SNI : 01- 6483.2 - 2000
Standar Nasional Indonesia
Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar
DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1
Ruang lingkup.................................................................................................... 1
2
Acuan.................................................................................................................. 1
3
Deskripsi ............................................................................................................ 1
4
Istilah .................................................................................................................. 1
5
Klasifikasi........................................................................................................... 2
6
Persyaratan produksi ........................................................................................ 2
7
Cara pengukuran dan pemeriksaan................................................................. 3
Pendahuluan Standar benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) kelas benih sebar disusun sebagai upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance) mengingat produk ini banyak diperdagangkan serta sangat berpengaruh terhadap produksi kegiatan budidaya yang dihasilkan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu. Standar benih ikan patin siam kelas benih sebar diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) sebagai pihak yang berwenang mengkoordinasikan standar sesuai dengan Keppres RI No. 13 tahun 1997. Standar ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen benih, penangkar dan instansi yang memerlukan serta digunakan untuk pembinaan mutu dalam rangka sertifikasi.
1
Ruang lingkup
Standar benih ikan patin siam kelas benih sebar meliputi : deskripsi, istilah, klasifikasi dan persyaratan berdasarkan kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan.
2
Acuan
Penyusunan standar produksi ikan patin siam kelas benih sebar ini menggunakan acuan dari : a) Keputusan Menteri Pertanian No. 26/Kpts/OT.210/I/98 tentang Pedoman Pengembangan Perbenihan Perikanan Nasional dalam konsiderans. b) Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (Pedoman 8 tahun 2000). c) Data dan informasi teknis dari pihak dan instansi terkait yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan), Perguruan Tinggi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan. d) Hasil penelitian dan perekayasaan benih ikan patin siam oleh UPT Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan UPT Direktorat Jenderal Perikanan.
3
Deskripsi
Benih ikan patin siam kelas benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi syarat mutu kelas benih sebar. Benih sebar ikan patin siam kelas benih sebar terdiri dari larva (ukuran 0,10 inci -0,20 inci), benih ukuran 0,75 inci, benih ukuran 1 inci -2 inci (hasil pendederan II di akuarium/bak) dan benih ukuran 2 inci -3 inci (hasil pendederan II di kolam). Benih ikan patin siam memiliki sifat kanibal terutama pada hari kedua sampai dengan ketiga. Benih ikan patin siam bersifat fototaksis positif dan memiliki alat pernapasan tambahan berupa aborescen yang mulai terbentuk pada umur 12 hari-15 hari sehingga dapat mengambil oksigen bebas dari udara dan bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen.
4
Istilah
a) Induk Pokok (Parent Stock, PS) adalah induk keturunan pertama dari induk dasar. b) Larva ikan patin siam adalah fase atau tingkatan benih ikan sejak telur menetas sampai organ tubuhnya sempurna yaitu . c) Pemeliharaan larva (P I) adalah pemeliharaan dari tingkat larva ukuran 0,10 inci 1 dari 4
0,20 inci sampai ke tingkat benih ukuran 0,75 inci. d) Pendederan kedua (P II di akuarium/bak) adalah pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 0,75 inci sampai ke tingkat benih ukuran 1 inci -2 inci. e) Pedederan kedua (P II di kolam) adalah pemeliharaan benih dari tingkat benih ukuran 0,75 inci sampai ke tingkat benih ukuran 2 inci - 3 inci. f) Sintasan adalah persentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen dari jumlah ikan yang ditebar. g) Fototaksis positif adalah perilaku larva yang respon terhadap cahaya.
5
Klasifikasi
Benih ikan patin siam kelas benih sebar digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan mutu berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantitatif.
6 6.1.
Persyaratan produksi Kriteria kualitatif
6.1.1. Larva a) Asal : hasil pemijahan induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan. b) Warna: tidak berwarna, tubuh transparan c) Bentuk tubuh: organ tubuh belum sempurna d) Gerakan /perilaku : berenang vertikal,lincah, fototaksis positif dan bergerombol. 6.1.2. Benih P I a) Asal : larva berumur 2 hari, hasil pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan. b) Warna : hitam keabuan di bagian kepala dan tengah badan (sejajar Ll), serta putih keperakan di bagian perut, punggung dan ekor. c) Bentuk tubuh : seperti ikan dewasa. d) Gerakan/perilaku : aktif, berenang horizontal. 6.1.3. Benih PII a) Asal : benih berumur 15 hari, hasil pemijahan induk pokok antara induk jantan 2 dari 4
dan induk betina bukan satu keturunan. b) Warna : hitam keabuan bagian kepala dan punggung serta putih keperakan dibagian perut. c) Bentuk tubuh :seperti ikan dewasa. d) Gerakan /perilaku : aktif, berenang horizontal . 6.1.4. Benih P II a) Asal : benih berumur 15 hari, hasil pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan. b) Warna : hitam keabuan bagian kepala dan punggung serta putih keperakan dibagian perut. c) Bentuk tubuh : seperti ikan dewasa d) Bentuk mata : mata bulat menonjol e) Gerakan/perilaku : aktif berenang vertikal dan horizontal. 6.2. Kriteria kuantitatif Kriteria kuantitatif benih ikan patin siam kelas benih sebar (lihat Tabel 1) Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan patin siam
No
Kriteria
Satuan
Larva
Benih P1
1. 2. 3. 4. 5.
Umur maksimal Panjang total Bobot minimal Keseragaman ukuran Keseragaman warna
hari inci gram % %
2 0,1 - 0,2 90 100
15 0,75 0,025 75 98
7
Benih P II Akuarium, kolam bak tanah 36 45 1,0 -2,0 2,0 - 3,0 1,0-3,0 3,0 - 4,0 75 75 98 99
Cara pengukuran dan pemeriksaan
7.1. Cara menentukan umur. Umur dihitung sejak telur menetas. 7.2. Cara mengukur panjang total. Cara mengukur panjang total dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai ujung sirip ekor menggunakan alat pengukur penggaris atau jangka sorong yang dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter.
3 dari 4
7.3. Cara mengukur bobot tubuh Cara mengukur bobot tubuh adalah menimbang ikan menggunakan timbangan analitik yang dinyatakan dalam satuan gram atau miligram. 7.4. Cara memeriksa kesehatan ikan a) Pengambilan contoh untuk pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan secara acak sebanyak 10 % dari populasi atau maksimal 30 ekor ikan baik pengamatan secara visual maupun mikroskopik. b) Pengamatan visual : dilakukan untuk pemeriksaan adanya gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan. c) Pengamatan mikroskopik : dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium uji. 7.5. Cara menguji respon a) Dengan mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak berenang melawan arus. b) Dengan memberikan pakan di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat sangat responsif terhadap pemberian pakan. c) Dengan memberikan rangsangan gangguan pada wadah pemeliharaan atau penampungan benih yang sehat akan bergerak reflek menyebar dengan cepat.
4 dari 4