawi juga memiliki karakteristik fiqih tersendiri, antara lain : a. Menggabungkan antara fiqi dan hadits Dalam hal ini Yusuf al-Qardhawi selalu menyerukan pentingnya gabungan antara fiqih dan hadits, atau antara atsar dan nazhar, sehingga tidak ada jurang pemisah antara keduanya, karena pada hakekatnya kedua kelompok tidak berbeda satu dengan yang lain. Bahkan saling membutuhkan dalam usaha mencapai tujuan dan keinginan mereka, sebab hadits dalam posisinya sebagai sumber sebenarnya adalah pokok, dan fiqih dalam posisinay sebagai bangunan laksana cabang. 101 b. Moderasi Moderasi adalah sikap pertengahan antara dua kutub yang sangat liberal dan sangat ekstrim, jalan tengah ini dinamakan aliran moderat, 100 101
Yusuf al-Qardhawi, Fiqih Praktis, hlm. 69 Ishom Taliamah, Op. Cit, hlm 59
62
yaitu aliran yang seimbang, karena menggabungkan teks dan mengerti maksud syari’ah. Sehingga antara yang kulli dengan yang juz’i sama sekali tidak bertentangan, sebagaimana yang qath’i juga tidak berbenturan dengan
yang zhanni. Aliran ini selalu memperhatikan
kepentingan manusia dengan syarat tidak bertentangan dengan nash yang telah pasti dan jelas dilalahnya, yang belum ada satu kesepakatan dalam kaidah syari’ah mengenai hal itu. Aliran ini menggabungkan antara ayat-ayat muhkam dalam syari’ah namun dengan senantiasa melihat tuntutan zaman.Yusuf al- Qardhawi telah menjadikan manhaj moderasi ini sebagai jalan hidup dan pilihannya dalam perjalanan dakwah dan fatwa-fatwanya.102 c. Memberikan kemudahan Manifestasi rahmat Islam yang paling tampak jelas adalah dengan adanya kemudahan (at-taysir) yang menjadi landasan syari’at dan hukum-hukumnya. Itulah yang terlihat kalau kita memperhatikan ayatayat Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW Karena Allah tidak membebani para hambanya begitu saja, atau mempersulit kehidupan mereka. 103 Yusuf al-Qdhawi berpendapat manusia di zaman ini sangat membutuhkan kepada kemudahan, memberi kemudahan dalam fiqih. Menurutnya ada dua hal, yaitu :
102
Ibid, hlm. 66 Yusuf al-Qardhawi, Ash-sohwatul Islamiyah, Terj. Abdullah Hakam Shah, M. Aunul Abied Shah, Kebangkitan Gerakan Islam dari Masa Transisi Mmenuju Kematangan, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2002, hlm. 158 103
63
1) Mempermudah pemahaman bagi manusia ketika manusia sangat membutuhkan untuk mengetahui agamanya dan ingin mengetahui tentang halal dan haram, melalui cara-cara sebagai berikut : a) Memilih untuk memberikan kemudahan dan bersikap moderat. b) Mendialogkan akal modern c) Menggunakan pengetahuan-pengetahuan modern dan istilahistilahnya d) Mengaitkan antara fiqih dan realitas e) Menjelaskan hikmah syari’ah f) Mengaitkan hukum dengan hukum lainnya g) Mengurangi sikap memperbanyak tambahan h) Memanfaatkan tulisan atau lisan diera modern ini i) Tingkatan-tingkatan kitab fiqih yang berbeda j) Fungtuasi dan sarana –sarana penjelasan.104 2) Mempermudah hukum-hukum fiqih agar mudah dilaksanakan dan diaplikasikan, antara lain meliputi : a) Memperhatikan segi Rukhsah. b) Memperhatikan urgensitas dan kondisi yang merugikan hukum. c) Memilih yang termudah. d) Mempersempit dalam kewajiban dan pengharaman. e) Pembebasan diri dari fanatisme madzhab. f) Mempermudah dalam hal-hal yang terjadi secara umum. 104
Yusuf al –Qardhawi, Taisirul Fiqhi Lilmuslimil Mu’ashiri fi Dahu ‘il Qur’ani Wwas Sunnah, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, hlm 11-12
64
g) Memperhatikan tujuan secara umum.105 Manhaj Yusuf al-Qardhawi yang terus dipegang ini dalam memberi fatwa, mengarang dan mengajar adalah memberikan kemudahan dalam masalah furu’ sementara itu memberikan sikap keras dalam masalah ushul ( pokok, prinsip ). d. Realistis Fiqih Yusuf al-Qardhawi semuanya bertumpu kepada fiqih realitas, yaitu fiqih yang didasarkan pada pertimbangan antara maslahat dan mafsadat, sesuai dengan realitas yang sedang dihadapi manusia masa kini dengan tetap berpedoman pada dalil syar’i. e. Bebas dari fanatisme madzhab Dalam fatwa dan bahasan fikih Yusuf al –Qardhawi sama sekali tidak didasarkan pada madzhab tertentu. Dia selalu mendasarkan pada dalil, implikasi dari pembebasan fanatisme madzhab ini adalah pembebasan dari fanatisme
institusi / organisasi ataupun individu-
individu tertentu, walaupun Yusuf al-Qardhawi sangat cinta kepada aliran- aliran pemikir dan fikih, namun beliau tidak pernah fanatik kepadanya. f. Pemahaman nash yang juz’i dalam koridor maksud syari’ah yang kulli Dalam mengambil kesimpulan hukum yang juz’i Yusuf alQardhawi mengacu pada obyektif syari’ah.
105
Ibid, hlm. 19-34
hukum yang kulli sesuai dengan legal
65
g. Pembedaan antara yang Qath’i dan yang zhanni Yusuf al –Qardhawi secara tegas menyatakan pembedaan antara yang qath’i dan yang zhanni, bahwa ruang ijtihad masih terbuka bagi hukum yang bersifat qath’i. h. Gabungan antara Salafiyah dan tajdid Yusuf al-Qardhawi tidak menafikkan antara salafiyah dan tajdid (orisinalitas dan kemoderenan), karena menurutnya salafiyah yang hakiki selalu memperbaharui untuk bisa menyesuaikan dengan zaman, dan yang pada masalalu itu dimodifikasikan dengan seperti masa kini dan sarana-sarananya sehingga mengambil dari masa lalu yang benar dan meninggalkan hal-hal yang tidak berdasarkan dalil yang sahih.106 Ijtihad sebagai nalar manusia yang dikerahkan secara maksimal untuk menghasilkan hukum syara’ memiliki lapangan yang luas, Yusuf al-Qardhawi berpendirian bahwa sesungguhnya ijtihadlah yang membuat syari’at Islam menjadi subur dan serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi dan situasi zaman. Hal ini dapat direalisasikan jika ijtihad yang dilakukan itu merupakan ijtihad yang benar dan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh para ahli dan tepat pada tempatnya.107 Dalam hal ini Yusuf a al- Qardhawi menerjunkan diri dalam dua model ijtihad yaitu : 108 1. Ijtihad intiqa’i 106
Ishom Talimah, Op. Cit, hlm. 175 Yusuf al- Qardhawi, Al-Ijtihad al-Mu’ashir Baina al- Indhzibaath wal infirath, terj. Abu Barzani, Ijtihad kontemporer : Kode Etik Dan Berbagai Penyimpangan, Surabaya : Risalah Gusti, 2000, hlm. 7 108 Ibid , 24 107
66
Yaitu memilih satu pendapat dari beberapa pendapat terkuat yang terdapat pada warisan fiqih Islam, yang penuh dengan fatwa dan keputusan hukum. 2. Ijtihhad insiya’i Yaitu pengambilan kesimpulan baru dari suatu pesoalan, dimana persoalan tersebut belum pernah dikemukakan ulama-ulama terdahhulu, baik persoalan lama maupun baru.
Dengan ilmu agama yang mendalam
dan pengetahuannya yang luas tentang kehidupan ummat dan masyarakat membekali pemikirannya lebih mengutamakan prinsip-prinsip ajaran Islam dari pada masalah-masalah kemadzaban sehingga dalam menetapkan fatwa-fatwa beliau berpegang pada jalan tengah.
C. Hukum Tindak Pidana Aborsi Menurut Yusuf al-Qardhawi Dalam memandang kebolehan hukum tindak pidana aborsi, Yusuf al-Qardhawi sependapat dengan Hambali, yaitu bahwa aborsi diperbolehkan sebelum terjadinya penciptaan, yaitu sebelum janin berusia 40 hari. Adanya keterangan boleh minum obat-obatan peluntur untuk menggugurkan nutfah. Sebagian kelompok ini mengatakan bahwa boleh meminum obat untuk menggugurkan zigot.109 Dalam menetapkan kebolehan hukum tindak pidana aborsi beberapa ulama berbeda pendapat diantaranya yaitu Imam al-Ghazali yang berpendapat bahwa aborsi hakekatnya adalah kejahatan terhadap makhluk hidup. Menurut Imam al-Ghazali melakukan aborsi adalah haram
109
Maria Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas , 2006, hlm. 66
67
secara mutlak, baik sebelum maupun sesudah Allah meniupkan ruh kedalam janin, karena sesungguhnya pada janin (embrio) sudah ada kehidupan (hayah) yang patut dihormati. Keberadaan makhluk hidup terjadi beberapa fase, fase yang pertama yaitu bersarangnya sperma ke dalam rahim dan bercampur dengan ovum dan siap menghadapi kehidupan, merusak ini termasuk kejahatan. Jika sperma ini sudah menjadi segumpal darah, maka tindakan kriminal ini lebih kejam, dan jika telah ditiupkan roh dan sudah sempurna kejadiannya , maka tindak kriminal ini lebih kejam lagi kadar kriminalnya yaitu jika pembunuhan dilakukan setelah terpisah dan lahir sebagai makhluk hidup .110 Al- Ghazali menggambarkan perihal konsepsi percampuran antara sperma dan ovum sebagai sebuah transaksi serahterima (ijab qobul) yang sudah disepakati dan tidak boleh dirusak. Dan ini secara
hukum fikih
dilarang dan pelakunya wajib dikenai hukuman. Adapun hukumannya yaitu apabila telah berbenntuk segumpal darah (alaqah) maka hukumannya yaitu 1/3 dari denda sempurna (ghurrah kamilah), jika berbentuk segumpal daging (mudgah) dendanya yaitu 2/3, jika telah melewati masa penyawaan pelakunya dihukum dengan membayar denda penuh (gurrah kamilah), jika gugur dalam keadaan meninggal, tetapi sebaliknya , pelaku diwajibkan membayar uang tebusan penuh (diat kamilah) .111 Yusuf al-qardhawi berpendapat : “Diperbolehkannya melakukan aborsi apabila udzurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan 110
Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Singapura : Bina iLmu , 1997,
hlm. 276 111
Maria Ulfa Anshor, Op. Cit, hlm. 99
68
bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu sebelum berusia empat puluh hari”. 112 Adapun alasan al-Qardhawi dalam hal ini adalah : 1. Adanya berbagai pendapat mengenai hukum melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al- Qardhawi perbedaan tersebut terlalu mencolok , sehingga ia mengambil jalan tengah dari berbagai pendapat tersebut. 2. Karena adanya berbagai hal, seperti keberadaan kandungan yang jelasjelas itu menyebabkan kematian ibunya tanpa bisa dihindari. Syari’at memerintahkan melakukan tindakan yang resikonya lebih ringan. Bila keberadaannya menyebabkan kematian dan tidak ada cara lain untuk menyelamatkan jiwa ibunya kecuali
dengan aborsi maka melakukan
aborsi menjadi wajib, karena ibu juga merupakan pilar keluarga yang memiliki hak hidup secara mandiri, memiliki hak dan kewajiban. 113
D. Dasar Yusuf al- Qardhawi Dalam Menetapkan Kebolehan Hukum Tindak Pidana Aborsi Pada dasarnya Qiyas merupakan salah satu bentuk cara berfikir logis yang dinyatakan secara verbal, kemudian digunakan sebagai cara kerja dalam memecahkan masalah hukum. Dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi Yusuf al-Qardhawi ini Menggunakan qiyas sebagai ketetapan hukum ini demi kemaslahatan umat. 112 113
Yusuf al-Qardhawi Fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 880 Yusuf al- qardhawi , Op.Cit, hlm. 289
69
Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa Allah itu mengampuni dosa terhadap orang yang dalam keadaan darurat, meskipun ia mampu secara lahiriyah untuk berusaha, tapi tekanan kedaruratanya lebih
kuat. Ini
dijelaskan dalam QS Al- Baqarah : 173 yang berbunyi :
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Juga diterangkan Di dalam QS . An-Nisa’ : 28
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”114 Dan hadits Rasululloh SAW :
. ا ن ر ﺳﻮ اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ا ﺑﻦ ﻋﺒﺎ س ر ﺿﻲ ا ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ إن اﷲ ﺗﺠﺎ و ز ﻟﻲ ﻋﻦ أﻣﺘﻰ اﻟﺨﻄﺄ واﻟﻨﺴﯿﺎن وﻣﺎ اﺳﺘﻜﺮھﻮا ﻋﻠﯿﮫ:ﻗﺎ ل ()ﺣﺪ ﯾﺚ ﺣﺴﻦ ر و ا ه ا ﺑﻦ ﻣﺎ ﺟﮫ و ا ﻟﺒﯿﮭﻘﻲ و ﻏﯿﺮ ھﻤﺎ Artinya: Ibnu Abbas ra. Berkata Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa.” (Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi,dan lainlain).115 114 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 6,Bandung : SYIGMA, 2005, hml. 83 115 An-Nawawi, Imam, Terjemahan Hadits Arba’in, Jakarta : Al- I’tishom Cahaya Umat, 2008, hlm.61-62
70
Maksud uraian tadi yaitu diperbolehkannya melakukan sesuatu yang dilarang ketika berada dalam keadaan darurat, karena ini merupakan jiwa keuniversalan agama Islam. Itulah jiwa kemudahan yang tidak dicampuri kesukaran. Sebuah keringanan yang diberikan kepada hambanya dengan menghapus dosa-dosanya jika dalam keadaan dharurat.
E. Manfaat Dibolehkannya Hukum Tindak Pidana Aborsi Menurut Yusuf al-Qardhawi Dalam menetapkan kebolehan hukum tindak pidana aborsi Yusuf alQardhawi juga melihat atau menilai dari sebab akibat dilakukannya aborsi.Menurut Yusuf al-Qardhawi diperbolehkannya aborsi apabila udurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu sebelum berusia 40 hari.116 Karena adanya berbagai hal, seperti keberadaan kandungan yang jelasjelas itu menyebabkan kematian
ibunya tanpa bisa dihindari. Syari’at
memerintahkan melakukan tindakan yang resikonya lebih ringan. Bila keberadaannya menyebabkan kematian dan tidak ada cara lain untuk menyelamatkan jiwa ibunya kecuali dengan aborsi maka melakukan aborsi menjadi wajib, karena ibu juga merupakan pilar keluarga yang memiliki hak hidup secara mandiri, memiliki hak dan kewajiban.117 Tujuan Yusuf al-Qardhawi membolehkan melakukan tindak pidana aborsi adalah untuk kemaslahatan umat.
116 117
Yusuf al-Qardhawi Fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 880 Yusuf al- qardhawi , Op.Cit, hlm. 289
BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI
A. Analisis Terhadap Pendapat Yusuf al- Qardhawi
Tentang Hukum
Tindak Pidana Aborsi Setelah penulis membahas tentang pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang hukum tindak pidana aborsi, serta metode istinbat yang ia pergunakan dalam menggali hukum sebagaimana telah dikemukakan bab sebelumnya, dalam bab ini penulis menganalisis lebih lanjut mengenai pendapat Yusuf alQardhawi tentang hukum tindak pidana aborsi. Seorang ulama yang dipengaruhi oleh disiplin ilmu yang ditekuninya, pengalaman, penemuan- penemuan ilmiah, kondisi
sosial, politik dan
sebagainya, membuat corak pemikiran dan hasil ijtihad merakapun terkadang berbeda, begitupun dalam, masalah melakukan aborsi. Pada dasarnya melakukan aborsi merupakan suatu tindak pidana terhadap cikal bakal makhluk hidup. Menurut Yusuf al-Qardhawi melakukan tindak pidana aborsi hukumnya itu diperbolehkan dan ini sebagai ruksoh bagi seorang wanita yang hamil yang dalam keadaan darurat. Karena jika jika tidak dilakukan aborsi dapat menyebabkan terganggaunya jiwa seorang wanita yang sedang hamil, namun dalam penetapan hukum tindak pidana aborsi ulama berbeda pendapat, diantaranya yaitu Imam Ghazali dimana beliau berpendapat bahwa melakukan aborsi pada hakekatnya adalah
71
72
kejahatan terhadap makhluk hidup. Ini karena Imam Ghazali memandang bahwa jika antara sperma dan ovum sudah menyatu itu termasuk sebuah transaksi serah terima ( ijab qobul ) yang sudah disepakati dan tidak boleh dirusak, karena merusaknya termasuk tindak kriminal. Dari sini munculah pendapat lain sebagai jalan tengah, dari pendapat yang ada yaitu dari Hambali yang menentukan ketetapan melakukan aborsi karena dilihat dari kedarutannya. Menurut Yusuf al-Qardhawi itu dikatakan sebagai jalan tengah, karena lebih mendekati realisasi esensi tujuan syariat dan kemaslahatan manusia karena keduanya hampir ada kesamaan pemikiran. Dalam hal ini metode yang digunakan Yusuf al-Qardhawi dalam menyelesaikan persoalan hukum adalah dengan metode taysir yaitu semangat mempermudah
dan
meringankan
haruslah
mengalahkan
semangat
mempersulit dan memberatkan sesuai dengan firman Allah dalam surat AlBaqrah : 185 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya:
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
73
Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al- Baqarah : 185). Dari sini dijelaskan dalam membuat hukum Allah tidak hendak memberatkan manusia, maka dari itu kita harus mengutamakan kemaslahatan dan mengambil semua usaha yang dapat memudahkan untuk mewujudkan kemaslahatannya. Hal ini juga didasari karena adanya ikatan antara pemeliharaan illat dan tujuan (Maqashhid ) yang mendasari disyariatkan beberapa hukum dengan apa yang telah diputuskan oleh para ulama yaitu tentang keharusan perubahan fatwa sesuai dengan perubahan zaman, adat ,situasi dan kondisi. 118 Dari paparan dan penjelasan diatas menurut penulis penetapan hukum tindak pidana aborsi tetap diperbolehkan selama ada alasan- alasan yang syar’i sesuai dengan hadits yang memetapkan adanya keringanan atau diampuni dosa-dosanya seseorang yang menjadi dihalalkan karena darurat, karena jika tidak dilakukan tindakan tersebut akan membahayakan terhadap ibu hamil. Dalam ham kebolehan melakukan tindak pidana aborsi, alasan Yusuf al-Qardhawi yaitu bila dengan cara terpercaya bahwa keberadaan kandungan yang jelas-jelas hidup itu menyebabkan kematian Ibunya tanpa disadari, syari’at dengan memerintahkan untuk melakukan resikonya yang 118
lebih
Yusuf al-Qardhawi, Taisirul Fiqih Lilmuslimil Mu’ashiri Fi’ Dahu’il Qur’ani Ws sunnah, Trej. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modren, Jakarta : Gema insani Press, 2002, hlm.91
74
ringan, ini bila keberadaan kehamilan tersebut menyebabkan kematian dan tidak ada cara lain untuk menyelamatkan jiwa Ibunya kecuali dengan aborsi, maka aborsi ini menjadi wajib. Dan ini termasuk ruksoh, karena aruksoh terikat dengan kondisi yang muktabar ( dibenarkan ), yang sudah ditentukan oleh ahli syara’, dokter dan cendekiawan. Dan ini dilakukan apabila udzurnya semakin kuat, maka ruksohnya semakin jelas, dan aborsi ini dilakukan sebelum kehamilan berusia empat puluh hari. Sehingga menurut Yusuf al-Qardhawi dengan penetapan kebolehan melakukan aborsi terhadap wanita yang dalam keadaan hamil, yang mana kehamilan itu jika dipertahankan akan membahayakan bagi ibu hamil, sehingga tujuan diperbolehkannya hukum tindak pidana aborsi sebagai bentuk kemaslahatan ummat. Garis-garis metodologi yang dijadikan dalam ijtihad dan pengambilan kesimpulan hukum fiqihnya mengacu pada tasyri dan manhaj hukum salaf dengan tidak terikat pada satu mazhab tertentu dan mengedepankan pendapat yang kuat apapun madzhab yang mengemukakannya. 119 Dalam hal ini karakteristik fiqih Yusuf al-Qardhawi terlihat yaitu sifat moderatnya dengan berpegang teguh pada etika , kaum salafush saleh, dan mengambil jalan tengah dengan menggabungkan teks dan mengerti maksud syari’ah, serta memberi kemudahan sehingga tidak membebani dan tidak mempersulit. Hal ini juga diterangkan juga diterangkan Di dalam QS AnNisa: 28, yaitu sebagai berikut : 119
Ishom Talimah, Yusuf al-Qardhawi Fiqqihan, terj. Samson Rahman, Manhaj Fiqih Yusuf al-Qardhawi, Jakarta : Pustaka Alkautsar, 2001, hlm. 175
75
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”120
Dan hadits Rasululloh SAW :
. ا ن ر ﺳﻮ اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ا ﺑﻦ ﻋﺒﺎ س ر ﺿﻲ ا ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ ) إن اﷲ ﺗﺠﺎ و ز ﻟﻲ ﻋﻦ أﻣﺘﻰ اﻟﺨﻄﺄ واﻟﻨﺴﯿﺎن وﻣﺎ اﺳﺘﻜﺮھﻮا ﻋﻠﯿﮫ:ﻗﺎ ل (ﺣﺪ ﯾﺚ ﺣﺴﻦ ر و ا ه ا ﺑﻦ ﻣﺎ ﺟﮫ و ا ﻟﺒﯿﮭﻘﻲ و ﻏﯿﺮ ھﻤﺎ Artinya: Ibnu Abbas ra. Berkata Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa.” (Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi,dan lainlain).121
B. Analisis Metode Istinbath Hukum Yusuf al-Qardhawi Mengenai Hukum Tindak Pidana Aborsi Sebagai seorang mujtahid Yusuf al-Qardhawi mempunyai karakter fiqih tersendiri yang mempengaruhunya dalam mengambil istinbath hukum, beliau berpandangan tidak jauh berbeda dengan imam-imam madzhab terdahulu yaitu melalui tahapan-tahapan mengambil hukum berdasarkan apa yang telah ditetapkan AL-Qur’an, bilamana tidak didapatinya maka ia pun menetapkannya
dengan
ketetapan
sunnah,
dengan
berusaha
mendapatkan pemahaman yang benar tentang nash-nash yang
120
untuk
ada pada
Yusuf al-Qardhawi , Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta : Akbar, 2004, hlm. 49 An-Nawawi, Imam, Terjemahan Hadits Arba’in, Jakarta : Al- I’tishom Cahaya Umat, 2008, hlm.61-62 121
76
keduaanya, dan bilamana ia tidak mendapati di dalam sunnah, ia pun mencari di dalam ijma’ sahabat dan bilamana ia tidak mendapati dalam ijma’ maka ia pun mengambil qiyas disitu. Hukum-hukum yang dikontruksikan untuk menghadapi perubahan atau perkembangan adalah hukum yang diputuskan dengan jalan qiyas, permasalahan-permasalahan yang bisa berubah hukumnya ini berlaku dalam hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, hukum perundang-undangan dll, yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan dan mencegah kerusakan, sedangkan hukum-hukum dasar yang telah ditetapkan untuk tujuan tasyri atau sebagai pola dasar kontrol, adalah hal-hal yang telah baku yang tidak berpengaruh dengan perkembangan zaman ataupun perbedaan tempat. Dalilnya yaitu dalam QS An-Nisa : 28. Yaitu sebagai berikut:
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”(QS An-Nisa: 28)122 Seorang mujtahid harus bersikap netral dari keberpihakan dalam kaitannya dengan perumusan suatu undang-undang bagi masyarakat dan proses tasyri yang umum, maka sah-sah saja diambil dengan pertimbangan hasil ijtihad itu lebih sesuai dengan semangat zaman modern dan kemaslahatan umat manusia dengan tetap berpegang pada nash-nash AlQur’an dan Sunnah, kaidah-kaidah syariat yang umum, ruh islam, petunjuk
122
Yusuf al-Qardhawi , Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta : Akbar, 2004, hlm. 49
77
salafush saleh dalam ijtihad dan pengambilan kesimpulan hak yang pernah mereka lakukan, serta mengambil yang mudah dan menjauhkan yang sukar. Dalam penetapan kebolehan hukum melakukan tindak kejahatan aborsi ini Yusuf al-Qardhawi menggali hukum dengan qiyas yaitu menyamakan hukum yang tidak ada nashnya dengan hukum yang sudah ada nashnya lantaran adanya persamaan illat hukum dari keduanya.123 Illat yang digunakan oleh Yusuf al-Qardhawi dalam hal ini adalah berkembang (nama) sebagai salah satu obyek aborsi yang berbarti diperbolehkannya hukum tindak kejahatan aborsi terhadap kehamilan Ibu yang dalam keadaan darurat, karena disebabkan oleh hal- hal tertentu karena ini demi tercapainya kemaslahatan ummat. Menurut Yusuf al-Qardhawi diperbolehkanya seorang wanita hamil melakukan aborsi yaitu harus ada alasan-alasan yang kongkrit yaitu adanya kondisi udzur yang muktabar (dibenarkan), yang ditentukan oleh ahli syara’ . dokter dan cendekiawan. Dan jika kehamilan tersebut tetap dilanjutkan akan membahayakan bagi kesehatan Ibu.124 Hal ini juga diperkuat oleh sabda Rasulullah tentang keringanan melakukan suatu yang dilarang jika dalam keadaan darurat, yaitu ditegaskan dalam hadits sebagai berikut :
ﻗﺎ. ا ن ر ﺳﻮ اﷲ ﺻﻞ اﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ:ﻋﻦ ا ﺑﻦ ﻋﺒﺎ س ر ﺿﻲ ا ﷲ ﻋﻨﮭﻤﺎ إن اﷲ ﺗﺠﺎ و ز ﻟﻲ ﻋﻦ أﻣﺘﻰ اﻟﺨﻄﺄ واﻟﻨﺴﯿﺎن وﻣﺎ اﺳﺘﻜﺮھﻮا ﻋﻠﯿﮫ )ﺣﺪ:ل (ﯾﺚ ﺣﺴﻦ ر و ا ه ا ﺑﻦ ﻣﺎ ﺟﮫ و ا ﻟﺒﯿﮭﻘﻲ و ﻏﯿﺮ ھﻤﺎ 123 124
Yusuf al-Qardhawi, Fiqih Praktis, Op, Cit. Yusuf al-Qqardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, Op. Cit, hlm.776
78
Artinya: Ibnu Abbas ra. Berkata Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa.” (Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi,dan lainlain).125 Maksud hadits diatas yaitu diperbolehkannya melakukan suatu yang dilarang ketika berada dalam keadaan darurat, karena ini merupakan jiwa keunifarsalan agama islam, itulah jiwa yang tidak dicampuri jiwa kesukaran. Sebuah keringanan yang diberikan pd hamba-Nya dengan menghapus dosadosanya jika dalam keadaan darurat. Imam Hambali mengqiyaskan dengan membolehkan melakukan aborsi karena dalam keadaan darurat dan aborsi ini diperbolehkan sebelum terjadinya penciptaan yaitu sebelum janin berusia 40 hari. Adanya keterangan boleh minum obat-obatan peluntur untuk menggugurkan nutfah. Sebagian kelompok ini mengatakan bahwa boleh meminum obat untuk menggugurkan zigot.126 Sedangkan
Imam
Al-Ghazali
mengqiyaskan
dengan
tidak
membolehkan melakukan aborsi walaupun dalam keadaan daruratpun. Beliau berpendapat bahwa melakukan aborsi pada hakekatnya adalah melakukan kejahatan terhadap makhluk hidup dan Beliau mengharamkan secara mutlak melakuakn aborsi.Disini dikatakan keberadaan makhluk hidup terjadi beberapa fase, fase yang pertama yaitu bersarangnya sperma kedalam rahim dan bebrcampur dengan ovum dan siap menghadapi kehidupan, merusak ini 125
An-Nawawi, Imam, Terjemahan Hadits Arba’in, Jakarta : Al- I’tishom Cahaya Umat, 2008, hlm.61-62 126 Maria, Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas, 2006, hlm.66
79
termasuk kejahatan. Jika sperma ini sudah menjadi segumpal darah, maka tindakan kriminal ini lebih kejam, dan jika telah ditiupkan roh dan sudah sempurna kejadiannya , maka tindak kriminal ini lebih kejam lagi kadar kriminalnya yaitu jika pembunuhan dilakukan setelah terpisah dan lahir sebagai makhluk hidup .127 Al- Ghazali menggambarkan perihal konsepsi percampuran antara sperma dan ovum sebagai sebuah transaksi serahterima (ijab qobul) yang sudah disepakati dan tidak boleh dirusak. Dan ini secara
hukum fikih
dilarang dan pelakunya wajib dikenai hukuman. Adapun hukumannya yaitu apabila telah berbenntuk segumpal darah (alaqah) maka hukumannya yaitu 1/3 dari denda sempurna (ghurrah kamilah), jika berbentuk segumpal daging (mudgah) dendanya yaitu 2/3, jika telah melewati masa penyawaan pelakunya dihukum dengan membayar denda penuh (gurrah kamilah), jika gugur dalam keadaan meninggal, tetapi sebaliknya , pelaku diwajibkan membayar uang tebusan penuh (diyat kamilah).128 Yusuf al-qardhawi berpendapat : “Diperbolehkannya melakukan aborsi apabila adzurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika
usia
kehamilan itu sebelum berusia empat puluh hari. 129
127
Yusuf al-Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Singapura : Bina Ilmu , 1997, hlm.
128
Maria Ulfa Anshor, Op. Cit, hlm. 99 Fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 880
276 129
80
Adapun alasan al-Qardhawi dalam hal ini adalah : 1. Adanya berbagai pendapat mengenai hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf al- Qardhawi perbedaan tersebut terlalu mencolok , sehingga ia mengambil jalan tengah dari berbagai pendapat tersebut. 2. Karena adanya berbagai hal, seperti keberadaan kandungan yang jelasjelas itu menyebabkan kematian ibunya tanpa bisa dihindari. Syari’at memerintahkan melakukan tindakan yang resikonya lebih ringan. Bila keberadaannya menyebabkan kematian dan tidak ada cara lain untuk menyelamatkan jiwa ibunya kecuali
dengan aborsi maka melakukan
aborsi menjadi wajib, karena ibu juga merupakan pilar keluarga yang memiliki hak hidup secara mandiri, memiliki hak dan kewajiban. 130 Adanya perbedaan dalam hukum apakah diperbolehkannya melakukan aborsi dalam hal ini adalah dalam hal sebab dan akibat dilakukannya aborsi. Sehingga sebagai jalan tengah dari perbedaan hukum melakukan tindak kejahatan aborsi Yusuf al-Qardhawi mengqiyaskan dengan kebolehan melakukan aborsi apabila udzurnya semakin kuat, maka rukhsahsnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu sebelum berusia 40 hari. Dari paparan diatas, menurut penulis pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang diperbolehkannya melakukan aborsi yang berbeda dengan ulama lain, bila melihat dan memahami illat yang dikemukakan dalam menggunakan qiyas dan tahapan-tahapan yang ditempuh, Yusuf al-Qardhawi tidak berbeda
130
Yusuf al- qardhawi , Op.Cit, hlm. 289
81
dengan ulama-ulama lain, dalam hal ini dari segi kekuatan illat nya Yusuf alQardhawi menggunakan qiyas musawi karena sifat hukum yang dianggap illat dalam kebolehan melakukan aborsi menurut imam Hambali sama kuatnya dengan pendapatnya kebolehan melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi.
C. Manfaat Dibolehkannya Hukum Tindak Pidana Aborsi Menurut Yusuf al-Qardhawi Dalam menetapkan kebolehan hukum tindak pidana aborsi Yusuf alQardhawi juga melihat atau menilai dari sebab akibat dilakukannya aborsi.Menurut Yusuf al-Qardhawi diperbolehkannya aborsi apabila udurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu sebelum berusia 40 hari.131 Karena adanya berbagai hal, seperti keberadaan kandungan yang jelas-jelas itu menyebabkan kematian ibunya tanpa bisa dihindari. Syari’at memerintahkan melakukan tindakan yang resikonya lebih ringan. Bila keberadaannya menyebabkan kematian dan tidak ada cara lain untuk menyelamatkan jiwa ibunya kecuali dengan aborsi maka melakukan aborsi menjadi wajib, karena ibu juga merupakan pilar keluarga yang memiliki hak hidup secara mandiri, memiliki hak dan kewajiban.132 Tujuan Yusuf al-Qardhawi membolehkan melakukan tindak pidana aborsi adalah untuk kemaslahatan umat. 131
Yusuf al-Qardhawi Fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, hlm. 880
132
Yusuf al- qardhawi , Op.Cit, hlm. 289
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan terhadap permasalahan dalam skripsi ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi adalah diperbolehkan karena sebagai rukhsoh bagi seorang wanita hamil karena ada sebab-sebab tertentu yang menyebabkan terganggunya keselamatan seorang wanita hamil apabila tidak dilakukan aborsi. Dan aborsi ini dilakukan apabila kehamilan itu berusia sebelum empat puluh hari. 2. Metode istinbath Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan melakukan aborsi adalah qiyas yaitu diperbolehkannya hukum tindak pidana aborsi terhadap seorang wanita yang dalam keadaan dharurot, karena disebabkan oleh hal-hal tertentu, karena dikhawatirkan jika tidak dilakukan aborsi akan membahayakan keselamatan seorang wanita hamil , yang mana seorang wanita adalah pokok
adanya janin tersebut, Dan
aborsi ini dilakukan ketika kehamilan berusia sebelum empat puluh hari. Dan ini merupakan sifat moderatnya Yusuf al-Qardhawi dalam memandang kemaslahatan umat. 3. Manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi adalah untuk kemaslahatan umat.
82
83
B. Saran- saran 1.
Sejalan dengan salah satu tujuan dan hikmah diperbolehkannya melakukan aborsi yaitu sebagai wujud penghargaan guna kemaslahatan ummat dan ini merupakan rukhsoh bagi seorang wanita yang hamil untuk mengaborsi kandungannya apabila dalam keadaan dharurat
dan ini
keadaannya apabila jika kehamilan tersebut dipertahankan akan membahayakan keselamatan jiwa seorang wanita hamil. 2.
Aborsi sebagai salah satu rukhsoh bagi seorang wanita yang hamil jika dalam kondisi yang mukhtabar yang sudah ditentukan oleh ahli syara’, dokter , dan cendekiawan bahwa jika kehamilan itu dipertahankan akan membahayakan bagi keselamatannya wanita yang hamil, maka aborsi ini menjadi wajib. Dan ini dilakukan apabila udzurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas, dan aborsi itu dilakukan sebelum kehamilan berusia empat puluh hari.
3.
Manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi dalam keadaan darurat adalah untuk kemslahatan umat.
C. Penutup Alhamdulillah, berkat pertolongan dan ridho Allah penulis dapat menyelesaikan karya ini, semoga karya ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan mudah-mudahan bermanfaat bagi semua pihak terutama
84
penulis, dan penulis menyadari bahwa karya ini masih kurang dari sempurna, oleh karena itu masih diperlukan kajian dan penelitian yang lebih mendalam. Penulis mengharapkan bimbingan, kritik, dan saran penyempurnaan karya ini. Amin.
yang konsruktif demi
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Afwah
Mumtazah, Yulianti Muthamaimah, ”Menimbang Penghentian Kehamilan Tidak Diinginkan Perspektif Islam Dan Hukum dalam Suplemen Positif”, Swara Rahima, II, 21 April 2007.
Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahas Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005 Arief Furchan, Agus Maimum, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2005 Al- Mashry, Abu Abdurrahman dan Yusuf Sayid bin Ahmad Abu, Kumpulan Fatwa Kesehatan Wanita, Surakarta : Gazzamedia, 2009 Al- Musayyar, Sayid Ahmad, Islam Berbicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah Tangga, Cairo : PT. Gelora Aksara Pratama, 2008 Ahmad Wardi Muslich, “ Hukum Pidana Islam “, Jakarta: Sinar Grafika , Cet. Ke II 2005 Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003 Cik Hasan Bisri, Metode Penelitian Fiqih, Bogor : Kencana, 2003 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 6,Bandung : SYIGMA, 2005 Ensiklopedia Indonesia, Abortus, Jakarta : Ikhtiar Baru an Hoeve, 1980, Cet. 1 Elga Sarapung, Masrucah, M. Imam Aziz, Agama dan Kesehatan Reproduksi”, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, Cet. 1,1999 Hafiz Dasuki, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Cet .1 Ibnu Rusyd, Terj. Bidayatul Mujtahid , Juz 3 , Semarang : Asy- Syifa, 1990 Ishom Talimah,Al-Qardhawi Fiqqiha, terj Samson Rahman, Manhaj Fiqih Yusuf Al Qardhawi, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2001 K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Jakarta : Grasindo, Cet. II, 2002
Kedudukan Dan Peran Perempuan, Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2009 Maria Ulfa Ansor, Fiqih Aborsi, Jakarta : PT kompas Media Nusantara, Cet1,2006 Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Surabaya : Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2006 Masjfuk Zuhdi, “ Kapita Selekta Hukum Islam”, Jakarta : PT. Midas Surya Grafindo, Cet. V11, 1997 Masdar Helmi, Ilmu USHUL FIkih, Bandung : Gema Risalah Press, 1996 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004 Mochtar, Rustam, Obstretri Obstreti Fisiologi Obsterti Patologi, Buku Kedokteran, Jilid 1, EGC, Cet.1 Muhadar ,Viktimisasi Kejahatan, Yogyakarta : LaksBang PRESSIndo, 2006 Muhammad ibn Ismail Al- Kahlani , Subul As-Salam, Juz III, Mesir : Syarikah Makhtabah wa Mathba’ah Musthafa Al- Baby, 1960 Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam Di Indonesia, Yogyakarta : Teras, 2009 Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2004 Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005 Mu’amal Hamidy, Halal Dan Haram Dalam Isalam, PT. Bina Ilmu, 1993 M. Nu’aim Yasin, Fiqih Kedokteran, Jakarta : Pustaka Al –kautsar,Cet. III, 2001 R.S Ridho Syahputra Manurung “Legalisasi Aborsi, Nilai Pancasila, Agama dan Hukum”, dalam Serba Waspada Mimbar Jum’at, Jakarta : 25 November 2005 Santoso, Topo, Dan Zulpa, Eva Achjani, Kriminologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003 Soebroto, Soenarto, KUHP Dan KUHAP, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Soekanto, Soerjono Dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : CV. Rajawali, 1988 Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, Cet. 1, 1992 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1996 Umam, Cholil, Himpunan Fatwa-fatwa Pilihan, Surabaya : Anfaka Predana, 2009 Yusuf al-Qardhawi, Kaifa Nata’amalu ma’al Taritsi Wat Tamhaba Wa I’tilafi, Memahami Khazanah Klasik, Mazhab, Dan Ikhtilaf, Terj. Abdul Hayyie al-Katani, Atik Fikri Ilyas Dan Akhmad Ichwani, Jakarta : Akbar, 2003 _______________, Al-Ijtihad al-Mu’asir Baina al-Inzhibat wa al-Infiraath, terj. Abu Barzani, Ijtihad Kontemporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, Surabaya : Risalah Gusti, 2000 _______________, Fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta : Darul Ma’rifah.1995 _______________, Halal Haram Dalam Islam, Karang Asem : Era Intermedia, 2000 _______________, Hadyu Islam Fatawi Mu’ashirah, Fatwa-fatwa Kontemporer, Terj. As’ad Yasin, Jakarta : Gema Insani Press, 1995 _______________, Halal Wal Haram Fil Islam, Halal Dan Haram, Terj. Tim Kuadran, Bandung : Bone Pustaka, 2007, _______________, Hadyu al- Islam : Fatwa Mu’asirah, Terj. Al – Hamid alHusaini, Fatwa- fatwa kontemporer, Bandung : Pustaka Hidayah, 2000 _______________, Al-Islam Wal Fannu, Wahid Ahmadi dkk, Islam Berbicara seni, Solo : Era Inntermedia. 2002 _______________, Kaiffa Nata’amalu Ma’a AL-Qur’an al-‘Adim, Terj. Abdul Hayyie ,al-Kattani, Bagaimana berinteraksi dengan AL-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 _______________, As-sunnah Mashdaran Li Al-Ma’rifah Wa Al-hadharah, Terj. Setiawan Budi Utomo, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek Dan Peradaban, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1998
_______________, Taisirul Fiqhi Lilmuslimil Mu’ashiri fi Dahu ‘il Qur’ani Wa As Sunnah, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002 _______________, Ash-sohwatul Islamiyah, Terj. Abdullah Hakam Shah, M. Aunul Abied Shah, Kebangkitan Gerakan Islam dari Masa Transisi Mmenuju Kematangan, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, 2002 _______________, Taisirul Fiqhi Lilmuslimil Mu’ashiri fi Dahu ‘il Qur’ani Wwas Sunnah, Terj. Abdul Hayyie Al-Kattani dkk, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Modern, Jakarta : Gema Insani Press, 2002 _______________, Al-Ijtihad al-Mu’ashir Baina al- Indhzibaath wal infirath, terj. Abu Barzani, Ijtihad kontemporer : Kode Etik Dan Berbagai Penyimpangan, Surabaya : Risalah Gusti, 2000 _______________, Halal dan Haram Dalam Islam, Singapura : Bina ilmu , 1997 _______________, Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta : Akbar, 2004 http://www.lawskripsi.Com/index.php?Option=com_content&vew=article&id=12 5&itemid=125 (Senin/1 Oktober 2011/14.15) http://www.rajawana.com/artikel.html/227.Aborsi.pdf,htm 2011/14.24)
(Senin/1
Oktober
http: // massofa.Wordprress.Com/2010/04/20/pengertian–kriminologi–kejahatandan relativismenya/ (Selasa/19 April 2012/14.36) http://ichwanmuish.com/?P= 1784 (selasa/19 April 2012/14.43) http://ngobrolislami.wordpress.com/author/ngobrolislami/ 2012/14.50)
\o(Selasa/19
http://id.Shvoong.com/Law-and-politics/Law/1903317-aborsi.ditinjau-dariperspektif-hukum/ (Sabtu/26 April 2012/11.37)
April
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
:
Nama
: Tri Wuryani
Tempat/ Tanggal Lahir : Kebumen, 5 Agustus 1988 Alamat
: Ds. Lembupurwo Rt 4/ Rw 04 Kec. Mirit, Kab. Kebumen
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Negeri 2 Lembupurwo
Lulus tahun 2001
2. SLTP Negeri 2 Mirit
Lulus tahun 2004
3. MA Negeri Kutowinangun
Lulus tahun 2007
4. IAIN Walisongo Semarang
Lulus tahun 2012
Motto Hidup : Sekali berlayar hanya kegagalan yang membawaku pulang.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 29 Juni 2012 Penulis
(Tri Wuryani)