SKRIPSI ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA PRODUK GADAI PERBANKAN SYARIAH STUDI KASUS PADA PT BANK BRI SYARIAH, Tbk., KCI PETTARANI MAKASSAR
NURUL LISTIAWATI
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
SKRIPSI ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA PRODUK GADAI PERBANKAN SYARIAH STUDI KASUS PADA PT BANK BRI SYARIAH, Tbk., KCI PETTARANI MAKASSAR sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
NURUL LISTIAWATI A31108929
kepada
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
SKRIPSI ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA PRODUK GADAI PERBANKAN SYARIAH STUDI KASUS PADA PT BANK BRI SYARIAH, Tbk., KCI PETTARANI MAKASSAR disusun dan diajukan oleh
NURUL LISTIAWATI A31108929 telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Makassar, Mei 2013
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof.DR.H.Gagaring Pagalung.S.E,MS,Ak Nip. 19630116 198810 1 001
Drs.Muh. Ashari,M.SA,Ak Nip. 19650219 199403 1 002
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. H. Abdul Hamid Habbe, M.Si., Ak. Nip. 19630515 199203 1 003
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: NURUL LISTIAWATI
NIM
: A31108929
Jurusan/program studi
: AKUNTANSI
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA PRODUK GADAI PERBANKAN SYARIAH STUDI KASUS PADA PT. BANK BRI SYARIAH, Tbk., CABANG MAKASSAR adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 2 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar,______________ yang
membuat
pernyataan
Nurul Listiawati
PRAKATA
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan materi maupun teknik penulisan. Namun demikian, peneliti telah berusaha memberikan yang terbaik dengan semaksimal mungkin. Peneliti juga ingin berterima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, baik berupa dukungan moril, material maupun doa sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Peneliti berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua tercinta, Ayah dan Ibu, H. Muhammad Nadjibkan, S.E dan Hj. Nuraeni. Yang selalu mendo’akan, memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus dan selalu memberikan dorongan semangat setiap saat agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Unhas, Bapak Dr. Darwis Said, SE, MSA, Ak. Ketua Jurusan Akuntansi, Bapak DR. H. Abd. Hamid Habbe, SE, M.Si. 3. Bapak Prof.DR.H.Gagaring Pagalung, S.E, MS, Ak dan Drs. Muhammad Ashari, M,SA,Ak selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah diluangkan
untuk membimbing, memberi motivasi dan nasehat, serta diskusi-diskusi yang dilakukan dengan peneliti selama proses penelitian ini berlangsung. 4. Pimpinan dan Wakil Pimpinan PT Bank BRI Syariah Pak Imam, Pak Yusran, bu Melinda, dan Pak Ricky yang telah memberikan kesempatan kepada Peneliti untuk melakukan penelitian di PT Bank BRI Syariah Makassar. Kepada para staf PT Bank BRI Syariah Kantor Cabang Induk dan Kantor Cabang Pembantu Arief Rate terima kasih atas kerjasama dan partisipasi dan membantu selama proses penelitian. Kak eryt, Kak Dicky, Kak Indah, Kak Nunu, Kak Lina, Kak Fadyah, dan teman-teman PKL. 5. Buat kakak ku Lydia, Lyanti, cora’ yang selalu menjadi teman sharing dan pemberi semangat untuk peneliti agar cepat menyelesaikan studi dan skripsi, terima kasih atas semua doanya. 6. Sahabat-sahabatku Le’ba’ (ika), Duma (Ayu), Agis, Gina, Tipa, Windy telah menjadi sahabat yang selalu saling membantu, berbagi sedih, tawa, makanan, dan ilmu, menjadi sahabat tanpa kebohongan, serta menjadi warna dalam perjalanan studi peneliti. Terima kasih atas semangat kalian. 7. Sahabatku Yuyun terima kasih telah menjadi sista dari SMP sampai Sekarang serta pertanyaan kapan saya sarjana?. Untuk Asmuadji Asnan S.T terima kasih atas semangat, motivasi dan do’a yang selama ini diberikan kepada peneliti, dan teman-teman pemain DrumCrops Pramuka Universitas Hasanuddin terima kasih atas segala pengalaman, dan menjadi saudara yang baru, dan telah menjadi melodi yang melengkapi perjalanan studi peneliti. One Band One Sound. 8. Teman-teman KKN Peneliti, Maman, Rima, Rahmi,Ian, dan Gebry.
9. Tidak
lupa
pula
semua
teman-teman
seperjuangan
08stackle
dan
seangkatan selama kurang lebih empat setengah tahun ini. 08stackle tidak akan pernah terlupakan. Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak
pihak sebagai tambahan
pengetahuan dan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan skripsi berikutnya.
Makassar, Aprl 2013
Peneliti
ABSTRAK
Analisis Perkembangan Kinerja Produk Gadai Perbankan Syariah (Studi Kasus PT Bank BRI Syariah cabang Makassar).
Nurul Listiawati Gagaring Pagalung Muhammad Ashari
Penelitian ini menjelaskan bagaimana perkembangan kinerja dari produk gadai PT bank BRI Syariah Cabang Makassar yang dapat dilihat dari segi pencairan, pelunasan, dan pendapatan yang sudah diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah berdasarkan pendapatan yang sudah diterima dan membuktikan apakah dengan semakin berkembangnya perbankan syariah juga mempengaruhi perkembangan produk yang ada pada pada bank syariah terkhusus pada produk gadai, dan mengetahui apakah sistem yang digunakan pada produk gadai PT Bank BRI Syariah Cabang Makassar telah sesuai dengan Syariah Islam. Dalam penelitian ini, perhitungan perkembangan kinerja berupa pendapatan sewa ditambah biaya administrasi ditambah denda dan dibagi pelunasan dikali seratus persen. metode yang digunakan adalah metode menganalisis data hasil olahan serta melakukan metode wawancara pada PT Bank BRI Syariah cabang Makassar dengan menggunakan metode analisis desktiptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan k inerja produk gadai pada PT Bank BRI Syariah Cabang Makassar pada semester I kurang stabil dan cenderung menurun sedangkan semester II dapat dikatakan stabil karena tidak terdapat selisih kenaikan atau penurunan yang besar. Hal tersebut dikarenakan tingkat pelunasan yang relatif stabil antar bulannya.
Kata Kunci: Perkembangan produk gadai, pelunasan, pencairan, pendapatan, syariah Islam .
ABSTRACT Analysis of Development of Islamic Banking Performance Products Pawn (Case Study PT Bank BRI Syariah Makassar branch).
Nurul Listiawati Gagaring Pagalung Muhammad Ashari
This study describes how the development of the performance of mortgage products PT Bank BRI Syariah Makassar branch which can be seen in terms of disbursement, repayment, and income received. This study aims to determine the development of the performance of the mortgage BRI Syariah based revenue has been received and prove whether with the development of Islamic banking also influenced the development of existing products in the Islamic banks especially its lien on the product, and whether the system used at PT Bank mortgage products BRI Syariah Branch Makassar in accordance with Islamic Syariah. In this study, the calculation of performance development in the form of rental income plus administrative costs plus penalties and repayment divided multiplied by one hundred percent. method used is the method of analyzing the data processed and conduct interviews at PT Bank BRI Syariah Makassar branch using analytical methods deskriptif. The results showed that the growth performance of mortgage products at PT Bank BRI Syariah Makassar Branch less stable in the first half and tended to decline, while the second half can be said to be stable because there is no difference between a large increase or decrease. That is because the repayment rate is relatively stable between month.
Keywords: Development of mortgage products, repayment, disbursement, income, Islamic syariah.
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...............................................................................
i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................
v
PRAKATA ................................................................................................
vi
ABSTRAK ................................................................................................
ix
ABSTRACT ..............................................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6.
1
Latar Belakang .............................................................. Rumusan Masalah ......................................................... Batasan Masalah ........................................................... Tujuan Penelitian ........................................................... Manfaat Penelitian ......................................................... Sistematika Penulisan ...................................................
1 4 4 5 5 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
7
2.1. Pengertian Bank ............................................................ 2.1.1. Bank Konvensional ............................................. 2.1.2. Bank Syariah ........................................................ 2.1.3. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah 2.1.4. Prinsip, Tujuan, dan Fungsi Bank Syariah .......... 2.2. Pengertian Gadai ........................................................... 2.2.1. Gadai Konvensional ............................................ 2.2.2. Gadai Syariah ..................................................... 2.2.3. Landasan Gadai Dalam Syariat Islam ................. 2.2.4. Persamaan dan Perbedaan Rahn dan Gadai ..... 2.3. Praktek Operasional Bank Syariah ................................ 2.3.1. Sistem Operasional Bank Syariah ....................... 2.3.2. Prinsip Operasional Bank Syariah ....................... 2.3.3. Produk Penyaluran Dana pada Bank Syariah ..... 2.3.4. Akad Gadai pada Bank Syariah .......................... 2.3.5. Riba .....................................................................
7 7 8 9 10 11 11 12 13 17 19 19 21 23 24 26
2.3.6. Kinerja .................................................................
29
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
32
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Jenis Penelitian ............................................................. Objek dan Lokasi Penelitian .......................................... Jenis dan Sumber Data ................................................. Teknik Pengumpulan Data ............................................ Teknik Analisa Data .......................................................
32 32 32 33 34
PEMBAHASAN ......................................................................
36
4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5.
Sejarah Singkat Bank BRI Syariah ................................ Visi dan Misi Bank BRI Syariah ..................................... Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................. Deskripsi Data .............................................................. Analisis Penerapan Produk Gadai pada Perbankan Syariah ditinjau dari segi Syariah Islam ..........................
36 37 38 49
BAB V PENUTUP ...............................................................................
64
5.1. Kesimpulan .................................................................... 5.2. Saran ............................................................................. 5.3. Keterbatasan Penelitian .................................................
64 65 66
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
67
LAMPIRAN
69
BAB IV
...............................................................................
60
DAFTAR TABEL Tabel
HALAMAN
2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah .........................
9
2.2 Perbedaan Riba/Bunga dan Bagi Hasil ..........................................
27
4.1 Biaya Administrasi Gadai BRI Syariah IB Cab. Makassar ..............
41
4.2 STLE dan Tarif Biaya Sewa ...........................................................
42
4.3 Simulasi Perhitungan Pinjaman Gadai BRI Syariah iB ...................
45
4.4 Golongan Pinjaman Produk Gadai BRI Syariah iB .........................
46
4.5 Waktu Pelunasan Gadai BRI Syariah iB .........................................
46
4.6 Laporan Pencairan dan Pelunasan Produk Gadai BRI Syariah Cabang Makassar Tahun 2012 ......................................................
50
4.7 Laporan Perhitungan Perkembangan Kinerja Bagian Gadai BRI Syariah Cab. Makassar Tahun 2012 ..............................................
56
DAFTAR GAMBAR Gambar
HALAMAN
4.1 Grafik Pencairan dan Pelunasan Gadai BRI Syariah iB Cab. Makassar Tahun 2012 ...........................................................
51
4.2 Grafik Perhitungan Perkembangan Kinerja Bagian Gadai BRI Syariah Cab. Makassar Tahun 2012 .......................................
57
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
HALAMAN
1
Biodata ...........................................................................................
70
2
Sertifikat Gadai Syariah PT. Bank BRI Syariah iB ..........................
71
3
Akad Pinjaman dengan Gadai (Rahn) ............................................
72
4
Akad Sewa Tempat (Ijarah) ............................................................
76
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950-an. Perkembangan syariah merupakan cita-cita para praktis ekonomi Islam pada saat itu, sehingga pada tahun 1963-1967 Feds mendirikan bank syariah pertama di Dunia, yang didirikan di Kota Mesir. Dengan didirikannya Bank Syariah tersebut diharapkan dapat membawa kesadaran baru untuk menerapkan prinsip dan nilai-nilai syariah di kehidupan nyata. Di Indonesia sendiri perkembangan perbankan syariah di mulai pada awal tahun 1990. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama dan yang menjadi pioneer bagi perkembangan bank syariah lainnya di Indonesia. Selain itu Bank Muamalat juga sukses menerapkan sistem syariah di tengah menjamurnya bank-bank konvensional. Perkembangan industri perbankan dan keuangan syariah dalam satu dasawarsa
belakangan
ini
mengalami
kemajuan
yang
sangat
pesat.
Perkembangan tersebut berupa Perbankan Syariah, Asuransi Syariah, Tamwil (BMT) Syariah, Reksadana Syariah, Obligasi Syariah, Pegadaian Syariah. Dalam sektor rill sendiri adannya Hotel syariah dan Multi Level Marketing Syariah. Langkah-langkah strategis pengembangan perbankan syariah yang telah diupayakan adalah pemberian izin kepada Bank Umum Konvensional untuk membuka kantor Cabang Unit Usaha Syariah atau konversi sebuah bank konvensional menjadi bank syariah.
1
Perkembangan perbankan syariah, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengalami kemajuan yang sangat mengagumkan, jika dibandingkan dengan data sebelum tahun 1999, jumlah bank syariah sangat terbatas dimana hanya ada sebuah bank syariah, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Dan sekarang dapat dilihat perkembangan tersebut dengan banyaknya lembaga keuangan yang berbasis syariah yang menjamur. Total aset Industri perbankan dengan prinsip syariah mencapai Rp 152,3 triliun per maret 2012. Terdapat 11 Bank Komersional berbasis Syariah 24 Unit Usaha Syariah Bank, dan 155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Adapun, aset sektor keuangan syariah di Indonesia Rp 214 triliun pada tahun 2011. Perbankan syariah mendominasi kepemilikan aset hingga 69,5% dan obligasi syariah (sukuk) 18,7%. Rata-rata pertumbuhan perbankan syariah mencapai 40,2% per tahun dalam 5 tahun terakhir, melampaui perbankan konvensional sekitar 19,7% per tahun. Pengembangan sistem perbankan syariah dalam rangka dualbanking sistem atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Dengan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang kita miliki, maka indonesia sangat berpeluang untuk menjadi plaftorm pusat keuangan syariah atau islamic financial hub di Asia bahkan dunia. Terwujudnya Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia diharapkan akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi sumber-sumber pembiayaan dari pasar keuangan syariah international untuk dapat melakukan investasi di banyak sektor-sektor potensial di Indonesia, seperti sektor pembangunan
infrastruktur, sektor energi, dan sektor pengolahan sumber daya alam Indonesia yang masih sangat berlimpah. Yang pada gilirannya akan sangat mendukung pembangunan nasional Indonesia demi kesejahteraan rakyatnya. Perkembangan produk-produk berbasis syariah semakin marak di Indonesia. Dengan adanya peluang tersebut Perum Pegadaian bekerjasama dengan Lembaga Keuangan Syariah meluncurkan serta mengembangkan produk gadai yang berbasis syariah/rahn. Pada dasarnya produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik, yaitu tidak memungut bunga dalam berbagai transaksi karena riba. Menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Gadai syariah/rahn lebih dikenal sebagai bagian produk yang ditawarkan oleh bank syariah, dimana bank menawarkan kepada masyarakat bentuk penjaminan barang guna mendapatkan pembiayaan. Bank syariah bisa merespon kebutuhan masyarakat ini dengan berbagai produknya karena transaksi ini identik dengan prinsip rahn, yakni menahan barang sebagai jaminan atas utang. Sebagai produk jasa bank syariah, rahn diterapkan pada produk pinjaman, di mana bank tidak memperoleh apa-apa kecuali biaya pemeliharaan aset atau biaya keamanan. Karena itu, biasanya produk ini diterapkan untuk keperluan-keperluan sosial, seperti kesehatan, pendidikan, dan lain-lain (Usman, 2009:292-293). Dalam Pengelolaan Usaha Gadai Syariah dilakukan seperti sebuah perusahaan dengan sistem manajemen modern yang dicerminkan dari penggunaan azas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas. Oleh karena itu penerapan ketiga azas tersebut harus disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. Sehingga dapat berjalan seiring dan terintegrasi dengan manajemen perusahaan secara keseluruhan.
Untuk BRI Syariah, produk pembiayaan memasuki tahun ke 2, telah berhasil membuka 60 Layanan Gadai di seluruh Cabang PT Bank BRI Syariah. Produk ini menjadi produk unggulan di PT Bank BRI Syariah karena peningkatan outstanding cukup signifikan dimana meningkat drastis sebesar Rp 626,67 miliar dari Rp 19,41 miliar menjadi Rp 646,08 miliar di tahun 2010. Gadai BRI Syariah iB selain untuk kebutuhan dana mendesak juga mendidik masyarakat untuk melindungi nilai asetnya melalui emas dengan memanfaatkan produk Gadai BRI Syariah iB. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan Laporan Keuangan Syariah dalam hal ini pembiayaan gadai, terus mengalami peningkatan. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Analisis perkembangan kinerja produk gadai perbankan syariah”.
1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh perkembangan kinerja, hubungannya dengan pendapatan yang diperoleh dari produk gadai BRI Syariah?
1.3 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah kinerja pada bagian produk gadai pada BRI Syariah. Kinerja yang di maksud dalam penelitian ini adalah output yang dihasilkan oleh produk gadai BRI Syariah yang diukur dari pendapatan yang sudah diterima. Data yang diambil dari perkembangan setiap bulannya pada tahun 2012.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan dan perkembangan kinerja produk gadai BRI Syariah diukur dari pendapatan yang sudah diterima. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dapat dicapai, yaitu: 1) Bagi peneliti, manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai perkembangan kinerja produk gadai BRI Syariah diukur dari pendapatan yang sudah diterima. Serta dapat menambah pengetahuan dibidang perbankan syariah khususnya pembiayaan gadai syariah, untuk memenuhi sebagai syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi, dan untuk mensiarkan nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat. 2) Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai input atau kontribusi bagi manajemen PT Bank BRI Syariah, Tbk., Cabang Makassar. 3) Bagi masyarakat dan almamater, dapat menambah pengetahuan mengenai perbankan syariah sehingga dapat menggunakan jasa dan produk-produk bank syariah dan juga dapat menjadikan acuan untuk penelitian berikutnya yang lebih baik lagi bagi civitas Universitas Hasanuddin khususnya mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi.
1.6 Sistematika Penulisan Sistem penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I
Pendahuluan Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah,batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini, perbankan
konvensional,
perbankan
syariah,
riba,
kinerja
khususnya gadai syariah dan operasi gadai syariah. Bab III
Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitian, objek penelitian, variabel penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV
Pembahasan Pada bab ini berisikan gambaran umum perusahaan yang berisi tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi dan job description pada bagian gadai syariah yang ada pada perusahaan. Serta pada bab ini juga akan dibahas mengenai hasil dari observasi pada objek yang dipilih sebagai tempat mendapatkan informasi serta data yang dibutuhkan. Serta, hasil analisa yang akan disajikan dalam bentuk deskriptif atas semua data yang diperoleh dari hasil observasi peneliti dengan berpedoman pada landasan teori.
Bab V
Penutup Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan dan studi dan kebijakan selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bank 2.1.1. Bank Konvensional Menurut Stuart dalam Arrasjid (2011:3) mengatakan: Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Abdurrahman dalam Arrasjid (2011:3) menjelaskan: Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.
“Bank umum adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul uang, dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter, serta dinamisator pertumbuhan perekonomian.” (Hasibuan, 2006:2). Ajuha dalam Kara (2005:67) mengatakan: Bank berarti menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakannya secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik. Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Hasibuan, 2006:1).
Usman dalam Lemons (2012) menyimpulkan: Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang melayani kepentingan masyarakat dalam segala bentuk transaksi yang menyangkut kepentingan dari pihak yang memakai jasa bank, dengan tanpa mengabaikan keuntungan bank baik secara langsung maupun tidak.
2.1.2. Bank Syariah Harahap (2004:94) mengatakan: Istilah Bank Tanpa Bunga sebenarnya dapat memberikan konotasi yang berbeda dari esensi Bank Syariah. Istilah tanpa bunga ini sering diasosiasikan dengan Tanpa Biaya (No Interest) yang sebenarnya tidak tepat. Oleh karena itu sebaiknya kita pakai saja istilah Bank Bagi Hasil yang juga dipakai Bank Indonesia atau tepatnya Bank Syariah. Bank berdasarkan Prinsip Syariah (BPS) adalah Bank Umum Syariah (BUS) atau Bank PerKreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Islam (Al-Quran dan Hadits). Dalam tata cara tersebut dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dari pembiayaan perdagangan (Hasibuan, 2006:39).
Menurut Ascarya (2007:30) “bank syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan/perbankan bagi para nasabah”. Menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 tahun 1992 “bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” (Muhammad, 2005:78). “Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran” (Soemitra, 2010:61). Pengertian Bank Syariah menurut Ensiklopedia bebas dalam Juliani (2012) adalah: (Arab: al-Mashrafiyah al-Islamiyah) suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.
Menurut Rahardjo dalam Kara (2005:68) mengatakan: “bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana, dari dan kepada masyarakat, atau sebagai lembaga perantara keuangan”. 2.1.3. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah Perbedaan
bank
syariah
dan
bank
konvensional,
menurut
(Ismail, 2011:38) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah
No
Bank Syariah
No
Bank Konvensional
1
Investasi, hanya untuk proyek dan produk yang halal serta menguntungkan.
1
2
Return, yang di bayar dan/atau diterima berasal dari bagi hasil atau pendapatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.
2
3
Perjanjian dibuat dalam bentuk akad sesuai dengan syariah Islam. Orientasi pembiayaan tidak hanya untuk keuntungan akan tetapi juga falah oriented, yaitu berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Hubungan antara bank dan nasabah adalah mitra.
3
Investasi,tidak mempertimbangkan halal atau haram asalkan proyek yang dibiayai menguntungkan. Return, baik yang dibayar kepada nasabah penyimpan dana dan return yang diterima dari nasabah pengguna dana berupa bunga. Perjanjian menggunakan hukum positif.
Dengan pengawas terdiri dari BI, Bapepam, Komisaris, dan Dewan pengawas Syariah (DPS). 7 Penyelesaian sengketa, diupayakan diselesaikan secara musyawarah antara bank dan nasabah, melalui peradilan agama. (Ismail, 2011:38)
6
4
5
6
4
Orientasi pembiayaan, untuk memperoleh keuntungan atas dana yang dipinjamkan.
5
Hubungan antara bank dan nasabah adalah kreditor dan debitur. Dewan pengawas terdiri dari BI, Bapedam, dan Komisaris.
7
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan negeri setempat.
2.1.4
Prinsip, Tujuan dan Fungsi Bank Syariah Dari ketentuan yang mengatur kegiatan usaha perbankan syariah sebagai
mana telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 sebagaimana
telah
7/35/PBI/2005
dan
diubah
dengan
Peraturan
Bank
Peraturan
Bank
Indonesia
Indonesia
Nomor
Nomor
6/17/PBI/2004
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia 8/25/PBI/2006, diketahui bahwa pada prinsipnya kegiatan usaha perbankan, termasuk dalam hal ini kegiatan usaha bagi bank syariah meliputi kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau bentuk lainnya berdasarkan prinsip syariah, kegiatan penyaluran dana ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dan kegiatan pelayanan jasa bank berdasarkan prinsip syariah. Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan dan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari’ah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyetaraan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina’) (Muhammad, 2005:32). Sebagai undang-undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 diatur pula secara limitatif mengenai produk dan jasa perbankan syariah yang merupakan kegiatan usaha perbankan syariah. Di samping menjalankan fungsi bisnis, perbankan syariah ternyata dimungkinkan juga untuk menjalankan fungsi sosial. Fungsi perbankan syariah ditegaskan dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dalam Usman (2009:29) yang menyatakan bahwa: 1) Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
2) Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. 3) Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). 4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) dan (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peran utama dari sistem keuangan Islam adalah untuk menciptakan insentif untuk alokasi yang efisien atas keuangan dan sumber daya nyata untuk tujuan kompetisi dan tujuan menembus ruang dan waktu. Berikut ini yang termaksud tujuan utama perbankan dan keuangan Islam dari perspektif Islam dalam Ayuningtyas (2010), yaitu: 1) Penghapusan bunga dari semua transaksi keuangan dan pembaruan semua aktivitas bank agar sesuai dengan prinsip Islam. 2) Pencapaian distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar, dan 3) Promosi pembangunan ekonomi 2.2 Pengertian Gadai 2.2.1 Gadai Konvensional Gadai konvensial dalam Rais (2005:125) adalah: Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan menjaminkan ‘barang-barang berharga’ kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang, dimana barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 dalam Muljadi (2007:74) mengatakan: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitor, atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada kreditor-kreditor lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
Menurut Susilo et al. dalam Rais (2005:126) mengatakan: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh oleh seorang yang memiliki piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang memiliki hutang atau oleh orang lain atas nama orang yang memiliki hutang.
2.2.2 Gadai Syariah Sabiq dalam Bhinadi (2012): Sesungguhnya rahn (gadai) adalah menjadikan benda yang memiliki nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan untuk utang, dengan ketentuan dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau mengambil sebagiannya dari benda (jaminan) tersebut. Syafi’iyah memberikan definisi gadai (rahn) sebagai berikut: “gadai adalah menjadikan suatu benda sebagai jaminan untuk utang, di mana utang tersebut bisa dilunasi (dibayar) dari benda (jaminan) tersebut ketika pelunasannya mengalami kesulitan” (Bhinadi, 2012). Menurut Ali (2008:3) Gadai Syariah (Rahn) adalah: Menahan barang jaminan yang bersifat materi milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut bernilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadai dimaksud, bila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar utang pada waktu yang telah ditentukan.
Menurut Basyir dalam Rais (2005:38) Rahn adalah perjanjian menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan sesuatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima.
Menurut Al Anshari dalam Rais (2005:38): “rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta untuk kepercayaan dari suatu marhun bih yang dapat dibayarkan dari (harga) benda marhun itu apabila marhun bih tidak dibayar”. Qudhamah dalam Kitab al-Mughni dalam Anshori (2005:88) “rahn adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi dari
harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang”. Malikiyah dalam Bhinadi (2012) mendefinisikan gadai sebagai berikut: “rahn adalah sesuatu yang bernilai harta yang diambil dari pemiliknya sebagai jaminan untuk utang yang tetap (mengikat) atau menjadi tetap”. Pengertian gadai (rahn) dalam hukum Islam (syara’) adalah: “menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut” (Ali, 2008:2). Hanabilah dalam Bhinadi (2012) mendefinisikan rahn sebagai berikut: “gadai adalah harta yang dijadikan sebagai jaminan untuk utang yang bisa dilunasi dari harganya, apabila terjadi kesulitan dalam pengembaliannya dari orang yang berutang” . 2.2.3 Landasan Gadai dalam Syariat Islam a.
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 283 :
Artinya: 283. Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barang siapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
b. Hadits riwayat Al-Bukhari dan muslim dari ‘Aisyah r.a. “Sesungguhnya Rasulullah Saw pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya”. “(HR Bukhari no. 1926, kitab Al-Buyu, dan muslim). Hadits ini merupakan dalil lain atas diperbolehkannya praktik rahn. Dalam hadits ini, Rasulullah membeli makanan dari orang yahudi dengan berutang dan kemudian beliau menggadaikan sebuah baju besi sebagai jaminan. c. Hadits riwayat Al-Syafi’i, Al-Daraquithni, dan Majah dari Abu Hurairah Nabi Saw bersabda : “Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya.
Ia
memperoleh
manfaat
dan
menanggung
risikonya”. Berdasarkan hadits ini, pihak murtahin (pihak yang memberikan pinjaman/bank) tidak diperboleh untuk mensyaratkan pemilikan marhun (barang jaminan) kepada murtahin jika rahin (pihak yang menerima pinjaman/peminjam/nasabah) tidak mampu melunasi utang pada batas waktu yang ditentukan, marhun tetap menjadi milik rahin. Marhum tidak bisa secara otomatis menjadi milik murtahin ketika rahin tidak mampu melunasi utangnya. Jika memang rahin belum mampu melunasi, pihak hakim akan memaksa rahin untuk menjual marhun, kemudian ditunaikanlah hak murtahin. Jika masih terdapat kelebihan, menjadi hak rahin dan jika masih kurang, rahin wajib untuk melunasinya. Hadits ini juga memberikan pengertian bahwa biaya
yang terkait dengan marhun menjadi tanggungan rahin sebagai pemiliknya. d. Hadits Riwayat Jamaah, kecuali Muslim dan Al-nasa’i Nabi Saw bersabda : “Tunggangan (kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan binatang ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan menanggung biayanya. Orang yang menggunakan
kendaraan
dan
memerah
susu
tersebut
wajib
menanggung biaya perawatan dan pemeliharaannya”. Hadits ini terkait dengan penjelasan biaya-biaya yang terkait dengan marhun. Semua biaya yang terkait secara langsung dengan dzat/’ain marhun menjadi tanggung jawab rahin, ia memiliki tanggungan atas kemaslahatan dan kebaikan dzat marhun karena ia merupakan pemiliknya. Bagi murtahin memiliki kewajiban untuk menjaganya dan biaya terkait dengan hal itu karena marhun layaknya sebagai titipan dan ia berkewajiban untuk menjaganya. e. Ijma Para Ulama Ijma’ para ulama sepakat memperbolehkan akan rahn. Ulama fiqh sepakat atas keabsahan praktik rahn, baik dalam kondisi normal (di rumah) maupun dalam perjalanan kerena adanya kemutlakan nash yang terdapat dalam hadits. Dan juga tidak dipersyaratkan tidak adanya seorang penulis yang akan melakukan pencatatan transaksi secara tempo karena adanya ketetapan diperbolehkan akad rahn dalam hadits secara mutlak. Berdasarkan dalil-dalil diatas, DSN menetapkan Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/VI/2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin, kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan pemanfaatan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, tetapi dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan marhun: a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya. b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d. Kelebihan hasil penjualan menjadi rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin. Manfaat yang di dapat bank syariah dari akad rahn bahwa bank memperoleh loyalitas nasabah serta keuntungan dari imbalan berupa fee yang
dikenakan kepada nasabah yang menitipkan harta yang dijaminkan kepada bank dari memfasilitasi pengikatan jaminan tambahan dalam pembiayaan. Bagi nasabah, akad rahn ini berikan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan dalam memperoleh pinjaman dana multiguna. Risiko utama dari produk dan akad rahn ini adalah risiko pembiayaan (credit risk) yang terjadi jika nasabah wanprestasi. Selain itu, risiko pasar juga dapat terjadi jika utang diberikan dalam valuta asing, yaitu risiko yang berasal dari pergerakan nilai tukar
2.2.4 Persamaan dan Perbedaan antara Rahn dan Gadai Merinci persamaan dan perbedaan antara rahn dan gadai diuraikan dalam Anshori (2005:102) sebagai berikut. Persamaannya adalah: 1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang. 2) Adanya agunan sebagai jaminan utang. 3) Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan . 4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai. 5) Apabila batas waktu pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang. Sedangkan perbedaannya adalah: 1) Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan, sedangkan gadai menurut hukum perdata disamping berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atas sewa modal yang ditetapkan. 2) Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang bergerak, sedangkan dalam hukum Islam rahn berlaku pada seluruh
harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Pada hukum perdata positif penjaminan dengan harta tidak bergerak seperti tanah, kapal laut dan pesawat udara disebut dengan hak tanggungan seperti diatur dalam UU No.4 tahun 1996. 3) Di Indonesia penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan dibedakan menjadi gadai dan fidusia. Gadai, penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan diberikan kepada penerima gadai dan hak milik atas barang yang dijadikan jaminan tetap pada pemberi gadai (penggadai). Sedangkan fidusia, penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan diberikan kepada pemberi gadai yang juga sebagai pemilik barang yang digadaikan, seperti diatur dalam UU No.42 tahun 1999 tentang fidusia sebagai jaminan.
2.3 Praktek Operasional Bank Syariah 2.3.1 Sistem Operasional Bank Syariah 4.Menyalurkan pendapatan Bagi hasil/ bonus
3. Menerima Pendapatan Bagi hasil, margin, fee
BANK SYARIAH Nasabah 1.Penghimpunpemilik an dana dan penitip dana
Nasabah mitra, pengelola investasi, pembeli, penyewa
Sebagai pengelola dana / penerima dana titipan Pemilik dana/ penjual/ pemberi sewa
Sebagai penyedia jasa keuangan
Gambar : Operasional Perbankan Syariah Sumber : Yaya dkk., 2009:57
2.Penyaluran dana
5.Penyediaan dana
Instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan.
Jasa administrasi tabungan, ATM, transfer, kliring, Letter of Credit, Bank Garansi, Transaksi valuta asing dst.
Keterangan: 1. Sistem operasional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema investasi maupun skema titipan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai penerima titipan. 2. Dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi, pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa. 3. Dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan. 4. Pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjut dibagikan kepada nasabah pemilik dana atau penitip dana. Penyaluran dana kepada pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah bonus. 5. Selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan seperti
jasa ATM, transfer, kliring, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi. 2.3.2 Konsep Operasional Perbankan Syariah Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan produkproduk lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah untuk dioperasionalkan. Kelima konsep tersebut dalam Suwiknyo (2010:7-8) adalah: a. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah) Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas alwadi’ah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam dunia perbankan konvensional al-wadi’ah identik dengan giro. b. Bagi Hasil (Syirkah) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip Mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.
c. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah). Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). d. Prinsip sewa (al-Ijarah) Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis : 1. Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah. 2. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease). e. Prinsip Fee (Jasa) (al-Ajr wa-lumullah) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa transfer,dll. Secara syariah prinsip ini didasarkan pada konsep al ajr wal umulah.
2.3.3 Produk Penyaluran Dana pada Perbankan Syariah Menurut Muhammad (2002:19-20), produk penyaluran dana pada Bank Syariah terdiri dari : 1. Mudharabah Bank dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja hingga
100%,
sedangkan
nasabah
menyediakan
usaha
dan
managemennya. Bagi hasil keuntungan melalui perjanjian yang sesuai dengan proporsinya. 2. Salam Pembiayaan kepada nasabah untuk membuat barang tertentu atas pesanan pihak-pihak lain atau pembeli. Bank memberikan dana pembiayaan diawal untuk membuat barang tersebut setelah adanya kesepakatan tentang harga jual kepada pembeli. Barang yang akan dibeli berada dalam tanggungan nasabah dengan ciri-ciri yang telah ditentukan. 3. Istishna’ Pembiayaan kepada nasabah yang terlebih dahulu memesan barang kepada bank atau produsen lain dengan kriteria tertentu. Kemudian nasabah dan bank membuat perjanjian yang mengikat tentang harga jual dan cara pembayarannya. 4. Ijarah wa Iqtina’ Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease). 5. Murabahah Pembiayaan
pembelian
barang
lokal
ataupun
internasional.
Pembiayaan ini dapat diaplikasikan untuk tujuan modal kerja dan
pembiayaan investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek. Bank mendapat keuntungan dari harga barang yang dinaikkan. 6. Al-Qardhul Hasan Pinjaman lunak bagi pengusaha yang benar-benar kekurangan modal. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank, tetapi hanya membayar biaya administrasi saja. 7. Musyarakah Pembiayaan sebagian dari modal usaha keseluruhan, dimana pihak bank
akan
dilibatkan
dalam
proses
manajemen.
Pembiayaan
keuntungan berdasarkan perjanjian. 2.3.4 Akad Gadai pada Bank Syariah Rais (2005:73) menjelaskan dalam mekanisme operasional gadai syariah, dapat dilakukan dengan menggunakan akad sebagai berikut: a. Mekanisme Akad Qardhul Hasan 1) Rahin mendatangi murtahin untuk minta fasilitas pembiayaan dengan membawa marhun yang tidak dapat dimanfaatkan/dikelola yang akan diserahkan kepada murtahin; 2) Murtahin melakukan pemeriksaan, termasuk juga menaksir harga marhun yang diberikan rahin sebagai jaminan utangnya; 3) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin akan melakukan akad; 4)
Selanjutnya,
setelah
akad
dilakukan,
maka
murtahin
akan
memberikan sejumlah marhun bih, yang diinginkan rahin
dan
sejumlahnya disesuaikan dengan nilai taksir barang (dibawah nilai jaminan);
5) Sebagai pengganti biaya administrasi dan biaya perawatan, maka pada saat melunasi marhun bih, maka rahin akan memberikan sejumlah fee kepada murtahin. b. Mekanisme Akad Ijarah 1) Rahin mendatangi murtahin untuk minta fasilitas penyimpanan barang
dengan
membawa
marhun
yang
tidak
dapat
dimanfaatkan/dikelola maupun yang dapat dikelola/dimanfaatkan) yang akan diserahkan kepada murtahin; 2) Murtahin melakukan pemeriksaan, termasuk juga menaksir marhun yang diberikan oleh rahin sebagai barang simpanan; 3) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin akan melakukan akad; 4) Setelah akad dilakukan, maka murtahin akan memberikan tempat penyimpanan barang yang diinginkan rahin
dan jumlahnya
disesuaikan dengan nilai taksiran barang; 5) Sebagai pengganti biaya penyimpanan dan perawatan, maka pada saat akad berakhir, maka rahin akan memberikan sejumlah fee kepada murtahin. c) Mekanisme Akad Rahn 1) Nasabah mendatangi murtahin untuk minta fasilitas pinjaman dengan membawa
marhun
(dapat
dimanfaatkan/dikelola)
yang
akan
diserahkan kepada murtahin; 2) Murtahin melakukan pemeriksaan, termasuk juga menaksir harga marhun yang diberikan oleh rahin sebagai jaminan marhun bih; 3) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin akan melakukan akad rahn;
4) Setelah akad dilakukan, murtahin akan memberikan sejumlah marhun bih yang diinginkan rahin dan jumlahnya disesuaikan dengan nilai taksir barang (di bawah nilai jaminan); 5) Setelah rahin menerima sejumlah marhun bih dari murtahin, maka selanjutnya akan dilakukan kesepakatan kembali mengenai marhun tersebut, yaitu apakah marhun tersebut disepakati untuk dikelola, maka ditentukan siapa yang mengelola dan baru dilakukan akad pemanfaatan
marhun
tersebut
(akad
sesuai
dengan
jenis
barangnya). 2.3.5. Riba a. Pengertian Riba Antonio (2001:37) Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti “pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil”. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah “pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjammeminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam” . Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia dalam Wirdyaningsih dkk (2005:21): Ar-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah, tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambahan dalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan syara’, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an. Menurut Warjiyo dalam Wirdyaningsih dkk (2005:21) mengatakan: Dari pelajaran sejarah masyarakat Barat, terlihat jelas bahwa “interest’’ dan “usury” yang kita kenal saat ini pada hakikatnya adalah sama.
Keduanya berarti tambahan uang, umumnya dalam persentase. Istilah “usury” muncul karena belum mapannya pasar keuangan pada zaman itu sehingga penguasa harus menetapkan suatu tingkat bunga yang dianggap “wajar”. Namun setelah mapannya lembaga dan pasar keuangan, kedua istilah itu menjadi hilang karena hanya ada satu tingkat bunga di pasar sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. b. Perbedaan Riba/Bunga dan Bagi Hasil Tabel 2.2 Perbedaan riba/bunga dan bagi hasil
No.
Bunga
Bagi Hasil
1.
Penentuan bunga dibuat pada Penentuan besarnya waktu akad dengan asumsi rasio/nisbah bagi hasil dibuat harus selalu untung. pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2.
Besarnya persentase Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah uang berdasarkan pada jumlah (modal) yang dipinjamkan. keuntungan yang diperoleh.
3.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
4.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
5.
Esksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
Sumber : Antonio (2001:61)
c. Riba dalam Pandangan Agama Islam Umat Islam dilarang mengambil apapun jenis riba. Larangan supaya umat Islam tidak melibatkan diri dengan riba dan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits: Al-Qur’an QS Al-Baarah Ayat 275-276:
Artinya: 275. Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Al-Qur’an QS. Ar- Rum(30) Ayat 39:
Artinya: 39. Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).
Al-Qur’an QS. An- Nisa (4) Ayat 161:
Artinya: 161. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
Al-Qur’an QS. Ali Imran (3) Ayat 130:
130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
2.3.6 Kinerja Menurut Amstrong dan Baron dalam Fahmi (2011:2) mengatakan “kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi”. Menurut Handoko dalam Tika (2010:121) mendefinisikan “kinerja sebagai proses di mana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”. Suntoro dalam Tika (2010:121) mengemukakan bahwa “kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu”.
Menurut Bastian dalam Fahmi (2011:2) mengatakan: Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang terutang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Menurut Fahmi (2011:2) “kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu”. Menurut Hasan (2010:85) persepsi kinerja (perceived performance) perbankan didasarkan pada pengetahuan, keyakinan dan penilaian terhadap merek, kinerja produk,citra, dan pelayanan bank yang diterima oleh nasabah. Sekali penilaian terhadap merek, kinerja produk, citra, dan pelayanan bank dipersepsikan
memuaskan,
maka
kesetiaan
nasabah
menggunakannya secara berulang-ulang untuk jangka panjang.
akan
terbentuk
Pengukuran kinerja Menurut Alicia (2008) Kata kinerja merupakan kata yang sering mendapat perhatian khusus oleh setiap individu, kelompok maupun organisasi perusahaan. Kata ini sering disandingkan dengan kata lain, seperti kinerja individu, kinerja kelompok, maupun kinerja organisasi. Kinerja menurut kamus Bahasa Indonesia berarti ”suatu yang dicapai” atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu perusahaan. Sedangkan pengukuran kinerja menurut Gibson dalam Alicia (2008) adalah “suatu tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta mampu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik”. Mengukur kinerja perusahaan dalam Tika (2010:124) dilakukan dengan dua metode berikut, yaitu: 1) Metode UCLA Menurut Alkin dalam Tika (2010:124) membagi evaluasi ke dalam lima macam, yaitu: a. Sistem assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan metode ini dapat menghasilkan antara lain informasi mengenai posisi terakhir dari seluruh elemen program promosi yang tengah diselesaikan. b. Program planning, yaitu evaluasi yang membantu penilaian aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya. Model ini dimaksudkan untuk mengevaluasi misalnya apakah posisinya di pasar. c.
Program implementation, yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan
d. Program improvement, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan. e. Program certification, yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat program.
2) Metode Balanced-Scorecard Metode ini dikemukakan oleh Kaplan dan Norton dalam Tika (2010:125), yaitu: Balanced berarti keseimbangan, sedangkan scorecard adalah kartu yang dipakai untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang atau kelompok. Jadi, balanced scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau kelompok/organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat skor hasil-hasil kinerja. Balanced scorecard merupakan ide untuk menyeimbangkan aspek keuangan dan nonkeuangan serta aspek internal dan eksternal perusahaan.
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik menurut Lynch dan Cross dalam Alicia (2008) adalah sebagai berikut: 1) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 2) Memotivasi para pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal. 3) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut. 4) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur, menjadi lebih nyata sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 5) Membangun komitmen untuk melakukan suatu perubahan dengan
melakukan evaluasi atas perilaku yang diharapkan tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptifkomparatif. Penelitian ini menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang ada dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis, dan dari hasilnya tersebut dapat bertujuan apakah perkembangan produk gadai PT bank BRI Syariah meningkat sesuai dengan perkembangan perbankan syariah yang terjadi saat ini. Pengertian metode deskriptif menurut Nazir dalam Murtafiah (2011:44) adalah “suatu metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Murtafiah, 2011:144).
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil objek penelitian pada Bank BRI Syariah Cabang Makassar, yang memberikan secara khusus pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Penelitian ini dilaksanakan pada Bank BRI Syariah Cabang Makassar yang beralamat di Jalan AP. Pettarani Makassar.
3.3 Jenis dan Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian ini, diperlukan data yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembahasan dan analisis. Terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu : a) Data kualitatif Data yang tidak dapat diukur atau dinilai dengan angka-angka, berbentuk informasi seperti gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang digunakan untuk membahas rumusan masalah. b) Data kuantitatif Data yang dapat diukur atau dinilai dengan angka-angka secara langsung. Adapun sumber data yang digunakan yaitu : a) Data primer Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung terhadap objek penelitian, baik melaui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. b) Data sekunder Data yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan berupa catatan dan laporan perusahaan baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, peneliti
menggunakan
metode
a. Studi Kepustakaan
pengumpulan
data
sebagai
berikut
:
Pengumpulan data diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundangan, tulisan-tulisan ilmiah dan sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah sekunder. b. Studi Lapangan Dimana penelitian yang data dan informasinya diperoleh dari kegiatan di lapangan penelitian langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : a) Wawancara Metode wawancara yaitu proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya kepada responden. Sedangkan, responden adalah orang yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti melalui wawancara responden tersebut. Teknik ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi internal perusahaan. b) Observasi (pengamatan) Teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya. Pengamatan dilakukan tanpa harus terlibat dengan subjek penelitian untuk menjaga objektivitas. c) Dokumentasi Melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.5 Teknik Analisis Data. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan metode deskriptif komparatif. Maksud dari penerapan ini adalah mendeskripsikan kondisi lapangan yang dapat dilihat dari gambaran objek biaya penelitian pada bab 3 yang telah diperoleh, kemudian data tersebut dianalisis sehingga dapat memberikan pengetahuan mengenai kinerja perusahaan tersebut. Deskriptif adalah menjelaskan secara detail mengenai analisis perkembangan kinerja pada produk gadai PT BRI Syariah yang telah mereka capai pada tahun tersebut. Komparatif yaitu membandingkan data laporan yang didapatkan apakah terjadi perkembangan yang baik atau penurunan yang terjadi pada produk gadai PT BRI Syariah cabang Makassar yang dengan kata lain, mendeskripsikan
atau
menggambarkan
keadaan
objek
penelitian
yang
sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang permasalahan yang dihadapi oleh objek penelitian kemudian dibandingkan dengan standar yang ada pada saat itu untuk selanjutnya dideskripsikan sebagaimana data yang diperoleh Syariah berdasarkan pendapatan yang sudah diterima. Pengukuran kinerja berdasarkan pendapatan yang sudah diterima bagian gadai BRI Syariah: Pendapatan Upah Simpanan+ Biaya Administrasi + Denda X 100% Pelunasan
Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan ini terdiri dari profil bank BRI Syariah Cabang Makassar dan pembahasan data serta hasil observasi pada bank BRI Syariah cabang Makassar.
4.1 Sejarah Singkat Bank BRI Syariah Cabang Makassar Berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah iB merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah iB hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani
nasabah
dengan
pelayanan
prima
(service
excellence)
dan
menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip Syariah. Kehadiran PT. Bank BRI Syariah iB di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank BRI Syariah iB yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan
merupakan turunan dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),Tbk., Aktivitas PT. Bank BRI Syariah iB semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses
spin-off)
yang
berlaku
efektif
pada
tanggal
1
Januari
2009.
Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRI Syariah. Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah ke bawah PT. Bank BRI Syariah iB menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
4.2 Visi dan Misi BRI Syariah Cabang Makassar Visi dari BRI Syariah adalah menjadi ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah, untuk kehidupan lebih bermakna. Misi dari BRI syariah, yaitu: a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial nasabah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai prinsipprinsip syariah. c. Menyediakan
akses
ternyaman
melalui
berbagai
sarana
kapanpun,
dimanapun. d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan menghadirkan ketentraman pikiran.
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan Kehadiran sistem perbankan syariah di Indonesia semakin mudah ditemukan oleh masyarakat, dengan mengenali logo iB di bank-bank terkemuka terdekat. iB memudahkan masyarakat untuk mengenali tersedianya jasa perbankan syariah dimanapun di seluruh Indonesia. Logo iB merupakan penanda identitas industri perbankan syariah di Indonesia, yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai utama sistem perbankan syariah yang modern, dengan prinsip berkeadilan, seimbang, dan beretika. Dengan adanya iB sebagai penanda, masyarakat akan merasa lebih mudah mengenal produk dan jasa layanan perbankan yang diberikan akan mengutamakan nilai-nilai keadilan, dan kebaikan sosial bersama. Kebutuhan masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam pemberian pembiayaan pada BRI Syariah. BRI Syariah membagi menjadi tiga produk yang dapat dipilih oleh nasabah yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Produk tersebut berupa produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana, dan produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada nasabahnya. Pada produk penyaluran dana terdapat prinsip sewa (ijarah), transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual bei, namun bedanya terletak pada objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa. Dalam pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap untuk mempermudah pembiayaan antara lain : a. Hiwalah (alih utang-piutang) Hiwalah adalah transaksi mengalihkan utang-piutang b. Rahn (Gadai) Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. c. Qardh Qardh adalah pinjaman uang dalam perbankan syariah yang terdiri dari: 1. Talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran, biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan ke haji. 2. Pinjaman tunai (Cash Advanced) dari produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan. 3. Pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual-beli, ijarah, atau bagi hasil. 4. Pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan dengan pemotongan gajinya. Gadai BRI Syariah iB kini hadir sebagai solusi terbaik untuk memperoleh dana tunai dan investasi. Dengan proses yang cepat, mudah, aman dan sesuai prinsip syariah untuk ketentraman nasabah. Gadai BRI Syariah iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah) dan berasuransi. Keunggulan yang diberikan
adalah poses lebih cepat, persyaratan sangat mudah, jangka waktu pinjaman maksimal 120 hari (4 bulan) dan dapat diperpanjang jika nasabah belum mempunyai dana yang cukup untuk melunasi dari pinjamannya tanpa harus takut adanya kehilangan atau kerusakan dari barang yang telah dijaminkan karena barang jaminan tersebut akan aman dan berasuransi. Selain itu kemudahan yang diberikan oleh bagian gadai BRI Syariah iB adalah barang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman, biaya administrasi dan biaya sewa tempat yang terjangkau, biaya sewa tempat dapat dibayar setiap 10 hari dari waktu menggadai maupun pada saat pelunasan, dan besarnya pinjaman maksimal 90% dari nilai taksir barang yang digadaikan. Adapun secara teknis guna menjadi nasabah gadai, implementasi pengajuan pemohonan permintaan gadai bagi calon nasabah gadai, yaitu: a. Perorangan. b. Kartu identitas (KTP/SIM). c. Mempunyai Rekening Tabungan BRI Syariah. d. Mengisi Aplikasi Gadai Syariah (Form tersedia di BRI Syariah). e. Bersedia membayar biaya administrasi dimuka. f. Bersedia membayar sewa tempat pada saat pelunasan. g. Menandatangani Akad Pinjaman Dana, Akad Sewa Tempat, dan Akad Gadai untuk emas yang dijaminkan. Dalam transaksi gadai syariah. BRI Syariah menggunakan tiga akad gadai, yaitu: a. Akad Qardh: Pinjaman dana dengan menggadaikan emas tanpa ada tambahan biaya atau margin, namun dikenakan biaya administrasi. b. Akad Ijarah: Perjanjian penyewaan tempat atas penyimpanan emas di BRI Syariah dengan dikenakan Biaya Sewa Tempat.
c. Akad Gadai: Perjanjian pengikatan emas yang dijaminkan secara hukum gadai. Selain terkait dalam perjanjian gadai dan persyaratan dalam gadai BRI Syariah iB, nasabah wajib membayar biaya administrasi dan biaya sewa yang dibayar saat jatuh tempo/ pelunasan pinjaman. Biaya administrasi dan biaya sewa gadai mengalami perubahan tertanggal 16 April 2012 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.1: Biaya administrasi Produk Gadai BRIS iB
h No
Berat Emas
Biaya Administrasi
1.
2 gram - 25 gram
Rp 15.000,-
2.
25 gram - <50 gram
Rp 25.000,-
3.
50 gram - <75 gram
Rp 40.000,-
4.
75 gram - <100 gram
Rp 50.000,-
5. 100 gram - <150 Rp 60.000,Sumber : Bagian Gadai BRIgram Syariah Cab.Pettarani Makassar Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah
Biaya administrasi dibayar dimuka dan dikenakan secara berjenjang berdasarkan berat emas saat ini yang berlaku. Biaya sewa tempat dibayar pada saat pelunasan dengan biaya kelipatan per 10 hari maksimum jangka waktu pinjaman selama 4 bulan dibayar sekaligus.
6.
150 gram - <250 gram
Rp 75.000,-
7.
250 gram - <350 gram
Rp 90.000,-
8.
350 gram atau lebih
Rp 100.000,-
Sistem operasional gadai syariah pada BRI Syariah dapat dilihat dari siklus berikut: Gambar 1: Akad Operasional Gadai BRI Syariah cabang Makassar Pinjaman/ Hutang
BRI Syariah
2. Memberi pinjaman 90% nilai taksir
1. Perjanjian Qardh
Nasabah (Rahin)
(Murtahin) 4.Mengembalikan pinjaman+biaya sewa tempat
5. Pengembalian Marhun
Barang Gadai (Marhun) 3.Penyerahan Marhun Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah
Keterangan: 1. Rahin melakukan perjanjian qardh dengan murtahin. Perjanjian tersebut berupa penandatangan akad pinjaman dengan gadai (rahn) dan akad sewa tempat (ijarah), selain itu rahin harus membayar biaya administrasi. 2. Murtahin memberikan pinjaman (penyaluran dana) kepada rahin sesuai kesepakatan. 3. Rahin menyerahkan emas batangan atau perhiasan yang akan digadaikan (marhun) kepada murtahin. Murtahin akan menyimpan marhun, dan biaya sewa tempat telah disepakati di awal. 4. Rahin mengembalikan pinjaman yang diberikan ditambah biaya sewa tempat (ujrah). Jika rahin belum dapat melunasi kewajibannya, dapat memperpanjang akad dengan membayar biaya administrasi kedua dengan menaksir ulang marhun. 5. Murtahin mengembalikan marhun.
Tabel 4.3: Simulasi Perhitungan Pinjaman Gadai BRI Syariah iB
Objek Gadai:
Perhiasan Karatase
24 Karat
Berat
10 Gram
Taksiran Bank: Standar Harga Taksiran Bank
535.300 BRIS = Berat x STLE = 10 gram x 535.300 = Rp 5.353.000
Maksimum Pinjaman Maksimum Pinjaman
90% x Taksiran Bank 90% x Rp 5.353.000 = Rp 4.817.700
Biaya-Biaya Di Awal Di Akhir/Pelunasan
Adm Rp 15.000 Pokok Pinjaman+Biaya Titipan
Biaya Titipan Biaya Titipan/10 hari
= Berat Emas x Biaya Titipan = 10 x Rp 1.820 = Rp 18.200
Biaya Titipan/1 bulan
= Rp 18.200 x 3 = Rp 54.600
Biaya Titipan/4 bulan
= Rp 54.600 x 4 = Rp 218.400
Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah
Pinjaman gadai memiliki minimal pinjaman setara dengan nilai 2 gram emas. Emas berbentuk perhiasan maupun berbentuk batangan memiliki nilai maksimal pinjaman 90% dari nilai taksiran emas oleh BRI Syariah dan nilai maksimal pinjaman Rp 250.000.000. jangka waktu pinjaman gadai adalah
maksimal 4 bulan dan dapat diperpanjang sebanyak 2 kali dengan ketentuan setiap ingin diperpanjang harus dengan akad baru dan dengan taksiran emas serta biaya sewa tempat yang sesuai tarif yang berlaku saat ini. Tabel 4.4: Golongan Pinjaman Produk Gadai BRI Syariah iB
Golongan
Pinjaman – Rp 5.000.000
Golongan A
Rp 500.000
Golongan B
Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000
Golongan C
Rp 10.000.000 – Rp 25.000.000
Golongan D
Rp 25.000.000 – Rp 50.000.000
Golongan E
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000
Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah
Ketika terjadi pelunasan oleh nasabah atau pelunasan pinjaman dipercepat, maka nasabah akan melunasi pinjaman secara sekaligus, dan membayar sewa berdasarkan lama hari penyimpanan dan mendapat keringanan dengan pembayaran biaya sewa berdasarkan tarif yang dihitung per 10 hari. Contoh: Pelunasan dipercepat dengan jangka waktu 45 hari, maka nasabah berkewajiban membayar biaya sewa selama 50 hari ( karena 45 hari sudah lebih dari 40 hari). Tabel 4.5: Waktu Pelunasan
No.
Pelunasan Dipercepat dengan Masa Simpanan
1 <=10 hari Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah 2 10 hari <Jangka waktu<=20 hari
Tarif Sewa Tempat
10 hari 20 hari
3
20 hari <Jangka waktu<=30 hari
30 hari
4
30 hari <Jangka waktu<=40 hari
40 hari
5
40 hari <Jangka waktu<=50 hari
50 hari
Ketentuan pada saat jatuh tempo pinjaman, yaitu: a. Nasabah melunasi pinjaman secara sekaligus + biaya sewa selama 4 bulan. b. Jika nasabah tidak melunasi pinjaman pada saat jatuh tempo, maka diberikan tenggang waktu 4 hari sebelum kemudian akan dilakukan lelang atau penjualan barang jaminan. c. Jika saat tenggang waktu nasabah datang untuk melunasi pinjaman dan mengambil barang jaminan, maka nasabah dibebankan biaya sewa tempat per hari keterlambatan berdasarkan tarif yang berlaku saat itu. d. Jika sampai dengan berakhirnya masa tenggang 4 hari nasabah tidak melunasi pinjaman, maka barang akan dilelang (tanggal lelang sudah tercetak pada Sertifikat Gadai Syariah). Pembayaran pinjaman Qardh dan biaya sewa tempat, dilakukan sekaligus saat pelunasan atau saat jatuh tempo pinjaman, dan dilakukan disetiap saat (sewa tempat dihitung per 10 hari). Pelunasan pinjaman sebagian diberlakukan ketentuan, yaitu: a. Jika pelunasan sebagian tanpa mengambil barang yang disimpan/ dijaminkan, maka tidak diperkenankan. b. Jika pelunasan sebagian dengan mengambil sebagian barang yang disimpan senilai dengan pelunasan yang dilakukan, maka dilakukan akad baru dengan nilai transaksi dari sisa barang yang akan disimpan dan nasabah harus membayar biaya sewa tempat sampai dengan tanggal dilakukannya pelunasan sebagian tersebut. Selain ketentuan pelunasan pinjaman sebagian, adapun ketentuan pengambilan barang jaminan saat pelunasan pinjaman, yaitu: a. Pelunasan dilakukan nasabah secara sekaligus pada saat jatuh tempo pinjaman dan saat itu juga nasabah mengambil barang jaminan.
b. Jika pelunasan pinjaman tidak disertai dengan pengambilan barang jaminan, maka BRI Syariah iB memberikan batas waktu pengambilan barang adalah sampai dengan 16 (enam belas) hari kalender setelah tanggal jatuh tempo, lewat dari batas waktu tersebut barang jaminan akan disalurkan sebagai sedekah. c. Jika dalam masa tenggang 16 hari tersebut nasabah mengambil barang jaminan,
maka
nasabah
tetap
dikenakan
biaya
penyimpanan
dan
pengamanan sebesar biaya sewa secara harian berdasarkan tarif biaya sewa yang berlaku saat itu. Adapun ketentuan penjualan barang jaminan atau lelang adalah sebagai berikut: a. Lelang akan dilakukan jika sampai dengan tenggang waktu setelah jatuh tempo pinjaman nasabah tidak melunasi pinjamannya. b. Tanggal lelang sudah dicantumkan di dalam Sertifikat Gadai Syariah. c. Jika hasil penjualan atau lelang barang tidak cukup melunasi seluruh hutang dan atau kewajiban-kewajiban nasabah, maka nasabah tetap berkewajiban membayar seluruh kekurangannya. d. Jika terdapat kelebihan hasil penjualan atau lelang barang, maka nasabah berhak menerima kelebihan tersebut. e. Jika kelebihan hasil penjualan atau lelang barang dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun nasabah tidak mengambil kelebihan tersebut maka kelebihan tersebut akan disalurkan sebagai sedekah. f. Jika dikemudian hari barang tersebut tidak laku dijual atau dilelang maka nasabah tetap berkewajiban melunasi pinjaman dan biaya sewa tempat yang tertunggak.
4.4 Deskripsi Data Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, kajian teori dan metodologi penelitian yang telah diuraikan terdahulu, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian melalui pengamatan langsung pada bagian gadai BRI Syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer, berdasarkan data bulanan yang dimulai bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. Data diperoleh dari laporan perkembangan protofolio bagian gadai iB BRI Syariah, adapun data yang digunakan dalam analisis ini adalah:
Gambar 4.1: Grafik pencairan dan Pelunasan Produk gadai BRI Syariah Cabang Makassar Tahun 2012. 16,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 Pencairan
6,000,000,000
Pelunasan
4,000,000,000 2,000,000,000 0
Pada gambar di atas merupakan grafik dari data pencairan dan pelunasan pada bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar selama bulan Januari s/d Desember 2012. Pada grafik dapat dilihat nilai pelunasan pada bulan Januari s/d Desember 2012 cukup tinggi jika di bandingkan dengan total nilai pencairan pada bulan yang sama yaitu bulan Januari s/d Desember 2012. Pada data pelunasan dapat dilihat terjadi penurunan yang sangat drastis yang dapat terlihat pada bulan Januari dan Februari dan diikuti penurunan yang terjadi pada bulan-bulan selanjutnya. Sedangkan dapat di lihat pada data pencairan yang terjadi selama tahun 2012 kurang stabil dapat dilihat pada bulan Januari dan Februari persentasi dari pencairan
cukup
besar
15,72%
dan
15,61%
atau
senilai
dengan
Rp 4.191.583.490 dan Rp 4.163.073.000. Sedangkan pada bulan Maret pencairan yang terjadi pada BRI Syariah cabang Makassar mengalami penurunan yang cukup signifikan hampir sebanyak 50% jika dibandingkan
dengan total pencairan yang terjadi pada bulan Januari dan Februari yaitu sebesar 7,77% atau senilai dengan Rp 2.072.543.000 dengan jumlah nasabah sebanyak 154 nasabah. Setelah penurunan yang terjadi pada bulan Maret bagian gadai BRI Syariah mulai memperlihatkan peningkatan yang cukup baik, walaupun tetap terjadi ketidakstabilan tetapi untuk nilai pencairan yang terjadi rentan waktu bulan April s/d Juni 2012 diakhir semester I cukup memperlihatkan peningkatan yaitu dengan mencapai angka 10,55% untuk bulan April 11,70% bulan Mei dan 9,16% bulan Juni walaupun untuk bulan Juni terjadi penurunan, tetapi hanya beberapa persen dibandingkan dengan penurunan yang terjadi waktu bulan Maret yang lalu. Setelah nilai pencairan yang terjadi pada bulan April s/d Juni 2012 mengalami peningkatan yang diikuti juga dengan meningkatnya pertambahan nasabah pada bagian gadai BRI Syariah. Sehingga pada Semester I yaitu rentan waktu antara bulan Januari s/d Juni 2012, perkembangan untuk jumlah pencairan terjadi ketidakstabilan karena pada grafik dapat dilihat terjadi kenaikan dan penurunan untuk jumlah transaksi pencairan selain dari jumlah nominal ketidakstabilan juga terjadi pada nasabah yang menggadaikan emas mereka. Setelah pada
bulan April s/d Juni 2012
terjadi peningkatan yang menandakan tumbuhnya kepercayaan masyarakat untuk menjadi nasabah produk gadai BRI Syariah hal tersebut tidak berpengaruh pada bulan selanjutnya, yaitu pada bulan Juli karena, pada bulan Juli bagian gadai BRI Syariah harus lagi mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan, yaitu pada angka 3,87% dengan nominal Rp 1.032.775.500 nilai tersebut merupakan nilai yang cukup rendah dibandingkan 3 bulan sebelumnya. Penurunan pada bulan Juli 2012 merupakan awal yang kurang baik untuk penilaian yang terjadi pada semester II pada tahun 2012. Walaupun terjadi
penurunan yang sangat signifikan pada bulan Juli 2012, hal tersebut tidak mempengaruhi pada bulan berikutnya yaitu bulan Agustus. Ternyata angka untuk pencairan pada bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan dengan nominal Rp 1.713.658.000. Tidak hanya pada bulan Agustus 2012 mengalami peningkatan tetapi hal tersebut diikuti pada pula pada bulan berikutnya yaitu pada bulan September dan bulan Oktober tahun 2012, ternyata peningkatan pada bulan Agustus s/d Oktober tidak menjamin akan mengalami peningkatan pada bulan-bulan selanjutnya. Seperti pada akhir semester I yang lalu pada semester II ini, yaitu pada bulan November dan Desember 2012 kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perkembangan nilai pencairan yang terjadi selama periode Januari s/d Desember tahun 2012 sangat tidak stabil. Dapat dilihat pada awal tahun 2012 pencairan produk gadai BRI Syariah mencapai angka 15,72% dengan nominal Rp 4.191.583.490 dan jumlah nasabah 249 nasabah, tetapi setiap bulannya nilai tersebut mengalami penurunan yang sangat signifikan dapat dilihat pada semester I nilai terendah terjadi pada bulan Maret dengan angka 7,77% dengan nominal Rp 2.072.543.000 dengan 154 nasabah. Ternyata penurunan itu tidak terjadi hanya pada bulan Maret 2012, tetapi penurunan tersebut masih berlanjut pada semester II periode bulan Juli s/d Desember 2012. Pada semester II ini angka pencairan tidak mencapai 10% dengan kata lain pencairan pada semester II ini sangatlah buruk. Angka pencairan yang tertinggi pada semester II ini hanya pada bulan Oktober, yaitu pada angka 7,01% hal ini dapat pula mencerminkan penurunan dari nilai pencairan karena pada semester I pencairan terendah pada angka 7,77% sedangkan untuk semester II
angka pencairan berada pada nilai terendah terjadi pada bulan November 2012, yaitu 2,47%. Sedangkan untuk pelunasan dapat dilihat nilai pelunasan yang terjadi pada awal tahun 2012 yaitu pada bulan Januari mencapai angka 28,31% dengan nominal Rp 14.982.733.850 seperti halnya dengan pencairan, pada data pelunasan setiap bulannya mengalami penurunan dapat dilihat pada semester I. Pada awal semester I angka pelunasan mencapai angka 28,31% sedangkan pada
akhir
semeter
berada
pada
angka
7,14%
dengan
nominal
Rp 3.781.872.000 terjadi selisih yang sangat jauh dibandingkan dengan nilai pelunasan yang terjadi pada awal tahun. Penurunan pelunasan pada akhir semester I tidaklah berhenti pada nilai tersebut, pada awal semester II nilai dari pelunasan tersebut ternyata masih mengalami penurunan yang cukup signifikan karena nilai pembuka pada awal semester II hanya berada pada nilai 4,15% dengan nominal 2.196.777.000 angka tersebut merupakan nilai yang tidak cukup baik untuk nilai pada awal periode, ternyata harapan untuk meningkatnya nilai pelunasan pada semester II tidak dapat terwujud, karena melihat dari perkembangan setiap bulan pada semester II tetap saja mengalami penurunan dan nilai yang terendah berada pada bulan November pada angka 2,44%.. Pencairan dan pelunasan merupakan 2 sisi yang berada pada bagian gadai BRI Syariah yang cukup berpengaruh dalam melihat kinerja dari bagian gadai BRI Syariah. Karena dengan melihat banyaknya pencairan dapat di tarik kesimpulan bahwa
kinerja dari bagian gadai BRI
Syariah mengalami
peningkatan, karena dengan semakin banyaknya nasabah yang melakukan pencairan maka dengan kata lain semakin banyak pula pendapatan yang didapatkan oleh pihak bank. Sedangkan dari segi pelunasan setiap terjadinya pelunasan maka dengan sendirinya dapat mengurangi pendapatan dari pihak
bank serta dengan sendirinya juga dapat mengurangi jumlah nasabah, karena jika nasabah telah melunasi kewajibannya, maka dengan sendirinya nasabah tidak lagi menjadi nasabah gadai dari BRI Syariah. Setelah melihat data dari pencairan dan pelunasan produk gadai BRI Syariah cabang Makassar yang terjadi selama tahun 2012. Berikut ini merupakan data dari perhitungan perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah Cabang Makassar. Hasil Pengolahan Data Perhitungan perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah diukur berdasarkan pendapatan yang sudah diterima: Pendapatan Upah Simpanan + Biaya Administrasi + Denda X 100% Pelunasan Sumber: Bagian Gadai BRI Syariah Keterangan: 1. Pendapatan Upah Simpanan , yaitu pendapatan yang didapat dari total biaya sewa setiap bulannya. 2. Biaya Administrasi adalah biaya uang dikenakan pada saat nasabah ingin melakukan transaksi gadai. 3. Denda adalah biaya yang dikenakan ketika nasabah terlambat melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo dan juga pada pendapatan denda ini merupakan pendapatan yang didapat dari hasil pelelangan barang gadai. 4. Pelunasan diperoleh dari penjumlahan pelunasan nasabah pada data pelunasan setiap bulan.
Gambar 4.2: Grafik Perhitungan Perkembangan Kinerja bagian Gadai BRI Syariah Cabang Makassar Tahun 2012. 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00%
KINERJA %
Pada grafik diatas dapat dilihat perkembangan kinerja dari bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar selama 12 bulan pada tahun 2012. Pada semester I yaitu untuk bulan Januari s/d Juni tahun 2012 untuk perkembangan gadai BRI Syariah cabang Makassar mengalami perkembangan kinerja yang kurang stabil dan cenderung menurun. Pada bulan Januari tahun 2012 hasil dari perhitungan kinerja oleh bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar dimulai pada angka 4,3% angka tersebut didapatkan dari hasil penjumlahan upah simpanan ditambah biaya administrasi ditambah denda yang didapatkan pada bulan Januari dibagi dengan pelunasan yang terjadi pada bulan tersebut dan dikalikan dengan seratus persen. Walaupun pada bulan Januari kinerja yang diperoleh cukup rendah, tetapi pada bulan Februari kinerja yang dicapai oleh bagian gadai BRI Syariah mengalami peningkatan menjadi 7,7% atau naik sebanyak 3,4% dari bulan sebelumnya dan pendapatan yang telah diterima meningkat sebanyak Rp 99.639.945.
Peningkatan disebabkan oleh meningkatnya nasabah yang melakukan gadai, dan tingginya nasabah yang mempunyai tanggal jatuh tempo pada bulan Februari serta ditambah banyaknya pendapatan yang didapatkan dari denda karena terjadi pelelangan barang gadai oleh bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar. Sedikitnya pelunasan atau penurunannya nilai dari pelunasan tidak hanya tergantung pada jumlah nasabah tetapi dapat disebabkan oleh jangka waktu pelunasan. Jangka waktu pelunasan pada bagian gadai BRI Syariah yaitu maksimal 4 bulan dan dapat diperpanjang sebanyak 2 kali. Sehingga semakin lama jangka pelunasan nasabah maka semakin baik kinerja bagian gadai BRI Syariah, dan semakin cepat nasabah melakukan pelunasan pinjaman maka semakin sedikit upah simpanan/ biaya sewa tempat yang harus dibayar. Peningkatan yang terjadi pada bulan Februari ternyata tidak diikuti pada bulan selanjutnya, yaitu pada bulan Maret karena pada bulan tersebut hasil dari perhitungan perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar hanya sebesar 4,90% hal tersebut terjadi penurunan dibandingkan dengan kinerja yang diperoleh pada bulan sebelumnya dan juga dipengaruhi karena terjadinya penurunan pendapatan. Penurunan dari kinerja bagian gadai BRI Syariah yang terjadi pada bulan Maret ternyata pada bulan selanjutnya tidak mengalami peningkatan yang baik, karena peningkatan kinerja hanya terjadi pada angka 0,1% s/d 0,2%. Hal itu masih terjadi sampai berakhirnya periode semester I yaitu bulan Januari s/d Juni. Penurunan disebabkan karena minimnya nasabah yang melakukan transaksi menggadai barangnya dan dipengaruhi juga oleh tingginya pelunasan oleh nasabah terhadap barang yang digadaikan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh menurunnya nasabah yang melakukan transaksi gadai emas atau yang disebut pencairan, hal itu disebabkan oleh harga emas yang semakin tinggi.
Faktor ini disebabkan jika nasabah menggadaikan emasnya pada saat harga emas tinggi, maka nasabah akan membayar lebih tinggi pula untuk biaya sewa. Karena seperti diketahui biaya sewa tempat selain ditentukan berdasarkan berat dan kadar emas, juga sangat dipengaruhi oleh harga emas yang berlaku pada saat itu. Selain itu pula menurunnya pendapatan yang berdampak oleh perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah Cabang Makassar karena adanya peraturan baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang sedikit banyaknya mempengaruhi transaksi pada bagian gadai BRI Syariah, karena memiliki ketentuan yang baru, sehingga membutuhkan waktu untuk menjelaskan kepada nasabah baru, serta adanya kasus yang terjadi pada kantor bagian gadai bank syariah yang lain, sehingga dapat membuat nasabah menjadi ragu untuk bertransaksi pada bagian gadai BRI Syariah. Pada semester II yaitu bulan Juli s/d Desember tahun 2012 hasil perhitungan kinerja bagian gadai BRI Syariah Cabang Makassar pada saat pembukaan atau pada bulan Juli berada pada angka 4,90%, hal tersebut merupakan angka yang cukup baik jika dibandingkan dengan angka pembukaan pada semester I. Tetapi jika dibandingkan dengan perhitungan kinerja pada saat penutupan semester I angka tersebut mengalami penurunan. Perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah Cabang Makassar pada semester II ini dapat dikatakan stabil karena tidak terdapat selisih kenaikan atau penurunan yang besar. Hal tersebut dikarenakan tingkat pelunasan yang relatif stabil antara periode bulannya. Tetapi jika dibandingkan total pelunasan yang terjadi pada semester I, total pelunasan yang terjadi pada semester II ini sangatlah menurun.
4.5 Analisis Penerapan Produk Gadai pada Perbankan Syariah Ditinjau dari Segi Syariah Islam Industri perbankan syariah Indonesia terus bertumbuh. Walaupun pertumbuhan dari industri perbankan syariah belum matang, maka diharapkan dengan adanya beberapa peraturan dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh pengawas syariah, diharapkan dapat membuat bank syariah lebih matang lagi. Dengan bertumbuhnya perbankan syariah maka berkembangnya juga berbagai produk yang dikeluarkan oleh bank syariah, salah satu produknya, yaitu: praktek rahn atau dikenal dengan gadai emas. Praktek rahn yang dilakukan oleh bank syariah berstandar pada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) nomor 79 tentang qardh. Dimana bank syariah dapat menggunakan dana dari nasabahnya untuk membiayai akad qardh (pembiayaan) yang merupakan sarana atau kelengkapan transaksi lain. Tetapi disisi lain dengan melihat banyaknya kejadian sengketa yang terjadi antara bank syariah dengan nasabah gadai, maka penulis tertarik untuk meninjau penerapan nilai-nilai syariah yang ada pada bank syariah lantaran dianggap jauh dari prinsip syariah. Karena seperti yang penulis pahami pembiayaan yang dilakukan bank syariah bersifat sosial dan untuk kemaslaatan orang banyak. Hal ini tentunya telah menjadi karakteristik perbankan syariah yang mempunyai fungsi sosial untuk masyarakat. Menurut pendapat penulis rahn atau gadai dibolehkan oleh agama dan bertujuan untuk menolong pihak yang sedang membutuhkan dana. Selain dibolehkan oleh agama rahn juga dalam beberapa hadits Rasulullah Muhammad S.A.W juga pernah melaksanakan rahn atau gadai, tetapi seperti yang diketahui ketika Rasulullah S.A.W melakukan praktek rahn kedua belah pihak harus samasama saling suka, tidak ada paksaan, tidak ada pihak yang dirugikan serta yang
terpenting tidak adanya kelebihan (riba). Apakah hal ini sudah diterapkan oleh bank syariah dalam pelaksanaan praktek rahn ?. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada pelaksanaan rahn atau gadai yang dilakukan oleh bank-bank syariah masih terdapat nilai-nilai yang belum sesuai dengan syariah Islam. Karena bukankah dalam Islam ketika seorang meminjamkan barang kita tidak diperbolehkan melebihkan dari pinjaman, karena ketika terjadi penambahan maka itulah yang disebut riba. Menurut pendapat peneliti seperti dalam hal biaya administrasi seharusnya pihak bank tidak menggolong-golongkan biaya administrasi berdasarkan dengan berat emas yang akan nasabah gadaikan. Karena bukankah seperti yang kita ketahui bahwa biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses penaksiran dari emas, serta untuk kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan pada saat nasabah melakukan transaksi menggadaikan emasnya. Bukankah berat emas tidak terlalu berpengaruh dalam hal tersebut. Dalam hal ini peneliti tidak memberikan larangan terhadap biaya administrasi tetapi menurut peneliti sebaiknya pihak bank syariah menetapkan biaya yang rata untuk biaya administrasi gadai, karena apabila tetap diterapkan perbedaan untuk biaya administrasi gadai sama saja pihak bank syariah tetap menganut sistem riba, karena terdapat kelebihan yang sebenarnya memberatkan untuk nasabah. Terkait dengan biaya administrasi yang terapkan bank syariah dalam produk gadainya, dari hasil pengamatan penulis pada bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar pada bulan Februari dan Maret 2013. Pada prakteknya bank syariah tersebut juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh bank syariah lainnya, dengan menetapkan biaya administrasi berdasarkan dari golongan berat emas yang akan digadaikan. Tetapi pada bulan Februari 2013 bank BRI Syariah telah melakukan promosi guna memberikan pelayanan yang
lebih baik dengan membebaskan biaya administrasi kepada nasabah yang akan menggadaikan emasnya pada bagian gadai BRI Syariah. Dengan langkah tersebut, peneliti berpendapat sebaiknya program promosi tanpa biaya administrasi yang dilakukan bagian gadai BRI Syariah tidak hanya berupa program yang masa berlakunya singkat, tetapi akan berlanjut seterusnya sehingga dapat membuat bagian gadai BRI Syariah dapat melaksanakan praktek rahn sesuai dengan syariah islam dan tentunya terhindar dari riba. Praktek riba tidak hanya bisa terdapat pada biaya administrasi tetapi selanjutnya peneliti akan meninjau dari biaya penitipan dan biaya pemeliharaan, yang diterapkan oleh pihak gadai perbankan syariah. Dapat dikatakan model penetapan biaya penitipan dan biaya pemeliharaan tidak bertentangan dengan syariah Islam. Tetapi melihat dari penerapan biaya penitipan dan biaya pemeliharaan yang ada pada bagian gadai bank syariah, terlihat cela untuk melaksanakan praktek yang menjurus mendapatkan kelebihan. Dapat kita lihat dalam menetapkan biaya titipan dan biaya administrasi, seharusnya bank syariah tidak menggunakan cara perhitungan gram emas X biaya sewa. Karena menurut penulis dengan cara tersebut akan memberatkan para nasabah karena nasabah akan membayar lebih banyak lagi dari nilai pinjaman nasabah. Bukankah dengan tidak melakukan perhitungan gram emas X biaya sewa bank syariah telah mendapat keuntungan dengan menaksir hanya maksimum 90% dari taksiran emas nasabah. Sehingga apa bila nasabah harus pula membayar biaya titipan dan pemeliharaan yang tinggi maka akan semakin memberatkan nasabah, dan bank syariah secara tidak langsung telah melanggar prinsip syariah. Dengan melihat fenomena tersebut penulis berpendapatan sebaiknya regulasi atau peraturan dan fatwa-fatwa untuk bank syariah dapat ditinjau lebih baik lagi. Bukankah produk gadai bank syariah dibuat untuk menjadi sahabat pengusaha
kecil yang membutuhkan modal dengan berorientasi sosial dengan
prinsip
syariah Islam. Hasil Wawancara dengan Karyawan Produk Gadai BRI Syariah Cabang Makassar. Penaksir Muda:
Menurut penaksir muda bagian gadai BRI Syariah Cabang
Makassar untuk pertambahan nasabah setiap bulannya tidak dapat diprediksikan karena untuk nasabah yang menggadai sangat tidak tentu. Banyaknya nasabah yang
menggadai
biasanya
didasarkan
oleh
kebutuhan
para
nasabah,
pertumbuhan atau banyaknya nasabah yang menggadai biasanya terjadi pada bulan ketika tahun ajaran baru, hari raya kebesaran agama, seperti: puasa, lebaran, dll. Kalau untuk produk yang lebih banyak digadai, yaitu: perhiasan karena untuk perhiasaan nasabah lebih banyak yang punya perhiasan dibandingkan dengan emas batangan. Penaksir Madya: kalau untuk pertambahan nasabah setiap bulannya sangat tidak bisa diprediksi. Apalagi setelah banyak kejadian yang terjadi, saya kira hal tersebut sangat mempengaruhi untuk jumlah pertambahan nasabah. Jadi, yang sekarang kami lakukan menumbuhkan lagi kepercayaan nasabah, dan mencari rekanan yang banyak serta mencoba menjadi rekanan dari toko emas yang ada di Makassar. Pertambahan juga sangat dipengaruhi dengan harga emas, ketika harga emas naik, maka nasabah yang menggadai akan sedikit juga.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, dengan melihat perkembangan portofolio bagian gadai BRI Syariah dari segi pencairan dari setiap
bulannya pada tahun 2012 tidak
memperlihatkan nilai yang tinggi dan cendrung terlihat mengalami penurunan nilai pencairan yang terjadi pada bagian gadai BRI Syariah.. Kedua, perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar pada semester I mengalami kinerja yang kurang stabil dan cenderung menurun. Dengan kinerja yang tertinggi pada bulan Februari pada angka 7,70% dan paling terendah pada bulan Januari pada angka 4,30%. Ketiga, pada semester II yaitu
bulan Juli s/d Desember
untuk
perkembangan kinerja bagian gadai BRI Syariah cabang Makassar dapat dikatakan stabil karena tidak terdapat selisih kenaikan atau penurunan yang besar yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan tingkat pelunasan yang relatif stabil antara bulan Juli s/d Desember. Keempat, terjadinya penurunan pencairan pada bagian gadai BRI Syariah pada tahun 2012 disebabkan oleh minimnya nasabah menggadaikan barangnya, serta
adanya beberapa kesalah pahaman yang terjadi antara
nasabah dan pihak bank BRI Syariah. Sehingga mengakibatkan buruknya nama dari bank BRI Syariah akibat kasus tersebut yang mengakibatkan, adanya rasa was-was dari para calon nasabah yang akan bertransaksi pada bagian gadai BRI Syariah.
Kelima, pada biaya administrasi bagian gadai BRI Syariah belum menjalankan
syariah
secara
sepenuhnya.
Hal
ini
ditandai
dengan
digolongkannya biaya administrasi berdasarkan beratnya emas. Sebaiknya untuk biaya administrasi bagian gadai hanya menetapkan 1 ketentuan harga saja, tanpa harus melihat dari golongannya. 5.2 Saran Berikut disajikan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk PT Bank BRI Syariah dan juga dapat dijadikan untuk masukan penelitian selanjutnya. Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari evaluasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat menyarankan bahwa promo yang dilakukan tidak hanya dilaksanakan pada bulan Februari saja tetapi sebaiknya promo tersebut dijadikan suatu ketentuan yang ada pada bagian gadai BRI Syariah. Sehingga dengan adanya program tersebut selain dapat mencoba menjalankan praktek rahn yang lebih baik dan sesuai dengan syariah Islam, juga dapat menjadi nilai jual bagi bagian gadai BRI Syariah. Sebaiknya Bank Indonesia sebagai pengatur dan Dewan Syariah Nasional (DSN) meninjau kembali mengenai ketentuan biaya titipan dan biaya pemeliharaan karena ketentuan yang ada telah memberatkan nasabah. Penulis menyarankan agar penelitian kedepan yang mengambil tema mengenai produk gadai syariah mengambil tempat penelitian pada beberapa cabang bank BRI Syariah iB ataupun pada kantor pusat di Jakarta sehingga dapat memberikan data yang valid dan lebih lengkap sesuai dengan kebutuhan peneliti.
5.3 Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kelemahan yang disebabkan oleh minimnya data yang diperoleh di lapangan. Data-data yang diperoleh hanya berasal dari Kantor Cabang Induk (KCI) BRI Syariah iB Cabang Makassar saja yang tidak mencerminkan kinerja bagian gadai pada bank BRI Syariah iB secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya dan Hadits. Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. Alicia. 2008. Tentang pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard, (Online), (http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/tentang-pengukuran-kinerjadengan.html, diakses 23 September 2012). Anshori, Abdul Ghofur. 2005. Gadai Syariah Di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Penerbit Gema Insani Press. Arrasjid, Chainur. 2011. Hukum Pidana Perbankan. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika. Ascarya. 2007. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Ayuningtyas, Erfin. 2010. Sistem Keuangan Islam, (Online), (http://erfinayuningtyas.blogspot.com/2010/02/sistem-keuangaislam.html/, diakses 23 September 2012). Bhinadi, Ardito. 2012. Bermuamalah dengan Benar: Rahn (Gadai Syariah), (Online),(http://muamalah-ardito.blogspot.com/2012/03/rahn-gadai syariah.html, diakses 23 September 2012). Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Kinerja. Bandung: Penerbit Alfabeta. Hasan, Ali. 2010. Marketing Bank Syariah: Cara Jitu Meningkatkan Pertumbuhan Pasar Bank Syariah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hasibuan, Malayu.S.P 2006. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Penerbit PT. Bumi aksara. Harahap, Sofyan Syafri. 2004. “Akuntansi Islam”. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Penerbit Kencana. Juliani, Resti. 2012. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, (Online), (http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/05/16/perkembanganperbankan-syariah-di-indones/, diakses 23 September 2012). Kara, Muslimin. 2005. Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan Syariah). Yogyakarta: UII Press.
Lemons. 2012. Pengertian Bank Menurut Beberapa Ahli, (Online),(http://belajarperbankangratis.blogspot.com/2012/04/pengertianbank-menurut-beberapa-ahli.html, diakses 23 September 2012). Muhammad. 2002. Bank Syariah: Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. __________. 2005. Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muljadi, Kartini. Gunawan Widjaja. 2007. Seri hukum: Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. Jakarta: Penerbit Kencana. Murtafiah. 2011. Faktor Pemicu Transaksi Mudharabah dan Murabahah Pada PT Bank BRI Syariah Cab.Makassar. Skripsi. Rais, Sasli. 2005. Gadai Syariah: Konsep dan Sistem Operasional (Suatu Kajian Kontemporer). Jakarta: Penerbit: UI Press. Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Penerbit Kencana. Suwiknyo, Dwi. 2010. Jasa-Jasa Perbankan Syariah: Produk-Produk Jasa Perbankan Syariah Lengkap Dengam Akuntansinya. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Tika, Moh. Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Usman, Rachmadi. 2009. Produk dan Akad Perbankan Syariah di Indonesia: Implementasi dan Aspek Hukum. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Yaya, Rizal., Aji Erlangga Martawireja dan Ahim Abdurahim. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Wirdyaningsih. dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Penerbit: Kencana. http://www.brisyariah.co.id
LAMPIRAN
BIODATA Identitas Diri Nama
: Nurul Listiawati
Tempat, Tanggal Lahir
: Ujung Pandang, 18 Februari 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nomor HP
: 08124103556
Alama E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal Tk Merpati Pos Makassar ( Tamat tahun 1996). SD Negeri Mangkura IV (Tamat tahun 2002). SMP Negeri 8 Makassar (Tamat tahun 2005) SMA Negeri 1 Makassar (Tamat tahun 2008). Universitas Hasanuddin Makassar (Tamat tahun 2013). Pengalaman 1. Organisasi Anggota Pramuka SD Negeri Mangkura IV Makassar Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Makassar Anggota Pemain Drum Crops Marching Band Pramuka Universitas Hasanuddin Makassar 2. Kerja Penelitian PT Bank BRI Syariah Makassar Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, Mei 2013
Nurul Listiawati
AKAD PINJAMAN DENGAN GADAI (RAHN)
Akad ini dibuat dan ditandatangani pada hari dan tanggal sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah oleh dan antara: I. PT. Bank Syariah BRI berkedudukan di Jakarta, suatu Bank dengan prinsip syariah berbentuk Perseroan Terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. Untuk selanjutnya disebut sebagai “BANK”. II. NASABAH adalah orang yang nama dan alamatnya tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah ini. BANK dan NASABAH secara bersama-sama disebut “PARA PIHAK”. Selanjutnya PARA PIHAK menerangkan bahwa NASABAH membutuhkan pinjaman sejumlah dana dari BANK dengan memberikan jaminan secara gadai harta miliknya yang sah secara sukarela kepada BANK. Atas maksud tersebut di atas PARA PIHAK sepakat mengikat diri untuk membuat dan menandatangani Akad Pinjaman Dengan Gadai dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut: 1. BANK setuju untuk memberikan pinjaman kepada NASABAH dan dengan ini NASABAH mengakui telah menerima pinjaman dari BANK sebesar Nilai Pinjaman dan dengan Jangka Waktu Pinjaman sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah ini dan karenanya NASABAH mengaku berhutang kepada BANK. 2. Guna menjamin pelunasan atas pinjaman yang diberikan BANK, NASABAH dengan ini mengikat diri menyerahkan barang secara sukarela berikut segala sesuatu yang melekat padanya yang merupakan satu kesatuan dengan barang tersebut dengan perincian seperti yang tertera dalam Sertifikat Gadai Syariah
ini
(untuk
selanjutnya
disebut
“Barang”),
untuk
dijaminkan secara Gadai kepada BANK dan BANK menahannya sebagai jaminan hutang. 3. Atas fasilitas pinjaman tersebut, NASABAH dikenakan Biaya Administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. NASABAH wajib melunasi seluruh hutangnya pada saat Tanggal Jatuh Tempo, sebagaimana tercantum atau ditentukan dalam Sertifikat Gadai Syariah. 5. Apabila NASABAH tidak melaksanakan pembayaran seketika dan sekaligus pada saat Tanggal Jatuh Tempo, maka NASABAH dengan ini menyetujui dan/atau memberikan kuasa kepada BANK yang tidak dapat ditarik kembali karena sebab apapun termasuk yang ditentukan dalam Undang-Undang (termasuk tetapi tidak terbatas pada ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1813 KUHper), untuk melakukan Penjualan atau Lelang Barang guna pelunasan hutang dan atau pembayaran kewajiban-kewajiban lainnya atas fasilitas pinjaman dengan gadai ini pada Tanggal Lelang/Jual dimaksud Nasabah akan menerima apapun hasil dari pelelangan atau penjualan barang yang dilakukan oleh BANK dan tidak akan mengajukan tuntutan, gugatan dan atau keberatan dalam bentuk apapun kepada BANK. 6. Dalam hal hasil penjualan atau lelang Barang sebagaimana disebut pada butir 5 Akad ini tidak mencukupi untuk melunasi seluruh hutang dan atau kewajiban-kewajiban lainnya dari NASABAH, NASABAH dengan ini berjanji dan wajib untuk membayar seluruh kekurangannya. Demikian pula apabila Barang tidak laku dijual atau dilelang maka nasabah tetap berkewajiban melunasi pinjaman dan atau kewajiban-kewajiban lainnya. 7. Apabila terdapat kelebihan hasil penjualan atau lelang Barang, maka NASABAH berhak menerima kelebihan tersebut dan jika dalam jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun sejak dilakukan penjualan atau lelang Barang, NASABAH tidak mengambil kelebihan tersebut maka NASABAH menyetujui dan memberikan kuasa kepada BANK untuk menyalurkan kelebihan tersebut sebagai sedekah (shodaqoh) yang pelaksanaannya diserahkan kepada BANK. 8. NASABAH dapat melakukan pelunasan sebagian dengan cara mengambil sebagian Barang, dan untuk hal tersebut akan dibuat akad baru oleh PARA PIHAK 9. NASABAH dapat melakukan pelunasan dipercepat secara sekaligus sebelum tanggal jatuh tempo sebagimana dimaksud butir 4. 10 NASABAH dengan ini menyatakan bahwa Barang dijaminkan adalah asli baik sifat dan jenisnya, tidak tersangkut sengketa dan membebaskan pihak BANK dari gugatan/tuntutan dari ahli waris dan atau pihak ketiga lainnya. Apabila dikemudian hari Barang tidak laku dijual atau dilelang, maka NASABAH dengan ini menyetujui dan wajib melunasi seluruh hutang termaksud namun tidak terbatas pada kewajiban-kewajiban lainnya dan menanggung segala risiko serta mengganti seluruh kerugian yang timbul karenanya. 11 Segala sengketa yang timbul dari atau dengan cara apapun yang ada hubungannya dengan Akad ini akan diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dalam hal tidak tercapai kata mufakat maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya melalui dan menurut Peraturan Prosedur BASYARNAS. Putusan BASYARNAS bersifat final dan mengikat PARA PIHAK. 12 Aplikasi Pemohonan Pinjaman Gadai, Sertifikat Gadai Syariah, Surat Kuasa (selanjutnya disebut “Surat-Surat”), Perubahan-Perubahan, serta tambahan-
tambahan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini. 13 Dalam Tanggal Jatuh Tempo sebagaimana dimaksud dalam Akad ini maupun Surat-Surat lainnya yang berkaitan dengan Akad ini bertepatan dengan bukan hari kerja BANK, maka PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan segala hak dan kewajibannya pada satu hari kerja sebelumnya. Demikian Akad ini dibuat dan ditandatangani dan mengikat PARA PIHAK. BANK PT.Bank Syariah BRI
NASABAH
AKAD SEWA TEMPAT (IJARAH)
Akad ini dibuat dan ditandatangani pada hari dari tanggal sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah oleh dan antara: I. PT. Bank Syariah BRI berkedudukan di Jakarta,suatu Bank dengan prinsip syariah
berbentuk
Perseroan
Terbatas
yang
didirikan
menurut
dan
berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia untuk selanjutya disebut sebagai “BANK”. II. NASABAH adalah seorang yang nama dan alamatnya tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah ini. Selanjutnya PARA PIHAK menerangkan terlebih dahulu sebagai berikut: a. Bahwa NASABAH telah mengadakan dan menandatangani perjanjian dengan BANK yang tercantum pada Akad Pinjaman dengan Gadai (Rahn) dan Sertifikat Gadai Syariah. b. Bahwa atas barang jaminan dengan perincian seperti yang tertera dalam Sertifikat Gadai Syariah ini (untuk selanjutnya disebut “barang”) dan berdasarkan Akad Pinjaman dengan Gadai
(Rahn)
tersebut, maka
NASABAH setuju dikenakan biaya sewa tempat atas jasa penyimpanan dan pengamanan Barang Jaminan tersebut oleh BANK. Atas hal tersebut di atas PARA PIHAK sepakat untuk membuat dan menandatangani Akad Sewa Tempat dengan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut: 1. NASABAH setuju dan sepakat untuk dikenakan biaya sewa tempat sesuai dengan Jangka Waktu dan Biaya sebagaimana disebutkan pada Sertifikat Gadai Syariah.
2. Jumlah seluruh Biaya Sewa Tempat tersebut wajib dibayarkan sekaligus oleh NASABAH kepada BANK pada saat Tanggal Jatuh Tempo atau pada saat dilakukannya pelunasan. 3. BANK dapat
mengasuransikan Barang selama Jangka Waktu Sewa
berlangsung pada perusahaan asuransi rekanan BANK atas risiko-risiko yang dianggap perlu oleh BANK. 4. Dalam hal selama Jangka Waktu Penyimpanan Barang terjadi hal-hal yang timbul dan diakibatkan dari risiko-risiko yang dijamin oleh perusahaan asuransi rekanan BANK sebagaimana dimaksudkan dalam butir 3 Akad ini yang mengakibatkan Barang menjadi rusak atau hilang, maka BANK akan memberikan ganti rugi dengan besaran ganti rugi mengacu pada ketentuan yang berlaku antara BANK dengan perusahaan asuransi rekanan BANK. Adapun khusus terkait kerusakan Barang yang diakibatkan oleh kebakaran, maka maksimum besaran ganti yang diberikan oleh BANK adalah sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari Nilai Taksiran Barang sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah. 5. Dalam hal NASABAH tidak juga mengambil barang meskipun telah melewati Tanggal Jatuh Tempo sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Gadai Syariah atau setelah dilakukannya pelunasan, maka NASABAH tetap akan dikenakan biaya penyimpanan dan pengamanan Barang sebesar Biaya Sewa Tempat secara harian berdasarkan tarif biaya Sewa yang berlaku saat itu. Demikian pula dalam hal Barang tidak laku dijual atau dilelang, maka NASABAH tetap wajib membayar Biaya Sewa Tempat secara harian. 6. Pengambilan barang dilakukan oleh NASABAH atau kuasa NASABAH bersamaan dengan pelunasan pinjaman. Apabila NASABAH tidak mengambil barang yang dijaminkan bersamaan dengan pelunasan jaminan, maka batas
waktu pengambilan Barang adalah sampai dengan 16 (enam belas) hari kalender setelah tanggal pelunasan, lewat dari batas waktu tersebut NASABAH dengan ini setuju bahwa Barang tersebut akan disalurkan sebagai sedekah (Shodaqoh) yang pelaksanaannya diserahkan dan dikuasakan kepada BANK dan atas hal tersebut PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan pasal 1126 s/d 1130 KUHPer. 7. Dalam hal NASABAH melakukan pelunasan sebagian, maka NASABAH harus membayar Biaya Sewa Tempat untuk sisa Barang dengan membuat akad sewa tempat baru. 8. Apabila NASABAH melakukan pelunasan dipercepat, maka terhadap NASABAH akan tetap dikenakan Biaya Sewa berdasarkan Biaya sewa yang dihitung per 10 (sepuluh) hari. 9. Dalam hal terjadi hal-hal di luar kekuasaan BANK (Force Majeure) termasuk tetapi
tidak
terbatas
pada
Gempa
Bumi,
Angin
Taufan,
Perang,
Pemberontakan, Tsunami, Bencana Alam, maka BANK dibebaskan dari kewajibannya sesuai dengan butir 4 Akad ini. 10.Akad Sewa Tempat ini merupakan satu kesatuan dengan Akad Pinjaman dengan Gadai (Rahn). Sertifikat Gadai Syariah dan Aplikasi Permohonan Gadai. 11. Segala sengketa yang timbul dari atau dengan cara apapun yang ada hubungannya dengan Akad ini akan diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat, dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya melalui dan menurut Peraturan BASYARNAS. Putusan BASYARNAS bersifat final dan mengikat PARA PIHAK.
Demikian Akad ini dibuat dan ditandatangani dan mengikat PARA PIHAK. BANK PT. Bank Syariah BRI
NASABAH