STRATEGI PELAKSANAAN TRANSFER OF KNOWLEDGE DALAM PROYEK IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI Henry Pandia,
[email protected] PT. Multimedia Solusi Prima - Jakarta Yusep Rosmansyah,
[email protected] STEI ITB Bandung ABSTRAK Transfer of knowledge merupakan salah satu aspek penting terkait dengan proyek implementasi sistem informasi. Keberhasilan secara keseluruhan proyek implementasi sistem informasi sangat tergantung pada sukses tidaknya proses transfer of knowledge. Meskipun demikian, karena terlalu fokus pada sistem yang dibangun aspek transfer of knowledge sering kali kurang diperhatikan. Agar proses transfer of knowledge berhasil maka perlu ada tahap-tahap melakukan transfer of knowledge yang harus diikuti, yaitu: inisiasi, perencanaan dan eksekusi. Dari sudut pandang pembelajaran ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain sebuah proses transfer of knowledge, yaitu: kognitif, budaya dan motivasi. Sedangkan dari sudut pandang implementasi sistem informasi, faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor change management. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama perlu menjadi pertimbangan dalam mendesain skenario transfer of knowledge. Kata kunci: transfer of knowledge
1.
PENDAHULUAN Transfer of Knowledge (TOK) atau pembelajaran merupakan faktor yang mutlak harus dilakukan dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi. Ibarat berganti kendaraan, yang tadinya organisasi naik kereta kuda dan berganti menggunakan mobil, maka organisasi membutuhkan orang-orang yang bisa menjalankan ”mobil”nya. Kemampuan menjalankan sistem informasi yang baru diimplementasi tidak serta merta didapatkan begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah proses TOK yang bisa saja menghabiskan dan membutuhkan resources dan effort yang besar. Agar berhasil, proses TOK membutuhkan sebuah strategi pelaksanaan. Strategi tersebut dibutuhkan karena beberapa alasan berikut: Proyek implementasi dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan ketika implementasi sistem informasi berjalan, maka perusahaan membutuhkan SDM yang sudah siap. Ini berarti waktu untuk proses TOK terbatas. Proses TOK membutuhkan dana yang harus dialokasikan oleh organisasi. Dana tersebut seringkali terbatas sehingga dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan agar dengan dana yang terbatas tersebut diperoleh hasil yang maksimum. Implementasi sistem informasi membutuhkan sumber daya manusia dengan kompetensi tertentu. Dibutuhkan sebuah strategi pelaksanaan
TOK yang dapat menjamin kebutuhan kompentesi tersebut dipenuhi. Kesiapan pegawai dengan implementasi yang dilakukan merupakan faktor yang sangat krusial bagi keberhasilan proyek. Ibarat membeli kenderaan tadi, apa gunanya mobil baru yang bagus tetapi tidak ada orang yang bisa mengendarainya. Karena itu, strategi pelaksanaan TOK diperlukan untuk menjamin kesiapan sumber daya manusia.
2.
FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam melaksanakan proses TOK. Faktor-faktor tersebut bila dipertimbangkan dengan benar akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan proses TOK dan bila diabaikan dapat menjadi penyebab kegagalan proses TOK. Faktor-faktor tersebut adalah faktor kognitif, faktor budaya, faktor motivasi dan faktor change management. 2.1 Faktor Kognitif Sains kognitif berkata bahwa manusia dapat menerima konsep-konsep baru jika hanya jika konsep tersebut tidak terlalu jauh dengan apa yang manusia tersebut sudah ketahui sebelumnya. Hal ini menyebabkan mengapa manusia membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari sebuah subjek yang baru. Manusia harus belajar selangkah demi selangkah dari waktu ke waktu, dan masing-masing
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
412
konsep baru harus meresap terlebih dahulu sebelum konsep selanjutnya dibangun di atasnya. Salah satu teknik untuk membuat proses TOK dapat berjalan dengan cepat dan efektif adalah dengan memecah-mecah knowledge yang akan ditransfer menjadi paket-paket kecil. Dengan cara ini, maka sekali proses TOK dilakukan, maka knowledge akan ditransfer secara streamline. Pada saat melakukan TOK, hal yang dibutuhkan adalah membuat pola knowledge yang tampak lebih dekat dengan knowledge lama sehingga penerima siap merentangkan tangan untuk merangkul informasi baru. Otak sebagai media penyimpan knowledge dapat menerima dan memproses secara paralel input-input dari berbagai indera (chanel input). Salah satu cara untuk menambah kecepatan proses belajar adalah dengan menggunakan beberapa chanel input sekaligus secara efektif. Accelerated Learning adalah sebuah teknik pembelajaran yang mengadopsi konsep pemanfaatan berbagai input secara paralel, misalnya: mencampur antara bercerita dan membaca, simulasi visual dan grafik. Cara tersebut mempercepat proses pembelajaran secara signifikan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. 2.1 Faktor Budaya Ada teori yang mengatakan bahwa kognisi juga dibentuk oleh budaya secara umum khususnya bahasa. Mungkin kita pernah menjumpai penggunaan sebuah kata, yang mana hanya latar belakang sosialbudaya tertentu yang memberikan arti yang tepat pada kata tersebut. Pada konsep ini, knowledge dapat diterima dan membenam dengan hanya membutuhkan sedikit langkah. Sebaliknya, jika kita mempunyai budaya yang berbeda dengan latar belakang dari mana knowledge berasal, maka proses pembelajaran menjadi lebih sulit. Setiap orang sudah memiliki banyak latar belakang budaya sendiri-sendiri yang akhirnya membangun budaya tertentu dalam dirinya. Ada budaya utama dan yang paling besar yang biasanya paling berpengaruh pada diri setiap manusia, budaya dimana dia dibesarkan, budaya dimana dia memperoleh pendidikan formal, budaya dalam lingkungan pekerjaan, budaya komunitas profesi atau budaya komunitas hobbi dimana dia ikut bergabung dan sebagainya. Intinya, seseorang memiliki budaya sendiri namun mempunyai kemampuan untuk menyerap budaya lain. Pada kasus TOK, dapat dilihat latar belakang budaya merupakan alat untuk menetapkan nilai dan kepercayaan yang memberikan konteks dan cara pandang. Dengan mengenal budaya karyawan yang ada, maka organisasi dapat mendesain sebuah metoda dan materi TOK yang
dapat memberikan signal yang kompatibel untuk mentransfer informasi kepada karyawan. 2.2 Faktor Motivasi Menurut Maslow, ada lima hirarki kebutuhan manusia, mulai dari level yang paling bawah (makanan, perlindungan, dan pakaian) sampai pada level yang paling tinggi (aktualisasi diri). Usaha untuk mencukupi kebutuhan ini akan menjadi motivasi manusia untuk melakukan tindakan. Sesuai dengan konsep Maslow di atas, maka setiap orang selalu berada pada kondisi level kebutuhan tertentu yang akan memotivasi orang tersebut untuk melakukan sesuatu. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran adalah motivasi. Pada pembelajaran orang dewasa ada enam faktor yang biasanya menjadi sumber motivasi, yaitu [4]: a. Social relationships Kebutuhan menjalin hubungan sosial seperti menemukan teman baru, memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan komunitas dan persahabatan merupakan salah satu motivasi orang dewasa mengikuti pembelajaran. b. External expectations Mengikuti pembelajaran karena menuruti arahan dari seseorang; mengikuti harapan atau rekomendasi seseorang yang secara formal mempunyai otoritas. c. Social welfare Meningkatkan kemampuan untuk melayani orang lain, mempersiapkan diri untuk melayani kelompok tertentu, dan meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam komunitas pekerjaan. d. Personal Advancement Mendapatkan status yang lebih tinggi dalam pekerjaan, peningkatan profesionalisme dan agar dapat tetap bersaing dengan kompetitor. e. Escape/Stimulation Mengikuti proses pembelajaran untuk menghilangkan rasa jenuh, mencari cara untuk berhenti dari rutinitas di rumah atau pekerjaan dan mencari sisi yang kontras dari kehidupan sehari-harinya. f. Cognitive interest Belajar untuk pembelajaran itu sendiri, mencari pengetahuan untuk memuaskan kebutuhan pikiran. Menemukan kebutuhan dan motivasi belajar dari karyawan di semua jenjang struktur organisasi akan memungkinkan organisasi dapat mengambil langkahlangkah untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam mengikuti proses TOK.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
413
2.3 Change Management Implementasi sistem informasi umumnya berdampak pada terjadinya perubahan yang radikal. Perubahan radikal terjadi bukan karena pemanfaatan teknologi informasi melainkan karena berubahnya strategi perusahaan. Menurut Kasali, ada tiga macam perubahan strategis, yaitu [2]: Perubahan budaya dan nilai-nilai dasar perusahaan. Perubahan arah/fokus bisnis. Perubahan cara kerja untuk meningkatkan efisiensi, peningkatan penghasilan, atau pemakaian sumber daya-sumber daya. Secara alami manusia memiliki sifat tidak mau berubah atau enggan untuk berubah (resistence to change). Karena itu, organisasi harus mengambil langkah-langkah untuk menangani permasalahan keengganan untuk berubah tersebut. Kotter & Schelesinger memperkenalkan teori pendekatan untuk mengatasi masalah keengganan untuk berubah tersebut, yaitu: komunikasi, partisipasi, fasilitasi, negosiasi, manipulasi dan paksaan [3]. Melihat sifat-sifat perubahan tersebut, maka faktor change management perlu menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam proses TOK. 3.
TAHAPAN-TAHAPAN Mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah dibahas di atas, maka ada beberapa tahapan-tahapan yang dapat dilakukan agar proses TOK dapat berhasil. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 3.1 Tahap Inisiasi Tahap inisiasi merupakan tahap awal dalam strategi pelaksanan TOK. Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diinisiasi oleh organisasi, yaitu: 1. Kompetensi yang dibutuhkan. Kompetensi yang dibutuhkan organisasi pasca implementasi dapat dilihat dalam dua dimensi, Dimensi pertama adalah dimensi struktur organisasi dan dimensi kedua adalah ruang lingkup penanganan sistem. Yang dimaksud ruang lingkup penanganan sistem adalah apakah organisasi ingin menangani sistem sampai pada level operasional, pemeliharaan, perbaikan atau pengembangan. Pada dimensi pertama, maka organisasi perlu menginisialisasi kompetensikompetensi yang dibutuhkan pada setiap tingkatan dalam struktur organisasi. Sedangkan dalam dimensi ruang lingkup penanganan sistem organisasi melakukan inisialisasi kompetensi berdasarkan kebutuhan kompetensi pada setiap level penanganan sistem informasi. Sebelum melakukan inisialisasi kebutuhan kompetensi dalam dimensi penanganan sistem, maka organisasi harus terlebih dahulu menentukan
kebijakan sampai level mana organisasi ingin terlibat dalam penanganan sistem yang diimplementasikan. Kebijakan tersebut harus jelas karena akan menentukan kebutuhan kompetensi yang perlu dipenuhi. Dalam menginisialisasi kebutuhan kompetensi, organisasi dapat bekerjasama dengan vendor yang melakukan implementasi atau menggunakan jasa konsultan yang kompeten. Hasil inisialisasi kebutuhan kompetensi haruslah dituangkan dalam statemen-statemen yang jelas dan dapat diukur. Hal ini akan memudahkan organisasi dalam merencanakan proses TOK dan mengukur apakah kompetensi tersebut sudah dipenuhi atau belum. 2.
Kompetensi existing Inisialisasi kompetensi existing adalah proses menginisialisasi kompetensi yang dimiliki karyawan organisasi saat ini pada semua tingkatan. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi awal darimana proses TOK dilakukan dan dapat menjadi acuan kemajuan hasil TOK yang dicapai. 3.
Pendorong dan ancaman Seperti halnya proyek implementasi sistem informasi sendiri, proses TOK juga rentan terhadap kegagalan. Karena itu, proses menginisialisasi faktor penunjang dan ancaman perlu dilakukan untuk meminimalisasi resiko gagal. Pelaksanaan TOK melibatkan banyak pihak dan kesuksesan pelaksanaannya tergantung bagaimana pihak-pihak tersebut dapat bersinergi menjalankan peranan masing-masing. Dari setiap pihak yang terlibat perlu diinisialisasi faktor penunjang dan ancaman yang mungkin muncul. Ada beberapa faktor yang dapat dianggap akan menjadi faktor pendorong dan ancaman untuk suksesnya proses TOK, yaitu: 1. Motivasi Motivasi karyawan dapat menjadi faktor yang mendukung suksesnya proses pelaksanaan TOK dan juga dapat menjadi faktor penghambat. Organisasi perlu menginisialisasi motivasi dari karyawan dan kemudian membuat kebijakan untuk meminimalisasi ancaman yang mungkin datang karena kurangnya motivasi karyawan. 2. Budaya perusahaan Budaya perusahaan memegang peranan penting dalam sukses atau gagalnya proses TOK. Organisasi perlu menginisialisai budaya perusahaan yang ada saat ini kemudian menganalisa apakah budaya perusahaan yang ada akan menunjang pada proses pelaksanaan TOK atau akan menjadi ancaman.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
414
3.2 Tahap Perencanaan Setelah melakukan inisialisai, maka organisasi tahap selanjutnya adalah melakukan perencanaan. Tahap perencanaan ini diawali dengan melakukan analisa gap antara kebutuhan kompentensi pasca implementasi dan kompetensi existing saat ini. Dari analisa gap tersebut akan diperoleh kompetensi apa yang masih kurang pada setiap jenjang dalam struktur organisasi. Pada tahapan perencanaan organisasi perlu menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang sudah diidentifikasi kedalam tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan bagaimana mencapainya. Tahapan perencanaan dalam pelaksanaan proses TOK mencakup pada perencanaan materi, metoda pembelajaran, perangkat pembelajaran, pengukuran dan biaya yang dikeluarkan. 1. Materi Agar dapat menguasai kompetensi baru, maka karyawan harus mendapatkan materi knowledge yang baru. Organisasi harus menginisialisasi kebutuhan materi yang harus diberikan untuk memberikan kompentesi baru kepada karyawan. Materi-materi yang perlu diberikan tersebut kemudian perlu dipecah-pecah menjadi kelompok materi yang kecil-kecil kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok yang berhubungan secara konsep. Materi-materi yang sudah dikelompokkan tersebut kemudian disusun berdasarkan tingkat kedekatan dengan kompetensi yang sudah dimiliki oleh karyawan saat ini, mulai dari yang paling dekat sampai kepada yang paling jauh. Materi-materi ini akan diberikan dengan mulai dari yang paling dekat dan diakhiri dengan yang paling jauh.
2.
Metoda Pembelajaran Proses TOK dalam sebuah proyek implementasi sistem informasi membutuhkan strategi yang berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan oleh faktor usia dimana para karyawan adalah orang-orang dewasa yang sudah memiliki pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan yang beragam yang dapat menjadi faktor yang bersifat positif maupun negatif bagi proses TOK. Karena itu, pendekatan pembelajaran pedagogis seperti yang dilakukan disekolah-sekolah tidak dapat diterapkan. Pembelajaran pada orang dewasa dikembangkan oleh Malcolm Knowles dalam publikasi yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa yang dikenal dengan istilah andragogi. Metoda pembelajaran dikembangkan dengan pertimbangan karateristik orang dewasa berikut ini [4]: 1. Orang dewasa adalah autonomous dan selfdirected. Orang dewasa membutuhkan kebebasan untuk menentukan arah mereka sendiri. 2. Orang dewasa sudah memiliki dasar yang diperoleh dengan mengakumulasi pengalaman hidup dan pengetahuan yang mungkin berhubungan dengan aktivitas kerja, tanggung jawab keluarga dan pendidikan sebelumnya. 3. Orang dewasa bersifat goal-oriented. Selama dalam proses pembelajaran, mereka biasanya mengetahui apa tujuan mereka ingin terlibat. 4. Orang dewasa adalah relevancy-oriented. Mereka harus melihat suatu alasan untuk belajar sesuatu terlebih dahulu. 5. Orang dewasa bersifat praktis, mereka fokus
TABEL 1 PERBANDINGAN METODA-METODA PEMBELAJARAN [5] Metoda Presentasi
Role Play
Membaca sendiri Kelompok Diskusi Studi kasus
Demonstrasi
Kelebihan Menjaga kelompok bersama-sama dan pada kondisi yang sama Mudah untuk mengendalikan waktu Berfungsi pada kelompok besar Membantu ingatan Dapat mempraktekkan skill yang baru dalam lingkungan yang terkontrol Peserta terlibat secara aktif Menghemat waktu Materi dapat digunakan di lain waktu Menjamin konsistensi informasi Tetap menjaga ketertarikan dan keterlibatan peserta Peserta dapat membagi pengalaman dan pengetahuan Pembelajaran dapat diobservasi Membutuhkan keterlibatan peserta Dapat memicu kinerja yang dibutuhkan setelah training Pembelajaran dapat diobservasi Membantu pengertian dan ingatan Memicu ketertarikan peserta Memberikan model untuk diikuti peserta
Kelemahan Menjemukan jika dilakukan dalam waktu yang lama tanpa partisipasi peserta Sulit untuk mengukur jika peserta sedang belajar Daya ingat terbatas Membutuhkan waktu persiapan Mungkin sulit dilakukan penyesuaian untuk semua peserta Membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan latihan dan mendapatkan umpan balik Menyebabkan kebosanan jika dilakukan lama tanpa interupsi Peserta membaca dengan kecepatan berbeda Sulit mengukur apakah peserta belajar Titik pembelajaran dapat membingungkan atau kehilangan arah Beberapa peserta dapat mendominasi diskusi Mengontrol waktu lebih sulit Informasi harus akurat dan up to date Membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kasus Peserta dapat menjadi terlalu tertarik pada konten kasus Harus tepat dan relevan pada peserta Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan Demonstrasi mungkin sulit dilihat oleh sebagian peserta
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
415
pada aspek-aspek pelajaran yang paling banyak berguna pada pekerjaan mereka. 6. Seperti umumnya pelajar, orang dewasa perlu untuk ditunjukkan rasa hormat. Dengan mempertimbangkan karateristikkarateristik orang dewasa di atas, maka perlu direncanakan metoda pembelajaran yang sesuai dengan pertimbangan pada peserta, materi dan waktu yang dibutuhkan dan kompetensi yang ingin dicapai. Beberapa metoda pembelajaran, kelebihan dan kelemahannya dapat dilihat pada Tabel 1. Dari metoda-metoda pembelajaran di atas dapat dipilih mana yang paling sesuai dengan kondisi organisasi. Organisasi dapat saja memilih metoda yang berbeda untuk setiap topik TOK dan metoda yang berbeda untuk setiap tingkatan dalam struktur organisasi. 3.
Media Media TOK adalah segala alat bantu yang digunakan untuk mempercepat proses penerimaan knowledge oleh penerima. Media tersebut dapat berupa apa saja yang penting dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan dan keterampilan penerima untuk siap menerima knowledge. Media pembelajaran dapat juga berupa situasi atau kondisi yang didesain untuk memungkinkan terjadi proses TOK. Secara umum media TOK digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: ∗ Membantu dan memicu penerima untuk membahas atau mendiskusikan sesuatu tanpa adanya instruksi dari pemberi knowledge. ∗ Membantu penerima untuk mendapatkan pengalaman yang berhubungan dengan knowledge yang akan ditransfer. ∗ Memicu keingintahuan penerima untuk menggali dan mendapatkan ilmu yang lebih dalam. ∗ Membantu penerima untuk menyerap knowledge yang sudah dibagikan. Dalam memilih atau mendesain sebuah media TOK, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Media yang dikembangkan hendaknya tidak digunakan untuk memberikan informasi secara langsung, melainkan lebih bersifat pemberian masalah yang tidak bersifat instruksional. 2. Media yang ada haruslah menuntut penerima untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan bantuan pemberi knowledge. 4.
Pengukuran Proses pembelajaran membutuhkan pengukuran untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Pengukuran membutuhkan perencanaan agar metoda, alat ukur betul-betul menggambarkan hasil dari keadaan yang sebenarnya.
Selain dari metoda dan alat ukur yang digunakan, organisasi juga merencanakan waktu untuk pengukuran hasil TOK. Pengukuran dapat dilakukan secara berkala untuk melihat perkembangan proses penyerapan knowledge oleh karyawan dan melihat apakah karyawan sudah siap untuk menerima knowledge berikutnya. Dalam merencanakan pengukuran hasil TOK, ada beberapa pokok penting yang perlu diperhatikan oleh organisasi. ∗ Pengukuran haruslah berorientasi pada peningkatan kompetensi penerima. ∗ Ruang lingkup pengukuran mencakup kompetensi yang dituntut dari penerima. ∗ Pengukuran dilakukan untuk mengukur keefektifan dan keefisienan program TOK yang dilakukan. ∗ Pengukuran dilakukan untuk mengukur efektifitas materi terhadap peningkatan kompentensi penerima. 5.
Waktu Pelaksanaan Dari satu sisi, waktu pelaksanaan proses TOK dibatasi oleh waktu selesainya proses implementasi sistem informasi, namun disisi lain ilmu kognitif mengatakan, ”Dibutuhkan waktu agar seseorang dapat menerima konsep yang baru, membiarkannya mengendap dan siap menerima konsep berikutnya”. Artinya pelaksanaan TOK tidak dapat dilakukan terus-menerus tanpa henti tanpa memperhatikan kemampuan penyerapan penerima knowledge. Karena itu, perlu direncanakan alokasi waktu setiap tahapan pembelajaran sehingga memberikan waktu bagi penerima knowledge menyerap ilmu baru dan siap untuk melangkah ke jenjang selanjutnya dan juga masih dalam batas tenggang waktu yang dilihat dari sisi proyek implementasi sistem informasinya sendiri. 6. Biaya Proses pelaksanaan TOK membutuhkan biaya yang harus dialokasikan oleh organisasi. Agar biaya tidak membengkak secara tidak terkendali, maka organisasi perlu merencanakan biaya untuk setiap kegiatan TOK yang dilakukan. 3.3 Tahap Pelaksanaan Sebelum melaksanakan proses TOK, ada beberapa langkah-langkah pengkondisian awal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1. Menyelesaikan aspek-aspek politis, seperti mengeluarkan kebijakan dari manajemen puncak sebagai landasan hukum pelaksanaan proses TOK. Kebijakan manajemen puncak juga berfungsi untuk mencegah adanya penolakan dari elemen-elemen dalam organisasi.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
416
2.
3.
Tujuan, ruang lingkup, rencana pelaksanaan, materi dan metoda TOK telah dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang terkena dampak secara lansung maupun tidak langsung dari pelaksanaan proses TOK. Memberikan kebijakan yang jelas dan mengkomunikasikannya kebijakan tersebut kepada pihak-pihak yang terkait sehubungan dengan kesuksesan atau kegagalan proses TOK.
Setelah kondisi awal tersebut dipenuhi maka proses TOK dapat dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Proses pelaksanaan TOK perlu dikendalikan dari segi ruang lingkup materi TOK, waktu pelaksanaan, metoda pelaksanaan, biaya yang dikeluarkan dan pengukuran hasil TOK. 4.
KESIMPULAN Pelaksanaan TOK membutuhkan strategi yang tepat untuk menjamin keberhasilan TOK secara khusus dan mendukung pada keberhasilan implementasi sistem informasi yang dilakukan. Ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan sehingga kompentensi yang dibutuhkan pasca implementasi dapat dipenuhi tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
REFERENSI 1. Gagné, R.M., The Conditions of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc (1965). 2. Kasali, Rhenald, Change, Gramedia, Jakarta 2006, 3. Kotter, J.P & Schlesinger, L.A. Choosing Strategies for Change, Harvard Business Review, Boston, Maret 1979. 4. Lieb, Stephen, Principles Of Adult Learning. Arizona Department of Health Services, South Mountain Community College, 1991. 5. Mihall, John & Belletti, Helen, Adult Learning Styles and Training Methods, 16 Februari 1999. 6. Novak, J.D. and Gowin, B.D., Learning How To Learn. Cambridge University Press (1984). 7. Rick Dove, How to Transfer Knowledge, Agility Forum Paradigm Shift International 8. Scharf, Maria C., Conception and Implementation of Digital Government Projects: he Role of Knowledge Transfer, Kennedy School of Government Harvard University, Cambridge, 9. Shi Tao, Promotion of Transfer of Knowledge and Skill Through Hypermedia-Assisted Comprehensive Self-Study Procedures, © Global J. of Engng.E duc., Vol. 2, No.1, Australia, 1998.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
417