ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS
AFINA F A 051111074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS
AFINA F A 051111074
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASETIKA SURABAYA 2015
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi saya dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap
Laju
Pelepasan
APMS”
untuk
dipublikasikan
atau
ditampilkan di internet, digital library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas dengan Undang- Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, September 2015
Afina F. A NIM.05111074
ii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Afina F. A
Nim
: 05111074
Fakultas
: FARMASI
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan judul : Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol : Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan APMS Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, September 2015
Afina F. A NIM.051111074
iii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL: ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS SKRIPSI Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2015
Oleh :
AFINA F A NIM : 051111074 Skripsi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Prof. Dr.Widji Soeratri, DEA, Apt. Dr. Noorma Rosita, Apt., M.Si NIP. 195110061977092001 NIP. 196512251991022001 iv Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya sehingga diselesaikannya penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kadar Asam Oleat Pada Sistem NLC Dengan Lipid Setil Alkohol: Asam Oleat Dibandingkan dengan SLN Terhadap Laju Pelepasan APMS” untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Selama penyelesaian skripsi ini dukungan dan dorongan yang diberikan sangat membantu dalam menghadapi masalah dan hambatan yang ada. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1.
Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA, Apt. selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
2.
Dr. Noorma Rosita, M.Si selaku pembimbing serta yang telah memberikan mencurahkan waktu dan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses pengerjaan skripsi
3.
Dr. Tristiana Erawati, M.Si. dan Dr. Dwi Setyawan, M. Si.,selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan
4.
Prof Dr. Tutuk Budiati M.S. Apt. selaku dosen wali yang telah banyak membimbing saya selama empat tahun ini
5.
Seluruh dosen dan staff Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
6.
Rekan-rekan SLN-NLC APMS ’15 (M. Kemal Indra, Nur Sukma Aini R, Fransisca Dita M, Angguni A. S) yang telah bekerjasama dan sangat banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi v
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7.
Teman- teman Lab Farmasetika beserta kakak-kakak S2 (Mbak Ushie, Mbak Nurul, Mbak Karin, dan Mas Teguh)
8.
Teman- teman kelas C 2011 (CTM) yang teristimewa Natasha Era, Meida Ayu, Alfiah Rizqi, Naili Uswatun, dan Anggita Dian. Terima kasih atas semangat yang diberikan
9.
Oktavia Indah Ambarsari sebagai sejawat terkasih, atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan selama masa kuliah
10. Dewi, Nubila, Najmah, Glaveria, Riska, Shafitri, dan Imroatus sebagai sahabat terkasih dan penopang dibalik layar 11. Andre Maulana, kakak dan sahabat terbaik yang selalu berbagi dan menasihati. 12. Kedua orang tua tercinta, Moh Rumli dan Lutfiyah, atas pengertian, pengorbanan dan kasih sayang dalam mendidik saya 13. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dibidang farmasi. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.
Surabaya, September 2015 Penulis,
vi Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
PENGARUH KADAR ASAM OLEAT PADA SISTEM NLC DENGAN LIPID SETIL ALKOHOL : ASAM OLEAT DIBANDINGKAN DENGAN SLN TERHADAP LAJU PELEPASAN APMS
AFINA F. A.
Nanostructured Lipid Carrier (NLC) merupakan sistem penghantaran obat baru hasil pengembangan dari Solid Lipid Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan. Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). Pada penelitian ini dibuat sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari lipid setil alkohol dan asam oleat. APMS digunakan sebagai model obat yang dijerap dalam sistem SLN dan NLC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC pada setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5;1,5. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC (Woo et al., 2014). Sistem SLN dan NLC dibuat dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization. Evaluasi karakteristik yang dilakukan pada sistem SLN dan NLC adalah pemeriksaan organoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada pemeriksaan ukuran partikel sistem NLC dengan kadar asam oleat tertinggi (1,5%) memiliki ukuran partikel terkecil yaitu 1347,03 ± 196,01 nm pada formula base dan 276,8 ± 49,43 nm pada formula dengan APMS. SLN memiliki ukuran paling besar yaitu 2267,67 ± 222,72 nm vii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
pada formula base dan 2336,4 ± 1118,203 nm pada formula dengan APMS. pH seluruh formula berada pada rentang 3,96-4,13. Adapun nilai viskositas seluruh formula berada pada rentang 800-1200 cps. Efisiensi penjebakan terbesar terdapat pada formula NLC-APMS dengan kadar asam oleat terbesar (1,5%) yaitu 27.60± 0.4229 % dan terkecil adalah SLN-APMS 13.463 ± 0.2953. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran laju pelepasan (flux) APMS dari sistem SLN dan NLC menggunakan perangkat uji disolusi Apparatus 5-Paddle Over disk. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik ANOVA satu arah diperoleh harga laju pelepasan (flux) keempat formula tidak memiliki perbedaan bermakna.
viii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
EFFECTS OF OLEIC ACID IN NLC SYSTEM WITH CETYL ALCOHOL : OLEIC ACID AS LIPID COMPARED WITH SLN SYSTEM ON RELEASE PROFILE OF PMCA AFINA F A Nanostructured lipid carriers (NLC) was the second generation of Solid Lipid Nanoparticles (SLN) that was developed by mixing solid lipid and liquid lipids. This concept has some advanteges such as giving more modulation of drug release, increasing drug loading and prevent its leakage. In this study, p-methoxycinnamic (PMCA), cetyl alcohol (CA) and oleic acid (OA) was used as lipids that aimed to investigate the influence of increasing OA ratio on release of PMCA from SLN and NLCs system. Tween 80 was used as surfactant and propylene glycol as co-surfactant. SLN and NLC were prepared by hot High Shearing Homogenization (HSH) technique. SLN and NLC were evaluated on particle size, pH, viscosity, and entrapment efficiency (EE). NLC with highest OA (1,5%) hs the smallest particle size 1347,03 ± 196,01 nm for NLC base 276,8 ± 49,43 nm for NLC-PMCA. EE was significantly influenced by OA content. NLC-PMCA with 1,5% OA has the highest EE (27.60± 0.4229 %). The release study of SLN-PMCA and NLC-PMCA were evaluated using USP dissolution Aparatus 5-Paddle Over Disk. Based on statistical analysis using ANOVA One Way, it showed there were no significant differences between flux of SLN-PMCA and NLCsPMCA with different content of OA. Keyword : NLC, SLN, Drug Release, Oleic Acid (OA), Cetyl Alcohol (CA), Drug release
ix Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. v RINGKASAN ........................................................................................ VII ABSTRACT ............................................................................................ IX DAFTAR GAMBAR ............................................................................. XII DAFTAR TABEL ................................................................................ XIV DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... XV BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6 2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC) ......................................... 6 2.1.1 Kelebihan dan kekurangan ...................................................... 6 2.1.2 Komponen penyusun ............................................................... 7 2.1.3 Teknik pembuatan ................................................................... 8 2.1.4 Karakterisasi NLC ................................................................. 11 2.2 Pelepasan ................................................................................... 14 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan........................ 17 2.2.2 Uji pelepasan ......................................................................... 18 2.3 Asam p-Metoksisinamat ............................................................ 19 2.4 Setil alkohol ............................................................................... 20 2.5 Asam oleat ................................................................................. 21 2.6 Tween 80.................................................................................... 21 2.7 Propilenglikol ............................................................................. 23 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 25 3.1 Uraian Kerangka Konseptual ..................................................... 25 3.2 Kerangka Konseptual ................................................................. 28 BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 29 4.1 Bahan Penelitian ........................................................................ 29 4.2 Alat Penelitian............................................................................ 29 4.3 Prosedur Penelitian .................................................................... 30 4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian ....................................... 32 4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 .............................................................................................. 33 4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat .... 34 4.3.4 Pembuatan NLC .................................................................... 36 4.3.5 Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem SLN dan NLC ..................................................................................... 39 x Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.6 Uji karakteristik NLC ............................................................ 39 4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC .................................. 41 4.4 Analisis Data .............................................................................. 44 4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC ... 44 4.4.2 Analisis statistika ................................................................... 45 BAB V HASIL PENELITIAN................................................................ 46 5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian ................................... 46 5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS................................................ 46 5.1.2 Pemeriksaan kualitatif setil alkohol ....................................... 48 5.1.3 Pemeriksaan kualitatif asam oleat ......................................... 49 5.2 Penentuan kurva baku APMS .................................................... 51 5.2.1 Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ............. 51 5.2.2 Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ........... 53 5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS 55 5.4 Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem SLN maupun NLC .................................................................................. 56 5.5 Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS .................... 56 5.5.1 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS .... 56 5.5.2 Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS . 57 5.5.3 Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .................................................................... 58 5.5.4 Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC ................................ 60 5.5.5 Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC ........................ 60 5.5.6 Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS 61 5.6 Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC ................... 62 5.6.1 Penentuan profil pelepasan .................................................... 62 5.6.2 Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem SLN-NLC ........................................................................................... 62 BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................... 65 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 70 7.1 Kesimpulan ................................................................................ 70 7.2 Saran .......................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71
xi Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) ....................................... 14 Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat ........................................ 19 Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol ......................................................... 20 Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat ............................................................ 21 Gambar 2. 5 Struktur Tween 80 ............................................................... 22 Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol ........................................................ 23 Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual .............................................. 28 Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian ....................................................... 31 Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS .................................. 46 Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka............................... 47 Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS ..................................................... 47 Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol ......................... 48 Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka ...................... 49 Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol ............................................ 49 Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat ............................ 50 Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka ........................ 50 Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 52 Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2........................................................................................... 52 Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 ............................................................... 53 Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05......................................................................................... 54 Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ........................................................................... 55 Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 ........................................................................ 55
xii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) .................................... 58 Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat) ........................ 59 Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS ......................................................................................................... 61 Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC .......... 63 Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC ................................................................................................. 64
xiii Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,234 Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05 ......................................................................................................... 35 Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC ......................................................... 36 Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS ........................... 47 Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol .................. 48 Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat ..................... 50 Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm52 Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm ......................................................................................................... 54 Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 56 Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS dengan lipid setil alkohol:asam oleat .............................................. 57 Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS .............................. 58 Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS......... 59 Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS ................................................ 60 Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS .................................... 60 Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS ................... 61 Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan ..................................... 62 Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC .................. 63 Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.................................................................................. 64
xiv Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Sertifikat Analisis APMS ................................................ 74 LAMPIRAN 2 Sertifikat analisis Asam Oleat ......................................... 75 LAMPIRAN 3 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ...................................... 76 LAMPIRAN 4 Sertifikat Analisis Tween 80 ........................................... 77 LAMPIRAN 5 Sertifikat Analisis Propilenglikol .................................... 78 LAMPIRAN 6 Sertifikat Analisis Natrium Asetat................................... 79 LAMPIRAN 7 Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial .......................... 80 LAMPIRAN 8 Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS 81 LAMPIRAN 9 Tabel Efisiensi Penjebakan ............................................. 82 LAMPIRAN 10 Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC . 83 LAMPIRAN 11 Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah .... 97 LAMPIRAN 12 Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem SLN-NLC APMS .............................................................. 100 LAMPIRAN 13 Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS ....................................................................................................... 101
xv Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Nanostructured penghantaran
obat
Lipid baru
Carrier
hasil
(NLC)
pengembangan
merupakan dari
Solid
sistem Lipid
Nanoparticle (SLN) dimana keduanya memiliki banyak keistimewaan. Kedua sistem ini memberikan sifat adesif yang sangat berperan penting dalam menimbulkan sifat oklusifitas, efek hidrasi pada kulit, peningkatan absorbsi dan penetrasi aktif, serta efek pelepasan terkendali. Konsep NLC dikembangkan untuk memperbaiki beberapa permasalahan yang timbul pada sistem SLN yaitu jumlah penjerapan obat yang terlalu rendah, keluarnya obat dari sistem selama penyimpanan, dan kandungan air yang terlalu tinggi pada dispersi SLN (Müller et al., 2002). NLC memberikan fleksibilitas yang lebih baik dalam memodulasi pelepasan obat, meningkatkan jumlah penjerapan obat, dan menghindari kebocoran penjerapan. Pada NLC, campuran lipid padat dan lipid cair menghasilkan bentuk padat pada suhu kamar hingga suhu 40ºC. (Souto and Müller, 2007). Selain itu, sistem nanopartikel dengan ukuran partikelnya yang sangat kecil terbukti memiliki kemampuan dalam mempertahankan stabilitas fisika dan kimia dari bahan aktif dan menjamin kontak antara bahan aktif dan kulit dan penetrasi bahan aktif ke dalam kulit. (Li and Ge, 2012). Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan pelepasan yang diperoleh. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
1 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
2 pemilihan fase lipid yang akan digunakan, diantaranya jarak titik lebur, morfologi kristal, viskositas, dan polaritas (Qian et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan karakterisasi sistem SLN-APMS dimana SLN dengan lipid setil alkohol dapat menghasilkan efektifitas penjerapan 68,54% dan ukuran partikel 119,25 nm, sementara SLN yang dibuat dari lipid asam stearat memiliki efektifitas penjerapan 58,8% dan ukuran partikel dalam rentang 575-2107 nm (Rahmawan et al., 2012). APMS merupakan salah satu konstituen yang terkandung dalam minyak atsiri dalam rimpang kering tanaman kencur (Kaempferia galanga) yang dilaporkan memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi (Vittalrao et al., 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai antiinflamasi adalah melalui hambatan enzim sikolooksigense (COX) 1 dan 2 (Ekowati dan Diyah, 2010). Sebagai antiinflamasi, profil pelepasan prolonged release diharapkan dapat meningkatkan efektivitas APMS. Pada penelitian ini, dilakukan penjerapan APMS dalam sistem penghantaran SLN dan NLC yang keduanya memiliki perbedaan pada ada tidaknya lipid cair. Danya lipid cair/minyak dalam sistem NLC diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penjerapan APMS di dalam matriks lipid sehingga dapat memberikan profil pelepasan prolonged release yang lebih optimal. Salah satu lipid cair yang telah sering digunakan dalam kombinasi matriks lipid NLC adalah asam oleat. Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
3 padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil pelepasan segera (Hu et al., 2005). Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Woo et al., (2014), hasil analisis
Differential
Scanning
Calorimetry
(DSC)
menunjukkan
keberadaan asam oleat pada matriks asam stearat dapat mengacak susunan kisi kristal yang mengakibatkan penurunan derajat keteraturan kristal dan hal tersebut berakibat pada peningkatan efisiensi penjerapan. Selain lipid padat dan lipid cair, komponen penyusun sistem NLC adalah emulgator. Dalam memilih emulgator harus memperhatikan tegangan antarmuka, kinetika adsorbsi, kemampuan dalam menginterfensi pertumbuhan kristal dan nukleasi, serta kemampuan dalam mencegah agregasi partikel (Qian et al., 2011). Seluruh jenis surfaktan non ionik memiliki potensi kecil dalam menimbulkan sensitivitas kulit oleh karena itu jenis surfaktan ini sangat direkomendasikan untuk penggunaan dermal (Kovacevic et al., 2011). Salah satu contoh surfaktan non ionik yang aman dan sering digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween 80. Untuk
meningkatkan
stabilitas
droplet
yang
dihasilkan,
penggunaan kosurfaktan sangat bermanfaat. Propilenglikol merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai kosurfaktan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loo et al., (2012), NLC dengan propilenglikol menghasilkan ukuran partikel lebih kecil, memiliki persentase peningkatan hidrasi kulit lebih besar, dan menurunkan Transepidermal Water Loss (TEWL) daripada NLC tanpa propilenglikol. Sementara menurut Chanana and Sheth dalam Loo et al. (2012) bahwa propilenglikol dalam emulsi membantu menurunkan ukuran partikel dan meningkatkan stabilitas fisika disebabkan oleh peningkatan viskositas emulsi. Keuntungan penggunaan propilenglikol, selain dapat berfungsi Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
4 sebagai kosurfaktan, propilenglikol juga dapat berfungsi sebagai enhancer. Kombinasi antara sistem NLC yang memiliki sifat oklusif dengan enhancer yang dapat memodifikasi stratum korneum sebagai barier kulit yang utama, merupakan cara yang menjanjikan dalam penghantaran obat melalui kulit (Vitorino et al., 2013). Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005), konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan uji pelepasan pada sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN) dan Nanostructured Lipid Carrier (NLC) dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol dan asam oleat dengan rasio yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada profil peleasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Sebagai surfaktan digunakan Tween 80 dan sebagai kosurfaktan digunakan propilenglikol. Dengan kombinasi tersebut, diharapkan terbentuk sistem NLC yang dapat melepas APMS dalam dua fase, yaitu pelepasan segera dan pelepasan diperlama Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
5 (Müller et al., 2002) sehingga efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi dapat ditingkatkan.
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh kadar asam oleat pada pelepasan APMS dari
sistem SLN maupun NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol?
1.3
Tujuan Penelitian Menentukan parameter pelepasan APMS dari sistem SLN maupun
NLC dengan kadar lipid 10% yang terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol.
1.4
Manfaat Penelitian Melalui
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
dasar
pertimbangan ilmiah dalam pengembangan formulasi sediaan topikal APMS dengan sistem penghantaran NLC sehingga dapat meningkatkan efektifitas APMS sebagai analgesik antiinflamasi.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanostructured Lipid Carriers (NLC) Nanostructured Lipid Carriers (NLC) adalah sistem penghantaran dimana partikel lipid parsial-kristal berjari-jari ≤100 nm tersebar dalam fase air yang mengandung pengemulsi, sebagai sistem penghantaran yang potensial dan memiliki beberapa keuntungan dalam keadaan tertentu bila dibandingkan dengan sistem koloid lainnya (Tamjidi et al., 2013). Matriks NLC merupakan campuran molekul lipid spasial yang berbeda, biasanya campuran lipid padat dan cair, yang membuat susunan kristal matriks yang lebih tidak sempurna untuk mengakomodasi molekul obat lebih dari SLN dan tetap dalam wujud padat pada suhu kamar meski mengandung lipid cair/minyak (Chen et al., 2010). Sistem NLC membentuk sebuah platelet padat dengan minyak yang nampak diantara platelet padat dan lapisan surfaktan (Mäder, 2006). 2.1.1 Kelebihan dan kekurangan Sebagai sistem penghantaran obat, NLC memiliki beberapa kelebihan diantaranya : 1.
Struktur NLC (tipe imperfection, amorf, dan multiple) dapat mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan dibandingkan dengan SLN (Zhuang et al., 2010).
2.
Memberikan perlindungan terhadap bahan-bahan yang labil secara kimia dengan mencegah degradasi kimia.
3.
Menurunkan jumlah air dalam partikel emulsi. 6
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
7 4.
NLC dengan ukuran partikelnya yang kecil menjamin kontak antara bahan aktif dan menjamin penetrasi obat kedalam kulit (Li and Ge, 2012).
5.
Membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit sehingga memiliki efek controlled ucclusion dan skin hidration.
6.
Meningkatkan biovailabilitas bahan aktif di kulit dan dapat membentuk skin targeting sistem.
7.
Memberikan stabilitas fisika untuk formulasi topikal (Müller et al., 2007).
2.1.2 a.
Komponen penyusun
Lipid Padat dan Lipid Cair Istilah lipid secara umum digunakan untuk struktur trigliserida, gliserida, asam lemak, steroid, dan lilin (Mäder, 2006). Manfaat penggunaan lipid sebagai sistem penghantaran obat untuk rute topikal adalah sifat lipid yang dapat ditoleransi dengan baik , menurunkan resiko iritasi lokal, dan memiliki toksisitat yang rendah. Pada sistem NLC, digunakan kombinasi lipid padat (lemak) dan lipid cair (minyak) yang termasuk dalam kategori Generally Recognized as Safe Status (GRAS) seperti tristearin, campuran mono-, di-, dan triasilgliserol, asam lemak, dan beeswax (Souto and Müller, 2007). Adanya minyak atau lipid cair pada sistem NLC ini memberikan kelebihan sistem NLC dalam hal penjebakan obat karena pada umumnya bahan obat lebih larut dalam minyak daripada lipid padat (Tamjidi et al., 2013) dan adanya minyak dapat menurunkan keteraturan kisi kristal matriks lipid disebabkan oleh perbedaan panjang rantai karbon lipid pada dan minyak (Souto and Müller, 2007).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
8
b.
Emulgator Beberapa jenis emulgator yang telah banyak digunakan untuk membentuk sistem NLC adalah jenis poloxamer, polisorbat, lesitin, dan asam empedu. Diketahui bahwa kombinasi emulgator dapat menurunkan aglomerasi partikel secara signifikan (Mäder, 2006). Jenis emulgator dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dalam sistem NLC. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., (2010) menunjukkan bahwa sistem NLC yang menggunakan emulgator
soybean
phosphatidylcholine
(SPC)
memberikan
pelepasan yang lebih lambat dibanding dengan Myverol, sementara untuk efektivitas penjebakan, Myverol memberikan penjebakan yang lebih besar dibanding SPC. Penggunaan Polyhidroxy surfactant sebagai emulgator pada konsentrasi 1% (b/b) dapat menghasilkan diameter partikel rata-rata 200 nm dan kecenderungan kristalisasi partikel meningkat sejalan dengan peningkatan panjang rantai hidrofilik jenuh dari surfaktan. (Kovacevic et al., 2011). 2.1.3 a.
Teknik pembuatan
High Shear Homogenization and Ultrasound Metode ini merupakan teknik dispersi yang mudah dan paling sering digunakan. Pada metode ini leburan lipid didispersikan pada fase air pada suhu yang sama dengan pengadukan mekanik atau sonikasi (Singhal et al., 2011). Terdapat pengaruh kecepatan pengadukan, waktu emulsifikasi, dan kondisi pendinginan terhadap ukuran partikel dan nilai zeta potensial. Peningkatan kecepatan pengadukan lebih berpengaruh pada nilai Polydispersity Index (PI) dibanding pada penurunan ukuran partikel. Dengan metode ini,
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
9 kualitas dispersi masih kurang baik karena masih dijumpai mikropartikel dan untuk penggunaan metode ultrasound, terdapat kemungkinan kontaminasi logam (Mäder, 2006). b.
High Pressure Homogenization Metode
High
Pressure
Homogenization
menggunakan
tekanan tinggi (100-2000 bar) untuk mendorong lipid cair melalui celah sempit. Pada umumnya konsentrasi lipid yang digunakan 5 sampai 10%. Pada metode ini digunakan shear stress dan cavitation sebagai gaya yang dapat merubah pertikel menjadi ukuran submikron. Terdapat dua pendekatan dalam proses pembentukan sistem NLC menggunakan metode HPH, yaitu Hot Homegenization Technique dan Cold Homegenization Technique. Pada kedua teknik ini, pertama obat dilarutkan atau didispersikan pada lipid yang dileburan pada suhu 5-10º C diatas titik leburnya. Pada Hot Homegenization Technique, bahan aktif yang telah didispersikan pada lelelah lipid didispersikan pada larutan surfaktan encer pada suhu yang sama dengan pengadukan menggunakan high shear device seperti Ultra-Turrax sehingga membentuk pre-emulsi lalu dihomogenkan menggunakan piston gap homogenizer untuk membentuk nanoemulsi o/w panas dan didinginkan pada suhu kamar. Pada suhu kamar, lipid akan mengalamai rekristalisasi dan membentuk nanopartikel. Pada Cold Homegenization Technique terdapat perbedaan cara pendinginan dengan Hot Homegenization Technique. Pada Cold Homogenization Technique, leburan lipid yang telah berisi bahan aktif didinginkan secara cepat menggunakan es atau nitrogen cair. Keuntungan dari teknik ini adalah untuk mencegah degradasi bahan aktif oleh panas, partisi obat ke dalam fase air
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
10 selama proses homogenisasi, dan mengurangi paparan panas terhadap sampel (Singhal et al., 2011). c.
Microemulsion Technique Pada metode ini campuran lipid dileburkan terlebih dahulu kemudian bahan aktif dimasukkan kedalam leburan lipid. Pada suhu yang sama, siapkan campuran air, surfaktan, dan kosurfaktan untuk membentuk fase air dan kemudain fase air dimasukkan ke dalam leburan lipid dengan pengadukan sedang. Untuk menghasilkan mikroemulsi dibutuhkan perbandingan yang tepat dari setiap bahan yang digunakan. Mikroemulsi yang telah terbentuk kemudian didispersikan ke dalam fase air dengan perbanding mikroemulsi panas dan fase air (1:25 – 1:50) dengan kecepatan pengadukan sedang (Singhal et al., 2011).
d.
Solvent Emulsification-Evaporation Technique Pada metode ini, bahan-bahan lipofilik dan bahan aktif yang hidrofob dilarutkan dalam pelarut organik yang tidak campur dengan air (contoh : sikloheksana, diklorometana, toluena, dan kloroform) kemudian larutan tersebut diemulsifikasikan ke dalam fase air menggunakan High Speed Homogenizer untuk meningkatkan efisiensi emulsifikasi, emulsi yang terbentuk dilewatkan pada microfluidizer. Tahap akhir adalah penguapan pelarut organik dengan pengadukan mekanik pada suhu kamar sehingga diperoleh presipitasi lipid nanopartikel (Singhal et al., 2011).
e.
Solvent Emulsification-Diffusion Technique Pada metode ini, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang campur sebagian dengan air, misalnya : benzil alkohol, butil laktat, etil asetat, dll. Pada awalnya, baik pelarut maupun air harus dalam keadaan jenuh untuk menjamin keseimbangan termodinamik dari
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
11 kedua cairan. Leburan lipid kemudian dilarutkan dalam air jenuh pelarut organik (fase organik/ fase internal) dan kemudian diemulsifikasi ke dalam pelarut organik jenuh air yang mengandung emulgator dengan diaduk menggunakan magnetic stirrer sehingga membentuk sistem emulsi o/w, emulsi ini kemudian diencerkan dengan air (1:5-1:10) agar pelarut berdifusi ke dalam fase air dan kemudian terjadi agregasi lipid nanopartikel. Kondisi ini dilakukan pada suhu kamar atau suhu dibawah kelarutan lipid dengan kecepatan pengadukan yang dipertahankan konstan. Tahap akhir adalah proses penghilangan pelarut dengan vacuum distillation atau lyophilization (Singhal et al., 2011). 2.1.4
Karakterisasi NLC Karakterisasi lipid dalam sistem NLC sangat penting dilakukan
untuk mengetahui adanya perubahan sifat lipid yang dipengaruhi oleh parameter pembuatan atau adanya interaksi dengan bahan-bahan pembentuk sistem dan bahan aktif. Parameter penting dalam karakterisasi NLC adalah ukuran partikel, bentuk partikel, jenis modifikasi lipid, dan derajat kristalisasi Modifikasi lipid dan derajat kristalisasi sangat berhubungan dengan penjebakan obat dan kecepatan pelepasan (Mäder, 2006). 2.1.4.1 Ukuran partikel NLC Ukuran partikel NLC dapat diamati dengan menggunakan beberapa alat seperti Photon correlation spectroscopy (PCS), Laser Diffraction (LD), Atomic force microscopy (AFM), dan Transmission Electron Microscopy (TEM), Scanning Electron Microscopy (SEM), Scanning Tunneling Microscopy (STM) dan Freeze Fracture Electron
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
12 Microscopy (FFEM). PCS dan LD menggunakan prinsip efek hamburan cahaya yang digunakan untuk menghitung ukuran partikel. Perhitungan yang tidak pasti dapat terjadi pada partikel yang berbentuk nonspheric. Kedua metode ini memiliki keterbatasan dalam pengkuran partikel dengan populasi ukuran partikel yang berbeda. Sementara TEM dapat mengukur ukuran partikel secara langsung. (Mäder, 2006). 2.1.4.2 Morfologi partikel NLC Untuk mengetahui morfologi partikel NLC, dapat digunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) yang mampu memenunjukkan mikrostruktur seperti misel, kristalin, emulsi, dan nanopartikel (Hou et al., 2003). Selain TEM, dapat digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Metode SEM dilakukan dengan cara mengencerkan sampel dengan aqua destilata kemudian diletakkan pada plat alumunium yang telah dilapisi pita karbon pada kedua sisinya dan dikeringkan dalam desikator. Sampel kemudian dilapisi emas agar terkonduksi dan diamati pada tegangan 25kV (Vitorino et al., 2011). Pada penelitian sebelumnya, diketahui morfologi partikel SLN-APMS dengan lipid setil alkohol berbentuk spheric sementara lipid asam stearat berbentuk oval (Rahmawan et al., 2012). 2.1.4.3 Efisiensi penjebakan Efesiensi penjebakan atau entrapment efficiency (Ee) adalah presentase bahan aktif yang terjebak di dalam partikel lipid. Untuk bahan aktif yang bersifat lipofilik biasanya memiliki nilai Ee antara 90-98%. Pada penelitian sebelumnya, diketahui efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN dengan lipid setil alkohol adalah 68,54% (Rahmawan et al., 2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13 entrapment efficiency (Ee) dan Drug Loading Capacity (L) dapat dihitung dengan persamaan berikut : = =
− −
100% 100%
Keterangan : Wa : Jumlah obat yang ditambahkan ke dalam sistem Ws : Jumlah bahan obat bebas dalam supernatan Wl : Jumlah lipid yang digunakan dalam sistem
2.1.4.4 Tipe NLC (Muller et al., 2002) Terdapat tiga tipe NLC yang dipengaruhi oleh proses pembuatan dan komposisi campuran matriks lipid yang terbentuk. Tiga tipe tersebut yaitu : a.
The Imperfect Type Tipe ini dapat mengakomodasi lebih banyak bahan aktif karena
susunan matriksnya yang tidak sempurna. Tipe ini dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan sejumlah kecil minyak. Disebabkan oleh perbedaan panjang rantai antara asam lemak dan campuran mono-, di-, dan triasilgliserol tipe NLC ini tidak dapat membentuk struktur kristal yang teratur (Souto and Müller, 2007). b.
The Amorphous Type Tipe ini diperoleh dengan mencampur lipid khusus yang tidak
mengalami rekristalisasi lagi setelah homogenisasi dan pendinginan seperti hydroxyoctacosanylhydroxystearate dan isopropyl myristate. Lipid ini mampu membentuk partikel lipid yang amorf yang dapat menghindari terjadinya rekristalisasi dan menurunkan kebocoran obat karena matriks lipid mempertahankan bentuk α-polimorfisme (Souto and Müller, 2007).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
14 c.
The multiple type Tipe ini hampir sama dengan emulsi w/o/w yang pada tipe ini
terdiri dari minyak dalam lipid padat dalam dispersi air dimana matriks lipid padat mengandung nanokompartemen tipis dari minyak. Tipe ini dapat diperoleh dengan cara mencampur lipid padat dengan jumlah minyak yang tinggi. Tipe NLC dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2. 1 Tipe struktur NLC (Mäder, 2006) 2.2 Pelepasan Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Pelepasan obat dari partikel lipid terjadi secara difusi dan bersamaan dengan degradasi partikel lipid dalam tubuh (Mäder, 2006; Dubey, 2012). Modifikasi profil pelepasan obat sebagai fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter produksi dapat mungkin dilakukan untuk mendapatkan profil pelepasan yang diinginkan. Dengan mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut profil pelepasan obat dari NLC dapat dibuat menjadi pelepasan tertunda, pelepasan dipercepat, atau keduanya jika diinginkan terdapat dosis inisial pada penggunaan obat (Müller et al., 2000).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
15 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mühlen et al. (1997) profil pelepasan bahan obat dari matriks lipid dapat diatur berdasarkan sifat dasar lipid, suhu produksi, dan konsentrasi surfaktan yang digunakan. Suhu yang tinggi dan konsentrasi surfaktan yang tinggi dapat menghasilkan profil pelepasan segera (brust release). Kelarutan bahan obat dalam fase air pada suhu kamar juga mempengaruhi profil pelepasan obat. Saat kelarutan obat pada fase air menurun selama proses pendinginan, obat akan mengalami re-partisi ke dalam fase lipid yang juga mengalami penurunan suhu, inti partikel lipid yang mengalami kristalisasi selama pendinginan tidak dapat menampung obat, sehingga obat akan berada pada permukaan partikel lipid dan akan menghasilkan pelepasan segera (brust release). Pada sistem NLC dimana terdapat penambahan lipid cair pada sistem, memiliki kelebihan dalam hal penjebakan akibat penurunan modifikasi keteraturan kisi kristal dan karena bahan obat pada umumnya memiliki kelarutan yang lebih besar pada lipid cair/minyak dibandingkan lipid padat. Kapasitas penjebakan yang tinggi lebih baik ini juga dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release (Chen et al., 2010). Pada sistem NLC ini obat dapat memiliki dua pelepasan yaitu kelarutan pada fase air untuk bahan obat yang tidak terjerap matriks, dan mekanisme difusi untuk bahan obat yang terjebak matriks lipid. Untuk bahan bahan obat yang terlepas dari fase air, pelepasannya bergantung terhadap kelarutannya dalam fase air, maka persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah obat yang terlepas adalah persamaan Noyes and Witney :
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
16 =
. (
− )………………………………………….(1)
Dimana dC/dt adalah jumlah obat yang terlepas per satuan waktu, K adalah konstanta pelepasan orde satu, C adalah kadar obat yang terlarut, dan Cs adalah kelarutan bahan obat. Pelepasan bahan aktif dari matriks menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Higuchi berdasarkan hukum Fick pertama dan kemudian diterapkan untuk difusi obat padat yang terdispersi dalam bentuk matriks yang homogen.
Persamaan dari Hukum Higuchi : = [ (2 −
=
. .
)
. ]
/
………………………………(2)
/
…………………………………………...(3)
Berdasarkan persamaan (3) tersebut jumlah obat yang lepas adalah sebanding dengan akar kuadrat A (jumlah obat dalam matriks), Cs adalah kelarutan obat dalam matriks, dan t adalah waktu. Laju pelepasan dQ/dt dari persamaan diatas dapat digambarkan dengan membuat kurva hubiungan antara Q (jumlah obat yang terlepas per satuan waktu) dan √ (waktu). Slope yang diperoleh merupakan fluks pelepasan yang menujukkan banyaknya obat yang lepas per satuan waktu. Laju pelepasan dQ/dt dapat diatur kecepatannya dengan meningkatkan Cs (kelarutan obat) (Sinko and Singh, 2011).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
17 2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profil pelepasan obat dalam sistem NLC, yaitu: 1.
Jenis lipid dan afinitas bahan aktif terhadap pembawa Komposisi matriks lipid yang berbeda akan menghasilkan profil pelepasan yang berbeda. Setiap jenis lipid memiliki susunan kristal dan modifikasi kristal, titik lebur, nilai hydrophilic lypophilic
balance
(HLB)
yang
berbeda.
Hal
tersebut
menyebabkan afinitas bahan aktif yang akan dijebak menjadi berbeda untuk setiap jenis lipid yang berbeda (Dubey, 2012). Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). 2.
Kelarutan bahan aktif dalam lipid Kelarutan bahan obat merupakan penentu pelepasannya dari sediaan, dan ketika kelarutan obat bergantung pada pH, maka adanya perubahan pH lingkungan menyebabkan perubahan kelarutan obat dan merubah pula mekanisme pelepasannya (Badaway and Hussain, 2007).
3.
Ukuran partikel sistem koloid Ukuran partikel suatu sistem koloid merupakan faktor krusial pada pelepasan bahan obat selain faktor di dalam partikelnya (Dubey, 2012). Semakin besar ukuran partikel sistem, maka jarak difusi yang perlu ditempuh molekul bahan aktif terlepas dari sistem semakin besar, sehingga pelepasan dapat diperlambat.
4. Skripsi
Viskositas Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
18 Viskositas
mempengaruhi
mobilitas
atau
kemudahan
pergerakan bahan aktif untuk terlepas dari pembawa. Semakin viskus sediaan, akan semakin besar hambatan pelepasan yang berakibat semakin lama waktu difusi bahan aktif, begitu pula sebaliknya (Anggraeni et al., 2012). 2.2.2 Uji pelepasan (Waghmare, 2012) Terdapat dua metode uji pelepasan obat secara in vitro, yaitu : a.
Tabung Dialisis NLC ditempatkan dalam tabung dialysis prewashed yang
dapat ditutup kedap udara. Tabung didialisis dalam media disolusi yang sesuai pada suhu kamar , sampel dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai, disentrifugasi dan dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode analisis yang sesuai (spektrofotometri UV-VIS, HPLC, dll). Kondisi sink perlu dijaga dalam media disolusi. Kekurangan metode ini adalah kurangnya pengenceran langsung sistem SLN atau NLC oleh media disolusi. b.
Franz Diffusion Cell Sistem SLN atau NLC ditempatkan dalam chamber donor dari
Franz Diffusion Cell dan ditutup menggunakan membran selofan, kemudian didialisis menggunakan media disolusi yang sesuai (simulasi cairan lambung/usus/plasma) pada suhu kamar. Sampel lalu dikeluarkan dari media disolusi pada interval waktu yang sesuai dan dilakukan analisis kadar obat menggunakan metode instrumental yang sesuai. Kondisi sink media perlu dipertahankan.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
19 2.3 Asam p-Metoksisinamat Asam p-Metoksisinamat (APMS) merupakan senyawa aktif hasil hidrolisis dari etil p-Metoksisinamat (EPMS) yang berasal dari ekstrak tanaman Kampferia galanga atau kencur : 4-Methoxy cinnamic acid, 4-Methoxycinnamate, P-
Nama Kimia
Hidroxy Methyl Cinnamate, P-Methoxy cinnamic acid. Rumus molekul :CH2OC6H4CH=CHCO2H Rumus Bangun
:
Gambar 2. 2 Struktur Asam p-Metoksisinamat
Pemerian
: kristal jarum berwarna putih
BM
: 178,1846
Titik didih
: 317ºC (Chemical dictionary)
Titik Lebur
: 173-175 ºC
Log P
: 2,68
pKa
: 4,04
Stabilitas
: stabil dalam suhu ruangan dan tekanan normal.
APMS merupakan bentuk aktif dari EPMS dan mempunyai aktivitas analgesic dan antiinflamasi (Vittalrao, 2011). Mekanisme kerja APMS sebagai analgesic antiinflamasi adlaah dengan hambatan pada enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) (Umar, 2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
20 2.4 Setil alkohol (Rowe et al., 2009) Sinonim
: Alcohol cetylicus; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol
Nama kimia
: Hexadecan-1-ol
Berat Molekul
: 242.44
Rumus Molekul : C16H34O Rumus Bangun
:
Gambar 2. 3 Struktur Setil Alkohol
Pemerian
: merupakan substansi dari lilin, berbentuk serpihan
putih, granul, kubus, memiliki karakter bau yang menyengat dan tidak berasa. Titik didih
: 316-344ºC
Titik lebur
: 45-52 ºC
Densitas
: 0,908 g/cm3
Kelarutan
: mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan peningkatan suhu, praktis tidak larut dalam air, pada saat melebur dapat campur dengan lemak, parafin padat atau cair dan isoporpil miristat. Viskositas
: ≈ 7 mPa s (7 cP) pada 50 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : setil alkohol stabil dengan adanya asam, basa, cahaya, atau udara, tidak berubah menjadi tengik. Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat yang kering.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
21 2.5 Asam oleat (Rowe et al., 2009) Sinonim
: 9,10-octadecenoic acid; asam cis-9-octadecenoat;
Acidum oleicum; Crodolene; Crossential 094; Emersol; Glycon. Nama kimia
: (Z)-9-Octadecenoic acid
Berat Molekul
: 282.47
Rumus Molekul : C18H34O2 Rumus Bangun
:
Gambar 2. 4 Struktur Asam Oleat
Pemerian
: minyak dengan warna kekuningan hingga coklat
pucat, minyak lipid dengan bau dan rasa menyerupai lemak. Titik didih
: 286 ºC pada 13.3 kPa (100 mmHg) (mengalami
dekomposisi pada 80–100 ºC) Titik lebur
: 13-14 ºC
Densitas
: 0,895 g/cm3
Kelarutan
: campur dengan benzene, kloroform, etanol (95%),
eter, heksana, minyak atsiri, dan fixed oil, praktis tidak larut dalam air. Viskositas
: 26 mPa s (26 cP) pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : dengan adanya paparan udara, asam oleat secara bertahap mengabsorbsi oksigen, warna semakin gelap, dan bau semakin menyengat, pada tekanan atmosfer, akan mengalami dekomposisi jika dipanaskan pada suhu 80–100 ºC.
2.6 Tween 80 (Rowe et al., 2009) Sinonim
Skripsi
: Polisorbat 80
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
22 Nama kimia
: Polyoxyethilene 20 sorbitan mono oleate
Berat Molekul
: 1310
Rumus Molekul : C64H124O26 Rumus Bangun
:
Gambar 2. 5 Struktur Tween 80
Pemerian
: mempunyai bau khas dan rasa pahit yang hangat, pada
suhu 25 ºC berwarna kuning. Titik didih
149 ºC
Kelarutan
: mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan etil
asetat, tidak larut dalam paraffin cair dan minyak lemak. Viskositas
: 425 mPa s pada 25 ºC
Stabilitas dan penyimpanan : stabil terhadap elektrolit, asam, dan basa lemah, terjadi saponifikasi dengan adanya asam atau basa kuat. Merupakan ester asam oleat yang sensitiv terhadap oksidasi. Bersifat higroskopis dan apabila akan digunakan, harus diukur kandungan airnya dan dikeringkan bila perlu. Dapat membentuk peroksida bersama surfaktan polioksietilen lainnya. Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan ditempat yang kering dan sejuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radomska and Dobrucki (2000) tween 80 pada sistem NLC dengan lipid cair Epicurone
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
23 135 secara signifikan memiliki viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem NLC dengan tween 60. 2.7 Propilenglikol (Rowe et al., 2009) Sinonim
:1,2-Dihydroxypropane;
E1520;
2-
hydroxypropanol; methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2diol; propylenglycolum Nama kimia
: 1,2-Propanediol
Berat Molekul
: 76,09
Rumus Molekul : C3H8O2 Rumus Bangun
:
Gambar 2. 6 Struktur Propilenglikol
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berasa
manis, sedikit berasa pahit menyerupai gliserin Titik didih
: 188ºC
Titik lebur
: -59 ºC
Densitas
: 1.038 g/cm3 pada 20ºC
Kelarutan
: campur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),
gliserin, dan air; larut pada 6 bagian eter; tidak campur dengan minyak mineral dan fixed oil, namun dapat melarutkan beberapa minyak esensial. Tegangan permukaan Viskositas
Skripsi
: 40,1mN/m (40.1 dynes/cm) pada 25 ºC
: 58,1 mPa s (58,1 cP) pada 20 ºC
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
24 Stabilitas dan penyimpanan : pada suhu dingin, propilenglikol stabil pada wadah yang tertutup rapat, namun pada suhu tinggi dan keadaan terbuka, dapat menyebabkan oksidasi menghasilkan propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan dalam air dapat disterilisasi dengan autoklaf. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa propilenglikol dapat mempengaruhi ukuran partikel NLC dan stabilitas fisika. NLC dengan penambahan propilenglikol memiliki ukuran partikel yang lebih kecil (188,40 ± 2,72 nm) dibandingkan NLC tanpa propilenglikol (193 ± 1,33 nm) yang berakibat pada peningkatan stabilitas fisika NLC (Loo et al.,2012).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual NLC sebagai generasi baru dari SLN merupakan sistem lipid nanopartikel yang menggabungkan lipid padat dan lipid cair sebagai pembawa. Adanya lipid cair pada sistem NLC dapat menurunkan keteraturan kisi kristal dari matriks lipid yang terbentuk sehingga NLC memiliki kelebihan dalam hal mengakomodasi lebih banyak obat dan menurunkan resiko kebocoran selama penyimpanan (Souto and Müller, 2007; Zhuang et al., 2010). Efektifitas penjerapan yang baik pada NLC dapat menghasilkan profil pelepasan prolonged release dan meningkatkan stabilitas bahan obat, selain itu penggunaan lipid sebagai sistem pembawa dapat ditoleransi dengan baik oleh kulit sehingga dapat menurunkan resiko iritasi selama penggunaan (Souto and Müller, 2007). Sifat-sifat bahan yang digunakan dalam penyusunan sistem NLC sangat berpengaruh pada karakter fisika kimia, stabilitas, dan profil pelepasan NLC yang dibuat. Profil pelepasan obat merupakan suatu parameter penting untuk desain dan evaluasi suatu sistem penghantaran obat (Mühlen et al., 1997). Profil pelepasan obat merupakan fungsi dari matriks lipid, kadar surfaktan, dan parameter pembuatan. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profil pelepasan obat, dapat dilakukan modifikasi profil pelepasan dengan mengubah faktorfaktor tersebut (Müller et al., 2000). Selain itu untuk mendapatkan pelepasan yang optimal, kelarutan bahan aktif dalam pembawa harus diperhatikan, dimana bahan aktif harus mendekati kelarutan jenuhnya (Donovan and Flanagan, 1996). 25 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
26 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu et al. (2005) dan Woo et al. (2014), Penggunaan asam oleat sebagai minyak dalam NLC berperan penting dalam menurunkan proses kristalisasi dan meningkatkan penurunan modifikasi keteraturan kristal asam stearat, serta merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dalam sistem NLC. Perbedaan titik lebur antara lipid padat dan lipid cair menyebabkan proses kristalisasi lipid padat terjadi lebih awal dan menyebabkan lipid cair berada pada bagian luar matriks bersama bahan obat dan membentuk drug-enrich shell yang dapat memicu profil pelepasan segera. Konsentrasi asam oleat di bawah 15% dalam kombinasi bersama asam stearat pada sistem NLC merupakan faktor utama yang mempengaruhi profil pelepasan obat pada tahap awal pelepasan, sementara konsentrasi asam oleat 30% merupakan konsentrasi optimal yang dapat memberikan efisiensi penjerapan 69,95% dengan kapasitas muatan 3,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar asam oleat pada karakter dan profil pelepasan NLC-APMS dengan lipid setil alkohol dan asam oleat yang terbentuk dengan mengubah kadar asam oleat pada empat formulasi yaitu 0%; 0,5%; 1%; dan 1,5% asam oleat dari total emulsi. Lipid padat setil alkohol, pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa setil alkohol dapat menghasilkan efektivitas penjerapan yang lebih besar dan ukuran partikel yang lebih kecil daripada SLN yang dibuat dari lipid asam stearat (Rahmawan et al., 2012). Untuk meningkatkan stabilitas droplet yang dihasilkan, digunakan Tween 80 sebagai surfaktan dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Dalam formulasi sistem ini terdapat tiga bahan yang dapat berfungsi sebagai enhancer yaitu Tween 80, propilenglikol, dan asam oleat sehingga dapat meningkatkan penetrasi bahan aktif melalui stratum korneum. Sebagai Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
27 model obat, digunakan Asam p-Metoksisinamat (APMS) yang akan dijerap dalam sistem NLC untuk meningkatkan efektifitasnya sebagai analgesik antiinflamasi dengan profil pelepasan dua fase, yaitu brust release dan prolonged release.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
28 3.2 Kerangka Konseptual Nanostructured Lipid Carrier (NLC)
Metode pembuatan
Komponen Penyusun
Kosurfaktan : Propilenglikol
Surfaktan : Tween 80
Lipid
Lipid cair : Asam Oleat
Lipid padat : Cetil Alkohol
Penurunan keteraturan kisi kristal Menurunkan tegangan permukaan Bentuk polimorfisme
-
Karakter Sistem NLC -
Efektifitas penjebakan Kapasitas penjebakan Ukuran partikel
Profil pelepasan
Meningkatkan efektivitas obat
Gambar 3. 1 Skema Kerangka Konseptual Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penlitian ini bila tidak dinyatakan lain, memiliki kemurnian pharmaceutical grade, antara lain asm p-metoksisinamat, setil alkohol, asam oleat, tween 80, propilenglikol, etanol pro analisis, dan aquadest. Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dibuat dari C2H4O2 (asam asetat glasial) dan C2H3NaO2 (Natrium asetat anhidrat) pro analisis. Dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dibuat dari Na2HPO4 (Narium fosfat dibasa) dan NaH2PO4 (natrium fosfat monobasa) pro analisis. 4.2 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Ultra-Turax High Shear Homogenizer, One Fourier Transform Infrared (FTIR), Spektrometer Perkin Elmer Instrument, Differential Thermal Analysis (DTA), DelsaTM Nano Submicron Particle Size and Zeta Potential Dynamic Light Scattering, pH meter, Double Beam UV Spectrophotometer Shimadzu UV-1800, rangkaian alat uji disolusi (pengaduk bentuk paddle) Erweka Tipe DT 820, sel difusi dengan membran selofan, magnetik stirrer, hot plate Dragon Lab MS H-Pro, neraca analitik, penangas air, dan alat-alat gelas.
29 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
30 4.3 Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan tujuan menentukan pengaruh kadar asam oleat (0%; 0,5%; 1%; 1,5%) pada pelepasan APMS dari sistem NLC. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan analisis kualitatif bahan penelitian, yaitu APMS, setil alkohol, dan asam oleat. Kemudian dilakukan pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat 4,2 ± 0,2 dan dalam larutan dapar fosfat 7,4 ± 0,05. Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem NLC, yang kemudian diuji karakteristiknya dan uji pelepasan APMS dari sistem NLC. Penentuan uji pelepasan dilakukan dengan mengamati nilai serapan APMS pada panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometri UV-Vis, sehingga diperoleh nilai serapan yang kemudian digunakan untuk mengetahui profil dan laju pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Tahap akhir merupakan analisis data menggunakan one way ANNOVA. Skema kerja dapat dilihat pada gambar 4.1
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
31 Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian
Pembuatan Kurva Baku APMS : Dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan larutan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05
Pembuatan sistem SLN-NLC dengan lipid 10%
Formula I : SLN-APMS dengan lipid setil alkohol
Formula III : NLC-APMS dengan Asam oleat 0,5 %
Uji Karakteristik sistem NLC : Organoleptis Ukuran partikel Viskositas Efisiensi Penjebakan pH
Formula IV : NLC-APMS dengan asam oleat 1%
Formula V : NLC-APMS dengan asam oleat 1,5 %
Uji Pelepasan : - Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem NLC - Perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC - Perhitungan laju pelepasan (fluks) APMS yang terlepas dari sistem.
Analisis Data
Gambar 4. 1 Skema Kerja Penelitian
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
32 4.3.1 Analisis kualitatif bahan penelitian Pemeriksaan kualitatif bahan penelitian meliputi APMS, setil alkohol, dan asam oleat. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan sertifikat analisis srta pemeriksaan berikut: 1.
Organoleptis Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan bentuk, warna, dan bau. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan sertifikat analisis.
2.
Spektra serapan inframerah Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan teknik pellet KBr pada panjang gelombang (λ) 400-4000 cm-1. Sebanyak 1 mg zat digerus
dengan
100
mg
serbuk
KBr
kering
kemudian
ditekan/dikompresi dengan penekan hidrolik yang dilengkapi dengan alat penarik uap air agar diperoleh lempeng tipis yang ditembus cahaya. Lempeng dipindai pada panjang gelombang 400-4000 cm-1. Spektra inframerah yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan spektra inframerah dari pustaka (Depkes RI, 1995). 3.
Pemeriksaan suhu lebur Penentuan suhu lebur dilakukan dengan alat Differetial Thermal Analysis (DTA). Bahan ditimbang 3-5 mg dan dimasukkan ke dalam sample pan, kemudian ditutup.
Sample pan kemudian
dimasukkan dalam sample holder. Sebagai sample pan digunakan Alumunium crucible dengan suhu maksimal 350ºC. Program pemanasan dijalankan dengan laju 5ºC/menit, waktu kesetimbangan setelah suhu awal melebur tercapai. Hasil pengujian suhu lebur yang diperoleh dibandingkan dengan pustaka (Depkes RI, 1995: O’Neil 2001).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
33 4.3.2 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 a.
Pembuatan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Untuk penentuan efisiensi penjebakan digunakan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 yang dibuat dengan menambahkan 368 mL asam asetat 0,2 M (diperoleh dengan mengencerkan 11,5 mL asam asetat glasial dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 132 mL Na asetat 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 16,4 gram Na asetat anhidrat dalam 1 L aqua bebas CO2) kemudian ditambahkan 5,8 gram NaCl dan selanjutnya ditambahkan aquadest hingga volum 1 L.
b.
Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan dikocok sampai homogen.
c.
Pembuatan larutan baku kerja APMS Dibuat larutan baku kerja PAMS melalui pengenceran larutan baku induk APMS dengan larutan dapat asetat pH 4,2 ± 0,2 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi 0,15; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 12,0 ppm. Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko dapar asetat pH 4,2 ± 0,2.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
34 Tabel IV. 1 Larutan Baku Kerja APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ± (μg/mL) (mL) 0,2 50,0 1,0 0,5 25,0 0,5 2,0 1,0 25,0 4,0 0,5 10,0 5,0 2,0 25,0 8,0 3,0 10,0 12,0
d.
Penentuan panjang gelombang maksimal
Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang dengan serapan maksimum. e.
Penentuan persamaan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r tabel. 4.3.3 Pembuatan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat a.
Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 Sebagai media difusi digunakan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 yang dibuat dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
35 (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L. b.
Pembuatan larutan baku induk APMS 100 ppm Ditimbang dengan seksama 10,0 mg APMS, dilarutkan dalam 10,0 mL etanol kemudian ditambahkan larutan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05 sampai volume 100,0 mL pada labu ukur dan dikocok sampai homogen.
c.
Pembuatan larutan baku kerja APMS Dibuat larutan baku kerja APMS melalui pengenceran larutan baku induk APMS dengan larutan dapat fosfat pH 7,2 ± 0,05 sehingga diperoleh larutan baku kerja dengan konsentrasi 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10; 12,0; 15,0; 20,0 dn 30,0 μg/mL. Larutan ini kemudian digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimal APMS dan membuat kurva baku. Digunakan larutan blanko dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05.
Tabel IV. 2 Larutan Baku Kerja APMS dalam Dapar Fosfat pH 7,2 ± 0,05 Kadar APMS Volume Larutan Baku Volume akhir Pengenceran dalam Larutan Induk yang Dipipet dengan Dapar Asetat pH 4,2 ± (μg/mL) (mL) 0,2 0,5 0,5 100,0 1,0 0,5 50,0 2,0 0,5 25,0 4,0 1,0 25,0 6,0 3,0 50,0 8,0 2,0 25,0 10,0 1,0 10,0 12,0 3,0 25,0 15,0 15,0 100,0 20,0 2,0 10,0
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
36 d.
Penetuan panjang gelombang maksimum Panjang
gelombang
maksimum
ditentukan
dengan
menggunakan larutan baku kerja APMS konsentrasi 2,0 dan 12,0 μg/mL. nilai absorbsi tiap-tiap konsentrasi diamati dengan spektrofotomtri UV-VIS pada rentang panjang gelombang 200400 nm. Sebagai blanko digunakan dapar fosfat pH 7,2 ± 0,05. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang dengan serapan maksimum. e.
Penentuan persamaan kurva baku Kurva baku dibuat dengan melakukan pengukuran larutan baku kerja pada panjang gelombang maksimum terhadap blanko yang berisi media solusi. Dari hasil pengamatan dibuat kurva serapan vs kadar, kemudian dibuat perssamaan regresi y= bx + a (kadar sebagai aksis dan serapan sebagai ordinat). Linieritas ditunjukkan dengan harga r, dikatakan linier bila harga r yang diperolah lebih besar dari nilai r tabel.
4.3.4 Pembuatan NLC a.
Formulasi sistem NLC
Bahan APMS Setil alkohol Asam oleat Tween 80 propilenglikol Dapar asetat
Tabel IV. 3 Formulasi Sistem NLC Konsentrasi Formula Fungsi I II III Bahan aktif 8,7 %* 8,7 % 8,7 % Lipid padat 10 % 9,5 % 9% Lipid cair 0,5 % 1% Surfaktan 12 % 12 % 12 % Ko20 % 20 % 20 % surfaktan Fase air Ad 40 Ad 40 Ad 40 mL mL mL
IV 8,7 % 8,5 % 1,5 % 12 % 20 % Ad mL
Keterangan : *% b/v
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
40
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
37 b.
Cara pembuatan NLC NLC-APMS dibuat dengan melebur lipid pada suhu 60ºC menggunakan
hot
plate
ditambahkan
APMS
dalam
sambil
gelas
diaduk
beker,
kemudian
perlahan
dengan
menggoyang-goyangkan beker hingga APMS larut. Lalu ditambahkan tween 80 panas, kemudian diaduk dengan UltraTurax High Shear Homogenizer dengan kecepatan 3200 rpm selama 2 menit pada suhu 60 ± 0,5ºC. Setelah ditambahkan propilenglikol panas dan diaduk lagi dengan kecepatan dan waktu yang sama, lalu ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 panas hingga volum 20,0 mL. setelah itu dilakukan High Shear Homogenization selama 8 menit dengan kecepatan 24000 rpm. Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan yang dilakukan dengan cara memindahkan emulsi tersebut dari High Shear Homogenizer ke aats hot plate, kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm hingga mencapai suhu kamar. Tahap akhir adalah penimbangan NLC yang diperoleh untuk mengetahui berat akhir NLC. Skema pembuatan sistem SLN maupun NLC dapat dilihat pada gambar 4.2.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
38
Setil Alkohol + Asam Oleat
Dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Lelehkan pada suhu 60ºC di atas hot plate + APMS (asam p-Metoksi sinamat) Panaskan pada suhu 70 ºC di atas hot plate
+ Tween 80 panas (70 ± 0,5 ºC) Aduk dengan Ultra-Turax Homogenizer 3400 rpm selama 2’ dengan suhu 90 ± 0,5 ºC) + Propilenglikol panas (70 ± 0,5 ºC) Aduk dengan Ultra-Turax Homogenizer 3400 rpm selama 2’ dengan suhu 70 ± 0,5 ºC)
Fase lipid + Dapar asetat panas pH 4,2 ± 0,2 ad 40,0 mL High Shear Homogenization selama 8’ dengan kecepatan 24000 rpm Pre-emulsi Aduk menggunakan magnetic stirrer 500 rpm hingga mencapai suhu kamar NLC-APMS
Gambar 4. 2 Skema Pembuatan NLC dengan Metode High Shear Homogenization Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
39 4.3.5
Uji homogenitas dan perolehan kembali APMS dalam sistem SLN dan NLC Uji homogenitas dan perolehan kembali dilakukan dengan
menimbang 50,0 mg sediaan SLN atau NLC APMS pada gelas beker, kemudian ditambahkan 1 mL etanol dan ±5 mL dapar asetat. Campuran tersebut kemudian disonikasi selama 30 menit untuk merusak sistem SLN dan NLC sehingga baik APMS yang terjebak dalam matrik maupun yang berada pada fase air dapat terlarut. Setelah disonikasi, ditambahkan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ad tepat tanda dalam labu ukur 25,0 mL. larutan disaring menggunakan kertas saring, kemudian dpipet 5,0 mL dan diencerkan kembali ad 25,0 mL dalam labu ukur 25,0 mL. hasil pengenceran disaring menggunakan milipore. Larutan yang telah disaring kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 200-400 nm. Serapan yang diperoleh dikonversikan menjadi kadar dengan memasukkan ke dalam persamaan garis regresi yang telah diperoleh dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2. Dilakukan tiga kali repliasi untuk setiap sediaan kemudian dihitung nilai simpangan baku dan % KV nya. 4.3.6
Uji karakteristik NLC 1. Pemeriksaan organoleptis NLC Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan warna, bau, dan konsistensi SLN. 2. Pemeriksaan ukuran NLC Pemeriksaan ukuran partikel rata-rata dan distribusi ukuran partikel NLC dilakukan dengan menggunakan DelsaTM Nano. Sistem NLC yang diencerkan menggunakan aqua bebas CO2 kemudian dimasukkan dalam kuvet dan
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
40 dilakukan pengamatan pada sudut 165º dan suhu 25ºC. Data yang dihasilkan merupakan ukuran partikel yang dihitung dari fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya. 3. Penentuan pH Penetuan pH dilakukan menggunakan alat pH meter dengan cara sebagai berikut : pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar standar pH 4,0 lalu elektroda dibersihkan dan dikeringkan. Ditimbang 1 gram NLC lalu diencerkan dengan 9 mL aqua bebas CO2, diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Kemudian elektroda dimasukkan ke dalam NLC yang telah diencerkan, terakhir amati dan catat angka yang ditunjukkan oleh pH meter. 4. Penentuan viskositas Penentuan kekentalan
viskositas
NLC
yang
dilakukan
dihasilkan
untuk
melihat
akibat
pengaruh
penambahan bahan lain seperti surfaktan dan akibat pengaruh metode
pembuatan.
Pengukuran
viskositas
dilakukan
menggunakan alat viscometer Brookfiled Cone and Plate dengan
kecepatan
putar
20
rpm.
sejumlah
sampel
dimasukkan ke dalam gelas kemudian dicelupi rotor yang sesuai. Alat dijalankan dan amati angka yang tertera pada skala. 5. Uji efisiensi penjebakan Uji efisiensi penjebakan dilakukan dengan menimbang 100 mg dspersi NLC yang diencerkan dengan 10,0 mL dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 dan ditempatkan pada tabung kaca, kemudian disentrifugasi selama 45 menit dengan kecepatan Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
41 1000 rpm. Supernatant diambil dan dianalisis dengan spektrofotometer untuk mengetahui APMS yang tidak terjebak. Selanjutnya kadar APMS yang tidak terjebak dalam sistem NLC (Cf) dihitung dengan persamaan kurva baku. Jumlah bahan aktif yang terjebak dalam NLC (DE = Drug Entrapment) dihitung dengan rumus : (%) =
−
100%
Ct adalah konsentrasi awal APMS yang digunakan dalam membuat suspensi. Selanjutnya dihitung rata-rata dan harga simpangan baku efisiensi penjebakan APMS dalam sistem NLC.
4.3.7 Uji pelepasan APMS dari sistem NLC a.
Pembuatan media disolusi Media disolusi yang digunakan adalah dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05.
Cara pembuatan dapar fosfat adalah dengan menambahkan 50,0 mL NaH2PO4 0,2 M (diperoleh dengan melarutkan 27,589 gram NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) ke dalam 450,0 mL NaH2PO4 0,1 M (diperoleh dengan melarutkan 14,196 NaH2PO4 dalam 1 L aqua bebas CO2) dan ditambahkan aquadest hingga volume 1 L. b.
Penyiapan membran difusi Membran difusi yang digunakan dalam uji pelepasan APMS dari
sistem NLC ini adalah membran selofan. Cara preparasinya adalah dengan menggunting membran sesuai ukuran disk kemudian direndam
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
42 dengan aquadest satu malam (± 12 jam). Sesaat sebelum digunakan, membran ditiriskan sampai tidak ada air yang menempel.
c.
Perangkat alat uji pelepasan Alat dan perlengkapan yang digunakan dalam laju pelepasan
APMS dari sistem NLC adalah rangkaian alat uji disolusi HansonResearch SR-6 yang dilengkapi dengan sel difusi serta pengaduk berbentuk paddle. Sel difusi terbuat dari bahan stailess steel berbentuk silinder pipih. Tempat penampung sampel mempunyai garis tengah 2,9 cm dengan tebal 0,4 cm. sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran, sel difusi dilengkapi dengan karet penyekat berbentuk ring sebagai penghubung antara tempat sampel dengan penghubungnya. d.
Penyiapan sel difusi Gelas arloji dan sudip ditimbang dalam kondisi kosong kemudian
NLC-APMS ditimbang ± 2 gram. Selanjutnya sel difusi diisi dengan NLC-APMS dan permukaannya diratakan dengan sudip. Menimbang kembali gelas arloji dan sudip beserta sisa NLC-APMS, kemudian dihitung jumlah NLC-APMS yang masuk pada sel difusi. Diatasnya dipasang ring penyekat dari karet unutk mencegah kebocoran, lalu diklem dengan lempengan sel yang lain dnegan rapat. e.
Pengukuran APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC Sel difusi yang telah berisi NLC-APMS dimasukkan dalam tabung
uji disolusi yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 mL. suhu percobaan diatur pada 32ºC ± 0,5 ºC, paddle diputar dengan kecepatan 100 rpm. Larutan sampel diambil sebanyak 5,0 mL menggunakan spuit injeksi pada waktu 0, 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, 360, 420, 480, 540, 600 dan 660 menit. Setiap Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
43 pengambilan sampel diganti dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dengan jumlah dan suhu yang sama. Cuplikan diamati serapannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang maksimum APMS sesuai penentuan panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar fosfat. Konsentrasi APMS dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05. Untuk memperhitungkan pengenceran 5,0 mL media pelepasan, kadar terukur dikoreksi dengan persamaan Wurster : =
′
+
(
)
Keterangan : Cn : Kadar sebenarnya setelah dikoreksi C’n : Kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sample yang tebaca pada spektrofotometer dalam ppm) Cs : kadar terbaca dari sampel sebelumnya Vs : Volume sampel Vm : Volume media
f.
Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari sistem NLC
per satuan luas membran (μg/cm2) tiap waktu diperoleh dari konsentrasi (μg/mL) yang diperoleh setiap waktu ditambah koreksi Wurster kemudian dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas permukaan membran. g.
Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC Dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang
terlepas per satuan luas membran (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2) dari setiap sistem NLC.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
44 h.
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem SLN dan NLC Dari gambar profil pelepasan APMS yang dihasilkan, ditentukan
keadaan steady state terlebih dahulu, selanjutnya dibuat persamaan regresi pada daerah steady state tersebut. Berdasarkan hukum difusi Higuchi, slope dari persamaan regresi tersebut merupakan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC. Kondisi steady state adalah kondisi dimana membran berada dalam keadaan jenuh atau proses difusi sudah berjalan konstan. 4.4
Analisis Data
4.4.1 Perhitungan parameter pelapasan APMS dari sistem NLC a.
Penentuan Jumlah Kumulatif APMS yang Terlepas dari Sistem NLC Penentuan jumlah kumulatif APMS yang terlepas per satuan luas
membran tiap waktu (μg/cm2), dihitung dari konsentrasi yang diperoleh setiap waktu (μg/mL) ditambah faktor koreksi Wurster kemudian dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan selanjutnya dibagi luas permukaan membran. Langkah berikutnya dibuat kurva hubungan antara jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) terhadap akar waktu (menit1/2). b.
Penentuan profil pelepasan APMS dari sistem NLC Profil pelepasan APMS pada suhu 32ºC ± 0,5 ºC merupakan rerata
hubungan antara jumlah APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2). Data diperoleh dari replikasi tiga kali pengamatan. c.
Skripsi
Penentuan kecepatan pelepasan (fluks) APMS dari sistem NLC
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
45 Dari kurva yang dihasilkan antara jumlah kumulatif APMS yang terlepas (μg/cm2) vs akar waktu (menit1/2) jika mengikuti persamaan linier maka fluks ditentukan dengan menghitung slope dari persamaan garis linier. Namun, jika kurva yang dihasilkan mengikuti persamaan non linier, maka fluks ditentukan dengan menghitung area dibawah kurva pelepasan APMS. Area dibawah kurva dihitung menggunakan rumus trapesium. 4.4.2 Analisis statistika Harga laju pelepasan (Fluks) APMS dianalisis dengan statistika menggunakanmetode analisis varian (ANOVA) satu arah untuk mengetahui apakah ada perbedaan fluks yang bermakna antara sistem SLN dan NLC. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai harga F hitung yang kemudian dibandingkan dengan F table dan dilakukan uji HSD (Honestly Significant Difference).
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian Untuk memastikan bahwa bahan-bahan pembentuk sistem SLN maupun NLC memiliki kemurnian yang sesuai dengan pustaka, maka dilakukan pemeriksaan kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Uji kualitatif tersebut terdiri dari organoleptis, profil spektra inframerah, dan termogram DTA. 5.1.1 Pemeriksaan kualitatif APMS Hasil pemeriksaan spektra IR dan suhu lebur APMS dapat dilihat pada gambar 5.1, gambar 5.2 dan 5.3. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif APMS yang dapat dilihat pada table V.1, spektra APMS dibandingkan dengan spektra IR APMS dari pustaka, terlihat bahwa APMS yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka, begitu juga hasil pemeriksaan suhu lebur menggunakan DTA yang sesuai dengan suhu lebur dalam pustaka.
Gambar 5. 1 Hasil pemeriksaan spektra IR APMS
46 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
47
Gambar 5. 2 Spektra IR APMS berdasarkan pustaka (www.sigmaaldrich.com)
Gambar 5. 3 Termogram DTA APMS
Tabel V. 1 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel APMS Pemeriksaan Organoleptis Suhu Lebur Identifikasi spektra inframerah Gugus : -C=O -C-O
Pengamatan Serbuk berwarna putih 174,1oC Bilangan gelombang (cm-1) :
Pustaka Serbuk berwarna putiha) 173 – 175oCb) Bilangan gelombang (cm-1)c):
1687,19 1116,29;1191,27;1217,22 1254,31 1623,23 1598,20 2847,18
1640-1820 1110-1300
-C=C alkena 1600-1650 -C=C aromatik 1475-1600 O-H karboksilat 2400 – 3400 Keterangan : a) Pustaka berdasarkan sertifikat analisis yang didapatkan b) Chemicalland21.com c) Fessenden & Fessenden, 1999 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
48 5.1.2
Pemeriksaan kualitatif setil alkohol Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol dan spektra IR
berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.4, gambar 5.5, dan gambar 5.6. Berdasarkan kualitatif setil alkohol yang dapat dilihat pada table V.2, terlihat bahwa setil alkohol yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka, namun suhu lebur setil alkohol berbeda 0,8 oC dari rentang yang terdapat dalam pustaka. Tabel V. 2 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel setil alkohol Pemeriksaan Organoleptis Suhu Lebur Identifikasi spektra inframerah Gugus : -C=O -C-O -C=C alkena -C=C aromatik O-H karboksilat O-H alkohol
Pengamatan Butiran berwarna putih 53,8oC Bilangan gelombang (cm-1) :
Pustaka (Rowe et al., 2009) Butiran berwarna putih 47-53 oC Bilangan gelombang (cm-1):
1686,27 1116,31; 1172,28; 1191,30; 1217,29; 1254,28; 1288,33 1622,29 1512,30; 1598,28 2848,27; 2971,26 3466,26
1640-1820 1110-1300 1600-1650 1475-1600 2400 – 3400 3400 – 3650
Gambar 5. 4 Hasil pemeriksaan spektra IR setil alkohol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
49
Gambar 5. 5 Spektra IR setil alkohol berdasarkan pustaka (sdbs.db.aist.go.jp)
Gambar 5. 6 Termogram DTA setil alkohol
5.1.3
Pemeriksaan kualitatif asam oleat Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif asam oleat yang dapat
dilihat pada table V.3, asam oleat yang digunakan dalam penelitian memberikan serapan beberapa gugus pada bilangan gelombang yang sesuai dengan rentang dalam pustaka. Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat dan spektra IR berdasarkan pustaka dapat dilihat pada gambar 5.7 dan gambar 5.8.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
50
Tabel V. 3 Hasil pemeriksaan kualitatif sampel asam oleat Pemeriksaan Organoleptis
Pengamatan Cairan kental berwarna kuning kecoklatan Bilangan gelombang (cm-1) :
Identifikasi spektra IR Gugus : -C=O 1737,18 -C-O 1171,32 -C=C alkena 1640,30 -C=C aromatik 1473,18 O-H karboksilat 2917,20 Keterangan : a) Fessenden & Fessenden, 1999
Pustaka Cair berwarna kekuningan coklat. Bilangan gelombang (cm-1)a): 1640-1820 1110-1300 1600-1650 1475-1600 2400 – 3400
Gambar 5. 7 Hasil pemeriksaan spektra IR asam oleat
Gambar 5. 8 Spektra IR asam oleat berdasarkan pustaka (sdbs.db.aist.go.jp)
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
51 5.2
Penentuan kurva baku APMS Penentuan kurva baku APMS dilakukan dalam dua larutan yaitu
larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air pada sistem SLN mapun NLC dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media uji pelepasan. 5.2.1
Kurva baku dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ini
digunakan untuk perhitungan kadar dalam uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC. Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 µ= 0,998 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva baku APMS. 5.2.1.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 ditentukan dengan melakukan scanning seperti pada gambar 5.9 terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 1 ppm dan 12 ppm. Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat 304,0 nm. 5.2.1.2 Hasil Penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 dengan berbagai kadar pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar asetat (304,0 nm). Hasil pengukuran larutan baku kerja APMS dapat dilihat pada tabel V.4. Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
52 tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y= 0.1348x - 8.429 x10-3 dengan koefisien korelasi 0.9998.
APMS 12 ppm
APMS 1 ppm
Gambar 5. 9 Profil serapan larutan baku kerja APMS pada larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 Tabel V. 4 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 pada panjang gelombang maksimum 304,0 nm Kadar (ppm) 0,1563 1,0200 2,0400 4,0800 6,1200 8,1600 12,2400
Serapan 0,018 0,128 0,264 0,536 0,817 1,094 1,641
2
serapan
1.5 1
y = 0.1348x - 0.0084 R² = 1
0.5 0 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 kadar (ppm)
Gambar 5. 10 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4.2 ± 0.2 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
53 5.2.2
Kurva baku dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Tahapan penentuan kurva baku APMS dalam dapar fosfat pH 7,4
± 0,05 adalah dengan menentukan panjang gelombang maksimum APMS dan kemudian penentuan kurva baku APMS. 5.1
Hasil penentuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar asetat
ditentukan dengan melakukan scanning terhadap larutan baku kerja APMS pada kadar 0,5 ppm dan 15 ppm yang berbeda pada panjang gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum APMS diperoleh panjang gelombang maksimum APMS dalam dapar fosfat 285,0 nm seperti yang terlihat pada gambar 5.11
APMS 15ppm
APMS 0.5ppm
Gambar 5. 11 Profil serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
54 5.2 Hasil penentuan kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Kurva baku APMS diperoleh dari hasil pengukuran serapan larutan baku kerja APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 dengan kadar 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0; 12,0; 5,0; 20,0; 30,0 ppm pada panjang gelombang maksimum APMS dalam larutan dapar fosfat (285,0 nm). Berdasarkan hasil perhitungan gabungan dari tiga kali replikasi diperoleh persamaan regresi y = 0.11610x + 0.0285 dengan koefisien korelasi 0.99895. Tabel V. 5 Nilai serapan APMS pada berbagai kadar dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 pada panjang gelombang maksimum 285,0 nm Kadar (ppm) 0.505 1.010 2.020 4.040 6.060 8.080 10.100 12.120 15.150 20.200
Serapan 0.0530 0.1090 0.2350 0.4780 0.7430 0.9700 1.2280 1.5010 1.8390 2.4310
4
serapan
3 2 y = 0.115x + 0.020 R² = 0.994
1 0 0
10
20
30
40
kadar (ppm)
Gambar 5. 12 Kurva baku serapan APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7.4 ± 0.05 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
55 5.3 Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS Pemeriksaan pengaruh bahan tambahan terhadap serapan APMS dilakukan dengan scanning panjang gelombang dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS dalam dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, SLN base, NLC base, SLN APMS, serta NLC APMS.
Gambar 5. 13 Serapan larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2
Gambar 5. 14 Serapan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05, APMS, SLN base, NLC base, SLN APMS, dan NLC APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
56 Berdasarkan hasil scanning panjang gelombang, diketahui bahwa bahan-bahan yang digunakan pada sistem SLN maupun NLC tidak mempengaruhi serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya. 5.4
Hasil uji homogenitas dan peroleh kembali APMS dalam sistem SLN maupun NLC
Tabel V. 6 Hasil perolehan kembali APMS dalam sistem SLN-NLC dengan lipid setil alkohol:asam oleat Formula Rata-rata Perolehan % KV kembali ± SB (%) (10:0)-APMS 114,48 ± 1,16 1,02 (9,5:5)-APMS 105,94 ± 1,48 1,40 (9:1)-APMS 104, 38 ± 0,18 0,17 (8,5:1,5)-APMS 102,46 ± 1,25 1,22 Dari keempat formula, berdasarkan table V.6 diatas uji homogenitas APMS berada pada rentang 102,46-114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN maupun NLC memiliki presisi yang baik. 5.5
Penentuan Karakteristik Sistem SLN-NLC APMS Dilakukan penentuan karakteristik SLN-APMS maupun NLC-
APMS berupa orgnaoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, serta efisiensi penjebakan. 5.5.1
Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan organoleptis sistem SLN-APMS dan NLC-
APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.7 berikut. Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
57 Tabel V. 7 Hasil pemeriksaan organoleptis sistem SLN-NLC APMS dengan lipid setil alkohol:asam oleat Formula
Warna
Pengamatan Bau
(10:0)-Base
Putih
Tidak berbau
(9,5:5)- Base
Putih
Tidak berbau
(9:1)- Base (8,5:1,5)- Base
Putih Putih
Tidak berbau Tidak berbau
(10:0)-APMS
Putih
Tidak berbau
(9,5:5)-APMS
Putih
Tidak berbau
(9:1)-APMS (8,5:1,5)-APMS
Putih kekuningan Putih kekuningan
Tidak berbau Tidak berbau
Konsistensi Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, encer Setengah padat, encer Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, kental Setengah padat, kental
Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, pada formula SLN maupun NLC base, semakin tinggi kadar asam oleat, semakin encer konsistensi sediaan, dan pada penamban APMS, terjadi perubahan warna menjadi putih kekuningan pada peningkatan jumlah asam oleat pada sistem NLC. 5.5.2
Hasil pengukuran ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.8 dan gambar 5.15. berdasarkan pengukuran partikel menggunakan Delsa Nano, semakin tinggi kadar asam oleat dalam rasio lipid, semakin kecil ukuran partikel matriks lipid.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Ukuran partikel rata-rata (nm)
58
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
Base APMS
(10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5) SLN dan NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Gambar 5. 15 Diagram ukuran partikel sistem SLN dan NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Tabel V. 8 Ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Formula Rerata ukuran partikel ± SB Base 2267,67 ± 222,72 SLN APMS 2336,4 ± 1118,203 Base 2896,56 ± 1539,54 NLC (95:5) APMS 1620,36 ± 289,78 Base 1482,6 ± 231,89 NLC (90:10) APMS 338,1 ± 7,35 Base 1347,03 ± 196,01 NLC (85:15) APMS 276,8 ± 49,43
5.5.3
%KV 9,82 47,86 53,15 17,88 15,64 2,17 14,55 17,86
Hasil pengukuran polydispersity index (pi) ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan homogenitas ukuran partikel sistem SLN-
APMS dan NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.9 berikut dan gambar 5.16. berdasarkan gambar 5.16 terlihat pada
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
59 peningkatan kadar asam oleat, baik pada formula SLN maupun NLC mengalami penurunan nilai PI yang menunjukkan distribusi ukuran partikel yang semakin homogen. Tabel V. 9 Homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS Formula SLN NLC (95:5) NLC (90:10) NLC (85:15)
Base APMS Base APMS Base APMS Base APMS
PI ± SB 0,633 ± 0,028 0,759 ± 0,213 0,768 ± 0,259 0,596 ± 0,049 0,474 ± 0,03 0,155 ± 0,002 0,476 ± 0,052 0,157 ± 0,021
%KV 4,47 28,05 33,83 8,30 6,68 1,84 10,95 13,98
Polydispersity Index (PI)
1.2 1 0.8 0.6
Base
0.4
APMS
0.2 0 (10:0) (9,5:0,5) (9:1) (8,5:1,5) SLN-NLC kadar lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Gambar 5. 16 Diagram homogenitas ukuran partikel sistem SLN-NLC APMS dengan lipid 10% (setil alkohol:asam oleat)
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
60 5.5.4
Hasil pengukuran pH sistem SLN-NLC Hasil pemerikasaan pH sistem SLN-APMS dan NLC-APMS
pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.10 berikut: Tabel V. 10 pH sistem SLN-NLC APMS Formula PI ± SB Base 4.08 ± 0.094 SLN APMS 4.12 ± 0.037 Base 4.12 ± 0.412 NLC (95:5) APMS 4.13 ± 0.041 Base 4.12 ± 0.068 NLC (90:10) APMS 3.97 ± 0.009 Base 4.09 ± 0.061 NLC (85:15) APMS 3.96 ± 0.021
5.5.5
%KV 0.518 1.499 0.237 1.648 0.988 2.304 0.915 1.016
Hasil penentuan viskositas sistem SLN-NLC Hasil penentuan viskositas formula SLN dan NLC APMS dapat
dilihat pada tabel V.11 berikut:
Tabel V. 11 Viskositas sistem SLN-NLC APMS Formula Viskositas (cps) SLN-APMS 982,4 NLC (95:5) –APMS 1170 NLC (90:10) –APMS 1105 NLC (85:15) –APMS 801,9
Pada tabel V.11 dapat dilihat bahwa NLC(8,5:1,5) dengan kadar asam oelat tertinggi memiliki nilai viskositas yang paling rendah, dan NLC (9,5:0,5) dengan kadar asam oelat terendah memiliki viskositas yang paling tinggi.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
61 5.5.6
Hasil penentuan efisiensi penjebakan sistem SLN-NLC APMS Hasil pemerikasaan ukuran partikel sistem SLN-APMS dan
NLC-APMS pada berbagai formula dapat dilihat pada tabel V.12. Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.13 dan histogram pada gambar 5.15 diketahui terdapat perbedaan efektivitas penjerapan yang signifikan dari setiap formula. Semakin tinggi kadar asam oleat, semakin tinggi efisiensi penjebakannya.
Efisiensi Penjebakan (%)
Tabel V. 12 Efisiensi Penjebakan Sistem SLN-NLC APMS Formula
Rata-Rata EP ± SB (%)
% KV
SLN-APMS NLC (95:5)-APMS NLC (90:10)-APMS NLC (85:15)-APMS
13.463 ± 0.2953 17.15 ± 0.3730 18.39 ± 0.0890 27.60± 0.4229
2.19 2.17 0.48 1.53
30 25 20 15 10 5 0 SLN-APMS
NLC (95:5)APMS
NLC (90:10)APMS
NLC (85:15)APMS
formula Gambar 5. 17 Diagram efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC APMS
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
62
Sampel
Tabel V. 13 Hasil Uji HSD Efisiensi Penjerapan Hasil Uji HSD untuk derajat kepercayaan (α) 0.05 N 1 2 3 4
SLN
3
NLC95
3
NLC90
3
NLC85
3
Sig.
5.6
1.34633 1.71457 1.83927 2.79457 1.000
1.000
1.000
1.000
Hasil Uji Pelepasan APMS dari Sistem SLN-NLC Hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas dari
masing-masih formula dalam dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Hasil profil uji pelepasan dari keempat formula kemudian dibandingkan dalam bentuk grafik dan dihitung laju pelepasan (flux) APMS dari masing-masing formula. Nilai flux keempat formula kemudian dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dengan uji HSD untuk mengetahui apakah ada perbedaan flux yang signifikan antara keempat formula. 5.6.1
Penentuan profil pelepasan Perbanding profil pelepasan sistem SLN-APMS maupun NLC-
APMS dapat dilihat pada gambar 5.17. 5.6.2
Hasil perhitungan laju pelepasan (fluks) apms dari sistem SLN-NLC Hasil Perhitungan Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN dan
NLC dapat dilihat pada tabel V.14. Berdasarkan hasil uji HSD pada table V.15, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada flux
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
63 dari keempat formula karena nilai signifikan level (0,285) lebih besar dari 0,05. 1200 Jumlah kumulatif/cm2 (µg/cm2)
1000 800 NLC(85:15)-APMS
600 NLC(90:10)-APMS
400
NLC(95:5)-APMS
200
SLN-APMS
0 0
200
400
600
800
-200 -400
Waktu (menit)
Gambar 5. 18 Kurva hubungan antara waktu (menit) dan jumlah kumulatif APMS yang lepas dari sistem SLN maupun NLC
Tabel V. 14 Laju pelepasan APMS dalam sistem SLN-NLC Formula
Rata-rata laju pelepasan ± SB (µg/cm2.menit)
% KV
SLN-APMS
1,2758 ± 0,0562
4,4071
NLC (95:5)-APMS
1,2296 ± 0,0918
7,4701
NLC (90:10)-APMS
1,4101 ± 0,0823
5,8382
NLC (85:15)-APMS
1,2538 ± 0,1272
10,14811
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Laju Pelepasan (µg/cm2.menit)
64
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 (10:0)
(9,5:5)
(9:1)
(8,5:1,5)
Formula
Gambar 5. 19 Histogram laju pelepasan APMS dari sistem SLN maupun NLC
Tabel V. 15 Hasil uji ANOVA satu arah laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC Jumlah kuadrat
Rata-rata kuadrat
df
F
Antar grup
.059
3
.020
Dalam grup
.104
8
.013
Total
.162
11
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
1.509
Afina F.A
Sig. .285
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk membandingkan efektivitas sistem SLN dan NLC dalam hal ini laju pelepasan APMS sebagai model obat dari sistem SLN dan NLC dengan kadar lipid 10% pada setiap formula. Sistem SLN tidak mengandung asam oleat dan sistem NLC dibuat dengan perbedaan rasio setil alkohol : asam oleat. Tahap awal penelitian ini adalah melakukan uji kualitatif APMS, setil alkohol, dan asam oleat untuk mengetahui kemurnian ketiga bahan tersebut melalui pemeriksaan organolpetis, spektra IR dan suhu lebur untuk kemudian dibandingkan dengan pustaka. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif organoleptis, spektra IR, maupun suhu lebur, baik APMS, setil alkohol, maupun asam oleat memiliki karakteristik yang sesuai dengan pustaka. Adapun perbedaan suhu lebur pada setil alkohol yang digunakan dalam penelitian ini yang suhu leburnya lebih tinggi 0,8 C dari rentang pustaka, hal ini dapat disebabkan oleh kemurnian bahan setil alkohol yang digunakan. Setil alkohol juga mengandung stearil alkohol yang memiliki jumlah atom C lebih banyak sehingga dapat meningkatkan suhu leburnya (Rowe et al., 2009) Tahap selanjutnya adalah pembuatan sistem SLN maupun NLC dengan cara panas menggunakan metode High Shear Homogenization dengan alat Ultra-Turrax pada kecepatan 24000 rpm selama 8 menit terbagi dalam empat cycle. Suhu pemanasan sangat penting diperhatikan selama proses pembuatan untuk menghindari pemanasan berlebihan yang dapat menurunkan stabilitas obat maupun sediaan akibat proses oksidasi. 65 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
66 Pada
penetapan
kadar
APMS
dalam
uji
homogenitas,
perhitungan efisiensi penjebakan, dan uji pelepasan, digunakan metode spektrofotometri UV-VIS yang diawali dengan penentuan panjang gelombang maksimal dan penetapan kurva baku. Penentuan panjang gelombang maksimal dan pembuatan kurva baku APMS dilakukan dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Kurva baku APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 digunakan untuk penetapan kadar APMS pada uji homogenitas dan efisiensi penjebakan sistem SLN dan NLC. Adapapun kurva baku APMS dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 digunakan untuk penetapan kadar APMS yang terlepas pada uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC. Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimal, diperoleh panjang gelombang maksimal (λ) APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 304,0 nm sementara dalam larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 diperoleh panjang gelombang maksimal (λ) 285,0 nm. Perbedaan panjang gelombang maksimal APMS dalam kedua larutan dapar tersebut disebabkan oleh adanya gugus OH sebagai gugus auksokrom pada struktur asam asetat yang dapat menggeser serapan maksimal APMS ke arah yang lebih panjang atau disebut pergeseran batokromik (Pavia et al., 2009). Adapun persamaan garis dari kedua kurva baku telah memenuhi persayratan linearitas. Untuk memastikan bahwa bahan tambahan tidak mengganggu serapan APMS, dilakukan pemeriksaan pengaruh bahan tambahan pada serapan APMS dalam larutan dapar asetat pH 4,2 ± 0,2 sebagai fase air sistem dan larutan dapar fosfat pH 7,4 ± 0,05 sebagai media pada uji pelepasan. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa bahan penyusun sistem SLN maupun NLC tidak memberikan serapan APMS pada panjang gelombang maksimalnya. Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
67 Pada setiap pembuatan formula dilakukan tiga kali replikasi untuk menjamin repetabilitas proses pembuatan yang ditunjukkan oleh nilai simpangan baku atau %KV pada penetapan kadar APMS dalam sediaan. Dari keempat formula, kadar APMS berada pada rentang 102,46114,48% kadar yang memenuhi persyaratan penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan jadi yaitu 80-120% (ICH Harmonised Tripartite Guidline, 2005) dan memiliki nilai %KV 0,18-1,48% yang menunjukkan proses pembuatan sistem SLN maupun NLC dianggap memiliki repetabilitas yang baik. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah penentuan karakteristik sistem SLN maupu NLC meliputi pemeriksaan organoleptis, ukuran partikel, pH, viskositas, dan efisiensi penjebakan. Pada pemeriksaan organoleptis yang terdiri dari warna, bau, dan konsistensi, dari keempat formula, terjadi penurunan konsistensi pada sistem NLC base dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah asam oleat sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi kristal yang berakibat pada penurunan titik lebur sistem NLC (Souto and Müller, 2007). Penurunan titik lebur berbanding lurus dengan penurunan konsistensi suatu zat dari padat menuju cair, oleh karena itu, peningkatan kadar asam oleat menurunkan konsistensi sistem NLC. Sementara pada sistem NLC-APMS dengan rasio setil alkohol : asam oleat 9:1 dan 8,5:1,5 memiliki warna putih kekuningan dibanding formula lain yang berwarna putih. Perbedaan warna ini dapat disebabkan oleh jumlah asam oleat yang berwarna kuning lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran ukuran partikel rata-rata, SLN dan NLC base terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah asam oleat. Namun pada sistem SLN dan NLC Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
68 dengan APMS, SLN dengan APMS memiliki ukuran partikel yang lebih besar dibandingkan dengan basenya. Pada sistem NLC dengan APMS, terjadi penurunan ukuran partikel sebanding dengan peningkatan jumlah asam oleat. Hal ini dapat mengalami proses pelarutan dalam asam oleat karena APMS larut dalam pelarut organik (Bovine Metabolome Database, 2015). Sementara pada seluruh formula, diperoleh pH pada rentang 3,954,13 yang memenuhi rentang pH sediaan maupun rentang pH kulit 4,006,00 (Zlotogorski, 1987). Penentuan efisiensi penjebakan APMS dalam sistem SLN maupun NLC dilakukan dengan metode sentrifugasi. Berdasarkan analisis statistik menggunakan ANOVA satu arah, terdapat perbedaan efisiensi penjebakan secara bermakna dari keempat formula, semakin tinggi kadar asam oleat semakin besar efisiensi penjebakannya. Formula NLC dengan rasio setil alkohol : asam oleat 8,5:1,5 memiliki nilai efisiensi penjebakan tertinggi yaitu 27.60 ± 0.4229% dan formula SLN memiliki efisiensi penjebakan terendah yaitu 13.463 ± 0.2953%. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah asam oleat pada sistem yang berfungsi sebagai lipid cair yang dapat menurunkan keteraturan kisi kristal setil akohol sehingga dapat memuat bahan obat lebih banyak (Zuang et al., 2010), selain itu asam oleat juga dapat melarutkan APMS sehingga jumlah APMS yang terjebak dalam matriks lipid lebih besar dibandingkan dengan sistem SLN yang tidak mengandung asam oleat. Setelah penentuan karakteristik dilakukan, dilanjutkan dengan uji pelepasan sistem SLN maupun NLC pada keempat formula. Uji pelepasan dilakukan dengan tiga kali replikasi pada masing-masing formula. Pada uji pelepasan keempat formula diperoleh jumlah kumulatif APMS yang terlepas tidak berbeda bermakna dan berada pada rentang 3244%. Pada penelitain ini diketahi bahwa nilai efisiensi penjebakan APMS Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
69 dalam matriks lipid berada pada rentang 13-28% sehingga APMS yang berada di fase air sekitar 72-87%, hal ini menujukkan bahwa obat yang terlepas selama 720 menit dari keempat formula masih berasal dari fase luar, yaitu fase air. Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA satu arah, diketahui tidak terdapat perbedaan bermakna pada laju pelepasan (flux) dari keempat formula. Secara teori, laju pelepasan suatu obat dipengaruhi oleh ukuran partikel, viskositas (Sinko and Singh, 2011), dan efisiensi penjebakan obat dalam matriks lipid. Berdasarkan hukum difusi Fick II, luas permukaan partikel berbanding lurus dengan jumlah obat yang berdifusi (Sinko and Singh, 2011), semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas permukaannya sehingga jumlah yang berdifusi semakin besar. Pada penelitian ini diperoleh ukuran partikel menurun seiring dengan bertambahnya jumlah asam oleat, namun penurunan ukuran partikel ini tidak memberikan pengaruh pada laju pelepasan APMS dari keempat formula. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah afinitas bahan obat dengan bahan pembawa. Semakin besar afinitas pembawa terhadap bahan obat maka semakin kecil pelepasan dari pembawa. Sebaliknya, obat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa maka jumlah obat yang dilepaskan juga semakin besar (Sinko and Singh, 2011). Adanya asam oleat dalam penyusun matriks lipid menyebabkan afinitas APMS dalam lipid lebih besar sehingga menghambat pelepasan. Uji pelepasan pada penelitian ini merupakan hasil yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga afinitas APMS dalam asam oleat dapat menghilangkan pengaruh ukuran partikel matriks lipid.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil uji pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC
yang dengan kadar lipid 10% terdiri dari setil alkohol : asam oleat (10:0; 9,5:0,5; 9:1; dan 8,5:1,5), tween 80, dan propilenglikol selama 720 menit disimpulkan bahwa peningkatan jumlah asam oleat belum mempengaruhi laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.
7.2
Saran Perlu dilakukan uji pelepasan APMS yang lebih lama untuk
mengetahui pengaruh peningkatan jumlah asam oleat pada laju pelepasan APMS dari sistem SLN dan NLC.
70 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA Bhaskar, K., Anbu, J., Ravichandiran, V., Venkateswarlu, V., & Rao, Y. M. 2009. Lipid Nanoparticle for TranSBermal Delivery of Flurbiprofen: Formulation, In Vitro, Ex Vivo and In Vivo Studies. BioMed Central , p.1-15. Chen, C. C., Tsai, T. H., Huang, Z. R., & Fang, J. Y. 2010. Effects of Lipophilic Emulsifiers on The Oral Administration of Lovastatin from Nanostructured Lipid Carriers: Physicochemical Characterization and Pharmacokinetics. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics Vol.74 , p.474-482. Donovan, M. D., & Flanagan, D. R. 1996. Bioavailability of Disperse Dosage Forms. In H. A. Lieberman, M. M. Rieger, & G. S. Banker, Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Sistem 2nd (pp. 315-370). Marcel Dekker, Inc. Dubey, A., P., P., & J., V. K. 2012. Nanostructured Lipid Carriers: A Novel Topical Drug Delivery Sistem. International Journal of PharmTech Research Vol.4 No.2 , p.705-714. Hu, F. Q., Jiang, S. P., Du, Y. Z., Ye, Y. Q., & Zeng, S. 2005. Preparation and Characterization of Stearic Acid Nanostructured Lipid Carriers by Solvent Diffusion Method in An Aqueous Sistem. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces , p.167-173. Kovacevic, A., Savic, S., Vuleta, G., Keck, C. M., & Müller, R. H. 2011. Polyhydroxy Surfactants for The Formulation Of Lipid Nanoparticles (SLN nad NLC): Effect on size, Physical Stability and Particle Matrix Structure. International Journal of Pharmaceutics , p.163-172. Li, B., & Ge, Z. Q. 2012. Nanostructured Lipid Carrier Improve Skin Permeation and Chemical Stability of Idebenone. AAPS PharmSci Tech Vol.13 No.1 , p.276-283. Loo, C. H., Basri, M., Ismail, R., Lau, H. N., Tejo, B. A., Kanthimathi, M. S., et al. 2013. Effect of Compositions in Nanostructured Lipid Carriers (NLC) on Skin Hydration and Occlusion. International Journal of Nanomedicine , p.13-22. Mäder, K. 2006. Solid Lipid Nanoparticles as Drug Carriers. In V. P. Torchilin, Nanoparticulate as Drug Carrier (pp. 187-205). London: Imperial College Press. Mühlen, A. Z., Schwarz, C., & Mehnert, W. 1997. Solid Lipd Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery-Drug Release nad Release Mechanism. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics Vol.45 , p.149-155. 71 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
72 Müller, R. H., Mäder, K., & Gohla, S. 2000. Solid Lipid Nanoparticles (SLN) for Controlled Drug Delivery- A Review of The State of The Art. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics , p.161-177. Müller, R. H., Petersen, R. D., Hommos, A., & Pardeike, J. 2007. Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic Dermal Products Vol.59. Advanced Drug Delivery Reviews , p.522-530. Müller, R. H., Radtke, M., & Wissing, S. A. 2002. Solid Lipid Nanoparticles (SLN) and Nanostructured Lipid Carriers (NLC) in Cosmetic and Dermatological Preparation. Advance Drug Delivery Reviews , p.S131-S155. Qian, C., Decker, E. A., Xiao, H., & McClements, D. J. 2012. Solid Lipid Nnao Particles : Effect of Carrier Oil and Emulsifier Type on Phase Behavior and Physical Stability. J Am Oil Chem Soc , p.17-28. Radomska, Radomska, A., & Dobrucki, R. 2000. The Use of Some Ingredients for Microemulsion Preparation Containing Retinol and Its Ester. International Journal of Pharmaceutics , p.131-134. Rahmawan, T. G., Rosita, N., & Erawati, T. 2012. Characterisation of Solid Lipid Nanoparticles p-Methoxycinnamic Acid (SLN-APMS) Formulated With Different Lipid Component: Stearic Acid and Cetyl Alcohol . PharmaScientia Vol.1 No.1 , p.16-20. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London: Pharmaceutical Press. Singhal, G. B., Patel, R. P., Prajapati, B. G., & Patel, N. A. 2011. Solid Lipid Nanoparticles and Nano Lipid Carriers: As Novel Solid Lipid Based Drug Carrier. International Research Journal of Pharmacy Vol.2 , p.40-52. Sinko, P. J., & Singh, Y. 2011. Martin's Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science- Physical Chemical and Biopharmaceutical Principle in The Pharmaceutical Science 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business. Souto, E. B., & Müller, R. H. 2007. Lipid Nanoparticles (Solid Lipid Nanoparticle and Nanosturctured Lipid Carriers) for Cosmetic, Dermal, and Transdermal Aplication. In D. Thassu, M. Deleers, & Y. Pathak, Nanoparticulate Drug Delivery Sistem (pp. 213-229). New York: Informa Healthcare USA, Inc. Tamjidi, F., Shahedi, M., Varshosaz, J., & Nasirpour, A. 2013. Nanostructured Lipid Carriers (NLC): A potential delivery Sistem for Bioactive Food Molecules. Innovative Food Science and Emerging Technologies Vol.19 , p.29-43. Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atangwo, I. J., Yam, M. F., Altaf, R., et al. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl-p-
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
73 methoxycinnamate, an Anti-Inflammatory Constituent, from Kaempferia Galanga L. Extract. Molecules Vol.17 , p.8720-8734. Vitorino, C., Alves, L., Antunes, F. E., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2013. Design of Dual Nanostructired Lipid Carrier Formulation Based on Physicochemical, Rheological, and Mechanical Properties. J. Nanopart Res , p.1-14. Vitorino, C., Carvalho, F. A., Almeida, A. J., Sousa, J. J., & Pais, A. C. 2011. The Size of Solid Lipid Nanoparticles: An Interpretation from Experimental Design. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces Vo.84 , p.117-130. Vittalrao, M. A., Shanbag, T., Kumari, M., Bairy, K. L., & Shenoy, S. 2011. Evaluation of Antiinflammatory And Analgesic Activities of Alcoholic Extract of Kaempferia Galanga in Rats. Indian J Physiol Pharmacol Vol.55 No.1 , p.13-24. Waghmare, A. S., Grampurohit, N. D., Gadhave, M. V., Gaikwad, D. D., & Jadhav, S. L. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A Promising Drug Delivery Sistem. International Research Journal of Pharmacy Vol.3 No.4 . Woo, J. O., Misran, M., Lee, P. F., & Tan, L. P. 2014. Development of a Controlled Release of Salicylic Acid Loaded Stearic Acid-Oleic Acid Nanoparticles in. The Scientific Worl Journal , p.1-10. Zhuang, C. Y., Li, N., Wang, M., Zhang, X. N., Pan, W. S., Peng, J. J., et al. 2010. Preparation and Characterization of Vinpocetine Loaded Nanstructured Lipd Carriers (NLC) for Improved Oral Bioavailability. International Journal of Pharmaceutics Vol.394 , p.179-185.
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Sertifikat Analisis APMS
74 Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
75 LAMPIRAN 2 Lampiran 2. Sertifikat analisis Asam Oleat
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
76 LAMPIRAN 3 Lampiran 3. Sertifikat Analisis Setil Alkohol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
77 LAMPIRAN 4 Lampiran 4. Sertifikat Analisis Tween 80
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
78 LAMPIRAN 5 Lampiran 5. Sertifikat Analisis Propilenglikol
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
79 LAMPIRAN 6 Lampiran 6. Sertifikat Analisis Natrium Asetat
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
80 LAMPIRAN 7 Lampiran 7. Sertifikat Analisis Asam Asetat Glasial
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
81 LAMPIRAN 8 Lampiran 8. Sertifikat Hasil Uji Viskositas Sistem SLN-NLC APMS
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
82 LAMPIRAN 9 Lampiran 9. Tabel Efisiensi Penjebakan Formula SLN-APMS NLC (95:5)-APMS NLC (90:10)-APMS NLC (85:15)-APMS
Skripsi
Efisiensi Penjebakan 1 2 3 13.877 13.307 13.206 17.660 16.991 16.786 18.513 18.300 18.365 27.046 28.069 27.699
Pengaruh kadar asam....
Rata-Rata ± SB
% KV
13.463 ± 0.2953 17.15 ± 0.3730 18.39 ± 0.0890 27.60± 0.4229
2.19 2.17 0.48 1.53
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
83 LAMPIRAN 10 Lampiran 10. Hasil Uji pelepasan APMS dari Sistem SLN dan NLC 1.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
5
0.205
1.512
1.512
756
114.545
10
0.204
1.503
1.51812
759.06
115.009
15
0.215
1.599
1.62915
814.575
123.420
30
0.256
1.956
2.00214
1001.07
151.677
45
0.288
2.234
2.2997
1149.85
174.220
60
0.344
2.722
2.81004
1405.02
212.882
90
0.413
3.322
3.44326
1721.63
260.853
120
0.47
3.775
3.92948
1964.74
297.688
150
0.53
4.376
4.56823
2284.115
346.078
180
0.48
3.932
4.16799
2083.995
315.757
210
0.68
5.629
5.90431
2952.155
447.296
240
0.72
6.003
6.33834
3169.17
480.177
300
0.83
6.96
7.35537
3677.685
557.225
360
0.80
6.664
7.12897
3564.485
540.073
420
0.94
7.883
8.41461
4207.305
637.470
480
1.05
8.84
9.45044
4725.22
715.942
540
1.15
9.719
10.41784
5208.92
789.230
600
1.26
10.685
11.48103
5740.515
869.775
660
1.37
11.651
12.55388
6276.94
951.052
720
1.27
10.764
11.78339
5891.695
892.681
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
84 Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
5
0.137
0.920
0.920
460.183
69.725
10
0.031
-0.002
0.007
3.514
0.532
15
0.068
0.320
0.329
164.513
24.926
30
0.136
0.912
0.924
462.021
70.003
45
0.197
1.443
1.464
732.028
110.913
60
0.222
1.660
1.696
848.031
128.490
90
0.338
2.670
2.722
1361.118
206.230
120
0.35
2.774
2.853
1426.686
216.165
150
0.444
3.592
3.699
1849.608
280.244
180
0.473
3.845
3.988
1993.766
302.086
210
0.522
4.271
4.452
2226.218
337.306
240
0.565
4.645
4.869
2434.693
368.893
300
0.661
5.481
5.751
2875.674
435.708
360
0.785
6.560
6.885
3442.678
521.618
420
0.897
7.535
7.926
3962.859
600.433
480
0.969
8.161
8.628
4313.849
653.613
540
1.073
9.067
9.614
4807.224
728.367
600
1.173
9.937
10.575
5287.718
801.169
660
1.091
9.223
9.961
4980.570
754.632
720
1.357
11.538
12.368
6184.215
937.002
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
85 2.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula I replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi Wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
5
0.061
0.259
0.259
129.460
19.615
10
0.064
0.285
0.288
143.810
21.789
15
0.121
0.781
0.787
393.277
59.587
30
0.184
1.329
1.343
671.334
101.717
45
0.182
1.312
1.339
669.278
101.406
60
0.257
1.965
2.004
1002.208
151.850
90
0.335
2.644
2.703
1351.458
204.766
120
0.395
3.166
3.252
1625.772
246.329
150
0.457
3.705
3.823
1911.401
289.606
180
0.517
4.228
4.382
2191.025
331.973
210
0.571
4.698
4.894
2447.150
370.780
240
0.638
5.281
5.524
2762.195
418.514
300
0.758
6.325
6.622
3310.792
501.635
360
0.905
7.604
7.964
3982.104
603.349
420
0.999
8.423
8.858
4429.178
671.088
480
1.119
9.467
9.987
4993.483
756.588
540
1.201
10.181
10.795
5397.650
817.826
600
1.308
11.112
11.828
5914.175
896.087
660
1.406
11.965
12.792
6396.192
969.120
720
1.435
12.217
13.164
6582.213
997.305
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
86 3.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
5
0.04
0.076
0.076
38.077
5.769
10
0.046
0.128
0.129
64.567
9.783
15
0.11
0.685
0.687
343.712
52.078
30
0.178
1.277
1.286
643.048
97.432
45
0.187
1.356
1.377
688.599
104.333
60
0.213
1.582
1.617
808.518
122.503
90
0.315
2.470
2.521
1260.292
190.953
120
0.337
2.661
2.737
1368.375
207.329
150
0.43
3.470
3.573
1786.379
270.664
180
0.474
3.853
3.990
1995.202
302.303
210
0.53
4.341
4.516
2258.159
342.145
240
0.584
4.811
5.030
2514.850
381.038
300
0.804
6.725
6.993
3496.258
529.736
360
0.877
7.361
7.695
3847.552
582.962
420
0.895
7.517
7.925
3962.685
600.407
480
0.947
7.970
8.453
4226.556
640.387
540
1.189
10.076
10.639
5319.495
805.984
600
1.276
10.833
11.497
5748.466
870.980
660
1.299
11.034
11.805
5902.720
894.351
720
1.294
10.990
11.872
5936.129
899.414
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
87 4.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
0.098
0.581
0.581
290.470
44.011
15
0.13
0.859
0.865
432.626
65.549
30
0.184
1.329
1.344
671.910
101.805
45
0.162
1.138
1.166
582.822
88.306
60
0.213
1.582
1.621
810.444
122.795
90
0.265
2.034
2.089
1044.637
158.278
120
0.333
2.626
2.701
1350.718
204.654
150
0.372
2.966
3.067
1533.562
232.358
180
0.406
3.262
3.393
1696.345
257.022
210
0.462
3.749
3.913
1956.342
296.416
240
0.507
4.141
4.342
2170.909
328.926
300
0.685
5.690
5.932
2966.199
449.424
360
0.768
6.412
6.712
3355.831
508.459
420
0.765
6.386
6.750
3374.837
511.339
480
0.804
6.725
7.153
3576.480
541.891
540
0.939
7.900
8.395
4197.574
635.996
600
1.115
9.432
10.006
5002.959
758.024
660
1.143
9.676
10.344
5171.965
783.631
720
1.202
10.189
10.954
5477.089
829.862
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
88 5.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula II replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
0.064
0.285
0.285
142.51
21.59
15
0.101
0.607
0.610
304.95
46.20
30
0.123
0.799
0.807
403.72
61.17
45
0.2
1.469
1.486
742.78
112.54
60
0.266
2.043
2.075
1037.33
157.17
90
0.358
2.844
2.896
1447.90
219.37
120
0.371
2.957
3.037
1518.69
230.10
150
0.457
3.705
3.815
1907.71
289.04
180
0.487
3.966
4.114
2056.78
311.63
210
0.486
3.958
4.145
2072.26
313.98
240
0.595
4.906
5.133
2566.38
388.84
300
0.803
6.717
6.992
3496.05
529.70
360
0.866
7.265
7.608
3803.78
576.33
420
0.872
7.317
7.732
3866.22
585.79
480
1.177
9.972
10.460
5230.04
792.43
540
1.224
10.381
10.969
5484.43
830.97
600
1.265
10.738
11.430
5714.75
865.87
660
1.266
10.746
11.546
5772.79
874.66
720
1.319
11.208
12.114
6057.16
917.75
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
89 6.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
-0.158
-1.647
-1.647
-823.54
-124.77
15
-0.133
-1.430
-1.446
-722.98
-109.54
30
-0.052
-0.725
-0.755
-377.65
-57.22
45
-0.002
-0.289
-0.327
-163.69
-24.80
60
0.04
0.076
0.035
17.62
2.67
90
0.138
0.929
0.889
444.46
67.34
120
0.197
1.443
1.412
705.85
106.94
150
0.291
2.261
2.244
1122.11
170.01
180
0.356
2.826
2.833
1416.27
214.58
210
0.422
3.401
3.435
1717.61
260.24
240
0.486
3.958
4.026
2013.12
305.01
300
0.598
4.933
5.041
2520.28
381.86
360
0.748
6.238
6.395
3197.69
484.49
420
0.866
7.265
7.485
3742.37
567.02
480
1.017
8.579
8.872
4435.79
672.09
540
1.112
9.406
9.784
4892.09
741.22
600
1.256
10.659
11.132
5565.75
843.29
660
1.337
11.364
11.943
5971.53
904.77
720
1.394
11.860
12.553
6276.39
950.96
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
90 7.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 2
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
-0.218
-2.169
-2.169
-1084.63
-164.33
15
-0.127
-1.377
-1.399
-699.48
-105.98
30
-0.073
-0.907
-0.943
-471.38
-71.42
45
-0.033
-0.559
-0.604
-301.86
-45.73
60
0.028
-0.028
-0.078
-39.20
-5.94
90
0.1
0.598
0.548
273.96
41.51
120
0.178
1.277
1.233
616.38
93.39
150
0.241
1.826
1.794
896.92
135.89
180
0.299
2.330
2.317
1158.44
175.52
210
0.356
2.826
2.836
1418.13
214.86
240
0.431
3.479
3.517
1758.63
266.46
300
0.539
4.419
4.492
2246.00
340.30
360
0.645
5.342
5.459
2729.37
413.54
420
0.772
6.447
6.617
3308.73
501.32
480
0.865
7.256
7.491
3745.67
567.52
540
0.982
8.275
8.582
4291.09
650.16
600
1.097
9.275
9.666
4832.89
732.25
660
1.21
10.259
10.742
5371.00
813.78
720
1.156
9.789
10.375
5187.31
785.95
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
91 8.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula III replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
-0.125
-1.360
-1.360
-679.93
-103.02
15
-0.096
-1.107
-1.121
-560.54
-84.93
30
-0.003
-0.298
-0.323
-161.37
-24.45
45
-0.056
-0.759
-0.787
-393.50
-59.62
60
0.058
0.233
0.198
98.78
14.96
90
0.147
1.007
0.974
487.23
73.82
120
0.204
1.503
1.481
740.31
112.16
150
0.274
2.113
2.105
1052.44
159.46
180
0.341
2.696
2.709
1354.56
205.23
210
0.402
3.227
3.267
1633.49
247.49
240
0.456
3.697
3.769
1884.61
285.54
300
0.56
4.602
4.711
2355.66
356.91
360
0.665
5.516
5.671
2835.59
429.63
420
0.787
6.577
6.788
3394.07
514.25
480
0.794
6.638
6.915
3457.41
523.85
540
1
8.431
8.774
4387.04
664.70
600
1.111
9.397
9.824
4912.22
744.27
660
1.235
10.477
10.998
5498.81
833.15
720
1.321
11.225
11.851
5925.43
897.79
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
92 9.
Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 1
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
0.035
0.033
0.033
16.31
2.47
15
0.062
0.268
0.268
133.97
20.29
30
0.136
0.912
0.915
457.33
69.29
45
0.184
1.329
1.342
670.76
101.63
60
0.229
1.721
1.746
873.23
132.30
90
0.3
2.339
2.382
1190.80
180.42
120
0.354
2.809
2.875
1437.48
217.80
150
0.421
3.392
3.486
1743.09
264.10
180
0.462
3.749
3.877
1938.46
293.70
210
0.512
4.184
4.350
2174.79
329.51
240
0.573
4.715
4.922
2461.16
372.90
300
0.652
5.403
5.657
2828.51
428.56
360
0.761
6.351
6.660
3329.85
504.52
420
0.664
5.507
5.879
2939.50
445.37
480
0.786
6.569
6.996
3497.93
529.99
540
1.021
8.614
9.107
4553.40
689.91
600
1.079
9.119
9.698
4848.86
734.67
660
1.112
9.406
10.076
5038.06
763.34
720
1.305
11.086
11.850
5924.95
897.72
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
93 10. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 2 Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
-0.002
-1.08
-0.16
0.041
20.65
3.13
0.929
0.929
464.73
70.41
0.198
1.451
1.461
730.47
110.67
60
0.254
1.939
1.963
981.41
148.70
90
0.342
2.705
2.748
1374.05
208.19
120
0.426
3.436
3.506
1753.11
265.62
150
0.502
4.097
4.202
2101.01
318.33
180
0.567
4.663
4.809
2404.35
364.29
210
0.632
5.228
5.421
2710.52
410.68
240
0.69
5.733
5.978
2989.05
452.88
300
0.808
6.760
7.062
3531.21
535.03
360
0.944
7.944
8.314
4156.83
629.82
420
0.862
7.230
7.679
3839.71
581.77
480
1.091
9.223
9.745
4872.38
738.24
540
1.261
10.703
11.317
5658.27
857.31
600
1.371
11.660
12.381
6190.47
937.95
660
1.35
11.477
12.315
6157.38
932.93
720
1.59
13.566
14.518
7259.16
1099.87
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
10
0.031
-0.002
15
0.036
0.041
30
0.138
45
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
94 11. Tabel hasil perhitungan jumlah kumulatif APMS yang terlepas Formula IV replikasi 3
Waktu
Serapan
Kadar (ppm)
Koreksi wurster (ppm)
Jumlah kumulatif/volum media (µg/500ml)
Jumlah Kumulatif/cm2 (µg/cm2)
10
0.024
-0.063
-0.063
-31.54
-4.78
15
0.077
0.398
0.398
198.77
30.11
30
0.13
0.859
0.863
431.39
65.36
45
0.198
1.451
1.463
731.60
110.84
60
0.239
1.808
1.835
917.27
138.98
90
0.329
2.591
2.636
1317.96
199.69
120
0.409
3.288
3.358
1679.04
254.40
150
0.477
3.879
3.983
1991.39
301.72
180
0.569
4.680
4.822
2411.14
365.32
210
0.614
5.072
5.261
2630.36
398.54
240
0.672
5.577
5.816
2908.11
440.62
300
0.808
6.760
7.056
3527.81
534.51
360
0.926
7.787
8.150
4075.10
617.44
420
1.023
8.631
9.072
4536.15
687.29
480
1.152
9.754
10.281
5140.66
778.88
540
1.03
8.692
9.317
4658.54
705.83
600
1.233
10.459
11.171
5585.37
846.26
660
1.248
10.590
11.406
5702.94
864.08
720
1.26
10.694
11.616
5808.11
880.01
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
95 12. Tabel hasil perhitungan laju pelepasan (flux) APMS Formula
SLN APMS
NLC(95:5) APMS
NLC(90:10) APMS
NLC(85:15) APMS
Skripsi
Flux 1a
1.2138
1b
1.2636
1c
1.3499
2a
1.2727
2b
1.102
2c
1.3143
3a
1.5265
3b
1.3552
3c
1.3487
4a
1.1067
4b
1.4171
4c
1.2376
Rata-rata
SB
% KV
1.275767
0.056225
4.407129
1.229667
0.091858
7.470121
1.410133
0.082326
5.838202
1.2538
0.127237
10.14811
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
13. Tabel hasil Perhitungan %APMS yang terlepas dari sistem SLN dan NLC selama 720 menit
Berat Sediaan dalam Disk (µg)
Jumlah APMS dalam disk (µg)
%Recovery
Jumlah APMS total (µg)
Kumulatif pada jam ke-12 (µg/cm2)
APMS yg terlepas (µg)
% terlepas dari dalam disk
1826600
15891.42
110.28
17525.06
892.68
5891.688
33.619
1829900
15920.13
110.28
17556.72
937
6184.2
35.224
1923600
16735.32
110.28
18455.71
997.3
6582.18
35.665
1852300
16115.01
110.49
17805.47
899.41
5936.106
33.339
1900000
16530
110.49
18263.99
830.71
5482.686
30.019
1898600
16517.82
110.49
18250.53
917.76
6057.216
33.189
1905700
16579.59
104.38
17305.77
949.59
6267.294
36.215
1912000
16634.4
104.38
17362.98
784.71
5179.086
29.828
2026400
17629.68
104.38
18401.86
895.55
5910.63
32.120
2104100
18305.67
102.46
18755.98
897.7
5924.82
31.589
2196800
19112.16
102.46
19582.31
1099.71
7258.086
37.064
2095300
18229.11
102.46
18677.54
879.81
5806.746
31.089
96
Skripsi
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
97 LAMPIRAN 11 Lampiran 11. Data Hasil Pengolahan Statistik ANOVA Satu Arah 1.
Flux ANOVA
flux Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
.059 .104 .162
Df
Mean Square 3 8 11
.020 .013
F
Sig. 1.509
.285
Multiple Comparisons flux Tukey HSB 95% Confidence Interval (I) sampe
Mean (J) sampe Difference (I-J)
NLC 85
NLC 90
-.1563333
.0929596
.391
-.454023
.141356
NLC 95
.0241333
.0929596
.993
-.273556
.321823
-.0219667
.0929596
.995
-.319656
.275723
NLC 85
.1563333
.0929596
.391
-.141356
.454023
NLC 95
.1804667
.0929596
.285
-.117223
.478156
SLN NLC 90
SLN NLC 95
SLN
Skripsi
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.1343667
.0929596
.509
-.163323
.432056
NLC 85
-.0241333
.0929596
.993
-.321823
.273556
NLC 90
-.1804667
.0929596
.285
-.478156
.117223
SLN
-.0461000
.0929596
.958
-.343789
.251589
NLC 85
.0219667
.0929596
.995
-.275723
.319656
NLC 90
-.1343667
.0929596
.509
-.432056
.163323
NLC 95
.0461000
.0929596
.958
-.251589
.343789
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
98 2.
Efisiensi Penjebakan ANOVA
EP Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
Df
342.788 .795 343.583
Mean Square 3 8 11
F
114.263 .099
Sig.
1.150E3
.000
Multiple Comparisons flux Tukey HSD (J) sampe
NLC 85
NLC 90
-.1563333
.0929596
.391
-.454023
.141356
NLC 95
.0241333
.0929596
.993
-.273556
.321823
-.0219667
.0929596
.995
-.319656
.275723
NLC 85
.1563333
.0929596
.391
-.141356
.454023
NLC 95
.1804667
.0929596
.285
-.117223
.478156
SLN NLC 90
SLN NLC 95
SLN
Skripsi
Mean Difference (I-J) Std. Error
95% Confidence Interval
(I) sampe
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
.1343667
.0929596
.509
-.163323
.432056
NLC 85
-.0241333
.0929596
.993
-.321823
.273556
NLC 90
-.1804667
.0929596
.285
-.478156
.117223
SLN
-.0461000
.0929596
.958
-.343789
.251589
NLC 85
.0219667
.0929596
.995
-.275723
.319656
NLC 90
-.1343667
.0929596
.509
-.432056
.163323
NLC 95
.0461000
.0929596
.958
-.251589
.343789
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
99 3.
% APMS Terlepas dari sistem SLN dan NLC
ANOVA Terlepas Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
11.805 52.264 64.070
df
Mean Square 3 8 11
F
3.935 6.533
Sig. .602
.632
Multiple Comparisons Dependent Variable:Terlepas 95% Confidence Interval
Tukey HSB
(I) sampel
(J) sampel
NLC 85
NLC 90 NLC 95
NLC 95
Upper Bound
.526333 2.086948
.994
-6.15681 7.20948
.954
-5.61814 7.74814
.870
-8.27181 5.09448
NLC 85
-.526333 2.086948
.994
-7.20948 6.15681
NLC 95
.538667 2.086948
.993
-6.14448 7.22181
SLN
-2.115000 2.086948
.747
-8.79814 4.56814
NLC 85
-1.065000 2.086948
.954
-7.74814 5.61814
-.538667 2.086948
.993
-7.22181 6.14448
-2.653667 2.086948
.604
-9.33681 4.02948
NLC 85
1.588667 2.086948
.870
-5.09448 8.27181
NLC 90
2.115000 2.086948
.747
-4.56814 8.79814
NLC 95
2.653667 2.086948
.604
-4.02948 9.33681
SLN
Skripsi
Lower Bound
1.065000 2.086948
NLC 90
SLN
Sig.
-1.588667 2.086948
SLN NLC 90
Mean Difference (I-J) Std. Error
Pengaruh kadar asam....
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
100 LAMPIRAN 12 Lampiran 12. Tabel Hasil Pengukuran Ukuran Partikel Rata-Rata Sistem SLN-NLC APMS Formula
replikasi
Base SLN APMS
Base NLC (95:5) APMS
Base NLC (90:10) APMS
Base NLC (85:15) APMS
Skripsi
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Diameter rata-rata (nm) 2053,3 2497,9 2251,8 1727,7 1654,6 3626,9 1499,8 2642,6 4547,3 1295,2 1851,3 1714,6 1522,9 1691,7 1233,2 346,4 335,5 332,4 1199,3 1272,4 1569,4 315,1 221,0 294,3
PI 0,593 0,652 0,654 0,664 0,560 1,055 0,463 0,743 1,098 0,528 0,643 0,619 0,433 0,510 0,480 0,159 0,155 0,152 0,404 0,525 0,500 0,143 0,188 0,140
Pengaruh kadar asam....
Rerata diameter (nm) ± SB
%KV
2267,67 ± 222,72
9,82
2336,4 ± 1118,203
47,86
2896,56 ± 1539,54
53,15
1620,36 ± 289,78
17,88
1482,6 ± 231,89
15,64
338,1 ± 7,35
2,17
1347,03 ± 196,01
14,55
276,8 ± 49,43
17,86
Afina F.A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
101 LAMPIRAN 13 Lampiran 13. Tabel Hasil Pengukuran pH sediaan SLN-NLC APMS Formula Base SLN
APMS
Base NLC (95:5)
APMS
Base NLC (90:10)
APMS
Base NLC (85:15)
Skripsi
APMS
Replikasi
pH
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
4,08 4,19 3,96 4,15 4,16 4,07 4,18 4,11 4,08 4,13 4,08 4,18 4,15 4,03 4,19 3,96 3,98 3,98 4,13 4,00 4,13 3,98 3.96 3.93
Pengaruh kadar asam....
Rata-rata pH ± SB 4.08 ± 0.094
%KV 2.304
4.12 ± 0.037
0.915
4.12 ± 0.412
1.016
4.13 ± 0.041
0.988
4.12 ± 0.068
1.648
3.97 ± 0.009
4.09 ± 0.061
3.96 ± 0.021
0.237
1.499
0.518
Afina F.A