EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
ISSN 1978-8096
STATUS KUALITAS PERAIRAN DAN BIOTA PADA BEKAS GALIAN TAMBANG (VOID) TERTUTUP PIT 4 PINANG KECAMATAN SUNGAI PINANG KABUPATEN BANJAR Yunandar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Keywords: biota void, water quality Abstract This research aimed to analyzed conditions and water quality’s status void pit 4 Pinang with compared vertical level depth. Methods used ANOVA-One Way for compared contributed physical and chemical water between station and combined stándar baku mutu PP 82/2001. The results obtained that self purification process for fixed void and temperature, TSS, DO, COD, N, Hg and Fe on surface water are all station, sig. anova TSS, COD (0.000) ά = 5% compared temperature, TSS, DO, COD, N and Fe on 20 meters depth. Dominance TSS as limiting factor void for photosynthesis. Genera Oscillatoria indicated water polluted more environment index (diversity, dominance, Eveness) over polluted status.Temperature, TSS, DO, COD, N and P suitable for biota’s live and baku mutu air class III uses for aquaculture, irigation, and agriculture. Pendahuluan Void merupakan bekas lubang tambang atau sisa lubang galian pertambangan openpit yang menyisakan lubang tambang sebagai defisit overburden akibat aplikasi stripping ratio yang diimplementasikan karena sebagian batuan (dalam hal ini adalah endapan batubara) telah diambil meskipun tindakan reklamasi telah optimal namun tidak dapat tereklamasi seperti kondisi rona awal. Sisa lubang bekas galian tambang tersebut pada akhirnya akan menjadi kawasan tampungan air larian maupun air hujan karena berdasarkan posisi topografi cenderung lebih rendah dan struktur tanah memadat dan sulit diresapi air. Dalam perkembangannya, lahan ini akan tergenang air dan makin berkembang mengalami perubahan menjadi perairan baru di kawasan tersebut. Dengan demikian, cepat ataupun lambat, akan terjadi tahapan perubahan lahan dari terestrial bekas tambang menjadi perairan semacam danau buatan dan akhirnya seiring waktu akan mengalami suksesi ekologis bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Munawar (2007) menjelaskan bahwa limbah pertambangan batubara tercemar asam sulfat dan senyawa besi. Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik. Selain itu memicu metil merkuri karena proses alamiah. Reaksi akibat kegiatan tambang opet pit berupa senyawa AAT berasal dari reaksi mineral pirit dengan udara dan air. Mineral pirit paling umum di temukan pada kerak bumi akibat aktivitas pertambangan menyebabkan mineral-mineral pirit terekspose terhadap air dan udara membentuk AAT. Batuan atau tanah yang banyak mengandung pirit dan menjadi sumber AAT disebut Acid Rock Drainage (ARD) sebagai kontributor AAT bahkan dapat bertahan hingga ratusan tahun (Nordstrom, 2001), sehingga efek negatifnya sangat mematikan bagi organisme perairan terutama organisme kecil termasuk ikan. AAT dapat pula
46
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
mencemari tanah dan lahan. AAT berperan meningkatkan laju pelarutan dan melepaskan berbagai jenis logam (utamanya logam berat) yang semakin meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Padahal proses pemulihan secara alam (self recovery) suatu ekosistem memerlukan proses waktu yang sangat lama dan bertahap. Mencermati fakta yang terjadi, diperlukan kajian terhadap status perairan void, khususnya status kualitas air dan biota menyangkut kehadiran dan dampaknya terhadap ekosistem. Suksesi void yang berkembang sebagai ekosistem perairan tergenang masih menyimpan proses serta senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya termasuk dampaknya dalam menentukan status dan kondisi perairan void. Perumusan Masalah Terbentuknya void sebagai ekosistem baru akibat pertambangan open-pit yang perlu dikelola dan dikaji secara ekologis karena mengandung bahan dan senyawa yang bersifat toksik terhadap lingkungan perairan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian untuk menganalisis kondisi dan status kualitas air void pit 4 Pinang dalam pemanfaatan ekosistem perairan dengan membandingkan komponen kualitas air, jenis, karakteristik dan sifat perairan setiap strata kedalaman yang berpotensi menimbulkan AAT.
Bahan dan Metoda Wilayah Studi Daerah penelitian dibagi menjadi 3 stasiun di permukaan air dan di bawah permukaan air (±20 meter, kedalaman void rerata 30 meter) dengan mempertimbangankan kondisi di lokasi. Stasiun 1A dan 1B terletak tepat di tengah
perairan void dengan koordinat 0304400 mT; 9644600 mU, mewakili kondisi tengah void. Stasiun 2A dan 2B terletak sekitar 200 m ke timur dari stasiun 1A/1B dengan koordinat 0304600 mT; 9645000 mU, mewakili kondisi wall (tebing) void. Stasiun 3A dan 3B terletak sekitar 200 m ke barat dari stasiun 1A/1B dengan koordinat 0304200 mT; 9644600 mU, merupakan inlet air tambang dan run off. Data dan Sampling Data primer berasal dari pengambilan sampel air langsung di lapangan terhadap komponen suhu, pH, partikel tersuspensi total (TSS), oksigen terlarut (DO), COD, nitrogen (N), posfor (P) dan logam Hg, Mn, Fe serta biota plankton baik di permukaan maupun di tiap kedalaman yang diambil dari ke-3 stasiun, dilakukan pada pagi hari bulan Juli dan Oktober 2010 minggu I dan III dengan ulangan. Pengukuran parameter kualitas air in-situ menggunakan Water Checker tipe U mengukur suhu, Oksigen terlarut (DO), pH, sedangkan partikel tersuspensi total (TSS), COD, nitrogen (N), posfor (P) dan logam Hg, Mn, Fe, diambil sampelnya untuk dianalisa di Laboratorium. Biota air dikoleksi menggunakan plankton net nomor 25 dengan mesh 30-50 µm. Kandungan logam berat di ukur menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry dengan metode Extraction/air-Acetylene Flame (APHA, 1992 dan Hutagalung et al, 1997). Pengolahan dan Analisis Data Data hasil pengukuran kualitas air dan biota void ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif analitik yakni menganalisis secara deskriptif dari aspek lingkungan perairan dan di lengkapi dengan metode uji ANOVA-One Way untuk melihat kontribusi dan sebaran nilai kualitas air serta logam berat antar stasiun dan kedalaman yang kemudian dibandingkan dengan stándar baku mutu PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
Pengendalian Pencemaran Air. Interpretasi biota air digunakan nilai indeks biologis (keanekaragaman, keseragaman dan dominasi). Parameter kualitas air dan biota dapat dikembangkan sebagai indikator lingkungan melalui indeks mutu lingkungan perairan (IMLP) (Effendi, 2003) sebagai dasar status kualitas air void.
Hasil dan Pembahasan Parameter Fisik - Kimia Perairan Kualitas Air Lingkungan Void Parameter kualitas fisik-kimia air yang diamati di void pit 4 Pinang (Tabel 1). Penurunan suhu secara vertikal dari permukaan sampai pada kedalaman 20 m relatif kecil yaitu berkisar 10C secara vertikal. Kondisi ini menunjukan bahwa sampai pada kedalaman 20 m perairan mengalami stratifikasi, tetapi tidak terjadi termoklin (perubahan suhu ekstrim). Padatan tersuspensi total (TSS) 10 mg/l – 55 mg/l tidak melebihi batas baku mutu di semua stasiun sehingga tidak mempengaruhi regenerasi oksigen fotosisntesis (Welch and Lindell, 1980). pH 5.1 – 6.16 ikan masih bisa bertahan hidup, idealnya 5 – 10 (Boyd, 1988). Perbedaan nilai DO antara stasiun A (air permukaan) dan B (air dasar) signifikan, akibat startifikasi kedalaman. DO berkisar antara 3 mg/l – 6.3 mg/l. Eksistensi DO di perairan dipengaruhi oleh suhu, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen berkurang akibat semakin meningkatnya suhu, kedalaman, dan berkurangnya tekanan atmosfer, penyebab utama berkurangnya kadar DO dalam air karena adanya zat pencemar yang mengkonsumsi oksigen. Sebagian besar dari zat pencemar yang menyebabkan oksigen terlarut berkurang adalah limbah organik. Perubahan faktor fisik, kimia dan biologis perairan dapat menyebabkan perubahan DO yang berdampak negatif terhadap organisme air (Wardoyo, 1982). Nilai COD pada perairan rata-rata lebih dari 20 mg/l
47
yang berarti perairannya tercemar dan semakin kedasar nilai COD semakin menurun fenomena ini menunjukkan bahwa masih banyak senyawa anorganik yang belum di reduce oleh mekanisme sistem alamiah void. Nilai COD berbanding lurus dengan keperluan DO yang dibutuhkan dalam proses biologis dan kimiawi sehingga akan mengurangi ketersediaan oksigen terlarut. Tabel 1 menunjukkan unsur-unsur logam terdeteksi Juli 2010 maupun Oktober 2010, nampak tidak terjadi penurunan yang signifikan dan cenderung tetap terutama Hg dalam rentang waktu itu, unsur logam dibawah air lebih tinggi daripada dipermukaan. Artinya dengan tetap membiarkan void dalam kondisi saat ini (alamiah) diperlukan waktu yang sangat lama untuk me-recovery kondisi void untuk berbagai kepentingan pemanfaatan sumberdaya perairan void. Pemicu timbulnya senyawa logam-logam berat berasal dari acid mine drainage (AMD) berupa cairan yang terbentuk akibat oksidasi mineral-mineral sulfida, terutama pirit (FeS2) yang menghasilkan asam sulfat (Sexstone et al, 1999). Dengan tingkat kemasamannya yang tinggi, AMD dapat melarutkan mineral-mineral lain dan melepaskan kation-kation pada Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Cd, Ni, dan Hg yang mendegradasi produktivitas biologis sistem akuatik. TotalN yang berkisar 0.8 - 2 mg/L. Kandungan total-N (Novotny dan Olem, 1994) mengindikasikan void pit 4 memiliki kandungan total-N dengan konsentrasi sedang sampai tinggi yang dapat dikategorikan kedalam perairan mesotrofik sampai eutrofik. Nitrogen di perairan sebagai nutrien penting bagi perkembangan tumbuhan dan hewan air. Jumlah nitrogen di perairan meningkat sejalan dengan pertambahan input dari aktifitas manusia, fenomena ini menjadikan eutrofikasi pada badan air dan juga pertumbuhan alga yang berlebih (blooming). Sedangkan kandungan fosfor (P) dalam bentuk ortho posphat dengan konsentrasi P<10 mg/l mengindikasikan kandungan ortho phospat yang rendah (oligotrofik). Di perairan,
48
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, tetapi umumnya dalam bentuk anorganik yang terlarut dan partikulat. Sebagai bahan anorganik terlarut fosfor ditemukan sebagai ortofosfat dan polifosfat. Pada kondisi aerobik, fosfor yang membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh alga akuatik, memperkuat dugaan bahwa lingkungan perairan void telah secara alamiah melakukan self purification dan menunjukkan performa sebagai suatu lingkungan menuju kualitas yang baik. Kandungan Suhu, pH, Partikel Tersuspensi Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), COD, Nitrogen (N), Posfor (P) dan Logam Hg, Mn, Fe di Permukaan Antara Void Bagian Tengah, Timur dan Barat Parameter Suhu, Partikel Tersuspensi Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), COD, Nitrogen, Hg dan Fe di permukaan memiliki nilai yang signifikan karena kehadirannya di semua lokasi/stasiun pengamatan dengan peningkatan nilai secara statistik. Nilai sig Anova dimiliki partikel tersuspensi total (TSS) dan COD (0,000) dengan ANOVA pada Post Hoc Tests dengan = 5% karena trend/kecenderungan nilai fluktuatif namun tidak begitu berbeda jauh (Tabel 2). Kondisi ini menunjukkan bahwa antar stasiun void permukaan yang dilakukan analisis fisik kimia dan logam beratnya memiliki perbedaan yang nyata dan dinamis. Nilai suhu relatif stabil berada di stasiun tengah dan timur void karena lokasi ini jauh dari inlet air tambang dan run off sehingga tidak menyebabkan fluktuasi suhu. TSS, DO, COD dan Nitrogen hampir terdistribusi di semua stasiun. Hg lebih menjauhi inlet karena Hg senyawa yang lebih stabil dan tidak mudah teroksidasi dengan senyawa lain di alam (Munawar, 2007) berbeda dengan Fe yang lebih mudah teroksidasi dengan SO4 membentuk pirit dan mengkontribusi AAT sehingga dekat inlet.
Kandungan Suhu, pH, Partikel Tersuspensi Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), COD, Nitrogen (N), Posfor (P) dan Logam Hg, Mn, Fe di kedalaman 20 meter Antara Void Bagian Tengah, Timur dan Barat Parameter suhu, TSS, DO, COD, Nitrogen dan Fe di kedalaman 20 meter (tabel 3) memiliki nilai yang signifikan karena kehadirannya di semua lokasi/stasiun pengamatan dengan peningkatan nilai secara statistik, namun yang menarik Hg ternyata tidak berbeda secara statistik karena senyawa Hg telah stabil dari pemukaan dan terus terakumulasi di dasar perairan karena berat jenisnya lebih besar daripada air dan berikatan dengan clay mineral seperti illite kaolinite dan montmorilonite yang dipengaruhi oleh faktor geologis. Lebih tingginya kandungan logam berat dalam sedimen dasar dibandingkan dengan kandungan logam pada kolom air karena sifat sedimen sebagai penjebak nutrien (nutrient trap), terjadi proses penetrasi logam jatuh dari kolom air kemudian ditangkap oleh sedimen, karena sifat sedimen yang stabil maka waktu tinggal (residence time) dari logam Hg, Fe dan Mn lebih lama di dalam sedimen tersebut dibanding dalam kolom air. Mance (1987) menyatakan secara normal kandungan logam berat dalam sedimen akan lebih tinggi dibandingkan di perairannya, disamping karena keberadaan logam berat tersebut yang secara alami terkandung di batuan sedimen, juga karena sifat sedimen yang lebih stabil dan cenderung untuk menangkap logam berat yang masuk ke perairan. TSS dan Nitrogen bernilai signifikan (0.000) dengan ANOVA pada Post Hoc Tests dengan = 5% kondisi ini menginformasikan trend/kecenderungan nilai fluktuatif namun tidak begitu berbeda jauh antar stasiun. Secara alami terkandung di batuan sedimen, juga karena sifat sedimen yang lebih stabil dan cenderung untuk menangkap logam.
49
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air Ulangan
Stasiun
Minggu 1 Juli
1A 1B 2A 2B 3A 3B 1A 1B 2A 2B 3A 3B 1A 1B 2A 2B 3A 3B 1A 1B 2A 2B 3A 3B
Minggu 3 Juli
Minggu 1 Oktober
Minggu 2 Oktober
Suhu (0C) 31 31 29.4 29.5 30.5 29.6 30.5 30.8 29.8 30 30 30.2 31.2 31.2 29.6 29.6 31 29.1 31 31 29 29 29.5 29
pH 5.96 5.25 5.62 5.52 5.61 5.24 5.80 5.10 5.50 5.30 5.50 5.10 6.08 6.16 5.91 5.73 5.87 5.48 6 6 5.50 5.60 5.70 5.50
TSS (mg/l) 16 20 11 14 30 52 15 18 10 12 28 50 18 22 13 18 35 55 15 20 10 15 30 50
DO (mg/l) 5.4 3.4 6 3.8 6 4 5.5 3 6 3.3 6 3.8 5.6 3.5 6.1 3.8 6.3 4 5.8 3.2 6 3.5 6 4
Parameter COD N (mg/l) (mg/l) 20.12 2 25.11 0.8 20.12 1.5 25.23 0.4 23.15 1.7 29.35 0.3 20.10 1.8 25.01 0.6 20.10 1.4 25.05 0.2 22.50 1.3 29.30 0.1 19.69 1.8 21.20 0.7 19.31 1.4 23.48 0.3 22.72 1.5 28.78 0.2 19.02 1.6 20.50 0.5 19.01 1.2 22.20 0.2 22.52 1.3 27.70 0.1
P (mg/l) 0.004 0.003 0.004 0.002 0.005 0.001 0.002 0.002 0.002 0.002 0.003 0.002 0.003 0.002 0.002 0.001 0.002 0.001 0.001 0.002 0.001 0.002 0.001 0.002
Hg (mg/l) 0.00001 0.00002 0.00002 0.00003 0.00002 0.00003 0.00001 0.00002 0.00002 0.00002 0.00002 0.00002 0.00001 0.00002 0.00002 0.00003 0.00001 0.00003 0.00001 0.00003 0.00002 0.00003 0.00001 0.00003
Mn (mg/l) 0.00031 0.00031 0.00015 0.00031 0.00013 0.00028 0.00010 0.00031 0.00013 0.00031 0.00013 0.00031 0.00013 0.00029 0.00014 0.00027 0.00012 0.00026 0.00012 0.00026 0.00012 0.00026 0.00012 0.00026
Fe (mg/l) 0.059 0.094 0.064 0.085 0.051 0.065 0.050 0.082 0.060 0.082 0.050 0.082 0.057 0.092 0.062 0.082 0.049 0.063 0.050 0.082 0.050 0.072 0.045 0.058
Sumber: Data primer, 2010; Keterangan : 1A,2A,3A = permukaan air, 1B,2B,3B = bawah air (± 20 meter)
Tabel 2. Analisis nilai suhu, pH, partikel tersuspensi total (TSS), oksigen terlarut (DO), COD, nitrogen (N), posfor (P) dan logam Hg, Mn, Fe antar stasiun di permukaan perairan Deskripsi Suhu di permukaan TSS di permukaan
DO di permukaan
COD di permukaan
Nitrogen di permukaan
Hg di permukaan Fe di permukaan
Nama Daerah Tengah void vs Timur void Timur void vs Tengah void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void Barat void vs Tengah void Timur void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void vs Tengah void Tengah void vs Barat void Timur void vs Barat void Barat void vs Tengah void Timur void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void vs Tengah void Tengah void vs Timur void Timur void vs Tengah void Timur void vs Barat void Barat void vs Timur void
Sumber: Output SPSS
Mean Difference (antar daerah) 1.475* - 1.475* 5.00* - 14.75* - 5.00* - 19.75* 14.75* 19.75* - 0.450* - 0.500* 0.450* 0.500* - 2.9900* - 3.0875 2.9900* 3.0875* 0.425* 0.350* -0.,425* -0.350* -0.0000100* 0.0000100* 0.01025* -0.01025*
Sig. Anova
Levene test
0.004
0.189
0.000
0.346
0.001
0.213
0.000
0.230
0.011
0.616
0.007
0.000
0.041
0.254
Sig. Post Hoc Tests 0.004 0.004 0.02 0.000 0.02 0.000 0.000 0.000 0.003 0.002 0.003 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.015 0.042 0.015 0.042 0.006 0.006 0.041 0.041
Kesimpulan Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata
50
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
Tabel 3. Analisis nilai suhu, pH, partikel tersuspensi total (TSS), oksigen terlarut (DO), COD, nitrogen (N), posfor (P) dan logam Hg, Mn, Fe antar stasiun di kedalam 20 meter Deskripsi Suhu di kedalaman 20 meter TSS di kedalaman 20 meter
DO di kedalaman 20 meter COD di kedalaman 20 meter Nitrogen di kedalaman 20 meter Fe di kedalaman 20 meter
Nama Daerah Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void vs Tengah void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void Barat void vs Tengah void Timur void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void vs Tengah void Tengah void vs Barat void Timur void vs Barat void Barat void vs Tengah void Timur void Tengah void vs Timur void vs Barat void Timur void vs Tengah void Barat void vs Tengah void Tengah void vs Barat void Barat void vs Tengah void
Mean Difference (antar daerah) 1.475* 1.525* - 1.475* - 1.525* 5.25* - 31.75* - 5.25* - 37.00* 31.75* 37.00* - 0,450* - 0,500* 0.450* 0.500* - 5.82750* - 4.79250* 5.82750* -4.79250* 0.375* 0.475* -0.425* -0.350* 0.020505* -0.020505*
Sig. Anova
Levene test
0.001
0.165
0.000
0,001
0.651
0.213
0,002
0.002
0.000
0.698
0.014
0.484
Sig. Post Hoc Tests 0.002 0.001 0.002 0.001 0.024 0.000 0.024 0.000 0.000 0.000 0.003 0.002 0.003 0.002 0.003 0.000 0.003 0.009 0.003 0.000 0.015 0.042 0.014 0.014
Kesimpulan
Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata Ada perbedaan secara nyata
Sumber : Output SPSS.
Tabel 4. Kondisi suhu, pH, partikel tersuspensi total (TSS), oksigen terlarut (DO), COD, nitrogen (N), posfor (P) dan logam Hg, Mn, Fe Deskripsi Suhu di perairan
pH di perairan
TSS di perairan
DO di perairan
COD di perairan
Nitrogen di perairan
Posfor di perairan
Hg di perairan
Mn di perairan
Fe di perairan
Sumber : Output SPSS
Nama Daerah Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void Tengah void Timur void Barat void
Mean
SD
30.925 29.450 30.250 5.9600 5.6325 5.6700 16 11 30.75 5.575 6.025 6.075 19.7325 19.6350 22.7225 1.8 1.3 1.4 0.00250 0.00225 0.00300 0.0000100 0.0000200 0.0000150 0.0001200 0.0001350 0.0001250 0.05400 0.05900 0.04875
30.5 ± 31.2 29.0 ± 29.8 29.5 ± 31.0 5.80 ± 6.08 5.50 ± 5.91 5.50 ± 5.91 15 ± 18 10 ± 13 28 ± 35 5.4 ± 5.8 6.0 ± 6.1 6.0 ± 6.3 19.02 ± 20.12 19.01 ± 20.12 22.50 ± 23.15 1.6 ± 2 1.2 ± 1.5 1.3 ± 1.7 0.001 ± 0.004 0.001 ± 0.004 0.001 ± 0.005 0.00001 ± 0.00001 0.00002 ± 0.00002 0.00001 ± 0.00002 0.00010 ± 0.00013 0.00012 ± 0.00015 0.00012 ± 0.00013 0.050 ± 0.059 0.050 ± 0.064 0.045 ± 0.051
Standart Kualitas Air (PP No. 82/2001) Kelas III Deviasi 3
6-9
400 mg/l
3 mg/l
50 mg/l
20 mg/l
1 mg/l
0,002 mg/l
< 0,1 mg/l
< 0,3 mg/l
51
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
Kandungan Suhu, pH, Partikel Tersuspensi Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), COD, Nitrogen (N), Posfor (P) dan Logam Hg, Mn, Fe terhadap Baku Mutu Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (PP 82/2001) Secara keseluruhan parameter suhu, partikel tersuspensi total (TSS), oksigen terlarut (DO), COD, nitrogen dan posfor perairan masih layak untuk menunjang kehidupan biota air dan masih sesuai dengan baku mutu air kelas III sebagai air
yang digunakan untuk budidaya perikanan tawar, pengairan, pertanian (PP Nomor 82 Tahun 2001). Void pit 4 Pinang dapat digunakan untuk kegiatan perikanan dan peternakan di tinjau dari parameter fisika kimia. Parameter logam Hg, Mn dan Fe meskipun masih dibawah baku mutu namun perlu dikelola karena dampak kumulatif namun perlu dikelola karena dampak akumulatif dari interaksi parameter menuju suksesi perairan akan menimbulkan toksik bagi biota yang berkorelasi dengan nilai pH yang masih bernilai 5.
Tabel 5. Nilai indeks kelimpahan, dominasi, keanekaragaman, keseragaman dan jumlah taksa Plankton No Phyllum Phytoplankton 1 Cyanophyta 2 Chlorophyta
1A
2A
3A
Oscillatoria Gonatozygon Zygnema Melosira Nitzchia sp Streptotheca Synedra Kelimpahan (sel/liter) Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi Jumlah Takson
140 30 40 210 0.8642 0.7866 0.5011 3
140 450 70 30 70 760 1.1888 0.7387 0.4030 5
250 90 60 20 420 1.0619 0.7660 0.4229 4
Cryptomonadida Oikomonas Favella 2 Aschelminthes Notholca Brachionus 3 Crustacea Nauplius Kelimpahan (sel/liter) Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi Jumlah Takson Sumber : Data Primer (2010)
70 60 70 10 20 230 1.4233 0.8844 0.2628 5
160 160 0.0000 0.0000 1.0000 1
140 50 130 30 350 1.2229 0.8822 0.3257 4
3
Chrysophyta
Genera
Zooplankton 1 Protozoa
Biota Akuatik Fitoplankton yang ditemukan pada beberapa stasiun pengamatan (tabel 5) adalah jenis Oscillatoria, Gonatozygon, Zygnema, Melosira, Nitzchia sp, Streptotheca, Synedra, sedangkan dari
kelompok zooplankton dari jenis Cryptomonadida, Oikomonas, Favella, Notholca, Brachionus, Nauplius. Genera Oscillatoria pada perairan void mengindikasikan perairan tercemar (Kolkwitz, 1967). Hasil perhitungan terhadap indeks keanekaragaman
52
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
fitoplankton sebesar 0.8642 – 1.1888 dan zooplankton sebesar 0.0000 – 1.4233. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perairan void tersebut dalam kategori setengah tercemar hingga tercemar berat. Ditemukannya zooplankton dari filum protozoa mengindikasikan kondisi lingkungan yang toksik, karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap toksik dibanding bakteria. Mikroorganisme ini sangat baik sebagai indikator dari lingkungan anaerob.
Kesimpulan 1.
2.
3.
4.
5.
Lingkungan perairan void telah secara alamiah melakukan self purification dan menunjukkan performa sebagai suatu lingkungan menuju kualitas yang baik berdasarkan analisis fisika kimia perairan. Parameter Suhu, Partikel Tersuspensi Total (TSS), Oksigen Terlarut (DO), COD, Nitrogen, Hg dan Fe di permukaan memiliki nilai yang signifikan karena kehadirannya di semua lokasi/stasiun pengamatan dengan peningkatan nilai secara statistik sedangkan pada kedalaman 20 meter hanya parameter suhu, TSS, DO, COD, Nitrogen dan Fe. Parameter starter dalam meningkatnya AAT di void berasal dari batuan dan air larian yang mengandung Fe sehingga menurunkan pH. Genera Oscillatoria pada perairan void mengindikasikan perairan tercemar, terlebih lagi dari nilai indeks lingkungan (keanekaragaman, dominasi, keseragaman) dalam status tercemar berat. Void 4 Pinang dengan peruntukan kelas air Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menginformasikan dapat memenuhi kriteria peruntukan air baku kelas III untuk perikanan air tawar, pertanian dan pengairan.
Daftar Pustaka Boyd
CE (1988) Water Quality In Warmwater Fish Ponds. 4th Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. Effendi H (2003) Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius Yogyakarta. Hutagalung HP, Deddy Setiapermana, Hadi Riyono (1997) Metode Analisa Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku-2. P30-LIPI. Jakarta. Kolkwitz (1967) Ecology of Plant Saprobia. Biology of Water Pollution. U.S. Departement of Interior. Cincinati. Ohio. 67-68. Munawar A (2007) Pemanfaatan Sumberdaya Biologis Lokal Untuk Pengendalian Pasif Air Asam Tambang: Lahan Basah Buatan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1: 31-42 Mance G (1987) Pollution Threat of Heavy Metals in Aquatic Environments. Bross Limited. Great Britain. Nordstrom, Kirk D (2011) Mine Wastes: Mine Waters: Acidic to Circmneutral. Elements. December 2011, Vol. 7, p. (6): 393-398 Novotny V, Olem H (1994) Water Quality: prevention, identification, and management of diffuse pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. Sexstone J, Skousen JG, Calabrese J, Bhumbla DK, Cliff J, Sencindiver JC, and. Bissonnette GK (1999) Iron Removal From Acid Mine Drainage By Wetland. Proceedings of American Society for Surface Mining US EPA (2004) Framework for Inorganic Metal Risk Assessment. Risk Assessment Forum, United State Environmental Protection Agency. Washington, DC. Welch E, B and T. Lindell (1980) Ecological Effect of Waste Water. Cambridge Univ. Press.
Yunandar/EnviroScienteae 8 (2012) 45-53
Wardoyo STH (1982) Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 40-43.
53