STRUKTUR KOMPOSISI MANGROVE DI KAWASAN PESISIR TELUK DALAM KABUPATEN NIAS SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA STRUCTURE COMPOSITION OF MANGROVE at COASTAL ZONE TELUK DALAM SOUTH NIAS DISTRICT IN NORTH SUMATRA PROVINCE Surryanto Halawa, Eni Kamal dan Suardi ML Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan/Pusat Studi Pesisir dan Kelautan Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatra Ulak Karang, Padang
[email protected] ABSTRACT This study aims to determine the composition of mangrove existing structures around the Gulf Coast region in South Nias in North Sumatra province that includes the type, density, frequency, dominance, and importance of existing mangroves. The method used is the "purposive sampling plot" is set transect study based on density and differences in biophysical conditions (substrate, the location of the mangrove, mangrove species) by setting the number of transects totaling 3 research station. With the size of each plot is for the mangrove tree level structure of 10 x 10 m, to the structure of mangrove saplings rate of 5 x 5 m, and to the structure of mangrove seedlings 1 x 1 m. Mangrove species that exist around the coastal areas in the Gulf consists of 3 family 4 mangrove species included in the study transect is Myrsinaceae (Aegiceras corniculatum), Rhizophoraceae (Rhizophora apiculata), and Sonneratiacea (Sonneratia alba, Sonneratia casiolaris). The results of the analysis to the 3 stations each average value of KR, FR, DR, and NP to the structure of mangrove tree level is A. corniculatum 11.09%, 9.92%, 12.48% and 33.49%. R. apiculata 52.67%, 44.54%, 49.68%, and 146.89%. S. alba 19.08%, 23.82%, 20.11% and 63.01%. S. casiolaris 17.16%, 21.72%, 17.73%, and 56.61%. For the structure of mangrove saplings rate (sapling) is A. corniculatum 12.05%, 18.97%, 14.38% and 45.40%. R. apiculata 59.88%, 34.81%, 49.41% and 144.12%. S. alba 13.82%, 22.00%, 17.31% and 53.13%. S. casiolaris 14.25%, 24.22%, 18.88%, and 57.35%. For the structure of mangrove seedlings A. corniculatum 14.88%, 22.83% and 37.71%. R. apiculata 55.69%, 36.78% and 92.47%. S. alba 13.72%, 20.27%, and 33.99%. S. casiolaris 15.71%, 20.12% and 35.83%.
Key Words: Mangroves, South Nias, Coastal, and Structure Composition.
PENDAHULUAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan
Latar Belakang Data Hidup
Kementrian
(2006)
Indonesia
Lingkungan
menjelaskan
merupakan
bahwa
negara
Mei 2013 sampai bulan Juni 2013 di sekitar kawasan pantai Teluk Dalam Nias
yang
memiliki hutan mangrove yang terluas di
Selatan Provinsi Sumatera Utara.
dunia mencapai 4,3 Juta ha, terdapat di beberapa
pulau
seperti
Pulau
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua
Materi Penelitian
dan Kepulauan Maluku.
Alat dan bahan yang digunakan
Data FAO (2007) menjelaskan bahwa
pada
tahun
2005
Indonesia
dalam
penelitian
berikut:
Meteran,
ini
adalah
Gunting
sebagai tanaman,
memiliki hutan mangrove seluas 3 juta ha.
Kamera, Label, dan Kayu Pancang, Tali
Hal ini menunjukan bahwa luas hutan
plastik. Sementara bahan atau objek
mangrove di Indonesia semakin lama
penelitian
semakin berkurang atau semakin sempit.
penelitian ini adalah tanaman Mangrove
yang
digunakan
dalam
yang ada di sekitar kawasan Pesisir Teluk Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam Kabupaten Nias Selatan Provinsi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Struktur Komposisi Mangrove yang ada di sekitar kawasan pesisir Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara yang meliputi
jenis,
kerapatan,
frekuensi,
dominasi, dan nilai penting mangrove yang ada.
Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah “Purposive Plot Sampling” penelitian
yaitu
menetapkan
berdasarkan
transek
kepadatan
dan
perbedaan kondisi biosfik (substrat, lokasi mangrove, spesies mangrove). Dimana
Manfaat yang diharapkan dengan adanya
Sumatera Utara.
penelitian
ini
adalah
dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam mengambil
kebijakan
dalam
bidang
pengelolaan kawasan pesisir dan pantai termasuk dalam pembangunan kawasan perikanan, dan penelitian kawasan pesisir.
dalam membuat transek di tarik dari ujung terluar mangrove dan untuk pengambilan data mangrove dilakukaan penelitian pada tiga stasiun, pada setiap stasiun satut transek. Prosedur Penelitian Lapangan
1. Penentuan lokasi transek
5. Pencatatan data fisik dan data penunjang
Penentuan lokasi transek berdasarkan
habitat dan ekosistem berupa suhu air,
jenis mangrove, substrat dan kepadatan.
udara, salinitas, tinggi pasang surut,
2. Penetapan transek pada lokasi penelitian
kelembaban dan substrat, kondisisi
dapat dilihat seperti pada Gambar 1. 3.Pembuatan plot untuk mengumpulkan data guna analisa komposisi vegetasi dengan metode “ Plot Count Method” (Kuadrat Method) dari Dombois dan Heiz dalam Kamal et. al., (1998) dimana pembuatan
plot
ini
menggunakan
meteran 50 m dan tali plastik dengan
umum mangrove di lokasi penelitian serta dampak kegiatan manusia. 6. Pengawetan/Pembuatan Herbarium Koleksi jenis pada tumbuhanb mangrove yang meliputi daun, ranting, bunga, dan buah akan dijadikan herbarium dengan prosedur sebagai berikut:
ketentuan:
a.
a. Untuk pohon 10 x 10 m
dengan kertas.
b. Untuk sapling 5 x 5 m
b. Dimasukan dalam kantong plastik
c. Untuk seedling 1 x 1 m
dan diberi spritus untuk beberapa hari.
4. Pencatatan dan koleksi jenis tumbuhan dari setiap plot pengamatan dengan tatanan definisi sebagai berikut:
c. Kemudian dimasukan dalam oven sampai kering. d.
a. Untuk pohon ( > 10 cm ) pada plot 10 x 10 m b. Untuk sapling ( 2< <10 cm ) pada plot 5 x 5 m c. Untuk seedling ( < 2 cm ) pada plot 1 x 1 m. D
Sampel dirapikan dan diselimuti
Dibuat
dalam
herbarium
pemberian label. Analisa Data Data
tentang
vegetasi
pohon,
sapling dan seedling dianalisis dengan rumus menurut Muner Dombois dan Ellenberg dalam Kamal et. al., (1998); Bengen (2002) adalah sebagai berikut:
C Keterangan : B 10 x 10 m 5x5m
A
1 x 1m
Gambar 1. Penetapan Transek pada Lokasi Penelitian
dan
A = Ke Arah Laut B = Transek C = Kawasan Mangrove D = Daratan
1. Kerapatan: Jumlah Individu dari Suatu Jenis Suatu Jenis
= Luas Area Contoh Jumlah Individu Semua Jenis
Semua Jenis
= Luas Area Contoh Kerapatan Suatu Jenis
Kerapatan Relatif (KR) =
x 100 % Kerapatan Semua Jenis
2. Frekuensi : Jumlah Plot yang di Tempati Suatu Jenis Suatu Jenis
= Jumlah Semua Plot Pengamatan. Jumlah Plot yang di Tempati Semua Jenis
Semua Jenis
= Jumlah Semua Plot Pengamatan Frekuensi Suatu Jenis
Frekuensi Relatif (FR) =
x 100 % Frekuensi Semua Jenis
3. Dominasi : Luas Basal Area Suatu Jenis Suatu Jenis
= Luas Area Contoh Jumlah Basal Area Semua Jenis
Semua Jenis
= Luas Area Contoh Dominasi Suatu Jenis
Dominasi Relatif (DR) =
x 100 % Dominasi Semua Jenis
4. Nilai Penting = KR + FR + DR Untuk menghitung Basal Area : BA = ΠDBH2 4 CBH DBH =
Π (Dewan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perwakilan
Rakyat
Daerah)
Kabupaten Nias Selatan mekar dari
Sumatera Utara nomor : 02/KPTS/2000
Kabupaten Nias yang sebelumnya ber Ibu
dan diresmikan di Medan pada Tanggal 28
Kota
Juli
Gunungsitoli
pada
Tanggal
25
Agustus 2002 dengan Keputusan DPRD
2003
dengan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003.
Luas wilayah Kabupaten Nias Selatan
Tengah,
dan
sebelah
selatan
Kota
1.825,2 km2 yang berada di sebelah barat
Gunungsitoli yang berjarak ± 120 km ke
Pulau Sumatera jaraknya ± 92 mil laut dari
Teluk Dalam. Data parameter lingkungan
Kota Sibolga atau Kabupaten Tapanuli
hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Lingkungan pada Daerah Penelitian di Kawasan Pesisir Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. No
Parameter
Transek I
Transek II
Transek III
32
30
29
0
1
Suhu Perairan ( C ) 0
2
Suhu Udara ( C )
33
32
33
3
Salinitas ( ‰ )
17
19
16
4
Kelembaban ( % )
79
89
86
5
Substrat
Lumpur
Lumpur
Lumpur-Pasir
Sumber : Hasil Penelitian terdapat 3 jenis spesies mangrove yaitu ; R.
Jenis Mangrove Hasil pengamatan yang diperoleh
apiculata, S. alba, S. casiolaris. Sementara
dari daerah penelitian adalah didapatkan 7
pada transek II dan III ditemukan 4 spesies
(tujuh) spesies mangrove yang tumbuh dan
mangrove yaitu; A. corniculatum, R.
berkembang yang terdapat pada lokasi
apiculata, S. alba, S. casiolaris. Sedangkan
transek penelitian di sekitar kawasan
jenis mangrove tingkat anakan dan tingkat
pesisir Teluk Dalam yaitu terdiri dari 3
semai pada lokasi transek penelitian
(tiga) famili dan 4 (empat) spesies yang
terdapat 4 jenis spesies mangrove yaitu; A.
termasuk dalam transek penelitian yaitu
corniculatum, R. apiculata, S. alba, dan S.
Myrsinaceae
(A.
casiolaris. Selain dari spesies mangrove
Rhizophoraceae
(R.
corniculatum), apiculata),
dan
yang
ditemukan
di
lokasi
penelitian
Sonneratiacea (S. alba, S. casiolaris),
tersebut, juga ditemukan beberapa hewan
sedangkan yang tidak terdapat pada lokasi
yang hidup seperti siput, ikan, dan burung.
transek penelitian tetapi ditemukan di
Kamal et, al., (2008) menjelaskan
sekitar daerah penelitian terdiri dari 3
bahwa spesies mangrove yang terdapat di
(tiga) famili dan 3 (tiga) spesies yaitu
Jorong
Meliaceae
(Xylocarpus
Kecamatan Kinali Pasaman Barat, terdapat
Arecaceae
(Nypa
granatum),
fruticans)
dan
Mandiangin
Nagari
katiagan
sebanyak 10 Famili dan 1 spesies, 4 famili
Pteridaceae (Acrosthicum aureum) dengan
merupakan
mangrove
sejati
substrat berlumpur dan berpasir dimana
Arecaceae (N. fruticans), Myrsinaceae (A.
masing-masing transek adalah transek I
corniculatum),
Rhizophoraceae
yaitu
(B.
sexangula
dan
R.
apiculata),
dan
dengan basal area
564,59; dan S.
Sonneratiaceae (S. alba), 6 famili lainnya
casiolaris 10,80 cm dengan basal area
merupakan
491,51.
mangrove
Acanthaceae
ikutan
yaitu
(Acanthus
ilicifolius),
Sementara hasil pengamatan di
(Ipornea
pes-caprae),
lapangan pada transek I R. apiculata
Malvaceae (Hibiscus tiliaceus), Palmae
mempunyai KR 62,86 %, FR 56,25 %, DR
(Onchosperma tigillaria), Pandanaceae
64,30 % dengan NP 183,41 %. S. alba
(Pandanus odoratissima), dan Pteridaceae
mempunyai KR 20,00 %, FR 25,00 %, DR
(Acrostichum speciosum).
19,00 % dengan NP 64,00 %. S. casiolaris
Convolvuiaceae
mempunyai KR 17,14 %, FR 18,75 %, DR Komposisi Vegetasi Mangrove Adapun mangrove
16,70 % dengan NP 52,59 %.
penyusun
vegetasi
yang terdapat pada lokasi
penelitian
berupa
corniculatum),
Myrsinaceae
(A.
Rhizophoraceae
(R.
apiculata), Sonneratiacea (S. alba, S. casiolaris),
Meliaceae
(X.
granatum),
Arecaceae (N. fruticans) dan Pteridaceae (A. aureum).
Pada transek II, A. corniculatum mempunyai KR 22,58%, FR 21,43%, DR 25,37% dengan NP 69,38%. R. apiculata mempunyai KR 45,16 %, FR 35,71 %, DR 39,98 % dengan NP 120,85 %. S. alba mempunyai KR 19,35 %, FR 21,43 %, DR 20,64 % dengan NP 61,42 %. S. casiolaris mempunyai KR 12,91 %, FR 21,43 %, DR
Pengamatan
yang
dilakukan
terhadap komposisi dari vegetasi mangrove yang ada di sekitar Kawasan Pesisir Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Pada transek I, II, dan III, adalah tingkat pohon, anakan dan semai.
41,01 % dengan NP 48,35 %. Pada transek III, A. corniculatum mempunyai KR 10,71%, FR 8,33%, DR 12,04% dengan NP 31,08%. R. apiculata mempunyai KR 50,00%, FR 41,67%, DR 44,78% dengan NP 136,45%. S. alba mempunyai KR 17,86%, FR 25,00%, DR
Tingkat Pohon Dari hasil yang telah didapatkan di
20,70% dengan NP 63,56%. S. casiolaris
lapangan, diameter rata-rata dan luas basal
mempunyai KR 21,43%, FR 25,00%, DR
area spesies mangrove tingkat pohon dari
22,48% dengan NP 68,91%.
A.
Jika dijumlahkan hasil perhitungan
corniculatum 11,20 cm dengan basal area
antara KR, FR, dan DR A. corniculatum, R.
501,40;
R. apiculata 12,18 cm dengan
apiculata, S. alba dan S. casiolaris maka
basal area 1428,42; S. alba 11,47 cm
hasilnya adalah 100%, sedangkan jika
ke
3
transek
tersebut
yaitu
;
dijumlahkan hasil perhitungan NP A.
corniculatum, R. apiculata, S. alba dan S. casiolaris maka hasilnya 300%. Nilai
adalah 100%. Hasil
perhitungan
data
yang
penting dari mangrove yang ada dapat
diperoleh di lapangan pada transek II yaitu
memberikan gambaran bahwa kepadatan
A. corniculatum KR 15,58%, FR 20,69 %,
mangrove di lokasi penelitian didominasi
DR 14,41 %, dengan NP 50,68%. R.
oleh spesies mangrove tertentu.
apiculata mempunyai KR 58,44 %, FR
Hasil
perhitungan
komposisi
34,48 %, DR 52,96% dengan NP 145,88%.
mangrove di kawasan pesisir Teluk Dalam
S. alba mempunyai KR 11,69 %, FR
Kabupaten Nias Selatan dapat dilihat pada
20,69 %, DR 11,84 % dengan NP 44,22%.
Tabel 2.
S. casiolaris mempunyai KR 14,29 %, FR 24,14 %, DR 20,79 % dengan NP 59,22 %.
Tingkat Anakan
Jika dijumlahkan hasil perhitungan antara
Dari hasil yang telah didapatkan di lapangan, diameter rata-rata dan luas basal area spesies mangrove tingkat anakan dari ke
3
transek
tersebut
yaitu
;
A.
corniculatum 4,43 cm dengan basal area 172,83; R. apiculata 4,82 cm dengan basal area 548,64; S. alba 5,64 cm dengan basal area 200,37; dan S. casiolaris 4,67 cm dengan basal area 216,49. Sementara
pengamatan
KR 7,14 %, FR 13,63 %, DR 6,26 %, NP
27,03%.
apiculata, S. alba, dan S. casiolaris maka hasilnya adalah 100 %. Hasil
perhitungan
data
yang
didapatkan dari lapangan pada transek III yaitu A. corniculatum KR 13,45 %, FR 22,58 %, DR 22,48 %, dengan NP 58,51%. R. apiculata mempunyai KR 51,21 %, FR 29,04 %, DR 34,68% dengan NP 114,93 %.
hasil
dilapangan pada transek I A. corniculatum
dengan
KR, FR, dan DR A. corniculatum, R.
R.
apiculata
mempunyai KR 70,00 %, FR 40,91 %, DR 60,65% dengan NP 171,56 %. S. alba mempunyai KR 11,43 %, FR 22,73 %, DR 16,28 % dengan NP 50,44%. S. casiolaris mempunyai KR 11,43 %, FR 22,73 %, DR 16,81 % dengan NP 50,97 %. Jika dijumlahkan hasil perhitungan antara KR, FR, dan DR A. corniculatum, R. apiculata, S. alba, dan S. casiolaris maka hasilnya
S. alba mempunyai KR 18,29 %, FR 22,58 %, DR 23,79 % dengan NP 64,66%. S. casiolaris mempunyai KR 17,05 %, FR 25,80 %, DR 19,05 % dengan NP 61,90 %. Jika dijumlahkan hasil perhitungan antara KR, FR, dan DR A. corniculatum, R. apiculata, S. alba, dan S. casiolaris maka hasilnya adalah 100 %, sedangkan jika dijumlahkan hasil perhitungan NP A. corniculatum, R. apiculata, S. alba dan S. casiolaris maka hasilnya 300%.
mempunyai KR 62,07 %, FR 46,16 %,
Tingkat Semai Dari hasil perhitungan data yang
dengan NP 108,23 %. S. alba mempunyai
didapatkan dari lapangan pada transek I A.
KR 10,35 %, FR 15,38 %, dengan NP
corniculatum KR 10,00 %, FR 18,75 %,
25,73 %. S. casiolaris mempunyai KR
dengan
apiculata
13,79 %, FR 15,38 %, dengan NP 29,17 %.
mempunyai KR 63,33 %, FR 37,50 %,
Dari hasil perhitungan data yang
dengan NP 100,83 %. S. alba mempunyai
didapatkan dari lapangan pada transek III
KR 10,00 %, FR 18,75 %, dengan NP
A. corniculatum KR 20,83 %, FR 26,67 %,
28,75 %. S. casiolaris mempunyai KR
dengan
16,67 %, FR 25,00 %, dengan NP 41,67 %.
mempunyai KR 41,67 %, FR 26,66 %,
Dari hasil perhitungan data yang
dengan NP 68,33 %. S. alba mempunyai
didapatkan dari lapangan pada transek II A.
KR 20,83 %, FR 26,67 %, dengan NP
corniculatum KR 13,79 %, FR 23,08%,
47,50 %. S. casiolaris mempunyai KR
dengan
16,67 %, FR 20,00 %, dengan NP 36,67 %
NP
28,75
NP
%.
36,87
%.
R.
R.
apiculata
NP
47,50
%.
R.
apiculata
Tabel 2. Komposisi Mangrove Tingkat Pohon di Kawasan Pesisir Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. No
Transek
Jenis I
Pohon 1 2 3 4
Ac Ra Sa Sc Jumlah
No
Rata-rata
II
III
KR (%)
FR (%)
DR (%)
NP (%)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
NP (%)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
NP (%)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
NP (%)
62,86 20,00 17,14
56,25 25,00 18,75
64,30 19,00 16,70
183,41 64,00 52,59
22,58 45,16 19,35 12,91
21,43 35,71 21,43 21,43
25,37 39,98 20,64 14,01
69,38 120,85 61,42 48,35
10,71 50,00 17,86 21,43
8,33 41,67 25,00 25,00
12,04 44,78 20,70 22,48
31,08 136,45 63,56 68,91
11,09 52,67 19,08 17,16
9,92 44,54 23,82 21,72
12,48 49,68 20,11 17,73
33,49 146,89 63,01 56,61
100
100
100
300
100
100
100
300
100
100
100
300
100
100
100
300
Transek
Jenis
Rata-rata I
Anakan
II
III
1
Ac
KR (%) 7,14
FR (%) 13,63
DR (%) 6,26
NP (%) 27,03
KR (%) 15,58
FR (%) 20,69
DR (%) 14,41
NP (%) 50,68
KR (%) 13,45
FR (%) 22,58
DR (%) 22,48
NP (%) 58,51
KR (%) 12,05
FR (%) 18,97
DR (%) 14,38
NP (%) 45,40
2
Ra
70,00
40,91
60,65
171,56
58,44
34,48
52,96
145,88
51,21
29,04
34,68
114,93
59,88
34,81
49,43
144,12
3
Sa
11,43
22,73
16,28
50,44
11,69
20,69
11,84
44,22
18,29
22,58
23,79
64,66
13,82
22,00
17,31
53,13
4
Sc Jumlah
11,43 100
22,73 100
16,81 100
50,97 300
14,29 100
24,14 100
20,79 100
59,22 300
17,05 100
25,80 100
19,05 100
61,90 300
14,25 100
24,22 100
18,88 100
57,35 300
Transek Rata-rata No
Jenis
Semai 1 2 3 4
Ac Ra Sa Sc Jumlah
I
II
KR (%)
FR (%)
NP (%)
KR (%)
FR (%)
NP (%)
KR (%)
III FR (%)
10,00 63,33 10,00 16,67 100
18,75 37,50 18.75 25,00 100
28,75 100,83 28,75 41,67 200
13,79 62,07 10,35 13,79 100
23,08 46,16 15,38 15,38 100
36,87 108,23 25,73 29,17 200
20,83 41,67 20,83 16,67 100
26,67 26,66 26,67 20,00 100
NP (%)
KR (%)
FR (%)
NP (%)
47,50 68,33 47,50 36,67 200
14,88 55,69 13,72 15,71 100
22,83 36,78 20,27 20,12 100
37,71 92,47 33,99 35,83 200
Hubungan Hutan Mangrove dengan Kelimpahan Ikan
lingkungan wilayah pesisir dan laut.
Hutan mangrove sangat lah penting
bagi pertumbuhan ikan, udang, kepiting
bagi pertumbuhan ikan dan biota-biota
dan biota lainnya, untuk itu kelestarian
lainnya, Beberapa teori menyatakan bahwa
mangrove harus dijaga dan dipelihara
ada hubungan positif antara ekosistem
untuk
mangrove
perikanan
nelayan. Dari penjelasan di atas, maka
tangkap. Pemikiran tersebut didasarkan
tersirat bahwa jika hutan mangrove yang
pada fungsi hutan mangrove yang antara
ada telah musnah maka pertumbuhan ikan
lain adalah sebagai daerah asuhan (nursery
semakin
berkurang
ground), mencari makan (feeding ground),
nelayan
semakin
pemijahan (spawning ground) berbagai
menjelaskan bahwa 1 (satu) hektar saja
biota perairan seperti ikan, udang, dan
kerusakan populasi hutan bakau sama
kerang. Ada hubungan yang menarik
dengan kehilangan sebanyak 12 ton ikan
antara keberadaan hutan mangrove dengan
dalam 1 (satu) tahun, sehingga jumlah
biota perairan dalam coastal zone dan ikan
hasil tangkapan nelayan yang biasanya 100
pelagis besar di laut lepas yaitu melalui
kg dalam 1(satu) hari, saat ini hanya
jalur rantai makanan seperti terlihat pada
sekitar 30kg/hari.
dengan
produksi
Mengingat pentingnya hutan mangrove
kepentingan
dan
dan
kesejahteraan
kesejahteraan
merosot.
Kamal
Gambar 2 di bawah ini. Hubungan Mangrove dengan Lamun dan Terumbu Karang Hutan
mangrove
tidak
hanya
berhubungan dengan kelimpahan ikan saja melainkan
hutan
mangrove
juga
berhubungan dengan lamun dan terumbu Gambar 2. Proses Rantai Makanan yang Terjadi pada Hutan Mangrove (Indra, 2009). Kamal
yang
dijelaskan
oleh
Dewanto (2012) yaitu : a.
Sifat fisik air Hutan mangrove sejati
juga
mangrove
juga
biasanya tumbuh di daerah yang
merupakan sumberdaya wilayah pesisir
terlindung dari pengaruh ombak dan
yang
arus yang kuat. Terumbu karang dan
kaya
all.,
seperti
(2009)
menjelaskan
et.
karang
bahwa
akan
nutrisi
bagi
keberlangsungan kehidupan biota laut,
lamun
disini
berfungsi
sebagai
serta berperan penting dalam sistem rantai
penahan ombak dan arus yang kuat
makanan terhadap semua biota yang ada di
untuk memperlambat pergerakannya.
b.
Partikel organik yang berasal dari
Tingkat
serasah lamun dan mangrove dapat
corniculatum 37,71 %. R. apiculata
mempengaruhi
92,47 %. S. alba 33,99 %. S.
pertumbuhan
dari
terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan
semai
(seedling)
A.
casiolaris 35,83 %. 3. Ekosistem mangrove yang terdapat
dapat menurunkan fotosintesis dari
di
lamun dan zooxanthela di perairan.
dipengaruhi oleh jenis mangrove R. apiculata
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Jenis mangrove yang ada di sekitar pesisir
Teluk
penelitian
baik
tingkat
sangat
pohon,
anakan maupun semai.
Kesimpulan
kawasan
daerah
Dalam
Saran 1. Diharapkan kepada masyarakat di
terdiri dari 3 famili 4 spesies
sekitar
mangrove yang termasuk dalam
Dalam Kabupaten Nias Selatan
transek
untuk dapat menjaga kelestarian
penelitian
Myrsinaceae
yaitu
(A.corniculatum),
Rhizophoraceae (R.apiculata), dan Sonneratiacea
(S.
alba,
S.
kawasan
pesisir
Teluk
ekosistem mangrove. 2. Diharapkan Kabupaten
kepada Nias
pemerintah
Selatan untuk
casiolaris),sedangkan yang tidak
selalu memberikan penyuluhan dan
terdapat
pencerahan bagi masyarakat di
penelitian
pada
transek di
sekitar
kawasan
pesisir
sekitar daerah penelitian terdiri dari
Dalam
supaya
menjaga
3 family dari 3 spesies yaitu
memelihara
Meliaceae
hidup
Arecaceae
tetapi
lokasi
ditemukan
(X.granatum), (N.
fruticans)
dan
Pteridaceae (A. aureum). 2. Rata-rata NP masing-masing jenis mangrove tingkat pohon yaitu; A. corniculatum 33,49 %. R. apiculata 146,89 %. S. alba 63,01 %. S. casiolaris 56,61 %. Tingkat anakan (sapling) A. corniculatum 45,40 %. R. apiculata 144,12 %. S. alba 53,13 %. S. casiolaris 57,35 %.
akan
tumbahan
Teluk dan
pertumbuhan mangrove
itu
sendiri. DAFTAR PUSTAKA Adiwijaya, 2007. Fungsi dan Manfaat Mangrove. Artikel Ilmiah, Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua. Manokwari. Arif, A., 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogjakarta. 55281. www.kanisiusmedia.com. Arlius, 2007. Herarki Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Bung Hatta University Press. Padang.
Bengen, D. G., 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia. ______, D. G., 2002. Sinopsis Pengenalan dan Pengelolaan Ekositem Mnagrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan LautanInstitut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia. Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembngunan Berkelanjutan di Indonesia. Pradiya Paramita. Jakarta. Daniel, T. W., Helms J.A., danBaker, F.S., 1992. Prinsip-Prinsip Silvikultur. http://www.silvikultur.com. Yogyakarta. Darmadi, K. A. A., Ardhana, G. P. I., 2010. Komposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pemogan Kecamatan Denpasar Selatan Kodya Denpasar Provinsi Bali. Jurnal Ilmu Dasar Vol. 11 No. 2 Juli 2010.FMIPA Universitas Udayana Bali.http://repository.usu.ac.id. Dewanto, HR., 2012. Hubungan Ekologis dan Biologis yang Terjadi antara Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang. Karya Ilmiah. http://www.fisheries90.blogspot.com. Efendi., E. 2009. Deskripsi dan Zonasi Mangrove. Artikel Ilmiah. Aquaculture Universitas Lampung. http://staff.unila.ac.id/ekoefendi/. FAO, 2007. Luas Hutan Mangrove Di Indonesia. Gramedia Pustaka. Jakarta. Ghufrona, R. R., 2008. Analisis Vegetasi Ekosistem Hutan Mangrove KPH Banyuwangi Barat. Http//www.artinilai-indeks-penting.com. Bogor.
Kamal, E., dan Syahbuddin, 2003. Kajian Fisika Kimiawi Kawasan Pelabuhan Muara Padang Menjadi Kawasan Wisata Marina. Mangrove dan PesisirVol III No.2/2003. PusatKajian Mangrove dan Kawasan Pesisir. Universitas Bung Hatta Padang dan Yayasan Pendidikan Kelautan Nusantara Padang. Kamal, E., J.S. Bujang, Suardi ML., dan Mutahara, 1998. Fungsi dan Manfaat Hutan Bakau. Fisheries journal Garing Vol (7) Oktober 1998. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Kamal, E., 2006. Potensi dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir Hutan Mangrove danTerumbu Karang di Sumatera barat. Mangrove dan Pesisir Vol. VI No.1/2006. Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir, Universitas Bung Hatta. ______ 2007. Membangun Kelautan dan Perikanan Berbasis Kerakyatan. Bung Hatta Padang. Kamal, E., Usman, B., dan Suardi ML., 2009. Rehabilitasi Ekosistem Mangrove dan Silvo fisheries Rangka Antisipasi Kemiskinan (Kasus Kecamatan Kinali-Kabupaten Pasaman Barat). Jurnal Mitra Bahari Vol 3 No.2. 2009. Program Mitra Bahari. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Karlina, S., 2009. Jenis Perakaran Mangrove. Karya Ilmiah. Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran. http://marinescienceunpad.wordpress .com. Kementrian Lingkungan Hidup, 2006. Luas Hutan Bakau Di Indonesia. Gramedia Pustaka. Jakarta.