STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA VIRTUAL (Kasus: Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
RINALDY YUSUF I34063282
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT This study is about the effectiveness of agribusiness corporate brand image strategy which doing by PT. Plantera on virtual media and related factors. This study use quantitative approach with survey method and supported by qualitative data. Respondent is people who already visited Plantera Fruit Paradise Ngebruk’s fan page on Facebook and then decided to came to the Plantera. This study focused on relation between respondent’s social economic characteristics (gender, age, level education, and level income), public perception about the corporate, and corporate brand image strategy on Facebook Fan Page with the effectiveness itself. Based on result, from four social economic characteristics on respondent (gender, age, level education, level income) only level education, level income, and age of respondent that have relation with the effectiveness of corporate brand image strategy on Facebook Fan Page. Public perception about the corporate and corporate brand image strategy also related to the effectiveness. The conclusion of this study is the corporate brand image strategy which doing by PT. Plantera is well done and had an effective result on it’s implementation. . Keywords:Brand Image, Strategy, Facebook, Fan Page, Agribusiness
RINGKASAN RINALDY YUSUF. STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA VIRTUAL (Kasus: Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal) (Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH). Media virtual atau yang lebih dikenal sebagai internet kini telah menjadi media komunikasi yang populer di Indonesia. Menurut data tahun 2009, Indonesia menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah pengguna (user) sebanyak 25 juta orang. Sebagian besar diantaranya merupakan penggerak jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, dan lain-lain. User di Indonesia umumnya berasal dari generasi muda terdidik (well-educated). Di tahun 2009, untuk jejaring sosial Facebook, user di Indonesia termasuk user Facebook terbesar keempat di dunia dengan pengguna aktif sejumlah 5.949.740 orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Akibatnya, beberapa perusahaan barang dan jasa di Indonesia akhir-akhir ini mulai melirik dan menggunakan salah satu layanan virtual di Facebook yaitu Fan Page (Laman Penggemar di Facebook atau LPF) untuk mempromosikan produk dan brand mereka kepada publik eksternalnya dikarenakan potensi besar jumlah massa atau publik yang akan dihadapi. Laman Penggemar di Facebook atau LPF memiliki sejumlah kelebihan di antaranya adalah kemudahan akses karena sebagian besar pengguna media virtual di Indonesia memiliki akun Facebook. Update dan berbagi informasi (foto, berita, dan video) juga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Artinya, perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan dan menciptakan citra perusahaan secara lebih efektif dan lebih murah. Meski demikian, perusahaan harus tetap mewaspadai sisi negatif yang muncul. Seperti halnya citra positif yang mudah dan cepat terwujud, citra negatif juga dapat terjadi dengan segera. Informasi yang negatif tentang perusahaan dapat tersebar sama cepat dan sama luas jangkauannya. Selain itu ternyata data di lapangan menunjukkan jumlah perusahaan pertanian terutama di bidang agribisnis yang menggunakan LPF masih dapat dihitung dengan jari. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui apakah strategi pencitraan perusahaan melalui LPF memang efektif dan tepat sasaran kepada publik eksternalnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise yang dilakukan PT. Plantera sebagai salah satu perusahaan agribisnis di Jawa Tengah dengan produknya Plantera Fruit Paradise. Selain itu, skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui media virtualnya dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keefektifan strategi pencitraan tersebut. Dari faktor-faktor yang berhubungan, perusahaan kemudian dapat menyusun atau memperkuat strategi pencitraan yang lebih efektif dalam menghadapi perkembangan zaman dan persaingan pasar. Penelitian ini dilaksanakan di lokasi kebun buah Plantera Fruit Paradise dan di Laman Penggemar (Fan Page) milik Plantera Fruit Paradise Ngebruk di Facebook (LPF). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung Plantera Fruit Paradise yang telah mengunjungi LPF sebanyak 40
orang responden terbagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok responden yang mengunjungi pada hari kerja (responden hari kerja) dan yang mengunjungi pada hari libur (responden hari libur). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF telah cukup efektif dengan hasil yang baik pada ketiga aspek yaitu aspek kognisi, afeksi, dan konasi. Ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF umumnya memiliki hubungan dan hubungan bersifat positif, kecuali pada beberapa aspek. Variabel jenis kelamin kedua kelompok responden (responden hari kerja maupun hari libur) ditemukan tidak berhubungan dengan tiga aspek efektivitas strategi pencitraan melalui LPF yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Sementara kredibilitas perusahaan dan strategi pencitraan tidak berhubungan dengan salah satu aspek yaitu aspek kognisi dan hanya terjadi pada kelompok responden hari libur. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF pada kedua kelompok responden. Artinya, pemahaman (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan berperilaku (konasi) pada tiap jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) terhadap Plantera adalah sama. Usia publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang usia, pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi usia responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Tingkat pendidikan publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang pendidikan, pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Tingkat pendapatan publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap tingkat pendapatan, pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Kredibilitas perusahaan juga ditemukan berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF yaitu pada aspek afeksi dan aspek konasi untuk kedua kelompok responden. Artinya, pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai kredibilitas perusahaan, perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda pula. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin baik responden menilai kredibilitas perusahaan maka semakin baik pula perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Pada responden hari kerja, kredibilitas perusahaan juga ditemukan berhubungan dengan aspek pemahaman. Hubungannya juga positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap kredibilitas perusahaan maka semakin baik pemahaman responden terhadap Plantera. Sementara pada responden hari libur, kredibilitas perusahaan
ditemukan tidak berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai kredibilitas perusahaan, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan tidak berbeda atau sama. Strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF yaitu pada aspek afeksi dan aspek konasi untuk kedua kelompok responden. Artinya, pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera ditemukan berbeda pula. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin baik responden menilai strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula perasaan dan kecenderungan berperilaku responden terhadap Plantera. Pada responden hari kerja, strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan aspek pemahaman. Hubungannya juga positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula pemahaman responden terhadap Plantera. Sementara pada responden hari libur, strategi pencitraan melalui LPF ditemukan tidak berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan tidak berbeda atau sama. Kesimpulan penelitian ini adalah mayoritas responden mencitrakan PT. Plantera dan Plantera Fruit Paradise secara positif sehingga dapat dikatakan bahwa strategi pencitraan perusahaan yang dilakukan Plantera melalui LPF berjalan dengan efektif. Akan tetapi, perusahaan tetap perlu gencar mempromosikan Plantera di media promosi yang lain untuk menjaring konsumen yang lebih banyak dan mempertimbangkan untuk segera memiliki website pribadi yang mengadopsi kelebihan-kelebihan LPF dan bersifat lebih informatif dan lebih interaktif dalam penerapannya. Plantera diharapkan menambah fasilitas yang menarik bagi konsumen yang berumur dewasa awal. Fasilitas yang dapat ditambahkan dapat area hot-spot atau adventure games yang lebih cocok bagi konsumen berumur dewasa awal yang masih berjiwa bebas, menyukai petualangan, dan canggih. Plantera juga perlu mempertahankan reputasi dan kredibilitas yang dimiliki selama ini di mata responden. Karena hal tersebut merupakan modal penting untuk dapat bertahan di dunia bisnis agrowisata.
STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA VIRTUAL (Kasus: Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
RINALDY YUSUF
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Judul
: Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)
Nama Mahasiswa
: Rinaldy Yusuf
Nomor Mahasiswa
: I34063282
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi NIP. 19690108 199303 2 001
Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS MELALUI MEDIA
VIRTUAL
(KASUS
PLANTERA
FRUIT
PARADISE,
PT.
PLANTERA, KEBUN NGEBRUK, DESA SIDOKUMPUL, PATEAN, KABUPATEN
KENDAL)”
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2011
Rinaldy Yusuf I34063282
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 2 Januari 1989 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara, putra pasangan H. Mamat Rachmat dan Hj. Elly Amalia. Penulis telah menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 01 Plamongansari pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 09 pada tahun 2003 serta Sekolah Menengah Umum Negeri 02 pada tahun 2006 yang ketiganya berada di Kota Semarang. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Insitut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Kemudian, pada tahun berikutnya memasuki Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat setelah melalui seleksi mayor minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan di kampus dalam Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai staf Divisi Advertising dan Multimedia selama tahun 2008-2009, mengikuti kepanitiaan INDEX (Indonesian Ecology Expo) sebagai staf Divisi Publikasi dan Dokumentasi pada tahun 2007-2008 serta kepanitiaan COMMNEX (Community and Communication Expo) 2 sebagai koordinator Divisi Publikasi dan Dokumentasi pada tahun 2008-2009. Penulis juga aktif sebagai staf Pendidikan dan Penyuluhan dalam Program SAMISAENA (Desa Mitra Fakultas Ekologi Manusia) BEM FEMA pada tahun 2007-2008.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)”. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise yang dilakukan oleh perusahaan agribisnis, PT. Plantera selama ini. Selain itu, skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan strategi pencitraan tersebut melalui media virtualnya yaitu Laman Penggemar di Facebook atau Facebook Fan Page dan faktor-faktor yang berhubungan. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi masukan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Bogor, Januari 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Pencitraan Perusahaan Agribisnis melalui Media Virtual (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang membantu dalam berbagai hal dari masa awal penulisan hingga akhir penulisan. Untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1.
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan.
2.
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama dan Heru Purwandari, S.P, MSi sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakarat atas kesediaanya untuk menguji skripsi ini dan memberikan masukan yang berarti.
3.
Ayah dan Ibu tercinta, H. Mamat Rachmat dan Hj. Elly Amalia atas bantuan doa, keikhlasan dan perhatiaannya. Juga untuk saudara-saudaraku yang senantiasa mengingatkan dan memberi dukungan semangat: Aa’ Ardan dan Teteh Tessy.
4.
Yang tercinta dan selalu dirindukan, Aritha Winta Tarigan, yang selalu memberikan doa, semangat, dan kekuatan bagi penulis.
5.
Bapak Budi Darmawan sebagai General Manager dari PT. Cengkeh Zanzibar, Bapak Ronny Renaldy sebagai Manager HRD, Ibu Lusika Yulianti sebagai Manager Agrowisata PT. Plantera, serta Keluarga Fatchur yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian di Plantera.
6.
KPM 43 (Alliyatur Ropiah, Arlita Puji Widiameiga, Karunia Wisdaningtyas, Handrisyah Ghiffari, Syaiful Bahri, Sri Arma Sepriani, dll) atas dukungan semangat, perhatian, dan juga kenangan manis yang semoga tidak akan terlupakan.
7.
Dendi Wijaya, si Alma 38, dan, Abdillah Apri Sudarmanto alias Bedhil (KPM 43) sebagai suhu SPSS termantap, serta senior-senior Wisma Alma Balebak lainnya atas bantuan bantuan mie instan dan air galon yang jadi bahan makanan dan minuman darurat selama tanggal tua.
8.
Lussi Susanti (KPM 42) yang telah banyak membantu terutama dalam hal literatur dan beberapa contoh proposal penelitian.
9.
Sahabat-sahabat Facebook dan Twitter (@bayutarigan, @irenanggita, @suzyant, @indriani_nty, @ndiamiranda, @tiataviani, @ruaien, @niawcchi, dan @iqbaluz) atas hiburan kala malam disaat suntuk mengerjakan studi pustaka, proposal penelitian hingga skripsi.
10. Petugas Perpustakaan Pusat IPB (LSI) yang telah menjaga literatur tetap pada tempatnya dan menjaga ketenangan di LSI serta atas dedikasi dan keuletan kerjanya. 11. Serta sejumlah pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam hal apapun sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Bogor,
Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Daftar Tabel ........................................................................................................ v Daftar Gambar ..................................................................................................... ix BAB I .
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 4 BAB II.
PENDEKATAN TEORITIS ......................................................... 5
2.1. Tinjauan Pustaka........................................................................................ 5 2.1.1. Public Relations ............................................................................. 5 2.1.2. Strategi PR ..................................................................................... 7 2.1.3. Cara PR meningkatkan Citra Perusahaan melalui Media .............. 9 2.1.4. Media Virtual ................................................................................. 10 2.1.4.1. Definisi Media Virtual ..................................................... 10 2.1.4.2. Perbandingan Media Virtual dengan Media Klasik ........ 11 2.1.5. Laman Penggemar di Facebook (Facebook Fan Page) ................ 14 2.1.6. Konsep Agrowisata ........................................................................ 15 2.2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 16 2.3. Hipotesis Uji .............................................................................................. 19 2.4. Definisi Operasional .................................................................................. 19 BAB III.
PENDEKATAN LAPANG ............................................................ 22
3.1. Metode Penelitian ...................................................................................... 22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 22 3.3. Teknik Pengambilan Responden dan Informan......................................... 23 3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 24 BAB IV.
PROFIL LOKASI PENELITIAN ................................................ 25
4.1. Sejarah Berdirinya PT. Cengkeh Zanzibar dan Plantera ........................... 25 4.2. Visi dan Misi Plantera ............................................................................... 26 4.3. Struktur Organisasi Plantera ...................................................................... 26 4.4. Produk Plantera Fruit Paradise ................................................................. 27
BAB V.
KARAKTERISTIK RESPONDEN .............................................. 29
5.1. Jenis Kelamin ............................................................................................ 29 5.2. Usia ............................................................................................................ 29 5.3. Tingkat Pendidikan .................................................................................... 30 5.4. Tingkat Pendapatan ................................................................................... 31 BAB VI.
KREDIBILITAS PERUSAHAAN ................................................ 33
BAB VII. STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF .............................................................................. 35 7.1. Segmentasi Pasar Produk........................................................................... 35 7.2. Strategi Dasar Plantera Fruit Paradise Terhadap Citra Perusahaan ......... 35 7.2.1. Tujuan Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise ...................... 35 7.2.2. Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise Melalui LPF ............. 36 BAB VIII. EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF ............................................ 40 8.1. Aspek Kognitif .......................................................................................... 40 8.2. Aspek Afektif ............................................................................................ 41 8.3. Aspek Konatif ............................................................................................ 42 BAB IX.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PUBLIK SASARAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF .................................................. 44
9.1. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ................................................................ 44 9.1.1. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif ......................................................................................... 44 9.1.2. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ............................................................................................ 45 9.1.3. Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ........................................................................................... 46 9.2. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ............................................................................. 47 9.2.1. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif ... 47 9.2.2. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ...... 49 9.2.3. Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ...... 50 9.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ................................................................ 52
9.3.1. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif .............................................................................. 52 9.3.2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ................................................................................. 54 9.3.3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ................................................................................ 55 9.4. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ................................................................ 57 9.4.1. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Kognitif .............................................................................. 57 9.4.2. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Afektif ................................................................................. 59 9.4.3. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Konatif ................................................................................ 61 BAB X.
HUBUNGAN ANTARA KREDIBILITAS PERUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF .............................................................................. 63
10.1. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ............................................................................. 63 10.1.1. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Kognitif ......................................................................................... 63 10.1.2. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Afektif. 64 10.1.3. Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Konatif 66 BAB XI.
HUBUNGAN ANTARA STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF .................................................. 69
11.1. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF ................................................................ 69 11.1.1. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Aspek Kognitif ......................................................................................... 69 11.1.2. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Aspek Afektif ............................................................................................ 70 11.1.3. Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Aspek Konatif ........................................................................................... 72 BAB XII. PENUTUP......................................................................................... 74 12.1. Kesimpulan ................................................................................................ 74 12.2. Saran .......................................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76 LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................. 29
Tabel 2.
Persentase Responden Hari Libur menurut Usia, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................. 30
Tabel 3.
Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. .......................................... 30
Tabel 4.
Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ........................................... 31
Tabel 5.
Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 31
Tabel 6.
Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Tingkat Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 32
Tabel 7.
Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kredibilitas Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ....................... 33
Tabel 8.
Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kredibilitas Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ....................... 33
Tabel 9.
Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Strategi Pencitraan melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ..................... 38
Tabel 10. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Strategi Pencitraan melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ..................... 38 Tabel 11. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kognisi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 40 Tabel 12. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kognisi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 41 Tabel 13. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Afeksi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 42 Tabel 14. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Afeksi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 42 Tabel 15. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Konasi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 43 Tabel 16. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Konasi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ...... 43 Tabel 17. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ................. 44 Tabel 18. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ................. 45
Tabel 19. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ................... 45 Tabel 20. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ................... 46 Tabel 21. Persentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................. 46 Tabel 22. Persentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................. 47 Tabel 23. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 48 Tabel 24. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 48 Tabel 25. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 49 Tabel 26. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 50 Tabel 27. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 51 Tabel 28. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 51 Tabel 29. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 52 Tabel 30. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 53 Tabel 31. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 54 Tabel 32. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 55 Tabel 33. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 56 Tabel 34. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 56 Tabel 35. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 58 Tabel 36. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .......... 58 Tabel 37. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 59 Tabel 38. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 60
Tabel 39. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 61 Tabel 40. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 ............ 62 Tabel 41. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 63 Tabel 42. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 64 Tabel 43. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 65 Tabel 44. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 65 Tabel 45. Persentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 66 Tabel 46. Persentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 67 Tabel 47. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................. 68 Tabel 48. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................. 69 Tabel 49. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 70 Tabel 50. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 70 Tabel 51. Persentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 71 Tabel 52. Persentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 .................................................................................................. 72
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi sumber daya alam yang
begitu besar. Sumber daya alam begitu berlimpah dan sebagian besar tanah di wilayah Indonesia cukup subur namun masih saja terasa kesenjangan ekonomi yang begitu besar antara desa-kota. Kesenjangan ekonomi tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi di kota yang begitu cepat dan sebaliknya di desa pertumbuhan ekonomi yang terasa sangat lambat. Hal tersebut berdampak pada masyarakat desa sehingga mereka selalu kekurangan informasi, ketiadaan tenaga kerja di desa, akses yang terbatas terhadap sumberdaya, dan berujung pada rendahnya kesejahteraan hidup. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengembangkan potensi lahan pertanian dalam kegiatan agrowisata. Wisata agro atau juga dikenal sebagai agrowisata merupakan kegiatan penggabungan kegiatan budidaya pertanian dengan pariwisata yang dikemas dalam paket wisata sesuai SK Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata Pos
dan
Telekomunikasi
No.
KM
47/PW.DVM/MPPT.88
dan
No.204/KPTS/HK.050/4/189 (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999). Wisata agro membutuhkan suatu kawasan pertanian yang memiliki keunikan dan kekhasan komoditas sehingga pengembangannya merupakan bagian dari pengembangan kawasan agrowisata. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat mengatasi kesenjangan pembangunan desa-kota melalui transformasi ketenagakerjaan, sosial, budaya, dan terutama ekonomi. Potensi agrowisata juga dapat menjadi alternatif atas keterbatasan lahan dan kejenuhan pembangunan obyek wisata di wilayah perkotaan. Akan tetapi, permasalahan berikutnya adalah aliran informasi menjadi tidak lancar dan menyebabkan sejumlah lokasi agrowisata kurang dikenal masyarakat. Hal ini disebabkan oleh letak lokasi agrowisata yang umumnya jauh dari perkotaan. Perusahaan-perusahaan agrowisata membutuhkan kegiatan promosi dan publikasi yang baik agar mereka dapat bertahan dan mengatasi tantangan dari perusahaan agrowisata saingan.
2
Strategi pencitraan atau publikasi yang kemudian direkomendasikan oleh banyak pihak di dunia bisnis (marketing & advertising) saat ini yaitu strategi pencitraan melalui internet atau media virtual. Media virtual menurut Haque et. al (2006) adalah media persilangan (hybrid) yang dapat mengkombinasikan semua tiga strategi komunikasi yang ada yaitu komunikasi massa, komunikasi interpersonal dan komunikasi melalui perantaraan mesin (machine underactivity communication). Media virtual menghapus batasan jarak dan waktu sehingga informasi dapat menyebar lebih luas dan lebih mudah diakses oleh lebih banyak massa. Oleh karena keunggulan tersebut, Internet Advertising (IA) dan Internet Branding (IB) menjadi alternatif strategi pencitraan dan mulai banyak diterapkan oleh sejumlah perusahaan di dalam maupun luar negeri. Berkat adanya media virtual, perusahaan dapat mencapai konsumen yang lebih luas dan menjaga kekuatan brand mereka di pasaran. Di Indonesia, pengguna media virtual pun kian hari kian bertambah banyak. Menurut data tahun 20091, Indonesia kini menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah pengguna media virtual sebanyak 25 Juta orang. Sebagian besar di antaranya merupakan penggerak jejaring sosial seperti Facebook yang termasuk kelompok generasi muda terdidik (well-educated). Pengguna Facebook di Indonesia menurut data statistik tahun 20092, termasuk dalam rangking tujuh besar jumlah pengguna Facebook di seluruh dunia dengan pengguna aktif mencapai 5.949.740 pengguna. Bentuk penggunaan media virtual yang mulai banyak dilakukan oleh kalangan bisnis saat ini yaitu strategi pencitraan melalui Fan Page Facebook atau Laman Penggemar Facebook (LPF). LPF memiliki sejumlah kelebihan di antaranya adalah kemudahan akses karena sebagian besar pengguna media virtual di Indonesia memiliki akun Facebook. Update dan berbagi informasi (foto, berita, dan video) juga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Artinya, perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan dan menciptakan citra perusahaan secara lebih efektif dan lebih murah. Meski demikian, perusahaan harus tetap mewaspadai sisi negatif yang muncul. Seperti halnya citra positif yang 1
Heryanto,2009. Ruang Publik Komunitas Virtual. http://www.uinjkt.ac.id/index.php/sectionblog/28-artikel/1117-ruang-publik-komunitas-virtual.html, diakses 10 Juni 2010 pukul 19.43 WIB. 2 Ibid.
3
mudah dan cepat terwujud, citra negatif juga dapat terjadi dengan cepat dan mudah. Informasi yang negatif tentang perusahaan dapat tersebar sama cepat dan sama luas jangkauannya. Salah satu perusahaan agribisnis yang berlokasi di Jawa Tengah yaitu PT. Plantera, sejak 2008 juga telah menggunakan media virtual ini (LPF). PT. Plantera memanfaatkan secara intensif LPF yang dikelolanya di laman “Plantera Fruit Paradise Ngebruk” untuk mempromosikan produk andalannya yaitu, Plantera Fruit Paradise. Plantera Fruit Paradise yang dikelola PT. Plantera merupakan kebun buah terbesar pertama di Jawa Tengah. Kebun buah yang baru saja dibuka pada akhir tahun 2008 ini menempati lahan seluas 210 hektar yang dahulunya adalah lahan yang ditanami cengkeh. Oleh karena terbilang masih baru, maka mutlak dilakukan strategi promosi dan publikasi yang efektif. Pihak manajemen Plantera kemudian merasa media virtual yang satu ini cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan dari Plantera kepada massa/publik sasaran Plantera secara massal dan instan. Sebelumnya promosi dilakukan melalui media massa dan media elektronik namun biaya dan keefektifannya tidak sebanding dengan dana yang dikucurkan untuk strategi tersebut. Sementara pencitraan melalui LPF lebih mudah dan lebih murah. Penggunaan LPF merupakan cara yang dapat dikatakan masih baru dan masih jarang dilakukan dalam strategi promosi barang atau jasa serta strategi pencitraan sebuah perusahaan di dunia maya. Selama ini, promosi dilakukan melalui virtual banner, ad space atau memasang hyperlink web di beberapa situs. Namun, cara ini dianggap kurang efektif karena kurang menyentuh massa dalam jumlah banyak dan kurang interaktif. Lalu, penggunaan LPF mulai dilirik sebagai saluran atau media bagi perusahaan yang ingin mempromosikan produknya baik jasa maupun barang atau sebagai media interaksi dengan konsumennya. Akan tetapi, langkah penggunaan LPF sebagai media promosi dan pencitraan Plantera dan pembangunan pertanian di Indonesia pada umumnya, sepatutnya perlu diperhitungkan. Tidak hanya perusahaan-perusahaan besar, namun petani dan koperasi-koperasi pertanian dapat menerapkan strategi tersebut pada promosi dan pencitraan produk atau organisasi mereka.
4
Mengacu pada alasan yang telah disebutkan di atas maka strategi pencitraan melalui media virtual (LPF) yang dilakukan Plantera untuk promosi kebun agrowisatanya, menjadi menarik dan perlu untuk dikaji. 1.2
Perumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas strategi pencitraan perusahaan melalui LPF yang dilakukan oleh Plantera Fruit Paradise? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik publik sasaran dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF? 3. Bagaimana hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF? 4. Bagaimana hubungan strategi pencitraan perusahaan melalui LPF dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis keefektifan strategi pencitraan perusahaan melalui media LPF yang dilakukan Plantera kepada publik eksternalnya. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik publik sasaran dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF. 3. Menganalisis hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF. 4. Menganalisis hubungan antara strategi pencitraan perusahaan melalui LPF dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF. 1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan perbandingan
mengenai strategi pencitraan melalui media massa maupun media virtual yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini juga dapat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai strategi pencitraan perusahaan melalui media virtual terutama LPF bagi para akademisi dan peneliti. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan bagi PT. Plantera, dalam perencanaan dan perbaikan strategi pencitraan perusahaan melalui media virtual kedepannya.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Public Relations Public Relations atau PR mengacu pada sebuah konsep yaitu proses komunikasi dua arah antara perusahaan dengan publiknya (internal maupun eksternal). Rumanti (2002) mengungkapkan PR adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik secara teratur antara organisasi dan publiknya. PR membantu manajemen dalam penyampaian informasi dan tanggap terhadap opini publik dan secara efektif memantau berbagai perubahan. Suhandang (2004) dalam Putri (2005) menyebutkan bahwa titik berat kegiatan PR adalah kepentingan dan kepercayaan publiknya. Effendy (1986) dalam Redjeki (2003) menyatakan bahwa PR memiliki tugas dan tanggung dan tanggung jawab membina hubungan dengan publik-publiknya, meliputi hubungan (dengan publik) internal (karyawan, pemegang saham dan pemasok) dan hubungan (dengan publik) eksternal (konsumen, pelanggan, komunitas, instansi pemerintah dan kalangan pers). Menurut Rumanti (2002), fungsi utama PR adalah sebagai berikut: 1. Menumbuh
dan
mengembangkan
hubungan
baik
antara
organisasi/perusahaan dengan publiknya, baik internal maupun eksternal. 2. Menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan meningkatkan partisipasi publik. 3. Menciptakan opini publik yang menguntungkan bagi organisasi/perusahaan dan publik. Adapun peran komunikasi dalam PR adalah: komunikasi dalam PR merupakan titik sentral, karena komunikasi dalam PR bersifat timbal balik, sehingga komunikasi tersebut merupakan proses integrasi antar manusia. PR menurut Djaja (1985) dalam Muplihah (2005) adalah juga komunikasi, dimana kegiatannya selalu diarahkan kepada usaha untuk mempengaruhi pendapat publik agar publik dapat bersikap, berpendapat dan bertingkah laku sesuai keinginan dari komunikator, dalam hal ini seorang pimpinan (top manager).
6
PR bila dilihat dari studi ilmu komunikasi adalah salah satu teknik komunikasi yang menitikberatkan kepada usaha untuk menumbuhkan suatu suasana kerjasama (good will) dan menciptakan saling pengertian (mutual understanding) antara publik yang berkepentingan untuk mencapai tujuan bersama dalam iklim yang saling menguntungkan. Berdasarkan pengertian tersebut kegiatan PR tidak sama dengan komunikasi publik. Walaupun dalam pelaksanaan kegiatannya, PR dapat menggunakan salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi publik organisasi dalam berhubungan dengan publiknya terutama publik internal. Menurut Gregory (2004) dalam Muplihah (2005) sasaran PR terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Publik aktif, adalah publik yang secara jelas dan tegas dinyatakan masyarakat dan cenderung bersifat menuntut untuk diperhatikan bahkan siap diolah untuk menjadi bahan pengambilan keputusan organisasi (terlibat secara aktif dalam persoalan-persoalan sosial/opini publik) atau kelompok yang mengambil tindakan terhadap suatu masalah. 2. Publik sadar, adalah kelompok yang mengenali adanya masalah. 3. Publik latent, adalah opini yang terpenting/masih belum tampak, karena dipandang wajar (masyarakat tahu, tetapi tidak perduli atau kelompok yang menghadapi masalah akibat tindakan suatu organisasi, namun mereka tidak menyadarinya. Dapat dikatakan bahwa yang terjadi publik ini akan sadar bila masalah tersebut telah berhubungan dengan kehidupannya). Opini latent dapat berubah menjadi opini publik yang efektif, bila mendapat bantahan/tantangan. Selain yang disebutkan di atas, publik dapat diperinci lagi menjadi dua macam (Muplihah, 2005), yaitu sebagai berikut: 1. Publik Intern adalah publik yang menjadi bagian dari perusahaan itu sendiri. Misalnya: Karyawan, pimpinan, pemegang saham, dan sebagainya. 2. Publik Ekstern adalah orang luar/masyarakat umum yang perlu mendapat informasi
dan
penerangan
demi
tumbuhnya
hubungan/kerjasama yang baik dari mereka.
perasaan
positif
dan
7
2.1.2 Strategi PR Strategi PR terletak pada cara dan kebijakan dalam mendekati kelompok publik sehingga mereka terbuka untuk menerima pesan tersebut (Muplihah, 2005). Strategi menjadi penting karena memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan, yang dapat membantu untuk mendapatkan hasil serta melihat jauh ke depan. Rencana jangka panjang inilah yang menjadi pegangan bagi para praktisi PR untuk menyusun berbagai rencana teknis, dan langkah komunikasi yang akan diambil sehari-hari. Untuk dapat bertindak secara strategis, kegiatan PR harus menyatu dengan visi dan misi perusahaannya. Dalam menjalankan strategi dan teknik manajemen PR, seorang (praktisi) PR harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan transaksi dengan menjalin berbagai hubungan yang bersifat kompleks (rumit) dan penting dalam organisasi perusahaan, yaitu: 1. PR harus memikirkan hubungan perusahaan dengan lingkungannya sendiri 2. PR harus bekerja sesuai dengan aturan perusahaan untuk mengembangkan pemecahan yang inovatif terhadap berbagai permasalah perusahaan 3. PR harus berpikir strategis 4. PR harus memiliki kemampuan mengukur hasil yang sudah diperoleh 5. PR harus menyatakan dengan jelas apa yang mereka ingin kerjakan, membuat pekerjaan secara sistematik, dan mengukur suatu keberhasilan. Empat hal yang harus diperhatikan oleh seorang praktisi PR menurut Rumanti (2002) adalah sebagai berikut: 1. Bahwa publik itu manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari berbagai pengaruh apa saja, 2. Manusia itu cenderung suka memperhatikan, membaca atau mendengarkan pesan yang dirasakan sesuai dengan kebutuhan atau sikap mereka, 3. Adanya berbagai media massa yang beragam, memberikan efek yang beragam pula bagi publiknya, 4. Media massa memberikan efek dengan variasi yang besar kepada publik atau perseorangan maupun kelompok. Tujuan dari setiap PR dapat bersifat khas dan berbeda-beda sesuai dengan publik sasaran yang dihadapi. Sehingga membutuhkan kemasan pesan yang
8
berbeda-beda melalui media yang lebih beragam dan teknik-teknik komunikasi yang lebih berbeda dengan periklanan. Untuk mencapai hal tersebut maka, katakata atau message (pesan) yang disampaikan komunikator harus mempunyai pengertian yang sama dengan komunikan agar dapat dimengertinya, sehingga komunikator akan mengetahui bagaimana reaksi dan respon dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Adapun strategi yang biasanya digunakan oleh PR adalah sebagai berikut: 1. Promosi Media Massa Promosi memiliki peran yang besar dalam membantu mensosialisasikan produk perusahaan di mata khalayak. Hubungan antara perusahaan dan publik sering dilakukan melalui promosi baik berupa iklan atau berupa pendekatan ke masyarakat melalui event yang disesuaikan dengan kebutuhan khalayak. Media mempunyai peranan penting dalam penyebaran informasi atau berita kepada publik eksternal. Media bukanlah semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai keinginan perusahaan untuk mendapatkan citra perusahaan yang lebih indah di mata publik. Tulisan-tulisan di dalam media massa atau siaran media elektronik dapat membentuk pendapat publik mengenai citra perusahaan tertentu. 2. Publisitas dalam kampanye PR Publisitas atau publikasi merupakan alat penting dalam kampanye PR, karena sangat berperan untuk menunjang keberhasilan kampanye. 3. Special Events Divisi PR memiliki kegiatan eksternal yang salah satunya adalah memproduksi special events sebagai promosi dengan pihak luar. Special events adalah salah satu kegiatan PR yang penting karena dalam penyelenggaraan acara tersebut dapat memancing minat dan partisipasi publik ekstern untuk ikut serta dan mampu memuaskan kesenangan publik yang ikut serta.
9
Menurut Ruslan (2000) dalam Muplihah (2005), perbedaan publikasi dan publisitas adalah sebagai berikut: 1. Publikasi dalam kampanye PR merupakan kegiatan untuk menceritakan atau menyampaikan sebanyak mungkin pesan atau informasi mengenai kegiatan perusahaan kepada publik eksternal. 2. Sementara itu, publisitas merupakan bentuk atau hasil yang telah diciptakan dari kegiatan, teknis dan proses media publikasi. Menurut Childs (t.b.) yang dikutip oleh Ruslan (2000), strategi PR untuk melakukan publikasi yaitu melakukan kerjasama dengan berbagai media massa dalam penyebaran pesan kampanye melalui publikasi suatu berita. Selain itu, menggunakan taktik merekayasa suatu berita dapat dilakukan agar menarik perhatian publik eksternal sehingga menciptakan publisitas yang menguntungkan. 2.1.3 Cara PR meningkatkan Citra Perusahaan melalui Media Citra adalah seperangkat ide dan kesan seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra obyek tersebut yang menampilkan kondisi terbaiknya (Ruslan, 2003). Suatu perusahaan harus melakukan analisis citra (image analysis) dalam mengetahui sejauhmana peranan PR dalam perusahaan tersebut. Analisis citra tersebut terdiri dari analisis terhadap khalayak sasaran yang memerlukan penilaian (tanggapan), peserta/publik tentang citra perusahaan, citra program, pelayanan jasa, penampilan pemberian pelayanan, dan para pesaingnya. Power (2005) menyebutkan citra perusahaan adalah citra keseluruhan dari kesatuan dari citra merek produk (product brand image), citra merek perusahaan (corporate brand image) dan citra pemimpin perusahaan. Citra dapat berbentuk positif dan negatif. Citra positif dapat terbentuk apabila publik mendapatkan informasi yang baik mengenai suatu perusahaan dan begitu sebaliknya untuk citra negatif. Citra tidak seyogyanya dipoles. Jefkins (1997) dalam Muplihah (2005) menyatakan pemolesan citra pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat PR itu sendiri. Hal ini juga dikarenakan citra yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Jefkins (1997) juga menambahkan hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra positif suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang
10
gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang keuangan yang pernah diraihnya, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan sebagainya. Keuntungan menggunakan PR adalah dapat membina citra hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan menekan citra buruk yang dapat terjadi. Ketika berkomunikasi dengan pihak eksternal (khalayak), PR memiliki strategi khusus dalam mencapai pembentukan citra positif sebagai sasaran perusahaan. PR dapat melakukan teleconference maupun press release atau menggunakan media. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Hamidi (2007) menyebutkan komunikasi dapat dikatakan efektif bila pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh komunikan, komunikan bersikap atau berperilaku seperti apa yang dikehendaki komunikator dan ada kesesuaian antarkomponen. Asumsi dalam teori tentang efektivitas pesan yaitu jika komunikasi diharapkan efektif maka pesan-pesannya perlu dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai atau merupakan kebutuhan komunikan, menarik perhatian, simbol yang mudah dipahami dan cara memperoleh yang mudah. Apabila PR memperhatikan hal tersebut maka bukan tidak mungkin citra positif perusahaan akan terbentuk di benak publik sasaran atau dengan kata lain strategi pencitraan dapat efektif. 2.1.4 Media Virtual 2.1.4.1 Definisi Media Virtual Media virtual atau biasa disebut internet menurut Rozi (2009) adalah jaringan komputer dengan skala dunia. Sementara media virtual sebagai media komunikasi menurut Haque et. al (2006) adalah media persilangan (hybrid) yang dapat mengkombinasikan semua tiga strategi komunikasi yang ada yaitu komunikasi massa, komunikasi interpersonal dan komunikasi melalui perantaraan mesin (machine underactivity communication). Media virtual muncul pada penghujung abad 21 dan menjadi begitu diminati oleh masyarakat dunia. Sejumlah fasilitas yang diberikan oleh media virtual yaitu: browsing, berkirim surat elektronik (email), berkomunikasi interaktif (chatting), transfer file, blogging, dan lainnya.
11
Menurut Sosiawan (2001), media virtual ternyata bukan sekedar menjadi alternatif media komunikasi saja, tetapi juga ikut membentuk pola-pola komunikasi baru. Bentuk atau pola komunikasi baru tersebut antara lain: sifat komunikasi bermedia berubah menjadi komunikasi yang interaktif, sifat komunikasi tidak lagi selalu synchronorous tetapi dapat pula bersifat asynchronorous, jarak ruang, waktu antara pengirim dan penerima pesan menjadi keniscayaan untuk semakin tipis, serta konteks komunikasi berlangsung dalam dunia maya atau virtual. 2.1.4.2 Perbandingan Media Virtual dengan Media Klasik1 Perbedaan media virtual dibandingkan media klasik dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari penggunaannya oleh komunikan atau komunikator dan sisi karakteristik media virtual sebagai media komunikasi. Perbandingan tersebut antara lain: A. Perbedaan dari sisi penggunaan oleh komunikan dan komunikator 1. Penggunaan media virtual sebagai medium untuk berkomunikasi menuntut penggunanya memiliki pengetahuan cara menggunakan software komputer secara umum dan software aplikasi media virtual secara khusus. Disini berarti terdapat penggunaan dan pengembangan kognisi dari pengguna media virtual. Semula penggunaan media komunikasi klasik oleh pengguna
bersifat
pasif
sedangkan
penggunaan
media
virtual
“memaksakan” penggunanya memiliki kemampuan intelegensi dalam menggunakan media virtual. 2. Komunikasi dalam media virtual memiliki konteks komunikasi massa tetapi juga membentuk komunikasi personal dalam jumlah banyak yaitu: bahwa pengguna media virtual dalam melakukan komunikasi berhadapan dengan pengguna lain dalam jumlah banyak yang masing-masing berperan sebagai komunikator dan komunikan. 3. Sifat dan bentuk pesan-pesan yang disampaikan melalui semua media komunikasi klasik, dimiliki oleh medium media virtual. Artinya dalam media virtual pengiriman pesan menggunakan berbagai bentuk seperti teks, grafis, video dan suara.
1
Seluruh sub-bab ini dikutip dari Sosiawan (2001)
12
4. Komunikasi melalui media virtual memungkinkan terjadinya komunikasi antar berbagai personal yang rentang perbedaan baik secara sosiologis maupun budaya sangat berbeda. Komunikator maupun komunikan adalah person-person yang mungkin sekali berbeda bahasa, budaya, ras, bangsa, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. B. Sisi karakteristik media virtual sebagai media komunikasi 1. Perbedaan utama dan makro tersebut yaitu; media virtual adalah media berbasis komputer yang semula berawal dari media “tools/alat” untuk menyimpan serta mengolah informasi data, setelah mengalami modifikasi (dengan saluran telepon dan modem) digunakan sebagai media (elektronik) komunikasi dalam bentuk jaringan (network) yang luas dan meng-global. 2. Media virtual sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya/user, jauh melebihi penawaran interaktif pada media televisi dan radio (yang terbatas pada satu program dan isi materi acara). Bahkan media virtual memberikan penawaran pencarian informasi yang diinginkan melalui fasilitas query dan boelan dengan menggunakan kata kunci (keywords). 3. Media virtual mampu menjadi pusat informasi dan sumber informasi yang tidak terbatas dan pada suatu institusi tetapi juga memberikan kesempatan pada setiap user/individu untuk menjadi sumber/komunikator, oleh Rafaeli (1999) ini disebut sebagai switching. 4. Dampak yang ditimbulkan oleh media virtual beberapa di antaranya sama dengan media lain, namun dampak sangat jauh berbeda, Don Tappscot dalam Djamaludin Ancok (2000) memprediksikan dampak dari media virtual adalah pergeseran pola hidup secara umum. Pola hidup manusia akan sangat tergantung kepada komputer yang menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam hidup manusia. Dampak ini akan terus berlanjut hingga produk – produk yang dikelola komputer menjadi produk yang cerdas (smart product). 5. Dampak dari sudut sosial budaya dan ekonomi, diprediksi akan membawa pada pengeluaran keuangan yang lebih untuk mendapatkan akses dan
13
kelebihan dari media virtual, baik itu dimiliki sendiri atau menggunakan jasa rental. Keasyikan tersendiri dalam menggunakan media virtual menjadikan semacam kecanduan yang mau tidak mau membawa ke arah pengeluaran keuangan yang lebih. Namun dampak dari segi budaya adalah munculnya trend centre gaya hidup dengan penambahan pengetahuan dari media virtual. Kemudahan dan penggunaan praktis yang ditawarkan media virtual juga akan membawa masyarakat pada ketidakberdayaan terhadap implikasi teknologi tersebut. 6. Perbedaan yang terakhir dari lateral sebagai media lebih menonjolkan kelebihan
media
virtual
sebagai
media
yang
“beraneka
rupa”
(multifaceted) dan yang berisi banyak perbedaan konfigurasi proses komunikasi
pada
komunikasi
yang
fasilitas-fasilitas berlangsung
yang
dimiliki.
tercampur
Variasi
hubungan
bentuk
komunikasi
interpersonal dan komunikasi massa. Karakteristik suatu media dalam studi komunikasi adalah segala hal yang menyangkut ciri-ciri, kemampuan, kelebihan dan kekurangan dari suatu medium komunikasi. Maka dari itu karakteristik media virtual antara lain: 1. Segi penggunaan medium media virtual adalah berbasis pada penggunaan komputer
sebagai
hardware
pokok,
beserta
software
pendukung
operasionalisasi media virtual dengan menggunakan energi elektronik. Media virtual tidak mandiri begitu saja namun terkoneksi dalam bentuk jarigan yang luas melalui berbagai peralatan, seperti satelit, modem, wireless phone dan sebagainya. Karena jaringan yang luas tersebut maka jangkauan (coverage medium) media virtual tidak terbatas pada batasan geografis sehingga lintasan benua dapat dicapai yang memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi antar budaya. Jika hambatan geografis dapat dilampaui, maka hambatan waktu (timelessness) oleh media virtual relatif lebih cepat kapasistas kemampuannya untuk menyampaikan pesan yang berupa teknologi digital komputer dalam bentuk teks, grafis, audio ataupun video. 2. Dalam memproses atau memproduksi pesan melalui media virtual pada dasarnya adalah mudah dan murah (jika berbentuk teks, gambar dan suara) karena dalam media virtual yang terintegrasi dengan software lain (program
14
window) dalam komputer, telah tersedia sarana pembuatan pesan untuk konsumsi media virtual. Namun pembuatan pesan juga akan menjadi rumit dan mahal jika aplikasi software dalam pembuatan pesan berbentuk audiovideo atau citra bergerak, lebih-lebih jika pembuatan pesan tersebut ditujukan bagi komoditas bisnis seperti e-commerce yang mau tidak mau harus melewati provider bisnis dalam media virtual. 3. Arus pesan dalam media virtual tidak bersifat linear atau one way saja namun berbentuk interaktif pada semua fasilitas yang disediakan. Interaktif disini bersifat penuh (fully interactive). Ini berarti bahwa semua pesan dalam media virtual mampu membuat respon (feedback) seketika bagi penerima pesan (pengguna). Respon atau feedback dalam bentuk pesan yang disampaikan oleh penerima pesan bentuknya tidak sevariatif pesan yang diterima (teks, grafis, audio, atau gambar) namun hanya sebatas teks atau audio saja (Sosiawan, 2001). 2.1.5 Laman Penggemar di Facebook (Facebook Fan Page) Facebook merupakan situs social network/social media terpopuler di dunia pada dewasa ini. Dirilis pada Februari 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard University bernama Mark Zuckerberg. Tujuan awal pengembangan Facebook ini yaitu hanya sebagai media untuk saling mengenal antar mahasiswa Harvard tanpa harus bertatap muka langsung. Kini, Facebook memiliki hampir 400 juta pengguna di seluruh dunia2. Facebook sebagai situs pertemanan menyediakan jasa berbagi data, foto, link (tautan), video dan lainnya yang lebih komprehensif dan lebih praktis jika dibandingkan social media lainnya. Facebook juga mengandalkan fitur yang apik dan menarik seperti update status, e-mail dan chat, informasi aktivitas yang interaktif dan mudah diikuti yaitu dalam bentuk wall, hingga fasilitas upload foto yang dilengkapi sistem tagging untuk menandai orang yang kita kenal membuat para pengguna asyik menghabiskan waktu menggunakan situs social networking satu ini. Terobosan fitur lainnya adalah Facebook Application. Facebook menyediakan API (Application Programming
2
Anonim, 2010. http://www.Facebook.com/press/info.php?statistics, diakses 18 Juni 2010 pukul 20.10 WIB.
15
Interface) dan juga script FBML yang memungkinkan para programmer membuat aplikasi-aplikasi web yang bisa diintegrasikan dengan Facebook. Lalu, salah satu fasilitas yang kemudian ditawarkan oleh Facebook yaitu LPF (Laman Penggemar Facebook/Facebook Fan Page). LPF menurut Mardianto (2010)3 adalah profil sebuah lembaga. Lembaga di sini dapat berarti band, merek, perusahaan, website, dan sebagainya. LPF dapat memungkinkan lembaga yang terkait memiliki penggemar (dalam LPF disebut fans) tanpa menunggu persetujuan pengelola LPF. Oleh karena itu, LPF lebih bersifat publik atau terbuka jika dibandingkan dengan grup (group) di Facebook. LPF juga dapat memiliki keanggotaan hingga 5000 fans sehingga relatif cocok untuk band, merek, website, atau perusahaan dengan publik/massa yang besar. 2.1.6 Konsep Agrowisata Agrowisata menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian ini. Sedangkan menurut Surat Keputusan Bersama (SK Bersama) Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dengan Menteri Pertanian yang dituangkan dalam SK Bersama No. KM 47/PW.DVM/MPPT.88 dan No. 204/KPTS/MK.050/4/1989, agrowisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Sajian yang diberikan kepada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan juga dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian yang dapat dinikmati wisatawan, nilai historik lokasi,
3
Mardianto, 2010. Perbedaan Grup dengan Halaman Fan Page Facebook. http://blog.mardianto.com/2010/02/perbedaan-grup-dengan-halaman-fan-page-Facebook/ diakses 18 Juni 2010 pukul 21.25 WIB.
16
arsitektur, atau kegiatan tertentu, budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Lebih lanjut, Tirtawinata dan Fachruddin (1999) menambahkan agrowisata juga dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) meningkatkan konversi lingkungan, (2) meningkatkan nilai estetika, (3) memberikan nilai rekreasi, (4) meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan (5) mendapatkan keuntungan ekonomi. 2.2
Kerangka Pemikiran Public Relation atau PR dengan berbagai bentuk penerapannya memiliki
sejumlah definisi yang memiliki persamaan yang mencolok, yakni mengenai konsep PR. Sebelumnya peran PR terbatas pada peningkatan jangkauan wilayahnya, berbeda dengan kondisi pada masa sekarang ini dimana informasi yang sedikit dapat diketahui oleh banyak orang. Praktisi PR pun perlu memperluas publik sasarannya dan harus menghadapi keterbukaan serta kemudahan akses publik terhadap informasi sekecil apapun. Hal ini disebabkan citra perusahaan terbentuk oleh penilaian publik sasarannya (internal maupun eksternal) dan seorang praktisi PR haruslah menyusun strategi pencitraan yang efektif demi menyiasati hal tersebut. PR dalam menyusun strategi pencitraan bagi perusahaannya perlu mempertimbangkan banyak hal termasuk di dalamnya yaitu tujuan strategi pencitraan. Tujuan strategi pencitraan dirumuskan oleh perusahaan sebagai tolok ukur keberhasilan pencitraan perusahaan. Kemudian, tujuan strategi pencitraan tersebut diwujudkan melalui strategi pencitraan yang salah satunya melalui media virtual. Unsur-unsur dalam strategi pencitraan yang disoroti dalam penelitian antara lain yaitu frekuensi penyampaian, message appeal (daya tarik pesan), gaya pesan dan pilihan kata, serta kelengkapan pesan. Dalam model komunikasi Berlo (1960), strategi pencitraan termasuk aspek message dan channel. Berdasarkan studi literatur yang sebelumnya telah dilakukan, karakteristik publik sasaran seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan diduga merupakan aspek yang berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan tersebut. Karakteristik publik sasaran kemudian dapat mewakili unsur ‘receiver’ atau penerima dalam model komunikasi Berlo (1960). Keefektifan
17
strategi pencitraan yang dilakukan oleh PR ditentukan oleh citra perusahaan yang terbentuk pada publik sasarannya dapat dilihat sebagai ‘effect’ dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Variabel lainnya yang juga mempengaruhi efektivitas yaitu kredibilitas perusahaan. Dalam model komunikasi Berlo (1960), kredibilitas perusahaan dapat mewakili unsur ‘Source’ atau sumber pesan. Citra perusahaan kemudian dapat dilihat dari sikap publik sasaran terhadap perusahaan. Untuk dapat melihat sikap publik sasaran, dapat diketahui dari tiga aspek pembentuknya yaitu: kognisi (pengertian atau nalar), afeksi (perasaan atau emosi), dan konasi (tingkah laku). Semakin positif sikap publik sasaran terhadap perusahaan maka semakin positif pula citra perusahaan tersebut. Hal ini didukung oleh Ruslan (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas PR yang menyangkut pendapat umum (opini publik) merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan menciptakan opini publik positif dan pada akhirnya tercipta citra yang baik bagi suatu organisasi maupun perusahaan. Ruslan (2008) kemudian menambahkan bahwa faktor-faktor yang membentuk opini publik, yaitu dipengaruhinya oleh komponen cognition/kognisi (pemahaman atau nalar), affect/afeksi (perasaan atau emosi), dan behavior/konasi (kecenderungan bertingkah laku), dan Gambar 1 kemudian mengilustrasikan bagan kerangka pemikiran tersebut.
18
Tujuan Strategi Pencitraan melalui LPF
Kredibilitas Perusahaan
Karakteristik Publik
Efektivitas Strategi Pencitraan
Strategi Pencitraan Perusahaan
Sasaran
Plantera Fruit Paradise melalui LPF
melalui LPF
(Publik Eksternal)
Citra perusahaan ditentukkan oleh sikap
•
Frekuensi Penyampaian
•
Daya tarik pesan
•
Gaya pesan dan pilihan kata
•
Kelengkapan pesan
•
Usia
publik sasaran terhadap perusahaan
•
Jenis kelamin
(Ruslan, 2008):
•
Tingkat pendidikan
• Kognisi (pemahaman)
•
Tingkat pendapatan
• Afeksi (perasaan) • Konasi (kecenderungan berperilaku)
Keterangan : Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Uji Berdasarkan kerangka pemikiran, hipotesis uji (Hk atau Ha) dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis kelamin publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. 2. Usia publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. 3. Tingkat pendidikan publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF 4. Tingkat pendapatan publik sasaran berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF 5. Strategi pencitraan perusahaaan melalui LPF berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. 6. Kredibilitas perusahaan berhubungan nyata dengan efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. 2.4
Definisi Operasional
1. Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Usia responden dikategorikan menjadi tiga yaitu dewasa awal (18-30 tahun), dewasa sedang (31-50 tahun), dan dewasa tua (>50 tahun). Pengkategorian berdasarkan tiga kategori orang dewasa menurut Havighurst dan Acherman dkk dalam Sugiah (2008). 2. Jenis kelamin: sifat fisik responden sebagaimana yang tercatat dalam kartu identitas yang dimiliki responden, yang dinyatakan dalam dua jenis yaitu lakilaki dan perempuan. 3. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani, dibedakan ke dalam kategori: (1) “Rendah”, jika tamat atau tidak tamat SD atau sederajat, (2) “Sedang”, jika SLTP atau SLTA atau sederajat, serta (3) “Tinggi”, jika pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. 4. Tingkat pendapatan adalah ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah penghasilan seseorang tiap bulannya. Tingkat pendapatan dikategorikan ke dalam “rendah”, dan “tinggi” berdasarkan rata-rata pendapatan yang sesuai
20
dengan yang didapatkan di lapangan. Tingkat pendapatan individu dikategorikan ”rendah” apabila responden memiliki pendapatan individu ≤ Rp 1.939.000,00 dan akan dikategorikan ”tinggi” apabila tingkat pendapatan individu responden > Rp 1.939.000,00. 5. Kredibilitas perusahaan adalah perihal kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.. Kredibilitas mencangkup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan
interaksi dengan konsumen atau
publik sasaran. Kredibilitas diukur dengan memberikan jawaban pilihan, yaitu : sangat tidak baik (STB) dengan skor 1, tidak baik (TB) dengan skor 2, cukup (C) dengan skor 3, baik (B) dengan skor 4, dan sangat baik (SB) dengan skor 5. Kredibilitas dinyatakan “negatif” apabila nilai skor berkisar antara 7-21 dan dinyatakan “positif” apabila nilai skor berkisar antara 22-35. 6. Strategi pencitraan melalui LPF adalah cara dan kebijakan dalam mendekati dan membentuk citra perusahaan pada kelompok publik menggunakan media LPF agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. a. Frekuensi Penyampaian adalah seberapa sering pesan disampaikan dalam LPF oleh komunikator (perusahaan) kepada komunikan (publik sasaran). b. Daya Tarik Pesan (Message Appeal) adalah hasil dari perlakuan dan penyajian terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator sehingga memiliki daya tarik bagi penerima pesan (komunikan). c. Gaya Pesan dan Pemilahan Kata adalah ragam (cara) komunikator dalam pemakaian
bahasa
dan
kata
untuk
menyampaikan pesan kepada
komunikan. d. Kelengkapan Pesan adalah seberapa lengkap informasi yang tercantum dalam pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Strategi pencitraan diukur dengan memberikan
jawaban pilihan, yaitu :
sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2, setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS) dengan skor 4. Strategi pencitraan dinyatakan “buruk” apabila nilai skor berkisar antara 5-12 dan dinyatakan “baik” apabila nilai skor berkisar antara 13-20. 7. Efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF adalah terbentuknya kesamaan citra yang diinginkan perusahaan dengan masyarakat.
21
Efektivitas dapat dilihat dari sikap publik sasaran terhadap perusahaan ditinjau dari tiga aspek pembentuk sikap yaitu kognisi (pengertian), afeksi (perasaan), dan psikomotor/konasi (kecenderungan bertingkah laku). a. Aspek kognisi adalah pengetahuan publik sasaran tentang kebun buah Plantera. Kognisi diukur dengan memberikan 10 pertanyaan tertutup mengenai Plantera. Pilihan jawaban hanya memiliki dua variasi yaitu “benar” dan “salah”. Jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban yang salah akan diberi skor 0. Responden yang memiliki kognisi tinggi apabila memiliki skor 5-10 dan responden yang memiliki kognisi rendah apabila memiliki skor 0-4. b. Aspek afeksi adalah perasaan responden dalam menanggapi hal-hal mengenai kebun buah Plantera. Afeksi diukur dengan memberikan jawaban pilihan, yaitu : sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2, setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS) dengan skor 4. Responden yang memiliki afeksi baik apabila memiliki skor 26-40 dan responden yang memiliki afeksi buruk apabila memiliki skor 10-25. c. Aspek konasi adalah kecenderungan berbuat terhadap kebun buah Plantera. Konasi diukur dengan memberikan jawaban pilihan, yaitu : sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2, setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju (SS) dengan skor 4. Responden yang memiliki konasi tinggi apabila memiliki skor 26-40 dan responden yang memiliki konasi rendah apabila memiliki skor 10-25.
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan didukung oleh data
kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis (Prasetyo dan Jannah, 2005). Data
kualitatif didapatkan dengan melakukan wawancara
mendalam untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi pencitraan, tujuan strategi pencitraan, visi dan misi serta profil perusahaan. Data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari hasil kuesioner, wawancara, maupun hasil pengamatan. Sementara itu data sekunder diperoleh dari sumber-sumber sekunder, seperti company profile, datadata dokumentasi atau sumber pustaka lainnya. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi tempat penelitian akan dilaksanakan di kebun Ngebruk (lokasi
Plantera Fruit Paradise), Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dan kantor pusat PT. Cengkeh Zanzibar dan PT. Plantera di Jalan Imam Bonjol 155, Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan, yaitu: (1) lokasi penelitian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, (2) kebun buah Plantera Fruit Paradise merupakan kebun buah terbesar pertama di Jawa Tengah dan saat ini tengah gencarnya melakukan promosi, dan (3) Plantera memiliki LPF dan surat elektronik (e-mail), sehingga memudahkan peneliti dalam mengakses informasi yang aktual dan faktual mengenai Plantera serta melakukan penelitian mengenai keefektifan LPF tersebut. Dengan pertimbangan tersebut diharapkan dapat diamati efektivitas dan bentuk implementasi strategi pencitraan yang dilakukan Plantera. Data-data penelitian dikumpulkan sejak Juni 2010 hingga Juli 2010. Penetapan waktu tersebut tidak mutlak dan bersifat fleksibel. Penelitian diawali dengan studi penjajagan yang dilakukan awal bulan Mei 2010.
3.3
23
Teknik Pengambilan Responden dan Informan Populasi dari penelitian ini adalah publik sasaran Plantera khususnya publik
eksternalnya. Seluruh responden diharuskan memenuhi persyaratan minimal yaitu memiliki akun Facebook dan minimal sekali pernah mengunjungi LPF Plantera Fruit Paradise, serta kemudian mengunjungi Plantera Fruit Paradise. Metode penelitian yang digunakan adalah non-probability sampling. Metode ini dipilih karena semua anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden (Simamora, 2004). Selain itu, teknik ini dipilih karena sampling frame (kerangka sampel) yang menjadi dasar pengambilan sampel tidak tersedia atau tidak lengkap. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Teknik ini menurut Mustafa (2000), merupakan teknik memilih sampel yang sedang berada di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan (man on the street). Unit-unit analisis kemudian digolongkan ke dalam gugus-gugus (clusters) sesuai hari kunjungan. Hanya terdapat dua gugus besar yaitu hari kerja dan hari libur yang dianggap telah dapat memenuhi syarat keragaman data. Diantara lima hari kerja dipilih hari kunjungan rabu dikarenakan persyaratan dari tempat penelitian yang hanya membolehkan penelitian dilakukan pada hari tersebut. Kemudian untuk mewakili hari libur dipilih responden yang berkunjung pada hari kunjungan sabtu atau minggu. Sementara informan untuk penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Plantera yang menangani promosi Plantera Fruit Paradise dan terutama admin atau pengelola LPF Plantera. Informan yang berasal dari pengunjung dipilih dengan menggunakan prinsip purposive (sengaja), sedangkan informan dari perusahaan dipilih secara snowball sampling (prinsip bola salju). Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan. Pertama, lokasi penelitian adalah
lokasi
obyek
wisata
dan
subyek
penelitian
bukanlah
pengunjung/wisatawan yang rutin atau tetap berkunjung ke lokasi penelitian setiap harinya sehingga peneliti tidak dapat menerapkan sistem pengundian dalam menentukan responden penelitian. Kedua, otoritas perusahaan tempat penelitian mensyaratkan peneliti hanya dapat melakukan kegiatan penelitian pada hari sabtu/minggu dan hari rabu. Hal ini menyebabkan data kurang beragam pada hari kunjungan hari kerja dan berada di luar kuasa peneliti sehingga penelitian dapat
24
berkurang kemurniannya. Ketiga, persyaratan minimal yaitu memiliki akun Facebook, pernah sekali mengunjungi LPF Plantera Fruit Paradise Ngebruk, dan kemudian mengunjungi Plantera Fruit Paradise ternyata merupakan persyaratan yang hanya dapat dipenuhi sejumlah kecil responden. Hal tersebut ditambah dengan persyaratan waktu penelitian yang kurang dari cukup sehingga peneliti kemudian memutuskan hanya mengambil 20 responden yang berkunjung pada hari kerja dan 20 responden yang berkunjung pada hari libur. Jumlah tersebut ditentukan berdasarkan pengamatan peneliti pada kecenderungan jumlah kunjungan responden yang dapat memenuhi persyaratan yang telah disebutkan di atas. 3.4
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kualitatif yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dengan
cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapangan. Data-data berupa karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan) juga terlebih dahulu dianalisis agar memberikan gambaran awal data responden. Sementara itu data kuantitatif yang berupa data primer diolah, ditabulasikan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya data kuantitatif kemudian mendapatkan perlakuan pengujian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk data ordinal dan mengetahui hubungan antar variabel yang diinginkan dan uji Chi Square untuk mengukur korelasi antar dua variabel yang memiliki tingkat pengukuran nominal-ordinal. Kriteria pengujian pada uji Rank Spearman adalah H0 gagal ditolak jika P value > 0,05 dan H0 ditolak jika P value < 0,05 (Priyatno, 2008). Kriteria pengujian pada uji Kai Kuadrat adalah H0 ditolak apabila nilai X² hitung > X² tabel dan H0 gagal ditolak apabila nilai X² hitung < X² tabel (Priyatno, 2008). Uji korelasi dilakukan dengan bantuan perangkat lunak statistika yaitu SPSS 17.0 for Windows. Data hasil analisis statistik yang telah didapatkan kemudian diberikan makna melalui bantuan informasi dari informan.
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1
Sejarah Berdirinya PT. Cengkeh Zanzibar dan Plantera Pada awal tahun 1970, cengkeh menjadi salah satu bahan rempah yang
menjadi komoditas unggulan karena memiliki peluang usaha yang cukup bagus pada waktu itu. PT. Cengkeh Zanzibar kemudian ikut membuka lahan untuk kebun cengkeh, salah satunya seluas kurang lebih 2.500 hektar di Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kebun cengkeh ini kemudian dinamakan kebun Ngebruk. Selain itu juga terdapat beberapa kebun lainnya seperti Kebun Curug yang juga terletak di Desa Sidokumpul, Kebun Kalisidi di Ungaran, Kabupaten Semarang, dan Kebun Maranginan serta Kebun Mataram yang keduanya terletak di Kabupaten Sukabumi. Masa kejayaan para pekebun cengkeh kemudian mulai terancam sejak berdirinya Badan Penyangga dan Pengelolaan Cengkeh (BPPC). BPPC merupakan badan yang dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 20 Tahun 1992 dan Inpres Nomor 1 Tahun 1992. Pemerintah memberikan monopoli penuh kepada BPPC untuk membeli dan menjual hasil produksi cengkeh dari petani. Unsur BPPC sendiri terdiri dari unsur INKUD (koperasi), PT Kerta Niaga (unsur BUMN) dan PT Kembang Cengkeh Nasional (swasta). BPPC dianggap berdampak negatif bagi perusahaan PT. Cengkeh Zanzibar dan petani cengkeh lainnya. Hal ini dikarenakan tata niaga perdagangan cengkeh di Indonesia dimonopoli oleh BPPC sehingga usaha cengkeh dianggap tidak lagi terlalu menguntungkan karena harga seenaknya dimainkan oleh BPPC. Beberapa aturan BPPC lainnya seperti pembatasan penanaman jumlah pohon cengkeh bagi setiap pekebun cengkeh juga menimbulkan kerugian cukup besar bagi PT. Cengkeh Zanzibar sehingga perusahaan terpaksa menebang pohon-pohon cengkehnya yang sudah terlanjur tumbuh tinggi. Lalu, pada tahun 2000, Budi Darmawan, General Manager PT. Cengkeh Zanzibar, kembali merintis usaha perkebunan di kebun yang masih dimiliki. Perusahaan kali ini mencoba usaha pada bidang agrowisata dan pengembangan komoditas buah-buahan. Plantera yang merupakan salah satu anak perusahaaan
26
ditunjuk untuk mengelola pengelolaan kebun Ngebruk sebagai salah satu lini usaha PT. Cengkeh Zanzibar ini. Beberapa staf ahli di PT. Cengkeh Zanzibar ditunjuk untuk mengelola kegiatan perusahaan di Plantera. Tidak lupa perusahaan juga mengajak masyarakat di sekitar kebun juga ikut berkerjasama sehingga usaha perkebunan buah semakin berkembang. Kemudian, pada tahun 2008, Plantera Fruit Paradise melakukan Grand Launching untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat terutama masyarakat Jawa Tengah sebagai kebun buah tropis pertama yang memiliki varietas buah unggul dan terlengkap di Jawa Tengah. Unit usaha produksi cengkeh dan buah-buahan dikelola langsung oleh PT. Cengkeh Zanzibar, dan pemasaran buah segar serta kebun agrowisata masing-masing dikelola IBANA dan Plantera. 4.2
Visi dan Misi Plantera Visi dari Plantera adalah menjadi salah satu perusahaan pemasaran
agroswisata yang professional di Indonesia, bersaing dalam arus globalisasi dengan berpijak pada khasanah dan keanekaragaman hayati Indonesia, sehingga menjadikan Indonesia khususnya Jawa Tengah menjadi surga buah tropis unggul dunia. Kemudian, misi Plantera adalah sebagai berikut: 1. Memenuhi keinginan konsumen dengan komitmen yang kuat dan kesungguhan hati dalam mengelola agrowisata yang terintegrasi secara baik dan benar dari on farm activities hingga off farm activities. 2. Memasarkan agrowisata dengan mutu dan kualitas prima, harga terjangkau, dan dapat bersaing secara sehat, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. 3. Melakukan kegiatan yang dapat memberi motivasi dan pembelajaran bagi generasi muda bangsa untuk mencintai dan mengolah tanahnya bagi kemakmuran bangsa. 4.3
Struktur Organisasi Plantera Struktur organisasi Plantera dipimpin oleh seseorang manager agrowisata.
Manager agrowisata dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh divisi umum dan prasarana, divisi wisata, divisi marketing, divisi keuangan dan akunting, dan divisi resto dan shop. Pada divisi keuangan dan akunting membawahi subdivisi administrasi gudang dan subdivisi staf akunting. Kedua subdivisi tersebut
27
bertanggungjawab melaksanakan kegiatan inventorying dan membuat laporan keuangan untuk keperluan internal serta laporan laba rugi perusahaaan. Struktur organisasi secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran. Bagian dari organisasi perusahaan yang memiliki tugas untuk mengelola LPF adalah bagian marketing. Adapun bagian marketing memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan membuat kegiatan promosi suatu produk. Divisi marketing juga mengatur dan mengkoordinir kegiatan pemasaran dan penjualan produk. Secara lebih lengkap, struktur organisasi PT. Plantera dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4
Produk Plantera Fruit Paradise Plantera Fruit Paradise sebagai produk utama perusahaan Plantera
menyediakan paket-paket wisata dalam melakukan kegiatannya di bidang agrowisata. Paket-paket yang ditawarkan yaitu Fruit Tour, Fruit Safari, dan Fruit Paradise. Masing-masih program memiliki keunggulan tersendiri. Salah satu contohnya yaitu paket wisata Fruit Tour adalah paket wisata berkeliling mengitari kebun buah menggunakan mobil wisata selama kurang lebih 60 menit. Selama perjalanan pengunjung akan dipandu oleh pemandu wisata yang disediakan pihak Plantera. Pemandu wisata akan memberikan info mengenai tanaman buah-buahan yang ditanam di lokasi yang dilewati dalam rute perjalanan Fruit Tour. Pengunjung yang memilih paket ini juga dapat berhenti di terminal wisata untuk menikmati suasana atau sekadar berfoto di area tersebut. Terminal wisata yang ditawarkan yaitu terminal durian, terminal buah naga, terminal jambu, dan pondok Plantera. Paket wisata lainnya yaitu Fruit Safari adalah berjalan kaki mengelilingi kebun buah selama 60 menit dan didampingi seorang pemandu wisata. Pengunjung yang memilih paket ini dapat beristirahat di tengah perjalanan di pondok-pondok yang telah disediakan yaitu pondok lengkeng dan pondok durian. Selain kedua paket di atas juga terdapat paket Fruit Paradise yang memiliki kelebihan yaitu memungkinkan pengunjung dapat memetik dan menikmati langsung buah yang telah matang. Paket ini hanya ditawarkan pada jadwal panen yang ada di kebun. Pemandu wisata juga disediakan untuk mendampingi selama perjalanan pengunjung mengelilingi kebun buah selama 60 menit.
28
Plantera Fruit Paradise juga menyediakan toko bibit unggul dan pupuk pertanian di lokasi wisata. Pengunjung dapat membeli bibit unggul tanaman tropis seperti tanaman kelengkeng Itoh, srikaya Grand Anona, buah naga Red Dragon, dan lain-lain. Selain itu, Plantera Fruit Paradise juga menyediakan mini resto ‘n shop yang menjual makanan, minuman, buah yang dipanen di kebun Plantera dan souvenir asli dari Plantera.
BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1
Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada hari kerja
(responden hari kerja) dan 20 orang responden pada hari libur (responden hari libur) diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian, responden hari kerja didominasi oleh perempuan sebanyak 55 persen dan laki-laki sebanyak 45 persen. Hal ini hampir tidak jauh berbeda dengan responden hari libur yaitu, perempuan dan laki-laki berbanding jumlah yang sama (50 persen). Hal ini disebabkan kegiatan berwisata seperti berkunjung ke kebun buah menurut pandangan masyarakat sekitar adalah kegiatan keluarga, kegiatan bersama relasi atau orang-orang terdekat dan tidak dibatasi oleh jenis kelamin sehingga siapa saja dapat berkunjung ke Plantera Fruit Paradise. 5.2
Usia Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada hari kerja
dan 20 orang responden pada hari libur diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori dewasa sedang atau sedang, yaitu antara 31 sampai 50 tahun. Persentase data responden menurut kelompok usia dan hari kunjungan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Persentase Responden Hari Kerja menurut Usia, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia
Kategori
18-30 31-50 >50
Jumlah
Persentase
Dewasa Awal
3
15,00
Dewasa Sedang
9
45,00
Dewasa Tua
8
40,00
20
100,00
Total
Responden penelitian yang berkunjung pada hari kerja didominasi responden berusia 31-50 (dewasa sedang/sedang) yaitu sebanyak sembilan orang responden dan berusia 50 tahun ke atas (dewasa tua) sebanyak delapan orang. Hal ini lebih disebabkan pada rentang usia 31-50 dan 50 tahun ke atas sudah tidak termasuk
30
usia produktif sehingga responden memiliki lebih banyak waktu luang yang kemudian digunakan untuk kegiatan berkunjung ke Plantera Fruit Paradise. Tabel 2. Persentase Responden Hari Libur menurut Usia, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia
Kategori
18-30 31-50 >50
Jumlah
Persentase
Dewasa Awal
6
30,00
Dewasa Sedang
10
50,00
Dewasa Tua
4
20,00
20
100,00
Total
Sementara itu berdasarkan temuan di lapangan, pada hari libur, responden penelitian masih didominasi responden berusia dewasa sedang/sedang sebanyak sepuluh orang responden dan responden berusia dewasa muda sebanyak enam orang. Hal ini disebabkan pada hari libur, keragaman usia responden lebih beragam daripada hari kerja. Responden berusia dewasa muda yang bersekolah atau kuliah pada hari kerja dapat berkunjung ke Plantera Fruit Paradise pada hari libur sehingga kecenderungan responden berusia dewasa sedang dan dewasa muda lebih banyak daripada pada hari kerja. 5.3
Tingkat Pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada hari kerja
dan 20 orang responden pada hari libur diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan cenderung sedang dan tinggi. Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan hari kunjungan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Persentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Tingkat Pendidikan
Kategori
Jumlah
Persentase
Tamat/tidak tamat SD atau sederajat
Rendah
1
5,00
SLTP dan SLTA atau sederajat
Sedang
7
35,00
Pernah mengenyam pendidikan di perguruan Tinggi tinggi
12
60,00
20
100,00
Total
Pendidikan terakhir tertinggi yang diketahui dari responden hari kerja adalah S2. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
31
bertingkat pendidikan tinggi yaitu setidaknya pernah sekali mengenyam pendidikan formal di perguruan tinggi. Berdasarkan informasi resepsionis Plantera, menurut buku tamu, pengunjung Plantera Fruit Paradise pada hari kerja didominasi responden yang berprofesi sebagai karyawan perusahaan sehingga tingkat pendidikan cenderung termasuk tinggi. Tabel 4. Persentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Tingkat Pendidikan
Kategori
Jumlah
Persentase
Tamat/tidak tamat SD atau sederajat
Rendah
5
25,00
SLTP dan SLTA atau sederajat
Sedang
9
45,00
Pernah mengenyam pendidikan di perguruan Tinggi tinggi
6
30,00
20
100,00
Total
Pada Tabel 4, didapatkan informasi bahwa pada hari libur, responden lebih beragam sehingga responden tidak lagi berkategori bertingkat pendidikan tinggi seperti pada hari kerja. Responden hari libur lebih banyak merupakan responden yang bertingkat pendidikan sedang atau tingkat pendidikannya SLTP/SMA sederajat. 5.4
Tingkat Pendapatan Berdasarkan definisi operasional, tingkat pendapatan adalah ukuran taraf
hidup yang dilihat dari jumlah penghasilan seseorang tiap bulannya. Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan rata-rata per bulan dan hari kunjungan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Tingkat Pendapatan
Kategori
Jumlah
Persentase
≤ Rp 1.939.000,00
Rendah
4
20,00
> Rp 1.939.000,00
Tinggi
16
80,00
20
100,00
Total
Pengkategorian tingkat pendapatan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan rata-rata pendapatan yang sesuai dengan yang didapatkan di lapangan. Tampak pada Tabel 5, responden yang melakukan kunjungan pada hari kerja cenderung bertingkat pendapatan tinggi. Hal ini berkaitan dengan penjelasan sebelumnya
32
bahwa responden yang berkunjung pada hari kerja merupakan karyawankaryawan di sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan cukup tinggi. Lain hal yang terjadi pada responden hari libur yang disajikan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Pendapatan per Bulan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Tingkat Pendapatan
Kategori
Jumlah
Persentase
≤ Rp 1.939.000,00
Rendah
11
55,00
> Rp 1.939.000,00
Tinggi
9
45,00
20
100,00
Total
Berdasarkan Tabel 6, responden pada kunjungan hari libur lebih beragam sehingga cukup banyak responden yang tergolong dalam bertingkat pendapatan rendah atau tidak lebih dari Rp 1.939.000,00 per bulannya.
BAB VI KREDIBILITAS PERUSAHAAN Kredibilitas perusahaan adalah seperangkat persepsi komunikasi terhadap sifat-sifat yang terdapat pada perusahaan yang membuatnya dipercayai oleh konsumen. Kredibilitas mencangkup nama perusahaan, reputasi perusahaan, riwayat hidup pemilik perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan konsumen atau publik sasaran. Responden diberikan tujuh pernyataan yang berkaitan dengan kredibilitas perusahaan selama ini. Kredibilitas kemudian diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan dalam dua kategori, yaitu negatif dan positif. Kategori kredibilitas perusahaan yang menentukan kredibilitas perusahaan dan menurut hari kunjungan disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kredibilitas Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Skor
Kategori
Jumlah
Persentase
7-21
Negatif
4
20,00
22-35
Positif
16
80,00
20
100,00
Total
Tabel 8. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kredibilitas Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Skor
Kategori
Jumlah
Persentase
7-21
Negatif
2
10,00
22-35
Positif
18
90,00
20
100,00
Total
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, responden (responden hari kerja maupun hari libur) memandang kredibilitas perusahaan dalam hal ini khususnya PT. Plantera sebagai anak perusahaan dari PT. Cengkeh Zanzibar dengan persepsi positif. Responden menganggap PT. Plantera merupakan perusahaan dengan reputasi yang baik dan tidak pernah bermasalah. Responden juga memandang baik pemilik Plantera dan juga memandang baik usaha Plantera memperkerjakan warga sekitar.
34
Respon yang positif dari responden (hari kerja maupun hari libur) salah satunya disebabkan oleh dukungan pemerintah Kabupaten Kendal dan Pemprov Jawa Tengah kepada Plantera Fruit Paradise. Dukungan dari pemerintah setempat terutama dalam hal promosi mengisyaratkan bahwa PT. Plantera merupakan perusahaan agrowisata yang berkinerja baik. Bentuk dukungan dilakukan dalam hal memasang iklan promosi Plantera Fruit Paradise di situs resmi pemerintah Kabupaten Kendal dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov Jawa Tengah. Manager Agrowisata PT. Plantera, Lusika Yulianti, juga mengatakan bahwa dukungan dari pemerintah setempat cukup membantu promosi Plantera Fruit Paradise. Pemerintah Kabupaten Kendal acapkali membawa tamu resmi dan wartawan-wartawan lokal maupun nasional yang ingin meliput pariwisata di Kabupaten Kendal untuk datang ke Plantera Fruit Paradise. Selain itu menurut salah satu responden, AY (36 tahun), warga Kota Semarang, mengatakan bahwa Plantera sebagai perusahaan belum pernah bermasalah dan selama ini belum menemukan kasus yang berkaitan dengan PT. Plantera atau PT. Cengkeh Zanzibar di surat kabar lokal atau nasional. Salah satu kutipannya yaitu: “Pemandu wisata yang tadi juga bilang hampir semua karyawan kebun adalah warga sekitar sini, mas. Lagipula Plantera itu kayaknya gak pernah ada masalah, mas. Jadi, saya yakin saja datang kesini dan saya juga pernah lihat kok Plantera di TV dan koran Suara Merdeka ”. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak sepuluh persen pada responden hari libur dan 20 persen pada hari kerja mengatakan kredibilitas perusahaan negatif. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diterima responden mengenai Plantera dan subyektifitas responden yaitu pada hari kunjungan mereka tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai harapan mereka.
BAB VII STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF 7.1
Segmentasi Pasar Produk Plantera sebagai lokasi agrowisata ingin mencitrakan Plantera Fruit Paradise
sebagai kebun agrowisata yang menyediakan buah-buahan tropis unggulan dan eksotik. Hal ini dapat terlihat dari tagline Plantera Fruit Paradise yaitu “Surga Buah Unggul di Kebun Ngebruk”. Plantera menargetkan segmen konsumen pria atau wanita, dengan segmen usia remaja hingga lanjut usia dan lebih menekankan pada segmen ekonomi menengah ke atas. Perusahaan juga hingga saat ini hanya mengincar konsumen yang berasal dari Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, dan sekitarnya. Oleh karena masih terbilang baru diluncurkan di masyarakat, Plantera masih menjalani tahap perkenalan dalam siklus hidup produk. Perusahaan masih membangun brand dan nama perusahaan melalui kualitas produk unggulan yang dihasilkan oleh kebun Plantera. Walaupun produk yang ditawarkan merupakan produk buah dari varietas unggul namun harga produk buah-buah tropis dari Plantera masih di bawah harga pasar yang dijual di supermarket. 7.2
Strategi Dasar Plantera Fruit Paradise Terhadap Citra Perusahaan
7.2.1 Tujuan Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise Plantera dalam usaha mencitrakan kebun agrowisatanya perlu menetapkan beberapa tujuan yang dijadikan dasar penyusunan strategi pencitraan. Beberapa tujuan strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise adalah sebagai berikut: 1. Membangun
kesadaran
konsumen
terhadap
produk
wisata
dan
mengembangkan pasar baru untuk produk wisata. 2. Mengedukasi calon konsumen potensial tentang produk wisata. 3. Meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan dan bertahan terhadap perusahaan pesaing lainnya. Beberapa tujuan strategi pencitraan yang telah ditetapkan dimaksudkan untuk memenuhi tujuan utama yaitu jumlah kunjungan serta memperkenalkan nama, brand produk, dan perusahaan itu sendiri di dalam pasar agrowisata. Hal ini disebabkan Plantera Fruit Paradise masih dalam fase perkenalan dalam siklus
36
hidup produk. Konsumen-konsumen potensial perlu dibangun kesadaran dan diedukasikan hal-hal berkaitan dengan produk-produk dari Plantera. Selain itu penting untuk tetap menjaga jumlah kunjungan pengunjung tiap minggu atau perbulannya untuk tetap menjaga keuangan dan keberadaan perusahaan sehingga Plantera dapat terus bertahan di bidang agrowisata ini. 7.2.2 Strategi Pencitraan Plantera Fruit Paradise Melalui LPF Plantera dalam kegiatan yang berkaitan dengan publik eksternal perusahaan selalu berupaya mempertahankan reputasi dan citra perusahaan. Selama ini perusahaan melakukan promosi yang ditujukan untuk membentuk citra dan membangun kesadaran konsumen (publik eksternal) melalui brosur, leaflet, serta souvenir berupa sticker, pena, atau kaos. Sejumlah wartawan dari media lokal dan nasional sempat datang dan meliput Plantera Fruit Paradise. Salah satunya yaitu Trans 7 dan Trans TV serta beberapa koran lokal seperti Seputar Indonesia edisi Jawa Tengah dan DIY serta Suara Merdeka, koran lokal di Jawa Tengah. Pemerintah Kabupaten Kendal pun ikut mempromosikan Plantera Fruit Paradise sebagai salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Kendal. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga tidak lupa mempromosikan Plantera Fruit Paradise dalam situs resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah. Promosi di dunia maya secara langsung oleh Plantera awalnya hanya dilakukan melalui blog pribadi manager agrowisata dan belum mempunyai website pribadi. Hingga pada tahun 2009, laman penggemar (fan page) Facebook (LPF) untuk Plantera Fruit Paradise didaftarkan dan diluncurkan ke dunia maya. LPF Plantera dapat dicari pada kolom pencarian Facebook dengan memasukkan isian “PLANTERA FRUIT PARADISE NGEBRUK”. Strategi pencitraan melalui LPF ini mendapat perhatian yang cukup besar dari perusahaan karena perusahaan menilai media virtual merupakan media yang cepat, murah, dan efektif mencapai publik yang diinginkan. Perusahaan juga mempertimbangkan pamor Facebook yang menjadi situs paling sering dikunjungi oleh pengguna internet Indonesia pada umumnya dan publik sasaran PT. Plantera yang menggunakan internet pada khususnya.
37
Pengunjung laman “PLANTERA FRUIT PARADISE NGEBRUK” dapat berinteraksi dengan pengelola LPF Plantera sehingga dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai kunjungan ke Plantera Fruit Paradise seperti harga paket wisata, lokasi tempat, foto-foto lokasi yang ada di Plantera Fruit Paradise. Pengunjung dapat meninjau lokasi wisata sebelum datang ke lokasi dengan melihat foto-foto yang disediakan pengelola Plantera Fruit Paradise di LPF tersebut. Pengunjung juga dapat meninggalkan pertanyaan dan mendapatkan jawaban dari pertanyaan dalam waktu yang relatif singkat. Plantera juga seringkali memberikan informasi penawaran paket baru dan event-event spesial melalui update status di LPF tersebut. Salah satu contoh pemberitahuan event adalah sebagai berikut “Ikutan Lomba Melukis "FunnY PAintING" di Plantera Fruit Paradise tanggal 17 Oktober 2010 yuuuukk... hanya Rp 30.000,dapatkan Trophy, Hadiah, Sertifikat, dan Makan Siang untuk peserta.. Daftarkan ke FONNY - 024 7055-7222 atau 0815-75557222”1 Berdasarkan hasil pengamatan terhadap isi LPF dan wawancara kepada pengelola LPF, pesan-pesan dalam LPF Plantera disampaikan rata-rata sekali dalam 3-4 hari. Pesan dapat dilakukan mengulang pesan sebelumnya atau pesan baru tergantung tujuan penyampaian pesan tersebut. Pengelola LPF akan lebih sering memberikan pesan kepada fans LPF pada akhir minggu (jum’at, sabtu, atau minggu) atau menjelang liburan. Bahasa yang digunakan sebagaian besar adalah Bahasa Indonesia namun cenderung terkesan semi formal. Salah satunya bentuk penulisan yaitu penggunaan kata “yuuuukk” pada contoh status sebelumnya atau penulisan huruf yang tidak mengikuti aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Penulisan dengan cara tersebut dimaksudkan untuk menghindari kesan formal sehingga dapat mendekatkan hubungan Plantera dengan publik eksternalnya. Contoh penulisan pesan lainnya yaitu:
1
http://www.Facebook.com/pages/Plantera-Fruit-Paradise-Ngebruk/75334299319, diakses 22 September 2010, pukul 14.13 WIB.
38
“Jalan ke Mall.. Bosen.. Puter-puter kota.. ntar ngabisin bensin.. mendingan ke PLANTERA aja yuuuuuk.. Lihat pemandangan, lihat tanaman yang ijo, plus sekarang dah ada wahana ADVENTURE boo.. LET'S GO.. Berangkaaaat...!!! coz, hari ini Plantera Fruit Paradise sudah kembali buka untuk umum...”2 Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 orang responden pada hari kerja dan 20 orang responden pada hari libur diperoleh data bahwa responden dalam penelitian ini memandang bahwa strategi pencitraan yang dilakukan sudah baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Strategi Pencitraan melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Buruk
12
60,00
Baik
8
40,00
Total
20
100,00
Tabel 10. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Strategi Pencitraan melalui LPF, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Buruk
4
20,00
Baik
16
80,00
Total
20
100,00
Berdasarkan Tabel 9, responden hari kerja maupun hari libur memandang strategi pencitraan Plantera yang dilakukan melalui LPF belum cukup baik. Hal ini lebih dikarenakan responden hari kerja yang menilai strategi masih belum cukup baik merasa informasi dalam LPF kurang lengkap seperti tips jalur yang bisa ditempuh untuk menuju lokasi dan foto-foto yang ditampilkan dirasa masih kurang. Selain itu responden pada hari kerja didominasi responden yang berpendidikan tinggi dan berpendapatan tinggi sehingga cukup kritis dalam menilai strategi pencitraan yang dilakukan Plantera. Namun, dapat juga ditemukan sejumlah responden dalam jumlah yang cukup besar yaitu sekitar 40 persen yang menilai strategi pencitraan sudah cukup baik. 2
Ibid.
39
Sementara itu terdapat pula hasil yang berbeda pada responden hari libur yang ditunjukkan Tabel 10 yaitu sebagian besar menilai strategi pencitraan sudah cukup baik. Responden menilai informasi yang disampaikan dalam LPF sudah lengkap.
Responden
dapat
mengetahui
kondisi
obyek
wisata
sebelum
mengunjunginya. Hal ini dianggap responden merupakan terobosan karena menurut mereka belum ada obyek wisata di Jawa Tengah yang telah memanfaatkan teknologi seperti Plantera Fruit Paradise. Salah satu responden hari libur, misalnya SR (28 tahun), memandang strategi pencitraan LPF cukup baik karena melalui LPF dia dapat mengetahui harga paket sehingga bisa dipersiapkan segala macam yang berkaitan dengan kunjungan ke Plantera Fruit Paradise dengan baik. “Sebelum saya ke Plantera (Kebun Buah Plantera-red), saya browsing dulu di Google dan ternyata ada Facebook-nya. Disitu saya sempat melihat-lihat harga tiket masuknya dan pengen tahu isinya seperti apa. Sambil saya lihat kesan orang yang pernah datang ke sini. Jadi, saya bisa mempersiapkan perlu bawa uang berapa dan bawa apa saja bersama keluarga.” Beberapa responden juga menyatakan bahwa mereka merasa foto-foto yang ditampilkan di LPF masih kurang menarik sehingga kurang menyakinkan mereka untuk datang ke Plantera. Responden juga merasa informasi seperti jadwal musim buah dan fasilitas yang dimiliki tidak dicantumkan di tempat yang tetap dalam LPF sehingga mudah hilang karena tergeser pesan yang baru. Walaupun begitu responden tetap datang berkunjung karena sudah mengetahui harga paket sehingga mudah direncanakan untuk berwisata jika dibandingkan dengan obyek wisata sejenis.
BAB VIII EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN PLANTERA FRUIT PARADISE MELALUI LPF
Sikap publik eksternal terhadap Plantera Fruit Paradise dalam hal ini merupakan komponen penting yang menentukan efektivitas strategi pencitraan Plantera melalui LPF. Dalam penelitian kali ini, sikap publik eksternal dapat diidentifikasi dari sejumlah komponen yaitu aspek kognisi, aspek afeksi, dan aspek konasi. Adapun ketiga aspek tersebut akan dibahas dalam pembahasan berikut. 8.1. Aspek Kognisi Aspek kognisi adalah pengetahuan publik sasaran tentang kebun buah Plantera. Aspek kognisi yang diteliti meliputi pengetahuan mengenai jenis usaha yang dilakukan Plantera, produk Plantera, alamat Plantera, dan fasilitas yang dimiliki Plantera. Responden lalu diberikan sepuluh pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai kebun buah Plantera tersebut. Aspek kognisi kemudian diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan dalam dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Aspek kognisi mengenai perusahaan pada responden hari kerja disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Kognisi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Rendah
9
45,00
Tinggi
11
55,00
Total
20
100,00
Berdasarkan hasil penelitian, aspek kognisi pada responden hari kerja menunjukan hasil yang tinggi. Hal ini menunjukan tingkat pengetahuan yang baik mengenai Plantera Fruit Paradise. Terbukti bahwa mayoritas responden mengetahui bahwa Plantera Fruit Paradise merupakan kebun buah terbesar di Jawa Tengah yang menyediakan buah-buahan tropis dan terletak di Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal. Kemudian, aspek kognisi mengenai perusahaan pada responden hari libur ditampilkan pada Tabel 12
41
Tabel 12. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Kognisi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Rendah
12
60,00
Tinggi
8
40,00
Total
20
100,00
Berbeda dengan hasil pada responden hari kerja yang ditunjukkan pada Tabel 11, responden hari libur (Tabel 12) menunjukkan hasil aspek kognisi yang cenderung rendah. Responden hari libur memiliki tingkat pengetahuan yang tidak begitu baik mengenai Plantera Fruit Paradise. Beberapa responden yang menjawab benar pada pertanyaan mengenai letak kebun buah Plantera tetapi juga menjawab salah mengenai letak Plantera berikutnya yaitu menjawab Plantera Fruit Paradise dekat dengan pusat kota Semarang, Simpanglima. Berdasarkan pengamatan, pada responden hari libur, responden datang bersama keluarga dan sejumlah responden cenderung terburu-buru mengisi kuesioner agar bisa segera bergabung dengan anggota keluarga yang lain untuk berwisata sehingga responden kurang cermat dalam menjawab. Hal ini berbeda dengan responden hari kerja, jumlah kunjungan tidak terlalu banyak sehingga responden memiliki waktu banyak dalam menjawab kuesioner sehingga lebih teliti dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner. 8.2
Aspek Afeksi Aspek afeksi adalah perasaan responden dalam menanggapi hal-hal tentang
kebun buah Plantera. Responden diberikan sepuluh pernyataan yang berkaitan dengan perasaan responden mengenai Plantera Fruit Paradise. Aspek afeksi yang ditanyakan berkaitan dengan perasaan suka, perasaan nyaman, perasaan aman, merasakan keramahan, dan ketertiban menurut responden terhadap Plantera. Aspek afeksi kemudian diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan dalam dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Aspek afekitif mengenai perusahaan pada responden hari kerja disajikan pada Tabel 13.
42
Tabel 13. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Afeksi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Buruk
8
40,00
Baik
12
60,00
Total
20
100,00
Berdasarkan Tabel 13, responden menunjukkan afeksi yang tinggi pada Plantera Fruit Paradise. Responden menyukai Plantera sebagai tempat wisata yang baik. Responden juga merasa Plantera Fruit Paradise adalah tempat yang aman, sejuk, dan ramah dalam pelayanannya. Kemudian, aspek afeksi mengenai perusahaan pada responden hari libur ditampilkan pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Afeksi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Buruk
4
20,00
Baik
16
80,00
Total
20
100,00
Seperti halnya hasil penelitian pada responden hari kerja, responden hari libur menunjukkan hasil yang tinggi pada aspek afeksi. Responden pada hari libur juga merasa Plantera Fruit Paradise adalah tempat yang nyaman dan tidak panas. Responden juga menyukai kunjungan mereka ke Plantera Fruit Paradise. 8.3
Aspek Konasi Aspek konasi adalah kecenderungan berbuat terhadap kebun buah Plantera.
Responden diberikan sepuluh pernyataan tentang kecenderungan bertindak responden terhadap Plantera Fruit Paradise. Sepuluh pernyataan tersebut antara lain berkaitan keinginan untuk melakukan kunjungan kembali ke kebun, keinginan mencoba atau membeli produk Plantera yang lainnya, dan keinginan melakukan aktivitas lain di Plantera. Aspek konasi diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden dan dimasukkan dalam dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Aspek konasi mengenai perusahaan pada responden hari kerja disajikan pada Tabel 15.
43
Tabel 15. Persentase Responden Hari Kerja berdasarkan Aspek Konasi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Rendah
7
35,00
Tinggi
13
65,00
Total
20
100,00
Berdasarkan hasil penelitian pada aspek konasi, responden hari kerja menunjukan hasil yang tinggi. Hal ini menunjukkan kecenderungan berbuat terhadap Plantera Fruit Paradise yang baik. Sejumlah responden ingin mengunjungi Plantera bersama anggota keluarga yang lain atau relasi lainnya pada kunjungan berikutnya. Responden juga ingin menikmati buah-buahan tropis lainnya di musim berikutnya. Kemudian, aspek konasi mengenai perusahaan pada responden hari libur ditampilkan pada Tabel 16. Tabel 16. Persentase Responden Hari Libur berdasarkan Aspek Konasi mengenai Perusahaan, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Kategori
Jumlah
Persentase
Rendah
6
30,00
Tinggi
14
70,00
Total
20
100,00
Pada responden hari libur, hasil penelitian aspek konasi mengenai perusahaan juga menunjukkan hasil yang tinggi. Responden ingin mencoba paket wisata lainnya yang ditawarkan Plantera Fruit Paradise. Responden pada hari libur juga ingin datang kembali ke kebun buah Plantera bersama anggota keluarga lainnya atau bersama teman lainnya seperti halnya yang terjadi pada kelompok responden hari kerja. Berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh data di lapangan strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF secara menyeluruh menunjukkan hasil yang positif yaitu efektif dalam penerapannya. Responden menunjukkan hasil yang positif dalam pengetahuan (kognisi), perasaan (afeksi), dan kecenderungan berperilaku (konasi) terhadap Plantera Fruit Paradise sehingga dapat dikatakan strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF berjalan efektif terhadap publik eksternalnya.
BAB IX HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PUBLIK SASARAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF
Publik terutama publik eksternal sebagai pengguna produk yang ditawarkan Plantera memiliki karakteristik yang khas. Dalam penelitian ini diduga karakteristik publik seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki hubungan dengan keefektifan strategi pencitraan Plantera melalui LPF itu sendiri. Sementara itu, tiga aspek yaitu kognisi, afeksi, dan konasi menentukan keefektifan strategi pencitraan tersebut. Pembahasannya lebih lanjut adalah sebagai berikut. 9.1
Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF
9.1.1 Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Kognisi Hubungan antara karakteristik jenis kelamin responden dengan aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Crosstab Chi-Square. Tabel 17 menyajikan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari kerja. Tabel 17. Presentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Jenis Kelamin
Total Rendah
Tinggi
Laki-laki
55,56
44,44
100,00
Perempuan
36,36
63,64
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 0,737
Berdasarkan hasil uji Crosstab Chi-Square, didapat nilai Chi-Square hitung yang lebih kecil daripada nilai Chi-Square tabel (0,737 < 3,841), yang artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek kognisi pada responden hari kerja. Kemudian, pada Tabel 18 akan disajikan apa yang terjadi pada responden hari libur berkaitan dengan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek kognisi responden.
45
Tabel 18. Presentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Jenis Kelamin
Total Rendah
Tinggi
Laki-laki
70,00
30,00
100,00
Perempuan
50,00
50,00
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 0,833
Pada responden hari libur, hasil yang ditunjukkan yaitu nilai Chi-Square hitung yang juga lebih kecil dari pada nilai Chi-Square tabel (0,833 < 3,841), artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek kognisi pada responden hari libur. Secara menyeluruh, jenis kelamin tidak berhubungan dengan pengetahuan (aspek kognisi) responden terhadap perusahaan. Artinya baik responden yang memiliki jenis kelamin perempuan maupun responden yang memiliki jenis kelamin positif memiliki kognisi tinggi dan rendah terhadap perusahaan. 9.1.2 Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Afeksi Hubungan antara karakteristik jenis kelamin responden dengan aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Crosstab Chi-Square. Tabel 19 menyajikan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari kerja. Tabel 19. Presentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Jenis Kelamin
Total Buruk
Baik
Laki-laki
44,44
55,56
100,00
Perempuan
36,36
63,64
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 0,135
Berdasarkan hasil uji Crosstab Chi-Square, didapat nilai Chi-Square hitung yang lebih kecil daripada nilai Chi-Square tabel (0,135 < 3,841), yang artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek afeksi. Kemudian, pada Tabel 20 akan disajikan informasi mengenai responden hari libur
46
berkaitan dengan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek afeksi responden. Tabel 20. Presentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Jenis Kelamin
Total Buruk
Baik
Laki-laki
30,00
70,00
100,00
Perempuan
10,00
90,00
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 1,250
Pada responden hari libur, hasil yang didapat yaitu nilai Chi-Square hitung yang juga lebih kecil dari pada nilai Chi-Square tabel (1,250 < 3,841), artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek afeksi pada responden hari libur. Secara menyeluruh, jenis kelamin tidak berhubungan dengan perasaaan (aspek afeksi) responden terhadap perusahaan. Artinya baik responden yang memiliki jenis kelamin perempuan maupun responden yang memiliki jenis kelamin positif memiliki afeksi tinggi dan rendah terhadap perusahaan. 9.1.3 Hubungan antara Jenis Kelamin Publik Sasaran dengan Aspek Konasi Hubungan antara karakteristik jenis kelamin responden dengan aspek konasi dapat diketahui melalui uji Crosstab Chi-Square. Tabel 21 menyajikan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek konasi pada kelompok responden hari kerja. Tabel 21. Presentase Responden Hari Kerja menurut Jenis Kelamin dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Jenis Kelamin
Total Rendah
Tinggi
Laki-laki
44,44
55,56
100,00
Perempuan
27,27
72,73
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 0,642
Berdasarkan hasil uji Crosstab Chi-Square, didapat nilai Chi-Square hitung yang lebih kecil daripada nilai Chi-Square tabel (0,642 < 3,841), yang artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek konasi pada
47
responden hari kerja. Kemudian, pada Tabel 22 akan disajikan informasi mengenai responden hari libur berkaitan dengan hasil uji Crosstab Chi-Square antara jenis kelamin responden dengan aspek konasi responden. Tabel 22. Presentase Responden Hari Libur menurut Jenis Kelamin dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Jenis Kelamin
Total Rendah
Tinggi
Laki-laki
40,00
60,00
100,00
Perempuan
20,00
80,00
100,00
Keterangan: Chi-Square hitung = 0,952
Pada responden hari libur, hasil yang didapat yaitu nilai Chi-Square hitung yang juga lebih kecil dari pada nilai Chi-Square tabel (0,952 < 3,841), artinya tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan aspek konasi pada responden hari libur. Secara menyeluruh, jenis kelamin tidak berhubungan dengan kecenderungan (aspek konasi) responden terhadap perusahaan. Artinya baik responden yang memiliki jenis kelamin perempuan maupun responden yang memiliki jenis kelamin positif memiliki konasi tinggi dan rendah terhadap perusahaan. Dengan demikian secara menyeluruh dapat dikatakan H0 diterima sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas strategi pencitraan perusahaan melalui LPF pada responden hari kerja maupun responden hari libur. 9.2
Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF 9.2.1 Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Kognisi Hubungan antara karakteristik usia responden dengan aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkatan usia yang berbeda memiliki aspek kognisi yang berbeda pula. Tabel 23 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara usia publik sasaran dengan aspek kognisi serta hubungan keduanya pada responden hari kerja.
48
Tabel 23. Presentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia Dewasa Awal (18-30 tahun) Dewasa Sedang (31-50 tahun) DewasaTua (>50 tahun)
Aspek Kognisi Rendah
Tinggi
Total
100,00
0,00
100,00
66,67
3,33
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,769 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Berdasarkan Tabel 23, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara usia responden dengan aspek kognisi. Artinya, pada usia yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek kognisi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,769) berarti hubungan antara “usia” dan “aspek kognisi” cukup erat. Kemudian untuk perbandingan pada Tabel 24 disajikan pula hasil uji Rank Spearman antara usia responden dengan aspek kognisi dan hubungan keduanya pada responden hari libur. Tabel 24. Presentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia Dewasa Awal (18-30 tahun) Dewasa Sedang (31-50 tahun) DewasaTua (>50 tahun)
Aspek Kognisi
Total
Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
60,00
40,00
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,694 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Pada Tabel 24, dari output didapatkan hasil signifikansi (0,001) < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada responden hari libur juga ditemukan adanya hubungan antara usia dan aspek kognisi. Koefisien juga ditemukan mendekati satu (0,694) yang berarti hubungan antara “usia” dan “aspek kognisi” yang juga cukup erat. Pada responden hari libur, pada tingkatan usia yang berbeda, aspek kognisi mengenai perusahaan juga dapat berbeda. Responden hari kerja maupun hari libur yang berusia dewasa awal memiliki sikap yang sedikit acuh terhadap Plantera sehingga keinginan mencari informasi mengenai Plantera menjadi rendah. Akibatnya, aspek kognisi yang berusia dewasa
49
awal menjadi rendah. Sementara itu responden berusia dewasa tua atau sedang lebih aktif mencari informasi mengenai Plantera sehingga dapat dilihat aspek kognisi pada kedua kelompok ini cukup tinggi. Secara menyeluruh, dapat dikatakan ada hubungan antara usia publik sasaran dengan aspek kognisi pada responden hari kerja maupun hari hari libur. 9.2.2 Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Afeksi Hubungan antara karakteristik usia responden dengan aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkatan usia yang berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Tabel 25 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara usia publik sasaran dengan aspek afeksi serta hubungan keduanya pada responden hari kerja. Tabel 25. Presentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia Dewasa Awal (18-30 tahun) Dewasa Sedang (31-50 tahun) DewasaTua (>50 tahun)
Aspek Afeksi Buruk
Baik
Total
100,00
0,00
100,00
55,56
44,44
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,732 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Berdasarkan Tabel 25, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara usia responden dengan aspek afeksi. Artinya, pada usia yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek afeksi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,732) berarti hubungan antara “usia” dan “aspek afeksi” cukup erat. Kemudian untuk perbandingan pada Tabel 26 disajikan pula hasil uji Rank Spearman antara usia responden dengan aspek afeksi dan hubungan keduanya pada responden hari libur.
50
Tabel 26. Presentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Usia Dewasa Awal (18-30 tahun)
Aspek Afeksi Buruk
Baik
Total
66,67
33,33
100,00
Dewasa Sedang (31-50 tahun)
0,00
44,44
100,00
DewasaTua (>50 tahun)
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,661 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Pada Tabel 26, dari output didapatkan hasil signifikansi (0,001) < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada responden hari libur juga ditemukan adanya hubungan antara usia dan aspek afeksi. Koefisien juga ditemukan mendekati satu (0,661) yang berarti hubungan antara “usia” dan “aspek afeksi” yang juga cukup erat. Pada responden hari libur, pada tingkatan usia yang berbeda, aspek afeksi mengenai perusahaan juga dapat berbeda. Responden hari kerja maupun hari libur yang berusia dewasa awal memiliki sikap yang sedikit acuh terhadap Plantera sehingga aspek afeksi mengenai Plantera cukup rendah. Sementara itu responden berusia dewasa tua atau sedang lebih tertarik terhadap hal-hal mengenai Plantera sehingga dapat dilihat aspek afeksi pada kedua kelompok ini cukup tinggi. Secara menyeluruh, dapat dikatakan ada hubungan antara usia publik sasaran dengan aspek afeksi pada responden hari kerja maupun hari hari libur. 9.2.3 Hubungan antara Usia Publik Sasaran dengan Aspek Konasi Hubungan antara karakteristik usia responden dengan aspek konasi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkatan usia yang berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Tabel 27 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara usia publik sasaran dengan aspek konasi serta hubungan keduanya pada responden hari kerja.
51
Tabel 27. Presentase Responden Hari Kerja menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi
Usia
Rendah
Dewasa Awal (18-30 tahun) Dewasa Sedang (31-50 tahun) DewasaTua (>50 tahun)
Tinggi
Total
100,00
0,00
100,00
44,44
55,56
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,703 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Berdasarkan Tabel 27, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,001) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara usia responden dengan aspek konasi. Artinya, pada usia yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek konasi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,703) berarti hubungan antara “usia” dan “aspek konasi” cukup erat. Kemudian untuk perbandingan pada Tabel 28 disajikan pula hasil uji Rank Spearman antara usia responden dengan aspek konasi dan hubungan keduanya pada responden hari libur. Tabel 28. Presentase Responden Hari Libur menurut Usia Publik Sasaran dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi
Usia
Rendah
Dewasa Awal (18-30 tahun)
Tinggi
Total
100,00
0,00
100,00
Dewasa Sedang (31-50 tahun)
0,00
100,00
100,00
DewasaTua (>50 tahun)
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,866 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Pada Tabel 28, dari output didapatkan hasil signifikansi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa pada responden hari libur juga ditemukan adanya hubungan antara usia dan aspek konasi. Koefisien juga ditemukan mendekati satu (0,866) yang berarti hubungan antara “usia” dan “aspek konasi” yang juga sangat erat. Pada responden hari libur, pada tingkatan usia yang berbeda, aspek konasi mengenai perusahaan juga dapat berbeda. Responden hari kerja maupun hari libur yang berusia dewasa awal seperti diketahui sebelumnya memiliki sikap yang sedikit acuh terhadap Plantera sehingga
aspek
konasi
mengenai
Plantera
cukup
rendah.
Berdasarkan
52
pengamatan, responden usia dewasa awal hanya menemani atau diajak responden yang lebih tua untuk datang ke Plantera sehingga datang ke Plantera sebenarnya bukan keinginan sendiri. Responden usia dewasa muda juga tidak begitu tertarik dengan fasilitas yang disediakan Plantera. Sementara itu responden berusia dewasa tua atau sedang lebih tertarik terhadap hal-hal mengenai Plantera sehingga dapat dilihat aspek konasi pada kedua kelompok ini cukup tinggi. Secara menyeluruh, dapat dikatakan ada hubungan antara usia publik sasaran dengan aspek konasi pada responden hari kerja maupun hari hari libur. 9.3
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF 9.3.1 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Kognisi Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkat pendidikan yang berbeda memiliki aspek kognisi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 29 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tabel 29. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Tingkat Pendidikan
Total Rendah
Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Tinggi
100,00
0,00
100,00
100,00
0,00
100,00
8,33
91,67
100,00
Keterangan: r = 0,890 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Berdasarkan Tabel 29, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek kognisi. Artinya, pada tingkat pendidikan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek kognisi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,890) berarti hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek kognisi” sangat erat.
53
Kemudian pada Tabel 30 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Tabel 30. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Tingkat Pendidikan
Total Rendah
Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Tinggi
100,00
0,00
100,00
77,78
22,22
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,779 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 30 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek kognisi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,000) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek kognisi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendidikan berbeda memiliki aspek kognisi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,779) menandakan hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek kognisi” juga cukup erat. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dan sedang lebih memiliki aspek kognisi yang rendah pula. Responden berpendidikan rendah tidak terlalu bersikap kritis terhadap Plantera dan cenderung hanya menikmati fasilitas yang diberikan tanpa ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Plantera itu sendiri. Sementara responden bertingkat pendidikan tinggi bersikap lebih kritis dan mencari informasi mengenai Plantera lebih banyak daripada responden yang bertingkat pendidikan rendah. Pengetahuan mengenai Plantera yang dimaksud antara lain seperti standar pelayanan, standar keamanan, sejarah Plantera, dan lain-lain.
54
9.3.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Afeksi Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkat pendidikan yang berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 31 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tabel 31. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Tingkat Pendidikan
Total Buruk
Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Baik
100,00
0,00
100,00
100,00
0,00
100,00
0 0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,986 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Berdasarkan Tabel 31, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek afeksi. Artinya, pada tingkat pendidikan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek afeksi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,986) berarti hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek afeksi” sangat erat. Kemudian pada Tabel 32 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya.
55
Tabel 32. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Tingkat Pendidikan
Total Buruk
Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Baik
100,00
0,00
100,00
77,78
22,22
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,698 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 32 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek afeksi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,001) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek afeksi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendidikan berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,698) menandakan hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek afeksi” juga cukup erat. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dan sedang memiliki aspek afeksi yang buruk pula. Responden berpendidikan rendah dan beberapa responden berpendidikan sedang cenderung hanya menikmati fasilitas yang disediakan dan mereka sebenarnya juga tidak puas dengan fasilitas yang disediakan Plantera. Mereka menganggap Plantera terlalu berlebihan dalam berpromosi sehingga ekspetasi atau harapan mereka terhadap Plantera tidak sesuai dengan kenyataan. Sementara responden bertingkat pendidikan tinggi bersikap lebih kritis dan mencari informasi mengenai Plantera lebih banyak sehingga lebih siap menerima kenyataan daripada responden yang bertingkat pendidikan rendah. Oleh karena itu, responden bertingkat pendidikan sedang menuju tinggi cenderung memiliki afeksi yang baik. 9.3.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Publik Sasaran dengan Aspek Konasi Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek konasi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis
56
apakah publik sasaran pada tingkat pendidikan yang berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 33 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek konasi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tabel 33. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Tingkat Pendidikan Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Total Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
85,71
14,29
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,896 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Berdasarkan Tabel 33, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi (0,000) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek konasi. Artinya, pada tingkat pendidikan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek konasi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,896) berarti hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek konasi” sangat erat. Kemudian pada Tabel 34 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendidikan responden dengan aspek konasi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Tabel 34. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendidikan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Tingkat Pendidikan Rendah (Tamat atau tidak tamat SD) Sedang (SLTP atau SLTA atau sederajat) Tinggi (Pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi)
Total Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
11,11
88,89
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,698 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 34 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan aspek konasi. Hal ini dibuktikan
57
dengan signifikasi (0,001) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan aspek konasi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendidikan berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,698) menandakan hubungan antara “tingkat pendidikan” dan “aspek konasi” juga cukup erat. Responden dengan tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki aspek konasi yang rendah pula. Seperti diketahui pada hasil sebelumnya, responden berpendidikan rendah cenderung kecewa terhadap Plantera karena ekspetasi atau harapan mereka tidak terpenuhi sehingga aspek konasi mereka rendah. Namun, berbeda dengan hasil sebelumnya responden berpendidikan sedang memiliki kecenderungan berperilaku terhadap Plantera. Walaupun merasa dikecewakan oleh Plantera namun responden berpendidikan sedang masih tetap ingin kembali datang ke kebun. Hal ini dikarenakan beberapa fasilitas Plantera yang tersedia yang memenuhi harapan mereka lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan yang tidak. Sementara responden bertingkat pendidikan tinggi cenderung bersikap lebih menerima fasilitas Plantera dikarenakan mereka tidak terlalu berharap lebih terhadap Plantera sehingga aspek konasi mereka ikut tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan publik sasaran memiliki hubungan dengan efektivitas strategi pencitraan perusahaan melalui LPF. 9.4
Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF 9.4.1 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Kognisi Hubungan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkat pendapatan yang berbeda memiliki aspek kognisi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 35 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut.
58
Tabel 35. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Tingkat Pendapatan Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Total Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
31,25
68,75
100,00
Keterangan: r = 0,533 & Sig. (2-tailed) = 0,011**
Berdasarkan Tabel 35, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,011. Karena signifikasi (0,011) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek kognisi. Artinya, pada tingkat pendapatan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek kognisi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,553) berarti hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek kognisi” sangat erat. Kemudian pada Tabel 36 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Tabel 36. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Tingkat Pendapatan Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Total Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
11,11
88,89
100,00
Keterangan: r = 0,903 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 36 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan aspek kognisi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,000) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek kognisi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendapatan berbeda memiliki aspek kognisi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,903) menandakan hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek kognisi” sangat erat.
59
Responden dengan tingkat pendapatan rendah memiliki aspek kognisi yang rendah pula. Responden berpendapatan rendah jarang berkunjung ke tempat yang sejenis dengan kebun buah Plantera seperti kebun buah Mekarsari dan lain-lain. Sehingga responden berpendapatan rendah tidak memiliki bayangan akan seperti apakah Plantera dan berharap terlalu banyak. Responden berpendapatan rendah juga cenderung kurang mencari informasi mengenai Plantera. Hal ini yang kemudian menyebabkan kognisi responden berpendidikan rendah tidak terlalu tinggi. Sementara responden bertingkat pendapatan tinggi bersikap lebih kritis dan mencari informasi mengenai Plantera lebih banyak daripada responden yang bertingkat pendapatan rendah sehingga kognisi mereka dapat lebih baik. 9.4.2 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Afeksi Hubungan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkat pendapatan yang berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 37 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tabel 37. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Tingkat Pendapatan Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Total Buruk
Baik
100,00
0,00
100,00
25,00
75,00
100,00
Keterangan: r = 0,612 & Sig. (2-tailed) = 0,004**
Berdasarkan Tabel 37, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,004. Karena signifikasi (0,004) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek afeksi. Artinya, pada tingkat pendapatan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek afeksi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,612) berarti hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek afeksi” sangat erat.
60
Kemudian pada Tabel 38 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya. Tabel 38. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Tingkat Pendapatan
Total Buruk
Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Baik
36,36
63,64
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,452 & Sig. (2-tailed) = 0,045**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 38 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan aspek afeksi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,045) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek afeksi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendapatan berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,452) menandakan hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek afeksi” kurang erat. Responden dengan tingkat pendapatan rendah memiliki aspek afeksi yang buruk pula. Seperti telah dijelaskan sebelumnya responden berpendapatan rendah jarang berkunjung ke tempat yang sejenis dengan kebun buah Plantera. Sehingga responden berpendapatan rendah tidak memiliki bayangan akan seperti apakah Plantera dan berharap terlalu banyak. Ketika ekspetasi atau harapan mereka terhadap Plantera tidak sesuai dengan kenyataan mereka merasa kecewa terhadap Plantera. Selain itu mereka berpendapat bahwa harga-harga fasilitas yang ditawarkan Plantera masih cukup mahal dan hal tersebut menambah kekecewaan mereka terhadap Plantera. Sementara responden bertingkat pendapatan tinggi bersikap lebih kritis dan mencari informasi mengenai Plantera lebih banyak sehingga lebih siap menerima kenyataan daripada responden yang bertingkat pendapatan rendah. Selain itu, responden tidak terlalu dipusingkan dengan hargaharga fasilitas yang ditawarkan oleh Plantera. Mereka pernah mendatangi obyek
61
wisata yang sejenis sehingga mereka memaklumi pemasangan harga yang sedemikian. Oleh karena itu, responden bertingkat pendapatan sedang menuju tinggi cenderung memiliki afeksi yang baik. 9.3.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan Publik Sasaran dengan Aspek Konasi Hubungan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek konasi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran pada tingkat pendapatan yang berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda terhadap Plantera. Tabel 39 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek konasi pada kelompok responden hari kerja dan hubungan antara kedua variabel tersebut. Tabel 39. Presentase Responden Hari Kerja menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Tingkat Pendapatan Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Total Rendah
Tinggi
100,00
0,00
100,00
18,75
81,25
100,00
Keterangan: r = 0,681 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Berdasarkan Tabel 39, didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,001. Karena signifikasi (0,001) < 0,05, maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek konasi. Artinya, pada tingkat pendapatan yang berbeda, responden pada hari kerja memiliki aspek konasi yang berbeda terhadap Plantera. Koefisien yang mendekati satu (0,681) berarti hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek konasi” sangat erat. Kemudian pada Tabel 40 disajikan hasil uji Rank Spearman antara tingkat pendapatan responden dengan aspek konasi pada kelompok responden hari libur untuk dijadikan perbandingan dengan hasil sebelumnya.
62
Tabel 40. Presentase Responden Hari Libur menurut Tingkat Pendapatan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Tingkat Pendapatan Rendah ( ≤ Rp 1.939.000,00) Tinggi ( > Rp 1.939.000,00)
Total Rendah
Tinggi
54,55
45,45
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,592 & Sig. (2-tailed) = 0,006**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 40 yaitu adanya hubungan antara tingkat pendapatan dengan aspek konasi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,006) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan aspek konasi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur dan pada tingkatan pendapatan berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,592) menandakan hubungan antara “tingkat pendapatan” dan “aspek konasi” juga cukup erat. Responden dengan tingkat pendapatan rendah cenderung memiliki aspek konasi yang rendah pula. Seperti diketahui pada hasil sebelumnya, responden berpendapatan rendah cenderung kecewa terhadap Plantera karena ekspetasi atau harapan mereka tidak terpenuhi sehingga aspek konasi mereka rendah. Namun, pada aspek konasi beberapa dari mereka juga tinggi. Hal ini dikarenakan adanya keinginan beberapa responden berpendapatan rendah untuk kembali apabila kesejahteraan ekonomi mereka lebih baik. Beberapa fasilitas yang tidak sempat mereka nikmati ingin mereka nikmati di kemudian hari apabila pendapatan mereka lebih baik daripada saat ini. Sementara responden bertingkat pendapatan tinggi sudah puas dan menilai beberapa fasilitas yang disediakan Plantera lebih baik dibandingkan dengan obyek wisata sejenis. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan publik sasaran memiliki hubungan dengan efektivitas strategi pencitraan perusahaan melalui LPF. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, hanya jenis kelamin, karakteristik publik yang tidak berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan. Sisanya, yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas strategi pencitraan.
BAB X HUBUNGAN ANTARA KREDIBILITAS PERUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF
Kredibilitas perusahaan diduga memiliki hubungan dengan keefektifan strategi pencitraan Plantera melalui LPF. Persepsi publik dalam penelitian ini dilihat dari kredibilitas perusahaan itu sendiri. Kredibilitas perusahaan yang dinilai oleh publik eksternal secara negatif atau positif juga diduga berhubungan dengan efektif atau tidaknya strategi pencitraan yang diterapkan Plantera melalui LPF di Facebook. Pembahasannya kemudian sebagai berikut. 10.1
Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF
10.1.1 Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Kognisi Hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek kognisi dihubungkan dengan kredibilitas perusahaan. Uji Rank Spearman kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai kredibilitas perusahaan yang berbeda juga memiliki aspek kognisi yang berbeda. Tabel 41 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari kerja dengan aspek kognisi dan hubungan keduanya. Tabel 41. Presentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Kredibilitas Perusahaan
Total Rendah
Tinggi
Negatif
100,00
0,00
100,00
Positif
31,25
68,75
100,00
Keterangan: r = 0,553 & Sig. (2-tailed) = 0,011**
Berdasarkan Tabel 41, terdapat hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,011) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,553) yang berarti hubungan antara ”kredibilitas perusahaan” dan ”aspek kognisi” cukup erat. Dengan kata lain,
64
responden hari kerja yang menilai kredibilitas perusahaan berbeda dapat memiliki aspek kognisi yang berbeda pula. Kemudian, pada Tabel 42 disajikan hasil uji Rank Spearman antara kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari libur dengan aspek kognisi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 42. Presentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Kognisi Kredibilitas Perusahaan
Total Rendah
Tinggi
Negatif
100,00
0,00
100,00
Positif
55,56
44,44
100,00
Keterangan: r = 0,272 & Sig. (2-tailed) = 0,246**
Pada responden hari libur, ditemukan signifikansi (0,246) > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa pada kelompok responden hari libur tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek kognisi. Responden hari kerja yang menilai kredibilitas Plantera secara baik biasanya juga memiliki informasi yang cukup mengenai Plantera sehingga secara tidak langsung aspek kognisi juga cukup tinggi. Selain itu pada responden hari kerja didominasi oleh responden yang berpendidikan tinggi dan berpendapatan tinggi sehingga aktivitas mencari informasi mengenai Plantera cukup banyak dilakukan oleh mereka dibandingkan dengan responden hari libur. Sementara itu yang terjadi pada responden hari libur walaupun respondennya heterogen namun data yang didapatkan cenderung homogen sehingga sulit untuk mencari hubungan khususnya pada kedua variabel yang bersangkutan yaitu kredibilitas perusahaan dan aspek kognisi 10.1.2 Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Afeksi Hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek afeksi dihubungkan dengan perangkat dari kredibilitas perusahaan yaitu kredibilitas perusahaan. Uji Rank Spearman kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai kredibilitas perusahaan yang berbeda juga memiliki aspek afeksi yang berbeda. Tabel 43 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara
65
kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari kerja dengan aspek afeksi dan hubungan keduanya. Tabel 43. Presentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Afeksi Kredibilitas Perusahaan
Total Buruk
Baik
Negatif
100,00
0,00
100,00
Positif
25,00
75,00
100,00
Keterangan: r = 0,612 & Sig. (2-tailed) = 0,004**
Berdasarkan Tabel 43, terdapat hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,004) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,612) yang berarti hubungan antara ”kredibilitas perusahaan” dan ”aspek afeksi” cukup erat. Dengan kata lain, responden hari kerja yang menilai kredibilitas perusahaan berbeda dapat memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Kemudian, pada Tabel 44 disajikan hasil uji Rank Spearman antara kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari libur dengan aspek afeksi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 44. Presentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010 Aspek Afeksi Kredibilitas Perusahaan
Total Buruk
Baik
Negatif
100,00
0,00
00,00
Positif
11,11
88,89
100,00
Keterangan: r = 0,667 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 44 yaitu adanya hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek afeksi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,001) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek afeksi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur yang menilai kredibilitas perusahaan secara
66
berbeda memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,667) menandakan hubungan antara “kredibilitas perusahaan” dan “aspek afeksi” juga cukup erat. Responden yang menilai kredibilitas secara negatif dapat dikarenakan oleh suatu hal yang membuat responden tersebut merasa kecewa. Oleh karena rasa kekecewaan tersebut, aspek afeksi responden tersebut juga ikut menjadi buruk terhadap perusahaan dan produknya. Lain halnya dengan responden yang menilai kredibilitas perusahaan secara positif yang biasanya telah memiliki kepercayaan terhadap apapun yang dihasilkan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, responden yang menilai kredibilitas perusahaan secara positif cenderung memiliki aspek afeksi yang baik dibandingkan dengan responden yang menilai kredibilitas perusahaan secara negatif. Hal ini berlaku pada kedua kelompok responden. 10.1.3 Hubungan antara Kredibilitas Perusahaan dengan Aspek Konasi Hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan efektivitas aspek konasi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek konasi dihubungkan dengan perangkat dari kredibilitas perusahaan yaitu kredibilitas perusahaan. Uji Rank Spearman kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai kredibilitas perusahaan yang berbeda juga memiliki aspek konasi yang berbeda. Tabel 45 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari kerja dengan aspek konasi dan hubungan keduanya. Tabel 45. Presentase Responden Hari Kerja menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Kredibilitas Perusahaan
Total Rendah
Tinggi
Negatif
100,00
0,00
100,00
Positif
18,75
81,25
100,00
Keterangan: r = 0,681 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
Berdasarkan Tabel 45, terdapat hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek konasi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,001) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,681) yang berarti hubungan antara
67
”kredibilitas perusahaan” dan ”aspek konasi” cukup erat. Dengan kata lain, responden hari kerja yang menilai kredibilitas perusahaan berbeda dapat memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Kemudian, pada Tabel 46 disajikan hasil uji Rank Spearman antara kredibilitas perusahaan yang dinilai responden hari libur dengan aspek konasi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 46. Presentase Responden Hari Libur menurut Kredibilitas Perusahaan dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Aspek Konasi Kredibilitas Perusahaan
Total Rendah
Tinggi
Negatif
100,00
0,00
100,00
Positif
22,22
77,78
100,00
Keterangan: r = 0,509 & Sig. (2-tailed) = 0,022**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 46 yaitu adanya hubungan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek konasi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,022) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara kredibilitas perusahaan dengan aspek konasi. Berdasarkan hasil signifikansi dan sajian pada tabulasi silang hubungan kedua variabel menunjukkan hasil yaitu pada responden hari libur yang menilai kredibilitas perusahaan secara berbeda memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,509) menandakan hubungan antara “kredibilitas perusahaan” dan “aspek konasi” juga cukup erat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, responden yang menilai kredibilitas secara negatif dapat dikarenakan oleh suatu hal yang membuat responden tersebut merasa kecewa. Rasa kecewa tersebut mendorong aspek konasi responden tersebut juga ikut menjadi rendah. Sementara itu responden yang menilai kredibilitas secara positif memiliki kecenderungan berperilaku (konasi) yang juga tinggi. Responden yang menilai kredibilitas perusahaan secara baik dikarenakan memiliki kepercayaan yang tumbuh karena performa dan sejarah perusahaan yang baik. Oleh karena itu, reputasi dan kredibilitas menjadi penting dan merupakan modal yang baik untuk pencitraan perusahaan bagi masa-masa berikutnya.
BAB XI HUBUNGAN ANTARA STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF DENGAN EFEKTIVITAS STRATEGI PENCITRAAN MELALUI LPF
Bentuk strategi pencitraan perusahaan dalam penelitian juga diduga memiliki hubungan dengan keefektifan strategi pencitraan Plantera melalui LPF. Pandangan publik terhadap teknik atau bentuk strategi pencitraan perusahaan dalam penelitian diduga berhubungan dengan efektif atau tidaknya strategi pencitraan yang diterapkan Plantera melalui LPF di Facebook. Lebih lanjut pembahasannya adalah sebagai berikut. 11.1
Hubungan antara Strategi Pencitraan melalui LPF dengan Efektivitas Strategi Pencitraan melalui LPF
11.1.1 Hubungan antara Strategi pencitraan melalui LPF dengan Aspek Kognisi Hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan efektivitas aspek kognisi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek kognisi dihubungkan dengan strategi pencitraan melalui LPF. Uji Rank Spearman kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai strategi pencitraan melalui LPF yang berbeda juga memiliki aspek kognisi yang berbeda. Tabel 47 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari kerja dengan aspek kognisi dan hubungan keduanya. Tabel 47. Presentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF
Aspek Kognisi Total Rendah
Tinggi
Buruk
66,67
33,33
100,00
Baik
12,50
87,50
100,00
Keterangan: r = 0,533 & Sig. (2-tailed) = 0,015**
Berdasarkan Tabel 47, terdapat hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek kognisi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,015) < 0,05, sehingga H0
69
ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,533) yang berarti hubungan antara ”strategi pencitraan melalui LPF” dan ”aspek kognisi” cukup erat. Dengan kata lain, setiap responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF berbeda dapat memiliki aspek kognisi yang berbeda pula. Responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara baik biasanya juga memiliki informasi mengenai Plantera yang cukup banyak sehingga aspek kognisinya juga tinggi dan begitu pula sebaliknya. Kemudian, pada Tabel 48 disajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari libur dengan aspek kognisi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 48. Presentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Kognisi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF
Aspek Kognisi Total Rendah
Tinggi
Buruk
100,00
0,00
100,00
Baik
50,00
50,00
100,00
Keterangan: r = 0,408 & Sig. (2-tailed) = 0,074**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 48 yaitu tidak terdapat hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek kognisi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,074) > 0,05, sehingga H0 diterima dan berarti tidak ada hubungan signifikan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek kognisi. Hal ini berarti pada responden hari libur yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara buruk maupun responden yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara baik memiliki aspek kognisi yang rendah dan tinggi pula. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh data yang homogen pada responden hari libur walaupun responden yang mengisi kuesioner merupakan responden yang heterogen. 11.1.2 Hubungan antara Strategi pencitraan melalui LPF dengan Aspek Afeksi Hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan efektivitas aspek afeksi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek afeksi dihubungkan dengan strategi pencitraan melalui LPF. Uji Rank Spearman
70
kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai strategi pencitraan melalui LPF yang berbeda juga memiliki aspek afeksi yang berbeda. Tabel 49 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari kerja dengan aspek afeksi dan hubungan keduanya. Tabel 49. Presentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF
Aspek Afeksi Total Buruk
Baik
Buruk
66,67
33,33
100,00
Baik
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,667 & Sig. (2-tailed) = 0,001**
LPF dengan aspek afeksi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,001) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,667) yang berarti hubungan antara ”strategi pencitraan melalui LPF” dan ”aspek afeksi” cukup erat. Dengan kata lain, setiap responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF berbeda dapat memiliki aspek afeksi yang berbeda pula. Kemudian, pada Tabel 50 disajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari libur dengan aspek afeksi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 50. Presentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Afeksi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF Buruk Baik
Aspek Afeksi Total Buruk
Baik
100,00
0,00
100,00
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 1,000 & Sig. (2-tailed) = 0,000** (angka dalam kurung menunjukkan persentase)
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 50 yaitu adanya hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek afeksi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,000) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek afeksi.
71
Selain itu, koefisien korelasi bernilai satu (1) menandakan hubungan antara “strategi pencitraan melalui LPF” dan “aspek afeksi” sangat erat. Responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara baik biasanya mendapatkan bahwa strategi pencitraan yang baik diwujudkan dengan baik oleh Plantera dalam kenyataan sehingga aspek afeksinya juga tinggi dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, pada responden hari libur juga didapatkan hasil yang sangat signifikan yaitu hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dan aspek afeksi sangat erat. Bagi responden hari libur yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara baik memiliki aspek afeksi yang baik dan responden yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara buruk juga memiliki aspek afeksi yang buruk. 11.1.3 Hubungan antara Strategi pencitraan melalui LPF dengan Aspek Konasi Hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan efektivitas aspek konasi dapat diketahui melalui uji Rank Spearman. Dalam penelitian ini, aspek konasi dihubungkan dengan strategi pencitraan melalui LPF. Uji Rank Spearman kemudian dilakukan untuk menganalisis apakah publik sasaran yang menilai strategi pencitraan melalui LPF yang berbeda juga memiliki aspek konasi yang berbeda. Tabel 51 menyajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari kerja dengan aspek konasi dan hubungan keduanya. Tabel 51. Presentase Responden Hari Kerja menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF
Aspek Konasi Total Rendah
Tinggi
Buruk
58,33
41,67
100,00
Baik
0,00
100,00
100,00
Keterangan: r = 0,599 & Sig. (2-tailed) = 0,005**
Berdasarkan Tabel 51, terdapat hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek konasi pada kelompok responden hari kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji signifikansi yaitu signifikasi (0,005) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Nilai korelasi juga mendekati satu (0,599) yang berarti hubungan antara
72
”strategi pencitraan melalui LPF” dan ”aspek konasi” cukup erat. Dengan kata lain, setiap responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF berbeda dapat memiliki aspek konasi yang berbeda pula. Kemudian, pada Tabel 52 disajikan hasil uji Rank Spearman antara strategi pencitraan melalui LPF yang dinilai responden hari libur dengan aspek konasi dan disertakan pula hubungan keduanya. Tabel 52. Presentase Responden Hari Libur menurut Strategi Pencitraan melalui LPF dan Aspek Konasi, Plantera Fruit Paradise Ngebruk, 2010. Strategi Pencitraan melalui LPF
Aspek Konasi Total Rendah
Tinggi
Buruk
100,00
0,00
100,00
Baik
12,50
87,50
100,00
Keterangan: r = 0,764 & Sig. (2-tailed) = 0,000**
Hasil yang didapat pada responden hari libur pada Tabel 52 yaitu adanya hubungan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek konasi. Hal ini dibuktikan dengan signifikasi (0,000) < 0,05, sehingga H0 ditolak dan berarti ada hubungan signifikan antara strategi pencitraan melalui LPF dengan aspek konasi. Selain itu, koefisien korelasi yang mendekati satu (0,764) menandakan hubungan antara “strategi pencitraan melalui LPF” dan “aspek konasi” yang cukup erat. Responden hari kerja yang menilai strategi pencitraan melalui LPF secara baik biasanya mendapatkan bahwa informasi mengenai fasilitas Plantera yang diberikan dalam LPF sama baiknya dengan kenyataan di lapangan sehingga aspek konasinya juga tinggi dan begitu pula sebaliknya. Responden yang mendapatkan strategi pencitraan melalui LPF tidak begitu baik kemudian mendapati bahwa menurut mereka fasilitas yang dibanggakan di LPF tidak begitu menarik sehingga kekecewaan responden tersebut bertambah dan akibatnya aspek konasi responden tersebut juga ikut rendah. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu, bentuk strategi pencitraan yang digunakan akan menentukan keefektifan strategi pencitraan tersebut. Oleh karena itu, perlu diterapkan perbandingan media dan perbandingan strategi yang digunakan serta analisa konsumen yang akurat sehingga strategi yang diterapkan menjadi tepat sasaran dan tepat guna.
BAB XII PENUTUP
12.1 Kesimpulan 1. Strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF telah cukup efektif, dalam artian strategi tersebut telah berhasil meningkatkan pemahaman publik terntang Plantera, meningkatkan perasaan suka terhadap Plantera, serta mendorong responden untuk mengunjungi Plantera. 2. Variabel jenis kelamin tidak berhubungan dengan variabel efektivitas strategi pencitraan melalui LPF pada kedua kelompok responden. Artinya, pemahaman, perasaan suka terhadap Plantera, dan kecenderungan untuk mengunjungi Plantera pada tiap jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) adalah sama. 3. Variabel usia publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan variabel efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang usia, pemahaman, perasaan suka terhadap Plantera, dan kecenderungan untuk mengunjungi Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi usia responden maka semakin baik pula pemahaman mengenai Plantera, perasaan suka terhadap Plantera, dan kecenderungan responden untuk mengunjungi Plantera. 4. Variabel tingkat pendidikan publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan variabel efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang pendidikan, pemahaman, perasaan suka terhadap Plantera, dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan suka, dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera. 5. Variabel tingkat pendapatan publik sasaran pada kedua kelompok responden berhubungan dengan variabel efektivitas strategi pencitraan melalui LPF. Artinya, pada tiap jenjang pendapatan, pemahaman, perasaan suka terhadap Plantera, dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin tinggi tingkat
74
pendapatan responden maka semakin baik pula pemahaman, perasaan suka, dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera. 6. Kredibilitas perusahaan juga ditemukan berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF yaitu pada aspek afeksi dan aspek konasi untuk kedua kelompok responden. Artinya, pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai kredibilitas perusahaan, perasaan suka dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera juga ditemukan berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap kredibilitas perusahaan maka semakin baik pula perasaan suka dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera. Pada responden hari kerja, kredibilitas perusahaan juga ditemukan berhubungan dengan aspek pemahaman. Hubungannya positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap kredibilitas perusahaan maka semakin baik pemahaman responden terhadap Plantera. Sementara pada responden hari libur, kredibilitas perusahaan ditemukan tidak berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai kredibilitas perusahaan, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan sama. 7. Strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan efektivitas strategi pencitraan Plantera Fruit Paradise melalui LPF yaitu pada aspek afeksi dan aspek konasi untuk kedua kelompok responden. Artinya, pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, perasaan suka terhadap Plantera dan kecenderungan responden mengunjungi Plantera ditemukan juga berbeda. Hubungan bersifat positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula perasaan suka terhadap Plantera dan kecenderungan mengunjungi Plantera. Pada responden hari kerja, strategi pencitraan melalui LPF juga ditemukan berhubungan dengan aspek pemahaman. Hubungannya juga positif yang bermakna semakin baik penilaian responden terhadap strategi pencitraan melalui LPF maka semakin baik pula pemahaman responden terhadap Plantera. Sementara pada responden hari libur, strategi pencitraan melalui LPF ditemukan tidak
75
berhubungan dengan aspek pemahaman. Hal ini berarti pada tiap responden yang menilai berbeda mengenai strategi pencitraan melalui LPF, pemahaman responden terhadap Plantera ditemukan tidak berbeda. 12.2 Saran 1. Berkaitan dengan hasil temuan dalam penelitian, Plantera diharapkan menambah fasilitas yang menarik bagi konsumen yang berumur dewasa awal. Fasilitas yang dapat ditambahkan dapat area hot-spot atau adventure games yang lebih cocok bagi konsumen berumur dewasa awal yang masih berjiwa bebas, menyukai petualangan, dan canggih (melek teknologi). 2. Bagi PT. Plantera sebagai pengelola Plantera Fruit Paradise dan LPF “Plantera Fruit Paradise Ngebruk” sebaiknya memiliki website pribadi dan mengadopsi beberapa kelebihan LPF untuk website pribadi Plantera di kemudian hari. Hal ini dilakukan karena LPF memiliki kelemahan seperti modifikasi desain web yang terbatas dan untuk mengakses informasi lebih lengkap, tamu/pengunjung LPF diharuskan memiliki akun Facebook. 3. Apabila perusahaan ingin tetap meneruskan penggunaan LPF, maka perlu diadakan penambahan informasi di dalam LPF mengenai Plantera dan produk-produk yang ditawarkan perusahaan. Informasi mengenai rute menuju lokasi wisata, nomor yang dapat dihubungi dan foto-foto produk atau lokasi wajib dicantumkan di lokasi yang mudah ditemukan. 4. Untuk
menjaring
calon
pengunjung/wisatawan
potensial,
apabila
memungkinkan sebaiknya perusahaan juga memperkuat promosi di bidang yang lain seperti media cetak atau elektronik lainnya. Perusahaan perlu menganalisis kembali kekuatan dan kelemahan media promosi yang telah ditempuh sehingga memperkuat media promosi yang telah berpengaruh baik dan memperbaiki media promosi yang lemah sehingga dapat menjaring konsumen lebih banyak dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Asep. H. 2008. Analisis Teoritis Tentang Media Massa. http://ahmedleiza.blogspot.com/analisis-teoritis/tentang-media-massa.html, diakses 20 Januari 2010, pukul 08:31 WIB. Arnold, Benedictus. 2003. Peranan Hubungan Masyarakat dalam Era Informasi. Jurnal Ilmiah Universitas Pelita Harapan, Vol. VI, No.2, Agustus 2003. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pelita Harapan. Berlo, 1960. The Process of Communication. An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Cutlip, Scott M, Allen H Center, Glen M. Broom. 2000. Effective Public Relations. Prentice Hall, Inc: New Jersey. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Haque, Ahsanul, Arun K. Tarofder, Shameem Al Mahmud. 2006. Internet Advertisement: Helps To Build Brand. International Islamic University Malaysia. Malaysia Heryanto. 2009. Ruang Publik Komunitas Virtual. http://www.uinjkt.ac.id/index.php/section-blog/28-artikel/117-ruang-publikkomunitas-virtual.html, diakses 10 Juni 2010 pukul 19.43 WIB. Iriantara, Yosal. 2005. Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Simbiosa Rekatama Media: Bandung. Jahi, Amri. 1993. Media Cetak dan Pembangunan Perdesaaan di Negara-negara Dunia Ketiga. Dalam Komunikasi Massa dan Pembangunan di Negaranegara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar (Editor Amri Jahi). Jakarta: PT Gramedia. Joachimsthaler, Erich dan David A. Aaker. 1997. Building Brands without Mass Media. http://www.bus.iastate.edu/kpalan/mkt504/Joachimsthaleraaker.pdf. diakses pada 04 November 2009, pukul 17.17 WIB Lesly, Philip. 1991. Lesly’s Handbook of Public Relations and Communication. Probus Publishing Company: Chicago. Mardianto, 2010. Perbedaan Grup dengan Halaman Fan Page Facebook. http://blog.mardianto.com/2010/02/-perbedaan-grup-dengan-halaman-fanpage-Facebook/ diakses 18 Juni 2010 pukul 21.25 WIB. Mulyana, Iman dan Dwi Suwandi. 2003. Citra Perusahaan. http://www.eiman.uni.cc/citra_perusahaan.pdf diakses 04 November, pukul 16.59 WIB. Muplihah, Laela. 2005. Strategi Public Relations dalam Membentuk Citra Perusahaan (Studi Kasus PT Syarikat Takaful Indonesia). Skripsi Sarjana (tak diterbitkan), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
77
Mustafa. 2000. Accidental Sampling. http://www.osun.org/accidentalsampling diakses pada tanggal 20 November 2010, pukul 19.43 WIB. Power, John. 2005. A Conceptual Model Of The Influence Of Brand Trust On Relationship Between Consumer And Company Image. http://eprints.wit.ie/468/1/a_conceptual_model_of_the_influence_of_brand _trust_on_the_relationship_between_consumer_and_company_image_(200 5).pdf diakses pada 04 November 2009, pukul 17.15 WIB. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Putri, Werda Andritya. 2005. Analisis Opini Publik Internal terhadap Pelaksanaan Fungsi dan Tugas Public Relations dalam Upaya Membangun Citra Perusahaan (Kasus Karyawan di Kantor Pusat PT Asuransi Takaful Umum, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan). Skripsi Sarjana (tak diterbitkan), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Redjeki, Siti. 2003. Tanggapan Pelanggan Terhadap Citra PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Cicalengka Kabupaten Bandung. Tesis (tak diterbitkan), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rozi,
Zaenal A. 2009. Dasar Pengenalan tentang Internet. http://www.scribd.com/doc/19802347/Dasar-Pengenalan-tentang-Internet. diakses pada 04 November 2009, pukul 17.22 WIB.
Rumanti, Maria Assumpta. 2002. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktik. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta. Ruslan, Rosady. 2003. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. ____________ . 2008. Manajemen Public Relations&Media Komunikasi (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES Indonesia: Jakarta. Siregar, Ashadi. 2008. Hubungan Dengan Media: Strategi Publisitas Korporasi. http://ashadisiregar.files.wordpress.com/2008/08/hubungan-dengan-mediastrategi-korporasi.pdf. diakses pada 04 November 2009, pukul 17.25 WIB. Sosiawan, Edwi Arief. 2001. Kajian Internet Sebagai Media Komunikasi. Tesis (tak diterbitkan), PPS UNPAD, Bandung Subagyo. 2007. Efektivitas Komunikasi Pembelajaran dengan Mode Distance Learning Berbasis Website. Tesis (tak diterbitkan), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
78
Sugiah M., Siti. 2008. Modul Kuliah Pendidikan Orang Dewasa. Bogor Sutoyo, Siswanto. 2004. Membangun Citra Perusahaan. Penerbit PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta. Tirtawinata, M.R. dan L. Fachruddin. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya: Jakarta. Wahyuni, E.S. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Penerbit Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: Bogor.
LAMPIRAN
80
LAMPIRAN 1 Struktur Organisasi Manager Agrowisata
Bagian Umum & Prasarana
Sub bagian cleaning service Sub bagian petugas parkir Sub bagian kebersihan kebun Sub bagian supir wisata
Bagian Wisata
Bagian Toko Dan Restoran
Sub bagian customer service
Sub bagian kasir
Sub bagian pemandu wisata Sub bagian pemandu fruit paradise
Sub bagian penjaga counter Sub bagian penjaga toko bibit
Bagian Marketing
Bagian Keuangan dan Akunting
Bagian Keuangan dan Akunting
Bagian Keuangan dan Akunting
81
LAMPIRAN 2 Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian :
KUESIONER Assalamualaikum wr.wb Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 2006. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “STRATEGI PENCITRAAN PERUSAHAAN (CORPORATE BRANDING) MELALUI MEDIA VIRTUAL (Kasus Plantera Fruit Paradise, PT. Plantera, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal)”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1). Saya berharap Bapak/Ibu bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan apa adanya. Apapun jawaban Bapak/Ibu, akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban Bapak/Ibu akan saya jamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Atas ketersediaan dan waktu Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Hormat saya, Rinaldy Yusuf
82
Screening (Pertanyaan Saringan) (Sebelum menjawab, harap menjawab pertanyaan awal berikut, coret yang tidak mencerminkan jawaban anda) • Apakah anda pernah mengakses Facebook Fan Page (LPF) Plantera Fruit Paradise? ( Ya / Tidak ) • Jika jawaban anda Ya, harap meneruskan mengisi kuesioner dan jika tidak, berhenti hingga di sini. Terimakasih. I. Karakteristik Responden Lingkari dan isilah titik-titik pada kolom pernyataan dibawah ini sesuai dengan identitas anda 1. Nama ……………………………………………….. 2. Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Umur
……................. Tahun
4. Pendidikan terakhir
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. S1 5. S2
5. Pendapatan (Rp/Bulan)
……………………………………………………
II. Kredibilitas Perusahaan Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukan keadaan yang sebenarnya BUKAN harapan anda No. Pernyataan Sangat Tidak Cukup Baik Sangat Tidak Baik Baik Baik Plantera merupakan perusahaan 1. dengan reputasi baik tidak pernah menipu konsumennya atau memperjualbelikan produk ilegal. Reputasi Plantera sebagai 2. pencipta lapangan kerja bagi masyarakat sekitar kebun. Plantera memenuhi tanggung 3. jawab sosialnya dalam bentuk sumbangan atau pengembangan masyarakat sekitar. Riwayat hidup pemilik Plantera 4.
83
5. 6.
7.
yang tidak pernah terlibat kasus kriminal. Hubungan Plantera dengan masyarakat setempat. Karakter pribadi karyawan yang berkerja di kebun Plantera. Kecukupan aset/kekayaan yang dimiliki Plantera.
III. Sikap Publik Sasaran Terhadap Perusahaan Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukan keadaan yang sebenarnya BUKAN harapan anda No. Pernyataan Benar Salah A
Aspek Kognisi
1.
Plantera merupakan kebun buah terbesar di Jawa Tengah
2.
Plantera menyediakan buah-buahan tropis
3.
Kebun Plantera terletak dekat pusat kota Semarang, Simpanglima Program wisata di Plantera hanya memiliki satu program wisata Plantera Fruit Safari adalah salah satu program wisata di Plantera Plantera hanya menyediakan satu jenis tanaman buah tropis Kebun Plantera tidak menanam durian
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Plantera terletak di Kebun Ngebruk, Desa Sidokumpul, Patean, Kabupaten Kendal Kebun Plantera terletak di areal perbukitan Plantera tidak memiliki resto dan mart di dalam kompleks kebun
Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukan keadaan yang sebenarnya BUKAN harapan anda Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat No. Tidak Setuju Setuju Setuju B Aspek Afeksi 1.
Anda menyukai kebun buah Plantera
84
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. C 1. 2.
3.
4. 5. 6.
7.
8. 9.
Anda merasa kebun buah Plantera adalah tempat yang tertib Anda merasa kebun buah Plantera tempat yang aman Anda merasa kebun buah Plantera adalah tempat yang sejuk Anda merasa kebun buah Plantera tidak ramah dalam pelayanannya Anda merasa Plantera menambah pengetahuan anda tentang buah Anda merasa kebun buah Plantera adalah tempat yang panas Anda merasa kebun buah Plantera tidak lengkap koleksi buahnya Anda merasa kebun buah Plantera tidak memiliki lokasi yang mudah ditemui Anda merasa kebun buah Plantera memiliki tiket masuk yang mahal Aspek Konasi Anda ingin mengunjungi Plantera bersama keluarga anda atau relasi Anda ingin menikmati buah-buahan tropis yang disediakan Plantera langsung di kebun Anda ingin membeli buah-buahan Plantera sebagai oleh-oleh bagi rekan atau saudara anda. Anda ingin memiliki foto diri anda di halaman kebun Plantera Anda ingin rutin datang mengunjungi Plantera tiap liburan Anda ingin mencoba salah satu program wisata yang ditawarkan Plantera Anda ingin berkeliling menggunakan mobil mengitari kebun buah di Plantera Anda tertarik mencoba menu restoran di dalam kompleks Plantera Anda ingin secara rutin membeli dan
10.
85
mengkonsumsi produk buah dari kebun buah Plantera Anda ingin merasakan kesejukan udara dan menyaksikan keindahan pemandangan di sekitar Plantera
IV. Strategi Pencitraan Melalui LPF (Facebook Fan Page) Plantera Beri tanda checklist (√) pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda yang menunjukan keadaan yang sebenarnya BUKAN harapan anda No. Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Setuju Setuju Foto-foto kegiatan Plantera yang 1. diupload di LPF tampak jelas dan menarik. Informasi harga, waktu panen buah, 2. dan jadwal program wisata di LPF cukup lengkap. Pilihan kata yang digunakan dalam 3. kalimat informasi LPF mengenai Plantera tepat dan mudah dimengerti. LPF rutin di perbaharui tiap 4. minggunya sehingga informasinya selalu baru. Kalimat yang digunakan dalam 5. LPF menarik dan membuat anda tertarik untuk mengunjungi Plantera