[Special Mention]
L Learning i from f the th P Passtt Eko P P. Pratomo Date
Learning from the Past
Sekapur sirih Berbahagia rasanya dapat menjumpai para nasabah PT. Fortis Investments, para investor dan publik yang lebih luas yang memiliki antusiasme mengikuti di dinamika ik pasar investasi i i serta memiliki iliki kepercayaan k terhadap h d wahana h R ksa Dana Reks D sebagai b i salah l h satu “kendaraan” “k d ” dalam d l mencapaii tujuan j i investasinya. i Menjadi kehormatan bagi kami ketika kami mendapat sambutan hangat sewaktu bertemu dan berdiskusi dengan para nasabah dan investor pada saat pasar begitu bergejolak diterpa krisis keuangan global pada tahun 2008. Berbeda dengan ketika krisis yang hampir mirip menerpa dunia Reksa Dana pada tahun 2005, 2005 apa yang kami temui pada krisis yang melanda Reksa Dana sepanjang tahun 2008 adalah kedewasaan dan ketenangan pada sebagian besar b para nasabah dan investor yang menurut kami sungguh luar biasa. Hal ini terbukti dengan tidak terjadinya kepanikan dan penarikan (redemption) maasal di industri Reksa Dana sepanjang tahun 2008. Pasar saham yang mengalami penurunan sekitar 50% sepanjang tahun 2008, 2008 dimana hal tersebut mengakibatkan penurunan yang kurang lebih sama pada D saham menjadi panik. Suatu bukti adanya peningkatan pengetahuan dan kinerja Reksa Dana saham, tidak membuat sebagian besar investor Reksa Dana pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang menerpa ind dustri reksa pada tahun 2005, khususnya pada Reksa Dana pendapatan tetap. Memang tidak “fair” membandingkan perilaku investor pada dua jenis Rekksa Dana yang berbeda, namun, secara keseluruhan dapat kami simpulkan bahwa p pemahaman investor Reksa Dana sudah semakin baik. Materi yang kami sajikan dalam “buku mini” ini adalah materi presentasi yang kami sampaikan dalam banyak “investor gathering” ketika pasar mengalami m arah yang positif (walaupun kita semua menyadari bahwa pasar akan penurunan secara signifikan dan juga ketika pasar mulai kembali bergerak menuju selalu bergerak naik dan turun sepanjang masa). Kami tergerak menyusun n materi presentasi ini menjadi sebuah “buku mini” dengan menambahkan penjelasan ringkas dari setiap presentation slide yang kami tampilkan agar a lebih mudah dipahami dan bisa dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi. Investor tentunya paham bahwa akan selalu ada risiko dalam berinvestasi dan bahwa kinerja masa lampau tidak mencerminkan kinerja masa kini atau masa datang. Oleh seebab itu, tulisan ini pun tidak memberikan jaminan apa-apa tentang kinerja investasi masa datang, selain dari mencoba belajar dari apa yang mungkin bisa b diambil manfaatnya dari kejadian yang sudah berlalu. Itu sebabnya judul “Learning From the Past” diambil untuk buku mini ini. ini Semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. membacanya Selamat berinvestasi !
Learning from the Past
DON’T FORGET THE B BASIC ASIC PRINCIPLES
Learning from the Past
Proses Investasi p Utamakan Disiplin Buat Perencana aan Keuangan
Tujuan dan bata asan investasi Jangka waktu in nvestasi Kebutuhan likuiiditas Alokasi dana in nvestasi Pahami profil ris siko
Monitor dan Evaluasi
Strategi Alokasi Aset
Memantau kinerja investasi Evaluasi ulang pencapaian tujuan j Evaluasi alokasi aset sesuai tujuan investasi
Diversifikasi Mulai dengan alokasi dalam aset berisiko dengan jumlah kecil Pertahankan jumlah alokasi yang cukup untuk likuiditas
Implementasik kan Rencana Pemilihan Fund d Manager yang tepat Implementasikan n Strategi alokasi aset Investasi bertaha ap / investasi rutin
Learning from the Past
Dalam setiap kegiatan, ada baiknya dimulai dengan menentukan tujuan dan melakukan perencanaan. Itulah sebabnya hampir selalu dibutuhkan pemahaman akan tujuan dan proses dari apa yang hendak kita lakukan unntuk mencapai tujuan tersebut. Investasi juga memiliki proses. Paling tidak ada 4 langkah dalam proses berinvestasi, di mana masing-masing tahapann memiliki variabel and faktor yang perlu ditentukan: 1.
Perencanaan;
2.
Strategi Alokasi Aset;
3.
Implementasi Rencana;
4 4.
M it i Evaluasi Monitoring, E l i dan d Penyesuaian. P i
Pada tahap Perencanaan misalnya, tujuan berinvestasi di saham sebaiknnya didedikasikan untuk mencapai tujuan investasi pertumbuhan nilai aset dalam jumlah tertentu dalam jangka panjang, dan bukan untuk meraih keeuntungan jangka pendek. Kemudian tentukan berapa tahun anda dapat berkomitmen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. dicapai Pada tahap Penentuan Strategi Alokasi Aset misalnya, perlu pemaham man akan pentingnya melakukan diversifikasi dalam rangka mengurangi risiko. Untuk pemilihan jenis aset yang berisiko seperti saham, jika anda baru memulai berinvestasi, mulailah dengan jumlah alokasi yang rendah. Sebaiknya y anda mempertahankan p alokasi ini sampai p anda merasa nyama y an dengan g kondisi naik turunnya y ppasar,, dan terbiasa merasakan “kerugian g di atas kertas” atau “unrealized loss” karena naik turunnya nilai investasi dari waktu ke waktu. Selain itu, anda juga perlu membatasi penempatan pada saham dengan batasan alokasi tertentu, mengingat risiko yang munggkin timbul. Pada tahap Implementasi Rencana, jika anda memutuskan untuk berinvvestasi secara tidak langsung dengan memanfaatkan Reksa Dana, anda perlu l memilih ilih manajer j investasi i t i dimana di anda d merasa nyaman dan d dapat d t mempercayaii manajer j investasi i t i tersebut t b t untuk t k mengelola l l investasi i t i anda. d Kemudian anda dapat memilih jenis-jenis Reksa Dana yang sesuai dengann aset alokasi yang telah ditentukan. Pertimbangkan juga investasi secara bertahap atau investasi rutin (metode dollar cost averaging) dalam tahap im mplementasi ini. Pada tahap Monitoring, Monitoring Evaluasi dan Penyesuaian, Penyesuaian anda perlu mem mantu kinerja dari investasi anda, anda dan melihat kembali, kembali apakah pilihan investasi yang telah ditentukan telah sesuai dengan tujuan investasi dann profil risiko anda. Dalam tahap ini pula, perlu diadakannya penyesuaian alokasi, sekiranya telah terjadi perubahan bobot karena pergerakan pasar. Demikianlah,, investasi jjuga g memerlukan pproses dan sekaligus g disiplin p dan kesabaran dalam menjalankannya. j y
Learning from the Past
Pentingnya Diversifikasi “Don’t put all eg ggs in one basket”
Image source: www.biblemoneymatters.com
Untuk mengurangi g g risiko,, kita perlu p menyyyebar p penempatan p investasi sehingga gg bisa terhindar dari risiko kerug gian secara total (total loss)
Learning from the Past
Diversifikasi sepertinya menjadi nasihat abadi dalam berinveestasi. Prinsip diversifikasi pada dasarnya adalah cara untuk mengurangi risiko investasi dari kerugian besar atau kehilanggan seluruhnya dari investasi yang sudah ditanamkan. Contoh sederhana, jika anda hanya menempatkan seluruh dana investaasi anda pada deposito dan menempatkannya hanya pada satu b k kemudian bank, k di bank b k yang bersangkutan b k t mengalami l i kebangkru k b k utan, t mungkin ki saja j anda d akan k kehilangan k hil sebagian b i besar b d dana yang sudah ditanamkan dalam deposito tersebut.
Penerapan prinsip diversifikasi akan tercermin pada strategi alokaasi aset. Sebenarnya, prinsip diversifikasi juga membuka peluang untuk meningkatkan kinerja investasi dalam jangka panjang. Pennempatan sebagian tertentu dari total dana investasi anda dalam aset berisiko, seperti obligasi dan saham, akan memberikan potensi pertumbuhan investasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang, jika dibandingkan dengan penempatan 100% pada hanyya di deposito saja.
Memang akan M k ada d potensi t i risiko i ik kerugian k i dengan d adanya d al k i pada alokasi d instrumen i t b i ik berisiko. N Namun, tid k memiliki tidak iliki asett berisiko, juga memiliki risiko yang lain; misalnya, kinerja investasi yang positif secara absolut, namun lebih rendah dari inflasi, yang menyebabkan imbal hasil sesungguhnya (real return) menjadi neggatif.
Risiko investasi menyerupai risiko kehidupan; dimana risiko terssebut tidak bisa untuk tidak dihadapi. Hal ini bukan berarti risiko tersebut harus dihindari, karena harapan p akan keuntungan g yyangg lebih besar biasanya y hanya y bisa didapat p dengan g menghadapi g p risiko yang lebih besar juga. Tantangan terbesar dalam berinvesstasi yang sering ditemui, adalah bagaimana kita bisa melakukan pengelolaan risiko yang sesuai dengan profil risiko pribadi yang kiita miliki.
Learning from the Past
Alternatif Alt tif Bagi B i Investor I t Ketik K tikka k Pasar P T Turun Menyadari dan Mengerti Implikasinya TINDAKAN
ALASAN
IMPLIKASI
TAHAN
Menghindari realisasi kerugian
Kerugian tidak direalisasi
[HOLD]
Merasa gejolak pasar merupakan hal yang waja ar/bisa Menyadari bahwa dibutuhkan kesabaran untuk berinvestasi diterima dengan memperpanjang horison investasi Cukup optimis melihat prospek jangka panjang pasar saham
MENAMBAH [REBALANCING]
Optimis akan prospek jangka panjang pasar sah ham
Melakukan switching dengan mempertahankan/menaikan porsi saham dalam total aset
Kesempatan yang baik untuk menambah investtasi
Melakukan pembelian saham dan/atau Reksa Dana saham
Disiplin atas strategi aset alokasi jangka panjang
MENJUAL KEMBALI [CUT LOSS]
Menghindari kerugian yang lebih besar karena beranggapan masih akan terjadi penurunan Menyadari bahwa profil risiko sudah tidak sesua ai
Merealisasi kerugian
Berusaha untuk “timing the market”
Sangat tidak mudah melakukan market timing Kehilangan kesempatan jika pasar kembali naik sebelum sempat membeli
Switching ke instrumen lain
Learning from the Past
Ketika kami harus berkeliling ke banyak kota besar di kuartal ke ke-tiga tiga dan ke ke-em em mpat tahun 2008, 2008 dalam rangka memberikan ketenangan dan kenyamanan kepada investor, tabel di atas adalah satu di antara tabel yang paling sering digunakann untuk menjelaskan apa pilihan keputusan yang dimiliki investor; khususnya yang berkaitan dengan investasi saham yang telah mengalami penurunan luar biasa besar pada periode tersebut. Tabel tersebut menjelaskan, menjelaskan bahwa selalu ada tiga pilihan keputusan investassi bagi investor di setiap saat, saat termasuk pada saat pasar mengalami menurunan secara signifikan : 1. Bertahan; 2 Menambah / membeli (melakukan rebalancing – yang akan dijelaskan kem 2. mudian); atau 3. Melakukan cut loss dengan menjual. Apapun pilihan yang diambil oleh investor, investor pada dasarnya, dasarnya tidak ada pilihan yang salah dari ketiga pilihan tersebut; sepanjang setiap investor, investor baik secara individu ataupun institusi, memahami akan dua hal sebelum mengambil pilihan keputusan yaitu: ● Adanya alasan rasional yang kuat yang mendasari pilihan yang akan diambbil; serta ● Memahami akan implikasi atau akibat dari pilihan tersebut. tersebut Jadi, yang harus dihindari dalam pengambilan keputusan investasi adalah: ● Pengambilan keputusan investasi yang hanya diambil berdasarkan perasaaan (misalnya karena panik); atau ● Mengikuti nasihat seseorang yang belum tentu memahami tujuan dan profil risiko pribadi yang kita miliki. Dalam kondisi ppenurunan yyangg sudah terjadi j sedemikian tajam, j , yyangg seringg teerjadi j adalah,, kondisi ppasar jjustru tidak memberikan banyak y alternatif selain untuk bertahan, dan atau pada saat bersamaan, menawarkan potensi keuntungan janngka panjang yang perlu dimanfaatkan. Pada akhirnya, keputusan investasi selalu berada ditangan investor, denngan segala risiko dan keuntungan yang menyertainya. dipertimbangkan secara rasional dan objektif, objektif alasan dan implikasi dari setiap pilihan p yang ada. ada
Sekali lagi, perlu
Learning from the Past
Strategi Berinvestasi Pertimbangan Dalam Mengambil Keputusan Index Tertinggi 2008
2830
Asumsi Indeks Saat Ini
Turun dari 2830
Kemb bali ke 28 830
% penurunan
% kena aikan
Hasil investasi disetahunkan bila pemulihan terjadi dalam 1 thn
2 thn
3 thn
4 thn
5 thn
2010
2011
2012
2013
2014
1300
54%
118%
118%
48%
30%
21%
17%
1400
51%
102%
102%
42%
26%
19%
15%
1500
47%
% 89%
89%
37%
24%
17%
14%
1600
43%
77% %
77%
33%
21%
15%
12%
1700
40%
66% %
66%
29%
19%
14%
11%
1800
36%
57% %
57%
25%
16%
12%
9%
1900
33%
49% %
49%
22%
14%
10%
8%
2000
29%
42% %
42%
19%
12%
9%
7%
2100
26%
35% %
35%
16%
10%
8%
6%
2200
22%
29% %
29%
13%
9%
6%
5%
2400
15%
18% %
18%
9%
6%
4%
3%
Source: PT. BNP Paribas Investment Partners *Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan patokan bagi kinerja masa deppan. Tidak ada jaminan atas hasil investasi.
Learning from the Past
Masih berkaitan dengan penjelasan untuk memberikan ketenangan kepada inveestor, estor tabel di atas mungkin menjadi tabel yang paling berperan dalam mengajak investor untuk berpikir secara rasional, serta melihat kondisi “menuju pemulihan”” , sebagai waktu yang perlu dipertimbangkan untuk mulai berinvestasi kembali di pasar saham.
Ketika kami mengadakan road show di kuartal ke-empat tahun 2008, Indeks Haarga Saham Gabungan (IHSG) sedang dalam posisi antara 1.100-1.400. Hal ini membuat investor sangat khawatir, dan bahkan berpikir untuk melakukan cut losss, karena ada yang beranggapan IHSG bisa terus meluncur di bawah 1.000.
Memang tidak ada satu orangpun yang mengetahui ke arah mana IHSG akan beergerak. Namun, dengan disertai gejolak naik turun dengan tingkat volaitilitasnya cukup tinggi, tanpa terasa IHSG terus merayap dan sudah berada pada posisi mendekati 1.900 di pertengahan tahun 2009. Jika dibandingkan dengan ketika d kurun waktu + 8 (delapan) bulan, telah terjadi kenaikan sekitar 70%. IHSG pernah berada pada posisi 1.100 pada bulan Oktober 2008, maka hanya dalam
Memang sangat sulit untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk berinvesstasi. Namun, pertimbangkanlah potensi imbal hasil yang bisa diperoleh jika halhal di bawah ini tercapai: ● IHSG pernah mencapai tingkat tertinggi di level 2.830 pada 9 Januari 2008; ● Kemudian kita juga memiliki harapan pemulihan ekonomi akan terjadi; dan ● Jika kita percaya bahwa IHSG akan kembali kepada posisi tertinggi yang pernnah dicapainya.
Perhatikan, jika kita berinvestasi pada kondisi IHSG di level 1.800, dan jika kitaa percaya bahwa pemulihan bisa dicapai dalam 3 tahun ke depan, maka potensi keuntungan dalam 3 tahun ke depan adalah 16% per tahun (lihat tabel di atas).
Bagaimana kita melihat prospek jangka waktu pemulihan, dan pada tingkat IH HSG berapa kita akan melakukan investasi? Hanya kita sendirilah yang dapat mengambil keputusan.
Learning from the Past
LEARNING FROM HISTTORICAL MARKET RETURN
Learning from the Past
Kilas Balik 10 Tahun Terakhir (19998-2007) 998 2007) Kinerja IHSG di atas Inflasi 80% SBI 1-mo nett
JCI
Inflation
60% 40% 20% 0% 1998
1999
2000
2001
20 002
2003
2004
2005
2006
2007
-20% -40%
1998
1999
2000
2001
2002
20 003
2004
2005
2006
2007
Total Return
Annualized
SBI 1-mo nett
28,20%
9,54%
11,62%
14,10%
10,39%
6,6 65%
5,94%
10,20%
7,40%
6,40%
180,93%
10,88%
JCI C
-0,91% %
70,06% %
-38,50% %
-5,83% %
8,39% %
62,8 82% %
44,56% %
16,24% %
55,30% %
52,08% %
583,54% %
21 19% 21,19%
Inflation
77,60%
2,01%
9,35%
12,55%
10,03%
5,16%
6,40%
17,11%
6,60%
6,59%
265,28%
13,83%
Source: PT PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Di bagian sebelumnya telah dijelaskan perlunya mempertimbanggkan memiliki porsi tertentu dalam portofolio investasi kita pada aset berisiko, misalnya saham. Sebagai kajian singkat, ada baiknya kita melihat kinerja historis dari SBI/Deposito dan membandingkannya dengan kinerja saham serta inflasi yang terjaddi pada kurun waktu yang sama.
Salah satu tujuan berinvestasi adalah melindungi nilai aset dan menjaga m kinerja investasi kita dalam jangka panjang agar tidak tergerus oleh inflasi. Jika kita perhatikan dalam kurun waktu 100 tahun sejak tahun 1998 (setelah krisis moneter 1997) hingga tahun 2007, kinerja investasi dari SBI/Deposito setelah dipotong paajak, rata-rata per tahunnya adalah 10,88%. Angka ini berada di bawah inflasi yang pertahunnya rata-rata sebesar 13,83%. Denggan kata lain, jika kita tidak melakukan diversifikasi dan hanya berinvestasi di SBI/Deposito saja dalam kurun waktu tersebut, hasil h investasi riil yang didapat setelah dikurangi inflasi adalah minus 3% % per tahunnya.
Jika kita memiliki investasi 100% di saham, saham maka pada kurun wakktu yang sama, sama kinerja investasi yang dihasilkan rata-rata rata rata adalah sebesar 21,1% per tahunnya; jauh di atas tingkat inflasi yang seebesar 13,8%. Namun perhatikan juga bagaimana gejolak naik turunnya kinerja investasi saham dari tahun ke tahun, yang peernah mengalami kenaikan hingga 70% di tahun 1999, namun mengalami g ppenurunan hingga gg minus 38 % di tahun berikutnya. y
Mengingat saham adalah investasi yang berisiko dan memerlukan komitmen waktu dalam jangka panjang, maka perlu ada pembatasan porsi kepemilikan saham dalam portofolio investasii kita. Seperti akan terlihat pada halaman berikut, penurunan sebesar lebih dari 50% pada tahun 2008, memberikan pelajaran, bahwa memang perlu membatasi alokasi investasi pada aset yang berisiko, yang harus disesuaikan dengan profil risiko pribadi dari d setiap investor.
Learning from the Past
Kilas Balik 10 Tahun Terakhir (19999-2008) Kinerja j IHSG Tetapp di atas Inflassi 80% 60% 40% 20% 0% 1999
2000
2001
2002
2003 3
2004
2005
2006
2007
2008
-20% -40%
SBI 1-mo nett
IHSG
Inflation
-60%
1999
2000
2001
2002
2003
200 04
2005
2006
2007
2008
SBI 1-mo nett
9,54%
11,62%
14,10%
10,39%
6,65%
5,94 4%
10,20%
7,40%
6,40%
8,66%
IHSG
70,06% -38,50%
-5,83%
8,39%
62,82%
44,56%
16,24%
55,30%
Inflation
2,01%
12,55%
10,03%
5,16%
6,40 0%
17,11%
6,60%
9,35%
*Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan patokan bagi kinerja masa depan.
Total Return Annualized 138,124%
9,06%
52,08% -50,64%
240,494%
13,03%
6,59%
128,421%
8,61%
11,06%
Source: PT PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Memang sungguh menyakitkan bagi para investor yang baru meemulai berinvestasi pada saham di akhir tahun 2007, atau pada awal tahun 2008, karena langsung dihantam dengan penurunann sebesar lebih dari 50%. Namun, menyesali kerugian tanpa mendapatkan pelajaran dari apa yang telah terjadi merupakan kerugian yang berlipat. Lalu, pelajaran atau hikmah apa yang perlu diambil dan dijadikan pembelajaran?
Pertama, investasi di saham, memang harus berorientasi pada janngka panjang. Memang tidak ada jaminan seberapa panjang kita akan mendapatkan kepastian keuntungan yang lebih tinggi dari invvestasi yang lebih aman, seperti deposito misalnya. Apabila kita melihat data 10 tahun terakhir sejak 1999, yang telah memasukkkan penurunan tajam di tahun 2008 sebesar minus 50%, pasar saham masih menunjukkan kinerja rata-rata sebesar 13,03% per tahun. Angka ini masih relatif lebih tinggi dari kinerja SBI/D SBI/Deposito i yang rata-rata hanya h sebesar b 9 06% per tahun, 9,06% h da d n juga j masih ih berada b d di atas rata-rata inflasi i fl i sebesar b 8 61% per 8,61% tahun pada kurun waktu yang sama.
Kedua, gejolak pasar saham yang sangat berfluktuatif membuktikkan, bahwa risiko investasi di pasar saham adalah relatif sangat tinggi. Hal ini memerlukan adanya pembatasan besarnya porsi alokasi a aset dalam saham. Besarnya pembatasan alokasi aset ppada instrumen berisiko seperti p saham dibutuhkan,, agar g investorr terhindar dari kerugian g yyangg cukupp signifikan. g Porsi investasi pada instrumen saham, harus dialokasikan untuk dana investasi yang memiliki orientasi jangka panjang. Hal ini menjadi penting untuk menghindari kondisi di mana investor “terpaksa” harus melakukan m penarikan dan melakukan realisasi kerugian, karena adanya kebutuhan di saat kondisi pasar yang sedang tidak meenguntungkan. Dengan kata lain, dana investasi pada saham memerlukan l k fleksibilitas fl k ibilit “kemampuan “k untuk t k menunggu”, ” agar bisa bi a merealisasikan li ik keuntungan k t pada d saatt yang tepat t t - ketika k tik pasar sedang dalam kondisi yang bagus. Sepertinya 10 tahun, atau jangka j waktu yang lebih panjang lagi, bisa menjadi salah satu patokan jangka waktu investasi yang patut dipertimbangkan, jika kita k ingin berinvestasi pada saham untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Learning from the Past
“Hadiah” “H di h” bbagii iinvestor t yang Saba S bar Kemampuan menunggu pemulihan pasar 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 1999
2000
2001
2002
2004
2003
2005
2006
2007
2008
2009 *
-20.00% SBI 1 mo
-40.00%
JCI
Inflation
-60.00% 60 00%
1999
2000
2001
SBI 1-mo nett
9,54%
IHSG
70,06% -38,50% -5,83%
Inflation
2,01%
2002
11,62% 14,10% 10,39%
9,35%
8,39%
12,55% 10,03%
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
Total Return
Annualized
6,65%
5,94%
10,20%
7,40%
6,40%
8,66%
5,18%
150,43%
8,70%
62,82% 44,56% 16,24% 55,30% 52,08% -50,64% 82,06%
519,90%
18,04%
5,16%
133,61%
8,02%
* Hingga September 2009 Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan patokan bagi kinerja masa depan. depan
6,40%
17,11%
6,60%
6,59%
11,06%
2,27%
Source: PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Tidak sedikit investor yang baru memulai berinvestasi di reksa dana saham paada akhir tahun 2007 atau awal 2008. Kemudian, mereka sempat tercengang dengan penurun drastis atas nilai investasinya pada reksa dana saham yang “teergerus” hingga 50%. Namun beruntung, sebagian besar investor masih cukup rasional untuk mempertahankan investasinya, dan tidak melakukan pencairan. Beberapa alasan rasional yang kami utarakan ketika kami mencoba menenangkan investor adalah hal-hal sebagai berikut:
● Pertama, bahwa gejolak yang terjadi di pasar saham merupakan konsekuenssi dari krisis yang sedang terjadi. Kita semua berharap bahwa “badai pasti akan berlalu”. Memang menjadi pertanyaan besar ketika itu, berapa lama harus meenunggu hingga badai ini akan berlalu ?
● Kedua, ketika nilai investasi turun hingga 50% (masih dalam bentuk unrealizzed loss), dan jika kita memutuskan untuk melakukan “cut loss”, maka kita akan mengalami kerugian nyata (realized loss) sebesar 50 %. Apabila kita memutuskan untuk pindah ke jenis investasi lain, misalnya deposito, maka perlu di iki k berapa dipikirkan b l lama nilai il i investasi i t i kita kit yang telah t l h mengalami l i penurunan nilai nil i sebesar b 50% tersebut, t b t akan k kembali k b li ke k nilai il i awalnya. l A ti Artinya, jik investasi jika i t i awal kita sebesar 100, dan berkurang menjadi 50, maka untuk mengembalikkan nilai tersebut ke modal awalnya sebesar 100, dibutuhkan keuntungan (imbal hasil) investasi sebesar 100%.
Sebagai ilustrasi, jika kita memutuskan untuk mencairkan dana yang tinggal 50 dan d beralih ke deposito, lalu berharap deposito memberikan rata-rata tingkat suku bunga sebesar 8% (atau 6,4% setelah pajak) per tahun, maka nilai investasi kita baru akan kembali ke nilai modal awalnya sebesar 100 dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun un.
Ketika pertimbangan di atas kami sampaikan, investor mulai berpikir, apakah peemulihan ekonomi akibat krisis dan pemulihan pasar saham akan lebih lama dari 10 tahun? Banyak investor merasa bahwa, bahwa pilihan untuk bersabar dan bertahann, n dengan tidak mencairkan reksa dananya, dananya mungkin menjadi pilihan yang bijak. bijak Walaupun ketika itu, optimisme pemulihan pasar masih sangat rendah, tetapi banyak b investor percaya bahwa pemulihan akan jauh lebih cepat dari 10 tahun. Kenyataannya, seperti terlihat dari diagram di atas, hingga akhir September 2009, pasar saham telah membukukan kenaikan lebih dari 80%. Akankah pemulihan itu terus berlanjut? Tentunya itulah harapan kita semua. Semoga !
Learning from the Past
WHAT HAPPENS IF WE E DIVERSIFY AND REBALANCE?
Learning from the Past
Ef k Di Efek Diversifikasi ifik i dan d Rebalan R b l cing i
Diversifikasi dan Rebalancing menggoptimalkan return 800
Pertumbuhan Investasi
700 Equity Only
600
Diversified 80% TD+ 20% equity with rebalancing g Diversified 80% TD+ 20% equity without rebalanc cing
500
Deposit Only
400 300
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
60,00%
200 68,41%
100
60,00%
69,96%
56,20%
0
40,00% 40,00%
40,00% 30,04%
40,00% 43,80%
Start
1999
2000
51,43%
50,97%
61,35%
69,55%
76,76%
82,52%
68,20%
Source: PT. BNP Paribas Investment Partners
40,00% 31,80% 40,00% 40,00%23,24% 40,00% 17,48% 48,57% 40,00% 49,03% 40,00% 38,65% 40,00% 31,59%40,00% 30,45% 2001
2002
Portfolio
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Start
2008
Total Return
Annualized
Equity Only
100,00
340,49
240,49%
13,03%
Diversified 80% TD+ 20% equity with rebalancing
100,00
292,35
192,35%
11,32%
Diversified 80% TD+ 20% equity without rebalancing
100,00
258,60
158,60%
9,97%
Deposit Only
100,00
238,12
138,12%
9,06%
*Kinerja massa lalu tidak dapat dijadikan patokan bagi kinerja masa depan.
Learning from the Past
Untuk lebih memahami dan melihat salah satu penerapan proses investasi, investasi terutama prinsip diversifikasi, diversifikasi alokasi aset serta rebalancing, rebalancing kami melakukan simulasi dengan menggunakan data historis selama 10 tahun, seperti yang telah dikemukakkan sebelumnya. Ada dua variabel yyangg ingin g diujij dalam simulasi sederhana ini : 1.
Melihat pengaruh alokasi aset dengan membandingkan kinerja portofolio berikkut: ¾ Portofolio dengan alokasi 20% pada saham dan 80% pada deposito/SB BI ¾ Portofolio dengan alokasi 100% pada deposito saja ¾ Portofolio dengan alokasi 100% pada saham saja
2.
Melihat pengaruh rebalancing, pada kinerja portofolio berikut: m bergerak selama 10 tahun tanpa dilakukan rebalancing (perubahan ¾ Portofolio dengan alokasi aset awal sebesar 20% pada saham,dan membiarkan alokasi) l k i) ¾ Portofolio yang sama dengan alokasi aset awal sebesar 20% pada sahham namun dilakukan rebalancing, dengan menjaga (mengembalikan) alokasi aset pada saham, supaya tetap sebesar 20% di setiap awal tahun.
Gambar dan tabel di atas menunjukkan, bahwa dengan melakukan rebalancing untuk u mengalokasikan aset sebesar 20% pada saham setiap tahun, memberikan kinerja rata-rata per tahun sebesar 11,32%. Kinerja ini relatif lebih tinggi dari portoofolio dengan aset alokasi yang sama namun tidak melakukan rebalancing, yang memberikan kinerja sebesar rata-rata pertahun 9,97%; dan juga lebih tinggi dari 1000% alokasi pada deposito yang hanya sebesar rata-rata 9,06% per tahun. Jika dibandingkan dengan alokasi pada 100% saham, dengan risk premium sebesaar 1,71% per tahun (selisih kinerja 13,03% dengan 11,32%), alokasi dengan hanya 20% pada saham terlihat memberikan hasil yang menarik dari sisi pengelolaaan risiko. Namun, perlu di ingat, bahwa, selisih premium yang relatif rendah ini, dikarenakan periode pengukuran yang dilakukan tepat pada saat terjadinya penuurunan secara signifikan sebesar minus 50% pada akhir periode di tahun ke 10. Terlepas dari berbagai argumentasi yang bisa diajukan, simulasi sederhana di atas memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mempertimbangkan diversifikasi, strategi alokasi aset, serta rebalancing, sebagai bagian dari proses inveestasi dan pengelolaan risiko .
Learning from the Past
Apa yang dimaksud dengan Tanpa Rebalancing? Komposisi Aset bergerak dengan nilai paasarnya – risiko portofolio bisa menjadi lebih besarr Asset Allocation - No Re ebalancing
Equities
Deposits
100% 90% 80% 70% 60% 50% 60,00%
69,96%
56,20%
51,43%
50,97%
61,35%
40% 40,00%
30,04%
43,80%
48,57%
49,03%
38,65%
68,41%
69,55%
76,76%
82,52%
68,20%
31,59%
30,45%
23,24%
17,48%
31,80%
30% 20% 10% 0% Start
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Source: PT PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Untuk melihat lebih jauh perbedaan antara penerapan strategi rebalancing denggan tanpa rebalancing, serta implikasi yang ditimbulkannya, dua gambar berikut diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas.
Gambar di atas menjelaskan posisi alokasi aset pada awal periode investasi (dimulai pada awal tahun 1999), dan kemudian posisi alokasi aset di setiap akhir d balok biru sebagai alokasi pada saham. tahun. Diagram balok hijau menggambarkan posisi alokasi aset pada deposito, dan
Dapat terlihat di atas, bahwa setiap akhir tahun, posisi alokasi aset pada sahham akan berubah (bertambah dan berkurang), dan perubahan tersebut lebih didominasi oleh kinerja pasar saham. Ketika pasar saham berkinerja positif, alokasi aset pada saham bertambah; dan ketika pasar saham berkinerja negatif alokasi pada saham akan berkurang. negatif, berkurang
Perhatikan, bahwa ketika pasar saham bergerak positif selama 5 tahun berturuut-turut (2003 – 2007), alokasi saham bertambah secara signifikan: dari sekitar kurang dari 20% pada tahun 2002, 2002 menjadi hampir mencapai 50% pada akhir tahhun 2007. 2007 Apa implikasi dari kenaikan alokasi saham tersebut?
Dari sisi pengelolaan risiko, alokasi sebesar 50% sudah jauh meninggalkan proffil risiko awal yang ditentukan yang hanya sebesar 20% pada saham. Jika tidak ada perubahan pada profil risiko investor, investor yang notabene ketika awal berinvestasi hanya “berani” berani menerima risiko dengan alokasi sekitar 20% pada saham, kenaikan alokasi sebesar lebih dari 2 kali lipat dari alokasi awal, sudah melampaui m toleransi risiko yang bisa diterima.
Dari sisi kinerja investasi, investasi dengan terjadinya penurunan investasi secara drastis pada tahun terakhir, terakhir di tahun 2007, 2007 tidak dilakukannya rebalancing juga berpengaruh negatif terhadap kinerja investasi.
Learning from the Past
Apa itu Rebalancing?
Disiplin mengembalikan alokasi pada komposisi awal – Bagian dari pengelolaan risiko Asset Allocation - Rebalancing
Equities
Deposits
100% 90% 80% 70% 60% 50%
60,00%
69,96%
56,20%
51,43%
50,97%
61,35%
40%40,00%
30,04%
43,80%
48,57%
49,03%
38,65%
2001
2002
2003
68,41%
69,55%
76,76%
82,52%
68,20%
31,59%
30,45%
23,24%
17,48%
31,80%
30% 20% 10% 0% Start
1999
2000
2004
2005
2006
2007
2008
Source: PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
A yang dimaksud Apa di k d dengan d rebalancing b l i dan d bagaima b i ana implikasinya? i lik i ? Rebalancingg ppada dasarnya y adalah mempertahankan p alokasi aset ppada setiapp pperiode evaluasi tertentu, misalnya y setiapp awal tahun. Salah satu tujuannya j y adalah membatasi risiko investasi yang disesuaikan dengan profil risiko pribadi investor.
Gambar di atas memperlihatkan bagaimana profil alokasi aset yang dikembaliikan kepada tingkat alokasi tertentu; dalam hal ini 20% alokasi pada saham di setiap awal tahun. Bagaimana melakukannya?
Dalam suatu portofolio yang terdiri dari beberapa jenis aset, kinerja pasar saham s (dan juga kinerja aset lainnya dalam portofolio) setiap tahunnya akan mengubah komposisi masing-masing aset pada setiap akhir tahun. Sebagai conntoh, untuk kasus yang kita bicarakan sebelumnya, jika pasar saham mengalami kenaikan, maka komposisi saham akan meningkat lebih dari 20% dan komposisi deposito akan turun dibawah 80%.
Jika kita memutuskan untuk membatasi alokasi aset pada saham di tingkat 200% di setiap awal tahun, maka yang harus dilakukan adalah menjual sejumlah saham/unit penyertaan Reksa Dana (dengan merealisasikan keuntungan), dann memindahkannya ke deposito sehingga komposisi keduanya dalam portofolio kembali menjadi 20% saham dan 80% deposito. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi penurunan pada pasar saham, (atau kenaikan tingkat suku bunga di atas kinerja saham) yang membuat komposisi saham menjadi berkurang dari 20% dan deposito menjadi lebih dari 80%, maka sebagian deposito akan dicairkan untuk t k membeli b li saham/unit h / it penyertaan t R k Dana Reksa D saham h sehingga hi k komposis i i alokasi l k i asett keduanya k d k b li menjadi kembali j di 20% saham h 80% deposito, d it dan d begitu b it seterusnya.
Dengan strategi D t t i sepertiti ini, i i selain l i menjaga j risiko i ik dengan d membatasi b t i expossure-nya di saham, h i investor t juga j secara mekanis k i akan k melakukan l k k realisasi li i keuntungan pada saat pasar bergerak naik, dan akan melakukan pembelian, ketika k terjadi penurunan harga –harga saham, dengan melakukan switching dari depositonya.
Learning from the Past
THE POWER OF CONTTRIBUTION: HOW TO MEASURE IT T?
Learning from the Past
Arithmetic Vs. Geometric Returns Tanpa p Penambahan Dana ((contribuution)) Tahun
Awal
Akhir
1 2 3 4 5
1000 1200 1500 1200 1680
1200 1500 1200 1680 1848
Laba HPR (HPY, %) (Yield + 1) 20% 1.2 25% 1.25 -20% 0.8 40% 1.4 10% 1.1
Catatan: •Total performance (Kinerja) selama 5 tahun dapat dihitung sbb: TR = 1848 - 1000 x 100% 1000 = 84.8% Geometric Return (Time Weighted)
Arithmetic Return n
• Total Return = Σ (Yield) i
HPY = Holding Period Yield TR = Total Return
I
= 20 + 25 - 20 + 40 + 10 = 75% (benar atau salah?) n
• Rata-rata per tahun = Σ (Yield) i i
= 75% = 15% (benar atau salah?) 5 • Perhitungan historical return secara arithmetic memberikan informasi yang salah.
n
• Total Return = [Π (HPY) - 1] x 100% I
= [(1.2)(1.25)(0.8)(1.4)(1.1) [(1 2)(1 25)(0 8)(1 4)(1 1) - 1] x 100% = 84.8%
(benar atau salah?) n
• Rata-rata per tahun = {[Π (HPY)]1/5 - 1} x 100% i = {[1.848]1/5 - 1} x 100% = 13.07%
(benar atau salah?)
• Perhitungan historical return lebih tepat dengan geometric (time weighted) of return.
Learning from the Past
Beberapa halaman berikut akan menjelaskan konsep perhitungan kinerja dari suuatu portofolio, dan perhitungan imbal hasil (return) yang juga merupakan ukuran dari pertumbuhan dana.
Anda akan secara singkat diperkenalkan dengan 2 metode: 1.
Geometric Rate of Return (atau sering disebut juga Time Weighted Rate off Return ;
2.
Money Weighted Rate of Return (atau lebih dikenal dengan Internal Rate of Return – IRR)
Mengapa kita perlu memahami hal ini? Jawabnya karena kita akan memanfaattkan pemahaman konsep ini dalam mengambil keputusan investasi, khususnya ketika ada harapan terjadinya pemulihan di pasar saham.
Geometric rate of return bisa dipergunakan baik untuk mengukur kinerja portoffolio, dan juga imbal hasil (return) pertumbuhan dana jika tidak ada aliran dana masuk dan keluar. Dalam hal tidak ada kontribusi (penambahan) maupun penarrikan dana ke, dan dari portofolio, hasil perhitungan kinerja portofolio akan sama d dengan i b l hasil imbal h il /pertumbuhan / t b h dana. d G b di atas Gambar t memberikan b ik contoh t h perrhitungan hit ki j portofolio, kinerja t f li dan d juga j i b l hasil imbal h il pertumbuhan t b h dana, d untuk t k kasus k tidak adanya kontribusi/penarikan dana. Perhatikan bahwa formula Geometric Raate of Return, berbeda dengan Arithmetic Rate of Return.
Coba C b telusuri, t l i mengapa untuk t k perhitungan hit ki j historis kinerja hi t i kita kit tidak tid k bisa bi menggunakan k Arithemetic A ith ti Rate R t off Return, R t d harus dan h menggunakan k Geometric G t i Rate R t off Return? Perhatikan bahwa pertumbuhan dana selama 5 tahun dari 1000 menjaddi 1848 memberikan kinerja dan return sebesar 84,8% atau rata-rata 13,07% per tahunnya. Sementara perhitungan menggunakan Arithmetic Rate of Return denngan menjumlahkan kinerja / return tahunan, adalah sebesar 75 %, dan hal ini tidak menjelaskan kinerja dan return sesungguhnya selama 5 tahun. Kinerja total selama 5 tahun sebesar 84,8% lebih tepat dihitung berdasarkan formula Geometric rate of Return. Return
Dalam dunia perbankan, perhitungan dengan menggunakan Geometric rate of reeturn ini sering disebut juga dengan compounding factor atau bunga-berbunga.
Learning from the Past
Perhitungan Kinerja Portofolio dan Im mbal Hasil dengan Adanya Penambahan Dana (contribution) Tanpa Kontribusi Tahun
Awal
Akhir
1 2 3 4 5
1000 1200 1500 1200 1680
1200 1500 1200 1680 1848
Laba HPR (HPY, %) (Yield + 1) 20% 1.2 25% 1 25 1.25 -20% 0.8 40% 1.4 10% 1.1
Kinerja dan Imbal hasil total (tidak bisa dihitung dengan hanya melihat nilai akhir dan nilai awal saja) Total Return ≠ 7260 - 1000 x 100% 1000 ≠ 626% (salah) Dalam hal terjadi j ppenambahan/penarikan p dana,, kinerja j ratarata tahunan portofolio hanya bisa dihitung dengan Metode Geometric Rate of Return. Sementara, imbal hasil / pertumbuhan dana rata-rata per tahun dihitung dengan IRR
Dengan Kontribusi di Setiap Awal Tahun Tahu un
Kontribusi
Awal
Akhir
1 2 3 4 5
1000 1000 1000 1000 1000
1000 2200 3750 4000 6600
1200 2750 3000 5600 7260
Laba (Yield) % 20% 25% -20% 40% 10%
HPR 1.2 1.25 0.8 1.4 1.1
Dengan Money Weighted Rate of Return (IRR) 7260 1 1000 CF0
2 1000 CF1
4
3 1000 CF2
1000 CF3
5 1000 CF4
CF5
1000(1 + r)5 + 1000 ( 1 + r)4 + 1000 (1 + r)3 + 1000 (1 + r)2 + 1000 (1 + r)1 = 7260 Dengan menggunakan kalkulator finansial untuk menghitung IRR did didapat r = 12 12,70% 70% per tahun h Artinya imbal hasil / pertumbuhan dana per tahunnya adalah 12,7% yang berbeda dengan kinerja portofolionya yang tetap sebesar 13,07% per tahun
Learning from the Past
Jika anda memperhatikan tabel di atas dan melihat kinerja atauu laba per tahunnya, tahunnya maka kinerja yang dihasilkan adalah sama persis dengan tabel yang telah dibahas di halaman sebelumnya.. Yang membedakan tabel dan perhitungan pada kasus ini adalah adanya penambahan dana investasi (kontribusi) sebesar 1000 di setiap awal tahun. Penambahan dana inilah yang menyebabkan nilai akhir di tahun ke 5 menjadi j jjauh lebih besar dibandingkan g nilai akhir ppada tabel sebelumnnya, y dimana tidak ada ppenambahan dana sejak awal periode investasi.
Ketika K ik ada d penambahan b h maupun penarikan ik dana d k atau dari ke, d i portofolio, f li kita ki perlu l menggunakan k metode d Internal I l rate Rate R off Return untuk menghitung rata-rata imbal hasil (return) per tahunnnya, karena perhitungan dengan mengunakan Geometric Return of Return menjadi tidak akurat.
Dalam hal terjadi penambahan dan atau penarikan dana, perrhitungan Geometric Rate of Return hanya menjelaskan kinerja pportofolio. Kasus ini bisa dianalogikan g dengan g kinerja j atau pperggerakan NAB/Unit sebuah Reksa Dana. Asumsikan sebuah Reksa Dana saham yang dimulai dengan harga NAB/Unit Rp. 1000,-. Di akhir tahun ke-5, dengan kinerja tahunan seperti yang terlihat pada ke dua tabel di atas, maka NAB/Unit Reksa Dana tersebut akan bernilaj sebesar Rp. 1848,-. Dalam kasus ini, kinerja Reksa Dana selama 5 tahun adalah sama dengan yang telah dijelaskaan dari tabel sebelumnya. Dimana jika dihitung kembali dengan metode t d Geometric G t i Rate R t off Return, R t akan k menghasilkan h ilk total t t l kiner ki rja j sebesar b 84 8% atau 84,8% t rata-rata t t 13,07 13 07 % per tahunnya t h
Di sisi lain adalah seorang investor yang berpartisipasi di Reksa Dana yang sama, sama dan memberikan kontribusi di setiap awal tahun sebesar Rp.1000,- dengan total investasi sebesar Rp. 5000,- seepanjang 5 tahun. Jika investor tersebut ingin menghitung imbal hasil rata-rata investasinya per tahun selama 5 tahun, maka iaa harus menggunakan metode IRR, dan hasilnya adalah 12,7% pertahun, seperti yang diilustrasikan dalam gambar di atas.
Learning from the Past
Geometric G ti R Rate t off Return R t Vs. V IRR R: Tanpa Kontribusi ● D Dalam l menghitung hit kinerja ki j suatu t porfolio f li ddan pertttumbuhan b h dana d di digunakan k ddua jjenis i perhitungan, yaitu: – Geometric Rate of Return Æ untuk kinerja j pportofolio – IRR (Money Weighted Rate of Return) Æ unntuk pertumbuhan dana /imbal hasil tahunan Contoh: Case I : single investment (tanpa kontribusii investasi) Investor A
Investor B
Tahun Ke
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja a
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja
1
10
10
5
-50%
100
100
50
-50%
2
0
5
10
100%
0
50
100
100%
Total
10
10
0%
100
100
0%
0%
IRR
Hasil Pengamatan:
0%
Hal yang Sama
Hal yang Berbeda
Imbal hasil / kinerja per tahun
Kontribusi per tahun
Imbal hasil /kinerja total selama 2 tahun
Hasil akhir
IRR
Source: PT. Fortis Investments
Learning from the Past
Untuk lebih jelas mengenai aplikasi dalam pengambilan keputusan investasi, konsep perhitungan Geometric Rate of Return dan IRR akan sekali lagi diterapkan dalam dua contoh kasus seperti digambarkan daalam tabel di atas.
Asumsikan A ik terdapat t d t dua d investor i t A & B yang menginvestasikan i t ik dana d nya pada d satu t Reksa R k Dana D saham h yang sama, sebutlah b tl h Reksa R k Dana D Ekuitas. Perbedaannya adalah, investor A menginvestasikan dana awal a sebesar Rp 10,- sementara investor B menginvestasikan dana awal sebesar Rp. 100,- .
Pada tahun pertama, terjadi krisis dan pasar saham mengalami peenurunan sebesar minus 50% yang juga tercermin pada penurunan kinerja Reksa Dana dengan penurunan NAB/Unit sebesar minus 50% %. Maka kedua investor tersebut akan mengalami penurunan dalam persentase yang sama yakni minus 50%. 50% Perbedaan dari kedua investor tersebut adalah dari sisi penurunan secara absolut dalam rupiah: Investor A turun sebesar Rp 5,- sementara investor B turun sebesar Rp. R 50,-
Ketika terjadi pemulihan, misalnya dalam waktu 1 tahun, dan pasar saham s kembali ke level seperti sebelum terjadinya penurunan, kinerja pasar saham dan kinerja Reksa Dana Ekuitas mengalami kenaikan sebesar s 100% di tahun kedua. Hal ini mengakibatkan dana investasi masing-masing investor A dan B juga mengalami kenaikan yang sam ma sebesar 100% di tahun kedua. Perhatikan kembali bahwa secara absolut dalam Rupiah, Rupiah terjadi perbedaan kenaikan. kenaikan Investasi investor A naik sebesar Rp 5,5 dan investor B naik sebesar Rp 50,50 .
Apabila diperhatikan, sepanjang tidak ada penambahan maupun peenarikan dana, imbal hasil untuk kedua investor adalah sama persis dengan kinerja Reksa Dana, yang dapat dihitung dengan metode Geometric G Rate of Return. Kinerja total Reksa Dana, maupun imbal hasil kedua investor selama 2 tahun adalah sama: 0%. Hal ini dikarrenakan NAB/Unit maupun nilai investasi awal kedua investor adalah masing-masing sama dengan nilai akhirnya. Perhitungan imbal hasil / pertumbuhan dana kedua investor, jika dihitung dengan metode IRR juga akan menghasilkan nilai rata IRR, rata-rata rata per tahun yang sama, sama yaittu sebesar 0%. 0%
Learning from the Past
Geometric Rate of Return Vs. Vs IR RR Dengan Kontribusi ●
Kasus dengan adanya kontribusi investasi Investor A Tahun Ke
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja
1
10
10
5
-50 0%
100
100
50
-50%
2
100
105
210
100 0%
10
60
120
100%
Total
110
210
IRR
●
Investor B
Hasil Pengamatan:
110
120 5%
78%
Hal yang Sama
Hal yang Berbeda
Kinerja Total dan Kinerja per tahun
Kontribusi per tahun
un Total kontribusi selama 2 tahu
Hasil akhir investasi IRR
●
●
Formula IRR : Nilai akhir = Nilai investasi x (1+ IRR) 2+ Nilaai Kontribusi x (1+ IRR) 1 Case 1 : 210 = 10 (1+ 78%)2 + 100 ( 1+78%) 1 Case 2: 120 = 100 (1+ 5%)2 + 10 ( 1+5%) 1 Pertumbuhan dana (yang dihitung berdasarkan metoda IRR)) menunjukkan superioritas dengan adanya kontribusi investasi dalam kondisi pasar yang telah terkoreksi dan kemudian kem mbali pulih. Source: PT. Fortis Investments
Learning from the Past
Mari kita lanjutkan contoh kasus yang sama, namun kini kita ingin melihat bagaaimana pengaruh adanya kontribusi jika kita melihat adanya harapan pemulihan setelah terjadinya krisis.
Perbedaan kasus pada tabel di atas dengan tabel sebelumnya adalah, masing-m masing investor A dan B melakukan penambahan investasi diawal tahun kedua. Asumsinya mereka sama-sama melihat kemungkinan terjadinya pemulihan ekonomi e setelah pasar terkoreksi sebesar -50% pada tahun pertama mereka berinvestasi Namun, berinvestasi. Namun ada perbedaan besarnya jumlah investasi dari keduanyaa. a Investor A menambah sejumlah Rp 100, 100 - sementara investor B menambah sejumlah Rp 10,-. Perbandingan ini akan menjadi menarik, dimana dalam kurunn waktu yang sama selama 2 tahun, total modal yang diinvestasikan oleh kedua investor adalah sama sebesar Rp 110,-, namun berbeda dari sisi waktu penempaatannya.
Ketika terjadi pemulihan pasar, misalnya dalam 1 tahun, dan kinerja Reksa Danna Ekuitas mengalami kenaikan sebesar 100% di tahun kedua. Kita bisa melihat terjadi perbedaan signifikan antara kedua investor dari perbedaan nilai akhir yanng terjadi. Investor A memiliki nilai akhir investasi sebesar Rp. 210,- sementara investor B memiliki nilai akhir investasi sebesar hanya Rp 120,-.
Fenomena ini dapat dijelaskan melalui perhitungan IRR yang membedakan besaarnya pertumbuhan dana dari kedua investor. Sebelum menghitung berapa imbal hasil atau pertumbuhan dana rata-rata pertahun dari kedua investor di atas, perhatikan kembali kinerja portofolio Reksa Dana Ekuitas. Dari sisi kinerja portofolio, kasus ini adalah sama persis dengan kasus yang dibahas sebelumnyya, yakni sebesar 0% selama kurun waktu 2 tahun, atau rata-rata per tahunnya pun sama, yang dihitung dengan metode Geometric Rate of Return, yakni 0 % pertahun. p
Namun, dari sisi imbal hasil atau pertumbuhan dana kedua investor, karena adaanya penambahan dana, perhitungan harus menggunakan metode IRR. Metode ini menghasilkan return pertahunnya yang masing-masing sebesar 78% untuuk investor A, dan hanya 5% untuk investor B. Anda tentunya sudah bisa menganalisa, apa yang menyebabkan perbedaan di atas, bukan ? .
Learning from the Past
Ilustrasi Perhitungan p Kontribusi Tanpa Dalam hal tidak adanya penambahan dana / kontribusi Æ Kinerja portfolio = return
10
10
Awal Tahun 1
Annual Return
5
Akhir Taahun 1
Awal Tahun 2
-50%
Total Return Average Return (p.a)
5
Akhir Tahun 2
+100% 0%
0%
0% Source: PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
IlIlustrasi t iP Perhitungan hit Dengan Kontribusi
210
Dalam hal adanya penambahan dana / kontribusi Æ Kinerja po ortfolio ≠return
100 10 Awal Tahun 1 Annual Performance
5
5
Akhir Tahu un 1
Awal Tahun 2 +100%
-50%
Total Performance
Akhir Tahun 2
0%
Average Annual Performance
0%
0%
IRR (annual return)
78%
78% Source: PT PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Bagaimana Ekspektasi Anda atas Pasar?
1. Apakah keadaan krisis saat ini SEMENTARA ataau SETERUSNYA? 2 Apakah Anda percaya bahwa RECOVERY dapatt terjadi di waktu yang akan datang? 2. 3. Apabila Anda percaya, BERAPA LAMA? y investasi di pasar saham akan memberikan potensi keuntungan g yang y g 4. Apabila Anda percaya menarik berapa “expected return” yang anda haraapkan
Learning from the Past
Ketika kami banyak bertemu dengan investor pada acara-acara acara acara investor gathering g ditengah situasi krisis yang melanda dunia dan juga di Indonesia yang sedang hangat-hangatnya, kami mencoba membuat “instant surrvey” dengan menanyakan langsung kepada para investor beberapa pertanyaan berikut :
1. Apakah keadaan krisis saat ini SEMENTARA atau SETERUSNYA? 2. Apakah Anda percaya bahwa RECOVERY dapat terjadi di waktu yang akan a datang? 3. Apabila Anda percaya, BERAPA LAMA? 4. Apabila Anda percaya investasi di pasar saham akan memberikan potensi p keuntungan yang menarik berapa “expected return” yang anda harapkan
Instant survey dengan pertanyaan di atas kami maksudkan untuk mendaapatkan masukan langsung dari para investor tentang persepsi terhadap krisis dan seberapa optimis akan terjadinya pemulihan (recovery). (recovery) Oleh kaarena itu, itu pertanyaan no 1 dan 2 merupakan kunci untuk dijawab. dijawab
Hampir seluruh investor yang kami temui percaya bahwa krisis hanya bersifat sementara dan percaya akan adanya recovery.
Sementara untuk pertanyaan no. 3 dan no. 4 adalah pertanyaan tambahann yang mungkin sulit untuk dijawab, dan memang pada saat itu (Oktober – November 2008), 2008) banyak investor yang tidak berani menjawab. menjawab Namun, Namun keetika pertanyaan yang sama diajukan pada forum-forum forum forum investor gathering di bulan April dan Mei 2009, kami menemukan sudah banyak investor yangg berani menjawab dengan cukup optimis.
Learning from the Past
Ilustrasi, jika terjadi pemulihan daalam 3 tahun Asumsi: Akhir tahun 2011 (3 tahun) setelah 22008, 2008 IHSG kembali pada level seperti diakhir tahun 2007, yakni 2745, artinya kinerja selam ma 3 tahun tahun adalah 100% Alt Alternatif tif 1 Year
Alternatif lt tif 2
Alt Alternatif tif 3
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja
Kontribusi
A Awal
Akhir
Kinerja
Kontribusi
Awal
Akhir
Kinerja
1 - 2008
100
100
50
-50%
100
1 100
50
-50%
100
100
50
-50%
2 - 2009
0
50
?
50
1 100
?
100
150
?
3 - 2010
0
?
?
0
?
?
?
?
?
4 - 2011
0
?
100
0
?
200
?
?
300
IRR (p (pertahun selama 4 tahun)
0%
100%
8%
100%
100%
12%
Angka-angka g g di atas hanya y merupakan p ilustrasi. Pergerakan/trend g yang y g disajikan j tidak mewakili data historis dan bukan merupakan data d sebenarnya dan bukan merupakan indikasi atas kinerja masa mendatang Source: PT PT. BNP Paribas Investment Partners
Learning from the Past
Jika kita percaya bahwa pemulihan di pasar saham akan terjadi dalam 3 tahunn sejak akhir tahun 2008 (untuk IHSG kembali ke titik seperti pada akhir tahun 2007, sebelum terjadinya krisis), maka kinerja atau imbal hasil dari pasar sahham akan mencapai 100% selama 3 tahun ke depan sejak awal tahun 2009. Sebagai gambaran, IHSG bergerak dari 2745 di akhir 2007, turun ke 1355 di akhir 2008, dan naik kembali ke 2745 pada akhirnya.
Apa yang akan anda lakukan, ketika anda sebagai investor yang mengalami keruugian sebesar 50% dari investasi yang ditempatkan melalui Reksa Dana saham, tetapi anda juga juga percaya bahwa akan akan terjadi pemulihan seperti yang diprediksikan di atas ?
Tabel di atas memberikan ilustrasi 3 kasus yang berbeda, berkaitan dengan kepputusan investasi yang mungkin dapat anda ambil, setelah terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 50% di pasar saham di tahun 2008.
Asumsikan anda berinvestasi sebesar Rp. 100,- di awal tahun 2008, dan saat ini adalah awal tahun 2009, dimana nilai pasar investasi anda telah menjadi Rp. 50,-. Anda memiliki tiga pilihan investasi: 1.
mbahan. Bertahan, tidak melakukan penjualan, namun juga tidak melakukan penam
2.
Bertahan dan melakukan penambahan sebesar Rp. 50,- di awal tahun 20009
3.
Bertahan dan melakukan penambahan sebesar Rp. 100,- di awal tahun 20009
Seandainya, prediksi dalam tiga tahun kedepan hingga akhir 2011, membuktikan pasar saham menghasilkan kinerja 100%, maka tabel di atas memperlihatkan nilai akhir dari masing-masing pilihan di atas. Bagaimana kita menganalisa dann menghitung imbal hasil tahunan selama 4 tahun, sejak awal berinvestasi, dan secara bersamaan memperhitungkan juga penambahan di awal tahun kedua terssebut?
Perhitungan IRR di atas memberikan gambaran, bahwa jika kita percaya akan terjadinya pemulihan, penambahan atau kontribusi di tengah periode investasi, akan memperbaiki kinerja secara keseluruhan. Tidak melakukan penambahan (alternatif 1) hanya memberikan imbal hasil sebesar 0% dalam periode 4 tahun, karena hanya akan kembali ke nilai pokok investasi setelah terjadinya penurunann signifikan di tahun pertama. pertama
Learning from the Past
HOW LONG IS THE LO ONG TERM? ONG
Learning from the Past
Dispersi Kinerja IHSG (April 1983 – Appril 2009) 300% 250% 200%
High
L Low
Average
150% 100% 50% 0% -50% -100% High Low Average
1-Yr
3-Yr
5-Yr
10-Yr
263.65% -53.82% 21.39%
104.03% -21.07% 17.64%
57.05% -10.50% 16.31%
25.71% -3.31% 11.28%
Standard Dev.
53.86%
27.45%
17.04%
8.19%
# +/ve returns
181
192
202
182
# -/ve returns
120
85
51
11 Source: PT. Fortis Investments
Learning from the Past
Kami sering menyarankan investor agar dalam berinvestasi di pasar saham, sebbaiknya memiliki horison investasi jangka panjang. Lalu kemudian sering muncul pertanyaan berapa tahun yang dimaksud dengan jangka panjang.
Ada banyak versi yang menyebutkan jumlah tahun tertentu yang dapat dikateegorikan jangka panjang : 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun dst. Mungkin bagi kebanyakan investor yang selama ini hanya mengenal depositto sebagai instrumen investasi keuangan yang utama, angka 1 tahun sudah dikategorikan sebagai investasi jangka panjang.
Untuk mencoba menjawab pertanyaan di atas, kami mencoba melakukan peneliitian sederhana terhadap pasar saham di Indonesia, dengan melihat pergerakan IHSG dan dispersinya (penyebaran imbal hasil tertinggi dan terendah), juga im mbal hasil rata-rata yang disetahunkan berdasarkan jangka waktu yang dibagi menjadi 1 tahunan, 3 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan sepanjang periode Appril 1983 hingga April 2009.
Gambar di atas menunjukkan beberapa hal yang bisa diambil sebagai pelajaran : 1 1.
Semakin panjang jangka waktu investasi, investasi semakin “sempit” sempit pergerakan antara imbal hasil tertinggi dan terendah, terendah yang menunjukkan risiko fluktuasi yang semakin menurun secara konsisten. Terlihat angka standar deviasi yang semakin s mengecil untuk jangka waktu investasi yang lebih panjang.
2.
Jumlah kejadian “positive returns” yang semakin meningkat dan jumlaah kejadian “negative returns” yang semakin menurun terlihat jelas dengan meningkatnya jangka waktu investasi.
Jika kita kembali melihat historical returns sejak 1999 – 2008, dengan sudah memperhitungkan m faktor penurunan signifikan sebesar 50% diakhir tahun 2008 (lihat tabel pada halaman 15), maka dengan tambahan informasi dari 2 butir pelajaran di atas, mungkin dapat disimpulkan bahwa 10 tahun bisa untuk dijadikan j jawaban b atas t pertanyaan: t H long How l i a long is l t ? term?
Bagaimana menurut pendapat anda? Jika anda setuju, sanggupkah anda berkom mitmen paling tidak 10 tahun untuk berinvestasi pada saham?
Learning from the Past
Berapa Ekspektasi Anda? Atas masing masing-masing masing instrumen Berapa p
ekpektasi p Anda atas tingkat g suku bunga g / kiinerja j investasi masing-masing g g instrumen dalam jjangka g panjang (10 tahun ke depan 2009 – 2018)?
9 Inflasi : 9 SBI : 9 Time Deposit : 9 Obligasi Pemerintah: 9 Obligasi Korporasi : 9 Saham :
66.55 % ? 7 % ? (inflasi + 0.5%) 8 % ? (SBI + 1% risk prem mium) 10 % ? (TD + 2% risk preemium) 13 % ? (Obligasi Pemerinntah + 3 % risk premium) 17 % ? (Obligasi Korporaasi + 4 % risk premium)
Berapa risk premium (selisih imbal hasil yang diharappakan dengan mengabil risiko terhadap instrumen yang memiliki iliki risiko i ik yang lebih l bih tinggi) ti i) yang anda d harapkan? h k ?
Angka-angka di atas hanya merupakan ilustrasi dan bukan meerupakan indikasi atas kinerja masa mendatang
Learning from the Past
Ketika kami kembali bertemu banyak investor, termasuk juga dengan teman--teman media di bulan April - Mei tahun 2009, dan menanyakan pertanyaanpertanyaan “instant survey” yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya; menarik untuk menyimak diskusi tentang bagaimana menentukan harapan potensi imbal hasil investasi (expected return). return)
Kita perlu memiliki expected return ketika berinvestasi dalam suatu instrumen. Salah S satu cara yang cukup sederhana adalah menerapkan konsep risk premium secara bertingkat, bertingkat dengan menyusun setiap instrumen menurut tingkat risikonya, dan memulai dengan harapan inflasi jangka panjang. panjang Jika anda sepakat untuk berinvestasi dalam jangka panjang, bagaimana menentukan expected return untuuk 10 tahun ke depan ?
Jika kita melihat data 10 tahun terakhir (1999 – 2008), 2008) rata rata-rata rata inflasi per tahhun selama periode tersebut adalah sekitar 8,6%. 8 6% Apabila kita mengharapkan adanya perbaikan ekonomi di negara kita dan pemulihan ekonomi secara global, maka kita boleh mengasumsikan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dengan inflasi yang lebih rendah.
Seandainya kita mengasumsikan inflasi jangka panjang 10 tahun ke depan adalah sekitar 6,5% (Vs. target inflasi pemerintah untuk tahun 2009 adalah 5%-6%). Maka kita bisa mulai memperkirakan kinerja setiap instrumen investasi dengann memulai dari “risk free investment” yakni SBI, dan meningkat selanjutnya ke instrumen yang memiliki risiko relatif lebih tinggi, dengan mengasumsikan besarrnya risk premium yang diharapkan. Besarnya risk premium sangat bergantung jjuga g kepada p pprofil risiko investor. Investor yyangg memiliki risk aversion cukuupp tinggi, gg akan mengharapkan g p risk ppremium yyangg lebih tinggi. gg Oleh karena itu, ilustrasi penambahan risk-premium di atas dapat disesuaikan untuk memenuhi profil risiko investor tertentu.
Dengan cara demikian, maka berturut-turut “expected return” untuk SBI hinggga saham bisa coba kita prediksikan seperti terlihat pada penjelasan di atas. Bagaimana menurut anda? Sudah cukup rasionalkah harapan imbal hasil (exppected return) dari masing-masing instrumen di atas ? Maukah anda menyebar (melakukan diversifikasi) untuk portofolio investasi anda ke dalam instrumen-insttrumen tersebut?
Learning from the Past
Epilog Hingga sejauh ini apa saja yang sudah kita pelajari? Beberapa hal penting mungkin bisaa kita ringkaskan sebelum mengakhiri perjumpaan kita : Pertama, ada dua kata kunci yang perlu kita ingat dan terapkan: disiplin & kesabaran. Dispilin berkaitan dengan perlunya memiliki dan mengikuti proses dalam berinvestasi. Kesabaran diperlukan ketika menghadapi gejolak pasar yang pasti selalu ada. a Dengan mengingat kedua kata kunci ini, akan membantu menghindari kita dari kepanikan. Kedua, memiliki strategi alokasi aset dengan menyebarkan investasi ke dalam beberaapa jenis, sesuai jangka waktunya. Hal ini selain merupakan penerapan prinsip diversivikasi untuk mengurangi risiko juga memberikan kesempatan meraih optimum retturn. Disiplin terhadap strategi alokasi aset juga perlu diterapkan melalui proses rebalancing. Menarik untuk diperhatikan adalah hasil back-testing menggunakam data historis pasar saham. Rebalancing selain merupakan cara untuk mengelola risiko, ternyata juga memberikan tambahan return ppada kondisi ppasar yyangg dinamis,, seperti p ppasar Indonesiaa. Untuk sementara waktu, kami cukupkan dulu sampai di sini, perjalanan kita mengarungi masa lampau – belajar dari masa lalu – melihat dan mengambil pelajaran dari gejolak pasar investasi yang terjadi akibat krisis ekonomi yang melanda dunia. Kita beruuntung, Indonesia boleh jadi sedikit dari negara di dunia yang imbas krisisnya tidak separah negara lainnya. lainnya Rupanya, Rupanya pelajaran dari krisis ekonomi nasional yang menimpaa kita mulai tahun 1997 telah menjadi semacam “blessing in disguise” karena ekonomi kita menjadi tertata dengan lebih baik, dengan adanya krisis tersebut. Selalu ada pelajaran berharga dari setiap kejadian. Bahkan kadang, kita bisa belajarr lebih banyak, dan menjadi lebih kuat ketika kita mampu bertahan dan keluar dari kesulitan yang menimpa kita. Semoga mini book ini bisa menjadi teman dan bagian darri proses belajar kita mengarungi samudra pasar investasi yang penuh dinamika. Mini book ini akan terus diperbaiki dan akan diperbaharui dengan informasi-informasi yang bermanfaat b yang bisa menjadi panduan yang praktis dan mudah bagi investor. Dalam waktu dekat akan kami tambahkan satu bab baru :Time for Action. Nantikan pertemuaan kami dengan anda selanjutnya dengan tips-tips investasi yang lebih menarik. Tak lupa saya ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh sahabat saya : Para Direksi dan rekan kerja di PT. Fortis Investments, dengan teamwork yang luar biasa dan yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi nasabah dan stakeholders kami lainnya. Dan khususnya kepada team Marketing & Sales, Investments dan CLR yang terlibat langsung dalam persiapan dan penerbitan mini boook ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas semua kebaikan sahabat dengan k b ik yang berlipat kebaikan b li t ganda. d Terakhir, T khi semoga mini i i book b k ini i i bermanfaat b f t bagi b i semua pembacanya. p b S l Salam.
Learning from the Past
Profil Penulis Eko P. Pratomo bergabung dengan PT. Fortis Investments pada tahun 1996 sebagai Associate Director, yang bertanggung jawab atas kegiatan Marketing dan Pengembangan Produk. Pada tahun 1998, ia diangkatt menjadi Direktur dan bertanggung jawab atas kegiatan Marketing dan Operation. Eko ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT. Fortis Investmeents pada bulan Juli 2004 hingga Desember 2009. Di tahun 2008, ia mendapatkan penghargaan sebagai CEO of the Year dari majalah Asia Assset Management. Eko memulai karirnya y ppertama kali dalam bidangg riset dan ppengembang g gan teknologi. g Ia memperoleh p ggelar Sarjana j Tehnik dari Institut Teknologi g Bandung, dengan spesialisasi dalam bidang Aeronautika, dan mempunyaai pengalaman 4 tahun dalam bidang riset dan pengembangan teknologi termasuk selama 1,5 tahun di Delft University of Technology, Netherlands. Setelah itu Eko kembali belajar pada program MBA (satu tahun penuh) di Institut Pengembangan Manajemen Indonesia (IPMI) dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1991. Ia mengawali karirnya pada bidang marketing sebagai Deputy Marketing Manager pada salah satu anak perusahaan MITSUI & Co. LTD selama 3 tahun sebelum bergabung dengaan Jababeka Investment Group sebagai Marketing Manager. Dalam D l menuangkan k aspirasinya, i i Ek telah Eko t l h banyak b k menuliskan li k buku b k yang bersifat b if t edukatif d k tif maupun berbagi b b i pengalaman l pribadi. ib di Buku B k Learning L i from the Past ini merupakan buku pertama yang ia tulis bersama perusaahaan sebagi rangkaian program edukasi kepada masyarakat akan Reksa Dana dan dunia investasi secara umum. Ia juga banyak memberikan pelatihan p dan menjadi narasumber dalam seminar-seminar investasi dan perencanaan keuangan. Terhitung sejak 1 Januari 2010 Eko menjabat sebagai President Emeritus/S Senior Advisor untuk PT. Fortis Investments. Buku yang telah ditulis oleh Eko P. Pratomo: Reksa Dana – Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern (2000); Berw rwisata ke Dunia Reksa Dana (2004); Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami (2004); Agenda Keuangan Keluarga (2004); FQ-Membangun Kecerdasan Finansial dengan Nilai-Nilai Spiritualitas (2007); Miracle of Love (2007); Sensasi Golf (2009)
Learning from the Past
| 09/11/2010 | 48
Disclaimers Dokumen ini dibuat dan dipersiapkan oleh PT. BNP Paribas Investment Partners* yang merupakan bagiaan dari BNP Paribas Investment Partners (BNP IP)**. Dokumen ini dibuat hanya untuk memberikan informasi dan bukan merupakan: 1 1. S t bentuk Suatu b t k penawaran untuk t k membeli b li atau t permintaan i t untuk t k menjual j l atau t dij dijadikan dik ddaasar dari d i atau t yang ddapatt dijadikan dij dik pedoman d sehubungan h b ddengan suatu t perjanjian j ji atau t komitmen k it apapun atau t 2. Suatu nasehat investasi. Dokumen ini merupakan referensi untuk instrumen keuangan tertentu (‘’Instrumen Keuangan’’) yang disahkan dan diatur dalam yuridiksi dimana Instrumen Keuangan tersebut dibentuk. Tidak ada tindakan yang perlu diambil dalam melakukan penawaran umum dari Instrumen Keuangan terssebut di wilayah yuridiksi lainnya, kecuali disebutkan di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya, sebagaimana telah tersedia, dari Instrumen Keuangan tersebut yang relevan appabila tindakan tersebut perlu diambil, khususnya, di Amerika Serikat, bagi warga negara Amerika Serikat (dimana ketentuan tersebut diatur di dalam Peraturan huruf S Pasar Modal Amerika Serikat tahun 1933). Sebelum melakukan suatu pembelian di dalam suatu negara dimana Instrumen keuangan tersebut terdaftar, investor wajib memeriksa seluruh kendala atau larangan yang mungkin ada dalam kaitannya deengan pembelian, kepemilikan atau penjualan Instrumen Keuangan tersebut. Investor yang mempertimbangkan untuk membeli Instrumen Keuangan tersebut wajib membaca dengan seksama di dalam prospektus terbaru, dokumen penawaran atau materi informasi lainnya dan memahami l laporan kkeuangan tterbaru b ddarii IInstrumen t K Keuangan ttersebut. b t P Prospektus, kt ddokumen k penawaran atau t iinfor f rmasii llainnya i ddarii IInstrumen t K Keuangan t tersebut b t yang tersedia t di di kantor k t lokal l k l BNPP IP IP, jik jika ada, d atau t ddarii pihak ih k marketing dari Instrumen Keuangan tersebut. Pendapat yang termuat dalam dokumen ini merupakan pendapat dari PT. BNP Paribas Investment Partners untuk waktu tertentu dan dapat berubah-ubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. PT. BNP Paribas Investment Partners tidak berkewajiban untuk memperbarui atau mengubah informasi atau pendapat yang disebutkan dalam dokumen ini. Investor harus berkonsultasi dengan penasihat hukum dan ppajak j mereka sehubungan g dengan g nasehat-nasehat hukum,, akuntansi,, domisili dan pperpajakan p j sebelum melakukan investasi ke dalam Instrumen Keuangan g tersebut sehubungan g dengan g ppengambilan g keputusan p yang independen atas kesesuaian dan relevansi dari investasi tersebut, jika diperbolehkan untuk melakukkan transaksi. Mohon diperhatikan bahwa berbagai jenis investasi, apabila ada dalam dokumen ini, melibatkan berbagai tingkatan risiko dan tidak terdapat jaminan bahwa investasi tertentu cocok, sesuai atau menguntungkan bagi investor atau calon investor dari investasi portofolio ini. Dengan memperhitungkan risiko ekonomi dan risiko pasar, tidak ada jaminan bahwa Instrumen Keuangan ini akan mencapai tujuan investasinya. Imbal hasil dapat dipengaruhi oleh, antara lainnya, strategi atau tujuan investasi dari Instrumen Keuangan ini dan juga kondisi pasar dan kondisi ekonomi, termasuk konddisi tingkat suku bunga, periode pasar dan kondisi pasar secara umum. Perbedaan strategi yang diterapkan ke d l P dalam Produk d k IInvestasi t i iinii ddapatt memberikan b ik pengaruhh yang signifikan i ifik tterhadap h d gambaran b hhasilil ddalam l ddokumen k iini.i Ki Kinerja j masa lalu l l bukan b k suatu t pedoman d untuk t k ki kinerja j masa ddatang t ddan nilai il i iinvestasi t i ddalam l Instrumen Keuangan dapat menurun atau meningkat. Investor mungkin tidak mendapatkan kembali nilai nominal n atas investasi awal. Data Kinerja, sebagaimana berlaku, tercermin dalam dokumen ini, tanpa memperhitungkan biaya komisi, atau biaya lainnya yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan kembali dan perhitungan pajak. INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON INVESTOR WAJIB MEMBACA A DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG. * PT. BNP Paribas Investment Partners (alamat: World Trade Center Building, Lantai 5, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA). ** “BNP Paribas Investment Partners” adalah merek dagang global dari BNP Paribas group aset manajemen. Badan hukum aset manajemen tersendiri dalam BNP Paribas Investment Partners yang disebutkan y anda. Untuk informasi lebih lanjut, mohon dapat menghubungi Investment Partner lokal yang terdaftar. dalam dokumen ini, (apabila ada) hanya untuk informasi dan dapat tidak memiliki kegiatan usaha dalam yuridiksi