LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PELATIHAN PEMBUATAN MAJALAH DINDING (MADING) BERBAHASA BALI PADA SISWA SMA/SMK DI KOTA SINGARAJA
Oleh DRA. SANG AYU PUTU SRIASIH, M.PD. DRA. MADE SRI INDRIANI, M.HUM. IDA AYU PUTU PURNAMI, S.S., M.PD. IDA BAGUS RAI, S.S., M.PD. Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No. 023.04.2.552581/2013 revisi 2 tanggal 01 Mei 201
FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNDIKSHA TAHUN 2013
i
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT 1. Judul Program
: Pelatihan Pembuatan Majalah Dinding (Mading) Berbahasa Bali pada Siswa SMA/SMK di Kota Singaraja 2. Jenis Program : Pelatihan 3. Bidang Kegiatan : Kebahasaan 4. Identitas Pelaksana : 4.1 Ketua Pelaksana a) Nama : Dra. Sang Ayu Putu Sriasih,M.Pd b) NIP : 196006071986012001 c) NIDN : 0007066006 d) Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/IVc e) Alamat Kantor : Kampus FBS Undiksha, Jln. A. Yani 67 Singaraja f) Alamat Rumah : Jln. Pantai Indah III/40 Singaraja 4.2 Anggota 1 a) Nama : Dra. Made Sri Indriani, M.Hum. b) NIP Pangkat/Gol : 196104131986032001/Pembina Tk I/IV b c) Alamat Kantor : Kampus FBS Undiksha, Jln. A. Yani 67 Singaraja d) Alamat Rumah : Jln. Srikandi, Gg Melon 6, Singaraja 4.3 Anggota 2 a) Nama : Ida Ayu Putu Purnami, S.S., M.Pd. b) NIP Pangkat/Gol : 198403172008012002/Penata Muda/IIIa c) Alamat Kantor : Kampus FBS Undiksha, Jln. A. Yani 67 Singaraja d) Alamat Rumah : Jln. Srikandi 100 xx, Singaraja 4.4 Anggota 3 e) Nama : Ida Bagus Rai, S.S., M.Pd. f) NIP Pangkat/Gol :196802042008011009/ Penata Muda/IIIa g) Alamat Kantor : Kampus FBS Undiksha, Jln. A. Yani 67 Singaraja h) Alamat Rumah : BTN Giri Mas Asri, Blok A/12 Singaraja 5. Biaya yang Diperlukan : Rp 7.500.000,00(Tujuh juta lima ratus ribu rupiah) 6. Lama Kegiatan : 8 bln Singaraja, 25 Oktober 2013 Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. NIP 196206261986032002
Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M.Pd. NIP 196006071986012001
Menyetujui, Krtua LPM Undiksha,
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S. NIP 195901011984031003
ii
KATA PENGANTAR Pelatihan Pembuatan Majalah Dinding (Mading) Berbahasa Bali untuk Siswa SMA/SMK di Kota Singaraja ini merupakan salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan oleh LPM Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja untuk turut serta memajukan pendidikan di Bumi Panji Sakti tercinta ini. Misi mulia ini ternyata mendapat antusiasme yang cukup baik dari pihak-pihak terkait seperti guru, kepala sekolah, bahkan para siswa peserta peltihan. Dengan iklim seperti itu kami berharap, mudah-mudahan kegiatan ini dapat memberikan kontribusi positif yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan di negeri ini. Pelatihan
ini
telah
dilaksanakan
sesuai
dengan
rencana
dan
terselenggaranya kegiatan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan-Nya. Oleh karena itulah, puja dan puji syukur sudah wajib kami panjatkan ke hadapan-Nya. Karena atas limpahan karunia-Nyalah, tugas-tugas pengabdian masyarakat ini dapat kami selesaikan secara sangat memuaskan. Kami diberkahi sebuah tim yang kompak dengan kerja sama yangsangat solid sehingga kami dapat menyelesaikan pengabdian ini dengan sangat baik. Untuk itu, kepada tim yang telah turut menyukseskan pengabdian ini kami sampaikan terima kasih. Selain itu, ucapan terima kasih sudah sepantasnya juga kami sampaikan kepada pihak-pihak terkait yang turut membantu terselenggaranya pengabdian ini. Semoga kerjasama itu tetap dapat berlanjut pada masa yang akan datang demi kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini. Penyusun
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i HALAMANPENGESAHAN ....................................................................... .. ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Analisis Situasi ............................................................................... 1 11.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................... 3 1.3 Tujuan Kegiatan .............................................................................
4
1.4 Manfaat Kegiatan ...........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
5
2.1 Majalah Dinding sebagai Media dan Sumber Belajar ...................... 5 2.2 Pengeembangan Majalah Dinding sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Lintas Kompetensi ..................................................
6
2.3 Bahasa Bali sebagai Alat Ekspresi ................................................
7
BAB III METODE PELAKSANAAN DAN MATERI ………………… 3.1 Metode Pelaksanaan
……………………………………….....
9 9
3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah ....................................................
9
3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ...................................................
9
3.1.3 Khalayak Sasaran.......................................................................... 10 3.1.4 Rancangan Evaluasi …………………………………...……… BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
10 11
4.1 Hasil Pelatihan ………………………....………………………
11
4.2 Pembahasan ..................................................................................
14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
17
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 17 5.2 Saran-saran ....................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20 LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembentukan mental dan karakter siswa tidak hanya dengan pemberian dan pemenuhan ilmu pengetahuan lewat pembelajaran di kelas. Pembinaanpembinaan keterampilan dan sikap lewat berbagai kegiatan ektrakurikuler sangat membantu pembentukan disiplin, moral, mental, kerja sama, kejujuran, tanggung jawab siswa, dll. Hasil penelitian Goleman dalam (Amri, dkk, 2011) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan 20 % ditentukan oleh kecerdasan IQ. Sejalan dengan pernyataan di atas, salah satu bentuk kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan jurnalistik yang ujung-ujungnya melahirkan majalah sekolah dan atau majalah dinding/mading. Kegiatan ini ada di sekolah-sekolah bahkan sering menjadi ajang perlombaan, yakni lomba majalah sekolah dan atau majalah dinding yang dimotori oleh perguruan tinggi yang peduli dengan keberadaan mading. Saudara kandung dari majalah sekolah adalah majalah dinding (mading). Majalah dinding jauh lebih sederhana daripada majalah sekolah. Majalah dinding pun sering tidak terkelola dengan baik, sehingga banyak sekolah yang memiliki papan yang bertuliskan “MAJALAH DINDING” tetapi kosong. Kalau toh berisi, ternyata isinya sudah berbeda yakni potongan-potongan berbagai koran atau majalah yang dianggap aktual, dan bukan hasil kreativitas siswa sehingga keberadaannya menjadi kurang efektif. Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh pihak sekolah terkait kurang efektifnya majalah dinding sekolah. 1.2 Analisis Situasi Majalah sekolah sebagai salah satu sarana pengembangan kreativitas siswa belum tumbuh dan belum berkembang dengan baik. Perhatian ke
arah itu,
terutama dari para siswa, juga kurang baik. Berdasarkan kenyataan yang ada dapat dihitung dengan jari, sekolah-sekolah yang tradisi majalah sekolahnya berkembang dengan baik. Bahkan tidak jarang, malahan mungkin lebih banyak sekolah yang tidak memiliki majalah sekolah, kalau toh ada tetapi jarang terbit. Beberapa sekolah yang sudah memiliki majalah sekolah atau majalah dinding pun keberadaannya cukup memprihatinkan. Penerbitannya tidak kontinyu. 1
Sering juga asal terbit. Kualitas cetaknya sangat rendah. Penataan tampilannya kurang, ilustrasi seadanya, apalagi menyangkut ide dan pemaparan isinya. Secara singkat, isi, organisasi isi, dan penataan perwajahan atau tampilan dari majalah tersebut kurang; apalagi majalah dinding berbahasa Bali sangat jarang dan hampir belum pernah dilakukan oleh sekolah-sekolah. Padahal berbicara tentang budaya dan ipteks dengan menggunakan bahasa Bali sangat menarik dan banyak menyentuh
dan
terkait
dengan
pendidikan
karakter.
Penyebab
lain
ketidakkontinyuitasan penerbitan majalah dinding dan atau majalah sekolah kemungkinan kekurangan materi atau ada kejenuhan baik oleh siswa maupun oleh guru pembina. Terlepas dari semua kondisi di atas, siswa sebenarnya cukup antusias untuk menulis, berekspresi ataupun beraktivitas. Hanya sayang, mereka kurang mendapat bimbingan yang intensif terkait pengembangan kreativitasnya untuk melahirkan sebuah majalah. Kondisi seperti ini tentu tidak bisa terus dibiarkan apalagi dalam konteks meningkatkan kualitas ekspresi dan kreativitas siswa dalam berbahasa Bali. Mading merupakan tempat yang pas untuk berekspresi dan berkreasi. Secara sederhana, majalah sekolah dapat diartikan sebagai majalah yang dikelola oleh insan sekolah dan umumnya memuat hal-hal yang berkaitan dengan sekolah dan untuk kepentingan sekolah tersebut. Keberadaannya sangat begitu bersahaja namun sederhana. Isi dan ilustrasinya biasanya khas tentang sekolah tersebut. Oleh karena itulah, ada yang menyebutkan majalah sekolah sebagai penerbitan-penerbitan kecil yang dilaksanakan di suatu sekolah (lihat, misalnya Artika, 2002). Biayanya sering ditanggung dari dana yang dikeluarkan oleh siswa di sekolah itu, yang nota bene menjadi masyarakat pembacanya. Hal ini sering juga memicu kontroversi, baik di kalangan siswa maupun orang tua siswa. Banyak juga siswa dan orang tua siswa yang menolak mengeluarkan dana untuk menalangi penerbitan sebuah majalah sekolah. Akibatnya, majalah sekolah sering hanya menjadi pelengkap bagi keseluruhan sistem sekolah tersebut. Keberadaannya ini sering menjadikannya tamu asing di sekolah tersebut. Kurangnya pemahaman dan pemanfaatan majalah sekolah dalam pembelajaran di sekolah, mungkin menjadi salah satu penyebab keadaan ini.
2
Berdasarkan alasan tersebutlah, perlu diadakan kegiatan pengabdian berupa pelatihan pembuatan majalah dinding berbahasa Bali pada siswa SMA/ SMK di Kota Singaraja. Pengabdian tahun anggaran ini mengambil lokasi di Kota Singaraja dengan peserta siswa dan guru-guru SMA/SMK dari sekolah-sekolah yang ada di wilayah ini. Guru dilibatkan karena proses pembinaan harus berlanjut. Pelatihan ini diarahkan kepada hal-hal yang berkaitan dengan isi, organisasi isi, dan tampilan (perwajahan) majalah dinding yang boleh dikatakan sebagai saudara kandung dari majalah sekolah yang sekarang acuannya adalah memuat pendidikan karakter.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah Majalah dinding tidak tumbuh dalam tradisi yang baik. Perhatian ke arah itu pun nyaris tidak banyak, apalagi majalah dinding berbahasa Bali. Dengan demikian, dapat dipastikan banyak sekolah yang majalah dindingnya sering tidak terbit secara rutin. Kalau pun terbit, kualitas maupun kuantitas terbitannya belum baik. Secara kuantitas, kontinyuitas penerbitan majalah dinding menjadi persoalan. Secara kualitas, tampak jelas terlihat sangat kurang. Isinya sering sangat klise, pengorganisasian ide dalam wacana-wacananya juga kurang memenuhi kekohesifan dan kekoherenan sebuah wacana. Demikian juga, masalah tampilan atau perwajahan beserta ilustrasinya tampak sangat miskin kreativitas. Pendek kata secara umum majalah dinding belum terbentuk secara baik, bahkan isinya sering petikan dari beberapa media lain, siswa hanya menempelkan saja. Kejenuhan siswa dalam berekspresi di dalam majalah dinding dengan media berbahasa Indonesia dapat dimodifikasi dengan menggunakan bahasa Bali, sehingga ada penyegaran baik di kalangan siswa maupun pada guru-guru yang berpotensi, bersemangat membina siswa dan mengelola majalah dinding. Masalah yang paling urgen, tampaknya terletak pada tiga hal yaitu isi, pengorganisasian ide, dan perwajahan/tampilan. Secara spesifik masalah tersebut adalah (1) rendahnya keragaman tulisan dalam MADING di sekolah-sekolah, (2) lemahnya kemampuan siswa menyajikan ide yang dimiliki menjadi sebuah artikel, berita, dan lain-lainnya yang menarik, (3) kurangnya kemampuan mengatur halaman majalah, mengatur ilustrasi, tampilan muka, dan lain-lainnya sehingga daya tarik
3
dan kebermaknaan sebuah majalah dinding menjadi rendah. Itu beberapa permasalahan yang tampaknya sangat mendesak untuk dipecahkan. 1.4 Tujuan Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada para siswa dalam pemberdayaan sebuah majalah dinding berbahasa Bali. Setelah pelatihan, peserta diharapkan memiliki kemampuan minimal dalam tiga hal yang berkaitan dengan majalah dinding. Ketiga hal tersebut adalah kemampuan memilih isi majalah dinding yang cocok dimuat, kemampuan untuk mengorganisasikan idenya dalam bentuk tulisan yang layak dimuat dalam majalah dinding, kemampuan melakukan kavling ruang, menata perwajahan, dan ilustrasi dari suatu majalah dinding.
1.5 Manfaat Kegiatan Kegiatan ini akan sangat bermanfaat bagi: 1) siswa peserta pelatihan karena mereka akan mendapatkan bekal: a) untuk
mengadakan
atau
membuat
majalah
dinding
atau
memberdayakan mading yang sudah ada di sekolahnya sendiri, b) untuk mendapatkan pekerjaan jika mereka nantinya sudah terjun ke dunia kerja karena kemampuan tulis-menulis yang dimiliki sangat penting dalam kehidupan; 2) sekolah tempat para siswa menuntut ilmu karena dengan kemampuan yang dimilikinya akan lebih menggairahkan kegiatan ekstrakurikuler, khususnya yang terkait dengan mading. Kemajuan ini akan ikut mendongkrak prestise dan prestasi sekolah tersebut.
4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Majalah Dinding sebagai Media dan Sumber Belajar
Pengertian media dan sumber belajar telah banyak diulas oleh pakar Pendidikan, seperti oleh Gagne, Briggs, Wong, Brown, Gerlach, dan Ely (1971) serta lembaga-lembaga pemerhati dan pelaksana Pendidikan seperti Association for Educational and Communication Technology (AECT) maupun National Education Association (NEA) di Amerika. Dari pendapat mereka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. a) Media dan sumber belajar adalah alat yang dapat membantu proses belajarmengajar, yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar-mengajar dapat tercapai dengan sempurna. b) Media maupun sumber belajar berpesan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. c) Apapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal, yaitu berupa kata-kata yang diucapkan di hadapan peserta didik. d) Segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada mulanya tidak dilibatkan dalam proses belajar-mengajar, setelah dirancang dan dipakai dalam kegiatan tersebut dapat sebagai perangsang belajar. e) Sumber belajar dapat berupa manusia maupun bukan manusia yang tersedia untuk keperluan belajar. Dari uraian di atas, tidaklah berlebihan jika majalah dinding sekolah sebagai kumpulan karya ataupun fortopolio siswa merupakan salah satu media yang cukup menarik. Jika majalah dinding maupun majalah sekolah tersebut dimanfaatkan secara maksimal oleh seorang guru yang kreatif, ia akan menjadi salah satu media dan sumber belajar yang cukup menarik dan memotivasi siswa untuk belajar.
5
Tulisan-tulisan yang terdapat dalam majalah dinding dapat digunakan sebagai: 1) model tulisan jika guru akan mengajarkan keterampilan menulis kepada siswanya, 2) sebagai bahan autentik untuk membelajaran ketatabahasaan, dan 3) sebagai sarana untuk memotivasi siswa agar mereka mau berkreasi menciptakan berbagai ragam karangan/tulisan. Sementara itu, gambar atau ilustrasi dalam majalah dinding juga dapat dimanfaatkan oleh guru seni rupa (kesenian) misalnya, sebagai model dalam pembelajaran mengambar ilustrasi dan yang lainnya. Selain itu, gambar yang termuat dalam majalah dinding secara tidak langsung sebagai sarana yang sangat ampuh untuk meningkatkan daya kompetitif dalam diri siswa dalam menghasilkan karya. Jadi, banyak model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam majalah dinding. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan, bahwa majalah dinding sekolah dapat dipakai dalam pembelajaran sebagai: 1) model, 2) bahan autentik, 3) sarana untuk memotivasi siswa berkarya, dan 4) tempat untuk belajar mengembangkan model pembelajaran “learning community” yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan siswa untuk hidup bermasyarakat.
2.2 Pengembangan Majalah Dinding sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Lintas Kompetensi Sekarang ini, pembelajaran lintas kompetensi kembali menjadi sorotan pemerhati pendidikan hampir di seluruh belahan bumi ini. Berbagai pendekatan pembelajaran pun muncul untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Di Indonesia, dengan rancangan pembaharuan kurikulum berbasis kompetensi, gaung ke arah pembelajaran lintas kompetensi tampak begitu menggema. Ujung-ujungnya, berbagai pelatihan mulai dilaksanakan. Salah satu pelatihan itu adalah pelatihan pembelajaran
dengan
pendekatan
belajar
dan
pembelajaran
kontekstual
(contextual teaching and learning). Munculnya konsep pembelajaran lintas kompetensi ini didasari oleh pemikiran berikut ini. (1) untuk hidupnya, manusia tidak cukup hanya menguasai satu jenis pengetahuan atau ketrampilan saja. Kehidupan bermasyarakat begitu kompleks sehingga diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Tidak mungkin untuk hidup bermasyarakat, manusia hanya menguasai satu jenis
6
pengetahuan tertentu. (2) Pembelajaran mesti memperhatikan keragaman serta multi-inteligensi siswa. Partisipasi siswa di sekolah haruslah memperhatikan kebutuhannya untuk hidup dan delapan orientasi pembelajarannya. Kedelapan orientasi pembelajaran tersebut menurut Gardner (1993) adalah spasial-verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musical-ritmik, naturalis, badan kinestetika, intrapersonal, dan logis-matematis. Di manakah keberadaan majalah sekolah maupun majalah dinding untuk merealisasikan konsep pembelajaran lintas kompetensi tersebut? Hal ini dengan mudah dapat dilihat dari beragamnya isi dari majalah sekolah/majalah dinding tersebut. Pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang menjadi pilar sistem pendidikan dapat diperoleh dari majalah dinding. Dari sebuah berita dengan topik tertentu, banyak hal dapat diajarkan. Mulai dari cara menulisnya, menata tampilannya, ilustrasi gambarnya, pesannya, manfaatnya untuk hidup dan lainlainnya. Oleh karena majalah dinding itu mencakup berbagai kompetensi, maka untuk dapat mewujudkannya atau membuat sebuah majalah dinding dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Tidak cukup, misalnya, hanya didasarkan pada keterampilan dari berbagai bidang, seperti yang dilakoni manusia dalam hidupnya bermasyarakat. Di sinilah keunggulan majalah dinding tersebut. Ia membutuhkan pengetahuan dan keterampilan antardisiplin ilmu. Karena majalah dinding membutuhkan pengetahuan dan keterampilan antardisiplin ilmu inilah, untuk menunjang keberadaannya membutuhkan kolaborasi berbagai kompetensi. Dengan demikian, pembelajaran pembuatan atau pengadaan majalah dinding atau majalah sekolah pada hakikatnya pembelajaran lintas kompetensi. Model pembelajaran ini bermaksud mengasah berbagai kompetensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga diharapkan dapat melahirkan manusia yang dapat menjalani kehidupannya kelak di masyarakat.
2.3 Bahasa Bali sebagai Alat Ekspresi Kehidupan manusia idealnya harus selalu variatif, ekspresif, dan inovatif. yang artinya, harus ada perubahan, pergantian, dan peningkatan kualitas yang memadai. Dalam pembuatan mading seyogyanya seperti itu. Selama ini, bahasa
7
yang selalu digunakan dalam mading adalah bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa Bali sebenarnyan juga mengemban misi yang sama. Perkembangan global membawa pengaruh terhadap perkembangan bahasa daerah di Indonesia yang saat ini sangat mengkhawatirkan. Banyak bahasa daerah, termasuk bahasa Bali mulai ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya (Sriasih, 2011). Sejalan dengan itu, Ibrahim (2011) menyatakan bahwa perilaku masyarakat Indonesia yang lebih 'nyaman' menggunakan bahasa kedua membawa dampak pada eksistensi pemakaian bahasa daerah. Pendapat yang senada disampaikan oleh Hermawan dalam (Kompas, Senin, 2 Februari 2010) bahwa perilaku masyarakat yang 'enggan' menggunakan bahasa daerah tidak hanya terjadi pada bahasa daerah yang dipakai oleh suku-suku minoritas yang jumlah penuturnya terbatas. Akan tetapi, terjadi pula pada bahasa-bahasa daerah yang berpenutur banyak. Hal ini juga sejalan dengan pelestarian aset budaya daerah, khususnya bahasa Bali. Ardika (2006:1) menegaskan bahwa kondisi bahasa Bali saat ini merupakan tantangan dinamisasi yang sesungguhnya untuk tetap dapat eksis hari ini maupun pada masa depan sehingga bahasa Bali menjadi lestari, sebagai bagian dari keinginan bersama untuk tetap menegakkan “Ajeg Bali”. Dengan demikian, pelatihan pembuatan mading berbahasa Bali di SMA/SMK di Kota Singaraja ini perlu dilakukan sebagai strum atau cubitan agar siswa tidak melupakan bahasa Bali dalam berbagai ranah kehidupan.
8
BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Metode Pelaksanaan 3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kegiatan
ini
menggunakan
model
pelatihan
untuk
menangani
permasalahan yang telah dikemukakan di depan. Secara sederhana, pelaksanaan kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, dilakukan presentasi makalah hanya sebagai pengantar tentang konsep dan teori menulis yang diperlukan sebagai contoh pendukung yang disajikan oleh para pakar yang telah lama berkicimpung dalam tulis-menulis dalam hal pengadaan dan pemberdayaan majalah dinding yang berkualitas. Setelah itu, dilanjutkan dengan tanya-jawab untuk pemahaman dan kejelasan arah kegiatan yang ditempuh, dilanjutkan dengan praktik menyusun bagian-bagian dari majalah dinding oleh siswa, dan terakhir menyusun sebuah majalah dinding dengan disain dan tema yang ditetapkan oleh setiap kelompok peserta. 3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Sebelum pelaksanaan perlu diungkapkan proses rekrutmen peserta pelatihan dan mengamati kegiatan sekolah sebab bulan Oktober ada beberapa sekolah yang sedang mengadakan ulangan tengah semester (UTS). Kesertaan anggota pelatihan dilakukan dengan bersurat ke SMA/ SMK di Kota Singaraja. Terdapat 15 sekolah yang disurati untuk mengikuti pelatihan. Sengaja ke-15 sekolah itu diundang untuk memberikan kesempatan yang sama. Dari 15 sekolah yang diundang, hanya 10 sekolah yang mengirimkan peserta pelatihan, yang jumlah keseluruhan, guru dan siswa adalah 57 orang. Sekolah-sekolah tersebut beserta nama pesertanya dapat dilihat pada lampiran. Untuk memberikan semangat dan hasil yang nyata, dalam praktik penyusunan majalah dinding siswa dikelompokkan berdasarkan sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini dapat uraikan sebagai berikut. Pertama, dilakukan presentasi makalah tentang sejarah singkat Manusia, Media, dan Komunikasi oleh I Wayan Artika; kedua, I Made Astika mengulas sekilas konsep dan teori yang diperlukan untuk mengadakan majalah sekolah yang berkualitas; dan ketiga oleh I
9
Wayan gede Wisnu membicarakan penggunaan bahasa Bali sebagai media pembuatan majalah dinding. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab sebanyak dua sesi, terakhir baru masuk ke dalam kelompok yakni praktik menyusun bagian-bagian dari majalah dinding oleh siswa. Pengelompokan berdasarkan sekolah asal sehingga mereka bekerja di dalam kelompokknya dan hasilnya dapat ditunjukkan di sekolah masing-masing. 3.1.3
Khalayak Sasaran Pelatihan ini membidik siswa SMA/SMK di Kota Singaraja dan seorang
guru pendamping setiap sekolah. Setelah pelatihan, para guru diharapkan dapat membimbing para siswa sehingga peserta pelatihan ini diharapkan mampu bekerja sama dan menularkan pengetahuan yang diperolehnya selama pelatihan kepada teman-temannya sehingga tradisi majalah dinding sebagai sosok kreativitas yang paling sederhana di lingkungan sekolah tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. 3.1.4 Rancangan Evaluasi Untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan pengabdian ini, tim
menggunakan model evaluasi berupa penilaian terhadap karya yang dihasilkan oleh siswa selama pelatihan. Karya mereka yang terkumpul dinilai oleh tim. Dengan demikian, model evaluasinya menggunakan model fortofolio. Hart (1994) mengatakan fortofolio adalah koleksi dari berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan atau prestasi siswa selama jangka waktu tertentu. Jadi, evaluasi dalam hal ini berkaitan dengan keragaman tulisan yang dihasilkan berdasarkan karakter setiap jenis tulisan serta ketepatan lay out majalah dinding yang dihasilkan.
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelatihan Pelatihan ini dilaksanakan selama satu hari pada tanggal 10 Oktober 2013 yang bertempat di Ruang Teater Kampus Bawah UNDIKSHA, Singaraja. Total peserta pelatihan berjumlah 57 orang dengan rincian 10 orang guru pendamping dan 47 siswa SMA/SMK di Kota Singaraja. Setiap sekolah ada mengirimkan 4 sampai 6 orang siswa, sehingga siswa dikelompokkan berdasarkan sekolah asal. Dengan demikian diperoleh 10 kelompok peserta pelatihan. Panitia telah menyiapkan meja dan kursi untuk 10 kelompok sesuai jumlah peserta . Kegiatan yang berwujud pelatihan ini dibuka oleh Dekan FBS Undiksha dengan penekanan betapa pentingnya meningkatkan kreativitas siswa dalam mengantisipasi tumbuh dan berkembangnya siswa yang notabene sedang berada pada masa remaja yang perlu perhatian dan pengawasan serius terhadap segala aktivitasnya. Dalam hal ini, pelatihan pembuatan majalah dinding berbahasa Bali perlu dan sangat bagus di tengah-tengah gejolak perkembangan teknologi komunikasi yang sangat menghimpit pemakaian bahasa Bali yang baik dan benar. Sambutan dekan sekaligus membuka acara pelatihan. Acara pelatihan diawali dengan presentasi materi oleh tiga orang nara sumber seperti yang sudah disampaikan di depan. Sesi berikutnya adalah tanya jawab mengenai konsep-konsep dan teori tentang rubrikasi dan lay out. Tahapan ini berjalan dengan sangat komunikatif karena siswa maupun guru pembimbing merasa
mendapatkan
pengetahuan
yang
dibutuhkan
untuk
peningkatan
kemampuannya dalam pembuatan majalah dinding. Tahap berikutnya adalah pelatihan rubrikasi dan menata tampilan sebuah majalah sekolah. Pelaksanaan pelatihan ini berjalan dengan baik. Antusias siswa mengikuti pelatihan ini sangat tinggi. Mereka tampak sangat menikmati pelatihan ini karena model pelatihan menggunakan konsep belajar learning community atau kooperatif learning. Tahapan menulis rubrikasi ini menghasilkan tulisan yang ditugaskan oleh pelatih. Rata-rata tulisan siswa cukup baik, guru pemdambing sangat berperanan mengarahkan siswa karena penggunaan bahasa Bali merupakan kendala bagi
11
siswa. Siswa tampak mulai berani menuangkan gagasan mereka dengan bebas dan kreatif. Dua hal inilah yang biasanya menjadi kendala dalam penulisan rubrik. Tanpa kebebasan dan kreativitas, tulisan rubrik akan terasa kering dan kurang “menyengat”. Selama pelatihan ini, siswa diajak untuk menuju kepada tulisan yang cocok untuk menjadi berita. Tampaknya ini menjadi daya tarik pelatihan ini. Siswa tampak mulai menyadari bahwa tidak sembarang tulisan dapat dimuat di majalah dan tidak sembarang fakta yang dapat disajikan dalam sebuah majalah. Pemilihan fakta penting dan menarik dan penuangan yang mempunyai “greget” merupakan salah satu persyaratan sebuah tulisan dalam sebuah majalah. Ada beberapa hal penting yang perlu menjadi fokus perhatian dalam pelatihan penulisan ini majalah dinding. Masalah penting yang telah terjawab oleh siswa sendiri adalah pertanyaan seperti “Apa yang dapat ditulis untuk sebuah majalah?, Bagaimana memilih fakta-fakta yang dapat ditulis?, Bagaimana menyajikan sebuah fakta yang perlu disajikan dalam sebuah majalah?, Bagaimana memulai menulis?, Apa yang perlu diperhatikan dalam penuangan ide ke dalam tulisan? an lain-lainnya”. Jawab atas pertanyaan itu tampak sudah ada di benak siswa. Hal ini terbukti dengan berhasilnya mereka menghasilkan sosok tulisan yangsangat sederhana yang cocok untuk sebuah majalah dinding. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah tampilan (lay out) sebuah majalah. Lay out ini merupakan tampilan perwajahan secara utuh, dalam arti tata urutan serta komposisi pemberitaan. Dalam penataan lay out ini siswa mendapat pengalaman yang cukup berharga karena mereka diajak langsung untuk menata sebuah majalah dinding. Bagaimana sosok penataan sebuah majalah dinding? Bagaimana membagi kolom-kolom dan mengisinya sehingga wajah sebuah majalah dinding menjadi menarik dan efisien serta efektif? Inilah yang dilatihkan dalam tahapan ini. Dalam pelatihan ini, siswa diajak langsung menata tampilan majalah dinding dengan menempel-nempelkan tulisan yang telah disusun pada sebuah kertas manila/kertas karton yang telah disiapkan panitia. Untuk penataan yang lebih menarik secara fisik, siswa disiapkan berbagai kertas warna serta spidol warna melengkapi kolom-kolom yang dibutuhkan. Waktu pelatihan yang sangat singkat tidak dimungkinkan menghasilkan tulisan yang cukup berkualitas. Namun, dengan pembimbingan yang sangat
12
intensif oleh tiga orang nara sumber, siswa telah memperoleh pengalaman yang sangat berharga baik dalam hal konsep teoretas yang harus dipegang terkait dengan komponen-komponen majalah dinding, sehingga terlahir tulisan-tulisan sederhana yang dapat memacu siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya, maupun penataan perwajahan atau lay out sebuah majalah dinding. Dalam kegiatan pelatihan, semua siswa sibuk ada yang memikirkan judul, ada yang mengembangkan tulisan, ada yang mengoreksi, ada yang memikirkan humor atau puisi, atau ilustrasi yang bisa dikembangkan. Dengan demikian pada tahapan ini, siswa betul-betul memperoleh pengalaman mulai menemukan konsep, mendiskusikan, mengembangkan tulisan, sampai menata secara rapi. Guru pun ikut berpartisipasi mengarahkan aktivitas siswa, terutama dalam hal terjemahan kata-kata berbahasa Indonesia ke bahasa Bali. Kehadiran Guru sangat menguntungkan bagi para siswa karena bahasa Bali seperti bahasa asing bagi siswa. Kolaborasi ini sangat menguntungkan karena berpengaruh terhadap kualitas pelatihan ini. Tidak ada rasa bosan dalam diri siswa. Metode pelatihan yang lebih banyak bekerja daripada ceramah tentang teori tampaknya sangat tepat untuk kondisi ini. Keantusiasan para peserta pelatihan sangat kelihatan manakala panitia mengumumkan tepat pk 14.00 waktunya habis namun peserta secara kompak mohon agar waktunya ditambah lagi 30 menit. Kegembiraan dan semangat pada para peserta semakin tampak menjelang kegiatan berakhir. Kegiatan terakhir adalah tiba saatnya penilaian terhadap karya-karya yang dibuat siswa. Para peserta secara bergiliran mempresentasikan hasil karya mereka. Selain proses yang baik tersebut, ternyata dari segi hasil pun, pelatihan ini cukup baik. Kelompok siswa mampu menampilkan sebuah sosok majalah yang cukup variatif. Hal ini terlihat dari presentasi yang dilakukan. Hasil karya mereka itu ternyata cukup bagus untuk ukuran siswa. Jika ini dilanjutkan kepada penyusunan majalah yang sebenarnya, tentu kualitas majalah sekolah yang terbit akan jauh lebih baik dari keberadaannya sekarang. Dalam presentasi ini, setiap kelompok ke depan dan 2 orang siswa mempresentasikan majalh dinding yang telah disusun. Sosok majalah yang mereka hasilkan ini juga menjadi kebanggan dari siswa itu sendiri. Mereka tampak bangga dengan hasil karyanya. Setiap pertanyaan dari tim juri yang
13
semula bertindak sebagai nara sumber dapat dijawab dengan sempurna. Mungkin awalnya, mereka mengira dirinya tidak akan dapat menghasilkan sosok sebuah majalah. Dengan hasil karya mereka itu, tampaknya kerinduannya untuk membuat sebuah majalah akan meningkat. Inilah harapan dari pelatihan ini, selain menambah pengetahuannya juga meningkatkan motivasinya untuk berkreasi membuat majalah sekolah yang lebih berkualitas. Sebelum kegiatan diakhiri, panitia menyebarkan angket terhadap siswa dan guru untuk mengetahui respon mereka terkait dengan pelaksanaan kegiatan ini. Secara umum baik siswa maupun guru, mereka menyatakan bahwa kegiatan penulisan majalah dinding berbahasa Bali baru pertama kali mereka ikuti, mereka sangat tertarik dengan kegiatan ini, sangat bermanfaat, materi yang diberikan sangat cocok dan sangat menyentuh. Mereka juga merasa sangat tertantang untuk menindaklanjuti kegiatan ini. Di samping itu, mereka sangat waktunya untuk ditambah dan dapat dilakukan setiap tahun bukan hanya untuk para siswa di lingkungan kota singaraja tetapi dapat dikembangkan ke luar kota.
4.2 Pembahasan Berangkat dari hasil yang diperoleh selama pelatihan, ada hal-hal yang perlu dibahas sebagai tindak pikiran kritis dari pelatihan ini. Siswa
sangat
antusias dan termotivasi untuk mengikuti pelatihan. Ini ditunjukkan sejak kedatangan mereka. Mereka datang tepat waktu, presensi, dan masuk ruangan serta membaca materi yang telah dibagikan. Mereka sangat antusias karena pelatihan majalah dinding berbahasa baru pertama kali diselenggarakan oleh LPM UNDIKSHA. Selama ini ada kesan bahwa bahasa Bali itu sangat sulit, tetapi ada rekomendasi longgar yang disampaikan oleh nara sumber bahwa para siswa harus berani berbicara dan menulis dengan bahasa Bali tidak peduli benar atau salah. Keantusiasan dari siswa saat mengikuti pelatihan ini tampaknya menjadi sebuah temuan yang sangat menarik untuk dibahas. Mengapa siswa begitu antusias dan memiliki motivasi yang tinggi? Hal ini tampaknya didorong oleh beberapa hal. Pertama, pelatihan penyusunan majalah dinding berbahasa Bali yang mengarah kepada keterampilan semacam ini baru pertama kali dilakukan.
14
Jika benar demikian, maka ini membuktikan bahwa siswa kita bukan siswa yang kurang aktif. Mereka menjadi kurang aktif karena kurangnya rangsangan untuk berkarya secara nyata. Mungkin cara-cara pendidikan kita selama ini lebih banyak menyentuh dan menanamkan pemahaman terhadap teori yang verbalistik, tanpa adanya realisasi dalam kehidupan siswa. Ruangan-ruangan majalah dinding yang kosong selama ini karena belum banyak disentuh dengan variasi pelatihan. Selama ini hanya majalah dinding berbahasa Indonesia yang eksis bisa jadi ada kejenuhan. Kedua, siswa tampaknya merasa bahwa segala yang mereka dapatkan dalam pelatihan ini bermanfaat langsung untuk kehidupannya, baik sebagai siswa maupun sebagai anggota masyarakat atau pencari kerja kelak. Ini berarti prinsip kebermaknaan dan keterkaitan pelajaran dengan kehidupan nyata siswa sangat menopang antusias dan motivasi siswa belajar. Pelatihan ini adalah salah satu bentuk pembelajaran juga. Hanya saja bedanya dengan pembelajaran di kelas adalah dalam pelatihan ini siswa belajar secara alami seperti mereka alami dalam kehidupannya di masyarakat, sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mereka belajar secara sangat formal dan terikat oleh begitu banyak aturan yang justru menjadi tekanan bagi perkembangan aktivitas dan kreativitasnya. Pelatihan ini juga memberikan satu model pembelajaran yang tampaknya menarik minat serta menggugah keberanian siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam pembuatan majalah dinding. Model itu adalah model pemecahan masalah dengan presentasi disertai langsung tanya jawab yang intens dan menyenangkan. Siswa secara tegar mempresentasikan dan menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan para juri. Siswa tampak menikmati pembelajaran seperti ini. Mereka dihadapkan langsung dengan permasalahan yang nyata mereka hadapi, kemudian langsung juga dipecahkan sesuai dengan tetap mengaitkan dengan substansi masalah dan lingkungan atau konteksnya. Inilah model pembelajaran yang dituntut oleh KTSP. Aplikasi pembelajaran yang semestinya kontekstual. Jadi, proses yang bagus terlihat dari aktivitas yang meningkat secara posif sehingga hasilnya pun tampak secara nyata. Karya-karya yang dihasilkan dibawa ke sekolahnya masing-masing sebagai bukti hasil pelatihan. Karya-karya yang dibawa ke sekolahnya akan menjadi acuan, atau minimal injeksi untuk pengembangan majalah dinding selanjutnya di sekolah itu.
15
Di sinilah peranan guru untuk menalarkan kegiatan seperti ini kepada siswa-siswi lainnya. Siswa akan senang jika mereka langsung dapat melihat hasil karyanya. Ini adalah teori yang sudah cukup lama, tetapi sering dilupakan dalam pembelajaran. Dalam pelatihan ini, teori ini tampaknya muncul. Dengan langsung dapat melihat hasil kerjanya, mereka tampak lebih tertantang dan giat untuk belajar sampai-sampai waktu pun mereka lupakan. Karya siswa, bagaimana pun jeleknya, adalah perwujudan dari jati diri siswa. Hal ini perlu disadari, bahwa pengakuan dan penghargaan terhadap jerih payah siswa perlu dilakukan. Siswa adalah sosok yang masih perlu waktu banyak untuk mengembangkan dirinya dan kesempatan seperti itu harus dibuka selebar-lebarnya tanpa membesar-besarkan kekurangan dari hasil kerjanya. Untuk selanjutnya, perlu perencanaan sehingga ke depan pelatihan-pelatihan yang lebih efektif dapat diwujudkan.
16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pembuatan majalah dinding untuk kelompok siswa yang akan mengelola majalah dinding di sekolahnya masing-masing. Dari pelaksanaan pelatihan tersebut, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1) Secara keseluruhan peserta pelatihan belum pernah mengikuti pelatihan sejenis ini sebelumnya sehingga mereka sangat memerlukan adanya pelatihan semacam ini. Hal ini dapat dilihat dari keantusiasan mereka saat mengikuti pelatihan. Mereka sangat menikmati pelatihan ini sehingga semua tugas yang diberikan dikerjakan dengan motivasi yang tinggi. 2) Sebagian besar siswa peserta pelatihan sebenarnya sudah memiliki pengetahuan awal tentang majalah dinding namun secara sekilas. Setelah pelatihan mereka sudah memiliki kejelasan konsep termasuk keterampilan yang diperlukan dalam penataan sebuah majalah dinding. 3) Pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan para peserta dalam menyusun tulisan untuk mengisi kolom-kolom dalam majalah sekolah dan juga meningkatkan kemampuannya dalam menata tampilan (lay out) sebuah majalah dinding. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya ditampilkan sebuah sosok majalah dinding yang sederhana seusai pelatihan. 4) Di samping meningkatkan kemampuan siswa, pelaksanaan pelatihan juga dapat meningkatkan motivasi dan apresiasi guru pembimbingnya tentang majalah dinding.. Para guru juga bersyukur dapat mengikuti pelatihan yang baru pertama kali pernah mereka ikuti. Para guru sangat berharap kegiatan seperti bisa dilanjutkan pada kegiatan-kegiatan yang akan datang.
5.2 Saran-saran Sehubungan dengan hasil pelatihan seperti di atas, beberapa saran berikut ini dapat disampaikan.
17
1) Perlu diadakan pelatihan lanjutan untuk lebih meningkatkan kemampuan pengembangan majalah dinding bagi siswa-siswa sekolah menengah umum agar mutu majalah dinding dapat ditingkatkan. 2) Para guru pendamping sebaiknya mengembangkan majalah dinding yang ideal karena majalah dinding sangat bermanfaat sebagai sarana bagi siswa untuk belajar. Majalah dinding adalah salah satu sumber belajar yang menarik bagi siswa dan juga sumber belajar yang mampu mengembangkan multi intelegensi siswa seperti yang dituntut oleh kurikulum berbasis kompetensi. 3) Pembelajaran yang terjadi dalam pelatihan ini adalah siswa belajar secara alami seperti mereka alami dalam kehidupannya di masyarakat, sedangkan dalam pembelajaran di kelas, mereka belajar secara sangat formal dan terikat oleh begitu banyak aturan yang justru menjadi tekanan bagi perkembangan aktivitas dan kreativitasnya. 4) Siswa akan senang jika mereka langsung dapat melihat hasil karyanya. Ini
adalah teori yang sudah cukup lama, tetapi sering dilupakan dalam pembelajaran. Dalam pelatihan ini, teori ini tampaknya muncul. Dengan langsung dapat melihat hasil kerjanya, mereka tampak lebih tertantang dan giat untuk belajar sampai-sampai waktu pun mereka lupakan. Karya siswa, bagaimana pun jeleknya, adalah perwujudan dari jati diri siswa. Hal itu perlu disadari dan dihargai oleh guru. Dengan demikian, pembinaan secara intensif dengan penyediaan waktu yang lebih banyak perlu dipikirkan lagi sehingga dapat diwujudkan sebuah majalah dinding yang cukup berkualitas.
18
Daftar Pustaka Amri, Sofan, dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pusaka. Ardika, I Gede. 2006. Kebijakan, Strategi, dan Revitalisasi Bahasa Bali: Makalah dalam Kongres Bahasa Bali VI di Denpasar, 10-23 Oktober 2006. Artika. 2002. Pembinaan Majalah Sekolah. Singaraja: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic Books Gerlanch.V. G. dan D. P. Ely. 1971. Teaching and Media. A Systemmatic Approach. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc. Ibrahim, Gufran Ali. 2011. Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala, dan Perawatannya. Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Jakarta. Kompas. Opini, 17-12-2010. Rejuvenasi Kearifan Lokal Sriasih, Sang Ayu Putu. 2010. Pelatihan Pembuatan Majalah Sekolah/Dinding untuk Siswa-siswi SMA di Kabupaten Badung Utara. Laporan P2M Undiksha Singaraja. Sriasih, Sang Ayu Putu. 2011. Bahasa Bali antara Pelestarian dan Keterdesakan dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Daerah, kerja sama Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Undiksha dengan Jurusan Bahasa Daerah UPI Bandung.
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN SUSUNAN ACARA PELATIHANPEMBUATAN MAJALAH DINDING (MADING) BERBAHASA BALI PADA SISWA SMA/SMK DI KOTA SINGARAJA 1.
08-00-08-30 Presensi
2.
08.30-08.35
Pembukaan
3.
08.35-08.40
Menyanyikan Indonesia Raya
4.
08.40-08.45
Doa
5.
08.45-08.50
Laporan ketua panitia
6.
08.50-09.00
Sambutan Dekan FBS sekaligus membuka acara
7.
09.00-09.20
Snak
8.
09.30-10.30
Presentasi dan tanya-jawab
9.
10.30 -
Pelatihan pembuatan majalah dinding, pembimbingan, dan
13.00
penilaian
10. 13.00-13.20
Makan siang bersama
11. 13.30-14.30
Melanjutkan pembuatan majalah didinding, presentasi dari 3 perwakilan kelompok dan komentar dari nara sumber
12. 14.30-
Penutupan
20
PEDOMAN WAWANCARA Untuk Siswa Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara jujur. Kejujuran Anda sangat bermanfaat untuk perencanaan program kami selanjutnya. 1. Sebagai siswa yang masih tergolong ABG (anak baru gede), apakah Anda menyukai pelajaran bahasa Bali? a. sangat suka, b. suka, c. tidak begitu suka. 2.
Apakah sebelum kegiatan ini, Anda pernah mengikuti kegiatan sejenis ini? a. pernah sekali, b. pernah lebih dari sekali, c. sama sekali belum pernah
3.
Apakah Anda merasa tertarik dengan program pengabdian yang diselenggarakan hari ini? a. sangat tertarik, b. tertarik, c. tidak tertarik.
4.
Apakah Anda merasa, kegiatan ini bermanfaat bagi Anda? a. sangat bermanfaat, b. bermanfaat, c. tidak bermanfaat.
5.
Apakah Anda senang dengan pengabdian model ini, (yang menuntut Anda untuk melakukan aktivitas menulis)? a. sangat senang, b. senang, c. Ttidak senang.
6.
Apakah materi yang diberikan cocok dengan keinginan anda? a. sangat cocok, b. cocok, c. tidak cocok.
7.
Apakah
ada teori, teknik, pengalaman baru yang anda peroleh dalam
pengabdian ini? a. sangat bervariasi, b. cukup bervariasi, c. tidak ada. 8.
Apakah dengan model pelatihan ini dapat memotivasi/menantang Anda untuk melanjutkan kegiatan mading di sekolah Anda? a. sangat termotivasi, b. dapat memotivasi, c. belum termotivasi.
9.
Tulislah saran-saran dan kesan-kesan Anda terkait dengan program pelatihan ini!
Nama: Sekolah: Tanda tangan:
Matur suksma
21
Angket untuk guru Pelaksanaan P2M 2013 A. Mohon dijawab sesuai petunjuk setiap no. untuk penyempurnaan P2M ke depan! 1. Apakah Ibu/Bapak pernah mengikuti kegiatan seperti? Jika pernah, kapan dan di mana? Jelaskan jawaban Ibu/Bapak! 2. Menurut Ibu dan Bapak, apakah kegiatan ini cukup memberikan manfaat? Jika ya terhadap siapa saja manfaat ini? Jelaskan jawaban Anda! 3. Bagaimana pendapat Ibu/bapak tentang sajian materi oleh nara sumber? 4. Dari pelatihan ini, apakah atas bimbingan Ibu/Bapak, para siswa dapat melahirkan sebuah majalah dinding berbahasa Bali? Jelaskan ! 5. Berikan pendapat, masukan, kritik, dan saran yang positif
terkait
pelaksanaan kegiatan ini sehingga kegiatan yang sejenis ke depan bisa lebih bagus! Matur suksma B.
Jawaban, mohon dijawab secara urut! 1-5.
1.
22
23
24
25