Pros' 'ng Seminar Nasional PERHORTI 2011 Le ng, 23-24 November 2011
STRUKTUR BUAH, BIJI DAN PERKECAMBAHAN BIJI BURAHOL (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson) Fruit, Seed Structure And Seed Germination Of Burahol (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson)
Winda Utami Putri 1 Pusat
1),
Dodo
1),
dan Hari Wawangningrum
1)
Konservasi Kebun Raya Bogor, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia (LlPI), JI Ir H. Juanda 13 Bogor, Indonesia. Telp/Fax. 0251-8322187 Email:
[email protected] ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the fruit and seed structure of Burahol (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson) and to analyse the seed germination. Research was conducted in Laboratory of seed conservation Bogor Botanic Gardens. The seed morphology of burahol is rounded shape and accumulated at seed apex. The seed width, length and thickness can reach up to 1.76 ± 0.04 cm ; 2.42 ± 0.04 cm and 1.23 ± 0.03 cm respectively. Seed fresh weight 374.63 ± 15.13 gr with water content of 47.25 ± 1.45%. Burahol seed is classified as stony seed. Structure of seed coat consisted of the outer integument, aril and inner integument, this structure was a special protector of cotyledon and seed embryo. The embryo analysis indicated that th e seed has morphological dormancy. Burahol is experiencing primary deep dormancy due to underdeveloped embryo. Seed viability is 71.67 ± 10.41 0/0. Keywords: Stelechocarpus burahol, fruit, seed, germination
PENDAHULUAN Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson termasuk dalam suku Annonaeeae. Sinonim dari jenis ini adalah Uvaria burahol Blume. Tumbuhan ini memiliki beberapa nama daerah, yaitu: kepel, burahol (Indonesia); burahol, turalak (Sunda); kepel, simple, keeindul (Jawa) (Latifah et. al., 2000; Mogea et. al., 2001; Heyne 1987; Sunarto, 1992). Pohon, tinggi meneapai 25 em. Batang diameter meneapai 40 em, terdapat sejumlah benjolan-benjolan tebal. Daun tunggal, elip-Ionjong sampai bundar telurlanset, panjang 12-27 em dan lebar 5-9 em. Bunga berkelamin tunggal, hijau kemudian keputihan; bunga j~-ntan terdapat pada batang atas dan eabang yang lebih tua, mengelornpok 8-16 bunga; bunga betina hanya terdapat pada batang bag ian bawah. Buah berbentuk buLat, keeokelatan, diameter 5-6 em. Biji berjumlah 4-6 pad a tiap buah dan berbentuk elip. Burahol bermanfaat untuk buah segar, parfum, obat tradisional, bahan kontrasepsi. Kayu untuk perkakas rumah tangga, bangunan. Pohon ditanam sebagai tanaman hias. Jenis ini tersebar di Asia Tenggara , diintroduksi di Australia dan Filipina. Habitat di alam tumbuh di hutan sekunder di Pulau Jawa, dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Musim berbunga pada bulan September-Oktober dan berbuah pada bulan Maret-April (Latifah et. al., 2000; Mogea et. al., 2004).
1136
Prosidin eminar Nasional PERHORTI 2011 Lembang, 23-24 November 2011
Status kelangkaan burahol adalah terkikis, LRcd (Mogea et. al., 2001) dan jenis ini sudah jarang ditanam karena dianggap kurang menguntungkan dibanding buahbuahan yang lain. Guna menunjang konservasi ex situ maupun in situ, pengenalan terhadap buah dan biji burahol sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur buah dan biji burahol serta perkecambahan bijinya. BAHAN DAN METODE Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Mei 2008 di Pembibitan Sub Bidang Reintroduksi Tumbuhan Langka Kebun Raya Bogor dan di Laboratorium Konservasi Biji Kebun Raya Bogor. Material Biji Biji yang digunakan berasal dari pohon koleksi Kebun Raya Bogor. Biji diambil dari buah yang jatuh di bawah pohon karena telah masak yang ditandai oleh kondisi buah yang sudah lunak jika ditekan. Biji yang telah terkumpul direndam dalam air dengan ketentuan biji yang dipakai untuk penelitian adalah biji yang tenggelam. Pengamatan Stuktur Buah Dan Biji Analisa deskriptif struktur buah dan biji dilakukan dengan metode uji belah yaitu dibelah dengan pisau/scalpel/gunting setek dan diperiksa secara visual dengan mikroskop binokuler. Contoh kerja untuk analisa deskriptif buah dan biji a<:ialah 10 buah dan biji dengan 10 ulangan. Hasil pengamatan struktur benih pada mikroskop binokuler difoto mengunakan kamera Yasica SX 3 super 2000 , foto irisan membujur dan melintang benih dianalisa dengan metode deskriptif. Analisis karakter biji dilakukan dengan mengukur panjang, lebar, tebal dan berat 100 biji. Hasilnya kemudian di uji secara statistik dengan selang kepercayaan (0=0,05). Perkecambahan Biji Penanaman dilakukan di pembibitan Sub Bidang Reintroduksi Tumbuhan Langka Kebun Raya Bogor. Biji burahol ditanam dalam bak dengan menggunakan pasir sebagai media tanam. Pasir yang digunakan adalah pasir steril dengan diameter ± 3 mm. Pengujian daya kecambah biji dibuat dalam tiga ulangan dengan jumlah biji pada tiap ulangannya sebanyak 20 biji. Sebelum disemai, biji terlebih dahulu diukur kadar airnya. Perkecambahan dihitung berdasarkan jumlah semai yang muncul ke permukaan. Penentuan kadar air dilaku~an dengan menggunakan metode oven temperatur konstan (Draper et.al., 1985 dalam Copeland dan McDonald, 1995). Biji seberat 5-10 gram dioven pada suhu 105C selama 18 jam, kemudian ditimbang berat keringnya. Pengamatan daya kecambah dilakukan setiap hari sampai dua minggu setelah kecambah terakhir muncul. Parameter perkecambahan yang diamati adalah jumlah kecambah dan hari mulai berkecambah. Data dianalisis dengan menggunakan program Excel.
1137
Prosid Seminar Nasional PERHORTI 2011 Lemb g, 23-24 November 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Buah Burahol Buah burahol tumbuh pada bag ian batang pohon. Buah menyerupai berry (Gambar 1) dengan jumlah buah pada tiap tangkainya bervariasi dari 1 hingga 13 buah. Panjang tangkai buah dapat meneapai 8 em. Buah yang matang berwarna keeoklatan dengan diameter buah meneapai 5-6 em. Dalam satu buah terdapat 1-5 biji tergantung pada ukuran buah.
Gambar l. Buah burahol pada batang pohon.
Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarpa, mesokarpa, dan endokarpa (Gambar 2). Diantara bagian-bagian tersebut terdapat ruang-ruang pemisah. Mesokarpa dan endokarpa berwarna kuning oranye. Endokarpa melekat erat pada biji. Kedua bag ian inilah yang dapat dikonsumsi. Buah yang masak berbau harum dan memiliki rasa manis.
Endokarpa
Eksoka rpa
Gambar 2. Struktur buah burahol.
Struktur Biji Burahol Biji burahol tergolong bua,h batu (stony seed) karena berkulit keras menyerupai tempurung dengan permukaan luar kasar berlekuk, berwarna eokelat atau kehitaman. Kulit biji inilah yang merupakan bag ian buah yang paling keras. Kulit biji yang keras berfungsi untuk melindungi embrio dan kotiledon. Kulit biji memiliki ketebalan sekitar 0.50 ± 0.02 em. Biji burahol mempunyai bentuk bulatigilig, datar eembung, eekung eembung, dan segitiga eembung (Gambar 3).
1138
P ·ding Seminar Nasional PERHORTI 2011 L mbang, 23-24 November 2011
Gambar 3. Biji Burahol.
Biji burahol terdiri atas lapisan kulit biji, endosperma, kotiledon , dan embrio (Gambar 4). Endosperma pada biji burahol dikenal dengan istilah ruminate endosperm yang berarti endosperma tidak beraturan. Boesewinkle dan Bouman (1984) dalam Dickie dan Stuppy (2003) menyatakan bahwa ruminasi dari endosperma memperbesar bidang permukaan antara kulit biji dengan endosperma yang dapat membantu dalam pengambilan air dan nutrisi dari kulit biji. Endosperma dan kotiledon berfungsi sebagai penyedia nutrisi untuk pertumbuhan akar agar kemudian akar dapat mendukung pertumbuhan selanjutnya (Copeland dan McDonald, 1995). Kotiledon berwarna putih susu dan berbentuk seperti bilah pisau . Calon akar berwarna merah muda pada bag ian ujung dan putih susu pada pangkal. Posisi calon akar mengarah ke pangkal biji.. Pengamatan pada embrio menunjukka n bahwa ukuran embrio relatif kecil jika dibandingkan dengan ukuran biji secara keseluruhan. Embrio terletak di pangkal biji dan sejajar dengan panjang biji. Embrio sudah terdiferensiasi antara calon akar dengan kotiledon. Ukuran embrio dalam biji memiliki pengaruh penting pada kelangsungan hidup tanaman. Biji dengan ukuran embrio yang kecil cenderung membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk berkecambah. Pad a periode waktu tersebut, nutrisi yang tersimpan dalam endosperma diserap oleh embrio untuk pertumbuhan (Kesseler dan Stuppy, 2009).
Kulit Biji Endosperma Kotiledon
Gambar 4. Struktur Biji Burahol.
1139
Pro ·ding Seminar Nasional PERHORTI 2011 Le ng, 23-24 November 2011
Berdasarkan hasil pengukuran, biji burahol memiliki ukuran yang bervariasi dengan panjang biji rata-rata 2.42 ± 0.04 em, lebar biji 1.76 ± 0.04 em, tebal biji 1.23 ± 0.03 em, berat 100 biji meneapai 374.63 ± 1S.13 gr, dan kadar air biji saat panen adalah 47.2S ± 1.4SO/o (Tabel 1). Kadar air tersebut relatif tinggi. Nilai ini menunjukkan keeenderungan biji burahol memiliki karakter rekalsitran. Hal ini sesuai dengan Hong et. al. (1998) yang menyatakan bahwa biji burahol bersifat rekalsitran. Pad a kemasakan fisiologis, KA biji rekalsitran relatif lebih tinggi (SO-70 0/0) daripada KA biji orthodox (30-S0 0/0). Biji-biji rekalsitran juga eenderung berukuran besar dan pada umumnya dilapisi oleh aril yang berdaging (Copeland dan McDonald, 1995). Tabel 1. Hasil pengukuran panjang, lebar, tebal, berat dan kadar air biji burahol koleksi Kebun Raya Bogor. No. 1 2 3
4 5
Parameter
Hasil Pengukuran 2.42 ± 0.04 em 1.76 ± 0.04 em 1.23 ± 0.03 em 374.63 ± 15.13 gr 47.25 ± 1.45%
Panjang Biji Lebar Biji Tebal Biji Berat 100 Biji Kadar Air Biji Segar
Perkecambahan Biji Burahol Berdasarkan hasil pengamatan, tipe perkecambahan biji burahol aqalah tipe hipogeal. Tipe perkecambahan ini ditandai dengan tidak munculnya k ~tiledon atau organ cadangan makanan lain ke permukaan tanah dan adanya pertumbuhan plumula ke permukaan tanah . Walaupun tidak muncul ke permukaan tanah, kotiledon tetap memberikan nutrisi bagi pertumbuhan biji sepanjang proses perkecambahan (Copeland dan McDonald, 1995). Pada awalnya akar keluar dari biji dan tumbuh secara normal hingga mencapai panjang 5-10 cm . Pada burahol , pertumbuhan pada bag ian akar seperti membengkak. Plumula terbentuk pada bag ian tepi pucuk semai dan kemudian berkembang menjadi daun dalam waktu yang relatif lama (Gambar S).
Gambar s. Semai Burahol
Daya keeambah biji burahol pada KA semai sebesar 4S.07 ± 3.62% adalah 71.67 ± 10.41 % (Tabel 2). Perkecambahan terjadi pada hari ke 92 - 113 setelah biji disemai. Perkeeambahan biji burahol tegolong lambat. Pada biji-biji annonaceae, embrio berukuran relatif kecil atau kurang berkembang dan endosperma berukuran
1140
osiding Seminar Nasional PERHORTI 2011 em bang, 23-24 November 2011
relatif besar. Biji dengan ukuran embrio yang relatif kecil atau kurang berkembang cenderung memiliki dormansi morfologi. Embrio pada biji-biji tersebut membutuhkan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk berkembang sebelum dapat berkecambah (Dickie dan Stuppy, 2003; Baskin dan Baskin, 2001). Tabel 2. Hasil pengamatan perkecambahan biji burahol koleksi Kebun Raya Bogor. No. 1 2 3 4
Parameter
Hasil Pengamatan 45.07 ± 3.62% 71.67±10.41% 1.77 ± 0.37 biji 104.00 ± 10.82 HST
KA Semai Daya Kecambah Rata-rata Perkecambahan Hari Mulai Berkecambah
KESIMPULAN Kesimpulan Buah burahol menyerupai berry dengan bag ian mesokarpa dan endokarpa berwarna kuning oranye dan dapat dikonsumsi. Biji bersifat rekalsitran dan memiliki dormansi morfologi dengan embrio yang sudah terdiferensiasi. Biji terdiri atas lapisan kulit biji, endosperma, kotiledon, dan embrio. Bentuk endosperma biji tidak beraturan (ruminate endosperm). Tipe Perkecambahan hipogeal dengan daya kecambah relatif tinggi namun me'6lbutuhkan waktu yang relatif panjang. Saran Perkecambahan biji burahol sebaiknya dilakukan dengan upaya pemacuan perkecambahan agar biji yang berhasil dikecambahkan menjadi lebih tinggi dan waktu berkecambah dapat dipersingkat. DAFT AR PUST AKA Baskin Carol, C., dan Jerry M. Baskin. 2001. Seeds Ecology, Biogeography, and Evolution of Dormancy and Germination. Academic Press. London UK. 666 hal. Copeland, L.D and M.B McDonald. 1995. Principles seed science and technology. 3rd ed. Chapman and Hall, New York. 409 hal. Dickie, John B. dan Wolfgang H. Stuppy. 2003. Seed and Fruit Structure: Significance in Seed Conservation Operations dalam Smith R. D., John B. Dickie, Simon H. Linnington, Hugh W. Pritchard, dan Robin J. Robert (eds.). Seed Conservation Turning Science into Practice. Hal 253-279 Mogea, J. P., D. Gandawi~jaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution dan Irawati. 2001. LlPISer i Panduan Lapangan Tumbuhan Langka Indonesia. Puslitbang Biologi-LiPI. Latifah, D., Sudarmono, Sutrisno, dan T. Handayani. 2000. Seri Koleksi Tanaman Buah Kebun Ra{a Bogor Vol. I NO.4. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LI P I. 82 hal. Hartmann, H.T. and D.E. Kester. 2002. Plant propagation, principles and practice. th ed. Prentice Hall Inc, Englewood Cleft, New Jersey. 880 hal. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Terjemahan : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. 1614 hal.
1141
Pros' ing Seminar Nasional PERHORTI 2011 Le ng, 23-24 November 2011
Hong, T.D., S. Linnington and R.H. Ellis. 1998. Compendium of information on seed storage behaviour Vol. 2. Royal Botanic Gardens, Kew. 901 hal. Kesseler, R. Dan Wolfgang Stuppy. 2009. Seeds Time Capsules of Life. Firefly Books in Collaboration with The Royal Botanic Gardens Kew. 264 hal. Ng, F.S.P. 1992. Manual of Forest Fruits, Seeds, and Seedlings Vol. 1. Forest Research Institute, Malaysia. 997 hal. Sunarto, A. T. 1992. Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson dalam Verheij, E.W.M. and R.E. Cornel, (eds.). Plant Resources of South East Asia NO.2. Edible fruits and nuts. Leiden: Backhuys Publishers. Hal 290-291 . 2006. Pengkajian Burahol Tisnadjaja, D., E. Saliman, Silvia, P. Simanjuntak. (Stelechocarpus burahol (Blume) Hook & Thomson) sebagai Buah yang memiliki Kandungan Senyawa Antiosidan. Biodiversitas (7)2: 199-202
1142