138
Unmas Denpasar
PERAN USAHATERNAK DOMBA SEBAGAI PENGAMAN FINANSIAL KELUARGA DI PERDESAAN Kasus Usaha Ternak Domba Pola Gaduhandi Kawasan Perdesaan Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu Jawa Barat Sondi Kuswaryan, Anita Fitriani dan Siti Nurjanah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian telahdilaksanakan di perdesaan Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu,Jawa Barat dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan usahaternak domba pola gaduhan terhadap pengeluaran rumah tangga, serta perannya sebagai pengaman finansial keluarga. Jumlah responden penelitian sebanyak51 orang peternak. Besarnya peran usahaternak domba sebagai pengaman finansial dianalisis dengan cash-flow bulanan rumahtangga peternak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) pada skala usahaternak domba sebesar 58,19 ekor/unit usaha, rata-rata pendapatan hasil gaduhan sebesar Rp. 10.443.227,00/unit usaha/tahun. (b) besarnya kontribusi usahaternak domba terhadap pengeluaran rumahtangga sebesar 60,11%.(c).Tanpa menyertakan nilai penjualan domba, cash-flowfinansial rumah tangga tiap bulannya bernilai negatif, dengan adanya usahaternak nilai cash-flow bernilai positif. Domba merupakan komoditas yang sangat fleksibel untuk dijual dalam memenuhi kebutuhan finansial keluarga yang sifatnya mendadak, oleh karena ituusahaternak domba di perdesaan sangat efektif untuk berperan sebagai pengaman finansial keluarga. Kata Kunci: kontribusi pendapatan, usahaternak domba, keamanan finasial keluarga. ABSTRACT Research has been conducted in rural areas Cikedung District, Indramayu Regency, West Java, with the aim to determine the contribution of sheep farming income in sharing pattern against expenditure of households, as well as its role as a financial securityof the households. Number of respondents were 51 farmer. The contrubution of sheep farming role as a financial security were analyzed with monthly financial cash-flow of householdsfarmer. The results showed that (a) On a scale of 58.19 heads / business unit, the average income of sharing pattern farmer results Rp 10,443,227.00 / business units / year. (b) The amount of the contribution sheepfarming towards household expenditures amounted to 60.11%. (c). Without including the value of sheep farming, financial cash-flow monthly of households is negative, with including the value ofsheep farming, financial cash-flow of households is positive. Sheep are very flexible commodity to be sold to meet the financial needs of families that are suddenly, therefore sheep faming is very effective in ruralareas to act as the financial family security. Keywords: contributions income, sheep farming, family financial security
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
139
Unmas Denpasar
PENDAHULUAN Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang berlangsung selama ini telah menimbulkan ketimpangan ekonomi masyarakat antar wilayah, khususnya desa-kota.Laporan terbaru BPS (Republika, 16 Sept. 2015) menunjukkan kondisi ketimpangan spasial antara desa dan kota yang cenderung makin memburuk, secara nasional angka kemiskinan cenderung meningkat, dengan peningkatan yang lebih besar terjadi di perdesaan (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Indonesia Waktu Pengamatan Desa (orang) Kota (orang) Persentase 17,37 juta 10,36 juta 8,16 September 2014 17,94 juta 10,65 juta 8,29 Maret 2015 570 ribu 290 ribu Kenaikan Potret tingginya kemiskinan di perdesaan ini merupakan resultan dari berbagai kondisi seperti rendahnya kualitas modal SDM dan modal sosial yang makin tergerus modernisasi, physical capitalkualitasnya makin rendah dan kuantitasnya yang makin terbatas, ketidakmampuan mengakses modal keuangan, serta nilai tukar komoditas primer/pertanian yang makin terpuruk terhadap komoditas industri, mempercepat pergerakan ketimpanganspasial yang lebih buruk. Masyarakat perdesaan umumnya melakukan berbagai aktivitas usaha, tidak hanya bekerja di sektor pertaniantapi juga di sektor non pertanian, masing-masing usaha diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan total rumah tangga (Chenyambuga etal, 2014). Bagi masyarakat perdesaan, beternak merupakan peluang yang tersedia sebagai usaha tambahan,untuk menambah pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Kassa et al, 2003). Pendapatan dari usahatani umumnya bersifat musiman sehingga diperlukan waktu tunggu sebelum hasil/pendapatan dapat dinikmati. Selain itu, usahatani banyak mengandung risiko dan ketidakpastian, misalnya gagal panen atau produksi merosot dan lain-lain. Usahaternak domba merupakan alternatif usaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan, bagi masyarakat Kecamatan Cikedung. Kondisi agro-ekosistem yang ada, telah mendukung daerah ini menjadi salah satu sentra budidaya domba terbesar di Kabupaten Indramayu, populasinya mencapai 34.574 ekor(Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu, 2012). Bagi masyarakat miskin yang tidak mampu menyediakan bibit domba sebagai investasi awal, usahaternak dapat dilakukan dengan memelihara domba milik orang lain atau dikenal sebagai penggaduh. Mereka yang mempunyai modal akan membeli domba untuk dipelihara penggaduh. Pemilik modal akan menerima bagian dari nilai tambah usaha sebesar kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya (Ibrahim, dkk, 2013). Pola bagi hasil sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin, sebagai alternatif usaha yang murah dan mudah karena biaya operasional usahaternak, hanya dalam bentuk curahan tenaga kerja keluarga serta memanfaatkan potensi sumberdaya lokal/pakan yang melimpah di perdesaan. Pola gaduhan juga sangat efektif mempertahankan populasi ternak, serta mendukung ekonomi perdesaan (Hendayana, 2001). Sampai saat ini belum banyak diketahui
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
140
Unmas Denpasar
sejauh mana usahaternak domba pola gaduhan ini mampu mendukung ekonomi rumah tangga pemeliharanya, serta perannya dalam mengamankan finansial keluarga peternak. METODE PENELITIAN Jumlah responden penelitian ini sebanyak 51 orang peternak yang mengadopsi pola bagi hasil di kawasan Loyang, Bolang dan Amis Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu. Data dihimpun melalui teknik wawancara mendalam (indepth interview) untuk mendapatkan variabel yang diperlukan. Pendapatan rumah tangga yang diukur terdiri dari pendapatan usahaternak domba, usahatani dan usaha non tani. Kontribusi pendapatan dari usahaternak terhadap pendapatan rumahtangga diukur dengan formulasi berikut : Kust = ( P us/ ∑ Pi) x 100% Dimana : Kust = kontribusi usahaternak terhadap pendapatan keluarga (%) Pus = pendapatan usahaternak domba (Rp/KK/tahun) Pi= pendapatan dari usaha lain, i : jenis usaha 1, 2,.....n (Rp/KK/tahun) Derajat kepentingan pendapatan usahaternak sebagai pengaman finansial rumahtangga peternak diukur dengan membandingkan parameter arus kas (cash-flow) bulanan rumahtangga selama satu tahun, antara cash-flow tanpa dan dengan usahaternak domba. Cash-flow bulanan negatif memberikan indikasi bahwa keuangan rumahtangga sangat rawan, sebalikna bila cash-flow bulanan positif menunjukkan keadaan finansial keluarga sangat aman. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Peternakan Domba di Kecamatan CikedungKabupaten Indramayu Kawasan peternakan Kec. Cikedungmerupakan salah satu sentra pengembangan domba di Indramayu, terdiri Kawasan Loyang, Bolang, dan Amis. Dalam kawasan tersebut dibangun puluhan kandang, dihuni oleh populasi domba sekitar 3.550 ekor. Jenis domba yang dipelihara peternak adalah ekor tipis, dengan karakteristik warna bulu dominan putih.Pemeliharaan bertujuan menghasilkan anak untuk dijual atau dibesarkan sebagai penghasil daging. Oleh karena itu populasi terbanyak yang dipelihara adalah domba betina dewasa, sekitar 75,25%, sisanya adalah domba pejantan, muda dan anak.Rasio domba jantan dan betina di wilayah tersebut adalah 1:14 ekor, hal ini sesuai dengan pendapat Muktiani (2011), yang menyatakan bahwa perbandingan jantan dan betina yang baik dalam satu kelompok adalah 1:20-25 ekor. Sistem pemeliharaan domba di kawasan seluruhnya digembalakandi areal perkebunan tebu PG Jatitujuh, mulai jam 10.00 s.d. soredan dikandangkan pada malam hari. Model kandang yang dibangun di kawasan semuanya kandang panggung tipe koloni, ukuran luas rata-rata adalah 36,84 m2/kandang, diisi domba rata-rata sebanyak 58,20 ekor. Luas kandang tersebut sangat cukup memadai untuk menampung domba yang ada, menurut Harianto, dkk., (2012) kebutuhan rata-rata luas kandang tipe koloni adalah 0,5-0,75 /ekor. Kandang
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
141
Unmas Denpasar
panggung tipe koloni sangat baik dalam pengendalian penyakit, karena kandang bersih dan kering (Rubiono, 2006). Karakteristik Peternak Karakteristik peternak ditinjau dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagian besar usia peternak termasuk usia produktif(84,31%), sedangkan usia yang kurang produktif relatif lebih sedikit, dengan rata-rata pengalaman beternak sebagian besar lebih dari 5 tahun. Tabel 2. Karaktareistik Peternak Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Beternak, dan Tanggungan Keluarga No Karakteristik Jumlah -----Orang---------%----1 Umur (tahun) a. 15-65 43 84,31 b. >65 8 15,69 2 Pendidikan a. Tidak sekolah 12 24,59 b. SD 34 67,21 c. SMP 2 3,28 d. SMA/sederajat 3 4,92 3 Pengalaman beternak (tahun) a. <1 5 9,80 b. 1-5 17 33,33 c. > 5 29 56,86 4 Tanggungan Keluarga (Jiwa) a. Tidak ada tanggungan 5 9,80 b. 1 32 62,75 c. 2 10 19,61 d. 3 2 3,92 e. 4 2 3,92 Pendidikan peternaksebagian besar tamat (67,21%) dan tidak lulus (24,59%)sekolah dasar, sedangkan yang berpendidikan SLTA hanya 3 orang (4,92 %).Kondisi pendidikan seperti ini pada umumnya kurang kondusif bagi pengembangan inovasi peternakan. Keragaan Usahaternak Domba di Kecamatan Cikedung, Indramayu Dalam struktur biaya dan pendapatan usahaternak domba (Tabel 3) terlihat jelas bahwa budidaya masih bersifat tradisional, dengan karakter biaya pakan tambahan relatif kecil, sedangkan biaya tenaga kerja cukup besar (88,85% atau sebesar Rp 14.775.457/unit usaha). Namun karena tenaga kerja sepenuhnya berasal dari tenaga kerja keluarga, maka biaya tersebut tidak dibayarkan ke pihak lain, tapi menjadi pendapatan keluarga sebagai family labor income. Nilai family labor incomeini sebagian besar merupakan upah bagi peternak yang telah menggembalakan ternaknya.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
142
Unmas Denpasar
Tabel 3.Struktur Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan pada Usahaternak Domba Pola Bagi Hasil di Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu Jawa Barat No
Komponen
Tunai
Tidak Tunai
Total
-----Rupiah/UU/tahun ----A
B
C D E F
Penerimaan Penjualan Ternak 9.946.721 Nilai Konsumsi Ternak Penjualan Feses 187.295 Perubahan Nilai Ternak Penerimaan Total 10.134.016 Biaya Tetap Penyusutan Kandang 487.393 Penyusutan Peralatan 28.893 Sewa Lahan 10.164 Total Biaya Tetap 526.450 Biaya Variabel Pakan Tambahan 1.003.279 Tenaga Kerja Keluarga Perbaikan kandang 243.033 Kesehatan Ternak 80.538 Total Biaya Variabel 1.326.850 Biaya Total 1.853.300 Net Farm Income Family Labor Income Potensi Family Income Pendapatan Keluarga dari Pola Bagi Hasil Ternak Domba
%
113.115 12.492.623 12.605.738
22.739.754
43,74 0,50 0,82 54,94 100,00
-
526.450
2,90 0,17 0,06 3,00
14.775.457 14.775.457 14.775.457
16.102.307 16.628.757 6.110.997 14.775.457 20.886.454
6,03 88,85 1,46 0,48 97,00 100,00
14.775.457
10.443.227
Catatan : Jumlah pemeliharaan = 58,18 ekor/unit usaha
Sebagai usaha tambahan selain usahatani atau non tani, usahaternak domba mempunyai potensi besar sebagai usaha pokok, dengan potensi family income sebesar Rp 20.886.454/unit usaha/tahun, khususnya bila domba yang dipeliharanya milik sendiri. Namun pada kasus pola gaduhan, pendapatan tersebut harus dibagi hasil dengan pemilik modal/investor dengan perbadingan 50 : 50, sehingga pendapatan sebagai family income yang dapat dinikmati keluarga hanya sebesar Rp 10.443.227/unit usaha/tahun. Pendapatan usahaternak sangat ditentukan oleh jumlah penjualan domba (anak, muda, dewasa) pada kurun waktu tertentu. Semakin banyak penjualan, akan semakin besar penerimaan usaha. Disamping itu, pendapatan usahaternak ditentukan pula oleh besarnya jumlah pemilikan induk yang dipelihara. Usahaternak domba di pedesaan umumnya bertujuan untuk pembibitan, sehingga faktor pemilikan induk merupakan faktor utama sebagai penghasil anak, pada akhirnya mempengaruhi besarnya penjualan dan pendapatan usahaternak (Priyanto dan Adiati, 2008).
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
143
Unmas Denpasar
Bagi Hasil Usahaternak Domba Investor (pemilik modal) menjadi bagian penting dalam menjaga kelangsungan budidaya domba di kawasan Cikedung, mereka menyediakan modal yang diperlukan untuk menyelenggarakan usahaminimal Rp 60.000.000/unit usaha untuk pemeliharaan sekitar 40 ekor domba betina dewasa. Peternak sebagai penggaduh melakukan pemeliharaan dengan menyediakan seluruh kebutuhan operasional usaha. Sehubungan dengan biaya operasional yang harus dibayar tunai relatif kecil, karena input utama pakan diperoleh dari sumberdaya alam secara lokal (rumput di kebun tebu) maka secara praktis peternak hanya menyediakan tenaga kerja sebagai korbanan yang dikontribusikan terhadap usaha, dalam bentuk tenaga kerja menggembalakan ternak dan tenaga kerja pengelolaan kandang. Ketentuan bagi hasil mengikuti pola yang sudah berlangsung di masyarakat, yaitu pembagian hasil dari nilai tambah anak yang dijual, 50% untuk penyedia modal dan 50% untuk pemelihara (peternak). Pembagian hasil tersebut dilakukan pada setiap penjualan ternak yang dilakukan peternak. Pada skala pemeliharaan sebanyak 58,19 ekor/unit usaha, kegiatan usaha mampu memperolah pendapatan rata-rata sebesar Rp 20.886.454/unit usaha/tahun. Dari jumlah pendapatan ini, peternak akan mendapatkan family income sebesar Rp 10.443.227, sebagai pendapatan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Pendapatan Rumah Tangga Peternak Sebagian besar pekerjaan pokok masyarakat di Kawasan Peternakan di Cikedung adalah bertani, sebagai buruh tani atau menggarap lahan milik sendiri, yang luasnya relatif kecil. Rata-rata pendapatan dari seluruh kegiatan usaha, disajikan pada Tabel4. Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Peternak Domba Pola Gaduhan No Sumber Pendapatan Nilai (Rp/KK/Tahun) 1
Usahaternak domba
2
Usahatani
3
Usaha non tani Total
%
10.443.227
60,11
6.715.033
38,65
216.393
1,24
17.374.653
100,00
Dibandingkan dengan pendapatan dari kegiatan usaha lain, pendapatan dari usahaternak domba relatif lebih besar, mencapai 60,11% dari total pendapatan keluarga. Pada posisi ini menurut Soehadji (1994), kegiatan usaha campuran telah menempatkan usahaternak domba gaduhan sebagai cabang usaha. Namun bila peternak sebagai pemilik ternak (non gaduhan/mandiri), usahaternak domba ini sudah dapat menjadi usaha pokok, yang berkotribusi lebih besar dari 70% terhadap total pendapatan keluarga. Pola pengeluaran rumahtangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran alokasi pendapatan.Pengeluaran rumahtangga adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota keluarga, baik konsumsi pangan maupun non Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
144
Unmas Denpasar
pangan.Dengan asumsi seluruh pendapatan keluarga habis dikonsumsi untuk berbagai keperluan termasuk tabungan keluarga, maka rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk pangan sebesar Rp 8.533.143/KK/tahun, sedangkan untuk non pangan Rp 8.841.510/KK/tahun. Peran Usahaternak Domba Sebagai Pengaman Finansial Peran usahaternak domba sebagai pengaman finansial keluarga dapat dilihat dari arus kas (cash flow) finansial bulanan rumah tangga peternak, karena cash-flowdapat digunakan untuk melihat liquiditas keuangan rumah tangga. Pada penelitian ini cash flow dibuat perbulan dalam jangka waktu setahun. Cash-flow rumah tangga peternak dapat dilihat pada Tabel 4 (tanpa usaha ternak) dan Tabel 5 (dengan usaha ternak domba). Usahatani sifatnya musiman oleh karena itu penerimaan hanya dapat diperoleh pada setiap musim panen, yaitu bulan Oktober dan April. Berdasarkan Tabel4,apabila peternak mengandalkan pendapatan dari usahatani dan usaha non tani semata, ternyata pendapatan keluarga tidak mencukupi untuk memenuhi total pengeluaran keluarga, sehingga arus kas akhir rumahtangga selalu bernilai negatif, artinya keuangan keluarga tidak sehat. Pengeluaran rumahtangga setiap bulannya berbeda-beda, pengeluaran paling besar pada saat akan musim tanam dan pada hari khusus seperti musim sekolah dan hari raya. Pada saat menghadapi musim tanam pengeluaran relatif meningkat, untuk pembiayaan usahatani. Cara yang paling mudah untuk menutup kebutuhan tersebut adalah dengan menjual ternak yang dipeliharanya. Tabel 5 menyajikan arus kas rumahtangga peternak dengan menyertakan pendapatan dari usahaternak. Pendapatan dari usahaternak domba ternyata dapat menutupi pengeluaran rumah tangga, sehingga saldo kas akhir setiap bulan bernilai positif. Hal tersebut menunjukkan keuangan rumah tangga peternak sangat sehat, mampu menutup seluruh kewajibannya. Fleksibilitas komoditas domba pada berbagai usia dapat dijual, memudahkan peternak untuk menjual dombanya untuk menutupi posisi arus kas bulanan negatif. Dengan demikian bagi peternak penggaduh, memelihara domba merupakan cadang usaha sebagai sumber pendapatan keluargadan mempunyai peran besar dalam mengamankan finansial keluarga sepanjang tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Bagi masyarakat di perdesaan Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, memelihara domba merupakan cabang usaha, selain bekerja di sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Kontribusi pendapatan dari usahaternak domba sangat besar, melebihi pendapatan dari usahatani. Fleksibilitas dalam menjual domba pada berbagai usia domba dan pada waktu yang diperlukan, merupakan keunggulan usahaternak dombadalam memenuhi kebutuhan dana tunai pada saat dibutuhkan. Menyertakan pendapatan dari usahaternak domba pada struktur cash-flow rumahtangga peternak penggaduh, menyebabkan neraca cashflow bulanan menjadi positif. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa memelihara/usahaternak domba bagi peternak penggaduh di perdesaan sangat efektif untuk mengamankan kebutuhan finansial keluarga.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
145
Unmas Denpasar
DAFTAR PUSTAKA Chenyambuga, S.W., M. Jackson., E.E. Ndemanisho and D.M. Komwihangilo. 2014. Profitability and Contribution of Smallholder Farmers in Babati ang Kongwa District,Tanzania. Livestock Reserach for Rural Development. 26 (2) 2014. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu. 2012. Data Ternak Tahunan Kabupaten Indramayu. Indramayu. Harianto, B dan Tim Penulis MT Farm, 2012. Bisnis Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka. Jakarta Hendayana, R. 2001. Kinerja dan Persfektif Kemitraan dalam Mendukung Pengembangan Agribisnis dalam Usahaternak Domba. Kasus Kemitraan dalam Usahaternak Domba di Kabupaten Garut Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Ibrahim, J.T., Sutawi dan Jayus, 2013. Analisis Kinerja Program Pengembangan Usaha Sapi Potong Pola Gaduhan Sistem Revolving. Agrise. Vol. XIII. No 2. Mei 2013. Isbandi dan D. Priyanto. 2004. Sumbangan Subsektor Usahaternak domba Dalam MendukungEkonomi Rumah Tangga di Desa Pasiripis dan Tegalsari, Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor. 314-322. Kassa, H., R.W. Blake and C.F. Nicholson. 2003. The Crop-Livestock Subsystem and Livelihood Dynamics in the Harar Highland of Ethiopia. J.Sustain Agric. 20(3): 74. Muktiani. 2011. Sukses Dengan Penggemukan Domba. Yogyakarta. Pustaka Baru Press. Priyanto, D., dan U. Adiati. 2008. Analisis Faktor-faktor Usahaternak Domba Dalam Mendukung Pola Diversifikasi Usahatani di Pedesaan. Prosiding : Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterniner. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 565-571. Rubiono, B.E. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan dan Perawatan Domba dan Kambing. Temu Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Soehadji, 1994. Membangun Peternakan Tangguh. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016