SOSIALISASI ASI PERAS SEBAGAI PENGGANTI SUSU FORMULA PADA IBU-IBU PEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ULAK KARANG PADANG Sunesni*
ABSTRAK Seorang ibu pekerja dengan mobilitas kerja yang terlalu tinggi bisa menyulitkan kegiatan menyusui. Memberikan susu formula untuk pemenuhan nutrisi bayi menjadi makanan pilihan ibu-ibu pekerja. Padahal seperti yang telah diketahui, bayi yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) punya risiko gangguan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Dampaknya, anak menjadi gampang sakit-sakitan, mengalami obesitas yang nantinya memicu berbagai penyakit misalnya jantung, diabetes atau penyakit kardiovaskuler (Roesli, 2002:2). Pemberian ASI peras merupakan alternatif cara pemberian minum apabila bayi tidak dapat menyusu, karena ibu bekerja meninggalkan rumah dan lain sebagainya. Sasaran dan metode kegiatan meliputi ceramah, demonstrasi, tanya jawab., melakukan kunjungan ke rumah ibu-ibu yang menjadi sasaran saat sosialisasi dengan melibatkan tenaga kesehatan dan tenaga kader di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang dan juga pembinaan terhadap ibu-ibu yang menjadi sasaran. Peserta yang menghadiri kegiatan ini terdiri dari ibu-ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang yang sebelumnya sudah dikunjungi untuk dapat hadir pada kegiatan ini berjumlah 27 orang ibu. Dari kegiatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut, pengetahuan peserta tentang komposisi ASI masih kurang, lebih kuran 87% dari ibu-ibu peserta tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya karena alasan bekerja di luar rumah, penegetahuan peserta tentang tekhnik mengeluarkan ASI dan menyimpannya serta pengelolaannya kembali untuk dapat dikonsumsi oleh bayi masih sangat kurang, adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu peserta setelah kegiatan dilakukan dan ibuibu peserta sebagian besar (81,2%) sudah dapat melakukan dengan benar tehknik pemerasan ASI, penyimpanan dan penanganannya untuk dapat diberikan kembali kepada bayinya. Saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan kegiatan yang sudah dilakukan sebagai berikut, masih perlunya dilakukan penyuluhan lanjutan atau penyegaran kembali agar pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian ASI tetap meningkat, pembinaan berkelanjutan oleh tenaga kesehatan maupun kadar kesehatan untuk berkenaan dengan pemberian ASI peras oleh ibu-ibu mernyusui yang harus meninggalkan bayinya untuk bekerja, juga perlu melibatkan keluarga untuk mendukung pelaksanaan pemberian ASI peras. Kata Kunci : ASI Peras, Susu Formula, Ibu Pekerja.
Alamat Korespondensi Sunesni,S.SiT.,M.Biomed Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp. 0751 – 442295
PENDAHULUAN Sebagai seorang ibu tentunya kita menginginkan yang terbaik untuk anak, salah satunya termasuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan. Akan tetapi sebagai ibu bekerja, tantangantantangan untuk menyusui semakin bertambah. Banyak tantangan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif 6 bulan bagi bayinya. Seorang ibu pekerja dengan mobilitas kerja yang terlalu tinggi bisa menyulitkan kegiatan menyusui. Tidak memungkinkan bagi ibu bekerja untuk mengambil banyak jam lembur untuk urusan pekerjaan atau banyak bekerja di luar kantor yang lingkungannya bisa membahayakan produksi ASI. Memberikan susu formula untuk pemenuhan nutrisi bayi menjadi makanan pilihan ibu-ibu pekerja (Soetjiningsih, 2007) Indonesia merupakan salah satu target dari perusahaan susu formula karena pangsa pasarnya yang prospektif. Dan ini adalah masalah yang serius sehinga butuh regulasi. Padahal seperti yang telah diketahui, bayi yang tidak mendapatkan ASI punya risiko gangguan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Dampaknya, anak menjadi gampang sakit-sakitan, mengalami obesitas yang nantinya memicu berbagai penyakit misalnya jantung,diabetes atau penyakit kardiovaskuler (Roesli, 2000:2). Isu susu formula mengandung bakteri ini berawal dari Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menyatakan bahwa 22 sampel susu formula bayi yang diteliti 2003-2006 mengandung bakteri enterobacter sakazalki. Bakteri ini bisa menyebabkan radang usus dan radang otak pada bayi umur 0-6 bln jika mengkonsumsinya dalam waktu lama (Padang Ekspres, 29 Februari, 2009).
Bakteri ini sebelumnya diujicobakan ke hewan mencit (tikus) ternyata mengalami gangguan otak, usus dan limpa. Sampel makanan dan susu formula yang diteliti itu berasal dari produk lokal. Food and National Board memperkirakan produksi air susus 780 ml/hr selama 6 bulan pertama dan 600 ml/hr selama 6 bulan kedua. Kandungan protein air susu 8-9 g/L dan terdiri dari 25% lactalbumin dan casein. Kandungan protein cenderung menurun sedikit dengan bertambahnya masa laktasi tapi tidak dipengaruhi oleh ibu yang malnutrisi. Susu sapi terdiri dari protein 35g/L terutama casein. Konsentrasi lactosa cenderung meningkat selama masa laktasi yang menyediakan energi, galaktosa untuk perkembangan CNS dan pertumbuhan laktobactili pada usus bayi. Lemak menyediakan separuh energi. Rata-rata kandungan lemak 3,8%. Konsentrasi beberapa vitamin dan mineral oleh makanan (diet) dan status vitamin ibu.Lactoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifst bacteriostatistik kuat terhadap Escherichia coli. Lactobasilus bifidus merupakan asam laktat ---- pH turun --- pertumbuhan kuman pathogen dihambat. Imunoglobulin –mekanisme pertahanan terhadap bacteri dan virus (tu lgA) (Roesli, 2000:2). Bayi baru lahir pastikan diberi ASI sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit), kecuali apabila pemberian minum perlu ditunda karena masalah tertentu. Pemberian ASI eklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan yang lain sampai bayi berumur 6 bulan. ASI eklusif mempunyai komposisi yang tidak bisa ditandingi oleh susu formula (Roesli, 2000:2). Pemberian ASI peras merupakan alternatif cara pemberian
minum apabila bayi tidak dapat menyusu, misalnya karena bayi kecil tidak mampu menghisap, ibu sakit berat, ibu bekerja meninggalkan rumah dan lain sebagainya. Untuk ibu dapat memberikan ASI perasnya secara baik, maka ibu harus mengetahui bagaimana pengelolaannya sehingga ASI peras tersebut tetap terjaga kualitasnya (Sidi dkk, 2004) ASI peras dapat dibiarkan dalam suhu kamar (kurang lebih 1925o C) selama kurang lebih 6 – 8 jam, bila masih kolostrum (susu awal atau susu yang pertama kali keluar pada 17 hari setelah kelahiran) bisa sampai 12 jam. Di dalam lemari pendingin (suhu 4o C) selama 24-48 jam dan di dalam lemari pembeku (suhu -4o C) dapat bertahan 2 minggu – 4 bulan. ASI yang disimpan dalam lemari pendingin atau pembeku tidak boleh ditaruh di dekat pintu. Apabila disimpan di dalam deep freezer (-18o C), ASI dapat tahan sampai 6 bulan. Perlu diperhatikan bahwa suhu tempat penyimpanan harus stabil (Lawrence,2005). Penyimpanan ASI selama 24 jam tidak mempengaruhi kadar vitamin A, zinc, zat besi, tembaga, natrium, atau protein nitrogen pada suhu 37o C. Kadar asam askorbat menurun o pada suhu 37 C selama 24 jam dan 4o C selama 48 jam (stabil selama 4 jam). Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi akumulasi asam lemak bebas. Penyimpanan dalam lemari pembeku tidak mempengaruhi kadar biotin, niacin, asam folat, vitamin E, dan vitamin larut lemak dalam ASI. Untuk mempertahankan aktivitas antioksidan ASI, waktu penyimpanan harus dibatasi sampai 48 jam. ASI yang ditaruh di dalam lemari pendingin lebih baik daripada disimpan di dalam lemari pembeku (Lawrence,2005). Pemberian ASI peras yang sudah beku yang akan
dipergunakan, harus dipindahkan ke lemari pendingin agar mencair. Kemudian diambil seperlunya (sesuai dengan jumlah kebutuhan bayi sekali minum) untuk dihangatkan kalau mau diberi kepada bayi. ASI tidak boleh dimasak atau dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat. Apabila ASI yang telah dihangatkan tidak habis diminum oleh bayi, maka ASI tersebut harus dibuang (Lawrence,2005). METODE PENELITIAN Peserta yang menghadiri kegiatan ini terdiri dari Ibu-ibu pekerja yang mempunyai bayi di wilayah Puskesmas Ulak Karang yang sebelumnya sudah dikunjungi untuk dapat hadir pada kegiatan ini. Kegiatan dilakukan pada hari kunjungan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dihadiri oleh 27 orang ibu.Ibu-ibu menyusui yang lain yang kebetulan berkunjung juga ikut mengikuti kegiatan walaupun tidak mengikuti dari awal. Untuk kondisi seperti, ibu-ibu yang terlambat didatangi oleh tim yang lain untuk mendapatkan penjelasan awal, sehingga dapat mengikuti kegiatan sampai akhir. Penelitian dilakukan bulan Juli 2009 Peningkatan pengetahuan ibuibu yang mempunyi bayi dilaksanakan dengan cara memberikan penyuluhan dengan kegiatan sebagai berikut : a. Tahap pertama Melakukan kunjungan ke rumah ibu-ibu pekerja yang mempunyai bayi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Kunjungan ini bertujuan selain untuk mensurvei ulang jumlah ibuibu pekerja yang mempunyai bayi sekaligus juga menyampaikan kepada ibu untuk dapat hadir pada hari kegiatan penyuluhan dilakukan. Berikutnya pada hari yang telah
ditetapkan melakukan sosialisasi dalam bentuk : 1). Ceramah : - Pentingnya pemberian ASI pada bayi dengan menjelaskan manfaat pemberian ASI di bandingkan susu formula yang marak beredar sekarang ini. - Tekhnik penyimpanan ASI peras 2). Demontrasi Tekhnik memeras ASI Demontrasi menggunakan model (phantom) payudara, ceret untuk cuci tangan secara bersih sebagai pengganti wastafel jika tidak tersedia, gelas atau wadah dari kaca, kain bersih sebagai pengalas dan 2 orang tenaga sebagai pelaksana demonstrasi. 3). Tanya Jawab / Evaluasi Memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan kembali materi penyuluhan yang sudah di sampai.Untuk menilai apakah kegiatan penyuluhan yang dilakukan berhasil atau tidak, maka dilakukan evaluasi antara lain penilaian proses dan penilaian hasil. Jika sebagian dari peserta kurang mampu memperagakan dengan baik, sudah disediakan liftlet cara memeras ASI, sehingga peserta dapat mengulangnya kembali di rumah.
b. Tahap Kedua.
Melakukan kunjungan ke rumah ibu-ibu yang menjadi sasaran saat sosialiasi dengan melibatkan tenaga kesehatan dan tenaga kader di wilayah kerja Puskesmas Ulak Karang. Kunjungan di fokuskan pada antara lain, bagaimana ibu-ibu menerapkan tentang proses pemerasan ASI dengan baik, bagaimana ibu-ibu atau pengasuh melakukan penyimpanan ASI yang telah diperas dan bagaimana ibu-ibu memberikan kembali ASI peras yang telah disimpan. c. Tahap Ketiga Pemantauan kelansungan kegiatan dalam bentuk pembinaan untuk memantau kemungkinan permasalahan yang mungkin ada selama pelaksanaan pemberian ASI pada umumnya dan ASI peras khususnya. Kegiatan ini dilakukan dengan kunjungan rumah HASIL DAN PEMBAHASAAN Dari penyuluhan dan diskusi yang dilakukan setelah penyampaian materi, dapat dikatahui bahwa : 1. Pengetahuan peserta tentang manfaat ASI Rendahnya pengetahuan ibu-ibu menyusui untuk sesalu memberikan ASI dan semaraknya promosi susu formula menjadikan ibu-ibu yang memiliki bayi yang harus ditinggal sementara untuk tetap memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Setelah diberikan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan sebagai berikut :
Tabel 1. Pengetahuan Ibu-Ibu Menyusui Tentang Manfaat ASI Pengetahuan Presentase Tahu sebelum diberikan penyuluhan 21,6 % Tahu setelah diberikan penyuluhan 78,4 % Jumlah 100 %
2.
Pengetahuan peserta tentang komposisi ASI Komposisi ASI, selain kumpulan nutrient juga sebagai pelindung yang aktif dan imunomodulator. Tidak hanya
proteksi terhadap infeksi dan alergi tetapi juga merangsang perkembangan system imun bayi. Presentase pengetahuan peserta tentang komposisi ASI terlihat pada table 2 berikut ini.
Tabel 2. Pengetahuan Ibu-Ibu Menyusui Tentang Komposisi ASI Pengetahuan Presentase Tahu sebelum diberikan penyuluhan 16,7 % Tahu setelah diberikan penyuluhan 83,3 % Jumlah 100 %
3. Pengetahuan Peserta Tentang Tekhnik Pemerasan ASI Pengetahuan ibu-ibu peserta tentang teknik pemeranan
ASI mengalami perubahan setelah diberikan penyuluhan dan melihat demonstrasi lansung tentang cara pemerasan ASI yang benar seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Pengetahuan Ibu-Ibu Menyusui Tentang Teknik Pemerasan ASI Pengetahuan Presentase Tahu sebelum diberikan penyuluhan 12,7 % Tahu setelah diberikan penyuluhan 87,3 % Jumlah 100 % 4. Teknik Penyimpanan ASI peras dan pengelolaannya Untuk ibu dapat memberikan ASI perasnya secara baik, maka ibu harus mengetahui bagaimana pengelolaannya
sehingga ASI peras tersebut tetap terjaga kualitasnya. Pada tabel dibawah ini terlihat peserta yang bertambah pengetahuannya tentang penyimpanan ASI peras dan pengelolaannya kembali.
Tabel 4. Pengetahuan Ibu-Ibu Menyusui Tentang Teknik Penyimpanan ASI peras dan Pengelolaannya Pengetahuan Presentase Tahu sebelum diberikan penyuluhan 8,3 % Tahu setelah diberikan penyuluhan 91,7% Jumlah 100 % Dari hasil kunjungan rumah yang dilakukan ke rumah sasaran untuk mengetahui sejauh mana sasaran memahami dan mengaplikasikan penyuluhan yang diberikan terutama untuk melihat teknik pemerasan ASI, penyimpanan dan penanganannya untuk dapat diberikan kembali kepada bayinya.
Dari 16 ibu-ibu sasaran yang telah diberikan materi penyuluhan, saat dilakukan kunjungan rumah sebagian besar yaitu 13 orang (81,2 %) telah dapat melakukan teknik pemerasan ASI, penyimpanan dan penanganannya untuk dapat diberikan kembali kepada bayinya dengan baik dan benar. Sedangkan sisanya sebanyak 3 orang
(18,8%) masih belum bisa melakukan dengan benar teknik pemerasan ASI, penyimpanan dan penanganannya untuk dapat diberikan kembali kepada bayinya. Pada ibu-ibu yang belum mampu malakukan pengolahan ASI peras ini dengan benar dilakukan kembali bimbingan dengan mereview kembali materi penyuluhan yang sudah diberikan. Dan untuk pembinaan selanjutnya diserahkan kepada tenaga kesehatan atau kader yang menjadi tanggung jawab di lokasi dimana ibu tersebut berada. Dari hasil tersebut diatas terlihat bahwa rendahnya pengetahuan ibu-ibu menyusui tentang pemanfaatan ASI peras karena ketidaktahuan ibuibu tersebut dalam penanganannya, sehingga susu formula menjadi pengganti yang paling sering diberikan kepada bayi. Dengan adanya penyebaran informasi yang lebih mendekat kepada sasaran ini yaitu melalui metode penyuluhan, demontrasi dan melakukan kunjungan rumah lebih dapat diterima oleh masyarakat. Kegiatan ini sangat penting untuk dilanjutkan dengan harapan akan terwujud anak sehat dan berkualitas. Selain itu di lihat dari segi ekonomi akan mengurangi pengeluaran keluarga untuk harus menyediakan susu formula bagi bayinya juga dapat menghemat devisa negara
KESIMPULAN DAN SARAN Dari kegiatan yang dilakukan, baik dengan ceramah, demontrasi dan diskusi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan peserta tentang komposisi ASI masih kurang 2. Lebih kurang 87 % dari ibu-ibu peserta tidak memberikan ASI eklusif kepada anaknya karena alasan bekerja diluar rumah
3. Pengetahuan peserta tentang teknik mengeluarkan ASI dan penyimpanannya serta pengelolannya kembali untuk dapat dikonsumsi oleh bayi masih sangat kurang 4. Adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu peserta setelah kegiatan dilakukan 5. Ibu-ibu peserta sebagian besar (81,2 %) sudah dapat melakukan dengan benar teknik pemerasan ASI, penyimpanan dan penanganannya untuk dapat diberikan kembali kepada bayinya Saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan kegiatan yang sudah dilakukan sebagai berikut : 1. Masih perlunya dilakukan penyuluhan lanjutan atau penyegaran kembali agar pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemberian ASI tetap meningkat. 2. Pembinan berkelanjutan baik oleh tenaga kesehatan maupun kader kesehatan untuk berkenaan dengan pemberian ASI peras oleh ibu-ibu menyusui yang harus meninggalkan bayinya untuk bekerja. 3. Perlu melibatkan keluarga untuk mendukung pelaksanaan pemberian ASI peras. DAFTAR PUSTAKA Djaja, Sarimawar, 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan kesehatan di Indonesia. www. Sarimd @ litbang.depkes.go.id. Dinas Kesehatan RI, 2003. Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit
Dinas kesehatan Sumbar, 2006. Profil Kesehatan Kota Padang, Padang : Dinas Kesehatan Koran Harian Padang Ekspres, 29 Februari 2008. -----------------------------------------------------------Rusli, Utami, 2002. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta, EGC Lawrence RA, Lawrence RM. The collection and storage of human milk banking. In: Breastfeeding: A Guide for Medical Profession. Sixth edition. Philadelphia: Elsevier Morby; 2005: p 761-94. Lalecheleague, Common Concerns When Storing Human Milk, by Cindy Scott Duke, From: NEW BEGINNINGS, Vol. 15 No. 4, July – August 1998, p. 109 (http://www.lalechel eague.org/ NB/NBJulAug98p10 9.html) Sidi IP, Suradi R, Masoara S, Boedihardjo SD, Marnoto W. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Edisi 2. Jakarta: Perinasia, 2004.