PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh: Olivia NIM: 121324004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk : Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya Papa Ong Tek Phiaw (Alm) dan mama Lo Jun Lan Papa Acong dan Ibu Farida Cece Moifa dan koko Ahiung Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2012 Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Siap tidak siap harus siap dan hadapi segala sesuatu dengan ketenangan dan kesabaran (Penulis)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016 Olivia Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta dan (2) menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini adalah 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Analisis data menggunakan Mann Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan cukup baik; (2) tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; sebagian besar ibu rumah tangga etnis Tionghoa bekerja sebagai wirausaha sedangkan ibu rumah tangga etnis Jawa bekerja sebagai karyawan swasta; tingkat pendapatan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; (3) gaya hidup ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sama-sama tergolong mewah; (4) tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; (5) tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; dan (6) ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kata kunci:
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT COMPARATIVE STUDY OF HOUSEHOLD FINANCIAL MANAGEMENT COMPETENCIES, SOCIAL ECONOMIC STATUS, LIFE STYLE OF CHINESENE ETHNIC AND JAVANESE ETHNIC IN KETANDAN VILLAGE YOGYAKARTA 2016 Olivia Sanata Dharma University 2016 This research aims to: (1) describe the household financial management competencies, social economic status, lifestyle Chinesene ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta and (2) test and analyze the difference in household financial management competencies, social economic status, and lifestyle among Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta 2016. This study is a comparative quantitative research. The population were 18 housewives of full blooded Chinese and 17 housewives of JavaneseYogyakarta. The sampling technique was saturated sampling technique. The data were collected by interviews, observation, documentation, and questionnaires. Test validity and reliability were applied on variables household financial management competencies, and lifestyle. Data analysis was the Mann Whitney test. The results show that: (1) household financial management competencies housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village is quite well; (2) the level of education of housewives of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; most of Chinese ethnic housewives worked as housewives whilst entrepreneurs Javanese ethnic work as private employees; the income level of housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village belongs to high category; (3) housewife lifestyle of Chinese ethnic and javanese ethnic in Ketandan village equally belongs to the luxurious; (4) there is no difference in household financial management competencies among the Chinese ethnic and Javanese ethnic; (5) there is no difference perceived from social economic status of the level of education among the Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status of the type of work among Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived from social economic status income between Chinese ethnic and Javanese ethnic; and (6) there is a difference in lifestyle between Chinese ethnic and Javanese ethnic. Keywords: household financial management competencies, social economic status, and lifestyle.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang tidak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “STUDI KOMPARASI KOMPETENSI
PENGELOLAAN
KEUANGAN
RUMAH
TANGGA,
STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, program studi Pendidikan Ekonomi, bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir, tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan yang tidak terhingga kepada: 1. Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya yang selalu menyertai setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan semangat. 6. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah membantu peneliti dalam menyempurnakan skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Batasan Masalah
4
C. Rumusan Masalah
7
D. Tujuan Penelitian
7
E. Manfaat Penelitian
8
F. Variabel dan Definisi Operasional
9
BAB II LANDASAN TEORI
14
A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
14
A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
18
A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa
18
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tingkat Pendidikan
19
1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa
19
2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa
20
C. Jenis Pekerjaan
20
C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa
21
C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa
22
D. Pendapatan
22
1. Pendapatan Etnis Tionghoa
22
2. Pendapatan Etnis Jawa
23
E. Gaya Hidup
24
1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa
24
2. Gaya Hidup Etnis Jawa
24
F. Etnis
25
1. Etnis Tionghoa
25
2. Etnis Jawa
26
G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta
28
H. Ibu Rumah Tangga
31
I. Penelitian Terdahulu
33
J. Kerangka Berpikir
35
K. Hipotesis
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
40
A. Jenis Penelitian
40
B. Tempat dan Waktu Penelitian
40
1. Tempat Penelitian
40
2. Waktu Penelitian
40
C. Subjek dan Objek Penelitian
41
1. Subjek Penelitian
41
2. Objek Penelitian
41
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
41 41
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Sampel
42
3. Teknik Pengambilan Sampel
42
E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 1. Variabel Penelitian
43 43
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
43
b. Status Sosial Ekonomi
46
c. Gaya Hidup
48
2. Cara Pengukuran
52
F. Data yang dicari
53
1. Data Primer
53
2. Data Sekunder
53
G. Teknik Pengumpulan Data
54
1. Wawancara
54
2. Observasi
54
3. Dokumentasi
54
4. Kuesioner
55
H. Pengujian Instrumen Penelitian
55
1. Uji Validitas
56
2. Uji Reliabilitas
57
3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
58
I. Teknik Analisis Data
60
1. Analisis Deskriptif
60
2. Analisis Data
64
a. Pengujian Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas
64 64
b. Pengujian Hipotesis
65
1) Uji Mann-Whitney Test
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
67
A. Deskripsi Lokasi
67
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Lokasi Kampung Ketandan
67
2. Keadaan Jalan
68
3. Keadaan Rumah
69
4. Keadaan Ekonomi
70
5. Keadaan Sosial dan Budaya
72
B. Deskripsi Responden
73
1. Agama
73
2. Usia
73
C. Deskripsi Variabel
74
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Responden
74
2. Status Sosial Ekonomi Responden
76
3. Gaya Hidup Responden
80
D. Analisis Data
81
1. Pengujian Prasyarat
81
a. Uji Normalitas
81
2. Uji Hipotesis
84
a. Analisis Mann Whitney Test E. Pembahasan
84 92
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
108
A. Kesimpulan
108
B. Keterbatasan
110
C. Saran
111
DAFTAR PUSTAKA
114
LAMPIRAN
116
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel II.1.
Penelitian Terdahulu
33
Tabel III.1. Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
46
Tabel III.2. Kategori Tingkat Pendidikan
47
Tabel III.3. Kode Jenis Pekerjaan
47
Tabel III.4. Kategori Pendapatan
48
Tabel III.5. Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi
48
Tabel III.6. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup
52
Tabel III.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
58
Tabel III.8. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup
59
Tabel III.9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga dan Gaya Hidup
60
Tabel III.10. Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
61
Tabel III.11. Kategori Tingkat Pendidikan
62
Tabel III.12. Kode Jenis Pekerjaan
62
Tabel III.13. Kategori Pendapatan
63
Tabel III.14. Interval Gaya Hidup
63
Tabel IV.1. Agama Responden
73
Tabel IV.2. Usia Responden
73
Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
74
Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa
75
Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa
77
Tabel IV.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Jawa
77
Tabel IV.7. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa
78
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV.8. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Jawa
78
Tabel IV.9. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Tionghoa
79
Tabel IV.10. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Jawa
79
Tabel IV.11. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Tionghoa
80
Tabel IV.12. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Jawa
81
Tabel IV.13. Hasil Uji Normalitas Etnis Tionghoa
82
Tabel IV.14. Hasil Uji Normalitas Etnis Jawa
83
Tabel IV.15. Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
84
Tabel IV.16. Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
85
Tabel IV.17. Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
86
Tabel IV.18. Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan
86
Tabel IV.19. Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
87
Tabel IV.20. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Pekerjaan
88
Tabel IV.21. Deskriptif Pendapatan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
89
Tabel IV.22. Hasil Uji Mann Whitney Pendapatan
89
Tabel IV.23. Deskriptif Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
90
Tabel IV.24. Hasil Uji Mann Whitney Gaya Hidup
91
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
38
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner
116
Lampiran 2. Data Penelitian
122
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas
128
Lampiran 4. Deskriptif
131
Lampiran 5. Uji Prasyarat
135
Lampiran 6. Uji Hipotesis
137
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian
141
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia memiliki penduduk dengan berbagai suku bangsa. Menurut data sensus BPS (Badan Pusat Statistika) tahun 2010, terdapat 1.340 suku bangsa di Indonesia. Suku bangsa dapat disebut juga sebagai kelompok etnis. Suku bangsa atau kelompok etnis di Indonesia meliputi suku bangsa asli Indonesia dan suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu etnis terbesar di Indonesia adalah etnis Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis asli dari Indonesia yang berpusat di pulau Jawa. Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa tahun 2013, jumlah etnis Jawa di Indonesia mencapai 40,05%. Selanjutnya etnis yang berasal dari luar Indonesia dan telah menjadi warga negara Indonesia diantaranya etnis Tionghoa. Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa jumlah etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3,7% dan sebagian besar menempati pulau Jawa, dengan suku terbanyak yaitu suku Hokkien. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang ada di Yogyakarta saling hidup berdampingan dan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa perkampungan pecinan yang ada di Yogyakarta. Salah satu kampung pecinan yang menjadi saksi sejarah dimulainya kesuksesan pedagang Tionghoa di Yogyakarta adalah Kampung Ketandan. Kampung Ketandan juga merupakan saksi terjadinya akulturasi budaya Tionghoa, budaya Keraton, dan budaya masyarakat Yogyakarta. Kampung Ketandan berada di kawasan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Malioboro, pusat kota Yogyakarta. Meskipun Kampung Ketandan merupakan kampung pecinan yang di dominasi oleh etnis Tionghoa, namun ada juga penduduk pribumi yang bermukim di kampung ini yaitu penduduk etnis Jawa. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki hubungan yang baik dan saling hidup berdampingan. Akan tetapi, masyarakat sekitar menganggap bahwa dalam perekonomian antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki berbagai perbedaan dalam keberhasilan ekonominya. Menurut Nasikun (1984: 31), masyarakat Tionghoa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pribumi. Perbedaan tersebut dilihat dari kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masing-masing etnis yang meliputi pengelolaan keuangan untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan juga investasi. Dalam sebuah rumah tangga yang berperan penting dalam mengelola keuangan rumah tangga adalah istri. Hal ini didukung dengan hasil survei OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2010 diperoleh data bahwa 51% pengelolaan keuangan rumah tangga dilakukan oleh istri atau ibu rumah tangga. Oleh karena itu, adanya perbedaan kompetensi dalam mengelola keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan adanya perbedaan cara mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilaku dalam mengatur pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh ibu rumah tangga. Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa sangat jeli dalam mengelola keuangannya, dimana setiap pendapatan dan pengeluaran selalu dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
pencatatan. Sedangkan untuk etnis Jawa, berdasarkan berita harian Kompas (4 Maret 2016), masih banyak etnis Jawa yang belum cakap dan terampil dalam mengelola keuangan. Hal ini dikarenakan etnis Jawa tidak rutin dalam melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluarannya. Selain adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, ada juga perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang menyebabkan adanya perbedaan dalam keberhasilan ekonomi. Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 19), etnis Tionghoa lebih mementingkan keterampilan
dalam
memasuki
dunia
kerja
sehingga
mereka
tidak
mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan etnis Jawa lebih mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk jenis pekerjaan, etnis Tionghoa lebih memilih berwirausaha dengan keterampilan yang dimilikinya, sedangkan untuk etnis Jawa lebih memilih bekerja pada badan instansi tertentu yang memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Selain itu, pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa adalah wirausaha yang tidak dibatasi oleh tempat, ruang, dan waktu, berbeda dengan etnis Jawa yang bekerja pada instansi tertentu yang dibatasi oleh tempat, ruang, dan waktu. Selain adanya perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan, ada juga perbedaan gaya hidup dari kedua etnis yang menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
ekonomi. Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk menaikkan gaya hidup mereka jika kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi. Sedangkan menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), orang Jawa cenderung menggunakan penghasilan mereka untuk kebutuhan sehari-hari tanpa mementingkan kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, hal tersebutlah yang menyebabkan adanya anggapan masyarakat umum bahwa dalam perekonomian etnis Tionghoa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul studi komparasi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditemukan fakta-fakta yang mengarah pada batasan masalah penelitian, yang bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang ingin diteliti agar lebih terfokus dengan inti pada penelitian. Peneliti memfokuskan variabel yang ingin diteliti, yaitu Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga, Status Sosial Ekonomi, dan Gaya Hidup Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa. Variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dalam penelitian ini berfokus pada tindakan atau perilaku etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam mengelola keuangan, seperti pembuatan rencana keuangan, pembuatan rincian kebutuhan, dan pembuatan pos-pos pengeluaran. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
sampel dalam penelitian ini juga berfokus pada etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta. Dipilihnya etnis Tionghoa totok dikarenakan etnis Tionghoa ini masih mengikuti budaya leluhur Tionghoa, seperti masih merayakannya hari Cap Go Meh, hari Kue Cang, dan hari Kue Bulan. Berbeda dengan etnis Tionghoa peranakan yang sudah tidak mengikuti budaya leluhur Tionghoa. Sedangkan dipilihnya etnis Jawa Yogyakarta dikarenakan etnis Jawa tersebut merupakan masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta yang merupakan kawasan pecinan. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yang meliputi: 1. Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang berada di pusat perekonomian kota Yogyakarta. 2. Berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa, masyarakat di Kampung Ketandan menganggap bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki perbedaan kelas sosial, yaitu etnis Tionghoa memiliki kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa. Padahal etnis Jawa merupakan masyarakat pribumi asli yang seharusnya lebih menguasai perekonomian di Kampung Ketandan. Anggapan bahwa etnis Tionghoa memiliki Kelas sosial yang lebih tinggi dikarenakan etnis Tionghoa memiliki usaha sendiri dan banyak mempekerjakan masyarakat sekitar di dalam usahanya. Berbeda dengan etnis Jawa, yang rata-rata hanya bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
sebagai karyawan saja, walaupun ada yang memiliki usaha sendiri akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian perbandingan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan juga gaya hidup untuk membuktikan apakah benar etnis Tionghoa memiliki kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa. 3. Keluarga di Kampung Ketandan merupakan tipe keluarga klasik atau tradisional. Tipe keluarga tradisional di Kampung Ketandan meliputi tipe keluarga yang suami bekerja mencari nafkah dan istri yang mengurus rumah tangga, namun ada beberapa rumah tangga yang suami dan istri sama-sama bekerja sebagai kesepakatan dari perkawinannya. Walaupun seorang istri ikut bekerja, akan tetapi perannya dalam mengurus rumah tangga tidak dapat dihindari. Mengurus rumah tangga bukan sekedar menjaga kebersihan rumah, akan tetapi juga mengurus setiap kebutuhan anggota rumah tangga. Maka ibu rumah tangga di Kampung Ketandan memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah rumah tangga, yaitu sebagai pengelola. Salah satu tugas rutin seorang ibu rumah tangga adalah mempersiapkan kebutuhan pokok setiap anggota keluarganya yaitu makanan dan minuman setiap harinya. Oleh karena itu, yang berperan penting dalam mengatur penghasilan suami maupun penghasilan dari dirinya sendiri adalah seorang istri atau ibu rumah tangga. Maka dalam penelitian ini untuk mengetahui kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan, peneliti menggunakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagai responden. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 2. Bagaimana status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 3. Bagaimana gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 4. Apakah ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 5. Apakah ada perbedaan status sosial ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ? 6. Apakah ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ? D. Tujuan Penelitian Dengan melihat rumusan masalah di atas peneliti mengadakan penelitian dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta. 2. Untuk mendeskripsikan status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
3. Untuk mendeskripsikan gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta. 4. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. 5. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan status sosial ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. 6. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Bagi Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah informasi bagi etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta agar dapat meningkatkan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangganya, serta penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status sosial ekonomi dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
etnis Tionghoa dan etnis Jawa, serta menambah referensi kepustakaan di Universitas Sanata Dharma. 3. Bagi Penulis Penelitian kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa memberikan wawasan kepada peneliti tentang bagaimana etnis Tionghoa dan etnis Jawa mengelola keuangan rumah tangganya, serta status sosial ekonomi dan gaya hidup yang dimiliki oleh etnis Tionghoa dan etnis Jawa. F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut (Sugiyono, 2012: 38). Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Kompetensi
pengelolaan
keuangan
rumah
tangga
adalah
kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi: 1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi. 2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang. 3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yaitu kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga tinggi, sedang, dan rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
2. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi: a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. b. Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah nominal. c. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga selama satu bulan. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah ordinal, yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan rendah 3. Gaya Hidup Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi, gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi: a. Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan. b. Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan ibu rumah tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini gaya berpakaian difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan. c. Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri dari aktivitas rutin. Dalam penelitian ini pola rekreasi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup adalah ordinal, yaitu gaya hidup mewah dan gaya hidup sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Menurut Gilarso (2004: 65), kehidupan modern saat ini begitu banyak godaan untuk hidup mewah, sehingga seringkali penghasilan yang diterima menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran juga menjadi masalah karena selalu bertambah terus. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang dihadapi oleh sebuah rumah tangga adalah bagaimana mendayagunakan semaksimal mungkin setiap rupiah yang dimiliki sedemikian rupa sehingga sebuah rumah tangga akan tahu persis berapa uang yang dimiliki, dari mana didapatkan dan dipakai untuk apa saja, dan juga mampu menyisihkannya sebagian untuk ditabung tanpa terlibat dalam hutang yang tidak produktif. Sebuah keluarga yang memiliki penghasilan besar belum tentu dapat dikatakan sebagai keluarga yang makmur, karena besar kecilnya penghasilan itu sangat relatif dan tidak dapat dipakai sebagai ukuran yang pasti untuk makmur atau tidaknya suatu keluarga. Tidak makmurnya sebuah keluarga dapat terjadi apabila penghasilan yang diterima oleh sebuah keluarga besar, akan tetapi masih berhutang sana-sini dan sebaliknya sebuah keluarga akan makmur walaupun memiliki penghasilan yang kecil tetapi cukup dan tidak memiliki hutang. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang harus dijalankan oleh sebuah rumah tangga agar dapat mencapai kesejahteraan atau makmur adalah dengan melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Apabila sebuah keluarga tidak dapat mengendalikan pengelolaan keuangannya secara realistis
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
dan juga terencana maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga yang ekonominya belum dewasa dan mudah terjebak hutang. Pengelolaan keuangan yang baik dan benar dilakukan pada saat awal pendapatan diterima. Pendapatan tersebut terlebih dahulu dialokasikan untuk tabungan, kemudian untuk cicilan dan yang terakhir adalah alokasi untuk belanja kebutuhan rumah tangga. Setiap kebutuhan rumah tangga dalam satu bulan perlu diberi ruang pemisah menggunakan amplop atau dompet khusus yang bertujuan agar dana tersebut digunakan sesuai dengan yang sudah dianggarkan. Maka, sebelum memisahkan anggaran tersebut, ibu rumah tangga terlebih dahulu harus mengetahui pos-pos pengeluaran wajib dalam keuangan keluarga. Menurut Zuhri dan Akbar (2015: 69), pos-pos tersebut meliputi: 1. Pos Pengeluaran Rutin Pos pengeluaran rutin merupakan pos untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, biaya listrik dan air, biaya komunikasi (pulsa telepon dan internet), ongkos transportasi, biaya pendidikan anak, dan uang jajan anak. Alokasi untuk pos ini adalah yang paling tinggi, meskipun yang paling tinggi akan tetapi besaran kebutuhan masih dapat diatur. Alokasi untuk pos ini adalah 40%. 2. Pos Kewajiban Finansial (Cicilan) Pos kewajiban finansial seperti cicilan rumah, cicilan kendaraan, cicilan barang elektronik, dan cicilan lainnya. Pos ini harus diprioritaskan dan nominalnya tidak dapat diutak-atik. Pastikan total pengeluaran dari pos
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
ini tidak lebih dari 20%, karena jika melebihi akan mengganggu arus kas rumah tangga. Alokasi untuk pos ini adalah 20%. 3. Pos Gaya Hidup Cermat
mengelola
keuangan
bukan
berarti
tidak
boleh
menggunakan uang untuk bersenang-senang. Jalan-jalan bersama keluarga, nonton bioskop, makan-makanan favorit, dan memanjakan diri di salon adalah beberapa contoh pengeluaran untuk pos gaya hidup. Pos ini disarankan tidak dianggarkan melebihi 10% dari pendapatan yang diterima setiap bulannya. Apabila membutuhkan anggaran yang lebih besar dalam pos ini, misalnya untuk pembelian barang bermerek maka dapat mengurangi penggunaan pos gaya hidup selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu arus kas dan pos pengeluaran lainnya. Alokasi untuk pos ini adalah 10%. 4. Pos Investasi Pos ini sangat penting karena menyangkut masa depan keluarga. Investasi dapat berupa peralatan, deposito, logam mulia, tabungan pendidikan anak, sampai dengan persiapan dana pensiun. Biasanya pos ini membutuhkan pertimbangan dan bahkan campur tangan penuh dari suami. Alokasi untuk pos ini adalah 10%. 5. Pos Asuransi Salah satu kesalahan dalam manajemen finansial keluarga adalah kepala keluarga yang tidak memiliki asuransi jiwa. Setiap kepala keluarga harus memiliki asuransi jiwa dan sebaiknya membeli produk asuransi saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
kepala keluarga dalam keadaan sehat. Sedangkan bagi anak-anak, yang terbaik adalah memiliki asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga ketika anak sakit. Alokasi untuk pos ini adalah 10%. 6. Pos Dana Darurat Fungsi utama pos ini adalah digunakan pada saat kondisi darurat, seperti saat terkena musibah bencana alam, kehilangan pekerjaan (PHK), usaha bangkrut, dan lain sebagainya. Untuk keamanan finansial keluarga, besaran minimum pos ini adalah 3-6 bulan biaya hidup. Alokasi untuk pos ini adalah 5%. 7. Pos Sosial Pos ini sering dilupakan dan tidak diperhatikan, padahal pos ini sangat penting dan harus dipenuhi terlebih dahulu setelah mendapatkan pendapatan. Yang termasuk dalam pos ini adalah uang santunan bagi yang membutuhkan seperti sedekah atau zakat, biaya arisan keluarga, sumbangan acara pernikahan, kado ulang tahun teman anak-anak, dan juga membantu kerabat atau teman yang sedang kesulitan. Alokasi untuk pos ini adalah 5%. Selain memperhatikan pengeluaran selama satu bulan, pengeluaran yang hanya dilakukan setahun sekali, seperti pembayaran PBB, STNK, dan pengeluaran hari raya juga harus diperhatikan. Usahakan pengeluaran tahunan menggunakan penghasilan yang diterima secara tahunan (bonus dan THR) agar pengeluaran bulanan tidak terganggu. Apabila ternyata pengeluaran tahunan lebih besar dari penghasilannya, maka perlu untuk menyisihkan sebagian dana dari penghasilan bulanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Hal yang perlu diperhatikan juga agar kondisi pengelolaan keuangan rumah tangga dapat berjalan dengan baik adalah dengan menghindari hutang, karena dampak dari hutang sangatlah besar yaitu melakukan pembayaran yang lebih besar dari hutang yang dilakukan, nantinya akan mengacaukan rencana keuangan rumah tangga. A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa dalam melakukan pengelolaan keuangan sangat memperhitungkan keseimbangan antara arus uang keluar dan arus uang masuk. Hal tersebut sangat penting karena merupakan landasan untuk mencapai kebebasan finansial. Oleh karena itu, etnis Tionghoa sangat jeli dalam menentukan untuk apa uang hasil kerja kerasnya. Etnis Tionghoa memiliki sifat yang cenderung berhemat dalam melakukan pengeluaran. Materi seperti mobil dan rumah mewah tidak membuat mereka merasa nyaman secara finansial, tetapi jumlah rekening yang banyak yang membuat mereka merasa nyaman (Malau, 2014). Menurut Salim (2008: 13), untuk mengatur agar keseimbangan antara arus uang masuk dan arus uang keluar tercapai, etnis Tionghoa selalu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan. Dalam mencatat arus uang masuk dan arus uang keluar, antara satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki cara yang berbeda-beda. A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa Masih banyak warga Jawa dalam hal pengelolaan keuangan dapat dikatakan belum cakap atau belum terampil dalam mengelola keuangan terutama untuk kebutuhan jangka panjang (Kompas, 4 Maret 2016). Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Yek dalam Ruslestari (2015: 19), orang Jawa cenderung menggunakan penghasilannya
untuk
kebutuhan
hidup
mereka
tanpa
memikirkan
kelangsungan hidup. Hal tersebut dilihat dari jarangnya melakukan pencatatan keuangan, sehingga terkadang mereka tidak mengetahui berapa jumlah uang yang dikeluarkan dalam satu bulan. Karena tidak melakukan pencatatan keuangan inilah yang membuat mereka menjadi sulit mengontrol dan mengatur keuangan sehingga hidup akan menjadi lebih boros dan tidak terencana. B. Tingkat Pendidikan 1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), pola pendidikan yang ditanamkan oleh orang tua etnis Tionghoa kepada anak-anaknya cenderung menjadikan anak-anak mereka untuk menjadi seorang pedagang atau pebisnis. Hal ini diawali dari masa pemerintahan orde baru yang berusaha untuk menghilangkan hak-hak etnis Tionghoa sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Sebelum memasuki era reformasi 1998, masyarakat etnis Tionghoa merupakan kaum minoritas di Indonesia dan sangat dikawal ketat oleh pemerintah. Masyarakat dari kalangan etnis Tionghoa hanya dibenarkan untuk berwirausaha dan hanya itu satu-satunya pekerjaan yang diberikan pemerintah. Masyarakat etnis Tionghoa tidak boleh masuk dalam tubuh pemerintahan dan mereka harus bertahan hidup dengan berdagang atau berbisnis. Kondisi itu mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat etnis Tionghoa. Para orang tua pesimis menyekolahkan anaknya hingga selesai di tingkat SMA atau perguruan tinggi. Mereka sudah dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
memastikan pekerjaan yang bisa dilakukan anaknya hanyalah berbisnis. Oleh karena itu, sejak kecil anak-anak etnis Tionghoa sudah dididik untuk berdagang. Mereka diajar berhitung sejak kecil dan membantu usaha keluarga. 2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), Bagi orang Jawa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang dapat merubah kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang tinggi pula sehingga mereka akan memperoleh masa depan yang baik. Oleh karena itu, orang tua etnis Jawa cenderung menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. C. Jenis Pekerjaan Menurut Spillanne dalam Kristanti (1999: 37), pekerjaan digolongkan menjadi 9 golongan dan disesuaikan dari pekerjaan terendah sampai tertinggi yang meliputi: 1. Golongan A, meliputi meninggal dunia, pensiun, tidak pernah mempunyai pekerjaan tetap. 2. Golongan B, meliputi buruh nelayan, buruh tani, buruh penebang kayu. 3. Golongan C, meliputi buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang penarik becak. 4. Golongan D, meliputi pembantu, penjual keliling, tukang cuci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
5. Golongan E, meliputi artis seniman, buruh tetap, montir, pandai besi, penjahit, penjaga toko, sopir bus, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin. 6. Golongan F, meliputi pemilik colt, penggarap tanah, pegawai keamanan, mandor, pedagang, pegawai kantor, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah, pegawai sipil ABRI, pemilik toko. 7. Golongan G, meliputi ABRI, pegawai badan hukum, manajer perusahaan kecil, supervisor, kepala bagian, pamong praja, pegawai negeri (Gol Ia-Ib). 8. Golongan H, meliputi guru SLTP/SLTA, juru rawat, pegawai negeri (Gol IIa-IIb), kepala sekolah, pekerja sosial, perwira ABRI, kontraktor, wartawan. 9. Golongan I, meliputi ahli hukum, manajer perusahaan, ahli ilmu tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, kepala kantor pusat, menteri, peneliti, pengarang, penerbang, bupati, kontraktor besar, pegawai negeri (Gol IIIa ke atas). C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 18), etnis Tionghoa lebih memilih pekerjaan wirausaha, karena mereka memandang bahwa menjadi pengusaha akan lebih berpeluang sukses daripada menjadi karyawan. Selain itu, berdagang tidak dibatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Kegiatan perdagangan
menyediakan
ruang
mengembangkan kemampuannya.
yang luas
bagi
seseorang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Jawa bekerja disegala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka juga bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan, pertanian, dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan merupakan salah satu yang paling menonjol dibandingkan pekerjaan yang lain. D. Pendapatan 1. Pendapatan Etnis Tionghoa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Tionghoa dikenal sebagai etnis yang berpenghasilan tinggi karena mereka berani menggunakan penghasilan mereka untuk berinvestasi demi kelangsungan hidup mereka. Selain itu, salah satu kunci keberhasilan keuangan etnis Tionghoa adalah mereka senantiasa menabung sebanyak 50% dari total pendapatan yang dimiliki setiap bulannya. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan menabung setengah dari seluruh pendapatan yang diterima dapat menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Memakai uang sesuai kebutuhan serta sikap enggan berfoya-foya menjadikan etnis Tionghoa selalu terjaga keuangannya. Mereka sebisa mungkin akan mengatur keuangan agar uang yang ada tidak terbuang sia-sia. Menurut Seng dalam Farhani (2014: 2), kerja keras merupakan kunci keberhasilan etnis Tionghoa. Kemauan bekerja dari bawah membuat mereka lebih menghargai uang. Etnis Tionghoa tidak hanya gemar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
menabung tetapi juga berinvestasi baik itu properti, saham, atau obligasi. Jika tabungan dianggap sebagai bentuk persediaan untuk kebutuhan mendesak, maka investasi akan digunakan untuk menjamin hidup mereka di masa mendatang. Mereka selalu menggunakan uang yang mereka miliki untuk membeli sesuatu yang di masa depan akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan cerdas memanfaatkan uang kelak keuntungan yang besar akan datang. 2. Pendapatan Etnis Jawa Menurut Habib dalam Kusumawardhani (2014: 2), dari segi pendapatan etnis Jawa dapat dikatakan memiliki pendapatan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kebanyakan etnis Jawa memiliki golongan pekerjaan yang berpenghasilan cukup tinggi, seperti manajer perusahaan, administrasi negara, dan kemiliteran, walaupun pendapatan yang diterima menggunakan sistem gajian. Maka dapat disimpulkan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sebaliknya, seseorang yang memiliki pendidikan rendah biasanya cenderung memiliki jenis pekerjaan yang kurang baik, serta memiliki pendapatan yang kecil. Perbedaan karakteristik inilah yang membuat setiap rumah tangga memiliki kesempatan dan kedudukan yang berbeda-beda di masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
E. Gaya Hidup 1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk menaikkan gaya hidup mereka apabila kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi, akan tetapi mereka akan menaikkan gaya hidup mereka jika kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Oleh karena itu, banyaknya etnis Tionghoa yang memiliki gaya hidup yang tidak konsumtif dikarenakan etnis Tionghoa cenderung menggunakan uangnya untuk sesuatu hal yang dapat membawa keuntungan lebih bagi hidupnya seperti melakukan investasi. 2. Gaya Hidup Etnis Jawa Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Jawa akan menggunakan penghasilannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidupnya, terutama bagi mereka yang bekerja di badan instansi tertentu. Namun, ada juga etnis Jawa yang menggunakan penghasilannya dengan secukupnya. Oleh karena itu, etnis Jawa yang menggunakan penghasilannya hanya untuk kebutuhan dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang konsumtif, sedangkan bagi etnis Jawa yang menggunakan penghasilannya dengan secukupnya dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang tidak konsumtif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
F. Etnis Setiap daerah yang ada di Indonesia bukan hanya di huni oleh masyarakat pribumi akan tetapi juga dihuni oleh masyarakat pendatang, sehingga Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan berbagai etnis yang berbeda-beda. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005:9), etnis adalah kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. Menurut Soekanto dalam Liliweri (2005: 10), etnis adalah hal-hal yang berkaitan dengan suku bangsa dan ras. Perbedaan Etnis dalam kehidupan seharihari dapat dibedakan melalui norma, perilaku, bahasa, dan beberapa karakteristik lainnya. 1. Etnis Tionghoa Etnis Tionghoa merupakan etnis keturunan Tiongkok yang masuk ke Indonesia melalui perdagangan. Etnis Tionghoa juga merupakan kaum minoritas di Indonesia. Menurut Gondomono (2002: 5), etnis Tionghoa di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan dari wilayah Tiongkok Tenggara. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 46), golongan etnis Tionghoa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Tionghoa Totok Tionghoa totok adalah etnis Tionghoa yang masih merupakan keturunan asli dari Tiongkok, yang ayah dan ibunya berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Tiongkok. Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa totok adalah bahasa mandarin. Pendidikan keluarga Tionghoa totok lebih mengikuti pendidikan budaya leluhur. b. Tionghoa Peranakan. Tionghoa peranakan adalah etnis Tionghoa yang merupakan hasil perkawinan antara Tionghoa totok dengan masyarakat pribumi. Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa peranakan adalah bahasa daerah tempat mereka tinggal. Kehidupan sehari-hari tionghoa peranakan lebih terbuka dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Walaupun Tionghoa peranakan merupakan campuran dari masyarakat pribumi, akan tetapi biasanya mereka tetap masih mengikuti budaya leluhur mereka dari Tiongkok. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa etnis Tionghoa di Indonesia terbagi menjadi dua golongan, yaitu Tionghoa totok dan Tionghoa peranakan. Walaupun etnis Tionghoa memiliki dua golongan, akan tetapi mereka tetap masih menjunjung tinggi kebudayaan leluhur mereka dimanapun mereka tinggal. 2. Etnis Jawa Etnis Jawa merupakan etnis asli Indonesia yang berpusat di pulau Jawa. Selain bermukim di pulau Jawa, etnis Jawa juga bermukim di daerah Indonesia lainnya. Etnis Jawa yang bermukim di luar pulau Jawa, mereka disebut sebagai orang Jawa. Menurut Yana (2012), orang Jawa adalah orang yang bahasa ibunya menggunakan bahasa Jawa dan merupakan penduduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 99), masyarakat Jawa dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a. Golongan Orang Biasa dan Pekerja Kasar Golongan ini kebanyakan hidup di kampung-kampung dan bekerja pada bidang usaha pertanian, buruh, pegawai rendah, dan pedagang kecil. b. Golongan Pedagang atau Saudagar Golongan ini biasanya hidup secara berkelompok dan melaksanakan bidang usaha perdagangan pada sektor-sektor yang belum banyak dimasuki oleh tengkulak. Golongan ini biasanya bergerak di usaha pertanian, usaha kerajinan, dan alat-alat rumah tangga. c. Golongan Pegawai Negeri atau Priyayi Golongan ini merupakan golongan dengan kelas sosial paling tinggi di Jawa. golongan ini dibagi menjadi dua, yaitu pegawai pemerintahan dan kaum bangsawan. Golongan bangsawan merupakan golongan dengan status sosial yang tinggi, karena mereka merupakan keturunan raja beserta kerabatnya. Menurut Haryono (1993: 102), walaupun etnis Jawa memiliki tiga golongan, akan tetapi pada dasarnya kehidupan sehari-hari dan sifat-sifat mereka boleh dikatakan hampir sama. Hal ini dikarenakan etnis Jawa memiliki tradisi dan akar budaya yang sama. Induk kebudayaan Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
terletak pada tiga unsur, yaitu Raja, Tapa, dan Kekuasaan. Etnis Jawa juga memiliki prinsip hidup, yaitu rukun, hormat, dan toleransi. G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta Dari aspek ekonomi, secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak jauh berbeda dari ekonomi masyarakat pribumi. Penguasaan ekonomi diantara kedua kelompok tampak seimbang dalam arti banyak pengusaha pribumi yang memiliki bidang usaha dan skala usaha yang tidak kalah besar atau berada pada level yang hampir sama. Data dari Deperindag sejak tahun 1995 – 1998, menunjukan bahwa pengusaha pribumi, baik perusahaan besar, menengah maupun kecil, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan milik pengusaha Tionghoa. Akan tetapi, kesenjangan antara kedua kelompok masyarakat ini relatif tidak terlampau besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengusaha pribumi lebih banyak terjun dalam bisnis batik, hotel, kerajinan perak, pom bensin, jasa pariwisata, transportasi, kerajinan, dan cinderamata. Sedangkan pengusaha Tionghoa lebih mendominasi dalam bisnis mobil, motor, bengkel dan onderdil, barang elektronik, emas, pabrik tekstil, toko besar dan bangunan, serta foto. Walaupun adanya semacam pengelompokkan usaha berdasarkan bidang usaha, boleh jadi menghindarkan terjadinya persaingan secara langsung antara pengusaha pribumi dan pengusaha Tionghoa. Hubungan antara distributor Tionghoa dengan subdistributornya yang pribumi pada kenyataannya adalah sebuah kemitraan dari pada kompetisi. Kerja sama dalam bentuk lain dapat dilihat misalnya disepanjang pertokoan di Malioboro, beberapa toko milik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
orang Tionghoa memperbolehkan pedagang kaki lima untuk berjualan di emper tokonya secara bersamaan dengan jam buka usahanya. Kerja sama itu, juga merupakan pelindung bagi pemilik toko Tionghoa, karena bisa dekat dengan para preman. Dari segi kebudayaan, masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak terikat secara ketat pada suatu adat istiadat maupun rasa identitas bersama. Mereka memiliki orientasi kultural yang beragam. Unsur yang memberikan identitas hanya terbatas pada penampilan fisik, seperti kulit kuning langsat atau mata sipit. Secara kultural ke-Tionghoan mereka boleh dikatakan sudah pudar, kecuali dua buah kelenteng dan rumah makan “Tio Ciu” yang merupakan sisa identitas lama. Bahasa yang digunakan juga bukan lagi bahasa Tionghoa, setidaknya dalam ruang publik dan bahkan mayoritas mereka sudah tidak menguasai lagi. Dalam sehari-hari mereka lebih banyak berbicara bahasa Jawa atau bahasa Indonesia. Demikian pula dalam kehidupan agama, selain Khonghucu, banyak juga di antara mereka yang menganut agama lainnya seperti Kristen, Katolik, Buddha, atau Islam. Selain itu, meskipun tidak banyak jumlahnya, banyak di antara mereka yang umumnya berasal dari kelas menengah-bawah yang menjadi anggota perkumpulan-perkumpulan aliran kebatinan atau kejawen yang cukup banyak di Yogyakarta. Dari segi kedekatan dan apresiasi terhadap budaya Jawa, orang Tionghoa Yogyakarta dapat dikatakan mencapai tingkat yang cukup tinggi, tidak sedikit dari mereka yang menggemari kesenian tradisional seperti wayang kulit, wayang orang, ketoprak, dan gamelan. Bahkan di kota Yogyakarta pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
terbentuk satu perkumpulan wayang orang dan dua buah perkumpulan ketoprak, yang mana para pemainnya terdiri dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa. selain itu, sebuah keluarga kaya dari masyarakat Tionghoa, yang juga mendapat gelar bangsawan, membangun sebuah museum kain batik (Jawa) yang mungkin satu-satunya di Indonesia. Secara umum, menurut Nasikun dalam Susanto (2003: 84), dapat dikatakan bahwa etnis Tionghoa di Yogyakarta mempunyai gaya hidup “low profile”. Setidaknya sejauh yang diamati, hal itu dapat dilihat dari rumah, mobil, busana, pilihan hiburan atau kegiatan untuk mengisi waktu luang. Dalam hal ini, etnis Tionghoa Yogyakarta sendiri membedakan dirinya dari etnis Tionghoa di kota-kota besar lain, yang menurut mereka lebih “high profile”. Bila ada etnis Tionghoa yang demikian, mereka akan menilai “itu pasti bukan orang Tionghoa Yogyakarta Asli”. Menurut mereka etnis Tionghoa Yogyakarta Asli itu “lebih tahu diri” dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial kultural Yogyakarta. Sikap low profile tersebut, menyebabkan masyarakat Tionghoa mampu membangun interaksi yang baik dengan masyarakat lainnya. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus ditemukan orang Tionghoa yang dipercaya menjadi ketua atau pengurus RT atau RW di lingkungan yang mayoritas pribumi. Berdasarkan usia dan generasi, etnis Tionghoa dibagi menjadi dua, yaitu generasi muda dan generasi tua. Generasi tua berusia 40 tahun ke atas. Generasi tua memiliki pengalaman hidup yang panjang sebagai orang Indonesia dan Yogyakarta. Oleh karena itu, dari segi riwayat pendidikan, generasi tua banyak diantaranya yang mendapatkan pendidikan di sekolah Tionghoa dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
diskriminasi. Sedangkan untuk generasi muda berusia di bawah 40 tahun. Generasi muda umumnya hidup di masa pembangunan. Oleh karena itu, generasi muda sudah mendapatkan pendidikan yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tanpa adanya diskriminasi, stereotip, dan bahkan tragedi yang dialami oleh etnis Tionghoa generasi tua. H. Ibu Rumah Tangga Sebuah rumah tangga harus memiliki seseorang yang dapat mengatur dan bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Tugas ini biasanya dijalankan oleh seorang ibu rumah tangga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Maka seorang ibu rumah tangga memiliki berbagai macam peran dalam sebuah keluarga. Menurut Baqhir (2003: 64) peran penting ibu rumah tangga dalam keluarga adalah: 1. Ibu Sebagai Manajer Ibu rumah tangga harus mampu mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam keadaan atau kondisi anggota keluarganya ke dalam satu tujuan rumah tangga. 2. Ibu Sebagai Guru Seorang ibu rumah tangga harus mampu mendidik anak-anaknya, mengajarkan sesuatu yang baru, melatih, membimbing, mengarahkan, serta memberikan penilaian baik atau buruk berupa penghargaan maupun hukuman yang mendidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
3. Ibu Sebagai Juru Masak Ibu rumah tangga harus pandai berkreasi dalam menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan malam. 4. Ibu Sebagai Akuntan Ibu rumah tangga harus mampu mengelola APBK (Anggaran Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaik-baiknya, bagaimana mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar listrik, telepon, kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan lainnya yang tak terduga. Peran ibu rumah tangga
juga
sebagai
seseorang
yang mampu
membantu
perekonomian keluarga dengan tidak melupakan tugasnya sebagai seorang ibu. 5. Ibu sebagai Desain Interior Ibu rumah tangga harus mampu menciptakan atau menata berbagai perabotan yang ada di rumahnya untuk menciptakan suasana baru, tidak membosankan anggota keluarganya. Sehingga rumah nyaman untuk ditempati oleh keluarga. 6. Ibu Sebagai Dokter Seorang ibu harus mampu mengupayakan kesembuhan dan menjaga anggota keluarga dari berbagai hal yang mengancam kesehatan. Berbagai macam cara dilakukan untuk menjaga anggota keluarganya tetap dalam keadaan sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki tanggung jawab atas rumah tangganya agar sejahterah. Maka seorang ibu rumah tangga memiliki sejumlah peran, yaitu sebagai manajer, guru, juru masak, akuntan, desain interior, dan dokter. I. Penelitian Terdahulu Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No.
1.
Judul Penelitian (Tahun) Pengelolaan Keuangan Keluarga Pedagang Etnis Cina Dwi Suhartini dan Jefta Ardhian Renanta (2007)
Metode dan Alat Analisis Metode kualitatif
Tujuan Penelitian
1.
Analisis interaktif (interactive model of analysis)
2.
3.
Untuk mengetahui manajemen pengelolaan keuangan dalam keluarga, meliputi pemasukan dan pengeluaran keuangan dalam keluarga. Untuk mengetahui sistem pencatatan keuangan yang digunakan dalam keluarga. Untuk mengetahui proses penyusunan anggaran keuangan keluarga.
Hasil Penelitian
1.
2.
3.
Keluarga Etnis Cina selalu membuat catatan pengeluaran dan pemasukan, dalam mencatat arus masuk dan keluar uang terdapat cara yang berbedabeda antara satu keluarga dengan yang lain. Cara pencatatan keuangan keluarga pedagang Etnis Cina di Kya-Kya Kembang Jepun selain ikut melibatkan istri, perlibatan anak dalam pencatatan keuangan keluarga terjadi pada beberapa keluarga. Penyusunan anggaran dimulai dengan membuat anggaran pengeluaran harian selama satu bulan, dalam menyusun anggaran ini seluruh anggota keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
No.
2.
Judul Penelitian (Tahun)
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga, dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi terhadap Literasi Finansial Mahasiswa Irin Widayati (2014)
Metode dan Alat Analisis
Penelitian eksplanatori (explanatory research) Analisis jalur dan analisis regresi dengan uji selisih mutlak
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengkaji pengaruh langsung maupun tak langsung status sosial ekonomi orang tua, pendidikan pengelolaan keuangan keluarga, dan pembelajaran di perguruan tinggi terhadap literasi finansial.
Hasil Penelitian
1.
2.
3.
melakukan pembicaraan terlebih dahulu Status sosial ekonomi orang tua tidak mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan tidak mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek sikap. Pendidikan pengelolaan keuangan keluarga mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan juga mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek sikap. Pembelajaran di perguruan tinggi mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek kognitif dan juga mempunyai pengaruh langsung positif signifikan terhadap literasi finansial aspek sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
No.
3.
Judul Penelitian (Tahun) Pengaruh Pendidikan Keuangan di Keluarga, Sosial Ekonomi Orang Tua, Pengetahuan Keuangan, Kecerdasan Spiritual, dan Teman Sebaya terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa S1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Chusnul Chotimah dan Suci Rohayati
Metode dan Alat Analisis Penelitian kuantitatif Uji regresi linier berganda dengan berbantuan SPSS versi 20 for Windows
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan keuangan di keluarga, sosial ekonomi orang tua, pengetahuan keuangan, kecerdasan spiritual, dan teman sebaya terhadap manajemen keuangan pribadi mahasiswa S1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya baik secara simultan maupun parsial.
Hasil Penelitian
1.
2.
3.
Pendidikan keuangan di keluarga, sosial ekonomi orang tua, pengetahuan keuangan, kecerdasan spiritual, dan teman sebaya secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen keuangan pribadi mahasiswa. Pendidikan keuangan di keluarga, pengetahuan keuangan, dan teman sebaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen keuangan pribadi. Sosial ekonomi orang tua dan kecerdasan spiritual tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen keuangan pribadi.
J. Kerangka Berpikir Etnis merupakan penggolongan seseorang berdasarkan kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah, dan hubungan kekerabatan. Etnis dalam penelitian ini adalah etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta asli yang bermukim di Kampung Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Kampung Ketandan terletak dipusat perekonomian kota Yogyakarta, kampung ini dipengaruhi oleh dua etnis yang menjadi pelaku dalam kegiatan ekonomi, etnis tersebut adalah etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sering dianggap oleh etnis lainnya memiliki perbedaan dalam keberhasilan ekonomi, hal ini dilihat dari banyaknya usaha yang dijalankan oleh etnis Tionghoa sepanjang jalan Kampung Ketandan, dibandingkan dengan etnis Jawa yang lebih banyak bekerja sebagai karyawan. Perbedaan keberhasilan ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dianggap memiliki perbedaan dalam kompetensi mengelola keuangan rumah tangga, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Selain dianggap memiliki perbedaan dalam kompetensi mengelola keuangan rumah tangga, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sering dianggap memiliki status sosial ekonomi yang berbeda yang menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan ekonomi. Perbedaan ini dilihat dari tingkat pendidikan yang menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 19), etnis Tionghoa lebih mementingkan keterampilan dalam memasuki dunia kerja dari pada tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan etnis Jawa lebih mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, etnis Tionghoa lebih memilih jenis pekerjaan wirausaha, sedangkan untuk etnis Jawa lebih memilih jenis pekerjaan karyawan swasta. Begitu juga dengan pendapatan, etnis Tionghoa lebih memiliki pendapatan yang tinggi di bandingkan dengan etnis Jawa. Hal ini dikarenakan jenis pekerjaan etnis Tionghoa tidak dibatasi oleh ruang, tempat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
dan waktu, sedangkan untuk etnis Jawa jenis pekerjaannya dibatasi oleh ruang, tempat, dan waktu. Selain dianggap memiliki perbedaan kompetensi dalam mengelola keuangan rumah tangga dan juga status sosial ekonomi, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sering dianggap memiliki perbedaan gaya hidup yang menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan dalam ekonomi. Etnis Tionghoa akan memiliki gaya hidup yang sederhana apabila kondisi ekonomi mereka belum lebih dari mencukupi dan etnis Tionghoa akan memiliki gaya hidup yang mewah apabila kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Berbeda dengan etnis Jawa yang selalu mementingkan kebutuhan mereka saat itu juga tanpa memikirkan kondisi ekonomi mereka dalam keadaan yang baik atau tidak. Mewah atau sederhananya gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa dapat dilihat dari konsumsi makanan dan minuman, pakaian yang dikenakan dan juga liburan yang dilakukan. Oleh karena itu, Penelitian ini dilakukan guna mengetahui bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan yang dianggap masyarakat memiliki perbedaan. Setelah keseluruhan data telah didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan atas hasil yang telah didapatkan, untuk melihat apakah benar anggapan masyarakat bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki perbedaan dalam kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan, serta gaya hidup. Dari penjelasan yang telah dilakukan di atas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
maka dapat dibuat kerangka berpikir yang terkait dengan penelitian ini, kerangka berpikir tersebut sebagai berikut: Gambar II.1. Bagan Kerangka Pikir Etnis
Etnis Tionghoa
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Status Sosial Ekonomi
Etnis Jawa
Gaya Hidup
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Status Sosial Ekonomi
Gaya Hidup
Perbedaan Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga, Status Sosial Ekonomi, Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
K. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan jawaban sementara melalui hipotesis, sebagai berikut: 1. Ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. 2. Status Sosial Ekonomi (Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, dan Pendapatan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
a. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. b. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. c. Ada perbedaam status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. 3. Ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat komparatif. Menurut Sugiyono (2012: 14), jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan, sedangkan komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Maka penelitian ini mencoba mengungkap perbandingan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Alasan dipilihnya lokasi ini, dikarenakan Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang berada di pusat perekonomian kota Yogyakarta dan Kampung Ketandan juga merupakan kampung Pecinan yang menjadi cagar budaya kota Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa masyarakat di Kampung Ketandan selain dihuni oleh etnis Tionghoa juga dihuni oleh etnis Jawa. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Arikunto, 2006: 145). Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta. 2. Objek Penelitian Objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38). Objek penelitian ini adalah kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa. D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 32 ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan 24 ibu rumah tangga etnis Jawa, jumlah ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sehingga secara keseluruhan berjumlah 56 ibu rumah tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta. Dipilihnya etnis Tionghoa totok dikarenakan etnis Tionghoa ini masih mengikuti budaya leluhur Tionghoa, seperti masih merayakannya hari Cap Go Meh, hari Kue Cang, dan hari Kue Bulan. Sedangkan dipilihnya etnis Jawa Yogyakarta dikarenakan etnis Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
tersebut merupakan masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian. Oleh karena itu, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 35 ibu rumah tangga yang terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2012: 81), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2006:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan besarnya sampel, menurut Arikunto (2006: 174), apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel seluruhnya yang berjumlah 35 ibu rumah tangga, yang terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis Jawa Yogyakarta. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012: 96). Hal ini dilakukan karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil, yaitu masing-masing etnis kurang dari 30 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 1. Variabel Penelitian a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan rumah tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi: 1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi. 2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang. 3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu: 1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Tinggi Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga tinggi dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang selalu membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan,
pos-pos
pengeluaran,
melakukan
pencatatan
penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
produknya, serta tidak pernah melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini selalu rutin mengelola keuangannya. 2) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Sedang Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sedang dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa tidak rutin dalam membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran tahunan, masih melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini tidak rutin dalam mengelola keuangannya. 3) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Rendah Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga rendah dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang tidak pernah membuat perencanaan keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya, serta selalu melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini sama sekali tidak pernah mengelola keuangannya. Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Variabel Indikator No. Soal Kuesioner Kompetensi a. Pengelolaan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, Pengelolaan Keuangan 13,14,15,16 Keuangan b. Tabungan 17,18,19 Rumah c. Investasi 20 Tangga
b. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari segi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi: 1) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu dasar, menengah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
tinggi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ibu rumah tangga dikelompokkan dan diberi kategori sebagai berikut: Tabel III.2 Kategori Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Kategori SD/SMP Dasar SMA/SMK Menengah Diploma dan Sarjana Tinggi
2) Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah nominal. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini ada 4 jenis pekerjaan sesuai dengan hasil kuesioner yang didapatkan, kemudian diberi kode sebagai berikut: Tabel III.3 Kode Jenis Pekerjaan Pekerjaan Kode Tidak memiliki pekerjaan 1 Karyawan swasta 2 Wirausaha 3 Pegawai negeri 4
3) Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga selama satu bulan. Untuk melihat tinggi atau rendahnya pendapatan yang diterima, penelitian ini mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah
ordinal.
Maka
diperoleh
pengukuran
dengan
mengklasifikasikan kategori sebagai berikut: Tabel III.4 Kategori Pendapatan Pendapatan < Rp 1.452.399,00 Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 > Rp 3.452.400,00
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Tabel III.5 Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi Variabel Indikator Status a. Tingkat pendidikan Sosial b. Pekerjaan Ekonomi c. Pendapatan
No. Soal Kuesioner 1 2 3
c. Gaya hidup Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi: 1) Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini, pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering
mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
bermerek
internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan. 2) Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan dari ibu rumah tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini, gaya berpakaian difokuskan
pada
frekuensi
atau
tingkat
seberapa
sering
menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan. 3) Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri dari aktivitas rutin. Dalam penelitian ini, pola rekreasi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun. Untuk mengetahui frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi, maka pertanyaan tersebut diukur menggunakan skala rating scale dengan pilihan selalu apabila ≥ 3 kali, sering 3 kali, kadangkadang 2 – 1 kali, dan tidak pernah 0 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu: 1) Gaya Hidup Mewah Gaya hidup mewah dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang tinggi, yaitu ≥ 3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang boros. Oleh karena itu ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut: a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang selalu bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart, superindo, dan carefour) ≥ 3 kali dalam sebulan. b) Gaya berpakaian yang selalu mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta tidak pernah melakukan pertimbangan harga pakaian sebelum membeli ≥ 3 kali dalam sebulan. c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga, yang selalu dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur ke luar kota saat liburan panjang ≥ 3 kali dalam setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
2) Gaya Hidup Sederhana Gaya hidup sederhana dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang sedang, yaitu ≤ 3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat dikatakan memiliki gaya hidup yang tidak boros. Oleh karena itu, ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai berikut: a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang hanya kadangkadang saja bermerek internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta kadang-kadang juga melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart, superindo, dan carefour) ≤ 3 kali dalam sebulan. b) Gaya berpakaian yang hanya kadang-kadang saja mengikuti mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian, serta kadang-kadang juga melakukan pertimbangan harga pakaian sebelum membeli ≤ 3 kali dalam sebulan. c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga yang hanya kadang-kadang saja dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≤ 3 kali dalam sebulan dan juga kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
kadang saja berlibur ke luar kota saat liburan panjang ≤ 3 kali dalam setahun. Tabel III.6 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup Variabel Indikator No. Soal Kuesioner Gaya Hidup a. Pola Konsumsi 1,2,3,4 b. Gaya Berpakaian 5,6,7,8 c. Pola Rekreasi 9,10,11 2. Cara Pengukuran Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rating scale. Dalam skala model rating scale, tidak hanya mengukur terhadap sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lainnya (Sugiyono, 2012: 98). Rating scale dalam penelitian ini menggunakan skala penilaian kategori. Untuk variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup mempergunakan empat alternatif jawaban : “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Skor jawaban yang mempunyai nilai antara 1 sampai 4 digunakan untuk pertanyaan bersifat negatif dan skor jawaban yang mempunyai nilai antara 4 sampai 1 digunakan untuk pertanyaan bersifat positif. Untuk variabel status sosial ekonomi, yang dilihat dari tingkat pendidikan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “SD/SMP”, “SMA/SMK dan Diploma”, serta “Sarjana” memiliki kategori dasar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
menengah, dan tinggi, sedangkan untuk status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “< Rp. 1.452.399,00”, “Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00”, dan “> Rp. 3.452.400,00” memiliki kategori rendah, sedang, dan tinggi. F. Data yang dicari Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data primer Menurut Sugiyono (2012: 137), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data tersebut meliputi: a. Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, yang meliputi pengelolaan keuangan, tabungan, dan investasi. b. Status sosial ekonomi, yang meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan. c. Gaya hidup, yang meliputi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi. 2. Data sekunder Menurut Sugiyono (2012: 137), data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data tersebut meliputi data jumlah rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, kondisi fisik Kampung Ketandan, keadaan geografis Kampung Ketandan, keadaan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
dan budaya masyarakat Kampung ketandan, dan perekonomian masyarakat Kampung Ketandan. G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: 1. Wawancara Wawancara digunakan untuk mencari informasi awal sebelum melakukan penelitian lebih lanjut. Informasi awal tersebut berupa kondisi perekonomian dan sosial budaya masyarakat Kampung Ketandan. Wawancara tersebut ditunjukan kepada ketua RW 05 Kampung Ketandan. Selain untuk mencari informasi awal, teknik pengumpulan data tersebut juga digunakan untuk mencari data-data yang relevan lainnya pada saat bertemu dengan sampel dari penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keakuratan data yang diperoleh. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan kondisi fisik Kampung Ketandan. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
tersimpan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi berupa data kependudukan, dan letak geografis. 4. Kuesioner Tujuan dari teknik pengumpulan data dengan kuesioner adalah untuk mencari data primer. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup. Tipe kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup merupakan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan. H. Pengujian Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Oleh karena
itu,
setiap
penyusunan
instrumen
dalam
penelitian
harus
memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti apa yang hendak diukurnya, apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik yang dikehendaki, dan sejauhmana perbedaan skor yang diperoleh menggambarkan karakteristik yang akan diukur. Maka, sebelum pengumpulan data yang sesungguhnya angket atau kuesioner yang akan digunakan harus di uji coba terlebih dahulu. Uji coba tersebut meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Uji validitas dan reliabilitas biasanya digunakan untuk mengevaluasi item-item pertanyaan yang mengukur konstrak atau faktor penelitian dalam suatu kuesioner. Konstrak adalah variabel penelitian yang tidak bisa diukur secara langsung sehingga nilainya diukur melalui indikator-indikatornya. Maka untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas tidak dapat digunakan untuk semua kuesioner. Kuesioner yang dapat di uji validitas dan reliabilitasnya adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan, sehingga diperlukan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya. Dalam penelitian ini, variabel yang dapat di uji validitas dan reliabilitasnya adalah variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Sedangkan untuk kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa di identifikasi, seperti pendidikan dan pekerjaan tidak dapat di uji validitas dan reliabilitasnya. Maka dalam penelitian ini variabel yang tidak dapat di uji validitas dan reliabilitasnya adalah variabel status sosial ekonomi. Dalam penelitian ini, peneliti langsung menguji kuesionernya dengan sampel lengkap sesuai penelitian yang mana item-item pertanyaan yang tidak lolos pengujian validitas dan reliabilitas langsung di hapus. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas menyangkut akurasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
instrument. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment. 𝑟𝑥𝑦 =
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦) √[𝑛 ∑ 𝑥 2 − (∑ 𝑥)2 ][𝑛 ∑ 𝑦 2 − (∑ 𝑦)2 ]
Keterangan: rxy N ∑X ∑Y ∑XY (∑X)2 (∑Y)2
= koefisien korelasi = jumlah responden = jumlah skor X = jumlah skor Y = hasil kali skor X dan Y setiap responden = kuadrat jumlah skor X = kuadrat jumlah skor Y Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata
(α) 5% dengan kriteria kelayakan sebagai berikut: a. rxy > rtabel berarti valid b. rxy < rtabel berarti tidak valid 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah pengukuran yang digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas digunakan untuk melihat keandalan kuesioner dalam sebuah penelitian. Dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach: 𝑟11
𝑘 ∑𝛼𝑏2 =⌊ ⌋ ⌈1 2 ⌉ 𝑘−1 𝛼1
Keterangan: r11 K ∑𝛼𝑏2 𝛼12
= reliabilitas = banyaknya butir soal = jumlah varian butir soal = varians soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha, dengan cara membandingkan nilai rhitung dan rtabel. Kuesioner dikatakan reliabel apabila rhitung ≥ rtabel, sedangkan kuesioner dinyatakan tidak reliabel apabila rhitung ≤ rtabel. Adapun kriterianya: a. rhitung > 0,6 berarti reliabel b. rhitung < 0,6 berarti tidak reliabel 3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Pengujian Validitas Pengujian validitas instrumen dilakukan pada instrumen yang mengukur kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Instrumen berupa kuesioner yang diisi oleh responden dengan N = 35, α = 5%, dengan df = N – 2 (df = 35 – 2 = 33), sehingga diperoleh nilai r tabel sebesar 0,344. Jadi, koefisien Corrected Item-Total Correlation untuk etnis Tionghoa harus lebih besar dari 0,344 agar suatu item dinyatakan valid. Hasil uji validitas dilaporkan dalam tabel berikut: Tabel III.7 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
r hitung
r tabel
Kesimpulan
0,674 0,639 0,655 0,649 0,451 0,622 0,299 0,572 0,738 0,653 0,575
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
No. Item 12 13 14 15 16 17 18 19 20
r hitung
r tabel
Kesimpulan
0,448 0,758 0,644 0,617 0,611 0,650 0,748 0,573 0,808
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel III.7 hasil uji validitas instrumen variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga menunjukkan bahwa terdapat satu item pertanyaan yang memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel, yaitu item pertanyaan nomor tujuh. Maka, perlakuan untuk item pertanyaan yang tidak valid tersebut adalah langsung dibuang. Tabel III.8 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
r hitung
r tabel
Kesimpulan
0,658 0,550 0,567 0,694 0,626 0,710 0,601 0,717 0,576 0,642 0,483
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel III.8 hasil uji validitas instrumen variabel gaya hidup menunjukkan bahwa semua item pertanyaan memiliki r hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,344. Maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel gaya hidup adalah valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
b. Pengujian Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Hasil uji reliabilitas Cronbach Alpha yang didapat untuk masing-masing variabel ditujukan dalam tabel berikut: Tabel III.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga dan Gaya Hidup Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Kesimpulan Kompetensi 0,853 Reliabel Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Gaya Hidup 0,905 Reliabel Sumber: data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup di atas, dapat dilihat bahwa koefisien Cronbach’s Alpha di atas 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. I. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Untuk membuat generalisasi pada analisis data terhadap 18 responden etnis Tionghoa dan 17 responden etnis Jawa yang meliputi variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik sendiri maupun secara berkelompok dengan tujuan untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. Untuk mengetahui pengkategorian variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa, dapat ditujukan dengan menggunakan rumus interval di bawah ini: 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga memiliki 19 item pertanyaan dengan skala 4 pilihan, maka dapat diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut: Nilai tertinggi = 19 item x 4 = 76 Nilai terendah = 19 item x 1 = 19 Sedangkan untuk nilai interval kelas dapat diperoleh sebagai berikut: 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
76 − 19 = 19 3
Maka, nilai interval kelas variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah 20. Berikut tabel interval kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga: Tabel III.10 Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 19 – 37 Rendah 38 – 56 Sedang 57 – 76 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
b. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan. 1) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana. Skala pengukuran tingkat pendidikan adalah ordinal. Berikut tabel kategori tingkat pendidikan: Tabel III.11 Kategori Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Kategori SD/SMP Dasar SMA/SMK Menengah Diploma dan Sarjana Tinggi 2) Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi tidak bekerja, karyawan swasta, wirausaha, dan pegawai negeri. Penetapan jenis pekerjaan dalam penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner yang di dapatkan. Skala pengukuran jenis pekerjaan adalah nominal. Berikut tabel kode jenis pekerjaan: Tabel III.12 Kode Jenis Pekerjaan Pekerjaan Tidak memiliki pekerjaan Karyawan swasta Wirausaha Pegawai negeri
Kode 1 2 3 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
3) Pendapatan Pendapatan dalam penelitian ini mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun 2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran pendapatan adalah ordinal. Berikut tabel kategori pendapatan: Tabel III.13 Kategori Pendapatan Pendapatan < dari Rp 1.452.399,00 Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 > dari Rp 3.452.400,00
Kategori Rendah Sedang Tinggi
c. Variabel Gaya Hidup Variabel gaya hidup memiliki 11 item pertanyaan dengan skala 4 pilihan, maka dapat diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut: Nilai tertinggi = 11 item x 4 = 44 Nilai terendah = 11 item x 1 = 11 Sedangkan untuk nilai interval kelas dapat diperoleh sebagai berikut: 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
44 − 11 = 16,5 2
Maka, nilai interval kelas variabel gaya hidup adalah 16,5. Berikut tabel interval gaya hidup:
Interval 27,5 – 44 11 – 27,4
Tabel III.14 Interval Gaya Hidup Gaya Hidup Mewah Sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
2. Analisis Data a. Pengujian Prasayarat Analisis 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Uji normalitas dilakukan sebelum peneliti melakukan uji hipotesis. Dengan melihat hasil dari uji normalitas, peneliti dapat mengambil keputusan mengenai rumus apa yang tepat untuk digunakan dalam menguji hipotesis. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan pada penyimpangan (deviasi terbesar). Harga Fo (Xi) – SN terbesar dinamakan deviasi maksimum. Rumus uji Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut: 𝐷 = 𝑀𝑎𝑥 𝐹0 𝑋𝑖 − 𝑆𝑁 (𝑋𝑖 ) Keterangan: Fo Xi = fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan Sn Xi = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi D
= deviasi maksimum Pengambilan keputusan berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
Smirnov sebagai berikut: a) Jika nilai asymp.sig < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
b) Jika nilai asymp.sig > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal. b. Pengujian Hipotesis 1) Uji Mann-Whitney Test Uji
Mann-Whitney
Test
merupakan
statistika
non
parametrik. Menurut Santoso (2015: 4), statistika non parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Uji Mann-Whitney Test juga merupakan alternatif bagi ujit. Uji Mann-Whitney Test digunakan untuk membandingkan dua populasi yang berasal dari populasi yang berbeda. Uji MannWhitney Test dapat digunakan untuk membandingkan dua sampel yang memiliki perbedaan jumlah data dan memiliki ukuran sampel berbeda. Asumsi yang dilakukan dalam uji Mann-Whitney Test adalah: a) Uji Mann-Whitney Test Mengasumsikan bahwa sampel yang berhasil dari populasi adalah acak. b) Pada uji Mann-Whitney Test sampel bersifat independen atau berdiri sendiri. c) Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal. Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney Test, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑈 = 𝑛1 𝑛2 +
𝑛2 (𝑛2 + 1) − ∑ 𝑅2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Keterangan: U
= nilai Uji Mann-Whitney Test
n1
= banyaknya anggota sampel 1
n2
= banyaknya anggota sampel 2
R2
= ranking ukuran sampel
Hipotesis: a) Ho diterima jika nilai sig.2-tailed ≥ alpha b) Ho ditolak jika nilai sig.2-tailed ≤ alpha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi 1. Lokasi Kampung Ketandan Kampung Ketandan adalah salah satu kampung pecinan di wilayah Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Kampung Ketandan terletak di kawasan Malioboro, pusat kota Yogyakarta. Tepatnya berada di sisi timur Malioboro. Jarak antara kampung dengan pusat pemerintah kecamatan 1 Km. Jarak dengan pusat pemerintahan kota 3 Km. Jarak dengan ibu kota provinsi 1 Km. Kampung Ketandan memiliki batas wilayah, sebagai berikut: a. Batas Timur, yaitu Jalan Mayor Suryotomo. b. Batas Selatan, yaitu Jalan Lor Pasar. c. Batas Barat, yaitu Jalan Ahmad yani. d. Batas Utara, yaitu Jalan Suryatmajan. Luas keseluruhan Kampung Ketandan adalah 6,07 ha. Seluruh tanah yang ada di kampung ini di pergunakan untuk pemukiman penduduk tanpa usaha dan pemukiman penduduk dengan usaha atau yang disebut ruko atau rumah toko. Kampung Ketandan terbagi menjadi tiga RW, yaitu RW 04, 05, dan 06. Masing-masing RW memiliki tiga RT, yaitu RW 04 terdiri dari RT 15, 16, dan 17. RW 05 terdiri dari RT 18, 19, dan 20. RW 06 terdiri dari RT 21, 22, dan 23. RW 04 berada di jalan Ketandan Lor. RW 05 berada di jalan Ketandan Wetan. Sedangkan untuk RW 06 berada di jalan Ketandan Kulon.
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
2. Keadaan Jalan Jalan utama yang ada di Kampung Ketandan relatif luas, yaitu sekitar 6 m, sehingga jalan masuk untuk menuju ke toko-toko yang ada di Kampung Ketandan dapat berpapasan untuk dua mobil. Jalan utama tersebut sudah di aspal. Akan tetapi, di pinggiran jalan utama Kampung Ketandan selalu digunakan untuk lahan parkir, baik untuk parkiran umum maupun untuk parkiran pemilik toko. Hal ini disebabkan karena Kampung Ketandan tidak memiliki lahan parkir untuk umum dan rata-rata pemilik rumah toko tidak memiliki teras atau garasi, sehingga bagi pemilik yang memiliki mobil harus parkir di tepi jalan utama Kampung Ketandan. Berbeda dengan jalan utamanya, gang-gang yang ada di Kampung Ketandan relatif sempit, yaitu sekitar 1,5 m. Bahkan jalan masuk ke rumahrumah yang berada di tengah, jalannya lebih sempit dan berliku-liku, sehingga untuk berpapasan dua motor tidak bisa. Jalan yang ada di ganggang Kampung Ketandan rata-rata sudah disemen, akan tetapi masih ada jalan yang berupa tanah. Jalan yang ada di gang-gang Kampung Ketandan juga digunakan oleh anak-anak sebagai tempat untuk bermain. Hal ini disebabkan karena rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan tidak memiliki teras, sehingga setiap sore jalan tersebut sudah dipenuhi oleh anakanak yang bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
2. Keadaan Rumah Arsitektur bangunan di kawasan Kampung Ketandan yang berada di jalan utama masih banyak yang didominasi dengan nuansa tempo dulu. Rumah-rumah di kawasan ini kebanyakan dibangun menghadap ke jalan, memanjang ke belakang, dan digunakan sebagai toko oleh para pemiliknya yang kemudian disebut sebagai rumah toko atau ruko. Sehingga rumahrumah di Kampung Ketandan yang berada di jalan utama untuk ruangan depan mereka gunakan untuk kepentingan perdagangan, ruangan bagian tengah sebagai kamar tidur, ruangan bagian belakang untuk dapur dan kamar mandi. Lantai atas untuk kamar dan gudang barang-barang dagangan. Rumah-rumah yang berada di jalan utama Kampung Ketandan umunya cukup luas dan sangat terjaga kebersihannya. Hal ini dapat dilihat di bagian depan rumah yang tidak terdapat sampah yang berserakan. Model ruko Kampung Ketandan masih banyak yang bercorak arsitektur campuran; yakni China, Indiesch, dan tradisional Jawa. Corak arsitektur China dapat dilihat dari model bumbungannya yang termasuk kategori Ngang San. Dipadukan dengan model atap pelana (Jawa), ragam hias (stilisasi bunga, binatang, dan huruf-huruf China). Selain rumah bernuansa tempo dulu, rumah di Kampung Ketandan yang berada di jalan utama juga sudah banyak yang mengikuti arus modernisasi. Hal ini dikarenakan tuntutan eksistensi masing-masing pemilik bangunan dan bangunan berarsitektur Tionghoa yang sudah rapuh, sehingga perlu direnovasi. Dilihat dari tipologinya, di Kampung Ketandan ada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
tipe rumah yang terdapat di jalan utama, antara lain: rumah satu lantai, rumah dua lantai tanpa teras, serta rumah dua lantai dengan teras dan berpagar. Berdasarkan pengamatan untuk rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan umumnya relatif sempit dan juga digunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan yang terdapat di dalam rumah. Pada umumnya rumah tersebut memiliki dua lantai dan masing-masing lantai hanya memiliki satu kamar saja, sehingga rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan umumnya hanya memiliki dua kamar saja. Sehingga rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak harus tidur bersama yang terdiri dari orang tua, anak, dan anggota keluarga yang lainnya. Keadaan rumah yang berada di gang-gang Kampung Ketandan juga kurang terjaga kebersihannya, seperti banyaknya hewan peliharaan yang terdapat di depan rumah (ayam, burung, dan anjing) berdekatan dengan sumur dan juga banyaknya sampah plastik yang terdapat di sekitar rumah. Hal inilah yang membuat rumah di gang-gang Kampung Ketandan terkesan kumuh. Bangunan rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan sebagian besar juga masih ada yang berdinding kayu. 3. Keadaan Ekonomi Dalam penelitian ini didapati bahwa masyarakat Kampung Ketandan memiliki taraf kehidupan yang cenderung mapan. Hal ini terlihat dari profesi masyarakat yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang emas dan permata, toko kelontong, toko herbal, kuliner, dan juga berbagai toko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
penyedia kebutuhan pokok lainnya. Walaupun ada beberapa masyarakatnya yang berprofesi sebagai karyawan swasta, PNS, maupun dokter. Profesi sebagai pedagang emas dan permata di Kampung Ketandan didominasi oleh etnis Tionghoa, pedagang kelontongan (kebutuhan pokok) didominasi oleh etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Sedangkan untuk profesi lainnya dilakukan oleh berbagai etnis, seperti etnis Padang. Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga di Kampung Ketandan dapat dilakukan oleh kepala keluarga seorang atau dibantu oleh istri. Akan tetapi untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti kebutuhan pokok dan pendidikan anak yang masih duduk di sekolah dasar, menengah, dan atas, serta memiliki jumlah anak yang sedikit, yaitu kurang dari 3 anak sebagian besar cukup dipenuhi oleh hasil kerja dari kepala keluarga. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian berupa wawancara yang menyatakan bahwa ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau tidak memiliki pekerjaan karena mereka memiliki jumlah anak yang sedikit, masih kecil, dan duduk di sekolah dasar, menengah, dan atas. Sedangkan untuk keluarga yang istrinya ikut membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini dikarenakan keluarga tersebut memiliki anak yang sedang berada di perguruan tinggi, memiliki jumlah anak yang banyak, dan karena sang istri sendiri ingin ikut bekerja, yaitu menjadi wanita karir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
4. Keadaan Sosial dan Budaya Jumlah penduduk di Kampung Ketandan berjumlah 224 penduduk. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh ketua RW terdapat 135 penduduk etnis Tionghoa, yang meliputi etnis Tionghoa totok dan peranakan. Sedangkan untuk etnis Jawa terdapat 89 penduduk, yang meliputi etnis Jawa Yogyakarta dan etnis Jawa Banjarnegara. Penduduk di Kampung Ketandan juga memeluk agama yang beraneka ragam, yang meliputi agama islam, buddha, kristen, dan katolik. Etnis Tionghoa di Kampung Ketandan rata-rata memeluk agama katolik, sedangkan untuk etnis Jawa rata-rata memeluk agama islam. Pada umumnya warga dalam satu RW saling mengenal satu sama lain dan memiliki hubungan yang baik, walaupun dengan RW yang berbeda warga di Kampung Ketandan tetap saling mengenal dan memiliki hubungan yang baik, baik yang Tionghoa, Jawa, dan etnis lainnya. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti melakukan pencarian rumah responden dengan sangat mudah. Tingginya tingkat saling mengenal satu sama lain dan memiliki hubungan yang baik ini dikarenakan rumah mereka saling berdekatan, etnis Tionghoa yang sudah seperti etnis Jawa, yaitu etnis Tionghoa yang sudah tidak bisa lagi berbahasa Tionghoa melainkan bisa berbahasa Jawa, dan adanya berbagai acara yang diadakan di Kampung Ketandan, seperti acara tahun baru Imlek (Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta) yang bukan hanya menampilkan kebudayaan Tionghoa, melainkan juga kebudayaan Jawa, seperti pertunjukan wacinwa (wayang cina jawa) yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
pertunjukan wayang hasil akulturasi budaya Tionghoa dan budaya Jawa. Maka setiap kali diadakannya acara tahun baru Imlek (Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta) bukan hanya dimeriahkan dan dipersiapkan oleh etnis Tionghoa saja, melainkan juga etnis lainnya yang tinggal di Kampung Ketandan juga ikut mempersiapkan dan ikut memeriahkannya. B. Deskripsi Responden 1. Agama Tabel IV.1 Agama Responden No 1 2 3 4
Agama Islam Buddha Kristen Katolik Total
Tionghoa Jumlah Persentase 0% 3 16,67% 6 33,33% 9 50,00% 18 100%
Jumlah 8 2 7 17
Jawa Persentase 47,06% 0% 11,76% 41,18% 100%
Sumber : data primer, 2016 Berdasarkan Tabel IV.1 Agama Responden, etnis Tionghoa banyak yang beragama katolik dengan jumlah 9 responden atau 50,00%. Sedangkan untuk etnis Jawa, banyak yang beragama islam dengan jumlah 8 responden atau 47,06%. 2. Usia Tabel IV.2 Usia Responden No 1 2 3 4
Usia 20 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 Total
Tionghoa Jumlah Persentase 0% 15 83,33% 2 11,11% 1 5,56% 18 100%
Sumber : data primer, 2016
Jumlah 1 11 3 2 17
Jawa Persentase 5,88% 64,71% 17,65% 11,76% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Berdasarkan Tabel IV.2 Usia Responden, etnis Tionghoa banyak yang memiliki usia antara 31 – 40 tahun dengan jumlah 15 responden atau 83,33%, begitu juga dengan etnis Jawa banyak yang memiliki usia antara 31 – 40 tahun dengan jumlah 11 responden atau 64,71%. C. Deskripsi Variabel Data statistika dalam penelitian ini merupakan non-parametrik yang terdiri atas data nominal dan ordinal. Oleh karena itu, untuk pengukuran statistika deskriptif dalam penelitian ini menggunakan modus sebagai pengukuran pusat datanya, yaitu menggunakan nilai yang sering muncul dalam kelompok data. 1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Responden Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel IV.3 Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
RENDAH
3
16.7
16.7
16.7
SEDANG
13
72.2
72.2
88.9
2
11.1
11.1
100.0
18
100.0
100.0
TINGGI Total
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak yang memiliki kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga yang sedang dengan jumlah 14 responden atau 77,8%. Maka dapat disimpulkan, masih banyak responden etnis Tionghoa yang belum rutin dalam mengelola keuangan rumah tangga, yang meliputi pembuatan rencana keuangan, pembuatan rincian kebutuhan, pembuatan pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pembayaran pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK dan PBB), melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan melakukan penentuan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya. Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
RENDAH
2
11.8
11.8
11.8
SEDANG
12
70.6
70.6
82.4
3
17.6
17.6
100.0
17
100.0
100.0
TINGGI Total
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang memiliki kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga yang sedang dengan jumlah 12 responden atau 70,6%. Maka dapat disimpulkan, masih banyak etnis Jawa yang belum rutin dalam mengelola keuangan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
tangganya, yang meliputi pembuatan rencana keuangan, pembuatan rincian kebutuhan, pembuatan pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pembayaran pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK dan PBB), melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya. 2. Status Sosial Ekonomi Responden Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel status sosial ekonomi, yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: a. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana dengan kategori dasar, menengah, dan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Tabel IV.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
DASAR
5
27.8
27.8
27.8
MENENGAH
5
27.8
27.8
55.6
TINGGI
8
44.4
44.4
100.0
18
100.0
100.0
Total
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu diploma dan sarjana dengan jumlah 8 responden atau 44,4%. Tabel IV.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Jawa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
DASAR
3
17.6
17.6
17.6
MENENGAH
5
29.4
29.4
47.1
TINGGI
9
52.9
52.9
100.0
17
100.0
100.0
Total
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu diploma dan sarjana dengan jumlah 9 responden atau 52,9%. b. Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
kebutuhan rumah tangga. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi: tidak bekerja, karyawan swasta, wirausaha, dan pegawai negeri. Tabel IV.7 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
TIDAK BEKERJA
4
22.2
22.2
22.2
KARYAWAN SWASTA
2
11.1
11.1
33.3
WIRAUSAHA
12
66.7
66.7
100.0
Total
18
100.0
100.0
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak yang memiliki jenis pekerjaan wirausaha dengan jumlah 12 responden atau 66,7%. Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Jawa Frequency Valid
TIDAK BEKERJA
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
2
11.8
11.8
11.8
11
64.7
64.7
76.5
WIRAUSAHA
3
17.6
17.6
94.1
PEGAWAI NEGERI
1
5.9
5.9
100.0
17
100.0
100.0
KARYAWAN SWASTA
Total
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta dengan jumlah 11 responden atau 64,7%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
c. Pendapatan Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah tangga selama satu bulan. Pendapatan dalam penelitian ini mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun 2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Tabel IV.9 Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Tionghoa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
4
22.2
22.2
22.2
SEDANG
10
55.6
55.6
77.8
4
22.2
22.2
100.0
18
100.0
100.0
TINGGI Total
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak yang memiliki pendapatan yang berada dikategori sedang, yaitu Rp 1.452.400,00 - Rp 3.452.399,00 dengan jumlah 10 orang atau 55,6%. Tabel IV.10 Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Jawa Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
2
11.8
11.8
11.8
SEDANG
11
64.7
64.7
76.5
4
23.5
23.5
100.0
17
100.0
100.0
TINGGI Total
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang memiliki pendapatan yang berada di kategori sedang, yaitu Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 dengan jumlah 11 orang atau 64,7%. 3. Gaya Hidup Responden Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel gaya hidup dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel IV.11 Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Tionghoa Cumulative Frequency Valid
MEWAH
18
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, seluruh responden etnis Tionghoa memiliki gaya hidup yang mewah dengan jumlah 18 responden atau 100,0%. Maka dapat disimpulkan, seluruh responden etnis Tionghoa memiliki frekuensi pola konsumsi dan gaya berpakaian ≥ 3 kali dalam sebulan, serta memiliki frekuensi pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga, yang dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur keluar kota saat liburan panjang ≥ 3 kali dalam setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Jawa Cumulative Frequency Valid
SEDERHANA
Percent
Valid Percent
Percent
4
23.5
23.5
23.5
MEWAH
13
76.5
76.5
100.0
Total
17
100.0
100.0
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang memiliki gaya hidup yang mewah dengan jumlah 13 responden atau 76,5%. Maka dapat disimpulkan, responden etnis Jawa banyak yang memiliki frekuensi pola konsumsi dan gaya berpakaian ≥ 3 kali dalam sebulan, serta memiliki frekuensi pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga, yang dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur keluar kota saat liburan panjang ≥ 3 kali dalam setahun. D. Analisis Data 1. Pengujian Prasyarat a. Uji Normalitas Pengujian normalitas digunakan untuk melihat apakah sebaran data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas hanya digunakan untuk mengukur data yang berskala ordinal. Oleh karena itu, uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, gaya hidup, status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorof-smirnov dengan tingkat kepercayaan 5% atau 0,05. Jika signifikansi > 0,05 maka memiliki data residual yang berdistribusi normal. Berikut ini tabel hasil One Sample Kolmogrof-Smirnov Test: Tabel IV.13 Hasil Uji Normalitas Etnis Tionghoa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TINGKAT_PENDIDIKAN N Normal Parametersa
PENDAPATAN
KPK
GH
18
18
18
18
Mean
2.1667
2.0000
45.1111
35.6667
Std. Deviation
.85749
.68599
7.65344
4.20084
.279
.278
.129
.166
Positive
.191
.278
.125
.166
Negative
-.279
-.278
-.129
-.159
1.183
1.179
.547
.704
.122
.124
.926
.704
Most Extreme Differences Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber : data primer, diolah 2016 Dari hasil olah data diperoleh nilai signifikansi Asymp. Sig (2tailed) untuk etnis Tionghoa pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sebesar 0,926, variabel gaya hidup sebesar 0,704, variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan sebesar 0,122, dan status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan sebesar 0,124. Apabila dibandingkan dengan signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual data berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Tabel IV.14 Hasil Uji Normalitas Etnis Jawa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TINGKAT_PENDIDIKAN N Normal Parametersa
PENDAPATAN
KPK
GH
17
17
17
17
Mean
2.3529
2.1176
47.5294
32.4118
Std. Deviation
.78591
.60025
9.31476
4.67786
.324
.342
.202
.256
Positive
.205
.342
.202
.114
Negative
-.324
-.305
-.092
-.256
1.337
1.412
.833
1.055
.056
.037
.492
.215
Most Extreme Differences Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber : data primer, diolah 2016 Dari hasil olah data diperoleh nilai signifikansi Asymp. Sig (2tailed) untuk etnis Jawa pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sebesar 0,492, variabel gaya hidup sebesar 0,215, variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan sebesar 0,056, dan status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan sebesar 0,037. Apabila dibandingkan dengan signifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual data ada yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil uji normalitas etnis Tionghoa dan etnis Jawa terdapat residual data yang berdistribusi tidak normal, yaitu pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan untuk etnis Jawa sebesar 0,037 yang nilai signifikansi < 0,05. Oleh karena itu, analisis selanjutnya menggunakan analisis non parametrik, yaitu uji Mann Whitney Test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
2. Uji Hipotesis a. Analisis Mann Whitney Test Uji Mann-Whitney Test merupakan statistika non-parametrik. Statistika non-parametrik digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi normal). Analisis Mann Whitney Test juga merupakan alternatif bagi uji-t. Analisis ini digunakan untuk membandingkan dua sampel bebas dan dapat digunakan untuk membandingkan dua sampel yang memiliki perbedaan jumlah data. Uji Mann Whitney Test juga digunakan bila datanya berskala ordinal. 1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test: Tabel IV.15 Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ETNIS KPK
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
17.17
309.00
JAWA
17
18.88
321.00
Total
35
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan data kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank kompetensi pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
keuangan rumah tangga etnis Tionghoa (17,17) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (18,88). Tabel IV.18 Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga KPK Mann-Whitney U
138.000
Wilcoxon W
309.000
Z
-.624
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.533 .636a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016 Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa Ha = ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,533 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
2) Status sosial ekonomi etnis Tionghoa dan etnis Jawa a) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test: Tabel IV.17 Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ETNIS TINGKAT_PENDIDIKAN TIONGHOA
N
Mean Rank Sum of Ranks
18
17.00
306.00
JAWA
17
19.06
324.00
Total
35
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan data tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank tingkat pendidikan etnis Tionghoa (17,00) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (19,06). Tabel IV.18 Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan TINGKAT_PENDIDIKAN Mann-Whitney U
135.000
Wilcoxon W
306.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
-.644 .520 .568a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,520 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan etnis Jawa. b) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Jenis Pekerjaan Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test: Tabel IV.19 Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ETNIS
N
JENIS_PEKERJAAN TIONGHOA
Mean Rank Sum of Ranks 18
20.22
364.00
JAWA
17
15.65
266.00
Total
35
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Berdasarkan data jenis pekerjaan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank jenis pekerjaan etnis Tionghoa (20,22) lebih besar dari pada Mean Rank etnis Jawa (15,65). Tabel IV.20 Hasil Uji Mann Whitney Jenis Pekerjaan JENIS_PEKERJAAN Mann-Whitney U
113.000
Wilcoxon W
266.000
Z
-1.419
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.156 .195a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016 Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 =
tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha =
ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed >
alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
sig. 2 tailed sebesar 0,156 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. c) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Pendapatan Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test: Tabel IV.21 Deskriptif Pendapatan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ETNIS PENDAPATAN TIONGHOA
N
Mean Rank
Sum of Ranks
18
17.22
310.00
JAWA
17
18.82
320.00
Total
35
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan data pendapatan etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank pendapatan etnis Tionghoa (17,22) lebih kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (18,82). Tabel IV.22 Hasil Uji Mann Whitney Pendapatan Ibu Rumah Tangga PENDAPATAN Mann-Whitney U
139.000
Wilcoxon W
310.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
-.527 .598 .660a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,598 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. 3) Gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test: Tabel IV.23 Deskriptif Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa ETNIS GH
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
20.00
360.00
JAWA
17
15.88
270.00
Total
35
Sumber : data primer, diolah 2016 Berdasarkan data gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
gaya hidup etnis Tionghoa (20,00) lebih besar dari pada Mean Rank etnis Jawa (15,88). Tabel IV.24 Hasil Uji Mann Whitney Gaya Hidup GH Mann-Whitney U
117.000
Wilcoxon W
270.000
Z
-2.155
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.031 .245a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016 Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: H0 =
tidak terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha =
ada perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha
(0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,031 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
E. Pembahasan 1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sudah cukup baik. Hal ini dapat di lihat dari pembuatan rencana keuangan, rincian kebutuhan, dan pembuatan pos-pos pengeluaran. Dalam hal pembuatan rencana keuangan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering membuat perencanaan keuangan untuk tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, dan mereka juga sering membuat pos-pos pengeluaran baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, seperti biaya hidup sehari-hari dan kebutuhan jangka panjang, seperti tabungan, asuransi, dan investasi. Ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa juga sering melakukan pencatatan berupa penghasilan yang diterimanya setiap bulan. Dengan pencatatan ini, mereka dapat mengetahui besarnya biaya yang akan di keluarkan baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Begitu juga dalam hal penggunaan penghasilan tahunan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa menggunakan penghasilan yang diterima oleh mereka pada saat hari raya atau Tunjangan Hari Raya (THR) untuk berbagai keperluan seperti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), pengeluaran saat hari raya, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Terkait dengan hal pemenuhan kebutuhan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak terlepas dari pinjaman atau hutang yang diberikan oleh orang lain. Akan tetapi, mereka tidak selalu berhutang dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka. Mereka berhutang hanya pada saat keadaan mendesak saja. Dalam hal investasi, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sering memilih dan menentukan investasi yang tepat dengan berbagai pertimbangan seperti tujuan, jangka waktu, dan produk dari investasi tersebut, sehingga kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi. Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga mengalokasikan pendapatan yang diterimanya untuk menabung yang dilakukannya sebelum melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini bertujuan agar tujuan jangka panjang dapat terpenuhi. Walaupun ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa melakukan pengelolaan keuangan rumah tangga, akan tetapi pengelolaan keuangan rumah tangga tersebut tidak rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterima oleh etnis Tionghoa maupun etnis Jawa hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan sebulan cukup untuk kebutuhan pokok sebulan saja. Hal inilah yang menyebabkan ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak membuat perencanaan keuangan secara rutin untuk jangka pendek maupun jangka panjang, seperti untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, investasi, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
2. Status Sosial Ekonomi Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta a. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Yang Dilihat dari Tingkat Pendidikan Salah satu hal yang mempengaruhi status sosial ekonomi masyarakat yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah faktor pendorong perubahan status sosial ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Secara geografis, Kampung Ketandan tepat berada di kota Yogyakarta, sehingga untuk mengakses pendidikan, masyarakat Kampung Ketandan memiliki kemudahan untuk mendapatkan pendidikan. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagian besar sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Banyaknya ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dikarenakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa melihat bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan. Bagi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, maka mereka akan lebih menguasai segala macam jenis pekerjaan. Terutama jenis pekerjaan yang dimiliki oleh mereka adalah wirausaha. Dalam jenis pekerjaan tersebut peran mereka adalah sebagai pemimpin yang harus mengerti segala sesuatu hal. Sedangkan untuk ibu rumah tangga etnis Jawa dengan memiliki tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
pendidikan yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak, serta pendapatan yang tinggi pula. Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga lebih dihargai di lingkungan Kampung Ketandan, dikarenakan mereka memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. b. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari Jenis Pekerjaan Berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis pekerjaan akan menentukan pendapatan yang diterimanya agar dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki jenis pekerjaan yang baik, akan memiliki status sosial ekonomi yang baik juga. Berdasarkan hasil penelitian, jenis pekerjaan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki jenis pekerjaan yang berbeda, yaitu ibu rumah tangga etnis Tionghoa memiliki jenis pekerjaan wirausaha, sedangkan untuk etnis Jawa memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta. Adanya perbedaan jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan biasanya didasarkan pada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh masing-masing etnis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada etnis Tionghoa, alasan mereka lebih memilih berwirausaha dikarenakan jenis pekerjaan tersebut lebih santai dan tidak adanya atasan atau pimpinan yang akan memerintah mereka, serta dengan berwirausaha mereka bukan hanya terpaku pada satu jenis pekerjaan saja akan tetapi dapat melakukan segala macam jenis pekerjaan yang mereka inginkan dan yang memiliki peluang atau keuntungan yang besar. Sedangkan untuk etnis Jawa, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, mereka lebih memilih menjadi karyawan dibandingkan dengan berwirausaha dikarenakan mereka tidak memiliki modal untuk membuka usaha dan juga mereka tidak berani mengambil risiko karena besar kecilnya jumlah pendapatan yang diterima dari berwirausaha tidak menentu, berbeda jika mereka menjadi karyawan yang penghasilannya sudah menentu setiap bulannya. c. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari Pendapatan Status seseorang di masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator sesuai dengan persepsi masyarakat setempat tentang sesuatu hal yang membuat seseorang dipandang lebih tinggi dari pada yang lain, seperti kekayaan, jabatan, ataupun pendidikan. Pada umumnya, indikator yang mudah dilihat guna mengukur status sosial ekonomi seseorang dalam struktur sosial masyarakat adalah aspek ekonomi, yaitu pendapatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Pendapatan masyarakat di Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa ada yang tinggi, sedang, dan rendah. Tinggi, sedang, dan rendahnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga di Kampung Ketandan di pengaruhi oleh jenis pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu rumah tangga di Kampung Ketandan rata-rata berpendapatan sedang Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga hanya terdiri dari suami, istri, dan 2 – 3 orang anak, sehingga mereka tidak berkeinginan untuk mencari penghasilan tambahan. Besarnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat Kampung Ketandan juga tidak serta merta memberikan predikat orang tersebut mendapat penghormatan lebih tinggi dari pada orang yang secara ekonomi masuk kategori kelas menengah ke bawah. 3. Gaya Hidup Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta Masyarakat di Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki gaya hidup yang mewah. Hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Etnis Tionghoa di Kampung Ketandan sudah lama hidup berdampingan dengan etnis Jawa, sehingga menyebabkan mereka memiliki gaya hidup yang sama yaitu gaya hidup yang mewah. Gaya hidup mewah tersebut dapat dilihat dari pola konsumsi yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering para ibu rumah tangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
bermerek
internasional,
mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional di restoran dengan tarif yang mahal, seperti hoka-hoka bento, JCO, Pizza Hut, Sushi Tei, dan lain-lain. Selain itu, mereka juga sering berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan, seperti carefour, hypermart, Giant, dan lain-lain. Selain dilihat dari pola konsumsi, gaya hidup mewah ibu rumah tangga juga dapat dilihat dari gaya berpakaian, yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering menggunakan pakaian dengan mode terbaru. Mereka sering membeli pakaian yang sedang up to date. Selain itu, mereka juga selalu mempertimbangkan kualitas, merek dan harga dari pakaian yang mereka beli. Mereka lebih menyukai pakaian yang bermerek dikarenakan pakaian dengan merek yang cukup terkenal mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
kualitas yang bagus seperti tahan lama atau awet, serta warnanya tidak mudah luntur, dan lain-lain yang pada akhirnya merek dan kualitas tersebut mempengaruhi tingkat harga dari pakaian yang mereka beli atau konsumsi. Selanjutnya, gaya hidup mewah dari ibu rumah tangga juga dapat dilihat dari pola rekreasi, yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berlibur ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, mereka sering pergi berekreasi seperti ke luar kota maupun ke luar negeri, seperti Bali, Bogor, Singapura, dan Malaysia dan dengan tarif yang cukup mahal seperti Waterbom Bali, Universal Studio, dan Menara Kembar Petronas. 4. Perbedaan Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga antar Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,533. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan, sehingga H0 diterima (0,533 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga (pengelolaan keuangan, tabungan, dan investasi) antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tidak adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa dikarenakan mereka sama-sama tidak rutin dalam melakukan pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
keuangan rumah tangganya yang berupa pembuatan rencana keuangan, rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, mencatat penghasilan baik bulanan maupun tahunan, dan masih melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang. Sedangkan untuk tabungan dan investasi, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sama-sama tidak rutin dalam mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan juga tidak selalu menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbagkan tujuan dan jangka waktunya. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa sama-sama tidak rutin dalam melakukan perencanaan keuangan rumah tangga. Hal ini terlihat dari jarangnya kedua etnis tersebut dalam membuat perencanaan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan keuangan jangka pendek seperti biaya kebutuhan sehari-hari, bulananan, dan lain-lain. Sedangkan untuk perencanaan kebutuhan untuk jangka panjang seperti tabungan, asuransi, dan investasi. Selain itu, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sama-sama tidak rutin dalam melakukan pencatatan penghasilan, baik bulanan maupun tahunan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterima biasanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan sebulan cukup untuk kebutuhan pokok sebulan saja. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam hal pemenuhan kebutuhan seringkali juga masih berhutang. Hal ini biasanya terjadi pada keadaan yang mendesak seperti sakit yang membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga tidak rutin dalam mengalokasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
pendapatan untuk menabung. Hal ini juga terkait dengan besarnya pendapatan atau penghasilan yang mereka terima. Pendapatan yang mereka terima tersebut terkadang tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka tidak memiliki uang yang lebih untuk dialokasikan ke tabungan dan investasi. Padahal menurut Gilarso (2004: 65), besar kecilnya pendapatan bukanlah suatu alasan yang tepat bagi seseorang untuk tidak melakukan pengelolaan keuangan, melainkan keinginan seseorang untuk mencapai ekonomi yang sehat, yaitu walaupun memiliki penghasilan yang kecil namun tidak memiliki hutang. 5. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Antar Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta a. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,520. Nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,05 yang digunakan, sehingga H0 diterima (0,520 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sama-sama memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, serta responden etnis Tionghoa dalam penelitian ini sebagian besar berusia di bawah 40 tahun. Sehingga saat responden menempuh pendidikan tidak adanya lagi diskriminasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
terhadap etnis Tionghoa, yang pada awalnya etnis Tionghoa tidak diberi kebebasan untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada saat pemerintahan Soeharto. Akan tetapi, pada tahun 1967 pemerintahan Soeharto telah memberikan kebebasan kepada etnis Tionghoa untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi dengan syarat pelarangan sekolah-sekolah Tionghoa dan menganjurkan anak-anak etnis Tionghoa untuk masuk ke sekolah umum negeri atau swasta. Kebebasan etnis Tionghoa untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi tanpa adanya diskriminasi inilah yang menyebabkan etnis Tionghoa memiliki tingkat pendidikan setara dengan etnis Jawa. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa bebas untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 97), bahwa etnis Tionghoa dibagi menjadi dua, yaitu generasi muda dan generasi tua. Generasi tua, yaitu yang memiliki usia 40 tahun ke atas banyak diantaranya yang mendapatkan pendidikan di sekolah Tionghoa dengan adanya diskriminasi, sedangkan untuk generasi muda, yaitu yang memiliki usia di bawah 40 tahun sudah mendapatkan pendidikan yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tanpa adanya diskriminasi, stereotip, dan bahkan tragedi yang dialami oleh etnis Tionghoa generasi tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
b. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Jenis Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,156. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan sehingga H0 diterima (0,156 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tidak ada perbedaan jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga yang menjadi responden, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa berada pada golongan pekerjaan yang sama, yaitu untuk ibu rumah tangga etnis Tionghoa memiliki pekerjaan wirausaha atau pedagang, sedangkan untuk etnis Jawa memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta atau pegawai kantoran. Sehingga, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa walaupun memiliki jenis pekerjaan yang berbeda akan tetapi berada pada golongan atau level yang sama, yaitu berada pada lingkup jabatan yang hampir setara atau tidak terlalu jauh berbeda yang samasama bergerak di bidang swasta. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 83), Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat pribumi memiliki bidang ekonomi yang berbeda dengan Tionghoa. Akan tetapi, kesenjangan antara kedua kelompok masyarakat yaitu pribumi dan Tionghoa relatif tidak terlampau besar karena walaupun memiliki bidang ekonomi yang berbeda akan tetapi masih berada pada level yang hampir sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
c. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Pendapatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,598. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan sehingga H0 diterima (0,598 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam penelitian ini dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki golongan pekerjaan yang sama, sehingga pendapatan yang diterima antara ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama berada di kategori sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 80), secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak jauh berbeda dari ekonomi masyarakat pribumi, hal ini dikarenakan adanya penguasaan ekonomi diantara kedua kelompok tampak seimbang dalam arti banyak masyarakat pribumi yang memiliki bidang ekonomi yang tidak jauh berbeda dengan Tionghoa. Tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga dikarenakan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga baik rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa hanya meliputi suami, istri, dan 2 – 3 orang anak. Oleh karena itu, hal tesebutlah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
menyebabkan tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. 6. Perbedaan Gaya Hidup Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta Hasil penelitian menunjukkan mean rank gaya hidup etnis Tionghoa 20,00 dan mean rank gaya hidup etnis Jawa 15,88. Berdasarkan mean rank gaya hidup dari kedua etnis tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan rata-rata, yaitu mean rank etnis Tionghoa lebih besar dari pada mean rank etnis Jawa. Perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa tersebut dibuktikan dengan analisis uji statistik Mann Whitney Test pada taraf signifikan 0,05 (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,031. Nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan sehingga Ha diterima (0,031 < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gaya hidup (pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi) antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Terdapat perbedaan pola konsumsi antara etnis Tionghoa dan etnis dikarenakan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, etnis Tionghoa sangat royal atau mudah untuk mengeluarkan uang tanpa memperhitungkan berapapun harga yang harus dibayar untuk mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Sedangkan etnis Jawa, dalam hal mengkonsumsi makanan dan minuman tidak begitu royal, terutama untuk makanan dan minuman yang memiliki harga yang mahal. Hal ini dikarenakan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
memiliki prinsip bahwa makanan hanya untuk membuat perut menjadi kenyang, sehingga tidak perlu makanan dan minuman yang mahal. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga memiliki perbedaan gaya berpakaian. Etnis Tionghoa cenderung memilih pakaian dengan merek yang cukup terkenal atau bermerek. Hal ini dikarenakan, dalam hal pemilihan pakaian, etnis Tionghoa memiliki prinsip tidak hanya nyaman tetapi juga tahan lama. Hal inilah yang membuat gaya hidup mereka cenderung high profile. Sedangkan etnis Jawa, dalam hal gaya berpakaian, mereka lebih mengutamakan kenyamanan, sehingga tidak perlu pakaian dengan merek yang mahal. Oleh karena itu, etnis Jawa cenderung low profile. Etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga memiliki perbedaan dalam hal pola rekerasi. Etnis Tionghoa cenderung memilih liburan ke luar negeri sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Sedangkan etnis Jawa biasanya memilih untuk berlibur disekitaran pulau Jawa saja yang tidak membutuhkan biaya yang besar. Terdapat perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam penelitian ini juga dikarenakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa yang ada di Kampung Ketandan rata-rata bukanlah penduduk Tionghoa asli Yogyakarta. Ibu rumah tangga etnis Tionghoa di Kampung Ketandan ratarata berasal dari Semarang dan Surabaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasikun, dkk (2000: 28), yang menyatakan bahwa etnis Tionghoa di Yogyakarta mempunyai gaya hidup “low profile”. Setidaknya sejauh yang diamati, hal itu dapat dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
rumah, mobil, busana, pilihan hiburan atau kegiatan untuk mengisi waktu luang. Dalam hal ini, etnis Tionghoa Yogyakarta sendiri membedakan dirinya dari etnis Tionghoa di kota-kota besar lain, yang menurut mereka lebih “high profile”. Bila ada etnis Tionghoa yang demikian, mereka akan menilai “itu pasti bukan orang Tionghoa Yogyakarta Asli”. Menurut mereka etnis Tionghoa Yogyakarta Asli itu “lebih tahu diri” dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial kultural Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan hasil dari penelitian mengenai kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. Berikut kesimpulan penelitian ini: 1. Kompetensi pengelolaan keuangan keuangan rumah tangga masyarakat Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sudah cukup baik. 2. Status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa. a. Status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar ibu rumah tangga sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu Diploma dan Sarjana. b. Status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan rata-rata ibu rumah tangga etnis Tionghoa memiliki jenis pekerjaan wirausaha dan ibu rumah tangga etnis Jawa memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta. c. Status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan rata-rata ibu rumah tangga berpendapatan
sedang,
yaitu Rp 1.452.400,00
–
Rp
3.452.399,00. 3. Gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa banyak yang berada dikategori mewah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
banyaknya ibu rumah tangga yang memiliki tingkat frekuensi yang tinggi untuk pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi dengan tarif yang mahal. 4. Tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,533 > 0,05). 5. Perbedaan status sosial ekonomi etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. a. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Tingkat Pendidikan 1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,520 > 0,05). b. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Jenis Pekerjaan 1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,156 > 0,05). c. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Pendapatan 1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,598 > 0,05). 6. Ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,031 < 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
B. Keterbatasan Dalam penelitian ini tidak dapat dihindari berbagai kelemahan yang dihadapi peneliti dalam mencari data penelitian, yaitu: 1. Responden banyak yang enggan memberikan informasi mengenai data yang diteliti karena takut akan kebocoran data informasi yang mereka berikan sehingga hasil yang diperoleh kurang memberikan gambaran yang relevan. 2. Sulitnya menentukan sampel etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta asli, dikarenakan data yang diberikan oleh masing-masing RT belum menunjukkan bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa tersebut adalah etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta asli. Sehingga peneliti harus menyebar kuesioner dan melakukan wawancara kepada seluruh etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang belum tentu merupakan sampel dari penelitian ini. 3. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi komparasi, yang mana jenis penelitian ini hanya membandingkan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, sehingga penelitian ini tidak melihat hubungan atau faktor yang mempengaruhi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Dengan demikian, solusi atau saran yang diberikan dalam penelitian ini hanya terbatas pada peningkatan pengelolaan keuangan rumah tangga saja tanpa melihat bagaimana cara meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan rumah tangga tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
C. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa belum rutin dalam mengelola keuangan rumah tangga mereka, sehingga para ibu rumah tangga belum memiliki tabungan yang cukup dan masih melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa lebih rutin dalam mengelola keuangan rumah tangga mereka agar mereka memiliki tabungan yang cukup dan dapat memenuhi kebutuhan baik pokok maupun tidak pokok dengan tidak berhutang. 2. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Hal tersebut dikarenakan gaya hidup etnis Tionghoa yang cenderung mewah sehingga pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi etnis Tionghoa selalu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya etnis Tionghoa harus lebih memperhatikan pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi mereka agar tidak selalu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan walaupun mengeluarkan biaya yang cukup tinggi akan tetapi kualitas yang didapatkan belum tentu baik, terutama pada pola konsumsi dan gaya berpakaian. Dengan memperhatikan kembali pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi etnis Tionghoa juga dapat meningkatkan tabungan dan investasi mereka untuk masa depan. Sedangkan untuk etnis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Jawa, pemenuhan pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi tidak harus selalu memperhatikan biaya yang rendah, melainkan juga harus memperhatikan kualitasnya terutama untuk pola konsumsi dan gaya berpakaian. 3. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya sekedar untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, sehingga teknik analisis data yang digunakan sifatnya tidak memberikan solusi kepada subjek penelitian. Maka, untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jenis penelitian dan teknik analisis yang berbeda, sehingga dapat memberikan solusi kepada subjek penelitian, seperti jenis penelitian eksplanatif dengan teknik analisis regresi linear berganda yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian serupa dengan menggunakan lokasi yang berbeda agar diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
tangga dan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. 5. Saran untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini belum sempurna mengingat
sampel dalam penelitian ini hanya berjumlah 35 ibu rumah tangga dan instrumen dari penelitian ini juga belum maksimal. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian serupa dengan menambah jumlah sampel dan memaksimalkan kembali instrumen penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
DAFTAR PUSTAKA Al-Qarasi, Baqhir Syarif. 2003. Seni Mendidik Islami. Jakarta: Pustaka Zahra. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Chotimah, Chusnul, dan Suci Rohayati. “Pengaruh Pendidikan Keuangan di Keluarga, Sosial Ekonomi Orang Tua, Pengetahuan Keuangan, Kecerdasan Spiritual, dan Teman Sebaya Terhadap Manajemen Keuangan Pribadi Mahasiswa S1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya”. Jurnal Pendidikan Akuntansi. Vol. 3, No. 2. November 2015. Damanik, Carolin. 2016. Warga Jawa Belum Cakap Kelola Keuangan. Diunduh 30 Maret 2016. Tersedia: http://regional.kompas.com. Farhani, Sri. 2014. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Gilarso, T. 2004. Pengatar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius. Gondomono. 2002. Pelangi Cina-Indonesia, Intisari. Jakarta: Gramedia Pustaka. Haryono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa Pemahaman Menuju Asimilasi Kultur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Ika, Ardiani S. 2011. “Personality Traits Sebagai Penentu Perencanaan Keuangan Keluarga (Suatu Kajian Pustaka)”. Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol. 11, No. 2. Agustus 2011. Kristanti, Rini. 1999. Analisis Gaya Hidup Remaja Putri Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Kleuarga. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Kusumawardhani, Dinda Ayu. 2014. Komunikasi Antara Etnis Tionghoa Dengan Jawa Dalam Menciptakan Kerukunan Bermasyarakat. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Liliweri, A. 2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Mulkikultural. Yogyakarta: LKIS. Malau, Ita. 2014. Tips Sukses Berbisnis Ala Orang Tionghoa. Diunduh 30 Maret 2016. Tersedia: http://www.rtv.co.id. MH, Yana. 2012. Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Bintang Cemerlang. Nasikun. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Oei, Istijanto. 2008. Rahasia Sukses Toko Tionghoa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Rafian. 2013. Masyarakat Modern dan Kebudayaannya. Diunduh 6 Mei 2016. Tersedia: http://Shindohjourney.wordpress.com. Ruslestari, Dian Arum. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Skripsi. Universitas Jember. Salim, Joko. 2010. Jejak Investasi Orang Tionghoa. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. Menguasai Statistika Non Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: CV. Alfabeta. Suhartini, Dwi dan Jefta Ardhian Renata. “Pengelolaan Keuangan Keluarga Pedagang Etnis Cina”. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7, No. 2. September 2007. Susanto, Budi. 2004. Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Widayati, Irin. “Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua, Pendidikan, Pengelolaan Keuangan Keluarga, dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi Terhadap Literasi Finansial Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Humaniora. Vol. 2, No 2. Juni 2014. Zuhri, Nikmatullah dan Rahmatullah Akbar. 2015. Ibu Menteri Keuangan Keluarga. Solo: Matagraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1 KUESIONER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
Petunjuk: 1. 2. 3. 4.
Jawablah pertanyaan dengan keadaan anda yang sebenarnya. Bila pertanyaan berbentuk isian, maka isilah titik-titik dengan huruf Bila pertanyaan bentuk jawabannya adalah kotak, berilah tanda √ (centang) Bila pertanyaan berbentuk pilihan, anda dapat menjawab dengan memberi tandan silang (X) pada alternatif jawaban.
Identitas Responden : 1. Nama Ibu 2. Etnis/Suku Jawa Tionghoa 3. Usia 4. Agama
: :
: :
Bagian I : Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga. 1. Apakah Anda membuat rencana keuangan selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah Anda membuat rencana keuangan jangka panjang dengan berinvestasi (emas dan properti) ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah Anda membuat rincian kebutuhan selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah Anda membuat pos pengeluaran rutin (makanan, minuman, biaya listrik, air, biaya komunikasi, transportasi, dan lain - lain) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
5. Apakah Anda menggunakan amplop khusus atau dompet untuk memisahkan pengeluaran rutin setiap hari selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah Anda membuat pos pengeluaran kewajiban finansial atau cicilan (cicilan kendaraan, barang elektronik, dan lain-lain) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah Anda membuat pos pengeluaran gaya hidup (jalan-jalan bersama keluarga, nonton bioskop, makan di restoran favorit, dan pergi ke salon) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah Anda mengurangi penggunaan pos pegeluaran gaya hidup selama beberapa waktu untuk membeli barang-barang bermerek ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah Anda membuat pos pengeluaran investasi (Deposito, emas, tabungan pendidikan anak, dan lain-lain) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah Anda membuat pos pengeluaran asuransi (asuransi jiwa untuk kepala keluarga dan asuransi kesehatan untuk anggota keluarga) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
11. Apakah Anda membuat pos pengeluaran dana darurat (musibah bencana alam, kehilangan pekerjaan atau PHK, usaha bangkrut, dan lain-lain) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 12. Apakah Anda membuat pos pengeluaran sosial (sedekah, zakat, biaya arisan keluarga, sumbangan acara pernikahan, kado ulang tahun, dan membantu teman atau kerabat yang sedang kesulitan) selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah Anda melakukan pencatatan penghasilan selama satu bulan (gaji atau upah) dan selama satu tahun (bonus atau THR) ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Apakah Anda membuat rencana keuangan untuk pengeluaran tahunan (PBB, STNK, dan pengeluaran hari raya) ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Apakah Anda menggunakan penghasilan tahunan (bonus atau THR) untuk pembayaran pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK, PBB) ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 16. Apakah Anda berhutang agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
17. Apakah Anda mengalokasikan pendapatan minimal 10% untuk menabung setiap bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah Anda menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi selama satu bulan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah Anda menabung sisa pengeluaran rutin di dompet tertentu ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 20. Apakah Anda menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produk investasi ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah Bagian II : Status Sosial Ekonomi. 1. Tingkat pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga ? a. SD dan SMP b. SMA/SMK c. Diploma dan Sarjana 2. Pekerjaan ibu rumah tangga ? a. Tidak bekerja b. Karyawan swasta c. Wirausaha d. Pegawai negeri e. Lain-lain
(sebutkan)
3. Pendapatan ibu rumah tangga selama satu bulan ? a. < Rp. 1.452.399,00 b. Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00 c. > Rp. 3.452.400,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Bagian III : Gaya Hidup. 1. Apakah Anda mengkonsumsi jenis makanan dan minuman bermerek internasional seperti Pizza hut, Mc Donal, Starbucks, dan makanan serta minuman lainnya ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah Anda melakukan konsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 3. Apakah konsumsi makanan dan minuman Anda mengikuti iklan di televisi, majalah, dan sebagainya ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah Anda berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart, superindo, carefour) ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah Anda mengikuti mode pakaian terbaru ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 6. Apakah Anda melakukan pertimbangan kualitas pakaian sebelum membeli ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
7. Apakah Anda melakukan pertimbangan merek sebelum membeli pakaian ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah Anda melakukan pertimbangan harga sebelum membeli pakaian ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah Anda mengisi waktu luang bersama keluarga dengan berekreasi ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah Anda dan keluarga melakukan kegiatan rekreasi ketempat dengan tarif yang mahal ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 11. Apakah Anda bersama keluarga berlibur ke luar kota saat liburan panjang ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2 DATA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa Pengelolaan Keuangan
No
Tabungan
Investasi
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
3
2
3
3
2
3
4
2
3
4
2
3
2
3
2
4
4
3
2
2
56
2
2
2
2
3
3
2
4
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
47
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
4
3
2
2
2
49
4
2
1
2
3
2
3
4
2
3
3
2
3
2
3
2
4
3
3
2
2
51
5
2
1
2
3
2
2
4
2
3
3
1
2
2
2
2
4
3
3
2
3
48
6
2
1
2
3
2
3
4
2
2
2
2
3
2
2
2
2
4
2
1
2
45
7
2
1
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
1
31
8
3
2
3
3
2
2
4
2
2
3
2
3
2
3
2
4
3
2
2
2
51
9
3
1
2
3
2
3
3
1
3
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
46
10
3
2
3
3
2
3
3
2
2
4
2
3
2
2
2
4
3
3
2
2
52
11
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
4
3
2
2
2
45
12
2
1
2
3
2
2
2
1
2
3
1
2
1
2
2
3
2
2
1
1
37
13
2
2
2
3
2
3
3
1
3
3
2
3
2
2
1
4
3
2
1
2
46
14
1
1
1
3
2
2
4
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
46
15
2
1
1
3
2
2
4
1
2
2
1
3
2
2
1
3
3
2
1
2
40
16
4
1
3
4
3
4
4
3
2
2
2
3
3
4
2
4
3
3
3
4
61
17
3
3
3
3
3
4
4
2
3
4
2
3
3
4
3
4
4
3
2
3
63
18
3
2
3
3
3
4
4
2
3
4
2
3
2
4
2
4
4
3
2
2
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa Pengelolaan Keuangan
No
Tabungan
Investasi
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
2
2
2
2
3
2
1
2
2
3
2
2
2
3
1
4
1
1
2
2
41
2
2
1
2
3
4
2
2
2
2
4
2
2
3
3
2
4
3
2
2
1
48
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
4
3
3
2
2
48
4
2
2
2
2
4
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
4
4
2
3
2
49
5
1
1
2
3
3
2
1
2
1
3
1
2
2
3
3
3
3
3
2
1
42
6
2
2
2
3
4
2
2
2
2
4
2
2
2
3
2
4
3
2
2
1
48
7
2
2
3
3
4
2
2
2
3
4
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
51
8
2
1
2
3
4
2
2
2
1
4
2
2
2
2
2
4
4
2
3
2
48
9
3
2
2
3
4
3
2
2
3
4
2
2
2
2
2
4
4
3
3
2
54
10
2
2
3
3
4
3
2
2
3
4
2
2
2
3
2
3
3
2
2
2
51
11
4
3
4
4
3
3
2
2
4
4
3
2
3
4
3
4
3
3
3
4
65
12
3
2
3
3
3
2
1
2
2
1
2
2
2
4
2
3
2
2
2
2
45
13
2
2
3
2
3
2
2
2
2
1
1
2
1
2
2
3
1
2
2
1
38
14
3
2
3
3
4
2
2
2
4
4
2
2
3
4
4
4
3
3
4
4
62
15
3
2
2
2
3
2
1
2
2
1
2
2
1
3
3
3
2
2
2
2
42
16
4
4
4
4
4
3
2
3
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
2
4
71
17
2
1
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
1
3
2
3
1
1
1
1
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
Status Sosial Ekonomi Etnis Tionghoa TP JP PD No Responden 1 2 3 1 3 1 1 2 2 1 1 3 3 3 3 4 3 1 1 5 1 3 2 6 1 3 2 7 1 3 2 8 3 3 2 9 1 3 3 10 3 3 2 11 3 1 1 12 2 3 2 13 2 3 2 14 1 3 3 15 2 3 2 16 3 2 2 17 3 3 3 18 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
Status Sosial Ekonomi Etnis Jawa TP JP No Responden 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 4 3 2 5 3 2 6 2 1 7 1 2 8 2 3 9 3 2 10 3 3 11 3 3 12 2 2 13 1 2 14 3 4 15 2 2 16 3 2 17 1 2
PD 3 3 2 1 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 2 3 3
Gaya Hidup Etnis Tionghoa Pola Konsumsi Gaya Berpakaian 2 3 4 5 6 7 8 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1
Pola Rekreasi 9 10 11 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2 4 3 1 3 3 3
Total
Kategori
39 35 39 40 36 38 43 37 38 34 38 35 36 38 29 29 29 29
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Gaya Hidup Etnis Jawa Pola Konsumsi Gaya Berpakaian 1 2 3 4 5 6 7 8 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
Pola Rekreasi Total Kategori 9 10 11 2 3 1 27 1 3 3 3 35 2 3 3 3 33 2 2 3 3 34 2 2 4 3 33 2 2 3 3 34 2 4 4 3 39 2 4 3 3 37 2 2 3 3 34 2 2 3 3 33 2 2 3 2 27 1 4 4 3 35 2 2 3 3 31 2 2 2 3 23 1 2 3 2 24 1 3 3 3 33 2 2 3 3 39 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VALIDITAS KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VALIDITAS GAYA HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
VARIABEL KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.905
20
VARIABEL GAYA HIDUP Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.853
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4 UJI DESKRIPTIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
ETNIS TIONGHOA K_KPK Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
3
16.7
16.7
16.7
SEDANG
13
72.2
72.2
88.9
2
11.1
11.1
100.0
18
100.0
100.0
TINGGI Total
K_GH Cumulative Frequency Valid
MEWAH
Percent
18
Valid Percent
100.0
Percent
100.0
100.0
PENDAPATAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
4
22.2
22.2
22.2
SEDANG
10
55.6
55.6
77.8
4
22.2
22.2
100.0
18
100.0
100.0
TINGGI Total
JENIS_PEKERJAAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
TIDAK BEKERJA
4
22.2
22.2
22.2
KARYAWAN SWASTA
2
11.1
11.1
33.3
WIRAUSAHA
12
66.7
66.7
100.0
Total
18
100.0
100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
TINGKAT_PENDIDIKAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
DASAR
5
27.8
27.8
27.8
MENENGAH
5
27.8
27.8
55.6
TINGGI
8
44.4
44.4
100.0
18
100.0
100.0
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
ETNIS JAWA K_KPK Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
2
11.8
11.8
11.8
SEDANG
12
70.6
70.6
82.4
3
17.6
17.6
100.0
17
100.0
100.0
TINGGI Total
K_GH Cumulative Frequency Valid
SEDERHANA
Percent
Valid Percent
Percent
4
23.5
23.5
23.5
MEWAH
13
76.5
76.5
100.0
Total
17
100.0
100.0
TINGKAT_PENDIDIKAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
DASAR
3
17.6
17.6
17.6
MENENGAH
5
29.4
29.4
47.1
TINGGI
9
52.9
52.9
100.0
17
100.0
100.0
Total
PENDAPATAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
RENDAH
2
11.8
11.8
11.8
SEDANG
11
64.7
64.7
76.5
4
23.5
23.5
100.0
17
100.0
100.0
TINGGI Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
JENIS_PEKERJAAN Cumulative Frequency Valid
TIDAK BEKERJA
Percent
Valid Percent
Percent
2
11.8
11.8
11.8
11
64.7
64.7
76.5
WIRAUSAHA
3
17.6
17.6
94.1
PEGAWAI NEGERI
1
5.9
5.9
100.0
17
100.0
100.0
KARYAWAN SWASTA
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5 UJI PRASYARAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Etnis Tionghoa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TINGKAT_PEND IDIKAN N Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
PENDAPATAN
KPK
GH
18
18
18
18
Mean
2.1667
2.0000
45.1111
35.6667
Std. Deviation
.85749
.68599
7.65344
4.20084
Absolute
.279
.278
.129
.166
Positive
.191
.278
.125
.166
Negative
-.279
-.278
-.129
-.159
1.183
1.179
.547
.704
.122
.124
.926
.704
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Etnis Jawa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test TINGKAT_PEND IDIKAN N Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
PENDAPATAN
KPK
GH
17
17
17
17
Mean
2.3529
2.1176
47.5294
32.4118
Std. Deviation
.78591
.60025
9.31476
4.67786
Absolute
.324
.342
.202
.256
Positive
.205
.342
.202
.114
Negative
-.324
-.305
-.092
-.256
1.337
1.412
.833
1.055
.056
.037
.492
.215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 6 UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Ranks ETNIS KPK
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
17.17
309.00
JAWA
17
18.88
321.00
Total
35
Test Statisticsb KPK Mann-Whitney U
138.000
Wilcoxon W
309.000
Z
-.624
Asymp. Sig. (2-tailed)
.533 .636a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Ranks ETNIS GH
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
20.00
360.00
JAWA
17
15.88
270.00
Total
35
Test Statisticsb GH Mann-Whitney U
117.000
Wilcoxon W
270.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
-2.155 .031 .245a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Ranks ETNIS TINGKAT_PENDIDIKAN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
17.00
306.00
JAWA
17
19.06
324.00
Total
35
Test Statisticsb TINGKAT_PENDIDIKAN Mann-Whitney U
135.000
Wilcoxon W
306.000
Z
-.644
Asymp. Sig. (2-tailed)
.520 .568a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
Ranks ETNIS PENDAPATAN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
17.22
310.00
JAWA
17
18.82
320.00
Total
35
Test Statisticsb PENDAPATAN Mann-Whitney U
139.000
Wilcoxon W
310.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
-.527 .598 .660a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
Ranks ETNIS JENIS_PEKERJAAN
N
Mean Rank
Sum of Ranks
TIONGHOA
18
20.22
364.00
JAWA
17
15.65
266.00
Total
35
Test Statisticsb JENIS_PEKERJAAN Mann-Whitney U
113.000
Wilcoxon W
266.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ETNIS
-1.419 .156 .195a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 7 SURAT IJIN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141