HUBUNGAN ANTARA BEBERAPA FAKTOR DENGAN KEIKUTSERTAAN BPJS KESEHATAN PADA PEKERJA KELOMPOK TANI SEKTOR INFORMAL PROFESI PETANI DI DESA CABEAN KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Manajemen Kesehatan
DIAH LISTIYA WULANDHARI NIM. D11.2011.01347
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016
©2016
Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: DIAH LISTIYA WULANDHARI
NIM
: D11.2011.01347
Fakultas
: Kesehatan
Program Studi
: S1-Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi
: HUBUNGAN ANTARA BEBERAPA FAKTOR DENGAN KEIKUTSERTAAN BPJS KESEHATAN PADA PEKERJA KELOMPOK TANI SEKTOR INFORMAL PROFESI PETANI DI DESA CABEAN KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan apabila di kemudian hari ditemukan adanya bukti plagiat, dan atau pemalsuan data maupun bentuk kecurangan lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dari Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang menurut aturan yang berlaku. Semarang, 4 Agustus 2016 Materai
Diah Listiya Wulandhari
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Diah Listiya Wulandhari
NIM
: D11.2011.01347
Fakultas
: Kesehatan
Program Studi
: S1-Kesehatan Masyarakat
Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui unuk memberikan kepada Universitas Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya saya yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA BEBERAPA FAKTOR DENGAN KEIKUTSERTAAN BPJS KESEHATAN PADA PEKERJA KELOMPOK TANI SEKTOR INFORMAL PROFESI PETANI DI DESA CABEAN KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK Dengan Hak Bebas
Royalty Non-Eksklusif ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang (memperbanyak), menggunakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan nama pembimbing saya. Saya bersedia untuk menanggung segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Semarang, 4 Agustus 2016 Materai
Diah Listiya Wulandhari
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulllahirabbil’alamin…. Akhirnya aku sampai ke tiik ini, sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb Serta shalawat dan salam kepada idola ku Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta Ku persembahkan karya mungil ini… untuk belahan jiwa ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini Ibundaku tersayang (Lilis Ayu Sulistiyana ) Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan FKM “11” yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima kasih yang tiada tara ku ucapakan Kepada Sahabat setiaku (bobo,fando,upa,ima,nisa,niya,nurul alfiyatun,nurul aresiana,lulyfiya) syukran banget atas supportnya baik itu moril & materil dan untuk para lelaki lelaki hebatku (Hamas,Rahman,Dimas) yang senantiasa membatu saya dalam penyusunan skripsi. Terakhir, untuk Fahrizal indriawan yang menemani saya berjuang meski tak sampai akhir. Akhir kata, semoga skripsi ini membawa kebermanfaatan. Jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima kasih... :) .
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Diah Listiya Wulandhari
Tempat, tanggal lahir
: Selong,17 juli 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl.Pekunden Tengah 1102 Semarang
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Kartini 04 , tahun 2000-2006 2. SMP Negeri 06 Semarang, tahun 2006-2008 3. SMA Islam Sultan Agung 01 Semarang, tahun 2008-2011 4. Diterima di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, kasih dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul
:
“HUBUNGAN
ANTARA
BEBERAPA
FAKTOR
DENGAN
KEIKUTSERTAAN BPJS KESEHATAN PADA PEKERJA KELOMPOK TANI SEKTOR INFORMAL PROFESI PETANI DI DESA CABEAN KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada
Program
Studi
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Dian
Nuswantoro. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat membangun agar skripsi ini dapat diterima. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini, banyak memperoleh bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Unversitas Dian Nuswantoro Semarang.
2.
Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Unversitas Dian Nuswantoro.
3. Eti Rimawati, M.Kes selaku sekertaris dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Agus Perry Kusuma, S.KG, M.Kes selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu gunamemberikan arahan, saran, dan kritik kepada peneliti dalam proses penulisan skripsi ini. 5. Kepada Warga Desa Cabean 6. Kedua Orangtua khususnya ibu yang selalu membantu memberikan do’a dan dorongan moril maupun materiil kepada peneliti. 7. Para penguni kos pison yang selalu membantu dan memberikan semangat dalampembuatanSkripsi (Hamas,Rahman,Dimas,Sam,Risky,Adam,adha,ghofar,jack,iyung,aryan,dan yang lain) 8. Rekan-rekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro angkatan2011.Bobo,fando,upa,ima,nisa,niya,nurul alfiatun,nurul aresiana,lulyvia dan teman-teman MK semuanya terimakasih Banyak. 9.
Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis berharap ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh dapat bermanfaat.
Semarang, 4 Agustus 2016
Penulis
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 ABSTRAK DIAH LISTIYA WULANDDHARI XIIV +76 HAL + 13 TABEL + 2 GAMBAR + 3 LAMPIRAN Faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS pada pekerja sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak BPJS merupakan peleburan dari berbagai asuransi kesehatan milik badan usaha milik negara. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS Kesehatan para pekerja sektor informal profesi petani diantaranya adalah usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS pada pekerja sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus secara wawancara mendalam. Yaitu penelitian yang menggambarkan keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sektor informal petani di Desa Cabean Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 10 petani di Desa Cabean Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Hasil penelitian menujukan bahwa para informan berminat dan ingin berpartisipasi dalam program JKN BPJS Kesehatan. Keikutsertaan para petani pada faktor pendidikan minat dan partisipasi informan terhadap program JKN BPJS Kesehatan tinggi karena hampir seluruh informan menjawab mereka berminat dan berpartisipasi. Keikutsertaan para petani pada faktor usia mengungkapkan bahwa informan tidak memiliki penyakit, apabila informan sakit, mayoritas informan akan pergi ke puskesmas dan sebagian kecil pergi ke bidan desa. Pada faktor pengetahuan menunjukan bahwa seluruh informan semuanya sudah tahu tentang
program BPJS, mengetahui tentang perbedaan program Jamkesmas dengan JKN BPJS Kesehatan, mengetahui tentang pembayaran iuran tiap bulan. Masyarakat perlu memanfaatkan program BPJS Kesehatan untuk menjaga kesehatanya pada faskes yang ditunjuk sesuai dengan pilihan faskes (fasilitas kesehatan) yang ada di kartu BPJS Kesehatan sehingga diharapkan masyarakat terjamin kesehatanya dan dapat menambah manfaat dari ikut program JKN BPJS kesehatan. Kata Kunci: BPJS Kesehatan, Pengetahuan, Usia, Pendidikan Kepustakaan: 34 buah, 1978-2015
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM S1 UNIVERSITY FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2016 XIIV +76 HAL + 13 TABEL + 2 GAMBAR + 3 LAMPIRAN ABSTRACT DIAH LISTIYA WULANDDHARI Factors affecting the participation of the informal sector workers BPJS profession Cabean farmers in the District of Wonosalam Demak BPJS an amalgamation of various health insurance state-owned enterprises. There are several factors that affect the participation BPJS informal sector workers such professions farmer's age, level of education and knowledge. The purpose of this research is to describe the factors that influence participation in the informal sector workers BPJS profession Cabean farmers in the District of Wonosalam Demak district. This research is descriptive research with case study approach in-depth interviews. That research describing BPJS participation in the informal sector Cabean farmers in the District of Demak Demak district. Subjects in this study amounted to 10 farmers in the District of Demak Demak Cabean. Results of research addressing that informants are interested and want to participate in the program JKN BPJS. The participation of farmers in the education factor informant interest and participation in the program BPJS JKN high because almost all informants said they are interested and participating. The participation of farmers in the age factor revealed that the informant did not have the disease, when the informant pain, the majority of informants would go to the clinic and a small portion went to the village midwife. In the knowledge factor indicates that all informants all already know about the program BPJS, find out about differences JAMKESMAS program with JKN BPJS, knowing about the payment of dues every month. Society needs to take advantage of the program BPJS to keep her health in faskes appointed in accordance with the choice of faskes (health facilities) on the card so that the community expected BPJS assured her health and can increase the benefits of joining the program JKN BPJS health.
Keywords: BPJS Health, Knowledge, Age, Education Bibliography: 34 units, 1978-2015
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .........................................................................iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................iv HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................................vi RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................vii KATA PENGANTAR ....................................................................................................viii ABSTRACT......................................................................................................................ix ABSTRAK ......................................................................................................................x DAFTAR ISI...................................................................................................................xi DAFTAR TABEL...........................................................................................................xiii DAFTAR BAGAN .........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian............................................................................ 7 D. Manfaat penelitian ......................................................................... 8 E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9 F. Lingkup Penelitian .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................12
A. Badan Penyelengggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ........... 12 1. Pengertian BPJS ........................................................................ 12 2. Jaminan Kesehatan Nasional () .................................................. 14 B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS .................. 21 C. Sektor Informal ............................................................................... 29 1. Pengertian ................................................................................ 29 2. Jenis-jenis Sektor Informal ........................................................ 33 D. Petani ............................................................................................. 34 E. ATP (Ability To Pay) dan WTP (Wilingnes To Pay) ......................... 37 F. Kerangka teori ................................................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................40 A. Kerangka Konsep ........................................................................... 40 B. Jenis Penelitian .............................................................................. 40 C. Variabel Penelitian ......................................................................... 41 D. Definisi Operasional ....................................................................... 41 E. Subjek Penelitian............................................................................ 42 F. Pengumpulan Data ......................................................................... 44 G. Pengolahan Dan Analisa Data ....................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................................49 A. Gambaran Proses Penelitian Lapangan ............................................... 49 B. Gambaran Umum Gapoktan Tani Makmur Sejahtera ........................... 49 C. Hambatan Dan Kesulitan Dalam Penelitian .......................................... 51 D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 52 E. Karakteristik Responden ...................................................................... 52 F. Hasil Penelitian..................................................................................... 53
BAB V PEMBAHSAN ...................................................................................................64 A. Pembahasan Dan Keterbatasan Penelitian .......................................... 64 B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................77 A. Kesimpulan .......................................................................................... 77 B. Saran ................................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................80 LAMPIRAN....................................................................................................................83
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kelompok Tani Desa Cabean .......................................................... 5 Tabel 1.2 Alasan Pengambilan Tempat Penelitian ........................................... 7 Tabel 1.3 Keaslian Penelitian........................................................................... 9 Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 41 Tabel 4.1 Profesi Di Desa Cabean ................................................................... 50 Tabel 4.2 Pendapat Petani Gapoktan Tani Makmur Sejahtera......................... 51 Tabel 4.3 Jumlah Responden Kelompok Tani Makmur Sejahtera .................... 52
Tabel 4.4 Rekap Jawaban Responden Berdasar Usia ..................................... 53 Tabel 4.5 Deskripsi Riwayat Penyakit ............................................................. 54 Tabel 4.6 Tempat Tujuan Responden Apabila Sakit ....................................... 54 Tabel 4.7 Rekapitulasi Jawaban Apakah Program BPJS Kesehatan Sangat Membantu ....................................................................................... 55 Tabel 4.8 Rekapitulasi Tentang Kebutuhan Responden Terhadap Program BPJS Kesehatan.............................................................................. 56 Tabel 4.9 Rekapitulasi Responden Tentang Dukungan Responden Terhadap Program BPJS Kesehatan ............................................. 56 Tabel 4.10 Rekapitulasi Pendidikan Responden ............................................. 57 Tabel 4.11 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Keikutsertaan Program BPJS Kesehatan .............................................................. 58 Tabel 4. 12 Rekapitulasi Tentang Partisipasi Responden Terhadap Program BPJS Kesehatan .............................................................. 58 Tabel 4.13 Rekapitulasi Jawaban Tentang Program BPJS Kesehatan ........... 59 Tabel 4.14 Reakapitulasi Jawaban Tentang Perbedaan Jamkesmas Dengan Program BPJS Kesehatan ................................................ 59 Tabel 4.15 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Pembayaran Iuran Tiap Bulan Dalam BPJS Kesehatan ............................................... 60 Tabel 4.16 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Pembiayaan Kelas Dalam BPJS Kesehatan Yaitu Kelas I, Kelas II Dan Kelas III .......... 60 Tabel
4.17
Rekapitulasi
Pembayaran
Jawaban
Responden
Tentang
Apabila
BPJS Kesehatan Itu Tidak Boleh Diambil, Jika
Ternyata Dalam Kurun Waktu Tertentu Tidak Sakit ......................... 61 Tabel 4.18 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Iuran Pembayaran Per Kepala Keluarga Atau Per Anggota Keluarga Dalam Kartu Kepala Keluarga ............................................................................. 62 Tabel 4.19 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Pengetahuan Besaran Biaya Untuk Kelas I, Kelas II Dan Kelas III......................... 63 Tabel 5.1 Partisipasi Petani Gapoktan Tani Makmur Sejahtera ....................... 65
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 39 Bagan 3.1 Kerangka konsep Penenlitian ......................................................... 40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar) dijelaskan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan.
Selain
tujuan
tersebut,
pemerintah
juga
berkewajiban
melaksanakan pembangunan diberbagai bidang dalam rangka mewujudkan kesejahterahan
nasional,
salah
satu
pembangunan
tersebut
adalah
pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional, dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pada dasarnya pembangunan sosial ditentukan dalam 3 faktor, yaitu: perlunya perawatan kesehatan diatur dalam langkah-langkah atau tindakan-tindakan oleh pemerintah; perlunya pengaturan hukum di lingkungan sistem perawatan kesehatan; dan perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehatan dengan tindakan medis. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk di Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa1
1
Bangsa Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (17). Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah pelayanan yang tidak membeda-bedakan status sosial seseorang dalam masyarakat, baik orang kaya, orang miskin, orang yang berkuasa, orang biasa, orang pintar maupun orang bodoh. Pemenuhan kesehatan yang merata dan tidak membedabedakan golongan sosial juga sejalan dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila terutama sila ke-5 yang menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial dalam hal ini juga termasuk di dalamnya keadilan dalam mendapatkan akses kesehatan yang baik dan bermutu. Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menegaskan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (17). Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dilakukan oleh pemerintah dengan melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang dimulai dengan Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPK-MM) atau yang lebih dikenal dengan Asuransi Kesehatan untuk Orang Miskin (ASKESKIN). Cakupan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dan kurang mampu melalui program jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau ASKESKIN terus meningkat yaitu dari 36,4 juta orang (2005) menjadi 76,4 juta orang (2007) (23) . Mulai tanggal 1 Januari 2014, program Jamkesmas diganti menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011
juga
menetapkan,
Jaminan
Sosial
Nasional
akan
diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk BPJS Ketenagakerjaan di rencanakan berlaku mulai tanggal 1 Juli 2015 (23). BPJS merupakan peleburan dari berbagai asuransi kesehatan milik badan usaha milik negara, terdapat 4 badan usaha milik negara yang digabung yaitu PT JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), PT TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pensiun), PT ASABRI (Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), dan PT ASKES (Asuransi Kesehatan). Dalam sistem ini melahirkan sistem baru yang disebut JKN. Jaminan kesehatan ini seperti sistem asuransi, nantinya warga Indonesia diwajibkan menyisihkan uangnya untuk jaminan kesehatan dimasa depan. Jumlah peserta BPJS pada bulan November 2014, jumlah peserta BPJS Kesehatan lebih kurang mencapai 131,5 juta jiwa. Jumlah peserta
BPJS Kesehatan secara bulanan, terus meningkat. Pada bulan Oktober 2014, jumlah peserta BPJS Kesehatan telah mencapai 132.286.703 orang. Angka ini pun naik signifikan, jika dibandingkan dengan data peserta per Agustus 2014 lalu, yaitu sebesar 127.251.791 jiwa. Jumlah peserta BPJS kesehatan pada tanggal 24 April 2015 berjumlah 142.711.701 peserta. (31) Banyak faktor yang mempengaruhi keikutsertaan asuransi BPJS kesehatan, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elmamy Handayani, dkk (2013) hasil penelitian menunjukan
Sebanyak 76,8% responden
menyatakan kesediaan mereka untuk membayar iuran jaminan kesehatan. Berdasarkan analisis multivariabel, variabel yang secara simultan memiliki pengaruh sifnifikan dengan kemampuan membayar, dan adanya tabungan untuk biaya pelayanan kesehatan. Responden yang memiliki tabungan memiliki kontrol diri yang baik, dan perasaan tidak suka dengan risiko, sehingga berupaya menyediakan cadangan dana untuk menghadapi kemungkinan sakit di masa yang akan datang
(25)
. Penelitian yang dilakukan
oleh Melvira Novia Sari dengan hasil penelitian bahwa masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap pelaksanaan program Asuransi Kesejahteraan Sosial, mereka memiliki sikap yang positif dari pelaksanaan program Asuransi Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Polonia, dan masyarakat memiliki partisipasi yang positif.(28) Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak mempunyai jumlah penduduk 3.567 jiwa, sebanyak 1.819 jiwa berprofesi sebagai petani. Desa Cabean mempunyai lima kelompok tani dimana kelompok tani tersebut
beranggotakan para pekerja yang berprofesi sebagai petani, jumlah untuk masing-masing kelompok tani sebagai berikut Tabel 1.1 Kelompok tani di Desa Cabean No
Nama Kelompok Tani
Jumlah (anggota)
1
Makmur Sejahtera
132
2
Sumber Rejeki
380
3
Waras
412
4
Dewi Sri
478
5
Sri Rejeki
417
Data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah anggota masing-masing kelompok tani di Desa Cabean yang paling banyak adalah anggota Kelompok Tani Dewi Sri yaitu berjumlah 478 anggota sedangkan paling sedikit adalah Kelompok Tani Makmur Sejahtera dengan anggota 132 anggota. Salah satu Kelompok tani adalah Kelompok Tani Makmur Sejahtera. Kelompok Tani Makmur Sejahtera dijadikan sampel penelitian karena diantara 5 Kelompok tani di Desa Cabean yang masih aktif mengadakan pertemuan rutin hanyalah Kelompok Tani Makmur Sejahtera.. Berdasarkan wawancara awal peneliti dengan ketua Kelompok Tani Makmur Sejahtera pada tanggal 24 Agustus 2015 menuturkan bahwa kelompok tani di Desa Cabean sudah diberi sosialisasi tentang BPJS Kesehatan oleh petugas BPJS Kesehatan Kabupaten Demak, setelah mendapat sosialisasi
tersebut ada para petani yang berkeinginan ikut mendaftar BPJS kesehatan dan ada yang belum berkeinginan ikut program BPJS Kesehatan. Hasil wawancara dengan perangkat desa menyebutkan bahwa jumlah Kelompok Tani di Desa Cabean berjumlah lima kelompok tani dimana dari kelompok tani tersebut hanya satu kelompok tani yang masih aktif yaitu Kelompok Tani Makmur Sejahtera, Kelompok Tani Makmur Sejahtera dijadikan tempat penelitian karena Kelompok Tani ini adalah Kelompok Tani yang masih aktif menyelenggarakan kegiatan dan pertemuan rutin setiap dua kali dalam sebulan. Disamping itu Kelompok Tani Makmur Sejahtera merupakan satusatunya kelompok tani di Desa Cabean yang sudah menerima penyuluhan dari petugas BPJS Kesehatan. Para anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera mayoritas memiliki kerja sampingan selain sebagai petani seperti buruh bangunan dan Karyawan Swasta, hanya sepuluh anggota yang berprofesi sebagai petani dan memiliki lahan sendiri untuk di garap, hampir sebagian besar berprofesi sebagai petani tapi tidak memiliki lahan sendiri. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan sebagian para petani mempunyai tiungkat pendidikan SD yaitu sebesar 68% dari seluruh anggota kelompok tani. Usia rata-rata para petani di kelompok tani Desa Cabean memiliki rata-rata usia 49 tahun. Berdasarkan uraian tersebut, maka alasan Kelompok Tani Makmur sejahtera di jadikan tempat penelitian sebagai berikut.
Tabel 1.2 Alasan pengambilan tempat penelitian No
Alasan
1
Kelompok Tani Makmur Sejahtera merupakan satusatunya kelompok tani yang masih aktif dan rutin mengadakan pertemuan satu bulan dua kali
2
Kelompok Tani Makmur Sejahtera merupakan satusatunya kelompok tani yang sudah mendapatkan penyuluhan dari petugas BPJS Kesehatan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul “Hubungan antara beberapa faktor dengan keikutsertaan BPJS Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitiannya
adalah:
Hubungan
antara
beberapa
faktor
dengan
keikutsertaan BPJS Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
antara
beberapa
faktor
dengan
keikutsertaan
BPJS
Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a.
Menganalisis gambaran usia petani terhadap keikutsertaan BPJS Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani.
b.
Menganalisis
gambaran
tingkat
pendidikan
petani
terhadap
keikutsertaan BPJS Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani c.
Menganalisis gambaran pengetahuan petani terhadap keikutsertaan BPJS Kesehatan pada pekerja Kelompok Tani sektor informal profesi petani
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi masyarakat Memberikan informasi tentang Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS Kesehatan khususnya para pekerja Kelompok Tani pada sektor Informal profesi Petani. 2. Bagi Institusi Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk kepentingan pendidikan maupun penelitian selanjutnya. 3. Bagi BPJS Kesehatan
Dapat dijadikan referensi dan masukan dalam upaya menanalisa Faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS Kesehatan khususnya pada sektor Informal dengan profesi Petani. E. Keaslian Penelitian Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu maka perlu adanya kajian peneliti terdahulu, berikut peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang asuransi kesehatan baik formal maupun non formal. Tabel 1.3 Keaslian Penelitian Nama Henni Djuhaeni, dkk (2010)
Judul potensi partisipasi masyarakat menuju pelaksanaan jaminan kesehatan dalam rangka universal coverage di kota Bandung
Metode penelitian survei dengan menggunakan kuesioner menggunakan metode deskriptif kualitatif
T Melvira Novia Sari (2009)
Respon pekerja sektor informal terhadap pelaksanaan program asuransi kesejahteraan sosial kelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia
instrumen penelitian kuesioner dan wawancara. analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif
Hasil Terdapat potensi partisipasi masyarakat informal dalam menyisihkan dana untuk jaminan kesehatan, sehingga kebijakan pelayanan kesehatan “gratis” bagi kelompok ini perlu dikaji ulang. Selanjutnya perlu dipersiapkan berbagai upaya pendukung seperti sosialisasi, cara pengumpulan dana dan menumbuhkan perilaku menabung untuk kesehatan mengingat kelompok ini tidak berpenghasilan tetap pekerja sektor informal di Kelurahan Polonia setuju dengan pelaksanaan program Asuransi Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan pemerintah yang bekerjasama dengan Lembaga YAKMI. Alasan yang mereka ungkapkan yaitu karena mereka terbantu pada saat mereka tidak dapat mencari nafkah akibat sakit, kecelakaan ataupun meninggal dunia. Selain itu mereka juga
Serlie Littik (2007)
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan asuransi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
data sekunder gabungan dari Kuesioner dengan menggunakan desain cross sectionalUji yang digunakan adalah Adjusted Wald Test
Sri Pengaruh gender Hermawati Tingkat pendidikan (2013) dan usia terhadap kesadaran berasuransi pada masyarakat Indonesia
data diambil melalui kuesioner analisis data menggunakan analisis Anova atau uji t
Debby Shinta (2012)
Analisis ATP dan WTP petani dalam asuransi kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Dusun Jungkal Desa Pojok Kecamatan Pulo Kulon Kabupaten Grobogan Purwodadi
menjadi terbiasa untuk menabung setiap bulannya. bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan asuransi di Propinsi NTT adalah umur (untuk Jamsostek), tingkat pendidikan dan wilayah (untuk semua tipe asuransi kecuali JPKM), pendapatan (untuk Askes), serta jarak dan transportasi (untuk Askes dan Jamsostek).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan dan pemahaman akan asuransi jiwa pada berbagai usia responden. Gender berpengaruh hanya pada perbedan pemahaman akan asuransi jenis penelitian hasil penelitian menunjukan deskriptif bahwa rata-rata petani kuantitatif dalam membayar premi dengan kesehatan hanya 23,9 % metode yang bersedia membayar penelitrian premi asuransi kesehatan. survey
Perbedan dan persamaan dengan peneliti yang dilakukan adalah pada objek kajian penelitian yaitu pada sektor informal profesi petani, waktu dan tempat yang berbeda yaitu peneitian dilakukan pada bulan mei sampai dengan bulan Juli 2015 di Kelompok Tani Desa Cabean, Kecamatan
Demak, Kabupaten Demak. Kemudian metode yang digunakan peneliti adalah
metode
deskriptif
kualitatif
untuk
mengetahui
gambaran
keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sektor informal petani. Persamaan dalam penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada jenis asuransi yaitu asuransi kesehatan pada sektor informal. F. Lingkup Penelitian Untuk membatasi bahasan dalam penelitian ini agar tidak melebar pemahasanya maka lingkup penelitian ini meliputi: 1.
Lingkup Keilmuan, dalam penelitian ini mencangkup tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keikutsertaan Asuransi BPJS Kesehatan pada sektor informal profesi petani.
2.
Lingkup Materi, dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, tingkat pendidikan usia dan profesi petani serta sektor informal
3.
Lingkup Lokasi, lokasi dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Desa Cabean, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak
4.
Lingkup Metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
5.
Lingkup Sasaran, sasaran penelitian ini adalah para anggota Kelompok Tani Desa Cabean, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak
6.
Lingkup Waktu, waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan 1. Pengertian BPJS Jaminan
sosial
adalah
perlindungan
yang
diberikan
oleh
masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwaperistiwa tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak
(17)
. Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk
perlindungan
sosial
yang
menjamin
seluruh
rakyat
agar
dapat
mendapatkan kebutuhan dasar yang layak. Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu : a) Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari 2014. b) Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,
12
Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai mulai 1 Juli 2015. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu. Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu: a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UndangUndang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. b. Bukan PBI jaminan kesehatan (3)
2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) bagi seluruh rakyat indonesia, maupun untuk warga negara asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
a) Cara Pendaftaran JKN Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran secara manual yang dapat dilakukan secara langsung ke kantor BPJS terdekat atau dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara online yaitu dengan mengakses melalui situs http://bpjskesehatan.go.id/. Pendaftaran secara On-Line Untuk pendaftaran secara on-line terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara Online, yaitu: 1. Kartu Tanda Penduduk
2. Kartu Keluarga 3. Kartu NPWP (Nomor Peserta Wajib Pajak) 4. Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal lahir, Alamat, Email dll). Besaran Iuran adalah sesuai dengan Kelas Perawatan yang di pilih: -KELAS III = Rp. 25.500/Bulan -KELAS II = Rp. 42.500/Bulan -KELAS I = Rp. 59.500/Bulan Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email pemberitahuan nomor registrasi ke alamat email sesuai dengan yang diisikan oleh calon peserta agar e-ID dapat digunakan/aktif, calon peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus dilakukan tidak melewati 24 jam sejak pendaftaran. Setelah Calon Peserta melakukan pembayaran di bank, maka peserta dapat mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan. Pendaftaran secara manual Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS yang perlu dipersiapkan, yaitu: 1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu Keluarga/Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Paspor pas foto
bewarna 3x4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukan Kartu Keluarga /Surat Nikah/Akte Kelahiran. 2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta. 3. Calon peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri (ATM)/Setor Tunai sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank yang telah bekerja sama. 4. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta. 5. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses pelayanan.
b) Metode Pembayaran JKN Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode pembayaran atau iuran dari program ini dibagi menjadi 3 jenis
(11)
:
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu). 2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi: a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari Peserta, dengan kriteria: 1) tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; 2) dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. 3. Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan. (11)
c) Prinsip JKN Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut (3): 1. Prinsip Kegotongroyongan Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Prinsip Nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat
adalah
dana
amanat,
sehingga
hasil
pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. 3. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan Efektivitas. Prinsip-prinsip
manajemen
ini
mendasari
seluruh
kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. 4. Prinsip Portabilitas Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat. 6. Prinsip Dana Amanat Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. 7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.(3)
d) Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: a. Administrasi pelayanan b. Pelayanan promotif dan preventif c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: a. Rawat jalan, meliputi: 1) Administrasi pelayanan 2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis 3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5) Pelayanan alat kesehatan implant 6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7) Rehabilitasi medis 8) Pelayanan darah 9) Pelayanan kedokteran forensik 10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi: 1) Perawatan Inap Non Intensif (INI)
2) Perawatan inap di ruang intensif 3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi: a) Tidak sesuai prosedur; b) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS; c) Pelayanan bertujuan kosmetik; d) General checkup, pengobatan alternatif; e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba. (3) B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keikutsertaan BPJS Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh serlie littik
(26)
diketahui
beberapa faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan asuransi (ASKES dan Jamsostek) meliputi pengetahuan, usia dan tingkat pendidikan. Merujuk pada penelitian tersebut maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sektor Informal Petani adalah pengetahuan, usia, dan tingkat pendidikan (19) 1.
Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan merupakan hasil
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknnya tindakan seseorang
(13
). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliknya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) berbagai
gejala
yang
ditemui
dan
(14)
. Pengetahuan adalah
diperoleh
manusia
melalui
pengamatan inderawi (7). a. Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahkan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Misalnya responden sudah pernah mendengar mengenai BPJS Kesehatan. 2). Memahami (comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Misalnya responden sudah pernah mendengar penjelasan mengenai BPJS Kesehatandan dapat menjelaskannya kepada orang lain. 3). Aplikasi (application) Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). penggunaan
Misalnya kartu
responden
BPJS
telah
Kesehatan
mengaplikasikan
dalam
pemeliharaan
kesehatan. 4). Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya responden telah melakukan pendaftaran menjadi anggota
BPJS, menggunakan
dan
mengaplikasikan prosedur penggunaan BPJS Kesehatan. 5). Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang
baru.
Misalnya
responden
sudah
melaksanakan kegiatan penanganan kesehatan menggunakan
kartu BPJS Kesehatan dan telah menemukan cara serta prosedur yang tepat dalam melakukannya. 6). Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya responden telah menggunakan kartu BPJS Kesehatan dan telah merasakan manfaat positif dari kegiatan tersebut (13). b. Cara memperoleh pengetahuan 1). Cara tradisional atau non-ilmiah a). Cara coba-salah (trial and error) Cara
coba
kemungkinan
salah
ini
dalam
dilakukan
mencegah
dengan masalah,
menggunakan dan
apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. b). Cara kekuasaan atau otomatis Pengetahuan
diperoleh
berdasarkan
pada
otoritas
atau
kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pimpinan agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c). Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, maksudnya bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. d). Melalui jalan pikiran Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran atau jalan pikir manusia. 2). Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan bersifat lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Dalam memperoleh pengetahuan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya (14). c. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian dan responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
pengetahuan
(14)
.
Tindakan
seseorang
yang
didasari
oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila tindakan itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (14). Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya budaya atau lingkungan, pengalaman, dan informasi. Budaya atau lingkungan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang yang tinggal di wilayah yang mayoritas penduduknya telah menggunakan pelayanan kartu BPJS Kesehatan, akan lebih tinggi dari pada orang yang tinggal di wilayah yang penduduknya mayoritas tidak menggunakan pelayanan kartu BPJS Kesehatan (8). Dikatakan bahwa seseorang yang mendapat informasi lebih banyak, akan menambah pengetahuan yang lebih luas dan pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan informasi yang didapatkan. Pendidikan kesehatan (pengetahuan) sangat berpangaruh terhadap tindakan seseorang di masyarakat pengetahuan
memiliki
(2)
. Dari sini dapat ditarik hubungan bahwa
kaitan
erat
dengan
keikutsertaan
BPJS
Kesehatan. 2.
Pendidikan Pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seseorang
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi menyebutkan
pendidikan
merupakan praktik
(16)
. Defenisi lain
pengembangan
dan
pengujian teori-teori yang akan memberi kita pemaknaan lebih tentang pengalaman kita
(4)
. Hal ini juga ditegaskan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan responden akan memberikan pengaruh terhadap cara berfikirnya semakin rendah pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikirnya sehingga lebih sulit menerima terhadap perubahan dan perkembangan
(2)
. Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin baik orang tersebut dalam menyikapi
kesehatan
pada
diri
mereka
dalam
mewujudkan
keikutsertaanya menjadi anggota BPJS Kesehatan. 3.
Usia Usia merupakan lama kehidupan seseorang dari mulai dilahirkan sampai meninggal dunia
(4)
. Menurut sumber yang sama
seseorang dikatakan dapat mengabil suatu kebijaksanaan secara mandiri pada usia lebih dari 15 tahun sedangkan dibawah 15 tahun masih dikatakan belum dapat mengambil kebijakan berkaitan dengan
tindakan
yang
dilakukan.
Menurut
Budioro,
perubahan
umur
mempengaruhi perilaku seseorang karena melalui perjalanan umurnya proses pendewasaan terjadi. Maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan adaptasi perilaku hidup dengan lingkungannya dalam hal ini berkaitan dengan keikutsertaanya untuk menjadi anggota BPJS Kesehatan (2). Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo mengemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni dalam penelitian ini yang perilaku berhubungan dengan keikutsertaan BPJS yaitu(24) a)
Faktor Predisposisi (presdisposing factor) Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan seperti tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku ikut serta dalam BPJS, misalnya: dampak jaminan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang keikutsertaan BPJS Kesehatan, baik bagi dirinya maupun keluarganya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat seseorang dalam keikutsertaannya dalam program BPJS Kesehatan. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b)
Faktor Pemungkin (enambling factors) Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaan kesehatan bagi peserta yang sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan yaitu keikutsertaan dalam BPJS Kesehatan, maka faktor ini di sebut faktor pendukung atau pemungkin. c)
Faktor Pendorong (reinforching factor) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
C. Sektor Informal 1.
Pengertian Sektor Informal, oleh Hidayat, didefinisikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah
(23)
. Definisi ini membuat batasan yang jelas dan tegas:
sepanjang bantuan atau fasilitas pemerintah belum pernah diterima atau dinikmati oleh sebuah unit usaha, maka unit usaha itu digolongkan ke dalam
sektor
informal.
Dengan
demikian,
ketersediaan
fasilitas
pemerintah bukanlah unsur utama, melainkan bagaimana sebuah unit usaha dapat dengan mudah memperoleh fasilitas tersebut (23). Tumbuhnya sektor informal dengan sangat subur di berbagai kota besar di negara-negara sedang berkembang. seperti Indonesia, mempunyai sejarah yang panjang. Akar masalahnya berkaitan dengan strategi pembangunan yang dianut oleh para perencana pembangunan selalu memihak sektor formal yang sudah mapan, yaitu untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Mengingat sektor formal yang mapan itu sebagian besar berada di kota, maka berbagai kemudahan diberikan pemerintah agar sektor ini dapat tumbuh dengan subur. Strategi pembangunan yang memihak kota tersebut pada akhirnya membuat desa menjadi terlantar dan luput dari perhatian para perencana pembangunan(22). Sementara
itu,
di
desa,
proses
pemiskinan
juga
tengah
berlangsung. Pertambahan penduduk membuat nisbah lahan-manusia semakin menurun. Golongan tunawisma di desa semakin bertambah, sementara lapangan kerja non-pertanian di desa tidak bertambah secepat pertambahan angkatan kerja akibat pesatnya laju pertumbuhan penduduk. Semakin sempitnya lahan dan tidak adanya alternatif pekerjaan lain membuat penduduk desa melakukan migrasi ke kota
untuk mencari pekerjaan. Karena pengalaman dan keahlian yang kurang, penduduk yang melakukan urbanisasi ini hanya sedikit yang tertampung di sektor formal, selebihnya berduyun-duyun memasuki sektor informal yang tidak memerlukan keahlian khusus selain kemauan dan tenaga. Pekerjaan di sektor informal sangat beraneka ragam, tetapi pada
umumnya
tertumpu
pada
industri
pengolahan,
angkutan,
bangunan, jasa, dan perdagagangan, seperti pengolahan tahu dan tempe, tukang becak dan ojek, kuli bangunan, pedagang asongan, pemulung, calo, pembantu rumah tangga, pedagang kali lima, dan sebagainya. Selama strategi pembangunan masih mengacu pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mengorbankan pemerataan, tidak dapat disangkal hal ini akan selalu membuat terjadinya pembelahan (dichotomy) antara sektor formal dan sektor informal.(23) Keterkaitan dan keterpaduan akan sulit dijalin karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu memihak pada sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Sektor informal tidak dapat dijadikan pengganti yang setara bagi sektor formal untuk tujuan mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena umumnya sektor ini diminati hanya untuk sekedar mempertahankan hidup (subsistence) dan karena memang tidak ada alternatif pekerjaan yang lain. Bila strategi pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi selalu dijadikan sebagai kunci untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,
selama itu pula sektor informal akan selalu tersisih. Kebijakan pemerintah untuk memeperoleh devisa guna membiayai pembangunan seringkali harus membuat tersisihnya tukang becak, pedagang asongan, dan pemulung dari seputar kota. Kehadiran mereka di kawasan kota dianggap
merusak
pemandangan
para
wisatawan
mancanegara
sehingga mereka perlu ditertibkan dan digusur agar tahun kunjungan wisata yang menunjang pembanguan dapat berlangsung dengan sukses.(22) Sebaliknya,
dengan
alasan
mendorong
ekspor
non-migas,
berbagai industri yang menghasilkan barang-barang ekspor, dan dengan demikian akan menghasilkan devisa, diberikan berbagai keringanan pajak, diberi subsidi, tingkat upah buruh yang rendah dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Begitu pula halnya dengan industri penghasil barang-barang pengganti impor yang menghemat devisa, diberi kemudahan yang serupa. Dengan demikian, untuk mengembangkan sektor informal sesungguhnya masalah utamanya adalah terletak pada strategi pembangunan itu sendiri. Pengembangan sektor informal menuntut agar strategi pembangunan ditinjau ulang, yaitu agar berpihak pada yang berposisi yang lemah, baik secara ekonomi maupun politik. Aspek pemerataan hendaknya dijadikan kata kunci sehingga sewaktu terjadi pembangunan ruko atau kios di pusat-pusat perbelanjaan, pedagang kakilima diberi kemudahan membelinya. Begitu pula dengan kebijakan perkreditan, hendaknya sektor informal diberi pintu masuk
yang mudah sehingga ketergantungan sektor ini terhadap pelepas uang (rentenir) dapat dihilangkan. Dengan demikian, diharapkan sektor informal itu dapat berkembang dan pada akhirnya akan beralih menjadi anggota sektor formal (23). Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas sebenarnya berpusat pada strategi pembangunan yang dianut oleh para perencana selama ini, khususnya pada zaman Orde Baru. Selama strategi pembangunan hanya bertujuan mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, selama itu pula pembangunan akan selalu memihak kota (urban bias) dan membuat desa menjadi terlantar. Di kota, sektor formal yang mempunyai manajemen dan organisasi yang lebih baik, modal dan teknologi yang cukup, dan tingkat lobi yang baik dengan para birokrat, akan selalu dapat dengan cepat memanfaatkan kemudahan ekonomi yang disediakan oleh pemerintah. Pada pihak lain, sektor informal yang serba miskin dalam segala aspek selalu tercecer dalam arus pembangunan yang dipacu dengan sangat cepat, padahal sektor ini harus selalu toleran menampung dan memberikan pekerjaan bagi manusia yang melakukan migrasi dari desa ke kota (23). 2.
Jenis-jenis Sektor Informal Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu (22):
a.
Sah; terdiri atas: • Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain. • Usaha tersier dengan modal yang relatif besar perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain. • Distribusi kecil-kecilan, pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain. • Transaksi pribadi, pinjam meminjam, pengemis. • Jasa yang lain pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain-lain (22).
b.
Tidak sah; terdiri atas : • Jasa, kegiatan, dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan lain-lain. • Transaksi, pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain (22)
D. Petani Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. Definisi petani menurut Anwas
(20)
mengemukakan bahwa
petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian pertanian. Anwas mengemukakan bahwa pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasilhasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam. Bertolak dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa antara petani dan pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya
(20)
. Oleh
karena itu perbedaannya hanya terletak pada obyek saja. pengertian petani secara genuine adalah orang yang memiliki dan menggarap tanah miliknya sendiri (18) Konseptualisasi petani asli menunjukkan, bahwa tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Poin pentingnya bukan hanya terlletak pada soal, bahwa tanah adalah alat produksi utama petani, melainkan bahwa alat produksi itu mutlak dimiliki petani. Implikasinya, petani yang tidak memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau asli. Implikasi politisnya, petani mutlak dan mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya atas tanah. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep petani asli memiliki kaitan sosial-budaya-politik.( 21) Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, petani adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani. Oleh karena sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius.
Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosialbudaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian secara menyeluruh.(19) Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena akan selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani lokal, yang memiliki kebenaran umum tersendiri. Oleh karena itu pemikiran sistem agribisnis yang berdasarkan prinsip positivisme sudah saatnya kita pertanyakan kembali. Paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai, budaya, dan ideologi dari tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya untuk diterapkan di negara kita. Masyarakat petani kita memiliki seperangkat nilai, falsafah, dan pandangan terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri, yang perlu digali dan dianggap sebagai potensi besar di sektor pertanian. Sementara itu perubahan orientasi dari peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan petani belum cukup jika tanpa dilandasi pada orientasi kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan tanpa diikuti dengan kebijakan struktural pemerintah di dalam pembuatan aturan/hukum, persaingan, distribusi, produksi dan konsumsi yang melindung petani tidak akan mampu mengangkat kesejahteraan petani ke tingkat yang lebih baik.
E. ATP (Ability To Pay)/WTP (Wilingnes To Pay) ATP (Ability To Pay) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang di terimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya sehari-hari untuk pendapatan rutin yang diterimanya(34). Dengan kata lain ATP adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos jasa yang dilakukanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ATP adalah(34): 1. Besar penghasilan 2. Kebutuhan akan jasa 3. Total biaya jasa 4. Prosentase penghasilan yang digunakan untuk biaya kesehatan WTP (Wilingness To Pay) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif jasa pelayanan kesehatan. Dalam permasalahan kesehatan dipengarui oleh beberapa faktor yaitu(34): 1.
Produk yang disediakan oleh penyelenggara kesehatan
2.
Kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan
3.
Utilitas pengguna terhadap jasa kesehatan tersebut
4.
Perilaku pengguna Dalam pelaksanaan untuk menentukan jasa sering terjadi
benturan antara besarnya ATP dan WTP yaitu(34):
1.
ATP lebih besar dari WTP Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa kesehatan. Ini terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut rendah, pengguna pada kondisi ini disebut Choiced Riders
2.
ATP lebih kecil dari WTP Kondisi ini kebalikan dari kondisi diatas dimana keinginan pengguna untuk membayar jasa lebih besar daripada kemampuan membayarnya. Hal ini memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa sangat tinggi, sehingga keinginan pengguna untuk membayar jasa cenderung dipengaruhi oleh utilitas, pada kondisi ini pengguna disebut Captive Riders.
3.
ATP sama dengan WTP Kondisi ini menunjukan bahwa antara kemampuan dan keinginan membayar jasa yang dikonsumsi pengguna sama, pada kondisi ini terjadi keseimbangan utilitas pengguna dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa.
F. Kerangka Teori
Faktor predisposisi ( Predisposing factors ) 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Usia Faktor pemungkin/pendukung (Enabling factors) Keikutsertaan BPJS Kesehatan
1. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan 2. Kemudahan mencapai pelayanan kesehatan Faktor pendorong (Reinforching factors) 1. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat 2. Peraturan Pemerintah
Bagan . 2.1 Modifikasi antara Lawrence Green dalam Notoatmojo dengan Mohammad Ali (24), (8)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Predisposisi Faktor Predisposisi : Tingkat pengetahuan Tingkat pendidikan Usia Keikutsertaan BPJS Kesehatan
Pendorong : Tokoh Masyarakat
Faktor Pendukung: Fasilitas Kesehatan
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan: Objek yang diteliti Objek yang tidak diteliti B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus secara wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
40
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.16 Dimana studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.17 Yaitu penelitian yang menggambarkan keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sektor informal petani di Desa Cabean Kecamatan Demak Kabupaten Demak C. Variabel Penelitian Ada beberapa variabel dalam penelitian antara lain yaitu : 1.
Usia
2.
Pendidikan
3.
Pengetahuan
4.
Keikutsertaan BPJS Kesehatan
D. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi Operasional
1
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan tentang BPJS Kesehatan
2
Pendidikan
Tingkat pendidikan formal tertinggi
3
Usia
Rentang kehidupan yang diukur dengan tahun
4
Keikutsertaan BPJS menjadi anggota BPJS Kesehatan Kesehatan
E. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian. Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. Dari referensi lain mengatakan populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan
(5)
. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempengaruhi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (15)
. Populasi dalam penelitian ini adalah petani di Desa Cabean Kecamatan
Demak Kabupaten Demak sebanyak 132 Petani. 2. Sampel Penelitian Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi yang ada
(14)
. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 10 orang, dikarenakan anggota atau pengurus di Kelompok Tani Sejahtera yang memiliki lahan dan hanya berprofesi sebagai petani sebanyak 10 orang. 3. Teknik pengambilan Sampel Subjek penelitian diambil dengan teknik purposive random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan memperhatikan kriteria tertentu.
(15)
sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 responden. Prosedur pengambilan responden penelitian berdasarkan kriteria responden lapangan
yaitu Ketua Kelompok Tani Makmur Sejahtera Desa Cabean berjumlah 1 orang, anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera Desa Cabean berjumlah 8 orang dan pengurus Kelompok Tani makmur sejahtera Desa Cabean berjumlah 1 orang. Hal tersebut dikarenakan hanya terdapat 10 orang yang mempunyai kriteria inklusi. 4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample (12)
. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Petani Desa Cabean dan memiliki lahan Pertanian. 2) Petani yang aktif dalam Kelompok Tani Makmur Sejahtera 3) Petani yang hanya berprofesi sebagai petani dan tidak punya pekerjaan sampingan. 4) Petani yang bersedia menjadi responden. 5) Petani yang hadir saat penelitian dilakukan. b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel(12). Yaitu 1. Petani yang sakit atau menagalami kendala (pergi, bekerja di luar daerah) 2. Petani yang tidak mempunyai lahan
3. Petani yang mempunyai lahan tapi memiliki profesi lain selain petani seperti pedagang, karyawan, dll. 4. Petani yang tidak bersedia menjadi responden. F. Pengumpulan Data 1.
Jenis dan sumber data Penelitian kualitatif adalah ditujukan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari sudut atau perpektif partisipan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen- dokumen penunjang.19 data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder meliputi: a. Data primer Yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian untuk mengetahui gambaran keikutsertaan BPJS Kesehatan pada sector informal petani dengan menggunakan
panduan
wawancara
untuk
melakukan
wawancara
mendalam dengan subjek peneliti.21 wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan dengan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu, keduanya boleh saling bertanya dan saling menjawab sehingga terbentuk komunikasi dua arah.22 Selaku pewawancara dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sedangkan yang terwawancara adalah pekerja sektor informal petani.
b. Data sekunder Data yang didapatkan dari dokumen-dokumen pekerja sektor informal petani dari balai desa setempat.23 Data yang berhubungan dengan penelitian ini adalah dokumen terkait dalam jumlah petani. 2.
Metode pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. untuk mewawancarai tidak lebih dari 1,5 jam untuk memperoleh data yang diperlukan adalah sebagai berikut : a.
Wawancara Wawancara adalah kata-kata dan tindakan orang–orang yang diamati atau diwawancarai merupakan data utama, sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis melalui lembar isian yang telah disediakan. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara. Langkah-langkah dalam pelaksanaan wawancara mendalam yaitu: 1) Menemui Ketua Kelompok Tani sebagai penanggung jawab semua program petani, sebagai key informan untuk mengetahuai gambaran tentang petani 2) Menyiapkan topik atau pertanyaan yang merupakan pedoman dalam wawancara 3) Pembuat kesepakatan jadwal untuk pelaksanaan wawancara
b.
Dokumentasi Teknik pengumpulan data dan pembacaan dokumen, arsip dan laporan tentang keikutsertaan BPJS Kesehatan untuk kemudian dibaca dan di pelajari.
c.
Alat pengumpulan data 1) Wawancara dengan menggunakan instrumen angket terdiri atas pertanyaan terbuka dimana subyek peneliti dapat menjawab pertanyaan dengan bebas tanpa adanya paksaan dengan cara menulis pada daftar pertanyaan yang telah disedikan 2) Obsevasi menggunakan kamera foto dan handphone sebagai alat perekam.
G. Pengolahan dan analisis Data Analisa data merupakan usaha proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan data untuk menjawab permasalahan tema apa yang dapat ditemukan pada data dan seberapa jauh data ini dapat menyokong tema tersebut kemudian dianalisis dan ditafsirkan hubungan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat dijadikan saran dan masukan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.23 Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Straus dan Corbin yaitu Peneliti akan berupaya menemukan selengkap dan sebanyak mungkin variasi data yang ada termasuk didalamnya perilaku subjek, situasi sosial, lokasi penelitian yang sudah berpola dalam kehidupan sehari-hari. Langkah- langkahnya yaitu :
a. Breaking down : upaya peneliti merinci kelengkapan dan kecukupan data yang ada. b. Examining : prosedur penelitian yang dilakukan peneliti untuk memeriksa dan mengelompokkan bentuk-bentuk tindakan infrorman. c. Comparing : membandingkan bentuk-bentuk tindakan informan, beserta sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan bentuk tindakan itu. d. Conceptualizing : proses menjelaskan konsep lokal yang sering diucapkan dan dilakukan oleh informan. e. Categorizing : proses mengkategori data menjadi tema-tema. Tahap selanjutnya yaitu selectif coding : pada tahap ini menggolongkan kategori menjadi kriteria inti dan pendukung, serta mengkaitkan antara kategori inti dan pendukungnya. Kategori ini ditemukan melalui perbandingan hubungan antar kategori, langkah selanjutnya memberikan hubungan antar kategori dan akhirnya menghasilkan simpulan yang kemudian diangkat menjadi general design.semua itu dihasilkan melalui langkah sebagai berikut : a.
Field note : semua data dimasukkan dalam catatan lapangan yang berisikan tanggal informasi yang berkaitan dengan fenomena berlawanan, nama subjek penelitian, informasi termasuk kata kunci, simpulan
b.
Peer debriefing dengan teman sejawat : hasil lapangan didiskusikan dengan pembimbing dan teman sejawat.
c.
Melakuakan triangulasi : triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari subjek penelitian yang satu dibandingkan dengan subjek yang lainnya.
d.
Melakukan members check terhadap temuan lapangan : setelah hasil lapangan di tulis dalam bentuk disertasi, hasilnya di sampaikan kepada subjek penelitian yaitu mereka yang terlibat dalam proses tersebut, apakah hasilnya sudah benar atau perlu diperbaiki lagi.24 Pengolahan dan analisis data deskriptif kualitatif dapat dihitung dengan
Prosentase:
SP
SK x100% R
Keterangan: SP: Skor Prosentase SK: Skor komulatif R : Jumlah responden
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Proses Penelitian di Lapangan Langkah yuang dilakukan dalam penelitian ini hingga mendapatkan data dari subjek peneliti adalah pertama-pertama menbuat surat ijin penelitin dari Universitas Dian Nuswantoro yang ditembuskan ke Kesbangpolinmas selanjutnya surat ijin dikirimkan ke Kecamatan Wonosalam dari Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak diserahkan ke Desa Cabean untuk meminta ijin penelitian kepada Kepala Desa Cabean dari Kepala Desa di teruskan pada Gabungan Kelompok tani (Kelompok Tani) Tani Makmur Sejahtera, setelah berkonsultasi dan mendapat persetujuan dari penanggung Kelompok Tani Makmur Sejahtera siapa yang hendak mengisi angket sebagai responden penelitian. Proses penelitian pertama dengan ketua Kelompok Tani Makmur Sejahtera, penelitian selanjutnya dengan anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera sebanyak 8 anggota, dilanjutkan dengan 1 pengurus Kelompok Tani Makmur Sejahtera. B. Gambaran Umum Kelompok Tani Makmur Sejahtera Desa Cabean memiliki fasilitas kesehatan yang memadai yaitu terdapat 3 pos pelayanan terpadu dimana didalam pos tersebut berisi kegiatan tentang kesehatan anak dan balita sedangkan fasilitas kesehatan umum bagi masyarakat berupa klinik Desa berjumlah satu, tenaga kesehtan di Desa Caben terdiri dari Bidan dan Dukun Bayi, di Desa Cabean Bidan
49
Desa berjumlah 3 orang dan dukun bayi berjumlah 1 orang, Jumlah penduduk desa Cabean Kecamatan Wonosalam
Kabupaten Demak
berjumlah 3.567 jiwa. Tabel 4.1 Profesi di Desa Cabean No
Profesi
jumlah
Prosentase (%)
1
PNS
124
3,48
2
Wiraswasta
967
27,11
3
Pelajar dan mahasiswa
574
16,09
4
Petani
1819
51,00
5
Lain-lain
83
2,33
Dilihat dari jumlah total tabel 4.1 mayoritas penduduk adalah petani, Ketua dari Kelompok Tani Makmur Sejahtera bernama Sunardi, jumlah anggota dalam Kelompok Tani Makmur Sejahtera berjumlah 132 Petani, rentang pendidikan untuk Kelompok Tani Makmur Sejahtera yaitu antara SD sampai dengan SMA. Kelompok Tani Makmur Sejahtera beralamatkan di RT 5 RW 3 Cabean Tengah Gang Pepaya, Desa Cabean, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak. Kegiatan dalam Kelompok Tani Makmur Sejahtera setiap bulan 2 kali mengadakan kegiatan membahas tentang ilmu bercocok tanam dan hama penyakit pada tanaman serta bermusyawarah segala hal tentang pertanian.
Pendapatan para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Makmur Sejahtera, seperti yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Pendapat Petani Kelompok Tani Makmur Sejahtera No
Pendapatan
Jumlah
Prosentase (%)
1
< 1 Juta
2
20
2
1 Juta – 2 Juta
8
80
Berdasarkan tabel 4.2 pendapat anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera berpenghasilan kurang dari Rp. 1 juta perbulan berjumlah 2 petani dan berpenghasilan antara Rp.1 juta hingga Rp. 2 juta berjumlah 8 petani. Pengahsilan responden lebih kecil dari keinginan untuk menggunakan fasilitas kesehatan. rendah Hal ini sejalan dengan penelitian Debby menyatakan bahwa responden mempunyai kemampuan membayar lebih kecil dari pada kemampuan untuk menggunakan jasa kesehatan (31). C. Hambatan dan Kesulitan dalam Penelitian Hambatan selama penelitian terletak pada sulitnya mencari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang peneliti tentukan, hambatan lain adalah sulitnya menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada
responden,
dikarenakan
responden
sulit
untuk
menerima
pemahaman dari peneliti. Kesulitan yang dirasakan terletak pada penggalian data yang peneliti kurang menguasai teknik penggalian data dengan baik sehingga dirasa terkadang pertanyaan susah untuk diungkapkan kepada
subjek penelitian. Sehingga apa yang diharapkan peneliti terkadang tidak tersampaikan kepada responden penelitian D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptif kuantitatif, dimana peneliti harus melakukan penggalian data secara mendalam kepada setiap responden. Karena dalam penelitian merupakan penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti sehingga dalam melakukan penggalian data masih kurang. E. Karakteristik Responden Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mencari informasi sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui informasi secara pasti mengenai gambaran Faktor apa yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS pada pekerja sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Prosedur pengambilan responden penelitian berdasarkan kriteria responden lapangan sebagai berikut Tabel 4.3 Jumlah Responden Kelompok Tani Makmur Sejahtera No
Responden
Jumlah
Prosentase (%)
1
Ketua Kelompok Tani
1
10
2
Anggota Kelompok Tani
8
80
3
Pengurus Kelompok Tani
1
10
Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 dikarenakan para petani tidak bersedia menjadi responden dan mewakilkan kepada para petani yang bersedia menjadi responden, disamping itu responden dalam pemilihan responden adalah responden yang aktif mengikuti acara pertemuan dalam Kelompok Tani Makmur Sejahtera. F.
Hasil Penelitian 1. Usia Keikutsertaan pada Program BPJS Kesehatan berdasarkan variabel usia didapatkan hasil bahwa usia responden paling muda berusia 43 tahun sedangkan usia paling tua berusia 60 tahun. Rentang usia tersebut dikarenakan para anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera beranggotakan petani dengan usia diatas 40 tahun. Disamping itu para pemuda di Desa Cabean lebih memilih bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan dari pada memilih menjadi petani sehingga usia petani di Desa Cabean lebih dari 40 tahun. Berikut rekapitulasi jawaban responden usia responden, seperti pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Rekap Jawaban responden berdasar usia Kriteria
Jumlah (f)
Prosentase (%)
43-47 tahun
3
30
48-52 tahun
3
30
53-57 tahun
2
20
58-62 tahun
2
20
Pada pertanyaan terdapat penyakit, sebagian responden menjawab tidak memiliki penyakit sedangkan sebagian kecil responden memiliki penyakit diantaranya, asma, usus buntu, dan katarak mata, berikut rekapitulasi jawaban responden berdasarkan usia tentang penyakit yang dialami responden. Tabel 4.5 Deskripsi Riwayat Penykit No
Riwayat Penyakit
Jumlah
Prosentase (%)
1
Ya
4
40
2
Tidak
6
60
Pada pertanyaan selama ini jika sakit kemana Kebanyakan responden menyatakan bahwa apabila mereka sakit mereka akan pergi ke Puskesmas, selain ke Puskesmas mereka akan pergi ke Bidan Desa, berikut rekapitulasi jawaban responden tentang tempat tujuan responden apabila sakit. Tabel 4.6 Tempat Tujuan responden apabila sakit No
Tempat Tujuan
Jumlah
Prosentase (%)
1
Puskesmas
8
80
2
Bidan Desa
2
20
Pada pertanyaan apakah dengan penyakit yang bapak derita, apakah Program BPJS Kesehatan sangat membantu, mayoritas responden menjawab bahwa dengan hadirnya Program
BPJS kesehatan, mayoritas
responden menyatakan bahwa Program BPJS Kesehatan sangat membantu dalam menjamin kesehatan responden. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang apakah Program BPJS Kesehatan sangat membantu. Tabel 4.7 Rekapitulasi Jawaban apakah Program BPJS Kesehatan sangat membantu No
Program BPJS sangat
Jumlah
Prosentase (%)
membantu 1
Ya
7
70
2
Tidak
1
10
3
Ragu-ragu
2
20
Pada pertanyaan di usia bapak sekarang tentang perlu tidaknya program
BPJS
Kesehatan.
Mayoritas
responden
menjawab
perlu
dikarenakan Program BPJS sangat membantu dalam merigankan biaya ketika mereka sakit. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang kebutuhan responden terhadap Program BPJS Kesehatan.
Tabel 4.8 Rekapitulasi tentang kebutuhan responden terhadap Program BPJS Kesehatan No
Kebutuhan terhadap program
Jumlah
Prosentase (%)
BPJS Kesehatan 1
Sangat perlu
4
40
2
perlu
5
50
3
tidak perlu
1
10
Pada pertanyaan tentang dukungan responden dengan adanya Program BPJS Kesehatan. Hampir mayoritas responden mendukung dengan adanya Program BPJS Kesehatan. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang dukungan responden terhadap Program BPJS Kesehatan. Tabel 4.9 Rekapitulasi responden tentang dukungan responden terhadap Program BPJS Kesehatan No
Dukungan terhadap BPJS
Jumlah
Prosentase (%)
Kesehatan 1
Mendukung
9
90
2
Tidak
1
10
2. Pendidikan Hasil
wawncara
kepada
sepuluh
responden
pada
variabel
pendidikan, pendidikan responden beragam yaitu berpendidikan SD sebanyak 4 responden, berpendidikan SMP sebanyak 5 responden dan berpendidikan SMA sebanyak 1 responden. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang pendidikan. Tabel 4.10 Rekapitulasi Pendidikan Responden No
Pendidikan
Jumlah
Prosentase (%)
1
SD
4
40
2
SMP
5
50
3
SMA
1
10
Dilihat dari tingkat pendidikan jawaban responden tentang minat mengikuti Program
BPJS
Kesehatan moyoritas responden
berminat
mengikuti Program BPJS kesehatan akan tetapi mereka belum mendaftar menjadi anggota BPJS Kesehatan. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang minat mengikuti Program BPJS Kesehatan
Tabel 4.11 Rekapitulasi jawaban Responden tentang keikutsertaan Program BPJS Kesehatan No
Keikutsertaan BPJS
Jumlah
Prosentase (%)
Kesehatan 1
Berminat
9
90
2
Tidak berminat
1
10
Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tingkat SMP, dalam hal berpartisipasi dalam Program BPJS kesehatan, mayoritas responden ingin berpartisipasi mengikuti porgram BPJS Kesehatan. Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang partisipasi responden terhadap Program BPJS kesehatan. Tabel 4. 12 Rekapitulasi tentang partisipasi responden terhadap Program BPJS kesehatan No
Keinginan Berpartisipasi
Jumlah
Prosentase (%)
1
Ingin Berpartisipasi
9
10
2
Tidak ingin berpartisipasi
1
90
3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu dasar dalam pengambilan setiap keputusan, pengetahuan responden tentang BPJS Kesehatan, mereka
semuanya sudah tahu tentang Program BPJS.Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang Program BPJS kesehatan. Tabel 4.13 Rekapitulasi jawaban tentang Program BPJS kesehatan No
Pengetahuan program BPJS
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
Kesehatan 1
Tahu
Pengetahuan responden tentang perbedaan Program Jamkesmas dengan BPJS Kesehatan sudah bagus, semua responden mengetahui perbedaan antara Jamkesmas dan BPJS Kesehatan. Berikut rekapitulasi jawaban hasil wawancara dengan responden tentang perbedaan Jamkesmas dengan Program BPJS Kesehatan. Tabel 4.14 Reakapitulasi Jawaban tentang perbedaan jamkesmas dengan Program BPJS kesehatan No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
perbedaan jamkesmas dengan BPJS Kesehatan 1
Mengetahui
Pengetahuan responden tentang pembayaran iuran tiap bulan dalam BPJS Kesehatan, mayoritas sudah mengetahui iuran dalam BPJS Kesehatan, seperti hasil wawancara terhadap responden sebagai berikut. Tabel 4.15 Rekapitulasi Jawaban responden tentang pembayaran iuran tiap bulan dalam BPJS Kesehatan
No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
pembayaran iuran BPJS Kesehatan 1
Mengetahui
Mayoritas responden mengetahui pembiayaan kelas dalam BPJS kesehatan yaitu kelas I, Kelas II dan Kelas III, dikarenakan mereka sudah mengikuti penyuluhan dan sosialisasi tentang Program BPJS Kesehatan, berikut rekapitulasi jawaban responden. Tabel 4.16 Rekapitulasi jawaban responden tentang pembiayaan kelas dalam BPJS kesehatan yaitu kelas I, Kelas II dan Kelas III No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
pembayaran kelas BPJS Kesehatan 1
Mengetahui
Pengetahuan responden tentang tentang apabila pembayaran BPJS Kesehatan itu boleh diambil, jika ternyata dalam kurun waktu tertentu tidak sakit, uang tidak bisa diambil, mayoritas responden mengetahui bahwa Program BPJS merupakan Program tolong menolong bukan Program tabungan, mereka juga mengetahui bahwa sistem BPJS adalah sistem gotong royong. Responden tidak mengikuti atau berperan serta BPJS Kesehatan karena uangnya tidak bisa diambil, Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang apabila pembayaran BPJS Kesehatan itu boleh diambil, jika ternyata dalam kurun waktu tertentu tidak sakit. Tabel 4.17 Rekapitulasi jawaban responden tentang apabila pembayaran BPJS Kesehatan itu tidak boleh diambil, jika ternyata dalam kurun waktu tertentu tidak sakit
No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
pembayaran BPJS tidak boleh diambil 1
Mengetahui
Pengetahuan responden tentang iuran pembayaran apakah per kepala keluarga atau per anggota keluarga dalam kartu kepala keluarga, semua responden sudah mengetahui bahwa pembayaran iuran adalah
peranggota keluarga dalam satu kartu Kepala Keluarga (KK), Berikut rekapitulasi hasil wawancara dengan responden.
Tabel 4.18 Rekapitulasi jawaban responden tentang iuran pembayaran per kepala keluarga atau per anggota keluarga dalam kartu kepala keluarga
No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
pembayaran BPJS Kesehatan per anggota keluarga 1
Mengetahui
Pengetahuan responden tentang besaran iuran untuk kelas I, kelas II dan Kelas III.Berikut rekapitulasi jawaban responden tentang besaran biaya untuk kelas I, kelas II dan Kelas III, pengetahuan para responden beragam, mereka ada yang mengetahui besaran iuran pada kelas yang mereka ikuti, ada juga yang mengetahui besaran iuran semua kelas. Berikut hasil rekapitulasi jawaban responden.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Jawaban Responden tentang pengetahuan besaran biaya untuk kelas I, kelas II dan Kelas III
No
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
10
100
besaran biaya BPJS Kesehatan 1
Mengetahui
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang bermaksud menggali informasi mengenai gambaran faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS pada pekerja sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan yang dihadapi oleh peneliti diantaranya adalah: 1. Keterbatasan terhadap responden penelitian karena dalam penelitian ini susahnya dalam mencari responden yang sesuai dengan kriteria. 2. Pada saat melakukan penelitian susah untuk menjelaskan dan penggalian informasi dari para petani, sehingga peneliti harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh petani. 3. Keterbatasan dalam responden yang tidak semuanya petani mau untuk mengisi angket. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, terutama keterbatasan tidak semuanya petani mau untuk ikut serta dalam penelitian ini dan peneliti berusaha untuk tetap menjaga hubungan baik dengan responden penelitian yang bertujuan jika peneliti memerlukan kelengkapan data penelitian, peneliti dapat menghubungi kembali responden penelitian yang bersangkutan.
64
B. Pembahasan hasil penelitian Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak mempunyai kelompok tani dimana kelompok tani tersebut beranggotakan para pekerja yang berprofesi sebagai petani. Jumlah anggota kelompok tani Desa Cabean berjumlah
132
petani.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
partisipasi
keikutsertaan petani dalam Program BPJS Kesehatan yaitu sebagai berikut Tabel 5.1 Partisipasi Petani Kelompok Tani Makmur Sejahtera No
Partisipasi BPJS
Jumlah
Prosentase (%)
1
Ingin berpartisipasi
9
90
2
Tidak
ingin 1
10
berpartisipasi
Berdasarkan tabel 5.1 anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera yang ingin berpartisipasi dalam keikutsertaan BPJS Kesehatan berjumlah 9 responden (90%) dan 1 responden tidak berpartisipasi dalam keikutsertaan BPJS Kesehatan. Berdasarkan pendapatan petani apabila di hubungkan dengan keinginan partisipasi petani untuk mengikuti BPJS kesehatan dapat dijelaskan bahwa penghasilan responden rendah serta responden mengetahui tentang BPJS Kesehatan sehingga bisa dikatakan keinginan responden akan BPJS Kesehatan tinggi akan tetapi penghasilan mereka tidak mampu menutupi keinginan untuk berpartisipasi dalam BPJS Kesehatan. sedangkan
hasil
wawancara tentang faktor yang mempengaruhi keikutsertaan BPJS pada
pekerja sektor informal profesi petani di Desa Cabean Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak didapatkan hasil bahwa terdapat tiga faktor yaitu faktor usia, faktor pendidikan dan faktor pengetahuan. 1. Faktor Usia Faktor pertama yang mempengaruhi keikutsertaan Program
BPJS
Kesehatan adalah faktor usia. Rentang usia dalam penelitian ini berusia antara 43 tahun hingga 62 tahun dikarenakan para anggota Kelompok Tani Makmur Sejahtera beranggotakan petani dengan rentang usia antara 43 tahun hingga 62 tahun. Disamping itu para pemuda di Desa Cabean lebih memilih bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan dari pada memilih menjadi petani sehingga usia petani di Desa Cabean memiliki rentang antara 43 tahun hingga 62 tahun. Usia merupakan lama kehidupan seseorang dari mulai dilahirkan sampai meninggal dunia
(4)
. Seseorang dapat mengambil kebijaksanaan secara
mandiri pada usia lebih dari 15 tahun sedangkan dibawah 15 tahun masih dikatakan belum dapat mengambil kebijakan berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Perubahan umur mempengaruhi perilaku seseorang karena melalui perjalanan umurnya proses pendewasaan terjadi. Maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan adaptasi perilaku hidup dengan lingkungannya dalam hal ini berkaitan dengan keikutsertaanya untuk menjadi anggota BPJS Kesehatan (2). Keikutsertaan para petani pada faktor usia dalam keikutsertaan Program BPJS Kesehatan didapatkan hasil bahwa usia responden paling muda berusia 43 tahun sedangkan usia paling tua berusia 60 tahun, pada rentang usia
tersebut mayoritas responden tidak memiliki penyakit sedangkan sebagian kecil responden memiliki penyakit diantaranya, asma, usus buntu, dan katarak mata dan apabila responden sakit, mayoritas responden akan pergi ke puskesmas dan sebagian kecil pergi ke bidan desa, menurut para responden Program BPJS Kesehatan membantu dalam menjamin kesehatan responden, akan tetapi para responden belum ikut serta dalam Program BPJS Kesehatan, dikarenakan berobat di Puskesmas hanya membayar biaya pendaftaran saja kemudian setelah itu apabila periksa dan obat gratis, apabila masyarakat disuruh bayar itu untuk mengganti biaya operasional misalnya apabila jahit luka, ganti perban, bedah ringan dan lainya, besaran biayanya antara Rp. 10.000,- samapai Rp.30.000,-, dengan keadaan ini masyarakat enggan untuk mengikuti Program BPJS Kesehatan dan mereka memilih periksa di Puskesmas hal tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah atau Perda Kabupaten Demak tahun 2009 Nomor 8 tentang retribusi pelayanan kesehatan pasal 4 ayat 5 menyebutkan bahwa semua pengunjung/penderita yang datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diharuskan mendaftar dengan tanpa dipungut biaya. Pada pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa Bagi penderita tidak mampu agar dapat dilakukan pelayanan pengobatan secara cuma – cuma, wajib melengkapi Surat Keterangan tidak mampu dari Kepala Desa / Kelurahan dan bagi penderita peserta Perum Husada Bakti, Veteran, Perintis Kemerdekaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Rentang usia antara 43 tahun sampai dengan 60 tahun mayoritas responden membutuhkan dan mendukung dengan adanya Program
BPJS
Kesehatan, walaupun para responden mendukung dan membutuhkan, mereka tidak ikut BPJS Kesehatan, hal ini dikarenakan apabila mereka mengikuti Program
BPJS Kesehatan mereka harus membayar setiap bulan sesuai
dengan iuran yang mereka pilih, alasan lain adalah masyarakat jarang sakit apabila sakit ringan, kebanyakan masyarakat membeli obat di warung. Usia dalam penelitian ini berhubungan dengan keikutsertaan dalam mengikuti program BPJS Kesehatan. Hasil serupa juga diungkapkan oleh Andi,dkk yang mengungkapkan bahwa usia mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan penggunaan kartu BPJS Kesehatan dan usia berhubungan dengan keikutsertaan pada Program BPJS Kesehatan yaitu sebanyak 58 orang (62,2%) dengan usia diatas 40 tahun berpartisipasi dalam Program BPJS Kesehatan (29). Usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama. Usia seseorang dikatakan dapat mengabil suatu kebijaksanaan secara mandiri pada usia lebih dari 15 tahun sedangkan dibawah 15 tahun masih dikatakan belum dapat mengambil kebijakan berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Sehingga orang dengan usia diatas 15 tahun bisa menentukan apakah dia ikut serta dalam Program BPJS Kesehatan atau tidak, usia dapat menentukan seseorang dalam Program BPJS Kesehatan, karena diusia semakin tua seseorang tersebut akan lebih matang dalam mengambil keputusan. Disamping itu semakin tua seseorang, maka akan semakin beresiko seseorang terkena
penyakit.(29) Menurut Budioro, perubahan umur mempengaruhi perilaku seseorang karena melalui perjalanan umurnya proses pendewasaan terjadi. Maka seseorang akan lebih mudah untuk melakukan adaptasi perilaku hidup dengan lingkungannya dalam hal ini berkaitan dengan keikutsertaanya untuk menjadi anggota BPJS Kesehatan(2). 2. Faktor Pendidikan Faktor kedua yang mempengaruhi keikutsertaan Program
BPJS
Kesehatan adalah faktor pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seseorang secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan
(16)
. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan responden akan memberikan pengaruh terhadap cara berfikirnya, dalam penelitian ini tingkat pendidikan responden rendah dan para responden belum berpartisipasi menjadi anggota BPJS Kesehatan, semakin rendah pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikirnya sehingga lebih sulit menerima terhadap perubahan dan perkembangan(2).
Sehingga dapat
dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik orang
tersebut
dalam menyikapi kesehatan pada diri mereka dalam
mewujudkan keikutsertaanya menjadi anggota BPJS Kesehatan, .
Hasil
wawancara
kepada
sepuluh
responden
pada
variabel
pendidikan, responden berpendidikan SD sebanyak 4 responden, berpendidikan SMP sebanyak 5 responden dan berpendidikan SMA sebanyak 1 responden. Dilihat dari tingkat pendidikan minat dan partisipasi responden terhadap Program BPJS Kesehatan belumlah tinggi karena hampir seluruh responden menjawab mereka berminat dan berpartisipasi akan tetapi belum menjadi anggota
BPJS Kesehatan dikarenakan mereka lebih mengandalkan periksa
gratis di Puskesmas dikarenakan setelah mendaftar di Puskesmas mereka akan periksa dan mendapatkan obat gratis, kalaupun bayar besaran biaya antara Rp. 10.000,- sampai Rp.30.000,-, hal ini didasarkan pada Perda Kabupaten Demak No. 8 Tahun 2009 Pasal 6 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa bagi penderita tidak mampu agar dapat dilakukan pelayanan pengobatan secara cuma – cuma, wajib melengkapi Surat Keterangan tidak mampu dari Kepala Desa / Kelurahan dan
bagi
penderita
peserta
Perum
Husada
Bakti,
Veteran,
Perintis
Kemerdekaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Alasan lainnya Program BPJS Kesehatan tiap bulan bayar sedangkan periksa di Puskesmas tidak dipungut biaya bagi yang tidak mampu dan walaupun bayar besaran biayanya hanya Rp. 10.000,- untuk sekali periksa, disamping itu menurut mereka bahwa sakit itu tidak tiap bulan mesti sakit dan periksa ke Puskesmas sehingga mereka enggan untuk ikut Program BPJS Kesehatan. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Desy Rohmawati
yang
menyatakan bahwa
pendidikan berhubungan dengan
pemilihan keikutsertaan BPJS Kesehatan, sehingga dapat disiimpulkan bahwa
semakin tinggi pendidikan maka seseorang tersebut akan sadar akan jaminan kesehatan sehingga orang tersebut akan ikut serta dalam Program Kesehatan
BPJS
(30)
. Hasil analisis antara status pendidikan responden dan
keikutsertaan BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa respoden yang berstatus pendidikan dasar mayoritas berpartisipasi dalam
BPJS Kesehatan yaitu
sebanyak 27 orang (16,8%), responden dengan berpendidikan lanjut paling banyak memilih berpartisipasi dalam BPJS Kesehatan yaitu sebanyak 34 orang (24,0%). Sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status pendidikan responden dengan pemilihan jenis iuran mandiri. Pada masyarakat dengan tingkat pendidikannya tinggi biasanya bisa mendapatkan pekerjaan pada sektor formal, yang dapat memberikan jaminan kesehatan dan tingkat pendapatan yang lebih baik. Bahkan pada penduduk dengan tingkat pendapatan yang tinggi, dengan kesadaran sendiri, membeli asuransi kesehatan
bagi
mereka
maupun
keluarga
mereka.
Ini
menyebabkan
kepemilikan asuransi juga meningkat. Sedangkan pada penduduk yang memiliki kartu sehat sebaliknya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seseorang secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi
(16)
. Defenisi lain menyebutkan pendidikan merupakan praktik
pengembangan dan pengujian teori-teori yang akan memberi kita pemaknaan lebih tentang pengalaman kita
(4)
. Hal ini juga ditegaskan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan responden akan memberikan pengaruh terhadap cara berfikirnya semakin rendah pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikirnya sehingga lebih sulit menerima terhadap perubahan dan (2)
perkembangan
.
Pendidikan
responden
tidak
berpengaruh
terhadap
pengetahuan responden, pendidikan responden dalam penelitian ini rendah sedangkan pengetahuanya tinggi dikarenakan responden meneria penyuluhan dari petugas BPJS Kesehatan, hasil ini serupa dengan peneliutian Hermawati yang mengungkapkan bahwa pendidikan tidak terdapat pengaruh dengan pengetahuan (32) 3. Faktor Pengetahuan Faktor ketiga yang mempengaruhi keikutsertaan Program
BPJS
Kesehatan adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknnya tindakan seseorang
(13)
. Budaya atau lingkungan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang yang tinggal di wilayah yang mayoritas penduduknya menjadi anggota BPJS Kesehatan, akan lebih tinggi dari pada orang yang
tinggal di wilayah yang penduduknya mayoritas tidak menjadi anggota BPJS Kesehatan
(8).
Dikatakan bahwa seseorang yang mendapat informasi lebih
banyak, akan menambah pengetahuan yang lebih luas dan pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan informasi yang didapatkan. Pendidikan kesehatan (pengetahuan) sangat berpangaruh terhadap tindakan seseorang di masyarakat (2)
. Dari sini dapat ditarik hubungan bahwa pengetahuan memiliki kaitan erat
dengan keikutsertaan BPJS Kesehatan. Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa seluruh responden semuanya sudah tahu tentang Program BPJS, para responden juga mengetahui tentang perbedaan Program Jamkesmas dengan BPJS Kesehatan, inti dari jawaban responden tentang perbedaan Jamkesmas dengan
BPJS
Kesehatan adalah Jamkesmas diperuntukan bagi masyarakat miskin sedangkan BPJS Kesehatan adalah Program jaminan kesehatan diperuntukan bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan sistem gotong royong dan membayar iuran setiap bulanya sesuai dengan kelas yang dipilih. Untuk pengetahuan responden tentang pembayaran iuran tiap bulan dalam BPJS Kesehatan, mayoritas sudah mengetahui iuran dalam BPJS Kesehatan, pembiayaan kelas dalam
BPJS
kesehatan yaitu kelas I dengan iuran sebesar Rp.59.500,- tiap bulan, Kelas II dengan iuran sebesar Rp. 42.500,- tiap bulan dan Kelas III dengan iuran sebesar Rp. 25.500,- tiap bulan, hal tersebut diketahui dikarenakan mereka sudah mengikuti sosialisasi dan penyuluhan dari petugas BPJS Kesehatan Kabupaten Demak. Pengetahuan responden tentang apabila pembayaran BPJS Kesehatan itu, jika ternyata dalam kurun waktu tertentu tidak sakit, uang
tidak bisa diambil, mayoritas responden mengetahui dan mereka sadar bahwa Program BPJS merupakan Program tolong menolong, Pengetahuan responden tentang iuran pembayaran apakah per kepala keluarga atau per anggota keluarga dalam kartu kepala keluarga, mereka sudah mengetahuinya. Pengetahuan responden tentang BPJS Kesehatan baik, dikarenakan para responden sudah mendapatkan penyuluhan dari petugas BPJS Kesehatan sehingga mereka mengetahui apa itu BPJS Kesehatan, walaupun demikian para responden tidak ikut serta menjadi anggota BPJS Kesehatan hal tersebut dipengaruhi oleh cara berpikir responden yang mayoritas pendidikan responden SD, dimana pendidikan merupakan praktik pengembangan dan pengujian teoriteori yang akan memberi kita pemaknaan lebih tentang pengalaman kita
(4)
. Hal
ini juga ditegaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden akan memberikan pengaruh terhadap cara berfikirnya semakin rendah pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola fikirnya sehingga lebih sulit menerima terhadap perubahan dan perkembangan (2). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi yang mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap keikutsertaan
BPJS Kesehatan dengan nilai p value
0,000 dengan
pengetahuan cukup sebanyak 28% dan pengetahuan baik sebanyak 72 %(29). Responden yang memiliki pengetahuan kurang dan ikut serta pelayanan BPJS Kesehatan sebanyak 50 orang (69,4%) sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak ikut serta pelayanan BPJS Kesehatan sebanyak 22 orang (30,6%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan ikut serta
pelayanan BPJS Kesehatan sebanyak 12 orang (42,9%) sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup dan tidak ikut serta pelayanan BPJS Kesehatan sebanyak 16 orang (57,1%). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian dan responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan
(14)
. Tindakan
seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila tindakan itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (14). Dikatakan bahwa seseorang yang mendapat informasi lebih banyak, akan menambah pengetahuan yang lebih luas dan pengetahuan yang diperoleh sesuai dengan informasi yang didapatkan. Pendidikan kesehatan (pengetahuan) sangat berpangaruh terhadap tindakan seseorang di masyarakat
(2)
. Dari sini
dapat ditarik hubungan bahwa pengetahuan memiliki kaitan erat dengan keikutsertaan
BPJS
Kesehatan.
Akan
tetapi pengetahuan tinggi tidak
berpengaruh terhadap pendidikan respon. Seperti yang diungkapkan oleh Hermawati tentang pengaruh gender, tingkat pendidikan dan usia terhadap kesadaran berasuransi pada masyarakat Indonesia, dimana kesadaran diukur dengan pengetahuan masyarakat tentang asuransi jiwa, dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pengetahuan seseorang tentang asuransi tidak berpengaruh terhadap
pendidikan, pendidikan rendah tidak menutup
kemungkinan responden berpengetahuan tinggi tentang asuransi, hal tersebut dikarenakan responden telah mendapatkan informasi tentang asuransi (32).
BAB VI KESEIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Para informan berminat dan ingin berpartisipasi dalam program JKN BPJS Kesehatan yaitu sebanyak 9 informan ingin ikut serta pada program JKN BPJS Kesehatan dan 1 informan tidak berminat pada program JKN BPJS Kesehatan. Keikutsertaan para petani pada faktor pendidikan, informan berpendidikan SD sebanyak 4 informan, berpendidikan SMP sebanyak 5 informan dan berpendidikan SMA sebanyak 1 informan. Dilihat dari tingkat pendidikan minat dan partisipasi informan terhadap program JKN BPJS Kesehatan tinggi karena hampir seluruh informan menjawab mereka berminat dan berpartisipasi. 2. Keikutsertaan para petani pada faktor usia dalam keikutsertaan program JKN BPJS Kesehatan didapatkan hasil bahwa usia informan paling muda berusia 43 tahun sedangkan usia paling tua berusia 60 tahun, mayoritas informan tidak memiliki penyakit, apabila informan sakit, mayoritas informan akan pergi ke puskesmas dan sebagian kecil pergi ke bidan desa, 3. Keikutsertaan para petani pada faktor pengetahuan menunjukan bahwa seluruh informan semuanya sudah tahu tentang program BPJS, mengetahui tentang perbedaan program Jamkesmas dengan JKN BPJS Kesehatan,
77
mengetahui tentang pembayaran iuran tiap bulan dalam JKN BPJS Kesehatan, yaitu kelas I dengan iuran sebesar Rp.59.500,- tiap bulan, Kelas II dengan iuran sebesar Rp. 42.500,- tiap bulan dan Kelas III dengan iuran sebesar Rp. 25.500,- tiap bulan, mereka juga mengetahui bahwa uang tidak bisa diambil, jika ternyata dalam kurun waktu tertentu tidak sakit, informan juga mengetahui iuran pembayaran per kepala keluarga atau per anggota keluarga dalam kartu kepala keluarga (KK) B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas maka penulis memberikan saran: 1.
Bagi Tempat Penelitian Hendaknya
masyarakat
selalu
memanfaatkan
program
BPJS
Kesehatan untuk menjaga kesehatanya pada faskes yang ditunjuk sesuai dengan pilihan faskes (fasilitas kesehatan) yang ada di kartu BPJS Kesehatan sehingga diharapkan masyarakat terjamin kesehatanya dan dapat menambah manfaat dari ikut program JKN BPJS kesehatan 2.
Bagi BPJS Kesehatan Hendaknya BPJS Kesehatan selalu mendampingi masyarakat dalam mendapatkan fasilitas kesehatan sehingga masyarakat dapat dengan mudah memanfaatkan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah.
3.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Demak Hendaknya Pemerintah Daerah Kabupaten Demak dapat mengoptimalkan peningkatan kepercayaan kepada masyarakat, dengan memberikan pengawasan pada penyelenggara kesehatan sehingga masyarakat puas dan dapat ikut serta dalam BPJS Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Udiyono. Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang : UNDIP, 2006 2. Budioro B. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. Semarang : UNDIP, 2002 3. JKN, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Jakarta: JKN, 2014. 4. Charles Abrhaham. Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta : EGC, 1999 5. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika, 2007. 6 Icham Mahfoedz dan Eko Suryani. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya, 2007 7. Irmayati Meliono. MPKT Modul. Jakarta : FKUI, 2006. 8.
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara, 2008
9.
Nuraslam dan Siti Pariani. Pendekatan Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto, 2001
Praktis
Remaja
Metodologi
10. Nursalam. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto, 2001 11. Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden NO 12 tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan 12. S Arikunto. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 2007 13. Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
14. Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta, 2005. 15. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2009 16. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC, 2004 17. Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Mataram: Rajawali Pers, Mataram. 2007 18. Slamet , Agrikultur, Bogor: LPN-IPB-Bogor, 2000 19. Pantjar Simatupang, Petani dan Permasalahan Petani, Jakarta: rajawali press, 2003 20. Anwas Adiwilaga, Pengantar Ilmu Pertanian, Jakarta: Rineke Cipta, 1992 21. Sadikin M., Pengembangan Sektor Pertanian (Penanganan Komoditi Unggul), Yogyakarta: UGM Press, 2001. 22. Hart, Keith.. Sektor Informal, Urbanisasi Pengangguran dan Sektor Informal di Kota, Jakarta: Gramedia, 1985 23. Hidayat. Peranan Sektor Informal dalam Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Jakarta, 1978 24. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan dan perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 25. Handayani, Elmany, Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemauan Masyarakat Membayar Iuran Jaminan Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Jurnal. UNPAD, Vol 1 Desember 2009 26 Serlie, Littik, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Asuransi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jurnal MKM Vol. 3 No. 2 Desember 2007 27 Henni, Djunaedi, dkk, Potensi Partisipasi Masyarakat Menuju Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Dalam Rangka UniversalCoverage di Kota Bandung, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No 3 September 2010.
28. Melvira Novia Sari, Respon Pekerja Sektor Informal Terhadap Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan SosialKelurahan Polonia Kecamatan Medan Polonia, Jurnal USU, 2012 29. Andi Nursafa, Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pasien BPJS Kesehatan Di Puskesmas Jumpandang Baru, Jurnal FKM Universitas hasanudin, 2015. 30.
Desy Rohmawati, Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Sosial Ekonomi Dengan Pemilihan Jenis Iuran Keikutsertaan JKN Mandiri Pada Wilayah Cakupan JKN Tertinggi di Surakarta, Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
31. Debby Shinta. Analisis ATP (Abilitu To Pay) dan WTP (willingness To Pay) Petani dalam asuransi Kesehatan di Dusun Jungkal Pojok Kabupaten Grobogan Purwodadi. Fakultas Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2012 32. Sri Hermawati. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia terhadap Kesadaran Berasuransi Pada Masyarakat Indonesia, 2013. Junal Universitas Gunadarma 33.http://www.antaranews.com/berita/376166/tanya-jawab-bpjskesehatan, diakses tanggal 15 Mei 2015 Pukul 16.00 WIB 35
http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis-2-visidanmisi.html, tanggal 15 Mei 2015 Pukul 16.00 WIB
diakses
36. http://www.dardela.com, diakses tanggal 31 Agustus 2016 Pukul 1.30 WIB