TINJAUAN PUSTAKA Program Kuliah Kerja Kyata (KKN) Sejak tahun akademi 1971/1972 t e l a h ailaksanakan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang memanfaatkan sebagian waktu be1ajarg.a untuk bekerja d i pedesaan.
Kegiatan i n i pada awalnya dilaksanakan o l e h t i g a univer-
sitas y a i t u Universitas Hasanuddin, Gadjah P d a dan Andalas dengan nama "Pengabdian Mahasiswa Kepada Masyarakat".
Kegiatan t e r s e b u t l e b i h
ditingkatkan l a g i s e t e l a h Presiden RI pada bulan Pebruari 1972 menganjurkan s e t i a p mahasiswa untuk t i n g g a l dan bekerja membantu masyarakat pedesaan memecahkan persoalan pembangunan sebagai bagian d a r i kuxiku-
lum.
Pada tahun akademi
1973/1974
program kegiatan-kegiatan mahasiswa
d i pedesaan dinamakan Program Kuliah Kerja Nyata (Pedoman Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata, 1978).
D i Universitas Hasanuddin, Program KKN t e l a h menjadi program waj i b sebagai bagian d a r i kurikulum s e j a k tahun 1976 berdasarkan S w a t Keputusan Rektor Universitas Hasanuddin Nt++ 0 8 / ~ / 7 6 tahun 1976 ( ~ a poran Pel&sanaan
XKN Mahasiawa Universitas Hasanuddin 1978/1979).
Pelaksanaan pregram KKN d a r i tahun ke tahun t e l a h berkembang dengan pesat.
Hal i n i menunjukkan bahwa i d e baru dapat berkembang apabila
d i h a y a t i tujuan, sasaran, kegiatan-kegiatandan masalahnya, baik o l e h perguruan t i n g g i dan mahasiswa maupun o l e h seluruh masyarakat.
Manfaat
Program XKN kepada masyarakat (Pedoman Pelaksanaan KKN, 1978) i a l a h
:
1. Memperoleh bantuan tenaga dan p i k i r a n untuk merencanakan s e r t a melaksanakan proyek pembangunan. 2.
Cara b e r p i k i r , bersikap dan bertindak &an l e b i h t e r t i n g k a t k a n dan s e s u a i dengan program pembangunan.
3.
.
Memperoleh pembahauan-pembaharuan yang diperlukan oleh masyarakat
4. Terbentuknya kader-kader pembangunan d i dalam masyarakat, sehingga terjamin terbentuknya penerus-penerus pembangunan.
D i dalam Pedaman Pelaksanaan KKN (1978), diken~ukakanpula tentang kegiatan-kegiatan program KKN yang mencakup hal-ha1 sebagai berikut
:
1. 'Masiswa t i d a k hanya b e l a j a r d i masyarakat untuk meningkatkan keterampilannya a t a u menambah ilmu pengetahuannya, t e t a p i secara nyata t u r u t membantu daerah yang dikunjunginya. 2.
I%syarakat bukan d i j a d i k a n sebagai obyek s t u d i t e t a p i sebagai partner dalam pembangunan. lWiasiswa mendidik masyarakat dal a m memotivasikan pembangunan dan menghubungkan masyarakat dengan i n s t a n s i - i n s t a n s i penbangunan lainnya dan bertindak sebagai inovator.
3.
Penentuan permasalahan dan l o k a s i kegiatan ditentukan bersama oleh perguruan t i n g g i dan pemerintah daerah.
4.
Dalam penanggulangan permasalahan d i desa-desa para mahasiswa bekerjasama dengan mahasiswa d i bidang ilmu lainnya.
5.
Dengan t u r u t sertanya pimpinan perguruan t i n g g i dan f a k u l t a s s e r t a dosen-dosen d i dalam kegiatan-kegiatan KKN dan dengan adanya diskusi-diskusi a n t a r mahasiswa, pimpinan perguruan t i , dosen-dosen, pemerintah daerah dan masyarakat maka hubungan perguruan t i n g g i dengan masyarakat o l e h ICI(N menjadi l e b i h e r a t dan kurikulum perguruan t i n g g i akan l e b i h s e s u a i dengan pembangunan.
Peranan Mahasiswa KKN Biahasiswa KKN harus mengetahui peranannya dengan j e l a s .
Dalam
menganalisa peranan, Berlo (1960) mengemukakan t i g a pendekatan y a i t u
1. Role p r e s c r i p t i o n s : t h e formal, e x p l i c i t statement of what behaviors should be performed by person i n a given role. 2.
Hole d e s c r i p t i o n s : a r e p o r t of t h e behaviors t h a t a c t u a l l y a r e performed by persons i n a given r o l e .
:
3. Role expectations
: the images t h a t people have about t h e behaviors t h a t a r e performed by persons i n a given role.
J a d i pemegang peranan harus menetapkan peranan t e r l e b i h dahulu, kemudian melakukan atau meyelenggarakan peranan tersebut sesuai dew a n yang diharapkan dan eesuai pula dengan kedudukan pemegang peran-
=.
Selanjutnya Berlo (1960) mengemukakan bahwa idealnya pemegang
peranan memahami ketiga peranan tersebut dan j i k a pemegang peranan tidak memperhatikan k e t i g a peranan i t u a t a u terdapat perbedaan antara ketiganya maka akan timbul k e s u l i t a n komunikasi. Dalam disertasinya Surya Anwar (1982), mengutip pendapat Margono Slamet yang mengemukakan bahwa ada empat o i r i pesanan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa selama menjalani XKN, y a i t u
:
1. Peranan yang dipergunakan untuk kelangsungan proses pemba-
w n . 2.
Peranan y
q belum dilakukan oleh pihak l a i n d i desa i t u .
3.
Kalaupun peranan yang &an dilakukan t e l a h diketahui ada pi-
halt l a i n yang melakukan t e t a p i belum dapat dilaksanakan karena kekurangan tenaga.
4.
Peranan tersebut dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila ditetapkan mahasiswa berperanan sebagai penyuluh d i daerah pedesaan maka peranan i t u harus konsisten dengan c i r i tersebut.
Sehubungan dengan peranan tersebut
mahasiswa KXN dapat melakukan kegiatan sebagai berikut
:
9 1.
Pemberi informasi.
Dalam ha1 ini informasi yang diharapkan
dapat disampaikan i a l a h yang berguna bagi masyarakat.
2.
Pemberi motivasi.
Plahasiswa t i n g g a l d i desa sehingga dapat
mengetahui berbagai aspek kehidupan masyasakat dengan baik. Keadaan ini memugkinkan mahasiswa untuk mengerti kebutuhan, kehendak dan a s p i r a s i masyarakat yang dapat digunakan untuk menggerakkan masyarakat agar mau berubah.
3.
Pelancar proses d i f u s i .
Dalam pembarylnan banyak inovasi
yang harus didifusikan.
Dalam proses i n i s e t i a p anggota ma-
syarakat akan menjadi sasaran d i f u s i .
Oleh karena kekurang-
an tenaga untuk pelaksana d i f u s i , diharapkan mahasiswa akan dapat membantu melaksanakan.
4.
Penghubung a n t a r sistem.
Pada umumnya i n s t a n s i - i n s t a n s i pe-
merintah yang ada hubungannya dengan pedesaan berada d i tingk a t kabupaten a t a u kecamatan.
Sebagian besar desa t e r l e t a k
jauh d a r i tempat i n s t a n s i - i n s t a n s i t e r s e b u t berada.
Ini
akan menimbulkan keengganan masyarakat untuk mendatangi i n s t a n s i - i n s t a n s i yang mengakibatkan dipfrlukannya orangorang penghubung a n t a r a masyarakat dan i n s t a n s i - i n s t a n s i t e r s e but.
Dalam ha1 ini mahasiswa KKN diharapkan dapat berperan
sebagai penghubung kedua s i s t e m y a w berbeda i t u .
5.
Penggerak masyarakat ke arah pembangunan.
lViahasiswaWN i d e n t i k dengan apa yang disebut oleh Rogers &an Shoemaker (1971) sebagai agen pembaharu (change agent) y a i t u orang yang a k t i f berusaha menyebarkan inovasi ke dalam suatu sistem s o s i a l .
Selanjutnya Rogers dan Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa ada tujuh peranan dalam proses dengan mana seorang agen pembaharu memperkenalken inovasi kepada kliennya, y a i t u
1.
Develops need f o r change.
: Pertama-tama seorang agen pemba-
h a r u s e r i n g k a l i menibantu kliennya menyadari bahwa mereka membutuhkan perubahan tingkah laku.
Yang demikian i n i t e r -
utama d i negara-negara yang belum maju.
Pendeknya horison
perenoanaan, rendahnya a s p i r a s i , tingginya sikap pasrah nas i b dan rendahnya motivasi b e r p r e s t a s i merupakan c i r i - c i r i
mum penduduk desa.
Ini b e r a r t i agen pembaharu bertindak
sebagai k a t a l i s a t o r bagi kebutuhan kliennya.
Dalam memlai
proses perubahan agen pembaharu dapat menggunakan a l t e r n a t i f a l t e r n a t i f baru untuk mengatasi problem yang ada, mendramat i s a s i permasalahan mereka dan meyakinkan kliennya bahwa mer e k a dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
D i a tidak
hanya menaksir kebutuhan k l i e n t e t a p i juga membantu timbulnya kebutuhan i n i dengan c a r a k o n s u l t a t i f dan p e r s u a s i f .
2.
E s t a b l i s h e s a change r e l a t i o n s h i p .
Begitu kebutuhan untuk
berubah t e l a h tumbuh, agen pembaharu harus membina keakraban dengan kliennya.
Dia dapat meningkatkan keakraban i t u dengan
menoiptakan kesan dapat dipercaya, j u j u r dan empati dengan kebutuhan dan masalah-masalah kliennya.
Klien harus l e b i h
dulu dapat menerima agen pembaharu secasa p i s i k dan s o s i a l sebelum mereka diminta menerima inovasi yang dipromosikan.
3.
Diagnoses t h e problem.
Agen pembaharu harus menganalisa
11
s i t u a s i problematis kliennya untuk menentukan mengapa c a r a yang ada t i d a k l a g i memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk men-
capai kesimpulan diagnotiknya, agen pembaharu harus memahami s i t u a s i d a r i sudut pandangan kliennya.
Secara psikologis
d i a harus t e r j u n ke dalam s i t u a s i kliennya agar dapat melih a t dunia klienmenurut pandangan k l i e n i t u s e n d i r i .
Hal
i n i s u l i t dilakukan, dan menuntut kemampuan empati yang tinggi
.
4. Creates i n t e n t t o change i n t h e c l i e n t .
S e t e l a h agen pem-
baharu m e n g ~ a l iberbagai j a l a n memungkinkan k l i e n dapat mencapai tujuan mereka, d i a harus mernbargkitkan motivasi untuk mengadakan perubahan, menimbulkan dorongan untuk menerima a t a u setidak-tidaknya menaruh minat terhadap inovasi.
Te-
t a p i w e n pembaharu harus b e r o r i e n t a s i pada kebutuhan k l i e n .
5.
T r a n s l a t e s i n t e n t i n t o action.
Seorang agen pembaharu hen-
daknya berusaha mempengaruhi p e r i l a k u kliennya s e s u a i dengan rekomendasinya yang berdasar a t a s kebutuhan k l i e n .
Intinya,
agen pembaharu hendaknya berusaha mempromosikan pelaksanaan program pembaharuan yang i a sarankan.
Ini b e r a r t i k l i e n di-
harapkan l e b i h d a r i sekedar menyetujui a t a u menaruh minat terhadap inovasi melainkan terrnasuk merencanakan pengadopsian dan tindakan-tindakan pelaksanaan pembaharuan, menerima inovasi
6.
.
S t a b i l i z e s change and prevents discontinuances.
&en pemba-
haru dapat menjaga penerimaan i d e baru i t u secara e f e k t i f dengan memberikan informasi a t a u pesan-peoan yang menunjang,
sehingga k l i e n merasa aman dan t e t a p " t e r a s a segar" melaksanakan pembaharuan i t u .
7.
Achieves a terminal r e l a t i o n s h i p .
Tujuan akhir seorang
agen pembaharu adalah berkembalqnya p e r i l a k u memperbaharui d i r i s e n d i r i pada kliennya.
Agen pembaharu harus berusaha
mengembangkan kemampuan kliennya untuk menjadikan d i r i n y a sebagai agen pembaharu (setidak-tidaknya untuk d i r i n y a send i r i ) , yakni dapat mengenali d m mernilih inovasi-inovasi yang cocok untuk kebutuhannya s e n d i r i .
Dengan k a t a l a i n
agen pembaharu harus berusaha mengubah kliennya d a r i bergantung kepada agen pen~baharumenjadi percaya (bergantung) pada dirinya sendiri.
J i k a keadaan yang demikian sudah t e r c a p a i
agen pembaharu dapat memutuskan hubungan untuk sementara dengan kliennya.
I a boleh i s t i r a h a t dan d i l a i n s a a t mungkin
datang l a g i dengan inovasi yang l a i n . Memperhatikan uraian d i a t a s maka mahasiswa KKN merupakan pembawa perubahan d i desa.
Sebagai pembawa perubahan, mahasiswa KKN p e r l u
memahami dan menguasai berbagai ilmu pengetahuan baik yang bersumber d a r i fakultasnya maupun d i l u a r kampus.
Dengan demikian, s a l a h s a t u
sumber inovasi i a l a h f a k u l t a s yang merupakan sumber utama pengetahuan baik yang b e r s i f a t dasar maupun terpakai.
Oleh karena i t u pembangun-
an d i f a k u l t a s p e r l u untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan p r a k t i s yang merupakan inovasi yang r e l e v a n dengan kebutuhan masyarakat.
S e l a i n i t u mahasiswa KKlV merndapat pula informasi
d a r i i n s t a n s i - i n s t a n s i dan jawatan-jawatan, pembangunan masyasakat desa.
khususnya yang menyangkut
13 lwhasiswa KXN ke desa-desa mendifusikan inovasi berupa i d e , car a ataupun suatu benda yang dianggap baru o l e h seseorang. dan Shoemaker (1971) menjelaskan
Rogers
: An innovation i s an idea,
p r a c t i c e , o r o b j e c t perceived a s new by an individual.
Pengertian baru
d i s i n i b e r s i f a t subyektif, a r t i n y a masih baru bagi seseorang. Uengan masuknya inovasi ke desa-desa yang dibawa oleh mahasiswa
KKN maka diharapkan secara tahap demi tahap masyarakat desa akan mengalami perubahan.
Mahasiswa KKN merupakan orang l u a r d a r i sistem
s o s i a l (kalau desa dianggap s u a t u sistem s o s i a l ) yang mendifusikan inovasi.
Proses d i f u s i inovasi ini mengandung a k s i dan r e a k s i .
Aksi
oleh mahasiswa KKN yang membawa perubahan dan r e a k s i oleh masyarakat desa yang mempunyai potensi untuk berubah, bertahan a t a u penggangy. Dengan s i t u a s i dan kondisi yang demikian ini maka tindakan mahasiswa
iCKN p e r l u d i l a n d a s i dengan teknik dan s t r a t e g i untuk meyakinkan masyarakat desa/sasaxan yang memiliki sikap, n i l a i dan tanggapan terhadap perubahan i t u .
Yang penting dalam ha1 i n i i a l a h adanya kepercaya-
an masyarakat/sasacan,
khususnya pemuka masyarakat terhadap mahasiswa
KKN yang membawa perubahan. Sehubungan dengan ha1 t e r s e b u t d i a t a s , Berlo (1960) mengemukakan bahwa ada empat f a k t o r yang dapat meningkatkan d e r a j a t kepercayaan penerima pada pembawa perubahan sebagai berikut
: ( a ) communication
s k i l l s , (b) a t t i t u d e s , ( c ) knowledge l e v e l , dan (d) p o s i t i o n w i t h i n
a s o c i a l - c u l t u r a l system.
Kepercayaan pada mahasiswa KKN sangat pen-
t i n g pada tahap permulaan d a r i pengenalan s u a t u inovasi. Dalam melaksanakan tugasnya d i pedesaan, mahasiswa KKN akan bertemu, berkenalan dan bekerjasama dengan.magyar.akat setempat.
Mereka
akan l e b i h b e r h a s i l dalam tugasqfa apabila pada tahap awal pengenalan suatu i n o v a s i memusatkan usahanya pada para pemuka masyarakat dalam sistem s o s i a l tempat inovasi i t u didifusikan.
Apabila mereka berha-
s i l meyakinkan para pemuka masyarakat i t u maka akan l e b i h besar kemungkinan gagasan-gagasannya yang baru d i t e r i m a s e c a r a l u a s . Pemuka lqasyarakat Dalam melakukan perubahan, pemuka masyarakat memegang peranan penting. perubahan.
Piereka t i d a k dapat ditinggalkan dalam pelaksanaan sesuatu PIereka merupakan orang-orang t e r t e n t u d i dalam s e t i a p ma-
syarakat a t a u sistem s o s i a l yang menjadi tempat bertanya, tempat meminta nasehat, disegani, dimalui dan dituakan oleh m g g o t a masyarakat a t a u anggota sistem s o s i a l lainnya mengenai urusan-urusan t e r t e n t u . Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan mengenai pemuka masyarakat sebagai berikut
:
"We define opinion l e a d e r s h i p a s t h e degree t o which an individual i s able t o influence informally o t h e r i n d i v i d u a l s ' a t t i t u d e o r overt behavior i n a d e s i r e d way with r e l a t i v e frequency". Pemuka masyarakat t e r d i r i d a r i pemuka masyarakat formal dan t i d a k formal, y a i t u para pemimpin pemerintahan, pemuka adat, pemuka agama, pemuka t a n i , ketua-ketua kelompok dan pemuka desa lainnya.
Hereka
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang l a i n untuk bertindak dalam cara-cara t e r t e n t u .
Menurut M. Karyadi (1977),
tugas seorang pemimpin adalah menggerakkan orang l a i n .
D i dalam tugas
menggerakkan ini terkandung banyak tugas s e p e r t i tugas
: me
kan, mengetuai, memelopori, memberi petunjuk, mendidik, me
15 l a i n sebagainya.
Kemampuan pemuka masyarakat untuk menjadi penggerak
dan pendorong anggota masyarakat dalam menerima s u a t u i d e , harus did a s a r i oleh dimilikinya kekuasaan dan pengaruh sehubungan dengan s t a tusnya s e b w a i pemimpin masyarakat. Galam d i s e r t a s i n y a Hasan Walinono (1979) menjelaskan proses perubahan hubungan kekuasaan d i 'Panete, s a l a h s a t u daerah Bugis yang digolongkan kedalam t i g a golongan sebagai berikut
1. E l i t e adat.
:
E l i t e adat adalah golongan e l i t e yang mempero-
l e h kekuasaan, kewenangan, pengaruh bahkan prestisenya berdasarkan n i l a i - n i l a i dan aturan-aturan adat Bugis.
1";creka
yang menjadi pejabat-pejabat adat baik pada t i n g k a t ibukota kerajaan, maupun pada t i n g k a t pemerintahan yang terendah, d i kampung-kampung.
2.
E l i t e agama.
N i l a i - n t l a i dan aturan-aturan Islam me~nberikan
kekuasaan, kewenangan, pengaruh dan p r e s t i s e kepada berbagai pejabat agama.
3. E l i t e Indonesia.
X l i t e Indonesia b e r i n t i k a n pejabat, cendi-
kiawan, pemimpin p a r t a i , pengusaha dan sebagainya. Sehubungan dengan ha1 t e r s e b u t d i a t a s , Buddy Prasadja (1980) mengemukakan t i g a dasar kepemimpinan, y a i t u
1. Kekuasaan l e g a l
:
:
( a ) Tokoh-tokoh pemimpin yang b e r s t a t u s
formal y a i t u Kepala Desa.
Kepala Uesa yang oleh kewenangan
pemerintahan menguasai l e b i h banyak a k t i v i t a s - a k t i v i t a s desa sehingga i a l e b i h banyak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan pembangunan;
(b) Tokoh-tokoh p a r t a i yang s e c a r a h i r a r -
16 k h i s mempunyai kewenangan a t a s organisasi massanya; ( c ) Kaum m i l i t e r d i pedesaan, s t a t u s dan peranannya masih akan ditentukan oleh perkembangan hubungan a n t a r a s i p i l dan m i l i t e r . 2.
Kepercayaan
: ( a ) T r a d i s i desa, y a i t u tokoh-tokoh t r a d i s i -
desa, s e p e r t i dukun dan tua-tua desa;
( b ) Aliran, ya-
i t u tokoh-tokoh keagamaan, a e p e r t i k i y a i .
3
Kekayaan
:
( a ) Pertanian;
(b) Perdagangan.
Selanjutnya Machdar Somadisasmita dalam s t u d i tentang masyarakat Aceh
(1977) mengemukakan t i g a macam pemimpin sebagai berikut 1.
:
Pemimpin f o r m i l , y a i t u pemimpin yang ditempatkan d a r i a t a s dengan ketentuan l e g i t i m a s i d a r i a t a s pula yang r e l a t i f leb i h modern.
2.
Pemimpin formil t r a d i s i o n i l , y a i t u pemimpin d a r i unsur masyarakat pedesaan menjelma dalam bentuk t r a d i s i gempong dan t r a d i s i mukim.
Pada mulanya mereka d i l a h i r k a n oleh t r a d i s i
masyarakat pedesaan, t e t a p i kemudian disyahkan o l e h adminis-
trasi pusat sebagai jalur terbawah d a r i kekuasaannya.
3.
Pemimpin informil, y a i t u kepemimpinan yang d i l a h i r k a n masyar a k a t d i l u a r jaringan kekuasaan tradisinya.
Ketiga penulis t e r s e b u t d i a t a s "sepalcat" bahwa k e t i g a macam pemimpin mempunyai a s a l usul yang berbeda, kepentingan dan peranan yang berbeda s e r t a l u a s pengasuh yang berbsda pula.
Mereka s a l i n g bertemu
dan berhubungan dalam masyarakat, baik pertemuan dan hubungan yang b e r s i f a t kerjasama maupun persaingan bahkan terwujud dalam bentuk pertentangan.
17 Beberapa penulis dan p e n e l i t i tentang suku Bugis dan klakassar berpendapat bahwa kedua suku bangsa t e r s e b u t merupakan s a t u suku bang-
sa karena kebudayaan, s t r u k t u r dan o r g a n i s a s i s o s i a l yang sama. Walinono (1979)
Hasan
menjelaakan bahwa d i kalangan orang B u g i s Makassar,
adat masih merupakan s a l a h s a t u d i a n t a r a aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bersikap dan bertingkah laku.
Hal t e r s e b u t diper-
kuat oleh A. Suhandi Suhamihardja (1980) yang mengemukakan bahwa suku bangsa Bugis dan Makassar dianggap s a t u suku bangsa yang mempunyai s t r u k t u r dan o r g a n i s a s i s o s i a l yang sama.
H a l ini disebabkan karena
kedua suku bangsa i t u memang memiliki n i l a i - n i l a i s o s i a l , adat kebiasaan dan kepercayaan yang sama.
Xebudayaan Bugis-Makassar adalah
kebudayaan d a r i suku bangsa Bugis-Makassar yang mendiami begian t e r besar d a r i j a z i r a h s e l a t a n d a r i Pulau Sulawesi (Mattulada, 1975). Adapun suku bangsa Toraja yang mendiami daerah pegunungan Sulawesi S e l a t a n bagian u t a r a , biasanya disebut orang Toraja Sa'dan mempunyai bahasa yang khusus i a l a h bahasa Toraja a t a u bahasa t a e ( ~ a r a d a Haratzap, 1952).
Sebenarnya kebudayaan Toraja pada dasarnya sama dengan
kebudayaan Bugis dan I W a s s a r , walaupun menunjukkan beberapa unsur yang berbeda.
Dikalangan kaum bangsawan B u g i s Iiakassar, ada keper-
cayaan bahwa mereka i t u merupakan keturunan d a r i orang Sangalla a t a u Toraja ( ~ a t t u l a d a , 1975). Dari sekian banyaknya persamaan suku-suku bangsa t e r s e b u t , ada Juga perbedaannya, y a i t u bahasa.
Chabot (1967) mengemukakan bahwa
perbedaan u t m a a n t a r a suku-suku bangsa i t u adalah rupa-rupanya bahasa mereka, t e t a p i perbedaan i t u tidak secara sekonyong-konyong tampak diperbatasan, melainkan b e r s i f a t berangsur-angsur sampai t e r j a d i t i g a
18 b&asa yang s a l i n g tak terfahami d i pusat d a r i ke t i g a suku bangsa itu. Disamping persamaan-persamaan dan pebedaan bdmsa suku Bugis, P k a s s a r dan l'oraja t e r s e b u t d i a t a s , t e r d a p a t pula perbedaan-perbedaan individual a t a u k a r a k t e r i s t i k - k a r a k t e r i s t i k peribadi d i a n t a r a mereka.
Dalam ha1 i n i , Rogers dan Shoemaker (1971) memberikan beberapa gener a l i s a s i yang berhubungan dengan pendifusian inovasi, y a i t u
1.
:
Orang-orang yang s t a t u s sosialnya l e b i h t i n g g i akan l e b i h cepat mengetahui inovasi.
2.
Orang-orang yang berpengetahuan l e b i h banyak &an l e b i h cepzt mengetahui inovasi.
3.
Orang-orang yang l e b i h banyak berhubungan dengan %en pembaharu l e b i h cepat mengetahui inovasi.
4.
Orang-orang yang l e b i h kosmcpolit l e b i h cepat mengetahui inovasi.
Lebih l a n j u t Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan dengan gen e r a l i s a s i tentang karakteristik-karakterietik peribadi pemuka masyar a k a t sebagai b e r i k u t
:
1. Pemuka masyarakat l e b i h s e r i n g b e r t a t a p dengan media massa daripada pengikutnya.
*. Pemuka masyarakat l e b i h kosmopolit daripada pengikutnya. 3.
Pemuka masyarakat l e b i h kerap berhubungan dengan %en pembaharu daripada pengikutnya.
4.
Pemuka masyarakat memiliki hubungan s o s i a l l e b i h l u a s d m i pada pengikutnya.
,
19 5.
Pemuka masyarakat l e b i h t i n g g i s t a t u s sosialnya daripada pengikutnya.
6.
Pen~ukamasyarakat l e b i h i n o v a t i f daripada pengikutnya.
Sehubwgan dengan ha1 t e r s e b u t d i a t a s , tJ~argonoSlamet (1978) mergemukakan perbedaan-perbedaan individual, y a i t u
:
( a ) Tingkat u s i a ,
(b) Tingkat pendidikan, ( c ) Adat, (d) S t a t u s s o s i a l ekonomi, ( e ) Tingk a t pengetahuan, (f) Kekosmopolitan, ( g ) Keberanian mengarnbil r i s i k o , (h) Sikap terhadap perubahan, ( i ) Motivasi berkarya, dan (j) Tingkat aspirasi.
Begitu pula menurut h a s i l p e n e l i t i a n Pmchdar Somadisastra
(1977) menunjukkan bahwa pada masyarakat pedesaan, pengakuan terhadap pemimpin ditentukan oleh
:
( a ) Kekayaan, (b) Keaganaan, ( c ) Pendi-
dikan, (d) Keturunan, dan ( e ) Pengalanan.
T e r l i h a t bahua ~ e n d a ~ a t -
pendapat t e r s e b u t menunjukkan kepada pentingnya mernperhatikan karakt e r i s t i k p e r i b a d i seseorang sebagai sumber dimilikinya kekuasaan dan pengaruh dalam kepemimpinannya.
Tanmapan D e w n masuknya mahasiswa IWY dan kegiatan-kegiatannya d i pedesaan maka masyarakat akan mengadakan r e a k s i a t a u tanggapan. tanggapan, lleucornb
&$
Ualam ha1
(1978) mengernukakan bahwa terdapat k e t e r a t u r -
an dalam urutan-urutan respons-respons pada dua orang a t a u l e b i h yang b e r i n t e r a k s i , t e t a p i k e t e r a t u r a n i t u s e r i n g k a l i t i d a k dengan s e n d i r i nya j e l a s , dengan hanya dideskripsikan.
Keteraturan-keteraturm i t u
ada hubungannya dalam s e t i a p ha1 dengan ekspressi dan persepsi d a r i keadaan-keadaan psikologis.
Lebih jauh dikemukakan dalam hubungannya
dengan tanggapan bahwa s e t i a p individu akan dihadapkan kepada t i g a
macam tuntutan y a i t u
:
1. Harus dapat menjelaskan hal-ha1 yang bersangkutan dengan kebutuhannya secara simultan. 2.
Tuntutan d a r i pasangannya dalam i n t e r a k s i , dan
3.
Uengan aspek-aspek d a r i dunia bersama mereka yang relevan b w i s i t u a s i interaksi.
Respons a t a u tanggapan akan menunjukkan suatu k e t e r l i b a t a n a t a u p a r t i s i p a s i a k t i f d a r i seseorang dengan memberikan suatu r e a k s i yang t e r t e n t u terhadap suatu s t i m u l i .
Krathwohl c,&
&
(1956) me~errmkakan
responding, t h e individual i s perceived a s responding r e g u l a r l y t o the effective stimuli,
Selanjutnya d i j e l a s k a n bahwa tanggapan dapat
dibagi ke dalam t i g a k a t e g o r i y a i t u
1.
:
Acquiescence i n responding a t a u tanggapan persetujuan tanpa protes.
2.
Willingness t o respond a t a u kesediaan memberikan tanggapan.
3.
S a t i s f a c t i o n i n response a t a u kepuasan h a t i dalam memberikan tanggapan.
Dalam masyarakat seseorang akan s e l a l u menghadapi stimulus a t a u rangsangan d a r i sekitarnya, d i mana dalam menghadapi stimulus i x l i orang t e r s e b u t akan mengadakan suatu r e a k s i .
Heaksi dapat menimbul-
kan perilaku, baik p e r i l a k u dengan gerakan anggota badan, bahasa maupun berupa a k t i v i t a s psikologis. berkata
Untuk l e b i h jelasnya, Berlo (1960)
: a response i s anything t h a t t h e i n d i v i d u a l does a s a r e s u l t
of perceiving t h e stimulus. J a d i s u a t u stimulus y
a datang pada seseor-
y a p ? ditanglcap oleh
.21 inderanya yang kernudian d i b e r i makna a t a u arti menurut i n t e r p r e t a s i nya terhadap stimulus tersebut yang kernudian mengadakan r e a k s i yang dapat d i l i h a t sebagai tanggapan.
Suatu tanggapan, ada yang dapat di-
l i h a t a t a u d i d e t e k s i oleh orang l a i n d m ada pula yang t i d a k dapat d i l i h a t a t a u d i d e t e k s i oleh orang l a i n dan s i f a t n y a peribadi.
Dengan
demikian, diterimanya stimulus o l e h seseorang yang akhirnya &an mengakibatkan timbulnya suatu tanggapan maka seseorang i t u akan t e r l i bat secara kejiwaan. Evaluasi suatu program Kuliah Kerja i'lyata (KKN) merupakan program d a r i " a t a s desalt.
gar supaya s u a t u program y q menyangkwt masyarakat dapat b e r h a s i l dengm baik maka p e r l u mendapat tanggapan p o s i t i f d a r i masyarakat i t u sendiri.
Evaluasi terhadap keberhasilan program KKlt dapat d i t e l a a h
pengaruhnya terhadap t a t a kehidupan masyarakat s e c a r a keseluruhan dan t e r i n t e g r a s i yang melibatkan pemuka masyarakat dan pengikutnya a k i b a t ~ e n g a r u hprogram tersebut.
Evaluasi terhadap program KKlT bertujuan
untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan dan kemajuan d a r i masyarakat melalui tanggapan pemuka masyaxakat pada program KKN. Prabowo (1981) memperinci k r i t e r i a evaluasi terhadap s u a t u pro-
gram sebagai berikut
:
1. Tujuan evaluasi d i d e f i n i s i k a n dengan j e l a s . 2.
blempergunakan pengukuran yang sahih.
3.
Evaluasi dilakukan dengan obyektif, bebas d a r i evaluasi y m g s i f a t n y a peribadi.
4.
K r i t e r i a p e n i l a i a n harus s p e s i f i k .
22
5.
Ivlemperpakan suatu metoda ilmiah y a w mempunyai nilai kepercayaan tinggi.
6 . >lengvkur perubahan (kemajuan) dengan tepat
7
Uersifat praktis.
.