SKRINING PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN PSC PADA SISWA-SISWI KELAS IX DI SMP ISLAM AL HIKMAH DESA PELEMKEREP KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA Oleh : ITA RAHMAWATI, S. SIT, M. KES ABSTRAK Secara psikologi masa remaja merupakan masa-masa krisis dalam tahap perkembangan hidup manusia. Masa peralihan ini remaja akan mengalami perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun secara psikis. Remaja sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat pengaruh dari lingkungan, sosial budaya, lingkungan keluarga serta masalah kemiskinan akan mempengaruhi perilaku remaja sehingga mereka membentuk perilaku yang berisiko. Studi pandahuluan pada tanggal 3 Mei 2011 dari 38 siswa-siswi yang mengalami gangguan psikososial sebanyak 9 siswa-siswi dan yang tidak mengalami gangguan psikosoaial sebanyak 29 siswa-siswi.Tujuan penelitian adalah mengetahui studi deskriptif skrining psikologi social dengan PSC pada siswa-siswi kelas IX. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 di SMP Islam Al Hikmah Desa Pelemkerep sebanyak 186 siswa-siswi. Sampel diambil menggunakan rumus slovin, dalam penelitian ini adalah sebagian siswasiswi kelas IX di SMP Islam Al Hikmah Desa Pelemkerep sebanyak 127 siswasiswi yang diambil secara acak melalui teknik lotre. Pengumpulan data penelitian dengan metode angket, melalui kuesioner, diolah secara editing, scoring, dan tabulating serta dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi. Berdasarkan penelitian Studi Deskriptif Skrining Psikologi Sosial dengan PSC Pada Siswa-siswi Kelas IX dengan kategori yang tidak mengalami psikososial sebanyak 71 siswa-siswi (55.9%) dan yang mengalami psikososial sebanyak 56 siswa-siswi (44.1%).Rekomendasi penelitian yaitu Sekolah sebaiknya lebih mengutamakan Skrining PSC terhadap siswa-siswi yang dilakukan secara bertahap atau tiap kenaikkan kelas dan mengadakan kerja sama dengan kepala puskesmas atau kepala RSUD untuk rujukan kasus psikososial yang telah ditemukan.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja merupakan masa-masa krisis dalam tahap perkembangan hidup manusia. Hal ini disebabkan karena pada masa peralihan ini remaja akan mengalami perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun secara psikis. Secara umum remaja cenderung memiliki energy tinggi, tidak stabil, senantiasa berubah-berubah dan selalu ingin mencoba. Mereka cenderung menggunakan ukurannya sendiri, tidak logis dan cenderung memberontak (Rita, 2010; h.17) Mengingat karakteristik yang serba ingin tahu dan ingin mencoba, maka remaja menjadi sangat rentan untuk jatuh pada kebiasaan dan tingkah laku yang beresiko bagi kesehatan, seperti melakukan hubungan sex sebelum menikah, merokok, menggunakan narkoba, pola makan yang salah dan perilaku beresiko lainnya seperti ngebut dijalanan (Rita, 2010; h.17). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Polwiltabes kota Semarang pada tanggal 14 Maret 2009, menyatakan tingginya jumlah kenakalan remaja (dalam bentuk perilaku-perilaku patologis) pertanda tingginya kecenderungan kenakalan remaja. Dampak dari perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan segalanya semakin cepat. Perkembangan teknologi yang serba cepat, menuntut remaja segera mampu menguasai dan mengikuti perubahan jika tidak mau tertinggal dengan remaja lainnya. Tuntutan tersebut adalah tugas berat yang harus diemban remaja dewasa ini. Remaja yang memiliki kemampuan dapat terhindar dari kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik (konflik internal maupun eksternal), sementara remaja yang tidak memiliki keahlian tidak dapat ikut berkompetisi dengan remaja lainnya dan tersisihkan dari pergaulan. Kenakalan remaja terjadi karena emosi dan perasaan mereka rusak akibat merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, temen-temen, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang ada terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataannya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut (Gunarso, 2003). Para ahli jiwa berkomentar bahwa kenakalan remaja sebagai akibat dari perkembangan jiwa remaja yang cenderung lebih mengedepankan sifat emosi daripada pemikiran (Kartono, 2010; h.3). Hal yang sama dikatakan Rahardjo selaku Ketua Harian Badan Narkoba D.I. Yogyakarta, bahwa penyalahgunan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data dari Badan
ii
Narkotika Nasional, menunjukan bahwwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,2 juta jiwa atau sekitar 1,5% dari penduduk Indonesia, dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari jumlah itu, menurut Raharjo, tercatat sekitar 8.000 orang di antaranya menggunakan narkoba dengan alat bantu yang berupa alat suntik. Akibatnya, 60% di antara pengguna yang menggunakan alat bantu suntik tewrjangkit HIV/AIDS. Tingginya penyalahgunaan narkoba tersebut, di dunia rata-rata 15 ribu jiwa setiap tahun melayang narkoba (Suara Merdeka, 2008) Selanjutnya, masalah pornografi dan pergaulan bebas juga sudah menjadi simbol bagi para pelajar dan remaja. Suatu penelitian menunjukan bahwa persentase pergaulan bebas remaja bervariasi. Penelitian Zubairi Djoerban di Jakarta menunjukkan 21 dari 864 remaja atau 2,4% mengaku pernah berhubungan seks, di Jawa Tengah 57 dari 2.748 siswa atau 2,1% mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah, dan di Bali terdapat 24% remaja pria dan 1% remaja wanita yang pernah berhubungan seks (BKKBN, 2004). Kejahatan seksual banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja sampai dengan umur menjelang dewasa, dan kemudian pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun dan membegal, 70% dilakukan oleh anak muda yang berusia 17-30 tahun. Berdasarkan informasi dari guru BK didapatkan banyak kasus siswa yang suka merokok, bolos sekolah dan tawuran antar pelajar kemudian bentuk pemecahan masalah dari guru BK yaitu dengan cara memberikan pendekatan kepada para siswa-siswi tentang bahaya merokok, tawuran juga kerugian jika melakukan bolos sekolah. Pendekatan itu dapat diberikan melalui pemberian jam tambahan atau pelajaran, yang mungkin selama ini tidak diberikan ke para siswa-siswi. Jika masih mendapatkan para siswa-siswi melakukan hal di atas maka bisa diberikan hukuman yang mendidik atau dilaporkan ke orang tua siswa-siswi yang bersangkutan. Didapatkan juga siswa yang suka membolos dan merokok. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2011 dengan cara membagikan kuesioner kepada siwa-siswi kelas IX, dari 38 siswa-siswi yang mengalami gangguan atau kelainan psikososial yang nilainya ≥ 28 sebanyak 9 siswa dan yang tidak mengalami gangguan atau kelainan psikososial yang nilainya < 28 sebanyak 29 siswa. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, bagaimanakah Skrining Psikologi Sosial Dengan PSC Pada Siswa-Siswi Kelas VIII?. C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Psikologi Sosial Dengan PSC Pada Siswa-Siswi Kelas VIII.
iii
D. Manfaat Penelitian Memberikan masukan kepada pihak Sekolah terutama guru BK tentang pentingnya Skrining PSC terhadap anak secara bertahap atau tiap kenaikan kelas BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Psikologis Sosial 1. Pengertian Psikologi itu adalah perilaku atau aktifitas sebagai manifetasi kehidupan kejiwaan, dan aktifitas dalam pengertian yang luas, yaitu aktifitas motorik, kognitif maupun emosional. Sedangkan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri (Mahmudah, 2010; h.56). 2. Perkembangan Psikologi Sosial Perkembangan psikologi sosial adalah pembentukan dan perubahan perilaku sesuai dengan perkembangan biopsikologi sosial manusia (Pieter, 2010;h.25). B. Konsep Dasar PSC 1. Pengertian PSC ( Peditric Syimptom Chekclist ) adalah sekumpalan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara dini kelainan psikososial pada anak berusia 4-16 tahun.( Deperteman ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM). 2. Checklist PSC No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tidak Pernah 0
Perilaku Anak Sering mengeluh nyeri atau sakit Menyendiri Mudah lelah kurang energik Gelisah sulit untuk duduk tenang Bermasalah dengan guru di sekolah Kurang perhatian pada pelajaran di sekolah Berperilaku seolah-olah dikendalikan oleh mesin Terlalu banyak melamun Mudah teralih perhatiannya Takut pada situasi baru Sedih dan murung Mudah marah Cepat putus asa iv
Kadangkadang 1
Sering 2
14 15 16 17 18 19 20
Susah berkonsentrasi Tidak suka berkawan Berkelahi dengan anak lain Membolos di sekolah Penurunan prestasi di sekolah Memandang rendah diri sendiri Ke dokter, tetapi ternyata tidak ditemukan kelainan 21 Gangguan tidur 22 Kecemasan yang berlebihan 23 Ingin bersama Anda lebih lama 24 Merasa dirinya buruk 25 Mengambil resiko berlebihan 26 Ceroboh 27 Kurang gembira 28 Kekanak-kanakan bila dibandingkan anak sebayanya 29 Tidak mengikiti pelaturan 30 Tidak menunjukan perasaan 31 Tidak memahami perasaan orang lain 32 Mengganggu orang lain 33 Menyalahkan diri sendiri 34 Mengambil barang yang bukan kepunyaannya 35 Menolak untuk berbagi 3. Cara menilai PSC a. Tentukan apakah tingkah laku ini tidak pernah, kadang- kadang, sering pada anak yang diperiksa b. Berikan nilai untuk setiap jawaban sesuai dengan dana perilaku anak: Tidak pernah :0 Kadang kadang : 1 Sering :2 4. Penilaian yaitu jumlah nilai dari data perilaku anak 1) Untuk anak yang berusia >6 tahun, jumlah nilai kurang dari 28 tidak ditemukan masalah psokososial, anak tak perlu dirujuk 2) Bila jumlah nilai adalah 28 atau lebih terdapat masalah perilaku, anak perlu dirujuk (psikolog/psikiater).
v
C. Kerangka Teori Siswa-siswi (Remaja)
Perkembangan Psikologi Sosial
Skrining PSC
1. Untuk anak yang berusia >6 tahun, jumlah nilai kurang dari 28 tidak ditemukan masalah psikososial, anak tak perlu dirujuk 2. Bila jumlah nilai adalah 28 atau lebih terdapat masalah perilaku, anak perlu dirujuk (psikologi/psikiater) Gambar.1.Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Wawan Lodro (2010), Herry Zan Pieter (2010), Depertemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM D. Kerangka Konseptual 3. Skrining psikologi 4. sosial siswa-siswi
PSC
Gambar.2.Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk kompetensi bidan ke-7 dan ke-9. Dalam penelitian ini peneliti melakukan Skrining Psikologi Sosial dengan PSC pada siswa-siswi SMP. B. Jenis Penelitian dan Rancangan Jenis penelitian yang digunakan adalah studi mengidentifikasi Skrining Psikologi Sosial dengan PSC.
deskriptif,
untuk
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 di SMP Islam Al Hikmah Desa Pelemkerep sebanyak 186 siswa-siswi. 2. Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX Tahun Ajaran 2011/2012 di SMP Islam Al Hikmah Desa Pelemkerep dengan besar vi
sampel sebanyak 127 siswa-siswi yang diambil dari 186 siswa-siswi secara acak melalui teknik lotre berdasarkan rumus Slovin. Teknik sampling dengan Simple Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. (Sugiyono, 2007 ; h. 64). B.
Definisi Operasional, Variabel Pengukuran dan Skala Pengukuran
No
Variabel
1
Skrining Psikologi Sosial dengan PSC pada Siswasiswi
Definisi Operasional Mendeteksi masalah psikososial pada siswasiswi
Parameter dan Kategori PSC Skor a. Tidak pernah(0) b. Kadangkadang(1) c. Sering (2) Kategari : a. Mengalami psikososial ≥ 28 b. Tidak mengalami psikososial ˂ 28
Alat Ukur
Skala Pengukuran
Kuesioner Nominal PSC dengan 35 pertanyaan
C.
Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode angket yang diperoleh dari hasil pengisian lembar kuesioner. Kuesioner ini diberikan kepada calon responden untuk diisi dan jawaban dapat langsung diberikan pada lembar kuesioner tersebut.
D.
Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data Pengolahan Data, dilakukan secara Editing, coding, Skoring, dan Tabulating. Analisa Data menggunakan distribusi frekunsi Psikologi Sosial dengan menggunakan program statistic package for social sciences SPSS 15,0 for Windows.
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. PSC Table 4.1 Distribusi frekuensi PSC pada siswa-siswi di SMP N 1 Margorejo Pati tahun 2011 No. PSC Frekuensi Presentase (%) 1.
Mengalami Psikososial
56
44.1
2.
Tidak Psikososial
71
55.9
127
100
Mengalami
Total
Berdasarkan tabel 4.1 dari 127 responden, diketahui bahwa sebagaian besar tidak mengalami psikososial (<28) sebanyak 71 siswa-siswi (55.9%). Sedangkan yang mengalami psikososial (≥28) sebanyak 56 siswa-siswi (44.1%). B. Pembahasan Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami psikososial sebanyak 71 siswa-siswi (55.9%) dari jumlah 127 siswa-siswi. Hal ini dikarenakan remaja memiliki kemampuan untuk terhindar dari kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik internal maupun eksternal (Polwiltabes, 2009). Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban responden yang paling banyak menjawab tidak pernah mengambil barang bukan miliknya sebanyak 56 orang (39.8%), tidak pernah berperilaku seolah-olah dikendalikan oleh mesin sebanyak 48 orang (34.1%) dan tidak berkelahi dengan anak lain sebanyak 59 orang (41.9%). Menurut Pieter (2010), bahwa remaja dikatakan matang secara emosi, jika mampu menguasai dan mengontrol emosi, mengungkap emosi dengan cara yang lebih dapat diterima, kritik terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosi, bereaksi dengan pikiran, emosi lebih stabil dan tidak berubah-ubah. Meskipun demikian, hasil penelitian dari 127 responden masih terdapat 56 siswa-siswi yang mengalami psikososial (44.1%). Dapat dibuktikan dari jawaban responden yang paling banyak menjawab sering saling mengeluh nyeri atau kesakitan sebanyak 45 orang (25.2%), membolos di sekolah sebanyak 50 orang (28%). Menurut Gunarso (2003) hal ini disebabkan karena sejak kecil remaja tersebut ditolak oleh keluarganya, orang tua, temen-temen maupun lingkungannya sehingga gagal proses perkembangannya jiwa remaja tersebut. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Karenanya remaja sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni viii
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadi perubahan sosial. Dan hal tersebut dapat memicu terjadi kenakalan pada remaja (juvenile delinquency) (Kartono, 2010; h.6-8). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Polwiltabes kota Semarang pada tanggal 14 Maret 2009, menyatakan tingginya jumlah kenakalan remaja (dalam bentuk perilaku-perilaku patologis) pertanda tingginya kecenderungan kenakalan remaja. Dampak dari perkembangan zaman yang semakin modern menjadikan segalanya semakin cepat. Perkembangan teknologi yang serba cepat, menuntut remaja segera mampu menguasai dan mengikuti perubahan jika tidak mau tertinggal dengan remaja lainnya. Tuntutan tersebut adalah tugas berat yang harus diemban remaja dewasa ini. Remaja yang memiliki kemampuan dapat terhindar dari kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik (konflik internal maupun eksternal), sementara remaja yang tidak memiliki keahlian tidak dapat ikut berkompetisi dengan remaja lainnya dan tersisihkan dari pergaulan. Menurut Nayar (2010) mengatakan bahwa, remaja sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungan, sosial budaya, lingkungan keluarga serta masalah kemiskinan akan mempengaruhi perilaku remaja sehingga mereka membentuk perilaku yang berisiko. Menurut Gunarso (2003), bahwa secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang ada terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Hasil penelitian ini sesuai dengan Fanhat (1999) bahwa terdapat 390 responden yang terdiri dari 370 responden yang tidak mengalami gangguan sikap psikososial (94.8%) dan 20 responden yang mengalami gangguan sikap psikososial (05.1%). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebagaian besar responden tidak mengalami psikososial sebanyak 71 responden (55.9%). 2. Sebagaian hasil penelitian yang mengalami psikososial sebanyak 56 responden (44.1%). B. Saran 1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti. Sehingga peneliti dapat melakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi psikososial pada remaja. 2. Bagi Institusi, Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan tolak ukur keefektifan dan materi pembelajaran psikologi ibu dan anak dan kajian pustaka.
ix
3. Bagi Masyarakat diharapkan masyarakat (Orang tua) mengetahui masalah psikososial yang dihadapi oleh anak-anaknya lebih dini, sehingga tidak terjadi kenakalan remaja dikemudian hari jika tidak ditangani lebih awal. 4. Bagi Sekolah, diharapkan pihak sekolah terutama guru BK agar 56 siswasiswi yang mengalami gangguan psikososial dapat dilakukan rujukan ke psikiater anak di RSUD dan untuk kedepannya pihak sekolah perlu melakukan kerja sama dengan kepala RSUD untuk melakukan skrining PSC secara bertahap atau tiap kenaikan kelas
DAFTAR PUSTAKA 1. Ali, Mohammad. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksala; 2004. h. 9-10. 2. AL-Mighwar, Muhammad. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia; 2006. h. 64. 3. Augustine. Pengertian Psikologi. 7 April 2009 [Diakses tanggal 17 April 2011]. Didapat dari: http://ilmupsikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-psikologi.html. 4. BKKBN. 5 Maret 2007 [Diakses tanggal 6 Mei 2011]. Didapat dari: http//www.hgweb01.bkkbn.go.id/hgweb/ceria/mbrtpage90.htm/ 5. Darwis, Danim Sudarwan. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: EGC; 2003. h.82. 6. http//www.suaramerdeka.com/harian/0201/23/slo6.htm diakses tanggal 7 Mei 2011. 7. http//www.suarapembaruan.com/new/2004/09/01/jabotabek/jab15.htm diakses 6 Mei 2011. 8. Iqbal. Contoh Makalah tentang Psikologi Sosial. 14 April 2010 [Diakses tanggal17April2011].Didapatdari:http:blogtentangpsikologisosial.blogspot. com/2010/04/contoh-makalah-tentang-psikologisosial.html 9. Kartono, Kartini. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rajawali Persada; 2010. h. 3; 7. 10. Lodro, W. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Remaja. 7 Mei 2010 [Diakses tanggal 2 Mei 2011]. Didapat dari: http//.kainsutra.com/info-remaja/pertumbuhan-dan-perkembangan-padamasa-remaja 11. Mahmudah, Siti. Psikologi Sosial. Malang: UIN-MALIKI PRESS; 2010. h.5-6; 9-12. 12. Majalah Kebidanan. Bidan Media komunikasi Bidan dan Keluarga Indonesia: Sari Husada; 2011. h.17-18. 13. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. h. 70-83; 120. 14. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pedoman Skripsi, Tesis dan instrument Penelitian Keperawatan, Edisi Pertama.Jakarta: Salemba; 2003. h. 77. 15. Pieter, herry Zan. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana; 2010. h. 2-25; 163; 169-175. 16. Setiawan, Ari. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 43.
x
17. Soedjatmika. Kesehatan Anak. 7 Mei 2004 [Diakses tanggal 13 April 2011]. Didapat dari: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=20063251 1924. 18. Sugiono. Statiska Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta; 2010. h. 61-62. 19. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2008. h. 7. 20. Wisnubroto, A. Perpepsi Remaja Terhadap Kelompok Teman Sebaya Dengan Kenderungan kenakalan Remaja. 23 Januari 2009 [Diakses tanggal 6 Mei 2011]. Didapatkan dari: http//www.scribd.com/doc/16176402/perpepsi-remaja-terhadapkelompok-teman-sebaya-dengan-kenderungan-kenakalan-remaja/
xi