0
SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG
OLEH: EVAYANTI NPM: A1I112120
PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU 2015
1
ABSTRAK UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG Oleh: Evayanti NPM: A1I112120 Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kecerdasan visual spasial anak khususnya kemampuan anak dalam mentrasformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar melalui kegiatan menggambar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan melalui observasi dan dianalisis melalui persentase. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan kegiatan menggambar dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial anak khususnya dalam mentransformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan nilai hasil kegiatan anak sebesar 46,15% untuk menghasilkan produk gambar, 30,77% proses dan 38,46% dalam penilaian diri. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah mampu mentransformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar, sehingga kecerdasan visual spasial anak dapat meningkat. Kata Kunci: visual spasial, menggambar.
2
Pendahuluan Menurut Musfiroh (2008: 49) kecerdasan visual spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, patung. Berdasarkan Permen No. 58 Tahun 2009 kecerdasan visual spasial anak usia 5-6 tahun seharusnya sudah dapat menggambar bebas dengan berbagai bentuk media (kapur, pensil warna, krayon, spidol, arang dan bahan-bahan pewarna yang ada di alam) dengan rapi, menggambar bebas dari bentuk dasar titik, garis, lingkaran, segitiga dan segiempat, menggambar orang dengan lengkap dan proporsional. Namun, kenyataan dilapangan terlihat di PAUD Terpadu Ar Rahman Kabupaten Kepahiang masih banyak anak yang lemah dalam menggambar, baik menggambar bebas maupun menggambar dengan pola yang telah disediakan guru. Hal tersebut disebabkan oleh anak yang kurang tertarik dengan kegiatan menggambar, kemampuan anak dalam menuangkan imajinasinya dalam bentuk gambar masih lemah, teknik menggambar yang diberikan guru belum sempurna atau belum sesuai dengan tahap-tahap menggambar yang sebenarnya. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada kelompok usia 5-6 tahun PAUD Terpadu Ar-Rahman Kabupaten Kepahiang mengenai kemampuan kecerdasan visual spasial tentang kemampuan menggambar anak maka peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial melalui Kegiatan Menggambar Anak Kelompok Usia 5-6 Tahun PAUD Terpadu Ar-Rahman Kabupaten Kepahiang”. Kajian Pustaka Menurut Armstrong, 2003 dikutip Musfiroh (2008: 4.3) Kecerdasan visual spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang-ruang didefinisikan sebagai kemampuan
mempersepsi
dunia
visual-spasial
secara
akurat
serta
mentransformasikan persepsi visual spasial tersebut dalam berbagai bentuk. Kecerdasan ini memiliki 3 kata kunci agar kita dapat lebih mudah memahaminya yaitu mempersepsi, visual spasial dan mentransformasikan. Menurut Sumanto (2005:
3
47) menggambar (drawing) adalah kegiatan manusia untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialaminya baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Sedangkan menurut Pamadhi (2013: 2.5) mengatakan menggambar adalah membuat gambar dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna sehingga menimbulkan gambar. Menurut Indahan (2014: 1) Teknik menggambar manual bisa dipelajari dengan mudah melalui langkah-langkah yang telah dicontohkan maupun menciptakan langkah-langkah sendiri untuk memudahkan membuat suatu gambar. Metodologi Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus dengan tema pembelajaran siklus pertama alat komunikasi sub tema surat dan siklus kedua alat komunikasi sub tema telepon, yang didesain setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap pelaksanaan yaitu kegiatan awal, inti, istirahat/ makan dan penutup. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelompok usia 5-6 tahun PAUD Terpadu ArRahman Kabupaten Kepahiang yang beralamatkan di Jalan Ponirin No. 65 Kelurahan Pasar Kepahiang Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang, dilaksanakan pada semester genap dari minggu ke tiga tanggal 20 April s/d 30 Mei 2015 Tahun Pelajaran 2014/ 2015. Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak pada kelompok usia 5-6 tahun PAUD Terpadu Ar-Rahman Kepahiang yang berjumlah 13 orang, laki-laki 8 orang dan perempuan 5 orang. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam Arikunto (2010: 131) yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah yaitu: 1) perencanaan atau planning, 2) tindakan atau acting, 3) pengamatan atau observing dan 4) refleksi atau reflecting. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif yang akan diolah dengan cara memaknai (memberi makna) pada data tersebut. Kemudian dikuantifikasikan dengan lambang angka dan akan diolah
4
menggunakan uji deskripsi melalui persentase. Untuk memperoleh data yang valid data dikumpulkan melalui teknik observasi. Instrumen yang akan digunakan adalah instrumen observasi anak. Data yang dikumpulkan melalui teknik observasi diolah dengan menggunakan uji deskripsi melalui persentase. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan kelengkapan administrasi guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun administrasi guru itu meliputi perangkat pembelajaran yang terdiri dari: 1) Penentuan tema, tema yang diambil pada penelitian ini adalah alat komunikasi dengan sub tema surat. 2) Pembuatan rencana kegiatan harian (RKH), RKH yang akan digunakan. 3) Penyediaan alat dan bahan peraga: Alat dan bahan peraga yang akan digunakan berupa, buku cerita bergambar, buku gambar, pensil warna, pensil, penghapus, LKA. 4) Menentukan metode dan mengalokasikan waktu: Metode yang akan digunakan pada siklus I ini metode pemberian tugas, bercerita, bernyanyi. 5) Membuat lembar observasi guru dan anak: a) Observasi guru mencakup: (1) Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran. (2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. b) Observasi anak mencakup: (1) Kemampuan anak dalam menghasilkan gambar atau produk. (2) Kemampuan anak dalam proses pembuatan gambar. (3) Kemampuan anak dalam penilaian diri. b. Pelaksanaan Tindakan pada siklus I ini dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Adapun hasil penilaian yang sudah ada bahwa kemampuan anak dalam membuat gambar dengan baik dan rapi atau bintang 4 sebanyak 5 anak dari 13 anak, 5 orang anak sudah mampu membuat gambar dengan baik namun kurang rapi atau mendapat bintang 3, 2 orang anak sudah mampu membuat gambar namun kurang baik dan kurang rapi atau mendapat bintang 2, anak yang mau menggambar namun belum berpola atau bintang 1 sebanyak 1 anak dari 13 anak.
5
Untuk keberhasilan anak dalam bentuk proses bahwa kemampuan anak dalam membuat gambar dengan fokus dan selesai tepat waktu atau bintang 4 sebanyak 7 anak dari 13 anak, yang sudah mampu membuat gambar dengan fokus dan selesai namun tidak tepat waktu atau bintang 3 sebanyak 4 orang, yang mampu membuat gambar dengan fokus namun tidak selesai atau bintang 2 sebanyak 1 orang dan yang tidak mau menggambar atau bintang 1 sebanyak 1 anak. Untuk keberhasilan anak dalam pengembangan diri Anak mau menggambar, aktif dalam menggambar dan menyelesaikan gambar tepat waktu atau mendapat bintang 4 sebanyak 5 anak dari 13, yang hanya mampu memenuhi dua dari tiga kriteria penilaian atau mendapat bintang 3 sebanyak 5 orang anak, yang hanya mampu memenuhi 1 dari 3 kriteria penilaian atau bintang 2 sebanyak 2 orang anak dan yang tidak mau menggambar atau bintang 1 sebanyak 1 anak dari 13 anak. c. Pengamatan Dalam melakukan pengamatan proses pembelajaran, peneliti menggunakan pedoman pengamatan yang difokuskan pada proses, produk dan penilaian diri. Sementara itu, hal yang diamati dari peran guru adalah kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Dari lembar pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kekurangan dari tindakan penelitian pada siklus I ini. Baik dari aktivitas guru selama proses pembelajaran maupun aktivitas anak selama proses pembelajaran. Kekurangan dari aktivitas anak selama proses pembelajaran selama siklus I meliputi kurangnya antusias anak dalam mengikuti pembelajaran dan keaktifan anak dalam menggambar masih kurang. Hal ini terjadi bisa saja karena anak merasa canggung dalam kegiatan pembelajaran karena ada observer yang ikut serta dalam proses pembelajaran dan juga karena anak jenuh dengan media pembelajaran yang digunakan. Ada kesalahan terhadap media yang digunakan, amplop adalah hal yang biasa bagi anak dan tidak terlalu menarik untuk dibuat menjadi sebuah gambar.
6
d. Refleksi Berdasarkan hasil kegiatan menggambar dan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan selama proses kegiatan pembelajaran baik pengamatan pada anak maupun kepada guru pada siklus I. Peneliti dan observer dapat merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan membuat perencanaan untuk langkah berikutnya. Kelemahan itu pada umumnya terletak pada unsur produk dan penilaian diri. Ada satu anak sudah mau menggambar tetapi belum berpola dan ada dua anak yang sudah dapat menggambar tetapi kurang rapi dan gambar yang dihasilkan kurang baik atau kurang sesuai dengan yang ia lihat. Untuk kemampuan penilaian diri anak ada satu anak yang benar-benar tidak mau menggambar. Ia asyik sendiri dengan mainan yang ia pilih dan ada dua anak yang hanya mau menggambar tetapi anak tersebut tidak aktif sehingga anak menyelesaikan gambarnya tidak tepat waktu. Untuk kriteria produk dan penilaian diri, nilainya lebih rendah dari kriteria yang lainnya. Sehingga dari data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk kegiatan yang akan dilakukan pada siklus II untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mentransformasikan apa yang anak lihat ke dalam bentuk gambar dan untuk menarik perhatian anak dalam kegiatan menggambar, guru meningkatkan motivasi anak dengan mengajak anak ke halaman sekolah dan mencoba menggambar sesuatu yang sangat sederhana yang ada di halaman sekolah (siklus II pertemuan 1), di ruang perpustakaan sekolah (siklus II pertemuan 2), di kebun sekolah (siklus II pertemuan 3) dan pertemuan ke 4 menggunakan media telepon rumah yang sekarang sudah jarang anak-anak temui yang ada pada kantor sekolah. Pada pelaksanaan penelitian di siklus II, peneliti lebih memfasilitasi anak dengan memperbanyak arah bimbingan ke unsur arah pandang anak-anak dalam melihat objek yang akan di gambar. Dengan banyak memberikan penjelasan kepada anak apa yang sedang anak lihat pada posisi anak saat itu, kemudian dari apa yang mereka lihat apa yang ingin mereka tuangkan dalam bentuk gambar. Misalnya anak berada di halaman sekolah, yang anak lihat ada mainan, tiang bendera, bunga
7
matahari dan lain-lain. Kemudian dari semua yang mereka lihat apa yang akan mereka gambar. Mungkin ada yang ingin menggambar bunga matahari, mungkin ada yang ingin menggambar mainan, mungkin ada juga yang ingin menggambar keseluruhan (situasi halaman sekolah). Saat anak melakukan kegiatan menggambar, saat itu pula guru bereaksi melakukan bimbingan kepada anak sehingga kemampuan anak dalam mentransformasikan apa yang mereka lihat dalam bentuk gambar dapat meningkat nilainya pada siklus II. 2. Siklus Kedua a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah: 1) Pembuatan Rencana Kegiatan Harian (RKH), 2) Membuat lembar observasi guru dan anak: a) Observasi guru mencakup, b) Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, c) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, 3) Observasi anak mencakup: a) Kemampuan anak dalam menghasilkan gambar atau produk, b) Kemampuan anak dalam proses pembuatan gambar, c) Kemampuan anak dalam penilaian diri b. Pelaksanaan Aktivitas guru lebih mengarahkan anak untuk lebih fokus dalam melihat objek yang akan digambar. Guru memanfaatkan waktu yang ada untuk membimbing tiap anak dalam menggambar telepon. Bimbingan itu meliputi memberikan arahan pada anak dari sisi mana anak akan menggambar pertama kali. Setelah itu, bagian-bagian mana lagi yang belum anak tuangkan dalam gambarnya. Adapun hasil penilaian menggambar pada siklus II berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ada bahwa kemampuan anak dalam membuat gambar dengan baik dan rapi atau bintang 4 sebanyak 11 anak dari 13 anak, 2 orang anak sudah mampu membuat gambar dengan baik namun kurang rapi atau mendapat bintang 3, 0 orang anak sudah mampu membuat gambar namun kurang baik dan kurang rapi atau mendapat bintang 2, anak yang mau menggambar namun belum berpola atau bintang 1 sebanyak 0 anak.
8
Untuk keberhasilan anak dalam bentuk proses bahwa kemampuan anak dalam membuat gambar dengan fokus dan selesai tepat waktu atau bintang 4 sebanyak 11 anak dari 13 anak, yang sudah mampu membuat gambar dengan fokus dan selesai namun tidak tepat waktu atau bintang 3 sebanyak 1 orang, yang mampu membuat gambar dengan fokus namun tidak selesai atau bintang 2 sebanyak 1 orang dan yang tidak mau menggambar atau bintang 1 sebanyak 0 anak. Untuk keberhasilan anak dalam pengembangan diri. Anak mau menggambar, aktif dalam menggambar dan menyelesaikan gambar tepat waktu atau mendapat bintang 4 mencapai 10 anak dari 13 anak, anak hanya mampu memenuhi dua dari tiga kriteria penilaian atau bintang 3 sebanyak 2 orang anak, anak yang mampu memenuhi satu dari tiga kriteria penilaian atau bintang 2 sebanyak 1 orang anak dan anak tidak mau menggambar atauu mendapat bintang 1 sebanyak 0 anak dari 13 anak. Di siklus II ini jumlah anak yang termasuk ke dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) pada aspek produk sebanyak 11 anak atau 84,60% secara keseluruhan, aspek proses sebanyak 11 anak atau 84,60% dan penilaian diri sebanyak 10 anak atau 76,92%. c. Pengamatan Pengamatan terhadap proses pembelajaran pada tindakan penelitian kegiatan menggambar pada siklus II juga dilakukan. Baik untuk proses kegiatan pembelajaran pada anak maupun proses kegiatan belajar pada guru yang mengajar anak tersebut. Dalam melakukan pengamatan proses pembelajaran, peneliti juga menggunakan pedoman pengamatan yang difokuskan pada tiga aspek yaitu produk, proses dan penilaian diri dan hal yang diamati juga sama dengan apa yang diamati pada siklus I. Dari lembar pengamatan yang diperoleh pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan anak maupun aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Dari segi aktivitas guru selama proses pembelajaran, waktu yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien, untuk menarik perhatian anak dalam kegiatan menggambar, guru meningkatkan motivasi anak dengan mengajak anak berpindahpindah tempat menggambar setiap harinya untuk mencari posisi menggambar yang
9
asyik dan menyenangkan bagi anak dan agar anak tidak jenuh dan bosan. Dari aktivitas anak dapat dilihat keantusiasan anak dalam mengikuti pembelajaran dan keaktifan anak dalam menggambar. Seluruh anak sudah ambil bagian dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas meskipun terdapat observer di dalam kelas. d. Refleksi Pada siklus II ini, nilai yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan bila dibandingkan dengan nilai yang diperoleh anak dalam menggambar di siklus I. Kriteria yang telah ditetapkan pada penilaian kemampuan visual spasial anak melalui kegiatan menggambar sudah mencapai nilai baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB) secara keseluruhan, untuk tiap aspek pada siklus II ini sudah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari grafik peningkatan dari siklus I ke siklus II. Kemampuan anak dalam menghasilkan produk atau hasil gambar anak sebesar 46,15% untuk kategori Berkembang Sangat Baik. Untuk kemampuan anak melakukan proses menggambar memperoleh peningkatan sebesar 30,77% untuk kategori
Berkembang
Sangat
Baik.
Untuk
kemampuan
anak
melakukan
pengembangan diri memperoleh peningkatan sebesar 38,46%. Nilai yang diperoleh anak pada siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan untuk penelitian ini. Yang menjadi indikator keberhasilan pada penelitian ini jika persentasi 76% dari jumlah anak telah memperoleh bintang empat dengan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB). Dari hasil yang diperoleh pada siklus II persentasi anak yang memperoleh bintang 4 untuk aspek proses sebesar 84, 60%, untuk aspek produk sebesar 76,92% dan penilaian diri sebesar 76,92%. Oleh karena itu, penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus III karena indikator keberhasilan sudah terpenuhi di siklus II ini. Pembahasan Hasil dari kegiatan menggambar pada penelitian ini dapat dikatakan mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi pada semua aspek yang dinilai. Pada siklus I aspek produk dan penilaian diri memiliki nilai yang lebih rendah bila
10
dibandingkan dengan kriteria penilaian yang lainnya seperti aspek proses. Hal ini menyebabkan peneliti dan observer harus menemukan cara untuk meningkatkan aspek proses pada siklus II. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kemampuan visual spasial anak meningkat dipengaruhi oleh kegiatan menggambar. Anak diajak menyalurkan kegemarannya sehingga kegiatan yang mereka lakukan bukan karena paksaan. Anak diajak untuk membayangkan sebuah objek yang sering mereka temui atau yang ada disekitar anak, kemudian anak ungkapkan dalam bentuk gambar. Anak diajak untuk mengungkapkan isi hatinya seperti sedih, gembira dan cerita. Anak juga diajak untuk memperhatikan sebuah objek yang ia lihat kemudian ia tiru dalam bentuk gambar dan anak juga dapat meniru sebuah gambar yang guru sediakan. Melalui kegiatan menggambar anak dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial mereka. Seperti misalnya setelah anak menggambar anak dapat memberikan warna pada gambar yang mereka buat. Menggunakan media yang ada seperti pensil warna, crayon, cat air atau sejenisnya. Dengan menggunakan warna-warna tersebut anak dapat memperkirakan warna apa yang sesuai dengan gambarnya. Seperti misalnya gambar daun, warna yang akan mereka gunakan akan mereka sesuaikan dengan imajinasi yang ada dikhayalan mereka. Melalui kegiatan menggambar anak juga dapat melakukan kegiatan bercerita dengan mengajak anak menceritakan apa yang telah mereka ungkapkan dalam bentuk gambar tersebut. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sujiono (2009: 189) mengatakan bahwa cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak antara lain menggambar dan melukis, mencoret-coret, menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu konsep, membuat prakarya, mengunjungi berbagai tempat, melakukan permainan konstruktif dan kreatif, mengatur dan merancang. Berdasarkan hasil penerapan yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa tingkat keberhasilan guru dalam penerapan kegiatan menggambar sangat tergantung pada trik dan teknik yang digunakan guru saat melakukan proses pembelajaran. Pada siklus
11
pertama guru memberikan teknik-teknik dasar menggambar yaitu membuat titik, garis datar,tegak, miring, lengkung dan lingkaran. Kemudian guru mengajak anak untuk menggambar dari bentuk dasar titik, garis datar,tegak, miring, lengkung, lingkaran, segitiga, segiempat dan lain-lain. Siklus II guru mengajak anak untuk menggambar bebas lalu menggambar sebuah objek yang ada disekitarnya dan meniru membuat gambar sesuai contoh. Berdasarkan hasil observasi pada penerapan pertama atau siklus I terlihat guru mengalami kesulitan dalam menerapkan kegiatan menggambar yang telah direncanakan. Hal ini terlihat dari anak yang kurang serius dalam mengembangkan kecerdasan visual spasialnya yang disebabkan oleh kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada anak dan pemanfaatan waktu yang kurang efisien dan juga dapat terlihat dari frekuensi keberhasilan yang diperoleh pada siklus I yaitu anak yang memperoleh bintang 4 sebanyak 5 orang dari 13 orang untuk keberhasilan dalam bentuk produk atau hasil menggambar, sedangkan untuk keberhasilan anak dalam bentuk proses yang mendapat bintang 4 sebanyak 7 orang dari 13 orang dan keberhasilan anak dalam pengembangan diri yang memperoleh bintang 4 sebanyak 5 orang dari 13 orang anak. Hasil temuan pada penerapan siklus I ini selanjutnya didiskusikan bersama dengan teman sejawat melalui proses refleksi dan dari hasil refleksi tersebut maka dilakukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilaksanakan untuk siklus II yaitu memberi motivasi yang lebih kepada anak dengan memberikan reword untuk menarik minat anak, memberikan bimbingan yang lebih kepada anak yang kemampuan visual spasialnya masih rendah, menarik perhatian anak dalam kegiatan menggambar dengan mengajak anak ke halaman sekolah dan mencoba menggambar sesuatu yang sangat sederhana yang ada di halaman sekolah. Setelah dilakukan langkah-langkah perbaikan pada siklus II, maka diperolehlah hasil peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan kegiatan menggambar untuk meningkatkan kecerdasan visual spasial anak yang dapat terlihat dari frekuensi keberhasilan yang diperoleh pada siklus II yaitu anak yang
12
memperoleh bintang 4 sebanyak 11 orang dari 13 orang untuk keberhasilan dalam bentuk produk atau hasil menggambar, sedangkan untuk keberhasilan anak dalam bentuk proses yang mendapat bintang 4 sebanyak 11 orang dari 13 orang anak dan keberhasilan anak dalam pengembangan diri yang memperoleh bintang 4 sebanyak 10 orang dari 13 orang anak. dan terlihat dari hasil siklus I dan siklus II kecerdasan visual spasial pada anak pun dapat meningkat. Hal tersebut dapat terlihat dari perbandingan frekuensi keberhasilan yang diperoleh pada siklus I dengan siklus II. Untuk keberhasilan dalam bentuk produk atau hasil menggambar yang memperoleh bintang 4 pada siklus I sebanyak 5 orang sedangkan siklus II sebanyak 11 orang untuk keberhasilan dalam proses menggambar siklus I sebanyak 7 orang sedangkan siklus II sebanyak 11 orang dan untuk keberhasilan anak dalam pengembangan diri yang memperoleh bintang 4 pada siklus I sebanyak 5 orang sedangkan siklus II sebanyak 10 orang. Kesimpulan Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang bagaimana peningkatan kecerdasan
visual
spasial
anak
khususnya
kemampuan
anak
dalam
mentransformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar melalui kegiatan menggambar pada anak usia 5-6 tahun PAUD Terpadu Ar-Rahman Kabupaten Kepahiang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan kegiatan menggambar dapat meningkatkan kecerdasan visual spasial anak khususnya dalam mentransformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan nilai hasil kegiatan anak sebesar 46,15% untuk menghasilkan produk gambar, 30,77% proses dan 38,46% dalam penilaian diri. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah mampu mentransformasikan yang dilihat ke dalam bentuk gambar, sehingga kecerdasan visual spasial anak dapat meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan bagi guru untuk memanfaatkan teknik atau metode menggambar dalam meningkatkan kecerdasan visual spasial anak.
13
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bambang, S. S, (2015). Step by Step Jago Gambar dengan Pensil (6 Langkah Praktis Menjadi Ahli Gambar). Yogyakarta: Cemerlang Publising. Indahan, Zely, (2014). Metode Cepat Mudah Belajar Menggambar dengan Pensil. Yogyakarta: Shira Media. Juli, Santi Putri, (2014). Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini dengan Metode Bermain Building Block pada Kelompok B6 di Taman Kanakkanak Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Universitas Bengkulu. Martuti, A, (2009). Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. Bantul: Kreasi Wacana. Musfiroh, Tadkiroatun, (2008). Cerdas melalui Bermain (Cara Mengasah Multiple Intelligences pada Anak Sejak Usia Dini. Jakarta: Grasindo. Musfiroh, Tadkiroatun, (2008). Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka. Muslich, Masnur, (2011). Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: Bumi Aksara. Niyah, Weldah, (2013). DIADIK (Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan). Bengkulu: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia Bengkulu bekerjasama dengan Prodi Pascasarjana (S2) Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Bengkulu. Pamadhi, Hajar dkk, (2013). Seni Keterampilan Anak. Tangerang Selatan: Universitas Bengkulu. Pekerti, Widia dkk, (2012). Metode Pengembangan Seni. Tangerang Selatan: Universitas Bengkulu. Permen No. 58. (2009). Petunjuk Teknis Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Santoso, Sugeng. (2014). Metode Asyik Belajar Menggambar dengan Pensil (Dari Pemula jadi Mahir). Kata Pena.
14
Sujiono, Dr. Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta. Depdiknas Dirjen Perguruan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Tampubolon, Saur. (2014). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan Keilmuan. Jakarta. Erlangga.