Spirit Publik Volume 10, Nomor 1 Halaman 31- 46
ISSN. 1907-0489 April 2015
PERILAKU MEMILIH DI KALANGAN MAHASISWA MALAYSIA DI INDONESIA DALAM PILIHAN RAYA UMUM MALAYSIA KE 13 Voting Behaviour among Malaysian Students in Indonesia in the 13th Malaysian General Election Budiarjo Ign. Agung Satyawan Prodi Hubungan Internasional FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta email:
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Pemilihan umum ke-13 di Malaysia adalah momentum yang signifikan dalam politik Malaysia. Pemilihan ini diadakan bulan Maret 2013 adalah ujian untuk Barisan Nasional (BN), partai koalisi terbesar dipimpin oleh Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), untuk memenangkan pemilu. Sejak tahun 1998, suara pemilih untuk BN menurun tetapi suara untuk oposisi meningkat. Jika BN kehilangan kekuatannya dalam pemilihan ke-13, itu akan berdampak pada perubahan politik dalam negeri. Ini juga akan membawa perubahan dalam kebijakan ekonomi. Perubahan politik-ekonomi Malaysia juga akan berpengaruh pada politik-ekonomi Indonesia mengingat hubungan ekonomi, perdagangan dan tenaga kerja memiliki agregat yang cukup besar dalam perekonomian makro Indonesia. Prediksi ekonomi politik perubahan dapat dilihat dari perilaku pemilih dalam pemilu 13. Penelitian ini akan mengkaji perilaku mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia dalam memilih. Teknik survei digunakan sebagai metode dalam penelitian ini.Secara umum, mahasiswa tidak menggunakan hak pilihnya. Ada kemungkinan bahwa mereka enggan untuk menggunakan hak pilihnya karena sebagian besar responden mulai tidak menghormati putusan negara yang dikuasai oleh BN dan juga tidak percaya Komisi Pemilu mampu melaksanakan pemilihan umum yang bebas dan adil. Kata Kunci: Perilaku Memilih, Pemilihan Umum, Sistem Politik Malaysia, Partisipasi Politik ABSTRACT The 13th general election in Malaysia is significant momentum in Malyasian politics. The election held in March 2013 was a testing for Barisan Nasional (BN) the biggest coalition parties led by United Malays National Organization (UMNO) to win the election. Since 1998, the votes for BN decreased but the votes for the opposition increased. If the BN lost its power in thw 13th election, it will have an impact on domestic political change. It will also bring a change in economic
31
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
policy. Malaysia's political-economic changes will also take effect on the political-economic of Indonesia given the relations of economic, trade and labor has a substantial aggregate in Indonesian macro economy. The prediction of political-economic change can be seen from the behavior of the voters in 13th election. This study will examine the voting behavior of Malaysian students who are studying in Indonesia. Survey technique is used as the method in this research. In general, students do not exercise their voting rights. There is a possibility that they are reluctant to use their right to vote because most of the respondents started to not respect the country's ruling BN and also do not trust the Election Commission in conducting free and fair elections. Key words: Voting Behavior, General Election, Malaysian Political System, Political Participation
Dalam jangka waktu yang
Pendahuluan Negara
yang
menganut
cukup
lama
sejak
memperoleh
sistem demokrasi tidak akan bertahan
kemerdekaan tahun 1957, sistem
lama jika tidak mendapat dukungan
politik Malaysia dapat dikatakan
mayoritas dari warga negaranya.
tenang dan stabil. Meskipun Pilihan
Kepercayaan antara warga negara
Raya Umum (PRU) yaitu mekanisme
dengan pemerintah amat dibutuhkan
pemilihan umum untuk memilih
guna
stabilitas
anggota parlemem federal dan negara
saja,
bagian telah digelar setiap lima tahun
bukanlah
sejak 1959, pemenang PRU sudah
sesuatu yang given dan stagnan,
dapat diramalkan yaitu partai United
tetapi merupakan suatu proses yang
Malays
penuh dengan dinamika dan selalu
(UMNO) bersama koalisi 13 partai
berubah-ubah. Ada berbagai faktor
politik lainnya yang menamakan diri
yang
perubahan
Barisan Nasional. Sepanjang sejarah
kepercayaan tersebut dan faktor yang
PRU di Malaysia, Barisan Nasional
paling
kinerja
(BN) menguasai 2/3 kursi anggota
itu,
parlemen sehingga mampu menjaga
diperlukan pembaruan kepercayaan
stabilitas pemerintahan dan sudah
secara
barang
menjamin
pemerintahan.
Hanya
kepercayaan
tersebut
mempengaruhi
penting
pemerintah.
adalah
Oleh
periodik
pemilihan umum.
karena
melalu
proses
National
tentu
Organization
mampu
menjaga
sirkulasi elit kepemimpinan sehingga tidak keluarga dari kekuatan koalisi.
32
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
Stabilitas pemerintahan merupakan
negara-negara tetangga. Pendek kata,
syarat
melejitnya
mutlak
keberlangsungan
ekonomi
Malaysia
sistem politik demokrasi parlementer
membawa pengaruh positif bagi
warisan penjajah Inggris mengingat
Indonesia terutama dalam investasi
Malaysia mempunyai segregasi etnik
usaha
yang tajam antara etnik Melayu, Cina
perkebunan. Demikian pula dengan
dan India.
membeludaknya
angkatan
Indonesia
ditekan
Dalam situasi politik dalam
keuangan,
dapat
industri
dan
kerja dengan
negeri yang stabil, Malaysia mampu
penyaluran tenaga kerja Indonesia ke
berkonsentrasi
Malaysia.
pembangunan parameter
terhadap ekonomi.
ekonomi
Berbagai
menunjukkan
Kendati diperhatikan
demikian, bahwa
kemajuan
bahwa negara ini dapat dikategorikan
ekonomi
negara makmur di Asia Tenggara.
gilirannya
Berdasarkan
Foreign
bagi ekonomi Indonesia bersumber
Commonwealth Office (2011), GDP
pada stabilitas politik. Dengan kata
perkapita
lain, instabilitas politik Malaysia
catatan
sebesar
US$
14.744,3
Malaysia
perlu
yang
mendatangkan
berkah
tahun 2010, naik menjadi US$
dapat
15.567,9 pada tahun 2011. Kemudian
ekonomi dan pada akhirnya secara
angka pertumbuhan ekonomi tahun
tidak
2010 sebesar 7.2%; kemudian tahun
negatif bagi Indonesia.
2011sedikit menurun menjadi 5. 1%
mengancam
pada
langsung
akan
Tanda-tanda
pertumbuhan
berdampak
instabilitas
dan pada tahun 2012 sebesar 4.4%.
politik di Malayasia sudah mulai
Kendati
penurunan,
kelihatan pada PRU ke 12 tahun
angka pertumbuhan ekonomi masih
2008. Pada PRU tersebut telah terjadi
pada bilangan positif walau berada di
“tsunami politik” (Pandian, 2010)
dalam
krisis
dimana BN kehilangan kursi di
Kemajuan
parlemen federal dari 91% menjadi
ekonomi seperti itu, Malaysia dapat
63%. Demikian pula di tingkat
menyedot tenaga kerja, terutama
negara bagian. Pada PRU ke 11 BN
tenaga
mampu mengontrol 11 parlemen
ada
sedikit
bayang-bayang
keuangan
di
kerja
Eropa.
“kerah
biru”
dari
33
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
negara bagian dari 12 negara bagian,
tempat-tempat strategis di Kuala
maka
BN
Lumpur. Gerakan Bersih Pertama
kehilangan kontrol atas 5 negara
tahun 2007 menuntuk PRU yang
bagian (Weiss, 2008). Kemelut di
jujur dan adil, penggunaan tinta
dalam tubuh UMNO, partai terbesar
celup
di BN, telah nampak sejak 1998
menandai
ketika
Mahatir
menghapus pemilihan via pos bagi
melengserkan Anwar Ibrahim dari
personil polisi dan militer, serta
jabatannya
Perdana
akses yang adil untuk semua partai
Menteri. Untuk meyakinkan supaya
ke media massa. Gerakan Bersih
Anwar Ibrahim tidak dapat aktif lagi
Kedua diselenggarakan tahun 2011
didunia
dengan tuntutan yang sama ditambah
pada
PRU
Perdana
scenario
ke
12
Menteri
Timbalan
politik
maka
bahwa
Anwar
disusun telah
yang
dengan
berkualitas
jari
seusai
tuntutan
untuk memilih,
anti
korupsi,
hari
untuk
kampanye,
serta
melakukan sodomi, suatu tindakan
minimum
21
yang sangat tercela di negara Islam
penyelenggaraan
dan dapat dihukum penjara.
anti penggunaan cara-cara politik
Selepas dari jeratan hukum,
kotor. Selanjutnya, Gerakan Bersih
Anwar mendirikan partai yaitu Partai
Ketiga dilakukan tahun 2012 dengan
Keadilan dan menggandeng partai-
tuntutan yang juga sama ditambah
partai di luar BN untuk menyusun
dengan adanya peninjau asing untuk
Barisan
penyelenggaraan PRU 13.
Alternatif
(BA)
sebagai
tandingan dari BN. Oposisi BA juga dikenal
sebagai
Pakatan
Jika di kalangan LSM dan
Rakyat
kaum professional terjadi ekskalasi
banyak disokong oleh berbagai LSM
partisipasi politik, tidak demikian
dan kaum professional. Kegiatan-
yang
kegiatan yang bersifat mengkritisi
terutama
pemerintah mulai banyak dilakukan,
kaum muda oleh PBB adalah mereka
terutama
yang berumur 15-24 tahun, dan 85%
dengan
apa
yang
terjadi
dikalangan
mahasiswa.
Pengertian
dinamakan Gerakan Bersih yang
diantaranya
secara khusus mencermati proses
berkembang atau 60% di
penyelenggaraan
(Hamzah dan Yassin, 2009). Untuk
PRU.
Gerakan
Bersih menggelar aksi demonstrasi di
34
konteks
hidup
muda
Malaysia,
di
kaum
negara Asia
muda
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
didefinisikan mereka yang berumur
Pada sisi lain, dalam rangka
15-40 tahun dan jumlah ini sebesar
memacu peningkatan sumber daya
42,4% dari penduduk Malaysia dan
manusia,
sebagain
Malaysia
mengirimkan
anak-anak
mereka
yang
banyak
keatas
dapat
muda untuk menempuh pendidikan
menggunakan hak pilihnya (Hamzah
di luar negeri termasuk di perguruan
dan Yassin, 2009). Kaum muda,
tinggi
terutama pelajar dan mahasiswa,
Kementerian
menurut Hamzah dan Yassin (2009)
Kebudayaan menunjukkan bahwa
lebih
selama beberapa tahun ini terdapat
berusia
diantara
pemerintah
21
tahun
sibuk
dengan
kegiatan
akademik daripada kegiatan politik. Berdasarkan dari
kegiatan
perkembangan
PRU
sebelumnya,
Indonesia.
peningkatan
Data
dari
Pendidikan
dan
mahasiswa
Malaysia
yang belajar ke Indonesia. Pada tahun
2005
terdapat
2.334
banyak diramalkan bahwa PRU ke
mahasiswa Malaysia, pada tahun
13 pada bulan Maret 2013 akan
2009 meningkat menjadi 5.788 dan
menjadi momentum pertarungan BN
tahun
dengan BA. Yang masih menjadi
mahasiswa
pertanyaan besar adalah Jika BA
2011). Mereka ini belajar di berbagai
menang, gaya pemerintaha seperti
kampus, terutama perguruan tinggi
apakah
negeri
yang
akan
diterapkan?
2010
di
terdapat
(Republika,
seluruh
6.086 9
Maret
Indonesia,
Demikian pula siapkah BN yang
khususnya di Jawa dan Sumatera.
telah memerintah sejak Malaysia
Selama mereka belajar di Indonesia
berdiri akan menerima kekalahan?
sudah
Bagaimanakah
hanya
menyaksikan, merasakan dan bahkan
menguasai kursi parlemen kurang
mempelajari politik Indonesia yang
dari 50%? Maka dengan demikian,
cenderung
PRU
politik
reformasi yang sudah barang tentu
merupakan laboratorium bagus untuk
jauh berbeda dengan kondisi di
menakar perkembangan politik di
Malaysia.
13
bagi
jika
BN
peneliti
Malaysia maupun untuk bangsabangsa Melayu.
barang
lebih
tentu
bebas
akan
sejak
Perilaku memilih mahasiswa Malaysia yang belajar di Indonesia
35
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
pada PRU ke 13 akan sangat menarik
bahwa demokrasi di Malaysia tidak
untuk
ada,
diteliti
dengan
beberapa
yang
ada
adalah
alasan. Pertama, mereka berada di
demokrasi”.
luar Malaysia sehingga ada jarak dan
mengenai PRU ke 10 tahun 1999,
lebih obyektif menaksir kontestan/
setahun
partai-partai politik yang bertarung
dilengserkan, ia memberi catatan
dalam PRU. Kedua, mereka pada
bahwa tidak semua orang Melayu
saat ini berada di Indonesia dan
akan memilih UMNO, mereka dapat
sudah
memilih alternatif partai lain diluar
barang
dinamika
tentu
mengalami
politik
Dinamika
ini
akan
referensi
mereka
Dalam
“kuasi-
setelah
Anwar
BN,
menambah
Malaysia (PAS). Kenyataannya pada
akan
menjatuhkan pilihan di PRU.
Parti
Ibrahim
Indonesia.
ketika
misalnya
analisanya
Islam
se-
PRU 1999, perolehan suara PAS bertambah.
Hal
ini
berarti
identifikasi partai orang Melayu dapat berubah-ubah, tidak selalu harus diarahkan ke UMNO.
Tinjauan pustaka Pada bagian ini akan dibahas
Hari
Singh
dua hal. Pertama adalah kajian
menyebutkan
terhadap
adalah
penelitian
yang pernah
bahwa
(2000) PRU
momentum
1999 penting
dilakukan mengenai tingkah laku
kehidupan politik di Malaysia karena
memilih dalam pemilu dan kedua
pada peristiwa itu beberapa partai di
adalah eksplorasi dan tinjauan teori
luar BN yaitu PAS, Democratic
yang akan memandu penelitian yang
Action Party (DAP), Parti Rakyat
kemudian tertuang dalam artikel ini.
Malaysia (PRM) dan Parti Keadilan Nasional membuat koalisi bernama
1. Kajian terhadap penelitian yang pernah dilakukan.
isu bersama dalam menghadapi BN.
Ada beberapa kajian yang telah
dilakukan
Barisan Alternatif dan membangun
oleh
peneliti
BA
ini
munculnya
merupakan dinamika
embrio
oposisi
di
non-Malaysia
Malaysia yang belum pernah ada
terhadap persoalan PRU. Zakaria
sebelumnya. Pada tahap awal, unsur-
Haji Ahmad (2000) menyatakan
unsur dalam oposisi belumlah padu
Malaysia
36
maupun
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
kareana
masih
perbedaan
Hamzah dan Yassin (2009)
ideologi yang tajam yang diusung
menambahkan bahwa generasi muda
oleh masing-masing partai. PAS
Malaysia
memperjuangkan Malaysia sebagai
dengan
negara
politik. Meskipun mereka sangat
Islam
ada
yang
berbenturan
sekarang
lebih
kegiata-kegiatan
sibuk
di
luar
dengan DAP yang didominasi kaum
memahami
China
politik yang terjadi melalui internet,
yang lebih menginginkan
penghapusan
politik
yang
berdasarkan ras/etnik dan agama.
mereka tidak mampu memutuskan suatu
PRU 1999 menurut catatan
peristiwa-peristiwa
tindakan
nyata.
demikian, kaum muda lebih suka
Meredith Weiss (2000) membuka
berwacana
peluang baru untuk berpartisipasinya
mengambil tindakan.
LSM.
Beberapa
Malaysia mulai
LSM
besar
di
menyokong BA
Dengan
politik
daripada
Ufen (2008) juga menengarai bahwa
politik
Malaysia
yang
dalam membuat isu untuk kampanye.
monolitik sedang mengalami ujian
Keikutsertaan LSM Malaysia dalam
melalui PRU 2008. Hal ini dapat saja
kegiatan politik boleh dikatakan
membawa perubahan pada sistem
sangat minim sebelum tahun 1999.
politik dan budaya politik Malaysia.
PRU
Muis dkk, melihat bahwa
Oleh
tahun
membongkar gaya kerja dan gaya
2008
dimana
BN
karena
itu,
BN
sehingga
harus
meskipun masih tetap unggul dalam
kepemimpinannya
tetap
PRU, mengalami pengurangan suara
dapat mempunyai relevansi dengan
besar-besaran. Mereka menganalisa
kostituennya.
bahwa BN tidak piawai memainkan
Studi secara mendalam juga
isu yang berkaitan dengan kaum
dilakukan oleh Kamal (2011) yang
muda. Kaum muda sekarang sudah
memfokuskan tingkah laku memilih
tidak
lagi
berdasarkan model Schumpeter. Ia
Malaysia
meneliti mengapa BN dapat selalu
sehingga sudah barang tentu isu-isu
menang dalam PRU karena BN
kuno sudah tidak relevan dengan
mampu mendistorsi informasi untuk
generasi masa kini.
kepentingannya. Memang sejauh ini
mempunyai
terhadap
ingatan
terbentuknya
37
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
media massa utama dikuasai oleh
psikologis
pemerintah.
(Surbakti, 1992).
Berdasarkan
pilihan
rasional
yang
Faktor struktural menyoroti
sudah dilakukan, sejauh ini belum
bahwa penjatuhan pilihan warga
ada yang mengkaji tingkah laku
negara dalam pemilu dipengaruhi
memilih warga Malaysia yang berada
oleh struktur masyarakat antara lain
di luar negeri. Oleh karena itu,
sistem kepartaian, sistem pemilihan
penelitian
mencoba
umum dan sebagainya. Sedangkan
menutup celah yang ada dengan
pendekatan sosiologis menekankan
mengkaji
aspek-aspek kemasyarakatan seperti
ini
kajian
dan
hendak
perilaku
memilih
mahasiswa Malaysia yang berada di
demografi,
Indonesia.
etnisitas
pekerjaan, dan
agama,
sebagainya
akan
berpengaruh terhadap pilihan dalam 2. Eksplorasi dan tinjauan teori
pemilu. Pendekatan
Sejak
munculnya
revolusi
behavioralisme dalam kajian politik pada tahun 1960an, studi untuk mencari jawaban mengapa seorang pemilih menjatuhkan pilihan pada kontestan/ partai dalam
peristiwa
politik
tertentu
pemilu
dan
bukannya pada kontestan/ partai politik lainnya semakin intens. Studi yang memfokuskan pada kegiatan ini dikenal dengan studi tingkah laku memilih (voting behavior). Ada
lima
yang
pendekatan yang dilakukan. Lima
struktural,
38
itu
adalah:
sosiologis,
bahwa
referensi
pemilih dalam menentukan pilihan dipengaruhi apakah
oleh
lingkungannya,
lingkungannya
tersebut
perkotaan atau pedesaan, daerah kumuh atau daerah elit, tinggal di pesisir
ataukah
seterusnya.
pedalaman
Pendek
kata,
dan dalam
pendekatan ini agregat makro lebih dominan daripada yang mikro yang merupakan
perspektif
dari
pendekatan psikologi. Pendekatan
jawaban
diajukan oleh para ahli sesuai dengan
pendekatan
berpandangan
ekologis
faktor ekologis,
psikologi pilihan
lebih seseorang
melihat
bahwa
dalam
pemilu
dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan pemilihnya. Sedangkan pendekatan pilihan rasional menekankan bahwa
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
warga negara menentukan pilihan
informasi akan membuat pemilih
berdasarkan pertimbangan rasional
kebingungan untuk memilah mana
kalkulasi untung dan rugi.
informasi yang kredibel dan mana
Selain
perspektif
klasik
informasi yang hanya berdasarkan
diatas, studi tingkah laku memilih
gossip
pada
kebenarannya
tidak
dapat
dipertanggung
jawabkan.
Maka
perspektif
kontemporer hubungan
pendekatan
mengatakan antara
bahwa
mereka
yang
dan
rumor
sehingga
untuk menyikapi hal ini, pemilih
memilih dengan mereka yang dipilih
masih
sangatlah cair. Ada banyak penyebab
naluriah ikatan primordial-ideologis,
mengapa hubungan mereka sangat
kondisi-kondisi
cair dan tidak menentu. Pertama,
melingkupi pemilih seperti tingkat
pemilih sekarang ini sangat kritis dan
pendidikan dan ststus sosial serta
rasional.
nilai-nilai yang dianut disamping
Tingkah
laku
memilih
membutuhkan
sosial
dalam pemilu tidak ubahnya tingkah
pertimbangan
laku membeli dalam sebuah pasar.
memperhtikan
Pembeli
kontestan/ partai politik.
akan
sangat
rasional
mempertimbangkan manfaat sebesarbesarnya
dengan
pengorbanan
panduan
yang
rasional
dengan
performance
Disamping
itu,
pemilih
bukanlah suatu entitas tunggal yang
seminim mungkin dalam membeli
rigid.
barang. Kedua, pada masyarakat
sebagai: “semua pihak yang menjadi
modern sekarang ini, ikatan-ikatan
tujuan utama para kontestan untuk
primordial sudah semakin luntur
mereka pengaruhi dan yakinkan agar
sehingga ikatan tradisional antara
mendukung
partai politik dengan pendukungnya
memberikan
menjadi renggang. Ketiga, akibat
kontestan bersangkutan” (Firmanzah,
penetrasi informasi media massa,
2007, 102). Berdasarkan definisi ini
para pemilih saat ini cenderung
pemilih dapat dibedakan menjadi
terbanjiri Schumpeter menengarai
Pemilih
informasi
politik.
konstituen
(1966)
justru
Konstituen
bahwa
banjirnya
dapat
dan
diartikan
kemudian
suaranya
dan
kepada
pemilih
adalah
biasa.
kelompok
masyarakat yang merasa aspirasinya
39
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
terwakili oleh suatu partai politik.
pemilih
Konstituen ini adalah pendukung
kontestan/partai politik yang dekat
setia dan loyal terhadap suatu partai
dengan dirinya. Unsur proximity
politik. Sedangkan pemilih biasa
(kedekatan)
adalah warga negara yang tidak
menjadi faktor terpenting dalam
mempunyai keterkaitan dengan suatu
pilihan
partai
pemilu,
Kedekatan/persamaan antara pemilih
berjuang
dengan kontestan/partai politik dapat
untuk mencari simpati dari pemilih
didasarkan beberapa hal antara lain
biasa yang jumlahnya jauh lebih
sistem nilai, keyakinan, agama, etnik,
besar daripada konstituennya.
gender,
politik.
Dalam
kontestan/partai
politik
Sementara
itu,
rasionalitas
cenderung
atau
memilih
persamaan
ini
pemilih.
program
kerja
dan
sebagainya. Proximity ini menurut
pemilih dalam menjatuhkan pilihan
Firmanzah
dalam pemilu akhir-akhir ini mulai
menjadi
diperdebatkan.
mengenai cara pemecahan masalah
Inti
persoalannya
(2007) dua
dapat
yaitu
kesamaan
adalah ketika seseorang pemilih
(policy
harus memilih dalam bilik suara
kesamaan dalam paham serta nilai
yang merupakan tindakan pribadi
ideologi
tanpa diketahui orang lain, apa yang
politik
dilakukan bisa jadi tidak sesuai
Proximity policy problem solving
dengan pertimbangan sebelumnya.
terjadi
Dengan kata lain, pemilih yang
kontestan/partai politik mempunyai
sudah
keseuaian dengan dirinya tentang
mempertimbangkan
secara
problem
dipilah
dengan yang
solving)
kontestan/partai
sedang
bila
pemilih
bertarung.
merasa
matang tentang pilihannya, namun
kebijakan
ketika masuk dibilik suara, ia dapat
kontestan/partai
menjatuhkan pilihan yang berbeda
memecahkan
dengan
Proximity semacam ini mewakili
apa
yang
ia
telah
yang
dan
ditawarkan
oleh
politik
dalam
persoalan
publik.
pertimbangkan. Pemilih yang semula
dimensi
rasional kadang kala dapat menjadi
Sedangkan proximity ideologi adalah
irasional.
kesesuaian keyakinan, sistem nilai,
Disamping penjatuhan
40
pilihan
rasionalitas dala
pemilu,
rasionalitas
pemilih.
platform ideologi yang ditawarkan oleh kontestan/partai politik tanpa
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
harus meninjau terlebih dulu logis
yang kuliah di Yogyakarta (26
tidaknya program yang ditawarkan
orang) dan mahasiswa Malaysia yang
kontestan/partai
dalam
kuliah di Solo (7 orang). Umur rata-
mengurus urusan publik. Proximity
rata mereka adalah 23 tahun yang
semacam
terdiri dari mahasiswa perempuan
ini
politik
mewakili
dimensi
irasionalitas pemilih.
(52%)
Berdasarkan uraian di atas, perilaku memilih bukanlah perilaku
dan
mahasiswa
laki-laki
(48%). Etnik
responden
yang sederhana sekedar mencoblos
mencerminkan tiga variasi etnik
dalam bilik suara dan mencelupkan
dominan di Malaysia yaitu Melayu
jari dalam tinta seusai mencoblos,
(46%), India (30%) dan Cina (24%).
namun mempunyai latar belakang
Sedangkan
yang kompleks.
dianut responden dapat diamati pada
variasi
agama
yang
tabel berikut: ProfilResponden Jumlah
responden
secara
keseluruhan adalah 33 orang yang diambil dari mahasiswa Malaysia
Tabel 1. Agama Responden Agama
%
Islam
46
Hindu
27
Kristen
12
Katolik
6
Budha
6
Ateis
3
Sumber: Pengolahan data primer
41
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
Kepercayaan Responden terhadap
melalui kepercayaan publik terhadap
Sistem Politik
keberlangsungan
Sebagaimana telah diutarakan sebelumnya,
perilaku
memilih
dipengaruhi oleh performane sistem
sistem
politik.
Tabel berikut menunjukkan tingkat kepercayaan
responden
terhadap
sistem politik.
politik. Hal ini dapat diketahui
Tabel 2. Kepercayaan terhadap Sistem Politik No.
Pernyataan
Setuju
1
Keinginan bangsa Malaysia yang tertera dalam 52%
Tidak Tidak tahu setuju 18% 30%
slogan “Satu Malaysia” pasti akan terwujud. 2
Pemerintah kerajaan telah memperlakukan setiap 33%
15%
52%
15%
25%
9%
39%
15%
46%
25%
36%
9%
58%
3%
69%
36%
28%
warga negara secara sama dan adil. 3
Hubungan social antar etnik di Malaysia saat ini 60% sangat harmonis.
4
Toleransi antar pemeluk berbagai agama di 52% Malaysia saat ini sangat tinggi.
5
Ahli Dewan Rakyat dari daerah pemilihan saya 39% telah melaksanakan fungsinya seperti yang diharapkan.
6
Ahli Dewan Undangan Negeri dari daerah 39% pemilihan saya telah melaksanakan fungsinya seperti yang diharapkan
7
Pemerintah kerajaan yang dipimpin Barisan 33% Nasional telah berhasil menciptakan stabilitas nasional dan kesejahteraan rakyat.
8
Barisan Nasional telah berhasil menciptakan 28% pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi.
9
Jika
Pakatan
Rakyat
berhasil
memimpin 36%
pemerintah kerajaan, ia juga akan mampu
42
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
menciptakan
stabilitas
nasional
dan
kesejahteraan rakyat 10
49%
18%
12%
64%
Bersih” 56%
29%
15%
Pilihan Raya Umum ke 13 telah berlangsung 21%
15%
64%
18%
55%
Jika Pakatan Rakyat berhasil memenangkan 33% Pilihan Raya, ia juga akan mampu menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi.
11
Media massa di Malaysia telah berfungsi 24% menyiarkan berita secara netral dan seimbang
12
Gerakan
protes
seperti
“Gerakan
diperlukan dalam sistem demokrasi 13
secara bersih dan fair. 14
Suruhanjaya Pilihan Raya telah melakukan 27% tugasnya secara professional dan tidak memihak.
Sumber: Pengolahan data primer
Tabel di atas menunjukkan
Pada PRU yang lalu, tidak
bahwa responden masih menaruh
banyak
kepercayaan terhadap obyek-obyek
menggunakan hak pilihnya dengan
politik umum seperti relasi sosial dan
berbagai
hubungan etnik maupun hubungan
menggunakan hak pilih sebesar 30%
antar agama. Namun untuk rejim
saja. Mereka ini menyatakan secara
yang memerintah sekarang yang
yakin
dipimpin
menentukan kehidupan politik 5
Barisan
mempunyai rendah.
Nasional
kepercayaan
Demikian
penyelenggaraan
pula
pemilu,
yang
alasan.
bahwa
Mereka
suaranya
yang
yang
akan
tahun mendatang.
untuk mereka
responden
Perlakuan responden terhdap media
berkenaan
dengan
menilai PRU 13 diselenggarakan
pengetahuan politik dapat diamati
secara kurang fair.
pada tabel berikut:
Tabel 3. Terpaan berita politik melalui media
43
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
No
1
Pernyataan
Setiap
Kadang- Jarang
Tidak
hari
kadang
pernah
Mengikuti berita politik melalui 16%
59%
16%
9%
22%
53%
9%
69%
9%
50%
12%
7%
25%
23%
5%
28%
19%
50%
media televisi 2
Mengikuti berita politik melalui 16% media radio
3
Mengikuti berita politik melalui 22% surat kabar atau majalah/buletin
4
Mengikuti berita politik melalui 31% website/blog
5
Mengikuti berita politik melalui 47% media social (facebook, twitter)
6
Mengikuti berita politik melalui 3% sms/cell-phone
Sumber: Pengolahan data primer
Secara
umum,
responden
sistem demokrasi dan sistem pemilu
mengikuti berita politik walaupun
di Malaysia berkiblat pada Inggris
tidak
yang banyak
yakni sistem Westminster. Sistem ini
digunakan adalah televisi dan surat
menerapkan demokrasi parlementer
kabar. Sedangkan media sosial sudah
berbentuk kerajaan. Hanya bedanya,
mulai
dalam
mengingat Malaysia adalah negara
pencarian berita politik. Media sosial
multi etnik dimana memiliki tiga
yang
etnik yang dominan yaitu Melayu,
intens.Media
banyak
digunakan
maupun
blog.
digunakan
adalah Demikian
website juga
Cina
dan
India,
demokrasinya
facebook dan twitter juga banyak
bertumpu pada kekuatan etnik yang
digunakan.
ada. Untuk menjaga stabilitas politik, sistem politiknya dirancang supaya dominasi etnik Melayu sebagai etnik
Kesimpulan Sebagaimana negara-negara
44
ciri
khas
commonwealth,
pribumi
tetap
terjaga.
Dalam
perkembangannya, dinamika politik,
Budiarjo, Ign. Agung Satyawan : Perilaku Memilih Di Kalangan Mahasiswa Malaysia Di Indonesia Dalam Pilihan Raya Umum Malaysia Ke 13
Behavior and Political Markets Distortions in Malaysia. Kertas kerja No. 1108, Faculty of Economics and Business, Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS).
hubungan antar etnik serta populasi masing-masing
etnik
mengalami
perkembangan. Pilihan Raya ke 13 merupakan ujian bagi sistem pemilu yang
sudah
berlangsung
sejak
Malaysia berdiri apakah masih tetap relevan, terutama di kalangan kaum mudanya.
Daftar Pustaka Ahmad, Z. H. (2000). The 1999 General Elections: A Preliminary Overview. Kertas kerja Trends in Malaysia: Election Assessment. Institute of Southeast Asian Studies, Singapura. Firmanzah. (2007). Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor. Hai, L. H. Electoral Politics in Malaysia: ‘Managing’ Elections in a Plural Society. http://library.fes.de/pdffiles/iez/01361005.pdf Hamzah, M., Yassin, Y. M. (28 August 2009). Exploring The Political Behaviours Of Young Voters In The Higher Institutions In Malaysia. Institut Pengurusan Penyelidikan Universiti Teknologi Malaysia. Kamal, K. A. M., (September 2011). Schumpeterian Democracy and the Winnability of Barisan Nasional: Voting
Mokhtar, T. M. (2008). Elections and Electoral Sistem. Dalam Moten, A. R. (ed.). Government and Politics in Malaysia. Cengage Learning Asia: Singapore. 161-189. Muis,
M. A., Hussin, Z. H., Mohammed, B. A. Perubahan Generasi dan Perkembangan Demokrasi di Malaysia Pasca Pilihan Raya Umum ke12.http://repo.uum.edu.my/31 85/1/S21.pdf
Pandian, S. (2010). Malaysia’s 12th General Election: An Analysis. European Journal of Social Sciences, 14(4), 508-523 Perguruan Tinggi Indonesia Diminati Warga Malaysia. (9 Maret 2011). Republika. Schumpeter, A. (1966). Capitalism, Socialism and Democracy. London: Unwin University Books. Singh, H. (2000). Opposition Politics And The 1999 Malaysian Elections. Kertas kerja Trends in Malaysia: Election Assessment. Institute of Southeast Asian Studies, Singapura.
45
Spirit Publik Vol. 10, No. 1, April 2015 Hal. 31-46
Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Opposition’s Surge. Asia Pacific Bulletin, 12, 1-2.
Ufen, A. (2008). The 2008 Elections in Malaysia: Uncertainties of Electoral Authoritarianism. Taiwan Journal of Democracy, 4(1), 155-169.
Zainuddin, R., Ismail, M. M., Othman, Z. (2005). Kenegaraan Malaysia. Selangor: Oxford Fajar Sdn. Bhd.
Wariya, C. (2010). Malaysia : Asas Pembinaan Negara Bangsa, Institusi Pemerintahan, Lambang Kebangsaan. Kualalumpur: Matrix.
Website: http://en.wikipedia.org/wiki/Bersih http://en.wikipedia.org/wiki/Bersih_3 .0_rally
Weiss,
M. (2000). Issues And Strategies Of The Barisan Alternatif. Kertas kerja Trends in Malaysia: Election Assessment. Institute of Southeast Asian Studies, Singapura. Weiss, M. L. (March 17, 2008). Malaysia 12th General Election: Causes a nd Consequences of the
46
http://www.fco.gov.uk/en/travel-andliving-abroad/travel-advice-bycountry/country-profile/asiaoceania/malaysia/?profile=economy http://www.themalaysianinsider.com/ sideviews/article/analysing-bersih3.0-malaysian-in-the-us