PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Jurusan Tarbiyah
Oleh SUKARDI NIM. 11408030
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lamp Hal
: 3 Eks : Naskah Skripsi Saudara Sukardi Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama NIM Jurusan Judul
: Sukardi : 11408030 : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam : PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB
Pembimbing
Drs. Joko Sutopo NIP
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara : SUKARDI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408030 yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 25 September 2010 M Salatiga, 16 Syawal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Nasafi, M.PdI NIP. 19551005 198103 1 010
Ruwandi, MA NIP. 19661225 200003 1 002 Pembimbing
Drs. Joko Sutopo NIP. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: SUKARDI
NIM
: 11408030
Judul Skripsi
: PENGARUH
PERSEPSI
GURU
TENTANG
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP
PROFESIONALISME
MENGAJAR
(STUDI
KASUS
GURU DI
DALAM MI
SE
KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA) Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Salatiga, September 2010 Yang Menyatakan
SUKARDI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak 2. Istri
dan Ibu tercinta tersayang
pengorbanannya
yang telah
dengan
do'a,
mengukir
segala
harapan.
3. Teman-teman
mahasiswa dan almamater
v
kesetiaan cita
dan dan
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-1) dalam Program Ilmu Tarbiyah. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini. 3. Dosen STAIN Salatiga, yang telah memberikan pendidikan selama penulis menimba ilmu. 4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN dari Salatiga maupun dari luar Salatiga, yang menjadikan inspirasi dan motivasi dalam belajar 5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa vi
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Amin – amin yarobbal ‘alamin
Salatiga, September 2010 Penulis
Sukardi
vii
ABSTRAK
Sukardi. 2010. PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA). Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Drs. Joko Sutopo Kata Kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesionalisme Guru Kinerja guru atau yang disebut dengan profesionalisme dalam segala hal, termasuk profesionalisme guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga, dan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar.. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Kecamatan Sidomukti. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 28 orang guru. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk mengetahui kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang berada pada kategori sangat baik mencapai 50%, kategori sedang 35,7% dan kategori kurang 14,3%. Profesionalisme guru yang berada pada kategori baik mencapai 53,6%, kategori sedang 28,6% dan kategori kurang 17,8%. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap profesionalisme guru, terbukti nilai r hitung (0,976) lebih besar dari r tabel 5% maupun 1%..
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................
v
KATA PENGANTAR...............................................................................
vi
ABSTRAK................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian..................................................................
4
D. Hipotesis Penelitian ..............................................................
5
E. Kegunaan Penelitian ............................................................
5
F. Definisi Operasional .............................................................
6
G. Metode Penelitian .................................................................
10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................................
14
B. Profesionalisme Guru ...........................................................
23
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A.
Keadaan Umum MI di Kecamatan Sidomukti.....................
36
B.
Keadaan Responden ...........................................................
37
ix
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data ........................................................................
43
B. Analisis Pengolahan Data .....................................................
54
C. Analisis Uji Hipotesis ...........................................................
57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................
60
B. Saran ....................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL I
Daftar Guru MI di Kecamatan Sidomukti
TABEL II
Daftar Nama Responden
TABEL III
Hasil Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
TABEL IV
Hasil Angket Profesionalisme Guru
TABEL V
Nilai Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah
TABEL VI
Interval Kepemimpinan Kepala Sekolah
TABEL VII
Nominasi Kepemimpinan Kepala Sekolah
TABEL VIII
Klafisikasi Kepemimpinan Kepala Sekolah
TABEL IX
Nilai Angket Profesionalisme Guru
TABEL X
Interval Profesionalisme Guru
TABEL XI
Nominasi Profesionalisme Guru
TABEL XII
Klafisikasi Profesionalisme Guru
TABEL XIII
Tabel Persiapan Korelasi
TABEL XIV
Tabel Kriteria Nilai Korelasi
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1
STRUKTUR ORGANISASI GUGUS
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Angket
2.
Surat Ijin Penelitian
3.
Surat Keterangan Penelitian
4.
Daftar Riwayat Hidup
5.
r tabel
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat. Adapun komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, diantaranya adalah tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya. Mutu pendidikan dapat tercapai apabila seluruh komponen dalam proses pendidikan yang berupa guru, murid, sarana dan prasarana serta biaya memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan atau guru mereka harus mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan bertanggung jawab. Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga kependidkan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan 1
2
pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan
yang
professional
akan
melaksanakan
tugasnya
secara
professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya. Adapun salah satu cara untuk mewujudkannya
adalah
dengan
pengembangan
profesionalisme.
Ini
membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah. Dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya. Kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya. Kemampuannya harus bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta
3
didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Banyak
faktor
penghambat
tercapainya
profesionalisme
kepemimpinan kepala sekolah. Proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit, serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output). Ketidaktransparanan dalam
penyeleksian calon
kepala
MI
di
Kecamatan Sidomukti menjadikan simpatisme guru terhadap kepala sekolah menjadi berkurang. Hal tersebut tentu berdampak pada kinerja guru atau yang disebut dengan profesionalisme dalam segala hal, termasuk profesionalisme
4
guru dalam mengajar maupun dalam menyelesaikan administrasi yang seharusnya dikerjakan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun tugas
dengan
judul
KEPEMIMPINAN
“PENGARUH KEPALA
PERSEPSI
SEKOLAH
GURU
TENTANG
TERHADAP
SIKAP
PROFESIONALISME GURU DALAM MENGAJAR (STUDI KASUS DI MI SE KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA)” . B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? 2. Bagaimana profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga? 3. Adakah pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga. 2. Untuk mengetahui profesionalisme guru MI se Kecamatan Sidomukti Salatiga.
5
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar.
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Sugiyono, 2008: 4). Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada
pengaruh yang signifikan antara persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru dalam mengajar".
E. Kegunaan Penelitian Dari beberapa masalah yang dirumuskan diatas setelah diperoleh jawaban, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoritis a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan masalah kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalisme guru. b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis
6
Bagi para guru sebagai pertimbangan tentang pentingnya mengupayakan profesionalisme guru agar tercapai prestasi belajar pada siswa secara optimal.
F. Definisi Operasional Untuk memudahkan memahami judul akan dijelaskan penegasan istilah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pengaruh didefinisikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Poerwadarminto, 1986: 424). 2. Persepsi Persepsi diartikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari
suatu
serapan
berdasarkan
pengamatan
pancainderanya
(Poerwadarminto, 1986: 433). 3. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di
7
bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Samsudin, 2006: 287)”. Sementara
R.
Soekarto
“Kepemimpinan adalah suatu
Indrafachrudi
mengartikan
kegiatan dalam membimbing
suatu
kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu (Indrafachrudi, 2006: 62)”. Kemudian menurut Maman Ukas “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan (Ukas, 2004: 248)”. Sedangkan George R. Terry dalam Ukas mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi” (Ukas, 2004: 249). Berdasarkan beberapa definisi tersebut
dapat
disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama (Loekmono, 2006: 28). Adapun indikator kepemimpinan adalah: a. Cara memimpin b. Komunikasi dengan bawahan c. Ketegasan terhadap bawahan d. Ketaatan pada aturan e. Ketepatan dalam mengambil keputusan 4. Kepala Sekolah
8
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama (Hamalik, 2003: 5).
5. Profesionalisme Guru Kusnandar (2007:46) mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”.
9
Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya (2007:214) adalah: Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionlanya. Sementara Sudarwan Danin (2002:23) mendefinisikan bahwa: Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuan
profesionalnya
dan
terus-menerus
mengmbangkan strategi-strategi yang digunakanny dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu. Kemudian Freidson (1970) dalam Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah “sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan karir”. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan. Adapun indikatornya adalah: a. Memiliki visi memajukan sekolah b. Berorientasi pada tugas c. Memiliki tanggung jawab yang tinggi d. Komitmen terhadap keputusan
10
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan angka statistik dalam pembahasannya (Hasan, 2007: 4). Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan pengaruh antar variabel bebas dengan variabel terikat serta menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2008: 56).
2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di MI Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Penelitian akan dimulai bulan Mei 2010 sampai dengan selesai 3. Populasi dan sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang memiliki karakteristik yang sama dan mendiami suatu wilayah (Hadi, 1981: 70). Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah guru MI yang berjumlah 28 orang. Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi untuk mewakilinya (Hadi, 1981: 71). Karena jumlahnya kurang dari 100, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian sehingga disebut penelitian populasi.
4. Metode Pengumpulan Data a. Angket
11
Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun
keterangan
dan/
atau
informasi
sebagaimana
dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis (Sudjana, 2001: 177). Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data yang mempunyai
tujuan
untuk
mengetahui
sejauhmana
pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru. b. Metode observasi (pengamatan) Adalah teknik evaluasi program pendidikan luar sekolah yang digunakan dengan mengkaji suatu gejala dan/ atau peristiwa melalui upaya mengamati dan mencatat data secara sistematis (Sudjana, 2001: 199). Metode observasi meliputi kegiatan permasalahan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indra. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi kepala sekolah dan pada saat pengisian angket.
3. Metode Analisa Data Analisis data untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
rxy
XY X Y N X Y N Y Y 2
2
2
2
12
Keterangan: rxy
: Koefisien Korelasi Product moment
X
: frekuensi variabel X (kepemimpinan kepala sekolah)
Y
: frekuensi variabel Y (profesionalisme guru)
N
: Jumlah responden
Sedangkan untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan penafsiran koefisien korelasi dengan kriteria sebagai berikut:
H.
a. antara 0,800 sampai dengan 1,00
= sangat tinggi
b. antara 0,600 sampai dengan 0,799
= tinggi
c. antara 0,400 sampai dengan 0,599
= cukup
d. antara 0,200 sampai dengan 0,399
= rendah
e. antara 0,000 sampai dengan 0,200
= sangat rendah
Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut: Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Sedangkan bagian inti terdiri dari:
13
Bab I
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II
Kajian
Pustaka,
berisi
tentang
landasan
teori
tentang
kesejahteraan anak dan motivasi belajar. Bab III
Hasil Penelitian,
berisi
tentang
gambaran
umum
lokasi
penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data. Bab IV
Analisis Data, berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasan.
Bab V
Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam pengertian umum kepemimpinan merupakan suatu proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi/ mengontrol pikiran serta tingkah laku orang lain yang ada di bawah pengawasannya tanpa adanya pemaksaan dalam pelaksanaanya dilakukan dengan memotivasinya melalui suatu komunikasi seorang pemimpin harus dapat mengarahkan semua potensi sumber daya manusia secara maksimal dan seefektif mungkin ke arah tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan (Sagala, 2009: 114). Banyak definisi mengenai kepemimpinan sama banyaknya dengan pembuat definisi. Salah satu definisi sederhana menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama melalui syarat-syarat organisasi yang dicapai dengan pengalaman, sumbangan dan kepuasan kerja (Samsudin, 2009: 287). Definisi
lain
kepemimpinan
adalah
gaya
seseorang
pemimpin
mempengaruhi bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya (Sutrisno, 2009: 231). Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sikap, kemampuan, proses atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati, dan disayang oleh orang lain dan orang itu
14
15
bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki oleh orang tersebut. Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kepemimpinan merupakan kemampuan dalam mempengaruhi orangorang untuk mencapai tujuan secara antusias. 2. Pengaruh kepemimpinan ditunjukan untuk terciptanya kerjasama antara pimpinan dan bawahan. Tercapainya tujuan bersama sekaligus akan memberikan kepuasan-kepuasan kepada masing-masing individu. Menurut studi kepemimpinan dalam perilaku kepemimpinan terdapat tiga gaya kepemimpinan, yaitu (Sutrisno, 2009: 234): 1. Kepemimpinan Gaya Otoriter (Authocratic Leadership) Kepemimpinan gaya otoriter adalah kepemimpinan yang berpusat pada atasan, di mana keputusan yang diambil dilakukan sediri tanpa mengikutsertakan atau meminta pendapat bawahan. Ciri-ciri kepemimpinan gaya otoriter antara lain: a.
Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin.
b.
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin
c.
Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin.
d.
Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin.
e.
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat.
f.
Prakarsa selalu datang dari pemimpin.
16
g.
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberi saran, pertimbangan atau pendapat.
h.
Tugas-tugas bagi bawahan diberikan secara secara instruktif.
i.
Lebih banyak kritik daripada pujian.
j.
Pemimpin menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat.
k.
Pemimpin menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat.
l.
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
m.
Kasar dalam bertindak.
n.
Kaku dalam bersikap.
o.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pemimpin.
2.
Kepemimpinan Gaya Demokratis (Democratic Leadership) Pada gaya kepemimpinan demokrasi ini seorang pemimpin lebih suka berdiskusi dengan para bawahan dalam menentukan perencanaan kerja maupun kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan organisasi. Jadi kepemimpinan demokratis ini bersifat terbuka dengan maksud dapat memberikan kesempatan para bawahan untuk megemukakan
ide/gagasan
serta
mendorong
bawahan
meningkatkan kepuasan kerja. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis antara lain: a. Wewenang pemimpin tidak mutlak.
untuk
17
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahannya. c. Keputusan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan. d. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pemimpin dan bawahan. e. Komunikasi berlangsung timbal balik. f.
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para bawahan dilakukan secara wajar.
g. Prakarsa dapat datang dari pemimpin maupun bawahan. h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat. i.
Tugas-tugas kepada bawahan diberian dengan ibu bersifat permintaan daripada instruktif.
j.
Pujian dan kritik seimbang.
k. Pemimpin mendorong prestasi dari bawahan dalam batas kemampuan masing-masing. l.
Pemimpin meminta kesetiaan para bawahan secara wajar.
m. Pemimpin memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak. n. Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati dan saling menghargai. o. Tanggung jawab dipikul bersama antara pemimpin dan bawahan. 3.
Kepemimpinan Gaya Kebebasan (Laissez Faire Leadership) Di mana wewenang pengambilan keputusan berada di tangan mayoritas suara bawahan, sehingga pemimpin hanya merupakan
18
lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para bawahan. Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin hanya merupakan lambang organisasi dan pelaksanaan dari keputusan para bawahan. Gaya kepemimpinan ini bersifat pasif karena pemimpin seolah-olah tidak mampu memberikan pengarahan kepada bawahan sehingga komunikasi hanya berjalan satu arah, dari bawah ke atas. Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini : a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan. b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan. c. Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan. d. Pemimpin hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan. e. Hampir tidak ada pengawasan terhadap aktivitas bawahan. f.
Prakarsa selalu datang dari bawahan.
g. Hampir tidak ada pengarahan dari pemimpin. h. Peran pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok. i.
Keputusan
pribadi
lebih
diutamakan
daripada
keputusan
kelompok. j.
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang perseorangan Sifat-sifat
yang diperlukan oleh seorang pemimpin bahwa
kepemimpinan harus memiliki sifat umum yang nampak mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi adalah sebagai berikut (Sagala, 2009: 197):
19
1.
Energi fisik dan mental Hampir setiap pribadi memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa, yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juga, motivasi kerja dan disiplin, kesadaran, keuletan, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.
2. Bersemangat untuk mencapai tujuan Memiliki keyakinan akan kebenaran dan kugunaan semua perilaku yang dikerjakan dan tahu persis kemana arah yang akan ditujunya, serta pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya. 3. Bergairah dalam bekerja Pekerjaan yang dilaksanakan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, kerja memberikan sukses dan menimbulkan semangat. 4. Ramah tamah dan kasih sayang Kasih sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang
positif
untuk
melakukan
perbuatan-perbuatan
yang
menyenangkan bagi semua pihak sedangkan keramahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain, juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi kemudahan tersebut. 5. Setia (loyal) terhadap organisasi
20
Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh, bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya, bahkan senasib sepenanggungan dalam perjuangan yang sama. 6. Memiliki keahlian teknis Pemimpin yang berhasil itu memiliki satu/beberapa kemahiran teknis itu agar ia mempunyai kewajiban dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. 7. Ketegasan dan konsisten Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. 8. Kecerdasan dan kesanggupan mengambil keputusan Kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan cara yang tepat untuk memecahkan masalah. 9. Kecakapan mengajar Mampu menuntut, mendidik, mendorong, menggerakkan anak buah. 10. Jujur dapat dipercaya Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buah.
Ringkasan sifat-sifat kepemimpinan yang telah diuraikan di atas, sangat diperlukan oleh seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang berhasil dan memiliki kepemimpinan yang cukup kuat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam sebuah organisasi. Ringkasan tersebut merupakan
21
rangkuman semua sifat yang telah ditemukan yang besar kemungkinannya menjadi pemimpin yang sukses dan sifat-sifat tersebut menyumbang bagi keberhasilan kepemimpinan. Seorang yang menduduki jabatan sebagai pemimpin atau manajer harus
mempunyai
keterampilan-keterampilan.
Adapun keterampilan-
keterampilan tersebut antara lain (Ali, 2008: 103): 1. Keterampilan Konseptual (Conseptual Skill) Adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keseluruhan kepentingan dan kegiatan kelompok. 2. Keterampilan Kemanusiaan (Human Skill) Ketrampilan kemanusiaan adalah kemampuan untuk bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain sebagai individu maupun sebagai kelompok. 3. Keterampilan Administratif (Administrative Skill) Adalah keseluruhan keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasinan, penyusunan kepegawaian dan pengawasan. 4. Keterampilan Teknik (Technical Skill) Adalah keterampilan menggunakan peralatan-peralatan prosedur atau teknik dari suatu bidang tertentu. Perbedaan tingkatan dalam manajemen akan membedakan pula proposisi masing-masing kebutuhan atas keterampilan-keterampilan tersebut. Sebagai contoh, manajer puncak lebih membutuhkan keterampilan konseptual dibandingkan manajer lini pertama yang lebih memerlukan keterampilan teknis.
22
Perilaku kepemimpinan pada umumnya dimotivasi oleh keinginan memperoleh tujuan tertentu dan perilaku tersebut diwujudkan dalam serangkaian kegiatan atau aktivitas. Di dalam kepemimpinan hal ini tercermin dalam pola perilaku pemimpin. Pada dasarnya perilaku/pemimpin secara langsung lebih dikaitkan pada proses kepemimpinan dan prasyarat posisi manajerial dari sifat-sifat yang abstrak. Pada dasar seorang pemimpin atau manajer merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap kemajuan atau kemunduran sebuah organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin dituntut memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain. Kemampuan-kemampuan yang umumnya dituntut dari seorang pemimpin antara lain (Sutrisno, 2009: 238): 1. Memiliki kondisi fisik yang sehat 2. Berpengetahuan luas 3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya 4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari tujuan yang hendak dicapai 5. Memiliki daya kerja dan antusiasme yang besar 6. Dapat mengambil keputusan dengan cepat 7. Objektif dalam arti menguasai emosi dan lebih banyak menggunakan rasio 8. Adil dalam memperlakukan bawahan 9. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi
23
10. Menguasai prinsip-prinsip human relation 11. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat terhadap bawahannya tergantung situasi dan masalah yang dihadapi 12. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi. Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin atau manajerial dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat penting tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak di luar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Peranan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu yang bersifat ”interpersonal”, ”informasional”, dan ”dalam kancah pengambilan keputusan”.
B.
Profesionalisme Guru Secara etimologi, “profesi” berasal dan bahasa Yunani yang mengandung anti “pekerjaan job” (Sagala, 2009: 2), yaitu menghabiskan adanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan Namun anti itu kemudian berkembang tidak hanya sekedar pekerjaan atau job, tetapi di dalamnya terpaku juga suatu “panggilan” atau suatu “ailing”, suatu strong inner impulse. Sedangkan beberapa ciri dari profesionalisme diantaranya adalah (Sagala, 2009: 23);
24
1.
Menghendaki sitat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita dituntut untuk selalu menciptakan mutu
2.
Memerlukan kesungguhan dan. ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan
3.
Menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai
4.
Memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan Iman seperti harta dan kenikmatan hidup
5.
Memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Profesionalisme berarti juga bahwa (Sagala, 2009: 17):
1.
Secara terus menerus berkiprah di bidangnya
2.
Secara terus menerus meningkatkan daya kreativitas melalui pengalaman
3.
Secara terus menerus berkarya bagi pengembangan usaha pada lembaga tempatnya mengabdi. Dan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa profesi dan
profesionalisme mempunyai makna yang hampir sama. Profesi berkaitan erat dengan pengertian suatu pekerjaan saja yang dilakukan sehari-hari secara rutin. Sedangkan profesionalisme penekanannya adalah adanya suatu keinginan untuk lebih dilandasi oleh suatu keahlian serta panggilan dan hasil nuraninya untuk menjalankan tugas dengan benar. Begitupun juga dengan profesi seorang guru. Sebagai jabatan profesional, maka sudah selayaknya jika seorang guru juga harus memiliki
25
kriteria-kriteria
yang
mencerminkan
profesionalisme.
Implikasi
yang
diharapkan dan profesionalisme ini lebih tercapainya tujuan atau sasaran pembelajaran untuk menciptakan output pendidikan yang berkualitas, punya kompetensi yang tinggi, berakhlak mulia serta punya kepribadian yang mantap. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai substansi pekerjaannya secara profesional, yakni (Sagala, 2009: 31): 1.
Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis, khususnya materi pelajaran yang secara khusus diajarkannya, disamping itu Ia juga dituntut untuk berupaya mengikuti perkembangan materi pelajaran tersebut dan waktu ke waktu.
2.
Memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan, sehingga seorang gum dapat memilih materi pelajaran berdasarkan tingkat kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang diajarnya.
3.
Memiliki kemampuan mengembangkan program-program pendidikan yang secara khusus disusun sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang akan diajarnya. Menurut Moh. Uzer Usman, guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugs dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Danim, 2002: 23). Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di
26
bidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya dalam arti memperoleh pendidikan formal, tetapi juga harus mampu menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan kependidikan.
Landasan-landasan
kependidikan
tersebut
merupakan
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pendidik. Kompetensi ini terbagi menjadi kompetensi pribadi (personal) dan kompetensi profesional. Lebih jelas lagi sebagaimana yang dikatakan oleh Usman, guru profesional adalah guru yang tahu secara mendalam tentang siapa yang diajarkannya, cakap, cara mengajarkannya secara efektif dan efisien, dan guru tersebut mempunyai kepribadian yang mantap. Jadi, tiga ranah ap1iksi profesionalisme seorang guru yang meliputi pengetahuan (Knowledge), ketrampilan (skill) serta sikap mental (attitude) harus mampu tercover dalam diri seorang guru (Danim, 2002: 24). Dalam konteks penelitian ini akan difokuskan pada kompetensi profesional dan seorang guru yang meliputi (Danim, 2002: 26): 1.
Menguasai landasan pendidikan
2.
Menguasai bahan pengajaran
3.
Menyusun program pengajaran
4.
Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
5.
Memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya sebagai seorang guru Kemampuan profesional guru (professional capacity) terdiri dari
kemampuan intelegensi, sikap, dan prestasinya dalam bekerja. Dalam berbagai penelitian, kemampuan profesional guru sering ditunjukkan dengan
27
tinggi rendahnya hasil pengukuran kemampuan menguasai materi pelajaran yang diajarkan (Danim, 2002: 32). Secara sederhana, kemampuan profesional ini bisa ditunjukkan dengan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu memperkaya dan meremajakan pengetahuan tersebut. Salah satu upayanya, dapat melalui kegiatan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG). Secara sederhana peningkatan kemampuan professional guru bisa diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memenuhi kualifikasi menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi. Kematangan, kemampuan mengelola sendiri, pemenuhan kualifikasi, merupakan ciriciri profesionalisme. Oleh karena itu, pengingkatan kemampuan professional guru dapat juga diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum professional menjadi professional. Konsisten dengan penjelasan di atas, ada dua prinsip mendasar berkenaan dengan aktivitas peningkatan kemampuan professional guru di sekolah dasar. Pertama, peningkatan kemampuan propesional guru itu merupakan upaya membantu guru yang belum professional menjadi professional, jadi peningkatan kemampuan professional guru itu merupakan bantuan professional. Di satu sisi, bantuan professional berarti sekedar bantuan, sehingga yang seharusnya lebih berperan aktif dalam upaya pembinaan adalah guru itu sendiri, artinya guru itu sendiri yang seharusnya meminta bantuan kepada yang berwenang untuk mendapatkan pembinaan.
28
Demikian pula dalam hal bantuan yang diperlukan tergantung pada permintaan pegawai itu sendiri. Walaupun sekedar bantuan, yang berwenang harus melaksanakan bantuan atau pembinaan tersebut secara professional. Itulah yang disebut dengan bantuan profesional. Di sisi lain bantuan profesional
berarti
tujuan
akhirnya
adalah
bertumbuh
kembangnya
profesionalisme pegawai. Kedua, Peningkatan kemampuan profesional guru tidak benar bilamana hanya diarahkan kepada pembinaan kemampuan pegawai. Prinsip dasar kedua tersebut didasarkan pada prinsip pertama di atas bahwa tujuan akhir pembinaan pegawai adalah bertumbuh kembangnya profesionalisme pegawai. Menurut Glickman dalam Usman (2000: 24), guru yang profesional memiliki dua ciri, yaitu tingkat abstraksi (kemampuan) yang tinggi dan tingkat komitmen yang tinggi. Oleh karena itu pembinaan pegawai di sekolah dasar seharusnya diarahkan pada pembinaan kemampuan dan sekaligus pembinaan komitmennya. Sepintas sebenarnya dapat ditetapkan bahwa peningkatan kemampuan profesional guru di sekolah dasar dapat dikelompokan menjadi dua macam pembinaan. Pertama, pembinaan kemampuan pegawai sekolah dasar melalui supervisi pendidikan, program sertifikasi, dan tugas belajar. Kedua, Pembinaan
komitmen
pegawai
sekolah
dasar
melalui
pembinaan
kesejahteraannya. Peningkatan kemampuan profesional guru dibahas di dalam hal ini, sedangkan pembinaan komitmen atau motivasi, atau moral kerja guru dibahas di dalam bab lain, namun agar pelaksanaannya dapat
29
efektif dan efesien, program peningkatan mutu kemampuan profesional guru di sekolah dasar sebaiknya melalui langkah-langkah yang sistematis yakni sebagai berikut (Sagala, 2009: 35): (1) mengidentifikasi kekurangan, kelemahan, kesulitan, atau masalah-masalah yang seringkali dimiliki atau dialami guru kelas, dan guru mata pelajaran, (2) menetapkan program peningkatan kemampuan profesional guru yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan, kelemahan, kesulitan dan masalah-masalah yang seringkali dimiliki atau dialami guru kelas dan guru mata pelajaran, (3) merumuskan tujuan program peningkatan kemampuan profesional guru yang diharapkan dapat dicapai pada akhir program pengembangan. Rumusan harus operasional sehingga pencapaianya dapat dengan mudah diukur pada akhir pelaksanaan program, (4) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (5) menetapkan serta merancang materi dan media yang akan digunakan dalam peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (6) menetapkan bentuk dan pengembangan instrument penilaian yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (7) menyusun dan mengalokasikan anggaran program peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran, (8) melaksanakan program peningkatan kemampuan profesional guru dengan materi, metode, dan media yang telah ditetapkan dan dirancang, (9) mengukur keberhasilan program peningkatan kemampuan profesional guru, dan (10) menetapkan program
30
tindak lanjut peningkatan kemampuan profesional guru kelas dan guru mata pelajaran. Sementara
ini,
seringkali
pembinaan
pegawai
sekolah
dasar,
khususnya kepala dan guru sekolah dasar, dilakukan melalui penataran. Mereka seringkali terpaksa harus meninggalkan sekolah untuk mengikuti penataran yang diadakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kantor Departemen Kotamadya/Kabupaten (Sekarang menjadi Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten). Padahal sebenarnya
banyak
sekali
teknik
yang
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan kemampuan mereka. Beberapa teknik yang dimaksud diantaranya berupa bimbingan, latihan, kursus, pendidikan formal, promosi, rotasi, jabatan, konferensi, rapat kerja, penataran, loka karya, seminar, diskusi dan studi khusus. Walaupun banyak sekali teknik yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan pegawai sekolah dasar penggunaannya harus
dipertimbangkan
dipertimbangkan
sebaik-baiknya.
dalam
memilih
Beberapa
teknik
faktor
pengembangan
yang
perlu
peningkatan
kemampuan profesional guru sekolah dasar yaitu: (1) guru yang akan dikembangkan, (2) kemampuan guru yang akan dikembangkan, dan (3) kondisi lembaga, seperti dana, fasilitas dan orang yang bisa dilibatkan sebagai pelaksana. Rosidah profesionalisme
(2005: dalam
241) kerja
menyatakan merupakan
bahwa
masalah
masalah
yang
perlu
diperhatikan, sebab dengan adanya profesionalisme dapat mempengaruhi
31
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Profesionalisme kerja diperlukan karena profesionalisme merupakan bentuk perilaku seseorang menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan dan ketentuan yang diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sedangkan
Sutisno
(2002:
16)
menyatakan
bahwa
profesionalisme adalah: a
Proses melaksanakan suatu pekerjaan, dorongan, demi satu citacita untuk mencapai suatu tindakan yang lebih efektif.
b
Suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan diarahkan sendiri sekalipun menghadapi rintangan.
c
Latihan yang mengembangkan pengembangan diri, karakter, atau keadaan serba teratur dan efisien. Koentjaraningrat
(1999:
117)
menyatakan
bahwa
sikap
profesionalisme diartikan sebagai sikap yang melaksanakan segala bentuk tugas yang ditanggungnya. Sikap profesionalisme ini timbul sebagai suatu bentuk sikap ikhlas untuk bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap profesionalisme adalah sikap untuk bertingkah laku sesuai dengan norma, aturan ataupun hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sikap profesionalisme timbul melalui dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir atau yang disebut kemampuan dasar
32
dan kekuatan yang berasal dari luar seperti pengaruh keluarga, lingkungan, organisasi maupun masyarakat (Wibowo, 2006: 162). 1. Kekuatan yang dibawa sejak lahir Faktor kekuatan yang dibawa sejak lahir menurut Sri Rahayu Haditono (1996: 7) adalah anak lahir dalam keadaan suci dan memiliki berbagai sifat pembawaan. Ada seseorang yang memang sejak lahir memiliki pembawaan profesional, nakal, cerdas dan lain sebagainya. Memang faktor ini ada yang mempengaruhi anak hingga dewasa, namun ada juga pembawaan yang akhirnya terpengaruh oleh pergaulan dalam lingkungan sosialnya. 2. Kekuatan dari luar Kekuatan dari luar yang dimaksud adalah interaksi sosial, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Faktor kekuatan dari luar merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sikap profesionalisme. Anak yang membawa sifat yang baik sejak lahir, akibat pengaruh dari luar dapat menjadi orang yang memiliki perilaku yang buruk. Demikian pula sebaliknya, anak yang memiliki pembawaan yang buruk, akibat pergaulan menjadi baik juga sering ditemukan.
Hasibuan (2003: 194-198) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi profesionalisme meliputi: 1. Tujuan dan kemampuan
33
Menurut Davis & Newstrom (1996: 8), tujuan profesionalisme antara lain mencapai standar kerja, meminimaliasi kesalahan, dan mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif. Disinilah letak pentingnya prinsip "right man in the right place" (orang yang tepat di tempat yang tepat). 2. Keteladanan pemimpin Keteladanan pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan profesionalisme sebab pemimpin merupakan panutan bagi seluruh anggota organisasi. Apabila pemimpin tidak atau kurang profesional, maka hal ini akan menjadi contoh bagi bawahannya. 3.
Balas Jasa Balas saja atau reward akan mempengaruhi profesionalitas individu karena semakin besar reward yang didapatkan oleh individu akan semakin baik pula profesionalisme individu.
4.
Keadilan Keadilan yang menjadi landasan pemberian reward dan hukuman akan merangsang terciptanya sikap profesional karena sudah menjadi sifat manusia ingin diperlakukan setara dan merasa dirinya penting.
5.
Waskat (pengawasan melekat) Waskat adalah tindakan nyata yang efektif dalam mewujudkan profesionalisme.
Dengan
waskat,
atasan
secara
langsung
34
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja individu.
Bawahan
akan
merasa
diperhatikan,
mendapat
bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasan. Untuk itu perlu dipertimbangkan juga faktor – faktor sebagai berikut: a) absensi, b) alpa, dan c) keterlambatan kerja dan lingkungan kerja. 6.
Sanksi Hukuman Sanksi
hukuman
berperan
penting
dalam
memelihara
profesionalisme. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap pelanggaran atau tindakan tidak profesional, bersifat mendidik,
dan
menjadi
motivator
untuk
memelihara
profesionalisme. 7.
Hubungan Kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis dalam suatu organisasi ikut menciptakan profesionalisme yang baik. Terciptanya hubungan yang baik juga akan menjadikan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Sedangkan menurut Rosidah (2005: 183), indikator-indikator
yang mempengaruhi profesionalisme kerja antara lain: 1.
Profesionalisme terhadap waktu yang meliputi: a) tingkat absensi, dan b) hilangnya waktu kerja.
35
2.
Profesionalisme terhadap waktu kerja yang meliputi: a) efektifitas kerja, b) penggunaan peralatan, dan c) sikap hati-hati dalam melaksanakan tugas.
3.
Profesionalisme terhadap prosedur kerja yang meliputi: a) ketaatan pada tata tertib, dan b) menguasai cara kerja.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa indikator profesionalisme meliputi tujuan dan kemampuan individu, keteladanan pemimpin, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, pemberian sanksi hukuman, ketegasan, dan pembinaan hubungan kemanusiaan.
BAB III HASIL PENELITIAN
A.
Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Sidomukti 1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Sidomukti Tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Maksud ini dijabarkan lebih lanjut dalam batang
tubuh UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menegaskan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapat
pengajaran. Dalam hal untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka penulis berpendapat perlu sekali didirikan sekolah-sekolah termasuk sebagai wadah anak-anak untuk belajar dan untuk menambah pengetahuan tingkat dasar. Kemudian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, mengingat jumlah pengawas TK/SD yang terbatas, serta untuk mempermudah dalam melaksanakan evaluasi dan supervisi maka dibentuklah gugus sekolah. Gugus sekolah merupakan gabungan dari beberapa sekolah, dimana gugus menjadi wadah untuk melakukan kegiatan. Gugus dibentuk berdasarkan wilayah untuk mempermudah sekolah menjangkaunya. MI di Kecamatan Sidomukti tergabung dalam satu gugus sekolah
36
37
2. Struktur Organisasi Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan organisasi yang teratur. Adapun struktur organisasi Gugus MI Kecamatan Sidomukti adalah sebagai berikut:
SD/MI Imbas
SD/MI Imbas
SD/MI Imbas
SD Inti
SD/MI Imbas
SD/MI Imbas
SD/MI Imbas
3. Keadaan Guru MI di Kecamatan Sidomukti Guru merupakan alat pendidikan, yakni sebagai tenaga pendidik, guru yang berpotensi sangat mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan pembelajaran. Jumlah guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang guru, termasuk didalamnya ada 4 orang kepala sekolah. Dari keseluruhan guru adalah sebagai wiyata bhakti.
B.
Keadaan Responden 1. Daftar Nama Responden
38
Jumlah seluruh guru MI di Kecamatan Sidomukti adalah 28 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: TABEL 2 DAFTAR NAMA RESPONDEN No
Nama Responden
Asal Sekolah
1
Siti Rohmini, M.PdI
MI Mangunsari
2
Yasin
MI Mangunsari
3
Ismiyati, S.Pd
MI Mangunsari
4
Dra. Nurul Aini
MI Mangunsari
5
Fauziah, M.Ag
MI Mangunsari
6
Siti Fatonah, A.Ma
MI Mangunsari
7
A. Sabiqul Umam, S.Ag
MI Mangunsari
8
Khoiron, S.Ag
MI Ma'arif Dukuh
9
M. Muzaqi, S.PdI
MI Ma'arif Dukuh
10
Ulis Shihah
MI Ma'arif Dukuh
11
Suliyatun, S.Ag
MI Ma'arif Dukuh
12
Novi Lestari, S.Pd
MI Ma'arif Dukuh
13
Setia Naim, S.Ag
MI Ma'arif Dukuh
14
Aris Supriyadi, S.Ag
MI Ma'arif Dukuh
15
M. Syafii
MI Ma'arif Dukuh
16
Suryani
MIN
17
Rozikin, S.Ag
MIN
18
Siti Zulaikhah, S.PdI
MIN
19
Dra. Mukhasanah
MIN
20
Mustafifah, A.Ma
MIN
21
Wiwin Nuryani, A.Ma
MIN
22
Bambang Sudrajad
MIN
23
Zuhrotun
MIN
24
Aminudin Latif
MIN
Jabatan
39
25
Khoiron, S.Ag
MIN
26
Nur Hidayah, S.PdI
MIN
27
Purwati, S.PdI
MIN
28
Ruchani, S.PdI
MIN
2. Daftar tentang Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: TABEL 3 Daftar Jawaban Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah No Soal No
Nama Responden
Jml 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
Siti Rohmini, M.PdI
4
4
5
5
4
5
3
5
4
5
5
3
5
4
5
66
2
Yasin
5
3
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
65
3
Ismiyati, S.Pd
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
70
4
Dra. Nurul Aini
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
72
5
Fauziah, M.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
53
6
Siti Fatonah, A.Ma
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
3
5
4
5
4
66
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
61
A. Sabiqul Umam, 7
S.Ag
8
Khoiron, S.Ag
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
67
9
M. Muzaqi, S.PdI
4
5
5
4
5
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
58
10
Ulis Shihah
3
3
3
3
5
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
50
11
Suliyatun, S.Ag
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
67
12
Novi Lestari, S.Pd
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
64
13
Setia Naim, S.Ag
3
5
5
3
5
5
4
3
3
3
5
4
3
4
3
58
14
Aris Supriyadi, S.Ag
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
15
M. Syafii
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
65
16
Suryani
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
52
40
17
Rozikin, S.Ag
5
4
4
3
4
4
2
3
5
3
4
2
3
2
3
51
18
Siti Zulaikhah, S.PdI
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
19
Dra. Mukhasanah
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
70
20
Mustafifah, A.Ma
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
67
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
5
4
5
68
Wiwin Nuryani, 21
A.Ma
22
Bambang Sudrajad
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
66
23
Zuhrotun
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
70
24
Aminudin Latif
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
72
25
Khoiron, S.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
5
3
4
3
55
26
Nur Hidayah, S.PdI
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
3
5
4
5
4
66
27
Purwati, S.PdI
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
65
28
Ruchani, S.PdI
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
67
Keterangan Skor 5 : Selalu Skor 4
: Sering
Skor 3
: Kadang-kadang
Skor 2
: Tidak Pernah
Skor 1
: Tidak Pernah Samasekali
3. Daftar tentang Profesionalisme Guru Adapun hasil angket profesionalisme guru dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
41
TABEL 4 DAFTAR HASIL ANGKET PROFESIONALISME GURU No Soal No
Nama Responden
Jumlah 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Siti Rohmini, M.PdI
4
4
5
5
4
5
3
5
4
5
44
2
Yasin
5
3
5
4
5
4
4
4
5
4
43
3
Ismiyati, S.Pd
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
46
4
Dra. Nurul Aini
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
49
5
Fauziah, M.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
36
6
Siti Fatonah, A.Ma
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
45
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
41
A. Sabiqul Umam, 7
S.Ag
8
Khoiron, S.Ag
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
45
9
M. Muzaqi, S.PdI
4
5
5
4
5
3
3
4
4
4
41
10
Ulis Shihah
3
3
3
3
5
3
4
3
3
3
33
11
Suliyatun, S.Ag
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
44
12
Novi Lestari, S.Pd
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
42
13
Setia Naim, S.Ag
3
5
5
3
5
5
4
3
3
3
39
14
Aris Supriyadi, S.Ag
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
15
M. Syafii
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
45
16
Suryani
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
35
17
Rozikin, S.Ag
5
4
4
3
4
4
2
3
5
3
37
18
Siti Zulaikhah, S.PdI
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
19
Dra. Mukhasanah
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
48
20
Mustafifah, A.Ma
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
46
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
45
Wiwin Nuryani, 21
A.Ma
22
Bambang Sudrajad
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
45
23
Zuhrotun
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
46
24
Aminudin Latif
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
49
42
25
Khoiron, S.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
36
26
Nur Hidayah, S.PdI
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
45
27
Purwati, S.PdI
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
43
28
Ruchani, S.PdI
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
45
43
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Analisis Data Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap profesionalisme guru, maka dapat diperoleh dengan analisis statistik. Karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat kualitatif, adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik analisis statistik korelasi product moment dengan rumus:
rxy
X Y
XY
N
X 2 X N
2
2 Y 2 Y N
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
X
: skor variabel X
Y
: skor variabel Y
N
: Jumlah responden
X
: hasil kuadrat variabel X
Y
: Hasil kuadrat variabel Y
XY
: Produk dari X kali Y
: Sigma (jumlah) Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai kepemimpinan kepala
sekolah, profesionalisme guru dan tabel kerja untuk mencari koefisien
43
44
korelasi
antara
variabel
kepemimpinan
kepala
sekolah
dengan
profesionalisme guru. 1. Analisis Data tentang Kepemimpinan Kepala sekolah Data implementasi kepemimpinan kepala sekolah diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 5 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5 b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4 c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3 d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2 e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1 TABEL 5 NILAI ANGKET KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH No Soal No
Nama Responden
Jml 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
Siti Rohmini, M.PdI
4
4
5
5
4
5
3
5
4
5
5
3
5
4
5
66
2
Yasin
5
3
5
4
5
4
4
4
5
4
5
5
4
4
4
65
3
Ismiyati, S.Pd
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
70
4
Dra. Nurul Aini
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
72
5
Fauziah, M.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
53
6
Siti Fatonah, A.Ma
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
3
5
4
5
4
66
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
61
A. Sabiqul Umam, 7
S.Ag
8
Khoiron, S.Ag
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
67
9
M. Muzaqi, S.PdI
4
5
5
4
5
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
58
45
10
Ulis Shihah
3
3
3
3
5
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
50
11
Suliyatun, S.Ag
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
5
4
67
12
Novi Lestari, S.Pd
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
4
64
13
Setia Naim, S.Ag
3
5
5
3
5
5
4
3
3
3
5
4
3
4
3
58
14
Aris Supriyadi, S.Ag
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
15
M. Syafii
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
65
16
Suryani
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
52
17
Rozikin, S.Ag
5
4
4
3
4
4
2
3
5
3
4
2
3
2
3
51
18
Siti Zulaikhah, S.PdI
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
19
Dra. Mukhasanah
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
70
20
Mustafifah, A.Ma
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
5
4
4
4
4
67
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
5
4
5
68
Wiwin Nuryani, 21
A.Ma
22
Bambang Sudrajad
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
66
23
Zuhrotun
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
70
24
Aminudin Latif
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
5
4
5
72
25
Khoiron, S.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
5
3
4
3
55
26
Nur Hidayah, S.PdI
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
3
5
4
5
4
66
27
Purwati, S.PdI
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
4
5
4
4
5
65
28
Ruchani, S.PdI
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
5
4
5
67
Kemudian dikelompokkan dalam suatu interval nilai dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk kepemimpinan kepala sekolah dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 72 dan terendah 50 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
46
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
72 50 1 3
22 1 3
=8 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak guru yang menyatakan kepemimpinan kepala sekolah dengan criteria baik, cukup dan kurang TABEL 6 INTERVAL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Nilai
Jumlah guru
Nilai nominasi
50-57
4
Kurang
58-65
10
Cukup
66-72
14
Baik
Jumlah
28
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai kriteria baik, mendapat nilai antara 66-72 sebanyak 14 orang
47
b. Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai criteria cukup mendapat nilai antara 58-65 sebanyak 10 orang c. Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai criteria kurang mendapat nilai antara 50-57 sebanyak 4 orang guru Kemudian dibuat tabel nominasi A (baik), B (cukup), C (kurang) untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan kriteria baik, cukup, dan kurang TABEL 7 NILAI NOMINASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Skor 66 65 70 72 53 66 61 67 58 50 67 64 58 60 65 52 51 60 70 67 68
Nominasi A B A A C A B A B C A B B B B C C B A A A
48
22 23 24 25 26 27 28
A A A C A B A
66 70 72 55 66 65 67
Setelah
diketahui
berapa
banyak
responden
yang
menyatakan kepemimpinan kepala sekolah dengan kriteria baik, cukup, dan kurang kemudian dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut: P= -
F x100% N
Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang mendapat kriteria baik dengan nilai A sebanyak 14 orang P=
-
14 x100% = 50% 28
Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang mendapat cukup dengan nilai B sebanyak 10 orang P=
-
10 x100% =35,7% 28
Untuk kepemimpinan kepala sekolah yang termasuk dalam kurang mendapat nilai C sebanyak 4 orang P=
4 x100% = 14,3% 28
49
TABEL 8 KLASIFIKASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Nilai kepemimpinan No
Interval
Frekuensi
Persentase
kepala sekolah 1
Baik (A)
52-57
14
50%
2
Cukup (B)
58-65
10
35,7%
3
Kurang (C)
66-72
4
14,3%
2. Analisis data tentang sikap Profesionalisme guru Data sikap profesionalisme guru diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 5 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. alternatif jawaban Selalu (S), memiliki nilai 5 b. alternatif jawaban Sering (SR), memiliki nilai 4 c. alternatif jawaban Kadang-kadang, memiliki nilai 3 d. alternatif jawaban Tidak Pernah, memiliki nilai 2 e. alternatif jawaban Tidak Pernah Samasekali, memiliki nilai 1 TABEL 9 NILAI ANGKET SIKAP PROFESIONALISME GURU No Soal No
Nama Responden
Jumlah 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Siti Rohmini, M.PdI
4
4
5
5
4
5
3
5
4
5
44
2
Yasin
5
3
5
4
5
4
4
4
5
4
43
3
Ismiyati, S.Pd
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
46
4
Dra. Nurul Aini
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
49
50
5
Fauziah, M.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
36
6
Siti Fatonah, A.Ma
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
45
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
41
A. Sabiqul Umam, 7
S.Ag
8
Khoiron, S.Ag
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
45
9
M. Muzaqi, S.PdI
4
5
5
4
5
3
3
4
4
4
41
10
Ulis Shihah
3
3
3
3
5
3
4
3
3
3
33
11
Suliyatun, S.Ag
5
4
4
4
4
5
5
4
5
4
44
12
Novi Lestari, S.Pd
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
42
13
Setia Naim, S.Ag
3
5
5
3
5
5
4
3
3
3
39
14
Aris Supriyadi, S.Ag
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
15
M. Syafii
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
45
16
Suryani
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
35
17
Rozikin, S.Ag
5
4
4
3
4
4
2
3
5
3
37
18
Siti Zulaikhah, S.PdI
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
40
19
Dra. Mukhasanah
5
5
5
5
5
4
4
5
5
5
48
20
Mustafifah, A.Ma
5
5
5
4
5
5
4
4
5
4
46
4
4
4
5
4
5
5
5
4
5
45
Wiwin Nuryani, 21
A.Ma
22
Bambang Sudrajad
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
45
23
Zuhrotun
5
4
4
5
4
4
5
5
5
5
46
24
Aminudin Latif
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
49
25
Khoiron, S.Ag
4
4
4
3
4
4
3
3
4
3
36
26
Nur Hidayah, S.PdI
5
5
5
4
5
3
5
4
5
4
45
27
Purwati, S.PdI
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
43
28
Ruchani, S.PdI
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
45
Kemudian dikelompokkan dalam suatu interval nilai dengan rumus sebagai berikut:
51
Untuk sikap profesionalisme guru dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 49 dan terendah 33 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
49 33 1 3
16 1 3
= 5,4 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak guru yang professional dengan criteria baik, cukup dan kurang TABEL 10 INTERVAL SIKAP PROFESIONALISME GURU Nilai
Jumlah responden
Nilai nominasi
44-49
15
A
39-43
8
B
33-38
5
C
Jumlah
28
Dengan demikian dapat diketahui:
52
a. Untuk profesionalisme guru yang masuk kriteria baik mendapat nilai antara 44-49 sebanyak 15 orang b. Untuk profesionalisme guru yang masuk kriteria sedang mendapat nilai antara 39-43 sebanyak 8 orang c. Untuk profesionalisme guru yang masuk kriteria kurang mendapat nilai antara 33-38 sebanyak 5 orang Kemudian dibuat tabel nominasi A (baik), B (sedang), C (kurang) untuk mengetahui profesionalisme guru dengan kriteria baik, sedang, dan kurang TABEL 11 NILAI NOMINASI SIKAP PROFESIONALISME GURU No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Skor 44 43 46 49 36 45 41 45 41 33 44 42 39 40 45 35 37 40
Nominasi A B A A C A B A B C A B B B A C C B
53
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
A A A A A A C A B A
48 46 45 45 46 49 36 45 43 45
Setelah diketahui berapa banyak responden yang mempunyai sikap
profesionalisme
baik,
sedang,
dan
kurang
kemudian
dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut: P=
F x100% N
a. Untuk profesionalisme guru dalam kategori baik mendapat nilai A sebanyak 15 orang P=
15 x100% = 53,6% 28
b. Untuk profesionalisme guru dalam kategori sedang mendapat nilai B sebanyak 8 orang P=
8 x100% = 28,6% 28
c. Untuk profesionalisme guru dalam kategori rendah mendapat nilai C sebanyak 5 orang
54
5 x100% = 17,8% 28
P=
TABEL 12 KRITERIA SIKAP PROFESIONALISME GURU Nilai sikap No
profesionalisme
Interval
Frekuensi
Persentase
guru
B.
1
Baik (A)
44-49
15
53,6%
2
Sedang (B)
39-43
8
28,6%
3
Kurang (C)
33-38
5
17,8%
Analisis Pengolahan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel kepemimpinan kepala sekolah dan sikap profesionalisme guru untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
rxy
X Y
XY X 2 X N
Analisis
N
2
ini
untuk
2 Y 2 Y N
mengetahui
seberapa
jauh
pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap profesionalisme guru. Nilai dari kedua variabel tersebut selanjutnya untuk variabel kepemimpinan
55
kepala sekolah diberi nama variabel X dan sikap profesionalisme guru diberi nama variabel Y. Selanjutnya kedua variabel tersebut didistribusikan ke dalam koefisien dari perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment dengan skor angka kasar. Untuk lebih jelasnya akan penulis kemukakan dalam tabel berikut: TABEL 13 TABEL KERJA UNTUK MENCARI KOEFISIENSI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X) DAN SIKAP PROFESIONALISME GURU (Y)
No Resp
X
Y
X2
Y2
XY
1
66
44
4356
1936
2904
2
65
43
4225
1849
2795
3
70
46
4900
2116
3220
4
72
49
5184
2401
3528
5
53
36
2809
1296
1908
6
66
45
4356
2025
2970
7
61
41
3721
1681
2501
8
67
45
4489
2025
3015
9
58
41
3364
1681
2378
10
50
33
2500
1089
1650
11
67
44
4489
1936
2948
12
64
42
4096
1764
2688
13
58
39
3364
1521
2262
14
60
40
3600
1600
2400
15
65
45
4225
2025
2925
16
52
35
2704
1225
1820
17
51
37
2601
1369
1887
56
18
60
40
3600
1600
2400
19
70
48
4900
2304
3360
20
67
46
4489
2116
3082
21
68
45
4624
2025
3060
22
66
45
4356
2025
2970
23
70
46
4900
2116
3220
24
72
49
5184
2401
3528
25
55
36
3025
1296
1980
26
66
45
4356
2025
2970
27
65
43
4225
1849
2795
28
67
45
4489
2025
3015
∑
1771
1193
113131
51321
76179
Sehingga diketahui: X = 1771 Y = 1193 X2 = 113131 Y2 = 51321 XY = 76179 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy
rxy
X Y
XY X 2 X N
2
N
2 Y 2 Y N
1771x1193 28 17712 51321 11932 113131 28 28 76179
57
rxy
rxy
rxy
rxy
2112803 28 3136441 1423249 51321 113131 28 28 76179
76179 75457,25
113131 112015,7551321 50830,32 721.75
1115,25490,68 721 ,75 547230 ,87
rxy = 721,75 / 739,75 = 0,976
C.
Analisis Uji Hipotesis Setelah hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai r yang ada pada tabel. Dalam perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas, diketahui bahwa nilai r yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai r (pada tabel) apakah terjadi signifikansi atau tidak, atas taraf signifikansi 5% maupun 1%. Pada tabel lain product moment (rt) dengan jumlah responden = 28, kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam tabel diperoleh 0,374 dan taraf signifikansi 1% diperoleh bilangan 0,478, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
58
1. pada taraf signifikansi 5% rt = 0,374 dan rh = 0,976 sehingga rh > rt dan 2. pada taraf signifikansi 1% rt = 0,478 dan rh = 0,976 sehingga rh > rt dan Oleh karena nilai r yang diperoleh yaitu 0,976 berada di atas batas signifikan, yaitu pada taraf signifikan 1% sebesar 0,478 atas dasar pernyataan ini maka nilai r yang telah maka hipotesis nihil ditolak. Dengan demikian penulis menerima hipotesis yang berbunyi: Kepemimpinan
kepala
sekolah
memberikan
pengaruh
terhadap
profesionalisme guru MI di Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Untuk menentukan keeratan hubungan/ korelasi antar variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisien korelasi sebagai patokan (Arikunto, 2003: 140). TABEL 14 INTERVAL NILAI KOEFISIEN KORELASI (KK) DAN KEKUATAN HUBUNGAN No
Interval Nilai
Kekuatan Hubungan
1
KK = 0,00
Tidak
2
0,00 < KK ≤ 0,20
Sangat rendah atau lemah sekali
3
0,20 < KK ≤ 0,40
Rendah atau lemah tapi pasti
4
0,40 < KK ≤ 0,70
Cukup berarti atau sedang
5
0,70 < KK ≤ 0,90
Tinggi atau kuat
6
0,90 < KK < 1,00
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7
KK = 1,00
Sempurna
59
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa r hitung yang diperoleh sebesar 0,976 berada dalam kategori sangat tinggi atau dapat diandalkan, artinya kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap profesionalisme guru.
60
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
penulis
dan
pemahamannya, serta beberapa analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan kepala sekolah yang berada pada kategori sangat baik mencapai 50%, kategori sedang 35,7% dan kategori kurang 14,3% 2. Profesionalisme guru yang berada pada kategori baik mencapai 53,6%, kategori sedang 28,6% dan kategori kurang 17,8% 3. Dari data kuantitatif di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa kepemimpinan
kepala
sekolah
memberikan
pengaruh
terhadap
profesionalisme guru, terbukti nilai r hitung lebih besar dari r tabel 5% maupun 1%.
B.
Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Sekolah sebagai tempat memperoleh pendidikan hendaknya guru dapat mengimplementasikan sikap profesional dengan baik sehingga kualitas pendidikan dapat meningkat.
61
2. Kepala sekolah perlu mengadakan supervisi terhadap para guru sehingga guru dapat bersikap profesional. 3. Perlunya pengawas MI (Waspendais) Departemen Agama mengadakan evaluasi kinerja kepala sekolah dan guru.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta _______________, 2002. Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Dalyono, 1997. Pendekatan dalam Pembelajaran, Bandung: Bina Insani Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: BPFE Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosdakarya ______________, 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Cipta Rianse, Usman. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Bandung: Alfateba Rianto, Bambang. 2004. Psikologi Pengajaran, Bandung: Alfabeta S. Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius Sagala, Syaiful. 2009 Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta Sardiman, 2001. Konsep Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, 2009. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Surayin, 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: Yrama Widya
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan I. Identitas Responden
1
Nomor Responden
2
Jenis Kelamin
/ V / 2010
1 Laki-laki 2. Perempuan
II. Petunjuk : Kami mohon Saudara memberikan tanda silang pada salah satu skore kolom di samping daftar pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Jawaban Saudara tidak akan mempengaruhi kedudukan Saudara: S
: Selalu
Skor 5
SR
: Sering
Skor 4
KD : Kadang-Kadang
Skor 3
TP
Skor 2
: Tidak Pernah
TPS : Tidak Pernah Samasekali
Skor 1
Kepemimpinan Kepala Sekolah No
Pernyataan
1
Kepala sekolah kurang tegas dalam memimpin anak buah Kepala sekolah terlalu otoriter dalam memimpin
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kepala sekolah main perintah saja terhadap para guru Kepala sekolah kurang komunikasi dengan para guru Kehadiran kepala sekolah sangat jarang di sekolah Kepala sekolah kurang memperhatikan sikap guru Kepala sekolah tidak berani mengingatkan guru yang tidak profesional Kepala sekolah tidak memperhatikan masukan dari guru Dalam pengambilan keputusan, kepala sekolah terlalu kaku Kepala sekolah bertindak kurang disiplin Kepala sekolah kurang tanggap terhadap perkembangan sekolah Kepala sekolah memberi kesempatan yang sama terhadap guru untuk meningkatkan kualitasnya Kepala sekolah terbuka dalam menerima kritik dan masukan Kepala sekolah mengadakan koordinasi dengan komite saat mau mengambil keputusan Kepala sekolah kompak dengan guru dalam segala hal
S
SR
KD
TP
TPS
Profesionalisme Guru No
S
Pernyataan
1
Guru memahami tujuan pendidikan
2
Guru mengetahui fungsi sekolah
3 4
Guru mengenal prinsip-prinsip pendidikan Guru menguasai kurikulum
5
Guru dapat mengaplikasikan silabus
6
Guru menguasai bahan pelajaran
7
Guru mampu menyampaikan pelajaran dengan baik Guru mampu menyusun menyusun program pengajaran Guru mampu menetapkan kompetensi belajar dengan baik Guru mampu mengembangkan bahan pelajaran
8 9 10
psikologi
SR
KD
TP
TPS