Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 121- 133
13 Pages
STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG Budhi Satrya1, M. Isya2, Sugianto2 1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract: Sabang as one of the Municipality of Aceh still does not have passenger terminal yet. Public transportations still use the road as a vehicle parking area and place to pick up and drop off the passengers. Therefore, it needs a research to determine the bus terminal area location in Sabang. A mixed method was used in this research, using purposive sampling technique with limited respondents whom related to the problems. To obtain the best location, the analyzing used Analytic Hierarchy Process (AHP) method, as it is a device that can support the process of decision making in complex situations, and work based on the combination of input from a variety of considerations, through the process of structuring a hierarchical network, starting from the goal, criterion and alternatives. Criterions to be considered are the accessibility, availability of transport network, the public transportation route, environmental condition and land acquisition cost. Location alternatives are Centre of Sabang, Balohan Village and Iboih Village. Based on the results of the analysis the best location is Centre of Sabang with a value of 0.762, followed by Balohan village with the value of 0.147 and Iboih Village obtained the value of 0.090. Keywords : passenger terminal, AHP Method, criterion, location alternatives, Sabang. Abstrak: Sabang sebagai salah satu Kota di Provinsi Aceh hingga kini masih belum memiliki terminal penumpang. Angkutan umum penumpang masih menggunakan badan jalan sebagai lahan parkir kendaraan serta tempat menaikkan dan menurunkan penumpang (biasa disebut terminal bayangan). Karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk menentukan lokasi lahan terminal penumpang di Sabang. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode campuran, dengan teknik purposive sampling, dengan membatasi responden hanya dari unsur yang terkait langsung dengan permasalahan. Untuk memperoleh lokasi lahan terbaik digunakan analisis dengan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) karena metode ini merupakan perangkat yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, dan bekerja berdasarkan kombinasi input dari berbagai pertimbangan, melalui proses penstrukturan jaringan secara hirarki mulai dari tujuan, kriteria dan alternatif. Kriteria yang menjadi pertimbangan adalah aksesibilitas, ketersediaan jaringan transportasi, adanya jalur angkutan umum, kondisi lingkungan sekitar dan biaya pembebasan lahan. Alternatif lokasinya adalah Pusat Kota Sabang, Gampong Balohan dan Gampong Iboih. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa lokasi terbaik adalah Pusat Kota Sabang dengan nilai 0,766, disusul Gampong Balohan dengan nilai 0,145 dan Gampong Iboih memperoleh nilai 0,088. Kata kunci : terminal penumpang, metode AHP, kriteria, alternatif lokasi, Kota Sabang.
Sabang merupakan ibukota salah satu Kota
Sabang adalah “Mewujudkan Kota Sabang
di Propinsi Aceh yang terletak di Pulau
yang
Weh. Berdasarkan Rencana Tata Ruang
berkelanjutan serta menjamin keterpaduan
Wilayah (RTRW) Kota Sabang 2010-2030
pengembangan
arahan pengembangan Kota Sabang secara
kawasan
khusus
bebas”.
adalah
sebagai
Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan tujuan penataan ruang wilayah Kota
aman,
nyaman,
Kota
perdagangan
Dilihat
dari
produktif,
Sabang
dan
sebagai
dan
pelabuhan
sudut
pandang
transportasi, untuk menjamin tercapainya Volume 1, No. I, Agustus 2012
- 121
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala keterpaduan pengembangan Kota Sabang
kendaraan
sebagai kawasan perdagangan bebas dan
pedesaan.
umum
untuk
angkutan
pelabuhan bebas, perlu didukung oleh ketersediaan transportasi prasarana
sarana yang
dan baik.
transportasi
prasarana Salah
yang
METODE PENELITIAN
Untuk memilih lokasi lahan terminal
satu dapat
yang
terbaik
mendukung pengembangan kota adalah
alternatif
terminal penumpang.
Analytic
terbaik
lokasi
dari
beberapa
digunakan
metode
Process
(AHP).
Hierarchy
Sampai saat ini Kota Sabang belum
Metode analisa ini merupakan suatu model
memiliki terminal penumpang. Angkutan
pendukung keputusan yang dikembangkan
umum penumpang yang bergerak dari desa
oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung
ke pusat kota maupun angkutan bus mini
keputusan ini akan menguraikan masalah
dari
menuju
pelabuhan
multi faktor atau multi kriteria yang
Balohan
masih
kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki
menggunakan badan jalan sebagai lahan
didefinisikan sebagai suatu representasi
parkir kendaraan dan juga sebagai tempat
dari sebuah permasalahan yang kompleks
aktifitas
menurunkan
dalam suatu struktur multi level, mulai dari
penumpang, sehingga muncul terminal
tujuan, kriteria dan alternatif (Syaifullah
bayangan.
2010).
pusat
kota
penyeberangan
menaikkan
Hal
ini
dan
berakibat
kepada
Langkah-langkah
terganggunya kelancaran arus lalu lintas dan menimbulkan kesemrawutan kota. Ditinjau dari sisi penataan kota dan dilihat dari tujuan penataan ruang Kota Sabang,
tentu
saja
kondisi
dalam
analisis
metode AHP menurut kajian Suryadi et al. (2002) adalah: 1.
Mendefinisikan
masalah
dan
menentukan solusi yang diinginkan.
diatas
merupakan hambatan untuk mencapai
Dalam
tujuan
keadaan
menentukan masalah yang akan kita
tersebut maka perlu dilakukan suatu
pecahkan secara jelas, detail dan
penelitian untuk menentukan lokasi lahan
mudah dipahami. Dari masalah yang
terminal di Kota Sabang. Melihat struktur
ada kita coba tentukan solusi yang
Kota Sabang sebagai suatu kota yang ada
mungkin cocok bagi masalah tersebut.
di sebuah pulau kecil dan juga jumlah
Solusi
penduduknya yang relatif kecil, maka
berjumlah lebih dari satu.
terminal
tersebut.
Berdasarkan
penumpang
yang
mungkin
2.
tahap
Membuat
dari
ini
kita
masalah
struktur
berusaha
mungkin
hirarki
yang
dibangun di Kota Sabang adalah terminal
diawali dengan tujuan utama. Setelah
penumpang
menyusun tujuan utama sebagai level
tipe
C,
yang
melayani
teratas akan disusun level hirarki yang Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 122
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berada di bawahnya yaitu kriteria-
5.
Menghitung nilai eigen (eigen value).
kriteria
6.
Menghitung
yang
cocok
untuk
atau
menilai
mempertimbangkan
3.
prioritas
matriks
dari
perbandingan
alternatif yang kita berikan dan
berpasangan, yang merupakan bobot
menentukan alternatif tersebut. Tiap
setiap
kriteria mempunyai intensitas yang
prioritas elemen-elemen pada level
berbeda-beda.
dilanjutkan
hirarki terendah sampai mencapai
dengan subkriteria (jika mungkin
tujuan. Penghitungan dilakukan lewat
diperlukan).
cara menjumlahkan nilai setiap kolom
Membuat
Hirarki
matrik
elemen
untuk
penentuan
perbandingan
dari matriks, membagi setiap nilai dari
berpasangan yang menggambarkan
kolom dengan total kolom yang
kontribusi relatif atau pengaruh setiap
bersangkutan
elemen terhadap tujuan atau kriteria
normalisasi
yang setingkat di atasnya. Pendekatan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap
dengan matriks mencerminkan aspek
baris dan membaginya dengan jumlah
ganda
elemen untuk mendapatkan rata-rata.
dalam
mendominasi
prioritas dan
yaitu
didominasi.
7.
untuk
memperoleh
matriks,
dan
Memeriksa konsistensi hirarki. Yang
Perbandingan pada matrik dilakukan
diukur dalam AHP adalah rasio
berdasarkan judgment dari pengambil
konsistensi.
keputusan dengan menilai tingkat
diharapkan adalah yang mendekati
kepentingan
elemen
sempurna
dibandingkan elemen lainnya. Hasil
keputusan
perbandingan
Walaupun sulit untuk mencapai yang
suatu
dari
masing-masing
Konsistensi
agar yang
yang
menghasilkan mendekati
sempurna,
sampai 9 yang merupakan skala
diharapkan kurang dari atau sama
kuantitatif
dan
dengan
perbandingan
tingkat
menunjukkan kepentingan
Dari
hasil
perbandingan
10%.
konsistensi
Untuk
konsistensi,
menghitung
Saaty
(1996)
menggunakan rumus:
tersebut
kemudian dibuat matrik perbandingan berpasangan. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 123 -
indek
rasio
valid.
elemen akan berupa angka dari 1
suatu elemen, seperti pada Tabel 1.
4.
setiap
vektor
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
CI
(max n) (n 1)
(1)
Rumus tersebut menjelaskan bahwa CI adalah indeks konsistensi; lmaks adalah total nilai eigen maksimum dari matrik berordo n; n adalah ordo matrik.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Saaty (1996) menyebutkan apabila CI
Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain Bukti menyukai satu aktifitas atas yang lain sangat kuat
bernilai nol, maka berarti matrik konsisten. Batas
ketidakkonsistensian
ditetapkan
Saaty,
yang
diukur
7
Sangat penting
9
Kepentingan yang ekstrim
dengan
menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI) yang ditabelkan seperti Tabel 2. Bila matrik bernilai
CR
lebih
ketidakkonsistenan dianggap
dapat
kecil
dari
pendapat diterima.
10%, masih
Nilai
ini
bergantung pada ordo matrik n. Rasio konsistensi dihitung dengan rumus: CR
CI RI
. (2)
Nilai tengah diantara dua 2,4,6,8 nilai keputusan yang berdekatan Jika aktifitas i mempunyai nilai yang lebih tinggi dari aktifitas j, maka berbalikan j mempunyai nilai berbalikan ketika dibandingkan dengan i Sumber : Suryadi et al. (2002).
Bila kompromi dibutuhkan
Rumus tersebut menjelaskan bahwa CR adalah rasio Konsistensi; RI adalah nilai indeks random (dari Tabel 1); n adalah ordo matrik.
Tabel 1.
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya
5
n R I
Skala Kuantitatif
Intensitas dari kepentingan pada skala absolut
3
Tabel 2.
Nilai Indeks Random (RI)
1 2 3
4
5
6
7
8
9
0. 0. 1. 1. 1. 0 0 5 8 1 2 3 2 9 1 5 5 Sumber : Teknomo et al. (1999)
1. 4 0
1. 4 5
1 0 1. 4 9
HASIL PEMBAHASAN
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
Penjelasan
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain
Analisis Kriteria dan Alternatif Lokasi Berdasarkan pendapat literatur
dari
hasil
survey
stakeholder
disimpulkan
lokasi,
dan
bahwa
studi
beberapa
kriteria/faktor yang menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi lahan terminal bus yang terbaik dari beberapa alternatif lokasi yaitu: 1.
Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat. Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat
dijadikan
salah
Volume 1, No.1 Agustus 2012
satu - 124
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kriteria karena aksesibilitas adalah
lokasi yang paling memungkinkan, yaitu:
tingkat
1.
kemudahan
Lokasi A yaitu Pusat Kota Sabang,
mencapai pusat kegiatan yang dalam
karena lokasi ini merupakan pusat
hal ini adalah pusat perdagangan, jasa,
kegiatan
dan
lokasi ini terletak pusat perdagangan
pertokoan
kawasan
2.
masyarakat
yang
yang
merupakan
potensial
bagi
pemerintahan Kota Sabang, kawasan
Ketersediaan jaringan transportasi.
perumahan,
Ketersediaan
Internasional dan merupakan Ibukota
terminal
jaringan
transportasi
untuk
menjadikan
berfungsi
suatu
dengan
kawasan
pelabuhan
Sabang. 2.
Lokasi B yaitu Gampong Balohan,
baik
karena lokasi ini merupakan pintu
haruslah didukung oleh prasarana
gerbang jalur laut dari Banda Aceh
transportasi yang baik sebagai suatu
menuju Sabang. Di lokasi ini terdapat
sistem transportasi.
kawasan
Adanya jalur angkutan umum.
perdagangan dan jasa skala kecamatan
Jalur angkutan umum dijadikan salah
dan pelabuhan penyeberangan.
satu kriteria karena suatu kawasan
3.
perumahan,
pusat
Lokasi C yaitu Gampong Iboih yang
yang sudah memiliki jalur angkutan
merupakan
umum akan
terbesar di Kota Sabang, memiliki
lebih mudah
untuk
pusat
wisata
bahari
dibangun terminal bus.
kawasan perdagangan skala gampong,
Kondisi lingkungan sekitar.
kawasan perumahan, dan kawasan
Kondisi
hutan lindung.
lingkungan
dimasukkan
sebagai salah satu kriteria karena
5.
Di
masyarakat.
karena
4.
Sabang.
dan jasa, pasar dan pertokoan, pusat
dimasukkan sebagai salah satu kriteria
3.
masyarakat
Setelah
ditentukan
kriteria
dan
pembangunan suatu terminal akan
alternatif lokasi maka dibuat struktur
berpengaruh baik atau buruk terhadap
hirarki menurut metode AHP seperti pada
kondisi lingkungan sekitar.
Gambar 1 berikut.
Biaya pembebasan lahan. Biaya pembebasan lahan dimasukkan
TUJUAN LEVEL 1
sebagai salah satu kriteria karena ada
Memilih lokasi lahan terminal tipe C di Kota Sabang
LEVEL 2
kemungkinan
diperlukannya
biaya
untuk pembebasan lahan masyarakat. Alternatif
lokasi
yang
akan
di
bandingkan dalam penelitian ini juga diperoleh dari studi literatur, survey lokasi dan pendapat dari stakeholder. Ada 3 (tiga) 125 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
KRITER IA 1
KRITER IA 2
KRITER IA 3
KRITERIA A 4
KRITERIA 5
LEVEL 3 LOKASI I
LOKASI II
Pusat Kota Sabang
Gampong Balohan
Gambar 1.
LOKASI III
Gampong Iboih
Struktur Hirarki Model AHP
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Analisis Perbandingan Antar Kriteria dan Perbandingan Antar Alternatif Lokasi Berdasarkan hasil jawaban dari
C
merupakan
responden diperoleh nilai perbandingan
menganggap
antar kriteria dan nilai perbandingan antar
pentingnya.
nilai
terendah
yang
mendekati 1, ini menunjukkan bahwa secara
alternatif lokasi lahan berdasarkan kriteria
umum
persepsi
kedua
responden
lokasi
ini
sama
Pada baris kedua Tabel 4 yaitu
seperti ditampilkan pada Tabel 3 dan 4.
berdasarkan
Pada
bahwa
diperoleh pada perbandingan lokasi A
perbandingan antara kriteria yang paling
dengan lokasi B yaitu 6,300. Kemudian
tinggi adalah nilai skala perbandingan
diikuti oleh perbandingan lokasi A dengan
antara kriteria 1 dengan kriteria 4 yaitu
lokasi C yaitu 6,150. Nilai terendah
7,172.
diperoleh pada perbandingan lokasi B
Tabel
3
Secara
dapat
dilihat
umum
nilai
skala
kriteria
perbandingan antara kriteria 1 dengan
dengan
kriteria lainnya menunjukkan angka yang
menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria 2,
lebih dominan. Hal ini menunjukkan
secara umum persepsi para responden
bahwa sebagian besar persepsi responden
menganggap sangat penting untuk memilih
menganggap bahwa sebuah terminal bus
lokasi A daripada lokasi B atau lokasi C.
harus dekat dengan lokasi yang potensial
Karena lokasi A merupakan pusat kota
bagi kebutuhan masyarakat yaitu suatu
Sabang
kawasan yang menjadi pusat kegiatan,
transportasi
seperti perdagangan, jasa, pasar dan pusat
angkutan umum sudah pasti ada dan baik.
pemerintahan.
Nilai perbandingan lokasi B dengan lokasi
Pada Tabel 4, berdasarkan kriteria 1
C
lokasi
C
2 nilai tertinggi
dan
yaitu
1,955.
ketersediaan untuk
menunjukkan
jaringan
mendukung
bahwa
Ini
arus
berdasarkan
nilai terbesar diperoleh pada perbandingan
kriteria 2 responden menganggap kedua
antara lokasi A (Pusat Kota Sabang)
lokasi ini sama pentingnya, atau sedikit
dengan lokasi B (Balohan) yaitu 7,110.
lebih penting memilih lokasi B dari lokasi
Kemudian diikuti oleh perbandingan antara
C.
lokasi A dengan lokasi C (Iboih) yaitu
Pada baris ketiga Tabel 4 yaitu
6,968. Sedangkan nilai terendah diperoleh
berdasarkan kriteria 3 dapat dilihat bahwa
pada
perbandingan antara lokasi A dengan
perbandingan
antara
lokasi
B
(Balohan) dengan lokasi C (Iboih) yaitu
lokasi
B
1,747. Ini menunjukkan secara umum
Perbandingan antara lokasi A dengan
berdasarkan kriteria 1, persepsi responden
lokasi
menganggap sangat penting untuk memilih
Sedangkan
lokasi A daripada lokasi B atau lokasi C.
perbandingan lokasi B dengan lokasi C
Pada perbandingan lokasi B dengan lokasi
yaitu
C
mendapatkan
mendapatkan
2,204.
nilai
Secara
nilai
nilai
terendah
umum
Volume 1, No.1 Agustus 2012
6,100.
6,850. adalah
persepsi - 126
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala responden menilai berdasarkan kriteria
responden secara umum menunjukkan
adanya jalur angkutan umum sangat
sangat penting untuk memilih lokasi A
penting untuk ditempatkan terminal bus
daripada lokasi B dan lokasi C, karena
pada lokasi A karena lokasi A merupakan
lokasi
A
merupakan
pusat
aktifitas
pusat dari seluruh jaringan transportasi di
masyarakat
Sabang
dan
pusat
Sabang dan pusat kegiatan di Sabang.
pemerintahan.
Kondisinya memungkinkan semua arus
Pada Tabel 4 baris kelima yaitu
angkutan umum akan terpusat dan menuju
berdasarkan
kriteria
5,
menunjukkan
ke lokasi A.
bahwa nilai tertinggi yaitu 6,850 diperoleh pada perbandingan lokasi A dengan lokasi
Tabel 3. Uraian
Nilai Perbandingan Antar Kriteria
C. Kemudian perbandingan antara lokasi A
Perbandingan antar kriteria
dengan lokasi B dengan nilai 3,553. Nilai
1: 2 1: 3 1: 4 1: 5 2: 3 2: 4 2:5 3: 4 3: 5 4: 5
Nilai 5,37 6,62 7,17 7,10 3,27 2,37 2,28 2,09 2,05 1,77 perbandi- 7 1 2 0 5 5 7 6 3 9 ngan Tabel 4.
Nilai Perbandingan Antar Alternatif Lokasi Terhadap Kriteria Nilai perbandingan antara alternatif lokasi A:B A:C B :C
Kriteria 1 (Aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat) 2 (Ketersediaan jaringan transportasi) 3 (Adanya jalur angkutan umum) 4 (Kondisi lingkungan sekitar) 5 (Biaya pembebasan lahan)
terendah yaitu
3,750 diperoleh
pada
perbandingan lokasi B dengan lokasi C. Persepsi responden menunjukkan sangat penting untuk memiliki terminal bus di lokasi A. Walaupun biaya pembebasan lahan di lokasi A yang merupakan pusat kota akan lebih tinggi dari lokasi lainnya.
7,110
6,968
1,747
Lokasi C yang merupakan daerah tujuan
6,300
6,150
1,955
wisata serta merupakan kawasan hutan
6,100
6,850
2,204
5,250
7,900
2,950
3,553
6,850
3,750
lindung yang perlu dijaga kelestariannya, pembangunan terminal bus dikhawatirkan akan
mengganggu
kawasan
lindung
tersebut. Pada perbandingan antara lokasi B dengan lokasi C responden menganggap
Pada baris keempat Tabel 4 yaitu
lebih penting lokasi B karena merupakan
berdasarkan kriteria 4 dapat dilihat bahwa
pelabuhan
laut
yang
menghubungkan
nilai tertinggi yaitu 7,900 diperoleh pada
antara Sabang dengan Banda Aceh.
perbandingan antara lokasi A dengan lokasi C, kemudian nilai 5,250 merupakan
Analisis Matrik Kriteria
perbandingan antara lokasi A dengan
Bentuk matrik awal perbandingan
lokasi B. Nilai terendah yaitu 2,950
antar kriteria ditampilkan pada Tabel 5.
diperoleh pada perbandingan lokasi B
Pada matrik ini diperoleh perhitungan dari
dengan lokasi C. Ini menunjukkan bahwa
nilai
jika
prioritas (Wi) dan perhitungan nilai eigen
dilihat
127 -
dari
kriteria
4
persepsi
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
eigen
(λi),
perhitungan
vektor
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala maksimum (λmaks). Pada kolom Wi
Tabel 5.
Matrik Perbandingan Kriteria
(vektor prioritas) dapat dilihat bahwa Kriteria 1 adalah kriteria terpenting karena
Krite1 ria
memiliki nilai Xi yang paling besar yaitu 0,600 (60 %), lalu diikuti oleh kriteria 2, kriteria 3, kriteria 4 dan yang paling rendah
2
kriteria 5 yaitu 0,059 (5,9 %). Persepsi
3
responden
tersebut
4
menyatakan bahwa untuk menentukan
5
lokasi
berdasarkan
lahan
hasil
terminal
maka
1,0 00 0,1 86 0,1 51 0,1 39 0,1 41
1
2
3
4
Wi (Vector λ λi priori- Maks tas)
5
5,37 6,62 7,17 7,10 7 1 2 0 1,00 3,27 2,37 2,28 0 5 5 7 0,30 1,00 2,09 2,05 5 0 6 3 0,42 0,47 1,00 1,77 1 7 0 9 0,43 0,48 0,56 1,00 7 7 2 0
kriteria
Jumlah
4,484 0,600 3,104 1,270 0,170 0,909 0,724 0,097 0,515 0,549 0,073 0,380 0,442 0,059 0,307 7,469 1,000 5,214
terpentingnya adalah aksesibilitas dengan pusat kegiatan masyarakat. Matrik ini diuji
Tabel 6.
Perhitungan Kriteria
CR
konsistensinya dengan menghitung indeks konsistensi
(CI)
menggunakan menghitung
terlebih
rumus rasio
(1)
dahulu kemudian (CR)
1
Hasil
2
perhitungan CI dan RI yang ditabulasikan
3
menggunakan
konsistensi
Kriteria
rumus
(2).
adalah seperti pada Tabel 6.
4
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 7
5
diperoleh nilai CR = 0,048, yang berarti
1
2
3
4
5
1,00 0 0,18 6 0,15 1 0,13 9 0,14 1
5,37 7 1,00 0 0,30 5 0,42 1 0,43 7
6,62 1 3,27 5 1,00 0 0,47 7 0,48 7
7,17 2 2,37 5 2,09 6 1,00 0 0,56 2
7,10 0 2,28 7 2,05 3 1,77 9 1,00 0
Jumlah
nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih
Tabel 7.
Perhitungan Kriteria
kecil dari 0,1 atau lebih kecil dari 10%. Apabila
hasil
perhitungan
CR
untuk
Matrik
Wi (Vector λ λi priori- Maks tas) 4,48 0,600 3,104 4 1,27 0,170 0,909 0 0,72 0,097 0,515 4 0,54 0,073 0,380 9 0,44 0,059 0,307 2 7,46 1,000 5,214 9
CR
untuk
Matrik
λ maks
n
(n–1)
CI
RI
CR
5,214
5
4
0,054
1,11
0,048
mendapatkan nilai lebih besar dari 0,1 atau lebih besar dari 10% maka harus dipelajari kembali mengapa terjadi demikian, apakah terjadi kesalahan pengisian data atau
Keterangan : n CI RI CR
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi
memang persepsi responden yang tidak konsisten, bila persepsi responden yang tidak konsisten maka perlu dilakukan
Analisis Matrik Alternatif Lokasi Selanjutnya
adalah
melakukan
penyesuaian kembali terhadap penilaian
perhitungkan perbandingan antar alternatif
atau dengan pengambilan data ulang dari
lokasi
responden.
perhitungan tersebut adalah:
berdasarkan
kriteria.
Volume 1, No.1 Agustus 2012
Hasil
- 128
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 1.
Hasil perhitungan alternatif lokasi
sebagian
terhadap kriteria 1 ditampilkan ada
menganggap di lokasi A lebih baik
Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat
jaringan transportasinya. Selanjutnya
bahwa persepsi responden terhadap
matrik
lokasi A jika ditinjau dari kriteria
konsistensinya
aksesibilitas terhadap pusat kegiatan
ditampilkan pada Tabel 11. Pada
masyarakat memperoleh nilai paling
Tabel 11 diperlihatkan nilai CR =
tinggi yaitu 0,776 dan diikuti oleh
0,058 < 0,1 yang berarti nilai CR
lokasi B yaitu 0,132 dan lokasi C
tersebut
yaitu 0,092 atau dapat dikatakan
persyaratan konsistensi yaitu harus
bahwa
lebih kecil dari 0,1 atau lebih kecil
responden
lebih
mengutamakan memilih lokasi A sebagai lokasi lahan terminal dari
2.
besar
ini
responden
juga
akan
seperti
sudah
sesuai
diuji yang
dengan
dari 10%. 3.
Hasil perhitungan alternatif lokasi
pada lokasi B dan C. Karena lokasi A
terhadap kriteria 3 ditampilkan pada
berada dikawasan pusat Kota Sabang
Tabel 12. Dari Tabel 12 tersebut dapat
yang merupakan pusat perdagangan,
dilihat bahwa persepsi responden
jasa, perkantoran dan pelabuhan skala
terhadap lokasi A jika ditinjau dari
regional. Selanjutnya matrik ini juga
kriteria 3 memperoleh nilai paling
akan
seperti
tinggi yaitu 0,757 dan diikuti oleh
ditampilkan pada Tabel 9. Pada Tabel
lokasi B yaitu 0,155 dan lokasi C
9 diperlihatkan nilai CR = 0,036 < 0,1
yaitu
yang berarti nilai CR tersebut sudah
persepsi
sesuai dengan persyaratan konsistensi
mengutamakan memilih lokasi A
yaitu harus lebih kecil dari 0,1.
sebagai lokasi lahan terminal dari
Hasil perhitungan alternatif lokasi
pada lokasi B dan C. Karena pada
terhadap kriteria 2 ditampilkan pada
lokasi A terdapat pusat tujuan semua
Tabel 10. Dari Tabel 10 dapat dilihat
angkutan umum yang ada di Sabang.
bahwa persepsi responden terhadap
Selanjutnya matrik ini juga akan diuji
lokasi A jika ditinjau dari kriteria 2
konsistensinya yang ditampilkan pada
memperoleh nilai paling tinggi yaitu
Tabel 13. Pada Tabel 13 diperlihatkan
0,752 dan diikuti oleh lokasi B yaitu
nilai CR = 0,049 < 0,1 yang berarti
0,151 dan lokasi C yaitu 0,097. Ini
nilai CR tersebut sudah sesuai dengan
menunjukkan
responden
persyaratan konsistensi yaitu harus
yang lebih mengutamakan memilih
lebih kecil dari 0,1 atau lebih kecil
lokasi A sebagai lokasi lahan terminal
dari 10%.
diuji
konsistensinya
persepsi
dari pada lokasi B dan C. Karena 129 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
0,088
atau
responden
menunjukkan yang
lebih
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4.
Hasil perhitungan alternatif lokasi terhadap kriteria 4 ditampilkan ada
KT
: Ketersediaan Jaringan Transportasi.
Tabel 11.
Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 2
Tabel 14. Dari Tabel 14 menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria 4
λ maks 3,054
n 3
( n– 1 ) 2
CI 0,027
RI 0,52
CR 0,058
memperoleh nilai paling tinggi yaitu 0,747 dan diikuti oleh lokasi B yaitu
Keterangan:
0,178 dan lokasi C yaitu 0,076 atau
n CI RI CR
menunjukkan
persepsi
responden
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi.
yang lebih mengutamakan memilih Karena lokasi A merupakan pusat
lokasi A sebagai lokasi lahan terminal
perdagangan, jasa dan pertokoan, yang
dari pada lokasi B dan C.
lingkungannya Tabel 8.
AP
Matrik Alternatif Berdasarkan Kriteria 1
A
B
λi
C
Lokasi
memang
sudah
cukup
ramai. Lokasi B kurang diminati karena tidak
Wi (Vector prioritas)
λ Maks
di pusat kota, sedangkan lokasi C memiliki kawasan hutan lindung yang luas yang
A
1,000
7,110
6,968
3,673
0,776
2,356
dikhawatirkan akan terganggu kondisinya
B
0,141
1,000
1,747
0,626
0,132
0,402
bila
C
0,144
0,572
1,000
0,435
0,092
0,279
4,734
1,000
3,037
Jumlah Tabel 9.
Perhitungan CI dan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 1
λ maks 3,037
(n–1) 2
n 3
CI 0,019
RI 0,52
CR 0,036
lokasi
lahan terminal.
Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya seperti ditampilkan pada Tabel 15. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai CR = 0,049 < 0,1 yang berarti nilai CR tersebut sudah sesuai dengan persyaratan konsistensi yaitu harus lebih kecil dari 0,1.
Keterangan : n CI RI CR
dijadikan
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random. : Rasio Konsistensi.
Hasil alternatif
perhitungan lokasi
terhadap
perbandingan kriteria
5
ditampilkan ada Tabel 16. Dari Tabel 16 Tabel 10.
KT A B C
A
Matrik Alternatif Berdasarkan Kriteria 2
B
C
λi
1,000 6,300 6,150 3,384 0,159 1,000 1,955 0,677 0,163 0,512 1,000 0,437
Jumlah Keterangan :
4,497
Lokasi
menunjukan bahwa persepsi responden terhadap lokasi A jika ditinjau dari kriteria
Wi (Vector λ Maks prioritas) 0,752 0,151 0,097
2,298 0,460 0,296
1,000
3,054
5 memperoleh nilai paling tinggi yaitu 0,681 dan diikuti oleh lokasi B yaitu 0,239 dan yang terendah adalah lokasi C yaitu 0,080. Ini menunjukkan secara umum persepsi responden lebih mengutamakan Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 130
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala memilih lokasi A sebagai lokasi lahan
Tabel 14.
Matrik Alternatif Berdasarkan Kriteria 4
Lokasi
terminal dari pada lokasi B dan C. Hal ini disebabkan karena adanya pusat kegiatan masyarakat yang potensial di lokasi A. Sedangkan lokasi C, karena memiliki
A
maka
B
sebagian besar responden menganggap
C
kawasan
tidak
lindung
yang
mungkin
besar
untuk
A
B
C
λi
1,0 00 0,1 90 0,1 27
5,2 50 1,0 00 0,3 39
7,9 00 2,9 50 1,0 00
3,46 1 0,82 5 0,35 0 4,63 7
KS
melakukan
Jumlah
Wi (Vector prioritas)
λ Maks
0,747
2,277
0,178
0,543
0,076
0,230
1,000
3,051
pembebasan lahan di lokasi C. Selanjutnya matrik ini juga akan diuji konsistensinya
Keterangan KS : Kondisi Lingkungan Sekitar
seperti ditampilkan pada Tabel 17. Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai CR =
Tabel
15.
λ maks
Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 4 n ( n – 1 ) CI RI CR
3,051
3
0,047 < 0,1 yang berarti nilai CR tersebut sudah
sesuai
dengan
persyaratan
konsistensi yaitu harus lebih kecil dari 0,1
2
0,025
0,52
0,049
atau lebih kecil dari 10%. Keterangan: Tabel 12. Matrik Alternatif Kriteria 3 Adanya jalur A B C angkutan umum 1,00 6,10 6,85 A 0 0 0 0,16 1,00 2,20 B 4 0 4 0,14 0,45 1,00 C 6 4 0 Jumlah
Lokasi Berdasarkan Wi (Vector priori -tas)
λi
3,47 0 0,71 2 0,40 5 4,58 7
λ Maks
n CI RI
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random.
Tabel 16.
Matrik Alternatif Berdasarkan Kriteria 5
0,757
2,308
Biaya pembebasan lahan
0,155
0,474
A
0,088
0,269
B
1,000
3,051
C
A
B
C
λi
1,0 00 0,2 81 0,1 46
3,5 53 1,0 00 0,2 67
6,8 50 3,7 50 1,0 00
2,8 98 1,0 18 0,3 39 4,2 55
Jumlah
Tabel 13.
Perhitungan CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 3
λ maks 3,051
n 3
(n–1) 2
CI 0,025
RI 0,52
CR 0,049
131 -
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random.
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
Wi (Vector prioritas) 0,68 1 0,23 9 0,08 0 1,00 0
λ Maks
2,077 0,730 0,243 3,049
Perhitungan
Tabel 17.
CR untuk Matrik Alternatif Lokasi Berdasarkan Kriteria 5
λ maks
n
(n– 1)
CI
RI
CR
3,049
3
2
0,025
0,52
0,047
Keterangan: n CI RI
Lokasi
Keterangan: n CI RI
: Ordo Matrik. : Indeks konsistensi. : Nilai pembangkit random.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Analisis Matrik Prioritas Global Setelah diperoleh nilai vektor prioritas
Tabel 18. Kriteria
1
Bobot
0,600
0,170
0,097
0,073
0,059
Prioritas global
A B
0,776 0,132
0,752 0,151
0,757 0,155
0,747 0,178
0,681 0,239
0,762 0,147
C
0,092
0,097
0,088
0,076
0,080
0,090
(Wi) untuk matrik kriteria maupun untuk matrik
alternatif
lokasi,
selanjutnya
Matrik Prioritas Global 2 3 4 5
dilakukan penghitungan prioritas global. Nilai vektor prioritas pada matrik kriteria
SIMPULAN DAN SARAN
dan matrik alternatif lokasi berdasarkan
Simpulan
kriteria, dimasukkan menjadi bobot pada
Berdasarkan
hasil
analisis
matrik prioritas global seperti ditampilkan
pembahasan
pada Tabel 18. Dari tabel tersebut dapat
kesimpulan sebagai berikut:
dilihat bahwa lokasi A mendapat bobot
1.
maka
diambil
dan
beberapa
Kriteria yang menjadi pertimbangan
tertinggi yaitu 0,762 (76,20%), kemudian
dalam pemilihan lokasi lahan terminal
lokasi B yaitu 0,147 (14,70%) dan yang
bus Kota Sabang adalah:
terendah adalah lokasi C yaitu 0,090
a. Aksesibilitas
(9,00%). Secara umum, persepsi responden
b. Ketersediaan jaringan transportasi
Sabang) sebagai lokasi terbaik untuk lahan
(0,170);
terminal bus Kota Sabang.
c. Adanya jalur amgkutan umum
Dari hasil pembobotan pada matrik
(0,097);
prioritas masih dapat dilihat pengaruh dari
d. Kondisi
perubahan bobot kriteria terhadap alternatif
(0,073);
lokasi yaitu dengan analisis sensitivitas. Karena adanya perkembangan kondisi datang
informasi persepsi
atau
baru
akan
masyarakat
pusat
kegiatan masyarakat (0,600);
lebih memilih lokasi A (pusat Kota
dimasa
dengan
dengan
lingkungan
sekitar
e. Biaya pembebasan lahan (0,059). 2.
Kriteria yang paling berpengaruh
adanya
menurut persepsi responden adalah
mempengaruhi
kriteria aksesibilitas dengan pusat
sehingga
akan
kegiatan masyarakat, dengan nilai
berpengaruh pula pada hasil penilaian secara keseluruhan. Jika bobot salah satu
0,600 (60 %). 3.
Dari 3 (tiga) alternatif lokasi lahan
kriteria berubah naik atau turun maka
terminal bus, yang merupakan lokasi
bobot prioritas alternatif lokasi akan ikut
terbaik adalah lokasi A (Pusat Kota
berubah pula. Tetapi karena penelitian ini
Sabang) dengan nilai 0,762 (76,2%),
hanya dibatasi sampai pada pemilihan
kemudian
lokasi lahan saja, maka tidak dilakukan
Balohan) dengan nilai 0,147 (14,7%)
analisis perubahan lokasinya.
sensitivitas kriteria
lokasi
B
(Gampong
untuk
melihat
dan yang terakhir adalah lokasi C
terhadap
alternatif
(Gampong Iboih) dengan nilai 0,090 (9,00%). Volume 1, No.1 Agustus 2012
- 132
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4.
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan studi
Untuk
mengantisipasi
perubahan
persepsi masyarakat dimasa datang,
ini, saran yang dapat disampaikan adalah
yang
sebagai berikut:
keseluruhan penilaian maka perlu
1.
Studi pemilihan lokasi lahan terminal
adanya
bus
sensitivitas
ini
pada
dasarnya
masih
mengambil unit yang luas, yaitu
akan
berpengaruh
studi dari
terhadap
mengenai perubahan
analisis bobot
kriteria terhadap alternatif lokasi.
kawasan atau Gampong. Karena itu perlu
adanya
studi-studi
lainnya
sebagai lanjutan untuk menentukan lokasi pertapakan terminal bus Kota Sabang. 2.
Perlu adanya studi penunjang lainnya selain studi mengenai pertapakan terminal, misalnya studi mengenai dampak
pembangunan
terminal
terhadap lingkungan. 3.
Karena lokasi lahan terminal berada di Pusat Kota maka perlu adanya studi tentang dampak lalu lintas dari pembangunan terminal.
133 -
Volume 1, No. 1, Agustus 2012
DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Kota Sabang, 2010. Rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Sabang 2010-2030. Sabang. Saaty, T.L., 1996. Decision Making With Dependence and Feedback, The Analytic Network Process. Pittsburgh: RWS Publications. Syaifullah, 2010. Pengenalan Metode Analytic Hierarchy Proses (AHP), http://syaifullah08.files.wordpress.com/201 0/02. diakses tanggal 10 Maret 2012. Suryadi, K. dan M A Ramdhani, 2002. Sistim Pendukung Keputusan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.