SKRIPSI
PROFIL ASAM LEMAK DAN TRIGLISERIDA BIJI-BIJIAN
Oleh : ASTRIDA RENATA L. F24104090
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Astrida Renata. F24104090. 2009. Profil Asam Lemak dan Trigliserida pada Biji-bijian. Di bawah bimbingan Nuri Andarwulan. RINGKASAN Biji merupakan bagian yang berkembang dari ovule (bakal biji) dan mempunyai peran sebagai komponen regenerasi pada tanaman. Biji yang merupakan salah satu sumber pangan untuk manusia, juga dapat memberikan kegunaan-kegunaan lainnya, seperti obat-obatan, komponen dalam minuman, dan sebagai sumber minyak untuk industri. Pada tumbuhan tingkat tinggi, asam lemak terakumulasi dalam bentuk trigliserida pada biji yang berperan sebagai cadangan makanan. Setiap biji memiliki karakteristik lipida yang berbeda. Hal ini tergantung dari komposisi asam lemak penyusunnya dan bagaimana asam lemak itu tersusun dalam struktur trigliserida pada biji. Perbedaan karakteristik tersebut mengakibatkan adanya perbedaan pemanfaatan dari setiap lemak dan minyak yang terkstrak dari biji. Lemak dan minyak yang diekstrak ini dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam industri pangan maupun non pangan. Penelitian ini bertujuan mendeteksi komponen asam lemak dan komponen trigliserida pada beberapa biji-bijian tanaman di Indonesia. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sebelas suku dengan total seluruh sampel adalah dua puluh biji, yaitu suku (family) : Lauraceae (alpukat), Sapindaceae (rambutan), Annonaceae (sirsak), Rubiaceae (mengkudu), Caricaceae (pepaya), Sterculiaceae (kepoh), Dipterocarpaceae (tengkawang tungkul), Moraceae (nangka dan cempedak), Euphorbiaceae (jarak kaliki, karet, kemiri, dan kemiri cina), Fabaceae (kacang tanah dan saga pohon), dan Anacardiaceae (kuweni, mangga gedong, mangga indramayu, mangga simanalagi, dan mangga arum manis). Ekstraksi fraksi lipida dari biji-bijian ini menggunakan campuran methanol dan kloroform. Standar yang digunakan dalam analisis asam lemak adalah standar campuran C8-C22 dari fatty acid methyl esters (FAME) dan standar yang digunakan dalam analisis trigliserida adalah campuran dari standar tunggal (OOO, OOS, PPP, SSS, OOP), cocoa butter (POP, POS, SOS, SOA), fully hydrogenated soybean oil (PPS, PSS), palm kernel oil,dan refining bleaching deodorized palm oil (CaLaLa, CaLaM, LaLaLa, LaLaM, LaLaO, LaLaP/LaMM, MLL, MML/LaOM, MMM/LaPM, LMO/LaOO, MPL/LaOP/MMO, LaPP/MMP, PLO, PPL). Analisis yang dilakukan adalah analisis kadar air, analisis kadar lemak, analisis asam lemak dengan menggunakan GC column DB-23, dan analisis trigliserida dengan menggunakan HPLC column C-18 phase, ZORBAX Eclipse XDB dan Microsorb–MV yang dipasang seri. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data kadar air biji-bijian berkisar antara 8.34% hingga 87.35%, kadar lemak biji-bijian berkisar antara 0.42% hingga 63.97% berdasarkan berat keringnya. Hasil analisis asam lemak pada bijibijian menunjukkan bahwa asam lemak tidak jenuh (asam oleat dan asam linoleat) merupakan asam lemak dominan yang menyusun fraksi lipida biji. Total asam lemak (g per 100 gram minyak) yang tertinggi terdapat pada biji kuweni (94.74g/100g) dan terkecil pada biji alpukat (19.99g/100g). Komposisi trigliserida yang terdapat pada biji-bijian sangatlah bervariasi jenisnya, tergantung dari asam lemak penyusunnya sehingga analisis asam lemak sangat penting untuk dilakukan. Ekstrak minyak biji-bijian umumnya memiliki struktur UUU, SUU, dan SUS,
dimana U dan S adalah unsaturated (tidak jenuh) dan saturated (jenuh). Hasil ini menunjukkan bahwa pada biji-bijian, asam lemak tidak jenuh umumnya teresterifikasi pada posisi sn-2. Analisis kadar lemak pada sebelas suku biji-bijian menunjukkan bahwa tidak semua biji yang digunakan dalam penelitian ini berpotensi sebagai sumber penghasil lemak/minyak. Biji yang tidak berpotensi adalah biji cempedak dengan kadar lemak 0.42% bk atau 0.10% bb, biji nangka dengan kadar lemak 1.22% bk atau 0.41% bb, dan biji alpukat 1.77% bk atau 1.09% bb. Ekstrak minyak biji jarak kaliki dengan kandungan asam ricinoleat (berdasarkan literatur) yang tinggi biasanya diproses untuk diaplikasikan pada industri oleokimia, yaitu sebagai minyak pelumas. Minyak biji kepoh dengan tingginya kandungan asam lemak siklik membuat minyak ini tidak bisa digunakan dalam industri pangan karena dampak negatif yang bisa ditimbulkan (menghambat desaturasi asam lemak jenuh, menghambat reproduksi selular, dan mengubah permeabilitas membrane). Minyak kemiri, kemiri cina, dan karet memiliki kandungan asam linoleat cukup tinggi (27.78%-39.15%), profil trigliserida dengan komposisi UUU dan SUU yang dominan, serta dikategorikan sebagai minyak mengering. Ketiga minyak ini biasanya digunakan untuk industri cat dan varnish. Ekstrak lipida dari biji tengkawang tungkul, mangga, dan kuweni memperlihatkan adanya kesamaan profil asam lemak dan trigliseridanya dengan lemak coklat, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai penganti lemak coklat. Minyak kacang tanah, saga pohon, pepaya, dan mengkudu memperlihatkan adanya potensi untuk digunakan dalam industri pangan dengan asam lemak oleat dan asam linoleat sebagai komponen dominan, sedangkan minyak sirsak dan lemak rambutan bersifat tidak edible karena adanya komponen alkaloid.
PROFIL ASAM LEMAK DAN TRIGLISERIDA BIJI-BIJIAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Astrida Renata L. F24104090
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROFIL ASAM LEMAK DAN TRIGLISERIDA BIJI-BIJIAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : Astrida Renata L. F24104090 Dilahirkan pada tanggal, 7 Juni 1986 di Jakarta Tanggal Lulus : Menyetujui Bogor,
Februari 2009
Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi. Pembimbing Akademik Mengetahui,
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1986 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Anwar R. P. Lubis dan Ibu Hamida P. Mamora. Penulis
menyelesaikan
pendidikan
dasar
dan
pendidikan menengah di SDK-SMPK Ora et Labora, dan pendidikan menengah atas di SMAN 8. Seluruh pendidikan diselesaikan di Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama melakukan studi di
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai wakil ketua di Persekutuan Fakultas (PF) Teknologi Pertanian pada masa jabatan 2006-2008 dan sekretaris di Food Processing Club (FPC) pada masa jabatan 2006-2007. Penulis juga berperan serta sebagai panitia dalam kegiatan suksesi HIMITEPA yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (HIMITEPA) IPB dan pelatihan pengolahan pangan oleh FPC. Pada tahun 2008 penulis ikut ambil bagian dalam National Student Conference (NSC) yang diadakan oleh Universitas Soegijapranata, Semarang sebagai presenter. Selain itu penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar (2005-2008) dan Biologi Dasar (2005). Penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul penelitian “Profil Asam Lemak dan Trigliserida Biji-bijian” dengan dosen pembimbing Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi. Selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan dukungan, bimbingan, saran serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. dan Didah Nur Faridah, STP. MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan berupa saran dan pemikiran yang sangat berharga untuk menyempurnakan skripsi ini. 3. Ayah dan Ibu penulis atas dukungan moril, kasih sayang, perhatian, kesabaran, dan materi yang tak terhitung jumlahnya yang telah diberikan sejak kecil hingga menyelesaikan pendidikan Sarjana ini. Untaian doa-doa yang tulus dan tak pernah putus adalah kekuatan bagi penulis. 4. Esther Mariana dan Ruth Theodora selaku adik penulis yang selalu memberikan dorongan dan keceriaan selama penelitian ini. 5. Riska Rozida Bastomi (Riska). Terima kasih menjadi seorang sahabat dan menemani disaat susah dan senang. 6. Lia dan Ancha sebagai teman satu bimbingan. Terima kasih atas dukungan, canda tawa, dan kebersamaan selama penelitian. 7. Rekan-rekan penelitian di Southeast Asia Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST Center) IPB : Sisi, Ririn, Eci, Chabib, Sofiyan, Netha, Sukma, Mas Rai, Mba Reno, Mas Ayusta, Mba Puspa, Mas Aziz, Mba Anggi atas bantuan, kebersamaan, canda tawa, dan dukungan selama penelitian.
8. Staf laboratorium SEAFAST Center IPB : Pak Soenar (terima kasih banyak atas bantuan untuk analisis trigliseridanya), Mba Ria dan Mas Arief, Pak Sukarna (Abah), Sofah, Mba Ari, Mba Ria dan Mba Deni, Mba Nia, Mas Wawan, Mba Ira, Mba Hanna, Gugun, dan semuanya. 9. Staf SEAFAST Center IPB : Bu Tri Susilo, Bu Ani, Mba Desty, Pak Zul, Mba Virna, Bu Elly, Pak Nana, Pak Udin, Bi Ana, Bi Entin, dan seluruh keluarga SEAFAST Center IPB. 10. Prita dan Ka Septi. Terima kasih atas segala dukungan, semangat dan doanya. 11. Pak Aang, Pak Ahi, dan seluruh pihak Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), Cimanggu. Terima kasih atas kerjasamanya. 12. Mba Lia dan pihak Puslit Biologi - LIPI, Cibinong. Terima kasih atas kerjasamanya. 13. Teman-teman saya pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan : Arief, Tuko, Tomi, Sherly, Rina, Yuli, Ros, Teni, Umul, Qia, Ety, Wacu, Mayland, Jendi, Rapper, Tika, Mequ, Fina, Dikun, Andri, Iqbal, dan seluruh teman TPG’41 lainnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas atas budi baik Bapak/Ibu/Saudara/i semuanya, dan akhirnya semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2009 Penulis.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ...................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG................................................................................... 1 B. TUJUAN ....................................................................................................... 3 C. MANFAAT ................................................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4 A. TANAMAN BERBIJI ................................................................................. 4 B. LIPIDA TANAMAN ................................................................................. 26 III. BAHAN DAN METODE ................................................................................ 41 A. BAHAN DAN ALAT ................................................................................ 41 1.Bahan ..................................................................................................... 41 2. Alat ....................................................................................................... 41 B. METODE ................................................................................................... 43 1. Identifikasi/determinasi tumbuhan dan karakterisasi fisik-kimia biji .... 43 2. Karakterisasi profil asam lemak ............................................................. 44 3. Karakterisasi profil trigliserida .............................................................. 47 4. Identifikasi potensi ekstrak lemak/minyakberdasarkan profil asam lemak dan trigliserida ............................................................................ 50 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 54 A. IDENTIFIKASI/DETERMINASI TUMBUHAN ..................................... 54 B. KARAKTERISTIK BIJI ............................................................................ 55 1. Suku Lauraceae : Alpukat .................................................................... 63 2. Suku Sapindaceae : Rambutan ............................................................. 63 3. Suku Annonaceae : Sirsak .................................................................... 63 4. Suku Rubiaceae : Mengkudu ................................................................ 64 5. Suku Caricaceae : Pepaya .................................................................... 64 6. Suku Sterculiaceae : Kepoh ................................................................. 65 7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul ................................... 65 8. Suku Moraceae ..................................................................................... 66 a. Cempedak ......................................................................................... 66 b. Nangka ............................................................................................. 66 9. Suku Euphorbiaceae............................................................................. 67 a. Jarak kaliki ....................................................................................... 67
b. Karet ................................................................................................. 67 c. Kemiri .............................................................................................. 68 d. Kemiri cina ....................................................................................... 68 10. Suku Fabaceae ................................................................................... 68 a. Kacang tanah .................................................................................... 69 b. Saga pohon ....................................................................................... 69 11. Suku Anarcardiaceae .......................................................................... 69 a. Mangga ............................................................................................. 70 b. Kuweni ............................................................................................. 71 C.PROFIL STANDAR ASAM LEMAK ....................................................... 72 D.ASAM LEMAK PADA BIJI-BIJIAN ........................................................ 73 1. Suku Lauraceae : Alpukat .................................................................... 78 2. Suku Sapindaceae : Rambutan ............................................................. 79 3. Suku Annonaceae : Sirsak .................................................................... 80 4. Suku Rubiaceae : Mengkudu ................................................................ 82 5. Suku Caricaceae : Pepaya .................................................................... 83 6. Suku Sterculiaceae : Kepoh ................................................................. 84 7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul ................................... 86 8. Suku Moraceae ..................................................................................... 87 a. Cempedak ......................................................................................... 87 b. Nangka ............................................................................................. 88 9. Suku Euphorbiaceae............................................................................. 90 a. Jarak kaliki ....................................................................................... 90 b. Karet ................................................................................................. 90 c. Kemiri .............................................................................................. 91 d. Kemiri cina ....................................................................................... 92 10. Suku Fabaceae ................................................................................... 95 a. Kacang tanah .................................................................................... 95 b. Saga pohon ....................................................................................... 95 11. Suku Anarcardiaceae .......................................................................... 97 a. Mangga ............................................................................................. 97 b. Kuweni ........................................................................................... 103 E. PROFIL STANDAR TRIGLISERIDA.................................................... 105 F. TRIGLISERIDA BIJI-BIJIAN................................................................. 107 1. Suku Lauraceae : Alpukat .................................................................. 111 2. Suku Sapindaceae : Rambutan ........................................................... 113 3. Suku Annonaceae : Sirsak .................................................................. 115 4. Suku Rubiaceae : Mengkudu .............................................................. 117 5. Suku Caricaceae : Pepaya .................................................................. 119 6. Suku Sterculiaceae : Kepoh ............................................................... 121 7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul ................................. 122 8. Suku Moraceae ................................................................................... 122 a. Cempedak ....................................................................................... 123 b. Nangka ........................................................................................... 124 9. Suku Euphorbiaceae........................................................................... 127 a. Jarak kaliki ..................................................................................... 127 b. Karet ............................................................................................... 128 c. Kemiri ............................................................................................ 130
d. Kemiri cina ..................................................................................... 132 10. Suku Fabaceae ................................................................................. 134 a. Kacang tanah .................................................................................. 134 b. Saga pohon ..................................................................................... 135 11. Suku Anarcardiaceae ........................................................................ 138 a. Mangga ........................................................................................... 138 b. Kuweni ........................................................................................... 144 F. IDENTIFIKASI POTENSI BERDASARKAN PROFIL ASAM LEMAK DAN PROFIL TRIGLISERIDA ............................................... 107 V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 150 A. KESIMPULAN ......................................................................................... 150 B. SARAN ..................................................................................................... 151 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 152
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komponen asam lemak pada beberapa jenis biji-bijian........................ 35 Tabel 2. Spesifikasi HPLC ................................................................................. 42 Tabel 3. Spesifikasi GC ...................................................................................... 42 Tabel 4. Penentuan jenis standar TG yang ditambahkan pada ekstrak lemak/minyak ........................................................................................ 49 Tabel 5. Hasil identifikasi/determinasi tumbuhan .............................................. 54 Tabel 6. Karakteristik fisik dan kimia biji-bijian sebelas suku tanaman ............ 56 Tabel 7. Respond factor standar asam lemak ...................................................... 72 Tabel 7. Profil asam lemak ekstrak lemak/biji-bijian dari sebesas suku tanaman ................................................................................................. 75 Tabel 8. Waktu retensi standar trigliserida ......................................................... 105 Tabel 9. Trigliserida berdasarkan equivalent carbon number ............................ 107 Tabel 10. Profil trigliserida ekstrak lemak/biji-bijian dari sebesas suku tanaman ............................................................................................... 109 Tabel 10. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji alpukat ................................................................................................. 111 Tabel 11. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji rambutan .............................................................................................. 113 Tabel 12. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji sirsak ................................................................................................... 115 Tabel 13. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji mengkudu ............................................................................................ 117 Tabel 14. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji pepaya ................................................................................................. 119 Tabel 15. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji cempedak ............................................................................................ 123 Tabel 16. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji nangka ................................................................................................. 124 Tabel 17. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji karet ..................................................................................................... 129 Tabel 18. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kemiri .................................................................................................. 130 Tabel 19. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kemiri cina........................................................................................... 132 Tabel 20. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kacang tanah ........................................................................................ 135 Tabel 21. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji saga pohon........................................................................................... 136 Tabel 22. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji mangga arum manis ............................................................................ 139 Tabel 23. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji mangga indramayu .............................................................................. 141 Tabel 24. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kuweni ................................................................................................. 145
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tanaman alpukat ................................................................................. 5 Gambar 2. Buah alpukat........................................................................................ 5 Gambar 3. Tanaman rambutan .............................................................................. 6 Gambar 4. Buah rambutan .................................................................................... 6 Gambar 5. Tanaman sirsak.................................................................................... 7 Gambar 6. Buah sirsak .......................................................................................... 7 Gambar 7. Tanaman mengkudu ............................................................................ 9 Gambar 8. Buah mengkudu................................................................................... 9 Gambar 9. Tanaman pepaya.................................................................................. 10 Gambar 10. Buah pepaya ...................................................................................... 10 Gambar 11. Tanaman kepoh ................................................................................. 12 Gambar 12. Buah kepoh........................................................................................ 12 Gambar 13. Tanaman tengkawang tungkul .......................................................... 13 Gambar 14. Buah tengkawang tungkul ................................................................. 13 Gambar 15. Tanaman cempedak ........................................................................... 15 Gambar 16. Buah cempedak ................................................................................. 15 Gambar 17. Tanaman nangka ............................................................................... 16 Gambar 18. Buah nangka ...................................................................................... 16 Gambar 19. Tanaman jarak kaliki ......................................................................... 18 Gambar 20. Buah jarak kaliki ............................................................................... 18 Gambar 21. Tanaman karet ................................................................................... 19 Gambar 22. Buah karet ......................................................................................... 19 Gambar 23. Tanaman kemiri................................................................................. 20 Gambar 24. Tanaman kemiri cina ......................................................................... 22 Gambar 25. Buah kemiri cina ............................................................................... 22 Gambar 26. Tanaman kacang tanah ...................................................................... 23 Gambar 27. Tanaman saga pohon ......................................................................... 24 Gambar 28. Tanaman mangga .............................................................................. 27 Gambar 29. Tanaman kuweni ............................................................................... 27 Gambar 30. Struktur molekul trigliserida ............................................................. 33 Gambar 31. Tahap persiapan sampel .................................................................... 51 Gambar 32. Tahap ekstraksi minyak ..................................................................... 52 Gambar 33. Tahap derivatisasi ekstrak minyak .................................................... 53 Gambar 34. Kromatogram standar FAME ............................................................ 73 Gambar 35. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji alpukat .................... 79 Gambar 36. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji rambutan ................... 80 Gambar 37. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji sirsak ...................... 81 Gambar 38. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji mengkudu ............... 83 Gambar 39. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji pepaya .................... 84 Gambar 40. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kepoh ...................... 85 Gambar 41. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji tengkawang tungkul . 87 Gambar 42. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji cempedak.................. 88 Gambar 43. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji nangka ...................... 89 Gambar 44. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji jarak kaliki ............. 93 Gambar 45. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji karet........................ 93 Gambar 46. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kemiri ..................... 94
Gambar 47. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kemiri cina ............. 94 Gambar 48. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kacang tanah........... 96 Gambar 49. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji saga pohon ............. 97 Gambar 50. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga arumanis ... 101 Gambar 51. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga indramayu . 101 Gambar 52. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga gedong ...... 102 Gambar 53. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga simanalagi . 102 Gambar 54. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji kuweni .................... 104 Gambar 55. Kromatogram standar trigliserida.................................................... 106 Gambar 56. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji alpukat ................... 112 Gambar 57. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji alpukat dengan penambahan standar OOO,OOP, dan OOS ......................... 112 Gambar 58. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji rambutan .................. 114 Gambar 59. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji rambutan dengan penambahan standar OOO,PPP, dan SSS............................ 114 Gambar 60. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji sirsak ...................... 116 Gambar 61. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji sirsak dengan penambahan standar OOO dan OOP............................................... 116 Gambar 62. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji mengkudu .............. 118 Gambar 63. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji mengkudu dengan penambahan standar OOP. .................................................. 120 Gambar 64. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji pepaya .................... 120 Gambar 65. Ko-kromatogram ekstrak minyak biji pepaya dengan penambahan standar OOO dan OOS............................................... 120 Gambar 66. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kepoh ..................... 121 Gambar 67. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji tengkawang tungkul . 122 Gambar 68. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji cempedak.................. 125 Gambar 68. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji cempedak dengan penambahan standar OOO. ................................................. 125 Gambar 70. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji nangka ...................... 126 Gambar 71. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji nangka dengan penambahan standar OOP. ................................................. 126 Gambar 72. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji jarak kaliki ............. 128 Gambar 73. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji karet ....................... 129 Gambar 74. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji karet dengan penambahan standar OOO dan OOS. ................................. 129 Gambar 75. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri ..................... 131 Gambar 76. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri dengan penambahan standar OOP. ................................................. 131 Gambar 77. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri cina ............. 133 Gambar 78. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri cina dengan penambahan standar OOO dan OOP .................................. 133 Gambar 79. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kacang tanah .......... 136 Gambar 80. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kacang tanah dengan standar OOO dan OOS.............................................. 136 Gambar 81. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji saga pohon ............. 137 Gambar 82. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji saga pohon dengan standar OOP dan OOS ........................................................ 137
Gambar 83. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji mangga arum manis140 Gambar 84. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga arumanis dengan penambahan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1. ...................................................... 140 Gambar 85. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga indramayu ... 142 Gambar 86. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga indramayu dengan penambahan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1. ......................................... 142 Gambar 87. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga gedong ........ 143 Gambar 88. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga simanalagi .. 144 Gambar 89. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji kuweni ...................... 146 Gambar 90. Ko-kromatogram ekstrak lemak biji kuweni dengan penambahan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1....................................................................... 146
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kadar air sampel segar ............................................................... Lampiran 2. Kadar air sampel kering .............................................................. Lampiran 3. Kadar lemak biji-bijian ............................................................... Lampiran 4. Hasil analisis asam lemak kesebelas suku tanaman ................... Lampiran 5. Hasil analisis trigliserida kesebelas suku tanaman .....................
158 162 166 171 173
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Biji merupakan bagian yang berkembang dari ovule (bakal biji) dan mempunyai peran sebagai komponen regenerasi pada tanaman. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Biji merupakan salah satu sumber pangan untuk manusia dan hewan. Selain itu, biji juga dapat memberi kegunaan lain seperti: obat-obatan, fiber (kapas), komponen dalam minuman (kopi dan coklat), dan sumber minyak untuk industri (Esau,1977). Keberadaan tanaman penghasil biji banyak terdapat di Indonesia, tetapi pemanfaatannya kurang, contohnya pemanfaatan buah-buahan yang sering menjadikan biji buah-bahan tersebut hanya menjadi limbah buangan. Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan binatang (Tarigan, 1983). Lipida mempunyai sifat umum antara lain: larut dalam pelarut organik tertentu seperti benzene, kloroform, dietil eter, heksana, dan metanol (Akoh et al., 2002); mengandung
unsur:
karbon,
hidrogen,
oksigen,
dan
kadang-kadang
mengandung nitrogen dan fosfor; proses hidrolisis menghasilkan asam lemak atau dapat membentuk ester dengan asam lemak; dan berperan pada metabolisme tumbuhan dan binatang (Tarigan, 1983). Hampir semua tumbuhan berbiji mengandung lipida di bagian biji atau dibagian daging buah. (Eteshola et al., 1996). Bagian lain tanaman juga mengandung lipida, namun hanya pada jumlah yang kecil. Lipida biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi sebagai glikolipida dan fosfolipida pada bagian daun, batang dan akar, yaitu kurang dari 2% (Hitchcock dan Nichols, 1971). Bentuk umum penyimpanan lipida dalam biji adalah trigliserida (hingga 90%). Lipida dibagi menjadi dua berdasarkan properti fisiknya, yaitu minyak jika berwujud cair dan lemak jika berwujud padat pada suhu kamar (Akoh et al., 2002). Setiap biji memiliki karakteristik lipida yang berbeda. Hal ini tergantung dari komposisi asam lemak penyusunnya dan bagaimana asam lemak itu tersusun dalam struktur trigliserida pada biji. Perbedaan karakteristik tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan pemanfaatan dari setiap lemak dan minyak yang terkstrak dari biji. Lemak dan minyak yang diekstrak ini dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam industri pangan maupun non pangan. Jenis biji-bijian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sebelas suku dengan jumlah keseluruhan dua puluh biji, yaitu biji dari suku (family) : Lauraceae (alpukat), Sapindaceae (rambutan), Annonaceae (sirsak), Rubiaceae
(mengkudu),
Caricaceae
(pepaya),
Sterculiaceae
(kepoh),
Dipterocarpaceae (tengkawang tungkul), Moraceae (nangka dan cempedak), Euphorbiaceae (jarak kaliki, karet, kemiri, dan kemiri cina), Fabaceae (kacang tanah dan saga pohon), dan Anacardiaceae (kuweni, mangga gedong, mangga indramayu, mangga simanalagi, dan mangga arum manis). Asam – asam lemak yang ditemukan di alam biasanya merupakan asamasam monokarboksilat dengan jumlah atom karbon genap (Winarno, 1992). Menurut
Hitchcock dan Nichols (1971), distribusi asam lemak pada
tumbuhan dibagi menjadi tiga macam, yaitu : major fatty acids, minor fatty acids, dan unusual fatty acids. Kelompok asam lemak mayor merupakan kelompok asam lemak yang umum terdapat pada tumbuhan. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah: asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Kelompok asam lemak minor merupakan kelompok asam lemak yang secara distribusi jarang terdapat pada tumbuhan. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah: asam palmitoleat, asam arachidonat, dan asam erucic. Kelompok asam lemak spesifik merupakan kelompok asam lemak yang terdapat hanya pada sumber tertentu saja, contohnya: asam sterkulat pada biji kepoh dan asam ricinoleat pada biji jarak kaliki. Deteksi komponen asam lemak yang terdapat pada biji-bijian dilakukan dengan menggunakan metode gas chromatography (GC). Penggunaan metode ini mengharuskan asam lemak diderivatisasi terlebih dahulu sehingga asam lemak berubah menjadi komponen volatil dan pemisahan komponen asam lemak pada minyak nabati dapat terjadi akibat adanya perbedaan volatilitas. Trigliserida terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Substituennya dapat ditunjukkan menurut sistem stereospecific number/sn (Djatmiko dan
Widjaja, 1985). Contohnya suatu trigliserida yang mengandung asam palmitat (posisi sn-1), asam oleat (posisi sn-2), dan asam stearat (posisi sn-3) dinamakan sn-gliseril-1-palmitat-2-oleat-3-stearat atau disingkat menjadi POS. Umumnya lemak dan minyak dari biji mengandung asam lemak dengan penempatan asam lemak tidak jenuh pada posisi sn-2. Sifat-sifat trigliserida tergantung pada komposisi dan distribusi asam lemaknya. Titik cair dan tingkat
kepadatannya
tergantung
pada
panjang
rantai
dan
tingkat
kejenuhannya. Semakin banyak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh semakin rendah tingkat kepadatannya. Sebaliknya, semakin banyak asam lemak jenuh rantai panjang semakin tinggi tingkat kepadatannya. Deteksi komponen-komponen trigliserida yang terdapat pada biji-bijian dilakukan
dengan
menggunakan
metode
high
performance
liquid
chromatography (HPLC). Dibandingkan dengan metode kromatografi cair lainnya, HPLC merupakan metode yang dominan dipakai untuk analisis trigliserida. Hal ini dikarenakan pada metode yang melibatkan suhu yang tinggi (kurang lebih 350oC) dengan menggunakan gas liquid chromatography terjadi degradasi komponen asam lemak tertentu. Pemilihan biji sebagai bagian yang diteliti adalah untuk memberikan informasi tentang profil asam lemak dan trigliserida dari lemak dan minyak yang diekstrak dari biji tanaman lokal sehingga tercipta peluang pemanfaatan yang lebih luas.
B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan mendeteksi komponen-komponen asam lemak dan komponen-komponen trigliserida pada beberapa biji-bijian tanaman di Indonesia.
C. MANFAAT Manfaat penelitian ini adalah memberikan data mengenai profil komposisi asam lemak dan trigliserida pada beberapa biji-biji tanaman di Indonesia sehingga tercipta peluang untuk pemanfaatan lebih lanjut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN BERBIJI 1. Suku Lauraceae : Alpukat (Persea americana Mill. ) Klasifikasi dari alpukat adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Laurales
Family:
Lauraceae
Genus:
Persea
Species:
Persea americana Mill.
Tanaman
alpukat (Persea americana) atau avocado (nama
Inggrisnya) merupakan tanaman buah berupa pohon. Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tengah. Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas
unggul
guna meningkatkan kesehatan dan gizi
masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi. Pohon alpukat tidak dapat mentolerasi suhu yang dingin, sehingga hanya bisa tumbuh pada iklim tropis dan subtropis (Anonim, 2008c). Tinggi pohon alpukat mencapai 20 meter dengan panjang daun berkisar 12-15 cm. Buahnya berbentuk seperti buah pear dengan panjang antara 7-20 cm dan berat 100-1000 gram (Anonim, 2008c). Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya, yaitu sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan dan bahan dasar kosmetik. Menurut Kakuda dan Kamel (1992) biji alpukat memiliki kandungan lemak sebesar 1-1.5%, sedangkan komposisi asam lemaknya menurut Anonim (2008d) adalah asam palmitat sebesar 7.2-26.1%, asam oleat sebesar 64.8-80.9%, dan asam linoleat sebesar 6.3-11.3%.
Gambar 1. Tanaman alpukat
Gambar 2. Buah alpukat (Anonim, 2008s)
2. Suku Sapindaceae : Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Klasifikasi dari rambutan adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Sapindales
Famili:
Sapindaceae
Genus:
Nephelium
Spesies:
Nephelium lappaceum L.
Rambutan adalah tanaman tropis yang berasal dari daerah kepulauan di Asia Tenggara. Kata "rambutan" berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Rambutan banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia, Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka (Anonim, 2007a). Pohon rambutan hidup pada suhu tropika hangat, tingginya dapat mencapai 8 m, dan tajuknya melebar hingga jari-jari 4 m. Daun majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi tergantung umur, posisi pada pohon, dan ras lokal. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya
(eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Selain bagian buahnya yang dapat dimakan, bagian tumbuhan ini dapat digunakan sebagai obat, antara lain: kulit buah yang dapat digunakan untuk mengatasi disentri dan demam, kulit kayu digunakan untuk mengatasi sariawan, daun digunakan untuk mengatasi diare, akar untuk mengatasi demam, dan biji untuk mengatasi kencing manis (Dalimarta, 2003). Menurut M. Mohibbe Azam et al. (2005), biji rambutan memiliki kandungan asam palmitat sebesar 2.0 %, asam stearat 13.8 %, asam arakhidat, 34.7%; asam oleat, 45.3%; dan ericosenoic acid sebesar 4.2%.
Gambar 3. Tanaman rambutan
Gambar 4. Buah rambutan
3. Suku Annonaceae : Sirsak (Annona muricata L.) Klasifikasi dari sirsak adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Magnoliales
Familia: Annonaceae Genus:
Annona
Spesies:
Annona muricata L.
Sirsak berasal dari Amerika tropis, yakni sekitar Peru, Meksiko, dan Argentina, kemudian menyebar ke Filipina dan Indonesia. Nama lain buah ini di Indonesia adalah nangka Belanda, sedangkan nama Inggrisnya
adalah soursop. Buah sirsak, sesuai namanya berlapis seperti kantong (zak) dan zuur yang berarti masam (Sunarjono, 2005). Tanaman sirsak lebih menyerupai semak atau perdu dengan batang keras. Tinggi tanaman ini mencapai 5 m. Daun sirsak lebar dan agak tebal dengan bau spesifik langu. Letak daun berhadapan. Daun berbentuk lonjong berwarna hijau tua. Buahnya berukuran besar, umumnya berbentuk lonjong, sering melengkung. Buah berduri penuh. Biji sirsak banyak, pipih, berwarna kehitaman dan keras, letak bijinya sejajar. Biji menyebar ke seluruh daging buah sehingga menyulitkan saat dimakan (Sunarjono, 2005). Analisis proksimat terhadap biji sirsak memberikan data : kadar air 8.5%, protein 2.4%, kadar abu 13.6%, serat kasar 8.0%, kadar lemak 20.5% dan karbohidrat 47.0% (Onimawo, 2002). Selain itu menurut Wélé et al. (2004), biji sirsak mengandung asam oleat, asam palmitat dan asam stearat.
Gambar 5. Tanaman sirsak
Gambar 6. Buah sirsak (Anonim, 2008t)
4. Suku Rubiaceae : Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Klasifikasi dari mengkudu adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta
Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Gentianales
Familia: Rubiaceae Genus:
Morinda
Spesies:
Morinda citrifolia L.
Mengkudu termasuk tumbuhan yang berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar (Anonim, 2007b). Nama Inggris mengkudu adalah queen of morinda, ia juga di panggil cheese fruit karena baunya yang menyerupai bau keju setelah masak. Mengkudu atau lebih dikenali sebagai buah noni merupakan sejenis tumbuhan yang biasa tumbuh dikawasan tropika. Mengkudu merupakan tanaman yang mempunyai ketinggian antara 15-20 kaki. Kayunya mudah dibelah setelah kering dan dijadikan kayu api atau bahan bakar. Daunnya besar berukuran 15-50 x 5-17 cm dan berbentuk tunggal. Pucuk mudanya biasa dijadikan sayuran. Bunganya kecil-kecil berwarna putih dan berbau agak wangi. Buahnya bulat sebesar telur ayam, permukaannya agak berkerut. Mengkudu akan bercambah setelah 3-9 minggu disemai dan akan mula mengeluarkan buah setelah lebih kurang 3 tahun ditanam dan akan mengeluarkan buah sepanjang tahun selama lebih dari 25 tahun (Anonim, 2008j). Menurut
Anonim
(2001a),
minyak
dari
biji
mengkudu
mengandung asam caprilat 0.5%, asam palmitat 8.4%, asam stearat 4.0% asam oleat 13.8%, asam linoleat 66.8%, asam linolenat 0.2% asam arakhidat 0.5%, eicosenoic acid 0.2%, dan asam lemak lainnya sebesar 5.6%.
Gambar 7. Tanaman mengkudu
Gambar 8. Buah mengkudu
5. Suku Caricaceae : Pepaya (Carica papaya L.) Klasifikasi dari pepaya adalah: Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Brassicales
Familia: Caricaceae Genus:
Carica
Spesies:
Carica papaya L.
Tanaman pepaya diduga berasal dari Amerika tropis, yaitu Meksiko yang kemudian menyebar ke seluruh dunia (Sunarjo, 2005). Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah (Anonim, 2008k). Buahnya bergetah, namun getahnya semakin hilang pada saat mendekati tua (matang). Buah pepaya berbiji banyak dalam rongga buah yang lebar. Biji-biji tersebut ada yang berwarna hitam (fertile) dan ada yang berwarna putih yaitu jenis biji yang abortus atau tidak tumbuh (Sunarjo, 2005). Selain untuk konsumsi buah segar, buah pepaya matang dapat diolah menjadi saos. Buah yang setengah matang biasanya dibuat manisan,
sedangkan buah muda disayur. Daunnya yang masih muda serta bunganya dibuat urap dan buntil. Waktu panen dapat dilakukan setiap saat karena tanaman pepaya tidak mengenal musim (Sunarjo, 2005). Menurut Puangsri et al. (2005), minyak yang berasal dari biji pepaya mengandung asam oleat (78%), asam palmitat ( 14%), asam stearat (5%), dan asam linoleat (3.5%). Selain itu, minyak dari biji pepaya juga mengandung
triacylglycerols
(TG):
sn-glycerol-oleate-oleate-oleate
(OOO) (45.5%) and 1-palmitoyl-dioleoyl glycerol (POO) + stearoyloleoyl-linoleoyl glycerol (SOL) (30.5%). Kadar lemak yang dimiliki biji pepaya menurut Eckey (2002) adalah 25.3-28.8% (berat kering).
Gambar 9. Tanaman pepaya
Gambar 10. Buah pepaya
6. Suku Sterculiaceae : Kepoh (Sterculia foetida L.) Klasifikasi dari kepoh adalah : Kingdom: Division: Class:
Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida
Ordo: Famili: Genus: Spesies
Malvales Sterculiaceae Sterculia Sterculia foetida L.
Pohon kepoh atau yang mempunyai nama Inggris Java olive ini tumbuh cepat dengan tinggi pohon mencapai 35 m. Batangnya besar dengan diameter 120 cm. Batang/kayunya berwarna putih keruh, ringan, permukaan batang kasar. Bentuk daun dari tanaman kepoh menjari, bundar telur sampai lanset dan meruncing ke ujung. Bunganya terdapat di ujung batang/ranting, pada awalnya bunga berwarna kuning keabuan kemudian menjadi merah. Buah mempunyai kulit yang tebal dan keras dan berwarna hijau kehitam. Kepoh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan di pulau-pulau karang di laut Jawa. Tumbuhan ini tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Anonim, 2007f). Budidaya pohon kepoh belum dijumpai di Indonesia. Umumnya ditanam beberapa pohon saja di pojok pekarangan atau di pagar kebun. Abu kulit buah dan buah kepoh dan kembang pulu memberikan pewarnaan merah (Anonim, 2007f). Minyak lemak dari inti biji pohon kepoh (Sterculia foetida L.) tergolong minyak nabati yang unik karena komponen utamanya adalah asam lemak sterkulat dengan rumus molekul C19H34O2, rantai karbonnya mengandung gugus siklopropenoid. Asam sterkulat dapat dikonversi menjadi asam lemak bercabang metil oktadekanoat melalui penyusunan ulang rantai karbon kemudian dilanjutkan dengan hidrogenasi untuk menjenuhkan ikatan-ikatan rangkap. Asam-asam lemak bercabang memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda dari asam-asam lemak berantai lurus, sehingga zat-zat ini atau turunannya dapat digunakan sebagai komponen racikan/ramuan yang melahirkan karakteristik unggul pada berbagai produk seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, pelumas, cat dan plastic (Pasae, 2007). Selain tersusun oleh sterculic acid (71.8%), minyak dari biji kepoh juga mengandung oleat, linoleat, myristat, dan asam palmitat (Varma et al.,1956).
Gambar 11. Tanaman kepoh
Gambar 12. Buah kepoh
7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul (Dipterocarpus retusus Bl.) Klasifikasi dari tengkawang tungkul adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Malvales
Family:
Dipterocarpaceae
Subfamily: Dipterocarpoideae Genus:
Dipterocarpus
Species: Dipterocarpus retusus Bl. Tinggi pohon tengkawang tungkul dapat mencapai 30 m dengan garis tengah sekitar 60 cm. Batang tegak, lurus, tidak berbanir. Permukaan batang berwarna abu-abu serta berbercak-bercak. Warna batang pohonnya coklat muda, tajuk lebat, daun tunggal, tebal, kaku, besar, bulat panjang. Perbungaan bentuk mulai terdapat di ujung ranting atau di ketiak daun. Buahnya bundar telur, berbulu tebal, bersayap 5. Penyebaran di Kalimantan Barat. Tengkawang Tungkul atau dengan nama Inggrisnya brown-illipe nuts yaitu pohon yang nampak tumbuh subur di daerah hutan primer tanah rendah Kalimantan Barat dan Serawak. Biji tengkawang (Borneo Illipe
nut) merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang penting sebagai bahan baku lemak nabati. Karena sifatnya yang khas, lemak tengkawang dapat digunakan sebagai bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan obat-obatan. Pohon tersebut merupakan pohon khas Kalimantan dan bijinya bernilai tinggi, sampai sekarang biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam. Tengkawang tungkul merupakan jenis yang telah dikenal baik sebagai penghasil biji yang telah diperniagakan secara luas, terutama untuk tujuan ekspor (Anonim, 2008d).
Gambar 13. Tengkawang tungkul
Gambar 14. Buah tengkawang tungkul
8. Suku Moraceae a. Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Klasifikasi dari cempedak adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Morales
Family:
Moraceae
Genus:
Artocarpus
Spesies:
Arocarpus integer (Thunb.) Merr.
Cempedak adalah tanaman buah-buahan yang mempunyai bentuk buah, rasa dan keharumannya seperti nangka, namun aromanya menusuk kuat mirip buah durian. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, dan menyebar luas. Pohonnya selalu hijau, tingginya dapat mencapai 20 m. Ranting-ranting dan pucuk dengan rambut halus dan kaku, kecoklatan. Buah semu majemuk (syncarp) berbentuk silinder sampai bulat, 10-15 × 20-35 cm, kehijauan, kekuningan sampai kecoklatan, dengan tonjolan piramida serupa duri lunak yang rapat atau licin berpetak-petak. Daging buah sesungguhnya adalah perhiasan bunga yang membesar dan menebal, putih kekuningan sampai jingga, manis dan harum, bertekstur lembut, licin berlendir di lidah dan agak berserat. Tidak seperti nangka, keseluruhan massa daging buah mudah lepas dari poros apabila masak. Buah dimakan dalam keadaan segar atau diolah terlebih dulu. Daging buah cempedak, terkadang beserta bijinya diberi tepung, gula atau garam dan digoreng. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam. Buah mudanya, seperti nangka muda, dapat dijadikan sayur. Kayunya digunakan sebagai kayu bangunan, bahan perabotan rumah, bahan perahu, dan bahan pewarna kuning. Komposisi biji cempedak adalah : protein 10-13% (bk), lemak 0.5-1.5% (bk), karbohidrat 77-81%, kadar air 46-78% (Verheij et al., 1997). Minyak dari biji cempedak dilaporkan mengandung asam linoleat sebesar 40.2%, asam palmitat 30.2% (Daulatabad et al.,2002).
Gambar 15. Tanaman cempedak
Gambar 16. Buah cempedak
b. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Klasifikasi dari nangka adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class
Magnoliopsida
Ordo:
Rosales
Family:
Moraceae
Genus:
Artocarpus
Spesies: Artocarpus heterophyllus Lmk. Tanaman ini diduga merupakan tanaman asli India yang kini telah menyebar luas ke seluruh dunia, termasuk Asia tenggara (Sunarjo, 2005). Nama Inggrisnya adalah jackfruit (Anonim, 2007c). Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 m. Batang bulat silindris, sampai sekitar 1 m garis tengahnya. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai. Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelendong memanjang, seringkali tidak merata, panjangnya hingga 100 cm, pada sisi luar membentuk duri pendek lunak. Daging buah sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga, berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau
harum-manis yang keras, berdaging, terkadang berisi cairan (nektar) yang manis (Anonim, 2007c). Nangka terutama dipanen buahnya. Daging buah yang matang seringkali dimakan dalam keadaan segar, dicampur dalam es, dihaluskan menjadi minuman (jus), atau diolah menjadi aneka jenis makanan daerah. Biji nangka dapat direbus dan dimakan sebagai sumber karbohidrat tambahan. Daun-daun nangka digunakan sebagai pakan ternak (Anonim, 2007c). Biji nangka dilaporkan memiliki kadar air 57.7 %, kadar protein 4.2%, kadar lemak 0.1%, karbohidrat 36.7% (Nainggolan, 1985).
Gambar 17. Tanaman nangka
Gambar 18. Buah nangka
9. Suku Euphorbiaceae Jenis biji dari suku Euphorbiaceae yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari genus Ricinus, Hevea, Aleurites, dan Reutealis. a. Jarak Kaliki (Ricinus communis L.) Klasifikasi dari jarak kaliki adalah : Kingdom Division Class Ordo Familia
: Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Euphorbiales : Euphorbiaceae
Genus Spesies
: Ricinus : Ricinus communis L.
Jarak kepyar (Ricinus communis L.) merupakan tumbuhan yang diduga berasal dari Afrika bagian timur. Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga di ketinggian ± 2000 m dpl, banyak dibudidayakan di perkebunan sebagai tanaman industri. Penyebaran tanaman ini terdapat di seluruh Indonesia, terutama di Jawa karena mutu bijinya bagus. (Anonim, 2008l). Tumbuhan ini berupa pohon kecil yang tingginya 1 - 5 m. Daun warna hijau sampai coklat merah. Perbungaan di ujung batang dan di dekat daun terdapat 1 - 7 bunga. Buahnya berupa buah kotak berbentuk bulat agak lonjong berlekuk tiga, berkumpul dalam tandan. Buahnya berduri lunak, berwarna hijau muda, dengan rambut berwarna merah. Setelah tua buah akan berubah menjadi hitam (Verheij et al.,1997). Jarak kaliki yang mempunyai nama Inggris castor bean digunakan sebagai bahan baku minyak castrol, farmasi, dan kosmetika. Menurut Soerawidjaja, 2005 kandungan lemak dalam biji tumbuhan ini mencapai 45-50% dan sekitar 87.7% minyak yang dihasilkan dari jarak kaliki memilki kandungan asam lemak 12-hydroxy-9c-octadecenoic acid (ricinoleic acid).
Gambar 19. Tanaman jarak Gambar kaliki
20.
Buah
jarak
kaliki
(Anonim, 2008u)
b. Karet (Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) M. A.) Klasifikasi dari karet adalah : Kingdom : Plantae Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Euphorbiales Family : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss) M.A Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus dan berasal dari Brasil, Amerika Selatan. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya (Anonim, 2005b). Tanaman ini mempunyai tinggi sekitar 30-40 m dengan daun berbentuk elips (4-50) cm x (1.5-15) cm dan biji berukuran 2 x 1 cm. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan
digunakan sebagai bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai produk hilir lainnya. Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun atau peremajaan kebun karet tua yang sudah tidak menghasilkan lateks lagi (Anonim, 2005b). Biji karet memiliki kadar lemak sekitar 40-50% menurut Soerawidjaja (2005), sedangkan menurut Wille et al. (1995), komosisi dari asam lemak pada biji karet adalah C16:0 sebesar 8.8%, C18:0 sebesar 8.7%, C18:1 sebesar 24.9%, C18:2 sebesar 38.6, C18:3α sebesar 16.7 %, dan asam lemak yang berupa komponen minor sebesar 2.3%.
Gambar 21. Tanaman karet
Gambar 22. Buah karet (Anonim, 2008v)
c. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) Klasifikasi dari kemiri adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Malpighiales
Family:
Euphorbiaceae
Genus:
Aleurites
Spesies:
Aleurites moluccana (L.) Willd.
Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah, dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat (Anonim 2007e). Tanaman ini sudah tersebar luas di daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter. Daunnya berwarna hijau pucat. Biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin. Kemiri adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii (Anonim 2007e). Biji kemiri mengandung bahan beracun dengan kekuatan ringan. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengonsumsi biji kemiri secara mentah. Penggunaan kemiri harus diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa minyak atau air) hingga biji hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin. Kadar lemak dari biji kemiri adalah 57-69% (berat kering), sedangkan komposisi asam lemaknya menurut Azam et al. (2005) adalah : C16: 0 (5.5%), C18:0 (6.7%), C18:1 (10.5%), C18:2 (48.5%), dan C18:3 (28.5%).
Gambar 23. Tanaman kemiri
d. Kemiri Cina (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Klasifikasi dari kemiri cina adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Malpighiales
Family:
Euphorbiaceae
Genus:
Reutealis
Spesies: Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw Tumbuhan ini memang belum banyak dikenal, namun setelah diteliti, kandungan yang ada di dalam bijinya mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Kemiri cina atau yang disebut kemiri sunan merupakan tanaman asli Filipina, namun saat ini banyak tumbuh di Jawa Barat. Belum diketahui secara pasti, mengapa tanaman ini banyak tumbuh di Jawa Barat sementara di daerah lain jarang terlihat. Sumedang merupakan daerah yang paling banyak ditumbuhi tanaman ini. Tanaman ini bisa tumbuh optimal sampai pada ketinggian maksimal 1.000 meter dpl, dengan suhu 18,7 - 26,2oC pada tingkat keasaman (pH) 5,4 - 7,1. Tingginya dapat mencapai 15 meter dan mampu hidup sampai usia 75 tahun. Kanopinya yang cukup besar mampu menahan tetesan air hujan jatuh langsung ke permukaan tanah. Akar tunggangnya yang dalam diyakini mampu membantu mengurangi erosi dan tanah longsor (Achadiat, 2007). Kemiri sunan yang usianya di atas 7 tahun mampu menghasilkan 500 kg biji kering per tahun. Dengan potensinya yang demikian besar, satu, dua, atau tiga pohon kemiri sunan yang ditanam di halaman akan sangat banyak memberikan manfaat bagi petani (Achadiat, 2007). Kandungan asam lemak yang dimiliki oleh miyak biji kemiri cina adalah asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat (Anonim, 2008e).
Gambar 24. Tanaman kemiri Gambar 25. Buah kemiri cina cina
10. Suku Fabaceae Jenis biji dari suku Fabaceae yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari genus Arachis dan Adenanthera. a. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Klasifikasi dari kacang tanah adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Fabales
Family:
Fabaceae
Genus:
Arachis
Spesies: Arachis hypogaea L. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Tiongkok dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia. Tumbuhan ini memiliki tinggi sekitar 15-70 cm. Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah,
direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO (Anonim, 2008g). Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki banyak manfaat bagi manusia, digunakan secara tradisional sebagai obat sakit sendi, aprodisiak, pencahar, obat bermacam-macam pendarahan dan leukimia. Kacang tanah yang mempunyai kadar lemak 35-55%, memiliki komposisi asam lemak : 20% asam lemak jenuh, 50% monounsaturated acid (asam oleat), 30% polyunsaturated acid (asam linoleat), dan kurang dari 1% asam linolenat (Bender, 2005).
Gambar 26. Tanaman kacang tanah
b. Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) Klasifikasi dari saga pohon adalah : Kingdom: Plantae Division: Magnoliophyta Class:
Magnoliopsida
Ordo:
Fabales
Family:
Fabaceae
Genus:
Adenanthera
Spesies: Adenanthera pavonina L. Saga pohon adalah pohon yang buahnya menyerupai petai (tipe polong dengan bijinya merah kecil-kecil, dahulu biji saga dipakai sebagai penimbang emas karena beratnya yang selalu
konstan. Saga pohon umum dipakai sebagai pohon peneduh di jalanjalan besar (Anonim, 2007d). Biji saga pohon merupakan tanaman asal daerah tropis dan hampir ditemukan semua pulau di Indonesia, disamping itu saga banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai makanan kecil atau dicampur nasi. Biji saga juga digunakan sebagai bahan baku pembuat tempe dan kecap menggantikan kedelai. Nilai gizi yang terdapat pada biji saga hampir sama tinggi dengan kacang kedelai, namun biji saga mengandung saponin yang cukup tinggi. (Aminah et al.,2007). Menurut Soerawidjaja (2005), biji saga pohon mengandung kadar lemak sebesar 14-28% (berat kering), sedangkan menurut Minami et al. (2007), minyak dari biji saga pohon mengandung asam linoleat, asam oleat, dan lignocerotic acid.
Gambar 27. Tanaman saga pohon
11. Suku Anarcardiaceae Jenis biji dari suku Fabaceae yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari genus Mangifera a. Mangga (Mangifera indica L.) Klasifikasi dari mangga adalah : Kingdom: Filum:
Plantae Magnoliophyta
Class: Ordo: Family: Genus:
Magnoliopsida Sapindales Anacardiaceae Mangifera Mangifera indica L.
Spesies:
Mangga adalah nama sejenis buah, termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica. Nama buah ini berasal dari bahasa melayu
“manga” yang kemudian diindonesiakan
menjadi mangga (Anonim, 2008h). Tanaman mangga umumnya mulai berbunga pada bulan Juli – Agustus dan buahnya masak pada bulan November – Desember. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 10 - 200 m dpl (Anonim, 2006a). Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, sedangkan buah yang muda sering dijadikan rujak. Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas, minyak yang diekstrak dari biji terkadang digunakan sebagai cocoa butter substitute (Anonim, 2008i). Masyarakat India bahkan menjadikannya bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran (Anonim, 2008h). Minyak dari biji mangga mengandung asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat masingmasing sebesar 5.1-8.0%, 42-48%, dan 35-42% (Anonim, 2008i). Varietas mangga yang digunakan dalam penelitian ini adalah mangga
arummanis, mangga simanalagi, mangga gedong, dan mangga indramayu. • Mangga Arummanis. Mangga ini berasal dari daerah Probolinggo, Jawa Timur merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Buahnya berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan bagian lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal, berbintik-bintik kelenjar berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning, lunak, tak berserat, dan tidak begitu banyak mengandung air. Rasanya manis segar, tetapi pada bagian ujungnya kadang-kadang terasa asam. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm dengan berat rata-rata per buah 450 g (Anonim, 2005a). • Mangga Indramayu Mangga indramayu mengacu pada daerah Indramayu, Jawa Barat. Buahnya besar, dagingnya sangat berair. Biji mangga indramayu agak besar dan sebagian dari dagingnya melekat pada biji (Anonim, 2006a). Tinggi tanaman ini mencapai 10 meter, warna daun mudanya merah tua, tetapi ketika tua berwarna hijau tua. Bentuk daunnya bulat panjang dengan panjang daun 10-30 cm dan lebar 5-6 cm. Warna kulit buahnya hijau kekuningan sedangkan warna daging buahnya kuning. Buahnya mempunyai tekstur yang berserat halus dan berbentuk bulat panjang. Rasa daging buahnya manis segar. Buahnya memiliki kadar air: ± 78,3%, kandungan vitamin C ± 16 mg/100 g (Anonim, 2006a). • Mangga Gedong Mangga gedong berasal dari daerah Cirebon. Ciri khas mangga ini adalah warna kulit serta daging buahnya kuning kemerahan dan tampak mencolok. Buahnya berbentuk bulat dengan kulit tipis. Daging buah cukup tebal, berwarna kuning kemerahan dan berserat halus. Rasanya manis dan aromanya harum. Ukuran buahnya
tergolong sedang, panjangnya antara 10-12 cm, dan berat rata-rata 200 g/buah. Mangga gedong yang matang dapat tahan selama 5-7 hari dalam masa penyimpanan. Selain dikonsumsi segar, mangga gedong banyak digunakan sebagai bahan baku industri sari buah (Anonim, 2005c). • Mangga Simanalagi Daerah Pasuruan, Jawa Timur, merupakan asal mangga ini. Rasa buahnya manis dan aromanya harum. Mangga ini mempunyai bentuk buah yang jorong, pangkal meruncing, dan ujung membulat. Warna buah kuning pada pangkalnya dan hijau pada ujungnya. Kulit buah tebal dengan lapisan lilin dengan bintikbintik kelenjar yang keputihan. Daging buah tebal, berwarna kuning menarik, teksturnya lembut dan lunak, dan tidak banyak mengandung air. Panjang buahnya sekitar 14 cm dan bobotnya lebih dari 500 g. Produktivitas rata-rata sekitar 36 kg/pohon. Buah mangga ini dipanen setelah tua benar. Cirinya, bagian pangkal buah telah membengkak rata dan warnanya mulai menguning. Pemungutan buah yang belum tua benar menyebabkan rasanya agak asam dan kelat (mutu rendah).
Gambar 28. Tanaman mangga
Gambar 29. Tanaman kuweni
b. Kuweni (Mangifera odorata Griff) Klasifikasi dari kuweni adalah : Kingdom: Filum: Kelas: Ordo: Familia: Genus: Spesies:
Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Sapindales Anacardiaceae Mangifera Mangifera odorata Griff
Kuweni adalah sejenis mangga-manggaan yang masih berkerabat dekat dengan bacang. Tumbuhan ini memiliki buah yang harum dan daging buah yang lembut. Konsistensi daging buah kuweni lebih padat daripada bacang dan seratnya lebih halus. Karakternya berada di antara mangga dan bacang, dan para ahli juga menganggapnya sebagai hibrida antarspesifik alami antara mangga dan bacang. Pohon kuweni berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 m. Berbatang lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila dilukai, akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun lama kelamaan akan menjadi coklat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit. Daun tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset dengan urat daun yang tampak jelas terutama di sisi bawah. Buahnya berbentuk lonjong-jorong miring, kulitnya berwarna hijau sampai kekuningan, dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecoklatan yang jarang-jarang. Kulit buah agak tebal, 34 mm, dengan daging berwarna kuning sampai agak jingga, manis-asam, berserat, mengandung banyak sari buah. Buahnya harum seperti harum dari buah bacang. Meski hampir serupa, buah kuweni agak mudah dibedakan dari bacang yang lebih bulat dan berkulit lebih keras dan tebal, dengan banyak bintik lentisel berjarak agak rapat. Tanaman ini ditanam terutama untuk diambil buahnya yang dimakan sebagai buah meja atau dijadikan campuran minuman. Inti bijinya ditumbuk untuk dijadikan tepung dan digunakan sebagai bahan pembuatan makanan sejenis dodol. Kulit batangnya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional (Anonim,2008m).
B. LIPIDA TANAMAN Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan binatang (Tarigan, 1983). Lipida merupakan komponen mayor dalam pangan dan merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan sehari-hari, dan bahan baku banyak komoditi penting seperti sabun. Lipida mempunyai sifat umum antara lain: larut dalam pelarut organik tertentu seperti benzene, kloroform, dietil eter, heksana, dan metanol (Akoh et al., 2002); mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan kadang-kadang mengandung nitrogen dan fosfor; hidrolisis menghasilkan asam lemak atau dapat membentuk ester dengan asam lemak; dan berperan pada metabolisme tumbuhan dan binatang (Tarigan, 1983). Pengklasifikasian lipida menurut Akoh et al. (2002), dapat didasarkan pada properti fisiknya (minyak jika berwujud cair dan lemak jika berwujud padat pada suhu kamar), polaritasnya (lipida polar dan lipida netral), esensialnya pada manusia (asam lemak esensial dan asam lemak non esensial), atau strukturnya (lipida sederhana dan lipida kompleks). Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota lipida netral (Ketaren, 1986). Minyak dan lemak merupakan campuran dari gliserida-gliserida dengan susunan asam-asam lemak yang tidak sama. Apabila minyak atau lemak mengandung gliserida sederhana dalam jumlah yang sedikit sekali atau sama sekali tidak ada, maka hal itu akan membuat gliserida-gliserida yang menyusun minyak dan lemak tersebut
kelarutannya
menjadi
sama,
sehingga
sukar
sekali
untuk
memisahkannya dan baru setelah dilakukan proses hidrolisa pada minyak atau lemak tersebut akan dapat dilakukan pemisahan asam lemaknya (Djatmiko dan Widjaja, 1985).
1. Asam Lemak Asam lemak merupakan sekelompok senyawa hidrokarbon dengan gugus karboksilat pada ujungnya. Asam lemak memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun fosfolipida dan
glikolipida. Molekul-molekul amfipatik ini merupakan komponen penting bagi membran biologi. Kedua, banyak protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang menempatkan protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran. Ketiga, asam lemak merupakan molekul bahan bakar. Asam lemak disimpan dalam bentuk triasilgliserol, yang merupakan ester gliserol yang tidak bermuatan. Triasilgliserol disebut juga lemak netral atau trigliserida. Keempat, derivat asam lemak berperan sebagai hormon dan cakra intrasel (Rusdiana, 2004). Asam-asam lemak yang ditemukan di alam biasanya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap (Winarno, 1992). Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27°C). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut (Anonim, 2008b). Menurut Akoh et al. (2002), berdasarkan strukturnya asam lemak dapat dibedakan menjadi: saturated fatty acids yang merupakan asam lemak jenuh dimulai dari methanoic acid (methanoic, ethanoic, dan propanoic acid jarang ditemukan secara alami); unsaturated fatty acids, asam lemak ini terbagi lagi menjadi monounsaturated fatty acids (contohnya : asam oleat) dan polyunsaturated fatty acids (PUFAs); acetylenic fatty acids, asam lemak jenis ini diidentifikasi memiliki ikatan rangkap tiga, dan ditemukan di alam dalam bentuk molekul C-18; trans fatty acids, yang merupakan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap dua dengan konfigurasi trans; branched fatty acids; cyclic fatty acids, asam lemak yang memiliki cincin karbon siklik; hydroxy dan epoxy fatty acids, yang merupakan jenis asam lemak yang jenuh atau tidak jenuh yang memiliki grup fungsional hidroksi dan epoksi (contohnya : ricinoleic acid yang ditemukan pada biji spesies Ricinus sp.); dan furanoid fatty acids, asam lemak yang memiliki grup furan. Berikut pada Tabel 1 dapat dilihat asam lemak dari berbagai jenis biji-bijian.
2. Identifikasi komponen asam lemak dengan gas chromatograhy Gas chromatography merupakan teknik yang pertama kali diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952, teknik ini merupakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif yang cepat untuk menganalisis komponen lipida volatil, seperti hidrokarbon, fatty acid esters, sterol, dll (Gunstone et al., 1995). Penggunaan kromatografi menurut Skoog et al. (1998) dibedakan antara dua metode penggunaan. Pertama, kromatografi gas digunakan sebagai alat untuk melakukan pemisahan. Penggunaan ini memerlukan pengubahan senyawa sampel menjadi senyawa volatil atau senyawa yang dapat diderivatisasi untuk menghasilkan senyawa volatil. Kedua, kromatografi gas sebagai pelengkap untuk hasil analisis yang sempurna, dalam hal ini waktu dan volume retensi digunakan untuk identifikasi senyawa, dan luas serta bobot peak sebagai informasi kuantitatifnya. Bagian dasar suatu kromatografi gas adalah: tangki gas pembawa, system injeksi sampel, kolom kromatografi, detektor, oven, dan rekorder (Nielsen, 1998). Gas pembawa merupakan gas yang inert dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi seperti helium, nitrogen, dan hidrogen. Penggunaan jenis gas tergantung dari jenis detektor yang digunakan. Menurut Skoog et al. (1998), sistem gas pembawa biasanya berisi molekul penyaring air dan zat pengotor lain. Tangki gas pembawa dilengkapi dengan regulator aliran dan tekanan. Sampel diinjeksikan dengan menggunakan syringe ke tempat injeksi (injection port). Oven berfungsi mengontrol temperatur dalam kolom kromatografi. Kolom kromatografi gas dapat berupa packed column atau capillary column. Penggunaan awal kromatorafi gas banyak menggunakan tipe packed column, tetapi pada perkembangannya tipe capillary lebih banyak digunakan. Detektor yang sering digunakan pada kromatografi gas adalah flame ionization (FID), thermal conductivity (TCD), electron capture (ECD), flame photometric (FPD), dan photoionzation (PID). Detektor haruslah peka terhadap komponen-komponen yang terpisahkan didalam kolom serta mengubah kepekaan menjadi sinyal.
Komposisi asam lemak dapat dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi gas. Prinsip analisis komposisi asam lemak dengan GLC adalah dengan mengubah komponen asam lemak menjadi senyawa volatile metil ester asam lemak (Fatty Acid Methyl Esther atau FAME). Metil ester asam lemak tersebut akan dibawa oleh gas (carrier) untuk melewati fase diam berupa cairan di dalam kolom dan kemudian akan dipisahkan sesuai dengan tingkat volatilitas dan interaksinya dengan fase diam. Perbedaan volatilitas asam lemak serta interaksinya dengan fase diam akan menyebabkan masing-masing komponen asam lemak berada di dalam kolom dengan waktu retensi yang berbeda. Komponen yang keluar kemudian akan dideteksi dengan detektor flame ionization (FID), yang memberikan responnya berupa peak kromatogram. Jenis dan jumlah asam lemak yang ada pada contoh dapat diidentifikasi dengan membandingkan peak kromatogram contoh dengan peak kromatogram asam lemak standar yang telah diketahui jenis dan konsentrasinya
3. Trigliserida Trigliserida merupakan turunan dari gliserol. Substituennya dapat ditunjukkan menurut sistem sn (stereospecific number). Jadi, suatu trigliserida yang mengandung asam palmitat (C-1), asam oleat (C-2), dan asam stearat (C-3) dinamakan sn-gliseril-1-palmitat-2-oleat-3-stearat. Kata gliseril lebih sering dihilangkan, sehingga nama gliserida tersebut menjadi palmito-oleo-stearin. Jika trigliserida mengandung dua molekul asam palmitat dan satu asam stearat, maka dinamakan dipalmitostearin atau stearodipalmitin (Djatmiko dan Widjaja, 1985). Sifat-sifat trigliserida tergantung pada komposisi dan distribusi asam lemaknya. Titik cair dan tingkat kepadatannya tergantung pada panjang rantai dan tingkat kejenuhannya. Semakin banyak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh semakin rendah tingkat kepadatannya. Sebaliknya, semakin banyak asam lemak jenuh rantai panjang semakin tinggi tingkat kepadatannya. Trigliserida terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka
dinamakan monogliserida. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida (Anonim, 2007g). Stuktur trigliserida dapat dilihat pada Gambar 30. O O R2
C
H2 C O
O
CH H2C
C
R1
O O
C
R3
R1, R2, R3= Rantai asam lemak Gambar 30. Struktur Molekul Trigliserida (Pomeranz dan Meloan, 2000)
4. Identifikasi profil trigliserida dengan high performance liquid chromatography High performance liquid chromatography (HPLC) dikembangkan mulai pada tahun 1960. Tidak seperti pada kromatografi gas, dimana sampel yang dianalisis harus bersifat volatil dan diderivatisasi, penggunaan HPLC dapat diaplikasikan pada sampel yang larut dalam pelarut yang digunakan sebagai fase gerak pada HPLC (Nielsen, 1998). Komponen utama dari HPLC adalah: pompa, injektor, kolom, dan rekorder. Pompa yang digunakan dalam HPLC berfungsi menghantarkan fase gerak, umumnya laju fase gerak yang digunakan sebesar 1 ml/menit. Injektor merupakan tempat memasukan sampel, biasanya sampel dimasukkan dengan menggunakan syringe. Kolom HPLC biasanya dikonstruksi dari stainless steel, gelas, silica, titanium, dan PEEK (polyether ether keton) resin dengan tipe dan ukuran yang bervariasi. Rekorder berfungsi untuk mendisplay hasil dari analisis (Nielsen, 1998). Analisa trigliserida dengan HPLC dikembangkan dengan tujuan meningkatkan derajat pemisahan. Secara umum ada dua metode yang dapat digunakan untuk analisa komponen trigliserida dari minyak nabati.
Metode yang pertama melibatkan suhu tinggi dan kolom jejal GLC, dengan teknik ini pemisahan trigliserida hanya mungkin berdasarkan jumlah atom karbon dari komponen asam lemak penyusunnya. Metode kedua melibatkan penggunaan reversed-phase HPLC yang dapat memisahkan trigliserida berdasarkan derajat ketidakjenuhannya. Menurut Nollet (2000) terdapat beberapa parameter yang berpengaruh terhadap hasil analisis trigliserida dengan menggunakan reversed-phased HPLC. Parameter tersebut adalah fase gerak yang digunakan, ukuran partikel fase diam dan pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel. Fase gerak yang digunakan dalam reversed-phase HPLC adalah campuran dari aseton dan asetonitril. Tetrahydrofuran, methylene chloride, dan heksana terkadang digunakan dalam keadaan tertentu. Interaksi sampel terhadap fase diam dalam kolom HPLC akan memberikan pemisahan terhadap komponen trigliserida yang berbeda.
Tabel 1. Komponen Asam Lemak pada Beberapa Jenis Biji-Bijian No
1
Nama Family
Lauraceae
Nama Genus
Nama Species
Persea
Persea Americana (Alpukat)
Analisis Proksimat (biji) 1) Kadar Lemak 11.5% 1)
2
3
Bombacaceae
Sapindaceae
Durio
Nephelium
Durio zibethinus Murr (Durian)
Nephelium lappaceum (Rambutan) 1)
Anacardiaceae 4
Mangifera indica
Kadar air 77.0 %, Kadar lemak 0.23 %
Mangifera indica (Mangga)
Kadar lemak 3.7– 12.6%
Asam Lemak 2)
palmitic acid (7.226.1%), oleic acid (64.8-80.9%), linoleic acid (6.3-11.3%). 2) palmitic acid (26.8 %), palmitoleic acid(8.4%), stearic acid (3.3%), oleic acid (38.8%), linoleic acid (5.9%), linolenic acid (3%) 1) palmitic acid (2.0 %), stearic acid (13.8 %), arachidic acid, (34.7%) oleic acid (45.3%), ericosenoic acid (4.2%). 2) palmitic acid(5.18.0%), stearic acid (42-48%), oleic acid (35-42%)
Referensi 1)
Kakuda Y., B. S. Kamel. 1992. Fatty acids in fruits and fruits products. Marcel Dekker Inc. New York. 2) Anonim2. 2008. Avocado. http://www.fao.org. [ 29 Januari 2008 ]. 1) Intengan, C.L., I. Concepcion, L.G. Alejo, V.A. Corpus, R.D. Salud, I. del Rosario, R. Gomez and J. Henson. 1955. Composition of Philippine foods, IV. Philippine Journal of Science 84(3): 343-364. 2) Brown, Michael J. 1997. Durio - A Bibliographic Review. www bioversityinternational org. [ 29 Januari 2008 ]. 1)
1)
M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302
Lakshminarayana, G., T. C. Rao, P. A. Ramalingaswamy. 1982. Varietal variations in content, characteristics and composition of mango seeds and fat. http://www. springerlink.com/content/009uwn6876t4161q. [5 Februari 2008] 2) Anonim. 2008. Mango seed. http://www.fao.org. [ 29 Januari 2008 ].
1)
Artocarpus integer (Cempedak) 5
Moraceae
Artocarpus
Rubiaceae
Morinda
K.Air 57.7 %, K. Lemak 0.1% , KH 36.7%
Morinda citrifolia (Mengkudu) 1)
Kadar lemak > 60 %
Caricaceae 7
Carica
2)
1)
1)
1)
linoleic acid (40.2%), palmitic acid (30.2%)
1)
Artocarpus heterophyllus (Nangka)
6
kadar lemak 0.5-1.5%, kadar air 46-78%
Carica papaya (Pepaya)
C8:0 (0.5%), C16:0 (8.4%), C18:0 (4.0%), C18:1 (13.8%), C18:2 (66.8%), C18:3 (0.2%), C20:0 (0.5%) 2) oleic acid (78%), palmitic acid ( 14%), stearic acid (5%), dan linoleic acid (3.5%)
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. 2) Daulatabad, C.D., Mirajkar A.M. Ricinoleic acid in artocarpus integrifolia seed oil. http:// www.icuciwmi.org/files/News/ jackfruit_post_harvest. doc. [5 Februari 2008] 1) Nainggolan, R.A. 1985. Diet & Juice Therapy. Bandung : Indonesian Publishing House.
Anonim. 2001. Morinda citrifolia http://www.freepatentsonline.com. [4 Februari 2008]
1)
Eckey, E.W. Papaya. http://sleekfreak.ath.cx:81/3wdev/ INPHO/VLIBRARY/X0043E/X0043E0E.HTM. [5 Februari 2008] 2) Puangsri, T., S.M. Abdulkarim, H.M. Ghazali. 2005. Properties of carica papaya l. (papaya) seed oil following extractions using solvent and aqueous enzymatic methods. http://www.blackwellsynergy.com. [4 Februari 2008].
oil.
8
Annonaceae
Annona
Ricinus
Euphorbiaceae Jatropha
Annona muricata (Sirsak)
Ricinus communis L (Jarak kaliki)
Jatropha curcas L. (Jarak pagar)
9
Hevea
Hevea brasiliensis (Karet)
1)
2)
1)
2)
87.7% 12-hydroxy9c-octadecenoic acid (ricinoleic acid).
1)
2)
oleic acid (42.4%), linoleic acid (35.2%) palmitic acid (14.7%) dan stearic acid (6.9%)
1)
2)
K.Air 8.5%, K.Lemak 20.5%, karbohidr at 47.0%
Kadar lemak 4550% (db)
Kadar lemak 4060%
Kadar lemak 4050%
oleic acid, palmitic acid dan stearic acid.
C16:0 8.8 C18:0 8.7 C18:1 24.9 C18:2 38.6 C18:3α 16.7
1)
Onimawo I.A. 2002. Proximate composition and selected physicochemical properties of the seed, pulp and oil of sour sop (Annona muricata). http://api.ingentaconnect.com. [4 Februari 2008]. 2) Wélé, A., Ndoye, I., Badiane, M. Fatty acid and essential oil compositions of the seed oil of five Annona species. http://www.cababstractsplus.org [4 Februari 2008]. 1)
Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Jensen, B., Christina, Benny; Mathiasen, Kim, Mollerup, Jørgen. 1997. Analysis of seed oil from Ricinus communis and Dimorphoteca pluvialis by gas and supercritical fluid chromatography. http://www.ars.usda.gov/research/publications. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Chatakanonda, P., Sriroth, K., Vaysse, L., Liangprayoon, S. 2005. Fatty acid composition and properties of Jatropha seed oil and its methyl ester. http://www.cababstractsplus.org. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Wille, H. J., Oron, C.H. 1995. Process for decoloring fatty acid esters. http://www.freepatentsonline.com/5401862. html. [14 Februari 2007].
1)
palmitat, oleat, linoleat, lionolenat, dan arachidic acid
Aleurites trisperma (Kemiri cina) 10
1)
Euphorbiaceae
Aleurites Aleurites moluccana (Kemiri)
Kadar lemak 5769%
1)
Arachis
Arachis hypogeal (Kacang tanah)
Kadar lemak 3555%
1)
Fabaceae
Adenanthera
Adenanthera pavonina L. (Saga pohon)
Kadar lemak 1428%
2)
16: 0 (5.5%), C18:0 (6.7%), 18:1 (10.5%), 18:2 (48.5%), 18:3 (28.5)
2)
20% saturated, 50% mono-unsaturated (oleic acid), 30% polyunsaturated (linoleic acid), < 1% linolenic acid. 2) linoleic, oleic and lignocerotic acid
11 1)
Psophocarpus
Psophocarpus tetragonolobus (Kecipir)
Kadar lemak 1520%
2)
palmitic acid (12.214.0%), stearic acid (3.5-4.3%), oleic acid (36-39%) and linoleic acid (39-42%)
1)
Anonim. 2008. Profile of Indigenous Oil Rich Plants in the Philippines. asiapacificbiofuel.com/downloads/Profile% 20of%20oil%20rich %20 plants.pdf. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Bender,D.A. 2005. Arachis Oil. http://www.encyclopedia. com/doc/ 1O39-arachisoil.html. [14 Februari 2007]. 1)
Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Robert Zarnowskia, R., A. Jarominb, M. Certikc, T. Czabanyc, Joe, T. Jakubike, M.C.M. Iqbalf. 2004. The Oil of Adenanthera pavonina L. Seeds and its Emulsions. www.znaturforsch.com/ac/v59c /59c0321.pdf. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Murugiswamy, B., H. M. Vamadevaiah, M. Madaiah. 2006. Fatty Acid Composition of Winged Bean Seed Oil (Psophocarpus tetragonolobus). http://www3.interscience. wiley.com/cgi-bin/
1)
12
13
14
Guttiferae
Moringaceae
Meliaceae
Calophyllum
Moringa
Azadirachta
Calophyllum inophyllum (Nyamplum)
Moringa oleifera (Kelor)
Azadirachta indica (Nimba)
Kadar lemak 4073%
2)
1)
2)
Kadar lemak 3049%
Kadar lemak 4050%
Kadar lemak 3538%
15
Cucurbita
Cucurbita moschata (Labu merah)
C18:1 (39.1–50%), linoleic acid C18:2 (21.7–31.1%) , stearic C18:0 (13.4– 14.3%) dan palmitic C16:0 (11–13.7%)
1)
1)
Cucurbitaceae
2)
16:0 (9.1%), 16:1 (2.1%), 18:0 (2.7%), 18:1 (79.4%), 18:2 (0.7%), 18:3 (0.2%), 20:0 (5.8%).
16:0 (14.9%), 18:0 (14.4%), 18:1 (61.9%), 18:2 (7.5 %), 20:0 (1.3%)
2)
palmitic C16:0 (13.3%), stearic C18:0 (8.0%), oleic C18:1 (29.0%) and linoleic C18:2 (47.0%).
abstract/113437827/ABSTRACT. [14 Februari 2007]. Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Sylvie Crane, S., G. Aurore, H. Joseph, Z. Mouloungui, P. Bourgeois. 2005. Composition of fatty acids triacylglycerols and unsaponifiable matter in Calophyllum calaba L. oil from Guadeloupe. http://www. sciencedirect.com. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung 2) M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Younis, Y. M. H., S. Ghirmay, S. S. Al-Shihry 2000. African Cucurbita pepo L.: properties of seed and variability in fatty acid composition of seed oil. http://www.sciencedirect.com. [14 Februari 2007]. 1)
16
17
Pedaliaceae
Simaroubaceae
Sterculiaceae
Sesamum
Samadera
Sterculia
18
Apocynaceae 19
Cerbera.
Sesamum orientale (Wijen)
Samadera indica (Gatep pait)
Sterculia foetida (Kepoh)
Cerbera manghas L. (Bintaro)
1)
2)
1)
2)
Kadar lemak 4555% Kadar lemak 35%
oleic acid (45%); linoleic acid (37%); palmitic acid; stearic acid; arachidic acid; 84% oleic acid, palmitic+stearic acid 16%
1)
2)
1)
2)
Kadar lemak 4555%
Kadar lemak 4364
71.8% sterculic acid oleic, linoleic, myristic dan palmitic acids.
C16:0 20.2%, C18:0 6.9%, C18:1 54.2%, C18:2 16.3%
1)
Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Anonim. 2008. Black Sesame Seed or Sesamum indicum L,benefits and applications. http://www.mdidea.com/ products/new/new067. html. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Anonim. 2001. Gatep pait / rapus (Samadera indica). http://www.creitb. or.id/Biodiesel/Vegetasi/gatep.htm. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) J. P. Varma, J.P, S. Dasgupta, B. Nath, J. S. Aggarwal. 1956. Composition of the seed oil of sterculia foetida, Linn. http://www. springerlink.com/content/g65188l285435083. [14 Februari 2007]. 1) Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di Indonesia. Bandung. 2) Minami E., H. Imahara, K. Sunandar, K. Abdullah, S. Saka. Biodiesel Fuel Production From Wood Oils/Fats. www.ecs.energy.kyoto-u.ac.jp/kenkyu/kenkyu-1-2.pdf. [14 Februari 2008].
III. BAHAN DAN METODE
A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Biji-bijian yang dianalisis adalah sebelas suku biji-bijian dan semuanya berjumlah dua puluh biji, yaitu biji dari suku (family) : Lauraceae (alpukat), Sapindaceae (rambutan), Annonaceae (sirsak), Caricaceae (pepaya), Moraceae (nangka dan cempedak), Anacardiaceae (kuweni, mangga gedong, mangga indramayu, mangga simanalagi, dan mangga arum manis) yang diperoleh dari pasar Bogor, Rubiaceae (mengkudu), Sterculiaceae (kepoh), Dipterocarpaceae (tengkawang tungkul), Euphorbiaceae (jarak kaliki, karet, kemiri, dan kemiri cina), Fabaceae (kacang tanah dan saga pohon) yang diperoleh dari BALITRO, Cimanggu. Bahan kimia yang digunakan adalah heksan, chloroform, methanol, NaCl, NaOH metanolik 0.5 N, gas N2, larutan BF3-metanol (14% b/v), larutan NaCl jenuh, Na2SO4 anhidrous, aseton, asetonitril, standar asam lemak FAME campuran C8-C22 SUPELCO 18920-1 AMP, standar internal asam margarat (C17:0) SIGMA H-3500, dan standar trigliserida campuran dari : standar tunggal (OOO, OOS, PPP, SSS, OOP) SUPELCO, cocoa butter dan palm kernel oil (PKO) didapatkan dari PT. Karya Putrakreasi Nusantara, Medan; fully hydrogenated soybean oil didapatkan dari Texas A&M University, USA; dan refining bleaching deodorized palm oil (RBDPO) didapatkan dari PT. Asian Agri, Jakarta
2. Alat Alat-alat
yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah
cawan
aluminium, desikator, gegep, neraca analitik, oven, labu lemak, labu Soxhlet, kertas saring, kapas, vorteks, rotavapor Büchi 461, tabung reaksi, blender kering, penangas air, sudip, pipet volumetrik, pipet Mohr, gelas piala, gelas ukur, labu erlenmeyer, pipet tetes, vial, syringe, mikropipet, gas chromatography, dan high performance liquid chromatography.
Spesifikasi HPLC dapat dilihat pada Tabel 2 dan spesifikasi GC dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Spesifikasi HPLC Komponen
Tipe
HPLC Solvent cabinet
Hewlett Packard Series 1100
Degasser
Agilent Technologies 1200 Series
Pump
Hewlett Packard Series 1100
Detector RID
Agilent Technologies 1100 Series
Manual Injector Hewlett Packard Series 1100 Injector
Rheodyne 20 µL
Syringe
Agilent Technologies, LC 50 µL
Column
C-18 phase; ZORBAX Eclipse XDB (4,6 x 250 mm) 5µm dan Microsorb – MV 5µm, dipasang seri
Mobile phase
Aseton : asetonitril = 85 : 15
Flow rate
0.8 ml/min (isokratik)
Tabel 3. Spesifikasi GC Komponen GC
Tipe
Main Body
GC-2100 Series, Shimadzu Corporation
Panel Monitor
Hewlett Packard Flat Panel Monitor
Column
DB-23 (30 m x 0.25 mm), thickness = 0.25 µm
Detector
Flame Ionization Detector
Microsyringe
SGE, Microliter syringe 10 µL
Carrier Gas
Helium
Make up Gas
N2
Make up Flow
30.0 ml/min
H2 flow
40.0 ml/min
Air flow
400.0 ml/min
B. METODE Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan yang dilakukan adalah identifikasi/determinasi tumbuhan dan karakterisasi fisik - kimia biji, karakterisasi profil asam lemak, karakterisasi profil trigliserida, dan identifikasi potensi ekstrak minyak/lemak biji berdasarkan profil asam lemak dan trigliserida. Analisis kimia dilakukan duplo dengan dua kali ulangan.
1.
Identifikasi/Determinasi Tumbuhan dan Karakterisasi Fisik-Kimia Biji Identifikasi/determinasi tumbuhan dilakukan oleh pihak luar, yaitu Pusat Penelitian LIPI Bagian Biologi di Cibinong. Analisis karakteristik fisik biji meliputi pengamatan visual terhadap bentuk, warna, dan tekstur, serta pengukuran dimensi menggunakan penggaris sedangkan karakterisasi kimia meliputi kadar air sampel segar dan sampel kering serta kadar lemak sampel kering.
a. Analisis Kadar Air (AOAC Method 925.10, 1999) Cawan aluminium dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit lalu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan. Cawan beserta isi dikeringkan dalam oven 100oC selama 6 jam. Setelah itu, dinginkan dalam desikator, kemudian timbang. Cawan beserta isinya dikeringkan kembali sampai diperoleh berat konstan (berat dianggap konstan jika selisih berat sampel kering yang ditimbang ≤ 0.0003 gram). Perhitungannya adalah sebagai berikut :
KA (%) =
[W 2 − (W 3 − W1 )] x 100 % W2
Keterangan: W1 = bobot cawan (gram) W2 = bobot sampel (gram) W3 = bobot cawan dan sampel setelah dikeringkan (gram)
b. Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC Method 963.15, 1999) Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100oC selama sekitar 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel kering sebanyak 4-5 gram ditimbang langsung dalam kertas saring kemudian ditutup dengan kapas yang bebas lemak. Kertas saring berisi sampel dimasukkan ke dalam labu soxhlet. Heksan secukupnya dituang ke dalam labu lemak dan kemudian alat dirangkai. Refluks dilakukan selama 4-6 jam. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dan sisa pelarut heksan diangkat dan kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 100-1010C sampai pelarut menguap semua dan berat konstan. Labu yang berisi lemak didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Perhitungan : Kadar lemak (%) =
[X
− Y W
]
× 100 %
Keterangan : X = bobot lemak hasil ekstraksi dan labu lemak (g) Y = bobot labu lemak kosong (g) W = bobot sampel (g)
2.
Karakterisasi Profil Asam Lemak
Tahapan ini dilakukan setelah proses persiapan sampel dan proses ekstraksi minyak/lemak. Analisis asam lemak dengan menggunakan gas chromatography sebagai instrumen mengharuskan ekstrak minyak/lemak diderivatisasi terlebih dahulu sehingga pemisahan asam lemaknya dilakukan berdasarkan perbedaan volatilitas dan interaksinya dengan fase diam. a. Persiapan Sampel
Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian bijinya. Biji-bijian untuk sampel didapat dari pasar-pasar lokal yang berada di daerah Bogor dan dari BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik) Bogor. Tahap persiapan sampel dimulai dari tahap
penyortiran biji-bijian yang masih dalam keadaan visual baik. Setelah itu,
biji-bijian
dibersihkan,
dicuci,
dan
dikeringkan
dengan
menggunakan oven 105oC selama 5-6 jam. Setelah sampel kering, dilakukan
penghancuran
menggunakan
blender
kering
Sampel
kemudian siap digunakan untuk analisis kadar air sampel kering, analisis kadar lemak sampel kering, dan proses ekstraksi lemak/minyak. Penyimpanan bubuk sampel kering untuk proses ekstraksi dilakukan dengan penyimpanan dalam aluminium foil di dalam freezer. Gambar 31 menunjukkan secara ringkas proses persiapan sampel.
b. Ekstraksi minyak (Folch et al., 1957)
Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Tambahkan chloroform – methanol (2:1) sebanyak 20 ml. Setelah itu, larutan distirer selama 1 jam dan disaring. Larutan kemudian ditambahkan 4 ml 0.88% NaCl dan kemudian dikocok. Setelah terbentuk 2 lapis (lapis atas dan lapis bawah), lapisan atas dibuang dan lapisan bawah disaring menggunakan kertas saring. Larutan kemudian dievaporasi vakum 40oC dan dihembus gas
N2.
Ekstrak minyak ditempatkan di dalam botol gelap dan disimpan di dalam refrigerator sampai dibutuhkan untuk dianalisis. Apabila ekstrak minyak akan dianalisis, maka terlebih dahulu minyak dipindahkan dari tempat penyimpanan, didiamkan pada suhu ruang sampai semuanya meleleh. Gambar 32 menunjukkan secara ringkas proses ekstraksi minyak dari biji
c. Derivatisasi ekstrak minyak (AOCS Ce 2-66, 2005)
Sebanyak 100 ± 2 mg sampel disiapkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan standar internal (C17:0) sebanyak 1 ml. Campuran kemudian ditambahkan 2 ml NaOH metanolik 0.5 N, kemudian tabung dihembuskan dengan gas N2 selama 15 detik, ditutup rapat, dikocok, dan dipanaskan 80oC selama 5 menit. Selanjutnya tabung didinginkan, ke dalam campuran ditambahkan BF3-metanol (14% b/v) sebanyak 2 ml
lalu hembuskan kembali gas N2. Tabung kembali dipanaskan pada suhu 80oC selama 30 menit dan dinginkan dibawah air mengalir hingga suhu mencapai suhu ruang. Ditambahkan 1.5 ml heksan ke dalam tabung dan divorteks. Setelah itu ditambahkan 3 ml NaCl jenuh dengan segera, lalu dikocok, diamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas diambil dengan pipet dan dimasukkan ke dalam vial yang telah berisi Na2SO4 anhidrous. Gambar 33 menunjukkan secara ringkas proses derivatisasi ekstrak minyak.
d. Persiapan standar asam lemak
10 ml heksan dimasukkan ke dalam botol ampul standar asam lemak 100 mg. Dipipet 0.5 ml dari larutan standar dan dimasukkan ke dalam vial. Larutan kemudian ditambahkan 0.5 ml heksan dan siap diinjeksikan ke dalam GC.
e. Analisis Sampel (Gas Kromatografi)
Larutan dari tahap derivatisasi diinjeksikan 1 µL ke dalam GC dengan menggunakan syringe. Suhu injektor dan suhu detektor diset 250oC dan 260oC. Gas helium dialirkan sebagai gas pembawa serta gas hidrogen dan udara sebagai gas pembakar dan pendukung juga dialirkan. Set suhu kolom pada suhu 120oC (ditahan 6 menit), kemudian suhu dinaikkan dengan laju 3oC hingga suhu kolom mencapai 260oC (ditahan selama 25 menit). Kromatogram dicetak dari masing-masing asam lemak yang dianalisis (waktu retensi dari pelarut dan puncak asam lemak, juga luas area dari tiap asam lemak). Larutan dari tahap persiapan standar asam lemak juga diinjeksikan dengan parameter proses analisis ini.
d. Identifikasi Asam Lemak
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan waktu retensi asam lemak standar FAME dengan sampel.
e. Perhitungan Jumlah Asam Lemak (mg asam lemak/g sampel)
Jumlah asam lemak (g asam lemak/100 minyak) dihitung dengan menggunakan rumus: Jumlah asam lemak (g asam lemak/100g minyak) =
⎛ area asam lemak A mg SI ⎜ × RF × ⎜ area SI mg sampel ⎝
⎞ ⎟ × 100 ⎟ ⎠
Nilai Respond Factor (RF) tiap asam lemak dihitung dari kromatogram standar eksternal FAME. RF asam lemak A =
area SI konsentras i SI
3.
×
konsentras i asam lemak A dari s tan dar area asam lemak A dari s tan dar
Karakterisasi Profil Trigliserida (AOCS Ce 5b-89, 2005) a. Persiapan sampel
Larutkan sampel dalam pelarut yang sesuai (aseton atau asetonchloroform dengan perbandingan 2:1 v/v) sehingga didapatkan larutan 5% (b/v). b. Persiapan standar trigliserida
1. Dibuat larutan 5% dari campuran lemak cocoa butter dan fully hydrogenated soybean oil (1:1) dalam aseton. Larutan kemudian diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Waktu retensi direkam, lalu identifikasi peak pada kromatogram standar berdasarkan literatur. 2. Dibuat larutan 5% dari campuran RBDPO dan PKO (1:1) dalam aseton. Larutan kemudian diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Waktu retensi direkam, lalu identifikasi peak pada kromatogram standar berdasarkan literatur. 3. Dibuat larutan 5% dari masing-masing standar TG (OOO, OOS, PPP, SSS, OOP) dalam aseton. Larutan kemudian diinjeksikan
masing-masing ke dalam sistem HPLC. Waktu retensi direkam sebagai waktu retensi dari standar TG. 4. Standar TG (OOO, OOS, PPP, SSS, OOP) dicampurkan ke dalam vial
dengan
perbandingan
(10:2:2:2:4).
Larutan
kemudian
diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Waktu retensi direkam dan identifikasi peak pada kromatogram standar dilakukan berdasarkan waktu retensi dari masing-masing TG (No. 3). 5. Larutan No. 1, No. 2, No. 4 dicampurkan ke dalam vial dengan perbandingan 1:1:1. Larutan kemudian diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Identifikasi peak dilakukan berdasarkan ECN dari TG yang teridentifikasi pada No. 1, No. 2, No. 4. Waktu retensi direkam dan dijadikan sebagai acuan untuk identifikasi TG pada sampel ekstrak minyak/lemak. c. Analisis Sampel (Pembuatan kromatogram sampel)
Larutan dari tahap persiapan sampel diinjeksikan 20 µL ke dalam HPLC dengan menggunakan syringe. HPLC yang digunakan memiliki tipe pompa isokratik dengan laju aliran fase bergerak yang terdiri dari aseton: asetonitril (85:15 v/v). Kolom yang digunakan adalah dua kolom C-18 yang dipasang seri. Rekam waktu retensi dari pelarut dan puncak trigliserida, juga persentase dari tiap trigliserida. Larutan dari tahap persiapan standar trigliserida juga diinjeksikan dengan parameter proses analisis ini. d. Identifikasi Trigliserida
Identifikasi dilakukan dengan membandingkan waktu retensi standar trigliserida dengan sampel. e. Pembuatan ko-kromatogram
Ko-kromatogram dilakukan pada sampel kecuali sampel kepoh dan jarak kaliki (kandungan unknown fatty acid tinggi sehingga penentuan TG hanya bisa dilakukan berdasarkan literatur) tengkawang tungkul (komposisi TG sudah diketahui berdasarkan literatur), mangga gedong dan mangga simanalagi (sudah dilakukan pada varietas lainnya). Hal ini dilakukan untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel.
Larutan yang dibuat dari tahap persiapan sampel dicampur dengan larutan standar 5% yang diperkirakan terdapat pada sampel (mengacu pada data tahap d). Larutan campuran sampel dan standar diinjeksikan sebanyak 20 µL dan direkam luas areanya. Penentuan peak standar trigliserida pada ko-kromatogram dilakukan dengan membandingkan urutan peak TG dan luas area ko-kromatogram dengan kromatogram sampel. Peak pada ko-kromatogram yang memiliki luas area yang berbeda dengan peak pada kromatogram sampel merupakan peak jenis TG yang ditambahkan. Selanjutnya penentuan TG pada kromatogram sampel dilakukan sesuai urutan equivalent carbon number (ECN). Penentuan standar TG yang ditambahkan ke dalam ekstrak lemak minyak dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4. Penentuan jenis standar TG yang ditambahkan pada ekstrak lemak/minyak Sampel (ekstrak lemak/minyak)
Perbandingan (sampel: Standar TG yang ditambahkan
masing – masing standar TG)
Alpukat
OOO, OOS, dan OOP
1:1:1:1
Rambutan
OOO, PPP, dan SSS
1:1:1:1
Sirsak
OOO dan OOP
1:1:1
Mengkudu
OOP
1:1
Pepaya
OOO dan OOS
1:1:1
Cempedak
OOO
1:1
Nangka
OOP
1:1
Karet
OOO dan OOS
1:1:1
Kemiri
OOP
1:1
kemiri cina
OOO dan OOP
1:1:1
kacang tanah
OOO dan OOS
1:1:1
saga pohon
OOP dan OOS
1:1:1
mangga arumanis
ekstrak minyak tengkawang
1:1
mangga indramayu
ekstrak minyak tengkawang
1:1
Kuweni
ekstrak minyak tengkawang
1:1
f. Perhitungan Persentase Trigliserida
Perhitungan persentase trigliserida menunjukkan luas area TG per luas area TG yang teridentifikasi, perhitungannya mengikuti perhitungan rumus berikut ini :
Ti =
4.
[ Luas
area puncak TG
jumlah luas area
]
× 100 %
Identifikasi Potensi Ekstrak Lemak/Minyak Berdasarkan Profil Asam Lemak dan Trigliserida Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian, dimana ekstrak lemak/minyak dari biji-bijian akan diidentifikasi potensinya berdasarkan profil asam lemak dan trigliseridanya.
Sampel biji
Penyortiran
Pencucian
Pengeringan selama 5-6 jam dengan oven suhu 105oC
Sampel kering
Penghancuran dengan blender kering
Sampel kering bubuk
Penyimpanan dengan aluminium foil dalam freezer
Gambar 31. Tahap persiapan sampel
3 gram sampel kering
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
20 ml chloroform : methanol = 2:1 Pencampuran
Penstireran selama 1 jam
Penyaringan vakum 4 ml NaCl 0.88% Pencampuran
Pemisahan lapisan atas dengan bawah
Penguapan pelarut lapisan bawah dengan rotavapor vakum dengan suhu 40-50oC
Penghembusan dengan gas N2 hingga berat konstan
Ekstrak minyak
Penyimpanan dengan botol gelap dalam refrigerator
Gambar 32. Tahap ekstraksi minyak
0.01 g asam margarat Heksan
0.1 g ekstrak minyak Pencampuran pada labu takar 10 ml hingga volum tepat
Tabung reaksi bertutup
1 ml
Larutan as. margarat 1 mg/ml
Pencampuran 2 ml NaOH-Metanolik 0.5 N Pencampuran
Penghembusan dengan gas N2 Pemanasan dengan penangas air 80oC, 5 menit
Pendinginan suhu ruang 2 ml BF3-metanol Pencampuran
Penghembusan dengan gas N2 Pemanasan dengan penangas air 80oC, 30 menit
Pendinginan suhu ruang 1.5 ml Heksan
Pencampuran
3 ml NaCl
Pengambilan lapisan atas
Penyimpanan pada vial berisi Na2SO4 anhidrat dalam freezer
Gambar 33. Tahap derivatisasi ekstrak minyak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI/DETERMINASI TUMBUHAN Identifikasi/determinasi tumbuhan dilakukan oleh pihak “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor dengan Kepala Bidang Botani LIPI adalah Dr. Eko Baroto Walujo, APU. Hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil identifikasi/determinasi tumbuhan
No.
Nama Indonesia
Nama Spesies
Suku
1
Alpukat
Persea Americana Mill.
Lauraceae
2
Rambutan
Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae
3
Sirsak
Annona muricata L.
Annonaceae
4
Mengkudu
Morinda citrifolia L.
Rubiaceae
5
Pepaya
Carica papaya L.
Caricaceae
6
Kepoh
Sterculia foetida L.
Sterculiaceae
7
Tengkawang tungkul
Dipterocarpus retusus Bl.
Dipterocarpaceae
Cempedak
Artocarpus
8 9 10 11 12 13
integer Moraceae
(Thunb.) Merr. Nangka
Artocarpus heterophyllus Moraceae Lmk.
Jarak kaliki
Ricinus communis L.
Euphorbiaceae
Karet
Hevea brasiliensis (Willd. Euphorbiaceae Ex A. Juss.) M.A.
Kemiri
Aleurites moluccana (L.) Euphorbiaceae Willd
Kemiri cina
Reutealis
trisperma Euphorbiaceae
(Blanco) Airy Shaw
14
Kacang tanah
Arachis hypogaea L.
Fabaceae
15
Saga pohon
Adenanthera pavonina L.
Fabaceae
16
Mangga arum manis
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
No.
Nama Indonesia
Nama Spesies
Suku
17
Mangga indramayu
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
18
Mangga gedong
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
19
Mangga simanalagi
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
20
Kuweni
Mangifera odorata Griff
Anacardiaceae
B. KARAKTERISTIK BIJI Biji-bijian antar sebelas suku tanaman mempunyai karakteristik fisik (bentuk, warna, tekstur, dan dimensi) yang bervariasi. Biji-bijian yang berasal dari satu suku tanaman umumnya mempunyai bentuk, warna dan tekstur biji serupa dan yang membedakan mereka adalah dimensi bijinya. Karakteristik kimia biji yang dianalisis adalah kadar air dan kadar lemak. Kadar air biji-bijian antar suku sangat bervariasi dimana biji pepaya mempunyai kadar tertinggi (87.35%) dan biji kacang mempunyai kadar terendah (8.34%). Kadar air biji dari satu genus pun relatif bervariasi. Hal ini bisa dilihat pada genus Artocarpus (suku Moraceae), biji cempedak dan biji nangka mempunyai kadar air berturutturut sebesar 77.20% dan 66.28%. Kadar lemak biji-bijian antar suku bervariasi antara 0.42– 63.97% (berat kering) dengan kadar lemak tertinggi pada biji kemiri (suku
Euphorbiaceae) mempunyai dan kadar lemak terendah pada biji cempedak (suku Moraceae). Biji-bijian dengan kadar lemak lebih dari 50% bk dimiliki oleh biji kepoh (suku Sterculiaceae) 55.08% bk, dan kemiri cina (suku
Euphorbiaceae) 53.97% bk. Kadar lemak biji-bijian dari satu suku pun ada yang sangat berbeda, yakni pada suku Fabaceae, dimana kadar lemak biji kacang tanah adalah 41.62% bk sedangkan biji saga pohon hanya sebesar 10.93% bk. Biji-bijian dari suku Euphorbiaceae mempunyai kadar lemak yang relatif besar yakni rata-rata lebih dari 47% bk. Semua biji dari suku Anacardiaceae genus
Mangifera yang dianalisis mempunyai kadar lemak sekitar 5 – 10 %bk, dan kadar lemak biji-biji rata-rata dari suku Moraceae sangat rendah yakni kurang dari 1% bk. Rekapan karakteristik sifat fisik dan kimia biji dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik fisik dan kimia biji-bijian dari sebelas suku tanaman
Karakteristik Fisik Biji Suku
Lauraceae
Sapindaceae
Spesies
Persea americana Mill.
Nephelium lappaceum L.
Annona muricata L. Annonaceae
Nama Indonesia
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Alpukat
Bentuk: bulat dan satu ujung meruncing Warna: putih kekuningan Tekstur: keras
Panjang sekitar 4-4.5 cm dan berdiameter 4.5 cm
Panjang sekitar 2 cm dan lebar sekitar 1.5 cm
Rambutan
Bentuk: lonjong dan lapisan kulit berwarna coklat muda berserabut Warna: putih kekuningan Tekstur: keras Bentuk: bulat telur pipih Warna: cokelat kehitaman dan berkilap Tekstur: keras
Panjang sekitar 1-2 cm dan lebar sekitar 1 cm
Sirsak
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
61.88
1.77
1.09
31.36
33.36
23.10
37.17
24.76
15.56
Karakteristik Fisik Biji Suku
Rubiaceae
Caricaceae
Sterculiaceae
Spesies
Morinda citrofilia L.
Carica papaya L.
Sterculia foetida L.
Nama Indonesia
Mengkudu
Pepaya
Kepoh
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk: kecil, lonjong pipih Warna: cokelat muda Tekstur: keras dan rapuh
Panjang 1 cm dan lebar 0.5 cm
Bentuk: bulat Warna: hitam Tekstur: berair, berselaput dan rapuh
Diameter 0.5– 0.7 cm
Bentuk: bulat lonjong Warna: putih susu Tekstur: berair dan kenyal
Panjang sekitar 3-4 cm dan lebar 1-1.5 cm
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
44.22
4.59
2.56
87.35
22.86
6.55
74.33
55.08
14.14
Karakteristik Fisik Biji Suku
Dipterocarpaceae
Spesies
Dipterocarpus retusus BI.
Artocarpus integer (Thunb.) Merr.
Moraceae (Genus Artocarpus)
Artocarpus heterophyllus Lmk.
Nama Indonesia
Tengkawang tungkul
Cempedak
Nangka
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk: bulat telur Warna: cokelat Tekstur: agak keras
Panjang sekitar 2.5–3 cm dengan diameter 2.5 cm
Bentuk: lonjong, agak pipih Warna: putih kekuningan Tekstur: kenyal, agak keras
Panjang sekitar 2.5 cm dan lebar sekitar 3 cm
Bentuk: lonjong, agak pipih Warna: putih kekuningan Tekstur: kenyal, agak keras
Panjang sekitar 3-4 cm dan lebar 1.5-2 cm
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
20.35
41.88
33.36
77.20
0.42
0.10
66.28
1.22
0.41
Karakteristik Fisik Biji Suku
Spesies
Ricinus communis L.
Hevea brasiliensis (Wild. Ex A. Juss.) M.A
Nama Indonesia
Jarak kaliki
Karet
Euphorbiceae Aleurites moluccana (L.) Willd.)
Kemiri
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk:bulat lonjong Warna: cokelat berbintik hitam Tekstur: keras
Panjang sekitar 1 cm dan lebar 0.5-0.8 cm
Bentuk: bulat lonjong Warna:cokelat kehitaman dengan bercak khas, endosperma berwarna putih kekuningan Tekstur: kenyal
Panjang (endosperma) sekitar 2.7 cm dan lebar sekitar 2 cm
Panjang 2.7 cm Bentuk: membulat atau limas, agak pipih dan lebar sekitar 2 cm dengan satu bagian merucing Warna: putih susu Tekstur: keras
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
12.97
33.99
29.58
41.74
38.53
22.45
10.77
63.97
57.08
Karakteristik Fisik Biji Suku
Euphorbiceae
Spesies
Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw
Arachis hypogaea L.
Fabaceae
Adenanthera pavonina L.
Nama Indonesia
Kemiri cina
Kacang tanah
Saga pohon
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk: bulat agak gepeng Warna: putih susu Tekstur: keras
Diameter 2–2.5 cm
Bentuk: bulat lonjong bersisi tiga dan satu sisi agak meruncing Warna: putih susu Tekstur: keras
Panjang 1-1.4 cm dan lebar 0.7-1 cm
Bentuk: bulat agak gepeng, bersisi tiga dan bagian sisi agak meruncing Warna: merah Tekstur: keras
Panjang sekitar 1 cm dan lebar sekitar 1 cm
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
34.88
53.97
20.57
8.34
41.62
38.15
16.65
10.93
9.11
Karakteristik Fisik Biji Suku
Spesies
Nama Indonesia
Mangga var. Arum manis
Mangifera indica L.
Mangga var. Indramayu
Anacardiaceae (Genus Mangifera) Mangga var. Gedong
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk: bulat lonjong dan di bagian tengahnya berlekuk ke dalam Warna: puith kekuningan Tekstur: keras
Panjang 7.8 cm dan lebar 4.3 cm
Bentuk: bulat lonjong dan di bagian tengahnya berlekuk ke dalam Warna: putih kekuningan Tekstur: keras Bentuk: bulat lonjong dan di bagian tengahnya berlekuk ke dalam Warna: putih kekuningan Tekstur: keras
Panjang 6.7 cm dan lebar 3.2 cm
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
68.35
5.19
1.64
50.79
6.21
3.06
51.55
10.34
5.01
Panjang 5 cm dan lebar 4 cm
Karakteristik Fisik Biji Suku
Spesies
Nama Indonesia
Mangga var. Simanalagi
Anacardiaceae (Genus Mangifera)
Mangifera odorata Griff
Kuweni
Gambar Biji
Bentuk, Warna, Tekstur
Dimensi
Bentuk: bulat lonjong dan di bagian tengahnya berlekuk ke dalam Warna: putih kekuningan Tekstur: keras
Panjang sekitar 7 cm dan lebar 3.5-5 cm
Bentuk: bulat lonjong dan di bagian tengahnya berlekuk ke dalam Warna: putih kekuningan Tekstur: keras
Panjang sekitar 7 cm dan lebar 4 cm
Karakteristik Kimia Biji Kadar Kadar Lemak air % (bk) % (bb) (%bb)
51.47
5.13
2.49
59.52
8.67
3.51
1. Suku Lauraceae : Alpukat (Persea americana Mill. ) Tanaman ini merupakan tanaman yang tidak mentolerir suhu dingin. Buahnya seperti buah pear. Biji terletak di bagian tengah, setiap satu buah terdapat satu biji. Hasil analisis proksimat terhadap biji alpukat memberikan hasil kadar air biji alpukat sebesar 61.88% dan kadar lemak sebesar 1.77% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 1.09% (per 100 g sampel basah). Menurut Syvia (1998), ekstraksi etanol dari biji alpukat memberikan aktivitas antidiabetes. Pengujian fitokimianya dari ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan adanya kelompok senyawa alkaloid. Senyawa kimia tersebut adalah tanin, flavonoid, kuinon, saponin, dan triterpenoid.
2. Suku Sapindaceae : Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Varietas rambutan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rambutan aceh. Buahnya berbentuk bundar dengan rambut lunak yang panjang, halus, dan agak jarang. Daging buahnya berwarna putih transparan, tebal, berair, dan melekat pada kulit biji. Buah terletak bercabang setiap rantingnya dan setiap satu buah terdapat satu biji (Anonim, 2008m). Hasil analisis proksimat terhadap biji rambutan memberikan hasil kadar air biji sebesar 31.36% dan kadar lemak sebesar 33.36% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 23.10% (per 100 g sampel basah). Biji rambutan pada masyarakat pedesaan biasaanya juga dimakan setelah digoreng, namun biji yang mentah biasanya memiliki rasa pahit. Hal ini disebabkan biji memiliki kandungan alkaloid, yaitu saponin dan tanin (Morton, 1987).
3. Suku Annonaceae : Sirsak (Annona muricata L.) Buah sirsak sebenarnya merupakan kumpulan buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan sehingga hampir tidak ada batas antar buah. Daging buahnya berwarna putih sedangkan biji dalam buah semu berjumlah banyak (Anonim,2008o). Hasil analisis proksimat terhadap biji sirsak memberikan hasil kadar air biji sebesar 37.17% dan kadar lemak sebesar 24.76% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 15.56% (per 100 g sampel basah). Penelitian yang dilakukan Daud et al. (2003) membuktikan
bahwa serbuk sirsak efektif sebagai insektisida yang cukup keras untuk mengusir hama insekta sayuran. Kandungan bioaktif yang terdapat di dalam biji sirsak adalah senyawa alkaloid yang terdiri dari acetogenin dan annonaine (Yasril, 2003)
4. Suku Rubiaceae : Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Buah mengkudu berwarna hijau kekuningan dan berbentuk lonjong dengan permukaan yang bertotol. Jumlah biji mengkudu dalam satu buah berjumlah banyak sekitar 20-25% dari total berat buah dan terdapat dalam daging (Rismana, 2007). Produk dari pohon mengkudu telah banyak diproduksi oleh beberapa produsen dalam dan luar negeri dalam bentuk jus dan kapsul buah mengkudu. Hasil analisis proksimat terhadap biji mengkudu memberikan hasil kadar air biji sebesar 44.22% dan kadar lemak sebesar 4.59% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 2.56% (per 100 g sampel basah). Menurut Rismana (2007), minyak yang diekstrak dari biji mengkudu banyak digunakan untuk bahan baku kosmetik, lilin dan massage oils.
5. Suku Caricaceae : Pepaya (Carica papaya L.) Buah pepaya memiliki bentuk bulat hingga memanjang, dengan ujung yang biasanya meruncing. Warna buah ketika muda adalah hijau gelap dan setelah masak berwarna hijau muda hingga kuning. Daging buahnya berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga dan inilah tempat biji-biji pepaya berkumpul. Jenis pepaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah pepaya lokal bogor. Hasil analisis proksimat terhadap biji pepaya memberikan hasil kadar air biji pepaya sebesar 87.35% dan kadar lemak sebesar 22.86% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 6.55% (per 100 g sampel basah). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, bahan baku obat masuk angin dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid, dan saponin (Warisno, 2003).
Biji pepaya juga mempunyai aktivitas farmakologi daya antiseptik terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan Vibrio cholera (Warisno, 2003).
6. Suku Sterculiaceae : Kepoh (Sterculia foetida L.) Buah kepoh berbentuk setangkup cukup besar dengan bagian ujungnya menyerupai paruh dan kulit berwarna hijau kehitaman dan berkulit tebal. Setelah cukup masak buah akan jatuh sendiri dari pohonnya dan mudah dibuka (Widyantoro, 2005). Bagian dalam buah terdapat ruang yang terisi oleh biji, dalam satu buah terdapat 10-17 biji yang berwarna hitam. Lapisan hitam ini merupakan kulit biji dan jika dibuang maka akan didapatkan lapisan agak keras yang menyerupai biji melinjo. Baru ketika lapisan ini dibuka maka akan didapatkan bagian endosperma yang terdiri dari dua buah keping biji yang berwarna putih susu. Hasil analisis proksimat terhadap biji kepoh memberikan hasil kadar air biji kepoh sebesar 74.33% dan kadar lemak sebesar 55.08% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 14.14% (per 100 g sampel basah). Biji buahnya dapat digunakan sebagai sumber minyak yang digunakan untuk lampu dan cat (Anonim, 2008r).
12. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul (Dipterocarpus retusus Bl.) Biji tumbuhan ini terlindungi oleh kulit biji yang cukup keras berwarna coklat tua, berbulu, dan bersayap lima. Biji dengan kulit bijinya mempunyai bentuk bundar, sedangkan bijinya sendiri berwarna coklat dengan bentuk bulat telur. Setelah cukup masak, buah akan jatuh sendiri dari pohonnya (Kneeland, 1988). Hasil analisis proksimat terhadap biji tengkawang memberikan hasil kadar air biji tengkawang sebesar 20.35% dan kadar lemak sebesar 41.88% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 33.36% (per 100 g sampel basah). Bijinya digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan obatobatan.
13.
Suku Moraceae (Genus Artocarpus) Nangka dan cempedak merupakan tanaman yang sama genusnya
(Artocarpus), kedua jenis tanaman ini mempunyai ciri karakteristik fisik biji yang sama namun dimensi ukurannya berbeda.
c. Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Daun tanaman ini berbulu banyak dan lebih panjang dibandingkan nangka. Kulit buah tidak kasar dengan bentuk buahnya silinder agak bundar dan memanjang. Panjang buah cempedak tidak sepanjang buah nangka. Buahnya merupakan buah semu majemuk dimana ketika buah dibuka terdapat buah dan daging buah sesungguhnya yang bergerombol dan menempel pada semacam tali poros. Daging buahnya putih kekuningan sampai jingga, manis dengan bau yang lebih menusuk dibandingkan nangka, dan melekat pada biji (Saleh et al., 2002). Tidak seperti nangka keseluruhan massa daging buah mudah lepas apabila masak. Hasil analisis proksimat terhadap biji cempedak memberikan hasil kadar air biji sebesar 77.20% dan kadar lemak sebesar 0.42% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 0.10% (per 100 g sampel basah). Di daerah Kalimantan biji cempedak juga dikonsumsi dengan cara digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam (Anonim, 2008 wikipedia).
d. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Buah nangka merupakan buah semu, menggantung pada ranting atau cabang utama, berbentuk gelendong memanjang, dan pada sisi luar membentuk duri lunak yang pendek (Saleh et al., 2002). Jenis nangka yang digunakan dalam penelitian ini adalah nangka bogor yang sering disebut dengan nangka kandel. Jenis nangka ini memiliki ciri: daging buahnya tebal, kedudukan daging buahnya sangat rapat, warna daging buah kuning cerah, rasa manis (Anonim, 2008p). Hasil analisis proksimat terhadap biji nangka memberikan hasil kadar air biji sebesar 66.28% dan kadar lemak sebesar 1.22% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 0.41% (per 100 g sampel basah). Menurut Nainggolan (1985) kandungan karbohidrat pada biji nangka cukup tinggi sehingga dapat dimakan sebagai sumber
karbohidrat tambahan, sedangkan menurut (Anonim, 2008p), biji nangka dapat dibuat tepung biji nangka yang dicampurkan ke dalam tepung gandum untuk pembuatan roti. Penggunaan tepung biji ini juga dapat digunakan sebagai bahan substitusi sebagian tepung terigu dalam pembuatan cookies dan BMC (Bahan Makanan Campuran).
14. Suku Euphorbiaceae Keempat jenis biji ini memiliki genus yang berbeda dan karakteristik fisik biji yang berbeda (warna, ukuran, dan bentuk biji), namun kandungan lemak bijinya cukup tinggi, yaitu: jarak kaliki (33.99%), kemiri (63.97%), kemiri cina (53.97%), dan karet (30.81%).
a. Jarak Kaliki (Ricinus communis L.) Buah jarak kaliki berupa buah kotak berbentuk bulat agak lonjong berlekuk tiga dan berkumpul dalam satu tandan. Buahnya memiliki tiga ruang yang masing-masing berisi satu biji. Buahnya berduri lunak, berwarna hijau muda, dengan rambut berwarna hijau. Setelah tua buah akan berubah menjadi hitam. Hasil analisis proksimat terhadap biji jarak kaliki memberikan hasil kadar air biji sebesar 12.97% dan kadar lemak sebesar 33.99% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 29.58 % (per 100 g sampel basah). Menurut Sinaga (2004), biji dan minyak jarak dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan buang air besar (konstipasi), dan kesulitan melahirkan, namun biji jarak kaliki yang masih segar atau minyak jarak kaliki bersifat racun kalau ditelan dalam jumlah berlebihan.
b. Karet (Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) M. A.) Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jadi jumlah biji biasanya ada tiga atau enam buah sesuai dengan jumlah ruangnya (Anonim, 2008q). Ukuran biji cukup besar dengan kulit biji yang keras. Hasil analisis proksimat terhadap biji karet
memberikan hasil kadar air biji karet sebesar 41.74% dan kadar lemak sebesar 38.53% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 22.45% (per 100 g sampel basah).
c. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) Biji kemiri tergolong buah batu karena berkulit keras menyerupai tempurung dengan permukaan luar kasar berlekuk, berwarna cokelat atau kehitaman. Kulit biji inilah yang merupakan bagian buah yang paling keras dan impermeable terhadap air dan gas (Suharto, 2003). Setiap biji terletak sendiri-sendiri. Hasil analisis proksimat terhadap biji kemiri memberikan hasil kadar air biji kemiri sebesar 10.77% dan kadar lemak sebesar 63.97% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 57.08% (per 100 g sampel basah).
d. Kemiri Cina (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Tanaman kemiri cina yang sudah agak tua (berumur 7 tahun) dapat menghasilkan 500 kg biji kering setiap tahunnya (Anonim, 2008 wikipedia). Buahnya bundar dengan diameter 5-6 cm, memiliki 3 ruang. Tiap ruang diisi oleh satu biji. Tiap biji memiliki kulit biji yang agak keras, namun tidak sekeras dan setebal kulit biji kemiri dan permukaannya lebih halus. Hasil analisis proksimat terhadap biji kemiri cina memberikan hasil kadar air biji sebesar 34.88% dan kadar lemak sebesar 53.87% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 20.57% (per 100 g sampel basah). Biji kemiri cina juga merupakan salah satu penghasil minyak kering seperti minyak yang diekstrak dari biji kemiri, selain itu menurut Guerrero (1999) minyak yang diekstrak dari kemiri cina ini merupakan insektisida yang cukup efektif.
15. Suku Fabaceae Kacang tanah dan saga pohon merupakan tanaman satu suku yang berbeda genus namun letak biji dalam buah memiliki karakteristik yang sama, yaitu terletak dalam polong.
a . Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Kacang
tanah
merupakan
tanaman
polong-polongan
atau
leguminoceae dan merupakan tanaman budidaya yang kaya akan kandungan protein dan lemak. Bijinya dapat dimakan mentah, direbus bersama polongnya, digoreng, atau disangrai (Anonim,2008g). Setiap polongnya terdapat 1-6 biji. Hasil analisis proksimat terhadap biji kacang tanah memberikan hasil kadar air biji sebesar 8.34% dan kadar lemak sebesar 41.62% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 38.15% (per 100 g sampel basah). Biji kacang tanah dapat diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan. Selain itu kacang
tanah
juga
dapat
diproses
untk
diekstrak
minyaknya
(Anonim,2008g).
b. Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) Saga
pohon
merupakan
tanaman
polong-polongan
yang
menyerupai petai. Polong berperan sebagai tempat tersusunnya bji saga. Polong saga berbentuk memanjang dan melengkung pada bagian ujung. Pada setiap belahan polong terdapat lekukan-lekukan tempat tersusunnya biji saga, namun terdapat juga lekukan pada polong yang tidak terisi oleh biji. Jadi jumlah lekukan yang ada pada polong tidak selalu sama dengan jumlah biji yang terdapat dalam polong. Jumlah biji tiap polong rata-rata delapan biji dengan kisaran 4-12 biji. Biji saga tersusun atas kulit dibagian luar, kotiledon dibagian dalam, dan hipokotil dibagian ujung yang agak runcing. Hasil analisis proksimat terhadap biji saga memberikan hasil kadar air biji saga sebesar 16.65% dan kadar lemak sebesar 10.93% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 9.11% (per 100 g sampel basah).
16. Suku Anarcardiaceae (Genus Mangifera) Mangga dan kuweni merupakan tanaman dengan genus yang sama. Keduanya juga memiliki karakteristik fisik biji yang sama dengan ukuran
yang bervariasi. Kadar lemak keduanya pun tidak terlalu berbeda jauh, yaitu mangga yang bervariasi antara 5.13% - 10.34% dan kuweni 8.67%.
a. Mangga (Mangifera indica L.) • Varietas Arum manis Varietas arumanis memiliki bentuk buah dengan kulit buah berwarna hijau agak kekuningan, daging buahnya berwarna kuning, tekstur daging buahnya lebih berair dan lebih lembek jika dibandingkan dengan varietas indramayu, dan rasanya manis terkadang agak asam. Hasil analisis proksimat terhadap biji mangga simanalagi memberikan hasil kadar air sebesar 68.35%, kadar lemak sebesar 5.19% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 1.64% (per 100 g sampel basah). • Varietas Indramayu Varietas indramayu memiliki ciri kulit buah yang hijau agak kekuningan dengan daging buah yang berwarna kuning dengan tekstur yang agak keras jika dibandingkan dengan varietas arumanis, buah berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan ujung sedikit meruncing dan rasa yang manis. Hasil analisis proksimat terhadap biji mangga simanalagi memberikan hasil kadar air sebesar 50.79%, kadar lemak sebesar 6.21% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 3.06% (per 100 g sampel basah). • Varietas Gedong Varietas gedong memiliki ciri buah yang berbeda dari ketiga lainnya. Jenis ini memiliki warna kulit dan daging buah kuning kemerahan yang mencolok dengan bentuk buah yang membulat. Hasil analisis proksimat terhadap biji mangga gedong memberikan hasil kadar air sebesar 51.55 %, kadar lemak sebesar 10.34% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 5.01% (per 100 g sampel basah). • Varietas Simanalagi Varietas ini memiliki ciri bentuk buah yang jorong, pangkal meruncing, ujung membulat dan berparuh jelas dibandingkan varietas lainnya. Hasil analisis proksimat terhadap biji mangga simanalagi
memberikan hasil kadar air sebesar 51.47%, kadar lemak sebesar 5.13% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 2.49% (per 100 g sampel basah).
b. Kuweni (Mangifera odorata Griff) Tanaman kuweni merupakan tanaman sejenis mangga-manggaan yang masih berkerabat dengan bacang. Buahnya berbentuk bulat lonjong dengan bintik-bintik hitam. Daging buahnya lebih berserat daripada mangga dan mengandung banyak sari buah (Anonim, 2008n). Bijinya terlindung oleh cangkang (endokarp) biji yang keras, mengayu, dan berserat. Cangkang ini lebih mudah dilepas dibandingkan cangkang pada biji mangga. Hasil analisis proksimat terhadap biji kuweni memberikan hasil kadar air biji kuweni sebesar 59.52% dan kadar lemak sebesar 8.67% (per 100 g sampel kering) atau sebesar 3.51% (per 100 g sampel basah). Menurut Anonim (2008n), inti bijinya dapat ditumbuk untuk dijadikan tepung, sebagai bahan pembuatan makanan sejenis dodol.
C. PROFIL STANDAR ASAM LEMAK Pada penelitian ini, standar asam lemak (standar eksternal) yang digunakan adalah standar fatty acids methyl ester (FAME) campuran C8-C22, sedangkan standar internal yang digunakan adalah asam margarat (C17:0). Kromatogram dari standar asam lemak dapat dilihat pada Gambar 34. Waktu retensi masing-masing standar asam lemak kemudian dijadikan acuan untuk identifikasi asam lemak pada sampel, sedangkan untuk kuantifikasinya mengacu pada respond factor (RF) masing-masing standar asam lemak. Perhitungan respond factor dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Respond factor standar asam lemak Asam Lemak Octanoic acid Capric acid Lauric acid Tridecanoic acid Myristic acid Myristoleic acid Pentadecanoic acid Palmitic acid Palmitoleic acid Stearic acid Trans-9-Elaidic acid Cis-9-oleic acid Linoleic acid Linolenic acid Arachidic acid Eicosenoic acid Behenic acid Erucid acid
C8:0 C10:0 C12:0 C13:0 C14:0 C14:1 C15:0 C16:0 C16:1 C18:0 C18:1 Trans C18:1 Cis C18:2 C18:3 C20:0 C20:1 C22:0 C22:1
Area A. Lemak
Kons. A. Lemak
Area SI
Kons. SI
RF
110161 203080 445476 208606 216847 116172 120409 979720 438845 444950
1.902 3.192 6.554 3.195 3.194 1.896 1.896 12.978 6.391 6.486
214903 214903 214903 214903 214903 214903 214903 214903 214903 214903
3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2
1.1595 1.0556 0.9880 1.0286 0.9892 1.0960 1.0575 0.8896 0.9780 0.9789
167321
2.596
214903
3.2
1.0419
1551849 833688 286993 110652 111692 114657 107651
19.560 12.978 6.384 1.896 1.902 1.903 1.896
214903 214903 214903 214903 214903 214903 214903
3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2
0.8465 1.0454 1.4939 1.1507 1.1436 1.1146 1.1828
C18:1Cis
3.0
C22:1
C22:0
C20:1
C20:0
C18:3
C18:0
C17:0
C18:1Trans
C18:2
C16:0 C16:1 C15:0
0.5
C13:0
1.0
C10:0
1.5
C14:0 C14:1
C12:0
2.0
C8:0
Respon detektor
2.5
0.0
10
20
30
Gambar 34. Kromatogram standar FAME
40
Waktu retensi (menit)
D. ASAM LEMAK BIJI-BIJIAN Hasil penelitian mengenai asam lemak pada sampel biji menunjukkan bahwa tidak semua biji-bijian memiliki kedelapan belas jenis asam lemak pada standar yang digunakan. Umumnya jenis asam lemak yang dimiliki oleh bijibijian merupakan asam lemak dengan atom C genap, namun pada beberapa jenis biji ditemukan adanya asam pentadekanoat (C15:0). Selain itu, pada sampel biji-bijian juga tidak ditemukan adanya kandungan trans-9-asam elaidat. Hasil analisis asam lemak pada biji-bijian menunjukkan bahwa umumnya asam lemak yang dominan yang menyusun fraksi lipida biji adalah oleat, dan linoleat (unsaturated fatty acid) sehingga dapat dikatakan umumnya biji-bijian merupakan salah satu sumber asam lemak tidak jenuh jenis ini. Berdasarkan antar suku tanaman, ekstrak minyak biji
dari suku
Rubiaceae, Fabaceae, Annonaceae, Dipterocarpaceae, dan Sterculiaceae mempunyai total asam lemak lebih dari 90 gr/100 gr minyak. Total asam lemak ekstrak minyak biji yang berasal dari satu suku menunjukkan nilai yang cukup bervariasi dimana hal ini dapat dilihat pada total asam lemak biji-bijian dari
suku Euphorbiaceae yang berkisar mulai dari 69.74 – 93.50 gr/100 gr minyak. Total asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan total asam lemak jenuhnya dimiliki oleh ekstrak minyak biji alpukat 67.61% dari suku
Lauraceae, sirsak 75.11% (Annonaceae), mengkudu 83.69% (Rubiaceae), papaya 68.75% (Caricaceae), cempedak 53.30% dan nangka 63.66% (Moraceae), karet 83.53%, kemiri 91.7% dan kemiri cina 42.59% (Euphorbiacea), dan kacang tanah 76.59% dan saga pohon 68.6% (Fabaceae). Asam lemak tidak jenuhnya merupakan asam linoleat (C18:2), diikuti dengan asam oleat (C18:1), dan asam linolenat (C18:3). Ekstrak minyak dari biji rambutan
(Sapindaceae)
dan
tengkawang
tungkul
(Dipterocarpaceae)
mempunyai total asam lemak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan total asam lemak tidak jenuhnya. Ekstrak minyak biji rambutan didominasi oleh asam arakidat (C20:0) 37.25%, sedangkan ekstrak minyak biji tengkawang tungkul didominasi oleh asam stearat (C18:0) 49.71%. Asam lemak dari biji suku
Anacardiaceae mempunyai komposisi asam lemak yang relatif paling berbeda dibandingkan ekstrak minyak biji dari suku-suku lainnya. Dua asam lemak yang berkontribusi besar sebagai asam lemak penyusunnya yaitu oleat (C18:1) dan stearat (C18:0) rata – rata sebesar 33% dan 31%. Ekstrak
minyak biji
jarak kaliki (Euphorbiaceae) dan
kepoh
(Sterculiaceae) mempunyai kandungan unknown fatty acid yang sangat besar sehingga diperlukan tambahan standar eksternal FAME untuk mengidentifikasi jenis asam lemak tersebut. Menurut Gunstone et al. (1995), asam lemak yang dominan pada biji jarak kaliki adalah asam ricinoleat sebesar 83–90% dan biji kepoh mempunyai kandungan cyclopropene acid (asam sterkulat dan asam malvalat) sebesar 65-70%, sehingga kemungkinan besar kandungan unknown
fatty acid kedua minyak biji tersebut tergolong ke dalam kelompok asam lemak spesifik. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan biji jarak kaliki dan biji kepoh memiliki unknown FA yang kemungkinan berturut-turut adalah asam ricinoleat (81.72%) dan cyclopropene acid (73.01%). Ekstrak minyak bijianbijian lainnya juga mempunyai unknown fatty acid tetapi lebih rendah daripada kedua jenis biji diatas. Rekapitulasi secara lengkap hasil analisis asam lemak pada biji-bijian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Profil asam lemak ekstrak lemak/minyak biji-bijian dari sebelas suku tanaman Komposisi asam lemak (per total asam lemak) Suku
Lauraceae
Sampel Biji
Alpukat
Unsaturated Fatty Acid
Saturated Fatty Acid
MUFA
C8:0
C10:0
C12:0
C14:0
C15:0
C16:0
C18:0
C20:0
C22:0
C14:1
C16:1
C18:1
C20:1
C22:1
C18:2
C18:3
0.38 ± 0.03
-
-
0.42 ± 0.02
-
10.32 ± 0.17
1.39 ± 0.05
5.99 ± 0.08
1.10 ± 0.02
-
4.30 ± 0.08
11.93 ± 0.17
9.49 ± 0.21
4.50 ± 0.14
31.44 ± 0.56
5.97 ± 0.09
-
-
3.80 ± 0.06
5.44 ± 0.05
37.25 ± 0.22
3.34 ± 0.04
-
8.19 ± 0.06
0.81 ± 0.02
2.69 ± 0.03
18.61 ± 0.07
3.90 ± 0.16
0.48 ± 0.01
0.10 ± 0.00
-
0.14 ± 0.00
-
34.24 ± 0.12
10.34 ± 0.04
3.03 ± 0.01
0.42 ± 0.01
0.08 ± 0.00
-
0.11 ± 0.00
-
17.36 ± 0.70
11.07 ± 1.94
0.39 ± 0.02
0.20 ± 0.01
0.01 ± 0.00
0.72 ± 0.03
0.40 ± 0.02
0.03 ± 0.00
4.70 ± 0.20
11.76 ± 0.65
1.26 ± 0.10
2.57 ± 0.09
3.12 ± 0.15
-
0.09 ± 0.01
0.73 ± 0.03
0.04 ± 0.00
3.97 ± 0.24
14.28 ± 0.01
49.71 ± 0.02
2.07 ± 0.01
0.12 ± 0.01
-
0.04 ± 0.01
-
1.01 ± 0.01
20.68 ± 1.10
0.98 ± 0.07
0.42 ± 0.08
0.66 ± 0.07
-
0.08 ± 0.03
-
23.01 ± 0.17
0.87 ± 0.01
1.44 ± 0.03
3.49 ± 0.10
-
-
-
19.59 ± 0.21 Sapindaceae
Rambutan
-
0.01 ± 0.01
-
30.22 ± 0.59 0.36 ± 0.01
49.83 ± 0.19 Annonaceae
Sirsak
0.18 ± 0.03
-
0.01 ± 0.00
0.13 ± 0.00
0.08 ± 0.01
-
-
0.03 ± 0.00
0.14 ± 0.01
0.01 ± 0.01
0.12 ± 0.01
0.35 ± 0.02
0.03 ± 0.01
-
-
0.10 ± 0.01
-
-
0.02 ± 0.00
Mengkudu
-
Pepaya
0.07 ± 0.01
Kepoh
-
Tengkawang tungkul
0.02 ± 0.00
0.03 ± 0.01
-
0.16 ± 0.01
0.03 ± 0.01
Cempedak
0.17 ± 0.01
-
0.08 ± 0.06
-
0.20 ± 0.01
-
0.11 ± 0.00
0.28 ± 0.01 29.28 ± 0.26
30.75 ± 0.04
3.27 ± 0.17
0.81 ± 0.01 0.88 ± 0.01
1.71 ± 0.02
1.45 ± 0.08
91.57 ± 1.07
65.30 ± 0.23
0.29 ± 0.01
2.34 ± 0.43
92.67 ± 1.15
0.38 ± 0.02
1.56 ± 0.33
71.72 ± 0.65
0.35 ± 0.02
73.08 ± 1.39
90.23 ± 0.82
1.56 ± 0.04
90.96 ± 0.06
23.46 ± 4.13
53.49 ± 1.09
7.07 ± 0.77
53.68 ± 1.42
4.31 ± 0.26 0.38 ± 0.01
1.39 ± 0.01
3.66 ± 0.22 0.07 ± 0.01
87.77 ± 0.76
5.08 ± 0.21
30.82 ± 0.04 0.32 ± 0.02
23.36 ± 1.28 Nangka
2.87 ± 0.16
2.64 ± 0.28
65.59 ± 0.22
3.73 ± 0.20 0.04 ± 0.01
66.24 ± 0.01 Moraceae
62.52 ± 2.48
19.99 ± 0.83
35.94 ± 0.13
63.67 ± 2.44
18.88 ± 0.95 Dipterocarpaceae
17.81 ± 0.27
0.23 ± 0.01
46.22 ± 3.03
3.42 ± 0.25
49.64 ± 2.74 57.77 ± 0.43
5.01 ± 0.11
62.78 ± 0.53
(g/100g minyak)
12.93 ± 0.33
2.92 ± 0.04
18.10 ± 0.27
29.70 ± 2.55 Sterculiaceae
37.89 ± 0.08
Unknown FA
37.41 ± 0.60
39.17 ± 0.07 0.17 ± 0.00
13.98 ± 0.04 Caricaceae
35.26 ± 0.15 44.62 ± 0.18
1.41 ± 0.01
23.43 ± 0.24 Rubiaceae
PUFA
Total FA
Komposisi asam lemak (per total asam lemak) Suku
Euphorbiaceae
Sampel Biji
Jarak kaliki
Unsaturated Fatty Acid
Saturated Fatty Acid
MUFA
C8:0
C10:0
C12:0
C14:0
C15:0
C16:0
C18:0
C20:0
C22:0
C14:1
C16:1
C18:1
C20:1
C22:1
C18:2
C18:3
0.17 ± 0.08
-
-
0.01 ± 0.00
-
2.15 ± 0.02
1.56 ± 0.03
0.11 ± 0.02
0.02 ± 0.01
-
0.06 ± 0.00
4.93 ± 0.06
0.48 ± 0.02
0.03 ± 0.01
7.96 ± 0.19
0.83 ± 0.02
0.11 ± 0.02
-
7.52 ± 0.02
5.43 ± 0.01
0.49 ± 0.01
0.13 ± 0.01
-
0.20 ± 0.00
0.02 ± 0.00
39.15 ± 0.08
4.01 ± 0.08 Karet
-
0.07 ± 0.01
0.01 ± 0.00
5.50 ± 0.08 0.13 ± 0.00
13.76 ± 0.04 Kemiri
-
-
-
0.03 ± 0.00
-
0.12 ± 0.01
0.02 ± 0.00
0.10 ± 0.00
0.20 ± 0.07
-
-
-
-
0.01 ± 0.01
4.97 ± 0.07
1.98 ± 0.02
0.06 ± 0.00
0.02 ± 0.00
-
12.73 ± 0.14
5.73 ± 0.02
0.14 ± 0.01
20.42 ± 0.45
-
12.03 ± 0.48
3.58 ± 0.08
1.62 ± 0.14
3.49 ± 0.36
-
1.52 ± 0.02
0.75 ± 0.01
2.80 ± 0.07
12.45 ± 0.21
-
8.77 ± 0.05
31.44 ± 1.34
1.93 ± 0.07
0.47 ± 0.01
-
7.67 ± 0.02
38.80 ± 0.96
2.03 ± 0.02
0.41 ± 0.01
-
7.63 ± 0.05
37.28 ± 1.07
2.26 ± 0.00
0.47 ± 0.01
-
13.91
36.22
2.15
0.42
-
0.03 ± 0.01
Kacang tanah
-
0.19 ± 0.07
-
Mangga var. Arum manis
-
-
Mangga var. Indramayu
0.04 ± 0.00
-
Mangga var. Gedong
0.09 ± 0.03
-
Mangga var.
0.17
0.02
-
-
0.02 ± 0.01
-
0.05 ± 0.01
0.06 ± 0.01
0.08 ± 0.01
0.09 ± 0.00
0.08 ± 0.01
0.22
0.16
0.03 ± 0.00
6.15 ± 0.38
23.78 ± 0.13
35.12 ± 0.56
13.49 ± 0.13
42.63 ± 0.97
36.34 ± 0.87
43.75 ± 1.31
0.83 ± 0.07
-
40.48 ± 0.62
33.57
2.71 ± 0.11
91.80 ± 1.04
37.18 ± 0.13
3.58 ± 0.11
0.36 ± 0.02
50.95 ± 0.42
0.27 ± 0.02
-
7.72 ± 0.16
0.15 ± 0.00
-
0.20 ± 0.00
-
0.17
-
35.19 ± 0.15
1.24 ± 0.45
93.50 ± 1.39
0.15 ± 0.00
17.96 ± 0.33
78.64 ± 0.69
2.70 ± 1.36
94.43 ± 1.12
13.68 ± 0.21
90.04 ± 1.00
4.50 ± 0.59
86.91 ± 0.63
3.07 ± 0.20
92.11 ± 1.70
1.93 ± 0.36
81.63 ± 0.68
1.84 ± 0.11
90.55
23.93 ± 0.13 0.10 ± 0.00
40.58 ± 0.62 0.12 ± 0.00
51.07 ± 0.35 2.14 ± 0.05
9.86 ± 0.12 9.92 ± 0.01
1.36 ± 0.02
11.28 ± 0.03
43.98 ± 1.31 0.06
69.74 ± 1.06
72.37 ± 0.28
36.52 ± 0.87 0.03 ± 0.00
47.94 ± 1.04 0.02
0.13 ± 0.04
42.94 ± 0.95 0.03 ± 0.00
49.13 ± 0.96 0.04 ± 0.00
-
17.53 ± 0.23 0.04 ± 0.01
42.71 ± 1.40 0.08 ± 0.02
0.31 ± 0.01
36.01 ± 0.59 0.10 ± 0.00
17.73 ± 0.25 Anarcardiaceae
12.28 ± 0.04
26.57 ± 0.04
(g/100g minyak)
81.72 ± 0.31
65.72 ± 0.12
18.66 ± 0.34 0.06 ± 0.01
20.72 ± 0.24 Saga pohon
19.00 ± 0.10
Unknown FA
8.78 ± 0.20
19.33 ± 0.11 0.10 ± 0.00
39.46 ± 0.56 Fabaceae
17.47 ± 0.06 17.81 ± 0.07
7.06 ± 0.08 Kemiri cina
PUFA
Total FA
5.02 ± 0.01
1.12 ± 0.00
6.14 ± 0.01 10.49
0.61
Komposisi asam lemak (per total asam lemak) Suku
Sampel Biji
Unsaturated Fatty Acid
Saturated Fatty Acid
MUFA
C8:0
C10:0
C12:0
C14:0
C15:0
C16:0
C18:0
C20:0
C22:0
Simanalagi
± 0.01
± 0.00
± 0.01
± 0.01
± 0.00
± 0.12
± 0.68
± 0.01
± 0.01
Kuweni
0.11 ± 0.02
-
-
0.05 ± 0.00
8.09 ± 0.06
39.69 ± 0.22
2.38 ± 0.05
0.46 ± 0.01
C14:1
C16:1
C18:1
C20:1
± 0.00
± 0.66
± 0.00
53.28 ± 0.56 -
50.78 ± 0.26
PUFA C22:1
33.80 ± 0.66 -
0.04 ± 0.01
38.39 ± 0.20 38.57 ± 0.20
C18:2
C18:3
± 0.06
± 0.00
Unknown FA
Total FA (g/100g minyak) ± 0.99
11.10 ± 0.06 0.15 ± 0.00
-
7.06 ± 0.10
1.06 ± 0.03
8.12 ± 0.13
2.54 ± 0.50
94.73 ± 0.85
1. Suku Lauraceae : Alpukat (Persea americana Mill. ) Fraksi lipida pada biji alpukat memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa biji alpukat memiliki total asam lemak sebesar 19.99g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 31.76% (per total asam lemak) atau 6.35g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada literatur komponen asam lemak yang terdapat pada biji alpukat adalah asam linoleat, palmitat, dan oleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 12.93% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, minyak biji alpukat memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 19.46%, kandungan monounsaturated fatty acids (MUFA) sebesar 29.86%, dan
polyunsaturated fatty acids (PUFA) sebesar 37.75%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan kandungan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. Kandungan PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji alpukat dapat dilihat pada Gambar 35.
Respon detektor
Waktu retensi (menit)
Gambar 35. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji alpukat
2. Suku Sapindaceae : Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
Fraksi lipida pada biji rambutan memiliki wujud padat pada suhu
kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 11 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa lemak pada biji rambutan memiliki total asam lemak sebesar 87.77g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam arakhidat (C20:0) sebesar 37.25% (per total asam lemak) atau 32.69g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji rambutan adalah asam arakhidat dan asam oleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 2.64% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji rambutan memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 49.83%, kandungan MUFA sebesar 44.62%, dan kandungan PUFA sebesar 2.92%. Asam lemak
jenuhnya terdiri dari lima macam asam lemak dengan asam arakhidat sebagai komponen utamanya, sedangkan kandungan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. Kandungan PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji rambutan dapat dilihat pada Gambar 36.
C18:1Cis
1.25
C20:0
0.75
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
C22:1 C22:0
C18:3
0.00
C17:0
C16:1
0.25
C18:0 C18:2
C16:0
C20:1
0.50
C14:0
Respon detektor
1.00
30.0
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 36. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji rambutan
3. Suku Annonaceae : Sirsak (Annona muricata L.) Fraksi lipida pada biji sirsak memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 13 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji sirsak memiliki total asam lemak sebesar 91.57g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam oleat (C18:1 Cis) sebesar 37.89% (per total asam
lemak) atau sebesar 34.69g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji sirsak adalah asam oleat. Hasil penelitian
juga
menunjukkan
adanya
asam
lemak
yang
belum
teridentifikasi, yaitu sekitar 1.45% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji sirsak memiliki kandungan (per total asam lemak): MUFA sebesar 39.17%, kandungan PUFA sebesar 35.94%, dan asam lemak jenuh sebesar 23.43%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari delapan macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji sirsak
C18:1Cis C18:2
dapat dilihat pada Gambar 37.
1.1 1.0
C16:0
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4
C22:0
C18:3
C20:0 C20:1
C18:0
C17:0
C15:0
0.0
C14:0
0.1
C12:0
0.2
C16:1
0.3
C8:0
Respon detektor
0.9
-0.1 10
20
30
40
Waktu retensi (menit)
Gambar 37. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji sirsak
4. Suku Rubiaceae : Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Fraksi lipida pada biji mengkudu memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 11 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji mengkudu memiliki total asam lemak sebesar 92.67g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 65.30% (per total asam lemak) atau sebesar 60.51g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji mengkudu adalah asam linoleat dan asam oleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 2.34% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji mengkudu memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 65.59%, kandungan MUFA sebesar 18.10%, dan asam lemak jenuh sebesar 13.98%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji mengkudu dapat dilihat pada Gambar 38.
C18:2
1.25
C18:1Cis
0.75
C16:0
Respon detektor
1.00
0.50
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
C22:0
C18:3 C20:0 C20:1
C18:0
C17:0
C14:0
C8:0
0.00
C16:1
0.25
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 38. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji mengkudu 5. Suku Caricaceae : Pepaya (Carica papaya L.) Fraksi lipida pada biji pepaya memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 16 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji pepaya memiliki total asam lemak sebesar 71.72g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam oleat (C18:1 Cis) sebesar 62.52% (per total asam lemak) atau 45.89g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji pepaya adalah asam oleat dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 1.56% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji pepaya memiliki kandungan (per total asam lemak): MUFA sebesar 63.67%, kandungan asam lemak jenuh sebesar 29.70%, dan kandungan PUFA sebesar 5.08%. Asam lemak
jenuhnya terdiri dari sembilan macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal terdiri dari lima macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. Asam lemak tidak jenuh rantai banyak terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji pepaya dapat dilihat pada Gambar 39.
C18:1Cis
0.75
10.0
20.0
25.0
30.0
C22:0 C22:1
C17:0
C16:1
C14:0 C14:1 C15:0 15.0
C18:0 C18:2 C18:3 C20:0 C20:1
C16:0 5.0
C12:0
0.00
C10:0
0.25
C8:0
Respon detektor
0.50
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 39. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji pepaya 6. Suku Sterculiaceae : Kepoh (Sterculia foetida L.) Fraksi lipida pada biji kepoh memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji kepoh memiliki total asam lemak sebesar 90.23g/100g minyak. Asam lemak yang tidak teridentifikasi memiliki persentase terbesar, yaitu 73.08% (per total asam lemak) atau sebesar 65.96g asam lemak/100g minyak. Menurut Gunstone et al. (1995),
biji kepoh memiliki kandungan asam lemak cyclopropene acid sebesar 6570%. Jenis asam lemak siklik yang dimiliki kepoh adalah asam sterkulat dan asam malvalat (Pasha dan Ahmad, 1992). Kedua asam lemak ini tidak terdapat pada standar asam lemak yang digunakan, sehingga untuk identifikasinya masuk ke dalam kelompok unknown fatty acid. Berdasarkan struktur asam lemak, biji kepoh memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 18.88%, kandungan MUFA sebesar 3.73%, dan kandungan PUFA sebesar 4.31%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji kepoh
Respon detektor
dapat dilihat pada Gambar 40.
Waktu retensi (menit)
Gambar 40. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kepoh
7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul (Dipterocarpus retusus Bl.) Fraksi lipida pada biji tengkawang tungkul memiliki wujud padat suhu kamar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji tengkawang tungkul memiliki total asam lemak sebesar 90.96g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam stearat (C18:0) sebesar 49.71% (per total asam lemak) atau sebesar 45.21g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian
juga
menunjukkan
adanya
asam
lemak
yang
belum
teridentifikasi, yaitu sekitar 1.56% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji tengkawang tungkul memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 66.24%, kandungan MUFA sebesar 30.82%, dan kandungan PUFA sebesar 1.39%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari tujuh macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji tengkawang tungkul dapat dilihat pada Gambar 41.
C18:1Cis
0.9 0.8
C18:0
0.6 C16:0
Respon detektor
0.7
0.5 0.4
C22:0
C17:0
C16:1
0.0
C15:0
C12:0
0.1
C14:0
0.2
C18:2 C18:3 C20:0 C20:1
0.3
-0.1 5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 41. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji tengkawang tungkul
8. Suku Moraceae (Genus Artocarpus) a. Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Fraksi lipida pada biji cempedak memiliki wujud padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa lemak biji cempedak memiliki total asam lemak sebesar 53.49g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 46.22% (per total asam lemak) atau 24.71g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji cempedak adalah asam linoleat dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 23.46% (per total asam lemak).
Berdasarkan struktur asam lemak, biji cempedak memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 49.64%, kandungan asam lemak jenuh 23.26%, dan kandungan MUFA sebesar 3.66%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari tujuh macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji cempedak dapat dilihat pada Gambar 42.
C18:2
5.0
C 16:0
3.0
5.0
10.0
15.0
25.0
30.0
C 22:0
C 14:0
0.0
C 18:3 C20:0 C 20:1
C 16:1 C17:0
20.0
1.0
C 18:0 C18:1C is
C 15:0
2.0
C 8:0
Respon detektor
4.0
35.0
40.0
45.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 42. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji cempedak
b. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Fraksi lipida pada biji nangka memiliki wujud padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 11 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa lemak pada biji nangka
memiliki total asam lemak sebesar 53.69g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 57.77% (per total asam lemak) atau sebesar 31.01g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 7.07% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji nangka memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 62.78%, kandungan asam lemak jenuh sebesar 29.28%, dan kandungan MUFA sebesar 0.88%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari tujuh macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari dua macam asam lemak, yaitu asam palmitoleat dan asam oleat. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji nangka dapat dilihat pada Gambar 43.
C18:2
5.0
C16:0
3.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
C22:0
C18:3 C20:0
C18:0 C18:1Cis
C16:1
C15:0
0.0
C14:0
1.0
C17:0
2.0
C8:0
Respon detektor
4.0
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 43. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji nangka
9. Suku Euphorbiaceae a. Jarak Kaliki (Ricinus communis L.) Fraksi lipida pada biji jarak kaliki memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji jarak kaliki memiliki total asam lemak sebesar 69.74g/100g minyak. Area asam lemak yang tidak teridentifikasi memiliki persentase terbesar, yaitu 81.72% (per total asam lemak) atau sebesar 56.99g/100g minyak. Menurut Gunstone et al. (1995), biji jarak kaliki memiliki kandungan asam ricinoleat sekitar 83%-90%. Jenis asam lemak ini tidak terdapat pada
standar
asam
lemak
yang
digunakan,
sehingga
untuk
identifikasinya masuk ke dalam kelompok unknown fatty acid. Berdasarkan struktur asam lemak, biji kaliki memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 8.78%, kandungan MUFA sebesar 5.50%, dan asam lemak jenuh sebesar 4.01%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi (7.96%) dibandingkan asam linolenat (0.83%). Hasil kromatogram sampel biji jarak kaliki dapat dilihat pada Gambar 44.
b. Karet (Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) M. A.) Fraksi lipida pada biji karet memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 13 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji karet memiliki total asam lemak sebesar 91.80g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki
persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 39.15% (per total asam lemak) atau sebesar 35.94g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji karet adalah asam linoleat, asam linolenat, dan asam oleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 2.71% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji karet memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 65.72%, kandungan MUFA sebesar 17.81%, dan asam lemak jenuh sebesar 13.76%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari tujuh macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji karet dapat dilihat pada Gambar 45.
c. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) Fraksi lipida pada biji kemiri memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 10 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji kemiri memiliki total asam lemak sebesar 93.50g/100g minyak Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 37.18% (per total asam lemak) atau sebesar 34.76g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji kemiri adalah asam linoleat dan asam linolenat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 17.96% (per total asam lemak).
Berdasarkan struktur asam lemak, biji kemiri memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 72.37%, kandungan MUFA sebesar 19.33%, dan asam lemak jenuh sebesar 7.06%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari lima macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji kemiri dapat dilihat pada Gambar 46.
d. Kemiri Cina (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Fraksi lipida pada biji kemiri cina memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan terdapat 15 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak pada biji kemiri cina memiliki total asam lemak sebesar 78.64g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 23.78% (per total asam lemak) atau sebesar 18.70g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji kemiri cina adalah asam linoleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 17.96% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji kemiri cina memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 39.46%, kandungan PUFA sebesar 23.93%, dan kandungan MUFA sebesar 18.66%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari sembilan macam asam lemak dengan asam behenat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam
lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji kemiri
Respon detektor
cina dapat dilihat pada Gambar 47.
Waktu retensi (menit)
C18:2
Gambar 44. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji jarak kaliki
C18:1Cis 5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
C22:0 C22:1
C20:0 C20:1
C17:0
C16:1
C15:0
0.00
C14:0
0.25
C18:0
C16:0
0.50
C8:0
Respon detektor
0.75
C18:3
1.00
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 45. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji karet
C18:3
C18:2
1.00
C18:1Cis
0.50 C16:0
Respon detektor
0.75
5.0
10.0
15.0
20.0
C18:0 30.0
C22:0
C17:0
25.0
C20:0 C20:1
0.00
C16:1
C14:0
0.25
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
C18:1Cis
C16:0
0.75
C22:0
C18:2
Gambar 46. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kemiri
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
C22:1 C18:3 C20:0 C20:1
C18:0
C17:0
C16:1
C15:0
C14:0
C12:0
0.00
C10:0
0.25
C8:0
Respon detektor
0.50
30.0
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 47. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kemiri cina
10. Suku Fabaceae a . Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Fraksi lipida pada biji kacang tanah memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 16 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak kacang tanah memiliki total asam lemak sebesar 94.43g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 40.48% (per total asam lemak) atau sebesar 38.22g/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji kacang tanah adalah asam linoleat dan asam oleat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 2.70% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji kacang tanah memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak tidak jenuh rantai banyak sebesar 40.58%, kandungan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal sebesar 36.01%, dan asam lemak jenuh sebesar 20.72%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam palmitat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 48.
b. Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) Fraksi lipida pada biji saga pohon memiliki wujud cair pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 12 macam asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji saga pohon memiliki total asam
lemak sebesar 90.04g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam linoleat (C18:2) sebesar 50.95% (per total asam lemak) atau sebesar 45.88g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan literatur, dimana pada data literatur komponen asam lemak mayor yang terdapat pada biji saga pohon adalah asam linoleat, asam oleat, dan asam lignoserat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 13.68% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji saga pohon memiliki kandungan (per total asam lemak): PUFA sebesar 51.07%, kandungan asam lemak jenuh sebesar 17.73%, dan kandungan MUFA sebesar 17.53%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam behenat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari empat macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji saga pohon dapat dilihat pada
C18:1Cis C18:2
Gambar 49. 5.0
C16:0
3.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
C22:0
C18:3 C20:0 C20:1
0.0
C17:0
1.0
C18:0
2.0
C16:1
Respon detektor
4.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 48. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji kacang tanah
C 18:2
1.00
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
C22:1
C 18:3 C20:0 C20:1
C22:0
C 18:1C is 5.0
C18:0
C 14:0
0.00
C16:0 C 16:1
0.25
C17:0
0.50
C8:0
Respon detektor
0.75
40.0
45.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 49. Kromatogram asam lemak ekstrak minyak biji saga pohon
11. Suku Anarcardiaceae (Genus Mangifera) a. Mangga (Mangifera indica L.) • Varietas Arum manis Fraksi lipida pada biji mangga arumanis memiliki wujud semi padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 11 macam
asam
lemak
yang
teridentifikasi
setelah
dilakukan
pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji mangga arumanis memiliki total asam lemak sebesar 86.91g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam oleat (C18:1 Cis) sebesar 42.63% (per total asam lemak) atau sebesar 37.05g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur tiga komponen asam lemak mayor yang menyusun minyak mangga adalah asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya
asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 4.5% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, minyak biji mangga arumanis memiliki kandungan (per total asam lemak): MUFA sebesar 42.94%, nilai ini tidak berbeda jauh dengan kandungan asam lemak jenuhnya, yaitu sebesar 42.71%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel minyak biji mangga arumanis dapat dilihat pada Gambar 50. • Varietas Indramayu Fraksi lipida pada biji mangga indramayu memiliki wujud semi padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 13 macam
asam
lemak
yang
teridentifikasi
setelah
dilakukan
pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data minyak biji mangga indramayu memiliki total asam lemak sebesar 92.11g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam stearat (C18:0) sebesar 38.80% (per total asam lemak) atau sebesar 35.74g/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur tiga komponen asam lemak mayor yang menyusun minyak mangga adalah asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 3.07% (per total asam lemak). Berdasarkan
struktur asam lemak,
minyak
biji
mangga
indramayu memiliki kandungan (per total asam lemak) asam lemak jenuh sebesar 49.13%, kandungan MUFA sebesar 36.52%, dan kandungan PUFA sebesar 11.28%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari delapan macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen
utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan kandungan asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel minyak biji mangga indramayu dapat dilihat pada Gambar 51. • Varietas Gedong Fraksi lipida pada biji mangga gedong memiliki wujud semi padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 13 macam
asam
lemak
yang
teridentifikasi
setelah
dilakukan
pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji mangga gedong memiliki total asam lemak sebesar 81.63g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam oleat (C18:1 Cis) sebesar 43.75% (per total asam lemak) atau sebesar 35.72g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur tiga komponen asam lemak mayor yang menyusun minyak mangga adalah asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 1.93% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, minyak biji mangga gedong memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 47.94%, kandungan MUFA sebesar 43.98%, dan kandungan PUFA sebesar 6.14%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari delapan macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan kandungan asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel minyak biji mangga gedong dapat dilihat pada Gambar 52.
• Varietas Simanalagi Fraksi lipida pada biji mangga simanalagi memiliki wujud semi padat pada suhu kamar. Hasil analisis menunjukkan terdapat 14 macam
asam
lemak
yang
teridentifikasi
setelah
dilakukan
pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa minyak biji mangga simanalagi memiliki total asam lemak
sebesar
90.55g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam stearat (C18:0) sebesar 36.22% (per total asam lemak) atau sebesar 32.80g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan literatur, dimana pada data literatur tiga komponen asam lemak mayor yang menyusun minyak mangga adalah asam oleat, asam stearat, dan asam palmitat. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 1.84% (per total asam lemak). Berdasarkan
struktur asam lemak,
minyak
biji
mangga
simanalagi memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 53.28%, kandungan MUFA sebesar 33.80%, dan kandungan PUFA sebesar 11.10%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari sembilan macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan kandungan asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel minyak biji mangga simanalagi dapat dilihat pada Gambar 53.
C 18:1C is C 16:0
C 18:0 C 18:2
0.50
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
C 22:0
C 16:1 C 17:0
0.00
C 18:3 C 20:0 C 20:1
C 15:0
0.25 C 14:0
Respon detektor
0.75
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 50. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga arumanis
C18:1Cis
1.00
C18:0 C16:0 5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
C22:0
C18:3 C20:0 C20:1
C17:0
C16:1
C15:0
C12:0
C14:0
0.25
0.00
C18:2
0.50
C8:0
Respon detektor
0.75
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 51. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga indramayu
C18:1Cis
1.00
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
C22:0
C18:2 C17:0
C16:1
C15:0
C14:0
C8:0
0.00
C12:0
0.25
C18:3 C20:0 C20:1
C18:0
0.50 C16:0
Respon detektor
0.75
35.0
40.0
Waktu retensi (menit)
C18:1Cis
Gambar 52. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga gedong
1.00
5.0
10.0
15.0
20.0
C17:0
C16:1
C14:0
C12:0
C10:0
0.00
C8:0
0.25
25.0
30.0
35.0
C22:0
0.50
C18:3 C20:0 C20:1
C18:0 C18:2
C16:0
Respon detektor
0.75
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 53. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga simanalagi
b. Kuweni (Mangifera odorata Griff) Fraksi lipida pada biji kuweni memiliki wujud padat pada suhu kamar. Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan terdapat 11 asam lemak yang teridentifikasi setelah dilakukan pembandingan waktu retensi sampel dengan standar FAME. Area asam lemak pada hasil kromatogram memberikan data bahwa lemak biji kuweni memiliki total asam lemak sebesar 94.74g/100g minyak. Asam lemak yang memiliki persentase terbesar adalah asam stearat (C18:0) sebesar 39.69% (per total asam lemak) atau sebesar 37.60g asam lemak/100g minyak. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya asam lemak yang belum teridentifikasi, yaitu sekitar 2.54% (per total asam lemak). Berdasarkan struktur asam lemak, biji kuweni memiliki kandungan (per total asam lemak): asam lemak jenuh sebesar 50.78%, kandungan MUFA sebesar 38.57%, dan kandungan PUFA sebesar 8.12%. Asam lemak jenuhnya terdiri dari enam macam asam lemak dengan asam stearat sebagai komponen utamanya, sedangkan MUFA terdiri dari tiga macam asam lemak dengan asam oleat sebagai komponen utamanya. PUFA terdiri dari dua macam asam lemak dengan persentase sebesar asam linoleat lebih tinggi dibandingkan asam linolenat. Hasil kromatogram sampel biji kuweni dapat dilihat pada Gambar 54.
C18:1Cis
2.5
C18:0
2.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
C22:0
C17:0
C16:1
0.0
C14:0
0.5
C18:3 C20:0 C20:1
C18:2
C16:0
1.0
C8:0
Respon detektor
1.5
40.0
Waktu retensi (menit)
Gambar 54. Kromatogram asam lemak ekstrak lemak biji mangga kuweni
E. PROFIL STANDAR TRIGLISERIDA Pada penelitian ini, standar trigliserida yang digunakan adalah campuran dari standar tunggal (PPP, OOO, OOS, SSS, OOP) dengan cocoa butter (POP, POS, SOS, SOA), fully hydrogenated soybean oil (PPS,PSS), palm kernel oil dan refining bleaching deodorized palm oil (CaLaLa, CaLaM, LaLaLa, LaLaM,
LaLaO,
LaLaP/LaMM,
MLL,
MML/LaOM,
MMM/LaPM,
LMO/LaOO, MPL/LaOP/MMO, LaPP/MMP, PLO, PPL). Kromatogram dari standar trigliserida dapat dilihat pada Gambar 43. Waktu retensi masingmasing standar trigliserida kemudian dijadikan acuan untuk identifikasi trigliserida pada sampel. Waktu retensi dari masing-masing standar dapat dilihat pada Tabel 9. Selanjutnya untuk identifikasi urutan trigliserida pada sampel dilakukan pembandingan dengan literatur yang didapat (dapat dilihat pada Tabel 10). Persentase TG dihitung berdasarkan luas area TG per total luas area TG yang teridentifikasi Tabel 9. Waktu retensi standar trigliserida Peak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Waktu Retensi 11.161 12.338 13.660 15.535 17.247 17.865 18.787 19.853 20.701 22.165 23.060 24.212 25.635 26.731
Jenis Trigliserida
Peak
CaLaLa CaLaM LaLaLa LaLaM LaLaO LaLaP/LaMM MLL MML/LaOM MMM/LaPM LMO/LaOO MPL/LaOP/MMO LaPP/MMP PLO PPL
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Waktu Retensi 29.418 30.705 31.501 32.097 34.073 36.642 37.497 38.197 40.608 45.766 48.388 55.186 58.079
Jenis Trigliserida OOO OOP PLS POP PPP OOS SLS POS PPS SOS PSS SOA SSS
Keterangan : Ca = asam kaprat; La = asam laurat; M = asam miristat; P = asam palmitat; S = asam stearat; O = asam oleat; L= asam linoleat; Ln = asam linolenat; A = asam arakhidat; B = asam behenat; Lg = asam lignoserat.
Gambar 55. Kromatogram standar trigliserida campuran
Tabel 10. Trigliserida berdasarkan equivalent carbon number (Lisa et al., 2007) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Jenis Trigliserida LnLnLn LnLLn LLLn LnOLn LnLnP LLL OLLn LLM LnLP C20:2LL OLL OOLn PLL SLLn LnOP PLM PLnP GLL OLO SLL PLO MOO PLP POM SLnP PPM
ECN 36 38 40
42
44
46
No. 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Jenis Trigliserida GLO OOO SLO OOP SLP SLnS POP PPP GOO BLL ALO OOS ALP SLS POS PPS LgLL BLO AOO BLP ALS AOP APP LgLO BLS AOS
ECN 48
50
52
54
F. TRIGLISERIDA BIJI-BIJIAN Pengelompokan komponen TG dilakukan berdasarkan komposisi asam lemaknya dan didapatkan bahwa komponen TG dari ekstrak minyak biji-bijian umumnya memiliki struktur UUU, SUU, dan SUS, dimana U dan S adalah
unsaturated (tidak jenuh) dan saturated (jenuh). Jumlah komponen TG kelompok SSS pada ekstrak minyak biji-bijian ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Hasil sesuai dengan data yang didapatkan dari analisis asam lemak biji-bijian dimana diketahui asam lemak yang umum terdapat pada biji-bijian adalah jenis asam lemak tidak jenuh (unsaturated). Selain itu, struktur TG yang
dominan ini menunjukkan bahwa pada biji-bijian, asam lemak tidak jenuh ini umumnya teresterifikasi pada posisi sn-2. Ekstrak minyak biji yang didominasi oleh TG struktur UUU dan SUU adalah alpukat (Lauraceae), sirsak (Annonaceae), mengkudu (Rubiaceae), pepaya (Caricaceae), cempedak dan nangka (Moraceae), kacang tanah dan saga pohon (Fabaceae), karet, kemiri dan kemiri cina (Euphorbiaceae). Ekstrak minyak biji yang didominasi oleh TG struktur SUS adalah rambutan (Sapindaceae) dan tengkawang tungkul (Dipterocarpaceae). Seperti halnya dengan komposisi asam lemak, ekstrak minyak biji-bijian dari suku
Anacardiaceae mempunyai komposisi TG yang relatif paling berbeda dengan ekstrak minyak biji-bijian lainnya. Ekstrak minyak biji-bijian dari suku
Anacardiaceae genus Mangifera ini kebanyakan disusun oleh komponen TG struktur SUS dan SUU. Ekstrak minyak/lemak biji yang mempunyai total struktur UUU, total SUU, total SUS, dan total SSS paling tinggi berturut-turut adalah minyak biji cempedak (79.81%), saga pohon (63.76%), tengkawang tungkul (88.99%), dan rambutan (2.68%).
Tabel 11. Profil trigliserida pada kesebelas suku tanaman Lauraceae TG
Sapindaceae
Annonaceae
Rubiaceae
Caricaceae
Alpukat
Rambutan
Sirsak
Mengkudu
Pepaya
%
%
%
%
%
Dipterocarpa ceae Tengkawang tungkul %
Moraceae
Fabaceae
Cempedak
Nangka
%
%
Kacang tanah %
Saga pohon %
LnLnLn LnLLn
3.83 ± 0.05
LLLn
0.87 ± 0.02
LnOLn
0.80 ± 0.02
LLL
4.58 ± 0.17
2.88 ± 0.11
OLLn
28.85 ± 0.96
1.00 ± 0.01
OLL
16.51 ± 0.35
OOLn
10.68 ± 0.11
5.87 ± 0.16 22.32 ± 0.40 20.67 ± 0.53
33.47 ± 0.26
17.93 ± 0.17
0.64 ± 0.03
27.54 ± 0.74
12.39 ± 0.14
0.75 ± 0.07
4.98 ± 0.10
9.61 ± 0.02
2.68 ± 0.07
4.69 ± 0.39
14.23 ± 0.05
8.55 ± 0.02
4.28 ± 0.11
OOO
3.03 ± 0.18
0.73 ± 0.14
8.24 ± 0.02
2.38 ± 0.14
37.85 ± 0.16
2.49 ± 0.13
55.65 ± 0.34
6.48 ± 0.60
38.70 ± 0.03
53.92 ± 0.77
43.52 ± 0.37
2.49 ± 0.13
4.12 ± 0.20
LnLnP 0.87 ± 0.02 5.89 ± 0.08
9.71 ± 0.14
17.54 ± 0.32
SLLn LnOP
8.25 ± 0.10
17.18 ± 1.37
9.51 ± 0.03
18.10 ± 0.69
4.72 ± 0.02
9.67 ± 0.12
5.50 ± 0.26
79.81 ± 1.01
43.11 ± 0.31
47.95 ± 2.08
27.97 ± 0.11
2.99 ± 0.12
LnLP PLL
3.01 ± 0.10
1.06 ± 0.07
OLO
Total UUU
3.18 ± 0.02
0.37 ± 0.02
3.93 ± 0.05
6.77 ± 0.06
1.70 ± 0.07
9.95 ± 0.22
0.84 ± 0.08 9.33 ± 0.13
0.69 ± 0.12 6.40 ± 0.07
1.14 ± 0.01
3.21 ± 0.17
1.24 ± 0.26
3.83 ± 0.05
2.49 ± 0.04
GLL SLL PLO
4.66 ± 0.15
4.69 ± 0.11
3.43 ± 0.08
18.16 ± 0.12
10.54 ± 0.08
0.89 ± 0.02
2.99 ± 0.12
3.05 ± 0.03
11.74 ± 0.23
2.60 ± 0.42
10.57 ± 0.03 1.45 ± 0.05
2.18 ± 0.97
4.26 ± 0.03
3.28 ± 0.02
15.26 ± 0.12
3.44 ± 0.15
4.00 ± 0.42
GLO
3.05 ± 0.03
SLO OOP
3.41 ± 0.06
0.50 ± 0.03
GOO
0.85± 0.01
BLL
1.18 ± 0.09
ALO OOS
28.52 ± 0.02
1.30 ± 0.05
6.32 ± 0.28 0.58 ± 0.02 1.84 ± 0.27
0.42 ± 0.03 1.35 ± 0.12
1.65 ± 0.06
0.52 ± 0.02
0.81 ± 0.06
8.55 ± 0.09
2.60 ± 0.10
3.42 ± 0.01
18.26 ± 0.25
1.53 ± 0.07
2.38 ± 0.05
2.10 ± 0.29
LgLL
13.06 ± 0.12
BLO AOO
1.01 ± 0.06 3.34 ± 0.01
9.13 ± 0.58
1.94 ± 0.01
0.83 ± 0.04
10.92 ± 0.10
3.01 ± 0.07
BOO
1.74 ± 0.10
LgLO Total SUU
0.74 ± 0.01
8.71 ± 0.01 27.97 ± 0.30
14.97 ± 0.09
45.92 ± 0.34
39.23 ± 0.01
43.42 ± 0.22
5.35 ± 0.10
14.63 ± 0.68
41.55 ± 0.56
44.78 ± 1.21
63.76 ± 0.13
1.43 ± 0.11
1.04 ± 0.10
5.65 ± 0.24
2.48 ± 0.34
0.78 ± 0.01
1.19 ± 0.22
2.55 ± 0.24
8.69 ± 0.02
2.68 ± 0.19
0.76 ± 0.02
1.40 ± 0.05
1.40 ± 0.23
PLnP PLP SLnP
0.64 ± 0.04
PLS
1.56 ± 0.05
1.15 ± 0.09
5.03 ± 0.51
1.48 ± 0.19
0.63 ± 0.01 1.23 ± 0.05
SLnS POP
2.03 ± 0.02
ALP
1.83 ± 0.01
0.32 ± 0.01
SLS POS
6.68 ± 0.38
6.13 ± 0.18
1.83 ± 0.39
1.55 ± 0.22
1.31 ± 0.13
2.43 ± 0.56
0.97 ± 0.14
0.55 ± 0.04 2.01 ± 0.07
8.52 ± 0.08
2.68 ± 0.02
0.62 ± 0.04
3.45 ± 0.21
30.85 ± 0.41
0.92 ± 0.16
BLP
1.33 ± 0.02
POA
5.33 ± 0.22
BLS
1.96 ± 0.13
1.63 ± 0.07
SOS AOS Total SUS
45.23 ± 0.69 6.90 ± 0.07
18.60 ± 0.16
14.19 ± 0.12
35.78 ± 0.01
2.21 ± 0.08
0.82 ± 0.01
PPP PPS
4.36 ± 0.10 14.92 ± 0.72
0.60 ± 0.06
6.28 ± 0.70
11.55 ± 0.58
0.59 ± 0.07
0.88 ± 0.02
0.47 ± 0.04
88.99 ± 0.04
1.28 ± 0.07 4.39 ± 0.15
14.06 ± 0.80
1.18 ± 0.18
1.28 ± 0.07
7.27 ± 0.86
0.65 ± 0.01
PSS
1.64 ± 0.29
APP
2.66 ± 0.11
SSS Total SSS
1.26 ± 0.01 2.22 ± 0.08
Unk. TG Total TG
5.62 ± 0.13
2.68 ± 0.08
1.55 ± 0.04 0.47 ± 0.04
0.59 ± 0.07
1.52 ± 0.01
3.19 ± 0.25
1.18 ± 0.18
1.28 ± 0.07
0.00
2.66 ± 0.11
100
100
100
100
100
100
100
100
40.13 ± 0.57 100
100
Euphorbiaceae TG
Jarak kaliki %
Karet
Kemiri
Anarcardiaceae Kemiri cina
%
%
%
3.44 ± 0.42
4.03 ± 0.33
0.90 ± 0.01
LnLLn
5.65 ± 0.05
8.61 ± 0.24
1.94 ± 0.14
LLLn
12.08 ± 0.31
LnLnLn
LnOLn
Sterculiaceae
Mangga arum manis
Indramayu
Gedong
Simanalagi
%
%
%
%
Kuweni
Kepoh
%
%
5.08 ± 0.27 13.99 ± 0.04
8.99 ± 0.04
LLL
8.27 ± 0.04
5.38 ± 0.35
13.55± 0.15
OLLn
7.56 ± 0.41
11.56 ± 1.48
17.19 ± 0.02
OLL
8.08 ± 0.52
16.46 ± 0.02
OOLn
4.46 ± 0.59
1.17 ± 0.01
0.89 ± 0.03
OLO
6.02 ± 0.01
6.00 ± 0.19
2.66 ± 0.11
OOO
2.64 ± 0.10
2.95 ± 0.24
0.72 ± 0.05
8.96 ± 0.28
5.09 ± 0.13
9.69 ± 0.71
3.73 ± 0.26
4.67 ± 0.08
Total UUU
45.64 ± 0.29
65.06 ± 2.29
66.26 ± 0.22
8.96 ± 0.28
5.09 ± 0.13
9.69 ± 0.71
4.62 ± 0.23
4.67 ± 0.08
LnLnP
2.22 ± 0.15
3.73 ± 0.72
3.62 ± 0.12
Unk 1 =
LnLP
5.88 ± 0.04
7.11 ± 0.11
8.38 ± 0.08
0.77 ± 0.04
PLL
11.36 ± 0.13
5.07 ± 0.47
2.49 ± 0.08
SLLn LnOP GLL SLL
RRR = 72.38 ± 0.45
PLO
0.77 ± 0.12
5.89 ± 0.05
Unk 2 = 0.68 ± 0.04
10.54 ± 0.21
3.32 ± 0.05
3.53 ± 0.07
3.05 ± 0.09
1.44 ± 0.07
0.72 ± 0.01
6.33 ± 0.14
4.93 ± 0.10
3.45 ± 0.02
Unk 3 = 2.69 ± 0.43
3.13 ± 0.12
3.32 ± 0.70
2.18 ± 0.06
2.28 ± 0.40
1.40 ± 0.12
GLO SLO OOP
RRL = 14.38 ± 0.24
3.24 ± 0.05
1.74 ± 0.10
0.85 ± 0.05
3.12 ± 0.06
5.11 ± 0.02
2.52 ± 0.64
4.11 ± 0.19
3.42 ± 0.07
Unk 4 =
1.83 ± 0.02
2.09 ± 0.22
0.53 ± 0.03
6.52 ± 0.20
3.96 ± 0.04
5.82 ± 0.46
7.30 ± 0.46
6.67 ± 0.05
0.37 ± 0.05
GOO BLL ALO OOS
Unk 5 = RRO = 13.24 ± 0.21
3.10 ± 0.32 1.62 ± 0.07
0.30 ± 0.01
28.48 ± 1.87
19.65 ± 0.18
22.88 ± 0.48
14.98 ± 0.58
23.16 ± 0.24
LgLL
Unk 6 =
BLO
6.57 ± 0.28
AOO
2.57 ± 0.07
2.34 ± 0.08
3.18 ± 0.26
1.64 ± 0.08
2.25 ± 0.33
BOO
Unk 7 =
LgLO
19.66 ± 0.56
Total SUU
46.06 ± 0.09
PLnP
1.08 ± 0.14
PLP
2.42 ± 0.25
29.41 ± 0.18
29.76 ± 0.29
34.18 ± 0.42
37.71 ± 1.26
30.98 ± 1.05
37.77 ± 0.51
0.90 ± 0.01 2.39 ± 0.65
1.33 ± 0.02
SLnP PLS
39.19 ± 1.71
Unk 8 = 37.74 ± 1.72
3.16 ± 0.45
2.89 ± 0.08
3.06 ± 0.07
3.64 ± 0.14
2.35 ± 0.31
1.25 ± 0.04
1.60 ± 0.12
2.03 ± 0.16
1.51 ± 0.01
1.37 ± 0.46
1.63 ± 0.05
0.80 ± 0.04
2.29 ± 0.13
3.04 ± 0.01
2.03 ± 0.34
3.85 ± 0.48
1.10 ± 0.09
0.36 ± 0.01
2.20 ± 0.49
2.30 ± 0.05
2.54 ± 0.01
3.89 ± 0.18
Unk 9 = 18.82 ± 0.50
SLnS POP
2.07 ± 0.19
ALP
Unk 10 = 5.16 ± 0.55
SLS POS
0.71 ± 0.02
1.93 ± 0.77
0.24 ± 0.01
2.10 ± 0.05
4.52 ± 0.01
1.89 ± 0.75
3.93 ± 0.56
12.15 ± 0.15
11.28 ± 0.01
11.65 ± 0.02
17.61 ± 0.26
14.17 ± 0.64
BLP
Unk 11 = 2.77 ± 0.82
POA BLS
Unk 12 =
SOS
0.41 ± 0.02
AOS Total SUS
7.34 ± 0.48
4.32 ± 1.42
3.62 ± 0.07
0.96 ± 0.11
1.23 ± 0.68
0.37 ± 0.01
25.38 ± 0.31
30.95 ± 0.17
24.89 ± 0.98
26.51 ± 0.16
32.60 ± 1.61
2.73 ± 0.48
3.16 ± 0.10
3.24 ± 0.07
2.96 ± 0.17
3.79 ± 0.28
51.25 ± 1.44
59.75 ± 0.04
51.34 ± 2.20
63.88 ± 1.24
56.34 ± 1.00
0.60 ± 0.06
1.00 ± 0.25
1.27 ± 0.22
0.53 ± 0.06
1.22 ± 0.41
2.96 ± 0.79
PPP PPS PSS APP SSS Total SSS
0.96 ± 0.11
1.48 ± 0.33
0.37 ± 0.01
0.60 ± 0.06
1.00 ± 0.25
1.27 ± 0.22
0.53 ± 0.06
1.22 ± 0.41
100
100
100
100
100
100
100
100
Unk TG Total TG
100
100
1. Suku Lauraceae : Alpukat (Persea americana Mill. ) Profil trigliserida pada ekstrak biji alpukat dapat dilihat pada Tabel 11. Komponen trigliserida OLLn, OLL, dan LnOP memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji alpukat. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO, OOS, dan OOP (dengan perbandingan 1:1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji alpukat dapat dilihat pada Gambar 57. Terlihat pada Gambar 57 peak ke9 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO, peak ke-10 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP, dan peak-12 luas area bertambah akibat penambahan standar OOS. Tabel 12 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji alpukat, standar TG, dan ekstrak minyak biji alpukat dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 56. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 55.65%. Tabel 12. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji alpukat TG OOO OOP OOS
Prediksi area Area pada Area pada pada koekstrak minyak standar kromatogram biji alpukat (x105(nRIU*s)) (x105(nRIU*s)) (x105(nRIU*s)) 1.39447 7.41419 3.24801 1.06246 5.41691 2.41668 0.58676 8.73362 2.77016
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 1.66878 1.10524 2.05223
Gambar 56. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji alpukat
Gambar 57. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji alpukat dengan penambahan standar OOO,OOP, dan OOS
2. Suku Sapindaceae : Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Profil trigliserida pada ekstrak biji rambutan dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOA merupakan jenis trigliserida yang memiliki persentase tertinggi yang dapat dideteksi, sementara terdapat dua peak yang tidak dapat dideteksi karena tidak terdapat pada standar. Asam arakhidat merupakan komponen asam lemak yang paling banyak terdapat pada biji rambutan berdasarkan hasil analisis dengan kromatografi gas, sehingga dapat diperkirakan untuk komponen trigliserida yang tidak dapat di identifikasi terdapat asam arakhidat sebagai komponen penyusunnya. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO, PPP, dan SSS (dengan perbandingan 1:1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak lemak biji rambutan dapat dilihat pada Gambar 59. Terlihat pada Gambar 59, peak ke-5 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO, peak ke-8 luas area bertambah akibat penambahan standar PPP, dan peak-19 luas area bertambah akibat penambahan standar SSS. Tabel 13 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji rambutan, standar TG, dan ekstrak lemak biji rambutan dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 58. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi pada jenis trigliserida yang tidak teridentifikasi. Tabel 13. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji rambutan
TG
OOO PPP SSS
Area pada ekstrak lemak biji rambutan (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
2.9962 4.39781 4.4255
7.41419 1.12244 7.41419
4.84974 4.67842 6.27904
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 3.62407 5.22035 5.46053
Gambar 58. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji rambutan
Gambar 59. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji rambutan dengan penambahan standar OOO,PPP, dan SSS
3. Suku Annonaceae : Sirsak (Annona muricata L.) Profil trigliserida pada ekstrak biji sirsak dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida PLO, OLO, dan OOP merupakan jenis trigliserida yang memiliki persentase tertinggi. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana oleat, linoleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji sirsak. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO dan OOP (dengan perbandingan 1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji sirsak dapat dilihat pada Gambar 61. Terlihat pada Gambar 61, peak ke-11 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO dan peak ke-13 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP. Tabel 14 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji sirsak, standar TG, dan ekstrak minyak biji sirsak dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 60. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur SUU sebesar 45.92%
Tabel 14. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji sirsak
TG OOO OOP
Area pada ekstrak minyak biji sirsak (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
6.28332 8.86227
7.41419 5.41691
8.75471 10.66790
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 8.01603 9.26065
Gambar 60. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji sirsak
Gambar 61. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji sirsak dengan penambahan standar OOO dan OOP.
4. Suku Rubiaceae : Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Profil trigliserida pada ekstrak biji mengkudu dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida LLL, OLL, dan LLP memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji mengkudu. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOP (dengan perbandingan 1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji mengkudu dapat dilihat pada Gambar 63. Terlihat pada Gambar 63, peak ke10 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP. Tabel 15 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji mengkudu, standar TG, dan ekstrak minyak biji mengkudu dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 62. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 53.92%. Tabel 15. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji mengkudu
TG OOP
Area pada ekstrak minyak biji mengkudu (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
2.57671
5.41691
5.28516
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 3.87796
Gambar 62. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji mengkudu
Gambar 63. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji mengkudu dengan penambahan standar OOP.
5. Suku Caricaceae : Pepaya (Carica papaya L.) Profil trigliserida pada ekstrak biji pepaya dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida OLLn, OLL, dan LnOP memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji pepaya. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO dan OOS (dengan perbandingan 1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji pepaya dapat dilihat pada Gambar 65. Terlihat pada Gambar 65, peak ke-9 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO, peak ke-10 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP, dan peak-12 luas area bertambah akibat penambahan standar OOS. Tabel 16 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji pepaya, standar TG, dan ekstrak minyak biji pepaya dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 64. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 43.52%.
Tabel 16. Perbandingan luasan area kromatografi ekstrak minyak biji pepaya
TG OOO OOS
Area pada ekstrak minyak biji pepaya (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
39.5104 1.04417
7.41419 8.73362
41.98179 3.95537
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 27.45630 3.39465
Gambar 64. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji pepaya
Gambar 65. Ko-kromatogram ekstrak minyak biji pepaya dengan penambahan standar OOO dan OOS
6. Suku Sterculiaceae : Kepoh (Sterculia foetida L.) Profil trigliserida pada ekstrak biji kepoh dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan hasil analisis asam lemaknya, asam lemak yang memiliki persentase tertinggi pada minyak biji kepoh tidak bisa diidentifikasi oleh standar, sehingga untuk analisis trigliseridanya juga dikelompokkan kedalam unknown triglycerides. Menurut Gunstone et al. (1995), biji kepoh memiliki kandungan asam lemak cyclopropene acid (asam sterkulat dan asam malvalat) sebesar 65-70%, sehingga dapat dipastikan kedua asam lemak inilah yang mendominasi struktur trigliseridanya. Menurut Pasha dan Ahmad (1992), analisis analisis asam lemak pada bahan pangan yang mengandung cyclopropene fatty acid lebih banyak dilakukan untuk kuantifikasi dan dampaknya pada metabolisme tubuh daripada analisis trigliseridanya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada biji kepoh, asam oleat dan asam linoleat lebih banyak teresterifikasi pada posisi sn-2; asam palmitat pada posisi sn-1,3; asam sterkulat pada posisi sn-2; dan asam malvalat pada posisi sn-1,3. Trigliserida pada biji kepoh didominasi oleh jenis trigliserida yang mengandung satu buah
cyclopropene acid (41%), kemudian trigliserida yang mengandung dua gugus cyclopropene acid (33%), satu gugus cyclopropene acid (20%), dan terakhir tidak memiliki gugus cyclopropene acid (6%). Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 66.
Gambar 66. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kepoh
7. Suku Dipterocarpaceae : Tengkawang tungkul (Dipterocarpus retusus Bl.) Profil trigliserida pada ekstrak biji tengkawang tungkul dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida POS dan SOS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji tengkawang. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 67. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 2.49%, kandungan trigliserida dengan struktur SUU sebesar 5.35%, kandungan trigliserida dengan struktur SUS sebesar 88.99%, dan kandungan trigliserida dengan struktur SSS (trisaturated) sebesar 3.19%.
Gambar 67. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji tengkawang tungkul
8. Suku Moraceae (Genus Artocarpus) Komposisi TG pada minyak biji cempedak dan nangka mengandung dua TG UUU yang kaya akan asam linoleat yaitu LLL dan OLLn masing masing sebesar 33.47% dan 27.54% pada cempedak serta 17.93% dan
12.39% pada nangka. Terdapat pula tiga komponen TG struktur SUU dengan distribusi asam linoleat yang cukup besar yakni SLL (10.57%), PLL (9.95%) dan LnLP (6.77%), serta ada satu komponen TG kelompok SUS kaya palmitat: PLP (8.69%).
a. Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) Profil trigliserida pada biji cempedak dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida LLL dan OLLn memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, palmitat, dan asam linoleat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji cempedak. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO (dengan perbandingan 1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak lemak biji cempedak dapat dilihat pada Gambar 69. Terlihat pada Gambar 69, peak ke-13 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO. Penambahan standar ini diluar dari komponen trigliserida yang terdapat pada sampel, namun dari hasil injeksi dengan standar OOO urutan trigliserida pada sampel dapat ditentukan. Tabel 17 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji cempedak, standar TG, dan ekstrak lemak biji cempedak dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 68. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 79.81%.
Tabel 17. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji cempedak
TG
Area pada ekstrak lemak biji cempedak (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
OOO
tidak terdeteksi
7.41419
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 3.70709
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 3.10176
b. Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk.) Profil trigliserida pada biji nangka dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida LLL, OLLn, dan SLL memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, linolenat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji nangka. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOP. Hasil ko-kromatogram TG ekstrak lemak biji nangka dapat dilihat pada Gambar 71. Terlihat pada Gambar 71, peak ke-14 luas area bertambah akibat
penambahan
standar
OOP
(dengan
perbandingan
1:1).
Penambahan standar ini diluar dari komponen trigliserida yang terdapat pada sampel, namun dari hasil injeksi dengan standar OOO urutan trigliserida pada sampel dapat ditentukan. Tabel 18 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji nangka, standar TG, dan ekstrak lemak biji nangka dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 70. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 43.11%, kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur SUU sebesar 41.55%. Tabel 18. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji nangka
TG
Area pada ekstrak lemak biji nangka (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
OOP
tidak terdeteksi
5.41691
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 2.70845
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 2.35362
Gambar 68. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji cempedak
Gambar 69. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji cempedak dengan penambahan standar OOO.
Gambar 70. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji nangka
Gambar 71. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji nangka dengan penambahan standar OOP.
9. Suku Euphorbiaceae Ekstrak minyak biji kemiri dan kemiri cina mempunyai total TG dengan struktur UUU dan total TG SUU yang serupa, akan tetapi distribusi komponen TG utamanya sedikit berbeda. Minyak biji kemiri mengandung TG yang didominasi asam linolenat: LnOLn (13.99%) dan OLLn (11.56%), sedangkan minyak biji kemiri cina mengandung TG yang didominasi asam linoleat: OLLn (17.19%) dan OLL (16.46%). Komposisi TG pada minyak biji karet sedikit berbeda dengan biji kemiri dan kemiri cina meskipun berasal dari satu suku yang sama. Minyak biji karet mengandung TG yang didominasi asam linoleat: LLLn (12.08%), PLL (11.36%), dan LnOP (10.54%)
a. Jarak Kaliki (Ricinus communis L.) Profil trigliserida pada biji jarak kaliki dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan hasil analisis asam lemak dengan kromatografi gas, asam lemak yang memiliki persentase tertinggi tidak bisa diidentifikasi oleh standar. Menurut Gunstone et al. (1995), ricinoleic acid adalah asam lemak yang dominan terdapat pada biji jarak kaliki (83%-90%), sehingga dapat dipastikan asam lemak jenis inilah yang mendominasi struktur trigliseridanya. Identifikasi jenis trigliserida pada minyak biji jarak kaliki ini dilakukan berdasarkan perbandingan dengan literatur dimana menurut Gunstone (1995), komponen trigliserida yang memiliki persentase tertinggi pada minyak biji jarak kaliki adalah RRR (triricinoleic) sebesar 68% diikuti oleh RRL (8.5%) dan RRO (7.5%). Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 72.
Gambar 72. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji jarak kaliki
b. Karet (Hevea brasiliensis (Willd. Ex A. Juss.) M. A.) Profil trigliserida pada biji karet dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida LLLn, PLL, dan LnOP memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, linolenat, dan asam oleat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji karet. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO dan OOS (dengan perbandingan 1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji karet dapat dilihat pada Gambar 74. Terlihat pada Gambar 74, peak ke-15 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO dan peak ke20 luas area bertambah akibat penambahan standar OOS. Tabel 19 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji karet, standar TG, dan ekstrak minyak biji karet dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 73. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur sebesar 46.06%.
Tabel 19. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji karet
TG OOO OOS
Area pada ekstrak minyak biji karet (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
2.92506 1.81994
7.41419 8.73362
5.39645 4.73114
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 5.09484 4.23757
Gambar 73. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji karet
Gambar 74. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji karet dengan penambahan standar OOO dan OOS.
c. Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) Profil trigliserida pada biji kemiri dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida LnOLn dan OLLn memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam linolenat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji kemiri. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOP (dengan perbandingan 1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji kemiri dapat dilihat pada Gambar 76. Terlihat pada Gambar 76, peak ke-18 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP. Tabel 20 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji kemiri, standar TG, dan ekstrak minyak biji kemiri dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 75. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 65.06%.
Tabel 20. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kemiri
TG OOP
Area pada ekstrak minyak biji kemiri (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
3.28888
5.41691
5.99733
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 4.05461
Gambar 75. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri
Gambar 76. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri dengan penambahan standar OOP.
d. Kemiri Cina (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Profil trigliserida pada biji kemiri cina dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida OLLn, OLL, dan LnOP memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji kemiri cina. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO dan OOP (dengan perbandingan 1:1:1). Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji kemiri cina dapat dilihat pada Gambar 78. Terlihat pada Gambar 78, peak ke-19 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO, peak ke-20 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP. Tabel 21 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji kemiri cina, standar TG, dan ekstrak minyak biji kemiri cina dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 77. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 66.26%. Tabel 21. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kemiri cina
TG OOO OOP
Area pada ekstrak minyak biji kemiri cina (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
1.26224 1.14139
7.41419 5.41691
3.73363 2.94702
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 4.72800 2.98220
Gambar 77. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri cina
Gambar 78. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kemiri cina dengan penambahan standar OOO dan OOP
10. Suku Fabaceae Minyak kacang tanah mengandung enam komponen TG utama yang didominasi oleh oleat dan linoleat: OLO (18.10%), OLL (17.18%), PLO (15.26%), OOO (9.67%), PLL (6.40%), dan OOP (6.32%). Meskipun berasal dari suku yang sama, distribusi komponen TG pada ekstrak minyak biji saga pohon relatif berbeda dimana ada enam TG utama yang kaya akan asam linoleat: BLL (18.26%), BLO (13.06%). AOO (10.92%), OLL (9.51%), LgLO (8.71%) dan LLL (8.25%).
a . Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Profil trigliserida pada biji kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida OLO, PLO, dan LLO memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji kacang tanah. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOO dan OOS (dengan perbandingan 1:1:1). Hasil kokromatogram TG ekstrak minyak biji kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 80. Terlihat pada Gambar 80, peak ke-7 luas area bertambah akibat penambahan standar OOO dan peak ke-14 luas area bertambah akibat penambahan standar OOS. Tabel 22 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji kacang tanah, standar TG, dan ekstrak minyak biji kacang tanah dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 79. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertingggi dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 47.95%.
Tabel 22. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji kacang tanah
TG OOO OOS
Area pada ekstrak minyak biji kacang tanah (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
9.92622 3.44485
7.41419 8.73362
12.39761 6.35605
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 10.98750 6.74833
b. Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) Profil trigliserida pada biji saga pohon dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida BLL, LgLL, dan BLO memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana linoleat, oleat, dan asam behenat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji saga pohon. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan standar trigliserida jenis OOP dan OOS. Hasil ko-kromatogram TG ekstrak minyak biji saga pohon dapat dilihat pada Gambar 82. Terlihat pada Gambar 82, peak ke12 luas area bertambah akibat penambahan standar OOP dan peak ke-16 luas area bertambah akibat penambahan standar OOS. Penambahan standar ini diluar dari komponen trigliserida yang terdapat pada sampel, namun dari hasil injeksi dengan standar OOO urutan trigliserida pada sampel dapat ditentukan. Tabel 81 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak minyak biji saga pohon, standar TG, dan ekstrak minyak biji saga pohon dengan penambahan standar. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 69. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertingggi dengan struktur SUU sebesar 63.76%.
Tabel 23. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak minyak biji saga pohon
TG
Area pada ekstrak minyak biji saga pohon (x105(nRIU*s))
Area pada standar (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
OOP OOS
tidak terdeteksi tidak terdeteksi
5.41691 8.73362
1.80563 2.91120
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 2.32807 2.35113
Gambar 79. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kacang tanah
Gambar 80. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji kacang tanah dengan standar OOO dan OOS
Gambar 81. Kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji saga pohon
Gambar 82. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak minyak biji saga pohon dengan standar OOP dan OOS
11. Suku Anarcardiaceae (Genus Mangifera) Profil trigliserida dari kelima biji dari suku Anarcardiaceae menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh baik. Hal ini terlihat dari hasil kromatogram analisis dengan HPLC yang menunjukkan kecenderungan pembentukan peak yang sama namun berbeda konsentrasinya. Untuk lebih meyakinkan urutan trigliserida pada sampel maka, maka dilakukan injeksi sampel yang telah ditambahkan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1. Tengkawang yang diketahui memiliki kandungan trigliserida POP, POS, SOS, dan SOA dijadikan acuan untuk identifikasi keempat jenis trigliserida ini pada kelima sampel biji. Penginjeksian ini dilakukan pada sampel mangga arumanis, mangga indramayu, dan kuweni. Ekstrak minyak biji-bijian dari suku Anacardiaceae mempunyai komposisi TG yang relatif paling berbeda dengan ekstrak minyak bijibijian lainnya seperti halnya komposisi asam lemaknya. Ekstrak minyak biji-bijian dari suku Anacardiaceae genus Mangifera ini kebanyakan disusun oleh komponen TG struktur SUS dan SUU dengan distribusi komponen TG yang serupa namun jumlah atau kuantitasnya berbeda. Minyak biji mangga dari empat varietas yang berbeda dan kuweni samasama mengandung TG yang didominasi oleh stearat dan oleat: SOS, OOS, dan POS.
a. Mangga (Mangifera indica L.) • Varietas Arum manis Profil trigliserida pada biji mangga arumanis dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOS, OOS, dan POS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji mangga arumanis. Hasil ko-kromatogram TG ekstrak lemak biji mangga arum manis dapat dilihat pada Gambar 84. Terlihat pada Gambar 84, peak ke-8 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POP,
peak ke-11 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POS, peak ke-13 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOS, dan peak ke-14 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOA dari tengkawang. Tabel 24 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji mangga arum manis, ekstrak lemak tengkawang tungkul, dan ekstrak lemak biji mangga arum manis dengan penambahan ekstrak lemak tengkawang tungkul. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 83. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur SUS sebesar 51.25%. Tabel 24. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji mangga arum manis
TG
POP POS SOS SOA
Area pada Prediksi area Area pada ekstrak lemak pada koekstrak lemak biji mg. arum kromatogram biji tengkawang manis (x105(nRIU*s)) (x105(nRIU*s)) (x105(nRIU*s)) 3.46428 9.02912 7.97884 12.4062 46.23710 35.52475 23.1785 70.24800 58.30250 4.2651 6.58669 7.55844
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 5.60636 27.08480 44.52880 4.30265
Gambar 83. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga arumanis
Gambar 84. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga arumanis dengan penambahan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1.
• Varietas Indramayu Profil trigliserida pada biji mangga indramayu dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOS, OOS, dan POS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, linoleat dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji mangga indramayu. Hasil ko-kromatogram TG ekstrak lemak biji mangga indramayu dapat dilihat pada Gambar 86. Terlihat pada Gambar 86, peak ke-8 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POP, peak ke-11 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POS, peak ke-13 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOS, dan peak ke-14 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOA dari tengkawang. Tabel 25 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji mangga indramayu, ekstrak lemak tengkawang tungkul, dan ekstrak lemak biji mangga indramayu dengan penambahan ekstrak lemak tengkawang tungkul. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 85. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur SUS sebesar 59.75%. Tabel 25. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji mangga indramayu
TG
POP POS SOS SOA
Area pada ekstrak lemak biji mg. indramayu (x105(nRIU*s))
Area pada ekstrak lemak biji tengkawang (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
2.2895 11.1051 30.0724 3.15854
9.02912 46.2371 70.248 6.58669
6.80406 34.22365 65.19640 6.45188
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 7.19606 35.49340 61.98070 5.12391
Gambar 85. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga indramayu
Gambar 86. Ko-kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga indramayu dengan penambahan larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1.
• Varietas Gedong Profil trigliserida pada biji mangga gedong dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOS, OOS, dan POS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji mangga gedong. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 5.09%, kandungan trigliserida dengan struktur SUU sebesar 37.71%, kandungan trigliserida dengan struktur SUS sebesar 59.75%, dan kandungan trigliserida dengan struktur SSS (trisaturated) sebesar 1.27%. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 87.
Gambar 87. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga gedong • Varietas Simanalagi Profil trigliserida pada biji mangga simanalagi dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOS, POS, dan OOS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji simanalagi. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan
trigliserida dengan struktur UUU (triunsaturated) sebesar 4.62%, kandungan trigliserida dengan struktur SUU sebesar 30.98%, kandungan trigliserida dengan struktur SUS sebesar 63.88%, dan kandungan trigliserida dengan struktur SSS (trisaturated) sebesar 0.53%. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 88.
Gambar 88. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji mangga simanalagi
b. Kuweni (Mangifera odorata Griff) Profil trigliserida pada biji kuweni dapat dilihat pada Tabel 10. Komponen trigliserida SOS, OOS, dan POS memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan trigliserida lainnya. Hasil ini sesuai dengan komposisi asam lemaknya dimana stearat, oleat, dan asam palmitat merupakan asam lemak yang dominan menyusun biji kuweni. Hasil kokromatogram TG ekstrak lemak biji kuweni dapat dilihat pada Gambar 90. pada Gambar 90, peak ke-8 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POP, peak ke-11 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis POS, peak ke-13 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOS, dan peak
ke-14 luas area bertambah dengan adanya penambahan trigliserida jenis SOA dari tengkawang. Tabel 26 menunjukkan perbandingan luasan area antara ekstrak lemak biji kuweni, ekstrak lemak tengkawang tungkul, dan ekstrak lemak biji kuweni dengan penambahan ekstrak lemak tengkawang tungkul. Hasil kromatogram sampel sendiri dapat dilihat pada Gambar 89. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel jenis ini memiliki kandungan trigliserida tertinggi dengan struktur SUS sebesar 56.34%.
Tabel 26. Perbandingan luasan area kromatografi TG ekstrak lemak biji kuweni
TG POP POS SOS SOA
Area pada ekstrak lemak biji kuweni (x105(nRIU*s))
Area pada ekstrak lemak biji tengkawang (x105(nRIU*s))
Prediksi area pada kokromatogram (x105(nRIU*s))
2.53122 15.1029 34.3899 4.459314
9.02912 46.23710 70.24800 6.58669
7.04578 38.22145 69.51390 7.75265
Area pada kokromatogram (x105(nRIU*s)) 6.92737 37.77000 65.53650 6.78052
Gambar 89. Kromatogram trigliserida ekstrak lemak biji kuweni
Gambar 90. Ko-kromatogram ekstrak lemak biji kuweni dengan penambahan
larutan lemak tengkawang tungkul 5% dalam aseton sebanyak 1:1.
G. IDENTIFIKASI POTENSI BERDASARKAN PROFIL ASAM LEMAK DAN PROFIL TRIGLISERIDA. Analisis kadar lemak pada sebelas suku biji-bijian menunjukkan bahwa tidak semua biji yang digunakan dalam penelitian ini berpotensi sebagai sumber penghasil lemak/minyak. Hal ini dikarenakan kadar lemak biji-biji tersebut cukup rendah yaitu sebesar 0.42% bk atau 0.10% bb pada biji cempedak, 1.22% bk atau 0.41% bb pada biji nangka, dan 1.77% bk atau 1.09% bb pada biji alpukat. Menurut Nainggolan (1985) kandungan tertinggi dalam biji nangka dan cempedak adalah karbohidrat sehingga kedua jenis biji ini dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat. Ekstrak minyak biji jarak kaliki memiliki komposisi unknown fatty acid yang tinggi (81.72%). Berdasarkan literatur diketahui biji ini merupakan sumber penghasil asam lemak spesifik, yaitu asam lemak dari golongan asam lemak hidroksi yaitu asam ricinoleat (Gunstone et al. 1995). Asam lemak jenis ini merupakan asam lemak yang sifat non polarnya kurang oleh karena adanya gugus OH dalam struktur kimianya. Asam lemak hidroksi ini memiliki properti yang menarik sehingga biasanya diproses untuk diaplikasikan pada industri oleokimia, yaitu sebagai minyak pelumas. Adanya kandungan protein yang bersifat toksik (ricin) pada ekstrak minyak biji ini membuat ekstrak minyak biji jarak kaliki tidak bisa diaplikasikan langsung pada industri pangan. Ekstrak minyak biji kepoh juga memiliki komposisi unknown fatty acid yang tinggi (73.08%). Berbeda dengan jarak kaliki dimana ditemukan literatur untuk identifikasi komposisi trigliseridanya, pada kepoh tidak ditemukan literatur. Hal ini disebabkan studi yang biasa dilakukan untuk ekstrak minyak biji kepoh adalah efek toksisitasnya pada kesehatan. Gunstone et al. (1995) melaporkan biji kepoh memiliki kandungan asam lemak cyclopropene acid, dimana asam lemak jenis ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan yaitu menghambat desaturasi asam lemak jenuh, menghambat reproduksi selular, dan mengubah permeabilitas membran. Hal ini mengakibatkan ekstrak minyak biji kepoh tidak digunakan dalam industri pangan. Kemiri, kemiri cina, dan karet merupakan tanaman satu suku (Euphorbiaceae). Hasil analisis asam lemak menunjukkan bahwa ketiga jenis
ekstrak minyaknya mengandung asam linoleat yang cukup tinggi (27.78%39.15%) dan profil trigliserida kemiri, kemiri cina, dan karet memiliki komposisi UUU dan SUU yang dominan. Tingginya kandungan asam linoleat mengakibatkan minyaknya teroksidasi dengan cepat dan membentuk lapisan kental jika dioles sehingga ketiga minyak biji-bijian ini dikategorikan sebagai minyak mengering (Ketaren, 1986). Minyak dengan sifat cepat mengering ini biasanya digunakan dalam industri cat dan varnish. Anonim (2008q) dan Achadiat (2007) menyebutkan bahwa minyak karet dan kemiri cina memiliki potensi sebagai biodiesel. Ekstrak lemak dari biji tengkawang tungkul memiliki kandungan asam stearat sebagai komponen yang dominan. Profil trigliseridanya menunjukkan bahwa trigliserida SUS (saturated-unsaturated-saturated) adalah komponen yang dominan (88.99%) dengan trigliserida jenis POP, POS, dan SOS sebagai komponen utama penyusunnya. Profil asam lemak dan trigliserida ekstrak biji ini memiliki kesamaan dengan profil asam lemak dan trigliserida dari cocoa
butter sehingga dapat digunakan sebagai pengganti lemak coklat. Suku Anarcardiaceae (mangga dan kuweni) juga menunjukkan profil asam lemak dan trigliserida yang memiliki kesamaan dengan cocoa butter. Asam lemak ekstrak lipida suku ini memiliki komposisi asam stearat dan asam oleat yang tinggi. Profil trigliseridanya juga didominasi oleh struktur SUS (51.25% - 63.88%), namun berbeda dengan lemak tengkawang tungkul kandungan trigliserida jenis POP pada ekstrak lipida suku ini lebih rendah dan kandungan trigliserida jenis OOS lebih tinggi. Profil asam lemak dan trigliserida ekstrak lipida suku ini juga memungkinkan penggunaannya sebagai penganti lemak coklat. Ekstrak minyak dari kacang tanah memiliki komposisi asam oleat dan asam linoleat yang cukup tinggi dan profil trigliseridanya didominasi oleh struktur UUU (triunsaturated) sebesar (47.95%). Menurut Ketaren (1986), minyak kacang tanah dapat dipergunakan sebagai bahan pangan maupun bahan non pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah dipergunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin, salad dressing, mentega putih, dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenis
lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah banyak digunakan dalam industri sabun dan bahan kosmetik. Ekstrak minyak dari biji saga pohon menunjukkan bahwa asam lemak yang dominan pada biji ini adalah asam lemak tidak jenuh dengan asam oleat (13.49%) dan asam linoleat (50.95%) sebagai komponen dominan sehingga komposisi trigliseridanya juga didominasi oleh asam lemak tidak jenuh dengan struktur SUU (saturated-unsaturated-unsaturated) sebesar 63.76%. Menurut Jaromin et al. (2006), minyak saga pohon yang bersifat edible juga dapat digunakan sebagai komponen formulasi untuk farmasi dan kosmetik. Eksrak minyak biji pepaya memiliki kandungan asam oleat yang tinggi (62.52%) dan asam linoleat (4.70%). Profil trigliseridanya didominasi oleh OOO (triolein) sebesar 37.85% dan POO (28.52%). Profil ini mirip dengan profil minyak zaitun (Gunstone et al.,1995) dimana asam lemaknya didominasi oleh asam oleat (55-83%) dan asam linoleat (4-21%) dan profil trigliserida didominasi oleh OOO (43%) dan POO (22%), dengan profil seperti ini dapat diperkirakan minyak pepaya bersifat edible. Ekstrak minyak biji sirsak dan ekstrak lemak biji rambutan diperkirakan tidak bersifat edible. Hal ini dikarenakan minyak biji sirsak memiliki kandungan alkaloid yang cukup tinggi (Yasril, 2003) dan lemak biji rambutan memiliki kandungan saponin, alkaloid, dan tanin (Morton, 1987). Ekstrak minyak mengkudu didominasi oleh asam lemak linoleat (65.30%) dan asam oleat (17.81%) dan trigliseridanya didominasi oleh struktur UUU (triunsaturated) sebesar 53.92%. Menurut Rismana (2007), minyak yang diekstrak dari biji mengkudu yang edible banyak digunakan untuk bahan baku kosmetik, lilin dan massage oils. Ekstrak minyak biji-bijian yang memiliki potensi bersifat edible ini haruslah dianalisis sifat fisiko-kimianya seperti bilangan iod, bilangan peroksida, titik asap, titik api, titik nyala, titik leleh, dan sebagainya sebelum digunakan sebagai komponen produk sehingga penentuan penggunaannya dapat ditentukan secara tepat.
Tabel 27. Identifikasi potensi minyak biji
No. 1
Minyak/Lemak biji Jarak kaliki
Kandungan Asam ricinoleat
Potensi Sebagai minyak pelumas (castor oil) Dikategorikan sebagai
2
Kemiri, kemiri cina, dan karet
Asam linolenat
minyak mengering, penggunaannya untuk industri cat dan varnish
Tengkawang, 3
mangga (arum
Asam stearat dan asam
Memiliki kemiripan
manis, indramayu,
oleat, Kandungan TG jenis
komposisi TG dengan
simanalagi,
SUS
cocoa butter
Asam oleat dan asam
Sebagai bahan pangan :
linoleat cukup tinggi, profil
minyak goreng, bahan
TG didominasi oleh struktur
pembuat margarine,
UUU
shortening
gedong), kuweni
4
Kacang tanah
Asam oleat dan asam 5
Saga pohon
linoleat cukup tinggi, profil
Sebagai bahan pangan
TG didominasi oleh SUU Asam oleat dan asam 6
Pepaya
linoleat cukup tinggi, profil TG didominasi oleh OOO dan POO
Sebagai bahan pangan (profil asam lemak dan TG mirip minyak zaitun)
Asam linoleat dan asam 7
Mengkudu
oleat yang cukup tinggi, TG didominasi oleh struktur UUU
Sebagai bahan pangan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Biji-bijian yang digunakan dalam penelitian ini telah terbukti memiliki kandungan lipida yang cukup tinggi, kecuali untuk beberapa jenis (alpukat, nangka, dan cempedak). Kadar air biji-bijian ini berkisar antara 8.34% hingga 87.35%, sedangkan kadar lemaknya berkisar antara 0.42% hingga 63.97% (basis kering). Komposisi asam lemaknya bervariasi, namun kandungan asam palmitat, asam stearat, asam oleat, dan asam linoleat cukup tinggi. Biji dari suku Lauraceae (alpukat), Annonaceae (sirsak), Rubiaceae (mengkudu), Euphorbiaceae (karet, kemiri, dan kemiri cina), suku Fabaceae, dan suku Moraceae memiliki asam linoleat sebagai komponen asam lemak dengan komposisi yang paling tinggi. Biji dari suku Caricaceae (pepaya) memiliki asam oleat sebagai komponen asam lemak dengan komposisi paling tinggi, Sapindaceae (rambutan) dengan asam arakhidat, sedangkan suku
Anarcardiaceae dengan komposisi oleat dan stearat. Biji jarak kaliki dan kepoh memiliki komposisi unknown fatty acid yang paling tinggi dan kemungkinan besar asam lemaknya berturut-turut adalah ricinoleic acid (hydroxy acid) dan sterculic acid. Hasil ini menunjukkan bahwa umumnya biji-bijian merupakan salah satu sumber asam lemak tidak jenuh. Total asam lemak (g per 100 gram minyak) yang tertinggi terdapat pada biji kuweni (94.74g/100g) dan terkecil pada biji alpukat (19.99g/100g). Komposisi trigliserida yang terdapat pada biji-bijian sangatlah bervariasi jenisnya. Hal ini tergantung dari komposisi asam lemaknya. Ekstrak minyak biji-bijian umumnya memiliki struktur UUU, SUU, dan SUS, dimana U dan S adalah unsaturated (tidak jenuh) dan saturated (jenuh). Hasil ini menunjukkan bahwa pada biji-bijian, asam lemak tidak jenuh umumnya teresterifikasi pada posisi sn-2. Analisis kadar lemak pada sebelas suku bijibijian menunjukkan bahwa tidak semua biji yang digunakan dalam penelitian ini berpotensi sebagai sumber penghasil lemak/minyak. Biji yang tidak berpotensi adalah biji cempedak dengan kadar lemak 0.42% bk atau 0.10% bb, biji nangka dengan kadar lemak 1.22% bk atau 0.41% bb, dan biji alpukat
1.77% bk atau 1.09% bb. Ekstrak minyak biji jarak kaliki dengan kandungan asam ricinoleat (berdasarkan literatur) yang tinggi biasanya diproses untuk diaplikasikan pada industri oleokimia, yaitu sebagai minyak pelumas. Minyak biji kepoh dengan tingginya kandungan asam lemak siklik membuat minyak ini tidak bisa digunakan dalam industri pangan karena dampak negatif yang bisa ditimbulkan (menghambat desaturasi asam lemak jenuh, menghambat reproduksi selular, dan mengubah permeabilitas membrane). Minyak kemiri, kemiri cina, dan karet memiliki kandungan asam linoleat cukup tinggi (27.78%-39.15%), profil trigliserida dengan komposisi UUU dan SUU yang dominan, serta dikategorikan sebagai minyak mengering. Ketiga minyak ini biasanya digunakan untuk industri cat dan varnish. Ekstrak lipida dari biji tengkawang tungkul, mangga, dan kuweni memperlihatkan adanya kesamaan profil asam lemak dan trigliseridanya dengan lemak coklat, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai penganti lemak coklat. Minyak kacang tanah, saga pohon, pepaya, dan mengkudu memperlihatkan adanya potensi untuk digunakan dalam industri pangan dengan asam lemak oleat dan asam linoleat sebagai komponen dominan, sedangkan minyak sirsak dan lemak rambutan bersifat tidak edible karena adanya komponen alkaloid.
B. SARAN Ekstrak minyak/lemak beberapa biji-bijian dalam penelitian ini ada yang memiliki potensi dapat digunakan dalam pangan sehingga analisis lainnya seperti analisis sifat fisiko-kimia (bilangan iod, bilangan peroksida, titik asap, titik api, titik nyala, titik leleh, dan sebagainya) perlu dilakukan sebelum minyak biji-bijian tersebut digunakan sebagai komponen produk. Hal ini perlu dilakukan supaya penggunaannya dapat ditentukan secara tepat. Jenis bijibijian lain juga memiliki kemungkinan sebagai sumber penghasil lemak dan minyak, sehingga dapat dilakukan analisis untuk mengetahui profil asam lemak dan trigliseridanya.
DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, U. 2007. Kemiri Sunan, Sumber Biosolar Alternatif. http://beta.pikiranrakyat.com. [15 Februari 2008]. Akoh, C.C., David B. M. 2002. Food Lipid 2nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York. Aminah. R, Raflizar, M. Sihombing, B. Sutarto. 2007. Pengaruh Biji Saga Pohon (Adenantera pavonina L) Terhadap Fertilitas Tikus Putih Jantan Strain Wistar Derived- LMR. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan Anonim. 2001a. Morinda citrifolia oil. http://www.freepatentsonline.com. [4 Februari 2008] Anonim. 2005a. Mangga Arumanis 143. http://www.iptek.net.id/ind/ ?mnu=">
Fats that Heal Fats that Kill. [ 29 Januari 2008 ]. Anonim. 2008g. Kacang tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/kacang_tanah. [15 Februari 2008]. Anonim. 2008h. Mangga. http://id.wikipedia.org. [ 29 Januari 2008 ]. Anonim. 2008i. Mango seed. http://www.fao.org. [ 29 Januari 2008 ]. Anonim. 2008j. Mengkudu. MENGKUDU. [4 Februari]
http://www.melur.com/myherba.asp?cat=
Anonim. 2008k. Pepaya. http://id.wikipedia.org/wiki. [4 Februari 2008]. Anonim. 2008l. Jarak kepyar. www.plantamor.com. [14 Februari 2008]. Anonim. 2008m. Rambutan Aceh. http://www.iptek.net.id. [22 September 2008]. Anonim. 2008n. Kuweni. http://id.wikipedia.org/wiki/Mangifera. [1 September 2008]. Anonim. 2008o. Sirsak. http://www.iptek.net.id. [22 September 2008]. Anonim. 2008p. Nangka kandel. http://www.iptek.net.id. [22 September 2008]. Anonim. 2008q. Karet. http://id.wikipedia.org. [22 September 2008]. Anonim. 2008r. Kepoh. http://www.proseanet.org/florakita. [22 September 2008]. Anonim. 2008s. Avocado. http://www.avocadonow.com/images/avocado%20 split.jpg [ 25 Januari 2009].
Soursop. http://wwwchem.uwimona.edu.jm:1104/gifs/ Anonim. 2008t. soursop1.jpg [ 25 Januari 2009]. Anonim. 2008u. Castor bean. http://www.flickr.com/photos/giveawayboy/ 468638432/ [ 25 Januari 2009]. Anonim. 2008v. Hevea brasiliensis. http://botany.cs.tamu.edu/FLORA/schoepke/ hev-br-1.jpg [ 25 Januari 2009]. Azam M. M., Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302. AOAC. 1999. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. AOAC Inc. Arlington. AOCS. 2005. Official methods and recommended practices of the AOCS, 5th edition 2nd printing. American Oil Chemist’ Society. Brown, Michael J. 1997. Durio - A Bibliographic bioversityinternational org. [ 29 Januari 2008 ].
Review.
www
Bender, D.A. 2005. Arachis Oil. http://www.encyclopedia.com/doc/ 1O39arachisoil.html. [14 Februari 2007]. Dalimarta, S. 2003. Manfaat lain buah rambutan (Si Rambut Merah). http://safuan.wordpress.com. [ 29 Januari 2008 ]. Daulatabad, C.D., Mirajkar A.M. Ricinoleic acid in Artocarpus integrifolia seed oil. 2002. http:// www.icuciwmi.org/files/News/jackfruit_post_harvest.doc. [5 Februari 2008]. Djatmiko, B., A.P. Widjaja. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak I. Teknologi Industri Pertanian, FATETA. IPB-Bogor. Eckey, E.W. Papaya. 2008 http://sleekfreak.ath.cx:81/3wdev/INPHO/ VLIBRARY/X0043E/X0043E0E.HTM. [5 Februari 2008]. Esau, K. 1977. Anatomy of seed plants 2nd edition. John Wiley & Sons, Inc. Canada. Eteshola, E., A. C. I. Oraedu. 1996. Fatty acid compositions of tigernut tubers (Cyperus esculentus), baobab sedes (Adansonia digitata), and their mixture. JAOCS 73 (2): 255-257.
Folch, J., M. Lees, G.H.S. Stanley. 1957. A Simple Method For The Isolation and Purification Of Total Lipids From Animal Tissues. The Journal of Biological Chemistry. Gunstone, F.D., John L. H., Fred B. P. 1995. The Lipid Handbook 2nd edition. Chapman & Hall. London. Guerrero, C. 1999. The quality of forest honey in Palawan. Voices from the Forest No 1. February, 1999. Intengan, C.L., I. Concepcion, L.G. Alejo, V.A. Corpus, R.D. Salud, I. del Rosario, R. Gomez and J. Henson. 1955. Composition of Philippine foods, IV. Philippine Journal of Science 84(3): 343-364. Jaromin A., R. Żarnowski, A. Kozubek. 2006. Emulsions of oil from Adenanthera pavonina L. seeds and their protective effect. Journal Cellular & Molecular Biology Letters 11 (3). Jufri M., R.D.A. Firli. 2006. Studi kemampuan pati biji durian sebagai bahan pengikat dalam tablet ketoprofen secara granulasi basah. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol 3 (2): 78-86. Kakuda Y., B. S. Kamel. 1992. Fatty acids in fruits and fruits products. Marcel Dekker Inc. New York. Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta. Kneeland, J.A. 1958. In Processed plant protein foodstuffs. Academic, New York Press. Lisa, M., F. Lynen, M. Holčapek, P. Sandra. 2007. Quantitation of triacylglycerols from plant oils using charged aerosol detection with gradient compensation. Journal of Chromatography A, 1176 : 135-142. M. Mohibbe Azam, Amtul Waris, N.M. Nahar. 2005. Prospects and potential of fatty acid methyl esters of some non-traditional seed oils for use as biodiesel in India. Biomass and Bioenergy 29 (2005) 293–302 Minami E., H. Imahara, K. Sunandar, K. Abdullah, S. Saka. Biodiesel Fuel Production From Wood Oils/Fats. www.ecs.energy.kyotou.ac.jp/kenkyu/kenkyu-1-2.pdf. [14 Februari 2008]. Morton. J. 1987. Fruits of warm climates. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/ morton/rambutan.html. [22 September 2008]. Nainggolan, R.A. 1985. Diet & Juice Therapy. Bandung : Indonesian Publishing House.
Nielsen, S.S. 1998. Food Analysis 2nd edition. Aspen Publisher, Inc.Gaithersburg, Maryland. Nollet, M.L. 2000. Food Analysis by HPLC 2nd edition . Marcel Dekker,Inc. New York. Onimawo I.A. 2002. Proximate composition and selected physicochemical properties of the seed, pulp and oil of sour sop (Annona muricata). http://api.ingentaconnect.com. [4 Februari 2008]. Pasae. Y. 2007. Pembuatan asam lemak bercabang dari minyak kepoh. http://design.lib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbppgdl-s2-2003-yoelpasae-1746. [14 Februari 2007]. Pasha, M. K dan F. 1992. Ahmad. Analisis of triacylglycerols containing cyclopropene fatty acids in sterculia foetida (Linn.) seed lipids. Journal Agricultural Food Chemistry 40: 626-629. Pomeranz, Y., C.E. Meloan. 2000. Food Analysis Theory and Practice 3rd ed. Aspen Publisher,Inc. Maryland. Puangsri, T., S.M. Abdulkarim, H.M. Ghazali. 2005. Properties of carica papaya l. (papaya) seed oil following extractions using solvent and aqueous enzymatic methods. http://www.blackwell-synergy.com. [4 Februari 2008]. Rismana, E. 2007. Minyak dari biji mengkudu. http://cuek.wordpress.com. [22 September 2008]. Rusdiana. 2004. Metabolisme Asam Lemak. Program Studi Biokimia Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Saleh, M., M. Mawardi, W. Eddy, H. Dwi. 2002. Determinasi dan morfologi buah eksotis potensial di lahan rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru. Sinaga E. 2004. Ricinus communis Linn. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS Skoog, D.A., et al. 1998. Principles of Instrumental Analysis 5th edition. Harcourt Brace & Company. Florida Soerawidjaja. T. H. 2005. Membangun industri biodiesel di indonesia Suharto E. 2003. Struktur biji, sifat fisik biji, dan karakteristik benih kemiri (Aleurites moluccana Willd) provenan karang dempo. Jurnal Akta Agrosia Vol 6 (1): 23-29. Sunarjono, H.H., 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Syvia, E. 1998. Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji alpukat, daun murbei, dan buah terung ungu pada tikus putih. http://lib.farmasi.unpad.ac.id. [22 September 2008]. Tarigan, P. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Penerbit Alumni. Bandung. Indonesia. Varma, J.P, S. Dasgupta, B. Nath, J. S. Aggarwal. 1956. Composition of the seed oil of sterculia foetida, Linn. http://www.springerlink.com/content/ g65188l285435083. [14 Februari 2007]. Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. PROSEA: Vegetables oils and fats. PROSEA – Gramedia. Jakarta. Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. Warisno. 2003. Budidaya papaya. Kanisius, Yogyakarta. Wélé, A., Ndoye, I., Badiane, M. Fatty acid and essential oil compositions of the seed oil of five Annona species. http://www.cababstractsplus.org/ google/abstract_learnmore.asp [4 Februari 2008]. Widyantoro. 2005. Inventarisasi Flora Dilindungi. Laporan kegiatan pengendali ekosistem hutan. Balai Taman Nasional Baluran. Wille, H. J., Oron, C.H. 1995. Process for decoloring fatty acid esters. http://www.freepatentsonline.com/5401862.html. [14 Februari 2007]. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. P T Gramedia, Jakarta. Yasril. 2003. Uji toksisitas ekstrak biji sirsak (Annona muricata linn) terhadap larva Aedes aegypti. http://www.digilib.ui.edu. [22 September 2008].
Lampiran 1. Kadar air sampel segar Sampel (biji)
Ulg 1
Alpukat 2
1 Rambutan 2
1 Cempedak 2
1 Sirsak 2
1 Mengkudu 2
Duplo
W awal (g)
W akhir (g)
W awalakhir (g)
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
1 2 1 2
2.6818 2.0247 2.0152 2.0458
0.9814 0.7318 0.8010 0.8180
1.7004 1.2929 1.2142 1.2278 Rata-rata
63.41 63.86 2.47 60.25 60.02 61.88 61.88 ± 2.47
3.99
1 2 1 2
2.0837 2.0360 2.0463 2.0563
1.4371 1.4153 1.3912 1.4004
0.6466 0.6207 0.6551 0.6559 Rata-rata
31.03 30.49 0.85 32.01 31.90 31.36 31.36 ± 0.85
2.71
1 2 1 2
2.0585 2.0286 2.0729 2.1511
0.4785 0.4544 0.4468 0.5160
1.5800 1.5742 1.6261 1.6351 Rata-rata
76.75 77.60 0.76 78.45 76.01 77.20 77.20 ± 0.76
0.98
1 2 1 2
2.0133 2.0757 2.0091 2.0389
1.2587 1.3106 1.2694 1.2736
0.7546 0.7651 0.7397 0.7653 Rata-rata
37.48 36.86 0.39 36.82 37.53 37.17 37.17 ± 0.39
1.05
1 2 1 2
2.1140 2.1255 2.0135 2.0351
1.1835 1.1792 1.1119 1.1485
0.9305 0.9463 0.9016 0.8866 Rata-rata
44.02 44.52 0.07 44.78 43.57 44.22 44.22 ± 0.07
0.16
Sampel (biji)
Ulg
1 Nangka 2
1 Pepaya 2
1 Jarak Kaliki 2
Kacang Tanah
1 2
1 Saga Pohon 2
1 Kemiri Cina 2
Duplo
W awal (g)
W akhir (g)
W awalakhir (g)
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
1 2 1 2
2.0106 2.0178 2.0648 2.0425
0.7097 0.6917 0.6862 0.6554
1.3009 1.3261 1.3786 1.3871 Rata-rata
64.70 65.72 1.50 66.77 67.91 66.28 66.28 ± 1.50
2.26
1 2 1 2
2.1652 2.1911 2.0153 2.0587
0.2820 0.2773 0.2520 0.2556
1.8832 1.9138 1.7633 1.8031 Rata-rata
86.98 87.34 0.27 87.50 87.58 87.35 87.35 ± 0.27
0.31
1 2 1 2
2.1280 2.1049 2.1563 2.0893
1.8477 1.8386 1.8816 1.8114
0.2803 0.2663 0.2747 0.2779 Rata-rata
13.17 12.65 0.08 12.74 13.30 12.97 12.97 ± 0.08
0.62
1 2 1 2
2.0569 2.0569 2.1959 2.0882
1.8816 1.8877 2.0107 1.9178
0.1753 0.1692 0.1852 0.1704 Rata-rata
8.52 8.23 0.05 8.43 8.16 8.34 8.34 ± 0.05
0.60
1 2 1 2
2.0078 2.0934 2.0920 2.0019
1.6818 1.7493 1.7319 1.6676
0.3260 0.3441 0.3601 0.3343 Rata-rata
16.24 16.44 0.44 17.21 16.70 16.65 16.65 ± 0.44
2.64
1 2 1 2
2.0075 2.0018 2.0837 2.0007
1.2947 1.3026 1.3478 1.3255
0.7128 0.6992 0.7359 0.6752 Rata-rata
35.51 34.93 0.48 35.32 33.75 34.88 34.88 ± 0.48
0.78
Sampel (biji)
Ulg
1 Kemiri 2
1 Karet 2
1 Kepoh 2
1 Tengkawang 2
Mangga arumanis
Mangga simanalagi
1 2
1 2
Duplo
W awal (g)
W akhir (g)
W awalakhir (g)
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
1 2 1 2
2.0071 2.0982 2.0753 2.0858
1.7785 1.8580 1.8648 1.8754
0.2286 0.2402 0.2105 0.2104 Rata-rata
11.39 11.45 0.92 10.14 10.09 10.77 10.77 ± 0.92
8.54
1 2 1 2
2.0389 2.0681 2.0148 2.0041
1.1795 1.1829 1.1947 1.1761
0.8594 0.8852 0.8201 0.8280 Rata-rata
42.15 42.80 1.04 40.70 41.32 41.74 41.74 ± 1.04
2.49
1 2 1 2
2.0179 2.1980 2.0929 2.0122
0.5045 0.5597 0.5561 0.5161
1.5134 1.6383 1.5368 1.4961 Rata-rata
75.00 74.54 0.62 73.43 74.35 74.33 74.33 ± 0.62
0.83
1 2 1 2
2.1121 2.1243 2.0348 2.0884
1.6857 1.6946 1.6145 1.6635
0.4264 0.4297 0.4203 0.4249 Rata-rata
20.19 20.23 0.21 20.66 20.35 20.35 20.35 ± 0.21
1.03
1 2 1 2
2.0624 2.0152 2.0683 2.0530
0.6462 0.6533 0.6502 0.6447
1.4162 1.3619 1.4181 1.4083 Rata-rata
68.67 67.58 0.32 68.56 68.60 68.35 68.35 ± 0.32
0.47
1 2 1 2
2.0292 2.0050 2.0308 2.0703
0.9843 0.9633 0.9818 1.0189
1.0449 1.0417 1.0490 1.0514 Rata-rata
51.49 51.96 0.36 51.65 50.78 51.47 51.47 ± 0.36
0.70
Sampel (biji)
Mangga Indramayu
Mangga Gedong
Ulg
1 2
1 2
1 Kuweni 2
Duplo
W awal (g)
W akhir (g)
W awalakhir (g)
KA (%BB)
Std. Dev
RSD
1 2 1 2
2.0057 2.0847 2.0016 2.0061
0.9918 1.0306 0.9619 1.0012
1.0139 1.0541 1.0397 1.0049 Rata-rata
50.55 50.56 0.33 51.94 50.09 50.79 50.79 ± 0.33
0.65
1 2 1 2
2.0068 2.0050 2.0639 2.0439
0.9368 0.9677 1.0311 0.9996
1.0700 1.0373 1.0328 1.0443 Rata-rata
53.32 51.74 1.39 50.04 51.09 51.55 51.55 ± 1.39
2.70
1 2 1 2
2.0128 2.0308 2.0951 2.0114
0.8262 0.8195 0.8412 0.8118
1.1866 1.2113 1.2539 1.1996 Rata-rata
58.95 59.65 0.31 59.85 59.64 59.52 59.52 ± 0.31
0.52
Lampiran 2. Kadar air sampel kering Sampel (biji)
Ulg 1
Alpukat 2
1 Rambutan 2
1 Cempedak 2
1 Sirsak 2
1 Mengkudu 2
W awal (g) 2.0545 2.0648 2.0585 2.0841
W akhir (g) 2.0114 2.0118 2.0001 2.028
W awalakhir (g) 0.0431 0.0530 0.0584 0.0561 Rata-rata
KA Std. (%BB) Dev 2.10 2.57 0.32 2.84 2.69 2.55 2.55 ± 0.32
1 2 1 2
2.0133 2.0135 2.0091 2.0729
1.9271 1.9153 1.9112 1.9898
0.0862 0.0982 0.0979 0.0831 Rata-rata
4.28 4.88 0.44 4.87 4.01 4.51 4.51 ± 0.44
9.66
1 2 1 2
2.1085 2.0540 2.0432 2.0543
2.1001 2.0459 2.0329 2.0447
0.0084 0.0081 0.0103 0.0096 Rata-rata
0.40 0.39 0.05 0.50 0.47 0.44 0.44 ± 0.05
12.19
1 2 1 2
2.1540 2.0435 2.0421 2.0454
2.0587 1.9556 1.9494 1.936
0.0953 0.0879 0.0927 0.1094 Rata-rata
4.42 4.30 0.47 4.54 5.35 4.65 4.65 ± 0.47
10.18
1 2 1 2
2.0435 2.0244 2.0146 2.1561
1.9235 1.9192 1.9119 2.0485
0.1200 0.1052 0.1027 0.1076 Rata-rata
5.87 5.20 0.40 5.10 4.99 5.29 5.29 ± 0.40
7.52
Duplo 1 2 1 2
RSD
12.56
Sampel (biji)
Ulg 1
Nangka 2
1 Pepaya 2
1 Jarak Kaliki 2
Kacang Tanah
1 2
1 Saga Pohon 2
1 Kemiri Cina 2
Duplo 1 2 1 2
W awal (g) 2.1054 2.0344 2.0454 2.1425
W akhir (g) 2.0989 2.0294 2.0392 2.1354
W awalKA Std. akhir (g) (%BB) Dev 0.0065 0.31 0.0050 0.25 0.04 0.0062 0.30 0.0071 0.33 Rata-rata 0.30 0.30 ± 0.04
1 2 1 2
2.0540 2.0546 2.1153 2.0768
1.9882 1.9773 2.0252 2.0056
0.0658 0.0773 0.0901 0.0712 Rata-rata
3.20 3.76 0.46 4.26 3.43 3.66 3.66 ± 0.46
12.53
1 2 1 2
2.1645 2.0654 2.0457 2.1084
2.1207 2.0141 2.0005 2.0481
0.0438 0.0513 0.0452 0.0603 Rata-rata
2.02 2.48 0.36 2.21 2.86 2.39 2.39 ± 0.36
15.18
1 2 1 2
2.0574 2.1786 2.0959 2.0459
1.9516 2.0557 2.0107 1.95
0.1058 0.1229 0.0852 0.0959 Rata-rata
5.14 5.64 0.67 4.07 4.69 4.88 4.88 ± 0.67
13.73
1 2 1 2
2.1078 2.1434 2.0751 2.1119
2.0111 2.0199 1.9719 2.0176
0.0967 0.1235 0.1032 0.0943 Rata-rata
4.59 5.76 0.58 4.97 4.47 4.95 4.95 ± 0.58
11.82
1 2 1 2
2.0165 2.1087 2.1543 2.0010
1.9047 1.9926 2.0178 1.9005
0.1118 0.1161 0.1365 0.1005 Rata-rata
5.54 5.51 0.54 6.34 5.02 5.60 5.60 ± 0.54
9.71
RSD
12.26
Sampel (biji)
Ulg 1
Kemiri 2
1 Karet 2
1 Kepoh 2
1 Tengkawang 2
Mangga arumanis
Mangga simanalagi
1 2
1 2
Duplo 1 2 1 2
W awal (g) 2.0465 2.1540 2.0540 2.1650
W akhir (g) 1.9597 2.0596 1.9847 2.0905
W awalakhir (g) 0.0868 0.0944 0.0693 0.0745 Rata-rata
KA Std. (%BB) Dev 4.24 4.38 0.53 3.37 3.44 3.86 3.86 ± 0.53
1 2 1 2
2.0870 2.1459 2.0456 2.0878
2.0294 2.0947 2.0047 2.0391
0.0576 0.0512 0.0409 0.0487 Rata-rata
2.76 2.39 0.31 2.00 2.33 2.37 2.37 ± 0.31
13.15
1 2 1 2
2.4188 2.1577 2.0788 2.1878
2.1345 1.8945 1.8281 1.9161
0.2843 0.2632 0.2507 0.2717 Rata-rata
11.75 12.20 0.28 12.06 12.42 12.11 12.11 ± 0.28
2.30
1 2 1 2
2.0478 2.0761 2.0474 2.0477
1.9007 1.9196 1.9145 1.9035
0.1471 0.1565 0.1329 0.1442 Rata-rata
7.18 7.54 0.44 6.49 7.04 7.06 7.06 ± 0.44
6.16
1 2 1 2
2.0578 2.1074 2.0144 2.0477
2.0345 2.0845 1.9847 2.0198
0.0233 0.0229 0.0297 0.0279 Rata-rata
1.13 1.09 0.19 1.47 1.36 1.26 1.26 ± 0.19
14.64
1 2 1 2
2.1057 2.0454 2.1474 2.0414
2.0772 2.0144 2.1245 2.0189
0.0285 0.0310 0.0229 0.0225 Rata-rata
1.35 1.52 0.21 1.07 1.10 1.26 1.26 ± 0.21
16.93
RSD
13.63
Sampel (biji) Mangga Indramayu
Mangga Gedong
Ulg 1 2
1 2
1 Kuweni 2
Duplo 1 2 1 2
W awal (g) 2.0544 2.1511 2.0487 2.0547
W akhir (g) 2.0084 2.0906 2.0019 2.0012
W awalakhir (g) 0.0460 0.0605 0.0468 0.0535 Rata-rata
KA Std. (%BB) Dev 2.24 2.81 0.27 2.28 2.60 2.48 2.48 ± 0.27
1 2 1 2
2.0684 2.0584 2.0544 2.1808
2.0368 2.0177 2.0311 2.1398
0.0316 0.0407 0.0233 0.0410 Rata-rata
1.53 1.98 0.38 1.13 1.88 1.63 1.63 ± 0.38
23.48
1 2 1 2
2.0844 2.1087 2.0875 2.1848
2.0262 2.0495 2.0284 2.1284
0.0582 0.0592 0.0591 0.0564 Rata-rata
2.79 2.81 0.12 2.83 2.58 2.75 2.75 ± 0.12
4.20
RSD
10.95
Lampiran 3. Kadar lemak biji-bijian Sampel
Biji Alpukat
Biji Rambutan
Biji Cempedak
Ulg
1 2
1 2
1 2
1 Biji Sirsak 2
Duplo
W sampel (g)
W labu lemak (g)
Bobot akhir (labu lemak + sampel)
K.Lemak (%BK)
Std. Dev
1 2 1 2
5.0256 5.0240 5.0202 5.0290
57.1428 58.9067 59.1495 57.1426
57.2326 58.9967 59.2373 57.2298 Rata-rata
1.79 1.79 1.75 0.03 1.73 1.77 1.77 ± 0.03
1 2 1 2
2.0885 3.0223 2.0678 2.0207
59.1019 59.3309 59.1396 57.1372
59.7924 60.3607 59.8328 57.8239 Rata-rata
33.06 34.07 33.52 0.13 33.98 33.66 33.66 ± 0.13
1 2 1 2
4.0369 4.0238 4.0482 4.0288
68.2672 61.5395 68.2690 58.9080
68.2836 61.5579 68.2853 58.9249 Rata-rata
0.41 0.46 0.02 0.40 0.42 0.42 0.42 ± 0.02
1 2 1 2
3.0428 3.0629 3.0724 3.0574
58.9072 61.5374 68.2612 57.1372
59.6861 62.2740 69.0110 57.9009 Rata-rata
25.60 24.05 0.09 24.40 24.98 24.76 24.76 ± 0.68
RSD
KL (%BB)
Std. Dev
RSD
1.60
1.10 1.10 0.02 1.08 1.07 1.09 1.09 ± 0.02
1.83
0.39
22.69 23.39 0.09 23.01 23.33 23.10 23.10 ± 0.09
0.39
2.38
0.09 0.10 0.01 0.09 0.10 0.10 0.10 ± 0.01
10.00
16.08 15.11 0.06 15.33 15.69 15.56 15.56 ± 0.06
0.39
0.36
Sampel
Biji Mengkudu
Biji Nangka
Biji Pepaya
Biji Jarak Kaliki
Ulg
1 2
1 2
1 2
1 2
Duplo
W sampel (g)
W labu lemak (g)
Bobot akhir (labu lemak + sampel)
K.Lemak (%BK)
Std. Dev
1 2 1 2
2.0329 2.0373 2.0747 2.0316
58.9093 61.5401 59.2873 68.4983
59.0015 61.6335 59.3801 68.5951 Rata-rata
4.54 4.58 0.04 4.47 4.76 4.59 4.59 ± 0.04
1 2 1 2
3.0088 3.0302 3.0057 3.0063
59.8516 60.9020 57.1024 58.5854
59.8887 60.9384 57.1396 58.6214 Rata-rata
1.23 1.20 0.02 1.24 1.20 1.22 1.22 ± 0.02
1 2 1 2
2.5010 2.4965 3.0268 3.0285
58.9065 61.5358 59.1519 68.7853
59.5014 62.1079 59.8330 69.4583 Rata-rata
23.79 22.92 0.70 22.50 22.22 22.86 22.86 ± 0.70
1 2 1 2
4.0171 4.0453 4.0047 4.0299
59.1484 57.1448 59.1451 57.1428
60.5369 58.5558 60.4916 58.4682 Rata-rata
34.56 34.88 1.04 33.62 32.89 33.99 33.99 ± 1.04
RSD Analisis
KL (%BB)
Std. Dev
RSD Analisis
0.87
2.53 2.56 0.02 2.49 2.66 2.56 2.56 ± 0.02
0.78
1.71
0.42 0.41 0.01 0.42 0.40 0.41 0.41 ± 0.01
2.44
3.06
6.82 6.57 0.20 6.45 6.37 6.55 6.55 ± 0.20
3.05
3.06
30.08 30.36 0.90 29.26 28.62 29.58 29.58 ± 0.90
3.04
Sampel
Ulg
Biji Kacang Tanah
1
Biji Saga Pohon
Biji Kemiri Cina
2
1 2
1 2
1 Kemiri 2
Duplo 1 2 1 2
W W labu sampel lemak (g) (g) 3.0281 68.2634 3.0146 61.5292 3.0159 59.0937 3.0403 57.3235
Bobot akhir (labu lemak + sampel) 69.5900 62.8378 60.2891 58.5285 Rata-rata
K.Lemak (%BK)
Std. Dev
43.81 43.41 2.81 39.64 39.63 41.62 41.62 ± 2.81
1 2 1 2
4.0335 4.0855 4.0893 4.0734
68.2652 58.9028 59.1437 57.1396
68.7028 59.3525 59.5892 57.5863 Rata-rata
10.85 11.01 0.07 10.89 10.97 10.93 10.93 ± 0.07
1 2 1 2
4.0470 4.0138 4.0051 4.0030
59.1460 57.1425 59.1465 57.1385
61.3903 59.3360 61.2412 59.2794 Rata-rata
55.46 54.65 1.53 52.30 53.48 53.97 53.97 ± 1.53
1 2 1 2
4.0122 4.0113 4.0686 4.0390
58.9036 61.5349 57.1452 68.2701
61.4982 64.0838 59.7533 70.8383 Rata-rata
64.67 63.54 0.18 64.10 63.59 63.97 63.97 ± 0.18
RSD Analisis
KL (%BB)
Std. Dev
RSD Analisis
6.75
40.16 39.79 2.58 36.33 36.33 38.15 38.15 ± 2.58
6.76
0.65
9.04 9.17 0.01 9.08 9.14 9.11 9.11 ± 0.01
0.11
2.83
21.14 20.83 0.58 19.94 20.39 20.57 20.57 ± 0.58
2.82
0.28
57.70 56.70 0.16 57.20 56.74 57.08 57.08 ± 0.16
0.28
Sampel
Ulg 1
Biji Karet 2
1 Biji Kepoh 2
Biji Tengkawang
Biji mangga arumanis
1 2
1 2
Duplo 1 2 1 2
W W labu sampel lemak (g) (g) 4.0648 68.2696 4.0388 58.9080 4.0257 59.1436 4.0132 57.1392
Bobot akhir (labu lemak + sampel) 69.8262 60.4617 60.7102 58.6814 Rata-rata
K.Lemak (%BK) 38.29 38.47 38.91 38.43 38.53
Std. Dev
0.20
RSD Analisis
0.52
KL (%BB) 22.31 22.41 22.67 22.39 22.45
Std. Dev
0.12
RSD Analisis
0.53
38.53 ± 0.20
22.45 ± 0.12
0.29
14.16 14.18 0.04 14.21 14.01 14.14 14.14 ± 0.04
0.28
0.31
33.57 33.28 0.10 32.81 33.76 33.36 33.36 ± 0.10
0.30
0.58
1.67 1.60 0.10 1.70 1.60 1.64 1.64 ± 0.01
6.10
1 2 1 2
3.0016 3.0013 3.0108 3.0474
60.9008 59.8662 59.1447 57.1572
62.5566 61.5240 60.8110 58.8209 Rata-rata
55.16 55.24 0.16 55.34 54.59 55.08 55.08 ± 0.16
1 2 1 2
3.0075 3.0137 3.0213 3.0063
58.9078 61.5387 68.2651 57.0945
60.1755 62.7979 69.5097 58.3687 Rata-rata
42.15 41.78 0.13 41.19 42.38 41.88 41.88 ± 0.13
1 2 1 2
2.0504 2.0862 2.0281 2.0410
60.8826 59.8901 60.8830 59.8950
60.9910 59.9956 60.9919 59.9984 Rata-rata
5.29 5.06 0.03 5.37 5.07 5.19 5.19 ± 0.03
Sampel
Ulg
Biji Mangga simanalagi
1
Biji Mangga Indramayu
Biji Mangga Gedong
2
1 2
1 2
1 Biji Kuweni
2
Duplo
W sampel (g)
W labu lemak (g)
Bobot akhir (labu lemak + sampel)
K.Lemak (%BK)
Std. Dev
1 2 1 2
2.0137 2.1076 2.0418 2.0474
59.1575 58.8798 57.1128 60.6279
59.2605 58.9893 57.2161 60.7335 Rata-rata
5.11 5.20 0.03 5.06 5.16 5.13 5.13 ± 0.03
1 2 1 2
3.0075 3.0130 3.0445 3.0363
57.1190 59.1586 60.8940 60.8356
57.3000 59.3479 61.0873 61.0235 Rata-rata
6.02 6.28 0.08 6.35 6.19 6.21 6.21 ± 0.08
1 2 1 2
3.0353 3.0974 3.0456 3.0732
60.8929 59.1506 57.1110 60.7363
61.2061 59.4725 57.4268 61.0525 Rata-rata
10.32 10.39 0.02 10.37 10.29 10.34 10.34 ± 0.02
1 2 1 2
3.0175 3.0230 3.0334 3.0737
57.1056 58.8768 68.2466 60.7473
57.3719 59.1370 68.5105 61.0095 Rata-rata
8.83 8.61 0.07 8.70 8.53 8.67 8.67 ± 0.07
RSD Analisis
KL (%BB)
Std. Dev
RSD Analisis
0.58
2.48 2.52 0.02 2.46 2.50 2.49 2.49 ± 0.02
0.80
1.29
2.96 3.09 0.04 3.12 3.05 3.06 3.06 ± 0.04
1.31
0.19
5.00 5.04 0.01 5.02 4.98 5.01 5.01 ± 0.01
0.20
0.81
3.57 3.48 0.03 3.52 3.45 3.51 3.51 ± 0.03
0.85