MANAJEMEN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PADA KOMUNITAS PENGRAJIN EMPING UNTUK PEMBERDAYAAN USAHA BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh Erin Nurfajriah NIM 6661111964
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Januari 2015
ABSTRAK
Erin Nurfajriah, NIM. 6661111964, Skripsi. Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif Pada Komunitas Pengrajin Emping Untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amiruddin., M.Si dan Pembimbing II: Titi Stiawati., M.Si Ekonomi kreatif merupakan salah satu cara dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menggunakan kreativitas dan ide yang dimiliki oleh masyarakat. Namun, manajemen pengembangannya belum dilaksanakan dengan efektif. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan tidak merata, terbatas, dan tumpang tindih. Selain itu tidak adanya pengawasan untuk pengrajin emping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes. Penelitian ini bertitik tolak dari teori Fungsi Manajemen dari John F. Mee (2001) yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara semi struktur, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan menurut Miles & Huberman. Hasil dan kesimpulannya adalah proses perencanaan tidak didukung dengan sosialisasi dan belum terciptanya proses kerjasama yang baik antar dinas dengan pengrajin emping, sedangkan bentuk pengembangan yang tidak diterapkan dengan syarat atau aturan untuk mendapatkannya. Selain itu, manajemennya belum efektif karena selain dari proses sampai bentuk pengembangannya pengawasannya tidak dilaksanakan dengan rutin. Sarannya adalah harus adanya sosialisasi tentang pengembangan dalam pelaksanaan perencanaan, ciptakan kerjasama yang baik antar pihak yang bersangkutan, dan jumlah tenaga lapangan harus sesuai dengan jumlah kelompok pengrajin Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Komunitas Pengrajin Emping, Manajemen.
ABSTRACT
Erin Nurfajriah, NIM. 6661111964, Skripsi. Development Management of Economy Creative on Emping Industries Community for Establishing Business Public in Menes, Pandeglang. Guidance I: Dr. Suwaib Amiruddin., M.Si and Gudance II: Titi Stiawati., M.Si Creative economy is one of the ways to enhance public economy by using creativities and ideas of public. Howover, management of its development has not been done effectively. Some of trainings given is limited and overlapped. Besides, there is no control system for the whole home industries of emping. This research aims to know about management system of creative economy development on emping industries community for establishing their public busibess in Menes area. This research uses The Management Functions theory by John F.Mee whice is consisted of planning, organizing, actuating, and controlling. Descriptive method and qualitative approach are used in this research. All data needed is collected by semi-structure intervies, observation, and documentation study. Data analyzing technique used in this research refers to Miles and Huberman. This research result that planning process is not supported by socialization and there is no cooperative proces between government and emping industries. Meanwhile, the development system is done without regulation. Besides, management system of emping industries does not work effectively. As an oponion, planning socialization should be done, working cooperatively, and managing all human resources exist in controlling system. Keyword: Economy Creative, Emping Industries community, Management.
“Apapun yang kamu lakukan percayalah, akan ada orang yang tidak suka dengan apa yang kamu lakukan”
Skripsi ini kupersembahkan: Mamah dan Bapak dan Almarhum Mbah dan orang-orang yang sudah mendukung dan mensuport
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan
penyusunan
proposal
skripsi
yang
berjudul
“Manajemen
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang”. Proposal skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi kebijakan publik program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu secara moril maupun materiil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran proposal skripsi ini, secara khusus untuk doa yang tiada terputus dari kedua orang tua atas jerih payah yang tulus ikhlas dalam mendidik dan juga kepada keluargaku. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Ibu Rahmawati, S,sos., M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Bapak Iman Mukhroman, S.sos., M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,sos., M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 6. Ibu Listyaningsih, S.sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. i
7. Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA., Ph.D., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Ibu Ima Maesaroh, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 9. Bapak
Dr.Suwaib Amiruddin., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang
selalu mengarahkan, membe 10. Ibu Titi Stiawati., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang mengarahkan, memberikan masukan atau kritikan yang membangun, memberikan semangat dan motivasi. 11. Ibu Rini Handayani., M.Si., selaku Dosen Penguji Proposal Skripsi dan selaku Dosen Ketua Penguji Sidang Skripsi yang sudah memberikan saran dan ilmu. 12. Bapak Hasuri., M.Si., selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi yang sudah memberikan saran dan ilmu. 13. Kepada rekan-rekan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang, dan Pengrajin Pembuat Emping Melinjo di Kecamatan Menes yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas bantuannya, motivasinya dan pengalaman yang luar biasa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. 14. Terima kasih kepada mamah, bapak, aa, dede, bi mpah, dan keluarga Hasan Armani yang selalu memberikan semangat dan doa untuk teteh. 15. Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta seperjuangan Uca, Kiki, Yenita, Indri, Teh Ella, Teh Ririn, Olla, Tommy, Ubay, Novega, Nendi, Dodi, dan yang lainnya yang selalu memberikan motivasi, berbagi pengalaman, selalu menjadi pendengar yang baik, dan sudah menjadi sahabat yang baik. ii
16. Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta Syifa,, Dini, Devit, Putri, dan Melinda selalu memberikan semangat, menjadi pendengar yang baik, menjadi sahabat yang baik, dan menemani dalam penelitian ini. 17. Terima kasih kepada kawan-kawan ANE NR 2011 yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya. 18. Terima kasih untuk sahabat-sahabat dan teman-teman bermain yang selalu mensupport dalam menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna sempurnanya proposal skripsi ini. Peneliti berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk peneliti.
Serang, Desember 2015 Peneliti
Erin Nurfajriah
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR………………………………………………………………. i DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iv DAFTAR TABEL.………………………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1 1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………………... 14 1.3 Batasan Masalah …………………………………………………………... 15 1.4 Rumusan Masalah………………………………………………………….. 15 1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 16 1.6 Manfaat Penelitian……………………………………………………….... 16 1.7 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 17
iv
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN…………………………………………………………..... 23 2.1 Landasan Teori………………………………………….................……….. 23 2.1.1
Manajemen……………………………………………..................... 23
2.1.2
Ekonomi Kreatif.........……………………………………………... 32
2.1.3
Pemberayaan...................…………………………………………... 37
2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………………………….. 44 2.3 Kerangka Berfikir………………………………………………………...... 46 2.4 Asumsi Dasar ...……………………………………………………............. 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN…...…………………………………… 50 3.1 Metode Penelitian………………………………………………………...... 50 3.2 Fokus Penelitian………………………………………………………….... 51 3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………………... 52 3.4 Fenomena yang Diamati………………………………………………….... 52 3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………………...... 54 3.6 Penentuan Informan..........……………………………………………….... 55 3.7 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………........... 68 3.8 Pengujian Validitas Data………………………………………………….. 68 v
3.9 Jadwal Penelian............................................................................................ 71 BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………......................... 73 4.1 Deskripsi Objek Penelitian.......................................................................... 73 4.2 Deskripsi Data............................................................................................. 79 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian........................................................................... 82 4.4 Pembahasan.............................................................................................. 113 BAB V Penutup.........................…………………………………....................... 123 5.1 Kesimpulan................................................................................................ 123 5.2 Saran......................................................................................................... 124 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Luas Lahan Produksi Sayuran Di Kabupaten Pandeglang................. 6
Tabel 1.2
Daftar Kelompok Usaha Pengolahan Emping Melinjo di Kabupaten Pandeglang Tahun 2015..................................................................... 7
Tabel 3.1
Informan Penelitian…………………………………….................... 56
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara ...……………………………….................... 63
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian ………………………………………................... 74
Tabel 4.1
Jumlah Wisatawan Berkunjung Ke Obyek Wisata dan Akomodasi yang ada di Kabupaten Pandeglang Tahun 20082014..................................................................................................... 75
Tabel 4.2
Daftar Informan .................................................................................. 82
Tabel 4.3
Ringkasan Pembahasan..................................................................... 122
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir ……………………………………….. 48
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles & Huberman ……………... 66
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Mencari Data 2. Tabel Inventarisir Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2015 3. Tabel Data Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Pertanian Tahun 2014-2015 4. Rencana Kerja dan Anggaran Perubahan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintahan Kabupaten Pandeglang Tahun Anggaran 2014 5. Tabel Banyaknya Tanaman yang Menghasilkan dan Produksi Buah Melinjo dan Petai di Kabupaten Pandeglang 6. Data Pemetaan Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang 7. Membercheck 8. Matriks Sebelum Reduksi Data 9. Matriks Setelah Reduksi Data 10. Dokumentasi
ix
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah perekonomian dan pasar bebas menjadi tantangan terberat dalam globalisasi. Globalisasi menyebabkan ketidakadilan ekonomi antara negara maju dengan negara berkembang. Globalisasi menyuburkan negara maju dengan kemampuan mereka mengambil hasil bumi dari negara berkembang dan kekuatan mereka memberikan pengaruh ekonomi, sosial dan budaya ke negara-negara berkembang, dalam rangka meningkatkan perekonomian Indonesia, Presiden RI telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Instruksi Presiden tersebut dikeluarkan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan. Pengembangan Ekonomi Kreatif diperlukan untuk mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin meningkat. Pengembangan Ekonomi Kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif yang bertujuan untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan sasaran, arah, dan strategi yang terlampirkan dalam naskah Instruksi Presiden tersebut.
2
Konsep Ekonomi Kreatif merupakan konsep di era ekonomi baru yang menggunakan ide dan kreatifitas yang dimiliki sumber daya manusia dalam kegiatan ekonomi untuk pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep Ekonomi Kreatif semakin menjadi sorotan diberbagai negara karena Ekonomi Kreatif ini dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Di Indonesia, Ekonomi Kreatif mulai terdengar saat pemerintah mencari cara untuk meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar global. Ekonomi Kreatif sangat tergantung kepada modal manusia (human capital atau intellectual capital, ada juga yang menyebutnya creative capital). Ekonomi Kreatif membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, yang mampu melahirkan berbagai ide dan menterjemahkannya ke dalam bentuk barang dan jasa yang bernilai ekonomi. Proses produksinya bisa saja mengikuti kaidah ekonomi industri, tetapi proses ide awalnya adalah kreativitas. Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki aneka ragam budaya, aneka ragam bahasa, memiliki sumber daya alam yang berlimpah, memiliki banyak etnis, pulau, suku bangsa, agama, dan salah satu negara yang memiliki penduduk dengan jumlah banyak. Pemerintah melalui Departemen Perdagangan bekerja sama dengan Departemen Perindustrian dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta didukung oleh KADIN kemudian membentuk tim Indonesia Design Power 2006-2010 yang bertujuan untuk menempatkan produk Indonesia menjadi
3
produk yang dapat diterima di Pasar Internasional namun tetap memiliki karakter nasional. Setelah menyadari akan besarnya kontribusi Ekonomi Kreatif terhadap negara maka pemerintah selanjutnya melakukan studi yang lebih intensif dan meluncurkan cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dalam upaya merangsang pertumbuhan dan mempromosikan industri kreatif, Pemerintah mengadakan program-program berskala besar seperti : Peluncuran studi pemetaan kontribusi industri kreatif Indonesia pada ajang Trade Expo Indonesia, Pencanangan Tahun Indonesia Kreatif tahun 2009, Pekan Produk Kreatif 2009, dan Pameran Ekonomi Kreatif. Ekonomi Kreatif perlu dikembangkan karena Ekonomi Kreatif berpotensi yang signifakan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun cita dan identitas bangsa, mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang terbarukan, menciptakan inovasi dan kreatifitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa, dan Memberikan dampak sosial yang positif. Pengembangan Ekonomi Kreatif diawali dari kreatifitas yang sudah ada, sudah berjalan, dan sudah tercipta. Pengembangan Ekonomi Kreatif dikelola oleh Pemerintah Daerah untuk mendapatkan hasil lebih dari sebelum adanya pengelolaan pengembangan dari Pemerintah. Industri kuliner memiliki peran penting dalam Ekonomi Kreatif. Bersama dengan industri
kerajinan dan wisata, kuliner menjadi
bagian dalam
pengembangan pariwisata lokal. Gerakan Ekonomi Kreatif pun akan dimulai dengan produk bermuatan lokal.
4
Banten memiliki beberapa macam wisata diantaranya adalah wisata alam yang meliputi wisata pantai, wisata rekreasi, wisata cagar alam, dan wisata air terjun. Selain itu, adapula wisata budaya yang meliputi wisata budaya kerajinan, wisata budaya kesenian tradisional, dan wisata budaya masyarakat adat. Adapula wisata rekreasi, wisata ziarah/religi, wisata situs bersejarah, dan wisata kuliner. Wisata kuliner meliputi Sate Bandeng, Otak-otak, Nasi Sumsum, Kue Balok, Emping, dan wisata-wisata kuliner lainnya yang terdapat di Provinsi Banten. Kawasan
wisata
yang
dimiliki
suatu
daerah
dapat
mendorong
pengembangan ekonomi kreatif suatu daerah, karena ketika wisatawan datang berkunjung ke tempat objek wisata di suatu daerah maka wisatawan tersebut akan mencari oleh-oleh ciri khas daerah tersebut. Banyak tempat wisata, hotel atau villa atau cottages, dan restaurant atau rumah makan yang sudah memiliki ijin dan terdaftar di Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten yang terdapat di Provinsi Banten yang memiliki banyak kawasan-kawasan pariwisata yang sudah terkenal dan selalu ramai dikunjungi para wisatawan khususnya setiap masa liburan. Mulai dari kawasan wisata pantai, wisata religi, wisata kuliner, dan wisata alam. Jumlah wisatawan yang berkunjung baik wisata nusantara maupun wisata manca negara setiap tahunnya naik. Wisata kuliner yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi Emping Melinjo, Otak-otak, Angeun Lada, Kue Jojorong, Kue Pasung, Balok Menes, Apem Putih, dan wisata-wisata kuliner lainnya.
5
Wilayah agropolitan yang terdapat di Kabupaten Pandeglang adalah Kecamatan Carita, Banjar, Cimanggu, Cigeulis, Pagelaran, Cikedal, Jiput, Menes, Cibaliung, Cisata, Mandalawangi, Cadasari, dan Kecamatan Koroncong. Jenis ekonomi kreatif yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi Emping Melinjo yang terbuat dari bahan dasar melinjo, otak-otak yang terbuat dari bahan dasar ikan, opak yang terbuat dari beras ketan, balok yang terbuat dari singkong, dan beberapa jenis ekonomi kreatif lainnya yang terdapat di Kabupaten Pandeglang. Luas lahan pertanian melinjo merupakan lahan terluas dibandingkan dengan luas lahan pertanian produksi sayuran-sayuran yang lain, hal ini dapat dilihat dari data yang didapatkan pada tabel 1.1.
6
Tabel 1.1 Luas Lahan Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2012 No.
Komoditas
Luas (Ha)
1.
Bawang Merah
8
2.
Bawang Daun
68
3.
Sawi
126
4.
Wortel
29
5.
Kacang Panjang
445
6.
Cabe Merah
329
7.
Tomat
133
8.
Terung
202
9.
Ketimun
413
10.
Melinjo
1.250
11.
Petai
555
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2012. Kelompok usaha pengolahan emping melinjo yang mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015 terdapat 28 kelompok pengolahan emping sebagai berikut dalam tabel 1.2.
7
Tabel 1.2 Daftar Kelompok Usaha Pengolahan Emping Melinjo Tahun 2015 No.
Kecamatan
Desa
1.
Labuan
Sukamaju
2.
Koroncong
Pasir Karag
3.
Patia
Idaman dan Idaman
4.
Carita
Tembong dan Sukarame
5.
Cigeulis
Taruma Negara, Ciseureuheun, Waringin Jaya
6.
Cikayung
Angsana
7.
Sumur
Cigorondong
8.
Cisata
Kondang Jaya
9.
Menes
Menes dan Alas wangi
10.
Saketi
Ciandur
11.
Pagelaran
Bulagor, Tegal Papak, Bama Hilir, Maga Giri, Sindang Jaya, dan Montor.
12.
Jiput
Banyu Resmi
13.
Cikedal
Karya Utama
14.
Kaduhejo
Mandalasari
15.
Banjar
Kadu Maneuh
16.
Pandeglang
Kadomas
17.
Mandalawangi
Giri Pawarna
18.
Cipeucang
Cikaduduen
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Tahun 2015. Menes ditetapkan sebagai kawasan Agropolitan oleh pemerintah daerah dengan penghasilan utama emping melinjo. Makanan Khas Menes yang terkenal adalah emping dan balok. Emping adalah makanan sejenis kerupuk yang terbuat
8
dari melinjo. Hasil produksi melinjo di Kecamatan Menes dengan banyak pohong 8.501 pohong dengan hasil
produksi 3.809 kwintal (Tahun 2014). Disini,
diproduksi beragam emping dengan rupa-rupa rasa secara tradisional oleh penduduk setempat. Di kecamatan ini terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping). Emping dikelola dan diproduksi ke berbagai daerah hingga manca negara. Di Kecamatan Menes terdapat puluhan usaha skala rumah tangga yang memproduksi emping melinjo. Hasil emping yang diproduksi 7 kwintal per bulan per rumah. Setiap tahun produksi emping di Kecamatan Menes meningkat karena setiap tahun memiliki peningkatan jumlah pelanggan. Untuk jumlah pengrajin emping setiap produksi sampai 25 orang untuk pembuatana emping jenis keceprek dan 15 atau 20 orang untuk pembuatan emping yang dilakukan setiap seminggu sekali pembuatannya. Sementara balok merupakan makanan yang terbuat dari singkong. Singkong banyak ditanam di Menes dengan produksi 2.283 ton per tahun yang ditanam di atas lahan 233 hektar. Selain itu, terdapat juga peternakan domba dengan produksi rata-rata 5.743 ekor per tahun. Besarnya potensi yang dimiliki dan peluang pengembangan yang masih sangat terbuka lebar menyebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang memberikan prioritas pada pengembangan sistem agribisnis emping melinjo, termasuk di dalamnya koperasi. Koperasi dalam bentuk koperasi produksi didirikan oleh pengrajin emping melinjo yang ada di Kecamatan Menes (hasil wawancara dengan staf di Kantor Kecamatan Menes). Pelatihan
dan
pembinaan
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mengembangkan pontesi yang terdapat di Kecamatan Menes. Pelatihan dan
9
pembinaan untuk pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang dilaksanakan dari tahun 2012. Pembinaan dan pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang untuk mengembangkan usaha pembuatan emping yang merupakan hasil pertanian di Kabupaten Pandeglang. Emping melinjo merupakan makanan khas Kabupaten Pandeglang yang sudah terkenal dan dibuat dari melinjo yang ditanam di wilayah Kabupaten Pandeglang. Emping Melinjo merupakan salah satu wisata kuliner yang berada di daerah Kecamatan Menes. Emping melinjo menjadi salah satu usaha yang merupakan Ekonomi Kreatif. Pembuatan emping melinjo dilakukan di rumahrumah warga. Sehingga, dalam usaha pembuatan emping melinjo ini ibu-ibu rumah tangga tidak akan terganggu dalam mengurus rumah, anak, dan suaminya. Emping melinjo yang terkenal terdapat di Kecamatan Menes dan emping melinjo merupakan salah satu produk unggulan Kecamatan Menes. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah ditemukan di lapangan bahwa industri kreatif yang ada di Kecamatan Menes tumbuh dan berproduksi selama ini adalah emping. Namun selama ini pengembangan dilakukan oleh pengrajin itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok pengrajin, Pemerintah tidak memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang Ekonomi Kreatif itu sendiri. Hal ini berdasarkan hasil wawancara awal dengan salah satu masyarakat Kecamatan Menes bahwa masyarakat masih awam tentang Ekonomi Kreatif itu sendiri.
10
Pada observasi awal peneliti banyak menemukan beberapa masalah dalam manajemen pemberdayaan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang tidak memiliki kerjasama yang baik dalam mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang memiliki tugas dalam penegmbangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes karena emping melinjo merupakan salah satu jenis hasil pertanian di Kecamatan Menes. Untuk Dinas Prindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang memiliki tugas dalam pengembangan jenis ekonomi kreatif untuk proses perdagangan dan pemasarannya. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal dengan salah satu staf di bidang usaha Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Pandeglang. Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 26h yang menjelaskan bahwa setiap pengusaha pariwisata berkewajiban meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan. Pelatihan dan Pembinaan Ekonomi Kreatif yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang telah berjalan setiap tahun. Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan setiap setahun sekali, namun sesuai dengan wawancara awal yang telah dilakukan kepada salah satu pengrajin Emping Melinjo di daerah Desa Alaswangi Kecamatan Menes bahwa pelatihan dan pembinaan pada tahun 2015 tidak akan dilaksanakan lagi. Hal ini diperkuat
11
dengan tidak adanya lagi pengawasan yang dilakukan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang baik dalam pengawasan keuangan maupun pengawasan teknis. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan kurang optimal karena dalam pelaksanaan lapangannya masyarakat belum mengembangkan pelatihan yang didapat, hal ini dibuktikan dengan adanya proses pemasaran yang masih dilakukan di daerah itu sendiri. Pengembangan ekonomi kreatif Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan dengan cara menampilkan dalam pameran yang rutin dilaksanakan setiap tahun hanya dua merek emping melinjo yang di tampilkan dalam pameran. Emping melinjo yang ditampilkan hanya emping melinjo yang berasal dari Desa Alaswangi Kecamatan Menes dan dari Kecamatan Carita. Hal ini berdasarkan hasil wawancara awal dengan Sekertaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang. Tidak semua jenis emping yang dihasilkan oleh masyarakat ditampilkan dalam pameran. Pameran merupakan salah satu cara untuk mengembangan, memperkenalkan, dan mempromosikan hasil masyarakat daerah sendiri. Pameran yang diselenggarakan pemerintahan Kabupaten Pandeglang setiap setahun sekali hanya menampilkan satu jenis emping hasil buatan salah satu masyarakat pengrajin emping melinjo di Kecamatan Menes sedangkan untuk jenis emping melinjo hasil masyarakat yang lain tidak diminta untuk ditampilkan. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal dengan salah satu masyarakat pengrajin emping yang terdapat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
12
Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan setiap tahun oleh Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, dan Dinas Ketahanan dan Pangan hanya melibatkan beberapa pembuat emping saja sedangkan yang lainnya tidak. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pembuat emping melinjo di Kecamatan Menes. Proses pemasaran yang dilakukan oleh para pengrajin emping melinjo hanya diedarkan di daerah itu sendiri. Proses pemasaran yang dilakukan belum diedarkan keluar daerah-daerah. Tidak ada kemajuan dari sebelum mendapatkan pelatihan sampai dengan setelah mendapatkan pelatihan proses pemasaran hanya dilakukan di tempat mereka sendiri. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal dengan salah satu masyarakat pengrajin emping melinjo di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Kurangnya pengawasan terhadap keuangan yang telah diberikan kepada pengrajin emping sebagai bantuan modal. Pengrajin emping melinjo yang diberikan bantuan modal tidak diberikan tanggung jawab untuk melaporkan bagaimana kondisi modal yang dimiliki setelah mendapatkan bantuan modal. Modal yang diberikan berupa uang sebesar Rp.5.000.000 dan bantuan pembuatan bangunan dan mesin-mesin yang dibutuhkan oleh pengrajin emping dalam menunjang kemajuan usaha. Tetapi tidak pernah dilaksakan pengawasan atau pengontrolan terhadap bantuan yang diberikan pemerintah. Hal ini berdasarkan hasil observasi awal yang saya lakukan ke Desa Alaswangi tempat pembuatan emping milik Ibu Miyah.
13
Selain itu, tidak ada pula pengawasan terhadap proses pengembangan pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin emping melinjo oleh pemerintah setelah mendapatkan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk masyarakat pengrajin emping melinjo. Hal ini berdasrakan hasil observasi awal kepada salah satu masyarakat pengrajin emping di Kecamatan Menes. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di atas, kondisi lapangan koordinasi pemberdayaan sudah ada tetapi terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan bagi pengrajin emping oleh setiap dinas terkait tidak di dasarkan kerjasama sehingga tidak jelas apa saja tugas masing-masing dinas dalam pelatihan yang dilaksanakan. Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang pengembangan ekonomi kreatif terdapat 6 sasaran pengembangan ekonomi kreatif berdasarkan hasil observasi awal peneliti, sasaran poin 1 yaitu insan kreatif dengan pola pikir dan moodset kreatif dibutuhkan untuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes. Hal tersebut karena dalam pengolahan emping melinjo di Kecamatan Menes masih banyak masyarakat yang menggunakan teknik tradisional contohnya dalam rasa emping yang hanya rasa original. Hal tersebut mencirikan belum terciptanya insan yang kreatif dengan pola pikir dan moodset kreatif. Alasan saya sebagai peneliti memilih jenis ekonomi kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes karena berdasarkan masalah-masalah yang saya temukan selama observasi awal, Kecamatan Menes yang merupakan daerah
14
agropolitan tetapi masyarakat masih lemah dalam memanfaatkannya untuk pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Pertanian melinjo di Kecamatan Menes sangat baik karena jenis tanah yang dimiliki oleh Menes sangat baik untuk pertanian melinjo. Selain itu, Menes dikenal sebagai daerah yang pertama kali memproduksi emping melinjo di Kabupaten Pandeglang dan terkenal sebagai daerah penghasil emping melinjo dengan kualitas sangat baik. Emping melinjo merupakan potensi yang sangat bagus untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes karena emping melinjo mempunyai daya tarik untuk wisatawan yang datang ke daerah-daerah wisata yang terdapat di Kabupaten Pandeglang ketika berkunjung. Maka saya sebagai peneliti mengambil judul penelitian dengan judul "Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes". 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi dalam penelitian saya adalah sebagai berikut: 1. Tidak adanya koordinasi antar dinas-dinas terkait yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang dalam proses pengembangan ekonomi kreatif. 2. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan kurang optimal dan sangat terbatas. Dari pelatihan dan pembinaan di lapangan dalam proses
15
pemasaran hanya di daerah itu sendiri yaitu hanya di Kecamatan Menes itu sendiri. Kemudian terbatasnya jumlah pengrajin emping melinjo
mendapatkan
pelatihan
dan
pembinaan
untuk
mengembangkan usahanya yang merupakan ekonomi kreatif. 3. Tidak adanya pengawasan dalam proses pemasaran setelah diselenggarakan pelatihan. 4. Tidak adanya pengawasan terhadap kondisi keuangan yang merupakan bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping. 5. Terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan. 1.3 Batasan Masalah Batasan Masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas adalah Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin Emping di Kecamatan Menes dengan jenis ekonomi kreatif tanaman melinjo dalam bentuk emping melinjo. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes? 2. Bagaimana bentuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes?
16
3. Bagaimana manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komuntas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dapat dirasakan oleh semua pihak, terutama
bagi
pihak yang mempunyai
kepentingan langsung terhadap
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1.6.1
Manfaat teoritis 1. Pendalaman pemahaman tentang Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes. 2. Sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang bidang studi ilmu sosial dan ilmu politik.
1.6.2
Manfaat Praktis 1. Bagi mahasiswa dapat menggunakan sebagai observasi awal mencari data dan lokasi untuk mempersiapkan Mata Kuliah Skripsi sehingga akan mempercepat kelulusan mahasiswa.
17
2. Bagi pihak lain diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang pemerintahan daerah serta sebagai sumber atau referensi terkait organisasi pemerintahan.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya relevan dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan intuisi logik. Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas, faktual dan logik.
1.2
Identifikasi Masalah Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara ke
18
berbagai
sumber
sehingga
semua
permasalahan
dapat
diidentifikasi. 1.3
Batasan Masalah Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan judul penelitian. Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan masalah ini adalah kalimat pernyataan.
1.4
Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.
1.5
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah.
1.6
Manfaat Penelitian Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis maupun teoritis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA,
KERANGKA
PEMIKIRAN
HIPOTESIS/ASUMSI DASAR PENELITIAN.
DAN
19
2.1
Tinjauan Pustaka Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Jurnal Penelitian.
2.3
Kerangka Berfikir Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca.
2.4
Asumsi Dasar Penelitian Menyajikan prediksi penelitian yang akan dihasilkan sebagai hipotesa kerja yang mendasari penulisan sebagai landasan awal penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu: survei (deskriptif analistis, eksplanatori, eksperimental, atau teknik kuantitatif dan kualitatif lainnya).
20
2.1.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian Sub bab ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. 2.1.3
Lokasi Penelitian Tempat atau lokus yang dijadikan penelitian.
2.1.4
Instrumen Penelitian Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri.
2.1.5
Penentuan Informan Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling.
2.1.6
Teknik Pengumpulan Data Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui pengamatan, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan visual.
21
2.1.7
Keabsahan Data Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap fenomenafenomena yang ada.
3.8
Jadwal Penelitian Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1
Deskripsi Objek Penelitian Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
4.2
Hasil Penelitian Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.
4.3
Pembahasan Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
22
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.
5.2
Saran Berisi rekomendasi dari peneliti terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang mutakhir. LAMPIRAN-LAMPIRAN Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang penyusunan skripsi, seperti lampiran table-tabel, lampiran grafik, instrumen penelitian, riwayat hidup peneliti, dll.
23
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan Teori sangat penting dalam sebuah penelitian terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan landasan teori yang mendukungnya. Dalam skripsi landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bangunan akan terlihat kokoh bila fondasinya kuat, begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa landasan teori penelitian dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar. Peneliti juga tidak bisa membuat pengukuran atau tidak memiliki standar alat ukur jika tidak ada landasan teori. Adapun landasan teori yang peneliti gunakan dalam peneltitian ini adalah sebagai berikut: 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Pengertian manajemen menurut beberapa para ahli diantaranya adlah sebagai berikut:
24
Menurut Drs. H. Malayu Hasibuan (2001: 2) ,“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur peoses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2001: 2) "Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organizing in order to coordinate the varied resoyrces of the entrprise so as to bring an efficient ceration of some product or service”. Artinya: “Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitasaktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien”. Menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2001: 2) , “Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources”. Artinya: “Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”. Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2001: 3) , “Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, stafs, direct, and control the activities other people”. Artinya: “Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi
25
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan penegndalian”. Menurut James A.F. Stoner dalam Handoko (1984: 8) “Manajemen adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Dari beberapan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses dalam mengatur untuk mencapai suatu tujuan dengan tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. 2.1.1.2
Asas-Asas Manajemen
Asas-asas umum manajemen menurut para ahli adalah sebagai berikut: A.
Henry Fayol dalam Hasibuan (2001: 10) , asas-asas menejemen adalah meliputi sebagai berikut:
a) Division of Work (Asas Pembagian Kerja) Asas ini sangat penting, karena adanya limit factors, artinya ada keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan, yaitu: 1. Keterbatasan waktu 2. Keterbatasan pengetahuan 3. Keterbatasan kemampuan 4. Keterbatasan perhatian Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat
26
diperlukan, baik pada bidang teknis maupun pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap organisasi tanpa pembagian kerja berarti tidak organisasi dan kerja sama di antara anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan. b) Authority and Responsibility (Asas Wewenang dan Tanggung Tawab) Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan. Wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab. Misalnya, wewenang sebesar X maka tanggung jawab pun sebesar X. Wewenang menimbulkan hak, sedangkan tanggung jawab menimbulkan kewajiban. Hak dan kewajiban menyebabkan adanya imteraksi atau komunikasi antara atasan dengan bawahan. c) Discipline (Asas Disiplin) Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta dilaksanakan sepenuhnya. d) Unity of Command (Asas Kesatuan Perintah) Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan pula. Tetapi sorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seorang bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung. e) Unity of Direction (Asas Kesatuan Jurusan atau Arah) Setiap orang bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu tujuan, satu perintah, dan satu alasan, supaya terwujud kesatuan arah, kesatuan gerak, dan kestuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity of Command berhubungan dengan karyawan, sedangkan Unity of Direction bersangkutan dengan sluruh perusahaan. f)
Subordination of Individual Interest Into General Interest (Asas Kepentingan Umum di atas Kepentingan Pribadi)
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentiangan bersama (organisasi) di atas kepentingan pribadi.
27
Misalnya pekerjaan kantor sehari-hari harus diutamakan dari pada pekerjaan sendiri. g) Renumeration of Personnel (Asas Pembagian Gaji yang wajar) Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil, wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan keputusan yang maksimal baik bagi karyawan maupun atasan. h) Centralization (Asas Pemutusan Wewenang) Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang, artinya wewenang itu dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan. Centralization bersifat relatif. i)
Scalar of Chain (Asas Pemusatan Wewenang)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke jabatan terendah dengan cara yang berurutan. j)
Order (Asas Keteraturan)
Asas ini dibagi atas material order dan sosial order, artinya keteraturan dan ketertiban dalam penempatan barang-barang dan karyawan. Material order artinya barang-barang atau alat-alat organisasi perusahaan harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya, jangan disimpan di rumah. Sosial order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau bidang spesialisasinya. k) Equity (Asas Keadilan) Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi perintahperintah atasan dan gairah kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan perintah-perintah atasan. l)
Initiative (Asas Inisiatif)
Menurut asas ini, seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif,
28
dengan memberikan kebebasan agar bawahan secara memikirkan dan menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
aktif
m) Esprit de Corps (Asas Kesatuan) Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujud kekompakan kerja dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik. Pimpinan perusahaan harus membina para bawahannya sedemikian rupa, supaya karyawan merasa ikut memiliki perusahaan itu. n) Stability of Turn-Over of Personnel (Asas Kestabilan Jabatan Karyawan) Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan ketidak stabilan organisasi, biaya-biaya semakin besar, dan perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman. Pimpinan perusahaan harus berusaha agar setiap karyawan betah bekerja sampai masa pensiunnya. B. F.W. Taylor dalam Hasibuan (2001: 14) , mengemukakan asasasam umum manajemen adalah sebagai berikut: a) Pengembangan metode-metode kerja yang terbaik. b) Pemilihan serta pengembangan para pekerja. c) Usaha untuk menghubungkandan mempersatukan metode kerja yang terbaik dengan para pekerja yang terpilih dan terlatih. d) Kerja sama yang harmonis antara manajer dan nonmanajer, meliputi pembagian kerja dan tanggung jawab manajer untuk merencanakan pekerjaan. C. Harrington Emerson dalam Hasibuan (2001: 14) mengemukakan asas umum manajemen sebagai berikut: a) Memberi batasan tujuan dengan tegas . b) Pikiran yang sehat. c) Nasihat (komsultasi) yang konsekuen. d) Tata tertib. e) Penjelasan yang jujur. f)
Laporan yang dapat dipercaya, segera, dan memadai.
,
29
g) Pengiriman (penyaluran). h) Standarisasi dan penjadwalan. i)
Keadaan yang distandarkan.
j)
Standardisasi operasi.
k) Pengubahan instruksi praktis yang standar. l)
Penghargaan keefektifan.
Dari asas-asas umum manajemen yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan asas-asas manajemen, dapat mengurangi
dan
menghindari
kesalahan-kesalahan
dasar
dalam
menjalankan pekerjaannya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Asas adalah kebenaran umum yang memberikan dasar pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan problem, pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi, kebutuhan, dan keadaankeadaan khusus, dan tidak semua asas itu harus dilakukan. 2.1.1.3
Unsur-unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen menurut Hasibuan (2001: 20) sebagai berikut:
adalah
1. Men, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana. 2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Methods, yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. 4. Materials, yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Machines, yaitu mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan untuk mencapai tujuan. 6. Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang dihasilkan.
30
2.1.1.4
Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen menurut Hasibuan (2001: 38) menurut para ahli adalah sebagai berikut: No.
G.R. Terry
John F. Mee
1. 2. 3. 4. No.
Planning Organizing Actuating Controlling Henry Fayol
1. 2. 3. 4. 5. No.
Planning Organizing Commanding Coordinating Controlling W. H. Newman Planning Organizing Assembling Resources Directing Controlling -
Planning Organizing Motivating Controlling Harold Koontz & cyril O’Donnel Planning Organizing Staffing Directing Controlling Luther Gullick
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Planning Organizing Staffing Directing Coordinating Reporting Budgeting
Louis A. Allen Leading Planning Organizing Controlling Dr. S. P. Siagian Planning Organizing Motivating Controlling Evaluating Lyndall F. Urwick Forecasting Planning Organizing Commanding Coordinating Controlling -
MC Namara Planning Programming Budgeting System Prof. Drs. Oey Liang Lee Perencanaan Pengorganisasian Pengarahan Pengkoordinasian Pengontrolan John D. Millet Directing Facilitating -
Keterangan: 1. Planning (Perencanaan) adalah menurut Harold Koontz and Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2001: 40) “Planning is the function of amanager which involves the selection from alternatives of objectives, policies, procedures, and programs. Artinya perencanaan adalah fungsi seorang manager yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada”. Sedangkan menurut Hasibuan (2001:40) “Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada”.
31
2. Organizing (Pengorganisasian) adalah menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2001: 40) “Organizing is the establishing of effective behavioral relationships among persons so that they may work together efficiently and again personal satisfactions for the purpose of achieving some goal or objective. Artinya pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orangorang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugastugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”. 3. Actuating (Pengarahan) adalah menurut Hasibuan (2001: 41) “Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut G.R. Terry dalam Hasibuan (2001: 41) “Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts. Argtinya pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian”. 4. Controlling (Pengendalian) adalah menurut Harold Koontz dalam Hasibuan (2001: 41) “Control is the measurement and correction of the performance of subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished. Artinya pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara”. 5. Staffing adalah menurut G.R. Terry and Leslie W. Rue “Staffing adalah menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Sedangkan menurut T.Hani Handoko (1984: 24) "Staffing (penyusunan personalia) adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif." 6. Motivating adalah menurut G.R. Terry and Leslie W. Rue “Motivating adalah mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuantujuan. John F. Mee dalam Handayaningrat (1994:26) mengemukakan dalam bukunya Management Thought in a Dynamic Economy menyebut fungi manajemen yang biasa dikenal dengan akronomi (POMCO) yang terdiri atas:
32
1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan di masa yang akan datang dengan menentukan kegiatan-kegiatannya. 2. Pengorganisasian (Organizing) adala seluruh proses pengelompokan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang tepatdigerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan. 3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah sesluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada para karywan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna. 4. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaab dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 2.1.2 Ekonomi Kreatif 2.1.2.1 Pengertian Howkins (2001) dalam bukunya The Creative Economy menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Menurut definisi Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Gagasan atau ide menurut ahli ekonomi Paul Romer (1993), ide adalah barang ekonomi yang sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model ekonomi. Ide adalah instruksi yang membuat
33
kita mengkombinasikan sumber daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai.
Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreatifitas dengan mengandalkan ide dan keluasan pengetahuan dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi akan didukung oleh jalannya industri kreatif. Sedangkan menurut Kementrian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.
Ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di
pasar global dengan hanya
mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Menurut Departemen Perdagangan (2007) ada beberapa arah dari pengembangan industri kreatif
34
ini, seperti pengembangan yang lebih menitikberatkan pada industri berbasis:
1) lapangan usaha kreatif dan budaya (creative cultural industry) 2) 4 lapangan usaha kreatif (creative industry) 3) Hak Kekayaan Intelektual seperti hak cipta (copyright industry). Berikut telah dikemukakan oleh UNCTAD dalam Creative Economy Report, (2008:3). “Creativity in this context refers to the formulation of new ideas and to the application of these ideas to produce original works of art and cultural products, functional creation, observable in the way it contributes to entreupreneurship, fosters innovation, enchaces productivity and promotes economic growth”. Dalam Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14 mendefinisikan ekonomi kreatif “Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan keterampilan, kreativitas, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya”. Adapun yang dimaksud dengan ekonomi kreatif menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden No.6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah “...kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia”.
35
2.1.2.2
Jenis-Jenis Ekonomi Kreatif
Kreatif seringkali identik dengan seni, makanya wajar saja kebanyakan dari Industri kreatif berhubungan dengan kesenian. Saat ini pemerintah telah membagi ekonomi kreatif menjadi 14 sub bagian yang diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Periklanan (advertising): Produk yang dihasilkan berupa bentuk audio ataupun visual. Jasa iklan ini bisa digunakan untuk kepentingan ekonomi ataupun nirlaba. Perusahaan membutuh brosur sampai baliho untuk promosi. Sedangkan untuk keperluan pribadi, misalnya dalam acara pernikahan kita membutuhkan cetakan undangan. Para caleg juga butuh ini supaya dipilih rakyat. Tak hanya itu, bentuk iklan di Media seperti di televisi dan radio juga membutuhkan jasa ini. Arsitektur: kegiatan yang pada dasarnya membutuhkan jiwa seni dalam menggambar. Selain itu juga dibutuhkan pendidikan suapaya lebih elegan dipandang. Seorang arsitek hanya bertanggung jawab dalam membuat desain, tanpa harus tahu teknisnya. Desain ini bisa berupa rumah, gedung, taman, ataupun tata kota. Arsitek saat ini dibayar sangat tinggi mengingat pembangunan yang lagi marak-maraknya dilakukan. Pasar Barang Seni: Meski agak mirip dengan seni rupa, namun kegiatan ini bisa tak hanya berupa barang seni rupa, namun juga bisa barangbarang seni lainnya seperti instrumen musik dan barang seni bersejarah. Museum adalah tempat kita bisa menemukan tapi tak bisa dibeli. Pasar barang seni menciptakan peluang untuk berdagang barang-barang ini, karena pecinta seni biasanya akan rela membeli walaupun dengan harga tinggi. Kerajinan (craft): Indonesia merupakan negara dengan kerajinan yang beraneka ragam karena banyaknya sumber daya alam yang bisa dijadikan bahan. Bisa dari kayu, rotan, ijuk, ataupun batu. Pekerjaan ini sangat membutuhkan jiwa artistik yang tinggi untuk menghasilkan kerajinan yang indah sekaligus bermanfaat. Saat ini kerajinan Indonesia sangat diminati orang luar sehingga banyak sekali diekspor, namun sangat kurang sekali sumber daya yang bergerak di bidang ini. Desain: Kegiatan ini sangat membutuhkan skill dalam bidang grafis dan komputer. Tak hanya itu ide visual sangat dibutuhkan juga untuk membentuk tampilan menarik dari suatu produk termasuk juga kemasan. Fesyen (fashion):Bidang ini menyangkut segala hal yang kita pakai dari ujung kepala sampai ujung kaki, baik yang bersifat pokok ataupun aksesoris. Dari kepala bisa berbagai jenis penutup kepala, jilbab,anting,
36
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
selendang, kacamata dan lain-lain. Untuk bisa bersaing di bidang ini membutuhkan kreatifitas dalam membuat desain yang disukai masyarakat. Contohnya, dalam bidang clothing, selain bahan yang bagus, pembeli juga mempertimbangkan bentuk visualnya. Video, Film dan Fotografi: Kegiatan ini tentu saja sudah sangat dikenal masyarakat. Prosesnya bisa melibatkan banyak orang mulai dari kru, aktor, penulis naskah, make up. Nilai jualnyapun bisa membuat seseorang bergelimang harta dan memiliki popularitas tinggi. Film bisa diputar di bioskop, televisi, hasil foto bisa terlihat di majalah-majalah. Permainan Interaktif (game): Proses kreasi yang masih jarang dibuat oleh orang Indonesia, padahal orang Indonesia termasuk yang paling banyak menghabiskan waktu main game. Ini suatu peluang besar untuk memanfaatkan pasar daripada kita terus dijajah memainkan game buatan luar. Musik: Harus diakui semua orang suka musik. Apabila anda punya daya seni mencipta lagu, coba tekunilah siapa tahu lagu anda disuka orang. Sekarang tak perlu repot lagi ke perusahaan rekaman, cukup sewa studio saja untuk rekaman, lalu sebarkan lagu anda dan cari juga job manggung. Seni Pertunjukan (showbiz): Saat ini banyak event-event yang digelar. Kesempatan bagi anda dalam mengisi acara tersebut, baik itu pertunjukan musik, tari, teater, drama, ataupun video visual. Dari event tersebut bisa didapatkan honor. Kalau tidak ada event anda juga bisa buat event sendiri dengan pertunjukan anda sendiri dengan sistem bayar tiket masuk. Penerbitan dan Percetakan: Kegiatan ini bisa dalam hal yang bersifat jangka panjang ataupun pendek. Untuk yang jangka panjang, kegiatan ini seperti penulisan dan penerbitan buku. Sedangkan yang jangka pendek adalah media cetak berupa koran atau majalah. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): Pada umumnya saat ini semua orang menggunakan komputer. peluang bisa diambil dari rutinitas ini apakah itu service ataupun pembuatan software untuk kepentingan tertentu. Tentunya usaha ini membutuhkan skill di atas rata-rata para pengguna komputer. Televisi & Radio (broadcasting): Kegiatan ekonomi disini adalah suatu kegiatan merancang dan menampilkan suatu program acara. kalau dalam perusahaan pertelevisian biasanya yang di bidang ini disebut Tim Kreatif. Mereka harus membuat program dengan rating tinggi. Riset dan Pengembangan (R&D): Bidang ini bisa dikatakan bidangnya para pemikir. Disini anda dituntut untuk menemukan sesuatu yang baru kemudian diaplikasikan untuk menjadi produk. hasil dari riset dan pengembangan anda akan dihargai oleh pihak yang tertarik.
37
2.1.2.3
Perkembangan Ekonomi kreatif di Indonesia
Seperti tertuang pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif Departemen Perdagangan pada 2004-2009 bahwa pengembangan ekonomi kreatif tahap pertama di Indonesia (periode 2004-2009), sebenarnya diharapkan menghasilkan kreativitas modal sosial (social capital creation), yang meliputi empat unsur, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Pembentukan komunitas kreatif (creative community formation) Kesadaran berkreasi (awareness creation) Perluasan jejaring (networking expansion) Kolaborasi orang kreatif (creative people collaboration)
2.1.3 Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Pengertian pemberdayaan dalam bidang pembangunan sosial, banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh, ahli-ahli maupun teoritisi. Pada dasarnya secara umum pengertian pemberdayaan memiliki fokus yang sama yaitu mengupayakan adanya proses dalam memberikan daya kepada kelompok lemah dengan tujuan untuk mensejahterakannya sehingga dapat mandiri dalam menjalankan kehidupannya. Pemberdayaan menurut Edi suharto (2009:59-60), dalam buku Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, adalah: “Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
38
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk kepada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, bepartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya”. Sedangkan Suhendra (2006:75) mengemukakan bahwa: “Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui pemberdayaan masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya”. Owin Jamasy (2004:38) dalam buku Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan mengemukakan bahwa: “Kerangka pikir dalam pemberdayaan setidaknya mengandung tiga tujuan penting yakni: pertama, Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang misalnya mengadakan pelatihan-pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat atau kelompok yang akan diberdayakan, misalnya melalui peningkatan taraf pendidikan (membekali masyarakat ke arah berfikir rasional dan prestatif), peningkatan derajat kesehatan, serta peningkatan akses sumber kemajuan. Ketiga, berupaya mecegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, menciptakan keadilan dan kebersamaan antara yang sudah maju dan yang belum berkembang”.
Pemberdayaan menekankan pada tiga ketentuan tersebut jelas akan menjadi strategi unggulan dan akan berdampak positif terhadap menurunnya angka kemiskinan. Namun perlu diketahui terlebih dahulu potensi atau kekuatan yang dapat membantu proses perubahan agar dapat
39
lebih cepat dan terarah, sebab tanpa adanya potensi atau kekuatan yang berasal dari masyarakat itu sendiri maka seseorang, kelompo, organisasi atau masyarakat akan sulit bergerak melakukan perubahan. Kekuatan pendorong ini didalam masyarakat harus ada atau bahkan diciptakan lebih dulu pada awal proses perubahan tersebut berlangsung. Dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, dalam mencapai tujuan pemberdayaan, berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi, diantara strategi tersebut adalah pendidikan penyuluhan. Pendidikan penyuluhan berusaha untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat serta menanamkan jiwa kemandirian. Oleh karenanya
konsep
penyuluhan
tidak
berbeda
jauh
dari
konsep
pemberdayaan. Menurut Suriatna (1987:44) Peran pendidikan penyuluhan sangat penting sebagai bagian dari intevensi pihak luar komunitas kedalam komunitas tertentu. “Penyuluhan merupakan suatu proses perubahan prilaku. Peran pendidikan penyuluhan sangat penting untuk membantu masyarakat di pedesaan yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal, sehingga sebagai permasalahan usaha misalnya usaha tani di pedesaan yang tidak mampu dihadapi oleh masyarakt desa dapat dibantu pemecahannya dengan baik”.
Pendidikan penyuluhan dalam kerangka pemberdayaan masyarakat berimplikasi sanagt luas terhadap kondisi masyarakat sasaran, tidak terbatas pada aspek pengetahuan semata, namun juga menjurus pada
40
adanya perubahan yang sifatnya menyeluruh, meliputi perubahan sikap mental yang mengarah pada tindakan atau perilaku yang menunjukan produktivitas yang tinggi. Pendidikan dalam penyuluhan mengarahkan agar individu atau kelompok masyarakat sasaran dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan produktif, terutama yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang dijalankan. Dengan demikian implikasinya adalah
program
pendidikan
penyuluhan
harus
terus
menerus
berkesinambungan. Pemberdayaan masyarakat haruslah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang diberdayakan. Menurut
Suharto
(2010:58)
Pemberdayaan
menunjuk
pada
kemampuan orang, khusunya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: 1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom) dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. 2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan. 3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusankeptusan yang mempengaruhi mereka.
Suhendra (2006:88-96) dalam bukunya Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat membahas mengenai banyak pemikir dan ahliahli
terutama
dari
disiplin
sosial
yang
menyampaikan
prisip
pemberdayaan. Suhendra mengacu pada 22 prinsip pemberdayaan yang dikutip dari Jim Ife, yaitu:
41
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Integrated Development Masalah sosial adalah manusia dan lingkungan dalam arti luas. Oleh karenannya pengembangan masyarakat mencakup berbagai aspek yaitu social, politik, ekonomi, budaya dan lingkungan, spiritual, semua hal ini mencerminkan aspek-aspek kehidupan masyarakat. Confronting Structural Disadvantage Struktur yang bertentangan akan melemahkan pengembangan masyarakat. Perbedaan-perbedaan kelas sosial, ras, suku, gender yang mengarah hambatan struktural hendaknya dapat dimasimalkan. Jika hal ini tidak dapat dihindari maka akan merupakan maslaah bagi pekerja masyarakat. Bahkan konflikkonflik sosial yang berkala relatif besar akan membawa kemunduran bukan kemajuan. Human Rights Dalam pengertian positif bahwa pengembangan masyarakat dapat menggunakan prinsip-prinsip HAM (Hak Asasi Manusia). Dengan hak asasi manusia, maka secara asasi hal-hal perorangan dilindungi, apalagi kelompok minoritas sekalipun. Dalam prinsip hak asasi manusia tidak dikenal penonjolan kelompok minpritas maupun mayoritas. Sustainability Dengan prinsip kesinambungan penggunaan sumber-sumber harus sehati-hati mungkin. Pengembangan masyarakat ditunjukan untuk mengurangi ketergantungan kepada sumbersumber yang dapat diperbaharui agar keseimbangan ekologi dapat terus dipelihara. Empowerment Penguasa atau pemberdayaan dilakukan dengan cara memberi sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat untuk menentukan hari depannya sendiri. The Personal and Political Kepentingan individu secara aspiratif harus dapat sejalan dan mengkait dengan masalah umum dan politik. Masalah politik hendaknya menjadi bagian dari masalah individu dan sebaliknya. Awal dari kebijakan pemerintah adalah kemauan politik, oleh karenanya pemberdayaan masyarakat pendidikan politik masyarakat adalah penting sehingga terbentuk political minded maka masyarakat ikut berpartisipasi sejak tahap awal proses pembangunan. Community Ownership Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan masyarakat mengkait dengan kepemilikan material maupun non material seperti struktur dan proses. Kepemilikan material agar masyarakat bertanggung jawab memanfaatkannya secara efektif dan efisien, sedangkan kepemilikan non material agar masyarakt
42
8.
9.
10.
11.
12.
13.
dapat mengawasi pelaksanaan pelayanan, ikut membuat keputusan-keputusan aktivitas-aktivitas setempat. Self Reliance Bahwa dengan menambahkan percaya diri dalam pengembangan masyarakat, diupayakan penggunaan sumbersumber setempat: keuangan, teknik, sumber alam maupun sumber daya manusia. Independence from The State Prinsip ini menekankan pada kemampuan otonomi dan kepercayaan diri pada masyarakat dan meminimalkan bantuan dana dari pemerintah. Dana dari pemerintah jika diperlukan merupakan alternatif terakhir dan hal itu akan memberikan keleluasaan dalam masyarakat. Immediate Goals and Ultimate Visions Prinsip ke- 10 menyatakan bahwa selalu ada hubungan dan saling ketergantungan antara tujuan segera dan tujuan visioner. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang ini merupakan hal penting dan esensial yang sejalan, bukan pertentangan. Organic Development Suatu cara untuk memudahkan penghayatan pada prisip ini adalah membedakan antara konsep organis dan mekanis seperti membedakan antara tanaman dan mesin, antara masyarakat dan lingkungan. Pengembangan masyarakat adalah suatu yang kompleks dan dinamis, oleh karena memerlukan seni disamping ilmu semata. Dalam pemberdayaan masyarakat intinya akan tertuju kepada masyarakat walaupun demikian tidak boleh mengabaikan unsur-unsur lain yang pasti ikut mempengaruhi. The Pace of Development Prinsip ini menekankan agar langkah-langkah pengembangan masyarakat, dinamika percepatan serta irama pengembangan disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di dalam masyarakat, agar masyarakat ikut memiliki dan bertanggung jawab. Pengembangan masyarakat merupakan proses belajar bagi masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat sepenuhnya harus diperankan sebagai subyek disamping sebagai obyek. Hal ini sangat diperlukan agar masyarakat tidak merasa asing di tengah-tengah masyarakatnya. External Expertise Keahlian dari luar yang mendesign dan membantu pengembangan masyarakat disertai sumber-sumber akan memberikan dampak yang kurang baik bagi pengembangan masyarakat setempat. Hal ini tidak berarti bahwa keberhasilan pengembangan masyarakat di tempat lain tidak perlu diperhatikan. Ahli pengembangan dari luar dapat saja dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan karakteristik setempat dan menyesuaikan.
43
14. Community Building Bahwa semua pengembangan masyarakat adalah bertujuan untuk membangun masyarakat. Satu hal penting dalam membangun masyarakat adalah terciptanya interaksi sosial, kerja sama antar mereka, saling terbuka melalui komunikasi sosial. 15. Proses and Outcome Kadang kala ada keinginan yang merupakan bias pembangunan untuk mencapai hasil yang sesegera mungkin melupakan proses yang melibatkan semua komponen masyarakat. Kegiatan seperti kit and run hanya sekali pukul mendapatkan hasil. Kelanjutan keberhasilan berikutnya sangat diragukan. Dengan hanya menekankan pada hasil maka kita melupakan pemberdayaan masyarakat, kita tidak memposisikan masyarakat sebagai subyek akan tetapi sebagai obyek pembangunan, 16. The Integruty of Process Pengembangan masyarakat melalui suatu proses pertemuanpertemuan, masyarakat didorong untuk menyampaikan dan mengambil keputusan. Adalah sesuatu yang baik apabila proses yang ternyata berhasil dalam pengembangan masyarakat dalam mempertahankan dan dipelihara. Melalui pertemuan-pertemuan dapat diidentifikasi kebutuhan masyarakat, cara mencapai tujuan yang diinginkan hingga didapaykan suatu konsensus. 17. Non Violence Prinsip ini untuk menjamin bahwa didalam proses pengembangan masyarakat tidak terjadi kekerasan fisik diantara anggota masyarakat. 18. Inclusiveness Pengembangan masyarakat harus menyertakan seluruh anggota masyarakat. Kadang-kadang pertentangan tidak dapat dihindari, akan tetapi upaya-upaya saling menghormati, saling menghargai yang merupakan nilai yang dimiliki masyarakat kiranya masih dapat dipertahankan. 19. Konsensus Pengembangan masyarakat yang baik adalah apabila keputusan yang diambil untuk rencana-rencana kegiatan melalui suatu kesepakatan bersama “konsensus”. 20. Co-operation Prinsip kerjasama adalah sangat baik, dan kalau diperlukan untuk melakukan kerjasama dengan masyarakat lain guna peningkatan ekonomi dan pemberian manfaat lainnya dalam jangka waktu yang lama. Bahkan kerjasama perlu diperluas sampai ketingkat nasional. 21. Participation Didalam pengembangan masyarakat harus selalu diupayakan optimalisasi partisipasi. Setiap anggota masyarakat secara aktif
44
ikut dalam proses-proses kegiatan pengembangan. Akan tetapi partisipasi setiap individu berbeda-beda secara fungsi, kapasitas sesuai potensi dan kondisi masing-masing. 22. Definning Need Prinsip pendefinisian kebutuhan adalah sangat penting dalam pengembangan masyarakat. Kebutuhan meliputi dua prinsip penting, yaitu: a. Pengertian kebutuhan masyarakat seutuhnya, konsumen, sumber daya. b. Kebutuhan yang bersifat progresif maupun regresif. Edi Suharto (2009:66-67) dalam bukunya membangun masyarakat, Memberdayakan Masyarakat menjelaskan strategi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui
tiga
Pendekatan
atau
mantra
pemberdayaan
(empowerment setting), yaitu: mikro, mezzo dan makro. 1. Pendekatan Mikro. Pemberdayaan dilakukan secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach) 2. Pendekatan mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok media sebagai intervensi. Pendidikam dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi 3. Pendekatan makro. Pendekatan ini sering disebut dengan Strategi Sistem Besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan soosial, kampanye, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepay untuk bertindak. 2.2 Penelitian Terdahulu
45
Dasar acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat disajikan sebagai data pendukung. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengelola atau memecahkan masalah
yang timbul
dalam
Manajemen
Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Hasil penelitian yang peneliti baca adalah sebagai berikut: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. Suryana, M. Si., Ayu Krishna Yuliawati, S. Sos., MM, Rofi Rofaida, S.P., M.Si., yang berjudul pengembangan model ekonomi kreatif pedesaan melalui value chain strategy untuk kelompok usaha kecil (studi pada industri kerajinan di Jawa Barat). Hasil penelitian ini adalah analisa value chain industri kerajinan di pedesaan, menunjukkan bahwa pelaku dalam berkreasi sebagian besar belum berorientasi pada nilai tambah yang bersifat merujuk pada budaya setempat dan tidak mencari inovasi baik dalam produk maupun proses produksi, distribusi dan pemasaran. Model yang dikembangkan dalam melengkapi penelitian ini diaplikasikan dalam bentuk up-grading value chain yang dilakukan berupa pelatihan peningkatan kapasitas kepada pelaku usaha kecil dan kerajinan ekonomi kreatif . Persamaan penelitian dengan peneliti yaitu menggunakan metode kualitatif serta fokus penelitian yang sama yaitu pengembangan ekonomi kreatif. Tetapi perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih terfokus pada jenis ekonomi kreatif pada bidang kerajinan sedangkan dalam penelitian saya lebih fokus pada bidang makanan. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Guzty Muhammad Hermawan, yang berjudul Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif. Hasil penelitian ini
46
adalah sinergi antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah model pengembangan ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Kita dapat memciptakan outlet produk-produk kreatif di lokasi yang strategis dan dekat dengan lokasi wisata. Untuk menggerakkan industri kreatif dalam perekonomian dan kepariwisataan perlu kerjasama dengan instansi terkait dan bisa berkreatifitas untuk bisa meningkatkan perekonomian di suatu daerah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti adalah fokusnya pada pengembangan ekonomi kreatif. Sedangkan untuk perbedaannya adalah dalam penelitian yang dilakukan pleh Guzty Muhammad Hermawan lebih fokus pada jenis ekonomi kreatif di bidang pariwisata sedangkan dalam penelitian saya adalah di bidang makanan. Selain itu, perbedaannya adalah metode penelitian yang digunakan oleh Guzty Muhammad Hermawan adalah metode penelitian kuantitatif sedangkan metode yang saya gunakan dalam penelitian adalah metode penelitian kualitatif. 2.3 Kerangka Berfikir Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012: 60) kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir dalam penelitian saya adalah saya sebagai peneliti yang mengambil judul Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes karena munculnya masalah yang telah dipaparkan diidentifikasi masalah yang jika dalam pelaksanaannya manajemen yang digunakan dalam pengembangan ekonomi
47
kreatif dengan baik maka akan tercipta penyelenggaraan pengembangan ekonomi kreatif sesuai dengan tujuan adanya pengembangan ekonomi kreatif suatu daerah. Peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F.Mee yang terdiri dari Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling
tersebut
diharapkan dapat memecahkan masalah yang telah dipaparkan di atas. Alasan saya sebagai peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F. Mee karena menurut saya teori beliau dapat menjawab masalahmasalah yang timbul yang telah dipaparkan di atas. Teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F. Mee adalah terdiri dari Planning atau perencanaan bagaimana perencanaan yang dibuat untuk penyelenggaraan pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Organizing atau pengorganisasian dengan siapa saja bekerjasama untuk menyelenggarakan pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Motivating atau pengarahan apa saja yang diberikan kepada masyarakat untuk memotivasi atau mendorong masyarakat untuk pegembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes kabupaten Pandeglang yang sangat berpotensi, dan yang terakhir adalah Controlling atau pengendalian atau pengawasan siapa saja yang mengawasi penyelenggaraan pengembanagan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang.
48
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakatdi Kecamatan Menes Masalah:
1. Tidak adanya koordinasi antar dinasdinas terkait yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang dalam proses pengembangan ekonomi kreatif. 2. Pelatihan dan pembinaan yang diberikan kurang optimal dan sangat terbatas. Dari pelatihan dan pembinaan di lapangan dalam proses pemasaran hanya di daerah itu sendiri yaitu hanya di Kecamatan Menes itu sendiri. Kemudian terbatasnya jumlah pengrajin emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk mengembangkan usahanya yang merupakan ekonomi kreatif. 3. Tidak adanya pengawasan dalam proses pemasaran setelah diselenggarakan pelatihan. 4. Tidak adanya pengawasan terhadap kondisi keuangan yang merupakan bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping. 5. Terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan.
Teori Fungsi Manajemen menurut John F. Mee (2001) adalah sebagai berikut: 1. Planning (Perencanaan) 2. Organizing (Pengorganisasian) 3. Motivating (Pengarahan) 4. Controlling (Pengendalian/Pengawa san) Manajemen yang efektif dapat membantu dalam penyelenggaraan pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
49
2.1.1
Asumsi Dasar
Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa pelaksanaan manajemen pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang belum diselenggarakan secara efektif. Hal ini terlihat adanya masalah-masalah yang timbul yang telah dipaparkan di latar belakang. Selain itu, sosialisasi pemerintah daerah juga belum begitu baik untuk memotivasi pelaku ekonomi kreatif agar usahanya dapat dikembangkan.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Menurut Mukhtar (2013: 9) metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif, untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Beragam cara berpikir yang digunakan dalam penelitian ilmiah, seperti cara berpikir deduktif, induktif hingga cara berpikir reflektif (reflective thinking), sebagai sintesis dari berpikir deduktif dan induktif. Ketiga cara berpikir ini adalah sebagai usaha manusia dalam menemukan kebenaran ilmu atau ilmiah. Beragam cara berpikir ini lahir dari ketidakpuasan manusia dalam mencari jawab tentang kebenaran melalui cara-cara yang tidak ilmiah sebelumnya, sebagai mana kata Bungin (2004), yakni seperti cara kebetulan, pengalaman atau kebiasaan, trial and error atau melalui otoritas seseorang. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 2) pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang
51
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Menurut Sugiyono (2012: 9) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian mengenai manajemen pengembangan ekonomi kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. 3.2 Fokus Penelitian Dalam penelitian menggunakan metode kualitatif, peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya
hanya
berdasarkan variabel
penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
52
Menurut Sugiyono (2012: 207) dalam penelitian kualitatif ada yang disebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Dengan demikian, dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang adalah dengan jenis ekonomi kreatif hasil tanaman melinjo dalam bentuk emping melinjo. 3.3 Lokasi Penelitian Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang yang menjadi lokus penelitian adalah Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. 3.4 Fenomena yang Diamati 3.4.1 Definisi Konsep Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatid untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Konsep manajemen dalam proses pengembangan ekonomi kreatif sangatlah penting. Manajemen pengembangan ekonomi kreatif dilakukan mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan. Dalam pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes diperlukan adanya manajemen
53
yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan dalam pelaksanaannya sehingga ekonomi kreatif yang ada di Kecamatan Menes dapat berkembang untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat. 3.4.2 Definisi Operasional Beberapa hal penting mengenai fenomena uang akan diamati dalam penelitian ini akan peneliti nilai dengan menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F. Mee. Menurut John F. Mee ada 4 point fungsi-fungsi manajemen yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran yang matang untuk dilakukan di masa yang akan datang dengan menentukan kegiatankegiatannya. 2. Pengorganisasian (Organizing) adala seluruh proses pengelompokan orang-orang, peralatan, kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sehingga merupakan organisasi yang tepatdigerakan secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan yang telah ditentukan. 3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah sesluruh proses pemberian motif (dorongan) kepada para karywan untuk bekerja lebih bergairah, sehingga mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya guna. 4. Pengawasan (Controlling) adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
54
pekerja dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 3.5 Instrumen Penelitian Menurut Irawan (2006: 17), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 222) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data atau bahan keterangan ialah fakta yang dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan dalam kerangka persoalan yang digarap. Fakta merupakan kenyataan yang mencakup segala sesuatu yang teramati, tersidik atau terukur, pengalaman dan pendapat yang diakui sebagai suatu kebenaran umum dan bersifat mantab. Teori, hukum dan kaedah termasuk fakta. Sebagaimana persoalan yang menjadi kerangkanya, fakta juga bersifat subyektif, sedangkan kenyataan bersifat netral dan obyektif. Menurut Soekamto (1983: 24) sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan pihak-pihak yang teramati dari hasil wawancara
55
yang dinilai berkaitan langsung dengan beberapa konsep yang ada di data sekunder, sejumlah dalam batas-batas penelitian normatif dan juga terdapat sedikit pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh penulis. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti tanpa perlu mengadakan penelitian sendiri dan secara langsung terhadap faktor-faktor yang menjadi latar belakang penelitiannya. Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang yang menjadi instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri karena peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini. 3.6 Penentuan Informan Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2012: 219) bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Menurut S.Nasution dalam Sugiyono (2012: 220) bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
56
Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, penentuan informannya menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber daya yang sudah diketahui siapa saja yang akan menjadi informan dalam penelitian ini untuk pengambilan data dan informasi. Melihat pada kepentingan data yang dibutuhkan peneliti maka informan dibagi menurut kelompok dan tidak dibatasi pada jumlah tertentu. Ada pun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya adalah: Tabel 3.1 Informan Penelitian No.
Informan Penelitian
Keterangan
1.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
Key Informan
2.
Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang
Key Informan
3.
Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Menes
Key Informan
4.
Pedagang Emping
Key Informan
5.
Masyarakat yang menjadi konsumen emping
Key Informan
6.
Buruh Emping
Key Informan
7.
Petani Melinjo
Key Informan
57
3.7 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa teknik yaitu: 1. Wawancara Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai
tujuan dan didahului
beberapa pertanyaan informal.
Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal. Walaupun semua percakapan mempunyai aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau partisipan lainnya, aturan pada wawancara penelitian lebih ketat. Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh karena itu, hubungan asimetris harus tampak. Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi dan pemikiran pertisipan. Uraian berikut ini akan menggambarkan jenis wawancara, jenis pertanyaan, lama waktu wawancara dan prosedur melakukan wawancara pada penelitian kualitatif. Esterberg dalam Sugiyono (2010: 73) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu: a. Wawancara terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
58
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrument
penelitian
berupa
pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan
yang
sama,
dan
pengumpul
data
mencatatnya. b. Wawancara Semiterstruktur Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat,
dan
ide-idenya.
Dalam
melakukan
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. c. Wawancara tak berstruktur Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
59
Wawancara yang akan digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur yang dimulai dari menyiapkan pertanyaan untuk melakukan wawancara kemudian saat wawancara berlangsung, peneliti boleh mengajukan pertanyaan lain di luar pertanyaan yang telah disusun namun tidak keluar dari konteks penelitian si penelti. Sehingga, hasil yang didapatkan tidak bias dan kaya akan informasi. Pertanyaan dalam penelitian kualitatif sedapat mungkin tidak bersifat mengarahkan tetapi masih berpedoman pada area yang diteliti. Peneliti mengutarakan pertanyaan sejelasnya dan menyesuaikan pada tingkat pemahaman partisipan. Pertanyaan yang ambigu menghasilkan jawaban yang juga ambigu. Adapun prosedur wawancara seperti tahapan berikut ini: a. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang dipilih sebelumnya. b. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi bermanfaat apa yang relevan dalam menjawab pertanyaan peneliti. c. Apakah wawancara individual atau kelompok terfokus, perlu dipersiapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike hharus cukup sensitive merekam pembicaraan terutama bila ruangan
60
tidak memiliki struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus direkam. d. Alat perekam perlu dicek kondisinya, misalnya baterainya. Kaset perekam harus benar-benar kosong dan tepat pada pita hitam bila mulai merekam. Jika perekaman sudah dimulai, yakinkan tombol perekam sudah ditekan dengan benar. e. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat sampai lima halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka dan sediakan ruang yang cukup diantara pertanyaan untuk mencatat respon terhadap komentar partisipan. f. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi partisipan. Dealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan dengan perekam berada diantaranya, sehingga suara-suara keduanya dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti tertawa, menepuk kening dsb. g. Ketika tiba di tempat wawancara, tetapkan inform consent pada calon partisipan. h. Selama wawancara, cocokkan dengan pertanyaan, lengkapi pada waktu tersebut (jika memungkinkan), hargai partisipan
61
dan selalu bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara ketika wawancara sedang berlangsung. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informasi ini meliputi beberapa macam, seperti: 1) Informan kunci (key informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2) Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. 3) Informasi tambahan (secondary informan) yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan dan pedoman wawancara disusun dengan rapi
dan terlebih
62
dahulu dipahami peneliti sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan serat tujuan dari penelitian. b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai. c. Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan. Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dnegan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat. Dalam penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini memiliki pedoman wawancara yang mengacu kepada teori yang digunakan oleh peneliti yaitu teori fungsi-fungsi manajemen menurut John F.Mee yaitu sebagai berikut:
63
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No.
Indikator
Kisi-kisi Pertanyaan
Informan
1.
Planniang (Perencanaan)
Perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif dengan jenis hasil tanam melinjo di Kecamatan Menes.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandgelang dan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang.
2.
Organizing (Pengorganisasian)
Jumlah staff setiap organisasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo di Kecamatan Menes.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandgelang dan Dinas Koperasi,Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang.
3.
Motivating (Pengarahan)
Pengarahan yang diberikan dalam proses pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandgelang, Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang, dan pengrajin pembuat emping melinjo.
4.
Controlling (Pengawasan)
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintahan setelah diselenggarakan pelatihan atau pengarahan kepada pengrajin pembuat emping melinjo.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandgelang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang, pengrajin pembuat emping melinjo, pedagang emping, konsumen, buruh emping, dan petani melinjo di Kecamatan Menes.
64
2. Observasi Dalam penelitian ini, teknik observasi/ pengamatan yang digunakan adalah observasi berperanserta (observastion participant). Menurut Guba & Lincoln dalam Moleong (2011: 175) ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan teknik observasi/ pengamatan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. b. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. c. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatnya ada yang bias. e. Memungkinkan peneliti mampu memmahami situasi-situasi yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks sekaligus. f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
65
Observasi dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. 3. Studi Dokumentasi Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto atau pun dokumen elektronik (rekaman). Namun,
persoalan tidak akan
terpecahkan hanya
dengan
mengumpulkan data perlu memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Semua data harus dapat di dudukkan selaku pengungkap watak, sifat dan/atau perangai obyek penelitia. b. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif satu dengan yang lainnya. c. Semua data harus didudukkan secara korelatif dengan satu atau lebih unsur lingkungan yang patut diduga berpengaruh atas obyek penelitian. Jadi, alas data digunakan mengatur data untuk menyajikan obyek penelitian sebagai suatu sistem, untuk mengemukakan mekanisme dakhil yang
memelihara
eksistensi
obyek
sebagai
sistem
dan
untuk
mengemukakan iteraksi obyek dengan lingkungannya sebagai selanjutnya
66
dapat memberikan kejelasan tentang peran lingkungan dalam perilaku obyek menghadapi pengaruh lingkungan. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles &Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification). Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles & Huberman
Data Collecting Data Display
Data Reduction
Verification
Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saar sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
67
1. Reduksi Data (Data Reduction) Menurut Sugiyono (2012: 247) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan
data
selanjutnya,
dan
mencarinya
bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. 2. Penyajian Data (Data Display) Menurut Sugiyono (2012: 249) dalam sebuah penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. 3. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan (Verification) Menurut Sugiyono (2012: 252) bahwa langkah ketiga dalam tahapan analisis interaktif menurut Miles & Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi/. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-
68
pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah seelama proses penumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 3.8 Pengujian Validitas Data Menurut Sugiyono (2012: 267) validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian, data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Sedangkan reabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif reabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang melakukan penelitian pada objek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan
69
berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck. 1. Triangulasi Triangulasi
dalam
pengujian
kredibillitas
ini
diartikan
sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. a. Triangulasi Sumber Jenis ini untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Selanjutnya, data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
70
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. c. Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan
cara
melakukan pengecekan
dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
71
2. Mengadakan Membercheck Menurut Sugiyono (2010: 129) membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleeh sumber data juga menjaga keaslian data yang dicantumkan dalam penelitian. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck. 3.9 Jadwal Penelitian Penelitian mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, penelitian dan wawancara dilakukan di Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang, dan tempat pengrajin pembuat emping melinjo di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Desember 2015.
72
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
Waktu Penelitian
Revisi Skripsi
Sidang Skripsi
Bimbingan Bab IV s/d Bab V
Revisi Proposal Skripsi
Seminar Proposal
Bimbingan Bab I s/d Bab III
Observasi Awal
Acc Judul Penelitian
Pengajuan Judul
Nama Kegiatan
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
August
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
2014
2014
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2015
2016
73
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi objek penelitian merupakan penjelasan tentang objek penelitian yang meliputi penjelasan tentang lokasi penelitian yang diteliti dengan memberikan gambaran umum tentang lokasi penelitian, meliputi gambaran umum Kabupaten Pandeglang dan gambaran umum Kecamatan Menes. Hal tersebut dipaparkan di bawah ini: 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa. Secara geografis terletak antara 6º21’-7º10’ Lintang Selatan dan 104º48’- 106º11’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 Km2 (274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km.
Secara administratif dibagi menjadi 322 Desa, 13 Kelurahan dan 35 Kecamatan, dengan batas-batas administrasi:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
74
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589.056 orang dan perempuan sebanyak 560.554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08. Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan ratarata kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan data hasil Sensus Penduduk periode 1961 – 1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971 – 1980 sebesar 2,15 persen, periode 1980 – 1990 sebesar 2,14 persen, periode 1990 – 2000 sebesar 1,64 persen dan 2000 – 2010 sebesar 1,30 persen. Menurunnya angka laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu wujud keberhasilan pembangunan bidang kependudukan yang salah satunya antara lain adalah program Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan pekerjaan utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Secara umum, pekerja di Kabupaten
75
Pandeglang bekerja di sektor informal (83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di atas 15 tahun berjumlah 434.746 jiwa(Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari jumlah pekerja 434.746 jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi yang terbesar yaitu 23,67%, sedangkan pekerja dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%).
Jumlah wisatawan yang berkunjung baik wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata dan Akomodasi yang ada di Kabupaten Pandeglang Tahun 2008-2014. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah 804.776 1.493.201 1.755.795 2.030.660 2.422.421 3.003.802 3.150.900
Ket Naik Naik Naik Naik Naik Naik Naik
Sumber: Bidang Pengembangan Destinasi dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Pandeglang, 2014.
76
Wisata kuliner yang terdapat di Kabupaten Pandeglang meliputi sebagai berikut:
1. Emping dan Keceprek Melinjo 2. Otak-otak 3. Angeun Lada 4. Kue Jojorong 5. Kue Pasung 6. Balok Menes 7. Apem putih 8. Dan wisata-wisata kuliner lainnya.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Menes
Kecamatan Menes merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 25,362 km², dengan jumlah penduduk 37.652 jiwa.
Masyarakat menes merupakan masyarakat yang heterogen, berbagai kultur telah bercampur menjadi satu. Menjadikan keunikan tersendiri. Sebagian besar Penduduk Menes memiliki mata pencaharian sebagai Petani, pegawai negeri sipil struktural dan fungsional yang mencapai ribuan, Pedagang, Peternak dan wiraswasta. Menurut data statistik pandeglang di Pandeglang terdapat ratusan LSM, sebagian besarnya berasal dari Menes. Bahkan DPC Parpol pun terbanyak di Menes.
77
Produk unggulan yang dimiliki Kecamatn Menes adalah sebagai berikut:
Desa di Kecamatan Menes terpecah menjadi beberapa desa, ketika pemekaran kecamatan beberapa desa telah terambil oleh kecamatan lain, seperti kecamatan Pulosari terdiri dari desa Banjarwangi, desa Koranji, desa Karyasari. Kecamatan Cikedal terdiri dari desa Tegal, desa Karyautama, Kecamatan Cisata.
Desa Yang ada di Menes terdiri dari 12 desa yaitu sebagai berikut:
1. Desa Menes 2. Desa Purwaraja 3. Desa Alaswangi 4. Desa Tegalwangi 5. Desa Kananga 6. Desa Cilabanbulan 7. Desa Sindangkarya 8. Desa Cigandeng 9. Desa Sukamanah 10. Desa Kadu Payung 11. Desa Muruy 12. Desa Ramaya
78
Jenis mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Menes adalah pengrajin emping, pembuat tempe, pembuat kue balok, pegawai negeri sipil (PNS), dan jenis-jenis mata pencaharian lainnya.
Produk unggulan Kecamatan Menes (sumber: Wikipedia)
adalah
sebagai berikut:
1. Emping, produk unggulan Kecamatan Menes yang bahan dasarnya adalah melinjo yang digoreng tanpa menggunakan minyak tetapi dengan menggunakan pasir lalu ditubruksampai membentuk lebar setelah itu dijemur. 2. Keceprek, produk unggulan Kecamatan Menes sama seperti emping tetapi bedanya keceprek ditubruk tidak sampai melebar. 3. Balok, produk unggulan Kecamatan Menes yang bahan dasarnya adalah dari singkong yang di kukus lalu ditubruk yang dicampur dengan bahan lainnya. 4. Singkong, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak ditanam di Kecamatan Menes dan merupakan bahan dasar pembuatan balok. 5. Ubi-umbian, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak ditanam di Kecamatan Menes. 6. Ketela, produk unggulan Kecamatan Menes yang banyak ditanam di Kecamatan Menes yang merupakan bahan dasar dari pembuatan tahu dan tempe.
79
4.2 Deskripsi Data Data yang disajikan dibawah ini merupakan data yang sudah melalui proses reduksi. Deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Fungsi Manajemen menurut John F.Mee. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan dokumentasi. Berdasarkan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep Milesdan Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan verifikasi (conclusion drawung/verifying). Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu: a. Kode Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan. b. Kode I1 menunjukkan informan dari Kasi Bina Usaha dan Pembiayaan Pandeglang.
Dinas
Pertanian
dan
Peternakan
Kabupaten
80
c. Kode I2 menunjukkan informan dari Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri
Dinas
Koperasi,
Perdagangan,
dan
Perindustrian
Kabupaten Pandeglang. d. Kode I3 menunjukkan informan dari pengrajin emping di Kecamatan Menes. e. Kode P1 menunjukkan informan dari Buruh Emping. f. Kode P2 menunjukkan informan dari Penjual emping di Kecamatan Menes. Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display). Dalam penelitian kualitatif penyajian data biasanya dilakukan dalma bentuk uraian singkat atau teks naratif, bagan, matrik, hubungan antara katagori, network, flowchart, dan sejenisnya. Namun pada penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks narasi. Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan (verification) setelah data bersifat jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi, makakesimpulan tersebut data dijadikan jawaban atas masalah penelitian. Selanjutnya
peneliti
akan
melakukan
analisis
pada
manajemen
pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Dan analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
81
teori yang dianggap sesuai dengan permasalahan dan kerangka berfikir yang telah diuraikan sebelumnya. 4.2.1 Data Informan Penelitian Data informan penelitian menjelaskan deskripsi informan yang menjadi sumber data utama dalam penelitian mengenai manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Deskripsi informan penelitian meliputi nama informan dan pekerjaan atau jabatan dari informan penelitian tersebut. Sesuai dengan pemilihan informan penelitian ini menggunakan teknik purposive, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informan penelitian yang tepat dan kredibel. Berikut ini daftar deskriptif informan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
82
Tabel 4.2 Daftar Informan No.
Kode Informan
Nama Informan
Keterangan
Jenis Kelamin
1.
I1
Onah, S.T.P
Kasi Bina Usaha dan Perempuan Pembiayaan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang.
2.
I2
Ineu Herlina, ST Kasi Fasilitasi Perempuan Pembiyaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang.
3.
I3
Sarmiah
Pengrajin Emping
Perempuan
4.
P1
Enung
Buruh Emping
Perempuan
5.
P2
Uum Amiyah
Penjual Emping
Perempuan
Sumber: Peneliti, 2015. 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Proses Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Proses merupakan urutan dalam melaksanakan sesuatu. Dalam pengembangan ekonomi kreatif ini, proses dimulai dari perencanaan. Perencanaan merupakan awal mula untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
83
Dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, perencanaan dibagi menjadi dua yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1: “Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang). Hal tersebut dipertegas pula oleh I2: “Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan perencanaan jangka pendek.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
berbagai
informan
terungkap bahwa perencanaan dilaksanakan dengan dua jenis yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang terdiri dari pelatihan dan pembinaan sedangkan pelatihan jangka pendek terdiri dari pemberian bantuan modal, pemberian bantuan mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan pemberian kemasan. Perencanaan baik jangka panjang dan jangka pendek, dalam pelaksanaannya akan didapatkan oleh pengrajin ekonomi kreatif jika memenuhi syarat yaitu mengajukan proposal. Proposal tersebut
84
diajukan untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh I1: “Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha, bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal itu dipertegas pula oleh I2: “Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan proposal. ”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, para pengrajin harus mengajukan proposal terlebih dahulu dalam pelaksanaan perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sosialisasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan perencanaan karena dengan adanya sosialisasi masyarakat dapat mengetahui adanya perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Tetapi pada kenyataannya, sosialisasi tidak dilaksanakan dalam proses perencanaan. Hal tersebut diungkapkan oleh I3 sebagai berikut:
85
“Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Setelah proses perencanaan, pengorganisasian merupakan tahapan dalam proses pengembangan ekonomi kreatif. Pengorganisasian merupakan hubungan kerjasama yang baik antar pihak terkait. Tetapi, pada kenyataannya hubungan yang baik antar dinas terkait tidak terjalin. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1: “Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2: “Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang tidak memiliki hubungan yang baik dalam kerjasama dalam proses pengembangan ekonomi keratif emping melinjo. Hal itu berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain.” (wawancara dengan I1, 11
86
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Central emping melinjo Kabupaten Pandeglang yang merupakan tempat penjualan emping khas Kabupaten Pandeglang yang dibuat oleh masyarakat Kecamatan Menes untuk oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung berpariwisata ke Kabupaten Pandeglang. Tetapi central emping ini mengalami kemunduran setelah APE tidak aktif karena banyak pengrajin emping yang memutuskan untuk menjadi usaha mandiri di rumahnya masing-masing. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1: “Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk ke dalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut: “Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual ke central emping.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengrajin emping tidak menjual emping melinjo kepada central emping karena nilai jual dari pengrajin emping kepada central emping tidak setinggi menjual sendiri sehingga keuntungan yang didapat lebih besar jika menjual sendiri.
87
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa proses pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes yang dimulai dari proses perencanaan sampai dengan proses pengorganisasian dalam proses perencanaan terdapat dua perencanaan yaitu perencanaan jangka penjang yang merupakan palatihan dan pembinaan, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek meliputi pemberian bantuan-bantuan. Proses perencanaan tersebut tidak diseimbangkan
dengan
adanya
sosialisasi.
Sedangkan
untuk
pengorganisasian tidak adanya hubungan yang baik antara Dinas Pertanian
dan
Peternakan
Kabupaten
Pandeglang
dan
Dinas
Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan proses pelatihan dan pengembangan dan pemberian bantuan-bantuan, sedangkan untuk organisasi terkait seperti Central Emping dengan pengrajin emping tidak terjalin pula hubungan kerjasama yang baik. 4.3.2 Bentuk Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif yaitu dengan adanya pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan yang merupakan proses dari pengembangan ekonomi kreatif baik bersifat panjang maupun pendek. Pelatihan dan pembianaan merupakan motivasi atau pengarahan immateril sedangkan untuk pemberian bantuan-bantuan merupakan pengarahan atau motivasi materi.
88
Hal tersebut berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 yaitu sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pelatihan dan pembinaan, dan pemberian bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo merupakan bentuk motivasi. Pelatihan dan pembinaan merupakan motivasi berbentuk immateril sedangkan untuk pemberian bantuanbantuan merupakan motivasi berbentuk materil. Pelatihan yang dilaksanakan rutin setiap setahun sekali. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan untuk setiap pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang. Setiap pengrajin emping biasanya melaksanakan seleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Hal ini berdasarkan dengan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut:
89
“Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut: “Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengajuan proposal merupakan syarat untuk mendapatkan motivasi baik berbentuk materil maupun immateril. Tetapi dalam lapangannya, syarat pengajuan proposal dan syarat pendukung lainnya tidak berlaku. Karena dalam lapangannya pengrajin emping langsung didatangi oleh petugas dari dinas untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut: “Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengajuan proposal yang merupakan syarat mendapatkan motivasi baik materil maupun immateril tidak ada implementasinya
90
dalam lapangan, karena petugas dari dinas langsung mendatangi pengrajin emping untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan tanpa mengajukan proposal tetapi hanya menandatangani proposal yang sudah disediakan oleh dinas. Bantuan modal merupakan salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif. Melalui bantuan modal pengrajin emping diharapkan bisa lebih termotivasi untuk berusaha lebih agar berkembang. Karena modal merupakan hal yang penting bagi wirausaha untuk melanjutkan usaha mandirinya. Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan usahanya.“(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut: “Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin emping tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang yaitu pelatihan dan
91
pembinaan, pemberian bantuan modal, pemberian bantuan mesin, pemberian bantuan pembangunan, dan pemberian bantuan kemasan. 4.3.3 Manajemen
Pengembangan
Ekonomi
Kreatif
pada
Komunitas
Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes. Ekonomi Kreatif merupakan kegiatan yang memanfaatkan kreatifitas dan ide masyarakat dengan sumber daya yang terdapat di daerah agar menimbulkan nilai ekonomi. Ekonomi kreatif yang terdapat di Kabupaten Pandeglang salah satunya adalah emping melinjo yang terkenal dengan emping menes. Emping melinjo merupakan makanan khas Kabupaten Pandeglang yang terdapat di Kecamatan Menes berbahan dasar dari melinjo yang banyak di tanam di daerah Menes. Ekonomi Kreatif emping melinjo yang terdapat di Kecamatan Menes berpotensi sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Menes. Untuk
mengetahui
bagaimana
Manajemen
Pengembangan
Ekonomi Kreatif pada komunitas emping di Kecamatan Menes, mengikuti klasifikasi fungsi manajemen yang dikemukakan oleh John F.Mee dalam Hasibuan (2001: 38), yaitu Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing),
Pengarahan
Pengendalian atau Pengawasan (Controlling).
(Motivating),
dan
92
1.
Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan awal mula strategi untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan dibagi ke dalam dua jenis yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang dalam pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo di Kabupaten Pandeglang yaitu pelatihan dan pembinaan (Bintek). Sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu pemberian bantuan-bantuan yang meliputi bantuan pembangunan tempat, bantuan modal, bantuan kemasan, dan bantuan pemberian mesin. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1 “Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang). Hal tersebut juga disampaikan oleh I2 sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan perencanaan jangka pendek.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo di Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi dua yaitu pelatihan dan pembinaan atau
93
bintek merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk pemberian bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif merupakan perencanaan jangka pendek. Pelatihan dan pembinaan merupakan salah satu macam dari pengembangan ekonomi kreatif. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan harus direncakan terlebih dahulu oleh pemerintah daerah agar pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1: “Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang).
Hal tersebut serupa dengan apa yang diungkapkan oleh I2, yaitu sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kreatifitas setiap pengrajin emping sehingga mereka memiliki kemajuan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pelatihan dan pembinaan merupakan salah satu perencanaan
94
bentuk jangka panjang dalam pengembangan ekonomi kreatif yang berupa bintek. Dengan adanya bintek diharapkan pengrajin emping dapat lebih memperluas kreatifitas dalam pengembangan usahanya. Perencanaan pelatihan dan pembinaan akan mulai dilaksanakan ketika sudah didapatkan beberapa pengrajin emping yang lolos untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh I1: “Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha, bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal itu dipertegas pula oleh I2: “Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan proposal. ”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan pelaksanaannya
kutipan-kutipan
pelatihan
dan
di
pembinaan
atas, setahun
perencanaan sebelumnya
pelaksanaannya. Para pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melengkapi persyaratan terlebih dahulu yaitu mengajukan proposal. Dengan adanya perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, sosialisasi tentang pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-
95
bantuan harus dilaksanakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada sosialisasi. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut: “Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Berdasarkan kutipan di atas, sosialisasi untuk pelatihan dan pembinaan, dan juga pemberian bantuan-bantuan tidak ada, sedangkan untuk dapat mengikuti pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif memiliki syarat untuk mengajuakan proposal. Dalam
perencanaan
pengembangan
ekonomi
kreatif
di
Kabupaten Pandeglang, selain pelatihan dan pembinaan terdapat pula pemberian bantuan modal, bantuan mesin, dan bantuan kemasan. Hal tersebut berdasarkan yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal 2:
tersebut
serupa
dengan
yang
diungkapkan
oleh
I
96
“Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga memberikan beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal, bantuan pemberian mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang diberikan akan disesuaikan setelah dari pihak dinas melakukan servei menyesuaikan proposal yang diajukan dengan keadaan tempat pembuatan emping tersebut.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, selain pelatihan dan pembinaan pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong pengembangan ekonomi kreatif jenis emping menlinjo merupakan perencanaan jangka pendek. Pemberian bantuan-bantuan meliputi bantuan pembangunan tempat, bantuan kemasan, bantuan modal dan bantuan pemberian mesin. Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, perencanaan sudah dilakukan tetapi tidak ada sosialisasi untuk perencanaan tersebut baik perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek. 2.
Pengorganisasian (Organizing) Organisasi adalah wadah untuk mengelola untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dengan adanya pengorganisasian harusnya ada kerjasama dan hubungan setiap orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pengembangan ekonomi kreatif jenis emping di Kecamatan Menes.
97
Tetapi pada kenyataannya, kerjasama dan hubungan antar organisasi atau dinas dalam melaksanakan kegiatan pelatihan untuk pengembangan tidak terjalin. Hal ini berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1: “Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2: “Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang belum memiliki hubungan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan pelatihan dan pembinaan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo. Tidak adanya hubungan atau kerjasama antar dua dinas yang bertanggung jawab dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo. Hal itu berdasarkan apa yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain.” (wawancara dengan I1, 11
98
September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Sedangkan untuk di Kecamatan Menes terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) merupakan organisasi atau wadah untuk pengrajin emping di Kecamatan Menes. Tetapi pada kenyataannya asosiasi ini sudah tidak aktif untuk sekarang. Hal ini berdasarkan apa yang diungkapkan oleh I1 sebagai beikut: “Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah tidak aktif.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut: “APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi sekarang sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk kegiatan organisasinya.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Kecamatan Menes, APE dapat mengkoordinasi pengrajin emping di Kecamatan Menes tetapi APE sudah tidak aktif hal ini berdasarkan tidak adanya laporan kegiatan organisasi yang biasanya diberikan oleh pengurus APE kepada dinas. Di Kecamatan Menes terdapat central emping melinjo Kabupaten Pandeglang yang merupakan tempat penjualan emping khas Kabupaten Pandeglang yang dibuat oleh masyarakat Kecamatan Menes
99
untuk oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung berpariwisata ke Kabupaten Pandeglang. Tetapi central emping ini mengalami kemunduran setelah APE tidak aktif karena banyak pengrajin emping yang memutuskan untuk menjadi usaha mandiri di rumahnya masing-masing. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1: “Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk ke dalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut: “Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual ke central emping.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengrajin emping tidak menjual emping melinjo kepada central emping karena nilai jual dari pengrajin emping kepada central emping tidak setinggi menjual sendiri sehingga keuntungan yang didapat lebih besar jika menjual sendiri. Setiap pengrajin emping yang mendapatkan bantuan baik berupa pelatihan dan pembinaan, bantuan mesin ataupun kemasan, ataupun bantuan modal berbeda-beda antara Dinas Pertanian dan Peternakan
100
Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa mengenai pengorganisasian, hubungan kerjasama baik antar dinas yang bertanggung jawab maupun antara asosiasi dengan pengrajin emping tidak ada. 3.
Pengarahan (Motivating) Pengarahan atau motivating merupakan salah satu cara untuk
mengarahkan bagaimana tujuan dapat tercapai yaitu untuk kemajuan. Motivasi dapat diberikan ketika pelaksanaan pelatihan dan pembinaan, bisa juga berupa peminjaman modal, atau bisa juga pemberian bantuan mesin, dan lain sebagainya. Pelatihan dan pembianaan merupakan motivasi atau pengarahan immateril sedangkan untuk pemberian bantuan-bantuan merupakan pengarahan atau motivasi materi. Hal tersebut berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 yaitu sebagai berikut: “Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang.”(wawancara dengan I2, 21 September
101
2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pelatihan dan pembinaan, dan pemberian bantuan-bantuan yang dapat mendorong pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo merupakan bentuk motivasi. Pelatihan dan pembinaan merupakan mitivasi berbentuk immateril sedangkan untuk pemberian bantuanbantuan merupakan motivasi berbentuk materil. Pelatihan yang dilaksanakan rutin setiap setahun sekali. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan untuk setiap pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang. Setiap pengrajin emping biasanya melaksanakan seleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Hal ini berdasarkan dengan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut: “Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang).
102
Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengajuan proposal merupakan syarat untuk mendapatkan motivasi baik berbentuk materil maupun immateril. Tetapi dalam lapangannya, syarat pengajuan proposal dan syarat pendukung lainnya tidak berlaku. Karena dalam lapangannya pengrajin emping langsung didatangi oleh petugas dari dinas untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut: “Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengajuan proposal yang merupakan syarat mendapatkan motivasi baik materil maupun immateril tidak ada implementasinya dalam lapangan, karena petugas dari dinas langsung mendatangi pengrajin emping untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan tanpa mengajukan proposal tetapi hanya menandatangani proposal yang sudah disediakan oleh dinas. Jumlah buruh emping setiap kelompok usaha sebanyak 35 orang tetapi pelatihan dan pembinaan hanya diberikan kepada pengrajin emping atau pemiliki kelompok usaha pengolahan emping melinjo. Hal ini tidak sesuai karena jika hanya pengrajin emping yang mendapatkan
103
pelatihan dan pembinaan sehingga hasil pelatihan dan pembinaan diajarkan kepada para buruh emping mereka itu tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut: “Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20 orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan tidak efektif. Hal tersebut karena buruh emping yang merupakan sumber daya manusia dalam proses pembuatan emping tidak mendapatkan pelatihan. Dengan jumlah buruh emping setiap satu usaha tersebut sangat tidak sesuai jika harus diberikan pelatihan hanya oleh pengrajin empingnya saja yang hanya merupakan 1 orang. Pelatihan dan pembinaan hanya diberikan kepada pengrajin emping saja sedangkan buruh emping dan penjual emping tidak diberikan pelatihan. Padahal buruh dan penjual emping harus mendapatkan pelatihan dan pembinaan juga karena untuk buruh agar lebih bisa bekerja secara efektif sedangkan untuk penjual emping agar lebih bisa berjualan dengan menarik sehingga wisatawan tertarik untuk membeli. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 yaitu sebagai berikut:
104
“Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 yaitu sebagai berikut: “Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari pengrajin emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh empingnya.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Memotivasi
atau
mengarahkan
dalam
manajemen
pengembangan ekonomi kreatif tidak hanya berupa pelatihan dan pembinaan saja tetapi seperti bantuan modal, bantuan mesin, maupun bantuan kemasana ataupun bantuan bangunan juga merupakan bentuk pengarahan agar pengrajin emping dapat memiliki usaha yang lebih inovatif dan menarik pelanggan khususnya para wisatawan. Bantuan modal merupakan salah satu bentuk pengarahan yang diberikan oleh pemerintah setelah mendapat pengarahan melalui pelatihan dan pembinaan. Melalui bantuan modal pengrajin emping diharapkan bisa lebih termotivasi untuk berusaha lebih agar berkembang. Karena modal merupakan hal yang penting bagi wirausaha untuk melanjutkan usaha mandirinya. Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setlah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan
105
usahanya.“(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga dikemukakan oleh I2 sebagai berikut: “Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin emping tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengarahan atau motivasi materil yaitu berbentuk pemberian bantuan modal. Bantuan modal yang biasanya diberikan sekitar Rp.2.000.000,00 sampai dengan Rp.5.000.000,00 untuk setiap pengrajin emping. Hal ini sesuai beradasarkan yang telah diungkapkan oleh I1 yaitu sebagai berikut: “Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Sedangkan I3 mengungkapkan sebagai berikut: “Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.”(wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal ataupun bantuan mesin, akan sia-sia jika tidak dilengkapi dengan pengarahan atau
106
motivasi dalam pendistribusian, hal ini karena untuk pendistribusian hal yang snagat penting dalam pengembangan usaha ekonomi kreatif. Sedangkan yang terjadi dilapangan pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal tidak mendapatkan pelatihan untuk pengembangan pendistribusiannya. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh I3 sebagai berikut: “Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa sampai luar daerah.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satupengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Sedangkan menurut I2 adalah sebagai berikut: “Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan apabila pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan bnatuan. Tetapi biasanya dinas memberikan pengarahan penjualan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki banyak pelanggan diluar.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, dinas hanya mau memberikan pengarahan pendistribusian kepada pengrajin emping yang memang sudah meluas penjualannya
107
dan memiliki banyak pelanggan di luar sampai mencapai di luar negeri. Padahal pada kenyataannya Kecamatan Menes merupakan daerah yang memiliki pertanian melinjo yang luas, banyak masyarakat Menes yang memiliki pertanian melinjo tetapi banyak yang memutuskan hanya menjual melinjo kepada pengrajin di luar daerah Kecamatan Menes karena masyarakat tidak memiliki kepercayaan diri untuk kemampuan ekonomi kreatif yang dimiliki masyarakat. Padahal jika hanya dijual kepada pengrajin emping lain keuntungan yang didapatkan sangat kecil. Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa
mengenai
motivasi,
motivasi
atau
pengarahan
dalam
pengembangan ekonomi kreatif jenis emping melinjo sudah terlaksana tetapi belum secara efektif karena syarat dalam mendapatkan pengarahan baik materil maupun immateril tidak terimplementasi atau terlaksana. 4.
Pengendalian atau Pengawasan (Controlling) Pengendalian atau pengawasan merupakan pengukuran atau
perbaikan untuk mecapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan agar dapat terlaksana. Pegawasan sangat penting karena untuk menilai bagaimana kinerja yang telah dicapai. Pengendalian
atau
pengawasan
dalam
pelaksanaan
pengembnagan ekonomi kreatif sangat penting karena untuk menilai bagaimana hasil pelatihan dan pembinaan yang sudah dilaksanakan,
108
bagaimana hasil dari bantuan-bantuan yang diberikan kepada pengrajin emping, dan sampai mana pengembangan yang berhasil dilaksanakan. Pelatihan dan pembinaan yang sudah diberikan kepada pengrajin emping hasilnya harus ada pengawasan kepada pengrajin emping tersebut, karena dengan pengawasan akan terlihat sudah berhasilkan pelatihan dan pembinaan yang diberikan. Untuk pengawasan pelatihan dan pembinaan tidak terlaksana karena sumber daya yang dimiliki Dinas Pertanian dan Petrenakan Kabupaten Pandeglang yang terbatas. Hal ini berdasarkan yang telah diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Hal serupa juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut: “Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan selama sebualn sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang dimiliki sehingga pengawasan dan pengendalian dilaksanakan hanya setiap setahun sekali sebelum awal tahun.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, kurangnya sumber daya manusia merupakan penghambat keefektifan pengawasan yang seharusnya pelaksanaan pengawasan sebulan sekali tetapi hanya dilaksanakan setahun sekali. Sedangkan untuk pengawasan dan pengendalian mengenai bantuan-bantuan yang diberikan kepada pengrajin emping serupa
109
dengan pengawasan pelatihan dan pembinaan dilaksanakan hanya setahun sekali. Sedangkan seharusnya pengawasan terhadap bantuanbnatuan yang diberikan khususnya bantuan mesin dan bantuan kemasan harus lebih rutin dilakukan pengawasan. Hal ini berdasarkan yang telah dikemukakan oleh I2 sebagai berikut: “Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting dilaksankaan pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika mendapatkan bantuan mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki sehinga pengawasan terhadap bantuan-bantuan tidak dapat dilaksanakan.”(wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Hal ini juga serupa diungkapkan oleh I1 sebagai berikut: “Bantuan yang duberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.”(wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, untuk bantuan mesin seharusnya pengawasannya dilaksankan rutin karena pengawasan terhadap kondisi mesin merupakan sangat penting. Karena mesin merupakan alat untuk membantu buruh dalam proses produksi pembuatan emping ataupun mesin pengepres kemasan. Sedangkan pengawasan bantuan kemasan seharusnya ada karena biasanya apabila kemasan yang merupakan bantuan dari dinas habis makan pengrajin emping tersebut memakai kemasan yang biasa seperti sebelum mendapatkan bantuan.
110
Sedangkan untuk bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping pengawasannya dilakukan sebulan sekali dengan pengrajin
emping
yang
wajib
memberikan
laporan
mengenai
pemasukan, modal kembali, dan keuntungan. Hal ini bersadarkan apa yang telah diungkapkan I2 sebagai berikut: “Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib menyerahkan laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi keuangan bagaimana keuntungan yang diperolah setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan modal yang diberikan.” (wawancara dengan I2, 21 September 2015, pukul 12:04, di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang). Hal ini serupa dengan yang dikemukakan oleh I1 sebagai berikut: “Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan.” (wawancara dengan I1, 11 September 2015, pukul 15.36, di kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, laporan yang dibuat oleh pengrajin emping lalu diberikan kepada dinas sebagai gambaran bagaimana kejelasan bantuan modal tersebut. Laporan tersebut juga digunakan oleh dinas sebagai bahan apakan pengrajin emping tersebut akan mendapatkan bantuan modal kembali untuk tahun berikutnya atau tidak. Selain itu juga laporan tersebut sebagai bahan penilaian keberhasilan dinas dalam memberikan pengarahan pengembangan ekonomi kreatif.
111
Sedangkan yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang diungkapkan di atas. Pengawasan pelatihan dan pembinaan di awal tidak pernah ada sampai di lapangan di tempat pengrajin emping yang sudah mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Apabila pengrajin sudah
mendapatkan
pelatihan
dan
pembinaan
tidak
pernah
mendapatkan pengawasan baik pengawasan secara setahun sekali maupun sebulan sekali. Hal ini beradasarkan yang diungkapkan oleh I3 sebagai berikut: “Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta emping baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand dinas.” (wawancara dengan I3, 28 September 2015, pukul 10:45, di Desa Alaswangi Menes). Hal serupa juga sama terjadi pada pengawasan tentang bantuan mesin maupun bantuan kemasan. Mesin yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang hanya kuat tidak sampai 1 tahun. Setelah itu mesin tersebut tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan untuk bantuan kemasan hanya tersedia untuk sekitar 1 bulan selebihnya karena para pengrajin emping tidak mendapatkan pelatihan dan pembinaan tentang kemasan yang menarik dan baik sehingga setelah kehabisan kemasan dari bantuan tersebut para pengrajin emping menggunakan kemasan biasa lagi untuk penjualan.
112
Pengawasan pelatihan dan pembinaan kepada buruh emping dan penjual emping juga tidak ada. Tidak ada pengawasan apakan pengrajin emping menyampaikan hasil dari pelatihan dan pembinaan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh P1 sebagai berikut: “Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”(wawancara dengan P 1, 28 September 2015, pukul 12:30, di Desa Alaswangi Menes). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, hasil dari pelatihan dan pembinaan untuk proses produksi tidak ada pengawasan. Sedangkan untuk pengawasan penjualan atau pendistribusian tidak ada. Tidak ada pengawasan baik secara langsung ke pedagang maupun
ke
pengrajin
emping
mengenai
pendistribusian
dan
penjualannya bagaimana, apakagh dijual langsung atau didistribusikan melalui agen penjualan atau penjualannya dijual ke sental emping. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh P2 sebagai berikut: “Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P 2, 28 September 2015, pukul 15:05, di Cimanying Menes). Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa, pengrajin emping di Menes rata-rata tidak mau menitipkan emping dan keceprek hasil buatannya kepada penjual di pasaran atau di
113
sentral emping karena harganya yang mengambil keuntungan sedikit dan sekarang para konsumen lebih banyak yang ingin membeli langsung ke tempat pengrajin emping tempat pembuatannya langsung. Sehingga sekarang penjualan emping dan keceprek tidak banyak di pasaran sedangkan di sentral emping tidak seramai dulu hanya ada emping dan keceprek saat liburan. Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai informan terungkap bahwa mengenai pengawasan, pengawasan tidak dilaksankan sesuai dengan ketentuan karena kurangnya sumber daya manusia yang menghambat. Dalam proses pengawasan, tenaga kerja yang dimiliki dinas hanya 1 orang setiap Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Pandeglang. Sehingga pengawasan terhadap hasil dari diberikannya pelatihan dan pembinaan tidak terlaksana. Selain itu bantuan yang diberikan yang meliputi bantuan pemberian modal, bantuan kemasan, bantuan pembangunan mesin tidak mendapatkan pengawasan. 4.4
Pembahasan Pembahasan yakni mencakup lebih lanjut dari hasil analisis data yang
ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing indikator fungsi-fungsi manajemen dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti menggunakan teori dari John F.Mee dalam Hasibuan (2012:60) untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen dalam pengembangan ekonomi kreatif dapat diketahui dengan 4 fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan atau motivasi, dan pengendalian atau pengawasan.
114
Berikut adalah pembahasan dari masing-masing fungsi manajemen dalam penelitian mengenai “Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang”. 4.4.1 Perencanaan (Planning) Perencaan merupakan pondasi awal dalam sebuah kegiatan sehingga dapat tercapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang di rencanakan setiap setahuan sekali. Perencanaan untuk kegiatan 2015 dilakukan perencanaanya tahun 2014. Begitu pula dengan perencanaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif. Perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang terdapat dua jenis yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang meliputi pelatihan dan pembinaan sedangkan untuk untuk perencanaan jangka pendek meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong pengembangan ekonomi kreatif. Untuk kegiatan pengembangan ekononi kreatif dimulai dengan para pengrajin emping yang mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan, atau mendapatkan bantuan mesin, kemasan, ataupula bangunan, dan atau mendapatkan bantuan modal. Selanjutkan proposal tersebut akan dilihat apakah sesuai dengan kebutuhan yang menunjang pengembangan atau
115
tidak. Setelah didapatkan pengrajin emping mana saja yang akan mendapatkan pelatihan dan bantuan-bantuan barulah disusun rencana untuk pelaksanaan pelatihan waktu, tempat, dan pelatihan apa saja. Selain rencana pelatihan juga rencana bantuan seperti bantuan mesin, pembangunan tempat, dan bantuan kemasan juga bantuan modal. Tetapi karena sosialisasi mengenai pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan tidak ada sehingga banyak pengrajin emping yang tidak mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan maupun mendapatkan bantuan-bantuan. 4.4.2 Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah hubungan bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengorganisasian dalam pengembangan ekonomi kreatif tidak adanya kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang yang bertanggung jawab dalam pengembangan ekonomi kreatif. Kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang seharusnya terjalin dengan baik karena dengan adanya kerjasama yang baik antar petanggung jawab maka kegiatan yang dilaksanakan akan mencapai maksimal sesuai tujuan. Dengan kerjasama seharusnya pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan akan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan dengan tujuan agar ada pengembangan di bidang ekonomi kreatif dan untuk mencapai adanya pengembangan tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antara dinas-dinas
116
yang bertanggung jawab juga hubungan yang baik antara dinas dengan pengrajin emping sehingga ada keinginan untuk saling memuaskan dalam memberikan hasil. Sedangkan untuk di Kecamatan Menes terdapat organisasi yang merupakan wadah untuk para pengrajin emping di Kecamatan Menes yang diberi nama Asosiasi Pengrajin Emping (APE). Tetapi sekarang APE tidak lagi aktif. Selain APE terdapat juga Sentral Emping di Kecamatan Menes yaitu wadah yang merupakan tempat penjualan emping dan keceprek melinjo yang merupakan makanan khas Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang. Tetapi sekarang karena penjualan dari pengrajin emping ke sentral emping sangat murah, banyak pengrajin emping tidak mau menjual emping buatannya di sentral emping. 4.4.3 Pengarahan (Motivasi) Pengarahan merupakan kegiatan yang dilaksanakan agar tujuan pengembangan dapat tercapai. Pengarahan diharapkan dapat memudahkan dan membantu pengrajin emping sehingga mengalami pengembangan dalam usaha ekonomi kreatifnya. Pelatihan dan pembinaan, pemberian bantuan baik bantuan mesin, tempat, kemasana, maupun modal merupakan cara dalam pengarahan untuk tercapainya pengembangan ekonomi kreatif. Pelatihan dan pembinaan yang dilaksankan untuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes hanya untuk pengrajin emping sedangkan buruh emping dan keceprek dan juga
117
penjual emping tidak mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Dinas yang bertanggung jawab dalam pelatihan dan pembinaan mengharapkan pengrajin emping yang mendapatkan pelatihan dan pembinaan dapat membagikan hasil dari pelatihan dan pembinaan yang didapatkan kepada buruh emping. Sedangkan untuk bantuan-bantuan yang diberikan yaitu bantuan pembangunan tempat, pemberian mesin seperti mesin pres kemasan, adapula bantuan modal yaitu pengrajin emping diberi bantuan tambahan modal untuk mengembangkan usaha ekonomi kreatifnya. Sedangkan untuk bantuan kemasan yaitu diberi kemasan yang dengan desain yang menarik agar dapat menarik konsumen. 4.4.4 Pengendalian atau Pengawasan (Controlling) Pengendalian atau pengawasan merupakan penilaian hasil kegiatan yang dilaksanakan untuk pengembangan ekonomi kreatif. Pengawasan yang dilaksanakan belum efektif dan belum rutin. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang. Pengawasan yang seharusnya dilaksankan secara rutin seperti dalam pelatihan dan pembinaan tidak ada pengawasan untuk buruh dan pengrajin emping apakah setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan proses pembuatan emping ada perubahan dalam pelaksanaan pembuatannya.
118
Sedangkan untuk bantuan-bantuan seperti bantuan kemasan dan mesin yang harusnya rutin diawasi tetapi tidak karena keterbatasan sumber daya manusia sehingga tidak semua pengrajin emping mendapat pengawasan dan waktunya hanya pada akhir tahun. Sedangkan untuk bantuan modal seharusnya pengrajin emping melaporkan setiap bulan tentang kondisi keuangannya tetapi pada kenyataannya tidak, setelah diberi bantuan pengrajin emping dilepas untuk mengembangkan usahanya. Proses pengembangan ekonomi kreatif dalam komunitas pengrajin emping di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang dimulai dengan adanya perencanaan yang dibagi kedalam 2 perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang yang meliputi pelatihan dan pembinaan, dan yang kedua adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi pemberian bantuan-bantuan. Dalam proses perencanaan sosialisasi seharusnya diberikan oleh pihak dinas dalam pengenalan perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek sehingga masyarakat dan komunitas pengrajin emping mengetahui bahwa terdapat perencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping. Tetapi dalam pelaksanaan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang tidak ada sosialisasi yang diberikan oleh dinas-dinas terkait sehingga banyak masyarakat dan pengrajin emping yang tidak mengetahui adanya pelatihan dan pembinaan dan juga bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping. Pelaksanaan proses perencanaan pengembangan ekonomi kreatif ini dilaksanakan setahun sebelum pelaksanaan pelatihan dan pembinaan dan
119
pemberian bantuan-bantuan. Selanjutnya adalah proses pengorganisasian dimana adanya hubungan yang baik antara dinas dengan pengrajin emping dan antara pengrajin dengan oragnisasi terkait dan juga antara dinas dengan dinas terkait. Tetapi dalam pelaksanaan proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang belum adanya hubungan yang baik antara dinas dengan dinas lain dan antara pengrajin dengan organisasi terkait. Hubungan antara dinas dengan dinas terkait belum adanya kerjasama sehingga pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuan-bantuan dilaksanakan masing-masing dinas tidak dengan kerjasama. Selain itu, hubungan antara pengrajin emping dengan organisasi terkait juga belum ada yang terlihat dari pendistribusian atau penjualan terdapat sentral emping di Kecamatan Menes tetapi pengrajin emping menolak untuk menjual hasil emping melinjonya di sentral emping dengan alasan bahwa keuntugan yang diterima dengan menjual sendiri lebih besar dari pada menjual di sentral emping. Bentuk dari pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang yaitu adanya pelatihan dan pembinaan dan juga pemberian bantuan-bantuan yang meliputi pemberian bantuan pembangunan tempat, pemberian bantuan tambahan modal, pemberian bantuan kemasan, dan pemberian bantuan mesin. Bnetuk pengembangan tersebut akan diperoleh oleh pengrajin emping dengan syarat pengrajin emping harus mengajukan proposal terlebih dahulu dalam proses perencanaan yang dilaksanakan setahun sebelum pelatihan dan pembionaan dan pemberian bantuan-bantuan tersebut. Tetapi dalam
120
pelaksanaannya karena sosialisasi dalam proses perencanaan. Sehingga syarat tersebut tidak terlaksana. Manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes sudah dilaksanakan tetapi belum optimal. Perencanaan pengembangan ekonomi kreatif ada tetapi untuk pelaksanaannya tidak ada sosialisasi kepada pengrajin emping, untuk pengorganisasiannya belum optimal karena belum adanya kerjasama antara Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang dengan Dinas Koperasi, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Pandeglang selaku dinas yang bertanggung jawab dalam mengelola ekonomi kreatif emping melinjo, selain itu hubungan antara pengrajin emping dengan asosiasi atau organisasi seperti APE atau central emping tidak ada. Pengarahan yang diberikan kepada pengrajin emping belum optimal karena ada beberapa bentuk pengarahan diberikan belum merata. Selain itu pengawasan akan dari pengarahan yang diberikan kepada pengrajin emping juga belum dilaksanakan secara rutin dan sesuai karena kurangnya sumber daya manusia sehingga dalam pelaksanaan pengawasan sumber daya manusia yang melaksanakan sedikit tidak sesuai dengan pengrajin emping yang mendapatkan pelatihan dan pembinaan maupun pengrajin emping
yang
mendapatkan
bantuan-bantuan
pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo. 4.4.5
Emping Melinjo sebagai Ekonomi Kreatif
yang
dapat
mendorong
121
Emping melinjo merupakan produk dari ekonomi kreatif yang salah satu daerah yang memiliki ciri khas makanan emping melinjo adalah Kecamatan Menes. Emping melinjo terbuat dari bahan dasar melinjo yang dibuat dengan cara tradisional dengan melinjo di goreng dengan menggunakan pasir setelah itu ditumbuk. Cara penumbukan melinjo berbeda-beda sesuai kualitas yang ingin dihasilkan. Setelah ditumbuk di jemur selama 2 atau 3 hari jika musim panas. Rasa dari emping sekarang sudah bermacam-macam, yaitu rasa original, rasa gurih, rasa pedas, rasa balado, dan rasa keju. Ketika ekonomi kreatif belum berkembang rasa dari emping melinjo hanya ada rasa original dan rasa gurih.
122
Tabel 4.3 Ringkasan Pembahasan No.
Instrumen
Pembahasan
1.
Perencanaan
Perencanaan dalam pengembangan Ekonomi Kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang terdapat 2 perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang yang meliputi perencanaan pelatihan dan pembinaan, sedangkan perencanaan jangka pendek meliputi pemberian bantuanbantuan. Pelaksanaan perencanaan tersebut tidak didukung dengan adanya sosialisasi mengenai perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk masyarakat sehingga masyarakat tidak mengetahui perencanaanperencanaan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo.
2.
Pengorganisa sian
Hubungan kerjasama antar dinas tidak berjalan sehingga pelatihan dan pembinaannya dilaksanakan masing-masing tidak saling berhubungan. Sedangkan untuk hubungan antar pengrajin emping dengan Central Emping di Kecamatan Menes tidak terjalin karena tidak adanya kesepakatan yang baik dalam penjualan emping dari pengrajin emping ke pihak Central Emping sehingga tidak merasa saling dirugikan.
3.
Pengarahan/ Motivasi
Pengarahan dalam pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kecamatan Menes berupa pemberian pelatihan dan pembinaan, dan pemberian bnatuan-bantuan seperti bantuan pemberian modal, pemberian mesin, pemberian desain kemasan, dan bantuan pembangunan tempat.
4.
Pengawasan
Pengwasan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes tidak dilaksanakan dengan rutin, hal tersebut disebabkan karena sumber daya manusia yang dimiliki oleh dinas tidak sesuai dengan jumlah kelompok yang terdapat di Kecamatan Menes. Jumlah tenaga lapangan untuk pengawasan satu Kecamatan hanya terdapat 1 orang pengawas dan itu tidak sesuai dengan jumlah kelompok yang harus mendapatkan pengawasan.
123
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa sebagai berikut: 1.
Proses pengembangan yang meliputi perencanaan yang sudah terlaksana tetapi
tidak
diimbangi
dengan
adanya
sosialisasi.
Selanjutnya
pengorganisasian, belum ada hubungan kerjasama yang baik antara dinas dengan dinas terkait, antara dinas dengan pengrajin emping, dan antara pengrajin emping dengan organisasi yang terkait. 2.
Bentuk dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes yaitu adanya pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo, dan pemberian bantuan-bantuan meliputi bantuan pemberian mesin, pemberian modal, pembangunan tempat, dan pemberian desain kemasan
dengan syarat proposal yang diajukan oleh pengrajin emping.
Tetapi syarat tersebut tidak diterapkan dalam pelaksanaannya. Tidak ada pengajuan proposal oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuan-bantuan.
124
3.
Manajemen pengembangan ekonomi kreatif pada komunitas pengrajin emping untuk pemberdayaan usaha berbasis masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang pelaksanaannya belum efektif. Perencanaan yang sudah ada tetapi tidak ada sosialisasinya, pengorganisasian yang belum ada sehingga kerjasama antar dinas terkait dan antara pengrajin emping dengan dinas dana atau organisasi terkait, pengarahan diberikan dengan syarat yang sudah
ditetapkan
pelaksanaannya.
tetapi Dari
syarat proses
tersebut yang
tidak
meliputi
diterapkan perencanaan
dalam dan
pengorganisasian dan juga bentuk pengembangan yang meliputi pengarahan, pengawasan harus dilaksankan dalam menilai hasil kegiatan dan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes ini, pengawasan belum dilaksanakan dengan efektif dan dengan rutin yaitu setiap sebulan sekali untuk pengawasan karena kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh dinas terkait sebnayak satu orang setiap Kecamatan dan itu tidak sesuai dengan jumlah kelompok pengrajin emping yang harus mendapatkan pengawasan. 5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas dan dari apa yang peneliti temukan
dilapangan mengenai Manajemen Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Komunitas Pengrajin Emping untuk Pemberdayaan Usaha Berbasis Masyarakat di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, maka saran yang peneliti ajukan sebagai berikut:
125
1. Dalam proses pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang harus adanya sosialisasi tentang perencanaan untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo sebagai pengenalan mengenai pelatihan dan pembinaan dan pemberian bantuanbnatuan sehingga pengrajin emping dapat mengetahui adanya kegitan pengembangan tersebut dan harus adanya kerjasama yang baik antar dinas terkait dalam proses pengembangan dan juga antara pengrajin emping dengan dinas terkait ataupun oragniasasi terkait. 2. Dalam bentuk pengembangan ekonomi kreatif di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang syarat yang sudah ada dalam aturan harus diterapkan dengan baik. 3. Jumlah tenaga lapangan dalam melaksanakan pengawasan setiap Kecamatan harus disesuaikan sengan jumlah kelompok pengrajin emping yang harus mendapatkan pengawasan tidak hanya 1 tenaga lapangan satu Kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku: Furchan, Arif, Agus Maimun. 2005. Syudi Tokoh: Metode Penelitian mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Handoko, T. Hani. 1984. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial . Jakarta: DIA FISIP UI. Jamasy, Owin. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan . Jakarta: Mizan Pustaka. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP Press Group). Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Soekamto, Soerjono, Sri Mamuji. 1983. Penelitian Hukum Normatif, suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Reflika Aditama. Suhendar, K. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta. Suriatna. 1987. Metode Penyuluhan Pendidikan. Jakarta: Mediatama Sarana. Suryanto, Bagong, Sutinah. 2004. METODE PENELITIAN SOSIAL: BERBAGAI ALTERNATIF PENDEKATAN. Jakarta: Prenada Media Group. Terry, George dan Leslie W. Rue. 2007. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber Peraturan: Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 2009-2015. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14.
Skripsi: Dani Danuar Tri U., Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang, Universitas Diponegoro: 2013. Fentri Dahlia, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Ekonomi Kreatif di Kampung Wisata Pasir Kunci Kota Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia: 2013. Guzty Muhammad Hermawan, Skripsi Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif, Tahun: 2011. Siti Nurasiah, Analisis Pemasaran Emping Melinjo di Pusat Koperasi Pertanian Gema Reformasi Desa Menes Kecamatan MenesKabupaten Pandeglang, Banten. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006.
Jurnal: Puspa Rini dan Siti Czafrani, Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal oleh Pemuda Dalam Rangka Menjawa Tantangan Ekonomi Global, Universitas Indonesi:2010. Suryana, Ayu Krishna Yuliawati, dan Rofi Rofaida, Pengembangan Model Ekonomi Kreatif Pedesaan Melalui Value Chain Strategy untuk Kelompok Usaha Kecil (studi pada industri kerajinan di Jawa Barat), Tahun: 2009.
Sumber Internet: http://contohpengertian.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014. https://succesed.wordpress.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014. http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_kreatif/, diunduh pada 11 November 2014.
MEMBERCHECK
Biodata Informan Nama
: Onah, STP
Pekerjaan/Jabatan
: Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kode Informan
: I1
Catatan Wawancara sebagai berikut: 1. Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? Jawaban
: Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan
yang
dapat
membantu
mendorong
dalam
pengembangan ekonomi kreatif. 2. Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? Jawaban
: Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.
3. Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Jawaban : Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa
syarat
juga
yang
harus
dilengkapi
seperti
lamanya
usaha,bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya. 4. Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? Jawaban : Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya. 5. Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ? Jawaban
: Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan.
6. Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas saja ? Jawaban : Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain. 7. Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? Jawaban : Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah tidak aktif.
8. Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke central emping ? Jawaban : Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah. 9. Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ? Jawaban
: Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.
10. Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? Jawaban
:
Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
11. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? Jawaban : Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan usahanya. 12. Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping ? Jawaban : Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00. 13. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ?
Jawaban
: Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.
14. Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan terhadap pengrajin emping atau tidak ? Jawaban
: Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.
15. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? Jawaban : Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. 16. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ? Jawaban : Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan. Pandeglang,
September 2015
(Onah, STP)
MEMBERCHECK
Biodata Informan Nama
: Ineu Herlina, ST
Pekerjaan/Jabatan
: Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Jenis Kelamin Kode Informan
: Perempuan : I2
Catatan Wawancara sebagai berikut: 1. Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? Jawaban
: Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan perencanaan jangka pendek
2. Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? Jawaban : Pelatiahan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kreatifitas setiap pengrajin emping sehingga mereka memiliki kemajuan. 3. Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ?
Jawaban : Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan proposal. 4. Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? Jawaban
:
Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga memberikan beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal, bantuan pemberian mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang diberikan akan disesuaikan setelah dari pihak dinas melakukan servei menyesuaikan proposal yang diajukan dengan keadaan tempat pembuatan emping tersebut.
5. Pelatihan dan pembinaan mengenai apa yang diberikan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang ? Jawaban
: Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.
6. Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? Jawaban
: APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi sekarang sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk kegiatan organisasinya.
7. Bagaimana dengan keaktifan central emping ?
Jawaban : Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual ke central emping. 8. Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ? Jawaban : Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang. 9. Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? Jawaban
: Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
10. Apakah buruh emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Jawaban : Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari pengrajin emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh empingnya. 11. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? Jawaban : Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin
emping tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif. 12. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ? Jawaban : Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan apabila pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan bnatuan. Tetapi biasanya dinas memberikan pengarahan penjualan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki banyak pelanggan diluar. 13. Bagaimana proses pemgawasan terhadap pengrajin emping yang sudah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuan-bantuan ? Jawaban
: Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan selama sebulan sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang dimiliki sehingga pengawasan dan pengendalian dilaksanakan hanya setiap setahun sekali sebelum awal tahun.
14. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? Jawaban : Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting dilaksankaan pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika mendapatkan bantuan mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki sehinga pengawasan terhadap bantuan-bantuan tidak dapat dilaksanakan. 15. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ?
Jawaban : Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib menyerahkan laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi keuangan bagaimana keuntungan yang diperolah setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan modal yang diberikan.
Pandeglang,
September 2015
(Ineu Herlina, ST)
MEMBERCHECK
Biodata Informan Nama
: Sarmiah
Pekerjaan/Jabatan
: Pengrajin Emping
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kode Informan
: I3
Catatan Wawancara sebagai berikut: 1. Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan pelatihan untuk pengrajin emping ? Jawaban
: Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.
2. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Jawaban : Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel. 3. Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping melinjo dan keceprek melinjo ? Jawaban : Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20 orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping. 4. Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban
: Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.
5. Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh pengrajin emping atau sudah diatur oleh dinas ? Jawaban : Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas. 6. Apakah bantuan modal yang diberikan oleh dinas tersebut cukup untuk menambah modal ? Jawaban: Sebenarnya tidak, karena bantaun modal yang diberikan pun itu hanya sekali. 7. Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan, apakah ada pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ? Jawaban : Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa sampai luar daerah. 8. Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ? Jawaban : Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses pembuatan
ataupun
pengawasan
tentang
bagaimana
proses
pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta emping baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand dinas.
9. Untuk pemberian bantuan kemasan, apakah pemberiannya diberikan secara rutin ? Jawaban: Pemberian kemasan hanya diberikan sekali, kira-kira hanya untuk sebulan setelah habis tidak akan diberikan lagi. Pandeglang,
(Sarmiah)
September 2015
MEMBERCHECK
Biodata Informan Nama
: Enung
Pekerjaan/Jabatan
: Buruh Emping
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kode Informan
: P1
Catatan Wawancara sebagai berikut: 1. Apakah pernah mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk produksi emping melinjo? Jawaban:
Belum pernah mendapatkan, yang mendapatkan hanya pengrajin emping sedangkan pekerja pembuatnya tidak mendapatkan pelatihan.
2. Apakah dengan bekerja sebagai pembuat emping tidak mengganggu kegiatan rumah tangga? Jawaban: Tidak, karena kegiatan membuat emping dilakukan hanya 3 hari dalam seminggu dan kegiatan pembuatannya pun dimulai setelah pekerjaan di rumah selesai. 3. Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Jawaban
: Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Pandeglang,
(Enung)
September 2015
MEMBERCHECK
Biodata Informan Nama
: Uun Amiyah
Pekerjaan/Jabatan
: Penjual Emping Emping
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kode Informan
: P2
Catatan Wawancara sebagai berikut: 1. Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan emping dan keceprek melinjo ? Jawaban
: Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.
Pandeglang,
September 2015
(Uun Amiyah)
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA Keterangan
: I1 Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan
Q
I
Q1
Q2
Q3
: Wawancara dilakukan pada hari Jumat, tanggal 11 September 2015 di kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
I1 Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? “Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.” Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? “Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.” Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ? “Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.”
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? “Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya.” Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ? “Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan.” Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas saja ? “Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain.” Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? “Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah tidak aktif.” Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke central emping ? “Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.”
Q9
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ? “Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.”
Q10
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? “Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.”
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? “Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan usahanya.” Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping ? “Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.” Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ? “Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.” Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan terhadap pengrajin emping atau tidak ? “Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.” Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? “Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.” Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ? “Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan.”
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA Keterangan
: I2 Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan
Q
I
: Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 21 September 2015 di kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang
I2
Q1
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Q2
Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok.
Q3
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ? Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.
Q4
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya.
Q5
Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ? Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan.
Q6
Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas saja ? Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain.
Q7
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah tidak aktif.
Q8
Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke central emping ? Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah.
Q9
Q10
Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ? Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi. Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan
proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Q11
Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan usahanya.
Q12
Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping ? Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00.
Q13
Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ? Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya.
Q14
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan terhadap pengrajin emping atau tidak ? Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya.
Q15
Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki.
Q16
Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ? Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA Keterangan
: I3 Pengrajin Emping di Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang
Catatan Lapangan
Q
I
Q1
: Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015 di Desa Alaswangi Kecamatan Menes.
I3 Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan pelatihan untuk pengrajin emping ? Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Q2
Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel. Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping melinjo dan keceprek melinjo ?
Q3
Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20 orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping. Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
Q4
Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan.
Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh pengrajin emping atau sudah diatur oleh dinas ? Q5
Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas. Apakah bantuan modal yang diberikan oleh dinas tersebut cukup untuk menambah modal ?
Q6
Sebenarnya tidak, karena bantaun modal yang diberikan pun itu hanya sekali. Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan, apakah ada pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ?
Q7
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa sampai luar daerah. Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ?
Q8
Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta emping baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand dinas. Untuk pemberian bantuan kemasan, apakah pemberiannya diberikan secara rutin ?
Q9
Pemberian kemasan hanya diberikan sekali, kira-kira hanya untuk sebulan setelah habis tidak akan diberikan lagi.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA Keterangan
: P1 Buruh Emping di Kecamatan Menes
Catatan Lapangan
Q
I
: Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015 di Desa Alaswangi Kecamatan Menes. P1
Apakah pernah mendapatkan pelatihan dan pembinaan untuk produksi emping melinjo? Q1
Belum pernah mendapatkan, yang mendapatkan hanya pengrajin emping sedangkan pekerja pembuatnya tidak mendapatkan pelatihan. Apakah dengan bekerja sebagai pembuat emping tidak mengganggu kegiatan rumah tangga?
Q2
Q3
Tidak, karena kegiatan membuat emping dilakukan hanya 3 hari dalam seminggu dan kegiatan pembuatannya pun dimulai setelah pekerjaan di rumah selesai. Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA Keterangan
: P2 Penjual Emping di Kecamatan Menes
Catatan Lapangan
Q
I
: Wawancara dilakukan pada hari Senin, tanggal 28 September 2015 di Desa Cimanying Kecamatan Menes. P2
Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan emping dan keceprek melinjo ? Q1
Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.
MATRIKS HASIL WAWANCARA SETELAH REDUKSI DATA 1. Perencanaan I Pertanyaan/Jawaban
Q
Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? Perencanaan dibagi menjadi dua, perencanaan jangka panjang yaitu meliputi pelatihan dan pembinaan atau biasa disebut sebagai bintek, sedangkan untuk perencanaan jangka pendek yaitu meliputi pemberian bantuan-bantuan yang dapat membantu mendorong dalam pengembangan ekonomi kreatif. Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? Pelatihan dan pembinaan yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan ide dan kreatifitas masyarakat agar dapat memanfaatkan sumber daya alam I1
yang dimiliki oleh daerah dapat memiliki nilai ekonomis dari yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis. Contohnya melinjo yang banyak ditanam di daerah Menes dapat dimanfaatkan oleh masyarakat contohnya ibu-ibu rumah tangga dalam mengisi kekosongannya untuk membuat emping yang berbahan dasar melinjo. Atau ada pula singkong yang dikreatifkan menjadi balok. Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ? Setiap pengrajin emping akan mengajukkan sebuah proposal untuk mendapatkan bantuan pelatihan dan pembinaan. Selain proposal ada beberapa syarat juga yang harus dilengkapi seperti lamanya usaha,bagaimana perkembangan usaha tersebut setiap tahun, dan beberapa syarat lainnya.
Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? Selain pelatihan dan pembinaan, bantuan juga merupakan salah satu cara pengembangan ekonomi kreatif. Proses perencanaan pemberian bantuan sama dengan proses pemberian pelatiahan dan pembinaan yaitu dengan mengumpulkan proposal dan setelah didapatkan pengrajin emping yang proposalnya lolos untuk mendapatkan bantuan maka akan disurvei ke tempat pembuatan emping tersebut bantuan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan usahanya. Perencanaan apa saja yang dibuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang? Pelatihan dan pembinaan merupakan perencanaan jangka panjang, sedangkan untuk pemberian bantuan modal, bantuan pemberian mesin, bantuan pembangunan tempat, dan bantuan kemasan merupakan perencanaan jangka pendek Apa tujuan diadakan pelatihan dan pembinaan ? Pelatiahan dan pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kreatifitas setiap pengrajin emping sehingga mereka memiliki kemajuan. I2
Bagaimana cara atau syarat pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan atau bantuan-bantuan ? Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan memberikan proposal. Selain pelatihan dan pembinaan, adakah perencanaan yang lain untuk pengembangan ekonomi kreatif emping melinjo di Kabupaten Pandeglang ? Tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan tetapi juga memberikan beberapa bantuan seperti bantuan pemberian modal, bantuan pemberian mesin, dan bantuan kemasan. Bantuan yang diberikan akan disesuaikan setelah dari pihak dinas melakukan servei menyesuaikan proposal yang diajukan dengan keadaan tempat pembuatan emping tersebut.
Apakah ada sosialisasi sebelumnya tentang pengenalan bantuan dan pelatihan untuk pengrajin emping ? I3
Petugas dari dinas langsung mendatangi dan memberitahukan untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan.
2. Pengorganisasian I
Pertanyaan/Jawaban
Q
Apakah ada hubungan kerjasama antar dinas dalam melaksanakan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Pandeglang ? Pelatihan dan pembinaan dilaksanakan masing-masing dinas seperti apabila pelatihan dan pembinaan inovasi rasa atau bentuk dari Dinas Pertanian dan Peternakan. Apakah pelaksanaan pelatihan dan pembinaan untuk pengembangan ekonomi kreatif digabungkan atau dilaksanakan masing-masing dinas I1
saja ? Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan sendiri oleh dinas mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasannya tidak dengan kerjasama dengan dinas lain. Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? Dulu terdapat APE (Asosiasi Pengrajin Emping) tetapi untuk sekarang sudah tidak aktif.
Di Kecamatan Menes terdapat central emping, apakah central tersebut berjalan ? apakah pengrajin emping menjual hasil emping melinjonya ke central emping ? Banyak pengrajin emping di Kecamatan Menes yang memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri karena apabila masuk kedalam central emping untuk penjualannya keuntungan yang didapat sedikit karena harga jual ke central emping sangat murah. Pelatihan dan pembinaan mengenai apa yang diberikan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang ? Pelatihan dan pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang mengenai kemasan atau cara distribusi dan atau pemasaran.
I2
Apakah ada organisasi yang menampung perkumpulan petani-petani melinjo di Kecamatan Menes ? APE merupakan asosiasi untuk pengrajin emping di Menes tetapi sekarang sudah tidak aktif sudah tidak pernah ada laporan untuk kegiatan organisasinya. Bagaimana dengan keaktifan central emping ? Central emping sudah tidak aktif pada hari-hari biasa ramai hanya pada hari libur. Karena para pengrajin emping rata-rata menjual langsung sendiri. Hal ini karena menurut para pengrajin emping jika dijual ke central emping keuntungan yang didapat sedikit karena para pengrajin emping menjualnya lebih murah jika dijual ke central emping.
3. Pengarahan I Q
Pertanyaan/Jawaban Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ?
I1
Pelatihan dan pembinaan, bantuan modal, ataupun bantuan mesin diberikan kepada pengrajin emping yang memang usahanya belum begitu maju tetapi ada potensi untuk kemajuan karena pengrajin emping tersebut memiliki jiwa untuk maju dan memiliki bakat untuk lebih berinovasi.
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? Setiap pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan harus melalui seleksi terlebih dahulu yaitu dengan syarat mengajukan proposal untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? Bantuan modal diberikan kepada pengrajin emping setelah pengrajin emping tersebut mendapatkan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Dengan bantuan modal yang diberikan diharapkan pengrajin emping lebih semangat untuk mengembangkan usahanya. Bagaimana dengan jumlah bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping ? Modal yang diberikan tergantung pengajuan yang diajukan oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan bantuan modal dan biasanya sekitar Rp.2.000.000,00 atau Rp.5.000.000,00. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ? Setelah mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping akan mendapatkan arahan yang diberikan oleh dinas untuk masalah pendistribusian. Tetapi hal ini baru diberikan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki pelanggan di luar negeri. Contohnya salah satu pengrajin emping yang berada di daerah Kecamatan Jiput yang memang sudah luas pendistribusiannya. Dengan bentuk bagaimana pengarahan atau motivasi diberikan kepada pengrajin emping di Kabupaten Pandeglang ? Pelatihan dan pembinaan maupun bantuan diberikan kepada pengrajin emping yang masih di bawah yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang. I2
Apakah semua pengrajin emping yang ada di Kabupaten Pandeglang bisa mendapatkan Pelatihan dan pembinaan ? Proses seleksi yang harus dilakukan oleh pengrajin emping untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan yaitu dengan mengajukan proposal dan dengan didukung beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pengrajin emping yang ingin mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Apakah buruh emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Hanya pengrajin emping saja yang mendapatkan karena dari pengrajin emping bisa disalurkan hasil pelatihannya kepada buruh empingnya. Bagaimana proses untuk mendapatkan bantuan modal ? Bantuan modal yang diberikan tidak hanya untuk penambah modal secara cuma-cuma karena dengan diberikan bantuan modal maka pengrajin emping tersebut diharapkan mengalami perkembangan dalam usahanya yang merupakan ekonomi kreatif. Setelah diberikan bantuan-bantuan, apakah pengrajin emping dilepaskan begitu saja atau mendapatkan arahan terlebih dahulu ? Untuk pengarahan penjualan atau pendistribusian akan diberikan apabila pengrajin emping tersebut meminta saat mendapatkan bnatuan. Tetapi biasanya dinas memberikan pengarahan penjualan kepada pengrajin emping yang sudah memiliki banyak pelanggan diluar. Apakah ada syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Petugas dinas datang sendiri untuk langsung mengundang menghadiri pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas tersebut yang biasanya tempat pelatihannya di kantor dinasnya ataupun di hotel. Berapa jumlah buruh yang bekerja untuk proses pengelolaan emping melinjo dan keceprek melinjo ? Jumlah buruh emping dan keceprek sebanyak 35 orang yang terdiri dari 20 I3
orang buruh keceprek sedangkan 15 orang untuk buruh emping. Apakah buruh emping melinjo mendapatkan pelatihan dan pembinaan ? Hanya pengrajin emping saja yang diberikan pelatihan dan pembinaan sedangkan buruh tidak. Sedangkan untuk buruh tidak mendapatkan. Untuk bantuan modal, nomilan jumlahnya apakah diajukan oleh pengrajin emping atau sudah diatur oleh dinas ? Bantuan modal yang diterima sudah diatur oleh dinas cukup tidak cukup modal yang diberikan sudah diatur oleh dinas.
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan bantuan-bantuan, apakah ada pengarahan dalam pendistribusiannya dari dinas ? Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan diawal, lalu mendapatkan bantuan-bantuan, pengrajin emping dilepas untuk pendistribusiannya tidak diarahkan untuk pendistribusian atau penjualan yang menarik sehingga bisa sampai luar daerah.
4. Pengawasan I
Pertanyaan/Jawaban
Q
Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan, apakah ada pengawasan terhadap pengrajin emping atau tidak ? Karena kurangnya sumber daya yang dimiliki oleh dinas, sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan pengembangan untuk hasil pelatihan dan pembinaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk pengawasan biasanya dilaksanakan sebelum dilaksanakan kembali pelatihan dan pembinaan tahun berikutnya. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? I1
Bantuan yang diberikan baik bantuan mesin maupun bantuan kemasan pengawasannya tidak seintens atau serutin yang seharusnya karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ? Bantuan modal yang diberikan kepada pengrajin emping harus diimbangi dengan adanya laporan mengenai pengembangan pendapatan dan keuntungan yang harus diberikan oleh pengrajin emping kepada dinas. Sehingga bantuan modal yang diberikan jelas pemakaiannya dan sesuai dengan tujuan untuk pengembangan.
Bagaimana proses pengawasan terhadap pengrajin emping yang sudah mendapatkan pelatihan dan pembinaan dan mendapatkan bantuanbantuan ? Pengawasan atau pengendalian yang baik biasanya dilakukan selama sebulan sekali. Tetapi karena sumber daya manusia yang dimiliki sehingga pengawasan dan pengendalian dilaksanakan hanya setiap setahun sekali sebelum awal tahun. Bagaimana dengan proses pengawasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan ? I2
Seharusnya bantuan mesin dan kemasan itu sangat penting dilaksankaan pengawasan karena biasanya pengrajin emping ketika mendapatkan bantuan mesin dan kemasan tidak pernah awet, tetapi karena terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki sehinga pengawasan terhadap bantuan-bantuan tidak dapat dilaksanakan. Untuk pemberian bantuan modal, apakah pengrajin yang mendapatkan bantuan modal wajib memberikan laporan untuk pengawasannya ? Pengrajin emping yang mendapatkan bantuan modal wajib menyerahkan laporan setiap sebulan sekali mengenai kondisi keuangan bagaimana keuntungan yang diperolah setelah mendapatkan pelatihan dan bantuan modal yang diberikan. Dalam pendistribusiannya, apakah ada pengawasan dari dinas ? Selama mendapatkan bantuan belum pernah ada pengawasan dalam proses
I3
pembuatan ataupun pengawasan tentang bagaimana proses pendistribusian. Dinas mendatangi hanya jika akan ada pameran maka dinas meminta emping baik keceprek maupun emping biasa untuk dipamerkan di pameran di stand dinas. Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan ?
P1
Belum pernah ada pengawasan atau pengontrolan bagaimana proses produksi pembuatan emping setelah pengrajin emping mendapatkan pelatihan dan pembinaan.
Apakah ada pengawasan penjualan dari dinas dalam penjualan emping dan keceprek melinjo ? Emping dan keceprek dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang P2
para konsumen rata-rata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.”(wawancara dengan P dibeli langsung dari pengrajin emping tetapi sekarang para konsumen ratarata ingin membeli langsung ketempat pembuatannya jadi penjualan emping di pasaran tidak selaku seperti dulu.
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Ibu Onah (Kasi Binus dan Pembiayaan Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang)
Struktur Organisasi dan Visi Misi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Ibu Ineu (Kasi Fasilitas Pembiayaan Industri Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang)
Struktur Organisasi dan Surat Disposisi Penelitian Dinas Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dengan Ibu Sarmiah (Pengrajin Emping) dan Ibu Enung (Buruh Emping) di Desa Alaswangi Kecamatan Menes.
Gambar Depan Tempat Pembuatan Emping di Alaswangi Menes
Berbagai Macam Rasa Emping yang dijual di Sukses Mulya milik Ibu Sarmiah
Alat-alat Pembuatan Emping
Proses Penjemuran Emping
Setelah Emping dijemur
Curriculum Vitae Data Diri Nama
: Erin Nurfajriah
Tempat Tanggal Lahir
: Pandeglang. 07 November 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Kp. Panguseupan RT. 03/14 No.100 Labuan Pandeglang Banten
Telephone
: 081284447507
Riwayat Pendidikan 1999-2005
SD Negeri 01 Labuan
2005-2008
MTs MII Cidangiang
2008-2011
SMK Negeri 1 Pandeglang Jurusan Administrasi Perkantoran
2011-2016
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Administrasi Negara
Pengalaman Bekerja Praktek Kerja lapangan Tempat praktek
: PT KIEC Cilegon
Periode
: Juli 2010-September 2010
Posisi
: Administrasi di Bagian Logistik
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Serang, Januari 2016
Erin Nurfajriah