Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
12
Universitas Mercu Buana
MODUL 12
Stabilitas lereng (lanjutan)
6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran adalah adalah tindakan yang bersifat pencegahan dan tindakan korektif. Tindakan pencegahan dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya longsor, sedangkan tindakan korektif dilakukan setelah longsor terjadi. Menurut umur kestabilannya, tindakan korektif dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen.
6.1.Pencegahan Pencegahan adalah tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kerusakankerusakan yang lebih parah pada daerah-daerah yang berpotensi longsor. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: •
Menghindari penambahan gaya pada bagian atas lereng, misalnya tidak melakukan penimbunan dan pembuatan bangunan di atas lereng.
•
Menghindari pemotongan/penggalian pada kaki lereng.
•
Mencegah
terjadinya
penggerusan
sungai
yang
berakibat
terganggunya
kemantapan lereng. •
Mengeringkan genangan air pada bagian atas lereng.
•
Menutup cekungan-cekungan yang berpotensi menimbulkan genangan air.
•
Penghijauan pada lereng yang gundul.
•
Mengendalikan air permukaan pada lereng sehingga tidak terjadi erosi yang menimbulkan alur dalam.
•
Penggunaan bangunan penambat, misalnya tiang pancang, tembok penahan, bored pile, bronjong, dan lain-lain.
•
Pengaturan tata guna lahan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
6.2.Penanggulangan Darurat Penanggulangan darurat adalah tindakan korektif yang sifatnya sementara dan umumnya dilakukan sebelum penanggulangan permanen dilaksanakan. Penanggulangan darurat dapat dilaksanakan dengan tindakan-tindakan sebagai berikut: •
Mencegah masuknya air permukaan ke dalam area longsoran dengan cara membuat saluran terbuka.
•
Mengeringkan genangan air yang berada pada bagian atas longsoran.
•
Mengalirkan genangan air dan mata air yang tertimbun maupun yang terbuka.
•
Menutup rekahan dengan tanah liat.
•
Membuat beban kontra (counter weight) pada kaki longsoran, misalnya dengan bronjong ataupun karung yang berisi tanah.
•
Pelebaran ke arah tebing.
•
Pemotongan bagian kepala longsoran.
6.3.Penanggulangan Permanen Penanggulangan
permanen
memerlukan
waktu
untuk
penyelidikan,
analisis,
dan
perencanaan yang matang. Metode penanggulangan longsoran dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
a. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah dengan cara: •
Mengubah geometri lereng
•
Mengendalikan air permukaan
b. Menambah gaya-gaya yang menahan gerakan tanah dengan cara: •
Mengendalikan air rembesan
•
Penambatan
•
Beban kontra (counter weight)
c. Jika kedua metode di atas tidak dapat mengatasi longsoran yang terjadi maka dilakukan penanggulangan dengan tindakan lain, misalnya: •
Stabilisasi
•
Relokasi
•
Bangunan silang
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
•
Bangunan bahan ringan
7.Pemilihan Tipe Penanggulangan Pemilihan tipe penanggulangan gerakan tanah disesuaikan dengan tipe gerakan, faktor penyebab, dan kemungkinan untuk dapat dikerjakan (work ability). Pemilihan tipe penanggulangan juga harus
memperhatikan faktor-faktor
yang berkaitan dengan
pelaksanaan, yaitu tingkat kepentingan, aspek sosial, dan ketersediaan material di sekitar lokasi longsoran.
7.1.Mengubah Geometri Lereng Pengubahan geometri lereng dapat dilakukan dengan pemotongan dan penimbunan (cut and fill). Bagian yang dipotong disesuaikan dengan geometri daerah longsoran, sedangkan penimbunan dilakukan di kaki lereng. Pemotongan geometri terdiri dari: •
Pemotongan kepala (bagian atas) lereng.
•
Pelandaian.
•
Penanggaan.
•
Pemotongan habis.
•
Pengupasan tebing.
•
Pengupasan lereng.
Pada prinsipnya pemotongan lereng bertujuan untuk mengurangi tegangan. Jadi pemotongan harus dilakukan pada bagian yang banyak menimbulkan tegangan tangensial.
Tebing yang rawan longsor dan memiliki sudut kemiringan lebih besar dari sudut geser dalam tanahnya sebaiknya dilandaikan sampai mencapai sudut lereng yang aman, yaitu mendekati sudut geser dalam tanahnya.
Penetapan metode ini perlu mempertimbangkan mekanisme longsoran yang terjadi. Pemotongan tidak efektif untuk tipe longsoran berantai yang gerakannya dimulai dari bagian kaki lereng. Cara pemotongan juga tidak disarankan untuk gerakan tanah tipe aliran, kecuali disertai dengan tata salir yang memadai.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Mengubah geometri lereng dengan cara penimbunan dilakukan dengan memberikan beban berupa timbunan pada area kaki lereng yang berfungsi untuk menambah momen perlawanan. Penanggulangan ini hanya cocok untuk longsoran rotasi tunggal yang massa tanahnya relatif utuh di mana bidang rotasinya terletak di dalam area longsoran.
Pemilihan metode penimbunan diperkenankan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: •
Timbunan tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya
•
Timbunan tidak mengganggu drainase permukaan dan tidak membentuk cekungan yang memungkinkan terjadinya genangan air.
•
Timbunan terletak di antara bidang netral dan ujung kaki longsoran.
Metode pengubahan geometri harus memperhatikan keberadaan bangunan di sekitar lokasi longsoran. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: •
Pemotongan kepala longsoran tidak diperkenankan jika terdapat bangunan di dekatnya.
•
Pelandaian dapat dilakukan jika bangunan terletak di kaki longsoran.
•
Pemotongan seluruhnya hanya boleh dilakukan bila bangunan terletak di ujung kaki longsoran.
•
Penanggan umumnya dapat dilakukan jika bangunan berada di dekat kepala, di tengah, maupun di kaki longsoran.
•
Penimbunan tidak diperkenankan bila bangunan terletak pada kaki longsoran.
7.2.Mengendalikan Air Permukaan Mengendalikan
air
permukaan
merupakan
langkah
awal
dari
setiap
rencana
penanggulangan longsoran. Pengendalian air permukaan ini bertujuan untuk mengurangi berat massa tanah yang bergerak dan menambah kekuatan material pembentuk lereng. Dua hal yang harus diperhatikan adalah air permukaan yang akan mengalir pada permukaan lereng dan yang akan meresap ke dalam tanah. Air permukaan harus dicegah agar tidak mengalir menuju area longsoran, sedangkan mata air, rembesan, dan genangan di area longsoran harus dialirkan ke luar.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Mengendalikan air permukaan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Menanam Tumbuhan Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah permukaan.
b. Tata Salir Tata salir/saluran permukaan sebaiknya dibuat pada bagian luar longsoran dan mengelilingi longsoran sehingga mencegah air limpasan yang datang dari tempat yang lebih tinggi mengalir masuk ke area longsoran.
Jika terpaksa membuat saluran terbuka di badan longsoran, maka harus diperhatikan halhal berikut: •
Dasar saluran harus kedap air dan memiliki kemiringan yang cukup sehingga air bisa mengalir dengan cepat dan tidak meresap ke badan longsoran.
•
Dimensi saluran juga harus diperhitungkan terhadap debit dan kecepatan aliran yang dikehendaki.
c. Menutup Rekahan Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan pada lereng. Penutupan rekahan mencegah masuknya air permukaan sehingga tidak menimbulkan tekanan hidrostatis dan tidak membuat tanah yang bergerak menjadi lembek.
d. Perbaikan Permukaan Lereng Perbaikan permukaan lereng dapat dilakukan dengan meratakan permukaannya, misalanya dengan memotong gundukan dan menutup cekungan sehingga dapat mempercepat aliran air limpasan dan mengurangi terjadinya resapan. Metode ini bisa dikombinasikan dengan metode lain.
7.3.Mengendalikan Air Rembesan (Drainase Bawah Permukaan) Mengeringkan atau menurunkan muka air tanah dengan mengendalikan air tanah merupakan usaha yang sulit dan membutuhkan penyelidikan yang cermat.
Metode pengendalian air rembesan yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
a. Sumur Dalam Digunakan untuk menanggulangi longsoran yang bidang longsornya relatif dalam dan efektif digunakan pada daerah longsoran yang bermaterial lulus air. Cara ini dinilai cukup mahal karena harus melakukan pemompaan secara terus-menerus.
b. Penyalir Tegak (Saluran Tegak) Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan air tanah sementara ke lapisan lulus air di bawahnya, sehingga menurunkan tekanan hidrostatik. Efektifitas dari metode ini tergantung pada kondisi air tanah dan perlapisannya.
c. Penyalir Mendatar (Saluran Mendatar) Penyalir mendatar dibuat untuk mengalirkan air atau menurunkan muka air tanah pada daerah longsoran. Metode ini dapat digunakan pada longsoran besar yang bidang longsornya dalam dengan membuat lubang setengah mendatar hingga mencapai sumber airnya. Air dialirkan melalui pipa dengan diameter 5 cm atau lebih yang berlubang-lubang pada dindingnya.
Penempatan pipa penyalir tergantung pada jenis material yang akan diturunkan muka air tanahnya. Untuk material berbutir halus jarak antar pipa 3-8 meter, sedangkan untuk material kasar berjarak 8–15 meter. Efektifitas cara ini tergantung dari permeabilitas tanah yang mempengaruhi banyaknya air yang bisa dialirkan keluar.
d. Pelantar Pelantar sangat efektif untuk menurunkan muka air tanah di daerah longsoran yang besar, tapi pengerjaannya sangat sulit dan mahal. Cara ini lebih banyak dipakai pada lapisan batu, karena umumnya memerlukan penyangga yang lebih sedikit dibandingkan bila dilakukan pada tanah. Agar berfungsi maksimal, pelantar digali di bawah bidang longsor. Kemudian dari atas dibuat lubang yang berhubungan dengan pelantar untuk mempercepat aliran air dalam material yang longsor.
e. Sumur Pelega Sumur pelega efektif untuk menanggulangi longsoran berskala kecil yang disebabkan oleh rembesan. Sumur tersebut dibuat dengan menggali kaki longsoran, dan galian ini harus
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
segera diisi dengan batu. Hal ini untuk menjaga agar tidak kehilangan gaya penahan yang dapat mengakibatkan longsoran yang lebih besar.
f.
Penyalir Parit Pencegat (Saluran Pemotong)
Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang masuk ke dalam longsoran. Parit ini dibuat di bagian atas mahkota longsoran sampai ke lapisan kedap air, sehingga aliran air tanah tercegat oleh parit tersebut. Pada dasar galian dipasang pipa dengan dinding berlubang untuk mengalirkan air tanah. Pipa ini kemudian ditimbun dengan material yang bisa berfungsi sebagai penyalir filter. Cara ini dapat dilakukan bila kedalaman lapisan kedap air tidak lebih dari 5 meter. Efektifitas cara ini tergantung pada kondisi air tanah dan perlapisannya.
g. Penyalir Liput Penyalir liput dipasang di antara lereng alam dan timbunan yang sebaiknya dilakukan pengupasan pada lereng alam sampai tanah keras. Sebelum penyalir liput dipasang, material berbutir dari penyalir ini dihamparkan menutupi seluruh lereng yang akan ditimbun. Air yang mengalir melalui penyalir liput ini ditampung pada penyalir terbuka yang digali di bawah timbunan.
h. Elektro Osmosis Elektro osmosis merupakan salah satu cara penanggulangan longsoran khususnya pada lanau dan lempung kelanauan. Cara ini jarang digunakan karena relatif mahal dan tidak menyelesaikan masalah dengan tuntas bila proses elektro osmosis tidak berjalan dengan baik.
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan 2 (dua) elektroda sampai pada kedalaman lapisan jenuh air yang akan dikeringkan, kemudian arus listrik searah dialirkan. Arus listrik terimbas menyebabkan air pori mengalir dari anoda ke katoda. Elektroda diatur agar tekanan air menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi kadar air dan tekanan air pori sehingga meningkatkan kemantapan lereng.
7.4.Penambatan Metode penambatan ini terbagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu penambatan tanah dan penambatan batuan. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Penambatan tanah terdiri dari: •
Tembok penahan
•
Sumuran
•
Tiang pancang
•
Turap baja
•
Bored pile
Sedangkan penambatan batuan terdiri dari: •
Tumpuan beton
•
Baut batuan
•
Pengikat beton
•
Jangkar kabel
•
Jala kawat
•
Tembok penahan batu
•
Beton semprot
•
Dinding tipis
Penjelasan dari metode penambatan adalah sebagai berikut.
a. Tembok Penahan Tembok penahan dibuat dari pasangan batu, beton, atau beton bertulang. Keberhasilan tembok penahan tergantung dari kemampuan menahan geseran dan stabilitas terhadap guling. Selain untuk menahan gerakan tanah, juga berfungsi melindungi bangunan dari runtuhan. Tembok penahan harus diberi fasilitas drainase dan pipa salir sehingga tidak terjadi tekanan hidrostatis yang besar.
b. Sumuran Cincin-cincin (gorong-gorong) beton pracetak dengan diameter 0,1 - 2,0 meter dimasukkan ke dalam sumuran yang digali dengan kedalaman melebihi bidang longsoran. Kemudian gorong-gorong diisi dengan beton tumbuk, beton cyclop, atau material berbutir tergantung dari kekuatan geser yang dikehendaki.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Pelaksanaan penanggulangan dengan metode ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, pada saat tidak terjadi gerakan. Cara ini bisa dilakukan sampai dengan kedalaman 15 meter.
c. Tiang Pancang Tiang pancang cocok digunakan untuk pencegahan maupun penanggulangan longsoran yang bidang longsornya tidak terlalu dalam, namun tidak cocok untuk jenis tanah yang sensitif karena getaran yang terjadi pada saat pemancangan dapat mencairkan massa tanah. Efektifitasnya juga tergantung pada kemampuannya menembus lapisan tanah. Pada umumnya semua metode tiang tidak cocok untuk gerakan tanah tipe aliran, karena tanahnya bersifat lembek dan dapat lolos melalui sela-sela tiang.
d. Bored Pile Penjelasan mengenai penanggulangan longsoran dengan konstruksi bored pile akan disajikan dalam sub bab 2.5.
e. Turap Baja Untuk lapisan keras disarankan menggunakan tiang baja terbuka pada ujung-ujungnya. Turap baja tidak efektif untuk menahan massa longsoran yang besar, karena modulus perlawanannya yang kecil. Namun masalah ini dapat diatasi dengan pemasangan ganda. Sedangkan tiang baja yang berbentuk pipa dapat diisi beton atau komposit beton dengan baja profil untuk memperbesar modulus perlawanannya.
f.
Tumpuan Beton
Tumpuan beton digunakan untuk menyangga batuan yang menggantung akibat tererosi atau pelapukan.
g. Baut Batuan Baut batuan dipasang untuk memperkuat massa batu yang terbentuk oleh adanya diskontinuitas kekar dan retakan agar lereng menjadi stabil.
h. Pengikat Beton Umumnya dikombinasikan dengan baut batuan agar mengurangi penggunaan baut batuan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
i.
Jangkar Kabel
Metode ini dilakukan bila massa batuan yang bergerak berukuran besar.
j.
Jala Kawat
Dipasang pada bagian kaki lereng untuk menjaga agar runtuhan batuan bisa ditahan di satu tempat.
k. Tembok Penahan Batu Dipasang pada bagian kaki lereng untuk menahan fragmen batuan yang runtuh dari atas.
l.
Beton Semprot
Digunakan untuk memperkuat permukaan batu yang bersifat kekar, meluruh, atau batuan lapuk.
m. Dinding tipis Beberapa jenis batuan seperti serpih atau batuan lempung sangat mudah lapuk bila tersingkap (terbuka). Untuk melindungi batuan tersebut, maka dipasang dinding tipis dari batu bata, batu, atau beton pada permukaannya.
7.5.Beban Kontra (Counter Weight) a. Bronjong Bronjong adalah bangunan berupa anyaman kawat yang diisi dengan batu belah. Struktur bangunannya berbentuk persegi dengan ukuran sekitar (2 x 1 x 0,5) m³ yang disusun secara bertangga.
Keuntungan penggunaan bronjong antara lain sebagai berikut: •
Bronjong adalah struktur yang tidak kaku sehingga dapat menahan gerak vertikal maupun horisontal.
•
Bila runtuh masih bisa dimanfaatkan lagi.
•
Bersifat lulus air sehingga tidak menyebabkan terjadinya genangan air permukaan.
•
Pelaksanannya mudah.
•
Material mudah didapat.
•
Biayanya relatif lebih ekonomis.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Bronjong umumnya dipasang di kaki lereng yang juga berfungsi mencegah penggerusan. Keberhasilan penggunaan bronjong sangat tergantung dari kemampuannya dalam menahan geseran pada tanah di bawah alasnya. Oleh karena itu bronjong harus diletakkan dengan mantap di bawah bidang longsoran.
Bronjong efektif bila digunakan untuk longsoran dangkal, namun tidak efektif untuk longsoran berantai (multiple slide).
b. Tanah Bertulang Tanah bertulang berfungsi menambah tahanan geser. Konstruksi ini terdiri dari timbunan tanah berbutir yang diberi tulangan berupa pelat-pelat baja strip dan panel untuk menahan material berbutir. Bangunan ini pada umumnya ditempatkan di ujung kaki lereng dan dipasang pada dasar yang kuat di bawah bidang longsoran.
c. Dinding Penopang Isian Batu Cara penanggulangan ini dilakukan dengan penimbunan pada bagian kaki longsoran dengan material berbutir kasar yang dipadatkan dan berfungsi menambah tahanan geser. Penanggulangan ini bisa digunakan untuk longsoran rotasi maupun translasi.
Dalam pemilihan metode ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: •
Tidak mengganggu kemantapan lereng di bawahnya.
•
Alas isian batu harus diletakkan di bawah bidang longsoran sedalam 1,5 – 3,0 meter.
7.6.Tindakan Lain Tindakan ini diambil bila penanggulangan dengan metode-metode yang telah diuraikan di atas tidak bisa diterapkan. Tindakan ini meliputi penggunaan bahan ringan, penggantian material, stabilisasi, bangunan silang, dan relokasi.
a. Penggunaan Bahan Ringan Penanggulangan dengan metode ini dilakukan dengan mengganti material yang longsor dengan bahan yang lebih ringan untuk mengurangi gaya dorong. Cara ini hanya digunakan pada longsoran rotasi yang berskala kecil. Bahan ringan yang umum digunakan adalah batu apung, abu sekam, polisterin, serbuk gergaji, dan lain-lain. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
b. Penggantian Material Penanggulangan ini dilakukan dengan cara mengganti material yang longsor dengan material berbutir yang mempunyai kuat geser lebih tinggi atau dengan memadatkan kembali material yang ada secara berlapis. Cara ini hanya digunakan untuk longsoran rotasi tunggal yang berskala kecil. Cara ini bertujuan menambah tahanan sepanjang bidang longsoran dan sekaligus sebagai drainase bila menggunakan material berbutir.
Dalam pemilihan metode ini, harus diperhatikan: •
Hanya digunakan untuk longsoran pada lereng yang tidak terlalu terjal.
•
Harus ada ikatan antara material pengganti dengan bagian yang mantap di bawah bidang longsoran.
c. Stabilisasi Stabilisasi bertujuan meningkatkan kuat geser dari material longsor. Proses stabilisasi lereng bisa dilakukan secara menyeluruh, pada bagiankaki, atau berupa tiang-tiang. Stabilisasi dilakukan dengan cara grouting atau injeksi melalui retakan, celah-celah, atau lubang-lubang buatan. Material yang digunakan untuk stabilisasi antara lain kapur dan semen yang efektif pada material berbutir kasar.
Keberhasilan metode ini tergantung dari peningkatan kuat geser material, terutama sepanjang bidang longsorannya. Stabilisasi kurang efektif dan sulit pelaksanaannya bila dilakukan pada tanah lempung.
Pemilihan metode ini harus mempertimabangkan hal-hal berikut ini: •
Letak/kedalaman bidang longsoran
•
Gradasi material yang distabilisasi
•
Adanya lapisan rembes air yang harus dikeringkan atau diberi drainase agar tidak menimbulkan tekanan hidrostatik.
•
Stabilisasi lebih efektif dilakukan pada musim kemarau, saat longsoran relatif diam.
d. Bangunan Silang Bangunan silang adalah jembatan atau talang yang dibuat melintasi lokasi longsoran. Cara ini jarang dilakukan karena relatif mahal. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II
Penggunaan bangunan silang harus mempertimbangkan hal-hal berikut: •
Pennggulangan ini hanya efektif untuk longsoran yang kecil dan lereng dengan kecuraman lebih dari 2 : 1.
•
Jika menggunakan pilar di tengah-tengah area longsoran harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman.
e. Relokasi Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan bangunan, misalnya jalan, saluran, atau pemukiman ke tempat lain yang lebih aman.
Penanggulangan ini merupakan pilihan terakhir yang dapat diambil jika cara-cara lain tidak bisa diterapkan.
Pemilihan metode ini harus memperhatikan hal-hal berikut: •
Lokasi yang baru harus relatif lebih aman dan tidak akan menimbulkan masalah baru dari sudut kemiringan, drainase, dan lain-lain.
•
Lokasi yang baru tidak menimbulkan dampak sosial yang buruk bagi masyarakat.
•
Hanya boleh dilakukan bila cara-cara yang lain tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT MEKANIKA TANAH II