1
PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, JUMLAH DEWAN KOMISARIS, STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Maulida Dwi Kartikasari 7250407048 Akuntansi S1
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si NIP. 197510101999031001
AgungYulianto, S.Pd., M.Si NIP. 197407072003121002
Mengetahui Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurozie, M.Si NIP. 196206231989011001
ii
3
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada : Hari
:
Tanggal
:
Penguji
Drs. Fachrurozie, M.Si NIP. 196206231989011001 Anggota I
Anggota II
Muhammad Khafid, S.Pd, M.Si NIP. 197510101999031001
Agung Yulianto, S.Pd., M.Si NIP. 197407072003121002
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001
iii
4
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 1 Juli 2011
Maulida Dwi Kartikasari NIM. 7250407048
iv
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Orang yang berpikiran optimis selalu memandang segala sesuatu itu sulit, tetapi orang yang berpikiran pesimis selalu memandang segala sesuatu itu mungkin, tetapi sulit. No matter how dark the night, morning always come and our life begin a new. Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna, melainkan orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian otaknya yang kurang sempurna. (Aristoteles)
Persembahan Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, rasa sayang, perhatian, dan perjuangan yang tiada batasnya Kakakku tersayang, Ika Kusumaningtyas dan Almira Shafina, terima kasih telah memberi semangat Keluarga Besar Kos Asri (Esp: Imbul, Ijah, Jupe, Keket, Pitul) terima kasih atas dukungan dan kebahagiaan yang tiada hentinya. Almamaterku Universitas Negeri Semarang yang memberiku banyak ilmu agar menjadi seseorang yang lebih baik Tri Prasetya Adi, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang begitu besar Teman-teman seperjuangan “Lampirr”, Yayuk, Mbeka, Kokom, Maruto, Phoniyem, Ma’e, Oppily Kalian memberikan ku banyak pelajaran kehidupan
v
6
PRAKATA Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugera, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bantuan, masukan, saran, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada : 1.
Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2.
Drs. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
3.
Drs. Fachrurrozie, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan saran, masukan, kritikan, dan kebijaksanaannya dalam ujian skripsi.
4.
Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
vi
7
5.
Agung Yulianto, S.Pd., M.Si Dosen Pembimbing II yang dengan sabar memberi banyak masukan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6.
Bestari Dwi Handayani, S.E., M.Si Dosen Wali Prodi Akuntansi S1 B ’07, yang selalu memberi arahan dan motivasi selama menjalani perkuliahan.
7.
Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah membimbing, mengarahkan, dan menularkan ilmu pengetahuannya.
8.
Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan perjuangannya yang tiada henti.
9.
Teman-teman seperjuangan Akuntansi B angkatan 2007, jangan pernah lupakan kebersamaan dan perujuangan kita selama menimba ilmu di bangku kuliah.
10.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya, dan berguna bagi perkembangan studi akuntansi.
Semarang, 16 Juli 2011
Penyusun
\
vii
8
SARI
Maulida Dwi Kartikasari. 2011. Pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung Yulianto, S.Pd., M.Si Kata Kunci : CSR Disclosure, Size, Profitabilitas, Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional. Selama ini akuntansi terbatas pada pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholder. Masyarakat membutuhkan informasi apakah perusahaan sudah melakukan aktivitas sosial. Oleh sebab itu perlu adanya tema pengungkapan tanggung jawab sosial secara jelas dan bersifat wajib (mandatory). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah size, profitabilitas, Financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif, yang mengungkapkan besar kecilnya pengaruh antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka. Populasi penelitian perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009 sebanyak 48 perusahaan selama 2 periode, sehingga didapat sampel sejumlah 96. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dengan teknik dokumentasi. Metode pengungkapan dengan pengamatan item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan dengan cara checklist. Metode pengujian penelitian ini melalui analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan kelima variabel signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,04<0,05). Secara parsial size signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,009<0,05). Profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,466>0,05). Financial Leverage tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,535>0,05). Jumlah Dewan Komisaris signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,03<0,05). Struktur Kepemilikan Institusional tidak signifikan mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (0,429>0,05). Secara simultan size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Secara parsial size dan jumlah dewan komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangakan profitabilitas, leverage, struktur kepemilikan institusional tidak signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Saran penelitian berikutnya agar menggunakan proksi lain pada variabel yang sama dan menambah variabel baru pada penelitian selanjutnya. viii
9
ABSTRACT Maulida Dwi Kartikasari. 2011. The Effect of Size Company, Profitability, Financial Leverage, Number of Commissioners, Institusional Ownership To Corporate Social Responsibility Disclosure. Accounting, Economic Faculty. Semarang State University. Lecturer I. Muhammad Khafid, S.Pd., M.Si. II Agung Yulianto, S.Pd., M.Si Keywords : CSR Disclosure, Size, Profitability, Leverage, number of commissioner, and institusional ownership. Accounting concern only limited on management accountability to shareholders, now extends this paradigm to be accountable to all stakeholders. People needs information on whether the company is already doing social activities. Therefore there is need corporate social responsibility disclosure themes in a clearly and compulsory (mandatory). This study was conducted to analyze whether the size, profitability, financial leverage, number of commissioners, and institutional ownership affect to corporate social responsibility disclosure. This study included quantitative descriptive research, which revealed the size of the influence between variables expressed in figures. The study population go public company listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2009 as many as 48 companies during the second period, so that the obtained sample number 96. The data used were secondary data taken with the technical documentation. Method of disclosure with the observation that the information items specified in the annual report by the checklist. This research testing methods through multiple regression analysis with SPSS 16.0. The results showed simultaneous five significant variables affecting the corporate social responsibility disclosure (0.04 <0.05). Partially size significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.009 <0.05). Profitability does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.466> 0.05). financial leverage does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.535> 0.05). Number of commissioners significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.03 <0.05). Institutional Ownership does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure (0.429> 0.05). Simultaneously size, profitability, financial leverage, number of commissioners, institutional ownership significantly affects to corporate social responsibility disclosure. Partially size and number of commissioners significantly affect to corporate social responsibility disclosure. But another variables with profitability, leverage, institutional ownership structure does not significantly affect to corporate social responsibility disclosure. The next research advice to use another proxy on the same variables and add new variables in subsequent studies.
ix
10
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................
iii
PERNYATAAN .........................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................
v
PRAKATA .................................................................................................
vi
SARI ...........................................................................................................
viii
ABSTRACT ...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
DAFTAR TABEL......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................
1
1.2. Permasalahan .....................................................................
16
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................
17
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................
18
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..................................
20
2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ....
20
2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .........
25
x
11
2.2. Pengungkapan Tanggung Jawab sosial Perusahaan (CSR Disclosure) .........................................................................
25
2.2.1. Pengertian CSR Disclosure ....................................
25
2.2.2. Tujuan CSR Disclosure ..........................................
31
2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan CSR..............
32
2.2.4. Faktor yang mempengaruhi CSR Disclosure .........
37
2.3. Size Perusahaan........................................................... .......
46
2.4. Profitabilitas .......................................................................
48
2.5. Financial Leverage ............................................................
50
2.6. Jumlah Dewan Komisaris ..................................................
52
2.7. Struktur Kepemilikan Institusional ....................................
55
2.8. Penelitian Terdahulu ..........................................................
57
2.9. Kerangka Berpikir ..............................................................
65
2.10. Hipotesis ............................................................................
65
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Dan Sampel Penelitian .........................................
67
3.1.1 Populasi Penelitian ..................................................
67
3.1.2 Sampel Penelitian ....................................................
67
3.2 Variabel Penelitian ..............................................................
69
3.2.1. Variabel Dependen ..................................................
69
3.2.2. Variabel Independen ................................................
70
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................
74
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................
75
xi
12
3.5 Metode Analisis Data..........................................................
75
3.5.1. Analisis Deskriptif ..................................................
75
3.5.2. Uji Prasyarat ...........................................................
78
3.5.2.1. Uji Normalitas Data ..................................
78
3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik .....................................
79
3.5.3. Model Regresi Berganda ........................................
82
3.5.4. Uji Hipotesis ...........................................................
82
3.5.4.1. Uji Simultan...............................................
83
3.5.4.2. Uji Parsial ..................................................
83
3.5.4.3. Koefisien Determinasi Simultan................
84
3.5.4.4. Koefisien Determinasi Parsial ...................
85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian...................................................... ..............
86
4.1.1. Analisis Deskriptif ..................................................
86
4.1.2. Analisis Pengujian Prasyarat ...................................
96
4.1.3. Analisis Pengujian Regresi Berganda .....................
103
4.1.4. Analisis Pengujian Simultan ...................................
104
4.1.5. Analisis Pengujian Parsial .......................................
105
4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan .............................
106
4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial .................................
107
4.2. Pembahasan .........................................................................
108
xii
13
BAB V PENUTUP 5.1.Simpulan ...............................................................................
118
5.2.Saran .....................................................................................
119
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
120
LAMPIRAN .............................................................................................
124
xiii
14
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Pengungkapan CSR Dalam Annual Report Tahun 2007 .......
9
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu ..............................................................
57
Tabel 3.1
Prosedur Sampel Penelitian ...................................................
68
Tabel 3.2
Sampel Penelitian ...................................................................
69
Tabel 3.3
Ringkasan Variabel ................................................................
73
Tabel 4.1
Deskriptif Variabel.................................................................
86
Tabel 4.2
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial ................................
88
Tabel 4.3
Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008.....
89
Tabel 4.4
Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2009.....
90
Tabel 4.5
Deskriptif Total Tenaga Kerja ...............................................
91
Tabel 4.6
Deskriptif Profitabilitas ..........................................................
92
Tabel 4.7
Deskriptif Financial Leverage ...............................................
93
Tabel 4.8
Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris .....................................
94
Tabel 4.9
Deskriptif Struktur Kepemilikan Intitusional ........................
95
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ......................................................
97
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas.....................................................
99
Tabel 4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................
100
Tabel 4.14 Hasil Uji Autokorelasi............................................................
102
Tabel 4.15 Hasil Regresi Berganda ..........................................................
103
Tabel 4.16 Hasil Uji Simultan ..................................................................
104
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ..............................
104
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Simultan ..............
107
xiv
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................
65
Gambar 4.1 Grafik Histogram.....................................................................
98
Gambar 4.2 Gambar Normal Probability Plot.............................................
98
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ....................................................................
101
xv
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2007..................
124
Lampiran 2 Daftar Nama Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 ........
131
Lampiran 3 Data Annual Report dan Pengungkapan CSR .......................
140
Lampiran 4 Data Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Tahun 2008-2009 142 Lampiran 5 Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 2008-2009
143
Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009 ................................
145
Lampiran 7 Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009 ..................
146
Lampiran 8 Data Financial Leverage Tahun 2008-2009 ..........................
147
Lampiran 9 Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009 ................
148
Lampiran 10 Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009 ..
149
Lampiran 11 Output SPSS ..........................................................................
150
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada investor, kreditur, dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi tentang hal-hal yang harus dicantumkan berdasarkan standar yang berlaku. Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak disyaratkan oleh standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang melakukannya. Bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Dimana informasi yang didapat dari suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat. Perusahaan diharapkan untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan perusahaannya sehingga dapat membantu para pengambil
1
2
keputusan seperti investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang berubah-ubah. Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional (mainstreem accounting) telah banyak mendapat kritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga perusaan wajib melaporkan informasi
pertanggungjawaban
sosialnya
dalam
laporan
keuangan.
Tanggungjawab sosial perusahaan (CSR-Corporate Social Responsibility) merupakan tanggungjawab perusahaan yang berpengaruh terhadap konsumen, masyarakat, dan lingkungan. Selama ini akuntansi dimaksudkan hanya terbatas pada pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik saham, kini paradigma tersebut diperluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholder. Pusat perhatian perusahaan pada saat ini lebih kepada stockholders dan bondholders, sedangkan pihak lain sering diabaikan. Banyak aksi protes yang dilakukan oleh elemen stakeholders kepada manajemen perusahaan, mereka menuntut keadilan terhadap kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan yang diterapkan perusahaan. Di lain pihak banyak masyarakat yang protes atas pencemaran lingkungan akibat limbah atau polusi yang dilepas ke lingkungan, sehingga menyebabkan hubungan yang tidak harmonis antara perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Untuk itu masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melakukan aktivitas sosialnya. Sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi dapat terpenuhi.
3
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (tripple bottom line) (Ambadar, 2008:32). Penerapan CSR diharapkan mendorong peningkatan etika bisnis yang menjadi pegangan perusahaan dalam menjalankan bisnis dan lebih jauh mendorong terciptanya sustainbility perusahaan. Dengan melakukan pengungkapan informasi sosialnya, perusahaan ingin membangun image yang baik dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Oliver, 1991; Haniffa dan Coke, 2005; Ani, 2007 dalam Novita dan Djakman, 2007). Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Nugroho (2007) dalam Lely dan Sylvia (2008) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuki kepentingan para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Dengan semakin berkembangnya konsep CSR ini, maka banyak teori yang muncul yang diungkapkan berbagai pihak mengenai CSR ini.
4
Drucker (1973) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang atau lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang besar tidak dapat disebut sebagai perusahaan yang baik, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk masyarakat. Perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik. (Harahap, 2005:367). Dengan adanya gagasan CSR akan membuat perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single botton line, yaitu nilai perusahaan (firm value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada tripple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Pelaporan
dalam
pertanggung jawaban
Responsibility) di Indonesia belum
sosial
(Corporate
Social
memiliki format atau standar yang baku
sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan dalam Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 tahun 2009 paragraf 9 yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industry yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang
5
peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum memiliki standar yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah perusahaan sehingga belum semua perusahaan mau melaporkan informasi pertanggung jawaban sosialnya. Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga diatur oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak regulator di bidang usaha, karena undang-undang yang selama ini berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sudah dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha. Di samping itu, meningkatnya tuntutan masyarakat akan layanan yang cepat, kepastian hukum serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) menuntut penyempurnaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Widjaja, 2008). Masih banyak perusahaan yang tidak mempedulikan penerapan CSR ini. Bahkan beberapa perusahaan secara struktural seringkali menempatkan fungsi pelaksanaan CSR di bawah departemen atau divisi humas (Public Relation) saja. Dengan pandangan seperti ini, maka tidak heran bila pelaksanaan CSR tidak lebih
6
dari tujuan membangun citra positif atau sekedar membangun hubungan harmonis (Living in Harmony) semata. Artinya, tidak ada gejolak sosial, sehingga dapat dianggap sebagai kegiatan lips service saja (Widjaja, 2008). Masyarakat tidak mendapatkan apa yang perusahaan janjikan pada saat melakukan promosi. Karena masih banyak pula perusahaan yang menganggap bahwa CSR masih bersifat voluntary. Harapan masyarakat mengenai kepedulian perusahaan yang tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar tempat perusahaan beroperasi. Masyarakat menginginkan untuk memperoleh kenyamanan dan kesejahteraan akibat operasi perusahaan. Artinya adalah semua aktivitas perusahaan tidak mengganggu dan meresahkan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Misalnya, limbah pada perusahaan manufaktur yang merugikan lingkungan. Seharusnya perusahaan dapat mengatur limbah agar tidak merusak lingkungan dan merugikan masyarakat atau setidaknya limbah tersebut dapat diolah dan bermanfaat bagi banyak pihak. Kenyatannya, perusahaan masih terpaku pada profit oriented saja tanpa mempedulikan bahwa perusahaan mereka membawa dampak yang buruk bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut berdiri. Kekecewaan masyarakat dan pemerintah akan minimnya peran serta dunia usaha juga bisa dipahami, mengingat peran serta dunia usaha dalam implementasi CSR selama ini lebih bersifat sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) saja (Ambadar, 2008). Masalah yang ditimbulkan oleh perusahaan manufaktur ini mengakibatkan timbulnya banyak aksi protes yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, baik yang bersifat internal, seperti karyawan dan
7
shareholder ataupun pihak eksternal seperti serikat pekerja, pemasok, konsumen, pesaing, LSM, dan badan-badan pemerintah (Belkaoui dalam Sulastini 2007). Contohnya adalah pada PT Lapindo Brantas, akibat kesalahan proses usaha perusahaan tersebut, telah banyak menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat sekitar lingkungan perusahaan. Banjir lumpur menghanyutkan ribuan rumah penduduk. Sayangnya, korban lapindo tidak mendapatkan ganti rugi yang sesuai, sehingga banyak menimbulkan aksi protes dan demo masyarakat yang tak kunjung usai menuntut adanya ganti rugi yang setimpal dengan rumah mereka. Hal tersebut membuktikan bahwa pihak perusahaan tidak ada kemauan untuk memperhatikan masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Manajemen berusaha agar laba perusahaan tetap dengan cara tidak menambah beban perusahaan yaitu dengan memeberikan ganti rugi yang setimpal akibat kesalahan proses operasi perusahaan. Tanudjaja (2009) menyatakan bahwa perbedaan dalam memaknai CSR oleh perusahaan akan menyebabkan perbedaan implementasi CSR antar perusahaan pula, tergantung bagaimana perusahaan tersebut memaknai CSR. Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di Indonesia, agar memiliki daya atur, daya ikat, dan daya dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi CSR yang bersifat mandatory. Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam partisipasinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya masyarakat juga tidak dapat seenaknya melakukan tuntutan kepada perusahaan, apabila perusahaannya itu berada diluar batas aturan yang berlaku.
8
Tuntutan melalui aksi protes yang dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal ini bertujuan agar perusahaan lebih meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial, dengan cara memperhatikan dan mempertimbangkan akibat dari kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Aksi protes yang dilakukan oleh para karyawan dan buruh, misalnya menuntut perusahaan untuk memperbaiki kebijakan upah dan pemberian fasilitas kesejahteraan lain yang dirasakan kurang mencerminkan nilai keadilan. Selain itu, aksi protes serupa juga tidak jarang dilakukan oleh masyarakat sebagai konsumen maupun masyarakat yang berada di lingkungan sekitar pabrik. Masyarakat sebagai konsumen seringkali melakukan aksi protes terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu produk sehubungan dengan kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk bagi konsumennya. Sedangkan aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar pabrik biasanya berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang dihasilkan pabrik (Ambadar, 2008). Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil karena perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawaban sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public
9
demand akan informasi yang lebih lengkap dibanding perusahaan yang lebih kecil. Beberapa perusahaan di Indoesia yang telah secara serius menerapkan CSR misalnya, PT Riau Andalan Pulp and Paper yang melakukan kegiatan berupa SMEP (Small Medium Enterprise Pragramme) dalam bentuk pelibatan para pengusaha lokal dalam proses produksi, baik di sector kehutanan atau forestry (bahan baku) maupun sektor pabrik (produksi). Pemberdayaan ekonomi masyarakat membentuk sistem multikultur yang tumbuh kembang bersama dan saling membutuhkan (sinergis). PT Unilever Indonesia juga memiliki banyak program di bidang CSR, salah satunya yang cukup berhasil adalah pemberdayaan petani kacang kedelai hitam yang secara strategis sangat mendukung kebutuhan pasokan bahan baku untuk produksi kecap Bango yang kini sudah menjadi bagian dari Unilever. PT Indosiar Karya Media mengadakan program Peduli Kasih Indosiar dengan memberikan pengobatan gratis bagi penderita katarak di Indonesia dan penyakit lainnya. Serta mengadakan donor darah untuk disumbangkan sebagai persediaan darah pada Palang Merah Indonesia. Tabel 1.1 Daftar Pengungkapan CSR dalam Annual Report Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2007
Tahun 2007
Mengungkapkan Annual Report Mengungkapkan CSR
Tidak Mengungkapkan CSR 175
85 Sumber : www.idx.co.id (lampiran 1)
Tidak Mengungkapkan Annual Report 15
10
Berdasarkan data tabel diatas jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 275 perusahaan yang terdiri dari perusahaan high profile dan low profile. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melaporkan pengungkapan CSR pada annual report berjumlah 85 perusahaan. Sedangkan perusahaan yang tidak melaporkan pengungkapan CSR pada annual report sebanyak 175 perusahaan dan perusahaan yang tidak mengungkapkan annual report sebanyak 15 perusahaan. Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal dan internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor dalam menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik yang merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang dibuang ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat sipil memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan memperumit masalah, sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan perkembangan tanggung jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan lingkungan. Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Dengan adanya laporan CSR yang baik, investor juga akan menanamkan modal dalam perusahaan. Pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan
11
dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR yang baik akan lebih mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila reputasi CSR perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang melihat CSR
merupakan
sumber
peluang
memperoleh
keunggulan
kompetitif
(responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu, kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan lingkungan sebagai unsure biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial. Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain, memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang, mematuhi persyaratan peminjaman, menarik dana investor, memenangkan penghargaan pelaporan tertentu, dan memenuhi harapan masyarakat. Sedangkan menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan perusahaan
mengungkapkan kinerja sosial seperti Internal Decision Making
(pembuat keputusan pihak internal), Product Differentiation (untuk membedakan
12
dengan perusahaan pesaing yang tidak mengungkapkan pelaporan tanggung jawab sosial), dan Enightened Self Interest Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders. Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) dengan shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi yang baik itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para stakeholders. Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor hukum. Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas dari perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tuntutan dari masyarakat dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan lebih banyak informasi
13
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Sementara itu, Donovan dan Gibson dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja manajemen, misalnya dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian, leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori
agensi,
tingkat
leverage
mempunyai
pengaruh
negatif
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005). Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan
14
melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan
dan
menyelenggarakan
pengendalian intern
perusahaan
(Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan tersebut.
Karena
institusi
memantau
secara
profesional
perkembangan
investasinya maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen sangat tinggi sehingga tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak
15
terlalu ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan institusi inilah yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. (Pozen dalam Etty Murwaningsari 2009). Menurut Crutcley (1999) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan deviden yang rendah. Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer manggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan. Keanekaragaman dari hasil yang diperoleh mungkin dikarenakan adanya ketidaksamaan variabel (karakteristik perusahaan) yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan variabel (karakteristik perusahaan) yang berbeda-beda pada setiap penelitian mungkin akan menyebabkan hasil yang bervariasi antara penelitian yang satu dengan yang lain. Selain itu, alasan lainnya adalah karena adanya ketidakselarasan hubungan antara masyarakat dan perusahaan. Tuntutan mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawab sosial di lingkungan sekitar perusahaan. Menurut Gray et. al. (1995) dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang
secara
signifikan
berbeda
dalam
melakukan
penelitian
tentang
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap
16
masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua adalah dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Perbedaan hasil penelitian membuat penulis ingin meneliti kembali pengaruh Size, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional terhadap pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada Tahun 20082009 dengan tujuan agar hasil sampel menggambarkan kondisi pengungkapan dengan lebih akurat dan agar dapat memprediksi hasil penelitian dalam jangka panjang. Kemudian, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dipilih sebagai objek sampel penelitian, karena banyak kalangan yang menganggap bahwa perusahaan-perusahaan besar adalah faktor yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Karena itu, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak perusahaan yang telah serius mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh
Size,
Profitabilitas,
Financial
Leverage,
Jumlah
Dewan
Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Corporate Social
17
Responsibility Disclosure (Studi Empiris Perusahaan yang Tedaftar di BEI 2008-2009)”
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Apakah size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)? 2. Apakah
size berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR Disclosure)? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)? 4. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap pengungkapan
tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)? 5. Apakah jumlah dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)? 6. Apakah struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure)?
18
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh size, profitabilitas, financial leverage jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). 2. Mengetahui pengaruh size terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR Disclosure). 3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). 4. Mengetahui pengaruh financial leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). 5. Mengetahui pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). 6. Mengetahui
pengaruh
struktur
kepemilikan
institusional
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure).
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan bagi pengembangan kajian teori ilmu akuntansi mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
19
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan perusahaan yang berkaitan tentang pengelolaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (social disclosure), yang diperlukan demi kemajuan dan meningkatkan kinerja perusahaan jangka panjang. b. Bagi Calon Investor Penelitian ini
diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang
pengungkapan sosial (social disclosure) perusahaan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan, sehingga dijadikan acuan untuk pembuatan keputusan investasi. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi dalam mengungkapkan, mengukur, dan menerapkan CSR (Corporate Social Responsibility) secara tepat.
20
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam sepuluh tahun terakhir secara perlahan tampak kecenderungan positif yang berkembang dengan cukup terbukti, berupa upaya nyata dan membumi yang dilakukan didasari niat baik untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta pelestarian lingkungan. Masyarakat menghendaki standar bisnis yang lebih tinggi daripada era-era sebelumnya, yaitu perusahaan harus dapat melampaui “berhasil dengan baik” dengan cara mendapatkan laba, dan “melakukannya dengan baik” dengan cara berbuat sesuai dengan tanggung jawab sosial mereka (Ambadar, 2008). Tanggung jawab sosial bisa dikatakan sebagai kepedulian para manajer suatu perusahaan berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan, politik, manusia, dan keuangan, atas tindakan-tindakan yang mereka ambil. Suatu bisnis yang bertanggung jawab secara sosial mempertimbangkan tidak hanya “apa yang terbaik bagi perusahaannya” saja, tetapi juga “apa yang terbaik bagi masyarakat umum”. Para entitas bisnis memiliki tanggung jawab kepada pihak utama yang berkepentingan, termasuk lingkungan, karyawan, pelanggan, investor, dan komunitas, minimal dalam radius operasi usaha. Sebagian besar perusahaan secara cermat menyadari kebutuhan untuk memastikan bahwa produk dan proses mereka menjadi “bersahabat dengan lingkungan”. Kebijakan lingkungan yang logis 20
21
merupakan bisnis yang baik. Sebagai tambahan untuk menurunkan biaya operasi, produk-produk yang bersahabat dengan lingkungan menarik pelanggan yang sadar lingkungan, dan dapat memberikan keunggulan bersaing dalam bidang pemasaran kepada suatu perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007). Ambadar (2008:31) mengemukakan bahwa fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kecenderungan tersebut terus menjadi agenda perubahan besar masyarakat dan memunculkan berbagai opini dalam sistem sosial kemasyarakatan yang mengharapkkan lebih adil dan memberi peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan
(sustainable
development).
Pembangunan
berkelanjutan
(sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Perusahaan harus terus menerus berjuang untuk mencapai kecemerlangan dengan keunggulan bersaing di pasar sebagai hasil dari perencanaan strategis dan operasional. Dengan kata lain, perusahaan harus dapat menciptakan strategi untuk menyampaikan produk dan jasa mereka sedemikian rupa, sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih besar untuk pelanggan. Praktik dunia usaha di masa lampau yang cenderung berdampak negatif, membuat wacana tanggung jawab sosial perusahaan, atau yang lebih sering dikenal sebagai CSR (Corporate Social Responsibility) menjadi kebutuhan untuk mengubah citra dunia usaha yang ramah lingkungan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara
22
keseimbangan
antara
mencetak
keuntungan,
fungsi-fungsi
sosial,
dan
pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). CSR merupakan fungsi yang sangat penting dalam mengembangkan lingkungan sosial perusahaan sehingga perkembangan masyarakat seiring dengan perkembangan perusahaan. Diharapkan dengan CSR ini, tidak akan terjadi lagi ketimpangan antara perusahaan dengan masyarakat disekitarnya. Idealnya, CSR ini harus menjadi bagian yang terintergrasi dalam kebijakan perusahaan yang merupakan investasi masa depan perusahaan (social investment), bukan sekedar dianggap sebagai biaya sosial (cost social) (Ambadar, 2008:33-34). Widjaja dan Pratama (2008) mengungkapkan bahwa dalam definisi CSR belum ditemukan suatu rumusan yang pasti dan tegas. Pandangan mengenai konsep CSR pun tampaknya belum sepenuhnya seragam. Berikut ini berbagai pandangan yang ingin disampaikan oleh beberapa organisasi yang ada diseluruh dunia yang dikutip oleh Widjaja dan Pratama (2008:36), antara lain: Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Dewi (2010), definisi CSR atau tanggung jawab perusahaan secara sosial adalah, komitmen yang berkelanjutan oleh pelaku bisnis untuk bersifat etis dan mengkontribusikan diri pada pembangunan ekonomi semetara meningkatkan kualitas kehidupan dari para pekerja dan keluarganya seperti halnya dengan komunitas lokal dan masyarakat luas. Atau dengan kata lain, Corporate Social Responsibility merupakan cara dunia mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat.
23
Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Aditya (2008), definisi CSR diartikan sebagai, kontribusi bisnis bagi pengembangan berkelanjutan dan bahwa perilaku perusahaan seharusnya tidak hanya memastikan keuntungan bagi para pemegang saham, gaji karyawan, produk dan pelayanan kepada konsumen, tetapi mereka juga harus merespon kepedulian dan nilai-nilai terhadap masalah-masalah lingkungan dan masyarakat. Salah satu pendapat yang sangat ekstrim adalah pendapat dari seorang ahli ekonomi terkenal, Milton Friedman yang dikutip oleh Suwaldiman (2009:84) seperti berikut ini, In such an economic, there is one and only social responsibility of business to use its resousces and engage in activities designed to increase its profits as long as its stays within the rules of game, which is to say, engages in open and free comnpetition, without deception or froud. Sedangkan menurut Indonesia Center of Sustainable Development (ICSD) (2003,27), definisi CSR adalah, CSR merupakan proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholder, baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil, dan perusahaan lain). Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi.
24
Dauman dan Hargreaves (1992) dalam Hasibuan (2001) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dapat dibagi menjadi tiga level sebagai berikut: 1. Basic responsibility (BR) Pada level pertama, menghubungkan tanggung jawab yang pertama dari suatu perusahan, yang muncul karena keberadaan perusahaan tersebut seperti; perusahaan harus membayar pajak, memenuhi hukum, memenuhi standar pekerjaan, dan memuaskan pemegang saham. Bila tanggung jawab pada level ini tidak dipenuhi akan menimbulkan dampak yang sangat serius. 2. Organization responsibility (OR) Pada level kedua ini menunjukan tanggung jawab
perusahaan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan ”Stakeholder” seperti pekerja, pemegang saham, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Sociental responses (SR) Pada level ketiga, menunjukan tahapan ketika interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat yang demikian kuat sehingga perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, terlibat dengan apa yang terjadi dalam lingkungannya secara keseluruhan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan sangat berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu, kesesuaian penyampaian informasi dan kandungan informasi yang terdapat dalam laporan yang dibuat oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan. Serta dengan adanya pelaporan pengungkapan sosial
25
perusahaan menambah nilai tambah dari masyarakat, stakeholder, dan investor. Serta keberlangsungan perusahaan terhadap produknya juga akan terjamin setelah adanya kepercayaan yang baik dari masyarakat. 2.1.2. Tujuan Tanggung Jawab Sosial Pada dasarnya tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implicit, asumsi
bahwa
perilaku
perusahaan
secara
fundamental
adalah
baik,
membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial dan sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada investor (Belkaoui dalam Lusiana, 2010).
2.2.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure)
2.2.1. Pengertian Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Hendriksen dalam Nurlela dan Islahudin (2006) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan standar tertentu, dan ada yang bersifat sukerala (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Ghozali (2007:377-378) menyatakan bahwa pengungkapan (disclosure) apabila dikaitkan dengan data berarti memberikan data yang bermanfaat kepada
26
pihak yang memerlukan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, dan dapat menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi suatu unit usaha tersebut. Konsep pengungkapan yang paling umum digunakan adalah pengungkapan yang cukup (adequate) yaitu pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih bersifat positif. Pengungkapan secara wajar (fair) menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap (full) mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak (Hendriksen dan Breda, 1992). Dengan kata lain pengungkapan merupakan penyampaian informasi kepada publik berupa laporan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan maupun laporan yang tidak berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Informasi yang disampaikan juga harus mengandung tiga konsep pengungkapan yaitu cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full), agar tidak menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa, baik bagi masyarakat maupun dalam
27
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan kontribusi secara positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka berooperasi. Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya memiliki visi atau kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba atau profit perusahaan saja tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya memperhatikan lingkungan yang ada di sekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi juga ada tujuan lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. Al., 1995 dalam Sembiring, 2005). Sedangkan dalam pengertian luas, pertanggungjawaban sosial merupakan konsep yang lebih “manusiawi”, di mana suatu organisasi diapandang sebagai agen moral. Oleh karena itu, dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi termasuk di dalamnya organisasi bisnis wajib menjunjung tinggi moralitas. Dengan demikian, kendati tidak ada aturan hukum atau etika masyarakat yang mengatur, tanggung jawab sosial bisa dilaksanakan dalam berbagai situasi dengan mempertimbangkan hasil terbaik, atau yang paling sedikit merugikan stakeholder-nya. Tindakan tepat yang dilakukan oleh perusahaan akan memberikan manfaat bagi masyarakat (Mirfazli dan Nurdiono, 2006). Menurut Gray et. Al., (1995) dalam Sembiring (2005), ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan
28
tanggung jawab sosial perusahaan diperlakukan sebagai suatu aktivitas dari akuntansi konvensional. Pedekatan ini akan secara umum akan menganggap para stakeholder sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit) (Rosmasita, 2007). Pelaporan
dalam
pertanggungjawaban
sosial
(Corporate
Social
Responsibility) di Indonesia belum memiliki format atau standar yang baku sehingga pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary). Hal ini ditunjukkan dalam Peraturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun 2009 paragraf 9 yang secara eksplisit berbunyi sebagai berikut, perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
29
hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Namun karena peraturan pada PSAK belum memiliki standar yang baku dan peraturan tersebut hanya sebatas mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah perusahaan sehingga belum semua perusahaan mau melaporkan informasi pertanggung jawaban sosialnya. Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan tersebut juga diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Dahlia dan Siregar), 2008). Bunyi Pasal 74 UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas (PT) yang mewajibkan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) adalah: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan / atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungan sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan perundang-udangan.
30
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi mengenai aktivitas pertangggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed dalam Anggraini (2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, sebagai berikut: 1. Lingkungan Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan
terhadap
kerusakan
lingkungan,
konservasi
alam,
dan
pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. 2. Energi Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisiensi energi, dan sebagainya. 3. Praktis bisnis yang wajar Bidang ini meliputi aktivitas bisnis operasional yang dijalankan oleh perusahaan secara wajar. Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial, dan hal lainnya yang berkaitan dengan operasional bisnis perusahaan.
31
4. Sumber daya manusia Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji, serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain. 5. Produk Bidang ini meliputi aktivitas yang berkaitan dengan produk perusahaan dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi, keamanan produk, pengurangan polusi dan kerusakan lingkungan karena produk, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan / kelengkapan isi pada kemasan dan sebagainya. 2.2.2. Tujuan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ahmed Riahi dan Belkaoui dalam Aditya (2008) mengemukakan tujuan pengungkapan tanggung jawab sosial ada enam yaitu: 1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keungan. 2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
32
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui. 4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. 5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar di masa mendatang. 6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya. 2.2.3. Alasan Perusahaan Mengungkapkan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Beberapa alasan perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan menurut Deegan dalam Ghozali (2007:404) antara lain: 1. Keinginan untuk mematuhi persyaratan yang ada dalam undang-undang. Ini sebenarnya bukan alasan utama yang ditemukan di berbagai Negara karena ternyata tidak banyak perusahaan yang meminta perusahaan mengungkapkan informasi sosial dan lingkungannya. 2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi (Economic Rasionality). Atas dasar alasan ini, praktik pengungkapan sosial dan lingkungan memberikan keuntungan bisnis karena perusahaan melakukan “hal yang benar” dan alasan ini mungkin dipandang sebagai motivasi utama.
33
3. Keyakinan dalam proses akuntabilitas untuk melaporkan. Artinya, manajer berkeyakinan bahwa orang yang memiliki hak yang tidak dapat dihindari untuk memperoleh informasi yang memuaskan tidak peduli dengan cost yang diperlukan untuk menyajikan informasi tersebut. Namun demikian,
kelihatannya
pandangan
ini
bukanlan
pandangan
dalam
kebanyakan organisasi bisnis yang beroperasi pada lingkungan kapitalis. 4. Keinginan untuk mematuhi persyaratan pinjaman. Lembaga pemberi pinjaman sebagai bagian dari kebijakan manajemen risiko. Mereka
cenderung
mengehendaki
peminjam
untuk
secara
periodik
memberikan berbagai item informasi tentang kinerja dan kebijakan sosial dan lingkungannya. 5. Untuk memenuhi harapan masyarakat. Refleksi atas pandangan bahwa kepatuhan terhadap “ijin yang memberikan masyarakat untuk beroperasi” (atau “kontrak sosial”) tergantung pada penyediaan informasi berkaitan dengan kinerja sosial dan lingkungan. 6. Sebagai konsekuensi dari ancaman terhadap legitimasi perusahaan. Misalnya, pelaporan mungkin dipandang sebagai respos atas pemberitaan media yang bersifat negatif, kejadian sosial atau dampak lingkunga tertentu, atau mungkin sebagai akibat dari rating yang jelek yang diberikan oleh lembaga pemberi peringkat perusahaan. 7. Untuk mengatur kelompok stakeholder tertentu yang powerfull Stakeholder pada dasarnya cepat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
34
perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder oleh besar kecilnya power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Power tersebut dapat berupa kemampuan untu membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas, misalnya, modal dan tenaga kerja, akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan
untuk
mengatur
perusahaan,
atau
kemampuan
untuk
mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. 8. Untuk menarik dana investasi. Pihak yang bertanggung jawab dalam meranking organisasi tertentu untuk tujan analisis portfolio menggunakan informasi dari sejumlah sumber termasuk informasi yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut. 9. Untuk memenuhi persyaratan industri. Jadi dalam sebuah perusahaan terkadang ada tekanan dari pihak stakeholder aturan tersebut dapat mempengaruhi persyaratan pelaporan. 10. Untuk memenangkan penghargaan pelaporan tertentu. Ada berbagai penghargaan yang diberikan oleh beberapa Negara kepada perusahaan yang melaporkan kegiatannya termasuk kegiatan yang berkaitan dengan aspek sosial dan dampak lingkungan. Banyak organisasi berlombalomba memenangkan sebuah penghargaan dengan harapan memperbaiki image positif perusahaan. Memenangkan penghargaan memiliki implikasi positif terhadap reputasi perusahaan di mata stakeholdernya. Sedangkan menurut menurut Murtanto dalam Aditya (2008) alasan perusahaan mengungkapkan kinerja sosial antara lain:
35
1. Internal Decision Making Manajemen
membutuhkan
informasi
untuk
menentukan efektivitas
informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis sederhana lebih baik dariapada tidak sama sekali. 2. Product Differetiation Manajer perusahaan memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan dengan perusahaan lain. 3. Enlightened Self Interest Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para
stakeholders karena mereka dapat mempengaruhi
pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Pertanggungjawaban sosial berhubungan juga dengan Social Contract Theory. Menurut teori ini, diantara bisnis perusahaan dan masyarakat terdapat suatu kontrak sosial baik secara implicit maupun eksplisit. Dimana dalam kontrak sosial, akuntansi sosial digunakan sebagai serangkaian teknik dan pengungkapan data sehingga
36
memungkinkan masyarakat untuk mengevaluasi kinerja sosial organisasi dalam member penilaian mengenai kelayakan organisasi. Dari alasan di atas seharusnya pada saat ini perusahaan harus telah melaporkan informasi pertanggungjawaban sosialnya. Karena selain untuk memenuhi syarat peraturan dalam undang-undang, laporan peranggungjawaban sosial juga dapat menambah nilai positif perusahaan dan semakin memperoleh kepercayaan dari konsumen. Semakin tinggi kepercayaan konsumen, maka sustainbility perusahaan juga semakin terjamin. Disamping itu, pertanggungjawaban sosial perusahaan diperlukan untuk menilai apakah kegiatan perusahaan telah memenuhi ketentuan, standar, dan peraturan yang berlaku. Misalnya mengenai polusi, kesehatan dan keselamatan, bahaya penggunaan bahan-bahan yang beracun, dan lain-lain. Pada saat perusahaan mulai
berinteraksi
dan dekat
dengan lingkungan luarnya
(masyarakat), maka berkembang hubungan saling ketergantungan dan kesamaan minat serta tujuan antara perusahaan dengan lembaga sosial yang ada. Interaksi ini menyebabkan perusahaan tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan yang hanya menguntungkan pihaknya saja. Tetapi perusahaan juga harus memikirkan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder needs). Jika tekanan dari stakeholder berpengaruh kuat terhadap kontinuitas dan kinerja perusahaan maka perusahaan harus bisa menyusun kebijakan sosial dan lingkungan yang terarah.
37
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat (Williams, 2005:116). Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan diantaranya size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang lebih luas dari perusahaan kecil. Mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
38
Brigham dan Houston (2001) dalam Suryani (2007) mendefinisikan size perusahaan sebagai rata-rata total penjualan untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatu perusahaan dalam hubungannya dengan struktur perusahaan. Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya
competitive
disadvantage yang lebih rendah pula. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Suryani (2007) teori keagenan yang menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Pengungkapan informasi yang lebih banyak akan mengurangi biaya keagenan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan yang besar mungkin lebih memiliki pemikiran yang luas, skill karyawan yang tinggi, dan sumber informasi yang banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan demikian, size perusahaan mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena dengan adanya profitabilitas akan membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham Heinze dalam Angraini (2006). Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Dengan
39
kepedulian terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Vence dalam Aditya (2008) mempunyai pandangan berkebalikan bahwa pengungkapan sosial justru akan memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Hubungan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga akan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan dengan struktur modal seperti itu akan lebih tinggi (Jensen dan Meckling dalam Anggraini (2006). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba dilaporkan semakin tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih
40
metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat leverage tertentu, interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt & Zimmerman dalam Anggraini (2006). Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat
leverage mempunyai
pengaruh negatif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999), dalam Asaeed, (2005) menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan Hamdan (2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. Dewan komisaris terdiri dari insider director dan outsider director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu
41
dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangakan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan
terhadap
manajemen
juga
akan
semakin
besar
untuk
mengungkapkannya. Dewan
komisaris
bertanggungjawab
secara
sebagai kolektif
organ untuk
perusahaan melakukan
bertugas
dan
pengawasan
dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG sesuai dengan aturan termasuk melaporkan informasi pertanggungjawaban sosial. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan
42
Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar untuk mengungkapkannya. Jensen dan Meckling (1976) dalam Permanasari (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peran yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tidakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Dengan adanya tekanan tersebut tentu saja menjadikan perusahaan wajib melaporkan
43
pertanggungjawaban sosialnya. Dengan adanya pertanggungjawaban tersebut diharapkan dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat mempengaruhi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny dalam Barnae dan Rubin (2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Nicholas Eberstadt (2009) menyatakan bahwa secara umum, faktor yang memepengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial adalah faktor eksternal dan internal. Faktor ekstenal yaitu yaitu kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial dan lingkungan perusahaan, untuk memperkuat investor dalam menanamkan modal di perusahaan, serta pasar tenaga kerja. Sejarah hubungan antara perusahaan dan masyarakat mencatat banyak peristiwa tragis yang disebabkan karena operasi perusahaan. Misalnya, cerobong asap pabrik yang merusak udara di sekitar lingkungan penduduk. Serta limbah pabrik yang dibuang ke sungai tentu saja akan mencemari air sungai. Organisasi masyarakat sipil memprotes kinerja buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Tanggapan yang defensif serta “kamuflase hijau” justru akan memperumit masalah, sedangkan tanggapan yang positif akan menghasilkan perkembangan tanggung jawab sosial yang baik kepada masyarakat dan
44
lingkungan. Institusi pembiayaan yang kian kritis menanamkan investasi memperkuat kecenderungan CSR. Dengan adanya laporan CSR yang baik, investor juga akan menanamkan modal dalam perusahaan. Pasar tenaga kerja yang menunjukkan adanya pergeseran pilihan dengan mempertimbangkan reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi CSR yang baik akan lebih mudah dalam menyerap tenaga kerja. Sebaliknya apabila reputasi CSR perusahaan buruk tenaga kerja enggan untuk bekerja di perusahaan tersebut karena sewaktu-waktu dapat di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Faktor internal misalnya, kepemimpinan manajemen puncak yang melihat CSR merupakan sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif (responsibility is opportunity). Cukup banyak yang berpendapat bahwa faktor internal sebagai pendorong CSR semakin kuat berperan di masa datang. Setelah semakin terbukanya wawasan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah terhadap makna CSR, maka kelangsungan hidup suatu perusahaan akan ditentukan oleh stakeholders. Hal tersebut berguna untuk menutupi tindakan perusahaan yang merugikan masyarakat dank an berakibat fatal. Oleh karena itu, kini makin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya masalah sosial dan lingkungan sebagai unsur biaya perusahaan. Hal ini akan lebih menguntungkan dibandingkan akhirnya harus membayar tuntutan ganti rugi kepada masyarakat yang mungkin jauh lebih besar setelah perusahaan mengalamai masalah sosial. Hasil dari penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan antara lain: size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris,
45
dan struktur kepemilikan institusional. Namun secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari kritik sosial organisasi dan lingkungan perusahaan, sedangkan faktor internal adalah manajemen puncak. Faktor-faktor di atas memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap perwujudan CSR sebagai konsekuensi dari penerapan pendekatan stakeholders. Tuntutan bisnis etis, berimplikasi pada perwujudan aktivitas industri sebagai interaksi harmonis antara stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) dengan shareholders (para pelaku bisnis) itu sendiri. Terwujudnya interaksi yang baik itulah yang diharapkan oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua tindakan bisnis dan aktivitas industri akan menjadi penilaian para stakeholders. Semakin etis perilaku bisnis atau industri, maka tujuan perusahaan akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya selalu berjalan dala koridor hukum. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional sebagai variabel independen dikarenakan berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya ditemukan bahwa variabel-variabel tersebut lebih dominan mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial peruahaan.
46
2.3. Size Perusahaan Size perusahaan dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Menurut Gray et. al (1995) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) disebutkan bahwa perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis. Semakin besar perusahaan, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tuntutan dari masyarakat dan pemerintah pun semakin tinggi. Mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunan
perusahaan.
Secara
umum,
perusahaan
besar
akan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawabab sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, di mana
47
perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Cowen et. al (1987) dalam Sulastini (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahaan. Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini seperti yang disebutkan dalam Hackston dan Milne (1996) juga tidak menemukan hubungan antara variabel ini dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh rendahnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut. Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Adam et. al, (1995). Hackston dan Milne (1996), Kokubu et. al., (2001), kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan
48
kapitalisasi pasar (Cahyonowati dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari penelitian ini sama dengan penelitian Sembiring (2005), size perusahaan diukur dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Jadi, konsep yang dijadikan sebagai rujukan dan formulasi dalam variabel size sama dengan penelitian Sembiring (2005) yaitu dengan menggunakan total jumlah tenaga kerja. Perusahaan dengan tenaga kerja yang banyak semakin mendapat tuntutan dari publik dan pemerintah. Semakin besar perusahaan, maka jumlah tenaga kerja yang direkrut semakin banyak. Perusahaan besar merupakan entitas bisnis yang banyak disoroti baik dari pemerintah maupun masyarakat Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan.
2.4. Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal selama periode tertentu. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen
menjadi
bebas
dan
fleksibel
untuk
mengungkapkan
pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze, dalam Rosmasita, 2007). Parsa dan Kouhy (1994) pada penelitiannya pada perusahaan di Inggris menemukan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan dengan pengungkapan
49
sosial. Roberts (1992) seperti dikutip Parsa dan Kouhy (1994) menemukan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan mempunyai hubungan positif dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Cornell dan Shapiro (1987) dalam Parsa dan Kouhy (1994), menyatakan “companies that disclosed social information were likely to have lower implicit cost in exchange for higher explicit cost. And this could be one reason that they are more profitable”. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Hackston dan Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi lebih profitable. (Anggraini, 2006). Penelitian tentang hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial atau tanggung jawab sosial menunjukkan hasil bahwa antar keduanya tidak ditemukan adanya hubungan (Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; dan Sulastini, 2007). Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya jumlah sampel dan periode pengamatan. Penelitian ini menggunakan proksi ROE untuk mengukur profitabilitas. Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total
50
ekuitas pemilik (Stoner dan Sirait dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang penting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Re turn On Equity
Earning After Tax TotalEquity
ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Dalam penelitian ini profitabilitas menggunakan konsep yang sama dengan Stoner dan Sirait (1994) dalam Pramesti (2007) yaitu diukur dengan menggunakan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas pemilik.
2.5. Financial Leverage Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham akan bertambah. Alasan yang kuat menggunakan beban tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham. Leverage juga merupakan sarana untuk mendorong peningkatan sarana untuk mendorong peningkatan keuntungan atau pengembalian hasil / nilai tanpa menambah investasi. Perusahaan
dengan
rasio
leverage
yang
lebih
tinggi
berusaha
menyampaikan informasi yang lebih banyak sebagai instrumen untuk mengurangi monitoring cost bagi investor. Mereka memberikan informasi yang lebih detail dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibandingkan dengan perusahaan yang leverage nya lebih rendah.
51
Peningkatan investasi relatif lebih mudah pada saat perusahaan mempunyai likuiditas. Sedangkan utang obligasi dapat menurunkan investasi dalam pengeluaran untuk corporate social responsibility. Bank dan pemberi utang (kreditur) mempunyai investasi di perusahaan, mereka menginginkan return hasil dari investasi tersebut. Gilson (1990) dalam Aditya (2008) menyatakan bahwa Bank di USA berperan penting dalam organisasi perusahaan yang dapat mengganti manajer dan direktur. Perusahaan memperoleh tambahan modal dari kreditur, dan para kreditur tidak mempunyai hak memilih, maka kreditur mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dan menginformasikan kepada investor. Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur modal akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi leverage perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam hardhina, 2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas atau semakin tinggi leverage, maka semakin rendah program corporate social responsibility. Bradburry (1992), Hossain et al (1995), Ahmed dan Courtis (1999, dalam Asaeed, 2005). Naser et al (2002) menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara leverage dengan luasnya information voluntary disclosure. Rahman dan
52
Hamdan (2000) juga menemukan adanya hubungan yang positif, meskipun tidak signifikan, dan Sabarudin (2004) menemukan hubungan negatif, yang tidak signifikan antara leverage dan kecenderungan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan. Dalam penelitian ini mengacu pada konsep Rahman dan Hamdan (2000) yaitu formulasi financial leverage dihitung menggunakan DER (Debt to Equity Ratio) melalui perbandingan antara total hutang dengan ekuitas perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER yaitu rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri dijadikan jaminan hutang. Total hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini menggunakan data per 31 Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi sebagai berikut:
DER
TotalDebt Total Equity
2.6. Jumlah Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif (Fama dan Jesen, dalam Sulastini, 2007). Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar perusahaan akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding
53
perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan (Sulastini, 2007). Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan “menyembunyikan” informasi yang tidak menguntungkan. Untuk mengatasi kecurangan tersebut, para pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor aktivitas perusahaan kepada dewan komisaris. Dewan komisaris terdiri dari inside director dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dewan komisaris sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakan manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan
dan
menyelenggarakan
pengendalian intern
perusahaan
(Mulyadi, 2002). Teori agensi telah digunakan secara luas dalam penelitian tentang dewan komisaris. Hal ini dilakukan dengan membagi tipe anggota dewan komisaris menjadi dua, yaitu: inside director dan outside director (Kosnik dalam Sulastini, 2007). Jumlah Dewan Komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan. Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.
54
Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan. Penelitian yang berkaitan dengan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang diukur dengan rasio outside directors terhadap jumlah dewan komisaris mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2005). Berkaitan dengan jumlah dewan komisaris, Coller dan Grogery (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota
dewan komisaris, maka
akan semakin mudah untuk
mengendalikan Chief Executive Officer (CEO) dan monitoring yang dilakukan pun akan semakin efektif. Diakitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga kan semakin besar untuk mengungkapkannya. Konsep dan pengukuran dewan komisaris dalam penelitian ini adalah sama dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.
55
2.7. Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan atas perusahaan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Kepemilikan yang besar atas perusahaan lebih berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan perusahaan. Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan jumlah saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Struktur kepemilikan pada umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini berarti kepemilikan institusional
dapat
menjadi
pendorong
perusahaan
untuk
melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial (Faizal, dalam Novita dan Chaerul, 2007). Struktur
kepemilikan
oleh
beberapa
peneliti
dipercaya
mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kenerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Selain itu, perusahaan juga dapat memproleh legitimasi dengan memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan
56
CSR dalam media, termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Novita dan Chaerul, 2007). Beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan pernah dilakukan oleh Crutcley (1999) dengan membangun sebuah model yang menunjukkan empat keputusan yang saling terkait menyangkut leverage, devidend, insider ownership, dan
institusional ownership yang ditentukan secara simultan meskipun tidak
menyeluruh. Sedangkan Fuerst dan Kang (2000) menemukan hubungan yang positif antara insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Aditya (2008) menemukan hubungan yang positif antara kepemilikan institusional terhdap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dimana kepemilikan institusional dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arief dalam Novita dan Chaerul, 2007). Pengukuran terhadap kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki institusi dengan total saham beredar. Jadi, dapat disimpulkan
57
bahwa penelitian ini mengacu pada konsep penelitian Aditya (2008) dengan memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan perbandingan dari total saham institusi dengan total saham perusahaan. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Institusional Ownership
Total Institusional Stock Total Firm Stock
Skala pengukuran untuk data kepemilikan institusional tersebut adalah skala rasio.
2.8. Penelitian Terdahulu Selanjutnya adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengungkapan CSR adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Judul Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (SNA IX Padang)
Peneliti Fr. Reni. Retno Anggraini
Variabel Independen X1= Kepemilikan Manajemen X2= Financial Leverage X3=Size Perusahaan X4= Tipe Industri X5= Profitabilitas
Objek Penelitian Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ Tahun 20002004
Hasil Penelitian X1= Signifikan Positif, X2= Tidak Signifikan, Negatif X3= Tidak Signifikan Negatif X4=Signifi kan Positif X5= tidak signifikan negatif
58
No 3
4
5
6
Judul
Peneliti
Variabel Independen
Objek Hasil Penelitian Penelitian Perusahaan X1= Manufaktur signifikan yang terdaftar Positif di BEJ tahun 2005-2006
Pengaruh Kinerja keuangan Terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Reponsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada P. Manufaktur
Ni Wayan Yuniasih Made Gede W
X1= nilai perusahaan
Nur Maemunah Permata Sari DR. Luluk Kholisoh
X1= Size Perusahaan X2=Ukuran Dewan Komisaris X3= profitabilitas X3= kategori kantor Akuntan Publik
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008
X1= signifikan positif X2= Signifikan Positif X3= Signifikan Positif
Corporate Social Responsibility: An Economic and Financial Framework (Columbia) DiscretionaryBased Disclosure: The Case of Social and Environmental Reporting in Brazil (Brazil)
Geoffrey Heal
Financial Performance,Capital Market,Financial Institution, Pharmaceuticals
Financial Institusion
Significance positive
Fernando Dal-Ri, Murcia Flavia Cruz De Souza
Auditing Firm, Leverage, Internationalization, Stock Issuing, Ownership Concentration, Origin of Control, Profitability, Corporate Governance, Size, Corporate Sustainability
Companies listed in the Bolsa de Valores de Sao Paulo (BOLSOVA)
Significance Positive
59
No 7
8
Judul
Peneliti
Variabel Independen
Corporate Social Responsibility as a Conflict between Shareholders Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure)
Amir Barnea and Amir Rubin
Insider Ownership, Institusional Ownership, Leverage
Novita Machmud, Chaerul D. Djakman
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing
Objek Penelitian Companies
Hasil Penelitian Significance Positive
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006
X1=signifik an postif X2= tidak signifikan negatif
Sumber: Jurnal dan Skripsi
2.9. KERANGKA BERPIKIR Penelitian dilakukan untuk menggambarkan tentang praktik pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan manufaktur di Indonesia dan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh size perusahaan, profitabilitas,
financial leverage
jumlah dewan komisaris, dan struktur
kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). CSR merupakan suatu bentuk kontribusi dunia usaha bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang berarti suatu bentuk kotribusi suatu entitas bisnis yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk perusahaan itu sendiri, tetapi terutama juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan di sekitar tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat perlu dilakukan, karena bagaimanapun
60
juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedangkan apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan manfaat sosial (social benefit) (Rosmasita, 2007). Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan besar akan menghadapi risiko politis yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggung jawabab sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, di mana perusahaan yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Dengan demikian dapat diartikan bahwa size perusahaan memiliki hubungan yang positif terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini juga menjelaskan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial akan dilakukan juga akan semakin lengkap dan luas.
61
Profitabilitas menjadi faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada pemegang saham (Heinze dalam Rosmasita, 2007). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial. Sementara itu, Sembiring (2005) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja manajemen, misalnya dalam lingkup sosial. Maka, investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan, dalam hal ini profitabilitas, dengan pengungkapan tanggung jawab sosial paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga kan memajukan kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
62
Financial leverage juga berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keganenan dengan struktur modal yang seperti itu akan lebih tinggi (Jensen dan Meckling dalam Anggraini, 2006). Struktur modal yang dimaksud perbandingan antara hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk menambah modal. Perusahaan yang memiliki beban hutang yang tinggi berarti menggunakan hutang yang semakin tinggi pula. Dapat disimpulkan, jika perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi dapat memiliki leverage yang tinggi pula. Dengan adanya tambahan informasi seperti pengungkapan pertanggung jawaban sosial akan menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kresditur. Dengan kata lain, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas jika dibandingka dengan leverage yang lebih rendah. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage. Dengan demikian, leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005). Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.
63
Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajmen secara efektif. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar perusahaan akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan (Sulastini, 2007). Besar kecilnya dewan komisaris dapat diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris dari perusahaan yang terdiri dari komisaris utama dan komisaris independen. Untuk lebih memantapkan efektivitas komisaris yang independen, jumlah komisaris independen dalam satu perusahaan paling sedikit 30% dari seluruh komisaris atau paling sedikit 1 (satu) orang. Coller dan Gregory dalam Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executive Officer (CEO)
dan monitoring yang lebih efektif. Penelitian yang berkaitan
dengan dewan komisaris di Indonesia yang dilakukan Arifin (2002) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris yang mempunyai pengaruh yang signifikan (positif) terhadap pengungkapan sukarela (Sembiring, 2005). Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya institusi menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk menyerahkan tanggungjawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan
64
tersebut.
Karena
institusi
memantau
secara
profesional
perkembangan
investasinya. maka tingkat pengendalian terhadap tidakan manajemen tinggi dan tingkat kecurangan dapat ditekan. Investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan investor aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Sedangkan investor aktif ingin terlibat dalam pengambilan keputusan manajerial. Keberadaan institusi inilah yang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan (Pozen dalam Etty Murwaningsari 2009). Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer manggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Shleifer and Vishny dalam Burnae dan Rubin, 2005) bahwa institusional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambulan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian struktur kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
65
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori di atas, maka dapat dibuat model kerangka berpikir seperti Gambar berikut ini: Size Perusahaan Profitabilitas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure)
Financial Leverage Jumlah Dewan Komisaris Struktur Kepemilikan Institusional Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.10. HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 = Size, Profitabilitas, Financial Levarage, Jumlah Dewan Komisaris, Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR
Disclosure). H2 = Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure). H3 = Financial
Levarage
perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
66
H4 = Jumlah Dewan Komisaris perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure). H5 = Struktur Kepemilikan Institusioanal perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (CSR
Disclosure). H6 = Size perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR Disclosure).
67
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2009. 3.1.2 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purpossive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Metode penelitian ini menggunakan puspossive samping dengan kriteria sampel yang akan digunakan yaitu: 1. Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2008 dan 2009. 2. Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melaporkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunannya. 3. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yang pada perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia 4. Perusahaan yang laporan tahunannya telah diaudit oleh auditor independen selama kurun waktu periode 2008-2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi pada seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun periode 2008-2009. Sampel diseleksi dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun penetuan 67
68
kriteria sampel perusahaan yang akan diteliti dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut ini: Tabel 3.1 Prosedur Sampel Penelitian No
Keterangan
Jumlah
1
Perusahaan Go Public yang terdaftar pada BEI tahun 2008-2009
342
2
Tidak secara berturut-turut menjadi kelompok perusahaan go public pada tahun 2008-2009
(160)
3
Perusahaan Go Public yang tidak berturut-turut mengungkapkan CSR pada laporan tahunan 2008-2009
(118)
4
Perusahaan Go Public yang terdaftar di BEI yang tidak mengungkapkan variabel size, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional pada laporan tahunannya pada tahun 2008-2009
(16)
Jumlah data observasi akhir
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 (Lampiran 2) Berdasarkan kriteria, dari 342 perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 48 perusahaan yang termasuk dalam kriteria sampel penelitian sehingga didapat jumlah sampel perusahaan sebanyak 48 x 2 periode = 96 sampel. Nama sampel perusahaan yang akan diteliti dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini:
69
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan No Perusahaan 1 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 2 PT Fastfood Indonesia Tbk 3 PT AKR Corporindo Tbk 4 PT Surya Citra Media Tbk 5 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 6 PT Bakrie & Brother Tbk 7 PT Global Land Development Tbk 8 PT Berlian laju Tanker Tbk 9 PT Perusahaan Gas Negara Tbk 10 PT Mobile-8 Tbk 11 PT Tunas Ridean Tbk 12 PT Global Mediacom Tbk 13 PT Tira Austenite Tbk 14 PT Elnusa Tbk 15 PT Excelcomindo pratama Tbk 16 PT Tigaraksa Tbk 17 PT Panorama Sentrawisata Tbk 18 PT Zebra Nusantara Tbk 19 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 20 PT Indosiar Karya Media Tbk 21 Panin Bank 22 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 23 PT Bank Central Asia Tbk 24 PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk Sumber : ICMD 2011
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Perusahaan PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Mitra Investindo Tbk
3.2 Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini adalah : 3.2.1
Variabel Terikat/ Dependent Variable (Y) Variabel dependen penelitian ini adalah Pengungkapan CSR (Corporate
Social Responsibility Disclosure). Pengungkapan CSR merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosialnya yang meliputi tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Content analysis adalah
70
suatu metode pengkondifikasian teks dari ciri-ciri yang sama untuk ditulis dalam berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan (Weber dalam Sulastini, 2007). Check list dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston and Milne (1996) dan Sembiring (2005). Total item pengungkapan adalah 80 item. Item-item pengungkapan tersebut terbagi ke dalam tujuh kategori yaitu (1) lingkungan, (2) energy, (3) kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, (4) lain-lain tenaga kerja, (5) produk, (6) keterlibatan masyarakat dan, (7) umum. 3.2.2
Variabel Bebas / Independent Variable (X) Variabel independen penelitian ini adalah size perusahaan, profitabilitas,
jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional, dan , financial leverage. a. Size Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan kapitalisasi pasar (Cahyonowati, 2003 dalam Sulastini, 2007). Pengukuran dari penelitian ini sama dengan penelitian Gray et. al., (2001) dan Sembiring (2005), size perusahaan diukur dengan total jumlah tenaga kerja oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui
71
bahwa semakin besar tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan. b. Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa pengukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu: Return On Equity, Return On Assets, Earning Per Share, Net Profit, dan Operating Ratio. Variabel profitabilitas penelitian ini menggunakan pengukuran Return On Equity (ROE). ROE adalah perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas pemilik untuk tingkat pengembalian total ekuitas (Stoner dan Sirait, 1994 dalam Pramesti, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang penting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Re turn On Equity
Earning After Tax TotalEquity
ROE merupakan ukuran efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. c. Financial Leverage Financial leverage merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Leverage dapat diukur dengan rasio DER. DER (Debt to Equity Ratio) diukur melalui perbandingan antara total hutang dengan ekuitas perusahaan (Anggraini, 1997). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER yaitu
72
rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri dijadikan jaminan hutang. Total hutang dan modal sendiri dalam penelitian ini menggunakan data per 31 Desember 2008-2009 yang diukur dengan formulasi sebagai berikut: DER
TotalDebt Total Equity
d. Jumlah Dewan Komisaris Jumlah dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Alasan yang mendasari bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial adalah karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan. Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan. Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam perusahaan, maka kecenderungan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan. Pengukuran dewan komisaris yang diinginkan dalam penelitian yang diinginkan dalam penelitian ini adalah sama dengan penelitian Sembiring (2005), yaitu dilihat dari banyaknya jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan. e. Struktur Kepemilikan Institusional Salah satu kepemilikan atas perusahaan adalah kepemilikan institusional yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2008) sebagai jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah total modal saham yang dikelola oleh perusahaan. Sedangkan menurut Wahidahwati (2001) dalam Amelia (2006) kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang
73
berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebioh dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arief, 2006 dalam Novita dan Chaerul, 2007). Pengukuran terhadap kepemilikan institusional menggunakan rasio jumlah saham yang dimiliki institusi dengan total saham beredar. Sedangkan penelitian ini, mengacu pada penelitian Aditya (2008) dengan memproksikan struktur kepemilikan institusional dengan perbandingan dari total saham institusi dengan total saham perusahaan. Skala pengukuran untuk data kepemilikan institusional adalah skala rasio. Institusional Ownership
Total Institusional Stock Total Firm Stock
Berdasarkan uraian variabel size, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional di atas, maka dapat disusun ringkasan variabel seperti pada tabel 3.2 di bawah ini: Tabel 3.3 Ringkasan Variabel No 1
Variabel Size
No
Variabel
2
Profitabilitas
Definisi Operasional Size perusahaan bisa didasarkan atau diukur dengan cara melihat pada jumlah aktiva (aktiva lancar, aktiva tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), total jumlah tenaga kerja, volume penjulan, dan kapitalisasi pasar (Cahyonowati, 2003 dalam Sulastini, 2007)
Definisi Operasional Profitabilitas diartikan sebagai
Cara Pengukuran Total Jumlah Tenaga Kerja
Skala Data Rasio
Cara Pengukuran Return on
Skala Data Rasio
74
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham
Equity
3
Financial Leverage
Financial leverage merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya
Debt to Equity Ratio
Rasio
4
Jumlah Dewan Komisaris
Jumlah dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan
Banyaknya anggota dewan komisaris
Rasio
5
Struktur Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihakpihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, dan institusi lainnya.
Perbandingan dari total saham institusi dengan total saham perusahaan
Rasio
3.3 Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berasal dari laporan tahunan perusahaan yang dilkumpulkan dan dipublikasikan oleh pihak Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series), yaitu sekumpulan data observasi dalam rentang waktu tertentu dan dicatat secara kontinu (Gujarati, 2005).
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan adalah dengan penelusuran data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses
75
penelitian dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item tanggung jawab sosial perusahaan, jumlah tenaga kerja, ROE, DER, jumlah dewan komisaris, dan besarnya struktur kepemilikan institusional. Yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD) selama tahun periode 2008-2009. Untuk mengetahui item pengungkapan CSR dilakukan observasi terhadap laporan tahunan perusahaan yang terdaftar sesuai dengan daftar item pengungkapan tanggung jawab sosial yang telah digunakan oleh Hackston dan Milne (1996) dalam Sembiring (2005).
3.5 Metode Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah melalui: 3.5.1.
Analisis Deskriptif Deskripsi variabel penelitian adalah bagian dari hasil penelitian yang
berguna untuk menggambarkan tingkat variabel independen (Size, Profitabilitas, Financial
Leverage,
Institusional)
dan
Jumlah
variabel
Dewan
Komisaris,
Struktur
Kepemilikan
dependen
(Corporate
Social
Responsibility
Disclosure). Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata (mean), maksimum, minimum, standar deviasi, dan varian dari variabel-variabel yang diteliti.
76
Nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dapat diperoleh dengan memilih menu Analyse dari menu utama SPSS, kemudian dilanjutkan dengan memilih Descriptive Statistic, lalu pilih Descriptive. Setelah itu, isikan variabel yang akan dianalisis dalam hal ini ada enam yaitu CSR, size, ROE, DER, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional. Untuk menganalisis statistik deskriptif apa saja yang akan dipilih, maka klik, Option dan isikan statistik yang kita inginkan seperti nilai rata-rata (mean). Standar Deviasi, Varians, Minimum, Maksimum, Sum, Range, SE Mean, Kurtosis, dan Skewness, lalu setelah itu pilih Continue dan OK. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang akan dianalisis, maka dapat ditentukan kelas interval pada variabel size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Tujuan penentuan kelas kriteria interval adalah agar hasil analisis deskriptif lebih jelas dalam menentukan penilaian pada masing-masing variabel. Berikut ini adalah tabel kriteria kelas interval pada variabel independen dan dependen:
77
Tabel 3.4 Kriteria Variabel Independen dan Dependen
No Nama Variabel
1
2
CSR
Size
3
Profitabilitas
4
Financial Leverage
5
Jumlah Dewan Komisaris
6
Struktur Kepemilikan Institusional
Interval
Kriteria
74.00 < x ≤ 86.25 61.75 < x ≤ 74 49.50 < x ≤ 61.75 37.25 < x ≤ 49.5 25.00 < x ≤ 37.25 33296.8 < x ≤ 41617 249676.6 < x ≤ 33296.8 16654.6 < x ≤ 24976.6 8336.2 < x ≤ 16656.4 16 < x ≤ 8336.2
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
x > 7.14% 4.76% < x ≤ 7.14% 2.38 < x < 4.76% 0 < x ≤ 2.38% x≤0 959.842< x ≤ 119.4 719.684< x ≤ 959.842 479.826< x ≤ 719.684 239.968< x ≤ 479.826 0.11< x ≤ 239.968 8.6< x ≤10 7.2< x ≤8.6 5.8< x ≤7.2 4.4< x ≤5.8 3< x ≤ 4.4 2.924 < x ≤ 3.63 2.218 < x ≤ 2.924 1.512 < x ≤ 2.218 0.806 < x ≤ 1.512 0.1 < x ≤ 0.806
Sangat Profitable Profitable Kurang Profitable Tidak Profitable Sangat Tidak Profitable Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sangat Sangat Banyak Sedang Sangat Sedikit Sedikit Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Sangat Banyak Banyak Sedang Sedikit Sangat Sedikit
78
3.5.2.
Uji Prasyarat
3.5.2.1. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah model statistik variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada Normal P plot of regression standardizzed Residual variable independen, dimana: 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagomal, maka tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain dengan mengunakan Normal P plot of regression standardizzed Residual, uji normalitas juga menggunakan uji kolomogorov-smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria sebagi berikut: a. Jika angka signifikan > taraf signifikan (α) 0,005 maka distribusi data dikatakan normal. b. Jika angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka distribusi dikatakan tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
79
3.5.2.2. Uji Asumsi Klasik Model regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias Estimator/BLUE) jika terpenuhinya asumsiasumsi klasik, dengan begitu dapat diketahui bahwa uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi asumsi klasik. Oleh sebab itu untuk menghindari penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji asumsi klasik. Model uji asumsi klasik tersebut adalah: a.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel
independen saling berhubungan secara linear. Menurut Santoso (2001) multikolinearitas terjadi apabila antara variabel-variabel indepnden terdapat hubungan yang signifikan. Multikolinearitas juga dimaksud untuk menghilangkan gejala korelasi antara variabel independen terhadap variabel independen yang lainya. Uji multikolinearitas juga digunakan untuk mengetahui apakah anatar variabel bebas yang terdapat dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kolonieritas, dilakukan dengan meregresikan antar variabel bebas. Jika koefisien regresinya signifikan, maka dalam model terdapat multikolinearitas. Menurut Ghozali, 2005 untuk mendeteksi adanya masalah multikolinearitas adalah dengan memperhatikan:
80
1.1.1.1.1
Besaran korelasi antar variabel independen
Pedoman suatu model regresi bebas multikoloniearitas memiliki kriteriakriteria sebagai berikut: 1.1.1.1.1.1.1
Koefisien korelasi antara variabel-variabel independen
dengan variabel dependen harus lemah tidak lebih besar dari 90% (0,9). 1.1.1.1.1.1.2
Jika korelasi kuat antara variabel independen dengan
variabel independen lainya yaitu korelasi diatas 90 % (0,9). Maka menunjukan multikolinearitas yang serius. 1.1.1.1.2
Nilai tolerance dan VIF yang rendah sama rendah dengan nilai VIF
yang tinggi, persamaan yang digunakan adalah: VIF=1/ Tolerance Nilai yang dipakai untuk menandai adanya faktor multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF<10. Dalam penelitian ini untuk adanya masalah multikolinearitas digunakan kedua pendekatan tersebut model regresi yang baik adalah tidak terdapat masalah multikolinearitas atau adanya hubungan korelasi diantara variabel-variabel independen. b.
Uji Heteroskedastisitas Uji
heterokedasitas
digunakan
untuk
mengetahui
apakah
terjadi
penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antar satu observasi ke observasi lain. Heterokedasitas dapat terdeteksi dengan melihat plot antara taksiran nilai Y dengan residual. Untuk mendeteksi adanya heterokedasitas adalah
81
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Yang mendasari dalam pengambilan keputusan adalah: a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola teratur (gelombang,
melebar
kemudian
menyempit)
maka
terjadi
masalah
heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah heterokedastisitas. c.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ditemukan adanya korelasi antara kesalahan pepengujian pada periode t dengan kesalahan pengujian pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi tidak berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama lain (Ghozali,2006). Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah bahwa varian sampel tidak menggambarkan varian populasinya, lebih jauh lagi model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk mentaksir variabel dependen pada nilai varibel independen tertentu. Alat analisis yang digunakan adalah Durbin Watson (DW). Setelah dilakukan regresi kemudian dihitung DWnya dengan jumlah sampel tertentu diperoleh nilai kritis dl (batas bawah) dan du (batas atas) dalam tabel distribusi dengan berbagai nilai.
82
3.5.3.
Model Regresi Berganda Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda
(multiple regresi). Secara umum model regresi ini dapat ditulis sebagai berikut:
CSR
b0
b1 SIZE
b2 PRO ba LEV
b4 JDK
b5 SKI
e
Dimana: CSR
= Indeks skor pengungkapan CSR
SIZE
= Ukuran perusahaan
PRO
= Profitabilitas
LEV
= Financial Leverage
JDK
= Jumlah Dewan Komisaris
SKI
= Struktur Kepemilikan Institusional = Koefisien regresi
e 3.5.4.
= Error term (Variabel Pengganggu) Uji Hipotesis Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan mengunakan metode
anallisis regresi berganda (multiple regretion). Metode regresi berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen dalam suatu model perdiktif tunggal. Adapun untuk menguji signifikan tidaknya hipotesis tersebut digunakan uji F, uji t, R2, dan r2
83
3.5.4.1.
Uji Simultan (F-test)
Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan signifance level 0,05 (α = 5 % ). Keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut: 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan). Ini berarti secara simultan variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 3.5.4.2.
Uji Parsial (t-test)
Menurut Ghozali (2005) uji statistik t dasarnya menunjukan sebarapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan signifance level 0,05 (α = 5 %). Penerimaan atau penolakan hipotesisi dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
84
2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 3.5.4.3.
Koefisien Determinasi Simultan (R2).
Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Namun terdapat kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, sehinggan untuk mengevaluasi model regresi terbaik digunakan nilai Adjusted R2. Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program Stastitical Package for Social Sciences (SPSS) 17. Hipotesis dalam penelitian ini dipengaruhi nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test dan F-test untuk menguji signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.
85
3.5.4.4.
Koefisien Determinasi Parsial (r2).
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai r2 sama dengan 1 berarti kemampuan model menjelaskan variasi variabel dependen secara sempurna 100%. Sebaliknya jika r2 sama dengan 0 berarti variabel independen tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel dependen. Untuk mengetahui presentase sumbangan dari variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi parsial.
86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan data variabelvariabel yang telah diolah, dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum. Variabel yang telah diolah dalam penelitian ini yaitu size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, struktur kepemilikan institusional, dan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Berdasarkan tabulasi data, berikut ini hasil pengolahan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows dan penjelasan analisis deskriptif variabel-variabel tersebut: Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Descriptive Statistics
CSR Size Profitabilitas Leverage JDK SKI Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Sum
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
96 96 96 96 96 96
25.00 16 .01 .11 2 .01
86.25 41617 211.90 1199.40 10 3.63
5030.20 394006 1718.64 1.41E4 443 43.95
Mean Statistic 52.3979 4104.23 17.9026 1.46652 4.61 .4578
Std. Error 1.25036 816.580 2.68266 23.14506 .194 .05337
Std. Deviation Statistic 12.25099 8000.819 26.28456 226.77434 1.905 .52290
96
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Dalam Tabel 4.1 menunjukkan deskripsi data variabel-variabel yang telah diolah yaitu mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial (CSR), size, 86
87
profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai CSR dengan rata-rata (mean) 52,39 dan standar deviasi sebesar 12,25 memiliki nilai maksimum pada 86,25 yang dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dan nilai minimum pada 25 Yang dimiliki oleh PT Buana Finance,Tbk. Sedangkan size perusahaan yang diukur dengan menggunakan besarnya total tenaga kerja memiliki nilai mean sebesar 4104,23 dengan standar deviasi sebesar 8000,89 yang memiliki nilai maksimum pada 41617 dimiliki oleh PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 16 yang dimiliki oleh PT Yuli Sekurindo,Tbk. Tingkat profitabilitas perusahaan yang diukur dengan menggunakan laba bersih dibandingkan total ekuitas memiliki nilai mean sebesar 17,9 dengan standar deviasi sebesar 26,28 yang memiliki nilai maksimum pada 211,9 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother, Tbk dan nilai minimum pada 0,01 yang dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk. Jumlah dewan komisaris perusahaan memiliki nilai mean sebesar 4,61 dengan standar deviasi sebesar 1,905 yang memiliki nilai maksimum pada 10 dimiliki oleh PT Excelcomindo pratama Tbk dan nilai minimum pada 2 yang dimiliki oleh PT Zebra Nusantara Tbk. Financial Leverage yang diukur dengan menggunakan besarnya total kewajiban dibandingkan modal sendiri memiliki nilai mean sebesar 1,46 dengan standar deviasi sebesar 226,7 yang memiliki nilai maksimum pada 11,99 dimiliki oleh PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk dan nilai minimum pada 0,11 yang dimiliki oleh PT Ace Hardware Indonesia, Tbk. Struktur kepemilikan institusional yang diukur dengan menggunakan besarnya total saham institusi dibandingkan total saham perusahaan
88
memiliki nilai mean sebesar 0,45 dengan standar deviasi sebesar 0,52 yang memiliki nilai maksimum pada 3,63 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother Tbk dan nilai minimum pada 0,01 yang dimiliki oleh PT Bank Mega, Tbk. 4.1.1.1. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR) Berikut ini merupakan deskripsi pengungkapan tanggung jawab sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu: Tabel 4.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Descriptive Statistics
CSR2008 CSR2009 Valid N (listwise)
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
48 48
25.00 33.75
86.25 85.00
Std. Deviation
Mean Statistic 50.2104 54.5854
Std. Error 1.78054 1.71645
Statistic 12.33594 11.89191
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Hasil pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial pada tahun 2008 berdasarkan tabel 4.2 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 86,25% dan pengungkapan terendah dilakukan oleh PT Buana Finance, Tbk dengan indeks pengungkapan sebesar 25% Nilai mean pada variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) sebesar 50,2104 dan standar deviasi sebesar 12,33594 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mengungkapkan tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria sedang. Pada tahun 2009 pengungkapan tertinggi dilakukan PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk dengan indeks sebesar 85% dan pengungkapan terendah dilakukan oleh PT Equity Development Investment, Tbk dengan indeks pengungkapan sebesar 33,75%. Nilai mean pada variabel pengungkapan
89
tanggung jawab sosial (CSR) sebesar 54,5854 dan standar deviasi sebesar 11,89191 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mengungkapkan tanggung jawab sosial termasuk dalam kriteria sedang. Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu: Tabel 4.3 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2008 Descriptive Statistics N Lingkungan Energi KKTK LainTK Produk KMasyarakat Umum Valid N (listwise)
Minimum 48 48 48 48 48 48 48
Maximum 0 0 1 9 0 1 0
12 7 8 24 10 11 2
Mean 4.56 1.92 4.02 17.33 2.21 8.21 1.94
Std. Deviation 3.414 1.514 1.951 4.334 3.121 2.697 .320
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Berdasarkan Tabel 4.3 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan pengungkapan item terendah ada pada kategori lingkungan, energi, produk, umum. Perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori lingkungan adalah PT Berlian laju Tanker, Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori energi adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk, perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori produk adalah PT Global Land Development Tbk, PT Berlian laju Tanker Tbk, PT Excelcomindo pratama Tbk, PT Panorama Sentrawisata Tbk, PT Indosiar Karya Media Tbk, Panin Bank, PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk, PT Modern Internasional Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Buana Finance Tbk, PT Bank
90
Bumiputera Indonesia Tbk, PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk, Bank Bukopin, PT Nusantara Infrastruktur Tbk, PT Jababeka Tbk, Bank Internasional Indonesia, PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan), PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Sentul City Tbk (Perseroan), PT Alfa Retailindo Tbk, PT Equity Development Investment Tbk, dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Yulie Sekurindo Tbk, sedangkan perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori umum adalah PT Fastfood Indonesia Tbk. Berikut ini merupakan deskripsi item pengungkapan tanggung jawab sosial pada tahun 2008 dan 2009 secara keseluruhan yaitu: Tabel 4.4 Item Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Tahun 2009 Descriptive Statistics N Lingkungan Energi KKTK LainTK Produk KMasyarakat Umum Valid N (listwise)
Minimum 48 48 48 48 48 48 48
1 0 2 12 0 2 1
Maximum 12 7 8 24 10 11 2
Mean 5.23 2.10 4.77 18.17 3.23 8.23 1.96
Std. Deviation 3.514 1.601 1.692 3.103 3.283 2.381 .202
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Berdasarkan Tabel 4.4 item pengungkapan tertinggi ada pada kategori lain-lain tenaga kerja sebanyak 24 pada PT Elnusa, Tbk. Kategori paling banyak diungkapkan adalah kategori lain-lain tenaga kerja. Sedangkan item terendah ada pada kategori energy dan produk. Perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori energi adalah PT Indosiar Karya Media Tbk dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk sedangkan perusahaan yang tidak mengungkapkan kategori
91
produk adalah PT Global Land Development Tbk, PT Global Mediacom Tbk, PT Panorama Sentrawisata Tbk, Panin Bank, PT Indosiar Karya Media Tbk, dan PT Yulie Sekurindo Tbk. 4.1.1.2. Size perusahaan Size perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tanggung jawab sosial
perusahaan.
Size
perusahaan dihitung dengan
menggunakan total tenaga kerja yang dapat dirangkum dalam tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Deskriptif Total Tenaga Kerja Descriptive Statistics N TKerja2008 TKerja2009 Valid N (listwise)
Minimum 48 48
34 16
Maximum 41617 41615
Mean 4031.96 4176.50
Std. Deviation 8003.055 8082.614
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga kerja pada tahun 2008 tertinggi berdasarkan tabel 4.5 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41617 orang dan terendah pada PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 34 orang. Besarnya nilai mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga kerja sebesar 4031,96 dengan standar deviasi 8003,055 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga kerja sangat sedikit. Hasil mengenai ukuran perusahaan yang diproksi dengan total tenaga kerja pada tahun 2009 tertinggi berdasarkan Tabel 4.5 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41615 orang dan terendah pada
92
PT Yulie Sekurindo, Tbk dengan total tenaga kerja 16 orang. Besarnya nilai mean pada variabel size perusahaan yang diproksi dengan total jumlah tenaga kerja sebesar 4176.50 dengan standar deviasi 8082.614 mengindikasikan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki total tenaga kerja sangat sedikit. 4.1.1.3. Profitabilitas Tingkat profitabilitas yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.6 Deskriptif Profitabilitas Descriptive Statistics N Profitabilitas2008 Profitabilitas2009 Valid N (listwise)
Minimum 48 48
.01 .03
Maximum 211.90 91.40
Mean 18.1535 17.6474
Std. Deviation 31.98867 19.31155
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2008 tertinggi berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 dan tingkat profitabilitas terendah sebesar 0,01 dimiliki PT Sentul City, Tbk (Perseroan) nilai mean sebesar 18,1535 dan standar deviasi sebesar 31,98867. Artinya bahwa tingkat profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat profitable. Hasil mengenai tingkat profitabilitas pada tahun 2009 tertinggi berdasarkan Tabel 4.6 dimiliki PT Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 dan tingkat profitabilitas terendah PT Global Mediacom, Tbk sebesar 0,03 nilai mean
93
sebesar 17,6474 dan standar deviasi sebesar 19,31155. Artinya bahwa tingkat profitabilitas pada perusahaan dalam penelitian ini sangat profitable. 4.1.1.4. Financial Leverage Rasio leverage yang diukur dari besar total kewajiban dibandingan dengan modal sendiri. Berikut ini merupakan gambaran rasio leverage pada tahun 2008 dan 2009: Tabel 4.7 Deskriptif Rasio Leverage Descriptive Statistics N Leverage2008 Leverage2009 Valid N (listwise)
48 48
Minimum .16 .11
Maximum 1145.10 1199.40
Mean
Std. Deviation
1.80182 1.13112
247.51066 200.96978
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Berdasarkan Tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 dan leverage terendah dimiliki oleh PT Sentul City, Tbk sebesar 0,16 Tahun 2008 memiliki nilai mean 1,8012 dan standar deviasi sebesar 247,51066 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat rendah. Berdasarkan tabel 4.7 leverage tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1199,40 dan leverage terendah dimiliki oleh PT Ace Hardware Indonesia, Tbk sebesar 0,11. Tahun 2008 memiliki nilai mean 1,13112 dan standar deviasi sebesar 200,96978 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat leverage yang sangat rendah.
94
4.1.1.5. Jumlah Dewan Komisaris Jumlah Dewan Komisaris yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Deskriptif Jumlah Dewan Komisaris Descriptive Statistics N JDK2008 JDK2009 Valid N (listwise)
48 48
Minimum
Maximum 3 2
8 10
Mean 4.71 4.52
Std. Deviation 1.543 2.222
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah Berdasarkan Tabel 4.8 jumlah dewan komisaris tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bhakti Investama, Tbk (Perseroan), PT Bank Danamon Indonesia, Tbk, dan PT Alfa Retailindo, Tbk yaitu sebanyak 8 anggota dewan komisaris dan jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Bentoel Investama, Tbk, PT AKR Corporindo, Tbk, PT Jasa Marga, Tbk, PT Tira Austine, Tbk, PT Tigaraksa, Tbk, PT Panorama Sentrawisata, Tbk, PT Zebra Nusantara, Tbk, PT Asuransi Multi Guna Artha, Tbk, PT Modern Internasional, Tbk, PT Bank Mega, Tbk, PT Buana Finance, Tbk, PT Multi Indocitra, Tbk, dan PT Jababeka, Tbk yaitu sebanyak 3 anggota dewan komisaris. Tahun 2008 memiliki nilai mean sebesar 4,71 dan standar deviasi sebesar 1,543 mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan komisaris yang sedikit. Jumlah dewan komisaris tertinggi tahun 2009 dimiliki oleh PT Equity Development Investment, Tbk , PT Asuransi Dayin Mitra ,Tbk, dan PT Minsuco Internasional Finance, Tbk yaitu sebanyak 10 anggota dewan komisaris dan
95
jumlah dewan komisaris terendah dimiliki oleh PT Zebra Nusantara, Tbk, PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin, PT Nusantara Infrastruktur, Tbk, PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk, PT Panin Sekuritas, Tbk, dan PT Ace Hardware Indonesia, Tbk yaitu sebanyak 2 anggota dewan komisaris. Tahun 2009 memiliki nilai mean sebesar 4,52 dan standar deviasi sebesar 2,222 mengindikasikan bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki jumlah dewan komisaris yang sedikit. 4.1.1.6. Struktur Kepemilikan Institusional Struktur Kepemilikan Institusional yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 dan 2009 yang diukur dengan menggunakan total saham institusi dibandingkan dengan total saham perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini: Tabel 4.9 Deskriptif Struktur Kepemilikan Institusional Descriptive Statistics N SKI2008 SKI2009 Valid N (listwise)
48 48
Minimum .01 .01
Maximum .99 3.63
Mean .3985 .5173
Std. Deviation .30442 .67326
48
Sumber: Laporan Tahunan Perusahaan Go Public Tahun 2008 dan 2009 diolah
Salah satu kepemilikan perusahaan adalah kepemilikian institusional yang dijelaskan Boediono (2005) dalam Aditya (2009) yang diukur berdasarkan jumlah saham intitusi dibandingkan jumlah saham perusahaan. Berdasarkan tabel 4.9 struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2008 dimiliki oleh PT Bank Mega, Tbk sebesar 0,99 dan struktur kepemilikan institusional
96
terendah dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT Bank Internasional Indonesia, Tbk sebesar 0,01. Tahun 2008 memiliki nilai mean 0,3985 dan standar deviasi sebesar 0,30442 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat kepemilikan institusional sangat rendah. Struktur kepemilikan institusional tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 3,63 dan struktur kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh PT Excelcomindo Pratama, Tbk, PT Zebra Nusantara, Tbk, PT Bank Mega Tbk, dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 0,01 Tahun 2009 memiliki nilai mean 0,5173 dan standar deviasi sebesar 0,67326 Hal ini berarti bahwa sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat kepemilikan institusional yang sangat rendah.
4.1.2. Analisa Pangujian Prasyarat 4.1.2.1. Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan alat uji SPSS 16 dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika nilai K-S Z signifikan maka data yang ada tidak terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau yang mendekati normal.
97
Tabel 4.10 Hasil output Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
96 .0000000 11.49612224 .085 .085 -.057 .829 .498
Berdasarkan tabel 4.10 bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan besarnya nilai kolmogorov-smirnov 0,829 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,498 yaitu diatas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan data ini layak digunakan untuk penelitian. Uji normalitas juga dapat dilakukan menggunakan grafik normal plot dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Berikut ini adalah tampilan uji normalitas residual dengan menggunakan grafik histogram dan normal probability plot.
98
Gambar 4.1 Histrogram
Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized
99
Dengan melihat tampilan grafik histogram pada gambar 4.1 maupun grafik normal plot pada gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Pada gambar histogram, terbukti kurva membentuk lonceng. Selain itu diperkuat dengan gambar Normal P-P Plot of Regression Standardized dengan adanya data disepanjang dan searah pada garis diagonal 4.1.2.2. Pengujian Asumsi Klasik 1.
Hasil Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Dalam penelitian ini uji multikolinearitas diukur dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Adapun nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan tingkat multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10. Adapun hasil uji multikolinearitas adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
Model 1
(Constant)
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
57.944
3.632
Size
.000
.000
Profitabilitas
.035
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
15.952
.000
.289
2.679
.009
.841
1.190
.048
.075
.732
.466
.929
1.076
-.003
.005
-.063
-.623
.535
.963
1.039
JDK
-1.434
.650
-.223
-2.207
.030
.958
1.044
SKI
-1.906
2.400
-.081
-.794
.429
.932
1.073
Leverage
a. Dependent Variable: CSR
100
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa nilai VIF variabel size (X1) sebesar 1,190 nilai tolerance sebesar 0,841, variabel profitabilitas (X2) sebesar 1,076 nilai tolerance sebesar 0,929, variabel jumlah dewan komisaris (X3) sebesar 1,044 nilai tolerance sebesar 0,958, variabel financial leverage (X4) sebesar 1,039 nilai tolerance sebesar 0,963, variabel struktur kepemilikan institusional (X 5) sebesar 1,073 nilai tolerance sebesar 0,932. Semua variabel tersebut nilai VIF kurang dari 10 dengan tolerance diatas 0,10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari asumsi multikolinearitas. 2.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Asumsi kedua adalah pengujian heteroskedastisitas. Suatu model regresi
harus terbebas dari heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Gujarati dalam Ghozali: 2009 dengan persamaan regresi: Ut =α + βXt + vt Tabel 4.12 Hasil Uji Glejser Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
11.628
2.341
2.887E-5
.000
Profitabilitas
-.032
Leverage JDK SKI
Size
a
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
4.968
.000
.031
.271
.787
.841 1.190
.031
-.112
-1.041
.301
.929 1.076
-.005
.004
-.139
-1.322
.190
.963 1.039
-.336
.419
-.085
-.801
.425
.958 1.044
-.709
1.546
-.049
-.459
.648
.932 1.073
a. Dependent Variable: ABSUT
101
Berdasarkan tabel 4.12, hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi size sebesar 0,787, profitabilitas 0,301, jumlah dewan komisaris 0,425, financial leverage 0,190, dan struktur kepemilikan institusional 0,648 diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada penelitian pada gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Scatterplot Dari gambar 4.3 bahwa grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
102
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 3.
Hasil Uji Autokorelasi Selain
memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolinearitas,
dan
heteroskedastisitas, model regresi dalam penelitian ini juga harus memenuhi asumsi autokorelasi. Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakan ada hubungan antara anggota serangkaian data penelitian yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW). Hasil pengujian autokorelasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Adjusted R Model 1
R .346
R Square a
.119
Square
DurbinStd. Error of the Estimate
.071
11.81114
Watson 1.818
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: CSR
Pengujian dikatakan terbebas dari asumsi autokorelasi apabila nilai du
103
4.1.3. Analisa Pengujian Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Regresi Linear Berganda Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
57.944
3.632
Size
.000
.000
Profitabilitas
.035
Beta
t
Sig.
15.952
.000
.289
2.679
.009
.048
.075
.732
.466
-.003
.005
-.063
-.623
.535
JDK
-1.434
.650
-.223
-2.207
.030
SKI
-1.906
2.400
-.081
-.794
.429
Leverage
a. Dependent Variable: CSR
Dari Tabel 4.14, hasi analisis regresi linear berganda diatas dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = 57,944 + X1-0,035X2 +0,003X3+1,434X4+1,906X5 + e Dari persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Konstanta α sebesar 57,944 menyatakan bahwa jika X1, X2, X3, X4, dan X5 adalah 0, maka indeks pengungkapan sosial adalah 57,944.
b.
Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (β1) sebesar 0,000 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 orang karyawan perusahaan go public akan menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 0,000, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan.
104
c.
Koefisien regresi untuk jumlah dewan komisaris (β4) sebesar 1,434 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 orang anggota dewan komisaris akan menambah indeks pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebesar 1,434, dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi dianggap konstan.
4.1.4. Analisa Pengujian Simultan (Uji F) Untuk mengetahui apakan semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka digunakan uji F dengan bantuan SPSS for windows release 17.0. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 4.15 Hasil Uji Simultan b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1702.961
5
340.592
Residual
12555.279
90
139.503
Total
14258.240
95
F 2.441
Sig. a
.040
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan tabel 4.15 diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,040. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
105
4.1.5. Analisa Pengujian parsial (Uji t) Pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila diperoleh nilai p-value pada kolom “sig” < 0,05 maka Ho ditolak, ini berarti terdapat pengaruh signifikan. Hasil pengujian parsial dengan bantuan for windows release 16.0 yang dapat dilihat pada tabel 4.15. Pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa variabel size perusahaan memiliki nilai koefisien sebesar 0,000 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,009. Nilai tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial variabel size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengujian untuk variabel profitabilitas diperoleh dari hasil nilai koefisien sebesar 0,035 dimana nilai signifikansi 0,466. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Selanjutnya pengujian terhadap variabel jumlah dewan komisaris memiliki nilai koefisien sebesar -1,434 dimana nilai signifikansinya sebesar 0,030. Nilai tersebut lebih kecil dan 0,05, sehingga H0 ditolak. hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini diterima. Artinya bahwa secara parsial
106
variabel jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengujian untuk variabel financial leverage diperoleh dari hasil nilai koefisien sebesar -0,003 dimana nilai signifikansi 0,535. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengujian selanjutnya untuk variabel struktur kepemilikan institusional diperoleh dari hasil nilai koefisien sebesar -1,906 dimana nilai signifikansi 0,429. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima hal ini menunjukkan bahwa hipotesis keempat (H4) dalam penelitian ini ditolak. Artinya bahwa secara parsial variabel struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 4.1.6. Koefisien Determinasi Simultan (Adjusted R2) Besarnya sumbangan dari variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen secara simultan dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi simultan (Adjusted R2). Nilai Adjusted R2 dianjurkan untuk digunakan pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R 2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dan hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
107
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi Model Summary
Model
R
R Square a
1
.346
b
Adjusted R Square
.119
Std. Error of the Estimate
.071
11.81114
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: CSR
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diperoleh hasil nilai adjusted R 2 sebesar 0,071. Hal ini menunjukkan bahwa variabel size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan sebesar 7,1% sedangkan sisanya 92,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.1.7. Koefisien Determinasi Parsial (r2) Koefisien determinasi parsial (r2) bertujuan untuk mengetahui besarnya sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.19 kolom correlation partial. Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Dterminasi Coefficients
a
Correlations Model 1
Zero-order
Partial
Part
(Constant) Size
.249
.272
.265
Profitabilitas
.135
.077
.072
Leverage
-.006
-.066
-.062
JDK
-.170
-.227
-.218
SKI
.011
-.083
-.079
a. Dependent Variable: CSR
108
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat nilai correlation partial untuk variabel size perusahaan sebesar 0,272 maka nilai r2 adalah sebesar 0,2722 atau 0,073984. Hal ini berarti sumbangan yang diberikan variabel size dalam menjelaskan pengungkapan tanggung jawab sosial sebesar 7,39%.
4.2. Pembahasan Aktivitas tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) merupakan kegiatan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan citra suatu perusahaan. Perusahaan saat ini dituntut untuk tidak hanya mengejar keuntungan (profit) saja tetapi juga dampak keberadaan perusahaan tersebut di masyarakat dan lingkungannya dalam menjaga kelangsungan perusahaan secara terus menerus (going concern). Selain itu, perusahaan juga, perusahaan juga dapat mengurangi biaya sosial di masa mendatang sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi sampel penelitian telah melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial, meskipun pengungkapan masing-masing perusahaan berbeda. Belum adanya kriteria item-item yang harus diungkapkan dan sifatnya yang masih sukarela, menyebabkan pengungkapan tanggung jawab sosial antar perusahaan berbedabeda. Hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik dengan regresi berganda mengenai pengaruh size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional terhadap
109
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memberikan beberapa hasil penelitian yang akan dibahas berikut ini: 4.2.1 Hubungan Antara Size Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Jumlah Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Institusional dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Hasil analisa regresi secara simultan untuk variabel size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public tahun 2008 dan 2009. Terlihat pada nilai signifikansi sebesar 0,040 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan nilai Adjusted R2 sebesar 0,071 yang berarti variabel size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel pengungkapan tangggung jawab sosial sebesar 7,1% dan 92,9% dipengaruhi oleh variabel diluar kelima variabel dalam penelitian ini. Semakin besar size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional maka perusahaan akan semakin besar dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. 4.2.2 Hubungan Antara Size Perusahaan dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel size perusahaan yang diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja yaitu sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan antara size perusahaan dengan
110
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang (2007), Almalia (2007), Suprayogi (2010) yang menemukan bahwa size perusahaan yang diproksikan dengan total jumlah tenaga kerja perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar size perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Karena secara umum perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang besar akan mendapatkan sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri. Untuk meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi lebih mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya. Apabila dikaitkan dengan agency theory, dimana perusahaan besar dengan konflik keagenan antara agen dan principal yang lebih tinggi akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk mengurangi asimetri informasi antara agen dan principal, sehingga konflik keagenan dapat dikurangi. Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari masyarakat secara umum maupun pemerintah. Dengan size perusahaan yang lebih besar relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah (Tjakandra,2000). Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki pemegang saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui laporan tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu, pengaruh size
111
perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif total tenaga kerja pada tahun 2008 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 41617 orang merupakan kriteria jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 56,25% merupakan kiteria pengungkapan yang tinggi sedangkan total tenaga kerja pada tahun 2009 adalah PT Bank Mandiri (Persero), Tbk dengan jumlah total tenaga kerja 24498 orang merupakan kriteria jumlah tenaga kerja banyak dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 68,75% merupakan kiteria pengungkapan yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya size perusahaan. 4.2.3 Hubungan Antara Profitabilitas dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Analisis regresi secara parsial untuk variabel profitabilitas sebesar 0,466 yang diproksikan oleh Return on Equity (ROE) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05) terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraini (2006) dan Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Zhang Guo dan Wang (2008). Dalam penelitian Zhang Guo dan Wang (2008) menemukan
112
hubungan yang signifikan antara variabel profitabilitas yang diukur dengan ROE (Return on Equity) dan pengungkapan tanggung jawab sosial. ROE menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan, dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap besar pengungkapan CSR. Artinya bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Hal didukung dengan argumentasi bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. “Good news” ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa dengan adanya laba yang tinggi maka manajemen akan melakukan pengungkapan sosial yang luas. Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase profitabilitas tahun 2008 pada PT Bakrie & Brother, Tbk sebesar 211,90 merupakan kriteria Sangat Profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 67,5% merupakan kriteria pengungkapan tinggi sedangkan presentase profitabilitas tahun 2009 pada PT Mobile-8, Tbk sebesar 91,40 merupakan kriteria sangat profitable dengan indeks
113
pengungkapan sebesar 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang dan tingkat profitabilitas terendah PT Buana Finance, Tbk sebesar 4,73 merupakan kriteria kurang profitable dengan indeks pengungkapan sebesar 25% merupakan kriteria pengungkapan sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya tingkat profitabilitas. 4.2.4 Hubungan
Antara
Financial
Leverage
dengan
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Hasil Analisis regresi secara parsial pada variabel financial leverage sebesar 0,190 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05) terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia (2007), Sembiring (2005), dan Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Artinya tingkat Leverage perusahaan tidak berpengaruh secara positif terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial suatu perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chow dan Wong Boren (1987), yang menemukan bahwa leverage ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa tinggi atau rendahnya tingkat leverage tidak mempengaruhi banyaknya suatu perusahaan menggungkapkan tanggung jawab sosialnya. Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang lebih tinggi dalam struktur modal
114
akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin tinggi leverage perusahaan, semakin tinggi kemungkinan transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang saham dan manajer. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Wallace et al dalam Rosmasita, 2007). Dengan semakin tinggi leverage, yang akan menambah beban tetap perusahaan, maka untuk program corporate social responsibility menjadi terbatas. Seperti yang dijelaskan dalam analisis deskriptif mengenai presentase leverage tahun 2008 pada PT Bank Bumiputera Indonesia, Tbk sebesar 1145,10 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 66,25% merupakan kriteria pengungkapan sangat tinggi dan pada PT Sentul City, Tbk sebesar leverage sebesar 0,16 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 47,5% merupakan kriteria pengungkapan rendah sedangkan tingkat leverage tahun 2009 pada PT Mandiri (Persero), Tbk sebesar 10,24 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 70% merupakan kriteria pengungkapan tinggi dan pada PT Ace Hardware Indonesia, Tbk sebesar 0,11 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 37,5% merupakan kriteria pengungkapan sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya tingkat financial leverage.
115
4.2.5 Hubungan Antara Jumlah Dewan Komisaris dengan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan. Hasil analisa regresi secara parsial untuk variabel jumlah dewan komisaris yaitu sebesar 0,030 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan pengaruh yang signifikan antara jumlah dewan komisaris perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahu 2008 dan 2009. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2006) dan Suprayogi (2010) yang menemukan bahwa jumlah dewan komisaris perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Artinya semakin besar jumlah dewan komisaris perusahaan makan semakin banyak informasi yang diungkapkan. Karena secara umum perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang besar akan mendapatkan sorotan di publik dan sumber daya manusia perusahaan itu sendiri. Untuk meningkatkan kepercayaan publik, perusahaan akan memberikan informasi lebih mengenai tanggung jawab sosial dalam laporan tahunannya. Perusahaan besar juga merupakan entitas yang mungkin memiliki pemegang saham yang akan memperhatikan kegiatan sosial perusahaan melalui laporan tahunan perusahaan. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik. Oleh karena itu,
116
pengaruh jumlah dewan komisaris perusahaan sesuai dengan teori agensi yaitu semakin besar jumlah dewan komisaris perusahaan maka perusahaan semakin banyak mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Seperti yang dijelaskan dalam analisis dekkriptif mengenai jumlah dewan komisaris tahun 2008 pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk sebanyak 8 anggota dewan komisaris merupakan kriteria pengungkapan banyak dengan indeks pengungkapan sosial 56,25% merupakan kriteria pengungkapan sedang dan pada PT Elnusa, Tbk memiliki 6 anggota
dewan
komisaris
merupakan
kriteria
sedang
dengan
indeks
pengungkapan 73,75% merupakan kriterian indeks pengungkapan tinggi . Tahun 2009 pada PT Exelcomindo, Tbk jumlah dewan komisaris sebanyak 5 orang anggota merupakan kriteria sedang dengan indeks pengungkapan sosial 58,75% merupakan kriteria pengungkapan sedang, dan PT Fastfood Indonesia,Tbk jumlah dewan komisaris sebanyak 6 orang anggota merupakan kriteria sedang dengan indeks pengungkapan sosial 52,5% merupakan kriteria pengungkapan sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya jumlah dewan komisaris. 4.2.6 Hubungan
Antara
Struktur
Kepemilikan
Institusional
dengan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Hasil analisis regresi secara parsial untuk variabel struktur kepemilikan institusional sebesar 0,429 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan ( > 0,05 terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan go public pada tahun 2008 dan 2009. Hasil regresi ini mendukung penelitian Almilia dan
117
Djakman (2006), dan Suprayogi (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikan institusional terhadap informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Alasan yang mendasar yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal ini adalah bahwa adanya kepemilikan institusional pada perusahaan di Indonesia secara umum belum mempedulikan masalah lingkungan dan sosial sebagai isu kritis yang ekstensif untuk diungkapkan dalam laporan tahunan. Dengan adanya saham institusi tidak mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapan semakin banyaknya informasi sosial. Seperti yang dijelaskan dalam analisis dekkriptif mengenai presentase kepemilikan institusional tahun 2008 dalam penelitian ini yaitu kepemilikan atas Bakrie & Brother, Tbk sebesar 0,77 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 67,5% merupakan kriteria indeks pengungkapan tinggi dan PT Elnusa, Tbk sebesar 0,13 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sebesar 73,75% merupakan kriteria indeks pengungkapan tinggi. Struktur kepemilikan institusional tahun 2009 pada PT Global Land Development, Tbk sebesar 3,05 meruapakan kriteria sangat tinggi dengan indeks pengungkapan sosial sebesar 45% merupakan kriteria indeks pengungkapan rendah dan PT Zebra Nusantara, Tbk, sebesar 0,01 merupakan kriteria sangat rendah dengan indeks pengungkapan sosial 68,75% merupakan kriteria pengungkapan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya indeks pengungkapan tanggung jawab sosial pada beberapa perusahaan ini tidak disebabkan oleh besarnya struktur kepemilikan institusional yang dimiliki oleh perusahaan.
118
BAB V PENUTUP
4.3. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Size perusahaan, profitabilitas, jumlah dewan komisaris, financial leverage, dan struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi size perusahaan, profitabilitas, financial leverage, jumlah dewan komisaris, dan struktur kepemilikan institusional, maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan 2. Size perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi size perusahaan maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan . 3. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 4. Jumlah dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 5. Financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. 118
119
6. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
4.4. Saran Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam simpulan diatas, maka selanjutnya penulis akan memebrikan saran sebagai berikut: 1. Terdapatnya unsur subyektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan, karena tidak adanya suatu ketentuan baku yang dapat dijadikan standar dan acuan, sehingga penentuan indeks untuk item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sama dapat berbeda antar setiap peneliti. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan indeks pengukuran yang berbeda agar diperoleh hasil yang bervariasi. 2. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai Adjusted R2 sebesar 7,1% sehingga 92,9% dipengaruhi variabel bebas lainnya. Oleh karena itu terdapat kemungkinan untuk menampilkan variabel-variabel baru ke dalam penelitian berikutnya misalnya: kepemilikan asing, kepemilikan manajemen, dan umur perusahaan, karena dimungkinkan variabel tersebut akan memberikan hasil yang lebih mempengaruhi pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan . 3. Bagi para peneliti berikutnya sebaiknya obyek penelitian yang digunakan lebih baik fokus pada perusahaan high profile saja, karena perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya dibandingkan dengan perusahaan low profile.
120
4. Item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan hendaknya senantiasa diperbarui agar bisa sesuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat saat ini. 5. Sebaiknya manajer perusahaan lebih serius dalam mengungkapkan informasi pertangunggjawaban sosial dalam laporan tahunannya karena hal ini tidak saja akan mempengaruhi kelangsungan oprasional perusahaan, tetapi juga kelangsungan hidup lingkungan di sekitar perusahaan.
121
DAFTAR PUSTAKA Aditya, Lukman. 2008. “Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Kepemilikan Institusional terhadap Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan) Almilia, Spica, Luciana dan Retrinasari, Ikka. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2004. Seminar Nasional Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis”. Seminar Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta (Tidak Dipublikasikan) Ambadar, Jackie. 2008. “CSR Dalam Praktik Bisnis di Indonesia”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Anggraini, Retno, Reni,. FR. 2005. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi IX, IAI Barnae, Amir dan Amir Rubin, 2005. “Corporate Social Responsibility as a Conflict Between Shareholders”. Dahlia, Lely dan Siregar, Veronica, Sylvia. 2007. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006)”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI Dewi, Lusiana Yosanti Ayu. 2010. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan pada Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2005-2008.” Semarang. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Harahap, Sofyan, Syafri. 2005. Teori Akuntansi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Rosmasita, Hardhina, 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan 121
122
Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bu rsa Efek Indonesia”. Universitas Islam Indonesia Hasibuan, M Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES.” Tesis. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Heal, Geoffrey. 2004. “Corporate Social Responsibility – An Economics and Fiinancial Framework”. Reseach of Paul Garrest Professor of Public Policy and Corporate Responsibility Columbia Business School Islahuddin dan Nurlela, Rika, 2008. ”Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI. Mahmud, Novita dan Chaerul, D. Djakman. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI. Mirfazli, Edwin dan Nurdiono. 2006. “Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam Kelompok Aneka Industri yang Go Public di BEJ Tahun 2006”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 12 No. 1 (Tidak Dipublikasikan) Murwaningsari, Ety. 2009. “Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibility Financial Performance Dalam Satu Continuum”. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Nicholas, Eberstadt. 2009. CSR Mempengaruhi Keputusan Bisnis dan Pembuat Kebijakan. Artikel Tidak Dipublikasikan. Paul, C. J. M. 2006. “Corporate Social Responsibility and Economic Performance”. Research at Department of Agriculturan Resource Economics University of California. Permanasari, Wien Ika. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNDIP (Tidak Dipublikasikan) Pramesti, Lintang. 2007. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Property yang listing di BEJ”. Skripsi UNNES (Tidak Dipublikasikan)
123
Reni, Fr, Retno Anggraini. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada perusahaanperusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi IX. IAI Rosmasita, Hardhina. 2007. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Mnaufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Jakarta (Tidak Dipublikasikan) Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business : Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Jakarta: Salemba Empat Sembiring, Eddy, Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI Sulastini, Sri. 2007. “Pengaruh Karakteristik perusahaan Terhadap Social Disclosure Perusahaan Mnaufaktur Yang Telah Go Public”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNNES (Tidak Dipublikasikan) Sule, Tisnawati, Ernie dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen Edisi Pertama Suwaldiman. 2009. Kapita Selekta Akuntansi: Current Issues Dalam Teori Akuntansi dan Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Ekonisia Tanudjaja, Bing Bedjo. 2009. “Perkembangan Corporate Social Responsibility Di Indonesia”. Artikel Tidak Dipublikasikan. Universitas Kristen Petra Surabaya Undang-Undang Perseroan Terbatas RI No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas Wening, Kartikawati. 2009. “Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan”. diakses tanggal 30 Desember 2009 Yuniasih, Ni Wayan, Made Gede Wirakusuma. 2007. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
124
Lampiran 1 Perusahaan Go Public Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 No
Nama Perusahaan Adira Finance Bank Arta Graha Bank Bukopin Bank Bumiputera Bank Bumiputera Indonesia Bank Century Bank Agroniaga, Tbk Bank Artha Graha Internasional, Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Capital Indonesia, Tbk Bank Central Asia Tbk Bank MayapadaTbk Bank Bina Arta, Tbk Bank Pan Indonesia Bank CIMB Niaga Bank Danamon Indonesia Bank Ekonomi Raharja Bank Eksekutif Internasiomal Bank Internasional Indonesia Bank Kesawan Bank Lippo Bank Mandiri Bank Mayapada Bank Mega Bank Negara Indonesia Bank Niaga Bank NISP Bank Nusantara Parahyangan Bank Panin Bank Permata Bank Rakyat Indonesia Bank Sekawan Bank Tabungan Pensiunan Nasional Bank Victoria Bank Windu Kentjana BCA BFI Finance Indonesia Bhakti Capital Indonesia Nama Perusahaan
CSR
Tidak CSR √
Data Tidak Lengkap
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ CSR
√ Tidak
Data Tidak
125
CSR 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
BRI Kresna Sekurities Lippo Cikarang Lippo General Insurance Lippo Insurance Lippo Karawaci Lippo Cikarang Lippo Securities Mandala Multifinance Matahari Putra Prima Panin Bank Panin Insurance Panin Life Panin Sekuritas PT Abdi Bangsa PT Adira Dinamika Multifinance PT Agis PT Alam Sutera Realty PT Ancora Indonesia Resources PT Anta Tour & Servive Travel PT Arpeni Ocean Line PT Arpeni Pratama Ocean Line PT Arthavest PT Asamimas Flat Glass PT Asia Kapitalindo Seccurities PT Astra Agrolestari PT Astra Graphia PT Astra Internasional PT Asuransi Bina Dana Arta PT Asuransi Bintang PT Asuransi Harta Aman Pratama PT Asuransi Jasa Tania PT Bakrie Sumatra Platation PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk PT Bayu Buana, Tbk PT Banyu Biru, Tbk PT Benakat Petroleum Tbk PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Bank Pan Indonesia, Tbk PT Bima Primarindo Asia, Tbk PT Bakrie Telecom PT Bank OCBC NISP PT Barito Pasific
Lengkap
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
126
No 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
Nama Perusahaan PT Batavia Prosperindo Finance PT Bekasi Asri Pemula, Tbk PT Bayu Buana PT Bekasi Asri Pemula PT Berlian Laju Tanker PT Bhakti Capital Indonesia PT Bhuwanatala Indah Permai PT Budi Acid Jaya Tbk PT Bukit Darmo properti PT Bumi Citra permai PT Bumi Resources PT Bumi Serpong Damai PT Catur Sentosa Adiprana PT Central Omega Resources PT Centrin Online PT Centris Multipersada Pratama PT Ciputra Development PT Ciputra Properti PT Ciputra Surya PT Courts Indonesia, Tbk PT Citra kebun Raya Agri PT Citra Marga Nusaphala Persada PT Courts Indonesia PT Cowell Development PT Citra kebun Raya Agri, Tbk PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Danasupra Era Pasific PT Danayasa Arthatama PT Darma Henwa PT Darya Varia PT Dayaindo Resources PT Destinasi Tirta Nusantara PT Dian Swastatika Sentosa PT Duta Anggada Realty PT Duta Graha PT Duta Pertiwi PT Dynaplast PT Dyviacom Intrabumi PT Enseval Megatrading PT Equity Development Investment PT Fortune Indonesia
CSR
Tidak CSR √
Data Tidak Lengkap √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
127
No 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 171 172 173 174 175 176 177
Nama Perusahaan PT Gajah Tunggal PT Gema Graharsana PT Global Land Development PT Global Mediacom PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk PT Goodyear, Tbk PT Gema Grahasarana, Tbk PT Gowa Makassar Tourism PT Grahamas Citrawisata PT Hero Supermarket PT Hexindo Adiperkasa PT HM Sampoerna PT Holcim PT Home Retail Group PT Hotel Mandarin Regency PT Hero Supermarket, Tbk PT Hotel Sahid Jaya Internasional PT Indo Tambangraya Megah PT Indocement PT Indocitra Finance PT Indoexchange PT Indofood PT Island Concepts Indonesia Tbk PT Indonesia Air Transport PT Indonesia Prima Property PT Indonesian Paradise Property PT Indosat PT Indosiar Karya Media PT Inovisi Infracom PT Inter Delta PT Internasional Nickel Indonesia PT Intiland Development PT Intraco Penta PT Island Concept Indonesia PT Jakarta Internasional Hotel & Dev. PT Jakarta Setiabudi Internasional PT Jasa Angkasa Semesta PT Jasuindo Tiga Perkasa PT Jaya Konstruksi PT Jaya Kontruksi Manggala PT Jaya Kontruksi Manunggal
CSR
Tidak CSR
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Data Tidak Lengkap
128
No 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220
Nama Perusahaan PT Lami Citra Nusantara PT London Plantation, Tbk PT Lautan Luas PT Limas Centric Indonesia PT Lippo Karawaci PT London Sumatra PT Mandala Multifinance PT Mas Murni Indonesia PT Maskapai Reasuransi Indonesia PT Medco Energi Internasional PT Medco Energy PT Media Nusantara Citra PT Mas Murni Indonesia Tbk PT Metro Supermarket Realty PT Metrodata PT Metrodata Electronics PT Metropolitan Kentjana PT Millenium Pharmacon PT Mitra Adi Perkasa PT Mitra adiperkasa PT Mitra Investindo PT Mobile-8 Telecom PT Modernland Realty PT Multibreeder Adirama PT Multipolar PT Metrodata Electronics Tbk PT Myoh Technologi PT New Century Development PT Nusantara Infrastruktur PT Nusantara Inticorpora PT Pacific Utama PT Pan Pacific Internasional PT Panca Global Securities PT Panca Wiratama Sakti PT Pancaglobal Securitas PT Panorama Destinasi PT Panorama Sentrawisata PT Pelayaran Tempuran Mas PT Pelita Sejahtera Abadi PT Pelayaran Mas, Tbk PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk
CSR
Tidak CSR √ √ √ √ √ √
Data Tidak Lengkap
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
129
No
Nama Perusahaan
221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263
PT Pembangungan Graha Lestari Indah PT Perdana Bangun Pusaka PT Perdana Gapura Prima PT Perusahaan Gas Negara PT Petrosea PT Plaza Indonesia Realty PT Petrosea, Tbk PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk PT Perdana gapura Prima, Tbk PT Pool Advista PT Adhi Karya (Persero) PT Pudjiaji And Son PT Pusako Tarinta PT Petrosea, Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa PT Reliance Sekuritas PT Rig Tenders Indonesia PT Rimo Catur Lestari PT Royal Oak Development Asia PT Rukun Raharja PT Semen Gresik PT Sentul City PT Sinarmas Multiartha PT Siwani makmur, Tbk PT Singer Indonesia PT Smart PT Star Pasific PT Star Pasific PT Sugi samapersada PT Sumarmercon PT Sumber Alfaria Trijaya PT Surya Inti Permata PT Suryainternusa PT Suryamas Dutamakmur PT Tambang Batu Bara Bukit PT Tambang Bukit Asam PT Telkom PT Tempo Intimedia PT Tira Austine PT Total Bangun Persada PT Trada Maritime PT Trikomsel Oke PT Triwira Insan Lestari
CSR
Tidak CSR √
Data Tidak Lengkap
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
130
No 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276
Nama Perusahaan PT Trust Finance Indonesia PT Unggu Indah Cahaya PT Unilever PT Ultra Jaya, Tbk PT Triwira Insanlestari Tbk PT United Tractors PT Verena oto Finance PT Wahana Ottomitra Multiartha Toko Gunung Agung PT Wahana Phonix mandiri PT Wicaksana Overseas Internasional PT Wom Finance PT Zebra Nusantara Tbk
CSR
Tidak CSR √
Data Tidak Lengkap
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
131
Lampiran 2 Prosedur Pemilihan Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Perusahaan Bank Agroniaga, Tbk Bank Artha Graha Internasional, Tbk Bank Bukopin Tbk Bank Bumiputera Indonesia, Tbk Bank Capital Indonesia, Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Century, Tbk Bank CIMB Niaga, Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Eksekutif Internasiomal Tbk Bank Internasional Indonesia, Tbk Bank Kesawan Tbk Bank Mandiri Tbk Bank Mayapada Tbk Bank Negara Indonesia, Tbk Bank Nusantara Parahyangan, Tbk Bank Permata, Tbk Bank Rakyat Indonesia, Tbk Bank Sekawan, Tbk Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk Bank Victoria Tbk Bank Windu Kentjana, Tbk BFI Finance Indonesia, Tbk Bhakti Capital Indonesia, Tbk Kresna Sekurities, Tbk Lippo Insurance Tbk Matahari Putra Prima Tbk Lippo Securities Tbk Panin Bank Tbk PT Putra Bungsu Tbk Panin Sekuritas Panin Insurance, Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk PT Adira Finance, Tbk PT Agis, Tbk PT Abdi Bangsa, Tbk
Tahun 2008 √ √ √ √ √ √ √
Tahun 2009
CSR 2008
CSR 2009
√ √
√ √ √ √
√ √
√
√
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √
Data Tidak Lengkap
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √
√
√ √ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √
√
132
No
Nama Perusahaan
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
PT Akbar Indomakmur Stimec, Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Alam Sutera Realty, Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Allbond Makmur Usaha Tbk PT Ancora Indonesia Resources, Tbk PT Aneka Kemasindo Utama Tbk PT Anta Tour & Servive Travel, Tbk PT Argha Karya Prima Industry Tbk PT Arpeni Ocean Line, Tbk PT Arthavest, Tbk PT Asia Kapitalindo Seccurities, Tbk PT Asiaplast Industri,Tbk PT Asia Pacific Timber Tbk PT Astra Graphia, Tbk PT Astra Internasional Tbk PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk PT Asuransi Bintang, Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk PT Asuransi Jasa Tania, Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Asuransi Ramayana, Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Bakrie Sumatra Platation, Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk PT Bank Mega Tbk PT Bank OCBC NISP Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk PT Barito Pacific, Tbk PT Batavia Prosperindo Finance, Tbk PT Bayu Buana, Tbk PT Banyu Biru, Tbk PT Benakat Petroleum Tbk PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Bank Pan Indonesia, Tbk
Tahun 2008
Tahun 2009
CSR 2008
√ √
√ √ √ √
√ √
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √
Data Tidak Lengkap
√
√ √ √ √ √ √ √
CSR 2009
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
√
√ √
√
√ √
√
√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √
√
√
√ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
√ √
√ √ √
√
133
No 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
Nama Perusahaan PT Bima Primarindo Asia, Tbk PT Benakat Petroleum, Tbk PT Berlian Laju Tanker, Tbk PT Berlina Tbk PT Betonjaya Manunggal PT Bhakti Capital Indonesia, Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Bhuwanatala Indah Permai, Tbk PT Bintang Mitra Semestaraya (BMSR) PT Buana Finance (BBLD) Tbk PT Buana Finance Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk PT Bukit Asam Tbk PT Bukit Darmo Property (BKDP) Tbk PT Bumi Citra Permai (BCIP) Tbk PT Bumi Citra permai, Tbk PT Bumi Resources, Tbk PT Bumi Serpong Damai, Tbk PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk PT Budi Acid Jaya, Tbk PT BW Plantation PT Capitalink Investment, Tbk PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk PT Centarl Omega Resources, Tbk PT Central Proteina Prima Tbk PT Centrin Online, Tbk PT Centris Multipersada Pratama Tbk PT Ciputra Development Tbk PT Ciputra Properti, Tbk PT Ciputra Surya, Tbk PT Central Potreina, Tbk PT Citra Tubindo, Tbk PT Citatah, Tbk PT Cipendawa, Tbk PT Citra Turbindo, Tbk PT Cita Mineral Investindo PT Cahaya Kalbar PT Century Textile Industri PT Ciputra Surya, Tbk PT Citatah Tbk
Tahun Tahun 2008 2009
CSR 2008
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
Data Tidak Lengkap
√ √ √
√ √
√
√ √ √ √ √
√ √
CSR 2009
√ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
√
√
√ √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
√ √
√ √
134
No 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 153 154 155 156 157 158 159
Nama Perusahaan PT Citra kebun Raya Agri, Tbk PT Citra Marga Nusaphala Persada, Tbk PT Citra Tubindo Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Courts Indonesia, Tbk PT Cowell Development, Tbk PT Danasupra Erapasific, Tbk PT Dayaindo Resources, Tbk PT Davomas Abadi, Tbk PT Destinasi Tirta Nusantara, Tbk PT Darma Henwa, Tbk PT Dian Swastatika Sentosa, Tbk PT Delta Jakarta, Tbk PT Duta Anggada Realty, Tbk PT Duta Graha Tbk PT Duta Graha Indah Tbk PT Duta Pertiwi Tbk PT Dharma Samudra Fishing, Tbk PT Darya Varia Laboratoria PT Dynaplast, Tbk PT Dyviacom Intrabumi, Tbk PT Entertainment Internasional, Tbk PT Ekadharma Internasional, Tbk PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk PT Elnusa Tbk PT Enseval Megatrading, Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Ever Shine Tex, Tbk PT Eterindo, Tbk PT Ekadarma Internasional, Tbk PT Eterindo Wahanatama, Tbk PT Fajar Surya Wisesa, Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT Fortune Indonesia, Tbk PT Global Land Development Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Gowa Makassar Tourism, Tbk PT Grahamas Citrawisata, Tbk PT Grahamas Citrawisata, Tbk
Tahun Tahun 2008 2009 √ √ √ √ √
√ √ √
CSR 2008
CSR 2009
√ √ √ √
√ √
√
√
√ √ √
√ √ √
Data Tidak Lengkap √
√
√ √ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
Perosedur Pemilihan Sampel
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √
√
135
No 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199
Nama Perusahaan PT Grahamas Citrawisata, Tbk PT Gunawan Dianjaya Steel, Tbk PT Goodyear, Tbk PT Gema Grahasarana, Tbk PT Gajah Tunggal, Tbk PT Hero Supermarket, Tbk PT HM Sampoerna, Tbk PT Holcim Indonesia PT Holcim, Tbk PT Hotel Mandarin Regency, Tbk PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk PT Indo Acidatama Tbk PT Indo Kordsa Tbk PT Indo Tambangraya Megah, Tbk PT Indocitra Finance Tbk PT Indoexchange Tbk PT Indofood, Tbk PT Indonesia Air Transport Tbk PT Indosat, Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk PT Inovisi Infracom, Tbk PT Inter Delta, Tbk PT Internasional Nickel Indonesia, Tbk PT Island Concepts Indonesia Tbk PT Jababeka Tbk PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Jasa Tania, Tbk PT Jasuindo Tiga Perkasa, Tbk PT Jaya Konstruksi Tbk PT Jaya Kontruksi Manggala, Tbk PT Jaya Real Property Tbk PT Kalbe Farma, Tbk PT Katarina Utama, Tbk PT Kokoh Inti Arebama, Tbk PT Konica Minolta Tbk PT Laguna Cipta Griya Tbk PT Lamicitra Nusantara, Tbk PT Lautan Luas, Tbk
Tahun Tahun 2008 2009 √ √ √ √ √ √ √
CSR 2008
√ √
√
√
√
√ √ √
√ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
Data Tidak Lengkap
√ √
√ √ √ √ √ √ √
CSR 2009
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√ √
Perosedur Pemilihan Sampel
√ √ √
√
136
No 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239
Nama Perusahaan PT Leo Investment, Tbk PT Limas Centric Indonesia, Tbk PT London SumatraTbk PT Minsuco Internasional Tbk PT Mas Murni Indonesia Tbk PT Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk PT Medco Energi Internasional, Tbk PT Media Nusantara Citra, Tbk PT Metro Supermarket Realty Tbk PT Metrodata Electronics Tbk PT Metropolitan Kentjana, Tbk PT Millenium Pharmacon Tbk PT Mitra adiperkasa, Tbk PT Mitra Investindo Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Modernland Realty, Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Multibreeder Adirama Tbk PT Multipolar Tbk PT Myoh Technology Tbk PT New Century Development, Tbk PT Nusantara Infrastruktur, Tbk PT Nusantara Inticorpora Tbk PT Pacific Utama, Tbk PT Pakuwon Jati Tbk PT Pan Pasific Internasional, Tbk PT Panca Global Securities Tbk PT Panasia Filament inti, Tbk PT Panca Wiratama Sakti, Tbk PT Pancaglobal Securitas Tbk PT Panin Sekuritas Tbk PT Panorama Destinasi Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Panorama Transportasi Tbk PT Pan Brother Textile, Tbk PT Pelayaran Tempuran Mas, Tbk PT Perdana Bangun Pusaka, Tbk PT Pelta Sejahtera Abadi, Tbk PT Pembangunan Graha Lestari, Tbk
Tahun Tahun 2008 2009 √ √ √ √ √ √ √
CSR 2008
√ √
√
√ √
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Data Tidak Lengkap
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
CSR 2009
√ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √
Prosedur Pemilihan Sampel
√
√
√
137
No 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279
Nama Perusahaan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Pembangungan Graha Lestari Indah Tbk PT Perdana Bangun Pusaka Tbk PT Perdana Gapura Prima Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Petrosea, Tbk PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk PT Perdana gapura Prima, Tbk PT Plaza Indonesia Realty, Tbk PT Petrosea, Tbk PT Pool Advista Indonesia, Tbk PT Pool advista Indonesia, Tbk PT PP (Persero) (PTPP) Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Prima Alloy Steel Tbk PT Primarindo Asia Tbk PT Pudjiadi And Sons Tbk PT Pudjiadi Prestige (PUDP) PT Pudjiaji And Son PT Pusako Tarinta, Tbk PT Pusako Tarinta, Tbk PT Radiant Utama Interisco, Tbk PT Reliance Securities, Tbk PT Rig Tenders Indonesia, Tbk PT Ricky Putra Globalindo, Tbk PT Rimo Catur Lestari, Tbk PT Royal Oak Development Asia, Tbk PT Rukun Raharja, Tbk PT Ristia Bintang Mahkota sejati, Tbk PT Rukun Raharja, Tbk PT Samudra Indonesia, Tbk PT Sat Nusapersada Tbk PT Sekar Laut Tbk PT Sekawan Intipratama Tbk PT Selamat Sempurna Tbk PT Semen Gresik, Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Sierad Produce Tbk PT Surabaya Bangun Industri, Tbk PT Sinarmas Multiartha Tbk
Tahun Tahun 2008 2009 √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
√
CSR 2008
CSR 2009
√ √ √
√
√ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√ √ √
√ √
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
Data Tidak Lengkap
√ √
√ √
√ √ √ √
√
√ √
√ √
√
√ √
√ √
√ √
√ √ √
√
√ √
√ √
√
√ √
√
Prosedur Pemilihan Sampel
√
√
√
138
No 280 281 281 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319
Nama Perusahaan
Tahun Tahun 2008 2009
PT Sinarmas Multiartha, Tbk PT Singer Indonesia, Tbk PT Siwani Makmur Tbk PT Smart Tbk PT Smart, Tbk PT Sona Topas Tourism Industri, Tbk PT Sarana Menara Nusantara, Tbk PT Samudra Indonesia, Tbk PT Schering Plough Indonesia, Tbk PT Star Pasific, Tbk PT Steady Safe, Tbk PT Siwani makmur, Tbk PT Sugi samapersada, Tbk PT Sumarmercon, Tbk PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk PT Suparma Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Surya Intirindo Makmur Tbk PT Suryainternusa, Tbk PT Suryainti Permata, Tbk PT Surya Intirindo Makmur, Tbk PT Suryamas Dutamakmur, Tbk PT Sentul CityTbk PT Tambang Batu Bara Bukit, Tbk PT Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk PT Telkom, Tbk PT Tempo Inti Media, Tbk PT Mas Multiartha, Tbk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Timah Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Total Bangun Persada Tbk PT Trada Maritime, Tbk PT Sierad Produce, Tbk PT Trias Sentosa Tbk PT Sekar Laut, Tbk PT Trikomsel Oke, Tbk PT Trimegah Securities Tbk PT Triwira Insan Lestari, Tbk Pros edur Pemilihan Sampel
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
CSR 2008
√ √ √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √
Data Tidak Lengkap
√ √ √
√ √
√ √ √
CSR 2009
√ √
√ √ √
√
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√
√ √
139
No 320 321 322 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342
Nama Perusahaan PT Triwira Insanlestari, Tbk PT Trias Sentosa, Tbk PT Trust Finance Indonesia, Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Tri Polyta Indonesia, Tbk PT Trias sentosa,Tbk PT Trus Finance Indonesia, Tbk PT Tempo Scan Pasific, Tbk PT Tigaraksa Satria, Tbk PT Surya Toto Indonesia, Tbk PT Triwira Insan Lestari, Tbk PT Tifico,Tbk PT United Tractors, Tbk PT Ultra Jaya, Tbk PT Verena oto Finance Tbk Tbk PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk PT Wahana Phonix Mandiri, Tbk PT Wicaksana Overseas Internasional, Tbk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk PT Wom Finance, Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Zebra Nusantara Tbk Toko Gunung Agung Tbk PT Triwira Insanlestari Tbk
Tahun Tahun 2008 2009 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √
CSR 2008 √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √
√ √ √ √
√ √
√
Data Tidak Lengkap
√
√ √ √
√
√ √ √ √
CSR 2009
√ √
√ √ √ √
√ √
√ √ √
√
√
√
140
Lampiran 3 Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
CSR
Size
Profitabilitas
Leverage JDK SKI
52,5 43,75 48,75 52,5 28,75 67,5 35 30 47,5 47,5 36,25 48,75 53,75 73,75 56,25 72,5 58,75 62,5 86,25 35 50 68,75 56,25 52,5 61,25 50 50 25 66,25 45 50 48,75 62,5 47,5 57,5 41,25
3427 12622 1200 1095 5489 26229 242 403 1350 865 3354 7864 844 1800 2097 2000 2289 243 1021 1357 365 22408 20303 252 339 441 8455 423 535 1256 4241 889 516 7009 1818 48
13,82 26 13,1 15,3 10,8 211,9 6,44 26,4 65,82 22,28 23,9 0,63 1,74 8,28 0,3 29,2 3,27 24 14,97 6,94 10,16 18,1 30,2 13,45 10,48 0,6 20,47 6,2 11,5 0,37 18,8 1,77 3,92 9,4 19,31 7,3
157,52 62,6 121,7 71,3 118,1 186 20,83 323,5 247,07 559,66 2,5 6,049 194,422 57 4,2 299,8 199,57 70 50,6 232,34 444,63 895,19 484,49 97,13 32,89 77,9 21,899 0,98 3,003 1145,13 94,4 250,86 86 696,94 122,47 151,2
3 6 3 4 3 4 4 4 5 8 5 7 3 5 4 3 3 3 5 5 6 8 5 3 5 3 3 3 3 4 6 4 3 6 5 8
0,28 0,26 0,43 0,15 0,16 0,77 0,78 0,67 0,58 0,35 0,14 0,96 0,13 0,20 0,16 0,97 0,79 0,48 0,04 0,93 0,66 0,28 0,51 0,35 0,01 0,28 0,99 0,11 0,18 0,05 0,22 0,24 0,45 0,01 0,01 0,02
51,25
2660
5,7
1,46
5
0,66
141
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
37,5 56,25 47,5 48,75 56,25 46,25
134 41617 424 1417 987 321
12,39 14,6 0,01 8 19,3 74,29
207,42 631,29 0,16 4,01 18,12 15
5 8 5 4 4 8
0,01 0,47 0,71 0,43 0,66 0,25
32,5 38,75 40 41,25
256 381 34 57
3,37 9,6 1,94 4,88
2,2 0,4 14,89 145,8
5 5 5 4
0,16 0,84 0,89 0,34
45
157
10,17
18,2
6
0,11
142
Data Annual Report dan Pengungkapan CSR 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Artha GunaTbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan)
CSR 61,25 52,5 60 56,25 57,5 68,75 45 41,25 65 52,5 46,25 53,75 61,25 78,75 58,75 73,75 61,25 68,75 85 41,25 50 70 56,25 56,25 52,5 45 62,5 37,5 67,5 47,5 47,5 51,25 67,5 50 57,5 51,25 57,5 36,25 60 61,25
Size Profitabilitas 3458 1,445 13229 28,5 2132 15,8 1453 20,5 5821 13,82 26447 32,448 230 7 433 18 1333 53,09 777 91,4 3466 31 7428 0,03 965 2,8 1838 24,41 2038 27 2138 12,7 1815 3,58 231 21 5119 19,27 1673 2,93 464 10,4 24498 22,1 20173 31,8 322 18,1 324 13,36 521 3,6 6121 18,72 400 4,73 615 13,4 1306 0,99 4472 16,52 1312 13,15 507 1 7151 0,8 1853 27,08 46 0,99 2522 7,5 142 47,6 41615 11,2 415 0,11
Leverage JDK SKI 145,13 3 0,26 62,9 6 0,25 126,9 3 0,40 59,1 4 0,16 117,34 3 0,35 281,92 4 3,63 14,29 3 3,05 288,7 4 0,83 99,87 5 0,75 500,2 3 0,55 0,8 5 0,37 0,6 8 0,95 1,51 4 0,08 1,2 5 0,25 1,5 8 0,01 272,6 5 0,99 1,59 3 0,31 88 2 0,01 58,02 5 0,38 205,88 5 0,13 447,43 4 0,84 10,24 6 0,29 11,5 5 0,45 86,28 3 0,41 319,9 5 0,04 134,6 3 0,28 5,48 3 0,01 0,54 3 0,12 17,3 4 0,03 1199,49 2 0,03 9,7 2 0,43 268,73 2 0,98 98 3 0,68 10,56 3 0,79 116,59 4 0,01 139,29 4 0,56 1,15 2 0,66 136,5 2 0,97 4,32 4 0,54 21,91 6 0,11
143
41 42 43 44 45 46 47 48
PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
37,5 68,75 50 33,75 35 38,75 38,75 45
1298 998 319 260 510 16 63 205
12,7 17,8 86,51 3,5 12,1 5,79 6,81 31,2
1,9 0,11 0,96 2,4 0,4 19,5 1,32 35,4
4 2 6 10 9 8 10 10
0,23 0,19 0,34 0,21 0,91 0,87 0,02 0,12
144
Lampiran 4 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
CSR 2008 52,5 43,75 48,75 52,5 28,75 67,5 35 30 47,5 47,5 36,25 48,75 53,75 73,75 56,25 72,5 58,75 62,5 86,25 35 50 68,75 56,25 52,5 61,25 50 50 25 66,25 45 50 48,75 62,5 47,5 57,5 41,25 51,25
CSR 2009 61,25 52,5 60 56,25 57,5 68,75 45 41,25 65 52,5 46,25 53,75 61,25 78,75 58,75 73,75 61,25 68,75 85 41,25 50 70 56,25 56,25 52,5 45 62,5 37,5 67,5 47,5 47,5 51,25 67,5 50 57,5 51,25 57,5
Total 113,75 96,25 108,75 108,75 86,25 136,25 80 71,25 112,5 100 82,5 102,5 115 152,5 115 146,25 120 131,25 171,25 76,25 100 138,75 112,5 108,75 113,75 95 112,5 62,5 133,75 92,5 97,5 100 130 97,5 115 92,5 108,75
145
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Mitra Investindo Tbk
37,5 56,25 47,5 48,75 56,25 46,25 32,5 38,75 40 41,25 45
36,25 60 61,25 37,5 68,75 50 33,75 35 38,75 38,75 45
73,75 116,25 108,75 86,25 125 96,25 66,25 73,75 78,75 80 90
146
Lampiran 5 Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Lingkungan 8 6 7 7 6 10 4 4 5 8 1 2 2 11 4 5 6 2 11 4 6 10 2 3 4 2 2 0 2 1 1 1 12 3 9 1
Energi 3 1 2 1 0 5 1 1 4 5 2 1 1 2 2 6 1 4 7 1 3 4 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 2 1
Lain KKTK Lain TK 3 14 3 11 4 13 3 17 1 11 4 22 3 11 4 10 6 9 2 10 1 10 8 15 6 18 7 24 7 19 6 19 7 21 7 21 7 24 3 11 4 15 6 19 6 20 7 21 6 23 4 20 3 23 2 9 7 22 2 22 2 23 3 22 2 20 2 21 3 18 2 19
Produk 7 8 3 4 2 3 0 0 9 1 4 1 6 2 0 10 0 4 7 0 0 4 1 0 2 0 0 0 10 0 0 0 0 0 2 0
K Masy. 6 6 8 8 1 8 7 3 3 10 9 10 8 11 11 10 10 10 11 7 10 10 11 8 11 11 9 6 8 8 11 10 11 9 10 8
Umum 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Total Sampel 42 80 35 80 39 80 42 80 23 80 54 80 28 80 24 80 38 80 38 80 29 80 39 80 43 80 59 80 45 80 58 80 47 80 50 80 69 80 28 80 40 80 55 80 45 80 42 80 49 80 40 80 40 80 20 80 53 80 36 80 40 80 39 80 50 80 38 80 46 80 33 80
RataRata 52,5 43,75 48,75 52,5 28,75 67,5 35 30 47,5 47,5 36,25 48,75 53,75 73,75 56,25 72,5 58,75 62,5 86,25 35 50 68,75 56,25 52,5 61,25 50 50 25 66,25 45 50 48,75 62,5 47,5 57,5 41,25
147
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
9 1 11 8 6 1 1 1 3 2 1 3
1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2
3 2 3 3 3 2 4 2 3 4 5 6
17 16 17 16 15 19 18 19 19 17 16 16
0 1 0 0 1 10 0 0 0 0 1 3
9 7 9 8 11 10 11 1 3 6 7 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
41 30 45 38 39 45 37 26 31 32 33 36
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
51,25 37,5 56,25 47,5 48,75 56,25 46,25 32,5 38,75 40 41,25 45
148
Data Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Go Public Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Lingkungan Energi KKTK 7 3 4 8 1 3 8 4 6 7 1 5 8 2 5 10 5 5 5 2 5 4 2 4 8 5 6 8 5 4 2 1 5 5 2 7 6 2 6 11 4 8 5 2 7 5 6 6 6 1 8 4 4 7 12 7 7 3 0 2 5 1 5 9 4 7 1 3 7 5 1 7 4 1 6 3 1 4 3 1 5 2 1 2 3 2 7 1 1 3 1 1 2 1 1 4 12 3 3 2 1 4 8 2 4 5 1 4 11 1 5 1 1 2 12 4 3
Lain Lain TK 15 12 15 18 16 22 15 15 13 12 13 16 18 24 19 19 22 21 22 16 16 19 21 21 23 19 23 15 22 22 20 22 22 21 18 19 17 17 17
K Produk Masyarakat Umum 9 9 2 10 6 2 4 9 2 4 8 2 2 11 2 3 8 2 0 7 2 1 5 2 10 8 2 2 9 2 5 9 2 0 11 2 7 8 2 3 11 2 1 11 2 10 11 2 0 10 2 7 10 2 8 10 2 0 10 2 0 11 2 5 10 2 2 9 2 1 8 2 2 4 2 1 6 2 9 7 2 1 7 2 10 8 2 1 8 2 1 11 2 1 10 2 1 11 2 1 9 2 3 9 2 2 8 2 3 7 2 1 5 2 1 9 2
Total 49 42 48 45 46 55 36 33 52 42 37 43 49 63 47 59 49 55 68 33 40 56 45 45 42 36 50 30 54 38 38 41 54 40 46 41 46 29 48
Sampel 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
RataRata 61,25 52,5 60 56,25 57,5 68,75 45 41,25 65 52,5 46,25 53,75 61,25 78,75 58,75 73,75 61,25 68,75 85 41,25 50 70 56,25 56,25 52,5 45 62,5 37,5 67,5 47,5 47,5 51,25 67,5 50 57,5 51,25 57,5 36,25 60
149
40 41 42 43 44 45 46 47 48
11 1 8 1 1 3 1 1 3
2 1 2 1 1 0 1 1 2
4 3 3 4 2 4 4 5 6
17 15 20 18 19 16 17 16 17
3 1 10 3 0 1 0 2 3
10 7 10 11 2 2 6 5 4
2 2 2 2 2 2 2 1 1
49 30 55 40 27 28 31 31 36
80 80 80 80 80 80 80 80 80
61,25 37,5 68,75 50 33,75 35 38,75 38,75 45
150
Lampiran 6 Data Size Perusahaan Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Panin Sekuritas Tbk
2008 3427 12622 1200 1095 5489 26229 242 403 1350 865 3354 7864 844 1800 2097 2000 231 243 1021 1357 365 22408 20303 252 339 441 8455 423 535 1256 4241 889 516 7009 1818 48 2660 130
2009 3458 13229 2132 1453 5821 26447 230 433 1333 777 3466 7428 965 1838 2038 2138 1815 231 5119 1673 464 24498 20173 322 324 521 6121 400 615 1306 4472 1312 507 7151 1853 46 2522 222
Total 6885 25851 3332 2548 11310 52676 472 836 2683 1642 6820 15292 1809 3638 4135 4138 2046 474 6140 3030 829 46906 40476 574 663 962 14576 823 1150 2562 8713 2201 1023 14160 3671 94 5182 352
151
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Mitra Investindo Tbk
41617 424 1417 987 321 256 381 34 57 157
41615 415 1298 998 319 260 510 16 63 205
83232 839 2715 1985 640 516 891 50 120 362
152
Lampiran 7 Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
2008 13,82 26 13,1 15,3 10,8 211,9 6,44 26,4 65,82 22,28 23,9 0,63 1,74 8,28 0,3 29,2 3,27 24 14,97 6,94 10,16 18,1 30,2 13,45 10,48 0,6 20,47 6,2 11,5 0,37 18,8 1,77 3,92 9,4 19,31 7,3 5,7
2009 1,445 28,5 15,8 20,5 13,82 32,448 7 18 53,09 91,4 31 0,03 2,8 24,41 27 12,7 3,58 21 19,27 2,93 10,4 22,1 31,8 18,1 13,36 3,6 18,72 4,73 13,4 0,99 16,52 13,15 1 0,8 27,08 0,99 7,5
153
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
12,39 14,6 0,01 8 19,3 74,29 3,37 9,6 1,94 4,88 10,17
47,6 11,2 0,11 12,7 17,8 86,51 3,5 12,1 5,79 6,81 31,2
154
Lampiran 8 Data Financial Leverage Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Panin Sekuritas Tbk
2008 157,52 62,6 121,7 71,3 118,1 186 20,83 323,5 247,07 559,66 2,5 6,049 194,422 57 4,2 299,8 199,57 70 50,6 232,34 444,63 895,19 484,49 97,13 32,89 77,9 21,899 0,98 3,003 1145,13 94,4 250,86 86 696,94 122,47 151,2 1,46 207,42
2009 145,13 62,9 126,9 59,1 117,34 281,92 14,29 288,7 99,87 500,2 0,8 0,6 1,51 1,2 1,5 272,6 1,59 88 58,02 205,88 447,43 10,24 11,5 86,28 319,9 134,6 5,48 0,54 17,3 1199,49 9,7 268,73 98 10,56 116,59 139,29 1,15 136,5
155
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
631,29 0,16 4,01 18,12 15 2,2 0,4 14,89 145,8 18,2
4,32 21,91 1,9 0,11 0,96 2,4 0,4 19,5 1,32 35,4
156
Lampiran 9 Data Jumlah Dewan Komisaris Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Guna Artha Tbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk PT Panin Sekuritas Tbk
2008 3 6 3 4 3 4 4 4 5 8 5 7 3 5 4 3 3 3 5 5 6 8 5 3 5 3 3 3 3 4 6 4 3 6 5 8 5 5
2009 3 6 3 4 3 4 3 4 5 3 5 8 4 5 8 5 3 2 5 5 4 6 5 3 5 3 3 3 4 2 2 2 3 3 4 4 2 2
157
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
8 5 4 4 8 5 5 5 4 6
4 6 4 2 6 10 9 8 10 10
158
Lampiran 10 Data Struktur Kepemilikan Institusional Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Perusahaan PT Bentoel Internasional Investama Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk PT AKR Corporindo Tbk PT Surya Citra Media Tbk PT Jasa Marga (Persero) Tbk PT Bakrie & Brother Tbk PT Global Land Development Tbk PT Berlian laju Tanker Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Mobile-8 Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Global Mediacom Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Elnusa Tbk PT Excelcomindo pratama Tbk PT Tigaraksa Tbk PT Panorama Sentrawisata Tbk PT Zebra Nusantara Tbk PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk PT Indosiar Karya Media Tbk Panin Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Asuransi Multi Artha GunaTbk PT Bank Swadesi Tbk PT Modern Internasional Tbk PT Bank Mega Tbk PT Buana Finance Tbk PT Multi Indocitra Tbk PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk Bank Bukopin PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT Jababeka Tbk Bank Internasional Indonesia PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Bhakti Investama Tbk (Perseroan) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
2008 0,282 0,255 0,434 0,152 0,162 0,771 0,782 0,665 0,579 0,345 0,14 0,956 0,126 0,197 0,156 0,97 0,79 0,475 0,04 0,93 0,66 0,279 0,505 0,35 0,012 0,284 0,99 0,113 0,18 0,045 0,22 0,242 0,45 0,012 0,013 0,02 0,66
2009 0,26 0,25 0,401 0,16 0,35 3,627 3,05 0,832 0,75 0,55 0,37 0,949 0,078 0,254 0,012 0,99 0,31 0,013 0,38 0,13 0,84 0,289 0,45 0,41 0,0405 0,284 0,01 0,12 0,025 0,027 0,43 0,98 0,68 0,794 0,013 0,56 0,66
159
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
PT Panin Sekuritas Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Sentul City Tbk (Perseroan) PT Pakuwon Jati Tbk PT Ace Hardware Indonesia Tbk PT Alfa Retailindo Tbk PT Equity Development Investment Tbk PT Clipan Finance Indonesia Tbk PT Yulie Sekurindo Tbk PT Asuransi Dayin Mitra Tbk PT Minsuco Internasional Finance Tbk
0,0103 0,47 0,71 0,43 0,66 0,25
0,97 0,54 0,11 0,23 0,19 0,34
0,157 0,84 0,89 0,34 0,109
0,21 0,91 0,87 0,02 0,124
160
Output SPSS REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CSR /METHOD=ENTER Size Profitabilitas JDK Leverage SKI /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID) /SAVE RESID.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
CSR
52.3979
12.25099
96
Size
4104.23
8000.819
96
Profitabilitas
17.9026
26.28456
96
4.61
1.905
96
1.4665E2
226.77434
96
.4578
.52290
96
JDK Leverage SKI
Correlations CSR Pearson Correlation
Size
Profitabilitas
JDK
Leverage
SKI
CSR
1.000
.249
.134
-.170
-.006
.011
Size
.249
1.000
.264
.142
.181
.208
Profitabilitas
.134
.264
1.000
.033
.034
.090
JDK
-.170
.142
.033
1.000
-.004
-.111
Leverage
-.006
.181
.034
-.004
1.000
-.017
.011
.208
.090
-.111
-.017
1.000
Sig. (1-tailed) CSR
.
.007
.096
.049
.477
.457
Size
.007
.
.005
.084
.039
.021
Profitabilitas
.096
.005
.
.374
.372
.192
JDK
.049
.084
.374
.
.486
.141
Leverage
.477
.039
.372
.486
.
.433
SKI
SKI
N
.457
.021
.192
.141
.433
.
CSR
96
96
96
96
96
96
Size
96
96
96
96
96
96
Profitabilitas
96
96
96
96
96
96
JDK
96
96
96
96
96
96
Leverage
96
96
96
96
96
96
161
Correlations CSR Pearson Correlation
Size
Profitabilitas
JDK
Leverage
SKI
CSR
1.000
.249
.134
-.170
-.006
.011
Size
.249
1.000
.264
.142
.181
.208
Profitabilitas
.134
.264
1.000
.033
.034
.090
JDK
-.170
.142
.033
1.000
-.004
-.111
Leverage
-.006
.181
.034
-.004
1.000
-.017
.011
.208
.090
-.111
-.017
1.000
Sig. (1-tailed) CSR
.
.007
.096
.049
.477
.457
Size
.007
.
.005
.084
.039
.021
Profitabilitas
.096
.005
.
.374
.372
.192
JDK
.049
.084
.374
.
.486
.141
Leverage
.477
.039
.372
.486
.
.433
SKI
.457
.021
.192
.141
.433
.
CSR
96
96
96
96
96
96
Size
96
96
96
96
96
96
Profitabilitas
96
96
96
96
96
96
JDK
96
96
96
96
96
96
Leverage
96
96
96
96
96
96
SKI
96
96
96
96
96
96
SKI
N
Variables Entered/Removed Variables Entered
Model 1
Variables Removed
SKI, Leverage, Profitabilitas, a JDK, Size
b
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: CSR
Model Summary
b
Change Statistics Model 1
Adjusted Std. Error of the R Square R Square Estimate
R a
.346
.119
.071
11.81097
R Square F d Change Change df1 f Sig. F Change .119
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: CSR
2.442
5
90
DurbinWatson .040
1.818
162
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1703.319
5
340.664
Residual
12554.921
90
139.499
Total
14258.240
95
F
Sig.
2.442
.040
a
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: CSR
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
57.948
3.633
Size
.000
.000
Profitabilitas
.035
JDK Leverage SKI
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
15.950
.000
.289
2.680
.009
.841
1.189
.048
.075
.733
.466
.929
1.076
-1.435
.650
-.223
-2.207
.030
.958
1.044
-.003
.005
-.063
-.624
.534
.963
1.039
-1.911
2.401
-.082
-.796
.428
.932
1.073
a. Dependent Variable: CSR
Coefficient Correlations Model 1
SKI Correlations
SKI Leverage
Leverage
1.000
.062
Profitabilitas
JDK
Size
-.036
.147
-.219
.062
1.000
.012
.039
-.189
-.036
.012
1.000
.000
-.246
JDK
.147
.039
.000
1.000
-.169
Size
-.219
-.189
-.246
-.169
1.000
SKI
5.765
.001
-.004
.230
-8.674E-5
.001
2.966E-5
3.219E-6
.000
-1.702E-7
Profitabilitas
Covariances
a
Leverage Profitabilitas
-.004
3.219E-6
.002
-1.905E-5
-1.940E-6
JDK
.230
.000
-1.905E-5
.423
-1.811E-5
Size
-8.674E-5
-1.702E-7
-1.940E-6
-1.811E-5
2.728E-8
a. Dependent Variable: CSR
163
Collinearity Diagnostics Condition Index
a
Variance Proportions
Model
Dimension Eigenvalue
(Constant)
Size
Profitabilitas
JDK
Leverage
1
1
3.596
1.000
.01
.02
.02
.01
.02
.02
2
.698
2.270
.00
.18
.21
.01
.48
.02
3
.667
2.322
.02
.43
.00
.02
.26
.11
4
.560
2.535
.00
.18
.58
.00
.01
.30
5
.414
2.947
.02
.16
.17
.08
.20
.44
6
.065
7.436
.95
.03
.01
.88
.03
.11
a. Dependent Variable: CSR
Residuals Statistics Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value a. Dependent Variable: CSR
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
43.4289 -2.118
69.9735 4.151
52.3979 .000
4.23434 1.000
96 96
1.352
9.137
2.570
1.461
96
44.3652 -2.88290E1 -2.441 -2.478 -2.97119E1 -2.553 .256 .000 .003
74.5427 34.69767 2.938 2.967 35.39045 3.106 55.866 .206 .588
52.4440 .00000 .000 -.002 -.04605 .001 4.948 .009 .052
4.55925 11.49596 .973 .996 12.07645 1.011 8.743 .024 .092
96 96 96 96 96 96 96 96 96
SKI
164
165
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
96
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
11.49595840
Absolute
.085
Positive
.085
Negative
-.057
Kolmogorov-Smirnov Z
.828
Asymp. Sig. (2-tailed)
.499
a. Test distribution is Normal.
Correlations ABSUT Pearson Correlation
Profitabilitas
JDK
Leverage
SKI
ABSUT
1.000
-.046
-.116
-.078
-.136
-.041
Size
-.046
1.000
.264
.142
.181
.208
Profitabilitas
-.116
.264
1.000
.033
.034
.090
JDK
-.078
.142
.033
1.000
-.004
-.111
Leverage
-.136
.181
.034
-.004
1.000
-.017
SKI
-.041
.208
.090
-.111
-.017
1.000
.
.328
.131
.225
.093
.346
Sig. (1-tailed) ABSUT
N
Size
Size
.328
.
.005
.084
.039
.021
Profitabilitas
.131
.005
.
.374
.372
.192
JDK
.225
.084
.374
.
.486
.141
Leverage
.093
.039
.372
.486
.
.433
SKI
.346
.021
.192
.141
.433
.
ABSUT
96
96
96
96
96
96
Size
96
96
96
96
96
96
Profitabilitas
96
96
96
96
96
96
JDK
96
96
96
96
96
96
Leverage
96
96
96
96
96
96
SKI
96
96
96
96
96
96
166
Variables Entered/Removed Variables Entered
Model 1
b
Variables Removed
SKI, Leverage, Profitabilitas, a JDK, Size
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ABSUT
Model Summary
b
Change Statistics
Model 1
Adjuste Std. Error dR of the R Square Square Estimate
R a
.198
.039
-.014
R Square Change
7.61138
F Change
.039
df1
.731
df2 5
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
90
.602
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: ABSUT
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
211.826
5
42.365
Residual
5213.979
90
57.933
Total
5425.805
95
a. Predictors: (Constant), SKI, Leverage, Profitabilitas, JDK, Size b. Dependent Variable: ABSUT
F
Sig. .731
.602
a
1.988
167
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
B (Const ant) Size
a
Standardized Coefficients Beta
t
11.626 2.341
Zeroorder
Sig.
4.966
.000
2.894E-5
.000
.031
.272
.786
-.046
-.032
.031
-.112
-1.041
.301
-.116
-.335
.419
-.085
-.800
.426
-.005
.004
-.139
-1.321
-.711 1.547
-.049
-.459
Profita bilitas JDK Levera ge SKI
Collinearity Statistics
Correlations
Partial Part Tolerance
VIF
.029 .028
.841 1.189
-.109
.108
.929 1.076
-.078
-.084
.083
.958 1.044
.190
-.136
-.138
.137
.963 1.039
.647
-.041
-.048
.047
.932 1.073
a. Dependent Variable: ABSUT
Coefficient Correlations Model 1
SKI Correlations
SKI Leverage
Leverage
1.000
.062
Profitabilitas
JDK
Size
-.036
.147
-.219
.062
1.000
.012
.039
-.189
-.036
.012
1.000
.000
-.246
JDK
.147
.039
.000
1.000
-.169
Size
-.219
-.189
-.246
-.169
1.000
SKI
2.394
.000
-.002
.095
-3.602E-5
.000
1.232E-5
1.337E-6
5.702E-5
-7.067E-8
Profitabilitas
Covariances
a
Leverage Profitabilitas
-.002
1.337E-6
.001
-7.911E-6
-8.057E-7
JDK
.095
5.702E-5
-7.911E-6
.175
-7.522E-6
Size
-3.602E-5
-7.067E-8
-8.057E-7
-7.522E-6
1.133E-8
a. Dependent Variable: ABSUT Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Model
Dime nsion
1
1
3.596
1.000
.01
.02
.02
.01
.02
.02
2
.698
2.270
.00
.18
.21
.01
.48
.02
3
.667
2.322
.02
.43
.00
.02
.26
.11
4
.560
2.535
.00
.18
.58
.00
.01
.30
5
.414
2.947
.02
.16
.17
.08
.20
.44
6
.065
7.436
.95
.03
.01
.88
.03
.11
Eigenvalue
a. Dependent Variable: ABSUT
Condition Index
a
(Constant)
Size
Profitabilitas
JDK
Leverage
SKI
168
Residuals Statistics Minimum Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual
Maximum
a
Mean
Std. Deviation
N
2.8323 -3.874
10.7259 1.412
8.6175 .000
1.49323 1.000
96 96
.872
5.888
1.656
.942
96
2.1005 -9.18972 -1.207 -1.218 -9.34919 -1.221
11.0706 25.46221 3.345 3.379 25.97059 3.595
8.6395 .00000 .000 -.001 -.02196 .006
1.61043 7.40837 .973 .992 7.71650 1.012
96 96 96 96 96 96
Mahal. Distance
.256
55.866
4.948
8.743
96
Cook's Distance
.000
.109
.007
.016
96
Centered Leverage Value
.003
.588
.052
.092
96
a. Dependent Variable: ABSUT