Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
STRATEGI PENINGKATAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI DAERAH RAWA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Juli Wibowo, Ali Masduqi, Andon Setyo Wibowo Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP ITS Surabaya Yustinabw @yahoo.co.id
ABSTRAK Sektor sanitasi lingkungan permukiman saat ini terjadi penurunan derajat kualitas lingkungan diiringi timbulnya suatu penyakit. Mengelola lingkungan harus berorientasi pada aspek-aspek kualitas lingkungan maupun aspek-aspek kehidupan. Budaya membangun rumah di Bantaran Sungai mengakibatkan sungai menjadi tercemar dan munculnya permasalahan sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai akibat buangan rumah tangga sehingga mengganggu tata guna sungai dan estetika . Demikian pula halnya yang terjadi di kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara ( Kawasan Kota Nagara ) yang masuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Propinsi Kalimantan Selatan yang dilalui Sungai Nagara. Dari segi sarana dan prasarana sanitasi daerah ini sangat kurang. Tujuan penelitian ini (a) menganalisis kebutuhan ideal sarana sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa. (b) Mengkaji strategi peningkatan sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa. Metodologi yang digunakan adalah Metode diskriptif untuk menganalisis beberapa aspek seperti : aspek teknis, aspek finansial, aspek sosial budaya, dan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai dasar pengambilan keputusan menentukan strategi alternatif. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan sarana dasar air bersih perlu ditingkatkan dengan SPT sebanyak 223 unit, sarana MCK sebanyak 261 unit, sarana Persampahan terdiri bak sebanyak 173 buah , Gerobak sebanyak 34 buah. Penentuan strategi peningkatan sanitasi lingkungan permukiman dengan tiga kreteria menghasilkan pembobotan yaitu kreteria Sosial Budaya ( nilai bobotnya 0,413 ) , kreteria finansial ( nilai bobotnya 0,327 ) dan, kreteria teknis ( nilai bobotnya 0,26), sedangkan prioritas strategi sesuai pembobotan adalah Terpadu 0,568, Gabungan 0,282, ataupun Sektoral 0,150 dengan melibatkan peran aktif warga lebih efektif. Untuk merealisasikan strategi dan semua rencana tindak peningkatan sanitasi lingkungan permukiman dibutuhkan program yang mendasar dan bertumpu pada masyarakat. Kata kunci : Bantaran Sungai , Lingkungan Permukiman, Sanitasi, ahp
PENDAHULUAN Secara umum yang dihadapi kota – kota di Indonesia adalah tentang sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai, yaitu menyangkut pengelolaan limbah padat, air bersih dan air limbah. Sejalan dengan upaya pemeliharaan dan peningkatan mutu lingkungan permukiman dan perlindungan kesehatan manusia. Kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara sebagai prioritas pengembangan wilayah barat dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan propinsi Kalimantan Selatan merupakan permukiman lama yang kurang tertata sebagai akibat topografi yang kurang
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
mendukung untuk dijadikan daerah permukiman yaitu daerah rawa pedalaman pasang surut air sungai baik sungai besar dan kecil . Dua kecamatan ini mempunyai luas wilayah 472,44 km² dengan jumlah penduduk 46.244 jiwa ( 11.338 KK ) untuk kecamatan Daha Selatan dan 268,11 km² dengan jumlah penduduk 29.770 jiwa ( 8.676 KK ) untuk kecamatan Daha Utara. Perilaku masyarakat dan kebiasaan akan menentukan kualitas sanitasi lingkungan permukiman karena air akan menentukan transmisi penyakit dan penyakit apa yang prevalen diantara mereka, masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan air sungai; sehingga penyakit bawaan air terjadi. Tetapi penyakit bawaan ini dapat terjadi akibat perilaku mereka terhadap air, penyakit bawaan air ini biasanya terindikasi adanya Legionella, E. Coli 0157. Lingkungan Permukiman di bantaran sungai daerah rawa masalah yang serius yakni mulai dari kurang prasarana dan sarana sanitasi, dimana masyarakat memanfaatkan sungai untuk kegiatan sehari hari . Hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan pribadi, badan air maupun lingkungan sekitarnya. Kejadian penyakit yang berhubungan dengan air di wilayah ini adalah data penyakit diare 17,06 %,desentri 1,68 %,penyakit kulit 13,23 % dari jumlah pasien rawat sebesar 3.881 pasien . Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan adalah berorientasi pada sebuah gagasan atau pemikiran sebagai upaya perbaikan dan peningkatan prasarana sanitasi lingkungan permukiman. Dengan berdasarkan tahapan identifikasi dan analisa permasalahan untuk mengkaji suatu strategi terhadap lingkungan permukiman yang berwawasan lingkungan, sehat dan berkelanjutan sehingga sanitasi lingkungan permukiman yang ideal dapat terwujud. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; No.
Kegiatan
1
Studi pendahuluan tentang sanitasi lingkungan permukiman dibantaran sungai daerah rawa 2 Analisis Data Data primer Data sekunder 3 Menentukan kriteria, subkreteria ,alternative strategi 4
Memberikan suatu rekomendasi berupa strategi peningkatan sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa.
Metode Studi literatur Evaluasi deskriptif
Evaluasi deskriptif dan studi literatur Analitycal hirarki proses ( AHP )
KONDISI PERMUKIMAN DIBANTARAN SUNGAI DAERAH RAWA Kondisi lingkungan permukiman pinggir sungai Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan rumah panggung di kawasan rawa lebak, teridentifikasi terhadap aspek teknis maupun aspek sosial menampakkan kondisi yang kurang sehat. Pola tata ruang yang tidak teratur dan topografi lahan yang tidak sesuai untuk bangunan perumahan diwilayah ini rata-rata tidak memiliki halaman maupun ruang untuk bermain. Pola dan tipe perumahan masyarakat dibantaran sungai dan daerah rawa adalah tipe rumah panggung dengan tiang rumah dan titian dari kayu besi ( ulin ) digambarkan dengan sketsa berikut ini :
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Titian Kayu WC lansung sungai
WC rumah Permukaan Jalan aspal septiktank 2,5 m
Level Muka Ai Sungai 4m
Level Tanah permukaan Lahan rawa
Sungai Negara
Level dasar Sungai
Tiang pancang ulin
Gambar 1. Sketsa tipe rumah di bantaran sungai dan rawa
Kawasan Nagara ( Kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara ) yang merupakan prioritas pengembangan wilayah barat terdapat daerahnya banyak sungai dan rawa. Sungai terbesar adalah sungai nagara dengan lebar ±200 m yang membelah dua kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara, disamping dua sungai besar tersebut terdapat lagi sungai-sungai kecil sebagai anak sungai yang melintasi permukiman penduduk dengan lebar antar 3-4 meter. Sungai-sungai ini merupakan akses yang digunakan penduduk untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan juga sebagai jalur transportasi. KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN Perkembangan penyakit yang ditimbulkan terutama oleh nyamuk, lalat dan bakteri pathogen, jenis penyakit yang ditimbulkan oleh kurangnya sirkulasi udara yang sehat, sinar matahari yang cukup dan gizi masyarakat yang kurang terpenuhi. Yang termasuk 4 (empat) penyakit terbesar dikedua kawasan penelitian adalah ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut), Malaria, Diare dan Penyakit Kulit. Penyakit – penyakit tersebut merupakan penyakit spesifik yang diakibatkan karena kondisi permukiman dan lingkungan yang buruk. Pada saat peneliti berada dilokasi penelitian dan sedang wawancara terjadi kasus penduduk meninggal karena penyakit diare yaitu di puskesmas Bayanan Kecamatan Daha Selatan sebayak 1 orang. Ini menandakan buruknya perilaku serta kondisi sanitasi lingkungan permukiman daerah penelitian. Kesehatan lingkungan yang buruk ini dikarenakan sarana dan prasarana sanitasi lingkungan permukiman di daerah ini tidak memadai dan juga perilaku hidup yang kurang higienis yaitu menggunakan air sungai sebagai tempat mandi,cuci dan buang limbah serta buang sampah. KINERJA PENGELOLAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN 1. Air Bersih Penduduk Kawasan Nagara ini memanfaatkan air sungai untuk keperluan seharihari walaupun pelayanan Air Bersih PDAM telah ada di daerah ini. Dalam sebuah wawancara dengan penduduk setempat terungkap bahwa pendapat bahwa mereka telah menggunakan air sungai ini selama tinggal didaerah ini tidak pernah mempunyai keluhan yang berarti.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Gambar 2. Penduduk sedang mengambil air sungai dan rawa untuk mencuci terlihat kualitas air yang keruh pada musim kemarau
Pelayanan air bersih yang berasal dari PDAM skala IKK di wilayah ini dilayani oleh dua unit pengolahan yakni Unit IPA di desa Sungai Pinang dengan kapasitas 25 l/dt untuk wilayah kecamatan Daha Selatan yang dan unit IPA di desa Hakurung kapasitas 10 l/dt untuk wilayah Kecamatan Daha Utara kedua unit IPA tersebut didistribusikan dengan pipa PVC diameter 75 cm ke sambungan rumah yang berjumlah 2.862 buah. Jaringan distribusi air bersih oleh PDAM sudah mencakup seluruh lokasi penelitian, namun masih ada penduduk yang belum terlayani, ini dikarenakan masih ada penduduk yang belum mampu memasang sambungan rumah dari PDAM. Secara kontinuitas dan kualitas belum memadai dan merata karena aliran dari PDAM mengalir pada jam-jam tertentu saja. Dari hasil wawancara dengan pertanyaan dari mana air bersih diperoleh ada 148 jawaban, responden yang menjawab sumur pribadi 2,7 % , sumur umum tidak ada, sungai 42,57 % dan Air PDAM 54,73 %. Untuk peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih ini terutama untuk rumah tangga yang tidak mampu, maka perlu dengan SPT yang diperhitungkan setiap sumur pompa tangan dapat melayani 10 KK ( 40 penduduk ) diperhitungkan tiap desa perlu 536 unit SPT sedangkan Kran Umum atau Hidran umum yaitu dengan menyambung dengan pipa PDAM, dari prasarana tersebut diperhitungkan SR sebanyak 221 unit, KU sebanyak 15 unit, dan SPT sebanyak 223 unit . 2. Air Limbah Dari hasil survei yang dilakukan dikawasan permukiman Kecamatan Daha Selatan dan Daha Utara teridentifikasi bahwa sebagian besar penduduk tidak memiliki utilitas pribadi seperti WC dan Kamar Mandi karena budaya dan kebiasaan menggunakan sungai sudah sangat melekat. Kondisi terjadi disemua lokasi desa lokasi penelitian. Sistem pembuangan limbah rumah tangga di wilayah studi sampai saat ini sebagian kecil dengan sistem pembuangan limbah secara individual dan konvensional. Sistem individual menggunakan septiktank yang konstruksinya dari kayu ulin yang sengaja dibiarkan berlubang. Data yang didapat dimana air limbah dari Mandi, Cuci, Memasak terdapat 57 % dibuang kesungai atau rawa, Lain-lain 25 %, sedangkan yang telah membuang pada sumur resapan hanya 12 % dan dibuang ke halaman atau dibawah rumah 4% disusul dibuang pada selokan alami tanpa bangunan permanen 2 %.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Gambar 3. Lingkungan permukiman dibantaran sungai .
Analisis Kebutuhan MCK Permasalahan lain yang timbul adalah ketersediaan lahan yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan MCK dan Septiktank komunal yang sulit untuk dicari, pemenuhan akan kebutuhan area ini biasanya hanya berharap pada kesediaan penduduk yang mempunyai tanah yang lebih untuk dimanfaatkan bersama. Analisis kebutuhan Pembangunan MCK, untuk masing – masing kawasan permukiman dapat dihitung sebagai berikut : Kebutuhan ideal MCK umum = Jumlah Penduduk : standar minimal (60 jiwa / unit ), maka kebutuhan sarana MCK untuk kawasan Nagara sebanyak 261 unit dari jumlah penduduk 15.617 jiwa. 3. Persampahan a. Volume Timbulan Sampah Volume timbulan sampah dapat dihitung berdasarkan jumlah dan tingkat kepadatan penduduk yang dilayani serta cakupan wilayah pelayanan. Untuk Kawasan Nagara, sesuai jumlah penduduknya termasuk kota kecil, maka sesuai dengan SK.SNI04-1993-03, laju timbulan sampah ditetapkan sebagai berikut : - Sampah Domestik = 2,00 ltr / orang / hari - Sampah Non Domestik = 1,00 ltr / orang / hari Hasil perhitungan volume sampah Kawasan Nagara menunjukkan timbulan sampah domestik sebanyak 31,23 m³/hari dan sampah non domestik 15,62 m³/hari . Untuk antisipasi timbulnya permasalahan lebih lanjut melimpahnya sampah dan terjadinya pencemaran oleh sampah pada badan air di lokasi penelitian adalah dengan menyediakan fasilitas persampahan. Standar fasilitas persampahan meliputi bak penampungan sampah ( pewadahan ) untuk 1 unit bak sampah dirancang untuk kebutuhan 2 Ha areal permukiman. Sehingga untuk menentukan jumlah bak yang ideal untuk suatu kawasan permukiman dihitung berdasarkan Luas Kawasan Permukiman dibagi 2. Untuk mendukung penanganan sampah tersebut, maka untuk mengangkut sampah dari tiap rumah tangga ke bak-bak sampah berjumlah 173 buah tersebut harus ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
disediakan gerobak pengangkut sampah sebanyak 34 buah . Gerobak sampah ideal memiliki kapasitas setiap unitnya adalah 2 m³ untuk melayani 120 KK. Studi Analisis Hirarki Proses ( AHP ) Model hirarki analisis ini adalah : Menentukan strategi peningkatan sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa
Tujuan Kriteria Aspek Teknik
Aspek Finansial / Ekonomi
Aspek Sosial Budaya
Subkriteria 1. Kondisi Prasarana dan Sarana 2. Luas Layanan 3. Pemilihan teknologi
1. Sumber dana 2. Biaya infestasi 3. Biaya O dan P
1. Peranserta masyarakat 2. Kelembagaan 3. Tanggap Butuh
Alternatif strategi Sektoral
Gabungan
Terpadu
Gambar 4.Diagram AHP
Dengan jumlah pertanyaan 13 yang diajukan kepada responden menunjukkan nilai Inconsistency Ratio, ternyata 3 pertanyaan yang memiliki nilai inconsistency lebih kecil atau sama dengan 0,1 ( 10 % ). Nilai incosistency dapat dilihat pada Tabel berikut. Pertanyaan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
IR ( % )
13
13
01
05
25
13
13
25
13
13
05
13
21
Sedangkan hasil analisis perbandingan berpasangan menunjukkan bahwa tiga kreteria menghasilkan pembobotan yaitu kreteria Sosial Budaya ( nilai bobotnya 0,413 ) , kreteria finansial ( nilai bobotnya 0,327 ) dan, kreteria teknis ( nilai bobotnya 0,26), sedangkan prioritas strategi sesuai pembobotan adalah konsep strategi Terpadu ( nilai bobotnya 0,568 ), Gabungan ( nilai bobotnya 0,282 ), ataupun Sektoral ( nilai bobotnya 0,150 ) KESIMPULAN 1) Untuk menangani sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa dibutuhkan perubahan perilaku masyarakat setempat. 2) Penanganan sanitasi lingkungan permukiman dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang ideal sesuai perhitungan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan demikian diharapkan kualitas lingkungan akan meningkat, demikian juga kualitas hidup serta kehidupannya akan naik.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
3) Masyarakat diajak ikut serta aktif sebagai pelaku utama, sejak survai pendahuluan sampai dengan perencanaan dan pelaksanaan. 4) Dari hasil Analisa Hirarki Process dapat disimpulkan bahwa : a. Penentuan penanganan sanitasi lingkungan permukiman di bantaran sungai daerah rawa menggunakan tiga kreteria dengan nilai hasil pembobotan yaitu : -. Kreteria Sosial Budaya ( nilai bobot 0,413) -. Kreteria Finansial ( nilai bobot 0,327 ) -. Kreteria Teknis ( nilai bobot 0,26) b. Penentuan strategi berdasarkan kreteria dan subkreteria dari seluruh stekeholder menunjukkan perioritas adalah : Strategi Terpadu ( nilai bobot 0,568 ), Strategi Gabungan ( nilai bobot 0,282), Strategi Sektoral ( nilai bobot 0,150). 5) Untuk merealisasikan semua rencana tindak peningkatan sanitasi lingkungan permukiman dibutuhkan program yang mendasar dan bertumpu pada masyarakat seperti program Sanimas ataupun Pamsimas.
DAFTAR PUSTAKA Bianpoen (1991), Penataan Kota dari Permukiman Buruk, JIIS, Nomor 1,9-22. Departemen PU, Dirjen Cipta Karya (1999), Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Ke–PU-an di Perkotaan dan Pedesaan, Jakarta. Departemen PU, Dirjen Cipta Karya (1996), Pedoman Teknis Pelaksanaan Pembangunan Komponen Prasarana dan Sarana Dasar (PSD), Jakarta. Direktorat Bina Tata Perkotaan dan Pedesaan, Cipta Karya, DPU (1996), ”Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Tepi Air di Indonesia”, Dinas Perumahan DKI Jakarta (2006), ” Sehat Dari Aspek Perumahan,” Gunadi K.H (2005),” Masyarakat Banjar Dan Lingkungan Aquatik,” Judohusodo, S. (1990), Rumah untuk seluruh rakyat, Yayasan Padamu Negeri, Jakarta. Judohusodo, S. (1991), Tumbuhnva Permukiman-permukiman Liar di Kawasan Perkotaan, JHS, Nomor I. Surakhmad, Winarno (1998), ”Pengantar Penelitian Ilmiah”, Tarsito, Bandung Saaty, Thomas L ( 1993 ), Pengambila Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Bustaman Binama Pressindo, Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
ISBN : 978-979-99735-4-2 D-20-11