Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh: Wahyu Tri Idayanti NIM: 113511110
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Jurusan
: Wahyu Tri Idayanti : 113511110 : Pendidikan Matematika
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015 Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 23 April 2015 Pembuat Pernyataan,
Wahyu Tri Idayanti NIM: 113511110
ii
iii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi berikut ini: Judul : Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015 Penulis : Wahyu Tri Idayanti NIM : 113511110 Jurusan : Pendidikan Matematika telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Matematika. Semarang, 18 Juni 2015 DEWAN PENGUJI
Ketua,
Sekretaris,
Any Muanalifah, M.Si NIP. 19820113 201101 2009 Penguji I,
Emy Siswanah, M.Sc NIP. 19870202 201101 2014 Penguji II,
Saminanto, M.Sc Budi Cahyono, M.Si NIP. 19720604 200312 1 002 NIP. 19801215 200912 1 003 Pembimbing,
Hj. Minhayati Saleh, M.Sc. NIP: 19760426 200604 2 001
iii
iv
NOTA DINAS Semarang, 23 April 2015
Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
Nama NIM Jurusan
: Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015 : Wahyu Tri Idayanti : 113511110 : Pendidikan Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing,
Hj. Minhayati Saleh, M.Sc. NIP: 19760426 200604 2 001
iv
iv
ABSTRAK Judul
:
Penulis : NIM :
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015 Wahyu Tri Idayanti 113511110
Skripsi ini membahas tentang penerapan model pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar peserta didik materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII A yang kurang dari KKM. Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang terlihat aktif untuk bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dipahami sehingga kesulitan dalam memahami konsep penyampaian materi tidak diketahui oleh guru, sedangkan peserta didik lebih cenderung senang jika dijelaskan oleh teman sendiri. Dengan penjelasan teman, peserta didik lebih leluasa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah: “apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal tahun ajaran 2013/2014”. Keberhasilan pada penelitian ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik di setiap siklusnya. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 30 peserta didik. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, observasi, dan tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif serta menghitung rata-rata nilai, persentase ketuntasan belajar klasikal peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ratarata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 3,67 poin. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik meningkat sebesar 36,67%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya. Terlebih kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi kaumnya. Alhamdulilah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “penerapan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel tahun pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini bukan apa-apa tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Dr. H Darmu’in, M.Ag. 2. Pembimbing, Ibu Hj. Minhayati Saleh, M.Sc, atas segala bimbingan, arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Segenap dosen program studi Tadris Matematika dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang telah mengajarkan banyak hal selama penulis menempuh studi di FITK. 4. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal yang telah memberikan izin untuk
vi
melakukan penelitian sehingga memberi kelancaran dalam menyelesaikn skripsi ini. 5. Suamiku dan anak-anakku Puput dan Rizka, yang menjadi motivasi dan semangatku. 6. Ibuku serta seluruh keluarga, atas dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah dilakukan. Penulis menyadari,
penelitian ini bukanlah suatu yang
sempurna. Masih terdapat kekurangan di sana-sini. Meski begitu, inilah usaha tulus dan maksimal. Untuk menjadikan kesempurnaan skripsi ini, peneliti mengharapkan masukan dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, minimal untuk pembaca.
Semarang, April 2015 Peneliti,
Wahyu Tri Idayanti NIM. 113511110
vii
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................. PERNYATAAN KEASLIAN .. ............................................ PENGESAHAN .................................................................... NOTA PEMBIMBING ........................................................ ABSTRAK ............................................................................. KATA PENGANTAR . ......................................................... DAFTAR ISI . ........................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ DAFTAR TABEL .. ............................................................... DAFTAR GAMBAR . ........................................................... BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................ B. Rumusan Masalah ......................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .. ...................
BAB II LANDASAN TEORI A. DeskripsiTeori ...... ........................................ 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika . 2. Teori Belajar ......................................... 3. Hasil belajar .......................................... 4. Model Pembelajaran Jigsaw .................. 5. Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel .............................. B. KajianPustaka ................................................ C. Kerangka Berpikir …………………………. D. HipotesisTindakan ......................................... BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian . .................. B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................
viii
i ii iii iv v vi viii x xii xiii
1 6 6
9 9 15 16 20 25 34 35 36
37 37
C. D. E. F. G. H. BAB IV
BAB V
Subyek Penelitian ..... .................................... Kolaborator ................................................... Siklus Penelitian .... ....................................... Teknik Pengumpulan Data ........................... Tehnik Analisis Data .................................... Indikator Ketercapaian Penelitian ................
38 38 38 45 45 46
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data . ............................................. B. Analisis Data per Siklus .. ............................. C. Analisa Data Akhir . ......................................
47 48 70
PENUTUP A. Simpulan ...... ................................................. B. Saran .. ........................................................... C. Penutup .........................................................
74 74 76
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Siswa Kelas VIII A TP 2014/2015
Lampiran 2
Daftar Nilai Pra Siklus
Lampiran 3
Daftar Hadir Peserta Didik Kelas VIII A
Lampiran 4
Daftar Nama Kelompok Siklus 1
Lampiran 5
Daftar Nama Kelompok Siklus 2
Lampiran 6
Nilai Hasil Evaluasi Siklus 1
Lampiran 7
Nilai Hasil Evaluasi Siklus 2
Lampiran 8
RPP Siklus 1
Lampiran 9
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 1) Siklus 1
Lampiran 10
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 2) Siklus 1
Lampiran 11
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 3) Siklus 1
Lampiran 12
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 4) Siklus 1
Lampiran 13
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 1) Siklus 1
Lampiran 14
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 2) Siklus 1
Lampiran 15
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 3) Siklus 1
Lampiran 16
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 4) Siklus 1
Lampiran 17
Uji Kompetensi Siklus 1
Lampiran 18
Kunci Jawaban Uji Kompetensi Siklus 1
Lampiran 19
RPP Siklus II
Lampiran 20
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 1) Siklus II
Lampiran 21
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 2) Siklus II
x
Lampiran 22
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 3) Siklus II
Lampiran 23
Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 4) Siklus II
Lampiran 24
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 1) Siklus II
Lampiran 25
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 2) Siklus II
Lampiran 26
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 3) Siklus II
Lampiran 27
Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa (Kelompok Ahli 4) Siklus II
Lampiran 28
Uji Kompetensi Siklus II
Lampiran 29
Kunci Jawaban Uji Kompetensi Siklus II
Lampiran 30
Foto Kegiatan
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Hasil nilai kondisi awal (pra siklus peserta didik)
Tabel 4.2
Hasil nilai evaluasi siklus 1
Tabel 4.3
Hasil nilai evaluasi siklus 2
Tabel 4.4
Analisis tes evaluasi peserta didik pra siklus dan siklus 1
Tabel 4.5
Perbandingan pencapaian pra siklus, siklus 1 dan siklus 2
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Grafik tes evaluasi peserta didik pra siklus dan siklus 1
Gambar 4.2
Grafik rata-rata kelas pra siklus, siklus 1 dan siklus 2
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang pendidikan. Kurikulum sering dilakukan revisi dan pengembangan, tujuan pendidikan sering mengalami perubahan perumusan, metode belajar mengajar sudah sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta fasilitas belajar sering mengalami penambahan. Bahkan abad teknologi telah melanda
dunia
pendidikan.
Berbagai
peralatan
teknologi
elektronik serta komputer mulai banyak dipergunakan di dalam proses belajar mengajar di sekolah1. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar
bagi
pembangunan
bangsa.Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan
adanya
interaksi
belajar
mengajar
atau
proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. 1
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), hlm.5
1
Kurikulum2 secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang meliputi pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Matematika merupakan salah satu bagian dari kurikulum dalam standar nasional pendidikan. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan Ilmu dan Teknologi. Oleh karena itu tidak berlebihan jika matematika ditempatkan sebagai (Mathematic is King as Weel as Good Servant)3.
Pada
umumnya
mengimplementasikan
ilmu
manusia matematika
di
seluruh pada
dunia
kehidupan
kesehariannya di berbagai bidang. Namun realita yang ada, dalam praktek pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru4 belum 2
Nuryani Y. Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm.24 3
Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, ( Semarang : Balai Diklat Keagamaan Semarang, 2007), hlm.1 4
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 8
2
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peserta didik. Karena, peserta didik menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran
yang
dianggap
sangat
abstrak,
menakutkan,
memusingkan, menjenuhkan dan tidak menarik peserta didik. Sehingga
tidak
adanya
minat
untuk
belajar,
bahkan
keingintahuannya sangat minim sekali. Berdasarkan inilah sehingga berdampak pada rendahnya output peserta didik dalam penguasaan materi matematika. MTs NU 09 Gemuh merupakan salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2004 untuk mencapai tujuan standar nasional. Namun prestasi hasil belajar matematika khususnya kelas VIII A pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,0. Penyebabnya adalah karena kurang minatnya peserta didik dalam mengikuti pelajaran dan kurang keakraban guru dengan peserta didik
dalam
pembelajaran.
mengimplementasikan
model
Dimana pembelajaran
guru yang
hanya monoton
(Konvensional) seperti ceramah dan tanya jawab sehingga peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan sesuatu yang sulit dan membosankan. Dalam materi ini peserta didik mengalami
kesulitan
untuk
membedakan
antara
variabel,
koefisien dan konstanta. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran
3
menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Peran5
guru
sangat
penting
sekali
dalam
proses
pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran matematika materi pokok sistem persamaan linear dua variabel. Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar peneliti menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw. Dalam model ini akan dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4-5orang. Kemudian guru memberikan materi yang akan dipelajari, setelah itu guru memberikan soal yang berbeda-beda pada tiap orang dalam satu kelompok asal. Anggota kelompok yang mempunyai soal yang sama membentuk kelompok baru untuk berdiskusi, sehingga peserta didik akan memahami, mengerjakan dan mampu menerangkan kepada masing-masing anggota kelompok asal. Setelah itu guru memberikan kuis pada tiap-tiap kelompok asal. Kelompok yang dapat mengerjakan dengan benar akan diberi penghargaan sebagai motivasi. Diskusi ini menimbulkan kesan keakraban antar peserta didik dengan guru, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan kondusif dalam proses pembelajaran.
5
(The Role Of Teacher Is As A Fellow Learner). Mutadi, loc.cit.,hlm.33.
4
Model merupakan
pembelajaran
sebuah
tipe
pembelajaran
Jigsaw aktif
pada sehingga
dasarnya dalam
pembelajaran ditekankan untuk bertanggung jawab kepada kelompok masing-masing dengan metode berdiskusi6 untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sesuai firman Allah: Artinya : Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.(Q.S. An-Nahl:125) Dengan berpedoman pada makna Al-Qur’an tersebut ada dua pendekatan yang dipakai untuk menyeru orang lain agar taat dan patuh terhadap perintah Allah, yakni (1) hikmah, dan (2) mau’izah (nasihat). Sedangkan teknik yang dipakai adalah salah satunya dengan melakukan diskusi secara tertib dan baik. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan prestasi belajar. Untuk
itu
penulis
mengambil
judul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa 6
M. Aguston, Strategi Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2005), hlm.50
5
Kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh guru pada mata pelajaran matematika kelas VIII A di MTs NU 09 Gemuh Kendal. Adapun rumusan masalahnya adalah apakah hasil belajar siswa kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel dapat ditingkatkan melalui pembelajaran jigsaw ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A dalam materi sistem persamaan linear dua variabel di MTs NU 09 Gemuh tahun pelajaran 2014/2015 dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik a. Dapat meningkatkan aktifitas dan kreativitas belajar matematika
sehingga
dapat
menciptakan
kebiasaan
belajar.
6
b. Dapat mengetahui cara dan teknik mempelajari ilmu yang akhirnya dapat menguasai pelajaran matematika. c. Dapat
meningkatkan
hasil
belajar
sehingga
akan
menghasilkan output yang baik dalam penguasaan materi matematika. 2. Bagi Guru a. Dapat memberi wawasan bahwa pembelajaran pada masa sekarang tidak hanya pembelajaran centre teacher. b. Adanya inovasi model pembelajaran matematika dari dan oleh guru yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran Jigsaw. c. Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. d. Penerapan
model
pembelajaran
Jigsaw
dapat
dikembangkan atau diterapkan pada peserta didik di kelas lain. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
7
4. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan
model
pembelajaran
yang
baik
dan
menyenangkan.
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika a. Pengertian Belajar Belajar merupakan keseluruhan proses pendidikan bagi tiap orang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap dari seseorang. Seseorang dikatakan belajar jika pada dirinya terjadi proses perubahan sikap dan tingkah laku. Perubahan ini biasanya berangsurangsur dan memakan waktu cukup lama. Perubahan tersebut akan semakin tampak bila ada usaha dari pihak yang terlibat. Tanpa adanya usaha, walaupun terjadi proses perubahan tingkah laku, tidak dapat diartikan sebagai belajar. Ini dapat diartikan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran sangat bergantung pada proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Banyak ahli pendidikan mengungkapkan pengertian belajar dengan sudut pandang masing-masing. 1) Menurut Oemar Hamalik, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.1 1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 27.
9
2) Nana Sudjana mengatakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
seperti
pemahamannya,
sikap
berubah dan
pengetahuannya, tingkah
lakunya,
keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan aspek-aspek lain.2 3)
Menurut Clifford T. Morgan berpendapat bahwa “Learning may be defined as any relatively permanent change in behaviour which occurs as a result of experience or practice”,3 belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Dalam perspektif keagamaan (dalam hal ini
Islam), belajar atau menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW: عي،حدثٌا كثير بي شٌظير، حدثٌاحفص بي سليواى،حدثٌاُشام بي عوار َ قال رسول اهلل صلى اهلل علي: عي أًس بي هالك ؛ قال، هحود بي سيريي )َ(رواٍ إبي هاج.... ل هسلن ّ طلب العلن فريضة على ك: وسلن
4
2
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Poses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Algensindo, 2005), hlm. 28. 3
Clifford T. Morgan dan Richard A. King, Introduction to Psychology, (Tokyo: Grow Hill, 1971), hlm. 63. 4
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Mesir : Darul Fikr, t.t.), hlm. 81.
10
Dari Hisyam bin Ammar, dari Hafsh bin Sulaiman, dari Katsir bin Syindhir, dari Muhammad bin Sirin, dari Anas bin Malik r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah fardhu (kewajiban) bagi tiap-tiap muslim...” (HR. Imam Ibnu Majah) Dari
beberapa
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan, bahwa belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir akan tetapi karena peran aktif dalam lingkungan. Dalam interaksi belajar mengajar yang menjadi persoalan utama adalah proses belajar pada peserta didik yakni proses berubahnya tingkah laku peserta didik melalui
berbagai
pengalaman
yang
diperolehnya.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sikap
dan
tingkah
lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek lain yang ada pada individu. Dalam
proses
pembelajaran
matematika
diperlukan interaksi antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai, dalam hal ini adalah
11
meningkatnya pemahaman konsep dan keaktifan peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Pembelajaran Matematika Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.5 Hamzah B. Uno mengatakan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.6 Sedangkan Jerome Bruner dalam Herman Hudaya mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari 5
Amin Suyitno, Bahan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Sertifikasi Guru-guru Pelajaran Matermatika di SMP: Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, (Semarang: UNNES, 2005), hlm. 1. 6
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Inovatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 129.
12
serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.7 Dalam
istilah
“pembelajaran”
yang
lebih
dipengaruhi oleh perkembangan hasil-hasil teknologi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, peserta didik diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar peserta didik dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian mengajar menempatkan guru sebagai fasilitator.8 Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan berbagai upaya merancang, memilih, dan menerapkan berbagai strategi, metode, atau pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. pembelajaran,
Untuk sekolah
meningkatkan diharapkan
keefektifan menggunakan
7
Herman Hudaya, Strategi Belajar Matematika, (Malang: Angkasa Raya, 1990), hlm. 38. 8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2009 ) hlm. 103.
13
teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya. Secara
umum
tujuan
dari
pembelajaran
matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami
konsep
matematika,
menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan
penalaran
pada
pola
dan
sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan yang
memahami
masalah,
merancang
model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
14
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.9 2. Teori Belajar a.
Teori Bruner Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
b.
Teori Vygotsky Dalam membangun sendiri pengetahuannya, siswa dapat memperoleh
pengetahuan
melalui
kegiatan
yang
beranekaragam dengan guru sebagai fasilitator. c.
Teori Ausubel Teori ini mengemukakan pentingnya pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat
9
Isti Hidayah, (Analisis Kurikulum Matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI)), Modul Matematika; Training Of Trainer (TOT) Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Guru Pamong KKG MI Provinsi Jateng, (Semarang: MDC Jateng, 2007), hlm. 30.
15
kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami, dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. 3. Hasil belajar Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengarahan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar.10 Evaluasi dapat memungkinkan kita untuk: a. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan. b. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan c. Memutuskan rangking siswa d. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi pembelajaran yang digunakan
10
Rosma Hartiny Sams, Model Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm. 37.
16
e. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran dan menentukan apakah sumber belajar tambahan diperlukan.11 Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam: a. Faktor internal 1) Faktor fisiologis Secara umum, kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya, semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang berpengaruh pada hasil belajar peserta didik meliputi: intelegensia, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar. Seseorang yang mempunyai intelegensi tinggi mempunyai peluang besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyekobyek yang dapat menarik perhatian siswa.
11
Davies, Ivor K, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: CV. Rajawali, 1987, hlm. 294.
17
Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat dan bakat para siswanya yang kemudian
mampu
juga
untuk
menumbuhkembangkannya. Tugas para gurulah untuk memotivasikan anak didiknya sehingga ia memiliki daya nalar yang kuat. Sedangkan motivasi berarti seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru harus mendorong siswa untuk terlibat secar aktif dalam pembelajaran. Kognitif dan daya nalar, meliputi persepsi, mengingat dan berpikir. Semakin sering seseorang melibatkan diri dalam beraktivitas akan semakin kuat daya persepsinya. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif
di
mana
orang
menyadari
bahwa
pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau. b. Faktor eksternal 1) Faktor lingkungan Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan juga lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya.
18
Sedangkan lingkungan sosial bisa berwujud manusia maupun hal-hal lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari segi faktor lingkungan. Yaitu faktor lingkungan sosial. 2) Faktor instrumental Faktor instrumental
adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor
instrumentalis
dapat
berupa
kurikulum, saran dan fasilitas dan guru. Kurikulum berarti mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar dan evaluasi. Faktor tersebut jelas besar pengaruhnya pada proses dan hasil belajar, misal kita lihat dari sisi tujuan kurikulum, setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan tentang hasil pendidikan. Oleh karena itu, setiap ada perubahan tujuan kurikulum bisa dipastikan ada perubahan keinginan. Perubahan tujuan itu akan mengubah program aatu bahan (mata pelajaran) yang diberikan bahkan mungkin aspek lain termasuk sarana dan fasilitas dan kompetensi guru yang diharapkan. 12 12
Indah Komsiyah, Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2012, hlm. 90-95.
19
Guru
sebagai
tenaga
kependidikan,
mempunyai peran yaitu sebagai fasilitator artinya guru harus menyediakan kemudahan-kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. 13 4. Model Pembelajaran Jigsaw a.
Pengertian Jigsaw Learning Jigsaw Learning dapat diartikan sebagai sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik dalam kelompok
untuk
mengerjakan
tugas-tugas
yang
14
terstruktur . Guru diharapkan mampu menggunakan modelmodel pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Model Jigsaw Learning yang penuh dengan
bentuk
aktivitas
peserta
didik
tentunya
menekankan pentingnya peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered, arah pembelajaran tidak hanya berasal dari guru tapi peserta didik juga dapat belajar dengan sesamanya. Selain itu, peserta didik tidak hanya mempelajari materi saja tetapi juga ketrampilan 13
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011, hlm. 9. 1
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo,2005), Cet. 1, hlm.12.
20
kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas yang dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antara anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins. Teknik ini menggabungkan
kegiatan
membaca,
menulis,
mendengarkan dan berbicara. Dalam teknik ini guru memperhatikan latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik aktif dalam belajar. Jigsaw Learning dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menerapkan sistem pengelompokan atau tim kecil, antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang berbeda untuk bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam mengerjakan tugastugas yang terstruktur. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada
21
anggota kelompok yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Pada
model
pembelajaran
jigsaw
terdapat
kelompok asli dan kelompok ahli. Kelompok asli yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa kelompok ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda
yang ditugaskan
untuk mempelajari
dan
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. b.
Ciri-ciri Jigsaw Learning Siswa bekerja dalam kelompok untuk membahas materi belajar. Kelompok
siswa
heterogen
yang
memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda. Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.
22
c.
Langkah-langkah Jigsaw Learning Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Aronson Blaney, Stephen, Sikes & Snapp pada tahun 1978, mempunyai langkah – langkah sebagai berikut: Siswa dikelompokkan ke dalam tim (kelompok asal) sebanyak bagian materi/ sub bab yang akan dibahas. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Anggota
dari
tim
yang
berbeda
yang
telah
mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok
baru
(kelompok
ahli)
untuk
mendiskusikan sub bab mereka. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh – sungguh. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi Guru memberi evaluasi Penutup d.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw Bila
dibandingkan
tradisional,
model
dengan
metode
pembelajaran
pembelajaran
Jigsaw
memiliki
beberapa kelebihan yaitu:
23
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. 2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat 3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Beberapa hal yang bisa menjadi kekurangan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy Killen, 1996, adalah 1) Prinsip
utama
pembelajaran
ini
adalah
„peer
teaching‟, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain. 2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman. 3) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipetipe siswa dalam kelas tersebut. 4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik. 5) Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
24
5. Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Sistem persamaan linear dua variabel adalah salah satu materi pokok bahasan yang dipelajari di SMP kelas VIII A semester I. Adapun materi yang akan dipelajari adalah: a. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Bentuk persamaan linear dua variabel adalah ax + by = c dan px + qy = r. Keduanya merupakan sistem persamaan linear dengan dua variabel, jika terdapat pasangan (x1, y1) sebagai penyelesaiannya, maka berlaku: ax1 + by1 = c dan px1 + qy1 = r. b. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 1). Metode Grafik Secara menentukan
umum,
langkah-langkah
untuk
himpunan
penyelesaian
sistem
persamaan linear dua variabel dengan metode grafik adalah sebagai berikut: a) Langkah 1 Gambarlah grafik dari masing-masing persamaan pada sebuah bidang cartesius. b) Langkah 2 (1) Jika kedua garis bepotongan pada satu titik, maka penyelesaiannya tepat memiliki satu anggota, yaitu {(x,y)}.
25
(2) Jika kedua garis sejajar, maka himpunan penyelesaian
tidak
memiliki
anggota.
Dikatakan himpunan penyelesaiannya adalah himpunan kosong, ditulis {}. (3) Jika kedua garis itu
berimpit, maka
himpunan penyelesaiannya memiliki anggota yang tak terhingga banyaknya. Menyelesaikan sistem persamaan linear dengan metode grafik adalah menggambar kedua persamaan tadi pada satu gambar bidang koordinat, dan titik potong
kedua
persamaan
tadi
merupakan
penyelesaiannya. Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian persamaan berikut dengan metode grafik. x + y = 5 dan x – y = 1, dengan x dan y variabelpada himpunan bilangan real ! Penyelesaian: Dibuat tabel dengan mengambil beberapa contoh titik yang memenuhi persamaan x + y = 5 dan
x–y=1
sebagai berikut:
26
x+y=5 X
0
5
Y
5
0
(x,y)
(0,5)
(5,0)
X
0
1
Y
-1
0
(x,y)
(0,-1)
(1,0)
x–y=1
Pasangan berurutannya: (0,5), (5,0) untuk persamaan x + y = 5 dan (0,-1), (1,0) untuk persamaan x - y = 1. Menggambar
grafik
dengan
cara
memasukkan
pasangan berurutan tersebut di atas:
y
1 y= x-
5 y= x+
(0,5)
(3,2)
2 0 (1,0) (0,-1)
3
(5,0)
x
27
Dari gambar di atas tampak kedua persamaan tersebut berpotongan di titik (3,2). Jadi HP = {(3,2)}. 2) Metode Substitusi Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dapat ditentukan dengan memakai langkah-langkah sebagai berikut: a) Langkah 1 Pilih salah satu persamaan (pilih yang sederhana), kemudian nyatakan x sebagai fungsi y atau y sebagai fungsi x. b) Langkah 2 Substitusikan
x
atau
y
pada
langkah
1
kepersamaan yang lain Menyelesaikan persamaan dengan metode substitusi adalah menyatakan menulis variabel yang satu dengan variabel lain. Contoh: Tentukan HP persamaan berikut dengan metode substitusi pada persamaan x – y – 1 = 0 dan
3x +
2y = 8.
28
Penyelesaian: Dalam penyelesaian ini, usahakan salah satu dari dua persamaan kita ubah dalam bentuk x = . . . atau y = . . x – y – 1 = 0 x – 1 = y atau y = x – 1 Selanjutnya, substitusikan y = x – 1 pada
3x +
2y = 8 diperoleh: 3x + 2y
=8
3x + 2 (x – 1)
=8
3x + 2x – 2
=8
5x
= 10
x
=2
Jika x – 2 disubstitusikan pada y = x – 1 y=x–1 y=2–1 y=1 Jadi, HP = {(2,1)} 3) Metode Eliminasi Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dapat ditentukan dengan memakai langkah-langkah sebagai berikut: a) Langkah 1 Mengeliminasi y untuk memperoleh x b) Langkah 2 Mengeliminasi x untuk memperoleh y
29
Eliminasi artinya metode yang dilakukan dengan mengilangkan salah satu variabel, apabila koefisien variabel yang dihilangkan belum sama, maka disamakan terlebih dahulu dengan KPK dari dua sistem persamaan linear. Jika koefisien variabel yang dihilangkan sama tanda maka kedua persamaan tersebut dikurangi, tetapi jika berbeda tanda, maka ditambahkan. Contoh: Selesaikan
persamaan
berikut
dengan
metode
eliminasi x + y = 3 dan x + 2y = 4 Penyelesaian: Dengan cara mengeliminasi nilai x x+y
=3
x + 2y
=4-
-y
= -1 y = 1
Dengan cara mengeliminasi nilai y x+y
=3
2
2x + 2y
x + 2y
=4
1
x + 2y x
=6 =4 =2
Jadi HP = {(2,1)}.
30
4) Metode Gabungan Penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel campuran
dengan dari
metode metode
gabungan eliminasi
merupakan dan
metode
substitusi. Metode ini dapat ditentukan dengan memakai langkah-langkah sebagai berikut: a)
Langkah 1 Mengeliminasi y untuk memperoleh x atau mengeliminasi x untuk memperoleh y
b)
Langkah 2 Substitusikan
x
atau
y
pada
langkah
1
kepersamaan yang lain Contoh: Selesaikan
persamaan
berikut
dengan
metode
gabungan! 3x - y = 3 dan x - 2y = 0 Penyelesaian: Dengan cara mengeliminasi nilai x 3x - y
= 10 x1
3x - y
= 10
x - 2y
=0
3x - 6y
=0
x3
-
5 y = 10 y=2
31
y = 2 disubstitusikan bisa ke persamaan (2) x – 2y = 0 x – 2(2) = 0 x–4=0 x=4 Jadi HP = {(4,2)}. c. Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Untuk menyelesaikan soal sehari-hari yang memerlukan penggunaan matematika, maka langkah pertama adalah menyusun model matematika dari soal itu. Data yang terdapat dalam soal itu diterjemahkan ke dalam satu atau beberapa PLDV. Kemudian dari SPLDV itu digunakan untuk memecahkan soal itu. Contoh : Di dalam dompet Yuda terdapat 25 lembar uang kertas yang terdiri dari uang sepuluh ribu rupiah dan lima ribu rupiah. Jumlah uang itu adalah Rp. 200.000,00. Berapa banyak uang masing-masing? Penyelesaian : Misalnya banyaknya uang sepuluh ribu rupiah adalah
x
lembar dan uang lima ribu rupiah adalah y lembar, maka
x y 25 …………………...(1) 10000x 5000y 200000
2 x y 40 ………………(2)
32
Dari pers. (1) dan (2) diperoleh :
x y 25 2 x y 40
x 15 x 15 x 15 x y 25 15 y 25 y 10 Jadi, banyak uang sepuluh ribu rupiah ada 15 lembar, diperoleh = 15 x Rp. 10.000,00 = Rp. 150.000,00. Dan banyak uang lima
ribu rupiah ada 10 lembar,
diperoleh = 10 x Rp. 5.000,00 = Rp. 50.000,00.
B. Kajian Pustaka Kajian ini digunakan sebagai bahan perbandingan atau karya ilmiah yang ada, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, kajian pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang sebelumnya mengenai teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Kajian pustaka yang dipakai adalah: 1. Penelitian Siti Mardhiyah (Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang tahun 2009) yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT (Teams Games
33
Tournament)
Dalam
Meningkatkan
Hasil
Belajar
Matematika Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear DuaVariabel.” Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil
belajar
peserta
didik
terhadap
mata
pelajaran
matematika. Indikatornya dapat dilihat dari observasi penguasaan peserta didik terhadap materi sistem persamaan linear dua variabel. Hasil ini mungkin disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guru sehingga peserta didik dalam pembelajaran menjadi pasif dalam
memahami
dan
menguasai pengertian/konsep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII MTs NU 06 Sunan Abinawa Pegandon semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. 2. Penelitian Mafrihin (Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang tahun 2009) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Dalam Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Pada Peserta Didik Kelas VIII A Semester Ganjil MTs Assalafiyah
Luwungragi
Brebes
Tahun
Pelajaran
2009/2010.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu kelas VIII A yang berjumlah 46 peserta didik yang terdiri dari 21 putra dan 25 putri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah,observasi terbuka,
34
dokumentasi,
dan
tes
evaluasi.
Indikator keberhasilan
dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar yaitu nilai rata-rata 65 dengan ketuntasan belajar 75%. C. Kerangka Berpikir Pada
hakekatnya
pembelajaran
merupakan
proses
komunikasi antara guru dan peserta didik. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat berjalan dengan lancar. Bahkan proses komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian atau bahkan salah konsep. Melalui model diharapkan
peserta
pembelajaran
koopertaif
jigsaw
didik akan lebih termotivasi,
giat
belajar dan tidak beranggapan bahwa soal-soal pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel sulit, dan juga komunikasi antar peserta didik yang diperoleh dari kerja kelompok dapat menghapus perbedaan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai sehingga keengganan untuk saling bertanya dapat berkurang yang pada akhirnya peserta didik akan selalu ingat mengenai apa yang telah dipelajari selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik dapat
mengerjakan soal sistem
persamaan linear dua variabel dengan baik, dan pada akhirnya hasil belajar peserta didik akan meningkat.
35
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran jigsaw di kelas VIII A MTs NU 09
Gemuh,
Kendal
tahun
pelajaran
2014/2015
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. PTK (CAR-Classroom Action Research), yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan,
memperbaiki
kondisi
di
mana
praktek-praktek
pembelajaran dilakukan serta dilakukan secara kolaboratif.
1
Dalam penelitian tindakan kelas ini dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MTs NU 09 Gemuh yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Pucangrejo Gemuh (0294) 642335, Kabupaten Kendal, Kode Pos 51356.
1
Saminanto, Ayo Praktik PTK, Semarang: Rasail Media Group, 2012, hlm. 3.
37
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan: Siklus I
: 20-21 Oktober 2014
Siklus II
: 27-28 Oktober 2014
C. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 30 peserta didik terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan. D. Kolaborator Kolaborator adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII D MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal yaitu Ibu Laily Istiqomah, S.Pd. Adapun kolaborator bertugas untuk membantu pelaksanaan pembelajaran jigsaw dan memberikan masukan kepada peneliti. E. Siklus Penelitian Dalam hal ini peneliti membagi menjadi dua siklus karena apabila dalam pelaksanaan siklus I hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika tidak dapat meningkat, maka dapat dilakukan perbaikan-perbaikan pada tahap siklus II. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas mencakup 4 langkah yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),
pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection).
38
Siklus 1 1. Perencanaan (planning) Pada
tahap
ini
peneliti
melakukan
studi
pendahuluan terhadap kemampuan komunikasi peserta didik. Mempersiapkan materi dan instrumen yang dibutuhkan
yaitu
membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), membuat soal-soal tes untuk siklus I, membuat kunci jawaban, membuat kelompok peserta didik secara heterogen. 2. Tindakan (action) Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan jigsaw sebagai berikut: a. Guru menyiapkan RPP yang diperlukan. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Dengan metode ceramah dan tanya jawab guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. d. Guru membagikan Lembar Kerja untuk dikerjakan secara berkelompok, sebelumnya kelompok telah dibentuk secara heterogen. Kelompok ini disebut kelompok asal. e. Ketua
kelompok
dari
tiap-tiap
kelompok asal
membagi lembar kerja untuk dikerjakan oleh masingmasing anggota kelompoknya (setiap peserta didik dalam satu kelompok mendapat satu lembar kerja yang berbeda).
39
f. Anggota kelompok yang mendapatkan lembar kerja yang sama bertemu untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar isi dari lembar kerja dan cara menyelesaikan soal pada lembar kerja tersebut. (disini terbentuk sebuah kelompok lagi yang disebut sebagai kelompok ahli) g. Peserta didik dari kelompok ahli kembali ke masingmasing kelompok asalnya dan bergantian mengajar teman dalam satu kelompoknya h. Bersama dengan peserta didik, guru membahas soalsoal yang sudah dikerjakan. i. Bersama dengan peserta didik, guru mengoreksi jawaban dari masing-masing kelompok. j. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai skor nilai paling tinggi. k. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu. l. Guru memberikan tes di akhir siklus yang pertama. 3. Pengamatan (observation) Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap tingkat aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran di kelas secara individu maupun kelompok.
40
Pengamatan yang dilakukan adalah: a. Kehadiran peserta didik. b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan materi. c. Banyaknya peserta didik yang bertanya. d. Kerjasama dan komunikasi peserta didik dalam tim atau kelompok. e. Keaktifan peserta didik dalam mengemukakan ide,
pendapat,
dan
tanggapan,
menjawab
pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi kelompok. f.
Mengumpulkan data kemampuan peserta didik berdasarkan hasil evaluasi di akhir siklus pertama dan pelaksanaaan tugas yang diberikan guru.
4. Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes pada siklus I. Refleksi pada siklus I dilaksanakan segera setelah tahap implementasi dan observasi selesai dilaksanakan. Hasil refleksi siklus I ini akan digunakan sebagai acuan dalam menentukan pelaksanaan siklus II. Siklus II 1. Perencanaan (planning) Setelah merefleksikan dari hasil siklus I didapatkan kekurangan, untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I maka ditindaklanjuti perencanaan siklus II.
41
Kegiatan dalam tahap perencanaan pada siklus II ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Identifikasi
masalah
dan
evaluasi
masalah
pembelajaran
dengan
berdasarkan refleksi siklus I. b. Merancang
kembali
membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5 sampai 6 siswa secara heterogen. c. Guru
menyiapkan
kembali
instrumen
yang
diperlukan. d. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat soal-soal tes untuk siklus II, membuat kunci jawaban, membentuk kelompok peserta didik secara heterogen. 2. Tindakan (acting) Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran dengan jigsaw sebagai berikut: a. Guru menyiapkan RPP yang diperlukan. b. Guru mengecek kehadiran siswa. c. Dengan metode ceramah dan tanya jawab guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. d. Guru membagikan Lembar Kerja untuk dikerjakan secara berkelompok, sebelumnya kelompok telah dibentuk secara heterogen. Kelompok ini disebut kelompok asal.
42
e. Ketua
kelompok dari tiap-tiap
kelompok asal
membagi lembar kerja untuk dikerjakan oleh masingmasing anggota kelompoknya (setiap peserta didik dalam satu kelompok mendapat satu lembar kerja yang berbeda). f.
Anggota kelompok yang mendapatkan lembar kerja yang sama bertemu untuk mendiskusikan soal tersebut sampai mengerti benar isi dari lembar kerja dan cara menyelesaikan soal pada lembar kerja tersebut. (disini terbentuk sebuah kelompok lagi yang disebut sebagai kelompok ahli)
g. Peserta didik dari kelompok ahli kembali ke masingmasing kelompok asalnya dan bergantian mengajar teman dalam satu kelompoknya h. Bersama dengan peserta didik, guru membahas soalsoal yang sudah dikerjakan. i.
Bersama dengan peserta didik, guru mengoreksi jawaban dari masing-masing kelompok.
j.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai skor nilai paling tinggi.
k. Guru memberikan kuis untuk dikerjakan secara individu. l.
Guru memberikan tes di akhir siklus yang kedua.
43
3. Pengamatan (observasition) Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap tingkat aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran di kelas secara individu maupun kelompok. Pengamatan yang dilakukan adalah: a. Kehadiran peserta didik. b. Perhatian terhadap cara guru menjelaskan materi. c. Banyaknya peserta didik yang bertanya. d. Kerjasama dan komunikasi peserta didik dalam tim atau kelompok. e. Keaktifan peserta didik dalam mengemukakan ide, pendapat, dan tanggapan, menjawab pertanyaan, mengambil bagian dalam diskusi kelompok. f. Mengumpulkan
data
kemampuan
peserta
didik
berdasarkan hasil evaluasi di akhir siklus pertama dan pelaksanaaan tugas yang diberikan guru. 4. Refleksi (Reflection) Hasil yang diperoleh pada saat pembelajaran dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan sehingga peneliti mendapat kesimpulan. Diharapkan setelah akhir siklus II hasil belajar siswa akan lebih baik daripada sebelumnya atau dengan kata lain hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
44
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Tes Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2002:53). Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. 2. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data siswa kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2014/2015 yang akan diteliti serta data-data lain yang diperlukan.
G. Teknik Analisis Data 1. Analisa Data Analisa yang didapat menggunakan analisis deskriptif, yang disertai dengan analisis kualitatif untuk mendukung data di atas. Analisis ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a.
Untuk menghitung rata-rata nilai menggunakan rumus 𝑥=
𝑓 𝑛
Keterangan : 𝑥
= rata-rata nilai 𝑓 = jumlah nilai
𝑛
= jumlah siswa
45
b.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan belajar secara klasikal menggunakan rumus : P=
S N
x 100%
Keterangan : P = Persentase ketuntasan belajar S = Jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar N = Jumlah total siswa
H. Indikator Ketercapaian Penelitian Indikator ketercapaian penelitian jika nilai rata-rata kelas hasil belajar matematika pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel > 70, dengan ketuntasan belajar klasikal > 75% dari jumlah peserta didik.
46
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum MTs NU 09 Gemuh MTs NU 09 Gemuh terletak di Jalan Soekarno Hatta Pucangrejo Gemuh. Sekolah yang berdiri tahun 1984 ini memiliki visi mewujudkan generasi yang berilmu, berkualitas, bermasa depan dan peka terhadap lingkungan. Adapun cara untuk mewujudkan visi tersebut dibutuhkan misi yaitu mencetak peserta didik yang berkualitas dan berwawasan luas. Sekolah yang memulai aktivitas belajar mengajar mulai pukul 07.00 hingga 13.00 ini memiliki beragam ekstra kurikuler
yang menunjang kemampuan peserta didik.
Diantaranya ekstrakurikuler pramuka yang diwajibkan bagi perserta didik kelas VII. Ekstrakurikuler drumband, bola voli, menjahit, rebana, seni baca Al-Qur’an, dan english club. 2. Diskripsi Umum Sekolah a. Identitas sekolah 1) Nama Sekolah
: MTs NU 09 Gemuh
2) Tahun Berdiri
: 1984
3) Alamat sekolah
: Jalan Raya Soekarno Hatta
Pucangrejo Gemuh Kendal.
47
b. Tujuan 1) Tujuan Umum a) Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara sesuai tujuan pendidikan nasional. b) Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. 2) Tujuan Khusus a) Mencetak peserta didik yang berkualitas dan berwawasan luas. b) Membantu masyarakat desa Pucangrejo dan sekitar memperoleh pendidikan. c. Sasaran Semua kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mencetak manusia yang kreatif, sarana dan prasarana serta media pendidikan untuk mencapai proses kegiatan belajar mengajar yang relevan, efektif dan menyenangkan. B. Analisis Data Persiklus Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yakni, tahap pertama adalah pra siklus, tahap kedua adalah pelaksanaan siklus I, dan tahap terakhir adalah pelaksanaan siklus II. Pra siklus sebagai tahap awal penelitian dilaksanakan pada hari selasa tanggal 14 Oktober 2014. Dilanjutkan penerapan model pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan pelaksanaan tiap siklus yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru
48
mata pelajaran matematika yang lain, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pra Siklus Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan persiapan penelitian di MTs NU 09 Gemuh pada tanggal 14 Oktober 2014 . Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui hasil dokumentasi nilai peserta didik kelas VIII A tahun pelajaran 2013/2014 pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Ternyata dari daftar nilai tersebut, nilai rata-rata peserta didik masih dibawah nilai KKM. Peneliti menyimpulkan
bahwa
dalam proses
belajar
mengajar
matematika guru menggunakan metode ceramah yang bersifat monoton dalam menyampaikan materi pelajaran, selain itu masih terjadi komunikasi satu arah maksudnya peserta didik cenderung pasif dan rendahnya tingkat keberanian dalam bertanya sehingga kurang menguasai materi yang dipelajari. Dari proses pembelajaran tersebut peserta didik mengaku kesulitan dalam menangkap informasi, karena proses pembelajaran hanya berjalan satu arah. Peserta didik lebih suka bertanya atau belajar dengan teman sebayanya daripada bertanya pada guru secara langsung. Hal ini menyebabkan hasil belajar rendah pada pelajaran matematika khususnya materi sistem persamaan linear dua variabel belum mencapai KKM yaitu dengan nilai KKM 70.
49
Setelah
melakukan
kolaborasi
dengan
guru
matematika kelas VIII D yaitu Ibu Laily Istiqomah, S.Pd langkah selanjutnya ialah peneliti meminta persetujuan kepada kepala MTs NU 09 Gemuh yaitu Bapak Rochmat S, S.Pd.I, untuk melaksanakan penelitian. Diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Nilai Kondisi Awal (pra siklus) Peserta Didik
No
Nama
1
Achmad Lutfiana Afifudin
2
Aditya Nuruddien
3
Afiyyun Mumayyizah
4
Ahmad Sarifudin
5
Alfin Alifian
6
Annur Jauhar Al Harisi
7
Bahri Fadloli
8
Dona Wahyu Musthofa
9
Dzih Chilmaya
10
Evana Kurnia Sari
11
Fahada Yasaroh
12
Ghorizah Mahshunah
13
Hurullin Khoerotun Nisa'
14
Ida Nur Izza
15
Isrotul Fasikhah
16
Khofifatul Khusna
Nilai
Keterangan
60
Tidak Tuntas
60
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
55
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
71
Tuntas
62
Tidak Tuntas
68
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
73
Tuntas
65
Tidak Tuntas
60
Tidak Tuntas
72
Tuntas
70
Tuntas
50
No
Nama
17
Kholiq Mulia Syah Putra
18
Laili Kamaliyah
19
Luthfiana Ayunisa
20
Miftahul Jannah
21
Muafiqotul Azizah
22
Muflikatul Karomah
23
Mukhamad Rikza Ali
24
Nila Amilatul Azizi
25
Nuraini Safitri
26
Rokhmat
27
Siti Aeni Juniarti Nilai rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah nilai Ketuntasan klasikal
Nilai
Keterangan
72
Tuntas
60
Tidak Tuntas
72
Tuntas
70
Tuntas
60
Tidak Tuntas
60
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
60
Tidak Tuntas
68 65,07 73 55 1757 25,92%
Tidak Tuntas
2. Siklus I a. Perencanaan Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I. Kegiatan yang dilakukan adalah:
51
1) Membuat RPP, dengan indikator a.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara grafik, b.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara substitusi, c.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara eliminasi, d.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara gabungan eliminasi dan substitusi. 2) Membuat soal-soal tes siklus I. 3) Membuat kunci jawaban tes untuk siklus I 4) b.
Menyiapkan alat dokumentasi.
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan
tindakan siklus 1 sesuai dengan
langkah-langkah pokok pada rencana tindakan. Tindakan pada siklus 1 terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas materi pembelajaran,
sedangkan
pertemuan kedua pelaksanaan evaluasi siklus 1. No
Tanggal/Bulan
Alokasi Waktu
1
Senin, 20 Oktober 2014
11.40 – 13.00
2
Selasa, 21 Oktober 2014
07.10 – 08.30
Kegiatan Pertemuan I Menyampaikan materi dan penerapan metode Pertemuan II Memberikan tes evaluasi siklus I
52
Deskripsi
pelaksanaan
pembelajaran
adalah
sebagai berikut: Pertemuan 1 Pertemuan 1 dilaksanakan pada: Hari/Tanggal
: Senin, 20 Oktober 2014
Waktu
: 11.40 – 13.00
Materi
:
a.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara grafik, b.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara substitusi, c.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara eliminasi, d.) menentukan himpunan penyelesaian dengan cara gabungan eliminasi dan substitusi. Kegiatan
pembelajaran
diawali
oleh
guru
mengucapkan salam, dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Ketua kelas memimpin do’a, setelah selesai guru mengabsen peserta didik. Pada pertemuan pertama,
peserta didik masuk semua. Jadi
jumlah peserta didik 30 siswa. Setelah mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba mengingatkan kembali materi sebelumnya, persamaan linear satu variabel.
53
Setelah melakukan apersepsi, guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif type Jigsaw. Guru kelompok.
membagi
peserta
Dengan
didik
masing-masing
dalam 5 kelompok
beranggotakan 6 peserta didik. Setelah peserta didik berkelompok, guru membagikan lembar kerja ahli. Masing-masing peserta didik (anggota) mendapatkan 4 lembar kerja ahli. Setelah lembar kerja ahli dibagikan, masing-masing untuk
ketua kelompok
membagi anggotanya
mengerjakan lembar kerja ahli. Satu anggota
mengerjakan satu lembar kerja ahli. Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar
kerja
mendiskusikan
ahli
yang
lembar
sama
kerja
berkumpul
ahli
untuk
tersebut sampai
mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang
lainnya.
kerja ahli
Anggota
yang mengerjakan lembar
2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya.
54
Suasana menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi. Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk menyelesaiakan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan. Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil
diskusi kepada teman-temannya, dan seterusnya
sampai lembar kerja ahli 4. Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok
lain
untuk
bertanya
atau
memberikan
tanggapan. Namun, peserta didik tidak ada yang berani maju untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas, sehingga guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas.
55
Sebelum
mengakhiri
pembelajaran
guru
mengingatkan pada peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Setelah itu guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan dijawab serempak oleh peserta didik. Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada: Hari/Tanggal
: Selasa, 21 Oktober 2014
Waktu
: 07.10 - 08.30
Materi
: Evaluasi siklus 1 Kegiatan
pembelajaran
diawali
oleh
guru
mengucapkan salam, dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Ketua kelas memimpin do’a, setelah selesai, guru mengabsen peserta didik. Pada pertemuan kedua, peserta didik masuk semua. Jadi jumlah peserta didik 30 siswa. Setelah mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba mengingatkan kembali materi sebelumnya, yaitu tentang menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya guru memberikan soal evaluasi siklus 1. Pada evaluasi siklus 1 diikuti oleh semua peserta didik kelas VIII A, yakni sebanyak 30 peserta didik. Peserta
56
didik diberi waktu 60 menit untuk mengerjakan soal evaluasi.
Setelah
waktu
habis,
peserta
didik
mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam. Adapun hasil evaluasi siklus 1 peserta didik adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai Peserta Didik Hasil Evaluasi Siklus 1 No 1
Nama Achmad Farhan Ali
2
Ahmad Fahris Saefudin
3
Ahmad Shihab
4
Angga Aditya
5
Eka Nurhayati
6
Evita Rizky Amalia
7
Farah Rahman Liya
8
Fina Zahrotul Marwah
9
Himatul Ulya
10
Izzah Lin Nisa
11
Lilik Inarotut Darojah
12
Muhammad Samsul Hadi
13
Muthiatus Sholihah
14
Naili Inayatur Rohmaniyah
15
Nessya Aulia Yasmin Naja
Nilai
Keterangan
85
Tuntas
90
Tuntas
65
Tidak Tuntas
65
Tidak Tuntas
80
Tuntas
100
Tuntas
100
Tuntas
100
Tuntas
60
Tidak Tuntas
90
Tuntas
80
Tuntas
95
Tuntas
65
Tidak Tuntas
100
Tuntas
90
Tuntas
57
16
Nurul Afifah
17
Qoro Istifaroh
18
Rizal Budi Saputro
19
Rizka Rosdiana Ayuni
20
Rizkiyana Saputri
21
Rizqul Aufa
22
Septi Rizkya Ningrum
23
Siti Rofiqoh
24
Thoriq Baihaqi Firdaus
25
Tri Pradika Sidiq
26
Umi Maghfiroh
27
Uswatul Karomah
28
Wibowo Adi Saputra
29
Winda Tri Ardiangsih
30
Wulan Sava Kamilah Jumlah rata-rata ketuntasan klasikal
65
Tidak Tuntas
100
Tuntas
85
Tuntas
90
Tuntas
60
Tidak Tuntas
90
Tuntas
65
Tidak Tuntas
90
Tuntas
100
Tuntas
65
Tidak Tuntas
95
Tuntas
65
Tidak Tuntas
90
Tuntas
65
Tidak Tuntas
65 Tidak Tuntas 2455 81,83 63,33
Hasil evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata peserta didik sebesar 81,83 dengan ketuntasan belajar klasikal
63,33%.
Meski
begitu,
pendidik
perlu
meningkatkan lagi dalam pembelajaran. Nilai rata-rata ketuntasan kelas memang mengalami peningkatan. Tetapi
58
ketuntasan
klasikal
belum
mencapai
indikator
keberhasilan yaitu 75%. Hasil pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus I, adalah sebagai berikut: 1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran a) Peserta didik belum terbiasa secara berkelompok, sehingga
pelaksanaan
matematika dengan kooperatif
tipe
pembelajaran
model pembelajaran
jigsaw
belum terlaksana
secara optimal. b) Peserta didik masih takut untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, sehingga guru harus menunjuk terlebih dahulu peserta didik untuk maju mewakili kelompoknya masing-masing. c) Beberapa peserta didik masih ada yang pasif, tidak
mau
berdiskusi sehingga guru harus
menegurnya. d) Peserta didik belum bisa memaksimalkan waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas. 2) Hasil pengamatan aktivitas guru a) Guru belum paham betul langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran model kooperatif type jigsaw.
59
b) Guru belum terbiasa dalam membimbing peserta didik dalam diskusi. c) Guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini menyebabkan alokasi waktu tidak berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3) Hasil Refleksi (evaluasi siklus 1) Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I, peneliti bersama kolaborator berdiskusi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif
type
jigsaw
dan
menyimpulkan hal-hal yang masih kurang dalam siklus I dan perlu diadakan perbaikan adalah: a) Guru kurang menguasai skenario pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw belum lancar/optimal. b) Guru kurang memberikan bimbingan pada tiaptiap kelompok saat menyelesaikan masalah. c) Dalam mempresentasikan hasil diskusi, peserta didik masih saling tunjuk dengan yang lain. d) Masih ada beberapa murid yang pasif. e) Ada beberapa murid yang trouble maker dalam kelompoknya.
60
f) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Perencanaan perbaikan yang akan dilakukan oleh peneliti dan guru untuk pelaksanaan siklus II berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus I adalah sebagai berikut: a) Guru mempelajari lebih lanjut dan mamahami skenario pembelajaran siklus II b) Guru
akan
lebih
maksimal
dalam
membimbing peserta didik berdiskusi kelompok. c)
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar berani maju di depan kelas.
d) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran. e)
Guru memberikan peringatan kepada peserta didik yang trouble maker.
f) Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu dilakukan siklus II. 3. Siklus II Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa tujuan penelitian sudah tercapai, akan tetapi masih belum signifikan. Maka dilanjutkan pada siklus II. Hal-hal yang belum sempurna di siklus I diperbaiki pada siklus II.
61
a. Perencanaan Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran siklus II. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Membuat RPP, dengan indikator a) mengubah masalah sehari-hari ke dalam model matematika berbentuk sistem persamaan linear dua variabel. b) menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari
yang
berkaitan
dengan
sistem
persamaan linear dua variabel. 2) Membuat soal-soal tes siklus II sesuai dengan indikator. 3) Membuat kunci jawaban tes untuk siklus II. 4) Menyiapkan
alat
dokumentasi
untuk
mendokumentasikan proses pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Jadwal Pelaksanaan siklus II No
Tanggal/Bulan
Alokasi Waktu
1
Senin, 27 Oktober 2014
11.40 – 13.00
2
Selasa, 28 Oktober 2014
07.10 – 08.30
Kegiatan Pertemuan I Menyampaikan materi dan penerapan metode Pertemuan II Memberikan tes evaluasi siklus II
62
Deskripsi pelaksanaan tindakan pembelajaran adalah sebagai berikut: Pertemuan 1 Siklus II dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Senin, 27 Oktober 2014 Waktu
: 11.40 – 13.00
Materi
: 1)
Mengubah masalah sehari-hari ke dalam model
matematika
berbentuk
sistem
persamaan linear dua variabel. 2)
Menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.
Kegiatan
pembelajaran
diawali
oleh
guru
mengucapkan salam, dilanjutkan peserta didik menjawab salam dengan serempak. Ketua kelas memimpin do’a, setelah selesai, guru mengabsen peserta didik. Pada pertemuan kedua, peserta didik masuk semua. Jadi jumlah peserta didik 30 peserta didik. Setelah mengabsen, guru mulai membuka pelajaran dengan mencoba mengingatkan kembali materi sebelumnya, yaitu menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel dengan cara substitusi, eliminasi dan gabungan eliminasi dan substitusi. Guru meminta peserta didik untuk
63
mengerjakan soal-soal cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. Setelah melakukan apersepsi, guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw. Setiap anggota kelompok yang mengerjakan lembar
kerja
mendiskusikan
ahli
yang
lembar
sama
kerja
berkumpul
ahli
untuk
tersebut sampai
mengerti dan dapat menyelesaikannya dengan benar. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 berkumpul dengan anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 yang
lainnya.
kerja ahli
Anggota
yang mengerjakan lembar
2 berkumpul dengan anggota yang
mengerjakan lembar kerja ahli 2 yang lainnya, dan seterusnya. Suasana menjadi gaduh saat peserta didik berpindah tempat untuk berdiskusi. Setelah suasana kembali tenang, peserta didik mulai berdiskusi untuk menyelesaiakan lembar kerja ahli. Guru dan peneliti berkeliling mengawasi peserta didik dalam berdiskusi dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan.
64
Setelah menyelesaikan lembar kerja ahli, peserta didik kembali ke kelompok asalnya dan bergantian mengajarkan teman dalam satu kelompoknya. Anggota yang mengerjakan lembar kerja ahli 1 menjelaskan kepada teman-temannya sampai mengerti. Selanjutnya yang mengerjakan lembar kerja ahli 2 menjelaskan hasil
diskusi kepada teman-temannya, dan seterusnya
sampai lembar kerja ahli 4. Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok
lain
untuk
bertanya
atau
memberikan
tanggapan. Namun, peserta didik tidak ada yang berani maju untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas, sehingga guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas. Guru memberikan penguatan
kepada
kelompok
yang
berani
mempresentasikan ke depan kelas. Sebelum
mengakhiri
pembelajaran
guru
mengingatkan pada peserta didik bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan atau evaluasi dengan materi yang telah diajarkan. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam.
65
Pertemuan 2: Pertemuan kedua Siklus II dilaksanakan pada: Hari/Tanggal
: Selasa, 28 Oktober 2014
Waktu
: 07.10 - 08.30
Materi
: Tes evaluasi siklus 2 Guru mengawali pelajaran dengan salam, peserta
didik menjawab serempak. Setelah itu guru memastikan bahwa peserta didik sudah siap untuk melakukan evaluasi. Guru membagikan lembar soal kepada peserta didik. Pada evaluasi siklus II, guru memberikan soal dalam bentuk uraian. Pada evaluasi siklus II diikuti oleh semua peserta didik kelas VIIIA, yakni sebanyak 30 peserta didik. Peserta didik diberi waktu 60 menit untuk mengerjakan soal evaluasi. Setelah waktu habis, peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaan evaluasi mereka. Guru mengakhiri pelajaran dengan salam, kemudian peserta didik menjawab salam.
66
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Pada Siklus II No 1
Nama Achmad Farhan Ali
Nilai 90
Keterangan Tuntas
2
Ahmad Fahris Saefudin
90
Tuntas
3
Ahmad Shihab
75
Tuntas
4
Angga Aditya
75
Tuntas
5
Eka Nurhayati
85
Tuntas
6
Evita Rizky Amalia
100
Tuntas
7
Farah Rahman Liya
95
Tuntas
8
Fina Zahrotul Marwah
90
Tuntas
9
Himatul Ulya
75
Tuntas
10
Izzah Lin Nisa
90
Tuntas
11
Lilik Inarotut Darojah
85
Tuntas
12
Muhammad Samsul Hadi
90
Tuntas
13
Muthiatus Sholihah
75
Tuntas
14
Naili Inayatur Rohmaniyah
100
Tuntas
15
Nessya Aulia Yasmin Naja
90
Tuntas
16
Nurul Afifah
75
Tuntas
17
Qoro Istifaroh
90
Tuntas
18
Rizal Budi Saputro
90
Tuntas
19
Rizka Rosdiana Ayuni
85
Tuntas
20
Rizkiyana Saputri
75
Tuntas
21
Rizqul Aufa
90
Tuntas
22
Septi Rizkya Ningrum
75
Tuntas
67
No 23
Nama Siti Rofiqoh
Nilai 90
Keterangan
24
Thoriq Baihaqi Firdaus
100
Tuntas
25
Tri Pradika Sidiq
75
Tuntas
26
Umi Maghfiroh
95
Tuntas
27
Uswatul Karomah
75
Tuntas
28
Wibowo Adi Saputra
90
Tuntas
29
Winda Tri Ardiangsih
75
Tuntas
30
Wulan Sava Kamilah
80
Tuntas
Jumlah rata-rata ketuntasan klasikal
Tuntas
2565 85,50 100
Pada hasil evaluasi siklus II dapat diketahui nilai rata-rata kelas adalah 85,50 dengan ketuntasan klasikal 100%. Dengan ini hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator pencapaian. Baik secara rata-rata hasil belajar maupun ketuntasan klasikal. Hasil Pengamatan yang didapatkan oleh peneliti dalam siklus II, adalah sebagai berikut: 1) Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran a) Peserta didik sudah terbiasa secara berkelompok, sehingga pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw terlaksana lebih optimal.
68
b) Peserta didik sudah berani bertanya kepada teman kelompoknya dan guru mengenai materi yang belum dipahami. c) Sebagian besar peserta didik sudah terlihat aktif dalam proses pembelajaran. 2) Hasil pengamatan aktivitas guru a) Guru selalu memantau dan membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. b) Guru memotivasi peserta didik agar semua peserta didik terlibat aktif dalam diskusi. 3) Hasil Refleksi Berdasarkan
data
yang
diperoleh
dari
penelitian menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran berjalan baik, keaktifan dan hasil belajar meningkat dari siklus I. Keaktifan pada siklus II meningkat dikarenakan peserta didik diharuskan untuk mengajukan pertanyaan yang belum dipahami kepada teman kelompoknya, sehingga suasana kelas benar-benar hidup. Kalau tidak diharuskan demikian, peserta didik akan terus diam dan tidak berani mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami. Meningkatnya hasil belajar peserta didik ditandai dengan nilai rata-rata kelas telah mencapai lebih dari 75 dengan ketuntasan belajar klasikal
69
mencapai lebih dari 75% pada siklus II. Terbukti dengan tercapainya indikator keberhasilan penelitian baik dari segi rata-rata hasil belajar peserta didik dan ketuntasan belajar klasikal. Sehingga peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus III. C. Analisis Data Akhir Pembahasan penelitian tindakan kelas ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilanjutkan dengan hasil refleksi tiap siklus. Secara umum proses belajar mengajar yang berlangsung tiap siklus sudah berjalan baik. Langkah-langkah untuk menerapkan pembelajaran kooperatif type jigsaw dalam pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik meski belum sempurna. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus mengalami peningkatan dari segi kualitas. Secara terperinci pembahasan hasil penelitian pada setiap siklus dijabarkan sebagai berikut: 1. Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan hasil tes evaluasi pada pra siklus peserta didik diketahui nilai rata-ratanya adalah 65,07. Dan nilai tersebut masih dibawah KKM yaitu 70. Dari tabel 4.1 Diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 73, sedangkan nilai terendah adalah 55. Dengan ketuntasan belajar klasikal adalah 25,92%. Disinilah akar pemasalahan sehingga muncul gagasan
untuk menggunakan
pendekatan
pembelajaran
kooperatif type jigsaw materi sistem persamaan linear dua variabel.
70
a. Pra Siklus Berdasarkan pengalaman peneliti selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh, pelaksanaan pembelajaran matematika masih terpusat pada guru. Peserta didik menerima apa yang dijelaskan pendidik. Mereka tidak diberi kesempatan untuk menemukan konsep sendiri. Tidak tersedianya alat peraga membuat pendidik dalam menjelaskan materi, hanya menggunakan materi ceramah. Pada pra siklus ini masih terdapat peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. b. Siklus I Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw pada siklus I terjadi peningkatan. Baik dari segi rata-rata hasil belajar maupun secara klasikal. Namun, hasil ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan. Hal ini ditunjukan dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.4 Analisis Tes Evaluasi Peserta Didik Pra Siklus dan Siklus I No
Kriteria
1
Nilai rata-rata kelas
2
Persentase Klasikal
Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
65,07
81,83
25,92%
63,33%
71
Gambar 4.1 Grafik Tes Evaluasi Peserta Didik Pra Siklus Dan Siklus 1 Berdasarkan hasil test evaluasi siklus 1, nilai ratarata kelas mencapai 81,83 dengan peserta didik yang tuntas sebanyak 19 dan 11 peserta didik tidak tuntas. pada siklus ini diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 63,33%. c. Siklus II Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukan
adanya
peningkatan.
Perbaikan
yang
dilakukan mengacu pada hasil siklus I memberi dampak yang signifikan. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus II adalah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menunjukan peningkatan. Pendidik sudah memberi penjelasan secara terperinci dan melakukan perbaikan pada lembar kerja peserta didik sesuai hasil refleksi pada siklus I.
72
Pada siklus II rata-rata hasil belajar mencapai 85,50 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 100%. Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus II, menunjukkan indikator keberhasilan sudah tercapai. Dengan rata-rata hasil belajar kelas diatas 70 (KKM) dan ketuntasan belajar klasikal 75% dari jumlah peserta didik. Dari evaluasi siklus II diperoleh data hasil belajar sebagai berikut :
No 1 2
Tabel 4.5 Perbandingan Pencapaian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Pra Sikus Kriteria Siklus I Siklus II Nilai rata-rata 65,07 81,83 85,50 kelas Persentase Ketuntasan 25,92% 63,33% 100% Klasikal
Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Kelas Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
73
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
terhadap
penerapan
pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw pada materi sistem persamaan linear dua variabel di MTs NU 09 Gemuh, terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik kelas VIII A MTs NU 09 Gemuh dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel mengalami peningkatan yaitu dari prasiklus dengan nilai rata-rata 65,07 dengan ketuntasan belajar klasikal 25,92%, meningkat menjadi 81,83 dengan ketuntasan belajar klasikal 63,3% pada siklus I, dan pada siklus II rata-rata nilai peserta didik meningkat menjadi 85,50 dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 100%. B. Saran Berkaitan dengan pembahasan hasil penelitian, bahwa pendekatan
pembelajaran
kooperatif
type
jigsaw
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan kenyataan yang ada, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
74
1. Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw sesuai kebutuhan. 2. Pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw dapat menjadi motivasi, inovasi dan variasi dalam pembelajaran. Selanjutnya
para
guru
dapat
lebih
berkreasi
dalam
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3. Menurut pengamatan peneliti pendekatan pembelajaran kooperatif type jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar, untuk itu model pembelajaran tersebut bisa digunakan dalam strategi menyampaikan materi ajar sehingga peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. 4. Guru hendaknya senantiasa menciptakan atau membuat model pembelajaran memumbuhkan
yang
inovatif,
semangat
menyenangkan
peserta
didik
untuk
sehingga belajar
matematika. 5. Bagi peneliti selanjutnya, perlu memperhatikan beberapa hambatan yang mungkin terjadi pada saat penelitian antara lain pengelolaan kelas dan pola komunikasi dengan guru maupun peserta didik.
75
C. Penutup 1. Syukur alhamdulilah peneliti panjatkan. Setelah tahap demi tahap dilaksanakan, akhirnya penelitian skripsi sampai pada bagian akhir. Berbagai pengalaman dan pengetahuan baru terkait
pembelajaran
semakin
melengkapi
pengetahuan
peneliti, selanjutnya dapat dijadikan bekal bagi peneliti. 2. Sebagaimana sebuah pepatah, bahwa manusia tiada yang sempurna. Apa yang dihasilkan manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Begitupun dengan penelitian ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu, peneliti mohon maaf atas berbagai kekeliruan, kesalahan dan keterbatasan yang datang dari kesengajaan ataupun ketidaksengajaan. 3. Demikian, semoga skripsi ini memberi manfaat bagi perkembangan pendidikan dan pembaca secara keseluruhan. Peneliti mengucapkan terima kasih untuk apa saja dan siapa saja yang membantu dalam proses penelitian ini baik secara moral ataupun spiritual. Hingga akhirnya penelitian ini dapat selesai.
76
DAFTAR PUSTAKA Davies, Ivor K, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirdjo, Jakarta: CV. Rajawali, 1987. Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hidayah, Isti, (Analisis Kurikulum Matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI)), Modul Matematika; Training Of Trainer (TOT) Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Guru Pamong KKG MI Provinsi Jateng, Semarang: MDC Jateng, 2007. Hudaya, Herman, Strategi Belajar Matematika, Malang: Angkasa Raya, 1990. Komsiyah, Indah, Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2012. Lie Anita, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: PT Grasindo, 2005. Cet. 1 M. Aguston, Strategi Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2005. Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Mesir : Darul Fikr, t.t.
Morgan, Clifford T. dan Richard A. King, Introduction to Psychology, Tokyo: Grow Hill, 1971. Mutadi, (The Role Of Teacher Is As A Fellow Learner). loc.cit.,hlm.33. Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, Semarang : Balai Diklat Keagamaan Semarang, 2007. Saminanto, Ayo Praktik PTK, Semarang: Rasail Media Group, 2012. Sams Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Teras, 2010. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:Kencana, 2009. Seifert, Kelvin, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, Jogjakarta : IRCiSoD, 1983. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1998. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Poses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Algensindo, 2005. Suyitno, Amin, Bahan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Sertifikasi Guru-guru Pelajaran Matematika di SMP: Pemilihan Modelmodel Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, Semarang: UNNES, 2005.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Inovatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002. Y. Rustaman, Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia), 2003.