Intisari TESIS
STRATEGI PENATAAN SPOT–SPOT WISATA DAN JALUR PEDESTRIAN PENGHUBUNGNYA DI KAWASAN PUSAT KOTA MANADO Petra Christian (32 08 203 001)
1. Pendahuluan Latar Belakang •
•
•
•
Kesenjangan antara Kenyataan dan Obsesi Kemajemukan sebuah kota memiliki potensi yang dapat digali dan dioptimalkan, termasuk masalah yang harus ditemukan solusinya guna mewujudkan cita-cita, yang ingin menjadikan Manado sebagai Kota Pariwisata Dunia dan Kota Go-Internasional (Program Strategis Pemerintah Kota Manado) ‘Weakness more than Strength’ Dominasi permasalahan, yakni belum optimalnya spot-spot ‘urban tourism’, menyebabkan potensi yang dimiliki ‘seolah-olah redup’ oleh konotasi eksistensi kota Manado sebagai salah satu kota di Indonesia (negara dunia ke tiga) dengan permasalahannya yang kompleks (Karyono, 2005 ) Kualitas visual spot wisata Perlunya suatu strategi penataan spot-spot wisata, dengan kualitas visual yang lebih memiliki karakter dan menarik perhatian / ‘point of interest’ (Burns, 1993; Feilden, 1994). Kualitas kenyamanan jalur pedestrian Perlunya strategi penataan jalur pedestrian dengan kualitas kenyamanan (walkabilitas) yang dapat mendukung fungsinya sebagai elemen linkage antar spot wisata serta menjadi ‘benang merah’ untuk suatu kesatuan konteks fisik maupun non fisik (Moughtin, 1998)
1. Pendahuluan Rumusan Masalah • Karakter fisik tiap spot wisata yang belum cukup kuat dalam mendukung perannya sebagai objek point of interest bagi lingkungan sekitarnya, dalam konteksnya sebagai spot/objek wisata yang ‘berdaya tarik’ • Walkabilitas atau kelayakan dari jalur pedestrian sebagai salah satu elemen linkage, belum cukup mendukung hubungan pergerakan (linkage of movement) antar spot wisata
Pertanyaan Penelitian Bentuk strategi seperti apa yang akan digunakan dalam menata tiap spot wisata dan jalur pedestrian penghubungnya? Seperti apa contoh implementasinya secara fisik? (dalam konteks urban desain)
Tujuan Penelitian Untuk merumuskan bentuk strategi dan korelasi teori (dan standart) untuk penataan spot-spot wisata dan jalur pedestrian yang menghubungkannya, pada contoh kasus di kawasan pusat Kota Manado
Sudut Tinjau Penelitian Bertitik tolak pada konteks dan ranah penelitian akademis yang berorientasi pada penggunaan dan telaah teori serta implementasinya pada sebuah kasus, melalui pengamatan di lapangan
2. Tinjauan Literatur
Aspek Pariwisata sebagai subjek yang melingkupi keseluruhan penelitian
Pemahaman Dasar Pariwisata
Menjadi landasan awal dalam menetukan cakupan dan batasan dalam penataan spot wisata sebagai objek kajian Menjelaskan 2 aspek yang mendasar dari sisi kesamaan dan perbedaannya antara rekreasi dan wisata, guna dapat mengelompokan pelaku yang terlibat didalamnya. Referensi : (Baud-Bovy dan Lawson, 2002)
Lingkup pelaku wisata
Memberi gambaran terhadap lingkup keterlibatan pelaku wisata, dimana terdapat pemakai (sebagai pihak yang prioritaskan ) dan penyedia Reverensi :(Baud-Bovy dan Lawson, 2002)
Pengelompokan obyek Wisata
Mengkategorikan objek wisata dan relevansinya dengan studi yang dilakukan serta hubungannya dengan bentuk wisata kota Referensi :(Yuti, 1998)
Merupakan gambaran wisata dalam konteks kota dan elemennya Konsep wisata kota dan sebagai objek wisata serta gambaran hasil penelitian yang berkaitan perbandingan penelitian dengan wisata kota sejenis Referensi : (Ashworth ,1989 ; Blank ,1994; Fainstein dan Judd, 1999 ;Mullins ,1999)
2. Tinjauan Literatur Aspek Penataan spot wisata sebagai obyek fisik yang akan ditata Aspek Jati diri bagi spot-spot wisata
Kualitas fisik dan visual image Lingkup atau scope dalam penataan
Menjadi ‘pengontrol’ sekaligus mempertajam implementasi penataan dalam konteks peremajaan kembali spot wisata, termasuk akan modal utama daya tarik wisata. Referensi : (Gibberd ,1970; Lynch, 1990 Budihardjo,1997; Syamsurisal ,2001)
Menjadi fokus dalam aspek penataan bangunan dan ruang luar, dimana kualitas fisik dan visual image dibentuk oleh karakteristik bentuk bangunan dan ruang luar. Referensi: (Lynch, 1990; Shirvani ,1984; Smardon dalam Sunarimahingsih, 1995;Vining dan Stevens dalam Sunarimahingsih, 1995; Tony Hiss, 1990; Cullen ,1961; dan Bentley,1987)
Menjelaskan aspek berkaiatan dengan lingkup secara spasial dalam konteks penataan spot wisata Referensi :(Catanese dan Snyder, 1979)
-Elemen perancangan kota sebagai unsur makro -Referensi : (Shirvani, 1984)
Unsur–unsur yang berkaitan dengan penataan spot wisata
-Bentuk, gaya dan elemen bangunan sebagai unsur mikro dalam konteks penataan bangunan pada spot wisata Referensi : (Christian Norberg dalam Hendraningsih, 1985; Ching ,1979; dan Hendraningsih dkk., 1985)
-Kategori Ruang Luar dan unsur-unsur ruang luar sebagai unsur mikro dalam konteks penataan ruang luar pada spot wisata Referensi : (Ashihara, 1993 dan Hakim, 1991)
2. Tinjauan Literatur
Aspek penataan Jalur pedestrian penghubung sebagai obyek fisik yang akan ditata Teori Dasar Linkage System
Sistim jalur pejalan kaki sebagai model penerapan linkage
Landasan pemahaman dalam mengidentifikasikan sistim linkage yang sudah ada atau dalam membuat linkage yang baru Referensi :(Zand, 1999; Rowe, 1999; dan Maki ,1984)
Memberi gambaran terhadap implementasi linkage pada sistim jalur pejalan kaki sebagai fokus kajian bagi penataan jalur pedestrian penghubung. Hal tersebut berkaitan dengan aspek : • Kriteria lokasi yang membutuhkan fasilitas pedestrian, • Defenisi dan klasifikasi fasilitas pedestrian, • Prinsip penataan fasilitas pedestrian, • Kriteria kualitas fasilitas pedestrian • Persyaratan fasilitas pendukung jalur pedestrian. Referensi :( Broadbent,1984; Shirvani, 1985; Bentley,1987; Ashihara, 1993;Elmanisa, 2008; Jacobs, 1995; Rubenstein,1997; Ulterman,1998; Cutler, 2002) Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga No. 32/T/BM/1999; Highway Capacity Manual dalam Elmanisa, 2008; Syaifiidian dalam Elmanisa, 2008; Harris dan Dines. 1988 dalam Elmanisa, 2008)
2. Tinjauan Literatur
Pokok –pokok yang menjadi komponen penelitian Aspek Pariwisata • Wisatawan • Masyarakat setempat • Penyedia jasa • Sajian wisata (tourist attraction) • Keterkaitan antar spot wisata (linkage)
Aspek Penataan Spot (Bangunan dan Ruang Luar) Wisata Bangunan • BRC dan GSB • Ketinggian bangunan • Gaya arsitektur • Konfigurasi massa • Komposisi façade • Bentuk atap • Warna dan material • Ornament dan elemen vokal point.
Ruang luar • Sirkulasi • Parkir • Pedestrian way (internal atau sekitar spot) • Penghijauan jalan • Taman • Perabot Ruang luar
Aspek Jalur Pedestrian penghubung antar spot • Kejelasan (Conspicuous) • Kenyamanan (Comfortable) • Kesesuaian/ kecocokan (Convenient) • Keramahan (Convivial)
3. Metode Penelitian Pendekatan Penelitian •
Didasarkan pada upaya memecahkan permasalahan atas kondisi kualitas fisik spot-spot wisata dan sistim linkagenya, maka pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini akan berlandaskan pada paradigma positivistik. Berpikir positivistik merupakan cara berpikir yang spesifik terhadap aspek-aspek empiris yang diamati. (Maleong, 1998)
•
Jenis Penelitian • •
•
•
Penelitian ini merupakan kombinasi jenis penelitian observatif, deskriptif dan preskriptif Penelitian observatorif atau pengatamatan dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik spot-spot wisata di kawasan pusat Kota Manado, serta walkabilitas jalur pedestrian yang menghubungkannya Penelitian ini juga bersifat deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan memaparkan dan menyajikan suatu liputan peristiwa melalui identifikasi substansi masalah pada tiap spot wisata dan jalur pedestrian penghubungnya Selain itu penelitian ini juga bersifat preskriptif, yakni dengan melakukan tahapan perumusan tindakan untuk memecahkan masalah dalam upaya menata spot-spot wisata dan jalur pedestrian penghubungnya
3. Metode Penelitian
Komponen dari aspek pariwisata sebagai subjek yang melingkupi keseluruhan penelitian Komponen
Defenisi Operasional
Wisatawan
Tanggapan/persepsi ketertarikan pada kualitas fisik spot wisata
Masyarakat setempat
Tanggapan/ persepsi terkait peningkatan maupun kemerosotan kualitas fisik spot wisata
Penyedia jasa
Sajian wisata (tourist attraction) Keterkaitan antar spot wisata (linkage)
Komponen dari aspek spot wisata sebagai objek yang akan ditata (bangunan)
Langkah yang telah diambil dalam upaya meningkatkan potensi dan menyelesaikan masalah Kategori berdasarkan jenis wisata dan minat pada masing-masing spot wisata Alternatif hubungan yang disesuaikan dengan kondisi kontekstualnya
Komponen
Defenisi Operasional
BCR dan GSB
Konsekuensi kesan ruang yang terbentuk diantara bangunan serta terkait kerapatan dan pemunduran bangunan
Ketinggian bangunan
Kesan ruang yang terbentuk dari ketinggian bangunan, terkait dengan skala dari perbandingan D/H
Gaya arsitektur
Estetika bangunan, terkait tingkat atraktif, menarik, sesuai dan serasi
Konfigurasi massa
Kesan dari karakter bentuk, terkait kesan stabil, kokoh, dinamis, dan lembut
Komposisi facade
Kesan dari karakter bentuk, terkait aspek proporsi, skala, irama dan aksentuisasi
Bentuk atap
Kesesuaian dan keserasian dalam aplikasi atap sebagai elemen pengakhiran dan pembentuk skyline
Warna dan material
Keserasian, dominan, aksentiusasi dan variasi
Ornament dan elemen vokal point
Keunikan, nilai estetika, makna, eye-catching atau menarik perhatian dan kejelannya
Komponen dari aspek spot wisata sebagai objek yang akan ditata (ruang Luar) Komponen
Defenisi Operasional
Sirkulasi
Intensitas, kelancaran, kesesuaian dan kejelasan arah
Parkir
Keterpenuhan terhadap kebutuhan dan kesesuainnya
Penghijauan jalan
Keteduhan, kesamaan, variasi, estetika dan kesesuaiannya
Taman
Kualitas visual dan pengalokasian space
Pedestrian way (internal atau sekitar spot)
Kesesuaian dan kenyamanan
Perabot Ruang luar
Kelengkapan, keunikan dan estetika desain perabot
3. Metode Penelitian Komponen dari aspek jalur pedestrian penghubung antar spot sebagai objek yang akan ditata Komponen
Defenisi Operasional
Kejelasan/ Conspicuous
Ketersediaan, kecukupan, keinformatifan dan kerepresentatifan dari sistim rambu,penanda, serta marka
Kenyamanan/ Comfortable
Kerindangan, keleluasaan gerak, kesesuaian material penutup dari jalur pedestrian
Kesesuaian/ Convenient
Tingkat pemenuhan standart kelayakan pada jalur pedestrian
Keramahan/ Convivial
Tingkat keamanan jalur pedestrian yang bebas dari perasaan was-was dan bersahabat
3. Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data • Data Primer : Observasi, Wawancara, dan Kusioner sebagai pendukung (second opinion) • Data Sekunder : Studi literatur dan institusional (teori, standart, kebijakan, arsip, peta, dsb)
Kategori dan jumlah respoden • Untuk pengumpulan data dengan wawancara dan kuisioner akan ditentukan responden yang dipilih dengan metode purposive random • Responden akan meliputi 4 kategori, yakni : Wisatawan, Pengelola jasa/pemilik spot wisata, Masyarakat setempat, dan Expert (pemerhati, ahli, pemerintah) • Jumlah responden ditentukan untuk masing-masing spot adalah 30 responden dan 20 responden untuk rute pedestrian (dengan tolerasi valid hingga 10%) • Untuk proporsi jumlah responden berdasarkan kategorinya akan disesuaikan dengan kondisi lapangan, namun sebagai acuan ditentukan perbandingan 1 expert : 2 pemilik/pengelola : 3 wisatawan : 4 masyarakat setempat
Teknik Penyajian Data • Untuk data yang diperoleh akan disajikan berdasarkan klasifikasi jenis datanya • Data akan dikonversi dalam bentuk penjelasan deskiptif dengan dilengkapi ilustrasi untuk kepentingan analisa. • Untuk hasil kuisioner yang menjaring data persepsi akan diolah dengan tabulasi persentasi • Penyajian data dilengkapi pula uraian tulisan untuk mendukung makna dan relevansinya • Data observasi atau pengamatan visual akan disajikan dalam bentuk foto, gambar dan sketsa dilengkapai keterangan yang mendukung. • Untuk data literatur dan sejenis hasil survey sekunder disajikan secara naratif dalam format deskriptif atau uraian (sifatnya sebagai tambahan/pelengkap)
3. Metode Penelitian Metoda Analisa • Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda evaluasi. (Jones,1992) • Metoda analisis evaluasi merupakan bentuk analisa kualitatif didalamnya berisi uraian hasil pengamatan, identifikasi dan preskriptif. • Metode evaluasi merupakan metoda analisis yang dilakukan dengan menggunakan kriteria seleksi berupa parameter atau indikator yang didasarkan pada kajian teori, standart dan sejenisnya. • Metode analisa ini terbagi atas dua tahapan, yaitu proses Identifikasi dan proses evaluasi. Teknik Analisa Merujuk pada metoda analisa selanjutnya digunakan model teknik analisis yang dibagi atas 2 bagian, ( Urban Design Toolkit MFE , 2006 dan Glenferrie walkability study, 2008 ) yakni : • Character Appraisal Analysis atau analisa penilaian karakter untuk menentukan kesesuaian treatment atau bentuk preskripsi dalam perumusan strategi penataan spot wisata • Walkability analysis atau analisa kapabilitas dan kelayakan suatu jalur untuk dilalui oleh pejalan kaki, untuk aspek perumusan strategi penataan jalur pedestrian penghubung antar spotnya
4. Gambaran Objek (Data) 1. TKB (edukasi sejarah, sosiokultur, informasi dan orientasi, belanja, istirahat/santai ) 2. Pelabuhan Manado (edukasi sejarah, sosiokultur, heritage, wisata air, titik transit ke taman laut (Bunaken) 3. Jalan Roda (wisata sosio-kultur, kuliner-ringan, belanja, istirahat/santai 4. Sentrum (wisata religi, edukasi sejarah dan heritage) 5. Klenteng (wisata religi, sosiokultur, heritage, kuliner) 6. Kampung Arab (wisata religi, (sosiokultur, heritage, kuliner) 7. Jalan Wakeke (wisata kuliner, belanja dan istirahat/santai)
1
2
2 6 3
3 5 1 4
4 5
7
6
7
Sebaran spot wisata
4. Gambaran Objek (Data) 1
9
5 6
8
7
2
3
7 2 3 6
Sarapung
2
Dotulolong Lasut
3
Walanda Maramis
4
Dr. Sutomo
5
Sisingamangaraja
6
Sudirman
7
MT. Haryono
8
Panjaitan
9
S. Parman
4
8 4 1 9 5
1
JARINGAN JALUR PEDESTRIAN
5. Analisa dan hasil pembahasan Alur analisa ANALISA POSITIONING (melakukan analisa terhadap posisi spot wisata dalam hubungannya dengan struktur ruang kota serta kaitan antar satu spot dengan spot lainnya) ASPEK YANG DITINJAU DATA (observasi lapangan dan persepsi sebagai ‘second opinion’) • Identifikasi kondisi eksisting Spot wisata • Identifikasi kondisi eksisting jalur linkageny(fokus pada sistim pedestrian )
• Orientasi spot wisata dalam struktur ruang kota • Spot wisata dan sajiannya (attraction) • Tinjauan bentuk hubungan antar spot wisata
Simpulan eksistensi spot dan jalur pengubungnya (sebagai landasan bagi pendalaman eksistensi tiap-tiap spot dan jalur penghubung yang difokuskan pada jalur pejalan kaki)
ANALISA CHARACTER APPRAISAL ( melakukan analisa terhadap karakteristik fisik bangunan dan lingkungan berdasarkan hasil pengamatan dan persepsi responden) ASPEK YANG DITINJAU 1) Bangunan yang meliputi; (a) BCR dan Sempadan, (b) Ketinggian bangunan, (c) Gaya arsitektur, (d) Konfigurasi massa, (e) Komposisi façade, (f) Ornament dan elemen vokal poin, (g) Warna dan material, (h) Bentuk atap (2) Ruang luar yang meliputi : (a) Sirkulasi (b) Parkir, (c) Penghijauan jalan (d) Taman, (e) Pedestrian way pada internal atau sekitar spot, (f) Perabot ruang luar
Simpulan analisa karakteristik spot
Pengelompokan karakter dan kesan positif -negatif (sebagai landasan bagi perumusan strategi penataan spot wisata)
ANALISA WALKABILITY (melakukan analisa terhadap kapabilitas dan kelayakan jalur pedestrian berdasarkan hasil pengamatan dan persepsi responden) ASPEK YANG DITINJAU (1).Conspicuous (Kejelasan ); (2).Comfortable (kenyamanan); (3) Convenient (Kesesuaian); (4) Convivial (Keramahan) Simpulan analisa walkability rute
Pengelompokan walkabilitas dan kesan positif -negatif (sebagai landasan bagi perumusan strategi penataan spot wisata)
SINTESA PERUMUSAN HASIL bentuk strategi penataan pada masingmasing spot (termasuk penjabaran bentuk strategi serta korelasinya dengan teori atau standart terkait)
1. Bentuk strategi, penjabaran dan ilustrasi contoh implementasi penataan masing-masing spot wisata
HASIL 2. Bentuk strategi, penjabaran dan ilustrasi contoh implementasi penataan masing-masing rute pedestrrian penghubungnya
PERUMUSAN HASIL bentuk strategi penataan jalur pedestrian penghubung (termasuk penjabaran bentuk strategi serta korelasinya dengan teori atau standart terkait)
SINTESA
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan eksistensi spot dan jalur pengubungnya SUB STRUKTUR
SUB STRUKTUR
SUB STRUKTUR
Linkage secara visual yang terbentuk dari kombinasi beberapa elemen, garis, koridor dan sumbu
SUB STRUKTUR SUB STRUKTUR
SUB STRUKTUR
Linkage secara struktural, dimana spotspot wisata sebagai sub struktur telah tergabung atau melebur dalam kesatuan tatanan struktur ruang kota secara keseluruhan.
elemen, garis, koridor dan sumbu secara umum terwakili melalui bangunan dan jalan serta jalur pedestrian
SUB STRUKTUR
Linkage visual
Linkage struktural
5. Analisa dan hasil pembahasan
Alternatif bentuk hubungan antar spot dalam kaitan tourist attraction 6
2 f
5 d c e
1
3 b
4
Letak yang clusturized dari spot-spot wisata telah membentuk grup-grup secara kolektif dengan datum dan komposisinya masing-masing. Bentuk hubungan kolektif cenderung membentuk groupform
Linkage ke’kolektif’an
a 7
1. TKB (edukasi sejarah, sosio-kultur, informasi dan orientasi, belanja, istirahat/santai 2. Pelabuhan Manado (edukasi sejarah, sosio-kultur, heritage, wisata air, titik transit ke taman laut Bunaken 3. Jalan Roda (wisata sosio-kultur, kuliner-ringan, belanja, istirahat/santai 4. Sentrum (wisata religi, edukasi sejarah dan heritage) 5. Klenteng (wisata religi, sosiokultur, heritage, kuliner) 6. Kampung Arab (wisata religi, sosiokultur, heritage, kuliner) 7. Jalan Wakeke (wisata kuliner, belanja dan istirahat/santai
Model 1 (pola berurutan, misalnya : 7-4-1-5-6-3-2 )
6
2 b
5 c
1
a 3
a 4
b 7
Model 2 (pola bebas, misalnya hanya 1-3-2 atau 1-4-7, dsb)
Model 3 (pola kombinasi, yakni yang menggabungkan pola model 1 dan 3)
CHARACTER APPRAISAL
5. Analisa dan hasil pembahasan
1. TAMAN KESATUAN BANGSA Simpulan penilaian karakter
Aspek Karakter positif
BCR dan Sempadan
Ketinggian bangunan
Gaya arsitektur
BCR dan GSB yang sebagaian besar seragam
Ketingian bangunan sebagian besar hampir sama
Bangunanbangunan mempertimban g-kan kaidah arsitektural
Karakter negatif
Kesan Positif
BCR dan GSB yang satusatunya berbeda pada bangunan BNI disisi selatan
Hubungan langsung dengan jalur pedestrian
Ketinggian yang satu-satunya berbeda pada bangunan BNI disisi selatan
Pembentukan skala ruang (D/H) di pelataran TKB dari konsekuensi aspek tinggi (H) menjadi jelas
Beberapa bangunan yang kurang mempertimbangkan kaidah arsitektural
Dominansi style moderen, yang memberi kesan senada/kesera sian lingkungan
Rumusan strategi penataan Kesan negatif
Keterbatasan space untuk kepentingan ekstensi pada jalur sirkulasi
- Memperkuat hubungan antar bangunan dan jalur pedestrian dengan etalase toko; - Membuat jalur pedestrian yang menerus dari blok pertokoan sebagai unsur pengikat keserasian - Jika dibutuhkan, ekstensi lebar space jalur pedestrian hanya memungkinkan ke arah jalan kendaraan - Jika dibutuhkan, ekstensi lebar space jalur pedestrian dimungkinkan kedalam site; Korelasi teori : Zand (1999); Rubenstain, (1997)
Ekstensi atau pengembanga n vertikal yang tidak terkendali di kemudian hari
- Mempertahankan ketinggian yang seragam, dengan toleransi 1 lantai (tidak menerus pada bagian depan tapi pada bagian belakang saja); - Addisi elemen bangunan atau ekstensi ruang yang menjorok keluar pada 3-4 lantai bawahnya, yang disesuaikan dengan bangunan disekitarnya; - Pembatasan pengembangan vertikal maksimal 4 lantai dengan elavasi tiap lantai 4 meter.; Korelasi teori : Ashihara (1993), Ching (1979)
Ekstensi/ bangunan yang mengidah-kan keserasian gaya arsitektur
- Mempertahankan dan memperkuat kualitas visual bangunan; - Penyesuaian dengan addisi atau rekonstruksi dengan mempertimbangkan kesesuaian lingkungan; - Aturan dan panduan dengan mengacu pada bangunan yang dinilai menerapkan kaidah arsitektural; - Penyesuaian secara total, baik untuk kondisi yang sekarang maupun pengembangannya; Korelasi teori : Vining dan Stevens (dalam Sunarimahingsih, 1995), Bentley (1987) Ching (1979)
1
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan penilaian karakter Aspek
Karakter positif
Karakter negatif
Rumusan strategi penataan
Kesan Positif
Kesan negatif Monotonisme akibat kesan yang ditimbulkan dari dominansi figure massa bangunan
- Mempertahankan kesan yang telah terbentuk dari dominansi figure massa bangunan yang telah ada; - Addisi dan penyesuaian elemen tambahan untuk mengimbangi kesan yang kaku dan monoton - Pengimbangan konfigurasi melalui addisi dan penyesuaian; - Penyesuaian total dengan re-konfigurasi massa; Korelasi teori : Cullen (1961); Ching, (1979), Hakim (1991),
Konfigura-si massa
Dominansi pada satu bangun dasar tertentu pada bangunan pertokoan yang melingkupi TKB
Kesan yang terlalu kaku dan monoton
Kesan place and content secara keseluruhan yang memperkuat karaktrer spot
Komposisi façade
Komposisi façade pada sebagian besar bangunan yang mempertimba ng-kan kaidah arsitektural
Komposisi façade pada sebagian kecil bangunan yang kurang mempertimban g-kan kaidah arsitektural
Kesan atraktif yang menunjang pembentukan karakter spot sebaga tempat wisata dan rekreasi.
Modifikasi fasade serta penambahan elemen signace/rekla me yang kurang serasi dengan lingkungan sekitarnya.
- Mempertahankan dan memperkuat komposisi yang telah menujang pembentukan karakter yang positif/ sejalan; - Penyesuaian pada komposisi fasade dengan mengacu pada karakter secara keseluruhan; - Panduan dalam memodifikasi maupun dalam penambahan elemen signace/reklame dengan mempertimbangkan keserasian dan kaidah arsitektural; - Membongkar dan merubah komposisi façade dengan penyesuaian pada karakter positif yang telah terbentuk; Korelasi teori : Cullen, (1961).; Krier (1988) Ching, (1979).
Bentuk atap
Meski tak nampak seluruhnya, namun ketinggian bangunan yang hampir sama membentuk skyline
Kurangnya visualisasi bagian atap sebagai elemen ‘akhiran’ (bagian kepala bangunan)
Pembentukan skyline yang harmoni akibat konsekuensi bentuk atap dan ketinggian bangunan yang hampir seragam.
Ketidak teraturan bentuk atap akibat tidak terlalu nampak.
- Mempertegas elemen list bagian atas di fasade bangunan sebagai ‘datum’ horisontal bagian atas; - Mengganti olahan bentuk atap dengan list bagian atas fasade, sebagai pembentuk garis atap; - Tetap perlu adanya panduan terhadap bentuk atap, untuk estetika visual dari udara; dapat terlihat. Korelasi teori : Ching (1979)
2
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan penilaian karakter Aspek
Rumusan strategi penataan Karakter positif
Karakter negatif
Kesan Positif
Kesan negatif
Aplikasi warna dan material yang tidak terkendali dan menyebabkan chaos
Mempertahankan variasi pada aplikasi warna dan material untuk menciptakan kesan atraktif-rekreatif; - Membuat unsur dominan pada aplikasi material sebagai unsur pengikat/ pemersatu; Ching (1979) dalam - Pengaturan/petunjuk dalam aplikasi material dan warna; - Penyesuaian aplikasi yang sudah ada dan pengaturan untuk aplikasi yang baru; Korelasi teori : A.R.G. Isaac dalam Hakim (1991), Hakim, (1991)
Terdapat banyak elemen vokal poin yang dapat ‘membingungkan’
- Penyelarasan antar elemen ornament dan vokal poin antar bangunan sehingga membentuk kesatuan kesan yang baik; - Diperlukan bagian-bagian tertentu yang menjadi aksen dan dominan, misalnya bagian pojok, dsb; - Pengaturan elemen vokal poin dan ornament dengan kespesifikan tertentu; - Membuat kespesifikan tertentu misalnya ukuran, warna dan bentuk ornament/vokal poin; Korelasi teori : Ching (1979), Bentley, (1987).
Banyaknya persimpangan yang bersimpul di spot ini terkadang membingungkan
- Mempertahankan karakter yang sejalan dengan fungsi TKB dari pola sirkulasi yang lapang; - Pembuatan pola atau marka tertentu yang dapat dapat menjadi pembeda sekaligus pengarah pergerakan; - Pemberian elemen penada sebagai node di tiap persimpangan sebagai penanda/aksen tertentu; - Membuat elemen pengarah baik melalui sistim rambu, maupun secara tersirat (mis. Pola perkerasan, pembedaan elevasi, dsb); Korelasi teori : Ching (1979), Rubenstain (1997), (White, 1973), Bentley (1987)
-
Warna dan material
Ornament dan elemen vokal poin
Sirkulasi
Variasi material dan warna yang cukup atraktif
Etalase, entrance bangunan dan papan reklame sebagai vokal poin
Perlambatan dari pembedaan material dan kelapangan jalur sirkulasi
Tidak adan dominansi pada aplikasi material dan warna sebagai ‘benang merah’ yang mengikat keserasian
Pembentukan kesan yang atraktif, sejalan dengan karakter yang diharapkan untuk sebauh spot rekreasi
Tidak ada kespesifikan tertentu pada ornamentasi dan elemen vokal poin
Ornamentasi tidak lagi dilihat secara individu per bangunan namun pada kekolektifan spot.
Ketidak jelasan pengarah pergerakan akibat keleluasaan jalurnya
Pembentukan karakter yang terbuka sehingga menunjang eksitensi TKB Jalur jalan terkesan menyatu dengan ruang terbuka TKB
3
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan penilaian karakter Aspek
Rumusan strategi penataan Karakter positif
Parkir
Penghijauan jalan
Taman
Keleluasaan jalur jalan memungkinkan parkir on street
Kondisi yang sudah cukup baik, untuk berfungsi sebagai peneduh
Karakteristik kolam dengan air mancur serta sclupure patung sebagai vokal poin
Karakter negatif
Kesan Positif
Parkir on street pada intersitas/jumlah tertentu akan menggangu jalur sirkulasi
Dapat membantu alokasi parkir terbatas pada sekitar kawasan
Kurangnya variasi jenis pohon peneduh
Memungkinkan kenyamanan beraktifitas dan menciptakan kesan ‘memperlunak’ dan menyegarkan
Minimnya unsur taman dengan tanaman hias/perdu dengan soft ground cover
Karakter dan kesan yang menyejukan dari elemen air.
Kesan negatif
Meningkatnya/over -load kapasitas parkir yang mampu terwadahi.
- Pengaturan dan pembatasan parkir pada jenis kendaraan tertentu saja; - Penyesuaian pada ketersediaan space dan intensitas kendaraan agar tidak menggangu sirkulasi; - Pembatasan parkir baik dari jenis kendaraan, waktu dan biaya retribusinya; - Alokasi parkir pada space tertentu saja dimana intensitas kendaraan yang rendah dan lebar jalan yang paling memadai; Korelasi teori : Siswosoebrotho (2001), Warpani, (1990), (Tamin, 1999)
Pemeliharaan dan penutupan fasade dan lampu penerangan jalan
- Mempertahankan vegetasi dengan orientasi fungsi utama sebagai peneduh dan pemodifikasi iklim mikro; - Addisi vegetasi dengan fungsi estetika sebagai tambahan; - Pengaturan dan pemangkasan rutin; - Pengelolaan dan penyesuaian pada karakteristik vegetasi dan aplikasinya; Korelasi teori : (Hakim, 1992)
Vandalisme dan pengunaan yang tidak semestinya
- Mempertahankan kondisi yang sudah ada, serta pengayaan pada elemen-elemen penunjangnya; - Penambahan dan penyesuaian unsur tamanan hias sebagai pendukung selain elemen kolam yang sudah ada; - Kontrol dan desain tambahan yang mencegah pengunaan yang tidak semestinya dan vandalisme; - Penyesuaian pada unsur taman dengan melengkapinya dengan elemen pengaman; Korelasi teori : (Rubenstain, 1997), Hakim, (1992)
4
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan penilaian karakter Rumusan strategi penataan
Aspek Karakter positif
Pedestrian way
Perabot ruang luar
Sudah ada jalur pedestrian yang cukup representatif
Sudah ada perabotan pendukung ruang luar
Karakter negatif
Tidak ada pemisahan khusus terutama untuk jalur pedestrian penyeberangan
Desain yang kurang menarik
Kesan Positif
Kesan ruang jalur pedestrian yang menyatu dengan eksistensi TKB
Membantu serta menunjang vitalitas spot, serta turut memberi corak tertentu pada karakter secara keseluruhan
Kesan negatif
Pemanfaatan jalur pedestrian untuk pengunaan yang tidak semestinya
Vandalisme dan pengunaan yang tidak semestinya
- Mempertahankan dan memperkuat kesan dari kondisi fisik yang sudah ada;. - Membuat jalur pedestrian penyeberangan yang menerus sebagai unsur pengikat; - Pembatasan dan pengembalian pengunaan pada fungsi yang semestinya; - Pengaturan jalur untuk pengunaan yang semestinya; Korelasi teori/kebijakan : (Zand, 1999), Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga No. 32/T/BM/1999 - Mengoptimalkan fungsi dan peran perabotanyan sudah ada; - Penyesuaian desain yang dapat semakin menunjang penciptaan karakter keseluruhan dari eksitensi perabot ruang luar; - Kontrol dan desain tambahan yang mencegah pengunaan yang tidak semestinya dan vandalisme; - Penyesuaian desain dengan mempertimbangkan faktor keamanannya dari aksi vandalisme; Korelasi teori : (Hakim, 1992)
….DAN SETERUSNYA
5
WALKABILITY APPRAISAL
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan walkabilitas rute
Rute Pedestrian
Walkabilitas positif
Walkabilitas negatif
- Lebar yang mencukupi - Kerindangan pepohonan yang cukup pada segmen tertentu
Sarapung
Dotulolong Lasut
- Tingkat kejelasan jalur yang relafif cukup - Tingkat Kenyamanan pada segmen tertentu yag sudah memadai
Rumusan strategi penataan Kesan Positif
Kesan negatif
- Elevasi permukaan jalur yang tidak sama - Jenis material penutup yang kurang sesuai - Perabot jalan yang masih kurang - Keteduhan yang belum merata - Penerangan yang belum cukup
- Tingkatan kejelasan jalur yang relafif cukup - Tingkat keramahan yang juga cukup
- Kenyamanan yang kurang tercapai karena faktor fisik jalur - Ketidaksesuaian aspek fisik akibat faktor keamanan pejalan kaki dari lalulintas kendaraan
- Elevasi permukaan jalur yang tidak sama, Jenis material penutup yang kurang sesuai pada beberapa segmen, Perabot jalan yang masih pada beberapa segmen, Keteduhan yang belum merata, Penerangan yang belum cukup pada beberapa segmen
- Peran yang penting - Kondisi yang sudah cukup representatif pada beberapa segmen (diseputaran TKB)
- Ketidak-ramahan akibat tingginya intensitas yang tidak diimbangi oleh space pergerakan yag cukup - Ketidaksesuaian aspek fisik akibat faktor keamanan pejalan kaki dari lalulintas kendaraan
- Optimalisasi kondisi yang sudah memadai serta memperkuat/ meningkatkan kejelasan dan keramahan jalur dengan penyesuaian pada faktor kelebihan jalur ini; - Penyesuaian elevasi, jenis material, perabot jalan, keteduhan/vegetasi dan penerangan untuk mendukung aspek kejelasan dan keramahan yang sudah terbentuk; - Penyesuaian dengan mengoptimalkan kelebihan untuk mengurangi ketidak-nyamanan dan kekurang-sesuaian; - Perbaikan dan penyesuaian kelemahan dengan acuan pada penanganan masalah ketidaknyamanan dan kekurang-sesuaian; Korelasi teori: Hakim (1992), - Memperkuat/meningkatkan kenyamanan dan kejelasan jalur untuk lebih mendukung vitalitas jalur dan memaksimalkan pemanfaatan jalur pedestrian; - Pemerataan kualitas jalur guna mendukung perannya dengan penyesuaian aspek konstruksi jalur, keteduhan, penerangan dan kelengkapan perabot pendukung; - Penyesuaian dengan mengoptimalkan kelebihan untuk mengurangi ketidak-ramahan dan kekurang-sesuaian dengan prioritas ekstensi space dan pertimbangan faktor keamanan pejalan kaki; - Meminimalkan kekurangan pada jalur dengan perbaikan dan penyesuaian kelemahan berdasarkan pertimbangan menghindari ketidak-seimbangan space dan ketidak amanan pejalan kaki; Korelasi teori: Syaifidian dalam Elmanisa (2008),
1
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan walkabilitas rute Rute Pedestrian
Walanda Maramis
Dr. Sutomo
Walkabilitas positif
Walkabilitas negatif
- Ruas pedestrian yang cukup familier dan nyaman - Konstruksi jalur yang sudah memadai. - Peneduhan lewat bangunan dan kanopinya.
- Lebar space dan intensitas penggunan yang kurang seimbang - Unsur vegetasi sebagai peneduh yang kurang pada beberapa segmen - Elevasi permukaan jalur yang tidak sama
- Intensitas kendaraan yang relatif sedang sehingga dapat lebih menunjang kenyamanan dan ketenangan berjalan kaki. - Privasi jalur akibat kemungkinan intensitas pejalan kaki yang relatif rendah
- Keteduhan jalur yang minim - Elevasi permukaan jalur yang tidak sama - Kerusakan material penutup - Penerangan malam hari yang minim pada beberapa segmen.
Rumusan strategi penataan Kesan Positif
Kesan negatif
- Kondisi yang sudah cukup representatif pada beberapa segmen (di sepanjang kompleks pertokoan) - Vitalitas dan fungsi yang penting
- Ketidak ramahan akibat tingginya intensitas yang tidak diimbangi oleh space pergerakan yag cukup
- Rute ini merupakan akses lingkar (border), yang menjadi alternatif pencapaian spot
- Kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan jalur yang masih rendah yang dapat menyebabkan jalur pedestrian menjadi sepi
- Optimalisasi kondisi yang sudah memadai dengan mengangkat aspek kejelasan dan kenyamanan serta kesesuaian untuk mendukung perannya yang vital; - Penyesuaian berdasarkan kebutuhan dan tuntutan vitalitas fungsi dengan perbaikan/peningkatan lebar space, unsur vegetasi peneduh dan elevasi permukaan jalur; - Penyesuaian pada lebar space untuk mengimbangi/melengkapi kelebihan yang sudah ada guna mewujudkan ruang gerak yang leluasa dan ramah; - Perbaikan dan penyesuaian kelemahan dengan tambahan penyesuaian space pergerakan yang seimbang dengan intensitas jalur; Korelasi teori: Broadbent (1984), Rubenstein (1997) - Menjadikan jalur sebagai alternatif pencapaian dengan kelebihan pada privasi yang lebih baik dari space pergerakan yang leluasa/lapang; - Perbaikan/penyesuaian elevasi, konstruksi jalur, perabot jalan, keteduhan/vegetasi dan penerangan untuk mendukung fungsi jalur sebagai alternatif yang lebih baik; - Menjadikan ruang gerak yang lapang dan privat sebagai landasan dalam perbaikan/penyesuaian kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan rute; - Perbaikan dan penyesuaian aspek fisik seperti konstruksi, elevasi, keteduhan, penerangan dan signace dan sebagainya untuk meminimalkan threaths; Korelasi teori/acuan: Syaifidian dalam Elmanisa (2008)Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga No. 02/T/BM/1999) tentang persyaratan fasilitas pendukung jalur pedestrian),
2
5. Analisa dan hasil pembahasan Simpulan walkabilitas rute Rute Pedestrian
Sisingamangaraja
Sudirman
Walkabilitas positif
Walkabilitas negatif
- Intensitas jalur yang ramai dengan aktfitas perdagangan yang menjadikan rute ini ‘hidup’ - Pemandangan yang bervariasi dari diamika aktifitas pertokoan yang tidak menjemukan
- Privasi jalur akibat kemungkinan intensitas pejalan kaki yang relatif rendah. - Memiliki akses dari beberapa hotel/penginapa n penting di pusat kota. - Keramahan jalur yang memadai
Rumusan strategi penataan Kesan Positif
Kesan negatif
- Kerindangan yang kurang dan tidak merata - Elevasi permukaan jalur yang tidak sama - Jenis material penutup yang rusak - Perabot jalan yang masih pada beberapa segmen - Sistim penanda yang minim
- Rute ini merupakan akses lingkar (border), yang menjadi alternatif pencapaian spot
- Kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan jalur yang masih rendah yang menyebabkan degradasi kualitas visual yang mengancam vitalitas rute.
- Elevasi permukaan jalur yang tidak sama - Jenis material penutup yang rusak dan kurang sesuai - Space/lebar jalur yang kurang memadai - Signace yang kurang informatif
- Rute ini merupakan terusan akses lingkar (border), yang menjadi pilihan alternatif pencapaian antar spot
- Kenyamanan, kesesuaian dan kejelasan jalur yang relatif rendah yang dapat menyebabkan jalur pedestrian menjadi sepi
- Menjadikan jalur sebagai alternatif pencapaian dengan kelebihan pada vitalitas dan dinamika aktifitas dengan variasi visual; - Perbaikan/penyesuaian elevasi, konstruksi jalur, perabot jalan, keteduhan/vegetasi dan penerangan untuk mendukung fungsi jalur sebagai alternatif yang lebih baik; - Menjadikan variasi pemandangan dan dinamika aktifitas sebagai landasan dalam penyesuaian/ perbaikan kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan rute; - Perbaikan dan penyesuaian aspek fisik seperti kerindangan, konstruksi, elevasi, penerangan dan signace dan sebagainya untuk meminimalkan threaths; Korelasi teori/acuan: Syaifidian dalam Elmanisa (2008), Keputusan Direktorat Jendral Bina Marga No. 02/T/BM/1999), - Menjadikan jalur sebagai terusan jalur alternatif pencapaian antar spot dengan kelebihan pada privasi, aksesibilitas dan keramahannya; - Perbaikan/penyesuaian elevasi, material penutup lantai, lebar jalur dan signance untuk mendukung fungsinya sebagai terusan rute alternatif; - Menjadikan privasi, aksesibilitas dan keramahan sebagai landasan dalam penyesuaian/ perbaikan kenyamanan, kesesuaian dan kejelasan rute; - Perbaikan dan penyesuaian aspek fisik seperti elevasi, material lebar jalur dan signance untuk meminimalkan threaths; Korelasi teori: Syaifidian dalam Elmanisa (2008).
….DAN SETERUSNYA
3
6. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Terkait dua pokok utama permasalahan penelitian, disimpulkankan suatu pengelompokan bentuk strategi yang diperoleh berdasarkan aspek unsurnya dan 4 kelompok strategi (SO,WO,ST dan WT), yakni sebagai berikut : Bentuk strategi penataan spot-spot Wisata a1. BCR (building coverage ratio) dan GSB (garis sempadan bangunan) Kelompok Strategi Strategi penggunaan strength untuk memanfaatkan peluang (SO) Strategi penanggulangan weakness dengan memanfaatkan peluang (WO)
Bentuk Strategi Memperkuat hubungan antar bangunan dan jalur pedestrian Mengatur variasi agar bisa selaras satu dengan yang lainnya Mengatur/menata kesejajaran deretan bangunan untuk membentuk kesan skala intim Mempertahankan kondisi BCR dan GSB yang sudah ada untuk menjaga kesan kemonumentalan objek Mempertahankan kondisi BCR dan GSB untuk mempertahakan eksistensi yang kontrasnya Membuat jalur pedestrian yang menerus sebagai unsur pengikat keserasian Penyesuaian dengan mempertimbangkan aspek bangunan dan space yang tersedia; Penambahan elemen ruang luar berupa pola perkerasan tertentu yang dapat memperkecil skala secara abstrak; Penyelarasan pada bangunan disekitarnya, untuk memberi perimbangan pada bangunan utama Jika dibutuhkan, ekstensi lebar space jalur pedestrian hanya memungkinkan ke arah jalan kendaraan
Strategi penggunaan strength untuk menghindari threats (ST)
Pembatasan pengembangan horisontal dengan memperhatikan space ruang luar; Variasi pada ketinggian kanopi untuk membentuk suasana meruang yang tidak monoton namun tetap berkesan akrab/intim; Pembatasan/arahan pengendalian terhadap bangunan disekitarnya sebagai upaya mempertahankan kesan kemonumentalan objek; Pengaturan pengembangan horisontal melalui bentuk panduan pengembangan kawasan
Strategi meminimalkan weakness dan menghindari threats (WT)
Pembatasan pengembangan horisontal, dengan pengecualian untuk kepentingan penyesuaian; Mengatur/menata keselarasan dengan tetap mempertimbangkan variasi tampilan bangunan Pembatasan/arahan pengendalian terhadap bangunan disekitarnya serta penyesuaian pada space internal spot; Pembatasan pengembangan horisontal, dengan acuan penyelarasan GSB terutama pada bangunan disekitarnya
1
6. Kesimpulan dan Saran a2. Ketinggian Bangunan Kelompok Strategi Strategi penggunaan strength untuk memanfaatkan peluang (SO)
Bentuk Strategi Mempertahankan ketinggian yang seragam, dengan toleransi jumlah lantai tertentu (tidak menerus pada bagian depan tapi pada bagian belakang saja) Mempertahankan kondisi kesan ruang berdasarkan/menyesuaikan pada fungsinya Pengaturan elemen kanopi sebagai unsur yang paling menentukan dalam pembentukan skala ruang; Mempertahankan kondisi kesan ruang yang telah sesuai dari konsekuensi perbandingan D/H
Strategi penanggulangan weakness dengan memanfaatkan peluang (WO)
Addisi elemen bangunan atau ekstensi ruang yang menjorok keluar pada 3-4 lantai bawahnya, yang disesuaikan dengan bangunan disekitarnya Penyesuaian dan pengadaan aksentuisasi atau dominan tertentu; Penyesuaian dan variasi pada elevasi elemen kanopi dan bukaan-bukaan atap pada bagian tetentu; Penyesuaian pada space ruang luar dengan penataan patra yang memperkecil skala ruang secara abstrak Penyesuaian pada GSB dan BCR untuk mengimbangi ketinggian bangunan yang sudah relatif sama Pembatasan pengembangan vertikal dengan maksimal jumlah lantai dan tinggi elevasi antar lantai tertentu
Strategi penggunaan strength untuk menghindari threats (ST)
Penyesuaian dan variasi pada elevasi kanopi untuk menciptakan pengalaman meruang yang lebih dinamis
Strategi meminimalkan weakness dan menghindari threats (WT)
Pembatasan pengembangan vertikal
Pembatasan /arahan pengendalian pengembangan vertikal dan GSB pada bangunan sekitar Pembatasan pengembangan vertikal maksimal dengan jumlah lantai tertentu, disesuaikan dengan ketinggian bangunan kunci pada spot
Penyesuaian dan variasi pada elevasi kanopi untuk menciptakan pengalaman meruang yang tidak membosankan Penyesuaian antara space GSB dengan ketinggian bangunan disekitarnya Pengembangan horisontal bersyarat dan pembatasan pengembangan vertikal
2
6. Kesimpulan dan Saran
a3. Gaya Arsitektur Kelompok Strategi Strategi penggunaan strength untuk memanfaatkan peluang (SO) Strategi penanggulangan weakness dengan memanfaatkan peluang (WO)
Bentuk Strategi Mempertahankan dan memperkuat kualitas visual bangunan Mempertahankan karakter yang telah terbentuk dari tampilan gaya arsitekturnya yang khas Mempertahankan karakter yang telah terbentuk dari tampilan gaya arsitekturnya yang khas dari bangunan rumah tinggal yang dinilai layak Penyesuaian dengan addisi atau rekonstruksi dengan mempertimbangkan kesesuaian lingkungan Revitalisasi atau preservasi untuk memperbaiki kualitas visual dan karakter yang sudah terbentuk; Pengaturan dan penyelarasan tampilan antar kedai kopi; Arahan/panduan dalan pengembangan atau renovasi dengan tetap memperhatikan kekhasannya Penyesuaian/penyerasian tampilan untuk mengimbangi karakter dominan pada kawasan
Strategi penggunaan strength untuk menghindari threats(ST)
Aturan dan panduan dengan mengacu pada bangunan yang dinilai menerapkan kaidah arsitektural
Strategi meminimalkan weakness dan menghindari threats (WT)
Penyesuaian secara total, baik untuk kondisi yang sekarang maupun pengembangannya
Arahan/panduan dalan pengembangan atau renovasi dengan tetap memperhatikan kekhasan karakter dominannya
Arahan pengendalian dalam pengembangan maupun revitalisasi/ preservasinya Arahan pengendalian dalam pengembangan maupun penyesuaian tampilan bangunan disekitarnya
….DAN SETERUSNYA
3
6. Kesimpulan dan Saran
Bentuk strategi penataan jalur pedestrian penghubung Kelompok Strategi
Bentuk Strategi Optimalisasi kondisi yang sudah memadai serta memperkuat/meningkatkan kejelasan dan keramahan jalur dengan penyesuaian pada faktor kelebihan jalur ini. Memperkuat/meningkatkan kenyamanan dan kejelasan jalur untuk lebih mendukung vitalitas jalur dan memaksimalkan pemanfaatan jalur pedestrian.
Strategi penggunaan strength untuk memanfaatkan peluang (SO)
Optimalisasi kondisi yang sudah memadai dengan mengangkat aspek kejelasan dan kenyamanan serta kesesuaian untuk mendukung perannya yang vital Menjadikan jalur sebagai alternatif pencapaian dengan kelebihan pada privasi yang lebih baik dari space pergerakan yang leluasa/lapang. Menjadikan jalur sebagai alternatif pencapaian dengan kelebihan pada vitalitas dan dinamika aktifitas dengan variasi visual Menjadikan jalur sebagai terusan jalur alternatif pencapaian antar spot dengan kelebihan pada privasi, aksesibilitas dan keramahannya. Pengimbangan peran dan potensi dikaitkan dengan aspek walkabitilty yang masih perlu disesuaikan/diperbaiki. Menjadikan jalur sebagai rute alternatif pencapaian antar spot dengan kelebihan pada privasi, kejelasan dan keramahannya. Penyesuaian elevasi, jenis material, perabot jalan, keteduhan/vegetasi dan penerangan untuk mendukung aspek kejelasan dan keramahan yang sudah terbentuk. Pemerataan kualitas jalur guna mendukung perannya yang sama dengan penyesuaian aspek konstruksi jalur, keteduhan, penerangan da kelengkapan perabot pendukung.
Strategi penanggulangan weakness dengan memanfaatkan peluang (WO)
Penyesuaian berdasarkan kebutuhan dan tuntutan vitalitas fungsi dengan perbaikan/peningkatan lebar space, unsur vegetasi peneduh dan elevasi perukaan jalur. Perbaikan/penyesuaian elevasi, konstruksi jalur, perabot jalan, keteduhan/vegetasi dan penerangan untuk mendukung fungsi jalur sebagai alternatif yang lebih baik. Perbaikan/penyesuaian elevasi, material penutup lantai, lebar jalur dan signance untuk mendukung fungsinya sebagai terusan rute alternatif Penyesuaian berdasarkan kebutuhan dan potensi dengan perbaikan pada semua aspek fisik termasuk penyesuaian ekstensi lebar jalur. Penyesuaian berdasarkan urgensi dan potensi dengan perbaikan pada semua aspek fisik termasuk penyesuaian ekstensi lebar jalur serta arahan pengunaan berprioritas.
15
6. Kesimpulan dan Saran Bentuk strategi penataan jalur pedestrian penghubung Kelompok Strategi
Bentuk Strategi Penyesuaian dengan mengoptimalkan kelebihan untuk mengurangi ketidak-ramahan dan kekurang-sesuaian dengan prioritas ekstensi space dan pertimbangan faktor keamanan pejalan kaki. Penyesuaian pada lebar space untuk mengimbangi/melengkapi kelebihan yang sudah ada guna mewujudkan ruang gerak yang leluasa dan ramah Menjadikan ruang gerak yang lapang dan privat sebagai landasan dalam perbaikan/penyesuaian kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan rute
Strategi penggunaan strength untuk menghindari threats (ST)
Menjadikan variasi pemandangan dan dinamika aktifitas sebagai landasan dalam penyesuaian/ perbaikan kenyamanan, kesesuaian, kejelasan dan keramahan rute. Menjadikan variasi privasi, aksesibilitas dan keramahan sebagai landasan dalam penyesuaian/ perbaikan kenyamanan, kesesuaian dan kejelasan rute. Perbaikan menyeluruh yang disesuaikan pada urgensi kebutuhan dan vitalitasnya sebagai jalur penghubung ke kawasan pelayanan publik (mis. Pelabuhan) Perbaikan menyeluruh yang disesuaikan pada urgensi kebutuhan dan vitalitasnya sebagai jalur sumbu/axis menuju bangunan landmark (mis. Klenteng ) Perbaikan dan penyesuaian kelemahan dengan acuan pada penanganan masalah ketidak-nyamanan dan kekurangsesuaian
Strategi meminimalkan weakness dan menghindari threats (WT)
Meminimalkan kekurangan pada jalur dengan perbaikan dan penyesuaian kelemahan berdasarkan pertimbangan menhindari ketidak-seimbangan space dan ketidak amanan pejalan kaki Perbaikan dan penyesuaian kelemahan dengan tambahan penyesuaian space pergerakan yang seimbang dengan intensitas jalur. Perbaikan dan penyesuaian aspek fisik seperti konstruksi, elevasi, keteduhan , penerangan dan signace dan sebagainya untuk meminimalkan threaths Perbaikan dan penyesuaian kelemahan dengan tambahan penyesuaian space pergerakan yang seimbang dengan intensitas jalurnya
16
6. Kesimpulan dan Saran Saran 1. Dapat disusun rekomendasi terhadap opsi/pilihan model hubungan Berikut susunan rekomendasi yang diurutkan dari yang paling di sarankan hingga yang sebaliknya a. Model kombinasi, yakni yang menggabungkan pola bebas dan sekuensial Pertimbangan • Letak spot wisata yang memungkinan akses dapat dicapai dari segala arah (tidak linier). • Urut-urutan sekuaensial masih memungkinkan pada dua hingga tiga spot secara berurutan, tapi tidak secara keseluruhan. • Untuk pola ini memungkinkan pengaturan sequence yang lebih fleksibel, dimana wisatawan dapat bebas memilih rute. • Intinya model kombinasi ini, setiap spot dapat diakses dengan bebas dengan sequence yang ditentukan sendiri oleh wisatawannya. Implementasi strategi : • Memungkinkan diterapkan secara independen namun juga secara kolektif. Tiap spot tidak akan berlomba-lomba membenahi dirinya sendiri untuk dapat menarik kunjungan wisata tapi harus bersinergi dengan spot tetangganya. • Pengimplementasian strategi penataan fisik dapat dilakukan secara perbagian-bagian dan bertahap atapun secara keseluruhan. • Urutan prioritas akan saling tergantung dan terkait satu dengan yang lainnya • Turut memperhatikan hubungan antar spot (aspek penghubungnya atau pedestrian way) meskipun bersifat kolektifan kecil (bukan secara keseluruhan spot)
6. Kesimpulan dan Saran
b .Model bebas/spatially, (misalnya hanya 1-3-2 atau 1-4-7, dsb) Pertimbangan : • Kondisi struktur ruang kota dengan pola jalan yang irregural. • Akses yang memungkinkan dari segala arah jalan (terutama kalau dicapai dengan berjalan kaki), setiap spot terbuka diakases dari arah manapun. • Sajian wisata atau tourist attraction bersifat independen atau bukan berbentuk suatu sajian yang dapat dinikmati secara berurutan. Akan sangat tergantung dari selera/minat maupun tujuan pribadi wisatawannya Implementasi strategi : • Memungkinkan diterapkan secara independen atau masing-masing spot, disesuaikan dengan kebijakan pengelolanya maupun pemiliknya masing-masing. • Tiap spot dapat saling berlomba-lomba membenahi dirinya sendiri untuk dapat menarik kunjungan wisata. • Memungkinkan pengimplementasian strategi penataan fisik secara perbagian-bagian dan bertahap, baik bangunan maupun ruang luar secara spatial. • Urutan prioritas dapat ditentukan secara mandiri oleh penentu kebijakan setempat, dengan pertimbangannya masing-masing. • Kurang memperhatikan hubungan antar spot, dalam hal ini penataan pada aspek penghubungnya (pedestrian way)
6. Kesimpulan dan Saran c. Model sekuensial /berurutan (misalnya : 7-4-1-5-6-3-2 ) Pertimbangan : • Kondisi struktur ruang kota dengan pola jalan yang irregural. • Spot wisata bersifat tidak terencana, sehingga sulit untuk diurutkan dalam sebuah alur linier. • Sajian wisata atau tourist attraction bersifat independen dan tidak memiliki bentuk yang dapat diurut-urutkan secara keseluruhan. • Meski pada pola ini akan memungkinkan pendistribusian kunjungan secara lebih merata, namun hal tersebut akan bersifat memaksa wisatawan yang memiliki minat dant tujuan yang berbedabeda. Implementasi strategi : • Harus diterapkan secara keseluruhan secara bersamaan, dimana satu spot dan spot yang lain dituntut saling bersinergis satu dengan yang lainnya. • Antara spot terdapat saling ketergantungan untuk menjaga kesinambungan sekuesial, baik kesan visual dari aspek fisiknya, maupun dari tourist atrractionnya. • Lingkup pengimplementasian harus pada semua strategi fisik secara serentak (tidak bisa bertahap), baik pada bangunan maupun ruang luarnya. • Urutan prioritas harus dapat ditentukan secara bersama-sama oleh semua penentu kebijakan (pemilik/ pengelola dengan melibatkan pemerintah) • Penataan pedestrian penghubung menjadi vital dan berperan penuh dalam hubungan antar spot. • Keberhasilan hubungan akan sangat ditentukan oleh optimal-tidaknya jalur penghubungnnya.
6. Kesimpulan dan Saran
2. Mengusulkan adanya studi lanjutan untuk membuat panduan desain secara lebih detail, berdasarkan hasil rumusan strategi penataan spot wisata dan jalur pedestrian penghubungnya. 3. Adanya penelitian lanjut terkait reabilitas usulan rekomendasi bentuk hubungan dan implementasi bentuk strategi baik secara teoritis maupun aplikasinya di lapangan. 4. Hasil yang diperoleh dari studi ini dapat menjadi masukan bagi rencana strategis tata ruang dipusat kota Manado, terutama pada aspek fisik bangunan dan ruang luar di tiap spot serta jalur pedestrian.
Terima kasih…..