Kajlan Tingkat Keterhubungan Angkutan Umum Penumpang Lanjutan Pada Staisun KRL Lintas Jabodetabek Nanang Aryantono
Langkah-Langkah Uji. Pembebanan Statik Prototipe Badon Kereta Rel Listrik Juliarso Gondoprajogo
Analisls Ha~batan Pelayanan Kapoi Keagenan di Pelabuhan tanjung Priok, Dalam Rangka Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Nur Asikin don R Sukhiar B. Kajlan Kinerja Pelayanan Transportasi. Paulus Raga
Tinjauan Penetapan Batas Daerah Lingkungan Kerja/ Dae rah kepentingan Pelabuhan (DLKR/DLKP) . Nasrif Ch
NO. 01fTHN. XVl/2004
Warta Penelitian Perhubun~an NO. Ol!fHN. XVI/2004
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Wart a
Penelitian Perhubungan Dewan Redaksi
PELINDUNG Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan PENASEHAT Sekretaris Badan Litbang Perhubungan Kepala Pusat Litbang Manajemen Transportasi Multimoda Kepala Pusat Litbang Perhubungan Darat Kepala Pusat Litbang Perhubungan Laut Kepala Pusat Litbang Perhubungan Udara Kepala Pusat Lit bang Pos dan Telekomunikasi PEM IMPIN UMUM Ir. L. Denny Siahaan, Ms. Tr.
W AKIL REDAKTUR PELAKSANA Ratna Herawati, BSc. DEW AN REDAKSI Ir. Pana! Sitorus, M.Si.,A.P.U.; Drs. Juren C,apah; Drs. W. NiksonS., M.M.; Dra Nurdjanah, M.M.; Dra. Atik S. Kuswati, Ir. Mutharuddin; Drs. M. Herry Pumama; Drs. Nahduddin, M.Sc. KEUANGAN Ir. Sugeng Karyanto; Ichwan Sofyan; Sukhiar Bastaman P. TATA USAHA DAN DISTRIBUSI Sri Atun, Supratnawati, Barnbang Sugiarto
PEM IMPIN REDAKSI Asril Pasaribu, S.H.
ALAMA T REDAKSI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN
REDAKTUR PELAKSANA Ir. Anwar Taufiek Hidajat
Jalan Medan Merdeka Timur 5 Jakarta 10110 Telepon : (021) 34832945, Faksimil : (021) 34833065.
W arta Penelitian menerirna sumbangan karya tulis baik mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun informasi temang kegiatan ilmiah lain yang berkaitan dengan dunia transportasi, pas dan telekomunikasi. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat honorarium. Redaksi berhak mengadakan perubahan tulisan tanpamengubahisi.MemuatsebuahtulisantidakberartiBadanLltbangPerhubungan/Redaksisetujuakanisinya. Untuk mengetahui abstrak penelitian/studi terdahulu dapat dibuka di homepage kami dengan situs htt p://www. litbangdanpustaka-dephub.go.id
P
Kajian Tingkat Keterhubungan Angkutan Umum Penumpang Lanjutan Pada Staisun KRL Lintas fabodetabek. Juliarso Gondoprajogo dalam tulisannya
Langkah-Langkah Uji Pembebanan Statik Prototipe Badan Kereta Rel Listrik membahas hasil penelitian uji pembebanan statik yang meliputi pembebanan vertikal longitudinal serta be ban puntir. Dari Uji tersebut dapat dilihat bahwa konstrnksi prototipe badan kereta (KRL-I) cukup kuat dan memenuhi ketentuan persyaratan teknis kekuatan konstruksi badan kereta. Tuntutan kebutuhan terhadap pelayanan jasa kepelabuhanan saat ini semakin tinggi, namun tidak seirnbang dengan ketersediaan fasilitas dan peralatan di pelabuhan itu sendiri, sehingga untuk mengejar time utility clan place utility di pelabuhan , perusahaan pelayaran harus lebih aktif clan tanggap dalarn memanfaatkan peluang atas bentuk pelayanan jasa kepelabuhanan. Nur Asikin clan R Sukhiar B. dalam tulisannya
Analisis Hambatan Pelayanan Kapa] Keagenan di Pelabuhan Tanjung Priok, Dalam Rangka Meningkatkan Kepuasan Pelangganmencoba mencari upaya untuk mengatasi permasalahan terse but. Permintaan jasa layanan transportasi semakin meningkat baik dalam jumlah maupun dalam bentuk pelayanan yang membutuhkan kinerja pelayanan yang terukur, sehingga peran masing-masing pihak yang terlibat dapat berpedoman kepada kinerja pelayanan perhubungan. Dengan pedoman tersebut akan memberikan transparansi pengukuran pelayanan sejak dari pelayanan sebelum keberangkatan selama perjalanan clan pelayanan setelah perjalanan. Masalah terse but diulas oleh Paulus Raga dalam tulisannya
Kajian Kinerja Pelayanan Transportasi Untuk menjamin kelancaran aktivitas bongkar muat di pelabuhan pemerintah telah menetapkan daerah lingkungan kerja pelabuhan (DLKR) clan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan (DLKP). Namun dengan adanya otonorni daerah maka pihak pemerintah daerah ingin meman-faatkan sumber pendapatan tersebut sehingga terjadi perebutan lahan. Di samping itu di areal DLKR/DLKP terdapat bangunan milik swasta yang dikhawatirkan akan mengganggu pengembangan pelabuhan di masa mendatang. Masalah tersebut dicoba diulas oleh Nasril Ch dalam makalahnya
Tinjauan Penetapan Batas Daerah Lingkungan Kerja/Daerah kepentingan Pelabuhan (DLKR/DLKP).
KAJIAN TINGKAT KETERHUBUNGAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG LANJUTAN PADA STASIUN KRL LINTAS JABODETABEK Nanang Aryantono _ _ _ _ _ _ __
ABSTRAKSI Pembangunan sektor Perhubungan telah berhasilmeningkatkan kelancaran arus barang dan penumpang sejalan dengan tumbuhnya kemampuan fasilitas moda angkutan. Keberhasilan yang dicapai ditandai antara Jain oleh waktu tempuh dan frekuensi angkutan semakin meningkat serta jangkauan pelayanan yang bertambah luas. Keberhasilan tersebut akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan serta diperluas peranannya dalam pembangunan nasionalsejalan dengan meningkatkan tun tutan masyarakat terhadap kebutuhan transportasi Pelayanan transportasi di fabodetabek ditemukenali masih banyak permasalahan karena pendekatan pembangunan transportasi masih bersifatparsial dari masing-masing moda. Perrmasalahan yang paling krusial dan perlu segera mendapat perhatian adalah belum terpadunya moda angkutan kereta api dengan angkutan umum penumpang lanjutan dilintas Stasiun KRL Lintas fabodetabek. Solusi penyelesaian masalah dari belum terpadunya moda angkutan kereta api dengan angkutan um um penumpang Janju tan di lintas Stasiun KRL fabodetabek dapat terjawab secara bertaliap, antara lain dengan melakukan kajian awal 'Tingkat Keterhubungan Pelayanan Angkutan Um um Penumpang Lanjutan Pada Stasiun KRL Lintas fabodetabek ''. Dengan demikian dapat dif:etahuisejauh mana tingkat keterhu bungan/ aksesibilitas pelayanan angkuran umum penumpang lanjutan di beberapa stasiun KRL pada Lintas fabodetabek, sehingga dalam kumn waktu
4
y ang adak terlalu lama, efisiens1; efektivitas dan aksesibilitas pelayanan angkutan umum penumpang lanjutan dapat segera terwujud
I. PENDAHULUAN Transportasi mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi, karena ada hubungan timbal balik antara transportasi dan pertumbuhan ekonorni. Pertumbuhan ekonorni membutuhkan peningkatan penyedia jasa transportasi. Pembangunan sektor Perhubungan telah berhasil meningkatkan kelancaran arus barang dan penumpang sejalan dengan tumbuhnya kemampuan fasilitas moda angkutan. Keberhasilan yang dicapai ditandai antara lain oleh waktu tempuh dan frekuensi angkutan semakin meningkat serta jangkauan pelayanan yang bertambah luas.Keberhasilan tersebut akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan serta diperluas peranannya dalam pembangunan nasional sejalan dengan meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan transportasi. Pelayanan transportasi di Jabodetabek ditemukenali masih banyak permasalahan karena pendekatan pembangunan transportasi masih bersifat parsial dari masing-masing moda. Permasalahan yang paling krusial dan perlu segera mendapat perhatian adalah belum terpadunya antara stasiun kereta api dengan trayek angkutan kota. Banyaknya penduduk yang bekerja di Jakarta mengakibatkan kemacetan pada jam tertentu terutama pada pagi hari menuju Jakarta dan sore hari menuju Botabek pada pintu-pintu ruas keluar Jakarta. Kemacetan itu diakibatkan masyarakat lebih cenderung menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan kendaraan um urn, hal ini diakibatkan angkutan umum masih kurang memadai ditinjau dari sisi keamanan, aksesibilitas maupun kenyamanan. Tujuan studi adalah mengetahui tingkat keterhubungan I aksesibilitas pela yanan angkutan umum penumpang lanjutan pada
beberapa stasiun KRL Lintas Jabodetabek, sehingga terwujud efisiensi, efektivitas dan aksesibilitas pelayanan angkutan umum penumpang lanjutan yang dimaksud. Ruang lingkup studi meliputi: a. Inventarisasi stasiun KRL di lintas Jabodetabek; b. Inventarisasi stasiun sampel yang akan digunakan untuk mengetahui jarak jalan kaki maksimal yang dapat ditolelir; c. Identifikasi rute-rute angkutan umum penumpang yang menghubungkan dari stasiun KRL ke pusat kegiatan utama; d. Identifikasi pusat kegiatan utama di Jabodetabek; e. Identifikasi akses dan jarak clari stasiun ke selter angkutan umum terclekat;
f.
Menghitung tingkat aksesibilitas jaringan;
g. Analisis clan Evaluasi; h Kesimpulan clan rekomenclasi. Hasil yang cliharapkan clalam stucli aclalah terwujuclnya efisiensi, efektivitas clan aksesibilitas pelayanan angkutan um um penumpang lanjutan pacla stasiun KRL lintas Jabocletabek. Kondisi Saat Ini Prasarana Transportasi Pada Obyek Kajian Angkutan perkotaan clengan trayek tetap di wilayah DKI clan sekitarnya clilayani oleh beberapa tipe kenclaraan, seperti: bus besar, bus seclang (Metromini, Kopaja dan lain-lain), serta mobil penumpang um um (Mikrolet). Bus besar untuk kelas pelayanan Patas mempunyai kapasitas 43 tempat clucluk, sedangkan yang non Patas kapasitasnya ± 50 tempat cluduk. Bus seclang mempunyai kapasitas ± 25 tempat clucluk, sedangkan mobil penumpang umum kapasitasnya 9 tempat duduk. Di wilayah DKI dansekitarnya terdapat 12.363 trayek, dari keseluruhan trayek terse but 3.235 trayek dilayani dengan bus besar, 4.573 trayek dilayani dengan bus sedang (Metromini, Kopaja
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. OlffHN.XVl/2004
dan lain-lain) seclangkan 4.555 trayek dilayani oleh mobil penumpang umum. Trayek-trayek terse but menghubungkan titik-titik simpul yang ada sehingga membentuk jaringan pelayanan yang menjangkau berbagai wilayah DKI clan sekitarnya. Titik-titik simpul penting yang ada di wilayah DKI dan sekitarnya, antara lain adalah: Blok M, Grago!, Ciputat, Kalicleres, Senen, Rawamangun, Tanah Abang, Cililitan, Pintu Air, Pasar Baru, Tanjung Priok, Gambir, Manggarai, Gajah Mada, Kota, Kampung Melayu, Mangga Dua, Ragunan, Lebak Bulus, Depok Timur, Depok II, Pulo Gadung, Bekasi. Angkutan kereta api merupakan sarana angkutan yang banyak digunakan masyarakat Jabotabek. Prosentase penumpang Jabotabek yang menggunakan angkutan umum sekitar 60% dan 23% diantaranya menggunakan angkutan kereta api. Pelayanan angkutan kereta api perkotaan di Jabotabek dilakukan oleh PT KAI Daop Jakarta, menggunakan kereta rel diesel dan kereta rel listrik. Rute angkutan kereta api tersebut dipilah menjadi dua bagian, yaitu rute eksternal clan rute internal. Tabel 1 Lintas Kereta Jabodetabek Jarak (Km)
Keterangan
Pu sat
Jakarta- Manggarai
10
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Bogor
Manggara~B0gor
45
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Timur
Jakarta · Jng
12
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Lintas TPK
Jakarta. Tpk Tpk-Kemayoran
8 4
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Bar at
Jakarta - Kpb Kpb-Manggarai Manggarai - Jng
3 14 3
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Bekasi
Jng-Bekasi
15
• Jalur ganda • Kereta rel listrik
Tangerang
Duri - Tangerang
19
• Jalur tunggal • Kereta rel listrik
Ser pong
Tanah Abang -Serpong Serpong. Merak
23 81
• Jalur tunggal • Kereta rel listrik • Kereta rel diesel
Lint as
Daerah Operasi
Sumber: Studi Integrated Tran sportaUon Master Plan for Jabotabek (Phase 1)
Rute eksternal terdiri atas: Lintas Timur, yaitu Bekasi-Jatinegara; Lintas Pusat, yaitu lintas Bogor-Depok dan lintas Depok-Manggarai;
5
serta Lintas Barat, yaitu lintas Tarrah AbangSerpong dan lintas Tanah Abang-Tangerang. Rute internal terdiri atas Lintas Timur, yaitu: Jatinegara-Rajawali-Jakarta Kota; Lintas Barat, yaitu: Jatinegara-Manggarai-Tanah AbangDuri-Jakarta Kota; serta Lintas Pusat, yaitu: Manggarai- Jakarta Ko ta, Jakarta KotaTanjung Priok; Rajawali-Tanjung Priok. Dari seluruh stasiun yang ada di Jabotabek, hanya beberapa stasiun yang telah dilengkapi stasiun plaza dimana penumpang dapat melakukan alih moda dari/ke angkutan lanjutan seperti bus dan taksi. Beberapa stasiun yang telah dilengkapi stasiun plaza, ternyata belum memanfaatkan ruangan yang tersedia secara optimal. Sebagai contoh di stasiun Kranji pada lintas Bekasi, terdapat stasiun plaza di depan stasiun tetapi angkutan umum dilarang memasuki plaza untuk mengambil penumpang. Akibatnya penumpang harus berpindah angkutan di jalan raya, hal ini menyebabkan timbulnya kemacetan lalu lintas. Disamping itu,
akses jalan menuju stasiun dimana angkutar lanjutan diperlukan penumpang untuk alih mod: juga belum tersedia di beberapa stasiun. Beriku1 digambarkan secara rind Lintas Daerah Operasi I Jakarta pada Gambar 1. III.METODOLOGI PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI A. Metodologi Penelitian Untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan, perlu disusun suatu pola dan alur pikir penyelesaian masalah yang menyajikan potret kondisi saat ini, keterkaitan dan interaksi setiap komponen/ aspek dan faktor-faktor dominan yang berpengaruh, serta landasan teori yang akan digunakan dalam analisis dan evaluasi. Langkah yang dipergunakan untuk mencapai tujuan kajian terse but dilakukan melalui pendekatan dengan mekanisme pola dan alur pikir peny elesaian masalah (Gambar 2 dan Gambar 3).
·-
T--·_,,._
. -.....
...
~
-........
TftJft
-·--
..._
0..,..
...._
~
UNTAS TIDAK lllRIWEAASI
0-C).-0-0-.0
Gambar 1: Peta Lintas Daerah Operasi 1 Jakarta Sumber: PT (Persero) Kereta Api Indonesia
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. Ol ffHN .XVl/2004
Instrumental Input
Input
Output
Outcome (GoaQ
UUNO. 1311!2 tentang Per1<eretaap1an UU NO 14i'l2 tentang LLAJ
Aksesibiltas pelayanan angkutan umum pem.mpang lanjutan pada stasiun KRL lintas Jabotabek saat ini
SUBYEK • • • • •
OBYEK
METODE • Pemelaan
Dephub Pemda DKI Dishub DKI PT KAI Onianda DKI
JMngan angkulMJ
lra'(ek angkutan
um ltTl m~u ti
ygmele-wal:1 st as1.1n KRL
lrf!fekJ rute S.asun
KRL, CBD d>'l la.sHas pejalan kak1
• Pemetaan
fasilas pejalan kak1
Enviromental Input • Perilaku pengguna jasa; • Pola penierakan I aktivitas; • Setting fasilitas.
1 . Matriks Konektivitas atau Keterhubungan
Ufl'4)an Balik
Garn bar 2. Pola Pikir Secara Umum
setting
stasiun KRL
·~
~
Tidak ada
Garn bar 3 Alur Pikir Penyelesaian Masalah
B. Landasan Teori Dalam kajian ini diuraikan beberapa teori dan terminologi yang akan digunakan dan diimplementasikan dalam proses analisis dan evaluasi. Definisi dan teori tersebut, antara lain, adalah jaringan (network), jaringan planar dan jaringan nonplanar, jaringan keterhubungan minimal QXM) dan jaringan keterhubungan lengkap GKL), matriks jaringan, dan matriks aksesibilitas total (Matriks 1).
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. Ol/THN.XVV2004
a.. Adalah matriks yang menyatakan adanya keterhubungan antara suatu nodedengan nodeyang lain dalam suatu network; b. Elemen pada baris dan kolom tertentu yang bemilai 1 (satu) dalam matriks konektivitas tersebut mengandung arti bahwa node pada baris yang bersangkutan terhubung secara langsung oleh satu edge dengan node pada kolom yang bersangkutan; c.. Elemen pada baris dan kolom tertentu yang bemilai 0 (nol) dalam matriks konektivitas tersebut mengandung arti bahwa node pada baris yang bersangkutan tidak ada satupun edge yang menghubungkannya secara langsung dengan node pada kolom yang bersangkutan; Contoh : Diagram Networl<
Matriks Konektivitas
v, v, v, v, v, v,
);__l Vs
V4
v, v,
0
v, v, v, v,
0
1
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Catatan : 1) Matriks ini disebut one step matrix, karena antar node-nya dihubungkan oleh tepat satu edge; 2) Matriks konektivitas adalah networkdalam bentuk matriks; 3) Matriks ini juga disebut matriks
baris yang bersangkutan ke setiap node yang lain, tennasuk dari node tersebut ke dirinya sendiri;
Untuk melakukan perhitungan matriks aksesibilitas total, dilakukan langkahlangkah berikut :
e. Matriks C 2 disebut juga two step matrix, yang menyatakan bahwa apabila elemen-elemen bemilai 3 (tiga) berarti terdapat 3 (tiga) keterhubungan antar node yang bersangkutan dengan menggunakan tepat dua edge; f. Matriks C9 disebut juga three step matrix, yaitu dengan menggunakan tepat dua edge, dan seterusnya.
Langkah I: berdasarkan diagram network, susun matriks konektivitas;
3. Penyusunan Jarak Shimbel atau Matriks D(TheShimbel Distance or D-MatriX';
Langkah II: Lakukan iterasi berikut :
Matriks Jarak Shimbel atau Matriks D adalah matriks yang digunakan untuk mengetahui jurnlah tdgeminimum yang dibutuhkan untuk menghubungkan suatu node terhadap node yang lai n, sesuai diagram network-nya. Proses penyusunan matriks D dilaku ka n berdasarkan diameter network dan matriks C-nya.
Catatan : a. Step terakhir yang menyebabkan tidak adanya elemen T yang bemilai 0 (nol), disebut diameter network; b. Jumlah seluruh elemen yang ada pada matriks Tmenyatakan total cara dari seluruh node untuk menuju ke node yang lain, berdasar kan network yang ada; c . Jumlah seluruh elemen yang ada pada matriks T kecuali elemen diagonalnya, menyatakan total konektivitas network; d. Jumlah elemen-elemen dalam satu baris, menyatakan jumlah cara pergerakan dari node pada
8
Langkah-langkah penyusunan matriksD adalah sebagai berikut :
Langkah I: lakukan iterasi berikut: Step
1
MatriksC yang digunakan
C'
Penyusunan Matriks D Nama Matriks
Cara penyusunan
Ulwran matriks D sania dengan ulwran malllks C Ellmen diagonal pada matnks 0 1 diisi dengan niai 0 (noQ. lsikan nrlar 1 (satu) pada trap cell D' yang bersesuaian
D'
dengan cell C1 yaig bens1
nilai 1 (satu).
2
C'
D'
lsik
3
C'
D'
lsik
4
C'
D'
lsrk
C' yang beris• 1 (sa1u) .
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. Ol ff HN.XVl/ 2004
Lakukan ite rasi ini sampa1 step mencapai diameter network. Langkah II: jumlahkan seluruh isi elemen dalam tiap baris yang ada pada Matriks Dterakhir dan jumlahkan isi seluruh elemen dalam matriks D terakhir terse but. Catatan : a. Nilai terbesar di antara jumlah isi elemen tiap baris pada matriks D terakhir tersebut menyatakan bahwa node yang bersangkutan mempunyai tingkat aksesibilitas terbesar dalam network tersebut; b . Nilai terkecil di antara jumlah isi elemen tiap baris pada matriks D terakhir, menyatakan bahwa node yang bersangkutan mempunyai tingkat aksesibilitas terendah dalam network tersebut; c . Jumlah seluruh isi elemen pada tiap baris pada matriks D terakhir, menyatakan jumlah edgeminimum yang dibutuhkan oleh node yang bersangkutan untuk dapat terhubung dengan node lain, berdasarkan network tersebut; d. Jumlah seluruh isi elemen pada matriks D terakhir, menyatakan jumlah EDGE minimum yang dibutuhkan Wltuk menghubWlgkan tiap node dengan node yang lain berdasarkan network tersebut.
4. Graph Bemilai atau Matriks L (The Valued Graph Or L-MatriX} Jika pada suatu network, tiap edg~nya mempunyai bobot (dapat menyatakan sebagai lama perjalanan, biaya perjalanan, jarak perjalanan, dan sebagainya), maka dapat disusllil suatu matriks yang menyatakan besamya total bobot minimal yang dibutuhkan untuk setiap pasangan node. Matriks tersebut dinamakan matriks L.
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. OltrHN.XVI/2004
Misalnya , pada contoh network terdahulu, tiap edg~nya menyatakan lama waktu perjalanan atau waktu tempuh, sehingga networknya dapat digambarkan sebagai berikut. DIAGRAM NETWORK
MATRIKS L irtau L'
v
v
' '
v1 v2
o
10
'°
10
o
20
oo
v1
er,
20
o
10
3
:r:
0
V5
v,
oo
-:r,
30
0
0
S
(IQ
00
00
GQ
5
0
«1: ~yat.:ilan Wtlil waktu lefTlllil yang b:iak berh111gga. kafeoa lidak terhublXlg dengan 1ooilah tdgt lt:rtentu (dalan hal n 1, kCYErla matnks l 1. nB.a JUITT
Langkah-langkah menghitung I!- : a. Matriks yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah matriks LI ;
b. Pilih elemen matriks yang bemilai oo (misalnya baris V4 kolom V) ; c. Buat garis horisontal dan vertikal yang berpotongan di elemen yang dipilih; d . Susun tabel berikut : Elemen baris V,
Elemen kolom V2
Jumlah
0
,,, ,,,
10
20
30
0
,,, ,,,
,,,
,,, ,,,
,,, ,,, Nilai minimum dari Jumlah
10
,,,
,,, ,,, 30
e. Ganti nilai oo yang dipilih pada langkah 2, dengan nilai minimum pada langkah 4 (dalam hal ini, nilai minimum tersebut adalah 30). Apabila nilai minimumnya oo, tetap lakukan pergantian tetapi jangan dihitllilg lagi;
f.
Pilih elemen L1 lain yang juga bemilai oo, dan ulangi langkah 3. Lakukan langkah-langkah ini
9
sarnpai seluruh elernen L1 yang bernilai co terganti semuanya (meski.pun kemungkinan masih ada elernen yang bernilai co, setelah proses pergantian). Matriks yang terbentuk tersebut dinarnakan Matriks E. Periksa matriks ini, apakah rnasih terdapat elemen yang bernilai co? Jika ada, berarti terdapat pasangan node yang membutuhkan lebihdari2(dua) edgeagardapatterhubung dengan node lain, sehingga perlu rnelanjutkan perhitungan matriks JJ. Langkah-langkah menghitung matriks L3 sarna dengan langkah-langkah rnenghitung matriks L2, hanya saja matriks yang dijadikan dasar perhitungan (langkah 1) adalah matriks E-. Setelah ter hen tuk matriks JJ, periksalah ada atau tidaknya elemen yang bernilai co pada matriks JJ tersebut. Jika masih ada, lanjutkan perhitungan matriks L berikutnya dengan menggunakan matriks sebelumnya sebagai dasar perhitungan. La kukan iterasi ini sampai tidak terdapat elemen yang bemilai co pada matriks L terakhir. Dengan menggunakan matriks Lterakhir, hitungjumlah seluruh nilai elemen pada tiap baris. Hasilnya, rnerupakan jumlah waktu te mpuh yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan dari suatu node ke seluruh nodeyang lain. Pada contoh network di atas, diperoleh matriks L terakhir sebagai berikut:
v1
V2
Vi
v,
Vs
v6
10 0
30 20
40
60
65
V2
0 10
30
50
55
= 205 = 165
Vi
30
20
0
10
30
35
= 125
v,
40
30
10
0
40
45
= 165
V5
60
50
30
40
0
5
v6
65
55
35
45
5
0
= 185 = 205
v1 L' =
10
Dari matriks L4 di atas, terlihat bahwa waktu tempuh yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan dari vi ke seluruh nodeyang lain adalah sebesar 205 . Catatan: Matriks L1 adalah matriks waktu tempuh yang hanya menggunakan 1 (satu) edgeuntukmenghubungkan tiap pasangan node. Elemen yang bernilai co, menandakan bahwa pasangan node tersebut rnembutuhkan lebih dari 1 (satu) edge. Untuk itu, perlu menghitung E yang merupakan matriks waktu tempuh dengan menggunakan paling banyak 2 (dua) edge untuk menghubungkan pasangan nod~nya . Artinya, mencari waktu tempuh suatu pasangan node yang, apabila hanya menggunakan 1 (satu) edge, tidak dapat terhubung. Diharapkan, dengan 2 (dua) edge, pasangan node terse but dapat terhubung dan waktu tempuhnya tidak co. Apabila dengan E- masih ada pasangan NODE yang bernilai co, maka proses iterasi dilanjutkan dengan menghitung JJ, dan seterusnya.
I
PET A RUTEfTRA YEK ANGKUT AN UMUM PENUMPANG LANJUTAN
I
PEN YUSUNAN MATRIKS JAR INGAN
I
PROSES ITERASI MATR IKS T
I
ANALISIS DAN EVALUASI HASIL MATRIKS T
I
PENARIKAN KESIMPULAN DAN SARAN
..z ~
I I
~ ~~
I I
~
I
Gambar 4 : Tahapan Penyelesaian Masalah
Sebagai langkah awal, maka model yang telah diuraikan pada landasan teori diaplikasikan den gan merepresen -
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. Ol fT'HN .XV l/2004
tasikan edge sebagai rute tra yek angkutan um um pen um pang lanjutan clan nodenya adalah pusat kegiayan utama. Dalam bentuk diagram, proses analisis clan evaluasi dilakukan berdasarkan tahapan penyelesaian masalah sebagaimana terlihat Gambar 4.
Ur1illn
No
Juml1h
P1 rol1h1n Rupondtn
Perol1h1n Rupondtn
1'2
Bus l
23.05"
Menttul Jeni$ AnqkularUmum Yang 01pllf~an
304
Angkot
59,09 "'
110
Lal"l - lain
17 ,66"'
39
Permane n
73 ,58"
Semi Per man en
15.09%
Ment1ul Kond1S1 FadjasPe1alankak1
B. DATA DAN INFORMASI Dari hasil pengumpulan data primer pada obyek kajian (Stasiun KRL lintas Jabodetabek) teridentifikasi menjadi beberapa perolehan responden ditinjau menurut beberapa hal, antara lain dapat dijelaskan lebih terperinci pada Tabel 2.
Uraiai Perolehan Responden
1
Men1Jut Jenis Kelamir.
2
3
4
5
MenLl'ul Pekerjaai
Menurut Tujuan Perjalanan
Ment.rut Kesediaan Jauh Berjalan
Mem.rul Y.esediaan Lama Berjalan
Jurrllil Perolehan Resporden
255 361
Oi;}unakan Ke Stasim Tujual
7
Prosentase
Pria
41,40%
Wanita
58,60%
TNl I POLRI
44
PNS
7.14 ~"
131
Swasta I BUMN
21 ,27%
1,14%
1~
Pelajar I Mahas<wa
23.21%
1TI
W1taswasta
28,73%
14
Pensilllal
2,27 %
100
Profesilan.lai\
16,23%
165
Belterja
26,79 %
11
Relueasi
1,79%
5
Ollil raga
0,81 %
89
Sei
14,45%
104
Berbela ~ a
16,88%
242
T ~uan
39,29 %
376
100 -200 m
61 ,04%
11'll
200 - l:Xlm
26,95 %
lair>-1"'1
49
300 -5.'Xlm
7,'£>%
9
500- 700 m
1,46 %
9
700- 1000 m
1,46%
7
Lain-Jail
1,14%
246
< 5 menl
39,94 %
247
5-10meril
15,75%
97
10-15 menl
3,25 %
20
15 - 30menit
0.81 %
5
> l> rreni.
0.81
1
Lain ·lain
0,16
174
JaanKal
28,25 %
35
l\enda-aan Priba:l i
5,68%
Taksi
0.97 'II
312
Argkd: I Bl.IS K~a
50,65%
72
Ojel<
11 ,69%
17
Lain-tail
2,76%
93,99 %
Morn.rut Pendapat Terha:!~ Merrllanlu
579
Ya
Tldaknya Jika Dbperasikan Pelayanan Angkutal Umum
37
ma.
Warta Penelitian Perhubungan
e
11
Menll'ul Fasiil as Jembatan Penyeberangan
37
12
MentM"ut F as1~tas Jen Penibpen Mobil MenlM'utF eS1!itasJ 1u Pt l'\ltlpen Sepeda Motor Sepeda
f
7
Memnrt Mada Yang 6
Keterangan
MentXut Situ111 1Fas1lllas Pejalan kak1
13
label 2 Hasil Pengumpulan Data Primer Pada Obyek Kajian No
10
6.01 %
No. Ol!THN.XVI/2004
14
15
16
MentXul Fasilltes Pa/'lllipan Seung Bewaan Penumpeng I locker
Ketar1ng1n
Pr0 Hntn1
Ttdali: Permane n
7,55%
Lm- iel'I
3.77 %
Banyak gengguan
5.66"
ltel'I bh hujan
13.21 '.4
Banyak lubing dan sampah
11 ,32 '.4
LaWl-lain
69.81"
Ada
13 .21%
<\6
TldM ada
86.79 "
"
Ada
26.42 %
39
Tldllk eda
73.58%
20
Ada
37.74"'
33
Tldallada
62,26"
Ad•
13.21%
46
Tidak ade
86.79 %
12
Ada dan lua s
22,64"
13
Ade dan cukup
2(53%
MenU"ul FasJlitas Park6
Menurul Fasiilas Tempal lbadah
17
Men11ut F1siil u serana Polikll\ik Kesthatan
18
MenU"ul Fasililas sarane kam11 mandi/loilet
Ade dan sempit
13.21"
21
Tldak Ada
39.26"
35
Ada
66,0 4 %
18
Tldek ade
39,96""
Ada
15,09"
'5
Tidak ada
84.91"
48
Ada
90.57 "
Tidak ada
9,43"
Ada
98,11 %
Mtnll'ul Fasiitu lll'ane ruang tunggu penumpang
52
MenU"ul Fas1 ~as &arena pen1agaan I keem anan
Ada
20
24
45.28 %
29
Tidali:. ada
54.72"'
MenU"u t Fasi~t as serene telekomunikasidan inlormasi
39
Ada
73.58%
21
"
Tidal ada
26.42"'
43
Oater
81 .13"'
19
22
MantSul Kontur I geometri jalan lasilitas pejah1nk!lki
Tldak ade
1,89 %
Menenjek
1,89%
Menurun
9,43 %
Lain-tan
7,55"
Sumber : Hasil Pengolahan Da1a Primer
III.ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis Dalam analisis ini Stasiun Kereta Listrik (KRL) dibedakan menjadi empat kategori, yaitu stasiun mama, stasiun penyangga Jakarta, stasiun dominan clan stasiun antara. Stasiun utama adalah stasiun yang dilewati KRL serta terhubung dengan stasiun-stasiun
11
di luar Jabotabek. Pada studi ini yang termasuk kategori stasiun terse but adalah stasiun Jakarta Kota , Stasiun Gambir, Stasiun Jatinegara, dan Stasiun Senin. Stasiun Penyangga Jakarta meliputi stasiunstasiun besar di wilayah Jabotabek yang berada di luar Kota Jakarta. Stasiun yang termasuk kategori stasiun penyangga · meliputi Stasiun Bogor, Stasiun Depok Baru, Stasiun Bekasi, Stasiun Tangerang dan Stasiun Serpong. Sedangkan stasiun dominan adalah stasiun yang merupakan stasiun yang diklasifikasikan sebagai stasiun persilangan dari datangnya kereta berbagai jurusan. Stasiun yang termasuk kategori stasiun dominan adalah Stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah A bang. Selanjutnya, stasiun berkategori stasiun antara dengan kriteria mempunyai demand penumpang potensial adalah meliputi Stasiun Cikini, Stasiun Sawah Besar, Stasiun Mangga Besar, Stasiun Bojong Gede, Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Minggu dan Stasiun Klender. 1. Hasil Perhitungan Nilai Aksesibilitas Jaringan l.angkah pertama yang harus dilakukan untuk memperoleh nilai aksesibilitas t otal adalah pembuatan matriks koneksitas atau keterhubungan. Matrik koneksitas atau keterhubungan ini dibuat untuk mengetahui tingkat koneksitas atau keterhubungan titik ke titik pada setiap titik pada 157 titik lokasi pengamatan dimaksud. Setelah matriks koneksitas atau keterhubungan dibuat, langkah selanjutnya adalah dilakukan proses iterasi terhadap matriks koneksitas atau keterhubungan untuk memperoleh nilai aksesibilitas total dan nilai aksesibilitas pada setiap stasiun pengamatan.
12
Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil proses iterasi terakhir berhenti pada iterasi ke 6. Hal ini berarti menyatakan bahwa jaringan mempunyai maksimal 6 kali pergantian moda atau alih moda. Hal tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi atau banyak suatu proses iterasi, maka semakin rendah pula tingkat aksesibilitas pada setiap titik pada jaringan tersebut. Dari proses iterasi terakhir tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: a. Nilai aksesibilitas total seluruh jaringan adalah sebesar 19.147.851.581 dengan bobot nilai aksesibilitas sebesar 100%. b. Nilai aksesibilitas suatu titik dalam jaringan yang ditinjau menurut sisi pandang aksesibilitas titik terse but dari setiap titik yang lain dalam jaringan dengan nilai aksesibilitas terendah adalah lokasi pengamatan Slipi dengan nilai aksesibilitas sebesar 30,544 dan bobot nilai aksesibilitas titik tersebut0,00016%. c . Sedangkan untuk nilai aksesibilitas suatu titik dalam jaringan yang ditinjau dari sisi aksesibilitas titik tersebut ke setiap titik yang lain dalam jaringan dengan nilai aksesibilitas terendah adalah lokasi pengamatan Pasar Ceper dengan nilai aksesibilitas sebesar 154,023 dan bobot nilai aksesibilitas titik sebesar 0,00080%. d. Nilai aksesibilitas suatu titik dalam jaringan yang ditinjau menurut sisi pandang aksesibilitas titik terse but dari setiap titik yang lain dalam jaringan dengan nilai aksesibilitas tertinggi adalah lokasi pengamatan Stasiun Bekasi dengan nilai aksesibilitas sebesar 588,112,346
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. OlffHN XVln004
dan bobot nilai aksesibilitas titik sebesar 3,07143%. Sedangkan untuk nilai aksesibilitas suatu titik dalam jaringan yang ditinjau dari sisi aksesibilitas titik terse but ke setiap titik yang lain dalam jaringan dengan nilai aksesibilitas tertinggi adalah lokasi pengamatan Stasiun Cakung dengan nilai aksesibilitas sebesar 575,780,089 dan bobot nilai aksesi bilitas titik se besar 3,00702%. 2 . Perhitungan Nilai Aksesibilitas Empat Stasiun Utama Hampir sama dengan perhitungan nilai aksesibilitas total sebelumnya, hasil perhitungan nilai aksesibilitas pada stasiun KRL yang diamati, juga diperoleh dari hasil pengolahan data pada matrik koneksitas atau keterhubungan. Dari proses iterasi terakhir tersebut diperoleh hasil bahwa nilai aksesibilitas empat stasiun utama Jakarta Kota, Gambir, Jatinegara, clan Senin, dari setiap titik yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 76.645.168, 568.203.483, 553.845 .544 clan 32.477.251 , atau dengan bobot nilai berturut-turut 0,40028%, 2.96745%, 2,89247%, clan 0,16961%. Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara empat stasiun utarna tersebut adalah Stasiun Gambir. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara empat stasiun utama tersebut adalah Stasiun Senin. Nilai aksesibilitas empat stasiun utarna Jakarta Kota, Gambir, Jatinegara, dan Senin, ke setiap titik yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 57.685.301, 523.936.259, 4.457.007,
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. OltrHN.X'VV2004
dan 47.347.485, atau dengan bobot nilai berturut-turut 0,30126%, 2,73627%, 0,02328%, dan 0,24727%. Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara empat stasiun utama tersebut juga Stasiun Gambir. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara empat stasiun utama tersebut adalah Stasiun Jatinegara. 3. Perhitungan Nilai Aksesibilitas Stasiun Penyangga Hampir sama dengan perhitungan nilai aksesibilitas total sebelumnya, hasil perhitungan nilai aksesibilitas pada stasiun KRL yang diamati, juga diperoleh dari hasil pengolahan data pada matrik koneksitas atau keterhubungan. Dari proses iterasi terakhir tersebut diperoleh hasil bahwa nilai aksesibilitas lima stasiun penyangga Serpong, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogar, dari setiap tiUk yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 28.446.920, 588.112.346, 7.451.361, 71.945 .668 dan 546.430.919, atau dengan bobot nilai berturut-turut 0, 14856%, 3,07143%, 0 ,03891 %, 0,37574%, clan 2,85375%. Berdasarkan datadata tersebut, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara lima stasiun penyangga tersebut adalah Stasiun Bekasi. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara lima stasiun penyangga tersebut adalah Stasiun Tangerang. Nilai aksesibilitas lima stasiun penyangga Serpong, Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogar, ke setiap titik yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 142.792.769, 511.012.782, 6.179.552, 63,075.156, clan 557.458.249, atau dengan bobot nilai berturut-turut
13
0 ,74574%, 2 ,66877 %, 0,03227%, 0,32941%, dan 2,91134%. Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara lima stasiun penyangga tersebut juga Stasiun Bogor. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara lima stasiun penyangga tersebut adalah Stasiun Tangerang. 4. Perhitungan Nilai Aksesibilitas Stasiun
Dominan Hampir sama dengan perhitungan nilai aksesibilitas total sebelumnya, hasil perhitungan nilai aksesibilitas pada stasiun KRL yang diamati , juga diperoleh dari hasil pengolahan data pada matrik koneksitas atau keterhubungan. Dari proses iterasi terakhir tersebut diperoleh hasil bahwa nilai aksesibilitas dua stasiun dominan adalah Stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah Abang, dari setiap titik yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 28.277.166, dan 22.326.140, atau dengan bobot nilai berturut-turut 0, 14768%, dan 0,11660%. Berdasarkan data-data terse but, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara dua stasiun d o minan tersebut adalah Stasiun Manggarai. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara dua stasiun dominan tersebutadalah Stasiun Tanah A bang. Nilai aksesibilitas dua stasiun dominan Stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah A bang, ke setiap titik yang lain dalam ja ringan, berturut-turut adalah 13. 034.990 , dan 8 .610.728 , atau dengan bobot nilai berturut-turut 0 ,06808% , dan 0 ,04497% . Berdasa rkan data-data tersebut, t erli hat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di
14
antara dua stasiun dominan tersebut juga Stasiun Manggarai. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara dua stasiun dominan terse but juga Stasiun Tanah Abang. 5. Perhitungan Nilai Aksesibilitas Stasiun Antara dengan DemandPotensial Hampir sama dengan perhitungan nilai aksesibilitas total sebelumnya, hasil perhitungan nilai aksesibilitas pada stasiun KRL yang diamati, juga diperoleh dari hasil pengolahan data pada matrik koneksitas atau keterhubungan. Dari proses iterasi terakhir tersebut diperoleh hasil bahwa nilai aksesibilitas tujuh stasiun antara dengan demand potensial adalah Stasiun Cikini, Stasiun Sawah Besar, Stasiun Mangga Besar, Stasiun Bojong Gede, Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Minggu dan Stasiun Klender dari setiap titik yang lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 496.401.938, 520.108.962, 500.264.624, 549.106.078, 474.422.129, 557.869.885 dan 554.267.051 atau dengan bobot nilai berturut-turut 2,59247%, 2,71628%, 2,61264% , 2,86772%, 2,47768%, 2,91331 % dan 2,89647%. Berdasarkan data-data tersebut , terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara tujuh stasiun antara dengan demand potens ial tersebut adalah Stasiun Pasar Minggu. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara tujuh stasiun antara dengan demand potensial tersebut adalah Stasiun Cikini. Nilai aksesibilitas tujuh stasiun antara dengan demand potensial adalah Stasiun Cikini, Stasiun Sawah Besar, Stasiun Mangga Besar, Stasiun Bojong Gede, Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Minggu dan Stasiun Klender, ke setiap titik yang
Warta Penelitian Perhubungan
e
No. OlffHN.XVl /2004
lain dalam jaringan, berturut-turut adalah 575 .780.089, 51 1.264.295 , 514.527.749, 559.897.334, 511.758.029, 523.818.123, dan 524.714.884, atau dengan bobot nilai berturut-turut 2 ,71236%, 2,67009%, 2,68713%, 2 ,92407%, 2 ,67267%, 2,73565%, dan 2,74033%. Berdasarkan datadata tersebut, terlihat bahwa nilai maksimum aksesibilitas di antara tujuh stasiun antara dengan demand potensial tersebut adalah Stasiun Cikini. Sedangkan nilai minimum aksesibilitas di antara tujuh stasiun antara dengan demand potensial adalah Stasiun Sawah Besar. B. Evaluasi 1. Upaya peningkatan nilai aksesibilitas stasiun utama Dari hasil analisis terlihat bahwa Stasiun Senin merupakan stasiun yang memiliki nilai aksesibilitas terendah dari setiap titik dalam jaringan di antara empat stasiun utama. Sedangkan Stasiun Jatinegara juga merupakan stasiun yang memiliki nilai aksesibilitas terendah ke setiap titik dalam jaringan di antara empat stasiun utama. Titik-titik dalam jaringan yang tidak memiliki akses langsung ke Stasiun Senin dan titik-titik dalam jaringan yang tidak memiliki akses langsung dari Stasiun Jatinegara, dapat dilihat pada Tabel 3. Dari titik-titik yang tidak terhubung ke stasiun utama Senin, diperoleh lima urutan titik yang memiliki nilai aksesibilitas terbesar, yaitu Stasiun Duren Kalibata, Stasiun Cilebut, Stasiun Citayam, Stasiun Bojonggede, serta Stasiun Pondok Kranji, dengan nilai aksesibilitas berturut-turut sebesar 566.649.697, 561.697.546, 558.605.011, 549.106.078, dan 547.116.402.
Warta Penelitian Perhubungan e No. Ol!fHN.XVV2004
Tabel 3 Nama·nama Hik yang Tidak Temubung L.angsung dengan Stasiun Utama yang Beraksesibilitas Rendah K1 S.n'1