PEMBELAJARAN PENGENALAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-HIKMAH SUMBERREJO GEDANGAN KABUPATEN MALANG SKRIPSI
Oleh : Muhammad Hafid Al-Habsy 07140030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus 2009
PEMBELAJARAN PENGENALAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-HIKMAH SUMBERREJO GEDANGAN KABUPATEN MALANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh : Muhammad Hafid Al-Habsy 07140030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus 2009
PEMBELAJARAN PENGENALAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-HIKMAH SUMBERREJO GEDANGAN KABUPATEN MALANG
SKRIPSI
Oleh : Muhammad Hafid Al-Habsy 07140030
Disetujui oleh : Dosen Pembimbing
Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si NIP. 150 327 264
Tanggal 15 Juli 2009
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN PEMBELAJARAN PENGENALAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-HIKMAH SUMBERREJO GEDANGAN KABUPATEN MALANG SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Hafid Al Habsyi (07140030) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 07 Agustus 2009 dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tanggal: 12 Agustus 2009 Panitia Ujian
Tanda Tangan
Ketua Sidang Abdussakir, M.Pd NIP. 150 327 247
:
Sekretaris Sidang Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si NIP. 150 327 264
:
Pembimbing Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si NIP. 150 327 264
:
Penguji Utama Dr. H. Agus Maimun, M.Pd NIP. 150 289 468
:
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. M. Zainuddin, MA NIP. 150 275 502
PERSEMBAHAN Dengan senantiasa kupanjatkan puji syukur al-hamdulillah kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam kehadirat rasulullah SAW, penulis persembahkan karya skripsi ini untuk:
BAPAK & IBU Yang dengan tulus ikhlas mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a dan semua yang beliau berdua miliki tuk kesuksesan dan kebahagiaan putra-putrinya. (ya ALLAH, hambalah saksi ketulusan mereka berdua. Maka, lindungi dan sayangilah mereka berdua di dunia hingga akherat kelak, karena hanya Engkaulah ya Allah yang maha Penyayang, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta)
SEMUA KELUARGA BESARKU Yang telah mendoakan dan memberi nasihat serta menyayangiku. Doakan semoga saya bisa menjadi manusia yang dapat kalian banggakan. Sepupu-sepupuku yang lucu-lucu antara lain Rafli, Vela, Fery, dan Alivi. Kalian adalah penyemangatku, membuat canda tawa di dalam hari-hariku.
GURU-GURUKU DAN DOSENKU Yang selalu mendidik dalam studiku sehingga aku dapat mewujudkan harapan dan anganku sebagai awal berpijak dalam menggapai cita-cita
TEMAN-TEMANKU PGMI ANGKATAN 2005-2006 Selamat Berjuang dan Melangkah ke masa depan dengan kesuksesan yang gemilang.
MOTTO
ª!$# Ëx|¡øtƒ (#θßs|¡øù$$sù ħÎ=≈yfyϑø9$# †Îû (#θßs¡¡xs? öΝä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ ( öΝä3s9 ∩⊇⊇∪ ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujaadalah: 11)
Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Nota Dinas Pembimbing Hal : Skripsi Muhammad Hafid Al-Habsy
Malang, 15 Juli 2009
Lamp : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama
: Muhammad Hafid Al-Habsy
NIM
: 07140030
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi
: Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan Kabupaten Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing
Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si NIP. 150 327 264
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 15 Juli 2009
Muhammad Hafid Al-Habsy
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III di Madarasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan Kabupaten Malang” . Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu Al-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN malang sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan di UIN Malang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan segala kerendahan hati, diucapkan terimakasih kepada: 1. Yang terhormat Bapak dan Ibu, yang telah banyak memberikan do’a restu, yang dengan sabar telah membesarkan, membimbing, mendo’akan, mengarahkan, memberi kepercayaan, bantuan moril dan materiil demi kesuksesan ananda dan kepada adikku Fifi yang tersayang serta seluruh keluarga besarku. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maliki Malang. 3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang. 4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Maliki Malang. 5. Bapak Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya hingga laporan ini selesai. 6. Bapak dan ibu dosen UIN Maliki Malang yang telah membimbing penulis selama belajar dibangku perkuliahan. 7. Bapak Sucipto, selaku Kepala Sekolah MI. Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin.
8. Semua Dewan Guru beserta staf karyawan MI. Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang, yang telah memberikan bantuan dan bimbingan baik dalam bentuk moril maupun spirituil kepada kami dan memberikan informasi-informasi yang kami butuhkan. 9. Seluruh siswa/i kelas III MI. Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang yang turut membantu jalannya program penelitian ini. 10. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan motivasi dan banyak pengalaman yang berharga. 11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan skripsi ini. Kami hanya bisa mendo’akan semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang mulia. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat positif bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan, bobot maupun isinya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaanya. Harapan kami semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal Alamin. Malang, 15 Juli 2009 Penulis Muhammad Hafid Al Habsy NIM 07140030
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1 Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal lainya.................... 22 Tabel 2 Jumlah Siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo kabupaten Malang .......... 110 Tabel 3 Fasilitas Pembelajaran di MI Al-Hikmah Sumberrejo kabupaten Malang ............................................................................................ 111 Tabel 4 Struktur Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo kabupaten Malang . 112 Tabel 5 Jumlah Tenaga Pengajar MI Al-Hikmah Sumberrejo kabupaten Malang ............................................................................................ 113 Tabel 6 Daftar Penilaian Individu Saat Kerja Kelompok Maupun Dalam Berdiskusi pada Pertemuan Pertama................................................. 129 Tabel 7 Hasil Pengukuran Tes Tiap-tiap Kelompok pada Pertemuan Pertama ........................................................................................... 130 Tabel 8 Hasil Pengukuran Tes Tiap-tiap individu pertemuan pertama........... 131 Tabel 9 Skor Tes Kelompok Pada Pertemuan Ke-2 Siklus I.......................... 145 Tabel 10 Daftar Skor Tes Individu pada saat Kerja Kelompok dan Berdiskusi Pada Pertemuan Ke-2 Siklus I .......................................................... 146 Tabel 11 Hasil Tes Individu Pada Pertemuan Ke-2 Siklus I .......................... 147 Tabel 12 Skor penilaian kelompok Pada Pertemuan Ke-3 Siklus II ............... 164 Tabel 13 Daftar Skor Tes Individu pada saat Kerja Kelompok dan Berdiskusi Pada Pertemuan Ke-2 Siklus II......................................................... 165 Tabel 14 Hasil Tes Individu (tugas) Pada Pertemuan Ke-3 Siklus II ............. 166 Tabel 15 Daftar Skor Tes Individu (Ulangan) Mata Pelajaran Matematika ... 172 Tabel 16 Tabel interval skor nilai ulangan siswa pada siklus III.................. ..173
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 2. 1 Prosedur Pelaksanaan PTK ................................................. 19 Gambar 2. 2 Gambar Keterkaitan Antara Pembelajaran dan Mengajar .... 26 Gambar 2.3
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Matematika ......................................................... 41
Gambar 2. 4 Kerucut Pengalaman Belajar ................................................ 65 Gambar 4. 1 Aktivitas Siswa Dalam Menyajikan Nilai Pecahan Dalam Bentuk Gambar ................................................................... 123 Gambar 4. 2 Contoh Gambar Nilai Pecahan ............................................. 124 Gambar 4. 3 Aktifitas Siswa Dalam Menyajikan Nilai Pecahan Ke Dalam Potongan/Pembelahan Buah Terong ......................... 139 Gambar 4. 4 Aktifitas Siswa Dalam Berdiskusi Serta Penyajian Tugas.... 143 Gambar 4. 5 Kegiatan Siswa Pada Saat Menyajikan Nilai Pecahan Ke Dalam Gambar Kemudian Mewarnainya ............................. 154
Gambar 4. 6 Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Dilakukan Pembelahan Dengan Menggunakan Buah Terong Kemudian Menempelkan Bersamaan Dengan Gambar Pecahan. Hasil Pembelahan dan Gambar Ini Menunjukkan Nilai Pecahan (Setengah/Satu Per Dua/Seperdua). ..................................... 158 Gambar 4. 7 Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Dilakukan Pembelahan Dengan Menggunakan Buah Terong Kemudian Menempelkan Bersamaan Dengan Gambar Pecahan. Hasil Pembelahan dan Gambar Ini Menunjukkan Nilai Pecahan (Satu Per Empat/Seperempat). ............................................. 158 Gambar 4. 7 Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Melalui Proses Finishing ...... 160
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal Angket Siswa ................................................................ 207 Lampiran 2 Format Observasi Kelas......................................................... 209 Lampiran 3 Struktur Organisasi Sekolah .................................................. 212 Lampiran 4 Denah Letak Geografis Sekolah ............................................ 213 Lampiran 5 Jadwal Pelajaran Tahun Akademik 2008/2009....................... 214 Lampiran 6 Pedoman Wawancara Guru Matematika ................................ 215 Lampiran 9 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ................................... 217 Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian................................................... 219 Lampiran 9 Lampiran Surat Keputusan Kepala MI Al-Hikmah ................ 220 Lampiran 10 Profil Sekolah MI Al-Hikmah ............................................... 221 Lampiran 14 Daftar Nama Guru ................................................................. 222 Lampiran 15 Daftar Nama Kelompok Pembelajaran ................................... 223 Lampiran 16 Soal Ujian ............................................................................ 224 Lampiran 17 Rencana Pembelajaran........................................................... 229 Lampiran 18 Dokumentasi Hasil Penelitian ................................................ 247 Lampiran 19 Surat Penelitian ..................................................................... 251 Lampiran 20 Bukti Konsultasi .................................................................... 252 Lampiran 21 Riwayat Hidup Peneliti.......................................................... 253
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v MOTTO ...................................................................................................... vi HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ vii HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv DAFTAR ISI ............................................................................................... xv ABSTRAK................................................................................................... xxi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 13 E. Sistematika Pembahasan ........................................................... 14 F. Hipotesis Penelitian .................................................................. 16 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan.....17 B. Pembelajaran ............................................................................ 24 1. Definisi Pembelajaran ............................................................ 24 2. Konsep Pembelajaran ............................................................ 27 3. Karakteristik Pembelajaran .................................................... 27 C. Pembelajaran Matematika ......................................................... 28 1. Sejarah Ilmu Matematika ...................................................... 28 2. Definisi Pembelajaran Matematika........................................ 29 3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika ....................... 32 4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika ............................ 34 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Belajar Mengajar Matematika ................................................ 35 D. Definisi Pecahan dalam Pembelajaran Matematika ................... 41 E. Definisi Pemahaman ................................................................. 43 F. Media Pembelajaran ................................................................. 45 1. Definisi Media Pembelajaran................................................ 45 2. Ciri-ciri Media Pembelajaran................................................ 50 3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ............................... 53 4. Fungsi Media Pembelajaran ................................................. 55
G. Metode ..................................................................................... 56 1. Definisi Metode.................................................................... 56 2. Metode Demonstrasi ............................................................ 57 a. Kelebihan Metode Demonstrasi..................................... 58 b. Kelemahan Metode Demonstrasi ................................... 58 c. Cara Mengatasi Kelemahan Metode demonstrasi .......... 59 H. Penerapan Pembelajaran Pecahan dengan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman siswa ............... 60 BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 67 A. Setting Penelitian ...................................................................... 67 B. Rencana Tindakan .................................................................... 69 1. Perencanaan Tindakan .......................................................... 69 2. Implementasi Tindakan ........................................................ 72 3. Observasi dan Interpretasi .................................................... 74 4. Analisis dan refleksi ............................................................. 76 C. Siklus Penelitian ....................................................................... 77 1. Pertemuan Pertama (Pemahaman dan Pemantapan Konsep Pecahan)............................................................................... 78 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 79 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 81 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 83 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 83 2. Pertemuan Kedua (Siklus Kecil ke-I).................................... 84 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 85
b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 86 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 88 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 89 3. Pertemuan Ketiga (Siklus Kecil ke-2) ................................... 89 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 90 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 92 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 93 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 94 4. Pertemuan Keempat (Evaluasi Pembelajaran)....................... 95 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 95 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 97 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 98 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 98 D. Indikator Siklus Penelitian ........................................................ 99 E. Instrumen Penelitian ................................................................. 99 F. Pengumpulan Data.................................................................... 100 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................... 100 2. Sumber Data ........................................................................ 102 3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 103 G. Indikator Kinerja ...................................................................... 104 BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 106 A. Latar Belakang Obyek Penelitian .............................................. 106
1. Sejarah Berdirinya MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang ................................................................................. 106 2. Visi, Misi, dan Tujuan MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang ................................................................................. 107 3. Struktur Organisasi MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang Tahun Ajaran 2008/2009 ......................................... 109 4. Keadaan Siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang ............................................................................... 110 5. Sarana dan Prasarana MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang ................................................................................. 110 6. Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang .. 111 7. Jumlah Tenaga Pengajar MI Al-Hikmah Sumberrejo Kabupaten Malang ................................................................................. 113
B. Hasil Penelitian......................................................................... 114 1. Tahap Pra Penelitian............................................................. 114 2. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pertemua Pertama....... 116 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 116 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 118 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 127 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 131
3. Paparan Data dan Temuan Tindakan Pertemuan Kedua (Siklus I) ............................................................................. 132 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 132 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 135 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 144
d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 148 4. Paparan Data dan Temuan Tindakan Pertemuan Ketiga (Siklus II) ......................................................................................... 149 a. Perencanaan (Planning)................................................. 149 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 150 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 163 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 167 5. Paparan Data dan Temuan Tindakan Pertemuan Keempat .... 168 a. Perencanaan (Planning) ................................................ 168 b. Pelaksanaan (Acting) ..................................................... 169 c. Pengamatan (Observating) ............................................ 172 d. Refleksi (Reflecting)...................................................... 181 BAB V. PEMBAHASAN ........................................................................... 178 A. Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa ........................................................................................ 183 B. Proses Perencanaan Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa ............................................. 186 C. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa ............................................. 187 D. Proses dan Hasil Evaluasi Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa ............................................. 191
E. Kontribusi dan Rekomendasi Hasil Penelitian ........................... 198 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 201 A. Kesimpulan .............................................................................. 201 B. Saran ........................................................................................ 204 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 205 LAMPIRAN-LAMPIRAN
M. Hafid Al Habsy, 2009. Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hikmah Sumberrejo Gedangan Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembibing, Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si Kata Kunci: Pembelajaran, Pecahan, Media, Demonstrasi,
Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut. Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang, mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah banyak konsep strategi pembelajaran aktif yang ditawarkan. Strategi pembelajaran aktif nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah penerapan metode demonstrasi dan penggunaan media yang sesuai dengan materi pelajaran. Dengan menerapkan media pembelajaran dan penggunaan media ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada metode dan penggunaan media ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengungkapkan bahwa metode demonstrasi dan penggunaan media dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa, (2) Mendeskripsikan proses meningkatkan pemahaman pada materi pengenalan pecahan pada mata pelajaran matematika dengan metode demonstrasi dan penggunaan media pada siswa kelas III di MI Al Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang. Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, pengukuran tes hasil belajar, dan angket. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk uji keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode demonstrasi dan penggunaan media dapat meningkatkan pemahaman belajar matematika pada siswa kelas III semester genap tahun akademik 2008/2009 di MI Al Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang. Secara kuantitatif dapat ditunjukkan pada tes individual sebesar 100% atau sebanyak 20 orang siswa dari 20 peserta tes dinyatakan lulus karena nilai atau skor tesnya di atas rentang 50-54. Sedangkan yang gagal sebanyak adalah 0 orang siswa atau sebesar 0%. Ini berarti 100%
siswa berhasil dinyatakan lulus. Begitu juga pada hasil tes kelompok memperoleh skor dalam rentang lulus. Sedang secara kualitatif dapat dijelaskan dari banyaknya siswa yang menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dan penggunaan media menyenangkan, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, dan suasana kelas menjadi hidup (2) pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan penggunaan media pada mata pelajaran matematika, yang membahas tentang pengenalan pecahan, telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat memahamkan peserta didik terhadap pelajaran yang disajikan dengan mengaplikasikan metode demonstrasi dan penggunaan media belah terong dalam pengenalan pecahan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan dasar yang harus dimiliki semua manusia di bumi adalah membaca, menulis dan berhitung. Oleh karena itu, matematika dan bahasa diajarkan di semua negara. Matematika sangat penting sehingga bergelar “Queen of Science” (ratu ilmu pengetahuan). Sebagai ratu, ia melayani raja (dalam hal ini adalah science). Ini dapat diartikan bahwa semua pengetahuan memerlukan matematika1. Tetapi banyak siswa yang mengira, matematika adalah ilmu pengetahuan tersendiri, kompleks, dan sulit. Kadang–kadang matematika terlihat tidak memiliki hubungan dengan suatu ilmu pengetahuan. Sebagian siswa bertanya, jika saya ingin kuliah di jurusan hukum, untuk apa saya harus bersusah payah belajar matematika? Apa hubungan matematika dengan bidang hukum? Seberapa pentingnya? Atau seberapa matematika memberikan keuntungan pada wilayah hukum? Tentu, pendapat ini tidak benar. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
1
Al Jupri. Cara mengajar matematika bagaimana? (http: www. mathematicse. wordpress. com. diakses 5 November 2008) hlm.1
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika bukanlah bagian tersendiri dari suatu ilmu pengetahuan, tetapi kedudukan matematika lebih kepada melayani manusia untuk menyelesaikan masalah sosial, ekonomi dan ilmu alam. Tidak sekedar sebagai bahasa (bahasa matematika), tetapi juga cara berpikir logis. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari program Paket A (semester I) sampai Paket B (semester II) untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif seperti saat ini. Tujuan jangka pendek pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa, siswa diharapkan dapat memahami materi matematika yang dipelajarinya dan dapat menggunakannya pada pelajaran lain atau pada kehidupan (praktis) nyata dan bekal untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan tujuan jangka panjang pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa siswa itu dapat mengambil “nilai-nilai matematika” dan mengaplikasikannya untuk kehidupan. Nilai-nilai matematika yang saya
maksud meliputi: penalaran, kedisiplinan, ketaatan, kejujuran, kebertanggung jawaban, kesetiakawanan, keimananan, dan sebagainya. Jika matematika pelayan ilmu pengetahuan, apakah dapat melayani kehidupan religius manusia? Salah satu cabang matematika adalah logika. Di sini, kita tidak hanya belajar simbol logika, namun juga implementasinya pada kehidupan. Sebagai contoh, pernyataan majemuk dengan kata hubung “dan” disebut
pernyataan
konjungsi
dan
disimbolkan.
Berdasarkan
logika
matematika, pernyataan majemuk konjungsi adalah benar jika pernyataanpernyataan tunggalnya juga benar. Jika terdapat dua pernyataan tunggal, akan terdapat 4 kemungkinan nilai kebenaran pernyataan majemuknya. Sebagai contoh pernyataan majemuk konjungsi pada Al-Quran Surat Al Asr (103:1:3)
ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) ∩⊄∪ Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) ∩⊇∪ ÎóÇyèø9$#uρ
∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran2”.
2
Departemen Agama RI (1982), Al-Qur’an dan Terjemahanya, hlm. 1099.
Berdasarkan logika matematika diartikan bahwa manusia berada dalam kerugian jika hanya mengerjakan satu hal saja, beriman saja atau beramal saleh saja apalagi jika tidak mengerjakan keduanya. Kehidupan spiritual dan sosial harus berjalan dalam keseimbangan. Dipertegas oleh Rasulallah SAW dalam hadistnya: “Bekerjalah untuk duniamu seperti engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akheratmu seolah engkau akan mati esok hari”. Mengingat begitu pentingnya matematika, maka pembelajarannya harus diupayakan mampu membangkitkan antusiasme siswa. Hal ini dapat dicapai jika guru memahami bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berbeda, sehingga guru dituntut memiliki kesabaran, ketekunan dan kesungguhan dalam penyajian. Sampai setingkat sekolah menengah, peran guru pada pembelajaran matematika masih sangat diperlukan oleh sebagian besar siswa. Oleh karena itu guru matematika seharusnya mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan jangan menimbulkan kesan menakutkan siswa. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana cara memberikan pengajaran matematika kepada para siswa sehingga siswa tidak menganggap matematika sebagai momok atau pelajaran yang dianggap sulit? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu ditelaah lebih lanjut mengenai apa penyebab para siswa berkata demikian. Setelah diteliti ternyata alasan para siswa mengatakan demikian dikarenakan, Pertama, seorang guru atau gurunya ketika menjelaskan pelajaran matematika di dalam kelas kurang memberikan
perhatian kepada siswa. Guru lebih banyak memberikan pengajaran secara konvensional yaitu dengan cara ceramah sehingga menjadikan siswa kurang atau bahkan tidak paham sama sekali mengenai pelajaran yang baru diajarkan. Banyak juga guru yang hanya memperhatikan siswa-siswanya yang pandai saja. Siswa yang pandai dijadikan tolak ukur apakah yang ia sampaikan itu dapat diikuti atau tidak. Guru semacam ini asyik menjelaskan, asyik menyampaikan materi. Untuk mengecek apakah siswanya mengerti atau tidak, ia hanya mengecek pada siswa yang pandai saja. Akibatnya, banyak siswa lain tidak dapat mengikuti pembelajaran, siswa lain tidak mengerti materi yang mereka pelajari. Dengan memperhatikan hal di atas, seharusnya kita selaku guru introspeksi diri, apakah kita sudah benar cara mengajarnya atau belum? Sudah memperhatikan kondisi dan kemampuan siswa atau belum? Jangan-jangan, banyaknya siswa yang tidak mengerti itu gara-gara kita tak memperhatikan mereka, kurang peka terhadap mereka, gara-gara kita masa bodoh apakah mereka mengerti atau tidak, yang penting kita sudah mengajar saja, bodo amat mereka mau mengerti atau tidak, pokoknya pekerjaan saya cepat selesai. Semua ini adalah tindakan yang sangat keliru dan tidak sepantasnya seorang guru mempunyai pemikiran seperti itu. Jika hal ini dibiarkan berlanjut, maka sudah dapat ditebak dampaknya yaitu rendahnya mutu pendidikan kita dan dalam hal ini profesionalisme guru harus dipertanyakan. Kedua
adalah
ketidaksiapan
guru
dalam
mengajar.
Dalam
pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang akan
diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru3. Guru harus menguasai benar materi-materi yang akan diberikan kepada siswa karena sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai dan PBM berjalan secara optimal. Penguasaan materi dan cara penyampaian yang baik merupakan syarat utama keberhasilan PBM matematika. Artinya, jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar. Seorang guru matematika yang tidak menguasai materi dan metode mengajar matematika tidak mungkin ia dapat menyampaikan pengajaran dengan baik. sebelum mengajar, hendaknya guru terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai syarat utama sebelum melaksanakan PBM. Ketiga adalah tidak adanya variasi dalam mengajar. Artinya ketika seorang guru memberikan pengajaran matematika kepada peserta didik tidak menggunakan variasi dalam mengajarnya dan pengajaran masih konvensional. Akibatnya sudah bisa ditebak yaitu banyak siswa yang tidak mengerti isi materi pembelajaran, siswa tidak mengerti materi yang mereka pelajari. Model pengajaran seperti ini dirasa cukup tradisional serta ketinggalan jaman. Tidak sepantasnya model pembelajaran seperti itu dilaksanakan di jaman yang serba modern seperti saat ini. 3
Syaful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta CV, 2007),hlm.63
Dalam memberikan pengajaran guru setidaknya memberikan variasi dalam mengajar dengan tidak melakukan ceramah selama proses pembelajaran karena siswa akan merasa jenuh dan tidak adanya semangat untuk belajar. Variasi yang bisa dipakai diantaranya adalah memberikan pengajaran dengan menggunakan
media
pembelajaran
dan
juga
menggunakan
metode
pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, artinya siswa ditunjukkan beberapa media dalam belajarnya serta mamakai bermacam-macam metode dalam mengajar supaya pembelajaran lebih bervariasi, terlebih bagi guru matematika dalam memberikan pengajaran kepada peserta didiknya juga harus menggunakan variasi pembelajaran diantaranya adalah pemakaian media pembelajaran dan juga metode pembelajaran. Pemberian media ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah kita ajarkan. Sedangkan metode dimaksudkan untuk memberikan variasi-variasi dalam pembelajaran sehingga tidak mengacu pada satu metode saja. Permasalahan inilah yang akan kita bicarakan dalam penelitian ini dimana guru harus menggunakan variasi dalam pembelajaran dengan cara menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi pokok konsep pecahan. Kenapa dalam penelitian ini yang diambil adalah pecahan karena materi pecahan ini dianggap materi yang cukup sulit untuk diajarkan dan dicerna oleh siswa. Untuk itu guru dituntut untuk menjelaskan materi pecahan ini semaksimal mungkin dengan menggunakan berbagai macam cara agar siswa dapat paham mengenai pembelajaran pecahan ini.
Konsep pecahan atau dalam bahasa inggris disebut “fraction” sering sukar dipahami oleh anak-anak, karena mereka biasa bekerja dengan bilangan bulat (integer number). Untuk memahamkan konsep pecahan kepada anak dapat dilakukan antara lain dengan memberikan pemahaman nyata kepada siswa. Pengalaman nyata yang dapat diberikan pada materi pecahan ini adalah melalui kegiatan membagi makanan (sharing food). Melalui kegiatan membagi makanan siswa memahami pecahan dengan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan. Mengajar materi pecahan membutuhkan suatu kreativitas dan keterampilan dari pengajar sehingga siswa benar-benar mengerti apa konsep dari suatu pecahan itu. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan suatu media pembelajaran yang interaktif dan juga metode pembelajaran demonstrasi tentang materi pecahan untuk kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI). Media pembelajaran dan metode demonstrasi ini akan menyampaikan materi pecahan kelas III semester II sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang meliputi: (1) mengenal pecahan sederhana (2) membandingkan pecahan sederhana4. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran di dalam kelas pada materi pecahan yaitu dengan cara melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang diberi judul Pembelajaran
Pengenalan
Pecahan
dengan
Menggunakan
Metode
Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa kelas III di Madrasah 4 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kls. I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 91
Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang untuk pembelajaran matematika. Program media pembelajaran dan metode ini didesain sebaik mungkin baik dari segi materi maupun penyampaiannya. Materi disajikan dengan menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang praktis. Alat dan sumber belajar yang disediakan dalam penelitian ini antara lain: (1) buah terong, (2) alat pemotong berupa pisau, (3) kertas untuk mencatat hasil pekerjaan, dan (4) kartu pecahan serta alat dan sumber media yang lainya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media belah terong untuk memberikan pengenalan pecahan kepada para peserta didik/siswa. Tentunya pelaksanaan penelitian ini dengan berbagai macam pertimbangan salah satunya adalah jebloknya nilai dan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan oleh sistem pembelajaran guru yang masih konvensional yaitu dengan ceramah. Guru harus banyak memberikan variasi dalam pembelajaran agar siswa lebih semangat lagi dalam belajar dan tentunya agar siswa dapat memahami materi yang telah diajarkan. Terlebih pada pembelajaran matematika materi pokok pecahan yang selama ini siswa cenderung mengalami kesulitan dalam hal pemahaman. Atas dasar inilah peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan (1) memberikan pembelajaran yang sebaik mungkin terutama pada materi pecahan agar pemahaman siswa dapat ditingkatkan, (2) memberikan variasi dalam pengajaran karena selama ini proses pembelajaran masih cenderung konvensional, (3) dengan diadakannya penelitian tindakan kelas yang
mengambil judul Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang diharapkan pemahaman siswa dapat meningkat sehingga kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Dalam penelitian ini, peneliti yang juga bertindak sebagai guru dituntut untuk memberikan pengajaran sebaik mungkin dalam mengajarkan materi pecahan pada mata pelajaran matematika. Untuk itu dipilihlah media belah terong ini karena sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu pecahan, dengan tujuan agar para peserta didik mampu memahami materi pelajaran dengan baik. Siswa perlu diberikan pengalaman nyata dengan alasan pengalaman nyata merupakan cara pengajaran yang efektif karena dapat mengikutsertakan semua indera siswa. Siswa akan memperoleh pengertian secara langsung dan ikut berpartisipasi di dalam kegiatan yang dibicarakan. Seperti
dalam
pecahan
ini,
siswa
langsung
diajak
bekerja
sama
mengerjakannya. Pemilihan media ini dianggap tepat, karena selain mudah penerapannya, media belah terong secara tidak langsung akan menarik minat dan juga motivasi belajar siswa di dalam kelas karena masing-masing siswa dapat mendemonstrasikan pembelajaran secara langsung sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan menerapkan media belah terong dengan metode demonstrasi ini, diharapkan siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar. Pengalaman yang diperoleh siswa diantaranya adalah pengalaman nyata yaitu dengan
metode demonstrasi, artinya siswa sendiri yang nantinya akan memperagakan langsung dan diharapkan strategi ini dapat mempermudah proses pengajaran agar tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Kali ini peneliti berkedudukan sebagai guru artinya peneliti inilah yang akan mengajarkan materi pecahan kepada siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah desa Sumberrejo Gedangan kabupaten Malang. Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjawab semua permasalahan yang terjadi saat ini walaupun agaknya cukup rumit akan tetapi cukup menantang, sehingga siswa akan tertarik untuk mengerjakannya, sekaligus dapat membangun pemahaman siswa tentang pecahan. Kenapa penelitian ini dilakukan dikelas III? Karena pengertian pecahan mulai dikenalkan di kelas III dan diperdalam di kelas IV dan V. Pecahan dikaitkan dengan bagian dari suatu benda. Pecahan dalam hubungannya dengan garis bilangan dikenalkan sejak kelas III. Semua media pembelajaran, masing-masing punya keistimewaan dan kekurangan. Media atau metode apapun yang guru pakai, bila dioptimalkan, niscaya tujuan pembelajaran matematika yang diidam-idamkan dapat dicapai.
B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana proses perencanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa
kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang? 2) Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang? 3) Bagaimana proses dan hasil evaluasi pembelajaran pengenalan pecahan dengan
menggunakan
metode
demonstrasi
untuk
meningkatkan
pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang?
C. Tujuan Dari beberapa uraian di atas, maka dapat kami simpulkan beberapa tujuan dalam penelitian ini: 1) Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan
menggunakan
metode
demonstrasi
untuk
meningkatkan
pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang. 2) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan
menggunakan
metode
demonstrasi
untuk
meningkatkan
pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang.
3) Mendeskripsikan proses dan hasil evaluasi pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1) Bagi Lembaga, Khususnya Bagi MI Al-Hikmah Sumberrejo Malang. Sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan langkah-langkah
penggunaan
metode
pengajaran
mata
pelajaran
Matematika khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. Terlebih sekolah ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon generasi penerus bangsa di masa depan. 2) Bagi Guru Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan kompetensi pembelajaran. 3) Bagi Siswa Dengan dilaksanakan PTK ini akan sangat membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan penggunaan media ini diharapkan siswa akan lebih mudah memahami materi dan juga menambah motivasi siswa dalam belajar.
4) Bagi Peneliti Memberikan manfaat bagi peneliti dan menambah khazanah keilmuan yang dapat dijadikan bekal menjadi guru yang profesional kelak.
E. Sistematika Pembahasan Agar dalam penelitian ini dapat diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka sistematik penulisannya dapat dirinci sebagaimana berikut : BAB I
: Merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, sistematika pembahasan, hipotesis penelitian, dan pembatasan masalah. Uraian dalam bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang penelitian yang akan dikaji.
BAB II
: kajian pustaka meliputi landasan teori yang memuat pembahasan umum tentang urgensi penelitian tindakan kelas (PTK)
dalam
matematika, matematika,
pendidikan, definisi
pembelajaran,
pecahan
definisi pemahaman,
pembelajaran
dalam
pembelajaran
media
pembelajaran,
metode, dan penerapan pembelajaran pecahan dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa.
BAB III
: Merupakan bab yang menerangkan tentang metode penelitian yang digunakan peneliti dalam pembahasannya meliputi: setting penelitian, rencana tindakan, siklus penelitian, pembuatan instrumen, data dan sumber data, pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan indikator kinerja.
BAB IV
: Merupakan bab paparan data yang sesuai dengan objek yang diteliti. Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan serta refleksi pada setiap siklus dipaparkan pada bab ini. Pelaksanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang.
BAB V
: Bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti di lapangan. Pada bab ini akan membahas temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, dan mempunyai arti penting bagi keseluruhan penelitian serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini.
BAB VI
: Merupakan kesimpulan dari hasil bab terdahulu, bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan
dan
saran-saran
yang
bersifat
konstruktif.
F. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah “Jika model pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi diterapkan dalam pembelajaran pecahan, maka pemahaman siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah di desa Sumberrejo Gedangan kabupaten Malang dapat ditingkatkan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Pendidikan Dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu, tidak selamanya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat tercapai. Dalam setiap proses pembelajaran akan selalu dijumpai suatu masalah yang menjadi hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran, misalnya: (1) kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) tidak adanya respon dalam diri siswa ketika menikuti proses pembelajaran, (3) siswa gagal dalam ujian. Masalah-masalah seperti inilah yang sesungguhnya harus diperhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaranya dan menuntut guru untuk sesegera mungkin mencari solusi alternatif untuk mengatasi masalah ini. Setiap
guru
selalu
menginginkan
tercapainya
suatu
tujuan
pembelajaran yang optimal, serta berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan mendatngkan keuntungan ganda adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu proses di mana melalui proses ini guru dan siswa sama-sama menginginkan
terjadinya
perbaikan,
peningkatan,
dan
perubahan
pemebalajaran yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal5. Ada beberapa definisi tentang PTK diantaranya sebagai berikut: menurut Joni dan Tisno PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh perilaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukanya itu, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.6 Sementara itu Soedarsono mempunyai pandangan lain mengenai definisi atau makna PTK. Menurut beliau PTK adalah suatu proses di mana melalui proses ini dosen dan mahasiswa atau guru dan siswa sama-sama menginginkan terjadinya perubahan di mana perubahan itu mengacu pada perbaikan, peningkatan kualitas pembelajaran, dan perubahan pembelajaran ke arah yang lebih baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.7 Suyanto mendefinisikan PTK sebagai penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di dalam kelas dimana upaya perbaikan ini dilakukan dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari di kelasnya. Permasalahan itu merupakan permasalahan faktual yang benar-
5
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm.1 6
Wahidmurni, Penelitan Tindakan Kelas Dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM PRESS, 2008), hlm.14 7
Ibid.
benar dihadapi di lapangan, bukan permasalahan yang dicari-cari atau direkayasa.8 Pendapat lain mengatakan, PTK adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi suatu masalah dan mencari solusi alternatif untuk memecahkanya. Dapat juga dikatakan bahwa PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukanya itu, serta untuk memperbaiki kondisi nyata dimana praktik pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan di dalam kelas9. Prosedur PTK mencakup: penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dibarengi observasi dan interpretasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut (bila diperlukan)10. Secara rinci prosedur pelaksanaan PTK tersebut dapat digambarkan sebagi berikut:
Finish
Finish
Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi
Analisis Data I
Observasi
Belum Terselesaikan
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Analisis Data II
Observasi
Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan PTK 8
Ibid.
9
Djunaidi Ghony, op.cit., hlm.8
10
Wahidmurni, op.cit., hlm.28
-
Perencanaan Tindakan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan akan digelarnya PTK. Langkah-langkah yang direncanakan hendaknya ditulis secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan.
-
Implementasi Tindakan, yaitu jabaran tindakan yang akan digelar, menyangkut skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
-
Observasi dan Interpretasi, yaitu kegiatan yang merupakan tahap pengumpulan data. Observasi merupakan teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam PTK yang meliputi: aktivitas guru, aktivitas siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan siswa lainya, interaksi siswa dengan bahan ajara atau sumber belajar atau semua fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung.
-
Analisis dan Refleksi, yaitu tahap menganalisis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan. Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, yaitu sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara11. Untuk meningkatkan mutu 11
Wahidmurni, op.cit., hlm.8
pendidikan, maka secara kuantitas dan kualitas penelitian pendidikan juga harus ditingkatkan; sebab jika kita menginginkan pendidikan kita maju dan berkembang maka penelitian pendidikan harus dilakukan guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, untuk itu demi mengembangkan ilmu pengetahuan yang terkait dengan bidang pendidikan perlu dilakukan kegiatan penelitian pendidikan. Dengan demikian PTK merupakan bagian dari penelitian pendidikan. PTK hanya terjadi pada jalur pendidikan formal atau dalam hal ini adalah sekolah dan universitas, dan kecil kemungkinan PTK dilaksanakan pada jalur pendidikan non formal yang memang melaksanakan proses pendidikan. PTK merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, walau terkadang data yang dikumpulakan dapat berupa data kuantitatif. Oleh karena itu, PTK juga dapat dikatakan sebagai penelitian kualitatif (qualitative research) yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh dengan jalan menggunakan prosedurprosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)12. Dalam penelitian kualitatif ini objek kajianya dapat berupa masyarakat, sejarah, tingkah laku, organisasi, pergerakan-pergerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. PTK berbeda dengan penelitian formal lainya. Pada dasarnya penelitian formal bertujuan untuk hipotesis (jawaban yang direncanakan) dan 12
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj., Dr. H. M. Djunaidi Ghony (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), hlm.11
membangun teori yang bersifat umum (general). PTK lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran di kelas, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik masing-masing objek yang diteliti dalam PTK. Adapun perbedaan karakteristik itu dapat dilihat pada diri siswa atau peserta didik dan kondisi pembelajaran pada masing-masing kelas atau sekolah. Perbedaan PTK dengan penelitian formal, adalah sebagai mana disajikan dalam taabel berikut13: No
1
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
•
Dilakukan oleh guru/dosen
Penelitian Formal Lainya
•
yang terkait dengan
Dilakukan oleh orang luar, guru dan dosen
pembelajaran 2
•
Analisis statistik sederhana
•
Analisis statistik lebih rumit
3
•
Memperbaiki pembelajaran
•
Mengembangkan/menguji teori
secara lansung
•
Memperbaiki pembelajaran secara tidak langsung
Tabel 1 Perbedaan antara Penelitian PTK dengan Penelitian Formal Lainya
Manfaat diselenggarakanya PTK bagi guru/dosen dalam pembelajaran ini diantaranya adalah14:
13
Wahidmurni, op.cit., hlm.18-19
1. Pengalaman dalam PTK akan menjadikan guru berani menyusun sendiri kurikulum pengajaran dan menjadikan guru lebih mandiri dan tentunya lebih profesional. 2. PTK dapat menumbuh kembangkan sikap inovatif dan budaya meneliti para
guru/dosen
khususnya
dalam
mencari
solusi
terhadap
permasalahan pembelajaran di dalam kelas. 3. Meningkatkan kerjasama antar guru/dosen dengan siswa/mahasiswa dalam memecahkan masalah pembelajaran di dalam kelas. 4. PTK
sebagai
suatu
program
perbaikan
pendidikan
dalam
pembelajaran. 5. PTK merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku, atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, dan bermanfaat dalam perbaikan kegiatan pembelajaran. 6. PTK merupakan kegiatan pengumpulan informasi yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe atau model pembelajaran dalam upaya perbaikan pembelajaran demi mencapi tujuan yang optimal. 7. Dengan diselenggarakan PTK ini diharapkan lembaga yang diteliti dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang perlu diuji lebih lanjut.
14
Djunaidi Ghony, op.cit., hlm.29-30
Sementara itu, tujuan diselenggarakan PTK ini murni adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan. Oleh karena itu, PTK merupakan strategi dalam memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan dalam peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Lebih lagi tujuan diselenggarakan PTK ialah pengembangan kemajuan guru/dosen untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di dalam kelas atau di sekolah. Selain itu tujuan PTK ialah dapat menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru atau dosen.
B. Pembelajaran 1. Definisi Pembelajaran Kegiatan mengajar mrupakan kegiatan mengorganisasikan siswa di dalam maupun di luar kelas. Tugas guru dalam belajar disamping memberikan informasi kepada siswa juga sebagai pengarah dan pemberi fasilitas atau biasa kita sebut directing and facilitating the learning dengan harapan pembelajaran berjalan dengan optimal dan agar tujuan belajar dapat tercapai. Jadi peran seorang guru atau pengajar disini tidak lagi sebagai informan yang datang, duduk diam, memberikan ceramah kepada siswa namun ditambah lagi tugas guru yaitu sebagai penyedia fasilitas (facilitator) belajar bagi siswa-siswinya ketika belajar. Kegiatan yang semacam itulah yang sering kita sebut sebagai pembelajaran. Namun masih banyak definisi-definisi lain mengenai pembelajaran yang tentunya belum kita ketahui sebelumnya. Untuk itu dalam pembahasan di bawah ini
penulis mencoba mengutarakan beberapa pendapat dari para ilmuwan mengenai definisi dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
upaya
guru
untuk
membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan suatu pendidikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar15. Pembelajaran merupakan bagian dari proses belajar yang sengaja dibangun oleh guru dengan maksud untuk mengembangkan kreatifitas yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan atau pemahaman siswa dalam menerima informasi baru. Dari pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud pembelajaran adalah suatu aktivitas yang digerakkan oleh guru dengan maksud agar siswa belajar sehingga siswa menjadi tahu (mengerti) dan paham sehingga terjadi perubahan sikap dalam diri siswa. Dapat juga diartikan pembelajaran adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada orang lain dalam mempelajari suatu kemampuan dengan cara memberikan pengarahan serta informasi. Namun kita sering mencampur adukkan antara pembelajaran dengan mengajar. Pembelajaran 15
Syaful Sagala, op,cit., hlm. 62
tidak sama dengan mengajar. Kalau pembelajaran telah sama-sama kita ketahui dari beberapa keterangan sebelumnya maka untuk membedakan antara pembelajaran dan mengajar mari kita teliti satu persatu mengenai definisi mengajar itu sendiri. Ada beberapa pendapat mengenai definisi mengajar diantaranya menurut William H. Burton, yang dimaksud mengajar adalah suatu usaha memberikan stimulus atau rangsangan, bimbingan pengarahan, dan motivasi kepada siswa agar terjadi proses belajar.16 Pada bagian awal sudah dijelaskan mengenai definisi mengajar yaitu suatu kegiatan mengorganisasikan siswa di dalam maupun di luar kelas. Namun pada dasarnya mengajar dengan pembelajaran ini adalah satu rumpun artinya saling memiliki keterkaitan satu sama lain dan juga mempunyai satu tujuan yakni mengkondisikan siswa supaya belajar dan di dalamnya juga sama-sama terjadi transformasi ilmu atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru dari berbagai sumber belajar untuk kemudian disampaikan ke siswa (pengajaran). PEMBELAJARAN PENGAJARAN MENGAJAR Gambar 2. 2 Keterkaitan Antara Pembelajaran dan Mengajar
16
Ibid., hlm. 61
2. Konsep Pembelajaran Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan supset khusus dari pendidikan17. Proses pembelajaran pada awalnya menuntut guru untuk mengetahui serta mempelajari kemampuan dasar yang dimilki oleh siswa karena itu merupakan langkah awal sebelum melakukan proses pembelajaran. Adapaun kemampuan dasar yang dimilki oleh siswa antara lain18: 1) Kemampuan dasarnya, 2) Motivasinya, 3) Latar belakang akademis, 4) Latar belakang sosial ekonomi, Kesiapan guru untuk mengetahuai dan mempelajari karakteristik siswa menjadi modal utama bagi seorang guru dalam penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. 3. Karakteristik Pembelajaran Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu19:
17
Ibid.,
18
Ibid.,
19
Syaful Sagala, loc,cit., hlm. 62
1. Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. 2. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada giliranya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi (bangun) sendiri. C. Pembelajaran Matematika 1. Sejarah Ilmu Matematika Aristoteles berpendapat bahwa matematika telah dimulai oleh para imam di Mesir, karena ada kelompok imam yang mempunyai waktu luang (Metaphysics). Namun Herodotus percaya bahwa geometri tercipta karena pengukuran yang harus dilakukan akibat banjir tahunan sungai Nil, untuk menentukan kembali batas–batas tanah. Sesungguhnya, Democritus disebut sebagai matematikawan Mesir “pengulur tali” (rope stretchers). Dari sudut pandang filosofis, merupakan hal yang penting bahwasanya masyarakat Mesir berkeyakinan matematika mempunyai sumber yang bersifat ketuhanan.20
20
Definisi matematika (http:www.arinimath.blogspot.com, diakses 5 november 2008). hlm.2
Sebelum zaman modern dan pengetahuan yang tersebar, contohcontoh tertulis dari pembangunan matematika yang baru telah mencapai kemilaunya hanya di beberapa tempat. Tulisan matematika terkuno yang pernah ditemukan adalah Plimpton 322 (Matematika Babilonia yang berangka tahun 1900 SM), Lembaran Matematika Moskow (Matematika Mesir yang berangka tahun 1850 SM), Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir yang berangka tahun 1650 SM), dan Shulba Sutra (Matematika India yang berangka tahun 800 SM). Semua tulisan yang bersangkutan memusatkan perhatian kepada apa yang biasa dikenal sebagai
Teorema
Pythagoras,
yang
kelihatannya
sebagai
hasil
pembangunan matematika yang paling kuno dan tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.21 2. Definisi Pembelajaran Matematika Kata "matematika" berasal dari kata mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai "sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga mathematikas yang diartikan sebagai "suka belajar".22 Namun pendapat lain menyatakan bahwa Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai 21
Apakah matematika? (http:www.wikipedia.org/wiki/Matematika#.3F .com, diakses 5 november 2008) hlm.1 22
Ibid
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Penerapan cara kerja matematika seperti ini diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa23. Sementara itu Departemen Agama RI menafsirkan lain mengenai makna matematika. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas24. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah
23 24
Definisi Matematika, op.cit., hlm.1. Departemen Agama RI (2004) Standard Kompetensi Mata Pelajaran Umum, hlm. 131.
diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas25. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas26. Dapat saya simpulkan bahwasanya pengertian matematika sangat sulit didefinsikan secara akurat. Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, - 2, ..., dst, melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi. Dengan demikian matematika dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang bilangan/angka (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dst), atau juga bisa dikatakan sebagai ilmu hitung (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian). 25 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kls. I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: 2004), hlm.75 26
Ibid
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Matematika merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan. Jadi, misalkan diibaratkan dengan himpunan, matematika itu semestanya atau induknya,
sedangkan
ilmu-ilmu
lain
sebagai
himpunan-himpunan
bagiannya. Pembelajaran matematika dalam penerapannya memiliki beberapa fungsi dan tujuan sebagai berikut27 : a. Fungsi pembelajaran Matematika diantaranya adalah: 1) Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri. 2) Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. b. Tujuan pembelajaran matematika di antaranya adalah: 1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui
kegiatan
penyelidikian,
eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
27
Definisi Matematika, loc.cit.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Sementara itu Departemen Agama RI dalam bukunya Standar Kompetensi Mata Pelajaran Umum memberikan penjelasan lain terkait fungsi dan tujuan pembelajaran matematika. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten.28 Tujuan jangka pendek pembelajaran matematika, sederhananya, adalah bahwa siswa diharapkan dapat memahami materi matematika yang dipelajarinya dan dapat menggunakannya pada pelajaran lain atau pada kehidupan praktis (nyata) dan bekal untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan 28
tujuan
jangka
Departemen Agama RI (2004), loc.cit.
panjang
pembelajaran
matematika,
sederhananya, adalah agar siswa itu dapat mengambil “nilai-nilai matematika” dan mengaplikasikannya untuk kehidupan. Nilai-nilai matematika yang dimaksud meliputi: penalaran, kedisiplinan, ketaatan, kejujuran,
bertanggung
jawab,
kesetiakawanan,
keimananan,
dan
sebagainya. 4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Ruang
lingkup
pembelajaran
metematika
adalah
Standar
Kompetensi Matematika itu sendiri yaitu merupakan seperangkat kompetensi matematika yang harus dicapai oleh siswa pada akhir periode pembelajaran. Standar ini dikelompokkan sebagai berikut:29 1) Kemahiran Matematika 2) Bilangan 3) Pengukuran dan Geometri 4) Aljabar 5) Statistika dan Peluang 6) Trigonometri, dan 7) Kalkulus Dalam penelitian ini, peneliti sengaja memilih meteri pokok pecahan yang masuk dalam kategori Standar Kompetensi (SK) Matematika Bilangan dengan Standar Kompetensinya (SK) adalah memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
29
Ibid., hlm. 75
masalah serta memiliki Kompetensi Dasar (KD) yaitu mengenal pecahan sederhana. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Belajar Mengajar Matematika Pada bahasan sebelumnya sudah diterangkan mengenai masalah pembelajaran matematika, fungsi serta tujuanya. Selanjutnya peneliti akan mencoba
menjelaskan
mengenai
faktor-faktor
apa
sajakah
yang
mempengaruhi Proses Belajar Mengajar (PBM) matematika itu. Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasikan siswa di dalam maupun di luar kelas dimana seorang guru berusaha mengkondisikan siswa supaya belajar dan di dalamnya terjadi transformasi ilmu atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru dari berbagai sumber belajar untuk kemudian disampaikan ke siswa (pengajaran). Jadi mengajar itu tidak hanya mengkondisikan siswa saja akan tetapi mengajar itu harus diarahkan agar peristiwa belajar terjadi. Menurut Herman Hudojo dalam bukunya yang berjudul Strategi Mengajar Belajar Matematika (1988), dijelaskan bahwa belajar matematika akan berhasil bilamana proses belajarnya baik, dalam artian melibatkan seluruh kemampuan intelektual peserta didik secara optimal30. Menurut beliau peristiwa belajar akan berhasil jika guru mampu mempelajari dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi PBM itu sendiri. Dengan mempelajari serta mengelola faktor-faktor tersebut diharapkan PBM akan terlaksana secara optimal dan tujuan pembelajaran bisa dicapai. Adapun 30 Herman Hudojo, Strategi Mengajar Belajar Matematika (Malang: IKIP Malang, 1988), hlm. 7-10
faktor-faktor yang mempengaruhi PBM matematika menurut Herman Hudojo adalah31: 1. Peserta Didik Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada peserta didik. Kemampuan dan kesiapan peserta didik dalam mengikuti dan menerima palajaran matematika menjadi syarat utama keberhasilan PBM. Seorang guru harus memperhatikan kemampuan peserta didiknya sebelum memulai pelajaran. Jangan menggunakan istilah-istilah yang mungkin tidak dipahami oleh siswa atau peserta didik dalam PBM. Dalam hal ini faktor bahasa agaknya juga harus diperhatikan. Selanjutnya adalah kesiapan siswa atau peserta didik. Guru harus memperhatikan kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran. Siswa yang belum dalam keadaan siap dalam artian belum siap untuk memperoleh suatu informasi maka siswa akan sulit menangkap informasi dari itu. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk mengkondisikan kesiapan siswa sebelum memulai pelajaran. Cara mengkondisikan siswa ini bisa dengan cara apersepsi. Di samping itu guru juga harus memperhatikan kondisi fisiologis siswanya. Bagaimanapun juga orang yang dalam keadaan tidak sehat jasmaninya akan lebih sulit menerima informasi dari pada orang sehat jasmaninya. Kondisi psikologis seperti perhatian, pengamatan, ingatan dan sebagainya juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang. 31
Ibid., hlm. 8-10
Inrtelegensi peserta didik juga berpengaruh terhadap kelancaran belajarnya. 2. Guru atau Pengajar Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang akan diajarkanya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru32. sebelum mengajar, hendaknya guru terlebih dahulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai syarat utama sebelum melaksanakan PBM. Siswa menginginkan suatu pembelajaran yang bermakna. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memberikan pembelajaran yang sebaik-baiknya. Tidak hanya itu, seorang guru juga harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik dalam menyampaikan materi matematika. Dalam hal ini guru harus menguasai benar materi-materi yang akan diberikan kepada siswa karena sangat mempengaruhi keberhasilan PBM dengan harapan tujuan pembelajaran dapat tercapai dan PBM berjalan secara optimal. Penguasaan materi dan cara penyampaian yang baik merupakan syarat utama keberhasilan PBM matematika. Artinya, jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar. 32
Syaful Sagala, loc.cit ., hlm. 63
Seorang guru matematika yang tidak menguasai materi dan metode mengajar matematika tidak mungkin ia dapat menyampaikan pengajaran dengan baik. Kepribadian, pengalaman dan juga motivasi guru dalam mengajar matematika juga berpengaruh terhadap efektifitas PBM matematika. 3. Sarana dan Pra Sarana Sarana yang lengkap akan memperlancar PBM matematika. Penyediaan media dan sumber belajar yang lengkap akan membantu siswa dalam belajar dan juga mempermudah seorang guru dalam mengajar. Sarana tersebut dapat berupa sumber belajar, media belajar, alat peraga, dan alat bantu belajar yang lainya. Penyediaan sumber belajar seperti buku dan majalah yang berisi tentang pengajaran matematika. Sarana merupakan fasilitas belajar yang penting guna menunjang kelancaran PBM dan juga dapat meningkatakan kualitas belajar peserta didik. Demikian juga dengan pra sarana. Pra sarana yang “mapan” seperti ruangan yang “nyaman”, sejuk, dan bersih biasanya akan lebih memperlancar terjadinya PBM matematika. Pra sarana tersebut dapat berupa kelas, laboratorium, perpustakaan, tempat duduk dan meja, serta kondisi lingkungan sekitar sekolah yang turut mendukung kegiatan PBM. 4. Penilaian Penilaian berfungsi untuk menilai sejauh mana keberhasilan PBM yang dilaksanakan. Penilaian juga berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan belajar dengan tujuan memperbaki hasil belajar. Penilaian lebih mengacu ke proses belajarnya dimana yang dinilai dalam proses belajar itu adalah bagaimana langkah-langkah berpikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika. Apabila langkah berpikir dalam menyelesiakan masalah benar, maka menunjukkan proses belajar siswa atau peserta didik itu baik. Dengan demikian, apabila hasil penilaian menunjukkan proses baik, maka hasil belajar siswapun baik, walaupun misalnya pada langkah terakhir dalam menyelesaikan masalah hasil terakhirnya salah. Selain dipergunakan untuk melihat hasil belajar, penilaian juga dipergunakan untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa. Menurut Herman Hudojo interaksi itu dapat berupa: a. Keberhasilan peserta didik dalam belajar matematika; b. Apakah di dalam proses belajar matematika itu didominasi pengajar ataukah komunikasi terjadi dua arah; c. Apakah pertanyaan yang diajukan pengajar kepada peserta didik merangsang belajar atau malah mematikan; d. apakah jenis pertanyaan yang diajukan guru menyangkut ranah kognitif rendah seperti ingatan dan pemahaman saja ataukah ranah kognitif tinggi seperti penyelesaian masalah. Dari penjelasan diatas, kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa jika seorang guru dalam melaksanakan PBM khususnya mata
pelajaran matematika tidak memperhatikan beberapa faktor tersebut maka akan didapat dua kemungkinan. 1. Pertama, guru matematika yang tidak mempelajari terlebih dahulu faktor-faktor
yang
mempengaruhi
PBM
matematika
maka
berakibat pada rendahnya mutu pengajaran matematika. 2. Kedua,
jika
guru
tidak
mempelajari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi PBM matematika maka timbul kesulitan bagi siswa dalam memahami pengajaran matematika sehingga menimbulkan keengganan siswa untuk belajar matematika. Hal inilah yang menjadikan mata pelajaran matematika menjadi semakin ditakuti atau menjadi momok yang paling menakutkan dalam setiap pembelajaran di sekolah sehingga timbul rasa frustasi dalam diri siswa. Jika kedua situasi di atas itu terjadi, maka dapat dikatakan PBM matematika tidak dapat berjalan efektif dan tentu saja para siswa akan mengalami suatu kegagalan dalam belajar matematika. Keempat faktor yang dikemukakan di atas semuanya mempengaruhi terjadinya PBM matematika yang dapat digambarkan seperti gambar 1.1 berikut:
Peserta didik - Kemampuan - Kesiapan - Sikap - Minat - intelegensi
Proses Belajar Mengajar Matematika SISWA
Sarana & Prasarana - Sumber belajar (buku, majalah, dan orang yang mengandung informasi) - Media belajar -
Hasil belajar matematika
GURU
Pengajar - Penguasaan materi - Kemampuan mengajar - Kepribadian baik - Pengalaman - Motivasi mengajar
Penilaian
Gambar 2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar Matematika
D. Definisi Pecahan dalam Pembelajaran Matematika Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pusat pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan
sulitnya pengadaan media pembelajaran. Akibatnya guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan , 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut33. Sementara itu Dra. Lisnawati Simanjuntak dalam bukunya Metode Mengajar Matematika mendefinisikan pengertian pecahan pada matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama34. Sebagai contoh misalnya, seorang ibu yang baru pulang dari pasar membawa sepotong roti sedangkan anaknya ada 2 orang. Supaya anak mandapat bagian yang sama, maka sepotong roti tersebut harus dibagi dua. Dalam pembagian itu setiap anak mendapat bagian (setengah/seperdua/satu per dua) potong. bilangan 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Macam-macam Operasi Pecahan: Pada dasarnya bentuk-bentuk operasi pecahan dibagi menjadi beberapa macam, yaitu 35: 1) penjumlahan pecahan berpenyebut sama, 2) pengurangan pecahan berpenyebut sama, 3) penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, 4) pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, 5) penjumlahan pecahan campuran
33
Heruman, S.pd., M.Pd, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Jakarta: CV Asri, 2007) hlm. 43. 34 Dra. Lisnawati Simanjuntak, dkk. Metode Mengajar Matematika, (Surabaya: CV Indah Pustaka, 1993) hlm. 153. 35
Heruman, S.pd., M.Pd, op.cit, hlm. 55.
6) pengurangan pecahan campuran 7) perkalian pecahan, dan 8) pembagian pecahan.
Contoh-contoh bentuk operasi pecahan: 1) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama yaitu bentuk penyelasaian bentuk pecahan dengan cara menjumlah atau menambahkan masing-masing pecahan. Contoh:
+
= .
2) Pengurangan pecahan yaitu penyelesaian bentuk pecahan dengan cara mengurangi masing-masing pecahan. Contoh:
-
= .
3) Perkalian pecahan yaitu penyelesaian bentuk pecahan dengan cara mengalikan masing-masing pecahan. Contoh:
x
= .
4) Pembagian pecahan yaitu penyelesaian bentuk pecahan dengan cara membagi masing-masing pecahan. 5) Dan lain sebagainya.
E. Definisi Pemahaman Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman ini meliputi36:
36
Akhmad Sudrajat, M.Pd Taksonomi Perilaku Individu (http.www.ridwan.uni.com, diakses 1 Maret 2009) hlm. 1
1) translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar, bagan atau grafik; 2) interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat membedakannya dengan konsep tentang ”motivasi belajar”. 3) Ekstrapolasi; yaitu melihat kecenderungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima, maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
Dengan mempertimbangkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu anugerah yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia yang gunanya adalah untuk menentukan mana yang hak dan mana yang batil di dalam proses kehidupannya sebagai seorang hamba.
F. Media Pembelajaran 1. Definisi Media Pembelajaran Media memiliki banyak makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau ‘pengantar”. Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu medius
yang berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Sedangkan didalam bahasa arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pihak pengirim kepada pihak penerima atau didalam proses pembelajaran yang dimaksud pihak pengirim adalah guru, sedangkan pihak penerima adalah murid. Association for Education and Communicatian Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran atau penyampaian informasi37. Selain berfungsi sebagai penyalur atau penyampai suatu informasi, media yang sering kali disebut sebagai mediator menurut Fleming adalah penyebab atau instrument yang turut berperan dalam dua pihak dan fungsinya mendamaikan kedua belah pihak38. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perantaranya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa 37 Prof. Dr. H. Asnawir, Drs. M. Basyrirudin Usman, M.Pd, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 11 38
Ibid
setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran39. Sementara itu, National Education Association (NEA) memaknai media sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen atau alat yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar tentunya dan dapat berpengaruh terhadap efektifitas program instruksional
40
. Gerlach dan Ely berpendapat media
sebagai manusia, materi, atau kejadian yang dapat membangun kondisi yang
membuat
siswa
mampu
memperoleh
suatu
kemampuan,
keterampilan serta sikap. Dalam hal ini, yang dimaksud media disini adalah guru, buku teks, dan lingkungan sekolah41. Pendapat lain mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan media adalah sesuatu yang sengaja difungsikan untuk memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Dalam hal ini, media sering dikategorikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis seperti tape recorder, TV, radio, CD dan lain sebagainya42. Henich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah media sebagai alat perantara yang mengantar suatu informasi antara sumber informasi 39
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, Media Pembelajaran (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2005), hlm 3-4 40 41
Prof. Dr. H. Asnawir, Drs. M. Basyrirudin Usman, M.Pd, op.cit., hlm. 11 Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, op.cit., hlm. 3
42 Kurikulum 2004 tentang Pedoman Pengembangan Silabus Dan Model Pembelajaran Tematis Sekolah Dasar (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 155
dan penerima informasi. Henich kemudian mencontohkan televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya termasuk kertas adalah media komunikasi. Sedangkan media yang mengandung pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka disebut media pembelajaran
43
. Mengingat media banyak memiliki
manfaat di dalam dunia pendidikan maka bersamaan dengan itulah kemudian muncul istilah media pembelajaran yang mana media pembelajaran ini memiliki banyak arti. Seringkali media pembelajaran ini kita sebut sebagai alat bantu pendidikan atau media komunikasi dalam pendidikan dan dari media komunikasi inilah suatu hubungan komunikasi akan berjalan dengan lancar dan tentunya memperoleh hasil yang maksimal. Gagne dan Briggs mendefinisikan media pembelajaran sebagai sekumpulan alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran 44. Media atau alat ini dapat berupa buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televise, computer dan lain-lain. Dengan demikian media pembelajaran adalah komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran sebagai bentuk-bentuk komunikasi mengajar 43
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, op.cit., hlm. 4
44
Ibid
harus mengandung informasi baik itu media cetak ataupun audio-visual dengan demikian media tersebut harus dapat dimanipulasi, diolah, dilihat, didengar, maupun dibaca oleh siswa. Istilah media sering dikaitkan dengan teknologi. Teknologi sendiri berasal dari kata tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu)45. Menurut Webster (pakar pendidikan), yang dimaksud “art” disini adalah keterampilan (skill) yang diperoleh dari pengalaman, baik itu pengalaman belajar atau penelitian. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, belajar, dan penelitian. Apabila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai perluasan konsep tentang media, dimana teknologi tidak lagi sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpan pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. Dari definisi-definisi tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan atau informasi dan dapat merangsang pkiran perasaan, dan kemauan audien dalam hal ini adalah siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Meskipun media memilki banyak arti namun yang jelas hanya mempunyai satu tujuan, yaitu menyalurkan informasi dan
45
Ibid., hlm. 5
sebagai komponen atau alat bantu guru dalam mengajar. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk: a. memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting b. memberi variasi pengajaran c. memperjelas struktur pengajaran. d. memotivasi belajar peserta didik e. memperjelas informasi/pesan pengajaran Kesimpulan dari berbagai pendapat di atas adalah: a. Media adalah wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada penerima pesan tersebut b. Bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional c. Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (anak didik) Seringkali
kita
tidak
dapat
membedakan
antara
media
pembelajaran dengan alat peraga. Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian. perbedaan antara media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan substansinya. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Hal tersebut dikatakan media jika sumber belajar itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Di sini ada semacam
pembagian tugas dan tanggung jawab antar guru kelas di satu pihak dan sumber yang bukan manusia (media) di pihak lain46 2. Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerlach dan Ely mengemukakan tiga ciri media berdasarkan kegunaan dan fungsinya yang mungkin seorang guru tidak mengetahui sebelumnya. Ciri-ciri media tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu47: 1) Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri fiksatif ini menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyipan, melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau obyek. Suatu peistiwa atau obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatun obyek yang telah diambil atau direkam gambarnya dengan kamera atau video kamera dngan mudah dapat direproduksikan dengan mudah kapan saja diperlukan. Ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan ikritik oleh siswa baik secara perorangan atau kelompok.
46
Prof. Dr. H. Asnawir, Drs. M. Basyrirudin Usman, M.Pd, op.cit., hlm. 13
47
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, op.cit., hlm.11-14
Ciri ini sangat bermanfaat bagi guru karena kejadian yang telah direkam dapat disimpan dengan format media yang ada dan dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadianya hanya sekali dapt diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pengajaran. 2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan Karen media tersebut memiliki ciri manipulative artinya kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan cara memanipulasinya. Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman tersebut. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Media rekaman video atau audio dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian penting/utama dari ceramah, pidato, atau urutan suatu kejadian dengan memotong bagian-bagian yang tidak penting. Selain itu memanipulasi kejadian atau obyek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu. 3) Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditrnsportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja. Suatu media dapat dikatakan baik apabila media tersebut dapat membantu guru dalam pengajaran. Media sebagai alat bantu guru dalam mengajar sebab tidak jarang suatu media pembelajaran dapat menjelaskan isi materi yang guru ajarkan di dalam kelas. Selain itu, media yang baik adalh media yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berikut adalah ciri media yang dapat dikatakan baik antara lain48: a. Menarik perhatian dan minat siswa. b. Meletakkan dasar memahami sesuatu secara kongkrit dan mengurangi verbalisme. c. Merangsang tumbuhnya pengertian dan pengembangan nilai d. Berguna dan berfungsi ganda e. Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitarnya.
48
Kurikulum 2004, loc.cit.
3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain; tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain49: a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang ntujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru. Tujuan pembelajaran
merupakan
komponen
utama
yang
harus
diperhatikan dalam pemilihan suatu media pembelajaran. Dalam penetapan suatu media haruslah jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behavior). b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap paling integral dalam pemilihan media pembelajaran. Sesuai atau tidaknya antara meteri dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
49
Prof. Dr. H. Asnawir, Drs. M. Basyrirudin Usman, M.Pd, op.cit., hlm. 15
c. Kondisi siswa dilihat dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak didik atau siswa. Factor usia, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya, dan lingkungan anak menjadi ttik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pengajaran. d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan di kelas pada saat proses belajar mengajar akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru. e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan tepat guna, atau dengan kata laian tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang
sederhana
ungkin
lebih
menguntungkan
daripada
menggunakan media canggih (teknologi tinggi) bilaman hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan.
4. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Kemp dan Dayton, media memiliki tiga fungsi utama apabila media tersebut digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu50: a. Untuk memotivasi minat atau tindakan. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah dapat membangkitkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak. Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi siswa. b. Untuk tujuan informasi. Media pengajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajianya bersifat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. c. Untuk tujuan instruksi. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Disamping
menyenangkan,
media
pengajaran
harus
dapat
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa, 50
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, op.cit., hlm.20-21
Pada saat ini media pembelajaran mempunyai fungsi diantaranya adalah: a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam proses pembelajaran b. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang nyata dapat menjadi konkrit). c. Menarik perhatian siswa sehingga jalanya pembelajaran tidak membosankan karena terdapat variasi pengajaran. Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indera dapat dimbangi oleh kekuatan indera lain.
G. Metode 1. Definisi Metode Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” yang terdiri dari unsur: “mete” berarti cara, perjalanan sesudah; dan “hovos” yang berarti cara, perjalanan, dan arah. Metode merupakan kajian atau telaah penyusunan secara sistematisdari beberapa proses dan asas logis dan percobaan yang sistematis yang menyusun suatu penelitian dan kajian ilmiah atau sebagai penyusun struktur ilmu-ilmu vak51. Dalam menggunakan model mengajar sudah barang tentu guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan diharap bisa melaksanakan 51
Muhammad Hafid Al-Habsy, A.Ma, Metode dan Ilmu Pengetahuan, Makalah disajikan dalam perkuliahan mata kuliah Metodologi Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah jurusan PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang, 2 Februari 2007
proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, setiap guru diharuskan menggunakan metode pembelajaran agar pengajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal yang penting dalam metode ialah, bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tujuan untuk mendidik anak agar
sanggup
memecahkan
masalah-masalah
dalam
belajarnya,
memerlukan metode yang lain, bila tujuannya mengumpulkan informasi. Oleh karena itu untuk mendorong keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan metode mengajar. 2. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana
melakukan
sesuatu
dengan
jalan
mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa. Metode ini dapat menghilangkan verbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Metode demonstrasi ini cocok digunakan apabila: 1) Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa. 2) Untuk memudahkan penjelasan yang diberikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan melakukannya.
3) Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti. a. Kelebihan Metode Domonstrasi Kelebihan metode demonstrasi ini diantaranya adalah: 1) Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat. 2) Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen. 3) Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen. b. Kelemahan Metode Demonstrasi Kelemahan metode demonstrasi diantaranya adalah: 1) Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu lama. 2) Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya. 3) Metode ini tidak efektif apabila tidak ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan.
c. Cara Mengatasi kelemahan Metode demonstrasi Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan meode demonstrasi yakni52: 1) Menentukan hasil pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap pertemuan, 2) Mengarahkan demonstrasi sebaik mungkin shingga siswa memperoleh pengertian dan gambaran yang benar, 3) Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan digunakan, 4) Usahakan agar semua siswa dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi dengan baik sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama, 5) Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori yang akan didemonstrasikan, 6) Hindari pemakaian istilah yang tidak dipahami murid, 7) Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan, 8) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksankan dan ada baiknya demonstrasi itu telah teruji sebelumnya. 52
DR. H. Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 212.
H. Penerapan Pembelajaran Pecahan dengan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Apabila kita ingin mengajarkan sesuatu kepada anak atau peserta didik dengan baik pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik karena metode yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jika pemilihan metode dalam setiap pembelajaran dirasa tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien 53. Demonstrasi adalah peragaan suatu proses suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan kembali (dicontohkan) suatu peristiwa. Adapun metode demonstrasi dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa. Metode demonstrasi dapat juga diartikan sebagai pertunjukan suatu proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata 54. Konsep pecahan atau dalam bahasa inggris disebut “fraction” sering sukar dipahami oleh anak-anak, karena mereka biasa bekerja dengan bilangan
53
Dra. Lisnawati Simanjuntak, op.cit., hlm. 80.
54
DR. H. Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 210.
bulat (integer number). Untuk memahamkan konsep pecahan kepada anak dapat dilakukan antara lain memberikan pemahaman nyata kepada siswa. Pengalaman nyata yang dapat diberikan pada materi pecahan ini adalah melalui kegiatan membagi makanan (sharing food). Melalui kegiatan membagi makanan siswa memahami pecahan dengan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan. Mengajar materi pecahan membutuhkan suatu kreativitas dan keterampilan dari pengajar, sehingga siswa benar-benar mengerti apa makna dari suatu pecahan. Penerapan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika materi konsep pecahan berarti pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan dengan cara siswa ditunjukkan suatu proses. Maka untuk mempermudah pemahaman siswa akan pecahan, maka dipilihlah media belah terong sebagai bahan ajar yang nantinya diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep pecahan. Media belah terong dipilih karena dianggap sesuai untuk digunakan sebagai media dalam pembelajaran pecahan. Selain penggunaanya terhitung sangat mudah, buah terong juga mudah didapat dan tidak perlu memakan biaya yang banyak. Cukup disediakan oleh guru atau menyuruh siswa membawa dari rumah atau membelinya di pasar atau tukang sayur. Harganya juga cukup terjangkau. Selain itu, penggunaan media belah terong juga menarik bagi kebanyakan siswa. Dalam peragaan dengan media belah terong ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan metode
demonstrasi artinya siswa ditunjukkan suatu proses. Mula-mula guru menerangkan tentang makna pecahan kepada siswa sebagai kegiatan awal pembelajaran. Kemudian mengenalkan berbagai nilai pecahan sederhana melalui potongan-potongan buah terong. Siswa menyediakan beberapa buah terong, lalu buah terong tersebut dipotong menjadi beberapa bagian sesuai nilai dari pecahan itu sendiri atau sesuai instruksi dari guru. Guru dapat mencontohkan suatu permasalahan sehari-hari yang melibatkan pecahan. Contoh, mula-mula guru memberikan permasalahan dalam kehidupan seharihari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan. Misalnya, guru memberikan pertanyaan seperti; Ibu akan memasak sebuah terong untuk Ani dan Bayu. Terong tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama. Masingmasing mendapat berapa bagian? Jawaban yang diharapkan adalah (setengah). Dari contoh di atas, guru dapat mendemonstrasikan pembelajaran secara lansung di hadapan siswa. Mula-mula guru menyediakan satu buah terong. Kemudian guru membelah buah terong tadi menjadi dua bagaian yang sama. Disini guru akan menerangkan kepada siswa tentang nilai pecahan Langkah selanjunya adalah guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan menginstruksikan kepada siswa agar membelah terong yang telah disediakan menjadi kepada siswa nilai pecahan
,
,
, dan . Kemudian guru disini mengenalkan
,
,
, dan
dan seterusnya. Langkah yang
selanjutnya adalah siswa disuruh untuk menuliskan bagian buah terong yang
telah dibagi sesuai nilai pecahan ke dalam bentuk tulisan atau simbol. Setelah ditulis dalam catatan, tugas selanjutnya adalah menyajikannya di depan kelas secara bergantian. Penerapan pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika ini digunakan semacam model pembelajaran kooperatif yaitu strategi belajar dimana para siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran ini siswa dibagi menjadi 4 (empat) kelompok. Pembagian kelompok terlebih dahulu diatur atau direncanakan oleh guru. Dalam setiap kelompok ada satu orang siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dibanding anggota kelompok yang lain. Dalam menyelesaikan tugas, setiap anggota saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Siswa tidak diharuskan belajar secara individual melainkan dituntut untuk bekerja sama untuk mencapai kesuksesan bersama. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap individu di dalam kelompoknya. Dalam penelitian ini difokuskan pada pencapaian keberhasilan siswa dalam memahami suatu bentuk pecahan untuk kemudian menyajikannya dalam bentuk potongan-potongan buah terong. Dalam metode demonstrasi ini siswa diharapkan mampu menerapkan pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru untuk kemudian menyajikan dalam bentuk catatan untuk dilaporkan di depan kelas dengan harapan pemahaman siswa tentang konsep pecahan dapat
meningkat
dan
memperoleh
hasil
pembelajaran
yang
baik.
Proses
pembelajaran ini secara lengkap dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan penjabaran tahapan-tahapan dalam siklus penelitian. Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah, tanya jawab, penjelasan, atau menggunakan buku teks untuk pemberian tugas-tugas rumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh guru, sementara siswa hanya melihat. Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak keterpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning (CTL) dan lain sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Untuk tujuan inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah, atau penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat dipertanggung jawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Atas dasar itulah peneliti sengaja menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan media belah terong ini sebagai model pembelajaran dalam mengajarkan materi pecahan sederhana ini kepada siswa kelas III dan diharapkan model pembelajaran seperti ini akan mampu menutupi semua kekurangan yang ada.
Selain penerapannya sangat mudah dan menunjang keaktifan siswa, media terong termasuk media murah dan tidak sulit untuk mendapatkannya. Dalam hal ini yang paling penting adalah ”seberapa jauh model-model pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula kerucut pengalaman belajar yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam kerucut pengalaman. KERUCUT PENGALAMAN BELAJAR Yang kita ingat:
Modus
10%............................................
Verbal
20%....................................... 30%............................... 50%.......................... 70%................ 90%.........
Dengar
Lihat
Visual
Lihat dan Dengar
Katakan
Berbuat
Katakan dan Lakukan
Gambar 2. 4 Kerucut Pengalaman Belajar
Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa jika guru mengajar dengan ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa atau hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada
kaitannya dengan pendapat Confucius bahwa apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham.55
55 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2006), hlm. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil setting (lokasi) penelitian di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah yang beralamatkan di desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang yang merupakan lembaga milik yayasan Al-Ma’arif. Sekolah ini dibangun pada tahun 1958 dengan luas ±186 m2 dengan panjang bangunan 173 meter dan lebar 63 meter persegi menghadap ke barat. Lokasi sekolah terhitung sangat strategis yakni berada ditengah-tengah permukiman penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam. Kemudian didukung dengan suasana yang nyaman karena di sekitar sekolah dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Sekolah ini berada di sekitar akses jalan raya yang menghubungkan desa Sumberrejo dengan desa Gedangan. Sekolah ini merupakan satu-satunya lembaga yang berbentuk madrasah (MI) yang ada di desa Sumberrejo karena kebanyakan sekolah yang berada di desa Sumberrejo ini adalah sekolah dasar (SD). Jarak tempuh dari kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim yang merupakan tempat perkuliahan peneliti sekitar 30 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan dari kampus UIN. Sementara itu untuk pelaksanaan PTK ini peneliti mengambil sampel atau obyek penelitian pada kelas III MI Al-Hikmah desa Sumberrejo
kecamatan Gedangan kabupaten Malang. Pada penelitian ini, peneliti mengambil penelitian pada mata pelajaran matematika dengan materi pokok konsep pecahan dengan beberapa petimbangan diantarannya adalah bahwa kebanyakan materi pelajaran matematika dirasa masih sulit untuk dipahami oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya variasi dalam pembelajaran. Guru masih banyak menggunakan cara lama dalam pembelajaran yakni dengan cara konvensional (ceramah) sehingga siswa sulit dalam memahami isi pembelajaran. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan nantinya PTK ini dapat menjawab semua permasalahan yang terjadi saat ini. Guna menunjang proses pendidikan, Madrasah Ibtidaiyah (MI) AlHikmah yang berada di desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang ini dilengkapi dengan beberapa sarana dan fasilitas pendidikan yang terdiri dari ruang belajar (kelas) yang berjumlah 6 kelas, dengan rincian 1 ruang untuk kelas satu, 1 ruang untuk kelas dua, dan 1 ruang untuk kelas tiga, 1 ruang untuk kelas empat, 1 ruang untuk kelas lima, 1 ruang untuk kelas enam, perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Koperasi Siswa (Kopsis), aula, lapangan olah raga dan kamar mandi serta masjid sebagai penunjang peribadatan siswa. Tujuan dari PTK ini adalah untuk mengenalkan konsep pecahan serta bentuk nilai-nilai pecahan sederhana kepada siswa kelas III dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa karena selama ini konsep pecahan sulit
dipahami oleh kebanyakan siswa. Alasan peneliti mengambil sampel di kelas III ini adalah bahwa konsep pecahan mulai diperkenalkan dikelas III semester 2 sebagai aspek pengenalan dan kemudian diperdalam di kelas IV dan V. Jadi materi konsep pecahan dalam matematika mulai dikenalkan ketika siswa duduk di bangku kelas III. Inilah yang menjadi pertimbangan kenapa peneliti mengambil sampel di kelas III dan mengambil materi konsep pecahan untuk kemudian dilaksanakan PTK ini dengan harapan setelah melaksanakan PTK ini diharapkan pemahaman siswa dapat ditingkatkan. Pada penelitian ini peneliti juga berperan sebagai seorang guru yang nantinya akan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan materi pecahan pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah di desa Sumberrejo Gedangan Kabupaten Malang ini.
B. Rencana Tindakan 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan akan digelarnya suatu penelitian tindakan kelas (PTK)56. Dalam perencanaan tindakan ini, langkah-langkah yang akan dilakukan harus direncanakan secara rinci dan jelas sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan peneliti dalam melaksanakan tindakan.
56
Dr. Wahid Murrni, M.Pd., Ak, op.cit.,, hlm. 35
Perencanaan tindakan sangat menunjang keberhasilan proses penelitian ini. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan atau membuat perencanaan penelitian. Adapun perencanaan penelitian ini didasarkan atas kasus-kasus yang sudah terjadi dalam pembelajaran matematika khususnya materi pecahan sebelum terjadinya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilangsungkan. Adapun perencanaan penelitian ini dibuat atas dasar kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya. Oleh kerena itu, perencanaan penelitian ini dibuat berdasarkan: 1) Pengalaman peneliti sewaktu sekolah di SD dahulu. Bahwasanya kebanyakan para siswa kurang memahami secara detail tentang makna pecahan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena materi yang disajikan selama ini masih konvensional yakni dengan ceramah. Metode seperti ini dirasa masih belum mengena pada pemahaman dan di pikiran
siswa
karena siswa lebih banyak mendengarkan ceramah dari guru tanpa diberikan contoh-contoh penerapan yang kongkrit. Siswa perlu dihadapkan pada hal-hal yang konkrit agar pemahaman siswa dapat ditingkatkan. Oleh karena itu pengalamanlah yang sangat dibutuhkan oleh mereka dan perlu adanya praktek untuk itu. Maka dari itu diharapkan nanti pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong yang pengaplikasianya dilakukan dengan metode demonstrasi ini menjawab semua permasalahan yang dihadapi oleh para siswa sehingga dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar (PBM) dan tercapailah apa yang dinamakan dengan tujuan pembelajaran.
2) Pengalaman guru bahwa pada umumnya siswa merasa kesulitan dalam memahami suatu pecahan. Akibatnya bisa ditebak yaitu jebloknya nilai atau prestasi siswa serta rendahnya motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu sudah menjadi tugas guru utnuk menyelesaikan masalah ini jika ingin nilai, prestasi, dan motivasi belajar siswa ingin ditingkatkan. 3) Dengan menerapkan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong ini yang secara langsung mengaitkan antara pemahaman dan praktik diharapkan pemahaman siswa kelas III MI Al-Hikmah khususnya materi pecahan ini dapat ditingkatkan. Mengenalkan pecahan kepada siswa sangatlah sulit perlu pemecahan yang sangat kompleks. Siswa perlu dihadapkan pada hal-hal yang kongkrit karena pengalamanlah yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Dalam tahap perencanaan ini, pada awalnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kompetensi dasar “Mengenal pecahan sederhana” pada materi pokok “konsep pecahan” yang terdiri dari 8 jam pelajaran (JP). Satu JP berlangsung sekitar 35 menit. RPP dibuat untuk 2 siklus penelitian selama 4 kali pertemuan; dengan rincian pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus 1), pertemuan ketiga (siklus 2), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran). Pertemuan pertama terdiri dari 1 kali pertemuan yaitu berlangsung selama 2 jam pelajaran (JP, pertemuan kedua (siklus 1) selama 2 jam pelajaran (JP), pertemuan ketiga (siklus 2) berlangsung selama 2 JP, dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran) berlangsung selama 2 JP. Jadi pertemuan pertama
memakan waktu sebanyak 70 menit (1 x pertemuan), pertemuan kedua memakan waktu selama 70 menit (1 x pertemuan), pertemuan ketiga mamakan waktu 70 menit (1 x pertemuan), dan pertemuan keempat memakan waktu 70 menit (1 x pertemuan). Jadi keseluruhan total penelitian ini memakan waktu 280 menit atau sama dengan 8 jam pelajaran (JP). 2. Implementasi Tindakan Implementasi tindakan yaitu jabaran tindakan-tindakan yang akan digelar, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan57. Implementasi tindakan merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat, sebagaimana terlampir. Dalam implementasi tindakan ini guru sebagai peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran sekaligus bertindak sebagai pengamat artinya tugas guru disini adalah sebagai pelaksana penelitian dan juga sebagai orang yang bertugas melakukan pengamatan selama proses penelitian ini berlangsung. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Implementasi tindakan ini meliputi penyampaian tujuan pembelajaran, menyampaikan materi secara garis besar, penerapan kegiatan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang.
57
Ibid
Adapun rincian pelaksanaan tindakan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi dasar, materi pokok, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai atau dikuasai oleh siswa. 2) Guru memberikan penjelasan singkat kepada siswa mengenai makna pecahan serta penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. 3) Guru mengenalkan bentuk-bentuk nilai pecahan sederhana dengan menggunakan berbagai bentuk gambar dan media berbentuk potonganpotongan pecahan yang telah disediakan. 4) Guru menyuruh siswa untuk membawa beberapa buah terong dari rumah sebagai bahan media pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 5) Pada pertemuan berikutnya, secara bersama-sama siswa diberikan arahan mengenai cara kerja penerapan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong ini. Kemudian siswa mempersiapkan beberapa buah terong yang telah dibawa dari rumah untuk kemudian didemonstrasikan secara bersama-sama. 6) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menyajikan bentuk nilai pecahan melalui belah terong dengan terlebih dahulu mendengarkan perintah guru. Setelah instruksi dijalankan, kemudian secara bersama siswa melihat hasilnya serta membandingkanya. Guru memberikan penjelasan secara singkat dari buah terong yang telah dibelah oleh siswa kemudian guru memberikan keterangan secara detail dan begitu
seterusnya dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai bentuk nilai pecahan yang berbeda. 7) Setelah itu guru mencoba menyuruh siswa untuk mendemonstrasikan tanpa instruksi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menangkap dan memahami suatu pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah dengan cara ini siswa mampu melakukan pembelajaran dengan baik atau masih ada siswa yang belum paham. Jika masih ada siswa yang belum paham maka sekali lagi guru harus menjelaskan kembali sampai siswa paham dan mengerti. 8) Secara bergantian siswa mendemonstrasikan di depan kelas. 9) Secara bersama-sama siswa menganalisis hasil kerja mereka serta membuat catatan atau laporan hasil pekerjaan. 10) Pada akhir sesi, guru melakukan evaluasi dan memberikan kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan. Penelitian dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus 1), pertemuan ketiga (siklus 2), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran) yaitu pada kelas III MI Al-Hikmah di desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang. 3. Observasi dan Interpretasi Kegiatan observasi ini merupakan kegiatan pengumpulan data dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam PTK. Observasi ini dipandang
sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Variabel yang diteliti dalam observasi ini meliputi: 1) Aktivitas guru dalam pembelajaran matematika; 2) Aktivitas siswa ketika pembelajaran matematika berlangsung; 3) Interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran matematika; 4) Interaksi siswa dengan siswa ketika pembelajaran matematika berlangsung; 5) Interaksi siswa dengan bahan ajar; 6) Interaksi siswa dengan sumber belajar lainya. Dalam penelitian ini observasi dilakukan bersamaan ketika proses pembelajaran
sedang
berlangsung.
Selanjutnya
data
yang
berhasil
dikumpulkan segera dilakukan interpretasi, sebab interpretasi yang ditundatunda seringkali menghasilkan informasi yang kurang baik. Sumber data penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III MI AlHikmah desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang yang berjumlah 20 orang, khususnya data tentang tanggapan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan data tentang hasil tes mereka. Pada saat proses pembelajaran berlangsung guru selalu memantau perkembangan peserta didik. Pembelajaran pengenalan pecahan ini dilakukan dengan menggunakan metode demonstasi artinya siswa secara langsung menerapkan apa yang sudah mereka terima dari pembelajaran yang sudah
dilakukan. Pengalaman nyata seperti ini perlu dilakukan dengan alasan pengalaman nyata merupakan cara pengajaran yang efektif karena dapat mengikutsertakan semua indera siswa. Siswa akan memperoleh pengertian secara langsung dan ikut berpartisipasi di dalam kegiatan yang dibicarakan. Seperti
dalam
pecahan
ini,
siswa
langsung
diajak
bekerja
sama
mengerjakanya. Informasi yang diberikan kepada siswa cenderung banyak tinggal dalam pikiran mereka, apabila sebanyak mungkin inderanya dirangsang. Rangsangan yang berasal dari luar diterima oleh panca indera manusia sebelum sampai ke otak. Semakin banyak indera manusia dirangsang, maka semakin banyak pula informasi yang mereka terima, akibatnya terjadilah komunikasi antara manusia dengan lingkungan dan alam sekitar mereka. Sebelum
kegiatan
demonstarsi ini
dilakukan,
guru
terlebih
dahulu
memberikan instruksi kepada siswa agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Tidak jarang guru memberikan penjelasan kembali kepada siswa yang masih belum paham. 4. Analisis dan Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan menganalisa hasil penelitian atau pengamatan. Tujuanya untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran yang sedang dikembangkan telah berhasil memecahkan masalah dan apabila belum berhasil, faktor apa yang menjadi penyebab ketidak berhasilan tersebut58.
58
Ibid., hlm.78
Pada tahap analisis dan refleksi ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan suatu penelitian. Dengan demikian analisis dan refleksi ini menjadi tanggung jawab peneliti. Untuk itu kegiatan analisis dan refleksi ini lebih difokuskan terhadap perkembangan siswa selama proses penelitian berlangsung. Dibutuhkan suatu komunikasi dalam analisis dan refleksi ini yang melibatkan guru dengan siswa serta perlu pembicaraan langsung dengan siswa. Hal-hal yang perlu dibicarakan dalam kegiatan ini adalah mengenai: 1) Apakah kelebihan dan kekurangan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa ini. 2) Kemajuan apa yang ada selama proses pembelajaran berlangsung dan ketika pembelajaran selesai. 3) Membuat perencanaan tindakan pembelajaran yang selanjutnya. 4) Suasana kelas ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu mengenai kondusif atau tidaknya proses pembelajaran.
C. Siklus Penelitian Dalam PTK ini peneliti membagi menjadi 2 siklus yaitu sebanyak 4 kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus 1), pertemuan ketiga (siklus 2), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran). Dalam PTK ini penelitian dilaksanakan di kelas III MI Al-Hikmah desa Sumberrejo
kecamatan Gedangan kabupaten Malang dengan mengambil mata pelajaran matematika kompetensi dasar pecahan sederhana pada materi konsep pecahan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian, peneliti membagi empat pengembangan pada masing-masing pertemuan dan siklus kecil. Siklus kecil maksudnya adalah gambaran-gambaran kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti pada masing-nasing siklus penelitian diantaranya pada siklus ke 1 (pertemuan kedua) dan siklus 2 (pertemuan ketiga). Kegiatan yang dilakukan diantarannya adalah (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting). 1. Pertemuan Pertama (Tahap Pemahaman dan Pemantapan Konsep Pecahan) Pada pertemuan pertama ini, peneliti menetapkan satu kali pertemuan atau selama 2 JP (2
x 35 menit) sebagai kegiatan pembelajaran pada
materi/pokok bahasan konsep pecahan. Pembelajaran pada pertemuan pertama ini merupakan tahap pemahaman dan pemantapan konsep artinya belum masuk kedalam tindakan penelitian inti dalam PTK ini. Pemahaman konsep disini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai materi pecahan sebelum masuk ke tahap penelitian karena untuk menilai suatu pemahaman, siswa terlebih dahulu harus dilakukan proses pengenalan materi untuk kemudian mengorganisasikan materi yang telah diketahui dalam struktur kognitif yang ada. Sebelum melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama ini peneliti membuat suatu urutan langkah tindakan penelitian dengan
tujuan memperlancar proses PTK. Adapun rencana
tindakan dalam pertemuan pertama ini peneliti sengaja membuat susunan langkah-langkah yang terdapat pada siklus penelitian pada umumnya yaitu: (1) perencanaan
(planning),
(2)
pelaksanaan
(acting),
(3)
pengamatan
(observating), dan (4) refleksi (reflecting). a. Perencanaan (planning) Pada perencanaan ini peneliti menetapakan proses pembelajaran sebanyak satu kali pertemuan atau selama 2 jam pelajaran (JP) dengan alokasi waktu 2 kali 35 menit sebagai tahap awal dari PTK ini. Dalam tahap perencanaan ini terlebih dahulu peneliti menentukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang diambil dalam PTK ini adalah konsep pecahan pada pembelajaran matematika kelas III semester 2. Selanjutnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti menyusun suatu strategi dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan diantaranya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Media pembelajaran yang digunakan pada masih diluar perencanaan penelitian. Adapun media yang digunakan adalah gambar, potongan kartu pecahan, potongan kayu, dan benda-benda disekitar siswa. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses penelitian. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya.
Adapun perencanaan (planning) pada pertemuan pertama ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Menentukan materi pembelajaran • Materi pembelajaran yang dipilih dalam PTK ini adalah pecahan pada pembelajaran matematika pada kelas III semester 2. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3) Menyusun strategi pembelajaran 4) Menentukan metode pengajaran • Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. 5) Menentukan media pembelajaran • Media yang digunakan adalah gambar, potongan pecahan, potongan kayu, dan benda-benda disekitar siswa. 6) Menentukan sumber belajar • Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. 7) Menentukan instrument penelitian • Instrument penelitian yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, dan tes hasil kerja Rencana tindakan ini sifatnya hanya untuk membantu peneliti dalam memulai penelitianya, bukan untuk dipegang selama penelitian.
b. Pelaksanaan (acting) Setelah dipersiapkan perencanaan tindakan proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sekaligus mengamati kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun pembelajaran dilaksanakan selama 2 JP atau sebanyak 2 x 35 menit. Pada pelaksanaan tindakan pertemuan pertama (dari empat kali pertemuan yang direncanakan) peneliti menjelaskan kepada siswa mengenai materi pokok pecahan. Peneliti menjelaskan meteri sebagai pertimbangan awal dalam proses pembelajaran yang tujuanya untuk pemahaman dan pemantapan konsep pembelajaran sebelum diadakan penelitian lebih lanjut. Pada pertemuan pertama ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil sebanyak 4 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam siklus pertama ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (Pre activity), tahap inti (whilst activity), tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal (Pre activity) a) Peneliti
menjelaskan
kompetensi
dasar
dan
pembelajaran yang kan dicapai b) Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang pecahan
tujuan
c) Peneliti
menjelaskan
materi
pembelajaran
dengan
menggunakan media pembelajaran d) Peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikan tentang materi pecahan yang telah diajarkan 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Setiap kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan dengan cara berdiskusi b) Setiap kelompok dipersilahkan untuk melakukan diskusi c) Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian d) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok penyaji dengan difasilitasi oleh guru 3. Tahap Akhir (post activity) a) Peneliti
bersama-sama
siswa
membuat
kesimpulan
pembelajaran b) Peneliti mengajukan pertanyaan secara acak kepada siswa c) Peneliti menginformasikan kepada siswa mengenai strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. d) Peneliti menginformasikan kepada siswa tentang hal-hal yang harus dipersiapkan pada pertemuan selanjutnya. e) Peneliti memberikan tugas pekerjaan rumah
c. Pengamatan (observating) Proses pengamatan dilaksanakan ketika proses pembelajaran terjadi bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Objek yang diamati adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan dan ketidak berhasilan pembelajaran sebagaimana yang telah dituangkan dalam bagian perencanaan. Beberapa hal yang diamati pada pertemuan pertama ini diantaranya adalah suasana kelas saat pembelajaran sedang berlangsung, keceriaan atau keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran, kerja sama kelompok pada saat pembelajaran, dan sekor tes individu maupun kelompok. Tahap pengamatan dalam PTK merupakan tahap pengumpulan data, maka dalam tahap ini harus dipersiapkan instrumen penelitian terlebih dahulu. Adapun instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian pertemuan pertama ini adalah pedoman pengamatan berupa format observasi tentang suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, pedoman wawancara (interview) tidak terstruktur untuk memperoleh informasi secara mendalam, dan tes berupa tugas-tugas individu atau kelompok. d. Refleksi (reflecting) Pada tahap refleksi ini kegiatan difokuskan pada upaya untuk menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan dan menyimpulkan proses pembelajaran. Tahap analisis ini menjadi tanggung jawab peneliti. Namun dalam tahap refleksi ini peneliti akan mendiskusikanya dengan
para siswa yang diambil secara acak atas pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan perasaan mereka selama
proses
pembelajaran
dan
setelah
proses
pembelajaran
dilaksanakan. Adapun hal-hal yang didiskusikan pada siklus pertama ini adalah: 1) Menganalisis hasil pre activity dan whilst activity; 2) Kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran; 3) Kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran; 4) Merumuskan rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
2. Pertemuan Kedua (Siklus Kecil ke-1) Pada pertemuan kedua ini, peneliti menetapkan proses pembelajaran sebanyak 1 kali pertemuan atau selama 2 JP (2 x 35 menit) sebagai kegiatan pembelajaran. pertemuan kedua ini merupakan inti dari kegiatan PTK artinya dalam pertemuan kedua ini sudah masuk dalam tahap penelitian pembelajaran yaitu pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi unuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah di desa Sumberrejo Gedangan Malang. Sama halnya dengan pertemuan pertama, sebelum melaksanakan pembelajaran pada pertemuan kedua ini peneliti membuat suatu urutan langkah tindakan penelitian dengan
tujuan memperlancar proses PTK.
Adapun langkah-langkah tindakan dalam pertemuan kedua (siklus ke-1)
penelitian ini yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting). a. Perencanaan (planning) Pada pertemuan kedua ini, penelitian dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan atau 2 JP (2 x 35 menit). Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti menentukan media dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan pada pertemuan kedua ini adalah buah terong dan benda-benda di sekitar siswa untuk menjelaskan materi pecahan dengan metode demonstrasi. Buah terong digunakan untuk mendemonstasikan pembelajaran pecahan dengan cara menyajikan nilai pecahan melalui pembelahan/potongan-potongan buah terong. Metode pembelajaran yang digunakan pada pertemuan kedua (siklus ke-1) diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses penelitian. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainnya. Selanjutnya peneliti juga menentukan instrumen penelitian yang akan digunakan selama proses pembelajaran tujuannya untuk mengungkap hasil pembelajaran yang dicapai. Instrumen penelitian pertemuan kedua ini adalah pedoman
penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara tidak terstruktur, dan tes hasil kerja (soal-soal). Adapun perencanaan (planning) dalam pertemuan kedua ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menyusun strategi pembelajaran 3) Menentukan media pembelajaran •
Media yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah buah terong untuk mendemonstrasikan pembelajaran pecahan
4) Menentukan metode pengajaran •
Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
5) Menentukan sumber belajar •
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar lainya.
6) Menentukan instrument penelitian •
Instrument penelitian yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, dan tes hasil kerja
b. Pelaksanaan (acting) Setelah dipersiapkan perencanaan tindakan proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan
pembelajaran sekaligus mengamati kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan sebanyak 4 JP (4 x 35 menit). Pada pelaksanaan pertemuan kedua ini pembelajaran sudah memakai media belah terong sebagai bahan demonstrasi pada pembelajaran pecahan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam pertemuan kedua ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal (pre activity) a) Membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya b) Memberikan motivasi belajar kepada siswa c) Menjelaskan tujuan pembelajaran d) Mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Menyuruh siswa duduk sesuai kelompok b) Mendemontrasikan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi. c) Memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. d) Menyajikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain secara bergantian. 3. Tahap Akhir (post activity) a) Memberikan kesimpulan pembelajaran
b) Mengadakan evaluasi pembelajaran c) Menginformasikan pembelajaran
yang
kepada
siswa
mengenai
akan
dilaksankan
pada
strategi pertemuan
selanjutnya. d) Memberikan tugas rumah sebagai evaluasi pembelajaran. c. Pengamatan (observating) Proses pengamatan dilaksanakan ketika proses pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Objek yang diamati adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan dan ketidak berhasilan pembelajaran sebagaimana yang telah dituangkan dalam bagian perencanaan. Beberapa hal yang diamati dalam siklus kedua ini tidak jauh berbeda dengan siklus pertama yaitu diantaranya adalah suasana kelas saat pembelajaran sedang berlangsung, motivasi belajar siswa, kreatifitas siswa dalam menyajikan pembelajaran pecahan dengan media belah terong, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, kerjasama kelompok pada saat pembelajaran, dan sekor tes individu maupun kelompok. Instrumen penelitian yang dipakai dalam penlitian siklus kedua ini adalah pedoman pengamatan berupa format observasi tentang suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, angket untuk menggali data berupa tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan, pedoman wawancara (interview) tidak terstruktur untuk memperoleh informasi secara mendalam, dan tes berupa tugas-tugas
individu atau kelompok. Peneliti menjadi fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung artinya peneliti yang juga bertindak sebagai orang yang memberikan fasilitas pembelajaran. d. Refleksi (reflecting) Dalam tahap refleksi siklus kedua ini kegiatan banyak dilakukan untuk menganalisi jalanya pembelajaran pada pertemuan pertemuan ke-2. Hal-hal yang perlu dianalisis diantaranya adalah hasil pembelajaran selama siklus kedua, kelebihan dan kekurangan pembelajaran, dan kemudian menentukan langkah-langkah untuk perbaikan. Adapun rincian hal-hal yang perlu dianalisis pada siklus kedua ini adalah: 1) Hasil pembelajaran; 2) Kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran; 3) Kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran; 4) Menentukan langkah-langkah perbaikan atas kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran; 5) Merumuskan rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
3. Pertemuan Ketiga (Siklus ke-2) Pada pertemuan ketiga ini, peneliti menetapkan proses pembelajaran sebanyak 1 kali pertemuan atau selama 2 JP (2 x 35 menit) sebagai kegiatan pembelajaran. Sebelum melaksanakan pembelajaran perlu disusun suatu perencanaan-perencanaan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Adapun langkah-langkah tindakan dalam siklus ketiga ini diantaranya
yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan, dan (4) refleksi. a. Perencanaan (planning) Pada pertemuan kedua ini, penelitian dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan atau 2 JP (2 x 35 menit). Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti menentukan media dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan pada pertemuan kedua ini adalah buah terong dan benda-benda di sekitar siswa untuk menjelaskan materi pecahan dengan metode demonstrasi. Buah terong digunakan untuk mendemonstasikan pembelajaran pecahan dengan cara menyajikan nilai pecahan melalui pembelahan/potongan-potongan buah terong. Metode pembelajaran yang digunakan pada pertemuan kedua (siklus ke-1) diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses penelitian. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainnya. Selanjutnya peneliti juga menentukan instrumen penelitian yang akan digunakan selama proses pembelajaran tujuannya untuk mengungkap hasil pembelajaran yang dicapai. Instrumen penelitian pertemuan kedua ini adalah pedoman
penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara tidak terstruktur, dan tes hasil kerja (soal-soal). Adapun perencanaan (planning) dalam pertemuan kedua ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menyusun strategi pembelajaran 3) Menentukan media pembelajaran •
Media yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah buah terong untuk mendemonstrasikan pembelajaran pecahan
4) Menentukan metode pengajaran •
Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
5) Menentukan sumber belajar •
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar lainya.
6) Menentukan instrument penelitian •
Instrument penelitian yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, dan tes hasil kerja.
b. Pelaksanaan (acting) Setelah dipersiapkan perencanaan tindakan proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sekaligus mengamati kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan sebanyak 2 JP (2 x 35 menit). Pada pelaksanaan pertemuan ketiga ini pembelajaran masih menggunakan media belah terong sebagai bahan demonstrasi pada pembelajaran pecahan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam pertemuan kedua ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal (pre activity) a) Membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya b) Memberikan motivasi belajar kepada siswa c) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini. d) Mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Menyuruh siswa duduk sesuai kelompok. b) Mengulang sekilas pembelajaran yang lalu. c) Memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama.
d) Setiap
kelompok
mengerjakan
tugas
dengan
cara
mendemontrasikan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi. e) Setiap kelompok menyiapkan hasil kerjanya untuk dibacakan sebagai laporan f) Menyajikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain secara bergantian. g) Peneliti
menjadi
fasilitator
selama
kegiatan
pembelajaran
berlangsung. h) Membuat kesimpulan pembelajaran 3. Tahap Akhir (post activity) a) Mengadakan evaluasi pembelajaran. b) Menginformasikan kepada siswa mengenai evaluasi pembelajaran yang akan dilaksankan pada pertemuan selanjutnya yaitu berupa ulangan. c) Memberikan tugas rumah sebagai evaluasi pembelajaran c. Pengamatan (observating) Beberapa hal yang diamati diantaranya adalah suasana kelas saat pembelajaran sedang berlangsung, motivasi belajar siswa, kreatifitas siswa dalam menyajikan pembelajaran pecahan dengan media belah terong, antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran, kerjasama kelompok pada saat pembelajaran, dan sekor tes individu maupun kelompok.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah pedoman pengamatan berupa format observasi tentang suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, pedoman wawancara (interview) tidak terstruktur untuk memperoleh informasi secara mendalam, dan tes berupa tugas-tugas individu atau kelompok. Peneliti menjadi fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung artinya peneliti yang juga bertindak sebagai guru berperan sebagai orang yang memberikan fasilitas pembelajaran. d. Refleksi (reflecting) Dalam tahap refleksi ini kegiatan banyak dilakukan untuk menganalisi jalanya pembelajaran. Hal-hal yang perlu
dianalisis
diantaranya adalah hasil pembelajaran, kelebihan dan kekurangan pembelajaran,
dan
kemudian
menentukan
langkah-langkah
untuk
perbaikan pembelajaran. Adapun rincian hal-hal yang perlu dianalisis pada siklus kedua ini adalah: 1) Hasil pembelajaran; 2) Kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran; 3) Kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran; 4) Menentukan langkah-langkah perbaikan atas kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran; 5) Merumuskan rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
4. Pertemuan Keempat (Evaluasi Pembelajaran) Peretemuan keempat ini merupakan akhir dari pembelajaran. Oleh karena itu, tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan ini dijadikan bahan evaluasi dari semua proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari pertemuan pertama, pertemuan kedua (siklus I), pertemuan ketiga (siklus II), dan pertemuan keempat. Tindakan evaluasi ini dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
penelitian
dan
pembelajaran.
Pertemuan
keempat
ini
dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan selama 2 JP (2 x 35 menit). Tindakan evaluasi ini berupa ulangan harian. Sebelum melaksanakan evaluasi perlu disusun suatu perencanaan-perencanaan agar proses evaluasi dapat berjalan dengan lancar. Adapun langkah-langkah tindakan dalam siklus keempat ini diantaranya yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan, dan (4) refleksi. a. Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan tindakan ini mula-mula peneliti menyusun RPP guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Selanjutnya peneliti membuat soal-soal ulangan harian. Soal-soal berisi tentang materi pembelajaran yang telah diajarkan selama proses penelitian yaitu materi pecahan. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses evaluasi. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam evaluasi ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. Selanjutnya peneliti juga menentukan instrumen penelitian yang akan digunakan
selama
proses
pembelajaran
tujuanya
untuk
mengungkap
hasil
pembelajaran yang dicapai. Instrument penelitian diantaranya adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes hasil kerja. Karena pertemuan keempat ini merupakan tahap akhir penelitian, maka diharapakan penentuan instrumen harus benar-benar diperhatikan guna memperoleh data penelitian yang benarbenar akurat. Adapun perencanaan (planning) dalam pertemuan keempat ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menentukan materi pembelajaran • Materi pembelajaran yang dipilih dalam PTK ini adalah pecahan pada pembelajaran matematika pada kelas III semester 2. 2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3. Menyusun soal-soal ulangan harian. 4. Menentukan sumber belajar. • sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. 5. Menentukan instrument penelitian • Instrument penelitian yang digunakan adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes hasil kerja.
b. Pelaksanaan (acting) Pelaksanaan tindakan dalam pertemuan keempat ini dilakukan dalam satu kali pertemuan atau 2 JP (2 x 35 menit). Adapun langkahlangkah pelaksanaan dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal (pre ativity) a) Membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. b) Memberikan penjelasan singkat pembelajaran pecahan. c) Menjelaskan tujuan pembelajaran. 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Membacakan tata tertib ulangan. b) Membagikan soal ulangan harian. c) Memulai mengerjakan soal ulangan harian. d) Mengumpulkan hasil ulangan harian. e) Memberikan kesimpulan pembelajaran mengenai pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama ini. 3. Tahap Akhir (post activity) a) Mengetes kemampuan siswa dengan member pertanyaan secara acak. b) Mengadakan sharing dengan siswa untuk membicarakan tentang strategi dan metode pembelajaran yang telah dilaksankan selam ini.
c) Memberikan instrument penelitian berupa angket untuk menggali data. d) Mempersiapkan strategi dan metode pembelajaran untuk materi selanjutnya. c. Pengamatan (observating) Tahap pengamatan dalam pertemuan keempat ini merupakan tahap akhir pengumpulan data, maka dalam tahap ini harus dipersiapkan instrumen penelitian yang baik guna memperoleh data yang akurat. Adapun instrumen penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan berupa format observasi tentang suasana kelas pada saat pembelajaran sedang berlangsung, angket untuk menggali data berupa tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan, pedoman wawancara (interview) untuk memperoleh informasi secara mendalam, dan tes berupa tugas-tugas individu atau kelompok. Data yang diperoleh dalam pertemuan ini merupakan data yang paling valid diantara pertemuan dan siklus-siklus yang lain. d. Refleksi (reflecting) Dari tindakan penelitian yang sudah dilaksanakan selama ini yaitu pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah semangka dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa telah banyak membantu siswa dalam proses pembelajaran atau belum. Untuk menjawab semua itu perlu diadakan refleksi dari penelitian ini dimana refleksi ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan suatu pembelajaran. Jika dalam suatu pembelajaran masih mempunyai kelemahan, maka harus diteliti terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab semua itu dan langkah selanjutnya adalah mencari solusi atas permasalahan yang telah terjadi59.
D. Indikator Siklus Penelitian Setiap siklus penelitian memiliki indikator yang harus dicapai oleh setiap siswa siantaranya adalah: 1) Memulai pecahan sederhana (misal: setengah, sepertiga, seperempat, seperenam, dan seterusnya) 2) Membaca dan menulis lambang pecahan dengan kata-kata sendiri, 3) Menemukan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar dan sebaliknya, 4) Mendemonstrasikan
bentuk
nilai
pecahan
ke
dalam
potongan/pembelahan dengan menggunakan media belah terong, 5) Membilang dan menuliskan pecahan dalam kata-kata dan lambang, 6) Mampu menyajikan hasil pekerjaan di depan kelas.
E. Instrumen Penelitian Dalam proses pengumpulan data diperlukan instrumen pengumpulan data yang tepat. Secara terperinci instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 59
Ibid.
1. Pedoman pengamatan, digunakan untuk menggali data tentang suasana kelas pada saat pembelajaran berlangsung, pemahaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung, motivasi siswa, keceriaan, dan tingkat antusiasme siswa dalam mengikuti program pembelajaran. 2. Angket, digunakan untuk menggali data tentang tanggapan seluruh siswa terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Wawancara, digunakan untuk menggali data tentang tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam. 4. Tes, digunakan untuk menggali data berupa hasil skor tes, skor tugas individu maupun kelompok. 5. Dokumentasi, digunakan untuk menggali data berupa rekaman, gambar, dan foto selama aktivitas penelitian berlangsung.
F. Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam PTK ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan panelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang yang diamati60. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang 60
2002. hal
Dr. Lexy J.Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung,
secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif, yang mana peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatancatatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan61. Metodologi kualitatif menunjuk kepada prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif; ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku orang-rang yang telah diamati. Pendekatan ini mengarah kepada keadaan-keadaan dan individu-individu secara holistic (utuh). Jadi, pokok kajianya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan diredusir (disedrhanakan) kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelumnya, akan tetapi akan dilihat sebagai bagian dari sesuatu yang utuh62. Pendekatan kualitatif ini mempunyai ciri data yang dikumpulkan bukan merupakan angka-angka malainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainya. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah dengan mencocokan realita empiris dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan berupa 61
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 60 62 Robert Bodgan, Steven J. Taylor, Kualitaif; Dasar-dasar Penelitian, terj., A. Khozin Afandi (Surabaya: USAHA NASIONAL, 1993) hlm.30
angka-angka tetapi berupa kata-kata atau gambar. Data yang dimaksud berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.63 Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK/classroom action research) yakni suatu penelitian yang mengkaji proses pembelajaran dikaitkan dengan pengoptimalan penggunaan metode, media, strategi pembelajaran, dalam mana kegiatan perbaikan pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa64. PTK juga bertujuan untuk memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalisme, menyiapkan pengetahuan, pemahaman, dan wawasan tentang perilaku guru mengajar dan murid belajar. 2. Sumber Data Pada penelitian kali ini yang akan dijadikan objek penelitian adalah siswa-siswi kelas III Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikamah desa Sumberrejo, kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, dimana para siswa ini akan menjadi obyek penelitian dan juga aktif dalam kegiatan yang akan dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan nantinya dalam penelitian ini adalah: 1) Kegiatan siswa selama kegiatan pemebelajaran berlangsung 2) Keaktifan siswa dalam belajar 3) Kreativitas dan tugas baik individu maupaun kelompok
63
Lexy J. Moleong, M.A, op.cit., hlm.6
64
Wahidmurni, Op. Cit., hlm. 13
Sedangkan data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan catatan lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan. Data ini diperoleh melalui observsi, angketn dan interview atau wawancara. 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang akurat akan bisa diperoleh ketika proses pengumpulan data tersebut dipersiapkan dengan matang. Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penilitian tindakan kelas ini adalah : 1) Metode Observasi Menurut Kartini Kartono, observasi adalah studi sistematis yang disengaja tentang fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan pengamatan. Oleh karena itu keterlibatan secara langsung peneliti dalam penelitian tindakan sangat diharuskan. Observasi aktivitas kelas dilaksanakan oleh peneliti ketika peneliti mengajar di kelas dengan menggunakan observasi secara langsung (Direct Observation) sehingga peneliti akan memperoleh gambaran suasana kelas dan peneliti bisa menentukan media dan metode pembelajaran agar cara penyampaianya lebih baik pada pertemuan-pertemuan berikutnya. 2) Angket motivasi siswa Penggunaan angket ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.
3) Interview atau wawancara Teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan objek penelitian, sehingga data yang diperoleh lebih valid karena langsung diperoleh dari sumbernya yaitu siswa. 4) Tes Tes digunakan untuk menggali data berupa hasil skor tes, skor tugas individu maupun kelompok dalam setiap pertemuan atau siklus. 5) Metode dokumentasi Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui berupa rekaman, gambar, dan foto selama aktivitas penelitian berlangsung. Dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan sebagainya. Peneliti menggunakan teknik dokumentasi yang akan diperoleh dan dibuat sendiri oleh peneliti, dokumentasi yang ada diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan yang utuh sebagai pelengkap data yang diperoleh dari hasil penelitian.
G. Indikator Kinerja Sebagai tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan PTK, maka perlu ditetapkan kriteria keberhasilan yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar siswa. Adapun indikator keberhasilan yang berkaitan erat dengan enaluasi pembelajaran (seberapa besar siswa telah mengauasai suatu kompetensi), maka dapat digunakan besarnya skor kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang tealah ditetapkan sebelumnya.
Adapun indikator kinerja yang digunakan untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ada dua kriteria, yakni (1) indikator kualitatif berupa keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran dan sikap mereka terhadap strategi pembelajaran yang dikembangkan, dan (2) indikator kuantitatif berupa besarnya skor ulangan yang diperoleh siswa dan selanjutnya dibandingkan dengan batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika di MI. Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan, besarnya skor KKM adalah sebesar 54 artinya siswa dapat dikatakan lulus jika nilai ulangan mereka di atas rentang 50-54 dari alternatif penilaian yang ditentukan. Dengan demikian siswa dikatakan tuntas belajar secara individual jika skor tes minimal sebesar 54. Demikian sebaliknya siswa yang mencapai skor dibawah rentang 54 dinyatakan belum tuntas mengikuti program pembelajaran. Tetapi jika siswa yang berhasil secara individual masih dibawah 60%, maka model pembelajaran yang dijalankan dapat dikatakan belum berhasil.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG OBYEK PENELITIAN 1. Sejarah Berdirinya MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah merupakan salah satu Lembaga pendidikan yang dikelolah oleh Yayasan Pendidikan Islam Al-Hikmah dan didirikan pada tahun 1958 M, oleh Bapak H. Basyuni sebagai Ketua Yayasan, yang bermula dari mushalla Baitur Rahman milik Kyai Muhammad, mushalla Baitur Rahman merupakan cikal bakal berdinya MI Al Hikmah, karena santrinya yang makin hari makin banyak dan masyarakat Sumberrejo menginginkan pengembangan pendidikan maka didirikanlah madrasah diniyah pada tahun 1958, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan dari masyarakat agar madrasah diniyah dirubah menjadi madrasah ibtidaiyah yang bernaung di bawah lembaga Ma’arif dan Departemen agama, maka pada tahun 1978 MI Al-Hikmah mendapat piagam dari Departemen Agama tertanggal 20 Maret 1978, Nomor LM/3/1993/A/1978 yang berisi tentang: diberi hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dan diperbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah Negeri. Lokasi
Madrasah
Ibtidaiyah
Al-Hikmah
terletak
di
desa
Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang, diatas tanah seluas
±186 m2. Oleh karena itu, lingkungan MI Al-Hikmah juga sangat kondusif untuk pendidikan, sebab mudah di jangkau dengan kendaraan umum. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah mengalami proses pasang surut dalam kurun waktu yang dilaluinya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas sesuai dengan dinamika kehidupan suatu satuan pendidikan yang melayani para peminat dan para pendukungnya. Selaras dengan perkembangan situasi dan lingkungan yang ada. Peningkatan tersebut bisa dipahami karena MI Al-Hikmah, dikelola secara profesional oleh tenaga-tenaga guru yang sesuai dengan keahliannya masing-masing, dan dengan menggunakan kurikulum yang sudah ditetapkan/disempurnakan baik dari Departemen Agama, serta ditambah dengan pelajaran ekstrakurikuler di luar jam efektif 65. 2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang a. V i s i Terwujudnya siswa yang taqwa, cerdas, terampil, berbudi luhur dan sehat66. b. M i s i 1) Meningkatkan kuwalitas keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan sehari-hari..
65
Hasil wawancara dengan Bpk. Sucipto, S.PdI kepala MI Al Hikmah pada tanggal, 4
Juni 2009. 66 Departemen Agama Kabupaten Malang , MI Al-Hikmah Sumberrejo, (Kecamatan Gedangan Kab. Malang) hlm. 5
2) Meningkatkan perihal kehidupan yang berbudi luhur, sehat jasmani dan rohani. 3) Meningkatkan prestasi dan unggul dalam bidang IPTEK, ketrampilan dan kesenian. 4) Meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan wali murid dan masyarakat sekitar demi kemajuan sekolah67. c. Tujuan 1) Memperoleh masukan SDM dan sumber daya lainnya sesuai kebutuhan dan memenuhi standar kualitas yang direncanakan. 2) Menyelenggarakan proses pemberdayaan SDM dan sumber daya lainnya yang terprogram dan terlaksana secara optimal. 3) Mendapat hasil SDM yang bermanfaat dan hasil sumber daya lainnya yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan serta mempunyai nilai jariah68.
67
Ibid, hal. 6
68
Ibid,.
3. Struktur Organisasi MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Tahun Ajaran 2008-2009
Kepala Sekolah
Yayasan
Sucipto, S. PdI
Abd. Hamid
Komite Sekolah H. M. Romlan
Tata Usaha Ahmad Junaedi, S.PdI S. PdI
Wali Kelas I
Wali Kelas II
Wali Kelas III
Wali Kelas IV
Maulidah, A. Ma
Yuliati Ningsih, A. Ma
Lilis Nurhidayati,
Erni Susanti, A. Ma
A. Ma Wali Kelas V M. Rowi, S. PdI Wali Kelas VI Wiwik Rosidah, A. Ma
SISWA
MASYARAKAT
4. Keadaan Siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 20082009 MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Jumlah Siswa MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Wali Kelas
I
14
16
30
Maulidah, A.Ma
II
11
14
25
Yuliati Ningsih, A.Ma
III
9
11
20
Lilis Nurhidayati,A.Ma
IV
10
16
26
Erni Susanti A.Ma
V
12
15
27
M. Rowi, S. PdI
VI
13
12
25
Wiwik Rosidah A.Ma
JUMLAH
69
84
153
Sumber: Profil MI Al Hikmah Sumberrejo Kab.Malang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah seluruh siswa MI Al Hikmah Sumberrejo Gedangan pada tahun pelajaran 2008/2009 adalah 69 siswa laki-laki dan 84 siswa perempuan. Sehingga jumlah keseluruhan adalah 153 siswa. 5. Sarana dan Prasarana MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Keadaan sarana dan prasarana Sekolah ini merupakan wadah, di mana peserta didik diarahkan menjadi pribadi yang memiliki tanggung
jawab terhadap diri dan lingkungan masyarakat, untuk mewujudkan kearah ini, diharapkan mampu melengkapi sarana dan prasarana yang dapat menunjang tercapainya keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Tabel Fasilitas Pembelajaran di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
No.
Jenis Ruang
Jumlah
1.
Ruang Kelas
6 Ruang
2.
Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
3.
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
4.
Ruang UKS
1 Ruang
5.
Ruang Guru
1 Ruang
6.
Ruang TU
1 Ruang
7.
Koperasi
1 Ruang
8.
Gudang
1 Ruang
9.
Ruang Ibadah
1 Ruang
10.
Kamar Mandi/ WC Guru
1 Ruang
11.
Kamar Mandi/ WC Murid
1 Ruang
JUMLAH
16 Ruang
Sumber: Profil MI Al Hikmah Sumberrejo Kab.Malang
6. Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebut terbagi dalam
lima kelompok yaitu (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) Kewarganegaraan dan Kepribadian; (3) ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) estetika; (jasmani), olahraga dan kesehatan. Tabel Struktur Kurikulum MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
ALOKASI WAKTU NO
KOMPONEN
KTSP MI AL-HIKMAH KELAS 1
A
2
3
4
5
6
3
3
3
Mata Pelajaran PAI Pendidikan Kewarganegaraan
P
2
2
2
Bahasa Indonesia
e
5+1
5+1
5+1
Matematika
n
5+1
5+1
5+1
Ilmu Pengetahuan Alam
d
4
4
4
Ilmu Pengetahuan Sosial
e
3+1
3+1
3+1
Seni Budaya Dan Keterampilan
k
4
4
4
Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan
a
4-1
4-1
4-1
a. Bahasa Jawa
2
2
2
b. Bahasa Inggris
2
2
2
c. Bahasa Arab
2
2
2
2*)
2*)
2*)
t a
B
C
Mulok
Pengembangan Diri
n
a. Bimbingan Konseling
T
b. Ekstra Kurikuler
e
Pramuka
m a t i k
Keagamaan dan Pembiasaan
Jumlah jam maksimal perminggu
26 +4
27 +4
28 +4
32+4
32+4
32+4
30
31
32
36
36
36
*) 1 jam kegiatan praktek diluar kelas ekuivalen dengan2 jam pelajaran Sumber: Profil MI Al Hikmah Sumberrejo Kab.Malang
7. Jumlah Tenaga Pengajar MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab. Malang Jumlah
tenaga pengajar di MI Al-Hikmah Sumberrejo Kab.
Malang adalah sebagai berikut: Tabel Jumlah Tenaga Pengajar MI Al Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
Jenis Kepegawaian No
Nama Status
Pendidikan
Jabatan
1
Sucipto, S. PdI
GTY
SI
Kepsek
2
M. Rowi, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas V
3
Erni Susanti, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas IV
4
Anis Syafiah
GTT
D2
-
5
Ahmad Junaedi, S. PdI
GTY
SI
-
6
Maulidah, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas I
7
Lilis Nurhidayati, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas III
8
Yuliati Ningsih, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas II
9
Wiwik Rosidah, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas VI
10
Agustin, S. PdI
GTY
SI
-
11
M. Hafid, A.Ma
GTT
D2
-
12
Susanto, A.Ma
GTT
D2
-
Jumlah
12
Sumber: Profil MI Al Hikmah Sumberrejo Kab. Malang
B. HASIL PENELITIAN 1. Tahap Pra Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pengamatan di MI. Al-Hikmah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman, keaktifan dan prestasi belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran matematika. Walaupun sebenarnya MI Al-Hikmah sejatinya adalah tempat mengajar peneliti hingga saat ini, namun agaknya permintaan izin ini harus tetap dilakukan. Kegiatan awal yang dilakukan adalah peneliti melakukan wawancara awal kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk meminta izin penelitian serta membicarakan tentang situasi dan kondisi pembelajaran matematika hingga saat ini. Hasil wawancara didapat bahwa guru dalam mengajarkan materi masih menggunakan pembelajaran tradisional, adapun
metode yang dipakai sampai saat itu adalah ceramah dan tanya jawab. Sehingga pemahaman dan keaktifan siswa dalam mempelajari pelajaran matematika cenderung rendah, hal ini ditunjukkan pada hasil nilai rapor yang diperoleh siswa kelas III pada semester-semester sebelumnya sangat minim. Namun sebenarnya jauh hari peneliti sudah melakukan pengamatan di MI. AlHikmah ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman, keaktifan dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika. Atas dasar inilah peneliti berharap dapat menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa ke dalam pembelajaran yang bermakna sehingga merangsang mereka untuk lebih aktif dalam artian aktif positif, yakni dengan menerapkan pembelajaran pengenalan pecahan dengan metode demonstrasi. Dalam PTK ini peneliti membagi menjadi 2 siklus sebanyak 4 kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan) sebanyak 1 kali pertemuan, pertemuan kedua sebagai tindakan siklus I sebanyak 1 kali pertemuan, pertemuan ketiga sebagai tindakan siklus II sebanyak 1 kali pertemuan, dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran) sebanyak 1 kali pertemuan. Dalam PTK ini penelitian dilakukan dikelas III MI Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang dengan mengambil mata pelajaran matematika materi pokok pecahan dengan kompetensi dasar pecahan sederhana. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penelitian, peneliti membagi empat pengembangan pada masing-masing siklus diantaranya adalah (1) perencanaan (planning), (2)
pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting). 2. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pertemuan I Pada pertemuan pertama ini peneliti menetapkan pembelajaran sebanyak satu kali pertemuan (2 x 35 menit) dengan mengambil materi pokok konsep pecahan dengan kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana. Pembelajaran pada pertemuan pertama ini merupakan tahap pemahaman dan pemantapan konsep artinya belum masuk kedalam tindakan penelitian inti dalam PTK ini. Pemahaman konsep disini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai materi pecahan sebelum masuk ke tahap penelitian. Sebelum melaksanakan pembelajaran peneliti membuat suatu urutan langkah tindakan penelitian dengan tujuan memperlancar proses PTK. Adapun langkah-langkah tindakan pada pertemuan pertama penelitian ini yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting). a. Perencanaan (planning) Pada perencanaan pada pertemuan pertama ini peneliti menetapakan proses pembelajaran sebanyak satu kali pertemuan atau selama 2 jam pelajaran (JP) dengan alokasi waktu 2 x 35 menit sebagai tahap awal dari PTK ini. Dalam tahap perencanaan ini terlebih dahulu peneliti menentukan materi pembelajaran. Materi pembelajaran yang diambil dalam PTK ini adalah konsep pecahan pada pembelajaran matematika kelas III semester 2.
Selanjutnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti menyusun suatu strategi dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan diantaranya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Media pembelajaran yang digunakan masih di luar perencanaan penelitian. Adapun media yang digunakan adalah gambar, kartu potongan pecahan, stero foam, potongan kayu, dan benda-benda disekitar siswa. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses penelitian. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. Adapun perencanaan (planning) pada pertemuan pertama ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menentukan materi pembelajaran • Materi pembelajaran yang dipilih dalam PTK ini adalah pecahan pada pembelajaran matematika pada kelas III semester 2. 2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3. Menyusun strategi pembelajaran 4. Menentukan metode pengajaran • Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. 5. Menentukan media pembelajaran
• Media yang digunakan adalah gambar, potongan pecahan, potongan kayu, kertas, pewarna, dan benda-benda disekitar siswa. 6. Menentukan sumber belajar • Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. b. Pelaksanaan (acting) Tindakan ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 30 Maret 2009. Pembelajaran dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Pada permulaan pembelajaran peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran pengenalan pecahan ini yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan juga belajar
kelompok
(kooperatif).
Selanjutnya
peneliti
menjelaskan
pentingnya belajar secara demonstrasi dan berkelompok. Terlebih dahulu peneliti menjelaskan manfaat belajar dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu diantarannya adalah bahwa belajar dengan mengatakan kemudian melakukan tindakan akan diperoleh daya serap yang tinggi dalam perolehan hasil belajar. Selanjutnya peneliti juga menjelaskan pentingnya dalam belajar berkelompok diantarannya adalah bahwa dengan belajar kelompok ini suatu pekerjaan atau tugas akan terasa lebih mudah dan ringan untuk dikerjakan karena pekerjaan tersebut dikerjakan secara bersama-sama. Dalam belajar kelompok yang diperlukan adalah kerjasama antar anggota agar pekerjaan cepat selesai dan diperoleh hasil yang
maksimal. Penjelasan seperti ini dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi dalam belajarnya. Memasuki Tahap Awal (pre activity), peneliti menjelaskan kompetensi dasar serta indikator-indikator yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran yang akan dilaksankan, materi-materi yang akan dipelajari serta langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan sebagaimana
yang
telah
disajikan
dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Pada pelaksanaan tindakan siklus pertama ini yang juga merupakan pertemuan pertama (dari empat kali pertemuan yang direncanakan) di awal pembelajaran peneliti menjelaskan kepada siswa mengenai materi pokok pecahan. Peneliti mencoba menggali pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan cara bertanya kepada siswa. Selanjutnya peneliti menjelaskan meteri pecahan secara singkat sebagai pertimbangan awal dalam proses pembelajaran yang tujuan utamanya untuk pemantapan konsep
pembelajaran
sebelum
diadakan
penelitian
lebih
lanjut.
Pemahaman dan pemantapan konsep dilakukan dengan cara memberikan penjelasan mengenai makna pecahan, mengenalkan macam-macam nilai pecahan sederhana seperti , , , dan dan seterusnya kepada siswa.
Pada pertemuan pertama ini peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil sebanyak 4 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing siswa. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menanyakan kepada masing-masing kelompok tentang makna pecahan yang telah dijelaskan oleh peneliti pada awal pembelajaran. Peneliti mulai mengajukan pertanyaan penjajakan kepada masing-masing kelompok. Kali ini pertanyaan jatuh kepada kelompok pertama atau I (satu). Berikut adalah petikan pertanyaan yang dilkukan oleh peneliti kepada kelompok I. Guru
: “Kelompok satu, apa yang dimaksud pecahan?”
Kelompok 1 : (Rafi sebagai ketua kelompok menganggkat tangan) “ Saya Pak! Emmm…….., pecahan adalah bagian-bagian dari suatu bagian yang utuh”. Guru
: “apakah benar yang dikatakan Rafi tadi Sintia?” (sambil menunjuk Sintia anggota kelompok III)
Sintia
: “ Iya Pak. Sampean (anda) tadi ngomong gitu yo Fi yo! (Rafi maksudnya).
Rafi
: “Iyo….”.
Guru
: “ Apakah benar tadi saya bilang begitu Faris?” (sambil menunjuk Faris yang ada pada kelompok II)
Kelompok II kali ini diwakili oleh Ahmad Faris Faris
: “Iya Pak”
Guru
: “coba Faris diulang, apa itu pecahan?”
Faris
: “ Pecahan adalah bagian yang bagian……
Semua Murid : Hwahahahahahaaaaaa…………………… Guru
: Apa? Coba diulang.
Faris
: Kalo salah mboten nopo-nopo nggeh Pak! (kalau salah tidak apa-apa ya Pak)
Guru
: Iya tidak apa-apa, namanya saja belajar.
Faris
: Pecahan adalah bagian dari suatu bagian yang utuh. Iya pak?
Guru
: Anak-anak! Benar apa salah yang dibilang Faris tadi?
Semua Murid : Benarrrrrrrrrrr! Guru
: Sekarang coba Ledy (dari kelompok 3), Sebutkan contoh berapa saja nilai-nilai pecahan sederhana itu?
Kelompok III kali ini diwakili oleh Ledy Puspita Ledy
: (Dengan lantang Ledy menjawab). “Saperdua, sepetiga, seperempat, seperlima, dan seperenam Pak”.
Guru
: Iya betul sekali……..seratus untuk Ledy. Kasih tepuk tangan anak-anak!
Semua murid : (semua bertepuk tangan) Catatan
: Secara keseluruhan pemahaman siswa mengenai konsep makna pecahan mengalami peningkatan hal ini terbukti dari hasil Tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa subyek dalam hal ini adalah siswa.
Selanjutnya peneliti mencoba memberikan soal pancingan kepada siswa berupa soal cerita. Kali ini peneliti mencoba menyajikan pertanyaan berdasarkan kehidupan nyata di lingkungan sekitar. Pengalaman nyata yang dapat diberikan pada materi pecahan ini adalah melalui kegiatan membagi makanan (sharing food). Melalui kegiatan membagi makanan siswa diharapkan mampu memahami pecahan dengan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan. Mengajar materi pecahan membutuhkan suatu kreativitas dan keterampilan dari pengajar, sehingga siswa benarbenar mengerti apa makna dari suatu pecahan. Mula-mula guru memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan. Peneliti memberikan pertanyaan cerita;
Guru
: Ibu mempunyai satu potong roti. Roti tersebut akan dibagi untuk Ani dan Bayu. Roti tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama. Masing-masing mendapat berapa bagian? Ayo anak-anak, siapa yang bisa menjawab? (Jawaban yang diharapkan adalah
(setengah)).
((Salah seorang murid mengangkat tangan. Kali ini Rio dari kelompok IV yang mengangkat tangan) Rio
: Setengah Pak!
Guru
: Benar Hendri apa yang dikatakan Rio tadi? (sambil menunjuk Hendri rekan dari kelompok IV).
Hendri
: “Iyo Pak, lek rotine diparuh dadi loro lak entuk setengahsetengah (Iya Pak, kalau rotinya dibagi dua kan dapatnya setengah)”.
Guru
: Benar anak-anak?
Semua murid : Benarrrrrrrrrr…! Selanjutnya peneliti memberikan perumpamaan sepotong roti tersebut melalui gambar nilai pecahan kepada siswa. Peneliti menunjukkan sebuah gambar yang mempunyai nilai pecahan seperdua atau setengah ( ). Kemudian disini peneliti menjelaskan tentang materi nilai pecahan seperdua atau setengah. Peneliti menjelaskan bahwasanya didalam nilai pecahan itu terdapat pembilang dan penyebut. Pada nilai pecahan (setengah) 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Memasuki tahap inti (whilst activity), langkah selanjutnya adalah peneliti memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan bersama. Tugas yang diberikan kali ini adalah masing-masing kelompok disuruh untuk menyajikan nilai-nilai pecahan ,
, , , dan
ke dalam bentuk gambar untuk kemudian diwarna. Semisal bilangan
pecahan , para siswa disuruh menyajikan nilai pecahan setengah dengan cara mewarnai masing-masing pembilang dan penyebutnya. Contoh dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3. Aktivitas Siswa di Kelas dalam Menyajikan Nilai Pecahan ke dalam Bentuk Gambar
Pada saat kegiatan menggambar berlangsung masih terlihat beberapa siswa yang masih bingung. Untuk itu, peneliti memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa yang belum paham untuk bertanya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul ternyata kebanyakan dari mereka masih belum paham cara menyajikan nilai pecahan ke dalam bentuk gambar. Kesulitan yang dihadapi antara lain siswa masih bingung cara mewarna bagian-bagian mana saja yang harus diwarna. Oleh karena itu, peneliti memberikan penjelasan sekali lagi kepada siswa bahwa bagian-bagian yang harus diwarna adalah nilai pembilang dan penyebut dari nilai pecahan tersebut. Untuk nilai pecahan maka yang harus diwarna adalah bagian setengah masing-masing gambar. Contoh bisa dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 4. Contoh Gambar Nilai Pecahan
dan
Setelah disajikan dalam bentuk gambar, maka langkah selanjutnya adalah mengubah nilai pecahan tersebut ke dalam bentuk kalimat atau kata-kata serta menuliskan masing-masing nilai pembilang dan penyebut dari masing-masing pecahan. Setiap kelompok diwajibkan menyajikan hasil pekerjaan secara jelas dan rinci. Langkah berikutnya adalah peneliti memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan kelompok lain untuk kemudian dikaji secara bersama-sama.setiap kelompok secara bergantian menyajikanya di depan kelas. Secara bergantian masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaan masingmasing. Dengan menggunakan media gambar. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk menuangkan pikiranya secara bebas dalam forum diskusi kali ini. Kelompok pertama menyajikan di depan kelas sementara kelompok yang lain diberikan kesempatan bertanya kepada kelompok penyaji untuk kemudian diberi tanggapan. Selama proses diskusi berlangsung peneliti juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa maupun kelompok untuk
bertanya mengenai hal-hal yang masih atau belum dimengerti oleh siswa sekaligus mengembalikan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk menanggapinya. Kurang lebih ada 6 orang dari masing-masing kelompok yang bertanya selama diskusi berlangsung. Ternyata dari keenam pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan baik oleh 5 siswa dari masing-masing kelompok penyaji meskipun masih agak kaku dalam memberikan penjelasanya dan belum sepenuhnya dapat dibenarkan. Pertanyaan yang masih dianggap rumit oleh siswa dijawab oleh peneliti untuk kemudian sekaligus memberikan kesimpulan. Selanjutnya peneliti memberikan beberapa tugas yakni berupa soal-soal pecahan kepada masing-masing individu untuk dikerjakan. Pada akhir tahap pembelajaran (post activity), sebagai kegiatan penutup peneliti bersama-sama membuat kesimpulan dari pertemuan ini. Setelah itu peneliti mengajukan pertanyaan secara acak kepada siswa untuk dijawab. Kemudian peneliti membacakan hasil pekerjaan masingmasing kelompok serta memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada kelompok yang dianggap berhasil dan telah melaksanakan tugas dengan baik yang meliputi ketepatan, kerapian, dan ketuntasan dalam mengerjakan tugas selama proses pembelajaran. Pada akhir pertemuan, peneliti bersama siswa memberikan kesimpulan dari pertemuan pertama ini. Selanjutnya peneliti memberikan pengarahan tentang hal-hal yang harus dipersiapkan pada pertemuan berikutnya (siklus I). Para siswa disuruh untuk membawa bahan-bahan
pembalajaran yang meliputi buah terong dan alat pemotong. Selanjutnya peneliti memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) secara individu kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Tugas ini sekaligus sebagai evaluasi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun rincian langkah-langkah pelaksanaan dalam pertemuan pertama ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Awal (pre activity) a) Peneliti menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang pecahan c) Peneliti menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. d) Peneliti membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk mendiskusikan tentang materi pecahan yang telah diajarkan. 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Setiap kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan dengan cara berdiskusi. b) Setiap kelompok dipersilahkan untuk melakukan diskusi. c) Setiap kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian.
d) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok penyaji dengan difasilitasi oleh guru. e) Peneliti memberikan tugas individu kepada siswa. 3. Tahap Akhir (post activity) a) Peneliti bersama-sama siswa membuat kesimpulan pembelajaran. b) Peneliti mengajukan pertanyaan secara acak kepada siswa. c) Peneliti menginformasikan kepada siswa mengenai strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. d) Peneliti menginformasikan kepada siswa tentang hal-hal yang harus dipersiapkan pada pertemuan selanjutnya. e) Peneliti memberikan tugas pekerjaan rumah.
c. Pengamatan (observating) Pada saat bekerja kelompok, masih terlihat sebagian siswa yang merasa kebingungan dalam mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan mereka tidak diperhatikan oleh ketua kelompoknya. Untuk itu peneliti mencoba menegur ketua kelompok yang tidak atau kurang memperhatikan anggotanya dalam belajar kelompok ini. Selain itu sebagian murid merasa sedikit kesulitan dalam belajar kelompok dan demonstarsi ini karena di dalam pembelajaran sebelumnya belum pernah melakukan metode belajar seperti ini. Hali ini menjadi tanggung jawab peneliti untuk memberikan bimbingan kepada siswa yang dianggap kesulitan dalam mengikuti pembelajaran secara kelompok dan demonstrasi ini.
Dalam pengamatan ini peneliti mencoba menggali data dengan cara wawancara. Peneliti mencoba mengadakan interview dengan sebagian siswa mengenai tanggapan mereka selama proses belajar mengajar berlangsung. Wawancara yang digunakan adalah model wawancara tidak terstruktur atau bebas artinya pertanyaan yang diajukan kepada siswa tidak ditetapkan terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa petikan wawancara dengan siswa: Guru (G)
G
: Menurut kamu lebih suka mana belajar kelompok dengan belajar sendiri? : Yo enak kelompok Pak (Ya enakan belajar kelompok pak) : Kenapa? : Kan iso belajar bareng, terus akeh koncone dadine seneng pak gak bosen (kan bisa belajar bersama, terus banyak temanya (maksudnya adalah teman dalam satu kelompoknya) jadinya senang pak tidak bosan) : Sudah itu saja?
S
: Anu Pak, terusan cepet marine (terus cepat selesainya)
G
: Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini?
S
: Belum Pak
G
: Sebelumnya waktu diajar sama bu NN ( maksudnya guru mata pelajaran matematika sebelumnya) bagaimana? : Akeh nulise Pak, dadine kesel (banyak nulisnya pak, jadinya capek) : Setelah belajar demonstrasi seperti ini sekarang sudah mengerti tidak apa itu pecahan?
Siswa (S) G S
S G
S Catatan
: Sudah mengerti pak : Dari wawancara ini didapat bahwasanya perasaan siswa saat memperoleh pembelajaran
kelompok dengan metode demonstrasi ini sangat senang kemudian pemahaman siswa meningkat. Dari pengamatan pertemuan ini peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap kinerja siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setelah dilakukan pengukuran, hasil skor tes tiap-tiap individu dan kelompok adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut. Berikut adalah daftar penilaian individu saat kerja kelompok maupun berdiskusi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran pertemuan pertama.
Daftar Penilaian Individu saat Kerja Kelompok maupun Berdiskusi pada Pertemuan Pertama (Senin 30 Maret 2009)
KK
S S k
Alternatif Penilaian Nama Siswa
Kerjasama
Aktivitas
Keterangan
4 4 4 3 3
Keaktifan diskusi 4 3 3 4 3
Muhammad Nawaf Abdul Aziz Muhammad Irfan Ledy Puspita Tias Anggraini Amalia Febianti
5 4 4 3 4
Muhammad Fariz Dimas First Said Al Gamdhi Siti Maisaroh Geofany Maulidiyah
5 4 3 4 4
4 4 4 4 4
4 4 4 3 3
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Muhammad Najmi Al Faravi Muhammad Khoirul Anam Sintya Devi Siti Arifah Fitriyatul
5 4 4 4 4
4 4 4 4 4
4 4 4 4 3
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Hendri Maulana Madras Grigorio Palmeira Haifa A. Sitta Laila Safitri Stevunny Iga Ardya
5 3 5 4 4
4 4 4 3 4
4 3 3 3 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Skor Alternatif penilaian Siswa: • • • • •
Skor 5 = Sangat baik Skor 4 = Baik Skor 3 = Cukup Skor 2 = Tidak baik/ Kurang Skor 1 = Sangat tidak baik/ Sangat kurang
Catatan
: Siswa dapat dikatakan lulus jika skor minimal 10 dari tiga kategori alternatif penilaian.
Hasil pengukuran tes tiap-tiap kelompok pada pertemuan pertama disajikan dalam tabel berikut: Kelompok I II III IV
Skor Tes 75 75 80 75
Keterangan Lulus Lulus Lulus Lulus
Hasil Pengukuran Tes Tiap-Tiap Kelompok Pada Pertemuan Pertama (Senin 30 Maret 2009)
Catatan
: Standar kelulusan diambil dari ketuntasan dalam mengerjakan tugas kelompok.
Hasil pengukuran tes tiap-tiap individu pada pertemuan pertama dapat disajikan dalam tabel berikut: No
Nomor Induk
Nama Siswa
Skor Tes
1
3377
Muhammad Nawaf Abdul Aziz
90
2
3391
Muhammad Irfan
90
3
3368
Ledy Puspita
80
4
3358
Tias Anggraini
80
5
3393
Amalia Febianti
70
6
3380
Muhammad Fariz
100
7
3346
Dimas First
90
8
3370
Said Al Gamdhi
70
9
3375
Siti Maisaroh
80
10
3384
Geofany Maulidiyah
80
11
3348
Muhammad Najmi Al Faravi
100
12
3404
Muhammad Khoirul Anam
80
13
3367
Sintya Devi
100
14
3412
Siti Arifah
100
15
3405
Fitriyatul
70
16
3378
Hendri Maulana
80
17
3421
Madras Grigorio
90
18
3358
Palmeira Haifa A.
70
19
3390
Sitta Laila Safitri
60
20
3389
Stevunny Iga Ardya
90
Tabel. Hasil Pengukuran Tes Tiap-Tiap Individu Pada Pertemuan Pertama (Senin 30 Maret 2009)
d. Refleksi (reflecting) Pada kegiatan pertemuan pertama ini, menunjukkan tidak ada permasalahan dalam perumusan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Jadwal, jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa (1) para siswa masih memerlukan adaptasi dengan kelompoknya; (2) terdapat beberapa siswa yang masih kurang paham sehingga masih kebingungan dalam melaksanakan tugas; (3) komponen pembelajaran seperti alokasi
waktu, sumber/alat/bahan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan kegiatan penilaian dapat berjalan dengan baik dalam rangka mencapai kompetensi yang direncanakan dalam siklus I; (4) secara umum program berjalan dengan baik meskipun masih sedikit siswa yang aktif dalam diskusi, dengan rincian 6 orang siswa dari masing-masing kelompok telah berpartisipasi dalam diskusi dengan cara bertanya sementara yang berhasil menjawab adalah sebanyak 5 siswa; (5) para siswa telihat begitu antusias dalam mengikuti pembelajaran serta aktifitas kerjasama dalam kelompok secara keseluruhan dapat dikatakan baik; dan (5) terbukti dari pembelajaran siklus I pemahaman siswa mengalami peningkatan.
3. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pertemuan Kedua (Siklus I) a. Perencanaan (planning) Pada siklus I ini, peneliti menetapkan satu kali pertemuan atau 2 JP sebanyak 70 menit (2 x 35 menit) sebagai kegiatan pembelajaran dengan masih pada materi pokok yang sama yaitu
konsep pecahan dengan
kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana. Siklus I ini merupakan puncak atau inti dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) ini artinya dalam siklus I ini sudah masuk dalam tahap kegiatan inti penelitian yaitu pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
kepada siswa tentang bagaimana menyajikan bentuk nilai-nilai pecahan sederhana ke dalam potongan/pembelahan buah terong. Sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna memperlancar proses pembelajaran dan juga sebagai perangkat pembelajaran. Pengalaman yang diberikan siswa diantaranya adalah mengajarkan bagaimana cara penggunaan media belah terong ini dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana hingga menyajikanya dalam bentuk tulisan. Pengalaman yang dapat diberikan dalam pembelajaran ini adalah pengalaman nyata dimana dalam pengalaman nyata ini merupakan cara pengajaran yang efektif karena dapat mengikutsertakan semua indera yang dimiliki
oleh
siswa.
Selanjutnya
para
siswa
mendemonstrasikan
pembelajaran pecahan menggunakan media belah terong ini secara berkelompok, selanjutnya mendiskusikan serta menyajikan dalam bentuk tugas kelompok. Kegiatan berikutnya adalah mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Selanjutnya peneliti menentukan media dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan pada siklus kedua ini adalah buah terong dan benda-benda disekitar siswa untuk menjelaskan materi pecahan dengan metode demonstrasi.
Buah
terong
digunakan
untuk
mendemonstasikan
pembelajaran pecahan dengan cara menyajikan nilai pecahan melalui potongan-potongan/pembelahan buah terong. Metode pembelajaran yang
digunakan pada siklus kedua diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan. Selanjutnya peneliti menentukan sumber belajar yang akan digunakan selama proses penelitian. Adapun sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar yang lainya. Selanjutnya peneliti juga menentukan instrumen penelitian yang akan digunakan selama proses pembelajaran tujuanya untuk mengungkap hasil pembelajaran yang dicapai. Instrument penelitian iklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, angket, dan tes hasil kerja. Adapun perencanaan (planning) dalam siklus I ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menyusun strategi pembelajaran 3) Menentukan media pembelajaran •
Media yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah buah terong untuk mendemonstrasikan pembelajaran pecahan
4) Menentukan metode pengajaran •
Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
5) Menentukan sumber belajar
•
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar lainya.
6) Menentukan instrument penelitian •
Instrument penelitian yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, dan tes hasil kerja
b. Pelaksanaan (acting) Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 April 2009. Pembelajaran berlangsung selama 2 x 35 menit (2 JP) dimulai dari pukul 07.00-08.10 WIB. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk duduk berdasarkan kelompok pada pertemuan sebelumnya artinya peneliti tidak lagi membentuk kelompok baru. Berbeda dengan pertemuan pertama, pada pelaksanaan pertemuan kedua (siklus I) ini pembelajaran sudah memakai media belah terong sebagai bahan pembelajaran demonstrasi pada pembelajaran matematika materi pecahan. Buah terong didapat dari semua siswa dengan membawa sendiri dari rumah. Media tersebut dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk didemonstrasikan secara bersama-sama dalam kelompok belajar. Seperti halnya pada pertemuan pertama, langkah langkah pembelajaran dalam pertemuan kedua (siklus I) ini juga dibagi ke dalam tiga tahap yaitu
tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Pada tahap awal, peneliti yang bertindak sebagai guru memulai pembelajaran dengan membahas tugas PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian menyuruh sebagian murid untuk mengerjakanya di papan tulis. Kali ini yang mencoba memberanikan diri untuk maju mengerjakan tugas adalah salah seorang murid yang bernama Siti
Arifah.
Arifah
begitu
teman-temanya
memanggil
berhasil
mengerjakan soal no 1 dengan baik. Kemudian kesempatan yang kedua diberikan kepada Muhammad Irfan. Alasan peneliti menunjuk siswa ini adalah untuk mengetahui apakah dia ini mengerjakan tugas dirumah atau tidak karena selama ini Irfan dikenal sebagai siswa yang bisa dikatakan pemalas dan suka usil di dalam kelas terutama saat pembelajaran berlangsung, namun ternyata dia mengerjakan PR dirumah dan dapat mengerjakan tugas dengan baik terlihat dari cara dia mengerjakan di papan tulis. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sampai semua pekerjaan terselesaikan. Kemudian peneliti bersama-sama siswa membahas soal untuk kemudian mencari solusi pemecahan pada soal yang dianggap sulit. Masih pada tahap awal (pre activity), peneliti menyuruh siswa duduk sesuai kelompoknya. Untuk menumbuhkan gairah belajar, peneliti memberikan pre test dengan cara memberikan pertanyaan seputar pembelajaran pertemuan sebelumnya. Ternyata dari sekian banyak pertanyaan yang diberikan para siswa dapat menjawabnya dengan baik dan
siswa terlihat cukup antusias dalam memberikan jawaban. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi belajar kepada siswa. Peneliti disini sekali lagi menjelaskan kepada siswa tentang manfaat serta pentingnya belajar kelompok dan setelah itu peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. Memasuki tahap inti (whilst activity), peneliti bersama-sama siswa menyediakan beberapa buah terong yang telah dipersiapkan dari rumah. Mula-mula peneliti memberikan contoh sutu permasalahn yang melibatkan pecahan. (Sebelumnya guru selalu mencoba mengadakan komunikasi kepada masing-masing kelompok. Hal ini bertujuan agar setiap kelompok bersedia memberikan jawaban atasa prtanyaan yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak merasa ketakutan atau canggung dalam menjawab soal) Guru
: Siapa yang bisa memberikan jawaban dari pertanyaan ini. Bu Ani akan membuat sambal terong buat kedua anaknya yaitu Hita dan Pato. Sementara ibu Ani hanya mempunyai satu buah terong. Agar Hita dan Pato memperoleh bagian yang sama, maka bu Ani harus membagi terong tersebut menjadi berapa bagian?
(Guru meminta kesediaan masing-masing kelompok untuk memberikan jawaban atas pertanyaan guru. Kali ini kelompok tiga yang diwakili oleh Muhammad Najmi Al Faravi mencoba memberikan jawaban) Ravi
: Saya Pak. Bene adil yo dibagi setengah pak (biar adil ya dibagi setengah pak).
Guru
: Siapa yang bisa menuliskan lambang pecahan setengah itu?
Palmeira Haifa A. perwakilan dari kelompok IV mengangkat tangan Palmeira : Satu perdua pak ( maksudnya Guru
/setengah).
: Ayo coba ditulis supaya temanya semua tahu.
Peneliti menyuruh Palmeira untuk menuliskan labang nilai pecahan satu perdua di kertas untuk kemudian menunjukkan kepada kelompok yang lain. Dari
sini,
dengan
menggunakan
buah
memperkenalkan bentuk nilai pecahan satu perdua (
terong,
peneliti
/setengah). Mula-
mula peneliti memotong buah terong menjadi bagian kecil kemudian peneliti membagi potongan buah terong tadi menjadi dua bagian yang sama
yaitu
setengah/satu
perdua/seperdua.
Kemuadian
peneliti
menunjukkan kepada siswa hasil potongan setengah tadi kepada semua siswa. Selanjutnya peneliti menyuruh masing-masing siswa yang terbagi ke dalam kelompok untuk melakukan pemotongan buah terong sebagaimana
peneliti lakukan.
Para
siswa
terlihat
antusias dan
bersemangat dalam melakukan tindakan karena sebelumnya tidak pernah melakukan hal seperti ini. Pembelajaran secara demonstrasi sungguhsungguh dinikmati oleh para siswa. Siswa terlihat ceria dan senang. Langkah selanjutnya adalah peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa di dalam pecahan tersebut terdapat nilai pembilang dan penyebutnya. Untuk pecahan
(satu per dua/seperdua/setengah) ini nilai
pembilangnya adalah 1, sedangkan nilai penyebutnya adalah 2. Sekali lagi peneliti menerangkan tentang nilai-nilai pecahan agar siswa benar-benar paham dan mengerti isi dari pembelajaran. Setelah dirasa cukup dalam mengenalkan nilai pecahan serta menerangkanya, langkah selanjutnya adalah peneliti memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk menyajikan nilai-nilai pecahan ke
dalam potongan/pembelahan buah terong untuk kemudian menyajikanya kedalam bentuk tulisan di kertas yang telas disediakan oleh peneliti. Masing-masing kelompok diminta untuk menyajikan nilai pecahan dalam potongan/pembelahan dengan buah terong kemudian menuliskan nilai pecahan tersebut ke dalam bentuk tulisan serta menuliskan bilangan pembilang dan penyebut dari masing-masing pecahan. Setiap kelompok harus membuat pecahan dari buah terong minimal lima buah soal.
Gambar 5. Aktifitas Siswa Dalam Menyajikan Nilai Pecahan ke Dalam Potongan/pembelahan Buah terong.
Waktu pengerjaan tugas dibatasi selama 30 menit. Ketika proses pengerjaan berlangsung, suasana kelas tampak gaduh karena masingmasing anggota mempunyai tugas yang berbeda dari anggota yang lain dalam satu kelompok. Dari kegiatan demonstrasi ini, kelompok III terlihat antusias karena disamping mereka sudah paham mengenai materi pecahan, peralatan yang dibawa mereka lebih lengkap disbanding kelompok yang lain. Selain itu kelompok tiga ini adalah kelompok yang paling prosedural dalam melaksanakan tugas hal ini dikarenakan kelompok III mempunyai ketua kelompok yang bisa dikatakan cukup profesional karena dapat memberikan arahan serta instruksi kepada anak buahnya. Hal ini tentu
membanggakan peneliti karena merasa bimbingan yang selama ini dilakukan membuahkan hasil. Sementara itu kelompok yang lain teru mengerjakan tugas. Setiap ketua kelompok bertugas mengatur anggotanya. Setiap anggota mempunyai tugas yang telah ditentukan oleh ketua kelompok. Pada saat proses pengerjaan tugas berlangsung, peneliti melakukan penggalian data dengan cara mengamati masing-masing siswa yang bekerja secara kelompok. Dengan berpedoman pada lembar pedoman observasi peneliti memulai pebgamatan. Hal-hal yang diteliti antara lain meliputi antusias, keceriaan, dan kreatifitas siswa dalam menyajikan tugas. Sesekali peneliti mencoba bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang sudah dilakukan. Oleh karena waktu penentuan pengerjaan tugas sangat terbatas, maka keputusan harus segera diambil yaitu menyudahi kegiatan kerja demonstrasi ini untuk kemudian dilakukan kegiatan diskusi. Tepat pukul 07.40 proses pengerjaan tugas telah selesai. Sekarang waktunya masing-masing kelompok untuk berdiskusi. Hasil pekerjaan yang dituangkan dalam kertas folio ditunjukkan kepada seluruh kelompok. Hasil pekerjaan yang disajikan diserahkan sepenuhnya kepada anggota kelompok kemudian peneliti menyuruh salah satu dari perwakilan untuk membacakanya. Kesempatan pertama diberikan kepada kelompok pertama. Kelompok pertama disuruh untuk menyajikan hasil pekerjaanya kepada kelompok lain. Kelompok pertama ternyata menyajikan nilai pecahan
,
,
, , dan . Kemudian secara bergantian anggota kelompok
mereka secara bergantian membacakan hasil pekerjaanya. Satu persatu mereka menerangkan materi pecahan yang telah mereka buat melalui belah terong. Selesai membacakan hasil pekerjaan, maka selanjutnya adalah sesi tanya jawab. kesempatan pertama pertanyaan datang dari kelompok III.
Perwakilan dari kelompok III mencoba bertanya kepada kelompok penyaji yaitu kelompok I Perwakilan kelompok III
: Coba dibacakan berapa nilai pembilang dan penyebut dari pecahan ?
Perwakilan kelompok I menjawab Perwakilan kelompok I
: Dari pecahan
ini, nilai pembilangnya
adalah 1 dan penyebutnya adalah 6. Perwakilan kelompok III
: Apa itu pecahan ?
Perwakilan kelompok I
: Pecahan adalah bagian dari suatu bagian yang utuh.
Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tambahan ataupun sanggahan kepada kelompok penyaji. Namun dari kesempatan yang telah diberikan, semua kelompok sepakat membenarkan jawaban dari kelompok I tersebut, maka dengan lantang mereka menjawab. Semua kelompok
: Benar.
Selanjutnya peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok II dan IV untuk bertanya kepada kelompok I. Perwakilan kelompok II
: Apa itu pembilang dan penyebut ?
Perwakilan kelompok I
: Anu, iku mau loh (itu, itu tadi loh). (Mencoba berpikir sejenak). Pembilang adalah bagian keseluruhan sebelum di pecah. Kalau penyebut adalah banyaknya bagian yang dibagi. Inggeh pak ? (Iyakan pak)
Guru
: Iya betul. Tepuk tangan untuk kelompok I.
Semua yang ada dikelas memberikan uplous kepada kelompok I tidak terkecuali peneliti. Selanjutnya kesempatan diberikan kepada kelompok IV. Perwakilan kelompok IV
: Setengah dengan seperempat lebih besaran mana?
Perwakilan kelompok I
: Lebih besar setengah.
Perwakilan kelompok IV
: Kenek opo ? (Kenapa?)
Perwakilan kelompok I
: Karena olehe lebih besar (karena dapatnya lebih besar).
Perwakilan kelompok III menambah Perwakilan kelompok III
: Opone sing entuk lebih besar ? (maksudnya adalah apanya yang dapat lebih besar)
Kemudian kelompok I menjawab permasalahan yang kongkrit. Perwakilan kelompok I
dengan
memberikan
contoh
: Contohnya Ibu mempunyai sebuah terong. Kemudian terong dibagi menjadi dua bagian maka setiap anak akan memperoleh masing-masing setengah dari bagian terong tadi. Berbeda dengan seperempat. Seperempat jika dibagi memperoleh bagian yang lebih kecil dari setengah.
Lantas salah satu perwakilan anggota kelompok satu mencontohkan dengan gambar di papan tulis. Dari hasil gambar tersebut ternyata kelompok I mampu meyakinkan kepada kelompok III dan IV bahwa nilai setengah itu lebih besar dari pada seperempat. Demikian diskusi berlanjut secara bergantian. Namun dari hasil diskusi dan belajar demonstrasi tersebut di dapat suatu kesimpulan bahwasanya pemahaman siswa mengenai pecahan dapat meningkat. Dibuktikan dari kerja setiap kelompok dalam menyajikan nilai pecahan ke dalam bentuk potongan/pembelahan buaha terong tadi untuk selanjutnya menyajikan ke dalam bentuk tulisan hingga menyajikanya dalam diskusi.
Gambar 6. Aktifitas Siswa Dalam Berdiskusi Serta Penyajian Tugas
Proses diskusi telah berakhir, artinya tahap inti (whilst activity) telah selesai dilaksanakan. Kesimpulan dari kegiatan ini yaitu siswa sangat antusias dalam belajar, siswa sangat termotivasi dalam menyajikan nilai pecahan ke dalam belah terong, antusiasme siswa meningkat baik itu saat berdiskusi dalam kelompok maupun pada saat penyajian tugas sehingga pemahaman siswa dapat meningkat. Tahap selanjutnya adalah tahap akhir (post activity). Kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi pembelajaran dengan cara memberikan kesimpulan
pembelajaran,
mengadakan
evaluasi
pembelajaran,
menginformasikan kepada siswa mengenai strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya, dan memberikan tugas rumah sebagai evaluasi pembelajaran Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam siklus I ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Adapun rincianya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Awal (pre activity) a) Membahas tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya b) Memberikan post test c) Memberikan motivasi belajar kepada siswa d) Menjelaskan tujuan pembelajaran e) Mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran 2. Tahap Inti (whilst activity) a) Menyuruh siswa duduk sesuai kelompok b) Mendemontrasikan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi. c) Memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. d) Menyajikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain secara bergantian. 3. Tahap Akhir (post activity) a) Memberikan kesimpulan pembelajaran b) Mengadakan evaluasi pembelajaran c) Menginformasikan kepada siswa mengenai strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan tugas rumah sebagai evaluasi pembelajaran. c. Pengamatan (observating) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksanakan sekaligus sebagai alat penggalian
data bagi peneliti. Proses pengamatan disini akan menguraikan apakah hal yang direncanakan dapat direalisasikan secara penuh atau tidak. Jika tidak, perlu dilihat polanya dalam periode tertentu; mungkin hanya separohnya yang dapat dilaksanakan. Selama proses pengamatan berlangsung yakni pada siklus I hal-hal yang telah diamati oleh peneliti diantaranya adalah hasil-hasil pekerjaan siswa baik secara individu maupun kelompok dengan menggunakan berbagai macam instrument penelitian. Berikut adalah nilai hasil pekerjaan siswa yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti. Hasil pengukuran tes tiap-tiap kelompok disajikan dalam tabel berikut: Skor penilaian kelompok pada pertemuan ke-2 (siklus I)
S
Kelompok I
Skor Tes 85
Keterangan Lulus
II
85
Lulus
III
90
Lulus
IV
80
Lulus
k Dari pengamatan siklus I ini peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap kinerja siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setelah dilakukan pengukuran, hasil skor tes tiap-tiap individu dan kelompok adalah sebagaimana disajikan dalam tebel berikut. Berikut adalah daftar penilaian individu yang dilakukan peneliti.
Daftar Penilaian Individu pada saat kerja kelompok dan Diskusi Pertemuan ke-2 (Siklus I) adalah sebagai berikut : Alternatif Penilaian
KK
S
Nama Siswa
Kerjasama
Aktivitas
Keterangan
5 4 4 4 4
Keaktifan diskusi 5 4 5 4 4
Muhammad Nawaf Abdul Aziz Muhammad Irfan Ledy Puspita Tias Anggraini Amalia Febianti
5 4 5 4 4
Muhammad Fariz Dimas First Said Al Gamdhi Siti Maisaroh Geofany Maulidiyah
5 5 4 4 4
5 4 4 4 4
5 4 4 4 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Muhammad Najmi Al Faravi Muhammad Khoirul Anam Sintya Devi Siti Arifah Fitriyatul
5 5 5 5 4
5 4 5 4 4
5 4 5 5 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Hendri Maulana Madras Grigorio Palmeira Haifa A. Sitta Laila Safitri Stevunny Iga Ardya
5 4 5 4 4
4 5 4 4 4
5 4 4 4 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
S Skor Alternatif penilaian Siswa: • • • • •
Skor 5 = Sangat baik Skor 4 = Baik Skor 3 = Cukup Skor 2 = Tidak baik/ Kurang Skor 1 = Sangat tidak baik/ Sangat kurang Catatan
: Siswa dapat dikatakan lulus jika skor minimal 10 dari jumlah tiga kategori alternatif penilaian.
Hasil tes individu (tugas) pada pertemuan ke-2 (siklus I) dapat disajikan dalam tabel berikut No
Nomor Induk
Nama Siswa
Skor Tes
1
3377
Muhammad Nawaf Abdul Aziz
100
2
3391
Muhammad Irfan
100
3
3368
Ledy Puspita
90
4
3358
Tias Anggraini
80
5
3393
Amalia Febianti
100
6
3380
Muhammad Fariz
100
7
3346
Dimas First
70
8
3370
Said Al Gamdhi
80
9
3375
Siti Maisaroh
100
10
3384
Geofany Maulidiyah
80
11
3348
Muhammad Najmi Al Faravi
100
12
3404
Muhammad Khoirul Anam
100
13
3367
Sintya Devi
100
14
3412
Siti Arifah
100
15
3405
Fitriyatul
80
16
3378
Hendri Maulana
90
17
3421
Madras Grigorio
100
18
3358
Palmeira Haifa A.
90
19
3390
Sitta Laila Safitri
90
20
3389
Stevunny Iga Ardya
90
d. Refleksi (reflecting) Pada
kegiatan
siklus
I,
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
permasalahan dalam perumusan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) semua berjalan lancar sesuai langka-langkah pembelajaran yang telah direncanakan seperti yang tersebut dalam RPP. Jadwal jam telah sesuai prediksi sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan menunjukkan bahwa (1) kemampuan para siswa mengenai konsep pecahan meningkat terbukti dari masing-masing tugas yang diberikan baik itu tugas kelompok maupun individu dapat diselesaikan dengan baik selain itu nilai yang didapat mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya; (2) mayoritas siswa dapat menunjukkan keberanianya dalam presentasi baik dalam menyajikan hasil pekerjaan maupun menjawab pertanyaan dari teman; (3) keberanian mengemukakan pendapat para siswa dapat ditumbuhkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas; (4) pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa; (5) pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat memberikan pengalaman baru bagi para siswa yang sebelumnya hanya dapat memperoleh cara pembelajaran secara konvensional; dan (6) pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat dalam diskusi dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa untuk membantu temanya.
4. Paparan Data dan Temuan Tindakan Pertemuan Ketiga (Siklus II) a. Perencanaan (Planning) Pada perencanaan pertemuan ketiga siklus II ini peneliti menetapakan proses pembelajaran sebanyak satu kali pertemuan atau selama 2 jam pelajaran (JP) dengan alokasi waktu 2 x 35 menit sebagai tahap awal dari PTK ini. Adapun perencanaan (planning) pada pertemuan keempat ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 2) Menyusun strategi pembelajaran 3) Menentukan media pembelajaran •
Media yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah buah terong untuk mendemonstrasikan pembelajaran pecahan
4) Menentukan metode pengajaran •
Metode pembelajaran diantaranya adalah ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, dan penugasan.
5) Menentukan sumber belajar •
Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah buku matematika kelas tiga, lembar kerja siswa, dan sumber belajar lainya.
6) Menentukan instrument penelitian
•
Instrument penelitian yang digunakan dalam siklus kedua ini adalah pedoman penelitian berupa format observasi, pedoman wawancara, dan tes hasil kerja
b. Pelaksanaan (acting) Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan ke-3 ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 April 2009. Pembelajaran berlangsung selama 2 x 35 menit (2 JP) dimulai dari pukul 07.00-08.10 WIB. Langkah langkah pembelajaran dalam siklus II pertemuan ke-4 ini juga dibagi ke dalam tiga tahap yaitu tahap awal (pre activity), tahap inti (whilst activity), dan tahap akhir (post activity). Pada pertemuan ini siswa diminta untuk duduk berdasarkan kelompok pada pertemuan sebelumnya artinya peneliti tidak lagi membentuk kelompok baru. Sebagai pembuka yaitu tahap awal (pre activity) pembelajaran, peneliti bersam-sama siswa membahas tugas PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian peneliti menyuruh sebagian murid untuk mengerjakanya di papan tulis. Selanjutnya peneliti mengemukakan pengalaman pembelajaran yang dirasakan oleh masing-masing siswa dalam dua pertemuan sebelumnya. Berikut adalah salah satu isi percakapan yang yang dilakukan peneliti terhadap salah satu siswa.
Guru (G)
: Bagaimana perasaanmu pembelajaran yang berbeda pembalajaran sebelumnya?
setelah mengalami dari pembelajaran-
Siswa (S)
: Sangat senang pak
G
: Ada perbedaan tidak dengan pembelajaran yang sebelumnya?
S
: Ada pak
G
: Apa bedanya?
S
: Akeh pak, salah sijine lek ning pelajaran sak durunge akeh nulise. Dadine kesel pak. Terus lek belajar koyok wingi-wingine karo saiki seneng. Senenge ono praktike, belajar kelompok, gambar, diskusi, terus cepet nyantole…………wis akeh wis pak (banyak pak, salah satunya kalau pada pelajaran senelumnya banyak menulisnya. Jadinya capek. Terus kalau belajar seperti kemarin sama sekarang banyak senangnya. Senangnya ada praktiknya, belajar kelompok, menggambar, diskusi, terus cepat paham…….pokoknya banyak pak)
pembelajaran-
Dari percakapan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran yang telah dilalui selama PTK ini dilaksanakan. Mereka merasa senang karena pembelajaran seperti ini (maksudnya pembelajaran yang tersebut dalam PTK) berbeda dengan pembelajaran sebelumnya sebelum diadakan PTK ini yang biasanya lebih banyak menggunakan cara-cara konvensional, yakni ceramah, menulis, pemberian tugas dan cara ini dianggap membosankan oleh kebanyakan siswa. Dalam PTK ini, mereka serasa memperoleh pengalaman baru dalam pembelajaranya. Selain itu siswa lebih cepat paham. Memasuki kegiatan tahap inti (whilst activity), siswa disuruh untuk mengelompok sesuai kelompok sebelumnya. Setelah itu, peneliti
menjelasakan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok pada pertemuan hari ini. Tugas yang harus dikerjakan setiap kelompok yakni mereka secara berkelompok diminta untuk menyajikan beberapa nilai pecahan kedalam bentuk gambar kemudian mengapilkasikanya ke dalam
potongan-potongan/pembelahan
buah
terong
selanjutnya
menyajikanya ke dalam bentuk tulisan untuk kemudian didiskusikan bersama-sama kelompok lain. Tugas yang diberikan kepada masingmasing kelompok berbeda artinya tugas kelompok I tidak sama dengan kelompok II, kelompok II tidaklah sam dengan tugas yang dimilki oleh kelompok III, sedangkan tugas kelompok III tentu tidak sam dengan kelompok IV dan begitu seterusnya. Hal ini untuk mengantisipasi kecurangan dalam mengerjakan tugas misalnya mencontek. Dengan tugas dibuat berbeda, maka kemungkinan kecurangan atau mencontek tugas dari kelompok lain bisa diminimalisir. Selanjutnya peneliti memanggil masingmasing ketua kelompok untuk mengambil tugas dengan cara diundi. Proses pengundian tugas sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalah proses pengerjaan tugas. Tepat pukul 07.15 WIB kegiatan pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dimulai. Langkah
selanjutnya
adalah
setiap
kelompok
diminta
untuk
mempersiapkan bahan-bahan yang telah dipersiapkan dari rumah. Bahan yang dipersiapkan diantaranya adalah beberapa buah terong, alat pemotong, pensil, pewarna (krayon), kertas lipat, kertas minyak, dan alat
penempel (stepless). Khusus untuk kertas lipat dan kertas minyak bahanya disediakan oleh peneliti. Tugas pertama-tama yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok adalah menyajikan bentuk nilai-nilai pecahan ke dalam gambar Nilai pecahan yang dibuat haruslah berdasarkan tugas yang telah di dapat dari hasil pengundian sebelumnya. Pada kegiatan ini, masing-masing siswa terlihat begitu antusias dalam mengerjakan tugas. Mereka saling berlomba-lomba dengan kelompok lain untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya. Suasana gaduhpun tidak terelakkan. Peneliti mencoba mendekati salah satu kelompok yang terlihat begitu antusias. Kali ini yang didekati adalah kelompok III. Peneliti mencoba mengamati apa saja yang dilakukan pada kelompok satu ini. Ternyata dalam pengamatan itu didapat, bahwasanya dalam kelompok III ini terjadi suatu komunikasi antar anggota yang cukup baik. Mereka ternyata sedang membagi tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota. Kali ini ketua kelompok yang berusaha membagikan tugas kepada anak buahnya. Peneliti kemudian melanjutkan pemngamatanya. Pengamatan kemudian dilanjutkan kepada kelompok IV yang berada persis disebelah kelompok III. Dari pengamatan di kelompok IV ini ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengamatan yang dilakukan pada kelompok III tadi. Kelompok IV ternyata juga mencoba menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. Sedikit terjadi selisih pendapat dari masing-masing anggota. Hal ini disebabkan oleh salah satu anggota merasa tidak puas dengan hasil
tugas yang diberikan oleh ketua kelompok. Anggota ini merasa mendapat tugas yang lebih rumit disbanding dengan anggota yang lain. Untuk itu dia berupaya untuk menukar tugasnya dengan anggota yang laian, namun anaggota tersebut ternyata menolak. Setelah terjadi sedikit ketegangan, akhirnya peneliti mencoba mencarikan solusi kepada anggota yang terlibat perseteruan tadi. Setelah nilai pecahan tersaji dalam bentuk gambar, maka untuk membedakan nilai pembilang dan penyebutnya para siswa harus mewarnai keduanya untuk membedakanya. Pada kegiatan ini, para siswa terlihat begitu senang dan bersemangat. Mereka saling menunjukkan kebolehanya dalam hal mewarna. Kebanyakan siswa mewarnai gambarnya dengan menggunakan warna-warna yang ngejreng (terang) seperti merah dan biru, kuning dan hijau, merah muda dan orange, ungu dan coklat dan masih banyak lagi. Setelah nilai pecahan tersaji ke dalam bentuk gambar, maka proses selanjutnya adalah menempelnya dengan menggunakan stupless untuk kemudian ditempelkan pada kertas minyak yang telah disediakan sebelumnya.
Gambar 7. Kegiatan Siswa Pada Saat Menyajikan Niali Pecahan Ke Dalam Gambar Kemudian Mewarnainya.
Setelah menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar, maka tugas
selanjutnya adalah
menyajikanya
dalam
bentuk potongan-
potongan/pembelahan ke dalam buah terong. Buah terong dipotong sesuai dengan besarnya nilai pecahan yang tertera dalam gambar tadi. Pada saat kegiatan
menyajikan
nilai
pecahan
ke
dalam
potong-potongan/
pembelahan ke dalam buah terong, para siswa terlihat tidak begitu kesulitan karena hal ini sudah perbah mereka lakukan pada pertemuan sebelumnya. Namun yang membedakan adalah, kalau pada pertemuan sebelumnya cara menyajikan nilai pecahanya tanpa disertai gambar, namun untuk peretemuan ketiga ini sebelum menyajikan nilai pecahan dalam bentuk pembelahan buah terong terlebih dahulu para siswa diminta untuk menyajikanya ke dalam bentuk gambar. Disinilah puncak dari PTK ini yaitu pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Kegiatan ini juga merupakan ajang pembuktian dari para siswa apakah setelah melakukan kegiatan pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi ini kemampuan siswa dapat meningkat. Lagi-lagi setiap kelompok terlihat saling berlombalomba untuk memperoleh hasil yang terbaik. Mereka tidak mau kalah dengan kelompok yang lain. “Bersaing, Bersanding, dan Bertanding”. Mungkin kata itulah yang patut disematkan pada masing-masing kelompok. Mereka terlihat saling berlomba untuk menyelesaikan tugas. Kelompok I terlihat bersaing dengan kelompok di sebelahnya yaitu kelompok II. Begitu juga dengan kelompok III yang saling berlomba dengan kelompok IV. Namun persaingan seperti ini tidak menjadikan
mereka untuk saling bermusuhan. Akan tetapi persaingan seperti ini dijadikan pelecut sekaligus semangat bagi masing-masing kelompok. Pada saat kegiatan masih berlangsung, peneliti mencoba mewawancarai salah satu kelompok sekaligus sebagai tindakan pengamatan untuk menggali data dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas artinya pertanyaan yang diajukan kepada siswa tidak ditentukan terlebih dahulu. Berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada kelompok III yang terlihat begitu bersemangat dalam mengerjakan tugas. Guru (G)
: Sudah sampai mana mengerjakanya anak-anak?
Ketua (K)
: Iki pak, isek nyeteples teronge (ini pak, masih menempelkan terongnya)
Guru
: Ada kesulitan tidak?
K
: Oh, mboten wonten pak (tidak ada pak)
G
: Tadi anggota kelompoknya sudah diberi tugas semua?
K
: Sampun pak (sudah pak)
Kemudian peneliti mencoba mewawancarai anggota 1 G
: Kamu tadi kebagian tugas apa?
Anggota 1 (A1)
: Ini pak, disuruh membuat nilai pecahan satu per dua
G
: mana, sudah selesai belum?
A1
: Sudah Pak ini (sambil menunjukkan hasil pekerjaanya)
G
: Tadi ada kesulitan pada waktu mengerjakan?
A1
: oh, tidak ada Pak. Kan kemarin sudah pernah membuat yang kayak begini
G
: Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini?
A1
: Belum pernah
G
: Bagaiman perasaanya belajar seperti ini?
A1
: Sangat senang Pak
G
: Dimana senangnya?
A1
: Ya karena belajarnya kelompok jadi cepat selesainya, terus belajarnya langsung menerapkan nilai pecahan dengan belah terong ini Pak jadinya mengerti
Kemudian peneliti melanjutkan wawancaranya kepada anggota 2 Guru
: Kamu dikasih tugas apa dari ketua tadi?
Anggota 2 (A2)
: Disuruh membuat pecahan satu per enam Pak
G
: Bagaimana perasaannya belajar kelompok dan demonstrasi seperti ini?
A2
: Menyenangkan
G
: Kenapa?
A2
: Banyak temanya Pak, jadi pekerjaanya cepat selesai. Terus belajarnya langsung tidak seperti sebelumnya (maksudnya guru matematika sebelumnya) yang banyak menulis. Capek Pak
G
: Kalau seperti ini capek apa tidak?
A2
: Mboten Pak (tidak Pak), kan belajarnya bersamasama Setelah buah terong dibelah sesuai nilai pecahan tadi, maka
langkah berikutnya adalah menempelkanya di kertas minyak dijadikan satu dengan gambar yang telah dibuat. Terong yang sudah dibelah kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastic untuk kemudian ditempelakan bersama gambar yang telah dibuat sebelumnya. Berbagai hasil pekerjaan siswa bisa dilihat disini. Mulai dari yang bagus sampai
yang menarik semua tersaji disini. Berikut adalah contoh hasil pekerjaan siswa yang berhasil didokumentasikan oleh peneliti.
Gambar 8. Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Dilakukan Pembelahan Dengan Menggunakan Buah Terong Kemudian Menempelkan Bersamaan Dengan Gambar Pecahan. Hasil Pembelahan Dan Gambar Ini Menunjukkan Nilai Pecahan (Setengah/Satu Per Dua/Seperdua).
Gambar
9. Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Dilakukan Pembelahan Dengan Menggunakan Buah Terong Kemudian Menempelkan Bersamaan Dengan Gambar Pecahan. Hasil Pembelahan Dan Gambar Ini Menunjukkan Nilai Pecahan (Satu Per Empat/Seperempat).
Setelah hasil pekerjaan ditempel dikertas maka peneliti meminta siswa untuk menuliskan masing-masing namanya sesuai hasil pekerjaanya sendiri. Nama siswa ditulis dibagian bawah gambar bersamaan dengan nama kelompoknya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk penilaian. Karena dari kegiatan ini dapat dilihat apakah siswa tersebut benar-benar aktif mengerjakan tugas atau tidak, aktif dalam kelompok ataukah masih pasif. Setelah hasil pekerjaan ditempel dikertas minyak, maka proses selanjutnya adalah finishing atau penyelesaian akhir. Kegiatan yang dilakukan adalah menuliskan nilai pecahan tersebut ke dalam bentuk lambing, kalimat, mengartikan, dan membandingkanya. Pekerjaan ditulis pada selembar kertas lipat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berbagai kertas lipat telah diberikan kepada masing-masing kelompok sebanyak 5 lembar. Hal-hal yang harus ditulis oleh masing-masing kelompok diantaranya adalah menuliskan besar nilai pecahan dalam bentuk lambing atau angka, menuliskan besar nilai pecahan ke dalam kalimat, mengartikan nilai pecahan dengan kata-kata sendiri, dan membandingkanya dengan nilai pecahan lainya. Berikut adalah gambar hasil pekerjaan siswa setelah diadakan proses finishing (penyelesaian akhir).
Gambar 10. Hasil Pekerjaan Siswa Setelah Melalui Proses Finishing.
Kegiatan selanjutnya adalah presentasi kelompok. Dalam kegiatan ini yang mempresentasikan karya adalah semua anggota kelompok dalam satu kelompok. Artinya adalah masing-masing anggota harus bertanggung jawab mempresentasikan hasil pekerjaanya kepada anggota kelompok yang lain secara bergantian. Hasil karya yang ditempelkan pada kertas minyak
ditempelkan
di
papan
pembelajaran
untuk
kemudian
dipresentasikan. Waktu presentasi dibatasi sebanyak lima menit kepada masing-masing kelompok. Selanjutnya setelah presentasi, kelompok lain
diminta untuk bertanya maupun menanggapi. Pada sesi presentasi pertama peneliti
mempersilahkan
kepada
kelompok
III
karena
berhasil
menyelesaikan tugasnya lebih awal disbanding dengan kelompok lain. Dalam setiap akhir presentasi peneliti memberikan kesimpulan terhadap hasil karya kelompok. Hasil pengamatan dalam tahap ini menunjukkan bahwa suasana kelas menjadi lebih hidup, hal ini ditunjukkan oleh suasan presentasi dari masing-masing kelompok dan pertanyaan yang diajukan dari kelompok lain. Hal yang tampak menonjol adalah banyak siswa atau anggota yang gemetar
dan
terlihat
malu-malu
ketika
mempresentasikan
hasil
pekerjaanya, bahkan ada yang nampak enggan untuk maju ke depan. Ketika sesi presentasi dimulai banyak anggota enggan memulai, sebagian besar anggota masih banyak yang menoleh ke kanan ke kiri, mereka terlihat malu untuk memulai. Sampai pada akhirnya Ravi sebagai ketua kelompok memulai mempresentasikan hasil pekerjaanya. Dia memulainya dengan lancar meskipun agak sedikit kaku. Dia mulai menjelaskan hasil pekerjaan yang telah dibuat yakni Ravi menjelaskan nilai pecahan
(satu
perenam). Ravi menjelaskan mengenai awal mula menyajikan nilai pecahan
dalam bentuk gambar, kemudian disajikan dalam bentuk belah
terong sampai menyalinya ke dalam bentuk tulisan. Bersamaan dengan itu, dating pertanyaan dari kelompok I. kelompok I mencoba menanyakan bagaimana cara membelah terong tersebut sehingga menjadi enam bagian
( ). Kemudian Ravi mencoba menjelaskan dengan menggunakan bahasanya sendiri dengan sedikit gemetaran. Kajadian ini sontak membuat siswa yang ada di dalam kelas tertawa karena melihat tingkah Ravi saat menjawab pertanyaan. Pada sesi berikutnya juga banyak kejadian serupa. Beberapa kejadian yang menonjol adalah banyaknya siswa yang berani bertanya dan menanggapi hasil pekerjaan sederhana teman-temanya. Bahkan tidak jarang gelak tawa teman-temanya sering muncul jika dirasa penjelasan temanya dirasa menggelikan. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada peristiwa berikut: Ketika Ahmad dari kelompok III memulai presentasi dengan menjelaskan hasil pekerjaanya. Tidak disadari Ahmad menjelaskanya dengan memakai logat Madura. Maklum Ahmad adalah keturunan Madura. Hal ini membuat seisi ruangan tertawa terbahak-bahak. Tidak terkecuali peneliti. Namun begitu Ahmad menjelaskan hasil pekerjaanya dengan sangat baik, maka sontak seluruh siswa memberikan aplous tanda penghormatan karena telah menyajikan tugas dengan baik. Sampai dengan batas waktu presentasi, ternyata dari empat kelompok tersebut mampu menyajikan hasil pekerjaanya dengan baik. Hampir semua anggota juga ikut andil dalam memberikan pertanyaan dan memberikan jawaban dari masing-masing pertanyaan yang telah diberikan oleh kelompok lain. Namun hanya tiga dari empat kelompok yang dirasa dapat mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik yaitu kelompok I, II, dan
III.
Untuk
kelompok
IV
sebenarnya
meraka
mampu
mempresentasikan hasil pekerjaanya, namun masih banyak anggota yang
tampak terlihat malu-malu dalam presentasi akibatnya hasil presentasi tidak dapat ditangkap dengan baik oleh kelompok lain. Hala ini menyulitkan kelompok lain yang akan mengajukan pertanyaan kepada kelompok IV. Tepat pukul 08.03 WIB proses pembelajaran selesai. Hal ini sesuai dengan waktu yang diprediksi peneliti sebelumnya. Pada tahap akhir pertemuan ke-III ini, peneliti bersama-sama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru dilaksanakan. Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan penjajakan secara acak kepada siswa sebagai penguatan. Setelah itu guru membacakan hasil pekerjaan
masing-masing
kelompok
untuk
selanjutnya
peneliti
memberikan kata-kata pujian kepada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Langkah selanjutnya adalah peneliti meminta siswa mengukang kembali materi yang sudah diajarkan selama tiga pertemuan terakhir untuk selanjutnya peneliti menginformasikan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya yaitu berupa evaluasi pembelajaran yang akan dilaksankan pada pertemuan berikutnya yaitu berupa ulangan. Selanjutnya guru memberikan tugas rumah kepada siswa secara individu. c. Pengamatan (observating) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksanakan sekaligus sebagai alat penggalian data bagi peneliti. Selama proses pengamatan berlangsung yakni pada hal-
hal yang telah diamati oleh peneliti diantaranya adalah hasil-hasil pekerjaan siswa baik secara individu maupun kelompok dengan menggunakan berbagai macam instrumen. Berikut adalah nilai hasil pekerjaan siswa yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti. Hasil pengukuran tes tiap-tiap kelompok disajikan dalam tabel berikut: Skor penilaian kelompok pada pertemuan ke-3 (siklus II) Kelompok I
Skor Tes 90
Keterangan Lulus
II
90
Lulus
III
90
Lulus
IV
85
Lulus
C
a Catatan
: Standar kelulusan diambil dari ketuntasan dalam mengerjakan tugas kelompok dan presentasi tugas.
Dari pengamatan siklus II ini peneliti juga mengadakan pengamatan terhadap kinerja siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setelah dilakukan pengukuran, hasil skor tes tiap-tiap individu dan kelompok adalah sebagaimana disajikan dalam tebel berikut. Berikut adalah daftar penilaian individu yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran.
Penilaian Individu pada saat kerja kelompok dan Diskusi Pertemuan ke-3 (Siklus II) adalah sebagai berikut : Alternatif Penilaian
KK
D a f t a
Nama Siswa
Kerjasama
Aktivitas
Keterangan
5 4 5 5 4
Keaktifan diskusi 5 4 5 5 5
Muhammad Nawaf Abdul Aziz Muhammad Irfan Ledy Puspita Tias Anggraini Amalia Febianti
5 5 5 5 5
Muhammad Fariz Dimas First Said Al Gamdhi Siti Maisaroh Geofany Maulidiyah
5 5 5 5 5
5 4 5 4 4
5 5 4 5 5
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Muhammad Najmi Al Faravi Muhammad Khoirul Anam Sintya Devi Siti Arifah Fitriyatul
5 5 5 5 5
5 5 5 5 5
5 5 5 5 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Hendri Maulana Madras Grigorio Palmeira Haifa A. Sitta Laila Safitri Stevunny Iga Ardya
5 4 5 5 5
5 5 4 4 5
5 5 4 5 4
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
Lulus Lulus Lulus Lulus Lulus
r
Skor Skor Alternatif penilaian Siswa: • • • • •
Skor 5 = Sangat baik Skor 4 = Baik Skor 3 = Cukup Skor 2 = Tidak baik/ Kurang Skor 1 = Sangat tidak baik/ Sangat kurang
Catatan
: Siswa dapat dikatakan lulus jika skor minimal 10 dari jumlah tiga kategori alternatif penilaian.
Hasil tes individu (tugas) pada pertemuan ke-3 (siklus II) dapat disajikan dalam tabel berikut No
Nomor Induk
Nama Siswa
Skor Tes
1
3377
Muhammad Nawaf Abdul Aziz
100
2
3391
Muhammad Irfan
100
3
3368
Ledy Puspita
100
4
3358
Tias Anggraini
100
5
3393
Amalia Febianti
90
6
3380
Muhammad Fariz
100
7
3346
Dimas First
100
8
3370
Said Al Gamdhi
90
9
3375
Siti Maisaroh
100
10
3384
Geofany Maulidiyah
90
11
3348
Muhammad Najmi Al Faravi
100
12
3404
Muhammad Khoirul Anam
100
13
3367
Sintya Devi
100
14
3412
Siti Arifah
100
15
3405
Fitriyatul
100
16
3378
Hendri Maulana
90
17
3421
Madras Grigorio
70
18
3358
Palmeira Haifa A.
100
19
3390
Sitta Laila Safitri
100
20
3389
Stevunny Iga Ardya
90
d. Refleksi (reflecting) Pada
kegiatan
siklus II,
menunjukkan
bahwa
tidak
ada
permasalahan dalam perumusan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) semua berjalan lancar sesuai langka-langkah pembelajaran yang telah direncanakan seperti yang tersebut dalam RPP. Jadwal jam tiap-tiap pertemuan yakni pertemuan keempat telah sesuai prediksi sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan pelaksanaan siklus II menunjukkan bahwa 1) Kemampuan para siswa mengenai konsep pecahan meningkat terbukti dari masing-masing tugas yang diberikan baik itu tugas kelompok maupun individu dapat diselesaikan dengan baik selain itu nilai yang didapat mengelami peningkatan dari tiap-tiap pertemuan; 2) Mayoritas siswa dapat menunjukkan keberanianya dalam presentasi baik
dalam
menyajikan
hasil
pejerjaan
maupun
menjawab
pertanyaan dari teman; 3) Keberanian mengemukakan pendapat para siswa dapat ditumbuhkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas; 4) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa; 5) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat memberikan pengalaman baru
bagi para siswa yang sebelumnya hanya dapat memperoleh cara pembelajaran secara konvensional; 6) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan
metode
demonstrasi
dapat
dalam
diskusi
dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa untuk membantu temanya; dan 7) Strategi yang diterapkan terbukti dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
5. Paparan Data dan Temuan Tindakan Penelitian Pertemuan Keempat a. Perencanaan (Planning) Pada pertemuan ini pembelajaran lebih ditekankan kepada evaluasi pembelajaran yaitu berupa ulangan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama tiga pertemuan terakhir. Peneliti menetapkan pembelajaran sebanyak satu kali pertemuan yaitu 2 JP (2 x 35 menit). Pada tahap perencanaan ini mula-mula peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekaligus menentukan sumber belajar yang akan digunakan. Pada pertemuan keempat ini secara keseluruhan penelitian tindakan sudah berakhir. Untuk memastikan ketercapaian tujuan penelitian, tujuan
pembelajaran, dan pencapaian kompetensi dasar maka secara langsung diadakan tes tertulis individual yaitu berupa ulangan sebagaimana yang telah direncanakan dalam RPP. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah ulangan, selain itu diakhir pembelajaran peneliti mengadakan wawancara kepada para siswa untuk menggali data secara mandalam terhadap model pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi ini. Kegiatan
berikutnya
yaitu
peneliti
bersama-sama
siswa
memberikan kesimpulan pembelajaran yang sudah dilaksanakan bersama selanjutnya peneliti bersama siswa mempersiapkan metode dan strategi pembelajaran pada materi selanjutnya. Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran siklus III ini diantaranya adalah buku matematika Buku Matematika Gemar Berhitung 3B dan lembar kerja siswa (LKS). Adapun untuk mengungkap hasil belajar yang dicapai digunakan instumen penelitian berupa soal ulangan, tes hasil belajar, dan pedoman wawancara. b. Pelaksanaan (Acting) Pelaksanaan pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 20 April 2009. Pada awal pertemuan peneliti mengajak siswa untuk mengoreksi tugas pekerjaan rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Satu persatu peneliti menyuruh siswa untuk mengerjakan PR dipapan tulis untuk kemudian membenarkan terhadap
jawaban yang dianggap sulit oleh siswa. Sebelum masuk tahap inti, peneliti mengajak para siswa untuk sekedar mengingat materi pelajaran yang lalu sebagai post test. Guru memberikan beberapa pertanyaan penjajakan seputar materi pecahan kepada siswa. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi belajar kepada siswa dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini. Dari jumlah total 20 siswa, ternyata mereka semua hadir dan tidak ada siswa yang absen. Hal ini semakin memudahkan peneliti dalam menggali data selanjutnya. Memasuki tahap inti, para siswa diminta untuk mempersiapkan mental. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis sebagai persiapan dalam sebelum ulangan dimulai. Alat tulis yang dipersiapkan di antaranya adalah kertas, pensil, penghapus, penggaris, dan alat belajar lainya. Setiap siswa wajib mempunyai alat tulis tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar selama kegiatan ulangan para siswa tidak saling meminjam kepada temannya yang lain yang akhirnya terjadi kecurangan seperti mencontek. Selanjutnya peneliti memberikan instruksi serta membacakan tata cara selama ulangan berlangsung. Kegiatan berikutnya peneliti membagikan soal kepada siswa untuk dikerjakan. Tepat pukul 07.10 WIB kegiatan ulangan dimulai. Peneliti memberikan batasan waktu pengerjaan selama 50 menit atau kira-kira berakhir pada pukul 08.00 WIB. Selama proses ulangan suasana begitu tenang tidak seperti pembelajaran biasanya hal ini dikarenakan para siswa
berkonsentrasi untuk mengerjakan soal ulangan. Tidak banyak siswa yang bertanya selama proses ulangan. Hanya sesekali mereka terlihat bertanya kepada teman sebangku. Namun kejadian ini membuat siswa yang bersangkutan mendapat teguran dari peneliti. Dari pengamatan peneliti ternyata mereka tampak begitu lancar dalam mengerjakan tugas. Merekapun tampak begitu antusias dan bersemangat dalam mengerjakan soal. Waktu belum menunjukkan pukul 08.00 atau kira-kira masih pukul 07.45 ternyata ada salah satu siswa yang sudah selesai mengerkajan. Durasi waktu itu lebih cepat dari batas waktu yang telah ditetapkan semula. Hal ini sontak membuat kaget peneliti. Setelah ditanya dan diteliti lebih lanjut ternyata siswa tersebut benar-benar telah seleasi mengerjakan soal dan hasilnyapun ternyata terbilang memuaskan. Hampir semua soal dapat dikerjakan dengan baik. Setelah kejadian itu satu persatu dari temanya juga terlihat mulai mengumpulkan tugas. Pada akhir pertemuan ini, sebagai kegiatan penutup peneliti bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari pertemuan siklus III ini. Selanjutnya peneliti mengetes kemampuan siswa dengan memberi pertanyaan secara acak. Langkah brikutnya peneliti mengadakan sharing dengan siswa untuk membicarakan tentang strategi dan metode pembelajaran yang telah dilaksankan selama ini. Peneliti juga memberikan instrument penelitian berupa wawancara dan angket untuk diisi oleh siswa sebagai alat penggali data. Pada akhir pertemuan peneliti bersama-sama
siswa mempersiapkan strategi dan metode pembelajaran untuk materi selanjutnya. c. Pengamatan (Observating) Pada akhir pertemuan keempat sesungguhnya penelitian tindakan ini sudah berakhir. Namun untuk memastikan ketercapaian kompetensi dasar secara individual, diadakan tes tertulis yaitu berupa ulangan pada sebagaimana
yang
telah
direncanakan
pada
tahap
perencanaan.
Berdasarkan hasil pengamatan, tes individual berjalan lancar hingga waktu peretemuan berakhir. Setelah dilakukan koreksi skor tes tiap-tiap siswa atau individu maka hasilnya dapat disajikan dalam tabel berikut:
No
Nomor Induk
Nama Siswa
Nilai Ulangan
Status
1
3377
Muhammad Nawaf Abdul Aziz
100
Lulus
2
3391
Muhammad Irfan
100
Lulus
3
3368
Ledy Puspita
90
Lulus
4
3358
Tias Anggraini
90
Lulus
5
3393
Amalia Febianti
100
Lulus
6
3380
Muhammad Fariz
100
Lulus
7
3346
Dimas First
90
Lulus
8
3370
Said Al Gamdhi
80
Lulus
9
3375
Siti Maisaroh
100
Lulus
10
3384
Geofany Maulidiyah
100
Lulus
11
3348
Muhammad Najmi Al Faravi
100
Lulus
12
3404
Muhammad Khoirul Anam
100
Lulus
13
3367
Sintya Devi
100
Lulus
14
3412
Siti Arifah
100
Lulus
15
3405
Fitriyatul
90
Lulus
16
3378
Hendri Maulana
100
Lulus
17
3421
Madras Grigorio
100
Lulus
18
3358
Palmeira Haifa A.
100
Lulus
19
3390
Sitta Laila Safitri
75
Lulus
20
3389
Stevunny Iga Ardya
90
Lulus
Skor Tes Individual Mata Pelajaran Matematika Tabel 9.Tabel Skor9.Tes Ulangan Individual Mata Pelajaran Matematika
Skor Alternatif Penilaian Siswa: -
Siswa dikatakan lulus jika nilai ulangan mereka di atas 54.
-
Siswa dapat dikatakan tidak lulus jika nilai ulangan kurang dari 54 atau berada dibawah standar nilai kelulusan.
No
Interval Skor
Frekuensi
Status
1
95 – 100
13
Lulus
2
90 – 94
5
Lulus
3
85 – 89
-
Lulus
4
80 – 84
1
Lulus
5
75 – 79
1
Lulus
6
70 – 74
-
Lulus
7
65 – 69
-
Lulus
8
60 – 64
-
Lulus
9
55 – 59
-
Lulus
10
50 – 54
-
Tidak lulus
11
00 – 49
-
Tidak lulus
Jumlah Tabel 11. Tabel Interval Skor Nilai Ulangan Siswa pada
Berdasarkan
tabel
diatas
dapat
dikatakan
bahwa
tingkat
keberhasilan pembelajaran adalah 100 % yakni dari 20 peserta ulangan, semua dinyatakan lulus dalam pembelajaran karena nilainya lebih dari 55 dan itu artinya sudah mencapai batas nilai kelulusan. Sebanyak 13 siswa mendapat nilai sempurna yaitu 100. Sementara 5 siswa mendapat nilai 90 dan siswa yang mendapat nilai 80 dan 75 masing-masing satu. Untuk lebih mendapatkan gambaran kualitatif secara mendalam terhadap
penerapan
pembelajaran
pengenalan
pecahan
dengan
menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika, peneliti melakukan wawancara kepada siswa yang ditetapkan sebagai informan. Peneliti mencoba mewawancarai masing-masing siswa mulai dari siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, cukup, ataupun siswa yang memiliki kemampuana secara paspasan (kurang). Dengan melakukan wawancara kepada siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda maka data yang diperoleh akan semakin akurat.
Hasil kutipan wawancara adalah sebagai berikut, terhadap berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan penerapan metode pembejaran yang sudah dilaksanakan selama 4 pertemuan mulai dari pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus I), pertemuan ketiga (siklus II), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran). Keterangan : Peneliti (P), Subyek (S) 1) Wawancara dengan subyek I P : Bagaimana perasaanmu kamu, apakah kamu senang belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi ini? S1 : Senang sekali Pak P : Kenapa kok senang? S1 : Karena langsung praktek Pak jadi bisa mengerti P : Kalau belajar kelompok senang apa tidak? S1 : Senang P : Kenapa? S1 : Karena mengerjakan tugasnya bersama-sama Pak, jadi cepat selesainya P : Menurut kamu lebih enak belajar kelompok atau sendiri-sendiri? S1 : Yaaa… kelompok Pak, karena banyak temannya
P : Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini? (maksudnya penerapan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi) S1 : Belum pernah P : apa bedanya dengan pelajaran sebelumnya? S1 :
Kalau
sebelumnya
banyak
menulisnya
terus
langsung
mengerjakan tugas jadi cepat capek Pak, kalau belajar seperti kemarin kan enak ada prakteknya membelah pakai terong, menggambar, mewarna terusan belajar bareng Pak (terus belajar bersama/kelompok) P : Bagaimana dengan ulanganya tadi, apakah kamu sudah bisa mengerjakan soal-soalnya atau merasa masih kesulitan? S1 : Tidak Pak, saya sudah bisa mengerjakan P : Sekarang sudah mengerti apa belum? S1 : Sudah Catatan : Subyek terlihat sangat senang dengan strategi pembelajaran yang
sudah
dilaksanakan
karena
berbeda
dengan
pembelajaran sebelumnya yang masih menggunakan caracara konvensional sehingga kadang membuat jenuh atau capek dan dari pembelajaran seperti ini subyek mendapatkan pengalaman baru dalam belajarnya.
2) Wawancara dengan subyek II P : Bagaimana perasaanmu kamu, apakah kamu senang belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi? S2 : Saya senang Pak P : Senangnya kenapa? S2 : Ada prakteknya Pak seperti membelah, menggambar terus dikasih warna P : Kalau belajar kelompok senang tidak? S2 : Senang P : Kenapa? S2 : Karena dikerjakanya bareng-bareng Pak, gak kesel (karena dikerjakanya bersama-sama Pak, jadi tidak capek) P : Menurut kamu lebih enak belajar kelompok atau sendiri-sendiri? S2 : Kelompok Pak, karena banyak temanya, cepat selesainya, tugasnya dibagi terus dikerjakan bersama P : Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini (maksudnya penerapan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi) ? S2 : Belum pernah P : apa bedanya sama pelajaran sebelumnya? S2 : lek belajar koyok wingi enak Pak, bedo karo pelajarane Bu NN akeh nulise (kalau belajar seperti ini enak Pak, tidak seperti cara
mengajarnya guru matematika sebelumnya) yang banyak menulisnya) P : Bagaimana dengan ulanganya tadi? Bisa tidak? S2 : Bisa Pak, penak-penak (mudah-mudah) P : Sekarang sudah mengerti apa belum? S2 : Sudah Catatan : Walaupun menjawab dengan bahasa Jawa peneliti sudah bisa menebak bahwa subyek terlihat sangat senang dengan strategi pembelajaran yang sudah dilaksanakan karena berbeda dengan pembelajaran sebelumnya
3) Wawancara dengan subyek III P : Bagaimana perasaanmu kamu, apakah kamu senang belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi seperti kemarin? S3 : Diam sejenak. Anu……. Senang Pak P : Kenapa kok senang? S3 : Karena ada prakteknya pakai terong P : Kalau belajar kelompok senang tidak? S3 : Senang P : Kenapa? S3 : Karena mengerjakan bersama-sama P : Menurut kamu lebih enak belajar kelompok atau sendiri-sendiri?
S3 : Diam sejenak. Inggeh kelompok Pak, akeh koncone (Ya belajar kelompok Pak, karena banyak temanya) P : Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini (maksudnya penerapan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi) ? S3 : Dereng (belum pernah) P : Kalau mengajar Bu NN (guru matematika) dulu bagaimana? S3 : Nulis terus pak, dadine kesel (menulis terus Pak, jadinya capek) P : Bagaimana dengan ulanganya tadi, apakah kamu sudah bisa? S3 : Saget (bisa) P : Sekarang sudah mengerti apa belum? S3 : Sampun (sudah) Catatan : Subyek terlihat tertekan selama proses wawancara. Namun dia sangat senang dengan strategi pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan paham isi dari pembelajaran tersebut 4) Wawancara dengan subyek IV P : Bagaimana perasaanmu kamu, apakah kamu senang belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi seperti kemarin? S4 : Sangat senang P : Kenapa kok senang? S4 : Karena kita langsung praktek pecahan dengan pembelahan buah terong Pak. Jadi cepat paham.
P : Belajar kelompok dengan belajar sendiri lebih senang mana? S4 : Belajar kelompok P : Kenapa? S4 : Karena kalau belajar kelompok tugasnya cepat selesai dari pada dikerjakan sendiri-sendiri P : Sebelumnya sudah pernah belajar seperti ini (maksudnya penerapan pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi) ? S4 : Belum pernah Pak P : Apa bedanya dengan pembelajaran yang sebelumnya? S4 : Kalau dipelajaran sebelumnya gurunya banyak menerangkan tidak ada praktiknya P : Bagaimana dengan ulanganya tadi, apakah kamu sudah bisa? S4 : Sudah P : Sekarang sudah mengerti apa belum tentang pecahan? S4 : Sudah mengerti Catatan : Subyek terlihat sangat tegas dan lancar dalam menjawab pertanyaan. Dia merasa sangat senang dengan strategi pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Selain itu subyek juga memberikan keterangan sangat baik tentang isi pembelajaran sehingga paham isi dari pembelajaran tersebut. Dari hasil wawancara yang sudah dilaksanakan, jelas bahwa pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah
terong dengan metode demonstrasi yang sudah diterapakan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu pembelajaran seperti ini juga memberikan pengalaman baru bagi para siswa karena pembelajaran sebelumnya masih menggunakan cara-cara konvensional yaitu dengan ceramah. Pembelajaran seperti ini juga memberikan manfaat kepada siswa, mereka merasakan suasana keakraban dengan kelompoknya, pengalaman presentasi dan pengalaman yang kebih dalam berkomunikasi dengan kelompoknya maupun dengan kelompok yang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran pengenalana pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa dan juga dapat memberikan pengalaman baru dalam belajarnya. Hal ini sebagaimana telah diungkapkan oleh keempat subyek informan di atas. d. Refleksi (Reflecting) Pada pertemuan keempat, menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) semua berjalan lancar sesuai langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan seperti yang tersebut dalam RPP. Jadwal jam telah sesuai prediksi sebelumnya. Pada pelaksanaan tindakan pelaksanaan secara garis besar menunjukkan bahwa: 1) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III;
2) Kemampuan para siswa mengenai konsep pecahan dapat meningkat terbukti dari masing-masing tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik selain itu nilai yang didapat merupakan jawaban peningkatan dari tiap-tiap pertemuan sebelumnya; 3) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan metode demonstrasi dapat memberikan pengalaman baru bagi para siswa yang sebelumnya hanya dapat memperoleh cara pembelajaran secara konvensional; 4) Pembelajaran seperti ini juga memberikan manfaat kepada siswa, mereka merasakan suasana keakraban dengan kelompoknya, pengalaman presentasi dan pengalaman yang kebih dalam berkomunikasi dengan kelompoknya maupun dengan kelompok yang lain; 5) Pembelajaran pengenalan pecahan dengan media belah terong dengan
metode
demonstrasi
dapat
dalam
diskusi
dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa untuk membantu temanya; dan 6) Strategi yang diterapkan terbukti dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Fokus dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan pemahaman siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran Matematika di kelas III. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 pertemuan mulai dari pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus I), pertemuan ketiga (siklus II), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran). Belajar
pada
pengalaman
sebelumnya,
strategi
pembelajaran
konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yang selama ini banyak dijadikan metode pembelajaran ternyata tidak mampu meningkatkan pemahaman siswa. Dimana guru menjelaskan, mendekte di depan kelas sedangkan siswa mendengarkan dan menulis apa yang diperintahkan oleh guru serta diselingi dengan tanya jawab dapat diketahui bahwa,pembelajaran konvensional seperti ini ternyata menjadikan siswa kurang berperan aktif dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran dan juga siswa masih terlihat takut dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya sehingga hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa merosot.
183
Dapat dikatakan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% dari apa yang telah dipelajarinya karena siswa hanya mendengarkan saja. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confusius bahwa “apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham”69. Berdasarkan data empiris dan hasil pre test, bahwa untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif serta pendekatan dan metode-metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang menjadikan siswa lebih berperan aktif, tidak jenuh/bosan dan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran serta menjadikan siswa untuk dapat berpikir ilmiah. Salah satu cara menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran IPA adalah dengan menerapkan pendekatan inkuiri melaui metode demonstrasi. Dimana pendekatan dan metode tersebut diharapkan mampu menggugah semangat dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran. Metode pembelajaran demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana
melakukan
sesuatu
dengan
jalan
mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa. Metode demonstrasi dapat juga diartikan sebagai pertunjukan suatu proses terjadinya suatu peristiwa atau
69
Wahid Murni, op.cit., hlm. 68.
benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyataatay tiruanya 70. Sementara itu pemahaman atau dapat juga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, dan fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada sehingga membentuk struktur kognitif yang baru71. Untuk meningkatkan pemahaman siswa, dibutuhkan pengalaman nyata. Pengalaman nyata yang dapat diberikan diantaranya yanitu dengan membagi makanan (sharing food). Melalui kegiatan membagi makanan siswa memahami pecahan dengan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan.
B. Proses
Perencanaan
Pembelajaran
Pengenalan
Pecahan
dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam tahap perencanaan ini, awalnya peneliti mengidentifikasi permasalahan untuk kemudian diadakan tindakan penelitian. Mengacu pada latar belakang masalah maka permasalahan yang ada sehingga menjadikan penelitian ini dilakukan diantaranya adalah jebloknya nilai dan prestasi siswa
70
71
DR. H. Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 210.
Akhmad Sudrajat, M.Pd, Taksonomi Perilaku Individu (http.www.ridwan.uni.com. diakses tanggal 1 Maret 2009), hlm. 1
pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi pecahan dikarenakan selama ini siswa cenderung mengalami kesulitan dalam hal pemahamanya. Selain itu yang mendasari dilakukanya PTK ini diantaranya adalah sistem pembelajaran yang masih konvensional. Banyaknya hal-hal yang belum diperhatikan oleh guru dalam mengajar matematika diantaranya: 1. Kurangnya perhatian dari guru kepada siswa. Guru selalu menjadikan siswa yang cerdas sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Sementara siswa yang kurang cerdas kurang mendapat perhatian; 2. Ketidak siapan guru dalam mengajar dalam hal penguasaan materi; 3. Tidak adanya variasi dalam mengajar. Permasalahan-permasalahan itulah yang kemudian menjadi dasar dilaksanakan PTK ini. Kemudian peneliti mempersiapkan langkah-langkah penelitian dengan terlebih dahulu menyusun rencana penelitian. Pada proses perencanaan, awalnya peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kompetensi dasar “Mengenal pecahan sederhana” pada materi pokok “konsep pecahan” yang terdiri dari 8 jam pelajaran (JP). Satu JP berlangsung sekitar 35 menit. RPP dibuat untuk 2 siklus penelitian selama 4 kali pertemuan; dengan rincian selama 4 pertemuan mulai dari pertemuan pertama (pemahaman dan pemantapan konsep pecahan), pertemuan kedua (siklus I), pertemuan ketiga (siklus II), dan pertemuan keempat (evaluasi pembelajaran). Pertemuan pertama memakan waktu 70 menit (2 JP), pertemuan kedua memakan waktu 70 menit (2 JP), pertemuan
ketiga memakan waktu 70 menit (2 JP), dan pertemuan keempat juga memakan waktu 70 menit (2 JP). Jadi keseluruhan total penelitian ini memakan waktu 280 menit atau sama dengan 8 JP.
C. Proses
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pengenalan
Pecahan
dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Proses
pelaksanaan
pembelajaran pengenalan
pecahan
dengan
menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa dilaksanakan sebanyak 2 siklus selama 4 kali pertemuan. Pada pelaksanaan pertemuan pertama kegiatan pembelajaran yang dilakukan terlebih dahulu peneliti menjelaskan manfaat belajar dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu diantaranya adalah bahwa belajar dengan mengatakan kemudian melakukan tindakan akan diperoleh daya serap yang tinggi dalam perolehan hasil belajar. Proses selanjutnya adalah pemberian motivasi dan juga menjelaskan tujuan penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan bersama-sama. Proses selanjutnya adalah peneliti yang bertindak sebagai guru memberikan penjelasan singkat tentang materi pecahan. Pada pelaksanaan pembelajaran ini pembelajaran belum masuk kepada metode demonstrasi dengan menggunakan belah terong melainkan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan media gambar
untuk kemudian menyuruh para siswa mengaplikasikan bentuk nilai pecahan ke dalam bentuk gamar serta mendiskusikanya. Proses pembelajaran pada pertemuan kedua (siklus I) dan pertemuan ketiga (siklus II) dilaksanakan sebanyak sebanyak 4 JP. Pembelajaran ini merupakan puncak atau inti dari kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) ini artinya dalam siklus ini sudah masuk dalam tahap kegiatan inti penelitian yaitu pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman kepada siswa tentang bagaimana menyajikan bentuk nilai-nilai pecahan sederhana ke dalam potongan/pembelahan buah terong. Pada tahap ini, tidak ada permasalahan dalam perumusan perencanaan tindakan (RPP). Jadwal jam pertemuan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, siswa terlihat antusias dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang direncanakan. Di samping itu, peneliti juga memberikan reward atau penghargaan kepada siswa maupun masing-masing kelompok yang berprestasi sebagai bentuk cara menumbuhkan motivasi kepada siswa. Hal ini pernah disinggung oleh Oemar Hamalik dalam psikologi belajar mengajar, bahwa untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, salah satunya dengan cara memberikan penghargaan atau ganjaran atas prestasi yang diraih peserta didik. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah
seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri. Pada pertemuan keempat pembelajaran lebih ditekankan kepada evaluasi pembelajaran yaitu berupa ulangan. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Peneliti menetapkan pembelajaran ini sebanyak satu kali pertemuan yaitu 2 JP (2 x 35 menit). Pada tahap perencanaan ini mula-mula peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekaligus menentukan sumber belajar yang akan digunakan. Pada akhir pertemuan ke-IV ini, sebagai kegiatan penutup peneliti bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari pertemuan keempat ini. Selanjutnya peneliti mengetes kemampuan siswa dengan memberi pertanyaan secara acak. Langkah brikutnya peneliti mengadakan sharing dengan siswa untuk membicarakan tentang strategi dan metode pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Peneliti juga memberikan instrumen penelitian berupa wawancara dan angket untuk diisi oleh siswa sebagai alat penggali data. Pada akhir pertemuan peneliti bersamasama siswa mempersiapkan strategi dan metode pembelajaran untuk materi selanjutnya. Adapun rincian pelaksanaan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi dasar, materi pokok, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai atau dikuasai oleh siswa.
2) Guru memberikan penjelasan singkat kepada siswa mengenai makna pecahan serta penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. 3) Guru mengenalkan bentuk-bentuk nilai pecahan sederhana dengan menggunakan berbagai bentuk gambar dan media berbentuk potonganpotongan pecahan yang telah disediakan. 4) Guru menyuruh siswa untuk membawa beberapa buah terong dari rumah sebagai bahan media pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 5) Pada pertemuan berikutnya, secara bersama-sama siswa diberikan arahan mengenai cara kerja penerapan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong ini. Kemudian siswa mempersiapkan beberapa buah terong yang telah dibawa dari rumah untuk kemudian didemonstrasikan secara bersama-sama. 6) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menyajikan bentuk nilai pecahan melalui belah terong dengan terlebih dahulu mendengarkan perintah guru. Setelah instruksi dijalankan, kemudian secara bersama siswa melihat hasilnya serta membandingkanya. Guru memberikan penjelasan secara singkat dari buah terong yang telah dibelah oleh siswa kemudian guru memberikan keterangan secara detail dan begitu seterusnya dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai bentuk nilai pecahan yang berbeda. 7) Setelah itu guru mencoba menyuruh siswa untuk mendemonstrasikan tanpa instruksi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menangkap dan memahami suatu pembelajaran yang
telah diajarkan. Apakah dengan cara ini siswa mampu melakukan pembelajaran dengan baik atau masih ada siswa yang belum paham. Jika masih ada siswa yang belum paham maka sekali lagi guru harus menjelaskan kembali sampai siswa paham dan mengerti. 8) Secara bergantian siswa mendemonstrasikan di depan kelas. 9) Secara bersama-sama siswa menganalisis hasil kerja mereka serta membuat catatan atau laporan hasil pekerjaan. 10) Pada akhir sesi, guru melakukan evaluasi dan memberikan kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan.
D. Hasil Evaluasi Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, dan hasil tes atas penerapan pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran matematika kelas III, sebagaimana telah dijabarkan di dalam bab empat telah menunjukkan bukti-bukti bahwa hipotesis yang dirumuskan di bab pendahuluan (bab I) yaitu “Jika model pembelajaran dengan menggunakan media
belah
terong
dengan
metode
demonstrasi
diterapkan
dalam
pembelajaran pecahan, maka pemahaman siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah di desa Sumberrejo Gedangan kabupaten Malang dapat ditingkatkan” terbukti keberhasilanya.
Bukti hasil pengamatan dapat dilihat dari hasil pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif yaitu diantaranya melalui pengamatan maupun wawancara. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul Pembelajaran Pengenalan Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa kelas III di Madarasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep pecahan. Proses pengamatan sendiri dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung atau sebanyak 2 siklus penelitian atau empat kali pertemuan. Pemahaman siswa terbukti meningkat terutama disaat dilaksanakanya pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi, siswa menjadi lebih paham apa itu pecahan, bentuk-bentuk pecahan, nilai-nilai pecahan (sederhana), dan siswa dapat membandingkan pecahan satu dengan pecahan yang lain melalui demonstrasi belah terong. Bukti-bukti kualitatif yang lain dapat juga ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menyatakan senang terhadap metode pembelajaran seperti ini. Dari hasil wawancara, telah menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Sumberrejo Gedangan kabupaten Malang memberikan respon yang sangat positif terhadap pembelajaran. Mereka merasa mendapatkan pengalaman baru dalam belajarnya yang sebelumnya masih menggunakan cara pengajaran konvensional.
Selain itu hasil dari penelitian ini adalah tumbuhnya rasa
percaya diri siswa, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, terjalinya
kerjasama antar individu, suasana belajar mengajar semakin hidup, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat baik saat berdiskusi dalam kelompok maupun saat menyajikan tugas, dan tentunya pemahaman siswa dapat meningkat. Dari sini dapat dilihat bahwa siswa cenderung senang dengan metode pembelajaranya, materi pembelajarannya, cara mengajar gurunya dan suasana kelas yang tercipta pada waktu proses pembelajaran berlangsung, begitu juga hasil wawancara dengan siswa yang ditentukan sebagai informan, mereka menjawab dengan respon positif atas pengalaman dalam mengaplikasikan metode demonstrasi dalam pembelajaran pecahan. Walaupun penelitian ini secara garis besar menggunakan jenis pendekatan kualitatif namun dapat juga diukur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara kuantitatif hasil penelitian sudah dapat dikatakan berhasil hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya nilai tes siswa dari setiap pertemuan baik itu individu maupun kelompok. Pada setiap pertemuan peneliti yang bertindak sebagai guru selalu memberikan tes penilaian yang terbagi ke dalam tiga kategori tes yaitu tes individu, tes kelompok, dan tes individu dalam kelompok. Dari hasil tes individu pada pertemuan pertama sudah dapat dikatakan baik. Tes individu menunjukkan, dari total 20 siswa, siswa yang mendapat nilai skor tes 100 sebanyak 4 siswa, skor tes 90 sebanyak 5 siswa, skor tes 80 sebanyak 6 siswa, skor tes 70 sebanyak 4 siswa, dan sementara itu skor tes terendah adalah 60 sebanyak 1 siswa. Dari hasil tes kelompok dari jumlah 4 kelompok semuanya mendapat
predikat lulus dengan rincian nilai 80 sebanyak 1 kelompok dan 3 kelompok lain mendapatkan nilai 75. Standar kelulusan ini diambil dari ketuntasan dalam mengerjakan tugas kelompok. Sementara dari hasil tes inividu dalam kelompok menunjukkan semua individu atau siswa dalam kelompok memperoleh predikat lulus dari tiga macam alternatif penilaian yaitu meliputi kerjasama, aktivitas, dan keaktifan dalam diskusi. Skor alternatif penilaian siswa meliputi skor 5 = sangat baik, Skor 5 = Sangat baik, Skor 4 = Baik, Skor 3 = Cukup, Skor 2 = Tidak baik/ Kurang, dan Skor 1 = Sangat tidak baik/ Sangat kurang (Catatan: Siswa dapat dikatakan lulus jika skor minimal 10 dari jumlah tiga kategori alternatif penilaian. Nilai rata-rata masing-masing siswa dalam setiap kelompok adalah 4 itu artinya kinerja siswa dikatakan baik namun masih ada sebagian siswa yang mendapat nilai 3 yaitu cukup. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada siklus I dapat dikatakan berhasil walaupun ada beberapa bagian yang harus diperbaiki. Sementara itu dari hasil penelitian pada pertemuan kedua (siklus I) dan ketiga (siklus II) yang dibagi ke dalam 2 kali pertemuan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai skor tes siswa dibandingkan dengan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Dimulai dari skor tes individu pertemuan ke-2 (siklus I) menunjukkan dari total 20 siswa, siswa yang mendapat nilai skor tes 100 sebanyak 10 siswa, skor tes 90 sebanyak 5 siswa, skor tes 80 sebanyak 4 siswa, dan skor tes 70 sebanyak 1 siswa. Hasil ini mengalami peningkatan dibandingkan pada pertemuan pertama. Seperti diketahui pada pertemuan
pertama siswa yang mendapat nilai 100 sebanyak 4 siswa namun pada pertemuan ke-2 (siklus I) ini siswa yang mendapat nilai 100 naik menjadi 10 siswa dan pada pembelajaran ini tidak ada yang mendapat nilai 60 seperti pada pertemuan pertama sebelumnya. Sementara itu pada pertemuan ke-3 (siklus II) ceritanya lain lagi. Hasil tes mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dibuktikan dari penilaian tes individu siswa. Dari total 20 siswa yang mendapat nilai skor tes 100 sebanyak 14 siswa, skor tes 90 sebanyak 5 siswa, dan skor tes 70 sebanyak 1 siswa. Hasil ini dirasa meningkat mengingat pada pertemuan ke-2 (siklus I) sebelumnya siswa yang mendapat nilai skor tes 100 hanya 10 siswa namun pada pertemuan ke-3 (siklus II) ini siswa yang mendapatkan nilai skor tes 100 menjadi 14 siswa itu artinya jumlah siswa yang mendapat nilai 100 naik dari 10 menjadi 14 siswa. Sementara itu dari hasil penilaian kelompok maupun penilain individu dalam kelompok juga selalu mengalami peningkatan. Hasil ini dapat dilihat dalam tabel daftar penilaian kelompok dan individu dalam kelompok pada masing-masing pertemuan bagian pengamatan (observating). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penelitian tindakan kelas yang berjudul proses pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan media belah terong dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang ini berhasil. Hal ini dibuktikan dengan selalu meningkatnya pemahaman siswa dari setiap pertemuan apabila dilihat dari skor tes yang mereka dapat.
Dari
hasil
pengamatan
selama
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan pedoman observasi yang meneliti tentang jenis perilaku dengan beberapa indikator yang menyertai, yang menjadi pengamatan guru untuk menilai peningkatan pemahaman siswa dalam belajar pecahan dengan metode demonstrasi antara lain: 1) Antusias
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran,
indikatornya
pencapaiannya adalah: •
Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi
•
Tampak bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas
•
Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan
2) Keceriaan, indikator pencapaiannya adalah: •
Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran
•
Roman muka tampak berseri-seri dalam mengerjakan tugas-tugas
3) Kreativitas, indikator pencapaiannya adalah: •
Langsung memanipulasi alat peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat
•
Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas
•
Dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, tepat waktu.
Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sangat bermanfaat bagi siswa. Kemampuan berpikir siswa dapat lebih berkembang karena mereka dapat mempraktikkan apa-apa yang sudah di dapat dalam belajarnya. Berbeda dengan pembelajaran ceramah. Dapat dikatakan bahwa jika seorang guru mengajar dengan banyak ceramah, kemampuan siswa
dalam mengingat hanya 20% saja, karena siswa hanya mendegarkan. Sebaliknya jika seorang guru meminta siswa melakukan sesuatu apa yang sudah ia berikan kepada siswa maka kemampuan mengingatnya adalah 90%. Hal ini berkaitan dengan pendapat Confusius, bahwa apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya kerjakan, maka saya paham72. Sementara dari hasil tes menunjukkan bahwa nilai siswa dari setiap pertemuan semakin meningkat baik itu penilaian secara individu maupun kelompok. Nilai skor berdasarkan hasil tes kelompok menunjukkan semua kelompok memperoleh skor dalam kategori lulus. Berdasarkan hasil tes ulangan pada pertemuan ke-4 secara individual mendapat nilai kelulusan yang mutlak. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran adalah 100 % yakni dari 20 peserta ulangan, semua dinyatakan lulus dalam pembelajaran karena nilainya lebih dari 55 (alternatif penilaian lihat pada pertemuan keempat bagian pengamatan) dan itu artinya sudah mencapai batas nilai kriteria kelulusan maksimal (KKM) yang ditentukan pada indicator kinerja. Sebanyak 13 siswa mendapat nilai sempurna yaitu 100. Sementara 5 siswa mendapat nilai 90 dan siswa yang mendapat nilai 80 dan 75 masing-masing satu. Namun demikian, hasil refleksi juga telah menunjukkan adanya hal-hal yang masih perlu dibenahi, khususnya dalam pelaksanaan pembelajarannya maupun evaluasinnya. Oleh sebab itu menjadi tugas guru bersama segenap 72
A. Gufron, Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi: Prinsip Dan Langkah-Langkah Pengembanganya (Yogyakarta: 2004), hlm. 6
anggota komite madrasah untuk dapat menutupi segala kekurangan tersebut guna memperoleh hasil pembelajaran yang baik.
E. Kontribusi dan Rekomendasi Hasil Penelitian Dengan diadakanya PTK yang mengambil judul “Pembelajaran Pengenalan Pecahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) AlHikmah Desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang”, maka sekolah dapat mengambil keuntungan khususnya bagi MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang diantaranya adalah : 1. Dengan diadakan PTK ini sekolah MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang dapat mengambil manfaat diantaranya sebagai bahan pertimbangan penggunaan informasi atau menentukan langkahlangkah penggunaan metode pengajaran mata pelajaran Matematika khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. Terlebih sekolah ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon generasi penerus bangsa di masa depan. 2. Dengan diadakan PTK ini maka siswa kelas III MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang lebih memahami isi materi dari pembelajaran sehingga pemahaman mereka dapat ditingkatkan dan juga akan sangat membantu siswa yang bermasalah atau mengalami kesulitan belajar. Dengan penggunaan media ini diharapkan siswa akan
lebih mudah memahami materi dan juga menambah motivasi siswa dalam belajar. 3. Dengan diadakan PTK ini dapat dijadikan masukan bagi para guru dalam menjalankan proses belajar mengajar (PBM) pelajaran Matematika selanjutnya. 4. Bagi peneliti, PTK ini sangat memberikan banyak manfaat diantaranya dapat menambah khazanah keilmuan yang dapat dijadikan bekal menjadi guru yang profesional kelak. Secara garis besar, kelebihan PTK ini adalah siswa lebih antusias dan bersemangat untuk berpartisi dalam mengikuti proses pembelajaran, tercipta kerja sama antar siswa pada setiap kelompoknya, suasana kelas lebih hidup, dan peserta didik tidak merasa jenuh selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil skor tes ulangan siswa tabel diatas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran adalah 100 % yakni dari 20 peserta ulangan, semua dinyatakan lulus dalam pembelajaran karena nilainya lebih dari 55 dan itu artinya sudah mencapai batas nilai kelulusan. Sebanyak 13 siswa mendapat nilai sempurna yaitu 100. Sementara 5 siswa mendapat nilai 90 dan siswa yang mendapat nilai 80 dan 75 masing-masing 1 (lihat tabel interval skor nilai ulangan siswa halaman 159).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setiap guru pasti memiliki masalah dengan pembelajaran yang mereka laksanakan. Untuk itu sebagai guru yang baik pasti selalu berupaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi terkait masalah pembelajaran. Hal itulah sering guru alami ketika mengajar mata pelajaran matematika dalam mana pemahaman siswa yang pas-pasan dan sering kali pembelajaran menjadi kegiatan yang sangat menjenuhkan. Untuk itulah pada kegiatan pembelajaran matematika pada materi pecahan semester genap
ini,
peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mana langkah-langkah penerapanya sebagaimana telah dijabarkan dalam tahap perencanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode demonstrasi ini tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan kabupaten Malang dapat ditingkatkan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan dalam bab I dan penjelasan-penjelasan yang sudah di bahas pada masing-masing bab di atas mengenai penelitian tindakan kelas yang berjudul Pembelajaran Pengenalan 201
Pecahan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang, maka dapat peneliti simpulkan, sebagai berikut. 1) Proses perencanaan penelitian tindakan kelas (PTK) pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang diantararanya yang pertma peneliti menganalisis masalah dengan cara berdiskusi dengan guru matematika, menyusun RPP, menyiapkan sumber pembelajaran, dan media pembelajaran. 2) Proses pelaksanaan PTK pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang pada tiap-tiap siklus dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap awal berisi tentang pemahaman materi, membahas soal-soal PR, memotivasi siswa, dan mengelompokkan siswa. Selanjutnya adalah tahap inti, berisi tentang proses pembelajaran pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media terong, diskusi kelompok, dan penyajian tugas kelompok. Selanjutnya adalah tahap akhir
berisi
pembelajaran.
tentang
kesimpulan
pembelajaran
dan
evaluasi
3) Proses dan hasil evaluasi pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang dilakukan pada setiap pertemuan. Evaluasi yang diberikan berupa soal penugasan kelompok maupun individu. Hasil evaluasi digunakan sebagai tahap pengumpulan data. Selain itu hasil dari penelitian ini adalah dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, tumbuhnya rasa kebersamaan dalam kelompok, terjalinya kerjasama antar individu, suasana belajar mengajar semakin hidup, Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat baik saat berdiskusi dalam kelompok maupun saat menyajikan tugas, serta siswa lebih kritis dalam menyampaikan pendapat dan argumentasi yang disampaiakan saat diskusi kelompok berlangsung. Dalam berdiskusi siswa dapat mengekspresikan pendapatnya secara bebas. Siswa lebih dapat mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama, terbina perasaan bertangguug jawab mengenai suatu pendapat yang akan dimiliki oleh para siswa, siswa terbiasa dalam mendenganrkan pendapat orang lain meskipun berbeda pendapat, siswa terbiasa untuk bersikap toleran dengan menghargai pendapat teman yang lain, dan siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetauan sesama teman.
B. Saran Model pembelajaran demonstrasi yang menempatkan siswa untuk aktif menemukan pengetahuan ternyata terbukti dapat meingkatkan pemahaman siswa dan kualitas belajarnya. Untuk itu hendaknya para guru lebih banyak berfikir tentang model, media, dan strategi pembelajaran apa yang mesti diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Dengan demikian pemahaman tentang berbagai model, media, dan strategi pembelajaran hendaknya lebih ditingkatkan. Melihat hasil penelitian di atas, maka sebagai saran dari peneliti yang di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peningkatan mutu pendidikan khusunya pada mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut: 1. Guru harus bisa mengembangkan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dalam setiap kali mengajar. 2. Guru harus bisa mengembangkan metode demonstrasi yang bervariasi sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa. 3. Materi yang dipakai untuk metode demonstrasi ini harus materi yang bersifat umum dan yang dapat dianalisa. 4. Alat peraga yang harus memadai di sekolah sehingga dapat menunjang proses pembelajaran di kelas. 5. Pengembangan metode harus terus dilaksanakan untuk memberikan pembelajaran dan manfaat yang maksimal bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Habsy, Muhammad Hafid. 2007. Metode dan Ilmu Pengetahuan. Makalah disajikan dalam perkuliahan mata kuliah Metodologi Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah jurusan PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2 Februari 2007. Malang. Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset. Asnawir, H. Usman, M. Basyrirudin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. Bodgan Robert. Taylor Steven J. 1993. Kualitaif Dasar-dasar Penelitian. Surabaya: USAHA NASIONAL. Departemen Agama RI. 1982. Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an Dept. Agama RI. …………………………. 2004. Standard Kompetensi Mata Pelajaran Umum. Jakarta: Departemen Agama RI Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kls. I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. …………………………. 2004. Kurikulum 2004 Tentang Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Tematis Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ghony, H. M. Djunaidi 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press. Gufron, Ahmad. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Di Perguruan Tinggi: Prinsip Dan Langkah-Langkah Pengembanganya. Yogyakarta Harsoyo.
2008. Apakah matematika?. Diakses 5 november http:www.wikipedia.org/wiki/Matematika#. 3F. com.
2008:
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jakarta: CV Asri.
Hudojo, Herman. 1988. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Jupri, Al. 2008. Cara mengajar matematika bagaimana?. Diakses 5 November 2008: http:www. mathematicse.wordpress.com Marhani.
2009. Definisi matematika. Diakses http:www.arinimath.blogspot.com.
5
november
2009:
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya. Sagala, Syaful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Penerbit Nusamedia. Simanjuntak, Lisnawati dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Surabaya: CV Indah Pustaka. Strauss Anselm. Corbin Juliet. 1997. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj., Dr. H. M. Djunaidi Ghony. Surabaya: PT Bina Ilmu. Sudrajat, Akhmad. 2009. Taksonomi Perilaku Individu. Diakses 1 Maret 2009: http.www.ridwan.uni.com Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Wahidmurni. 2008. Penelitan Tindakan Kelas Dari Teori Menuju Praktik. Malang: UM PRESS.
LAMPIRAN 1 SOAL ANGKET SISWA 1. Bagaimana perasaanmu pada saat belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dan metode demonstrasi? a. Sangat senang
b. Senang
c. Biasa saja
d. Tidak senang
2. Apakah kamu merasa kesulitan dalam pembelajaran pecahan dengan menggunakan media belah terong dan metode demonstrasi ini? a. Tidak
b. Ya
c. Sedikit
d. Sangat kesulitan
3. Apakah gurumu selalu membentuk kelompok belajar pada saat pembelajaran? a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Jarang sekali
d. Tidak pernah
4. Bagaimana perasaanmu setelah belajar kelompok? a. Sangat senang
b. Senang
c. Biasa saja
d. Tidak senang
5. Setelah belajar pecahan dengan menggunakan media belah terong dan metode demonstrasi ini apakah sekarang kamu paham dengan apa yang dinamakan pecahan itu? a. Paham
b. Sedikit paham
c. Kurang paham
d.Tidak paham
LAMPIRAN 2 FORMAT OBSERVASI KELAS (PRE TEST) Pertemuan Ke-1 Hari/Tanggal Jam Tempat
: : :
Senin/ 30 Maret 2009 07.00 – 08.10 WIB MI. Al-Hikmah, KLS. III
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, berilah komentar atau catatan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. NILAI JENIS INDIKATOR PERILAKU A B C D Antusias
Keceriaan
Kreativitas
Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi Tampak bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan
X
Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran Roman muka tampak berseri-seri dalam mengerjakan tugas-tugas Langsung memanipulasi alat peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas
X
X X
X X
X
Catatan: Siswa terlihat kurang semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kondisi kelas tidak kondusif, dan banyak siswa yang jalan-jalan melihat jawaban teman-temanya. Keterangan :
A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup D : Kurang Pengamat (Muhammad Hafid Al-Habsy)
FORMAT OBSERVASI KELAS (PRE TEST) SIKLUS I (Pertemuan ke-2) Hari/Tanggal Jam Tempat
: : :
Kamis, 09 April 2009 07.00 – 08.10 WIB MI. Al-Hikmah, KLS. III
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, berilah komentar atau catatan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. NILAI JENIS INDIKATOR PERILAKU A B C D Antusias
Keceriaan
Kreativitas
Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi Tampak bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran Roman muka tampak berseri-seri dalam mengerjakan tugas-tugas Langsung memanipulasi alat peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas
X X X
X
X
X
X
Catatan: Roman muka yang di tampakkan siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa mereka merasa tidak ada beban dalam mengikuti proses pembelajaran, mereka terlihat begitu semangat dalam mengaplikasikan strategi yang di terapkan peneliti, dan suasana kelas terlihat hidup
Keterangan :
A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup D : Kurang Pengamat (Muhammad Hafid Al-Habsy)
FORMAT OBSERVASI KELAS (PRE TEST) SIKLUS II (Pertemuan ke-3) Hari/Tanggal Jam Tempat
: : :
Kamis, 16 April 2009 07.00 – 08.10 WIB MI. Al-Hikmah, KLS. III
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, berilah komentar atau catatan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. NILAI JENIS INDIKATOR PERILAKU A B C D Antusias
Keceriaan
Kreativitas
Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi Tampak bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas Berusaha mengerjakan semua tugas dalam waktu yang ditentukan Tampak gembira dan senang selama mengikuti pembelajaran Roman muka tampak berseri-seri dalam mengerjakan tugas-tugas
X
Langsung memanipulasi alat peraga untuk memahami suatu konsep atau sifat Mengajukan pertanyaan kepada guru, jika belum jelas
X
X X
X
X
X
Catatan: Rasa keingintahuan siswa semakin tinggi, hal ini ditunjukkan pada beberapa siswa yang bertanya kepada guru tentang hal yang belum dmengerti. Suasana kelas yang tercipta sangat sunyi karena siswa konsentrasi mengerjakan soal.ujian.
Keterangan :
A : Baik Sekali B : Baik C : Cukup D : Kurang Pengamat (Muhammad Hafid Al-Habsy)
LAMPIRAN 3 STRUKTUR ORGANISASI MI. AL HIKMAH
DEPAG
KEPSEK KOMITE MADRASAH
Sucipto, S.PdI
YAYASAN Abdul Hamid
H. M. Romlan
WAKASEK M. Rowi TU (TATA USAHA)
BENDAHARA
Akhmad Junaedi, A.Ma
Erni Susanti, A.Ma
KLS I Wali kelas
KLS II Wali kelas
KLS III Wali kelas
KLS IV Wali kelas
KLS V Wali kelas
KLS VI Wali kelas
Maulidah, A.Ma
Yuliati Ningsih,
Lilis Nurhidayati,
Erni Susanti
M.Rowi
Wiwik Rosidah
SISWA
MASYARAKAT/ WALI MURID
LAMPIRAN 4
DENAH MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) AL-HIKMAH Jl. Raya Sumberrejo 65178 Telp (0341) 878923 Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang
J
A
B
C A
= KANTOR
B
= KELAS I
C
= KELAS V
D
= KELAS VI
E
= KELAS III
F
= KELAS IV
G
= KELAS II
H
= MCK
I
=
J
= JALAN RAYA
D
E
TIANG BENDERA
H
G
F
LAMPIRAN 6 PEDOMAN WAWANCARA Responden: Guru Matematika kelas III MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang
1. Apa tujuan utama pembelajaran Matematika di Madrasah ini? Jawaban: untuk mengenalkan kepada siswa-siswi tentang bilangan dan selanjutnya
mengoperasikan
bilangan
tersebut
dengan
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. 2. Upaya apa yang dilakukan oleh Ibu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di kelas III? Jawaban: untuk meningkatkan prestasi belajar diadakan evaluasi pembelajaran pada akhir pembelajaran untuk satu kompetensi dasar. 3. Bagaimana strategi/metode yang ibu terapkan selama ini? Jawaban: berjalan lancar namun tidak semua strategi dan metode dapat dilakukan pada setiap pembelajaran karena penggunaan strategi dan metode harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 4. Apakah selama ini dalam pembelajaran matematika ibu selalu memakai media? Jawaban: tidak selalu menggunakan media 5. Media apa yang biasa ibu pakai dalam pembelajaran matematika? Jawaban: media yang paling sering dipakai adalah media gambar karena dapat menarik perhatian siswa 6. Bagaimana respon siswa dengan metode yang ibu terapkan dalam pembelajaran matematika? Jawaban: dengan penggunaan metode siswa-siswi cukup senang karena lebih mengerti tentang isi pelajaran
7. Adakah problem/masalah yang ibu jumpai dalam pembelajaran matematika selama ini dan jika ada apa saja problem/kendala yang ibu alami dalam pembelajaran matematika? Jawaban: ada, terbatasnya media pembelajaran 8. Usaha apa yang ibu lakukan untuk mengembangkan pembelajaran matematika? Jawaban: mengadakan sharing dengan guru matematika yang lain untuk perbaikan peningkatan hasil belajar. 9. Apa yang melatar belakangi usaha tersebut? Jawaban: kadang masih ada materi yang sulit untuk saya (guru) pahami dan berdiskusi untuk membuat soal bersama. 10. Bagaimana ibu melakukan evaluasi pembelajaran matematika? Jawaban: memberikan tugas sekolah atau rumah serta mengadakan ulangan harian setiap akhir pembelajaran 11. Bagaimana perkembangan pembelajaran setelah ibu melakukan usaha tersebut (evaluasi)? Jawaban: hasilnya sudah jelas yaitu prestasi siswa dapat meningkat
LAMPIRAN 7 PEDOMAN WAWANCARA Responden: Kepala Sekolah MI Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan Malang
1. Menurut bapak, faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di Madrasah ini? Jawaban: pertama, yang paling berpengaruh tentunya adalah sarana dan prasarana penunjang bagaimanapun jika fasilitas lengkap akan memudahkan proses belajar mengajar sementara itu di sekolah ini masih sarana dan prasarana masih minim. Kedua, kesiapan guru dlam mengajar kurang, dan ketiga adalah kemampuan siswa itu sendiri. 2. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk menunjang peningkatan pemahaman belajar dalam meningkatkan prestasi siswa di madrasah ini? Jawaban: menginstruksikan kepada semau guru atau tenaga pengajar agar mengadakan tes ulangan harian pada tiap akhir pembelajaran 3. Apa saja usaha guru dalam peningkatan pemahaman belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa? Jawaban: selalu mengoptimalkan strategi, metode, dan media dalam pembelajaran. 4. Apa tujuan yang ingin dicapai madrasah ini dari pembelajaran matematika?
5. Program apa yang diadakan Madrasah yang menunjang dalam pembelajaran matematika? Jawaban: Selalu mengikut sertakan guru-guru matematika dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) guna memperlancar proses pembelajaran
dan
tentunya
agar
pembelajaran
matematika
mencapai hasil yang optimal. Begitupun juga dengan guru mata pelajaran yang lainya.
LAMPIRAN 8
SURAT KETERANGAN Nomor: 254/MI. ALH/VII/2009
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sucipto, S.PdI
Jabatan
: Kepala MI. Al-Hikmah
Alamat
: Sumberrejo-Gedangan-Malang
Menerangkan bahwa: Nama
: Muhammad Hafid Al-Habsy
Nim
: 07140030
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Perguruan Tinggi
: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Yang bersangkutan benar-benar telah melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan judul “ Pembelajaran Pengenalan Pecahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang” di Sekolah MI. Al-Hikmah sejak tanggal 30 Maret 2009 sampai dengan tanggal 20 April 2009. Demikian surat keterangan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 12 Juli 2009 Kepala Madrasah,
Sucipto, S.PdI
LAMPIRAN 9 Lampiran Surat Keputusan Kepala MI Al-Hikmah No. 203/MI.ALH/V.2008 Nilai Standar Minimum Kelulusan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional dan Ujian Akhir Sekolah Pasa MI Al-Hikmah TA. 2007-2008 A. Mata Pelajaran yang diujikan pada UASBN No 1. 2. 3.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Nilai Minimum 5,00 4,25 5,00
B. Mata Pelajaran yang diujikan pada UAS No.
Mata Pelajaran
1.
Pendidikan Agama: a. Al-Qur’an Hadist b. Fiqih c. Aqidah Akhlaq d. Bahasa Arab e. SKI Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya dan Keterampilan Penjaskes Bahasa Daerah Bahasa Inggris
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai Minimum Tulis Praktek 6,50 6,50 7,00 4,25 6,00 6,00 4,50 6,00 4,50
7,00 7,00 6,00 7,00 6,00 7,00 7,00 6,00
Sumberrejo, 12 Mei 2008
Menyetujui
Komite Madrasah,
Kepala Madrasah,
H. M Romlan
Sucipto, S.PdI
LAMPIRAN 10
PROFIL SEKOLAH MI AL-HIKMAH 1. Nama dan alamat Sekolah: MI Al-Hikmah , JL. Raya Sumberrejo Tlekung Sumberrejo kecamatan Gedangan kabupaten Malang Telp. Sekolah : (0341) 879233 2. Nama dan Alamat Yayasan / Penyelenggara Sekolah : YAYASAN AL-MA’ARIF, Jl. Raya Sumberrejo Tlekung Sumberrejo Gedangan Makang 3. Status Sekolah
: Swasta
4. Status Akreditasi Sekolah : C 5. Tahun didirikan
: 1958
6. Tahun beroperasi
: 1958
7. Status Tanah
: Milik Yayasan
8. Jumlah Siswa dan Rata-rata Mata Pelajaran Ujian Nasional/ Ujian Akhir Sekolah dalam 3 (tiga)tahun terakhir :
2006/2007
Jumlah Siswa Seluruhnya L P Jumlah 7 18 25
2007/2008
7
14
21
7.95
7.67
6.54
5.81
7.75
2008/2009
8
15
23
7.84
7.85
7.01
6.50
9.25
Tahun
Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Ujian Nasional/ Ujian Akhir Sekolah PPKn B.Indo B. Ing Mat IPA 8.27 7.00 6.00 6.75 6.80
9. Jumlah Rombongan Belajar Tahun Ajaran 2009/2010 a. Kelas I : 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 30 siswa b. Kelas II : 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 25 siswa c. Kelas III: 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 20 siswa d. Kelas IV: 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 26 siswa e. Kelas V : 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 27 siswa
f. Kelas VI : 1 Rombongan Belajar, jumlah siswa = 25 sisw 10. Data Ruang No
Jenis Ruang
Jumlah
Baik
Kondisi Ruang Sedang Ringan -
1.
Ruang Kelas
6
3
Berat 3
2.
Ruang Guru
1
1
1
-
-
3.
Ruang Kepala Sekolah
1
1
1
-
-
4.
Ruang Perpustakaan
1
1
-
-
1
5.
Ruang UKS
1
1
-
-
-
6.
Ruang Koperasi
1
1
-
1
-
7.
Ruang TU
1
1
-
1
-
8
Tempat Peribadatan/Masjid
1
1
1
-
-
9.
Ruang Gudang/ Penyimpanan
1
-
-
1
-
10.
Kamar Mandi/WC
1
-
-
1
-
11. Data Guru Tingkat Pendidikan No
Status Guru SMA
D. 1
D. 2
D. 3
S. 1
S. 2
S. 3
1
Guru Tetap
3
-
3
-
3
-
-
2
Guru Tidak Tetap
-
-
-
-
-
-
-
3
Guru Bantu
-
-
3
-
-
-
-
Jumlah
12
12. Air Bersih
: ada (sumur)
13. Dana Operasi Dan Perawatan
:-
14. WC
: 1 ruang ukuran 1 x 1 Kondisi Sedang
15. Akte Yayasan
: ada
16. Susunan Pengurus
: ada
17. Susunan Organisasi Sekolah
: ada
18. Fotokopi Akte Yayasan
: ada
19. Fotokopi Bukti Kepemilikan Tanah/ Bangunan
: ada
Mengetahui Komite Sekolah,
Kepala Sekolah,
H. M.Romlan
Sucipto, S.PdI
LAMPIRAN 11 DAFTAR NAMA GURU MI AL-HIKMAH Jenis Kepegawaian No
Nama Status
Pendidikan
Jabatan
1
Sucipto, S. PdI
GTY
SI
Kepsek
2
M. Rowi, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas V
3
Erni Susanti, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas IV
4
Anis Syafia’atin
GTT
D2
-
5
Ahmad Junaedi, S. PdI
GTY
SI
-
6
Maulidah, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas I
7
Lilis Nurhidayati, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas III
8
Yuliati Ningsih, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas II
9
Wiwik Rosidah, A.Ma
GTY
D2
Wali Kelas VI
10
Agustin, S. PdI
GTY
SI
-
11
M. Hafid, A.Ma
GTT
D2
-
12
Susanto, A.Ma
GTT
D2
-
Jumlah
12
LAMPIRAN 12
DAFTAR NAMA KELOMPOK PEMBELAJARAN
Kelompok 1
Muhammad Nawaf Abdul Aziz Muhammad Irfan Ledy Puspita Kelompok 2
Muhammad Fariz Dimas First Said Al Gamdhi Kelompok 4
Hendri Maulana Madras Grigorio Palmeira Haifa A. Kelompok 3
Muhammad Najmi Al Faravi Muhammad Khoirul Anam Sintya Devi
LAMPIRAN 13 SOAL ULANGAN SISWA
A. Tentukan besar nilai pecahan pada bagian yang berwarna! 1.
2.
3.
4.
5.
B. Perhatikan pita pecahan berikut ini dan isi;ah titik-titik yang tersedia! 6.
7.
………………… ….
8.
………… ……….
9.
…
10.
…… ……
…
………… ……….
…
……… ………
…
………………… ……
………… ……….
…
…… ……
…
…
…
……… ………
C. Tulislah nilai pecahan ini ke dalam lambing! 11. Seperdua = …………………………. 12. Seperlima = …………………………. 13. Dua per sepuluh = ………………….. 14. Sembilan per sepuluh = ……………. 15. Sepuluh per tiga belas = …………… D. Ubahlah lambang pecahan di bawah ini menjadi kalimat! 16.
= ………………………………………..
17.
= ………………………………………..
18.
= ………………………………………..
19.
= ………………………………………..
20.
= ………………………………………..
UJI KOMPETENSI
Nama : …………………….
NILAI
Kelas : …………………….. ……………… Gambar
Lambang pecahan
Dibaca
Setengah/satu per dua/seperdua
……………
……………………….
……………
……………………….
……………
……………………….
……………
……………………….
……………
……………………….
……………
……………………….
KUNCI JAWABAN
A. Bagian A
B. Bagian B
1.
6.
2.
7.
3.
8.
4.
9.
5.
10.
C. Bagian C
11.
D. Bagian D 12. Satu per tiga/sepertiga 13. Satu per empat/seperempat
12. 13.
14. Satu per enam/seperenam 15. Satu per delapan/seperdelapan 16. Satu per sebilan/sepersembilan
14. 15.
KUNCI JAWABAN
Setengah/satu per dua/seperdua
Satu per tiga/sepertiga
Satu per empat/seperempat
Satu per enam/seperenam
Dua per tiga
Dua per empat
Tiga per dua
LAMPIRAN 14 LAMPIRAN 14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/2 Pertemuan ke
:1
Hari/Tanggal
: Senin, 30 Maret 2009
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaanya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
: 3.1 mengenal pecahan sederhana
Indikator
:
1. Memahami makna pecahan 2. Memulai pecahan sederhana 3. Mengenal pecahan , , , dan 4. Membaca dan menulis lambang pecahan 5. Menyajikan nilai pecahan melalui gambar 6. Membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang 7. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari
I.
Tujuan Pembelajaran 1. Memahami makna pecahan 2. Memulai pecahan sederhana 3. Mengenal pecahan , , , dan 4. Membaca dan menulis lambang pecahan 5. Menyajikan nilai pecahan melalui gambar 6. Membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang
7. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari
II.
Materi Pokok Konsep Pecahan
III.
Metode Pembelajaran/Strategi Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya Jawab 4. penugasan
IV.
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal •
Guru mengajak siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu
•
Guru member motivasi belaajr kepada siswa
•
Guru menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti •
Menggali pengetahuan siswa tentang pecahan dengan cara bertanya kepada siswa
•
Guru menerangkan secara singkat tentang makna pecahan
•
Dengan menggunakan alat peraga, guru menjelaskan materi tentang cara menyajikan nilai pecahan melalui gambar.
•
Guru menunjukkan tiga batang kayu. Satu batang dicat dua warna sama besar, satu batang dicat tiga warna, dan satu batang dicat empat warna yang berbeda tetapi sama besar.
•
Bertanya jawab tentang bagian yang dicat. Siswa menentukan bahwa bagian dari keseluruhan merupakan pecahan.
•
Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok kecil
•
Guru menginformasikan kepada siswa mengenai penggunaan serta fungsi pecahan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari
•
Guru mengenalkan niali-nilai pecahan sederhana seperti
•
Setiap kelompok diberikan tugas dengan cara diskusi
, , , dan
•
Setiap kelompok siswa disuruh mencontohkan permasalahan sehari-hari yang melibatkan pecahan dan kemudian menulisnya di kertas yang telah disediakan sebelumnya
•
Setiap kelompok menyajikan nilai-nilai pecahan sederhana yang telah ditugaskan oleh guru melalui gambar dan tulisan
•
Setiap kelompok menyajikan hasil pekerjaanya di depan kelas kemudian kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya
•
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas
•
Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang ada di buku siswa dan lembar kerja siswa (LKS)
3. Kegiatan Akhir •
Guru dan siswa membuat kesimpulan pembelajaran
•
Guru memberi pertanyaan secara acak kepada siswa
•
Guru memberikan kata-kata pujian kepada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik
•
Guru memberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan bersama-sama pada pertemuan selanjutnya
•
Guru menyuruh siswa untuk membawa beberapa buah terong sebagai media pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
•
Guru memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) kepada siswa secara individu
V.
Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Gambar 2. Batang kayu 3. Stero foam 4. Kartu bilangan pecahan 5. Benda-benda sekitar siswa 6. Siswa 7. Buku Matematika Gemar Berhitung 3B halaman 130-133 8. Lembar Kerja Siswa (LKS)
VI.
Penilaian 1. Penugasan Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik. 2. Kinerja/Perbuatan Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar 3. Tertulis Tulislah nilai pecahan untuk daerah yang diarsir. 1. ………………………
3. ……………………….
2. ………………………
4. ……………………….
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/2 Pertemuan ke
:2
Hari/Tanggal
: Kamis, 9 April 2009
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaanya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
: 3.1 mengenal pecahan sederhana
Indikator
:
1. Mengenal pecahan , , , dan 2. Membaca dan menulis lambang pecahan 3. Memanipulasi nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 4. Menyajikan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 5. Menemukan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai potongan buah terong 6. Membandingkan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 7. Membilang dan menulis nilai pecahan yang berupa potongan buah terong dalam kata-kata dan lambang 8. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari
I.
Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat mengenal pecahan , , , dan 2. Siswa dapat membaca dan menulis lambang pecahan 3. Siswa dapat memanipulasi nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong
4. Siswa dapat menyajikan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 5. Siswa dapat menemukan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai potongan buah terong 6. Siswa dapat membandingkan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 7. Siswa dapat membilang dan menulis nilai pecahan yang berupa potongan buah terong dalam kata-kata dan lambang 8. Siswa dapat mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari II.
Materi Pokok •
III.
Konsep Pecahan
Metode Pembelajaran/Strategi Pembelajaran 1. Ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi 4. Tanya jawab 5. penugasan
IV.
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-2 (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal •
Guru mengajak siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu termasuk mencocokkan PR
•
Guru memotivasi belajar siswa
•
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
•
Guru dan siswa mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran
2. Kegiatan Inti •
Guru menyuruh siswa untuk duduk sesuai kelompok
•
Guru menyediakan beberapa buah terong
•
Guru memperkenalkan nilai pecahan , kemudian guru memanipulasikan nilai pecahan tersebut melalui potongan-potongan buah terong dengan cara guru membagi buah terong menjadi 2 bagian dan kemudian diikuti oleh siswa kemudian guru memberikan penjelasan tentang materi nilai
pecahan
(kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang agar siswa
paham dan mengerti). •
Guru meminta siswa lain membagi buah terong menjadi 4 bagian. Dari kegiatan tersebut guru memperkenalkan tentang nilai pecahan .
•
Setiap kelompok disuruh menyajikan beberapa nilai pecahan , , , dan melalui potongan-potongan buah terong sesuai instruksi dari guru.
•
Setiap kelompok disuruh mengidentifikasi dan menyajikan nilai pecahan yang berupa potongan-ptongan buah terong ke dalam bentuk tulisan dan lambang kemudian membandingkanya di depan kelompok lain.
•
Setiap kelompok menjelaskan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain secara bergantian
•
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya kepadan kelompok penyaji (kegiatan ini dilakukan secara bergantian dan diulangulang untuk mendapat hasil yang maksimal)
3. Kegiatan Akhir •
Guru dan siswa memberikan kesimpulan pembelajaran.
•
Guru memberikan pertanyaan penjajakan secara acak kepada siswa
•
Guru memberikan kata-kata pujian kepada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik
•
Guru meminta siswa mengulang kembali di rumah materi yang telah diajarkan di sekolah
•
Guru memberi penjelasan mengenai strategi pembelajaran yang akan dilakukan bersama-sama pada pertemuan selanjutnya
•
Guru menyuruh siswa untuk membawa beberapa buah terong sebagai media pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
•
Guru memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) kepada siswa secara individu
V.
Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Buah terong 2. Pisau 3. Kertas folio berwarna
4. Gambar 5. Kartu bilangan pecahan 6. Benda-benda sekitar siswa 7. Siswa 8. Buku Matematika Gemar Berhitung 3B halaman 134-135 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) VI.
Penilaian
1. Penugasan •
Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kinerja/Perbuatan •
Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar
•
Kerjasama dalam kelompok
•
Keaktifan siswa dalam kerja kelompok
3. Tertulis Contoh soal: 1. Sebuah roti dipotong menjadi empat sama besar. Setiap potong roti nilainya . ... 2.
dibaca . . . .
3. Sepersepuluh ditulis . . . . 4. nilai pecahannya . . . .
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/2 Pertemuan ke
:1
Hari/Tanggal
: Kamis, 16 April 2009
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaanya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
: 3.1 mengenal pecahan sederhana
Indikator
:
1. Memahami makna pecahan 2. Memulai pecahan sederhana 3. Mengenal pecahan , , , dan seterusnya 4. Menyajikan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong 5. Mengidentifikasi beberapa potongan-potongan buah terong ke dalam bentuk catatan 6. Membandingkan nilai pecahan sesuai banyaknya potongan buah terong 7. Membaca dan menulis lambang pecahan 8. Membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang 9. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari I.
Tujuan Pembelajaran 1. Memahami makna pecahan 2. Memulai pecahan sederhana 3. Mengenal pecahan , , , ,
, dan seterusnya
4. Menyajikan nilai pecahan melalui potongan-potongan buah terong
5. Mengidentifikasi beberapa potongan-potongan buah terong ke dalam bentuk catatan 6. Membandingkan nilai pecahan sesuai banyaknya potongan buah terong 7. Membaca dan menulis lambang pecahan 8. Membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang 9. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari II.
Materi Pokok •
III.
Konsep Pecahan
Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi 4. Tanya jawab 5. penugasan
IV.
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-3 (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal •
Guru mengajak siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu termasuk mencocokkan PR.
•
Guru memotivasi belajar siswa.
•
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
•
Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini.
•
Guru dan siswa mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti •
Siswa mengelompok sesuai kelompok masing-masing.
•
Mengulang sekilas pembelajaran yang lalu.
•
Setiap kelompok mendengar instruksi dan tata cara pelaksanaan tugas pada pertemuana kali ini.
•
Siswa mulai mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru.
•
Setiap kelompok diberikan tugas untuk dikerjakan bersama-sama.
•
Setiap kelompok diberi tugas untuk menyajikan nilai pecahan ke dalam bentuk
potongan-potongan
buah
terong
dengan
cara
mendemonstrasikanya. •
Setiap kelompok mempunyai tugas yang berbeda dengan kelompok lain.
•
Setiap perwakilan kelompok menyajikan bentuk nilai-nilai pecahan ke dalam potongan-potongan buah terong sementara anggota kelompok yang lain mencatat hasilnya di kertas folio warna yang telah disediakan oleh guru
•
Waktu pengerjaan tugas telah habis
•
Setiap kelompok menyajikan hasil pekerjaanya kepada kelompok lain secara
bergantian
dengan
cara
perwakilan
satu
orang
untuk
membacakanya. •
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok penyaji.
•
Dilanjutkan oleh kelompok yang lain dengan prosedur penyajian yang sama dan begitu seterusnya.
•
Guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai pembelajaran yang baru dilaksanakan.
3. Kegiatan Akhir •
Guru memberikan pertanyaan penjajakan secara acak kepada siswa
•
Guru memberikan kata-kata pujian kepada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik
•
Guru meminta siswa mengulang kembali di rumah materi yang telah diajarkan di sekolah
•
Guru menginformasikan kepada siswa tentang evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya yaitu beruapa ulangan.
•
Guru memberikan tugas pekerjaan rumah (PR) kepada siswa secara individu
V.
Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Buah terong 2. Pisau 3. Kertas folio berwarna
4. Gambar 5. Kartu bilangan pecahan 6. Benda-benda sekitar siswa 7. Siswa 8. Buku Matematika Gemar Berhitung 3B halaman 135-140 9. Lembar Kerja Siswa (LKS)
VI.
Penilaian
1. Penugasan •
Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kinerja/Perbuatan •
Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar
•
Kerjasama dalam kelompok
•
Keaktifan siswa dalam kerja kelompok
3. Tertulis •
Contoh soal: 1.
dibaca……………………….
2. Seper Sembilan bila ditulis……………………. 3. 1 bagian dari 5 bagian bernilai……………………… 4. 1 bagian dari 12 bagian bernilai……………………… 5.
dibaca……………………atau…………………….
6. bagian yang berwarna hitam menunjukkan nilai pecahan…………
7. Arsirlah bangun dibawah ini secara urut menjadi nilai pecahan
,
,
a) .
b) .
c) .
d) .
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : III/2 Pertemuan ke
:4
Hari/Tanggal
: Senin, 20 April 2009
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit Standar Kompetensi
: 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaanya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar
: 3.1 mengenal pecahan sederhana
Indikator
:
1. Memahami makna pecahan 2. Memulai pecahan sederhana 3. Mengenal pecahan , , , , , dan
dan seterusnya
4. Membaca dan menulis lambang pecahan 5. Menyajikan nilai pecahan melalui gambar 6. Membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang 7. Mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah sehari-hari
I.
Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat memahami makana pecahan 2. Siswa dapat memulai pecahan sederhana 3. Siswa dapat mengenal pecahan , , , , , , dan
dan seterusnya
4. Siswa dapat membaca dan menulis lambang pecahan 5. Siswa dapat menyajikan nilai pecahan melalui gambar 6. Siswa dapat membilang dan menulis pecahan dalam kata-kata dan lambang
7. Siswa dapat mengetahui penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah seharihari
II.
Materi Pokok •
III.
Konsep Pecahan
Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Penugasan 3. Tes hasil
IV.
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-4 (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal •
Guru mengajak siswa mengingat sekilas pembelajaran yang lalu termasuk mencocokkan PR.
•
Guru memotivasi belajar siswa.
•
Guru memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran pecahan.
•
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
•
Guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan kali ini.
2. Kegiatan Inti •
Guru memberikan instruksi dan tata cara selama ulangan berlangsung.
•
Guru membagikan soal ulangan.
•
Siswa mempersiapkan alat tulis sebagai persiapan dalam ulangan seperti kertas, pensil, penghapus, penggaris, dan alat tulis lainya.
•
Siswa mulai melaksanakan ulangan sebagai bahan evaluasi.
•
Ulangan
selesai
dilaksanakan
dan
siswa
secara
satu
persatu
mengumpulkan tugas ulanganya. •
Guru dan siswa memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Kegiatan Akhir •
Guru memberi pertanyaan secara acak kepada siswa
•
Guru mengadakan sharing dengan cara bertanya kepada siswa tentang metode dan strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini.
•
Guru memberikan angket kepada siswa untuk disisi.
•
Guru dan siswa membuat kesimpulan pembelajaran.
•
Guru dan siswa mempersiapkan metode dan strategi pembelajaran yang lain untuk materi selanjutnya.
V.
Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Kertas folio 2. Lembar tugas siswa 3. Alat tulis
VI.
Penilaian 1. Penugasan •
Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada siswa dapat terselesaikan dengan baik.
2. Kinerja/Perbuatan •
Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa dalam proses belajar
3. Tertulis
KUNCI JAWABAN
SOAL PERTEMUAN KE-1 1. 2. 3. 4. SOAL PERTEMUAN KE-2 (siklus I) 1. 2. Satu per tiga/sepertiga 3. 4.
dan
SOAL PERTEMUAN KE-3 (siklus II) 1. Satu perdelelapan/seperdelapan 2. 3. 4. 5. Satu perempat puluh atau seperempat puluh 6. 7. a.
c.
b.
d.
LAMPIRAN 15
DOKUMENTASI PENELITIAN
Kondisi siswa sebelum pelajaran dimulai (Pree Test)
Antusiasme siswa dalam sesi tanya jawab (Pree Test)
Suanana kelas saat dimulai pembelajaran
Siswa mengerjakan PR di papan tulis
Aktivitas siswa dalam menyajikan bentuk pecahan ke dalam gambar
Kegiatan siswa dalam menyajikan tugas hasil kerja kelompok 3
Antusiame siswa dalam menggunakan media belajar pecahan
Kegiatan kelompok dalam mengerjakan tugas pecaha
Siswa terlihat saling berdiskusi dalam mengerjakan tugas kelompok
Siswa mengerjakan dan mencocokan PR di papan tulis
Siswa bertanya kepada siswa yang baru saja mengerjakan tugas PR pecahan
Siswa (kelompok) menyiapkan bahan-bahan pembelajaran diantaranya buah terong, pisau, kertas, dan pensil pewarna
Siswa (kelompok) mulai mengerjakan tugas denga metode demonstrasi serta menyajikan nilai pecahan dengan buah terong sesuai instruksi dari guru
Seorang siswa mendemonstrasikan serta menyajikan nilai pecahan dalam bentuk pembelahan buah terong
Siswa terlihat saling berdiskusi dalam mengerjakan tugas
Siswa (kelompok) telah selesai mengerjakan tugas penyajian nilai pecahan
Aktivitas siswa dalam menyajikan tugas pecahan untuk didiskusikan dengan kelompok lain
Aktivitas siswa dalam menyajikan tugas pecahan untuk didiskusikan dengan kelompok lain
Hasil pekerjaan siswa dalam mendemonstrasikan serta menyajikan nilai pecahan ke dalam pembelahan buah terong
Hasil pekerjaan siswa (kelompok) setelah melalui proses finishing (penyelesaian akhir)
Berpose dengan hasil pekerjaan kelompok
Aktifitas guru dalam memperagakan media kartu pecahan
Aktifitas guru dalam memberikan keterangan kepada siswa
Aktifitas siswa ketika menyajikan tugas di depan kelas
Aktifitas guru dan siswa ketika mencocokkan hasil pekerjaan
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana No. 50 Telp. (0341) 551354 Fax, (0341) 572539 Malang Nomor Lampiran Perihal
: Un. 3.1/TL.00/ 317 /2009 : 1 Berkas : Penelitian
Malang, 18 Maret 2009
Kepada Yth. Kepala MI. Al-Hikmah Sumberrejo Gedangan diMalang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di bawah ini: Nama
:
Muhammad Hafid Al-Habsyi
Nim
:
07140030
Semester/ Th. Ak
:
VIII / 2005-2006
Judul Skripsi
:
Pembelajaran Pengenalan Pecahan Dengan Menggunakan Media Belah Terong Dengan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III Di Madarasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir/menyusun skripsinya, yang bersangkutan mohon diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu. Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/Ibu disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
DEPARTEMEN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Gajayana No. 50 Telp. (0341) 551354 Fax, (0341) 572539 Malang BUKTI KONSULTASI Nama NIM Jurusan Pembimbing Judul
NO. 1.
: : : : :
Muhammad Hafid Al-Habsy 07140030 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Dr. Abdul Bashith, S.Pd., M.Si Pembelajaran Pengenalan Pecahan Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Hikmah Desa Sumberrejo Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang
TANGGAL
HASIL YANG DIKONSULTASIKAN Konsultasi Judul dan 05 Februari 2009 Proposal
2.
13 Februari 2009 Revisi Proposal
3.
20 Februari 2009 ACC Proposal
4.
09 Maret 2009
Konsultasi BAB I, II & III
30 Maret 2009
ACC BAB I, II & III
6.
11 Mei 2009
Konsultasi BAB IV, V, & VI
7.
20 Mei 2009
Revisi BAB IV, V, & VI
8.
08 Juli 2009
ACC BAB IV, V, & VI
10 Juli 2009
Konsultasi dan Revisi BAB Keseluruhan
15 Juli 2009
ACC Keseluruhan
5.
9. 10
TANDA TANGAN
Malang, 15 Juli 2009 Dekan
Dr. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502
MOEHAMMAD HAFID AL HABSY, S.PD NIM Toempat
: 07140030 Tanggal : Malang, 21 Juni 1987
Lahir Fakoeltas./ Jur./Prog. Setudie
: Tarbiyah,
PGMI,
Pendidikan
Goeroe
Madarasah Ibtidaiyah.
Tahoen Masuk
: 2005-2006
Alamat Roemah
: Jl. Wahid Hasyim No. 11 RT/RW 19/06 Tlekung
Sumberrejoe
Gedangan
Malang. 65178 No.Telepoen Roemah/Hp Pendidikan Formal
: (0341) 874 140 0856 463 229 88, 0813 344 412 37 : •
MI Al-Hikmah 1999
•
MTS Khairuddin Gondanglegi 2002
•
MAN Gondanglegi 2005
•
Diploma II UIN Malang 2007
•
PGMI S1 UIN MALIKI Malang 2009
Malang, 15 Juni 2009 Mahasiswa,
Moehammad Hafid Al Habsyi, S.Pd