SKRIPSI
ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK BERBASIS NILAI KEADILAN PADA USAHA BERLABEL SYARIAH (Studi Kasus pada Supermarket Buku bin Mahdin Makassar)
MUHAMMAD ARIEF
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
SKRIPSI
ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK BERBASIS NILAI KEADILAN PADA USAHA BERLABEL SYARIAH (Studi Kasus pada Supermarket Buku bin Mahdin Makassar)
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi disusun dan diajukan oleh MUHAMMAD ARIEF A31111903
kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
ii
SKRIPSI
ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK BERBASIS NILAI KEADILAN PADA USAHA BERLABEL SYARIAH (Studi Kasus pada Supermarket Buku bin Mahdin Makassar)
disusun dan diajukan oleh
MUHAMMAD ARIEF A31111903 telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 18 Mei 2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Alimuddin, S.E., Ak., M.M. NIP. 19591208 198601 1 003
Drs. Muallimin, M.Si. NIP. 19551208 198702 1 001
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA. NIP. 19650925 199002 2 001
iii
SKRIPSI
ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK BERBASIS NILAI KEADILAN PADA USAHA BERLABEL SYARIAH (Studi Kasus pada Supermarket Buku bin Mahdin Makassar)
disusun dan diajukan oleh
MUHAMMAD ARIEF A31111903 telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 11 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui, Panitia Penguji No. Nama Penguji
Jabatan
Tanda Tangan
1. Dr. Alimuddin, S.E., Ak., M.M.
Ketua
1. ...................
2. Drs. Muallimin, M.Si.
Sekretaris
2. ...................
3. Drs. Muhammad Ashari, Ak., M.SA., CA.
Anggota
3. ...................
4. Muh. Irdam Ferdiansah, S.E., M.Acc.
Anggota
4. ...................
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA. NIP. 19650925 199002 2 001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama
: Muhammad Arief
NIM
: A31111903
departemen/program studi
: Akuntansi
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK BERBASIS NILAI KEADILAN PADA USAHA BERLABEL SYARIAH (Studi Kasus pada Supermarket Buku bin Mahdin Makassar) Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 11 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,
Muhammad Arief
v
PRAKATA
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh. Kesyukuran senantiasa terpanjatkan oleh saya selaku peneliti kepada Allah SWT, pencipta dan pemilik semesta alam, yang memberikan cintaNya yang menjelajahi pelosok dunia dan kasihNya yang menelusuri berbagai penjuru, sehingga peneliti berhasil menyelesaikan skripsinya. Shalawat dan salam peneliti curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta dengan keluarga dan para sahabat, yang membawa kebaikan hingga dapat dirasakan sampai saat ini. Alhamdulillaah, skripsi ini merupakan salah satu tahap untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang diselesaikan dengan tujuan untuk menyelesaikan masa studi dan memperoleh ilmu yang bermanfaat bagi peneliti. Izinkanlah peneliti mengapresiasi dengan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan tersebut dengan tulus peneliti haturkan kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan semua Kebaikan-Nya kepada umat manusia dalam berbuat kebaikan. 2. Kedua orang tua peneliti, Budiman Djamaluddin dan Fitriyawati atas doa, kasih sayang, dan dukungannya yang tanpa henti kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini serta atas pengorbanan yang tulus dan kasih yang diberikan kepada peneliti yang tiada henti-hentinya. 3. Bapak Dr. Alimuddin, S.E., Ak., M.M., dan Bapak Drs. Muallimin, M.Si., selaku pembimbing peneliti yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
vi
bermanfaat kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai harapan. Terima kasih sebesar-besarnya peneliti ucapkan. 4. Tim Penguji Peneliti, Bapak Dr. Abdul Hamid Habbe, S.E., M.Si., Bapak Drs. Muhammad Ashari, Ak., M.SA., CA, dan Bapak Muhammad Irdam Ferdiansah, S.E., M.Acc., atas kesediaannya dalam menguji skripsi peneliti dan memberikan arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Dr. Aini Indrijawati, S.E., M.Si., Ak., selaku Penasehat Akademik peneliti, terima kasih atas nasehat, bimbingan, dan semangat yang diberikan kepada peneliti selama menempuh perkuliahan. 6. Bapak Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.S., CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 7. Ibu Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin dan Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin 8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
yang
telah
meluangkan
waktunya
untuk
mengajar,
membimbing, dan membuka wawasan peneliti selama melakukan proses perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 9. Para staf dan pegawai akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, serta Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin yang telah membantu peneliti dalam kelancaran segala urusan terkait akademik dan administrasi.
vii
10. Pihak Supermarket Buku dan Al-Qur’an Bin Mahdin Makassar yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian dan segala bentuk dukungan dan kebermanfaatan yang diberikan kepada peneliti. 11. Teman-teman I11INOIS (Akuntansi 2011 Unhas) yang tidak sempat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas do’a dan dukungan yang diberikan. Kebaikan untuk kita semua. 12. Saudara-saudariku dari Forum Studi Ekonomi Islam (FoSEI) Unhas, Ikatan Mahasiswa Akuntansi (IMA) FE-UH, Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Sulawesi Selatan, dan UKM Tenis Meja Unhas yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa dan tak akan pernah terlupakan. Terima kasih telah memberikan banyak kebaikan. 13. Sahabat terbaik, Saudara-saudaraku ‘27’, Ashraq, Atthariq, Amanatullah, Syahrul, Taufan, Ghozali, Azriel, Marsawal, Mahyuddin, Nurhadi, Khairurrijal, Rudi, Ian, Acil, dan Ipul. Terima kasih segala do’a, dukungan, dan semangatnya yang telah memberikan warna indah disetiap langkah. 14. Keluarga Kecilku, KKN Gel.87 Kel. Macanang, Kec. Tanete Riattang Barat, Kab. Bone atas dukungan dan pengalaman yang menakjubkan. 15. Seluruh rekan yang turut serta dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih sebesar-besarnya. Peneliti juga menyadari terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan kepada semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti, pembaca, serta masyarakat. Terima kasih, Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Makassar, 11 Agustus 2016
Peneliti
viii
ABSTRAK
Analisis Penetapan Harga Jual Produk Berbasis Nilai Keadilan pada Usaha Berlabel Syariah (Studi Kasus pada Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar) Analysis Selling Price Determination of Product Based on Justice Value at Labeled Sharia Business (Case Study on Bin Mahdin Book Store Makassar) Muhammad Arief Alimuddin Muallimin Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan penetapan harga jual pada usaha berlabel syariah dan margin yang memberikan nilai keadilan kepada pihak yang terlibat dalam usaha, bertempat di Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi ke objek penelitian dan melakukan wawancara dengan narasumber terkait. Hasil wawancara diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan didukung dari sumber keadilan dalam Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penetapan harga jual terhadap produk yang disediakan dianggap adil terhadap pihak yang terlibat, namun terdapat beberapa kelemahan dalam penerapannya yang diaplikasikan melalui kebijakan usaha. Kata Kunci: harga jual, kebijakan penetapan harga jual, keadilan, bisnis syariah
This study aims to know the selling price determination policy at labeled sharia business and margins that give justice to the parties involved in the business, held in Bin Mahdin Book Store Makassar. The study was conducted using qualitative methods such as case studies. Research carried out by observing the object to research and conduct interviews with relevant sources. Results of interviews were processed and analyzed using descriptive qualitative method and supported from the source of justice in Islam, the Qur'an and Sunnah. These results indicate that the determination of the selling price of the products supplied quite justice to the parties involved, but there are some weaknesses in its application that is applied through a business policy. Keywords:
selling price, selling price determination policy, justice, sharia business
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ HALAMAN JUDUL ........................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... PRAKATA ....................................................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
i ii iii iv v vi ix x xii xiii xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 1.4.1 Kegunaan Teoretis ............................................................... 1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................. 1.5 Sistematika Penelitian ......................................................................
1 1 5 6 6 6 6 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2.1 Jual Beli Dalam Islam ....................................................................... 2.1.1 Pengertian Jual Beli.............................................................. 2.1.2 Rukun dan Syarat Jual Beli ................................................. 2.2 Produk yang Diperjualbelikan ........................................................... 2.3 Jenis Transaksi yang Dilarang........................................................... 2.4 Keadilan .. ......................................................................................... 2.4.1 Definisi Keadilan .................................................................. 2.4.2 Keadilan dalam Akuntansi Syariah ....................................... 2.4.3 Sumber Keadilan dan Konsepnya dalam Islam ................... 2.5 Harga Jual ......................................................................................... 2.5.1 Metode Penetapan Harga Jual ............................................ 2.5.2 Manfaat Harga Jual yang Adil .............................................. 2.6 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu ......................................... 2.7 Kerangka Pemikiran ........................................................................
9 9 9 10 13 15 20 20 21 23 27 28 34 36 37
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 3.2 Kehadiran Peneliti ............................................................................ 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................... 3.7 Tahap-Tahap Penelitian ...................................................................
40 40 40 41 42 42 43 44
x
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK PADA SUPERMARKET BUKU BIN MAHDIN MAKASSAR .................. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 4.2 Struktur Organisasi ........................................................................... 4.3 Jenis Usaha dan Pemasok Produk pada Usaha ................................ 4.4 Analisis Kebijakan dalam Penetapan Harga ...................................... 4.4.1 Metode Penjualan ................................................................ 4.4.2 Kebijakan Penetapan Harga Jual yang Berlaku .................... 4.5 Implementasi Nilai Keadilan dalam Penetapan Harga ....................... 4.6 Konsep Pendukung Nilai Keadilan dalam Bisnis ...............................
46 46 49 52 54 55 60 78 84
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 5.2 Saran ................................................................................................ 5.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................
88 88 91 92
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 93 LAMPIRAN ...................................................................................................... 96
xi
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Halaman Ketentuan Akad yang Berlaku di Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar .................................................................
57
Ketentuan Potongan yang Berlaku di Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar .................................................................
64
Daftar Harga Rekomendasi dari Pemasok, Harga Beli, dan Harga Jual dari Supermarket ................................................
67
4.4
Ringkasan Perhitungan Jumlah Estimasi Biaya Bulanan .....
71
4.5
Ringkasan Perhitungan Penjualan Kotor, Laba Kotor, dan Harga Pokok Penjualan .........................................................
73
Ringkasan Estimasi Alokasi Potongan Terhadap Laba Bersih
76
4.2 4.3
4.6
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .............................................................
38
4.1
Bagan Struktur Organisasi SBBM Makassar .......................
50
4.2
Konsep Penetapan Harga Jual yang Berlaku ......................
63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Biodata ...............................................................................
97
2
Data Narasumber ...............................................................
99
3
Daftar Harga Jual Buku ......................................................
100
4
Data Harga Jual Herbal/Habbatussauda ...........................
104
5
Daftar Gambar ...................................................................
105
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ekonomi
merupakan
salah
satu
bidang
kehidupan
yang
dapat
memengaruhi bidang lainnya, sehingga dengan adanya kegiatan perekonomian, maka manusia di muka bumi dapat bertahan hidup dengan cara memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, rata-rata aktivitas yang dilakukan sehari-hari memiliki keterkaitan dengan ekonomi. Ekonomi Islam yang biasa juga disebut Ekonomi Syariah merupakan sebuah sistem ekonomi yang lahir dengan bertujuan untuk memakmurkan dan menyejahterakan melalui kegiatan horizontal antar sesama manusia (muamalah) dan hubungan vertikal manusia dengan Sang Pencipta (ibadah mahdhah), yaitu Allah SWT. Ekonomi Islam juga mengajarkan untuk selalu mencapai kata falah, berupa usaha yang dilakukan untuk menyejahterakan dengan mengelola sumber daya yang ada dengan baik dan tidak berlebihan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah, merupakan mahakarya berisi ajaran kebaikan yang memukau dan mencerahkan hati yang berada di jalur tidak sesuai dengan apa yang tertera di dalamnya. Di dalam aktivitas ekonomi, pada umumnya tak luput dari aktivitas pencatatan yang timbul diakibatkan oleh kegiatan transaksi yang dilakukan. Sehingga di dalam Islam, akuntansi merupakan tools untuk melaksanakan perintah Allah SWT terkait suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komprehensif (Nurhayati, 2014:80). Menjadi bagian dari ekonomi Islam, Akuntansi Syariah (Islam) merupakan ilmu
yang
berasaskan
persaudaraan
(ukhuwah),
keadilan
(‘adalah),
kemashlahatan (mashlahah), keseimbangan (tawazun), dan universalisme
1
2 (syummuliyah), (Wasilah, 2011:93). Berbeda dengan sistem konvensional yang lahir, Ekonomi Islam tidak mengajarkan untuk hanya berfokus pada satu pihak yang memiliki dominasi yang lebih dibandingkan dengan keterlibatan pihak lainnya, sehingga salah satu pihak berusaha untuk memakmurkan dirinya tanpa memikirkan dampak yang diterima oleh pihak lain yang juga terlibat. Dengan kebaikan yang ada dengan menerapkan Islam dalam kegiatan ekonominya, maka lahirlah banyak usaha yang dibuat oleh manusia yang bertujuan untuk memakmurkan hidupnya, bahkan memenuhi kebutuhan orang lain yang dapat menyejahterakan hidupnya. Sungguh indah ekonomi Islam dalam hidup, saling memenuhi kebutuhan dengan berbagai aktivitas muamalah yang tentunya tidak semata-mata mencari kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga berkesinambungan dengan memperoleh kebahagiaan di akhirat. Salah satu contoh yang dilakukan manusia dalam bermuamalah adalah dengan melakukan kegiatan bisnis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat. Sudah banyaknya usaha yang tersebar di seluruh penjuru negeri, hal ini ditandai dengan lahirnya komunitas pengusaha yang dimana usaha yang lahir terus menerus, bahkan menjadi sumber perekonomian yang mandiri. Lahirnya usaha ini bukan tanpa alasan, ada yang berlandaskan tujuan perusahaan dan juga pada umumnya, misalnya memperoleh laba maksimal dengan harapan usaha terus-menerus tumbuh di masa yang akan datang, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, untuk membantu saudara yang membutuhkan, bahkan ada juga yang mengatakan usaha yang dibentuknya tak lebih dari sekedar hobi (Alma, 2014:160). Aktivitas kegiatan usaha pun sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW melakukan kegiatan perniagaan, seperti kegiatan jual beli yang dilakukan dengan
3 cara bertukar barang (barang) yang dianggap memiliki nilai yang hampir sama, bahkan sama sekalipun. Allah berfirman : “Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 275). Sehingga aktivitas jual beli yang diharapkan dalam Islam adalah bebas dari riba dan sesuai dengan kondisi dari kedua pihak, yaitu pihak penjual dan pembeli. Aktivitas jual beli dalam Islam yang berdasarkan penetapan harga salah satunya adalah Murabahah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102 Paragraf 5). Selain itu, juga terdapat definisi tentang murabahah menurut beberapa sumber : Al Murabahah adalah kontrak jual-beli atas barang tertentu. Pada transaksi jualbeli tersebut penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga, harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan dengan jelas. (Arifin, 2011:28) Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnnya keuntungan yang diperolehnya (Rivai, 2008:147)
Penetapan harga yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kebaikan pada kedua pihak, yaitu penjual yang memasarkan produknya dan pembeli yang akan memanfaatkan produk yang dibelinya. Penetapan harga merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan jual beli. Harga bagaikan komponen yang melekat pada produk yang akan diperjualbelikan, selain bersifat esensial (melekat), harga dalam produk juga memengaruhi permintaan dan penawaran yang berlaku di lingkungan sekitar. Sifat tersebut merupakan mekanisme yang dapat membentuk harga suatu produk. Dengan penetapan harga, efek yang diterima pun beragam, dapat berefek positif ataupun berdampak negatif. Efek tersebut dapat timbul
4 diakibatkan oleh faktor-faktor seperti tingkat laba yang diharapkan, laku tidaknya suatu produk, kelangsungan usaha (going concern) yang menentukan arah perusahaan apakah bisa bertahan dan bersaing dengan usaha yang tersebar lainnya atau sebaliknya yang berdampak negatif bagi usaha tersebut. Oleh karena itu, asas persaudaraan, keadilan, kemashlahatan, keseimbangan, dan menyeluruh menjadi bagian dalam menerapkan Akuntansi Syariah. Dalam konsep syariah, harga suatu produk belum dapat ditentukan ketika kesepakatan belum tercapai diantara pihak pembeli dan penjual. Ketika dilihat dari segi daya beli/jual dan kemampuan dari masing-masing pihak, maka harga yang mungkin sudah dipatok sebelumnya akan mengalami perubahan. Harga suatu produk juga diharapkan agar bebas dari riba’ (tambahan). Harga jual menjadi turun ketika daya beli para pembeli berkurang, segi kemampuan dikatakan kurang mencukupi, namun pembeli membutuhkan barang tersebut untuk beraktivitas. Hal ini dapat dianggap sebagai wujud sedekah terhadap pembeli tersebut dalam aktivitas perdagangan, penjual mencoba menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan, menurut AlGharyani (2004:32), menurunkan harga jual itu tidak dianjurkan apabila motif yang dilakukan oleh para penjual yang melakukan penjualan dengan harga rendah itu bertujuan untuk merusak harga pasar dan membuat resah para pelaku pasar. Sedangkan harga jual menjadi naik ketika kemampuan pembeli dikatakan lebih
dari
cukup,
sehingga
selain
membantu
usaha
penjual
untuk
mengembangkan usahanya, pembeli juga dapat melakukan sedekah, sehingga tidak melupakan kehidupan akhiratnya kelak. Oleh karena itu, kehidupan kolektif antara pembeli dan penjual lahir dikarenakan aktivitas transaksi yang mereka lakukan.
5 Apabila harga ditetapkan, maka diharapkan pembeli maupun penjual dapat merasa kebaikan dan kebahagiaan. Misalnya dengan konsep syariah, diharapkan penjual dapat menetapkan harga yang sesuai dengan keadaan pasar, melihat kondisi pembeli dalam melakukan mark up, sehingga para calon pembeli dapat memenuhi kebutuhannya dengan membeli produk yang sesuai dengan daya belinya, serta tidak berlebihan dalam melakukan penurunan harga yang berlebih yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan para penjual. Oleh karena
itu,
didalam
menentukan
harga
harus
melibatkan
beberapa
pertimbangan, seperti daya beli, kondisi sosial ekonomi kedua belah pihak (pembeli dan penjual), bahkan sampai keterlibatan Tuhan terhadap aktivitas murabahah yang dilakukan. Berdasarkan pemaparan di atas, Akuntansi Syariah dalam hal penetapan harga memiliki kesamaan dan perbedaan dalam hal menetapkan harga. Memperoleh keuntungan secara material merupakan tujuan utama dalam bisnis konvensional, walaupun tidak menafikkan dalam bisnis syariah juga memperoleh keuntungan material dengan tujuan keberlangsungan usaha dan mencukupi kebutuhan penjual. Akan tetapi, bisnis syariah juga dapat memperoleh keuntungan secara non-materi. Berdasarkan latar belakang yang telah tertulis sebelumnya, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penetapan Harga Jual Produk Berbasis Nilai Keadilan Pada Usaha Berlabel Syariah (Studi Kasus Pada Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pada latar belakang, maka rumusan masalah
yang diajukan peneliti dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
6 a. Bagaimana penetapan harga jual produk pada usaha berlabel syariah di Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar? b. Apakah penetapan harga yang berlaku pada usaha tersebut sudah sesuai dengan prinsip keadilan? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti bertujuan untuk mengetahui penerapan
dalam penetapan harga jual produk pada usaha berlabel syariah di Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar. Selain itu, peneliti juga bertujuan untuk memahami apakah di dalam penetapan harga jual pada produk-produk yang tersedia di Supermarket Buku Bin Mahdin tersebut sudah berprinsip syariah yang berbasis nilai keadilan atau belum.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoretis Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi manajemen syariah, terutama yang berkaitan dengan penetapan harga jual produk yang berbasis nilai keadilan. 2. Sebagai literatur dan referensi bagi penelti yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan penetapan harga jual produk yang berbasis nilai keadilan.
1.4.2
Kegunaan Praktis Secara praktis, keguanaan penelitian diharapkan memberikan manfaat
kepada pihak-pihak yang terkait di bawah ini :
7 a. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti dapat membandingkan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang sesungguhnya terjadi di usaha tersebut. b. Bagi entitas/usaha yang diteliti, penelitian ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan terhadap metode yang telah diterapkan di perusahaan tersebut dengan adanya masukan mengenai penetapan harga jual yang berlaku di usaha tersebut. c. Sebagai acuan referensi, informasi, dan bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. 1.5
Sistematika Penulisan Dengan bersumber pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, penulisan proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab. BAB I Pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka terdiri dari tinjauan teori yang relevan, berupa pembahasan terkait jual beli dalam Islam, produk yang diperjualbelikan, jenis transaksi yang dilarang dalam Islam, Harga Jual terkait metode dan manfaat, serta kerangka pemikiran. BAB III Metode Penelitian. Metode penelitian terdiri dari rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tahap-tahap penelitian. BAB IV Hasil dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari gambaran umum objek penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
8 BAB V Penutup. Pada bab ini terdapat kesimpulan dari hasil dan analisis penelitian, keterbatasan yang diperoleh dalam melakukan penelitian, serta saran dari hasil penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Jual Beli Dalam Islam
2.1.1
Pengertian Jual Beli Secara etimologi, jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran sesuatu
dengan sesuatu (yang lain). Namun secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan jual beli tersebut (Rachmat Syafei, 2004). Berikut beberapa pendapat para ulama terkait jual beli; 1. Ulama Hanafiah Jual beli adalah pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang diperbolehkan). 2. Imam Nawawi Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan. 3. Ibnu Qudamah Jual beli adalah pertukaran harta, untuk saling menjadikan milik. Terdapat pula makna jual beli sebagai kegiatan tukar-menukar suatu barang dengan barang lainnya menurut rukun dan syarat tertentu. Dalam kenyataan sehari-hari jual beli adalah penukaran barang dengan uang. Penukaran barang dengan barang tidak dapat dikatakan sebagai jual beli melainkan tukar-menukar barang. Jual beli akan menjadi “Jual beli akan terus berlangsung selama manusia hidup di dunia ini. Agar jual beli memberikan manfaat bagi penjual dan pembeli, maka masing-masing pihak harus menaati peraturan agama” (Ibrahim, 2004: 3). Sehingga tercapai ijma’ oleh para ulama terkait jual beli, dalam Syafei (2004:75) yang berkesimpulan sebagai berikut. “Menurut ijma’ para ulama telah sepakat memperbolehkan jual beli dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
9
10 bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.”
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa rukun dan syarat jual beli adalah aktivitas pertukaran harta yang menyangkut ba’i (penjual), mustari (pembeli), shighat (ijab dan qabul), dan ma’qud’alaih (benda atau barang) dengan berbagai cara yang diperbolehkan. Pembahasan terkait komponen jual beli tersebut akan dibahas pada subbab selanjutnya. 2.1.2
Rukun dan Syarat Jual Beli Terdapat pula rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli agar
dapat terlaksana dengan baik. Adapun rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam aktivitas jual beli adalah. 1. Penjual dan Pembeli Yaitu seseorang yang melakukan aktivitas jual beli. Penjual adalah orang yang menawarkan atau menjual produk yang ia miliki, sedangkan pembeli adalah seseorang yang menginginkan produk yang dimiliki oleh penjual yang diperjualbelikan. Adapun syarat penjual dan pembeli adalah sebagai berikut : a. Berakal, sehingga orang yang tidak sadar tidak sah dalam melakukan kegiatan jual beli. Bagi setiap orang yang hendak melakukan kegiatan jual beli seharusnya memiliki akal pikiran yang sehat, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat al-Qur’an, yakni Q.S. An-Nisa’ [4]:5 yang artinya, “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya...”1 b. Dengan kehendaknya sendiri dan bukan paksaan dari pihak lain. Dengan niat penuh kerelaan yang ada bagi setiap pihak untuk melepaskan hak miliknya dan memperoleh tukar menukar hak milik harus diciptakan 1
Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig (dewasa) atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.
11 dalam arti suka sama suka. Sebagaimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT, Q.S. An-Nisa’ [4]:29 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh Allah maha penyayang kepadamu.”
c. Bukan pemboros. Bagi para pihak dapat menjaga hak miliknya sebagaimana dirinya memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan hukum sendiri. Bagi yang masih perwalian, seperti karena harta yang dimiliki ada dalam keadaan mubazir bagi dirinya dan berada di tangan walinya (Djamali, 1992:141). 2. Benda atau barang yang diserahterimakan Adapun syarat dalam pemberian dan penerimaan barang yang sebaiknya, menurut Ulama Syafi’iyah (Alma, 2014:149) adalah sebagai berikut : a. Suci; barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum disamak. b. Bermanfaat; tidak diperbolehkan untuk menjual sesuatu yang tidak memberikan manfaat kepada pemakai (konsumen) maupun kepada khalayak banyak. c. Dapat diserahkan; tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan dalam laut, barang rampasan yang masih berada di tangan yang merampasnya, barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya atau ketidakjelasan (gharar). d. Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain secara sah dan dapat dipercaya; barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan orang yang diwakilinya, atau yang mengusahakan.
12 e. Jelas diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad; barang tersebut dapat diketahui oleh si penjual dan si pembeli, baik zat, bentuk, kadar, dan sifat-sifatnya yang jelas sehingga antara keduanya tidak akan terjadi perselisihan yang diakibatkan oleh barang tersebut. 3. Adanya akad (Ijab dan qabul) Akad yang dimaksud merupakan perjanjian yang dilakukan kepada kedua pihak (penjual dan pembeli) yang terlibat dalam melakukan transaksi. Akad tersebut terdiri dari dua pihak yang terlibat. Yang pertama adalah Ijab, yang merupakan perkataan/perjanjian yang dilakukan oleh penjual dalam suatu transaksi kepada pembeli. Dan yang kedua adalah Qabul, yang merupakan perkataan/perjanjian yang dilakukan pembeli untuk menanggapi akad si penjual dalam suatu transaksi yang sama. Syarat sah Ijab dan Qabul menurut Haroen (2000), menjelaskan bahwa para Ulama’ fiqh mengemukakan syarat Ijab dan Qabul sebagai berikut: a. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal, menurut jumhur ulama, atau telah berakal menurut ulama Hanifiah, sesuai dengan perbedaan mereka dalam syarat-syarat orang yang melakukan akad yang disebutkan di atas. b. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: “Saya jual buku ini seharga Rp. 15.000,-.” Lalu pembeli menjawab: “Saya beli dengan harga Rp. 15.000,-.” Apabila antara ijab dengan qabul tidak sesuai, maka jual beli tidak sah. c. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya, kedua belah pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. Apabila penjual mengucapkan ijab, lalu pembeli berdiri sebelum mengucapkan qabul, atau pembeli mengerjakan
13 aktivitas lain yang tidak terkait dengan masalah jual beli, kemudian ia ucapkan qabul, maka menurut kesepakatan ulama fiqh, jual beli ini tidak sah, sekalipun mereka berpendirian bahwa ijab tidak harus dijawab langsung dengan qabul. Menurut Ash Siddieqy dalam bukunya, Fiqh Mu’amalah (1997:83), sifatsifat akad yang dilakukan oleh pihak penjual dan pembeli diantaranya sebagai berikut; 1. Akad diucapkan seseorang tanpa memberi syarat 2. Akad diucapkan seseorang dengan dikaitkan dengan sesuatu jika tidak ada kaitan, maka akad pun tidak jadi (tidak terlaksana). 2.2
Produk yang Diperjualbelikan Produk merupakan barang yang berhubungan dengan kebutuhan
manusia (Afzalurrahman, 2000:211). Sehingga produk ini diharapkan dapat memberikan manfaat oleh manusia yang sesuai dengan kegunaan produk tersebut. Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagimu” (Q.S. Al-Baqarah [2]:168). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa didalam Islam mengajarkan untuk mencari makanan yang halal dan juga thoyyib (baik). Halal adalah sesuatu yang diperbolehkan untuk dimaksimalkan pemanfaatan yang diperoleh dari makanan tersebut sesuai dengan kehendak Allah SWT. Sehingga selalu mendapatkan manfaat yang baik dari produk (makanan) tersebut dan selalu bersikap hati-hati agar tidak memanfaatkan produk-produk yang haram, seperti makanan dan minuman yang telah diharamkan secara umum (khamr, daging babi, beberapa makanan dan minuman lainnya). Dan juga selain makanan dan minuman, terdapat produk-
14 produk yang tidak dimakan dan diminum yang juga diharamkan, seperti patung, berhala, dan sejenisnya. Selain itu, dalam Kotler dan Armstrong (1996:274) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi, dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Berdasarkan definisi dari Kotler dan Armstrong, manusia dapat memilih tujuan pembelian terhadap produk yang dibeli, apakah dipergunakan produk tersebut sebagai memuaskan keinginan konsumen atau bahkan memanfaatkannya dengan maksimal dikarenakan produk tersebut memang sudah menjadi kebutuhan konsumen. Islam mengajarkan untuk menggunakan produk sesuai dengan kebutuhan, bukan karena keinginan pembeli semata. Karena pemenuhan keinginan dalam Islam sangat dekat dengan sifat boros dalam diri manusia. Hal ini dijelaskan pada QS. Al-Isra [17]:27 yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Produk yang diperjualbelikan harus halal dan baik. Oleh karena itu, banyak ayat di dalam Al-Qur’an dan Hadis yang menganjurkan untuk memperjualbelikan produk yang halal dan baik, serta menjadi panduan untuk tetap memberikan produk yang halal, baik dari segi input, proses, maupun output produk yang akan diperdagangkan dan yang akan dikonsumsi oleh calon pembeli. Pembahasan ini didukung dengan adanya hadis dari Imam Ahmad, AlBukhari
berikut:
mengharamkan penjualannya.”
“Rasulullah sesuatu,
SAW
maka
bersabda,
Dia
pasti
Sesungguhnya mengharamkan
Allah pula
bila hasil
15 2.3
Jenis Transaksi yang Dilarang Transaksi merupakan salah satu prosedur yang penting dalam melakukan
aktivitas jual beli. Transaksi dalam Islam, aktivitas ini telah diatur dan terdapat ketentuan dalam pelaksanaannya, sehingga terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan seperti yang terdapat pada Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mutaffifin [83]:1-3, yang artinya “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menukar dan menimbang), (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka menguranginya”. Transparansi dalam hal menakar, menimbang, dan pertukaran telah tersebutkan dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Syu’ara [26]:181-183, yang artinya: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.
Allah SWT pun telah menentukan bahwa apabila terdapat ketidaksesuaian yang melahirkan kerugian, maka transaksi yang dilakukan bersifat tidak saling ridha dan transaksi tersebut menjadi haram (Antonio, 2011:142). Di dalam Buku Panduan Organisasi MES (2013:5), Salah satu pilar ekonomi syariah, yaitu Keadilan (selain itu terdapat pilar keseimbangan dan kemashlahatan) yang mencerminkan aktivitas ekonomi yang terhindar dari riba, maysir, gharar, dzalim, tadlis, dan haram. Berikut penjelasannya : 1. Riba Tercantum dalam Buku Ekonomi Islam oleh P3EI Universitas Islam Indonesia (2012:70), Arti riba secara bahasa adalah ziyadah, yang berarti tambahan, pertumbuhan, kenaikan, membengkak, dan bertambah, Akan tetapi, tidak semua tambahan dapat dikategorikan sebagai riba. Secara
16 fiqh, riba diartikan sebagai setiap tambahan dari harta pokok yang bukan merupakan kompensasi, hasil usaha ataupun hadiah. Namun, pengertian riba secara teknis adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, baik dalam utang-piutang maupun jual beli. Seperti tercantum dalam Q.S. Ali Imran [3]: 130, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda
dan bertakwalah
kamu
supaya
kamu
mendapat
keberuntungan”. Dapat dijelaskan pula bahwa riba merupakan salah satu dari tujuh (7) dosa besar yang dapat menyesatkan menusia. Penjelasan tersebut terdapat pada Hadis Abu Hurairah RA, seperti berikut “Dari Rasulullah SAW bersabda: jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan, sahabat bertanya: apa itu Ya Rasulullah?, beliau berkata: syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita baik-baik melakukan perbuatan keji” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan alNasai).
2. Gharar Dari segi bahasa, Gharar dapat didefinisikan sebagai risiko, atau juga ketidakpastian. Gharar terjadi karena seseorang sama sekali tidak (dapat) mengetahui kemungkinan terjadi sesuatu sehingga bersifat spekulatif atau game of change. Dapat disimpulkan juga bahwa gharar merupakan transaksi dengan hasil tidak dapat diketahui atau tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, gharar ini dilarang dalam Islam sebab Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu membeli ikan di dalam air karena jual-beli seperti itu termasuk gharar (menipu).” (HR. Ahmad) Berdasarkan Alma (2014:155), gharar yang dilarang menurut Ibn Jazi AlMaliki, terdapat sepuluh (10) macam, yaitu : a. Tidak dapat diserahkan, seperti menjual anak hewan yang masih dalam kandungan induknya;
17 b. Tidak diketahui harga dan barang; c. Tidak diketahui sifat barang atau harga; d. Tidak diketahui ukuran barang dan harga; e. Tidak diketahui masa yang akan datang, seperti, “Saya jual kepadamu, jika Jaed datang”; f.
Menghargakan dua kali dalam satu barang;
g. Menjual barang yang diharapkan selamat; h. Jual-beli husha’, misalnya pembeli memegang tongkat, jika tongkat jatuh wajib membeli; i.
Jual-beli munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lemparmelempari, seperti seseorang melempar bajunya, kemudian yang lainpun melempar bajunya, maka jadilah jual beli;
j.
Jual-beli mulasamah, apabila mengusap baju atau kain, maka wajib membelinya.
3. Maysir Berdasarkan Antonio (2011:150), Maysir secara bahasa berasal dari yasara atau yusr yang maknanya “mudah”, atau yusar yang bermakna “kekayaan”. Secara terminologi, maysir merupakan suatu bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan. Pihak yang memenangkan permainan berhak mendapatkan taruhan itu dengan mudah sementara yang lain merugi dan menyesal. Maysir ini menjadi berkembang di kehidupan bermasyarakat akhir-akhir ini. Dengan bermodalkan sedikit, biasanya peserta yang terlibat akan memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Selain itu, terdapat pula fasilitas-fasilitas yang mendukung aktivitas tersebut yang mudah diperoleh. Maysir pula ini yang apabila diterapkan, maka unsur-unsur yang diharamkan dalam Islam, misalnya
18 penipuan akan semakin merajalela. Larangan Maysir ini terdapat pada Q.S. Al-Ma’idah [5] : 90-91 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah kamu mau berhenti?”
4. Dzalim Perbuatan dzalim secara istilah mengandung pengertian berbuat aniaya/mencelakakan terhadap diri sendiri atau orang lain dengan caracara bathil yang melanggar syariat Agama Islam. Dzalim merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat dzalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syura [42] : 42 yang artinya: “Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih“. Perbuatan dzalim pada dasarnya terbagi dua, yaitu perbuatan dzalim pada diri sendiri, dan perbuatan dzalim kepada orang lain. Perbuatan dzalim pada diri sendiri / mendzalimi diri sendiri ada beberapa bentuk, yaitu syirik (menyekutukan Allah) dan perbuatan maksiat, serta perbuatan mengandung dosa-dosa yang pada intinya merusakkan dirinya sendiri. Sedangkan perbuatan mendzalimi orang lain, yaitu perbuatan manusia yang menyakiti perasaan atau fisik orang lain, melakukan aniaya, merugikan dan tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan (Ramadhan, 2013).
19 5. Tadlis Transaksi yang mengandung tadlis (penipuan) adalah terlarang. Dalam transaksi ini, salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain. Allah dan Rasul-Nya melarang keras semua transaksi yang mengandung unsur penipuan dengan segala bentuknya. Q.S. AlMutaffifin [83] : 1-6 yang artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang). (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.”
6. Haram Dalam ajaran Islam, segala sesuatu yang dilakukan harus halalan toyyiban, yang bermakna benar secara hukum Islam, dan baik bagi jasmani dan rohani umat manusia. Kebalikan dari halalan toyyiban, adalah haram, yang bermakna segala sesuatu yang jika dilakukan akan menimbulkan dosa baginya. Haram merupakan segala unsur yang dilarang keras oleh Allah SWT dan jelas dicantumkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Baik barang, jasa, ataupun aktivitas operasionalnya. Salah satu ayat yang menjelaskan segala sesuatunya yang bersifat haram terdapat pada Q.S. Al-Ma’idah [5] : 5, yang menjelaskan diharamkan untuk (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, disembelih untuk berhala, serta mengundi nasib dengan anak panah. Oleh karena itu, Islam mengharamkan setiap bentuk transaksi tersebut dikarenakan: Pertama, perbuatan atau transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan (mendzalimi atau didzalimi), seperti pencurian, perjudian,
20 perampasan, riba, dan gharar. Kedua, transaksi yang melanggar prinsip saling ridha, seperti tadlis, yaitu penyembunyian informasi yang relevan kepada pihak lain.
2.4
Keadilan
2.4.1
Definisi Keadilan Keadilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015) merupakan
suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak serta tidak sewenangwenang. Keadilan ini lahir dari dasar kata ‘Adil’, yang bermakna kejujuran, kelurusan, dan keikhlasan yang tidak berat sebelah. Sedangkan makna secara keseluruhan, menjelaskan bahwa keadilan merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan keseimbangan terhadap beberapa pihak yang terlibat, dan juga sebagai pendukung bahwa dalam berlaku adil harus dilandasi dengan rasa ikhlas dan ridho terhadap segala keputusan yang terjadi. Keadilan dalam bahasa arab pun memiliki makna yang tidak jauh berbeda dengan keadilan yang telah dimaksudkan sebelumnya. Keadilan berasal dari suku kata adl’, yang berarti istiqamah, seimbang, harmonis, lurus, tegak, kembali, berpaling, dan lain-lain (Asse, 2010). Di dalam sumber lain, kata adil (dari bahasa arab) juga bermakna tengah atau seimbang. Sehingga, paradigma dasar dari kata adil adalah keseimbangan atau al-mizan, atau sikap hidup yang tidak berat sebelah (Sudarto, 2014:68). Konsep adil dalam Islam menurut Hamid (2011) sebagai implementasi untuk tidak saling mendzalimi dan didzhalimi yang lazim digunakan dalam fiqh muamalah, yaitu:
21 a. Tidak ada mafsadah (kerusakan), makna dalam ekonomi no externalities terhadap lingkungan. b. Tidak terdapat didalamnya gharar atau dalam istilah ekonomi Islam disebut uncertainty with zero sum game. Gharar dalam pengertian ada kedzaliman terhadap pelaku ekonomi lainnya. c. Tidak ada maysir dalam istilah ekonomi uncertainty with zero sum game in utility exchange. Maysir diartikan sebagai bentuk gharar yang timbul akibat pertukaran manfaat (utility). d. Tidak ada riba dalam istilah ekonomi disebut exchange of liability. Riba adalah bentuk gharar yang timbul akibat pertukaran kewajiban (liability). Adil yang dimaksudkan dalam Hamid (2011:74) tidak harus sama rata dan tidak harus seimbang, tetapi menempatkan keadilan tersebut pada tempat yang semestinya. Oleh karena itu, harga yang ditetapkan dengan adil juga harus menempatkan porsinya sesuai dengan kondisi pihak yang terlibat dalam melakukan jual beli tersebut. Karena keadilan sering diletakkan sederajat dengan ketakwaan, sesuai dengan firman Q.S. Al-Ma’idah [5]:8. 2.4.2
Keadilan dalam Akuntansi Syariah Keadilan juga terdapat dalam akuntansi syariah, yang melahirkan prinsip-
prinsip yang fundamental dalam penerapan akuntansi syariah. Keadilan merupakan salah satu dari 3 (tiga) bagian dari prinsip umum yang melekat dalam sistem akuntansi syariah, dan sudah menjadi prinsip yang bersifat universal dalam operasional akuntansi syariah. Dalam Muhammad (2005:13), prinsipprinsip tersebut terdiri dari 3 (tiga) bagian yang melekat, yaitu:
22 a. Prinsip Pertanggung Jawaban Prinsip pertanggung jawaban merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat muslim. Pertanggung jawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktek bisnis harus selalu melakukan pertanggung jawaban apa yang telah diamanahkan dan berbuat kepada pihak-pihak yang terkait. Wujud pertanggung jawaban biasanya dalam bentuk laporan akuntansi selama periode berlangsung. b. Prinsip Keadilan Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara intern melekat dalam fitrah manusia. Sesuai dalam Q.S. Al-Baqarah [2]:282, kata keadilan dalam konteks aplikasi secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan benar. c. Prinsip Kebenaran Prinsip kebenaran tidak dapat terlepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran ndan pelaporan. Akuntansi ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi.
23 2.4.3
Sumber Keadilan dan Konsepnya dalam Islam Keadilan yang telah menjadi pembahasan utama dalam subbab ini
memiliki dua sumber yang primer, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dua sumber yang dijadikan pedoman bagi umat muslim ini diperkuat dalam H.R. Al Hakim dan Ibnu Abdil Barry yang berbunyi “(wahai) ummat manusia! Sesungguhnya aku tinggalkan untukmu sesuatu yang apabila kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak sesat selama-lamanya yakni kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Hadis).” Di dalam Al-Qur’an, terdapat paling tidak dua istilah yang sering kali digunakan untuk menyebut adil. Yang pertama, kata ‘adl. Arti kata yang lebih mendekati kata ‘adl adalah sawiyyat, yaitu pemerataan (equalizing) dan kesamaan. Bentuk lawan dari kata ‘adl adalah zhulm dan jaur (penindasan dan kejahatan). Kedua, kata qisth, yang mengandung makna distribusi, angsuran, jarak yang merata, keadilan, kejujuran, atau kewajaran. Al-Qur’an, yang merupakan sumber keadilan primer juga mengaitkan antara wawasan keadilan dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, terutama mereka yang menderita dan lemah posisi tawarnya di tengah percaturan masyarakat (Sudarto, 2014:70). Hal tersebut telah diperkuat dalam firman Allah SWT yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pengajaran (Q.S. An-Nahl [16] :90)
Satu hal yang dapat dipahami terkait bagaimana keadilan dapat diimplementasikan dalam kehidupan bahwa aktivitas yang dilandasi oleh sikap berlaku adil tersebut merupakan perintah agama, bukan sekedar acuan etis dan moral belaka. Pelaksanaan keadilan merupakan pemenuhan tuntutan agama,
24 yang akan diperhitungkan pada hari pembalasan kelak. Hal ini didukung dalam firman Allah SWT yang artinya; “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil, dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (Q.S. ArRahman [55] : 7-9).
Dengan perkembangan yang dialami sekarang di dunia ini, maka semakin banyak hal yang sulit untuk ditafsirkan sendiri. Oleh karena itu, kemungkinan yang terjadi dalam memaknai suatu aktivitas, berpotensi terjadinya bid’ah, yang merupakan hal yang terjadi di dalam syariat yang suci, yakni semua ibadah yang dibuat oleh manusia dengan tanpa dasar didalam kitab atau sunnah juga tidak pernah dillakukan oleh para khulafa ar rasyidin (Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib), namun jika terjadi dalam berbagai macam muamalat dan sejalan dengan syariat, maka hal itu dianggap sebagai sesuatu yang syar’i. Sedangkan yang bertentangan dengannya, maka dianggap sebagai sesuatu yang “rusak”. (Hana dalam Alam, 2013). Berdasarkan muatan makna adil yang ada dalam Al-Qur’an, maka bisa diturunkan berbagai nilai yang terdapat dalam Buku Ekonomi Islam oleh P3EI Universitas Islam Indonesia (2012:59-61); 1. Persamaan Kompensasi Persamaan kompensasi adalah pengertian adil yang paling umum, yaitu bahwa seseorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain sesuai dengan pengorbanan yang telah dilakukan, sehingga menimbulkan hak pada seseorang yang telah melakukan pengorbanan untuk memperoleh balasan yang seimbang dengan pengorbanan yang dilakukan.
25 2. Persamaan Hukum Persamaan hukum memberikan makna bahwa setiap orang harus diperlakukan sama di depan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap seseorang di depan hukum atas dasar apa pun juga. 3. Moderat Moderat dimaknai sebagai posisi tengah-tengah. Nilai adil dianggap telah diterapkan jika orang yang bersangkutan mampu memosisikan dirinya dalam posisi di tengah. 4. Proporsional Adil tidak selalu diartikan sebagai kesamaan hak, namun hak ini disesuaikan dengan ukuran setiap individu atau proporsional, baik dari sisi tingkat kebutuhan, kemampuan, pengorbanan, tanggung jawab, ataupun kontribusi yang diberikan oleh seseorang. Untuk mengurangi keraguan dalam beraktivitas serta salah dalam mengartikan atau memaknai Al-Qur’an dan Hadis, maka Ijma’ dan qiyas para ulama menjadi landasan keadilan Islam lainnya yang dapat dijadikan pedoman untuk mengikuti perkembangan dunia, serta sebagai dasar untuk memahami dan memaknai sumber keadilan dalam Islam yang primer (Al-Qur’an dan Hadis) dengan baik dan benar. Kata Ijma’ secara bahasa adalah kebulatan tekad terhadap persoalan atau kesepakatan tentang suatu masalah. Ijma’ menurut istilah para ahli ushul fiqh adalah kesepakatan seluruh para mujtahid dikalangan ummat Islam pada suatu masa setelah Rasulullah SAW wafat atas hukum syara’ mengenai suatu kejadian. Para ulama menetapkan bahwa ijma’ dapat dijadikan hujjah atau alasan dalam menetapkan hukum-hukum, tetapi dengan dasar rujukan adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, jadi ijma’ ditempatkan dibawah derajat sumber hukum pertama
26 dan kedua. Ijma’ tersebut diperkuat pada firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ [4]: 115 yang artinya; “Barang siapa menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti selain jalan kaum muslimin maka kami akan memberikan apa yang dia cari dan kami akan memasukkannya kedalam neraka jahannam dan amat buruklah tempat kembali baginya.”
Selain Ijma’, Qiyas merupakan salah satu landasan yang dapat dijadikan pendukung dalam memaknai sumber keadilan primer (Al-Qur’an dan Sunnah) dengan baik dan benar. Qiyas menurut bahasa adalah mengukur suatu dengan sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya. Sedangkan menurut istilah ahli ushul fiqh, Qiyas adalah mempersatukan suatu kasus yang tidak ada nash (landasan) hukumnya dengan suatu kasus yang ada hukumnya dalam hukum yang ada nashnya, karena persamaan kedua itu dilihat dalam illat hukumnya. Contoh dari Qiyas tersebut terdapat dalam kasus seperti berikut: meminum khamr adalah kasus yang ditetapkan hukumnya oleh nash, yaitu pengharaman yang ditunjuki oleh firman Allah SWT. Landasannya terdapat pada ayat Q.S. Al-Ma’idah [5] ayat 90. Karena suatu illat, yaitu memabukkan, maka setiap minuman keras padanya illat memabukkan disamakan dengan khamr mengenai hukumnya dan haram untuk dikonsumsi. Terdapat pula contoh lain yang lebih berkenaan dengan konsep keadilan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam penentuan harga yang tentunya tidak merugikan kepada semua pihak yang terlibat dalam aktivitas jual beli. Contohnya seperti yang ditujukan kepada pihak penjual, walaupun Islam mengajarkan kita untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin yang didukung dengan Q.S. Al-Jumu’ah [62]:11, setidaknya para penjual melihat kemampuan (daya beli) yang ditujukan kepada pihak pembeli, terutama yang sangat membutuhkan produk yang termasuk dalam daftar jual oleh pihak penjual yang
27 diperkuat dalam Q.S. At-Taubah [9]:71, yang artinya “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain...” Dengan sumber keadilan primer (Al-Qur’an dan Sunnah) dan sumber keadilan pendukung lainnya (Ijma’ dan Qiyas), maka dapat disimpulkan bahwa keadilan bukan sekedar ilmu yang baik dan seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga sudah merupakan tuntutan bagi semua manusia berusaha untuk berlaku adil dalam setiap aktivitasnya yang tentunya berlandaskan dengan berbagai sumber yang telah dijelaskan sebelumnya. 2.5
Harga Jual Berdasarkan Aini (2011), Harga adalah nilai barang atau jasa yang
diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya. Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang dan jasa. Dalam hal ini harga jual merupakan suatu yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang dan jasa serta pelayanannya. Dengan adanya harga, maka barang dan jasa dapat ditukar dengan uang yang bernilai sama dengan barang dan jasa tersebut dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan antara pihak penjual dan pihak pembeli. Harga jual merupakan sejumlah kompensasi berupa uang ataupun barang yang dikorbankan untuk mendapatkan sejumlah barang atau jasa yang dibutuhkan. Sebuah usaha selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh mendapatkan laba yang diharapkan. Menurut Mulyadi (2001:78), “Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”. Hal ini sejalan dengan definisi murabahah
28 berdasarkan Nurhayati (2014:174) yang menjelaskan bahwa “Murabahah adalah transaksi
penjualan
barang
dengan
menyatakan
harga
perolehan
dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli”. 2.5.1
Metode Penetapan Harga Jual Harga adalah sejumlah nilai yang dibebankan atas produk atau jasa untuk
ditukar
dengan
konsumen
dengan
harapan
konsumen
tersebut
dapat
memperoleh manfaat dari produk atau jasa yang telah ditukar dengan nilai satuan uang atau sejenisnya dari konsumen tersebut. Fandi
Tjiptono
dalam
bukunya
Strategi
Pemasaran
(2007:157),
mengemukakan bahwa secara garis besar, terdapat empat kategori metode penetapan harga, yaitu: 1. Metode penentuan harga berbasis permintaan. Ada tujuh metode penentuan harga yang termasuk dalam metode penetapan harga berbasis permintaan, yaitu : Skimming pricing, Penetration pricing, Prestige pricing, Price Lining, Odd-even pricing, Demand backward pricing, dan Bundle pricing. 2. Metode penentuan harga berbasis biaya. Dalam metode ini ada empat jenis yang termasuk ke dalam metode penentuan harga berbasis biaya, yaitu : Standard markup pricing, Cost plus percentage of cost pricing, Cost plus fixed fee pricing, dan Experience curve pricing. 3. Metode penentuan harga berbasis laba. Ada tiga jenis metode yang termasuk dalam metode penentuan harga berbasis laba, yaitu: Target profit pricing, Target return of sales pricing, dan Target return on Investment pricing.
29 4. Metode penentuan harga berbasis persaingan. Terdapat empat macam metode penentuan harga berbasis persaingan, yaitu : Customary pricing, Above, at or below market pricing, Os leader pricing, dan Sealed bid pricing. Terkait penentuan harga pada umumnya adalah dengan cara yang pertama-tama menentukan cost barang yang dijual kemudian ditambah mark-up pricing yang diinginkan. Mark-up pricing adalah cara penentuan harga melalui penambahan suatu persentase tertentu pada biaya langsung dari suatu produk. Mark-up tersebut harus cukup besar agar kontribusi total tehadap biaya overhead dan laba secara aktual bisa menutup biaya overhead tersebut dan menghasilkan laba (Arsyad, 2008:393). Pada pembahasan di atas, keuntungan menjadi kebutuhan untuk diperoleh dari penjualan tiap produk. Akan tetapi dalam penetapan harga dalam Islam, kehalalan dari sebuah produk menjadi faktor utama, produk yang dijual tidak memiliki unsur-unsur yang syubhat (antara halal dan haram) tetapi jelas kehalalan dari produk tersebut, sebab ketidakjelasan antara halal dan haram atau transparan adalah haram (Qardhawi, 2003:356) dan jika sesuatu itu haram maka harganya juga haram seperti yang dijelaskan pada HR. Abu Daud yang berbunyi “Sesungguhnya Allah, apabila mengharamkan sesuatu, Dia juga mengharamkan harganya.” Diriwayatkan dari Anas RA, pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, harga-harga barang naik di kota Madinah, kemudian para sahabat meminta Rasulullah SAW menetapkan harga. Maka Rasululah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Menetapkan harga, yang Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan Yang Memberikan rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa seorang pun dari kalian yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah dan harta.” (HR. Abu Dawud, dan dinyatakan shahih oleh At-Thirmidzi dan Ibnu Hibban).
30 Hadis tersebut mengandung pengertian mengenai keharaman penetapan harga (termasuk upah dalam transaksi persewaan atau perburuhan) walau dalam keadaan harga-harga sedang naik, karena jika harga ditentukan murah akan dapat menyulitkan pihak penjual. Sebaliknya, menyulitkan pihak pembeli jika harga ditentukan mahal. Dan juga menjelaskan bahwa dalam Syariah, harga didasarkan pada pandangan yang menjelaskan bahwa dalam penetapan harga, Allah SWT merupakan sumber dalam penetapan harga. Allah SWT sebagai amanah kepada (kepercayaan ilahi) dan sarana sebagai kebahagiaan hidup bagi seluruh ummat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. Setiap aktivitas manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah yang didalamnya terdapat perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas suatu usaha (Wasilah, 2011:93), termasuk dalam penetapan harga. Sementara penyebutan darah dan harta pada hadis tersebut di atas hanya merupakan kiasan. Selain itu, karena harga suatu barang adalah hak pihak yang bertransaksi maka kepadanya merekalah diserahkan fluktuasinya. Karenanya, penguasa tidak layak untuk mencampuri haknya kecuali jika terkait dengan keadaan bahaya terhadap masyarakat umum. Menurut madzhab Syafi'i dalam NU Online (2007), penguasa tidak berhak untuk menetapkan harga. Dalam penetapan harga, masyarakat menjual dagangan mereka sebagaimana yang mereka inginkan. Bahkan penetapan tersebut dikatakan sebagai tindakan dzalim. Hal ini mengingat, bahwa masyarakat tersebut sebagai pihak yang menguasai harta mereka. Sehingga diharapkan dalam penetapan harga, masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya dengan menjual barang/produk tersebut dan juga memenuhi kebutuhan konsumen dengan membeli barang yang telah dijual tersebut. Akan tetapi,
31 diharapkan untuk tidak menyalahgunakan dalam menetapkan harga, sehingga berdampak pada penjual yang hanya ingin memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang dapat merusak mekanisme pasar. Menetapkan harga untuk produk yang diperjual belikan, tentunya harus berdasarkan mekanisme harga dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Mekanisme harga yang dimaksud adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara penjual dan pembeli, sehingga harga yang ditetapkan akan lahir dan berlaku untuk produk yang diperdagangkan. Berdasarkan pembahasan Ibnu Taimiyah terkait harga (Budi, 2010), dalam menentukannya secara adil dibutuhkan pertimbangan terkait kompensasi yang setara/adil (‘iwadh al-mitsl) dan harga yang setara/adil (tsaman al-mitsl). Kompensasi yang setara telah dibahas pada subbab keadilan. Terkait harga yang setara, bermakna bahwa nilai produk tersebut dapat diterima secara umum. Harga yang adil tersebut digolongkan menjadi dua kriteria, yakni penetapan harga yang tidak adil dan cacat hukum (penetapan harga yang dilakukan pada saat perubahan harga akibat pasar bebas, seperti kelangkaan persediaan dan kenaikan permintaan) serta penetapan harga yang adil dan sah menurut hukum (penetapan harga yang dianggap adil karena telah sesuai dengan kaidah Islam, telah melakukan musyawarah dengan pemerintah atau pihak yang memiliki peran yang sejenis). Berkaitan dengan penentuan harga, Islam menawarkan penentuan harga jual berkeadilan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan pembeli dan penjual. Kemampuan pembeli yang menjadi fokus perhatian adalah daya beli masyarakat secara umum. Tidak ada gunanya menentukan harga jual yang tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar sementara masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk membelinya. Demikian juga sebaliknya, menetapkan harga jual yang rendah dengan keuntungan yang
32 rendah pula sementara masyarakat memiliki daya beli yang tinggi akan menciptakan ketidakmampuan penjual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu perlu ditetapkan harga yang adil untuk kedua belah pihak tersebut (Alimuddin, 2011). Menurut Alimuddin (2011), terdapat tiga metode penentuan/penetapan harga jual yang berbasis keadilan dalam Islam, yaitu : 1. Metode Penetapan Harga Perspektif Bayani Dengan demikian penentuan besarnya harga jual berkeadilan dalam perspektif bayani adalah cost-plus profane basic needs, yaitu penetapan harga jual yang didasarkan harga masukan (jumlah biaya) ditambah keuntungan yang adil. Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang tidak merugikan umat manusia. Meraup keuntungan yang besar atau sangat kecil bahkan tidak ada keuntungan merupakan perbuatan dzalim. Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang mempertimbangkan kemampuan calon pembeli secara umum dengan keuntungan yang diharapkan pemilik usaha. Keuntungan yang adil dalam perspektif bayani meupakan jumlah kebutuhan dasar pedagang agar bisa bertahan hidup di muka bumi. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makan, air, sandang, perumahan,
pendidikan,
kesehatan,
transportasi
dan
komunikasi,
keamanan, dan berumahtangga. 2. Metode Penetapan Harga Perspektif Burhani Sementara dalam pemahaman burhani, harga jual berbasis keadilan adalah harga jual yang didasarkan pada jumlah biaya ditambah keuntungan yang adil. Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok pemilik usaha dan keluarganya, yaitu kebutuhan dunia (seperti dijelaskan di dalam perspektif bayani di
33 atas) dan kebutuhan untuk bekal ke akhirat, seperti kewajiban menjalankan rukun Islam, seperti melaksanakan ibadah haji, dan sunnah, seperti melaksanakan umrah dan qurban. 3. Metode Penetapan Harga Perspektif Irfani Dalam metode irfani, penetapan harga jual berbasis keadilan adalah costplus basic needs and environment, yaitu penetapan harga yang menyeimbangkan antara kebutuhan dunia (profan) dengan kebutuhan akhirat, antara kebutuhan diri sendiri dan kemampuan pembeli, antara kebutuhan diri sendiri dengan masyarakat sekitarnya, dan antara kebutuhan diri sendiri dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, penetapan harga keadilan menurut metode irfani diharapkan tidak akan mendzalimi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi. Penambahan unsur lingkungan dalam salah satu komponen keuntungan dimaksudkan untuk menciptakan pelestarian lingkungan alam yang telah dirusak dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitarnya dan generasi yang akan datang. Kepedulian terhadap orang lain adalah bagian integral dari visi dan praktek di dalam menjaga lingkungan sesuai dengan ajaran Islam, karena manusia sendiri adalah bagian dari lingkungan. Mengambil keuntungan yang hanya memenuhi kebutuhan dasar dan pemeliharaan lingkungan merupakan perbuatan yang egalitarian, yang tidak hanya mementingkan diri sendiri. Dengan demikian, penetapan harga jual menurut metode irfani meliputi seluruh biaya ditambah kebutuhan dunia dan akhirat serta kebutuhan untuk menjaga kelestarian alam dan menjaga hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar tempat usaha. Kebutuhan untuk menjaga pelestarian alam adalah untuk mengembalikan fungsi alam
34 seperti sebelum terjadi pengrusakan akibat pengolahan yang dilakukan dan kebutuhan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat melalui infak, sedekah, wakaf, dan bantuan lainnya yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar dimana perusahaan beroperasi. 2.5.2
Manfaat Harga Jual yang Adil Harga jual yang adil dapat memberikan kebaikan bagi semua pihak yang
terlibat, tanpa terkecuali. Sehingga adil dalam menetapkan harga ini tentunya akan memberikan manfaat. Menurut Alimuddin (2011), terdapat tiga manfaat harga jual berbasis keadilan, yaitu : 1. Hidup Tawadhu Hidup dalam kesetaraan akan menghindari pemaksaan kehendak pihak tertentu, khususnya mereka yang bergelimang harta untuk memenuhi kebutuhannya. Sementara yang lain tidak berdaya dan terpaksa harus memenuhi kemauan mereka guna memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun terkadang bertentangan dengan norma-norma etika dan agama. Mendapatkan keuntungan sesuai kebutuhan akan mendorong mereka yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa mendapat bantuan secara langsung. Setiap umat manusia tidak ada yang diagungkan yang bisa menjerumuskan ke penyembahan kepada sesama umat dan tidak ada umat yang direndahkan martabatnya yang bisa memunculkan sifat kesombongan. Akibatnya tercipta kehidupan yang lebih rendah diri dan hanya mengagungkan kebesaran Allah SWT.
35 2. Kehidupan Harmonis Kehidupan harmonis merupakan dambaan setiap makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya yang diciptakan Allah untuk memenuhi kehidupan umat manusia. Harmonisasi kehidupan akan tercipta jika semua makhluk hidup mampu bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Konsep harga jual berbasis nilai keadilan ini akan memacu kearah kehidupan tersebut. Betapa tidak, konsep harga ini memperhatikan kebutuhan pokok penjual, daya beli masyarakat secara umum, dan untuk menjaga pelestarian lingkungan hidup dimana perusahaan beroperasi. Dengan demikian, semua makhluk akan hidup dan berkembang secara damai dan mandiri tanpa ada yang teraniaya atau termarjinalkan. 3. Meningkatkan Martabat Kebiasaan sebagai masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk melakukan perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan yang merendahkan martabat mereka. Meskipun disadari dengan cara ini mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsep harga jual berbasis nilai keadilan akan berusaha meningkakan harkat hidup umat manusia dengan memperhatikan daya beli masyarakat, sedangkan
para
pengusaha
hanya
dituntut
untuk
memenuhi
kebutuhan hidupnya. Keuntungan yang diperoleh pengusaha tidak berlebih tapi cukup untuk memebuhi kebutuhan pokoknya. Akibatnya, masyarakat akan bisa memenuhi kebutuhan pokoknya tanpa harus merendahkan martabatnya dengan meminta-minta untuk kemudian digunakan membeli kebutuhan pokoknya.
36 2.6
Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu Peneliti menemukan beberapa penelitian sejenis yang membahas
mengenai penetapan harga jual pada usaha berlabel syariah dan objek penelitiannya yang. Adapun penelitian terkait penetapan harga jual dalam Islam yaitu sebagai berikut : 1. Fauzan (2011) melakukan penelitian terkait mengenai bagaimana bisnis berlabel syariah menetapkan harga jual terhadap produkproduk yang tersedia di dalam usahanya. Hasil penelitian Fauzan (2011) juga menghasilkan bahwa konsep perhitungan yang diterapkan oleh perusahaan yang diteliti dianggap tidak sesuai dengan syariah, dikarenakan memasukkan biaya overhead dan profit target dalam perhitungannya. Sedangkan dalam penetapan mark-up (margin) keuntungannya dianggap masih lebih mahal dibandingkan dengan usaha konvensional lainnya, sehingga terkesan tidak ada bedanya dengan usaha-usaha yang bersifat konvensional yang lahir. 2. Putra
(2013)
melakukan
penelitian
terkait
penetapan
margin
murabahah yang diberlakukan pada BMT. Dengan menggunakan metode penetapan harga yang sesuai dengan prinsip syariah akan menyebabkan keberlangsungan usaha akan bertahan menghadapi perkembangan zaman. Dengan harapan memberikan kebaikan terhadap nasabah dan usahanya, maka penetapan harga yang diterapkan
bersifat
dapat
dinegoisasi,
dalam
artian
sesuai
kesepakatan dan kemampuan dari nasabah. 3. Ridlo (2012) melakukan penelitian metode penentuan harga jual beli yang digunakan oleh BPR Syariah melalui akad murabahah. Dengan
37 analisis dan pertimbangan yang dilakukan oleh objek penelitian, maka Ridlo mencoba untuk menjelaskan bagaimana metode penentuan yang digunakan sebelumnya memiliki dampak yang dilarang dalam Islam, seperti adanya spekulasi keuntungan (gharar) dan berlakunya profit-oriented dalam entitas tersebut. Dan entitas tersebut mencoba metode perhitungan baru yang dianggap mengurangi dampak syubhat dan margin yang diperoleh oleh bank pun tidak terlalu tinggi. 4. Alam (2013) melakukan penelitian penentuan harga jual berbasis nilai keadilan. Penelitian ini memaparkan bagaimana lembaga usaha menetapkan harga jual terhadap produk yang disediakan untuk para konsumen yang berada di lingkungan yang mencakupi lembaga usaha tersebut. Penelitian yang dilakukan juga merupakan replikasi dari penelitian ini. 2.7
Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peneliti membuat kerangka
pemikiran sebagai berikut:
38 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bisnis Syariah
Halal
Transaksi yang Dilarang
Produk Baik
Haram Harga Jual Riba Gharar Maysir Dzalim
Nilai Keadilan dalam Bisnis
Tadlis Harga Jual Berbasis Nilai Keadilan
Di dalam bisnis syariah, sebaiknya didukung oleh prosedur dan ketentuan yang baik dan bermanfaat bagi semua pihak dalam usaha tersebut. Oleh karena itu, dalam aktivitas usaha yang dilakukan harusnya terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan pihak yang terlibat. Seperti dalam aktivitas transaksi yang dilakukan pihak penjual dan pembeli, harusnya memberikan manfaat dan terhindar dari aktivitas yang mengundang mudharat. Sehingga aktivitas transaksi tersebut terhindar dari halhal yang bersifat haram, riba, gharar, maysir, dzalim, dan tadlis. Hal penting lainnya yang diperhatikan dalam menjalankan bisnis syariah yaitu memerhatikan produk yang akan diperjualbelikan. Bagaimana cara memperolehnya, apakah terdapat manfaat yang diberikan oleh produk tersebut,
39 hingga bagaimana memanfatkan produk tersebut untuk melahirkan aktivitas muamalah yang tentunya baik. Oleh karena itu, produk yang merupakan salah satu komponen penting dalam aktivitas jual beli harusnya halal dan baik. Di dalam aktivitas transaksi, komponen lainnya yang dianggap penting untuk menunjang aktivtas transaksi ialah harga. Harga yang ditetapkan tentunya diharapkan dapat memberikan keadilan bagi pihak penjual dan pihak pembeli. Penetapan harga sebaiknya memerhatikan segala situasi dan kondisi yang terjadi terhadap pihak penjual, pihak pembeli, dan lingkungan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Pada penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis maupun lisan yang diperoleh dari beberapa sumber yang merupakan bagian dari tempat penelitian. Jenis penelitian yang digunakan merupakan studi kasus suatu usaha buku berlabel syariah di daerah Makassar, yaitu Supermarket Buku dan Qur’an Bin Mahdin. Studi kasus dilakukan dengan harapan dapat mengetahui bagaimana objek penelitian menetapkan harga jual yang syar’i dan dapat bersaing dengan toko-toko buku yang tersebar di daerah Makassar. 3.2
Kehadiran Peneliti Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan bersinergi dengan
silaturahim, maka kehadiran peneliti memiliki peran yang kuat. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Untuk mendukung tindakan yang dilakukan, maka dibutuhkan instrumen-instrumen pendukung pengumpulan data yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti menjadi instrumen kunci pelaksanaan penelitian. Kehadiran peneliti dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Survei Awal, untuk mengenal kondisi umum supermarket buku Bin Mahdin dan segala informasi yang mendukung. Tahapan ini juga
40
41 sebagai observasi awal peneliti untuk mengenal kondisi objek penelitian. 2. Pengumpulan
data,
yang
didukung
oleh
berbagai
instrumen
pendukung dan peneliti itu sendiri. 3. Pendokumentasian data, untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung. 4. Pengolahan data, untuk menilai data yang diperoleh. Apakah harga yang ditetapkan sudah sesuai dengan kaidah Islam yang berbasis nilai keadilan atau menggunakan metode penetapan harga jual lainnya. 5. Pemberian kesimpulan. Diharapkan peneliti dapat memberikan kesimpulan terhadap penerapan konsep yang telah dilakukan oleh tempat usaha yang diteliti. 3.3
Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Supermarket Buku dan Qur’an Bin Mahdin,
Makassar yang menjadi objek penelitian untuk mendapatkan sumber data yang kemudian dijadikan dasar untuk penelitian. Pelaksanaan terperincinya tertera sebagai berikut : 1. Waktu Penelitian dilaksanakan kurun waktu 3 (tiga) pekan, pada tahun 2015. Diharapkan dengan waktu yang ditetapkan, peneliti mendapatkan segala data yang mendukung penelitian yang dilakukan, seperti metode penetapan harga jual yang berlaku pada usaha tersebut, daftar harga jual produk, dan perihal lain yang mendukung.
42 2. Tempat Penelitian dilakukan di Supermarket Buku dan Qur’an Bin Mahdin Makassar yang beralamatkan di Jalan Urip Sumoharjo No. 35, Makassar yang setempat dengan Masjid Ridha Allah Makassar. 3.4
Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk mendukung penelitian berupa data
kualitatif yang diperoleh dari usaha yang dijadikan objek penelitian, seperti halhal yang berkaitan dengan profil dan sejarah berdirinya usaha, struktur organsisasi usaha, serta kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh usaha tersebut yang berbentuk lisan maupun tulisan. Selain data kualitatif, terdapat juga data kuantitatif yang diperoleh berupa informasi berbentuk angka dari pengumpulan data yang dilakukan yang didokumentasikan, seperti daftar harga jual produk yang berlaku di usaha tersebut dan data pendukung numerik lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli pada saat dilakukannya penelitian, seperti wawancara dengan pimpinan atau dengan para staf yang bekerja di usaha tersebut maupun pihak eksternal seperti para konsumen atau supplier produk yang akan diperjualkan. Terdapat pula data sekunder yang diperoleh dari objek penelitian berupa arsip-arsip dan lampiranlampiran usaha seperti metode, rumus, maupun cara yang menjadi landasan penetapan harga jual produk.
3.5
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang akurat
dengan penelitian yang dilakukan.
43 1. Teknik Observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung terhadapmetode penetaapan harga jual produk berbasis nilai keadilan pada usaha Supermarket Buku dan Qur’an Bin Mahdin Makassar. 2. Teknik Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap orangorang yang terlibat di dalam objek penelitian, seperti pimpinan usaha, karyawan usaha, dan konsumen (bila perlu) dalam rangka memperoleh data-data empiris. 3. Teknik dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang terkait dengan metode penetapan harga jual dan hasil wawancara yang bersumber dari usaha yang dijadikan sebagai objek penelitian. Selain data tersebut digunakan untuk diolah untuk menarik kesimpulan, data yang diperoleh tersebut juga disimpan sebagai data cadangan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. 3.6
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses menyalin dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. (Sugiyono, 2010:335) Analisis data yang dilakukan penulis, berupa : 1. Analisis deskriptif, yaitu analisis yang menjelaskan mengenai metode penetapan harga jual produk yang digunakan oleh Usaha Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar.
44 2. Analisis Komparatif, yaitu analisis yang membandingkan metode penetapan harga jual produk yang dilakukan di usaha yang dijadikan objek penelitian dengan metode penetapan harga jual produk yang berbasis nilai Islam, dengan cara melakukan analisis metode yang diterapkan dengan metode-metode penetapan harga jual berbasis keadilan menurut Alimuddin (2011), yaitu Cost-Plus Basic Needs Profane, Cost-Plus Basic Needs, atau Cost-Plus Basic Needs and Environment. 3.7
Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap yang ditempuh untuk menghasilkan penelitian yang sesuai
dengan harapan peneliti, maka peneliti menetapkan tahap-tahap yang ditempuh tersebut. 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data-data sekunder, berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian dan referensi lainnya yang terkait yang kemudiaan ditelaah. Sehingga menghasilkan pengantar untuk memahami gambaran umum atas kondisi objek dan berbagai fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan apa yang menjadi perhatian (pendukung) penelitian. 2. Tahap Pra Lapangan Dalam menyusun proposal penelitian, proposal penelitian ini diajukan kepada usaha yang dijadikan objek penelitian terkait sebagai perizinan dalam melakukan penelitian, baik dalam pengambilan data dan informasi hingga penarikan kesimpulan penelitian.
45 3. Tahap Persiapan Setelah mendapat perizinan dari usaha yang diajukan sebagai objek penelitian, kemudian peneliti melakukan tahap persiapan. Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan komponen-komponen pendukung penelitian yang dapat membantu memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian dan dapat mendukung penelitian. 4. Tahap Pelaksanaan a. Pengumpulan Data Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data yang bertujuan untuk
memperoleh data sekunder pendukung
peneliti dalam
melakukan penelitian. b. Identifikasi data Data yang sudah terkumpul dari hasil observasi diindentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 5. Tahap Analisis Data Tahap ini meliputi analisis terhadap data yang diperoleh, Kemudian dilakukan pengklasifikasian data berdasarkan metode penetapan harga jual yang diterapkan. 6. Tahap Penarikan Kesimpulan Pada tahap ini, peneliti diharapkan dapat memberikan kesimpulan terhadap data yang diperoleh, sehingga data tersebut dimasukkan ke dalam komputer. Bentuk pelaporan ini dapat berupa catatan tertulis dan format gambar yang menunjukkan kondisi penetapan harga jual yang diterapkan yang diharapkan sesuai dengan nilai-nilai Islam, khususnya berdasarkan nilai keadilan.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar (SBBM Makassar) merupakan
bisnis yang dijalankan secara kekeluargaan, hal ini didukung dengan stakeholder dan shareholder yang merupakan satu keluarga besar. Usaha yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar ini menerapkan beberapa hal yang diharapkan memberikan kebaikan kepada ummat. Berikut merupakan beberapa kebijakan dalam penetapan harga yang berlaku di SBBM Makassar: Dengan konsep persediaan produk berupa konsinyasi (barang titipan) dari beberapa penerbit, harga yang ditetapkan oleh SBBM Makassar disesuaikan dengan kebijakan para penerbit/pemasok. Konsep persediaan produk lain, berupa produk dagang (yang sudah menjadi kepemilikan Supermarket Buku Bin Mahdin), maka harga yang ditetapkan pun berupa harga beli ditambah margin yang ditetapkan oleh pihak supermarket. Akan tetapi, range harga yang diambil oleh Supermarket Buku Bin Mahdin sebagai keuntungan tidaklah berlebihan untuk semua produk yang ada (terutama pada produk buku dan Qur’an), dikarenakan oleh potongan yang telah ditetapkan memiliki margin yang tidak terlampau besar dengan harga beli dari pihak penerbit/pemasok. Bahkan dalam kondisi tertentu (dengan memerhatikan kondisi konsumen), SBBM Makassar bahkan tidak memprioritaskan laba sebagai tujuan dari penjualan produk, dikarenakan SBBM memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha dan memperoleh penghasilan dengan melakukan hubungan kerjasama diantara kedua pihak tersebut (SBBM Makassar dan masyarakat).
88
89 Penetapan potongan untuk berbagai produk yang disediakan memiliki risiko terhadap harga yang ditentukan oleh pihak penerbit, terutama terhadap produk yang memiliki potongan dari pihak pemasok/penerbit yang terbilang sedikit, sehingga potongan dari supermarket pada umumnya tidak berlaku untuk produk dengan kondisi tersebut. Dengan adanya potongan yang ditetapkan tersendiri oleh pihak supermarket, maka kebijakan tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, seperti nilai keadilan yang berlaku masih terdapat konsep yang dapat mendzalimi kepada salah satu pihak, sebagai contoh pihak supermarket yang menanggung kerugian apabila penetapan potongan tersebut telah memangkas harga jual yang direkomendasikan oleh pihak pemasok maupun harga beli yang dikeluarkan SBBM Makassar untuk menyediakan produk dagangnya, sehingga pihak supermarket menanggung selisih yang dihasilkan dari pemotongan harga tersebut. Hal tersebut terjadi apabila minimnya komunikasi yang terjalin antara pihak supermarket dan pihak penerbit/pemasok. Kondisi lain terkait potongan harga juga terdapat pada pihak penerbit yang menetapkan potongan lebih rendah dari potongan yang diberlakukan di SBBM Makassar sebagai pihak penjual. Dengan terjadi kondisi seperti ini, maka potongan yang diberlakukan Supermarket menjadi tidak berlaku. Hal ini terjadi dikarenakan untuk mencegah perbuatan dzalim terhadap pihak penjual yang tentunya menanggung kerugian apabila diberlakukannya potongan dari pihak Supermarket, sebab potongan yang terjadi dapat memangkas harga pokok penjualan, sehingga pihak Supermarket menanggung kerugian terhadap kondisi tersebut. Terdapat juga beberapa konsep pendukung nilai keadilan yang berlaku pada Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar, yaitu konsep one display pricing untuk mencegah tindakan spekulatif, tersedianya contact person untuk
90 menjangkau masyarakat yang berada jauh dari supermarket atau kurang memiliki waktu luang, serta pelayanan yang ramah dan sopan sebagai wujud pelayanan yang maksimal bagi masyarakat yang berkunjung ke Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar. Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar menerapkan penetapan harga yang terdapat dalam metode penentuan harga jual berbasis nilai keadilan yang dikemukakan Alimuddin (2011), yaitu metode cost-plus basic needs and environment. Metode cost-plus basic needs and environment yang dimaksud merupakan harga jual yang diterapkan berdasarkan pada harga masukan berupa akumulasi dari biaya ditambah keuntungan yang adil. Keuntungan yang adil dalam penetapan harga yang dimaksud diharapkan dapat menyeimbangkan antara kebutuhan dunia (memperoleh penghasilan dari berbisnis) dengan kebutuhan akhirat (berusaha menyalurkan infaq dan shadaqah, menunaikan zakat), antara kebutuhan pihak supermarket (membiayai aktivitas operasional usaha) dengan kemampuan masyarakat selaku pembeli (penerapan potongan harga yang diharapkan memudahkan masyarakat sesuai kondisinya), antara kebutuhan pihak supermarket dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya (dengan membangun sekolah dan rumah tahfidz untuk peningkatan kualitas masyarakat), dan antara kebutuhan diri sendiri dengan lingkungan sekitarnya dengan tetap memelihara lingkungan alam (seperti membangun sekolah berbasis Islam dan Alam). Dengan penetapan harga yang diterapkan dalam usaha terebut, maka konsep tersebut sejalan dengan metode yang dikemukakan Ibnu Taimiyah terkait harga yang setara/adil, yakni harga yang didasarkan pada kesepakatan dan persetujuan antara pihak penjual dan pembeli dengan tidak adanya unsur yang merugikan.
91 5.2
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dijelaskan pada
pembahasan di atas, berikut merupakan saran atau masukan kepada pihak Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar yang dapat diberikan oleh peneliti, yaitu: Pertama, diharapkan pihak Supermarket Buku Bin Mahdin lebih memerhatikan daftar harga pada produk yang dijual, hal ini disarankan karena peneliti mendapatkan beberapa produk yang tidak mencantumkan harga yang sesuai dalam produk tersebut, sehingga kemudahan yang diberikan kepada masyarakat dapat ditingkatkan. Selain itu, konsistensi dalam pelabelan harga juga sangat diharapkan demi mencegah tindakan manipulasi dalam penetapan harga produk yang dijual. Kedua, diharapkan untuk terus memperbarui database harga untuk mencegah pendzaliman semua pihak, terutama pihak yang bekerja sama dalam bentuk konsinyasi. Kondisi lain yang diperoleh dalam proses matching antara harga yang tertera di database dengan harga yang tertera di fisik produk juga harus menjadi perhatian utama oleh pihak Supermarket Buku Bin Mahdin. Ketiga, diharapkan pihak Supermarket sebagai penjual untuk terus membangun hubungan yang baik dengan pihak penerbit maupun distributor sebagai pemasok produk yang tersedia dalam Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar. Keempat, diharapkan pihak Supermarket mengeluarkan kebijakan atau tindakan khusus, seperti perlakuan produk yang menerima potongan lebih sedikit dari range potongan yang diberikan oleh pihak penerbit/pemasok kepada SBBM (dibawah 15% dari harga yang direkomendasikan). Hal ini mengakibatkan potongan harga yang dilakukan oleh pihak SBBM kepada pelanggan (minimal
92 potongan 10% terhadap produk yang tersedia) menjadi tidak berlaku, dikarenakan SBBM berpotensi mengalami kerugian. Walaupun secara tersirat pihak SBBM menjelaskan tidak berlakunya potongan terhadap beberapa produk (seperti memberikan penjelasan saat pelanggan berinteraksi dengan kasir), diharapkan SBBM melakukan upaya seperti memberikan label khusus terhadap produk tersebut. Upaya tersebut diharapkan memberikan kenyamanan kepada pelanggan dalam bertransaksi, sehingga tidak mendzalimi pihak SBBM selaku penjual maupun pihak pelanggan sebagai pembeli .
5.3
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh selama penelitian menjadi lebih baik. Adapun keterbatasan yang dihadapi
adalah
pihak
SBBM
Makassar
tidak
terlalu
terbuka
dengan
informasi/pencatatan keuangan, sehingga sebagian besar informasi yang diperoleh berupa estimasi/taksiran yang diharapkan dapat menggambarkan informasi keuangan SBBM Makassar yang sesungguhnya. Estimasi/taksiran pun juga berlaku dalam penetapan harga jual terhadap produk-produk yang tersedia. Dengan melakukan observasi langsung seperti memerhatikan harga jual yang tertera di produk secara fisik, peneliti berusaha menggambarkan perhitungan taksiran margin, dan perhitungan taksiran harga jual yang berlaku yang sudah dikomunikasikan dengan SBBM Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan Al-Hadist Aini, Nurul. 2011. Analisis Penentuan Harga Jual Perkemasan Produk Terhadap Laba yang Dihasilkan Pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Palembang. Palembang: Jurnal Politeknik PalComTech Palembang Jurusan Akuntansi. Alam, Ade Ikhlas Amal. 2014. Analisis Harga Jual Produk Berbasis Nilai Keadilan Pada Lembaga Usaha Berlabel Syariah (Studi Kasus Pada Unit Usaha Pesantren Modern IMMIM Putra Makassar). Makassar: Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Al-Gharyani, Ash-Shadiq Abdurrahman. 2004. Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progressif.
Fatwa-fatwa
Muamalah
Alimuddin. 2011. Merangkai Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Keadilan dalam Islam. Jurnal Ekuitas Vol.15 No.4: 523-547. Alimuddin. 2013. Menggapai Kehidupan Mashlahah Melalui Penerapan Nilai-Nilai Islam Dalam Bisnis. Jurnal Assets Vol.3 No.1. Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Bisnis Syariah. Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Antonio, Muhammad Syafi’i. 2011. Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager” Buku II. Jakarta: Tazkia Publishing. Arifin, Zainal. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi. Jakarta: Azkia Publisher. Arsyad , Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Ash Siddieqy, Tengku Muhammad. 1997. Fiqh Mu’amalah. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Asse, Ambo. 2010. Konsep Adil dalam Al’Qur’an. Al-Risalah: 10: 273-288. Afzalurrahman. 1982. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang. Terjemahan oleh Dewi Nur Julianti. 2000. Jakarta: Penebar Swadaya. Budi, Iman Setya. 2010. Regulasi Harga Menurut Ibn Taimiyah, (Online), (http://yasrizalcom.blogspot.com/2010/05/regulasi-harga-menurut-ibntaimiyah.html, diakses tanggal 29 Februari 2016). Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Murabahah (PSAK No. 102). Cetakan Pertama. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
93
94 Djamali, R. Abdul. 1992. Hukum Islam (Asas-asas Hukum Islam I, Hukum Islam II). Bandung: Mandar Maju. Hamid, Arifin. 2011. Hukum Islam Perspektif Keindonesiaan (Sebuah Pengantar dalam Memahami Realitasnya di Indonesia). Makassar: Umitoha Ukhuwah Grafika. Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama. Ibrahim, T. Darsono. 2004. Penerapan Fikih. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Definisi Agen dan Riba, (Online), (http://kbbi.web.id/agen, diakses tanggal 20 November 2015). Kotler, Philip, and Gary Armstrong. 1996. Principles of Marketing. Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Masyarakat Ekonomi Syariah. 2013. Buku Panduan Organisasi MES. Jakarta: MES Publishing. Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. NU
Online. 2007. Soal Penetapan Harga oleh Pemerintah, (Online), (http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,11-id,8470-lang,idc,syariah-t,Soal+Penetapan+Harga+oleh+Pemerintah-.phpx, diakses tanggal 5 Maret 2015).
Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Putra, A. Manggala. 2013. Analisis Penentuan Harga Jual Dan Margin Akad Murabahah Pada BMT Al-Amin Makassar. Makassar: Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Qardhawi, Yusuf. 1976. Halal Haram dalam Islam. Terjemahan oleh Wahid Ahmadi, Muhammad Badawi, Saptorini. 2003. Surakarta: Era Intermedia. Ramadhan, Shodiq. 2013. Larangan Berbuat Zalim, (Online), (http://www.suaraislam.com/read/tab/190/--Larangan-Berbuat-Zalim.html, diakses tanggal 25 Maret 2015). Ridlo, Muhammad Ali. 2012. Metode Penentuan Harga Jual Beli Pada Akad Murabahah Di BPRS Asad Alif Cabang Semarang. Semarang: Tugas Akhir Program Studi DIII Perbankan Syari’ah Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo. Rivai, Veithzal. 2008. Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Cetakan ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
95 Sudarto. 2014. Wacana Islam Progresif. Jogjakarta: IRCiSoD. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendidikan Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Syafei, Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia. Tjiptono, Fandy. 2003. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. Wasilah, dan Sri Nurhayati. 2011. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN
96
97 Lampiran 1
BIODATA
Identitas Diri Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat Rumah Telepon HP Alamat E-mail
: : : : : :
Muhammad Arief Jakarta, 18 Juli 1993 Laki-Laki Jalan Perintis Kemerdekaan VI No. 55, Makassar 0852 9992 3394
[email protected]
Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal 1. 1998-1999 : TK Barunawati VII Jakarta 2. 1999-2001 : SD Barunawati IV Jakarta 3. 2001-2005 : SD Negeri Mangkura II Makassar 4. 2005-2008 : SMP Kartika Wirabuana I Makassar 5. 2008-2011 : SMA Negeri 5 Makassar 6. 2011-2016 : Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar Pendidikan Nonformal 1. Pelatihan Basic Study Skills (BSS) Universitas Hasanuddin Tahun 2011 2. Diklat Ekonomi Islam (DEI) I FoSEI Universitas Hasanuddin Tahun 2011 3. Sharia Economist Leadership Training (SELT) I FoSEI Universitas Hasanuddin Tahun 2013 4. Latihan Kepemimpinan Tingkat Awal (LK 1) IMA FE-UH Tahun 2012
Riwayat Prestasi Prestasi Nonakademik 1. Juara III KTI Creative Concept “Green Living and Youth Creativity” Kompas Kampus dan Tupperware di Universitas Hasanuddin Tahun 2013
Pengalaman Organisasi 1. Forum Studi Ekonomi Islam (FoSEI) Universitas Hasanuddin Periode 2012-2014 2. Ikatan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (IMA FE-UH) Periode 2013-2015 3. Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) Regional Sulawesi Selatan Periode 2014-2016
98 4. Anggota Korps Alumni Wismu (Kowismu) Palang Merah Remaja (PMR) 05-205 SMA Negeri 5 Makassar Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar,11 Agustus 2016
Muhammad Arief
99 Lampiran 2
DATA NARASUMBER No. 1
Nama Muwahid Ummah
2
Sumarlin
3
Ismail
4
Usman
5
Andri
Jabatan Direktur Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar Kepala Toko Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar Cabang Perintis Pegawai Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar Cabang Perintis Pegawai Supermarket Buku Bin Mahdin Makassar Cabang Antang Masyarakat/Konsumen
100 Lampiran 3
DAFTAR HARGA JUAL BUKU No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3
No. 1 2 3 No. 1 2 3
Kategori Agama Nama Buku Penerbit Harga Jual Pustaka Imam Buku Pintar Masjid Rp. 60.000,Asy-Syafi’i Manisnya Dunia, Pahitnya Perisai Qur’an Rp. 30.000,Neraka Islam itu Penuh Dengan Pustaka Rp. 42.000,Cinta Almazaya Kategori Hadits Nama Buku Penerbit Harga Jual Syarah Shahih Bukhari Zamzam Rp. 170.000,Fikih Hadits Bukhari – Ummul Qura Rp. 188.000,Muslim Syarah Hadits Arba’in As-Salam Rp. 48.000,An-Nawawiyah Kategori Aqidah Nama Buku Penerbit Harga Jual Pustaka Imam Menyelisik Alam Malaikat Rp. 100.000,Asy-Syafi’i Kitab Tauhid (Jilid 1) Pustaka Arafah Rp. 26.000,Ketawa Merinding Ala Pustaka AlRp. 34.000,Syiah Kautsar Kategori Fiqih dan Ibadah Nama Buku Penerbit Harga Jual Panduan Mudah Tentang Pustaka Muslim Rp. 20.000,Zakat Amalan Setara Shalat Aqwam Rp. 28.000,Tahajjud Perbaiki Shalat Istikharah, Dhuha, dan As-Salam Rp. 35.000,Tahajjud anda! Kategori Sejarah dan Biografi Islam Nama Buku Penerbit Harga Jual Biografi Khalifah Ummul Qura Rp. 110.000,Rasulullah Mimpi Bertemu Nabi Rumah Ilmu Rp. 17.000,Pustaka AlBiografi Ali Bin Abi Thalib Rp. 125.000,Kautsar Kategori Novel dan Sastra Nama Buku Penerbit Harga Jual New Catatan Hati Asma Nadia Rp. 55.000,Seorang Istri Meniti di Atas Kabut Shafa Publika Rp. 44.000,Kepadamu dengan Motifabi Rp. 53.000,Penuh Cinta
101
No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3
Kategori Pernikahan dan Keluarga Nama Buku Penerbit Agar Nikah Lebih Pro-U Media Barokah Menyelamatkan Biduk Mumtaza Rumah Tangga Aku Terima Nikahnya As-Salam Kategori Pendidikan dan Parenting Nama Buku Penerbit Prophetic Parenting Pro-U Media Bunda Cekatan Gazza Media Anak Bertanya, Anda Aqwam Kelabakan Kategori Remaja Nama Buku Penerbit Mencintaimu Karena Gazza Media Allah Yuk, Berhijab! Alfatih Press Ya Allah, Aku Ingin Samudera Menikah Kategori Pengembangan Diri Nama Buku Penerbit Menjadi Lebih Baik, Agar ProYou Selalu Ditolong Allah Ketika Kisah Menuturkan Pro-U Media Hikmahnya Mendekat Kepada Allah Pustaka Arafah Kategori Bahasa Indonesia Nama Buku Penerbit 3700 Peribahasa Pustaka Setia Indonesia Kamus Praktis Bahasa CV. Pustaka Indonesia Agung Harapan 2700 Peribahasa Pustaka Setia Indonesia Kategori Bahasa Arab Nama Buku Penerbit Sang Ratu Ash Shorf Mu’jizat Mahir Menggunakan Bahasa Arab Kamus Al-Qalam Halim Jaya Kategori Kuliner Nama Buku Penerbit Inspirasi Menu Sehat Citra Media Rasulullah Pustaka Kue Basah Paling Favorit Cita Kreasi Menu Praktis Sarapan Cita Kreasi Sebulan
Harga Jual Rp. 30.000,Rp. 25.000,Rp. 38.000,Harga Jual Rp. 85.000,Rp. 55.000,Rp. 32.000,Harga Jual Rp. 27.000,Rp. 42.000,Rp. 36.000,Harga Jual Rp. 34.000,Rp. 38.000,Rp. 38.000,Harga Jual Rp. 18.000,Rp. 34.000,Rp. 16.000,Harga Jual Rp. 28.000,Rp. 25.000,Rp. 45.000,Harga Jual Rp. 70.000,Rp. 27.500,Rp. 35.000,-
102
No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3
Kategori Kesehatan Nama Buku Penerbit Harga Jual Kontribusi Islam Terhadap Ilmu Thibbia Rp. 30.000,Pengobatan Hipertensi : Kenali, Notebook Rp. 35.500,Cegah & Obati Rasulullah Is My Doctor Sinergi Rp. 69.000,Kategori Anak Nama Buku Penerbit Harga Jual 365 Kisah Akhlaq Al-Kautsar Kids Rp. 149.000,Terbaik Panduan Membaca dan Laksana Rp. 25.000,Menulis Arab Juz ‘Amma Edukatif Little Bee Rp. 125.000,Kategori Al-Qur’an Nama Buku Penerbit Harga Jual Aisyah Al-Quran dan Syaamil Quran Rp. 45.000,Terjemahan Mushaf Hafalan Ar-ribh Rp. 40.000,Al-Qur’an Hafalan Al-Kaffah Rp. 53.500,Kategori Akhlak dan Tazkiyatun Nafs Nama Buku Penerbit Harga Jual Hilyah Thalibil ‘Ilmi Al-Qowam Rp. 22.000,Adab Menguap dan Pustaka Imam Rp. 10.000,Bersin Asy-Syafii Mutiara Zuhud Pustaka Arafah Rp. 42.000,Kategori Ekonomi dan Bisnis Nama Buku Penerbit Harga Jual Muhammad Sebagai Elex Media Rp. 45.000,Pedagang Komputindo Fikih Ekonomi Islam Darul Haq Rp. 60.000,90 Tuntunan Menjadi Pustaka Ibnu Rp. 29.000,Jutawan dalam Kebaikan ‘Umar Kategori Politik dan Pemikiran Nama Buku Penerbit Harga Jual Bunga Rampai Pustaka AlPenyimpangan Agama di Rp. 48.000,Kautsar Indonesia Art Of Deception Sinergi Rp. 57.000,Politik Untuk Tamsil Linrung Rp. 40.000,Kemanusiaan Kategori Tafsir Nama Buku Penerbit Harga Jual Tafsir Surat Yasin Darul Ilmi Rp. 79.000,Pustaka AlTafsir Wanita Rp. 125.000,Kautsar Pustaka AlTafsir Al-Asas Rp. 85.000,Kautsar
103
No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3 No. 1 2 3
Kategori Pelajaran Umum Nama Buku Penerbit Harga Jual Kamus Akuntansi Pustaka Grafika Rp. 65.000,Indonesia Inggris Psikotes : Gambar, Diva Press Rp. 40.000,Angka, dan Matematika Kamus Indonesia Inggris Semiotika Rp. 34.000,Saku Kategori Doa, Dzikir, dan Buku Saku Nama Buku Penerbit Harga Jual Dzikir Pagi dan Petang Pustaka Muslim Rp. 12.000,Ayat-ayat Pilihan dalam As-Salam Rp. 19.500,Al-Qur’an Doa Wirid & Amalan Al-Qowam Rp. 16.000,Sehari-hari Kategori Ceramah Nama Buku Penerbit Harga Jual Khutbah Jum’at : Membumikan AjaranKarya Agung Rp. 16.000,ajaran Islam Kumpulan Ceramah Darul Haq Rp. 49.000,Pilihan Kumpulan Khutbah Bina Ilmu Rp. 25.000,Jum’at (Buku 1) Kategori Pembelajaran Al-Qur’an Nama Buku Penerbit Harga Jual Keajaiban Belajar AlAl-Qowam Rp. 24.000,Qur’an Langkah Mudah Menggairahkan Anak Samudera Rp. 25.000,Hafal Al-Qur’an Syarah Pengantar Studi Kautsar Rp. 84.000,Ilmu Tafsir Ibnu Taimiyah Kategori Dakwah dan Mentoring Nama Buku Penerbit Harga Jual Kepada Aktivis Muslim Aqwam Rp. 36.000,Catatan Cinta Untuk proYou Rp. 36.000,Murabbi Menjadi Kaya Dengan WIP Rp. 20.000,Berdakwah
sumber : diolah dari data primer (Oktober 2015)
104 Lampiran 4
DAFTAR HARGA JUAL HERBAL/HABBATUSSAUDA
No. 1 2 3
Kategori Habbatussauda Nama Herbal Al’Katel Double Care Kabbah 99 Max Royal Jelly
sumber : diolah dari data primer (Oktober 2015)
Harga Jual Rp. 35.000,Rp. 40.000,Rp. 70.000,-
105 Lampiran 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Penataan Buku Berdasarkan Kategori yang Disediakan
Gambar 2 Pemeriksaan Persediaan Buku
106
Gambar 3 Pemberian Kode Barang dan Harga Jual
107
Gambar 4 Pelayanan Karyawan Terhadap Masyarakat Sebagai Konsumen
108
Gambar 5 Meja Kasir yang Menerapkan Konsep One Display Pricing