Sketsa Sains Konservasi (Pengetahuan, Teknis dan Terapan)
Oleh: Puji Yosep Subagiyo
Primastoria Studio
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510 April 2016 [69]
Kata Pengantar Pekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Kerusakan dapat juga terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara penanganannya. Dalam kasus semacam ini, konservator harus dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidentifikasi dan klasifikasi berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (fisik dan kimiawi). Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) film, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai; Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda; Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Dengan “Sketsa Sains Konservasi” ini (melalui infografis, gambar atau ilustrasi berwarna, tabel, dll.), kita akan mendapatkan pengetahuan terapan dan teknis konservasi koleksi di museum atau galeri secara utuh, sistematis dan terarah. Khususnya dalam rangka penyusunan instrumen pengumpulan dan pengolahan data, analisis data serta identifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya. Bekasi, April 2016 Puji Yosep Subagiyo
i
[70]
(10)
ETNOGRAFI
(20)
SEJARAH
(30)
GEOGRAFI
(40)
ARKEOLOGI
DIDAFTAR/ DICATAT TIDAK MEMENUHI SYARAT
MEMENUHI SYARAT SUMBANGKAN * DIPINJAM/ TITIPKAN * LAIN-LAIN
* DIBELI * DIHIBAH/ DIREGISTRASI DAN DOKUMENTASI
NUMISMATIK DAN HERALDIK (60) KERAMIK
(50)
konvensional (data statis)
digital (d. dinamis)
9. Kondisi Koleksi
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap 6. Asal (Tempat) a. Pembuatan b. Perolehan 7. Deskripsi Singkat a. Bahan b. Ukuran c. dll. 8. Riwayat Singkat a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.) b. Kegunaan
Data Isian Registrasi
KOMPUTERISASI
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap 6. Asal (Tempat) a. Pembuatan b. Perolehan 7. Deskripsi Lengkap a. Bahan b. Ukuran c. dll. 8. Riwayat Lengkap a. Cara Perolehan (hibah, beli/harga, dll.) b. Kegunaan 9. Kondisi Koleksi 10. Referensi
Data Isian Inventaris
PENGELOLA KOLEKSI
INVENTARISASI DAN PENELITIAN
Pengelola/ Pelaksana
(RE) INVENTARISASI/ (HER) REGISTRASI
BIDANG REGISTRASI DAN DOKUMENTASI
Komputer + Database Koleksi
MENJADI KOLEKSI MUSEUM
TIM PENGADAAN KOLEKSI, PANITIA PAMERAN, DLL. DENGAN PERSETUJUAN KEPALA MUSEUM
Pengelola/ Pelaksana TIM PENGADAAN KOLEKSI, PANITIA PAMERAN, DLL.
SELEKSI
BIDANG REGISTRASI DAN DOKUMENTASI
DITOLAK/ KELUAR
DIUSULKAN/ DITAWARKAN MENJADI KOLEKSI MUSEUM
PEMILIK
* BENDA * TIM/PANITIA * PENGELOLA * LAIN-LAIN
DITERIMA/ MASUK
ALUR KELUAR-MASUK KOLEKSI DAN KOMPUTERISASI DATA
DATA KOLEKSI
Kelompok
(70)
PRASEJARAH
BENDA
[01]
NUMISMATIK & HERALDIK
CAMPUR
KERTAS
LUKISAN
Age = Umur Beauty = Keindahan Condition = Kondisi Price = Harga Quality = Kualitas Rarity = Kelangkaan
KOLEKSI
TEKSTIL
KAYU
LOGAM
BATU
(7000) PRASEJARAH
(6000) KERAMIK
(5000)
(4000) ARKEOLOGI
(3000) SEJARAH
(2000) GEOGRAFI
(1100) Tekstil (SubKlp) (1101) Batik (SubSubKlp) (1102) Ikat (1176) Ikat Pakan (1179) Ikat Pakan + Songket
Kelompok & Kode (1000) ETNOGRAFI (Klp)
1. Nomor Inventaris 2. Nama Koleksi 3. Kelompok dan Sub Kelompok 4. Lokasi Simpan 5. Asal (Tempat) 6. Bahan 7. Kondisi Data Kondisi Koleksi
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok dan Sub Kelompok 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap Data Isian Inventaris
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap Data Isian Registrasi
REGISTRASI
INVENTARISASI
OBSERVASI
Studi Koleksi dan Konservasi
REINVENTARISASI RE-OBSERVASI
ANALISA KOMPARATIF
Lawrence van Vlack (1985) Pamela B. Vandiver, et.al. (1991)
Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan
2
ABC-PQR
RUMUS
1 PROSES KURASI (benda hilang konteksnya)
Susan M. Pearce, edit. (1989:99)
Skema Proses Kurasi
(benda dalam konteksnya)
4 KONTEKS KULTURAL
Sistem Perujukan Benda Seni - Budaya
James Clifford (1988:224) Susan M. Pearce (1994:263)
INTERPRETASI (benda ke-konteksnya) 3
1. Nomor Inventaris 2. Nama Koleksi 3. Kelompok dan Sub Kelompok 4. Lokasi Simpan 5. Asal (Tempat) 6. Bahan 7. Kondisi
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
1. Nomor Registrasi 2. Nomor Inventaris 3. Nama Koleksi 4. Kelompok (Sub Kelompok) 5. Lokasi Simpan a. Sementara b. Tetap
HEREGISTRASI
Data Kondisi Koleksi
Data Isian Inventaris
Data Isian Registrasi
ALUR REGISTRASI, INVENTARISASI (STUDI) DAN OBSERVASI KOLEKSI
DATA KOLEKSI
SPESIALISASI KONSERVASI
[02]
[03]
41.952
70. Prasejarah
?
?
? ?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
469
?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
44 kps, str, dll.
? kayu, tek
Bahan*
108.985
41.048
1.708
22.331
11.882
300
1.150
?
4.540
30.566
Total
? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ?
?
?
?
?
?
Koleksi Relik Sejarah 447
Koleksi Sejarah
Fungsi : Senjata, Perlengkapan Rumah Tangga, Perlengkapan Upacara, Peringatan, Dekorasi.
Filling (173 ) Storage (125 )
Displai: 149
Simpan: 300
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ?
? ? ? kps, str, dll.
Bahan*
Koleksi terbuat dari terakota, batu, logam, keramik, kayu, dll.
?
?
?
?
?
?
?
?
?
Lain
Displai Cukup Rusak ?
Baik
* Untuk mengisi “bahan” dengan merujuk pada Daftar Bahan (Penjelasan Identifikasi dan Klasifikasi Bahan) pada halaman 12.
Jumlah Koleksi : 119.502
6.032
22.832
50. Numismatik & Heraldik
60. Keramik
14.277
40. Arkeologi
449
30. Sejarah
?
?
?
?
2.862
? ?
1.157
? 297
Lain
Simpan
Jumlah Persebaran, Kondisi dan Komposisi Bahan Cukup Rusak
?
Baik
32.853
Total
20. Geografi
11. Tekstil 12. Rumah Adat
10. Etnografi
Kelompok dan Sub Kelompok Koleksi
10.620
904 Batu, Logam
4.324 Keramik
501 Logam, Tekstil
2.395 Batu, Logam
149 Logam, Kayu
78 Kertas, Lukisan
? Tekstil ? Kayu
2.269 Kayu, Teks, Lgm
Total
Bahan Utama (Tunggal atau Campur)
Catatan
[04]
Berbagai jenis wayang golek (tulang, tekstil, cat, dll.) tersimpan di Vitrin Pajang Etnografi bagian bawah.
Berbagai jenis tekstil dapat dilihat di Ruang Pamer Tekstil Gedung A.
Berbagai jenis perhiasan emas dapat dilihat di Ruang Khasanah Gedung A.
Berbagai model rumah adat dapat dilihat di Ruang Pamer Etnografi Gedung A.
Koleksi Etnografi
LEMBAR INVENTARIS TEKSTIL MUSEUM NASIONAL 1. Jenis Koleksi:
(Sub) Kelompok: Tekstil
Etnografi
Sablon
No. Foto: 20468 b
2. Nama Benda: Palampos 3. Nomor Inv.:
20468 b
(lama)
Nomor Reg.:
20468 b
(baru)
(lama)
4. Tempat Penyimpanan:
(baru)
GB.ST5.031.04 (baru)
14b. (31B/7)
(lama)
5. Deskripsi Benda: a. Bentuk: Kain palampos b. Ukuran: 238 x 162 cm. c. Bahan: kapas d. Warna: merah, biru, hijau, hitam, kuning, polos. e. Motif/Hiasan: palmet (paisley), floral f. Teknik Pembuatan: sablon (print), colet g. Uraian: Kain palampores (baca: palampos) adalah kain katun bermotifkan seperti pohon hayat, palmet, dll. yang dibuat dengan tehnik sablon-blok (block-print) dari India yang banyak dipasarkan ke Eropa. Pada sekitar tahun 1915-an kain palampos dipasarkan oleh Belanda sampai ke Indonesia (Storey, 1992:20-24). Kain palampos digunakan sebagai penutup, hiasan dinding, dll. Di sini, kain palampos berupa kain katun berwarna latar putih (polos) yang digambari sebuah pintu serambi dan ornamen-ornamen geometris khas Timur Tengah, seperti gambar-gambar yang umum di sajadah (alas sembahyang orang muslim). Teknik penerapan warna yang membentuk pola-hias adalah teknik sablon, dan mungkin juga colet (free-hand painting). Hal ini nampak sekali dengan adanya pergeseran warna pada ornamen-ornamen yang telah disebut di atas.
6. Riwayat Benda: a. Tempat Asal: Lampung
Kab.
Prop.
Negara India
b. Tempat Pembuatan: India c. Tempat Temuan: Lampung d. Tahun Pembuatan: e. Kegunaan/ Fungsi: kain penutup, hiasan dinding, dll. Usia: 101 Tahun.
f. Tahun Perolehan: 01/01/1915 g. Cara Perolehan: 7. Kondisi: Baik Cukup noda sedikit
Beli Temuan Rusak
Hadiah/ Hibah Transaksi lain Lain-lain
8. Keterangan, Referensi, dll.: Ref.: J.E. Jasper & M. Pirngadie (1916:88-89). J.E. Jasper & M. Pirngadie (1997): Seni Batik, Tim Peneliti Batik Indonesia, trans-edit-anot: S.H. Adiwoso & P.Y. Subagiyo, Tokyo - Jakarta. Subagiyo, P.Y. (1996): Metal Thread Exam..., Jambi Int. Symposium. hal.11-13. Storey, Joyce (1992): Textile Printing, London, Thames & Hudson. hal.20-24. John Guy (1998): Woven Cargoes - Indian Textiles in the East, Thames & Hudson. 9. Teknik Pengamatan: Mata biasa Kaca pembesar Mikroskop Lain-lain
KETERANGAN KHUSUS (ATRIBUT) Tehnik Tenun/ Nir-Tenun : Silang polos Silang kepar Tapestri Rep
Satin Damas Other...
Brokat (brocade) Kelim (slit/interlocked) Perca (applique) Pilih Songket Sulam (embroidery) Sulam bantal (quilting) Sulam cucuk (couching) Sungkit Other... Pewarnaan (Pencelupan/Pigmentasi) : Biasa Batik Ikat
Plangi/Jumputan Tritik Other...
Colet Prada
Sablon/ Printing Other...
Kategori Penerapan Logam : K-1a K-1b K-2a K-2b K-2c
K-3a K-3b K-3c K-4a K-4b
K-5a K-5b Other...
Tanggal Pengamatan: 13 September 1994
X
Tanda tangan Kurator: Nama Kurator: Puji Yosep Subagiyo
[05]
LEMBAR KONDISI TEKSTIL No
No. Inv.
Nama Benda
Prioritas Tindakan :
Lokasi:
I. BAHAN PEMBENTUK BENDA A. LOGAM 1. Benang Logam 2. Benang Emas 3. Benang Perak 4. Percik Logam 5. Prada 6. Other... Lain-lain B. SELULOSE 1. Kulit Kayu 2. Anyaman 3. Serat Kapas 4. Serat Linen 5. Serat Nanas 6. Serat Koffo 7. Other... Lain-lain C. PROTEIN 1. Kulit Binatang 2. Bulu 3. Serat Sutera 4. Serat Wol Other... 5. Lain-lain D. LAIN-LAIN 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Kaca Lain-lain 6. Resin CATATAN:
.............................. .............................. ..............................
Ukuran
Asal Benda
A. Segera
B. Sedang
Kondisi
C. Rendah
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup Rusak Hancur Aktif A. KERUSAKAN FISIK B. KERUSAKAN BIOTIS E. No Foto : ....................... 1. Kotor/ debu 1. Jamur 2. Serangga 2. Sobek 3. Bubuk, kumbang 3. Lubang 4. Laba-laba 4. Lipatan 5. Ngengat kain 5. Penguningan 6. Rayap 6. Warna berubah 7. Gegat (silver fish) 7. Rapuh/ getas 8. Kecoa 9. Kumbang 8. Perekat/ label 10.Binatang pengerat 9. Lain-lain 11. Lain-lain C. KERUSAKAN KIMIAWI 10. Lain-lain 1. Pucat/pudar 4. Korosi 7. Lapuk/ mubut 2. Noda (stains) 5. Kristal garam 8. Pudar 3. Berlemak/minyak 6. Oksidasi 9. Bau D. KERUSAKAN LAIN Catatan : 1. Rapuh, getas = brittle (easily broken because it is hard (stiff) & not flexible). 2. Lapuk, mubut = fragile (easily broken or damaged).
III. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : A. C. Pengawetan dan Perlakuan Lain Pembersihan 1. Pembersihan bekas jamur/ insek 1. penyedotan 4. kering/ kimia 5. lokal/ spot 2. kwas 2. Fumigasi 4. Perlakuan lain 6. kelantang 3. cuci basah 3. Freezing 7. lain-lain
B.
Restorasi, Penguatan dan Konsolidasi 1. pendobelan kain 3. pembingkaian 2. pelembab-rataan kain 4. penempelan benang
IV. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) E. Kelembaban Udara (%) --- = ......... (........) F. Kandungan Air (%) ------ = ......... (........) G. Keasaman (pH) ---------- = ......... (........) H. ORP (mili Volts) --------- = ......... (........) I. Polusi Udara ------------ = ......... (........) VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
J. Kategori
Aplikasi Logam K-1a K-3b K-1b K-3c K-2a K-4a K-2b K-4b K-2c K-5a K-3a K-5b 1 : emas; 2 : perak; 3 : lgm lain.
5. Perlakuan lain
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN CATATAN
Catatan : ORP = Potensial Redoks. VII. TANGGAL PENGAMATAN (DD/MM/YYYY)............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
..............................................
[06]
Skema Proses Observasi, Perawatan & Pengawetan
1
Persiapan
Lingkungan Mikro dan Lainnya
Observasi
2
Benda
2A
2C
Analisis
3A 4
Uji Lab
2B
Kerusakan 3B
2A
Atap
Perawatan dan Pengawetan 4
1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %]
Dinding
1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik
1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain
Emas 1. Perak 2. Timah 3. Perunggu 4.
Campuran
Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) E. Kelembaban Udara (%) -- = ......... (........) F. Kandungan Air (%) ----- = ......... (........) G. Keasaman (pH) --------- = ......... (........) H. ORP (mili Volts) -------- = ......... (........) I. Catatan: ..............................................
3B
Anorganik
Non Logam
Selulose
Organik
3A
Komposisi, Identifikasi dan Klasifikasi Bahan (Mengenal Sifat - Interaksi Bahan)
Bahan (Komposisi)
Uji Lab
Konstruksi (Pertimbangan Restorasi)
Analisis
Lantai
Logam
2C
Lingkungan Mikro dan Lainnya
1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi 5. Bau 6. Noda 7. Kristal garam
Bentuk (Konstruksi)
2A
Benda
2
Observasi 1
Biotis
Rumah Adat
Rapuh Kotor Lemak Kelupas Gores Retak Patah
Alat Musik
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2B
Kimiawi
Alat Transportasi
Fisik
Protein
Kerusakan 2B
Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan
Kayu. 1. Kulit. 2. Bambu. 3. Rotan. 4.
Persiapan
Detail Proses Observasi, Perawatan & Pengawetan
Perawatan dan Pengawetan
1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester
2C
ORP = Oxidation Reduction Potential (Potensial Redoks), diukur dalam mili Volts). Semakin nilai negatifnya kuat - semakin baik kondisi tersebut menekan oksidasi.
[07]
LEMBAR KONDISI KOLEKSI No.
No. Inv.
Nama Benda
Lokasi Benda :
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. Fisik B. Kimiawi 1. Lapuk 1. Rapuh 2. Pudar 2. Kotor 3. Korosi 3. Lemak 4. Oksidasi 4. Kelupas
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. Tekstil 7. Lain
ANORGANIK
D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain F. Catatan
A. Segera
Baik
Cukup
Kondisi
B. Sedang Rusak
C. Rendah
Hancur
Aktif
E. No. Foto: ..........................
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
garam
8. Lain
Gores C. Biotis Retak 1. Jamur (Fungi) [ ....... %] Patah 2. Serangga (Insect) [ ....... %] Hilang 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] Basah 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 10. Kering 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %] 11. Lain 6. Lain .................................. D. Catatan: ................................................................................................................. 5. 6. 7. 8. 9.
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) F. Kandungan Air (%) --- = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) H. ORP (mili Volts) ------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) I. Catatan: ..................................................................................................................... ................................ ORP = Oxidation-Reduction Potential, diukur dalam miliVolts).
ORGANIK
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Perunggu 5. Tembaga 6. Besi 7. Lain
Ukuran
Prioritas Tindakan :
I. BAHAN : A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
Keterangan
.......................... .......................... .......................... .......................... ..........................
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : C. Restorasi A. Pembersihan 1. Pengembalian bentuk/ warna 1. kotoran/ debu dengan: (pendempulan, araldite, tusir warna, dll) b. vacuum a. kwas c. pelarut air e. mekanis d. pelarut kimia 2. Perbaikan fungsi / mekanis benda f. lain ......................................... (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll) 3. Lain ............................................ 2. lemak/ minyak dengan: b. etanol + deterjen a. air + deterjen D. Pengawetan d. lain ................. c. pelarut kimia 1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 3. karat, noda, dll. dengan cara: proses korosi, dll.) ............................. c. elektrolisis b. kimia a. mekanis 2. Mematikan jamur, insek dengan: d. lain .......................................... a. fumigasi b. pendinginan (freezing) 4. Lain ............................................ c. lain ....................................... B. Penguatan/ konsolidasi 1. Perlakuan benda rapuh dengan: b. minyak c. meratakan a. uap air d. lain ............................................ 2. Penguatan benda rapuh dengan: a. penguatan konstruksi (mounting, pendobelan kain, dll.) ....................... b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) c. lain ........................................... 3. Lain ...........................................
3. Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: larutan 1% Hivar XL, atau ................... 4. Coating/ laminasi dengan:
a. lilin mikrokristalin ..................... b. Paraloid B72 (...... % w/v in ...........) c. lain ........................................ 5. Lain ................................................
E. Treatmen Tambahan dan Catatan
............................................................ ............................................................
V. USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :
.........................................................................................................................................
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN (DD/MM/YYYY)............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
..............................................
[08]
[09] [09]
Alat Perekam Gambar Mikro
Aktif
V.
Nama :
..............................................
Tandatangan Observator, Konservator, dll.
(DD/MM/YYYY)............................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN
.........................................................................................................................................
USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : C. Restorasi A. Pembersihan 1. Pengembalian bentuk/ warna 1. kotoran/ debu dengan: (pendempulan, araldite, tusir warna, dll) b. vacuum a. kwas c. pelarut air e. mekanis d. pelarut kimia 2. Perbaikan fungsi / mekanis benda f. lain ................................................. (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll) 3. Lain ....................................................... 2. lemak/ minyak dengan: b. etanol + deterjen a. air + deterjen D. Pengawetan d. lain ..................... c. pelarut kimia 1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 3. karat, noda, dll. dengan cara: proses korosi, dll.) ................................... c. elektrolisis b. kimia a. mekanis 2. Mematikan jamur, insek dengan: d. lain ................................................. a. fumigasi b. pendinginan (freezing) 4. Lain ................................................... c. lain ................................................ 3. Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: B. Penguatan/ konsolidasi larutan 1% Hivar XL, atau ....................... 1. Perlakuan benda rapuh dengan: 4. Coating/ laminasi dengan: b. minyak c. meratakan a. uap air d. lain ................................................. a. lilin mikrokristalin ......................... b. Paraloid B72 (....... % w/v in ..............) 2. Penguatan benda rapuh dengan: c. lain .......................................... a. penguatan konstruksi (mounting, pendobelan kain, dll.) ......................... 5. Lain ................................................... b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) E. Treatmen Tambahan dan Catatan c. lain .................................................. ............................................................ 3. Lain .................................................. ............................................................
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) F. Kandungan Air (%) --- = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) 0 H. ORP (mili Volts) ------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan ( C) -- = ......... (........) I. Catatan: ................................ ORP = Oxidation-Reduction Potential, diukur dalam miliVolts). ................................ Semakin kuat negatif - semakin baik air tersebut menekan oksidasi.
D. Catatan: .................................................................................................................
10. Kering 11. Lain
garam
8. Lain C. Biotis 1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %] 6. Lain .............................
Hancur
C. Rendah
Kondisi
E. No. Foto: ..........................
Rusak
B. Sedang
Ukuran
Cukup
A. Segera
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
Baik
Prioritas Tindakan :
Keterangan
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. Fisik B. Kimiawi 1. Lapuk 01. Rapuh 2. Pudar 02. Kotor 3. Korosi 03. Lemak 4. Oksidasi 04. Kelupas
05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah
Nama Benda
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
.......................... .......................... .......................... .......................... ..........................
F. Catatan
E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain
D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. Tekstil 7. Lain
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Perunggu 5. Tembaga 6. Besi 7. Lain
A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
I. BAHAN :
Lokasi Benda :
No. Inv.
Digital Microscope
Instrumen (Alat) Observasi
Instrumen Pengumpul dan Pengolah Data (KONVENSIONAL)
No.
ANORGANIK
ORGANIK
LEMBAR KONDISI KOLEKSI
Penjelasan Teknis: Instrumen Pengumpulan dan Pengolahan Data Observasi
URB NJB TKB
Grafik Analisis Spontan (GAS) URB, NJB dan TKB Untuk Mengetahui Hubungan Usia, Bahan dan Tingkat Kerusakan 18 Tekstil di Museum Nasional
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Ave. 28
Ruang A
3
1
Cukup
~
Ideal
Bahaya
~
Beresiko
Max. 29 Keterangan : Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
Min. 26
Temperatur (°C)
2
Cukup ~ Beresiko
Output Analisis Data Bahan & Kerusakan
KNI (Kode Nomor Inventaris)
Portable XRF Spectrometer
15
25
45
55
95
Instrumen (Alat) Uji Lab
0
10
20
30
40
50
60
80
90
100
120
140
160
Instrumen Pengumpul dan Pengolah Data (DIGITAL)
Besaran URB, NJB dan TKB
Komputer + Database Konservasi
123 124 157 159 170 313 314
OUTPUT OBSERVASI
808 839 840 843 907 926 949 950 952 345 901
PENJELASAN TEKNIS LEMBAR KONDISI KOLEKSI
Data Iklim Makro Ruang A Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 28 29
Identitas dan Lokasi Benda No.
No. Inv.
Nama Benda
Lokasi Benda :
Keterangan Prioritas Tindakan :
Ukuran A. Segera
Kondisi
B. Sedang
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 44 50 59
C. Rendah
Identifikasi dan Klasifikasi Kerusakan II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : A. Fisik B. Kimiawi 1. Lapuk 01. Rapuh 2. Pudar 02. Kotor 3. Korosi 03. Lemak 4. Oksidasi 04. Kelupas 05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah
D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain
Cukup
Rusak
Hancur
Ruang B.
Aktif
Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 27 28 28,5
E. No. Foto: ..........................
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
garam
8. Lain C. Biotis 1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %] 6. Lain ..................................
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 75
Ruang C.
D. Catatan: .................................................................................................................
Analisis (mempelajari, menelaah atau mengkaji) hubungan antara jenis kerusakan, bahan dan iklim (mikro/ makro)
Identifikasi dan Klasifikasi Penyebab Kerusakan III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : E. Kelembaban Udara (%) = ......... (........) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ......... (........) F. Kandungan Air (%) --- = ......... (........) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ......... (........) G. Keasaman (pH) ------ = ......... (........) C. Suhu Udara (0C) -------- = ......... (........) H. ORP (mili Volts) ------- = ......... (........) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ......... (........) I. Catatan: ................................ ORP = Oxidation-Reduction Potential, diukur dalam miliVolts). ................................ Semakin kuat negatif - semakin baik air tersebut menekan oksidasi.
menelaah hubungan iklim mikro-makro, tekanan barometrik, dll.
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : C. Restorasi A. Pembersihan 1. Pengembalian bentuk/ warna 1. kotoran/ debu dengan: (pendempulan, araldite, tusir warna, dll) b. vacuum a. kwas c. pelarut air e. mekanis d. pelarut kimia 2. Perbaikan fungsi / mekanis benda f. lain ................................................. (reparasi mekanis, penggantian bahan, dll) 3. Lain ....................................................... 2. lemak/ minyak dengan: b. etanol + deterjen a. air + deterjen D. Pengawetan d. lain ..................... c. pelarut kimia 1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan 3. karat, noda, dll. dengan cara: proses korosi, dll.) ................................... c. elektrolisis b. kimia a. mekanis 2. Mematikan jamur, insek dengan: d. lain ................................................. a. fumigasi b. pendinginan (freezing) 4. Lain ................................................... c. lain ................................................ Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: 3. B. Penguatan/ konsolidasi larutan 1% Hivar XL, atau ....................... 1. Perlakuan benda rapuh dengan: 4. Coating/ laminasi dengan: b. minyak c. meratakan a. uap air d. lain ................................................. a. lilin mikrokristalin ......................... b. Paraloid B72 (....... % w/v in ..............) 2. Penguatan benda rapuh dengan: c. lain .......................................... a. penguatan konstruksi (mounting, pendobelan kain, dll.) ......................... 5. Lain ................................................... b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) E. Treatmen Tambahan dan Catatan c. lain .................................................. ............................................................ 3. Lain .................................................. ............................................................
E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain F. Catatan
.......................... .......................... .......................... .......................... ..........................
BANTUAN TEKNIS Teknis Penguatan Kain Rapuh, Penetralan Keasaman, perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC), EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); kapasitas buffering (MH), rekondisi silicagel, dll. V.
USULAN UJI LAB (BAHAN) DAN TAMBAHAN :
.........................................................................................................................................
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN (DD/MM/YYYY)............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 22 24 26,5 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 60 66 99
Ruang D. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5
Rekomendasi
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. Tekstil 7. Lain
ANALISIS
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Perunggu 5. Tembaga 6. Besi 7. Lain
10. Kering 11. Lain
ANORGANIK
A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
ORGANIK
Identifikasi dan Klasifikasi Bahan dan Mengenal Sifat - Interaksi Bahan
I. BAHAN :
Baik
Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 72 74 76
Ruang E. Temperatur (°C) Min. Ave. Max. 26 27 28 Kelembaban (%) Min. Ave. Max. 76 78 99
Keterangan :
1
Beresiko
3
Ideal
~
Bahaya
2
Cukup ~ Beresiko
~
Cukup
UJI LABORATORIUM Identifikasi Serat, Benang Logam, Mordan (Garam Logam), Jenis Karat, Efek Bahan Lemari Simpan dan Pamer, Lampu Dalam Vitrin, dll.
..............................................
Catatan: Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diamati (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat optik/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika ditindaklanjuti dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”. Karena sifat serat kelompok protein (wool atau, sutera, dst.) tahan terhadap bahan bersifat agak asam tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak basa, sedangkan selulose (kapas, linen, dst.) tahan terhadap bahan bersifat agak basa tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak asam.
[10]
Penjelasan Analisa Kuantitatif dan Kualitatif Perbandingan Jumlah Kerusakan Koleksi terhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]
A
Kondisi dan Lokasi
D
Kondisi
12 (8%) 16 (11%)
Analisa Kuantitatif
151 (9%)
C
123 (81%)
333 (86%)
389 (23%)
B
Baik Sedang Rusak
9 (2%) 47 (12%)
0
25 (6%) 52 (12%)
6 (1,2%)
100
71 (15%)
200
12 (5%) 70 (32%)
221 (13%)
300
139 (62%)
448 (26%)
Per Ruang & Persebaran
371 (82%)
400
Jumlah
408 (84%)
500
485 (29%)
Jumlah (Persebaran/ Persentase & Kondisi)
600
E
Catatan: Pembandingan persentase kerusakan dikaitkan dengan kondisi suhu dan kelembaban pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kualitatif, sedangkan pembandingan jumlah (bukan persentase) kerusakan pada setiap ruang (A, B, C, D dan E) dianggap sebagai Analisa Kuantitatif.
Grafik Analisis Spontan (GAS) URB, NJB dan TKB Untuk Mengetahui Hubungan Usia, Bahan dan Tingkat Kerusakan 26 Tekstil di Museum Nasional
160 140
URB NJB TKB
100 90
95
80
30
20 10
0
45
25 15
KNI (Kode Nomor Inventaris) Keterangan NJB => 40 : Kapas; 45 : Kapas + Logam; 50 : Sutera; 55 : Sutera + Logam; 90 : Kapas + Sutera; 95 : Kapas + Sutera + Logam. Keterangan TKB => 10 : Baik; 15 : Cukup; 20 : Rusak; 25 : Hancur; 30 : Aktif. URB = Usia Relatif Benda; NJB = Notasi Jenis Bahan; TKB = Tingkat Kerusakan Benda.
Analisa Kualitatif
40
55
357 358 773 743 782 783 784
50
808 839 840 843 907 926 949 950 952 345 901 346
60
123 124 157 159 170 313 314
Besaran URB, NJB dan TKB
120
[11]
Penjelasan Identifikasi dan Klasifikasi Bahan
BAHAN (MATERIALS)
Tabel 1.
A. Organik: dari Mamalia, Burung, Ikan, Serangga dan Reptil perkamen/ kertas kulit kulit mentah kulit berpenyamak sebagian kulit berpenyamak kulit berbulu rambut rambut kaku/ kasar bulu ayam bulu burung halus (liur ulat) sutera wool lakan (wool, rambut) tulang angga/ tanduk bercabang tanduk gading/ taring ikan paus
gading beruang laut gading gajah tulang ikan paus tempurung/ kulit kura-kura kulit kasar/ bersisik (dari ikan pari, hiu, anjing laut) kulit ular (resin) laka/ shellac gelatin ancur 1/ fish glue ancur 2/ animal glue tempera/ kuning telur kasein (pospoprotein) lilin/ malam
B. Organik: dari Pohon, Perdu, Tumbuhan, Rumputan pelapis kayu bermotif belat/ eplat kayu kayu keras kayu lunak resin untuk varnis kayu merambat bambu goni rami rotan (serat) sisal
rami halus linen minyak biji rami kapas/ katun kertas bubur kertas getah perca tempurung (kelapa) resin fosil karet (perekat) kanji
A. Organic: from Mamals, Birds, Fish, Insects and Reptils parchment raw hide semi-tanned leather tanned leather pelts/ fur hair bristle quill feathers/ down silk wool felt (wool, fur, hair) bone* antler* horn whale ivory
walrus ivory* elephant ivory* baleen* tortoise shell shagreen (ray, seal, shark skin) snake skin shellac gelatin fish glue (isinglass) animal glue egg tempera casein waxes
B. Organic: from Trees, Shrubs, Plants, Grasses decorative wood veneers oak/ ash splints hard woods soft woods resin for varnish willow bambo jute (burlap) hemp rattan sisal
flax linen linsed oil cotton paper papier-mache guttapercha vegetable ivory (palm nut) amber rubber starch adhesive
C. Anorganik: Logam dan Campurannya
C. Inorganic: Metals and Their Alloys
emas perak tembaga besi (iron) aluminium timbal timah seng perunggu
gold silver cooper iron aluminum lead tin zinc bronze
kuningan timah+timbal timah+tembaga+antimony tembaga+timah/ emas tiruan lempengan emas lempengan perak lempengan imitasi/ sintetis nikel (nickel)
brass pewter Britannia metal ormolu gold leaf silver leaf immitation leaf nickel
D. Anorganik: Buatan dan Yang Terjadi Secara Alami
D. Inorganic: Man-made and Naturally Occuring
kaca porselain terakota keramik plaster semen biru batu pualam putih batu granit batu marmer batu mutiara
glass porcelain unfired clay ceramics plaster portland cement alabaster granite marble mother-of-pearl
kerang laut permata tulen batu pasir cinnabar (sulfida merkuri merah) bahan komposisi (dekorasi bingkai) pigmen mica talek/ gip
E. Bahan Buatan Lain cat varnis lak papan hardboard permika seluloit
marine shell gem stone sand stone cinnabar (red mercuric sulphide) composition (frame decoration) pigments mica soap stone
E. Other Man-made Materials (plastik) bakelit poliester vinil epoksi nilon
paints varnishes lacquer Masonite Formica celluloid
* These materials also have an inorganic component; besides the organic protein collagen, the inorganic calcium phosphate (hydroxy apatite) is present.
Bakelite polyester vinyl epoxies nylon Ref.: Bachmann, K., Edit. (1992:131-133)
[12] [12]
Pengenalan Sifat Bahan dan Kondisi Yang Mempengaruhinya Perhatikan Tabel 1 sampai 8, untuk mengenal sifat bahan terhadap faktor internal (interaksi bahan) dan faktor lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya dan polusi). Tabel 2. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Tinggi (Materials Sensitive to High Relative Humidity) Bahan (Materials)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
logam (metal)
korosi/ karat (corrosion)
40% RH, or lower
kertas (paper)
berjamur, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
tekstil (textile)
berjamur, noda (mold, stains)
45 - 55% RH
kayu (wood)
berjamur, bengkok (fungal attack, warping) cat mengelupas (flaking paint)
50 - 55% RH, constant/ stable
40% RH, or lower
tatakan, pelapis kayu (inlay, veneer) bahan penyempurna (finishes)
korosi/ karat, cat mengelupas (corrosion, flaking paint) lepas/ copot bagian-bagiannya (detachment) berjamur/ noda (mold, stains)
perkamen, gading (parchment, ivory) bubur kertas (papier-mache)
melengkung/ gelombang, jamur (warping, mold) berjamur/ noda (mold, stains)
50 - 55% RH, constant
bahan keranjang/ anyaman (basket materials) kolase kertas (decoupage surface)
berjamur (mold)
60 - 65% RH, constant
lepas/ copot, jamuran (detachment, mold)
50 - 55% RH, constant
kayu bercat (painted wood) logam bercat (painted metal)
50 - 55% RH, constant
50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant
Tabel 3. Bahan Sensitif Terhadap Kelembaban Rendah (Materials Sensitive to Low Relative Humidity) Bahan (Materials)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
kayu (wood)
mengkerut (checks/ dries out)
50 - 55% RH, constant/ stable
kulit mentah, kulit olahan (rawhide, leather skins) perkamen (parchment)
45 - 55% RH
bulu ayam (quill)
pelapukan, lapuh, kering (embrittlement) mengkerut, rapuh (shrinkage, embrittlement) rapuh (embrittlement)
serat keranjang (basket fibers)
rapuh (embrittlement)
60 - 65% RH, constant
ancur, lem nabati (animal glue)
kering, merapuh (dries out, weakens) retak, melengkung (cracks, warps) retak, melengkung (splits, warps) lepas, melengkung (detachments, warps)
50 - 55% RH, constant
kulit kura-kura (tortoise shell) semua gading (all ivory) permukaan tatakan (inlaid surface)
50 - 55% RH, constant 45 - 55% RH, constant
45 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant 50 - 55% RH, constant
Tabel 4. Bahan Yang Sering Dirusak Oleh Serangga dan Binatang Pengerat (Materials Commonly Damaged by Insects and Rodents) kulit (leather, skins) kulit berbulu (felts, furs) bulu ayam (feathers) sutera (silk) wol (wool)
beludru (velvet) tekstil (textile) serat alam (natural fibers) kayu (wood) kertas (paper)
perekat kanji (starch) gelatin (gelatin) tempera telor (egg tempera)
[13]
Tabel 5. Bahan Sensitif Terhadap Fluktuasi Kelembaban~Suhu (Materials Sensitive to Humidity & Temperature Fluctuation) Bahan (Materials) keramik, batu (ceramics, stone)
Akibatnya (Result) rekristalisasi garam yang kemudian mengakibatkan permukaan glasir mengelupas, retak-retak, bahkan mungkin benda menjadi pecah.
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition) 45 - 55% RH, 10 - 300C
recrystallization of soluble salts resulted surface flaking and spalling can occur, causing sections of a ceramic/ stone to break off. Catatan: Beberapa lempung masakini yang banyak digunakan untuk membuat keramik dan berbagai pernik-pernik untuk hiasan tekstil mengandung garam-garaman yang mudah menyerap air. Jika benda ini dimasukkan dalam ruang dingin secara mendadak, maka akan muncul deposit garam yang menempel pada permukaannya. Jika garam-garam yang mengkristal terdapat pada bagian dalam benda, maka akibatnya benda tersebut akan retak-retak, bahkan mungkin pecah. Notes: Some modern clays have a high salt content, and there have been instances where recently purchased objects have fallen to pieces with the absorption in the summer and subsequent drying in the winter. Ceramics with signs of salt deposit on the surface should should be maintained in a stable environment, and fluctuation relative humidity can lead to breakdown of the objects.
Tabel 6. Rekomendasi untuk Penyinaran dan Suhu Udara (Recommendations for Light and Temperature) Bahan (Materials) kertas (paper) media cat (paint media) ancur/ lem nabati (animal glue) kulit berbulu, bulu, rambut (furs, feather, hair) kulit, kulit olahan (skins, leather) pigmen, bahan celup (pigment, dyes) sutera, beludru (silk, velvet) permukaan lak (lacquered surface) permukaan cat (painted surface) bahan dicelup warna (dyed materials) celluloid karet (rubber) serat alam (natural fibers) tanduk 1, tulang, tanduk 2 (horn, bone, antler) kayu (wood) kayu olahan (wood finishes)
Akibatnya (Result)
Kondisi yang direkomendasi (Recommended Condition)
rapuh, gelap (embrittlement, darkening) persenyawaan, gelap (crosslinking, darkening) mengeras, kering (hardening, drying) rapuh, pucat/ pudar (embrittlement, fading) rapuh, pucat (embrittlement, fading) pudar/ pucat (fading)
50 luxs, 180C [1 foot. candle= 10 luxs] 50 luxs, 180C
pucat, kerusakan struktural (fading, structural damage) buram, pucat (develops haze, fading) pucat/ pudar (fading)
50 luxs, 180C
pucat/ pudar (fading)
50 luxs, 180C
menguning, rapuh (yellowing, embrittlement) hancur (deterioration crumbles)
50 luxs, 180C
rapuh, pucat (embrittlement, fading) rapuh/ lapuk (embrittlement)
50 luxs, 180C
pucat (fading)
50 luxs, 180C
retak, buram (cracks, hazing)
50 luxs, 180C
50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C 50 luxs, 180C
50 luxs, 180C 50 luxs, 180C
50 luxs, 180C
150 luxs, 180C
[14]
Tabel 7. Bahan Sensitif Terhadap Bahan Fumigasi (Materials Sensitive to Fumigant) Nama Bahan Kimia (Chemical Names)
Bahan (Materials)
Methyl bromide
karet, bulu, rambut, wool, kulit olahan, dan bahan lain yang mengandung sulfur (rubber, fur, hair, wool, tanned leather, and other materials content of sulphur) kayu (wood)
Methyl bromide, ethylene oxide
perekat kanji (tapioca glue)
Ethylene oxide
Carbon disulfida
kulit olahan, kertas lembab, cat, varnis leather finishes, wet paper, paint, varnish kuningan, tembaga, emas, perak (brass, copper, gold, silver) logam, foto (metal/photo)
Carbon tetrachloride
logam, foto (metal/photo)
Paradichlorbenzene
logam, foto (metal/photo)
Paraformaldehide
logam, foto (metal/photo)
DDVP (dimethyl diethyl vinyl posfat) + ethanol Thymol
logam, foto (metal/photo)
Methyl bromide
Phosphine
Naphthaline
......................... .........................
Akibatnya (Result) rusak, bau merkuri yang sangat menyengat damage, strong smelt of mercury
noda kecoklatan, tetapi tidak merusak (brown stained, but not destroy) susah dilarutkan lagi (difficult to dissolve) rusak/ larut (damage/ dissolve)
rusak/ tarnish/ korosi (damage, tarnish/corrotion) rusak (logam berkarat, foto menjadi buram/ gelap) damage (rusty metal, photo become blurly/dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark) rusak (karat, gelap) damage (rust, dark)
......................... .........................
Tabel 8. Bahan-bahan Reaktif (Reactive Materials) Kombinasi Bahan (Materials Combination) kayu/ kayu (wood/wood) kayu/ kertas (wood/paper) kayu/ tekstil (wood/textile) kayu/ logam (wood/metal) kayu/ serat alam (wood/natural fibers) kayu/ cat (wood/paint) logam/ logam (metal/metal) logam/ kain (metal/cloth) logam/ kertas (metal/paper) logam/ cat (metal/paint) logam/ kulit (metal/leather) logam/ plaster (metal/plaster) logam/ ancur (metals/animal glue)
Masalah Konservasi (Conservation Problems) perubahan ukuran, regang, patah (dimensional changes, stress, breaks) kertas menjadi rapuh, gelap, noda (paper becames brittle, dark, stained) tekstil ternoda, rapuh (textile became stained, brittle) logam menjadi berkarat (metal corrodes in contact with wood) serat menjadi lemah, putus (fibers become weak, break) saat kayu mengembang, cat mengelupas (wood expand and contracts, paint flakes) terjadi reaksi elektrokimia (efek galvanis, korosi) (possible electrochemical corrosion) logam berkarat, kain ternoda (metal corrodes, cloth becames stained) logam berkarat, kertas ternoda (metal corrodes, paper becames stained) logam berkarat, cat mengelupas (metal corrodes, paint flakes) tanin (bahan penyamak) pada kulit menyebabkan karat pada logam (tannins in leather can corrode metals) plaster yang bersifat basa/ alkaline menyebabkan karat pada logam (alkaline materials corrode metals) ancur (lem nabati) sedikit bersifat asam, higroskopis yang kemudian menyebabkan karat logam. (glue slightly acidic, hydroscopic, can corrode certain metals)
[15]
Alur Kajian Teknis dan Tata Urut Penamaan
ATRIBUT 1 ATRIBUT 2 ATRIBUT FORMAL STILISTIK 3 TEKNOLOGIS
FABRIKASI
KOLORASI
Tabby 2/2, 24/24, Z
ATRIBUT 1 ATRIBUT 2 ATRIBUT FORMAL STILISTIK 3 TEKNOLOGIS
Sablon
Prada
Colet
Tritik
Jumputan
Batik
Ikat
Crepe-like Effect
Twill 2/2, 20/24, Z
TRIBUT (3 Atribut)
Perca
Sulam Bantal
NOTASI PENULISAN TEKNIK TENUN & KERAPATAN KAIN
Tabby 1/1, 16/22, Z
PIGMENTASI
PENCELUPAN
Sulam Cucuk
Brokat
Pilih
Sungkit
Songket
Damas
Rep
Kelim
Permadani
Silang Polos
Sulam (Bordir)
NIR-TENUN
TENUN
Kain Jumputan/ Plangi (Ikat Kain)
Vs
Rumus ABC-PQR Age = Umur; Beauty = Keindahan; Condition = Kondisi; Price = Harga; Quality = Kualitas; Rarity = Kelangkaan
METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN
No
1 2 3 4
SUBJECTS Orientation PROVENANCE
Description COMPLETE OBJECT
Ethnographic Features: origin, function, etc.
(object and their attributes: formal, stylistic and technical)
Socio Cultural Anthropology, Ethnography, Art History, Semiotic - Iconography, etc.
OBJECT STRUCTURE
COMPLETE STRUCTURE
Typology, Stylistic Analysis, etc.
MACRO STRUCTURE
STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM
Visual Examination (eye, glass, microscope) Ultra-Violet Light Examination
STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM
Optical Examination (transmission, reflection) Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM) Electron Microbeam Analysis
METALLIC ELEMENTS AND OTHERS
Diffraction (x-ray, neutron, optical and electron)
METALLIC ELEMENTS, DYES AND OTHERS
Spectroscopic Examination (neutron, infra-red, optical & x-ray) Chromatographic Analysis (paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)
MICRO STRUCTURE
5
CRYSTAL STRUCTURE
6
ELEMENTAL STRUCTURE and COMPLEX COMPOUNDS
(form, design/ layout, etc.)
(fabric construction, metal thread structure, etc.)
(fiber morphology, cross-section materials, etc.)
(weighting metal salts, mordant, corrossion products, etc.)
(pigments, dyes, adhesives, polymers, etc.)
01
ANALYTICAL METHODS
Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.); Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain (tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).
Chroma Meter
(Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna
02 03
Digital Microscope
Alat Perekam Gambar Mikro
04
05
Portable XRF Spectrometer
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
[16]
NOTASI PENULISAN TEKNIK FABRIKASI - KOLORASI & KERAPATAN KAIN
Pakan (Weft)
Lungsi (Warp)
238 μm 223 μm 0,5 cm
495 μm 366 μm
513 μm 0,5 cm
No. Inv.: 04594 (Lokasi: 03/01), Tahun 1932?, Aceh, Silang Polos (Tabby) 22/18, 30X. Pigmentasi
No. Inv.: 05819c (Lokasi: ?), Tahun 1887, Madura, Ikat Ganda (Tabby 18/22), 30X.
(in)organic pigments
Sablon, Prada
warp
synthetic/ natural dyes
Ikat, Batik Pencelupan
weft
440 μm
165 μm
Depan. No. Inv.: 20455 (Lokasi: ?), Tahun ?, ?, Sablon (Tabby 34/21), 30X. 1.000 μm (1 mm)
Skala Cetak + (30x) 31:1
Belakang. No. Inv.: 20455 (Lokasi: ?), Tahun ?, ?, Sablon (Tabby 34/21), 30X. 0,5 cm (5 mm atau 5.000 μm) [17]
[18] 500 μm = 0,5 mm
Card: AF12C
S
K-3
S
479 μm
300 μm
30 μm
Card: AF12D
S
1.569 μm
Z
K-3
Card: AF11D
K-5
Skala Cetak + (65x) 21:1
Card: AF12B
S
K-3
S
Card: AF11A
Inv.: 21883 (Lokasi: 15/03), Tahun 1937, Aceh, Songket, 65X 771 μm
Inv.: 23076 (Lokasi: 06/01), Tahun?, Asal?, Sulam, 65X 42 μm
660 μm
K-3
K-5
Z
S
Card: AF12A
K-3
Card: AF11B
272 μm
696 μm
70 μm
NOTASI PENULISAN KATEGORI APLIKASI LOGAM
Card: AF11C
Inv.: 22252 (Lokasi: 28/04), Tahun?, Asal?, Damas, 65X 23 μm 325 μm
K-3
235 μm 433 μm
260 μm 43 μm
49 μm
Inv.: 19062 (Lokasi: 02/04), Tahun ?, Asal?, Teknik?, 65X
S Z
Card: AG14A
K-5
Z
Card: AG13D
K-5
Skala Cetak + (65x) 21:1
Card: AG14B
Card: AG13C
K-3
500 μm = 0,5 mm
S
Card: AG14C
K-3
Card: AG13A
S
S
K-3
585 μm
23 μm 296 μm
Inv.: 05819a (Lokasi: ?), Tahun 1887, Madura, Damas, 65X
Inv.: 05819b (Lokasi: ?), Tahun 1887, Madura, Sulam-cucuk, 65X 787 μm
96 μm
K-5
Card: AG14D
K-3
Card: AG13B
Z
119 μm
997 μm
NOTASI PENULISAN KATEGORI APLIKASI LOGAM
K-3
Inv.: 01243c (Lokasi: 15/01), Tahun?, Asal?, Teknik?, 65X 26 μm 574 μm 222 μm
Holder: AG
900 μm
Holder: AF
56 μm
Inv.: GVT051 (Lokasi: 15/02), Tahun ?, Aceh, Silang Polos, 65X
Inv.: 20318 (Lokasi: 45/04), Tahun ?, Asal?, Silang Polos, 65X 565 μm
725 μm 206 μm 83 μm
Inv.: 08748 (Lokasi: 04/01), Tahun ?, Aceh, Songket, 65X
2.643 μm
Inv.: 08341 (Lokasi: 02/01), Tahun ?, Sumbar, Songket, 65X 852 μm
25 μm
314 μm
Inv.: TN3265 (Lokasi: 62/03), Tahun ?, Asal?, Songket, 65X
1.196 μm
488 μm
57 μm
Inv.: 21338 (Lokasi: 11/32), Tahun 1936, Sumsel, Songket, 65X
Inv.: 13234 (Lokasi: 21/01), Tahun 1900, Aceh, Sulam-cucuk, 65X
1.360 μm
156 μm
852 μm
1.813 μm
1.548 μm Inv.: 09597 (Lokasi: 05/02), Tahun 1900, Aceh, Damas, 65X 1.052 μm
S
1.980 μm
392 μm
Inv.: 21727 (Lokasi: 04/01), Tahun ?, Sumsel, Songket, 65X
Lokasi Sampel dan Hasil Pengamatan Logam Tekstil No.
Lokasi Sampel
Lokasi - Asal Tekstil
Kondisi Logam
KAB TFK Thn
Kategori
(Sumbu) Benang
Twist Lebar Jarak
Twist Ply Bahan
Holder
Card
1
AC
05
A
55/03
13091
--
--
--
K-1
--
--
--
--
1
2 3
AD AF
08 12
C C
55/03 15/02
23807 a 00051 GVT
-01
07 01
---
K-1 K-3a
--
-235
-56
-433
1? 1?
4 5
AC AF
05 11
C C
04/01 28/04
10972 22252
01 --
01 13
---
K-3a K-3a
274 325
23 19
464 480
2 1
6 7
AF AG
12 13
B A
45/04 15/01
20318 01243 c
---
01 --
---
K-3a K-3a
260 222
43 26
565 574
1
8 9
AD AG
07 13
B C
15/01 --
19753 a 05819 a
04 16
21 13
-- K-3a 1887 K-3a
265 296
38 23
585 585
2? 1?
10 11
AE AD
09 08
C A
15/03 03/01
20323 10963
01 01
01 01
1932 K-3a 1904 K-3a
310 345
10 31
665 673
1 1?
12 13
AF AA
12 01
D D
04/01 15/02
08748 08752
01 01
14 14
206 200
83 210
725 752
1? 1?
14 15
AB AF
04 11
B A
15/03 15/03
20159 21883
01 01
14 14
292 300
25 30
767 771
1? 1?
16 17
AA AD
01 07
B D
15/01 15/03
01243 c 23261
-01
-14
---
K-3a K-3a
195 209
36 121
800 824
2? 2?
18 19 20
AF AG AA
12 14 01
A C A
02/01 62/03
08341 03265 TN 13147
14 14 17
----
K-3a K-3a K-3a
272 314 260
49 25 185
852 900 930
1
55/03
03 ---
Side Lokasi
Inv. No.
---
S S S S S Z S S S S S S S S S S S S
K-3a K-3a
1932 K-3a 1937 K-3a
Notes:
Dia.
KA - pH
sumbu?
2
c). TFK = Teknik Fabrikasi & Kolorasi. (01). Tenun (Tabby); (02). Batik; (03). Ikat ; (04). Jumputan/ Pelangi; (05). Tritik; (06). Sablon; (07). Prada; (08). Colet; (09). Satin; (10). Silang-kepar (Twill); (11). Permadani (Tapestry); (12). Rep; (13). Damas (Damask); (14). Songket; (15). Sungkit; (16). Pilih; (17). Sulam-cucuk (Couching); (18). Perca (Applique); (19). Sulam-bantal (Quilt); (20). Sulaman/ Bordir (Embroidery); (21). Brokat (Brocade); (22). Renda (Lace); (23). Rajut (knitting); (24). Kepang (braiding); (25). Anyaman (plaiting/ matting) d). Thn = Tahun Perolehan; e). Bahan =>1=emas; 2=perak; 3=lgm lain; ?=tdk dikenal. f). KA = kandungan air (%), pH = tingkat keasaman.
a). Semua ukuran dalam mikro meter (μm). 1μ (mikro) = 1/ sejuta. 1 mili = 1/ seribu. 1 senti = 1/ seratus. 1.000 μm = 1 mm. b). KAB = Kode Asal Benda. 01). Aceh; (02). Sumut; (03). Sumbar; (04). Riau; (05). Kep. Riau; (06). Kep. Babel; (07). Jambi; (08). Sumsel; (09). Bengkulu; (10). Lampung; (11). Banten; (12). DKI Jakarta; (13). Jabar; (14). Jateng; (15). DIY; (16). Jatim; (17). Bali; (18). NTB; (19). NTT; (20). Kalbar; (21). Kalteng; (22). Kalsel; (23). Kaltim; (24). Kaltara; (25). Sulut; (26). Gorontalo; (27). Sulteng; (28). Sulbar; (29). Sulsel; (30). Sultra; (31) Malut; (32). Maluku; (33). Papua Barat; (34). Papua
Lokasi Sampel dan Hasil Pengamatan Logam Tekstil No.
Lokasi Sampel
Lokasi - Asal Tekstil
Kondisi Logam
KAB TFK Thn
Kategori
Holder
Card
21
AE
09
A
01/02
00048 GVT
08
14
--
K-3a
22 23
AB AD
04 07
D C
05/03 36/04
00045 GVT 16496
---
-20
---
K-3a K-3a
24 25
AG AC
14 06
B B
11/02 02/04
21338 00044 GVT
08 --
14 --
26
AA
02
D
36/02
03344 TN
--
20
--
K-3a
27 28 29
AA AB AE
02 03 10
B B A
03/01 05/03 55/04
27650 00041 GVT 21651
08 -18
14 -14
----
K-3a K-3a K-3a
30
AC
05
D
05/03
00040 GVT
--
--
--
K-3a
31 32
AG AB
14 03
D A
05/02 03/02
09597 21669
01 08
13 1900 K-3a 20 1936 K-5a
33 34 35
AC AD AE
06 07 10
C A C
02/04 83/01 55/04
21452 25419 03514
10 06 18
17 14 17
36 37
AC AG
06 13
A D
15/03 --
25294 05819 b
01 16
14 1941 K-5a 17 1887 K-5a
38 39 40
AA AE AE
01 09 10
C D D
15/03 83/01 02/04
26967 29109 b 23782
01 -09
14 1952 K-5a 01 -K-5a 14 -K-5a
Notes:
Side Lokasi
Inv. No.
1936 K-3a -- K-3a
----
K-5a K-5a K-5a
a). Semua ukuran dalam mikro meter (μm). 1μ (mikro) = 1/ sejuta. 1 mili = 1/ seribu. 1 senti = 1/ seratus. 1.000 μm = 1 mm. b). KAB = Kode Asal Benda. 01). Aceh; (02). Sumut; (03). Sumbar; (04). Riau; (05). Kep. Riau; (06). Kep. Babel; (07). Jambi; (08). Sumsel; (09). Bengkulu; (10). Lampung; (11). Banten; (12). DKI Jakarta; (13). Jabar; (14). Jateng; (15). DIY; (16). Jatim; (17). Bali; (18). NTB; (19). NTT; (20). Kalbar; (21). Kalteng; (22). Kalsel; (23). Kaltim; (24). Kaltara; (25). Sulut; (26). Gorontalo; (27). Sulteng; (28). Sulbar; (29). Sulsel; (30). Sultra; (31) Malut; (32). Maluku; (33). Papua Barat; (34). Papua
(Sumbu) Benang
Twist Lebar Jarak S S S S S S S S S S S Z Z Z Z Z Z Z Z Z
211
120
Dia.
Twist Ply Bahan
931
2
365 450
47 1.010 31 1.026
1 2
488 482
57 1.196 51 1.204
238
497 1.233
470 530 460
185 1.251 61 1.409 24 1.538
508
451 1.560
392 1.052 1.980 681 112 1.177
S
2
2 1
2
1?
KA - pH
1? 2? 1 1? 2 1?
735 727 582
72 1.219 64 1.250 108 1.253
2 1 2
685 787
73 1.320 96 1.360
1 2/3 1?
634 599 416
61 1.455 220 1.455 216 1.470
1 1 2?
c). TFK = Teknik Fabrikasi & Kolorasi. (01). Tenun (Tabby); (02). Batik; (03). Ikat ; (04). Jumputan/ Pelangi; (05). Tritik; (06). Sablon; (07). Prada; (08). Colet; (09). Satin; (10). Silang-kepar (Twill); (11). Permadani (Tapestry); (12). Rep; (13). Damas (Damask); (14). Songket; (15). Sungkit; (16). Pilih; (17). Sulam-cucuk (Couching); (18). Perca (Applique); (19). Sulam-bantal (Quilt); (20). Sulaman/ Bordir (Embroidery); (21). Brokat (Brocade); (22). Renda (Lace); (23). Rajut (knitting); (24). Kepang (braiding); (25). Anyaman (plaiting/ matting) d). Thn = Tahun Perolehan; e). Bahan =>1=emas; 2=perak; 3=lgm lain; ?=tdk dikenal. f). KA = kandungan air (%), pH = tingkat keasaman.
[19]
Asia Cina Jepang India Indonesia Thailand Birma Butan Tibet Asia Tengah Persia Timur Tengah Bizantine Afrika Pharonic Coptic Afrika Utara Suku campuran Eropa Yunani & Romawi Kuno Belanda dan Belgia Eropa Timur (Balkan, Rusia, dll) Inggris Perancis Jerman Italia * Luccan * Sicilia * Venesia Skandinavia Spanyol Islam Fatimid Tulunid Seljuk Buvid Timurid Mamluk Ottoman Persia (Safavid, Qajar) India Spanyol Sicilia Campuran (Afrika & Indonesia)
Kategori I. II. III. IV. V. v v v v ? ? ? v ? v v ?
-? v -? -? v v v? v ? v v v ? v ? ? ? v? -? v v v v v
v v v v ? ? ? v v v v v
v v v v ? ? ? ? -
? -
? ? ? v? v ? v?
? -
? -
? v v ? v v
? v v v v v
? v v v v v
? ? ? ? ? ?
? -
v v v ? ?
? ? v v ?
? ? v v v
v v v v v
-
? v ? v v ? ? v
? v v v ? ? v?
v v? v? v v ? v v v v v v v v v v
v
1
Lempengan logam (emas/perak)
K-1b
K-1a Kain jadi Bubuk logam (emas/perak)
2
m
ng loga
panja pengan
K-2a K-2b K-2c
Lem
r logam
unda Kawat b logam
Spiral
ng
u bena
Sumb
3
K-3b
4
Lempeng logam
K-3a
logam Percikt) (bula
u Sumb g n a ben
u Sumb g n a gam ben rcik loi) e P K-3c (perseg nik s orga, dll.) Sumbu u k g un as g Pemblosik (kert benan u l e s
K-4a
Lempeng logam rganik umbu gkus oak, dll.) Sbenang n u b Pem um, miny n (vel i prote
K-4b
Lempeng logam ng Lempe m a log
5
Sumbu
Strip organik selulosik (kertas, dll.) m ng loga Lempe
benang
K-5a
K-5b
Strip organik protein (velum, minyak, dll.)
u Sumb g n a ben
v = contoh diketahui; - = contoh tak diketahui tetapi disetujui; -? = contoh tak dikenal & observasi terbatas; v? = contoh dikenal tetapi sebagai barang impor.
Persebaran Berbagai Kategori Penerapan Logam Pada Tekstil Di Seluruh Dunia
KAWASAN Negara
[20]
Periode dan Penanggalan Kronometrik (CHRONOMETRIC DATING) PRE HISTORY (NEOLITHIC) Pithecantropus erectus (manusia trinil). BRONZE AGE Aji Çaka The First Hinduism Kingdom HISTORY (Kutai Kingdom, Kalimantan, Hindu) TARUMANEGARA (Jawa Barat, Hindu) MATARAM I (Jawa Tengah, Hindu) SRIWIJAYA (Sumatera Selatan, Hindu) MADJAPAHIT (13) (Jawa Timur, Hindu) * Borobudur and Prambanan * Kain Prada
King Hayam Wuruk who succeeded in reuniting the Indonesian Archipelago was among the re-owned rulers of that period of Hindu Kingdoms. The same period saw the building of the Borobudur Buddist sanctuary under the Çailendra dynasty in Central Java and Prambanan Hindu temple by King Daksa.
P o r t u e g e s e w a s t h e f i r s t (14) European to set foot in Indonesia.
The Dutch settled in Banten, West Java.
(16)
The Dutch established (17) the N e t h e r l a n d s E a s t I n d i e s Company (VOC). Jatuhnya Kekuasaan (18) JAYAKARTA. Governor General Jan Peterzon Coen succeeded in gaining the authority over Jayakarta, which was renamed ‘Batavia’.
MATARAM II (Jawa Tengah, Islam) Secang-wood and mengkudu (21) were in common use by using mineral alum (Javanese called it as tawas) and plant alum (probably Jirek). However, the plant alum was considered the older mordant than the mineral alum. [The raw materials were treated with oil (castor) and lye (ash from burning rice stalks, or trunks of various trees of banana) that dyes from Morinda mixed with Jirek, Symplocos fasciculata Zoll.] Sugar, indigo, and coffee from Java and Sumatera were exported to Europe. T h e n e w m u s e u m b u i l d i n g (25) (presently National Museum) was opened in Jalan Merdeka Barat 12, Jakarta. Artificial Indigo and Alizarin were firstly used by Javanese
(27)
REPUBLIC OF INDONESIA
Japan Periods: Asuka (552-645); Nara (645-794); Heian (794-1185); Kamakura (1185-1333); Muromachi (1392-1573); Momoyama (1573-1615); Edo (1615-1868) China Dynasties: Sui (581-618); T’ang (618-906); Five (907-960); Sung (960-1279); Yuan (1280-1365); Ming (1368-1644); Ch’ing (1644-1912)
YEAR BCE 3000 - 2000 800 - 200
CE 78 400 450 500 518 600 670 700 732 900 960 1000 1279 1292 1370 1400 1453 1500 1509 1516 1528 1596 1602 1613 1619 1632 1645 1660 1695 1778 1815 1825-30 1868 1883 1900 1908 1928 1933 1945 70 yrs
PERIODS
2015
HISTORICAL RECORDS The fragment recontruction on terracota with straight and waved lines is an evidence for the earliest textiles. (01) Ikat lungsi (warp) is considered present in the time. The textile with geometrized stylization of human, bird, reptilian, and floral forms. Those like textile producing regions are Kalimantan (jackets and breechclouts from Dayak Iban, D.Bahau and D.Kenyah), Sumatera (ulos from Batak, Palepai and Tampan from Lampung), Sulawesi (Toraja), Nusatenggara (Timor and Sumbawa) and Bali. Songket or supplementary warp was also present in that time (?). (02) Motifs on the bronze-wares from that era is similar to the textile design and pattern of No.1. Bronze-wares from that era, for example kettle drums and axes which were influenced by the Dongson’s culture (Tongkin, Vietnam). (03) The stone inscription found is as foundation of Indonesian Historic period.
(04) Chinese chronicles mention that certain King of North Sumatera wore silk cloth. source of the Ling and T’ang dynasties: the people of Java and North Coast (05) Chinese of Sumatera wore cotton in use in Sumatera as early as the 6th century. There are
3 species of Gossypium, i.e. G. herbaceum (the most common), G. obtusifolium (in Southern Sumatera, cultivated by the Dutch), and G. brasiliense (Malay Peninsula, cultivated by the British). (06) In Aceh, sappan-wood (secang) already was one of the outstanding export stuffs to the Arab. The secang dye work was considered as the oldest native red dye work.
(07) Mangosteen
flower motifs in Prambanan temple reliefs (also similar in Palembang) or in Design Javanese Batik, jelamprang, attesting to origin in the Hindu-Indonesian Period. (08) There was a barter trade which were Indonesian cotton cloth and Chinese silk. Silk patola cloth (may from India) also present in the era (Javanese and Sumatrans called as ‘cindai’). (09) The Sung dynasty mentions that cotton goods from Java were used as princely presents. (10) Ikat pakan (weft) together with import silks were brought by Indians and Islamic traders to Java and Sumatera (possibly, also applications of beads, sequins, glass/mirrors, and gaining of the knowledge of technique for mixing color/dye). The regions of the two islands that were contacted by the mentioned traders were as indication of silk and songket clothes, and probably silver and gold threads. Other regions: Palembang (South Sumatera), Donggala (Central Sulawesi), Bugis (South Sulawesi) and Bali. In old Javanese written source suggest that ‘kain prada’ enjoyed very great popularity in aristocratic circles in East Javanese Kingdom of Madjapahit. (In Bali, gold leaf was an important article of commerce imported from China and Thailand via the port of Singaraja in the latter half of the 19th century). the fall of Constantinople in 1453, the European merchants (11) Because sought to purchase spices, which at that time were very rare and quite expensive, directly the producing country, i.e. Indonesia. (12) In Palembang, was cultivated the mulberry trees for Bombix mori foods (silk coccon), it was also in Sulawesi. Typical silk cloth colors are red, green, blue and other bright colors. Silver and gold threads was utilized throught the supplementary weft technique, which raises the metallic threads to the surface of the cloth with design of geometric and stylized floral meanders. (15) There were mineral alum and madder imported from Mecca and Aden (Medinah), included coral and copper. (19) Sultan Agung introduced the Islamic-Javanese calendar and was patron of the Arts and Crafts. (20) Gunung Merapi (a volcano name in Central Java) eruption sent a plenty of minerals, i.e. mineral alum. The Batavian (presently Jakarta) Society for the Arts and Sciences was (22) founded in Jakarta on April 24, 1778. (23) Indian cotton (from Madapolam and Calicut) have been supplanted by European fabrics. (24) In the colonialism era the Fierce battles broke out everywhere led by brave patriots, like as Prince Diponegoro (1825-1830) in Central Java.
(26) Gunung
krakatau (a volcano name in the Java Sea, close to Banten District) eruption also sent a plenty of minerals. (28) Because in this period of national awakening was heralded by ‘Boedi Oetomo ’, the organization founded on May 20. Its ultimate aim was the establishment of an Independent Indonesian State. (29) The Indonesian youth, in the 2nd congress on October 1928, called for unity among the Indonesian youth and pledged allegiance to ‘One Nation, Indonesia, One Motherland, Indonesia, One Language, Bahasa Indonesia.’.
(30)
The Board Commerce and Industry of the Dutch East Indies published the Native Batik Industry. Some German synthetic dyestuffs first produced in the years 1920 to 1928 come into use in Jakarta and Pekalongan . e.g. for red color (aniline of Beta-hydroxy naphthoic acid, which applicable in cold water), for basic yellow (Auramine-O, Ciba Ltd., Basle), form brown (a benzidine dyestuffs, called soga-soga which developed with diazo compounds).
BCE : Before Common Era (Sebelum Masehi [SM]); CE ; Common Era (Sesudah Masehi [M])
[21][21]
Perlakuan Tekstil Sebelum Penyimpanan & Pameran
Persyaratan Vacuuming Swabbing Washing
Flatting Folding Rolling Mounting
Dry Cleaning Moisturizing Freezing
1. Cek kondisi pH dan ORP 2. Cek kandungan air 3. Cek kondisi T & RH ruang simpan. 4. Cek Kuat Penerangan 5. Cek Radiasi Ultra Violet
Padding Packing Wrapping Hanging
[22]
Beberapa Pertimbangan Teknis Sebelum Pameran
1. Panel Gantung/ Gawangan 2. Panel 1/2 Lingkaran 3. Panel Papan Miring 4. Panel Tempel 5. Label
4 3 Base (Pangg ung)
A RUANG C A N NO
kabel listrik
5
2
C RUANG C A ber-
tiang gantungan
blower
1
B RUANG C A NON-
pu lam r 2 lua
au
sil
sin
sinar IR sinar UV ar tampak
mata hari
da 1
ben
jendela
pak
tam
pu pu lam in 2 rel lam r t i v
n1
vitri
jung 1
da 3
ben
n3
da 2
pengun Gambar 1a.
pu lam in 3 r t i v
vitri
ben
jung 3
Gambar 1c.
n2
vitri
pengun
jung 2
pengun Gambar 1b.
Sinar datang dari matahari yang kemudian dipantulkan oleh kaca; yang terjadi apabila kuat cahaya matahari lebih besar dari kuat cahaya yang ada dalam vitrin (gambar 1a.). Hal serupa juga bisa terjadi berikut perilaku pengunjung yang berusaha mendekat kaca vitrin, seperti pada gambar 1b., apabila kuat cahaya Lampu Luar 2 lebih besar dari kuat cahaya Lampu Vitrin 2. Dengan demikian teknik penerangan pada gambar 1c. yang terbaik, karena pantulan benda yang disebabkan oleh Lampu Vitrin 3 dapat pengunjung terima tanpa ada gannguan (silau).
[23]
Ilustrasi Penanganan Koleksi Rapuh Mendekati Hancur (Metode PKR-MH) Hot Steamer
No.: 20373: Kain Ulos dari Sumatera Utara?, Kondisi: Hancur, Perkiraan Usia: 82 tahun.
ak Kot
ilik
Akr
Steamer
s
glas
exi / Pl
s es nl net) i ta t S ylon a w in Ka las a di in
OS
UL
Udara Keluar
20373
a
(k
Hot Steamer mengkondisikan kain lapuk menjadi agak kuat dan steril. Steamer dalam kotak dengan udara mengalir dimungkinkan untuk menetralkan keasaman kain.
20373
Plexiglass A
S
tas
K
A IN
U
ar n ng ongg dota a s y n l ye alu rtenu pen h g be dan an ub kain dara l r be an i u ss sa d ulas e l k ain bu sir St alut en m b i d tuk un
LO
Kain lapuk mendekati hancur telah menjalani proses pelembab-rataan (moist-flattening).
Kayu pembentuk kelengkungan dasar kain rapuh Kain yang telah dibuat agak kuat, diratakan dan steril dimungkinkan juga untuk dimounting, yang mana dasar mountingnya dibuat agak melengkung untuk menghindari beban dan kuat konstruksinya.
[24]
Observasi & Indikator Keterawatan :
Menelaah Kerusakan Dulu - Kini - Akan Datang lubang
Masa Depan (Kapan ?)
lubang
pudar
lipatan
Kondisi Rusak Foto Tahun 2016
lubang
22 tahun
22 tahun
2016
Foto Tahun 2016, Foto-foto detail & Mikro tersimpan di Seksi Observasi
Kondisi Bagus
136 tahun
cukup terawat
Foto Tahun 1994
23147: Kain Dodot dari Yogya, 360 x 210 cm, 1938. Kain dodot ini memiliki tengahan biru berbentuk belah ketupat. Bentuk tengahan ini lazim disebut sebagai "sidangan". Dodot yang berwarna biru, biru gelap (tua) dan coklat ini dihiasi dengan gambar-gambar gunung, burung, dan pohon yang sebagian dalam warna emas (prada). Salah satu sudut tertulis "Ping 1 Maulud Dal 1839" (Tanggal 1 Maulud Dal 1839 atau 17 November 1858) dalam huruf keemasan. Warisan Tuan J.W Van Dapperen yang wafat di Baturaden pada 1 Oktober 1937, Diterima di Museum Nasional tahun 1938.
80 tahun
Sedikitnya ada 8 (delapan) kain dodot diperoleh di tahun ini. Lihat dodot no inv. : 23144, 23145, 23146, 23147, 23148, 23149, 23150, dan 23334.
lubang
kondisi kain kuat, masih utuh & tidak ada lubang
158 tahun
TAHUN PEROLEHAN 1938 (REGISTRASI)
kurang terawat
78 tahun
TAHUN OBSERVASI 1994 KONDISI 1
56 tahun
USIA RELATIF BENDA (URB)
TAHUN OBSERVASI KONDISI 2
pudar lipatan
Kondisi Bagus TAHUN PEMBUATAN 1858
Analisis Kerusakan :
Foto Tahun 1994, Kondisi Tahun 1858 Bisa Lebih Bagus.
Hasil kajian menunjukkan bahwa kerusakan koleksi tekstil bisa disebabkan oleh kondisi koleksi (faktor internal) dan kondisi lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: garam logam komplek (mordan), logam pemberat sutera, dan benang logam yang dapat mengalami oksidasi; unsur-unsur belerang (yang biasa terikat dengan mordan alum) akan membentuk asam kuat. Selanjutnya hasil oksidasi (korosi) dan asam kuat yang terbentuk akan melapukkan serat (pemecahan rantai molekul). Penyimpanan koleksi yang dibungkus kertas minyak dalam kotak kayu (yang bersifat buffering) terbukti menyelamatkan koleksi. Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Reaksi reduksi adalah reaksi penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Cek pH (dengan pH meter) dan Potensial Redoks (dengan ORP meter dalam satuan miliVolts) untuk mengatasi pelapukan kain ini.
[25]
[26]
210 250
n
kai
1. penyedotan (vacuuming) dari atas & bawah; 2. membolak-balikan kain rapuh; 3. penguatan dengan mengontrol kelembaban; 4. menetralisir keasaman kain (basah & uap); 5. meratakan lipatan (sistem uap); 6. pencucian (basah/ rendam, lembab/ shower dan uap/ steamer); 7. meja penunjang dry (solvent) cleaning; 8. pengeringan kain, dll.
Meja kerja ini dirancang untuk kain rapuh ukuran standar (110 x 240) dan dodot (240 x 480) Meja ini ideal untuk treatmen :
Stainless Hollow 2 x 4 cm.
M
K eja
er
ntu ja u
e km
mb
alik
uh rap
KA I
0
Stainless Woven Mesh
4
Stainless Micro Hole Sheet
Stainless Woven Mesh
5
Stainless Plate
Stainless Hollow 4 x 4 cm.
Kain Kasa
3
M tre eja a Ke t m en rja
(2 Meja Kerja: setiap meja kerja berukuran 250 x 500 cm)
D N
OD O
T
36 uk un t
Pembuatan 2 Meja Kerja Kain Dodot
m (s eja 500 d tain ker meilepa less mja dib m s. e u b ola Meja sh) d at rin k d e g b alik ibua ngan an d a k ain t 2 un kaki n ku r tu b at a p uh k isa .
Stainless Angle
6
Stainless Hollow 2 x 4 cm.
2
Stainless Hollow 4 x 4 cm.
1
[27]
5
TOBI Steamer
10
4
250
KA I
Perlengkapan Untuk Pencucian Tekstil: (1). Ember air; (2). Pompa hisap kolam; (3). Selang shower; (4). Shower; (5). Ember bilas; (6). Meja; (7). Plastik bak cuci; (8). Busa pemisah kain dan endapan kotoran; (9). Kain kasa; dan (10) Tobi Steamer.
D N
OD O
T
Vacuuming, meratakan lipatan, penguatan dengan mengontrol kelembaban, pencucian, menetralisir keasaman kain, dll.
Perawatan & Pengawetan
9
0 50
8
3
7
10
Hot Steamer
2
1
Tabel pH dalam Konservasi BASA
14
Terlalu Basa Basa Kuat Amonia (0,1%)
13 12 11
Sabun biasa (poly phosphate builders)
10
Basa Lemah
8
AIR
Asam Lemah
Asam Asetat
7
6 5 4 3
Asam Kuat
2 1
Terlalu Asam
0
Catatan :
Wool, sutera dan bahan protein lain dapat rusak.
9
(air murni/ netral)
ASAM
Kondisi untuk pembersihan cat teroksidasi, minyak dan perekat nabati.
Kondisi ini cukup aman untuk perlakuan hampir semua jenis tekstil.
Kondisi untuk pembersihan noda karat, lem, dan perekat berbahan dasar kanji lain
Kapas, linen dan bahan selulosik lain dapat rusak.
1. Sebelum konservasi tekstil kita harus mengenal sifat-sifat serat kelompok selulose (kapas, linen) dan kelompok protein (sutera, wool). Kedua kelompok serat bersifat mudah menyerap air, tetapi kalau selulose pada kondisi agak lembab menjadi kuat dan sutera menjadi lemah. Kelompok protein tahan terhadap bahan bersifat agak asam tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak basa, sedangkan selulose tahan terhadap bahan bersifat agak basa tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak asam. 2. Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diamati (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat optik/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika ditindaklanjuti dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”. Karena sifat serat kelompok protein (wool, sutera, dst.) tahan terhadap bahan bersifat agak asam tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak basa, sedangkan selulose (kapas, linen, dst.) tahan terhadap bahan bersifat agak basa tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak asam. 3. Fumigasi adalah salah satu usaha untuk pengawetan, dengan cara pengasapan bahan beracun (kimia) untuk hama seperti jamur atau serangga. Adapun cara lain untuk mematikan jamur atau serangga adalah dengan teknik pemanasan, radiasi, pendinginan, dll. Pengendalian (dan pemantauan) lingkungan mikro (kelembaban, suhu dan cahaya) untuk menghindarkan dari kemungkinan kerusakan biotis, fisik & kimiawi juga termasuk tindakan pengawetan. 4. Lingkungan mikro dapat meliputi iklim mikro (seperti: suhu, kelembaban, dan cahaya), kadar air, tekanan barometrik, potensial redoks (ORP), polusi udara dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data lingkungan mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Koleksi, dan kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang lingkungan makro adalah kondisi iklim dan sejenisnya yang ada diluar lingkungan mikro. Data lingkungan makro biasanya dicatat di Lembar Data Klimatologi. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas buffering (MH) dan rekondisi silicagel. 5. Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) serta tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan). [28]
PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIA Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965 mempolitikkan kesenian
Pameran ASRI - ITB (>1950)
Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso, Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto, Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya, Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.
Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)
G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil, Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono
4
REVOLUSI FISIK (1945 - 1949)
Masa Terisolir dari Negara Luar: Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat minyak harus bergantian dengan seniman lain Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)
Gabungan Pelukis Indonesia (1948):
Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.
Pelukis Rakyat (1947)
Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso,Sudiardjo, Trubus, Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi.
Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:
di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.
Seniman Indonesia Muda (SIM),1946
di Yogyakarta: Affandi, Hendra, Trubus, Dullah, Soedarso, Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini. SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto, Mardian, Wakijan, Srihadi S.
Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:
Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito. Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)
Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:
Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.
3
Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945) Keimin Bunka Shidoso (1944)
Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.
Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:
Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:
Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya W. Spies & Gde A. Sukowati
2
PITA MAHA (1935)
Masa Abdullah Sr. (1878 - 1914) Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)
1
1990
1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 1982 1981
1980
1979 1978 1977 1976 1975 1974 1973 1972 1971
1970
1969 1968 1967 1966 1965 1964 1963 1962 1961
1960
1959 1958 1957 1956 1955 1954 1953 1952 1951
Alimin Henk Ngantung (1921 - 1990) Ida Bagus Made Nadera I Gusti Putu Gede I Gusti Ketut Kobot Lim Wasim (1929 - 2004) Mahjuddin S. Nashar (1928 -1994) Sobrat, A. A. Gede Sumardi Thamdjidin, M. Wayan Sudana
Pelukis Asing
6
(Lukisan Ada Di Indonesia) Amato, L. Dezentje, Ernest Giovanetti, G. Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959) Koenig, Arthur Johann Li Shuji (1943 - ?) Makovsky, Konstantin E. (1839-1915) Renato, Cristiano Simonetti Snel, Han (1925 - 1998) Talwinski, Igor (1907-1983)
Pelukis Asing
7
1904
(di Bali, dari 1904 - 1967) Ambron, Emilio Covarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990) Friend, Donald Israel, Isaac Mooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982) Smit, Arie Sonnega, Auke C. Sten, John 1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999) 1941 > Lee Man-fong (1913-1988) 1938 > Willem & Maria Hofker 1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978) 1927 > Walter Spies 1922 > Rolland Strasser (1895-?) 1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946) 1904 > W. O. J. Nieuwenkamp
1800
Lukisan Dinding Gua di Maros - Sulawesi berusia 40.000 tahun
1950 1949 1948 1947 1946 1945 1944 1943 1942 1941
1940
1900
Masa Raden Saleh (1814 - 1880)
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Pelukis Koleksi Istana, dll. 5
[29]
KRONOLOGI dan KONDISI 88 Lukisan Le Mayeur 1921 MLMB052
MLMB021
1927
MLMB082
1928 1929 MLMB015
1935 1937 1938
MLMB035 MLMB012
1942 MLMB075
1945
3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]
4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C] 3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C] 27 buah lukisan: 5 cm/ knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B] Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18). 3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C] 13 buah lukisan: 1pastel/ kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B] 23 buah lukisan: 22 catTB/ bagor, 1 cm/hardboard [14R/7C/2B] 1 buah lukisan cm/ knv [1R]
MLMB045 MLMB084
1957
10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]
Created by Puji Y. Subagiyo 2015
[30]
Ilustrasi Pengamatan Teknis Lukisan
1
2
Rismoyo Yosep
Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.
Pengamatan retakan dan konstruksi pendobelan kanvas dengan perekat. Varnis lama harus diangkat untuk mengetahui warna & tekstur cat asli cat/ priming yang terangkat harus diratakan
pendobelan kanvas seharusnya dilakukan setelah mengatasi retakan dan pengangkatan cat.
Cat
{
3
Priming Kanvas 1 Kanvas 2
perekat kanvas 1 + 2
{
DETAIL
Gambar 4 menunjukkan close-up, yang mana pada sisi bawah lukisan telah termakan bubuk. paku berkarat Gambar 5 ini menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.
5
4 illustrated by Primastoria 2016
6 5.000 μm = 5 mm = 0,5 cm 1.000 μm
1. Kanvas asli lukisan (kiri) Perb. 30X
7
2. Kanvas dobelan lukisan (kanan). Perb. 30X
[31]
Ilustrasi Penguatan Cat dengan WRA 559*
Foto Penuh Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Detail Detail
Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat
SAMPLE
Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
illustrated by Puji Y. Subagiyo 2016
for academic use
Kontras
Sesudah Penguatan Cat, Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat, Sebelum Pembersihan,
SAMPLE
Detail
for academic use Tarmizi?, 1968
* WRA (Wax Resin Adhesive) adalah salah satu bahan yang biasa dipakai untuk perekatan thermo-
setting. Penggunaan perekat (lem) dengan cara dipanaskan (diseterika) ini dapat dibuka kembali dengan cara yang sama (pemanasan lagi). Sifatnya yang reversibel ini sesuai dengan prinsip konservasi (Mayer: 242, 502-505; Organ (1968: 454-455); Plenderleith (1969: 167-169).
[32]
Sebelum Pembersihan
2
Cat
GAMBAR ANATOMI LUKISAN
1
2 3
Rongga bawah retakan terisi varnis/ linseed oil
Varnis/ linseed oil begitu tebal & mengkilap
{
Sesudah Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan
Priming Kanvas
Sesudah Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Detail
SUPPORTS: Back-up lukisan dengan melamin board yang dilindungi dengan kain organdi
for academic use Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat, Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas
4
illustrated by Primastoria 2016
g
n nti pai
n
Me
lam
in
Bo
ard
ric
ab ss f
ha
Jei
gla
FINISHING TREATMENTS: Priming, Tusir warna (inpainting), Retouching & protecting varnish.
5
[33]
cat terkelupas
a b
Le Mayeur
Gambar 1. a. Seluruh permukaan kotor, warna tidak keluar dan sebagian cat terkelupas. b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis. Tarmizi?, 1968
cat terkelupas
cat terangkat
Detail
Sebelum Pembersihan, Sebelum Penguatan Cat
Detail
Sesudah Pembersihan, Sesudah Penguatan Cat
Gambar 2. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN
b
Serat lapuk
a
Jamur
Li Shuji
c
illustrated by Primastoria 2016
Spora jamur
Jamur
Gambar 3. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan; b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat kerusakan kanvas/ kain; c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.
[34]
Proses Konservasi Lukisan
2-aceton alcohol
X Lain-lain X Kotor debu sobekan di X Kanvas kendor 3 tempat Varnis menguning Varnis cacat X Cat rapuh/ kering X Cat kelupas parah Jamur
2-ethoxy ethanol
spanram
Hendra Gunawan [Pahlawan Teuku Umar, 98 x 145,5 cm, Oils on Canvas, 1956] A. Kondisi :
toluene & acetone
picture cleaner
turpentine
1. air 2. white-spirit X 3. turpentin 4. air sabun (amonia) 5. 2-ethoxy ethanol 6. toluene 7. acetone X 8. 2-aceton alcohol
white spirits
Lukisan
pigura
kanvas
1
B. Rekomendasi Konservasi : X Pembersihan ringan X Chemical cleaning X Framing/ reframing X Restretching X Inpainting Repainting X Retouching X Varnishing X Penguatan cat MEK Fumigasi X Lain-lain sambung sobekan, dobel kanvas tanpa lem LocTite Gel Glue 4 gram
sobek Catatan:
Liquin
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
2
1. Pembersihan ringan = pembersihan ringan dengan kwas/ penyedot debu; 2. Chemical cleaning = pembersihan kotoran yang sudah berkerak, mengangkat varnis lama yang sudah menguning/ teroksidasi dengan bahan pelarut, seperti: white spirits, turpentine, dietoxy-ethanol, diacetone alcohol, MEK (methyl-ethyl-ketone), dll.; 3. Framing/ reframing = bongkar/ pasang kanvas dari spanram (dan pigura) karena kanvas kendor, mengganti paku yang berkarat, dll.; 4. Restretching = mengencangkan kanvas yang kendor atau reshaping kanvas yang bergelombang; 5. Inpainting = tusir warna bagian cat yang terkelupas; 6. Repainting = lukis ulang pada bagian cat yang hilang karena cleaning atau inpainting yang salah; 7. Retouching = pembuatan efek khusus dengan cat/ varnis; 8. Varnishing = vanish for retouching or protection; 9. Penguatan cat dengan perekat thermosetting atau lainnya; 10. Fumigasi dengan thymol, dll.
[35]
LEMBAR KONDISI LUKISAN No.
No. Inv.
002
Judul Karya Pahlawan Teuku Umar
I. BAHAN PEMBENTUK BENDA
JENIS CAT
X 1. C.minyak 2. Cat air 3. Tinta 4. Akrilik 5. Pastel 6. Krayon Other... 7. Lain-lain B.
JENIS MEDIA (SUBSTRAT) X 1. Kanvas 2. Kertas 3. Kayu 4. Kaca 5. Logam Other... 6. Lain-lain
C.
TEKNIK
X 1. C.minyak 2. Aquarel 3. Pastel 4. Guase 5. Tempera 6. Litografi 7. Batik 8. Lain-lain
Catatan :
Ukuran dan Tahun 98 x 145,5 cm, 1956
Prioritas Tindakan : X A. Segera
Lokasi:
A.
Nama Seniman Hendra Gunawan
Oils on Canvas laid on Canvas (No Adhesive).
B. Sedang
Kondisi
C. Rendah
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN : Baik Cukup X Rusak .................................... A. FISIK: kendor D. KONDISI SPANRAM: G. No Foto : ..................... X 1. Kotor X 8. Gelombang X 1. Baik 9. Gores 2. Lemak 2. Cukup X 3. Deposit X 10. Sobek 3. Rusak X 4. Rapuh X 11. Kelupas parah 12. Lubang 5. Patah Other... 13. Basah 6. Retak E. KONDISI PIGURA: 14. Lain-lain Kering 7. Distorsi X 1. Baik B. BIOTIS: 2. Cukup 1. Jamur 3. Busuk 3. Rusak Other... 2. Serangga 4. Lain-lain C.
KIMIAWI: 1. Karat 2. Kristal 3. Oksidasi 4. Pudar
5. Lapuk 6. Bau 7. Noda Other... 8.Lain-lain
ATAS F.
LAIN: sobekan di 3 tempat
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : 50 F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) 0,4 G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) B. Radiasi UV (μW/cm2) --- = ........ (.......) 20 H. ORP (mili Volts) ------ = ........ (.......) C. Suhu Udara (0C) -------- = ........ (.......) I. Tekanan Udara (mb) = ........ (.......) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ........ (.......) 50 J. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) Catatan : ORP = Potensial Redoks. dianjurkan IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : A. X Pembersihan ringan (kwas, vacuum, dll.) B. X Pembersihan lemak, varnis, dsb.
C.
dengan pelarut: 5. 2-ethoxy ethanol 1. air white-spirit 6. toluene 2. 7. acetone X 3. turpentin 4. air sabun (amonia) X 8. 2-aceton alcohol
Penguatan dan Konsolidasi MEK X 1. penguatan cat dengan ............................ penguatan kanvas/ substrat ................... 2. 3. perbaikan kanvas/ substrat. 4. perbaikan/ konsolidasi cat, dll.
D. X Penyempurnaan (finishing treatment) F. X Perlakuan lain. E. Perlakuan biotis (fumigasi, dsb.) 1. isolating (varnish) bongkar pasang X 2. inpainting (+mixing varnish) spanram dan 3. dressing/ retouching (varnish) mengencangkan kanvas X 4. (re)varnishing sobekan, dobel kanvas tanpa lem G. CATATAN: sambung ...................................................................................................................................................... V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
........................................................................................................................................................................... VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar X C. Mikroskop. ................ X Ultra Violet D. Lampu ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN 10 April 2016 (DD/MM/YYYY) ............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
Puji Yosep Subagiyo ..............................................
[36]
LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN A. KETERANGAN POKOK 1. Nomor Inv.: 2. Judul : Tema:
B. SAMPLING
0020
Tempat Sampel
Hutan Wataturi Irian
3. Seniman:
No. Sample:
Srihadi Soedarsono
Aliran Seniman:
Naturalisme
C. FOTO
Periode/ Angkatan: 4. Tahun:
[Lokasi Sampel]
Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar
008 No. Foto: 0020
1975
Kanvas Kertas
Pastel Krayon
Hardboard Tripleks
Lain-lain
Kayu Kaca
Logam Lain-lain
6. Teknik: C.minyak Aquarel Pastel
Tempera Litografi Batik
Kolase Lain-lain
92 x 142 cm
7. Ukuran:
D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas) 1. Jenis Tenunan :
Tabby 2/2
2. Kerapatan Tenunan: 3. Jumlah Benang:
Agak longgar, regular per 1 cm2
28/24
4. Arah Pilinan:
Z
5. Kuat Pilinan:
Regular
6. Jenis Serat: 7. Keterangan Kanvas: 8. Kondisi:
Bagus
Cukup
Rusak
Lain-lain
Bagian atas noda ada goresan
E. KETERANGAN TAMBAHAN
Detail Obyek / Lukisan Belakang
Media
[substrat]
Tinta Akrilik
DETAIL MEDIA
C.minyak Cat air
Cat
FOTO DEPAN
5. Bahan:
1. Catatan Pengamatan Visual:
Tgl. Pengamatan:
2. Catatan Pengamatan Teknis: [Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]
Tanda tangan Konservator Konservator:
2 Januari 2007
Puji Yosep Subagiyo
Penjelasan :
a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4). b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridentifikasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert filler for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).
[37]
Tabel 1. Hasil No. Sampel
Analisa Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X Unsur-unsur Terdeteksi dengan XRF (%/w) Mg
Al
Si
P
S
Cl
K
Ca
Ti
Fe
Ni
Cu
Zn
Sr
Ba
Pb
Basuki A. 07
-
3
6
0,2
8
6
2
50
15
2
-
-
8
-
-
-
Hendra G. 17
-
4
9
-
13
-
1
14
-
2
-
3
37
2
16
-
Srihadi S. 20
-
-
3
-
5
-
7
4
-
1
-
-
44
1
32
4
Sudibyo 26
-
6
12
0,4
4
-
1
7
-
3
-
-
36
1
29
-
Sudjojono 31
-
9
23
1
7
-
3
20
2
8
-
-
10
-
3
14
Sudjojono 35
-
4
7
1
10
-
5
10
3
4
-
-
36
1
21
Sunarto 42
-
2
8
1
6
-
9
14
52
10
-
-
1
-
-
-
Sunarto 43
-
10
25
2
6
-
5
19
24
9
0,3
-
2
-
-
-
Sunarto 45
2
1
2
-
6
17
4
56
7
2
-
-
1
-
-
1
{
retakan
Skema Interpretasi Data Unsur
PRIMING VARNIS KANVAS GESSO CAT
Gambar 1.
1
1. Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]
2
2. Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]
3
3. English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]
cat detail cat lukisan cat dasaran
{ {
gesso sottile gesso grosso priming
4 5 6
8. Mayer 1991:116 9. Mayer 1991:115 10. Mayer 1991:50 11. Mayer 1991:52,116,452 12. Mayer 1991:38-39 13. Mayer 1991:44,60,67,82,229 14. Mayer 1991:148-9
Timbal (Pb)
5. Kalsium Sulfat [CaSO4.1/2H2O]
Kalsium (Ca)
6. Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]
7
8
REFERENSI (Library Research) : 1. Mayer 1991:142-144 2. Remington & Francis 1954:53-61 3. Remington & Francis 1954:67-71 4. Remington & Francis 1954:36-39 5. Mayer 1991:308-310,488-489 6. Mayer 1991:290-291 7. Mayer 1991:114
4. Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2]
9
7. Mg (Magnesium, Magnesium Carbonate)
10
8. Ni (Nickel, Nickel Titanium Yellow)
11
9. Si (Silikon, Silikon Dioksida [SiO2]) 10. Sr (Strontium, Strontium White)
12
11. Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04] 12. Zn (Zinc, Zinc White = Zinc Oxide [ZnO]) 13. Cu (Copper), Prussian Blue?
13
14. P (Phosphorus), “cat luminous”
14
1. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber. 2. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.
Hasil Interpretasi Data Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X
No. Sampel
Senyawa Mayor/Minor, Unsur Ikutan dan Kegunaannya Priming
Gesso (Grosso/ Sottile), Cat Dasaran, Campuran
Unsur Ikutan
Kaolin? Kaolin? Flake White, E. Kaolin Kaolin? Sudjojono 31 Flake White
Fe (2), K (2), P (0,2) Fe (2), K (1), Cu (3), Sr (2) Fe (1), K (7), Sr (1), Pb (4) + Kalsium Sulfat,+++ Leaded Zinc White (++ Barytes) Fe (3), K (1), Sr (1), P (0,4) + Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (++ Barytes) ++ Kalsium Sulfat, - Titanium White, + Leaded Zinc Oxide (+ Barytes) Fe (8), K (3), P (1)
Sudjojono 35 Sunarto 42 Sunarto 43 Sunarto 45
Kaolin? E. Kaolin? Kaolin?
+ Kalsium Sulfat, - Titanium White, ++ Zinc White (++ Barytes) Fe (4), K (5), Sr (1), P (1) Fe (10), K (9), P (1) ++ Kalsium Sulfat, +++ Titanium White, - Zinc White Fe (9), K (5), P (2), Ni (0,3) ++ Kalsium Sulfat, ++ Titanium White, - Zinc White
E. Kaolin?
+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White, - Zinc White
Basuki A. 07 Hendra G. 17 Srihadi S. 20 Sudibyo 26
+++ Kalsium Sulfat, + Titanium White + Kalsium Sulfat, ++ Zinc White (+ Barytes)
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Tabel 2.
2
Fe (2), K (4), Mg (2), Pb (1)
Catatan: China Clay = Kaolin [Aluminum Silika Hidrat, Al2O3.2SiO2.2H2O]; English Kaolin [SiO, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O]; Flake White [2PbCO3.Pb(OH)2]; Barytes [98% BaS04 + Silica, Iron Oxide, Alumina]; Gypsum = Kalsium Sulfat Hidrat [CaSO4.1/2H2O]; Leaded Zinc Oxide [PbSO4+Cd, Fe & Zn Oxide+Cl]; Zinc White = Zinc Oxide [ZnO]; Titanium White [25% TiO2 + 75% BaS04].
[38]
Koleksi Arkeologi
Koleksi Numismatik dan Heraldik
Gobog
Seal
Air Abrasive Unit in Conservation : Alat Pengikis Bertekanan Udara (Pneumatik) + Serbuk Logam
Pengertian Pengkelatan (Chelating) Logam
These are negatively charged or oxygen containing molecules that react with positively charged metal ions to form a stable complex. They have multiple locations in the molecule to react with multiple positive charges that may be present on multivalent metal ions that have more than one positive charge on them. An example of a chelating agent is EDTA, ethylene diamine tetraacetic acid. EDTA has four acetic acid groups giving it a potential for four negatively charged acetates to bond with up to four positively charged sites on metal ions with multiple positive charges, such as calcium which has two (2) positive charges associated with it. EDTA is a versatile chelating agent. It can form four or six bonds with a metal ion, and it forms chelates with both transition-metal ions and main-group ions. EDTA is frequently used in soaps and detergents, because it forms a complexes with calcium and magnesium ions. [39]
LEMBAR KONDISI LOGAM No.
No. Inv.
Nama Benda
Lokasi Benda :
C. Selulose 1. Kayu 2. Kulit 3. Bambu 4. Rotan 5. Anyaman 6. Tekstil 7. Lain D. Protein 1. Kulit 2. Bulu 3. Tekstil 4. Lain
II. KONDISI SAAT PENGAMATAN :
ANORGANIK
A. Fisik
01. Rapuh 02. Kotor 03. Lemak 04. Kelupas 05. Gores 06. Retak 07. Patah 08. Hilang 09. Basah
10. Kering 11. Lain
B. Kimiawi 1. Lapuk 2. Pudar 3. Korosi 4. Oksidasi
A. Segera
Baik
Cukup
5. Bau 6. Noda 7. Kristal
Kondisi
B. Sedang Rusak
C. Rendah
Hancur
Aktif
E. No. Foto: ......................
garam
8. Lain
C. Biotis 1. Jamur (Fungi) [ ....... %] 2. Serangga (Insect) [ ....... %] 3. Ganggang (Algae) [ ....... %] 4. Lumut (Moss) [ ....... %] 5. Lumut-kerak (Lichens) [ ...... %] 6. Lain .............................
D. Catatan : ........................................................................................................
........................................................................................................................
III. LINGKUNGAN MIKRO DAN LAINNYA : A. Intensitas Cahaya (Lux) = ........ (.......) F. Kandungan Air (%) -- = ........ (.......) B. Radiasi UV (μW/Lmn) - = ........ (.......) G. Keasaman (pH) ------ = ........ (.......) C. Suhu Udara (0C) -------- = ........ (.......) H. ORP (mili Volts) ------ = ........ (.......) D. Suhu Permukaan (0C) -- = ........ (.......) I. Polusi Udara ---------- = ........ (.......) = ........ (.......) E. Kelembaban Udara (%) Catatan : ORP = Potensial Redoks.
ORGANIK
B. Logam 1. Emas 2. Perak 3. Timah 4. Perunggu 5. Tembaga 6. Besi 7. Lain
Ukuran
Prioritas Tindakan :
I. BAHAN : A. Non Logam 1. Batu 2. Kaca 3. Keramik 4. Plester 5. Semen 6. Lain
Keterangan
E. Lain-lain 1. Tulang 2. Kerang 3. Pigmen/ Cat 4. Manik-manik 5. Resin 6. Lain
IV. REKOMENDASI PERAWATAN DAN PENGAWETAN : A. Pembersihan B. Penguatan/ konsolidasi 01. Pembersihan lemak 1. Penguatan benda rapuh 02. Pencucian biasa (dg. air) 2. Penguatan konstruksi 03. Pencucian dg. bahan pelarut 3. Lain 04. Pencucian dg. etanolik deterjen C. Restorasi 05. Pencucian dg. larutan basa 1. Pengembalian bentuk/ warna 06. Pencucian dg. larutan asam 2. Perbaikan fungsi benda 07. Pengkelatan (dg. tannin) 3. Lain 08. Pembersihan mekanis D. Pengawetan 09. Pembersihan dg. ultrasonik 1. Stabilisasi karat 10. Pembersihan dg. abrasif udara 2. Coating/ laminasi 11. Perlakuan elektrolitik 3. Lain 12. Pencucian inhibitor E. Treatmen Tambahan dan Catatan
..................................................................................................................... .....................................................................................................................
F. Catatan
.............................. .............................. .............................. ..............................
V. USULAN UJI BAHAN (LAB) DAN TAMBAHAN :
............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
VI. TEKNIK PENGAMATAN A. Mata biasa (tanpa-alat) B. Kaca Pembesar C. Mikroskop. ................ X D. ....................................... E. ....................................... F. ........................................
VII. TANGGAL PENGAMATAN (DD/MM/YYYY)............................................ Tandatangan Observator, Konservator, dll. Nama :
..............................................
[40]
Penjelasan Rekomendasi Perawatan dan Pengawetan TINDAKAN UMUM
A. Pembersihan 1. kotoran/ debu dengan:
b. vacuum a. kwas c. pelarut air e. mekanis d. pelarut kimia f. lain ................................................. 2. lemak/ minyak dengan: b. etanol + deterjen a. air + deterjen d. lain ..................... c. pelarut kimia 3. karat, noda, dll. dengan cara: b. kimia c. elektrolisis a. mekanis d. lain ................................................. 4. Lain ........................................................
B. Penguatan/ konsolidasi 1. Perlakuan benda rapuh dengan:
a. uap air b. minyak b. meratakan c. lain ................................................. 2. Penguatan benda rapuh dengan: a. penguatan konstruksi (mounting, pendobelan kain, dll.) .......................... b. konsolidan (penyemprotan perekat, dll.) c. lain ................................................. 3. Lain ........................................................
C. Restorasi 1. Pengembalian bentuk/ warna
(pendempulan, araldite, tusir warna, dll)
2. Perbaikan fungsi / mekanis benda
(reparasi mekanis, penggantian bahan, dll)
3. Lain .........................................................
D. Pengawetan 1. Stabilisasi karat (menghambat, menghentikan
proses korosi, dll.) .......................................
2. Mematikan jamur, insek dengan:
b. pendinginan (freezing) a. fumigasi c. lain ................................................. 3. Mematikan ganggang, lumut, jamur kerak dg.: larutan 1% Hivar XL, atau ........................... 4. Coating/ laminasi dengan: a. lilin mikrokristalin ............................. b. Paraloid B72 (........ % w/v in ...............) c. lain ................................................. 5. Lain E. Treatmen Tambahan dan Catatan
........................................................................ ........................................................................
Penjelasan Konservasi Logam
1. Pembersihan debu, lemak atau cat a. Debu: 1-2% v/v (non-ionik) deterjen, Lissapol atau Teepol. b. Lemak/ minyak: ethanol atau acetone, white spirits, petrolium spirits atau toluene. c. Cat: 2% w/v sodium hydroxide (logam yang ada campuran aluminium atau seng tidak boleh menggunakan bahan ini) atau methylene oxide. d. Coating: pertimbangkan dengan pelarut yang dipakai untuk melarutkan bahan dasar coatingnya, seperti: toluene. 2. Pembersihan mekanis Dengan tusuk sate yang ujungnya dibuat pipih, scalpel plastik, dan hati-hati jika terpaksa menggunakan scalpel besi atau pisau. 3. Pembersihan kimiawi BESI
a. Larutan: 10% w/v citric acid, 4% w/v thiourea (sebagai inhibitor), 86% w/v air distilasi/ deionisasi. atau b. Larutan: 10% w/v citric acid dibuffer dengan ammonium hydroxide (pH 4). Kegunaan inhibitor adalah untuk mencegah kerusakan dasaran logam pada saat pembersihan karat. Larutan a. Lebih keras dibandingkan dengan larutan b. Untuk perlakuan lokal (terbatas), kedua larutan dapat dibuat pasta dengan menambahkan 20% w/v CMC (Carboxy Methyl Cellulose). TEMBAGA
c. Larutan: 1,5% w/v sodium hydroxide, 15% w/v sodium potassium tartrate, 83,5% w/v air distilasi/ deionisasi. PERUNGGU
d. Larutan: 10% formic acid dengan air distilasi. Inhibitor: 10% BTA (Benzotriazole) dengan air distilasi. 4. Elektrolisis Jika adanya khlorit pada karat besi, elektrolisis dilakukan dengan anoda baja dan larutan elektrolit 2% w/v sodium hydroxide. [41]
Inorganic Spot Test for Metal Objects
(Tes Spot Anorganik untuk Benda Logam) Tujuan tes spot (semi-mikro kualitatif analisis) ini adalah untuk mengenal kation logam dan anion utama yang berhubungan dengan besarnya karat. 1. Ion-ion Logam (Cations) Metode A. (Analisis dengan Merck Test Strips)* 1). Bahan yang dibutuhkan. Merck Test Strips dengan ion-ion sebagai berikut: Cu+ / Cu2+, Co2+, Fe2+, Al3+, Ca2+, Ni2+, Zn2+, CrO2--, NO3--, NO2--, SO32--. 2). Pengetesan. Permukaan logam harus sudah dibersihkan dengan acetone sebelum melakukan tes ini. Semua Strip Tes bisa langsung ditempelkan pada permukaan logam yang telah dilembabi dengan air distilasi. Warna akan nampak (sebagai indikasi adanya logam) setelah kira-kira 20 detik ditempelkan. Ada beberapa catatan yang perlu diketahui: a). Strip Tes Zn2+ tidak akan berfungsi saat mengetes kuningan (brass), karena akan terjadi interferensi ion-ion Cu2+ dengan lainnya. b). Penampakan warna pada Strip Tes Ni2+ berjalan sangat lambat, dengan intesitas warna yang muncul hanya sedikit. Untuk meningkatkan penampakan, basahi Strip Tes dengan larutan 0,1 M HCl, dan gosok-gosokkan larutan ini pada permukaan selama 20 detik. Strip Tes Ni2+ digunakan dengan teknik elektrolisis pada Metode B berikut ini, ganti kertas lembab (Gambar 1) dengan Strip Tes yang dibasahi dengan larutan NaCl. Elektrolisis berlangsung sekitar 5 detik, warna yang akan nampak adalah: Ni2+ : merah jambu / merah (pink/ red) Strip Tes Ni2+ dapat juga digunakan untuk mendeteksi ion-ion Fe2+, Cu2+ dan Au2+. Dengan prosedur yang sama dan warna yang akan nampak adalah: Fe2+ : coklat (pink/ red) Cu2+ : hijau (hijau) Au2+ : kuning (kuning)
* Kertas saring; * Pipet dan mangkok kecil; * Bahan kimia.
Tweezers
+ Klip Logam
Kertas Lembab
Benda
+
Baterai
Puji Y. Subagiyo, Studio Primastoria 2015.
Metode B. 1). Bahan yang dibutuhkan. * Baterai 9V; * Timbal dengan penjepit (klip); * Pinset (tweezers) logam;
Gambar 1: Perangkat Elektrolisis (Laver 1978).
[42]
2). Persiapan. Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas saring yang sudah dilembabi larutan asam tertentu. Kertas saring ini ditreatmen dengan reagen yang selanjutnya menampilkan warna sebagai indikasi adanya logam tertentu. Ilustrasi dari penerapan metode B ini dapat dilihat pada Gambar 1 diatas. Pada saat menghubungkan arus positif ke benda yang akan dites harus dilakukan dengan hati-hati. Sebelum proses pengetesan dilakukan, permukaan logam harus dibersihkan dari kemungkinan adanya debu, lemak/ minyak dan sidik jari dengan acetone. 3). Pengetesan. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M HCl dan lakukan elektrolisis Nickel (Nikel) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes Dimethylglyoxime dalam 1% ethanol ke kertas. Warna merah sebagai indikasi adanya Ni2+. Chromium : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO3 dan lakukan elektrolisis (Khrom) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan pekat Diphenyllcarbazide dalam ethanol. Warna violet sebagai indikasi adanya Cr2+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1,0 M HCl dan lakukan elektrolisis Tin (Timah) selama 30 detik. Tambahkan 2 tetes larutan pekat (aq.) Cacotheline. Warna merah/ purple sebagai indikasi adanya Sn2+. Aluminium : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis selama 2 detik. Tambahkan 1 tetes larutan Alisarin S. Warna merah sebagai indikasi adanya Al3+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 1 M H2SO4 dan lakukan elektrolisis Zinc (Seng) selama 5 detik. Campurkan 1 tetes 10% (aq.) Ammonium Thiocyanate dengan 1 tetes Mercuric Chloride. Rendamkan dalam kertas saring dan penampakan kristal putih menyerupai jarum sebagai indikasi adanya Zn2+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis Copper (Tembaga) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,1% Rubeanic acid dalam ethanol. Warna hijau/ abu-abu sebagai indikasi adanya Cu2+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis Iron (Besi) selama 15 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 5% (aq.) Potassium Ferricyanide. Warna biru sebagai indikasi adanya Fe2+ / Fe3+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,5 M HNO3 dan lakukan elektrolisis Lead (Timbal) selama 5 detik. Tambahkan 2 tetes larutan 10% (aq.) Potassium Iodide. Warna kuning sebagai indikasi adanya Pb2+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HNO3 dan lakukan elektrolisis Silver (Perak) selama 1 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,5% p-Dimethylaminobenzyl rhodamine dalam ethanol. Warna merah jambu/ merah sebagai indikasi adanya Ag+. Dengan reagen 10% w/w Dichromic Acid, warna merah gelap mengindikasiklan adanya perak sterling. Warna merah darah menunjukkan adanya perak murni. Antimony : Rendam kertas saring ke dalam larutan 0,1 M HCl dan lakukan elektrolisis (Antimoni) selama 15 detik. Tambahkan 1 tetes larutan 0,01% (aq.) Rhodamine B. Warna violet sebagai indikasi adanya Sb3+. : Rendam kertas saring ke dalam larutan jenuh NaCl dan lakukan elektrolisis Gold (Emas) selama 15 detik. Penampakan warna menjadi agak gelap bukti adanya unsur Cu. Diamkan sebentar sampai kertas menjadi agak kering sehingga ada Au menempel di kertas, dan selanjutnya rendamkan larutan campuran 20% SnCl2 dalam 15% HCl). Au akan dengan cepat mengakibatkan warna gelap tanpa interferensi dari Cu atau Ag. [43]
2. Ion-ion Non-Logam (Anions) Garam-garam dalam larutan akan cepat dikenali dengan tes spot berikut ini. Jika dalam bentuk padat, garam-garam tersebut harus dilarutkan terlebih dahulu. : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO3. Adanya endapan warna putih yang Sulphate (Sulfat) terbentuk setelah penambahan larutan 10% Barium Chloride menunjukkan adanya SO42--. : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO3. Adanya endapan warna putih yang Chloride (Khlorit) terbentuk setelah penambahan larutan 0,5 M Silver Nitrate menunjukkan adanya Cl--. Carbonate : Karbonat umumnya tidak larut dalam air. Dengan meneteskan beberapa larutan (Karbonat) 1 M HCl akan menyebabkan desisan (evolusi dari CO2), dan akan melarutkan karbonat. : Larutkan padatan dalam larutan 1 M HNO3. Tumbuk halus sampel dalam larutan Sulphide (Sulfit) larutan pekat HCl dengan menambahkan sedikit 0,1 M CH3COOH (acetic acid) dan larutan 10% Lead Acetate. Endapan warna hitam yang terbentuk mengindikasikan adanya sulfit.
Kebutuhan Hard-Software Observasi Spesifikasi Hardware [Laptop]
Microsoft Surface Pro 4
Intel Core i7/ 1 TB SSD/ 16 MB RAM, 12.3-inch PixelSense touchscreen display Surface Pen included, Windows 10 Pro, File Maker Pro 14 Advanced (Original).
PANASONIC Lumix DMC-FZ1000 20.1 Megapixels, 16x Optical Zoom, 4x Digital Zoom, Built-In Wi-Fi Connectivity with NFC, 3.0" 921k-Dot Free-Angle LCD Monitor, WiFi and NFC.
Morfologi Serat Kapas
Cross-section Serat Sutera
Digital Microscope
(Perbesaran ~1000x)
Micro Secure Digital Card, 128GB, Ultra, 48MB/s, Class 10.
[44]
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - KELEMBABAN & SUHU Form. LDK-KS/PSI/2015 Minggu :
Nama Alat :
Prosedur Kalibrasi : Tgl. Terakhir Kalibrasi:
Tanggal
Catatan :
Waktu
Gedung dan Ruang
Kelembaban
Suhu
Keterangan
Tgl. Pelaporan : Tandatangan Nama Pelapor :
[45]
LEMBAR DATA KLIMATOLOGI - CAHAYA & UV - SP, KA & pH Form. LDK-IC,RUV,SP,KA,pH/PSI/2015
INTENSITAS CAHAYA (IC) dan RADIASI ULTRA VIOLET (RUV) Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Nama Alat : Waktu
Jenis Lampu [Merk, Watt, Pijar/ Pendar/ LED]
Intensitas
Keterangan
Radiasi
SUHU PERMUKAAN BENDA Nama Alat :
Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Waktu
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Jenis Lampu
Jarak
Suhu
Keterangan
KANDUNGAN AIR dan KEASAMAN (pH) BENDA Nama Alat :
Tanggal : Gedung, Ruang, Lemari
Catatan:
Waktu
Nama, No. Inv dan Jenis Benda
Ada 3 jenis lampu : 1. Pijar (incandescent); 2. Pendar (fluorescent); 3. LED (light-emitting diode). Intensitas cahaya lampu pijar hanya 15 lumen per watt, dan 90% energi listrik diubah ke panas. Usia hidup lampu hanya 1.000 jam atau 4 bulan (pemakaian 8 jam per hari). Intensitas lampu pendar 67 lumen per watt & usia rata-rata lampu 10.000 jam. Intensitas lampu LED 70 - 100 lumen per watt & usia rata-rata lampu 50.000 jam.
Kandungan Air
pH
Keterangan
Tgl. Pelaporan: Tandatangan Nama Pelapor :
[46]
Gambaran Sarana - Peralatan Observasi, Konservasi, Simpan dan Pamer Lukisan
Gambar 01a.
Gambar 01b.
Gambar 01c.
Gambar 03.:
pH ORP Meter
Gambar 02.:
Alat Pengukur Keasaman dan Potensial Redoks r
Fume Hood Portabel
dp
Hm
ete
Gambar 04.:
&s
em
i-s
oli
b
Moisture Meter
Alat Pengukur Kadar Air
so
lid
a
a
b
Gambar 05.:
Gambar 06.:
Handheld XRF Spectrometer
Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)
Alat Identifikasi Unsur/ Elemen Logam
Alat Perekam Data Warna
Gambar 07.:
Ultra Violet [A/B] Light Meter
μW/cm2 Lux 11.830 561 5.640 230 650 8 140 8 Batas Atas & Bawah :
Place Luar Dp Pt Ruang TL 40
0.375 μW/cm2 (sensitif); 1.5 μW/cm2 (kurang sensitif).
Gambar 08.:
Infrared Thermometer
Alat ini ideal untuk mengukur suhu permukaan benda (non-kontak), perekat thermosetting, dan inspeksi lampu, komponen listrik, dll.
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Alat pengukur radiasi ultra violet A [320-360 nm] dan ulltra violet B [290-320 nm]. [UV sensor spectrum: 290~390 nm]
[47]
Pengenalan Alat Ukur Klimatologi Gambar 09.:
Lux Meter
(Alat pengukur intensitas cahaya)
Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela. Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci). 1. Kuat Penerangan (Illumination, E) F (Fluks) Lumen E= = = Lux. A (Luas) m2 2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule. Energi (Joule/m2) J = T Waktu (Jam) E.R2 4. Kuat Cahaya (I) = = Lumen.m = Candela Cos Q 3. Fluks Cahaya (F) =
Sensor/ cell penangkap sinar. Displai/ monitor harga hasil pengamatan.
Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.
Gambar 10.:
Ultra Violet Monitor (4 in 1)
(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban) Panel monitor menunjukkan besaran angka dan satuan
Sensor suhu dan kelembaban udara
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.
Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.
CATATAN :
E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda, bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan. Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor: Kelembaban Udara (RH) = % Suhu Udara (T) = 0C Kuat Penerangan (E) = Lux Kuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen KONVERSI ENERGI : 1 Joule = 107 erg. 1 kwh = 3.600.000 J. 1 Kalori = 4,1868 J. KONVERSI DAYA: 1 watt = 1 Joule/ detik. 1 HP = 0,746 watt Energi = kekuatan untuk melakukan usaha. Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL UV, National, 100 volt/ 50 Hz., Type FL 205, λ = 263 nm. E= 2 μW/cm2.
Catatan : 1 Watt/cm2 = 683 Lumen/cm2 1 Watt = 75 Lumen; 1 Lux = 1 Lumen/m2 1 Lux = 0,0079 W/cm2 atau 683 Lux = 1 W/cm2 1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6 1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9
λ dibaca “ lambda” = panjang gelombang. 1 lux = 1.464128843338 x 10-7 watt/cm² (at 555 nm). http://www.easyunitconverter.com/ [48]
Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi Gambar 11.:
Thermohygro-barometer elektronik
Created by
Puji Y. Su b
agiyo 20
16
Alat ini dipakai untuk mengukur tekanan, suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan.
Gambar 12.:
Climate Datalogger
KELEMBABAN DAN SUHU UDARA 1. Pengertian/ Definisi
Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari, minggu atau bulan.
Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan. Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun. Kelembaban relatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya. RH =
kelembaban absolut suatu udara kelembaban absolut udara jenuh pada suhu sama
x 100%
Contoh: Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%. Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.
2. Satuan-satuan
Satuan Suhu (T) Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32} Reamur (R) Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9} Kelvin (K) ===> C = (K-273)
Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)
[49]
Alat Pengukur
Suhu dan Kelembaban Udara Gambar 13.:
Wet & Dry Bulb Psychrometer Banyak digunakan untuk kalibrasi alatalat pengukur RH & T jenis lain.
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
selisih harga
“Wet & Dry Psychrometer” sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian. Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besarnya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.
Sling Psychrometer Alat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Sekarang perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembabannya.
Maintenans Alat: Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.
INAKURASI + 2%
Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi
Gambar 14.: Thermohygrometer
Catatan:
Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung. Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.
Gambar 15.: Thermohygrograph Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.
Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasilkan panas setara dengan 100 watt lampu pijar. Referensi: Bachmann (1992:15-22)
INAKURASI (INACCURACY): + 2 ~ 4% (sering dikalibrasi) + 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)
Kertas grafis Tanganan pemegang pena pencatat
Pena pencatat RH dan T
Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari
Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.
Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.
[50]
Alat Kontrol Udara Kelembaban Ruangan dan Koleksi di Museum
Gambar 16.:
Weather Station
Gambar 17.:
Dehumidifier
Created by Puji Y. Subagiyo 2016
(Alat Penyerap Uap Air)
Tempat masuknya air
Control Panel
Keterangan “Control Panel” (1) Tombol Operasi (Power) (2) Tombol pengoperasian (RH 60 ~ 65%) (3) Pengoperasian non-stop (4) Tombol “Humidity” (5) Tombol “Defrost” (6) Lampu indikator Humidity (7) Lampu indikator Defrost
CATATAN:
Kelembaban tidak dapat diturunkan dibawah 40%. Efektif untuk 40 ~ 50%.
Bak Penampungan (Uap) Air
Gambar 18b.:
Moisturizer
(Alat Portabel u/ Pelembab Benda)
Efektif untuk luas ruangan = 10 ~ 16 meter kubik. Suhu ruangan berkisar antara 1 ~ 35 derajat celcius.
Alat pemantau kelembaban, suhu, tekanan udara dan arah angin dengan sistem nir-kabel (wireless).
Gambar 18a.:
Humidifier
(Alat Pelembab Udara)
Control Panel
Tempat Keluarnya uap air
Bak Penampungan Air Distilasi
TOBI Steamer
Gambar 19.: Hydrogen water ionizer Mesin pembuat air alkali yang bermanfaat untuk penetralan keasaman suatu benda. Air ini untuk mengisi Humidifier atau Moisturizer.
Gambar 20. BLUEAIR Air Purifier alat pembersih udara
[51]
Handheld XRF Spectrometer
A non-destructive elemental analysis technique for quantification of nearly any element from Magnesium to Uranium. Handheld X-ray fluorescent (XRF) analyzers have the capability to quantify or qualify nearly any element from Magnesium to Uranium, depending on specific instrument configurations. Portable XRF spectrometers allow you to take the battery operated analyzer to the sample rather than bringing the sample into the lab. This is especially useful when the test specimen is large or heavy. Contact our applications team to learn how XRF can help solve your material identification needs. Handheld XRF Industries and applications are very diverse; some examples include: Metal Analysis Environmental & Soil Screening Scrap Sorting Art & Archeometry Positive Material Identification Research and Teaching Mining & Exploration More HHXRF applications Archaeometry, Archaelogical Science with XRF Archaeometry—also known as archaeological science—is the application of scientific methods and techniques to archeological investigation. The field of archaeometry has been quickly expanding and adopting new methodology over the last several decades, as the sophistication and availability of technology and instrumentation grow, while the cost of scientific analysis has been slowly but surely dropping. Many scientific instruments that produce data such as molecular or elemental composition, chromatography, carbon dating, etc. have become smaller, more portable, faster, and have a lower cost per sample. As technology continues to improve in price, user-friendliness, and data reliability, archeological science will continue to expand and stands to significantly supplement already existing and traditional methods in archaeological investigation. One important and widely used archaeometric technique is handheld XRF (x-ray fluorescence), an elemental analysis technique that quickly and easily provides data regarding the elemental composition of an archaeological sample from magnesium (Mg) to uranium (U). Handheld XRF for Archeological Investigation: The Purpose-Built Bruker Tracer XRF Analyzers Handheld XRF can now be found in universities and archeological research institutions—as well as in the field—in every part of the world, providing researchers with information from soil composition at an excavation site to no-longer-visible pigment composition on ceramics. The Bruker Tracer family of XRF analyzers is the de facto standard for XRF as applied archeological science with a presence in over 500 universities worldwide. Bruker workshops prepare hundreds of scientists, archeologists, and conservators annually to properly collect, interpret, and use XRF data, you can count on being able to compare data sets with colleagues when using the Tracer. While new archaeometric XRF applications are developed constantly, here are just a few of the applications in which the Tracer handheld XRF instrument is being used for 100% non-destructive elemental analysis all over the world: Archeological soil analysis for evidence of human activity Sourcing/source separation of obsidian and other lithics Ceramics analysis and sourcing Pigment analysis (including analysis of faded/ no-longer-visible pigments on porous materials; paint on canvas; textile dyes; etc.) Analysis of glazes, varnishes, lacquers, and patinas Analysis of objects in museum contexts for treatment with toxic heavy metal pesticides (As, Hg, Pb) as part of NAGPRA compliance Glass analysis Analysis of archeological metals and alloys Source: http://www.bruker.com/products/x-ray-diffraction-and-elemental-analysis/handheld-xrf/ archaeometry.html
[52]
Key to Coding
http://www.huevaluechroma.com/
AA Extremely Permanent A Permanent S Series number Transparent Semi -Transparent Opaque Semi-Opaque
Lab Color H : 450
RGB Color CMYK Color
S : 95%
G : 197
R : 255
B : 100% B : 12
C : 0% M : 23% Y : 98% K : 0%
Konica-Minolta CR-400/410 Chroma Meter
Chroma Meter
(Konica-Minolta R-410) Alat Perekam Data Warna
More powerful and more versatile than ever from the famous Chroma-Meter series. The Chroma Meters CR-400 supersedes the internationally recognized and acclaimed series CR-100, CR-200 and CR-300. It offers a huge number of added value features and improved versatility, while fully maintaining all optical properties and therefore, guaranties full data compatibility with the previous series. The CR-400, with its 8 mm measuring area is suitable for measuring reflected colour and colour difference in a wide range of industrial fields. It is able to meet the needs of various applications, from all sorts of ingredients, foods, raw materials and finished products to pharmaceuticals and dermatological applications - the CR-400 handles all! If your samples are structured or uneven in surface, such as granulates, fabrics, wood, stones, bricks, then the CR-410 is the right choice. Its unique very large aperture of 50 mm is perfectly suited for such samples and thus avoids averaging of several measurements. The main improvements focus on enhanced usability and functionality such as the re-designed Data Processor, featuring a large back light display for numerical or graphic display of measurement data and a built-in thermal high speed printer. The data memory now can store up to 100 target colours and up to 2000 measurements. Several new colour spaces and Pass/Fail formulas as well as indices for whiteness and yellowness enhance the usage into various fields of applications. The new "user indices" function allows the input of up to six different user or application specific equations using XYZ, Yxy or CIELAB values. Furthermore, the communication languages can be set for English, German, French, Italian, Spanish and Japanese. For even more user flexibility the measuring head, equipped with Display, function keys and power supply, can now be used as "stand alone" without the Data Processor or as an additional option even directly be interfaced to the PC to run with the optional Windows® QC software SpectraMagic NX. With all these features, the unsurpassed ease of use and the legendary ruggedness, the fourth generation of Chroma Meters is bound to continue its success throughout the world of modern colour control. Konica-Minolta CR-410 Chroma Meter for Color Measurement. Source: http://sensing.konicaminolta.asia/products/cr-400-410-chroma-meter-difference-with-colorimeter/
[53]
Skala OKSIDASI dalam Konservasi - ORP (mV) -400
-300
-200
+ ORP (mV) 0
-100
+100
+200
+300
+400
Teh Hijau Cod Liver Oil Baik
Soda
Vitamin C Netral
Air Kran Buruk
Gambar 21.:
pH and thermometer Hanna Instruments
ORP meter Hanna Instruments
Catatan :
1. Sebelum konservasi tekstil kita harus mengenal sifat-sifat serat kelompok selulose (kayu, kapas, linen, anyaman, dll.) dan kelompok protein (kulit binatang, sutera, wool, dst.). Kedua kelompok serat bersifat mudah menyerap air, tetapi kalau selulose pada kondisi agak lembab menjadi kuat dan sutera menjadi lemah. Kelompok protein tahan terhadap bahan bersifat agak asam tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak basa, sedangkan selulose tahan terhadap bahan bersifat agak basa tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak asam. 2. ORP (Oxidation-Reduction Potential) meter biasanya terdiri dari dua buah elektroda (muatan listrik antara dua kutub untuk mengukur resistensi di dalam air). Satu elektroda pada umumnya terbuat dari bahan perak dan dikelilingi dengan larutan elektrolit. Pada bagian ini akan menghasilkan tegangan yang konsisten. Dengan demikian, maka akan memberikan referensi ke probe lainnya untuk dapat dibandingkan. Salah satu elektroda lainnya, terbuat dari platina, yang akan mengukur tegangan di dalam kolam. Perbedaan pengujian inilah yang akan dijadikan data yang akan ditampilkan sebagai hasil pengukuran. Perlawanan dari kedua elektroda ini disebabkan oleh pertukaran elektron ketika oksidasi klorin terjadi. Kandungan pH air dapat mempengaruhi hasil pengukuran ORP meter ini. Penganalisis pH biasanya digunakan bersama dengan ORP meter untuk memastikan kadarnya dalam batas yang ditentukan.
[54]
UJI BAHAN LEMARI SIMPAN & DISPLAI
Oddy Test 1973
Gambar 22.:
tembaga perak timbal
Wadah Tertutup (Kedap) Tiga Kupon Logam
suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari Sampel
(Bahan yang akan diuji)
Air Distilasi
Tes ini digunakan untuk pengujian sampel yang harus ditempatkan dalam wadah kedap udara dengan tiga kupon logam yang berbeda — perak (Ag), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) — yang tidak menyentuh satu sama lain atau sample bahan yang akan diuji. Wadah disegel dengan sedikit air distilasi untuk menjaga kelembaban yang tinggi, kemudian dipanaskan pada suhu 60 derajat Celcius selama 28 hari. Wadah yang identik dengan tiga logam kupon bertindak sebagai kontrol. Jika kupon logam menunjukkan tidak adanya tanda-tanda korosi, maka bahan yang diuji dianggap cocok untuk ditempatkan di sekitar benda seni atau budaya. Tes Oddy bukanlah tes kontak, tetapi hanya untuk pengujian gas (uap). Setiap logam mendeteksi kumpulan zat korosif. Perak adalah untuk mendeteksi senyawa belerang dan sulfida karbonil. Timbal untuk mendeteksi asam organik, aldehida dan gas asam. Tembaga untuk mendeteksi klorida, oksida dan senyawa belerang. Ada banyak jenis bahan pengujian untuk tujuan lain, termasuk pengujian kimiawi dan fisik.
Gambar 23.:
b
a
Detail mounting kertas karton bebas asam untuk keperluan displai dan penyimpanan.
Teknik rolling untuk kain biasa untuk keperluan penyimpanan dan transportasi.
c
Lemari dan (lapisan) dinding sengaja dibuat dengan bahan kayu karena bersifat buffering.
e
d
f
Rak-rak sederhana untuk penyimpanan bahan Gambaran kotak-kotak berisi tekstil yang dibungkus kertas bebas dan alat untuk keperluan konservasi tekstil. asam tersusun rapi disamping rak-rak dalam ruang simpan. Gambar 24.:
9 IN
3
4
Perangkat untuk penetralan tekstil yang berkondisi asam KA
Kain Damas
8
7
2
6 5
10
1
TOBI Steamer
g
Penetralan tekstil yang berkondisi asam
[55]
Aseton Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil eter, dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.
Produksi Aseton dibuat secara langsung maupun tidak langsung dari propena. Secara umum, melalui proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena dan produk proses kumena(isopropilbenzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol dan Aseton: C6H5CH(CH3)2 + O2 ---> C6H5OH + OC(CH3)2 Konversi di atas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida, C6H5CH(CH3)2. Aseton juga diproduksi melalui propena yang dioksidasi langsung dengan menggunakan katalis Pd(II)/Cu(II), mirip seperti 'proses wacker'. Dahulu, aseton diproduksi dari distilasi kering senyawa asetat, misalnya kalsium asetat. Selama perang dunia I, sebuah proses produksi aseton dari fermentasi bakteri dikembangkan oleh Chaim Weizmann dalam rangka membantu Britania dalam usaha perang. Proses ini kemudian ditinggalkan karena rendahnya aseton butanol yang dihasilkan.
Penggunaan Cairan pembersih Aseton sering kali merupakan komponen utama (atau tunggal) dari cairan pelepas cat kuku. Etil asetat, pelarut organik lainnya, kadang-kadang juga digunakan. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super. Ia juga dapat digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Ia sangat baik digunakan untuk mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca gelas, dan melarutkan resin epoksi dan lem super sebelum mengeras. Selain itu, aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan pembersih dalam mengatasi tinta permanen.
Pelarut Aseton dapat melarutkan berbagai macam plastik, meliputi botol Nalgene yang dibuat dari polistirena, polikarbonat, dan beberapa jenis poliprolilena. dalam laboratorium, aseton digunakan sebagai pelarut aportik polar dalam kebanyakan reaksi organik, seperti reaksi SN2. Penggunaan pelarut aseton juga berperan penting pada oksidasi Jones. Oleh karena polaritas aseton yang menengah, ia melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya ditampung dalam botol cuci dan digunakan sebagai untuk membilas peralatan gelas laboratorium. Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan secara ekstensif pada proses penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri pertambangan. Bejana yang mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian asetilena, yang akan larut dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan sekitas 250 liter asetilena.
Stok umpan Dalam bidang industri, aseton direaksi dengan fenol untuk memproduksi bisfenol A. Bisfenol A adalah komponen penting dalam berbagai polimer, misalnya polikarbonat, poliuretana, dan resin epoksi. Aseton juga digunakan dalam manufaktur kordit.
[56]
Acetone Acetone (systematically named propanone) is the organic compound with the formula (CH3)2CO. It is a colorless, volatile, flammable liquid, and is the simplest ketone. Acetone is miscible with water and serves as an important solvent in its own right, typically for cleaning purposes in the laboratory. About 6.7 million tonnes were produced worldwide in 2010, mainly for use as a solvent and production of methyl methacrylate and bisphenol A. It is a common building block in organic chemistry. Familiar household uses of acetone are as the active ingredient in nail polish remover and as paint thinner. Acetone is produced and disposed of in the human body through normal metabolic processes. It is normally present in blood and urine. People with diabetes produce it in larger amounts. Reproductive toxicity tests show that it has low potential to cause reproductive problems. Pregnant women, nursing mothers and children have higher levels of acetone. Ketogenic diets that increase acetone in the body are used to counter epileptic attacks in infants and children who suffer from recalcitrant refractory epilepsy.
History Acetone was first produced by alchemists during the late Middle Ages via the dry distillation of metal acetates (e.g., lead acetate, which produced "spirit of Saturn" (since the alchemical symbol for lead was also the astrological symbol for the planet Saturn)). In 1832, French chemist Jean Baptiste Dumas and German chemist Justus von Liebig determined the empirical formula for acetone. In 1833, the French chemist Antoine Bussy named acetone by adding the suffix -one to the stem of the corresponding acid (viz, acetic acid). By 1852, English chemist Alexander William Williamson realized that acetone was methyl acetyl;[19] the following year, the French chemist Charles Frédéric Gerhardt concurred. In 1865, the German chemist August Kekulé published the modern structural formula for acetone.
Safety Flammability The most hazardous property of acetone is its extreme flammability. At temperatures greater than acetone's flash point of −20 °C (−4 °F), air mixtures of between 2.5% and 12.8% acetone, by volume, may explode or cause a flash fire. Vapors can flow along surfaces to distant ignition sources and flash back. Static discharge may also ignite acetone vapors, though acetone has a very high ignition initiation energy point and therefore accidental ignition is rare. Even pouring or spraying acetone over red-glowing coal will not ignite it, due to the high concentration of vapour and the cooling effect of evaporation of the liquid.[37] It auto-ignites at 465 °C (869 °F). Auto-ignition temperature is also dependent upon the exposure time, thus at some tests it is quoted as 525 °C. Also, industrial acetone is likely to contain a small amount of water which also inhibits ignition.
Health information Acetone has been studied extensively and is generally recognized to have low acute and chronic toxicity if ingested and/or inhaled. Acetone is not currently regarded as a carcinogen, a mutagenic chemical or a concern for chronic neurotoxicity effects. Acetone can be found as an ingredient in a variety of consumer products ranging from cosmetics to processed and unprocessed foods. Acetone has been rated as a generally recognized as safe (GRAS) substance when present in beverages, baked foods, desserts, and preserves at concentrations ranging from 5 to 8 mg/L.
Toxicology Acetone is believed to exhibit only slight toxicity in normal use, and there is no strong evidence of chronic health effects if basic precautions are followed. At very high vapor concentrations, acetone is irritating and, like many other solvents, may depress the central nervous system. It is also a severe irritant on contact with eyes, and a potential pulmonary aspiration risk. In one documented case, ingestion of a substantial amount of acetone led to systemic toxicity, although the patient eventually fully recovered.[40] Some sources estimate LD50 for human ingestion at 0.621 g/kg; LD50 inhalation by mice is given as 23 g/m3, over 4 hours. Acetone has been shown to have anticonvulsant effects in animal models of epilepsy, in the absence of toxicity, when administered in millimolar concentrations. It has been hypothesized that the high-fat low-carbohydrate ketogenic diet used clinically to control drug-resistant epilepsy in children works by elevating acetone in the brain.
[57]
Butanone Butanone, also known as methyl ethyl ketone (MEK), is an organic compound with the formula CH3C(O)CH2CH3. This colorless liquid ketone has a sharp, sweet odor reminiscent of butterscotch and acetone. It is produced industrially on a large scale, and also occurs in trace amounts in nature. It is soluble in water and is commonly used as an industrial solvent.
Production Butanone may be produced by oxidation of 2-butanol. The dehydrogenation of 2-butanol using a catalyst is catalyzed by copper, zinc, or bronze: CH3CH(OH)CH2CH3 ---> CH3C(O)CH2CH3 + H2 This is used to produce approximately 700 million kilograms yearly. Other syntheses that have been examined but not implemented include Wacker oxidation of 2-butene and oxidation of isobutylbenzene, which is analogous to the industrial production of acetone. Both liquid-phase oxidation of heavy naphtha and the FischerTropsch reaction produce mixed oxygenate streams, from which 2-butanone is extracted by fractionation. Butanone is biosynthesized by some trees and found in some fruits and vegetables in small amounts. It is released to the air from car and truck exhausts.
Applications As a solvent Butanone is an effective and common solvent and is used in processes involving gums, resins, cellulose acetate and nitrocellulose coatings and in vinyl films. For this reason it finds use in the manufacture of plastics, textiles, in the production of paraffin wax, and in household products such as lacquer, varnishes, paint remover, a denaturing agent for denatured alcohol, glues, and as a cleaning agent. It has similar solvent properties to acetone but boils at a higher temperature and has a significantly slower evaporation rate. Butanone is also used in dry erase markers as the solvent of the erasable dye.
As a plastic welding agent As butanone dissolves polystyrene and many other plastics, it is sold as "model cement" for use in connecting parts of scale model kits. Though often considered an adhesive, it is actually functioning as a welding agent in this context.
Other uses Butanone is the precursor to methyl ethyl ketone peroxide, which is a catalyst for some polymerization reactions such as crosslinking of unsaturated polyester resins.
Safety Flammability Butanone can react with most oxidizing materials, and can produce fires.[5] It is moderately explosive; it requires only a small flame or spark to cause a vigorous reaction. Butanone fires should be extinguished with carbon dioxide, dry agents, or alcohol-resistant foam. Concentrations in the air high enough to be flammable are intolerable to humans due to the irritating nature of the vapor.
Health effects Butanone is an irritant, causing irritation to the eyes and nose of humans. Serious health effects in animals have been seen only at very high levels. These included skeletal birth defects and low birth weight in mice, when they inhaled MEK at the highest dose tested (3000 ppm for 7 hours/day). There are no long-term studies with animals breathing or drinking MEK, and no studies for carcinogenicity in animals breathing or drinking MEK. There is some evidence that methyl ethyl ketone can potentiate the toxicity of other solvents, in contrast to the calculation of mixed solvent exposures by simple addition of exposures. As of 2010, some reviewers advised caution in using methylethyl ketone because of reports of neuropsychological effects. Butanone is listed as a Table II precursor under the United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances.
[58]
Diacetone alcohol Diacetone alcohol is a chemical compound with the formula CH3C(O)CH2C(OH)(CH3)2, sometimes called DAA. This liquid is a common synthetic intermediate used for the preparation of other compounds, and is also used as a solvent. It occurs naturally in Achnatherum robustum.
Synthesis First identified by Heintz, one standard laboratory preparation of DAA entails the Ba(OH)2-catalyzed condensation of two molecules of acetone. It undergoes dehydration to give the α,β-unsaturated ketone, mesityl oxide: Hydrogenation of mesityl oxide gives the industrial solvent, methyl isobutyl ketone ("MIBK").
Uses It is used in cellulose ester lacquers, particularly of the brushing type, where it produces brilliant gloss and hard film and where its lack of odor is desirable. It is used in lacquer thinners, dopes, wood stains, wood preservatives and printing pastes; in coating compositions for paper and textiles; permanent markers;[6] in making artificial silk and leather; in imitation gold leaf; in celluloid cements; as a preservative for animal tissue; in metal cleaning compounds; in the manufacture of photographic film; and in hydraulic brake fluids, where it is usually mixed with an equal volume of castor oil.
[59]
Parafin Dalam ilmu kimia, parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkan dengan formula CnH2n+2. Lilin parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40. Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam temperatur ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai cairan pada temperatur ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal dari molekul terberat mulai C20H42 hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan oleh Carl Reichenbach tahun 1830. Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk sebuah alkan pada umumnya, tapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada satu linear, atau alkan normal - di mana bercabang, atau isoalkan juga disebut isoparafin. Berbeda dari bahan bakar yang dikenal di Britania dan Afrika Selatan sebagai minyak parafin atau hanya parafin, yang disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS, Australia dan Selandia Baru. Namanya berasal dari kata Latin parum (= jarang) + affinis dengan arti seluruhnya "sedikit affinitas", atau "sedikit reaktivitas". Ini diakibatkan oleh alkan, yang non kutub dan sedikit gugus fungsional-nya, sangat tidak reaktif.
Malam Malam (bahasa Inggris: wax) adalah suatu zat padat yang diproduksi secara alami. Dalam istilah sehari-hari orang menamakannya "lilin". Lilin (kandil) sendiri memang dapat menggunakan malam sebagai bahan bakarnya. Kebanyakan malam diperoleh dari ekskresi tumbuh-tumbuhan, berupa damar atau resin. Pada tumbuhan, malam adalah hasil metabolisme sekunder yang dikeluarkan oleh pembuluh resin. Sumber hewani untuk malam berasal dari sarang tawon dan lebah. Malam digunakan secara luas dalam industri. Dalam pembuatan batik, malam berperan sebagai penutup bagian kain agar tidak terwarnai dalam pencelupan. Secara kimiawi, malam tergolong sebagai lipid.
Damar Damar (bahasa Inggris: dammar gum) adalah hasil sekresi (getah atau gum) dari pohon Shorea sp., Vatica sp., Dryobalanops sp., dan lain-lain dari suku meranti-merantian atau Dipterocarpaceae. Di dalamnya termasuk damar mata kucing dan damar gelap. Damar dimanfaatkan dalam pembuatan korek api (untuk mencegah api membakar kayu terlalu cepat), plastik, plester, vernis, dan lak. Getah damar merupakan resin triterpenoid, mengandung banyak triterpene dan hasil oksidasinya. Banyak di antaranya merupakan senyawa dengan berat molekul rendah (dammarane, asam damarenolat, oleanane, asam oleanonat, dll.), tetapi damar juga mengandung suatu fraksi polimer, yang tersusun dari polycadinene.
Penggunaan Damar digunakan dalam makanan, sebagai pembuat keruh (clouding agent) atau pembuat mengkilap (glazing agent, dan dalam kemenyan, vernis, dan produk-produk lain. "Vernis damar" (Dammar varnish), terbuat dari getah damar yang dicampur dengan terpentin, diperkenalkan sebagai vernis gambar pada tahun 1826, biasanya dipakai dalam lukisan minyak, baik dalam proses pembuatan lukisan maupun setelah lukisan selesai. Kristal damar juga dilarutkan dalam molten malam parafin untuk membuat batik, guna mencegah malam meretak ketika dilukiskan pada sutra atau rayon. Namanya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu berarti "resin" atau "obor yang dibuat dari resin". Ada dua jenis lain dari damar, selain getah damar: Mata kucing merupakan resin kristalin, biasanya dalam bentuk bola-bola bulat. Batu berbentuk kelereng, damar berwarna keruh (opaque) yang dikumpulkan dari tanah.
[60]
Turpentine Turpentine (also called spirit of turpentine, oil of turpentine, wood turpentine and colloquially turps) is a fluid obtained by the distillation of resin obtained from live trees, mainly pines. It is mainly used as a solvent and as a source of materials for organic synthesis. Turpentine is composed of terpenes, mainly the monoterpenes alpha-pinene and beta-pinene with lesser amounts of carene, camphene, dipentene, and terpinolene. The word turpentine derives (via French and Latin) from the Greek word τερεβινθίνη terebinthine, the name of a species of tree, the terebinth tree. Mineral turpentine or other petroleum distillates are used to replace turpentine, but they are very different chemically.
Source trees One of the earliest sources was the terebinth or turpentine tree (Pistacia terebinthus), a Mediterranean tree related to the pistachio. Important pines for turpentine production include: maritime pine (Pinus pinaster), Aleppo pine (Pinus halepensis), Masson's pine (Pinus massoniana), Sumatran pine (Pinus merkusii), longleaf pine (Pinus palustris), loblolly pine (Pinus taeda) and ponderosa pine (Pinus ponderosa). Canada balsam, also called Canada turpentine or balsam of fir, is a turpentine which is made from the oleoresin of the balsam fir. Venice turpentine is produced from the western larch Larix occidentalis. In order to tap into the sap producing layers of the tree, turpentiners used a combination of hacks to remove the pine bark. Once debarked, pine trees secrete oleoresin onto the surface of the wound as a protective measure to seal the opening, resist exposure to micro-organisms and insects and prevent vital sap loss. Turpentiners wounded trees in V-shaped streaks down the length of the trunks so as to channel the oleoresin into containers. It was then collected and processed into spirits of turpentine. Oleoresin yield may be increased by as much as 40% by applying paraquat herbicides to the exposed wood. The V-shaped cuts are called "catfaces" for their resemblance to a cat’s whiskers. These marks on a pine tree signify it was used to collect resin for turpentine production.
Converting oleoresin to turpentine Crude oleoresin collected from wounded trees may be evaporated by steam distillation in a copper still. Molten rosin remains in the still bottoms after turpentine has been evaporated and recovered from a condenser. Turpentine may alternatively be condensed from destructive distillation of pine wood. Oleoresin may also be extracted from shredded pine stumps, roots, and slash using the light end of the heavy naphtha fraction (boiling between 90 and 115 °C or 195 and 240 °F) from a crude oil refinery. Multi-stage counter-current extraction is commonly used so fresh naphtha first contacts wood leached in previous stages and naphtha laden with turpentine from previous stages contacts fresh wood before vacuum distillation to recover naphtha from the turpentine. Leached wood is steamed for additional naphtha recovery prior to burning for energy recovery. When producing chemical wood pulp from pines or other coniferous trees, sulfate turpentine may be condensed from the gas generated in Kraft process pulp digesters. The average yield of crude sulfate turpentine is 5–10 kg/t pulp. Unless burned at the mill for energy production, sulfate turpentine may require additional treatment measures to remove traces of sulfur compounds.
Industrial and other end uses Solvent The two primary uses of turpentine in industry are as a solvent and as a source of materials for organic synthesis. As a solvent, turpentine is used for thinning oil-based paints, for producing varnishes, and as a raw material for the chemical industry. Its industrial use as a solvent in industrialized nations has largely been replaced by the much cheaper turpentine substitutes distilled from crude oil. Turpentine has long been used as a solvent, mixed with beeswax or with carnauba wax, to make fine furniture wax for use as a protective coating over oiled wood finishes (e.g., tung oil).
Source of organic compounds Turpentine is also used as a source of raw materials in the synthesis of fragrant chemical compounds. Commercially used camphor, linalool, alpha-terpineol, and geraniol are all usually produced from alpha-pinene and beta-pinene, which are two of the chief chemical components of turpentine. These pinenes are separated and purified by distillation. The mixture of diterpenes and triterpenes that is left as residue after turpentine distillation is sold as rosin.
[61]
Toluen Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai pelarut. Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluena juga digunakan sebagai obat inhalan oleh karena sifatnya yang memabukkan.
Toluene Toluene, formerly known as toluol, is a colorless, waterinsoluble liquid with the smell associated with paint thinners. It is a mono-substituted benzene derivative, consisting of a CH3 group attached to a phenyl group. As such, its IUPAC systematic name is methylbenzene. It is an aromatic hydrocarbon. Toluene is widely used as an industrial feedstock and a solvent. In 2013, worldwide sales of Toluene amounted to about 24.5 billion US-dollars. As the solvent in a common glue, toluene is sometimes used as a recreational inhalant ("glue sniffing") and has the potential of causing severe neurological harm.
History The compound was first isolated in 1837 through a distillation of pine oil by a Polish chemist named Filip Walter, who named it rétinnaphte. In 1841, French chemist Henri Étienne Sainte-Claire Deville isolated a hydrocarbon from balsam of Tolu (an aromatic extract from the tropical Colombian tree Myroxylon balsamum), which Deville recognized as similar to Walter's rétinnaphte and to benzene; hence he called the new hydrocarbon benzoène. In 1843, Jöns Jacob Berzelius recommended the name toluin. In 1850, French chemist Auguste Cahours isolated from a distillate of wood a hydrocarbon which he recognized as similar to Deville's benzoène and which Cahours named toluène.
Production
Toluene occurs naturally at low levels in crude oil and is a byproduct in the production of gasoline by a catalytic reformer or ethylene cracker; It is also a byproduct of the production of coke from coal. Final separation and purification is done by any of the by distillation or solvent extraction processes used for BTX aromatics (benzene, toluene, and xylene isomers).
Laboratory preparation
Toluene is so inexpensively produced industrially that it is not prepared in the laboratory. In principle it could be prepared by a variety of methods. For example, although only of didactical interest, benzene reacts with methyl chloride in presence of a Lewis acid such as aluminium chloride to give toluene: C6H5H + CH3Cl ---> C6H5CH3 + HCl Such reactions are complicated by polymethylation because toluene is more susceptible to alkylation than is benzene.
Uses
Toluene is mainly used as a precursor to benzene. The process involves hydrodealkylation: C6H5CH3 + H2 ---> C6H6 + CH4 The second ranked application involves its disproportionation to a mixture of benzene and xylene. When oxidized it yields benzaldehyde and benzoic acid, two important intermediates in chemistry.
Toxicology and metabolism Inhalation of toluene in low to moderate levels can cause tiredness, confusion, weakness, drunken-type actions, memory loss, nausea, loss of appetite, hearing loss, and color vision loss. These symptoms usually disappear when exposure is stopped. Inhaling high levels of toluene in a short time may cause light-headedness, nausea, or sleepiness, unconsciousness, and even death. Toluene is, however, much less toxic than benzene, and has as a consequence, largely replaced it as an aromatic solvent in chemical preparation. The US Environmental Protection Agency (EPA) states that the carcinogenic potential of toluene cannot be evaluated due to insufficient information. Similar to many other solvents such as 1,1,1-trichloroethane and some alkylbenzenes, toluene has been shown to act as a non-competitive NMDA receptor antagonist and GABAA receptor positive allosteric modulator. Additionally, toluene has been shown to display antidepressant-like effects in rodents in the forced swim test (FST) and the tail suspension test (TST). Toluene is sometimes used as a recreational inhalant ("glue sniffing"), likely on account of its euphoric and dissociative effects.
[62]
Uranyl acetate Uranyl acetate (UO2(CH3COO)2·2H2O) is the acetate salt of uranyl and is a yellow-green crystalline solid made up of yellow-green rhombic crystals and has a slight acetic odor. This compound is a nuclear fuel derivative, and its use and possession are sanctioned by international law.
Production
Commercial preparations of uranyl acetate are usually made from depleted uranium and are prepared by reacting metallic uranium with acetic acid.
Uses Uranyl acetate is extensively used as a negative stain in electron microscopy. Most procedures in electron microscopy for biology require the use of uranyl acetate. Negative staining protocols typically treat the sample with 1% to 5% aqueous solution. Uranyl acetate staining is simple and quick to perform and one can examine the sample within a few minutes after staining. Some biological samples are not amenable to uranyl acetate staining and, in these cases, alternative staining techniques and or low-voltage electron microscopy technique may be more suitable. 1% and 2% uranyl acetate solutions are used as an indicator, and a titrant in stronger concentrations in analytical chemistry, as it forms an insoluble salt with sodium (the vast majority of sodium salts are water-soluble). Uranyl acetate solutions show evidence of being sensitive to light, especially UV, and will precipitate if exposed. Uranyl acetate is also used in a standard test—American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) Designation T 299—for alkali-silica reactivity in aggregates (crushed stone or gravel) being considered for use in cement concrete. Uranyl acetate dihydrate has been used as a starting reagent in experimental inorganic chemistry, for example, [UO2Cl2(THF)2] (THF = tetrahydrofuran).
Safety Uranyl acetate is both radioactive and toxic. Normal commercial stocks prepared from depleted uranium have a typical specific activity of 0.37–0.51 microcuries (14–19 kBq) per gram. This is a very mild level of radioactivity and is not sufficient to be harmful while the material remains external to the body. Uranyl acetate is very toxic if ingested, inhaled as dust or by skin contact if skin is cut or abraded. The toxicity is due to the combined effect of chemical toxicity and mild radioactivity and there is a danger of cumulative effects from long term exposure.
[63]
7 Ikhtisar Jabatan di Museum, Galeri & Balai Pelestarian
1. NOMOR KODE JABATAN : E.125 2. NAMA JABATAN : Konservator 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : ...................... 3.2. Eselon III : ...................... 3.3. Eselon II : ...................... 4. RUMUSAN TUGAS : Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan, dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka pelestarian koleksi di ....
Landasan/ Dasar Hukum Konservasi :
1. UU CAGAR BUDAYA (UU No. 11 Tahun 2010) 2. PP No. 66 Tahun 2015 tentang MUSEUM 3. Prestasi Kerja => Sasaran Kerja PNS [SKP] (PP No. 46 Thn. 2011 dan Perka BKN No. 1 Thn. 2013). 4. Standar Kompetensi Manajerial (SKM PNS) (Perka BKN No. 7 Tahun 2013)
Kurator
Juru Pelestari
1. NOMOR KODE JABATAN : E.122 2. NAMA JABATAN : Juru Pelestari Cagar Budaya 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : Seksi 3.2. Eselon III : Balai Pelestarian Cagar Budaya 4. RUMUSAN TUGAS : Mengumpulkan data kerusakan, merawat dan memelihara benda cagar budaya sesuai dengan prosedur dalam rangka pelestarian cagar budaya.
1. NOMOR KODE JABATAN : E.152 2. NAMA JABATAN : Penata Koleksi 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : Seksi Registrasi 3.2. Eselon III : Bidang Registrasi dan Dokumentasi 3.3. Eselon II : Museum Nasional 4. RUMUSAN TUGAS : Melaksanakan penataan koleksi secara berkelanjutan dan peninjauan kembali rencana penataan di seluruh ruang penyimpanan untuk kepentingan pemanfaatan dan pengendalian koleksi.
Penata Koleksi
Pengkaji Pelestari
1. NOMOR KODE JABATAN : E.223 2. NAMA JABATAN : Pengkaji Pelestari Cagar Budaya 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : Seksi 3.2. Eselon III : Balai Pelestarian Cagar Budaya 4. RUMUSAN TUGAS : Menganalisis dan mengkaji serta menyusun saran pemecahan masalah dalam kegiatan pelestarian cagar budaya sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan.
1. NOMOR KODE JABATAN : E.126 2. NAMA JABATAN : Kurator 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : ...................... 3.2. Eselon III : ...................... 3.3. Eselon II : ...................... 4. RUMUSAN TUGAS : Menyusun konsep kajian dan menganalisis data, serta saran pemecahan masalah/ konsep petunjuk pelaksanaan identifikasi, klasifikasi, pencarian, pengumpulan dan katalogisasi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai Prosedur Operasional Standar (POS) sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan pimpinan.
1. NOMOR KODE JABATAN : E. 153 2. NAMA JABATAN : Penata Pameran 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : Seksi ....................... 3.2. Eselon III : Bidang ..................... 3.3. Eselon II : ................................. 4. RUMUSAN TUGAS : Menata benda koleksi sesuai dengan kondisi sarana pameran dan desain layout tata pamer untuk kerapihan dan kelancaran pameran.
Penata Pameran
Analis Pemeliharaan & Pemugaraan
1. NOMOR KODE JABATAN : E.068 2. NAMA JABATAN : Analis Pemeliharaan dan Pemugaran Cagar Budaya dan Koleksi Museum 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1. Eselon IV : Seksi Pemeliharaan dan Pemugaran 3.2. Eselon III : Subdirektorat Pelindungan 3.3. Eselon II : Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 3.4. Eselon I : Direktorat Jenderal Kebudayaan. 4. RUMUSAN TUGAS : Menganalisis data, menyusun bahan dan saran pemecahan masalah pemeliharaan dan pemugaran serta menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan pimpinan.
Konservator
(Permendikbud No. 8 Tahun 2015)
1. NOMOR KODE JABATAN : E.061 2. NAMA JABATAN : Analis Pelaksanaan Program Peningkatan Kompetensi SDM Kebudayaan. 3. UNIT KERJA ATASAN : 3.1 Eselon IV : Subbidang Evaluasi 3.2 Eselon III : Bidang Peningkatan Kompetensi 3.3 Eselon II : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kebudayaan 3.4 Eselon I : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 4. RUMUSAN TUGAS : Menganalisis data dan menyusun saran pemecahan masalah, konsep pedoman, konsep petunjuk pelaksanaan, konsep kebijakan pelaksanaan program peningkatan kompetensi SDM Kebudayaan sebagai bahan informasi dan penyusunan kebijakan pimpinan.
?
5. Standar Kompetensi Teknis (SKT PNS) (Perka BKN No. 8 Tahun 2013)
[64]
2. Menyusun instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan sebagai panduan pelaksanaan tugas; Tahapan a. Mengidentifikasi jenis instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan; b. Membuat instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan; c. Mengkonsultasikan instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan kepada atasan atau pihak terkait.
4. Mengidentifikasi masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui pemecahannya; Tahapan a. Mempelajari masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; b. Mengelompokan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. Mengkonsultasikan data hasil pengelompokan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berpikir Analitis [BA]
5. Menyiapkan bahan dalam pembuatan konsep penanganan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk memecahkan masalah dan peningkatan kinerja; Tahapan a. Menelaah bahan/ data/ informasi untuk pembuatan konsep penanganan masalah; b. Mengelompokan bahan/ data/ informasi penanganan masalah kondisi koleksi bernilai budaya berskala nasional; c. Mengkonsultasikan data hasil penyiapan bahan dalam pembuatan konsep penanganan masalah kondisi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Pencarian Informasi [PI]
3. Menganalisis data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui permasalahan; Tahapan a. Mengumpulkan data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan dari pengumpul dan pengolah data; b. Mengkaji data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan dari pengumpul dan pengolah data; c. Mengkonsultasikan data hasil kegiatan observasi, perawatan dan pengawetan kepada atasan atau pihak terkait.
Perencanaan [Per]
B. Uraian Tugas Konservator 1. Menyiapkan bahan rencana kerja seksi sesuai dengan program kerja Bidang Perawatan dan Pengawetan dan hasil evaluasi pelaksanaan tugas tahun sebelumnya sebagai pedoman pelaksanaan tugas; Tahapan a. Mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat konsep program kerja seksi; b. Membuat draft konsep program kerja yang akan dilaksanakan di lingkungan seksi; c. Mengkonsultasikan draft konsep program kerja kepada atasan atau pihak terkait.
Berpikir Konseptual [BK]
A. Ikhtisar Jabatan Konservator Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka pelestarian koleksi di Museum Nasional.
Berpikir Analitis [BA]
Ikhtisar Jabatan dan Uraian Tugas Konservator Identifikasi Kompetensi (Manajerial, Teknis & Tambahan)
IDENTIFIKASI KOMPETENSI
PENJELASAN
Keterangan Warna:
kata kunci
kegiatan utama
[65]
8. Melakukan pembersihan, perbaikan dan restorasi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk merawat koleksi agar tetap lestari; Tahapan a. Menyiapkan koleksi benda budaya berskala nasional yang akan dibersihkan, diperbaiki, dan direstorasi beserta data pendukungnya; b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembersihan, perbaikan, dan restorasi koleksi benda budaya berskala nasional; c. Mempraktekan proses pembersihan, perbaikan, dan restorasi koleksi benda budaya berskala nasional; d. Mengamati dan menganalisis efektivitas proses pembersihan, perbaikan, dan restorasi koleksi benda budaya berskala nasional yang dilakukan; e. Melaporkan hasil kegiatan pembersihan, perbaikan, dan restorasi koleksi benda budaya berskala nasional kepada atasan / pihak terkait.atau pihak terkait. 9. Melakukan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penelusuran bentuk; Tahapan a. Menyiapkan koleksi benda budaya berskala nasional yang akan direkonstruksi beserta data pendukungnya; b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam rekonstruksi koleksi benda budaya berskala nasional; c. Mempraktekan proses rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; d. Mengamati dan menganalisis efektivitas proses rekonstruksi koleksi benda budaya berskala nasional yang dilakukan; e. Melaporkan hasil kegiatan rekonstruksi koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait. Keterangan Warna:
kata kunci
Berorientasi pada Kualitas [BpK] Berorientasi pada Kualitas [BpK]
7. Melakukan uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mengetahui karakteristik benda bernilai budaya berskala nasional; Tahapan a. Menyiapkan alat, bahan dan data pendukung yang diperlukan; b. Mempraktekan uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/ pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. Menganalisis hasil uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/ pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; d. Melaporkan hasil uji laboratorium tentang jenis dan proses kerusakan/pelapukan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berorientasi pada Kualitas [BpK]
6. Menyiapkan bahan dalam pembuatan materi/ naskah pengkajian perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penetapan perawatan dan pengawetan koleksi; Tahapan a. Menelaah bahan/ data/ informasi untuk pembuatan materi/naskah perawatan dan pengawetan; b. Mengelompokan bahan/ data/ informasi yang diperlukan untuk membuat materi/ naskah pengkajian perawatan dan pengawetan; c. Mengkonsultasikan hasil penyiapan bahan dalam pembuatan materi/naskah pengkajian perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Pencarian Informasi [PI]
IDENTIFIKASI KOMPETENSI
kegiatan utama
[66]
12. Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian lingkungan mikro koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut; Tahapan a. Menyiapkan alat dan bahan pemantauan lingkungan mikro di ruang simpan/ ruang pamer; b. Mempraktekan pemantauan lingkungan mikro di ruang simpan/ ruang pamer; c. Menganalisis data hasil pemantaun lingkungan mikro di ruang simpan/ ruang pamer; d. Menyiapkan alat dan bahan pengendalian lingkungan mikro di ruang simpan/ ruang pamer; e. Mengendalikan lingkungan mikro di ruang simpan/ruang pamer; f. Mengkonsultasikan hasil kegiatan pemantauan dan pengendalian lingkungan mikro koleksi benda budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berorientasi pada Kualitas [BpK]
13. Menyiapkan bahan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bagian dari pelayanan; Tahapan a. Menelaah bahan/ data/ informasi untuk pembuatan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; b. Mengelompokan bahan/ data/ informasi yang diperlukan untuk pembuatan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional; c. Mengkonsultasikan hasil penyiapan bahan untuk pembuatan materi pemberian bantuan teknis dan layanan konsultasi di bidang observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berorientasi pada Kualitas [BpK]
11. Melakukan fumigasi pada koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk melindungi koleksi organik dari faktor penyebab kerusakan berupa hama; Tahapan a. Menyiapkan koleksi benda budaya berskala nasional yang akan difumigasi beserta data pendukungnya; b. Menyiapkan lokasi atau media fumigasi koleksi benda budaya berskala nasional; c. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam fumigasi koleksi benda budaya berskala nasional; d. Mempraktekan proses fumigasi koleksi benda budaya berskala nasional; e. Melaporkan hasil kegiatan proses fumigasi koleksi benda budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berorientasi pada Kualitas [BpK]
10. Melakukan konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk mencegah kerusakan koleksi lebih lanjut; Tahapan a. Menyiapkan koleksi benda budaya berskala nasional yang akan dikonsolidasi, dikuatkan, dilapiskan, dan diawetkan dengan bentuk pengawetan lainnya beserta data pendukungnya; b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda budaya berskala nasional; c. Mempraktekan proses konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda budaya berskala nasional; d. Mengamati dan menganalisis efektivitas proses konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda budaya berskala nasional yang dilakukan; e. Melaporkan hasil kegiatan konsolidasi, penguatan, pelapisan, dan bentuk pengawetan lainnya koleksi benda budaya berskala nasional kepada atasan atau pihak terkait.
Berorientasi pada Kualitas [BpK]
IDENTIFIKASI KOMPETENSI
Keterangan Warna:
kata kunci
kegiatan utama
[67]
14. Menyusun laporan pelaksanaan tugas sesuai dengan hasil yang telah dicapai sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; Tahapan a. Menyiapkan bahan laporan pelaksanaan tugas; b. Membuat laporan pelaksanaan tugas; c. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan atau pihak terkait.
Pencarian Informasi [PI]
15. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan; Tahapan a. Mempelajari tugas yang diberikan oleh atasan; b. Menjalankan tugas yang diberikan oleh atasan; c. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dinas kepada atasan atau pihak terkait.
Komitmen terhadap Organisasi [KtO]
IDENTIFIKASI KOMPETENSI
Keterangan Warna:
Skema Proses Observasi, Perawatan & Pengawetan
kata kunci
Persiapan
kegiatan utama
1
Lingkungan Mikro dan Lainnya
2
Benda
2A
2C
3A 4
Observasi
Analisis
Uji Lab
2B
Kerusakan 3B
Perawatan dan Pengawetan Catatan : 1. Yang dimaksud dengan mengidentifikasi jenis instrumen pengumpulan dan pengolahan data observasi, perawatan dan pengawetan adalah menentukan dengan “cara apa (alat)” pada saat pengamatan (observasi) dan “dengan apa (cara)” hasil pengamatan tadi disimpan, yang kalau berupa data dalam bentuk dan format apa, dan kalau akan disimpan dengan cara bagaimana untuk memudahkan pencarian, analisis dan cara menanganinya. Untuk menjelaskan hal ini akan diperkenalkan Lembar Kondisi dan Sistem Database Konservasi. 2. Pemeriksaan atau uji laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil sampel atau on the spot dari objek yang akan diamati (diobservasi) untuk “mengetahui (jenis) kerusakan dan cara penanganannya (perawatan dan pengawetan)”. Pemeriksaan dapat dilakukan secara fisik (perangkat optik/ mikroskop), secara radiologis (penerapan sinar-X) atau kimiawi (analisa kimia mikro), dll. Penggunaan mikroskop hanya sebatas mengenali jenis serat (kapas, sutera, dst.) disebut sebagai “identifikasi”, tetapi jika ditindaklanjuti dengan mengenali derajat keasaman (pH dan atau ORP) dan uji-coba menetralkan keasaman disebut sebagai “uji lab”. Karena sifat serat kelompok protein tahan terhadap bahan bersifat agak asam tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak basa, sedangkan selulose tahan terhadap bahan bersifat agak basa tetapi tidak tahan terhadap bahan yang bersifat agak asam. 3. Fumigasi adalah salah satu usaha untuk pengawetan, dengan cara pengasapan bahan beracun (kimia) untuk mematikan jasad hidup, seperti jamur atau serangga. Adapun cara lain untuk mematikan jamur atau serangga adalah dengan teknik pemanasan, radiasi, pendinginan, dll. Pengendalian (dan pemantauan) lingkungan mikro (kelembaban, suhu dan cahaya) untuk menghindarkan dari kemungkinan kerusakan biotis, fisik & kimiawi juga termasuk tindakan pengawetan. 4. Lingkungan mikro dapat meliputi iklim mikro (seperti: suhu, kelembaban, dan cahaya), kadar air, tekanan barometrik, potensial redoks (ORP), polusi udara dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data lingkungan mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Koleksi, dan kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang lingkungan makro adalah kondisi iklim dan sejenisnya yang ada diluar lingkungan mikro. Data lingkungan makro biasanya dicatat di Lembar Data Klimatologi. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas buffering (MH) dan rekondisi silicagel. 5. Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan).
[68]
PR iMA
S
Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510, Indonesia Web: primastoria.net Email:
[email protected] Phone : (021) 2210 2913 Mobile: 0812 8360 495
Primastoria Studio :
Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992 ini mendapatkan pendidikan sains konservasi di Tokyo National Research Institute for Cultural Properties (TNRICP), Jepang dari 1989-1990; pernah mengikuti kursus “spotting” di International Fabricare Institute (IFI) di Maryland - Amerika Serikat; serta mengikuti berbagai kursus analisis konservasi di Museum Conservation Institute (MCI) of the Smithsonian Institution di Washington D.C., Amerika Serikat (1991-1992). Selama periode magang di Smithsonian Institution, Subagiyo telah mengadakan kunjungan observasi di laboratorium-laboratorium museum dan lembaga penelitian di kota New York, Harrisburg, dan Washington D.C. Ia pernah ambil bagian dalam pengamatan kerusakan pakaian astronout di National Air and Space Museum (NASA) di Washington D.C. dan demo pencelupan warna di Carnegie Mellon College, Maryland. Pada akhir tahun 2013, Subagiyo melakukan kunjungan observasi di Museum Nasional Tokyo dan Museum Joshibi University of Art and Design, Kanagawa - Jepang. Puji Yosep Subagiyo lahir di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang konservator senior bersertifikasi internasional, dari tahun 1986 sampai 2016 bekerja di Museum Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Subagiyo yang telah memiliki pendidikan lebih dari 4.500 jam dan 25 tahun berpengalaman di bidang konservasi, banyak melakukan penelitian aneka bahan - teknik pembuatan tekstil tradisional dan lukisan, penulisan, rancang-bangun database konservasi dan kurasi, mengikuti dan pembicara pada berbagai seminar internasional. Di Studio Primastoria, ia juga melayani jasa R konsultasi dan konservasi tekstil, lukisan, logam, dan aneka benda i etnografi. R TO A
Profil dan Riwayat Konservator
Museum Action Plan [MAP] 2016
Primastoria Studio
Profil dan Sekilas Pengalaman
1. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konservasi tekstil dan lukisan : * Survai kondisi (identifikasi bahan dan kerusakan, membuat usulan tindakan konservasi, pembuatan dokumentasi, kalkulasi waktu dan biaya). * Pelaksanaan pekerjaan konservasi. 2. Penguasaan sains komputer (kalkulasi matematis, pemrograman database, 3D modelling, illustration, dsb.) untuk aplikasi sistem perencanaan dan pengembangan konservasi yang berbasis sains konservasi (penerapan sifat fisik - kimiawi bahan, pengaruh jasad hidup/ biotis, faktor iklim, dan interpretasi alat ukur digital/ manual): * Rancang-bangun database untuk survai kondisi keterawatan dan kondisi klimatologi untuk evaluasi teknis konservasi dan uji kompetensi tenaga konservasi. * Rancang-bangun sistem/ model untuk simulasi tata letak (mapping) gedung, ruang, lemari, koleksi berikut kalkulasi ukuran dimensi (objek) dan kalkulasi kebutuhan serta efek alat penunjang displai-storage-konservasi (konsumsi daya listrik, konversi energi semua jenis lampu, hubungan fluktuasi - tekanan barometrik, kebutuhan alat-bahan-biaya, dsb.), serta aplikasi computerized-optical-microscope untuk mengukur objek skala mikro meter, aplikasi weather probe (station), RFID (Radio Frequency Identification), dsb. [1 mikro = 1 per sejuta]. * Pembuatan paket pelatihan elektronis (e-Learning Pack) untuk konservasi & kurasi. 3. Penguasaan sains komputer untuk membantu perencanaan dan pengembangan kurasi, registrasi, dokumentasi, serta pemantauan dan evaluasi kinerja pegawai [Key Performance Indicators (KPI)] : * Rancang-bangun database koleksi museum dan galeri yang memiliki fitur untuk memudahkan pencarian, validasi tata-letak, validasi syarat minimum entri data, map-tracking asal koleksi/ seniman, penanggalan relatif, coding tingkat kerusakan - jenis bahan (konversi data teks ke numerik), dsb. 4. Kajian teknis dan bahan koleksi untuk dokumentasi, konservasi, kurasi, registrasi dan kajian tingkat lanjut.
Spesialisasi & Kompetensi
5. Sebagai nara sumber Bimtek Permuseuman - Konservasi (1996, Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta); Bimtek Konservasi Tekstil (2000, Museum Tekstil Jakarta); Bimtek Permuseuman - Konservasi (2002, Asdep Kesenian - Kembudpar); survai kondisi lukisan, rancang-bangun database dan penyusunan rencana induk preservasi (2002 - 2003, Istana Kepresidenan di Jakarta - Bogor - Cipanas - Yogya - Bali). 6. Pembicara Seminar Nasional tentang Warna Alami (1999, Yogyakarta) dan Konservasi Lukisan (2002, Jakarta). 7. Sebagai nara sumber kajian Batik Pantai Utara Jawa dan Madura (1994, ISI Yogya - Univ. Tokyo - Yayasan Toyota) dan kajian kanvas lukisan (2006, Pencarian Penyebab Kerusakan dan Identitas Lukisan, Balai Konservasi - Jakarta). 8. Rancang-bangun database koleksi museum (2012, Museum Nasional - Jakarta). 9. Menyusun kompilasi naskah yang berhubungan dengan tekstil, konservasi dan analisis bahan (Primastoria Studio, 2013). 10. Menyusun laporan hasil Observasi Tekstil di Museum Nasional (Primastoria Studio, 2014-15). 11. Sebagai Narasumber Konservasi Tekstil pada Workshop Konservasi di Borobudur - Magelang, Bogor - Jawa Barat dan TMII Jakarta (2015).
Catatan: Makalah berjudul “The Classification of Indonesian Textiles Based on Structural, Material and Technical Analyses (1994)” menjadi rujukan Prof. Basavaraj S. Anami dan Prof. Mahantesh C. Elemmi dalam International Journal of Signal Processing, Image Processing and Pattern Recognition (Judul Tulisan: “A Rule Based Approach for Classification of Shades of Basic Colors of Fabric Images” ), Vol. 8, No. 2 (2015), pp. 389-400.
1. Pemegang Unesco Fellowship Award dari tahun 1989 sampai 1992. 2. Penulisan artikel tentang tekstil, konservasi dan manajemen koleksi museum (1993 - 1995, Majalah Museografi dan Majalah Kebudayaan, Depdikbud - Jakarta). 3. Sebagai Editor dan Anotator untuk terjemahan Buku Seni Batik dari Bahasa Belanda ke Bahasa Indonesia (1994-5, ISI Yogya - Yayasan Toyota). 4. Pembicara Seminar Internasional tentang Tekstil Tradisional tahun 1994 (Jakarta), 1996 (Jambi), 1999 (Denpasar) dan 2000 (Tokyo University - Toyota Foundation).
Prestasi dan Penghargaan