perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Karanganyar No.PRIN755/0.3.33/Epp.1/07/2010)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S1 Sarjana Hukum di Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Oleh : Gunawan Tri Handoko NIM E 0008042
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Lan apa baé kang koksuwun ing pandonga kalawan pracaya, kowé bakal kaparingan. (Matius 21:22) Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat. (Abraham Lincoln) You have to do the best with what God gave you. (Forrest Gump) If I can’t I must, If I must I Can, If I can I will make it happen. (Penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini hendak penulis persembahkan kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus terima kasih atas limpahan kasih dan berkat-Mu yang tidak berkesudahan. 2. Bapak Tarcisius Heru Handono dan Ibu Theresia Sutini , terima kasih atas segala kasih dan sayang, doa yang tulus, nasehat, dan restunya. 3. Seluruh keluarga tercinta. 4. Untuk teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Untuk almamaterku. 6. Untuk pembaca yang budiman.
\
KATA PENGANTAR
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas
limpahan berkat dan kasih-Nya penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar S1 Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul Skripsi ini adalah:
TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI
HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Kejaksaan Negeri Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Edy Hediyanto S.H M.H selaku ketua bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Kristiyadi S.H,M.Hum dan Bapak Muhammad Rustamaji S.H,M.H selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Bapak Suraji S.H,M.H selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada penulis selama menmpuh pendidikan di Fakultas Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada Penulis, sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas. 6. Kepala Kejaksaan Negeri Karanganyar dan staf yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis selama penelitian. 7. Bapak Nanang, selaku Kabag. Pembinaan di Kejaksaan Negeri Karanganyar to userpengumpulan data skripsi ini. yang telah banyak membantu commit penulis dalam vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Ibu Endang Sapto Pawuri selaku Jaksa Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan. 9. Bapak dan Ibu tercinta, atas dorongan moril maupun spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Mbak Ratih, Mas Didit, Mas Ade dan Satrio my little hero, yang selalu memberikan dorongan dan dukungan kepada Penulis untuk terus berjuang dalam menempuh Studi IImu Hukum ini. 11. Rani, Ali, Bernadetta Cindy, Nanda, Rio Satriwan, Dermawan Bakrie, Kaka, Oni, Prila, Stepanus JP , Rizky , Bangkit, Heru, Adi Nugraha, Ndaru, Erik, Dek Hima maaf telah banyak merepotkan, besar upah kalian di surga. Temanteman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik dalam penyelesaian studi ini. 12. Mbak Galuh Ratna, Yohanes Pradha, Agustinus Danan, Niko, Franciska Hadhy, Viddya ,Gita, Ony, Mas Vincent, Mas Heru, Mas Hengky, Fendi, Widar dan rekan-rekan Keluarga Mahasiswa Katholik FH UNS 13. Bayu Prajanto, Fian Ari, Isnanto, Tina, Ajeng, Gregorius Krisanda, Lanang Teguh Pambudi, Sigit, Mbak Dokter Theodora Ratih, persahabatan kita untuk selamanya. 14. Mutie, Arif, Yoni, Alby, Dewo, Atika, Keluarga Besar Alumni SMA Negeri 1 Surakarta/Kasmaji 2008, Drg. Bernadetta Kristi Wijayanti thanks for inspiring me 15. Keluarga Bola Basket Merdeka, Dikasdika terimakasih telah memberikan kesempatan untuk berproses. 16. Rekan-rekan parking area (Mas Wardi, Mas Didit, Mas Wahyono, Mas Bimo, Mas Eko, Kang Jack,) dan Rekan-rekan komunitas di bawah pohon rindang tanpa kalian kuliah akan terasa membosankan. 17. Pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis yakin sepenuhnya tanpa bimbingan, arahan dan petunjuk dari pihak-pihak tersebut, Skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu segala bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta rasa terima kasih yang tak terhingga. Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berkepentingan. Dan demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini, segala sumbangan pemikiran dan kritik yang membawa kebaikan dengan senang hati penulis perhatikan.
Surakarta, Juli 2012
Gunawan Tri Handoko NIM: E 0008042
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO .........................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
C. Perumusan Masalah .....................................................................
5
D. Tujuan Penelitian.........................................................................
6
E. Manfaat Penelitian.......................................................................
6
F. Metode Penelitian ........................................................................
7
G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 14 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15 A. Kerangka Teoritis ...................................................................... 15 1.
Tinjauan Umum Tentang Penuntutan Tindak Pidana.......... 15 Pengertian Penuntutan……………………………………
15
Pengertian Penuntut Umum……..................................... 16 Wewenang Penuntut Umum……..................................... 17 Proses Penuntutan oleh Penuntut Umum……................. 2.
19
Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana........................... 27 Tinjauan Umum Tindak Pidana Pembunuhan .................... 28
B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 35 commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37 A. Dasar
Pertimbangan
Terdakwa
Penuntut
Tindak
Umum
Dalam
Pidana
Penuntutan Pembunuhan
Berencana..................................... .............................................. 37 1. Identitas Terdakwa ................................................................ 37 2. Kasus Posisi .......................................................................... 37 3. Dakwaan Penuntut Umum .................................................... 38 4. Pemeriksaan Saksi-saksi ....................................................... 38 5. Keterangan Ahli ................................................................... 39 6. Surat ..................................................................................... 57 7. Keterangan Terdakwa .......................................................... 57 8. Petunjuk ............................................................................... 59 9..Pertimbangan Jaksa Penuntut Umum Dalam Melakukan ...........................Penuntutan ............................................................................... 59 10. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ........................................... 67 11. Pembahsan ........................................................................... 67
B. Analisa
Hambatan
Penuntututan
Jaksa
terhadap
Penuntut
Umum
Terdakwa
Pelaku
dalam
proses
Pembunuhan
Berencana.......................................................................... 76
BAB IV
PENUTUP ....................................................................................... 77 A. Simpulan .................................................................................. 77 B. Saran ......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Analisis Interaksi ......................................................................... 13
Gambar 2.
Kerangka Pemikiran .................................................................... 35
Gambar 2.
Skema Penyusunan Surat Tuntutan ............................................. 60
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nama: Gunawa Tri Handoko, NIM : E0008042, TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM PENUNTUTAN TERDAKWA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di KejaksaanNegeri Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010). Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan hukum terhadap tersangka pelaku pembunuhan berencana. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses penuntutan pelaku tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa Penuntut Umum. Menurut bidangnya penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat empiris. Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah di Kejaksaan Negeri Karanganyar. Jenis dan Sumber Data adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara (Interview) dan metode kepustakaan. Teknik analisis data dengan menggunakan model analisis interaktif melalui tiga unsur utama yaitu pengumpulan data reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan ini menjamin penelitian ini mendapatkan hasil yang valid dari tambahan data yang terkumpul dengan didukung teori yang ada sehingga penelitian ini tidak menyimpang dari konsep yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana adalah dengan melihat unsur-unsur pada Pasal 338, 340 KUHP, dan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa. Dalam kasus pembunuhan berencana dengan Terdakwa SUPARMI Alias MAMI Binti SUKAMTO, semua unsur yang ada pada pasal Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana terpenuhi, dalam proses sidang ditemukan hal-hal yang meringankan dan yang memberatkan terdakwa, untuk itu Jaksa Penuntut Umum menuntut tersangka tersebut dengan pidana 15 tahun . 2. Hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses Sidang Pengadilan adalah : a. Pengumupulan bukti dalam proses pembuktian tindak pidana pembunuhan berencana memerlukan kecermartan.b. Adanya perlawanan dari Pembela atau Penasihat Hukum atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum. c. Tekanan dari masa dalam hal ini keluarga dan para tetanga korban Saran yang diajukan adalah: 1. Jaksa Penuntut Umum dalam proses penuntutan terhadap terdakwa sebaiknya mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berhubungan dengan proses persidangan diantaranya adalah berkas tuntutan, saksi-saksi dan bukti-bukti. 2. Kesadaran hukum sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, agar terjalin kehidupan yang damai dan tenteram. 3. perbuatan terdakwa sebaiknya tidak ditiru, karena hanya dengan emosi sesaat berakibat pada hilangnya masa depan orang lain dan diri sendiri.
to user Kata Kunci : Konstruksi Hukum, commit Penunutut Umum, pembunuhan berencana xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT This research aims: 1. to know the basic consideration of the public prosecutor in conducting lawsuits against suspected perpetrators of the assassination plan. 2. to know the obstacles in the process of prosecution of perpetrators of criminal acts of murder planned by the public prosecutor.According to its field of this research was including to an empirical research that. A place that is used for the study is in Kejaksaan Negeri Karanganyar. A kind of data and data resources are the primary and secondary data. The technique of collecting data with an interview and library methods. To use the model of technical analysis of data analysis interaction through three working elements of the data, namely the reduction of cereal offering data and the withdrawal of the conclusion. With three this activity guarantee this research get the results invalid of additional data collected by supported a theory that was so this research was not deviating from a concept that has existed. The result showed that: 1.Basic considerations prosecutor general in the criminal prosecution against premeditated killing is by seeing elements in article, 338 340 KUHP and Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. In the killings to defendant planon Suparmi alias Mami binti Sukamto, every element existing in article about 340 kuhp was fulfilled, premeditated killing in the process of hearing things relieve and found the defendant, condemning for that public prosecutors indict the suspects with criminal 15 years. 2. Hindrance of prosecutors general in the process of judicial trial is A.need an accurate step to collect witnesses and material evidence in prove procces of assassination plan case. B. the resistance from lawyer defence or law on the prosecutor general. C. pressure from the victim’s family and neighbours. Suggestion was submitted:1. A prosecuting attorney general in process of prosecuting against the defendant should prepare with ripe everything that deals with the processes trial of them are a file charges, witnesses and evidence.2.Legal awareness social, indispensable in life so interwoven peace and serene lives. 3. A deed better not replicate, the defendant because only with emotion result in instantaneous future loss others and ourself. Keyword : law construction ,public Prosecutor, assasination plan
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Mencermati mengenai Hak Asasi Manusia mengenai hak untuk hidup tentunnya merupakan hak setiap manusia untuk hidup yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak demikian tentunya tidak dapat dicabut selain oleh Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kehidupan bagi umat manusia. Namun demikian di dalam ketentuan KUHP terdapat pula rumusan tentang kejahatan terhadap jiwa yaitu tindak Pidana Pembunuhan. Mencermati tindak Pidana tentang jiwa ini penulis tertarik untuk meneliti perkara dengan nomor PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010 tentang pembunuhan berencana yang terjadi di wilayah hukum Pengadilan Negeri Karanganyar. Kasus pembunuhan ini dilakukan oleh serorang istri terhadap suaminya sendiri dengan modus operandi mencampurkan racun apotas ke dalam minuman yang diminum korban. Kronologi kasus pembunuhan ini adalah pada hari sabtu tanggal 12 Juni 2010, kira-kira pukul 15.00 WIB, bertempat di Dukuh Kuruhan Rt.02/Rw.07,
Desa
Karangrejo,
Kecamatan
Kerjo,
Kabupaten
Karanganyar tepatnya didalam rumah milik korban JOKO PURWANTO, terjadi tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh tersangka
SUPARMI
Alias
MAMI
Binti
SUKAMTO.
Sebulan
sebelumnya sekitar bulan Mei 2010 tersangka membeli apotas di toko pertanian di Dukuh Bloran, Desa Kuto Kecamatan , Kerjo Kabupaten Karanganyar. Kemudian apotas tersebut di simpan di dus sandal rak sepatu di rumah korban. Setelah satu minggu
kemudian, apotas tersebut
tersangka merebus / mencairkan dengan menambahkan sedikit air selanjutnya di masukan ke dalam botol minuman merk Gress dengan tutup botol Aqua. Selanjutnya botol tersebut disembunyikan di dalam keranjang sampah yang berisikan botol-botol bekas kosmetik yang berada di tempat to user tidur (amben) yang beradacommit didapur. Pada hari sabtu tanggal 12 juni 2010,
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekira pukul 14.00 wib tersangka SUPARMI Als. MAMI mencampur minuman Kuku Bima yang ada dalam gelas yang terletak di rak TV yang pada saat itu korban sedang tidur di kamarnya. Kurang lebih pukul 15.00 WIB korban minum minuman Kuku Bima yang sudah dicampuri apotas tersebut lalu kesakitan, dan
selanjutnya tidur dilantai ruang keluarga
sampai tidak sadarkan diri dan kemudian korban dibawa ke puskesmas Kerjo namun oleh Dokter puskesmas disarankan untuk dibawa kerumah sakit. Kemudian korban JOKO PURWANTO dibawa ke rumah sakit amal sehat Sragen oleh SUTOYO dan SYAHBILAL dan dalam perjalanan menuju ke rumah sakit amal sehat Sragen korban meninggal dunia. Berdasarkan fakta bahwa hubungan antara pelaku dan korban yang terikat dalam perkawinan, maka Jaksa Penutntut Umum menjerat dengan Tindak Pidana Pembunhuhan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pada proses penuntutan Jaksa Penuntut Umum menggunakan Ketentuan dalam KUHP dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Di sinilah titik menarik dari kasus ini , yang dalam hal ini sebuah kasus pembunuhan dijerat dengan dua ketentuan Undang-Undang. Kasus di atas menjadi penting ketika suatu tindakan menghilangkan nyawa
orang
lain
digolongkan
menjadi
sebuah
Tindak
Pidana
pembunuhan berencana. Artinya tindak pidana ini mempunyai derajat tertinggi dalam sebuah tindakan pembunuhan. Di sisi lain pelaku juga dijerat dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga karena adanya hubungan semenda antara pelaku dan korban. Jika kasus ini tidak dikaji penegakan hukumnya tentu akan terjadi kekaburan. Di sinilah peran Penuntut Umum dalam mengungkap kasus ini dalam penuntutan di persidangan. Kejaksaan sebagai badan yang terkait dengan kekuasaan kehakiman (Pasal 24 ayat 3 UUD 1945 jo. Pasal 41 UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman), dengan fungsi yang commit to user sangat dominan sebagai penyandang asas dominus litis, yaitu pengendali
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses perkara yang menentukan dapat tidaknya seseorang dinyatakan sebagai terdakwa dan diajukan ke Pengadilan berdasarkan alat bukti yang sah menurut Undang-undang, dan sebagai executive ambtenaar pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan dalam perkara pidana. Dalam Pasal 1 butir 13 KUHAP menegaskan bahwa Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penuntutan. Pasal 2 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI yang menempatkan posisi dan fungsi kejaksaan dengan karakter spesifik dalam sistem ketatanegaraan yaitu sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara bebas dari pengaruh kekuasaan pihak manapun. Pengertian penuntutan dalam Pasal 1 angka 7 KUHAP, yaitu tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang Pengadilan. Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa wewenang untuk melakukan penuntutan adalah terletak ditangan Jaksa Penuntut Umum. Dalam Penjelasan UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Kejaksaan sebagai aparat penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam penegakan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegak hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya Kejaksaan Negara Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian hukum dan mengendalikan norma-norma keagamaan, kesopanan, kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalammasyarakat.(http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?idu=28 &idsu=35&idke=0&hal=1&id=54&bc diakses pada 23 Maret 2011 Pukul 18.00 )
Dalam tahap pemeriksaan di sidang Pengadilan yang dipimpin oleh Hakim, pengajuan tuntutan merupakan salah satu bagian yang ada pada tahap tersebut, pengajuan tuntutan diatur dalam Pasal 182 ayat 1 huruf (a) KUHAP, yang menyebutkan bahwa setelah pemeriksaan dinyatakan commit to user selesai, Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana. Pengajuan tuntutan
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini didasarkan pada perangkaian fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan menjadi suatu konstruksi peristiwa yang sebenarnya dan terhadap peristiwa itu dianalisis hukumnya baik oleh Jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum maupun Hakim menurut sudut pandangnya masing-masing. Oleh Jaksa Penuntut Umum analisa ini dimasukkan dalam sebuah surat yang dinamakan surat tuntutan (requisitoir). Dalam surat tuntutan itu, antara lain dicantumkan pertimbangan dalam mengajukan tuntutan pidananya yang terdiri dari hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan terdakwa. Sedangkan pada bagian akhir dari surat tuntutan itu Jaksa Penuntut Umum akan menyebutkan tuntutan pidana atas diri terdakwa. Pengajuan tuntuan pidana yang berbeda akan membawa implikasi pula bagi Hakim di dalam menjatuhkan pidana. Implikasi tersebut adalah terjadinya
perbedaan
dalam
hal
penjatuhan
pidana
antara
perkara
pembunuhan yang satu dengan perkara pembunuhan yang lain, walaupun dari sisi kualitas diantara perkara-perkara pembunuhan tersebut tidak terlalu berbeda. Hal ini antara lain disebabkan karena di dalam penjatuhan putusan pidana itu, Hakim mendasarkan pula pada berat ringannya tuntutan pidana pada terdakwa kasus pembunuhan.
Mengkaji mengenai dasar pertimbangan yang digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam menentukan berat ringannya tuntutan pidana terhadap terdakwa kasus pembunuhan merupakan suatu hal yang perlu dilakukan, terlebih lagi hal ini terkait dengan penjatuhan pidana yang dijatuhkan oleh Hakim terhadap terdakwa kasus pembunuhan tersebut. Dalam kasus ini Penuntut Umum dalam melakukan tugasnya mengkualifikasikan sebuah perbuatan yang sehingga mampu merumuskan suatu tindakan menjadi sebuah tindak pidana pembunuhan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul: TINJAUAN ATAS KONSTRUKSI HUKUM PENUNTUT UMUM DALAM
PENUNTUTAN
TERDAKWA
commit to user
4
TINDAK
PIDANA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBUNUHAN BERENCANA
(Studi Kasus di Kejaksaan Negeri
Karanganyar No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) B.
Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam suatu penelitian sangat penting supaya masalah yang akan dibahas tidak meluas sehingga tidak mengakibatkan kekaburan dan ketidakjelasan. Dengan adanya pembatasan masalah ini, maka penulis akan mempunyai gambaran yang jelas mengenai pokok permasalahan yang akan di bahas. Selain itu juga untuk mempermudah penelitian yang dilakukan dengan menghemat waktu, biaya dan tenaga sehingga data yang diperoleh akan dapat diolah secara kualitatif dan tujuan penelitian ini akan dapat dicapai seperti yang dikehendaki penulis. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Dasar pertimbangan penuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam kasus pembunuhan berencana. 2. Hambatan-hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses penuntutan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana.
C.
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting karena merupakan suatu pedoman untuk mendapatkan gambaran yang terarah dan mempermudah dalam membahas apa yang akan diteliti, sehingga sasaran dan tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai. Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa yang menjadi dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan penuntutan terhadap terdakwa pembunuhan berencana di Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan nomor perkara No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) ?
2. Hambatan-hambatan apa saja dalam proses penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan nomor perkara No.PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010) ? commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Tujuan Penelitian Dalam suatu kegiatan, selalu memiliki tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah hal-hal yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian. Melalui penelitian ini yang berhubungan dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Tujuan Obyektif a. Mengetahui dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan tuntutan hukum terhadap tersangka pelaku pembunuhan berencana; b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam proses penuntutan pelaku tindak pidana pembunuhan berencana oleh Jaksa Penuntut Umum.
2.
Tujuan Subyektif. a. Memenuhi persyaratan yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa dalam
meraih gelar kesarjanaan khususnya dalam bidang Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta; b. Menambah pengetahuan di bidang Ilmu Hukum khususnya yang berkaitan dengan bidang Hukum Acara Pidana, dengan harapan dapat bermanfaat di kemudian hari; c. Memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum, khususnya dalam Hukum Acara Pidana. E. Manfaat Penelitian Tiap penelitian harus dipahami dan diyakini manfaatnya bagi pemecahan masalah yang diselidikinya. Manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua segi yang saling berkaitan yaitu segi teoritis dan praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan bidang Hukum Acara Pidana pada khususnya; c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama menjalani kuliah strata satu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret
Surakarta
serta
memberikan
sumbangan
pemikiran yang dapat dijadikan data sekunder bagi penelitian berikutnya 2. Manfaat Praktis a. Dengan penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang ilmu hukum sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya; b. Dapat memberikan suatu data dan informasi tentang dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam menuntut tersangka pembunuhan berencana; c. Untuk menerapkan bidang keilmuan yang selama ini diperoleh dalam teori-teori dengan kenyataan dalam praktek. F. Metode Penelitian Tahap yang cukup penting dalam penelitian ilmiah adalah penentuan metode penelitian yang akan dipakai dapat selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dengan efektif. Metode penelitian ini akan sangat berpengaruh dalam penelitian data, teknik analisis data dan yang paling utama hasil penelitian nantinya. Sebuah penelitian yang dilakukan, tidak terlepas dari berbagai macam metode yang digunakan. Metode ini merupakan cara untuk mendapatkan atau mencapai tujuan penelitian. Metode berasal dari dua kata yaitu : metodos dan logos. Metode berarti cara atau prosedur (langkah-langkah) yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Sedangkan logi berasal dari kata logos yang berarti ilmu. Berdasarkan pengertian metode dan penelitian oleh para ahli tersebut di commitmetodologi to user atas, maka yang dimaksud dengan penelitian adalah suatu ilmu
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mempelajari atau membicarakan cara-cara yang digunakan dalam usaha menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan dalam rangka mencapai suatu tujuan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum empiris yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan penelitian terhadap data primer di lapangan atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto , 2010 : 52). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui dasar pertimbangan Jaksa Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap tersangka pembunuhan berencana dan hambatan-hambatan yang dialami selama proses penuntutan dalam sidang di Pengadilan Negeri Karanganyar. 2. Sifat Penelitian Menurut bidangnya penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah: “Suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru” (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (case approach), yaitu pendekatan yang bertujuan mempertahankan keutuhan dari gejala yang diteliti. Menurut J.Vreden Bregt Case study dapat mengembangkan pengetahuan yang
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat mendalam tentang-tentang gejala-gejala yang di teliti (Soerjono Soekanto, 2010 : 16). Beberapa keunggulan dengan menerapakan pendekatan studi kasus adalah : 1. Lebih luwes dalam penggunaan metode pengumpulan data; 2. Keluwesan dalam hal objek yang diteliti. 3. Case study dapat didakan pada hampir segala macama keadaan sosial. 4. Case Study dapat diadakan pelbagai pengujian terhadap teori. 5. Dapat menghemat biaya. (Soerjono Soekanto, 2010 : 16). 4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Tempat penelitian yang akan digunakan adalah di Kejaksaan Negeri Karanganyar. b. Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan setelah pengurusan perijinan selesai. Dengan pertimbangan perijinan menyangkut instansi di luar kampus tentunya akan mempunyai prosedur yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda dengan di kampus. Sedangkan pengurusan perijinan dilaksanakan mulai bulan Mei 2012. 5. Jenis Data Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data yang diperoleh dari bahan–bahan kepustakaan ialah data sekunder (Soerjono Soekanto, 2010: 51). Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan, baik dengan cara commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waawancara
atau
observasi
terhadap
responden
dalam
penelitian. b. Data Sekunder Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara tidak langsung, tetapi melalui penelitian kepustakaan. 6.Sumber data Sumber data adalah tempat ditemukannya data. Adapun data dari penelitian ini diperoleh daei dua sumber yaitu: Pertama, sumber data primer yang berasal dari Kejaksaan Negeri Karanganyar. Kedua adalah sumber data sekunder yang terdiri dari : a. Bahan Hukum Primer Yaitu kaidah dasar, peraturan perundang-undangan antara lain yaitu : 1) UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP 2) KUHP 3) UU No. 16 Tahun 2006 tentang Kejaksaan. 4) Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. b. Bahan Hukum Sekunder Adalah sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh melalui buku-buku hasil karya dari kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, dan artikel koran serta bahan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan. c. Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yaitu kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 7. Tehnik Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang lengkap untuk penelitian ini menggunakan data yang berjenis data primer maupun sekunder sebagai berikut:
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Data Primer Data yang diperoleh melalui studi langsung ke lapangan yaitu di Kejaksaan Negeri Karanganyar Adapun data yang diperoleh melalui: 1. Wawancara (Interview) Yaitu proses tanya jawab secara langsung dua orang atau lebih berhadapan secara langsung atau tidak (melalui media komunikasi). Dalam penelitian ini menggunakan interview yang bebas terpimpin yaitu interview dalam pengumpulan data secara bebas dengan pengumpulan data berupa catatancatatan mengenai pokok-pokok yang ditanyakan sehingga masih memungkinkan variasi pertanyaan sesuai dengan kondisi saat interview. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Ibu Endang Sapto Pawuri S.H selaku Jaksa Penuntut Umum yang bertugas secara langsung menangani kasus ini. 2. Daftar pertanyaan Daftar pertanyaan adalah suatu cara yang ditempuh dalam pengumpulan data dengan jalan membuat suatu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden, yaitu: pejabat atau pegawai atau aparat penegak hukum di Kejaksaan Negeri Karanganyar yang berwenang memberikan jawaban, baik secara tertulis maupun secara lisan.
b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan penelitian kepustakaan atau library research guna memperoleh landasan hukum atau bahan penulisan lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan teori. Data yang diperoleh dari dokumen, catatan, buku yang berhadapan dengan materi kemudian diselaraskan dengan bahan commit to user dari kepustakaan sebagai bahan acuan dari bahan referensi
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari dan mengidentifikasikan literatur-literatur yang berupa bukubuku, peraturan-peraturan, dokumen, artikel-artikel serta hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. 8. Teknik Analisa Data Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah analisis kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang, maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan (H.B. Sutopo, 2002 : 8). Menurut H. B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah : a. Reduksi Data Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data. b.
Penyajian Data Merupakan
suatu
realita
organisasi
informasi
yang
memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian data dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel. c. Kesimpulan atau Verifikasi Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi pencatatan–pencatatan,
peraturan,
pernyataan–pernyataan
konfigurasi–konfigurasi yang mungkin, alur sebab – akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002: 37). Analisis kualitatif dalam penelitian ini dengan menggunakan model analisis interaksi, yaitu melalui tiga unsur utama yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dengan tiga kegiatan tersebut, penelitian ini diharapkan mendapatkan hasil yang valid.
to userpenelitian yaitu sebagai berikut : Adapun tiga kegiatan yangcommit utama dalam
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Data Reduksi Merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan data pada penelitian. Data yang telah teridentifikasikan tersebut lebih memudahkan dalam penyusunan. b. Penyajian Data Sekumpulan informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilaksanakan. c. Menarik Kesimpulan Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi pencatatan-pencatatan
peraturan,
pernyataan-pernyataan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan (HB. Sutopo, 2002 : 37).
Adapun analisis interaksi penelitian dibuat sebagai berikut :
PENGUMPULAN DATA
SAJIAN DATA
REDUKSI DATA
KESIMPULAN
Gambar 1 Skema Analisis Interaksi Penelitian Keterangan : Dengan model analisis ini, maka peneliti harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bolak balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitian. Aktivitas yang dilakukan dengan proses itu komponen-komponen tersebut akan didapat yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. commit to user Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan secara diskriptif, yaitu
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan jalan apa adanya sesuai dengan masalah yang diteliti dan data yang diperoleh. Setelah semua data dikumpulkan, kemudian diambil kesimpulan dan langkah tersebut tidak harus urut tetapi berhubungan terus menerus sehingga membuat siklus (HB, Sutopo, 2002 : 13). I. Sistematika Penulisan Hukum BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal mengenai penelitian yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penelitian hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini , sub bab pertama berisi tentang kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini, yaitu : tinjauan umum tentang penuntutan tindak pidana, pengertian penuntutan , pengertian Jaksa Penuntut Umum,proses penuntutan, tinjauan umum tindak pidana pembunuhan berencana. Pada sub bab kedua berisi tentang kerangka pemikiran. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi uraian hasil penelitian yang disertai dengan pembahasan mengenai Dasar Konstruksi Penuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dan hambatan-hambatan yang ditemui Jaksa Penuntut Umum dalam proses penuntutan pelaku tindak pidana pembunuhan berencana. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terahkir dari penelitian ini yang berisi simpulansimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Penuntutan Tindak Pidana a. Pengertian Penuntutan Menurut Pasal 1 butir 7 KUHAP yang dimaksud dengan penuntutan adalah: “Tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan”. Dengan demikian tindakan penuntut meliputi: 1) Tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang menurut cara yang diatur dalam KUHAP. 2) Supaya perkara pidana diperiksa oleh hakim sidang pengadilan. 3) Supaya perkara diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Tugas penuntutan dimulai sejak penuntut umum menerima pelimpahan perkara, tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti dari penyidik sampai perkara tersebut memperoleh putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Definisi diatas mirip dengan definisi dari Wirjono Prodjodikoro, perbedaannya hanya pada disebut dengan tegas kata ’terdakwa’ sedang di KUHAP tidak, yaitu :”Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutus perkara pidana itu terhadap terdakwa (Andi Hamzah , 2011 : 157). Sehubungan dengan tugas penuntut umum di bidang penuntutan, dalam Hukum Acara Pidana di kenal dua asas penuntutan yaitu : a. Asas legalitas adalah asas yang menghendaki bahwa bahwa penuntut umum wajib menuntut commit to usersemua perkara pidana yang terjadi
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanpa memandang siapa dan bagaimana keadaan pelakunya ke muka sidang pengadilan. b. Asas oportunitas adalah memberikan wewenang kepada penuntut umum untuk menuntut atau tidak menuntut seseorang atau badan yang telah melakukan tindak pidana demi kepentingan umum (Rusli Muhammad, 2007 : 20). b. Pengertian Penuntut Umum Menurut Pasal 13 KUHAP dinyatakan bahwa penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Penuntut umum dalam melakukan penuntutan adalah menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya menurut Undang-undang. Penunutut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undangundang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan haikim ( Andi Hamzah 2011 : 75). The role of the prosecutor in the criminal justice system is central. A prosecutor operates independently and autonomously. A prosecutor is usually accountable only to the public which can exercise some minimal control only through public opinion and, where a prosecutor is elected, through the ballot box. The public prosecutor has great latitude, discretion, and power and can make on his own a broad range of decisions. (Ralph Underwager and Hollida Wakefield. . The Role of the Prosecutor). Jaksa merupakan tokoh utama dalam penyelenggaraan peradilan pidana karena memainkan peranan penting dalam proses pembuatan keputusan. Meskipun dalam pelaksanaan di lapangan polisi memiliki kemampuan yang handal dalam proses pengumpulan bukti-bukti di tempat kejahatan, akan tetapi tetap saja tergantung pada nasihat dan pengarahan jaksa. Hal ini disebabkan karena jaksa lebih mahir dalam masalah yuridis dan memiliki hak utama yang eksklusif dalam menghubungi pengadilan. Kejaksaan adalah satu-satunya lembaga pemerintah pelaksana kekuasaan negara yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang penuntutan dalam penegakan hukum dan keadilan di lingkungan commit to user peradilan umum (Suryono Sutarto, 2004 : 86).
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun yang dimaksud dengan “Kejaksaan adalah satu dan tidak terpisah-pisahkan” adalah satu landasan dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan kebijakan di bidang penuntutan yang bertujuan memelihara kesatuan menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja kejaksaan. Oleh karena itu kegiatan penuntutan di pengadilan oleh kejaksaan tidak akan berhenti hanya karena penuntut umum yang semula bertugas berhalangan. Dalam hal demikian tugas penuntutan oleh kejaksaan akan tetap berlangsung sekalipun untuk itu dilakukan oleh penuntut umum lainnya sebagai pengganti (Suryono Sutarto, 2004 : 86). c. Wewenang Penuntut Umum Menurut Pasal 14 KUHAP, penuntut umum mempunyai wewenang sebagai berikut : 1) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu. 2) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik; 3) Memberikan
perpanjangan
penahanan,
melakukan
penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik; 4) Membuat surat dakwaan; 5) Melimpahkan perkara ke pengadilan; 6) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan
dan waktu perkara disidangkan yang disertai
surat panggilan baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; 7) Melakukan penuntutan; 8) Menutup perkara demi kepentingan hukum; 9) Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut undangcommit to user undang. 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10) Melaksanakan penetapan hakim. Dalam penjelasan pasal 14 huruf i dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “tindakan lain” ialah antara lain meneliti identitas tersangka, barang bukti dengan memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara penyidik, penuntut umum, dan pengadilan. Penjelasan umum Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik
Indonesia
dijelaskan
bahwa
disamping
memantapkan kedudukan, organisasi jabatan, tugas, dan wewenang kejaksaan, undang-undang tersebut menetapkan: 1) Kewenangan Kejaksaan untuk melengkapi berkas perkara tententu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum
perkara
dilimpahkan
pembatasan-pembatasan
tertentu.
ke
pengadilan
Pemeriksaan
dengan tambahan
dilakukan untuk memperoleh kepastian penyelesaian perkara dalam rangka melaksanakan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta menjamin kepastian hukum, hak-hak asasi pencari keadilan. 2) Dalam bidang perdata dan tata usaha negara kebijaksanaan dengan kuasa khusus dapat bertindak untuk dan atas nama negara atau pemerintah di dalam atau di luar pengadilan. Sebagai negara hukum yang menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat
akan
banyak
ditemukan
keterlibatan
dan
kepentingan hukum dari negara atau pemerintah di bidang perdata atau tata usaha negara, baik dalam kedudukannya sebagai
tergugat
atau
sebagai
pihak
yang
mempunyai
kepentingan hukum di luar pengadilan yang dapat diwakilkan kepada Kejaksaan. 3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum kejaksaan turut menyelenggarakan
kegiatan
seperti
upaya
meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat dilakukan antara lain dengan to user hukum, sedangkan pengamanan penyuluhan dancommit penerangan
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebijakan penegakan hukum dapat dilakukan dengan tindakan preventif dan represif melalui dukungan intelejen yustisial kejaksaan. 4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan Undang-undang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Penuntut Umum akan bertindak sebagai penuntut umum apabila ia bertindak dalam rangka penyelesaian perkara di sidang pengadilan yaitu melakukan penuntutan dalam perkara pidana dan melaksanakan penetapan hakim. Penetapan hakim berbeda dengan putusan hakim. Putusan hakim adalah sikap hakim atau tindakan hakim yang diambil setelah mengadakan dan berdasarkan pemeriksaan guna mengakhiri suatu perkara. Putusan hakim tersebut merupakan putusan pengadilan. Adapun penetapan hakim adalah pernyataan tertulis untuk dan dalam rangka penyelesain perkara pidana atau putusan hakim yang bukan putusan akhir untuk menyudahi suatu perkara, misalnya menetapkan penahanan, penetapan hari sidang, putusan sela dan lain-lain. d. Proses Penuntutan oleh Penuntut Umum Proses penuntutan dilakukan setelah proses penyidikan selesai dan berkas penyidikan diberikan kepada kejaksaan. Adapun proses penuntutan sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 138 KUHAP sebagai berikut : 1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum. 2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu kepada penuntut umum. Berdasarkan pasal di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses yang pertama kali dilakukan oleh penuntutut umum dalam menangani penuntutan adalah proses prapenuntutan dimana penuntut umum memberikan petunjuk kepada penyidik dalam rangka penyempurnaan penyidikan. Proses prapenuntutan ini diatur dalam Pasal 110 (1) s.d (4) KUHAP, apabila penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Dalam hal penuntut umum mengembalikan hasil penyidikan untuk dilengkapai, penyidik wajib melakukan penyidikan tambahan sesuai petunjuk penuntut umum. Penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila sebelum batas waktu tersebut ada pemberitahuan dari penuntut umum kepada penyidik. Pada
proses
perkembangan
prapenuntutan
setelah
ini
disempurnakan
kejaksaan
mengalami
perundangan
tentang
Kejaksaan yaitu dengan UU Nomor 16 Tahun 2004 dimana Kejaksaan mempunyai wewenang untuk melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum perkara dilimpahkan ke pengadilan, dengan pembatasanpembatasan tertentu. Pemeriksaan tambahan perlu dilakukan untuk memperoleh kepastian penyelesaian perkara dalam rangka pelaksanaan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta menjamin kepastian hukum, hak-hak asasi pencari keadilan (justisiabel), baik tersangka, terdakwa, saksi korban maupun kepentingan umum (Suryono Sutarto, 2004 : 88). Untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Tidak dilakukan terhadap tersangka; 2) Hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya, dan atau dapat meresahkan masyarakat, dan atau yang dapat commit to user membahayakan keselamatan negara; 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 hari setelah dilaksanakan ketentuan pasal 110 dan pasal 138 ayat (2) KUHAP; 4) Prinsip koordinasi dan kerjasama dengan penyidik (Suryono Sutarto, 2004 : 89). Proses selanjutnya adalah pembuatan surat dakwaan. Menurut pasal 140 KUHAP, apabila penuntut umum berpendapat bahwa hasil penyidikan dari penyidik dapat dilakukan penuntutan, maka ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan. Menurut M . Yahya Harahap surat dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka persidangan (Lilik Mulyadi 2006 : 69). Surat dakwaan ini sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana, sebab surat inilah yang merupakan dasar dan menentukan batas-batas bagi pemeriksaan hakim. Adapun tujuan surat dakwaan adalah bahwa undang-undang ingin melihat ditatapkannya alasanalasan yang menjadi dasar penuntutan sesuatu peristiwa pidana, untuk itu sifat-sifat khusus dari suatu tindak pidana yang telah dilakukan itu harus dicantumkan dengan sebaik-baiknya. Terdakwa harus dipersalahkan karena telah melanggar sesuatu peraturan hukum pidana, pada suatu saat dan tempat tertentu, serta dinyatakan pula keadaan-keadaan sewaktu melakukannya. Menyebut waktu, tempat dan keadaan, menunjukkan pada kita bahwa dakwaan itu tertuju pada perbuatan-perbuatan atau peristiwa-peristiwa tertentu yang dispesialisasikan dan diindividualisir, jadi misalnya bukanlah tindak pidana yang umum tetapi tindak pidana yang konkrit. Bagi terdakwa surat dakwaan mempunyai kepentingan bahwa terdakwa mengetahui setepat-tepatnya dan seteliti-telitinya apa yang didakwakan kepadanya sehingga ia sampai pada hal yang sekecilkecilnya untuk dapat mempersiapkan pembelaannya terhadap dakwaan tersebut (Suryono Sutarto, 2004 : 90). Setelah surat dakwaan dilimpahkan ke pengadilan, maka dilakukan proses persidangan. Pada umumnya tiap-tiap perkara commit to user diajukan sendiri dalam sidang peradilan. Akan tetapi apabila pada
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu yang sama atau hampir bersamaan penuntut umum menerima berkas perkara dari penyidik ia dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan. Menurut pasal 141 KUHAP kemungkinan untuk menggabungkan perkara ini dalam hal : 1) Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap penggabungannya. 2) Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut satu dengan yang lain; 3) Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan dengan yang lain itu ada hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan. Jadi gagasan-gagasan untuk menggabungkan perkara ini berdasarkan bahwa penggabungan itu dipandang lebih baik bagi pemeriksaan perkara itu sendiri.
Langkah selanjutnya yang
diberikan kepada jaksa penuntut umum adalah penuntutan atau dikenal juga dengan istilah requisitoir. Secara sederhana isi tuntutan pidana itu mencakup : 1. Identitas terdakwa 2. Dakwaan ; primair , subsidair dst. 3. Pemeriksaan pengadilan : a. saksi-saksi b. keterangan terdakwa c. surat d. pemeriksaan ditempat kejadian 4. Fakta-fakta hukum 5. Fal-hal yang memberatkan 6. Hal-hal yang meringankan to user 7. Tuntutancommit hukuman
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam melakukan penuntutan terdapat tiga cara sesuai dengan jenis perkara di pengadilan cara itu adalah sebagai berikut : 1. Perkara cepat tindak pidana ringan Menurut pasal 205 KUHAP, yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan adalah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 315 KUHP. Acara pemeriksaannya disebut acara pemeriksaan ringan. 2. Perkara singkat Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat adalah perkara pidana yang menurut penuntut umum pembuktiannya mudah, penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana (Pasal 203 KUHAP). Pada permulaan sidang, hakim menanyakan kepada terdakwa mengenai identitas serta mengingatkan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya di sidang dan setelah terdakwa menjawab
segala
pertanyaan,
penuntut
umum
segera
memberitahukan dengan lisan dari catatannya tentang tindak pidana
yang
didakwakan
kepada
terdakwa
dengan
menerangkan waktu, tempat, dan keadaan pada waktu tindak pidana itu dilakukan. Pemberitahuan secara lisan ini dicatat dalam berita acara sidang dan merupakan pengganti surat dakwaan. Dalam hal hakim memandang perlu adanya pemeriksaan
tambahan,
supaya
diadakan
pemeriksaan
tambahan dalam waktu paling lama empat belas hari dan bilamana dalam waktu tersebut penuntut umum belum juga dapat menyelesaikannya, maka hakim memerintahkan perkara ini diajukan ke sidang pengadilan dengan acara biasa. commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Perkara Biasa Perkara biasa adalah perkara yang sulit pembuktiannya, demikian pula penerapan hukumnya dan merupakan perkara besar diajukan oleh penuntut umum dengan surat pelimpahan perkara (akte van averhijzing) pasal 143 KUHAP.
Pada waktu Penuntut Umum melimpahkan perkaranya ke Pengadilan Negeri maka turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada terdakwa atau kuasanya atau penasihat hukumnya dan penyidik. (Suryono Sutarto, 2004 : 110). Hasil akhir dari proses penuntutan adalah diputuskannya putusan pidana oleh hakim Pengadilan Negeri. Putusan pidana dapat diartikan sebagai putusan pengadilan yang merupakan hasil akhir dari proses peradilan. Peradilan menunjuk kepada proses mengadili, sedang pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam proses tersebut. Lembaga-lembaga lain yang terlibat dalam proses mengadili adalah kepolisian, kejaksaan dan advokat. Menurut pendapat Satjipto Raharjo mengatakan bahwa: “Hasil akhir dari proses peradilan tersebut berupa putusan pengadilan, atau sering juga digunakan kata putusan hakim, oleh karena hakimlah yang memimpin sidang di pengadilan itu” (Satjipto Raharjo, 2000 : 182). Putusan hukum terhadap pelaku tindak pidana dapat pula diartikan sebagai pemidanaan. Pemidanaan berasal dari kata pidana yang sering diartikan sama dengan istilah yang berasal dari Belanda yaitu “straf”. Menurut Andi Hamzah: “Hukuman adalah suatu pengertian umum sebagai suatu sanksi yang menderitakan/nestafa yang sengaja ditimpakan kepada seseorang. Sedangkan pidana merupakan suatu pengertian khusus yang berkaitan dengan hukum pidana”
(Andi
Hamzah, 2011 : 1). Menurut Muladi dan Barda Nawawi, hukuman dapat pula diartikan sebagai pemidanaan.commit Adapun pendapatnya adalah: “Pemidanaan to user yaitu serangkaian dasar hukum dan pertimbangan yang dijadikan 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
landasan untuk memutuskan perlu tidaknya penjatuhan atau pengenaan pidana atau sanksi ataupun pemberian tindakan sebagai konsekuensi dari tindak pidana yang dilakukan”.(Muladi dan Barda Nawawi, 1992 : 1). Berjalannya proses peradilan tersebut berhubungan erat dengan substansi yang diadili, yaitu berupa perkara perdata ataukah pidana. Keterlibatan lembaga-lembaga dalam proses peradilan secara penuh hanya terjadi pada saat mengadili perkara pidana. Bagi ilmu hukum, maka bagian terpenting dalam proses mengadili terjadi pada saat hakim memeriksa dan mengadili suatu perkara. Pada dasarnya yang dilakukan oleh hakim adalah memeriksa kenyataan yang terjadi, serta menghukuminya dengan peraturan yang berlaku. Pada waktu diputuskan tentang bagaimana atau hukum apa yang berlaku untuk suatu kasus pidana, maka pada waktu itulah penegakan hukum mencapai puncaknya. Putusan pengadilan merupakan hasil akhir dari suatu jalannya persidangan terhadap suatu kasus tindak pidana. Adapun putusan pengadilan diambil oleh hakim pengadilan negeri, dimana tempat sidang perkara tindak pidana berlangsung. Andi Hamzah merumuskan bahwa setiap keputusan hakim merupakan salah satu dari tiga kemungkinan: 1. Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan atau tata tertib. 2. Putusan bebas 3. Putusan lepas dari segala tuntutan. Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir (vonnis). Dalam putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah dipertimbangkan dan putusannya. Dalam pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus dipenuhi suatu putusan hakim, dan menurut ayat (2) pasal itu kalau ketentuan tersebut tidak dipenuhi, kecuali yang tersebut pada huruf g putusan batal demi hukum
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketentuan tersebut adalah : 1. Kepala putusan berbumyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; 2. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa; 3. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan; 4. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperolej dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa; 5. Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan; 6. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa; 7. Hari dan tanggal diadakan musyawarah Majelis Hakim kecuali perkara diperiksa oleh hakim Tunggal; 8. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan delik, disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan; 9. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti; 10. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuannya itu. Jika terdapat surat otentik dianggap palsu; 11. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan; 12. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus, dan nama panitera (Andi Hamzah, 2011 : 183). Kemudian dalam pasal 200 KUHAP dikatakan bahwa surat keputusan ditandatangani oleh hakim dan panitera seketika setelah putusan itu diucapkan. Pada pasal 197 ayat (1) huruf d tersebut, yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “fakta dan keadaan” di sini ialah segala apa yang ada dan apa yang diketemukan di sidang oleh pihak dalam proses, antara lain penuntut umum, saksi, ahli, terdakwa, penasehat hukum, dan saksi korban.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tinjauan Umum Tindak Pidana Pembunuhan Berencana a. Pengertian Tindak Pidana Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari bahasa Belanda dari kata “Straafbaar Feit”. Pembentuk undang-undang dalam merumuskan perbuatan yang dilarang mempergunakan beberapa istilah, yaitu: perbuatan pidana, tindak pidana, dan peristiwa pidana. Dalam Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang hukum pidana menngenal adanya istilah tindak pidana atau yang dalam bahasa belanda disebut Straafbaar Feit.
Istilah-istilah yang pernah
digunakan dalam perundang-undangan sebagai terjemahan dari istilah Straafbaar Feit adalah tindak pidana,
peristiwa pidana, delik
pelanggaran, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum dan perbuatan pidana. Straafbaar Feit terdiri dari 3 (tiga) kata Straaf diartikan sebagai pidana dan hukum, sedangkan baar yang berarti dapat dan boleh. Kemudian feit berartitindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan (Adami Chazawi, 2002 : 69). Semuanya itu dimaksudkan untuk menerjemahkan kata “Straafbaar Feit” tadi. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana dan pelakunya dapat dikatakan sebagai subyek pidana (Wirjono Prodjodikoro, 1986 : 55). Menurut pendapat Simon mengatakan bahwa, “Straafbaar Feit yaitu kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang-orang yang
mampu
bertanggung
jawab”.
(Simon
dalam
Wirjono
Prodjodikoro, 1986 : 56). Menurut Van Hamel mengatakan bahwa “Straafbaar Feit yaitu kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan (Van Hamel dalam Wirjono Prodjodikoro, 1986 : 56). Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana dapat didefinisikan commit to user sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mana disertai ancaman ataun sanksi berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. ( Adami Chazawi 2002 : 71 ). Perbuatan-perbuatan pidana itu bersifat merugikan dan dapat mennggangu kehidupan masyarakat, jadi dapat dikatakan sebagai anti sosial, maka perbuatan itu dilarang keras atau pantang dilakukan. Dengan demikian, konsepsi perbuatan pidana seperti yang dimaksud di atas dapat disamakan dengan konsepsi perbuatan pantang atau pamali yang telah lama dikenal dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. b. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan Menurut Agus Sulistyo dan Adi Mulyono, “Membunuh berasal dari kata bunuh yang berarti menghilangkan nyawa, mematikan”. (Agus Sulistyo dan Adi Mulyono, 2000 : 86). Sedangkan menurut Imam Malik membagi pembunuhan menjadi dua,
yaitu:
Pembunuhan
pembunuhan sengaja
sengaja dan
adalah
suatu
pembunuhan
perbuatan
kesalahan.
dengan
maksud
menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa atau jiwa orang yang dianiaya, baik penganiayaan itu dimaksudkan untuk membunuh ataupun tidak dimaksudkan membunuh. Sedangkan pembunuhan kesalahan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian yang tidak disertai niat penganiayaan. (Imam Malik, 2000 : 54). Pembunuhan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu : 1) Pembunuhan sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya. 2) Pembunuhan semi sengaja yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk membunuhnya tetapi mengakibatkan kematian. 3) Pembunuhan karena kesalahan, yang diakibatkan karena 3 kemungkinan yaitu : a) Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu commit to user perbuatan dengan tidak bermaksud melakukan suatu
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kejehatan tetapi mengakibatkan kematian seseorang. Kesalahan
seperti
ini
disebut
kesalahan
dalam
perbuatan (error in concrito). b) Bila
pelaku
sengaja
melakukanperbuatan
dan
mempunyai niat membunuh seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata orang tersebut
tidak
boleh
dibunuh,
misalnya
sengaja
menembak seseorang musuh dalam peperangan tetapi ternyata kawan sendiri. Kesalahan seperti ini disebut kesalahan dalam maksud (error in objecto). c) Bila si pelaku bermaksud melakukan kejahatan tetapi akibat
kelalaiannya dapat menimbulkan kematian,
seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang berada di bawahnya hingga mati. Menurut KUHP tindak pidana pembunuhan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Pembunuhan Biasa (Doodslag) Pembunuhan biasa yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud supaya korban mati atau dengan kata lain yaitu merampas nyawa orang lain. Apabila tidak ada unsur kesengajaan, dalam arti tidak ada niat atau maksud untuk mematikan orang itu, tetapi apabila orang itu mati juga maka perbuatan tersebut tidak dapat diklasifikasikan dalam pembunuhan ini. Bila terhadap orang yang justru harus dilindungi seperti: ibu, bapak dan keluarganya maka pidananya lebih berat. Dengan menyebutkan unsur tingkah laku sebagai “merampas nyawa orang lain”, menunjukkan bahwa kejahatan pembunuhan adalah suatu tindak pidana materiil. Tindak pidana materiil adalah suatu tindak pidana yang malarang menimbulkan suatu akibat tertentu, akibat yang dilarang atau akibat konstitutif (constitutief commit to user gevolg).
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembunuhan biasa (doodslag) dapat dikenakan hukuman penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut : Pasal 338 Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selamalamanya lima belas tahun. Pada pasal 338 KUHP di atas disebut dengan pembunuhan biasa, dimana pembunuhan ini dilakukan apabila pelaku memenuhi 3 unsur yaitu barang siapa, dengan sengaja, dan menghilangkan jiwa orang lain. Pelaku tindak pembunuhan ini dituntut dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun. Pasal 339 Makar mati diikuti, disertai atau didahului dengan perbuatan yang dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan atau memudahkan perbuatan itu atau jika tertangkap tangan akan melindungi dirinya atau kawan-kawannya dari pada hukuman atau akan mempertahankan barang yang didapatnya dengan melawan hak, dihukum penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Pasal 340 Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan
jiwa
orang
lain,
dihukum,
karena
pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Pada pasal 339 dan 340 KUHP di atas disebut dengan pembunuhan berencana, dimana pembunuhan ini dilakukan apabila pelaku memenuhi 4 unsur yaitu barang siapa, dengan sengaja, direncanakan, dan menghilangkan jiwa orang lain. pelaku tindak pembunuhan ini dituntut dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun. commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pembunuhan Anak (Kinder doo) Bentuk pembunuhan oleh ibu kepada bayinya pada saat dan tidak lama setelah dilahirkan, yang dalam praktek hukum sering disebut dengan sebutan pembunuhan bayi. Kategori dalam pembunuhan ini adalah pembunuhan oleh ibunya sendiri kepada seorang anak pada waktu atau tidak lama setelah dilahirkan dan didorong oleh ketakutan si ibu akan diketahui bahwa ia telah melahirkan anak. Pembunuhan terhadap anak dapat dikenakan hukuman penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut : Pasal 341 Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau, tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak dihukum, karena makar mati terhadap anak (kinderdoodslag), dengan hukuman penjara selama-lamanya Pasal 342 Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak (kinderdoodslag), yang direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun. Pasal 343 Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan pasal 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan. 3) Pembunuhan atas Permintaan Si Korban Pembunuhan atas permintaan si korban atas dirinya sendiri ini dikenal dengan euthanasia (mercy killing) yang dengan dipidananya si pembunuh walaupun si pemilik sendiri yang memintanya. commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembunuhan atas permintaan si korban dapat dikenakan hukuman penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut : Pasal 344 Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. 4) Pembunuhan terhadap Diri Sendiri Perbuatan mendorong pembunuhan terhadap dirinya sendiri adalah perbuatan dengan cara dan bentuk apapun terhadap orang lain yang sifatnya mempengaruhi agar pada orang terbentuk kehendak tertentu yang diinginkan olehnya. Masalah bunuh diri sendiri tidak diancam pidana, tetapi orang yang sengaja menghasut, mendorong, membantu, memberi saran kepada orang lain untuk bunuh diri dapat dikenakan pidana asal orang yang dihasutnya mati. Pembunuhan terhadap diri sendiri karena hasutan atau dorongan orang lain, maka orang lain tersebut dikenakan hukuman penjara, seperti pada KUHP sebagai berikut : Pasal 345 Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunhuh
diri,
menolongnya
dalam
perbuatan
itu,
atau
memberikan daya upaya kepadanya untuk itu, maka jika orang itu jadi membunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat bulan. 5) Menggugurkan Kandungan Menggugurkan kandungan yaitu seorang perempuan yang menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut. Pasal 346 Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara commit to user selama-lamanya empat tahun.
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasal 347 (1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya
seorang
perempuan
tidak
dengan
izin
perempuan itu dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati dia dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun. Pasal 348 (1) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun. Pasal 349 Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang disebut dalam pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan pasal 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu. Dari semua jenis pembunuhan tersebut masih diberi pasal tambahan pada pasal 350 KUHP sebagai berikut : Pasal 350 Pada waktu menjatuhkan hukuman karena makar mati, (doodslag) pembunuhan itu direncanakan (moord) atau karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 344, 347 dan 348, dapat dijatuhkan hukuman mencabut hak yang tersebut dalam pasal 35.
Menurut Ketentuan ketentuan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga to user memang tidak tertulis secara kata tindak pidanacommit pembunuhan
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersurat, namun dapat ditemui dalam Bab III Pasal 5, Pasal 6 dan Bab VII Ketentuan Pidana Pasal 44 ayat 1 dan 2. Pasal 5 Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara : a. kekerasan fisik; b. kekerasan psikis; c. kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga. Pasal 6 Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Pasal 44 1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). 2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) . 3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
TERDAKWA
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA NOMOR PRIN-755/0.3.33/Epp.1/07/2010
DASAR PERTIMBANGAN
PENUNTUTAN OLEH PENUNTUT UMUM
HAMBATAN
PUTUSAN
HAKIM
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Berdasarkan skematik kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan, bahwa adanya kasus pembunuhan berencana, maka pertama kali pihak yang melakukan penanganan terhadap tersangka yaitu penyidik Polri dengan penangkapan sampai pada penyidikan. Setelah berkas penyidikan selesai, maka berkas penyidikan dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri, untuk diperiksa dan ditindaklanjuti. Penuntut Umum selaku aparat yang berwenang melakukan penuntutan dengan dasar-dasar pertimbangan diantaranya adalah sejumlah bukti dan saksi-saksi sebagaimana yang telah dilaporkan dalam berkas penyidikan. Terhadap tindak pidana pembunuhan berencana, Penuntut Umum mempelajari dan mencari dasardasar serta faktor-faktor dilakukannya pembunuhan berencana. Dasar tersebut diajukan kepada tersangka dalam proses penuntutan pada saat sidang di pengadilan Negeri. Dalam pemeriksaan selama sidang, Jaksa akan mendapatkan hambatanhambatan
diantaranya
adalah adanya perlawanan dari penasehat commit to user hukum/pengacara, sanggahan dari tersangka, bukti dan saksi dalam persidangan.
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pertimbangan dan hambatan Jaksa Penuntut Umum mempunyai kesimpulan mengenai dasar-dasar pemeriksaan terhadap terdakwa. Kesimpulan ini yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan penuntutan terdakwa atas pembunuhan berencana yang telah dilakukannya, dan pada akhirnya akan mendapatkan putusan dari Hakim.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dasar Pertimbangan Penuntut Umum dalam Penuntutan Terdakwa Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Untuk membahas penelitian tentang pertimbangan penuntut umum terhadap tindak pidana pembunuhan berencana, maka di bawah ini disajikan hasil penelitian tentang tindak pidana pembunuhan berencana yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri Karanganyar dengan terdakwa Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO, sebagai berikut : 1. Identitas Terdakwa
Nama Lengkap
:
SUPARMI Alias MAMI Binti SUKAMTO
Tempat Lahir
:
Klaten
Umur / tanggal lahir
:
36 Tahun/ 26 Februari 1974
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Kebangsaan
:
Indonesia
Agama
:
Islam
Tempat tinggal
:
Dk.
Kurahan
Rt.
02
Rw
07
Desa
Karangrejo, Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar Pekerjaan
:
Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terahkir
:
SMP
2. Kasus Posisi Kronologis kasus pembunuhan ini adalah pada hari sabtu tanggal 12 Juni 2010, kira-kira pukul 15.00 WIB , bertempat di Dukuh .Kuruhan Rt.02/Rw.07, Desa.Karangrejo, Kecamatan . Kerjo, Kabupaten.Karanganyar tepatnya didalam rumah milik korban JOKO PURWANTO, terjadi tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh tersangka SUPARMI commit to user Alias MIMI Binti SUKAMTO,. Sebulan sebelumnya sekitar bulan Mei 2010
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersangka membeli apotas di toko pertanian di Dukuh. Bloran, Desa. Kuto Kecamatan .Kerjo Kabupaten Karanganyar, kemudian apotas tersebut di simpan di dus sandal rak sepatu. Setelah satu minggu kemudian apotas tersebut tersangka merebus / mencairkan dengan menambahkan sedikit air selanjutnya di masukkan ke dalam botol minuman merk Gress dengan tutup botol Aqua,. Selanjutnya botol tersebut di sembunyikan di dalam ranjang sampah yang berisikan botol-botol bekas kosmetik yang berada di tempat tidur (amben) yang berada didapur. Pada hari sabtu tanggal 12 juni 2010, sekira pukul 14.00 wib tersangka SUPARMI Als. MAMI mencampur minuman Kuku Bima yang ada dalam gelas yang terletak di rak TV yang mana pada saat itu korban sedang tidur dikamarnya. Kurang lebih pukul 15.00 WIB korban minum minuman Kuku Bima yang sudah dicampuri apotas tersebut lalu kesakitan selanjutnya tidur dilantai ruang keluarga sampai tidak sadarkan diri dan kemudian korban dibawa ke puskesmas Kerjo namun oleh Dokter puskesmas disarankan untuk dibawa kerumah sakit, kemudian korban JOKO PURWANTO dibawa ke rumah sakit amal sehat Sragen oleh Sdr. SUTOYO dan Sdr.SYAHBILAL dan dalam perjalanan menuju ke rumah sakit amal sehat Sragen korban meninggal dunia 3.
Dakwaan Penuntut Umum Berdasarkan Surat Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar Nomor : 128/Pen.pid/2010/PN Kray tertanggal 20 September 2010 dan Surat Pelimpahan
Perkara
Acara
Pemeriksaan
Biasa
No.
B-
129/0.3.33/Ep.1/09/2010 tertanggal 6 September 2010, terdakwa dihadapkan ke persidangan dengan dakwaan telah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana. SATU PRIMAIR Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO commit todiuser (suami terdakwa) yang beralamat Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidaktidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum Pengadilan Negeri Karanganyar , dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara : Bahwa satu bulan sebelumnya sekitar bulan Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian milik saksi MUTIAH kemudian apotas tersebut disimpan di dapur yaitu diletakan dalam dos sandal yang berada di rak sepatu kemudian selang satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air , dan setelah mencair terdakwa memasukan apotas kedalam botol bekas minuman merk
GRESS
dengan
tutup
botol
AQUA.
Selanjutnya
terdakwa
menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di bawah keranjang sampah sampai kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan. Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang keluarga. Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi. Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula. commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke Puskesmas Kerjo di susul terdakwa yang mengendarai sepeda
motor
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia. Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun jenis sianida. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 KUHP; SUBSIDAIR Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO commit todiuser (suami terdakwa) yang beralamat Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidaktidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum Pengadilan Negeri Karanganyar , dengan sengaja merampas nyawa orang lain, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara ; Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang keluarga. Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi. Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula. Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke Puskesmas Kerjo di susul terdakwa yang mengendarai sepeda
motor
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia. Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun jenis sianida. Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 338 KUHP ATAU KEDUA Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO pada hari Sabtu Tanggal 12 September 2010 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain pada bulan Juni 2012 di dalam rumah milik korban JOKO PURWANTO (suami terdakwa)
yang beralamat di Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa
Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar atau setidaktidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam wilayah Hukum Pengadilan Negeri Karanganyar , telah melakukan kekerasan fisik dalam lingkungan rumah tangga yang mengakibatkan matinya korban,, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara ; Bahwa terdakwa SUPARMI alias MAMI Binti SUKAMTO yang sesuai dengan keterangan dalam kartu keluarga nomor : 3313162502100001 merupakan istri dari JOKO PURWANTO pada bulan Mei 2010 membeli apotas di toko pertanian milik saksi MUTIAH kemudian apotas tersebut commit to user disimpan di dapur yaitu diletakan dalam dos sandal yang berada di rak sepatu
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudian selang satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air , dan setelah mencair terdakwa memasukan apotas kedalam botol bekas minuman merk GRESS dengan tutup botol AQUA. Selanjutnya terdakwa menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di bawah keranjang sampah sampai kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan. Bahwa pada tanggal tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa bertengkar dengan korban sehingga terdakwa merasa jengkel lalu sekiar pukul 13.00 WIB ketika terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali pada pukul 13.30 WIB ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang keluarga. Bahwa melihat korban di dalam kamar kemudian terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah uang ditutupi terpal , lalu oleh terdakwa apotas tersebut di campurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh terdakwa dibuang di saluran air kamar mandi. Bahwa setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu terdakwa menyembunyikan kembalo botol tempat apotas tersebut ke tempat semula. Bahwa pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangu tidur dan setelah itu pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh Terdakwa tersebut, tidak beberapa lama terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman , terdakwa sempat panic lalu berusaha memberikan air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat dan dibawa ke monil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu sedang berada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke to user Puskesmas Kerjo di susul commit terdakwa yang mengendarai sepeda motor
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berboncengan dengan anak terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupatem Sragen namun sesampai di Rumah Sakit tersebut korban sudah meniggal dunia. Bahwa berdasarkan hasil kesimpulan visum et repertum dari rumah sakit umum daerah Dr. Moewardi instalasi kedokteran forensic dan medikolegal Nomor 01/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 tanggal 7 Agustus 2010 yang dibuat dan diatandatangani oleh dokter Adji Suwandono SH. Menerangkan bahwa kematian korban karena adanya zat toksik racun dalam tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam berita acara pemeriksaan laboratoris kriminalistik dari laboratorium forensik bareskrim Polri cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandatangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih B, Nurcahyo S. SSI M. M. Biotech dan Ibnu Sutarto ST yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun jenis sianida. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 44 (ayat) 3 Undang Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; 4. Pemeriksaan Saksi-saksi Menimbang , bahwa dalam persidangan telah didengar keterangan Saksi-saksi yaitu ; a. JOKO JATI PURNOMO Tempat lahir Karanganyar, 50 Tahun Laki-laki, Indonesia, Alamat Dk. Jetis Rt 06 RW 02, Desa Kuto Kecamatan Kerjo , Kabupaten Karanganyar Di bawah sumpah di depan persidangan , menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : -
Bahwa, pada hari Minggu Tanggal 13 Juni 2010 mendapat kabar kalau pada tanggal 12 juni 2012 sore hari adik saksi (korban yang bernama JOJO PURWANTO) yang tinggal Dk. Kurahan Rt. 02 Rw 07 Desa Karangrejo, Kecamatan Karangrejo Kabupaten Karanganyar telah commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meniggal dunia di Rumah Sakit Amal Sehat Sragen stelah meminum Kuku Bima dan dimakamkan pada hari Mingu tanggal 13 Juni 2010. -
Bahwa benar setelah pemakaman pada hari Minggu 13 Juni 2010, saksi mendapat cerita dari saksi SUTOYO kalau korban meninggal bukan karena minuman Kuku Bima tapi karena diracun memakai apotas dan menurut praduga sementara yang meracun adalah istri korban (terdakwa)
-
Bahwa benar setelah mendengar informasi dari saksi SUTOYO tersebut saksi kemudian melaporkan kepada Polisi dan setelah itu selang kira-kira satu bulan makam korban dibongkar untuk dilakukan otopsi.
-
Benar bahwa saksi selama ini tidak pernah melihat antara terdakwa dan korban bertengkar , tetapi menurut rumor terdakwa mempunyai PIL (Pria Idaman Lain).
-
Benar bahwa menurut informasi dari saksi SUTOYO setelah minu cairan Kuku Bima korban kemudian kejang-kejang dan muka korban kemerah-merahan.
-
Benar bahwa menurut saksi SUTOYO bekas minuman Kuku Bima yang diminum korban sempat dicobakan oleh saksi GIYARTO ke kolam ikan dan tidak lama kemudian ikan-ikan di kolam tersebut mati.
-
Bahwa
atas
keterangan
,terdakwa
keberatan
yaitu
tentang
pemberitahuan meninggalnya korban tidak di hari Minggu tetapi Sabtu tanggal 12 juni 2010, begitu korban dinyatakan meninggal lalu saksi selaku kakak korban langsung diberitahu. b. Saksi SUTOYO, tempat lahir Karanganyar, 38 Tahun, laki-laki, Indonesia, Alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta. Di bawah sumpah di depan persidangan , menerangkan pada pokoknya sebagai berikut : -
Bahwa benar saksi mnerangkan pada hari Sabtu, 12 juni 2012 di to user yang beralamat Dk. Kurahan Rt. tempat korban JOKO commit PURWANTO
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
02, RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, telah terjadi pembunuhan terhadap JOKO PURWANTO -
Bahwa benar saksi mencurigai yang telah membunuh JOKO PURWANTO adalah terdakwa karena dua bulan sebelumnya korban pernah cerita kepada saksi di rumah saksi GIYARTO kalu korban curiga akan diracun oleh istrinya (terdakwa) yaitu ketika korban minum kopi rasanya tidak enak dan tenggorokan jadi sakit.
-
Bahwa benar selain di rumah saksi GIYARTO, korban juga pernah cerita lagi kepada saksi mau pergi mancing kalau korban merasakan tidak enak ketika minum suplemen Kuku Bima
-
Bahwa benar menanggapi cerita korban tersebut saksi pada waktu itu kemudian menyarankan kepada korban kalau ada kejadian seperti itu ( minum kopi atau Kuku Bima tenggorokan jadi sakit. Supaya bekasnya jangan dibuang siapa tau kadaluwarsa.
-
Benar bahwa waktu kejadian yaitu tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 15.00 WIB setelah waktu Ashar saksi main ke rumah korban dan saksi melihat korban sedang tidur di kamar. Saksi sempat melihat ada minuman Kuku Bima dalam gelas yang ditaruh di rak televise yang berada di ruang keluarga. Karena korban sedang tidur lalu saksi keluar lagi.
-
Bahwa benar seleng beberapa saksi melihat saat korban bangun lalu keluar rumah mencabut singkong setelah itu korban masuk ke dalam rumah minum Kuku Bima yang ada di dalam gelas.
-
Bahwa benar belum habis Kuku Bima tersebut diminum korban sudah memuntakan cairan minuman tersebut. Saksi mendengar terdakwa sempat mencemooh korban dengan kata-kata “kebiasaan kalu minum keselek-selek” (kebiasaan kalau minum tersedak) dan oleh korban dijawab “mbok wehi opo iki engke” (kamu kasih apa tadi). Saksi juga mendengar korban bicara “ojo mbok guwak ojo mbok guwa (jangan kamu buang)”.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar kira-kira satu-satu menit kemudian saksi melihat di dalam rumah korban dalam keadaan tertelungkup di dekat pintu dalam keadaan kejang-kejang, saksi berusaha memberikan pertolongan kepada korban dengan meminumkan minyak goring tapi korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya bersama dengan saksi HARTONO yang baru saja dating setelah dipanggil anak korban (saksi ITA) korban lalu di bawa ke Puskesmas Kerjo yang kemudian di rujuk lagi ke Rumah Sakit Amal sehat Sragen namun korban sudah tidak tertolong lagi dan meninggal dalam perjalanan.
-
Bahwa benar pada waktu korban mengalami kejang-kejang setelah meminum Kuku Bima yang ada di dalam gelas terdakwa sempat memijit-mijit korban. Terdakwa juga sempat membuang sisa minuman Kuku Bima yang diminum korban di kamar mandi.
-
Bahwa benar pada waktu saksi HARTONO membawa korban ke Puskesmas Kerjo lalu ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen terdakwa dan anak korban (saksi ITA) menyusul mengendarai sepeda motor.
-
Bahwa benar setahu saksi, korban sebelumnya sehat dan setahu saksi kebiasaan korban minum Kuku Bima. Saksi Juga menerangkan setahu korban tidak pernah sakit-sakitan.
-
Bahwa benar saksi menerangkan bekas gelas sisa minuman Kuku Bima yang diminum oleh korban oleh saksi GIYARTO sempat di tes ke kolam lele milik saksi GIYARTO yaitu gelas yang direndam di panci airnya diambil ditaruh di palstik lalu di bawa pulang oleh saksi GIYARTO kemudian air tersebut dituangkan ke dalam kolam. Selang sekitar dua menit ikan lele dalam kolam tersebut mati.
-
Bahwa benar saksi juga menerangkan kalau persediaan Kuku Bima yang masih ada di rumah Korban ( 5 Bungkus) untuk membuktikan apakah Kuku Bima tersebut yang menjadi penyebab kematian korban, lalu oleh teman-teman korban (tetangga) Kuku Bima tersebut diminum semua dan tidak apa-apa sehingga saksi menduga kalau korban commit to user meninggal karena diracun bukan karena suplemen Kuku Bima.
47
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar setahu saksi , korban sering bertengkar dengan terdakwa tetapi apa penyebabnya saksi tidak tahu karena korban orangnya tertutup.
-
Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diajukan di Persidangan.
-
Bahwa atas keterangan saksi, terdakwa keberatan terhadap keterangan saksi mengenai dugaan terdakwa pernah memberikan racun pada kopi yang diminum korban sebelum kejadian karena menurut terdakwa dia tidak pernah memberi racun pada kopi. Atas keberatan terdakwa saksi tetap pada keterangannya.
c. Saksi ITA SARI HASTUTI Binti JOKO PURWANTO, Tempat lahir Karanganyar, 18 Tahun, Perempuan, Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam , Pelajar. Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokoknya ; -
Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Sabtu, 12 Juni 2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten
Karanganyar,
ayah
saksi
yang
bernama
JOKO
PURWANTO telah meninggal dunia dan dimakamkan pada hari Minggu 13 Juni 2010. -
Bahwa benar selang sekitar satu bulan makam ayah saksi dibongkar untuk dilakukan otopsi.
-
Bahwa benar hari Sabtu tanggal 12 Juni sekitar pukul 15.00 WIB ketika saksi pulang sekolah saksi sempat bertemu dengan ayah saksi (korban) dan sempat berbincang sebentar, lalu saksi melihat korban mengambil minuman Kuku Bima yang berada di rak televise dalam ruang keluarga. Saksi melihat minuman tersebut tinggal ½ gelas.
-
Bahwa benar saksi melihat setelah minum minuman Kuku Bima tersebut korban langsung memuntahkan di luar dan batuk-batuk lalu bilang ke Ibu saksi “Mbok kei opo iki( kamu kasih apa ini)” dan dijawab terdakwa “dikei opo yen ngombe mesti kok ngono” (dikasih to user apa kalau minum kok commit seperti itu)”.
48
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar terdakwa (ibu saksi) sempat mengambilkan air putih dan diminumkan kepada korban (ayah saksi) dan sempat memijit-mijit korban.
-
Bahwa benar saksi melihat korban tertelungkup di lantai dan kejangkejang selain itu juga sempat ngorok.
-
Bahwa benar saksi kemudian oleh saksi SUTOYO yang kebetulan sedang ada di rumah saksi, korban lalu dibawa ke Puskesmas Kerjo bersama saksi HARTONO.
-
Bahwa benar saksi dan terdakwa kemudian menyusul dengan sepeda motor ke Puskesmas Kerjo tetapi oleh Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen.
-
Bahwa benar dalam perjalanan ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen korban sudah tidak tertolong lagi.
-
Bahwa benar setahu saksi korban hamper tiap hari minum Kukun Bima dan biasanya yang membuatkan adalah terdakwa.
-
Bahwa benar sisa minuman Kuku Bima dibuang oleh terdakwa di kamar mandi tetapi sebenarnya sempat dilarang oleh korban.
-
Bahwa benar korban dan terdakwa sering bertengkar dan saksi juga pernah tahu terdakwa dipukul korban tetapi ada permasalahan apa saksi tidak mengetahuinya.
-
Bahwa benar terdakwa pernha dibilang “Lonthe”oleh korban.
-
Bahwa benar saksi jugabtahu kalau terdakwa punya pacar (selingkuhan) tetapi saksi tidak pernah cerita pada korban.
-
Bahwa benar saksi pernah disuruh korban untuk beli apotas.
-
Bahwa barang bukti berupa gelas dan panci adalah gelas bekas minuman Kuku Bima dan panci bekas tempat merendam gelas.
-
Bahwa tas keterangan saksi terdakwa tidak menyangkal
d. Saksi HARTONO alias CINO Bin KUSNADI, Tempat lahir Karanganyar , 51 Tahun,Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta to usermenerangkan pada pokonya : Di bawah sumpah di depancommit persidangan
49
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar pada saksi menerangkan pada hari Sabtu tanggal 12 Juni 2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar tetangga saksi bernama JOKO PURWANTO telah meninggal dunia dan dimakamkam pada
hari
Minggu tanggal 13 Juni 2010 -
Bahwa benar waktu kejadian yaitu tanggal 12 Juni 2010 sore hari saksi yang baru mandi di rumah saksi dipanggil-panggil anak korban (saksi ITA) untuk dating ke rumah korban yang katanya korban kejangkejang.
-
Bahwa benar seketika itu juga saksi dating ke tempat korban dan pada waktu saksi dating korban sudah adai di mobil dalam keadaan kejang, selanjutnya bersama saksi SUTOYO, saksi mengantar korban ke Puskesmas Kerjo. Saksi SUTOYO yang menyopir sedang saksi memegangi korban.
-
Bahwa benar sesampai di Puskesmas Kerjo , korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Sragen dengan diantar saksi SUTOYO.
-
Bahwa benar saksi tidak ikut mengantar korban ke Rumah sakit Amal Sehat karena saksi baru sadar kalau saksi buru-buru ingin menolong korban, saksi lupa kalau hanya pakai handuk dan belum berpakaian, sehingga saksi pulang ke rumah.
-
Bahwa benar pada waktu korban diantar ke Puskesmas terdakwa menysul dengan sepeda motor.
-
Bahwa benar saksi dekat dengan korban dan setahu saksi korban tidak pernah sakit-sakitan.
-
Bahwa benar selang sekitar satu bulan makam korban di bongkar untuk dilakukan otopsi.
-
Bahwa benar setelah dilakukan otopsi dan reka ulang , saksi baru tahu kalau meninggalnya korban karena diracun oleh terdakwa dengan memakai apotas.
-
Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa tidak keberatan. commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Saksi SULARSIH Binti Sugiman, Tempat lahir Karanganyar, 41 Tahun, perempuan, Indonesia, Alamat Dk. Jetis Rt. 06, RW 01 , Desa Kuto , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, guru/PNS Di bawah sumpah di depam persidangan menerangkan pada pokonya : -
Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Sabtu tanggal 12 juni 2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar mendengar kalau JOKO PURWANTO telah meninggal dunia dan dimakamkan pada hari Minggu tanggal 13 Juni 2010.
-
Bahwa benar setahu saksi pada waktu itu menurut kabar korban meninggal karena kesedak minuman Kuku Bima.
-
Bahwa benar setahu saksi korban tidak pernah sakit-sakitan.
-
Bahwa benar pada waktu saksi melayat dan menunggui terdakwa yang tidak sadarkan diri dalam kamar, setelah terdakwa sadar kemudian saksi mendengar saksi ITA berkata pada ibunya (terdakwa) dengan kata-kata “ bu, marai bar mbok wenei pil putih mau (itu karena setelah kamu kasih pil putih tadi)” dan kemudian terdakwa bilanh “sst… menengo wae (sst …diam saja).
-
Bahwa benar karena mendengar saksi percakapan tersebut saksi menjadi curiga kalau korban meningal karena diracun oleh terdakwa.
-
Bahwa benar saksi mendengar dari tetangga korban kalau korban dengan terdakwa sering bertengkar.
-
Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa keberatan mengenai keterangan kalau saksi mendengar percakapan antara dirinya dengan anak terdakwa (saksi ITA) mengenai kata-kata “ bu, marai bar mbok wenei pil putih mau (itu karena setelah kamu kasih pil putih tadi), menurut terdakwa , saksi ITA tidak pernah berkata demikian.
-
Bahwa benar keterangan saksi kemudian dikroscek dengan saksi ITA dan menurut ITA dia menyangkal apa yang diterangkan saksi SULARSIH.
-
userpada keterangannya. Atas sangkalan tersebutcommit , saksitotetap
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Saksi GIYARTO, tempat lahir Karanganyar , 31 Tahun , laki-laki , Indonesia, alamat Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya : -
Bahwa benar saksi menerangkan mendapat kabar kalau pada tnggal 12 Juni 2010 sore hari JOKO PURWANTO yang tinggal di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07 , Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta telah meninggal dunia di Rumah Sakit Amal Sehat Sragen setelah meminum Kuku Bima dan dimakamkan pada hari minggu tanggal 13 Juni 2010.
-
Bahwa benar saksi mendengar korban meninggal dunia setelah meminum suplemen Kuku Bima.
-
Bahwa benar untuk membutikan korban meninggal karena Kuku Biman atau penyebab lainnya , maka saksi berinisiatif mencari bekas gelas minuman yang dipakai oleh korban.
-
Bahwa benar di dalam kamar mandi saksi menemukan gelas bekas minuman yang dipakai korban.
-
Bahwa benar di dalam kamar mandi saksi menemukan gelas bekas minuman yang direndam dalam panci.
-
Bahwa benar saksi kemudian dengan disaksikan saksi SUTOYO dan salah satu anggota keluarga , saksi mengambil air bekas rendaman gelas lalu di taruh dalam plastik, setelah itu di bawa pulang ke rumah saksi untuk di uji cobakan ke dalam kolam ikan yang berisi ikan lele.
-
Bahwa benar saksi melihat kurang lebih ½ jam kemudin 6 ekor lele yang berada dalam kolam tersebut mati. Selanjutnya atas
temuan
tersebut saksi lalu memberitahukan pada saksi JOKO JATI. -
Bahwa benar sewaktu mengambil gelas yang direndam dalam paci tersebut saksi masih melihat ada seidkit endapan putih.
-
Bahwa benar setelah melihat lele mati saksi menjadi curiga kalau korban meninggal karena diracun tetapi siapa yang telah melakukan to user saksi tidak tahu baru commit kemudian setelah diperiksa di Polisi saksi tahu
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalau yang melakukan adalah istri korban sendiri yaitu korban diracun dengan memakai apotas. -
Bahwa benar saksi menurut saksi SUTOYO yang menaruh gelas bekas minuman di kamar mandi adalah terdakwa.
-
Bahwa benar sebelum kejadian yaitu pagi hari saksi masih ketemu dengan korban dan saksi melihat korban dalam keadaan sehat.
-
Bahwa benar saksi tahu kalau diantara korban dan terdakwa sering bertengkar dan korban juga pernah cerita kepada saksi kira-kira 3 bulan sebelum kejadian kalau istrinya punya selingkuhan. Bahka kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian pada waktu pergi mancing korban juga pernah cerita kalau korban curiga terdakwa akan meracun korban. Seingat saksi kata-kata korban yaitu “opo aku arep diracun istriku yo?. Mendengar cerita korban saksi pikir hanya guyonan sehinga saksi pada waktu itu tidak menanggapi.
-
Bahwa saksi membenarkan barang bukti yang diperlihatkan di persidangan yaitu gelas dan panci yang pada waktu itu dilihat saksi ada di kamar mandi. Sedangkan untuk barang bukti berupa kaos saksi tidak mengetahuinya.
-
Bahwa atas keterangan saksi , terdakwa keberatan atas keterangan saksi kalau terdakwa hendak meracun korban 1 minggu sebelum kejadian. Atas keberatan tersebut saksi tetap pada keterangannya.
g. Saksi ELIES ANDRIANI Binti SUTRISNO, Tempat lahir Karanganyar, 31 tahun , perempuan, Indonesia , alamat Dk. Karangnongko Rt.01 Rw 05, Desa Karangrejo , Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Islam, Swasta Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya : -
Bahwa benar saksi menerangkan diberitahu orang-orang kalau pada hari Sabtu, 12 Juni 2010 di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar JOKO PURWANTO
(suami terdakwa) telah meninggal user dimakamkan pada haricommit Mingguto13 Juni 2010.
53
dunia
dan
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar menurut kabar suami terdakwa meninggal karena keracunan Kuku Bima.
-
Bahwa benar kurang lebih 1 minggu sebelum kejadian terdakwa sempat curhat kepada saksi di depam rumah orang tua korban kalau terdakwa habis bertengkar dengan suaminya. Terdakwa juga sempat berbicara kalau terdakwa jengkel dengan suaminya dan akan meracuni suaminya.
-
Bahwa benar sewaktu berbicara tersebut wajah atau ekspresi terdakwa biasa saja.
-
Bahwa benar saksi pernah mendengar kalau hubungan terdakwa dengan suaminya kurang harmonis dan katanya sering bertengkar.
-
Bahwa benar saksi mengajak terdakwa untuk senam tapi terdakwa tidak mau karena dilarang suaminya.
-
Bahwa keterangan saksi di benarkan terdakwa.
h. Saksi MUTIAH alias MUTIK Binti Marya, Tempat lahir Karanganyar , 41 tahun, perempuan, Indonesia, alamata Dk. Bloran Rt.01 Rw 01, Desa Gompolan,
Kecamatan
Kerjo,
Kabupaten
Karanganyar,
Islam,
Wiraswasta. Di bawah sumpah di depan persidangan menerangkan pada pokonya : -
Bahwa benar saksi menerangkan pada hari Minggu tanggal 13 Juni 2010 sekitar pukul 07.00 WIB mendengar ada orang meninggal dunia setelah meminum Kuku Bima.
-
Bahwa benar kalau saksi bekerja wiraswasta yaitu pedagang toko kelontong berupa pakaian, onderdil sepeda motor, bahan bangunan serta obat-obatan pupuk pertanian.
-
Bahwa benar di toko saksi menjual apotas, arifo, ferpai, akodan dan obat-obatan pemberantas hama lainnya.
-
Bahwa benar menurut saksi apotas digunakan untuk membasmi hama pertanian seperti wereng, dan tikus sawah, apotas dapat dijual bebas. Harga apotas tersebut satu butirnya Rp.3500,- . Saksi juga commit to usertangan bisa menyebabkan gatal. menerangkan kalau apotas mengenai
54
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar saksi menerangkan terdakwa pernah membeli satu butir apotas di toko saksi kurang lebih 1 bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan Mei 2010.
-
Bahwa atas keterangan saksi tersebut, terdakwa mengatakan sewaktu di Polres saksi mengatakan kalau tidak ingat terdakwa membeli apotas di tempat saksi.
5.
Keterangan Ahli : RORRY HARTONO, Dr, Sp.F, MH, lahir di Malang, 49 tahun, lakilaki,Indonesia, alamat Jl. Arjuna F.13 , Grogol Indah, Solobaru Sektor 7 Sukoharjo, Islam pekerjaan Dokter. Di bawah sumpah keterangan ahli dibacakan sebagai mana di BAP dari Penyidik Polisi, menerangkan pada pokonya sebagai berikut : -
Bahwa benar saksi diminta keterangan sebagai saksi sehubungan dengan pemeriksaan luar dan dalam pembongkaran makam yang dilakukan oleh saksi.
-
Bahwa benar saksi menerangkan bekerja di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta dan menjabat sebagai Kepala Instalasi Kedokteran Forensik dan bertugas sebagai dokter Forensik.
-
Bahwa benar pada hari Sabtu tanggal 10 Juli dari pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB telah melakukan pembongkaran makam dan melaksanakan pemeriksaan terhadap mayat atas nama JOKO PURWANTO di pemakaman umum Dk. Jatisari, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.
-
Bahwa benar tindakan kedokteran dalam pelaksanaan bongkar kubur yaitu bongkar makam , jenasah diletakan di meja otopsi, pemeriksaan luar dan dalam pengambilan sebagian organ tubuh untuk pemeriksaan penunjang,
dokumentasi
pengkafanan
kembali
jenasah
untuk
dimakamkan kembali. -
Bahwa benar berdasarkan hasil Visum Et Repertum yaitu diantaranya jenasah membusuk lanjut, pemeriksaan luar jenasah tidak ditemukan commit to user dalam ditemukan dalam limfe tanda-tanda penganiayaan, pemeriksaan
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat warna hijau kehitaman sedangkan di organ lambumg terdapat warna merah kehitaman. -
Bahwa benar adanya poin limfe dan lambung hal ini menunjukan adanya kondisi yang tidak wajar karena bilamana pembusukan lanjut yang wajar semestinya warna seluruh organ sama dengan sekitarnya, untuk itu perlu dilakukan pengambilan organte tersebut untuk pemeriksaan penunjang.
-
Bahwa benar dilihat dari pembusukan lanjut pada limfe dan lambung tersebut yaitu pada limfe berwarna hijau kehitaman dan di lambung warna hitam kemerahan adalah sebagai bukti awal kalau meninggalnya korban dikarenakan keracunan.
-
Bahwa benar gejala awal orang keracunan yaitu lewat mulut atau terhirup kemungkianan didapat gejala umum antara lain mual, muntah, diare, pusing, seperti orang mabuk tergantung dari racun apa yang masuk.
-
Bahwa benar orang meninggal karena apotas atau racun tergantung dari jumlah racun yang diminumnya dan kekuatan tubuh atau kondisi fisik orang yang meminumnya.
-
Bahwa benar dalam teori kedokteran tanda-tanda atau penyebab kematian dapat ditemukan dengan cara dilakukan segera mungkin bongkar makam sampai dengan organ tersebut masih bisa dilakukan pemeriksaan tergantung dari racun yang diminum.
-
Bahwa benar untuk korban JOKO PURWANTO diterangkan korban meninggak dunia karena keracunan dan masih ditemukan tanda-tanda yaitu di dalam limfe dan lambung namun mengenai racun apa yang ada pada organ tersebut tidak bisa diketahui karena pembusukan lanjut.
-
Bahwa benar korban JOKO PURWANTO meninggal dunia karena adanya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan yang mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh sehingga korban mati lemas
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa atas keterangan ahli yang dibacakan tersebut, terdakwa tidak keberatan.
6. Surat -
Berita
Acara
Pemeriksaan
Laboratoris
Kriminalistik
Nomor
716/KTF/VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri cabang Semarang. -
Visum Et Repertum Nomor 001/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
7. Keterangan Terdakwa Bahwa SUPARMI alias MAMI binti SUKAMTO , di depan persidangan menerangkan pada pokoknya : -
Bahwa benar terdakawa menerangkan kalau pada tanggal 12 Juni 2010 sore hari JOKO PURWANTO suami terdakwa di Dk. Kurahan Rt. 02, RW 07, Desa Karangrejo, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar telah meninggal dan dimakamkan pada hari Minggu 13 Juni 2010.
-
Bahwa benar suami terdakwa (korban JOKO PURWANTO) meninggal karena sengaja diracun oleh terdakwa dengan apotas yang dicampur dalam minuman Kuku Bima.
-
Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian kemudian apotas tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di dalam dos sandal yang berada di rak sepatu, kemudian selamh sekitar satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air, dan setelah mencair Terdakwa memasukan apotas ke dalam botol bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol AQUA. Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan.
-
Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB Terdakwa bertengkarcommit denganto user korban sehingga Terdakwa merasa
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut Terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan Terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televisi yang berada di ruang keluarga. -
Bahwa benar melihat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa apotas tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh Terdakwa dibuang di saluran kamar mandi.
-
Bahwa benar setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu Terdakwa menyembunyikan kembali botol tempat apotas tersebut ke tampat semula.
-
Bahwa benar pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangun tidur dan setelah itu sekitar pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh terdakwa tersebut, tidak beberapa lama Terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman, Terdakwa sempat panik lalu berusaha memberikan air putih dan memijit tangan korban namun korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat dan di bawa ke mobil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu sedang ada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke Puskesmas Kerjo disusul oleh Terdakwa yang mengenadarai sepeda motor berboncengan dengan anaka Terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupaten Sragen namun sampai di Rumah Sakit tersebut korban sudah meninggal dunia.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Bahwa benar terdakwa hidup berumah tangga dengan korban sudah 20 Tahun . Dan selama perkawinan tersebut antara korban dan terdakwa sering terjadi pertengkaran dan korban juga sering memukul terdakwa.
-
Bahwa benar terdakwa mengakui kalau mempunyai PIL (Pria Idaman Lain) yang bernama SUMADI (DPO) dan hubungan tersebut berjalan selama 9 Bulan.
-
Bahwa benar yang member ide supaya terdakwa meracun korban dengan apotas adalah SUMADI.
-
Bahwa benar terdakwa membeli apotas sebanyak 1 butir dengan harga Rp.3500,-
-
Bahwa benar terdakwa ingin bercerai dengan korban tetapi korban tidak mau menceraikan.
-
Bahwa benar bahwa anak terdakwa (saksi ITA) tahu kalau terdakwa punya hubungan dengan SUMADI.
-
Bahwa benar barang bukti yang diajukan dalam persidangan adalah gelas bekas minuman dan panci tempat merendam gelas bekas Kuku Bima yang telah dicampur terdakwa dengan apotas.
-
Bahwa atas perbuatan tersebut terdakwa merasa menyesal.
8. Petunjuk Dengan adanya persesuaian antara keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, keterangan ahli, alat bukti surat dan didukung dengan adanya barang bukti yang ada maka ini dapat dijadikan alat bukti petunjuk adanya tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. 9. Pertimbangan Jaksa Penuntut Umun untuk Melakukan Penuntutan Dalam sebuah proses penuntutuan Jaksa Penuntut Umum harus bertindak secara cermat dalam membuat sebuah surat tuntutan. Hal ini bertujuan agar tuntutan yang dibuat dapat mewujudkan rasa keadilan. Skema kerangka berpikir
proses penyusunan penuntutan dapat di gambarkan
sebagai berikut :
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyusunan Surat Dakwaan
BAP dari Penyidik
Penyusunan Surat Tuntutan
Gambar 3. Skema Penyusunan Surat Tuntutan Berdasarakan skematik di atas pihak yang pertama kali menangani Tindak Pidana pembunuhan adalah penyidik Kepolisian yang bertugas melakukan penyidikan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Setelah pemeriksaan di tingkat kepolisian/ penyidik dirasa lengkap, kasus dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakukan proses penuntutan. Pelimpahan perkara dilengkapi dengan berkas perkara, tersangka dan alat bukti lainnya. Selanjutya BAP diserahkan kepada Kejaksaan Negeri, apabila BAP sudah lengkap maka langkah selanjutnya adalah penyusunan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan dan merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan. Berdasarkan surat dakwaan yang dibuat maka Jaksa Penuntut Umum dan fakta-fakta di persidangan langkah terahkir adalah membuat surat tuntutan
yang memuat pembuktian Surat Dakwaan berdasarkan alat-alat
bukti yang terungkap di persidangan dan kesimpulan penuntut umum tentang kesalahan terdakwa disertai dengan tuntutan pidana. Dalam kasus ini dakwaan kesatu Primairnya mendakwa terdakwa SUPARMI Alias MAMi binti SUKAMTO telah melanggar Pasal 340 KUHP yang unsur-unsur pokoknya sebagai berikut: - Unsur barang siapa; - Unsur sengaja; - Unsur direncanakan; - Unsur menghilangkan nyawa orang lain. a. Unsur Barangsiapa Bahwa yang dimaksud dengan unsur “Barang siapa” adalah setiap commit user subyek hukum sebagai pelakuto perbuatan pidana, dalam hal ini orang
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 44 KUHP. Berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan para terdakwa, unsur barang siapa ini tidak lain identitasnya
termuat
dalam
adalah para terdakwa yang
Surat
Dakwaan,
dan
selama
berlangsungnya persidangan tidak ditemukan adanya alasan pemaaf maupun alasan pembenar. Dalam dakwaan Penuntut Umum tercantum identitas terdakwa yaitu SUPARMI Alias MAMI binti SUKAMTO setelah diperiksa di persidangan identitas tersebut telah cocok dan sesuai serta terdakwa dan
termasuk
orang
yang
dapat
mempertanggungjawabkan
perbuatannya, sehingga unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Dengan demikian unsur “Barang Siapa” ini telah terbukti. b. Unsur Sengaja Teori kesengajaan ada 3, yaitu kesengajaan sebagai tujuan, kesengajaan
sebagai
kemungkinan
dan
kesengajaan
sebagai
keinsyafan yang pasti. Dari kriteria tersebut Penuntut Umum akan mempertimbangkan termasuk kriteria yang mana pembunuhan yang dilakukan oleh para terdakwa. Dari fakta-fakta di persidangan, bahwa terdakwa SUPARMI Alias MAMI binti SUKAMTO merupakan suami dari korban JOKO PURWANTO.
Adapun
sampai
terjadinya
pembunuhan
yang
dilakukan oleh terdakwa Suparmi terhadap suaminya adalah sebagai berikut : 1) Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian kemudian apotas tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di dalam dos sandal yang berada di rak sepatu, kemudian selamh sekitar satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus commit to user dengan ditambah sedikit air, dan menggunakan panci stainlees
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setelah mencair Terdakwa memasukan apotas ke dalam botol bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol AQUA. Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan. 2) Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB Terdakwa bertengkar dengan korban sehingga Terdakwa merasa jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut Terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan Terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televise yang berada di ruang keluarga. 3) Saat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa apotas tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh Terdakwa dibuang di saluran kamar mandi. 4) Setelah setelah membuang sisa apotas di kamar mandi lalu Terdakwa menyembunyikan kembali botol tempat apotas tersebut ke tampat semula. 5) Pada sore harinya sekitar pukul 14.30 WIB korban bangun tidur dan setelah itu sekitar pukul 15.00 WIB korban JOKO PURWANTO meminum kembali sisa minuman Kuku Bima yang sudah dicampur apotas oleh terdakwa tersebut, tidak beberapa lama Terdakwa melihat korban batuk-batuk dan memuntahkan minuman, Terdakwa sempat panik lalu berusaha commit user memijit tangan korban namun memberikan air putihtodan
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
korban sudah tidak sadarkan diri. Selanjutnya korban diangkat dan di bawa ke mobil oleh saksi SUTOYO yang pada waktu itu sedang ada di rumah korban, kemudian korban di bawa ke Puskesmas Kerjo disusul oleh Terdakwa yang mengenadarai sepeda motor berboncengan dengan anaka Terdakwa, sesampai di Puskesmas Kerjo korban dirujuk ke Rumah Sakit Amal Sehat Kabupaten Sragen namun sampai di Rumah Sakit tersebut korban sudah meninggal dunia. Dari fakta-fakta diatas yaitu dari mulai terdakwa membeli apotas kemudian
menyimpannya
kemudian
merebus
apotas
untuk
selanjutnya dimasukan ke dalam botol sampai pada ahkirnya dicampurkan ke dalam minuman Kuku Bima yang diminum korban dapat kita peroleh kesimpulan bahwa adanya niat dan kesengajaan dari terdakwa untuk menghilangkan nyawa korban Joko Purwanto. Bahwa terhadap unsur kesengajaan dalam melakukan perbuatan pidana, untuk menentukan ada tidaknya kesengajaan di dalam ajaran hukum pidana yang dikembangkan dalam praktek peradilan yang yurisprudensi ditegaskan bahwa perbuatan itu dilakukan dengan sengaja apabila pada diri pelaku memang menghendaki untuk melakukan dan mengetahui tentang akibat yang akan timbul dari perbuatannya. Dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan, sehingga unsur sengaja ini dapat dibuktikan dan terbukti c. Unsur Direncanakan Terlebih Dahulu Pengertian direncanakan terlebih dahulu adalah adanya waktu berpikir untuk melaksanakan kehendaknya ataukah membatalkan niatnya. Waktu berpikir tidak boleh terlalu lama maupun terlalu sempit. Bahwa suatu perbuatan pidana masuk dalam kategori direncanakan apabila beberapa sebelum perbuatan pidana dilakukan pada diri commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaku masih terdapat kesempatan berpikir menentukan jadi tidaknya perbuatan dilakukan. Adapun fakta-fakta yang dapat diajukan oleh Penuntut Umum untuk memenuhi unsur-unsur perencanaan ini adalah sebagai berikut : 1) Bahwa benar satu bulan sebelum kejadian yaitu sekitar bulan Mei 2010 Terdakwa membeli sebutir apotas di toko pertanian kemudian apotas tersebut di simpan di dapur yaitu diletakan di dalam dos sandal yang berada di rak sepatu, kemudian selamh sekitar satu minggu oleh terdakwa apotas tersebut direbus menggunakan panci stainlees dengan ditambah sedikit air, dan setelah mencair Terdakwa memasukan apotas ke dalam botol bekas minuman merk GRESS dengan tutu botol AQUA. Selanjutnya Terdakwa menyembunyikan botol yang berisi apotas tersebut di keranjang sampah kemudian ditutup terpal agar tidak ketahuan. 2) Bahwa benar pada tanggal 12 Juni 2010 sekitar pukul 09.00 WIB Terdakwa bertengkar dengan korban sehingga Terdakwa merasa jengkel lalu sekitar pukul 13.00 WIB Terdakwa pergi ke penggilingan padi dan baru kembali sekitar pukul 13.00 WIB. Ketika terdakwa pulang dari penggilingan padi tersebut Terdakwa melihat korban JOKO PURWANTO sedang tidur di kamar dan Terdakwa melihat ada minuman suplemen Kuku Bima milik korban yang tinggal 1/3 gelas ditaruh di rak televisi yang berada di ruang keluarga. 3) Saat korban tidur di dalam kamar kemudian Terdakwa mengambil apotas yang sudah disiapkan dan disembunyikan di keranjang sampah yang ditutup terpal, lalu oleh Terdakwa apotas tesebut dicampurkan ke dalam gelas yang berisi minuman Kuku Bima yang berada di rak televise tersebut, dan setelah itu sisanya oleh Terdakwa dibuang di saluran kamar commit to user mandi.
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Unsur direncanakan terlebih (voorbedahchte rade) antara timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu mash ada tempoh bagi si pembuat untuk dengan tenang memikirkan misalnya dengan cara bagimanakah pembuhuan itu dilakukan. Tempoh ini ini tidak boleh terlalu sempit, akan tetapi sebaliknya juga tidak perlu terlalu lama, yang penting ialah apakah di dalam tempoh itu si pembuat dengan tenang masih dapat berpikir-pikir, yang sebenarnya ia masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya akan mebunuh itu, akan tetatpi ia tidak pergunakan. Pembunuhan dengan mempergunakan racun hamper semua merupakan moord. (R.Susilo1986:241) Dalam kasus ini baik dari keterangan saksi-saksi maupun terdakwa serta adanya barang bukti yang diajukan dipersidangan, menurut Penuntut Umum terdapat suatu keadaan yang membuktikan adanya unsur perencanaan dalam kejadian peristiwa pembunuhan terhadap korban Joko Purwanto yang dilakukan oleh terdakwa Suparmi, sehingga terdakwa dapat dijerat dengan dakwaaan “Pembunuhan Berencana”; d. Unsur Menghilangkan Nyawa Orang Lain Bahwa unsur ini merupakan tujuan atau maksud dari unsur sebelumnya yakni unsur sengaja artinya menghilangkan nyawa orang lain merupakan maksud dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku perbuatan sehingga perbuatan yang dilakukan pelaku tersebut benarbenar mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Maksud dari unsur ini adalah kematian orang lain tersebut disengaja sebagai tujuan dalam niat dari pelaku. Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan baik didapat dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, terdapat fakta sebagai berikut :
Menurut
Visum Et Repertum Nomor
001/VER/SK-26/IKF-ML/VII/2010 dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang ditangani oleh Dr. Rorry Hartono
Sp.F, MH, Dokter Spesialis
Forensik bersama dengan Dr. Adji Suwandono, S.H. Menerangkan commit to user bahwa kematian korban oleh karena adanya zat toksik/racun dalam 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF /VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih, B. Nurcahyo,S.Si, M. Biotech, dan Ibnu Suatarto, ST. yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun jenis sianida. Fakta ini sesuai dengan keterangan saksi-saksi , keteranga terdakwa, alat bukti surat, serta didukung dengan adanya barang bukti yang diajukan dalam persidangan.Dengan demikian unsur ini juga telah terpenuhi. Berdasarkan uraian diatas Jaksa Penuntut Umum menyimpulkan bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi rumusan unsur-unsur perbuatan pidana pembunuhan berencana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternative KESATU PRIMAIR yaitu melanggar Pasal 340 KUHP. Adapun pertimbangan sebelum menjatuhkan pidana, Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan sebagai berikut : 1) Hal-hal yang memberatkan - Perbuatan Terdakwa dilakukan terhadap suaminya sendiri 2) Hal-hal yang meringankan - Terdakwa bersikap sopan selama proses persidangan berlangsung -
Terdakwa
berterus
terang
dan
tidak
berbeli-belit
dalam
memberikan keterangan -
Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya di kemudian hari.
-
Terdakwa masih mempunyai dua orang anak yang masih membutuhkan keberadaan terdakwa selaku ibu kandungnya. commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum Terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto telah melanggar Pasal 340 KUHP, maka Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan mengajukan tuntutannya sebagai berikut : a. Menyatakan terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP , dalam dakwaam alternatif kesatu PRIMAIR. b. Menjatuhkan pidana terhadap Suparmi Alias Mami Binti Sukamto dengan pidana penjara selama 15 (lima belas tahun) dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan. Denga
perintah terdakwa tetap
ditahan. c. Menyatkan barang bukti berupa : - Satu buah gelas kaca bening yang bertuliskan Close Up - Satu buah bekas minuman merk Gress - Satu buah panic warna putih berbentuk bulat Dirampas untuk dimusnahkan - Satu potong pakaian berupa kaos warna merah Dikembalikan kepada saksi SUTOYO d. Menetapkan agar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- dibebankan kepada Terdakwa. 11. Pembahasan Jaksa Penuntut Umum setelah menerima berkas perkara penyidikan dari Kepolisian menghadapkan terdakwa ke depan persidangan. Berdasarkan Surat Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar
Nomor :
128/Pen.pid/2010/PN Kray tertanggal 20 September 2010 dan Surat Pelimpahan
Perkara
Acara
Pemeriksaan
Biasa
No.
B-
129/0.3.33/Ep.1/09/2010 tertanggal 6 September 2010, terdakwa dihadapkan ke persidangan dengan dakwaan telah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana. Berikut adalah analisa penulis terhadap surat tuntutan No.Prinuser pembunuhan berencana yang 755/0.3.33/epp.1/07/2010 commit terhadapto kasus
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi di Karanganyar dengan terdakwa SUPARMI Alias MAMI binti SUKAMTO : a) Analisa Fakta Analisa fakta meliputi kompilasi fakta-fakta yang didapat dari dalam persidangan yang ada hubungannya dengan perbuatan materiil yang didakwakan dan sesuai dengan unsur tindak pidana yang didakwakan Mengaitkan fakta-fakta antara alat bukti yang satu dengan yang lainnya sehingga tergambar tindak pidana yang didakwakan. Mengaitkan faktafakta yang diperoleh dari alat bukti dengan barang bukti yang dapat mmenguatkan pembuktian. Penuntut Umum dalam mengajukan tuntutan yang akan dijatuhkan pada terdakwa , terlebih dahulu mendatangkan para saksi yang berhubungan dengan tindak pidana pembunuhan dengan korban Joko Purwanto yang dilakukan oleh terdakwa
Suparmi Alias Mami Binti
Sukamto. Adapun saksi yang dihadirkan dan telah memberikan keterangan di persidangan adalah sebagai berikut :
JOKO JATI PURNOMO,
SUTOYO, ITA SARI HASTUTI, HARTONO, SULARSIH, GIYARTO, ELIES ANDRIANI, MUTIAH. Terhadap kesaksian para saksi diatas Terdakwa membantah sebagian keterangan dari saksi JATI PURNOMO, SUTOYO, SULARSIH, GIYARTO. Dalam kasus ini keterangan saksi ahli yaitu dokter ahli diperlukan untuk mengetahui sebab-sebab kematian korban. Selain itu dalam kasus pembunuhan yang menggunakan racun keterangan surat berupa Visum Et Repertum
memegang
peranan
penting
dalam
pembuktian
untuk
mengetahui penyebab keamtian korban.Dalam hal ini berdasarkan keterangan dari saksi ahli Dr. Rorry Hartono, Sp.F, MH dii bawah sumpah keterangan ahli dibacakan sebagai mana di BAP dari Penyidik Polisi, menerangkan pada pokonya sebagai berikut : -
Bahwa benar tindakan kedokteran dalam pelaksanaan bongkar kubur yaitu bongkar makam , jenasah diletakan di meja otopsi, pemeriksaan commitsebagian to user organ tubuh untuk pemeriksaan luar dan dalam pengambilan
68
perpustakaan.uns.ac.id
penunjang,
digilib.uns.ac.id
dokumentasi
pengkafanan
kembali
jenasah
untuk
dimakamkan kembali. -
Bahwa benar berdasarkan hasil Visum Et Repertum yaitu diantaranya jenasah membusuk lanjut, pemeriksaan luar jenasah tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan, pemeriksaan dalam ditemukan dalam limfe terdapat warna hijau kehitaman sedangkan di organ lambumg terdapat warna merah kehitaman.
-
Bahwa benar adanya poin limfe dan lambung hal ini menunjukan adanya kondisi yang tidak wajar karena bilamana pembusukan lanjut yang wajar semestinya warna seluruh organ sama dengan sekitarnya, untuk itu perlu dilakukan pengambilan organte tersebut untuk pemeriksaan penunjang.
-
Bahwa benar dilihat dari pembusukan lanjut pada limfe dan lambung tersebut yaitu pada limfe berwarna hijau kehitaman dan di lambung warna hitam kemerahan adalah sebagai bukti awal kalau meninggalnya korban dikarenakan keracunan.
-
Bahwa benar gejala awal orang keracunan yaitu lewat mulut atau terhirup kemungkianan didapat gejala umum antara lain mual, muntah, diare, pusing, seperti orang mabuk tergantung dari racun apa yang masuk.
-
Bahwa benar orang meninggal karena apotas atau racun tergantung dari jumlah racun yang diminumnya dan kekuatan tubuh atau kondisi fisik orang yang meminumnya.
-
Bahwa benar dalam teori kedokteran tanda-tanda atau penyebab kematian dapat ditemukan dengan cara dilakukan segera mungkin bongkar makam sampai dengan organ tersebut masih bisa dilakukan pemeriksaan tergantung dari racun yang diminum.
-
Bahwa benar untuk korban JOKO PURWANTO diterangkan korban meninggak dunia karena keracunan dan masih ditemukan tanda-tanda yaitu di dalam limfe dan lambung namun mengenai commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
racun apa yang ada pada organ tersebut tidak bisa diketahui karena pembusukan lanjut. -
Bahwa benar korban JOKO PURWANTO meninggal dunia karena adanya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan yang mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh sehingga korban.
Surat berupa Visum Et Repertum Nomor 001/VER/SK-26/IKFML/VII/2010 dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang ditangani oleh Dr. Rorry Hartono Sp.F, MH, Dokter Spesialis Forensik bersama dengan Dr. Adji Suwandono, S.H. Menerangkan bahwa kematian korban oleh karena adanya zat toksik/racun dalam tubuh korban yang menyebabkan mati lemas asfiksia. Hal ini sejalan dengan hasil kesimpulan dalam Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Cabang Semarang Nomor Lab : 716/KTF /VII/2010 tanggal 9 Juli 2010 yang dibuat dan ditandangani oleh Dra. Tyas Hartiningsih, B. Nurcahyo,S.Si, M. Biotech, dan Ibnu Suatarto, ST. yang menerangkan BB-01620/2010 berupa sisa cairan dalam botol mengandung racun jenis sianida. Keterangan Terdakwa sangat diperlukan dalam membuat kesimpulan bagi Jaksa Penuntut Umum. Adapun keterangan terdakwa tersebut antara lain : perencanaan pembunuhan, cara melakukan pembunuhan, dan alat yang digunakan dalam melakukan pembunuhan. Dari keterangan kedua terdakwa yang menceritakan terjadinya pembunuhan terhadap korban, memberikan satu kesimpulan kepada Jaksa Penuntut Umum tentang adanya tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh terdakwa. b) Analisa hukum Analisis hukum dubuat berdasarkan analisis fakta dari hasil pembuktian yang terungkap di pengadilan, di dalam surat dakwaan atas suatu
tindak
pidana
sudah tercantum commit to user
70
perbuatan
materiil
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengandung unsur delik, unsur dan perbuatan materiil mana harus dibuktikan dengan keterangan dari alat bukti di dalam sidang pengadilan. Berdasarkan fakta di persidangan dan diperkuat dengan bukti-bukti, saksi-saksi,
surat, dan keterangan ahli, maka Jaksa Penuntut Umum
menuntut terdakwa dengan dakwaan kesatu Primairnya
dengan
mendakwa terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto telah melanggar Pasal 340 KUHP yang unsure-unsur pokoknya sebagai berikut : Unsur Barang
Siapa,
Unsur
Sengaja,
Unsur
Direncanakan,
Unsur
menghilangkan nyawa orang lain. c) Proses Pembuktian oleh Jaksa Penuntut Umum Tujuan pemeriksaan perkara pidana dalam proses peradilan hakekatnya adalah untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil (materiile waarheid). Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh buktibukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada pemeriksaan penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap pemeriksaan di persidangan. Usaha-usaha yang dilakukan oleh para penegak hukum untuk mencari kebenaran materiil suatu perkara pidana dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan dalam penjatuhan pidana terhadap diri seseorang, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-undang No.48 Tahun 2009, tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa tiada seorang juapun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undangundang mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang dituduhkan atas dirinya. Dengan adanya ketentuan undang-undang di atas, maka dalam proses penyelesaian perkara pidana penegak hukum wajib mengusahakan pengumpulan bukti maupun fakta mengenai perkara pidana yang ditangani dengan selengkap mungkin. Adapun mengenai alat-alat bukti commit to user yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yang terdiri dari :
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. keterangan saksi 2. keterangan ahli 3. surat 4. petunjuk 5. keterangan terdakwa. Usaha
untuk
memperoleh
bukti-bukti
yang
diperlukan
guna
kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu yang tidak dapat diselesaikan sendiri dikarenakan masalah tersebut berada di luar kemampuan atau keahliannya. Dalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat diperlukan dalam rangka mencari dan mendapatkan kebenaran materiil. Proses pembuktian merupakan fase yang sangat menentukan dalam sebuah pemeriksaan di persidangangan. Jaksa Penunutut dalam kasus pembunuhan ini dituntut untuk mampu bertindak secara cermat dalam pengumpulan alat-alat bukti yang digunakan untuk membuktikan dakwaanya. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber dari pihak Kejaksaan Negeri Karanganyar, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa alat bukti yang paling menentukan dalam kasus ini adalah alat bukti surat yang berupa visum et repertum. Keterangan ahli dalam hal ini dokter dituangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil pemeriksaan medis yang disebut dengan visum et repertum. Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan. (Dedi Afandi, Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka) Menurut pengertiannya, visum et repertum diartikan sebagai laporan tertulis untuk kepentingan peradilan (pro yustisia) atas permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat commit to user bukti, berdasarkan sumpah pada dan ditemukan pada pemeriksaan barang
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang sebaikbaiknya. Visum et repertum merupakan salah satu bentuk bantuan dokter dalam penegakan hukum dan proses peradilan. Visum et repertum merupakan alat bukti yang sah dalam proses peradilan sehingga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan. Sebuah Visum et repertum yang baik harus mampu membuat terang perkara tindak pidana yang terjadi dengan melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup. Penentuan derajat atau kualifikasi luka memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan. d) Analisa Tuntutan Pidana Apabila analisis hukum sudah dibuat dan semua unsur delik yang didakwakan dapat dibuktikan sesuai dengan perbuatan materiil yang dilakukan terdakwa berdasarkan fakta-fakta dari hasil pembuktian di dalam sidang, baru penuntut umum menuntut terdakwa dan berat atau ringannya tuntutan tergantung kualifikasi tindak pidana yang dilakukan. Suatu tindak pidana diancam dengan pidana berat apabila mengandung unsur melawan hukum yang memberatkan pidana, dimana dalam pasal tersebut sudah ditentukan bentuk dan cara melakukan perbuatan serta jenis barang yang menjadi obyek tindak pidana sehingga dinilai memberatkan, maka perlu ancaman pidana yang lebih berat dari tindak pidana yang biasa. Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa dengan Pasal 340 KUHP dalam dakwaan ke satu karena fakta-fakta menunjukan unsur-unsur dalam pasal tersebut telah dipenuhi. Dalam tuntutannya Jaksa Penuntut Umum menuntut : 1) Menyatakan terdakwa Suparmi Alias Mami Binti Sukamto bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP , dalam dakwaam commit to user alternatif kesatu PRIMAIR.
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menjatuhkan pidana terhadap Suparmi Alias Mami Binti Sukamto dengan pidana penjara selama 15 (lima belas tahun) dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan. Denga perintah terdakwa tetap ditahan. 3) Menyatkan barang bukti berupa : -
Satu buah gelas kaca bening yang bertuliskan Close Up
-
Satu buah bekas minuman merk Gress
-
Satu buah panic warna putih berbentuk bulat Diramp as untuk dimusnahkan
-
Satu potong pakaian berupa kaos warna merah Dikembalikan kepada saksi SUTOYO
4) Menetapkan
agar
biaya
perkara
sebesar
Rp.
2.500,-
dibebankan kepada Terdakwa. Mengenai tuntutan tersebut Penulis berpendapat bahwa Tuntutan Penuntut Umum sudah tepat, karena sudah memenuhi ketentutan penuntutan yaitu minimal 2/3 dari pidana maksimal. Mengenai tuntutan hukuman
yang tidak maksimal pada hukuman yang akan dijatuhkan
(seharusnya 20 tahun) penulis setelah melakukan penelitian dan wawancara mendapatkan kesimpulan bahwa dalam menentukan berat ringannya tuntutan pidana, penuntut umum juga harus mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan juga hal-hal yang memberatkan. Oleh karena itu perlu disampaikan/dituliskan dalam surat tuntutan tentang halhal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan. Dalam kasus ini yang menjadi pertimbangan Jaksa Penuntut dalam melakukan penuntutan adalah : 1) Dasar Pertimbangan Umum (Secara Obyektif) Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan sampailah pada proses pembuktian mengenai unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yaitu melanggar Pasal 340 KUHP yang unsur-unsur pokoknya sebagai berikut: commit a. Unsur barang siapa;to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Unsur sengaja; c. Unsur direncanakan; d. Unsur menghilangkan nyawa orang lain; 2)
Dasar Pertimbangan Khusus (Secara Subyektif) Sebelum sampai kepada tuntutan pidana atas diri terdakwa, Jaksa Penuntut Umum mengemukakan hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam mengajukan tuntutan pidana. Adapun pertimbangan khusus secara subyektif Jaksa Penuntut Umum dalam mengajukan tuntutan pidana tersebut diperoleh setelah melalui proses persidangan. Jaksa Penuntut Umum di sini memiliki pertimbangan-pertimbangan yang akan diperinci sebagai berikut: -
Terdakwa belum pernah dihukum,
-
Terdakwa berterus terang atau tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan
-
Terdakwa menyesali perbuatannya
-
Terdakwa masih mempunyai dau orang anak yang masih membutuhkan
keberadaan
terdakwa
selaku
ibu
kandungnya. Pertimbangan khusus secara subyektif ini meliputi sikap batin, perasaan dan penilaian Jaksa Penuntut Umum terhadap sikap terdakwa di muka persidangan, baik ditinjau dari keadaan psikis maupun keadaan sosiologis korban. Jadi antara seorang Jaksa yang satu dengan Jaksa yang lain tidak selalu sama. Dalam Kasus ini Jaksa Penuntut Umum mengedepankan rasa keadilan berdasarkan rasa kemanusiaan. Jadi tidak semata-mata menerapakan hukum secara normatif.
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam proses Penuntututan terhadap Terdakwa Pelaku Pembunuhan Berencana. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Endang Sapto Pawuri, SH Jaksa Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Karanganyar, pada hari Rabu 20 Juni 2012 diperoleh keterangan tentang hambatan Jaksa Penuntut Umum dalam penuntututan terhadap terdakwa pembunhan berencana sebagai berikut : Adanya Penasehat Hukum yang bertugas membela terdakwa akan menjadikan persidangan menjadi lebih panjang, dimana Penuntut Umum akan menjerat dengan pasal sesuai penuntutan, sementara penasehat hukum akan berusaha untuk memperingan hukuman atau bahkan membebaskan sama sekali tuntutan hukum terhadap terdakwa. Untuk itulah maka Penuntut Umum akan berusaha melengkapi bukti-bukti dan saksi-saksi atas suatu kasus hukum yang ditanganinya. Semakin lengkap bukti dan saksi yang dimiliki oleh Penuntut Umum dalam suatu tindak pidana maka akan semakin mudah bagi Penuntut Umum dalam memberikan tuntutan sesuai pasal yang dikenakan terdakwa. Pembuktian terhadap kasus pembunuhan dengan racun ini dapat dikatakan cukup rumit, karena Penuntut Umum harus berkoordinasi dengan pihak Kepolisiam dam Instalasi Kedokteran Forensik RSUD Dr. Moewardi untuk menyaipakan alat bukti surat berupa visum et repertum yang memegang peranan penting dalam pembuktian kasus ini. Hambatan lain yang dihadapi Jaksa Penuntut Umum selama proses penuntutan adalah berupa tekanan dari masa. Dalam hal ini yang dimaksud masa adalah keluarga dan para tetangga korban yang merasa tidak terima dengan perbuatan
terdakwa. Dalam proses persidangan masa sempat
membeludak dan membuat kondisi tidak kondusif. Jaksa juga pernah mendapatkan ancaman dan intimidasi, namun dengan kinerja yang profesional Kejaksaan Negeri mampu mengatasi hal tersebut dibantu dengan pihak dengan Polres Karanganyar.
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat dibuat simpulan dan saran sebagai berikut : A. Simpulan 1. Dasar pertimbangan Penuntut Umum dalam penuntutan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana Dengan melihat unsur-unsur pada Pasal 340 KUHP dan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa. Dalam kasus pembunuhan berencana dengan terdakwa Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO, semua unsur yang ada pada Pasal 34 KUHP tentang pembunuhan berencana terpenuhi.Terdakwa dituntut pidana penjara 15 (lima belas) Tahun karena telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP sebagai berikut: Unsur barang siapa; Unsur sengaja; Unsur direncanakan; dan Unsur menghilangkan nyawa orang lain. Dalam Proses persidangan penuntut umum menemukan hal-hal yang dapat meringankan hukuman terdakwa antara lain : -
Terdakwa belum pernah dihukum,
-
Terdakwa
berterus
terang
atau
tidak
berbelit-belit
dalam
memberikan keterangan -
Terdakwa menyesali perbuatannya
-
Terdakwa masih mempunyai dau orang anak yang masih membutuhkan keberadaan terdakwa selaku ibu kandungnya.
Hal tersebut membuat Jaksa Peunutut Umum tidak menuntut secara maksimal yaitu Pidana Penjara 20 (Dua Puluh Tahun) dengan tetap mempertimbangkan rasa keadilan berdasarkan kemanusiaan.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam proses pembuktian di pengadilan Kejaksaan mengajukan alat-alat bukti untuk membuktikan apa yang didakwakan dalam surat dakwaan berupa : 1. Pemeriksaan Saksi-saksi 2. Keterangan Ahli 3. Surat ( berupa Visum Et Repertum) 4. Keterangan Terdakwa 5. Petunjuk Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber dari pihak Kejaksaan Negeri Karanganyar, diperoleh sebuah kesimpulan bahwa alat bukti yang paling menentukan dalam kasus ini adalah alat bukti surat berupa Visum Et Repertum. 2. Hambatan Penuntut
Umum dalam penuntutan terhadap terdakwa
pembunuhan berencana adalah : a. Pembuktian
unsur-unsur
tindak
pidana
berencana
memerlukan
kecermatan dan ketelitian yang sungguh-sungguh, sehingga unsurunsur itu dapat dinilai oleh hakim sebagai unsur yang terbukti dalam tindak pidana yang didakwakan. b. Adanya penasehat hukum yang membela terdakwa di sidang pengadilan. Adanya pembelaan dari penasehat hukum ini harus diakui akan memperlambat jalannya siding pengadilan dan memerlukan pemikiran-pemikiran
yang
lebih
mendalam
dalam
menanggapi
pembelaan penasehat hukum. c. Adanya perlawanan dari Pembela atau Penasehat Hukum atas tuntutan Penuntut Umum. d. Tekanan dari masyarakat khususnya keluarga dan para tetangga korban yang datang ke pada proses pemeriksaan di Pengadilan
sehingga
membuat proses persidangan menjadi kurang kondusif. B. Saran 1. Penuntut Umum dalam proses penuntutan terhadap terdakwa sebaiknya mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang berhubungan dengan commit78to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses persidangan diantaranya adalah berkas tuntutan, saksi-saksi dan bukti-bukti. 2. Kesadaran hukum sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, agar terjalin kehidupan yang damai dan tentram. Tindakan yang hanya menuruti hawa nafsu seperti Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO dimana korban adalah suaminya sendiri nerupakan perbuatan yang melanggar norma hukum dan norma yang hidup di masyarakat 3. Sebaiknya perbuatan terdakwa Suparmi alias MAMI binti SUKAMTO tidak ditiru, karena hanya dengan emosi sesaat berakibat pada hilangnya masa depan orang lain dan diri sendiri.
commit79to user