Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan
i
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan Pendahuluan Bahan makanan khususnya yang berasal dari hewan mempunyai sifat mudah rusak. Kerusakan tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan yang terjadi, baik di dalam bahan itu sendiri maupun adanya kerusakan dan pencemaran dari luar. Agar manfaat bahan makanan ini bisa berkelanjutan bagi kehidupan manusia dan terjangkau daya beli masyarakat, maka diperlukan langkah-langkah pengamanan terhadap bahan makanan dimaksud sehingga menghasilkan bahan makanan yang sehat, aman, utuh dan halal serta dapat diterima oleh konsumen sesuai seleranya. Disamping itu pada era globalisasi saat ini, produk hasil peternakan kita dituntut untuk mampu bersaing bukan saja di dalam negeri (dengan produk impor) akan tetapi juga terutama untuk merebut pasar internasional. Konsumen di dalam dan di luar negeri dewasa ini semakin menuntut persyaratan mutu yang terjamin baik. Persyaratan produk yang bebas residu (residu free) baik terhadap bahan hayati, bahan kimia, pestisida, logam berat, antibiotika, hormon dan obat-obatan lainnya maupun terhadap cemaran mikroba yang dapat menularkan penyakit serta memiliki kualitas yang baik, akan dapat terpenuhi apabila terdapat pengawasan yang ketat sejak dari teknik pembudidayaan, pemberian pakan dan obat-obatan, proses pengolahan, penanganan pasca panen, penyimpanan dan pendistribusiannya sampai ke konsumen. Persyaratan mutu tersebut harus jelas didefinisikan yang kemudian disusun berdasarkan konsensus dan prosedur menjadi spesifikasi teknis atau dokumen baku yang dinamakan standar. Dalam rangka upaya melindungi kesehatan konsumen terhadap hal-hal diatas, telah diterbitkan 3 (tiga) Surat Keputusan Menteri Pertanian yaitu: a) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Peternakan dankesehatan Hewan. b) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Mayarakat Veteriner. c) Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 91/Kpts/KP.150/2/1993 tanggal 3 Pebruari 1993 tentang Pembentukan Tim Penyusunan Ambang Batas Cemaran Mikroba dan Residu Didalam Bahan Makanan Asal Hewan; ii
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 d) Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 110/Kpts/OT.210/1993 tanggal 19 Pebruari 1993 tentang Penunjukan Laboratorium Pengujian Cemaran Mikroba dan Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan; e) Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 466/Kpts/OT.210/6/1994 tanggal 9 Juni 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pengujian Mutu Produk Peternakan. Untuk menetapkan ambang batas cemaran mikroba dan residu dalam bahan makanan asal hewan (daging, susu dan telur) telah dilakukan pertemuanpertemuan teknis dan pengumpulan data di lapangan oleh Tim Penyusunan Ambang Batas Cemaran Mikroba dan Residu, sehingga berhasil disusun nilai ambang batas untuk 9 (sembilan) jenis cemaran mikroba dan 314 (tiga ratus empat belas) jenis residu. Batas maksimum cemaran mikroba dinyatakan dalam satuan “Coloni Forming Unit per gram” (CFU/gr). Batas maksimum residu dinyatakan dalam satuan miligram per kilogram (mg/kg). Tujuan standar adalah : a) Untuk memberikan perlindungan kepada konsumen dan masyarakat terutama dalam aspek keamanan dan kesehatan; b)
Mewujudkan jaminan mutu dari bahan makanan asal hewan;
c)
Mendukung perkembangan agroindustri dan agrobisnis.
Prinsip yang disepakati dalam penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu yaitu didasarkan atas beberapa pustaka dari organisasi internasional FAO dan WHO (Codex Alimentarius Commission) serta standar negara-negara lain seperti Amerika Serikat (Food and Drugs Administration), Jepang, Masyarakat Ekonomi Eropah (MEE) dan pustaka lain yang telah dipublikasikan. Untuk kemudian beberapa nilai batas tersebut dibandingkan dengan pengalaman maupun hasil penelitian di lapangan yang dilakukan oleh Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) dan Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BPMSOH).
iii
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 Daftar Isi
Halaman Pendahuluan Daftar Isi .................................................................. i Judul ........................................................................... 1 1 Ruang Lingkup ..............................................1 2 Definisi ......................................................... 1 3 Klasifikasi ......................................................... 2 4 Persyaratan ......................................................... 2 5 Cara Pengambilan Contoh ...................................2 6 Cara Pemeriksaan .............................................. 2
iv
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Batas Maksimum Residu Dalam Bahan Makanan Asal Hewan
1
Ruang Lingkup
Standar ini meliputi definisi, klasifikasi, batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu, cara pengambilan contoh dan cara pemeriksaan.
2
Definisi
Definisi yang dipergunakan adalah : a) Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat, baik yang dipeligara maupun yang hidup secara liar. b) Bahan makanan asal hewan adalah semua produk peternakan yang belum mengalami proses lanjutan. d) Residu obat atau bahan kimia adalah akumulasi obat atau bahan kimia dan atau metabolitnya dalam jaringan atau organ hewan setelah pemakaian obat atau bahan kimia untuk tujuan pencegahan/pengobatan atau sebagai imbuhan pakan untuk pemacu pertumbuhan. e) Batas Maksimum Residu (BMR) adalah konsentrasi residu maksimum (mg/kg atau microgram/kg) yang diizinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam bahan makanan asal hewan. f) Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) adalah jumlah jasad renik/mikroba maksimum (CFU/gr) yang diizinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam bahan makanan asal hewan. g) Daging adalah bagian-bagian dari hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan. h) Susu adalah cairan yang diperoleh dari ambing ternak perah sehat, dengan cara pemerahan yang benar, terus menerus dan tidak dikurangi sesuatu dan/atau ditambah ke dalamnya sesuatu bahan lain.
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 i)
Telur adalah telur unggas.
3
Klasifikasi
Batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan digolongkan dalam satu tingkatan mutu.
4
Persyaratan
Batas maksimum cemaran mikroba dan batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan seperti tercantum pada tabel 1, 2, 3 dan 4.
5
Cara Pengambilan Contoh
Mengacu kepada cara yang direkomendasikan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC) atau cara statistika lain yang telah dipublikasikan.
6
Cara Pemeriksaan
Mengacu pada cara yang direkomendasikan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC), Assosiation of Official Analytical Chemist (AOAC) atau cara lain yang telah dipublikasikan.
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 Tabel 1 Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada daging (dalam satuan CFU/gram) Batas Maksimum Cemaran Mikroba ( B M CM ) Daging Segar/Beku Daging Tanpa Tulang
Jenis Cemaran Mikroba
1 x 104 1 x 102 5 x 101 1 x 102 1 x 102 0 negatif 0 0
a) Jumlah Total Kuman (Total Plate Count) b) Coliform c) Escherichia coli (*) d) Enterococci e) Staphylococcus aureus f) Clostridium sp g) Salmonella sp (**) h) Camphylobacter sp i) Listeria sp Keterangan: (*) : dalam satuan MPN/gram (**) : dalam satuan kualitatif
1 x 104 1 x 102 5 x 101 1 x 102 1 x 102 0 negatif 0 0
Tabel 2 Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada susu (dalam satuan CFU/gram atau ml) Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) Jenis Cemaran Mikroba
a) Jumlah Total (Total Plate Count) b) Coliform c) Escherichia coli (patogen) (*) d) Enterococci e) Staphylococcus aureus f) Clostridium sp g) Salmonella sp (**) h) Camphylobacter sp i) Listeria sp
Susu Segar
Susu Pasteurisasi
Susu Bubuk
Susu Steril/UHT
1 x 106 2 x 101 0 1 x 102 1 x 102 0 negatif 0 0
< 3 x 104 <0 , 1 x 1 0 1 0 1 x 102 1 x 101 0 negatif 0 0
5 x 104 0 0 1 x 101 1 x 101 0 negatif 0 0
< 10/0,1 0 0 0 0 0 negatif 0 0
Keterangan : (*) : dalam satuan MPN/gram atau ml (**) : dalam satuan kualitatif
Tabel 3 Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum cemaran mikroba pada telur (dalam satuan CFU/gram) Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) Jenis Cemaran Mikroba
a) Jumlah Total Kuman (Total Plate Count) b) Coliform c) Escherichia coli (*) d) Enterococci e) Staphylococci aureus f) Clostridium sp g) Salmonella sp (**) h) Camphylobacter sp i) Listeria sp
Telur Segar
Telur Tepung/Kering
Telur Beku
1 x 105
< 2 ,5 x 1 0 3
< 2 ,5 x 1 0 3
< 1 x 102 1 x 101 <1 x 1 0 2 <1 x 1 0 2 0 negatif 0 0
<1 x 1 0 1 1 x 101 <1 x 1 0 1 0 0 negatif 0 0
<1 x 1 0 1 1 x 101 <1 x 1 0 1 1 x 101 0 negatif 0 0
Keterangan: (*) : dalam satuan MPN/gram (**) : dalam satuan kualitatif
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 Tabel 4 Spesifikasi persyaratan mutu batas maksimum residu dalam bahan makanan asal hewan (dalam satuan mg/kg) No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
Jenis residu dan metabolit 2-Acetyl-amino5-nitrothiazole 2-Cyclopropionamino-4,6-diamino-1,3,5-triazine 2-(M-chlorophenoxy) propionic acid 2-(4-Tert-butoxyphenoxy) isoprophyl 2, 2-DPA 2, 4 D dan metabolit 3, 5-Dinitrobenzamide 3, 5-Dinitro-o-toluamide Abamektin (Avermektin BLa) Acepat dan metabolit Aciflourpan dan metabolit Acinothrosol Aclomide Aflatoksin Albendazole (2-aminosulfon-1) Aldicarb Aldrin Amiton Amitoxe Amitraz Amoksilin Ampisilin Amprolium Apramisin Arsen Atrazine Avorpasin Azamethiphos Azaperon (Azaperol) Azinphosphomethyl Basitrasin Bendiocarb Benomyl Bentazon dan metabolit Benzilpenisillin
Daging 0 ,1 0 ,2 0 ,0 5 0 ,1 0 ,2 0 ,0 5 0 ,0 2 2 ,0 0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 0 ,0 2 0 ,1 0 ,0 1 0 ,2 0 ,0 0 2 0 ,0 0 2 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 0 ,5 0 ,0 2 0 ,2 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,1 0 ,5 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 5
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur
Susu
0 ,1 0 ,0 5
0 ,0 5
0 ,1 0 ,0 1
0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 1
0 ,0 2
0 ,1 0 ,0 0 2
0 ,0 0 1 0 ,1 0 ,0 1 0 ,0 0 6 0 ,0 0 2
0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 0 ,5
0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,0 1
0 ,0 5
0 ,0 5
0 ,0 5 0 ,1
0 ,5 0 ,0 5 0 ,1
0 ,0 0 1 5
0 ,0 1
0 ,1 0 ,5
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
No . 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80.
Jenis residu dan metabolit B HC Bifenthrin Bromofosethil Bromoxynil Bromsalans Brotianide Buquinolate Butacarb Cacodylic acid Captan Captofol Carazolol Carbaryl Carbendazim Carbomisin Carbopenotion Carboxine Cephapirin Cepkuinom Chloramfenikol Chlordan Chlordimeform Chlorfentizenil Chlorhexidine Chlormequat Chlorobenzilate Chlorofluazuron Chlorometiuron Chloroneb Chlorpenvipose Chlorpyrifase methyl dan metabolit Chlorsulfuron Cimiazole Clenpirin Clindamisin Clopyralid Crotoxiphose Crufomate Cyfulthrin Cyhalothrin Cyhexatin Sipermetrin Cyromazine Dalapon Daminozide
Daging 0 ,3 0 ,1 3 ,0 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 1 ,0 0 ,7 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 0 5 0 ,1 0 ,1 0 1 ,0 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,3 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 0 1 0 ,1 0 ,5 0 ,1 0 ,2 0 ,2 0 ,2 0 ,1 0 ,3 0 ,1 2 ,0 0 ,0 1 0 ,2 0 ,0 2 1 ,0 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,2 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,2 0 ,2
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur 0 ,3
Susu 0 ,3
1 ,0 0 ,0 5 0 ,1
0 ,1
0 ,1
0 ,1 0 0 ,1
0 ,1 0 ,1 0 0 ,0 0 4
0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 0 1 0 ,1
0 ,0 1 0 ,0 0 2 0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 5
0 ,1 0 ,2 0 ,2 0 ,0 5
0 ,0 0 8 0 ,0 1
0 ,1 0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,0 1
0 ,0 5
0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,0 5
0 ,2
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 No . 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 82. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. 105. 106. 107. 108. 109. 110. 111. 112. 113. 114. 115. 116. 117. 118. 119. 120. 121. 122. 123. 124. 125. 126.
Jenis residu dan metabolit Dapson DDT dan Metabolit Decoquinate Deltamethrin Dialdrin Dialifor dan oxygen analog Diazinon Dicamba Dichlorvos Chinometionat Difenzoquate Diflubenzuron Dikloksasilin Dimethipin Dimetoate dan oxygen anlog Dimetridazol Dioxation Diphenamide Diphenylamine Dipropylisocinchromeronate Diquat Disulfotune (Demeton) Diuron Dodine Doksisikl Endosulfan Endrin Enrofloksasin Eritromisin Estradiol benzoat Estradiol monopalmitate Ethalfluralin Ethephon Ethion dan oxygen analog Ethopabate Ethoxyquine Etofumesate dan metabolit Etridazole Famphur Fenamiphos Fenarimol Fenbantel Fenbendazole dan metabolit Fenchlorpose Fenitrotion Fenridiazon
Daging
Telur
Susu
0 ,2 5 0 ,7 1 ,0 0 ,0 1 0 ,2 0 ,0 5 0 ,7 0 ,0 5 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,3 0 ,0 2 0 ,0 2 0 ,0 1 1 ,0 0 ,0 5 0 0 ,1 0 ,0 2 0 ,0 2 1 ,0 0 0 ,1 0 ,2 0 ,1 0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 0 0 1 2 0 ,0 0 2 0 ,0 5 0 ,1 0 ,2 0 ,5 0 ,5 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 7 ,0 0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,2 5 0 ,5
0 ,0 5
0 ,0 1 0 ,1
0 ,0 1 0 ,0 0 6
0 ,5 0 ,1 0 ,0 2
0 ,0 2
0 ,0 5 0 ,0 3 0 ,0 2
0 ,0 5
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
0 ,0 2 0 ,0 1
0 ,0 2
0 ,0 1 0 ,3
0 ,0 2 0 ,0 1
0 ,0 1
0 ,0 5 0 ,2 0 ,2
0 ,0 5 0 ,2 0 ,0 0 0 8 0 ,0 1 0 ,1
0 ,1
0 ,0 5 0 ,2
0 ,0 2
0 ,0 5
0 ,5 0 ,1 0 ,0 5
0 ,0 5 0 ,0 5
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 No . 127. 128. 129. 130. 131. 132. 133. 134. 135. 136. 137. 138. 139. 140. 141. 142. 143. 144. 145. 146. 147. 148. 149. 150. 151. 152. 153. 154. 155. 156. 157. 158. 159. 160. 161. 162. 163. 164. 165. 166. 167. 168. 169. 170. 171. 172.
Jenis residu dan metabolit Fensulfothion Fenthion Fenvalerate Flamprot-methyl Fluazifop dan butyl ester Flubendazole dan metabolit Fluridone Flurythrinate Fluvalinate Fluzilazole Fradiomisin Furazolidon Gentamisin Glyposate dan metabolit Halofuginon Haloxon Etiofencarb Heptachlor dan heptachlor epoxide Hexaflurate Hexakis(2-methyl-2-fenylpropyl) destannoxan Hexaminone Hexazinon Hygromisin Imazalil dan metabolit Iodopenphose Iprodione dan metabolit Isofenphos Isometamidium Klofentazin Isopropyl m-chlorocarbanilate Ivermectine (H2Bla) Kambendazole Karbadoks Karbofuran Kitasamisin Kloksasilin Klopidol Klorferitos Klortetrasiklin Kloxantel Coumafos Lasalosid Levamisol Lindane Linkomisin Linuron
Daging 0 ,0 2 2 1 0 ,0 1 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,2 5 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 2 0 ,2 1 ,0 0 ,5 0 ,1 0 ,1 0 ,3 0 ,0 1 0 ,1 0 ,5 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 0 3 0 ,0 5 0 ,2 0 ,0 1 0 ,1 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 1 0 ,5 0 ,0 1 5 0 ,2 0 ,1 1 ,0
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur
Susu
0 ,1 0 ,2 0 ,0 1
0 ,0 5 0 ,1
0 ,4
0 ,1 5 0 ,1 0 ,1 0 ,1
0 ,0 2 0 ,1 5 0 ,2
0 ,1 0 ,1
0 ,0 2 4 0 ,0 6
0 ,0 5 0 ,3 0 ,2 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5
0 ,0 1
0 0 ,1 0 ,2 0 ,0 1
0 ,0 5 0 ,2 0 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5
1
0 ,1 0 ,1
1 0 ,5 0 ,0 2 0 ,1 0 ,1
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
No . 173. 174. 175. 176. 177. 178. 179. 180. 181. 182. 183. 184. 185. 186. 187. 188. 189. 190. 191. 192. 193. 194. 195. 196. 197. 198. 199. 200. 201. 202. 203. 204. 205. 206. 207. 208. 209. 210. 211. 212. 213.
Jenis residu dan metabolit
Daging
Maduramisin Malthion Fentoat MCPA Melengesterol acetat Membendazole Mepiquat Mercuri Metalachlor dan metabolit Metalaxyl dan metabolit Methidathion Methoprene Methylbenzoquate Metamidofos Metoksiklor Metomyl Metiokarb Metoserpate hydrochloride Metribuzion Metsulfuron methyl Mildison Mirex Monensin Monocrotophase Morantel tartrate Myclobutanil Naled dan metabolit Naptalophase Neomisin Nequinate Nicarbazin Nicotine Nifurson Nimidane Nitrapyrine dan metabolit Nitrofuran Nitroxynil N,N-Dimethylpiperidinum chloride N-Octyl bicycloheptenedicarboximide Norfloxacin Norflurazone
0 ,0 5 4 ,0 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 2 5 0 ,0 2 0 ,1 0 ,5 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,2 0 ,1 0 ,0 1 3 ,0 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,1 1 ,0 0 ,1 0 ,2 0 ,0 2 0 ,7 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 5 0 ,1 4 1 ,0 0 ,1 1 ,0 0 ,0 5 0 ,0 5 1 ,0 0 ,1 0 ,3 0 ,0 1 0 ,1
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur
Susu
0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,0 1
0 ,0 5 0 ,5
0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,5
0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,0 0 0 8 0 ,0 2
1
0 ,0 1
0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,0 2 0 ,0 5
0 ,0 5 1 ,0 0 ,2 0 ,0 2
0 ,2 0 ,0 0 2
0
0 ,0 1
1 ,0 0 ,0 5
0 ,0 5
0 ,0 1
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
No . 214. 215. 216. 217. 218. 219. 220. 221. 222. 223. 224. 225. 226. 227. 228. 229. 230. 231. 232. 233. 234. 235. 236. 237. 238. 239. 240. 241. 242. 243. 244. 245. 246. 247. 248. 249. 250. 251. 252. 253. 254. 255. 256. 257. 258.
Jenis residu dan metabolit Novobiosin N-phthalimide-S dan oxygen analog Nystatin ODB Oksasilin Oksfendazole dan metabolit Oksibendazole dan metabolit Oksitetrasiklin Olakuindoks Oleandomisin Ormetoprim Oxamole Oxidiazone Oxolinic acid Oxyclosamide Oxydemeton methyl dan metabolit Oxyfluorfen dan metabolit Oxythioquinox Paraquat PCB's Penisilin Permitrin dan metabolit Perthane Phenotiazin Phorate dan metabolit Phosalon Phospamidon Phosphine Picloram Piperonyl butoxide Pirimicarb Pirimophos-methyl dan metabolit Plumbum Polimiksin B Poloxalene Phosmet Profenofos dan metabolit Profluralin Progesteron Promasil Pronamide dan metabolit Propachlor Propanil dan metabolit Propargite Propiconazole dan metabolit
Daging
Telur
Susu
1 0 ,2 0 0 ,0 1 0 ,3 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,2 0 ,1 5 0 ,1 0 ,0 2 0 ,0 1 0 ,0 1 0 ,5 0 ,0 1 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,2 0 ,1 0 ,1 0 0 0 ,0 5 0 ,2 5 0 ,0 2 0 ,0 1 0 ,0 5 0 ,1 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 2 0 ,1 2 ,0 0 ,0 2 0 ,0 5 0 ,0 2 0 ,0 0 3 0 ,5 0 ,0 2 0 ,0 2 0 ,1 0 ,1 0 ,1
0 ,1
1
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
0 0 ,0 3 0 ,1 0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,0 1 0 ,0 2
0 ,0 5 0 ,1 5 0 ,1
0 ,0 1 0 ,0 5
0 ,0 1
0 ,0 1
0 ,1
0 ,1 0 ,0 5
0 0 ,0 5
0 0 ,0 5
0 ,0 2
0 ,1 0 ,0 5
0 ,0 5 0 ,0 5
0 ,5 0 ,0 2
0 ,1 0 ,0 5
0 ,1 0 ,0 5
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000 No . 259. 260. 261. 262. 263. 264. 265. 266. 267. 268. 269. 270. 271. 272. 273. 274. 275. 276. 277. 278. 279. 280. 281. 282. 283. 284. 285. 286. 287. 288. 289. 290. 291. 292. 293. 294. 295. 296. 297. 298. 299. 300. 301. 302. 303. 304.
Jenis residu dan metabolit Pyrantel Pyrethrin Quizalofop ethyl dan metabolit Rapoxanide Robenidine dan metabolit Ronidazol Ronnel dan metabolit Sec-Butylamine Senthoxydim Simazine Spektinomisin Spiramisin S,S,S-tributyl-phosphorotrithioate Stirofos Streptomisin Sulfabromometazin Sulfadiazin Sulfadimetoksin Sulfadimidin Sulfadoksin Sulfaetoksipiridazin Sulfaklorofiridazin Sulfakuinoksalin Sulfamerazin Sulfamonometoksin Sulfanitran dan metabolit Sulfatiazol Sulfomyxin Suprofos Tebuthiuron dan metabolit Tenephose TEPP (Tetra Ethil. Phyro Phosphate) Terbacil dan metabolit Testosteron propionate Tetrachlorpinvase Tetradifon Tetrasiklin Thiamfenikol Thidiazuron Thiobencarb Thiopanate methyl dan metabolit Tiabendazole Tiamulin Tilosin Tiodikarb Toksapen
Daging 1 ,0 0 ,0 1 0 ,0 5 0 ,1 0 ,1 0 ,0 2 4 0 ,7 5 0 ,2 0 ,0 2 0 ,4 0 ,0 5 0 ,0 2 0 ,5 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,2 0 ,1 0 0 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1 2 ,0 2 ,0 0 ,0 0 2 0 ,1 0 ,0 0 6 1 ,5 0 0 ,1 0 ,0 4 0 ,2 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,2 0 ,1 0 ,0 2 7 ,0
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur
Susu
0 ,2
0 ,1
0 ,1 0 ,0 2 1 ,0
0 ,4 0 ,0 5
0 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 0 ,2 0 ,0 1 0 0 0 ,0 1 0 ,1 0 ,1 0 ,0 1
4 0 ,0 5 0 ,5 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,2 0 ,1 0 0 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,1
0 ,0 0 2
0 ,5 0 ,0 5 0 ,0 4
0 ,0 5 0 ,0 4
0 ,1 0 ,2 0 ,1
0 ,0 5 0 ,2 0 ,0 2
Standar Nasional Indonesia SNI No. : 01 - 6366-2000
No . 305. 306. 307. 308. 309. 310. 311. 312. 313. 314. 315. 316. 317.
Jenis residu dan metabolit Triademofon dan metabolit Terbufos Triazbutyl Triazulfuron Trichlorfon Trichlorpyr dan metabolit Triclabendazole dan metabolit Trimetoprim Triphenyltin hydroxide Virginiamisin Zeranol Zinc ion Zoalene dan metabolit
Daging 0 ,1 0 ,5 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 5 0 ,2 0 ,1 0 ,0 5 0 ,1 0 ,0 0 2 0 ,5 3 ,0
Dewan Standardisasi Nasional - DSN
Telur 0 ,1 0 ,0 1 0 ,0 5
Susu 0 ,1 0 ,0 1 0 ,0 5
0 ,0 5 0 ,0 5 0 ,1 0 ,1 0 ,1 0 ,5
0 ,5