HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUMUR GALI DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI KELURAHAN BENDAN NGISOR KECAMATAN GAJAHMUNGKUR KOTA SEMARANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : Miftakhul Janah NIM. 6411411073
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015
i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Juni 2015 ABSTRAK
Miftakhul Janah Hubungan Karakteristik Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun 2015 xx + 111 halaman + 27 tabel + 10 gambar + 13 lampiran Keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dalam sumur gali sebagai Tempat Penampungan Air alamiah dapat dipengaruhi beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumur gali yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah sumur gali yang berada di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor sejumlah 123 sumur gali dan diperoleh 86 sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara letak sumur gali (p=0,020), keberadaan penutup sumur gali (p=0,021), tinggi air permukaan (p=0,036), bahan dinding sumur gali (p=0,033), pH sumur gali (p=0,017), pencahayaan (p=0,037) dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti, dan tidak ada hubungan antara kedalaman (p=0,349), penggunaan (p=0,271), kejernihan air (p=0,573), keberadaan tanaman (p=1,000) dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Saran, meningkatkan sanitasi sumur gali untuk mencegah nyamuk dapat berkembang biak.
Kata kunci : Aedes aegypti, Jentik nyamuk, Sumur gali Kepustakaan : 40 (1993-2014)
ii
Public Health Departement Sport Science Faculty Semarang State University June 2015
ABSTRACT Miftakhul Janah The Relation of Dug Wells Characteristics and Aedes aegypti Larvae Presense In Bendan Ngisor Village Gajahmungkur Subdistrict, Semarang City, 2015 xx + 111 pages + 27 tables +10 images + 13 attachments
The larvae exitence in dug wells where it is a place of collecting and saving water were influenced by some factors. The purpose of this study determined the characteristics of dug wells that could potentially become a breeding Aedes aegypti mosquito in Bendan Ngisor Village Gajahmungkur Subdistrict Semarang City, 2015. This type of research was explanatory research which using cross sectional approach. The population of this research were dug wells around the RW 01 Bendan Ngisor Village amount 123 dug wells and 86 samples. Simple Random Sampling was used to collecting the samples. The results showed that there were significant value for the variables location (p=0,020), the presence of surface cover (p=0,021), the presence of high water (p=0,036), material wall (p=0,033), pH (p=0,017), lighting (p=0,037) which there were a relationship with the presence of Aedes aegypti larvae. While for the variables depth (p=0,349), use (p=0,271), water purity (p=0,573), the plants (p=1,000) did not affect the presence of Aedes aegypti larvae in dug wells. Suggestions, improving dug wells sanitasion to prevent larvae growth.
Key words: Aedes aegypti , Mosquito larvae, Dug wells References : 40 (1993-2014)
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam daftar pustaka.
Semarang, Juni 2015
Peneliti
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ketekunan mengalahkan bakat, kepintaran bahkan jenius. Maka, orang-orang yang tekun akan menggapai cita-citanya, bahkan kalaupun cita-cita tersebut adalah memindahkan gunung, mengeringkan danau. (Tere Liye)
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak
(Slamet
(Rokhmah)
Darso)
tercinta
darma bhakti ananda
2. Almamaterku Unnes
vii
dan
sebagai
Ibu wujud
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun 2015” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Dr.H. Harry Pramono, M.Si, atas surat keputusan penetapan Dosen Pembimbing Skripsi dan atas ijin penelitian
2.
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes(Epid)., atas persetujuan penelitian
3.
Pembimbing Skripsi, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes., atas bimbingan, arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Penguji I Sidang Proposal Skripsi, Bapak Rudatin Windraswara, S.T, M.Sc., atas saran dan masukan salam perbaikan skripsi ini.
5.
Penguji II Sidang Proposal Skripsi, Ibu drh. Dyah Mahendrasari Sukendra, M.Sc., atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
viii
6.
Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bekal, bimbingan dan bantuannya.
7.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9.
Kepala Puskesmas Pegandan Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Lurah Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 11. Ayahnda Slamet Darso dan Ibunda Rokhmah, atas do‟a, pengorbanan dan motivasi baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 12. Kakak-kakak dan Adik-adikku, atas do‟a, motivasi dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 13. Sahabatku (Ika Setia, Dias Rahmasari, Afri Wahyu, Reni Lidya), atas bantuan, semangat dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini. 14. Teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas masukan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang,
Penulis
x
Juni 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i ABSTRAK ....................................................................................................... ii ABSTRACT ..................................................................................................... iii PERNYATAAN ............................................................................................... iv PERSETUJUAN .............................................................................................. v PENGESAHAN ............................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1
Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4
Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 10
1.5
Keaslian Penelitian ............................................................................... 11
1.6
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 16
1.6.1
Ruang Lingkup Tempat........................................................................ 16
1.6.2
Ruang Lingkup Waktu ......................................................................... 16
xi
1.6.3
Ruang Lingkup Keilmuan .................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 17 2.1
Landasan Teori ..................................................................................... 17
2.1.1
Demam Berdarah Dengue .................................................................... 17
2.1.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue ..................................................... 17 2.1.1.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue .................................................. 17 2.1.2
Vektor Demam Berdarah Dengue ........................................................ 18
2.1.2.1 Nyamuk Aedes aegypti ....................................................................... 18 2.1.2.2 Klasifikasi Aedes aegypti ................................................................... 19 2.1.2.3 Morfologi Aedes aegypti .................................................................... 19 2.1.2.4 Siklus Hidup Aedes aegypti ............................................................... 20 2.1.2.4.1 Stadium Telur .................................................................................... 21 2.1.2.4.2 Stadium Larva (Jentik) ...................................................................... 22 2.1.2.4.3 Stadium Pupa .................................................................................... 25 2.1.2.4.4 Stadium Nyamuk Dewasa ................................................................. 26 2.1.2.5 Penyebaran Nyamuk ........................................................................... 27 2.1.2.6 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti....................................................... 28 2.1.2.7 Ekologi Vektor .................................................................................... 31 2.1.2.8 Pengamatan Kepadatan Vektor ........................................................... 34 2.1.3
Sumur Gali ........................................................................................... 37
2.1.3.1 Pengertian Sumur Gali ......................................................................... 37 2.1.3.2 Macam-macam Sumur Gali ................................................................. 38 2.1.3.4 Persyaratan Kesehatan Sumur Gali ...................................................... 39
xii
2.1.3.5 Karakteristik Sumur Gali ..................................................................... 40 2.2
Kerangka Teori..................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 47 3.1
Kerangka Konsep ................................................................................. 47
3.2
Variabel Penelitian ............................................................................... 48
3.2.1
Variabel Terikat ................................................................................... 48
3.2.2
Variabel Bebas ..................................................................................... 48
3.3
Hipotesis Penelitian ............................................................................... 48
3.4
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .......................... 50
3.5
Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 54
3.6
Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 54
3.7
Sumber Data .......................................................................................... 57
3.8
Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ............................ 57
3.9
Prosedur penelitian ................................................................................ 60
3.10
Teknik Analisis Data ............................................................................. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 65 4.1
Gambaran Umum ................................................................................ 65
4.2
Hasil Penelitian ................................................................................... 66
4.2.1
Analisis Univariat............................................................................... 66
4.2.1.1 Keberadaan Jentik .............................................................................. 66 4.2.1.2 Letak Sumur Gali ............................................................................... 67 4.2.1.3 Keberadaan Penutup Sumur Gali ....................................................... 67 4.2.1.4 Kedalaman Sumur Gali ...................................................................... 68
xiii
4.2.1.5 Tinggi Air Permukaan Sumur Gali .................................................... 68 4.2.1.6 Bahan Dinding Sumur Gali ................................................................ 69 4.2.1.7 pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali ............................................ 69 4.2.1.8 Penggunaan Sumur Gali ..................................................................... 70 4.2.1.9 Kejernihan Air Sumur Gali ................................................................ 70 4.2.1.10 Pencahayaan Sumur Gali ................................................................... 71 4.2.1.11 Keberadaan Tanaman Sumur Gali ..................................................... 71 4.2.1.11 Alat Pengambilan Air ......................................................................... 71 4.2.2
Analisis Bivariat ................................................................................. 72
4.2.2.1 Hubungan antara Letak Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti....................................................................... 72 4.2.2.2 Hubungan antara Keberadaan Penutup Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 73 4.2.2.3 Hubungan antara Kedalaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti....................................................................... 74 4.2.2.4 Hubungan antara Tinggi Air Permukaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 75 4.2.2.5 Hubungan antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 76 4.2.2.6 Hubungan antara pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................. 77 4.2.2.7 Hubungan antara Penggunaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ...................................................................... 78
xiv
4.2.2.8 Hubungan antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................................................... 79 4.2.2.9 Hubungan antara Pencahayaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 80 4.2.2.10 Hubungan antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ......................................... 81 4.2.2.11 Hubungan antara Alat Pengambilan Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 83 4.2.3
Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 84
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 86 5.1
Pembahasan .......................................................................................... 86
5.1.1
Hubungan antara Letak Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti......................................................................... 86
5.1.2
Hubungan antara Keberadaan Penutup Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .......................................... 88
5.1.3
Hubungan antara Kedalaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti......................................................................... 90
5.1.4
Hubungan antara Tinggi Air Permukaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 92
5.1.5
Hubungan antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 94
5.1.6
Hubungan antara pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................. 96
xv
5.1.7
Hubungan antara Penggunaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 97
5.1.8
Hubungan antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 99
5.1.9
Hubungan antara Pencahayaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 101
5.1.10 Hubungan antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .......................................... 102 5.2
Hambatan dan Kelemahan Penelitian .................................................. 104
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 105 6.1
Simpulan .............................................................................................. 105
6.2
Saran .................................................................................................... 106
6.2.1
Bagi Tenaga Kesehatan ....................................................................... 106
6.2.2
Bagi Masyarakat.................................................................................. 107
6.2.3
Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 109 LAMPIRAN ..................................................................................................... 113
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian............................................................................. 11 Tabel 2.1 Perbedaan Jentik Aedes dengan JentikAnopheles, Mansonia dan Culex .................................................................................................. 23 Tabel 2.2 Perbedaan Jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus ...................... 25 Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran............................ 50 Tabel 4.1 Tabel Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Sumur Gali di Kelurahan Bendan Ngisor ............................................................. 66 Tabel 4.2 Distribusi Jenis Jentik yang ditemukan di Kelurahan Bendan Ngisor .................................................................................. 66 Tabel 4.3 Distribusi Letak Sumur Gali ............................................................. 67 Tabel 4.4 Distribusi Keberadaan Penutup Sumur Gali ..................................... 67 Tabel 4.5 Distribusi Kedalaman Sumur Gali .................................................... 68 Tabel 4.6 Distribusi Tinggi Air Permukaan Sumur Gali .................................. 69 Tabel 4.7 Distribusi Bahan Dinding Sumur Gali .............................................. 69 Tabel 4.8 Distribusi pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali .......................... 69 Tabel 4.9 Distribusi Penggunaan Sumur Gali ................................................... 70 Tabel 4.10 Distribusi Kejernihan Air Sumur Gali .............................................. 70 Tabel 4.11 Distribusi Pencahayaan Sumur Gali ................................................. 71 Tabel 4.12 Distribusi Keberadaan Tanaman Sumur Gali ................................... 71 Tabel 4.13 Distribusi Alat Pengambilan Air Sumur Gali ................................... 72 Tabel 4.14 Hasil Tabulasi Silang antara Letak Sumur Gali dengan xvii
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 72 Tabel 4.15 Hasil Tabulasi Silang antara Keberadaan Penutup Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 73 Tabel 4.16 Hasil Tabulasi Silang antara Kedalaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 74 Tabel 4.17 Hasil Tabulasi Silang antara Tinggi Air Permukaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ................... 75 Tabel 4.18 Hasil Tabulasi Silang antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 76 Tabel 4.19 Hasil Tabulasi Silang antara pH air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 77 Tabel 4.20 Hasil Tabulasi Silang antara Penggunaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 78 Tabel 4.21 Hasil Tabulasi Silang antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 79 Tabel 4.22 Hasil Tabulasi Silang antara Pencahayaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 81 Tabel 4.23 Hasil Tabulasi Silang antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 82 Tabel 4.24 Hasil Tabulasi Silang antara Alat Pengambilan Air Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 83 Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ................................................. 84
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti .................................................................... 20 Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti .............................................. 21 Gambar 2.3 Telur Nyamuk Aedes aegypti .......................................................... 22 Gambar 2.4 Jentik Nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 23 Gambar 2.5 Perbedaan Jentik Aedes, Anopheles dan Culex ............................... 24 Gambar 2.6 Perbedaan Aedes, Anopheles dan Culex .......................................... 25 Gambar 2.7 Pupa Aedes aegypti.......................................................................... 26 Gambar 2.8 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti ...................................................... 27 Gambar 2.9 Kerangka Teori ................................................................................ 45 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 46
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Keputusan Pembimbing ..................................................... 114 Lampiran 2: Surat dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearance)....................................................................... 115 Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ke Kesbangpol ........................ 119 Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol ............................ 120 Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Dinas Kesehatan Kota ......... 122 Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Ke Puskesmas Pegandan ........................................................................................ 123 Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Kelurahan Bendan Ngisor ... 124 Lampiran 8: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................... 125 Lampiran 9: Formulir Observasi dan Wawancara .............................................. 126 Lampiran 10: Rekapitulasi Hasil Penelitian........................................................ 128 Lampiran 11: Hasil Analisis Univariat ............................................................... 133 Lampiran 12: Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 136 Lampiran 13: Dokumentasi Penelitian ................................................................ 147
xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi prioritas masalah kesehatan mengingat sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Depkes RI, 2010). Menurut teori The Environmental of Health oleh Hendrik L. Blum yang dikutip dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003), membagi konsep sehat menjadi empat faktor yang berperan dalam status kesehatan. Empat faktor tersebut adalah faktor hereditas, faktor pelayanan kesehatan, gaya hidup, dan faktor lingkungan. Berdasarkan faktor tersebut, faktor lingkungan yang berperan terbesar dalam mempengaruhi status kesehatan . World Health Organization (WHO), memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang atau dua perlima populasi penduduk di dunia berisiko terserang DBD dengan estimasi sebanyak 50 juta kasus infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun. DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis (WHO, 2012). Data dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD tiap tahunnya (Depkes RI, 2010: 1).
1
2
Sepanjang tahun 2011 hingga 2013 dilaporkan kasus DBD di Indonesia menalami peningkatan yaitu 65.432 kasus DBD dengan Incident Rate (IR) 25,70/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,91%. Pada tahun 2012 terdapat 90.245 kasus (IR=37,27 per 100.000 penduduk) dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 112.511 kasus dengan IR DBD sebesar 45, 85 per 100.000 penduduk. Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu angka bebas jentik. Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun 2013 adalah 80,09% sehingga sampai tahun 2013 angka bebas jentik secara nasional belum mencapai target yang sebesar ≥ 95% tahun (Kemenkes RI, 2014:188). Penyakit ini juga menjadi permasalahan serius di Provinsi Jawa Tengah. Pada pada tahun 2012 Jawa Tengah terdapat angka kesakitan (IR) mencapai 19,29/ 100.000 penduduk dan CFR 1,52% , mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu mencapai 45,52/ 100.000 penduduk dan CFR 1,21 % dengan 15.144 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Angka kesakitan atau Incident Rate (IR) DBD di Kota Semarang tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari Incident Rate (IR) DBD Jawa Tengah dan Incident Rate (IR) DBD Nasional dimana tahun 2013 IR DBD Kota Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah ( Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, kasus Demam Berdarah di Kota Semarang sejak tahun 2011 hingga 2013 mengalami peningkatan dengan menunjukan angka IR =134,09 per 100.000 penduduk dengan CFR=1,14 %. Meskipun angka kejadian penyakit DBD Kota Semarang mengelami penurunan sebesar 31% pada tahun 2014 yaitu IR 92,43 per
3
100.000 penduduk, namun angka kematian DBD mengalami peningkatan yaitu 1,66%. Peningkatan kasus Demam Berdarah juga dapat diketahui dari penurunan Angka Bebas Jentik yang dapat digunakan sebagai indikator upaya pencegahan kasus Demam Berdarah di Kota Semarang yaitu pada tahun 2011 sebesar 85,04%, tahun 2012 sebesar 82,42% dan semakin menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar 79,19%. (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah penderita DBD di Kecamatan Gajahmungkur menunjukan jumlah sebesar 61 kasus dengan 4 orang meninggal (IR=91,85 per 100.000 penduduk dan CFR=6,56%) dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu 76%, dimana masih belum mencapai Angka Bebas Jentik (ABJ) nasional (≥95%). Sehingga IR DBD tingkat kecamatan menunjukan pada tahun 2013 Kecamatan Gajahmungkur masuk kedalam sepuluh besar kasus tertinggi di Kota Semarang (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013). Pengendalian tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti di Indonesia saat ini lebih banyak menitikberatkan pada penutupan dan lavarsidasi bak mandi, serta penguburan barang-barang bekas di sekitar rumah penduduk yang berpeluang sebagai penampung air hujan. Sementara penampung lainnya belum mendapat perhatian yang memadai, padahal peluang untuk dijadikan sebagai habitat Aedes aegypti cukup besar, seperti tempat minum burung, pot bunga, pelepah daun tanaman, talang air juga sumur (Gionar, 2001). Seiring dengan berkembangnya zaman, tempat perindukan nyamuk menjadi beragam. Meskipun keberadaan sumur gali hingga saat ini merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital, bagi sebagian besar penduduk, akan tetapi sumur gali
4
patut diwaspadai sebagai tempat perindukan nyamuk DBD sebagaimana diketahui, larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada media perindukan dari air got, sumur gali dan PAM (Sayono,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, diketahui bahwa sumur gali merupakan habitat yang penting sebagai tempat perindukan nyamuk. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sumur gali memiliki peluang yang besar sebagai habitat perindukan nyamuk. Sebanyak 35% dari sampel yang diteliti positif mengandung larva Aedes aegypti (Gionar, 2001). Bahkan sumber air kontainer menurut Damanik (2002) jenis sumber air yang paling disenangi nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat perkembangbiakannya adalah air sumur gali dan yang paling tidak di senangi adalah air PDAM. Menurut penelitian Fakhriadi, Rudi dkk tahun 2010 di Kota Banjarbaru bahwa faktor risiko kejadian DBD antara lain tingkat pengetahuan (OR= 7,875) dan tindakan tentang PSN (OR= 14,636), ketersediaan sumur gali (OR= 1,263) dan kepadatan hunian (OR= 8,143). Indeks pencegahan DBD perkotaan menurut penelitian Adialfian (2013) rata-rata diatas 5% baik pada air hujan, air sumur gali dan air selokan akan menimbulkan penyakit DBD dalam suatu wilayah tertentu dengan kemampuan adaptasi berkembang biak pada air sumur gali sebesar 16,54% pada stadium larva dan 33,32% stadium pupa. Berdasarkan bionomiknya, nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar yang berisi air bersih dan tenang (Badrah, 2011). Pada penelitian M. Hasyimi dan Soekirno (2004) menyatakan bahwa di daerah perkotaan habitat
5
nyamuk Aedes aegypti sangat bervariasi, tetapi 90% adalah wadah-wadah untuk keperluan sehari-hari seperti bak mandi, drum, tempayan, ember dan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Vietnam oleh Nguyen (2011) yaitu keberadaan kontainer penyimpanan air rumah tangga di Vietnam Selatan memiliki peluang 93 % sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti pada stadium larva instar III dan IV. Ada tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti pada kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kontainer, bahan kontainer, warna kontainer, letak kontainer, keberadaan penutup kontainer, adanya ikan pemakan jentik, kegiatan pengurasan kontainer dan kegiatan larvasidasi (Budiyanto, 2012). Sehingga karakteristik sumur gali sebagai sumber air juga dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik dari faktor sumur (letak, kedalaman, tipe) maupun faktor air sumur (kelembaban, pH, kandungan bahan organik, volume air). Nyamuk Aedes aegypti bertelur bukan pada air kotor atau air yang langsung bersentuhan dengan tanah, melainkan di dalam air tenang dan jernih. Menurut penelitian Hasyimi pada tahun 2009 menyatakan salah satu penyebab penampungan air menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tidak tertutupnya penampungan air tersebut. Penelitian oleh Hidayat C dkk (1997) tentang pengaruh pH air perindukan terhadap perkembangbiakan Aedes aegypti menunjukan bahwa ada pH air perindukan 7, lebih banyak didapati nyamuk daripada pH asam atau basa. Kelurahan Bendan Ngisor terdiri dari 5 RW dan 40 RT dengan jumlah penduduk mencapai 6.417 jiwa. Wilayah ini merupakan daerah perumahan dan
6
banyak di jumpai rumah kost. Hal tersebut disebabkan karena merupakan kompleks permukiman dan banyaknya rumah yang ditempati sebesar 1.069 rumah. Dalam hal pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kelurahan Bendan Ngisor masih menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih. Jumlah pengguna sumur gali di Kelurahan tersebut yaitu sebesar 391 sumur gali dan sebagian masih ada yang menggunakan air PAM dan ledeng dari mata air. Berdasarkan hasil survei pendahuluan untuk mengetahui keberadaan jentik nyamuk pada sumur gali di Kelurahan Bendan Ngisor pada 6 Februari 2015 terhadap 8 sumur gali yang tersebar di 8 RT di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor diperoleh 5 sumur gali yang positif jentik Aedes aegypti dan 3 sumur gali diantaranya tidak terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti. Sehingga keberadaan sumur gali di Kelurahan Bendan Ngisor dapat menjadi peluang perindukan jentik nyamuk Aedes aegypti. Hasil survei jentik berkala dalam pencegahan kasus DBD di Kelurahan Bendan Ngisor masih belum optimal terlihat pada angka bebas jentik selama tahun 2014 adalah hanya 76 % serta data kasus DBD tahun 2011 tidak terdapat kasus DBD, tahun 2012 (IR=12,35/100.000 penduduk) 2013 adalah 9 kasus (IR=117,17/100.000 penduduk) dan meskipun angka kejadian DBD di kota Semarang tahun 2014 mengalami penurunan, namun Kelurahan Bendan Ngisor masih mengalami peningkatan kembali tahun 2014 kasus yaitu berjumlah 14 kasus dengan 2 penderita meninggal dunia (IR=168,97/100.000 penduduk dan CFR=0,062) menduduki peringkat pertama tingkat Kecamatan Gajahmungkur (Puskesmas Pegandan, 2014).
7
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti survei tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti pada sumur gali untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Semarang tahun 2015. 1.2 1.2.1
RUMUSAN MASALAH Rumusan Masalah Umum Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat disusun
rumusan
masalah umum dari penelitian ini yaitu “Adakah hubungan antara
karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015” ? 1.2.2
Rumusan Masalah Khusus Berdasarkan rumusan masalah umum, dapat disusun rumusan masalah
khusus dalam penelitian ini yaitu : 1.
Adakah hubungan antara letak sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
2.
Adakah hubungan antara keberadaan penutup sumur gali
keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015? 3.
Adakah hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
8
4.
Adakah hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
5.
Adakah hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
6.
Adakah hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
7.
Adakah hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
8.
Adakah hubungan antara pH air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
9.
Adakah hubungan antara pencahayaan pada sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
10. Adakah hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
9
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan antara letak sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 2. Mengetahui hubungan antara keberadaan penutup sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 3. Mengetahui hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 4. Mengetahui hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 5. Mengetahui hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10
6. Mengetahui hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 7. Mengetahui hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 8. Mengetahui hubungan antara pH air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 9. Mengetahui hubungan antara pencahayaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 10. Mengetahui hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 1.4
MANFAAT HASIL PENELITIAN Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak
antara lain : 1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang Memberikan informasi dan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan bidang penyakit menular khususnya masalah pencegahan penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program pembrantasan penyakit menular (P2M)
11
1.4.2 Bagi Masyarakat Kelurahan Bendan Ngisor Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tempat-tempat perindukan nyamuk sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan informasi pada peneliti-peneliti selanjutnya dalam menentukan upaya pengendalian vektor DBD untuk dijadikan sebagai sumber dan bahan penelitian lainnya yang sejenis. 1.5
KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No
Judul penelitian
Nama peneliti
Tahun dan tempat penelitian
Rancangan penelitian
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Sumur sebagai habitat yang penting untuk perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti
Yoyo R.Gionar, Saptoro Rusmiart o, Dwiko Susapto, Iqbal R.F Elyazar, Michael J.Bangs
2001 Kecamatan Gondokusu man Kota Yogyakarta
1.
Cross sectional
Variabel penelitian (6)
Variabel bebas : Kontainer berupa sumur gali Variabel terikat : Kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti
Hasil penelitian (7)
a. Sumur gali terbukti sebagai habitat yang potensial untuktempat perindukan nyamuk Aedes aegypti b. Pada musim kemarau, sebanyak 31 sumur (31%) dari sampel yang diteliti positif mengandung pupa Aedes aegypti c. Pada musim penghujan, jumlah sumur yang positif Aedes aegypti meningkat secara
12
Lanjutan (tabel 1.1) (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
signifikan menjadi 51 % Sumur mewakili 25,8% (musim kemarau) dan 27% (musim penghujan) dari keseluruhan kontainer yang positif Aedes aegypti. d. Kedalaman sumur rata-rata 7,9±2,5 (musim kemarau) dan 6,3±2,2 (musim penghujan) dari keseluruhan sumur yang positif Aedes aegypti. e. Kedalaman air sumur rata-rata 1,2±0,3 (musim kemarau) dan 1,3±0,4 (musim penghujan) dari keseluruhan sumur yang positif Aedes aegypti. f. pH air sumur menujukan kurang lebih pada level netral yaitu berkisar pada pH 6,9-8,0 2.
Kemampuan adaptasi nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus dalam berkembang
Adifian, Hasanudin Ishak, Ruslan La Ane
2013 Laboratorium terpadu FKM UNHAS
Eksperimen Kuasi
Variabel bebas : penggunaan air selokan, air sumur gali dan air hujan Variabel terikat :
a. kemampuan adaptasi berkembang biak jenis Aedes aegypti sp. pada air hujan larva sebesar 13,12% dan pupa sebesar 16,66%, pada air sumur gali
13
Lanjutan (tabel 1.1) (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
biak berdasarkan jenis air
3.
Survei keberadaan jentik nyamuk Aedes spp
G. Palupi Susanti Said
2011 Kelurahan Bulusan Kota Semarang
Cross sectional
(6) kemampuan adaptasi Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Variabel bebas : Keberadaan sumur gali, jenis/spesies
(7) larva sebesar 16,54% dan pupa sebesar 33,32%,
pada air selokan larva sebesar 35,35% dan pupa sebesar 23,66% dan kemampuan adaptasi berkembang biak jenis Aedes albopictus pada air hujan larva sebesar 13,88% dan pupa sebesar 31,03%, pada air sumur gali larva sebesar 9,33% dan pupa sebesar 16,66%, pada air selokan larva sebesar 43,28% dan pupa sebesar 21,44%. b. Pemeriksaan pH, salinitas dan suhu pada tiga jenis air sumber air, 27 o C suhu pada air selokan, 26oC suhu pada air sumur gali dan 23oC pada air hujan. pH pada air selokan sebesar 6, pH pada air sumur gali sebesar 6 dan pH pada air hujan sebesar 5, pemeriksaan salinitas pada ketiga jenis air yaitu air selokan, air sumur gali dan air hujan sebesar 0
a. Ditemukan jentik nyamuk warga di Kelurahan Bulusan Kota
14
Lanjutan (tabel 1.1) (1)
(2) pada sumur gali milik warga di Kelurahan Bulusan Kota Semarang (Studi di wilayah kerja Puskesmas Rowosari Semarang)
(3)
4.
Karakteristik sumur yang mempenga ruhi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti di
Rahmat Budianto
(4)
(5)
2010 Cross Kota Metro sectional Provinsi Lampung
(6) jentik Aedes spp,jumlah nyamuk, jenis sumur gali , Keberadaan kebun, keberadaan jentik nyamuk Aedes Spp
Variabel bebas: Suhu dan pH air sumur, konstruksi dinding sumur, kedalaman dasar sumur,
(7) Semarang dari 35 sampel sumur gali ditemukan 17% yang positif jentik Aedes spp b.Berdasarkan jumlah sumur yang diperiksa, positif ditemukan jentik Aedes Spp sejumlah 18 ekor jentik diantaranya 2 ekor jentik dalam stadium pupa c. Spesies nyamuk Aedes Spp yang ditemukan pada sumur gali adalah Aedes albipictus d. Karakteristik sumur gali sebagai tempat perindukan nyamuk adalah sumur yang terbuka, dekat dengan kebun, dan terletak di luar rumah e. Sumur gali di Kelurahan Bulusan dapat menjadi tempat perkembangbiakn Aedes Spp. Variabel yang mempengaruhi keberadaan jentik di sumur adalah kedalaman dasar sumur OR = 0,426 (p=0,006), keberadaan bakteri Esherishia coli OR = 0,746
15
Lanjutan (tabel 1.1) (1)
(2) Kota Metro Prov. Lampung
(3)
(4)
(5)
(6) keberadaan ikan, keberadaan bakteri E coli, rasa air sumur, warna air sumur, bau air sumur, endemisitas daerah.Vari abel terikat: Keberadaan jentik di sumur
(7) (p=0,009) dan air sumur yang berasa OR = 1,1212 (p=0,038)
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Variabel penelitian pada penelitaian G Palupi Said (2012) adalah Keberadaan sumur gali, jenis/spesies jentik Aedes spp, jumlah nyamuk, jenis sumur gali, keberadaan kebun. Pada penelitian Rahmat Budianto tahun 2010 variabel yang digunakan adalah suhu dan pH air sumur, konstruksi dinding
sumur, kedalaman dasar sumur, keberadaan ikan,
keberadaan bakteri Esherichia coli, rasa air sumur, warna air sumur, bau air sumur, endemisitas daerah. Sedangkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah letak, keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air permukaan,
bahan
dinding,
tingkat
keasaman
(pH),
kejernihan,
penggunaan, pencahayaan serta keberadaan tanaman pada sumur gali.
16
2. Penelitian tentang karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti belum pernah dilakukan di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajamungkur Kota Semarang. 3. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya adalah metode penelitian deskriptif sedangkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey analitik yaitu mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. 4. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2015. 1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.6.1
Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
1.6.2
Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2015
1.6.3
Ruang Lingkup Keilmuan Dalam penelitian ini peneliti membatasi materi tentang hubungan
karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Bidang ilmu yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kesehatan lingkungan dan pengendalian vektor.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1 Demam Berdarah Dengue 2.1.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan (1) demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, (2) manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji tourniquet (rumple leede) positif, (3) trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100,000/µ ), (4) hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%) dan (5) disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali) (Depkes RI, 2010). Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang sering menjadi KLB karena vektor yang menjadi perantara penularnya memiliki sifat menggigit
berulang-ulang (multiple-bites). Demam berdarah dengue
menjadi penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat (Cecep Dani Sucipto, 2011: 47). 2.1.1.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue Penyebab DBD adalah virus dengue sebagai agen penyebab DBD disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Virus yang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
17
18
akan menimbulkan antiboti terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Virus ini memerlukan masa inkubasi selama 4-7 hari (Dantje T.Sembel, 2009:61). 2.1.2
Vektor Demam Berdarah Dengue Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti. Di tempat-tempat
tertentu seperti Amerika Serikat, Aedes albopictus juga menjadi vektor penyakit ini. Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam suatu siklus yang melibatkan manusia dan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk yang hidup aktif di siang hari dan lebih senang menghisap darah manusia (Dantje T.Sembel, 2009). 2.1.2.1 Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia yaitu terdapat virus dalam darahnya (Widoyono, 2008:61). Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik yang senang sekali kepada manusia. Nyamuk ini suka menggigit berulang kali. Nyamuk betina pembawa virus dengue sementara nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga atau tumbuh-tumbuhan (Frida N, 2008:10).
19
2.1.2.2 Klasifikasi Aedes aegypti Secara taksonomi, nyamuk Aedes aegypti dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Womack, M. 1993) : Filum
: Arthropoda
Kelas
: Hexapoda
Ordo
: Diptera
Subordo
: Nematocera
Famili
: Culicidae
Subfamili
: Culicinae
Genus
: Aedes
Spesies
: Aedes aegypti (Linnaeus, 1762)
2.1.2.3 Morfologi Aedes aegypti Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri dari atas kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen). Aedes aegypti mempunyai skutelum trilobi, palpus pada betina lebih pendek dari pada probosis. Ujung perut (abdomen) nyamuk betina biasanya runcing, cerci menonjol, tubuh berwarna gelap. Tanda khas Aedes aegypti berupa gambaran lyra pada bagian dorsal toraks (mesonotum) yaitu sepasang garis putih yang sejajar ditengah dan garis lengkung putih yang lebih tebal pada tiap sisinya. Probosis berwarna hitam, skutelum bersisik lebar berwarna putih dan abdomen berpita putih pada bagian basal dan ruas tarsus kaki belakang berpita putih (Saleha Sungkar, 2005).
20
Sayap bersisik hitam
Abdomen berpita putih
Probosis berwarna hitam
2,0 mm Gambar 2.1: Nyamuk Aedes aegypti (Sumber : Cecep Dani Sucipto, 2011) 2.1.2.4 Siklus Hidup Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti memiliki metamorfosis sempurna (holometabola). Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri atas telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Stadium telur hingga pupa perlu berada di lingkungan air, sedangkan stadium dewasa berada di lingkungan udara (Frida N, 2008:11). Dalam kondisi lingkungan yang optimum, seluruh siklus hidup ditempuh dalam waktu sekitar 7-9 hari, dengan perincian 1-2 hari stadium telur, 3-4 hari stadium larva, 2 hari stadium pupa. Dalam kondisi temperatur yang rendah siklus hidup menjadi lebih panjang. Siklus gonotropik dimulai sejak menghisap darah untuk perkembangan telur hingga meletakkan telur di tempat perindukan (WHO, 2005).
21
Gambar 2.2: Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti (Sumber : Sang Gede Purnama, 2010) 2.1.2.4.1 Stadium Telur Telur nyamuk Aedes aeypti biasanya dijumpai air jernih dan terlindung dari cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu atau hitam dengan ukuran ± 0,08 mm yang diletakkan satu persatu seperti sarang lebah. Telur biasanya berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari dindng perindukan (Frida N, 2008:11). Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -20 C sampai 420C. Namun bila kelembaban terlalu rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama sekurang-kurangnya 9 hari (Saleha Sungkar, 2008:265 ). Jika berada di tempat yang kering telur dapat terus bertahan hingga 6 bulan. Embrio dalam telur tersebut berada dalam keadaan tidur dan tidak akan
22
menetas menjadi jentik-jentik. Jika telur tersebut terendam air, akan menetas menjadi jentik (Frida N, 2008:12)
2.0 mm Gambar 2.3: Telur nyamuk Aedes aegypti (Sumber : Cutwa dan O‟Meara, 2006) 2.1.2.4.2
Stadium Larva (Jentik)
Larva yang berada didalam air dapat berusia antara 4-10 hari bergantung pada temperatur dan persediaan jasad renik sebagai makanannya. Perkembangan larva terdiri atas empat tahapan yang disebut instar (Frida N, 2008: 12) yaitu : 1) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Masa pertumbuhan pada tahapan ini adalah ± 1 hari. 2) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas dan corong pernafasan sudah berwarna hitam dengan masa pertumbuhan pada tahapan ini adalah ± 1-2 hari. 3) Larva instar III lebih besar sedikit dari larva instar II. Masa pertumbuhan pada tahapan ini adalah ± 2 hari.
23
4) Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Masa pertumbuhan pada tahapan ini adalah ± 2-3 hari. kepala toraks abdomen siphon
2.0 mm
Gambar 2.4: Jentik nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Rueda, 2004 ) Adapun perbedaan bentuk pertumbuhan pada stadium jentik (larva) nyamuk yang menjadi vektor seperti tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1: Perbedaan Jentik Aedes dengan Jentik Anopheles, Mansonia dan Culex Anopheles
Aedes
Culex
Mansonia
- Diletakkan pada dinding tempat air atau pada bendabenda yang terapung di permukaan air, satu persatu
-
Dipermukaan air, berpelampung, satu-satu atau saling berlekatan pada ujungnya
- Dibalik daun yang terapung di permukaan air, berbentuk Rozet (seperti mawar), mengelompok
-
Dipermukaa n air bergerombol berbentuk seperti rakit
- Berenang bebas di air
-
Berenang bebas di air
- Melekat pada akar tumbuhan di dalam air
-
Berenang bebas di air
- Ada
-
- Corong udara
-
corong
Tanpa corong
Ada corong
24
udara dengan pecten dan sekelompok bulu-bulu
udara, mempunyai bulu-bulu berbentuk kipas
pendek, tajam dengan ujung runcing dan ditusukkan pada akar tumbuhan air tanpa pectin
udara dengan pecten acus dan beberapa kelompok bulu-bulu
- Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air
-
Pada waktu istirahat sejajar permukaan air
- Pada waktu istirahat tetap melekat pada akar tumbuhan air
-
Pada waktu iatirahat membentuk sudut dengan permukaan air
- Banyak dijumpai pada genangan air dengan tempat tertentu (drum, bak, tempayan, kaleng bekas, pelepah pohon, dll)
-
Banyak dijumpai pada genangan air yang tidak terlalu kotor (rawa, sawah, ladang, dll).
- Banyak dijumpai pada genangan air dengan tumbuhan tertentu (pistia, eceng, dll).
-
Banyak dijumpai pada genangan air kotor (comberan, got, parit, dll).
Sumber : Ditjen PP& PL, 2007 Gigi pecten pada siphon dengan satu cabang
tanpa siphon
Gigi pecten pada siphon dengan kelomok berbulu-bulu
2.0 mm
Gambar 2.5: Perbedaan Jentik Aedes, Anopheles dan Culex (Sumber : Rueda, 2004)
25
Gambar 2.6: Perbedaan Aedes, Anopheles dan Culex (Sumber : Depkes RI, 2006 ) Tabel 2.2: Perbedaan Jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus Aedes aegypti -
Pada abdomen ke-8 terdapat satu baris sisik sikat (comb scale) yang pada sisi lateralnya terdapat duri-duri - Terdapat gigi pecten (pectin teeth) pad siphon dengan satu cabang - Sikat ventral memiliki 5 pasang rambut - Hidup domestik pada kontainer di dalam dan sekitar rumah
Aedes albopictus -
Sisi sikat (comb scale) tidak berduri lateral
-
Gigi pecten (pectin teeth) dengan dua cabang
-
Sikat ventral memiliki 4 pasang rambut Hidup dan berkembang di kebun dan semak-semak
-
Sumber : Ditjen PP&PL, 2007 2.1.2.4.3
Stadium Pupa
Pada tahap pupa ini, pupa berbentuk seperti “koma” lebih besar namun lebih ramping dibanding jentiknya. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.Gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Masa stadium pupa Aedes aegypti normalnya berlangsung antara
26
2 hari. Setelah itu pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina (Depkes RI, 2010). chepal
Gambar 2.7 Pupa Aedes aegypti (Sumber: Rueda, 2004 )
2.1.2.4.4
Stadium Nyamuk Dewasa
Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Stadium pupa kemudian biasanya nyamuk jantan muncul/keluar lebih dahulu, walaupun pada akhirnya perbandingan jantan–betina (sex ratio) yang keluar dari kelompok telur yang sama, yaitu 1 : 1. Setelah menetas nyamuk melakukan perkawinan yang biasanya terjadi pada waktu senja. Perkawinan hanya terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah (Depkes RI, 2010).
27
2.0 mm Gambar 2.8: Nyamuk Dewasa Aedes aegypti (Sumber : Erik Tapan, 2004)
2.1.2.4 Penyebaran Nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara, terutama di wilayah perkotaan. Penyebarannya ke daerah pedesaan dikaitkan dengan pembangunan sistem persediaan air bersih dan perbaikan sarana transportasi. Aedes aegypti merupakan vektor perkotaan dan populasinya secara khas berfluktuasi bersama air hujan dan kebiasaan penyimpanan air. Penyebaran nyamuk terbagi menjadi dua cara (Ditjen PP&PL, 2007) : a. Penyebaran aktif, jika nyamuk menyebar ke berbagai tempat menurut kebiasaan terbangnya b. Penyebaran pasif, jika nyamuk terbawa oleh angin atau kendaraan , sehingga bukan oleh kekuatan terbangnya sendiri. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh (Saleha Sungkar, 2008:266). Nyamuk jantan cenderung berkumpul di dekat tempat-tempat berkembangbiaknya. Keberadaan nyamuk
28
jantan yang cukup banyak merupakan indikasi adanya tempat perindukan disekitarnya (Ditjen PP & PL, 2007). 2.1.2.5 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaruh antara organisme hidup dengan lingkungannya yang dapat berupa kesenaangan pada tempat-tempat dan perilaku tertentu. Bionomik pada nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari empat stadium yaitu stadium telur, larva, pupa dan stadium dewasa meliputi : 1.
Tempat Perindukan Nyamuk (Breeding Habit) Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air.
Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam. Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah (Ditjen PP&PL, 2007). Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut (Depkes, 2010): a.
Tempat Penampungan Air (TPA) Penampungan ini biasanya dipakai untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, keadaan airnya jernih, tenang dan tidak mengalir, seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, tanki reservoir, ember, dan lain-lain.
b.
Bukan Tempat penampungan air (Non TPA)
29
Tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut, barang -barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). c. Tempat penampungan air alamiah Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat penampungan air seperti sumur, lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, dan lain-lain. 2.
Perilaku bertelur Jentik nyamuk Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas kemudian turun, kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air (Ditjen PP&PL, 2007). Setiap kali bertelur, nyamuk dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir. Telur dapat bertahan di tempat yang kering sampai berbulan-bulan pada suhu -2 0
C sampai 420C, dan ketika tempat tersebut tergenang dengan air atau
kelembaban tinggi, telur dapat menetas lebih cepat. Hal ini yang memungkinkan terjadinya KLB DBD di musim penghujan setelah kemarau (Frida N , 2008) 3.
Perilaku menggigit Kebiasaan menggigit nyamuk Aedes aegypti lebih banyak pada waktu siang
hari dari pada malam hari, lebih banyak menggigit pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00 dan lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar rumah. Tidak seperti nyamuk lain Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
30
menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat-tempat yang gelap dan lembab untuk beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti suka hinggap pada benda-benda yang tergantung, seperti kelambu, pakaian, kain dan lain sebagainya (Depkes RI, 2010). 4.
Kesenangan Istirahat (Resting Habit) Setelah menggigit, selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk
akan berkumpul di tempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum bagi setiap jenis nyamuk untuk beristirahat. Kesenangan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah atau kadang-kadang di luar rumah dekat dengan tempat perindukannya yaitu di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya (Dijen PP&PL, 2007). 5.
Jarak Terbang (Fight Range) Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan
selanjutnya ke tempat untuk beristirahat di tentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh (Saleha Sungkar, 2008:266). Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat
umum.
Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang sampai ketinggian daerah ± 1.000 m
31
dari permukaan laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembang baik, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut (Depkes RI , 2010). 2.1.2.6 Ekologi Vektor Ekologi vektor adaah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor dengan lingkungannya. Lingkungan vektor ada 3 macam yaitu lingkungan fisik, biologik dan sosial (Depkes RI, 2010). 1)
Lingkungan Fisik Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes aegypti
antara lain : a)
Tempat penampungan air Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air. Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam. Tempat penampungan ini terdiri dari tempat penempungan air (TPA) seperti macam kontainer dengan karakteristiknya, bukan tempat penempungan air (Non TPA) seperti tempat minum hewan, vas bunga, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, dan lain-lain), dan tempat penampungan air alamiah seperti sumur gali termasuk sumur disini adalah bahan dinding sumur, letak, keberadaan penutup, kebersihan air dan sebagainya.
32
b)
Ketinggian tempat Telah diketahui, tiap kenaikan 100 meter maka selisih suhu udara dengan
tempat semula adalah 0,50C. Bila perbedaan tempat cukup tinggi, maka perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan akan mempengaruhi faktorfaktor yang lain seperti penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk dan musim penularan (Depkes RI, 2007) c)
Curah Hujan Telur-telur yang diletakkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang pernah
menghisap darah penderita DBD atau seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue pada akhir musim hujan sebelumnya berpotensi untuk terinfeksi virus dengue secara transovarial dari induknya pada musim hujan berikutnya. Suhu yang panas menyebabkan daur hidup arthropoda menjadi lebih pendek sama dengan memendeknya periode inkubasi patogen, termasuk juga ketersediaan air sebagai tempat hidup larva (Cecep Dani Sucipto, 2011 :53). d)
Suhu Udara Nyamuk adalah binatang berdarah dingin dan karenanya proses-proses
metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahanperubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk adalah 250-270 C (Depkes RI ,2007). Nyamuk tidak dapat mengatur suhunya sendiri terhadap perubahan suhu di luar tubuhnya. Perkembangbiakan
33
nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 100C atau lebih dari 400C (Cecep Dani Sucipto, 2011:54). e)
Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi adalah antara 75%-93%. Kelembaban udara
mempengaruhi kebiasaan nyamuk meletakkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk tempat hinggap dan istirahat. Pada kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk menjadi pendek, tidak bisa menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar ludah sehingga tidak cukup untuk siklus perkembangbiakan virus dengue dalam tubuh nyamuk (Cecep Dani Sucipto, 2011:54). f)
Kecepatan Angin Angin sangat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11-
14 meter perdetik atau 25-31 mil per jam akan menghambat penerbangan nyamuk. Secara langsung angin akan mempengaruhi penguapan (evaporasi) air dan suhu udara (konveksi). Dalam keadaan udara tenang mungkin suhu tubuh nyamuk ada beberapa fraksi satu derajat lebih tinggi dari suhu lingkungan, bila ada angin evaporasi baik dan juga komveksi baik maka suhu tubuh nyamuk akan turun beberapa fraksi satu derajat lebih rendah dari suhu lingkungan (Depkes RI, 2007). 2)
Lingkungan Biologi Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
vektor dengue dengan menggunakan predator, contohnya memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan gupi, ikan mujair yang kemampuan dan efisiensinya
34
tergantung pada jenis penampungan airnya. Pertumbuhan larva dari instar ke instar dipengaruhi oleh air yang ada di dalam kontainer, pada kontainer dengan air yang lama biasanya terdapat kuman patogen atau parasit yang akan mempengaruhi
pertumbuhan
larva
tersebut.
Lingkungan
biologik
yang
mempengaruhi penularan DBD yang lain adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. 3)
Lingkungan Kimia Bahan kimia telah banyak digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti
sejak lama. Metode yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan lavarsida untuk membasmi jentik-jentiknya dan pengasapan untuk nyamuk dewasa. Pembrantasan jentik dengan bahan kimia dikenal dengan istilah abatisasi. Larvasida yang digunakan adalah temephos. Pengendalian nyamuk dewasa dengan insektisida dilakukan dengan sistem pengasapan. Pengasapan dilakukan dua siklus dengan interval satu minggu. 2.1.2.7 Pengamatan Kepadatan Vektor Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa survei yang di pilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik dan survei perangkap telur. Survei jentik di lakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang di periksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
35
1.
Cara Survei Jentik Survei jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.
Semua tempat atau bejana dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
b.
Untuk memeriksa tempat-tempat berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum dan penampung air lainnya. Jika pada pandangan pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
c.
Untuk memeriksa tempat penampungan alamiah seperti sumur, dapat dilakukan dengan alat bantu berupa funnel trap yang digunakan untuk mengambil air dalam sumur yang sulit di jangkau untuk memeriksa ada tidaknya jentik dengan mata telanjang. Perangkap nyamuk pradewasa yaitu pada stadium larva dapat digunakan perangkap yang dikenal dengan nama „perangkap corong‟ (funnel trap) karena salah satu komponen utamanya terbuat dari corong plastik. Perangkap corong hasil modifikasi US NAMRU-2 terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu (Gionar, 2001): 1)
Corong plastik putih dengan diameter 20 cm
2)
Botol plastik putih tertutup dengan kapasitas 1 liter
3)
Baut logam 420 gram sebagai pemberat
4)
Tambang plastik yang dikaitkan pada corong yang berfungsi untuk menurunkan perangkap ke dalam sumur dan mengambilnya kembali
36
Setiap perangkap dipasang di tiap sumur yang dipilih secara acak. Sebelum dimasukkan ke dalam sumur, botol diisi air hingga setengahnya, kemudian dilekatkan ke corong pasangannya dengan cara memasang tutupnya. Setelah itu dengan menggunakan tambang plastik, perangkap diturunkan ke dalam sumur hingga mencapai permukaan air, posisi corong berada di bagian bawah terendam air, sedangkan botol plastik ada di bagian atas. Sisa udara yang ada dalam botol plastik berfungsi sebagai pelampung. Perangkap corong ini berada di dalam sumur selama kurang lebih 24 jam larva dan pupa nyamuk akan terperangkap dan masuk ke dalam funnel trap tersebut. 2. Metode Survei Jentik Metode survei jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005) : a. Single Larva: Cara ini dilakukan pada setiap tempat penampungan air yang ditemukan ada jentik. Untuk memeriksa jentik ditempat agak gelap atau airnya keruh biasanya digunakan senter. Satu ekor jentik akan diambil dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai sampel, untuk pemeriksaan spesies jentik (identifikasi). Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil dan diberi label. Pemeriksaan jentik ini menggunakan pedoman kunci identifikasi nyamuk Aedes dari Ditjen PP&PL tahun 2008. b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik jentik di setiap genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD menggunakan cara visual.
37
2.1.3
Sumur Gali
2.1.3.1 Pengertian Sumur Gali Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah untuk air minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok (Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), 2002). Sumur gali merupakan sumber air bersih yang berasal dari lapisan kedua di dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya 5-15 meter kadang lebih dengan tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai serta dinding sumur minimal sedalam 3 m dari lantai dengan pengambilan air melalui tangan, pompa listrik atau ember ( Lud Waluyo, 2009:138). Sumur gali yang dipakai dikalangan masyarakat sebagian besar berupa sumur gali terbuka dengan menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan maupun untuk keperluan domestik rumah tangga. Air pada sumur gali juga berperan sebagai insekta yang menyebarkan penyakit pada masayarakat. Insekta demikian disebut vektor penyakit, salah satunya demam berdarah dengue. Telah diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti senang bertelur bukan pada air kotor atau air yang langsung bersentuhan dengan tanah, melainkan di dalam air tenang dan jernih. Air tenang dan jernih ini sering terdapat dalam vas bunga, drum, ember, ban bekas, kaleng bekas,dan barangbarang lainnya yang bisa menampung air hujan (Kasetyaningsih, 2006).
38
Pembrantasan vektor nyamuk saat ini secara kimia hanya dapat di benarkan dalam keadaan epidemi, karenanya pemeliharaan lingkungan air perlu diperhatikan dengan lebih seksama (Juli Soemirat Slamet, 2002). 2.1.3.2 Macam-macam Sumur Gali Sumur gali merupakan salah satu sumber air. Keberadaan sumber air ini harus di lindungi dari akivitas manusia ataupun hal lain yang dapat mencemari air (Lud Waluyo, 2009:137). Sumur gali memiliki tiga macam jenis yaitu : a. Sumur gali Beton Merupakan sumur gali yang memiliki kontruksi berupa dinding yang terbuat dari batu bata/batako/batu belah dan diplester semen b. Sumur gali Non Beton Merupakan sumur gali yang memiliki kontruksi cadas, selain mudah terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga kurang baik. c. Sumur gali Suntik Merupakan jenis sumur gali yang menggunakan pipa dengan kedalaman tertentu. Sumur gali sebagai sumber air bersih ini harus memiliki tempat (lokasi) dan kontruksi yang terlindungi dari drainase permukaan dan banjir. Sumur gali yang menyediakan air bersih bagi penduduk baik di kota maupun desa (Lud Waluyo, 2009), secara teknis sumur gali dapat di bedakan menjadi dua yaitu : a. Sumur Dangkal Sumur dangkal memiliki pojokan air yang berasal dari resapan air hujan dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Tingkat kedalaman
39
sumur dalam ini antara 5-15 meter dari permukaan tanah dengan kelemahan utama yaitu mudah terkontaminasi oleh air lmbah yang berasal dari kegiatan manusia maupun hewan. b. Sumur Dalam Air sumur dalam berasal dari lapisan air kedua didalam tanah dengan kedalaman diatas 15 meter dari permukaan tanah. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari sumur dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukup tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim. 2.1.3.3 Persyaratan Kesehatan Sumur Gali Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat kontruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman. Berikut ini adalah beberapa persyaratan sumur gali sebagai sarana air bersih (Lud Waluyo, 2009:138). 1)
Lokasi Lokasi penempatan biasanya berhubungan dengan jarak sumur gali dengan sumber pencemar. Agar sumur gali terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, air kotor, lubang galian untuk air limbah, kandang ternak, tempat pembuangan sampah dan sumbersumber pengotor lainnya. Jarak sumur minimal 11 meter dari sumber pencemar. Semakin dekat jarak sumur gali terhadap sumber pencemar, semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran.
40
2)
Lantai Lantai sumur harus kedap air minimal 1 meter dari sumur, tidak retak/bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air (kemiringan 1%-5%) dan ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat .
3)
Bibir sumur Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai yang dibuat dari bahan kuat dan rapat air. Tinggi bibir sumur ini di gunakan untuk melindungi sumur dari pencemaran sekitar sumur dan menjaga keamanan saat pengambilan.
4)
Dinding sumur Dinding sumur memiliki kedalaman minimal 3 meter dari lantai, terbuat dari bahan kedap air dan kuat agar tidak mudah retak/longsor (semen). Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri tidak dapat hidup dengan karakteristik hhidup pada jarak tersebut.
5)
Tutup sumur Jika pengambilan air sumur gali dengan tangan/ pompa listrik sumur harus di tutup rapat, namun jika pengambilan air dengan ember, harus ada ember khusus dengan talinya untuk mencegah pencemaran ember dan timba harus selalu berada di bagian atas atau digantung (tidak boleh diletakkan di lantai).
2.1.3.4 Karakteristik Sumur Gali Adapun karakteristik sumur gali yang dapat mempengaruhi keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti antara lain :
41
1)
Letak sumur gali Letak sumur gali merupakan keadaan dimana sumur gali diletakkan baik
didalam maupun di luar rumah. Hal ini memiliki peranan penting terhadap perindukan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan penelitian di Desa Saung Naga tahun 2005 mengenai letak kontainer didapatkan bahwa kontainer yang terletak di dalam rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat Aedes aegypti sebesar 75% (Milana Salim, 2005). Nyamuk Aedes aegypti lebih suka ditemukan di dalam gedung atau rumah dan nyamuk Aedes albopictus lebih senang beristirahat di luar gedung atau rumah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap karena kurangnya cahaya di dalam rumah sehingga udara di dalam rumah cenderung lembab (Budiyanto, 2011). 2)
Keberadaan Penutup Kegiatan PSN dengan penelolaan hidup yaitu 3M salah satunya dilakukan
adalah dengan menutup kontainer rapat-rapat agar nyamuk tidak dapat masuk untuk meletakkan telurnya (Depkes RI, 2005). Nyamuk Aedes aegypti akan mudah untuk meletakkan telurnya pada kontainer yang terbuka. Ada kecenderungan yang signifikan 84% kontainer yang terbuka menyebabkan nyamuk bebas masuk ke dalam kontainer untuk berkembangbiak sedangkan kontainer yang tertutup 7% terdapat jentik (Hasyimi dkk, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian G Palupi Said pada tahun 2011 yang melakukan survei keberadaan jentik nyamuk Aedes spp pada sumur gali menemukan bahwa sumur gali sebagai tempat perindukan nyamuk adalah sumur yang terbuka (tanpa penutup permukaan) Bahkan salah satu cara pencegahan
42
vektor Aedes aegypti di rumah tangga menurut Medronho (2009) adalah penggunaan penutup pada kontainer sebagai tempat penyimpanan air untuk mencegah kontainer menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. 3)
Kedalaman sumur gali Sumur gali merupakan sumber air bersih yang berasal dari lapisan kedua di
dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya 5-15 meter kadang lebih dengan tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai serta dinding sumur minimal sedalam 3 m dari lantai dengan pengambilan air melalui tangan, pompa listrik atau ember ( Lud Waluyo, 2009:138). Hasil penelitian di Yogyakarta oleh Gionar pada tahun 2001 menunjukan bahwa kedalaman sumur akan menjadi kendala bagi nyamuk Aedes aegypti untuk meletakkan telurnya. Aktivitas Aedes aegypti betina tidak akan terganggu apabila ingin meletakkan telurnya didalam sumur, apalagi kualitas air sumur umumnya sangat cocok untuk perkembangan larva dan pupa nyamuk. 4)
Tinggi air permukaan sumur gali Berdasarkan hasil penelitian oleh Gionar (2001) menunjukan bahwa adanya
peningkatan volume air sumur pada musim penghujan akan memperpendek jarak antara permukaan sumur dan permukaan air di dalam sumur sehingga lebih mempermudah bagi nyamuk betina untuk meletakkan telurnya di dalam sumur. Kewaspadaan terhadap sumur sebagai tempat perindukan nyamuk harus lebih di tingkatkan pada musim penghujan karena terbukti sumur yang mengandung Aedes aegypti pradewasa lebih meningkat dibandingkan pada musim kemarau.
43
5)
Bahan dinding sumur gali Dasar tempat air juga merupakan pilihan bagi nyamuk betina dewasa
dalam meletakkan telur-telurnya. Aedes aegypti lebih menyukai genangan air dengan dasar tempat air yang bukan tanah (Depkes RI,2007). Hasil penelitian Sungkar (1994) dalam Milana Salim (2005) tentang Pengaruh Jenis TPA terhadap Perkembangn Larva Aedes menunjukan bahwa larva yang terdapat pada kontainer dari keramik paling sedikit dibandingkan dengan kontainer yang terbuat dari semen atau drum. Pada kontainer yang berbahan dasar semen yang kasar, nyamuk betina lebih mudah mengatur posisi tubuh pada waktu meletakkan telur (Badrah 2011) . 6)
Derajat keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) air perindukan merupakan faktor yang sangat
menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Aedes aegypti dimana larva akan mati pada pH ≤3 dan ≥12 (Sayono, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Gionar (2001) juga menyimpulkan bahwa sumur untuk tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti pada derajat keasaman (pH) pada kisaran netral yaitu merupakan kondisi pH yang nyaman bagi jentik Aedes aegypti untuk dapat hidup dalam air sumur yaitu 6,9-8,0. Hidayat C dkk (1997) dalam penelitiannya tentang pengaruh pH air perindukan terhadap perkembangbiakan Aedes aegypti menyebutkan bahwa pada pH air perindukan 7, lebih banyak didapati nyamuk dari pada pH asam atau basa.
44
7)
Penggunaan sumur gali Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna
gelap terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar yang berisi air bersih dan tenang (Badrah, 2011). Sumur gali sebagai sumber air bersih yang digunakan akan berbeda dengan air sumur yang tidak digunakan. Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan pada genangan air yang tidak mengalir seperti sumur. Pada air sumur yang masih digunakan, telur-telur nyamuk akan dapat musnah karena gerakan-gerakan air yang menenggelamkan atau melemparkannya ke permukaan tanah yang kering sehingga telur-telur itu akan kering oleh panas matahari (Depkes RI, 2007). 8)
Kejernihan air sumur gali Berdasarkan bionomiknya, nyamuk Aedes aegypti memang suka
meletakkan telurnya pada air yang jernih dan tidak suka meletakkan telurnya pada air yang kotor/ keruh serta bersentuhan langsung dengan tanah (Depkes RI, 2007). Menurut penelitian Syahribuan, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa Aedes aegypti dapat hidup dan berkembangbiak pada kondisi air sumur yang bersih atau kotor Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sangat dekat dengan manusia yang menggunakan air bersih sebagai kebutuhan sehari-hari (Badrah, 2011). 9)
Pencahayaan Nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan-genangan air yang terlindungi
oleh karena itu berkembang biak di tempat-tempat penampungan air di dalam rumah karena kondisi rumah yang gelap disebabkan kurangnya cahaya di dalam rumah (Depkes RI, 2007). Menurut teori WHO yang di kutip oleh Tur Endah dan
45
Widya Harry (2010), bahwa intensitas cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi bionomik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penular demam berdarah yaitu intensitas cahaya yang rendah (≤ 50 lux) merupakan kondisi yang baik bagi nyamuk. 10) Keberadaan tanaman Jentik nyamuk Aedes aegypti memiliki karakteristik yang berbeda dengan jentik nyamuk yang lainnya, yaitu dapat tinggal lama di bawah permukaan air. Adanya tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan nyamuk antara lain sebagai tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari makan dan tempat berlindung bagi jentik. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada tumbuh.tumbuhan yang terapung atau menjulang di permukaan air (Depkes RI, 2007).
46
2.2
KERANGKA TEORI
Lingkungan Fisik
Karakteristik sumur gali
- Tempat Penampungan Air (TPA)
1. Letak sumur gali 2. Keberadaan penutup
- Ketinggian tempat
permukaan sumur gali
- Suhu Udara
3. Kedalaman sumur gali
- Kelembaban Udara
4. Tinggi air permukaan
- Curah hujan
sumur gali
- Kecepatan Angin
5. Bahan dinding sumur gali 6. Tingkat keasaman (pH) sumur gali
Lingkungan Biologi
7. Penggunaan sumur gali
-
Tanaman hias
8. Kejernihan air sumur gali
-
Tanaman pekarangan
9. Pencahayaan sumur gali
-
Ikan pemakan jentik
10. Keberadaan tanaman
Lingkungan Kimia - Lavarsidasi - Pengasapan (fogging)
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti
Gambar : 2.9 kerangka Teori ( Sumber : G Palupi Said 2012, Budiyanto 2012, Yoyo R Gionar 2001, Ririh Yudhastuti 2005,Soekidjo Notoatmodjo 2003, Depkes RI 2007 )
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEP
Variabel Bebas : 1. Letak sumur gali Variabel Terikat :
2. Keberadaan penutup permukaan sumur gali
Keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti
3. Kedalaman sumur gali 4. Tinggi air permukaan sumur gali 5. Bahan dinding sumur gali 6. Tingkat keasaman (pH) sumur gali 7. Penggunaan sumur gali 8. Kejernihan air sumur gali 9. Pencahayaan sumur gali 10. Keberadaan tanaman
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
Keterangan : Variabel yang diteliti
47
48
3.2 3.2.1
VARIABEL PENELITIAN Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009:39). Variabel bebas dalam penelitian ini karakteristik sumur gali yang meliputi letak, keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air permukaan, bahan dinding, tingkat keasaman (pH), penggunaan, kejernihan, pencahayaan dan keberadaan tanaman pada sumur gali. 3.2.2
Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:39). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti 3.3
HIPOTESIS PENELITIAN
3.3.1
Hipotesis Mayor Ada hubungan antara karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015. 3.3.2
Hipotesis Minor Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Ada hubungan letak sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
49
2.
Ada hubungan keberadaan penutup sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3.
Ada hubungan kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
4.
Ada hubungan tinggi air permukaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
5.
Ada hubungan bahan dinding sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
6.
Ada hubungan penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
7.
Ada hubungan kejernihan air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
8.
Ada hubungan derajat keasaman (pH) air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
50
9.
Ada hubungan pencahayaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10.
Ada hubungan keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3.4 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No (1)
1.
2.
Variabel (2) Variabel bebas : Letak sumur gali
Keberadaan penutup sumur gali
Cara ukur (3)
Alat ukur (4)
Peletakan atau posisi dari sumur gali yang berada di rumah responden. Letak sumur yang berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah dalam rumah.
Formulir Observasi
Ada tidaknya penutup sumur gali yang terdapat di dalam maupun di luar rumah responden. Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah sumur gali tanpa penutup.
Formulir observasi
Hasil ukur (5)
0=Dalam rumah 1=Luar rumah (Depkes RI, 2007)
Skala (6)
Ordinal
0= Tanpa Ordinal penutup (terbuka atau masih ada celah) 1= Ada penutup (Tertutup rapat tanpa ada celah) (Depkes RI, 2007)
51
Lanjutan (tabel 3.1) (1) 3.
(2) Kedalaman sumur gali
4.
Tinggi Air Permukaan sumur gali
5.
Bahan dinding sumur gali
(3) kedalaman sumur gali dari dasar sumur gali hingga permukaan sumur gali yang terdapat di dalam maupun di luar rumah responden. Sumur gali yang berisiko terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti adalah sumur gali kedalaman ≤ 5 meter Ketinggian air sumur gali dari dasar sumur hingga permukaan air sumur gali yang terdapat di dalam maupun di luar rumah responden. Sumur gali yang berisiko terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti adalah sumur gali kedalaman ≤ 3 meter
(4) Meteran
(5) (6) 0=Kedalaman ≤ 5 Ordinal meter 1=Kedalaman 5,1-10 meter 2=Kedalaman 10,1-15 meter 3=Kedalaman >15 meter
Meteran
0=Kedalaman ≤ 3 meter 1=Kedalaman>3 meter (Gionar, 2001)
Bahan dari Sumur gali yang didalam maupun di luar rumah responden. Bahan dasar sumur gali yang
Formulir Observasi
Ordinal
0=Semen Ordinal 1=Tanah (Milana salim, 2005)
52 Lanjutan ( tabel 3.1) (1)
(2)
6.
Tingkat keasaman (pH) sumur gali
7.
Penggunaan sumur gali
8.
Kejernihan air
(3) berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah semen. Tingkat yang menujukan asam atau basanya suatu larutan. Derajat keasaman (pH) Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah pada pH optimum : 6,98,0) Keadaan sumur gali yang terdapat di dalam maupun di luar rumah responden yang masih digunakan atau tidak digunakan. Kondisi Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah pada sumur gali sudah tidak digunakan Keadaan air sumur gali yang menunjukan kondisi air berupa jernih atau keruh pada
(4)
(5)
(6)
pH meter
0=Optimum (6,9-8,0) 1=Tidak optimum (<6,9 dan > 8,0) (Russel, 1996)
Formulir observasi
0=Sumur gali Ordinal tidak digunakan 1=Sumur gali masih digunakan (Depkes RI, 2007)
Secchi disk
0=Jernih 1=Keruh (Depkes RI, 2007)
Ordinal
Ordinal
53 Lanjutan ( tabel 3.1) (1)
(2)
9.
Pencahayaan
10.
Keberadaan tanaman
(3) sumur gali yang terdapat di dalam maupun di luar rumah responden Kondisi air Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegypti adalah sumur gali yang jernih Intensitas pencahayaan yang masuk kedalam sumur gali terdapat di dalam maupun di luar rumah responden.Kond isi air Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegpti adalah ≤ 50 lux Kondisi terdapat tanaman yang terapung atau menjulang di permukaan air. Sumur gali yang berisiko terdapat jentik Aedes aegpti adalah sumur gali yang terdapat tanaman yang terapung atau menjulang di permukaan air
(4)
(5)
Lux meter
0=Pencahayaan ≤50 lux 1=Pencahayaan> 50 lux (Tur Endah dan Widya Harry ,2010)
Formulir Observasi
0=Ada 1=Tidak ada (Depkes RI, 2007)
(6)
Ordinal
Ordinal
54
Lanjutan ( tabel 3.1) (1) 11.
3.5
(2) Variabel Terikat :Keberadaan Jentik nyamuk Aedes Aegypti
(3)
Suatu kondisi dimana positif jentik Aedes aegypti jika dalam sumur gali terdapat jentik dan negatif jentik Aedes aegypti jika tidak ditemukan jentik pada sumur gali dilihat dengan cara single larvae
(4)
(5)
Funnel traps 0=Positif 1=Negatif (Depkes RI, 2010)
(6)
Ordinal
JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis explanatory research (penelitian penjelasan)
dengan metode survey yang menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada satu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 37). 3.6
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:117). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumur gali yang ada di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur sebesar 123 sumur gali.
55
3.6.2
Sampel
3.6.2.1 Jumlah Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus:
d2(N-1) +
M P(1-P)
Keterangan: n = besar sampel N = populasi, jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 123 sumur gali -
=
derajat kepercayaan 95% (1,96)
d = nilai presisi. Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna 5% (0,05) P = perkiraan proporsi paparan pada populasi Dalam hal ini digunakan P=24% = 0,24. Berdasarkan hasil pemantauan jentik rata-rata ABJ sebesar 76%. Berarti rumah positif jentik sebesar 24%. (Issac dan Michael)
n=
85, 25 0,305 +0,693 sumur gali
56
3.6.2.2 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:82). Adapun subjek penelitian ini, yaitu ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian ini adalah sumur gali yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang diambil dari 123 sumur gali di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:130). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1) Rumah yang terletak di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur 2) Rumah yang terdapat sumur gali 3) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:130). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Rumah penduduk yang tidak mengizinkan sumur galinya di periksa.
57
3.7
SUMBER DATA
3.7.1
Data Primer Data primer yaitu bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh
peneliti
(Eko
Budiarto,
2002:5).
Pengambilan
data
dilakukan
dengan
menggunakan teknik observasi langsung dan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui jumlah sumur gali dan karakteristik sumur gali masyarakat. 3.7.2
Data Sekunder Data sekunder yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari
orang lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2002:5). Data sekunder diambil dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang Kejadian Demam berdarah dengue dan Puskesmas Pegandan tentang Kejadian Demam berdarah dengue di Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. 3.8
INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah funnel trap,
kuesioner survei
pendahuluan, lembar observasi
dan wawancara serta
dokumentasi 3.8.1
Funnel trap Funnel trap adalah suatu alat yang digunakan sebagai perangkap jentik
dan pupa. Alat ini digunakan untuk menangkap jentik nyamuk atau pupa di dalam sumur gali yang sulit dijangkau dengan cara survei jentik atau pupa dengan single larva atau atau visual dengan pandangan mata. Alat ini sederhana dan dapat dibuat dengan mudah serta relatif murah. Funnel trap dapat digunakan untuk menangkap jentik atau pupa nyamuk Aedes aegypti di sumur gali yang terdiri dari
58
4 komponen yaitu corong plastik, botol plastik putih, pemberat dan tambang plastik sebagai alat untuk menurunkan perangkap dan mengambilnya kembali dari sumur. 3.8.2
Kuesioner survei pendahuluan Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,
dimana responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Kuesioner ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keberadaan dan karaktetristik sumur gali (kepemilikan sumur gali, letak, keberadaan penutup, penggunaan) yang dimiliki masyarakat di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. 3.8.3
Lembar Observasi dan Wawancara Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis,
yaitu lembar survei pendahuluan dan lembar survei entomologi. Lembar survei pendahuluan berisi tentang daftar sumur gali yang positif jentik sedangkan lembar survey entomologi berisi tentang daftar sumur gali positif jentik dan karakteristik sumur gali. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui tentang penggunaan sumur gali masyarakat. 3.8.4
Dokumentasi Metode
dokumentasi
adalah
metode
pengumpulan
data
dengan
menggunakan berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan objek penelitian. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berasal dari studi pendahuluan dan eksperimen funnel trap di sumur gali, data jumlah kasus DBD,
59
IR DBD, CFR DBD, Angka Bebas Jentik (ABJ) dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Puskesmas Pegandan Kota Semarang serta data monografi Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajamungkur Kota Semarang. 3.8.5
pH meter pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) air sumur
gali. Pengukuran dilakukan dengan cara menyalakan pH meter pada tombol “on”, kemudian kalibrasi pada pH netral (pH=7), kemudian mencelupkan pH meter ke dalam air sumur gali dan di amati hingga terjadi muncul angka pH pada layar 3.8.6
Meteran Alat meteran dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kedalaman
dan tinggi air permukaan sumur gali. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan meteran kedalam sumur gali dengan diberi pemberat tali untuk kemudian di hitung panjangnya tali hingga dasar sumur gali dan permukaan air sumur gali hingga bibir sumur gali yang diteliti. 3.8.7
Secchi Disk Secchi disk adalah instrumen alat sederhana yang digunakan untuk
mengukur kejernihan air. Alat ini berupa lempengan yang diberi warna pada permukaan cakram dengan mengggunakan 2 warna yaitu hitam dan putih, dengan bentuk arsiran 4 bagian pada cakram. Secchi disk dipasang pada tiang atau tali dan kemudian di turunkan perlahan-lahan kedalam air. Jika secchi disk tidak terlihat secara jelas antara perbedaan kedua warna, maka dapat di simpulkan bahwa air tersebut tidak jernih..
60
3.8.8
Lux meter Lux meter digunakan untuk mengukur intesitas pencahayaan yang ada
pada sumur gali. Pengukuran dilakukan pada bidang datar ditengah atas sumur gali dengan ketinggian 50-100 cm dari lantai. 3.9 PROSEDUR PENELITIAN 3.9.1
Pra Penelitian Pada prosedur penelitian ini di awali dengan pembuatan funnel trap.
Adapun alat dan bahan pembuatan funnel trap adalah sebagai berikut : 1)
Botol air mineral
2)
Corong
3)
Tali
4)
Plastik kecil
5)
Batu
6)
Gunting
7)
Baut kecil Prosedur pembuatan funnel trap adalah sebagai berikut :
1)
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2)
Memasukkan mulut corong kedalam mulut botol air mineral
3)
Merekatkan mulut corong dengan mulut botol air mineral dengan baut
4)
Memasukkan batu kedalam plastik putih kecil sebagai pemberat dan ikatkan menggunakan tali pada leher botol yang sudah terdapat corongnya.
5)
Memasukkan perangkap kedalam sumur yang telah diikatkan dengan tali hingga mencapai permukaan air.
61
3.9.2
Pelaksanaan Penelitian Setelah melakukan tahap pra penelitian dan diperoleh sampel penelitian,
maka dilakukan tahap pelaksanaan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Memastikan responden bersedia agar sumur gali tersebut dapat digunakan sebagai penelitian
2)
Memasang funnel trap pada sumur gali yang diteliti. Pemasangan funnel trap dilakukan pada masing-masing sumur diberi 1 funnel trap selama 1-2 hari.
3)
Letak, bahan, keberadaan penutup, kejernihan air, keberdaan tanaman pada sumur gali di tiap rumah diperiksa
4)
Melakukan wawancara dengan tuan rumah mengenai penggunaan air sumur gali
5)
Melakukan pengukuran terhadap kedalaman, tinggi air permukaan, pencahayaan dan pH sumur gali
6)
Mengambil funnel trap pada tiap sumur gali setelah 1-2 hari, funnel trap diambil dan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti untuk kemudian di identifikasi. Identfikasi jentik nyamuk dilakukan dengan menggunakan single larva dengan langkah sebagai berikut : a)
Meletakkan air yang tertampung pada funnel trap beserta jentik nyamuk yang tertangkap pada cidukan pada kantong plastik
b) Mengambil jentik dengan pipet tetes dari plastik yang diberi label
62
c)
Meletakkan jentik pada object glass menggunakan pipet dalam posisi telungkup
d) Mengusap air pada object glass dengan tissue kemudian tutup dengan deck glass. e)
Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10-40 kali
f)
Menentukan spesies Aedes spp dengan menggunakan kunci identifikasi Aedes spp. Adapun kunci identifikasi nyamuk Aedes spp adalah sebagai berikut : 1) Aedes aegypti a) Pada abdomen ke-8 terdapat sisik sikat (comb scales) yang memiliki duri lateral b) Terdapat gigi pektin (pectin teeth) dengan satu cabang c) Sikat ventral memiliki 5 pasang rambut d) Gerigi comb dengan lekukan yang dalam atau jelas 2) Aedes albopictus a) Pada sisik sikat (comb scales) tidak memiliki duri lateral b) Terdapat gigi pektin (pectin teeth) dengan dua cabang c) Sikat ventral memiliki 4 pasang rambut.
7)
Karakteristik masing-masing sumur gali berdasarkan keberadaan jentik di analisis.
3.10
TEKNIK ANALISA DATA
3.10.1 Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
63
1.
Pemeriksaan data (editing) Bertujuan untuk meneiliti data yang telah di peroleh dari pengukuran
dengan cara memeriksa kelengkapan dan konsistensi data yang ada 2.
Pengkodean data (coding) Bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis data dengan cara
memberikan kode atau atribut pada data 3.
Memasukkan data (entry) Memasukkan data yang telah diperoleh untuk diolah menggunakan
komputer dengan program SPSS. 4.
Mentabulasi (tabulating) merupakan lanjutan langkah koding untuk mengelompokkan data kedalam
suatu data tertentu menurut sifat-sifat yang dimiiliki sesuai dengan tujuan penelitian. 3.10.2 Analisa Data 3.10.2.1 Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakter sumur gali meliputi letak, keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air permukaan, kejernihan, penggunaan, pencahayaan, pH dan keberadaan tanaman yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.10.2.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga memiliki korelasi atau berhubungan (Seokidjo Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan Chi Square dengan bantuan SPSS versi 16 untuk menggabungkan
64
variabel bebas dengan variabel terikat yaitu karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti . Jika tidak memenuhi syarat uji Chi Square maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher Exact Test atau Kolmogorov-Smirnov.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sumur gali di
wilayah Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015 didapatkan hasil bahwa : 1.
Ada hubungan antara letak sumur gali
dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015 2.
Ada hubungan antara keberadaan penutup sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3.
Tidak ada hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
4.
Ada hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
5.
Ada hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
105
106
6.
Tidak ada hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
7.
Tidak ada hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
8.
Ada hubungan antara derajat keasaman (pH) air sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
9.
Ada hubungan antara pencahayaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10.
Tidak ada hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
6.2
SARAN
6.2.1
Bagi Petugas Kesehatan 1.
Memberikan masukan dan partisipasi dalam evaluasi dan pengendalian jentik nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat meningkatkan kegiatan PSN DBD melalui kerjasama lintas sektoral
2.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu melakukan PSN DBD seperti 3M plus, lavarsidasi serta pemantauan terhadap perawatan kondisi sumur gali yang memiliki peluang sebagai tempat
107
perindukan nyamuk penyakit DBD yang dapat dilakukan melalui organisasi kemasyarakatan yang ada dimasyarakat. 6.2.2
Bagi Masyarakat 1.
Bagi
masyarakat
diharapkan
meningkatkan
kesadaran
dalam
memperhatikan kondisi sumur gali maupun kontainer lainnya dan meningkatkan perilaku Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD) dengan gerakan 3M Plus secara serentak 2.
Bagi masyarakat yang memiliki sumur gali hendaknya harus memperhatikan kondisi sanitasi sumur gali seperti kedalaman sumur gali yang dimiliki, berdasarkan hasil penelitian, sumur gali dengan kedalaman 10,1-15 meter lebih berisiko untuk terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti dan karakteristik sumur gali yang lainnya untuk mengendalikan sumur yang memiliki peluang sebagai tempat perindukan nyamuk penyebab penyakit DBD.
3.
Bagi masyarakat yang memiliki letak sumur gali di dalam rumah, untuk senantiasa mengatur pencahayaan yang masuk agar keadaan tidak lembab dan memiliki suhu yang optimum
4.
Agar memerhatikan penutup sumur gali, yaitu sumur gali sebaiknya diberikan penutup dan diatur pula untuk tidak terbuka terlalu lama jika penutup sumur gali tidak permanen.
108
6.2.3
Bagi Peneliti Selanjutnya 1.
Bagi peneliti selanjutnya, dapat lebih memperluas sampel penelitian dalam ruang lingkup tempat penelitian, yaitu lingkup kelurahan tidak hanya pada lingkup RW sehingga hasil penelitian dapat lebih representatif.
2.
Variabel yang tidak berhubungan pada penelitian ini yaitu kejernihan air sumur gali perlu diteliti dan ukur hingga pada kualitas air sumur gali untuk dapat memastikan adanya faktor kualitas air sumur gali lain yang dapat mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti.
3.
Salah satu variabel dalam penelitan ini berupa pencahayaan, dilakukan penggukuran dengan Lux meter hanya di ukur pada ketinggian dari bibir sumur, tidak diukur dari atas permukaan air sumur gali sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pencahayaan secara langsung terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti secara lebih spesifik.
109
DAFTAR PUSTAKA
Adialfian, Hasanudin Ishak, Ruslan La Ane, 2013, Kemampuan Adaptasi Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albipictus dalam Berkembangbiak Berdasarkan Jenis Air, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin, Makasar. Anies, 2006, Manajemen Berbasis Lingkungan, PT Alex Komutindo, Jakarta. Badrah, S dan Hidayah N, 2011, Hubungan antara Perindukan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kasus DBD di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Kaser Utara, J.Trop.Pharm Chem, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, Indonesia Volume 1, No 2. Budiyanto, Anif, 2012, Karakteristik Kontainer terhadap Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan Manusia. Volume 6, No 1. Cecep Dani Sucipto, 2011, Publishing,Yogyakarta.
Vektor
Penyakit
Tropis,
Gosyan
Christanto, Philiip, 2004, Ekologi Industri, Andi ,Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI, 2005, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Jakarta. Damanik, 2002, Tempat Perindukan yang Paling Disenangi Nyamuk Aedes aegypti Berdasarkan Jenis Sumber Air, Skripsi, Universitas Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014 Ditjen PPM & PLP, 2006, Pembrantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) oleh Jumantik. Depkes RI, Jakarta. , 2007, Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Depkes RI, Jakarta. , 2010, Pencegahan dan Pembrantasan DBD di Indonesia, Jakarta. Djantie T Sambel, 2009, Entomologi Kedokteran, CV Andi Offset, Yogyakarta. Eko Budiarto, 2001, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta.
110
Erik Tapan, 2004, Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, DB dan Thyfus, PT Pustaka Populer Obor, Jakarta. Fakhriadi, Rudi, Ylidasari Fahrini, Ratna Setyaningrum, 2010, Faktor Resiko DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Kota Banjarbaru, PSKM Universitas Mataram. Frida N, 2008, Mengenal Demam Berdarah Dengue. CV Pamularsih, Jakarta. G Palupi Susanti Said, 2011, Survei Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti (spp) pada Sumur Gali Milik Warga Kelurahan Bulusan Kota Semarang (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Semarang), Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang. Gionar, RY , Saptoro Rusmiarto dan Dwiko Susapto, 2001, Sumur sebagai habitat yang penting untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,Buletin Penelitian Kesehatan, 29 (1), Jakarta. Hasyimi M, Harmany dan Pangestu, 2009, Tempat-Tempat Terkini yang Disenangi Untuk Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah, Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 2 Tahun 2009, Hlm71-76. Hasyimi M. dan Soekirno Mardjan, 2004, Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga padaMasyarakat Pengguna Air Olahan, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004, Hlm. 37-42. Hidayat C, Ludfi Santoso, Hadi Suwasono, 1997, Pengaruh pH Perindukan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Aedes aegypti Pra Dewasa, Cerminan Dunia Kedokteran, No 119. Juli Soemerat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Kasetyaningsih,T dan Sundari, S, 2006, Perbedaan antara House Indeks yang Melibatkan Pemeriksaan Sumur pada Survei Vektor Dengue di Dusun Pepe, Bantul. Jurnal Kedokteran Yarsi, Yogyakarta, No 14 (1): 034-037. Lud Waluyo, 2009, Mikrobiologi LIngkungan, UMM Press, Malang. Medronho, Roberto A, 2009, Aedes aegypti Immature Forms Distribution According to Type of Breeding Site, The American Society of Tropical Medicine and Hygiene 80 (3): 401-404. Meilson H.E. Sallata, Erniwati dan Makmur Selomo, 2014, Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik dan Kimia dengan Keberadaan Larva Aedes
111
aegypti di Wilayah Endemis DBD Kota Makassar, Universitas Hassanudin, Makassar. Milana Salim, 2005, Survei Jentik Aedes aegypti di Desa Saung Naga Kabupaten Oku tahun 2005, Mukono, H J., 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Erlangga, Surabaya. Nguyen, Le Anh P, Archie C.A Clements and Jason A.L.Jeffery, 2011, Abundance and Prevalence of Aedes aegypti Immatures and Realtionship with Household Water Storage in Rural Areas in Southern Viet Nam, International Health 3 (2011) 115-125. Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), 2002, Manual Teknis Pemberdayaan Masyarakat: Sumur Gali, Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D, Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Puskesmas Pegandan, 2014, Laporan Kerja Per tahun Puskesmas Pegandan, Semarang. Rahmat Budianto, 2010, Karakteristik Sumur yang Mempengaruhi Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti di Kota Metro Propinsi Lampung, Tesis, UGM. Rueda, Leopold M, 2004, Pictorial Keys for the identification of mosquitoes (Diptera; Culicidae) associated with Dengue Virus Transmission, Magnolia Press, New Zealand. Russel, B.M.,L.E.Muir, P. Weinstein and B.H. Kay, 1996, Surveillance of the copepod Mesocylops aspericornis in Australian wells and gold mines. Med.Vet. Entomol.10: 155-160 Saleha Sungkar, dkk., 2008, Parasitologi Kedokteran, FKUI, Jakarta. Sayono, 2011, Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada Air Tercemar, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhamadiyah Semarang, Vol 7, No 1 Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Dasar). Rineka Cipta, Jakarta.
Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip
, 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta.
112
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV Alfabetha, Bandung. Suharsimi Arikunto, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. Syahribuan,dkk, 2010, Karakteristik Sumur yang digunakan Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albipictus sebagai Habitat Perkembangbiakan di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Goa Sulawesi Selatan, Kedokteran. Titik Diah Mutiarawati, 2010, Pengaruh Kadar Zat-zat Terlarut di dalam Air Bersih terhadap Perkembangan Nyamuk Aedes aegypti Pra Dewasa, Jurnal Kesehatan Vol.1 No.2, Malang. Tur Endah Sukowinarsih dan Widya Harry C, 2010, Hubungan Sanitasi Rumah dengan Angka Bebas Jentik Aedes aegypti, Jurnal Kemas 6 (1) 30-35, Semarang. Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pembrantasannya, Erlanggga , Jakarta. Womack, M. 1993, The yellow fever mosquito, Aedes aegypti, Wing Beats,Vol. 5(4):4
113
LAMPIRAN
114
Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing
115
Lampiran 2 Surat dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearance)
116
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Saya Miftakhul Janah, Mahasiswa S1 Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, akan melakukan penelitian yang berjudul “hubungan karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015”. Penelitian ini dibiayai secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015. Saya mengajak Saudara/Saudari untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan 86 objek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masingmasing objek sekitar satu jam. A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian Keikutsertaan Saudara/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela, dan dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti sewaktu-waktu tanpa denda sesuatu apapun. B. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik sumur gali dan wawancara dengan menggunakan formulir oleh peneliti secara bergantian dari 1 rumah responden ke responden yang lainnya. Saya akan mengolah seluruh data dan hasil penelitian ini untuk kebutuhan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari Saudara/Saudari. Penelitian ini hanya semata-mata untuk mendapatkan informasi seputar identitas serta karakteristik sumur gali Saudara/Saudari. C. Kewajiban Subjek Penelitian Saudara/Saudari diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan penelitian ini. D. Risiko dan efek samping dan penangananya Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini.
117
E. Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menggali hubungan karakteristik sumur gali dengankeberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur sehingga dapat mengetahui tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. F. Kerahasiaan Informasi yang didapatkan dari Saudara/Saudari terkait dengan penelitian ini akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah (ilmu pengetahuan). G. Kompensasi / ganti rugi Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk Saudara/Saudari berupa souvenir H. Pembiayaan Penelitian ini dibiayai secara mandiri oleh peneliti. I. Informasi tambahan Penelitian ini dibimbing oleh Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes Saudara/Saudari diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bapak/Ibu/Saudara dapat menghubungi Miftakhul Janah, no Hp 085740778671 di Jalan Cempaka Sari No. 25, Sekaran, Gunungpati, Semarang. Saudara/Saudari juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor telefon (021) 8508107 atau email
[email protected]
Semarang, 20 April 2015 Hormat saya,
Miftakhul Janah NIM 6411411073
118
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan penjelasan saya dapat menanyakan kepada Miftakhul Janah.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Tandatangan subjek
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
Tanggal
119
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ke Kesbangpol
120
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol
121
122
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Dinas Kesehatan Kota
123
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Ke Puskesmas Pegandan
124
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Kelurahan Bendan Ngisor
125
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
126
Lampiran 9 Formulir Observasi dan Wawancara
FORMULIR OBSERVASI DAN WAWANCARA (CHECK LIST) HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUMUR GALI DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUKAedes aegypti DI KELURAHAN BENDAN NGISOR KECAMATAN GAJAHMUNGKUR KOTA SEMARANG TAHUN 2015
I.
No. Responden
:
Tanggal Penelitian
:
Identitas Responden Nama Kepala Keluarga
:
Usia
:
Jenis kelamin
: (Laki-laki/Perempuan)
Alamat (RT/ RW)
:
Pekerjaan
:
Tingkat pendidikan
: (SD/SMP/SMA/PT)
Status Kependudukan
:
II. Karakteristik Sumur Gali 1. Letak Sumur Gali a. Di dalam rumah b. Di luar rumah 2. Keberadaan Penutup Sumur Gali a. Tanpa penutup b. Ada penutup 3. Kedalaman Sumur Gali a. ≤5 meter b. 5,1-10 meter
Tahun
127 c. 10,1-15 meter d. >15 meter 4. Tinggi air permukaan Sumur Gali a. ≤3 meter b. >3 meter 5. Bahan dinding Sumur Gali a. Semen b. Tanah 6. Derajat keasaman (pH) a. Optimum (6,9≤pH≤8,0) b.Tidak optimum (6,9>pH>8,0) 7. Penggunaan Sumur Gali a. Tidak digunakan b. Masih digunakan 8. Kejernihan air Sumur Gali a. Jernih b. Keruh 9. Pencahayaan a. ≤50 lux b. >50 lux 10. Keberadaan tanaman a. Ada b. Tidak ada 11. Alat pengambilan air a. Pompa air b. Tangan (ember) 12. Keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti a. Positif b. Negatif
128 Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Penelitian DATA HASIL PENELITIAN RESPONDEN
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24
NAMA
Sumiati Suliyem Sugiman Karmo A. Kuat Kustini Sanipin Rekah Sarimin Salenah Jayadi Suriyadi Rasyid Mukhlis Anwar Budi Sugiyanto Sumulyo Sumadi Purwati Kasidi Karim Ponidi Ngestiono Salminah
USIA
JK
52 51 62 69 52 50 60 56 55 45 54 56 43 50 74 48 75 73 37 51 56 37 63 54
1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
PEKERJAAN
dagang ibu RT buruh buruh buruh buruh buruh ibu RT ibu RT buruh buruh buruh buruh buruh PNS buruh PNS dagang ibu RT PNS buruh buruh buruh buruh
PEND
STATUS
JENTIK
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10
V11
0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 1 1 1 1 3 1 3 0 0 3 0 2 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1
0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
129 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53
Kaswi Mamiarti Zulaichah Sukarjo Sidiq Sumiran Sriyatun Tukiman Dasmi M.Ikhsan Mursito Mulyono Tumin Edi Wiyono Mulyono Kasmuri Sukidi Sumi H Slamet Kasyono Tukiran Ngasiyem Hartono Budi Harsoyo Amin Salim Ngatiman Syafrinda Yusuf Alviyah Jawa
44 54 62 49 30 51 40 47 58 65 68 57 56 45 37 51 55 70 37 75 52 42 46 45 43 60 30 35 63
0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
buruh ibu RT ibu RT wiraswasta wiraswasta buruh ibu RT buruh dagang PNS PNS buruh buruh wiraswasta wiraswasta buruh buruh buruh buruh PNS ibu RT wiraswasta buruh buruh buruh buruh buruh ibu RT buruh
1 0 0 1 2 1 1 0 0 3 3 1 0 2 3 1 1 0 0 3 0 3 2 2 1 0 3 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1
130 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82
Basyir Jiono Riyanti Sulijan Kliwani Sri Suyatmini Widodo Junaidi Sulipah Sugiyanto Adik Sriyantoro Ari S Jumu'in Edi Sutrisno Kelana Nunik Triyanti Sutrisno Restam Sukini Sugeng Purwoko Abdul Majid Sukiman Erni S M. Thabrani Musiran Poniah Rokhani Eko Budi W Puryadi
66 45 40 84 63 60 35 60 64 42 34 35 56 47 34 59 50 42 50 60 60 39 35 43 60 58 62 40 60
0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
dagang buruh ibu RT buruh buruh ibu RT wiraswasta buruh ibu RT pegawai buruh buruh dagang buruh buruh ibu RT buruh buruh buruh buruh buruh wiraswasta buruh buruh buruh buruh buruh buruh buruh
0 0 1 0 0 0 2 0 0 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2 2 1 0 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
131 R83 R84 R85 R86
Toni Bati Gunanto Kasdi
Keterangan : 1. JK ( Jenis Kelamin) a. Laki-laki b. Perempuan 2. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 3. Keberadaan jentik a. Positif b. Negatif 4. V1 (Letak Sumur Gali) a. Di dalam rumah b. Di luar rumah 5. V2 (keberadaan penutup) a. Tidak b. Ada 6. V3 (Kedalaman sumur gali) a. ≤ 5 meter b. 5,1-10 meter c. 10,1-15 meter d. > 15 meter
70 61 40 39
:0 :1 :0 :1 :2 :3 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :2 :3
0 0 0 0
buruh buruh wiraswasta wiraswasta
0 0 2 1
0 0 0 0
0 1 1 1
0 0 0 0
0 1 0 1
0 0 0 0
1 1 1 1
0 1 0 1
0 1 0 1
1 1 1 1
0 0 0 0
0 0 1 0
1 1 1 1
0 0 0 0
132
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
V4 (Tinggi air permukaan) a. ≤ 3 meter b. > 3 meter V5 (Bahan dinding) a. Semen b. Tanah V6 (pH air) a. (6,9≤pH≥8,0) b. (6,9>pH>8,0) V7 (Penggunaan) a. Tidak digunakan b. Masih digunakan V8 (Kejernihan air) a. Jernih b. Keruh V9 (pencahayaan) a. ≤ 50 lux b. > 50 lux V10 (Keberadaan tanaman) a. Ada b. Tidak V11 (Alat pengambilan air) a. Pompa b. Ember
:0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1 :0 :1
133 Lampiran 11 Hasil Analisis Univariat
ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
keberadaan_jentik_Aedes_aegypti Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
24
27.9
27.9
27.9
negatif
62
72.1
72.1
100.0
Total
86
100.0
100.0
Letak Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Dalam
53
61.6
61.6
61.6
Luar
33
38.4
38.4
100.0
Total
86
100.0
100.0
keberadaan_penutup Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak
35
40.7
40.7
40.7
Ada
51
59.3
59.3
100.0
Total
86
100.0
100.0
134
Kedalaman Cumulative Frequency Valid
≤ 5 meter
Percent
Valid Percent
Percent
7
8.1
8.1
8.1
5,1-10 meter
45
52.3
52.3
60.5
10,1-15 meter
28
32.6
32.6
93.0
6
7.0
7.0
100.0
86
100.0
100.0
> 15 meter Total
tinggi_air_permukaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
≤3 meter
8
9.3
9.3
9.3
>3 meter
78
90.7
90.7
100.0
Total
86
100.0
100.0
bahan_dinding Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Semen
63
73.3
73.3
73.3
Tanah
23
26.7
26.7
100.0
Total
86
100.0
100.0
pH Cumulative Frequency Valid
Optimum
(6,9≤pH≤8,0) Tidak optimum
(6,9>pH>8,0) Total
Percent
Valid Percent
Percent
45
52.3
52.3
52.3
41
47.7
47.7
100.0
86
100.0
100.0
135
Penggunaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak digunakan
10
11.6
11.6
11.6
Masih digunakan
76
88.4
88.4
100.0
Total
86
100.0
100.0
kejernihan_air Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Jernih
82
95.3
95.3
95.3
Keruh
4
4.7
4.7
100.0
Total
86
100.0
100.0
Pencahayaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
≤50 lux
59
68.6
68.6
68.6
>50 lux
27
31.4
31.4
100.0
Total
86
100.0
100.0
Keberadaan_tanaman Cumulative Frequency Valid
Ada
Percent
Valid Percent
Percent
1
1.2
1.2
1.2
Tidak
85
98.8
98.8
100.0
Total
86
100.0
100.0
alat_pengambil_air Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Pompa
72
83.7
83.7
83.7
Ember
14
16.3
16.3
100.0
Total
86
100.0
100.0
136 Lampiran 12 Hasil Analisis Bivariat
ANALISIS BIVARIAT Case Processing Summary Cases Valid N letak * keberadaan_jentik
Missing
Percent 86
N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
86
100.0%
letak * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif Letak
Dalam Count rumah
Luar
Count
rumah
Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
33
53
14.8
38.2
53.0
83.3%
53.2%
61.6%
4
29
33
9.2
23.8
33.0
16.7%
46.8%
38.4%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
20
Expected Count % within keberadaan_jentik
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value
df
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
6.632a
1
.010
Continuity Correctionb
5.420
1
.020
Likelihood Ratio
7.208
1
.007
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (1sided)
.013 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.21. b. Computed only for a 2x2 table
.008
137
Case Processing Summary Cases Valid N keberadaan_penutup *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 86
100.0%
keberadaan_penutup * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik Positif keberadaan_penutup
tidak
15
20
35
Expected Count
9.8
25.2
35.0
62.5%
32.3%
40.7%
9
42
51
14.2
36.8
51.0
37.5%
67.7%
59.3%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Total
Count
% within keberadaan_jentik Ada
negatif
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
sided)
sided)
6.557a
1
.010
5.363
1
.021
6.501
1
.011
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (1-sided)
.015 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.77. b. Computed only for a 2x2 table
.011
138
Case Processing Summary Cases Valid N kedalaman *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 86 100.0%
kedalaman * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif kedalaman_baru
≤5 meter
Count
5
7
2.0
5.0
7.0
8.3%
8.1%
8.1%
9
36
45
12.6
32.4
45.0
37.5%
58.1%
52.3%
Count
11
17
28
Expected Count
7.8
20.2
28.0
45.8%
27.4%
32.6%
2
4
6
1.7
4.3
6.0
8.3%
6.5%
7.0%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within keberadaan_jentik Count Expected Count % within keberadaan_jentik 10,1-15 meter
% within keberadaan_jentik > 15 meter
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
3.290a
3
.349
Likelihood Ratio
3.266
3
.352
N of Valid Cases
86
a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.67.
Total
2
Expected Count 5,1-10 meter
negatif
139
Case Processing Summary Cases Valid N Tinggi_air_permukaan *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 86 100.0%
tinggi_air_permukaan * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif tinggi_air_permukaan ≤ 3 meter Count Expected Count % within keberadaan_jentik >3 meter Count Expected Count % within keberadaan_jentik Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
negatif
Total
5
3
8
2.2
5.8
8.0
20.8%
4.8%
9.3%
19
59
78
21.8
56.2
78.0
79.2%
95.2%
90.7%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
Exact Sig.
Exact Sig. (1-
(2-sided)
(2-sided)
sided)
5.246a
1
.022
3.522
1
.061
4.643
1
.031
Fisher's Exact Test N of Valid Cases
Asymp. Sig.
b
.036 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.23. b. Computed only for a 2x2 table
.036
140
Case Processing Summary Cases Valid N bahan_dinding *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
86
100.0%
bahan_dinding * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif bahan_dinding
Semen
Count
41
63
17.6
45.4
63.0
91.7%
66.1%
73.3%
2
21
23
6.4
16.6
23.0
8.3%
33.9%
26.7%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within keberadaan_jentik Count Expected Count % within keberadaan_jentik Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
22
Expected Count
Tanah
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
(2-sided)
5.760a
1
.016
4.530
1
.033
6.730
1
.009
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided)
sided)
.016 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.42. b. Computed only for a 2x2 table
.013
141
Case Processing Summary Cases Valid N pH * keberadaan_jentik
Missing
Percent 86
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 86
100.0%
pH * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif pH
Optimum
Count
27
45
12.6
32.4
45.0
75.0%
43.5%
52.3%
6
35
41
11.4
29.6
41.0
25.0%
56.5%
47.7%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within keberadaan_jentik Tidak optimum Count
(6,9>pH>8,0) Expected Count % within keberadaan_jentik Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
18
(6,9≤pH≤8,0) Expected Count
Total
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
(2-sided)
6.861a
1
.009
5.658
1
.017
7.128
1
.008
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided)
sided)
.015 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.44. b. Computed only for a 2x2 table
.008
142
Case Processing Summary Cases Valid N penggunaan *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
86
100.0%
penggunaan * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif penggunaan
Tidak
Count
digunakan
Masih
9
10
2.8
7.2
10.0
4.2%
14.5%
11.6%
23
53
76
21.2
54.8
76.0
95.8%
85.5%
88.4%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count
digunakan
Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
1
Expected Count % within keberadaan_jentik
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
sided)
sided)
1.804a
1
.179
.937
1
.333
2.147
1
.143
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (1-sided)
.271 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.79. b. Computed only for a 2x2 table
.168
143
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
kejernihan_air *
86
keberadaan_jentik
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 86
100.0%
kejernihan_air * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif kejernihan_air
Jernih
Count
Keruh
58
82
22.9
59.1
82.0
100.0%
93.5%
95.3%
0
4
4
1.1
2.9
4.0
.0%
6.5%
4.7%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
24
Expected Count % within keberadaan_jentik
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
sided)
sided)
1.624a
1
.203
.495
1
.482
2.693
1
.101
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
sided)
.573 86
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.12. b. Computed only for a 2x2 table
.263
144
Case Processing Summary Cases Valid N pencahayaan *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
86
100.0%
pencahayaan * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik positif pencahayaan
≤ 50 lux
Count
>50 lux
38
59
16.5
42.5
59.0
87.5%
61.3%
68.6%
3
24
27
7.5
19.5
27.0
12.5%
38.7%
31.4%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
21
Expected Count % within keberadaan_jentik
negatif
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
(2-sided)
5.518a
1
.019
4.369
1
.037
6.177
1
.013
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided)
sided)
.021 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.53. b. Computed only for a 2x2 table
.015
145
Case Processing Summary Cases Valid N keberadaan_tanaman *
Percent 86
keberadaan_jentik
Missing N
100.0%
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
86
100.0%
keberadaan_tanaman * keberadaan_jentik Crosstabulation keberadaan_jentik Positif keberadaan_tanaman
Ada
0
1
1
Expected Count
.3
.7
1.0
.0%
1.6%
1.2%
24
61
85
23.7
61.3
85.0
100.0%
98.4%
98.8%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Total
Total
Count
% within keberadaan_jentik tidak
negatif
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Df
sided)
sided)
.392a
1
.531
.000
1
1.000
.659
1
.417
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
sided)
1.000 86
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .28. b.Computed only for a 2x2 table
.721
146
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
alat_pengambil_air *
86
keberadaan_jentik
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 86
100.0%
Crosstab keberadaan_jentik Positif alat_pengambil_air
Pompa
Count
59
72
20.1
51.9
72.0
54.2%
95.2%
83.7%
Count
11
3
14
Expected Count
3.9
10.1
14.0
45.8%
4.8%
16.3%
24
62
86
24.0
62.0
86.0
100.0%
100.0%
100.0%
% within keberadaan_jentik
% within keberadaan_jentik Total
Total
13
Expected Count
Ember
negatif
Count Expected Count % within keberadaan_jentik
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
21.335a
1
.000
18.433
1
.000
19.286
1
.000
Fisher's Exact Test N of Valid Casesb
.000 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.91. b. Computed only for a 2x2 table
.000
147 Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian
Pengukuran kedalaman dan tinggi air permukaan sumur gali
Peletakan funnel trap ke dalam sumur gali
148 Lanjutan lampiran 13
Pengambilan funnel trap dari dalam sumur gali
Pengukuran pencahayaan dalam sumur gali
149 Lanjutan lampiran 13
Pengukuran pH air sumur gali
Funnel trap dan Secchi disk
150 Lanjutan lampiran 13
Sampel Jentik yang akan di identifikasi
Identifikasi jentik