HUBUNGAN ANTARA NORMA SUBJEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL DIRI DENGAN NIAT KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN CASE FINDING PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LARANGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2017 SKRIPSI
Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Epidemiologi
DHEA NANDA APRILINCA PUTRI D11.2013.01720
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017
© 2017
Hak Cipta Skripsi Ada Pada Penulis
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’Alamin... Syukur Alhamdulillah karena atas izin dan karunia Allah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
kupersembahkan skripsi ini kepada : Kedua orangtuaku tersayang, mamah dan abah yang telah mendukung, mendoakan, membiayai, memberikan semangat tanpa henti dan segala ketulusannya sehingga tak ada lagi kata yang bisa ku ucapkan selain kata terimakasih.
Dan juga kepada adikku zihan yang telah mendukung, mendoakan dan menghibur dengan segala keikhlasannya.
Untuk pria yang selalu ada dan menjagaku di Semarang, terimakasih selalu menghibur disaat aku butuh. Untuk semua Sahabat, teman yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu karena aku tidak ingin ada yang terlewatkan ketika aku menyebut satu persatu dari kalian semua. Untuk teman terbaikku di semarang my ciwi-ciwi, untuk teman dari semester awal, teman yang asyik, teman yang banyak warnannya. Kalian ter-the best lah.
Terimakasih, dan semogakita semua selalu mendapatkan keberkahan dari Allah SWT...
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Dhea Nanda Aprilinca Putri
Tempat, tanggal lahir
: Brebes, 27 April 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Raharjo No.20 Rt/Rw:06/06 Larangan, KecamatanLarangan, Kabupaten Brebes
Riwayat Pendidikan
:
1. MI Muhammadiyah Larangan, Tahun 2007 - 2009 2. SMP Negeri 01 Larangan, Tahun 2009 - 2011 3. SMA Negeri 01 Slawi, Tahun 2011 - 2013 4. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013-2017
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan Judul “Hubungan Antara Norma Subjektif Dan Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro. Penulis menyadari bahwa dalam Penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknis penulisan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu harapan penulis untuk mendapatkan koreksi dan telaah yang bersifat konstruktif agar Skripsi ini dapat diterima. Penulisan juga menyadari bahwa Skripsi ini, banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. Guruh Fajar Shidik, S.kom., M.Csselaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. 3. Dr. M.G. Catur Yuantari, S.KM, M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
ix
4. Yusthin M. Manglapy, S.KM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Peminatan yang telah membimbing saat menentukan judul
skripsi ini dan selaku Dosen
Pembimbing yang telah membimbing pada saat skripsi sampai selesai. 5. Eko Hartini S.T, M.Kesselaku dosen wali yang selalu membantu saya jika saya ada kesulitan dalam bidang akademik maupun non akademik. 6. Seluruh kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan atas kerja sama dan pastisipasinya untuk menjadi responden pada penelitian ini. 7. Mamah dan abah yang selalu menyertaiku dengan doa dan semangat tanpa henti. 8. Adikku dan semua keluarga yang telah mendukung dan mendokan dalam hal apapun. 9. Lelaki yang selalu menghiburku dan selalu ada disampingku. 10. Ciwi-ciwiku, sahabatku, dan teman-temanku semua. 11. Teman-teman
semua
Kesehatan
Masyarakat
2013
selaku
teman
seperjuangan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi
penulis
sendiri
dalam
melaksanakan
penelitian
dan
menyelesaikan studi di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Dian Nuswantoro.
Semarang, 09 Agustus 2017 Penyusun
x
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN UNVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017
ABSTRAK DHEA NANDA APRILINCA PUTRI HUBUNGAN ANTARA NORMA SUBJEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL DIRIDENGAN NIAT KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN CASE FINDING PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LARANGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 2017 XVIII + 78 Hal + 15 Tabel + 2 Gambar + 4 Lampiran Kasus kusta di Kabupaten Brebes masih tinggi dengan jumlah penderita terbanyak adalah kasus kusta MB, hal ini karena terdapat keterlambatan penemuan penderita dan masih tingginya penularan penyakit kusta. Diperlukan peran aktif kader kesehatan dalam penemuan kasus kusta. Sehingga penting untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta. Seluruh kader kesehatan yang aktif sebanyak 60 orang di Puskesmas larangan diambil sebagai responden dalam penelitian ini. Pengukuran niat kader kesehatan menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 51,7% tidak berniat dalam melakukan case finding kasus kusta. Hasil uji chisquare manunjukkan ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif, persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finiding penanggulangan penyakit kusta. Hasil analisis menunjukkan kader yang memiliki norma subjektif dengan faktor dorongan lemah mempunyai kemungkinan 7,5 kali (CI=2,402-23,708) untuk tidak berniat ikut dalam kegiatan case finding penyakit kusta, dan faktor kontrol persepsi lemah merupakan faktor protektif sehingga kader kesehatan justru lebih berniat untuk ikut dalam kegiatan case finding penyakit kusta (RP=0,188, CI=0,060-0,593). Perlu dilakukan penyuluhan kepada keluarga dan teman tentang kusta mengingat pentingnya dorongan yang kuat dari keluarga, teman maupun tenaga kesehatan dalam kegiatan case finding penyakit kusta.
Kata Kunci:norma subjektif, persepsi kontrol diri, niat Kepustakaan : 39, 1991-2016
xi
UNDERGRADUATE PROGRAM OF PUBLIC HEALTH FACULTY OF HEALTH SCIENCES DIAN NUSWANTORO UNIVERSITY SEMARANG 2017 DHEA NANDA APRILINCA PUTRI CORRELATED BETWEEN SUBJEKTIF NORM AND PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TO HEALTH CADRE’S INTENTION ON PERFORMING CASE FINDING ON PREVENTION OF LEPROSY IN LARANGAN PRIMARI HEALTH CARE WORK AREA IN 2017 XVII + 78 Hal + 15 Table + 2 Picture + 4 Attachment
ABSTRACT The casesin Brebes districtremain high and mostly cases in leprosy MB type which this is caused by delay on case finding and remain high on transmission. Need a active cadre on finding new cases of leprosy. So that important to understand factirs correlated to Health Cadre’s Intention on performing case finding on prevention leprosy. Active cadres in Larangan PHC is 60 people taken asrespodent of the study. The intentiond of cadres measured by questionnaire with cross sectional approach. Result showed that 51,7% had un-intention on performing case finding of leprosy. Sattistical test showed a significant correlation on subjektive norm, perception of self control with intention on performing casefinding of leprosy. Analysis result showed cadres with subjektive norm with the impuls factors was weak have probability 7,5 times (CI = 2,402-23,708) to unintentional performing case finding of leprosy, and weak factor control percepstion as a protective factor which is lead the cadre to have intention to perform case finding of leprosy (RP=0,188, CI=0,060-0,593). Need to perform edication and promotion to family and friends on leprosy remember that strong encouragement of family, friends or health staff on performing case finding of leprosy.
Keywords: subjective norm, perception of self-control, intention References: 39, 1991-2016
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................................i HAK CIPTA.............................................................................................................ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………………………………..iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………………………………….....iv PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR…………………………………………v HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................vii RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii PRAKATA........................................................................................................... ix ABSTRAK........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii BAB lPENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C.
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
D.
Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
E.
Keaslian Penelitian ................................................................................... 8
F.
Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10 A.
Landasan Teori ...................................................................................... 10
1.
Kusta ................................................................................................... 10
2.
Kebijakan Nasional Pengendalian Kusta Di Indonesia ......................... 18
3.
Kader Kesehatan ................................................................................. 21
4.
Teori Perilaku Berencana (Theory Of Planned Behavior) ..................... 23
B.
Kerangka Teori....................................................................................... 34
BAB IIIMETODE PENELITIAN .......................................................................... 34 A.
Kerangka Konsep ................................................................................... 34
B.
Hipotesis Penelitian ................................................................................ 34
C.
Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 36
D.
Variabel Penelitian ................................................................................. 36
E.
Definisi Operasional ............................................................................... 37
xiii
F.
Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 38
G.
Pengumpulan Data................................................................................. 38
H.
Instrumen Penelitian............................................................................... 39
I.
Prosedur Penelitian ................................................................................ 43
J.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 44
BAB IVHASIL PENELITIAN ............................................................................... 47 A. 1.
Lokasi Penelitian .................................................................................... 47 Gambaran Umum ................................................................................ 47
B.
Analisis Univariat .................................................................................... 49
C.
Analisis Bivariat ...................................................................................... 60
D.
Ringkasan .............................................................................................. 63
BAB VPEMBAHASAN ....................................................................................... 64 A.
Pembahasan .......................................................................................... 64
1.
Niat ...................................................................................................... 64
2.
Hubungan Antara Norma Subjektif dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta..................... 64
3.
Hubungan Antara Persepsi Kontrol Diri dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta ......... 67
B.
Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 69
BAB VISIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 70 A.
SIMPULAN ............................................................................................. 70
B.
SARAN................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 72
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Ini .................... 8 Tabel 2.1. Pedoman Utama Untuk Menentukan Klasifikasi atau Tipe Penykit kusta menurut WHO ................................................................................... 14 Tabel 2.2. Tanda Lain yang Dapat Dipertimbangkan Dalam Penentun Klasifikasi Penyakit Kusta ............................................................................................ 14 Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala .......................................................... 37 Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Norma Subjektif .............. 40 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Kontrol Diri ..................... 41 Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 42 Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 42 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kader Berdasarkan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ............................... 49 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ........ 50 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ...................... 50 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ..... 51 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ........ 52 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan (Kategori) Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ........................................................................................................... 53 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Norma Subjektif Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ............................... 54 Tabel 4.8 Frekuensi Distribusi Berdasarkan Norma Subjektif Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Tahun 2017....................................... 56 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Kontrol Diri Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ........ 58 Tabel 4.10 Frekuensi Distribusi Berdasarkan Persepsi Kontrol Diri Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Tahun 2017 ................. 59 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Niat Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ........ 60 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Norma Subjektif Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 ................................................................................................................... 61
xv
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 ................................................................................................................... 62 Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Bebas dan Variabel Niat Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 ............................................ 63
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 34 Gambar 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 34
xvii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1.1 Kuesioner 2. Lampiran 1.1 Pedoman Kuisoner 3. Lampiran 2.1 SPSS 4. Lampiran 3.1 Surat Ijin Penelitian 5. Lampiran 4.1 Dokumentasi
xviii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu manifestasi kemiskinan karena sebagian besar penderita kusta berasal dari golongan ekonomi lemah. Penyakit kusta bila tidak ditangani dengan cermat dapat menyebabkan kecacatan, dan keadaan ini menjadi penghalang bagi penderita kusta dalam menjalani kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonominya. Pendapat yang keliru dari masyarakat tentang penyakit kusta serta rasa takut yang berlebihan akan memperbesar persoalan sosial ekonomi penderita kusta. Nama lain kusta adalah ‘the grent imitator’ (pemalsu yang ulung) karena manifestasi penyakitnya menyerupai penyakit kulit atau penyakit saraf lain, misalnya penyakit jamur.1 Penyakit kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang.2 Jumlah penderita kusta yang dilaporkan dari 121 negara di 5 regional WHO sebanyak 175.554 kasus di akhir tahun 2014 dengan terhitung 213.899 kasus baru. Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif atau kusta aktif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata serta lebih mudah untuk menular. Prevalensi penyakit kusta di dunia masih tinggi.
1
2
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2014, sebanyak 213.899 penemuan kasus baru kusta terdeteksi di seluruh dunia dengan kasus tertinggi berada di regional Asia Tenggara yakni sebesar 154.834 kasus. Prevalensi kusta pada awal tahun 2015 didapatkan sebesar 0,31 per 100.000 penduduk. Indonesia masuk ketiga besar negara dengan endemik kusta terbanyak dan menduduki posisi ketiga setelah India dan Brazil. Kejadian Kusta masih sangat tinggi di beberapa negara, terutama negara berkembang yang sangat berhubungan dengan tingkat kemiskinan dan kepadatan penduduk.3 Sejak tercapainya status eliminasi kusta pada tahun 2000, situasi kusta di Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif statis. Hal tersebut dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta selama lebih dari dua belas tahun yang menunjukkan kisaran angka antara enam hingga delapan per 100.000 penduduk dan angka prevalensi yang berkisar antara delapan hingga sepuluh per 100.000 penduduk per tahunnya. Namun, sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 angka tersebut menunjukkan penurunan. Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per 100.000 penduduk).4 Selama periode 2010-2014 di Jawa Tengah, angka penemuan kasus baru kusta pada tahun 2010 dan 2013 merupakan yang terendah yaitu sebesar 5,3 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 dilaporkan 1.845 kasus baru kusta, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 1.790 kasus. Sebesar 85,9% kasus di antaranya merupakan tipe Multi Basiler. Sedangkan menurut jenis kelamin, 38,5% penderita berjenis kelamin perempuan. Angka prevalensi kusta berkisar antara 0,6 hingga 0,8 per
3
10.000 (6,0 hingga 8,0 per 100.000 penduduk) dan pada tahun 2014 telah mencapai target kurang dari 1 per 10.000 penduduk (<10 per 100.000 penduduk). Angka prevalensi adalah jumlah kasus kusta PB dan MB yang terdaftar. Prevalensi kusta di Jawa Tengah tahun 2014 mencapai 0,63/10.000 penduduk atau 6,3/100.000 penduduk. Besarnya beban kerja untuk program kusta di Jawa Tengah dengan angka prevalensi > 1/10.000 penduduk terdapat di Kab. Brebes (2,57/10.000), Kab. Tegal (2,10/10.000), Kota
Pekalongan
(2,11/10.000),
Blora
(1,32/10.000),
Kota
Tegal
(1,31/10.000), Pemalang (1,222/10.000) dan Rembang (1,12/10.000).5 Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2014, jumlah penderita kusta tahun 2014 sebanyak 275 penderita dengan Angka Prevalensi sebesar 1,55/10.000 penduduk dan New Case Detection Rate(NCDR) sebesar 15,96/100.000 penduduk. Hal ini membuktikan bahwa Kabupaten Brebes merupakan daerah dengan kasus kusta tinggi karena Angka Prevalensi lebih dari 1/10.000 penduduk dan NCDR lebih dari 5/100.000 penduduk. Dari 275 jumlah penderita kusta yang tercatat sebanyak 23 penderita kusta tipe PB dan 252 penderita kusta tipe MB (sebanyak 92%), kasus kusta pada penderita antara usia 0-14 tahun sebesar 9% dan cacat tingkat 2 sebesar 10%. Dari data tersebut dapat dilihat beberapa fakta yaitu terdapat keterlambatan penemuan penderita dan masih tingginya penularan penyakit kusta di Kabupaten Brebes.6 Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Puskesmas Larangan mempunyai jumlah penderita kusta tertinggi ke-2 se-Kabupaten Brebes. Permasalahan kusta memang menjadi yang tertinggi jumlah kasusnya di Puskesmas Larangan. Penderita kusta di wilayah kerja
4
Puskesmas Larangan hampir setiap hari ada yang datang untuk berobat dan meminta obat yang diberikan secara gratis oleh Puskesmas Larangan. Pada tahun 2013 jumlah penderita kusta sebanyak 23 orang, pada tahun 2014 jumlah penderita kusta meningkat menjadi 24 orang, pada tahun 2015 jumlah penderita kusta mengalami peningkatan menjadi 29 orang, dan pada tahun 2016 penderita kusta sebanyak 34 orang. Selain itu, berdasarkan data Dinas kesehatan Kabupaten Brebes tahun 2014, penderita kusta usia 0-14 tahun dan angka proporsi cacat tingkat 2 masih diatas 5%.7 Menurut data dari laporan program P2 kusta di Puskesmas Larangan pada tahun 2017 penderita kusta meningkat di tiap bulannya. Pada bulan Januari tahun 2017 jumlah penderita kusta berjumlah 10 orang terdiri dari 9 kasus lama dan 1 kasus baru, pada bulan Februari jumlah penderita kusta berjumlah 13 orang terdiri dari 10 kasus lama dan 3 kasus baru, pada bulan Maret jumlah penderita kusta berjumlah 13 orang terdiri dari 11 kasus lama dan 2 kasus baru.7 Tingginya angka penderita kusta tipe MB, cacat tingkat 2 dan kasus pada anak menunjukkan masih tinggi pula penularan penyakit kusta, karena sumber penularan penyakit kusta adalah penderita kusta tipe MB yang tidak diobati atau tidak berobat secara teratur.8Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia digunakan indikator angka proporsi cacat tingkat 2 dan proporsi anak diantara kasus baru. Angka proporsi cacat tingkat 2 digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya penemuan kasus. Angka proporsi cacat tingkat 2 yang tinggi mengindikasikan adanya keterlambatan
dalam
penemuan
penderita
yang
dapat
diakibatkan
rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat
5
mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta. Sedangkan indikator proporsi anak yang tinggi menunjukkan penularan kusta yang masih tinggi terjadi di masyarakat.9 Menurut hasil wawancara dengan bagian Pengendalian Penyakit (P2) Kusta di Puskesmas Larangan, Puskesmas Larangan belum melaksanakan program penemuan penderita kusta secara aktif baik dengan metode screening maupun dengan metode pemeriksaan kontak. Menurut bagian P2 Kusta yang dilakukan sebagai salah satu upaya kemasyarakat adalah melalui kader kesehatan yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada kader kesehatan tentang penyakit kusta. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa selama ini Puskesmas Larangan hanya menunggu penderita yang datang secara sukarela, sedangkan penemuan penderita secara aktif seperti Screening dan pemeriksaan kontak belum dilakukan. Penemuan penderita secara aktif tidak berjalan dengan baik dikarenakan juga karena keterbatasan tenaga kerja dimana petugas P2 kusta hanya terdiri dari satu orang dan akan sulit untuk meminta bantuan kepata tenaga kerja bagian lain untuk melakukan penemuan penderita kusta secara aktif karena juga memiliki kesibukan masing-masing. Oleh karena itu dibutuhkan tenaga tambahan guna melaksanakan kegiatan penemuan penderita kusta secara aktif ini dan yang paling memungkinkan untuk membantu yaitu orang yang ada dibawah Puskesmas Larangan dan juga ada di masyarakat yaitu kader kesehatan. Kader kesehatan memang sudah mendapat penyuluhan mengenai penyakit kusta sehingga sudah mengetahui mengenai penyakit kusta namun masih belum ditugaskan secara resmi oleh Puskesmas untuk melakukan penemuan penderita kusta secara langsung, jadi sebelumnya
6
harus dilakukan penelitian mengenai niat dari kader kesehatan dalam mengikuti kegiatan penemuan penderita kusta secara aktif sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit kusta. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan suatu peneitian tentang kusta yang berjudul ”Hubungan Antara Norma Subjektif Dan Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah hubungan antara norma subjektif dan persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara norma subjektif dan persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes tahun 2017. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan niat kader kesehatan. b. Untuk mendeskripsikan norma subjektif kader kesehatan. c. Untuk mendeskripsikan persepsi kontrol diri kader kesehatan.
7
d. Untuk menganalisis hubungan antara norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilatah kerja Puskesmas Larangan tahun 2017. e. Untuk menganalisis hubungan antara persepsi kontrol diri dengan niat
kader
kesehatan
dalam
kegiatan
case
finding
penanggulangan penyakit kusta di wilatah kerja Puskesmas Larangan tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas dan Instansi Terkait Menambah
bahan
masukan
dan
informasi
bagi
pemerintah
puskesmas, kabupaten atau kota setempat maupun pihak-pihak yang terkait untuk melakukan penaggulangan penyakit kusta. 2. Bagi Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Hasil
penelitian
dapat
digunakan
sebagai
referensi
peneliti
selanjutnya di Bidang Epidemilogi Penyakit Menular, khususnya penyakit kusta. 3. Bagi Kader Kesehatan Agar dapat mengetahui mengenai penyakit kusta dan memberikan informasi mengenai penyakit kusta kepada masyarakat.
8
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Ini No
1.
2.
3.
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Tahun dan Tempat Penelitian Hubungan Ike Putri 2012, Pengetahuan Setyatama Desa Dan Motivasi Kangkung Kader Dengan KecamaPeran tan Kader Mranggen Posyandu KabupaLansia Di Desa ten Kangkung Demak Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak
Rencana Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi korelasi
Variabel bebas: Pengetahuan dan motivasi Vriabel terikat: Peran kader posyandu lansia
Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Kader Kesehatan Dengan Aktivitasnya Dalam Pengendalian Kasus Tuberkulosis Di Kabupaten Buleleng
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan motivasi kader dengan peran kader dalam kegiatan posyandu lansia di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Ada hubungan antara kondisi lantai, kondisi dinding rumah, dan kelembaban udara dengan penyakit kusta
Dani Argiyanti
2014, Kabupaten Pemalang
Penelitian observasi dan rancangan case control
Variabel bebas: Lingkungan fisik rumah Variabel terikat: Penyakit kusta
I Made Kusuma Wijaya, Bhisma Muri, Putu Suriyasa
2013, Kabupaten Buleleng
Desain studi analitik observasi onal dengan pendekatan crosssectional
Variabel bebas: Pengetahuan, sikap dan motivasi Variabel terikat: Pengendali an kasus Tuberkulosis
Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan aktivitas kader kesehatan
9
Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti sendiri dengan terdapat beberapa perbedaan seperti tempat penelitian, waktu penelitian dan objek penelitian yaitu mengenai penyakit kusta.
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini adalah salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat khususnya Epidemiologi. 2. Lingkup Materi Lingkup materi dalam penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat di Bidang Epidemiologi Penyakit Menular dan lebih menekankan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan niat kader dalam case finding penanggulangan penyakit kusta. 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes. 4. Lingkup Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 5. Lingkup Obyek/Sasaran Obyek/sasaran pada penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes. 6. Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2017.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kusta a. Pengertian Kusta Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobakterium Leprae dan bersifat menahun serta ditularkan kepada orang lain melalui saluran pernafasan dan kontak langsung dengan kulit penderita, Mycrobakterium Leprae banyak menyerang kulit tangan, daun telinga dan mukosa hidung.1 Tanda penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (gejala utama), yaitu: 1) Bercak kulit yang mati rasa Bercak keputihan-putihan (hypopigmentasi) atau kemerahmerahan (erithematous), mendatar (makula) atau meninggi (plakat). Mati rasa (anaesthesi) pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa sentuh, rasa suhu, dan rasa nyeri. 2) Penebalan saraf tepi Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu: a) Gangguan fungsi sensoris: mati rasa b) Gangguan fungsi motoris: kelemahan otot (parese), atau kelumpuhan (paralise).
10
11
c) Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut terganggu 3) Ditemukan basil tahan asam Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf. Untuk menegakkan penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan tersangka kusta atau penderita perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.13 b. Etiologi Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycrobakterium Leprae yang memiliki bentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron, memiliki lebar 0,2-0,5 mikron. Biasanya hidup secara berkelompok namun ada yang tersebar sendiri-sendiri, hidup dalam sel dan memiliki sifat tahan asam (BTA). Penyakit kusta bersifat menahun atau kronis karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari untuk dapat membelah diri dan memiliki masa tunas kira-kira 2-5 tahun.1 Kuman kusta dari sekret nasal dapat hidup dan bertahan di luar tubuh manusia (dalam kondisi iklim tropik) sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal kuman kusta secara in vivo pada tikus adalah suhu 27-30°C.14
12
c. Cara Penularan Sampai saat ini manusia dianggap merupakan sumber penularan satu-satunya, walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse, dan pada telapak kaki tikus denga klasifikasi tidak mempunyai kelenjar thimus (Athimic nude mouse). Terdapat bukti bahwa saluran nafas bagian atas dari orang yang menderita tipe lepromatus merupakan sumber kuman yang terpenting di dalam lingkungan.9 Penularan terjadi bila M.Lepraeyang hidup (utuh) keluar dari dalam tubuh penderita lalu masuk dan menularkan kepada orang lain. Cara penularan penyakit kusta sebenarnya belum diketahui secara pasti. Secara teoritis penularan penyakit kusta dapat terjadi dengan cara kontak dalam kurun waktu yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat secara teratur menurut regimen WHO tidak menjadi sumber penularan. Tempat masuknya bakteri kusta kedalam tubuh host sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh (ada luka), hanya sebagian kecil orang yang akan terkena kusta setelah kontak dengan penderita karena hal ini berhubungan dengan pengaruh imunitas masing-masing orangnya. M.Leprae termasuk dalam jenis kuman obligat intraselular dan sistem kekebalan yang efektif untuk melawannya adalah sistem kekebalan seluler.9
13
Setelah
masuknya
M.Leprae
dalam
tubuh,
kerentanan
seseorang sangat mempengaruhi perkembangan penyakit kusta. Respon tubuh setelah selesainya masa tunas tergantung pada masing-masing derajat imunitas selular (cellular mediated immune) pasiennya. Bila sistem imunitas selular tinggi, penyakit akan berkembang lebih ke arah tuberkuloid dan bila rendah akan lebih berkembang ke arah lepromatosa. M.Lepraeberdiam di daerahdaerah yang relatif lebih ringan, misalnya yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.8 Penularan kusta dipengaruhi oleh sanitasi rumah dan personal hygiene. Beberapa hal yang dapa memicu terjadinya penularan penyakut kusta yaitu suhu rumh, pencahayaan alami dalam rumah, luas
ventilasi
rumah,
kepadatan
hunian
kamar,
kebiasaan
membersihkan lantai rumah, kebiasaan manid dan kebiasaan mencuci rambut.15 d. Klasifikasi Penyakit Kusta Pada kurun waktu tahun 1982 sekelompok ahli WHO mengembangkan suatu klasifikasi guna memudahkan pelaksanaan pengobatan di lapangan. Hasil dari klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam 2 tipe yaitu Paucibacillary (PB) dan Multibacillary (MB).
14
Tabel 2.1. Pedoman Utama Untuk Menentukan Klasifikasi atau Tipe Penykit kusta menurut WHO Tanda Utama PB MB Bercak Kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah >5 Penebalan Hanya satu Lebih dari satu saraf saraf tepi saraf disertai dengan gangguan fungsi misalnya mati rasa atau kelemahan otot Sediaan BTA negatif BTA positif apusan Sumber: (DepKes RI, 2006:41) Tabel 2.2. Tanda Lain yang Dapat Dipertimbangkan Dalam Penentun Klasifikasi Penyakit Kusta Kelainan Kulit PB MB dan Hasil pemeriksaan 1. Bercak (Makula) Mati Rasa Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil a. Distribusi Unilateral atau Bilateral bilateral simetris asimetris b. Konsistensi Kering dan Halus, berkilat kasar c. Batas Tegas Kurang tegas d. Kehilangan rasa Selalu ada dan Biasanya tidak pada bercak jelas jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut e. Kehilangan Selalu ada dan Biasanya tidak kemampuan jelas jelas, jika ada, berkeringat, terjadi pada rambut rontok yang sudah pada bercak lanjut Sumber: (DepKes RI, 2006: 41-42) e. Pencegahan Penyakit kusta secara umum dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Secara luas, penyakit kusta dapat dicegah dengan perbaikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah yang bersangkutan. Hal ini didukung
15
dengan dugaan bahwa penyakit kusta dapat dengan mudah menular melalui kontak dengan penderit kusta ditambah dengan kebersihan diri dan lingkungan yang buruk. Pemerintah telah menrencanakan beberapa upaya yang harapannya dapat memutus mata rantai penularan penyakit kusta, upaya-upaya tersebut antara lain: Dilihat dari segi penjamu (host): 1) Pendidikan kesehatan dijalankan dengan cara bagaimana masyarakat dapat hidup secara sehat (hygiene). 2) Perlindungan khusus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG), terutama fokus kepada kontak serumah dari penderita kusta. 3) Periksa secara teratur tanda-tanda penyakit kusta pada anggota keluarga dan anggota kontak dekat lainnya.1 Dilihat dari segi lingkungan: 1) Sesuaikan
luas
ruangan
rumah
dengaan
jumlah
penghuninnya, serta rumah diusahakan tidak terlalu berdekatan atau terlalu padat huniannya. 2) Bukalah jendela rumah setiap harinya agar suhu serta sirkulasi udara di dalam ruangan tetap terjaga agar menghindari perkembangan M.leprae di dalam rumah. Menurut
salah
satu
penelitian
yang
pernah
dilakukan
pencegahan penyakit kusta juga bisa menggunakan media video dan leaflet yang memiliki efektifitas yang sama dalam meningkatkan
16
nilai pengetahuan, sikap dan periaku keluarga dan masyarakat mengenai pencegahan penyakit kusta.16 f.
Pengobatan Pengobatan penderita kusta bertujuan untuk memutuskan mata rantai
penularan,
menyembuhkan
penyakit
penderita,
dan
mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.14 Pengobatan ditujukan untuk mematikan kuman kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda-tanda penyakit jadi kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan hilangnya kuman maka sumber penularan dari penderita terutama tipe MB ke orang lain terputus. Dan untuk penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen, pengobatan hanya dapat mencegah cacat lebih lanjut.17 Multi Drug Therapy atau MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat anti kusta, yang salah satunya harus terdiri atas Rifampisin sebagai anti kusta yang sifatnya bekterisid kuat dengan obat anti kusta lain yang bisa bersifat bakteriostatik.17 g. Kecacatan Kecacatan merupakan istilah yang luas maknanya mencakup setiap kerusakan, pembatasan aktivitas yang mengenai seseorang. Tiap organ (mata, tangan, dan kaki) diberi tingkat cacat sendiri. Angka cacat tertinggi merupakan tingkat cacat untuk penderita tersebut (tingkat cacat umum).9 Terjadinya cacat tergantung dari fungsi serta saraf mana yang rusak. Diduga kecacatan akibat penyakit kusta dapat terjadi lewat dua proses, yaitu infiltrasi
17
langsung M. leprae ke sususnan saraf tepi dan organ (misalnya mata), dan melalui reaksi kusta.14 Tingkat cacat digunakan untuk menilai kualitas penanganan pencegahan cacat yang dilakukan oleh petugas. Fungsi lain dari tingkat cacat adalah menilai kualitas penemuan dengan melihat proporsi cacat tingkat 2 diantara penderita baru.17 Pada kusta terdapat beberapa tingkatan cacat. Cacat tingkat 0 berarti tidak ada cacat. Cacat tingkat 1 adalah cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata, telapak tangan dan telapak kaki. Gangguan fungsi sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan, oleh karena itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat tingkat 1 pada telapak kaki berisiko terjadinya ulkus plantaris, namun dengan perawatan diri secara rutin hal ini dapat dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan cacat tingkat 1 karena bukan disebabkan oleh kerusakan saraf perifer utama tetapi ruraknya saraf lokal kecil pada kulit.17 Cacat tingkat 2 berarti cacat atau kerusakan yang terlihat. Untuk cacat pada mata yaitu: 1) Tidak
mampu
menutup
mata
dengan
rapat
(lagophthalmos). 2) Kemerahan yang jelas pada mata (terjadi pada ulserasi kornea atau uveitis). 3) Gangguan penglihatan berat atau kebutahan. Untuk tangan dan kaki:
18
1) Luka dan ulkus di telapak 2) Deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot (kaki semper atau jari kontraktur) dan atau hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsial dari jari-jari.17 Kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit kusta dapat dicegah, perilaku dari penderita kusta sendiri sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kecacatan akibat kusta. Perilaku dari penderita kusta tersebut juga dipengaruhi pengetahuan mengenai penyakit kusta dan pengetahuan mengenai pencegahan cacat dengan pengobatan.18
2. Kebijakan Nasional Pengendalian Kusta Di Indonesia Upaya pengendalian penyakit kusta di dunia menetapkan tahun 2000 sebagai tonggak pencapaian eiminasi dan Indonesia berhasil mencapai target ini pada tahun yang sama, akan tetapi perkembangan 10 tahun terakhir memperlihatkan tren statis dalam penemuan kasus baru. Sebagai upaya global WHO yang didukung ILEP mengeluarkan Enhanced Global Strategy for Further Reducing the Disease Burden Due to Leprosy. Berpedoman pada panduan WHO ini dan dengan mensinkronkan dengan Rencana Strategi Kementrian Kesehatan, maka disusun kebijakan nasional pengendalian kusta di Indonesia.17 a. Strategi Nasional Pengendalian Kusta di Indonesia Strategi dalam kebijakan nasional pengendalian kusta di Indonesia terdiri dari: 1) Peningkatan penemuan kasus secara dini di masyarakat.
19
2) Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi, diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. 3) Penyebarluasan informasi tentang kusta di masyarakat. 4) Elimiasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta dan keluarganya. 5) Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta dalam berbagai aspek kehidupan dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya pengendalian kusta. 6) Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan. 7) Peningkatan
dukungan
kepada
program
kusta
melalui
penguatan advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap program kusta. 8) Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas kusta. b. Indikator Pengendalian Penyakit Kusta Di Kabupaten/Kota Beban Rendah Suatu kabupaten/kota dinyatakan sebagai daerah beban rendah kust apabila memenuhi semua indikator di bawah ini: 1) Inidkator Epidemiologi a) Angka penemuan kasus baru ≤ 5/100.000 penduduk atau jumlah totl penemuan kasus baru ≤ 30 kasus per tahun selama 3 tahun berturut-turut. b) Kumulasi kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5 tahun terakhir sebanyak ≤ 25 kasus.
20
2) Indikator Manajerial a) Proposi Puskesmas yang memiliki tenaga pengelola program kusta terlatih minimal 75% (termasuk pelatihan 1 hari bagi Puskesmas tanpa kasus kusta). b) Cakupan pemeriksaan kontak kasus baru > 60%.17 c. Tatalaksana Program Tatalaksana program kebijakan nasional pengendalian kusta di Indonesia meliputi beberapa kegiatan, yaitu: 1) Melaksanakan kegiatan Rapid Village Survey 2) Melakukan intensifikasi pemeriksaan kontak serumah dan lingkungan 3) Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan diagnosis meragukan 4) Mengadakan penyuluhan dan advokasi 5) Pelatiah bagi petugas puskesmas dan RS 6) Pelatihan bagi pengawas program di jenjang kabupaten dan propinsi 7) Supervisi 8) Melakukan pencatatan dan pelaporan program 9) Memonitoring dan evaluasi program 10) Memastkan stock logistik untuk MDT 11) Rehabilitasi medik sosial ekonomi 12) Mengadakan seminar dengan FK atau perdoksi 13) Mengadakan seminar dengan sekolah calon tenaga kesehatan lainnya.17
21
3. Kader Kesehatan a. Pengertian Kader Kesehatan Kader kesehatan adalah warga tenaga sukarela dalam bidang kesehatanyang langsung dipilih oleh dan dari para masyarakat yang tugasnya membantu dalam pengembangan kesehatan masyarakat. Kader kesehatan disebut juga sebai promotor kesehatan desa atau disingkat prokes. Batasan pengertian kader kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI di bidang Direktorat Bina Peran Serta Masyarakatyaitu kader kesehatan adalah warga dari masyarakat lingkungan setempat yang dipilih masyarakat dan juga ditinjau oleh masyarakat serta dapat bekerja dengan sukarela.19 Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan yang mau dan mampu menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan yang berbasis masyarakat, yang dilakukan secara sukarela, berdasarkan ilmu pengetahuan yang terus berkembang, dan dibawah pengawasan dan pembinaan petugas kesehatan setempat dapat menjadi seorang Kader kesehatan.19 b. Tujuan Adapun tujuan dari pembentukan Kader kesehatan adalah untcuk menyukseskan pembangunan nasional di bidang kesehatan, dimana prinsip dari pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa masyarakat itu bukan objek akan tetapi masyarakat adalah subjek dari suatu pembangunan nasional. Dalam hal ini masyarakat berperan serta secara aktif dan juga mempunyai tanggung jawab dalam menyukseskan pembangunan dalam bidang kesehatan.
22
Disinilah peran kader yang sangat penting untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hal itu.19 1) Tujuan umum Melalui peran kader kesehatan secara optimal diharapkan dapat
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
di
wilayahnya. 2) Tujuan khusus a) Terselenggaranya upaya promotif dan preventif terhadap masalah-masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri. b) Terdeteksinya masalah-masalah kesehatan secara dini yang ada di wilayah dengan adanya kader yang berilmu pengetahuan dan aktif. c) Masyarakat mampu mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah-masalah kesehatan di wilayahnya secara mandiri. d) Memudahkan koordinasi antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(kader)
untuk
melaksanakan upaya-upaya
kesehatan masyarakat. c. Peran dan Fungsi Kader Kesehatan Fungsi kader adalah mampu melaksanakan sejumlah kegiatan yang ada di lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan sifatnya sederhana akan tetapi juga harus berguna untuk masyarakat dan kelompok.19 Adapun berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader kesehatan, misalnya: 1) Pemberian obat cacing, diare, larutan gula garam, dan lain-lain.
23
2) Melakukan kegiatan penimbangan bayi dan balita serta memberikan penyuluhan tentang gizi masyarakat secara rutin. 3) Melakukan
pemberantasan
terhadap
berbagai
penyakit
menular, mendata kasus kesehatan, memberikan laporan mengenai vaksinasi, pendistribusian obat atau alat kontrasepsi KB, juga pemberiuan berbagai bentuk penyuluhan tentang pentingnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). 4) Memberi
dan
membimbing
materi
kesehatan
tentang
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana. 5) Melakukan program dana sehat, pos kesehatan desa, dan berbagai program kesehatan lainnya.
4. Teori Perilaku Berencana (Theory Of Planned Behavior) Theory of Planned Behavior (TPB) meripakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action dan keduanya dikemukakan oleh Icek Ajzen. Theory of Planned Behavior memiliki 3 variabel independen. Pertama yaitu sikap terhadap perilaku dimana seseorang melakukan penilaian
atas
sesuatu
yang
menguntungkan
dan
tidak
menguntungkan. Kedua yaitu faktor sosial disebut norma subyektif, hal tersebut mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Ketiga anteseden niat yaitu tingkat persepsi pengendalian perilaku yang, seperti kita lihat sebelumnya, mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan
24
melakukan
perilaku
dan
diasumsikan
untuk
mencerminkan
pengalaman masa lalu sebagai antisipasi hambatan dan rintangan.20 Teori perilaku terencana ini menjelaskan bahwa perilaku itu timbul apabila ada niat (intention). Sehingga untuk memprediksi seberapa mungkin seseorang akan mengambil tindakan dapat dilihat dari seberapa berniat ia mengambil tindakan tersebut. Dalam konteks perilaku merokok, kemungkinan besar seseorang untuk merokok dapat diprediksi dari seberapa besar niatnya untuk merokok. Niat atau intensi ini dipengaruhi oleh tiga hal yaitu attitude (Sikap), perceived norms (Persepsi Norma), dan perceived behavioural control (Persepsi kontrol perilaku).39 Theory of Planned Behavior ini berasal dari asumsi bahwa manusia akan berperilaku berdasarkan akal sehat mereka, menusia menyerap informasi baik secara implisit muaupun eksplisit, manusia akan mempertimbangkan implikasi atau dampak dari perbuatan yang mereka lakukan. Dalam TPB, niat dan perilaku memiliki 3 determinan yaitu faktor personal, faktor pengaruh sosial dan faktor isu kontrol.21 Faktor personal adalah sikap individu terhadap perilau tertentu. Sikap ini dipengaruhi oleh pandangan individu baik secara negatif maupun positif terkait melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Faktor pengaruh sosial yang mempengaruhi niat seseorang adalah pertimbangan dan persepsi individu tersebut terhadap tekanan sosial untuk elakukan perilau tertentu. Hal ini disebut dengan norma subyektif. Faktor terakhir yang mempengaruhi niat seseorang adalah kemampuan individu untuk melakukan perilaku tersebut. Oleh karena
25
itu, faktor ini disebut sebagai persepsi kemampuan mengontrol. Seacar general, seseorang berniat melakukan suatu perilaku apabila mereka memiliki pandangan positif terkait perilaku tersebut, menerima tekanan sosial untuk melakukan perilaku tersebut dan mempercayai mereka mempunyai kesempatan dan bisa melakukan perilaku tersebut.20 Ketiga faktor yang telah disebutkan berasal dari beberapa faktorfaktor lain yang melatarbelakangi yaitu personal, sosial, dan informasi. Banyak variabel yang berhubungan atau mempengaruhi seseorang yaitu dari usia, jenis kelamin, etnik, status sosioekonomi, tingkat pendidikan, kewarganegaraan, agama, afiliasi, kepribadian, suasana hati, emosi, sikap, keyakinan, tingkat kecerdasan, pengalaman masa lalu, paparan terhadap informasi, dukungan sosial, cara mengatasi masalah dan lain-lain. Model teoritik dari Theory of Planned Behavior mengandung berbagai variabel20, yaitu: 1. Latar belakang (background factors) faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir didalam diri seseorang, seperti jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan. 2. Keyakinan perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk
26
bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut. 3. Keyakinan normatif yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan, lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan individu. 4. Norma subjektif adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative beliefs). 5. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs) diperoleh dari berbagai hal misalnya pengalam melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. 6. Persepsi kemampuan mengontrol (perceived behavioral control) yaitu keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernag melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. 7. Niat untuk melakukan perilaku (intention) yaitu kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana
27
kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. a. Niat Niat dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai maksud atau tujuan perbuatan atau kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan sesuatu. Niat merupakan naluri yang muncul dari dalam diri untuk melakukan suatu tindakan.22 Niat juga bisa diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat berperilaku dapat memprediksi tentang begaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Niat untuk melaksanakan sesuatu atau berperilaku tertentu akan muncul apabila adanya sikap positif, dukungan norma subjektif dan kemampuan diri untuk melakukan hal tersebut. Sebuah perilaku cenderung akan dilakukan apabila individumempunyai dasar pengetahuan dan secara emosional berkomitmen untuk melakukan perilaku tersebut. Niat adalah prediktor kuat untuk menunjukkan seberapa jauh seseorang akan mencoba membuat keinginannya terwujud.20 Faktor ditampilkan
utama
dari
individu
terbentuknya
adalah
pada
suatu niat
perilaku
seseorang
yang untuk
menampilkan perilaku tertentu.22 Niat juga diasumsikan sebagai faktor motivasional ynag mempengaruhi perilaku dimana niat menjadi indikasi kuat yang menentukan seberapa keras usaha individu untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Semakin
28
keras niat seseorang untuk berperilaku, maka akan semakin besar pula kecenderungannya untuk benar-benar melakukan perilau tersebut.20 Niat seseorang untuk berperilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak suatu perilaku yang ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tersebut dan sejauh mana dia mendapatkan dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Semakin menyenangkan suatu sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, serta semakin besar kontrol terhadap perilaku yang diterima, maka akan semakin besar pula niat individu untuk menampilkan suatu periaku tertentu atau pentingnya sikap, norma subjektif dan kontrol pribadi dalam memprediksi niat seseorang tergantung pada situasi yang dihadapi seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menjelaskan hasil bahwa seseorang yang memiliki dorongan norma subjektif yang kuat diikuti dengan kontrol persepsi diri yang kuat akan memiliki sikap yang positif sehingga menimbulkan niat untuk berperilaku tertentu.20 b. Sikap (Attitude) Sikap adalah tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi disini meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya.22
29
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat amosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.24 Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Biasanya sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap juga membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. Sikap tidak dapat langsung dilihat, namun belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Selain itu, sikap dikatakan sebagai suatu penghayatan terhadap objek.24 Sikap yang utuh dibentuk oleh ketiga komponen ini sehingga pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi berperan penting dalam penentuan sikap yang utuh. Sikap juga terbagi dalam tingkatan-tingkatan, yaitu : menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Pengukuran sikap dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan ditanyakan pendapat atau pernyataan responden mengani suatu objek. Sedangkan untuk secara tidak
30
langsung, responden ditanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis.24 c. Norma Subjektif (Subjektive norm) Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa
orang-orang
lain
yang
penting
berfikir
bahwa
ia
seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud.25 Norma subjektif (subjektive norm) adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Norma subjektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang disekatrnya (misalnya, saudara, teman) menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka.20
31
Proporsi seseorang yang berada di lingkungan yang memiliki dorongan kuat untuk mengambil keputusan.25 Selain itu, dalam menentukan keputusan seseorang yang memiliki dorongan dari pandangan keluarga, teman, tenaga kesehatan, dan paparan informasi
dari
media
massa
dapat
mempengaruhi
dalam
mengambil keputusan. Semakin seseorang percaya bahwa orangorang terdekatnya berpendapat ia harus melakukan perilaku tersebut,
namun
sebaliknya
jika
orang-orang
terdekatnya
berpendapat ia tidak perlu berperilaku tertentu, maka individu cenderung tidak melakukan perilaku tersebut.26 d. Persepsi Kontrol Diri (Perception Of Self Control) Theory of Planned Behavior (TPB) mengasumsikan bahwa persepsi kontrol diri memiliki implikasi motivasional terhadap niat.27 Orang-orang yang percaya bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang ada dan kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk niat-niat perilaku yang kuat untuk melakukannya meskipun mereka memiliki sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Kontrol
perilaku
persepsian
yang
telah
berubah
akan
memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan. Persepsi
kontrol
diri
(perceived
behavioral
control)
didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsi untuk
32
melakukan perilaku. Kontrol perilaku persepsi ini merefleksian pengalaman masa lalu dan mengatisipasi halangan-halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi, semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Kontrol perilaku persepsi yang telah berubah akan memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan. Persepsi pengandalian perilaku
memainkan
peran
penting
dalam
teori
perilaku
berencana. Bahkan, teori perilaku berencana berbeda dari teori tindakan beralasan selain atas persepsi pengendalian perilaku.20 Intensi untuk berperilaku itu muncul karena ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: yang pertama behavioral beliefs, yaitu diantaranya keyakinan individu terhadap apa yang dihasilkan oleh suatu perilaku serta evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation), dimana hal ini akan menghasilkan suatu sikap terhadap perilaku. kedua normatif beliefs, dimana keyakinan akan harapan normatif orang lain serta motivasi dalam memenuhi harapan tersebut (normatif beliefs and motivation to comply), dan yang ketiga adalah control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan suatu hal yang dapat mendukung atau menghambat perilaku
yang
akan
ditimbulkankan
(control
beliefs)
serta
persepsinya dalam seberapa kuat terkait hal yang dapat mendukung ataupun menghambat perilakunya itu (perceived power). Beberapa hal yang mungkin saja dapat menghambat
33
pada saat perilaku ditimbulkan dapat berasal dari faktor internal atau dari dalam dirinya sendiri maupun dari faktor eksternal atau lingkungan. Selanjutnya dengan cecara beruntun, behavioral beliefs akan menghasilkan suatu sikap yang positif ataupun negatif
terhadap
suatu
objek,
normative
beliefs
akan
menghasilkan tekanan sosial yang dapat dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subyektif norm) serta control beliefs
dapat pula menimbulkan perceived behavioral
control.39 Persepsi
kontrol
diri
seseorang
dikategorikan
menjadi
persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol diri berhubungan signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu.25
34
B. Kerangka Teori Berikut ini kerangka teori sesuai dengan Theory of Planned Behavior (TPB): Attitude (Sikap) Yaitu suatu stimulus positif terhadap suatu objek yang diperngaruhi pengetahuan, pemikiran dan keyakinan
Subjektive Norm (Norma Subjektif) Yaitu kepercayaan normatif terhadap sesuatu hal yang didorong oleh kepercayaan orang lain terhadap hal tersebut
Intention
Behavior
(Niat)
(Perilaku)
Perception Of Self Control (Persepsi Kontrol Diri) Yaitu persepsi mengontrol dari dalam diri untuk melakukan sesuatu hal
Actual Control (Kontrol Aktual) Kemampuan, Faktor lingkungan
Sumber: Fishbein and Ajzen, 2010
Gambar 2.1 Kerangka Teori
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Variabel Bebas
Variabel
Norma subjektif kader kesehatan
Niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta
Persepsi kontrol diri kader kesehatan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini yaitu: 1. Ada hubungan antara norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes tahun 2017. 2. Ada hubungan antara persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilatah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes tahun 2017.
35
36
C. Jenis dan Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik. Deskriptif
analitik
berarti
penelitian
yang
dilakukan
tidak
hanya
mendeskripsikan saja tetapi sudah menganalisis hubungan antar variabelnya. Seperti pada penelitian kali ini yaitu menganalisis hubungan antara norma subjektif dan persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes tahun 2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional. Penelitian Cross sectionalialah suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independent) dengan faktor efek (dependent) dimana observasi atau pengukuran variabel yang dilakukan hanya sekali dan pada waktu yang sama. Makna dari “sekali dan sekaligus” sendiri bukan berarti semua responden diamati dan diukur pada saat yang bersamaan, namun artinya pada penelitian Cross sectionalsetiap responden hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel responden dilakukan pada saat pengamatan atau pengukuran tersebut. Untuk selanjutnya peneliti tidak melakukan tindak lanjut. Pada penelitian ini, dalam sekali waktu peneliti membagikan kuesioner pada kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan.
D. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah norma subjektif dan persepsi kontrol diri kader kesehatan.
37
2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta.
E. Definisi Operasional Definisi operasional dan skala pengukurannya dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut:
No
Variabel
1.
Norma subjektif
2.
Persepsi kontrol diri
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Definisi Cara Alat Ukur Pengukuran Variabel Bebas Pandangan orangWawancara Kuesioner orang terdekta (keluarga, orang tua, suami, teman, dan tetangga) dan sebarapa berpengaruh pandangan orangorang tersebut terhadap keputusan kader dalam keikutsertaan sebagai kader dan kegiatan case finding penanggulangan pengakit kusta Penilaian dan Wawancara Kuesioner pertimbangan responden pada kemampuan dirinya untuk ikut dalam kegiatan case finding penanggulangan pengakit kusta. Dari dalam diri atau persepsi yang dipengaruhi tingkat pengetahuan, dan dari faktor luar atau aktual yang dipengaruhi insentif dan surat penugasan tertulis yang diterima
Skala Data
Kategori
Nominal
- 0=Dorong an lemah (Bila jumlah skor <16,48) - 1=Dorong an kuat (Bila jumlah skor ≥16,48)
Nominal
- 0=Kontrol presepsi lemah (Bila jumlah skor <9,0) - 1=Kontrol persepsi kuat (Bila jumlah skor ≥9,0)
38
3.
Niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding
Variabel Terikat Keinginan atau Wawancara kecenderungan kader kesehatan untuk ikut dalam kegiatan case finding penanggulangan pengakit kusta
Kuesioner
Nominal
F. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes yang berjumlah 60 orang. 2. Sampel Penelitian Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampling jenuh dimana semua populasi dijadikan sampel penelitian.28Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu totsl keseluruhan populasi yaitu 60 orang kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes.
G. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara secara langsung oleh peneliti menggunakan kuesioner kepada kader kesehatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan niat kader kesehatan dalam case finding.
- 0=Tidak berniat - 1=Berniat
39
2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Puskesmas Larangan berupa laporan kejadian kusta terutama jumlah penderita baru dari bulan Januari-Desember 2016.
H. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori keusioner tertutup karena hanya terdiri dari beberapa pilihaan jawaban. Kuesioner ini berisi tentang pengetauan, norma subjektif dan persepsi kontrol diri yang selanjutnya akan diisi oleh responden guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Instrumen lain yang akan digunakan untuk mendukung kuesioner adalah alat tulis untuk mengisi kuesioner. 2. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel dari pertanyaan dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai signifikan (p value) menunjukkan nilai <0,05 dan tidak valid bila nilai p-value>0,05.29 Bisa juga dengan melihat r hitung dan r tabel, bila r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid dan sebaliknya. Pada r tabeldicari
40
dengan cara melihat tabel r dengan ketentuan tabel r minimal adalah 0,3.29 Berikut merupakan hasil dari uji validitas instrumen: Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Norma Subjektif No Pertanyaan Asym Sig R hitung Keterangan 1. Orang-orang terdekat 0,001 0,571 Valid saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 2. Anggota keluarga saya 0,001 0,548 Valid mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 3. Teman-teman saya 0,001 0,587 Valid mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 4. Seberapa pentingkah 0,001 0,691 Valid pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 5. Seberapa pentingkah 0,001 0,567 Valid pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 6. Seberapa pentingkah 0,001 0,622 Valid pandangan dari tenaga kesehatan akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Dari hasil uji validitas instrument pada variabel motivasi kerja didapatkan hasil bahwa 6(enam) pertanyaan pada variabel norma
41
subjektif termasuk valid karena semua p-valuenya <0,05 dan semua r-hitungnya >0,3. Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen pada Variabel Kontrol Diri No Pertanyaan Asym Sig R hitung Keterangan 1. Keinginan dari saya 0,001 0,544 Valid sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding idak ada paksaan atau dorongan dari orang lain 2. Membantu dalam kegiatan 0,001 0,536 Valid case finding merupakan hal yang seharusnya saya lakukan, meskipun saya tidak beresiko penyakit kusta 3. Saya yakin akan 0,001 0,657 Valid mengikuti semua kegiatan case finding bila memang ditugaskan 4. Saya yakin akan 0,001 0,596 Valid membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat menanggulungai meningkatnya kasus kusta Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Dari hasil uji validitas instrument pada variabel motivasi kerja didapatkan hasil bahwa 4(empat) pertanyaan pada variabel norma subjektif termasuk valid karena semua p-valuenya <0,05 dan semua r-hitungnya >0,3. b. Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran itu akurat, stabil, dan konsisten bila dilakukan pengukuran kembali dengan subyek yang sama. Suatu instrument dapat dikatakan reliabelapabila nilai cronbachalpha>0,5 dan tidak reliabel bila nilai cronbach-alpha≤0,5.30
42
Berikut merupakan hasil uji reliabilitas instrumen:
No 1. 2.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha Norma Subjektif 0,637 Persepsi Kontrol Diri 0,338
Keterangan Reliabel Tidak Reliabel
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Dari hasil uji statistik reliabilitas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari 2(dua) variabel pada instrumen penelitian ini 1(satu) diantaranya tidak reliabel. Pada variabel norma subjektif dikatakan reliabel, sedangkan pada variabel persepsi kontrol diri tidak reliabel karena nilai cronbach’s alphanya <0,5. 3. Uji Normalitas Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
sebaran
data
pada
sebuah
kelompok
data
atau
variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.31 Uji statistik normalitas yang dapat digunakan diantaranya Kolmogorov Smirnov bila jumlah kelompok sampel besar (>50) dan Shapiro Wilk bila jumlah kelompok sampel kecil.18 Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila signifikansi p-value>0,05. Sebaliknya bila signifikansi pvalue ≤0,05 maka data tersebut berdistribusi tidak normal.32 Berikut merupakan hasil dari uji normalitas pada penelitian ini:
No 1. 2.
Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Asymp. Sig. (2-tailed) Norma Subjektif 0,086 Persepsi Kontrol Diri 0,025
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Keterangan Normal Tidak normal
43
Dari hasil uji statistik reliabilitas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari 2(dua) variabel pada penelitian ini 1(satu) diantaranya distribusi datanya tidak normal. Pada variabel norma subjektif distribusi data normal, sedangkan pada variabel persepsi kontrol diri tidak normal karena nilai p-valuenya <0,05.
I. Prosedur Penelitian 1. Tahap Awal Tahap awal penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Koordinasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini tentang tujuan dan prosedur penelitian b. Menentukan sampel c. Penyusunan kuesioner d. Mempersiapkan alat ukur 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Menetapkan waktu untuk pengambilan data b. Menetapkan tempat untuk melakukan pengambilan data c. Membagikan Kuesioner untuk dilakukan pengisian kuesioner yang dipandu peneliti dalam pengisiannya d. Setelah kuesioner diisi kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dilakukan pengecekan ulang.
44
3. Tahap Akhir Tahap akhir penelitian ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Melakukan pengolahan data b. Melakukan analisi data c. Melakukan penyajian data hasil penelitian d. Menyusun laporan hasil penelitian
J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Sebelum dilakukannya analisis data, terlebih dahulu data diolah untuk memudahkan dalam analisi data sehingga data tersebut siap menjadi sumber informasi. Data-data hasil jawaban dalam penelitian ini diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Memastikan kembali bahwa tiap-tiap kuesioner apakah sudah dijawab lengkap. b. Coding Memberikan
kode-kode
angka
pada
alat
penelitian
untuk
memudahkan dalam analisis data. c. Entry Data Semua data yang sudah dikoding, kemudian proses data dilakukan dengan cara mengentry data hasil kuisioner ke komputer.
45
d. Skoring Langkah selanjutnya setelah data di entry seluruhnya maa dilakukan skoring (menskor) atau memberi angka untuk membantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah. e. Tabulating Setelah semua data selesai diedit dan dilakukan pengkodea, selanjutnya dilakukan tabulasi data (memasukkan data) agar dapat dianalisis. Tabulasi data dilakukan dengan memasukkan sata ke dalam program komputer. f.
Penyajian Data Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi, grafik, tabel silang.
2. Analisis Data Adapun analisis yang digunakan adalah: a. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari variabel independen maupun variabel dependen. Analisa ini hanya menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data menjadi informasi yang berguna.33 Analisis univariat dalam penelitian ini yaitu menggunakan Analisis deskriptif. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.33 Pada
46
penelitian
ini
analisis
bivariat
digunakan
untuk
mengetahui
hubungan antara dua variabel yaitu kinerja kader kesehatan dengan penemuan kasus kusta di wilayah kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes. Uji yang digunakan adalah Chi-Squaredengan batas nilai α yang digunakan adalah alpha 5% atau p value 0,05 dan confidence interval (CI) 95%. Hasil dikatakan mempunyai hubungan signifikasi jika nilai p value lebih kecil dari alpha (p value< 0,05), dan sebaliknya dikatakan tidak bermakna jika p value lebih besar dari alpha (p value ≥ 0,05). Namun apabila nilai expected count kurang dari lima ada 50% maka digunkan uji alternatif yaitu uji Fisher exact.Pada uji fisher exact maka dilihat pada nilai signifikasi untuk 2-sides (two tail) dan 1-sided (one tail).34 Syarat-syarat uji Chi-Square yaitu: a. Skala pengukuran dalam bentuk kategorik (nominal dan ordinal) b. Jumlah kelompok yang diuji adalah kelompok yang tidak berpasangan. Pada saat melakukan interpretsi data maka diperlukan ketentuan membaca RP sebegai berikut: a. RP = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok tidak terpajan. b. RP> 1 ; Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit.
47
c.
RP< 1 ; Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit(faktor protektif).34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Puskesmas Larangan bertempat di Jalan Raya Barat No.18 Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Puskesmas Larangan memiliki daerah kerja yang meliputi areal dataran seluas 125,79 km², dengan ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut dan jarak terjauh dari Puskesmas 20 km, termasuk Kecamatan di bagian barat dalam daerah pemerintahan Kabupaten Brebes. Puskesmas Larangan memiliki letak yang cukup strategis yaitu berada di jalan raya utama sehingga mudah untuk ditemukan bagi pasien yang berada diluar Desa Larangan. Wilayah kerja Puskesmas Larangan terbagi menjadi 6 desa, yaitu Desa Kamal, Desa Wlahar, Desa Pamulihan, Desa Karangbale, Desa Larangan dan Desa Kedungbokor.7 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Larangan pada tahun 2016 yaitu sebesar 91.007 jiwa. Kepadatan penduduk tahun 2016 di Puskesmas Larangan adalah 760/km², dengan rata rata jiwa 4 orang/rumah tangga. Bila kepadatan penduduk dilihat untuk setiap desa, maka Desa Larangan dengan tingkat kepadatan tertinggi, yaitu 2.983/km², sedangkan yang paling jarang adalah Desa Wlahar dengan tingkat kepadatan penduduk 324/km². Kegiatan Puskesmas Larangan selain pengobatan di dalam gedung terdiri dari Posyandu, desa siaga
48
49
aktif, Puskesmas Pembantu, Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dan Pengobatan Traditional (Battra).7 Pada wilayah kerja Puskesmas Larangan terdapat 72 kader kesehatan yang terdaftar pada catatan awal pelaporan daftar kader kesehatan di Puskesmas.
B. Analisis Univariat 1. Gambaran Sampel Selama periode penelitian, didapat responden sejumlah 60 kader kesehatan yang berasal dari 3 wilayah kerja puskesmas dengan 14 Posyandu, yang semuanya adalah perempuan. Untuk gambaran lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kader Berdasarkan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Posyandu Posyandu Anggrek Posyandu Bunga Sepatu Posyandu Cempaka Posyandu Campaka Pertiwi Posyandu Dahlia Posyandu Kamboja Posyandu Matahari (1) Posyandu Matahari (3) Posyandu Mawar Posyandu Melati (1) Posyandu Nusa Indah Posyandu Puspa Indah Posyandu Teratai Posyandu Wijaya Kusuma Total Sumber: Data Primer (2017)
ƒ 5 5 4 3 5 5 4 5 5 4 3 3 5 4 60
% 8.3 8.3 6,7 5,0 8.3 8.3 6,7 8.3 8.3 6,7 5,0 5,0 8.3 6,7 100,0
50
Dari 60 kader kesehatan, sebanyak 93,3% tidak bekerja atau ibu rumah tangga (IRT). Untuk gambaran lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 ƒ 56 3 1 60
Pekerjaan Tidak bekerja/ibu rumah tangga PNS/guru/dosen Wiraswasta/swasta Total
% 93,3 5,0 1,7 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
2. Umur Kader Kesehatan Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan penelitian dilakukan. Umur responden termuda adalah 21 tahun, sedangkan yang tertua adalah 60 tahun. Distribusi frekuensi umur kader kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Interval Umur 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 Total Sumber: Data Primer (2017)
ƒ 2 6 6 10 17 10 3 6 60
% 3,3 10,0 10,0 16,4 28,9 16,4 5,0 10,0 100,0
51
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa interval umur kader kesehatan yang terbanyak yaitu pada usia 41-45 tahun dan interval umur kader kesehatan yang paling sedikit adalah pada umur 21-25 tahun. 3. Tingkat Pendidikan Kader Kesehatan Pendidikan didasarkan pada pendididkan formal terakhir sesuai dengan ijazah yang didapat oleh kader kesehatan. Adapaun distribusi frekuensi kader kesehatan menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Total
ƒ 13 28 17 2 60
% 21,7 46,7 28,3 3,3 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden 46,7% merupakan lulusan SMP. 4. Pengetahuan Kader Kesehatan Pengetahuan kader kesehatan diukur dari beberapa pertanyaan yang memuat tentang definisi, penyebab, penularan, gejala, jenis, pencegahan, pemeriksaan, dan cara penemuan penderita baru penyakit kusta. Adapun distribusi frekuensi tiap pertanyaan pengetahuan kader kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
52
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Pertanyaan
Benar
Salah
F
%
f
%
Pengertian dari penyakit kusta Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kusta Sumber penularan penyakit kusta
59
98,3
1
1,7
60
100,0
-
-
60
100,0
-
-
Gejala penyakit kusta
60
100,0
-
-
Pencegahan penyakit kusta Penyakit kusta dapat menyebabkan kematian Yang harus dilakukan apabila mengalami gejala kusta atau melihat keluarga atau tetangga mengalami gejala kusta Penyakit kusta dibedakan jenisnya menjadi Tahu mengenai cara menemukan penderita kusta baru dengan melihat tanda-tandanya secara langsung Cara melihat bahwa seseorang dicurigai terkena penyakit kusta
58
96,7
2
3,3
26
43,3
34
56,7
59
98,3
1
1,7
46
76,6
14
23,3
36
60,0
24
40,0
60
100,0
-
-
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar kader kesehatan sudah menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini dilihat dari 11 pertanyaan 10 pertanyaan memiliki jumlah jawaban benar lebih besar dibandungkan jawaban yang salah, sedangkan hanya 1 pertanyaan mengenai apakah kusta dapat menyebabkan kematian
53
jumlah jawaban salah lebih banyak dibandingkan jawaban benar yaitu sebanyak 34 (36,7%). Pada pertanyaan cara menemukan penderita baru dengan melihat tanda-tanda langsung sebagian kader kesehatan sudah menjawab benar yaitu sebanyak 36 kader (60,0%). Pada pertanyaan cara melihat tandatanda langsung untuk orang yang dicurigai kusta seluruh kader (100,0%) menjawab dengan adanya tanda putusnya jari tangan atau kaki, hal ini berarti kader sudah mengetahui tanda-tanda dari penyakit kusta yang nampak dan dapat dilihat meskipun tanda itu sudah berupa cacat dan bukan merupakan tanda awal penyakit kusta. Pengetahuan
berdistribusi
data
normal
sehingga
pengetahuan
dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan mean yaitu dikatakan baik apabila nilai rata-rata pengetahuan ≥ 8,62 dan dikatakan buruk apabila nilai
rata-rata
pengetahuan
<
8,62.
Adapun
distribusi
frekuensi
pengetahuan kader kesehatan yang telah dikategorikan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan (Kategori) Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Pengetahuan Buruk Baik Total
ƒ 24 36 60
% 40,0 60,0 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kader kesehatan dengan tingkat pendidikan yang baik lebih banyak dibandingkan dengan yang buruk, yaitu sebanyak 36 kader kesehatan (60,0%).
54
5. Norma subjektif Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif
disebut juga kepercayaan normatif
(normative beliefs). Pada kuesioner terdapat 6(enam) pertanyaan tentang norma subjektif, variabel ini dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu dorongan lemah dan dorongan kuat. Kader kesehatan dimasukkan kedalam kategori dorongan lemah apabila skor norma subjektif < 16,48, sedangkan kader kesehatan yang masuk kedalam dorongan kuat apabila skor norma subjektif ≥ 16,48. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Norma Subjektif Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Pertanyaan Orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Anggota keluarga saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Teman-teman saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding
Sangat Tidak Setuju % f
Tidak Setuju % f
f
%
Sangat Setuju % f
-
Setuju
-
25
41,7
35
58,3
-
25
41,7
34
56,7
1
1,7
-
26
43,3
33
55,0
1
1,7
55
Pertanyaan Seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding
Tidak Penting % F
Kurang Penting % f
1
1,7
2
1
1,7
1
1,7
Penting
Sangat Penting % f
f
%
3,3
46
76,7
11
18,3
19
31.7
38
63,3
2
3,3
6
10,0
50
83,3
3
5,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar kader kesehatan 58,3% menyatakan setuju akan dukungan dari orang-orang terdekat untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding, sebagian besar kader kesehatan 56,7% menyatakan setuju akan dukungan dari
56
keluarga untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding, sebagian besar kader kesehatan 55,0% menyatakan setuju akan dukungan dari teman-teman untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding. Berdasarkan tabel 4.7 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar kader kesehatan76,7% menyatakan penting mengenai pandangan dari keluarga dalam memberikan pengaruh saat akan mengambil keputusan untuk ikut membantu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan case finding, sebagian besar kader kesehatan63,3% menyatakan penting mengenai pandangan dari teman-teman dalam memberikan pengaruh saat akan mengambil keputusan untuk ikut membantu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan case finding, sebagian besar kader kesehatan83,3% menyatakan penting mengenai pandangan dari tenaga kesehatan dalam memberikan pengaruh saat akan mengambil keputusan untuk ikut membantu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan case finding. Berikut ini tabel frekuensi hasil pengolahan data distribusi norma subjektif 60 kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan: Tabel 4.8 Frekuensi Distribusi Berdasarkan Norma Subjektif Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Tahun 2017 Norma Subjektif Dorongan lemah Dorongan kuat Total
ƒ 31 29 60
% 51,7 48,3 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak kader kesehatan yang mendapatkan dorongan yang lemah baik dari keluarga, orang-orang terdekat, teman maupun tenaga kesehatan, yaitu dapat
57
dilihat sebanyak 31 kader kesehatan mendapatkan dorongan lemah (52,4%) dan 29 kader kesehatan mendapatkan dorongan kuat (48,3%). 6. Persepsi Kontrol Diri Persepsi kontrol diri (perceived behavioral control) didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsi untuk melakukan perilaku. Kontrol perilaku persepsi ini merefleksian pengalaman masa lalu dan mengatisipasi halangan-halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi, semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Pada kuesioner terdapat 4(empat) pertanyaan tentang variabel persepsi kontrol diri, variabel ini dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu kontrol persepsi lemah dan kontrol persepsi kuat. Kader kesehatan dimasukkan kedalam kategori kontrol persepsi lemah apabila skor persepsi kontrol diri < 1,08, sedangkan kader kesehatan yang masuk kedalam kontrol persepsi kuat apabila skor persepsi kontrol diri ≥ 1,08.
58
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Kontrol Diri Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Pertanyaan Keinginan dari saya sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding tidak ada paksaan atau dorongan dari orang lain Membantu dalam kegiatan casefinding merupakan hal yang seharusnya saya lakukan, meskipun saya tidak beresiko penyakit kusta Saya yakin akan mengikuti semua kegiatan case finding bila memang ditugaskan Saya yakin akan membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat menanggulungai meningkatnya kasus kusta
Sangat Tidak Setuju % f
Tidak Setuju % f
f
%
Sangat Setuju % f
-
Setuju
-
7
11,7
53
88,3
-
5
8,3
52
86,7
36
60,0
23
38,3
-
22
34,4
38
63,3
-
1
1,7
-
3
5,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.9dapat dilihat bahwa sebagian besar kader kesehatan 88,3% menyatakan setuju dengan pernyataan bahwa keinginan sendiri dalam ikut serta membantu kegiatan case finding tanpa ada paksaan atau dorongn dari orang maupun pihak lainnya, sebagian besar kader kesehatan 86,7% menyatakan setuju dengan pernyataan
59
bahwa harus membantu kegiatan case finding penyakit kusta ini meskipun dirinya dan keluarganya tidak beresiko tertular penyakit kusta, sebagian besar kader kesehatan 60,0% menyatakan tidak setuju untuk membantu kegiatan case finding penyakit kusta bila memang ditugaskan secara resmi dan langsung dari petugas kesehatan, sebagian besar kader kesehatan 63,3% menyatakan setuju dan yakin akan membantu kegiatan case finding penyakit kusta hingga hasil dari kegiatan case finding
penyakit
kusta
tersebut
dapat
menanggulangi
terjadinya
peningkatan jumlah penderita dan kasus kusta. Berikut ini tabel frekuensi hasil pengolahan data distribusi persepsi kontrol diri 60 kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Larangan: Tabel 4.10 Frekuensi Distribusi Berdasarkan Persepsi Kontrol Diri Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Tahun 2017 Persepsi Kontrol Diri Kontrol persepsi lemah Kontrol persepsi kuat Total
Ƒ 36 24 60
% 60,0 40,0 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak kader kesehatan yang memiliki persepsi kontrol diri yang lemah untuk ikut membantu kegiatan case finding penyakit kusta yaitu dapat dilihat sebanyak 36 kader kesehatan memiliki kontrol persepsi lemah (60,0%) dan 24 kader kesehatan memiliki kontrol persepsi kuat (40,0%). 7. Niat Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Niat bisa diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat berperilaku dapat
60
memprediksi tentang begaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Pada kuesioner terdapat 1(satu) pertanyaan tentang variabel niat kader kesehatan dalam memabntu kegiatan case finding penyakit kusta, variabel ini dikategorikan menjadi 2(dua) yaitu berniat dan tidak berniat. Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Niat Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Larangan Kabupaten Brebes Tahun 2017 Niat Berniat Tidak berniat Total
ƒ 29 31 60
% 48,3 51,7 100,0
Sumber: Data Primer (2017)
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari keseluruhan kader kesehatan yang menjadi responden pada penelitian ini, kader kesehatan lebih banyak yang tidak berniat untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding penyakit kusta yaitu sebanyak 29 kader kesehatan (48,3%) dibandingkan dengan kader kesehatan yang berniat yaitu sebanyak 31 orang (51,7%).
C. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian sehingga diketahui apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dilakukan dengan menghubungkan variabel bebas (sikap kader kesehatan, norma subjektif dan persepsi kontrol diri) dengan variabel terikat (Niat kader kesehatan dalam kegiatan case
61
finding penanggulangan penyakit kusta).34 Uji yang digunakan adalah uji Chi Square. 1. Hubungan Antara Norma Subjektif dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Berdasarkan data hasil penelitian norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Tabulasi Silang Norma Subjektif Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 Norma Subjektif
Lemah Kuat
Niat Kader kesehatan Tidak Berniat berniat F % F % 23 74,2 8 25,8 8 27,6 21 72,4
Total
F 31 29
% 100,0 100,0
RP
7,547
CI
p
2,402- 0,001 23,708
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa lebih banyak kader kesehatan tidak berniat dan memiliki norma subjektif yang lemah yaitu sebanyak 23 kader kesehatan (74,2%), dibandingkan dengan kader kesehatan yang memiliki norma subjektif kuat sebanyak 8 kader kesehatan (27,6%). Kader kesehatan yang berniat dan memiliki norma subjektif kuat lebih banyak yaitu berjumlah 21 kader kesehatan (72,4%) dibandingkan dengan yang memiliki norma subjektif yang lemah yaitu sebanyak 8 kader kesehatan (25,8%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta (p=0,001, RP=7,574, CI=2,402-23,708). Hasil analisis menunjukkan bahwa
62
dorongan subjektif yang lemah memiliki kemungkinan 7 kali untuk tidak berniat ikut membantu dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta. 2. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Diri dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case FindingPenanggulangan Penyakit Kusta Berdasarkan data hasil penelitiannorma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Tabulasi Silang Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 Persepsi Kontrol Diri
Lemah Kuat
Niat Kader kesehatan Tidak Berniat berniat F % F % 13 36,1 23 63,9 18 75,0 6 25,0
Total
F 36 24
% 100,0 100,0
RP
CI
P
0,188 0,060- 0,003 0,593
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa lebih banyak kader kesehatan yang tidak berniat dan memiliki persepsi kontrol diri yang kuat yaitu sebanyak 18 kader kesehatan (75,0%), dibandingkan dengan yang memiliki persepsi kontrol diri yang lemah yaitu sebanyak 13 kader kesehatan (36,1%). Kader kesehatan yang berniat dan memiliki persepsi kontrol diri yang lemah lebih banyak yaitu sejumlah 23 kader kesehatan (63,9%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi kontrol diri yang kuat sebanyak 6 kader kesehatan (25,0%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan
63
dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta (p=0,003, RP=0,188, CI=0,060-0,593). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel persepsi kontrol diri ini memiliki hubungan siginifikan dengan niat kader kesehatan namun variabel persepsi kontrol diri ini juga merupakan faktor protektif (RP 0,188) atau kontrol diri yang lemah akan membuat kader kesehatan
berniat
untuk
membantu
kegiatan
case
findingpenanggulangan penyakit kusta.
D. Ringkasan Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat Antara Variabel Bebas dan Variabel Niat Kader Kesehatan Dalam Membantu Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Tahun 2017 Variabel bebas Norma Subjektif
Persepsi Kontrol Diri
Variabel terikat Niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding Niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding
p value
Hasil
RP
0,001
Ada Hubungan
7,547
2,40223,708
0,003
Ada Hubungan
0,188
0,0600,593
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas yaitu norma subjektif dan persepsi kontrol diri mempunyai hubungan dengan variabel terikat
niat kader kesehatan dalam kegiatan
penanggulangan penyakit kusta.
CI
case finding
64
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan 1. Niat Niat bisa diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk memilih, melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat berperilaku dapat memprediksi tentang begaimana seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu. Niat untuk melaksanakan sesuatu atau berperilaku tertentu akan muncul apabila adanya sikap positif, dukungan norma subjektif dan kemampuan diri untuk melakukan hal tersebut.20 Berdasarkan hasil uji univariat pada variabel niat pada seluruhan kader kesehatan yang menjadi responden pada penelitian ini lebih banyak yang tidak berniat untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding penyakit kusta yaitu sebanyak 29 kader kesehatan (48,3%) dibandingkan dengan kader kesehatan yang berniat yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). Niat dari kader kesehatan untuk membantu dalam kegiatan case finding penyakit kusta dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti norma subjektif dan persepsi kontrol diri. 2. Hubungan Antara Norma Subjektif dengan Niat Kader Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Norma subjektif atau subjective norm adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (normative beliefs). Bila individu merasa
64
65
hal tersebut adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan mengabaikan
pandangan
orang
tentang
perilaku
yang
akan
dilakukannya.21 Berdasarkan hasil analisisi univariat diketahui bahwa bahwa proporsi
niat
kader
kesehatan
dalam
kegiatan
case
finding
penanggulangan penyakit kusta dengan dorongan lemah (51,7%) lebih banyak dibandingkan dorongan kuat (48,3%). Hal ini membuktikan bahwa masih banyak kader kesehatan yang mendapatkan dorongan lemah dan tidak mendapat dukungan untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding penyakit kusta baik dari keluarga, teman, orang-orang terdekat maupun tenaga kesehatan. Pernyataan ini sejalan dengan Achmat (2010) menyatakan bahwa seseorang akan berniat ataupun tidak berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsikan bahwa orang lain berfikir seharusnya ia melakukan hal tersebut.27 Hasil dari analisis bivariat antara norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta (p=0,001, RP=7,574, CI=2,402-23,708). Hasil ini sejalan dengan penelitian Fathimah (2013) yang menyatakan bahwa norma subjektif yang memiliki dorongan kuat dari orang terdekat memberi pengaruh yang besar dalam menentukan suatu perilaku.35 Hal ini juga didukung hasil penelitian Ni Putu Ika Prianti yang menyatakan bahwa norma subjektif berpengaruh secara positif pada niat mahasiswa
66
akuntansi untuk melakukan whistlebowling (p=0,002).36 Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa kader kesehatan dengan dorongan norma subjektif lemah 7 kali lebih tidak berniat untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta. Secara umum semakin seseorang mempersepsikan bahwa rujukan sosial merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku maka orang tersebut akan cenderung merasakan tekanan sosial untuk berniat melakukan perilaku tersebut dan berlaku juga sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Saptari (2013) yang menyatakan bahwa seseorang yang berada di lingkungan dorongan kuat untuk mengambil keputusan maka niat orang tersebut akan berperilaku positif.25 Norma subjektif berupa dorongan dari orang terdekat, keluarga, teman
dan
petugas
kesehatan
lebih
banyak
dorongan
lemah
dibandingkan dorongan kuat. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan kader kesehatan, keseluruhan kader yang berjumlah 60 orang menyatakan bahwa keluarga dan teman dekat belum pernah mendapat penyuluhan tentang penyakit kusta, sehingga tidak memungkinkan untuk mereka melakukan dorongan yang kuat kepada kader kesehatan untuk ikut membantu kegiatan case finding penyakit kusta. Dorongan dari petugas kesehatan juga lemah karena berdasarkan pertanyaan pada kuesioner petugas kesehatan masih belum memberikan perintah secara langsung kepada kader kesehatan untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding penyakit kusta sehingga kader kesehatan tidak merasa terdorong untuk ikut dalam kegiatan tersebut.
67
3. Hubungan
Antara
Persepsi
Kontrol
Diri dengan Niat
Kader
Kesehatan Dalam Kegiatan Case Finding Penanggulangan Penyakit Kusta Persepsi kontrol diri didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan persepsi untuk melakukan perilaku. Kontrol perilaku persepsi ini merefleksikan pengalamn masa lalu dan mengantisipasi halanganhalangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsi maka semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.21 Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa proporsi niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta dengan kontrol persepsi lemah lebih banyak dibandingkan kontrol persepsi kuat. Hal ini tidak sejalan hasil penelitian Saptari (2013) yang menyatakan bahwa seseorang dengan persepsi kontrol diri yang kuat akan lebih bersikap positif sehingga menimbulkan perubahan perilaku yang positif. Untuk ikut serat dalam suatu kegiatan yang dianggap seseorang
penting
maka
ia
akan
berpresepsi
sesuai
dengan
kemampuannya untuk mengontrol.25 Kader kesehatan dengan persepsi kontrol diri lemah yang berarti kader kesehatan tersebut masih lemah dalam mengontrol dirinya sendiri untuk menilai apakah dirinya mampu atau tidak untuk melakukan tugas membantu kegiatan case finding tersebut, namun kader kesehatan yang memiliki persepsi kontrol diri yang lemah tersebut lebih berniat dalam hal membantu kegiatan case finding penyakit kusta. Pada kontrol diri juga dipengaruhi oleh kontrol aktual yang
68
berasal dari luar atau faktor lingkungan, namun pada penelitian ini kontrol aktual tidak diteliti. Hasil analisis bivariat antara persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol diri dengan niat kader kesehatan dalam kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta (p=0,003, RP=0,188, CI=0,060-0,593). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Meilisa (2010) yang menyatakan bahwa dari ketiga faktor domain yang mendukung intensi, persepsi kontrol perilaku yang memegang peranan penting mempengaruhi seseorang dalam menentukan minatnya untuk memanfaatkan layanan kesehatan.37 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Zia (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka akan semakin rendah niat untuk berperilaku merokok, sebaliknya semakin rendak kontrol diri maka semakin tinggi niat untuk berperilaku merokok (p=0,005).38 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi kontrol diri kader kesehatan pada penelitian ini juga merupakan faktor protektif karena memiliki nilai RP sebesar 0,188. Hal ini berarti kontrol diri yang kuat justru akan membuat kader kesehatan tidak berniat untuk membantu kegiatan case findingpenanggulangan penyakit kusta, hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor aktual yaitu beberapa hal pendukung dari faktor lingkungan luar individu. Pada saat wawancara peneliti juga menanyakan mengapa tidak mau melakukan case finding dan hampir semua kader kesehatan menjawab karena tidak adanya insentif (gaji) dan
69
surat tugas tertulis dari puskesmas untuk melakukan kegiatan case finding penyakit kusta ini, dapat dijelaskan bahwa faktor persepsi kontrol diri yang menjadi faktor protektif terhadap niat kader kesehatan dalam melakukan kegiatan case findingmungkin dipengaruhi oleh faktor aktual berupa insentif (gaji) dan surat tugas tertulis dari pukesmasuntuk melakukan kegiatan case finding penyakit kusta. Sehingga perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui actual behavior control.
B. Keterbatasan Penelitian Pada setiap penelitian pasti terdapat keterbatasan, begitu juga pada penelitian ini. Pada penelitian kali ini, peneliti sadar masih sangat banyak terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian. Berikut ini beberapa keterbatasan dari penelitian ini, yaitu: 1. Sebelum dilakukan penelitian dengan membagikan instrumen penelitian berupa kuesioner, peneliti tidak terlebih dahulu melakukan uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitas dari pertanyaan yang ada pada kuesioner. 2. Masih terdapat pertanyaan pada kuesioner yang tidak reliabel yaitu pertanyaan pada variabel persepsi kontrol diri. 3. Pada variabel niat hanya terdiri dari satu pertanyaan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan telah dilakukan pembahasan, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah kader kesehatan yang berniat untuk ikut membantu kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta sebanyak 29 orang (48,3%), sedangkan yang tidak berniat sebanyak 31 orang (51,7%). 2. Jumlah kader kesehatan yang memiliki norma subjektif dengan dorongan kuat sebanyak 29 orang (48,3%), sedangkan norma subjektif dengan dorongan lemah sebanyak 31 orang (51,7%). 3. Jumlah kader kesehatan yang memiliki persepsi kontrol diri dengan kontrol persepsi kuat sebanyak 24 orang (40,0%), sedangkan persepsi kontrol diri dengan kontrol persepsi lemah sebanyak 36 orang (60,0%). 4. Ada hubungan yang signifikan antara norma subjektif dengan niat untuk membantu kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta dengan nilai p=0,001, RP=7,574, CI=2,402-23,708. 5. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi kontrol diri dengan niat untuk membantu kegiatan case finding penanggulangan penyakit kusta dengan nilai p=0,003, RP=0,188, CI=0,060-0,593.
70
71
B. SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka adapun saran yang dianjurkan yaitu: 1. Meningkatkan niat kader kesehatan dengan memberikan reward berupa insentif atau poin bila dapat ikut serta dalam kegiatan case finding dan menemukan penderita untuk diajak memeriksakan diri ke puskesmas. 2. Menjalin kerjasama dengan perangkat desa misalnya ketua RT, RW maupun camat dan juga PKK untuk meningkatkan niat kader kesehatan dalam ikut serta kegiatan case finding penyakit kusta. 3. Memberikan informasi dengan edukasi tidak hanya terhadap kader kesehatan tetapi juga dilakukan kepada masyarakat keseluruhan (terutama keluarga kader), sehingga diharapkan dapatmeningkatkan dorongan kepada kader untuk ikut membantu kegiatan case finding penyakit kusta.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widoyono, Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga. 2011. 2. Departemen Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 2007. 3. World Health Organization, Weekly Epidemiological Record Leprosy Update 2011. (Online). 2011. No. 36, September 2011, 86, 398-400, (http://www.ilep.org.uk/), diakses tanggal 23 Oktober 2016. 4. Kemenkes Kesehatan R.I. Program Pengendalian Kusta. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta. 2015. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah Tahun 2014.Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2014. 6. Dinkes. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. Brebes. 2014. 7. Puskesmas Larangan. Profil Kesehatan Puskesmas Larangan Tahun 2013. Brebes. 2013. 8. Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aeculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. 9. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2007. 10. Ike Putri Setyatama. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Kader Dengan Peran Kader Posyandu Lansia Di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dinamika Kebidanan. 2012:1-7(vol.2).
72
73
11. Dani Argiyanti. Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang. 2014. 12. I Made Kusuma Wijaya, Bhisma Muri, Putu Suriyasa. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Kader Kesehatan Dengan Aktivitasnya Dalam Pengendalian Kasus Tuberkulosis Di Kabupaten Buleleng. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 2013:38-48(vol.1). 13. Kokasih, dkk. Kusta dalam Adhi Djuanda, Kusta Diagnosis Dan Penatalaksanaan,
Jakarta:
Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997. 14. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2006. 15. Dwina Rismawati. Hubungan Antara Sanitasi Rumah Dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Kusta Multibasiler. Unnes Journal of Public Health. 2013:1-10(vol.1). 16. Glaudya Aurora, Arif Widodo, Sri Darnoto. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Pada Keluarga Dan Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Kusta Di Bojonegoro. Jurnal Kesehatan. 2013. 17. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012. 18. Kevin Wewengkang. Pencegahan Kecacatan Akibat Kusta di Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2016:87-92(vol.4).
74
19. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Pembinaan Peran Serta Masyarakat, Jakarta: Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. 2012. 20. Ajzen, I. Attitude, Personality And Behavior. New York:Open University Press, Mcgraw-Hill Education. 1991. 21. Ajzen, I. Attitude, Personality And Behavior 2nd Edition. New York:Open University Press, Mcgraw-Hill Education. 2005. 22. Putri Rindiarni Inten. Pengetahuan, Sikap Dan Niat Ibu Hamil Untuk Melakukan Inisiaisi Menyusui Dini (IMD) Di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut. Universitas Indonesia. 2009. 23. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:PT Rineka Cipta. 2003. 24. Jilia Roza. Faktor Yang Berhubungan Dengan Status HIV Klien VCT Di RSUD Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2013. Universitas Indonesia. 2013. 25. Saptari. Hubungan Sikap Dan Pengetahuan dengan Niat Mendukung Praktikum Pemderian Asi Eksklusif Pada Mahasiswa Magister Pria Universitas Indonesia tahun 2013. Fakultas kesehatan Masyarakat universitas Indonesia. 2013. 26. Ludin.
Pengaruh
Sosial
Budaya
Masyarakat
Terhadap Tindakan
Pemberian Asi Eksklusif Di Wiayah KerjaPuskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 27. Achmat Zakaria. Theory Of Planned Behavior, Masihkan Relevan. Universitas Muhammadiyah Malang. 2010. 28. Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2014.
75
29. Novanty, Fenila.Evaluasi Input Sistem Surveilans Penemuan Suspek Tuberkulosis (TB) di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang (Skripsi). Semarang. 2008. http://lib.unnes.ac.id, 2008. 30. Sunyoto, Danang. Analisis untuk Penelitian Kesehatan: Analisis Data Penelitian dengan SPSS untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika. 2011. 31. Mitha Arvira Oktaviani. Perbandingan Tingkat Konsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro-Wilk, dan Skewness-Kurtosis.Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Airlangga. 2014:127-135. 32. Riwidiko, Handoko. Statistik Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika. 2011. 33. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 34. Suyanta, Susila dan.Kedokteran dan Kesehatan, Metode Penelitian Cross Sectional. Klaten : Brosscript, 2014. 35. Fathimah, Fetty. Gambaran Orang Tua/ Pengaruh Dalam Memberikan Makanan Bergizi Kepada Anak Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus Di Yayasan Tegak Tegar Wiayah Jakarta Timur Tahun 2013. Skripsi: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. 36. Ni Putu Ika Parianti, I Wayan Suartana, I Dewa Nyoman Badera. Faktorfaktor Ynag Mempengaruhi Niat Dan Perilaku Whistleblowing Mahasiswa Akuntansi. Skripsi: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana Bali. 2016.
76
37. Meilisa, M, Anwar Prabu. Peran Sikap, Norma Subjektif, Dan Persepsi Kontrol
Perilaku
Dalam
Memprediksi
Intensi
Wanita
Melakukan
Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Universitas Mercu Buana Tahun 2010. Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Jakarta. 2010. 38. Zia Ulhaq, Retno Komolohadi. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Siswi SMAN 1 Parakan. 2015. 39. Fishbein, M., & Ajzen, I. Predicting and changing behavior: The reasoned action approach.New York, NY: Psychology Press. 2010.
LAMPIRAN 1
77
78
Lampiran 2.1Kusioner
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN CASE FINDING PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LARANGAN TAHUN 2017 Subjek yang diwawancarai
:
Hari, Tanggal Wawancara
:
A. Identitas Kader Kesehatan 1. No Responden
:
2. Nama
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Alamat
:
5. Wilayah Kerja Kader (dari Posyandu) Petunjuk : Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan Memberi Tanda (X) Pada Kolom Jawaban, Sesuai Dengan Kriteria Diri Anda! B. Demografi No 1.
Informasi Demografi Kader Kesehatan Berapa umur Anda saat ini ? tahun
2.
Apa pendidikan terakhir Anda ? 1. Tidak sekolah / tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan tinggi Apa pekerjaan Anda saat ini ? 1. Tidak bekerja / Ibu rumah tangga 2. PNS / guru / dosen 3. TNI / POLRI 4. Wiraswasta / swasta 5. Buruh 6. Lain-lain, sebutkan
3.
C. Pengetahuan Petunjuk Pengisian No.1-11 : 1. Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan.
79
2. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda benar. No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Informasi Pengetahuan Kader Kesehatan Menurut Anda, Apakah pengertian dari penyakit kusta adalah? a. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium leprae b. Penyakit yang didebabkan oleh virus c. Penyakit yang disedadkan oleh riwayat ketururnan Menurut Anda, faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kusta adalah? a. Terkena gigitan nyamuk b. Melakukan kontak fisik rutin dengan penderita c. Melakukan buang air besar sembarangan Menurut Anda, apa yang menjadi sumber penularan penyakit kusta ? a. Melalui gigitan nyamuk b. Melalui udara c. Melalui sentuhan langsung (rutin) Bagaimana gejala penyakit kusta yang Anda ketahui ? a. Mati rasa pada jari-jari b. Kembung c. Kaki membengkak hebat Bagaimana pencegahan penyakit kusta ? a. Menggunakan masker b. Menhindari kontak dengan penderita c. Menguras bak mandi seminggu sekali Apakah penyakit kusta dapat menyebabkan kematian ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tau Apa yang harus anda lakukan apabila mengalami gejala kusta atau melihat keluarga atau tetangga mengalami gejala kusta ? a. Membiarkan hingga sembuh sendiri b. Beli obat sendiri di apotek atau toko c. Segera memeriksakan diri ke Puskesmas Apakah menurut anda kusta merupakan penyakit yang menjijikan (kutukan tuhan) ? a. Ya b. Tidak Penyakit kusta dibedakan jenisnya menjadi ? a. 2 b. 3 c. 4 Apakah anda tahu mengenai cara menemukan penderita kusta baru dengan melihat tanda-tandanya secara langsung? a. Ya b. Tidak
80
11.
Apa yang anda ketahui tentang cara melihat bahwa seseorang dicurigai terkena penyakit kusta?
Petunjuk Pengisisan No. 12 Untuk pertanyaan nomor 12, lingkari ( O ) pilihan yang menurut anda tepat (Jawaban boleh lebih dari 1(satu)) 12. Kecacatan yang disebabkan oleh kusta yaitu berupa ? a. Hilangnya rasa raba-raba pada kornea mata, tangan dan kaki b. Hilang rasa pengecap makanan pada lidah c. Telinga tidak bisa mendengar secara perlahan d. Tidak mampu menutup mata e. Kebutaan pada mata f. Luka dan ulkus pada tangan maupun kaki g. Putusnya jari-jari h. Kelumpuhan otot yang bersifat permanen (selamanya)
D. Pertanyaan
Norma
Subyektif
(Faktor
Pendukung)
Untuk
Mengakses Layanan VCT Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. Keterangan pilihan jawaban : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak setuju
S
:Setuju
SS : Sangat Setuju
No 1.
2.
3.
Pertanyaan Norma Subyektif (Faktor Pendukung) Orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Anggota keluarga saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Teman-teman saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding
STS (1)
TS (2)
S (3)
SS (4)
81
No
4.
5.
6.
Pertanyaan Norma Subyektif (Faktor Pendukung) Seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ? Seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ? Seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ?
Tidak Kurang Penting Sangat penting penting penting (1) (2) (3) (4)
82
E. Persepsi Kontrol Diri Kader Terhadap Kegiatan Case Finding Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. Keterangan pilihan jawaban : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak setuju
S
:Setuju
SS : Sangat Setuju
No 1.
2.
3.
4.
Persepsi Kontrol Diri
STS (1)
S (2)
TS (3)
SS (4)
Keinginan dari saya sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding idak ada paksaan atau dorongan dari orang lain Membantu dalam kegiatan case finding merupakan hal yang seharusnya saya lakukan, meskipun saya tidak beresiko penyakit kusta Saya yakin akan mengikuti semua kegiatan case finding bila memang ditugaskan Saya yakin akan membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat menanggulungai meningkatnya kasus kusta
F. Pertanyaan Niat Untuk Membantu Kegiatan Case Finding Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. No 1.
Pertanyaan Niat Apakah jika dimintai bantuan dalam kegiatan case finding anda akan bersedia? 1. Ya 2. Tidak
83
Lampiran 1.3 Pedoman Kuisoner
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT KADER KESEHATAN DALAM KEGIATAN CASE FINDING PENANGGULANGAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LARANGAN TAHUN 2017 Subjek yang diwawancarai
:
Hari, Tanggal Wawancara
:
G. Identitas Kader Kesehatan 6. No Responden
:
7. Nama
:
8. Jenis Kelamin
:
9. Alamat
:
10. Wilayah Kerja Kader (dari Posyandu) Petunjuk : Jawablah Pertanyaan Dibawah Ini Dengan Memberi Tanda (X) Pada Kolom Jawaban, Sesuai Dengan Kriteria Diri Anda! H. Demografi No 1.
Informasi Demografi Kader Kesehatan Berapa umur Anda saat ini ? tahun
2.
Apa pendidikan terakhir Anda ? 6. Tidak sekolah / tidak tamat SD (1) 7. Tamat SD (2) 8. Tamat SMP (3) 9. Tamat SMA (4) 10. Tamat Perguruan tinggi (5) Apa pekerjaan Anda saat ini ? 7. Tidak bekerja / Ibu rumah tangga (1) 8. PNS / guru / dosen (2) 9. TNI / POLRI (3) 10. Wiraswasta / swasta (4) 11. Buruh (5) 12. Lain-lain, sebutkan
3.
I.
Pengetahuan Petunjuk Pengisian No.1-11 : 3. Bacalah dengan sebaik-baiknya setiap pertanyaan.
(6)
84
4. Pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut anda dan berikan tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda benar. No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Informasi Pengetahuan Kader Kesehatan Menurut Anda, Apakah pengertian dari penyakit kusta adalah? a. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium leprae b. Penyakit yang didebabkan oleh virus c. Penyakit yang disedadkan oleh riwayat ketururnan Menurut Anda, faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kusta adalah? a. Terkena gigitan nyamuk b. Melakukan kontak fisik rutin dengan penderita c. Melakukan buang air besar sembarangan Menurut Anda, apa yang menjadi sumber penularan penyakit kusta ? a. Melalui gigitan nyamuk b. Melalui udara c. Melalui sentuhan langsung (rutin) Bagaimana gejala penyakit kusta yang Anda ketahui ? a. Mati rasa pada jari-jari b. Kembung c. Kaki membengkak hebat Bagaimana pencegahan penyakit kusta ? a. Menggunakan masker b. Menhindari kontak dengan penderita c. Menguras bak mandi seminggu sekali Apakah penyakit kusta dapat menyebabkan kematian ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tau Apa yang harus anda lakukan apabila mengalami gejala kusta atau melihat keluarga atau tetangga mengalami gejala kusta ? a. Membiarkan hingga sembuh sendiri b. Beli obat sendiri di apotek atau toko c. Segera memeriksakan diri ke Puskesmas Apakah menurut anda kusta merupakan penyakit yang menjijikan (kutukan tuhan) ? a. Ya b. Tidak
Skoring Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
85
9.
10.
11.
Penyakit kusta dibedakan jenisnya menjadi ? a. 2 b. 3 c. 4 Apakah anda tahu mengenai cara menemukan penderita kusta baru dengan melihat tandatandanya secara langsung? a. Ya b. Tidak Apa yang anda ketahui tentang cara melihat bahwa seseorang dicurigai terkena penyakit kusta?
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Benar=1 Salah=0
Petunjuk Pengisisan No. 12 Untuk pertanyaan nomor 12, lingkari ( O ) pilihan yang menurut anda tepat (Jawaban boleh lebih dari 1(satu)) 12. Kecacatan yang disebabkan oleh kusta yaitu Menyebutan berupa ? semua=1 a. Hilangnya rasa raba-raba pada kornea Tidak mata, tangan dan kaki menyebutkan b. Hilang rasa pengecap makanan pada semua=0 lidah c. Telinga tidak bisa mendengar secara perlahan d. Tidak mampu menutup mata e. Kebutaan pada mata f. Luka dan ulkus pada tangan maupun kaki g. Putusnya jari-jari h. Kelumpuhan otot yang bersifat permanen (selamanya)
86
J. Pertanyaan
Norma
Subyektif
(Faktor
Pendukung)
Untuk
Mengakses Layanan VCT Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. Keterangan pilihan jawaban : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak setuju
S
:Setuju
SS : Sangat Setuju
No 1.
2.
3.
No
4.
5.
6.
Pertanyaan Norma Subyektif STS (Faktor Pendukung) (1) Orang-orang terdekat saya 1 mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Anggota keluarga saya 1 mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Teman-teman saya mendukung 1 saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Pertanyaan Norma Subyektif (Faktor Pendukung) Seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ? Seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ? Seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan
TS (2) 2
S (3) 3
SS (4) 4
2
3
4
2
3
4
Tidak Kurang Penting Sangat penting penting penting (1) (2) (3) (4) 1 2 3 4
1
2
3
4
1
2
3
4
87
akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding ? K. Persepsi Kontrol Diri Kader Terhadap Kegiatan Case Finding Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. Keterangan pilihan jawaban : STS
: Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak setuju
S
:Setuju
SS : Sangat Setuju
No 1.
2.
3.
4.
Persepsi Kontrol Diri
STS (1) Keinginan dari saya sendiri untuk 1 ikut membantu dalam kegiatan case finding idak ada paksaan atau dorongan dari orang lain Membantu dalam kegiatan case 1 finding merupakan hal yang seharusnya saya lakukan, meskipun saya tidak beresiko penyakit kusta Saya yakin akan mengikuti semua 1 kegiatan case finding bila memang ditugaskan Saya yakin akan membantu 1 hingga hasil dari kegiatan case finding dapat menanggulungai meningkatnya kasus kusta
S (2) 2
TS (3) 3
SS (4) 4
2
3
4
2
3
4
2
3
4
L. Pertanyaan Niat Untuk Membantu Kegiatan Case Finding Petunjuk Pengisian : Berilah tanda ceklis ( √ ) terhadap pilihan anda sesuai dengan pilihan yang tepat pada kolom yang tersedia. No 1.
Pertanyaan Niat Skoring Apakah jika dimintai bantuan dalam kegiatan Ya=1 case finding anda akan bersedia? Tidak=2 1. Ya 2. Tidak
LAMPIRAN 2
88
89
Lampiran 2.2 SPSS Hasil Output SPSS A. Uji Validitas 1. Uji Validitas Variabel Norma Subjektif Correlations jumlah norma subyektif Pearson Correlation orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk ikut Sig. (2-tailed) membantu dalam kegiatan case finding N
,571**
anggota keluarga sayaPearson Correlation mendukung saya untuk ikut Sig. (2-tailed) membantu dalam kegiatan case finding N
,548**
teman-teman sayaPearson Correlation mendukung saya untuk ikut Sig. (2-tailed) membantu dalam kegiatan case finding N
,587**
seberapa pentingkahPearson Correlation pandangan dari keluarga anda akan memberiSig. (2-tailed) pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatanN case finding?
,691**
seberapa pentingkahPearson Correlation pandangan dari teman anda akan memberiSig. (2-tailed) pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatanN case finding?
,567**
pentingkahPearson Correlation
,622**
seberapa
,000 60
,000 60
,000 60
,000
60
,000
60
90
pandangan dari tenagaSig. (2-tailed) kesehatan anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantuN dalam kegiatan case finding? Pearson Correlation jumlah norma subyektif
,000
60
1
Sig. (2-tailed) N
60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Uji Validitas Variabel Norma Subjektif Correlations jumlah kontrol diri keinginan dari sayaPearson Correlation ,544** sendiri untuk ikut ,000 membantu dalamSig. (2-tailed) kegiatan case finding tidak ada paksaan atau N 60 dorongan dari orang lain? membantu dalamPearson Correlation ,536** kegiatan case finding ,000 merupakan hal yangSig. (2-tailed) seharusnya saya lakukan, meskipun sya tidakN 60 beresiko penyakit kusta Pearson Correlation ,657** saya yakin akan mengikuti kegiatan case finding bilaSig. (2-tailed) ,000 memang ditugaskan N 60 ** saya yakin akanPearson Correlation ,596 membantu hingga hasil Sig. (2-tailed) ,000 dari kegiatan case finding
91
dapat menaggulangi meningkatnya ksusuN kusta
60
Pearson Correlation 1 jumlah kontrol diri
Sig. (2-tailed) N
60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
B. Uji Reliabilitas 1. Uji Reliabilitas Variabel Norma Subjektif Case Processing Summary
Valid
N
%
60
93,8
Cases Excludeda 4 Total
64
6,3 100,0
a. Listwise deletion based variables in the procedure.
on
all
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's N of Items Alpha Based on Standardized Items
,738
,779
Inter-Item Correlation Matrix
7
92
orang-orang anggota teman-teman seberapa terdekat saya keluarga saya saya pentingkah mendukung mendukung mendukung pandangan dari saya untuk ikut saya untuk ikut saya untuk ikut keluarga anda membantu membantu membantu akan memberi dalam kegiatan dalam kegiatan dalam kegiatan pengaruh case finding case finding case finding mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding? orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk 1,000 ikut membantu dalam kegiatan case finding
,323
,423
,255
anggota keluarga saya mendukung saya untuk ,323 ikut membantu dalam kegiatan case finding
1,000
,364
,110
teman-teman saya mendukung saya untuk ,423 ikut membantu dalam kegiatan case finding
,364
1,000
,178
seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai ,255 keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
,110
,178
1,000
seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai ,005 keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
,079
,061
,355
93
seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan anda akan memberi pengaruh ,068 mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
,070
,063
,601
jumlah norma subyektif
,548
,587
,691
,571
Inter-Item Correlation Matrix seberapa seberapa jumlah norma pentingkah pentingkah subyektif pandangan dari pandangan dari teman anda tenaga akan memberi kesehatan anda pengaruh akan memberi mengenai pengaruh keputusan anda mengenai untuk ikut keputusan anda membantu untuk ikut dalam kegiatan membantu case finding? dalam kegiatan case finding? ,005
,068
,571
,079
,070
,548
,061
,063
,587
,355
,601
,691
1,000
,480
,567
,480
1,000
,622
,567
,622
1,000
Item-Total Statistics Scale Mean Scale Corrected Squared if Item Variance if Item-Total Multiple Deleted Item Deleted Correlation Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
94
orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk ikut membantu 30,3833 dalam kegiatan case finding
11,901
,470
.
,715
anggota keluarga saya mendukung saya untuk 30,3667 ikut membantu dalam kegiatan case finding
11,897
,436
.
,718
teman-teman saya mendukung saya untuk 30,3833 ikut membantu dalam kegiatan case finding
11,732
,481
.
,712
seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai 29,8500 keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
11,350
,606
.
,694
seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai 30,2833 keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
11,698
,449
.
,714
seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan anda akan memberi pengaruh 30,0500 mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding?
11,845
,536
.
,709
jumlah norma subyektif
3,440
1,000
.
,637
16,4833
95
2. Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kontrol Diri Case Processing Summary
Valid
N
%
60
93,8
Cases Excludeda 4 Total
6,3
64
100,0
a. Listwise deletion based variables in the procedure.
on
all
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's N of Items Alpha Based on Standardized Items
,704
,691
5
Inter-Item Correlation Matrix keinginan dari membantu saya yakin saya yakin jumlah saya sendiri dalam akan akan kontrol untuk ikut kegiatan case mengikuti membantu diri membantu finding kegiatan case hingga hasil dalam merupakan hal finding bila dari kegiatan kegiatan case yang memang case finding finding tidak seharusnya ditugaskan dapat ada paksaan saya lakukan, menaggulangi atau dorongan meskipun sya meningkatnya dari orang tidak beresiko ksusu kusta lain? penyakit kusta keinginan dari saya sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 1,000 tidak ada paksaan atau dorongan dari orang lain?
,282
,189
,047
,544
96
membantu dalam kegiatan case finding merupakan hal yang seharusnya saya ,282 lakukan, meskipun sya tidak beresiko penyakit kusta
1,000
-,026
-,002
,536
saya yakin akan mengikuti kegiatan case ,189 finding bila memang ditugaskan
-,026
1,000
,274
,657
saya yakin akan membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat ,047 menaggulangi meningkatnya ksusu kusta
-,002
,274
1,000
,596
jumlah kontrol diri
,536
,657
,596
1,000
,544
Item-Total Statistics Scale Scale Corrected Squared Cronbach's Mean if Variance Item-Total Multiple Alpha if Item Item if Item Correlation Correlation Deleted Deleted Deleted keinginan dari saya sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding 16,3833 tidak ada paksaan atau dorongan dari orang lain?
4,037
,425
.
,691
membantu dalam kegiatan case finding merupakan hal yang seharusnya saya 16,3167 lakukan, meskipun sya tidak beresiko penyakit kusta
3,779
,338
.
,700
saya yakin akan mengikuti kegiatan case 15,9167 finding bila memang ditugaskan
3,468
,479
.
,653
97
saya yakin akan membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat 16,1333 menaggulangi meningkatnya ksusu kusta
3,677
,420
.
,676
jumlah kontrol diri
1,174
1,000
.
,338
9,2500
C. Uji Normalitas Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation Minimum Maximum
jumlah kontrol diri
60
9,2500
1,08339
8,00
13,00
jumlah subyektif
60
16,4833 1,85483
9,00
20,00
norma
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test jumlah kontrol jumlah norma diri subyektif N Normal Parametersa,b
Mean
60
60
9,2500
16,4833
Std. Deviation 1,08339 ,191
,162
,191
,124
-,156
-,162
Kolmogorov-Smirnov Z
1,481
1,254
Asymp. Sig. (2-tailed)
,025
,086
Most Differences
Absolute Extreme Positive
1,85483
Negative
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
98
D. Frequensi 1. Wilayah Kerja Kader Kesehatan Statistics wilayah erja kader kesehatan yang menjadi responden (dari posyandu mana) Valid
60
Missing
0
N
wilayah erja kader kesehatan yang menjadi responden (dari posyandu mana) Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Anggrek
5
8,3
8,3
8,3
Bunga sepatu
5
8,3
8,3
16,7
Cempaka
4
6,7
6,7
23,3
Cempaka pertiwi 3
5,0
5,0
28,3
Dahlia
5
8,3
8,3
36,7
Kamboja
5
8,3
8,3
45,0
Matahari (1)
4
6,7
6,7
51,7
Matahari (3)
5
8,3
8,3
60,0
Mawar
5
8,3
8,3
68,3
Melati (2)
4
6,7
6,7
75,0
Nusa indah
3
5,0
5,0
80,0
Puspa indah
3
5,0
5,0
85,0
Teratai
5
8,3
8,3
93,3
Wijaya kusuma
4
6,7
6,7
100,0
Valid
99
Total
60
100,0
100,0
2. Jenis Kelamin jenis kelamin responden Frequency Percent Valid
perempuan 60
100,0
Valid Percent Cumulative Percent 100,0
100,0
3. Umur Statistics berapa umur anda saat ini? (dalam tahun) Valid
60
Missing
0
N Mean
41,87
Median
42,00
Modus
42
Std. Deviation
9,238
Minimum
21
Maximum
60
4. Pendidikan apa pendidikan terakhir anda?
Valid
tamat SD
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
13
21,7
21,7
21,7
100
tamat SMP
28
46,7
46,7
68,3
tamat SMA
17
28,3
28,3
96,7
2
3,3
3,3
100,0
60
100,0
100,0
tamat tinggi
perguruan
Total
5. Pekerjaan apa pekerjaan anda saat ini? Frequency Percent
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
tidak bekerja/ibu rumah 56 tangga (IRT)
93,3
93,3
93,3
PNS/guru/dosen
3
5,0
5,0
98,3
Wiraswasta/swasta
1
1,7
1,7
100,0
Total
60
100,0
100,0
6. Pengetahuan
menurut anda, apakah pengertian dari penyakit kusta
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
1
1,7
1,7
1,7
benar
59
98,3
98,3
100,0
Total
60
100,0
100,0
menurut anda, faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kusta adalah?
Valid
benar
Frequenc y
Percent
60
100,0
Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 100,0
101
menurut anda, apa yang menjadi sumber penularan penyakit kusta?
Valid
benar
Frequenc y
Percent
60
100,0
Valid Percent
Cumulative Percent
100,0
100,0
bagaimana gejala penyakit kusta yang anda ketahui?
Valid
benar
Frequenc y
Percent
60
100,0
Valid Percent
Cumulative Percent
100,0
100,0
bagaaimana pencegahan penyakit kusta?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
2
3,3
3,3
3,3
benar
58
96,7
96,7
100,0
Total
60
100,0
100,0
apakah penyakit kusta dapat menyebabkan kematian?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
34
56,7
56,7
56,7
benar
26
43,3
43,3
100,0
Total
60
100,0
100,0
apa yang harus anda lakukan apabila mengalami gejala kusta atau melihat keluarga atau tetanggamengalami gejala kusta?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
1
1,7
1,7
1,7
benar
59
98,3
98,3
100,0
Total
60
100,0
100,0
102
penyakit kusta dibedakan jenisnya menjadi?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
14
23,3
23,3
23,3
benar
46
76,7
76,7
100,0
Total
60
100,0
100,0
apakah anda tahu mengenai cara menemukan penderita kusta baru dengan melihat tanda-tandanya secara langsung?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
salah
24
40,0
40,0
40,0
benar
36
60,0
60,0
100,0
Total
60
100,0
100,0
apa yang anda ketahui tentang cara melihat bahwa seseorang yang dicurigai terkena penyakit kusta?
Valid
Frequenc y
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
14
23,3
23,3
23,3
bagian tangannya banyak luka
1
1,7
1,7
25,0
dilihat bila jarinya putus
1
1,7
1,7
26,7
jari putus
1
1,7
1,7
28,3
jari tangan atau kaki putus
1
1,7
1,7
30,0
jari tangan dan kaki
2
3,3
3,3
33,3
jari tangan dan kaki putus
1
1,7
1,7
35,0
jari tangan luka
1
1,7
1,7
36,7
jari tangan putus
1
1,7
1,7
38,3
jari tangannya ada luka
1
1,7
1,7
40,0
jari tangannya luka
1
1,7
1,7
41,7
jari-jari kaki putus
1
1,7
1,7
43,3
jari-jari luka
2
3,3
3,3
46,7
jari-jari pada lepas
1
1,7
1,7
48,3
103
jari-jari putus
7
11,7
11,7
60,0
jari-jari terdapat luka
1
1,7
1,7
61,7
jari-jarinya putus
4
6,7
6,7
68,3
jarinya putus
3
5,0
5,0
73,3
jarinya terdapat luka
1
1,7
1,7
75,0
luka di tubuh
1
1,7
1,7
76,7
luka pada jari tangan
1
1,7
1,7
78,3
luka pada tangan
1
1,7
1,7
80,0
luka-luka pada tangan
1
1,7
1,7
81,7
mati rasa di tangan atau kaki
1
1,7
1,7
83,3
mati rasa pada jarinya
1
1,7
1,7
85,0
melihat jari tangan dan kaki bila putus
1
1,7
1,7
86,7
melihat jari-jari apakah ada tang putus
1
1,7
1,7
88,3
melihat luka jari yang putus
1
1,7
1,7
90,0
putus dibagian jari-jari
1
1,7
1,7
91,7
putusnya jari-jari
1
1,7
1,7
93,3
putusnya jri tangan atau kaki
1
1,7
1,7
95,0
tangan dan kaki pada jarinya ada yang putus
1
1,7
1,7
96,7
tangan jarinya ada yang putus
1
1,7
1,7
98,3
tangannya dibagian jarinya putus
1
1,7
1,7
100,0
60
100,0
100,0
Total
104
Statistics penjumlahan pengetahuan perbaikan Valid
60
Missing
0
N Mean
8,6167
Median
9,0000
Mode
9,00
Std. Deviation
1,07501
Minimum
6,00
Maximum
10,00
recode pengetahuan Frequency Percent
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
Buruk 47
78,3
78,3
78,3
Baik
13
21,7
21,7
100,0
Total
60
100,0
100,0
7. Norma Subjekif Frekuensi Table orang-orang terdekat saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Frequency Percent
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
tidak setuju 25
41,7
41,7
41,7
Setuju
35
58,3
58,3
100,0
Total
60
100,0
100,0
105
anggota keluarga saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
tidak setuju
25
41,7
41,7
41,7
Setuju
34
56,7
56,7
98,3
sangat setuju 1
1,7
1,7
100,0
Total
100,0
100,0
Valid 60
teman-teman saya mendukung saya untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
tidak setuju
26
43,3
43,3
43,3
Setuju
33
55,0
55,0
98,3
sangat setuju 1
1,7
1,7
100,0
Total
100,0
100,0
Valid 60
seberapa pentingkah pandangan dari keluarga anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding? Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
1
1,7
1,7
1,7
kurang penting 2
3,3
3,3
5,0
Penting
46
76,7
76,7
81,7
sangat penting 11
18,3
18,3
100,0
Total
100,0
100,0
tidak penting
Valid
60
106
seberapa pentingkah pandangan dari teman anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding? Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
1
1,7
1,7
1,7
kurang penting 19
31,7
31,7
33,3
Penting
63,3
63,3
96,7
sangat penting 2
3,3
3,3
100,0
Total
100,0
100,0
tidak penting
Valid
38
60
seberapa pentingkah pandangan dari tenaga kesehatan anda akan memberi pengaruh mengenai keputusan anda untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding? Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
1
1,7
1,7
1,7
kurang penting 6
10,0
10,0
11,7
Penting
83,3
83,3
95,0
sangat penting 3
5,0
5,0
100,0
Total
100,0
100,0
tidak penting
Valid
50
60
8. Frekuensi Persepsi Kontrol Diri Frekuensi Table keinginan dari saya sendiri untuk ikut membantu dalam kegiatan case finding tidak ada paksaan atau dorongan dari orang lain?
Valid
Setuju
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
53
88,3
82,8
88,3
107
tidk setuju 7
10,9
11,7
Total
60
93,8
100,0
Missing System
4
6,3
Total
64
100,0
100,0
membantu dalam kegiatan case finding merupakan hal yang seharusnya saya lakukan, meskipun sya tidak beresiko penyakit kusta Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
setuju
52
81,3
86,7
86,7
tidak setuju
5
7,8
8,3
95,0
sangat setuju 3
4,7
5,0
100,0
Total
60
93,8
100,0
Missing System
4
6,3
Total
64
100,0
Valid
saya yakin akan mengikuti kegiatan case finding bila memang ditugaskan Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1
1,6
1,7
1,7
setuju
23
35,9
38,3
40,0
tidak setuju
36
56,3
60,0
100,0
Total
60
93,8
100,0
Missing System
4
6,3
Total
64
100,0
Valid
108
saya yakin akan membantu hingga hasil dari kegiatan case finding dapat menaggulangi meningkatnya ksusu kusta Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
38
59,4
63,3
63,3
tidak setuju 22
34,4
36,7
100,0
Total
60
93,8
100,0
Missing System
4
6,3
Total
64
100,0
setuju Valid
9. Niat Statistics recode niat perbaikan Valid
60
N Missing 0
Frekuensi Table recode niat perbaikan Frequency Percent
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
tidak berniat 31
51,7
51,7
51,7
Berniat
29
48,3
48,3
100,0
Total
60
100,0
100,0
109
E. Uji Bivariat 1. Tabulasi Silang Norma Subjektif dengan Niat Kader Kesehatan Crosstab recode niat v.terikat
Total
tidak berniat berniat Count lemah recode subjektif
norma
kuat
Total
23
8
31
% within recode norma 74,2% subjektif
25,8%
100,0%
% of Total
38,3%
13,3%
51,7%
Count
8
21
29
% within recode norma 27,6% subjektif
72,4%
100,0%
% of Total
13,3%
35,0%
48,3%
Count
31
29
60
% within recode norma 51,7% subjektif
48,3%
100,0%
% of Total
48,3%
100,0%
51,7%
Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square
13,033a
1
,000
Continuity Correctionb
11,234
1
,001
Likelihood Ratio
13,545
1
,000
Fisher's Exact Test
,001
,000
110
Linear-by-Linear Association
12,816
N of Valid Cases
60
1
,000
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,02. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate Value
95% Interval
Confidence
Lower
Upper
Odds Ratio for recode norma subjektif (lemah / 7,547 kuat)
2,402
23,708
For cohort recode niat 2,690 perbaikan = 1,00
1,439
5,025
For cohort recode niat ,356 perbaikan = 2,00
,188
,674
N of Valid Cases
60
2. Tabulasi Silang Persepsi Kontrol Diri dengan Niat Kader Kesehatan Crosstab recode niat v.terikat
Total
tidak berniat berniat Count Lemah recode kontrol diri yang pake median Kuat
13
23
36
% within recode kontrol 36,1% diri yang pake median
63,9%
100,0%
% of Total
21,7%
38,3%
60,0%
Count
18
6
24
25,0%
100,0%
% within recode kontrol 75,0% diri yang pake median
111
Total
% of Total
30,0%
10,0%
40,0%
Count
31
29
60
% within recode kontrol 51,7% diri yang pake median
48,3%
100,0%
% of Total
48,3%
100,0%
51,7%
Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square
8,721a
1
,003
Continuity Correctionb
7,233
1
,007
Likelihood Ratio
9,027
1
,003
Fisher's Exact Test
,004
Linear-by-Linear Association
8,575
N of Valid Cases
60
1
,003
,003
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,60. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate Value
95% Interval
Confidence
Lower
Upper
Odds Ratio for recode kontrol diri yang pake ,188 median (lemah / kuat)
,060
,593
For cohort recode niat ,481 perbaikan = 1,00
,294
,788
For cohort recode niat 2,556 perbaikan = 2,00
1,225
5,331
N of Valid Cases
60
LAMPIRAN 3
112
Lampiran 3.1 Surat Izin Penelitian
113
LAMPIRAN 4
114
115
Lampiran 4.1 Dokumentasi
DUKOMENTASI PENELITIAN