PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK DALAM MENYIKAPI DAMPAK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI MTS WATHONIYAH ISLAMIYAH KARANGDUWUR PETANAHAN KEBUMEN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh: Novan Fadrizal Fahmi NIM 09470167
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
MOTTO
ان مِن َق ْب ِل أَن ِ َف َت ٰعلَى اللَّـ ُه ا ْل َملِ ُك ا ْل َح ُّق ۗ َو ََل َت ْع َجلْ ِبا ْلقُ ْر َء ض ٰ ٰٓى إِلَ ْي َك َو ْح ُي ُهۥ ۖ َوقُل َّر ِّب ِزدْ نِى عِ ْل ًما ﴿طه َ ُي ْق Artinya : Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesagesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thoha ayat: 114)1
1
Departemen Agama RI, AL Qur’an dan terjemah ( Al Qur’an Al karim), (Bandung: 2009, Syaamil Qur’an), hlm.
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini aku Persembahkan kepada: Almamaterku Tercinta Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi guru teladan bagi seluruh umat manusia dan menunjukan jalan yang benar. Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Bagi Anak Dalam Menyikapi Dampak Perkembangan Teknologi di MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen”, penulis menyadari banyaksekali mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak. Dr. Ahmad Arifi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak. Dr. Subiyantoro, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak. Zainal Arifin, S.Pd.I, M.SI. Selaku Sekertaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
3. Bapak. Prof. Dr. H. Abdul Munil Mulkhan, SU, selaku penasehat akademik penulis. 4. Bapak. Drs. Edi Yusuf Nur SS, M.Si, selaku pembimbing skripsi, 5. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6. Kedua orang tua, ayahanda Amri Sutarmin dan ibunda Romelah (Almarhumah) yang tak pernah lelah mengingatkan dan memberi dorongan penulis untuk semangat menyelesaikan skripsi ini. 7. Adik-adiku tercinta Febrian Seti Aji dan Adita Abdul Chakim yang banyak mendukung, memotivasi pada penulisan skripsi ini. 8. Kawan-kawan seperjuangan
yang menyadarkan tentang arti
sebuah
persahabatan KI-D angkatan 2009. 9. Teman-teman KI, organisasi IKAPMAWI, organisasi IMAKTA, Sanggar Ilir, yang memberikan pelajaran tidak ternilai dan motivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10. Segenap keluarga besar MTs Wathoniyah Islamiyah yang sangat membantu terhadap terselesaikannya skripsi ini. 11. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam pengantar ini. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan.
viii
Semoga amal baik baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan limpahan rahmat dari-Nya, Amin.
Yogyakarta, 19 Agustus 2016 Penulis,
Novan Fadrizal Fahmi NIM. 09470167
ix
ABSTRAK NOVAN FADRIZAL FAHMI. Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Bagi Anak Dalam Menyikapi Dampak Perkembangan Teknologi di MTs Wathoniyah Islamiya Karangduwur Petanahan Kebumen : Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Latarbelakang penelitian ini adalah bahwa belum lama ini penulis melihat kondisi dimana anak-anak banyak tergerus akhlaknya akibat perkembangan teknologi, teknologi memberi dampak yang tidak baik ditambah lagi dengan kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka, seakan-akan mereka bebas bermain. Sebagai contoh ketika anak melihat acara televisi di waktu mahrib mereka lebih memilih untuk melihat acara televisi daripada harus beribadah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar orang tua siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan triangulasi, triangulasi sumber, triangulasi waktu dan, triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukan: 1. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan teknologi menjadi kendala utama pendidikan bagi anak. 2. Kedekatan antara orang tua dan anak memberi dampak kurang baik bagi proses pembelajaran akhlak bagi anak di rumah. 3. orang tua sesungguhnya sudah memberikan nasehatnasehat yang baik serta memeriksa dan memantau kegiatan anak baik di rumah maupun di madrasah, mengajarkan tentang berperilaku baik. Mengajarkan bagaimana berakhlak kepada ALLAH, berakhlak kepada Rasulullah, berakhlak kepada orang tua, berakhlak kepada diri sendiri dan berakhlak kepada orang lain sejak dini.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………
i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ………………………………...
ii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………
iii
HALAMAN SURAT PENGESAHAN ………………………………...
iv
HALAMAN MOTO …………………………………………………….
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………..
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ……………………………………
vii
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………..
x
HALAMAN DAFTAR ISI ……………………………………………...
xi
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………….
1
A. B. C. D. E. F. G. H.
Latar Belakang Masalah …………………………………. Rumusan Masalah ………………………………………... Tujuan dan Manfaat………………………………………. Ruang Lingkup …………………………………………… Kajian Pustaka ……………………………………………. Landasan Teori …………………………………………… Metode Penelitian ………………………………………… Sistematika Pembahasan ………………………………….
1 4 4 5 6 9 33 37
BAB II : GAMBARAN UMUM ……………………………………….
39
Sejarah …………………………………………………………. Profil lembaga …………………………………………………. Letak dan Keadaan Geografis …………………………………. Sarana dan Prasarana ………………………………………….. Pendidik dan Tenaga Pendidik ………………………………… Siswa …………………………………………………………… Kegiatan Belajar ……………………………………………….. Keuangan ……………………………………………………….
39 43 46 47 53 54 57 59
A. B. C. D. E. F. G. H.
BAB III : PEMBAHASAN ……………………………………………
63
A. Peranan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Teknologi Khususnya (Telepon Seluler) di MTs Wathoniyah Islamiyah ………………………………… 63 B. Kendala Yang di Hadapi Orang Tua Untuk Menghadapi Dampak Perkembangan Teknologi Terutama Terhadap Akhlak Anak….. 72 C. Solusi Atau Jalan Keluar Orang Tua Untuk Menghadapi Perkembangan Teknologi Yang Terjadi dan Memberikan Pendidikan Akhlak Bagi Anak ………………………………… 74
BAB IV : PENUTUP …………………………………………………..
81
A. Kesimpulan ……………………………………………………. B. Saran-saran …………………………………………………….. C. Kata Penutup ……………………………………………………
81 82 83
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………..
87
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah Dewasa ini, setidaknya eksistensi iptek dalam suatu masyarakat merupakan kekayaan budaya yang penting bukan hanya bagi masyarakat yang bersangkutan, tetapi juga untuk seluruh umat manusia. Darimana asal muasal suatu teknologi baru ( the origin of new technology ) masih merupakan ajang perdebatan dan sebagai subjek penelitian yang menarik. Persoalan yang belum tuntas jawabannya adalah menjawab pertanyaan apa yang membangkitkan kreativitas seorang individu. Walaupun jawaban pasti belum di ketahui, ada satuhal yang paling penting untuk kita cermati bersama, yaitu bahwa dalam bidang pengembangan iptek yang kita lakukan, kita menjelajahi dunia yang belum kita ketahui ( we are exploring the unknown ). Oleh karena itu, kemajuan dalam iptek ini akan sangat ditentukan oleh keberadaan kebudayaan yang menghidupkan dan mendukung semangat untuk mengekplorasi dunia yang belum di ketahui itu. Dan inilah yang di namakan “melakukan penelitian” atau “meneliti” hal ikhwal penelitian ini biasanya di sebut riset.2 Eksistensi iptek dalam suatu masyarakat merupakan kekayaan budaya yang penting bukan hanya bagi masyarakat yang bersangkutan, tetapi juga untuk seluruh umat manusia. Persoalan mendasar dalam hal ini bukanlah ada atau tidak adanya
2
Rahardi Ramelan, Teknologi dan Masyarakat, (Bandung: CV. LUBUK AGUNG, 2008 ), hlm.9.
1
2
organisasi secara legal-formal, tetapi apakah telah tumbuh dan berkembang organisasi dengan semangat serta perilakunya yang sesuai dengan persyaratanpersyaratan untuk tumbuh dan berkembangnya suatu kehidupan akademis sebagai landasan berkembangnya iptek. Teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusia. Kemandirian satu bangsa hanya bisa di capai kalau masyarakatnya menguasai teknologi. Suatu bangsa di katakana maju antara lain bila semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk dan semakin tinggi tingkat kesehatan penduduk seperti antara pendapatan penduduk dan semakin merata pendistribusiannya. Selain itu suatu bangsa dapat dikatakana semakin mandiri bila bangsa tersebut semakin mampu mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain
dengan
kekuatannya
sendiri.
Sejalan
dengan
upaya
tersebut,
maka
pendayagunaan sumber daya manusia yang kita miliki serta pemanfaatan iptek yang kita kuasai di fokuskan untuk pengembangan industi nasional utamanya kegiatan rekayasa dan inovasi baik dalam teknologi manufaktur maupun teknologi produk. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat makin di pengaruhi oleh hasilhasil innovasi, penguasaan teknologi dan penerapan pengetahuan (knowledge). Tidak di sangkal lagi bahwa pengembangan kemampuan iptek menjadi salah satu factor dominan bagi negara manapun untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kemakmuran rakyat, serta melindungi kepentingan dan kedaulatan negara.
3
Kita masih harus berjuang keras dalam pengembangan kemampuan iptek, karena menghadapi beberapa permasalahan utama antara lain masih terbatasnya kemampuan untuk menggunakan dan atau memodifikasi teknologi, terbatasnya sumber daya manusia yang cukup, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya, dan terbatasnya anggaran dari pemerintah yang tersedia untuk kegiatan penelitian dan pengembangan, sedangkan peran serta swasta dan kalangan industri belum berjalan secara optimal. Pada tingkatan operasional, sistem dan kelembagaan dalam pengembangan kemampuan iptek diperkirakan belum memenuhi kebutuhan minimal yang dipersyaratkan agar proses pengembangan kemampuan iptek berjalan secara efektif dan efisien. Sedangkan konsep penanganan secara parsial baik dalam subtansi maupun dimensi waktunya, sulit diharapkan untuk membuahkan hasil nyata.3 Kemudian
berlanjut
terhadap
perkembangan
teknologi
komunikasi.
Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah sistem komunikasi yang analog menjadi dijital. Dengan sistem dijital ini telah meningkatkan kinerja sistem jauh lebih baik dari sistem analog. Seiring dengan kemajuan sosial ekonomi masyarakat menurut adanya mobilitas dari manusia yang semakin tinggi. Juga di landasi oleh adanya kendala dalam pengembangan sistem wireline akibat kondisi alam, maka di kembangkan sistem seluler. Sistem seluler ini merupakan pengembangan sistem wireline, dimana pada wireline propagasi/transmisi sinyal melalui kabel maka pada wireles melalui propagasi udara.
3
Rahardi Ramelan, Teknologi dan Masyarakat, (Bandung: CV. LUBUK AGUNG, 2008 ), hlm.129-130.
4
Perkembangan teknologi komunikasi nirkabel (wireless) dewasa ini sangat pesat sekali. Teknologi komunikasi nirkabel generasi 2,5 (2,5G) dan generasi 3 (3G) seperti global system for mobile communication/general packet radio service (GSM/GPRS), dan code division multiple access 2000 (cdma 2000), telah dapat berkomunikasi tidak hanya untuk suara (voice) tetapi juga untuk data, gambar dan video. Sukses penggunaan penggunaan komunikasi nirkabel GSM/GPRS dan cdma 2000 telah mendorong pengembangan teknologi menuju kearah yang lebih baik dalam hal kapasitas, kecepatan, kualitas, dan lembar bandwidth.4 A. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan orang tua terhadap akhlak anak yang berkaitan dengan perkembangan teknologi khususnya (telepon seluler) di MTs Watoniah Islamiyah? 2. Apa saja kendala orang tua untuk menghadapi dampak perkembangan teknologi terutama terhadap akhlak anak? 3. Bagaimana jalan keluar orang tua untuk menghadapi perkembangan teknologi yang terjadi dan memberikan pendidikan akhlak bagi anak? B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi orang tua sebagai penanggung jawab
4
pendidikan akhlak anak dalam
Gunawa Wibisono, Dkk, Konsep Teknologi Seluler, (Bandung : penerbit INFORMATIKA) hlm.1.
5
menyikapi perkembangan teknologi. Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Secara teoritis. a. Untuk mengetahui peran orangtua terhadap akhlak anak di MTs Watoniyah Islamiyah. b. Untuk mengetahui berbagai kendala yang di hadapi orang tua dalam mengontrol akhlak anak yang terdampak perkembangan teknologi di MTs Watoniyah Islamiyah. c. Untuk mengetahui langkah yang diambil orang tua dalam perannya terhadap akhlak anak kaitanya dengan perkembangan teknologi. 2. Secara praksis, bermanfaat bagi: a. Mahasiswa, sebagai salah satu syarat kelulusan pada tingkat Strata I di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, serta dapat dijadikan sebagai tambahan dalam khasanah keilmuan dalam budaya intelektual. b. Pendidik, khususnya pendidik yang terjun di dunia madrasah, sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan akhlak peserta didik. C. RUANG LINGKUP PENELITIAN Untuk memudahkan pembahasan ini, maka peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yang mana sasarannya di fokuskan pada peserta didik yang menggunakan alat komunikasi telepon seluler (gad get) di MTs Watoniyah Islamiah,
6
serta orang tua sebagai penanggung jawab peserta didik di MTs Watoniyah Islamiyah Karangduwur, Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah. D. KAJIAN PUSTAKA Peneliti telah melakukan telaah pustaka untuk menghindari terjadinya pengulangan dan juga untuk membatasi wilayah penelitian. Dari beberapa telaah pustaka tersebut, peneliti menemukan beberapa judul skripsi yang relevan, antar lain: 1. Skripsi yang ditulis oleh Eva Rusdamayanti, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga tahun 2003 dengan judul “Peran Orang Tua Terhadap Pengenalan Sains dan Teknologi Pada Anak Pra Sekolah”. Dalam skripsi ini, Eva Rusdamayanti meneliti tentang bagaimana peran orang tua terhadap anak supaya orang tua tidak ketinggalan tentang perkembangan sains dan teknologi untuk terus menggali informasi yang bisa di terapkan dalam pembelajaran anak serta mengenalakan beberapa metode baru dalam proses pengenalan sains dan teknologi dalam bentuk bermain.5 Relevansi dengan penelitian ini adalah terletak pada peran orang tua terhadap pengetahuan teknologi. Jika penelitian saudari Eva Rusdamayanti menjelaskan peran orang tua terhadap pengenalan sains dan teknologi pada anak pra sekolah sedangkan penelitian ini menjelaskan peran orang tua terhadap 5
Eva Rusdamayanti, “Peran Orang Tua Terhadap Pengenalan Sains dan Teknologi Pada Anak Pra Sekolah”, skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003, hlm.
7
pendidikan akhlak bagi anak dalam menyikapi dampak perkrmbangan teknologi di MTs WI. Dengan subjek dan metode yang sama yaitu orang tua dengan metode penelitian kualitatif. 2. Skripsi yang di tulis oleh Ayu Hardika Kusuma Jati, dengan judul “Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Sikap Anak Terhadap Teknologi Internet Di Sonosewu Kelurahan Ngestiharjo Bantul Yogyakarta”. Dalam skripsi ini, Ayu meneliti tentang hubungan perhatian orang tua dengan sikap anak terhadap perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, agar anak-anak tidak terjerumus dengan hal-hal yang negatif yang di timbulkan oleh media internet serta hubungan perhatian orang tua berpengaruh terhadap sikap anak terhadap teknologi internet sikap perhatian orang tua yang tinggi seperti selalu memberikan pengawasan yang lebih, serta orang tua juga mengetahu dampak positif dan negatifnya.6 Relevansi dengan penelitian ini terletak pada peran orang tua terhadap sikap anak terhadap perkembangan teknologi. Jika penelitian saudari Ayu Hardika Kusuma Jati menjelaskan tentang hubungan perhatian orang tua dengan sikap anak terhadap teknologi internet sedangkan penelitian ini menjelasakan peran orang tua terhadap pendidikan akhlak bagi anak dalam menyikapi dampak perkrmbangan
6
Ayu Hardika Kusuma Jati “Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Sikap Anak Terhadap Teknologi Internet Di Sonosewu Kelurahan Ngestiharjo Bantul Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
8
teknologi di MTs WI. Dengan subjek dan metode yang sama yaitu orang tua dengan metode penelitian kualitatif. 3. Skripsi Desi Kumala Sari dengan judul “Kerjasama Guru dan Orang Tua Dalam penanaman Akhlak Anak Di SMP 4 Yogyakart”. Skripsi ini menjelaskan bahwa bagaimana peran antara guru dan orang tua untuk membentuk akhlak anak, dalam hal ini guru sebagai pendidik yang menjadi pengganti orangtua di sekolahan dituntut harus mengajarkan akhlak kepada anak didiknya serta orang tua si anak untuk mendidik anaknya tentang akhlak di rumah, dan kesinambungan antra peran keduanya untuk membentuk anak yang berakhlak baik itu dalam proses belajar di sekolah ataupun di kehidupan sehari-hari.7 Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang peran orang tua terhadap akhlak anak. Jika penelitian saudri Desi Kuma Sari menjelaskan kerjasama guru dan orang tua dalam penanaman akhlak anak sedangkan penelitian ini menjelaskan peran orang tua terhadap pendidikan akhlak bagi anak dalam menyikapi dampak perkrmbangan teknologi di MTs WI. Dengan subjek dan metode yang sama yaitu orang tua dengan metode penelitian kualitatif.
7
Desi Kumala Sari “Kerjasama Guru dan Orang Tua Dalam penanaman Akhlak Anak Di SMP 4 Yogyakart” Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
9
Dengan ini penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan sebagai pelengkap dan pembaharu. Pelengkap untuk melengkapi penelitian yang sama-sama meniliti tentang peran orang tua terhadap akhlak anak. Dan pembaharu untuk penelitian tentang berbagai kendala yang di hadapi orang tua dan guru di MTs Watoniyah Islamiyah dalam mengetahui akhlak anak yang terdampak perkembangan teknologi. Karena penulis lihat, masih jarang sekali yang mengangkat penelitian tentang kendala yang terjadi di kalangan orang tua murid ini, sehingga secara nyata belum di mengerti seberapa besar dampak yang di timbulkan dalam perkembangan teknologi terkait akhlak anak.
E. LANDASAN TEORI Landasan teori berisi tentang teori-teori yang relevan dengan topik yang akan di teliti: 1. Madrasah Dalam sejarah Islam, madrasah sudah menjadi fenomena yang menonjol sejak awal abad 11-12 M (abad ke-5 H), khususnya ketika Wazir Bani Saljuk, Nidzam al-Mulk mendirikan madrasah Nidzamiyah di Baghdad. Sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi‟ah, menyediakan tenaga tenaga pengajar dari
kalangan sunni
dan
10
menyebarkannya ke berbagai daerah, serta membentuk kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantor, khususnya di bidang peradilan dan manajemen. Pada abad pertengahan, madrasah Nidzamiyah kemudian dipandang sebagai lembaga pendidikan par exellence dan menjadi trend di hampir seluruh wilayah kekuasaan Islam. Secara historis, dalam kajian yang lebih terfokus pada madrasah Nidzamiyah periode pertenghan di Baghdad, George Makdisi mengungkapkan bahwa akar sejarah pertumbuhan madrasah dalam dunia Islam melewati tiga tahap, yaitu: (1) Tahap Masjid, (2) Tahap Masjid Khan, dan (3) Tahap Madrasah. Tahap masjid berlangsung terutama pada abad ke delapan dan sembilan. Masjid yang di maksud dalam konteks ini adalah masjid yang selain di gunakan sebagai tempat shalat berjama‟ah juga di gunakan sebagai majlis taklim (pendidikan).8 Tahap kedua adalah lembaga masjid khan, yaitu masjid yang dilengkapi dengan bangunan khan (asrama atau pondok) yang masih bergandengan dengan masjid. Berbeda dengan masjid biasa, masjid khan menyediakan tempat penginapan yang cukup representatif bagi para pelajar
yang datang
dari
berbagai
kota.
Tahap
ini
mencapai
perkembangan yang sangat pesat pada abad ke-10.
8
r. Ainurrafiq Dawam, M.Ag, Manajamen Madrasah Berbasis Pesantren, ( Yogyakarta, Listafariska Putra, 2005) hlm. 31.
11
Sedangkan tahap ketiga adalah madrasah yang khusus diperuntukkan bagi lembaga pendidikan. Pada tahap ini, madrasah yang pada umumnya terdiri dari ruang belajar, ruang pondokan, dan masjid, telah berhasil mengintegrasikan kelembagaan masjid biasa (tahap pertama) dengan masjid khan (tahap kedua). Demikianlah, lembaga pendidikan Islam yang sebelumnya banyak dilakukan di masjid-masjid dan kuttab-kuttab ini terus mengalami penyesuaian. Madrasah terus meluas dan berkembang sejalan dengan perkembangan zaman berikut ragam perubahan yang di implikasikannya. Akan hal ini, Maksum dalam Madrasah, Sejarah,dan Perkembangannya (1997), menegaskan bahwa setidaknya ada dua faktor yang sangat berpengaruh bagi awal perkembangan madrasah. Pertama, perhatian dan peran aktif penguasa. Tidak bisa dipungkiri bahwa keterlibatan pemerintah memiliki andil yang cukup besar bagi perkembangan dan kemajuannya. Sejarah mencatat, perhatian yang besar dari para pemimpin seperti Nidzam Al-Mulk (456-485 H/ 1063 M), Nur Al-Din Zanky (541-569 H/ 1146-1174 M), Shalahuddin Al-Ayyubi (564589 H/ 1169-1193 M), dan Muntansir Billah ( 623-640 H/ 1226-1242 M), menjadi salah satu faktor determinan bagi tersebar luasnya madrasah di berbagai daerah.9
9
Ibid. hlm. 31.
12
Kedua, perhatian yang besar dari para saudagar, ulama, dan elemen masyarakat lainnya. Tidak sedikit dari mereka yang mendirikan madrasah dengan model dan setandard yang relatif sama dengan madrasah yang didirikan oleh para penguasa pada zamannya. Dalam hal ini, Al-Azzawi mencatat bahwa pada masa Bani Saljuk terdapat lebih dari tigapuluh madrasah yang didirikan oleh mereka yang tidak memiliki kaitan dengan pemerintah. Demikian juga Ahmad Syalabi, dari hasil penelitiannya, dia menemukan sedikitnya ada enam belas madrasah pada masa Dinasti Ayyubiyah yang didirikan oleh perorangan. Fenomena
ini
menunjukan,
bagaimana
sinergi
antara
pihak
pemerintah dengan swasta pada awal perkembangan madrasah menjadi sebuah kekuatan yang sangat kuat bagi kemajuan dan perkembangan madrasah. Tanpa perhatian dan partisipasi keduanya, berharap agar madrasah menjadi sebuah lembaga pendidikan
yang maju dan
berkembang adalah sesuatu yang sangat utopis. Disinilah semestinya kita belajar dari awal sejarah perkembangan madrasah di dunia Islam. 2. Madrasah di Indonesia Dalam pengertian umum, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam telah muncul dan berkembang seiring dengan masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Madrasah telah mengalami perkembangan jenjang dan jenisnya seirama dengan perkembangan bangsa sejak masa kesultanan, masa penjajahan, dan masa kemerdekaan.
13
Perkembangan tersebut telah merubah pendidikan dari bentuk awalnya, seperti pengajian di rumah-rumah, langgar, mushalla, dan masjid, menjadi lembaga formal sekolah seperti bentuk madrasah yang kita kenal saat ini. Demikian pula dari segi materi, telah terjadi perkembangan dan penyesuaian dalam penyelenggara pendidikan. Kalau sebelumnya hanya belajar mengaji Al-Qur‟an dan ibadah praktis, melalui sistem madrasah, materi pelajaran mengalami perluasan seperti tauhid, hadis, tafsir, dan Bahasa Arab. Bahkan, madrasah kemudian mengadopsi pelajaran umum sebagaimana
sekolah-sekolah
di
bawah
pembinaan
Departemen
Pendidikan Nasional. Dalam pengertian khusus yang seperti inilah sejarah perkembangan madrasah di Indonesia masih menjadi sebuah potret buram. Apakah keberadaannya mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan madrasah yang berkembang di Timur Tengah pada abad 11-12 M ataukah madrash di Indonesia mempunyai latar belakang sejarahnya sendiri dan ini dikembalikan pada situasi di awal abad ke-20? jika benar demikian, lantas bagaimanakah proses perkembangan itu terjadi?.10 3. Pendidik a. Orang Tua
10
Dr. Ainurrafiq Dawam, M.Ag, Manajamen Madrasah Berbasis Pesantren, ( Yogyakarta, Listafariska Putra, 2005) hlm.34.
14
بُ ْاى ِح ْن ََخَ أَ ُِ ا ْش ُنرْ ِ هّلِلِ َو ٍَ ِْ يَ ْش ُنرْ فَإِّه ََب يَ ْش ُن ُر ىَِْ ْف ِض ِه َوىَقَ ْذ آَتَ ْيَْب ىُ ْق ََ َ َو ٍَ ِْ َمفَ َر فَإ ِ هُ ه به ىُ ْق ََ ُ بُ ِِل ْثِْ ِه َوهُ َى يَ ِعظُهُ َّللاَ َغِْ ٌّي َح َِي ٌذ (َ )21وإِ ْر قَ َ ي َِل تُ ْش ِر ْك ثِ ه ك ىَظُ ْي ٌٌ َع ِظي ٌٌ (َ )21و َو ه بُ اْل ّْ َض َ بّلِلِ إِ هُ اى ِّشرْ َ يَب ثَُْ ه ص ْيَْب ْ ِ صبىُهُ فِي َعب ٍَ ْي ِِ أَ ُِ ا ْش ُنرْ ثِ َىاىِ َذ ْي ِه َح ََيَ ْتهُ أُ ٍُّهُ َو ْهًْب َعيَى َو ْه ٍِ َوفِ َ صي ُر ىِي َوىِ َىاىِ َذي َ ي ْاى ََ ِ ْل إِىَ ه
()21
ل ثِ ِه ِع ْي ٌٌ فَ ََل تُ ِط ْعهُ ََب ْش ىَ َ اك َعيَى أَ ُْ تُ ْش ِر َ َوإِ ُْ َجبهَ َذ َ ك ثِي ٍَب ىَي َ ي يو ٍَ ِْ أََّ َ بح ْجهُ ََب فِي اى ُّذ ّْيَب ٍَ ْعرُوفًب َواتهجِ ْع َصجِ َ َو َ ي ثُ هٌ إِىَ ه بة إِىَ ه ص ِ ي إِّههَب إِ ُْ تَ ُ به ٍَرْ ِج ُع ُن ٌْ فَأَُّجِّئُ ُن ٌْ ثِ ََب ُم ْْتُ ٌْ تَ ْع ََيُ َ ل ٍِ ْثقَ َ ىُ ( )21يَب ثَُْ ه ض َحجه ٍخ ٍِ ِْ خَرْ َد ٍه فَتَ ُن ِْ فِي َ بوا ِ ص ْخ َر ٍح أَ ْو فِي اى هض ََ َ د أَ ْو فِي ْاْلَرْ ِ َّللاُ إِ هُ ه د ثِهَب ه َّللاَ ىَ ِط ٌ ي أَقِ ٌِ اىص َهَلحَ َو ْأ ٍُرْ يف َخجِي ٌر ( )21يَب ثَُْ ه يَأْ ِ ل ٍِ ِْ ل إِ هُ َرىِ َ صبثَ َ ُوف َوا ّْهَ َع ِِ ْاى َُ ْْ َن ِر َواصْ جِرْ َعيَى ٍَب أَ َ ثِ ْبى ََ ْعر ِ ُ ض ص ِّعرْ َخ هذ َ ىر (َ )21و َِل تُ َ بس َو َِل تَ َْ ِ ك ىِيْه ِ َع ْز ًِ ْاْل ٍُ ِ ش فِي ْاْلَرْ ِ ٍَ َرحًب إِ هُ ه ل ص ْذ فِي ٍَ ْشيِ َ ىر (َ )21وا ْق ِ َّللاَ َِل ي ُِحتُّ ُم هو ٍُ ْختَ ٍ به فَ ُخ ٍ ص ْى ُ ير ()21 ص ْىتِ َ د ىَ َ َوا ْغضُطْ ٍِ ِْ َ ل إِ هُ أَ ّْ َن َر ْاْلَصْ َىا ِ د ْاى َح َِ ِ Artinya: ”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
15
sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(12) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah)
adalah
benar-benar
kezaliman
yang
besar.”(13) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(14) Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan
dengan
Aku
sesuatu
yang
tidak
ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (15) Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(16) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.(18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
16
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(19)”. (Q.S.Luqman/31:12-19).11 b. Pendidik Tidak di pungkiri, bahwa pendidik merupakan bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik. Ia pula yang memberikan santapan jiwa pada peserta
didik
dengan
ilmu,
pembinaan
akhlakul
karimah
dan
meluruskannya. Pendidik mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dibandingkan manusia lainnya. Hal ini di lukiskan dalam hadis Nabi Muhammad Saw bahwa “tinta seorang ilmuan (ulama) lebih berharga ketimbang dari dasar syuhada”.Agama Islam pun menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang rasul. Syauki bersyair, “qullil mu‟allimi waffihittabil, kadal mu‟allimu anyakuuna rosulullah.” Artinya,”berdiri dan hormatillah guru dan berilah penghargaan, sebab seorang guru itu hampir-hampir menyerupai seorang rasul. 4. Anak Didik Menyoal peserta didik, secara otomatis kita membicarakan hakikat manusia itu sendiri, karena peserta didik adalah bagian dari status dari manusia, setelah ia menempuh pendidikan. Menurut Omar Mohammad at-Toumy asy-Asyaibany hakikat insan (manusia) mempunyai tiga dimensi (matra). Ketiga dimensi ini layaknya “segitiga” yang sama
11
Departemen Agama RI, AL Qur’an dan terjemah ( Al Qur’an Al karim), (Bandung: 2009, Syaamil Qur’an), hlm.
17
panjang sisi-sisinya, meliputi badan, akal, dan ruh. Ketiga dimensi manusia ini
sangatlah
berpengaruh terhadap kepribadian
insan.
Kemajuan, kebahagiaan dan kesempurnaan kepribadian insan banyak tergantung pada keselarasan dan keharmonisan ketiga dimensi ini.12 5. Teknologi Dalam the new grolier webster internasional dictionary edisi tahun 1974, kata teknologi diartikan sebagai “the knowledge and mean used to produce the material necessities of a society”. Definisi lain di berikan oleh The American Heritage Dictionary, yaitu sebagai “the entire body of methods and material used to achieve industrial or commercial objectives”. Kedua definisi ini secara jelas menunjukan bahwa teknologi itu berkaitan erat dengan masalah means and method untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Kiranya semua sepakat bahwa cara dan metode untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu tidak mungkin hanya di kaitkan dengan perangkat kersnya saja. Teknologi yang berupa perangkat keras merupakan komoditi yang paling mudah diperoleh atau dibeli. Sebaliknya teknologi yang berupa perangkat lunak dalam bentuk kemampuan yang tertanam dalam diri manusia, lembaga dan ilmu (body of knowledge), tidak mungkin di beli melainkan dikembangkan secara
12
Mukodi, M.S.I.,pendidikan islam terpadu, (Yogyakarta : lingkar media, 2011), hlm.17-18,25.
18
sistematik dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan mengacu pada tata nilai dari dalam negeri sendiri. Dengan demikian, teknologi dapat dipandang sebagai kemampuan manusia yang mencakup: a. Teknologi yang terkandung dalam mesin, peralatan dan produk (object enbodied technology). b. Teknologi yang terkandung dalam diri manusi seperti pengetahuan, sikap, perilaku dan ketrampilan (human enbodied technology). c. Teknologi yang terkandung dalam organisasi dan manajemen (organization enbodied technology). d. Teknologi yang terkandung dalam dokumen (documents enbodied technology).13 6. Seluler Sejak tahun 1989 telah banyak kegiatan riset yang di lakukan untuk menggabungkan mobilitas sistem wireless dengan jaringan intelejen dari sistem wireline (PSTN) dengan teknologi pengolahan sinyal. Konsep ini disebut
dengan
pelayanan
komunikasi
personal
atau
personal
comunication service (PCS), atau kadang-kadang di sebut pula sebagai jaringan komunikasi personal atau personal communication networks (PCN). PCN berdasar pasda konsep jaringan seluler di mana seorang yuser dapat berkomunikasi di mana saja dengan menggunakan pesawat 13
Nazarudin, Manajemen Teknologi,( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008), hlm. 2.
19
personal. Sedangkan PCS berdasar pada sistem seluler yang baru dengan memiliki feature jaringan yang lebih baik dan banyak serta pesawat lebih personal dibanding dengan pesawat yang ada sekarang. PCS tidak seideal PCN. International Telecommunication Union (ITU) pada pertenghan tahun 1995, memperkenalkan standar yang disebut sebagai FPLMTS atau di sebut juga sebagai international mobile telecommunication 2000 (IMT-2000). Sistem komunikasi seluler yang sekarang ini masih bersifat nasional. Bila seorang yuser akan menggunakannya di negara lain maka yuser tersebut harus melakukan roaming antarnegara, yang belum tentu ada. untuk mengatasi kendala perbedaan wilayah tersebut dan membuat sistem bersifat global, maka integrasi satelit dengan sistem seluler yang ada mutlak diperlukan.14 7. Inovasi Teknologi Tak dapat dielakan lagi bahwa manusia sebagai pribadi ataupun secara kolektif sebagai masyarakat mendambakan kondisi makmur dan sejahtera secara material maupun spiritual. Meskipun kesejahteraan material sering kali dapat melahirkan kesejahteraan spiritual, namun padah buku ini secara prinsip tidak meninjau aspek spiritual dari kesejahteraan tersebut. Maka didefinisikan sebagai masyarakat
14
Gunawa Wibisono, Uke Kurniawa Usman, Gunadi Dwi Hantoro, Konsep Teknologi Seluler, (Bandung : penerbit INFORMATIKA) hlm. 21-22.
20
sejahtera apabila masyarakat tersebut dapat memenuhi segala kebutuhan
materialnya.
Hal
ini
hanya
dapat
di
laksanakan
apabilamasyarakat tersebut memiliki sumber daya yang cukup, atau malah lebih, untuk menutup kebutuhannya. Dengan perkataan lain, maka untuk sejahtera masyarakat harus „kaya‟. Pertanyaannya adalah dari mana kekayaan tersebut di peroleh? Mengacu pada fenomena „masyarakat kaya‟ yang dapat diamati saat ini, maka sumber daya alam yang melimpah tidak dengan sendirinya menjamin kesejahteraan masyarakat. Semua „masyarakat kaya‟ saat ini adalah masyarakat yang menerapkan sistem ekonomi yang dapat melaksanakan proses penciptaan nilai tambah yang efisien. Hasil nilai tambahan tersebut kemudian diakumulasi menjadi kekayaan (wealth) masyarakat yang secara bijaksana dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi pernyataan di atas sebenarnya secara implisit mengatakan bahwa apabila suatu masyarakat tidak mampu membangkitkan (generate) nilai tambah untuk menutupi kebutuhannya, maka masyarakat tersebut tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankan (sustain) eksistensinya. Masyarakat yang demikian akan bergantung pada masyarakat lain yang mampu menghasilkan nilai tambah lebih , dengan perkataan lain, akan bergantung pada masyarakat atau bangsa lain yang kaya.
21
Fakta signifikan lain yang dapat diamati dengan sangat jelas adalah bahwa dalam semua proses nilai tambah yang berlaku dalam masyarakat yang berkecukupan, masyarakat tersebut telah menerapkan teknologi sebagai instrumen pelaksanaan proses nilai tambahannya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, adalah wajar apabila selanjutnya dipertanyakan apakah sebenarnya yang dinamakan „teknologi‟ itu. 8. Definisi Teknologi Sebelumnya telah berkali-kali dipergunakan istilah teknologi tanpa definisi yang pasti. Pada awal tulisan ini, terminology tersebut telah diterapkan untuk menyatakan alat bantu (means) manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya istilah teknologi telah diterapkan pada perkakas yang terbuat dari batu ataupun yang terbuat dari bahan lain. Kemudian dalam perjalanan narasinya, tulisan ini menerapkan teknologi pada pictogram, aksara, atau symbol-simbol sebagai alat komunikasi dan pada kereta dan perahu sebagai alat transportasi. Pada dua hal yang terakhir tersebut, teknologi telah dinyatakan sebagai peralatan, tidak lagi sebagai perkakas. Sampai disini, teknologi merupakan benda-benda yang konkret. Lalu tampak pada tulisan ini bahwa teknologi telah diterapkan pada suatu benda abstrak, misalnya pada metode, yaitu di era Revolusi Agrikultur masyarakat memenuhi kebutuhan pangannya dengan cara sengaja
22
bercocok tanam dan pemeliharaan hewan. Selanjutnya, terminolog teknologi juga diterapkan kepada sistem dan proses, misalnya sistem irigasi atau jalan raya, sistem pemerintahan, organisasi, proses produksi, dan lain sebagainya. Dalam hal yang terakhir ini, teknologi merupakan benda-benda yang abstrak. Dalam terminologi modern, maka teknologi konkrit sering disebut sebagai hardware, sedangkan yang abstrak sering disebut sebagai software atau juga brainware. Akhir-akhir ini, teknologi juga dilihat sebagai hasil proses sosial serta pengembangan yang dilakukan oleh manusia melalui budidaya akalnya. Jelas saat ini pengertian teknologi menjadi semakin rumit (complicated) dan seakan-akan mencakup bidang yang tak berbatas. Untuk menghindari kerancuan dalam penyajian serta komprehensinya, maka sekarang waktunya untuk memberikan definisi teknologi yang lebih akurat. Dalam sepuluh tahun terakhir, orang dengan mudah dapat mengamati bahwa dalam literature telah diformulasikan banyak definisi bagi teknologi, masing-masing sesuai dengan minat serta kebutuhan peninjaunya. Memang tidak mudah untuk mendefinisikan secara univocal dan singkat, karena teknologi meliputi kapasitas manusia untuk berkreasi, inovasi, dan memilih berbagai teknik dan mempergunakannya secara optimal dalam konteks lingkungan, fisik, sosial, dan budaya yang ada. Teknologi adalah sarana untuk
23
meningkatkan kemampuan manusia dan suatu instrumen perubahan (instrument of change). D. Bell menyatakan bahwa teknologi pada dasarnya adalah instrument untuk memperbesar (expand) kekuasaan manusia (human powers) dalam menciptakan kekayaan (wealth). Satusatunya cara menciptakan kekayaan adalah dengan melakukan proses nilai tambahan yang efisien. Instrumen disini diterjemahkan secara luas, sehingga tidak hanya berarti suatu haredware, tetapi juga termasuk software dan brainware. Maka untuk memudahkan penyajiannya, pada tulisan ini digunakan formulasi definisi yang sederhana, namun masih mencakup esensi dari teknologi moderen serta dapat merefleksikan aspek sosial serta utilitasnya. Definisi tersebut adalah sebagai berikut : Teknologi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang di transformasikan ke dalam produk, proses, jasa, dan struktur terorganisasi yang pada dasarnya merupakan seperangkat instrument ekspansi kekuasaan manusia sehingga dapat menjadi sumberdaya cara baru untuk menciptakan kekayaan melalui peningkatan produktifita.15 9. Dampak Sosial Teknologi Komunikasi
15
M. Sahari Besari, Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi (Jakarta : Salemba Teknika, 2008), hal, 145-148.
24
Diawali dari kisah petani yang tinggal di pedesaan yang damai, sejuk, sangat disiplin dari melakukan aktivitas sebelum tidur dan setelah bangun tidur. Pagi-pagi buta seperti biasanya petani bangun pagi untuk beribadah, lalu minum kopi dan dilanjutkan ke sawah untuk mengaliri sawah-sawah mereka. Namun ketika teknologi televise ada di rumah-rumah petani, apa yang terjadi? Pola-pola lama yang sering dilakukan petani telah berubah, jam tidur mereka menjadi sangat larut mlam, karena mereka menonton acara televisi, hal ini menyebabkan pola tidur, ibadah, dan pergi ke sawah telah berubah. Ini salah satu contoh
kasus dampak dari teknologi.
Bagaimana dengan dampak teknologi-teknologi lain di masyarakat? Kemajuan dan perkembangan teknologi, khusunya telekomunikasi, informasi dan multimedia pada akhirnya sangat berpengaruh dalam merubah tatanan organisasi dan hubungan sosial kemasyarakatan dikarenakan sifat fleksibilitas dan kemampuan telematika untuk masuk ke aspek-aspek kehidupan manusia. Sebuah pendekatan sosial terhadap teknologi komunikasi terciri pada dampak teknologi komunikasi terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat baik kondisi ideology, sosial budaya, politik hingga kondisi keamanan suatu Negara. Tingkat kecepatan adopsi sebuah inovasi terhadap teknologi komunikasi juga tak luput dari perhatian. Jadi kajian
25
mengenai dampak dimulai dari utility, proces, sampai impact terhadap teknologi komunikasi di masyarakat.16 Sebelum menjelaskan mengenai dampak sosial teknologi komunikasi, ada baiknya kita coba bandingkan antara kata dampak dengan efek, kedua-duanya sering kita pakai, namun kadang terjadi tumpang tindih diantara keduanya. Efek kalau kita gabung dengan kata komunikasi akan menjadi efek komunikasi dan dampak kita gabung komunikasi menjadi dampak komunikasi, maka akan terlihat perbedaannya. Efek komunikasi lebih mengarah pada perubahan perilaku individu (pengetahuan, sikap dan tindakan) yang disebabkan oleh transmisi pesan komunikasi, sedangkan dampak komunikasi lebih mengarah pada perubahan pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan sebuah inovasi. (Rogers, 1986) Identifikasi Parker (1973) dalam Nasution (1989) memperhatikan beberapa dampak teknologi komunikasi, antara lain adalah: 1. Terjadinya
monopoli
dalam
pengelolaan,
penyediaan,
pemanfaatan informs. 2. Tidak meratanya distribusi informasi (information gabs) 3. Kurangnya isi pesan yang bersifat edukatif 4. Terjadinya polusi informasi. (information overload) 5. Terjadinya infasi terhadap privacy 16
Agoeng Noegroho, Teknologi Komunikasi, ( Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010), hlm, 36
dan
26
6. Timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta. Dari sebuah lokakarya kebijakan komunikasi yang bertema “the power of the individual in information age” di Aspen Institute, Colorado, Amerika Serikat, pada Agustus 1981, menghasilkan suatu daftar sejumlah hal yang menjadi kekuatiran dan harapan dari revolusi komunikasi : 1. Bahwa nilai pemerintah yang representative dan partisipasi warga masyarakat akan diabaikan : kelompok tertentu dapat memperoleh pengaruh yang tidak proposional dengan menggunakan computer untuk memasang nama dan ciri-ciri orang sebagai sasaran dalam himbauan
politis
langsung
melalui
direct
mail.
Dengan
menggunakan “sistem interaktif” misalnya telepon dua arah atau TV-kabel untuk mengadakan poll opini publik dapat mengarah ke “plebisit seketika” dengan segala bahayanya seperti demagogi dan hasil yang tidak dipertimbangkan dengan baik. 2. Bahaya pesikologis dan kultural : keragaman media komunikasi dan sistem informasi dapat mendorong masyarakat kearah suatu splitering dan sepesialisasi perhatian dan kompetensi yang lebih jauh. Terjadi tuntutan akan fungsi dan tanggung-jawab individu dalam suatu sistem informasi berteknologi tinggi. Kemapanan dalam pengetahuan teknis menyebar dalam masyarakat khususnya
27
pada orang berposisi pembuat keputusan. Kemajuan teknologi informasi dapat menghasilkan serangan balas: anti-teknologi menuju anti-sains lalu menuju anti pengetahuan. Dari keseluruhan uraian di atas maka ringkasannya adalah sebagai berikut: 1. Efek komunikasi lebih mengarah pada perubahan perilaku individu (pengetahuan, sikap, dan tindakan) yang disebabkan oleh transmisi pesan komunikasi, dan dampak komunikasi lebih mengarah pada perubahan pada individu atau sistem sosial sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan sebuah inovasi. 2. Dampak teknologi komunikasi yang antara lain adalah: a. Terjadinya monopoli dalam pengelolaan, penyediaan, dan pemanfaatan informasi b. Tidak meratanya distribusi informasi (information gabs) c. Kurangnya isi pesan yang bersifat eduktif d. Terjadinya polusi informasi. (information overload) e. Terjadinya infasi terhadap prifacy f. Timbulnya permasalahan yang berkaitan dengan hak cipta . (Nasution, 1989)17 10. Akhlak 17
Agoeng Noegroho, Teknologi Komunikasi, ( Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010), hlm, 39.
28
Akhlak secara bahasa ialah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi‟at. Sedangkan khuluq di maknai sebagai gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani khuluq dengan etichos atau etos di artikan sama, yakni adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika. Berikut merupakan pengertian akhlak menurut beberapa ahli: a. Hamzah Ya‟qub Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela, tenteng perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. b. Abdul Hamid Mengatakan bahwa akhlak adalah ilmu tenteng keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikuti sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan. c. Ibrahim Anis Mengatakan akhlak ialah ilmu yang di objekkan membahas nilainilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia. d. Ahmad Amin Mengatakan bahwa akhlak itu adalah kebiasaan baik dan buruk. e. Soegarda Poerbakawatja
29
Mengatakan akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan, dan sikap jiwa. f. Farid Ma‟ruf Akhlak adalah bentuk kehendak jiwa yang mana dapat melakukan perbuatan yang di lakukan dengan mudah karena kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. g. M.Abdullah Daraz Akhlak adalah bentuk kekuatan dengan kehendak yang mantap, kekuatan
berkombinasi
membawa
kecenderungan
kepada
pemilihan pihak yang benar atau pihak yang jahat. h. Ibn Miskawaih Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran dan pertimbangan. Jadi, pada hakekatnya khuluq atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap pada jiwa manusia, yang berubah menjadi kepribadian. i. Imam Ghazali
30
Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.18 11. Sumber Akhlak Yang di maksud dengan sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah AL-Qur‟an dan sunah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya bagaimana pandangan Mu‟tazilah. Dalam konsep akhlaq, segala sesuatu itu di nilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata karena Syara‟ (AL-Qur‟an dan sunnah) menilainya demikian. Kenapa sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah dan jujur misalnya di nilai baik? Tidak lain karena Syara‟ menilai semua sifatsifat itu baik. Begitu juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur, dendam, kikir dan dusta misalnya dinilai buruk? Tilak lain karena Syara‟ menilainya demikian. Apakah islam menafikan peran hati nurani, akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk? Atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut di jadikan ukuran baik dan buruk?
18
Nasrul HS, S. Pd.I.MA, akhlak tasawuf, (Yogyakarta : Aswaja Presindo, 2015), hlm. 1-2.
31
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa AL-Qur‟an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia di ciptakan oleh Allah SWT memiliki fitrah bertauhid, mengakui ke-Esaan-Nya (QS. Ar-Rum 30: 30). Karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan, karena kebenaran itu tidak akan di dapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yang perlu di pelihara dan di kembangkan. Betpa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran. Oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat di serahkan sepenuhnya hanya kepada hatinurani atau fitrah manusia semata. Harus di kembalikan kepada penilaian Syara‟. Semua keputusan Syara‟ tidak dapat bertentangan dengan hati nurani manusia, karena kedua duanya berasal dari sumber yang sama yaitu Allah SWT. Demikian juga hanya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah satukekuatan yang di miliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena itu keputusan yang di berikan akal hanya bersifat spekulatif dan subyektif.
32
Demikianlah tentang haati nurani dan akal pikiran. Bagaimana dengan pandangan masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa di jadikan salah satu ukuran baik dan buruk, tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa di jadikan ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa di jadikan ukuran. Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), obyektif, komprehensif dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah AL-Qur‟an dan sunnah, bukan yang lain-lainnya. 12. Ruang Lingkup Akhlaq Muhammad „Abdullah draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi alIslam membagi ruang lingkup akhlak kepada lima bagian : a. Akhlak Pribadi (al-akhlaq al-fardiyah). Terdiri dari : (a) yang diperintahkan (al-awamir), (b) yang dilarang (an-nawahi), (c) yang di bolehkan (al-mubahat) dan (d) akhlaq dalam keadaan darurat (almukhalafah bi al-idhthirar). b. Akhlak Berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah). Terdiri dari : (a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushul wa al-furu‟), (b) kewajiban suami istri ( wjibat baina al-azwaj ) dan (c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).
33
c. Akhlaq Bermasyarakt (al-akhlaq al-ijtima‟iyyah). Terdiri dri : (a) yang di larang (al-mahzhurat), (b) yang di perintahkan (al-awamir) dan (c) kaedah-kaedah adab (qawa‟id al-adab). d. Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah). Terdiri dari : (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-„alaqah baina ar-rais wa as-sya‟b), dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat al-kharijiyyah). e. Akhlaq Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat bahwa Allah). Dari sistematika yang di buata oleh „ Abdullah Draz di atas tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya. Berangkat dari sistematika di atas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan akhlaq dalam buku ini menjadi : 1. Akhlaq Terhadap Allah SWT 2. Akhlaq Terhadap Rasulullah SAW 3. Akhlaq Pribadi 4. Akhlaq Dalam Keluarga 5. Akhlaq Bermasyarakat 6. Akhlaq Bernegara19 F. METODE PENELITIAN 19
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A, Kuliah Akhlaq, ( Yogyakarta: 2011), hlm. 4-6.
34
Metode penelitian adalah serangkaian langkah-langkah yang akan dilalui dalam penelitian secara sistematis untuk mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu.20 Dalam penelitian banyak sekali metode-metode penelitian yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data-data yang akurat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan fakta-fakta yang ada di lapangan secara obyektif. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan, yaitu sebagi berikut: 1. Sumber Data Dalam penelitian ini data diperoleh dari subyek penelitian atau yang biasa dikenal sebagai istilah “informan” yaitu orang yang mampu memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, sehingga informan disini harus orang yang mengetahui seluk beluk dari permasalahan yang diteliti. Adapun informan yang menjadi subyek penelitian ini adalah murid MTs Watoniyah Islamiyah, orang tua murid MTs Watoniyah Islamiyah serta Ustad MTs Watoniyah Islamiyah. 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang di dapat
20
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: UGM, 1980), hlm. 8
35
langsung dari subyek penelitian.21 Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematik langsung terhadap obyek yang diteliti.22 Dalam penelitian observasi atau pengamatan langsung pada obyek penelitian ini, peneliti pertama datang ke Madrasah untuk mengetahui data yang di inginkan, metode observasi digunakan untuk mendapatkan data peserta didik, peran orang tua, proses pembelajaran, digunakan juga untuk mencocokan data di atas kertas dan di lapangan. Metode ini merupakan metode utama yang menjadi pegangan peneliti dalam mendapatkan data di lapangan sehubungan dengan data yang diambil yaitu perkrmbangan teknologi kaitanya dengan akhlak siswa , dengan sasaran kendala-kendala apa saja yang dihadapi pihak orang tua siswa MTs Watoniyah Islamiah serta Ustad MTs Watoniyah Islamiyah terhadap perkembangan teknologi kaitanya dengan akhlaq siswa. b. Wawancara
21
Anselm Staruss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, terj. H.M. Djunaidi Ghony, (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), hlm. 11 22 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 137.
36
Wawancara
adalah
metode
pengumpulan
data
melalui
interview/mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan kepada dua orang atau lebih secara langsung berhadap-hadapan, yang saling berkomunikasi secara lancar dan wajar dengan informan yang diteliti.23 Dalam metode ini digunakan peneliti bertujuan untuk mendapat keterang langsung dari berbagai informan, seperti dari sisa MTs Watoniyah Islamiyah, orang tua siswa MTs Watoniyah Islamiyah serta para Ustad di MTs Watoniyah Islamiyah. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian yang ada. Dokumentasi ini bisa berupa arsip-arsip, buku-buku, monografi, dan refrensi yang dapat melengkapi data dan memperkuat data-data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai profil sekolah, sistem pendidikan, RPP, serta berbagai bentuk dokumen yang di butuhkan dalam penelitian ini. Serta digunakan juga untuk menguatkan data yang diperoleh dari metode lain. 3. Metode Analisis Data 23
Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 162.
37
Setelah data-data yang diperoleh terkumpul, kemudian data tersebut diklasifikan dan dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian dijelaskan dan selanjutnya dianalisis dengan tetap menggunakan kata-kata yang disusun kedalam teks yang diperluas melalui tiga tahap proses, yaitu:24 a. Reduksi
Data,
yaitu
proses
menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan memilih bagian terpenting yang sesuai dengan penelitian. b. Penyajian Data, Yaitu proses menyusun data yang diperoleh dari informan dengan menarik sebuah kesimpulan yang kemudian dianalisis dan mengambil sebuah tindakan yang sesuai dengan pemahaman
yang
didapat
dari
penyajian-penyajian
data
sebelumnya. c. Penarikan Kesimpulan, yaitu proses menggambarkan maksud dari data yang ditampilkan. Proses ini dapat menggunakan cara membedakan
dan
membandingkan
data
yang
tipologis,
menjabarkan tentang tema dan pola-pola pengelompokan. Contoh data yang melalui pengecekan data dengan triangulasi sumber yaitu data yang terkait dengan budaya sekolah, materi akhlak, materi teknologi, di dapat dari kepala madrasah Pak Asnawi dan TU Pak Amir. 24
Mathew B Milles dan Michail Hiberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UII Press, 1992), hlm. 19.
38
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Pembahasan skripsi ini agar dapat memberikan gambaran secara umum dan mempermudah bagi pembaca, maka penulis mencoba menyusun sistematika pembahasan skripsi ini sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah yang menjelaskan latar belakang munculnya masalah dengan dipertegas dalam rumusan masalah, dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua menguraikan gambaran umum tentang Madrasah Tsanawiah Watoniyah Islamiah, baik secara letak geografis, sejarah berdirinya dan profil. Bab ketiga dikhususkan membahas tentang objek penelitian yang berisi tentang kendala-kendala orang tua siswa di MTs Watoniah Islamiah terkait aklak anak yang berkaitan dengan perkembangan teknologi khususnya telepon seluler. Bab keempat berisi kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan saran-saran baik yang berkaitan dengan penelitian ini secara khusus maupun penelitian pada umumnya.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian lapangan mengenai Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Akhlak Bagi Anak Dalam Menyikapi Dampak Perkembangan Teknologi Di MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Salah satu peran orang tua siswa di MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen dalam pendidikan akhlak bagi anak dalam menyikapi dampak perkembangan teknologi, melalui memberikan nasehat-nasehat yang baik serta memeriksa dan memantau kegiatan anak baik di rumah maupun di madrasah, mengajarkan tentang berperilaku baik. Mengajarkan bagaimana berakhlak kepada ALLAH, berakhlak kepada Rasulullah, berakhlak kepada orang tua, berakhlak kepada diri sendiri dan berakhlak kepada orang lain sejak dini. Serta menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak untuk meminimalisir terjadinya dampak buruk yang terjadi terkait perkembangan teknologi, mengupdate informasi yang berkaitan dengan pendidikan anak di MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen untuk mengetahui apa saja kegiatan yang di lakukan anak di madrasah. 2. Kendala yang dihadapi orang tua untuk menghadapi perkembangan teknologi terutama terhadap akhlak anak terlihat dari minimnya pengetahuan orang tua terhadap teknologi dikarenkan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki orang tua siswa, dari beberapa
81
82
kendala yang ada, orang tua cenderung malu untuk memulai belajar tentang teknologi, hat itu menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap kegiatan anak khususnya apa yang di lakukan anak dengan telepon selulernya. 3. Terkait jalan keluar orang tua untuk menghadapi perkembangan teknologi yang terjadi dan memberikan pendidikan akhlak bagi anak orang tua lebih memilih memasukan anak-anak mereka ke madrasah Wathoniyah Islamiah dengan harapan, mendapat pendidikan yang baik sehingga anak-anak mereka berakhlak baik dan tidak terdampak buruk perkembangan teknologi. A. Saran-saran Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumen selama proses penelitian, kiranya peneliti akan memberikan sedikit saran yang dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi seluruh orang tua wali murid MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen. Berikut ini beberapa saran dari peneliti : 1. Dalam pendidikan seharusnya orang tua berperan aktif dalam mengawasi tingkah laku anak dan proses belajar, serta memberikan perhatian yang baik kepada anak untuk menghindari anak terjerumus kedalam hal-hal yang tidakbaik. 2. Menjalin komunikasi dengan anak untuk menghindari ketidak tahuan orang tua terhadap permasalahan yang dihadapi anak. 3. Untuk orang tua sebaiknya tidak malu untuk memulai belajar teknologi terutama telepon seluler (gat get) agar orang tua bisa mengontrol dengan baik pemakaian telepon seluler yang dipakai oleh anak.
83
4. Sebaiknya ada penyuluhan terhadap orang tua terkait pengetahuan tentang teknologi agar orang tua mampu mengimbangi anak-anaknya yang sudah lebih memahami tentang teknologi.
B. Kata Penutup Alhamdulillah peneliti panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan dan kemudahan dalam segala proses penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Sekripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dawam, Ainurrafiq, Manajamen Madrasah Berbasis Pesantren, Yogyakarta, Listafariska Putra, 2005. Gunawan, Wibisono, dkk ,Konsep Teknologi Seluler, Bandung : penerbit INFORMATIKA. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: UGM, 1980. Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1997. Milles,Mathew B dan Michail Hiberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UII Press, 1992. Mukodi, pendidikan islam terpadu, Yogyakarta : lingkar media, 2011. Nazarudin, Manajemen Teknologi, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008. Besari, Sahari Teknologi di Nusantara: 40 Abad Hambatan Inovasi (Jakarta : Salemba Teknika, 2008). Noegroho, Agoeng, Teknologi Komunikasi, ( Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010). Departemen Agama RI, AL Qur’an dan terjemah ( Al Qur’an Al karim), (Bandung: 2009, Syaamil Qur’an) Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: 2011. Ramelan, RahardiTeknologi dan Masyarakat, (Bandung: CV. LUBUK AGUNG, 2008. SH, Nasrul, akhlak tasawuf, Yogyakarta : Aswaja Presindo, 2015. Staruss, Anselm dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, terj. H.M. Djunaidi Ghony, Surabaya: Bina Ilmu, 1997. Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: Rosdakarya, 2012. Dokumentasi MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur Petanahan Kebumen tahun 2016 84
Hasil wawancara dengan Ust. Asnawi, S.Ag ( Kepala Madrasah Wathoniyah Islamiyah ) pada 15 mei 2016 Hasil wawancara dengan Ust.Drs. Rusman ( Kepala Madrasah Aliyah ) pada 16 mei 2016 Hasil wawancara dengan Bpk. Suparman, (Orang tua dari Nur Iswahyudi siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur) pada 25 mei 2016 Hasil wawancara dengan Ibu.Umu Salamah, (Orang tua dari Ikhsan Munaji siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur) pada 19 mei 2016 Hasil wawancara dengan Bpk. Sokhib, (Orangtua dari Latifah siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur) pada 19 mei 2016 Hasil wawancara dengan Bpk. Gito Prasetyo, (Orang tua dari Rifki Fahrul Rozi siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur ) pada 23 mei 2016 Hasil wawancara dengan Ibu. Istiqomah, S.Pd (Orang tua dari Abdan Maskuri siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur), pada 27 mei 2016. Hasil wawancara dengan Bpk. Munadir, (Orang tua dari Arbi Al Himni siswa MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur), pada 28 mei 2016
85
CURRICULUM VITAE A. Data Pribadi
Nama Lengkap
: Novan Fadrizal Fahmi
Tempt, Tanggal Lahir
: Kebumen, 07 November 1989
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status
: Belum Kawin
Identitas
: KTP NO.3305040711890002
Alamat
: Rt/Rw 02/03 Petanahan, Kebumen, Jawatengah.
Nama Orang Tua
: Amri Sutarmin (Ayah), ALM, Romelah (Ibu)
Pekerjaan Orang Tua
: Wiraswasta / Guru
No. HP
: 089662121785
E-mail
:
[email protected]
B. Pendidikan Formal
1997-2003
: SD N 3 Petanahan
2003-2005
: MTs Wathoniyah Islamiyah Karangduwur
2005-2008
: MA Wathoniyah Islamiyah Karangduwur
2009-Sekarang
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan