DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP MENJAHIT TERHADAP AKTIVITAS WIRAUSAHA WARGA BELAJAR DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) AR-RUM YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Anggrita Kumidaninggar NIM 12102244021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2017
MOTTO Rezeki memang merupakan takdir dari Allah SWT. Namun, manusia sebenarnya harus berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, karena Allah SWT tidak akan mengubah keadaan mereka, selama mereka tidak mengubah sebabsebab kemunduran mereka. (Terjemahan QS. Ar ‘Rad ayat 11) Sebaik-baiknya pekerjaan ialah usaha seseorang dengan tangannya sendiri (Al-Hadist) Berwirausaha tumbuh dari jiwa yang kreatif (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT Skripsi ini dipersembahkan kepada : 1. Alm. Bapakku Drs. Kuat Budi Cahyo yang tiada sempat berbangga dihari sarjanaku dan Ibuku Suprihatiningsih tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a yang mulia, sehingga penulis dapat berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.
vi
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP MENJAHIT TERHADAP AKTIVITAS WIRAUSAHA WARGA BELAJAR DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) AR-RUM YOGYAKARTA Oleh Anggrita Kumidaninggar NIM 12102244021
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit (2) Hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. (3) Dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar. (4) Faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Informan penelitian yaitu pengelola, instruktur menjahit dan warga belajar pendidikan kecakapan hidup menjahit. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber. Hasil penelitian ini diantaranya yaitu : (1) Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM (2) Hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup peningkatan pengetahuan, hasil produk, kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasioanal. (3) Dampak ekonomi program pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu berkurangnya jumlah pengeluaran. Sedangkan dampak sosial yaitu perubahan perilaku, keterampilan, sikap, pengetahuan, status atau perubahan sosial, dan interaksi sosial warga belajar terhadap orang lain dan masyarakat luas. (4) Faktor pendukung yaitu adanya sarana prasarana yang lengkap, instruktur yang berkompeten dan pengalaman, situasi dan lingkungan yang kondusif. Faktor penghambat yaitu usia warga belajar yang berbeda, kemampuan instruktur yang kurang maksimal, dan kemampuan warga belajar yang berbeda, tidak adanya keberanian untuk membuka usaha, dan tidak adanya dana untuk membuka usaha. Kata kunci : hasil program PKH, dampak program PKH, faktor PKH
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala
rahmat
dan
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM Yogyakarta”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi. Dan do’a selama proses penyususnan skripsi ini. Ucapan Terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing RB. Suharta, M. Pd. yang dengan sabar membimbing penulis dalam penyususnan skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penyeleseian skripsi. Selain itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam memperlancar proses studi penulis. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Nebegri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi. 3. Wakil dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi. 4. Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan motivasi dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
viii
5. Ibu Dra. Widyaningsih, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi dalam proses belajar dan penyusunan skripsi. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan. 7. Kepala pengelola, instruktur, warga belajar, dan pihak yang terkait dalam program kursus menjahit di LKP AR-RUM Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam kegiatan penelitian. 8. Alm. Bapak Drs. Kuat Budi Cahyo yang tiada sempat berbangga dihari sarjanaku, Ibu Suprihatiningsih dan Adikku Lintang Andonomurti yang selalu memberikan do’a, perhatian, kasih sayang dan selalu memotivasi penulisan skripsi ini. 9. Aprillio Abdullah Akbar yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk penulisan serta perhatian, dan kasih sayang . 10. Sahabat-sahabatku Hani, Veni, Putri, Ayu, Isna, Irfa, Friska yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan serta dukungan yang diberikan selama ini, perhatian, kasih sayang dan dukungannya. 11. Teman-teman PLS angkatan 2012, khususnya PLS B 2012 terimakasih untuk kebersamaan, kekompakkan, dan kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin
Yogyakarta, 24 November 2016 Penulis,
x
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ........................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv MOTTO .........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................
9
C. Batasan Masalah.........................................................................................
9
D. Rumusan Masalah ......................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 12 1. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) .......................................... 12 a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) .................... 12 b. Jenis Pendidikan Kecakapan Hidup ................................................ 14 c. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup ............................................. 19 2. Hasil dan Dampak Program ................................................................. 20 a. Pengertian Hasil Program .............................................................. 20 b. Indikator Keberhasilan Program .................................................... 22
xi
c. Pengertian Dampak Program ......................................................... 25 d. Dampak Ekonomi Pelaksanaan Program Pendidikan .................... 27 e. Dampak Sosial Pelaksanaan Program Pendidikan ......................... 28 3. Program Menjahit................................................................................. 29 a. Pengertian Menjahit ......................................................................... 29 b. Penyelenggaraan Program Pelatihan Menjahit ................................ 31 c. Indikator Keberhasilan Program Pelatihan menjahit ....................... 33 4. Wirausaha ............................................................................................. 34 a. Pengertian Wirausaha..................................................................... 34 b. Etika Wirausaha ............................................................................. 35 c. Sikap wirausaha ............................................................................. 36 5. Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) ................................................. 39 a. Pengertian Lembaga Kursus dan Pelatihan ..................................... 39 b. Manfaat Lembaga Kursus dan Pelatihan ......................................... 41 c. Sumber Daya Manusia dalam Lembaga Kursus dan Pelatihan ....... 42 B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 48 C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 48 D. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 54 B. Setting¸Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 55 1. Tempat Penelitian................................................................................. 55 2. Waktu Penelitian .................................................................................. 56 C. Subyek Penelitian ....................................................................................... 56 D. Instrumen Penelitian................................................................................... 59 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 61 F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 65 G. Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lembaga..................................................................................... 68 1. Sejarah Pembentukan LKP AR-RUM ................................................. 68
xii
2. Visi dan Misi LKP AR-RUM .............................................................. 69 3. Tujuan dan Sasaran LKP AR-RUM..................................................... 69 4. Program LKP AR-RUM ...................................................................... 70 5. Struktur Organisasi LKP AR-RUM ..................................................... 71 6. Sarana dan Prasarana LKP AR-RUM .................................................. 75 7. Jaringan Kerjasama .............................................................................. 77 B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 77 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di LKP AR-RUM ................................................................................. 78 a. Perencanaan ..................................................................................... 78 b. Pelaksanaan Pembelajaran............................................................... 79 2. Hasil Pelaksaaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM ....... 86 3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM ........ 100 a. Dampak Ekonomi Warga Belajar Setelah Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha ........................................................ 100 b. Dampak Sosial Warga Belajar Setelah Mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha ........................................................ 101 4. Faktor yang Mempengaruhi Program Kecakapan Hidup menjahit...... 102 C. Pembahasan ................................................................................................ 106 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di LKP AR-RUM ................................................................................. 106 2. Hasil Pelaksaaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM .................................................................... 108 3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM ........ 112 4. Faktor yang Mempengaruhi Program Kecakapan Hidup menjahit...... 113 D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 115 B. Saran ......................................................................................................... 117
xiii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 119 LAMPIRAN .................................................................................................... 122
xiv
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Keterkaitan Antara Komponen Life Skills dalam Pembelajaran Masyarakat Pada Satuan Program Pendidikan Luar Sekolah ..................................................................
6
Tabel 2. Daftar Pengelola dan Instruktur LKP AR-RUM................................ 58 Tabel 3. Daftar Warga Belajar Menjahit LKP AR-RUM ................................ 59 Tabel 4. Kisi-kisi Pengumpulan Data dan Sumber Data.................................. 64 Tabel 5. Sarana dan Prasarana LKP AR-RUM ................................................ 75 Tabel 6. Jaringan Kerjasama LKP AR-RUM .................................................. 77
xv
DAFTAR GAMBAR Hal Gamber 1. Kerangka Berfikir ........................................................................... 50 Gambar 2. Struktur Organisasi LKP AR-RUM ............................................... 72 Gambar 3. Gedung LKP AR-RUM tampak depan .......................................... 193 Gambar 4. Gedung LKP AR-RUM tampak dalam .......................................... 193 Gambar 5. Ruang Sekretariat LKP AR-RUM ................................................. 193 Gambar 6. Mesin Jahit yang digunakan warga belajar .................................... 194 Gambar 7. Proses penggambaran pola jahit ..................................................... 194 Gambar 8. Proses pembelajaran teori menjahit................................................ 194 Gambar 9. Proses pembelajaran praktek menjahit ........................................... 195 Gambar 10. Warga belajar menjahit blus ......................................................... 195 Gambar 11. Shoorum LKP AR-RUM.............................................................. 195 Gambar 12. Hasil Produk Warga belajar ......................................................... 196 Gambar 13. Warga belajar mampu membuka usaha mandiri .......................... 196 Gambar 14. Usaha Jahit warga belajar ............................................................. 196 Gambar 15. wirausaha warga belajar yang menerima jahitan dirumah ........... 197 Gambar 16. Warga belajar sedang menjahit blus pelanggan dirumah ............. 196 Gambar 17. Hasil jahitan gamis dan blus warga belajar dirumah.................... 196 Gambar 18. Hasil produk gamis warga belajar dirumah.................................. 196 Gambar 19. Hasil jahit warga belajar dirumah untuk keluarga sendiri............ 196
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1.Pedoman Observasi .......................................................... 123 Lampiran 2.Pedoman Wawancara ....................................................... 124 Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi .................................................... 136 Lampiran 4. Hasil Observasi ................................................................ 137 Lampiran 5. Catatan Lapangan ............................................................ 139 Lampiran 6. Analisis Data.................................................................... 162 Lampiran 7. Dokumentasi Foto............................................................ 192 Lampiran 8. Daftar Warga Belajar menjahit ........................................ 199 Lampiran 9. Surat Izin Penelitian......................................................... 200
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar warga belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1). Kualitas pendidikan merupakan salah satu indikator peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah negara. Dengan terselenggaranya program-program dibidang pendidikan yang berkualitas maka akan berdampak positif terhadap produktivitas SDM. Peran SDM yang produktif akan mampu mengurangi angka pengangguran yang saat ini masih menjadi permasalahan klasik di Indonesia. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik di Indonesia, yaitu pada Februari 2016, penduduk bekerja pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar kebawah masih tetap mendominasi yaitu sebanyak 557,418 juta orang, sedangkan penduduk bekerja dengan pendidikan Diploma sebanyak 249,362 juta orang dan penduduk bekerja dengan pendidikan Universitas hanya sebanyak 695,304 juta (http://yogyakarta.bps.go.id). Dengan melihat data tersebut pendidikan di Indonesia masih kurang merata dirasakan oleh warga Indonesia. Hai ini dibuktikan dengan masyarakat yang hanya tamatan Sekolah Dasar kebawah, sehingga masyarakat yang mengalaminya akan menjadi sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
1
Pendidikan memegang peranan sangat penting untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia. Dengan melalui pendidikan yang berkualitas secara otomatis sumber daya manusia yang ada didalamnya juga pada posisi yang baik. Pendidikan juga akan mengarahkan masyarakat untuk bersaing di dalam dunia kerja dan membangun peradaban yang baik. Perkembangan informasi dan teknologi saat ini menuntut Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar mampu bersaing dalam pasar kerja global dan pengembangan sistem pendidikan sangat diperlukan untuk mendukung kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Namun pada kenyataannya, tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia masih dalam taraf rendah dan sebagian besar angkatan kerja dalam masyarakat Indonesia masih dalam keadaan menganggur. Hal tersebut terjadi karena banyaknya jumlah pencari kerja yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah kesempatan kerja dan adanya kesenjangan antar kualitas pencari kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Sehingga, tidak adanya keseimbangan antara jumlah pengangguran, jumlah tenaga kerja dan lapangan kerja yang menyebabkan banyaknya permasalahan perekonomian yang ada di Indonesia. Selain itu, pendidikan juga harus ikut andil di dalam mewujudkan masyarakat yang sadar bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Pendidikan juga akan mengarahkan masyarakat untuk bersaing dalam dunia kerja dan membangun peradaban yang lebih baik. Dengan melihat tingkat persaingan hidup yang semakin hari semakin sulit, maka banyak hal yang harus perlu untuk disiapkan dan dibekali pada diri kita sehingga tidak mengalami
2
kesulitan hidup, dan pada saat itulah mulai dirasakan pentingnya dunia wirausaha untuk mengurangi jumlah pengangguran yang terjadi di negara maju dan berkembang. Hasil survei angkatan kerja Nasional dengan penimbang proyeksi penduduk 2010-2035 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia bekerta atau usia 15 tahun keatas di D.I Yogyakarta pada bulan Agustus 2015 mencapai 2,883 juta orang, mengalami peningkatan sebanyak 1,24% dibanding keadaan pada bulan Agustus 2014 sebanyak 2,848 juta orang atau bertambah 35,23 ribu orang. Jumlah penduduk angkatan kerja di D.I Yogyakarta pada bulan Agustus 2015 mencapai 1,971 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 2,57% dibanding angkatan kerja pada bulan Agustus 2014 sebanyak 2,023 juta orang, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja di D.I Yogyakarta pada bulan Agustus 2015 mencapai 1,891 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 3,31% dibanding keadaan pada bulan Agustus 2014 sebanyak 1,956 juta orang (BPS Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2015). Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di D.I Yogyakarta mengalami peningkatan, sedangkan jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan. Lapangan pekerjaan banyak tersedia untuk masyarakat, tetapi tenaga kerja yang terampil dalam bidangnya masih kurang sehingga lapangan pekerjaan tersebut banyak yang tidak termanfaatkan. Untuk mengatasi hal tersebut para pencari kerja harus memiliki keterampilan atau kecakapan hidup agar dapat memanfaatkan lapangan pekerjaan yang tersedia. Upaya dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya
3
Manusia (SDM) yang telah ditempuh selama ini dengan berbagai cara, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan dengan berbagai cara, baik melalui pendidikan formal, pendidikan informal, maupun pendidikan non formal. Pendidikan non formal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu diluar sistem sekolah, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok, dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial yang efektif guna meningkatkan taraf hidup dibidang material, sosial dan juga mental dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial (Hamojoyo, 1973: vi). Adapun fungsi dari pendidikan non formal sendiri yaitu sebagai penambah, pengganti ataupun pelengkap dari adanya pendidikan formal yang ada dalam rangka untuk mendukung pendidikan sepanjang hayat. Program yang diselenggarakan melalui pendidikan nonformal dimaksudkan untuk dapat melayani berbagai kebutuhan masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memperoleh kesempatan belajar di pendidikan formal. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Nasional pasal 6 ayat 3 menjelaskan satuan pendidikan non formal dalam bentuk kursus atau lembaga pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan keterampilan. Untuk itu masyarakat sangatlah perlu diberikan suatu keterampilan untuk membekali dirinya dan sangatlah perlu diberikan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills). Salah satu lembaga yang menyediakan Pendidikan Kecakapan Hidup yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan atau yang sering dikenal dengan sebutan LKP,
4
yang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang lahir dari pemikiran tentang kesadaran akan pentingnya kedudukan masyarakat Indonesia didalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, berdirinya LKP ditengah masyarakat diharapkan mampu menjadi tulang punggung bagi terjadinya proses pembangunan dengan melalui
pemberdayaan
potensi
yang
ada
dimasyarakat,
dengan
diselenggarakannya pendidikan nonformal yang ditujukan kepada masyarakat yang sangat memerlukan pengetahuan dan keterampilan. Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life Skills) yang memegang peranan penting dalam membekali peserta didik untuk menguasai program pelatihan, maka peserta didik sangat dibebaskan memilih progam pendidikan kecakapan yang ingin dikembangkan sesuai dengan minatnya. Lembaga Kursus dan Peltihan ini memiliki banyak kegiatan yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat bahkan kebutuhan dari peserta didiknya sendiri. Lembaga Kursus dan Pelatihan juga berperan aktif untuk memberikan programprogram yang efektif untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki peserta sesuai dengan bakat dan minatnya. Keterlibatan instruktur dan pengelola sebagai pengantar sangatlah dibutuhkan untuk dapat menciptakan suasana yang harmonis dengan peserta didik. Program Pendidikan Kecakapan Hidup diterapkan didalam Pendidikan nonformal yang mana dapat diikuti oleh semua kalangan umur sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Anwar (2004: 76), yaitu :
5
Tabel 1. Keterkaitan Antara Komponen Life Skills dalam Pembelajaran Masyarakat pada satuan Program Pendidikan Luar Sekolah Program PLS 1. PADU 2. Keaksaraan Fungsional 3. Kesetaraan 4. Kursus 5. Magang 6. Kelompok Belajar Usaha 7. KUPP 8. Pendidikan Wanita ***Sangat Kuat
Personal Skills **
**
Vokasional Skills *
**
**
***
** ** **
* * *
**
**
***
**
**
***
***
**
**
**Kuat
Sosial Skills
*Terkait
Akademik Skills
*** **
** *** ***
Sumber: Anwar (2004: 76)
Berdasarkan tabel 1. Keberadaan life Skills dapat dilakukan pada semua jenjang didalam satuan pendidikan luar sekolah. Pendidikan yang dapat dilakukan mulai dari Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) sampai pada orang dewasa pada jenjang keaksaraan fungsional, kesetaraan, pendidikan wanita, dan juga kursus. Pendidikan kecakapan hidup dapat dijumpai di setiap lembaga non formal, salah satunya di lembaga kursus dan pelatihan, dimana LKP juga berperan aktif untuk memberikan program
yang efektif yang dapat mengembangkan
keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dengan adanya pelatihan kursus ini dapat memberikan keterampilan pada masyarakat dalam bidang kursus menjahit yang dirasa paling cukup efektif. Saat ini semua masyarakat diberbagai kalangan sangatlah memerlukan busana untuk baju untuk sehari-hari dan saat bepergian, sehingga kursus menjahit banyak diminati oleh masyarakat yang dapat dimaksudkan setelah mengikuti program kursus menjahit maka peserta didik dapat membuka usaha sendiri dirumahnya. Persiapan masa depan peserta didik
6
merupakan aspek penting yang dapat menjadi dasar setiap kegiatan sebagai bekal untuk berwirausaha. Pengetahuan berwirausaha hanya berarti jika pengetahuan tersebut dilengkapi oleh keterampilan yang terkait dengan aspek tersebut, sehingga setiap pengetahuan yang diberikan harus langsung dapat diterapkan dalam kegiatannya oleh peserta didik, untuk menambah dan meningkatkan kualitas diri. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, baik secara formal maupun non formal. Proses ini dilakukan dengan menambah pengetahuan dan keterampilan yang aplikatif terhadap kebutuhan hidup. Program pelatihan yang diadakan di LKP tidak semahal ketika menempuh pada pendidikan formal bahkan terkadang pemerintah juga menyelenggarakan program pelatihan tersebut dengan tidak dipungut biaya sama sekali atau gratis. Semua kalangan masyarakat pun dapat mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit mulai dari ibu-ibu rumah tangga, remaja yang putus sekolah bahkan mahasiswa pun juga dapat mengikutinya, sehingga dapat membantu pemerintah didalam mewujudkan masyarakat yang mempunyai keterampilan untuk bersaing dengan individu lainnya. Salah satu lembaga pendidikan nonformal yang mengadakan program pendidikan kecakapan hidup yaitu LKP AR-RUM, yang mana lembaga tersebut dapat membantu masyarakat mengatasi masalah kesulitan dalam memasuki dunia kerja. Program yang diadakan oleh LKP AR-RUM antara lain menjahit, membordir, mendesain, dan membatik. Pelatihan yang banyak diminati oleh
7
masyarakat yaitu pelatihan menjahit karena saat ini makin banyaknya tuntutan kerja yang membutuhkan jasa dibidang menjahit. Pendidikan kecakapan hidup menjahit dapat menjadikan lulusan sebagai asisten menjahit, professional menjahit dan dapat berwirausaha dibidang tata busana. Peserta didik lulusan LKP ARRUM tidak semuanya dapat tertampung pada lapangan kerja, karena LKP hanya menyiapkan peserta didik yang siap bekerja bukan menyiapkan lapangan kerja untuk mereka. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup menjahit, peserta didik diharapkan dapat memasuki dunia pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya dan juga dapat berwirausaha mandiri. Belajar wirausaha dalam kondisi kehidupan yang serba ketat menuntut untuk mampu menguasai beberapa keterampilan yang aplikatif. Keterampilan menjahit inilah yang selanjutnya dijadikan bekal menghadapi hidup sehingga mampu menghadapi kehidupan dimasyarakat, hal ini sangatlah penting sebab kemampuan itu yang menjadikan peserta didik survive dalam hidupnya. Wirausaha merupakan peran yang baik dalam pertumbuhan perekonomian, wirausaha secara internal maupun eksternal berperan dalam mengurangi pengangguran dan ketergantungan pada orang lain. Secara internal seorang wirausaha dapat meningkatkan kepercayaan dirinya serta dapat meningkatkan nilai tambah untuk dirinya, secara eksternal wirausaha dapat menyediakan lapangan kerja bagi orang yang sedang mencari kerja. Dengan hal tersebut maka jumlah pengangguran akan berkurang dan permasalahan pengangguran dapat teratasi sehingga pendapatan yang dihasilkan juga dapat bertambah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Dampak
8
Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup
Menjahit
terhadap Aktivitas
Wirausaha Warga Belajar di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dipaparkan beberapa permasalahan berikut: 1. Masih rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan di Indonesia. 2. Jumlah penduduk usia kerja meningkat, sedangkan penduduk yang bekerja rendah. 3. Jumlah pencari kerja yang lebih banyak daripada jumlah lapangan kerja yang tersedia. 4. Masih tingginya jumlah pengangguran di D.I Yogyakarta. 5. LKP AR-RUM hanya menyediakan tenaga kerja saja. 6. Lulusan dari LKP hanya beberapa yang membuka usaha sendiri. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada “Dampak Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM”. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM?
9
2. Bagaimana hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar setelah warga belajar mengikuti di LKP AR-RUM? 3. Bagaimana dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM? 4. Apa saja faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM? E. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. 2. Mendeskripsikan hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM. 3. Mendeskripsikan dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP ARRUM. 4. Mendeskripsikan
faktor
yang
mempengaruhi
program
pendidikan
kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM F. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini menambah pengalaman dan pengetahuan terkait dengan dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM.
10
2. Bagi Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM, hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan yang dilaksanakan. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan informasi terkait dengan kajian tentang dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup.
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Kecakapan Hidup a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan kecakapan hidup (life skills) merupakan pendidikan yang diberikan sebagai bekal untuk bekerja dan usaha mandiri. Menurut Sudjana (2004: 145) Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional kepada warga belajar untuk mampu bekerja atau berusaha secara mandiri. Pendidikan ini dilaksanakan melalui suatu kelompok belajar (kelompok belajar usaha, magang, pelatihan, kursus, dsb). Sedangkan WHO (1997) dalam Mockhamad Muhsin (2006: 39) memberikan
pengertian
bahwa
kecakapan
hidup
adalah
berbagai
keterampilan/ kemampuan untuk dapat beradaptasi da berperilaku positif, yang memungkikan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. Borlin dalam Anwar (2012: 20) menjelaskan bahwa life skills constitute a contium of knowledge and aptitude that are necessary for a person to funtion effectively and to avoild interupptions of employment experience. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Menurut Satori dalam Anwar (2012: 20) istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentusaja (vocatiobal job), namun ia
12
haeus memiliki kemampua tertetu saja (vocatioal job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pedukungnya serta fugsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memechkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, dan mempergunakan teknologi. Tim Broad Based Education Depdiknas dalam Syarifatul Marwiyah (2012: 85) menafsirkan kecakapan hidup sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan , kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Yanti Firda Triyana (2012: 26) menjelaskan pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual, dan vokasional kepada masyarakat agar mampu bekerja atau berusaha secara mandiri. Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (Diklusepa) Depdiknas dalam (Harum Rosyid, Haryanto, dan Ibnu Syamsi, 2013: 207) kecakapan hidup atau life skill adalah kemampuan yang mendakup penugasan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Pengertian pendidikan kecakapan hidup dapat disimpulkan sebagai pendidikan yang memberikan bekal keterampilan dan kemampuan kepada seorang untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya yang dapat digunakan sebagai bekal
13
untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan untuk kehidupannya agar mampu lebih mandiri. Ciri pembelajaran life skills menurut DEPDIKNAS (2003) dalam Anwar (2012: 21) adalah : 1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan. 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama. 3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama. 4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial vokasional, akademik, manajerial, dan kewirausahaan. 5) Terjadi prosespemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu. 6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli. 7) Terjadi proses penilaian kompetensi. 8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama. b. Jenis Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan kecakapan hidup merupakan bekal untuk seseorang dalam menghadapi hidup dan kehidupannya. Kemampuan tersebut bisa dijadikan sebagai
solusi
untuk
mengatasi
permasalahan
yang
ada
dalam
kehidupannya. Secara umum kecakapan hidup (life skills) dibagi menjadi dua, yaitu kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life Skill) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus (Spesific Life Skill). Kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life skill) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus (Spesific Life Skill) dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
14
1) Kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life Skill) Kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life skill) adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang agar dapat melakukan hal-hal yang bersifat umum. Kecakapan hidup yang bersifat umum dibedakan menjadi dua jenis kecakapan, yaitu : a) Kecakapan Personal (Personal Skills) Yanti Firda Triyana (2012: 27) menjelaskan bahwa kecakapan personal ialah adanya kesadaran eksistensi dan potensi yang muncul dalam siri seseorang. Kecakapan personal adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk pengambilan suatu keputusan, penecahan permasalahan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kemempuan diri, kecakapan personal ini adlah hal yang paling utama untuk menentukan seseorang dikatakan dapat berkembang. Kecakapan personal ini mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skills). Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006: 29) menjelaskan: “kecakapan mengenal diri pada dasarnya penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.” Kecakapan mengenal diri ini merupakan bentuk kesadaran akan keberadaan dirinya di dalam kehidupan. Baik kesadaran sebagai makhluk tuhan, makhluk sosial, dan lain sebagainya. Kecakapan mengenal diri, termasuk di dalamnya kesadaran akan ppotensi yang dimiliki oleh
15
seseorang. Mengetahui kelemahan, kekuatan, kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam diri seseorang tersebut. Kecakapan personal lainnya adalah kecakapan berfikir rasioanal (thinking skill). Yanti Firda triyana (2012: 28) menyebutkan bahwa kecakapan berfikir rasional ialah kemampuan seseorang dalam menggali sesuatu dari berbagai sumber, mengolah, menyaring, mnyeleksi, dan menyimpan informasi. Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006: 29) menjelaskan kecakapan berfikir rasioanal mencakup antara lain: kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. b) Kecakapan Sosial (Social Skills) Yanti Firda Triyana (2012: 27) menjelaskan bahwa kecakapan sosial adalah kemempuan seseorang dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun melalui suatu interaksi (bekerja sama). Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006: 30) menjelaskan kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal skills) mencakup anatara lain: kecakapan komunikasi dengan empati, dan keterampilan bekerja sama. Kecakapan
sosial
merupakan
kemampuan
seseorang
dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang berada di lingkungannya. Proses komunikasi yang terjadi tidak hanya sekedar penyampaian informasi saja, tetapi juga termasuk bagaimana cara penyampaiannya agar dapat terjalin hubungan yang baik antara penyampai
16
informasi dan penerima informsi. Kecakapan sosial juga termasuk kemampuan seseorang untuk dapat bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan bekerja sama diperlukan seseorang untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat mengontrol emosi dengan baik, dapat mencari solusi dari permasalahan yang terjadi, untuk dapat belajar memahami orang lain, mengerti kekurangan dan kelebihan orang lain, serta menghormati hak orang lain. 2) Kecakapan hidup yang bersifat khusus (Spesific Life Skill) Kecakapan hidup yang bersifat khusus ((Spesific Life Skill) adalah kecakapan hidup yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat melakukan halhal yang bersifat khusus. Kecakapan hidup yang bersifat khusus dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Kecakapan Akademik (Academic Skill) Yanti Firda Triyana (2012: 28) menjelaskan kecakapan akademik ialah kemampuan seseorang dalam bidang akademik, sehingga ia bisa berfikir ilmiah dan rasional, yang mengarah pada ilmu (akademik). Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006: 30) menjelaskan kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan sesuatu gagasan atau keingintahuan.
17
Kecakapan
akademik
merupakan
bentuk
pengembangan
dari
kecakapan berfikir rasional, tetapi kecakapan akademik ini lebih ditujukan pada kemampuan seseorang dalam bidang akademik. Kecakapan akademik ini lebih ditujukan pada kemampuan seseorang dalam bidang akademik. Kecakapan akademik ini diperlukan seseorang untuk menunjang dalam kegiatan akademik yang dilakukan, dan untuk membantu dirinya dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki. b) Kecakapan Vokasional (Vocational Skill) Departemen
Pendidikan
Nasional
dalam
Anwar
(2006:
31)
menjelaskan bahwa kecakapan vokasional seringkali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Kecakapan vokasional sering juga disebut keterampilan. Kecakapan vokasional adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan hidup, baik kecakapan hidup yang bersifat umum (Generic Life Skill) maupun yang bersifat khusus (Spesific Life Skill), keduanya tidak dapat berfungsi secara terpisah. Keduanya saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Keduanya, antara kecakapan hidup yang bersifat umum dan kecakapan yang bersifat khusus harus dapat dikembangkan dengan baik oleh warga belajar. Jika keduanya dapat dikembangkan dengan baik, maka akan dapat dijadikan bekal untuk warga belajar dalam mencari solusi dari permasalahan yang ada di dalam kehidupannya. Keterampilan tersebut dapat dijadikan sebagai bekal kehidupannya, baik untuk mencari pekerjaan
18
ataupun untuk dapat membuka usaha mandiri. Kecakapan hidup tersebut dapat dikembangkan dengan mengikuti pembelajaran melalui lembagalembaga kursus dan pelatihan lainnya. c. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup Pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan hidup memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mendapatkan keterampilan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh dirinya. Keterampilan ini nantinya dapat digunakan oleh warga belajar sebagai bekal untuk sumber kehidupannya. Sebuah program pendidikan tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Begitu pula dengan program pendidikan kecakapan hidup, program ini memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh warga belajar. Anwar (2012: 43) menyebutkan tujuan pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah (1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi, (2) memberikan
kesempatan
kepada
sekolah
untuk
mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip berbasis luas, (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat menjelaskan tujuan kebijakan pendidikan kecakapan hidup adalah:
19
“memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya di masa mendatang, memberikan peluang bagi institusi pelaksana pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, dan memenfaatkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip terbuka (berbasis luas dan mendasar) serta prinsip pendidikan sekolah, dan membekali tamatan dengan kecakapan hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga negara”. Lebih spesifiknya, tujuan pendidikan life skills dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap, dan perbuatan lahiriah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. 2) Memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir. 3) Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetensi dan kolaborasi sekaligus. 4) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi pengambilan kebijakan, dan fleksibelitas pengelolaan sumber daya sekolah. 5) Memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari, seperti kesehatan mental dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, narkoba, dan kemajuan ipteks (Anwar, 2012: 43-44). 2. Hasil dan Dampak Program a. Pengertian Hasil Program Program merupakan sebuah kegiatan
yang dirancang secara
sistemastis dan terencana. Suharsimi Arikunto (2007: 3), program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
20
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Menurut Sudjana (2003: 313) program adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, institusi dengan dukungan sarana dan prasarana yang diorganisasi dan dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Berdasarkan pengertian program diatas, maka dapat disimpulkan bahwa program adalah sistem kesatuan yang diselenggarakan oleh perorangan, lembaga, institusi yang merupakan realisasi dari suatu kebijakan yang diorganisasikan dalam proses berkesinambungan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil merupakan sesuatu yang diadakan. Djamarah (2000: 45) mengatakan bahwa hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan sesuatu. Nasution (1995: 25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud bukan hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga perubahan sikap, keterampilan, dan sosial yang dimiliki oleh seseorang yang telah mengikuti suatu kegiatan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil merupakan suatu perubahan yang diperoleh setelah seseorang melakukan kegiatan yang dikerjakan dan diciptakan serta terjadinya perubahan sikap,
21
keterampilan, dan sosial yang dimiliki oleh seseorang yang telah mengikuti suatu kegiatan. Hasil program adalah suatu perubahan yang diperoleh setelah seseorang mengikuti program. Hasil program biasanya berdampak pada pengetahuan dan keterampilan peserta yang mengikuti program tersebut. Hasil program merupakan keluaran dari suatu program yang telah direncanakan. b. Indikator Keberhasilan Program Keberhasilan program pelaksanaan
program
dan
pembelajaran berarti ketuntasan
dalam
ketuntasan dalam
proses
pembelajaran.
Keberhasilan sebuah program dibuktikan dengan tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam diri seroang peserta didik. Fungsi dari ketuntasan belajar yaitu memastikan semua peserta didik menguasai dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Patokan ketuntasan program mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam kurikulum program. Ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar pelaksanaannya yang melibatkan pendidik dan peserta didik. Kriteria keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang mengacu pada kompetensi yang telah ditetapkan. Secara umum, kriteria keberhasilan adalah: (1) keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, (2) setiap
22
keberhasilan dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, (3) ketercapaian keterampilan vokasional. Menurut Mimin Haryati (2007: 22) pada umumnya tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 1) Aspek Kognitif Tujuan aspek kognitif berorientasi kepada kemampuan berfikir yang menyangkut intelektual sederhana seperti mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan
masalah.
Pada
pembelajaran
pendidikan
kecakapan hidup menjahit tujuan kognitif yang diharapkan yaitu: (1) peserta didik dapat mengidentifikasi pengertian menjahit dan manfaatnya, (2) peserta didik dapat mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan (3) peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah dalam proses menjahit, 2) Aspek psikomotor Tujuan pada aspek psikomotor adalah agar tubuh dapat bergerak dan memiliki reaksi-reaksi fisik. Tujuan aspek psikomotor yang diharapkan dalam pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu: (1) peserta didik dapt menunjukkan hasil dari menjahitnya, (2) peserta didik dapat menunjukkan alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan (3) peserta didik mampu menunjukkan ukuran dalam membuat sebuah hasil jahitan.
23
3) Aspek afektif Aspek afektif sangat menentukan keberhasilan peserta didik mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran. Tujuan aspek afektif ini yang diharapkan dalam proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu: (1) peserta didik mampu menjelaskan pengertian menjahit dan cara membuat bordir, (2) peserta didik mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk menjahit, dan (3) peserta didik mampu menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat sebuah hasil menjahit. Keberhasilan dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit juga memiliki tujuan, antara lain: a) Agar peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja. b) Agar peserta didik memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang bagus. c) Agar peserta didik memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya. d) Agar peserta didik mampu mensejahterakan hidupnya. e) Agar berkurangnya kesenjangan sosial. f) Agar berkurangnya jumlah penganngguran. Menurut konsep pendidikan kecakapan hidup, tingkat keberhasilan dapat dilihat melalui 4 kecakapan yaitu kecakapan personal, sosial, akademik, dan vokasional. Kecakapan personal mencakup dua kecakapan yaitu kecakapan mengenal diri dan kecakapan berfikir rasional. Dalam kecakapan personal, tingkat keberhasilan bisa dilihat melalui bagaimana peserta didik dapat mengenal dirinya sendiri dan menghargai dirinya sendiri serta peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada didalam diri individu secara optimal.
24
Kecakapan sosial atau bisa disebut dengan kecakapan antar personal. Kecakapan sosial mencakup kecakapan komunikasi dan bekerjasama. Keberhasilan dilihat melalui kecakapan ini yaitu dengan melihat bagaimana peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik kepada pendidik dan sesama peserta didik, selain itu, kecakapan sosial juga dilihat dari bagaimana peserta didik dapat bekertasama dalam menghasilkan sebuah produk. Kecakapan akademik sering disebut dengan kemampuan berfikir alamiah. Keberhasilannya dapat ditentukan dengan bagaimana prestasi akademik peserta didik saat mengikuti program tersebut. Kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. Kecakapan vokasional sering juga disebut kecakapan kejuruan. Kecakapan vokasional biasanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Keberhasilan kecakapan ini yaitu peserta didik mampu mengetahui kebutuhan masyarakat sekitar dan mampu memanfaatkannya sebagai sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. c. Pengertian Dampak Program Dampak merupakan gambaran tentang nilai suatu program. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif (Depdiknas 2005: 234). Menurut Aulia (2013: 13), dampak merupakan akibat yang didapat dari sebuah pengaruh yang berupa aktivitas. Sedangkan Sudjana (2006: 95)
25
berpendapat bahwa dampak adalah pengaruh (outcome) yang dialami peserta didik atau lulusan setelah memperoleh dukungan dari masukan lain. Masukan lain tersebut dapat digolongkan kedalam pekerjaan, aktifitas masyarakat dan dalam bidang bisnis. Dampak mengacu pada manfaat jangka panjang terhadap masyarakat seperti,
peningkatan
pengetahuan,
efisiensi
produksi,
peningkatan
lingkungan hidup, keuntungan finansial, dan sebagainya. National endowment For Art dalam Alim Sumarno (2011: 1) mendefinisikan : “Outcomes are the benefits that occur to participants of a project; they represent the impact that the project has on participant. Tipically, outcomes represent a change in behavior, skills, knowledge, attitude, status or life condition of participants that occur as a result of the project,”(outcome merupakan manfaat atau perubahan yang terjadi pada partisipan selama atau sesudah mereka terlibat dalam sebuah program yang ditandai dengan perubahan perilaku, ketrampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan sebagai hasil program). Pembahasan tentang dampak, tidak terlepas dengan pembahasan keluaran (output) dan pengaruh (outcomes). Keluaran (output) mencakup kuantitas lulusan disertai kualitas perubahan perilaku yang didapat melalui proses pembelajaran. Perubahan tersebut mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Sedangkan pengaruh (outcome) merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan. Pengaruh ini menurut Sudjana (2006: 95) meliputi: 1) Peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, kesehatan, penampilan diri, dan sebagainya. 2) Upaya membelajarkan orang lain baik kepada perorangan, kelompok, dan/atau komunitas.
26
3) Keikutsertaan dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga, harta benda, dan dana. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dampak program adalah perubahan yang dapat mendatangkan akibat baik positif maupun negatif yang dialami oleh peserta didik yang ditandai dengan munculnya perubahan perilaku, keterampilan, pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan sebagai hasil program. Dampak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dampak positif yang dihasilkan oleh program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM. d. Dampak Ekonomi Pelaksanaan Program Pendidikan Dampak ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh suatu pelaksanaan kegiatan terhadap perekonomian. Sesuatu dapat bernilai ekonomi bila dapat menambah penghasilan atau mendapat suatu pekerjaan dari keterampilan yang dimilikinya kemudian mendapatkan uang sehingga mengalami pengingkatan dalam hal kesejahteraan ekonominya. Kesejahteraan ekonomi adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri seperti kebutuhan primer serta terjadinya keseimbangan antara banyaknya kebutuhan dengan ketersediaan alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi tingkat kesejahteraannya karena semakin mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonominya. Seseorang yang sebelumnya
27
tidak memiliki keterampilan tertentu, sehingga sulit dalam mendapatkan penghasilan, maka setelah seseorang memperoleh keterampilan tertentu orang tersebut akan meningkatkan nilai ekonominya. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seseorang harus memiliki penghasilan atau uang. Penghasilan atau uang akan didapatkan jika orang tersebut berusaha untuk mendapatkannya. Untuk dapat bekerja dengan baik seseorang harus memiliki bekal terlebih dahulu. Baik bekal secara materi maupun keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Mempelajari dan mengikuti sebuah pelatihan kecakapan hidup menjahit akan mampu mendorong dan memberi keterampilan untuk modal bekerja. Dengan adanya modal bekerja, warga belajar akan mampu meningkatkan perekonomian keluarganya dan meningkatkan kesjahteraan hidupnya. e. Dampak Sosial Pelaksanaan Program Pendidikan Sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal-hal yang berkenaan dengan khalayak, masyarakat, dan umum serta memiliki arti berupa kata sifat suka menolong dan memperhatikan orang lain. Sosial merupakan masyarakat yang suka menolong dan saling memperhatikan kepentingan umum yang ada dilingkungan tempatnya. Pada
hakekatnya
manusia
merupakan
makhluk
sosial
yang
mempunyai kebutuhan untuk saling berhubungan dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang
28
tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat karena seorang manusia tidak mampu melakukan aktifitasnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Dampak sosial pelaksanaan program yaitu keluaran dimana seseorang akan mampu berinteraksi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang baik akan mampu meningkatkan nilai sosial seseorang dalam lingkungan tempat tinggalnya. Pelaksanaan program diharapkan mampu menumbuhkan jiwa-jiwa sosial dalam masyarakat, bukan mementingkan diri sendiri atau individualis. 3. Program Menjahit a. Pengertian Menjahit Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia menjahit diartikan sebagai meletakkan (menyambung, mengelem, dan sebagainya) dengan jarum dan benang. Sedangkan menurut Munzayannah (2001: 185) menjahit adalah suatu cara membuat pakaian yang dapat dilakukan dengan tangan atau mesin jahit. Menjahit juga dapat diartikan sebagai salah satu langkah kerja dalam pembuatan pakaian yang dilakukan setelah menggunting bahan dan mengukur ukuran yang akan dibuat. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menjahit adalah suatu proses pekerjaan menyambung kain dan bahan-bahan yang lain yang bisa dilewati oleh jarum jahit dan benang sehingga menjadi sebuah busana.
Menjahit
dapat
dilakukan
menggunakan
tangan
ataupun
menggunakan mesin jahit dengan menyatukan bagian bagian kain yang telah digunting berdasarkan pola baju yang akan dibuat. Sedangkan
29
pengertian dari keterampilan menjahit adalah suatu kecakapan, kecekatan, dan kemampuan praktis dalam memproses pekerjaan menyambung kain dan bahan-bahan yang lain yang bisa dilewati oleh jarum jahit dan benang sehingga menjadi sebuah busana. Program menjahit diselenggarakan agar masyarakat memiliki kemampuan untuk dapat membuat pakaian sendiri. Keterampilan dalam menjahit ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari pekerjaan, untuk dapat digunakan sendiri atau bahkan untuk membuka usaha mandiri. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal PAUDNI (2011) menyebutkan bahwa program kursus menjahit dan pelatihan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Menjadi seorang pembuat pakaian yang profesional. 2. Menjadi seorang pengusaha yang handal. 3. Mengikuti, mengembangkan dan menguasai bidang keahlian menjahit melalui berbagai macam seminar, lokakarya dan workshop. 4. Mengusai empat level yang diujikan dalam standar kompetensi lulusan: a) Level I - Asisten pembuat pakaian b) Level II - Pembuatan pakaian c) Level III - Penyelia proses pembuatan pakaian d) Level IV – Pengelola usaha pakaian Direktoral Pembinaann Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal PAUDNI (2011) menyebutkan, kursus menjahit dan pelatihan menumbuh kembangkan kemampuan dalam lingkup pekerjaan menjahit yang dirinci dalam cakupan sebagai berikut : 1. Mempunyai nilai-nilai/ norma-norma/ sikap/ prilaku dan etika kerja serta kemampuan berkomunikasi dengan konsumen secara optimal. 2. Kemampuan dalam lingkup pekerjaan yang terkait dengan menjahit pakaian.
30
3. Pemahaman tentang konsep pengetahuan yang berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dibutuhkan untuk menjadi seorang yang profesional dibidangnya. Tujuan dari dilaksanakannya kursus menjahit adalah agar warga belajar memiliki kemampuan dalam bidang menjahit, mengusai tingkatan kursus menjahit yang diajarkan, memiliki pengetahuan dan konsep tentang hal-hal yang berkaitan dengan menjahit, serta diharapkan warga belajar memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan keahliannya dengan membuka usaha mandiri. b. Penyelenggaraan Program Kursus Menjahit Menjahit merupakan sebuah kegiatan yang sebenarnya mampu untuk mengurangi jumlah pengangguran dan juga mampu menjadikan sebagai lahan untuk usaha. Dengan menghadapi hal tersebut, penyelenggaraan program kursus menjahit memerlukan tahapan yang diperlukan dalam melaksanakan program kursus menjahit. Tahapan tersebut antara lain yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tidak lanjut. Tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk melihat hasil dari sebuah program. Menurut Sukarja (2012: 11-15) kegiatan program pendidikan kecakapan hidup dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. 1. Tahap Persiapan Tahapan persiapan meliputi perenanaan fisik, perencanaan kegiatan, dan perencanaan evaluasi a) Perencanaan Fisik
31
Pada perencanaan fisik terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan fisik antara lain: 1) Menyusun desain kursus 2) Pembahasan desain pelatihan 3) Menyiapkan SK tentang kepanitiaan dan tim fasilitator pelatihan 4) Mengadakan rapat teknis untuk membahas sebuah kepanitiaan 5) Mengadakan rapat kepanitiaan 6) Menyiapkan kurikulum 7) Menyiapkan materi/ bahan ajar 8) Menyiapkan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat pelatihan 9) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung 10) Menyiapkan peserta atau warga belajar 11) Menyiapkan fasilitator 12) Menyiapkan ATK Jika semua hal-hal diatas telah dipenuhi maka perencanaan fisik sebuah kursus akan berjalan dengan maksimal b) Perencanaan Kegiatan Perencanaan kegiatan meliputi koordinasi dengan instansi instansi yang akan terkait dengan kegiatan kursus. Perencanaan kegiatan juga meliputi persiapan administrasi seperti suratsurat dan format-format yang diperlukan dalam kegiatan kursus serta menyiapkan jadwal untuk evaluasi program.
32
c) Perencanaan Evaluasi Pada tahap ini, hal yang dipersiapkan yaitu instrumen evaluasi pelatihan yang meliputi evaluasi peserta, fasilitator, dan penyelenggaraan. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap
pelaksanaan
merupakan
proses
pelaksanaan
program
pendidikan kecakapan hidup yang dilakukan selama 24 hari dengan total waktu 2 jam pelajaran @60 menit. Proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. 3. Evaluasi Evaluasi sebuah program menjahit bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengkuti pembelajaran menjahit. 4. Tindak Lanjut Tindak lanjut sebuah program menjahit bertujuan untuk mengetahui dampak yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengkuti program menjahit. c. Indikator Keberhasilan Program Pelatihan Menjahit Keberhasilan sebuah program dapat kita ketahui setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Mengukur sebuah keberhasilan sebuah program juga memerlukan parameter atau indikator dalam menilai sebuah keberhasilan program. Menurut Sukarja (2012: 16) menyebutkan ada dua
33
indikator keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup menjahit tingkat dasar antara lain: 1) Minimal 90% peserta didik belajar tuntas mengikuti program kursus menjahit tingkat dasar. 2) Minimal 50% lulusan mampu berusaha mandiri atau bekerja pada dunia usaha. Penilaian keberhasilan sebuah program juga berbeda-beda karena berdasar pada kurikulum yang dibuat saat perencanaan program. Indikator keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pelatihan kecakapan hidup menjahit juga dilihat saat ujian yang meliputi: (1) kesesuaian dengan desain, (2) ketepatan ukuran, (3) teknik menjahit, (4) teknik penyelesaian, (5) teknik penyeterikaan/pressing, (6) pengemasan, (7) kerapian, dan (8) kebersihan (Sukarja, 2012: 45). Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan itu, sebuah penyelenggaraan program dapat melakukan evaluasi untuk menilai bagaimana kinerja dan meningkatkan kinerja yang akan datang. 4. Wirausaha a. Pengertian Wirausaha Menurut Yuyus Suryana dan Kartib (2010: 29), Wirausaha (entrepreneur) mengembangkan,
adalah dan
mereka
yang
melembagakan
mendirikan,
perusahaan
mengelola,
miliknya
sendiri.
Wirausaha adalah mereka yang dapat menciptakan kerja bagi orang lain dengan
berswadaya.
Sedangkan
34
Kasmir
(2011:
19)
wirausaha
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa pemberani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Totok S. Wiryasaputra (2004: 16), Wirausaha adalah orang yang ingin bebas, merdeka, mengatur kehidupannya sendiri, dan tidak tergantung pada belas kasihan orang lain. Mereka ingin menghasilkan uang sendiri. Justin (2001: 4) Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan di perekonomian akan datang dari para wirausaha. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan usaha miliknya sendiri dan berani dalam mengambil resiko demi kemajuan usahanya. b. Etika Wirausaha Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma norma yang berlaku di masyarakat bisnis. Menurut Kasmir (2011: 23), etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Etika atau norma norma digunakan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan usaha yang dijalankan memperoleh simpati dari beberapa pihak. Kasmir (2011: 24), ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai berikut : 1. Sikap dan perilaku seseorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat.
35
2. Penampilan yang ditunjukkan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama dalam menghadapi situasi atau acara acara tertentu. 3. Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang berlaku. 4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain. 5. Gerak gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak gerik yang dapat mencurigakan. 6. Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha yaitu kejujuran, bertanggung jawab, menepati janji, disiplin, taat hukum, suka membantu, komitmen dan menghormati, dan mengejar prestasi. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa etika wirausaha adalah tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyarakat yang perlu diatur agar tidak melanggar norma yang berlaku dimasyarakat. c. Sikap Wirausaha Menurut Taliziduhu (2005: 212) sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu. Kecenderungan itu berkisar antara menerima sepenuhnya atau menolak sekeras kerasnya. Justin G (2001: 43) sikap adalah pendapat abdi, yang berdasarkan kombinasi dari pengetahuan, pemasaran, dan kecenderungan perilaku. Sikap berfungsi sebagai rintangan atau katalisator dalam membawa konsumen pada sebuah produk. Seorang wirausaha harus memiliki jiwa dan sikap mental wirausaha. Sikap wirausaha yang harus dimiliki seorang wirausaha menurut Indrastuti (2007: 150-151), diantaranya adalah sikap berpikir kreatif inovatif, sikap jujur dan dapat dipercaya, sikap percaya diri dan berani mengambil resiko, sikap selalu ingin maju, mau bekerja keras dan tekun, disiplin, mandiri dan realistis, dan memiliki komitmen tinggi.
36
Di Era Globalisasi saat ini seorang wirausaha harus dituntut untuk melakukan inovasi dan harus memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mengembangkan usahanya. Menurut Kasmir (2011: 28) sikap wirausaha yang harus dimiliki wirausaha yaitu jujur, rajin, murah senyum, ramah, sopan, pandai bergaul, fleksibel, tanggung jawab, dan rasa memiliki perusahaan yang tinggi terhadap usaha yang dijalani. Sikap seorang wirausaha menurut Hendro (2011: 165) yaitu : 1. Sikap selalu berpikir positif dalam menghadapi segala hal (positive thingking) 2. Respons yang positif dari individu terhadap informasi, kejadian, kritikan, cercaan, tekanan, tantangan, cobaab, dan kesulitan. 3. Sikap yang berorientasi jauh kedepan, berpikiran maju, bersifat prestatif dan tidak mudah terlena oleh hal hal yang sudah berlalu (think for the future, not the past), ia tidak mau hanyut oleh hal hal yang bersifat sejarah dan kenyamanan sesaat. 4. Sikap tidak gentar saat melihat pesaing (competitor). 5. Sikap yang selalu ingin tahu, membuat ia selalu mencari jalan keluar bila ingin maju 6. Sikap yang ingin memberi yang terbaik buat orang lain sehingga sikap ini sangat baik untuk semua orang. 7. Sikap yang penuh semangat dan berjuang keras (pantang menyerah) sehingga menimbullkan dampak yang baik untuk dunia sekelilingnya. 8. Punya komitmen yang kuat, integritas yang tinggi, dan semangat yang kuat untuk meraih impiannya. Menurut Wasty Soemanto (2002: 57-58), bahwa manusia yang bersikap wirausaha setidak tidaknya memiliki enam kekuatan mental yang membangun kepribadian yang kuat : 1. Berkemauan keras 2. Berkeyakinan kuat atas kekuasaan pribadi, untuk itu diperlukan: a. Pengenalan diri b. Kepercayaan pada diri sendiri c. Pemahaman tujuan dan kebutuhan 3. Kejujuran dan tanggung jawab; yang untuk ini diperlukan adanya: a. Moral yang tinggi
37
b. Disiplin diri sendiri 4. Ketahanan psikis dan mental; yang untuk ini diperlukan: a. Kesehatan jasmani dan rohani b. Kesabaran c. Ketabahan 5. Ketekunan dan keuletan untuk bekerja keras 6. Pemikiran yang konstruktif dan kreatif Dengan demikian pribadi bersikap mental wirausaha akan mudah melakukan usaha. Dalam mendirikan sebuah usaha diperlukan kemauan yang ketat serta tidak lupa sikap mental wirausaha sangat diperlukan disini. Danang Sunyoto (2006: 5), menyatakan disamping harus memiliki sikap dan perilaku tersebut, seorang wirausaha dituntut memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat menunjang keberhasilan, adapun keterampilan tersebut meliputi: 1. Keterampilan konseptual dalam mengatasi strategi memperhitungkan resiko. 2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah. 3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola. 4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi. 5. Keterampilan teknik usaha yang akan dilakukan Berdasarkan pengertian sikap dan wirausaha
dan
diatas maka sikap
wirausaha adalah kesiapan seseorang untuk merespon secara konsisten terhadap enam ciri-ciri perilaku wirausaha yang meliputi: percaya diri, berorientasi
tugas
dan
hasil,
pengambilan
resiko,
kepemimpinan,
keorsinilan, dan berorientasi ke masa depan yang dapat diukur arah dan intensitasnya dengan jalan memperhatikan perilaku yang mencerminkan penilaian kognitif, afektif dan konatif. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Memiliki pandangan yang jauh ke
38
masa depan berarti selalu berusaha untuk berkreasi dan berkarya. Seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara baik. Orang yang berani menanggung resiko adalah orang yang lebih menyukai usaha usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang. 5. Lembaga Kursus dan Pelatihan a. Pengertian Lembaga Kursus dan Pelatihan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang PNF dalam Ishak Abdulhak & Ugi Suprayogi (2013: 53) memebrikan batasan bahwa kursus adalah satuan pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kursus didefinisikan sebagai pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan yang diberikan dalam waktu singkat. Dapat disimpulkan bahwa kursus adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan keterampilan dan meningkatkan kemampuan warga belajar dalam waktu singkat sebagai bekal kehidupannya. Robinson (1981: 12) dalam Saleh Marzuki (2012: 174) menyebutkan bahwa pelatihan adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Sedangkan Poerwadarminta (1984) dalam Ishak Abdulhak (2013: 55) menyebutkan bahwa pelatihan diartikan
39
sebagai pelajaran unntuk membiasakan atau memperoleh kecakapan tertentu. Jadi dapat disimpulkan, bahwa pelatihan adalah pemberian keterampilan atau kecakapan tertentu kepada warga belajar agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap untuk bekal hidupnya. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 5 menyebutkan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan ata melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Samsul Hadi (2012: 268) menyebutkan bahwa lembaga kursus dan pelatihan (LKP) merupakan bagian dari proses pendidikan nonformal untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Lembaga kursus dan pelatiahn merupakan instansi atau tempat yang menyelenggarakan kegiatan untuk memberikan dan untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dimiliki oleh warga belajar dalam jangka waktu yang singkat. Lembaga kursus dan pelatihan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki oleh warga belajar sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan. Keterampilan ini dapat dijadikan bekal warga belajar untuk mencari pekerjaan maupun untuk membuka usaha mandiri.
40
b. Manfaat Lembaga Kursus dan Pelatihan Lembaga Kursus dan Pelatihan atau yang biasa disebut LKP merupakan lembaga yang menyelenggarakan berbagai program untuk dapat memenuhi kebutuhan warga belajar. Program yang diselenggarakan di Lembaga Kursus dan Pelatihan diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada warga belajar sebagai peserta program atau kepada lembaga itu sendiri yang menyelenggarakan program. Robinson (1981: 19) dalam saleh Marzuki (2012: 176) menyebutkan beberapa manfaat dari pelatihan, yaitu: 1. Pelatihan merupakan alat untuk memperbaiki penampilan kemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaiki performan organisasi. 2. Keterampilan tertentu diajarkan agar para karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan standar yang diinginkan. 3. Pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau karyawan. 4. Manfaat lain dari pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan. Richard B. Johnson dalam saleh Marzuki (2012: 176-177) merumuskan manfaat prlatihan sebagai berikut: 1. Menambah produktivitas (increase productivity). 2. Memeperbaiki kualitas kerja dan menaikkan semangat kerja. 3. Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan sikap-sikap tertentu. 4. Dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat alat-alat, mesin, proses, metode dan lain-lain. 5. Mengurangi pemborosan, kecelakaan, keterlambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan. 6. Melaksanakan perubahan atau pembaruan kebijakan atau aturanaturan baru. 7. Memerangi kejenuhan atau keterlambatan dalam skill, teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal dan manajemen, dan lain-lain. 8. Meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan standar performan sesuai dengan pekerjaannya.
41
9. Mengembangkan, menempatkan, dan menyiapkan orang untuk maju, memperbaiki pendayagunaan tenaga kerja, dan meneruskan kepemimpinan (menjamin kelangsungan kepemimpinan). 10. Menjamin ketahanan dan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat pelatihan
adalah
untuk
meningkatkan
keterampilan,
kemampuan,
pengetahuan, dan sikap-sikap yang dimiliki oleh warga belajar sebagai peserta pelatihan. Dengan kualitas yang baik dimiliki oleh warga belajar setelah mengikuti program pelatihan, maka akan berdampak pula pada lembaga yang menyelenggarakan. Yaitu akan menaikkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja dari lembaga yang menyelenggarakan program pelatihan tersebut. c. Sumber Daya Manusia dalam Lembaga Kursus dan Pelatihan Pelaksanaan program yang diselenggarakan di Lembaga Kursus dan Pelatihan tentunya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ikut terlibat didalamnya. Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah pengelola/ penyelenggara, pelatih atau dalam bahasa lain biasa disebut instruktur atau tutor, dan warga belajar sebagai peserta program. Sumber daya manusia yang terlibat didalam program yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengelola Pengelola
adalah
pihak
yang
menyelenggarakan
program.
Penyelenggara adalah pihak yang menentukan tujuan diselenggarakannya program, dan pihak yang menentukan kebijakan dari program yang
42
diselenggarakan. Pengelola adalah pihak yang mengatur keberlangsungan program yang diselenggarakan. 2. Instruktur Instruktur merupakan seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh warga belajar dalam proses pembelajaran. Menurut PP No. 19 Tahun 2005 dalam Yoyon Suryono dan Sumarno (2013: 73) instruktur adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama membimbing, memotivasi, dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik pada jalur pendidikan non formal. Sedangkan menurut Ikka Kartika (2011: 104) menyebutkan bahwa instruktur adalah seseorang yang melayani dan memperlancar aktivitas belajar peserta pelatihan untuk mencapai tujuan berdasarkan pengalaman. Instruktur yang biasa disebut pelatih atau tutor, di dalam program pelatihan memiliki peran sebagai penyaji. Menurut Lippit dan Nadler dalam Saleh Marzuki (2012: 177) salah satu peranan instruktur sebagai seorang penyaji memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran sebagai berikut: a) Meyakinkan bahwa lingkungan belajarnya akan membantu peserta latihan dalam belajar. b) Menyajikan secara jelas. c) Merespon keinginan peserta. d) Membantu peserta menilai kemajuan belajar. e) Dapat mempergunakan peralatan pelatihan. f) Melaksanakan pelatihan sedekat mungkin dengan suasana kerja. g) Memahami dinamika komunikasi dan motivasi. h) Memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar.
43
Seorang instruktur dalam program pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan juga harus menunjukkan penampilan fisik yang baik. Penampilan fisik yang dimaksud disini adalah penampilan instruktur pada saat melakukan proses pembelajaran. Saleh Marzuki (2012: 190) menyebutkan bahwa penampilan fisik seorang instruktur dalam program pelatihan seharusnya seperti berikut: a) Tidak duduk atau berdiri pada posisi yang monoton. b) Menggunakan kontak pandang yang merata. c) Tidak memperlihatkan gerakan yang menunjukkan adanya ketegangan. d) Menampilkan mimik muka yang memancing perhatian. e) Tidak menampilkan gerak yang mencerminkan kesombongan. 3. Warga Belajar Sumber daya manusia lainnya yang terdapat dalam suatu program yang diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan adalah warga belajar. Ikka Kartika (2011: 21) menyebutkan bahwa warga belajar yaitu pesera pelatihan yang membutuhkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan, dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya. Dwi Siswoyo, dkk (2011: 96) menjelaskan bahwa warga belajar adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa warga belajar adalah seseorang yang ingin meningkatkan kemampuan dan keterampilan dengan cara mengikuti suatu program pembelajaran. Warga belajar sebagai peserta didik pelatihan memiliki karakteristik. Karakteristik yang dimiliki oleh warga belajar dapat dijadikan patokan dalam mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan
44
digunakan oleh instruktur. Selain itu, karakteristik tersebut juga akan mempengaruhi warga belajar ketika berada dalam situasi pembelajaran. Djuju Sudjana (2006: 92) menyebutkan bahwa peserta didik mempunyai karakteristik yang meliputi atribut fisik yang berupa usia, atribut psikis yang berupa motivasi belajar, dan atribut fungsional yang berupa tingkat pendidikan. Sedangkan Ikka Kartika (2011: 74) menyebutkan karakteristik warga belajar dalam program pelatihan mencakup pada: a) Karakteristik fisiologis, antara lain terdiri dari kondisi fisik, usia, kesehatan, kelincahan bergerak, kondisi alat indra, dan sebagainya. b) Karakteristik psikologis, meliputi: motivasi internal (tujuan, kebutuhan, aspirasi, pengembangan diri, rangsangan, dan lain-lain); motivasi eksternal (pengakuan, penghargaan, kompetensi, teguran, aspirasi lembaga/ organisasi, kerjasama, dan lain-lain). c) Karakteristik sosial, meliputi: harapan masyarakat, keterikatan dengan tradisi dan adat istiadat, orientasi terhadap nilai moral, budaya, nilai sosial dan lain-lain. Karakteristik tersebut dapat mempengaruhi warga belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran. Suprijanto (2012: 44) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi warga belajar ketika dalam situasi belajar. Salah satu faktor tersebut adalah faktor usia. faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, dan motivasi warga belajar akan mempengaruhi warga belajar dalam memahami materi yang diberikan adan akan mempengaruhi proses pembelajaran. 4. Kurikulum Kurikulum merupakan acuan yang digunakan dalam sebuah program. Dengan acuan tersebut program akan lebih terarah dalam menjalankan kegiatan yang dilaksanakan sehingga akan dapat mencapai tujuan yang
45
diharapkan. Ikka Kartika (2011: 68) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ikka Kartika (2011: 69) menyebutkan bahwa kurikulum pelatihan pada hakikatnya bersumber pada empat aspek, yaitu: a) Kebutuhan masyarakat atau pengguna produk lembaga. b) Kebutuhan lembaga yang ingin mengurangi kesenjangan kompetensi dalam mencapai tujuan lembaga tersebut. c) Kebutuhan individu yang berkedudukan sebagai pelaksana maupun pimpinan lembaga yang mengalami kesenjangan kompetensi. d) Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kurikulum merupakan sebuah pedoman yang digunakan didalam sebuah program, agar program yang diselenggarakan dapat terarah dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Suprijanto (2007: 56) menyebutkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam program pembelajaran yang diselenggarakan untuk warga belajar biasanya sangat sederhana dan sesuai kebijakan pemerintah setempat. Mengandung pengetahuan dasar dan praktis. 5. Sarana dan Prasarana Sarana
dan
Prasarana
merupakan
faktor
pendukung
dalam
pelaksanaan program yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan. Sarana meliputi peralatan yang digunakan dalam program, seperti mesin jahit, mesin obras, mesin wolsoom, alat, meja, kursi, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah ketersediaan tempat untuk
46
pelaksanaan program, seperti ruangan, lahan dan lain sebagainya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 127 Th. 2014 tentang Standar Sarana Prasarana Lembaga Kursus dan Pelatihan menyebutkan bahwa: “standar sarana dan prasarana Lembaga Kursus dan Pelatihan bertujuan untuk menunjang kelancaran pemenuhan standar sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan Lembaga Kursus dan Pelatihan dalam rangka memberikan pelayanan prima bagi peserta didik kursus dan pelatihan serta menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing”. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam penyelenggaraan program yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan hendaknya dapat mendukung setiap proses pembelajaran.sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran meliputi ruangan kegiatan, peralatan, mesin serta alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pelatihan. Kondisi, kualitas dan kuantitas ruangan, peraltan dan mesin yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya harus memadai, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 6. Pendanaan Pendanaan merupakan faktor yang mempengaruhi keberlangsungan suatu program. Tanpa biaya yang memadai untuk satu program, tertentu program tidak akan dapat berjalan dengan optimal. Pendanaan merupakan salah satu pendukung berjalannya program. Ikka Kartika 92011: 119) menyebutkan bahwa sumber biaya yang digunakan salam pelatihan harus jelas, apakah berasal dari lembaga, penyandang dana, atau dari peserta.
47
B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Marta Dwi Ningrum (2015) tentang “Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Di Taman Bacaan Masyarakat Mata Aksara Bagi Perempuan Di Desa Umbulmartani, Ngemplak, Kabupaten Sleman”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak bertambahnya kemampuan yang dimiliki oleh sasaran program baik pada keterampilan maupun pengetahuan sesuai dengan jenis kecakapannya. Relevansi dari penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada dampak program, tetapi untuk obyek yang diteliti berbeda. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Khotimah Suci Utami (2014) tentang “Penyelenggaraan Pendidikan Kecakapan Hidup Kursus Menjahit dalam Menumbuhkan Sikap Wirausaha di (LKP) Lembaga Kursus Dan Pelatihan AR-RUM
Kota
Yogyakarta”.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk keberhasilan LKP AR-RUM dalam menumbuhkan sikap wirausaha peserta didik yang mengikuti program. Relevansi dari penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada program pendidikan kecakapan hidup menjahit, tetapi perbedaannya adalah pada obyek yang diteliti. C. Kerangka Berfikir Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia masih dalam taraf rendah dan sebagian besar angkatan kerja masih dalam keadaan menganggur. Permasalahan
48
tersebut terjadi karena banyaknya jumlah pencari kerja yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah kesempatan kerja, sehingga tidak adanya keseimbangan antara jumlah pengangguran, tenaga kerja, dan lapangan kerja yang menyebabkan banyaknya permasalahan di Indonesia. Pendidikan kecakapan hidup menjahit sangatlah dibutuhkan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Permasalahan tersebut seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa masyarakat masih kurang kesadaran akan pentingnya pendidikan, kesejahteraan ekonomi yang masih rendah, dan masyarakat yang masih kurang termotivasi untuk berwirausaha. Pemerintah telah memberikan ruang untuk masyarakat dapat belajar berwirausha dan berpendidikan yaitu di LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan). LKP merupakan lembaga yang menyediakan program pendidikan kecakapan hidup, LKP dijadikan sebagai wadah masyarakat untuk bisa memperoleh pendidikan dan keterampilan yang layak untuk dapat menunjang kesejhtern hidupnya. Dengan berdirinya LKP ditengah masyarakat diharapkan mampu menjadi tulang punggung bagi proses pembangunan dengan melalui pemberdayaan potensi yang ada dimasyarakat. Salah satu program pendidikan kecakapan hidup yang ada di LKP yaitu keterampilan menjahit. Pendidikan kecakapan hidup menjahit bertujuan untuk:
(1) memberikan pembelajaran
mengenai keterampilan menjahit kepada warga belajar yang msih pemula, dan sedanga mengembangkan ilmunya, (2) memberikan pembelajaran berkomunikasi yang baik untuk mempersiapkan warga belajar agar tidak sulit berkomunikasi
49
dengan produsen nantinya, (3) memberikan pembelajaran berwirausaha agar warga belajar mampu mensejahterakan hidupnya. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup menjahit maka pengetahuan dan pengalaman warga belajar akan dapat bertambah, serta adanya perubahan yang diperoleh warga belajar setelah mengikuti program tersebut, seperti terjadinya perubahan sikap, keterampilan dan sosial. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas maka dapat dibuat bagan untuk menempuh pemahaman. Bagan kerangka pikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
50
Tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah Kesejahteraan ekonomi yang masih rendah
Pengangguran
Kurang motivasi dalam berwirausaha
Upaya menanggulangi pengangguran
Lembaga Kursus dan Pelatihan
Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit
Kecakapan personal
Kecakapan Sosial
Kecakapan Akademik
Dampak 1. Dampak Ekonomi 2. Dampak Sosial Gambar 1. Kerangka Berfikir
51
Kecakapan Vokasioanal
D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang akan diulas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM? a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dalam penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilakukan di LKP AR-RUM? 2. Bagaimana hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM? a. Bagaimana peningkatan pengetahuan peserta didik mengenai menjahit setelah mengikuti program pelatihan menjahit? b. Adakah produk yang telah dihasilkan warga belajar setelah mengikuti program pelatihan menjahit? c. Bagaimana kecakapan personal yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti program pelatihan menjahit? d. Bagaimana kecakapan sosial warga belajar setelah mengikuti program pelatihan menjahit? e. Bagaimana kecakapan sosial warga belajar saat mengikuti program pelatihan menjahit dan setelah mengikuti program pelatihan menjahit? f. Bagaimana kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti program pelatihan menjahit?
52
3. Dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktifitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM? a. Bagaimana dampak ekonomi warga belajar setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha? b. Bagaimana dampak sosial warga belajar setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha? 4. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktifitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM? a. Apa saja faktor pendorong yang mempengaruhi pelaksanaan dan aktivitas wirausaha warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM? b. Apa saja faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan dan aktivitas wirausaha warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM?
53
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan kegiatan atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang dimulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu kesimpulan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Nasution (2003: 5) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Sementara Moleong (2014: 6), penelitian kualitatif adalah : “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” Definisi lain disampaikan Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2010: 5) yang menyatakan, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sementara itu menurut Sugiyono (2010: 1), pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menggunakan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.
54
Berdasarkan beberapa pengertian pendekatan penelitian kualitatif menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif merupakan sebuah pendekatan dalam penelitian yang melibatkan proses alamiah berupa pengamatan langsung maupun dengan menggunakan metode yang hasil akhirnya berupa tulisan, kata, bahasa dan bukan berupa angka. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP ARRUM dalam memberikan pendidikan kecakapan hidup berupa menjahit. Sehingga pendekatan penelitian dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pencarian informasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu dengan cara memandang objek penelitian sebagai suatu sistem, yang artinya objek kajian dapat dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsur yang saling terkait dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Data yang diperlukan adalah yang berkaitan dengan dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM. B. Setting, Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini di lakukan di LKP AR-RUM yang beralamatkan di Jalan Gayam (Bung Tardjo) No. 1 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan saat proses pembelajaran program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP ARRUM. Alasan peneliti memilih setting tersebut karena:
55
a. LKP AR-RUM merupakan salah satu lembaga pendidikan luar sekolah yang ada di Kota Yogyakarta yang berperan aktif dalam menyelenggarakan berbagai macam program pendidikan kecakapan hidup. b. LKP AR-RUM merupakan salah satu lembaga kursus dan pelatihan yang terbaik di tingkat Nasional, karena LKP AR-RUM menduduki peringkat ke tiga lomba kursus dan pelatihan berprestasi tingkat Nasional. c. Keterbukaan pihak LKP dalam memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan LKP sehingga mempermudah dalam proses penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian untuk pengumpulan data ini dilaksanakan selama empat bulan, dari bulan April sampai dengan Juli 2016. Wawancara terhadap pengelola LKP AR-RUM dilakukan pada saat hari aktif yang ditetapkan oleh lembaga, di luar kegiatan pembelajaran. Begitu pula dengan wawancara terhadap instruktur menjahit, juga dilakukan diluar kegiatan pembelajaran, hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan di saat pembelajaran berlangsung. Kemudian, wawancara terhadap warga belajar dilakukan pada saat pembelajaran, dengan pertimbangan dapat menciptakan suasana yang bersahabat dengan warga belajar yang diwawancarai, dan dilakukan dirumah warga belajar sesuai dengan waktu yang telah disepakati. C. Subyek Penelitian (Informan) Informan penelitian adalah orang yang terlibat langsung, menjadi pelaku, dan dapat memberikan informasi kepada peneliti terhadap penelitian yang dilakukan. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola lembaga, instruktur
56
menjahit, dan warga belajar yang terlibat dalam program kursus menjahit di LKP AR-RUM. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengelola LKP AR-RUM, adalah orang yang mengetahui secara keseluruhan tentang program kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. Dalam penelitian ini, LU selaku pengelola dijadikan sebagai informan penelitian, karena LU mengetahui secara keseluruhan tentang program kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. 2. Instruktur, adalah tenaga pendidik program pendidikan kecakapan hidup di LKP AR-RUM sehingga mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran dan mengetahui tentang warga belajar yang mengikuti program, karena berhubungan langsung dan rutin bertemu dengan warga belajar ketika melaksanakan pembelajaran. Di dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM terdapat dua orang instruktur yang mengampu pembelajaran menjahit. Peneliti memilih dua instruktur tersebut untuk dijadikan sebagai informan, agar data yang diperoleh lebih lengkap dan bisa dijadikan untuk bahan pertimbangan dalam penentuan hasil yang di dapat. 3. Warga belajar, adalah peserta yang rutin mengikuti program kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. Warga belajar yang mengikuti program berjumlah 10 orang. Dalam penelitian ini warga belajar yang peneliti jadikan sebagai informan penelitian hanya empat orang, yaitu BI, KO, NU, dan PO. Empat warga belajar tersebut merupakan warga belajar yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Warga belajar yang berusia 28 sampai 37 tahun
57
b. Warga belajar yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit minimal mengikuti proses pembelajaran 22 kali pertemuan. c. Warga belajar telah mengikuti ujian dasar menjahit level 1 dan dinyatakan lulus. d. Warga belajar yang telah merasakan dampak positif mengikuti pendidikan kecakapan hidup menjahit. e. Warga belajar telah membuka usaha menjahit mandiri. Untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan daftar informan dalam tabel berikut: Tabel 2. Daftar pengelola dan instruktur menjahit LKP AR-RUM No.
Nama
Jabatan
Lama jabatan/Lama belajar
1.
LU
Pengelola
2002 – sampai sekarang
2.
CA
Instruktur
2002 – sampai sekarang
3.
AK
Instruktur
2002 – sampai sekarang
58
Tabel 3. Daftar Warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM No.
1.
2.
3.
4.
Nama
BI
KO
NU
PO
Jabatan Warga menjahit dasar
Kriteria
belajar Berusia 28 tahun, aktif tingkat mengikuti proses pembelajaran sebanyak 24 kali pertemuan, lulus ujian kompetensi tingkat dasar, sudah membuka usaha mandiri belajar Berusia 30 tahun, aktif tingkat mengikuti proses pembelajaran sebanyak 23 kali pertemuan, lulus ujian kompetensi tingkat dasar, belum membuka usaha mandiri belajar Berusia 34 tahun, aktif tingkat mengikuti proses pembelajaran sebanyak 23 kali pertemuan, lulus ujian kompetensi tingkat dasar, sudah membuka usaha mandiri belajar Berusia 37 tahun, aktif tingkat mengikuti proses pembelajaran sebanyak 23 kali pertemuan, lulus ujian kompetensi tingkat dasar, belum membuka usaha mandiri
Warga menjahit dasar
Warga menjahit dasar
Warga menjahit dasar
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013: 148). Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data. Di dalam penelitian ini menggunakan alat-alat untuk mempermudah dalam mengumpulkan data. Alat-alat
59
yang digunakan yaitu: lembar panduan wawancara, lembar panduan observasi, dan lembar panduan dokumentasi. 1. Lembar panduan wawancara Lembar panduan wawancara digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui hal-hal yang terkait dengan informan secara lebih mendalam. Lembar panduan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan untuk mendapatkan informasi. Lembar panduan wawancara ini dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah peneliti buat. Sehingga pertanyaan yang termuat dalam lembar panduan wawancara sesuai dengan pertanyaan penelitian, dan lebih diperinci lagi pertanyaannya dalam lembar panduan wawancara. Adapun lembar panduan wawancara terlampir di halaman 124. 2. Lembar panduan observasi Lembar panduan observasi digunakan untuk melihat hal-hal yang berupa perilaku manusia, proses kerja, gejala alam maupun soail yang terjadi. Patokan yang digunakan dalam membuat lembar panduan observasi ini adalah dengan melihat pertanyaan penelitian. Lembar panduan observasi ini dibuat dengan melihat pertanyaan penelitian, apa yang bisa untuk diamati. Adapun lembar panduan observasi terlampir di halaman 123. 3. Lembar panduan dokumentasi Lembar panduan dokumentasi digunakan untuk mencari tahu tentang data atau informasi yang bisa didapatkan dari catatan/tulisan, gambar, atau karya-karya yang berkaitan dengan penelitian. Sama halnya dengan lembar panduan wawancara dan lembar panduan observasi, lembar panduan dokumentasi ini juga
60
dibuat dengan melihat pertanyaan penelitian dan menentukan data apa yang bisa didapatkan dengan menggunakan lembar panduan dokumentasi. Adapun lembar panduan dokumentasi terlampir di halaman 137. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah segala sesuatu yang menyangkut bagaimana cara atau dengan apa data dapat dikumpulkan. Sugiyono (2013: 308) menyebutkan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah proses mencari informasi yang mendalam kepada narasumber dengan menggunakan cara tanya jawab. Wiratna (2014: 31) menjelaskan bahwa wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Djuju Sudjana (2004: 316) menyebutkan bahwa wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewe). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pengelola lembaga, instruktur menjahit, dan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. Dalam wawancara, peneliti menggali informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan, hasil, dampak program menjahit dan faktor yang
61
mempengaruhi. Wawancara ini menggunakan semi terstuktur, dimana dalam wawancara ini peneliti bisa menemukan permasalahan secara lebih terbuka. Moleong (1999) dalam Suwartono (2014: 50) menyebutkan wawancara semi terstruktur dengan istilah wawancara berdasarkan petunjuk umum. Dimana dalam wawancara ini hanya menggunakan pedoman wawancara. Michael Quinn Patton (2006: 188) menjelaskan bahwa pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan atau soal yang dicari selama berjalannya wawancara. Pedoman wawancara menyajikan topik atau wilayah subjek dimana pewawancara bebas untuk menguaknya, mendalami, dan mengajukan pertanyaan yang akan menguraikan dan menjelaskan subjek tertentu. Wawancara ini digunakan karena tidak terlalu lentur dan tidak tidak terlalu kaku. Dalam wawancara ini, peneliti menanyakan pertanyaan sesuai dengan lembar panduan wawancara yang telah dibuat sebagai pedoman wawancara sehingga dalam proses wawancara berjalan dengan lebih terbuka dan tidak kaku. Michael Quinn Patton (2006: 188) menjelaskan bahwa pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan atau soal yang dicari selama berjalannya wawancara. Pedoman wawancara menyajikan topik atau wilayah subyek dimana pewawancara bebas untuk menguaknya, mendalami, dan mengajukan pertanyaan yang akan menguraikan dan menjelaskan subyek tertentu. Wawancara ini digunakan karena tidak terlalu lentur dan tidak terlalu kaku. Dalam wawancara ini, peneliti menanyakan pertanyaan sesuai dengan lembar panduan wawancara yang telah dibuat sebagai pedoman wawancara sehingga dalam proses wawancara berjalan dengan lebih terbuka dan tidak kaku.
62
2. Observasi Sugiyono (2010: 203) menyebutkan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dijadikan sebagai objek yang diteliti. Michael Quinn Patton (2006 : 1) menyebutkan bahwa data hasil observasi terdiri dari deskripsi mendalam mengenai kegiatan suatu program, perilaku para peserta, aksi para staf, dan interaksi antar manusia secara luas yang dapat menjadi bagian dari pengalaman program. Sugiyono (2013: 310) membagi observasi menjadi dua jenis, yaitu observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Observasi partisipatif dan observasi non partisipatif. Observasi partisipatif berarti peneliti ikut terlibat langsung dalam kegiatan, sedangkan observasi non partisipatif peneliti tidak ikut terlibat langsung didalam kegiatan yang diteliti, melainkan peneliti berada diluar kegiatan yang diamati. Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif dan non partisipatif, dimana peneliti mengamati langsung dalam kegiatan dan peneliti mengamati diluar kegiatan program. Peneliti mengamati kegiatan dan interaksi yang dilakukan baik oleh instruktur maupun oleh warga belajar dalam proses pembelajaran program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. 3. Dokumentasi Wiratna (2014: 33) menyebutkan bahwa dokumentasi merupakan metode pengumpulan data kualitatif, sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumentasi dapat berupa arsip-arsip, foto-foto
63
kegiatan, catatan kegiatan dan berbagai informasi yang dipergunakan sebagai pendukung dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pedoman dokumentasi untuk menggali informasi yang dapat diperoleh melalui catatan tertulis, gambar, atau karya-karya yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi yang di dapatkan dalam penelitian ini berupa foto dan data tentang LKP AR-RUM. Berikut kisi-kisi teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam kegiatan penelitian: Tabel 4. Kisi-kisi pengumpulan data dan sumber data
No. 1.
2.
3.
4.
Aspek
Sumber Data
Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup mejahit a. Proses pembelajaran dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit Hasil pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup a. Peningkatan pengetahuan b. Hasil produk c. Kecakapan personal d. Kecakapan sosial e. Kecakapan akademik f. Kecakapan vokasional Dampak program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha di LKP AR-RUM a. Dampak ekonomi b. Dampak sosial Faktor pendidikan kecakapan hidup menjahit yang meliputi : a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat
64
Pengelola, instruktur, warga belajar, proses pembelajaran
Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara
Pengelola, instruktur, warga belajar,
Wawancara
Pengelola, instruktur, warga belajar,
Observasi Wawancara
Pengelola, instruktur, warga belajar, proses pembelajaran
Wawancara
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisaniskan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010: 335) Menurut Bodgan dalam Moleong (2012: 248), analisis data kualitatif adalah
upaya
yang
dilakukan
dengan
jalan
bekerja
dengan
data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Mudjirahardjo dalam Wiratna (2014: 34) menjelaskan analisis data sebagai sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannnya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau maalah yang ingin dijawab. Hasil data yang didapatkan dilapangan dapat disederhannakan, sehingga dapar lebih dimengerti dan dipahami oleh penneliti. Analisis data yang di dapatkan berupa data kualitatif yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta
65
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2010: 338). Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan dari reduksi data yaitu memilahmilah informasi yang sudah di kumpulkan, peneliti memilah informasi yang penting dan sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. 2. Penyajian Data Penyajian data dilakukan setelah data direduksi. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013: 341) menyebutkan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. Tetapi sebenarnya didalam penyajian data ini, selain yang disajikan dalam bentuk narasi dapat juga dibuat dalam bentuk matriks, diagram, tabel atau bagan. Dalam proses penyajian data ini, peneliti menggunakan tabel sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya, dan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi. Dalam penelitian ini, data yang telah direduksi lalu disajikan dalam bentuk kalimat deskriptif yang menyajikan hasil penelitian yang didapatkan. 3. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan akhir dilakukan ketika data telah di reduksi dan disajikan. Kesimpulan akhir ini menghasilkan makna dari data sesuai dengan fokus yang
66
diteliti secara singkat, jelas dan mudah dipahami. Kesimpulan akhir dalam proses analisis data ini berupa deskripsi atau gambaran obyek yang sebelumnya masih belum jelas, maka setelah melakukan penelitian menjadi jelas. G. Teknik Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data. Menurut Moleong (2011: 330) Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Sedangkan menurut William Wiersma dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Trianggulasi data ini bertujuan untuk mencari kesamaan dari data/informasi yang didapatkan dengan sumber yang berbeda. Trianggulasi sumber adalah dengan mencari informasi dari sumber-sumber yang berbeda yang dapat memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. Dalam hal ini yang menjadi sumber informasi adalah pengelola, instruktur dan warga belajar.
67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lembaga 1. Sejarah Pembentukan LKP AR-RUM LKP AR-RUM berdiri pada tanggal 10 Oktober 2002. Lembaga ini merupakan pengembangan usaha Arum’s Collection yang bergerak dalam bidang tata busana. Dasar pembentukan LKP ini adalah untuk merespon kebutuhan masyarkat akan keterampilan khususnya keterampilan menjahit pakaian wanita dan anak. Pada awal pembentukannya lembaga ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakatnya. Namun, dengan semangat yang tinggi disertai dengan sosialisasi secara terus menerus LKP AR-RUM mulai diminati oleh masyarakat khususnya bagi remaja putri dan ibu rumah tangga yang mengikuti kursus dari satu angkatan keangkatan mengalami kenaikan yang signifikan. Melihat perkembangan jumlah peserta didik, kebutuhan masyarakat, serta jaringan mitra terbentuk, maka program keterampilan yang diselenggarakan bukan hanya menjahit pakaian wanita dan anak saja, tetapi juga menjahit pakaian pria, menyulam, membordir, dan merajut. Seiring dengan berjalannya program kursus dan untuk memenuhi permintaan peserta kursus serta mengimbangi kebutuhan dunia usaha industri, maka jenis keterampilan yang ditawarkan dan diajarkan juga bertambah dan bervariasi, namun tetap pada koridor bidang tata busana pada umumnya. (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006).
68
2.
Visi dan Misi Lembaga Kursus dan Pelatihan Berdirinya suatu lembaga pasti disertai dengan visi dan misi yang nantinya
akan menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Visi dan Misi Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM adalah sebagai berikut : a. Visi Menyiapkan sumber daya manusia yang terampil, jujur, cendekia, mandiri dan profesional b. Misi 1) Menyedikan layanan pendidikan keterampilan singkat atau berjenjang bagi masyarakat untuk bekal hidupnya, untuk bekerja di luar rumah atau usaha mandiri. 2) Mengembangkan profesi di bidang tata busana menyesuaikan kebutuhan, situasi dan kondisi yang berlangsung. 3) Menerapkan sikap humanis dan berkarakter. c. Semboyan Berbakti dan mengabdi dengan sepenuh hati, mewujudkan insan yang mandiri, jujur, beriman, terampil, cendekia, dan bernurani yang berkepribadian Indonesia. (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006). 3. Tujuan dan Sasaran LKP AR-RUM Didirikan LKP AR-RUM sebagai lembaga kursus dan pelatihan terdapat tujuan dan sasaran program pelatihan. Adapun yang menjadi tujuan dan sasaran program pelatihan sebgai berikut :
69
a. Tujuan didirikannya Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM yaitu: 1) Memperoleh penghasilan 2) Penghasilan meningkat 3) Mengatasi pengangguran 4) Kesejahteraan keluarga meningkat 5) Rasa percaya diri meningkat b. Sasaran Program Lembaga Kursus dan Pelatihan Sasaran warga belajar kursus menjahit adalah semua masyarakat yang ingin mengembangkan potensi dirinya sesuai minat dan bakatnya, sebagai bekal untuk bekerja atau usaha mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. . (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006). 4. Program LKP AR-RUM a. Program reguler Program reguler yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM diantaranya sebagai berikut : 1) Merancang dan mendesain busana. 2) Menjahit (Tingkat Dasar, Terampil, dan Mahir). 3) Membordir dengan mesin high speed. 4) Membatik tulis/jumputan. 5) Kursus singkat (short course). 6) Berbagai macam kursus kilat.
70
b. Program Privat Program privat yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM diantaranya sebagai berikut: 1) Menjahit tingkat dasar. 2) Menjahit tingkat terampil. 3) Menjahit tingkat mahir. 4) Menjahit tingkat mahir linseri. 5) Merancang mendesain busana customed. 6) Menjahit kaos dengan mesin khusus. 7) Menjahit dengan mesin high speed. 8) Membuat lenan rumah tangga. 9) Desain busana. 10) Desain busana komputer. 11) Membuat aneka kebaya, bustier, kain wiron dan sarung tanpa digunting. 12) Keterampilan memasang payet. (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006). 5. Struktur Organisasi LKP AR-RUM Susunan organisasi kepengurusan LKP AR-RUM diperoleh dari kesepakatan yang didapat sejak LKP AR-RUM didirikan. Anggota dipilih dari pengelola dan yang dianggap mampu untuk mengemban tugas dan bertanggung jawab. Kepengurusan LKP AR-RUM adalah sebagai berikut :
71
Pelindung
Penanggung jawab dan pelaksana program Sekretaris
Bidang Promosi dan Pengembangan
Bendahara
Asisten I
Mitra Narasumber
Unit Produksi Arum’s Collection
Bidang Pendidikan
Asisten II
Mitra OJT
Asisten III
Pendamping
Gambar 2. Struktur Organisasi LKP AR-RUM (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006).
72
Teknisi & Perlengkapan
Uraian tugas dari masing-masing pengurus dalam struktur organisasi diatas adalah sebagai berikut : 1) Pelindung Bertugas memberikan perlindungan dan pertimbangan atas setiap permasalahan atas setiap permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan LKP AR-RUM 2) Penganggung Jawab a) Merencanakan program kerja b) Melakukan koordinasi dengan calon mitra kerja c) Mengkoordinir dan membina para pengelola LKP d) Menunjuk sumber belajar yang profesional dibidangnya e) Bertanggung jawab atas kelancarana jalannya kursus dan pelatihan f) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kursus dan pelatihan 3) Sekretaris a) Menyiapkan surat-surat yang diperlukan untuk penyelenggaraan LKP b) Menyiapkan administrasi untuk peseta didik dan tenaga pendidik c) Menyiapkan admistrasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran (jadwal, daftar hadir, sumber belajar, daftar hadir warga belajar, dll) d) Menyiapkan administrasi dalam upaya menjalin kerjasama dengan mitra kerja e) Mendokumentasikan segala hal yag terkait dengan penyelenggaraan kursus dan pelatihan di LKP AR-RUM f) Menyusun dan mengirimkan laporan hasil kegiatan kursus dan pelatihan
73
4) Bendahara a) Membayarkan uang sejumlah harga barang yang dibeli oleh bagian perlengkapan b) Membuat administrasi keuangan yang jelas dan terbuka c) Melaporkan kas secara berkala kepada penganggung jawab LKP d) Menyusun dan mengirimkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada pihak-pihak yang terkait pada kegiatan kursus dan pelatihan di LKP AR-RUM 5) Bidang Pendidikan a) Menyusun kurikulum pendidikan b) Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran c) Menyiapkan sarana dan prasarana d) Melaksanakan kegiatan belajar e) Mengadakan evaluasi penilaian proses dan hasil belajar warga belajar 6) Bidang Perlengkapan a) Menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan kursus 7) Bidang Promosi dan Pengembangan a) Menyelenggarakan promosi LKP AR-RUM b) Mengadakan penelitian dan pengembangan program LKP AR-RUM 8) Bidang Unit Produksi a) Melayani pemesanan jahit pakaian wanita dan anak b) Memberikan harga diskon untuk mitra LKP c) Menerima magang kursus dan lulusan lembaga kursus
74
6. Sarana dan Prasarana LKP AR-RUM Tabel Berdasarkan observasi dan wawancara sarana dan prasarana yang ada di LKP AR-RUM hampir semuanya mendukung kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan. Gedung LKP AR-RUM mempunyai luas 30 m dan memiliki beberapa ruangan yang mempunyai fungsi masing-masing. Berdasarkan dokumen LKP AR-RUM dapat diketahui sarana dan prasarana yang ada sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Inventaris Laptop (Note Book) Komputer dan Printer Kalkulator Tustel Handycame (lengkap) Alat Tulis Ruang Sekretariat/Kantor Ruang Belajar Menjahit Ruang bordir Kamar Mandi Gudang Dapur Tempat Parkir
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Penerangan Ventilasi Meja Potong Pakaian/Belajar Kursi Belajar Plastik Meja setrika Setrika Listrik Philip Mesin Jahit kecil Mesin jahit high speed Mesin Obras Mesin Membordir Manual Mesin Membordir Juki Mesin Wool Zoom
Jumlah/ Kondisi 1 Unit 2 Unit 2 Unit 2 (manual & digital) 1 Set Lengkap 1 Ruang (ukuran 3x4 m) 1 Ruang (ukuran 3x3 m) 1 Ruang (ukuran 3,5x6 m) 3 Tempat 1 Ruang 1 Ruang Memanfaatkan halaman rumah (tanpa peneduh) Baik Baik 6 Buah 30 Buah 2 Buah 2 Buah 10 Unit 2 Unit 2 Unit 2 Unit 2 Unit 1 Unit
75
Lanjutan... 26. 27. 28. 29. 30.
Papan Tulis Kayu Hitam White Board (2,4 x 1,8 m) Gunting Kain Besar Gunting Kertas Gunting Benang (kecil)
1 Unit 1 Unit 6 Buah 4 Buah 6 Buah
31.
Aqua galon
1 Buah
32.
Kotak P3K
1 Buah
33.
Kipas Angin (Standing)
2 Unit
34.
Kipas Angin (Duduk)
1 Unit
35. 36.
Alat Peraga pembelajaran (Teori Contoh Tingkat Dasar s/d Mahir dan Praktik menjahit) Linseri Diklat Teori/ Materi Kursus Tingkat dasar s/d Mahir Lingerie
37.
Mesin Ketik Manual
2 Unit
38.
Etalase
3 Bentuk/ Ukuran
Tabel 5. Sarana dan Prasarana LKP AR-RUM (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006). Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di LKP AR-RUM sangatlah menunjang proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup karena sarana dan prasarana di LKP AR-RUM masih dapat berfungsi/ dipakai sebagai mana fungsinya.
76
7. Jaringan Kerjasama Jaringan kerjasama LKP AR-RUM dengan Perusahaan antara lain : Mitra Dudi (Penempatan tenaga kerja di Dunia Usaha Industri)
No.
Mitra OJT
1.
Modiste Eltari
2.
Modiste Mutiara Jaya
3. 4.
Griya Asana Adi Venosa Taylor
Belinda House PT. Busana Indo Intima CV Daya Budaya CV Rengganis
5.
Ragil Griya Busana
Nurs’s Bordir
6.
-
Batik Cemeti
7.
-
Aris Batik
8.
-
Batik Jenggolo
9.
-
Modiste Dea
10.
-
Inoe Boutique
Mitra Tenaga Kerja Kependidikan LKP Eltari LKP Mutiara Jaya Yudis Collection SKB & BPKB HIPKI DPC&DPD D.I. Yogyakarta LKP Wanita Bidang PLS Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang PLS Dinas Pendidikan Provinsi Dinas Pendidikan Sosial -
Tabel 6. Jaringan Kerjasama LKP AR-RUM (sumber: Profil LKP AR-RUM 2006). Berdasarkan tabel diatas LKP AR-RUM juga mengembangkan diri dengan menjalin kemitraan dengan lembaga perusahaan dibidang tata busana. Jika alumi kursus tidak tertarik dengan wirausaha, bisa disalurkan melalui LKP AR-RUM pada perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan. B. Hasil Penelitian LKP AR-RUM didirikan untuk memberikan kesempatan kerja kepada para pencari kerja di wilayah Kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tingkat pengangguran di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
77
LKP AR-RUM sudah menghasilkan tenaga siap kerja. Alumni kursus menjahit pun mampu membuka usaha sendiri. Hasil
penelitian
akan
menyajikan
dampak
pelaksanaan
program
pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilakukan di LKP AR-RUM, proses pembelajaran dalam program keterampilan kursus menjahit di LKP AR-RUM, bentuk keberhasilan LKP AR-RUM dalam menumbuhkan sikap wirausaha kepada warga belajar kursus menjahit. Berikut dipaparkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pengelola, Instruktur dan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diselenggarakan di LKP AR-RUM, sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup Kursus Menjahit di LKP AR-RUM a. Perencanaan LKP AR-RUM merupakan lembaga yang sudah berpengalaman dan bergerak jalur non formal. Hal ini didukung dengan banyaknya lulusan LKP AR-RUM yang mampu mengembangkan potensi diri. Lembaga LKP ARRUM berdiri sejak tahun 2002 dan sudah mendapat lisensi lembaga. Perencanaan program pengajaran sebagai suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat mengetahui bagaimana arah dan tujuan yang akan dicapai dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Perencanaan program yang dilakukan oleh LKP AR-RUM dengan melihat evaluasi, merencanakan kurikulum yang sesuai, serta menambah atau mengurangi bahan ajar yang ada didalam modul. Berdasarkan penuturan ibu “LU” selaku pengelola LKP ARRUM bahwa:
78
“perencanaan pembelajaran yang ada di LKP AR-RUM kami susun dengan pembuatan modul yang baru, apakah modul dikurangi atau dita mbah materinya. Perencanaan kurikulum juga termasuk didalamnya mbak”. Perencanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP ARRUM dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi, perencanaan kurikulum serta menyusun modul yang baru juga termasuk dalam perencanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. b. Pelaksanaan pembelajaran Secara umum pelaksanaan pembelajaran program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM sama dengan lembaga pendidikan non formal yang lain. Komponen dalam proses pembelajaran pelatihan menjahit meliputi: 1) Warga Belajar Warga belajar di LKP AR-RUM lebih banyak dai Kota Yogyakarta, namun ada sebagian dari luar Kota Yogyakarta. Seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Maluku, dan Aceh. Mereka ada yang bekerja dan ada juga sebagai mahasiswa untuk menambah keterampilan. Pada dasarnya warga belajar semangat dalam mengikuti program pelatihan menjahit di LKP AR-RUM, akan tetapi pada waktu tertentu mereka banyak yang meminta izin untuk tidak masuk. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu “KO” salah satu warga belajar menjahit: “sebenarnya saya bersemangat dalam mengikuti pelatihan menjahit mbak, tetapi pada waktu tertentu saya minta izin untuk tidak masuk pembelajaran, karena saya kan punya anak umur 5 tahun terkadang kalau sekolah itu minta ditungguin”.
79
Hal senada diungkapkan oleh “BI”, warga belajar pelatihan menjahit dari Yogyakarta, yaitu: “saya kebetulan sering izin mbak, soalnya saya kan ibu muda mbak anak saya masih umur 3 tahun, biasanya kalo saya mau berangkat pelatihan, nanti anak saya titipkan ke ibu saya tapi bila anak saya tidak mau ditinggal ya saya izin tidak masuk mbak”. Hal senada juga diperkuat oleh pendapat ibu “PO” selaku warga belajar, yaitu: “iya mbak saya pernah izin tidak masuk pelatihan menjahit karena saya dan anak saya sakit”. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa orientasi belajar warga
belajar
dalam
mengikuti
pembelajaran
bersifat
untuk
dapat
dimanfaatkan atau digunakan dalam waktu segera. Oleh karena itu LKP ARRUM menyiapkan materi lebih banyak praktek dibandingkan teori, dengan prosentase teori 30% dan praktek 70%. Sehingga warga belajar tidak bosan mengikuti pembelajaran hal itu juga dinilai praktis dan dapat segera diterapkan. 2) Instruktur Instruktur dalam pendidikan kecakapan hidup menjahit memiliki peran penting sebagai alat untuk menyampaikan tujuan yang dilakukannya pembelajaran. Seorang instruktur dituntut memiliki kualitas baik yang mampu membawa warga belajar melewati proses perubahan menjadi lebih baik, dan mengarahkan warga belajar menjadi terampil dan mampu bersaing di dunia kerja. dalam menentukan Instruktur sangat selektif yang berkompenten di bidangnya untuk mengarahkan warga belajar agar mampu memotivasi dan memberikan. Seperti yang di ungkapkan oleh ibu “AK” selaku instruktur:
80
“syaratnya, pertama instruktur disini hasuslah berkompeten dalam bidangnya, kompeten bisa di ukur dengan sertifikat yang dimiliki. Minimal instruktur punya uji kompetensi kursus menjahit mbak. Saya hanya lulusan SMA tapi saya mempunyai sertifikat uji kompetensi mbak”. Seperti yang dikemukakan oleh ibu “CA” selaku instruktur menjahit, yaitu: “menjadi instruktur di LKP AR-RUM sudah sejak 2006, saya lulusan S1 tata busana”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa LKP ARRUM dalam menentukan instruktur sesuai dengan keahlian dan berkompeten sesuai dengan bidang yang diajarkan. 3) Jadwal Pembelajaran Pembelajaran dilaksanakan 5 kali dalam seminggu yaitu pada pagi pukul 09.00-11.00 WIB pada hari Selasa, Kamis, Jumat dan sore hari pada pukul 15.00-17.00 WIB. Tetapi ada pembelajaran yang dilakukan pada malam hari pada pukul 16.00-18.00 WIB.. Hal ini seperti yang diungkapkan ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM yaitu: “sekarang ini untuk peminat pelatihan menjahit banyak mbak, warga belajar disini dari berbagai kalangan juga. Seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, pensiunan dan pengangguran. Dari program ini kami juga melayani pelatihan menjahit pada jam malam hari bagi warga belajar yang tidak bisa mengikuti proses pembelajaran pada pagi dan sore hari. Namun, biayanya juga pasti lebih mahal mengingat nanti membutuhkan sarana dan prasarana tambahan”. Warga belajar yang mengikuti kelas malam, sangat terbantu dengan adanya pembelajaran pada malam hari. Selain bisa konsentrasi juga dapat mengikuti kursus menjahit. Diungkapkan oleh ibu “PO” selaku warga belajar pada malam hari:
81
“saya sangat terbantu sekali mbak dengan adanya pembelajaran di malam hari, saya bisa lebih berkonsentrasi penuh dengan pembelajaran, sarana dan prasarananya juga mendukung”. Jadwal
pelaksanaan pembelajaran mengenai
waktu
dan tempat
pelaksanaan dilihat dari jadwal yang ada dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi kelas siang, sore, dan malam. Waktu pelaksanaan pembelajaran untuk kelas pagi adalah selasa, kamis, jumat. Pembelajaran sore adalah selasa dan jumat, kemudian untuk malam harinya yaitu senin dan kamis. Pelaksanaan pembelajaran pelatihan menjahit dilaksanakan 5 kali seminggu. Materi yang disampaikan meliputi teori dan praktek. Proses pembelajaran diawali dengan berdoa terlebih dahulu, selanjutnya instruktur mempersilahkan membuka modul dan menanyakan sampai mana pembelajaran yang belum jelas, kemudia jika ada praktek menjahit diawasi dalam mejahit, pemelajaran diakhiri dengan berdoa. 4) Materi Pembelajaran Materi pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit ditujukan untuk menguasai vocational skills yang intinya warga belajar mampu menguasai keterampilan pelatihan dengan baik. Penentuan materi pembelajaran disesuaikan dengan minat warga belajar, adapun materi pembelajaran dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit level 1 yaitu: kemeja, blusmdan gamis. Seperti yang dikemukakan oleh ibu “AK” selaku instruktur menjahit, yaitu: “materi yang saya ajarkan dalam pelatihan menjahit level 1 ini ada membuat rok, gamis, blus dan juga kemeja. Serta macam-macam alat jahit dan cara penggunaannya.” (CL,VII/Kamis, 2 Juni 2016)
82
Hal ini diperkuat oleh “KO” selaku warga belajar pelatihan menjahit di LKP AR-RUM, yaitu: “dengan mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit ini saya mendapatkan banyak pengetahuan dan keterampilan. Saya kemarin sudah mempraktekkan membuat rok, blus, kemeja, dan gamis mbak.” (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa materi pembelajaran kecakapan hidup di LKP AR-RUM mampu mengarahkan warga belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. 5) Metode Pembelajaran Metode yang digunakan dalam pendidikan kecakapan hidup menjahit antara lain metode ceramah, diskusi, praktek dan penugasan. Seperti yang diungkapkan ibu “CA” selaku instruktur menjahit, bahwa: “metode yang biasa digunakan pada pembelajaran ceramah yaitu saat menjelaskan materi pola baju, kemudian meyalin dengan skala kecil pola yang ada di dalam modul di buku Costum warga belajar masing-masing. Lalu membuat pola yang sebenarnya pada kertas payung. Memotong pola dan mempraktekkan menjahit. Penugasan dilakukan biasanya jika warga belajar melanjutkan pekerjaan praktek menjahit.” (CL, V/Senin, 9 Mei 2016) Hal serupa diungkapkan ibu “NU’ warga belajar menjahit, yaitu: “saat mengikuti pembelajaran biasanya instruktur menjelaskan materi pola di papan tulis, kemudian saya menyalin di buku Costum. Selanjutnya saya membuat pola yang sebenarnya menggunakan kertas payung mbak. Seletah itu, saya memotong dan menjahit. Saya diberi tugas biasanya ketika praktek menjahit belum selesai di kerjakan dirumah. Saya paling senang kalau praktek menjahit lo mbak”. (CL, XII/sabtu, 16 Juli 2016) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan kecakapan hidup menjahit
83
yaitu metode ceramah, diskusi, dan penugasan. Namun, yang paling disukai warga belajar yaitu praktek menjahit. 6) Media pembelajaran Media Media pembelajaran merupakan suatu alat pendukung yang tidak kalah penting dalam proses pembelajaran. Media yang ada harus dapat mendukung jalanya proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh fasilitas dengan baik. Ibu “AK” selaku instruktur pelatihan mengungkapkan media yang ada di LKP AR-RUM sebagai berikut: “media sering mendukung proses pembelajaran yaitu modul, white board, mesin jahit manual, mesin jahit dinamo, mesin jahit high speed, mesin obras, meja pemotong kain”. (CL, VII/Kamis, 2 Juni 2016) Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu “BI” selaku warga belajar yang mengatakan: “media pembelajaran yang sering dipakai yaitu modul mbak, kemudian mesin jahit, mesin obras, white board, tempar pemotong kain, penggaris. Semua saraoan yang ada disini lengkap mbak”. (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui media pembelajaran yang mendukung selama proses pembelajaran adalah white board, mesin jahit, mesin obras, dan meja pemotong kain. 7) Pendanaan Suatu program akan berjalan dengan lancar jika memiliki pembiayaan yang cukup untuk melaksanakan program tersebut. Dalam pelaksanaan program ini LKP AR-RUM mendapatkan bantuan sarana prasarana dari pemerintah. Pada jalur reguler warga belajar membiayai pelatihannya secara
84
pribadi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM, yaitu: “...dalam pelaksanaan program kami mendapatkan bantuan sarana berupa mesin jahit dari pemerintah mbak, melalui proposal yang kami ajukan kepada dinas pendidikan provinsi D.I Yogyakarta. Namun, pada program reguler warga belajar dikenai biaya untuk membiayai selama proses pembelajaran berlangsung”. Hal tersebut di dukung dengan pernyataan ibu “CA” selaku instruktur yaitu: “warga belajar reguler menggunakan dana dari iuran warga belajar yang dibayarkan secara perpaket bidang keterampilan yang dibayar atau dibayar setiap bulan pada awal bulan/ awal pembelajaran pelatihan yang diambil”. (CL, V/ Senin, 9 Mei 2016) Berdasarkan
hasil
wawancara
diatas
dapat
diketahui
dalam
penyelenggara pendidikan kecakapan hidup menjahit proram reguler warga belajar dikenakan biaya untuk pembelajaran. 8) Evaluasi Evaluasi pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup menjahit dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka untuk mengukur sejauh mana penugasan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki warga belajar menjahit. Evaluasi program pendidikan kecakapan hidup menjahit dilakukan dua tahap, yaitu: a) Uji Teori Pada tahap uji teori warga belajar diberikan sejumlah soal tertulis untuk mereka kerjakan, materi ujian berdasarkan apa yang telah diberikan selama kegiatan pembelajaran. Jumlah jam yang digunakan untuk uji teori adalah 90 menit.
85
b) Uji Praktek Pelaksanaan uji praktek dimana warga belajar diberikan tugas untuk membuat suatu pola dan menjahit. Materi ujian praktek berdasarkan matei pembelajaran yang dilakukan sebelumnya. Jumlah yang digunakan untuk menyelenggarakan uji praktek adalah 4 jam. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh instruktur, evaluasi dilakukan di LKP AR-RUM. Hal tersebut di ungkapkan oleh ibu “CA” selaku instruktur, bahwa: “evaluasi dilaksanakan melalui dua tahap mbak, ada teori dan juga praktek. Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauhmana warga belajar memahami matei yang selama ini di ajarkan.” (CL, V/ Senin, 9 Mei 2016) Hal serupa juga diungkapkan oleh ibi “AK” selaku instruktur menjahit, yaitu: “kegiatan evaluasi kami lakukan setelah proses pembelajaran selesai mbak. Ujian dilakukan dengan memberikan soal teori dan warga belajar disuruh membuat kemeja atau blus. Kegiatan evaluasi ini sendiri dilaksanakan di LKP AR-RUM”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan kecakapan hidup menjahit dilakukann dengan dua cara, yaitu evaluasi teori dan praktek. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengukur sejauh mana warga belajar memahami pembelajaran. 2. Hasil Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM Pengingkatan pengetahuan merupakan sebuah hasil proses dimana terdapat sebuah pengetahuan setelah seseorang melakukan suatu aktivitas atau peristiwa. Meningkatnya pengetahuan dapat dilihat dengan mengetahui hasil proses tersebut. Peningkatan pengetahuan menjahit warga belajar dapat dilihat saat pelatihan dan
86
setelah pelatihan selesai. Dalam mengetahui peningkatan, tidak boleh dilakukan secara sembarangan melainkan harus dengan suatu proses. Terdapat peningkatan teori berupa cara mengambil ukuran, membuat pola, dan cara menjahit yang benar. Peningkatan teori pengetahuan menjahit setelah mereka mengikuti pelatihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur pendidikan kecakapan hidup menjahit : “warga belajar dapat meningkatkan pengetahuan menjahit baju wanita dalam hal mengambil ukuran, teori, dan praktek membuat baju wanita ya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan mbak” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Hal serupa juga sesuai dengan pernyataan Ibu “BI” selaku warga belajar : “Meningkat sekali mbak tadinya saya belum bisa mengukur, membuat pola apalagi menjahit sekarang sudah bisa mbak” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Sama seperti pernyataan Ibu “KO” selaku warga belajar : “awalnya saya memang sudah bisa menjahit mbak tapi hanya bisa menjahit aneka lenan rumah tangga, belum bisa menjahit pakaian. Tapi, setelah saya mengikuti pelatihan menjahit ini saya bisa, mengukur badan yang benar, membuat pola, dan bisa menjahit pakaian dengan rapi mbak” (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Dari beberapa pernyataan diatas diketahui bahwa terdapat peningkatan yang secara nyata. Peningkatan pengetahuan tersebut mampu digunakan sebagai tolak ukur dalam mengetahui keberhasilan program menjahit. Mengetahui peningkatan pengetahuan juga menggunakan beberapa cara. Cara mengukur tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar dilakukan secara lisan dan juga praktik. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu “AK” selaku instruktur menjahit bahwa didalam mengukur tingkat pengetahuan menjahit dilakukan tes teori
87
dengan ujian lisan untuk menerapkan rumus-rumus dalam membuat pola dan juga praktek. Seperti halnya pernyataan Ibu “NU” selaku warga belajar : “Dengan ujian mbak dan hasil praktek setelah instruktur memberikan teori kita langsung disuruh praktek mbak, nah kadang kita langsung dinilai bagaimana perkembangannya” (CL, XII/Sabtu, 16 Juli 2016) Begitu pula pernyataan dari Ibu “PO” selaku warga belajar : "lewat hasil praktik dan ujian juga mbak. Biasanya instruktur saat memberikan penjelasan materi, kita langsung mempraktekkannya nah terkadang kita langsung dinilai perkembangannya mbak” (CL, XIII/Minggu, 24 Juli 2016) Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa LKP AR-RUM didalam mengevaluasi proses pembelajaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu dengan menggunakan tes secara lisan dan ujian praktik di akhir pembelajaran. Sedangkan secara tidak langsung yaitu saat proses pembelajaran, tanpa warga belajar sadari disaat proses pembelajaran berlangsung, instruktur mengamati seperti apa perkembangan dari warga belajar tersebut. Dalam menilai peningkatan yang dilakukan oleh pihak LKP AR-RUM juga terdapat kriteria yang ditentukan oleh instruktur. Kriteria diperlukan agar mampu mendukung penilaian suatu kegiatan. Dengan adanya kriteria, maka seseorang mampu menilai suatu kegiatan dengan menggunakan pedoman. Kriteria juga bisa dikatakan sebagai pedoman unruk mengevaluasi suatu kegiatan atau pengetahuan. Dalam mengetahui peningkatan teori menjahit yang dilakukan warga belajar, terdapat beberapa kriteria yang ditentukan oleh instruktur LKP AR-
88
RUM. Kriterianya seperti memahami rumus, membuat pola dengan baik, menjahit dengan rapi dan mengetahui istilah-istilah dalam desain busana masa kini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur menjahit bahwa memahami rumus, dalam membuat pola secara berurutan, dan memahami istilah-istilah busana. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “BI” selaku warga belajar bahwa kriterinya seperti memahami rumus membuat pola dan dapat mempraktekannya. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibu “KO” bahwa kriteria penilaian peningkatan teorinya dinilai dengan melihat kerapian membuat pola dan saat menjahit. Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa terdapat sebuah kriteria penilaian tersendiri yang dilakukan oleh instruktur dalam menilai warga belajar. Kriteria yang dilakukan oleh tutor di LKP AR-RUM bertujuan agar instruktur mampu mengetahui sampai dimana tingkat pengetahuan warga belajar setelah mengikuti program dan sebagai acuan untuk mengevaluasi program keterampilan menjahit tersebut. Hal itu dilakukan agar dalam menyusun program menjahit berikutnya mampu dilakukan secara maksimal dengan melihat hasil dari evaluasi program menjahit sebelumnya. Warga belajar juga mampu meningkatkan pengetahuannya mengenai bagaimana cara mengambil ukuran dalam membuat produk. Hal tersebut dibuktikan dengan cara warga belajar mempraktikan secara langsung saat proses pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Ibu “LU” selaku pengelola LKP ARRUM bahwa 100% warga belajar meningkat pengetahuannya dalam mengambil ukuran.
89
Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “BI” selaku warga belajar : “meningkat mbak, saya kan mulai dari nol. Sebelumnya saya tidak tahu cara mengambil ukuran yang benar bagaimana, sekarang sudah tahu dan bisa mengambil ukuran untuk membuat blus sendiri dan anak” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “PO” selaku warga belajar : “saya memang sudah dapat mengambil ukuran mbak, dengan saya mengikuti kursus menjahit kemarin itu saya menjadi lebih mahir dalam mengambil ukuran, dan sudah berani mengambil ukuran untuk membuat gamis” (CL, XIII/Minggu, 24 Juli 2016) Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan dalam mengambil ukuran sehingga warga belajar mampu membuat sebuah produk sendiri seperti gamis. Peningkatan hal mengambil ukuran tersebut juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi pengelola dan instruktur dalam melihat keberhasilan SK dan KD program menjahit yang sebelum program telah disusun. Dalam pelatihan kursus menjahit ini, warga belajar diajarkan bagaimana cara membuat pola yang baik dalam menjahit. Pola yang baik dan benar dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai jual tinggi. Setelah mengikuti pelatihan menjahit, warga belajar mampu mengambil pola yang sesuai dengan apa yang akan diproduksi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan Ibu ”CA” selaku instruktur di LKP AR-RUM bahwa 100% warga belajar sudah mampu membuat pola gamis, blus, rok span dan juga kebaya. Sementara Ibu “KO” selaku warga belajar juga menyatakan bahwa warga belajar yang lainnya sudah mampu membuat pola mbak, mereka mampu membuat pola gamis, rok, blus dan juga kebaya. Pernyataan lain juga diungkapkan oleh Ibu “NU” yang
90
merupakan warga belajar bahwa saya bisa membuat pola rok mbak, hanya saja belum bisa begitu mahir ya karena saya baru pemula mbak jadi dari nol. Dari beberapa pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa peningkatan warga belajar juga terjadi didalam membuat baju. Warga belajar yang tadinya belum dapat membuat pola baju kini mampu membuat pola baju sendiri. Sedangkan warga belajar yang sudah mampu membuat pola baju tetapi masih belum benar kini mampu membuat pola baju dengan benar. Dengan demikian maka banyak sekali peningkatan pengetahuan yang diperoleh oleh warga belajar setelah mereka mengikuti pelatihan. Peningkatan yang diperoleh antara lain berupa bagaimana membuat pola, mengambil ukuran, dan teori mengenai menjahit. Semakin meningkatnya pengetahuan maka warga belajar akan mampu bersaing dengan masyarakat yang lain dalam hal menjahit. Selain itu warga belajar juga mempunyai bekal untuk membuka usaha sendiri. Produk merupakan sebuah hasil dari suatu program pembelajaran. Bila sebuah program pembelajaran itu
berjalan dengan efektif dan efisien, maka
mampu menghasilkan suatu hasil produk. Hasil produk menjahit sepertigamis dan kebaya juga digunakan sebagai penilaian terhadap kinarja baik instruktur maupun warga belajar. Karena dengan adanya hasil produk yang nyata, maka program tersebut mampu membuktikan secara nyata hasil kegiatannya. Seperti halnya dalam pelatihan menjahit ini yang dilaksanakan oleh LKP AR-RUM. Hasil produk diperlukan sebagai bukti nyata dari hasil kegiatan pembelajaran. Banyak hasil produksi yang dihasilkan warga belajar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur menjahit bahwa hasil produk dari
91
pelatihan menjahit antara lain warga belajar mampu membuat gamis, kemeja, rok dan juga kebaya. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Ibu “KO” selaku warga belajar bahwa hasil produknya antara lain rok, gamis dan kebaya. Begitu pula pernyataan dari Ibu “NU” selaku warga belajar: “kalau saya banyak mbak, ada rok, blus, kebaya, kemeja, gamis. Tapi saya baru berani membuat untuk saya sendiri dan keluarga saya mbak, belum berani membuatkan untuk orang lain” (CL, XII/Sabtu, 16 Juli 2016) Berdasarkan beberapa pernyataan diatas disimpulkan bahwa terdapat hasil produk yang dihasilkan oleh warga belajar setelah mengikuti program pelatihan menjahit. Hasil produk menjahit tersebut mampu menjadi tolak ukur dalam menilai seperti apa keberhasilan dari program pelatihan menjahit tersebut. Semakin banyak produk yang dihasilkan warga belajar maka menandakan tingkat keberhasilan instruktur baik. Dalam membuat produk tersebut, warga belajar melakukannya secara mandiri, tidak dengan bimbingan dari instruktur menjahit. Seperti pernyataan Ibu “AK” selaku instruktur pelatihan menjahit : “warga belajar sudah dapat menghasilkan mencari bahan sendiri dan produk sendiri tanpa adanya bimbingan dari kami mbak” (CL, VII/Kamis, 2 Juni 2016) Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “PO” selaku warga belajar : “awalnya masih ada bimbingan dari instruktur mbak, tapi semakin kesini kami pelan-pelan dilepas agar bisa mandiri. Jadi sekarang sudah bisa sendiri mbak tanpa bimbingan dari instruktur lagi” (CL, XIII/Minggu, 24 Juli 2016) Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa instruktur tidak memberikan bimbingan terhadap warga belajar setelah program pelatihan menjahit selesai. Hal tersebut dilakukan instruktur agar nantinya warga belajar
92
mampu mandiri mencari inovasi baru dalam menjualkan produk mereka. Hal tersebut juga bertujuan agar warga belajar dapat memiliki sikap mandiri dan percaya diri dalam memasarkan produk mereka. Dalam membantu pemasaran produk yang dihasilkan oleh warga belajar, pihak LKP AR-RUM hanya bisa membantu sementara seperti dipasarkan saat ada pameran. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu “CA” selaku instruktur di LKP AR-RUM : “Ya pastinya membantu mbak, hanya saja terbatas. Terbatas dengan maksud hanya membantu pemasaran saat ada pameran saja” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Begitu pula pernyataan dari Ibu “KO” selaku warga belajar: “di bantu pemasaran mbak melalui pameran yang kemarin diselenggarakan di LKP AR-RUM mbak” (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu “NU” selaku warga belajar : “ya membantu mbak melalui pameran yang kemaren dilaksanakan di LKP AR-RUM, untuk selain itu belum ada bantuan pemasaran lainnya mbak” (CL, XII/Sabtu, 16 Juli 2016) Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas, hasil produk yang diproduksi oleh warga belajar antara lain gamis, rok, blus, kebaya dan lain-lain. Akan tetapi masih ada yang kurang yaitu pihak LKP AR-RUM belum mampu memasarkan produk dari warga belajar, sehingga mereka terpaksa membuka usaha menjahit dibidang jasa karena belum mampu memasarkan produknya. Kecakapan Personal merupakan sebuah kecakapan yang mencakup tentang mengenal diri sendiri dan berfikir secara rasional. Sebagai makhluk hidup kita harus mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki. Manusia juga harus memiliki fikiran yang rasional atau nyata. Dengan manusia
93
mampu berfikir rasional, maka mereka dapat memecahkan masalah yang ada dilingkungan sekitarnya. Sebagai warga belajar dalam pelatihan menjahit, wajib bagi mereka untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setelah mengikuti pelatihan. Tujuannya agar warga belajar mampu berfikir rasional mengenai apa yang akan mereka lakukan setelah mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Seperti pernyataan dari Ibu “AK” selaku instruktur menjahit yaitu mampu membuat produk tanpa bimbingan dan menerima jasa menjahit pakaian. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “CA” selaku instruktur menjahit bahwa warga belajar dapat mengetahui kelebihan dengan melihat hasil praktik yang mereka lakukan. Begitu pula pernyataan dari Ibu “BI” selaku warga belajar : “mengetahui kekurangan yaitu dengan cara membuat pola belum lancar mbak, kalau untuk kelebihan saya sudah dapat mengukur dengan benar” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Sama halnya dengan Ibu “KO” selaku warga belajar : “kalau kelebihan pasti sudah jelas mbak, saya bisa menjahit. Kalau untuk kekurangan mungkin masih belum berani mengukur badan orang lain mbak” (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa setelah warga belajar selesai mengikuti program, mereka mampu melihat apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal tersebut bertujuan sebagai acuan warga belajar untuk lebih bersemangat lagi dalam menuntut ilmu khususnya dalam hal keterampilan menjahit. Selain mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, warga belajar juga harus mampu percaya diri. Kecakapan personal juga mencakup rasa percaya
94
diri yang dimiliki oleh diri sendiri. Begitu pula rasa percaya diri warga belajar meningkat setelah mengikuti pelatihan menjahit. Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu “CA” selaku instruktur menjahit bahwa rasa percaya diri meningkat tetapi tetap menghargai sesama penjahit. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “AK” selaku instruktur menjahit yaitu dengan berani membuka usaha jasa menjahit. Begitu pula pernyataan Ibu “PO” selaku warga belajar bahwa percaya diri meningkat, berani membuat gamis sendiri meski hanya untuk keluarga. Berdasarkan pemaparan beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kecakapan personal yang diperoleh warga belajar yaitu peningkatan rasa percaya diri yang meningkat dan mampu mengetahui kelebihan dan juga kekurangan yang ada dalam dirinya. Kecapakan personal merupakan kecakapan yang digunakan atau terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan sosial merupakan sebuah kecakapan yang mencakup bagaimana cara berkomunikasi dengan empati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecakapan sosial juga sama pentingnya dengan kecakapan personal. Kecakapan sosial digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik antara keluarga, tetangga,maupun masyarakat sekitar. Sebagai warga belajar pelatihan menjahit, wajib memiliki kecakapan sosial dalam berkomunikasi dengan konsumen. Cara yang dilakukan oleh LKP AR-RUM dalam menumbuhkan sikap berwirausaha yaitu dengan memberikan fasilitas kepada warga belajar agar mereka nantinya mampu menghasilkan produk yang lebih beragam dan mampu bersaing dengan penjahit lainnya. Hal berikut dinyatakanoleh Ibu “CA” selaku instruktur di LKP AR-RUM :
95
“memberikan materi pembelajaran kewirausahaan dan diselipkan motivasi berwirausaha” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Sama halnya dengan Ibu “AK” : “diberi bahan uji coba produk mbak dan dibentuk kelompok usaha yang mengadakan pertemuan di setiap bulannya” (CL, VII/Kamis, 2 Juni 2016) Motivasi dibutuhkan untuk meningkatkan semangat serta mampu menumbuhkan kecakapan sosial antar warga belajar yaitu cara bekerjasama dalam menjahit. Dengan bekerjasama, menunjukkan bahwa kecakapan sosial juga ditanamkan oleh pihak LKP AR-RUM dalam pelatihan menjahit. Kecakapan akademik sering dikenal dengan sebutan berfikir ilmiah. Kecakapan akademik biasanya sudah lebih mengarah kepada kegiatan akademik. Kegiatan akademik dalam pelatihan menjahit yaitu bagaimana warga belajar mampu mnegikuti pelatihan dan memperoleh hasil yang dibuktikan dengan nilai dan produk. Warga belajar juga mampu melakukan identifikasi kebutuhan sehingga mampu melakukan tindakan penyeleseaian. Seperti pernyataan Ibu “BI” selaku warga belajar : “lebih mengembangkan usaha menjahit lagi mbak, kan disini banyak yang membutuhkan jasa menjahit meskipun hanya musiman mbak” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Berbeda dengan pernyataan Ibu “KO” selaku warga belajar bahwa Ibu “KO” ingin membuka usaha menjahit sendiri, tapi masih belum berani. Hal yang hampir sama dengan Ibu “BI” yang dinyatakan oleh Ibu “NU” selaku warga belajar : “saya sangat bersemangat dalam usaha menjahit ini mbak, dan ingin mengembangkannya lagi. Disini banyak yang membutuhkan jasa menjahit
96
mbak, karena warga disini rata-rata bekerja kantoran” (CL, XIII/Sabtu, 16 Juli 2016) Berdasarkan pernyataan diatas kecakapan akademik yang berupa berfikir ilmiah sudah mampu diterapkan dalam diri warga belajar meskipun masih ada yang masih ragu akan kemampuan akademiknya. Kecakapan akademik yang berupa hasil produk juga banyak dihasilkan warga belajar. Sesuai dengan pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur di LKP ARRUM bahwa hasil produk seperti baju, dan juga produk seperti baju dan juga produk jasa menjahit. Seperti pernyataan Ibu “PO” selaku warga belajar bahwa masih membuat baju biasa saja tapi kalau ada pelanggan yang akan menjahitdan membawa gambar modelnya baru saya buatkan sesuai dengan permintaan pelanggan. Sama seperti pernyataan Ibu “NU” selaku warga belajar bahwa hasil produk hanya membuat gamis sesuai dengan model sekarang. Meningkatnya kecakapan akademik juga dibuktikan dengan bagaimana warga belajar mampu menguasai teori dan praktik, sehingga dalam melakukan ujian mereka dapat berhasil. Dalam melakukan tes untuk mengetahui ketercapaian program, pihak LKP melakukan dengan cara tes lisan dan praktik. Sesuai dengan pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur LKP AR-RUM bahwa untuk mengetahui ketercapaian program dengan tes tertulis, tes lisan dan juga praktik. Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu “KO” selaku warga belajar bahwa peserta langsung lulus, tesnya ada yang tes tulis dan praktik. Sama dengan pernyataan Ibu “BI” selaku warga belajar bahwa peserta lulus semua, tes tertulis waktu diakhir kegiatan dan praktik langsung saat proses pembelajaran berlangsung.
97
Berdasarkan pernyataan diatas disimpulkan bahwa seluruh warga belajar yang mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit dikatakan lulus. Bukti kelulusan tersebut juga digunakan sebagai pedoman untuk mengevaluasi program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang telah terlaksana. Kecakapan vokasional merupakan sebuah kecakapan yang memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang bersifat kejuruan. Kecakapan vokasional juga memiliki karakteristi tertentu seperti tanggung jawab diberikan instruktur pada warga belajar sebagai pelatihan kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional juga sering diartikan sebagai kecakapan
berwirausaha
atau
kecakapan
yang
berfungsi
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pihak LKP juga menanamkan kecakapan vokasional berupa rasa tanggung jawab sebagai warga belajar seperti pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur LKP AR-RUM : “instruktur selalu memberikan pengarahan mbak, kemudian warga belajar juga selalu mengembangkan sesuai dengan kreatifitasnya” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Sama seperti pernyataan “AK” selaku instruktur menjahit : “selalu memberikan pengarahan mbak, tapi warga belajar diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan teori dan praktek” (CL, VII/Kamis, 2 Juni 2016) Begitu pula pernyataan Ibu “BI” selaku warga belajar bahwa sebagai warga belajar kita diberi tanggung jawab untuk mengikuti proses pelatihan dan menyelesaikan praktik.
98
Selain menanamkan rasa bertanggung jawab, instruktur dan pihak LKP AR-RUM juga melaksanakan program pembelajaransecara demokratis agar sesuai dengan kriteria kecakapan vokasional yang berlaku. Seperti pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur bahwa sangat demokratis yaitu dengan merancang waktu belajar. Begitu pula pernyataan Ibu “AK” selaku instruktur menjahit bahwa dibuktikan dengan menyelesaikan hasil praktik sesuai kemampuannya tetapi sesuai waktu yang telah ditentukan. Dan juga pernyataan Ibu “LU” selaku pengelola LKP ARRUM bahwa proses pembelajaran berjalan demokratis, contohnya seperti menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuannya. Dengan berjalannya pembelajaran secara demokratis, maka akan menguntungkan
berbagai
pihak
seperti
pihak
LKP
AR-RUM
sebagai
penyelenggara dan pihak warga belajar. Proses pembelajaran secara demokratis juga merupakan karakteristik kecakapan vokasional dalam penyelenggaraan program. Dengan memenuhi
karakteristik kecakapan vokasional dalam
penyelenggaraan maka akan memperoleh perubahan dalam kecakapan vokasional warga belajar. Seperti pernyataan Ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM mengenai perubahan kecakapan vokasional warga belajar bahwa warga belajar semakin mandiri dan yakin dalam mengembangkan usahanya dibidang menjahit. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu “CA” selaku instruktur LKP AR-RUM bahwa warga belajar yang dulu sama sekali tidak bisa menjahit, saat ini bisa menjahit dan sudah berani membuka usaha sendiri.
99
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai kecakapan vokasional warga belajar dalam aktivitas wirausaha menjahit, warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti kursus menjahit yang diselenggarakan LKP AR-RUM. 3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM a. Dampak Ekonomi Warga Belajar Setelah mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup terhadap Aktivitas Wirausaha Program pendidikan kecakapan hidup menjahit diselenggarakan dalam rangka
untuk
pemberdayaan
masyarakat
agar
memiliki
kemampuan
mengembangkan potensi diri khususnya dalam hal menjahit sehingga dapat memiliki kompetensi berwirausaha sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewirausahaan warga belajar program pendidikan kecakapan
hidup
menjahit,
dan
warga
belajar
dapat
merintis
dan
mengembangkan usaha dibidang menjahit baik secara perorangan maupun kelompok. Program pendidikan kecakapan hidup menjahit di selenggarakan di LKP AR-RUM dilaksanakan dengan memberikan pembelajaran keterampilan menjahit dan juga berwirausaha. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan dokumentasi, kegiatan usaha yang dilakukan warga belajar pasca kelulusan yaitu usaha menjahit. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu “NU” selaku warga belajar bahwa belum berani membuka usaha jahit, hanya membuat pakaian untuk keluarga saja sehingga belum adanya
100
peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran menjadi berkurang karena bisa membuat baju unuk keluarga sendiri. Sama halnya dengan Ibu “BI” selaku warga belajar : “saya belum berani buka usaha menjahit mbak, saya hanya membuat pakaian untuk keluarga saja sehingga belum terlihat peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran berkurang karena tidak membeli pakaian lagi mbak” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Begitu pula pernyataan dari Ibu “KO” selaku warga belajar: “ada peningkatan keuangan tapi ya musiman mbak, seperti sekolahan, lebaran atau seragam kantoran dan saya juga menerima reparasi apapun” (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dampak dari
pendidikan
keterampilan
menjahit
secara
ekonomi
mengurangi
pengeluaran dan adanya pemasukan. Dampak ekonomi biasanya dilihat dari peningkatan penghasilan yang diperoleh oleh warga belajar. Dampak ekonomi program pendidikan kecakapan hidup menjahit belum terlihat secara besar, hanya meningkat secara kecil. Hal ini membuktikan bahwa program pelatihan menjahit ini memberikan dampak yang dapat dirsakan langsung oleh warga belajar setelah lulus dari pelatihan menjahit, tetapi dalam peningkatan keuangan belum maksimal. b. Dampak Sosial Warga Belajar Setelah mengikuti Program Pendidikan Kecakapan Hidup terhadap Aktivitas Wirausaha Dampak sosial program pendidikan kecakapan hidup menjahit bagi warga
belajar
berkaitan
dengan
perubahan
perilaku,
keterampilan,
pengetahuan, sikap, status atau perubahan kehidupan terhadap hubungan dan interaksi sosial warga belajar terhadap orang lain dan masyarakat luas. Seperti
101
pernyataan Ibu “PO” selaku warga belajar bahwa perubahan sosial yang dialami sebenarnya ingin dapat membantu keluarga, teman dan tetangga bila mereka mau menjaitkan dan dapat
membantu meringankan kebutuhan
ekonominya. Begitu pula pernyataan Ibu “KO” selaku warga belajar : “saya sebenarnya ingin berbagi tentang ilmu menjahit yang saya miliki terhadap masyarakat sekitar mbak, tetapi terkadang mereka sulit kalo diajak belajar bersama mbak. Ya saya hanya bisa membantu reparasi dan menjahit apa yang konsumen inginkan mbak”. (CL, XI/Minggu, 10 Juli 2016) Perubahan sosial yang terjadi terhadap warga belajar akan mempengaruhi kehidupannya dalam keseharian. Semakin meningkatnya kecakapan sosial yang dimiliki, maka warga belajar akan mampu meningkatkan interaksi sosial dalam kehidupannya. 4. Faktor yang Mempengaruhi Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, tentunya tidak terlepas dari faktor pendukung dan juga faktor penghambat kegiatan pembelajaran yang akan berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan, faktor pendukung dalam kegiatan pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah tersedianya bahan dan alat, instruktur yang memiliki kompetensi menjahit, dan sebagainya. Adanya instruktur yang memiliki kompetensi menjahit dan berpengalaman serta mampu melakukan pembelajaran juga menjadi faktor yang sangat mendorong pelatihan. Warga belajar juga memiliki semangat besar pada saat proses pembelajaran, baik saat teori maupun praktek, serta memiliki kemampuan dan motivasi yang besar dalam belajar. Selain
102
itu, proses pembelajaran juga menyenangkan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM : “adanya dukungan dari seluruh staff LKP AR-RUM, tersedianya alat dan bahan yang lengkap, adanya dukungan dari dinas, dukungan dari masyarakat, adanya minat dari warga belajar, adanya motivasi, tersedianya instruktur yang berkopenten, adanya dukungan dari instansi/lembaga terdekat, adanya kemampuan dan kreativitas dari warga belajar” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Begitu pula pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur menjahit: “tersedianya bahan dan alat, instruktur yang berkompeten dibidang menjahit, adanya dukungan dari lembaga dan instansi-instansi lainnya, instuktur memiliki motivasi yang kuat untuk membagi ilmu, memotivasi warga belajar untuk menambah ilmu menjahit, proses belajar yang demokratis dan menyenangkan” (CL, IX/Senin, 20 Juni 2016) Begitu pula pernyataan Ibu “BI” mengenai faktor pendukung program pelatihan menjahit : “dalam menyampaiannya materi dan praktiknya mudah dipahami oleh warga belajar lainnya” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang didapat dari warga belajar dan narasumber teknis dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap, tersedianya instruktur yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu melakukan kegiatan pembelajaran, situasi dan lingkungan yang kondusif serta menyenangkan, serta adanya semangat motivasi dan kemampuan warga belajar dalam pembelajaran yang besar sehingga mendukung proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit. Adapun faktor penghambat dalam keterampilan menjahit berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan adalah kemampuan warga belajar yang
103
berbeda-beda sehingga harus bersabar dalam proses pembelajaran. Seperti pernyataan Ibu “CA” selaku instruktur LKP AR-RUM : “warga belajar jumlahnya terbatas mbak, ada warga belajar yang usianya 51 tahun sehingga dalam memberikan materi harus pelan-pelan mbak, saya harus sabar mbak dalam memberikan materi karena kemampuan warga belajar kan berbeda-beda” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Begitu pula pernyataan dari Ibu “AK” selaku instruktur menjahit : “dalam memberikan materi harus ekstra sabar mbak, ya karena yang mengikuti pelatihan ini tidak seumuran semua. Kemampuan warga belajar sendiri juga berbeda-beda kan mbak? Saya sendiri juga bukan lulusan tata busana mbak” (CL, VII/Kamis, 3 Juni 2016) Serta pernyataan Ibu “BI” mengenai faktor penghambat pelatihan menjahit: “dalam menjahit saya belum bisa begitu rapi mbak, yah maklum saja saya kan mulai dari nol, terkadang saya membutuhkan semangat dan juga arahan dari instruktur” (CL, X/Minggu, 3 Juli 2016) Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit adalah usia yang berbeda dapat mempengaruhi proses pembelajaran kerna harus mengimbangi warga belajar yang lainnya, masih kurangnya fasilitas dan kemampuan instruktur yang kurang maksimal karena bukan pada jurusan menjahit. Tidak adanya tindak lanjut setelah selesai program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Kegiatan pembelajaran yang baik apabila telah selesai hendaknya dilakukan tindak lanjut, sehingga dapat diketahui seberapa besar pembelajaran tersebut dapat dimanfaatkan oleh warga belajar. Faktor pendorong merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pembelajaran,
karena
dengan
adanya
104
faktor
pendorong
tersebut
akan
menumbuhkan motivasi yang tidak hanya menggerakkan tingkah laku tetapi juga mengarahkan tingkah laku warga belajar. Adapun faktor yang mendorong warga belajar untuk megikuti pemelajara pedidika kecakapa hidup mejahit setiap idividu berbeda-beda. Seperti yang dinyatakan oleh Ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM : “tersedianya bahan dan alat, tersedianya sarana dan prasarana, instruktur yang berkompenten, ada dukungan dari lembaga terdekat, adanya motivasi warga belajar untuk menambah ilmu menjahit dan proses belajar yang menyenangkan” (CL, IX/20 Juni 2016) Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu “CA” selaku instruktur menjahit mengenai faktor pendorong pelatihan menjahit : “dukungan dari seluruh staff LKP AR-RUM, dukungan dari ketua lembaga, adanya dukungan dari dinas terkait serta masyarakat dan juga masyarakat, adanya keinginan instruktu dalam berbagi ilmu tentang menjahit yang dimilikinya, dan adanya keinginan warga belajar untuk dapat menjahit” (CL, VI/Kamis, 19 Mei 2016) Begitu pula pernyataan dari Ibu “BI” selaku warga belajar mengenai faktor pendorong : “ingin belajar menjahit saja mbak, suami dan anak-anak saya juga sangat mendukung” (CL, X/Minggu 3 Juli 2016) Begitu pula pernyataan Ibu “KO” selaku warga belajar : “saya memang sudah lama ingin belajar menjahit mbak, ingin mendapatkan sertifikat lulus menjahit juga biar bisa buka usaha jahit dirumah” (CL, XI/Minggu 10 Juli 2016) Selain itu juga pernyataan pendukung dari Ibu “PO” : “instruktur dalam menyampaikan materi sangatlah demokratis dan mudah dipahami mbak” (CL, XIII/Minggu, 24 Juli 2016) Berdasarkan pengamatan dan penjelasan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong warga belajar didalam mengikuti pembelajaran
105
keterampilan menjahit yaitu dengan adanya dukungan dari keluarga, motivasi belajar yag tinggi, cara mengajar yan mudah dipahami warga belajar serta adanya sertifikat setelah warga belajar lulus dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit. C. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang peneliti dapatkan, baik dari data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti sebagai subjek penelitian serta dari dokumentasi yang peneliti dapatkan, maka peneliti akan melakukan pembahasan mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM. 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Kursus Menjahit di LKP AR-RUM . Pelaksanaan pembelajaran dilakukan untuk memberikan materi berupa teori dan praktek kepada warga belajar agar warga belajar dapat mencermati penyampaian materi yang dilakukan oleh instruktur, setelah itu warga belajar dapat melakukan praktek membuat pola, lalu langkah terakhir adalah menjahit pola yang sudah dibuat. Kegiatan yang dilakukan warga belajar dalam proses pembelajaran dapat dikatakan baik, karena warga belajar bisa mengikuti pembelajaran mulai dari teori hingga praktek dengan baik. Instruktur dalam proses pembelajaran adalah bagaimana kegiatan yang instruktur lakukan dalam menyampaikan materi. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, kegiatan yang instruktur lakukan dalam pembelajaran yaitu dengan melihat proses pembelajaran yang dilakukan oleh warga belajar. Instruktur tidak hanya diam dan
106
mengawasi dari kejauhan, tetapi instruktur melihat satu per satu kegiatan warga belajar lakukan. Saleh Marzuki (2012: 190) menyebutkan bahwa salah satu penampilan fisik seorang pelatih dalam program pelatihan adalah pelatih tidak duduk atau berdiri pada posisi yang monoton. Kegiatan yang instruktur lakukan dalam proses pembelajaran tidak duduk atau berdiri pada posisi yang monoton, melainkan instruktur beralih dan melihat setiap kegiatan yang dilakukan warga belajar. Proses pembelajaran yang terlaksana di LKP AR-RUM bersifat semi privat, tidak klasikal. Instruktur menguasai materi kursus dimulai dari kursus tingkat dasar, terampil, hingga mahir. Instruktur mengarahkan kepada tiap individu, sehingga warga belajar merasa luwes untuk bertanya tentang materi yang tidak mereka pahami. Instruktur juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan membuat warga belajar nyaman berada tentang materi yang tidak mereka pahami. Salah satu peranan instruktur adalah seorang penyaji. Menurut Lippit dan Nadler dalam Saleh Marzuki (2012: 177) sebagai seorang penyaji, instruktur memiliki tangguang jawab untuk meyakinkan bahwa lingkungan belajarnya akan membantu peserta latihan dalam belajar, dan menyajikan secara jelas. Kegiatan yang dilakukan instruktur dalam proses pembelajaran telah sesuai dengan pernyataan ahli tersebut, bahwa instruktur dapat membantu warga belajar dalam belajar dengan memberikan arahan kepada warga belajar dalam melaksanakan pembelajaran dan instruktur juga menyajikan secara jelas tentang materi pembelajaran.
107
Warga belajar pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM dari berbagai daerah, seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Maluku, dan Aceh. LKP AR-RUM dalam menerima warga belajar tidak memandang warga belajar dari pendidikan dan pekerjaan, semuanya bisa mengikuti pembelajaran menjahit. Orientasi belajar warga belajar yang mengikuti program pelatihan menjahit lebih banyak praktek daripada teori, dengan prosentase 30% teori dan 70% praktek. Hal ini untuk menarik perhatian dan membuat warga belajar tidak bosan mengikuti pembelajaran. 2. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM Program yang dilakukan tentunya akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan ranah yang dikembangkan. Begitu pula dengan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM, tentunya akan menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang menjahit. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dilapangan, hasil belajar yang warga belajar dapatkan dalam program pelatihan menjahit ini adalah warga belajar memiliki kemampuan menjahit, bertambahnya kemampuan dan keterampilan menjahit, warga belajar mengetahui pola, warga belajar dapat mengoperasikan mesin jahit, warga belajar dapat membuat pakaian sendiri, dan warga belajar dapat bekerjasama dengan orang lain. Nasution (1995: 25) hasil program merupakan suatu perubahan yang ada pada diri individu, perubahan yang dimaksud bukan hanya perubahan pengetahuan, tetapi juga perubahan sikap, keterampilan, dan sosial yang dimiliki oleh seseorang yang telah mengikuti suatu kegiatan. Program pendidikan
108
kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh LKP AR-RUM telah berhasil mencetak warga belajar sehinggat terlihat perubahan yang terjadi setelah mengikuti program dan perubahan tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah mereka peroleh. Penilaian keberhasilan suatu program dapat dilihat dari ketercapaian tujuan program. Apakah tujuan yang ditetapkan sudah dapat tercapai atau belum. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, tujuan dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM sudah tercapai. Program telah berjalan sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Visi lembaga antara lain adalah menjadi pusat layanan bidang tata busana, menyiapkan sumber daya manusia yang jujur, beriman, terampil, mandiri dan profesional. Misi lembaga adalah menyediakan layanan pendidikan keterampilan singkat atau berjenjang bagi masyarakat untuk bekal hidupnya bekerja di luar rumah atau usaha mandiri dan berkelompok, mengembangkan potensi di bidang tata busana yang menyesuaikan kebutuhan situasi dan kondisi era globalisasi, serta menerapkan sikap humanis dan berkarakter. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal PAUDNI (2011)
menyebutkan,
kursus
menjahit
dan
pelatihan
bertujuan
untuk
menumbuhkembangkan kemampuan warga belajar dalam lingkup pekerjaan yang berkaitan dengan menjahit pakaian. Tujuan dari program pendidikan kecakapan hidup di LKP AR-RUM dapat dikatakan sesuai dengan pernyataan dari Direktorat Pembinaan kursus dan Pelatihan bahwa program kecakapan hidup menjahit telah mampu membekali warga belajar dengan kemampuan dan keterampilan menjahit.
109
Produk merupakan sebuah hasil dari suatu program pembelajaran, bila program pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien, maka mampu menghasilkan hasil produk. Hasil produk digunakan sebagai penilaian terhadap kinerja baik instruktur maupun warga belajar, karena dengan hasil yang nyata maka program tersebut mampu membuktikan hasil nyata kegiatannya. Begitu pula dengan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM, hasil produk yang diperlukan sebagai bukti nyata dari hasil kegiatan pembelajaran. Untuk menghasilkan hasil produk maka sangatlah diperlukan keterampilan yang merupakan suatu usaha untuk melatih individu atau kelompok supaya memiliki pengetahuan dan keahlian agar mampu menghasilkan sesuatu yang dimanfaatkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil produk yang dihasilkan warga belajar meliputi blus, rok, kemeja, gamis, kebaya, dan lain-lain. Tingkat keberhasilan dari adanya program pendidikan kecakapan hidup menjahit dapat dilihat melalui empat kecakapan yaitu kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional. Kecakapan personal warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit semakin meningkat, bukti nyata peningkatan yang diperoleh warga belajar yaitu meningkatnya rasa percaya diri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha dan mampu mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya. Menurut Tim broad Based education (2002: 10) kecakapan personal merupakan penghayatan diri sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya sekaligus sebagai
110
modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecakapan sosial mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti pelatihan menjahit yaitu kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama. Kecakapan berkomunikasi penting dalam berwirausaha karena dengan adanya komunikasi yang baik, maka produsen akan merasa senang. Bekerjasama juga perlu dalam berwirausaha karena mampu menambah relasi dan juga bisa sebagai ajang tukar pikiran agar semakin banyak inovasi yang dibuat. Kecakapan akademik warga belajar setelah mengikuti pelatihan yaitu warga belajar mendapatkan nilai yang memuaskan. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai motivasi dalam membuka usaha mandiri. Adanya hasil kecapaian akademik, maka dapat memperoleh sertifikat yang mampu digunakan untuk bersaing dibidang usaha jahit. Kecakapan vokasional warga belajar yaitu warga belajar semakin bersemangat dalam merintis usaha menjahit berkat pengetahuan yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan menjahit. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, maka tingkat keberhasilan program pendidikan kecakapan hidup bila dilihat melalui kecakapannya sudah cukup baik. Menurut Anwar (2006: 20), program pendidikan kecakapam hidup merupakan pendidikan yang dapat memberikan bekat keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi yang ada di masyarakat. Oleh karenanya, kecakapan hidup memiliki
111
cakupan yang luas seperti kecakapan berkomunikasi, kecakapan membuat keputusan, kecakapan manajemen waktu, kecakapan merencanakan sesuatu. 3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM Program kecakapan hidup menjahit yang diselenggarakan oleh LKP ARRUM memberikan pengaruh yang kuat terhadap warga belajar. Warga belajar merasakan dampak yang dihasilkan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang telah diselenggarakan oleh LKP AR-RUM. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan, dampak program dari program pendidikan kecakapan hidup setelah selesai pelatihan yaitu warga belajar menjadi memiliki kepercayaan diri dan lebih yakin dengan kemampuan yang telah dimilikinya. Warga belajar jadi mempunyai ide-ide baru yang dapat digunakan untuk membuka usaha . selain itu warga belajar sudah dapat membuat pakaian untuk digunakan sendiri, dan ada juga warga belajar yang sudah bisa membuka usaha mandiri. Dampak program dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha sudah dapat dirasakan langsung oleh warga belajar yang sudah membuka usaha mandiri dirumahnya yaitu jumlah pengeluaran keuangan yang mulai berkurang, adanya pemasukan, peningkatan status sosial, peningkatan kepedulian sosial dan peningkatan membelajarkan ilmu kepada orang lain. Sudjana (2006: 95) menjelaskan: (1) Peningkatan taraf atau kesejahteraan hidup dengan indikator pemilikan pekerjaan atau usaha, pendapatan, kesehatan, penampilan diri, dan sebagainya. (2) Upaya membelajarkan orang lain baik kepada perorangan, kelompok, dan/atau komunitas. (3) keikutsertaan dalam
112
kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat dalam wujud partisipasi buah fikiran, tenaga, harta, benda, dan dana. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka hasil yang telah peneliti lakukan di lapangan mengenai dampak pelaksanaan program yang dihasilkan oleh LKP AR-RUM sudah baik. Program yang diselenggarakan sebaiknya tetap dijaga keberlanjutannya agar dapat memberikan bekal kemampuan kepada warga belajar melalui program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh LKP AR-RUM. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit di LKP AR-RUM Faktor pendorong pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap, tersedianya instruktur yang berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran, adanya motivasi dari dalam diri warga belajar sendiri untu mengikuti pelatihan menjahit, dan adanya dukungan dari berbagai pihak terkait dalam mengikuti pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Faktor penghambat dalam proses pendidikan kecakapan hidup menjahit juga ada. Faktor-faktor tersebut antara lain usia warga belajar yang berbeda-beda sehingga menghambat proses pembelajaran, kemampuan instruktur yang kurang maksimal, pengetahuan dan kemampuan warga belajar yang berbeda. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh adanya keterbatasan penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu waktu penelitian yang dilakukan hanya empat bulan sehingga informasi yang didapatkan
113
kurang maksimak karena penelitian mengenai aktivitas wirausaha tidak bisa dilakukan dalam waktu relatif pendek.
114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di LKP AR-RUM maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM meliputi pembelajaran teori dan praktek. Pembelajaran teori yaitu menggambar pola, dilanjutkan dengan pembelajaran praktek menjahit. Materi pembelajaran disusun untuk lebih banyak praktek dari pada teori dengan prosentase 70% praktek dan 30% teori. Pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM juga mampu mengarahkan kecakapan vokasional dengan membekali warga belajar pengetahuan dan keterampilan menjahit. 2. Hasil program pendidikan kecakapan hidup menjahit mencakup peningkatan pengetahuan berupa warga belajar memiliki keterampilan menjahit, warga belajar mengetahui cara mengukur yang benar, warga belajar mengetahui tentang pola, warga belajar dapat mengoperasikan mesin jahit, mesin obras, dan mesih wolsom, meningkatnya pengetahuan dan kemampuan dalam bidang menjahit, serta warga belajar dapat membuat pakaian sendiri. Hasil produk yang dihasilkan warga belajar adalah blus, gamis, rok dan juga kebaya. Meningkatnya
kecapakapan personal
yaitu
rasa
percaya
diri
dalam
menumbuhkan jiwa wirausaha dan mampu mengetahui kelebihan serta
115
kekurangan yang dimilikinya. Meningkatknya kecakapan social yaitu kecakapan
berkomunikasi
dan
bekerjasama.
Meningkatnya
kecakapan
akademik yaitu warga belajar dapat menguasai teori dan praktek sehingga dapat menghasilkan produk. 3. Dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit setelah selesai pelatihan yaitu warga belajar menjadi memiliki kepercayaan diri dan lebih yakin dengan kemampuan yang telah dimilikinya, mempunyai ide-ide baru yang dapat digunakan untuk membuka usaha, dapat membuat pakaian untuk digunakan sendiri, dan ada juga yang sudah bisa membuka usaha mandiri. Dampak program dari program pendidikan kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha jumlah pengeluaran keuangan yang mulai berkurang, adanya pemasukan, peningkatan status sosial, dan peningkatan kepedulian sosial 4. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit : a. Faktor pendorong dari warga belajar untuk mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit, yaitu: Adanya motivasi dari dalam diri warga belajar sendiri untuk mengikuti pelatihan, kondisi lingkungan tempat warga belajar tinggal, dan adanya dukungan dari keluarga. b. Faktor pendorong proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menjahit, yaitu Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap, situasi dan lingkungan yang kondusif, adanya instruktur yang berkompeten dalam bidang menjahit, adanya motivasi dari instruktur. Faktor penghambatnya
116
yaitu usia warga belajar yang berbeda, kemampuan instruktur yang kurang maksimal, pengetahuan warga belajar yang berbeda. c. Faktor pendorong warga belajar terhadap aktivitas wirausaha, yaitu adanya motivasi dalam diri warga belajar untuk membuka usaha mandiri, adanya dukungan dari keluarga untuk membuka usaha, adanya dana yang mencukupi untuk membuka usaha, adanya kondisi yang menekan atau menyudutkan
seseorang
sehingga
tidak
ada
lagi
pilihan.
Faktor
penghambatnya yaitu tidak adanya keberanian untuk membuka usaha, tidak adanya dana untuk membuka usaha mandiri karena membutuhkan alat-alat selain mesin jahit. B. Saran 1. Bagi Pengelola a. Perlu adanya pola-pola pembinaan dan pemantauan yang dilakukan oleh pihak LKP AR-RUM selaku penyelenggaraan pelatihan terhadap warga belajar secara berkala untuk melihat secara mendalam permasalah dan kesulitan yang dialami warga belajar setelah program pelatihan selesai. b. Program pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit sebaiknya ditambah dengan materi mengenai kewirausahaan, supaya peserta kursus menjahit dapat mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri. 2. Bagi warga belajar a. Warga belajar senantiasa berperan aktif dalam proses pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan agar mampu mengimplementasikan hasil belajar dengan baik.
117
b. Diharapkan warga belajar mampu membuka usaha menjahit dengan modal pengetahuan yang dimiliki agar mampu meningkatkan ekonomi keluarga.
118
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. (2012). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta. Budiarsi dan Indraastuti. (2007). Pengetahuan Sosial Ekonomi. Jakarta : Sinar Grafika. Danang sunyoto & Ambar wahyuningsih. (2009). Kewirausahaan Teori, Evaluasi, dan Wirausaha Mandiri. Bogor: Esia Media. Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia: edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal PAUDNI. (2011). Tentang Standar Kompetensi Lulusan Tata Busana. Eko Putro Widoyoko. (2013). Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami, dan memasuki dunia bisnis. Jakarta : Penerbit Erlangga. Ikka Kartika A. Fauzi. (2011). Mengelola Pelatihan partisipatif. Bandung : Alfabeta. Ishak Abdullhak & Ugi Suprayogi. (2013). Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta : Rajawali Pers. John W. Creswell. (2007). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Jonatan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu. Justin G. Longenecker, Carlos W. Moore, dkk. (2001). Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Jakarta : Salemba Empat. Kasmir. (2011). Kewirausahaan Edisi Revisi. Jakarta. PT Raja Gravindo Persada. Michael Quinn Patton. (2006). Metode Evalusi Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Lexy J. Moleong (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
119
Mimin Hayati, (2007). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, Teori, Dan Praktik. Jakarta: Gaung Persada Pers. Munzanyanah.dkk. (2001). Pendidikan Ketrampilan. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta. Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Saifuddin Azwar. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Saleh Marzuki. (2012). Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Samsul Hadi. (2012). Evaluasi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Program Otomotif. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, No. 3. Hal 268. Sisdiknas. (2003). Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharyadi, dkk. (2011). Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta : Salemba Empat. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta. Rineka Cipta. Suwartono.(2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : CV Andi Offset. Tim broad based education depdiknas. (2002). Kecakapan Hidup Life Skills Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Jatim: swa Bina Qualita: Indonesia. Totok S. Wiryasaputra. 2004. Entrepreneur : Anda Merdeka jadi Bos. Jakarta: Tridarma Manunggal. V. Wiratna Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Yanti Firda Triyana. (2012). Tips Merintis dan Mengelola Berbagai Lembaga Kursus. Yogyakarta : Laksana.
120
Yuyus Suryana & Kartib Bayu. (2010). Kewirausahaan: Karakteristik Wirausahawan sukses. Jakarta: Kencana.
Pendekatan
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Diaskes dari http://yogyakarta.bps.go.id Minggu, 10 januari 2016 pukul 14:09 WIB. Masitoh, dkk. (2009). Studi implementasi kurikulum berbasis kecakapan hidup (life Skills) pada jenjang sekolah dasar. Di unduh dari jurnal.upi.edu pada tanggal 20 Juni 2016 pukul 13:43 WIB. Slamet. (2009). Pendidikan kecakapan hidup. Diunduh dari www.infodiknas.com pada tanggal 30 Maret 2016 pukul 14:08 WIB.
121
LAMPIRAN
122
Lampiran 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI
No.
Hasil Pengamatan
Aspek yang Diamati
Ya 1.
Dalam proses pembelajaran warga belajar memperhatikan instruktur memberikan materi dengan sungguhsungguh
2.
Interaksi antara instruktur dan warga belajar
3.
Instruktur memberikan motivasi warga belajar untuk selalu dapat mandiri dan berwirausaha
4.
Instruktur selalu memberikan kritik dan saran atas hasil yang dibuat warga belajar
5.
Sarana dan prasarana pembelajaran kursus menjahit berfungsi dengan baik
6.
Pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit dapat bermanfaat bagi warga belajar
7.
Warga belajar setelah mengikuti proses pembelajaran mempunyai motivasi untuk berwirausaha
8.
LKP AR-RUM memfasilitasi warga belajar yang ingin berwirausaha
9.
Setelah mengikuti program pelatihan menjahit warga belajar dapat berwirausaha sendiri
123
Tidak
Keterangan
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara Pengelola LKP AR-RUM Identitas Responden a. Nama
:
b. Alamat
:
c. Jabatan
:
d. Umur
:
Pertanyaan A. Pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP ARRUM 1. Apa yang melatarbelakangi dilaksanakannya pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit di LKP AR-RUM? 2.
Apa tujuan dilaksanakan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM?
3. Siapa saja yang terlibat dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit di LKP AR-RUM? 4. Bagaimana cara rekutmen warga belajar dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 5. Bagaimana cara rekutmen narasumber dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 6. Adakah persyaratan untuk menjadi instruktur kursus menjahit di LKP ARRUM? 7. Kapan pendidikan kecakapan hidup menjahit ini mulai dilaksanakan? 8. Dimana program pendidikan kecakapan hidup menjahit dilaksanakan?
124
9. Berapa lama waktu dalam setiap pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit? 10. Materi apa yang diberikan dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 11. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 12. Bagaimana sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit? B. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Bagaimana peningkatan teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 2. Bagaimana cara mengukur tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mereka mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 3. Bagaimana peningkatan pengetahuan warga belajar terkait cara mengambil ukuran dalam membuat hasil jahit setelah warga belajar mengikuti pelatihan menjahit? 4. Apakah setelah mengikuti pelatihan, warga belajar mampu membuat pola? Pola apa saja yang mampu warga belajar buat? 5. Produk apa saja yang telah warga belajar buat disaat proses pembelajaran dan setelah mengikuti pelatihan menjahit? 6. Dalam pembuatan produk tersebut apakah masih dalam bimbingan pengelola/ instruktur ?
125
7. Apakah pihak LKP membantu memasarkan produk yang telah dihasilkan oleh warga belajar? Melalui media apa dalam memasarkannya? 8. Setelah mengikuti pelatihan menjahit, apakah warga belajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada dirinya? Dan hal tersebut dibuktikan dengan apa? 9. Adakah bentuk motivasti yang diberikan kepada warga belajar? Jika ada, bagaimana bentuk motivasi yang diberikan? 10. Apakah
motivasi
yang
diberikan
tersebut
secara
personal
atau
keseluruhan? Dan apa tujuan dari motivasi tersebut? 11. Dalam memberikan pelatihan apakah pihak LKP memberikan kecakapan sosial yang berupa kecakapan berkomunikasi dengan baik? Dengan media apa pihak LKP memberikan pelatihan itu? Apakah lisan, tulisan atau alat teknologi? 12. Dalam memberikan latihan kecakapan berkomunikasi apakah dilakukan secara bersamaan saat proses pembelajaran berlangsung atau ada waktu tersendiri seperti di akhir atau awal pertemuan? 13. Apakah didalam proses pembelajaran warga belajar diberikan tanggung jawab penuh sebagai warga belajar atau hanya mengikuti apa yang instruktur lakukan? 14. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, apakah berjalan dengan demokratis? Contohnya seperti apa? 15. Bagaimana perubahan kecakapan vokasional yang terjadi pada warga belajar setelah mengikuti pelatihan, khususnya dalam wirausaha?
126
16. Adakah diakhir setelah pembelajaran selesai, diadakan tes/ujian menjahit? apakah warga belajar sukses/ lulus secara keseluruhan atau masih ada yang mengulang? 17. Adakah warga belajar yang mengalami kegagalan / tidak lulus pada ujian penutupan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 18. Setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit, apakah warga belajar dapat membuka usaha menjahit di rumah? C. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari LKP AR-RUM? 2. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari instruktur? 3. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari warga belajar? 4. Apa saja faktor pendorong pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit dari LKP AR-RUM? 5. Apa saja faktor pendorong pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari instruktur? 6.
Apa saja faktor pendorong pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari warga belajar?
127
Pedoman Wawancara Instruktur LKP AR-RUM Identitas Responden a. Nama
:
b. Alamat
:
c. Jabatan
:
d. Umur
:
Pertanyaan A. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Kursus Menjahit di LKP AR-RUM 1. Apa yang harus dipersiapkan sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran kecakapan hidup Kursus Menjahit? 2. Apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 3. Mengapa warga belajar tertarik mengikuti program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 4. Berapa lama warga belajar mengikuti proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit untuk bisa lulus? 5. Materi apa yang diberikan dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 6. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 7. Bagaimana cara untuk memotivasi warga belajar agar dapat bersemangat dalam mengikuti program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 8. Apa saja sarana dan prasarana pembelajaran?
128
yang menunjang selama proses
B. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Bagaimana peningkatan teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 2. Bagaimana cara mengukur tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mereka mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 3. Bagaimana peningkatan pengetahuan warga belajar terkait cara mengambil ukuran dalam membuat hasil jahit setelah warga belajar mengikuti pelatihan menjahit? 4. Apakah setelah mengikuti pelatihan, warga belajar mampu membuat pola? Pola apa saja yang mampu warga belajar buat? 5. Produk apa saja yang telah warga belajar buat disaat proses pembelajaran dan setelah mengikuti pelatihan menjahit? 6. Dalam pembuatan produk tersebut apakah masih dalam bimbingan pengelola/ instruktur ? 7. Apakah pihak LKP membantu memasarkan produk yang telah dihasilkan oleh warga belajar? Melalui media apa dalam memasarkannya? 8. Setelah mengikuti pelatihan menjahit, apakah warga belajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pada dirinya? Dan hal tersebut dibuktikan dengan apa? 9. Adakah bentuk motivasti yang diberikan kepada warga belajar? Jika ada, bagaimana bentuk motivasi yang diberikan? 10. Apakah motivasi yang diberikan tersebut secara personal atau keseluruhan? Dan apa tujuan dari motivasi tersebut?
129
11. Dalam memberikan pelatihan apakah pihak LKP memberikan kecakapan sosial yang berupa kecakapan berkomunikasi dengan baik? Dengan media apa pihak LKP memberikan pelatihan itu? Apakah lisan, tulisan atau alat teknologi? 12. Dalam memberikan latihan kecakapan berkomunikasi apakah dilakukan secara bersamaan saat proses pembelajaran berlangsung atau ada waktu tersendiri seperti di akhir atau awal pertemuan? 13. Apakah didalam proses pembelajaran warga belajar diberikan tanggung jawab penuh sebagai warga belajar atau hanya mengikuti apa yang instruktur lakukan? 14. Dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
apakah
berjalan
dengan
demokratis? Contohnya seperti apa? 15. Bagaimana perubahan kecakapan vokasional yang terjadi pada warga belajar setelah mengikuti pelatihan, khususnya dalam wirausaha? 16. Adakah diakhir setelah pembelajaran selesai, diadakan tes/ujian menjahit? apakah warga belajar sukses/ lulus secara keseluruhan atau masih ada yang mengulang? 17. Adakah warga belajar yang mengalami kegagalan / tidak lulus pada ujian penutupan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 18. Setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit, apakah warga belajar dapat membuka usaha menjahit di rumah?
130
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terkait dengan Aktivitas Wirausaha di LKP AR-RUM 1. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari LKP AR-RUM? 2. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari warga belajar? 3. Apa saja faktor pendorong pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit dari LKP AR-RUM? 4. Apa saja faktor pendorong pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit dari warga belajar?
131
Pedoman Wawancara Warga Belajar LKP AR-RUM Identitas Responden a. Nama
:
b. Alamat
:
c. Jabatan
:
d. Umur
:
Pertanyaan : A. Hasil Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit terhadap Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Bagaimana peningkatan pengetahuan saudara setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 2. Bagaimana cara mengukur tingkat pengetahuan anda setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit? 3. Apakah ada kriteria tertentu terhadap penilaian mengenai peningkatan pengetahuan saudara yang dilakukan oleh pihak LKP ? 4. Sudah adakah produk yang saudara hasilkan setelah mengikuti program menjahit? Bila ada, apa saja contoh produknya? 5. Dalam pembuatan produk tersebut apakah masih dalam bimbingan dari instruktur? Atau menghasilkan sendiri? 6. Apakah pihak LKP membantu dalam pemasaran produk tersebut? Melalui apa pihak LKP membantu dalam pemasarannya? 7. Bagaimana perubahan kecakapan personal saudara terhadap dirinya mengenai penghayatan diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan? 8. Bagaimana perubahan yang terjadi terhadap saudara terhadap dirinya sebagai warga negara setelah mengikuti pelatihan yang dilaksanakan?
132
9. Setelah mengikuti pelatihan program menjahit, apakah saudara dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri saudara? Dan hal tersebut dibuktikan dengan apa? 10. Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan oleh pihak LKP dalam memberikan semangat terhadap saudara? 11. Apakah motivasi yang diberikan tersebut secara personal atau keseluruhan? Dan apakah tujuan dari motivasi tersebut? 12. Dalam kecakapan personal terdapat istilah berfikir rasional, bagaimana perubahan yang terjadi pada saudara mengenai cara menggali dan menemukan informasi mengenai bentuk kewirausahaan yang akan dilakukan khususnya dibidang menjahit? 13. Dalam memberikan pelatihan apakah pihak LKP memberikan kecakapan sosial yang berupa kecakapan berkomunikasi dengan baik? Dengan media apa pihak LKP memberikan pelatihan itu? 14. Dalam pemberian latihan kecakapan berkomunikasi apakah dilakukan secara bersamaan saat pelatihan berlangsungatau ada waktu tersendiri seperti di awal atau di akhir pertemuan ? 15. Bagaimana perubahan yang terjadi terhadap saudara setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup mengenai rasa percaya diri dan menghargai satu sama lain? 16. Setelah mengikuti pelatihan, apakah saudara mampu melakukan identifikasi kebutuhan yang ada dilingkungannya khususnya mengenai keterampilan menjahit? Apa contoh nyatanya?
133
17. Apakah setelah mengikuti pelatihan, saudara mampu menghubungkan masalah yan ditemukan dengan fenomena yang terjadi sekarang ini seperti pasar global dan berkembangnya fashion? Bentuknya seperti apa? 18. Apakah saudara telah membuat suatu produk setelah mempelajari masalah dan dapat mengetahui solusinya yang tepat untuk perkembangan fashion? Seperti apa bentuk produk tersebut? 19. Bagaimana perubahan kecakapan vokasional yang terjadi pada saudara setelah mengikuti pelatihan, khususnya dalam berwirausaha? B. Dampak Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Apakah saudara mengimplementasikan hasil penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup menjahit dalam aktivitasnya sehari-hari? Berikan contoh pengimplementasian tersebut? 2. Apakah ada peningkatan keuangan yang diperoleh saudara setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit tersebut? Bukti peningkatan keuangan dengan apa? 3. Manfaat apa yang saudara rasakan setelah mengikuti pendidikan kecakapan hidup Kursus Menjahit? 4. Apakah ada perubahan pada hubungan dan interaksi saudara dengan masyarakat dan pihak LKP? Bukti perubahannya seperti apa? 5. Apakah ada perubahan terhadap saudara pada kepedulian sosial setelah mengikuti pelatihan? Contoh kepeduliannya seperti apa?
134
C. Faktor Yang Mempengaruhi Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit Terkait dengan Aktivitas Wirausaha Warga Belajar di LKP AR-RUM 1. Apa saja faktor penghambat pelatihan dari pihak LKP? 2. Apa saja faktor penghambat pelatihan dari instruktur? 3. Apa saja faktor penghambat pelatihan dari saudara? 4. Apa saja faktor pendorong pelatihan dari pihak LKP? 5. Apa saja faktor pengdorong pelatihan dari instruktur? 6. Apa saja faktor pendorong pelatihan dari saudara?
135
Lampiran 3 PEDOMAN DOKUMENTASI A. Berupa Catatan Tertulis 1. Identitas LKP AR-RUM a. Sejarah berdirinya Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM b. Visi, misi dan tujuan Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM 2. Data pengelola, instruktur, dan warga belajar dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit di LKP AR-RUM B. Foto 1. Foto lingkungan Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM 2. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran 3. Foto warga belajar saat mengikuti proses pembelajaran dan saat praktek menjahit di Lembaga Kursus dan Pelatihan AR-RUM 4. Foto hasil produk warga belajar 5. Foto usaha jahit dirumah warga belajar
136
Lampiran 4. Hasil Observasi
No.
Aspek yang Diamati
1.
Dalam proses pembelajaran warga belajar memperhatikan instruktur memberikan materi dengan sungguhsungguh
2.
Interaksi Instruktur dan warga belajar.
3.
Instruktur memberikan motivasi warga belajar untuk selalu dapat mandiri dan berwirausaha
4.
Instruktur selalu memberikan kritik dan saran atas hasil yang dibuat warga belajar
5.
Sarana dan prasarana pembelajaran kursus menjahit berfungsi dengan baik
Hasil Pengamatan Keterangan Ya Tidak Instruktur dalam memberikan materi berupa teori dan praktek tetapi untuk materi teori hanya sedikit, sehingga warga belajar harus memperhatikan materi yang diberikan instruktur dengan sungguh-sungguh untuk selanjutnya materi teori di praktekan. Instruktur menyampaikan materi sebelum warga belajar melakukan praktek menjahit, dalam berlangsungnya proses pembelajaran warga belajar dengan bersemangat mengikuti arahan instruktur, dan saling bertanya jawab ketika pembelajaran berlangsung. Disela-sela materi pembelajaran teori dan praktek instruktur selalu memberikan motivasi kepada warga belajar tentang bagaimana untungnya dapat belajar mandiri dan juga berwirausaha Diakhir pembelajaran instruktur selalu memberikan kritik dan saran kepada warga belajar atas hasil yang telah dibuatnya agar nantinya warga belajar dapat memahami dan mengerti kekurangan dan juga kelebihan hasil jahitannya.
Mesin jahit dan mesin-mesin yang berkesinambungan dengan kursus menjahit bekerja dengan baik, selama berlangsung kursus berjalan dengan baik.
137
Lanjutan...
6.
Pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit dapat bermanfaat bagi warga belajar
7.
Warga belajar setelah mengikuti proses pembelajaran mempunyai motivasi untuk berwirausaha.
8.
LKP AR-RUM memfasilitasi warga belajar yang ingin berwirausaha
9.
Setelah mengikuti program pelatihan menjahit warga belajar dapat berwirausaha sendiri
Pendidikan kecakapan hidup kursus menjahit sangatlah bermanfaat bagi warga belajar. Warga belajar dapat menambah banyak ilmu tentang menjahit, tentang berwirausaha, tentang perubahan sikap, dan lain-lain. Instruktur disela-sela teori menyisipkan pengetahuan tentang alumni LKP AR-RUM yang sudah berhasil dalam berwirausaha sehingga warga belajar termotivasi untuk berwirausaha. . LKP AR-RUM mempunyai tempat usaha untuk memajang hasil karya dari warga belajar. LKP AR-RUM siap membimbing dan memberi arahan untuk memulai usaha baru sampai pada tahap yang di inginkan. LKP AR-RUM memiliki KUBE (Kelompok Belajar Usaha) didalam KUBE terdapat kelompok simpan pinjam, program bimbingan kewirausahaan, mengikutkan pameran untuk menjual hasil produksi. Sebagian besar alumni LKP AR-RUM sudah dapat membuka usaha sendiri.
138
Lampiran 5. Catatan Lapangan Catatan Lapangan I Hari, Tanggal : Senin, 18 April 2016 Waktu
: 08.00-09.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi Pada hari Senin tanggal 18 April 2016 peneliti datang ke Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM untuk mengadakan observasi awal sebelum mengadakan penelitian. Peneliti bertemu dengan ibu “LU” selaku pengelola lembaga LKP AR-RUM. Peneliti dipersilahkan masuk diruang tamu kemudian menjelaskan maksud dan tujuan. Peneliti dan pengelola LKP AR-RUM selanjutnya berbincang mengenai kegiatan kursus menjahit di LKP AR-RUM. Beliau memberikan penjelasan terkait dengan jadwal kegiatan kursus, instruktur pelatihan, warga belajar, dan alumni kursus menjahit. Ibu “LU” juga menjelaskan bahwa di LKP AR-RUM sering terdapat siswa magang, observasi, dan skripsi. Dengan begitu bila peneliti ingin mengadakan suatu penelitian maka akan di izinkan dan dibantu.
139
Catatan Lapangan II Hari, Tanggal : Kamis, 21 April 2016 Waktu
: 11.00-12.30 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Rencana Penelitian
Deskripsi Pada hari Kamis tanggal 21 April 2016 peneliti datang ke LKP AR-RUM untuk menemui ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM dengan maksud untuk melakukan perbincangan mengenai penelitian yang akan peneliti lakukan di lembaga. Setelah melakukan perbincangan mengenai rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan di LKP AR-RUM ibu “LU” menyarankan agar membuat jadwal penelitian. Supaya mudah dalam mengumpulkan data. Peneliti juga dipersilahkan untuk datang setiap ada kursus menjahit untuk melakukan pengematan. Ibu “LU” juga menghimbau agar surat penelitian dipersiapkan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu penelitian yang lebih lanjut.
140
Catatan Lapangan III Hari, Tanggal
: Senin, 25 April 2016
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Menyerahkan Surat Penelitian
Deskripsi Pada pukul 09.00 WIB peneliti datang ke Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM untuk menyerahkan surat penelitian, berhubung pengelola sedang ada di luar kota jadi peneliti bertemu dengan Instruktur LKP AR-RUM. Selain itu peneliti juga melakukan observasi awal dengan melihat ruang kursus menjahit beserta sarana dan prasarananya. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di LKP AR-RUM yaitu sarana dan prasarana yang digunakan selama proses pembelajaran antara lain mesin jahit high speed, mesin jahit manual, meja pemotong pola, mesin obras, white board.
141
Catatan Lapangan IV Hari, Tanggal
: Senin, 2 Mei 2016
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Observasi Awal
Deskripsi Pada hari Senin tanggal 2 Mei 2016 pukul 09.00 WIB peneliti datang ke Lembaga
Kursus
dan
Pelatihan
(LKP)
AR-RUM
peneliti
selanjutnya
menyerahkan jadwal penelitian kepada pengelola. Kebetulan pada hari ini ada kegiatan kursus, ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM kemudian mengantarkan peneliti untuk melihat proses pembelajaran. Disana peneliti di bertemu instruktur pelatihan kursus menjahit ibu “CA” dan ibu “AK” yang kebetulan sedang mengajar. Setelah bertemu dengan instruktur peneliti selanjutnya melihat proses pembelajaran teori, terlihat warga belajar yang sedang membuat pola pada kertas Costum. Peneliti kemudian membuat janji kepada instruktur untuk mengadakan wawancara.
142
Catatan Lapangan V Hari, Tanggal
: Senin, 9 Mei 2016
Waktu
: 09.00-13.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Mengamati Proses Pembelajaran Kursus Menjahit
Deskripsi Pada hari Senin tanggal 9 Mei 2016 peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melihat proses pembelajaran kursus menjahit dan menemui ibu “CA” dengan membuat janji terlebih dahulu. Peneliti disambut baik untuk mengamati jalannya proses pembelajaran kursus menjahit. Disana terlihat beberapa warga belajar dengan sungguh-sungguh praktek menjahit menggunakan mesin jahit high speed membuat kemeja blus. Selama jalanya proses pembelajaran praktek pembelajaran sarana dan prasarana berupa mesin jahit, obras, tempat memotong pola, semua berjalan dengan baik tidak ada suatu kendala. Seusai pembelajaran kemudian peneliti melakukan perbincangan sedikit dengan instruktur pelatihan terkait dengan bagaimana jalanya pembelajaran selama ini, dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam proses pembeajaran kursus menjahit.
143
Catatan Lapangan VI Hari, Tanggal
: Kamis, 19 Mei 2016
Waktu
: 09.00-14.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Wawancara Instruktur Kursus menjahit I
Deskripsi Pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melihat proses pembelajaran praktek kursus menjahit di LKP AR-RUM. kedatangan peneliti disambut baik oleh ibu “CA” selaku Instruktur kursus menjahit. setelah saling bertegur sapa selanjutnya instruktur memulai proses pembelajaran. Terlihat bahwa selama pembelajaran sarana dan prasarana di LKP sangat menunjang, satu warga belajar memegang satu mesin jahit, dan juga memegang modul pembelajaran untuk memperjelas teori yang di sampaikan oleh instruktur. Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti melakukan wawancara pengambilan data sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun. Peneliti kemudian kembali mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan hari tersebut. Penelitian kemudian memulai wawancara dengan Ibu “CA” selaku Instruktur program menjahit. Peneliti kemudian memulai wawancara dengan Ibu “CA” selaku instruktur program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM. Peneliti melakukan wawancara tekait dengan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan bulan Mei-Juli 2016. Wawancara ini dilakukan dengan keadaan santai. Ibu “CA” menjawab pertanyaan yang dilontarkan peneliti
144
dengan jelas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada hari tersebut, peneliti memperoleh informasi yang diinginkan. Peneliti bahkan memperoleh informasi tambahan yang terkait dengan program tersebut diluar fokus penelitian yang dilakukan melalui obrolan di sela-sela wawancara. Peneliti merasa informasi yang digali dari Ibu “CA” ini cukup untuk hari tersebut. Peneliti kemudian menyudahi wawancara yang dilakukan dengan Ibu “CA”. Peneliti sebelum berpamitan dan setelah menyudahi wawancara untuk menambah keakraban dengan instruktur LKP AR-RUM melakukan obrolanobrolan dengan mereka. Kemudian setelah dirasa cukup maka penelitian berpamitan dan meninggalkan LKP AR-RUM pada hari tersebut.
145
Catatan Lapangan VII Hari, Tanggal
: Kamis, 2 Juni 2016
Waktu
: 09.00-14.00 WIB
Tempat
: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) AR-RUM
Kegiatan
: Wawancara Instruktur Kursus menjahit II
Deskripsi Pada hari Kamis tanggal 2 Juni 2016 pada pukul 09.00-14.00 WIB peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melihat proses pembelajaran praktek kursus menjahit di LKP AR-RUM. Tujuan peneliti datang yaitu untuk melakukan wawancara dengan ibu “AK” karena data yang diambil masih ada yang kurang. Peneliti disambut baik oleh instruktur yang ada diruang belajar menjahit. Sebelumnya peneliti telah menghubungi ibu “AK” sehingga instruktur telah mengetahui maksud dan tujuan peneliti datang pada hari tersebut. Peneliti selanjutnya dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan ibu “AK”. Wawancara dilakukan di ruang belajar menjahit LKP AR-RUM. Pada hari itu, peneliti melakukan wawancara untuk melengkapi informasi yang masih kurang. Ibu “AK” menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jelas. Peneliti juga memperoleh informasi tambahan yang sebelumnya tidak diperoleh dari informan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan suasana santai sehingga obrolan-obrolan yang dibicarakan mudah mengerti. Setelah peneliti mencukupkan wawancara dengan ibu “AK”, peneliti sedikit mengobrol dengan instruktur yang lain untuk menambah keakraban dengan instruktur lainnya. Peneliti kemudian berpamitan karena dirasa hari
146
tersebut informasi yang ingin diperoleh sudah cukup. Peneliti kemudian meninggalkan LKP AR-RUM setelah berpamitan dengan instruktur.
147
Catatan Lapangan VIII Hari, Tanggal
: Kamis, 9 Juni 2016
Waktu
: 09.00-13.00 WIB
Tempat
: LKP AR-RUM
Kegiatan
: Wawancara Pengelola LKP AR-RUM
Deskripsi Pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2016 pada pukul 09.00-13.00 WIB peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melihat proses pembelajaran praktek kursus menjahit di LKP AR-RUM. Tujuan peneliti datang yaitu untuk melakukan wawancara dengan ibu “LU” selaku Pengelola LKP AR-RUM. Peneliti disambut baik oleh pengelola LKP AR-RUM yang sedang berada diruang belajar menjahit. Sebelumnya peneliti telah menghubungi ibu “LU” sehingga pengelola telah mengetahui maksud dan tujuan peneliti datang pada hari tersebut. Wawancara dilakukan di ruang sekretariat LKP AR-RUM. Ruang sekretariat terdiri dari ruang instruktur dan tamu. Setelah dipersilahkan duduk, peneliti dan Ibu “LU” duduk dikursi yang terletak diruang sekretariat. Selanjutnya peneliti dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan ibu “LU” selaku pengelola LKP AR-RUM dan juga orang yang dianggap sebagai penanggung jawab. Pada hari itu peneliti melakukan wawancara terkait identitas lembaga dan program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Ibu “LU” menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan peneliti dengan baik dan sopan, bahkan sampai bercanda gurau dengan peneliti. Pada hari tersebut peneliti menggali informasi terkait pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan di LKP AR-RUM. Hal-hal yang digali dalam wawancara
148
tersebut seperti pelaksanaan program, hasil program, dampak ekonomi, dampak sosial, dan faktor yang mempengaruhi program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Peneliti merasa wawancara kali ini dirasa cukup maka peneliti sedikit bercanda gurau dengan Ibu “LU”, kemudian karena dirasa cukup untuk hari ini maka peneliti berpamitan dengan Ibu “LU”. Setelah berpamitan peneliti memohon izin untuk kembali mengambil data di keesokan harinya.
149
Catatan Lapangan IX Hari, Tanggal
: Senin, 20 Juni 2016
Waktu
: 09.00-12.00 WIB
Tempat
: LKP AR-RUM
Kegiatan
: Wawancara Pengelola LKP AR-RUM
Deskripsi Pada hari Senin tanggal 20 Juni 2016 pada pukul 09.00-12.00 WIB peneliti datang ke lokasi penelitian untuk melakukan wawancara dengan ibu “LU” selaku Pengelola LKP AR-RUM karena data yang diambil masih ada yang kurang. Sebelumnya peneliti telah menghubungi ibu “LU” sehingga pengelola telah mengetahui maksud dan tujuan peneliti datang pada hari tersebut. Peneliti selanjutnya dipersilahkan untuk melakukan wawancara dengan ibu “LU”. Wawancara dilakukan di ruang belajar menjahit LKP AR-RUM. Pada hari itu, peneliti melakukan wawancara untuk melengkapi informasi yang masih kurang. Ibu “LU” menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan jelas. Peneliti juga memperoleh informasi tambahan yang sebelumnya tidak diperoleh dari informan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan suasana santai sehingga obrolan-obrolan yang dibicarakan mudah mengerti. Setelah peneliti mencukupkan wawancara dengan ibu “LU”, peneliti sedikit mengobrol dengan pengelola untuk menambah keakraban. Peneliti kemudian berpamitan karena dirasa hari tersebut informasi yang ingin diperoleh sudah cukup. Peneliti kemudian meninggalkan LKP AR-RUM setelah berpamitan dengan pengelola.
150
Catatan Lapangan X Hari, Tanggal
:Minggu, 3 Juli 2016
Waktu
: 08.00-10.00 WIB
Tempat
: Jl. Solo KM 8 Dewan Maguwoharjo
Kegiatan
: Wawancara Warga Belajar PKH Menjahit I
Deskripsi Pada hari Minggu tanggal 3 Juli 2016 pada pukul 08.00-10.00 WIB peneliti datang ke Jl. Solo KM 8 Dewan Maguwoharjo tepatnya rumah ibu “BI” yang merupakan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan ibu “BI” sebelum peneliti datang ke rumah beliau. Tujuan peneliti datang kerumah ibu “BI” yaitu untuk memperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diadakan oleh LKP AR-RUM Yogyakarta. Peneliti sangat disambut baik oleh ibu “BI”, setelah itu peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dan ibu “BI” duduk di teras rumah dan keadaan santai. Posisi rumah beliau tepat dipinggir jalan antar desa sehingga suasana agak ramai. Setelah peneliti dan ibu “BI” duduk diteras rumah, peneliti memohon izin untuk melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Ibu “BI” memberikan izin dan mempersilahkan untuk bertanya guna memperoleh informasi sebagai bahan penelitian. Ibu “BI” menjawab pertanyaan peneliti dengan baik dan jelas. Bahkan disela-sela wawancara peneliti dan ibu “BI” sempat berbincang-bincang agar lebih akrab lagi sehingga beliau tidak sungkan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti menanyakan mengenai
151
hasil, dampak dan juga faktor yang menghambat dan mendukung
program
pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh LKP AR-RUM. Banyak informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ibu “BI”. Setelah wawancara dianggap cukup, peneliti menyudahi wawancara pada hari tersebut. Sebelum pulang, peneliti kembali mengobrol dengan ibu “BI” agar lebih akrab. Setelah selesai mengobrol dan diberi suguhan oleh ibu “BI”, peneliti berpamitan untuk pulang. Setelah berpamitan, peneliti pulang dan meninggalkan rumah ibu “BI”.
152
Catatan Lapangan XI Hari, Tanggal
: Minggu, 10 Juli 2016
Waktu
: 09.00-12.00 WIB
Tempat
: Pandeansari Blok I Concat
Kegiatan
: Wawancara Warga Belajar PKH Menjahit II
Deskripsi Pada hari Minggu tanggal 10 Juli 2016 pada pukul 09.00-12.00 WIB peneliti datang ke Pandeansari Blok I Concat tepatnya rumah ibu “KO” yang merupakan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan ibu “KO” sebelum peneliti datang ke rumah beliau. Tujuan peneliti datang kerumah ibu “KO” yaitu untuk memperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diadakan oleh LKP AR-RUM Yogyakarta. Peneliti sangat disambut baik oleh ibu “KO”, setelah itu peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dan ibu “KO” duduk dikursi ruang tengah rumah beliau. Setelah peneliti dan ibu “KO” duduk dikursi ruang tengah, peneliti memohon izin untuk melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Ibu “KO” memberikan izin dan mempersilahkan untuk bertanya guna memperoleh informasi sebagai bahan penelitian. Ibu “KO” menjawab pertanyaan peneliti dengan baik dan jelas. Bahkan disela-sela wawancara peneliti dan ibu “KO” sempat berbincang-bincang agar lebih akrab lagi sehingga beliau tidak sungkan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti
153
menanyakan mengenai hasil, dampak dan juga faktor yang menghambat dan mendukung program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan oleh LKP AR-RUM. Banyak informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ibu “KO”. Setelah wawancara dianggap cukup, peneliti menyudahi wawancara pada hari tersebut. Sebelum pulang, peneliti kembali mengobrol dengan ibu “KO” agar lebih akrab. Setelah selesai mengobrol dan diberi suguhan oleh ibu “KO”, peneliti berpamitan untuk pulang. Setelah berpamitan, peneliti pulang dan meninggalkan rumah ibu “KO”.
154
Catatan Lapangan XII Hari, Tanggal
: Sabtu, 16 Juli 2016
Waktu
: 08.00-11.00 WIB
Tempat
: Tempel Wirogunan Yogyakarta
Kegiatan
: Wawancara Warga Belajar PKH menjahit III
Deskripsi Pada hari Sabtu, 25 Juni 2016 pada pukul 08.00-11..00 WIB peneliti datang ke Tempel Wirogunan Yogyakarta tepatnya rumah ibu “NU” yang merupakan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan ibu “NU” sebelum peneliti datang ke rumah beliau. Tujuan peneliti datang kerumah ibu “NU” yaitu untuk memperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diadakan oleh LKP AR-RUM Yogyakarta. Peneliti sangat disambut baik oleh ibu “NU”, setelah itu peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dan ibu “KO” duduk dikursi ruang tamu beliau. Setelah peneliti dan ibu “NU” duduk dikursi ruang tamu, peneliti memohon izin untuk melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Ibu “NU” memberikan izin dan mempersilahkan untuk bertanya guna memperoleh informasi sebagai bahan penelitian. Ibu “NU” menjawab pertanyaan peneliti dengan baik dan jelas. Bahkan disela-sela wawancara peneliti dan ibu “NU” sempat berbincang-bincang agar lebih akrab lagi sehingga beliau tidak sungkan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti menanyakan mengenai hasil, dampak dan juga faktor yang menghambat dan mendukung program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan
155
oleh LKP AR-RUM. Banyak informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ibu “NU”. Setelah wawancara dianggap cukup, peneliti menyudahi wawancara pada hari tersebut. Sebelum pulang, peneliti kembali mengobrol dengan ibu “NU” agar lebih akrab. Setelah selesai mengobrol dan diberi suguhan oleh ibu “NU”, peneliti berpamitan untuk pulang. Setelah berpamitan, peneliti pulang dan meninggalkan rumah ibu “NU”.
156
Catatan Lapangan XIII Hari, Tanggal
: Minggu, 24 Juli 2016
Waktu
: 08.00-11.00 WIB
Tempat
: Titang, Sumberagung, Jetis Bantul
Kegiatan
: Wawancara Warga Belajar PKH Menjahit IV
Deskripsi Pada hari Minggu 24 Juli 2016 pada pukul 08.00-11.00 WIB peneliti datang ke Titang, Sumberagung, Jetis Bantul tepatnya rumah ibu “PO” yang merupakan warga belajar program pendidikan kecakapan hidup menjahit. Sebelumnya peneliti telah membuat janji terlebih dahulu dengan ibu “PO” sebelum peneliti datang ke rumah beliau. Tujuan peneliti datang kerumah ibu “PO” yaitu untuk memperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang diadakan oleh LKP AR-RUM Yogyakarta. Peneliti sangat disambut baik oleh ibu “PO”, setelah itu peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dan ibu “PO” duduk dikursi ruang tamu beliau. Setelah peneliti dan ibu “PO” duduk dikursi ruang tamu, peneliti memohon izin untuk melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada beliau. Ibu “PO” memberikan izin dan mempersilahkan untuk bertanya guna memperoleh informasi sebagai bahan penelitian. Ibu “PO” menjawab pertanyaan peneliti dengan baik dan jelas. Bahkan disela-sela wawancara peneliti dan ibu “PO” sempat berbincang-bincang agar lebih akrab lagi sehingga beliau tidak sungkan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti menanyakan mengenai hasil, dampak dan juga faktor yang menghambat dan mendukung program pendidikan kecakapan hidup menjahit yang dilaksanakan
157
oleh LKP AR-RUM. Banyak informasi yang peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Ibu “PO”. Setelah wawancara dianggap cukup, peneliti menyudahi wawancara pada hari tersebut. Sebelum pulang, peneliti kembali mengobrol dengan ibu “PO” agar lebih akrab. Setelah selesai mengobrol dan diberi suguhan oleh ibu “PO”, peneliti berpamitan untuk pulang. Setelah berpamitan, peneliti pulang dan meninggalkan rumah ibu “PO”.
158
Catatan lapangan XIV Hari, Tanggal
: Senin, 25 Juli 2016
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Tempat
: LKP AR-RUM
Kegiatan
: Dokumentasi
Deskripsi Pada hari Senin tanggal 25 Juli 2016 pada pukul 09.00-11.00 WIB peneliti datang ke LKP AR-RUM Yogyakarta. Tujuan penelitian datang hari ini untuk melakukan dokumentasi terkait arsip-arsip yang dibutuhkan untuk memperkuat penelitian. Peneliti sebelumnya sudah membuat janji dengan Ibu “LU” akan melakukan penelitian kembali. Saat peneliti sampai di LKP ARRUM, seperti biasa peneliti disambut begitu hangat dan ramah oleh instruktur LKP ARRUM. Peneliti akan menanyakan hal-hal yang diperlukan Ibu “LU” kemudian menunjukkan dokumen yang diminta oleh peneliti. Peneliti kali ini memperoleh informasi terkait data kepengelolaan, data kelembagaan dan data warga belajar. Selain itu peneliti meminta izin kepada pengelola untuk mengambil dokumentasi foto gedung LKP AR-RUM dan struktur keorganisasian LKP AR-RUM. Pada hari tersebut peneliti belum memperoleh seluruh data yang dicari dikarenakan ada sebagian data yang berada di administrasi dan kebetulan hari itu ibu bagian administrasi sedang ada kegiatan lain dan tidak bisa hadir di LKP AR-RUM. Setelah peneliti memperoleh beberapa dokumen yang diinginkan kemudian peneliti sedikit berbincang dengan Ibu “LU” terkait data-data yang dicari tersebut dan membuat janji untuk melengkapai data tersebut.
159
Setelah dirasa kegiatan penelitian hari tersebut cukup maka peneliti mencukupkan untuk penelitian di hari tersebut. Selanjutnya peneliti berpamitan kepada pengelola LKP AR-RUM. Peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih sebelum berpamitan. Setelah berpamitan seperti biasa peneliti kemudian meninggalkan LKP AR-RUM Yogyakarta untuk pulang.
160
Catatan lapangan XVI Hari, Tanggal
: Kamis, 27 Juli 2016
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Tempat
: LKP AR-RUM
Kegiatan
: Dokumentasi
Deskripsi Hari Kamis, 27 Juli 2016 pada pukul 09.00-11.00 WIB peneliti datang ke LKP AR-RUM Yogyakarta. Tujuan peneliti datang pada hari ini untuk melakukan dokumentasi terkait arsip-arsip yang dibutuhkan untuk memperkuat data penelitian. Peneliti sebelumnya sudah membuat janji dengan Ibu “LU” akan melakukan penelitian kembali. Saat peneliti sampai di LKP AR-RUM, seperti biasa peneliti disambut dengan hangat dan ramah oleh instruktur LKP AR-RUM. Peneliti kali ini menanyakan hal-hal yang diperlukan. Hari ini peneliti kembali berbincang dengan Ibu “CA”. Ibu “CA” kemudian menunjukkan dokumen yang diminta oleh peneliti kepada ibu “LU” selaku pengelola. Peneliti kali ini memperoleh informasi terkait dengan data sarana dan prasarana, data sumber pengelola, dan jadwal pelaksanaan. Peneliti kemudian melihat-lihat data yang diberikan. Setelah data yang dicari sudah sesuai, maka peneliti mencukupkan kegiatan penelitian pada hari tersebut. Selanjutnya peneliti sedikit berbincang kembali kepada ibu “CA”. Setelah cukup lama berbincang dan dirasa cukup peneliti kembali berterimakasih dan sekaligus berpamitan untuk kegiatan hari ini sudah cukup. Setelah berpamitan seperti biasa peneliti kemudian meninggalkan LKP AR-RUM
161
Lampiran 6. Analisis Data ANALISIS DATA (Reduksi, Penyajian, dan Kesimpulan) No. Komponen 1. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit
Pertanyaan Apa tujuan dilaksanakan program pendidikan kecakapan hidup menjahit di LKP AR-RUM?
Reduksi CA : untuk mengatasi pengangguran, memberikan keterampilan kepada ibu rumah tangga yang ingin membantu pendapatan keluarga,
Kesimpulan Tujuan dilaksanakannya program pendidikan kecakapan hidup yaitu untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat mengurangi AK : ya untuk mengatasi pengangguran pengangguran yang ada di Kota Yogyakarta. mbak salah satunya
LU : untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi dirinya khususnya dalam bidang menjahit ya untuk mengurangi pengangguran mbak Siapa saja yang terlibat CA : pastinya pengelola, instruktur dan Yang terlibat dalam persiapan, dalam persiapan, warga belajar mbak pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan kecakapan hidup
162
pelaksanaan program yaitu pengelola, instruktur, warga pendidikan kecakapan hidup belajar dan lembaga yang terkait. AK : pengelola, instruktur dan para kursus menjahit di LKP ARwarga belajar RUM?
LU : Pengelola, instruktur, warga belajar dan instansi/lembaga yang terkait Dengan media apa pihak CA : Tulisan, lisan dan praktek Instruktur memberikan pelatihan LKP memberikan pelatihan kepada warga belajar secara lisan dan itu? Apakah dengan lisan, praktik. Dalam pembelajaran pelatihan tulisan atau alat teknologi? AK : Lisan, tuklisan dan juga praktek menjahit, yang terpenting adalah dimana peserta didik mampu mbak mempraktikan secara langsung materi yang diberikan oleh instruktur. LU : Melalui materi dinamika kelompok mbak, media yang digunakan lisan, tertulis dan praktek
BI : Dengan lisan mbak, praktek juga
163
KO : Lisan, praktek dan juga diberikan modul mbak untuk mempermudah pembelajarannya
NU :Dengan media lisan memberikan kecakapan sosial
mbak,
PO : Kita diajarkan untuk komunikasi yang baik dan melalui lisan saja mbak Teknik apa saja yang CA : ceramah, tanya jawab, praktek Dalam proses pembelajaran instruktur instruktur lakukan dalam dengan bimbingan dan praktek tanpa harus bersikap demokratis. Instruktur proses pembelajaran? bimbingan memberikan tugas kepada warga belajar, bila warga belajar mengalami kesulitan saat mengerjakan praktiknya, maka instruktur langsung memberikan AK : teori dan praktek bimbingan agar mampu membuat produk dengan rapi. LU : ceramah, tanya jawab dan juga
164
praktek
BI : teori dan praktek langsung mbak
KO : ceramah, teori, praktek mbak NU : teori dan praktik mbak untuk teorinya kan kita diberi modul mbak sehingga memudahkan saya
PO : teori langsung dan juga praktek 2.
Hasil Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Menjahit
Bagaimana peningkatan teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit?
CA : warga belajar dapat meningkatkan pengetahuan menjahit baju wanita dalam hal mengambil ukuran, teori, dan praktek membuat baju wanita ya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan mbak
165
Dengan adanya program pendidikan kecakapan hidup menjahit, tingkat pengetahuan warga belajar menjadi meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya pengetahuan warga belajar dalam mengambil ukuran, membuat pola dan menjahit baju.
AK : Ada peningkatan mbak pastinya
LU : Meningkat mbak, mulai dari mengambil ukuran, membuat pola, teori, dan praktek membuat baju wanita
BI : Meningkat sekali mbak tadinya saya belum bisa mengukur, membuat pola apalagi menjahit sekarang sudah bisa mbak
KO : awalnya saya memang sudah bisa menjahit mbak tapi hanya bisa menjahit aneka lenan rumah tangga, belum bisa menjahit pakaian. Tapi, setelah saya mengikuti pelatihan menjahit ini saya bisa, mengukur badan yang benar, membuat pola, dan bisa menjahit pakaian dengan rapi mbak
166
NU : Pastinya meningkat mbak, kan saya benar-benar pemula mbak jadi belum tau apa-apa setelah mengikuti pelatihan menjahit sekarang saya sudah bisa cara mengukur, membuat pola dan juga menjahit
PO : dengan mengikuti pelatihan menjahit, pengetahuan saya tentang menjahit menjadi bertambah mbak yang tadinya belum tau apa-apa sekarang menjadi tau Bagaimana cara mengukur tingkat teori pengetahuan menjahit warga belajar setelah mereka mengikuti program pendidikan kecakapan hidup menjahit?
CA : Dengan tes teori dan juga praktek
Dalam mengukur tingkat pengetahuan warga belajar, pihak LKP menggunakan teknik ujian teori dan AK : Dilakukan tes teori dengan ujian juga praktek langsung saat pelatihan lisan untuk menerapkan rumus-rumus berjalan dan juga menggunakan metode pengamatan saat warga belajar dalam membuat pola dan juga praktek sedang menjalani pelatihan menjahit
167
LU : tes teori mbak yaitu secara lisan, seperti rumus-rumus dalam menjahit, dan praktek melalui pengamatan proses pembelajaran
BI : Melalui ujian teori dan praktek juga mbak
KO : Dengan melalui ujian teori dan hasil praktek mbak
NU : Dengan ujian mbak dan hasil praktek setelah instruktur memberikan teori kita langsung disuruh praktek mbak, nah kadang kita langsung dinilai bagaimana perkembangannya
PO : Lewat hasil praktik dan ujian juga mbak. Biasanya instruktur saat
168
memberikan penjelasan materi, kita langsung mempraktekkannya nah terkadang kita langsung dinilai perkembangannya mbak Bagaimana peningkatan pengetahuan warga belajar terkait cara mengambil ukuran dalam membuat hasil menjahit setelah mereka mengikuti pelatihan menjahit?
CA : warga belajar dapat memahami Pengetahuan warga belajar terkait cara mengambil ukuran dengan cara mengambil ukuran meningkat setelah adanya pelatihan kecakapan hidup menjahit. Dari yang AK : Sebagian warga belajar dapat belum bisa mengambil ukuran sekarang warga belajar mengetahui memahami cara mengambil ukuran cara mengambil ukuran yang benar. Meningkatnya pengetahuan tersebut membuat warga belajar berani untu LU : 100% warga belajar meningkat memproduksi hasil menjahit sendiri pengetahuannya dalam mengambil walaupun baru digunakan untuk ukuran pakaian keluarga
BI : Meningkat mbak, saya kan mulai dari nol. Sebelumnya saya tidak tahu cara mengambil ukuran yang benar bagaimana, sekarang sudah tahu dan bisa mengambil ukuran untuk membuat
169
blus sendiri dan anak
KO : meningkat mbak, saya sudah bisa menjahit namun belum tau tentang bagaimana cara mengambil ukuran yang benar dengan adanya pelatihan menjahit kemarin saya sekarang sudah dapat mengambil ukuran dengan benar
NU : Saya bisa memahami cara mengambil ukuran mbak, sekarang sudah bisa mengukur dengan benar dan sudah bisa berani menjahit untuk anak saya
PO : Saya memang sudah dapat mengambil ukuran mbak, dengan saya mengikuti kursus menjahit kemarin itu saya menjadi lebih mahir dalam mengambil ukuran, dan sudah berani mengambil ukuran untuk membuat 170
gamis Apakah setelah mengikuti CA : 100% warga belajar sudah mampu pelatihan, mereka mampu membuat pola gamis, blus, rok span dan membuat pola dalam juga kebaya menjahit? Pola apa saja yang mampu mereka buat? AK : dapat membuat pola rok, pola gamis, pola kemeja, pola blus, dan pola kebaya
LU : 100 % mereka mampu membuat pola seperti pola kebaya, pola rok, pola gamis, dan pola blus
BI : Saat ini saya sudah bisa membuat pola rok, pola kebaya, pola blus dan kemeja, dan pola gamis
KO : Warga belajar yang lainnya sudah mampu membuat pola mbak, mereka
171
Setelah mengikuti pelatihan menjahit yang diadakan di LKP AR-RUM, warga belajar mampu membuat pola dengan benar dalam menjahit. Berbagai macam pola yang sudah dibuat warga belajar antara lain pola blus/kemeja, pola gamis, pola rok dan juga pola kebaya. Peningkatan pengetahuan menjahit tersebut berdampak pada rasa percaya diri warga belajar untuk berani membuat produk sendiri meskipun hanya dipakai sendiri dan keluarga.
mampu membuat pola gamis, rok, blus dan juga kebaya
NU : Saya bisa membuat pola rok mbak, hanya saja belum bisa begitu mahir ya karena saya baru pemula mbak jadi dari nol
PO : Pastinya mampu mbak, kami selalu belajar bersama-sama bila kami tidak mengerti pasti kami selalu diberi arahan oleh instruktur. Pola yang sudah kami buat yaitu pola blus, pola kemeja, pola gamis dan juga kebaya Produk apa saja yang telah CA : warga belajar mampu membuat mereka buat saat proses gamis, kemeja, rok dan juga kebaya pembelajaaran dan setelah mengikuti pelatihan yang diberikan LKP AR-RUM? AK : blus, gamis, rok, kebaya mbak
172
Produk yang dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit yaitu rok, gamis, blus, kemeja/hem, dan kebaya. Produk yang dihasilkan warga belajar menyesuaikan dengan model perkembangan zaman saat ini.
LU : macam-macam mbak, ada blus, gamis, rok, hem, bahkan juga kebaya mbak
BI : ada rok, kebaya, hem, blus, gamis, dan kebaya mbak cuma saya belum terlalu mahir untuk membuatnya
KO : ya banyak mbak, ada rok, ada kebaya, ada gamis, ada kemeja, dan masih banyak mbak
NU : kalau saya banyak mbak, ada rok, blus, kebaya, kemeja, gamis. Tapi saya baru berani membuat untuk saya sendiri dan keluarga saya mbak, belum berani membuatkan untuk orang lain
PO : sudah banyak yang saya buat mbak
173
Dalam pembuatan produk tersebut apakah masih dalam bimbingan instruktur atau pengelola?
CA : perlahan mulai dilepas mbak supaya warga belajar dapat mandiri, tetapi bila ada warga belajar yang kesulitan/ masih bingung hiasanya bertanya via sms/ telpun
Setelah pelatihan pendidikan kecakapan hidup menjahit selesai, pihak LKP tidak memberikan bimbingan lagi terhadap warga belajar. Warga belajar membuat produk dengan mandiri tanpa bantuan pihak LKP hanya saja bila warga belajar AK : warga belajar sudah dapat mengalami kesulitan karena model di anggap sulit maka menghasilkan mencari bahan sendiri yang dan produk sendiri tanpa adanya diperbolehkan untuk bertanya lewat telpun/ sms. Selanjutnya peserta didik bimbingan dari kami mbak dibiarkan mandiri dalam membuat produk jahitan. LU : warga belajar sudah bisa menghasilkan sendiri mbak tanpa adanya bimbingan dari kami
BI : sudah tidak dibimbing lagi mbak
KO : kami pelan-pelan dilepas mbak agar kami bisa belajar mandiri
174
NU : sudah sendiri mbak, tapi kalo saya bingung dengan model yang agak rumit saya bertanya pada instruktur lewat telpun/ sms
PO : awalnya masih ada bimbingan dari instruktur mbak, tapi semakin kesini kami pelan-pelan dilepas agar bisa mandiri. Jadi sekarang sudah bisa sendiri mbak tanpa bimbingan dari instruktur lagi Apakah pihak LKP membantu pemasaran produk tersebut? Melalui media apa pihak LKP membantu dalam pemasarannya?
CA : Ya pastinya membantu mbak, hanya saja terbatas. Terbatas dengan maksud hanya membantu pemasaran saat ada pameran saja
Pihak LKP hanya membantu lewat media publik yaitu dengan memasarkan produk hasil dari warga belajar disaat ada pameran saja, selebihnya LKP AR-RUM belum membantu produk yang dihasilkan AK : membantu memasarkan bila ada warga belajar. pameran saja mbak
175
LU : dalam pemasaran dibantu LKP mbak tentunya, tetapi nila ada pameran saja. Selebihnya LKP tidak membantu
BI : belum mbak, tapi kalo ada pameran disuruh membuat rok, gamis, dan kemeja untuk dipamerkan disana
KO : di bantu pemasaran mbak melalui pameran yang kemarin diselenggarakan di LKP AR-RUM mbak
NU : melalui pameran yang diadakan mbak, bila tidak ada pameran ya tidak dibantu agar warga belajar bisa mandiri mbak
PO : membantunya melalui pameran
176
saja mbak Setelah mengikuti pelatihan, apakah warga belajar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya? Hal tersebut dapat dibuktikan dengan apa?
CA : Warga belajar dapat mengetahui Setelah mengikuti pelatihan menjahit, kelebihan dengan melihat hasil praktik warga belajar mampu memahami diri yang mereka lakukan sendiri. Warga belajar mampu mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam hal menjahit. Dengan demikian, AK : Mampu membuat produk tanpa kecakapan personal warga belajar juga bimbingan dan menerima jasa menjahit meningkat setelah adanya program pelatihan menjahit pakaian
LU : dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan ya dengan melihat hasil produk yang telah dibuat
BI : mengetahui kekurangan yaitu dengan cara membuat pola belum lancar mbak, kalau untuk kelebihan saya sudah dapat mengukur dengan benar
KO : kalau kelebihan pasti sudah jelas
177
mbak, saya bisa menjahit. Kalau untuk kekurangan mungkin masih belum berani mengukur badan orang lain mbak
NU : sudah lancar menjahit dan membuat pola, untuk kekurangannya belum lancar membuat krah
PO : kelebihannya jelas bisa menjahit mbak, kekurangannya belum lancar dalam memotong Bagaimana bentuk motivasi CA : setiap di sela-sela pembelajaran yang diberikan oleh pihak kami memberikan motivasi dan juga LKP AR-RUM memberikan materi kewirausahaan mbak semangat terhadap warga belajar?
Bentuk motivasi yang diberikan oleh pihak LKP AR-RUM dalam meningkatkan semangat warga belajar dilakukan banyak hal. Salah satu bentuk motivasi yaitu dengan LU : dengan dibentuk kelompok belajar memberikan semangat untuk berani usaha mbak yang setiap bulannya maju dan berkembang, selain itu dibentuk kelompok belajar usaha mengadakan pertemuan dengan tujuan agar warga belajar yang telah selesai program mampu
178
BI : sangat semangat mengikuti menjadikan ladang untuk membuat pelatihan menjahit ini mbak, karena sebuah usaha jahit. saya ingin membantu ekonomi keluarga saya
KO : diberi alat dan bahan menjahit mbak
NU : diberi semangat mbak kalo kami semua pasti bisa menjahit untuk menambah penghasilan keluarga
PO : diberikan materi tentang kewirausahaan mbak, itu yang membuat saya semangat Apakah motivasi yang CA : motivasi secara keseluruhan mbak, diberikan terhadap warga agar warga belajar termotivasi untuk belajar secara personal atau membuka usaha keseluruhan? Dan apa
179
Motivasi yang diberikan oleh pengelola dan instruktur saat pembelajaran berlangsung dilakukan secara keseluruhan. Tidak membedabedakan antara peserta satu dengan
tujuan motivasi tersebut?
AK : personal dan keseluruhan mbak, peserta yang lain. Tujuan pemberian motivasi diberikan untuk mendukung motivasi secara keseluruhan yaitu agar dalam pengembangan moral tidak adanya kecemburuan sosial antara warga belajar. Motivasi yang diberikan juga bertujuan agar peserta LU : secara keseluruhan mbak agar didik mampu membuka usaha peserta didik dapat termotivasi untuk menjahit sendiri setelah mengikuti pelatihan. membuka usaha
Dalam memberikan latihan kecakapan berkomunikasi apakah dilakukan secara bersamaan saat pelatihan berlangsung atau ada waktu tersendiri seperti di akhir atau di awal pertemuan?
CA : diawal pelatihan dan didalam Dalam memberikan pelatihan proses pembelajaran mbak kecakapan berkomunikasi, instruktur memberikannya ada yang diawal, diproses pembelajaran dan di akhir AK : kalo saya dilakukan secara pembelajaran. Tetapi lebih efektif bila diberikannya saat awal sebelum proses bersamaan mbak diwal pertemuan pembelajaran karena dapat membantu daya ingat dan meningkatkan semangat untuk melakukan proses LU : sebenarnya tidak ada salahnya pembelajaran mbak kalo mau dilakukan diawal, diproses pembelajaran, atau di akhir. Beda instruktur pasti juga berbeda cara mengajarnya, ada yang diawal dan di
180
tengah-tengah proses pembelajarannya, ada yang dilakukan bersamaan jadi berbeda mbak. Apabila saya ikut turun dalam mengajar saya biasanya memberikan kecapakan berkomunikasi itu saat awal sebelum proses pembelajaran berlangsung, karena saya ingin warga belajar komunikatif Bagaimana perubahan yang terjadi terhadap warga belajar setelah mengikuti program mengenai rasa percaya diri dalam memberikan jasa atau membuat produk yang mereka miliki dan rasa menghargai satu salam lain baik antara konsumen maupun sesama penjahit yang ada dilingkungannya?
CA : rasa percaya diri mereka Perubahan yang terjadi terhadap warga meningkat mbak tetapi tetap bisa belajar setelah mengikuti program menghargai sesama penjahit yaitu rasa percaya diri yang semakin meningkat didalam membuat sebuah produk AK : mereka semakin percaya diri mbak dalam mengembangkan potensinya
LU : mereka percaya diri mbak dengan berani membuka usaha jasa menjahit dirumahnya
BI : saya baru berani membuat pakain
181
jadi untuk keluarga saja mbak, belum berani buka usaha jahit dirumah
KO : percaya diri meningkat mbak saya berani membuat kebaya meski hanya untuk keluarga
NU : rasa percaya diri saya meningkat mbak, saya berani buka usaha jahit dirumah dan hasilnya lumayan
PO : saya berani membuka usaha jahit sendiri mbak meski kakak saya sudah membuka jasa jahit dibelakang rumah saya, tapi kami tetap menghargai satu sama lain Bagaimana perubahan CA : instruktur selalu memberikan kecakapan vokasional yang pengarahan mbak, kemudian warga terjadi pada warga belajar belajar juga selalu mengembangkan setelah mengikuti pelatihan,
182
Kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajarsetelah mengikuti pelatihan menjahit menjadi semakin meningkat. Mereka berani
khususnya berwirausaha?
dalam sesuai dengan kreatifitasnya
bersemangat untuk membuka usaha jahit sendiri dirumahnya. Keberhasilan program ini tidak lepas dari konsistensi AK : selalu memberikan pengarahan yang diberikan oleh instruktur dan mbak, tapi warga belajar diberi pengelola LKP AR-RUM dalam tanggung jawab untuk menyelesaikan menyelenggarakan program teori dan praktek
LU : warga belajar bahwa warga belajar semakin mandiri dan yakin dalam mengembangkan usahanya dibidang menjahit
BI : warga belajar kita diberi tanggung jawab untuk mengikuti proses pelatihan dan menyelesaikan praktik
KO : semakin bersemangat mbak dalam mengembangkan usaha jahit saya, karena pengalaman pelatihan kemarin
183
sudah banyak
NU : dengan adanya pelatihan menjahit kemarin saya menjadi sangat bersemangat mbak
PO : saya belum berani membuka usaha mbak, baru untuk keluarga saja Dalam proses pembelajaran, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar apakah sudah terlaksana semua? Dengan apa pihak LKP mengetahui bahwa SK dan KD terlaksana semua?
CA : sesuai SK dan KD yang telah Proses pembelajaran pendidikan dibuat kecakapan hidup menjahit yang dilakukan oleh instruktur dan pihak LKP sudah sesuai dengan SK dan KD AK : sudah terlaksana, dengan melihat yang telah ditentukan sebelumnya. hasil kerja warga belajar
LU : 90 % tercapai mbak, melalui pengamatan tes lisan dan juga praktek
184
3.
Dampak program Apakah ada peningkatan pendidikan keuangan yang diperoleh kecakapakan hidup setelah mengikuti pelatihan? menjahit Bukti peningkatan dengan apa?
BI : saya belum berani buka usaha menjahit mbak, saya hanya membuat pakaian untuk keluarga saja sehingga belum terlihat peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran berkurang karena tidak membeli pakaian lagi mbak
Ada beberapa warga belajar yang sudah mengalami peningkatan keuangan setelah mengikuti pelatihan menjahit, namun ada juga warga belajar yang belum mengalami peningkatan keuangan tetapi jumlah pengeluaran untuk rumah tangga menjadi berkurang. Dengan berkurangnya jumlah pengeluaran juga berdampak baik dalam KO : ada peningkatan keuangan tapi ya akan musiman mbak, seperti sekolahan, perekonomian keluarga, karena uang lebaran atau seragam kantoran dan saya yang digunakan untuk membeli pakaian bisa dimanfaatkan untuk juga menerima reparasi apapun kebutuhan rumah tangga yang lainnya. NU : belum berani membuka usaha jahit, hanya membuat pakaian untuk keluarga saja sehingga belum adanya peningkatan keuangan, tetapi jumlah pengeluaran menjadi berkurang karena bisa membuat baju unuk keluarga sendiri
185
PO : ada mbak, karena saya tinggal di lingkungan yang belum ada penjahit sehingga orang-orang menjahitkan bajunya ke saya mbak Apakah ada perubahan pada kepedulian sosial setelah mengikuti pelatihan? Contohnya seperti apa?
BI : kalo menurut saya ada mbak, karena saya mampu membantu keluarga saya bila mau menjahit kain walaupun saya belum berani membuka usaha jahit
Perubahan kepedulian sosial yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti pelatihan yaitu mereka mampu membantu keluarga, teman, dan masyarakat disekitarnya. Rasa ingin berbagi ilmu juga mulai muncul KO : saya sebenarnya ingin membagi dalam diri mereka meskipun mereka ilmu menjahit yang saya miliki terhadap belum mampu merealisasikannya ibu-ibu sekitar sini yang menganggur mbak, tapi mereka sulit untuk diajak belajar bsersama
NU : dapat membantu teman dan juga masyarakat disini mbak bila ada yang mau menjahitkan kain
PO : ada mbak, ingin dapat membantu
186
keluarga, teman dan tetangga bila mereka mau menjaitkan dan dapat membantu meringankan kebutuhan ekonominya 4.
Faktor pelaksanaan Apa saja faktor penghambat CA : warga belajar jumlahnya terbatas pendidikan kecakapan pelatihan menjahit? mbak, ada warga belajar yang usianya hidup menjahit 51 tahun sehingga dalam memberikan materi harus pelan-pelan mbak, saya harus sabar mbak dalam memberikan materi karena kemampuan warga belajar kan berbeda-beda
Faktor penghambat pelatihan yaitu usia warga belajar yang tidak sama mempengaruhi proses pembelajaran karena pembelajaran orang dewasa berbeda dengan pembelajaran anakanak. Selain itu faktor penghambat lainnya yaitu warga belajar masih kurang percaya diri dalam mengikuti pelatihan karena kemampuan yang AK : dalam memberikan materi harus terbatas. ekstra sabar mbak, ya karena yang mengikuti pelatihan ini tidak seumuran semua. Kemampuan warga belajar sendiri juga berbeda-beda kan mbak? Saya sendiri juga bukan lulusan tata busana mbak
LU
187
: kemampuan setiap individu
berbeda mbak
BI : dalam menjahit saya belum bisa begitu rapi mbak, yah maklum saja saya kan mulai dari nol, terkadang saya membutuhkan semangat dan juga arahan dari instruktur
KO : kemampuan warga belajar berbeda mbak, jadi kalo saya sudah paham nanti teman yang lain belum paham
NU : fasilitasnya ada yang kurang mbak, seperti mesin obras
PO : lambat mbak dalam menerima materi yang diberikan instruktur
188
Apa saja faktor pendorong CA : adanya dukungan dari seluruh pelatihan menjahit? staff LKP AR-RUM, tersedianya alat dan bahan yang lengkap, adanya dukungan dari dinas, dukungan dari masyarakat, adanya minat dari warga belajar, adanya motivasi, tersedianya instruktur yang berkopenten, adanya dukungan dari instansi/lembaga terdekat, adanya kemampuan dan kreativitas dari warga belajar
AK :adanya dukungan dari seluruh anggota LKP, dukungan dari pengelola LKP, adanya dukungan dari lembaga terkait, adanya dukungan sesama instruktur, adanya motivasi warga belajar, adanya keinginan warga belajar untuk menambah ilmu
LU
189
: tersedianya bahan dan alat,
Faktor pendorong pelatihan yaitu adanya motivasi yang tinggi dari dalam diri warga belajar, dan semangat yang diberikan oleh instruktur. Adanya dukungan dari keluarga dan pihak juga membantu dalam terselenggaranya program pelatihan menjahit
instruktur yang berkompeten dibidang menjahit, adanya dukungan dari lembaga dan instansi-instansi lainnya, instuktur memiliki motivasi yang kuat untuk membagi ilmu, memotivasi warga belajar untuk menambah ilmu menjahit, proses belajar yang demokratis dan menyenangkan
BI : dalam menyampaiannya materi dan praktiknya mudah dipahami oleh warga belajar lainnya
KO : ingin mendapatkan sertifikat menjahit dan ingin membuka usaha jahit dirumah
NU :ingin belajar menjahit dan adanya dukungan dari suami
190
PO : ingin bisa menjahit mbak, biar bisa buka usaha jahit dirumah
191
Lampiran 7. Dokumentasi Foto
Gambar 3. Gedung LKP AR-RUM tampak depan
Gambar 4. Gedung LKP AR-RUM tampak dalam
Gambar 5. Ruang Sekretariat LKP AR-RUM
192
Gambar 6. Mesin Jahit yang digunakan warga belajar
Gambar 7. Proses penggambaran pola jahit
Gambar 8. Proses pembelajaran teori menjahit
193
Gambar 9. Proses pembelajaran praktek menjahit
Gambar 10. Warga belajar menjahit blus
Gambar 11. Shoorum LKP AR-RUM
194
Gambar 12. Hasil Produk Warga belajar
Gambar 13.Warga belajar mampu membuka usaha mandiri
Gambar 14. Usaha Jahit warga belajar
195
Gambar 15.wirausaha warga belajar yang menerima jahitan dirumah
Gambar 16. Warga belajar sedang menjahit blus pelanggan dirumah
196
Gambar 17. Hasil jahitan gamis dan blus warga belajar dirumah
Gambar 18. Hasil produk gamis warga belajar dirumah
197
Gambar 19. Hasil jahit warga belajar dirumah untuk keluarga sendiri
198
Lampiran 8. Daftar Warga Belajar Pelatihan Menjahit DAFTAR WARGA BELAJAR PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP MENJAHIT No.
Nama
Alamat
1
BI
Jl. Solo KM 8 Dewan Maguwoharjo
2
KO
Pandeansari Blok 1 Concat
3
YIS
Gondokusuman, Baciro, Yogyakarta
4
NU
Tempel, Wirogunan Yogyakarta
5
TW
Jl. Sanggrahan, Baciro, Yogyakarta
6
SW
Gambir Sawit, Pandeyan, Kota Gede
7
PO
Titang, Sumberagung, Yogyakarta
8
S
Jl. Ki Mangun Sarkoro, Pakualaman, Yogyakarta
9
YA
Jl. Timoho, Yogyakarta
10
UR
Jl. Soga Gleban, Umbulharjo, Yogyakarta
199
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian
200
201