SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE
STANDARDISASI o o o o o o o
BSN membentuk KOMTEK untuk merumuskan SNI Perumusan SNI selaras dengan Standar Internasional (adopsi identik atau modifikasi) SNI dapat dirumuskan tidak selaras dengan standar internasional (untuk kepentingan nasional) hasil perumusan KOMTEK berupa Rancangan SNI Jajak Pendapat terhadap RSNI untuk masukan dari masyarakat RSNI ditetapkan sebagai SNI oleh BSN SNI dipublikasikan melalui SISPK
2
(UU 20 tahun 2014: pasal 13 – pasal 19)
SNI Pangan
Secara historis SNI pangan berasal dari 3 standar, yaitu Standar Industri Indonesia (SII), Standar Perdagangan, dan Standar Pertanian.
Sekarang ini standar sudah menjadi instrumen dalam perdagangan bebas, dalam bersaing dengan lainnya di dunia
SNI dan regulasi bidang pangan diharapkan dapat diperkuat
Dalam penyusunan dan penerapannya diperlukan sinergi yang baik antar lembaga
SNI Produk Pangan
SNI mutu pangan sekarang banyak mengacu pada Codex standard, yaitu standar internasional yang banyak diacu atau diadopsi negara2 di dunia
Kodex mengelompokkan standar ke dalam: (1) Codex Stan (standar mutu); (2) CAC/GL (guidelines); (3) CAC/RCP (recommended code of practice).
Unsur yang Menentukan SNI
Usulan awal
Konseptor
Anggota KOMTEK
Stakeholders (instansi terkait, pelaku usaha, konsumen)
Penetapan Judul SNI Produk
Penetapan judul SNI disesuaikan dengan produk yang akan distandarkan.
Kadang2 masih terjadi judul tidak tepat. Misal nama dagang diangkat menjadi judul.
Judul SNI revisi tidak perlu sama jika judul awal setelah dievaluasi kurang tepat.
Komponen SNI Produk
SNI produk terdiri dari 2 komponen yaitu: 1. Persyaratan mutu 2. Metode uji
Kedua komponen ini menentukan dalam implementasi SNI, terlebih lagi jika SNI akan diwajibkan.
Persyaratan mutu biasanya terpisah dari metode uji (SNI berbeda)
Standar Mutu
Standar mutu ditetapkan melalui pemeriksaan mutu produk di laboratorium.
Pemeriksaan produk di laboratorium memerlukan metode uji yang mengacu pada metode uji resmi (official)
Penetapan Persyaratan Mutu Produk
Penetapan persyaratan mutu biasanya disesuaikan dengan persyaratan yang berlaku global, karena dipakai dalam perdagangan. Umumnya jenis persyaratan dasar adalah sama, sedangkan nilainya disesuaikan dengan kondisi masing2 negara Persyaratan mutu tambahan dapat dimasukkan tetapi dengan petimbangan jangan sampai memberatkan pelaku usaha atau persyaratan baru menimbulkan permasalahan dalam penerapannya.
Metode Uji Pangan
Metode uji dituangkan dalam standar metode uji yang mengacu pada metode uji resmi (official) yang sudah diakui secara internasional.
Metode uji dikembangkan BSN dengan mengadopsi standar internasional ISO.
Karena standar ISO masih terbatas jumlahnya, maka metode resmi lainnya yang sudah diakui negara2 di dunia digunakan sebagai acuan, seperti AOAC, AOCS, AACC, dll.
Metode Uji Pangan
Metode uji lebih komplek dibanding dengan SNI metode2 uji komoditas lainnya (logam, kimia, dll)
Komoditas pangan sangat bervariasi sehingga masing2 banyak yang memerlukan metode persiapan contoh dan metode uji yang ber-beda2
Metode2 official yang sudah terkaji menjadi acuan baku bagi negara2 di dunia, sehingga penggunaan metode uji konvensional sering dipermasalahkan
Kendala Metode Uji Pangan
Pencantuman acuan dalam SNI yang tidak jelas (terutama SNI2 lama) sering menimbulkan kerancuan dalam penerapan
Masih ditemui perbedaan2 metode uji dalam SNI yang dikeluarkan instansi yang berbeda
Dalam penyusunan dan penerapan SNI masih dijumpai resistensi dari lab yang sudah terbiasa dengan menggunakan metode konvensional
Solusi
Menerapkan metode uji yang sama, yaitu official methods yang sudah diadopsi oleh CAC dan negara2 di dunia
Merevisi metode2 uji yang tidak jelas sumbernya
Keterbukaan antara lab uji mengenai metode yang digunakannya
Acuan Metode Uji
ISO
BS
Codex Stan 234-199
EN
CAC/RM
ASTA
AOAC International
IFUMA
AOCS International
IUPAC
AACC International
ASBC
ICUMSA
EBC
NMKL
ICC
IDF
APHA AWWA
TERIMA KASIH