PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Citra Dwi Oktavia Saputri NIM 12102241012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2017
i
MOTTO
Orang lanjut usia bukan untuk dijauhi. Orang lanjut usia siap berkiprah di masyarakat dengan segala keterbatasannya Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi. (HR. Ahmad)
v
PERSEMBAHAN Atas Karunia Allah SWT Aku Persembahkan Karya Tulis Kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta doa yang tak pernah lupa Ia sisipkan sehingga penulis berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas pengorbanan yang telah diberikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.
vi
PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA Oleh Citra Dwi Oktavia Saputri NIM 12102241012 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia yang terdiri :1) peran keluarga lansia 2) peran kader lansia (3) faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Informan ditentukan dengan cara Purpose Sampling. Informan terdiri dari 2 kader lansia, 5 lansia yang berusia 60 ke atas dan 5 keluarga yang mempunyai lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis interaktif dengan tiga komponen yang terdiri dari display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi sumber dilakukan untuk memperoleh keabsahan data.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keluarga berperan sebagai motivator, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia, memperhatikan pola makan, kesehatan, kebersihan, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan TPL 2) peran dari kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator, mendampingi lansia saat kegiatan, dan melakukan pemeriksaan tensi serta berat badan. 3) Faktor pendukung lansia dalam mengikuti kegiatan adalah adanya kemauan dari dalam diri lansia,dukungan keluarga, keaktifan kader dan rasa solidaritas yang tinggi. Sedangkan faktor penghambatnya disebabakn oleh beberapa faktor, yaitu faktor umur yang sudah lanjut, kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar, serta kurangnya kesadaran di dalam diri lansia.
Kata kunci
: keluarga, lansia, kesehatan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 4. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran pembuatan skripsi ini. 5. Ibu Widyaningsih, M. Si selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan membimbing dan menguji serta memberikan masukan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan. 7. Kepada subjek penelitian atas kesediaannya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 8. Bapak, Ibu, dan kakakku atas doa, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya. 9. Teman-teman PLS 2012 atas dukungan, motivasi dan silaturahmi kita.
viii
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv MOTTO ..............................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
8
C. Batasan Masalah......................................................................................
9
D. Rumusan Masalah ...................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ............................................................................................ 11 1. Pengertian Peran................................................................................ 11 2. Pengertian Keluarga .......................................................................... 11 3. Fungsi Keluarga ................................................................................ 13 4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL) .......................................... 15 5. Lanjut Usia (Lansia) .......................................................................... 19 6. Posyandu Lansia .............................................................................. 36 B. PENELITIAN YANG RELEVAN ......................................................... 46 C. KERANGKA BERFIKIR ....................................................................... 48
x
D. PERTANYAAN PENELITIAN ............................................................. 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 52 B. Setting, Waktu, dan Lama Penelitian ...................................................... 52 C. Subyek Penelitian .................................................................................... 53 D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 54 1. Pengamatan atau Observasi......................................................... 54 2. Wawancara Mendalam ................................................................ 54 3. Dokumentasi ............................................................................... 55 E. Instrumen Penelitian................................................................................ 55 F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 56 1. Reduksi Data (data reduction) .................................................... 56 2. Penyajian Data (data display) ..................................................... 57 3. Penarikan Kesimpulan(conclusion drawing) .............................. 57 G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 58 1. Deskripsi Kegiatan Lansia di RW 11 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman ............................................................... 58 a. Kegiatan BKL dan TPL ............................................................... 58 b. Letak Geografis ........................................................................... 58 c. Jumlah Lansia .............................................................................. 59 d. Data Kader ................................................................................... 59 e. Struktur Organisasi ...................................................................... 60 f. Fasilitas ........................................................................................ 61 2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 61 a. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia ............ 61 b. Peran Kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan Lansia ...... 65 c. Faktor Pendukung dan penghambat lansia mengikuti Kegiatan lansia ............................................................................ 67 B. Pembahasan ............................................................................................. 71
xi
1. Peran Keluarga dalam meningkatkan Kesehatan Lansia .................. 71 2. Peran kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan lansia .............. 73 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Lansia Mengikuti Kegiatan Lansia ................................................................................. 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.............................................................................................. 82 B. Saran ........................................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85 LAMPIRAN
......................................................................................... 88
xii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Jumlah Lansia ....................................................................................... 59 Tabel 2. Data Kader Lansia ................................................................................. 59 Tabel 3. Data Kehadiran Lansia ......................................................................... 64 Tabel 4. Jadwal Kegiatan TPL ............................................................................ 64
xiii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Berfikir .............................................................................. 50 Ganbar 2. Struktur Organisasi ............................................................................ 60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Pedoman Observasi ........................................................................ 89 Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ................................................................... 90 Lampiran 3. Pedoman Wawancara ..................................................................... 91 Lampiran 4. Hasil Wawancara ........................................................................... 99 Lampiran 5. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara .................... 112 Lampiran 6. Catatan Lapangan ........................................................................... 122 Lampiran 7. Data Lansia ..................................................................................... 134 Lampiran 8. Data Hadir Kegiatan TPL ............................................................... 136 Lampiran 9. Hasil Dokumentasi Foto ................................................................. 139 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian...................................................................... 142
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Lansia adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. Manusia bisa disebut lansia jika usianya antara 60-74 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah penduduk lansia tertinggi di Indonesia. Pemerintah mencatat di Yogyakarta dari total penduduk di wilayah tersebut, jumlah penduduk lansia berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 yaitu sebanyak 12,96% dari total populasi penduduk dan diperkirakan lansia mencapai 13,4% pada tahun 2015, meningkat 14,7% (2020), dan 19,5% (2030) (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini diperkuat di daerah penelitian dengan jumlah lansia meningkat, di tahun 2015 berjumlah 80 lansia dan di tahun 2016 berjumlah 85 lansia.
1
Pertambahan penduduk Lanjut usia disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan, tetapi disisi lain meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik fisik, sosial, ekonomi, dan psikis yang menyangkut masalah kesehatan. Oleh karena itu dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit (Argyo Dermatoto, 2006: 7). Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berpengaruh terhadap aspek kehidupan terkait dengan penurunan pada kondisi fisik, psikis, dan sosial. Penurunan kondisi fisik akan membawa ke kondisi yang rawan terhadap berbagai gangguan penyakit. Penurunan kondisi psikis dan sosial membawanya pada rasa kurang percaya diri, tidak berguna, kesepian, bahkan depresi. Rasa kesepian itu muncul didorong oleh adanya perasaan kehilangan akibat terputusnya hubungan atau kontak sosial dengan teman, sahabat, yang membawanya kepada rasa kehilangan, terpencil, dan tersisih. Kondisi ini juga mengisyaratkan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia lanjut seharusnya juga membawa konsekuensi pada makin meningkatnya kebutuhan akan layanan bagi mereka. (Siti Partini Suardiman, 2007: 3). Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Di samping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih dibandingkan dengan keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Perubahan struktur keluarga dari keluarga luas atau keluarga besar ke keluarga inti juga mempengaruhi layanan perawatan kepada orang tua. Bentuk keluarga luas lebih menjamin layanan perawatan bagi usia lanjut karena banyaknya orang yang tinggal dirumah, usia lanjut juga tidak merasakan kesepian. (Siti Partini Suardiman, 2007: 12).
2
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak yang dilahirkan. Sedangkan keluarga luas adalah unit masyarakat terkecil yang terdiri dari Kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber – sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. (Utami Munandar, 2001: 187) Keluarga merupakan tempat di mana orang dapat menjadi diri sendiri, merasa bebas, aman dan nyaman. Oleh karena itu keluarga merupakan suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap orang. Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang disekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. (Siti Partini Suardiman, 2007: 31). Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram dan nyaman tetapi juga dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan,
3
perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. BKL terdiri dari 3 komponen yaitu keluarga, kader, dan lansia. Dapat dikatakan bahwa dewasa ini lebih sedikit anak usia produktif yang dapat menampung orang tuanya yang sudah lanjut usia di dalam keluarga. Lama kelamaan akan ditemukan kenyataan bahwa keluarga tidak lagi secara penuh dapat menjadi basis kekuatan yang menopang kesejahteraan (sosial) lansia. Nilai-nilai kemandirian, tidak ingin berada dalam ketergantungan pada anak-anak, yang merupakan nilai-nilai yang berasal dari masyarakat modern, dewasa ini telah banyak penganutnya dalam masyarakat Lansia sendiri. Banyak lansia yang memilih hidup terpisah dari anak-anak, tidak ingin merepotkan namun tetap merasa bahagia. (Utami Munandar, 2001: 188) Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah lansia banyak. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Salah satunya yaitu RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman. Di RW 11 Kepuh ini terdiri dari enam RT yaitu RT 40 sampai RT 45. Keseluruhan jumlah lansia yang ada yaitu 85 lansia. RT 40 ada 11 lansia, Rt 41 sebanyak 23 lansia, Rt 42 ada 8 lansia, Rt 43 ada 18 lansia, Rt 44 14 lansia dan Rt 45 ada 11 lansia. di RW 11 ini setiap tahunnya jumlah lansia bertambah, jumlah lansia pada tahun 2015 sebanyak 80 lansia dan pada 2016 bertambah menjadi 85 lansia. Di RW 11 Kepuh ini terdapat dua kegiatan lansia yaitu Taman Pendidikan Lansia (TPL) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). TPL dilaksanakan setiap tanggal 5,
4
kegiatan yang dilakukan meliputi penimbangan, pengukuran tensi, pemberian obat-obatan, pemeriksaan, dan permainan-permainan seperti menyanyi, senam, berjoget, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk BKL dilaksanakan setiap tanggal 23. Dalam BKL ini yang dibina adalah keluarga yang mempunyai lansia dengan memberikan pelajaran atau pengetahuan yang menyangkut tentang lansia. Manfaat dari kegiatan ini agar keluarga yang mempunyai lansia dapat lebih memperhatikan atau merawat lansia. Selain kegiatan BKL di RW 11 juga terdapat kegiatan TPL yang bersamaan dengan kegiatan posyandu lansia dilaksanakan setiap tanggal 5. Dengan adanya kegiatan TPL yang dapat memberi manfaat bagi lansia untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Melalui kegiatan ini, keluarga maupun lansia itu sendiri dapat memantau bagaimana kondisi kesehatannya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tidak semua anggota lansia hadir karena kurangnya motivasi dari angota keluarga sendiri yang menyebabkan lansia kurang optimal dalam mengikuti kegiatan lansia. Dari 85 jumlah keseluruhan lansia yang mengikuti kegiatan lansia hanya antara 25-35 lansia. Selain itu, masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan kondisi lansia karena disibukkan dengan pekerjaan. Mengingat kondisi dan permasalahan Lanjut usia tersebut, maka penanganan masalah Lanjut usia harus menjadi prioritas. Keluarga mempunyai peran penting dalam penanganan lansia. Namun selain keluarga, kader lansia juga memiliki peran yang penting. Sebelum pelaksanaan kegiatan lansia kader membagikan undangan agar lansia hadir dalam kegiatan, tetapi terkadang kader lupa
5
membagikan undangan. Belum maksimalnya peran kader lansia ini berpengaruh terhadap jumlah lansia yang hadir pada saat kegiatan berlangsung. Di RW 11 Kepuh
ini kader lansia dalam kegiatan TPL
berjumlah 10 orang yang kebetulan semuanya wanita dan kader kegiatan BKL berjumlah 8 orang. Namun tidak semua kader bisa hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan dikarenakan kader mempunyai kepentingan yang bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Hal ini menyebabkan peranan kader menjadi belum bisa maksimal. Jumlah Keluarga di RW 11 yang mempunyai lansia atau merawat lansia ada 20 orang. Tidak semuanya tinggal dalam satu rumah, terdapat lansia yang menempati rumah sendiri tetapi ada anggota keluarga yang tetap merawatnya. Peran keluarga sangat penting untuk merawat dan menjaga bagi lanjut usia tidak terelakkan karena salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang disekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat dengan sumber kesejahteraan sosial bagi lansia. di dalam keluargalah para usia lanjut menghabiskan masa tuanya, sehingga keluarga wajib menciptakan suasana nyaman bagi para usia lanjut.
Namun perubahan
struktur keluarga dari extended family ke nucleus family cenderung akan mengurangi dukungan keluarga kepada usia lanjut. Bentuk nucleus family atau keluarga batih yang jumlah anggotanya kecil, yaitu hanya suami isteri dan anak-anak saja, membatasi adanya anggota keluarga yang dapat
6
melayani kehadiran usia lanjut di rumah. (Siti Partini Suardiman, 2007: 100). Jumlah lanjut usia yang cukup banyak perlu terus dijaga agar tetap produktif, sehat, dan berdaya guna, agar para Lanjut usia tidak menjadi beban
keluarga dan masyarakat secara sosial dan ekonomi, mengingat
proporsinya cukup besar. Para lanjut usia
biasanya memiliki banyak
masalah degeneratif karena fungsi organ tubuhnya tidak lagi prima, atau masalah psikis seperti depresi karena merasa tidak lagi dibutuhkan. Secara umum semakin menua seseorang, kondisi kesehatan juga akan mengalami penurunan. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Tinggi derajat kesehatan lanjut usia juga di lihat dari jumlah angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang yang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan menganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan normal sebagaimana biasanya. Kondisi kesehatan lansia di RW 11 Kepuh bermacam-macam. Ada lansia yang sehat dan ada pula lansia yang sakit. Penyakit yang diderita lansia di RW 11 Kepuh bervariasi, terdapat lansia yang mengidap penyakit jantung, stroke, hipertensi. Selain itu juga terdapat berbagai kondisi yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
7
Kondisi kesehatan lansia selain dipengaruhi oleh penyakit juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh hal lain seperti gizi. Masalah gizi pada lansia perlu menjadi perhatian khusus karena memperngaruhi status kesehatan. Masalah gizi kurang maupun gizi lebih pada lansia memacu timbulnya penyakit degeneratif. Permasalahan yang ditemui di daerah RW 11 Kepuh menjadi menarik untuk dilakukan penelitian tentang peran BKL khususnya yang memiliki lansia berupa aktivitas dalam mengurusi lansia dan motivasi untuk mengikuti kegiatan lansia khusunya kegiatan TPL yang ada di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren guna meningkatkan kesehatan lansia. Sesuai landasan pemikiran tersebut, maka ditetapkan topik penelitian : Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi adalah: 1. Jumlah lanjut usia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. 2. Masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan kondisi lansia karena disibukkan dengan pekerjaan sehingga peran BKL belum optimal. 3. Kondisi kesehatan lansia yang bervariasi. 4. Kehadiran Lanjut usia di TPL masih kurang aktif
8
5. Belum optimalnya peran kader lansia. C.
Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Agar peneliti lebih mendalam, maka fokus penelitian dibatasi pada Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) yang terdiri dari: 1. Bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia? 2. Bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan TPL? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa rumusan permasalahan 1. Mendeskripsikan bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. 2. Mendeskripsikan bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.
9
3. Mendeskripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi Jurusan Pendidikan Luar sekolah karena sesuai dengan salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Lansia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lanjut Usia Lanjut usia menjadi lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. b. Bagi keluarga Keluarga lebih dapat memperhatikan orang lanjut usia yang ada dalam keluarganya. c. Bagi Peneliti Peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman terkait dengan peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran Menurut Ravik Karsidi (2007: 79) peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status (kedudukan) tertentu. Senada dengan pendapat Soerjono Soekanto (2010: 212) bahwa peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yaitu orang yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan berarti telah menjalankan suatu peranan. Sedangkan peran menurut Poerwadarminta (1995: 751) peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa. Selain itu, menurut Koentjaraningrat peran adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimiliki. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu tanggung jawab atau tugas sesuai kedudukan di masyarakat. 2. Pengertian Keluarga Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang
11
terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan masyarakat manusia. (Abu Ahmadi, 2002: 239) Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Di dalam keluarga, manusia pertamatama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dan lain-lain. Dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki normanorma dan kecakapan-kecapakan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. (Abu Ahmadi, 2002: 255) Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu: a. Universalitet, artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial. b. Dasar emosional, artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras. c. Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu. d. Besarnya keluarga yang terbatas. e. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial. f. Pertanggungjawab dari anggota-anggota. g. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen. Akibat dari pengaruh adanya perubahan perkembangan keluarga menyebabkan hilangnya peranan sosial, yaitu: a. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri untuk keluarganya, tetapi lama kelamaan
12
fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu. b. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah, kecuali anak kecil yang masih hidup dalam hubungan kekeluargaan. c. Tugas bercengkrama di keluarga menjadi memudar, karena tumbuhnya perkumpulan-pekumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin kecil. Menurut Abu Hamadi, dalam sejarah kehidupan keluarga terdapat empat tingkat sebagai berikut: a. Formatif pre-nuptial stage: yaitu tingkat persiapan sebelum berlangsungnya perkawinan. Dalam tingkat ini adalah masa berkasih-kasih, hubungan yang makin lama makin menjadi erat antara pria dan wanita masing-masing berusaha untuk memperbesar cita-citanya. b. Nupteap stage: yaitu tingkat sebelum anak-anak/ bayi lahir yang merupakan permulaan daripada keluarga itu sendiri. Dalam tingkat ini suami istri hidup bersama menciptakan rumah tangga, mencari pengalaman baru, sikap baru terhadap masyarakat. c. Child Rearing stage: tingkat ini adalah pelaksana keluarga itu sendiri. Pertanggungjawab mereka selalu bertambah, berhubung adanya anak-anak mereka. d. Maturity stage: tingkat ini timbul apabila anak-anaknya tidak lagi membutuhkan pemeliharaan orang tuanya, setelah dilepaskan dari tanggung jawab, kemudian anak-anak melakukan aktivitas baru. (Abu Ahmadi, 2002: 242) Peran keluarga yang berhubungan dengan fungsi cinta kasih juga sangat berperanan dalam memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi semua anggota keluarga untuk tumbuh berkembang mencapai potensi optimum. 3. Fungsi Keluarga Menurut Abu Ahmadi, Fungsi keluarga adalah sangat penting sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Jenis-jenis fungsi keluarga adalah: a. Fungsi edukatif
13
Fungsi edukatif berkaitan dengan fungsi pendidikan, di mana anggota keluarga seharusnya dapat tetap mendidik orang tua atau lansia agar selalu mendapat ilmu yang berkaitan tentang kehidupan lansia. b. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi di dalam keluarga ini dapat mengajarkan bagaimana berhubungan baik dengan lingkungan sekitar, sehingga lansia di hari tuanya tetap dapat bersosialisasi dengna lingkungan dan dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang ada di lingkungannya. c. Fungsi Perlindungan Fungsi perlindungan dilihat dari cara keluarga melindungi anggota keluarga yang lainnya sehingga merasa nyaman saat berada dirumah. d. Fungsi Afeksi Fungsi ini harus dimiliki oleh keluarga, lebih-lebih keluarga yang mempunyai lansia karena fungsi ini merupakan fungsi kasih sayang sehingga di dalam keluarga lansia mendapat rasa kasih sayang dan perhatian dari anaknya atau anggota keluarga lainnya. e. Fungsi religius Agama merupakan kebutuhan dasar manusia dan keluargalah tempat pertama manusai mengenal agama. Sehingga anggota keluarga tetap mengingatkan orant tua atau lansia agar selalu melaksanakan perintah agamanya sesuai keyakinan yang dianut. f. Fungsi rekreasi
14
Fungsi ini dilihat dari cara keluarga menciptakan suasana yang menyenangkan seperti menonton TV bersama atau meluangkan waktu untuk rekreasi agar orang tua atau lansia tetap merasakan senang di dalam keluarganya. 4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL) a. Pengertian BKL Menurut BKKBN (2011: 10), bahwa keluarga lansia adalah keluarga yang di dalamnya terdapat anggota yang lanjut usia atau keluarga yang seluruh anggotanya lanjut usia. Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga lansia adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga lanjut usia atau seluruh anggota keluarganya adalah lanjut usia. Berangkat dari pengertian keluarga lansia di atas, dapat dikatakan bahwa: Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya (BKKBN, 2011: 10). Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto (2007: 36), bahwa: Bina Keluarga Lansia atau yang biasa disebut BKL adalah suatu usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia. Untuk itu potensi lansia yang masih ada perlu dipelihara dan dikembangkan. Sedangkan menurut Elfi bahwa kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) merupakan paket Upaya Kesejahteraan Lanjut Usia melalui Pemberdayaan Keluarga dengan program pokok adalah (1) pelaksanaan usaha ekonomi
15
produktif keluarga lansia dalam memanfaatkan waktu dan memberdayakan kemampuan anggota keluarga dan lansia, (2) membudayakan tingkah laku anggota keluarga dalam memberikan pelayanan, penghormatan dan penghargaan kepada anggota keluarga lansia, dan (3) pemberdayaan peran serta lansia sesuai dengan kekayaan pengalaman, keahlian dan kearifannya dalam pembangunan Keluarga sejahtera atau meningkatkan mutu kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat,
berbangsa
dan
(http://repository.unib.ac.id/8661/1/I,II,III,I-14-ezi-FK.pdf
bernegara. diunduh
pada
hari Rabu 8 Juni 2016 jam 14:35 WIB) Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga Lansia adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. b. Tujuan BKL Menurut BKKBN (2009: 11), bahwa tujuan bina keluarga lansia adalah meningkatkan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hidup sehat, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
16
c. Sasaran BKL BKKBN (2009: 7), membagi sasaran program bina keluarga lansia 40 kepada dua macam, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung, diantaranya keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia dan keluarga yang seluruh anggotanya lansia. Sedangkan sasaran tidak langsung, yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi masyarakat. d. Peran BKL BKKBN (2011: 17), peran Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia, memahami dan membina kondisi serta mengatasi permasalahan Lansia, guna meningkatkan kesejahteraan Lansia. e. Peran Lansia di dalam keluarga Menurut BKKBN (2009: 22), disebutkan bahwa peran lansia di dalam keluarga diantaranya: 1) Sebagai penasehat atau pembimbing keluarga dan sanak saudara di lingkungan keluarga. 2) Sebagai panutan di dalam keluarga. 3) Mengamalkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang baik dan berharga kepada anak cucu dan generasi muda. 4) Membantu meningkatkan pendapatan keluarga. f. Peran Keluarga dalam Pembinaan terhadap Lansia
17
Sedangkan peran keluarga dalam pembinaan terhadap lansia. menurut BKKBN (2009: 22), diantaranya: 1) Memberikan fasilitas atau kemudahan bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. 2) Pembinaan keagamaan. 3) Pembinaan fisik. 4) Pembinaan psikis/ mental. 5) Pembinaan sosial ekonomi. g. Pengelolaan Program Bina Keluarga Lansia (BKL) Pada pengelolaan program Bina Keluarga Lansia (BKL) sendiri menurut BKKBN (2009: 12-15), dijelaskan langkah-langkah pembentukan kelompok Bina Keluarga Lansia, yaitu: 1) Persiapan, meliputi kegiatan: a) Penggalangan kesepakatan. Penggalangan kesepakatan dilaksanakan dalam pertemuan yang membahas tentang pentingnya BKL, dengan kesepakatan bersama perlu dibentuknya kelompok BKL. b) Inventarisasi sasaran dan tenaga/ ahli. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan R/I/KS dan sumber lain serta dilakukan inventarisasi tenaga/ ahli di bidang lansia. 2) Pembentukan kelompok-kelompok kader a) Pemilihan kader (1) Syarat kader, yaitu: (a) Wanita atau pria telah berkeluarga dan aktif di masyarakat. (b) Dapat membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik. (c) Bertempat tinggal di lokasi kegiatan. (d) Sehat jasmani dan rohani. (e) Bersedia mengikuti latihan/ orientasi/ magang. (f) Bersedia menjadi kader. (g) Menjalankan tugas secara sukarela. (2) Tugas dan fungsi kader yaitu: (a) Mengelola kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL). (b) Melakukan penyuluhan. (c) Melakukan kunjungan rumah.
18
(d) Melakukan pembinaan. (e) Melakukan rujukan. (f) Melakukan pencatatan. (g) Melakukan pengembangan KS. (h) Melakukan konsultasi kepada PLKB, tim pembina. b) Pembekalan kader c) Pembentukan kelompok BKL, penyusunan rencana kegiatan kelompok, memberikan penjelasan tentang BKL, dan mengundang calon peserta (keluarga yang memiliki lansia). 3) Pokok-pokok kegiatan kader a) Bagian Inti Pada bagian inti, merupakan kegiatan pembelajaran pada program keluarga lansia, yang dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kader terhadap lansia dan keluarga lansia, kegiatan tersebut meliputi: (1) Penyuluhan (2) Kunjungan rumah (3) Rujukan (4) Pencatatan . b) Penyuluhan a) Pelaksanaannya adalah kader. b) Waktu 1 atau 2 kali sebulan. c) Tempat berdasarkan kesepakatan. d) Materi yang dibahas dalam pertemuan.. 4) Sasaran kegiatan Sasaran langsung adalah lansia yang: a) Tinggal sendiri atau tinggal bersama keluarga baik keluarganya sendiri atau keluarga pengganti. b) Lanjut usia 60 tahun keatas. c) Mengalami hambatan fisik sosial/ mental. d) Terlantar atau miskin. Sasaran tidak langsung adalah: a) Masyarakat dan lingkungan dimana lansia tinggal b) Kelembagaan yang ada di masyarakat seperti karang werdha, orsos, Posyandu Lansia, dll. 5. Lanjut Usia (Lansia) a. Pengertian Lanjut Usia (Lansia) Lanjut usia adalah perkembangan manusiawi yang pada hakekatnya manusia akan mencapai titik akhir perkembangan pada daur ulang kehidupan manusia. Di kalangan masyarakat Indonesia kita sering mendengar sebutan
19
untuk lanjut usia dengan menggunakan sebutan jompo, sedangkan menurut Hasan Alwi (2005: 579) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri dan sebagainya. Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut lansia adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam usia ini, kemampuan fisik dan kognitif manusia sangat menurun. Hal itu nantinya juga berakibat pada berkurangnya tingkat produktivitas manusia. Menurut Siti Bandiyah (2009: 13), bahwa menua adalah suatu proses menghilangkan
secara
perlahan-lahan
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi mormalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Di samping itu WHO mengenai usia lanjut ini juga memberikan patokan pembagian umur sebagai berikut : 1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun. 2) Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun. 3) Tua (old), antara 75-90 tahun. 4) Sangat tua (very old), di atas 90 tahun Menurut hasil penelitian di lapangan, Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren termasuk dalam kelompok usia lanjut (elderly) yaitu lansia berumur 60-74 tahun.
20
Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus
yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan
waktu,sedangkan lanjut usia (old age) adalah nama untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. (Farida Hanum, 2008: 22) Lansia adalah proses yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. Dari pengertian lanjut usia yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai umur 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan berkurang. b. Masalah yang dihadapi Lanjut usia. 1) Masalah pada lanjut usia (active aging, 11: 2010) a) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama bagi lanjut usia laki-laki yang cenderung menyendiri dibandingkan lanjut usia perempuan yang diasuh oleh keluarga besar.
21
b) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi dengan sebaya, sejawat lebih muda, anak dan cucu. c) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit lebih lama. d) Akses transportasi yang tidak/ belum ramah lanjut usia dan terlalu jauh dari rumah. e) Beratnya beban pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan tidak jarang untuk anggota keluarga yang lain seperti menjaga rumah, pekerjaan ruma, mengasuh cucu, dll. Selain itu, masalah yang pada umunya dihadapi oleh usia lanjut dikelompokkan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan, masalah psikologis. 1) Masalah ekonomi Pada
masa
usia
lanjut
ditandai
dengan
menurunnya
produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian berkaitan dengan pada pemenuhan kebutuhan seharihari. Hurlock (2004: 396) melalui Siti Partini (2011: 11) menyatakan, Apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin mereka beli dan untuk membayar simbol status yang bisa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi untuk sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri. Yang mereka pikirkan yaitu
22
bagaimana mereka dapat tinggal tergantung pada saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan orang lain. 2) Masalah sosial Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Kurangnya kontak sosial ini juga menimbulkan perasaan kesepian, murung, terasingkan. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain. (Siti Partini, 2011: 12) Menghadapi kenyataan ini maka perlu dibentuk kelompokkelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan mepertemukan para anggota lanjut usia lainnya sehinga kontak sosial pun berlangsung. 3) Masalah kesehatan Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit. Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai organ tubuh. Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degeneratif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya (Siti Partini, 2011: 13) Departemen
Kesehatan
mencanangkan
tujuan
program
kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun mayarakat. 4) Masalah psikologis
23
Masalah psikologis yang dialami usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari lingkungannya, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguan kurang percaya diri, ketergantungan, dll. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsifungsi fisik dan psikis akibat proses penuaan. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs), kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta kasih sayang (the belongingness and love needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas pekerjaan merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan rasa aman. c. Proses menjadi Tua Perkembangan hidup manusia dimulai dari bayi, anak-anak, reaja, dewasa, dan kemudian tua atau lanjut usia. Menjadi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lanjut usia selalu ditandai dengan kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang dapat menimbulkan masalah/ gangguan yang akan banyak mempengaruhi kegiatan/ aktivitas sehari-hari, misalnya dala hal kelambatan gerak, kurang cepat bereaksi, berkurangnya tenaga, menurunnya daya tahan dan menurunnya fungsi organ tubuh bagian luar maupun bagian dalam. (BKKBN, 2011: 29) Rita Eka Izzaty, dkk (2008, 167) menyatakan bahwa proses menjadi tua itu disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu 1) Fase progesif, fase stabil/ statis, dan fase regresif. Masa progesif adalah masa dimana seseorang mengalami perkembangan yang menyolok.
24
2) Fase stabil/ statis adalah masa dimana seseorang setelah mengalami kematangan segi fisik, psikis, dan sosial akan mempertahankan apa uang telah didapat dan akan meningkatkan serta memantapkannya. 3) Fase regresif yaitu masa di mana seseorang mengalami penurunan sedikit demi sedikit sampai tidak dapat lagi melakukan tugasnya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses menua merupakan proses alami dan normal yang dialami oleh seseorang yang ditandai dari perubahan-perubahan fisik, psikis dan sosial yang berjalan seiring dengan bertambahnya usia seseorang. d. Kesehatan Lanjut Usia Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud sehat adalah keadaan individu baik secara fisik, mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada pasal 3 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang agar teRWujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Komnas Lansia (profil penduduk lanjut usia, 2010: 73). Proses menjadi tua merupakan suatu keaadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya menuju kematian. Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian yang utama pada masa mendatang.Penyakit-penyakit degeneratif tersebut biasanya seperti penyakit tekanan darah tinggi, stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner. (Umiyatun Nawawi, 2009: 23).
25
Lanjut usia juga mengalami keluhan kesehatan setiap bulannya. Keluhan kesehatan adalah seseorang yang mengalami ganguan atau kejiwaan baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya. Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas seharihari, namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar. Tingkat derajat kesehatan lanjut usia dapat juga dilihat dari jumlah angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang yang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya. Angka kesakitan lanjut usia adalah proporsi penduduk lanjut usia yang mengalami kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir.Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yangdigunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan tergolong sebagai indikator kesehatan negatif.Semakin tinggi angka kesakitan menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik buruk. Sebaliknya, semakin rendah angka kesakitan, menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik. Komnas Lansia (2010: 78-79) Upaya yang dilakukan terkait dengan kesehatan lansia diantaranya: (i) meningkatkan kesadaran lansia untuk membinasendiri kesehatannya; (ii) meningkatkan kemampuan dan peranserta keluarga dan masyarakat dalam menghayati danmengatasi kesehatan lansia; (iii) meningkatkan jenis
26
danjangkauan pelayanan kesehatan lansia dan (iv) meningkatkanmutu pelayanan kesehatan lansia (Siti Partini Suardiman, 2007: 56). Hal ini sejalan dengan Undang-undang Lansia No. 13 Tahun 1998 Bab VI Pasal 14 ayat (1) Pelayanan kesehatandimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik,mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, ayat (2)Bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah berupa peningkatan: a. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lansia b. Upaya penyembuhan
(kuratif),yang
diperluas
pada
bidang
pelayanan
geriatrik/gerontologik c.Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderitapenyakit kronis dan/atau penyakit terminal, dan ayat (3) Bahwauntuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lansia yangtidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komnas Lansia (Profil penduduk lanjut usia , 2010: 74) e. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut Dalam Umiyatun Nawawi, (2009: 23) proses menjadi tua merupakan suatu keadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan menuju kematian. Proses degeneratif atau kemunduran fungsi alat-alat tubuh terjadi tidak pada satu alat saja, tetapi terjadi pada seluruh tubuh. Sedangkan dalam Partini (2011: 36-37) proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase (1) fase progresif. (2) fase stabil,
27
dan (3) fase regresif, mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel –sel menurun fungsinya karena telah lama berfungsi, sehingga proses kemunduran lebih dominan dibandingkan dengan terjadinya proses pemulihan. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis , fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh, yang akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Penurunan pada aspek fisik meliputi perubahan pada kerangka tubuh, tulang menjadi keras dan mudah patah. Sistem syaraf pusat berkurang yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan mengingat, sehingga usia lanjut mudah lupa. Menurut Departemen Kesehatan RI Yang dikutip oleh partini, (2011: 39), menyatakan bahwa menjadi tua ditandai kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain: 1) kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap 2) rambut mulai beruban dan menjadi putih 3) gigi mulai tanggal 4) penglihatan dan pendengaran mulai berkurang 5) mudah lelah 6) gerakan menjadi lamban dan kurang lincah 7) kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul Para lanjut usia memerlukan penyesuaian terhadap berbagai penurunan fungsi fisik, dengan maksud agar penurunan tidak dirasakan drastis baik oleh
28
diri maupun orang lain. Rambut yang memutih dan rontok, kulit yang berkeriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal, penglihatan dan pendengaran yang menurun, ke semuanya memerlukan penyesuaian oleh masing-masing usia lanjut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami lanjut usia maka akan mengalami perubahan-perubahan fisik pada dirinya terutama perubahan pada fungsi biologis. Perubahan fisik tersebut meliputi rambut rontok, kulit keriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal, penglihatan dan pendengaran yang menurun. Oleh sebab itu lanjut usia harus bisa menyesuaikan berbagai perubahan fisik pada dirinya. f. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Masyarakat Lilik Ma’rifatul Azizah (2011: 104) Bentuk pelayanan kesehatan pada lanjut usia di masyarakat seperti berikut : 1) Pelayanan lanjut usia di tingkat masyarakat Pada upaya pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan ditingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok/klub lanjut usia. Di dalam kelompok lanjut usia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif.
29
Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan yang lain dari Dinas sosial, agama, pendidikan dan kebudayaan. Peran serta LSM untuk membentuk layanan sukarela misalnya dalam pendirian badan yang memberikan layanan bantu perawatan, kebersihan rumah, atau pemberian makanan bagi para lansia juga perlu diperhatikan. Pada dasarnya layanan kesehatan lanjut usia di tingkat masyarakat seharusnya
mendayagunakan
dan
mengikutsertakan
masyarakat
(termasuk para lansianya) semaksimal mungkin. Contoh nyatanya seperti mengadakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bagi lanjut usia. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian dan pengetahuan masyarakat, dengan berbagai cara antara lain ceramah, lokakarya dan penyuluhan-penyuluhan. 2) Pelayanan kesehatan di masyarakat berbasis Rumah Sakit Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan layanan Geriatrik bertugas membina lanjut usia yang berada di wilayahnya, baik secara langsungatau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya, berupa lokakarya , ceramah-ceramah baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada masyarakat perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat. 3) Layanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit.
30
Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada, menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai dari layanan sederhana berupa Poliknik Lansia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu, bangsal kronik dan/atau Panti Rawat Wredha. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan lanjut usia dimasyarakat yaitu berupa pelayanan yang dilaksanakan oleh peran serta masyarakat, lembaga-lembaga sosial, dan organisasi sosial serta dari instansi-instansi kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Posyandu Lansia g. Harapan Lanjut Usia untuk tetap produktif Sejalan dengan bertambahnya umur seseorang maka kondisi fisik maupun non fisik akan mengalami penurunan akibat proses alamiah. Terjadilah penurunan tingkat produktivitas, bahkan akhirnya tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Partini (2011: 21) Oleh karenanya semua penduduk usia lanjut berharap dirinya tetap sehat, aktif dan berkarya dalam pembangunan bangsa. Sakit-sakitan atau sakit berkepanjangan adalah hal yang sangat tidak diharapkan. Harapan untuk tetap sehat tercermin dari berbagai upaya dan kegiatan yang di tujukan untuk menjaga kesehatan misalnya, mengikuti senam lanjut usia, mengikuti berbagai ceramah-ceramah tentang kesehatan, mengatur pola makanan, aktif dalam organisasi sosial serta rutin memeriksakan kesehatan ke Posyandu pada setiap bulannya.
31
Salah satu kunci keberhasilan bagi lanjut usia agar tetap aktif dan bahagia di usia senja adalah pemanfaatan potensi yang dimiliki sebaik-baiknya. Kunci keberhasilan lainnya adalah menggunakan waktu sebanyak-banyaknya untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu yang berarti dan bermakna. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harapan lanjut usia untuk aktif dan produktif tercermin dari kemauannya untuk tetap bekerja di usia tua dan aktif dalam kegiatan sosial di daerahnya. Untuk tetap produktif dan aktif berkarya lanjut usia perlu menjaga kesehatannya setiap hari dengan menjaga pola makan, melakukan kegiatan lansia yang ada di sekitarnya. Dengan perhatian optimal dari keluarga dapat meningkatkan kehidupan lansia, meningkatkan kemandirian lansia sehingga lansia tetap sehat, mandiri dan produktif. h. Pembinaan Psikologis Bagi Lanjut Usia (Lansia) Kondisi psikologis adalah keadaan mutlak atau jiwa seseorang yang mencakup: 1) Kemampuan berpikir: kemampuan seseorang untuk menangkap, mengolah, dan menilai suatu permasalahan 2) Emosi: keadaan perasaan seseorang misanya stabil/ tidak stabil, sedih/ senang, terkendali/ tidak terkendali. 3) Sikap: kesiapan seseorang untuk bertindak sesuai perasaan dan pikirannya. 4) Perilaku: tindakan atau perbuatan seseorang terhadap lingkungannya.
32
Pada umumnya lanjut usia mengalami perubahan atau kemunduran fungsi psikologis, baik dari segi kmapuan berpikir, emosi, sikap, dan perilakunya. Ada 4 tipe lansia, yaitu: 1) Lansia yang produktif yaitu lansia yang fungsi psikologisnya stabil dan fisiknya kuat. 2) Lansia yang mengalami kemunduran psikologis, tetapi fisiknya masih kuat. 3) Lansia yang memiliki kemunduran fisik, tapi psikologisnya tetap stabil. 4) Lansia yang jompo yaitu lansia yang fisik maupun psikologisnya mengalami kemunduran. (BKKBN, 2011:61) Perubahan psikologis pada lansia: 1) Kemunduran daya ingat/ memori Adanya kemunduran daya ingat, khususnya lupa terhadap hal-hal yang baru saja terjadi, tetapi ingat hal-hal yang sudah lama terjadi. Ada juga sebagian lansia yang mengalami kemunduran dalam proses berpikir seperti lambat menangkap dan mengartikan informasi, sulit konsentrasi, kaku dalam mempertahankan pendapat, kreatifitas berkurang. 2) Perubahan emosi/ perasaan Lansia Perubahan emosi yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain:
33
a) Adanya perasaan tidak berguna dan tidak dibutuhkan orang lain sehingga muncul keinginan untuk diakui orang lain. b) Adanya penurunan dalam menyatakan emosi. Lansia merasa sulit untuk menampilkan perasaannya secara terbuka. 3) Perubahan sikap dan perilaku a) Gerakan kaku dan lamban. Hal ini disebabkan karena kumunduran psikomotorik, sehingga tubuh tidak lentur dan tidak terkoordinasi dengan baik. b) Dalam menjalin hubungan sosial, cenderung mencari orangorang seusianya dan mengurangi partisipasi dalam hubungan sosial. c) Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan kenangan-kenangan
yang
menyenangkan,
kejayaan,
keunggulan, dan keberhasilan. 4) Akibat kemunduran fisik terhadap perubahan psikis lansia Sistem syaraf dipengaruhi oleh kondisi fisik lainnya, misalnya fungsi jantung, penyempitan pembuluh darah, dan berbagai penyakit. Perubahan-perubahan fisik biasanya menyebabkan perubahan pula pada fungsi psikologisnya. 5) Dukungan lingkungan atau suasana kekeluargaan Keluarga yang kurang memberikan perhatian, kurangnya komunikasi dan kurangnya memahami kebutuhan lansia akan mempercepat kemunduran kondisi psikologis lansia.
34
Pembinaan Psikologis Pada Lansia, yaitu: 1) Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam pembinaan psikis lansia yaitu: a) Keluarga perlu menyediakan waktu untuk mengajak berbicara dari hati ke hati serta membantu agar lansia dapat mengungkapkan keluhannya secara terbuka. b) Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan lansia, mencari penyebab masalah dan berbagi pengalaman dengan lansia. c) Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan lansia dengan memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman. d) Keluarga merujuk pada tenaga ahli, apabila mengadapi lansia yang mengalami gangguan mental yang cukup menganggu. 2) Upaya yang bisa dilakukan lansia dalam menjalani masa tuanya, yaitu: a) Menerima usia lanjut dengan lapang dada. Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa dirinya menjadi tua diterima dengan positif dan dengan senang hati memasuki tingkatan hidup yang baru. b) Berlatih melepaskan diri dan bijaksana. Sikap “lepas bebas” dari kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala miliknya. c) Berupaya menghadapi “kesepian. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:
35
(1) Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain. (2) Mengunjungi teman lansia yang hidup sendiri (3) Memperhatikan dan menghibur orang yang kesusahan (4) Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini dilakukan melalui surat menyurat dengan tulisan pendek atau melelui telepon. Upaya-upaya ini akan menyebabkan dirinya terhibur. d) Menemukan minat dan berprestasi. Saat kekuatan jasmani mulai menyusut, ada potensi dan kekuatan dalam diri yang baru berkembang.
Seseorang
akhirnya
menemukan
dan
mengembangkan minatnya sehingga berprestasi diberbagai bidang. 6. Posyandu Lansia a. Pengertian Posyandu Lansia Komnas Lansia (2010: 6) dalam buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia, Posyandu Lanjut usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Kartika Ratna Pertiwi (2012: 2) menyatakan Yandu lansia atau Posyandu kelompok usia lanjut adalah suatu bentuk usaha pelayanan pemantauan kesehatan khusus untuk lansia yang bersumber daya dari
36
masyarakat (UKBM)yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya padapenduduk usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati. Yandu Lansia dipanduoleh kader terpilih yang telah diberikan pendidikan dan pelatihan di tingkat dusun sampaikelurahan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melaluipelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosialdalam penyelenggaraannya Dasar Hukum pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan, (2) UU No. 36 Tahun 2009 pasal 138 Tentang Kesehatan Usia Lanjut, (3) UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, (5) UU No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, (6) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Depkes RI, 2003) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Posyandu Lanjut usia merupakan Pos Pelayanan Terpadu lanjut usia yang kegiatannya di laksanakan dan dikelola oleh masyarakat dan kader lansia yang dibantu oleh
37
pemerintah setempat seperti RT/RW agar masyarakat lanjut usia dapat memelihara kesehatannya dengan mandiri. b. Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia Tujuan
pelayanan Posyandu lansia adalah (1) Meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku positif dari lansia, (2) Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lanjut usia, (3) Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan. Lilik (2011: 106) Kartika dalam penelitian Yandu lansia (2012: 2), yandu lansia bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai denganeksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdayaguna. Secara garis besar, layanan Yandu Lansia bertujuan untuk: 1) Meningkatkan jangkauanpelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yangsesuai dengan kebutuhan lansia, 2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran sertamasyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasiantara masyarakat usia lanjut. Sehingga sasaran Yandu Lansia adalah: 1) Sasaran langsung Kelompok pralansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60 tahun ke atas), kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas) 2) Sasaran tidak langsung
38
Keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat. Siti Maryam dkk (2011: 37) c. Kegiatan Posyandu Lansia Pada dasarnya jenis kegiatan Posyandu Lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan Posyandu Balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain dimasyarakat. Namun Posyandu Lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu, terlebih dulu para penyelenggara Posyandu diharapkan mengerti tujuan penyelenggaraan Posyandu seperti yang telah diuraikan di atas. Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu Lanjut usia yaitu 1) Kegiatan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali. 2) Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di Puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat. 3) Kegiatan pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6
39
bulan. Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan di Posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat. 4) Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu, selain itu dapat memantau faktor risiko penyakit-penyakitdegeneratif agar masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya. Komnas Lansia (2010: 21) d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia Dalam komisi Nasional Lanjut Usia Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sesuaidengan perencanaan
yang telah disepakati.Agar
pelaksanaan kegiatan Posyandu lansia berjalan efisien dan efektif dibutuhkan : 1) Organisasi yang tertata baik 2) Sumber daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan 3) Tugas dan fungsi yang jelas dari masing – masing petugas Posyandu 4) Mekanisme kerja yang baik meliputi perencanaan, pelaksanan, monitoring dan evaluasi. Organisasi Posyandu Lanjut usia adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan
40
sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Dalam komnas Lansia (2010: 17) tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang dibutuhkan adalah: a. b. c. d.
ketua Posyandu sekertaris bendahara kader sekitar 5 orang
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus Posyandu yang saling membantu, namun harus ada penanggung jawab masing masing sesuai bidangnya. Paralanjut usia yang lebih muda dan lebih sehat dapatdiberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengankemampuan masing-masing. Dengan mengajak mereka ikutmembantu penyelenggaraan Posyandu akan memberikanbanyak manfaat antara lain, 1) Para lanjut usia akan merasa Posyandu milik mereka, 2) Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati, 3) Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akanmeningkatkan kesehatan dan mencegah kepikunan, 4) Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatanemosi yang positif antar generasi dan akan membuat lanjut usia rajin datang, 5) Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepatselesai, sehingga akhirnya tersedia waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya. Komnas Lansia (2010: 22) Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat.
41
Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati.Kegiatan tersebut di atas diatur sesuai dengan ketenagaan dan waktu tersedia dan dapat dilakukan pada sebuah gedung, dibawah tenda ataupun di tempat terbuka.Pada prinsipnya kegiatan kesehatan harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan. e. Mekanisme Pelayanan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
Lansia meliputi
pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi
dan
mencatat
perkembangannya
dalam
Buku
Pedoman.Pemeliharaan Kesehatan Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Kartika Ratna Pertiwi (2012: 2) menyatakan Pelayanan yang diselenggarakan dalam Posyandu lansia tergantung pada mekanismedan kebijakan pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten ataupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan Posyandu lansia sistem 5 meja sepertiPosyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja. Namun, secaraumum kegiatan Yandu Lansia meliputi: 1. Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
42
2. Pengukuran tekanan darah (TD), denyut jantung, laju pernapasan dan analisis indeks massatubuh (IMT). 3. Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan 4. Penyuluhan atau konseling, misalnya pelayanan pokok gizi Dalam Umiyatun Nawawi (2009: 26) pelayanan kesehatan lansia merupakan usaha mewujudkan kesejahteraan sosial bagi para orang usia lanjut, pemerintah menetapkan kebijakan untuk membantu dan menyantuni para orang lansia baik dalam panti maupun diluar panti. Pemberian bantuan dan penyantunan kepada orang lansia di dalam panti ditujukan pada orang lansia yang kondisi fisik maupun ekonomi mereka lemah. Program pemerintah yang lain dalam pelayanan kesehatan lansia yaitu Posyandu lansia yang memberikan pelayanan kesehatan seperti, pengecekan kesehatan, penyuluhan menu sehat, olahraga lansia di dalam masyarakat sampai ke tingkat kelurahan. Hal ini merupakan sebuah bukti yang menunjukan perhatian pemerintah terhadap orang lansia.Namun belum semua elemen masyarakat yang dapat menjalankan program tersebut. Pelayanan yang dilakukan di Posyandu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan Posyandu tidak boleh lepas dari konsep menua secara aktif.Menua secara aktifadalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar.Masa tua bahagia dan
43
berdaya guna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi wellness yaitu suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai menua secara aktif. (Komnas Lansia, 2010: 14) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pelaksanan Posyandu Lansia
perlu adanya mekanisme kerja atau
perencanaan yang matang karena Posyandu lansia merupakan salah satu wadah pelayanan kesehatan lansia yang potensial dimasyarakat yang dikembangkan oleh Puskesmas dan aspirasi masyarakat itu sendiri, sehingga dengan adanya Posyandu Lansia ini masyarakat lanjut usia dapat memelihara kesehatannya dengan baik. f. Tugas Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia Kader Posyandu adalah orang dewasa, baik laki–laki atau perempuan yang
mau
bekerja
secara
sukarela
melakukan
kegiatan–kegiatan
kemasyarakatan terkait dengan kesejahteraan lanjut usia. Komnas Lansia (2010: 18). Menurut WHO (1998) kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela (Depkes 2003).
44
Dalam Nurhaida (2012: 14) Jumlah kader Posyandu Lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang. Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader (Depkes RI, 2003 : 128). Persyaratan untuk menjadi kader, antara lain: (1) dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat, (2) mau dan mampu bekerja secara sukarela, (3) bisa membaca dan menulis huruf latin, (4) sabar dan memahami usia lanjut. (Depkes RI, 2003 : 130) Tugas kader dalam Posyandu Lanjut usia antara lain: 1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan Posyandu. 2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan Posyandu. 3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan Posyandu Lanjut usia. 4) Melaksanakan
kegiatan
penimbangan
berat
badan
dan
pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya. 5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya. 6) Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama
45
dan karya) sesuai dengan minatnya. Komnas Lansia (2010: 1819). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran kader sangatlah penting dalam pelaksanaan Posyandu lanjut usia karena tugas dan fungsinya dalam menggerakkan dan bersosialisasi kepada masyarakat. Karena aktif apa tidaknya kaderlah yang menentukan jalannya kegiatan Posyandu Lanjut usia. B. Penelitian yang Relevan 1. Peran Pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Skripsi Swastika Dela Prabandewi. 2014. Universitas Negeri Yogyakarta) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan yang ada di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur antara lain: (a) Pelayanan pengelolaan makanan, (b) Pelayanan Fisik, (c) Pelayanan psikis, (d) pelayanan kesehatan, (e) Pelayanan rohani, (f) Pelayanan sosial, (g) Pendampinge keterampilan dan kesenian. Peran Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lansia di PSTW Yogyakarta Unit Bud Luhur adalah peran pekerja sosial sebagai pendidik, pekerja sosial sebagai pembela, pekerja sosial sebagai mediator fasilitator ( perantara), pekerja sosial sebagai pemungkin (Enablex), Pekerja sosial sebagai penjangkauan (Outreach).Yang menjadi faktor pendukung dari peran pekerja sosial Lansia dalam meningkatkan kesejahteraan lansia di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur antara lain, adanya kolaborasi dengan mahasiswa praktik
46
yang ada di PSTW Yogyakarta unit Budi Luhur sangat membantu pekerja sosial yang saling mendukung, mempunyai jejaring atau kerjasama dengan lembaga-lembaga lain, sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah karakter klien yang berbeda-beda, kemauan klien yang berbeda-beda, dituntut untuk memiliki lingkungan yang bersih akan tetapi lansia atau klien mengalami defisit kebersihan. Penelitian yang relevan di atas mengungkap bagaimana Peran Pekerja Sosial dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia, sedangkan penelitian yang saya lakukan mengungkap bagaimana peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia melalui kegiatan BKL dan TPL. Penelitian ini sama-sama meneliti tentang peran seseorang untuk lansia. 2. Peranan Taman Pendidikan Lanjut Usia (TPL) dalam Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kecamatan Gondokusuman (Skripsi Chairunnisa Martanti, 2000, Universitas Negeri Yogyakarta). Hasil dari penelitian relevan menunjukkan bahwa adanya upaya yang dilakukan TPL dalam mewujudkan kesejahteraan bagi lanjut usia yakni melalui cara pembinaan yang terus berkelanjutan. Upaya pembinaan bagi lanjut usia ini meliputi pembinaan mental dan kesehatan, pembinaan keterampilan, pembinaan kesenian, pembinaan kerohanian dan pembinaan permainan. Peranan TPL dalam upaya peningkatan kualitas lanjut usia adakah sebagai wadah penyaluran minat dan bakat bagi lanjut usia, mendorong timbulnya semangat hidup dan menciptakan lanjut usia yang berkualitas.
47
Penelitian yang saya lakukan membahas tentang Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia melalui kegiatan BKL dan TPL. Penelitian ini sama-sama membahas kegaitan TPL untun meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. C. Kerangka Berfikir Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran kemudian tubuh menjadi dewasa dan berkembang biak. Selanjutnya semakin tua dan akhirnya meninggal.Lanjut usia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai umur 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan berkurang. Di masa tua terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh lanjut usia, diantaranya adalah masalah ekonomi, masalah kesehatan sosial, dan psikologi. Pada masa tua seperti itu lansia akan merasa terangsingkan karena sudah mulai jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bina keluarga lansia adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Adanya Bina Keluarga Lansia akan membantu lanjut usia untuk tetap mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tidak hanya lingkungan sekitar saja, peran BKL sangat penting bagi lansia karena di dalam BKL diajarkan bagaimana melayani, memperhatikan lansia dengan baik agar lansia tetap merasa aman dan nyaman di dalam keluarganya maupun lingkungan sekitar. Peran BKL dalam meningkatkan kesehatan lansia dapat dilihat dari
48
bagaimana keluarga memberikan motivasi kepada lansia daat ada pelaksanaan TPL di lingkungannya. Berdasarkan kerangka berfikir di atas, fokus penelitian ini adalah menggali informasi tentang peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia serta faktor pendukung dan penghambatnya. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian yang dilakukan dapat menjadi acuan bagi lansia dan keluarganya bahwa peran keluarga memiliki peran yang sangat besar dan penting bagi kelangsungan hidup lanjut usia.
49
Masalah Kesehatan -
LANSIA
Penyakit degeneratif Kekebalan tubuh menurun Gangguan fungsi kognitif Keseimbangan badan
Peran BKL dalam Meningkatkan Kesehatan
Bina Keluarga Lansia (BKL) Tempat Pendidikan Lansia (TPL)
LANSIA SEHAT
Gambar 1. Kerangka berfikir
50
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peran keluarga di dalam kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) dan Taman Pendidikan Lansia (TPL) untuk meningkatkan kesehatan lansia? 2. Apakah sebagai keluarga lansia sudah cukup baik dalam menjalankan perannya? 3. Bagaimana keluarga melakukan pendampingan terhadap lansia yang menyangkut masalah kesehatan? 4. Apakah keluarga sudah melakukan pendampingan fisik, psikis kepada lansia? 5. Apakah keluarga yang mempunyai lansia semuanya memperhatikan kesehatan lansia dengan baik? 6. Bagaimana peran kader dalam kegiatan lansia? 7. Bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan Lansia? 8. Apakah peran kader sudah optimal dalam setiap kegiatan yang dilakukan? 9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan TPL?
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Tailor (dalam Moleong, 2006: 4) mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati.Sementara itu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksploitasi (penggalian secara mendalam) dan klasifikasi fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah data dan unit yang diteliti. Dalam hal ini data yang di deskripsikan adalah uraian peran kelurga dalam meningkatkna kehidupan lansia dalam mendorong keaktifan lansia untuk datang pada kegiatan-kegiatan lansia. B. Setting, Waktu dan Lama Penelitian Setting penelitian berkaitan dengan obyek penelitian, yaitu dimana kegiatan penelitian dilakukan. Penentuan setting penelitian dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas obyek yang menjadi sasaran penelitian. Seting penelitian ini di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman. Peneliti memfokuskan pada peran keluarga dalam mengurus Lansia dan meningkatkan kesehatan lansia. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data dilaksanakan selama 2 bulan.
52
C. Subyek Penelitian Penentuan informan penelitian dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orangorang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik dan dimiliki oleh sampel itu serta dipilih dengan cermat hingga relevan dengan Kampungin penelitian (Nasution, 2006: 98). Sugiyono (2013: 300) menerangkan bahwa dalam menentukan obyek penelitian ini dilakukan secara purposive, yaitu teknik pengambilan informan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang akan diteliti. Cara memilih informan dengan menggunakan purposive sampling adalah dengan memilih informan tergantung dengan kriteria apa yang digunakan. Sehingga kita menentukan terlebih dahulu kriteria-kriteria informan yang diambil. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang peran Bina Keluarga Lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia. Kriteria informan sebagai berikut: 1.
Kader kegiatan lansia (BKL dan TPL)
2.
Keluarga yang memiliki lansia
3.
Lansia berusia 60 tahun ke atas Informan dalam penelitian ini adalah kader kegiatan yang
berjumlah dua orang yaitu Ibu SS dan Ibu DQ. Lima orang warga lanjut
53
usia yang berusia 60 taun ke atas yang masih bisa diajak berkomunikasi yaitu Bapak Wdd (63 Th), Bapak Ksr (75 Th), Ibu Sm (65 Th), Ibu Wj (66 Th), Ibu Hm (70 Th) yang bertempat tinggal di RW 11 Kepuh. D. Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan / observasi Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi lapangan terlebih dahulu dengan harapan memperoleh data yang relevan. Observasi yaitu melukiskan dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatat kemudia mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah, sehingga hasil pengamatan itu valid dan reliable, serta hingga obyek pengamatan itu representative bagi gejala yang bersamaan. (Nasution, 2006: 106) Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dan terperinci.Data informasi yang diperoleh melalui pengamatan ini, selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Metode observasi ini
berupa pengamatan langsung yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan BKL dan TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. 2. Wawancara Mendalam Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan dua pihak antara pewawancara dan terwawancara untuk mendapatkan informasi (Lexy Moleong, 2011: 186). Dalam teknik
54
wawancara terdapat pedoman wawancara yang digunakan sebagai petunjuk atau pedoman tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Namun, pertanyaan akan mengalir pada saat peneliti melakukan wawancara dengan informan sesuai dengan kebutuhan dan informasi yang ingin digali. Langkah-langkah yang disiapkan peneliti sebelum melaksanakan wawancara yaitu menyusun draft wawancara, membuat jadwal wawancara dengan informan dan melaksanakan wawancara dengan informan. Wawancara dilakukan secara mendalam kepada subyek penelitian sehingga data tersebut dapat menggambarkan bagaimana pelaksanaan kegiatan lansia dan peran keluarga dalam mengurus lansia. 3.
Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumentasi dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, catatan khusus (case record) dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya (Soehartono, 2005: 70). Dalam penggunaan metode dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data berdasarkan dokumen yang nyata dan ada sehingga data yang diperoleh mendukung keakuratan penelitian
E. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Nurul Zuriah (2005: 168) Menyusun instrumen dalam penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti. Kualitas instrumen yang dibuat akan
55
menentukan kualitas data yang terkumpul. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuanya.Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan dibantu oleh dosen pembimbing. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Menurut (Milles & Huberman, 1992:20) analisis interaktif adalah penggambaran dari tulisan, ucapan, dan perilaku yang diamati.
Ada tiga
komponen pokok dalam model analisis ini, yaitu: 1. Reduksi data ( data reduction ) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penelitian, bahkan sebelum benar-benar terkumpul. Intinya, reduksi data merupakan suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa hingga kesimpulannya dapat ditarik dan diverifikasi.
56
2. Penyajian data ( data display ) Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Data-data dan informasi yang sudah dikelompokan
kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan detail agar setiap data dan informasi tidak lepas dari kondisi permasalahan yang ada. 3. Penarikan kesimpulan ( conclusion drawing ) Merupakan kegiatan mencari arti data, mencatat keteraturan, polapola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proporsi. Penarikan kesimpulan digunakan sebagai langkah untuk meringkas data dalam bentuk kesimpulan, sehingga peneliti dapat mengetahui data apa saja yang telah diperolah yang dapat mendukung
penelitian
dan
menjawab
permasalahan
yang
dirumuskan secara lebih mendalam. G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber menurut Patton (dalam Moleong, 2006: 178) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu info yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya dengan membandingkan hasil wawancara dari informan yang satu dengan informan yang lain.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian 1. Deskripsi Kegiatan Lansia (BKL, TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta a. Kegiatan BKL dan TPL BKL (Bina Keluarga Lansia) dan TPL merupakan kegiatan lansia yang dilaksanakan secara rutin setiap bulannya di RW 11 Kepuh, Kelurahan Klitren. TPL merupakan Taman Pendidikan Lansia, di Rw 11 kegiatan TPL dan Posyandu Lansia menjadi satu sehingga kegiatan bersenang-senang dan pemeriksaan rutin dilaksanakan secara bersamaan agar terwujudnya lanjut usia yang sehat, mandiri dan bahagia. BKL merupakan kegiatan untuk keluarga yang mempunyai lansia agar mereka mendapatkan pelajaran atau ilmu yang berhubungan dengan lansia atau merawat lansia. kegiatan BKL dan TPL saling berhubungan karena dengan adanya BKL, lansia menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan. BKL berdiri pada taun 2004 dan TPL berdiri pada tahun 2012. Kemudian pelaksanaan BKL dan TPL ini terus berlanjut setiap bulan dan sampai sekarang yang terus dikelola oleh kader-kader dan masyarakat setempat. b. Letak Geografis BKL dan TPL merupakan kegiatan lansia di tingkat RW yang memiliki tugas memberikan pelayanan bagi keluarga lansia dan pelayanan
58
keseatan bagi lansia di masyarakat. dimana kegiatan ini beralamatkan di Rt 43 RW 11 Kepuh Gk 3/884 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. c. Tabel Jumlah Lansia RW 11 Tabel. 1. Jumlah Lansia NO
RT
JUMLAH LANSIA
TAHUN
1
40
11 lansia
2016
2
41
23 lansia
2016
3
42
8 lansia
2016
4
43
18 lansia
2016
5
44
14 lansia
2016
6
45
11 lansia
2016
Jumlah
85 lansia
d. Tabel Data Kader Kegiatan Lansia Tabel. 2 Nama Kader Kegiatan lansia di RW 11 Kepuh No Nama Usia Lama Menjadi Kader 1
Ibu Ynl
60
7 tahun
2
Ibu Hj. Nws
62
10 tahun
3
Ibu TR
61
12 tahun
4
Ibu SS
64
8 tahun
5
Ibu DQ
67
12 tahun
6
Ibu SS
64
10 tahun
7
Ibu RS
55
6 tahun
8
Ibu SR
57
8 tahun
9
Ibu SW
46
10 tahun
10
Ibu AR
42
5 tahun
59
e. Struktur Organisasi 1) Kegiatan BKL
KETUA IBU SRI SUYATNI
WAKIL KETUA IBU RUBIDI
SEKRETARIS IBU SARJINAH SUKIMAN
BENDAHARA IBU Hj. NAWANGSIH
2) Kegiatan TPL
Gambar 2. Struktur Organisasi
60
f. Fasilitas Fasilitas yang dimiliki oleh TPL ini berupa tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu yang berada dirumah Bapak RW, alat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, alat pengukur tekanan darah (tensi), buku (buku KMS, buku pendaftaran), alat tulis (pensil dan pulpen)
meja dan kursi, kemudian tersedia juga obat-obatan yang
dibutuhkan oleh para lanjut usia. Sedangkan fasilitas yang dimiliki oelh kegiatan BKL berupa meja, kursi, dan juga buku pelajaran. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia terdiri dari : a. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan utama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginankeinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dan lain-lain. Keluarga yang mempunyai lansia harus selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia dikarenakan di usia yang sudah lanjut kesehatan menjadi prioritas yang sangat penting sehingga peran keluarga sangat diharapkan. Peran keluarga yang dijalankan tergantung dengan keluarga dan kondisi kesehatan lansia. Ibu SY selaku keluarga lansia mengungkapkan:
61
“kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga kesehatan dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap bulan.” Bapak AF selaku keluarga lansia juga mengungkapkan: “perannya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan, Bapak ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum obat, cek kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana tapi dapat meningkatkan kesehatan Bapak.” Ibu WD mengungkapkan hal serupa bahwa: “peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya sederhana saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan, jaga kesehatan mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak sembarang makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di kegiatan lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.” Bapak Wdd selaku lansia mengungkapkan: “anak mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan, cek kesehatan, minum obat, dan lainnya yang menyangkut kesehatan saya”
Berdasarkan hasil penelitian di atas peran keluarga terhadap lansia khususnya untuk meningkatkan kesehatan adalah anggota keluarga selalu memberikan dukungan kepada lansia agar lansia rutin memeriksakan kondisi kesehatannya di kegiatan posyandu lansia atau kegiatan TPL. Posyandu Lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknogi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2001). Di RW 11 Kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan TPL. Adanya kegiatan ini di Kampung RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman, kesehatan masyarakan lansia menjadi lebih terjamin. Keteraturan jadwal
62
pelaksanaan juga memberi kenyamanan bagi anggota keluarga lansia untuk teratur memeriksakan keluarga lansia di keluarganya. Maka perlu kiranya meningkatkan kualitas penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat TPL tersebut. tidak kalah pentingnya adalah dukungan dari semua pihak, agar menjadi sinergi positif untuk meningkatkan pelayanan bagi para lansia tersebut. Sasaran kerja TPL di Kampung RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman adalah kelompok pra usia lanjut 45-59 tahun, usia lanjut 60 tahun keatas dan kelompok usia lanjut resiko tinggi 70 tahun keatas.
Hal tersebut ternyata sejalan dengan WHO yang menetapkan
batasan usia lansia berupa 45-59 (middle age), 60-74 tahun (elderly), 76-90 tahun (old) dan 90 tahun keatas (very old). Selama ini kegiatan TPL berjalan dengan baik. Terbukti para lansia merasakan kebermanfaatan dari kegiatan tersebut. Namun daripada itu, masih ada beberapa hal yang perlu dievaluasi. Seperti kasus yang terjadi adalah posyandu lansia tersebut ternyata hanya ramai pada awal kegiatan saja, sedangkan semakin hari peserta TPL tersebut semakin berkurang. Dari hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, ternyata masih banyak lansia yang tidak datang ke TPL Kampung kepuh tersebut. Dari hasil rekapitulasi daftar hadir selama tiga bulan terakhir, didapat data sebagai berikut:
63
Tabel. 3. Data kehadiran lansia NO BULAN
HADIR
TIDAK
KET
HADIR 1
Juni
27
58
2
Agustus
32
53
3
September
38
47
Berdasarkan data tabel di atas bisa diketahui bahwa dari 85 lansia yang terdaftar hanya sekitar 30 lansia saja yang aktif mengikuti posyandu lansia. Ketidakhadiran lansia disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya sakit ataupun tidak ada yang mengantar. Selain alasan tersebut, ketidakhadiran lansia juga dikarenakan rasa malas yang timbul dari dalam diri dan kurangnya motivasi dari keluarga. Mencermati tabel kehadiran lansia di atas bisa dikatakan bahwa hanya sekitar 30 lansia yang aktif hadir di TPL setiap bulannya. Jika dibandingkan dengan jumlah total anggota lansia di RW 11 Kepuh yang berjumlah 85 orang, maka bisa dikatakan keaktifan lansia di RW tersebut hanya 35%. Tabel. 4. Jadwal TPL RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman NO
TEMPAT
JADWAL
DOKTER
POSYANDU 1
Posyandu RW 11 Kepuh
5 April 2016
Ada
2
Posyandu RW 11 Kepuh
5 Mei 2016
Ada
64
3
Posyandu RW 11 Kepuh
5 Agustus 2016
Ada
4
Posyandu RW 11 Kepuh
5 September2016
Ada
5
Posyandu RW 11 Kepuh
5 Oktober 2016
Ada
Dari tabel di atas bisa dipahami bahwa di RW 11 Kepuh terdapat satu TPL. Kegiatan tersebut dijadwalkan setiap tanggal 5 di setiap bulannya. Keteraturan jadwal tersebut sangat membantu bagi keluarga yang mempunyai lansia agar bisa menjadwalkan agenda hariannya. Pasalnya tidak sedikit dari lansia yang merasa sudah terlalu sulit untuk berjalan jauh, kesulitan mencari tumpangan dan lain sebagainya. Kegiatan TPL yang berjalan dengan baik dan terjadwal akan sangat membantu lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas kesehatan mereka lebih bisa terjaga dengan baik dan optimal. Dengan adanya dokter di setiap pelaksanaan kegiatan, maka lansia lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan TPL. b. Peran Kader dalam meningkatkan Kesehatan Lansia RW 11 Kepuh merupakan perkampungan yang memilik kegiatan lansia terlengkap dan aktif diantara RW lainnya di kelurahan Klitren. Salah satu kegiatan yang aktif adalah BKL (Bina Keluarga Lansia). BKL sendiri adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga yang memiliki
65
lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu, ada pula kegiatan TPL yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatan lansia. Tetapi tidak sedikit lansia yang tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil latar belakang lansia mengikuti kegiatan lansia. Ibu SS selaku kader mengungkapkan bahwa: “kalau TPL karena lansia sendiri ingin cek kesehatan dan bertemu dengan lansia-lansia yangg lain, kalau yang BKL karena lansia atau keluarga yang mempunyai lansia ingin menambah ilmu atau pengetauan yang berkaitan dengan lansia.” Bapak Ksr selaku lansia di RW 11 mengungkapkan bahwa: “daripada tidak ada kerjaan dirumah mending ikut kegiatan, bisa tambah pengetahuan, bisa mengetahui kondisi kesehatan, bisa tambah teman, banyak hal-hal positif yang didapatkan.”
Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat bahwa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan lansia adalah adanya kemauan dari dalam diri lansia sendiri untuk aktif dalam kegiatan. Di dalam kegiatan lansia, khususnya yang TPL terdapat orang-orang yang berperan penting dalam meningkatkan kesehatan lansia, salah satunya adalah kader. Ibu SS selaku kader mengungkapkan bahwa: “perannya mengingatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan khsusunya saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek kesehatan dan tau kondisi keseatan mereka.” Ibu DQ mengungkapkan hal serupa :
66
“mengingatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak agar mengikuti posyandu lansia.” Ibu Sm selaku lansia mengungkapkan bahwa: “sudah baik mbak, bagus, semua kader sudah menjalankan perannya dengan maksimal. Kader selalu memberi motivasi kepada lansia agar mengikuti kegiatan yang ada.”
Berdasarkan hasil penelitian di atas peran dari kader itu sendiri khusunya untuk meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator. Peran kader dalam pelayanan motivasi sangat berpengaruh pada lansia untuk mengikuti kegiatan. Karena motivasi itu adala suatu penggerak agar lanjut usia senang dalam memeriksakan dirinya serta ikut dalam kegiatan pelaksanaan TPL. Oleh karena itu kader selalu memberikan dukungan, motivasi kepada lansia agar tertib mengikuti kegiatan TPL dan lansia dapat mengatahui kondisi kesehatan. Selain memberikan motivasi, peran kader lansia juga mendampinga lansia saat pelaksanaan kegiatan, melakukan pemeriksaan tensi, berat badan, dan sebagainya. c. Faktor pendukung dan penghambat lansia mengikuti kegiatan TPL Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh terdapat beberapa faktor pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia dalam mengikuti kegiatan lansia. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah: 1) Adanya kemauan dari diri sendiri
67
Kemauan dari dalam diri merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat berpengaruh dalam melakukan aktivitas lansia di kegiatan yang ada. Seperti yang diungkapkan ole Ibu SS selaku kader bahwa: “faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu memberi motivasi.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak “SH” selaku keluarga lansia bahwa: “faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya” Tidak lain dengan Ibu WJ bahwa: “faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti kegiatan dan adannya dukungan dari keluarga, dari kader juga.” 2) Adanya dukungan dari keluarga Keluarga juga sering memberi motivasi dan dukungan kepada lansia agar para lansia lebih semangat dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak AF selaku keluarga lansia bahwa “faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan,” Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu SY selaku keluarga lansia bahwa: “faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat kegiatan, terus dukungan dari kader yang selalu memberi motivasi.” Ibu HM selaku lansia mengungkapkan bahwa: “faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan dari anakanak, keinginan dari diri sendiri,”
68
3) Rasa solidaritas yang tinggi Rasa solidaritas juga menjadi faktor pendukung Lansia untuk mengikuti kegiatan oleh karena itu mereka bisa bertemu dengan sesama lansia dan bersosialisasi serta bisa berkomunikasi dengan teman lansia yang umurnya sebaya, atau hanya sekedar bertemu dengan lansia lain dapat menambah semangat buat mengikuti kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu DQ selaku kader bahwa: “faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu teman-teman lansianya.” Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu WD selaku keluarga lansia bahwa: “faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya, bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat” Ibu SM selaku lansia juga mengungkapkan bahwa: “faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan temanteman lansia lainnya, ingin cek kesehatan,kader yang aktij jadi menambah semangat buat aktif di kegaiatan lansia juga.” Bapak WD mengungkapkan bahwa: “faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari keluarga, bisa bertemu teman-teman lansia lainnya.” Dari hasil wawancara di atas perlu adanya faktor pendukung dalam menjalankan kegiatan lansia. dengan adanya faktor-faktor pendukung akan sangat membantu dalam meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
69
Di samping faktor pendukung, terdapat pula faktor penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan. Faktor penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap proses pelaksanaan dan keaktifan lansia. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan kader, keluarga lansia, dan lansia bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah karena memang tidak ada kemauan dari dalam diri lansia dan motivasi untuk aktif dikegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu DQ selaku kader bahwa: “Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri lansia yang memang tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia.” Selain tidak ada kemauan dari diri sendiri, cuaca dan tidak ada anggota keluarga yang mengantar juga terkadang menjadi penghambat lansia untuk tidak berangkat saat kegiatan berlangsung. Seperti yang diungkapkan ole Ibu EK selaku keluarga lansia menyatakan bahwa: “kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.” Ibu HM selaku lansia juga mengungkapkan bahwa: “kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.” Ibu WJ selaku lansia mengungkapnak bahwa: “faktor pengambatnya itu kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi tidak datang pas kegiatan berlangsung.” Hal-hal kecil seperti di atas yang menjadi faktor penghambat lansia untuk datang saat kegiatan berlangsung, tetapi tetap banyak yang mengikuti kegiatan lansia karena memang para lansia senang dan mempunyai kemauan dari diri sendiri untuk aktif di kegiatan tersebut.
70
B.
Pembahasan Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia terdiri dari:
1. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke tempat kegiatan. Mengingatkan lansia jika lupa jadwal TPL dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Seringkali pada lansia terdapat penurunan memori sehingga mereka lupa terhadap jadwal kegiatan TPL serta terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga membutuhkan bantuan orang lain apabila pergi ke suatu tempat, termasuk pergi ke TPL. Dukungan keluarga yang diberikan pada lansia dalam pemanfaatan TPL didapatkan dari keluarga yang terdiri dari anak, suami, cucu, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk mengingatkan jadwal kegiatan posyandu, menganjurkan untuk datang ke posyandu, menemani ditempat kegiatan dan mengantar ke TPL. Senada dengan itu, Indah dan Kartinah (2010) mengatakan dalam bukunya, bahwa mayoritas dukungan keluarga terhadap lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu tergolong baik. Hal ini berarti keluarga responden telah memberikan dukungan bagi lansia untuk aktif di kegiatan TPL keluarga juga selalu memperhatikan kebutuhan lansia, mau mendengar keluhan lansia, dan memberikan bantuan untuk aktifitas lansia sehari-hari. Sesuai
71
dengan pendapat Friedman (2008) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Keluarga merupakan motivator agar lansia mau berperan aktif dalam TPL tersebut. Disinilah Bina Keluarga Lansia (BKL) hadir untuk memberikan fasilitas atau kemudahan bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, memberikan pembinaan keagamaan, memberikan pembinaan fisik, pembinaan psikis/ mental dan pembinaan sosial ekonomi. (BKKBN, 2009: 22) Menarik benang merah dari wawancara peneliti dengan para lansia, mereka mengemukakan beberapa hal yang mereka butuhkan dan sebaiknya terpenuhi. Beberapa hal tersebut berupa: 1) Kebutuhan spiritual yang berupa tuntunan ibadah, atas dasar jiwa lansia sudah cenderung lebih fokus untuk memperbanyak ibadah demi bekal di hari kemudian. 2) Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, dan kesehatan. 3) Kebutuhan psikis yang berupa perasaan untuk merasa dianggap, dibutuhkan dan dihargai oleh keluarga dan lingkungan sekitar. 4) Kebutuhan sosial yang berupa ruang bagi lansia untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. 5) Kebutuhan Ekonomi, secara manusiawi lansia juga masih punya keinginan untuk berkarya dan memenuhi keinginannya yang berhubungan dengan roda perekonomian.
72
Beberapa kebutuhan di atas merupakan kebutuhan dasar yang setidaknya harus dipahami oleh keluarga lansia maupun kader lansia. Dengan demikian maka akan terjadi sinergi positif, akan saling memahami satu dengan yang lain dan akhirnya bisa mewujudkan lansia yang potensial dan sehat. Jika berbagai kebutuhan dasar tersebut tidak bisa dipahami oleh kader lansia maka mereka akan gagal mengajak lansia untuk berperan aktif dalam kegiatan TPL. Hasil penelitian menunjukkan BKL RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman menunjukkan peran aktif interaktif terhadap peningkatan kesehatan lansia di Kampung tersebut. Semua keluarga yang mempunyai lansia memperhatikan kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Terbukti mereka memperhatikan pola makan lansia, memperhatikan gizi lansia, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia tersebut, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan Setiap keluarga memahami bahwa lansia sangat memerlukan kasih sayang dari keluarga karena keluarga memegang peran penting dalam mewujudkan kondisi lansia baik secara lahir dan batin. Dengan rasa kasih sayang tersebut akan menciptakan perasaan ikhlas dan senang merawat lansia. tanpa syarat dalam cinta kasih yang diberikan. 2. Peran Kader dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Lansia atau lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan kehidupan manusia. Dengan bertambahnya usia manusia maka otomatis
73
akan terjadi penuaan dan mulai mengalama masalah kesehatan, seperti kulit kendur dan keriput, mudah lelah, tidak lincah, gigi tanggal, dan lain sebagainya. secara singkat bisa dikatakan bahwa seseorang dalam kondisi lansia akan mengalami penurunan performa berbagai kemampuan gerak aktivitas. Dengan demikian maka perlu adanya usaha lansia yang bersangkutan untuk menjaga kondisi dirinya. Di samping itu juga lansia membutuhkan bantuan dari seseorang yang lebih muda untuk membantu menjaga dan membantu apa yang dibutuhkan lansia tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah lansia tersebut. Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan usia lanjut adalah dengan upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin dapat produktif dan berperan aktif dalam pembangunan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan peran serta aktif lanjut usia untuk mengikutinya. Kegiatan TPL dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lanjut usia, termasuk kesehatan jiwanya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keberadaan lanjut usia. Berdasarkan hal tersebut bisa dikatakan bahwa keberadaan TPL sangatlah penting. Dengan adanya kegiatan tersebut para lansia bisa menambah wawasan bagaimana memperlakukan dirinya sebaik mungkin agar dalam kondisi lansia tetap bisa maksimal menjaga kebugaran dirinya. Berdasarkan hasil wawancara juga ternyata para lansia tersebut merasa senang dengan adanya kegiatan TPL tersebut. Banyak manfaat yang bisa
74
mereka dapatkan, seperti memperoleh informasi kesehatan, bertemu sesama lansia yang lain, menghilangkan jenuh, dan lain sebagainya. Namun demikian, masih ada sebagaian lansia yang belum mengikuti TPL tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang sampai ke mereka dan kurang adanya rasa kesadaran lansia tersebut akan pentingnya kegiatan tersebut. Bahkan masalah teknis juga kadang menjadi kendala bagi para lansia, seperti sudah berat untuk jalan kaki menuju tempat posyandu, tidak ada sanak saudara yang bisa antar jemput, dan lain sebagainya. Akhirnya mereka memilih untuk tetap diam diri dirumah masing-masing. Lansia yang tidak mengikuti TPL biasanya tidak mendapatkan berbagai informasi mengenai lansia. Dengan demikian maka lansia tersebut akan sedikit sekali mengetahui berbagai tips bagaimana menjaga kebugaran dirinya. Akhirnya lansia yang tidak mengikuti TPL akan mempunyai peluang lebih besar untuk terserang berbagai gangguan kesehatan. Padahal kesehatan tersebut sangat penting bagi lansia yang mana notabene imunitas kekebalan tubuhnya mulai menurun. Mengatasi hal tersebut, kader lansia hadir sebagai kader yang bertugas membantu menangani lansia yang bekerjasama dengan Bina Keluarga Lansia (BKL). Beberapa tugas kader lansia diantaranya adalah mengelola kelompok BKL, melakukan penyuluhan, melakukan kunjungan rumah, melakukan pembinaan, melakukan rujukan, melakukan pencatatan,
75
melakukan pengembangan KS, melakukan konsultasi kepada PLKB, dan berperan sebagai tim pembina. (BKKBN, 2009, 15) Tidak sembarang orang bisa menjadi kader lansia. Kader lansia dibentuk atas dasar tertentu, diantaranya harus memenuhi syarat berupa wanita atau pria telah berkeluarga dan aktif di masyarakat, dapat membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik, bertempat tinggal di lokasi kegiatan, sehat jasmani dan rohani, bersedia mengikuti latihan/ orientasi/ magang, bersedia menjadi kader dan menjalankan tugas secara sukarela. Orang yang berjiwa besar dan yang memenuhi syarat saja yang bisa menjadi kader lansia, dengan harapan bisa memberikan bakti kerja maksimal untuk mengurusi para lansia di daerahnya. Data yang ditemukan di lapangan bahwa jumlah kader lansia aktif di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman berjumlah 10
orang.
Mereka
sudah
bekerja
semaksimal
mungkin
untuk
mensosialisasikan mengenai kegiatan TPL tersebut. Dengan segala kemampuan dan kreativitas mereka berusaha menjelaskan manfaat posyandu lansia, jadwal pelaksanaan dan lain sebagainya. Pemberitahuan atau sosialisasi tentang TPL tersebut dilaksanakan dengan cara datang dari rumah ke rumah warga yang mempunyai anggota keluarga lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman. Kader juga melakukan kerjasama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat agar penyuluhan lebih mudah diberikan kepada kepada warga lansia. Dalam sosialisasi tersebut kader juga menggali
76
informasi mengenai lansia yang bersangkutan, mulai dari kondisi kesehatan, pola makan, kesibukan dirumah, perlakuan anggota keluarga, dan berbagai keluhan lain yang dialami oleh lansia tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di atas peran dari kader itu sendiri khusunya untuk meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator. Peran kader dalam pelayanan motivasi sangat berpengaruh pada lansia untuk mengikuti kegiatan. Karena motivasi itu adalah suatu penggerak agar lanjut usia senang dalam memeriksakan dirinya serta ikut dalam kegiatan pelaksanaan kegiatan. Di hal ini kader selalu memberikan dukungan, motivasi kepada lansia agar tertib mengikuti kegiatan TPL agar mereka para lansia mengatahui kondisi kesehatan. Kader lansia RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman juga berperan aktif dalam kegiatan TPL. Kader juga melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap lansia, membantu menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, pemnerian PMT dan berbagai tugas yang bisa dikerjakan dengan dampingan petugas. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk peran serta kader TPL terhadap upaya meningkatkan kesehatan lansia itu sendiri. Bahkan untuk menghilangkan rasa penat para lansia tersebut, sesekali kader lansia mengajak anggota TPL untuk rekreasi.
Kegiatan rekreasi lansia tersebut ternyata
berpengaruh positif. Para anggota lansia yang mengikuti rekreasi tersebut mengaku bahwa mereka merasa senang, hilang semua penat dan kondisi badan mereka menjadi lebih baik.
77
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Lansia Mengikuti Kegiatan Lansia Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa kesiapan TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman sudah baik, yang mana dibuktikan dengan tenaga kesehatan yang memadahi, kader yang komunikatif dan peralatan pemeriksaan kesehatan yang cukup. Beberapa yang tersedia di TPL tersebut seperti alat pengukur tekanan darah, pemeriksaan status gizi, dan pemerikasan kadar gula dan lain sebagainya. Dilihat dari keaktifan kader dari sejumlah 10 orang, berdasarkan pengamatan peneliti rata-rata yang hadir 5-8 orang di setiap kegiatan. Ketidak hadiran tersebut menunjukkan bahwa peran kader masih kurang maksimal, sehingga berdampak pada penanganan lansia yang mengikuti posyandu tersebut. disamping itu juga lansia yang aktif hanya sekitar 30 orang saja, selebihnya hanya datang sesekali bahkan ada beberapa yang sudah tidak pernah datang. Berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif untuk lanjut usia. Namun berbagai faktor pendukung dan fakor yang menghambat lancarnya TPL selalu ada. Beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat TPL ini adalah: a. Faktor pendukung Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11
78
Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman terdapat beberapa faktor pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia dalam mengikuti kegiatan lansia. dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah: 1) Adanya kemauan dari diri sendiri Niat atau kemauan dari diri sendiri merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat berpengaruh dalam keaktifan lansia di kegiatan yang ada. 2) Adanya dukungan dari keluarga Keluarga juga sering memberi motivasi dan dukungan kepada lansia agar para lansia lebih semangat dalam mengikuti kegiatan. 3) Keaktifan Kader Kader aktif dalam setiap kegiatan menjadi penyemangat lansia untuk selalu ikut dalam pelaksanaan kegiatan. 4) Rasa solidaritas yang tinggi Rasa solidaritas juga menjadi faktor pendukung, dengan Lansia mengikuti kegiatan maka mereka bisa bertemu dengan sesama lansia dan bersosialisasi dan bisa berkomunikasi dengan teman lansianya, atau anya seksedar bertemu dengan lansia lain dapat menamba semangat buat mengikuti kegiatan.
Di samping faktor pendukung, terdapat plan faktor penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan lansia. Faktor pengambat tersebut akan
79
berpengaru terhadap proses pelaksanaan dan keaktifan lansia. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan kader, keluarga lansia, dan lansia bahwa yang menjadi faktor penghambat adalah karena memang tidak ada kemauan dari dalam diri lansia untuk aktif dikegiatan. Selain tidak ada kemauan dari diri sendiri, cuaca dan tidak ada anggota keluarga yang mengantar juga terkadang menjadi penghambat lansia untuk tidak berangkat saat kegiatan berlangsung. Hal-hal kecil seperti di atas yang menjadi faktor penghambat lansia untuk datang saat kegiatan berlangsung, tetapi tetap banyak yang mengikuti kegiatan lansia karena memang para lansia senang dan mempunyai kemauan dari diri sendiri untuk aktif di kegiatan tersebut. b. Faktor penghambat Program TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta masih menghadapi beberapa masalah, Beberapa diantaranya adalah: 1) Faktor Umur Di umur yang sudah tidak muda lagi, sebagian lansia sudah malas untuk mengikuti kegiatan di karenakan mereka berfikir di usia senja sudah tidak bisa untuk rutin mengikuti kegiatan, sehingga mereka lebih memilih untuk berdiam diri di rumah. 2) Dukungan keluarga
80
Keluarga merupakan pihak yang bersinggungan langsun dengan lansia, dimana mereka berkumpul menjadi satu setiap hari. Namun ada beberapa anggota keluarga yang terpaksa tidak bisa antar-jemput lansia ke posyandu karena alasan kesibukan pekerjaan. Disamping itu kepedulian tetangga sekitar untuk menolong menghantarkan ke tempat posyandu juga masih kurang. Akhirnya lansia terpaksa hanya duduk dirumah saja. 3) Kurangnya kesadaran Kurangnya kesadaran akan manfaat kegiatan, sebagian lansia berfikir mengikuti kegiatan tidak ada manfaatnya sehingga mereka memilih untuk tidak berangkat saat pelaksanaan kegiatan.
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data di lapangan yang telah disajikan, dianalisis dan diinterpretasikan di atas, maka pada bab ini dibuat sebuah kesimpulan dalam rangka menjawab rumusan masalah penelitian. Selain itu penulis juga akan merekomendasikan saran-saran. 1. Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia a. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke tempat pelaksanaan kegiatan. BKL RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman b. Semua keluarga yang mempunyai lansia memperhatikan kesehatan baik secara fisik maupun psikis. Terbukti mereka memperhatikan pola makan lansia, memperhatikan gizi lansia, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia tersebut, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan 2. Peran kader lansia a. Peran dari kader itu sendiri khusunya untuk meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator. Peran kader dalam pelayanan motivasi sangat berpengaruh pada lansia untuk mengikuti kegiatan. Motivasi itu adalah suatu penggerak agar lanjut usia senang dalam memeriksakan dirinya serta ikut dalam kegiatan.
82
b. peran kader lansia juga mendampingi lansia saat pelaksanaan kegiatan. c. melakukan pemeriksaan tensi, berat badan, pemberian PMT. 3. Faktor pendukung Dalam setiap kegiatan tentunya tidak lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat. Dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman terdapat beberapa faktor pendukung yang mampu mengaktifkan para lansia dalam mengikuti kegiatan lansia. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa yang menjadi faktor pendukung adalah: a. adanya kemauan dari diri sendiri. b. adanya dukungan dari keluarga c. keaktifan Kader d. rasa solidaritas yang tinggi. 4. Faktor penghambat Sedangkan faktor penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan TPL disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor umur b. Dukungan keluarga c. Kurangnya kesadaran di dalam diri lansia. B. Saran Dalam kesempatan kali ini peneliti juga memberi beberapa saran konstruktif dengan tujuan lebih baik di kedepannya kelak. Beberapa saran dari peneliti berupa:
83
1. Bagi kader kegiatan Lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta a) Perlu menambah jumlah kader untuk meningkatkan pelayanan dalam kegiatan lansia. b) Perlunya meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang bagus antar kader dalam kegiatan lansia. c) Perlunya sosialisasi tentang manfaat kegiatan TPL agar semakin banyak yang mengikuti kegiatan TPL. 2. Bagi lansia Bagi lansia diharapkan untuk lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan lansia dan datang secara rutin setiap pelaksanaana kegiatan. 3. Bagi Keluarga Keluarga selalu memberikan dukungan motivasi kepada lansia agar tetap aktif di kegiatan dan melakukan pendampingan kepada lansia, khususnya untuk lansia yang sudah tidak kuat sendiri ke tempat kegiatan TPL.
84
DAFTAR PUSTAKA BUKU Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Argyo Demartoto.(2006). Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia.Surakarta: Sebelas Maret University Press. BKKBN. (2009). Materi Penyuluhan Bina Keluarga Lansia (BKL). Yogyakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Biro Ketahanan Fisik Keluarga Sejatera. _______. (2011). Bina Keluarga Lansia (BKL). Yogyakarta: Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY. Farida Hanum.(2008). Menuju Hari Tua Bahagia. Yogyakarta: UNY Press. Hasan Alwi. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Irawan Soehartono.(2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Koentjaraningrat. (1972). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Lilik Ma’rifatul Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu. Miles, Mathew B dan A.M. Huberman.(1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy.(2011). Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Ravik Karsidi. (2007). Sosiologi Pendidikan. Solo: UNS Press. Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Siti Bandiyah. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Siti Maryam R.S, dkk. 2011). Mengenal Usia Lanjut dan Keperawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
85
Siti Partini Suadirman. (2011).Psikologi Usia Lanjut.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soerjono Sukanto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto.(1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Umiyatun Nawawi.(2009). Sehat Dan Bahagia di Usia Senja.Yogyakarta: Dianloka. Utami Munandar. 2001). Psikologi Perkembangan Pribadi. Jakarta: UI Press SKRIPSI Chairunnisa Martanti. (2000). Peranan Taman Pendidikan Lanjut Usia (TPL) dalam Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Kecamatan Gondokusuman. Skripsi. UNY. Swastika Dela Prabandewi. (2014). Peran pekerja Sosial di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia. Skripsi. UNY. LAIN- LAIN Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diakses dari bps.go.id pada tanggal 5 Mei 2016. Kartika Ratna Pertiwi. Yandu Lansia. Jurdik Biologi FMIPA Yogyakarta.http://staff.uny.ac.id/. Di akses pada 16 April 2013. Ezi
UNY
Eriani. (2014). Bina Keluarga lansia (BKL). Diakses dari http://repository.unib.ac.id/8661/1/I,II,III,I-14-ezi-FK.pdf. Pada hari Rabu, 8 Juni 2016, pukul 14:35 WIB.
Ernie Martsiswati & Yoyon Suryono. (2014). Peran Orang Tua dan Pendidik dalam Menerapka Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini. Diakses dari http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/2688/2241, pada tanggal 26 Oktober 2016, pukul 09:20 WIB Komisi Nasional Lansia. (2010). Pedoman Active Ageing (Penuaan Aktif) Bagi Pengelola dan Masyarakat. Jakarta: Komnas Lansia. Diakses dari http://www.komnaslansia.go.id/ pada tanggal 22 maret 2016, pukul 20:17 WIB.
86
___________________(2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komnas Lansia. Diakses dari http://www.komnaslansia.go.id/ pada tanggal 26 April, pukul 20.00 WIB. ___________________.(2010). Profil Peduduk lanjut Usia Jakarta: Komnas Lansia. Diakses dari http://www.komnaslansia.go.id/ pada tanggal 23 Maret 2016, pukul 21: 24 WIB. Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia Pemerintah Republik Indonesia No 43 tahun 2004
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI Secara garis besar dalam pengamatan (observasi) mengamati Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan TPL di Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, diantaranya meliputi: 1.
Mengamati lokasi dan keadaan di kegiatan lansia.
2.
Mengamati pelayanan keluarga yang diberikan kepada lansia.
3.
Mengamati fasilitas-fasilitas yang tersedia di Posyandu Lansia.
4.
Mengamati Proses kegiatan Lansia.
5.
Mengamati bagaimana peran keluarga dalam kehidupan lansia.
6.
Mengamati bagaimana peran kader dalam pelaksanaan kegiatan lansia.
7.
Mengamati faktor pendukung dalam meningkatkan kesehatan lansia.
8.
Mengamati faktor penghambat dalam meningkatkan kesehatan lansia.
89
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi PEDOMAN DOKUMENTASI 1.
Melalui Arsip Tertulis a.
Tujuan dan Latar belakang berdirinya kegiatan Lansia (TPL dan BKL)
b.
Struktur kepengurusan TPL dan BKL
c.
Arsip data lanjut usia yang ada di Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman
2.
Foto a.
Tempat atau fisik kegiatan TPL dan BKL
b.
Tempat atau fisik rumah lansia atu keluarga
c.
Fasilitas yang dimiliki TPL
d.
Kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada saat pelaksanaan kegiatan
90
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA
Key Informan
: Ketua BKL RW 11 Kepuh
Hari, Tanggal
:
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan Terakhir
:
(laki-laki/ perempuan)
Pertanyaan 1. Apakah Visi dan Misi dari Bina Keluarga Lansia (BKL)? 2. Bagaimana sejarah berdirinya kegiatan BKL? 3. Apa saja jenis kegiatan atau pelayanan dalam BKL? 4. Bagaimanakan sarana dan prasarana saat kegiatan BKL berlangsung?
91
5. Apakah program kegiatan yang dilakukan tersebut sesuai dengan kebutuhan lansia? 6. Bagaimana keaktifan kader dalam pelaksanaan kegiatan ini? 7. Apakah keluarga yang mempunyai lansia selalu mengikuti kegiatan ini?
92
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA
Key Informan
: Kader kegiatan Lansia
Hari, Tanggal
:
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan Terakhir
:
(laki-laki/ perempuan)
Pertanyaan 1. Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini? 2. Apakah saat kegiatan lansia dapat bersosialisasi dengan sesama lansia? Jika iya bagaimana cara bersosilisasi? 3. Apaka ada lansia yang diantar oleh anggota keluarganya saat mengikuti kegiatan? Jika iya apa alasannya?
93
4. Apakah semua lansia yang ada di RW 11 Kepuh aktif mengikuti kegiatan ini? 5. Upaya apa yang dilakuka kader untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan? 6. Upaya apa yang dilakukan kader dalam meningkatkan kesehatan lansia? 7. Apakah peran kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia? 8. Sejauh ini apakah peran kader dalam melaksanakan tugasnya sudah sangat membantu lansia? 9. Hambatan apa yang ditemui kader dalam menjalankan perannya? 10. Apakah faktor pendukung untuk tetap menjalankan perannya sebagai kader? 11. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan lansia?
94
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA
Key Informan
: Keluarga yang mempunyai lansia
Hari, Tanggal
:
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan Terakhir
:
(laki-laki/ perempuan)
Pertanyaan 1. Bagaimana cara keluarga memperhatikan lansia? 2. Bagaimana cara keluarga merawat lansia? 3. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia? 4. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga? 5. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia?
95
6. Apakah ada hambatan dalam menjalankan perannya? 7. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai anggota keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti kegiatan? Jika iya, apa bentuk motivasinya? 8. Dalam kegiatan TPLatau kegiatan yang lainnya, apakah dari anggota keluarga ada yang mengantar atau lansia datang sendiri? 9. Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia yang ada? 10. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikutu kegiatan lansia?
96
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN BINA KELUARGA LANSIA DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TPL DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA
Key Informan
: Lansia
Hari, Tanggal
:
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jabatan
:
4. Agama
:
5. Pekerjaan
:
6. Alamat
:
7. Pendidikan Terakhir
:
(laki-laki/ perempuan)
Pertanyaan 1.
Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti kegiatan lansia yang ada?
2.
Apaka Bapak/Ibu selau memperhatikan kondisi kesehatan?
3.
Apakah anggota keluarga selalu memberi motivasiatau dukungan supaya Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan lansia?
4.
Menurut Bapak/Ibu, apakah anggota keluarga sudah merawat Bapak/Ibu dengan baik?
97
5.
Saat akan menghadiri kegiatan lansia, apakah pihak keluarga ada yang mengantar atau Bapak/Ibi datang sendiri?\
6.
Bagaimana
menurut
Bapak/Ibu
peran
dari
keluarga
dalam
meningkatkan kesehatan dak keaktifan Bapak/Ibu mengikuti kegiatan lansia? 7.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran kader dalam kegiatan lansia?
8.
Apakah faktor pendukung dan penghambat Bapak/Ibu dalam mengikuti kegiatan lansia?
98
Lampiran 4 . Hasil Wawancara A. Wawancara kader 1. Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini? SS
: kalau kegiatan TPL atau TPLkarena lansia sendiri ingin cek kesehatan dan bertemu dengan lansia-lansia yangg lain, kaau yan BKL karena lansia atau keuarga yang mempunyai lansia ingin menambah ilmu atau pengetauan yang berkaitan dengan lansia.
DQ : yang TPL karena ansia ingin cek keseatan atau seksedar bersosialisasi dengan lansia lainnya, yang BKL karena ingin mendapat pelajaran tentang lansia. 2. Apakah saat kegiatan lansia dapat bersosialisasi dengan sesama lansia? Jika iya bagaimana cara bersosilisasi? SS
: tentunya dapat bersosialisasi mbak, karena dalam kegiatan lansia para lansia saling ngobrol, cerita-cerita.
DQ :iya pastinya mbak. Cara bersosialisasinya ya dengan sesama lansia saling berkomunikasi. 3. Apaka ada lansia yang diantar oleh anggota keluarganya saat mengikuti kegiatan? Jika iya apa alasannya? SS
: ada yang diantar dan ada yang berangkat sendiri. Kadang yang karena sakit, sudah tidak kuat jalan kaki, ruma jauh, dan macemmacem.
DQ :tentu mbak, sekian dari lansia yang mengikuti kegiatan pasti ada yang diantar, faktornya karena sudah tua, sakit.
99
4. Apakah semua lansia yang ada di RW 11 Kepuh aktif mengikuti kegiatan ini? SS
: sebagian besar aktif dalam kegiatan lansia
DQ
: tidak semua tetapi banyak yang aktif.
5. Upaya apa yang dilakukan kader untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan? SS
: selalu memberi motivasi kepada lansia agar tetap aktif mengikuti kegiatan
DQ
: memberi dukungan kepada lansia dan selalu kegiatan lansia tidak hanya itu-itu saja, kadang bisa diselingi dengan piknik agar lansia semakin bersemangat.
6. Upaya apa yang dilakukan kader dalam meningkatkan kesehatan lansia? SS
: yang sederhana ya mengingatkan lansia untuk cek kesehatannya
DQ
: tidak lupa cek kesehatan rutin.
7. Apakah peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia? SS
: perannya meningatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan khsusunya saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek kesehatan dan tau kondisi keseatan mereka.
DQ
:menginatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak agar mengikuti posyandu lansia.
8. Sejauh ini apakah peran kader dalam melaksanakan tugasnya sudah sangat membantu lansia?
100
SS
: iya tentu saja sudah
DQ
: ya pastinya
9. Hambatan apa yang ditemui kader dalam menjalankan perannya? SS
: alhamdulilla saya anggap tidak ada hambatan mbak.
DQ
: hambatannya soal dana
10. Apakah faktor pendukung untuk tetap menjalankan perannya sebagai kader? SS : sudah senang dan nyaman dalam menjalankan tugas kader jadinya ya selalu dinikmati saja. DQ : senang dan keluarga selalu mendukung 11. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan lansia? SS
: faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu membero motivasi. Faktor penghambatnya terkadang malas atau yang tidak kuat jalan tidak ada yang mengantar.
DQ :faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu temanteman lansianya. Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri lansia yang memamng tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia. B. WAWANCARA KELUARGA LANSIA 1. Bagaimana cara keluarga memperhatikan/merawat lansia? Bp AF : cara keluarga merawat lansia yaitu selalu memperhatikan kesehatan, pola makannya, pokoknya merawat orang tua itu harus dengan penuh kasih sayang, kalau Bapak tipenya tidak merepotkan
101
anak-anaknya. Selagi Bapak bisa sendiri Beliau tidak meminta tolong kepada anak-anaknya. Bp SH : cara keluarga ya sederhana saja mbak, selayaknya anak mengurus orang tuanya. Alhamdulillah Bapak masih diberi kesehatan, jadinya Bapak masih bisa melakukan sendiri kegiatan sehari-hari. Ibu SY
: caranya ya biasa mbak, mengingatkan buat makan, minum obat, cek kesehatan. kalau diruma ibu itu tidak bisa diam mbk, jadi apaapa dikerjain, saya sering mengingatkan kalau capek tak suruh istirahat, mentingin kesehatannta. Ya giu aja mbak perhatiannya.
Ibu WD :ya biasa mbk, meningatkan makan, minum obat, jaga kesehatan, ya yang sederhana saja. Ibu EK
: mengingatkan buat jaga kesehatan, tidak kecapekan gtu aja mbak. Kalau waktunya ibu kontrol diingatkan, diantar juga.
2. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia? Bp AF
: selalu, kesehatan penting apalagi kalau sudah lansia
Bp SH
: pastinya selalu memperhatikan kondisi kesehatannya, cek kesehatan juga.
Ibu SY : iya mbak Ibu Wd : kalau kesehatan Ibu anak-anaknya pasti selalu memperhatikan Ibu EK : tentu saja, keseatan buat Ibu itu penting.
102
3. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga? Bp AF
: tindakan dari keluarga kalau memang arah ya langsung bawa ke dokter atau rumah sakit, kalau ringan minum obat saja.
Bp SH
: periksa ke dokter atau beli obat tergantung sakitnya para atau ringan
Ibu SY
: periksa dokter mbak.
Ibu Wd
: beli obat atau periksa ke dokter
Ibu EK
: periksa dokter, masalahnya Ibu sudah lansia juga dan sering sakit, jadi langsung dokter
4. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia? Bp AF
: perannya ya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan, Bapak an ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum obat, cek kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana tapi dapat meningkatkan keseatan Bapak.
Bp SH
: Ya menjaga pola makan beliau, cek kesehatan beliau, karena sudah tua kanjadi tentan sakit mbak. Pinter-pinternya kita aja jaga kesehatan orang tua.
Ibu SY
: kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga kesehatan dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap bulan.
103
Ibu Wd
: peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya sederhana saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan, jaga kesehatan mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak sembarang makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di kegiatan lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.
Ibu EK
: perannya ya memberi perhatian tentang kesehatan beliaua, menjaga kesehatan tidak usah terlalu capek, melakukan hal-hal positif agar kesehatan beliau tetap terjaga.
5. Apakah ada hambatan dalam menjalankan perannya? Bp AF : tidak ada. Bp SH : kalau hambatan tidak ada. Ibu SY
: alhamdulillah ttidak ada mbak, insyaallah dalam merawat orang tua sendiri tidak menemui hambatan
Ibu Wd : tidak ada hambatan buat orang tua sendiri Ibu EK : tidak ada. 6. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai anggota keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti kegiatan? Jika iya, apa bentuk motivasinya? Bp AF : iya mbak memotivasi agar ikut kegiatan lansia Bp SH : iya memberi motivasi Ibu SY : iya memotivasi, mengingatkan kalau ada kegiatan, terkadang beliau lupa, jadi saya yang mengingatkan.
104
Ibu Wd : mengingatkan kalau ada kegiatan lansia,ya itu motivasi sederhana saja mbak, agar tetap semangat mengikuti kegiatan lansia. Ibu EK : iya memotivasi Ibu agar mengikuti kegiatan lansia, siap mengantar karena kalau bernagkat sendiri sudah tidak kuat. 7. Dalam kegiatan TPLatau kegiatan yang lainnya, apakah dari anggota keluarga ada yang mengantar atau lansia datang sendiri? Bp AF : kalau orang tua saya berangkat sendiri. Bp SH : berangkat sendiri, bareng sama lansia lainnya. Ibu SY : berangkat sendiri Ibu Wd :berangkat sendiri, kecuali kalau lagi capek atau kondisi badan kurang fit baru diantar. Ibu EK : diantar mbak, selain jauh Ibu juga sudah tidak kuat kalau jalan jauh, jadi selalu diantar 8.
Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia yang ada? Bp AF : iya mendukung Bp SH : selalu mendukung karena hal positif Ibu SY : iya mendukung mbak, karena dengan kegiatan ini lansia khususnya orang tua saya menjadi aktif dan ada kegiatan di kampung ini. Dapat bertemu dan kumpul sama lansia-lansia lainnya. Ibu Wd : mendukung mbak, agar ada kegiatan dan bersosialisasi dengan lainnya.
105
Ibu EK : mendukung, biar aktif di kegiatan yang ada di kampung ini, tidak hanya di rumah saja, biar bisa berinteraksi dengan lansia lainnya. 9. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan lansia? Bp AF : faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan, faktor penghambatnya pas lagi ada acara jadi tidak ikut kegiatan. Bp SH : faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya, faktor penghambatnya mungkin tidak ada ya mbak. Ibu SY : faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat kegiatan, faktor penghambatnya mungkin kalau Ibu lagi pergi atau ada acara di luar jadi tidak bisa ikut, tetapi terkadang walaupun ada acara pasti pulang sebelum waktu kegiatan lansia dimulai. Ibu Wd : faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya, bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat, bisa cek kesehatan tidak harus ke rumah sakit. Faktor penghambatnya menurut saya idak ada, masalahnya itu merupakan hal posiif. Ibu EK : faktor pendukungnya yaitu kalau Ibu kan memang senang dengan kegiatan lansia, jadi beliau suda mempunyai semangat dari dalam dirinya untuk mengikuti kegiatan lansia, ditamban dengan motivasi
106
dari keluarganya. Faktor penghambatnya kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar. C. WAWANCARA LANSIA 1. Apakah Bapak/Ibu selalu mengikuti kegiatan lansia yang ada? Bp Wdd
: iya mbak
Bp Ksr
: iya
Ibu Sm
: tentu mbak
Ibu Wj
: mengikuti kalo pas tidak ada acara
Ibu Hm
: iya mbak
2. Apaka Bapak/Ibu selalu memperhatikan kondisi kesehatan? Bp Wdd
: kalau masalah kesehatan selalu mbak, karena saya punya riwayat penyakit
Bp Ksr
: tentu, kesehatan itu penting
Ibu Sm
: pastinya, kesehatan tetap diutamakan mbak, kalau pas kegiatan TPLselalu cek tensi, kalau ada keluan ya minta obat.
Ibu Wj
: iya, apalagi kalau sudah umur kayak gini, kondisi kesehatan sangat penting
Ibu Hm
: sealu mbak, kesehatan buat saya kalau sudah lansia seperti ini sangat penting jadi harus selalu diperhatikan.
3. Apakah anggota keluarga selalu memberi motivasi atau dukungan supaya Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan lansia? Bp Wdd
: iya, anak saya malah senang kalo saya mengikuti kegiatan lansia
107
Bp Ksr
: iya, keluarga terutama anak saya mendukung
Ibu Sm
: iya, keluarga selalu mendukung, malah anak saya jadi aktif di kegiatan-kegiatan yan ada disini
Ibu Wj
: pastinya selalu mendukun, biar ada kegiatan juga
Ibu Hm
: iya anak saya mendukung, kalau saya lupa tanggal ya selalu diingatkan
4. Menurut Bapak/Ibu, apakah anggota keluarga sudah merawat Bapak/Ibu dengan baik? Bp Wdd
: iya tentunya
Bp Ksr
: iyaa
Ibu Sm
: sudah merawat dengan baik sekali
Ibu Wj
: pastinya merawat dengan baik dan rasa sayang
Ibu Hm
:iya merawat dan memperhatikan dengan baik
5. Saat akan menghadiri kegiatan lansia, apakah pihak keluarga ada yang mengantar atau Bapak/Ibu datang sendiri? Bp Wdd
: tidak, saya berangkat sendiri
Bp Ksr
: saya berangkat sendiri, masih kuat mbak
Ibu Sm
: berangkat sendiri mbak, Cuma dekat kok.
Ibu Wj
: berangkat sendiri
Ibu Hm
:kalau pas lagi kondisi tidak sehat ya diantar mbak, tapi seringnya diantar karena sudah tidak kuat jalan jauh. Capek.
108
6. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran dari keluarga dalam meningkatkan kesehatan ? Bp Wdd
: anak mengingatkan agar selalu menjaga kesehatan, cek kesehatan, minum obat, dan lainnya yang menyangkut kesehatan saya.
Bp Ksr
: selalu memberi mmotivasi, mengingatkan untuk tetap jaga kesehatan.
Ibu Sm
: selalu nyuruh jaga kesehata, pola makan, tidak kecapekan, ya memperhatikan kondisi kesehatan.
Ibu Wj
: meningatkan buat cek kesehatan, mengikutu posyandu lansia, sederhana saja mbak.
Ibu Hm
: mengingtakan untuk selalu jaga kesehatan.
7. Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran dari keluarga dalam keaktifan Bapak/Ibu mengikuti kegiatan lansia? Bp Wdd
: perannya sudah baik, mengingatkan saya kalau ada kegiatan lansia. kalau
Bp Ksr
: bagus mbak, memberi motivasi untuk selalu mengikuti kegiatan lansia.
Ibu Sm
: perannya memberi dukungan ataupun motivasi agaar saya ikut kegiatan lansia
Ibu Wj
: mengingatkan dan memberi motivasi
109
Ibu Hm
:anak saya mengingingatkan saya kalau ada kegiatan lansia, masalanya saya kadang lupa, anak saya juga mengantar ke tempat kegiatan berlangsung.
8.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu peran kader dalam kegiatan lansia? Bp Wdd
: peran kader menurut saya suda bagus mbak.
Bp Ksr
: sudah baik mbak.
Ibu Sm
: sudah baik mbak, bagus, semua kader suda menjalankan perannya dengan maksimal. Kader selalu memberi motivasi kepada lansia agar mengikuti kegiatan yang ada.
Ibu Wj
: menurut saya sudah bagus mbak.
Ibu Hm
: sudah mbak
9. Apakah faktor pendukung dan penghambat Bapak/Ibu dalam mengikuti kegiatan lansia? Bp Wdd
: faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari keluarga, bisa bertemu teman-teman lansia lainnya. Faktor penghambatnya paling kalau pas lagi pergi saja jadi tidak bisa mengikuti kegiatan.
Bp Ksr
: faktor pendukungnya itu ingin aktif di kegiatan lansia, daripada nganggur dirumah, faktor pengambatnya kalau pas sakit atau lagi keluar jadi tidak berangkat pas kegiatan.
Ibu Sm
: faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan teman-teman lansia lainnya, ingin cek kesehatan, faktor
110
pengambatnya itu kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi tidak datang pas kegiatan berlangsung. Ibu Wj
: faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti kegiatan dan adan dukungan dari keluarga, faktor pengambatnya mungkin tidak ada ya, selagi bisa ikut kegiatan ya datang.
Ibu Hm
:faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan dari anak-anak, keinginan dari diri sendiri,walaupun sudah tua tapi tetap ingin menjaga silahturami dengan lansia lainnya jadi ikut kegiatan yang ada. Faktor penghambatnya palingan ya kalau pas hujan, ada acara, atau tidak ada yang mengantar jadi tidak datang saat kegiatan dilaksanakan.
111
Lampiran 5. Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Reduksi Display Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan BKL dan TPL di Kepuh Rw 11 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta 1.
Apa yang melatar belakangi lansia mengikuti kegiatan ini? SS
: kalau kegiatan TPL atau TPLkarena lansia sendiri ingin cek kesehatan dan bertemu dengan lansia-lansia yang lain, kalau BKL karena lansia atau keuarga yang mempunyai lansia ingin menambah ilmu atau pengetauan yang berkaitan dengan lansia, selain itu lansia juga ingin aktif di kegiaan.
DQ
: ingin aktif tidak hanya dirumah, yang kegiatan TPL karena lansia ingin cek kesehatan atau seksedar bersosialisasi dengan lansia lainnya, yang BKL karena ingin mendapat pelajaran tentang lansia.
Kesimpulan : Latar belakang lansia menikuti kegiatan lansia adalah karena lansia ingin aktif dalam kegiatan.
2. Upaya apa yang dilakukan kader untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan? SS
: selalu memberi motivasi kepada lansia agar tetap aktif mengikuti kegiatan
112
DQ
: memberi dukungan kepada lansia dan selalu kegiatan lansia tidak hanya itu-itu saja, kadang bisa diselingi dengan piknik agar lansia semakin bersemangat.
Kesimpulan : kader selalu memberi dukunnagn dan motivasi agar lansia aktif mengikuti kegiatan lansia. 3.
Apakah peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia? SS
: perannya mengingatkan para lansia agar tetap ikut kegiatan khsusunya saat pelaksanaan posyandu lansia, agar mereka bisa cek kesehatan dan tau kondisi keseatan mereka.
DQ
:mengingatkan lansia agar selalu cek kesehatan, ikut di kegiatan posyandu lansia, cek tensi, kadang ada lansia yang arus dioyakoyak agar mengikuti posyandu lansia.
Kesimpulan : peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah mengingatkan lansia untuk selalu cek kesehatan dan datang saat kegiatan berlangsung agar bisa tahu kondisi kesehatannya. 4. Apakah keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia? Bp AF
: selalu, kesehatan penting apalagi kalau sudah lansia
Bp SH
: pastinya selalu memperhatikan kondisi kesehatannya, cek kesehatan juga.
Ibu SY
: iya mbak
Ibu WD : kalau kesehatan Ibu anak-anaknya pasti selalu memperhatikan Ibu EK
: tentu saja, keseatan buat Ibu itu penting.
113
Kesimpulan : keluarga selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia karena memang keseatan penting sekali apalagi kalau sudah berumur lansia. 5. Jika lansia sakit, apa tindakan dari keluarga? Bp AF
: tindakan dari keluarga kalau memang arah ya langsung bawa ke dokter atau rumah sakit, kalau ringan minum obat saja.
Bp SH
: periksa ke dokter atau beli obat tergantung sakitnya para atau ringan
Ibu SY
: periksa dokter mbak.
Ibu WdD : beli obat atau periksa ke dokter Ibu EK
: periksa dokter, masalahnya Ibu sudah lansia juga dan sering sakit, jadi langsung dokter
Kesimpulan : jika lansia sakit keluarga langsung sigap membawa ke dokter untuk periksa, jika sakit ringan keluarga membelikan obat saja. 6. Bagaimana cara keluarga memperhatikan/merawat lansia? Bp AF
: cara keluarga merawat lansia yaitu selalu memperhatikan kesehatan, pola makannya, pokoknya merawat orang tua itu harus dengan penuh kasih sayang, kalau Bapak tipenya tidak merepotkan anak-anaknya. Selagi Bapak bisa sendiri Beliau tidak meminta tolong kepada anak-anaknya.
Bp SH
: cara keluarga ya sederhana saja mbak, selayaknya anak mengurus orang tuanya. Alhamdulillah Bapak masih diberi kesehatan, jadinya Bapak masih bisa melakukan sendiri kegiatan sehari-hari.
114
Ibu SY
: caranya ya biasa mbak, mengingatkan buat makan, minum obat, cek kesehatan. kalau dirumah ibu itu tidak bisa diam mbk, jadi apaapa dikerjain, saya sering mengingatkan kalau capek tak suruh istirahat, mentingin kesehatannta. Ya giu aja mbak perhatiannya.
Ibu WD :ya biasa mbk, meningatkan makan, minum obat, jaga kesehatan, ya yang sederhana saja. Ibu EK
: mengingatkan buat jaga kesehatan, tidak kecapekan gtu aja mbak. Kalau waktunya ibu kontrol diingatkan, diantar juga.
Kesimpulan
: cara keluarga merawat lansia yaitu dengan selalu
memperhatikan kondisi kesehatan lansia, tidak hanya kesehatan saja tetapi selalu merawat lansia dengan penuh kasih sayang. 7. Bagaimana peran anggota keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia? Bp AF
: perannya ya selalu mengingatkan Bapak buat jaga kesehatan, Bapak an ada riwayat sakit, jadi mengingatkan buat rutin minum obat, cek kesehatan, memperhatikan pola makan, ya sederhana tapi dapat meningkatkan keseatan Bapak.
Bp SH
: Ya menjaga pola makan beliau, cek kesehatan beliau, karena sudah tua kanjadi tentan sakit mbak. Pinter-pinternya kita aja jaga kesehatan orang tua.
Ibu SY
: kalau peran khusus kesehatan Ibu ya sebagai anak saya mengingatkan ibu buat jaga kesehatannya, tidak kecapekan, cek kondisi kesehatan, selalu memotivasi Ibu untuk tetap jaga kesehatan dan mengikuti TPLyang rutin dilaksanakan setiap bulan.
115
Ibu WD : peran anak dalam meningkatkan kesehatan orang tua ya sederhana saja mbak, selalu mengingatkan buat cek kesehatan, jaga kesehatan mengatur makannya, kalau sudah lansia kan tidak sembarang makanan dibolehkan. Memberi dukungan buat aktif di kegiatan lansia khususnya yang berkaitan dengan kesehatan. Ibu EK
: perannya ya memberi perhatian tentang kesehatan beliaua, menjaga kesehatan tidak usah terlalu capek, melakukan hal-hal positif agar kesehatan beliau tetap terjaga.
Kesimpulan
:peran keluarga terhadap lansia adalah selalu mengingatkan
lansia untuk jaga kesehatan. Kalau lansia sakit segera diperiksakan ke dokter atau meminum obat. 8. Saat pelaksanaan kegiatan lansia di RW 11 Kepuh, apakah sebagai anggota keluarga memberi motivasi kepada lansia untuk mengikuti kegiatan? Jika iya, apa bentuk motivasinya? Bp AF
: iya mbak memotivasi agar ikut kegiatan lansia
Bp SH
: iya memberi motivasi
Ibu SY
: iya memotivasi, mengingatkan kalau ada kegiatan, terkadang beliau lupa, jadi saya yang mengingatkan.
Ibu WD : mengingatkan kalau ada kegiatan lansia,ya itu motivasi sederhana saja mbak, agar tetap semangat mengikuti kegiatan lansia. Ibu EK
: iya memotivasi Ibu agar mengikuti kegiatan lansia, siap mengantar karena kalau bernagkat sendiri sudah tidak kuat.
116
Kesimpulan
: keluarga selalu memberi motivasi kepada lansia agar
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. 9. Apakah keluarga mendukung lansia untuk aktif dalam kegiatan lansia yang ada? Bp AF
: iya mendukung
Bp SH
: selalu mendukung karena hal positif
Ibu SY
: iya mendukung mbak, karena dengan kegiatan ini lansia khususnya orang tua saya menjadi aktif dan ada kegiatan di kampung ini. Dapat bertemu dan kumpul sama lansia-lansia lainnya.
Ibu WD : mendukung mbak, agar ada kegiatan dan bersosialisasi dengan lainnya. Ibu EK
: mendukung, biar aktif di kegiatan yang ada di kampung ini, tidak hanya di rumah saja, biar bisa berinteraksi dengan lansia lainnya.
Kesimpulan
: keluarga mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan
yang ada. 10. Apakah faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan lansia? SS
: faktor pendukungnya yang pasti dari diri sendiri ada niat untuk mengikuti kegiatan dan kader serta keluarga selalu membero motivasi. Faktor penghambatnya terkadang malas atau yang tidak kuat jalan tidak ada yang mengantar.
117
DQ
:faktor pendukungnya yaitu ada dukungan dan ingin bertemu teman-teman lansianya. Faktor penghambatnya yaitu diri sendiri lansia yang memang tidak pengen aktif dalam kegiatan lansia.
Bp AF
: faktor pendukungnya dari keluarga selalu memberi dukungan maupun motivasi, senang karena bisa cek kesehatan, faktor penghambatnya pas lagi ada acara jadi tidak ikut kegiatan.
Bp SH
: faktor pendukungnya ya otomatis dari diri sendiri untuk ikut dalam kegiata lansia jadi ada semangatnya, faktor penghambatnya mungkin tidak ada ya mbak.
Ibu SY
: faktor pendukungnya adanya dukungan dari keluarga jadi semangat mengikuti kegiatan lansia, rumah dekat dengan tempat kegiatan, faktor penghambatnya mungkin kalau Ibu lagi pergi atau ada acara di luar jadi tidak bisa ikut, tetapi terkadang walaupun ada acara pasti pulang sebelum waSSu kegiatan lansia dimulai.
Ibu WD : faktor pendukungnya ya ingin bertemu dengan teman-temannya, bersosialisasi dengan lainnya jadi mempunyai semangat, bisa cek kesehatan tidak harus ke rumah sakit. Faktor penghambatnya menurut saya idak ada, masalahnya itu merupakan hal posiif. Ibu EK
: faktor pendukungnya yaitu kalau Ibu kan memang senang dengan kegiatan lansia, jadi beliau suda mempunyai semangat dari dalam dirinya untuk mengikuti kegiatan lansia, ditamban dengan motivasi dari keluarganya. Faktor penghambatnya kalau cuaca tidak mendukung atau pas tidak ada yang mengantar.
118
Bp Wdd : faktor pendukungnya karena selalu ada dukungan dari keluarga, bisa bertemu teman-teman lansia lainnya. Faktor penghambatnya paling kalau pas lagi pergi saja jadi tidak bisa mengikuti kegiatan. Bp Ksr
: faktor pendukungnya itu ingin aktif di kegiatan lansia, daripada nganggur dirumah, faktor pengambatnya kalau pas sakit atau lagi keluar jadi tidak berangkat pas kegiatan.
Ibu Sm
: faktor pendukungnya adalah ingin bersosialisasi dengan temanteman lansia lainnya, ingin cek kesehatan, faktor pengambatnya itu kalau lagi hujan atau lagi ada acara jadi tidak datang pas kegiatan berlangsung.
Ibu Wj
: faktor pendukungnya dari diri sendiri, semangat mengikuti kegiatan dan adan dukungan dari keluarga, faktor pengambatnya mungkin tidak ada ya, selagi bisa ikut kegiatan ya datang.
Ibu Hm
:faktor pendukungnya adalah adanya motivasi dukungan dari anakanak, keinginan dari diri sendiri,walaupun sudah tua tapi tetap ingin menjaga silahturami dengan lansia lainnya jadi ikut kegiatan yang ada. Faktor penghambatnya palingan ya kalau pas hujan, ada acara, atau tidak ada yang mengantar jadi tidak datang saat kegiatan dilaksanakan.
Kesimpulan : faktor pendukung lansia mengikuti kegiatan diantaranta adanya kemauan dari dalam diri lansia, adanya motivasi dari keluarga dan dari kader. Faktor penghambatnya adalah rasa malas yang ada dari
119
dalam lansia, cuaca yang tidak mendukung, tidak ada yang mengantar.
120
Lampiran 6. Catatan Lapangan Catatan Lapangan 1 Tanggal
: Maret 2016
Waktu
: 18.30 – 19.00
Tempat
: Balai Rw 11
Tema Kegiatan
: memberikan surat ijin dari kampus
Deskripsi Peneliti datang ke Balai RW 11 dengan membawa surat ijin observasi dari kampus dan bertemu dengan Bapak RW yaitu Bapak Rahadi. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya. Sebelumnya peneliti sudah bertemu dengan Ketua BKL dan disarankan menyerahkan surat ijin yang ditujukan untuk Ketua Rw. Setelah berbincang-bincang dengan Bapak Rahmadi, peneliti menyerahkan surat ijin dari kampus dan meminta ijin untuk melakukan penelitian di TPL dan kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam rangka memenuhi tugas akhir. Dengan penelitian yang akan diambil yaitu peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia. Setelah surat diterima dan penelitian dijinkan. Peneliti akan melakukan observasi awal guna mendapat data yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan proposal sktipsi.
121
Catatan Lapangan 2 Tanggal
: 5 April 2016
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: TPLRW 11 Kepuh
Tema Kegiatan
: Observasi awal
Deskripsi Pada hari Selasa tanggl 5 April 2016 peneliti datang ke TPL di RW 11 Kepuh tepatnya di alaman rumah Bapak Rw untuk mengadakan observasi awal. Ketika sampai disana keadaan TPL ini masih terlihat sepi. Namun, peneliti sebelumnya sudah melakukan perjanjian dengan Ibu Yuna (selaku Ibu Rw) untuk melakuka observas awal. Setelah kader dan lansia banyak yang datang, acara TPLdimulai. Peneliti langsung memperkenalkan diri serta menyampaikan bahwa kedatangannya hari ini untuk meminta ijin melakukan pengamatan dan penelitian di TPLini. Hasil dari pertemuan tersebut peneliti mengetahui pelaksanaan kegiatan TPLyang diadakan di RW 11 Kepuh setiap satu bulan sekali yaitu setiap tanggal 5. Selain Posyandu Lansia, peneliti juga akan melakukan pengamatan dan penelitian di kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di RW 11 Kepuh setiap tanggal 23. Setelah itu peneliti meminta ijin untuk mengikuti kegiatan tersebut, hasilnya kader dan lansia mengijinkan peneliti mengikuti kegiatan – kegiatan lansia pada setiap bulannya untuk observasi.
122
Catatan Lapangan 3 Tanggal
: 23 April 2013
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: Rumah Warga
Tema Kegiatan
: Observasi kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL)
Deskripsi
Dalam kegiatan ini peneliti mengikuti langsung kegiatan pelaksanaan BKL di RW 11 Kepuh dengan tujuan melibatkan diri langsung dalam kegiatan agar observasi atau pengamatan peneliti dapat lebih maksimal. Hasil dari observasi peneliti memperoleh mengetahui apa saja kegiatan yang di lakukan.
123
Catatan Lapangan 4 Tanggal
: 5 Mei 2016
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: TPL RW 11 Kepuh
Tema Kegiatan
: mengikuti kegitan posyandu lansia
Deskripsi Peneliti datang ke TPL dengan membawa surat ijin observasi dari kampus, serta meminta ijin untuk melakukan penelitian di TPL dalam rangka tugas akhir. Setelah surat diterima dan penelitian di ijinkan. Peneliti melakukan pengamatan kegiatan tersebut dan melakukan wawancara sekilas tentang pelaksanaan TPL yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan proposal.
124
Catatan Lapangan 5 Tanggal
: 5 Agustus 2016
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: TPL RW 11 Kepuh
Tema Kegiatan
: Mengikuti Pelaksanaan TPL
Deskripsi Peneliti datang ke TPL yang ada di Rw 11 Kepuh untuk mengikuti kegiatan Posyandu langsung dengan melibatkan diri langsung dalam kegiatan tersebut untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk melengkapi penyusunan proposal skirpsi. Di sini peneliti mengamati langsung pelaksanaan TPL sehingaa peneliti mendapatkan informasi dari pengamatannya.
125
Catatan Lapangan 6 Tanggal
: 29 Agustus 2016
Waktu
: 16.00 – 17. 00
Tempat
: Rumah Kader
Tema Kegiatan
: Memberikan Proposal Skripsi dan surat ijin penelitian
Deskripsi Peneliti datang ke salah satu rumah Kader yaitu Ibu “SS” dengan perihal memberikan Proposal Skripsi serta surat ijin penelitian dari Dinas agar peneliti dapat memulai penelitian serta pengambilan data terkait dengan Peran BKL dalam meningkatnkan kesehatan Lansia. Hasilnya Ibu “SS” dngan senang hati akan membantu peneliti selama penelitian dalam pengambilan data.
126
Catatan Lapangan 7 Tanggal
: 5 September 2016
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: TPL
Tema Kegiatan
: Mengikuti Pelaksanaan TPL dan wawancara Lansia
Deskripsi Pada tanggal 5 September peneliti mendatangi lokasi TPL untuk kegiatan pengambilan data salah satunya adalah mengetahui struktur kepengurusan. Selain mengambil data, peneliti sebelumnya juga membantu kader mempersiapkan peralatan yang di pakai saat kegiatan dan membantu kader mancatat berat badan serta tensi dari lansia yang datang.
127
Catatan Lapangan 8
Tanggal
: 7 September 2016
Waktu
: 10.00 – 13.00
Tempat
: Rumah Lansia
Tema Kegiatan
: Wawancara dengan lansia dan keluarga
Deskripsi Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu “Ksr” yang pada hari sebelumnya sudah janjian. Peneliti mewawancarai lansia dengan pertanyaan yang sudah disispkan yaitu mengenai kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh dan peran keluarga. Ibu “Ksr” antusias dalam menjawab pertanyaan diselingi dengan canda tawa. Setelah selesai wawancara dengan Ibu “Ksr”, peneliti melakukan wawancara dengan anaknya yaitu “SH”. Peneliti mewawancarai anggota keluarga lansia terkait dengan peran keluarga dalam merawat dan memperhatikan lansia khususnya kesehatan. Setelah selesai dari rumah Ibu Ksr peneliti menuju ke rumah Bapak Wdd dan kebetulan anaknya yaitu Bapak AF juga dirumah. Sama seperti sebelumnya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada lansia dan anaknya. Mereka menjawab pertanyaan dari peneliti dengan senag hati.
128
Catatan Lapangan 9
Tanggal
: 13 September 2016
Waktu
: 14.00 – 15. 30
Tempat
: Rumah Lansia
Tema Kegiatan
: Wawancara dengan Lanjut usia
Deskripsi Hari ini peneliti datang ke rumah Ibu Sm, sesampainya di rumah beliau ternyata Ibu Sm lagi berpergian dan peneliti memutuskan untuk menunggu. Tidak lama Ibu Sm sudah pulang dan menyambut peneliti dengan senyuman. Peneliti melakukan wawancara yang terkait dengan kesehatan dan kegiatan lansia. Sembari canda tawa Ibu Sm menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti. Setelah selesai peneliti menuju ke rumah anaknya Ibu Sm yaitu Ibu SY yang kebetulan jarak rumanya hanya beberapa meter. Sesampainya di rumah Ibu SY peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia.
129
Catatan Lapangan 10
Tanggal
: 23 September 2016
Waktu
: 16.00 – 17. 30
Tempat
:
Tema Kegiatan
: Mengikuti Pelaksanaan Kegiatan BKL
Deskripsi Peneliti datang ke tempat kegiatan BKL berlangsung. Di sini peneliti mengikuti kegiatan sampai selesai. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya bernyanyi dan keluarga lansia mendapat pelajaran atau ilmu tentang merawat lansia. Setelah pelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Wd selaku anak dari lansia yaitu Ibu Wj. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan dan dijawab baik oleh beliau. Selanjutnya peneliti meminta izin untuk melakukan wawancara dengan Ibunda beliau yaitu Ibu Wj pada hari selanjutnya.
130
Catatan Lapangan 11
Tanggal
: 24 September 2016
Waktu
: 09.30 – 10.30
Tempat
: Rumah Lansia
Tema Kegiatan
: Wawancara dengan Lanjut usia
Deskripsi Hari ini peneliti mendatangi Ibu Wj untuk melakukan wawancara. Peneliti sudah ditunggu oleh Ibu Wj karena memang sudah janjian. Sesi wawancarapun langsung dilakukan, selama kurang lebih satu jam Ibu Wj berbagi cerita sambil menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti.
131
Catatan Lapangan 12
Tanggal
: 29 September 2016
Waktu
: 13.00 – 14.30
Tempat
: Rumah Lansia
Tema Kegiatan
: Wawancara dengan Lanjut usia dan keluarga
Deskripsi Pada hari ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Hm. Peneliti mewawancarai lansia dengan pertanyaan yang sudah disispkan yaitu mengenai kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh dan peran keluarga. Setelah selesai wawancara dengan Ibu Hm peneliti melakukan wawancara dengan anaknya yaitu EK Peneliti mewawancarai anggota keluarga lansia terkait dengan peran keluarga dalam merawat dan memperhatikan lansia khususnya kesehatan.
132
Catatan Lapangan 13
Tanggal
: 5 Oktober 2016
Waktu
: 16.00 – 17.30
Tempat
: Rumah Bapak RW
Tema Kegiatan
: Mengikuti kegiatan TPL dan Posyandu Lansia
Deskripsi Peneliti datang ke TPLuntuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengikuti Kegiatan Posyandu. Pada kegiatan pelaksanaan Posyandu peneliti mengambil dokumentasi berupa gambar, data dan buku yang dapat mendukung peneliti dalam penulisan skripsi. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan kader yaitu dengan Ibu SS dan Ibu DQ mengenai peran kader dalam meningkatkan kesehatan lansia.
133
Lampiran 7. Data Lansia RW 11 Kepuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Drs Sumaji Marjono Supartinah Endang Sudarwati Bambang Ismoyo Mujiono Supartini Widodo Condro Mariani Amalia Elisabeth Bepy Pawiro Setomo Turut Sulardi Martiyah Walgito Kasih Kambarti Sarijah Subingah Bikem Sarwidiyati Budi Astono Estuningsih Widodo Sukirjan Ngadiyono Sukiman WA Wandiyem Sukarni H. Sudjimin Hj. Nawangsih Sumiyem Sosro Kami Sugiyo Supraning IH. Dalimin CY Boniyem Parinem Sularto Jumilah Surip Barjo Rachmadi
134
L/P Umur RT L 61 40 L 66 40 P 72 40 P 63 40 L 62 40 L 65 40 P 65 40 L 64 40 L 70 40 P 66 40 P 62 40 P 67 41 L 85 41 L 72 41 P 65 41 L 63 41 P 61 41 P 62 41 P 80 41 P 64 41 P 78 41 P 62 41 L 62 41 P 61 41 L 69 41 L 64 41 L 65 41 L 61 41 P 71 41 P 61 41 L 71 41 P 62 41 P 80 41 P 68 42 P 67 42 L 73 42 P 74 42 P 67 42 L 73 42 P 64 42 P 64 42 L 65 43
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
Yunaliati Waluyo Hadi Waldiyah Sutarmin Adiyani Sukarlan Kasno Sahono Suto Adiasih Suparni Sartono H. Ansor Susinah Samirun Suwarjo Pujo Puji Sehati Ahmad Qusyairi Daliman M. Azwar Siti Azwar Daliana Qusyairi Suhardjo H. Suwaji Sumardi Herman Sri Rahayu Mardiyanto Supriyadi Suparmi MUdjiono Samsuri Purwohadi Darto Suwito Darmo Suwito Wagiyem Suroso Herman Antoro Emilina Sari Sukardjiman Rosdiyah Waji Sri Sugiyanti Muajirah Katirah Pudjiati Indaryanto S Djuweni
135
P L P P P L L L P P L L P L P L L L P P L L L P L L P L L L P P L P L P P P P P P L P
60 71 75 61 67 71 71 70 65 72 68 67 70 71 66 72 68 67 65 67 71 68 67 72 69 65 66 68 74 83 77 67 65 60 69 67 56 64 71 64 68 62 72
43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 43 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 44 43 43 43 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45 41 43 43 44 45
Lampiran 8. Data hadir kegiatan TPL Bulan Juni No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Ibu Wardi Ibu Dalijo Bp Ngadiyono Bp Condro Ibu Harman Ibu Condro Ibu Bayo Ibu Poni Ibu Ali Ibu Sosro Ibu Mudirah Bp Rachmadi Ibu Walgito Ibu Pujo Bp Kasno Bp Waluyo Bp Widodo Ibu Nanik Ibu Daliana Ibu Murdiyanto Ibu Dwi Ibu Sugiyanti Ibu Waji Ibu Qusyairi Ibu Nawangsih Ibu Ari Ibu Sudjimin
Usia 80 79 65 70 76 70 63 75 64 82 76 65 61 69 71 71 64 56 67 72 74 64 56 67 62 42 62
136
Tensi 150/80 150/90 100/70 110/70 150/90 110/70 130/70 130/90 110/70 150/70 180/90 150/80 130/80 120/80 150/90 120/80 160/90 120/80 110/70 110/70 150/90 150/70 130/90 130/80 130/80 110/70 130/80
BB 24 43 52 57 71 72 62 55 62 45 44 75 45 45 54 58 49 63 60 40 66 49 65 58 63 55 65
Bulan Agustus No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Bp Waluyo Ibu Harman Ibu Anis Bp Qusyaeri Bp Ngadiono Bp Kasno Ibu Poni Ibu Waji Ibu Kasih Walgito Ibu Mardi Widodo Ibu Katirah Ibu Suroso Ibu Sutarning Ibu Qusyaeri Ibu Sugiyo Ibu Dalijo Ibu Sosro Ibu Mudjiono Ibu Yoso Ibu Madjirah Bp Widodo Ibu Barjo Ibu Ali Ibu Ning Astono Ibu Sri Rahayu Ibu Kamto Ibu Yuna Ibu Purwahadi Ibu Widodo/ Sarti Bp H. Sudjimin Bp Rachmadi Ibu Sudjimin
137
Usia 71 76 67 69 65 71 75 56 61 57 64 69 75 67 69 79 82 66 72 76 64 63 64 60 72 52 60 74 46 71 65 62
Tensi 120/90 150/90 140/90 160/100 130/90 130/90 120/80 130/90 120/80 130/90 100/70 100/60 150/80 110/70 120/70 120/80 130/60 180/90 150/90 200/90 170/90 130/70 130/90 120/90 100/60 110/80 140/90 110/70 110/80 140/80 130/80 130/80
BB 59 70 63 78 51 55 55 66 45 55 46 35 50 58 64 43 44 52 41 45 50 61 65 50 39 59 65 65 56 80 78 65
Bulan September No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Ibu Harman Bp Qusyaeri Bp H. Sudjimin Ibu Dalimin Ibu Surep Ibu Parinem Ibu Daliana Ibu Mudjiana Bp Waluyo Ibu Wandiyem Ibu Sosro Ibu Mudjirah Ibu Yoso Bp Kasna Ibu Dalijo Ibu Sosro Ibu Suwadji Ibu Ngudiono Bp Mardi Bp Widodo Ibu Yuna Ibu Kasih Walgito Ibu Ridahmi Ibu Ali Ibu Tarmi Ibu Estu Ningsih Ibu Sugiyo Ibu Puji Ibu Rahayu Ibu Anis Ibu Tin Sutopo Bp Candra Ibu Samsuri Ibu Sri Sugiyanti Ibu Hj. Nawangsih Bp Kodil Ibu Sri Bp Rachmadi
138
Usia 76 69 71 73 63 75 67 66 59 80 83 76 72 71 77 67 55 65 85 63 60 61 57 64 75 61 69 66 72 67 59 70 74 64 62 52 53 65
Tensi 170/80 170/90 160/90 140/90 149/80 130/90 140/80 135/80 130/80 140/80 130/70 190/90 140/90 160/80 160/90 170/70 140/80 140/90 130/90 160/90 120/80 130/80 130/80 120/80 140/80 110/70 150/80 130/80 110/70 110/80 130/80 110/70 140/90 130/80 140/80 150/90 110/80 150/80
BB 70 77 80 66 61 54 57 50 58 24 42 46 40 54 40 35 66 57 59 50 63 43 54 64 54 50 65 39 39 61 65 57 65 48 64 76 57 78
Lampiran 9. Dokumentasi Foto
139
140
141
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian
142
143