ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES (Studi Kasus pada Home Industry di CV. VANNY Shoes) SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1
LAM
B
I TA S S R
IS
U NI VE
Program Studi Manajemen
AN
DUN
G
Diajukan oleh : RINI AGUSRIANI HARAHAP 10090306009
Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG 2010
ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES (Studi Kasus pada Home Industry di CV. VANNY Shoes) Skripsi yang dipersiapkan dan disusun oleh Rini Agusriani Harahap 10090306009
Telah dipertahankan di depan Komisi Penguji Skripsi Pada tanggal 19 Agustus 2010 Susunan Komisi Penguji:
Pembimbing Utama
Anggota Komisi Penguji
Prof. Dr. Muhardi, S.E., M.Si.
Tasya Aspiranti, S.E., M.Si.
Pembimbing Pendamping
Nining Koesdiningsih, S.E.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persayaratan Untuk memperoleh gelar sarjana S1 Tanggal 19 Agustus 2010
Dr. Ratih Tresnati, S.E., M.P Ketua Program Studi Manajemen
FORM REVISI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Rini Agusriani Harahap NPM
: 10090306009
Program Studi
: Manajemen
Judul Skripsi
: Analisis Penerapan Material Requirement Planning dalam Perencanaan Bahan Pembuatan Safety Industry Shoes Studi Kasus pada Home Industry di CV. VANNY Shoes
Tanggal Sidang
: 19 Agustus 2010
Skripsi ini telah mendapat persetujuan oleh: No
Nama Dosen Pembimbing/ Penguji
1
Prof. Dr. Muhardi, S.E., M.Si.
2
Nining Koesdiningsih, S.E.
3
Tasya Aspiranti, S.E., M.Si.
Bandung, ………………………2010
Mengetahui,
Dr. Ratih Tresnati, S.E., M.P Ketua Program Studi Manajemen
Tanda Tangan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Rini Agusriani Harahap NPM : 10090306009 Menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES dan diajukan untuk diuji pada tanggal 19 Agustus 2010 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin dan meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menujukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulisan aslinya. Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan universitas batal saya terima.
Bandung, Agustus 2010 Yang memberikan pernyataan,
Rini Agusriani Harahap 10090306009
Artinya : Bukanlah kami telah melapangkan dadamu. Dan kami telah turunkan beban dari padamu. Yang memberatkan punggungmu. Dan kami meninggikan bagimu sebutan (nama)mu. Maka sesunngguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesuungguhya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maaka apabila kamu telah selsesai (dari suatu urusan) maka kerja keraslah kau (urusan yang lain). Dan kepada Tuhanmu kamu berharap. (Ash-Sharh ayat 1-8)
When you try your best but you don’t succeed. When you get what you want but not what you need. When you feel so tired but you can’t sleep. Stuck in reverse. And the tears come streaming down your face. When you lose something you can’t replace. When you love someone but it goes to waste. Could it be worse? Lights will guide you home. And ignite your bones. And I will try to fix you (Fix You. Coldplay lyrics)
*+ ! " '!% ( ) ( '! !%& !"#$ -."#$,#
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orrang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. (Surah Luqman:14)
! "# # # ## " ### ## # $
% ! & # " # #' " $
ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES Oleh : Rini Agusriani Harahap 10090306009
ABSTRAK Produksi sangat erat hubungannya dengan bahan baku. Suatu sistem yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku untuk produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau sistem perencanaan material. Sistem ini dipergunakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku yan besifat dependen demand terhadap penyelesain suatu produk akhir. Metode Material Requirement Planning terdiri dari Metode Proses Material Requirement Planning, Metode Part Period Balancing (PPB), Metode Period Order Quantity (POQ) dan Metode Economic Order Quantiy.Dari hasil analisa MRP pada CV.VANNY Shoes menunjukkan bahwa Metode Proses Material Requirement Planning baik diterapkan dalam perusahaan karena biaya yang dikeluarkan untuk persediaan lebih efisien. Dengan menggunakan Proses MRP, perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan sampai 21,4% .
Kata kunci: CV.VANNY Shoes, Material Requirement Planning, Persediaan Bahan Baku, Lot Sizing.
ANALYSIS APPLYING OF MATERIAL REQUIREMENT PLANNING IN THE PLAN MATERIALS MAKING OF SAFETY INDUSTRY SHOES By : Rini Agusriani Harahap 10090306009
ABSTRACT A system able to be used to handle the problem of related to is ready raw material for production is Material Requirement Planning (MRP) or system planning of material. This system is utilized to calculate requirement of raw material having the character of dependent demand to solving of a final product. By applying Material Requirement Planning method in controlling raw material inventory hence price the released is Process Material Requirement Planning Method, Lot For Lot (LFL), Method Part Period Balancing (PPB) Method, Period Order Quantity (POQ) Method and Economic Order Quantiy (EOQ) Method. From all method above, analysis results depict that Process Material Requirement Planning Method good to applied in company. Because with this method, company will lessen the expense of supply until 21,4%.
Key words : CV.VANNY Shoes, Material Requirement Planning, RawMaterial Inventory, Lot Sizing.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa ilmu, iman dan kesabaran serta rizki yang tak terhingga. Ungkapan rindu penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan umat manusia. Sesungguhnya hanya kebaikan yang penulis inginkan dalam pembuatan skripsi ini, yaitu untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. Dengan segala upaya penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Segala cobaan, tekanan, ketebatasan ilmu, tenaga, waktu dan pengetahuan penulis coba atasi. Akhirnya skripsi berjudul ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIRMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES DI CV. VANNY SHOES BANDUNG ini dapat penulis selesaikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan senang hati penulis menerima semua ide, saran, maupun kritik yang membangun. Namun, penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dikemudian hari. Penulis menyelesaikan skripsi ini selama kurang lebih lima bulan. Penulis memohon maaf apabila skripsi ini menyinggung atau tidak sesempurna seperti yang diharapkan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak
dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang disebutkan di bawah ini : 1.
The one and the only in my live “Allah SWT”, thanks to Allah SWT. Engkau selalu memberikan jalan kepada hambamu ini, jika hamba mendapatkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Papa (dr. H. Syamsul Amansyah Harahap, Sp.THT-KL, M.Kes.) dan Mama (Hj. Ike Nurul Hikmah) yang tercinta. Terimakasih atas segala dukungannya, semangat dan perhatian selama ini, terutama doa dan harapan yang membuat penulis selalu tegar. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kebanggaan dan merupakan janji untuk menyelesaikan karya ilmiah dengan baik kepada papa dan mama.
3.
Bapak Prof. DR. M. H. Thaufiq Siddiq Boesoirie, dr., M.S., Sp.THT., K.L(K) selaku Rektor Universitas Islam Bandung.
4.
Ibu DR. Ratih Tresnati, S.E., M.P. ,selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung.
5.
Bapak Prof. Dr. Muhardi, S.E., M.Si., sebagai selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung serta selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya serta terima kasih telah mengajari penulis tentang ilmu operasi, cara menulis karya ilmiah yang baik secara tulus dan memberi inspirasi selama penulisan karya ilmiah.
6.
Ibu Nining Koesdiningsih, S.E., sebagai Pembimbing II yang telah memberi inspirasi dan memberi pengarahan selama penulisan skripsi ini.
7.
Bapak Nurdin, S.E, M.Si., yang telah menjadi Dosen Wali selama penulis menempuh studi di Universitas Islam Bandung.
8.
Ibu Tasya Aspiranti, S.E., M.Si., yang telah meluangkan waktunya untuk memberi ide-ide atau masukan-masukan serta memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
9.
Ketua dan staff Yayasan Pendidikan Islam, Rektorat, Karyawan, dan Mahasiswa Universitas Islam Bandung.
10. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi khususnya dosen-dosen Program Studi Manajemen Universitas Islam Bandung. 11. Opung (terima kasih telah memberikan nasehat-nasehat yang berharga serta doanya selama ini), kakakku tersayang Cherry (Kak makasih ya selama ini kakak cukup sabar dalam membantu pengarahan skripsi aku, ditunggu gelar M.M. nya ya), abangku Yayang, kak Tresna (semuanya terimakasih atas dukungannya ya), keponkanku Dira yang lucu (Dira.. makasih ya udah buat aunty ketawa terus kalo liat Dira) serta keluarga besar Harahap dan keluarga besar Nila Santana . 12. Special in my heart “ Andri Aditya Pratama”. I just wanna say thanks for lot, u always give me support n make me spirit for my final project and sorry for everythig. I hope u can do it like me and we can reach our dream someday. 13. Sahabat sejatiku The Sarap Crew (Mamet, Ryo, Aca, Ririn, dan Mithun), Nira, Heny dan “Chankcute” Aniskha Dewi Nurullita, Indah Permatasari, Rifka Fitriani, Rini Mulyani dan Ruri Nurulita terima kasih atas sms-sms
penuh inspirasinya dan dorongannya terutama Mamet yang selalu memberikan petuah-petuah berharga buat hidup penulis, u all the best my friends for ever. 14. Sahabat terdekatku di Bandung Islamic University Management Lussy Lukitasari, Tsurayya Fauziyyah Octafiawati, Dewi Kania, Yossie Sri Andiani terima kasih atas pertemanan dan persahabatan yang begitu indah selama ini, mudah-mudahan kita semua jadi orang sukses di kemudian hari (AMIN!!). 15. Teman-teman seperjuanganku Manajemen 2006, khususnya yang sedang giat-giatnya menyelesaikan skripsi: Evi, Desta, Diana, Tika, Bekti, Randi, Yanuar dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutin satu persatu, serta teman Manajemen 2005 : Rio Yudistira, Reza Setiawibawa, Yoviko Trisna Faisal, Heri Susanto, Juletplin Batunusa, Marcintia Livia, dan Farah Rahmawati. Terima kasih telah memberikan masukan-masukan serta memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini. 16. Ibu Hj. Rina Rosita (Mamah Ecy)
terima kasih sudah mencemaskan
penulis dan doanya selama ini. 17. www.google.com yang telah sangat membantu penulis dalam menemukan jurnal-jurnal Material Requirement Planning. 18. Seluruh pegawai dan staff Perpustakaan UNISBA, WIDYATAMA, UNPAD, dan UPI serta Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung. Mohon maaf penulis sudah banyak menyusahkan semuanya.
19. Terima kasih kepada CV. VANNY Shoes dan para staffnya yang telah membantu penulis dalam menyediakan data sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk segala kebaikan dan perhatian yag telah tercurahkan kepada penulis, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Wassalammualaikum.Wr.Wb
Bandung, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Penelitian .........................................................................
1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ...........................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................
4
1.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................
5
1.5.1 Pengertian Manajemen Operasi .....................................................
5
1.5.2 Perencanaan Agregat .....................................................................
6
1.5.3 Pengertian Persediaan ....................................................................
8
1.5.4 Alasan Mengadakan Persediaan ....................................................
10
1.5.5 Jenis Biaya-biaya Akibat Persediaan .............................................
12
1.5.6 Model-model Persediaan ...............................................................
15
1.5.7 Pengertian Pengendalian Persediaan .............................................
17
1.5.8 Tujuan Pengendalian Persediaan ...................................................
18
1.5.9 Pengertian Material Requirement Planning .................................
19
1.5.10 Tujuan dan Manfaat Material Requirement Planning ...................
20
1.5.11 Komponen Material Requirement Planning..................................
22
1.5.12 Proses Material Requirement Planning .........................................
25
1.5.13 Output Material Requirement Planning ........................................
27
1.5.14 Sistem Lot Sizing pada Material Requirement Planning ...............
31
BAB II OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian .........................................................................................
35
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan .......................................................................
35
2.2.1 Visi .....................................................................................................
37
2.2.2 Misi ....................................................................................................
37
2.2.3 Struktur Organisasi.............................................................................
37
2.3 Metode Penelitian.......................................................................................
43
2.3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ....................................................
43
2.3.2 Jenis Data ............................................................................................
44
2.3.3 Jenis Pengumpulan Data .....................................................................
45
2.3.4 Operasi Variabel..................................................................................
46
2.3.5 Rancangan Analisis Data ....................................................................
47
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 3.1 Kebijakan Pengendalian Persediaan CV. VANNY Shoes........................
50
3.2 Proses Material Requirement Planning ....................................................
51
3.3 Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) ............................
52
3.4 File Daftar Bahan Baku (Bill Of Material) ...............................................
53
3.5 Biaya Yang Timbul Karena Persediaan ....................................................
55
3.5.1 Data Biaya Persediaan.......................................................................
55
3.5.1.1 Biaya Item Kulit .............................................................................
55
3.5.1.2 Data Inventory On Hand ................................................................
57
3.5.1.3 Lead time ........................................................................................
57
3.5.1.4 Proses Pemesanan dan Biaya Pesan ...............................................
58
3.5.2 Perhitungan Pengendalian Persediaan dengan Menggunakan Metode Perusahaan ............................................................................
62
3.6 Pengendalian Persediaan dengan Menggunakan Material Requirement Planning (MRP)........................................................................................
63
3.6.1 Sistem Lot Sizing Pada MRP ...........................................................
64
3.7 Selisih Perhitungan antara Metode MRP dengan Realisasi Perusahaan ....
72
BAB 1V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ................................................................................................
75
4.2 Saran-saran .................................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN I LAMPIRAN II
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Operasionalisasi Variabel .........................................................
46
Tabel 3.1
Master Production System (MPS) Kebutuhan Kulit ................
52
Tabel 3.2
Bill Of Material Safety Industry Shoes .....................................
54
Tabel 3.3
Data Permintaan dan Biaya Kulit .............................................
56
Tabel 3.6
Perhitungan Material Requirement Planning (Alternatif) Untuk Material Kulit ...........................................................................
63
Tabel 3.7
Bagan untuk menentukan ukuran lot dengan menggunakan EPP.. 66
Tabel 3.8
Bagan MRP dengan menggunakan metode PPB .....................
67
Tabel 3.9
Bagan MRP dengan Menggunakan POQ .................................
69
Tabel 3.10
Bagan MRP dengan menggunakan metode EOQ ....................
71
Tabel 3.11
Rekapitulasi Perbandingan Persediaan Bahan Baku Kulit dengan Realisasi Perusahaan ................................................................
72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Proses Kerja dari MRP .............................................................
21
Gambar 1.2
BOM “Awsome” .....................................................................
24
Gambar 1.3
MRP Sistem..............................................................................
29
Gambar 1.4
Bagan Kerangka Pemikiran ......................................................
34
Gambar 2.1
Struktur Organisasi ...................................................................
43
Gambar 3.1
Proses MRP ..............................................................................
51
Gambar 3.2
Bill of Material Safety Industry Shoes......................................
53
Gambar 3.3
Bill of Material Kulit ................................................................
55
Gambar 3.4
Proses Pemesanan ....................................................................
59
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perekonomian di Indonesia akan terus berkembang dan
persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Suatu perusahaan yang ingin Survive dan Growth harus berlomba dalam evaluasi terhadap cara/metode yang selama ini digunakan dalam pengendalian persediaan yang berkaitan dengan perencanaan kebutuhan material agar memiliki keunggulan kompetitif, tetap hidup dan berkembang. Maka perlu adanya suatu manajemen yang baik untuk meningkatkan produktifitas serta mendapatkan laba (profit oriented) yang optimum dalam usahanya melalui penggunaan sumber-sumber perusahaan secara efektif dan efisien. Barang persediaan (inventory) adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai digudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain. Tidak hanya perusahaan besar namun perusahaan kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biasanya biaya paling besar adalah nilai persediaan dan biaya penyimpanannya. Suatu perusahaan pada umumnya melakukan aktivitas mengubah input menjadi output melalui proses dan disertai perubahan-perubahan yang tidak menentu dari lingkungan eksternal perusahaan. Kontinuitas jalannya proses produksi dalam perusahaan sangat penting, maka masalah pengendalian
1
persediaan bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan karena pengendalian yang sebaiknya dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang efektif dan efisien sangat tergantung pada kondisi dan jenis permintaan yang dihadapi. Persediaan memiliki peranan yang penting dalam perusahaan dagang untuk kelancaran proses produksinya. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan yang diperlukan dalam waktu secepatnya. Dengan tidak adanya persediaan ada kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang membutuhkan atau tidak dapat memenuhi pesanan pelanggan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, yang berarti bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pelanggan dan juga untuk memperoleh keuntungan dari produk tersebut. Persediaan menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan terutama perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang. CV. VANNY Shoes adalah salah satu perusahaan swasta yang bergerak pada bidang bisnis industri sepatu. Produk yang mereka hasilkan adalah Safety industry shoes yang terdiri dari tiga bentuk yaitu PDH, PDL, dan Lodong. Dalam skripsi ini penulis hanya akan meneliti Safety Industry Shoes dalam bentuk PDL, yang pada saat ini produksi sepatu tersebut sedang mengalami peningkatan produksi. Untuk pengelolaan persediaan bahan baku di CV. VANNY Shoes, tidak menggunakan metode khusus melainkan menggunakan metode manual. Jadi
2
perusahaan ini melakukan persediaan hanya berdasarkan permintaan konsumen atau job order. Namun demikian pengendalian persediaan yang seperti ini memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menentukan secara pasti jumlah pemesanan yang harus dilakukan. Oleh karena itu, penulis berharap dengan sistem Material Requirement Planning (MRP), dapat diketahui jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk di masa yang akan datang, sehingga perusahaan dapat mengoptimumkan persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah persediaan tidak terlalu besar karena akan berdampak pada besarnya pula biaya-biaya, seperti biaya penyimpanan, biaya kerusakan, dan sebagainya di CV. VANNY Shoes. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin menganalisa masalah tersebut menjadi suatu karya ilmiah dengan judul “ANALISIS PENERAPAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DALAM PERENCANAAN BAHAN PEMBUATAN SAFETY INDUSTRY SHOES PADA CV. VANNY SHOES”
1.2
Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti dalam
skripsi ini dibatasi dan diidentifikasi sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pengadaan bahan baku untuk safety industry shoes yang dilaksanakan oleh CV. VANNY Shoes. 2. Bagaimana metode MRP (Material Requirement Planning) dapat berperan dalam perencanaan pengadaan bahan baku pada CV. VANNY Shoes.
3
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian adalah sebagai berikut : 1. mengetahui bagaimana perencanaan pengadaan bahan baku untuk safety industry shoes yang dilaksanakan oleh CV. VANNY Shoes. 2. mengetahui bagaimana metode MRP (Material Requirement Planning) dapat berperan dalam perencanaan pengadaan bahan baku pada CV. VANNY Shoes.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian yang dilakukan, penulis berharap dapat
memberikan sumbangan yang dapat bermanfaat baik bagi perusahaan, bagi masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi, maupun bagi penulis sendiri: 1.
Bagi penulis Menambah wawasan ilmu manajemen operasi dan dapat dijadikan masukan untuk mengimplementasikan teori-teori yang diperoleh dengan kondisi nyata di lapangan khususnya mengenai material requirment planning.
2.
Pihak Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pihak terkait dalam hal penerapan material requirment planning dalam sistem perencanaan pengendalian bahan baku pada perusahaan dalam proses produksinya.
4
3.
Pihak lain Diharapkan dapat menjadi bahan masukan, sumbangsih pemikiran dan bahan referensi bagi pihak yang berkaitan untuk melakukan penelitian yang sama, khususnya untuk ilmu pengetahuan di bidang manajemen operasi.
1.5
Kerangka Pemikiran
1.5.1
Pengertian Manajemen Operasi Dalam proses produksi diperlukan suatu manajemen, dalam hal ini adalah
manajemen operasi agar proses produksi berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. Manajemen operasi menjelaskan budaya dan peran yang dimainkan seorang manajer pada disiplin ilmu ini. Manajer Operasi menerapkan proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf, kepemimpinan, dan pengendalian untuk setiap keputusan yang diambil dalam fungsi manajemen operasional. Keputusan-keputusan tersebut menyediakan sumber daya yang berpengaruh pada strategi dan efisiensi operasi dari suatu perusahaan. Untuk itu kita lihat definisi manajemen operasi menurut para ahli yang cukup beragam, tetapi kurang lebih memiliki kesamaan maksud, berikut adalah definisi-definisi mengenai manajemen operasi. Suyadi Prawirasentoso (2000:1), menyatakan bahwa “Manajemen Operasi adalah proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan (set of activities) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain”.
5
Menurut Jay Heizer, Barry Render (2001:4), mengatakan bahwa : “Operation management is the set activities that create goods and services thought the transformation of input into outputs “. “Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi perusahaan yang digunakan untuk mengendalikan aktivitas operasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Tampubolon (2004: 13), mengemukakan bahwa : “Manajemen operasional didefinisikan sebagai manajemen proses konversi dengan bantuan sumber daya dan manajemen masukan (input) yang diubah menjadi keluaran (output) yang diinginkan, berupa barang atau jasa”. Serta menurut Sofjan Assauri (2004:12), mengatakan bahwa : “Manajemen produksi atau operasi ialah proses pencapaian dan proses pengutilisasian sumber daya-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang dan jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi “. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan suatu proses perubahan, pengaturan dan pengkoordinasian input-input atau sumber daya menjadi output yang berupa barang dan jasa secara efektif dan efisien, sehingga mempunyai nilai tambah.
1.5.2 Perencanaan Agregat Sebelum melakukan proses produksi, perusahaan akan membuat parencanaan untuk periode waktu tertentu agar dapat menghasilkan produk dengan kualitas terbaik yaitu perencanaan agregat. Berikut beberapa definisi perencanaan agregat :
6
Menurut Jay Haizer dan Barry Render (2001: 432) : “Perencanaan Agregat menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, sering sekali 3 sampai 18 bulan kedepan” Menurut Chase, Aquilano and Jacobs (2001: 482), mengemukakan : “Involves translating annual and quaterly business plans into broad labor and output plans for intermediate term (6 to 18 months)”. Meliputi menerjemahkan dan perencanaan bisnis secara kuartalan dan tahunan kedalam suatu garis besar dari perburuhan dan produksi untuk jangka waktu interval menengah yaitu sekitar 6 sampai 18 bulan. Sedangkan Schroeder (2000 : 233), mendefinisikan : “Concerned with matcing supply and demand of output over medium time range, up to approximately 12 months into future” Memfokuskan untuk melakukan penyesuaian antara tingkat produksi yang ditawarkan dengan tingkat permintaan untuk 12 bulan mendatang. Dari definisi-definisi tersebut, maka perencanaan agregat merupakan penentuan kegiatan rencana-rencana produksi seperti menyesuaikan antara penawaran dan permintaan produksi dengan rencana dan tujuan perusahaan untuk jangka waktu 1 tahun mendatang yang disesuaikan dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Perencanaan agregat disusun berdasarkan hasil yang diperoleh dari peramalan permintaan atas suatu produk. Oleh karena itu, kemampuan perusahaan dalam membuat peramalan permintaan sangat menentukan hasil dari perencanaan agregat.
7
1.5.3
Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian
rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin dan timbulnya sumber daya menganggur (idle resources) yang keberadaanya menunggu proses lebih lanjut tetap membuat biaya yang ditimbulkan sekecil mungkin. Oleh karena itu, terlebih dahulu akan dibahas pengertian persediaan sebagai berikut Seperti yang dikemukakan Suryadi Prawirosentoso (2000 : 65), bahwa : “Persediaan (inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi”. Sedangkan menurut Ronald H. Ballau (2004 : 326) : “Inventory are stockpiles of raw material supplies, component, work in proses, finished good that appear at numerous point throughout a firm’s production and logistics channel”. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Persediaan dapat membantu fungsifungsi penting yang akan menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Pada umumnya, persediaan menurut Sofjan Assauri (2004 : 171) terbagi : 1.
Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock) Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, yang diperoleh dari sumber-sumber ataupun dibeli dari supplier atau
8
perusahaan
yang
menghasilkan
bahan
baku
bagi
perusahaan
yang
menggunakannya. 2.
Persediaan
Bagian
Produk
atau
Parts
yang
Dibeli
(Purchased
Parts/Components Stock) Yaitu persediaan bagian produksi atau parts yang dibeli dari perusahaan lain yang dapat secara langsung dirakit dengan parts lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3.
Persediaan Bahan-bahan Pembantu (Suppliers Stock) Yaitu persedian barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi
untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4.
Persediaan Barang Setengah Jadi atau Barang dalam Proses (Work in Process/Progress Stock) Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam
suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5.
Persediaan Barang Jadi (Finished Goods Stock) Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah
oleh pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Fungsi persediaan menurut Tampubolon (2004 : 190) adalah sebagai berikut : 1.
Fungsi Decoupling Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple. Dengan mengadakan pengelompokan operasional secara terpisah-pisah.
9
2.
Fungsi Economic Size Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai.
3.
Fungsi Antisipastion Merupakan
penyimpanan
persediaan
bahan
yang
fungsinya
untuk
penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi agar tetap berjalan dengan lancar. Dari berbagai uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apapun bentuk dari suatu barang tersimpan yang akan dilakukan suatu tindakan lebih lanjut ataupun barang yang tersimpan dan siap untuk digunakan, tetapi belum sampai pada pemegang akhir (customer), maka barang tersebut masih terkategori dalam barang persediaan.
1.5.4
Alasan Mengadakan Persediaan Ada beberapa alasan mengapa perusahaan mengadakan persediaan,
menurut Nahmias (2001 : 193) alasannya antara lain : 1.
Skala Operasi Ekonomis (Economies of scale) Dengan asumsi bahwa perusahaan memproduksi satu line item yang
sejenis maka bisa jadi akan lebih ekonomis bila memproduksi jumlah item yang relatif besar dalam setiap produksi yang berjalan dan menyimpannya untuk
10
pemakaian dimasa yang akan datang. Dengan demikian, perusahaan juga akan mencicil biaya set up tetap pada jumlah unit besar. 2.
Ketidakpastian (Uncertainties) Ketidakpastian merupakan dorongan utama perusahaan menyimpan
persediaan. Terutama ketidakpastian permintaan eksternal. Ketidakpastian lain yang menjadi alasan adalah ketidakpastian waktu tunggu (lead time), walaupun permintaan yang akan datang bisa diprediksi secara akurat, tetapi perusahaan perlu untuk menyimpan stok untuk menjamin kelancaran pergerakan produksi atau kelanjutan penjualan ketika waktu tunggu (lead time) penambahan tidak pasti. Selain itu ketidakpastian pasokan tenaga kerja (labor supply), harga dari sumber-sumber bahan baku, dan biaya modal (cost of capital) juga menjadi alasan perusahaan menyimpan persediaan. 3.
Spekulasi (Speculation) Jika nilai dari item atau sumber alam diperkirakan akan naik, maka akan
lebih ekonomis jika membeli dalam jumlah besar pada harga sekarang dan menyimpan item untuk digunakan pada masa yang akan datang. 4.
Transportasi (Transportation) Persediaan pipa saluran (pipeline) ada karena waktu transportasi adalah
positif. Salah satu kekurangan memproduksi di lepas pantai adalah akan meningkatkan waktu transportasi dan untuk mengatasi ini dengan menggunakan pipa saluran (pipeline).
11
5.
Kelancaran (Smoothing) Perubahan pada pola permintaan atas produk bisa dalam bentuk
determinasi atau random. Memproduksi atau menyimpan persediaan dalam mengantisipasi puncak permintaan (peak demand) biasa membantu mengurangi penyebab ganguan dari perubahan tingkat produksi. 6.
Logistik (Logistics) Beberapa kendala tertentu bisa ada dalam pembelian, produksi, atau
distribusi dari item yang memberi kekuatan pada sistem untuk memelihara persediaan (maintain inventory) pada salah satu kasus di mana itemnya harus dibeli dalam jumlah yang kecil. 7.
Biaya Pengendalian (Control cost) Dalam sistem ini banyak persediaan yang tidak diadakan dalam tingkatan
pengendalian yang sama. Biaya pengendalian bisa menjadi rendah bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk memelihara persediaan item yang tidak lebih mahal daripada mengeluarkan waktu pekerjaan untuk menyimpan detail untuk item ini.
1.5.5 Jenis Biaya-biaya Akibat Persediaan Biaya-biaya yang timbul akibat persediaan tidak dapat dihindari, tetapi dapat
diperhitungkan
tingkat
efisiensinya
dalam
menentukan
kebijakan
persediaan. Biaya tersebut antara lain :
12
a.
Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost) Merupakan biaya yang timbul pada penyimpanan persediaan dalam
usahanya mengamankan persediaan dari kerusakan, keusangan atau keausan, dan kehilangan. Antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, biaya listrik, biaya kerusakan, kehilangan atau penyusutan barang selama dalam penyimpanan. Biaya penyimpanan dinyatakan dalam persentase dari unit harga/nilai barang atau dalam bentuk rupiah per unit barang, dalam periode waktu tertentu. b.
Biaya Pemesanan (Order Cost) Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan
bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan barang. Biaya pemesanan dinyatakan dalam rupiah perpesanan, tidak tergantung dari jumlah yang dipesan, tetapi tergantung dari beberapa kali pesanan dilakukan. c.
Biaya Penyiapan (Set Up Cost) Merupakan biaya yang timbul dalam menyiapkan mesin dan peralatan
untuk dipergunakan dalam proses konversi. d.
Biaya Kehabisan Stok (Stockout Cost) Biaya yang timbul akibat tidak tersedianya barang pada waktu yang
diperlukan. Dalam perusahaan manufactur, biaya ini merupakan biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain meliputi biaya kehilangan waktu
13
produksi bagi mesin dan karyawan. Dalam perusahaan dagang terdapat tiga alternatif yang dapat terjadi karena kekurangan persediaan, yaitu : - Tertundanya penjualan Pelanggan yang setia terhadap suatu jenis produk atau merek, akan menolak untuk membeli/menggunakan barang atau merek pengganti dan memilih untuk menunggu sampai barang tersebut tersedia. Kondisi ini dapat terjadi bila tidak dalam keadaan mendesak, sehingga pelanggan dapat menunda untuk membeli barang tersebut. - Kehilangan Penjualan Pelanggan akan membeli barang penganti atau merek lain bila dalam kondisi yang mendesak tetapi untuk pembelian berikutnya pelanggan akan kembali pada barang atau merek semula. Di sini kesempatan untuk mendapatkan untung dari barang yang terjual akan menghilang. - Kehilangan Pelanggan Kehilangan
pelanggan
akan
terjadi
apabila
pelanggan
tersebut
menggunakan barang atau merek pengganti dan memutuskan untuk terus menggunakan barang atau merek pengganti tersebut. Bagi perusahaan kasus ini merupakan kerugian yang besar apabila pelanggan tersebut merupakan pelanggan besar atau potensial.
14
1.5.6 Model-model Persediaan Dalam pengelolaan persediaan terdapat keputusan penting yang harus dilakukan oleh manajemen, yaitu beberapa banyak jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pengadaan persediaan, dan kapan pemesanan barang harus dilakukan. Keputusan yang diambil akan mempunyai pengaruh terhadap besar biaya persediaan. Semakin banyak barang yang dipesan dan disimpan akan mengakibatkan semakin besar biaya penyimpanan barang. Namun sebaliknya, semakin sedikit barang yang disimpan akan menurunkan biaya penyimpanan, tetapi menyebabkan biaya pemesanan semakin besar, karena frekuensi pembelian barang semakin besar. Model persediaan pada manajemen persediaan menurut Rangkuti (2004:116) adalah sebagai berikut : 1.
Prosedur Perolehan Bahan Seluruh pembeliaan bahan dalam suatu perusahaan dilaksanakan oleh
Departement/Divisi pembelian.Untuk memperoleh laporan pertanggungjawaban yang lengkap mengenai penggunaan seluruh bahan yang dibeli, diperlukan prosedur yang sistematis. Dengan demikian, pembelian, pemakaian, maupun pemanfaatannya dapat dilaksanakan sebarapa cepat dan optimal. 2.
Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Setelah semua bahan-bahan diterima oleh bagian gudang disertai dengan
salinan laporan penerimaannya dari Departement Penerimaan dan Pemeriksaan, maka barang-barang/bahan disimpan secara cermat yaitu : - Barang disimpan berdasarkan nomor perkiraan bahan
15
- Frekuensi penggunaan bahan - Sifat, ukuran dan bentuk bahan tersebut. 3.
Penentuan Harga Pokok Persediaan Penentuan harga pokok persediaan sangat tergantung dari metode
penilaian yang dipakai, yaitu metode FIFO (first in, first out), metode LIFO (last in, last out) atau metode harga pokok rata (average cost method). 4.
Pemilihan Metode Penetapan Harga Pokok Persediaan yang Sesuai Sebelum menentukan pilihan terhadap metode penetapan harga pokok
persediaan yang sesuai, penting membandingkan nilai harga pokok rata-rata per unit untuk ketiga metode di atas. 5.
Metode Harga Eceran untuk Penentuan Harga Pokok Persediaan Metode ini pada umumnya dipergunakan oleh retailer atau perusahaan
dengan eceran, misalnya pasar swalayan, departement store, dan sebagainya. 6.
Penilaian Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor Selain metode perkiraan persediaan yang telah disebutkan, jumlah
persediaan dapat juga dinilai berdasarkan penaksiran laba kotor. Apabila persentase laba kotor diketahui, nilai penjualan dalam satu periode tertentu dapat dipecah dalam dua unsur, yaitu: a. Laba kotor b. Harga pokok barang yang dijual 7.
Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Material) Material Requirement Planning (MRP) dapat mengatasi masalah-masalah
kompleks yang timbul dalam persediaan yang memproduksi banyak produk.
16
Masalah itu antara lain kebingungan, inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan para konsumen. MRP dapat menghasilakan banyak keuntungan, seperti mengurangi persediaan dan biaya gabungannya (inventory holding cost) karena biaya itu hanya sebesar materi dan komponen yang dibutuhkan dan bahkan kalau bisa tidak ada biaya sama sekali.
1.5.7 Pengertian Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan merupakan masalah yang sangat penting dalam perusahaan karena efisien dan efektifnya proses produksi tergantung pada pengendalian persediannya. Dengan demikian, untuk lebih jelasnya penulis akan memberikan pengertian pengendalian persediaan seperti di bawah ini. Pengertian pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:176), ialah : “Pengawasan persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas, maupun biaya”. Sedangkan menurut Freddy Rangkuty (2002:25), pengendalian persediaan adalah : “Pengawasan persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapakan metode kuantitatif”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah
suatu
aktifitas
untuk
menetapkan
besarnya
persediaan
dengan
memperhatikan keseimbangan antara persediaan yang disimpan dengan biayabiaya yang ditimbulkannya.
17
1.5.8
Tujuan Pengendalian Perusahaan Menurut Coyle, Bard, Langley (2003:211) tujuan dari pengendalian
persediaan adalah sebagai berikut : 1.
Memperbaiki pelayanan pelanggan melalui penyerahan tepat pada waktunya (delivery on-time) atas semua pesanan pada pelanggan dengan jarak yang terjangkau dalam status pesanan pada semua tingkatan rantai permintaan (supply chain).
2.
Mengurangi biaya penjualan pada biaya penyimpanan persediaan rendah, meminimalisasikan kesalahan, pesanan-pesanan tunggakan, dan penurunan persediaan yang tidak terpakai (absolute inventory).
3.
Memperbaiki hubungan dengan pemasok (supplier) dan informasi yang tepat pada waktunya mengenai kebutuhan bahan baku.
4.
Meningkatkan pengembalian atas asset (return on asset) dan nilai pemegang saham dalam investasi yang rendah dalam persediaan, penurunan investasi dalam fasilitas tetap (fixed facilities) yang diperlukan untuk penyimpanan persediaan, dan perputaran persediaan yang lebih cepat.
5.
Memperbaiki daur tunai ke tunai (cash-to-cash) dan atau pesanan ke tunai (order-to-cash) oleh arus persediaan yang lebih cepat melalui rantai persediaan (supply chain) dan pada pemenuhan pesanan yang lebih cepat.
6.
Kemampuan pada respon yang proaktif dan mempermudah perbaikan pelayanan ketika penundaan dan atau kekurangan bahan (stock outs) bisa dibuat penyesuaiannya dalam sistem dan secara cepat ditanggapi oleh pelayanan permintaan.
18
7.
Memperbaiki hasil matrik untuk seluruh rantai permintaan, alat pengangkut, penyediaan layanan logistik, dan bahkan pelanggan dapat mendapatkan informasi yang tepat waktu.
1.5.9 Pengertian
Perencanaan
Kebutuhan
Bahan
Baku
(Meterial
Requirement Planning (MRP)) Dalam perusahaan pengendalian bahan baku sangat penting untuk kelangsungan proses produksi dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Adapun metode yang digunakan dalam pengendalian bahan baku yaitu membuat suatu perencanaan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku, salah satunya dengan menggunakan sistem Material Requirement Planning (MRP). Sistem MRP sebagai efektif digunakan apabila dalam proses produksi di suatu perusahaan menggunakan banyak ragam bahan atau komponen. MRP dirancang dan dikembangkan sekaligus sebagai sistem pengendalian bahan dan komponen yang mempunyai sifat “ketergantungan” (dependent) kepada permintaan lain. Beberapa pengertian MRP dikemukakan sebagai berikut : Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2004 : 160), MRP ialah : “Sebuah teknik permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, dan penerimaan yang diperkirakan dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan material”. Menurut Vincent Gaspersz (2004 : 177), MRP ialah : “Perencanaan kebutuhan material (Material Requirment Planning) adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased planned orders) dan perencanaan pesanan manufaktur (manufactured planned orders). Planned manufacturing orders kemudian diajukan untuk analisis lanjutan yang berkenaan
19
dengan ketersediaan kapasitas dan keseimbangan menggunakan perencanaan kapasitas”. Selanjutnya menurut Khalid Shikh (2002 : 88), MRP ialah : “Material Requirment Planning is a simple set of calculation that show create good and service maitain valid schedules that show what items are required and when they need”. Menurut Manahan P. Tampubolon, M.M. (2004 : 213), MRP ialah : “Perencanaan kebutuhan bahan (MRP) merupakan komputerisasi sistem persediaan seluruh badan yang dibutuhkan dalam proses konversi suatu perusahaan, baik perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa”. Dari beberapa pandapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Material Requirment Planning (MRP) ialah suatu perencanaan produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke dalam barang mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak barang yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat.
1.5.10 Tujuan dan Manfaat MRP Menurut Manahan P. Tampubolon, M.M. (2004:214) tujuan dari sistem MRP adalah : 1. Membatasi jumlah kebutuhan bahan atau komponen, sehingga sesuai dengan kebutuhan produk yang dihasilkan. 2. Mengurangi hambatan proses produksi dengan mencegah keterlambatan penyampaian (delivery) produk kepada pelanggan.
20
3. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Sedangkan manfaat dari MRP menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001:362) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pelayanan dan kepuasan konsumen. 2. Memperbaiki penggunaan fasilitas dan tenaga kerja 3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik. 4. Respon yang lebih cepat terhadap perusahaan dan pergeseran pasar. 5. Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan konsumen. Perencanaan Kapasitas (Capacity Planning)
INPUT : 1. MPS 2. BOM 3. item master 4. pesanan-pesanan 5. kebutuhan
PROSES : Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)
OUTPUT : 1. Primary (order) Report 2. Action Report 3. Pegging Report
Gambar 1.1 Proses Kerja dari MRP Sumber : Vincent Gaspersz (2004:176)
Proses kerja dari MRP banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, guna mendukung sistem MRP yang terintegrasi dan untuk tujuan yang berguna bagi kelancaran proses produksi khususnya dalam efisiensi biaya produksi. Untuk itu dalam pengolahan data sistem MRP pada pembuatan suatu produk dibutuhkanlah data-data yang berhubungan dan yang menunjang sistem ini untuk dapat diperhitungkan secara akurat, untuk itu data-data yang diperoleh haruslah data yang aktual yang berkaitan seputar jadwal produk induk (MPS), daftar kebutuhan
21
bahan (BOM), item master, data pesanan-pesanan, dan data kebutuhan. Setelah semua data terkumpul kemudian data tersebut diolah pada sistem MRP dengan melihat perencanaan kapasitas produksi yang tepat, kemudian output berupa informasi (report) dari perhitungan itu akan berguna sebagai laporan normal yang digunakan untuk persediaan dan kontrol produksi ataupun perencanaan proses kerja dari MRP di masa mendatang.
1.5.11 Komponen MRP Menurut Richard B. Chase, Nicholas J Aquilano, F. Robert Jacobs, (2004:588) MRP mempunyai 3 input yang diperlukan adalah : 1.
Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedulling (MPS)) Master Production Schedules (MPS) adalah perencanan dalam suatu
periode waktu yang menentukan berapa banyaknya dan kapan perusahaan merencanakan membuat tiap akhir produk akhir, yang merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk ramalan, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, serta kuantitas yang dijanjikan tersedia. MPS dibuat dengan cara membagi rencana produksi total dalam bermacam-macam produk akhir yang spesifik. MPS disusun berdasarkan peramalan permintaan produk akhir yang akan dibuat, dimana hasil ramalan tersebut dapat dipakai untuk membuat rencana produksi yang pada akhirnya dibuat rencana yang lebih terperinci atau rencana jangka pendek yang akan menentukan hasil dari perencanaan agregat, juga merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi. MPS mengendalikan MRP dan
22
merupakan masukan utama dalam proses MRP. MPS merupakan proses alokasi untuk membuat sejumlah produk yang diinginkan dan harus dibuat secara realistis, dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas produksi dan tenaga kerja. 2.
Daftar Material (Bill Of Materials (BOM)) Definisi yang lengkap suatu produk akhir meliputi daftar barang atau
material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir itu. Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen-komponen dari produk yang akan diproduksi atau dirakit. Daftar dari produk dan komponen yang diperlukan disebut sebagai daftar material (bill of materials, BOM). BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan barang apa yang harus dibeli dan barang apa yang harus dibuat. Hubungan antara suatu barang dan komponennya dijelaskan dalam suatu struktur produk.
23
Adapun contoh BOM adalah sebagai berikut: Speaker Kits, Inc, mengemas komponen dengan suara stereo berkualitas tinggi untuk pesanan melalui pos. Komponen Kit speaker yang terbaik “Awesome” (A) mencakup 2 kit speaker 12 inci standar (B), dan 3 kit speaker dengan amp-booster (C). Setiap B terdiri atas 2 speaker (D) dan 2 kotak pengiriman yang masing-masing dilengkapi dengan kit instalasi (E). Setiap 3 kit stereo 300 watt @ memiliki 2 speaker booster (F) dan 2 kit instalasi (E). Setiap speaker booster (F) terdiri atas 2 speaker (D) dan 1 amp-booster (G). Total untuk setiap Awsome adalah 4 speaker 12 inci standar dan 12 inci dengan amp-booster. Dapat kita lihat, permintaan untuk B,C,D,E,F dan G sepenuhnya terikat pada jadwal produksi induk untuk A-Kit speaker Awsome. Dengan informasi ini maka kita dapat membuat srtuktur produk BOM sebagai berikut:
Struktur ini memiliki empat tingkat: 0,1,2, dan 3. Terdapat empat induk: A, B, C, dan F. Setiap barang induk paling sedikit mempunyai satu tingkat di bawahnya. Barang B, C, D, E, F, dan G adalah komponen sebab tiap barang ini paling sedikit mempunyai satu tingkat di atasnya. Dalam struktur ini B, C, dan F bertindak sebagai induk dan juga komponen. Angka yang berada dalam tanda kurung menunjukkan jumlah unit barang tertentu yang diperlukan untuk membuat barang yang berada langsung pada tingkat di atasnya. Setelah struktur produk dibuat, jumlah unit dari setiap jenis barang yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pesanan baru sejumlah 50 kit speaker Awsome dapat ditentukan. Berikut ini adalah informasi hal tersebut: Komponen B : 2x jumlah A = (2)(50) = 100 Komponen C : 3x jumlah A = (3)(50) = 150 Komponen D : 2x jumlah B +2x jumlah F = (2)(100) + (2)(300) = 800 Komponen E : 2x jumlah B +2x jumlah C= (2)(100) + (2)(150) = 500 Komponen F : 2x jumlah C = (2)(150) = 300 Komponen G :1x jumlah F = (1)(300) = 300 Dengan demikian untuk unit A, diperoleh 100 unit B, 150 unit C, 800 unit D, 500 unit E, dan 300 unit G
Gambar 1.2 BOM “ Awsome” Sumber: Heizer dan Render (2004:154)
24
3.
Catatan Daftar Persediaan (Inventory Records File) Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to
date untuk setiap komponen barang. Data persediaan ini harus dapat menyediakan informasi yang akurat tentang ketersediaan komponen serta seluruh transaksi persediaan, baik yang sudah terjadi maupun yang sedang dalam proses. Data itu biasanya mencakup nomor identifikasi, jumlah barang yang terdapat di gudang, jumlah barang yang telah dialokasikan, tingkat persediaan minimum, komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangannya serta waktu tenggang bagi setiap komponen.
1.5.12 Proses MRP Menurut Gaspersz (2004:180) mekanisme proses MRP adalah sebagai berikut : 1.
Waktu Tunggu (Lead time) Waktu tunggu (Lead time) merupakan jangka waktu yaang dibutuhkan
sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan. 2.
Persediaan yang Ada (On hand) Persediaan yang Ada (on hand) merupakan persediaan yang ada yang
menunjukkan kuantitas dari item yang secara fisik ada dalam gudang (stockroom). 3.
Ukuran (Lot size) Ukuran (Lot size) merupakan kuantitas pesanan (order quantity) dari item
yang memberikan informasi kepada MRP berapa banyak kuantitas yang harus dipesan serta teknik ukuran (lot sizing) apa yang akan dipakai.
25
4.
Stok Pengaman (Safety stock) Stok Pengaman (Safety stock) merupakan stok yang ditetapkan oleh
perencanaan MRP untuk mengatasi fluktuasi dalam permintaan dan/ atau penawaran. 5.
Horison Perencanaan (Horizon Palanning) Horison Perencanaan (Horizon Palanning) merupakan banyaknya waktu
ke depan yang terdapat dalam perencanaan. 6.
Kebutuhan Kotor (Gross Requirenment) Kebutuhan Kotor (Gross Requirenment) merupakan total dari semua
kebutuhan, termasuk kebutuhan yang terantisipasin (anticipated requirenment), untuk setiap periode waktu, bagian (parts) tertentu dapat mempunyai kebutuhan kotor (gross requirenment) yang meliputi permintaan bebas (independent demand) dan permintaan tak bebas. 7.
Perhitungan Persediaan Yang Ada (Project On Hand) Ini dapat dihitung berdasarkan formula : Project On Hand = On hand pada awal periode + rencana masukan (Schedule Receipt) – Permintaan kotor (Gross Requirenment)
8.
Perhitungan Ketersediaan Bahan (Project Available) Merupakan kuantitas yang diharapkan ada dalam persediaan pada akhir
periode, dan tersedianya untuk penggunaan dalam periode selanjutnya. Project Available dihitung berdasarkan formula : Project Available = On Hand pada awal periode (atau Project Available pada periode sebelumnya) + Schedule Receipt periode sekarang + Planned
26
Order Receipt pada periode sekarang + Gross Requirenment pada periode sekarang. 9.
Kebutuhan Bersih (Net Requirment) Merupakan kekurangan material yang diproyeksikan untuk periode ini,
sehingga perlu diambil tindakan kedalam perhitungan rencana penerimaan pesanan (planned order receipt) agar menutupi kekurangan material pada periode itu. Net Requirement dapat dihitung dengan formula : Net Requirement = Gross Requirement + Alokasi (allocation) + Safety Stock – Scehdule Receipt – Projected Available pada akhir periode lalu. 10.
Perencanaan Penerimaan Pesanan (Planned Order Receipt) Merupakan kuantitas pesanan pengisian kembali (pesanan manufakturing
atau pesanan pembelian) yang telah direncanakan oleh MRP untuk diterima pada periode tertentu guna memenuhi kebutuhan bersih (net requirement). 11.
Rencana Keluarnya Pesanan (Planned Order Releases) Merupakan kuantitas planned order yang ditempatkan atau dikeluarkan
dalam periode tertentu, agar item yang dipesan itu akan tersedia pada saat dibutuhkan.
1.5.13 Output MRP Menurut Davis/Heineke (2005:250) dari proses MRP dihasilkan dua output MRP yaitu Primary Report dan Secondary Report.
27
1.
Laporan Primer (Primary report) Laporan primer adalah hal utama atau laporan normal yang digunakan
untuk persediaan dan kontrol produksi, yang termasuk dalam laporan ini adalah : a. (Planned order), rencana pemesanan untuk masa yang akan datang. b. (Order release notices), pesanan yang dikeluarkan, yang menunjukkan kapan harus dilaksanakan perencanaan pemesanan (planned order). c. (Changes in due dates), perubahan pada rencana pemesanan, penjadwalan ulang (dikarenakan cuaca atau lalu lintas). d. (Cancellations
or
suspensions),
pembatalan
pesanan
terbuka
dikarenakan adanya pembatalan dari jadwal produk induk (MPS). e. (Inventory status data), data keadaan persediaan. 2.
Laporan Sekunder (Secondary report) Laporan sekunder adalah laporan tambahan di mana MRP dapat memilih
program-programnya : a. (Planning report), laporan perencanaan digunakan untuk meramalkan dan menetapkan kebutuhan persediaan di masa yang akan datang. b. (Performance report), laporan pengendalian yang menentukan waktu pelaksanaan yang digunakan untuk mengevakuasi sistem operasi antara lamanya waktu menunggu komponen bahan baku (lead time) dengan jumlah yang telah dipakai serta biayanya. c. (Exception report), laporan penolakan memberikan informasi tentang adanya kesalahan keterlambatan pesanan, bahkan sisa dan komponen yang tidak ada, serta pengecualian untuk syarat-syarat pembelian.
28
Aggregate Product Plan
Forecast of Demand from Random Customer
Firm Order from Known Customer Master Production Schedule (MPS) Engineering Design
Bill of Material File
Production Activity Reports
Inventory Transaction
Material Planning MRP Computer Program
Inventory Records File
Primary Reports
Secondary Reports
Planned Order and Schedules for Inventory and Production Control
Exception Reports Planning Report, Report for Performance Control
Gambar 1.3 MRP Sistem Sumber : Chase, et al (2004:590)
29
Ketika sistem MRP ini berjalan, perencanaan produksi agregat memberikan dasar bagi pembentukan jadwal produksi induk (MPS) yang terperinci, kemudian MPS ini menentukan apa yang akan dibuat dan kapan produk tersebut akan dibuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi MPS dalam pembuatan suatu produk berasal dari data-data pelanggan yang telah dikenal dan biasa melakukan pesanan ataupun dari perkiraan akan pelanggan lain yang biasanya membutuhkan produk tersebut. Dari sana MRP melihat pada data masa lalu akan kebutuhan bahan-bahan akan pembuatan produk tersebut, kemudian MRP menentukan daftar kebutuhan bahan (BOM) sebuah pembuat daftar komponen, komposisi dan jumlah dari setiap bagian yang diperlukan untuk membuat satu unit produk yang akan digunakan dan lamanya waktu penerimaan yang diperkirakan dalam MRP. Setelah semua sistem di atas berjalan dari MRP akan menghasilkan suatu output berupa laporan aktivitas produksi, yang pertama adalah laporan tentang data keadaan persediaan dan perencanaan jadwal pemesanan untuk persediaan kedepan dan pengendalian produksi. Laporan tambahan lainnya adalah informasi tentang adanya kesalahan keterlambatan pesanan, bahan sisa dan komponen yang tidak ada serta pengecualian untuk syarat-syarat pembelian dan juga menentukan waktu pelaksanaan yang digunakan untuk mengevaluasi sistem operasi antara lamanya waktu menunggu komponen bahan baku (lead time) dengan jumlah yang telah dipakai serta biayanya.
30
1.5.14 Sistem Lot Sizing Pada MRP Penggunaan MRP dapat menurunkan biaya pengadaan bahan baku pada setiap tahunnya. Dengan demikian, dilakukannya penghematan biaya pengadaan bahan baku persediaan untuk pengefisienan biaya produksi, maka persediaan dapat dikendalikan secara baik oleh perusahaan. Kebijakan perencanaan persediaan yang optimal akan terwujud akibat dari pengendalian persediaan bahan baku perusahaan yang diproses secara tepat dengan MRP itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa jika biaya produksi efisien maka hal tersebut dapat mengendalikan persediaan perusahaan. - PART-PERIODE BALANCING Metode Penyeimbangan Sebagian Periode (PPB), merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan untuk memperkecil biaya total persediaan. Meskipun tidak menjamin diperolehnya biaya total yang minimum, metode ini memberikan pemecahan yang cukup baik. Metode ini dapat menggunkan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan sebagian priode ekonomis (economic part periode, EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode. EPP = biaya pemesanan/ biaya penyimpanan per unit per periode. Sumber: Eddy Herjanto (2008:290) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” edisi ketiga.
31
- PERIODE ORDER QUANTITY Metode Kuantitas Pesanan Periode (POQ), merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Rata-rata digunakan permintaan digunakan dalam metode EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap pesan. Angka ini selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya akan dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakupi dalam setiap kali pemesanan, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : POQ= 2S DH
D = jumlah kebutuhan bahan baku (unit/periode) S = biaya pemesanan (rupiah/pesanan) H = biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode) Sumber: Eddy Herjanto (2008:290) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” edisi ketiga.
- ECONOMIC ORDER QUANTUITY Kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) merupakan salah satu model klasik dalam teknik pengendalian persediaan, sampai saat ini masih banyak yang mempergunakan EOQ karena mudah penggunaanya. Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode EOQ, yaitu sebagai berikut : a. Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam b. Kebutuhan/permintaan barang diketahui dan konstan c. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diketahui dan konstan
32
d. Barang yang dipesan diterima dalam satu kelompok (batch) e. Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang dibeli f. Waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan Rumus dalam metode EOQ EOQ = 2DS H
D = jumlah kebutuhan bahan baku (unit/ periode) S = biaya pemesanan (rupiah/ pesanan) H = biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode) Sumber: Eddy Herjanto (2008:290) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” edisi ketiga.
33
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN GRAND THEORY Manajemen Operasi
MIDDLE THEORY Perencanaan Produksi
APPLICATION THEORY Material Requirement Planning (MRP)
Metode- Metode : -
Indikator-indikator : - Time - Lead Time - Tingkat permintaan konstan - Safety stock - Cost
Master Product Schedul (MPS) Bill of Material (BOM) Lot for Lot Part Period Balancing Period Order Quantity Economic Order Quantity
OUTPUT Meminimalisasikan Persediaan Bahan Baku Keterangan : Garis hubungan teori dan metode Garis umpan balik yang membentuk bagian dari teori-teori
Gambar 1.4 Bagan Kerangka Pemikiran
34
BAB II OBJEK DAN METODE PENELITIAN
2.1 Objek Penelitian Penulis dalam melakukan skripsi ini melakukan penelitian di salah satu perusahaan industri kerajinan tangan/home industry yang memproduksi bahanbahan dasar menjadi barang jadi berupa safety industry shoes yaitu CV. VANNY Shoes di Jalan Cibaduyut Gg. Mohamad Rusdi No. 9. Perusahaan ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi sepatu. Objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah bagaimana kebijakan perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh CV. VANNY Shoes. Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data, dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sampai sejauh mana peranan kebijakan perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh CV. VANNY Shoes.
2.2 Sejarah Singkat Perusahaan CV. VANNY Shoes dirintis sejak tahun 1980. Awal berdirinya perusahaan ini bergerak dalam bidang pengrajin sepatu. Perusahaan ini memproduksi berbagai jenis sepatu trendy, dari mulai sepatu anak-anak, sepatu anak muda sampai sepatu dewasa pria dan wanita yaitu sepatu kets dan pentopel. Pada saat itu masih sedikit perusahaan yang memproduksi sepatu dengan sistem home industry. Semakin berkembangnya zaman dan semakin banyaknya pesaing yang menciptakan jenis sepatu yang sama, CV. VANNY Shoes mengubah strategi
35
dalam menciptakan produknya. CV. VANNY Shoes membatasi jenis sepatu yang diproduksinya, yaitu menciptakan safety industry shoes, yang terdiri dari tiga bentuk sepatu yaitu sepatu PDH, sepatu PDL, dan sepatu PDH. Awal mulanya pemilik CV. VANNY Shoes mendirikan perusahaan ini selain dikarenakan faktor ekonomi, juga dikarenkan faktor lingkungan, dimana tempat tinggal pemilik CV.VANNY Shoes terletak pada lingkungan pengrajin sepatu. Nama perusahaan CV. VANNY Shoes terinspirasi dari nama anak sang pemilik yaitu Irvan, Andi, dan Dewy. Dimana perusahaan ini dimaksudkan untuk aset yang akan diberikan kepada anak-anaknya kelak, apabila sang pemilik sudah tidak sanggup untuk menjalani perusahaan ini. Perusahaan ini memiliki kapasitas 16 orang yang telah menjadi pegawainya, yang terbagi menjadi dua bagian. Untuk ditempatkan di rumah yang juga tempat produksi sepatu sampai ke finishing sepatu terdiri dari 14 pegawai, sedangkan yang berada di gudang sol terdapat 2 pegawai dalam pengerjaan sol sepatu. Produk CV. VANNY Shoes telah tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banjarmasin, dan Batam. Setiap minggunya CV. VANNY Shoes selalu mendapatkan order dari para konsumennya tersebut, bahkan CV. VANNY Shoes telah memiliki konsumen tetap yaitu Jakarta. Selain toko-toko diberbagai kota yang menjadi konsumen CV. VANNY Shoes, banyak perusahaan-perusahaan yang ternama yang menjadi konsumen tetap CV. VANNY Shoes, terutama perusahaan tambang, dimana perusahaan tersebut membutuhkan safety industry shoes, seperti Pertamina.
36
2.2.1 Visi Dalam menjalankan usahanya, CV. VANNY Shoes mempunyai visi yaitu: “Memberikan kenyamanan dan keamanan pada pengguna safety industry shoes”.
2.2.2 Misi Misi yang dimiliki CV. VANNY Shoes : “Memajukan pengrajin sepatu hingga manca negara, dan mensejahterakan lingkungan sekitar wilayah pengrajin sepatu”
2.2.3 Struktur Organisasi Struktur
organisasi
yang
tepat
adalah
struktur
organisasi
yang
menggambarkan dengan jelas mengenai tanggung jawab setiap bagian, sehingga manajemen dengan tepat dapat mengetahui serta dapat mengukur keefektifan setiap karyawannya dalam lingkungan pekerjaan yang menjadi tugasnya. Dengan demikian, perusahaan perlu membuat suatu uraian tugas yang jelas mengenai tanggung jawab dan wewenang bagi setiap individu yang terlibat dalam perusahaan tersebut, dari pimpinan hingga karyawan. Struktur organisasi pada perusahaan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting, karena di dalamnya menggambarkan suatu wewenang dan tanggung jawab dari suatu bagian serta menunjukkan pula adanya pemisahaan fungsi dimana pemisahan fungsi ini merupakan salah satu syarat adanya pengendalian intern (seperangkat kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai, bahwa usahanya akan tercapai) dalam tubuh perusahaan. Bentuk struktur organisasi yang ada pada CV.
37
VANNY Shoes merupakan struktur organisasi garis (line) karena adanya hubungan antara atasan dengan bawahannya kemudian memberitahukan atau memberi perintah kepada posisi atau jabatan paling bawah, sehingga membentuk struktur organisasi dari puncak ke tingkat bawah dari sebuah struktur garis dimana masing-masing individu hanya bertanggung jawab kepada atasannya langsung. Gambaran mengenai stuktur organisasi CV. VANNY Shoes secara umum dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Direktur a. Menetapkan kebijakan perusahaan, ketentuan-ketentuan pokok bidang pembelian, produksi, keuangan, akuntansi, dan umum. b. Menyusun rencana kerja setiap anggaran pendapatan dan biaya setiap awal tahun serta evaluasi hasil yang telah dijalankan. c. Mengkoordinir,
mengawasi
kegiatan-kegiatan
dan
memberikan
bimbingan atau pembinaan kepada bawahan dalam pelaksanaan ketentuan pokok perusahaan sehingga tercipta satuan kerja sama yang baik dalam rangka mencapai tujuannya. d. Mewakili pihak perusahaaan mencari informasi dan mengambil keputusan semuanya itu dalam rangka upaya pengembangan perusahaaan. e. Menerima laporan dari hasil pemeriksaan internal audit. 2.
Kepala Bagian Produksi a. Melakukan kebijaksanaan perusahaan dalam bidang produksi serta kegiatan pra produksi.
38
b. Menyusun program produksi serta melakukan koordinasi atas pelaksanaan kegiatan produksi. c. Melakukan pembinaan dan berusaha meningkatakan produktivitas. d. Melakukan pembinaan serta pengembangan atas sarana dan prasarana produksi baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. 3.
Kepala Bagian Pemasaran a. Melakukan kebijaksanaan perusahaan dalam bidang pemasaran. b. Menyusun program pemasaran serta melakukan koordinasi atas pelaksanaan kegiatan pemasaran. c. Melakukan pembinaan serta pengembangan atas sarana dan prasarana pemasaran.
4.
Kepala Bagian Akuntansi a. Membahas, mengawasi dan membuat laporan penyelenggaraan kegiatan akuntansi keuntungan agar tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan. b. Mengatur, membina dan mengarahkan bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-masing di bagian keuangan, sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis. c. Menyusun anggaran kas. d. Membuat laporan bulanan pabrik. e. Memberikan masukan kepada direktur mengenai kebijakan keuangan perusahaan.
39
f. Mengeluarkan dana kas untuk operasional harian berdasarkan ketentuan. g. Menyelenggarakan
pengarsipan
dokumen-dokumen
pembukuan
dengan teratur. h. Internal auditor membuat laporan hasil pemeriksaan persediaan kepada Direktur. 5.
Kasir a. Mengatur dan melaksanakan penagihan, pembayaran dan penerimaan kas bank sesuai dengan prosedur yang berlaku. b. Membuat laporan kas harian dan bank harian. c. Menyimpan dan menjaga buku cheque/giro, bukti-bukti tagihan, dokumen transaksi serta surat-surat berharga. d. Mengeluarkan kas kecil untuk persediaan kantor berdasarkan ketentuan.
6.
Staf Akuntansi a. Mencatat dan merkapitulasi data/dokumen transaksi dalam buku besar, buku pembantu dan untuk masing-masing pos yang ada. b. Menyusun laporan akuntansi biaya menurut ketentuan perusahaan. c. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ka. Bag. Akuntansi Direktur. d. Mencari dan mendapatkan data dari pihak-pihak terkait dalam penyusunan laporan. e. Memeriksa keabsahan data transaksi guna validitas laporan akuntansi biaya.
40
7.
Petugas Gudang (Stok Gudang) a. Melayani permintaan/pemakaian harian bahan baku serta mencatat keluar dan masuknya bahan baku. b. Menghitung, menimbang, mengukur bahan baku serta mencatat keluar dan masuknya bahan baku. c. Melapor dan mengatasi masalah teknis yang berhubugan dengan tugas. d. Membuat daftar bahan baku yang siap dipesan. e. Memberi masukan kepada atasan mengenai kebijakan inventory stock. f. Menggunakan fasilitas dalam pemenuhan tugas jabatan.
8.
Mandor Rangka a. Menerima intruksi dari atasan untuk pengerjaan rangka sesuai produk sampel. b. Menyiapkan,
mengkoordinir,
mengarahkan
bawahan
dalam
pelaksanaan tugas. c. Memonitor pemakaian bahan, peralatan dan tenaga kerja secara efisien dan efektif. d. Merekomendasikan kepada atasan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. e. Menilai prestasi kerja bawahan, menegur/memberi peringatan. 9.
Mandor Finishing a. Menerima instruksi dari atasan untuk pengerjaan finishing sesuai dengan produk sampel.
41
b. Menyiapkan,
mengkoordinir,
mengarahkan
bawahan
dalam
pelaksanaan tugas. c. Bekerjasama dengan staf persediaan bahan/bagian pembelian dalam kebutuhan bahan dan lain-lain. d. Menilai prestasi kerja bawahan, menegur/memberi peringatan. 10.
Mandor Packing a. Melaksanakan/memproses packing. b. Mengatur pemakainan bahan peralatan. c. Menjaga kebersihan dan kesehatan dan keamanan kerja. d. Melapor, mengatasi dan memecahakan masalah teknis yang muncul dilapangan. e. Merekomendasikan kepada atasan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. f. Menilai prestasi kerja bawahan, menegur/memberi peringatan.
11.
Quality Control a. Mengatur dan menilai dari kualitas produk yang dihasilkan. b. Memutuskan hasil produksi apakah kualitasnya baik atau sebaliknya. c. Menerima barang jadi yang telah dilaksanakan oleh pengrajin maupun produksi dengan terlebih dahulu dikontrol mutu barang jadi tersebut. d. Membuat laporan tentang kualitas sepatu yang diproduksi.
42
Direktur
Kepala Bagian Produksi
Petugas Gudang
Mandor Rangka
Mandor Packing
Pekerja
Pekerja
Kepala Bagian Pemasaran
Mandor Finishing
Quality Control
Kepala Bagian Akuntasi
Kasir
Staf Akuntansi
Pekerja
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sumber : CV.VANNY Shoes
2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yaitu penelitian mengenai subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan penelitian (Nazir : 2000). Jenis penelitian yang digunakan yaitu bersifat deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan kegiatan perusahaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan korelasi antara variabel yang diteliti, kemudian dianalisis sehingga akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan. Menurut Nazir (2005;54) metode deskriptif adalah:
43
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”
2.3.2 Jenis Data Data yang diperoleh dalam penelitian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara peninjauan secara langsung ke perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu CV. VANNY Shoes.
2.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui referensi pustaka dengan mempelajari buku-buku dari berbagai literatur lainnya yang berhubungan erat dengan topik yang dibahas atau data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Data yang diperoleh berupa : 1.
Data mengenai tempat penelitian meliputi profil perusahaan, manajemen dan aktivitas perusahaan
2.
Data yang diperlukan untuk mengetahui metode MRP (Material Requirement Planning) dapat berperan dalam perencanaan pengadaan bahan baku pada CV. VANNY Shoes
3.
Informasi-informasi lain yang berkaitan dengan penelitian diantaranya laporan, dan wawancara.
44
2.3.3 Jenis Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah : 1.
Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dan keterangan dengan
melakukan penelitian langsung ke perusahaan yang menjadi objek penelitian guna mengumpulkan data yang diperlukan dengan teknik pengumpulan data : a.
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap operasi perusahaan, yaitu dengan cara pengamatan dan pencatatan pada CV. VANNY Shoes
b.
Wawancara (Interview), yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan bagian produksi serta orang-orang yang terkait mengenai rencana-rencana perusahaan dalam rangka melengkapi kebutuhan informasi bagi penulis.
c.
Dokumentasi dan analisis atau hasil yang didapat selama penelitian dihungkan dengan teori yang diperoleh di perkuliahan.
2.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data yang diperlukan dengan cara mempelajari buku-buku,
catatan-catatan dan literatur-literatur serta bahan lain yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti sehingga dapat digunakan sebagai landasan teori. 3.
Browsing internet dengan mengakses situs-situs yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
45
2.3.4
Operasional Variabel Variabel adalah sesuatu yang diteliti yang mempunyai variasi nilai. Nazir
(2005:52) menyatakan bahwa: Variabel Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Variabel penelitian dalam skripsi ini adalah “perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning)”. Dalam penyusunan skripsi ini hanya menggunakan satu variabel dan indikator yang digunakannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Operasionalisasi Variabel Variabel “perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning)”.
Konsep Perencanaan kebutuhan material (Material Requirement Planning) adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased planned orders) dan perencanaaan pesanan manufaktur (manufactured planned orders). (Menurut Gaspersz)
Sub Variabel -Purchased
-Manufactured
Metode 1. Penyeimbang Sebagian Periode (Part Period Balancing)
Indikator - Inventory - Waktu tunggu (Lead time) - Safety stock
Setup cost Carrying cost Ordering cost Holding cost
Ukuran - Unit - Minggu - Unit
2. Kuantitas Pesanan Periode (Period Qrder Quantity)
-
3. Jumlah Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity)
- Tingkat permintaan konstan - Waktu tunggu (Lead time) - Safety stock
- Unit
- Kebutuhan bruto - Tingkat persediaan - Lead time
- Unit
Distribution Resource Planning
Skala Rasio
-
Rupiah Rupiah Rupiah Rupiah
Rasio
Rasio
- Hari - Unit Rasio
- Unit - Hari
46
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan batasan dengan hanya meneliti pada bagian purchase saja.
2.3.5 Rancangan Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa metode MRP seperti yang telah dipaparkan pada bab I, dari hasil analisis ini akan dilakukan perbandingan untuk menentukan metode mana yang sebaiknya digunakan. Adapun metode tersebut adalah sebagai berikut: Penyeimbang Sebagai Periode (Metode Part Periode Balancing)
1.
Metode part periode balancing, merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan sebagai periode ekonomis (economic part period, EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan (biaya set-up untuk produksi) dengan biaya penyimpanan per unit per periode. EPP =
biaya pemesanan ______ biaya penyimpanan per unit/periode Penentuan ukuran Lot dengan EPP membutuhkan :
a.
Periode
b.
Kebutuhan
c.
Lama penyimpanan (periode)
d.
Periode bagian
e.
Akumulasi periode-bagian
47
Kebutuhan diakumulasi periode demi periode sampai mendekati nilai EPP. Akumulai persediaan yang mendekati nilai EPP merupakan ukuran lot yang dapat memperkecil persediaan. Sumber: Eddy Herjanto (2008;290) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” edisi ketiga.
2.
Kuantitas Pesanan Periode (Metode Period Order Quantity) Metode kuantitas pesanan periode merupakan pengembangan dari metode
EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Nilai POQ dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut. POQ= 2S DH
Keterangan: S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan D = Kebutuhan rata-rata Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. Sumber: Eddy Herjanto (2008;292) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” edisi ketiga.
3.
Jumlah Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantity) Economic Order Quantity merupakan salah satu teknik pengendalian
persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi yaitu: 1.
Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.
48
2.
Lead time, adalah waktu yang diperlukan mulai dari saat pesanan item dilakukan sampai dengan saat item tersebut diterima dan siap untuk digunakan, baik item produk yang harus dibuat sendiri maupun item produk yang dipesan dari luar perusahaan.
Sumber: Jay Heizer dan Barry Render ( 2001;320) dalam bukunya yang berjudul “ Prinsip Manajemen Operasional”
EOQ = 2DS H
Keterangan: D
= Jumlah Permintaan
S
= Biaya Pemesanan
H
= Biaya Penyimpanan
Sumber: Jay Heizer dan Barry Render ( 2001;320) dalam bukunya yang berjudul “ Prinsip Manajemen Operasional”
49
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
3.1
Kebijakan Pengendalian Persediaan CV. VANNY Shoes CV. VANNY Shoes adalah perusahaan home industry yang bergerak
dalam bidang industri sepatu. Perusahaan ini berproduksi pada tipe job order, maksudnya perusahaan melakukan produksi jika menerima pesanan dari konsumen. Untuk menghadapi keadaan pemesanan yang tidak menentu seperti ini, perusahaan perlu untuk mengantisipasi dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku. Pada saat ini CV. VANNY Shoes melakukan pengendalian persediaan secara manual, yaitu membuat rencana persediaan hanya berdasarkan pemesanan maupun kebutuhan rencana produksi rutin/tetap. Adapun kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan tersebut adalah menghitung, mencatat, dan mengendalikan persediaan pada tempat penyimpanan bahan baku safety industry shoes. Kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam pemesanan bahan baku adalah dengan pemesanan berdasarkan kebutuhan rata-rata per hari, setiap pegawai yang mengerjakan produksi sepatu dapat menghasilkan 20 sepatu per hari. Bila permintaan sepatu meningkat maka pemesanan kebutuhan material dipercepat, sehingga kedatangannya juga dapat lebih cepat, namun apabila permintaan sepatu merosot, maka pemesanan dapat ditunda. Kebutuhan sepatu ini yaitu kulit dipasok dari Garut, Jakarta untuk lem kuning dan lem tarik dan Bandung yang terdapat toko material di sekitar
50
CV.VANNY Shoes untuk kebutuhan bahan baku pelengkap lainnya. Jangka waktu supplier berbeda di area Garut atau Bandung dapat ditempuh selama satu hari, tetapi apabila stok barang habis kemungkinan dapat terjadi penundaan pengiriman bahan baku. Biasanya jika supplier tidak dapat memenuhi permintaan perusahaan, maka pemesanan akan dilakukan pada supplier lain dan meskipun harganya mahal, perusahaan tetap memesannya karena termasuk resiko dari perusahaan. Pengiriman barang oleh setiap supplier terdapat jadwal pengiriman yang berbeda serta minimum order untuk setiap kali pengirimannya, oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan perusahaan. Metode purchase order.
3.2
Proses Material Requirement Planning Proses kerja Material Requirement Planning tujuannya agar berguna bagi
kelancaran proses produksi khususnya dalam efisiensi biaya produksi. Untuk itu dapat dilihat Gambar 3.1 di bawah ini yang menunjukkan proses kerja MRP.
INPUT : 1. MPS 2. BOM 3. item master 4. pesanan-pesanan 5. kebutuhan
PROSES : Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)
OUTPUT : 1. Primary (order) Report 2. Action Report Pegging Report
Metode – Metode: Lot for Lot Part Period Balancing Period Order Quantity Economic Order Quantity
Gambar 3.1 Proses MRP Sumber: Gaspersz (2004;176)
51
Untuk mengetahui efisiensi dari MRP maka dalan pengolahan datanya dibutuhkanlah data-data yang berhubungan dan menunjang metode ini untuk dapat diperhitungkan secara akurat, untuk itu setelah semua data terkumpul kemudian data tersebut di olah pada metode MRP. Di bawah ini merupakan data yang didapat dari perusahaan untuk digunakan dalam pengolahan proses MRP berikut ini.
3.3
Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) Untuk melakukan perhitungan biaya bahan baku yang timbul akibat
adanya suatu persediaan yang dilakukan perusahaan, penulis melakukan perhitungan berdasarkan data-data historis yang ada pada perusahaan CV. VANNY Shoes pada tiga bulan terakhir tahun 2009. Berikut ini adalah data-data tersebut : Tabel 3.1 Master Production Schedule (MPS) Kebutuhan Kulit Tahun 2009 (dalam jangka 3 bulan) ! " #$ % Sumber : CV. VANNY Shoes
Master Production Schedule untuk masing-masing kebutuhan safety industry shoes yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran1.
52
3.4
File Daftar Bahan Baku (Bill Of Material) Produk yang penulis teliti dalam pembuatan skripsi ini adalah produk
sepatu. Terciptanya suatu produk tentunya tidak lepas dari dukungan dari produkproduk lainnya, seperti contohnya safety industry shoes memiliki bahan baku utama yaitu kulit. Kulit dijadikan bahan baku utama karena kulit adalah komponen terbanyak dari item-item lainnya yang dipergunakan dalam menghasilkan safety industry shoes. Berikut adalah gambar struktur produk safety industry shoes berdasarkan pesanan CV. VANNY Shoes.
Gambar 3.2 Safety Industry Shoes Sumber : Hasil Analisis Penulis
53
Tabel 3.2 Bill Of Material Safety Industry Shoes Level 0 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Jenis Material Safety Indutry Shoes Top Shoes Under Shoes Bagian Badan Aksesoris Bagian Depan Bagian Dalam Badan Sepatu Lidah Sepatu Telinga Sepatu Mata Itik Kun Ujung Sepatu Paget Brand Label Tali Sepatu Sole Plateran Takson Fron Iron
Quantity 1 1 1 1 1 1 1 4 2 8 24 2 2 2 2 2 2 2 2 2
BOM.UOM Pair Pair Pair Pair Pair Pair Pair Pola Pola Pola Pit Pair Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Gambar struktur produk Safety industry shoes yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2. Penulis membatasi pengolahan data untuk pembuatan safety industry shoes yaitu hanya meneliti kebutuhan bahan kulit, berikut adalah gambar struktur produk sepatu degan kulit berdasarkan pesanan CV. VANNY Shoes.
54
A Safety Industry Shoes (1pair)
L-0
L-1
B Kulit (0,133 Lembar)
Gambar 3.3 Bill of Material Kulit Sumber : Hasil Analisis Penulis
Angka dalam kurung menunjukkan jumlah unit komponen yang bersangkutan yang diperlukan untuk membuat 1 unit komponen level di atasnya. Perusahaan ini hanya mengambil satu komponen yaitu kulit, dimana untuk membuat 1 pasang sepatu membutuhkan 0,133 lembar kulit.
3.5
Biaya Yang Timbul Karena Persediaan
3.5.1
Data Biaya Persediaan Untuk menganalisa sistem persediaan yang diterapkan perusahaan, maka
dibutuhkan data-data berupa biaya-biaya maupun kapasitas serta kebutuhan akan bahan baku itu sendiri sebagai bahan penelitian. 3.5.1.1 Biaya Item Kulit Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan mengenai total kebutuhan akan pembelian bahan baku safety industry shoes pada periode tahun 2009 (karena tahun periode 2010 sedang berjalan, maka penulis menggunakan data periode 2009 sebagai acuan). Oleh karena kebutuhan yang dibutuhkan CV.VANNY Shoes merupakan elemen-elemen kecil atau hanya sebagai bahan
55
penunjang dalam pembuatan Safety Industry Shoes, maka penulis akan membatasi perhitungan terhadap data-data kebutuhan tersebut. Penulis hanya akan menghitung dari segi bahan baku kulit, dimana kulit merupakan bahan baku yang paling banyak dipergunakan dalam pembuatan sepatu. Dilakukan perhitungan karena untuk mengetahui jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam aktivitas pembelian bahan baku kulit safety industry shoes per minggu dalam tiga bulan terakhir. Dalam proses pemesanan bahan baku tentunya akan dikeluarkan biayabiaya. Berikut ini merupakan data permintaan produk dan biaya-biaya yang dikeluarkan beserta perhitungannya pada periode tahun 2009 selama tiga bulan terakhir: Tabel 3.3 Data Permintaan dan Biaya Kulit Tahun 2009 (dalam jangka 3 bulan) 0 +
4 3 /
3 /
43 /
& ' *' +
( ) *' +
,-
,-
.
,-
/
.
,-
/.
,-
,-
//
,-
.
,-
/
.
,-
/
,-
.
,-
/.
,-
//
0"01
3
2
,
,
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Perhitungan permintaan dan biaya masing-masing kebutuhan safety industry shoes selangkapnya dapat di lihat pada lampiran 3.
56
Berikut ini adalah penjelasan mengenai data-data serta perhitungan dari biaya item (sebagai contoh pada minggu pertama): Pada minggu pertama CV. VANNY Shoes memproduksi 300 pair sepatu. Untuk menghasilkan 1 pair sepatu membutuhkan 0,133 lembar kulit. Harga 1 lembar kulit Rp. 165.000,-. Maka untuk menghasilkan 300 pair : 300 pair x 0,133= 39,9 lembar kulit, dibulatkan 40 lembar Biaya item minggu pertama : Rumus : jumlah kulit x harga kulit per lembar 40 lembar kulit x Rp. 165.000,- = Rp. 6.600.000,Total biaya item : Rp. 93.720.000,(hasil penjumlahan biaya item dari minggu pertama sampai minggu ke dua belas) Sumber : CV. VANNY Shoes
3.5.1.2 Data Inventory On Hand Data persediaan kulit yang ada di CV. VANNY Shoes pada bulan Januari 2009 diminggu pertama adalah 100 lembar kulit. Pemesanan kulit dilakukan seminggu sekali dan tidak dilakukan secara teratur tiap bulannya. Sumber : CV. VANNY Shoes
3.5.1.3 Lead time Waktu tunggu (lead time) merupakan jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan itu siap untuk digunakan.
57
Waktu tunggu atau Lead Time yang dilakukan oleh CV. VANNY Shoes dari mulai pemesanan hingga produksi adalah selama 2 hari. Sumber : CV. VANNY Shoes
3.5.1.4 Proses Pemesanan dan Biaya Pesan Konsumen melakukan pemesanan kepada perusahaan pada bagian pemasaran, kemudian job order diberikan oleh bagian pemasaran ke bagian produksi, bagian produksi langsung melakukan rencana produksinya untuk memberikan dasar bagi pembentukan jadwal produksi induk yang terperinci. Kemudian bagian produksi melakukan kegiatan pemesanan kepada pemasok utamanya dan jika pemasok utama tidak dapat memenuhi keinginan perusahaan maka bagian produksi mencari bahan baku tersebut dari pemasokpemasok cadangannya. Jika ada desain khusus yang berkaitan dengan warna maka pemesanaan bahan baku dilakukan sesuai warna yang dibutuhkan. Barang pesanan berupa bahan baku tersebut akan datang dalam jangka waktu 2 hari. Ketika barang pesanan datang, barang-barang tersebut akan dicek surat jalannya dan disesuaikan dengan barang-barang yang telah dikirim berdasarkan pesanan perusahaan, sesuai ataupun tidak ada barang yang dipesan, bagian produksi tetap melakukan kegiatan penelefonan kepada pemasok untuk menindak lanjuti masalah seputar barang yang dikirim pemasok itu, atau dengan kata lain bagian produksi memberikan laporan seputar barang-barang tersebut. Apabila ada kekurangan atau barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang dipesan maka, pemasok akan mengirim kembali barang kekurangannya tersebut pada saat itu juga dalam tempo maksimal 2 hari.
58
Permintaan/ Demand Pelanggan
Product Design
Order/Forcasting of Service Part
Bill of Material File ( BOM)
Inventory Output File
Material Requirement Planning System
Supplier 2 day Lead Time Gudang
Gambar 3.3 Proses Pemesanan Sumber : Hasil Analisis Penulis
1.
Biaya Pemesanan (Ordering Cost) Melakukan pemesanan, menindaklanjuti dan mengendalikan pemesanan.
Pembicaraan melalui telefon dalam satu kali pesan sekitar 10 menit. Tarif telefon per menit ke Garut
= Rp. 1.815
Tarif telefon lokal per menit
= RP. 300
Total biaya telefon 10 menit (1,815x10) + (300x10) = Rp. 21.150 Pemesanan melalui fax dalam satu kali pesan
= Rp. 2.500
Biaya per sekali pemesanan atau per minggu : Rp. 21.150 + Rp. 2.500 = Rp.23.650
59
Dalam setiap bulan CV. VANNY Shoes rata-rata melakukan pemesanan sebanyak 4 kali untuk via telefon dan 4 kali via fax tiap bulannya (karena memesan seminggu sekali). Total biaya pesan tiap bulannya : = (Rp. 21.150 x 4 kali) + (Rp. 2.500 x 4 kali) = Rp. 84.600 + Rp.10.000 =Rp. 94.600/bulan Jadi, total biaya pesan dalam tiga bulan atau dua belas minggu, yaitu : Rp. 94.600 x 3 bulan = Rp. 283.800,Sumber : CV. VANNY Shoes
2.
Biaya Transportasi Biaya Transportasi : - Area Bandung
: Biaya ditanggung supplier
- Area Luar Bandung : Bandung-Garut Biaya angkut barang
: Rp. 300.000 : Rp. 100.000
Dalam setiap bulan CV. VANNY Shoes rata-rata melakukan pemesanan dengan menggunakan transportasi sebanyak 4 kali. Total biaya transportasi tiap bulannya : = (Rp. 300.000 + Rp.100.000) x 4 kali = Rp 400.000 x 4 kali = Rp. 1.200.000 Jadi, total biaya transport dalam tiga bulan atau selama dua belas minggu, yaitu : Rp. 1.200.000 x 3 bulan = Rp.3.600.000,Sumber : CV. VANNY Shoes
60
3.
Biaya Penyimpanan (Carrying cost) Gudang tempat penyimpanan bahan baku dan barang milik CV. VANNY
Shoes menggunakan sewa gudang. Oleh karena terdapat biaya sewa, dan biaya listrik sebagai penerangan. Gudang yang digunakan hanya satu unit, dalam setiap bulan CV. VANNY Shoes mengeluarkan biaya sewa gudang sebesar : Rp. 500.000 Maka total biaya sewa selama tiga bulan adalah : 3 bulan x Rp.500.000 = Rp.1.500.000,Biaya listrik yang dikeluarkanpun sifatnya tetap tidak tergantung pada kuantitas barang yang disimpan. Ukuran Gudang 22,5
.
Terdapat 2 buah lampu neon Pemakaian 1 lampu neon = 40 watt Kapasitas listrik di gudang = 3500 kwh Harga listrik per kwh
= Rp. 100
Pemakaian lampu
= 8 jam per hari
Biaya listik per bulan untuk gudang : 3500kwh x 100
= Rp.350.000
Biaya listrik dalam tiga bulan yaitu : Rp. 350.000 x 3 bulan = Rp. 1.050.000 Maka total biaya penyimpanan selama tiga bulan : Rp. 1.500.000 + Rp. 1.050.000 = Rp. 2.550.000 Sumber : CV. VANNY Shoes
61
Dalam upaya mendapatkan hasil yang nantinya akan dibandingkan dengan metode yang ada dalam MRP.
3.5.2 Perhitungan Pengendalian Persediaan dengan Menggunakan Metode Perusahaan Pada bagian ini dilakukan perbandingan perencanaan waktu dalam mengorder sepatu selama dua belas minggu pada tiga bulan terakhir tahun 2009. Jadi, biaya yang ditimbulkan karena persediaan kulit yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tiga bulan terakhir tahun 2009 adalah: 1. Biaya Item
= Rp. 93.720.000
2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
= Rp.
3. Biaya Transportasi
= Rp. 3.600.000
4. Biaya Penyimpanan (Carrying cost)
= Rp.
Total
283.800
2.550.000
= Rp. 100.153.800
Biaya Rp. 100.153.800 tersebut adalah biaya yang diperhitungkan selama tiga bulan terakhir tahun 2009 oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan biaya item, pemesanan (Ordering Cost) ,transportasi, dan penyimpanan (Carrying cost). Yang telah dijumlahkan dan diperoleh berdasarkan analisa penulis terhadap biaya persediaan kulit perusahaan pada tahun 2009 selama tiga bulan terakhir.
62
3.6
Pengendalian Persediaan dengan Menggunakan Material Requirement Planning (MRP) Setelah diketahui total dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan menggunakan kebijakan perusahaan dalam melakukan proses produksi dalam satu periode atau dalam tiga bulan diakhir periode, maka penulis akan membuat analisa perhitungan persediaan bahan baku dengan menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Tabel 3.6 Perhitungan Material Requirement Planning (Alternatif) Untuk Material Kulit
"
%
%
+
7"& 8 0 8
5+! 0*6 "+
#$
.
.
.
.
.
,
5+* #*
,
.
.
.
.
*
,
.
.
.
.
.
.
.
"*
,
.
7"& 8 0 8
! 0*6 "+
.., // / // . . / ,
,
/ .,
5+* #*
, / // . . /
*
, / // . . /
"*
, / // . . /
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Jadi, biaya yang ditimbulkan karena persediaan kulit yang dikeluarkan oleh perusahaan pada tiga bulan terakhir tahun 2009 adalah:
63
Biaya Item: 465,5 x Rp. 165.000
= Rp.76.807.500
Biaya Pemesanan: 8 x Rp. Rp.223.650/minggu
= Rp. 1.789.200
Biaya Penyimpanan (Carrying cost) 365,5 x Rp.374,119 = Rp. Total
136.740,49
= Rp. 78.733.441
Biaya Rp. 78.733.441 tersebut adalah biaya yang diperhitungkan selama tiga bulan terakhir tahun 2009 oleh penulis dalam melakukan kegiatan biaya item, pemesanan (Ordering Cost), transportasi, dan penyimpanan (Carrying cost), dimana perusahaan merencanakan pesanan dari bulan Oktober sampai November. Yang telah dijumlahkan dan diperoleh berdasarkan analisa penulis terhadap biaya persediaan kulit perusahaan pada tahun 2009 selama tiga bulan terakhir.
3.6.1 Sistem Lot Sizing Pada MRP Penggunaan MRP dapat menurunkan biaya pengadaan bahan baku pada setiap tahunnya. Dengan demikian, dilakukannya penghematan biaya pengadaan bahan baku persediaan untuk pengefisienan biaya produksi, maka persediaan dapat dikendalikan secara baik oleh perusahaan. Kebijakan perencanaan persediaan yang optimal akan terwujud akibat dari pengendalian persediaan bahan baku perusahaan yang diproses secara tepat dengan MRP itu sendiri. Dengan kata lain, bahwa jika biaya produksi efisien maka hal tersebut dapat mengendalikan persediaan perusahaan. a.
Metode Part Periode Balancing (PPB) Metode penyeimbang sebagian periode dalam menentukan ukuran lot
untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan untuk
64
memperkecil biaya total persediaan. Metode ini menggunakan pendekatan period ekonomis (economic part periode, EPP) untuk mencari ukuran lot. Kebutuhan setiap periode diakumulasikan hingga mendekati nilai EPP. Besarnya akumulasi persediaan yang mendekati nilai EPP merupakan ukuran lot yang dapat memperkecil biaya persediaan. Nilai EPP dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut: EPP =
biaya pemesanan _______ biaya penyimpanan per unit/periode
Biaya Pesan
= Rp.23.650/pemesanan
Biaya Transport = Rp.75.000/pemesanan Biaya Pemesanan= Rp. 98.650/pemesanan Biaya Penyimpanan : -
Sewa Gudang: Rp. 500.000/bulan
-
Listrik:
Rp. 350.000/bulan = Rp. 850.000/bulan : 4 minggu = Rp.212.500/minggu : 568 unit =Rp 374,119 per unit
EPP = Rp.98.650 Rp. 374,119 = 263,68 periode-bagian (dibulatkan 264)
65
Tabel 3.7 Bagan untuk menentukan ukuran lot dengan menggunakan EPP + ) ' ,
,. , ,. .
, .
, / . ,
, ,, , , ,,,. . Sumber : Hasil Analisis Penulis
(
,.
,.
1 (
,.
,
,./
,
Tabel 3.7 dibuat bertujuan untuk menentukan setiap berapa periode pemesanan akan dilakukan. Pemesanan dilakukan ketika akumulasi periodenya mendekati nilai 264 periode bagian (EPP). Berdasarkan tabel 3.7, pemesanan dilakukan setiap tiga periode sekali. Pada periode minggu pertama dilakukan akumulasi pemesanan untuk periode minggu kedua dan ketiga, pemesanan dilakukan kembali pada minggu keempat akumulasi untuk periode minggu kelima dan keenam. Untuk periode minggu kedelapan dan kesembilan dilakukan pada periode minggu ketujuh, pemesanan terakhir untuk bulan berjalan dilakukan pada periode minggu kesepuluh akumulasi periode minggu kesebelas dan kedua belas. Penentuan besarnya ukuran lot dijelaskan pada Tabel 3.8 -
Angka 126 lebih dekat ke 264 (EPP) dibandingkaan 40, ini berarti pemesanan lot pertama dilakukan sekaligus untuk kebutuhan 1, 2, 3 sebanyak 126 unit.
66
-
Angka 160 lebih dekat ke 264 (EPP) dibandingkaan 40, ini berarti pemesanan lot kedua dilakukan sekaligus untuk kebutuhan 4, 5, 6 sebanyak 160 unit.
-
Angka 129 lebih dekat ke 264 (EPP) dibandingkaan 43, ini berarti pemesanan lot ketiga dilakukan sekaligus untuk kebutuhan 7, 8 ,9 sebanyak 129 unit.
-
Angka 176 lebih dekat ke 264 (EPP) dibandingkaan 56, ini berarti pemesanan lot keempat dilakukan sekaligus untuk kebutuhan 10, 11, 12 sebanyak 176 unit. Tabel 3.8 Bagan MRP dengan menggunakan metode PPB
2 ! 4 "!# ,. , ,. , "$% !" &! ,
,, Sumber : Hasil Analisis Penulis
Biaya total persediaan dapat dihitung sebagai berikut: Biaya Pemesanan : 4 x Rp.223.650/minggu
= Rp. 894.600
Biaya Penyimpanan: 591 x Rp.374,119
= Rp. 221.104,329
Biaya Item: 568 x Rp. 165.000
= Rp.93.720.000
Biaya Total Persediaan
= Rp.94.835.704
Dengan metode PPB, pemesanan dilakukan sebanyak 4 kali dalam tiga bulan setiap tiga periode dan mengeluarkan biaya pemesanan sebesar Rp.394.600. Oleh karena pemesanan dilakukan secara akumulasi, maka ada bahan baku yang disimpan sebelum diproses yang mengakibatkan timbulnya biaya penyimpanan
67
sebesar Rp. 221.104,329. Dengan metode PPB yang biaya total persediaannya sebesar Rp.94.835.704, perusahaan dapat menghemat sebesar Rp100.153.800 – Rp.94.835.704 = Rp. 5.318.096 untuk waktu tiga bulan. Metode Period Order Quantity (POQ)
b.
Metode kuantitas pesanan periode merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Nilai POQ dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut. POQ= 2S DH
Dimana: S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan D = Kebutuhan rata-rata
POQ =
2(233.650) (47,33)(374,199)
= 447.300 17.710,838
= 5,025 periode = 5 periode (dibulatkan) Hasil perhitungan di atas berarti, pemesanan dilakukan 5 periode sekali dengan jumlah pesanan sesuai dengan kebutuhan untuk 5 periode yang bersangkutan. Pada tabel 3.9 dapat dilihat perencanaan kebutuhan bahan baku dengan menggunakan metode POQ. Pada minggu pertama, pemesanan dilakukan untuk 5 periode yaitu mingggu pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima sebanyak
68
219 unit. Kemudian akan dipesan kembali pada minggu keenam untuk 5 periode mendatang, begitu juga untuk periode-periode selanjutnya. Tabel 3.9 Bagan MRP dengan Menggunakan POQ
2 ! 4 "!# .,/ . ,, "$% !" &! ,/ ,/ / , , / Sumber : Hasil Analisis Penulis
Berdasarkan tabel di atas, dalam satu tahun perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 3 kali. Karena pemesanan dilakukan setiap 5 periode, maka ada bahan baku yang disimpan untuk persediaan periode berikutnya. Hal ini menyebabkan timbulnya biaya penyimpanan. Untuk mengetahui besarnya biaya penyimpanan, bahan baku yang tersisa pada setiap periode harus diakumulasikan terlebih dahulu. Maka akan diperoleh banyaknya unit yang disimpan (179+139+96+40+173+133+90+47+60 = 957). Dan biaya-biaya untuk persediaan akan diketahui dengan perhitungan berikut: Biaya Pemesanan : 3 x Rp.223.650/minggu
= Rp. 894.600
Biaya Penyimpanan: 957 x Rp.374,119
= Rp. 358.031,883
Biaya Item: 568 x Rp. 165.000
= Rp.93.720.000
Total Biaya
= Rp.94.972.631,88
Biaya total persediaan yang dihasilkan dengan menggunakan POQ sebesar Rp. 94.972.631,88. Pemesanan metode POQ lebih sering dibandingkan dengan metode PPB, namun dalam jumlah bahan baku yang disimpan metode POQ jauh lebih sedikit yang dapat memperkecil biaya penyimpanan. Dengan
69
metode POQ, dalam tiga bulan perusahaan dapat menghemat sebesar Rp. 100.153.800 – Rp. 94.972.631,88 = Rp. 5.181.168,12 untuk waktu tiga bulan c.
Metode Economic Order Quantiy (EOQ) Dengan metode kuantitas pesanan ekonomis (EOQ), diharapkan dapat
memperkecil biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Jumlah bahan baku yang dipesan dengan menggunakan metode ini dianggap konstan. Yaitu bahan baku yang dipesan sama banyak di setiap periode pemesanan. Untuk mendapatkan jumlah yang paling ekonomis pada setiap pemesanan, dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut. EOQ = 2DS H
Dimana: S = Biaya pemesanan H = Biaya penyimpanan D = Kebutuhan rata-rata D = 568 = 47,33 lembar/minggu 12 EOQ =
2(47,33)(233.650) (374,199)
= 56.576,07
= 237,85/lembar = dibulatkan 238 lembar Dari perhitungan di atas, diperoleh angka 238 sebagai jumlah pemesanan yang paling ekonomis. Pada tabel 3.10 Dapat dilihat, pemesanan dilakukan setiap 5 periode sekali. Karena jumlah kebutuhan periode minggu pertama, minggu kedua, minggu ketiga, minggu keempat dan minggu kelima dapat terpenuhi dengan satu
70
kali pemesanan, walaupun ada kelebihan bahan baku pada periode minggu pertama. Kelebihan tersebut dapat digunakan pada periode-periode berikutnya. Pada periode minggu kesebelas jumlah pesanan sebanyak 238 saja, karena terdapat kelebihan pada periode sebelumnya yang dapat memenuhi kebutuhan untuk periode minggu kesebelas dan minggu kedua belas. Dari tabel tersebut dapat diketahui berapa pemesanan dilakukan dan berapa banyak bahan baku yang disimpan, dan biaya persediaan dapat dihitung dengan perhitungan yang dapat dilihat di bawah tabel 3.10. Tabel 3.10 Bagan MRP dengan menggunakan metode EOQ
2 ! 4 "!# . . . "$% !" &! ,/ , ,, / ,/ ,/ , ,, , . . . Sumber : Hasil Analisis Penulis
Biaya total persediaan dapat dihitung sebagai berikut: Biaya Pemesanan : 3 x Rp.223.650/minggu
= Rp. 894.600
Biaya Penyimpanan: 1.584 x Rp.374,119
= Rp. 592.604,496
Biaya Item: 568 x Rp. 165.000
= Rp.93.720.000
Biaya total persediaan
= Rp.95.207.204,5
Dengan kuantitas pemesanan yang sama dengan metode POQ. Metode EOQ bahan baku yang disimpan lebih banyak yang mengakibatkan biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar. Namun dengan metode EOQ, perusahaan masih bisa menghemat biaya total persediaan sebesar Rp.100.153.800 –Rp. Rp.95.207.204,5 = Rp. 4.946.595,5 untuk waktu tiga bulan.
71
3.7 Selisih Perhitungan antara Metode MRP dengan Realisasi Perusahaan Perencanaan persediaan bahan baku yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk dapat merencanakan dan mengendalikan sistem persediaan bahan baku dari pemasok bahan baku yaitu dari Garut ke CV. VANNY Shoes, sehingga akan mengantisipasi terjadinya stock out dan over stock pada inventory, serta mengoptimalkan
sistem
pendistribusian
produk.
Bagian
ini
merupakan
rekapitulasi perbandingan persediaan kulit pada tiga bulan terakhir tahun 2009 Tabel 3.11 Rekapitulasi Perbandingan Persediaan Bahan Baku Kulit dengan Realisasi Perusahaan Tahun 2009 *0:*1
"05=#> ( "9 :"9 8 4 3 3 78.733.441 94.835.704 94.972.631,88 95.207.204,50 21.420.359 5.318.096 5.181.168,12 4.949.595,50
;1##<5&":5 *"5:5*
( ) 5 +( )
12 100.153.800
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Perencanaan persediaan bahan baku oleh perusahaan selama tiga bulan terakhir
tahun
2009
sebanyak
12
kali
kurang
teratur
dengan
biaya
Rp. 100.153.800,-. Apabila menerapkan metode Material Requirement Planning yaitu dengan lot sizing metode Proses MRP, persediaan bahan baku hanya akan dilakukan sebanyak 8 kali dan dilakukan lebih teratur karena terencana dengan biaya Rp. 78.733.441,Dengan perhitungan efisiensi : Time reduce = frekuensi actual – frekuensi alternatif x 100 % frekuensi actual = 12 – 8 kali x 100% = 33,33 % 12
72
Cost reduce = actual cost – alternatif cost x100 % actual cost = Rp. 100.153.800 – Rp. 78.733.441 x100% = 21,4% Rp.100.153.800
Dari perhitungan di atas artinya persediaan bahan baku dengan menggunakan Material Requirement Planning yaitu Proses MRP lebih baik karena akan mengurangi biaya hingga Rp. 21.420.359 atau sebesar 21,4% dan lebih optimal dalam memenuhi jumlah persediaan di gudang. Dengan didapatkannya nilai tersebut, terbukti metode MRP dapat berperan dalam pengefisienan biaya produksi. Berdasarkan perhitungan di atas, maka menunjukkan bahwa penggunaan metode MRP ternyata dapat menurunkan biaya pengadaan bahan baku sebesar perhitungan di atas setiap minggunya selama tiga bulan dan dapat mengendalikan biaya produksi. Dengan demikian, gudang dapat dipergunakan secara efisien dan semua kegiatan pembelian bahan baku dapat dikendalikan serta dapat dihindari pembelian bahan baku yang berlebihan. Untuk itu, perusahaan perlu mendasarkan pembelian bahan bakunya sesuai dengan kuantitas kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan serta sesuai dengan frekuensi yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya. Hal ini membuktikan hipotesa penulis bahwa dengan proses MRP dapat mengendalikan persediaan bahan baku terutama di perusahaan CV. VANNY Shoes lebih dominan dengan bahan baku kulit dan hal ini lebih ditunjukkan dengan diperolehnya biaya produksi yang efisien melalui metode Proses MRP. Untuk mengenal bagian manufaktur pada jaringan distribusi seperti rantai toko eceran, manajer operasi harus menjaga agar salurannya terus menerima pasokan
73
barang. Penggunaan perencanaan sumber daya distribusi memberikan sarana untuk ini. DRP (Distribution Resource Planning) dimana pengertiannya adalah rencana pemulihan stok yang terfase waktunya untuk semua tingkatan jaringan distribusi. Prosedur dan logikanya sama dengan MRP. DRP memerlukan: 1. Kebutuhan bruto, yang jumlahnya sama dengan perkiraan permintaan atau ramalan penjualan. 2. Tingkat persediaan minimal yang diperlukan untuk mencapai tingkat pemenuhan permintaan konsumen. 3. Waktu antara (lead time) yang akurat. 4. Definisi dari struktur distribusi. Akan tetapi dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan batasan dengan hanya meneliti pada bagian purchase dimana objek penelitiannya juga dibatasi dengan banyaknya bahan yang di pergunakan oleh CV. VANNY Shoes saja. Untuk itu tidak diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai manufacture.
74
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis membahas masalah persediaan bahan baku safety industry shoes, yang dibatasi oleh penulis yaitu membahas mengenai persediaan kulit, maka penulis dapat mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. a.
Selama ini perusahaan dalam melakukan produksi menggunakan system job order, yaitu mengerjakan produksi sepatu apabila ada pemesanan dari konsumen atau costumize. Karena menggunakan system job order, apabila mendapatkan order sangat banyak maka akan terjadi over hour, sehingga membuat waktu tidak efisien atau memperpanjang jam kerja yang telah ditentukan.
b.
Perusaahaan masih tergantung pada pemasok bahan baku, apabila bahan baku kulit yang ada di Garut tidak dapat memenuhi permintaan atau tidak tersedianya kulit, maka perusahaan melakukan penghentiaan kegiatan produksi atau penundaan hingga datangnya barang material.
2. a. Metode Material Requirement Planning (MRP) dapat digunakan diperusahaan sebagai alat dalam mengendalikan persediaan bahan baku yaitu dengan metode proses MRP, part period balancing, period order
75
quantity, dan economic order quantity. Perusahaan dapat mengotimalisasi time dan cost reduction. b.
Metode Lot Sizing yang optimum adalah Part Period Balancing.
c.
Dengan menggunakan Part Period Balancing, perusahaan dapat mengurangi biaya persediaan sebesar Rp. 21.420.359 atau sebesar 21,4% serta mengurangi waktu pemesan sebanyak 4 kali pemesanan dan lebih optimal dalam memenuhi jumlah persediaan di gudang.
4.2 Saran-saran Setelah diuraikan mengenai kesimpulan, maka akan dikemukakan saransaran dengan harapan dapat membantu untuk perbaikan pengembangan CV.VANNY Shoes di masa yang akan datang. Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1.
CV.VANNY Shoes disarankan untuk tidak menggunakan metode manual atau melakukan produksi menggunakan system job order, yaitu mengerjakan produksi sepatu apabila ada pemesanan dari konsumen atau costumize. Karena menggunakan system job order, tidak dapat digunakan secara efisien dan efektif sehingga akan terjadi over time dan over cost.
2. a.
Untuk di masa yang akan datang sebaiknya CV.VANNY Shoes menerapkan suatu metode perencanaan kebutuhan material dengan MRP yang telah dikemukakan di BAB III.
b.
Karena metode MRP beroprasi dengan menggunakan MPS dan BOM, maka sebaiknyaa digunakan fasilitas computer untuk penerapannya,
76
sehingga proses perhitungan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan secara tepat dan otomatis, khususnya bila terjadi perubahan tingkat permintaan, dimana hal ini komputer akan langsung melakukan penyesuaian terhadap perhitungan. c.
CV. VANNY Shoes dapat menerapkan metode Proses MRP karena hal ini dapat mengurangi biaya persediaan bahan baku sebesar Rp. 21.420.359 atau sebesar 21,4%
dan hal ini mempengaruhi pendapatan. Dengan
persediaan yang cukup perusahaan dapat menghemat biaya, khususnya biaya persediaan tanpa megganggu proses produksi yang akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan kepuasan konsumen.
77
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ballou, H. Ronald. 2004. Business Logistics/Supply Chain Management, Jakarta: Gramedia. Bedworth, D David, James E Bailey. 1987. Integrated Production Control System Management, Analisis, Design 2/E. New York: John Wiley & Sons. Chase, B Richard, et al. 2004. Operation Management For Competitve Advantage, Tenth Edition. Mc Graw. Hill. Coyle, J. John, et al. 2003. The Management of Business, Sevent Edition. South. Western. Davis/Heineke. 2005. Operation Management Integrating Manufacturing and Service, Fitfth Edition. Gaspersz, Vincent. 20044. Production Planning and Inventory Control, Cetakan Ke- empat. Jakarta: Gramedia. Handoko, Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan Ketigabelas. Yogyakarta: BPFE. Heizer Jay, Barry Render. 2001. Operations Management, Sixth Edition. New Jerrsey: Prentice Hall. Heizer Jay, Barry Render. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat. Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi, Cetakan Ke-tiga. Jakarta: Gramedia. Indrajit, E. Richardus, Richardus Djokopranoto. 2002. Concept Management Supply Chain. Jakarta: Gramedia. Indrajit, E. Richardus, Richardus Djokopranoto. 2003. Manajemen Persediaan. Jakarta: Grasindo. Najir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perrsada.
Reksohadiprojdo. 2002. Manajemen Operasi. Jakarta. Schermerhorn, Jr. R. John. 1997. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia. ANDI and John Wiley & Sons. Schroder, G. Roger. 2000. Operation Management: Contemporary Concept and Cases. McGraw-Hill. Seikh, Khalid. 2002. Manufacturing Resource Planning (MRP II). McGraw Hill. Tampubolon, Manahan. 2004. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Lampiran 1 Master Production System (MPS) Kebutuhan Safety Industry Shoes Tahun 2009 ( dalam jangka 3 bulan) : : 5 1 # 1 #
11 5' '! ,? (.@.) +% # +% # * @ !' ,! *#%!+ * ' - !% * ,! !4% * ,! 4 '' . '! , 0 ' (( A +5' *#, ! *#%!+ .% (,-. @,- ) B! "' + 0 A +' +
5 *# , 4% , 4% '! # '! , ! ,! # # ' ! , ! '! '! # , ! # ''
, ,.
.
, , . 2
, ,, ,
.. , 22
"
, , . ,. ,
. .
, , , , . . 2 2
. , , ,, ,. , ,
. .. . , , 22
. ., , . , . ,
., ., . ., , ., . , .,
, ,.
.
, , . 2
, ,, ,
.. , 22
! #$ .. , ,, , ,.
,
.
. , . , . 2 2
. , , ,, . ,
.. . , 22 2
, . , . , , . 2 . , ,. , . . ,
, . , . , , . 2 . , ,. , . . ,
% . , ., / , . , , .
,
, ., , ., ./ . , ., , , , ., . . , , .,
0
.. ,, , ,
. . 2 . , . . 2
, .,. , . ,, . , .
., ., 2 . ., , ., . ,/ ., 2 2
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Lampiran 2 Bill of Material Safety Industry Shoes
S Safety Industry Shoes
L-0
(1 pair)
L-1
L-2
L-3
Top Shoes
Under Shoes
(1 pair)
(1 pair)
Bagian Badan
Aksesoris
Bagian Depan
(1)
(1)
(1)
Bagian Dalam (1)
Badan Sepatu
Telinga Sepatu
Kun
Paget
Brand Label
Tali
Sole
Pleteran
Takson
Fron Iron
(4)
(8)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
(2)
Lidah Sepatu
Mata itik
Ujung Sepatu
(2)
(24)
(2)
Sumber : Hasil Analisis Penulis
15 16 17 18
B 12 13 14
3 4 5 6 7 8 9 10 11
2
1
A
#"
, ,.
.
, , .
, ,, ,
.. ,
,
,,
,,,
,.,
,,
,.
,.
,
,
*' ,,
,. ,.,
,..
,
,,
,
*'
pack liter meter liter pair pit meter meter lusin
pair liter liter
meter pair meter roll
Jumlah
,
pack
,
.. ,
, ,,
, ,.
.
, , .
, . . ,
. , ,.
, . , . , , .
"
,,
Rupiah
Harga Satuan
Lembar
Satuan
., . , .,
. ., ,
., , . , . ,
., .,
.
,
.. ,
, ,,
, ,.
.
, , .
2
. .
. ,
.. ,, , ,
. .
,
.. ,
, ,,
, ,.
.
, , .
! #$
, . . ,
. , ,.
, . , . , , .
, . . ,
. , ,.
, . , . , , .
, . ,
, ,
, / ,
, , ./
., . , .,
. ., ,
., , . , . ,
., .,
.
%
Tabel Perhitungan Permintaan dan Biaya Item Safety Industry Shoes Tahun 2009 ( dalam jangka 3 bulan)
Minggu A. Atas Sepatu Kulit 1 feet (28x28) Benang ukuran 30/20 Benang ukuran 6/20 Latex Kain lapis Lem kuning Label Mata Itik Lapis trickot Lapis carbella Tali sepatu B. Bawah Sepatu Karet Lem putih Lem kuning Tekson (1,20x1,80) Fron iron Pleteran Benang
Keterangan
Lampiran 3
2
. .
. ,
.. ,, , ,
. .
2
2
2
2
Total
, ./
,
,..
, ,
, .
, ,
,.
,
,
,,,/
,
,/
,/
,.
,
,,
,.
,,/
,/.
Biaya Item
Proses Pembuatan Pola pada Kulit Sapi
Mesin Perekat Sol dengan Badan Sepatu
Kegiatan Finishing pada Safety Industry Shoes
SAFETY INDUSTRY SHOES Terlihat dari depan sepatu:
Terlihat dari belakang sepatu:
Terlihat dari samping dan atas sepatu:
Terlihat dari atas sepatu terdapat besi pada ujung sepatu: