perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi Oleh : SUHARJO X5107633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh : SUHARJO X5107633
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2010 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Munzayanah NIP. 19490215 197603 2 001
Drs. Rahmad Djatun, M.Pd NIP. 19460410 198003 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Selasa Tanggal : 5 Oktober 2010
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. A. Salim Choiri, M.Kes.
…………………………..
Sekretaris
: Drs. Maryadi, M.Ag.
…………………………..
Anggota I
: Dra. Munzayanah
.…………………………..
Anggota II
: Drs. R. Djatun, M.Pd.
…………………………..
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
SUHARJO. PENERAPAN METODE GLOBAL DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNA GRAHITA RINGAN KELAS V SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009”. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Surakarta, 2009. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui penerapan metode global dengan kartu kata bergambar pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Subjek yang memperoleh perlakuan dalam penelitian ini ialah siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta yang berjumlah 5 orang anak. Variabel bebas dalam penelitian tindakan kelas ini penerapan metode global dengan kartu kata bergambar. Sedangkan variabel terikatnya ialah kemampuan membaca permulaan siswa. Teknik pengumpulan data dengan tes dan obesrvasi, yang diterapkan dalam prasiklus, siklus I dan siklus II. Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT SUHARJO. APPLICATION OF GLOBAL METHOD BY PICTURED WORD CARD TO INCREASE THE ABILITY OF READING REGINVERS ON LIGHT MENTALLY RETARDED CLASS V SLB NEGERI SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR 2008/2009. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas Maret University, 2010. The aim of this classroom action research is to know the role of application of global method by pictured work card to increase the ability of reading beginners on light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009. This study uses classroom action research. The subject that gets treatment in this study is 5 light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta that consists of 5 students. The free variable in this classroom action research is application of global method by pictured word card. Where as the restricted variable is the ability of reading beginners. The techniques of collecting data in this study ara test and observation, that applied in the pre cycle, cycle I, and cycle II. The result of the classroom action research that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Bacalah jika kamu ingin paham, cobalah agar kamu bisa” (Penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Almarhum dan almarhunah Bapak Ibu R. Soemardi Dirjosaroyo atas segala pengorbanan yang telah mereka berikan.
Bapak ibu mertua tercinta
Istriku tercinta atas semua dukungan, pengertian dan kesetiannya.
Kedua anakku tercinta, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan
Teman-teman sejawat program penyetaraan S1 PLB
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami demi terselesaikannya penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang terbesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. 3. Ketua Pogram Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Bapak Drs. A. Salim Choiri, M. Kes. 4. Ibu Dra. Munzayanah selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi. 5. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi. 6. Bapak H. Sukamto, SE selaku Kepala SLB Negeri Surakarta yang telah memberikan izin penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di Sekolah yang dipimpinnya. 7. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendo’akan saya dalam setiap do’anya. 8. Teman-teman mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret tahun 2008/2009. Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini, oleh karena commit to user itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skripsi ini penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat sekali bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, September 2010
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ……………………………………………………………………
i
PENGAJUAN …………………………………………………………….
ii
PERSETUJUAN…………………………………………………………..
iii
PENGESAHAN …………………………………………………………..
iv
ABSTRAK ………………………………………………………………..
v
ABSTRACT ...............................................................................................
vi
MOTTO …………………………………………………………………..
vii
PERSEMBAHAN ………………………………………………………...
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
xiv
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xvi BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................................ 3 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3 2 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3 2 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 3 A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 4 4 1. Anak Tuna Grahita Ringan ............................................................ 5 a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan .....................................
5
b. Penyebab Anak Tuna Grahita ………………………………...
6
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan .................................
8
d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tuna Grahita...........................
9
2. Media Kartu Bergambar ................................................................
10
a. Pengertian Media Kartu Bergambar commit to user........................................
10
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar ...........
11
c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses
13
Pembelajaran .........................................................................
14
3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global ……..
16
a. Pengertian Membaca Permulaan ……………………………
16
b. Proses Penerapan Membaca Permulaan ……………………...
17
c. Metode Mengajar Membaca Permulaan
19
d. Langkah-langkah Penerapan Metode Global
21
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 22 11 C. Perumusan Hipotesis .................................................................................... 22 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 23 A. Tempat Dan Waktu Penelitian………………………………………… 23 B. Subjek Penelitian …………………………………………………… 24 C. Data Dan Sumber Data ………………………………………………24 D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………. 24 E. Teknik Analisis Data …………………………………………………27 F. Indikator Kinerja …………………………………………………… 28 G. Prosedur Penelitian ………………………………………………… 28 BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………………30 A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………............
30
B. Hasil Penelitian…………………………………………................
34
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………..
40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………...............................
43
A. Simpulan ………………………………………………………….
43
B. Saran ……………………………………………………………… 43 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 45 LAMPIRAN ………………………………………………………………. 47
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……………………………
23
Tabel 2. Daftar Nilai Bahasa Indonesia Semester I ………………...
35
Tabel.3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Pertama .....................
35
Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Pertama ....................... Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama .......... Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua .........................
36
Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua ......................... Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ............
38
commit to user xiii
37 38
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 1. Kerangka Pemikiran ………………………………....
commit to user xiv
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1. Nilai Kemampuan Membaca Siswa Siklus Pertama ................
36
Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama .......
37
Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif Siswa Siklus Kedua ................................................................
39
Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua ........
40
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.....................................
47
Lampiran 2. Media Kartu Kata Bergambar Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Metode Gobal ..............................................................................................
48
Lampiran 3. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan (Metode Global) ...............................................
49
Lampiran 4. Tabulasi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan .............................................................................................
50
Lampiran 5. Instrumen Observasi Partisipasi Anak dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Metode Global dengan media kartu kata bergambar....................................................................
52
Lampiran 6. Hasil Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Metode Global
dengan
Kartu
Kata
Bergambar
dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan”Siklus I ……………………………………………………………
commit to user xvi
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
To analyze the data this study uses descriptive qualitative analysis technique. The result of this study shows: 1) From the data of pre cycle result the value of reading ability is 48. 2) From the data of this action result in the cycle I this average value of reading ability is 52. 3) From the data of action result in the cycle II the average value of reading ability is 83. the result of the classroom action research expresses that there is an increase of the student’s reading ability in earch cycle and the result has fulfilled the indicator of success that has been fixed before. So it can be concluded that application of global method by pictured word card can increase the reading ability of light mentally retarded class V SLB Negeri Surakarta in the school year 2008/2009.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun dalam kenyataannya pengajaran Bahasa Indonesia di jenjang pendidikan dasar, khususnya dalam pembelajaran membaca di kelas hasilnya masih kurang optimal. Hal tersebut juga terjadi pada hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V tuna grahita ringan di SLB Negeri Surakarta, nilainya rendah di bawah rata-rata ketuntasan belajar (daftar nilai kelas V), bahkan sudah berada di kelas V pun masih banyak anak yang tidak dapat membaca. Oleh sebab itu, guru kelas V memegang peranan penting dalam bidang pengajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini maka anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Kemampuan membaca menjadi dasar yang utama tidak saja bagi pengajaran Bahasa Indonesia sendiri, akan tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. “Dengan mendapatkan pengajaran membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan emosinya” (Depdikbud, 1996: 2). Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang mungkin selama ini cara-cara penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran baik metode maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa kelas V relatif rendah serta anak kurang berminat dalam pengajaran Bahasa Indonesia. Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan amat berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara bertahap diantaranya pendidikan peran guru. Di sini peneliti akan membahas dan menguraikan mengenai cara memberikan bimbingan belajar membaca permulaan dengan ”metode global” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan commit to user ketrampilan dasar manusia yaitu bahasa. Dengan membaca memungkinkan 1 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
manusia dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keterampilan membaca adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia termasuk bagi anak tuna grahita. Dengan ketrampilan membaca yang dimilikinya anak tuna grahita dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan juga sebagai dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Tahapan pelajaran membaca bagi anak tuna grahita ringan dimulai dengan membaca
permulaan.
Pada
tahap
membaca
permulaan
siswa
dimulai
diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari simbol huru /a/ sampai dengan huruf /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang digunakan guru, yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk seluruh atau kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang terkecil. Ketatabahasaan intelegensi anak tuna grahita sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak tersebut. Maka dari itu, dalam pelajaran membaca permulaan bagi anak tuna grahita dibutuhkan metode yang tepat agar dapat mengasah ketrampilan anak dalam membaca. Salah satu metode yang dikembangkan yaitu metode global. Di dalam metode ini anak akan membaca kalimat secara utuh. Di dalam penerapan metode global untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita akan ditemukan masalah/hambatan yang harus dipecahkan oleh guru agar pelajaran membaca tetap berjalan optimal dan berhasil. Di dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis telah mengindentifikasi masalah mendasar yang terjadi di kelas V SLB Negeri Surakarta yaitu: 1. Penerapan metode global dalam membaca permulaan di kelas V SLB Negeri Surakarta mengalami hambatan berupa: anak-anak ragu-ragu dalam membaca, anak sulit membedakan huruf, siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacakan. 2. Hambatan yang dialami oleh anak tuna grahita tersebut akan mempersulit dan memperlambat kemampuan membacanya. 3. Untuk mengatasinya dibutuhkan strategi (metode) dan media yang tepat dalam penerapan metode global untuk pembelajaran membaca permulaan anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta. Untuk mengatasi hambatan yang dialami anak, maka penulis berusaha commit usermempermudah penerapan metode menerapkan penggunaan media yang tepattoagar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
global untuk membaca permulaan anak tuna grahita. Media yang dipilih yaitu media kartu kata bergambar. Dengan media kartu kata bergambar diharapkan dapat mempermudah penerapan “metode global” membaca permulaan bagi anak tuna grahita. Dengan berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis berusaha mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Metode Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009. B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan permasalahan pokok yang terdapat di kelas V SLB Negeri Surakarta dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut, “Apakah penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita V SLB Negeri Surakarta ?” C. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode global dengan kartu kata bergambar pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penulis melaksanakan PTK ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dengan penerapan metode global kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta. 2. Manfaat Praktis Secara khusus penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
a. Meningkatkan perhatian, minat dan rasa senang siswa tunagrahita ringan dalam proses pembelajaran membaca. b. Mempermudah
anak
tunagrahita
ringan
dalam
menyerap
materi
pembelajaran membaca. c. Mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran membaca. d. Memudahkan bagi guru dalam memfasilitasi para siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran membaca. e. Mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran membaca bagi anak tuna grahita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Tuna Grahita Ringan a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan Anak tuna grahita ringan disebut juga anak tuna grahita mampu didik, anak debil, moron, semi dependent atau bisa juga disebut dengan marginally retarded. Istilah tersebut pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama, hanya saja dalam penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan sudut pandang dari ahli yang bersangkutan. Dalam dunia pendidikan istilah yang sering digunakan adalah tuna grahita ringan. Di bawah ini akan dikemukakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak tuna grahita ringan. Menurut Munzayanah (2000: 22), anak tuna grahita ringan adalah: Mereka yang masih mampu mempunyai kemungkinan untuk memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis dan menghitung pada suatu tingkat tertentu di sekolah khusus. Biasanya untuk kelompok ini dapat mencapai tingkat tertentu, setingkat dengan kelas IV Sekolah Dasar, serta dapat mempelajari ketrampilanketrampilan yang sederhana. Menurut The New American Webster dalam Moh. Amin ( 1995: 37) dijelaskan bahwa, ” Moron (debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 years old level. Maksud dari kalimat tersebut yaitu, tuna grahita ringan adalah seorang anak yang memiliki kecerdasan mental paling tinggi sama dengan anak normal usia 12 tahun”. Menurut Usa Sutisna (1984:54) yang dimaksud dengan anak tuna grahita ringan adalah
“Anak yang mempunyai intelegensi setingkat lebih
rendah dibandingkan dengan anak lamban belajar, IQ berkisar antara 50/55 – 70/75 yang masih mampu mengikuti pendidikan sekolah khusus. Sedangkan menurut J.B. Suparlan (1983: 30) menyatakan bahwa “Anak tuna grahita ringan adalah anak yang masih dapat dididik tentang tugastugas dalam bidang sosial dan intelektual sampai batas-batas tertentu”. commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Menurut Dr. Lelly Resna, Sp. KJ. (Psikiater di RSJP Bandung) dan Drs. A.G. Sundjaya, M. Pd. (Dosen JPTB-FPTK UPI) retardasi mental ringan adalah keadaan di mana seorang anak agak terlambat dalam belajar bahasa tapi sebagian besar dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari, bercakap-cakap, dan diwawancarai; dapat mandiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar, dan buang air kecil) dan terampil dalam pekerjaan rumah tangga. Namun, biasanya mereka mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah, misalnya dalam membaca dan menulis, ini sering disebabkan oleh kekurangan kronik stimulasi intelektual. (http: //pikiran rakyat/cyber media/edisi 2002) Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditegaskan bahwa anak tuna grahita ringan adalah anak yang mempunyai intelektual di bawah rata-rata, memiliki IQ 50/55 – 70/75 yang setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak lambat belajar, kemampuan berpikirnya rendah, perhatian dan ingatannya lemah, tetapi masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademis yang sederhana seperti membaca, menulis dan menghitung. Selain itu mereka masih dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan bila dilatih dapat memiliki ketrampilan tertentu yang dapat dijadikan bekal hidup bagi dirinya setelah dewasa. b. Penyebab Anak Tuna Grahita Menurut Yannet dalam buku Gangguan Psikiatrik pada Anak Dengan Retardasi Mental oleh Triman Prasadio dalam Munzayanah (2000: 14-15), bahwa penyebab retardasi mental digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu 1) Kelompok Biomedik yaitu meliputi: a) Prenatal, dapat terjadi karena (1) Infeksi pada ibu pada waktu mengandung (2) Gangguan metabolisme (3) Iradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2-6 minggu (4) Kelainan kromosom (5) Malnutrisi b) Natal, antara lain berupa (1) Anaksia (2) Asphysia commit to user (3) Prematuritas dan postmasturitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
(4) Kerusakan otak c) Pos natal, dapat terjadi karena (1) Malnutrisi (2) Infeksi : meningitis dan encephalis (3) Trauma 2) Kelompok Sosio Cultural : psikologi atau lingkungan Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga. Dalam hal ini ada tiga macam teori yaitu: a) Teori Stimulasi Pada umumnya penderita retardasi mental yang tergolong ringan, disebabkan kekurangan rangsang atau kesempatan dari keluarga. b) Teori gangguan Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup terhadap stress pada masa kanak-kanak, sehingga mengakibatkan gangguan pada proses mental. c) Teori Keturunan Teori ini mengemukakan bahwa hubungan antara orang tua dan anak sangat lemah akan mengalami disorganisasi, sehingga apabila anak mengalami stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk dapat menyesuaikan diri. Atau dengan kata lain “Security System” sangat lemah di dalam keluarga. Menurut Tredgold dalam Munzayanah (2000:15) klasifikasi penyebab tuna grahita dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Primary Amentia Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor keturunan. 2) Secondery Amentia Artinya kelompok retardasi mental yang disebabkan karena faktor eksternal atau sesudah lahir Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa banyak faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya ketunaan pada anak, yaitu faktor keturunan, faktor makanan dan minuman serta faktor lingkungan. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya ketunagrahitaan baik pada saat prenatal, natal maupun pasca natal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
c. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan Kondisi fisik anak tuna grahita ringan tidak berbeda dengan anak normal pada umumnya, yang membedakan dengan anak normal ialah kemampuan psikisnya. Dan anak tuna grahita ringan memiliki karakteristik yang khusus dibandingkan dengan anak normal. Menurut Moh. Amin (1995: 37) karakteristik anak tuna grahita ringan meliputi kelancaran berbicara meskipun kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berpikir abstrak, tetapi masih bisa mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Menurut Munzayanah (2000: 23) ciri-ciri/karakteristik anak tuna grahita ringan adalah sebagai berikut : 1) Dapat dilatih tentang tugas-tugas yang ringan. 2) Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan menghitung pada batasbatas tertentu. 3) Dapat dilatih untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang rutin maupun ketrampilan. 4) Mengalami kelainan bicara atau speech defect, sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi. 5) Mengalami gangguan dalam bersosialisasi. 6) Peka terhadap penyakit. Karakteristik anak tunagrahita menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 adalah sebagai berikut: 1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus. 2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3) Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak regular. (www.ditplb.or.id, diakses 13 Februari 2009) Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum anak tuna grahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
1) Kondisi fisik anak tuna grahita ringan meliputi : bentuk kepala, mata, hidung dan bentuk tubuh tidak jauh berbeda dengan anak normal umumnya. 2) Kondisi psikis anak tuna grahita ringan meliputi : kemampuan berpikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi mental dan intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan sifatnya yang kekanak-kanakan. 3) Kondisi sosial anak tuna grahita ringan tidak dapat atau kurang dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya. Ditinjau dari segi perkembangan ciri-ciri fisik dan psikis tersebut menjadi hambatan bagi anak dalam meningkatkan kemampuan membaca materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
d. Proses Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita Sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita sebagaimana telah dibahas di atas maka dalam proses pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan keberadaan anak tunagrahita. Yang dimaksud dengan karakteristik di sini adalah sebagai aspek atau kualitas masing-masing siswa. Aspek tersebut dapat berupa bakat, motivasi, prilaku, kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan sebagainya (Depdiknas: 2007: 65). ”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki” (Depdiknas, 2002: 66). Menelaah pengertian proses pembelajaran yang dikemukakan tersebut telah sejalan dengan paradigma baru dalam proses pembelajaran, yakni harus berpusat pada siswa. Dengan demikian segala tindakan yang dilakukan dan berbagai kriteria yang ditentukan merupakan hasil pertimbangan terhadap siswa yang dilayani. Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak tunagrahita harus commitsiswa to user dikemas sedemikian rupa sehingga yang memiliki kecerdasan rendah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
motivasi belajar rendah, dan prilaku yang kekanak-kanakan walaupun usianya sudah dewasa dapat terdorong dan tetap mau mengikuti pembelajaran dengan perasaan senang. 2. Media Kartu Bergambar a. Pengertian Media Kartu Bergambar Media kartu kata bergambar atau flash cards menurut House (1997:54) berukuran 1 2 x 8 cm, sangat bagus dan ukuran dapat diatur. Begitu pula Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:30) mengatakan bahwa "Flash cards berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata-kata dalam mata pelajaran bahasa". Metode ini dikembangkan oleh Glenn Doman yang lulus dari Universitas Pennsylvania tahun
1940 jurusan physical therapy. Pada
awalnya metode ini digunakan untuk memberikan pengajaran membaca (maupun tematik) kepada anak-anak yang mengalami cedera otak. Dengan metode ini ternyata anak-anak tersebut bahkan menunjukkan kemampuan lebih dibandingkan anak-anak normal. Glenn Doman bersama putrinya Jannet Doman akhirnya mendedikasikan waktunya untuk membantu para balita untuk mencerdaskan otak sejak dini. (http://lintangkusumaning.blog5Pot.com/2009/02/mengajar-balita-membacadengan-homemade.html, diakses 5 Februari 2009) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia. Flashcard adalah alat bantu untuk anak agar bisa belajar membaca. Flashcard sendiri terdiri dari lembaran-lembaran kertas putih berbentuk commit to user persegi panjang dan di atasnya bertuliskan macam-macam kata mulai dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
nama binatang, benda-benda di sekitar kita dan sebagainya. Metodenya sendiri yaitu dengan ditunjukkan kartu-kartu tersebut di hadapan si balita sambil kita menyebutkan kata yang tertera di kartu tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu bergambar adalah kartu yang berukuran 12 x 8 cm yang berisi kata, gambar atau kombinasinya. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaran kertas karton yang berukuran 1 2 X 8 cm, setiap lembaran kartu tersebut berisi gambar-gambar, baik yang dibuat sendiri maupun mengambil kartu bergambar yang telah ada. Pada bagian bawah setiap gambar diberi keterangan yang berupa kosakata bahasa Indonesia.
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Kartu Bergambar Dalam pembelajaran menerapkan media kartu bergambar, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangannnya. Berdasarkan beberapa literatur dapat dijelaskan sebagai berikut: Kelebihan penggunaan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk (2006: 29) adalah sebagai berikut: 1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu dibawa kemana-mana. 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja dan uriluk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan kesalahpahaman. 5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:29) media kartu bergambar sebagai media visual mempunyai kelebihan: 1) Umumnya murah harganyacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
2) Mudah didapat 3) Mudah digunakannya 4) Dapat memperjelas suatu masalah 5) Lebih realistis 6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan 7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kelebihan media kartu bergambar jika dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain adalah harganya murah, mudah digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, mudah untuk mendapatkannya serta dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan indera pengamatan. Kelemahan media kartu bergambar menurut Arief S. Sadiman, dkk (2006:31) adalah sebagai berikut: 1) Kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata. 2) Kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu kompleks. 3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Menurut Latuhem (1988:42) keterbatasan dari media kartu bergambar adalah sebagai berikut : 1) Untuk memperbesar kartu bergambar memerlukan suatu proses dan memerlukan biaya yang cukup besar. 2) Pada umumnya hanya dua dimensi yang nampak pada suatu kartu gambar, sedangkan dimensi yang Jainnya tidak jelas. 3) Tidak dapat memperlihatkan suatu pola gerakan secara utuh untuk suatu gambar, kecuali jika menampilkan sejumlah gambar dalam suatu urutan peristiwa pada pola gerak terlentu. 4) Tanggapan bisa berbeda terhadap gambar yang sama. Adanya kekurangan media gambar ini, maka cara untuk mengurangi kelemahan media kartu bergambar antara lain: 1) Gunakan kartu bergambar yang sesuai dengan pertumbuhan dan commitdan to warna). user perkembangan siswa (isi, ukuran,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
2) Saat memegang atau memperlihatkan kartu bergambar, usahakan agar kartu bergambar tersebut jangan sampai bergerak. 3) Hindari penggunaan kartu bergambar dalam jumlah dan jenis yang terlampau banyak; sebab hal ini cenderung membingungkan siswa. Kecuali jika ingin membandingkan beberapa kartu bergambar, maka perlihatkanlah kartu bergambar itu satu persatu agar perhatian siswa hanya tertuju pada kartu bergambar yang sedang diamati. 4) Arahkan perhatian siswa pada sebuah kartu bergambar, kemudian ajukan
beberapa pertanyaan langsung sehubungan dengan kartu
bergambar tersebut. 5) Jika ingin memperlihatkan kartu bergambar pada siswa tanpa pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan tertulis pada bagian bawah dari kartu bergambar tersebut. Keterangan tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain). 6) Adalah lebih baik jika guru menulis penanyaan-pertanyaan dan jawabannya di samping kartu bergambar tersebut, tetapi tutupilah jawabannya
dengan
kertas.Biarkan
setiap
siswa
menguji
sendiri
kebenaran. (Latuheru, 1988:43) Menurut Amir Hamzah Sulaiman (1988:29) bahwa penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran harus memperhatikan: 1) Gambar harus bagus, menarik, jelas dan mudah dimengerti. 2) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sering dipelajari. 3) Gambar harus benar artinya dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya. 4) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit dipahami siswa. 5) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya. 6) Ukuran gambar sesuai dengan kebutuhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Dari berbagai kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kelemahan kartu bergambar adalah hanya menekankan pada indera mata, ukurannya sangat terbatas pada kelompok besar, tidak memperlihatkan suatu pola gerakan yang utuh serta tanggapan siswa dapat berbeda-beda terhadap kartu gambar yang sama. c. Pentingnya Media atau Alat Peraga dalam Proses Pembelajaran Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting, terlebih dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita. Sangat jelas, inti dari penggunaan media atau alat peraga adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan menuju ke arah yang lebih baik. Mengenai pentingnya media atau alat peraga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002 : 43) sebagai beriklut : ”Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.” Lebih lanjut Nana Sudjana (2002: 99-100) mengemukakan tentang fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif. 2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pembelajaran. 3) Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran. 4) Alat peraga dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelengkap. 5) Alat peraga dalam pembelajaran utamanya untuk mempercepat dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan. 6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu pembelajran. 7) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme. 8) Dengan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar. 9) Dengan alat peraga dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap. 10) Alat peraga memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa. 11) Alat peraga dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
12) Alat peraga membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa. 13) Alat peraga memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna. Penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran, bagi anak tunagrahita perlu digarisbawahi selain berfungsi sesuai dengan uraianuraian di atas akan lebih penting peranannya dalam upaya menarik minat dan menumbuhkan rasa senang untuk mau belajar. Tanpa ada ketertarikan dan rasa senang dalam proses pembelajaran, tentu siswa tunagrahita akan merasa malas, bersikap apatis, atau berontak, bahkan bisa jadi mogok belajar. Oleh karena itulah upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dan mengusahakan adanya rasa senang mutlak harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam buku Model Pembelajaran Pendidikan Khusus (Depdiknas, 2007: 6) dijelaskan bahwa dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita harus memperhatikan daya tarik. Yakni daya tarik pembelajaran yang dapat diukur dengan mengamati adanya kecenderungan peserta didik untuk tetap dapat terus belajar. Yang perlu diingat oleh pendidik dalam mengajar harus memperhatikan PAKEM yakni dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Berdasarkan pendapat ahli pada uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media atau alat peraga dalam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Namun demikian sebelum menggunakan media
atau
alat
peraga
dalam
proses
pembelajaran,
guru
harus
mempertimbangkan dan dapat memilih alat peraga yang akan digunakan agar betul-betul relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan. 3. Pembelajaran Membaca Permulaan Dengan Metode Global a. Pengertian Membaca Permulaan Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting dalam berbahasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Menurut Tarigan (1994: 7), “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata”. Menurut W.J.S Purwodarminto (1980: 112), „Membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan mengetahui isinya.” Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1990: 62) membaca adalah: 1) Melihat serta memahami apa yang tertulis 2) Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis 3) Mengucapkan bahan tertulis ke dalam kata-kata Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori ketrampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding (Anderson, 1972: 209). Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan gambar gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna. Di samping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk mrmbantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi‟ie, 1999: 7). Membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa yang belum bisa membaca dengan tujuan agar siswa terampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan to user (Depdikbud, 1995/1996 : 6). berbahasa guna menghadapi commit kelas berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29). Berdasarkan pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambanglambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
b. Proses Penerapan Membaca Permulaan Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206) proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan/kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan
lambang-lambang
bunyi
bahasa
tersebut,
untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk commit to user memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut (Akhadiah, 1992: 31). Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Tingkatan ini sering disebut dengan tingkatan belajar membaca (learning to read). Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Kedua tingkatan tersebut bersifat kontinum, artinya pada tingkatan membaca permulaan yang fokus kegiatannya penguasaan sistem tulisan, telah dimulai pula pembelajaran membaca lanjut dengan pemahaman walaupun terbatas. Demikian juga pada membaca lanjut menekankan pada pemahaman isi bacaan, masih perlu perbaikan dan penyempurnaan penguasaan teknik membaca permulaan (Syafi‟ie, 1999: 16). Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992: 29). Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar 1994, materi pembelajaran membaca permulaan yang tertuang dalam GBPP mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: 1) Persiapan (pra membaca) Pada tahap awal ini, pada awal catur wulan I, kepada siswa diajarkan : (1). Sikap duduk yang baik, (2). Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, (3). Cara memegang buku, (4). Cara membalik halaman buku yang tepat, (5). Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan. 2) Setelah pra membaca, siswa diajarkan : (1). Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru), (2). Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf). - a, i, m dan n ; misalnya katato: ini, commit usermama; kalimat : ini mama. - u, l, b ; misalnya kata : ibu, lala; kalimat : ibu lala.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
- e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema. - o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi. - k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa satu. 3) Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu. c. Metode Mengajar Membaca Permulaan Bagi siswa tuna grahita ringan yang belum lancar membaca, penting sekali bagi guru untuk menggunakan metode membaca. Depdiknas (2000: 4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi anak yang belajar membaca, antara lain : metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global dan metode SAS. Keempat Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut: 1) Dapat menyenangkan siswa 2) Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya 3) Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien 4) Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambing-lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan 2 dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilan kata-kata. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Metode global adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat. Selanjutnya metode SAS (Struktural Analitik dan Sintetik) adalah metode belajar membaca yang didasarkan atas pendekatan cerita. Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah metode global. Menurut Purwanto (1997: 32), „Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Declory”. Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. (http://tarmizi.wordpress.com, diakses 20 Februari 2009) Peneliti memilih metode global sebagai strategi belajar/ metode membaca permulaan dengan pertimbangan bahwa dengan metode ini anak tuna grahita ringan dengan mudah menerima pembelajaran membaca yang diberikan secara menyeluruh (mulai dari menguraikan kalimat menjadi kata).
e. Langkah-Langkah Penerapan Metode Global Penerapan metode global diberikan dengan menampilkan kata/ kalimat di bawah kartu kata bergambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf. Cara penerapan metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kata
menjadi
huruf.
(http://endangraspita.strategi-belajar-membaca.org,
diakses 20 April 2009) Adapun cara pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Beberapa minggu yang pertama anak-anak diberinya kalimat-kalimat yang merupakan cerita singkat, urnumnya yang mudah-mudah dan berhubungan dengan diri anak-anak, yang sudah dikenal. Kalimat-kalimat itu ditulis dengan huruf-huruf tulis, yang tiap-tiap hari dapat diulanginya. Contoh: ini bu ani ibu ani masak nasi ani makan nasi b.
Setelah beberapa lama, anak-anak hafal bunyi kalimat-kalimat itu dan dapat membedakan kata-kata yang sama atau hampir sama. Alangkah baiknya jika tiap-tiap kalimat disertai gambarnya.
c.
Setelah dapat membedakan kata-kata dalam kalimat-kalimat yang sudah diberikan (hal ini biasanya dengan tidak disadari), maka berangsur-angsur anak-anak itu akan dapat pula membedakan suku-suku kata (hafal). Kemudian mengerti huruf-huruf dengan bunyi sekaligus.
d. Setelah hafal dan mengerti bunyi-bunyi huruf itu, dapat pula merangkaikannya menjadi kata-kata, dan dari kata-kata menjadi kalimat
B. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan suatu arah penalaran agar dapat diperoleh pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Adapun kerangka berpikir yang penulis kemukakan yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Kondisi awal kemampuan membaca
Tindakan
Kondisi Akhir
Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta rendah
Guru menerapkan metode global dengan kartu bergambar (Siklus I dan Siklus II)
Kemampuan membaca siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta meningkat
C. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta yaitu di kelas V. Kelas ini adalah kelas yang penulis ajar. 2. Waktu Penelitian Untuk rincian waktu dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahapan 1) Penyusunan
Waktu Pelaksanaan Februari 2009
proposal 2) Perencanaan
Kegiatan Menyusun
proposal
penelitian
tindakan kelas yang akan diterapkan April 2009, minggu 1-2
Merancang
media
kartu
kata
bergambar April 2009, minggu 3-4
Menyusun instrumen observasi, tes awal, lembar kerja/
tugas dan
memperbanyak instrumen Menyusun skenario pembelajaran dan RPP 3) Operasional lapangan a) Siklus 1
b) Siklus 2
4) Penyusunan laporan
1 Mei 2009
Perencanaan tindakan siklus 1
4 – 8 Mei 2009
Implementasi dan observasi siklus 1
11 Mei 2009
Interpretasi dan refleksi siklus 1
12 Mei 2009
Perencanaan tindakan siklus 2
13 – 18 Mei 2009
Implementasi dan observasi siklus 2
20 Mei 2009
Interpretasi dan refleksi siklus
22 Juli 2009
Evaluasi
dan
refleksi
seluruh
tindakan 24 April s.d 8 Mei 2009 Penyusunan dan pengiriman laporan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
B. Subjek Penelitian Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas V Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. Siswa yang dijadikan obyek penelitian ini adalah siswa tuna grahita ringan kelas V.
C. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan adalah berupa informasi tentang kemampuan membaca yang dimiliki oleh anak, ketertarikan siswa dalam pembelajaran membaca Bahasa Indonesia, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran membaca bahasa indonesia, termasuk di dalamnya penerapan media kartu kata bergambar dalam membaca permulaan Bahasa Indonesia di kelas V bagi anak tuna grahita ringan. Data yang dikumpulkan berasal dari beberapa sumber meliputi: 1. Informan atau nara sumber. Yaitu siswa tuna grahita kelas V dan guru kelas yang mengajar. 2. Catatan khusus dan dokumentasi (foto) selama berlangsungnya penerapan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan oleh teman sejawat (guru lain). 3. Arsip administrasi berupa kurikulum yang digunakan, RPP, nilai hasil pembelajaran membaca permulaan anak.
D. Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, tes, dan dokumentasi. 1. Metode Observasi a. Pengertian Observasi Metode
observasi
adalah metode pengumpulan data dengan commit to fenomena-fenomena user pengamatan secara langsung mengenal dan gejala psikis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk memotret seberapa jauh efek tidakan telah mencapai sasaran. b. Macam-macam Observasi Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: 1) Observasi Terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati. 2) Observasi Terfokus, ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi. 3) Observasi Terstruktur, observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (V) pada tempat yang disediakan. 4) Observasi Sistematik, observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal. c. Observasi yang Digunakan Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat commit to user hanya tinggal membubuhkan tanda ( ) pada tempat yang disediakan pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu kata bergambar. Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang diteliti. 2. Metode Tes 1. Pengertian Tes Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian tes dapat dijelaskan menurut beberapa pendapat sebagai berikut: Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 224), “tes adalah alat ukur atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan yang sudah ditentukan“. Sedangkan menurut Winkel (2001: 325) “Tes adalah suatu seri pertanyaan atau soal yang harus dijawab atau dipecahkan“. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat untuk mengukur sesuatu yang berupa pertanyaan atau tugas yang harus diselesaikan oleh seseorang individu yang akan diukur kemampuannya itu dengan standar penilaian tertentu pula. 2. Tipe Tes Tes terdiri dari beberapa tipe dalam proses pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 225) “Bentuk tes ada dua, yaitu tes subyektif dan tes obyektif“. Penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut adalah sebagai berikut: a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes subyektif ini untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Tes obyektif ini macamnya adalah: a) Tes benarsalah (true–false); b) Tes pilihan ganda (multiple choice test); c) Tes menjodohkan (matching test); 4). Tes Isian (Completion test). 3. Tes yang digunakan Tes yang digunakan adalah tes subyektif. Pelaksanaan tes dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana hasil pembelajara siswa tuna grahita ringan kelas commit to user V pada saat menerima pembelajaran membaca permulaan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
menggunakan kartu kata bergambar. Tes dilaksanakan pada awal penelitian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan pada awal dan akhir siklus untuk mengetahui perkembangan membaca anak 3. Metode Dokumentasi a. Pengertian Dokumentasi Berdasarkan literatur yang diperoleh, pengertian dokumentasi dapat dijelaskan menurut beberapa pendapat sebagai berikut: Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda, dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.” Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenal hal-hal atau variabel melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku pentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukumhukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian b. Dokumentasi yang Digunakan Dalam
penelitian
ini,
metode
dokumentasi
digunakan
untuk
memperoleh data tentang hal-hal variabel berupa perangkat kurikulum daftar nilai awal siswa. Dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari: 1) Perangakat kurikulum yang diterapkan di sekolah (silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia unrtuk kelas V SDLB. 2) Nilai hasil tes awal kemampuan membaca Bahasa Indonesia anak. 3) Nilai hasil akhir (setelah tindakan) kemampuan membaca Bahasa Indonesia anak. 4) Foto-foto saat tindakan berlangsung di SLB Negeri Surakarta. E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data hasil commit to user pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata bergambar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
yaitu teknik deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dan juga untuk mengetahui respon/aktivitas
siswa terhadap kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Peneliti membandingkan hasil kemampuan membaca sebelum diberi tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) dengan sesudah diberi tindakan pada setiap siklus I , siklus II, dst. Data yang diperoleh melalui observasi per siklus dianalisa dengan mean (rata-rata) untuk menentukan kriteria kelebihan atau kelemahan tindakan (penggunaan media kartu bergambar dalam membaca permulaan dengan metode global). Melalui kegiatan refleksi, setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh kesimpulan untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Untuk memperjelas hasil analisa data, baik hasil observasi maupun peningkatan kemmapuan membaca permulaan siswa, keduanya ditampilkan dalam diagram batang.
F. Indikator Kinerja Penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat dikatakan berhasil apabila terdapat peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca anak dari 5 menjadi 7 dan anak yang memperoleh nilai 7 lebih dari 80% jumlah siswa di kelas.
G. Prosedur Penelitian Penerapan
metode
global
dengan
kartu
kata
bergambar
untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta melalui prosedur sebagai berikut: 1. Persiapan tindakan a. Menyusun
skenario/langkah-langkah
pembelajaran. b. Menyusun kartu kata bergambar commit to user c. Menyusun instrumen tes dan observasi
tindakan
berupa
rencana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2. Menyusun indikator kerja 3. Implementasi tindakan 4. Observasi 5. Analisis dan refleksi Jika hasil pembelajaran membaca permulaan metode global dengan kartu kata bergambar masih jelek, perlu diulang dengan siklus II dan seterusnya. Langkah-langkah penggunaan kartu kata bergambar dalam membaca permulaan dengan metode global, contoh permainan kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan (Metode Global): 1. Apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran. 2. Pemasangan kartu kata bergambar yang ditampilkan di papan tulis. 3. Guru menerangkan dengan membaca semua kartu kata bergambar yang ditempelkan di papan tulis. 4. Guru mengajak anak mencoba membaca kartu kata bergambar yang ada di papan tulis. 5. Guru mengacak antara kartu kata bergambar dengan keterangannya. 6. Anak menggabungkan kembali antara kartu kata bergambar dengan keterangannya. 7. Anak mengucapkan kartu kata bergambar yang ditunjuk oleh guru. Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut: 1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini bulan
2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /bulan/ 3. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni bu – lan 4. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, commit misalnya: i – n – i - b– u– l– a-nto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas mengambil setting di SLB Negeri Surakarta, pelaksanaanya mengikuti alur sebagai berikut: 1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan alokasi waktu pelaksanannya dari bulan April s/d Mei 2009. 2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar membaca permulaan dengan metode global pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media kartu kata bergambar. 3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa. 4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis akhir pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru kelas, yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini disajikan secara lengkap dari setiap siklus, sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan/ perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, menyangkut berbagai aspek yang berkaitan dengan penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru dijadikan sebagai peneliti dan penanggung jawab penuh. Guru, dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Keempat tindakan tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu tersebut dianggap mampu memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan commit to user mengatasi persoalan yang ada. 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) yang diberikan kepada siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta guru kelas/ peneliti mengadakan pengamatan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan membaca yang dimiliki siswa di kelas tersebut. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang siswa memiliki kemampuan membaca yang masih kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang dari 6. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum tuntas atau masih di bawah rata-rata. Berdasarkan pengamatan guru yang mengajar di kelas dan wawancara orang tua diperoleh data atau keterangan bahwa kelima siswa di kelas tersebut memiliki kemampuan membaca permulaan yang sangat kurang atau minim. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas tersebut belum tuntas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia yang dicapai kelima siswa tersebut belum berkembang dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa di kelas tersebut, kemudian guru kelas berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia (membaca permulaan) dengan memberikan tindakan berupa ”penggunaan media kartu kata bergambar” yang diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Adapun rincian pelaksanaan yang telah diterapkan pada siklus pertama ini dipaparkan sebagai berikut: a. Perencanaan Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan yaitu: 1) Menyusun satuan pembelajaran 2) Menyiapkan materi kartu kata bergambar 3) Membuat kisi-kisi tes kemampuan membaca 4) Membuat soal tes 5) Menyusun dan menyiapkan blankotoobservasi commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
6) Menyiapkan blanko evaluasi tes 7) Menyiapkan blanko observasi untuk anak dan peneliti b. Tindakan Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu: 1) Pertemuan Pertama: a) Menjelaskan kegiatan belajar mengajar secara umum b) Menjelaskan pengenalan kartu kata bergambar c) Anak membaca bersama-sama kata yang terdapat pada gambar d) Setiap anak mencoba mencari dan menghubungkan kembali antara nama kata dengan gambarnya. e) Setiap anak mencoba membaca nama kata pada gambar dan menuliskan kembali. c. Observasi Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap observasi yaitu: 1) Mengamati perilaku siswa ketika penerapan pembelajaran pengenalan kartu kata bergambar. 2) Mengamati kegiatan pengenalan kartu kata bergambar yang disampaikan oleh guru. 3) Mengamati proses keterampilan membaca dan menulis anak setiap anak. 4) Mencatat kesulitan yang dihadapi oleh siswa. 5) Mencatat perkembangan membaca dan tingkat partisipasi siswa. 6) Mengamati proses pengerjaan evaluasi (tes) Dalam proses pembelajaran siklus pertama pengenalan materi membaca permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia kelas III SDLB. Nilai kemampuan membaca siklus I untuk lebih jelasnya dilaporkan pada hasil penelitian. d. Refleksi Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan to user sebelumnya dan masih bingung anak belum pernah menerimacommit pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
dengan cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara individual, sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu persatu.
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Adapun rincian pelaksanaan yang telah diterapkan pada siklus pertama ini dipaparkan sebagai berikut: a. Perencanaan Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan yaitu: 1) Menyusun satuan pembelajaran untuk perbaikan 2) Menyiapkan materi kartu kata bergambar yang berwarna. 3) Menyusun dan menyiapkan blanko observasi 4) Menyiapkan blanko evaluasi tes 5) Menyiapkan blanko observasi untuk anak dan peneliti b. Tindakan Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu: 1) Menciptakan suasana tenang dan hening agar anak siap menerima pembelajaran. 2) Mengulang dan mengingat kembali pembelajaran pada siklus pertama. 3) Menjelaskan pengenalan kartu kata bergambar dan memberi contoh cara menyusun, membaca dan menulisnya kembali. 4) Anak membaca bersama-sama kata yang terdapat pada gambar 5) Setiap anak mencoba mencari dan menghubungkan kembali antara nama kata dengan gambarnya. 6) Setiap anak mencoba membaca nama kata pada gambar dan menuliskan kembali. 7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya agar betul-betul menyerap pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. c. Observasi Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada tahap observasi yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
1) Mengamati perilaku siswa ketika penerapan pembelajaran pengenalan kartu kata bergambar. 2) Mengamati kegiatan pengenalan kartu kata bergambar yang disampaikan oleh guru 3) Mengamati proses ketrampilan membaca dan menulis anak setiap anak 4) Mengamati proses pengerjaan evaluasi (tes) Dalam proses pembelajaran siklus kedua pengenalan materi membaca permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia kelas V SLB. d. Refleksi Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca permulaan dengan metode global yang diberikan dalam 2 kali pertemuan berjalan dengan baik dan diperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan anak telah memahami skenario pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Perubahan penggunaan media kartu kata bergambar yang berwarna membuat anak lebih tertarik dan antusias dalam menyerap pembalajaran membaca permualaan dengan metode global. Dan setiap anak tidak lagi membutuhkan bimbingan secara individual pada saat pembelajaran berlangsung.
B. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian Kondisi Awal Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang siswa tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta memiliki kemampuan membaca yang masih kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang dari 6. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum tuntas atau masih di bawah rata-rata. Tabel berikut ini merupakan gambaran hasil pembelajaran Bahasa Indonesia semester I di kelas tersebut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Tabel 2. Daftar Nilai Pembelajaran Bahasa Indonesia Semester I No.
Nama Anak
Nilai Mapel Bahasa Indonesia
1
Arm.
50
2
L.B
45
3
Tf.
50
4
Rs.
50
5
Fa.
45
Nilai Rata-rata Kelas
48
2. Data Penelitian Siklus I Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan anak belum pernah menerima pembelajaran sebelumnya dan masih bingung dengan cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara individual, sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu persatu. Dalam proses pembelajaran siklus I pengenalan materi membaca permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia kelas V SLB. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada tindakan siklus I yang diikuti oleh kelima siswa tuna grahita ringan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Kemampuan Membaca Siklus I Pertemuan I Jml. Jawaban Nilai Benar 10 5
Pertemuan II Jml. Jawaban Nilai Benar 12 6
No.
Nama Anak
1
Arm
2
L.B
8
4
10
5
3
Tf
10
5
10
5
4
Rs
7
3.5
12
6
5
Fa
8
4
8
4
Jumlah
21.5
26
Rata-rata tiap pertemuan 4.3 commit to user
5.2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Tabel 4. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus I No.
Nama Anak
1
Arm
Nilai Partisipasi Aktif Siswa 5
2
L.B
5
Cukup
5
Cukup
3
Tf
5
Cukup
5
Cukup
4
Rs
5
Cukup
5
Cukup
5
Fa
5
Cukup
5
Cukup
Jumlah
25
Rata-rata setiap pertemuan
5
Kriteria Cukup
Nilai Partisipasi Kriteria Aktif 5 Cukup
25 Cukup
5
Baik
Penilaian keaktifan siswa berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu: Skor tertinggi 8, skor terendah 0 Skor 7 – 8
= Baik (B)
Skor 4 – 6
= Cukup ( C )
Skor < 3
= Kurang (D)
Berdasarkan pedoman penilaian keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa pada pembelajaran membaca dengan penggunaan media kartu kata bergambar di kelas tersebut telah tuntas. Nilai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertemuan Pertemuan I II
Arm
L.B
Tf
Rs
Fa
Grafik 1. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi commit Aktif Siswa Siklus Kedua to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Tabel 5. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama Aspek Penilaian
Pertemuan Ke…
Jumlah Anak
Prosentase
Siswa yang aktif dalam pembelajaran
I
1
20%
II
2
40%
I
2
40%
II
2
40%
Siswa yang kemampuan membacanya tuntas
Hasil keberhasilan penelitian siklus I tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Prosentase
100 80
Siswa yang aktif dalam pembelajaran
60 40 20
Siswa yang kemampuan membacanya tuntas
Pe rt em ua n Pe I rt em ua n II
0
Grafik 2. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Pertama Tidak ada anak yang mengalami perkembangan membaca dan berpartisipasi aktif. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 4,3 dan pertemuan kedua diperoleh nilai 5,2. Untuk nilai rata-rata keaktifan siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 5 (cukup) dan pertemuan kedua diperoleh nilai 5 (cukup). Dan dapat disimpulkan bahwa hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian, sebab tidak ada 80 % siswa di kelas tersebut yang memiliki nilai di atas 7. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3. Data Penelitian Siklus II Dalam proses pembelajaran siklus kedua pengenalan materi membaca permulaan yang materinya dikembangkan dari buku Pedoman Bahasa Indonesia kelas V SLB. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada tindakan siklus kedua yang diikuti oleh kelima siswa tuna grahita ringan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6. Nilai Kemampuan Membaca Siklus Kedua Pertemuan I Jml. Jawaban Nilai Benar 15 7.5
Pertemuan II Jml. Jawaban Nilai Benar 16 8
No.
Nama Anak
1
Arm
2
L.B
14
7
15
7.5
3
Tf
16
8
17
8.5
4
Rs
16
8
19
9.5
5
Fa
15
7.5
16
8
Jumlah
28
41.5
Rata-rata tiap pertemuan
7.6
8.3
Tabel 7. Nilai Partisipasi Aktis Siswa Siklus Kedua No.
Nama Anak
1
Arm
Nilai Partisipasi Aktif Siswa 6
2
L.B
6
Cukup
8
Baik
3
Tf
6
Cukup
8
Baik
4
Rs
6
Cukup
8
Baik
5
Fa
6
Cukup
8
Baik
Jumlah
6
Rata-rata setiap pertemuan
6
Kriteria Cukup
Nilai Partisipasi Kriteria Aktif 8 Baik
8 Cukup
8
Baik
Penilaian keaktifan siswa berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu: Skor tertinggi 8, skor terendah 0 Skor 7 – 8
= Baik (B)
Skor 4 – 6
= Cukup ( C ) commit to user = Kurang (D)
Skor < 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Berdasarkan pedoman penilaian keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata keaktifan siswa pada pembelajaran membaca dengan penggunaan media kartu kata bergambar di kelas tersebut telah tuntas. Nilai 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Pertemuan Pertemuan I II
Arm
L.B
Tf
Rs
Fa
Grafik 3. Grafik Nilai Kemampuan Membaca dan Partisipasi Aktif Siswa Siklus Kedua Hasil keberhasilan keaktivan siswa setiap siklus dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu bergambar dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 8. Profil Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua Aspek Penilaian
Pertemuan Ke…
Siswa yang aktif dalam
Prosentase
I
Jumlah Anak 4
pembelajaran
II
5
100%
Siswa yang kemampuan
I
5
100%
membacanya tuntas
II
5
100%
80%
Hasil keberhasilan keaktivan siswa setiap siklus dalam pembelajaran meningkatkan kemampuan membaca melalui metode global dengan kartu bergambar dari tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Prosentase 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siswa yang aktif dalam pembelajaran
ua n m
rt e Pe
Pe rt e
m
ua n
I
II
Siswa yang kemampuan membacanya tuntas
Grafik 4. Prosentase Hasil Keberhasilan Penelitian Siklus Kedua Kelima anak mengalami perkembangan membaca dan berpartisipasi aktif. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 7.6 dan pertemuan kedua diperoleh nilai 8.3. Untuk nilai rata-rata keaktifan siswa pertemuan pertama diperoleh nilai 6 (cukup) dan pertemuan kedua diperoleh nilai (baik). Dan dapat disimpulkan bahwa hasil dari siklus kedua telah memenuhi indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian, sebab 80 % siswa di kelas tersebut yang memiliki nilai di atas 7.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan guru yang mengajar di kelas dan wawancara orang tua diperoleh data atau keterangan bahwa kelima siswa di kelas tersebut memiliki kemampuan membaca permulaan yang sangat kurang atau minim. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia siswa di kelas tersebut belum tuntas. Hal tersebut menyebabkan kemampuan berbahasa Indonesia yang dicapai kelima siswa tersebut belum berkembang dengan baik. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa di kelas tersebut, kemudian guru kelas berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia (membaca commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
permulaan) dengan memberikan tindakan berupa ”penggunaan media kartu kata bergambar” yang diterapkan dalam pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua. Penggunaan media kartu kata bergambar pada pembelajaran membaca permulaan dengan metode global yang telah dilaksanakan selama 2 kali pertemuan pada siklus pertama masih perlu pengulangan. Hal ini disebabkan anak belum pernah menerima pembelajaran sebelumnya dan masih bingung dengan cara penyampaian guru. Setiap anak membutuhkan bimbingan secara individual, sehingga guru harus memberikan pengarahan secara bergiliran satu persatu. Sebelum tindakan (penggunaan kartu kata bergambar) yang diberikan kepada siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta guru kelas/peneliti mengadakan pengamatan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan membaca yang dimiliki siswa di kelas tersebut. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa 5 orang siswa memiliki kemampuan membaca yang masih kurang baik. Nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut kurang dari 6. Sehingga hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut belum tuntas atau masih di bawah rata-rata. Hasil tindakan siklus II anak mengalami perkembangan membaca dan berpartisipasi aktif. Nilai kemampuan membaca siswa pada siklus II seluruh siswa telah menuntaskan belajar membaca permulaan melalui metode global dengan kartu kata bergambar. Hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori masih relevan, karena media kartu bergambar memiliki beberapa kelebihan sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief S. Sadiman, dkk (2006: 29) sebagai berikut: 1) Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; 2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapi gambar dapat selalu dibawa kemana-mana; 3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4) dapat memperjelas suatu masalah, dalain bidang apa saja dan uriluk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/membetulkan kesalahpahaman; 5) murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Di samping memiliki kelebihan, media kartu bergambar juga memiliki kelemahan sebagaimana yang dikemukakan Arief S. Sadiman, dkk (2006:31) sebagai berikut: 1) kartu bergambar hanya menekankan persepsi indera mata; 2) kartu bergambar kurang efektif jika menerangkan gambar yang terlalu kompleks; 3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk mengatasinya ialah kartu bergambar dibuat tidak terlalu kecil, dan siswa dikondisikan posisi tempat duduk melingkar, kartu bergambar yang tidak dapat menunjukkan gerak, guru harus kreatif menerangkan maksud dari kartu bergambar dan membimbing siswa yang kurang paham terhadap maksud dari kartu bergambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian tentang “Penerapan Metode Global dengan Kartu Kata Bergambar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Tuna Grahita Ringan Kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009”, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode global dengan kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta tahun ajaran 2008/2009
B. Saran Dengan melihat besarnya manfaat hasil penelitian tindakan ini, peneliti menyarankan kepada beberapa pihak yang terkait antara lain sebagai berikut: 1. Bagi guru pengajar Bahasa Indonesia a. Untuk
kelancaran
proses
pembelajaran
guru
hendaknya
selalu
menggunakan media atau alat peraga dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila di sekolah tidak tersedia alat peraga yang sesuai dengan keperluan, guru secara kreatif hendaknya dapat membuat alat peraga sendiri. b. Apabila akan menggunakan media kartu bergambar terlebih dahulu harus mempertimbangkan berbagai hal yakni dari segi kemanfaatan, kepraktisan, kesesuaian dengan materi membaca dan tujuan pembelajaran membaca, kondisi dan potensi siswa, serta harus dapat menarik perhatian dan minat siswa. c. Media kartu kata bergambar sebagai salah satu unsur pembelajaran hendaknya selalu digunakan dalam upaya menciptakan PAKEM yaitu pembelajaran yang aktip, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat ke arah yang lebih baik. commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
2. Bagi Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebaiknya membantu guru dalam pengadaan media kartu kata bergambar untuk setiap pembelajaran membaca permulaan Bahasa Indonesia agar dapat diterapkan di kelas yang lain. 3. Bagi Siswa Siswa tuna grahita ringan kelas V SLB Negeri Surakarta hendaknya lebih rajin belajar membaca setiap buku pelajaran baik di rumah maupun di sekolah. Apabila mengalami kesulitan tentang apa yang akan ia baca, coba tanyakan kepada teman sekelas yang kemampuan membacanya lebih lancar, agar terjalin kerjasama yang positif. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi Peneliti selanjutnya yang akan memecahkan permasalahan pembelajaran serta mencari strategi pembelajaran yang tepat dalam pengembangan kemampuan membaca siswa tuna grahita ringan, bisa menerapkan media kartu kata
bergambar
sebagai
variabel
pemecahan
mengembangkannya dengan variabel lain yang terkait.
commit to user
masalah
atau