Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGRAJIN ROTAN DI KOTA PEKANBARU Petir Papilo Jurusan Teknik Industri – Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau ABSTRAKSI Industri kerajinan rotan merupakan salah satu jenis usaha yang bersifat home industry yang telah lama berkembang di Kota Pekanbaru. Semenjak krisis ekonomi tahun 2009, semakin lama jumlah kelompok masyarkat yang masih bertahan menjalankan usaha kerajinan rotan di Kota Pekanbaru semakin lama semakin berkurang. Oleh karenanya perlu perhatian berbagai pihak terkait dalam upaya menyelematkan salah satu jenis industri yang menjadi penopang perekonomian sebagian masyakat yang ada di Kota Pekanbaru ini. Dalam kajian ini, melalui pendekatan SWOT Anaysis telah diketahui bahwa dari 6 faktor internal yang teridentifkasi telah diketahui bahwa, nilai skor total untuk faktor kekuatan (S) adalah sebesar 0,71 dan faktor kelemahan (W) adalah sebesar 2,10. Hal ini menjelaskan bahwa secara internal masyarakat pengrajin rotan memiliki lebih banyak kelemahan dengan nilai akhir sebesar -1,39. Sementara itu, pada faktor eksternal, dari 6 faktor yang diperhatikan dapat diketahui bahwa , nilai faktor peluang (O) yang ada dimasyarakat pengrajin rotan masih cukup tinggi yakni sebesar 2,64 sedangkan nilai faktor ancaman (T) yang mungkin terjadi adalah sebesar 1.13. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat peluang masih cukup besar bagi pengembangan usaha kerajinan rotan di Pekanbaru dengan nilai total skor sebesar 1.51. Oleh karenanya, berdasarkan kondisi yang ada, perlu diterapkan strategi pengembangan yang mampu memperkecil kelemahan dan sekaligus meningkatkan kemampuan dalam meraih peluang-peluang yang ada.
Kata Kunci : Industri Kerajinan Rotan, Pemberdayaan Masyarakat, SWOT Analysis.
PENDAHULUAN
2004-2012, industri pengolahan (migas dan nonmigas) memberikan kontribusi yang signifikan
Latar Belakang
terhadap PDB, dimana pada tahun 2004
Krisis ekonomi yang melanda dunia, sangat memberikan pengaruh terhadap perkembangan industri di tanah air. Industri padat modal yang pada umumnya memiliki jumlah tenaga kerja yang sangat besar, merupakan salah satu sektor yang sangat terbebani dan bahkan terpaksa harus melaksanakan efisiensi. Jika
dilihat
23,98%.
Meskipun
mengalami
penurunan,
peranan sektor industri pengolahan terhadap PDB tetap yang paling besar, diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 14,44%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,90%, pertambangan dan
dari
kebijakan
makro
ekonomi Pemerintah baik dari sudut kebijakan fiskal maupun moneter, dapat terlihat bahwa sektor industri memegang peranan strategis dalam upaya mencapai sasaran pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting karena kontribusinya terhadap pembentukan PDB sangat besar. Pada tahun
1
mencapai 28,07% dan pada tahun 2012 sebesar
penggalian sebesar 11,78%, sektor jasa-jasa sebesar
10,78%,
konstruksi/bangunan
serta
sektor
sebesar
10,45%.
(Kementrian Perindustrian, 2013) Sektor industri mampu berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (prime mover) karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Industri juga dapat
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
membuka peluang untuk menciptakan dan
antara para tenaga kerjanya. Bagian pemasaran,
memperluas lapangan pekerjaan, yang berarti
produksi atau keuangan diserahkan kepada
meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi
anggota
kemiskinan. Dengan jumlah tenaga kerja pada
mengakibatkan tidak berfungsinya internal audit
tahun 2012 sekitar 14 juta orang (termasuk
karena biasanya saling memaklumi dikarenakan
industri mikro, kecil dan menengah), tenaga kerja
keluarga sendiri. Ini menyebabkan industri kecil
sektor industri turut memberikan kontribusi
tidak
sebesar 12-13% terhadap total tenaga kerja
profesional. Untuk itu, perlu pengupayaan agar
nasional.
penyelenggaraan usaha kecil dapat dilakukan
Industri
kecil
dan
mikro
yang
keluarga
dapat
yang
lain
melaksanakan
sehingga
usaha
secara
secara profesional (komunikasi dan kerja tim),
kebanyakannya dikelola oleh masyarakat dalam
meningkatkan
kemampuan
manajerial
bentuk home industry, bisa dikatakan merupakan
(kepemiminan dan pengelolaan yang bersifat
industri yang paling mampu bertahan terhadap
fungsional dan bukan lini) serta perbaikan iklim
dampak krisis ekonomi yang melanda dunia saat
usaha dan budaya kerja.
ini. Industri dengan tingkat penggunaan modal
Industri kerajinan rotan merupakan salah
yang tidak terlalu besar, cenderung mampu
satu industri kecil yang berkembang di Provinsi
bertahan terhadap resiko dan gejolak ekonomi
Riau. Industri kerajinan rotan banyak dijumpai di
yang terjadi. Namun, ditengah upayanya untuk
Provinsi Riau, khususnya di Kelurahan Meranti
terus eksis di dalam dunia usaha, kebanyakan
Pandak, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru.
industri kecil cenderung sulit untuk bangkit dan
Secara
berkembang secara lebih meluas dikarenakan
membentuk
kendala mendasar yang memang belum mampu
berkembang di daerah Jl. Yos Sudarso Kota
teratasi.
dapat
Pekanbaru. Industri ini merupakan sumber
para
pendapatan bagi masyarakat setempat dan
pelaku industri yang menyentuh kepada sendi-
mampu menyerap sejumlah tenaga kerja pada
sendi perekonomian masyarakat kecil tersebut,
wilayah tersebut.
perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai
Namun
Oleh
mempertahankan
karenanya,
agar
kelangsungan
hidup
sentra
industri
tersebut
kelompok-kelompok
semenjak
terjadinya
yang
krisis
ekonomi, banyak pengusaha industri kerajinan
pihak, terutama pemerintah daerah. dalam
spontan
Suwandi (2002) seperti yang dikutip
rotan beralih kepada jenis usaha lain. Sehingga
Ahmad
semakin lama, jumlah anggota masyarakat yang
(2005)
mengatakan
bahwa,
industri kecil juga belum memiliki bentuk
masih
organisasi yang mampu menghadapi perubahan
dibidang kerajinan rotan ini, lambat laun semakin
pasar
struktur
berkurang. Oleh karena perlu ada upaya secara
organisasi internalnya masih sederhana dan tidak
bersama-sama, melalui kerjama berbagai pihak
memiliki pembagian tugas yang begitu jelas di
seperti
2
yang
begitu
pesat,
karena
bertahan
halnya
dalam
menjalankan
pemerintah,
dunia
usaha
usaha,
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
perguruan tinggi dan perbankan agar turut andil
masyarakat pengrajin rotan yang ada di Kota
dalam upaya menyelamatkan satu jenis industri
Pekanbaru dapat tumbuh berkembang secara
rakyat yang semakin berkurang ini.
mandiri, yang terlihat dari penerapan konsep-
Program
pemberdayaan
merupakan
konsep produksi secara baik melalui penggunaan
dapat
teknologi secara tepat, proses pengolahan yang
dilaksanakan. Pemberdayaan adalah bagian dari
terlaksana secara efektif dan efisien, proses
paradigma pembangunan yang memfokuskan
pengendalian mutu yang menjamin ketersediaan
perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil
produk yang berkualitas serta penerapan strategi
dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari
pemasaran
aspek intelektual (sumber daya manusia), aspek
kebutuhan konsumen.
material
Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain
salah
satu
dan
solusi
fisik,
konkret
sampai
yang
kepada
aspek
yang
manajerial. Untuk dapat melaksanakan program
adalah :
pemberdayaan masyarakat pengrajin rotan yang
1. Mengetahui
dapat
memenuhi
kondisi
segala
perkembangan
ada di Kota Pekanbaru, terutama di dalam
masyarakat pengrajin rotan yang ada di
meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
Kelurahan
maka
Rumbai Kota Pekanbaru.
perlu
terlebih
penganalisaan
berkait
perkembangan
usaha
dahulu
dilakukan
dengan
kondisi
Meranti
Pandak
Kecamatan
2. Mengetahui kondisi internal yang terdiri dari
di
aspek-aspek kekuatan dan kelemahan yang
Pekanbaru tersebut. Kajian dilakukan dengan
ada dalam upayanya mewujudkan program
melakukan identifikasi terhadap aspek – aspek
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam
yang bersifat internal seperti kekuatan (stregth),
meningkatkan kualitas sumber daya manusia
kelemahan (weakness) dan faktor-faktor eksternal
para pengrajin rotan di Kota Pekanbaru.
kerajinan
rotan
yang terdiri dari peluang (opportunity) serta
3. Menganalisis peluang serta ancaman yang
ancaman (treath) yang ada pada kelompok
mungkin
masyarakat yang bergerak dalam usaha kerajinan
mewujudkan
rotan yang ada di Kota Pekanbaru yang
masyarakat khususnya dalam meningkatkan
terangkum kedalam bentuk analisis SWOT. Hasil
kualitas sumber daya manusia para pengrajin
analisis SWOT ini akan dijadikan sebagai
rotan
landasan dalam upaya mewujudkan program
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
pemberdayaan
masyarakat
khususnya
para
di
akan
dihadapi program
Kelurahan
dalam
upaya
pemberdayaan
Meranti
Pandak
4. Menyusun rancangan strategi pengembangan
pengrajin rotan yang berada di kelurahan Meranti
masyarakat
Pandak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
melalui kerjasama berbagai pihak, sesuai
Tujuan dan Sasaran
dengan peran dan tanggung jawab setiap
Secara
umumnya,
pemberdayaan
tujuan
masyarakat
ini
pelaksanaan adalah
pengrajin
rotan
Pekanbaru,
lembaga terkait.
agar
3
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari
pembangunan yang dirumuskan menurut cara
kegiatan ini antara lain :
pandang modernisasi. Pada intinya, paradigma industri
lama (pembangunan) lebih berorientasi pada
kerajinan rotan di kota Pekanbaru dilihat dari
negara dan modal sementara paradigma baru
aspek-aspek yang bersifat strategis dan teknis
(pemberdayaan) lebih terfokus pada masyarakat
seperti status usaha, permodalan, sumber
dan
daya manusia dan pemasaran.
partisipatif. Modal adalah segala-galanya yang
1. Tergambarkannya
peta
kondisi
lokal
yang
dibangun
secara
program
harus dipupuk terus meski harus ditopang
dapat
dengan pengelolaan politik secara otoritarian dan
upaya
sentralistik. Sebaliknya, pemberdayaan adalah
menumbuhkembangkan industri kerajinan
pembangunan yang dibuat secara demokratis,
rotan yang ada di Kelurahan Meranti Pandak
desentralistik
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.
menempati
2. Tersusunnya
suatu
pemberdayaan
usulan
yang
diterapkan
betul-betul bagi
LANDASAN TEORI
yang berarti kekuatan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Dalam kamus pemberdayaan diartikan dari
kata “empowerment” yang jika ditinjau dari aspek etimologi, berasal dari kata “power” yang berarti kekuasaan, kekuatan dan kemampuan. Adi
(2003)
pemberdayaan
mengemukakan
bahwa
merupakan
upaya
mengembangkan individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas masyarakat dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya guna dalam upaya mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Gagasan pemberdayaan menurut Margot Breton (1994) dalam Eko (2002). berangkat dari realitas obyektif yang merujuk pada kondisi struktural yang timpang dari sisi alokasi
kekuasaan
sumberdaya sebenarnya
dan
masyarakat. merupakan
partisipatoris.
posisi
utama
Masyarakat
yang
memulai,
adalah fasilitator dan membuka ruang yang
Pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”
Bahasa Inggris,
dan
mengelola dan menikmati pembangunan. Negara
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
4
institusi
pembagian
akses
Pemberdayaan sebuah
alternatif
kondusif bagi tumbuhnya prakarsa, partisipasi dan institusi lokal. Jika
dilihat
dari
proses
operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama,
kecenderungan
primer,
yaitu
kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material
guna
mendukung
pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua,
kecenderungan
sekunder,
yaitu
kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan
stimulasi,
mendorong
memotivasi
individu
agar
kemampuan
atau
atau
mempunyai
keberdayaan
untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah
melakukan perubahan terhadap praktek-
berseberangan,
praktek dan struktur yang elitis.
mewujudkan
namun
seringkali
kecenderungan
primer
untuk harus
4.
melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu. Beberapa
pandangan
Post-Strukturalis,
merupakan upaya mengubah diskursus serta
tentang
menghargai
pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai
2.
3.
Struktural,
subyektivitas
dalam
pemahaman realitas sosial.
berikut : (Ife, 1996:59) 1.
pemberdayaan
Konsep pemberdayaan masyarakat ini merupakan
muncul karena adanya kegagalan sekaligus
upaya pembebasan, transformasi struktural
harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah
secara fundamental, dan eliminasi struktural
gagalnya model-model pembangunan ekonomi
atau sistem yang operesif.
dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan
Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya
lingkungan
meningkatkan
harapan,
pemberdayaan
daya
sesorang
atau
yang muncul
berkelanjutan. karena
adanya
alternatif
memasukkan
nilai-nilai
sekelompok orang untuk dapat bersaing
pembangunan
dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of
demokrasi, persamaan gender, dan pertumbuhan
the game’ tertentu.
ekonomi yang memadai.
Elitis,
yang
Sedangkan
upaya
Melalui tabel berikut ini, dapat dilihat
mempengaruhi elit, membentuk aliniasi
perbandingan pemaknaan antara pembangunan
dengan elit-elit tersebut, serta berusaha
bentuk paradigma lama dan pemberdayaan
pemberdayaan
sebagai
sebagai wujud pemikiran modernisasi. TABEL - 1 Pergeseran Paradigma dalam Pembangunan Masyarakat Dimensi
Paradigma Lama (Pembangunan)
Fokus Utama Tingkat Keterlibatan
Fokus pada pertumbuhan ekonomi Redistribusi oleh negara
Nilai – nilai yang diutamakan
Otoritarianisme ditolerir sebagai harga yang harus dibayar karena pertumbuhan Negara memberi subsidi pada pengusaha kecil
Orientasi Keterlibatan Negara dalam pelayanan Implementasi Teknologi
Negara menyediakan layanan ketahanan social
Pengembangan Aset
Transfer aset-aset berharga pada negara maju
Indikator Pembangunan
Pembangunan nyata: diukur dari nilai ekonomis oleh pemerintah
Lingkup Struktur
Sektoral Organisasi hirarkhis untuk melaksanakan proyek Peran negara: produser, penyelenggara, pengatur dan konsumen terbesar
Peran Negara
Transfer teknologi dari negara maju
Paradigma Baru (Pemberdayaan) Pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan Proses keterlibatan warga yang marginal dalam pengambilan keputusan Menonjolkan nilai-nilai kebebasan, otonomi, harga diri, dll. Negara membuat lingkungan yang memungkinkan untuk berkembang secara mandiri Pengembangan institusi lokal untuk ketahanan sosial Penghargaan terhadap kearifan dan teknologi lokal; pengembangan teknologi secara partisipatoris Penguatan institusi untuk melindungi aset komunitas miskin Pembangunan adalah proses multidimensi dan sering tidak nyata yang dirumuskan oleh rakyat. Menyeluruh Organisasi belajar non-hirarkis
Peran negara: menciptakan kerangka legal yang kondusif, membagi kekuasaan, mendorong tumbuhnya institusi-institusi masyarakat Sumber: : Diadaptasi dari A. Shepherd, Sustainable Rural Development (London: Macmillan Press, 1998),
5
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai
Sasaran Pokok Pemberdayaan Sumodiningrat sedikitnya
(1998)
terdapat
mengatakan tiga
sasaran
bahwa
dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk
pokok
membuat
kerangka
legal,
kebijakan
untuk
kebijaksanaan pemberdayaan masyarakat, yaitu
pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses
pertama, meningkatkan pendapatan masyarakat
pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat,
tingkat
jumlah
komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai
penduduk di bawah garis kemiskinan, kedua,
unsur tersebut membangun kemitraan dan
berkembangnya kapasitas
jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
bawah
dan
menurunkan
masyarakat untuk
meningkatkan kegiatan sosial ekonomi produktif masyarakat
di
daerah
pedesaan,
percaya dan menghormati. (Eko, 2002)
ketiga,
Konsep pemberdayaan berangkat dari
berkembangnya kemampuan masyarakat dan
asumsi
meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat.
Pemberdayaan berangkat dari asumsi hubungan
Program semestinya
pengembangan
dilakukan
masyarakat
dalam
kerangka
yang
berbeda
dengan
pembinaan.
yang setara antar semua elemen masyarakat dan negara.
Para
ahli
mengatakan
bahwa
apabila
pemberdayaan sangat percaya bahwa “kecil itu
bermaksud
indah”, bahwa setiap orang itu mempunyai
membangun tatanan sosial, ekonomi dan politik
kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai.
baru, maka struktur dan prosesnya haruslah
Dalam konteks pemberdayaan, semua unsur
berkelanjutan.
berkelanjutan
(pejabat, perangkat negara, wakil rakyat, para
pelaksanaan
ahli, politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha,
pengembangan masyarakat tidak hanya pada
ulama, mahasiswa, serta rakyat banyak) berada
tatanan pelaksanaan proyek semata, namun
dalam posisi setara, yang tumbuh bersama
diharapkan lebih mengutamakan peningkatan
melalui proses belajar bersama-sama. Masing-
kemampuan hidup masyarakat (Gunardi dan
masing elemen harus memahami dan menghargai
Sarwoprasodjo, 2003).
kepentingan maupun perbedaan satu sama lain.
berkelanjutan.
Dalam
pengembangan
ditandai
konteks
masyarakat
Struktur
dengan
yang
pelembagaan
ini,
(Eko, 2002)
Tugas - tugas Pemberdayaan
Pemberdayaan tersebut dimaksudkan agar
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan
masing-masing
oleh
pemerintah,
kemampuannya, semakin kuat, semakin mandiri,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
serta memainkan perannya masing-masing tanpa
pers, partai politik, lembaga donor, aktor-aktor
menganggu peran yang lain. Justru dengan
masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat
pemberdayaan kemampuan dan peran yang
lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja
berbeda-beda
sangat strategis karena mempunyai banyak
melainkan dihargai dan dikembangkan bersama-
keunggulan dan kekuatan yang luar biasa
sama, sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik.
6
banyak
elemen,
seperti
unsur
tersebut
semakin
tidak
meningkat
diseragamkan,
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
Oleh karena itu, dalam hal pemberdayaan, tidak
hanya butuh “belajar” keterampilan, tetapi juga
dikenal unsur yang lebih kuat memberdayakan
“mengembangkan” keterampilan itu sendiri.
terhadap
untuk
Yang perlu dikembangkan adalah: kemampuan
diberdayakan. Unsur-unsur yang lebih kuat hanya
analisis, kesadaran kritis, pengalaman, belajar dari
memainkan
pihak lain, dan intuisi (Eko, 2002).
unsur
yang
peran
lebih
lemah
sebagai
pembantu,
pendamping atau fasilitator, yang memudahkan unsur-unsur yang lemah memberdayakan dirinya
Permasalahan Industri Kecil Industri kecil merupakan kegiatan perekonomian
sendiri. (2002)
masyarakat yang pada dasarnya penanganan dan
mengatakan bahwa, pada dasarnya “orang luar”
pengelolaannya yang bersifat padat karya dengan
jangan sampai berperan sebagai “pembina” atau
teknik dan tatacara yang bersifat sederhana dan
“penyuluh”,
tradisional. Syaifuddin dan Chotimin (1994)
Pada
pemikiran
lain,
melainkan
Eko
sebagai
“fasilitator”
terhadap pemberdayaan masyarakat. Fasilitator
mengatakan
itu
bertugas
penggolongan suatu unit usaha yang pada
memudahkan, mendorong, dan memfasilitasi
umumnya menggunakan jumlah tenaga kerja
kelompok sosial masyarakat dalam rangka
yang terlibat atau modal yang dikuasai, artinya
memberdayakan
industri kecil identik dengan usaha kecil yang
adalah
dimainkan
pendamping,
dirinya.
mulai
pengorganisasian,
yang
Tugas-tugas
dari
analisis
fasilitasi,
itu
masalah,
asistensi,
dan
aktivitas
oleh
industrin
rumah
kecil
tangga
adalah
yang
dikelompokkan dengan hanya memperhatikan jumlah tenaga kerja dan tanpa memperhatikan
advokasi kebijakan. Untuk
dilakukan
bahwa
memainkan
peran-peran
dalam
pemberdayaan
masyarakat,
para
berapa banyak modal yang dikuasai oleh perusahaan tersebut. Sayogyo dan Tambunan (1992) juga
pekerja/fasilitator harus bersikap profesional, dan
mengatakan bahwa mayoritas industri kecil dan
keterampilan. Mereka harus kompeten, punya
rumah tangga merupakan usaha miliki keluarga
kemampuan dalam memahami teori secara
dimana kontrol mutu produk yang masih rendah
holistik dan kritis, bertindak praktis, membuat
serta tingkat kepekaan bisnis yang juga rendah.
refleksi dan praksis. Esensi prastis adalah bahwa
Derajat ketahanan dan perkembangan usaha
orang dilibatkan dalam siklus bekerja, belajar,
industri kecil umumnya sangat tergantung pada
bersama-sama. Ini adalah proses dimana teori
keadaan
dan praktik dibangun pada saat yang sama.
lingkungan, karena hal tersebut perlu diciptakan
Praksis lebih dari sekedar tindakan sederhana,
kelembagaan yang berfungsi membina usaha-
tetapi
usaha kecil tersebut.
memiliki
sejumlah
mencakup
kemampuan
pemahaman,
belajar
dan
pengelolaan
internal
dan
faktor
membangun teori. Setiap unsur yang terlibat
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan
dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat, tidak
industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja
7
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
yang berkisar antara 5 hingga 19 orang.
kelemahan antara lain : lemah dari segi
Sedangkan
manajemen, kurang berorientasi pada masa
Departemen
Perdagangan
Perindustrian
mendefinisikan
industri
dan kecil
depan,
kurang
memiliki
kesesuaian
antara
sebagai industri yang mempunyai asset tidak
pendidikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan,
lebih dari Rp. 600 juta, tidak termasuk tanah dan
kurang dari segi penataan keuangan, kurang dari
bangunan tempat usaha.
segi analisis berkait dengan pemasaran, kurang
Kendati banyak definisi mengenai usaha atau
industri
kecil,
namun
industri
kecil
mempunyai karakteristik yang hampir seragam.
dari segi pengkaderan serta terbatas pengetahuan tentang hukum dan perizinan (Saragih, J. dkk, 2000)
Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang
Senada dengan Saragih, J dkk (2000),
jelas antara bidang administrasi dan operasi.
Zulkarnaen
Kebanyakan
kelemahan esensial
industri
kecil
dikelola
oleh
(2003)
menyatakan
bahwa
usaha kecil dan menengah
perorangan yang merangkap sebagai pemilik
adalah berkait dengan kemampuan manajemen,
sekaligus
permodalan dan akses terhadap sumber modal,
pengelolaan
perusahaan,
serta
memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan
pasar
kerabat dekatnya. Kedua rendahnya akses
teknologi, serta beberapa aspek internal dan
terhadap
formal,
eksternal lainnya. Oleh karena itu penanganan
cenderung
usaha kecil pada konteks pengembangan usaha
menggantungkan pembiayaan usahanya dari
terkait dengan aspek kelembagaan selama ini
modal sendiri atau sumber lain seperti keluarga,
terkesan tidak sinkron, terutama antara aspek
kerabat, pedagang perantara bahkan rentenir.
pembinaan dan pembiayaan.
lembaga-lembaga
sehingga
industri
kredit
kecil
dan
informasi
pasar,
penggunaan
Ketiga, sebahagian usaha kecil ditandai dengan belum dimilikinya izin usaha atau status badan hukum (Zulkarnain, 2001) Dibandingkan industri skala menengah dan
industri
padat
modal,
umumnya memiliki kekuatan penggerakan
ekonomi
industri
kecil
dalam upaya
masyarakat.
Adapun
faktor kekuatan yang dimiliki oleh industri kecil antara lain : pengalaman jual beli atau bisnis, mandiri
dan
strukutur
pelaksanaan
yang
METHODOLOGI Kerangka Pemikiran Berkait dengan permasalahan yang ada, melalui kajian
persoalan, efektif dan efisien. Namun, disamping kekuatan, industri kecil juga memiliki banyak
komprehensif,
dicoba
untuk
dilakukan upaya penanggulangan terutama untuk menyelamatkan industri rotan yang menjadi salah satu sumber penghidupan sebagian masyarakat Kota Pekanbaru. Sebelum dilakukan langkah lebih nyata,
sederhana, memiliki kepekaan dan elastisitas tinggi dalam pemasaran, ulet dalam pemecahan
yang
penting
untuk
pengkajian
terlebih
mengenai
dahulu kondisi
dilakukan masyarakat
pengrajin rotan saat ini. Melalui hasil kajian ini akan menjadi tolok ukur perancangan program
8
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
dengan
a. Jumlah Industri kecil rotan yang masih
melibatkan berbagai pihak dan lembaga Provinsi
berkembang di Kota Pekanbaru hingga saat
Riau, sesuai peran dan tanggung jawab masing-
ini.
pemberdayaan
yang
tepat
sasaran
b. Kondisi setiap usaha dilihat dari aspek-aspek
masing. Konsep pemberdayaan sesungguhnya
yang bersifat strategis seperti kondisi wilayah
akan
usaha, kepemilikian aset, potensi pasar,
kondisinya saat ini, memahami peluang dan
perizinan, permodalan, kerjasama (asosiasi)
tantangan yang dihadapi serta secara mandiri
ataupun yang bersifat teknis seperti jumlah
baik berkelompok maupun individu menentukan
tenaga kerja dan kualifikasinya, ketersediaan
solusi terbaik bagi upaya pengembangan usaha
teknologi, keragaman produk dan produk
masing-masing. Oleh karenanya keberadaan
unggulan,
berbagai lembaga dan instansi di Provinsi Riau
ketersediaan bahan baku.
mengarahkan
agar
masyarakat
sadar
bukanlah sebagai pihak yang paling benar
Untuk
kemampuan dapat
manajerial
menyusun
serta
rencana
ataupun pihak yang paling mengetahui solusi
program pemberdayaan industri masyarakat
terbaik dari permasalahan yang ada. Berbagai
khususnya para pengrajin rotan yang ada di Kota
lembaga yang ada baik di tingkat pemerintah
Pekanbaru, perlu dilakukan proses pengumpulan
maupun dari kalangan perguruan tinggi berperan
data dengan beberapa metode antara lain :
sebagai lembaga mediasi bagi setiap kalangan masyarakat berkelompok
pengrajin
rotan,
maupun
baik
individu
secara
melakukan
diskusi ataupun konsultasi untuk membahas permasalahan dan mencari solusi terbaik bagi upaya penumbuhkembangan kerajinan rotan yang mereka jalani.
Metode Penelitian Untuk dapat merancang program pemberdayaan yang
tepat
sasaran,
pengidentifikasian
perlu
mengenai
dilakukan
kondisi
serta
perkembangan usaha kerajian rotan yang ada di Kota
Pekanbaru.
Sebelum
dilaksanakan
pengkajian secara empiris, identifikasi dilakukan dengan melakukan survey ke wilayah yang menjadi target pelaksanaan program. Beberapa hal yang diidentifikasi antara lain adalah :
9
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
- UPT Pelatihan dan Pengembangan Industri Provinsi Riau - Dinas Perindustrian dan Perdagangan - BAPPEDA
IDENTIFIKASI KONDISI MASYARAKAT PENGRAJIN ROTAN PEKANBARU -
Organisasi dan Kelembagaan Sumber Daya Manusia Produk dan Produksi Permodalan Pemasaran Kemitrausahaan
Analisis SWOT KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN
- Asosiasi Kelompok Pengrajin Rotan Kota Pekanbaru
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
10
STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN ROTAN PEKANBARU 1. Perancangan program pelatihan dan pengembangan 2. Penyusunan modul dan materi Pelatihan 3. Penyediaan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan dan pengembangan 4. Penetapan jadwal, waktu dan tempat pelaksanaan 5. Penyediaan anggaran yang memadai
Program Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin Rotan Kota Pekanbaru
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
penelaahan terhadap dokumen – dokumen
a. Observasi Observasi merupakan proses pengamatan
yang mengandung data-data yang berkait
yang dilakukan secara langsung melihat
dengan topik kajian. Telaah dokumen dapat
praktek dan kondisi industri kecil kerajian
bersumber dari catatan yang ada di Dinas
rotan yang menjadi objek amatan. Melalui
Perindustrian
observasi
secara
Pekanbaru, BPS Kota Pekanbaru ataupun
langsung mengenai kondisi pengrajin rotan di
dokumen arsip yang terdapat pada asosiasi
jalan Yos Sudarso Kelurahan Meranti Panda
pengrajin rotan tersebut.
Kota
dilakukan
Pekanbaru.
dikumpulkan
pengamatan
Adapun
melalui
data
observasi
yang
tersebut
manusia
produksi,
(jumlah,
pengalaman,
omset
sumber
yang
per
tahun,
Instrumen Penelitian Untuk keperluan analisis data, terlebih dahulu
Untuk mendapatkan data yang spesifik, perlu pula dilakukan pengumpulan data melalui proses tanya jawab. Seperangkat pertanyaan terlebih dahulu dipersiapkan, terutama berkait karakteristik
yang
komponen-komponen pada Analisis SWOT.
produk
b. Wawancara dan Diskusi
dengan
pertanyaan-pertanyaan
yang nantinya akan dituangkan kedalam
dan
unggulan, kemitraan.
berisi
berkait dengan karakteristik kondisi usaha
daya
pendidikan
Kota
Kuisioner merupakan seperangkat instrumen
organisasi, kondisi aset usaha, bahan baku tingkat
Perdagangan
d. Kuisioner
antara lain adalah : nama organisasi, pimpinan utama,
dan
dan
perkembangan
perlu dirancang instrumen yang dapat membantu proses pengumpulan data. Secara umum data dibagi menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan fungsinya, yakni : a.
Instrumen
Pemetaan
Sosial
Masyarakat
usaha rotan yang menjadi objek amatan.
Pengrajin Rotan
Beberapa aspek yang dipertanyakan melalui
Pemetaan sosial merupakan penggambaran
wawancara
permasalahan-
karakteristik kondisi masyarakat pengrajin
permasalahan yang dihadapi setiap pengrajin
rotan berdasarkan aspek-aspek yang bersifat
rotan, solusi-solusi yang pernah dilakukan,
strategis dan bersifat teknis. Adapun data
keterlibatan
yang akan dikumpulkan terdiri dari : Nama
perguruan
antara
unsur tinggi,
lain
:
lain swasta)
(pemerintah, di
dalam
Organisasi, Nama Pimpinan, Alamat, Tahun
pengembangan masyarakat pengrajin rotan,
Pendirian, Izin Usaha, Total Aset, Tingkat
bentuk kerjasama yang telah telah terjalin.
Produksi, Tenaga Kerja, Omset per tahun,
c. Telaah Dokumen Untuk memperkuat dan melengkapi data yang akan analisis nantinya, diperlukan pula
Bahan Baku Utama dan Produk Unggulan, Kemitraan, dan Pasar Sasaran. b. Instrumen Faktor Analisis SWOT
11
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
Untuk mendapatkan data yang nantinya
pengusaha kerajinan rotan pekanbaru. Data
menjadi bahan analisis SWOT, perlu pula
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi,
dirancang alat pengumpulan data yang berisi
sementara metode kualitatif data tertulis berupa
pertanyaan berkait dengan faktor internal
pernyataan atau hasil pengamatan di lapangan
(kekuatan
disajikan secara deskriptif.
dan
kelemahan)
dan
faktor
Untuk
eksternal (peluang dan tantangan) dilihat dari
menganalisis
identifikasi
di Pekanbaru.
berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan
Setiap faktor tersusun atas variabel-variabel
(weaknesses) serta faktor-faktor eksternal seperti
yang merupakan hasil jejak pendapat yang
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) di
telah dilakukan melalui proses diskusi. Setiap
dalam melaksanakan program pemberdayaan
variabel diberikan nilai bobot berdasarkan
masyarakat pengrajin rotan Kota Pekanbaru.
tingkat kepentingannya. Adapun kriteria
Hasil identifikasi dari setiap aspek internal dan
pembobotan mengikuti format Skala Likert
eksternal
yang membagi kriteria ke dalam 5 (lima)
melaksanakan analisis SWOT yang nantinya akan
tingkatan seperti dijelaskan pada tabel
menjadi landasan bagi penyusunan program
berikut:
pemberdayaan masyarakat pengrajin rotan Kota
tersebut
faktor-faktor
hasil
kondisi perkembangan usaha kerajinan rotan
menjadi
dasar
internal
didalam
Pekanbaru.
TABEL – 2 Kriteria Penilaian Responden Skala 1 2 3 4 5
terhadap
data
Metode Penyusunan Program
Bobot Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat Tinggi
Penyusunan
program
dilakukan
dengan
menggunakan teknik diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion) dimana dilibatkan yaitu para stakeholders terkait dengan program. Diskusi kelompok dikoordinir bersama antara
Metode Analisis Data
perwakilan
Dalam kajian ini pengolahan data menyesuaikan
Perindustrian Provinsi Riau, universitas dan para
dengan
untuk
pengrajin rotan yang tergabung ke dalam
menganalisis data dilakukan dengan metode
kelompok asosiasi pengrajin rotan Pekanbaru.
kualitatif
metode
Penyusunan program berawal dari identifikasi
kuantitatif data seperti jumlah pengrajin rotan,
potensi dan permasalahan para pengrajin rotan
jumlah pekerja setiap pengrajin rotan, tingkat
melalui analisis SWOT melalui diskusi kelompok
produksi
terarah tahap pertama. Selanjutnya dari hasil
kebutuhan dan
kajian,
kuantitatif.
menurut
produk,
dimana Dalam
serta
data
lembaga
terkait
seperti
Dinas
perkembangan lainnya dari setiap usaha kerajinan
diskusi
rotan
merumuskan berbagai bentuk strategi guna
12
yang
tergabung
ke
dalam
asosiasi
kelompok
tahap
pertama
pengkaji
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
pengembangan kerajinan rotan Kota Pekanbaru.
pengidentifikasian lebih difokuskan kepada aspek
Melalui diskusi tersebut ditentukan strategi-
yang paling penting yang menjadi permasalahan
strategi yang dianggap sebagai prioritas dalam
utama pengembangan kerajian rotan Pekanbaru. Melalui diskusi dengan melibatkan unsur
upaya meningkatkan kualitas sumber daya para
masyarakat yang tergabung kedalam Asosiasi
pengrajin rotan di Kota Pekanbaru.
Industri Rotan (ASPRI) Pekanbaru, diperoleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 6 faktor yang menjadi kekuatan dan
Analisis SWOT
kelemahan masyarakat pengrajin rotan, yakni :
a.
(1) Faktor Organisasi dan Kelembagaan, (2)
Faktor Internal
Faktor
kondisi
Faktor Sumber Daya Manusia, (3) Faktor Produk
kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahan-
dan Produksi, (4) Faktor Permodalan, (5) Faktor
kelemahan (weaknesses) dari masyarakat pengrajin
Kemitrausahaan, dan (6) Faktor Pemasaran.
rotan
internal
di
mendeskripsikan
Pekanbaru.
Dalam
hal
ini,
TABEL - 3 Faktor Internal Industri Kerajinan Rotan No
Simbol
1
FI1 FI11 FI12 FI13 FI2 FI21 FI22 FI23 FI24 FI3 FI31 FI32 FI33 FI34 FI35 FI4 FI41 FI42 FI5 FI51 FI52 FI53 FI6 FI61 FI62
2
3
4 5
6
Bobot (%)
Aspek Organisasi dan Kelembagaan Izin Usaha Bentuk Usaha Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia Jumlah Karyawan Tingkat Pendidikan Pengalaman Kerja Kemampuan Manajerial Produk dan Produksi Tingkat Produksi per bulan Keragaman Produk Bahan Baku Teknologi Produksi Pengendalian Mutu Permodalan Aset Omset per tahun Kemitrausahaan Dengan Lembaga Pemerintah Dengan Lembaga Non Pemerintah Dengan Lembaga Asosiasi Pemasaran Strategi Pemasaran Pasar Sasaran Total
15
20
20
20 10
15
eksternal
berkait
dengan
0
0.20
0.20
0 0.16
0.15
Weaknesses Skor Nilai 4 4 4 4 1.5 2 1 0 3 1.4 0 0 2 3 2 2 2 2 3 4 2 0 1.5 3 0
0.71
0.60
0.30
0.28
0.40 0.30
0.22
2.10
Selesih - W = 2.10 – 0.71 = 1,39
Analisis Faktor Eksternal
Kondisi
0 0 0 0 1 0 0 4 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0 1.67 0 0 5 1 0 2
100
Nilai Akhir
b.
Strengths Skor Nilai
dihadapi oleh masyarakat para pengrajin rotan di peluang
(opportunities) serta tantangan (threats) yang kerap
Pekanbaru. Melalui proses diskusi bersama dengan
masyarakat
pengrajin
rotan
yang
13
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
tergabung ke dalam Asosiasi Industri Rotan
Daerah (2) Keberadaan Lembaga Permodalan (3)
(ASPRI) Pekanbaru, ditetapkan 6 (enam) faktor
Keberadaan Lembaga Pembinaan, (4) Persaingan
eksternal
Perdagangan, (5) Lingkungan dan Kebijakannya,
yang
turut
mempengaruhi
perkembangan usaha kerajinan rotan masyarakat
(6) Image Produk di Masyarakat.
di Pekanbaru, yakni (1) Kebijakan Pemerintah TABEL 4 Faktor Eksternal Masyarakat Pengrajin Rotan No 1
Simbol
Aspek
Bobot (%)
FE1
Kebijakan Pembangunan Daerah Program Pengentasan Kemiskinan, Kebodohan dan Infratruktur Kebijakan Otonomi Daerah Riau menjadi Tuan Rumah Pelaksanaan PON 2012 Keberadaan Lembaga Permodalan Lembaga Keuangan Perbankan Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Keberadaan Lembaga Pembinaan Dinas dan lembaga pembinaan pemerintah Program Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi Program CSR Perusahaan Swasta Persaingan Perdagangan Penerapan AFTA Keberadaan Produk Sejenis Lingkungan dan Kebijakannya Kondisi Lingkungan Tempat Usaha Kondisi Alam dan Keijakan pemanfaatannya Kondisi Geografis Wilayah Image Produk di Masyarakat Produk Tradisional Product trend
20
FE11 FE12 FE13 2
3
FE2 FE21 FE22 FE23 FE3 FE31 FE32
4 5
FE33 FE4 FE41 FE42 FE5 FE51 FE52
6
FE53 FE6 FE61 FE62
Opportunities (O) Skor Nilai 3.67 4
Threats (T) Skor Nilai
0.73
0 0
3 4 20
20
15 15
10
3.67 3 4 4 2.67 3 3 2 1 2 0 2.67 2 3 3 1 2 0
0
0 0 0.73
0.53
0.15 0.40
0.1
0.33 1 0 0 0 0 0 0 3.5 3 4 2 4 2 0 2.5 3 2
Total Bobot Skor
2.64
Nilai Akhir
Selisih O = (2.64 – 1.13) = 1.51
0.06
0
0.52 0.30
0.25
1.13
Dari hasil penilaian terhadap setiap
Peta Posisi Kekuatan Untuk megetahui strategi yang paling
faktor, baik faktor intenal dan eksternal,
tepat, terlebih dahulu perlu dilakukan pemetaan
diketahui bahwa nilai skor kekuatan (S) adalah
terhadap setiap aspek dilihat dari kekuatan (S),
sebesar 0,71 dan nilai skor kelemahan (W)
kelemahan (W), peluang (O) dan ancaman. Peta
sebesar 2.10. Dengan mencari selisih antara S
kekuatan ini terdiri dari empat kuadran yang
dan W, dapat diketahui posisi faktor internal
menunjukkan atau menggambarkan posisi dari
cenderung berada pada posisi W dengan nilai
setiap aspek yang diperhatikan. Masing-masing
akhir faktor internal sebesar – 1.39.
strategi
Sedangkan untuk faktor eksternal yang
pengembangan yang berbeda dengan tingkat
terdiri dari faktor peluang (O) dengan nilai skor
prioritas yang juga berbeda.
2,64 dan ancaman (T) dengan nilai skor 1.31.
kuadran
14
mengarahkan
kepada
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
Dengan mencari selisih nilai antara O dan T
berada pada posisi O dengan nilai akhir faktor
diketahui bahwa faktor eksternal cenderung
eksternal sebesar 1.51.
S = strength
Kuadran ‐ II
Kuadran ‐ I
1.51
T= Threat
O = Opportunity
-1.39
Kuadran ‐ IV
Kuadran ‐ III
W = weakness
Gambar 2. Peta Posisi Kekuatan
Adapun keempat strategi tersebut adalah sebagai
Strategi Pengembangan Untuk dapat meyusun program yang tepat, perlu terlebih dahulu dirancang strategi pengembangan
yang
dilakasanakan.
Penyusunan
berikut : 1. Startegi SO dengan mengembangkan suatu
mungkin
dapat
strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S)
rencana
strategi
untuk mengambil manfaat dari peluang (O)
pengembangan, lebih diarahkan kepada aspek-
yang ada.
aspek yang masih menjadi kelemahan serta
2. Strategi WO yaitu mengembangkan suatu
memiliki peluang dan potensi yang baik untuk
strategi dalam memanfaatkan peluang (O)
dikembangkan.
strategi
untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada.
matriks
3. Strategi ST yaitu dengan mengembangkan
pengembangan
Secara dapat
lengkap
dilihat
pada
SWOT yang dijabarkan melalui Tabel 5. Terdapat empat strategi yang dapat dijalankan berdasarkan hubungan antara setiap
suatu
strategi
dalam
memanfaatkana
kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T).
faktor internal yang terdiri dari kekuatan (S) dan
4. Strategi WT yaitu dengan mengembangkan
kelemahan (W) dengan faktor eksternal yang
suatu strategi dalam mengurangi kelemahan
terdiri dari faktor peluang (O) dan ancaman (T).
(W) dan menghindari ancaman (T).
15
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
TABEL – 5. Matrik SWOT
Penerapan perdagangan bebas AFTA di Asia Tenggara
Persaingan dengan produk sejenis dengan nilai kualitas yang lebih baik
Kondisi lingkungan usaha yang rawan banjir
Image masyarakat terhadap produk kerajinan rotan
2
3
4
1
2
3
4
STRATEGI SO
STRENGTH (KEKUATAN) Pengalaman Kerja karyawan/ masyarakat pengrajin rotan
1
Tingkat Produksi
2
Keragaman Produk
3
Kemitrausahaan dengan Asosiasi
4
Target Pasar
5
1.
2.
WEAKNESS (KELEMAHAN)
16
Kondisi lingkungan, geografis, kebijakan dan pemanfaatnya
1
Keberadaan lembaga pembinaan baik pemerintah, institusi pendidikan maupun swasta
Program kebijakan ekonomi dari Pemerintah Daerah
Faktor Internal
THREAT (ANCAMAN)
Keberadaan lembaga keuangan dan permodalan seperti perbankan dan lembaga keuangan mikro
OPPORTUNITY (PELUANG)
Faktor Eksternal
Meningkatkan hubungan kerjasama dalam bidang teknis dan pemasaran dengan lembaga pemerintah, swasta dan pendidikan melalui Asosiasi pengrajin rotan Meningkatkan akses pasar melalui kerjasama dengan pemerintah dan swasta yang dapat menghubungkan antara masyarakat dengan konsumen nasional dan internasional.
STRATEGI ST 1.
2.
STRATEGI WO
Belum memiliki Izin Usaha, Bentuk Organisasi, Struktur organisasi tidak jelas
1
1.
Jumlah karyawan kurang memadai, tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, kurang kemampuan manajerial
2
2.
Ketersediaan bahan baku masih rendah, teknologi masih sederhan, mekanisme pengendalian mutu belum baik
3
Tingkat kepemilikan aset masih rendah dan tingkat pemerolehan omset masih rendah
4
Masih kurang hubugan kemitrausahaan dengan pemerintah dan swasta
5
Belum memiliki strategi pemasaran yang baik.
6
3.
Program pembinaan dan pemberdayaan pada bidangbidang manajerial, administrasi dan organisasi. Pembentukan kemitraan dalam menyediakan bahan baku melalui proses pembudidayaan Perancangan program kerja pada lembaga-lembaga pemerintahan yang dapat membantu masyarakat pengrajin rotan dalam bentuk pembinaan bidangbidang manajemen.
Meningkatkan kualitas produk melalui proses kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan produk yang lebih modern sesuai dengan perkembangan zaman dan gaya hidup. Meningkatkan keragaman produk dengan mengkombinasikan dengan bahan lain selain rotan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku rotan.
STRATEGI WT 1.
2.
Meningkatkan promosi dan penggalakan penggunaan poduk dalam negeri kepada masyarakat dan menjadikannya sebagai lambang jati diri bangsa, seperti halnya Kain Batik yang telah me Nasional. Realokasi kawasan industri kerajinan pada tempattempat yang lebih strategis dan sesuai peruntukannya bagi pengembangan industri kecil dan menengah seperti hanya kerajinan rotan.
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
Peran
Kelembagaan
dalam
Program
peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM). UPT Pelatihan dan Pengembangan tidak
Pemberdayaan Selain melaksanakan program-program
menjalankan peran sebagai lembaga penyedia
tertentu sesuai dengan permasalahan yang ada
permodalan seperti halnya lembaga perbankan
melalui penerapan strategi diatas, saat ini
ataupun beberapa BUMN/ BUMD. Untuk dapat mewujudkan program
program pemberdayaan merupakan suatu solusi yang
dapat
diyakini
untuk
menciptakan
pemberdayaan kepada masyarakat pengrajin
kemandirian bagi masyarakat. Melalui program
rotan
tersebut,
UPT
ini, masyarakat dapat secara langsung menangkap
Pengembangan
permasalahan yang mereka hadapi dan secara
mempersiapkan diri baik dari segi fasilitas,
mandiri bersama dengan setiap unsur masyarakat
maupun sumber daya manusia. Namun untuk
lainnya, bahu membahu untuk mencari solusi
bisa terlaksananya program secara lebih baik,
terbaik bagi kepentingan bersama.
tentu membutuhkan anggaran yang cukup. Hal
secara
Pelatihan internal
dan telah
Seiring dengan perannya sebagai bagian
ini dapat dilaksanakan dengan membentuk kerja
dari pelaksana pembangunan, UPT Pelatihan dan
sama lain dengan lembaga penyedian keuangan
Pengembangan
dan
atau permodalan seperti lembaga perbankan
Perdagangan merupakan salah satu instansi yang
ataupun BUMN. Dan untuk lebih meningkatkan
dapat menjadi pelopor dan pembina dalam
kualitas
kegiatan pemberdayaan masyarakat pengrajin
pemberdayaan, UPT dapat menjalin hubungan
rotan Pekanbaru. Sesuai tugas dan perannya,
yang
UPT Pelatihan dan Pengembangan lebih menitik
pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan
beratkan tugasnya pada aspek-aspek yang bersifat
yang akan dilaksanakan.
Dinas
Perindustrian
pembelajaran bersifat
akademis
pada dengan
pogram lembaga
Pasar Sasaran
Masyarakat Pengrajin Rotan Pekanbaru
Mitra Lain Perbankan/ BUMN
Permodalan, Distribusi dan Pemasaran Perguruan Tinggi Peningkatan Kemampuan dan Kapasitas Usaha (Capacity Building)
•
Pemerintah UPT Pelatihan dan Pengembangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan • • • •
Pelatihan Penyuluhan Pembinaan Pengembangan
Penyaluran dan Pengadaan Sarana Produksi/ Mesin dan peralatan
Gambar 3. Hubungan kolaborasi antara berbagai bidang dalam kegiatan pemeberdayaan
17
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
KESIMPULAN DAN SARAN
secara berkelompok terhadap aspek-aspek yang
terdapat
pada
faktor
eksternal
Kesimpulan
tersebut, dapat pula diketahui bahwa nilai
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan
faktor peluang (O) yang ada dimasyarakat
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
masih cukup tinggi yakni sebesar 2,64
berikut :
sedangkan nilai faktor ancaman (T) yang
a.
Melalui analisis SWOT dapat diperoleh
mungkin terjadi adalah sebesar 1.13.
sebanyak 6 faktor internal yang menjadi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
kekuatan
dan
peluang
pengrajin
rotan,
kelemahan
masyarakat
besar
bagi
pengembangan usaha kerajinan rotan di
Organisasi dan Kelembagaan, (2) Faktor
Pekanbaru dengan nilai total skor sebesar
Sumber Daya Manusia, (3) Faktor Produk
1.51.
:
(1)
c.
Untuk mengatasai permalahan yang ada
Faktor Kemitrausahaan, dan (6) Faktor
melalui pemanfaatan peluang yang tersedia
Pemasaran.
penilaian
secara
di masyarakat, maka beberapa bentuk
metode
diskusi
kegiatan yang dapat dilaksanakan sebagai
terfokus dan terarah dapat diketahui bahwa
wujud program pemberdayaan antara lain
total nilai faktor kelemahan (W) sebesar
adalah : (1) identifikasi permasalahan usaha
2.10 dan total nilai faktor kekuatan (S)
kerajinan rotan di masyarakat dengan
sebesar 0.71. Sehingga faktor internal lebih
melibatkan
cenderung memiliki tingkat kelemahan (W)
Pekanbaru, (2) pembentukan kerjasama
lebih tinggi dibandingkan kekuatan (S)
dengan berbegai lembaga dan instansi
dengan nilai total skor sebesar 1.39.
terkait
Melalui analisis SWOT dapat pula diketahui
pengembangan masyarakat pengrajin rotan
bahwa terdapat 6 (enam) faktor eksternal
Pekanbaru (3) Menyelenggarakan kegiatan-
yang menjadi faktor peluang (O) dan
kegiatan
ancaman
usaha
pengembangan untuk lebih meningkatkan
kerajinan rotan di Pekanbaru. Keenam
pengetahuan, wawasan dan ketrampilan
faktor tersebut adalah : (1) Kebijakan
masyarakat
Pemerintah
Melalui
berkelompok
18
cukup
Faktor
yakni
dan Produksi, (4) Faktor Permodalan, (5)
b.
masih
dengan
(T)
pengembangan
Daerah
asosiasi
dalam
upaya
pelatihan,
(2)
Keberadaan
mengembangkan
pengrajin
di
rotan
membantu
pembinaan
dalam usahanya,
dan
upaya (4)
Lembaga
Permodalan
(3)
Keberadaan
Melaksanakan dan ikut terlibat di dalam
Lembaga
Pembinaan,
(4)
Persaingan
kegiatan-kegiatan yang bersifat promosi
dan
agar produk rotan lebih dikenal dan dekat
di
masyarakat dan menjadi pilihan utama bagi
Masyarakat. Melalui diskusi dan analisis
masyarakat, (5) melaksanakan kegiatan
Perdagangan,
(5)
Kebijakannya,
(6)
Lingkungan Image
Produk
Petir Pepilo : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Pengrajin
monitoring, pendampingan dan perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
selama proses usaha berlangsung secara kontinyu
dan
terjadwal,
sehingga
diharapkan segala permasalahan semaki dapat teratasi oleh masyarakat secara mandiri.
Ahmad Nursal, 2005, Dampak Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Terhadap Pengembangan Industri Kecil di Kota Pekanbaru Propinsi Riau, Program Pasca Sarjana Universitas Andalas, Padang
Saran-saran. Program pemberdayaan merupakan suatu alat yang dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat pada saat ini, dihadapkan kepada permasalahan –permasalahan yang jika ditangani secara individu akan sulit untuk terpecahkan. Oleh kerannya setiap pihak perlu saling bahu membahu untuk lebih meningkatkan kemampuan
dan
kesejahteraan
masyarakat
khususnya yang menyentuh kepada sendi-sendi perekonomian masyarakat kecil. Setiap instansi dan lembaga, memiliki peran yang cukup dominan
demi
terwujudnya
program
pemberdayaan masyarakat pengrajin rotan di Pekanbaru. Melalui pelaksanaan tugas yang lebih tepat
sasaran
dan
melalui
pembentukan
kerjasama dengan instansi lainnya, diharapkan pemerintah dapat menjadi pelopor sekaligus penggerak
Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
yang
dapat
mendukung
usaha
masyarakat untuk dapat hidup dan berkembang secara mandiri, semoga.
Arsyad Asparaini, 2002. Strategi Pengembangan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Propinsi Riau. Makalah pada Semiloka Mencari Model Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Tanggal 8 Oktober 2002, Pekanbaru. Dinas Perindustrian Dan Perdagangan, 2009, Profil UPT Pelatihan Dan Pengembangan Industri, Pekanbaru Eko Sutoro, 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa. Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda. Elinuri,
2004, Model Keputusan Ekonomi Rumahtangga Industri Produk Jadi Rotan (Studi Kasus Industri Rotan Kota Pekanbaru), Pascasarjana IPB Bogor. Bogor.
Gunardi dan Sarwoprasodjo. S. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat. Bogor. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Kementrian Prindustrian, 2013., Laporan Kemajuan Program Kerja Kementrian Perindustrian Tahun 2004 – 2012. Jakarta. Mubyarto, 2002, Ekonomi Kerakyatan dalam Era Globalisasi, Jurnal Ekonomi Kerakyatan. Http://www.ekonomirakyat.org/edisi7/ artikel/html. Pemerintah Provinsi Riau. 2001, Peraturan Daerah Propinsi Riau No 36 Tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Riau tahun 2001 – 2005, Pekanbaru.
19
Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari- Juni 2014
Pemeritah Provinsi Riau, 2010, Strategi & Implementasi Pembangunan Nasional Di Daerah (Provinsi Riau), Pekanbaru Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru, 2001, Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor : 13 Tahun 2001 Tentang Pengaturan Usaha Industri Di Kota Pekanbaru, Pekanbaru, Provinsi Riau. Saragih, J dkk. 2000. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jakarta. Sayogyo dan Tambunan, 1992. Industrialisasi Pedesaan, Rajawali, Jakarta Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB Press. Suharto,
E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Sumodiningrat, G. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar & IDEA Syaifuddin dan Chotimin 1994, Dimensi Strategi Pengembangan Industri Kecil, Agatiga Bandung Zulkarnain, 2001, Mengembangkan Ekonomi Rakyat : Persepsi tentang Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi di Riau, Unri Press, Pekanbaru Zulkarnain, 2003. Membangun Ekonomi Rakyat : Persepsi tentang Perekonomian Rakyat. Adicipta Karya Nusa, Yogyakarta.
20